Anda di halaman 1dari 8

ADAB DALAM BERPAKAIAN

 
1. 1.       Pengertian adab dalam berpakaian
Jika diperhatikan cara berpakaian seperti  saat ini, terutama dikalangan para remaja puteri
tampaknya sudah jauh dari tuntunan Islam.  Mereka sudah tidak malu-malu lagi
mempertontonkan auratnya, bahkan menjadi suatu kebanggaan bagi mereka.  Alasannya, jika
tidak berpakaian seperti itu dianggap tidak mengikuti perkembangan mode.  Kita boleh saja
mengikuti perkembangan mode tetapi jangan sampai mejgobral aurat.  Jika demikian,
bagaimana berpakaian menurut islam ?
Menurut ajaran Islam, berpakaian adalah mengenakan pakaian untuk menutupi aurat, dan
sekaligus perhiasan untuk memperindah jasmani seseorang. Sebagaimana ditegaskan Allah
Swt, dalam firman-ya:
 
ً
ِ ‫ادَ َم ْط َق ْداَ ْن َز ْل َناعَ لَ ْي ُك ْم ِلبَاثاي َُو‬  ْ‫ي َبنِي‬
‫اريْ سَ ْوا ِت ُك ْم َو ِر ْي ًش َاولِبَاسُ ال َّت ْقوى‬ ~

ُ
﴾٢٦ : ‫ت هللا لَعَ لَّ ُه ْم ي ََّذ َّكر ُْونَ ﴿ األءاف‬ ِ ‫ ذلِكَ ِم ْنااي‬ ‫ذلِكَ َخ ْي ٌر‬
                Artinya:
“Wahai anak Adam! Susungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu
dan untuk perhiasan bagaimu tetpi takwa itulah yang lebih baik.  Demikianlah sebagian tanda-
tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalui ingat.” (Q.S. Al-A’raf:26)
 
Ayat trsebut memberi acuan cara berpakaian sebagaimana dituntut oleh sifat takwa, yaitu untuk
menutup aurat dan berpakaian rapi, sehingga tanpak simpati dan berwibawa serta anggun
dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.
Islam sangan menganjurkan kepada umatnya untuk selalu tanpil rapi dan bersih dalam
kehidupan sehari-hari.  Karena kerapian dan kebersihan ini, Rasulullah saw.  Menyatakan bahwa
kebersihan adalah sebagian dari iman.  Artinya, orang beriman akan selalu menjaga kerapian
dan kebersihan kapan dan di mana dia berada.  Semakin tinggi imam seseorang maka dia akan
semakin menjaga kebersihan dan kerapian tersebut.  Sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abu
Darda :
ِ ‫اَل َّنضَأ َف ُة مِنَ ْاالِ ْيم‬
‫َان‬
Artinya :
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”
Pakaiana yang kita kenakkan harus sesuai dengan tuntutan Islam dan sebaliknya disesuiakan
dengan situasi dan kondisi.  Pada saat menghadiri pesta, kita menggunakan pakaian yang cocok
untuk berpesta, misalnya kemeja, baju batik, pada saat tidur, kita cukup menggunakan piyama;
dan begitu seterusnya.  Disamping itu, pemilihan model dan warna pakaian juga harus
disesuaikan dengan badan kita, sehingga menjadi serasi dan tidak menjadi bahan tertawaan
orang lain.
 
1. 2.       Contoh adab dalam berpakaian
Didalam ajaran Isalam, berpakaian tidak hanya sekedar kain penutup badan, tidak hanya
sekedar mode atau trend yang mengikuti perkembangan zaman.  Islam mengajarkan tata car
atau adab berpakaian yang sesuai dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang
dan nyaman digunakan. Diantara adab berpakaian dalam pandangan Islam yaitu sebagai
berikut:
a)      Harus memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yaitu yang dapat menutupi aurat,
terutama wanita
b)      Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak terkesan kumal dan dekil, yang
akan berpengaruh terhadap pergaulan dengan sesame
c)       Hendaklah mendahulukan anggota badan yang sebelah kanan, baru kemudian sebelah
kiri
d)      Tidak menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian laki-laki bagi wanita
e)      Tidak meyerupai pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan atau melambangkan pakaian
kebesaran agama lain
f)       Tidak terlalu ketat dan transparan, sehingga terkesan ingin memperlihatkan lekuk tubuhnya
atau mempertontonkan kelembutan kulitnya
g)      Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya, sehingga terkesan berat
dan rikuh menggunakannya, disamping bisa mengurangi nilai kepantasan dan keindahan
pemakainya
h)      Sebelum memakai pakaian, hendaklah berdoa terlebih dahulu, yaitu :
 
‫االث ْوبَ َورَ َز َقنِيْ مِنْ غَ ي ِْرحَ ْولٍــ‬ َّ ‫هذ‬َ ْ‫هلل الَ ِذ يْ َكسَ انِي‬ ِ ‫اَ ْلحَ مْ ُد‬
‫ِم ِّنيْ َوالَقُوَّ ٍة‬
Artinya :
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian dan rezeki kepadaku tanpa jerih payahku
dan kekuatanku”
 
1. 3.       Mempraktikkan adab berpakaian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagiana muslim yang beriman, hendaknya kamu berpakaian sesuai dengan ajaran Islam. 
Bagi wanita, pakaiannya harus menutupi seluruh aurat. Artinya, seluruh tubuhnya harus tertutup
oleh pakaian (busana), kecuali muka dan kedua telapak tangan.  Selain itu, seorang muslim juga
harus menggunakan pakaian yang pantas dan menarik untuk dipandang, sesuai dengan ukuran
tubuhnya.  Begitu pula bagi seorang muslim, pakaiannya harus menutupi aurat dan tidak
berlebihan.
Sebagi remaja mesjid, hendaknya kamu yang mulai membiasakan diri berpakaian secara islami
sesuai adab berpakaian dalam Islam. Bagi yang sudah melakukannya, pertahankan sampai
akhir hayatmu, bagi yang belum, mulailah dari sekarang berpakaian secara Islam. ridak ada kata
terlambat untuk berbuat kebaikan . Kamu tidask perlu merasa malu untuk mempraktekkan adab
pakaian secara islami, bahkan sebaliknya harus merasa bangga dan percaya diri terhadap apa
yang kamu lakukan.
untuk mebiasakan diri mempraktikkan adab berpakaian secara Islami, hendaklah terlebih dahulu
untuk [erhatikan hal berikut ini :
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar niat niat yang baik tidak tergoyahkan
b)      Yakinkan dalam hati bahwa menutup aurat bagi seorang muslim dan muslimah adalah
wajib hukumnya, sehingga akan mendapat dosa bagi yang meninggalkannya
c)       Tanamkan keyakinan bahwa Islam tidak bermaksud memberatkan umatnya dalam
berpakaian, bahkan sebaliknya memberikan kebebasan dan perlindungan bagi harkat dan
martabat umatnya.
d)      Tanamkan rasa bangga telah berpakaian sesuai ajaran Islam, sebagai perwujudan
keimanan yang kuat dri diri seorang muslim/muslimah
e)      Ayo, mulailah dari sekarang.
 
 
ADAB BERHIAS
 
1. 1.       Pengertian adab berhias
Berhias artinya berdandan atau merapikan diri baik fisiknya maupun pakiannya.  Berhias dalam
pandangan Islam adalah suatu kebaikan dan sunah untuk dilakukan, sepanjang untuk ibadah
atau kebaikan.
Menghiasi diri agar tmpil menarik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang
memandangnya, merupakan suatu keharusan bagi setiap muslim, terutama bagi kaum wanita di
hadapan suaminya, dan kaum pria dihadapan istrinya.
Islam tidak umatnya berhias dengan cara apa pun, sepanjang tidak melanggar kaidai-kaidah
agama atau melanggar kodrat kewanitaan dan kelaki-lakian, serta tidak berlebihan dalam
melakukannya. Wanita tidak boleh berhias dengan cara laki-laki, begitu pula dengan sebaliknya
laki-laki tidak boleh berhias seperti layaknya wanita.  Sebab yang demikian itu dilarang dalam
ajaran Islam.
Perhatikan sabda Rasullulah saw, yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib;
 
‫هللا صَ لَّى هللاُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم اَلّ ِرجَ َأل ْال ُم َت َش ِاب ِه ْينَ ِبال ِّنسَ ـا ِء‬ ِ ‫لَعَ نَ رَ س ُْو ُل‬
﴾‫ ﴿رواهالداقـطنى‬.‫ت ِبالرِّ جَ الِــ‬ ِ ‫َوال ِّنسَ ـا ِء َوال ِّنسَ ـا َء ْال ُم َت َش ِابهَا‬
Artinya :
“Rasulullah saw, mengutuk (membeci) laiki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan
yang menyerupai laki-laki.” (H.R. Daruquthni)
 
Dengan demikian, berhias menurut ajaran Islam harus sesuai dengan adab dan tata cara yang
Islami.  Sehingga perbuatan menghiasi diri, selain membuat penampilan menjadi indah dan
menarik, juga mendapat nilai ibadah dari Allah Swt.
 
1. 2.       Contoh adab dalam berhias
Agama Islam mengajarkan kepada kita agar senantiasa tampil rapid an menarik.  Artinya, setiap
saat kita boleh berhias sekedar untuk membuat kenyamanan bagi diri sendiri dan oran lain yang
memandangnya.  Misalnya, menyisisr atau memotong rambut dan merapikannya, membersihkan
pakaian dan menyetrikanya, dan sebagainya.  Apabila, kalau berhias untuk tujuan ibadah
kepada Allah swt.  Misalnya, berhias untuk melaksanakan shalat lima waktu, untuk pergi
pengajian, ke sekolah atau tempat0tempat kebaikan.
Perhatikan firman Allah Swt ;
 
‫جد ٍَو ُكلُ ْو َاوا ْشرَ ب ُْوا‬
ِ ْ‫از ْي َن َت ُك ْم عِ ْندَ ُك ِّل َمس‬ ُ
ِ ‫َي َبنِيْ اَدَ َم ُخذ ْو‬
﴾٣١: ‫ ﴿األعراف‬. َ‫َوالَ ُتسْ ِرفُ ْوا ِا َّنه الَ ُيحِبُّ ْالمُسْ ِرفِ ْين‬
 
Artinya :
“Wahai anak Adam, pakailah pakainmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan
minumlah tetapi janganlah berlebih-lebihan.  Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”(Q.S. Al-A’raf:31)
 
Islam tidak menyukai umatnya yang tidak pandai menghias diri, sehingga penampilannya tanpak
kumuh, kumal dan dekil.  Sebab hal yang demikian itu tidak dapat mengangkat citra islam di
mata orang lain.  Islam sangat meyukai keindahan dan keserasian, maka berhiaslah agar kamu
tanpak indah dipandang dan menarik diperhatikan.  Keindahan itu milik Allah, dan Dia menyukai
keindahan.
Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Abdullah bin Abi Aufa:
 
﴾‫اِنَّ هللاَ جَ ِم ْي ٌل ُيحِبُّ ْالجَ مَالَــ ﴿رواه أحـمد‬
 
Artinya:
“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” (H.R Ahmad)
 
Namun demikian, ketika kita berhias atau berdandan maka hendaknya maka hendaknya
menggunakan tata cara atau adab secara Islami, yaitu antara lain:
a)      Memakai perhiasan atau alat-alat untuk berhias yang halal dan tidak mengandung efek
ketergantungan.  Misalnya, alat-alat kecantikan tidak mengandung lemak babi, alcohol tinggi,
benda-benda yang mengandung najis dan sebagainya
b)      Menggunkan alat-alat atau barang-barang hias sesuai kebutuhan dan kepantasan, dan
tidak berlebihan.  Misalnya, menggunakan lipstik melebihi garis bibir, bedak yang terlalu tebal,
parfum yang berbau menyengat, dan sebagainya
c)       Mendhulukan anggota sebelah kanan, beu kemudian sebelah kiri
d)      Berhiaslah untuk tujuan ibadah atau kebaikan, misalnya untuk melaksanakan salat,
mengaji, belajar, menyabut suami tercinta, dan sebagainya.
e)      Membaca “Basmalah” setiap kali akan memualai berhias, agar mendapatkan berkah dan
pahala
f)       Membaca doa setiap kali menghadap cermin untuk berhias
 
.ِ‫اَللَّـ ُه َّم جَ م ِّْلنِيْ ِب ْالع ِْل ِم َوال َّت ْق َوى َو َز ِّينِيْ ِب ْالح ِْل ِم َو ْاالَ ْخالَ ِق ْال َك ِر ْي َمة‬
 
