Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rizky Darmawan Rambe

NIM 11000121140548
Kelas :B
Mata Kuliah : Hukum dan Hak Asasi
Manusia Dosen Pengampu : Dr. Elfia Farida, S.H.,
M.Hum

MEKANISME PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM BERAT

Pelanggaran HAM yang berat merupakan serangkaian tindakan yang melanggar hak asasi
manusia secara serius dan meluas, sering kali dianggap sebagai kejahatan yang mengejutkan dan
tidak manusiawi. Pelanggaran semacam ini mencakup genosida, kejahatan terhadap
kemanusiaan, perang agresi, penyiksaan, pemerkosaan, penghilangan paksa, dan eksekusi tanpa
pengadilan yang adil. Genosida adalah tindakan sistematis untuk memusnahkan atau
menghancurkan kelompok etnis, agama, atau ras tertentu.
Kejahatan terhadap kemanusiaan mencakup serangkaian tindakan yang disengaja dan
meluas yang menyebabkan penderitaan atau kematian massal terhadap penduduk sipil. Perang
agresi merujuk pada invasi bersenjata yang melanggar hukum internasional. Penyiksaan, sebagai
bentuk perlakuan kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia, sering kali
digunakan untuk mendapatkan pengakuan atau informasi. Pemerkosaan dalam konteks
pelanggaran HAM meliputi kekerasan seksual yang sistematis selama konflik atau di luar
konflik. Penghilangan paksa mengacu pada penangkapan atau penahanan seseorang oleh pihak
berwenang tanpa proses hukum yang adil.
Eksekusi tanpa pengadilan yang adil merupakan pembunuhan yang dilakukan oleh
pemerintah atau kelompok yang tidak memberikan hak kepada individu untuk pengadilan yang
adil sebelum eksekusi. Pelanggaran HAM yang berat ini merusak martabat manusia, menebarkan
rasa ketidakadilan, dan menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi korban dan masyarakat
pada umumnya. Menegakkan keadilan dan menghormati hak asasi manusia menjadi sangat
penting untuk mencegah dan menanggulangi pelanggaran semacam ini demi kemanusiaan yang
lebih baik.
Penyelesaian pelanggaran HAM yang berat merupakan tantangan kompleks yang seringkali
melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga-lembaga internasional, pemerintah nasional,
organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Berikut adalah beberapa mekanisme yang
dapat digunakan untuk penyelesaian pelanggaran HAM yang berat:

I. PENGADILAN HAM
Pengadilan HAM adalah lembaga hukum yang didirikan untuk memeriksa, mengadili,
dan menegakkan keadilan dalam kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Tujuan utamanya adalah untuk menegakkan keadilan, memastikan pertanggungjawaban,
dan memberikan keadilan bagi korban pelanggaran HAM. Salah satu lembaga yang
memiliki yurisdiksi khusus untuk menangani kasus-kasus ini adalah Pengadilan Pidana
Internasional (International Criminal Court/ICC). Berikut adalah mekanisme
penyelesaian pelanggaran HAM berat yang melibatkan pengadilan HAM, terutama ICC.
ICC memiliki prosedur tertentu dalam menangani kasus-kasus pelanggaran HAM yang
berat:

Mekanisme Penyelesaian HAM Berat melalui ICC


A. Pengumpulan Informasi dan Penyelidikan
ICC dapat memulai penyelidikan secara mandiri atau merespons laporan dari negara
anggota, individu, atau organisasi yang menggambarkan kemungkinan adanya
kejahatan HAM yang masuk dalam yurisdiksinya. Proses ini melibatkan
pengumpulan informasi, bukti, dan wawancara untuk menentukan apakah ada cukup
bukti untuk mengadili kasus tersebut.
B. Penentuan Yurisdiksi
ICC memiliki kewenangan terbatas atas kasus-kasus yang masuk dalam
yurisdiksinya. Kewenangan ini terkait dengan kejahatan yang diatur oleh Statuta
Roma, yaitu genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan agresi.
Penentuan yurisdiksi ini dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam
Statuta Roma.
C. Pengadilan dan Pengadilan Banding
Jika ICC memutuskan untuk mengadili suatu kasus, proses peradilan dimulai.
Pengadilan akan memeriksa bukti-bukti yang disajikan oleh pihak penuntut dan
terdakwa. Setelah proses pengadilan selesai, terdapat proses banding jika salah satu
pihak tidak puas dengan keputusan pengadilan.
D. Eksekusi Putusan
Jika terdakwa dinyatakan bersalah, ICC tidak memiliki kekuatan penegakan untuk
mengeksekusi hukuman. Oleh karena itu, ICC bergantung pada negara-negara
anggota untuk menegakkan dan melaksanakan hukuman yang dijatuhkan.
E. Perlindungan Korban dan Saksi
ICC berkomitmen untuk melindungi korban, saksi, dan individu yang terlibat dalam
proses peradilan. Hal ini dapat mencakup penyediaan perlindungan fisik, psikologis,
dan keamanan bagi mereka yang terlibat dalam kasus tersebut.

Dasar Hukum ICC


1. Statuta Roma
2. Kontribusi Dokumen Internasional
3. Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

II. PENGADILAN HAM AD HOC


Mekanisme pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) ad hoc mengacu pada proses
yang melibatkan pendirian pengadilan khusus untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran
HAM yang serius dan luas. Mekanisme ini dapat berbeda-beda tergantung pada peristiwa
dan perjanjian yang melibatkan pembentukan pengadilan semacam itu. Namun, ada
beberapa elemen umum yang dapat diidentifikasi.

Berikut adalah beberapa mekanisme yang terlibat dalam pengadilan HAM ad hoc:
A. Pendirian Pengadilan Khusus
Pengadilan HAM ad hoc didirikan secara spesifik untuk menangani kasus-kasus
pelanggaran HAM yang terjadi dalam konteks tertentu, seperti konflik bersenjata atau
kejadian yang melibatkan pelanggaran HAM yang luas dan sistematis. Proses
pendiriannya biasanya melibatkan resolusi atau keputusan oleh lembaga internasional
seperti Dewan Keamanan PBB atau oleh negara-negara yang terlibat.
B. Yurisdiksi Khusus
Pengadilan HAM ad hoc memiliki yurisdiksi khusus untuk mengadili kejahatan
tertentu yang termasuk dalam mandatnya. Misalnya, kejahatan terhadap kemanusiaan,
genosida, kejahatan perang, atau kejahatan lain yang serius yang meresahkan
masyarakat internasional.
C. Penyelidikan dan Pengumpulan Bukti
Proses ini melibatkan pengumpulan bukti-bukti, informasi, dan saksi untuk
memperkuat kasus-kasus yang akan diajukan ke pengadilan. Biasanya, ada unit
khusus penyelidikan yang ditugaskan untuk tugas ini.
D. Pengadilan dan Proses Hukum
Setelah penyelidikan selesai, kasus-kasus tersebut diajukan ke pengadilan. Proses
hukum dimulai dengan pendakwaan terhadap individu atau kelompok yang diduga
terlibat dalam pelanggaran HAM. Pengadilan ad hoc ini menjalankan proses hukum
sesuai dengan aturan, prosedur, dan prinsip-prinsip hukum yang berlaku.
E. Keadilan dan Pertanggungjawaban
Pengadilan HAM ad hoc bertujuan untuk memastikan keadilan bagi korban
pelanggaran HAM dan memastikan pertanggungjawaban bagi pelaku kejahatan.
Putusan yang dijatuhkan oleh pengadilan ad hoc bisa berupa hukuman penjara atau
sanksi lainnya tergantung pada kasus yang dihadapi.
F. Perlindungan Saksi dan Korban
Sistem pengadilan HAM ad hoc juga mencakup perlindungan bagi saksi dan korban
yang memberikan kesaksian atau terlibat dalam proses peradilan untuk memastikan
keamanan dan kesejahteraan mereka.

Dasar Hukum Pengadilan Ad Hoc


Dasar hukum dari pengadilan ad hoc untuk mengadili pelanggaran HAM bervariasi
tergantung pada kasusnya. Pengadilan semacam ini sering kali didirikan berdasarkan
instrumen hukum atau keputusan khusus yang menetapkan yurisdiksi dan kewenangan
pengadilan tersebut.
Contoh dasar hukum untuk pembentukan pengadilan HAM ad hoc adalah:
A. Resolusi Dewan Keamanan PBB
Pengadilan HAM ad hoc seperti Pengadilan Internasional untuk bekas Yugoslavia
(ICTY) dan Pengadilan Internasional untuk Rwanda (ICTR) didirikan melalui
resolusi Dewan Keamanan PBB. Resolusi semacam itu menetapkan dasar hukum
untuk pendirian pengadilan, memberikan mandat untuk mengadili kasus-kasus
pelanggaran HAM yang terjadi dalam konteks tertentu.
B. Perjanjian Khusus antara Negara-negara
Beberapa pengadilan ad hoc dapat didirikan berdasarkan perjanjian khusus antara
negara-negara yang terlibat atau resolusi dari organisasi internasional seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Mahkamah Internasional.
C. Instrumen Hukum Internasional
Prinsip-prinsip hukum internasional, seperti hukum humaniter internasional,
konvensi, dan perjanjian internasional, dapat menjadi dasar hukum untuk pengadilan
HAM ad hoc dalam menegakkan keadilan dan pertanggungjawaban atas pelanggaran
HAM yang serius.
D. Statuta Pengadilan
Dalam beberapa kasus, pengadilan ad hoc memiliki statuta atau undang-undang dasar
yang menetapkan struktur organisasi pengadilan, yurisdiksi, prosedur, dan kewenangan
hukum yang dipegang oleh pengadilan tersebut.

