PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan globalisasi saat ini telah memberikan berbagai macam
kemudahan dalam kerjasama dan hubungan internasional antar negara-negara di dunia, baik
dalam bidang ekonomi dan perdagangan, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Namun
di sisi lain juga telah mempermudah jalan bagi para pelaku kejahatan untuk memperluas aksinya.
Dewasa ini perkembangan kejahatan tidak lagi berada di dalam lingkup wilayah suatu negara
saja, akan tetapi telah melampaui batas-batas wilayah negara-negara lainnya. Beberapa bulan
terakhir kita tentu tidak asing dengan nama Nasaruddin dan Nunun Nurbaetie yang menjadi
headline di beberapa media massa di Indonesia karena mereka menjadi buronan KPK dan
melarikan diri ke luar negeri, meskipun pada akhirnya mereka dapat ditangkap berkat bantuan
interpol asing.
1
Romli Atmasasmita, Tindak Pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya
Bhakti, Bandung, 1997, hal 27.
2
Nuswantoro Dwiwarno, Materi Perkuliahan Hukum Pidana Internasional, UNDIP, Semarang.
1
Karena modus serta akibat dari kejahatan-kejahatan telah melampaui lebih dari satu
wilayah negara, maka dari itu dibentuklah suatu organisasi antar kepolisian antar negara yang
disebut dengan International Criminal Police Organization (ICPO). ICPO merupakan suatu
organisasi internasional yang bergerak dalam bidang penanggulangan kejahatan internasional.
ICPO sendiri lebih dikenal dengan nama Interpol, namun Interpol bukan merupakan singkatan
dari International Police karena memang tidak ada yang namanya Polisi Internasional atau Polisi
Dunia dalam hukum internasional sejauh ini. ICPO sendiri saat ini telah bermarkas di Lyon
(Prancis) dan telah beranggotakan 190 negara sampai saat ini.
Untuk untuk pencarian dan penangkapan pelaku kejahatan yang melarikan diri ke luar
negeri, selama ini dilakukan oleh Polri dan Kejaksaan melalui kerjasama ICPO. Apabila buronan
tersebut tertangkap di negara lain maka untuk pengembaliannya ke Indonesia harus ditempuh
melalui proses ekstradisi.
Ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta penyerahan
seseorang yang disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara
yang menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut,
karena berwenang untuk mengadili dan memidananya.3 Penyerahan atau ekstradisi pelaku
kejahatan dari negara yang diminta kepada negara peminta sering mengalami kendala atau tidak
dapat dilakukan karena alasan belum ada perjanjian ekstradisi. Banyak negara, terutama negara-
negara Eropa, sesuai dengan undang-undang nasional negara mereka, ekstradisi hanya dapat
dilakukan jika negara peminta dan negara mereka telah mempunyai perjanjian ekstradisi.
3
Pasal 1 Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi.
2
A. Bagaimanakah kedudukan ICPO dalam hukum internasional ?
B. Apa tujuan dari dibentuknya ICPO dan fungsi ICPO bagi masyarakat internasional ?
C. Bagaimana peranan ICPO dalam ekstradisi ?
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1. Kedudukan ICPO dalam Hukum Internasional
Mengingat modus operandi kejahatan yang telah berkembang, dimana seorang tersangka
setelah melakukan kejahatan di suatu negara tertentu, dapat melarikan diri melampaui batas
wilayah negara sehingga sulit untuk melakukan penangkapan. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, perlu dilakukan kerjasama dengan negara lain. Melihat banyaknya permasalahan yang
timbul, kita menyadari betapa sangat pentingnya kerjasama antar negara atau kerjasama antar
kepolisian dalam penyidikan kejahatan. Alasan inilah yang menjadi titik tolak lahirnya organisasi
internasional yang bergerak dalam upaya penanggulangan kejahatan internasional, yaitu dengan
lahirnya ICPO.