Artinya :
“Ya Allah, percantiklah aku dengan ilmu dan takwa, dan hiasilah aku dengan hati yang lembut
dan budi pekerti mulia”
 
1. 3.       Mempraktikkan adab berhias dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari hari, kita sering sekali menghias diri,. Paling sehabis mandi pagi, ketika
hendak berangkat pergi, baik kesekolah maupun ke tempat kerja.  Oleh karena itu, hendaknya
mulai membiasakan diri secara islami, sesuai dengan adab dan tata cara menurut ajaran Islam,
agar selain dapat tampil rapid an indah dipandang, juga mendapat pahala dai Allah Swt.
Untuk dapat mempraktikkan adab berhias secara Islami, hendaknya kamu perhatikan terlebih
dahulu beberapa hal berikut :
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar dalam berhias sehari-hari tidak tergoda
oleh buju rayu setan yang selalu mengajak berlebihan
b)      Tanamkan keyakinan bahwa berhias termasuk ibadah mendapat pahala, sepanjang tidak
dipakai maksiat.
c)       Tanamkan niat, yang suci bahwa berhias hanya untuk kebaikan semata, menambah
kepaercayaan diri, dan mengangkat citra agama,
d)      Hindari berhias yang hanya untuk mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain
atau bermaksud menggoda orang lain agar tertarik padanya.
e)      Mulailah mempraktikkan adab berhias secara islami dari sekarang, agar kelak terbiasa
menjadi seorang yang pandai berhias untuk ibadah dan kebaikan.
 
 
ADAB BERPERGIAN (DALAM PERJALANAN)
 
1. 1.       Pengertian adab berpergian
Berpergian artinya pergi ke luar rumah, baik untuk tujuan jarak jauh maupun jarak dekat.  Setiap
orang pasti adakalnya meninggalkan rumah, bahkan mungkin hamper setiap hari kita
meninggalkan rumah, baik untuk tujuan bekerja mencari nafkah maupun untuk tujuan belajar
mencari ilmu.
Dalam agama Islam, berpergian keluar rumah, itu harus menggunakan adab atau tata cara,
sehingga kepergian kita tidak meninggalkan hal-hal yang tidk diinginkan , dan dapat kemabli
kerumah dengan senang dan damai.  Selain itu,berpergian meninggalkan rumahkita akan
berada di tengah perjalanan.  Oleh karena itu, baik yang pergi maupun yang ditinggalkan
hendaknya saling mendoakan agar keduanya selamat dan dalam lindungan Allah Swt.
Dengan demikian, setiap muslim yang beriman hendaknya memegang teguh adab berpergian
yang sesuai dengan ajaran islam.
 
1. 2.       Contoh adab dalam perjalanan
contoh adab berpergian menurut ajaran agama Islam, yaitu sebagai berikut:
a)      Mengucapkan salam ketika hendak meninggalkan rumah, agar Allah memberikan
keselamatan baik bagi yang pergi maupun yang ditinggalkan
b)      Menulis wasiat atau pesan jika ada hal-hal yang dianggap  penting, dan jika berpergian
menuju tempat yang sangat jauh dan memakan waktu lama
c)       Saling memaafkan satu sama lain, sehingga tidak ada beban bagi yang hendak pergi
maupun yang ditinggalkan
d)      Membaca doa sebelum meninggalkan atau keluar rumah, Doanya ialah:
 
ِ ‫هللا الَحَ ْولَــ َوالَقُ َو َة ِاالَّ ِبا‬
‫هلل‬ ُ ‫هللا َت َو َّك ْل‬
ِ ‫ت عَ َل‬ ِ ْ‫ِلبس‬
ِ ‫ـــم‬
Artinya :
“Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah,tidak ada daya dan tidak ada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah”
e)      Berniat sengaja berpergian untuk bekerja atau belajar demi mencari ridha SWT
 
1. 3.       Mempraktikkan adab berpergian dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai pelajar muslim, hendaknya kamu mulai mempraktekkan adab berpergian secara islami
sejak sekarang dalam kehidupan sehari-hari, agar kelak kamu menjadi seorang yang memiliki
akhlak terpuji ketika hendak berpergian.
 
