Anda di halaman 1dari 24

PERAN REMAJA SISWA-SISWI SMA KATOLIK SANTO THOMAS

AQUINO TULUNGAGUNG DALAM PENCEGAHAN STUNTING UNTUK


MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT DAN BERKARYA

KARYA ILMIAH REMAJA

PENYUSUN:
1. Pink Calista Angelique
2. Thea Febina Putri
3. Joseph Gerard Haryanto

TIM KARYA ILMIAH REMAJA (KIR)


SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul tentang PERAN REMAJA SISWA-
SISWI SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO TULUNGAGUNG
DALAM PENCEGAHAN STUNTING UNTUK MEWUJUDKAN
MASYARAKAT YANG SEHAT DAN BERKARYA.

Dalam proses penyusunan karya ilmiah yang disusun untuk memenuhi


persyaratan mengikuti lomba Karya Tulis di Lamongan, kami juga tidak lupa
juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca dan memberikan sumbangsih bagi pihak-
pihak terkait.

Tulungagung, 1 Mei 2023

Tim Penyusun Karya Tulis

2
ABSTRAK

Perkembangan stunting di Indonesia berdasarkan hasil riset studi status gizi balita
Indonesia (SSGBI) 2019 mencatat bahwa jumlah balita stunting di Indonesia saat ini
mencapai 27,67 persen. Jumlah tersebut telah melampaui nilai standar maksimal dari
WHO yaitu sebesar 20 persen atau seperlima dari jumlah total anak balita dalam
suatu Negara. Faktor asupan gizi menunjukkan bahwa 32% remaja putri di Indonesia
pada tahun 2017 berisiko kekurangan energi kronik (KEK). Jika gizi remaja putri
tidak diperbaiki, maka di masa yang akan datang akan menambah calon ibu yang
beresiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melibatkan remaja dapat
memperkuat kontribusi remaja dalam meningkatkan kesehatan remaja Salah satu
bentuk partisipasi kader anak usia sekolah dan remaja dalam pelaksanaan upaya
kesehatan bagi anak usia sekolah dan remaja bertujuan untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat. Tujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemauan remaja
untuk mencegah stunting, metode penyuluhan, diskusi, menonton bersama dan
pemicuan, hasil, dan dampak dilakukannya pengabdian ialah adanya peningkatan
pengetahuan, motivasi dan partisipasi remaja dalam mendukung pencegahan stunting
pada remaja yang ada di SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung.
Kata Kunci: Stunting, pencegahan, remaja

ABSTRACT

The development of stunting in Indonesia based on the results of a 2019 study of the
nutritional status of Indonesian toddlers (SSGBI) noted that the number of stunting in
Indonesia currently reaches 27.67 percent. This amount has exceeded the maximum
standard value of World Health Organization, which is 20 percent or one fifth of the
total number of children under five in a country. Nutrition intake shows that 32% of
girls in Indonesia in 2017 are at risk of having chronic energy shortages (KEK). If
the nutrition of adolescent girls is not improved, then in the future it will increase the
prospective mothers who are at risk. The results of the study show that engaging
teenagers can strengthen the contribution of teenagers in improving adolescent
health. One form of participation of cadres of school-age children and teenagers in
the implementation of health efforts for school-age children and teenagers aims to
foster healthy living habits in order to have knowledge, attitudes and skills to
implement the principle of healthy living. The aim of this activity are increasing the
knowledge, attitudes and willingness of teenagers to prevent stunting. This is used
counseling methods, discussion, watching together and triggering teenagers. The
impact of community service is an increase in the knowledge, motivation and
participation of adolescent in supporting the prevention of stunting in SMA Katolik
Santo Thomas Aquino Tulungagung.
Keywords: stunting, prevention, teenagers

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
ABSTRAK....................................................................................................................3
ABSTRACT...................................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................6
A. Latar Belakang..............................................................................................6
B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah.................................................7
1. Identifikasi Masalah..................................................................................7
2. Rumusan Masalah.....................................................................................8
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................8
1. Tujuan Umum...........................................................................................8
2. Tujuan Khusus..........................................................................................8
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................9
A. Kajian Teoritis..............................................................................................9
2.1 Definisi dan Penyebab Stunting..............................................................9
2.2 Kasus Stunting di Indonesia..................................................................10
2.3 Hakikat dan Peran Remaja....................................................................12
2.4 Pengertian Sosialisasi............................................................................13
B. Jenis Penelitian............................................................................................14
BAB III METODOLOGI DESKRIPTIF................................................................15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................15
B. Fokus Penelitian..........................................................................................15
C. Jenis dan Sumber Data................................................................................15
1. Populasi...................................................................................................15
2. Sampel.....................................................................................................15
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................16