International Criminal Police Organization atau yang lebih dikenal dengan alamat
telegraf listriknya, Interpol, adalah organisasi yang dibentuk untuk mengkoordinasikan
kerjasama antar kepolisian di seluruh dunia. Jadi, Interpol bukan merupakan singkatan dari
International Police, tetapi merupakan kata sandi yang dipergunakan dalam komunikasi
internasional antar anggota.
Sebagai titik tolak, perlu diteliti apakah ICPO itu adalah “Polisi Internasional” atau
“Polisi Dunia”, untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka kita tinjau dari 3 (tiga) aspek, yaitu:
Sebagaimana diketahui arti istilah polisi harus dibedakan antara “polisi sebagai fungsi”
dan “polisi sebagai “organ”. Polisi sebagai tugas pada pokoknya menunjuk pada tugas untuk
menjamin ditaatinya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga dapat dipelihara dan
dijamin keamanan dan ketertiban dalam masyarakat tersebut. Sedangkan polisi sebagai organ,
menunjuk pada organ di dalam masyarakat atau negara yang mempunyai tugas sebagaimana
disebut di atas, yang di dalam hal-hal tertentu diberi wewenang untuk melakukan tindakan-
tindakan yang bersifat memaksa. Dari gambaran tersebut, kiranya jelas tidak dapat dipisahkan
antara polisi sebagai tugas maupun sebagai organ dengan masyarakat atau dengan perkataan lain
tidak mungkin adanya masyarakat tanpa polisi.
4
b. Karakteristik Masyarakat Internasional
Dalam hubungan dengan teori-teori tersebut di atas yang pada umumnya merupakan
pendapat para sarjana hukum internasional mengenai karakteristik masyarakat internasional
antara lain dapat ditonjolkan :5
4
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional , Bandung : PT Alumni, 2003, hal. 36.
5
Jawahir Thontowi & Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung : Refika Aditama, 2007, hal.
42.
5
Dapat dikemukakan bahwa berdasarkan Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah
Internasional, maka sumber hukum internasional terdiri dari :6
Dilihat dari uraian tersebut di atas, maka jelas ada perbedaan dalam pengertian dan
hubungannya antara hukum dan masyarakat serta hukum internasional, sehingga jelas dalam
skala internasional tidak mungkin ada “polisi internasional”. Dengan demikian ICPO tidak dapat
diartikan sebagai polisi internasional atau polisi dunia.7
Leroy Bennet, mengemukakan ada 5 ciri-ciri yang dimiliki oleh organisasi internasional
sebagai pembatasan apa yang dimaksud dengan organisasi internasional, yaitu :8
6
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1989, hal. 43.
7
Sardjono, Kerjasama Internasional di Bidang Kepolisian, NCB Indonesia, Jakarta, 1996, hal. 4.
8
Ibid.hal.52
6
2) Keanggotaan yang sukarela dari pihak-pihak yang memenuhi syarat;
3) Anggaran dasar yang berisi tujuan, struktur dan cara-cara bertindak;
4) Badan perwakilan, konsultatif dan perundingan yang bersifat luas;
5) Sekretariat permanen untuk melaksanakan fungsi administratif, penelitian dan
informasi yang berkesinambungan.
Sama hal sebagai subjek hukum internasional, sama seperti negara, tidak semua negara
dapat menjadi subjek hukum internasional. Demikian juga dengan organisasi internasional.
Tidak semua organisasi internasional dapat menjadi subjek hukum internasional. Untuk menjadi
subjek hukum internasional, suatu organisasi internasional haruslah memenuhi persyaratan
tertentu, yaitu : 9
1) Harus dapat dibuktikan bahwa organisasi internasional tersebut mempunyai hak dan
kewajiban menurut hukum internasional yang dapat dilihat dari perjanjian yang
menjadi dasar terbentuknya organisasi tersebut;
2) Harus dilihat perkembangan organisasi tersebut dalam masyarakat internasional;
3) Bentuk atau susunan organisasi internasional tersebut apakah memiliki sekretariat
jenderal dan lain-lain;
4) Organisasi internasional tersebut tidak boleh bertentangan dengan piagam PBB.