Contoh Pengadilan HAM Ad Hoc


1. Pengadilan untuk Bekas Yugoslavia (International Criminal Tribunal for the former
Yugoslavia/ICTY)
2. Pengadilan untuk Rwanda (International Criminal Tribunal for Rwanda/ICTR)

III. KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI


Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Truth and Reconciliation Commission -
TRC) adalah lembaga yang memiliki peran krusial dalam proses rekonsiliasi nasional
setelah periode konflik bersenjata, rezim otoriter, atau masa lalu yang kelam terkait
dengan pelanggaran hak asasi manusia. Fokus utamanya adalah mengungkap kebenaran
tentang
kejadian-kejadian yang terjadi, terutama kasus-kasus pelanggaran HAM yang melibatkan
kekerasan sistematis, pembantaian massal, penyiksaan, atau kejahatan serius lainnya.
Melalui proses penyelidikan yang menyeluruh, TRC memberikan platform bagi
korban, pelaku, dan saksi untuk berbicara dan memberikan kesaksian mereka. Partisipasi
dari berbagai pihak ini penting untuk membuka jendela terhadap kebenaran yang
sebenarnya dan membangun pemahaman bersama tentang masa lalu yang kelam. Salah
satu aspek yang khas dari TRC adalah pemberian kesempatan bagi pelaku untuk
memberikan kesaksian secara terbuka dengan harapan mendapatkan pengampunan atau
keringanan hukum atas keterlibatan mereka, dengan syarat mereka bersedia untuk
berbicara secara jujur dan kooperatif dengan proses komisi.
Selain mengungkap kebenaran, TRC juga berperan dalam memberikan
rekomendasi kepada pemerintah atau lembaga terkait mengenai langkah-langkah yang
dapat diambil untuk memperbaiki situasi, memberikan kompensasi kepada korban,
mencegah terulangnya pelanggaran HAM, serta mempromosikan rekonsiliasi yang
berkelanjutan. Pentingnya TRC tidak hanya terletak pada penyelidikan dan
pengungkapan kebenaran, tetapi juga dalam membuka ruang bagi rekonsiliasi antar-
individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan. Melalui prosesnya, TRC
berupaya membangun jembatan antara masa lalu yang kelam dengan masa depan yang
lebih damai, adil, dan berdasarkan pada kebenaran serta penghormatan terhadap hak asasi
manusia. Meskipun tidak tanpa kontroversi dan kritik, peran TRC dalam menyembuhkan
luka-luka masa lalu dan membangun fondasi bagi masyarakat yang lebih baik merupakan
langkah penting menuju perdamaian dan rekonsiliasi yang berkelanjutan.

Mekanisme Penyelesaian HAM Berat melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi


Mekanisme penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat melalui
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Truth and Reconciliation Commission - TRC)
melibatkan serangkaian langkah penting yang bertujuan untuk mengungkap kebenaran,
memfasilitasi rekonsiliasi, dan mengatasi masa lalu yang kelam dengan cara yang
berbasis pada keadilan dan perdamaian. Berikut adalah beberapa mekanisme utama yang
terlibat:
A. Penyelidikan dan Pengumpulan Informasi
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi melakukan penyelidikan menyeluruh terkait
dengan pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu. Proses ini mencakup
pengumpulan informasi, dokumen, laporan, dan kesaksian dari berbagai sumber
seperti korban, saksi, dan dokumentasi terkait.
B. Mendengarkan Kesaksian dan Menyelenggarakan Pertemuan Publik
TRC memberikan kesempatan bagi korban, pelaku, dan saksi untuk memberikan
kesaksian mereka tentang kejadian yang terjadi. Pertemuan publik diadakan untuk
mendengarkan cerita dan pengalaman individu serta memberikan ruang bagi
penyembuhan dan pengampunan.
C. Pemberian Ampun atau Keringanan Hukum
Beberapa TRC menawarkan proses pemberian ampun atau keringanan hukum bagi
pelaku yang bersedia memberikan kesaksian yang jujur. Hal ini bertujuan untuk
mendorong kejujuran tanpa menghambat proses hukum formal.
D. Membuat Laporan dan Rekomendasi
Setelah proses penyelidikan selesai, TRC membuat laporan yang berisi temuan-
temuan dan rekomendasi. Rekomendasi ini dapat mencakup langkah-langkah untuk
memperbaiki situasi, memberikan kompensasi kepada korban, mencegah terulangnya
pelanggaran HAM, dan mempromosikan rekonsiliasi.
E. Implementasi Rekomendasi
Implementasi rekomendasi dari TRC menjadi kunci penting. Pemerintah atau
lembaga terkait perlu mempertimbangkan dan menerapkan rekomendasi yang dibuat
oleh TRC untuk mencapai tujuan rekonsiliasi dan perbaikan situasi HAM di masa
depan.
F. Pendidikan dan Kesadaran Publik
TRC juga berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masa lalu
yang kelam, pentingnya perdamaian, dan pentingnya menghormati HAM. Ini bisa
melalui program pendidikan, kampanye informasi publik, dan kegiatan lainnya.

Dasar Hukum Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi


1. Undang-Undang atau Perjanjian Pembentukan
2. Hukum Internasional HAM
3. Undang-Undang No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
Contoh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
1. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan (Truth and Reconciliation
Commission/TRC)
2. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor-Leste

Dengan dasar hukum yang kuat, mekanisme penyelesaian pelanggaran HAM


yang berat melalui pengadilan HAM, pengadilan HAM Ad Hoc, dan Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban pelanggaran HAM
serta mencegah terjadinya pelanggaran HAM di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai