Anda di halaman 1dari 3

he International Criminal Police Organization atau Interpol didirikan pada tahun 1923 dan kini

bermarkas di Lyon, Perancis. Interpol merupakan organisasi kepolisian internasional terbesar di


dunia. Sebagian besar negara di dunia adalah anggota Interpol. Organisasi ini memungkinkan
penegak hukum dari berbagai negara untuk bekerja sama. Interpol juga menyediakan bantuan
teknis dan informasi terpusat untuk membantu kemudahan menyingkap berbagai jenis
kejahatan.

Interpol memiliki 2 tujuan yaitu:


Memastikan dan mempromosikan seluas-luasnya hubungan saling membantu antara seluruh
kepolisian yang berwenang dalam batas hukum yang ada di negara-negara yang berbeda dan
dalam semangat Universal Declaration of Human Rights.
Mendirikan dan mengembangkan semua institusi yang berkontribusi secara efektif untuk
pencegahan dan penekanan kejahatan hukum biasa. Tak jarang, ada kasus di mana negara
meminta bantuan ke Interpol dalam melacak dan menemukan seseorang yang dicari di
negaranya yang melarikan diri ke negara lain sehingga perlu upaya ekstradisi.

Organisasi ini memiliki empat fungsi utama yaitu :


Pertama, menyediakan layanan komunikasi polisi global. Komunikasi global memungkinkan
kepolisian dari negara-negara anggota untuk meminta dan mengirimkan informasi. Hal ini akan
membuat otoritas kepolisian memiliki cara efisien untuk berbagi dan mengakses informasi.
Fungsi inti kedua Interpol adalah memelihara dan memperbarui database yang dapat diakses
dan digunakan oleh otoritas kepolisian internasional.Database ini berisi berbagai informasi
termasuk daftar individu yang dicari, daftar dokumen yang dicuri, dan tren pemalsuan.
Fungsi inti ketiga Interpol adalah memberikan dukungan dalam situasi darurat atau berkaitan
dengan kejahatan yang diidentifikasi sebagai prioritas. Sebagai contoh, pada tahun 2009,
Interpol terlibat membantu mengatur dan melaksanakan sebuah operasi untuk membantu anak-
anak yang terlibat dalam kerja paksa di perkebunan kakao di Afrika Barat.
Fungsi inti keempat organisasi ini adalah membantu negara-negara anggota membangun dan
memperbaiki kemampuan kepolisian mereka.

Interpol berperan pula dalam proses ekstradisi antar negara di mana jika negara yang diminta
dan meminta tidak memiliki perjanjian ekstradisi sebelumnya dapat mengajukan permohonan
ke Interpol untuk memohonkan penahanan dan ekstradisi ke negara yang diminta. Dalam
konteks globalisasi dan perdagangan bebas, kejahatan lintas negara semakin meningkat. Oleh
karena itu, kerja sama internasional melalui organisasi seperti INTERPOL dan ekstradisi
menjadi semakin penting untuk memperkuat penegakan hukum dan keadilan di seluruh dunia.

Ekstradisi adalah suatu proses formal dimana seorang pelaku kejahatan diserahkan kepada
suatu negara tempat kejahatan dilakukan untuk diadili atau menjalani hukuman. Tidak ada
suatu ketentuan umum hukum internasional yang mewajibkan negara untuk mengikatkan diri ke
dalam perjanjian ekstradisi baik atas dasar suatu prinsip resiprositas (hubungan timbal balik
yang sama). Ekstradisi merupakan salah satu bentuk kerjasama internasional dalam mengatasi
kejahatan. Ekstradisi adalah proses resmi dimana suatu negara memindahkan seorang yang
diduga atau dihukum pidana ke negara lain. Kerjasama internasional harus didasarkan pada
kesepakatan dan dilakukan melalui hubungan diplomatik. Ekstradisi diatur dalam hukum
internasional dan hukum nasional setiap negara.