4
E. Teknik Analisis Data...................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................17
A. Hasil............................................................................................................17
B. Pembahasan.................................................................................................20
BAB V PENUTUP.....................................................................................................22
A. Kesimpulan.................................................................................................22
B. Saran............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
LAMPIRAN...............................................................................................................24

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya
gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai
Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal
(Kemenkes RI, 2018).
Permasalahan stunting di Indonesia masih menjadi salah satu pekerjaan utama
yang harus segera diselesaikan hingga saat ini. Data Riskesdas 2018 menunjukkan
29.9% balita di Indonesia mengalami stunting, artinya 3 dari 10 balita di Indonesia
mengalaminya (Kemenkes RI, 2018).

Gambar 1.1 Presentase Hasil Survei SSGI 2022

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan,


prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 21,6% pada 2022. Nusa Tenggara
Timur (NTT) kembali menempati posisi teratas dengan angka balita stunting sebesar
35,3%. Terdapat 18 provinsi dengan prevalensi balita stunting di atas rata-rata angka
nasional. Sisanya, 16 provinsi berada di bawah rata-rata angka stunting nasional,
sehingga semua pihak tetap harus bekerja keras untuk mencapai target penurunan
angka stunting di tahun 2024.
Salah satu faktor utama yang menjadi penyebab angka stunting di Indonesia
masih tinggi adalah ketidakpedulian dan rendahnya pengetahuan umum masyarakat
Indonesia terhadap bahaya dan cara pencegahan stunting. Masyarakat cenderung
hidup dengan pola yang tidak sehat dan tanpa memikirkan kecukupan gizi dalam
tubuh. Padahal salah satu indikator kemajuan dan perkembangan suatu negara dapat
dilihat dari bagaimana angka stunting dan kecukupan gizi di negara tersebut.

6
Kejadian stunting merupakan hal serius yang memiliki efek luas dan besar
jika tidak segera dilakukan penyelesaian secara komprehensif. Maka dari itu, perlu
adanya upaya dari berbagai pihak mulai dari tingkat masyarakat hingga pemerintah.
Pemerintah memiliki berbagai program untuk mengatasi permasalahan stunting, akan
tetapi program tersebut tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan adanya
kesadaran dari masyarakat. Kesadaran masyarakat menjadi bagian utama dari upaya
pencegahan stunting, namun bukan hal yang mudah untuk menumbuhkannya.
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang
meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia &
Adiyanti, 2013).
Melibatkan remaja sebagai agen dalam upaya pencegahan stunting merupakan
strategi yang saat ini sedang dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini, remaja perlu
dibekali pemahaman mengenai pengertian, penyebab, dampak, dan upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah kejadian stunting. Sebagai bentuk peran serta
meningkatkan pemahaman remaja, Tim Ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja dan
Palang Merah Remaja SMA Katolik Santo Thomas Aquino bekerja sama dengan
pihak sekolah akan melaksanakan program sosialisasi pada remaja yang ada di
sekolah mengenai gizi seimbang, penyebab, dampak, dan upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah kejadian stunting.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Masih rendahnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap
stunting dan kecukupan gizi yang baik untuk diri sendiri dan balita.
b. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dinilai belum cukup optimal
dalam menanggulangi kasus stunting di Indonesia.
c. Perlunya alternatif baru dalam mengatasi permasalahan stunting tersebut dengan
salah satu caranya adalah melibatkan remaja dalam mencegah penyebaran stunting
di Indonesia.

7
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, maka dapat dirumuskan ke
dalam rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana peran remaja dalam upaya mencegah stunting dan mewujudkan
masyarakat yang sehat dan berkarya?
b. Apakah bentuk pencegahan yang dapat dilakukan oleh remaja dalam rangka
melaksanakan program pencegahan stunting?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat disusun
tujuan umum dari penulisan ini adalah “gerakan untuk melibatkan remaja dalam
upaya pencegahan stunting melalui program sosialisasi.”

2. Tujuan Khusus
Adapun penjabaran dari tujuan umum yang telah disusun adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan sosialisasi dan edukasi kepada peserta didik tentang materi stunting
dan perbaikan gizi yang baik.
b. Menjadikan remaja sebagai agen utama dalam peran aktif menyukseskan
Indonesia bebas stunting.