Setelah melihat uraian tentang ciri-ciri dari organisasi internasional di atas, maka dapat
dikatakan bahwa ICPO adalah salah satu organisasi internasional. Kedudukan ICPO sebagai
organisasi internasional telah diakui oleh masyarakat internasional. ICPO merupakan organisasi
internasional terbesar kedua setelah PBB dengan 188 negara anggota. Sesuai dengan persyaratan
yang dikemukakan oleh Leroy Bennet, maka ICPO adalah organisasi internasional yang bersifat
permanen, dibentuk oleh negara-negara secara sukarela yang memiliki anggaran dasar atau
konstitusi yang memuat mengenai tujuan dan struktur organisasi tersebut. ICPO juga memiliki
badan perwakilan dan sekretariat permanen yang melaksanakan fungsi administratif , penelitian
dan informasi yang berkesinambungan.
9
Bowett, D.W., Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1991, hal 5.
7
Kekuasaan tertinggi dalam organisasi ICPO terletak pada Majelis Umum dan Komite
Eksekutif, organ ini memberikan pertimbangan dan mempunyai kekuasaan untuk mengambil
keputusan dan melaksanakan pengawasan. Selain itu juga mengadakan pertemuan secara
berkala. Departemen-departemen terdapat pada Sekretariat Jenderal yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan keputusan-keputusan dan rekomendasi yang telah disahkan oleh organ
tertinggi tersebut serta mempunyai hubungan yang erat dengan masing-masing NCB dari negara
anggota dalam rangka melaksanakan kerjasama kepolisian. NCB merupakan badan nasional
yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara negara anggota dan Sekretariat Jenderal.
Berdasarkan Pasal 5 Anggaran Dasar ICPO, maka struktur organisasi ICPO adalah
sebagai berikut :
Majelis Umum terdiri dari delegasi-delegasi yang ditunjuk oleh pemerintah negara-
negara anggota. Majelis umum adalah badan tertinggi dari Interpol yang mengambil keputusan-
keputusan utama seperti kebijaksanaan umum, sumber daya yang diperlukan untuk kerjasama
internasional, metode kerja, keuangan dan program kegiatan. Majelis umum juga memilih
pejabat-pejabat organisasi. Secara umum, Majelis Umum mengambil keputusan melalui
mayoritas sederhana dalam bentuk rekomendasi atau resolusi. Setiap negara anggota memiliki
satu suara. Untuk lebih memahami fungsi dari Majelis Umum, maka dapat kita lihat dalam Pasal
8 Anggaran Dasar ICPO-Interpol , yaitu :10
10
,Constitution and General Regulations , diakses pada tanggal 13 April 2017.
8
e. Untuk memilih pejabat dalam melaksanakan tujuan seperti yang disebutkan dalam
konstitusi;
f. Untuk mengambil keputusan dan membuat rekomendasi kepada negara-negara
anggota tentang hal-hal yang merupakan fungsi dari organisasi;
g. Untuk memeriksa dan menyetujui setiap perjanjian yang dibuat dengan organisasi
lain.
Komite eksekutif memiliki 13 anggota yang dipilih oleh Majelis Umum dari para delegasi
negara-negara anggota. Presiden dari organisasi dipilih untuk masa jabatan 4 tahun. Ia
memimpin Majelis Umum dan sidang Komite Eksekutif, menjamin pelaksanaan keputusan yang
telah diambil oleh organisasi dan melaksanakan hubungan yang erat dengan Sekretariat Jenderal.
3 orang wakil presiden dan 9 anggota luar biasa, yang dipilih untuk masa jabatan 3 tahun. Ketiga
belas anggota Komite Eksekutif tersebut dipilih berdasarkan keseimbangan geografi dan harus
dari negara yang berbeda-beda. Komite Eksekutif mengadakan pertemuan 3 kali setahun untuk
menjamin pelaksanaan keputusan organisasi, menyusun agenda sidang umum, menyetujui
program kegiatan dan rencana anggaran sebelum diajukan kepada Majelis Umum dan
mengadakan pengawasan terhadap manajemen Sekretariat Jenderal.
Sekretariat Jenderal adalah badan administratif dan teknik yang bersifat tetap dan melalui
badan-badan inilah kegiatan Interpol dilaksanakan. Badan ini melaksanakan keputusan yang
diambil dalam sidang umum dan Komite Eksekutif melaksanakan dan mengkoordinasikan
kegiatan dalam rangka penanggulangan kejahatan internasional, membangun pusat informasi
tentang penjahat dan kejahatan serta melaksanakan hubungan dengan lembaga-lembaga baik
nasional maupun internasional. Sekretariat Jenderal dipimpin oleh sekretaris jenderal dan dibantu
oleh personil bidang teknik dan administratif, yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
organisasi.
9
4) Biro Pusat Nasional (National Central Bureau)
Dalam usaha memecahkan masalah-masalah ini diputuskan bahwa pemerintah dari tiap-
tiap negara anggota harus mengangkat suatu lembaga kepolisian permanen untuk bertindak
sebagai NCB-Interpol untuk melaksanakan kerjasama internasional. Pengangkatan NCB di setiap
negara anggota ditentukan dalam konstitusi ICPO yang terdapat pada Pasal 31-33. Tugas utama
dari NCB adalah menjamin pertukaran informasi secara internasional dalam rangka pencegahan
dan penyidikan kejahatan. Dalam banyak kasus, lembaga yang dipilih adalah lembaga tingkat
tinggi dengan kekuasaan luas yang mampu menjawab setiap permintaan dari Sekjen atau dari
NCB lain. Staf NCB adalah anggota polisi dari masing-masing negara atau pegawai pemerintah
yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan undang-undang negara yang bersangkutan.
Kegiatan-kegiatan NCB dapat dirinci sebagai berikut :
10
5) Penasehat ( Advisers)
Untuk membantu kasus-kasus khusus, Interpol dapat berkonsultasi dengan para penasehat
yang diangkat oleh Komite Eksekutif. Para penasehat ini bertugas selama 3 tahun dan merupakan
orang-orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing yang dapat berguna bagi kepentingan
organisasi.
Komisi ini merupakan badan yang independen yang bertugas untuk :11
11
www.interpol.int , Interpol’s Structure, diakses pada tanggal 13 April 2017.
12
Nuswantoro Dwiwarno, Materi Perkuliahan Hukum Pidana Internasional, UNDIP, Semarang.
11
menjadi anggota dalam lingkungan batas-batas masing-masing negara, dengan
semangat “Pernyataan bersama tentang Hak–hak asasi manusia” (Unversal
Declaration of Human Rights )
b. Mendirikan atau memperkembangkan semua badan-badan yang efektif akan dapat
membantu mencegah dan memberantas kejahatan.
Sesuai dengan pendirian keorganisasian ICPO, maka fungsi ICPO dapat dibedakan dalam
dua fungsi yaitu :13
Bidang pemberantasan kejahatan internasional dilakukan dalam tiga bidang yang berlainan
namun ketiganya saling melengkapi satu sama lainnya, yaitu :
Keterangan polisi ini harus ditafsirkan secara luas yaitu menyangkut keterangan
polisi baik yang bersifat preventif dan represi
Peranan Interpol / ICPO dalam ekstradisi ini secara tegas juga diatur dalam perjanjian
ekstradisi antara Indonesia dengan Australia l994, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 sebagai
berikut :
13
Nuswantoro Dwiwarno, Materi Perkuliahan Hukum Pidana Internasional, UNDIP, Semarang.
