NIM : 710522004
KELAS :A
FAKULTAS : HUKUM
MATA KUIAH : PENEMUAN HUKUM
Penemuan Hukum Oleh Hakim Terhadap Tindak Pidana Gratifikasi Token Listrik
Dalam Undang Undang Nomor. 20 Tahun 2001
atau aparat hukum lainnya yang ditugaskan untuk menerapkan peraturan hukum
umum pada peristiwa hukum konkret.1 Achmad Ali menyatakan hakim diberikan
kata bukan sekedar penerapan undang-undang oleh hakim, tetapi juga mencakup
mengembangkan lebih lanjut suatu teks" undang-undang, di mana hakim tidak lagi
1
Sudikno Mertukusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta: 2004 hl.37
2
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Gunung Agung Jakarta : 2002. Edisi kedua. hl.138
1
berpegang pada bunyi teks, tetapi dengan syarat hakim tidak mengabaikan hukum
sebagai suatu sistem. Ada beberapa jenis metode penemuan hukum, yaitu:3
3
Ibid
2
9. Interpretasi restriktif, yaitu metode yang sifatnya membatasi, artinya
peraturan perundang-undangan itu tidak bisa diperluas karena sifatnya
yang mutlak dan terbatas.
10. Interpretasi ektensif, yaitu kebalikan dari metode restriktif, yaitu
penafsiran yang bersifat meluas, artinya apa yang disebut dalam undang-
undang itu diperluas maksudnya.
Nomor 21 Tahun 2001 Pasal 12B yaitu, pemberian dalam arti yang luas, meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket
fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di
luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik maupun tanpa
sarana elektronik.4 Dengan penjelasan pasal tersebut pada frasa kata “fasilitas
lainnya” tidak hanya mengatur dalam bentuk uang dan barang melainkan dalam
bentuk apapun yang diberikan kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud dan tujuan sebagai hadiah untuk memperlancar dan mempermudah
pemberian token listrik. Gratifikasi pemberian token listrik tentu tidak diatur secara
eksplisit pada pada pasal 12B tersebut, akan tetatapi pada penjalasan Pasal 12B
dengan frasa “Frasa Fasilitas Lainnya”, maka gratifikasi pemberian token listrik
4
Andi Mulyono, Tindak Pidana Gratifikasi, Yogyakarta : GENTA publishing, 2017, hl.66
3
terhadap penyelenggara Negera yang betrkaitan dengan jabatan dapat dikategorikan
dalam menafsirkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana
menyatakan bahwa gratifikasi dalam arti yang luas tidak hanya bentuk
4
interpretasi gramatikal yang menyatakan bahwa dalam metode ini hakim
berusaha menemukan makna kata dengan menelusuri kata mana yang oleh
Unsur penting dari gratifikasi yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan
sebagai bagian dari pada gratifikasi yang diatur dalam pasal 12B. karena,
5
5. Hakim dapat melakukan penemuan hukum kedalam Pasal 12B dengan
token listrik merupakan perbuatan yang sejenis dengan tindak pidana yang
maupun kerugian negara yang dilakukan oleh oknum pejabat negara. Oleh
gratifikasi yang terdapat dalam pasal 12B. Hal tersebut sejalan dengan
norma yang ada pada masyarakat tersebut. Dalam hal ini hakim dapat
6
7. Hakim dapat menggunakan penemuan hukum berdasarkan metode
metode dengan menafsirkan Pada Pasal 12B dalam arti yang luas, yakni
sarana elektronik maupun tanpa sarana elektronik. Oleh karena itu, sesuai
bahwa, kata “fasilitas lainnya” yang terdapat dalam penjelasan pasal 12B
yang terdapat dalam pasal 12B tersebut. Terlebih lagi gratifikasi token
negara.
7
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gratifikasi dalam
bentuk pemberian token listrik dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang diatur
pada Pasal 12B Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
hukum tersebut sangat penting dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang belu jelas
juga penting dalam mewujudkan hukum yang responsif, sehingga dapat mewujudkan