Tugas 1 Hukum Pidana Internasional
Tugas 1 Hukum Pidana Internasional
TUGAS 3
1. Verifikasi Hukum:
Saya akan memeriksa apakah perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Rusia
ada dan masih berlaku. Jika ada, saya akan memastikan bahwa semua
persyaratan dan prosedur yang tercantum di dalamnya telah dipenuhi.
5. Pertimbangan Politik:
Meskipun keputusan ekstradisi seharusnya didasarkan pada hukum, saya akan
mempertimbangkan apakah ada faktor politik yang dapat memengaruhi
keputusan tersebut. Namun, prinsip-prinsip hukum harus tetap menjadi
panduan utama.
6. Konsultasi Hukum:
Saya mungkin akan berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pihak
berwenang untuk mendapatkan pandangan hukum yang akurat dan
komprehensif.
Dasar hukum yang mungkin relevan dalam hal ini dapat melibatkan perjanjian
ekstradisi antara Indonesia dan Rusia, konvensi internasional tentang ekstradisi, serta
hukum nasional Rusia terkait proses ekstradisi. Pemenuhan prinsip-prinsip hak asasi
manusia dan keadilan adalah aspek kunci dalam pengambilan keputusan ekstradisi.
2.
International Criminal Court (ICC) memiliki yurisdiksi atas kejahatan perang, kejahatan terhadap
kemanusiaan, dan kejahatan genosida. Dalam kasus Israel dan Gaza, ICC mungkin mengklaim
yurisdiksi atas beberapa dasar:
1. Territorial Jurisdiction:
ICC dapat mengklaim yurisdiksi jika kejahatan tersebut terjadi di wilayah yang merupakan
bagian dari negara yang menjadi anggota ICC. Gaza adalah wilayah yang dikelola oleh
Palestina, yang telah bergabung dengan ICC pada tahun 2015.
2. Personal Jurisdiction:
Yurisdiksi pribadi ICC melibatkan individu yang diduga melakukan kejahatan. Jika individu-
individu Israel yang diduga terlibat dalam kejahatan perang berada dalam yurisdiksi ICC,
maka ICC dapat mengambil tindakan hukum terhadap mereka.
ICC memiliki dasar hukum yang jelas untuk mengambil bagian dalam dugaan kejahatan perang oleh
Israel di Gaza:
2. Delegated Jurisdiction:
ICC mungkin dapat mengklaim yurisdiksi melalui kuasa yang diberikan oleh Pihak Berwenang
Nasional, dalam hal ini, Palestina, yang merupakan anggota ICC.
3. Universal Jurisdiction:
ICC juga dapat mengklaim yurisdiksi berdasarkan prinsip yurisdiksi universal untuk kejahatan
perang yang dianggap sebagai kejahatan terhadap umat manusia secara keseluruhan, tanpa
memandang kewarganegaraan atau keanggotaan negara tertentu.
ICC akan memeriksa bukti dan argumen hukum untuk menentukan apakah kejahatan perang yang
diduga memang jatuh dalam yurisdiksi mereka dan apakah ada cukup bukti untuk mendukung
penuntutan.
3.
1. Adolf Hitler:
Adolf Hitler, sebagai pemimpin tertinggi Nazi Jerman, bertanggung jawab atas perencanaan dan
keputusan utama terkait Holocaust. Keterlibatannya dalam kebijakan rasial anti-Semitisme dan
otorisasi langsung terhadap program pembantaian membawa tanggung jawab utama pada dirinya.
Pemimpin tinggi Nazi, termasuk Heinrich Himmler, Reinhard Heydrich, dan Joseph Goebbels,
memiliki peran kunci dalam perencanaan dan pelaksanaan Holocaust. Himmler, sebagai kepala SS,
memiliki peran khusus dalam organisasi dan koordinasi operasional kamp-kamp konsentrasi.
Perwira militer dan birokratik di tingkat tinggi yang mendukung kebijakan anti-Semitisme dan
terlibat dalam pelaksanaannya, seperti Hermann Göring dan Hans Frank, juga memiliki tanggung
jawab. Mereka mendukung kebijakan dan mengimplementasikannya di wilayah yang mereka
kendalikan.
Birokrat dan aparat hukum yang mengeluarkan peraturan dan mendukung kebijakan anti-
Semitisme, termasuk Nuremberg Laws, juga dapat dianggap bertanggung jawab atas kontribusi
mereka dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya Holocaust.