Anda di halaman 1dari 2

Tugas-3

Opened: Monday, 14 November 2022, 12:00 AM


Due: Monday, 28 November 2022, 3:00 PM

Soal Kasus:

Detournement de pouvoir

Manakala seorang hakim diberi tugas mengadili dan menyelesaikan suatu masalah hukum, maka ia
acapkali melakukan kegiatan interpretasi. Bagaimanapun, hakim berkewajiban secara moral
memahami fakta yang terjadi dan masalah hukum yang timbul dari peristiwa. Lalu, ia menerapkan
hukum yang benar terhadap kasus tersebut. Jadi, seorang hakim bukan hanya berusaha memahami
dan menginterpretasi teks yuridis, tetapi juga interpretasi terhadap kenyataan yang menimbulkan
masalah hukum. Konsep ‘penyalahgunaan wewenang’ merupakan konsep hukum  yang tepat
dijadikan bahan analisis, sehingga tergambarkan peran penting para pemangku kepentingan hukum
dalam menggunakan hermeneutika. Detournement de pouvoir (bahasa Perancis), dimuat dalam
Pasal 53 ayat (2) hurub b UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Konsep
menyalahgunakan wewenang ini diatur pula dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan juga dimuat dalam UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan kemudian juga menyinggungnya.

Lantas, apakah berbeda istilah ‘penyalahgunaan wewenang’ dan ‘penyalahgunaan kewenangan’


yang digunakan dalam perundang-undangan tersebut?. Cara pandang  hermeneutika hukum melihat
makna ‘penyalahgunaan wewenang’ tentu tidak sederhana karena bersifat multi-dimensional. Di
sinilah peran hakim memahami dan menafsir teks perundang-undangan sekaligus menginterpretasi
kenyataan yang menimbulkan masalah hukum. Dapat dimengerti bahwa hermeneutika penting bagi
ilmu hukum sebagai tendensi lawan terhadap suatu fondasi berpikir yang telah mapan dan
menghegemoni semua pemikiran. Minimal, hermeneutika hadir sebagai tendensi lawan atas
kegelisahan hegemoni positivisme. Hermeneutika berbeda dari penafsiran yang dikenal dalam ilmu
hukum. “Pemikiran hermeneutik itu tidak tunggal seperti penafsiran dalam ilmu hukum,”

Saudara mahasiswa, anda bebas menentukan asumsi-asumsi apa saja yang semestinya melekat,
diberikan dan ada di dalam konteks contoh kasus peristiwa yang diberikan dalam Soal ini. 
Sehingga anda-pun dapat berinterpretasi secara relevan faktor-faktor apa saja yang semestinya
masuk dalam analisis kasusnya tersebut.
Pertanyaan

SOAL 1 NILAI 30

Anggap bahwa anda seorang ahli hukum/hakim yang perlu memperhatikan dalam memeriksa dan
memutus perkara. Sehubungan dengan itu anda diminta menginterpretasikan persoalan hukum atas
soal norma yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan seperti dalam soal kasus tersebut
atas; namun anda diminta menggunakan penafsiran literal dan penafsiran doctrinal (Max 500 kata).

SOAL 2 NILAI 35

Masih kerkait dengan soal kasus di atas, anda diminta menganalisa  dengan menggunakan
penafsiran literal hukum ( Max 500 kata).

SOAL 3 NILAI 35

Sehubungan dengan jawaban anda pada soal No. 1 dan No. 2 di atas, berikan argumen anda tentang
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ratio decidendi anda sebagai ahli hukum/hakim yang
harus diperhatikan ( Max 500 kata).

Anda mungkin juga menyukai