Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : UCI SANTIKA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042427943

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4305/Hukum Pidana Internasional

Kode/Nama UPBJJ : 17/ UNIVERSITAS TERBUKA JAMBI

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.
Sebagai orang yang berwenang di Rusia dalam hal pelaksanaan ekstradisi, saya akan
melakukan analisis terhadap permintaan ekstradisi Sumanto dengan
mempertimbangkan beberapa faktor dan dasar hukum yang relevan. Beberapa
langkah yang mungkin diambil antara lain:

1. Verifikasi Hukum:
Saya akan memeriksa apakah perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Rusia
ada dan masih berlaku. Jika ada, saya akan memastikan bahwa semua
persyaratan dan prosedur yang tercantum di dalamnya telah dipenuhi.

2. Analisis Hukum Internasional:


Saya akan meninjau prinsip-prinsip hukum internasional terkait ekstradisi untuk
memastikan bahwa proses ekstradisi berada dalam kerangka hukum yang
sesuai dan adil.

3. Pengecekan Kriteria Ekstradisi:


Saya akan memeriksa apakah tindak pidana yang diduga dilakukan oleh
Sumanto di Indonesia juga merupakan tindak pidana di Rusia dan apakah
ekstradisi dapat dilakukan berdasarkan hukum Rusia.

4. Hak Asasi Manusia:


Saya akan memastikan bahwa hak asasi manusia Sumanto dilindungi selama
proses ekstradisi, termasuk hak untuk tidak disiksa, hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum, dan hak atas keadilan yang adil.

5. Pertimbangan Politik:
Meskipun keputusan ekstradisi seharusnya didasarkan pada hukum, saya akan
mempertimbangkan apakah ada faktor politik yang dapat memengaruhi
keputusan tersebut. Namun, prinsip-prinsip hukum harus tetap menjadi
panduan utama.

6. Konsultasi Hukum:
Saya mungkin akan berkonsultasi dengan penasihat hukum dan pihak
berwenang untuk mendapatkan pandangan hukum yang akurat dan
komprehensif.

Dasar hukum yang mungkin relevan dalam hal ini dapat melibatkan perjanjian
ekstradisi antara Indonesia dan Rusia, konvensi internasional tentang ekstradisi, serta
hukum nasional Rusia terkait proses ekstradisi. Pemenuhan prinsip-prinsip hak asasi
manusia dan keadilan adalah aspek kunci dalam pengambilan keputusan ekstradisi.
2.

a. Analisis Yurisdiksi ICC Terhadap Kejahatan di Gaza:

International Criminal Court (ICC) memiliki yurisdiksi atas kejahatan perang, kejahatan terhadap
kemanusiaan, dan kejahatan genosida. Dalam kasus Israel dan Gaza, ICC mungkin mengklaim
yurisdiksi atas beberapa dasar:

1. Territorial Jurisdiction:
ICC dapat mengklaim yurisdiksi jika kejahatan tersebut terjadi di wilayah yang merupakan
bagian dari negara yang menjadi anggota ICC. Gaza adalah wilayah yang dikelola oleh
Palestina, yang telah bergabung dengan ICC pada tahun 2015.

2. Personal Jurisdiction:
Yurisdiksi pribadi ICC melibatkan individu yang diduga melakukan kejahatan. Jika individu-
individu Israel yang diduga terlibat dalam kejahatan perang berada dalam yurisdiksi ICC,
maka ICC dapat mengambil tindakan hukum terhadap mereka.