Dalam konteks hukum internasional, konvensi yang dapat dikatakan memberikan landasan bagi
pengembangan ekstradisi sebagai instrument kerjasama penegakan hukum, pencegahan dan
pemberantasan kejahatan adalah Konvensi PBB tentang Kejahatan Transnasional (United
Nations Convention against Transnational Organized Crime , disingkat UNTOC) yang
ditandatangani di Palermo, Italia pada tahun 2000 dan Konvensi PBB tentang Anti Korupsi
(United Nations Convention against Corruption, disingkat UNCAC) yang ditandatangani di
Merida, Meksiko pada tahun 2003.Kedua Konvensi Internasional tersebut merupakan tonggak
perkembangan ekstradisi sebagai Instrumen dalam Upaya Penegakan Hukum mengingat
jumlah negara yang menandatangani dan meratifikasi kedua Konvensi terbilang cukup besar,
Kedua Konvensi Internasional menyatakan bahwa dalam hal sebuah negara mengatur ekstadisi
hanya dapat dilaksanakan berdasarkan perjanjian, maka negara tersebut pada saat ratifikasi
konvensi tersebut, dapat menganggap konvensi tersebut sebagai perjanjian ekstradisi dengan
negara-negara pihak lainnya. Di dalam UNTOC masalah ekstradisi diatur di dalam Pasal 16 dan
masalah ekstradisi diatur dalam Pasal 44 UNCAC.

Sedangkan dalam hukum nasional Indonesia, ekstradisi diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1979 tentang Ekstradisi.
Definisi ektradisi menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 tentang Ekstradisi:
“Penyerahan oleh suatu negara kepada negara yang meminta penyerahan seseorang yang
disangka atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang
menyerahkan dan di dalam yurisdiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut,
karena berwenang untuk mengadili dan memidananya.”

Agar ekstradisi bisa terlaksana dengan baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat
dalam perjanjian ekstradisi yang diselenggarakan pemerintah Republik Indonesia tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1979 Tentang Ekstradisi, yaitu: Ekstradisi atas dasar
Perjanjian dan Ekstradisi atas dasar Hubungan Baik atau Treaty and Agreement (Pasal 2 Ayat
(1) dan (2) UndangUndang Ekstradisi), Prinsip Kejahatan Rangkap atau Double Criminality
(Pasal 4 Ayat (1) dan (2) Undang-Undnag Ekstradisi), Prinsip Tidak menyerahkan Pelaku Politik
atau Non Extradition of Political Criminal (Pasal 5 Ayat (1), (2), (3), dan (4) Undang-Undang
Ekstradisi), Prinsip Tidak Menyerahkan Warga Negara atau Non Extradition Nationality (Pasal 7
Ayat (1) Undnag-Undang Ekstradisi), Prinsip Tempat Melakukan Kejahatan atau Lex Loci
Delictus (Pasal 8 Undang-Undang Ekstradisi), Prinsip Penolakan Ekstradisi karena Orang yang
diminta sedang diproses di Indonesia (Pasal 9 Undang-Undang Ekstradisi), Prinsip Non bis in
idem (Pasal 10 Undang-Undang Ekstradisi), Prinsip Kedaluwarsa (Pasal 12 Undang-Undang
Ekstradisi), Prinsip Capital Punishment (Pasal 13 Undang-Undang Ekstradisi), Prinsip
Penolakan Ekstradisi Karena Ada Sangkaan Yang Cukup Kuat (Pasal 14 Undang-Undang
Ekstradisi, Prinsip Kekhususan atau Specially (Pasal 15 UndangUndang Ekstradisi), Prinsip
Penolakan Ekstradisi karena Orang yang diminta akan di Ekstradisikan kepada Pihak ketiga
(Pasal 16 Undnag-Undang Ekstradisi), dan Prinsip Permintaan yang Ditunda Pemenuhannya
(Pasal 17 Undang-Undang Ekstradisi).
Pada umumnya ekstradisi hanya dapat dilakukan berdasarkan perjanjian, baik perjanjian
bilateral atau multilateral. Perjanjian ini nantinya dituangkan secara nasional dalam bentuk
undang-undang. Apabila belum ada perjanjian sebelumnya, maka ekstradisi dapat dilakukan
atas dasar hubungan baik antar negara dan jika kepentingan Negara Republik Indonesia
menghendakinya.

Referensi :
-.2023.” Apa itu Interpol? Fungsi, Tugas & Kewenangannya.” Diakses
dari https://www.amazine.co/24433/apa-itu-interpol-fungsi-tugas-kewenangannya/ Pada 16 Mei
2023 Pukul 16.30 wib
Rouly Siagian, Bunga Meisa.2021.” Hukumnya Ekstradisi Buron Internasional di Indonesia”.
Diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/a/hukumnya-ekstra

Anda mungkin juga menyukai