Sebelum anda mempraktikkan adab berpergian secara Islami, hendaknya kamu perhatikan
terlebih dahulu ketika hendak berpergian
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar tidak mudah tergoda oleh bujuk rayu
setan di tengah perjalanan
b)      Tanamkan keyakinan bahwa setiap perbuatan baik akan mendapat pahala dari Allah SWT,
termasuk berpergian dengan baik.
c)       Jangan  melenceng dari niat baik semula, agar perjalanan bejalan dan selamat.  Misalnya,
niat berpergian hendak belajar, tapi tenyata melenceng justru jalan-jalan di mal atau di tempat
bermain.
d)      Jangan berpergian tanpa arah tujuan yang jelas, sebab hal itu hanya dapat menghambur-
hamburkan harta, tenaga, pikirann dan sebagainya.  Lebih berbahaya jika akhirnya tersesat di
tengah perjalanan
e)      Setiap hendak berpergian harus terlebih dahulu member tahu anggota keluarga yang lain,
agar jika terjadi sesuatu dapat mudah menghubungi atau dihubungi
f)       Mualailah memprkatikkan adab berpergian dari sekarang
g)      Selamat memulai
 
 
ADAB BETAMU
 
1. 1.       Pengertian adab bertamu
Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum minallah  dan Hablum
minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan dengan Allah, sedangkan Hablum
minannas artinya melakukan hubungan antar sesame manusia.  Bertemu termasuk salah satu
dari kegiatan hablum minannas. Jika demikian, apa bertamu itu sebenarnya?
Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalm rangka mempererat silaturahim.  Maksud
orang lain di sini adalah tetangga, saudara (sanak famili), teman sekantor, teman seprofesi dan
sebagainya.  bertemu tentu ada maksud dan tujuannya, antara lain menjeguk yang sedang sakit,
ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan bisnis, membicarakan masalah keluarga keluarga dan
sebagainya.
Apapun alasannya, seseorang berkunjung kerumah orang lain (bertamu) tidaklah menjadi
persoalan.  Yang jelas bertamu itu pada hakekatnya mempererat silaturahmi atau tali
persaudaraan.  Orang suka bersilaturahmi akan dilampangkan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, sebagaimana hadis Rasulullah saw, dari riowayat Abu Hurairah:
 
َ َ‫ َمنْ اَحَ بُّ اَنْ ُي ْبس‬: ‫هللا صَ لَّى هللاُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم‬
‫ـط‬ ِ ‫َقالَـ رَ س ُْو ُل‬
.ُ‫ح َمه‬ ْ َ
ِ َ‫لَ ُه فِى ِر ْزقِ ِه َو ُينسَ ـاَل ُه فِى اَث ِر ِه َفليَصِ ـ ْل ر‬
َ ْ
﴾‫﴿رواه البخارى ومسـلم عن أبى هريرة‬
 
Artinya :
“Sabda Rasulullah saw.”Burung siapa yang menginginkan diperluas rezekinya dan diperpanjang
umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi.”  (H.R Bukhari Muslim)
 
Mempererat tali silaturahim, baik dengan tetangga, sanak saudara maupun teman sejawat
merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang, hidup rukun, tolong
menolong, saling membantu antara yang kaya dengan yang miskin dan memiliki kesempatan
dengan yang mengalami kesempitan.
Silaturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah
wawasan, pengalaman karena pada saat berinteraksi terdapat pembicaraan-pembicaraan yang
berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan atau penghasilan, sehingga satu sama lain
akan mendapatkan pandangan baru tentang usaha pendapatan rezeki dan sebagainya.
Suasana yang dialami bagi orang yang biasa bersilaturahmi, hidup menjadi
lebih menyenangkan, nuaman, dan hati menjadai tentram sehingga hidup ii merasa luas dan
lega seakan umur bertambah, walaupun kenyataan yang sebenarnya umur atau ajal manusia
sudah ditentukan jauh sebelum ia dilahirkan oleh Allah Swt.
Sabda Rasulullah saw. yang lain dari riwayat Aisyah:
 