12
yang dicari, sementara menunggu disampaikannya permintaan ekstradisi melalui
saluran diplomatik. “
2. Permintaan tersebut harus memuat uraian tentang orang yang dicari, pernyataan yang
menyatakan bahwa permintaan ekstradisi akan disampaikan melalui saluran
diplomatik, pernyataan mengenai adanya salah satu dokumen yang disebutkan dalam
ayat 2 Pasal 1 yang memberikan wewenangan untuk menahan orang tersebut,
pernyataan mengenai hukuman yang dapat dijatuhkan atau yang telah dijatuhkan atas
kejahatan itu, jika diminta oleh Negara diminta, pernyataan singkat mengenai
perbuatan atau kealpaan yang diduga merupakan kejahatan;
3. Setelah menerima permintaan tersebut Negara yang Diminta wajib mengambil
tindakan tindakan yang diperlukan untuk menjamin penahanan orang yang dicari dan
Negara Peminta secepatnya akan diberitahu mengenai hasil permintaan tersebut;
4. Seseorang yang ditahan berdasarkan permintaan tersebut dapat dibebaskan sesudah
waktu 45 hari terhitung sejak tanggal penahannya jika permintaan ekstradisi yang
dilengkapi dokumen yang ditentukan Pasal 11 belum diterima;
5. Ayat 4 Pasal ini tidak akan menghalangi dilaksanakannya tata cara untuk
mengekstradisi orang yang dicari itu jika permintaan diterima sesudah itu.
Dalam bidang kerjama internasional peranan Interpol ICPO antara lain untuk melakukan
pertukaran informasi, sebab interpol sebenarnya bukan merupakan badan yang bertugas
melakukan penahanan atau penyidikan terjhadap orang yang melakukan kejahatan. Pelaksanaan
tugas interpol dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
14
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1994
13
a. Biro Pusat Nasional (National Central Bureau) atau NCB yang bertugas khusus
penyelenggara hubungan dengan badan-badan lain yang serupa di masing-masing
negara. NCB di suatu negara bertugas membantu Polri dalam pelacakan terhadap
orang yang dicari ;
b. Sekretaris Jendral sebagai badan yang menampung semua informasi dari NCB-NCB
di masing-masing negara yang kemudian menginformasikan pada semua anggota-
anggotanya di setiap negara.
Sedangkan tugas dari NCB-Interpol Indonesia sendiri secara khusus adalah sebagai
penyelenggara kerjasama/ koordinasi melalui wadah ICPO Interpol dalam rangka mendukung
upaya penanggulangan kejahatan internasional/ transnasional dan kegiatan ”peace keeping
operation” dibawah bendera PBB serta menyelenggarakan kerjasama internasional/ antar negara
dalam rangka mendukung pengembangan Polri. Dalam melaksanakan tugas tersebut, maka Set
NCB-Interpol Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut :15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
15
http//:www.interpol.go.id, Tugas dan Fungsi NCB-Interpol Indonesia, Diakses pada 13 April 2017
14
Dari beberapa penjelasan yang sudah di paparkan kita dapat mengambil poin dan kesimpulan
penting yaitu sebagai berikut :
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa, dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Dengan
demikian, kiranya ke depan ada studi lanjut yang dapat memaparkan kembali pengetahuan
mengenai ICPO.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
15
Agusman, Damos Dumoli, Hukum Perjanjian Internasional Kajian Teori & Praktik Indonesia,
Bandung : Refika Aditama, 2010.
Atmasasmita, Romli, Pengantar Hukum Pidana Internasional, Bandung : Refika Aditama, 2000.
Atmasasmita, Romli, Tindak Pidana Narkotika Transnasional dalam Sistem Hukum Pidana
Indonesia, Bandung : Citra Adtya Bakti, 1997.
Starke, J.G, Pengantar Hukum Internasional, Jilid I Edisi Kesepuluh, Jakarta : Sinar Grafika,
1989.
Thontowi, Jawahir & Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung : Refika
Aditama, 2007.
Internet
http//:www.interpol.go.id
http://www. interpol.int
16