Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : UCI SANTIKA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042427943

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4305/Hukum Pidana Internasional

Kode/Nama UPBJJ : 17/ UNIVERSITAS TERBUKA JAMBI

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.
Perbedaan antara hukum pidana internasional dan hukum pidana supranasional terletak pada cakupan
berlakunya, klasifikasi perbuatan, serta proses peradilan dan penerapan sanksi. Berikut adalah penjelasan
singkat tentang perbedaan antara keduanya:

1. Ruang Lingkup Berlakunya:

 Hukum Pidana Internasional: Hukum pidana internasional adalah sistem hukum yang mengatur
tindakan kriminal yang dapat melanggar hukum internasional. Hukum ini berlaku di antara negara-
negara dan dapat mencakup kejahatan seperti genosida, kejahatan perang, dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
 Hukum Pidana Supranasional: Hukum pidana supranasional berlaku di tingkat yang lebih tinggi
daripada hukum pidana internasional. Ini mencakup peraturan hukum yang diberlakukan oleh
organisasi internasional, seperti Uni Eropa, yang memiliki yurisdiksi atas anggota-anggotanya dalam
beberapa aspek hukum pidana, seperti persaingan usaha, lingkungan, dan lainnya.

2. Klasifikasi Perbuatan:

 Hukum Pidana Internasional: Hukum pidana internasional mencakup kejahatan-kejahatan yang


dianggap melanggar norma hukum internasional, seperti pelanggaran hak asasi manusia selama
konflik bersenjata, kejahatan perang, dan genosida.
 Hukum Pidana Supranasional: Hukum pidana supranasional mencakup berbagai jenis pelanggaran
yang dapat mencakup peraturan ekonomi, lingkungan, perdagangan, dan lain-lain. Ini seringkali
mencakup masalah internal yang diatur oleh organisasi supranasional.

3. Proses Peradilan dan Penerapan Sanksi:

 Hukum Pidana Internasional: Proses peradilan untuk kasus hukum pidana internasional dapat
berlangsung di pengadilan internasional seperti Mahkamah Internasional atau Pengadilan Pidana
Internasional. Penuntutan biasanya melibatkan individu yang didakwa melakukan kejahatan, dan
sanksi mungkin termasuk hukuman penjara atau denda.
 Hukum Pidana Supranasional: Proses peradilan dalam hukum pidana supranasional melibatkan
pengadilan yang dibuat oleh organisasi supranasional seperti Pengadilan Eropa. Penuntutan dapat
berlaku terhadap individu, perusahaan, atau bahkan negara. Sanksi dapat berupa denda, pembekuan
aset, atau sanksi ekonomi.

Penting untuk dicatat bahwa baik hukum pidana internasional maupun hukum pidana supranasional adalah
instrumen hukum yang berusaha menegakkan aturan dan norma hukum di tingkat internasional atau
supranasional. Mereka memiliki peran penting dalam memastikan pertanggungjawaban terhadap individu
atau entitas yang melanggar hukum dalam konteks internasional atau regional.

2.
Aspek sosiologis memegang peranan penting dalam landasan berlakunya hukum pidana internasional. Hal ini
terutama disebabkan oleh beberapa alasan berikut:

1. Legitimasi dan Dukungan Publik: Hukum pidana internasional seringkali harus diterima dan dihormati
oleh masyarakat internasional. Untuk mencapai tujuan ini, aspek sosiologis memainkan peran
penting. Hukum pidana internasional yang dianggap adil dan sesuai dengan norma-norma dan nilai-
nilai yang dipegang oleh masyarakat internasional akan lebih mungkin untuk diterima dan dihormati.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami pandangan, nilai-nilai, dan ekspektasi masyarakat
internasional terkait dengan keadilan, hak asasi manusia, dan hukuman.

2. Implementasi dan Kepatuhan: Hukum pidana internasional hanya akan efektif jika ada implementasi
dan kepatuhan oleh negara-negara dan individu. Aspek sosiologis membantu dalam memahami
bagaimana faktor-faktor seperti budaya, norma sosial, dan perasaan moral dapat memengaruhi
tingkat kepatuhan terhadap hukum pidana internasional. Hal ini juga dapat membantu dalam
mengidentifikasi hambatan yang mungkin dihadapi dalam menjalankan kebijakan hukum pidana
internasional.

3. Prinsip Perlindungan dan Pencegahan: Hukum pidana internasional seringkali berfokus pada
perlindungan hak asasi manusia, mencegah kejahatan, dan menghukum pelaku kejahatan
internasional. Aspek sosiologis membantu dalam memahami peran hukum dalam melindungi individu
dan masyarakat dari tindakan kriminal yang serius serta bagaimana norma sosial dan tindakan
pencegahan dapat mendukung upaya ini.

4. Relevansi Kontemporer: Hukum pidana internasional harus terus beradaptasi dengan perkembangan
sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat internasional. Perubahan dalam norma sosial dan
pandangan masyarakat terhadap masalah seperti perang, tindak kejahatan internasional, dan
keadilan dapat memengaruhi evolusi hukum pidana internasional. Dengan memahami aspek
sosiologis, hukum pidana internasional dapat lebih relevan dan responsif terhadap perubahan
tersebut.

5. Legitimitas dan Otoritas: Untuk memiliki otoritas moral dan hukum yang kuat, hukum pidana
internasional harus didasarkan pada norma-norma dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat
internasional. Keberlakuan hukum pidana internasional tergantung pada legitimasi hukum ini di mata
masyarakat internasional. Dengan memahami aspek sosiologis, hukum pidana internasional dapat
mempertahankan dan memperkuat legitimasinya.

Dalam rangka mencapai tujuan penegakan hukum pidana internasional, penting untuk memahami dan
mempertimbangkan perspektif sosiologis yang beragam dalam masyarakat internasional. Ini membantu
dalam mengembangkan hukum yang lebih efektif dan lebih dapat diterima oleh komunitas internasional.

3.
Peristiwa yang dijelaskan dalam kutipan tersebut dapat termasuk dalam kategori kejahatan internasional,
terutama jika pelaku korupsi menanam saham atau menginvestasikan hasil dari tindakan korupsi mereka di
negara lain melalui transaksi perbankan asing, pasar modal, atau bisnis perjudian. Ada beberapa alasan
mengapa ini dapat dianggap sebagai kejahatan internasional:

1. Perlintasan Batas: Tindakan ini melibatkan perpindahan dana atau investasi dari satu negara ke
negara lain, melalui sistem perbankan internasional atau pasar modal. Ini menciptakan dimensi
perlintasan batas yang mendasari konsep kejahatan internasional.

2. Penyamaraan dan Pencucian Uang: Pelaku korupsi mungkin menggunakan transaksi internasional
untuk menyamarkan asal usul dana yang berasal dari tindak korupsi. Hal ini dapat melibatkan praktik
pencucian uang yang dapat melanggar hukum internasional.

3. Kerugian Global: Tindakan korupsi yang merugikan negara adalah masalah global, karena korupsi
dapat merusak perekonomian dan stabilitas negara. Oleh karena itu, penyalahgunaan dana korupsi
yang diinvestasikan di luar negeri dapat merugikan komunitas internasional secara lebih luas.

4. Pelanggaran Hukum Internasional: Investasi hasil tindakan korupsi di luar negeri dapat melibatkan
pelanggaran hukum internasional, seperti peraturan anti-pencucian uang dan sanksi internasional
terkait kejahatan tertentu.

5. Kerja Sama Internasional: Karena kejahatan ini melibatkan transaksi lintas batas, penuntasan kasus
semacam ini sering memerlukan kerja sama internasional, baik dalam penyelidikan maupun
pengadilan. Ini menunjukkan relevansi dan kompleksitas masalah hukum internasional.

Penting untuk dicatat bahwa penanganan kejahatan semacam ini sering melibatkan kerja sama antara
negara-negara dan organisasi internasional dalam rangka mengidentifikasi, menyelidiki, dan mengadili pelaku
serta mengembalikan aset yang diperoleh secara korup dari negara asal. Dalam banyak kasus, ada perjanjian
internasional dan mekanisme yang memungkinkan penuntutan pelaku korupsi dan pengembalian dana yang
diperoleh secara tidak sah. Oleh karena itu, tindakan seperti yang dijelaskan dalam kutipan tersebut dapat
dianggap sebagai kejahatan internasional yang memerlukan tanggapan di tingkat internasional.

Anda mungkin juga menyukai