ُ‫ صِ لَ ُةالرَّ ح ِِم َوحُسْ ن‬: ‫هللا صَ لَّى هللاُ عَ لَ ْي ِه َوسَ لَّ َم‬ ِ ‫َقالَـ رَ س ُْو ُل‬
.‫َار‬
ِ ‫م‬‫ـ‬ ْ‫ع‬َ ‫ال‬‫ا‬ْ ‫ِى‬ ‫ف‬ ْ ِّ
َ‫ار ُعَ نَ َارَ َ ِ ن‬
‫د‬ ‫َز‬
‫ي‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ال‬ ْ‫ِّر‬
‫م‬ ‫ـ‬ ‫ي‬ ِ ‫ْال ُخلُ ِق ْالجَ َو‬
﴾‫﴿رواه أحـمدوالبيـهـقى عن عاشة‬
Artinya :
“Sabda Rasulullah saw:” Bersilaturahmi, baik budi pekerti dan bertetangga yang baik, akan
meramaikan kampong dan dapat menabah umur.” (H.R Ahmad dan Baihaqi dari Aisyah)
 
Hadis tersebut menambahkan selain bersilaturahmi, berakhlak yang baik (Husnul Khuluq) dan
bertetangga yang baik (Husnul Jawari) dapat pula mencptakan suasana yang menyenangkan
dan lebih semarak dalam hidup bermasyarakat.
Karena itu ajaran islam member tuntunan atau tatakrama dalam berinteraksi antar sesama
misalnya bertamu dan yang menerima tamu.
 
1. 2.       Contoh adab bertemu
Dalam bertamu ada beberapa tata cara atau adab yang harus diperhatikan, agar suasana
pertemuan tidak rusak karena adanya hal-hal yang tidak berkenan dihati masing-masing pihak.
Diantara tata cara itu contohnya yaitu sebagai berikut :
a)      Sebelum memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin terlebih dahulu dengan
mengucapkan salam, jika tuan rumah mempersilahkan kita masuk, berulah kita masuk ke
ruamahnya dengan sopan.
Perhatikan firman Allah Swt :
 
‫يَآيُّـهَاالَّ ِذ ْينَ اَ َم ُن ْواَأل َت ْد ُخلُ ْوا ُبي ُْو ًتاغَ ْيرَ ُبي ُْو ِت ُكـ ْم حَ تىَّ َتسْ َتْأ ِنس ُْوا‬
. َ‫َو ُتسَ لِّم ُْواعَ لى اَهْ ـلهَاقلىذلِ ُك ْم َخ ْي ُرلَ ُك ْم لَعَ لَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْون‬
﴾٢٧:‫﴿النور‬
 
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu masukin rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan member salam kepada penghuninya.  Yang demikian itu lebih baik
bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S An-Nur:27)
 
b)      Sebagai tamu, apabila kita tidak mendapati tuan rumah, atau merasa tidak diterima oleh
tuan rumah karena satu dan lain hal maka tinggalkanlah rumah itu dengan segera.  Tetapi
jangan sampai memperlihatkan kekecewaan terhadap perlakuan tuan rumah yang tidak berbudi
baik tersebut.
 
 
 
 
‫جد ُْوافِ ْيهَااَحَ ًدا َفالَ َت ْد ُخلُ ْوهَاحَ تىَّ ي ُْو َذنَ لَ ُك ْم َواِنْ قِ ْي َل‬ ِ ‫َفاِنْ لَ ْم َت‬
‫جع ُْواه َُواَ ْز َكى لَ ُكمْ قلى َوهللاُ ِبمَا َتعْ َملُ ْونَ عَ لِ ْي ُم‬ ِ ْ‫جع ُْوا َفار‬ ِ ْ‫لَ ُك ُم ار‬
﴾٢٨:‫﴿النور‬
 
Artinya :
Dan jika kamu tidak menemui seseorang di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum
kamu mendapat izin.  Dan jika dikatakan kepadamu:”Kembalilah!(hendaklah) kamu kembali. itu
lebih suci bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan “(Q.S An. Nur :28)
 
c)       Apabila sudah diterima dengan baik, janganlah berbuat seenaknya di rumah orang,
meskipun udah dikatakan oleh tuan rumah, anggaplah sebagai rumah sendiri. Itu adalah hak
dan kewajiban dia sebagai tuan rumah, sedangkan kemu mempunyai hak dan kewajiban
tersendiri sebagai tamu.
d)      Menjadi tamu dirumah teman dekat harus tetap menjaga kesopanan.  Jangan melihat-lihat
semua benda yang ada dirumah itu, kecuali benar-benar dipersilahkan oleh tuan rumah
e)      Jika kita dihidangkan makanan dan minuman maka cicipilah makanan dan inuman tersebut
setelah kita dipersilahkan oleh tuan rumah untuk dicicipi, seandainya makanan dan minumana
itu tidak sesuai dengan selera kita maka jangan ditampakkan bahwa kita tidak suka, tetapi
cicipilah sekedarnya saja
f)       Kalau dirasa sudah sudah cukup keperluannya maka dengan sikap yang agak berat kita
berpamitan, untuk pulang.  Tidak lupa sampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya atas
sambutannya dengan harapan kita akan menanti kedatangannya di rumah kita, dan dapat
bertemu kembali dilain waktu
 
1. 3.       Mempraktikkan Adab dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai muslim yang beriman, hendaknya kamu dapat mempraktikkan adab bertemu menurut
ajaran Islam, dalam kehidupan sehari-hari.  Untuk dapat mempraktikkan adab bertemu,
hendaknya kamu perhatikan terlebih dahulu beberapa hal berikut ini:
a)      Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati, agar tidak tergoda oleh setan ketika bertamu
b)      Tanamkan keyakainan dalam hati bahwa bertamu itu merupakan salah satu sunah rasul,
dalam rangka silaturahmi terhadap sesama muslim, baik yang dekat maupun yang jauh
c)       Tanamkan keyakinan bahwa bertemau sesuai adab Islam termasuk ibadah, yang tidak
hanya akan mendapat pahala juga dapat memperbanyak saudara dan menghilangkan
permusuhan
d)      Pahami dengan baik tata cara atau adab bertamu secara islami, agar dalam pertemuan
tidak menimbulkan hal-hal negative dari kedu belah pihak, baik yang bertamu maupun yang
menerima tamu
e)      Mulailah membiasakan mempraktikkan adab bertamu secara islam dari sekarang, agar
kelak kamu terbiasa bertamu dan menjalin silaturahmi dengan baik terhadap siapa pun
f)       Selamat memulai
 
 
 
ADAB MENERIMA TAMU
 
1. 1.       Pengertian adab bertamu
Menerima tamu ialah menerima seseorang yang berkunjung ke rumah kita, baik yang berasal
dari jauh maupun yang tinggal di dekat rumah kita, yang disebut tetangga atau kerabat.
Sebagai tuan rumah atau orang yang kedatangan tamu, kita harus menerima mereka dengan
baik sesuai tata cara atau adab dalam ajaran Islam.  Tamu adalah raja yang harus dihormati dan
dihargai.  Sesuai kemampuan dan batas-batas penghormatan tertentu.
Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menghormati tamu.  Menghirmatim tidak
berarti menjamu dengan makanan dan minuman yang lezat dan mewah, melainkan yang
tepenting menunjukkan sikap hormat dan sopan kepada tamu, selama mereka berada di rumah
kita.  Menghormati tamu juga berarti mengerahkan segala yang kita punya untuk
membahagiakan tamu, apalagi sampai memaksakan diri meminjam atau menghutang kepada
orang lain.  Sebab hal yang demikian itu, tidak diperintahkan oleh gama islam.
Oleh karena out, kita wajib menghormati tamu yang berkunjung ke rumah kita sesuai
kemampuan yang ada.  Menghormati tidak harus berbentuk materi, makanan atau minuman,
melainkan lebih kepada sikap perilaku yang mulia terhadap tamu.
Perhatikan sabda Rasulullah saw. dari riwayat Ka’ab bin Malik:
 
﴾‫ ﴿رواه أحـمد‬.‫ضي ُْو َف ُك ْم َفاِنَّ فِي ِْه ْم رَ حْ م ًَة‬
ُ ‫اَ ْك ِرم ُْوا‬
Artinya :
“Hormatilah tamu-tamu yang berkunjung ke rumahmu, karena sesungguhnya dalam
penghormatan terhadap mereka terhadap rahmad.” (H.R Ahmad)
 
