Mata Kuliah Interprestasi Dan Penalaran Hukum
Mata Kuliah Interprestasi Dan Penalaran Hukum
1. Jawaban :
Hermeneutika adalah suatu pendekatan interpretatif yang mencakup pemahaman teks dan konteks
untuk menemukan makna yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks kasus "Detournement de
pouvoir" yang diatur dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, analisis hermeneutik dapat diaplikasikan untuk memahami makna dan relevansi
konsep tersebut.
Kelebihan: Hermeneutika memungkinkan hakim/ahli hukum untuk merinci dan memahami secara
lebih mendalam teks perundang-undangan. Dalam hal ini, pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun
1986 dapat diuraikan untuk mengidentifikasi elemen-elemen utama yang terkait dengan
"Detournement de pouvoir."
Kekurangan: Terkadang, teks undang-undang dapat bersifat ambigu atau terbuka terhadap
interpretasi ganda, sehingga hermeneutika sendiri mungkin tidak mencukupi untuk memberikan
jawaban yang pasti.
Menginterpretasi Kenyataan:
Kelebihan: Hermeneutika juga memungkinkan penggunaan konteks dan realitas sosial sebagai dasar
interpretasi. Dalam kasus ini, hakim/ahli hukum dapat mengaitkan "Detournement de pouvoir"
dengan situasi konkret yang menimbulkan masalah hukum, seperti penyalahgunaan wewenang oleh
pemangku kepentingan.
Kekurangan: Interpretasi kenyataan dapat bersifat subyektif dan tergantung pada perspektif
individu, yang mungkin menghasilkan ketidakpastian.
Kelebihan: Hermeneutika memungkinkan perbandingan antara konsep yang sama yang diatur dalam
undang-undang yang berbeda, seperti Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Ini dapat
memberikan pemahaman lebih komprehensif tentang konsep "penyalahgunaan wewenang."
Kekurangan: Tergantung pada sudut pandang individu, konsep legalitas dan legitimasi dapat
diartikan dengan cara yang berbeda.
Pilihan Hermeneutika sebagai Alternatif Positivisme:
Kekurangan: Hermeneutika dapat dianggap kurang formal dan kurang memastikan kepastian hukum,
yang menjadi kritik terhadap pendekatan ini.
2. Jawaban :
**1. Definisi Konsep:
Penyalahgunaan Wewenang: Dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986, 'Detournement
de Pouvoir' diartikan sebagai penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang seharusnya bertindak
sesuai dengan tujuan atau kepentingan tertentu. Dalam konteks ini, hermeneutika dapat digunakan
untuk merinci makna penyalahgunaan wewenang sesuai teks hukum dan memahami konteksnya.
Penyalahgunaan Kewenangan: Dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi dan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, konsep
'penyalahgunaan kewenangan' mencakup tindakan yang melanggar kewenangan yang dimiliki oleh
seseorang. Hermeneutika dapat membantu mengartikan dan membandingkan definisi ini dengan
penyalahgunaan wewenang.
Penyalahgunaan Wewenang: Istilah ini menekankan pada pelanggaran terhadap wewenang yang
seharusnya digunakan untuk kepentingan tertentu. Hermeneutika dapat membantu menggali makna
dan tujuan legislator di balik pemilihan istilah ini, dan mengidentifikasi unsur-unsur yang melibatkan
penggunaan wewenang secara tidak benar.
Penyalahgunaan Kewenangan: Istilah ini menyoroti tindakan yang melampaui batas kewenangan
yang dimiliki. Hermeneutika diperlukan untuk memahami konteks setiap istilah dan membedakan
elemen-elemen yang mungkin menjadi fokus legislator dalam setiap undang-undang.
Penyalahgunaan Wewenang: Dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986, hermeneutika
dapat membantu hakim/ahli hukum untuk menghubungkan konsep penyalahgunaan wewenang
dengan situasi konkret di mana pihak yang seharusnya bertindak sesuai tujuan atau kepentingan
tertentu melanggar prinsip tersebut.