3. Subject Matter Jurisdiction:


ICC dapat mengklaim yurisdiksi atas kejahatan perang yang melibatkan serangan yang
melanggar hukum humaniter internasional. Dalam hal ini, ICC harus membuktikan bahwa
serangan Israel di Gaza melibatkan pelanggaran aturan hukum humaniter internasional.

b. Dasar Yuridis ICC dalam Kasus Kejahatan Perang oleh Israel:

ICC memiliki dasar hukum yang jelas untuk mengambil bagian dalam dugaan kejahatan perang oleh
Israel di Gaza:

1. Ratifikasi Statuta Roma:


Israel tidak menjadi anggota ICC dan tidak meratifikasi Statuta Roma, yang merupakan dasar
hukum ICC. Namun, Palestina bergabung dengan ICC pada tahun 2015 dan meratifikasi
Statuta Roma. Oleh karena itu, ICC dapat mengklaim yurisdiksi atas kejahatan yang terjadi di
wilayah Palestina.

2. Delegated Jurisdiction:
ICC mungkin dapat mengklaim yurisdiksi melalui kuasa yang diberikan oleh Pihak Berwenang
Nasional, dalam hal ini, Palestina, yang merupakan anggota ICC.

3. Universal Jurisdiction:
ICC juga dapat mengklaim yurisdiksi berdasarkan prinsip yurisdiksi universal untuk kejahatan
perang yang dianggap sebagai kejahatan terhadap umat manusia secara keseluruhan, tanpa
memandang kewarganegaraan atau keanggotaan negara tertentu.

ICC akan memeriksa bukti dan argumen hukum untuk menentukan apakah kejahatan perang yang
diduga memang jatuh dalam yurisdiksi mereka dan apakah ada cukup bukti untuk mendukung
penuntutan.
3.

Pertanggungjawaban terhadap Holocaust melibatkan sejumlah pihak, dan tingkat


pertanggungjawaban dapat dibedakan berdasarkan perannya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
dukungan terhadap genosida tersebut. Berikut adalah analisis dan pendapat terkait
pertanggungjawaban komando dalam kasus Holocaust:

1. Adolf Hitler:

Adolf Hitler, sebagai pemimpin tertinggi Nazi Jerman, bertanggung jawab atas perencanaan dan
keputusan utama terkait Holocaust. Keterlibatannya dalam kebijakan rasial anti-Semitisme dan
otorisasi langsung terhadap program pembantaian membawa tanggung jawab utama pada dirinya.

2. Pemimpin Tinggi Nazi:

Pemimpin tinggi Nazi, termasuk Heinrich Himmler, Reinhard Heydrich, dan Joseph Goebbels,
memiliki peran kunci dalam perencanaan dan pelaksanaan Holocaust. Himmler, sebagai kepala SS,
memiliki peran khusus dalam organisasi dan koordinasi operasional kamp-kamp konsentrasi.

3. Perwira Militer dan Birokratik:

Perwira militer dan birokratik di tingkat tinggi yang mendukung kebijakan anti-Semitisme dan
terlibat dalam pelaksanaannya, seperti Hermann Göring dan Hans Frank, juga memiliki tanggung
jawab. Mereka mendukung kebijakan dan mengimplementasikannya di wilayah yang mereka
kendalikan.

4. Komandan Lapangan dan Pasukan Eksekusi:

Komandan lapangan dan pasukan eksekusi, seperti komandan SS di kamp-kamp konsentrasi,


memiliki tanggung jawab langsung atas eksekusi dan pembunuhan massal. Mereka harus
bertanggung jawab atas perintah yang diberikan kepada bawahannya.

5. Birokrat dan Aparat Hukum:

Birokrat dan aparat hukum yang mengeluarkan peraturan dan mendukung kebijakan anti-
Semitisme, termasuk Nuremberg Laws, juga dapat dianggap bertanggung jawab atas kontribusi
mereka dalam menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya Holocaust.

Pertanggungjawaban dapat mencakup kebijakan perundang-undangan, perencanaan, dan eksekusi.


Pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam pelaksanaan dan perencanaan genosida harus
bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. Proses pengadilan Nuremberg dan pendirian
Pengadilan Kejahatan Perang Internasional adalah upaya internasional untuk menegakkan
pertanggungjawaban atas kejahatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai