Jurnal Pengelolaan Lab
Jurnal Pengelolaan Lab
Nur Hanifah 1, Firda Maulina 1, Dinda Putri Zulfira 1, Muhammad Meutuah Syahni 1, Nur
Azizah Lubis 5
Abstract
This research aims to analyze the effectiveness of the Science Laboratory in high
schools. The research method employed surveys and interviews with teachers and students.
The results demonstrate the positive contribution of the Science Laboratory to students'
learning, enhancing their understanding of concepts and practical skills. Challenges include
limited facilities and constrained practical time. It is recommended for schools to increase
investments in laboratory facilities and equipment, support the procurement of materials, extend
practical time, and provide training for teachers. The Science Laboratory in high schools
provides significant benefits, but improvements are needed to maximize its potential in science
education. Practical work and experiments in the laboratory aid students in grasping scientific
concepts tangibly and developing crucial practical skills. Students also express satisfaction and
enthusiasm towards their learning experiences in the Science Laboratory.
Keywords: Science laboratory, effectiveness of high school curriculum implementation,
facilities.
INTRODUCTION
Pendidikan sains memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman
siswa terhadap konsep ilmiah dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis
serta praktis. Laboratorium IPA merupakan sarana yang vital dalam memfasilitasi
eksperimen, observasi, dan penemuan ilmiah secara langsung. Namun, untuk
mencapai hasil pembelajaran yang optimal, penting untuk memastikan bahwa
laboratorium IPA memenuhi standar dan kualitas yang tinggi.
Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit
penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk
kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam
rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada
masyarakat. (Permenpan RB No. 03, 2010), sehingga dimana Laboratorium ini
dikelola oleh Teknisi / Laboran yang sekarang dikenal sebagai Pranata
Laboratorium Pendidikan ( PLP ).
Pemerintah telah menetapkan delapan standar pendidikan melalui PP RI No.
19 Tahun 2005 yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Berdasarkan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, Laboratorium adalah salah satu standar
sarana dan prasarana yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan formal
termasuk SMA. Karena itu melalui berbagai program pemerintah telah berupaya
memenuhi kebutuhan laboratorium Fisika SMA mulai dari pengadaan gedung,
prasarana, peralatan dan bahan laboratorium serta penyiapan sumberdaya
manusia melalui pelatihan-pelatihan terhadap para guru tentang pengelolaan
laboratorium. Namun demikian sangat disayangkan hasil-hasil pelatihan tersebut
jarang diimplementasikan.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, yang menekankan pada pembelajaran
yang lebih kontekstual, kreatif, dan adaptif, standarisasi laboratorium IPA menjadi
aspek yang krusial. Standarisasi laboratorium IPA melibatkan evaluasi menyeluruh
terhadap kondisi laboratorium, praktik pengajaran, dan ketersediaan alat dan
bahan yang digunakan. Dengan analisis yang sistematis, kita dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan laboratorium, serta mengambil langkah-
langkah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Standarisasi
laboratorium IPA adalah serangkaian prosedur, metode, dan praktik yang
dirancang untuk memastikan kualitas, akurasi, keandalan, dan keseragaman dalam
praktik ilmiah di laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA). Tujuan utama dari
standarisasi laboratorium IPA adalah untuk menghasilkan data dan hasil yang
valid, dapat dipercaya, dan dapat direplikasi oleh orang lain.
Salah satu strategi untuk keberhasilan implementasi kurikulum merdeka
adalah memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Salah satu layanannya
adalah praktik di laboratorium, apakah laboratorium di sekolah tingkat menengah
sudah siap dan memenuhi standar untuk mendukung proses belajar siswa dan
mengajar guru. Laboratorium merupakan kompenen fisik yang dapat dilakukan
pengukuran dengan acuan tolak ukur yang pasti, maka diperlukan standar
laboratorium yang dapat mewujudkan untuk praktik baik pembelajaran dalam
mencapai visi, misi, dan tujuan.
Berdasarkan Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana
prasarana menyebutkan bahwa SMA sekurang-kurangnya memiliki 14 prasarana
yang salah satunya adalah laboratorium Fisika. Sedangkan menurut Permendiknas
nomor 26 tahun 2008 tentang standar tenaga laboratorium Sekolah/Madrasah,
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah
mencakup kepala laboratorium, tenaga teknisi dan laboran.
METHODS
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Mei s.d. 30 Mei
2023 di SMAN Unggul Aceh Timur. Subyek yang menjadi sasaran penelitian ini
adalah kepala laboratorium, asisten alobran, dan guru bidang studi fisika hasil
observasi pengelolaan laboratorium, dokumen managemen laboratorium dan
sarana prasarana laboratorium fisik di SMAN Unggul Aceh Timur. Dari pengamatan
langsung terdapat beberapa dokumen managemen laboratorium meliputi program
kerja tahun 2023, struktur organisasi, SOP alat dan bahan, inventarisasi alat dan
bahan, laporan pengecekan alat dan bahan, laporan kegiatan kebersihan, analisis
kondisi, SOP dan tata tertib penggunaan laboratorium, keselamatan kerja, petunjuk
praktik, dokumen asasmen. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian dengan lembar observasi, lembar angket, pedoman wawancara dan
dokumentasi.
Teknik analisis data adalah sebagai berikut: 1) pengumpulan data menggunakan
teknik observasi untuk memperoleh data sarana prasarana, angket untuk memperoleh
data manajemen laboratorium dan implementasi merdeka belajar, hasil wawancara
untuk mengetahui orientasi masa depan dan digitalisasi informasi, dokumentasi untuk
mendukung data yang sudah diperoleh. 2) reduksi data yaitu merangkum, memilih hal
yang pokok dan penting sehingga hasil reduksi memberikan informasi atau gambaran
secara jelas. 3) penyajian data dalam bentuk tabel sesuai dengan aspek yang menjadi
pengamatan, lembar observasi sarana prasarana sesuai dengan standar Permendiknas
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)
Vol. XX, No XX. , September 20XX, pp. XX-XX
P-ISSN: 2442-8868, E-ISSN: 2442-904X, DOI: http://doi.org/10.25273/jpfk.v5i2.50XX
Nomor 24 Tahun 2007, dan manajemen laboratorium dalam bentuk sign sistem dengan
skala bertingkat (rating scale) skor 2 bila lengkap, skor 1 bila kurang lengkap dan skor 0
bila tidak ada. Merekapitulasi skor dan menghitung persentase kemudian data
diklasifikasi seperti Tabel 1.
Table 1. Klasifikasi Standarisasi Sarana Prasarana
Presentase % Klasifikasi
85 < X ≤ 100 Sangat Baik
65 < X ≤ 85 Baik
45 < X ≤ 65 Cukup
25 < X ≤ 45 Kurang
0 < X ≤ 25 Sangat Kurang
Received August 28, 20XX; Revised September 7, 20XX; Accepted September 15, 20XX
60 P-ISSN: 2442-8868 | E-ISSN: 2442-904X
dan lembar kerja siswa melalui Google Sites, yang membantu mereka
mempersiapkan diri sebelum praktik. Siswa juga dapat mengakses penilaian diri
mereka dan mengisi jurnal belajar melalui link yang disediakan. Jurnal belajar
siswa sangat penting untuk refleksi baik bagi guru maupun siswa guna
meningkatkan pembelajaran di masa depan.
Secara keseluruhan, laboratorium IPA SMAN Unggul Aceh Timur
memperoleh rerata persentase 94 % dengan klasifikasi sangat baik dalam hal
ruang, sarana, tenaga laboratorium, dan manajemen laboratorium. Laboratorium
tersebut juga berorientasi pada masa depan dengan digitalisasi informasi,
sehingga siap untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam mendukung
implementasi pembelajaran kurikulum merdeka.
CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa laboratorium IPA di
SMAN Unggul Aceh Timur memiliki standarisasi yang baik. Ruang laboratorium
IPA memperoleh rerata persentase 87 % dengan klasifikasi sangat baik.
Standarisasi terkait dengan perabot, peralatan pendidikan, alat percobaan, media
pendidikan, dan perlengkapan juga memperoleh rerata persentase 95% dengan
klasifikasi sangat baik. Standarisasi tenaga laboratorium memperoleh persentase
90 % dengan klasifikasi sangat baik. Laboratorium ini juga memenuhi standar
laboratorium sesuai dengan Permendikbud Nomor 004/H/AK/2017 dan masuk
dalam kategori A dengan memenuhi 6 kriteria. Dalam implementasi kurikulum
merdeka, laboratorium IPA di SMAN Unggul Aceh Timur siap mendukung
pembelajaran kurikulum merdeka. Hal ini ditunjukkan dengan baiknya
implementasi prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen dengan persentase 90 %.
Laboratorium IPA tersebut memiliki standarisasi baik dan pengelolanya berorientasi
pada masa depan dengan digitalisasi informasi.
REFERENCES
Note The length of the article is between 5000-7000 words.
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), Vol. 5, No. 2, September 20XX, 5X-7X.