1. 2.       Contoh adab menerima tamu
Kalau kita menerima tamu atau menjadi tuan rumah, terdapat beberapa hal yang harus kita
perhatikan, antara lain sebagai berikut:
a)      Apabila kedatangan tamu, kita harus segera menyambutnya dengan penuh hormat.  Jika
memungkinkan, kita hidangkan kepada mereka makanan dan minuman ala kadarnya sesuai
dengan kemampuan kita
b)      harus bersikap ramah dan sopan, sebab menerima tamu hukumnya wajib, khususnya tamu
teman akrab.  Bhakan Rasulullah saw menjadikannya sebagai tolak ukur keimanan seseorang.
Perhatikan sabda Rasulullah saw, yang diriwayatkan H.R. Abu Hurairah berikut :
﴾‫هلل َو ْالي َْو ِم ْاالخ ِِر َف ْلي ُْك ِر ْم ضَ ْي َف ُه ﴿رواه أحمد‬
ِ ‫َمنْ َكانَ يُْؤ مِنُ ِبا‬
Arintinya :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tamunya “(H.R.
Ahmad)
c)       Sebagai tuan rumah, banyak hal yang dapat kita tanyakan atau kita berikan kepada tamu,
misalnya tentang kesehatan, keluarga, pekerjaan, peristiwa-peristiwa yang lalu dan sebagainya
d)      Dalam Memberikan sesuatu kepada tamu, jangan terlalu menonjolkan diri sendiri,
sehingga membuat tamu tidak nyaman, Selain itu juga jangan mendominasi pembicaraan,
sehingga tamu hanya sebagai pendengar, tidak memiliki kesempatan untuk berbicara.
e)      Jangan sekali-kali menanyakkan pertanyaan yang tidak sopan kepada tamu, misalnya:
“Dimana saudara nanti menginap”?
“Kapan saudara pulang dari sini”?
“Akan kemana saudara sesuadah dari sini”?
“Apa maksud saudara dating ke sini”?
f)       Ketika tamu berpamitan hendak pulang, nyatakan persaan sayang dan menyesal atas
pertemuan yang begitu singkat. Antarkan ke pintu, dan nyatakan pengharapan kita atas
kedatangannya kembali lain waktu.
 
1. 3.       Mempraktikkan adab menerima tamu
Sebaiknya sejak sekarang kamu mulai membiasakan diri mempraktikkan adab menerima tamu,
agar kelak setelah dewasa menjadi seseorang yang berakhlak mulia terhadap para tamu yang
mengunjungi rumahmu
Untuk dapat mempraktikkan adab menerima tamu.  hendaknya kamu memperhatikan beberapa
hal berikut ini :
a)      Tanamkan keimanan yang kuat dalam hati, agar setiap kali menerima tamu tidak tergoda
dengan bujuk rayu setan
b)      Tanamkan keyakinan yang kuat bahwa menerima tamu itu termasuk ibadah, yang kelak
akan mendapat pahala dari Allah SWT, asalkan dikerjakan dengan ikhlas.
c)       Pahami dengan baik bahwa menghormati tamu sama dengan menghormati diri sediri,
sebab suatu waktu kita juga akan bertamu ke rumah orang, dan akan merasa bahagia jika
mendapat penghormatan dari tuan rumah
d)      Yakinkan dalam hati bahwa setipa tamu yang dating ke rumah kita pasti membawa berkah,
dan rahmad dari Allah Swt, baik tamu dari jauh maupun tamu dari dekat
e)      Hidari buruk sangka  terhadap setiap tamu yang berkunjung ke rumah kita, baik tamu
keluarga maupun kerabat dan handai taulan
f)       Mulailah dari sekarang menghormati tamu sesuai dengan adab dan tata cara yang islami
g)      Selamat memulai
 
 
RANGKUMAN
 
–         Islam melarang umatnya mengobral aurat, baik aurat laki-laki maupun perempuan. oleh
sebab itu, setiap muslim memiliki etika dalama berpergian.
–         Islam menganjurkan umatnya agar senantiasa berhias .  Artinya setiap muslim harus
tampil memikat, sehigga tidak membuat orang lain merasa jijik bergaul dengannya.  Oleh sebab
itu, setiap muslim harus memiliki etika dalam berhias.
–         Setiap hendak berpergian kita dianjurkan agar selalu menggunakan etika secara Ismali,
agar selama berpergian dan setelah tiba di tujuan dan kembali ke kampong halaman senantiasa
dalam keselamatan dan dalama rida Allah Swt.
–         Bertamu dan menerima tamu adalah hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari.  Namun
yang penting diperhatikan adalah etika bertamu atau menerima tamu.  Sehingga sebagai apa un
peran kita, tidak mengganggu hubungan social kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai