Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : UCI SANTIKA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042427943

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4404/Teori Perundang-Undangan

Kode/Nama UPBJJ : 17/ UNIVERSITAS TERBUKA JAMBI

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.

Pernyataan di atas menyiratkan bahwa Peraturan Pemerintah XX dibuat tanpa amanat eksplisit
dalam undang-undang dan dianggap bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Beberapa individu merasa dirugikan dan mengajukan permohonan uji materi ke
Mahkamah Agung.

1. Prosedur Permohonan Uji Materi:

Proses permohonan uji materi umumnya melibatkan beberapa tahapan sesuai dengan
prosedur hukum yang berlaku di suatu negara. Contoh umumnya adalah sebagai berikut:

 Pembuatan Permohonan: Pemohon (individu atau kelompok yang merasa dirugikan)


membuat permohonan secara resmi kepada Mahkamah Agung.
 Pemeriksaan Berkas: Mahkamah Agung memeriksa kelengkapan berkas permohonan dan
memastikan bahwa argumen yang diajukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Pemberian Kesempatan Mendengar Pendapat: Mahkamah Agung mungkin memberikan
kesempatan kepada pihak terkait untuk menyampaikan pendapat mereka terkait uji materi
yang diajukan.
 Pengambilan Keputusan: Mahkamah Agung akan mengambil keputusan apakah Peraturan
Pemerintah XX tersebut bertentangan dengan konstitusi atau peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.

2. Objek Permohonan Pengujian:


Sebagai kuasa hukum, objek permohonan pengujian dapat mencakup beberapa aspek,
antara lain:

 Ketidakberesan Proses Pembentukan: Jika Peraturan Pemerintah XX dibentuk tanpa amanat


eksplisit dalam undang-undang, kuasa hukum dapat mengajukan argumen terkait proses
pembentukan yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
 Bertentangan dengan Peraturan Lebih Tinggi: Jika Peraturan Pemerintah XX dianggap
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kuasa hukum dapat
menyampaikan argumen yang merinci ketidaksesuaian tersebut.
 Dampak Merugikan: Jika individu atau kelompok merasa dirugikan, kuasa hukum dapat
menyajikan bukti dan argumen terkait dampak merugikan yang timbul akibat berlakunya
Peraturan Pemerintah XX.

Penting untuk dicatat bahwa proses dan persyaratan konkret dapat bervariasi tergantung pada
sistem hukum negara tertentu. Oleh karena itu, disarankan untuk merujuk pada ketentuan hukum
dan prosedur yang berlaku secara spesifik dalam yurisdiksi yang bersangkutan.

2.

1. Analisis Kedudukan Jaksa Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sebagai Pemohon:

 Kedudukan Pemohon: Dalam kasus ini, Jaksa Penuntut Umum pada KPK, Lie Putra Setiawan,
bertindak sebagai pemohon yang mengajukan permohonan uji materi terhadap Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PANRB) Nomor
35 Tahun 2018. Permohonan tersebut didasarkan pada argumen bahwa implementasi
peraturan tersebut dapat memiliki dampak signifikan terhadap status dan kewenangan Jaksa
di KPK.
 Argumen Pemohon: Jaksa Penuntut Umum mungkin mengajukan argumen terkait
konsekuensi yang akan terjadi jika aturan tersebut diberlakukan, termasuk penarikan Jaksa
ke instansi induk (Kejaksaan). Argumen ini kemungkinan akan mencakup perubahan status
menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), yang dapat berdampak pada kewenangan dan
independensi Jaksa di KPK.

2. Dampak Putusan Mahkamah Agung terhadap Jaksa KPK Lainnya:

 Potensial Pengaruh Terhadap Status dan Kewenangan: Jika Mahkamah Agung memutuskan
untuk membatalkan Permen PANRB Nomor 35 Tahun 2018, hal ini dapat memiliki dampak
signifikan terhadap Jaksa KPK lainnya. Mereka mungkin tidak lagi dikecualikan dari menjadi
ASN dan akan kehilangan status khusus sebagai Jaksa.
 Pengaruh Terhadap Kewenangan KPK: Keputusan ini juga dapat berdampak pada
kewenangan KPK secara keseluruhan, karena kewenangan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan fungsi lainnya yang melekat pada status Jaksa di KPK dapat terpengaruh.
 Kehilangan Independensi: Jika Jaksa KPK harus menjadi ASN di tempat penugasannya,
independensi lembaga penegak hukum tersebut dapat terancam. ASN memiliki kewajiban
dan aturan yang berbeda dengan Jaksa, dan ini dapat memengaruhi kemandirian KPK.

Penting untuk dicatat bahwa dampak pasti dari putusan Mahkamah Agung akan tergantung pada
pertimbangan hukum yang digunakan dalam pembatalan Permen PANRB Nomor 35 Tahun 2018 dan
langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah setelah putusan tersebut.

3.

1. Kewenangan Mahkamah Konstitusi:

 Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk menguji konstitusionalitas undang-


undang, termasuk menentukan apakah suatu undang-undang bertentangan dengan UUD
1945. Namun, Mahkamah Konstitusi bukan positif legislator, yang berarti tugasnya bukan
membuat undang-undang baru.
 Kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah menguji dan memberikan putusan terkait
konstitusionalitas undang-undang yang ada. Dalam kasus tersebut, Mahkamah Konstitusi
menyatakan bahwa Undang-Undang Sumber Daya Air (UU SDA) bertentangan dengan UUD
1945 dan keputusan tersebut mengakibatkan UU Pengairan berlaku kembali.

2. Analisis Status Undang-Undang Sumber Daya Air (UU SDA) Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi:

 Kehilangan Kekuatan Hukum Mengikat: Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan UU


SDA bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat
mengakibatkan UU SDA kehilangan keabsahan sebagai landasan hukum untuk pengelolaan
sumber daya air.
 Berlakunya UU Pengairan: Dengan menyatakan UU Pengairan berlaku kembali, Mahkamah
Konstitusi memberikan dasar hukum baru untuk pengelolaan air. Oleh karena itu, segala
bentuk pengelolaan air akan mengacu pada UU Pengairan sebagai payung hukum yang sah.
 Pentingnya Kepatuhan dan Penyesuaian: Setelah putusan ini, pemerintah dan instansi terkait
perlu memastikan kepatuhan terhadap UU Pengairan serta menyesuaikan regulasi dan
praktik pengelolaan air dengan ketentuan yang baru berlaku.

Penting untuk dicatat bahwa implementasi dan konsekuensi secara spesifik akan tergantung pada
tindakan pemerintah dan lembaga-lembaga terkait setelah menerima putusan Mahkamah
Konstitusi.

Anda mungkin juga menyukai