Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)

Vol. XX, No XX. , September 20XX, pp. XX-XX


P-ISSN: 2442-8868, E-ISSN: 2442-904X, DOI: http://doi.org/10.25273/jpfk.v5i2.50XX

Analisis Standarisasi Laboratorium IPA Dalam Mendukung


Implementasi Kurikulum Merdeka di SMA Unggul Aceh Timur

Nur Hanifah 1, Firda Maulina 1, Dinda Putri Zulfira 1, Muhammad Meutuah Syahni 1, Nur
Azizah Lubis 5

Department of Physics, Faculty of Education, Universitas


Jalan Setiabudi No. 85, Madiun 63118, Indonesia

e-mail: 1nhanifah497@gmail.com, 2nurazizahlubis@unsam.ac.id

Abstract
This research aims to analyze the effectiveness of the Science Laboratory in high
schools. The research method employed surveys and interviews with teachers and students.
The results demonstrate the positive contribution of the Science Laboratory to students'
learning, enhancing their understanding of concepts and practical skills. Challenges include
limited facilities and constrained practical time. It is recommended for schools to increase
investments in laboratory facilities and equipment, support the procurement of materials, extend
practical time, and provide training for teachers. The Science Laboratory in high schools
provides significant benefits, but improvements are needed to maximize its potential in science
education. Practical work and experiments in the laboratory aid students in grasping scientific
concepts tangibly and developing crucial practical skills. Students also express satisfaction and
enthusiasm towards their learning experiences in the Science Laboratory.
Keywords: Science laboratory, effectiveness of high school curriculum implementation,
facilities.

INTRODUCTION
Pendidikan sains memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman
siswa terhadap konsep ilmiah dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis
serta praktis. Laboratorium IPA merupakan sarana yang vital dalam memfasilitasi
eksperimen, observasi, dan penemuan ilmiah secara langsung. Namun, untuk
mencapai hasil pembelajaran yang optimal, penting untuk memastikan bahwa
laboratorium IPA memenuhi standar dan kualitas yang tinggi.
Laboratorium pendidikan yang selanjutnya disebut laboratorium adalah unit
penunjang akademik pada lembaga pendidikan, berupa ruangan tertutup atau
terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola secara sistematis untuk
kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas, dengan
menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan tertentu, dalam
rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan/atau pengabdian kepada
masyarakat. (Permenpan RB No. 03, 2010), sehingga dimana Laboratorium ini
dikelola oleh Teknisi / Laboran yang sekarang dikenal sebagai Pranata
Laboratorium Pendidikan ( PLP ).
Pemerintah telah menetapkan delapan standar pendidikan melalui PP RI No.
19 Tahun 2005 yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian. Berdasarkan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, Laboratorium adalah salah satu standar
sarana dan prasarana yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan formal
termasuk SMA. Karena itu melalui berbagai program pemerintah telah berupaya
memenuhi kebutuhan laboratorium Fisika SMA mulai dari pengadaan gedung,
prasarana, peralatan dan bahan laboratorium serta penyiapan sumberdaya
manusia melalui pelatihan-pelatihan terhadap para guru tentang pengelolaan
laboratorium. Namun demikian sangat disayangkan hasil-hasil pelatihan tersebut
jarang diimplementasikan.
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, yang menekankan pada pembelajaran
yang lebih kontekstual, kreatif, dan adaptif, standarisasi laboratorium IPA menjadi
aspek yang krusial. Standarisasi laboratorium IPA melibatkan evaluasi menyeluruh
terhadap kondisi laboratorium, praktik pengajaran, dan ketersediaan alat dan
bahan yang digunakan. Dengan analisis yang sistematis, kita dapat
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan laboratorium, serta mengambil langkah-
langkah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Standarisasi
laboratorium IPA adalah serangkaian prosedur, metode, dan praktik yang
dirancang untuk memastikan kualitas, akurasi, keandalan, dan keseragaman dalam
praktik ilmiah di laboratorium ilmu pengetahuan alam (IPA). Tujuan utama dari
standarisasi laboratorium IPA adalah untuk menghasilkan data dan hasil yang
valid, dapat dipercaya, dan dapat direplikasi oleh orang lain.
Salah satu strategi untuk keberhasilan implementasi kurikulum merdeka
adalah memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Salah satu layanannya
adalah praktik di laboratorium, apakah laboratorium di sekolah tingkat menengah
sudah siap dan memenuhi standar untuk mendukung proses belajar siswa dan
mengajar guru. Laboratorium merupakan kompenen fisik yang dapat dilakukan
pengukuran dengan acuan tolak ukur yang pasti, maka diperlukan standar
laboratorium yang dapat mewujudkan untuk praktik baik pembelajaran dalam
mencapai visi, misi, dan tujuan.
Berdasarkan Permendiknas nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana
prasarana menyebutkan bahwa SMA sekurang-kurangnya memiliki 14 prasarana
yang salah satunya adalah laboratorium Fisika. Sedangkan menurut Permendiknas
nomor 26 tahun 2008 tentang standar tenaga laboratorium Sekolah/Madrasah,
pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah
mencakup kepala laboratorium, tenaga teknisi dan laboran.

METHODS
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Mei s.d. 30 Mei
2023 di SMAN Unggul Aceh Timur. Subyek yang menjadi sasaran penelitian ini
adalah kepala laboratorium, asisten alobran, dan guru bidang studi fisika hasil
observasi pengelolaan laboratorium, dokumen managemen laboratorium dan
sarana prasarana laboratorium fisik di SMAN Unggul Aceh Timur. Dari pengamatan
langsung terdapat beberapa dokumen managemen laboratorium meliputi program
kerja tahun 2023, struktur organisasi, SOP alat dan bahan, inventarisasi alat dan
bahan, laporan pengecekan alat dan bahan, laporan kegiatan kebersihan, analisis
kondisi, SOP dan tata tertib penggunaan laboratorium, keselamatan kerja, petunjuk
praktik, dokumen asasmen. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian dengan lembar observasi, lembar angket, pedoman wawancara dan
dokumentasi.
Teknik analisis data adalah sebagai berikut: 1) pengumpulan data menggunakan
teknik observasi untuk memperoleh data sarana prasarana, angket untuk memperoleh
data manajemen laboratorium dan implementasi merdeka belajar, hasil wawancara
untuk mengetahui orientasi masa depan dan digitalisasi informasi, dokumentasi untuk
mendukung data yang sudah diperoleh. 2) reduksi data yaitu merangkum, memilih hal
yang pokok dan penting sehingga hasil reduksi memberikan informasi atau gambaran
secara jelas. 3) penyajian data dalam bentuk tabel sesuai dengan aspek yang menjadi
pengamatan, lembar observasi sarana prasarana sesuai dengan standar Permendiknas
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)
Vol. XX, No XX. , September 20XX, pp. XX-XX
P-ISSN: 2442-8868, E-ISSN: 2442-904X, DOI: http://doi.org/10.25273/jpfk.v5i2.50XX

Nomor 24 Tahun 2007, dan manajemen laboratorium dalam bentuk sign sistem dengan
skala bertingkat (rating scale) skor 2 bila lengkap, skor 1 bila kurang lengkap dan skor 0
bila tidak ada. Merekapitulasi skor dan menghitung persentase kemudian data
diklasifikasi seperti Tabel 1.
Table 1. Klasifikasi Standarisasi Sarana Prasarana
Presentase % Klasifikasi
85 < X ≤ 100 Sangat Baik
65 < X ≤ 85 Baik
45 < X ≤ 65 Cukup
25 < X ≤ 45 Kurang
0 < X ≤ 25 Sangat Kurang

Untuk implementasi kurikulum merdeka dalam bentuk sign sistem dengan


skala bertingkat (rating scale) untuk prinsip pembelajaan bila memilih a skor 1, bila
b skor 2, bila c skor 3, bila d skor 4; untuk prinsip asasmen bila memilih a skor 1,
bila b skor 2 dan bila c skor 3, kemudian skor direkapitulasi dan menghitung
persentase kemudian data diklasifikasi seperti Tabel 1. Data yang lain adalah
standar laboratorium menurut Permendikbud Nomor 004/H/AK/2017 tentang
akreditasi SMA/MA (Ban SM, 2017) menggunakan skala bertingkat (rating scale)
yaitu seperti pada Tabel 2.
Table 2. Klasifikasi Standarisasi Sarana Prasarana
Tingkatan Kategori
A 6 Ketentuan Terpenuhi
B 5 Ketentuan Terpenuhi
C 4 Ketentuan Terpenuhi
D 3 Ketentuan Terpenuhi
E 2 Ketentuan Terpenuhi

RESULTS AND DISCUSSION


Standarisasi laboratorium fisika mengacu pada Permendiknas Nomor 24
Tahun 2007 antara lain a) prasarana: kondisi fisik ruangan, b) sarana pendukung:
ruang staff, ruang persiapan dan penyimpanan, kelengkapan meja kursi, papan
tulis, proyektor, alat dan bahan. Standarisasi luas bangunan minimum juga
mengacu pada pedoman standarisasi minimal bangunan dan perabot Sekolah
Menegah Pertama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2011. Hasil
penelitian standarisasi laboratorium IPA SMAN Unggul Aceh Timur seperti pada
Tabel 3.
Table 3. Hasil Penelitian Standarisasi Laboratorium IPA
Stndarisasi Lab IPA Persentase Kategori
Ruang Laboratorium IPA 87% Sangat Baik
Sarana Laborratorium IPA 95% Sangat Baik
Tenaga Laboratorium IPA 90% Sangat Baik
Managemen Laboratorium IPA 85% Baik
Implementasi Kurikulum 85% Sangat Baik
Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)
Vol. XX, No XX. , September 20XX, pp. XX-XX
P-ISSN: 2549-4996, E-ISSN: 2548-5806, DOI: http://doi.org/10.25273/jpfk.v5i2.50XX

Figure 1. Diagram Persentase Standarisasi Laboratorium IPA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMAN Unggul Aceh Timur,


ditemukan bahwa laboratorium IPA di sekolah tersebut memenuhi standar sarana
dan prasarana yang ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2007. Rata-
rata persentase kelayakan sarana dan prasarana laboratorium, termasuk perabot,
peralatan pendidikan, alat percobaan fisika, media pendidikan, dan perlengkapan
lainnya, adalah 95 % dengan klasifikasi sangat baik. Standar tenaga laboratorium
juga dinilai Sangat baik dengan persentase 90%. Laboratorium tersebut memenuhi
6 kriteria standar laboratorium yang diatur dalam Permendikbud Nomor
004/H/AK/2017 tentang akreditasi SMA/MA, sehingga termasuk dalam kategori A.
Dalam manajemen laboratorium IPA, ditemukan bahwa kepala laboratorium
memiliki kompetensi yang baik dalam penyusunan program, pengelolaan kegiatan,
pembagian tugas teknisi dan laboran, pemantauan sarana dan prasarana, serta
pengawasan dan evaluasi. Secara keseluruhan, manajemen laboratorium
memperoleh persentase 85% dalam klasifikasi baik. Namun, terdapat kelemahan
dalam pembuatan rincian tugas untuk laboran dan teknisi, supervisi, serta evaluasi,
yang perlu menjadiperhatian kepala laboratorium dalam meningkatkan manajemen.
Pada pembuatan lembar kerja siswa untuk praktik, mengacu pada kurikulum 2013
ditambah dengan beberapa tambahan dari kurikulum merdeka belajar. Beberapa
aspek implementasi kurikulum merdeka belajar, seperti prinsip pembelajaran dan
asesmen, memperoleh kriteria baik dengan persentase 85 %. Namun, masih perlu
peningkatan dalam hal ini. Pembelajaran telah mencakup lebih dari 5 model
pembelajaran, dan siswa sudah melaksanakan metode ilmiah saat praktik,
meskipun tidak selalu mempresentasikan hasil praktik. Lembar kerja siswa juga
memuat pengalaman keterampilan abad 21 dengan 4C (Collaboration,
Communication, Critical Thinking, dan Creativity). Literasi digital juga telah
terpenuhi dalam hal pencarian di internet, hypertext, evaluasi isi informasi, dan
menyusun pengetahuan baru. Aspek asesmen termasuk asesmen terencana,
dikomunikasikan, ranah terpadu, penilaian diri, antar teman, reflektif, serta variasi
jenis, teknik, dan instrumen formatif dan sumatif. Hasil wawancara dengan siswa
menunjukkan bahwa mereka dapat dengan mudah mengakses petunjuk praktik

Received August 28, 20XX; Revised September 7, 20XX; Accepted September 15, 20XX
60  P-ISSN: 2442-8868 | E-ISSN: 2442-904X

dan lembar kerja siswa melalui Google Sites, yang membantu mereka
mempersiapkan diri sebelum praktik. Siswa juga dapat mengakses penilaian diri
mereka dan mengisi jurnal belajar melalui link yang disediakan. Jurnal belajar
siswa sangat penting untuk refleksi baik bagi guru maupun siswa guna
meningkatkan pembelajaran di masa depan.
Secara keseluruhan, laboratorium IPA SMAN Unggul Aceh Timur
memperoleh rerata persentase 94 % dengan klasifikasi sangat baik dalam hal
ruang, sarana, tenaga laboratorium, dan manajemen laboratorium. Laboratorium
tersebut juga berorientasi pada masa depan dengan digitalisasi informasi,
sehingga siap untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam mendukung
implementasi pembelajaran kurikulum merdeka.

CONCLUSION
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa laboratorium IPA di
SMAN Unggul Aceh Timur memiliki standarisasi yang baik. Ruang laboratorium
IPA memperoleh rerata persentase 87 % dengan klasifikasi sangat baik.
Standarisasi terkait dengan perabot, peralatan pendidikan, alat percobaan, media
pendidikan, dan perlengkapan juga memperoleh rerata persentase 95% dengan
klasifikasi sangat baik. Standarisasi tenaga laboratorium memperoleh persentase
90 % dengan klasifikasi sangat baik. Laboratorium ini juga memenuhi standar
laboratorium sesuai dengan Permendikbud Nomor 004/H/AK/2017 dan masuk
dalam kategori A dengan memenuhi 6 kriteria. Dalam implementasi kurikulum
merdeka, laboratorium IPA di SMAN Unggul Aceh Timur siap mendukung
pembelajaran kurikulum merdeka. Hal ini ditunjukkan dengan baiknya
implementasi prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen dengan persentase 90 %.
Laboratorium IPA tersebut memiliki standarisasi baik dan pengelolanya berorientasi
pada masa depan dengan digitalisasi informasi.

REFERENCES
Note The length of the article is between 5000-7000 words.

Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), Vol. 5, No. 2, September 20XX, 5X-7X.

Anda mungkin juga menyukai