Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Dani Ramadhan

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043615673

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/Interpretasi Dan Penalaran Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 21/UPBJJ UT Jakarta

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Analisis Kasus Detournement de Pouvoir dengan Metode Hermeneutika:
Pendekatan Hermeneutik dalam Analisis:
Maksud dan Tujuan (Purposive): Hermeneutika menekankan pada
pemahaman makna dan tujuan di balik teks. Dalam konteks kasus
Detournement de Pouvoir, fokus akan pada pemahaman maksud dan
tujuan Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara.
Konteks Historis dan Sosial: Hermeneutika juga memperhatikan konteks
historis dan sosial di mana undang-undang dibuat. Mengetahui konteks
historis dapat membantu memahami alasan dibalik pembentukan Pasal 53
ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986.

Kelebihan Metode Hermeneutika dalam Konteks Kasus:


Ketelitian dalam Pemahaman: Metode ini memungkinkan hakim/ahli
hukum untuk secara teliti memahami teks undang-undang dan
membedakan antara istilah-istilah yang mungkin memiliki makna yang
serupa.
Ketertautan Konteks: Hermeneutika memungkinkan pemahaman konteks,
termasuk sejarah dan masyarakat pada saat undang-undang dibuat,
sehingga memudahkan pengambilan keputusan yang kontekstual.

Kekurangan Metode Hermeneutika dalam Konteks Kasus:


Subjektivitas Interpretasi: Interpretasi hermeneutik dapat menjadi
subjektif karena bergantung pada pemahaman dan perspektif individu. Ini
dapat menyebabkan beragam interpretasi yang mungkin tidak konsisten.
Keterbatasan Teks: Hermeneutika menghadapi keterbatasan ketika teks
undang-undang tidak memberikan petunjuk yang jelas atau ketika ada
ketidakjelasan yang tidak dapat dipecahkan secara yuridis.

Penerapan Hermeneutika pada Kasus Detournement de Pouvoir:


Penafsiran Kata 'Penyalahgunaan Wewenang': Hermeneutika akan
mencoba mengartikan makna kata 'penyalahgunaan wewenang' dalam
Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986. Ini melibatkan memahami
istilah tersebut di konteks hukum pada waktu undang-undang dibuat.
Perbandingan dengan UU Lain: Hermeneutika memungkinkan
perbandingan makna 'penyalahgunaan wewenang' dengan istilah serupa di
undang-undang lain seperti Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan.
Analisis Konteks Historis: Hermeneutika akan mempertimbangkan konteks
historis pembentukan undang-undang untuk memahami niat legislator saat
menetapkan Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986.

Kesimpulan: Dalam kasus Detournement de Pouvoir, penggunaan


hermeneutika membantu pemahaman makna dan tujuan Pasal 53 ayat (2)
huruf b UU No. 5 Tahun 1986. Kelebihan metode ini melibatkan ketelitian
dalam penafsiran dan ketertautan dengan konteks sejarah. Namun,
subjektivitas interpretasi dan keterbatasan teks menjadi tantangan. Dalam
hal ini, hermeneutika dapat membantu hakim/ahli hukum untuk
menghasilkan interpretasi yang lebih kontekstual dan mendalam mengenai
kasus penyalahgunaan wewenang, dengan mempertimbangkan faktor
historis dan tujuan legislator

Sumber referensi:
BMP HKUM4401

2. Analisis Klasifikasi Menggunakan Penafsiran Sistematis:


1. Identifikasi Istilah dan Konsep:
- 'Penyalahgunaan Wewenang' dan 'Penyalahgunaan Kewenangan': Dua
istilah ini muncul dalam berbagai undang-undang, yakni Pasal 53 ayat (2)
huruf b UU No. 5 Tahun 1986, Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, dan UU No.
30 Tahun 2014. Pada dasarnya, keduanya mencerminkan tindakan yang
tidak sesuai dengan hak dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang
dalam posisi kekuasaan atau kewenangan.

2. Penafsiran Sistematis:
- Pasal 53 ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986:
- Penafsiran sistematis menuntut pemahaman terhadap konteks Pasal 53
ayat (2) huruf b UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Dalam konteks ini, 'penyalahgunaan wewenang' dapat diartikan sebagai
tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan dan wewenang peradilan tata
usaha negara. Penyalahgunaan ini dapat merugikan pihak yang
bersengketa.
- Keperluan penafsiran sistematis: Menyelidiki ruang lingkup pasal,
memberikan pemahaman tentang bagaimana penyalahgunaan wewenang
dapat terjadi dalam konteks peradilan tata usaha negara.

- Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999:


- Penafsiran sistematis memungkinkan pemahaman terhadap cara
'penyalahgunaan wewenang' diatur dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Istilah ini lebih terkait
dengan penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan untuk tindakan
korupsi.
- Keperluan penafsiran sistematis: Mengidentifikasi aspek-aspek yang
khusus diatur oleh undang-undang terkait penyalahgunaan wewenang
dalam konteks pemberantasan korupsi.

- UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan:


- Dalam penafsiran sistematis, 'penyalahgunaan wewenang' dalam
konteks UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dapat
dipahami sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan aturan
administrasi pemerintahan yang berlaku.
- Keperluan penafsiran sistematis: Mengevaluasi hubungan antara
administrasi pemerintahan dan penyalahgunaan wewenang, serta melihat
aspek-aspek administratif yang tercakup dalam undang-undang ini.

3. Perbandingan dan Differensiasi:


- Penafsiran sistematis memungkinkan perbandingan antara
'penyalahgunaan wewenang' dan 'penyalahgunaan kewenangan' pada
ketiga undang-undang tersebut.
- Keperluan perbandingan: Menentukan apakah ada perbedaan signifikan
dalam makna dan implikasi dari kedua istilah tersebut dalam konteks
hukum yang berbeda.

4. Keperluan Penafsiran Sistematis:


- Ketepatan Penerapan Hukum: Memastikan bahwa penafsiran terhadap
istilah-istilah tersebut sesuai dengan niat legislator dan tujuan undang-
undang.
- Klarifikasi Makna: Membantu klarifikasi makna 'penyalahgunaan
wewenang' dan 'penyalahgunaan kewenangan' dalam konteks masing-
masing undang-undang.
- Consistency: Menjamin konsistensi interpretasi untuk menghindari
kebingungan dan ketidakpastian hokum.
Sumber referensi:
BMP HKUM4401

Anda mungkin juga menyukai