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang telah disusun, maka dapat dijabarkan
manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi baru dalam
mengatasi permasalahan stunting dengan melibatkan remaja.
b. Diharapkan bentuk sosialisasi dalam memberi wawasan tentang perbaikan gizi dan
stunting yang dilakukan oleh remaja ini dapat mejadi alternatif solusi yang
diterapkan di sekolah-sekolah lain.
c. Hasil penulisan ini dapat menjadi masukan dan gagasan baru bagi stakeholders
untuk melibatkan remaja dalam mencegah stunting.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis
2.1 Definisi dan Penyebab Stunting
Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan
ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang
bersifat kronis. Stunting diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau
panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau
panjang badan balita di masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Hal
tersebut membuat stunting menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi di
dunia sampai tahun 2024.
Stunting atau perawakan pendek (shortness) adalah suatu keadaan tinggi
badan (TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang mana penentuannya
dilakukan dengan menghitung skor Z-indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U).
Seseorang dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U- nya di bawah -2 SD (standar
deviasi). Kejadian stunting merupakan dampak dari asupan gizi yang kurang, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya angka kesakitan, atau merupakan
kombinasi dari keduanya. Kondisi tersebut masih sering dijumpai di negara dengan
kondisi ekonomi rendah.
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi
terjadi begitu saja sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir
akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan
(PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar
baku who-mgrs (multicentre growth reference study, 2006).
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan
dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para
penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang
bagi Indonesia.
Anak kerdil yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak hanya dialami oleh
rumah tangga/keluarga yang miskin dan kurang mampu, karena stunting juga dialami

9
oleh rumah tangga/keluarga yang tidak miskin/yang berada di atas 40 % tingkat
kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
yang paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya
perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Kurangnya pengetahuan ibu
Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-
6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak
usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Adapun MP-ASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6
bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-
ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat
disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
b. Terbatasnya layanan kesehatan kepada ibu hamil dan sesudah melahirkan
Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia
menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari
65% di 2013 menjadi 41% di 2019 dan anak belum mendapat akses yang memadai
ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum
terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
c. Kurangnya asupan gizi
Keluarga di Indonesia masih banyak yang berada pada kategori ekonomi
menengah ke bawah sehingga masih banyak kesulitan dalam mengkonsumsi
makanan-makanan bergizi dengan harga yang telah diketahui cukup mahal.
d. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang higenis
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di
Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.

2.2 Kasus Stunting di Indonesia


Pada penelitian yang dilakukan oleh Aridiyah, dihasilkan bahwa jumlah ibu
anak balita stunting yang berpendidikan rendah adalah sebesar 96,7% di desa,
sedangkan untuk di kota sebesar 80%. Pada status pekerjaan ibu anak balita stunting
yang berada di wilayah desa terbanyak adalah tidak bekerja sebesar 71%, dan di kota
sebesar 53,3%.

10
Peran sanitasi dalam mempengaruhi kejadian stunting, karena sanitasi yang
buruk akan meningkatkan kejadian sakit, seperti yang disampaikan pada penelitian
Safitri, yaitu uji korelasi antara sanitasi rumah dengan kejadian diare pada balita juga
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Keluarga dengan sanitasi rumah
memenuhi syarat sebagian besar memiliki balita yang tidak terkena diare, begitu pula
sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena sanitasi tidak memenuhi syarat, cenderung
tidak memiliki penyediaan air bersih untuk mencuci tangan dan makanan maupun
membersihkan peralatan makan sehingga kuman dan bakteri penyebab diare tidak
dapat hilang. Penyediaan air berhubungan erat dengan kesehatan. Di negara
berkembang, kekurangan penyediaan air yang baik sebagai sarana sanitasi akan
meningkatkan terjadinya penyakit dan kemudian berujung pada keadaan malnutrisi.
Komponen fasilitas sanitasi yang tidak terpenuhi juga merupakan penyebab
terjadinya diare dalam keluarga. Akses dan sarana toilet yang buruk, serta tidak
adanya fasilitas pengelolaan tinja dan limbah akan menambah resiko terjadinya diare
pada balita dalam keluarga karena persebaran virus, kuman, dan bakteri akan semakin
tinggi.
Faktor lain terkait erat dengan kejadian kasus stunting adalah kejadian kurang
energi kronis (KEK) pada wanita usia subur 15-49 tahun, baik hamil maupun tidak
hamil. Menurut Riskesdas 2013, prevalensi risiko KEK pada wanita hamil adalah
24,2 persen, sedangkan pada wanita tidak hamil adalah 20,8 persen.
Stunting dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terutama riwayat terdahulu
dibandingkan dengan diare yang hanya dilihat dalam waktu yang singkat. Faktor lain
seperti keberagaman pangan baik zat gizi makro dan mikro terdahulu juga dapat
mempengaruhi keadaan stunting pada balita. Diare merupakan penyakit infeksi
metabolisme yang dampaknya dapat langsung dilihat dalam jangka waktu yang
singkat, sedangkan keadaan stunting merupakan malnutrisi yang bersifat kronis
dampak dari keadaan yang terjadi dalam waktu yang lama dan terus-menerus.
Pengaruh orang tua yang merokok baik pada tingkat pengeluaran terendah sampai
yang teratas, dengan prevalensi anak pendek dari orang tua merokok adalah 33,7%
dibanding yang tidak merokok 13,7%. Secara keseluruhan, orang tua merokok
menyebabkan penambahan sekitar 16% kejadian anak pendek dibanding orang tua
tidak merokok.
Banyak faktor yang menyebabkan stunting pada balta, namun karena mereka
sangat tergantung pada ibu/keluarga, maka kondisi keluarga dan lingkungan yang
mempengaruhi keluarga akan berdampak pada status gizinya. Pengurangan status gizi
terjadi karena asupan gizi yang kurang dan sering terjadinya infeksi. Jadi faktor ling-
kungan, keadaan dan perilaku keluarga yang mempermudah infeksi berpengaruh pada
status gizi balita. Kecukupan energi dan protein per hari per kapita anak Indonesia

11
terlihat sangat kurang jika dibanding Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
baik pada anak normal atau pendek.

2.3 Hakikat dan Peran Remaja


Menurut King (2012), remaja merupakan perkembangan yang merupakan
masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 12
tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun.
Menurut Monks (2008), remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
hingga dewasa, Fase remaja tersebut mencerminkan cara berfikir remaja masih dalam
koridor berpikir konkret, kondisi ini disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses
pendewasaan pada diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari usia 12 sampai 21
tahun, dengan pembagian sebagai berikut:
a. Masa remaja awal (early adolescent) yaitu umur 12-15 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent) yaitu umur 15-18 tahun
c. Remaja terakhir umur (late adolescent) yaitu umur 18-21 tahun.
Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja yaitu:
a. Remaja awal (early adolescent) umur 12-15 tahun
Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan yang akan menyertai perubahanperubahan itu, mereka
pengembangkan pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis,
mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia
sudah akan berfantasi erotik.
b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun
Pada tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang jika banyak
teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan mencintai pada diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam
kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli,
ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau materialis, dan
sebagainya.
c. Remaja terakhir umur (late adolescent) yaitu umur 18-21 tahun
Tahap ini merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:
 Minat yang akan tinggi terhadap fungsi intelektualitas.
 Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
dalam pengalaman-penglaman baru
 Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.

12
 Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan dan kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
 Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself) dengan
masyarakat umum (Sarwono, 2010)
Generasi muda sebagai agent of change bertindak untuk menginisiasi
suatu perubahan atau sebagai katalis untuk sebuah proses perubahan dalam suatu
institusi dan menjadi garda terdepann dalam proses perjuangan, pembaruan, dan
pembangunan bangsa. Contoh kegiatan positif yang bisa remaja lakukan sebagai
Agent of Change diantaranya yaitu mengikuti aksi kerelawanan, kegiatan penyuluhan
dan sosialisasi dari komunitas, kegiatan olahraga, kompetisi/lomba-lomba berskala
nasional maupun internasional dan kegiatan positif lainnya.
Remaja sebagai agen perubahan dan garda terdepan dalam kemajuan suatu
bangsa sangat diharapkan untuk dapat melakukan kegiatan-kegiatan bernilai positif
yang akan memberikan dampak kepada perbaikan kehidupan sosial dan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dimulai dari lingkungan sekolah di mana remaja
banyak menghabiskan waktunya pada tempat tersebut.

2.4 Pengertian Sosialisasi


Sosialisasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti upaya
memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh
masyarakat atau pemasyarakatan. Sosialisasi merupakan proses belajar, pada
dasarnya sifat manusia adalah tidak akan pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang
belum diketahuinya, seperti belajar norma-norma untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya, hal tersebut sejalan dengan pendapat Peter L Berger bahwa
sosialisasi merupakan proses dengan mana seseorang belajar menjadi anggota
masyarakat.
Sosialisasi dapat diartikan sebagai setiap aktivitas yang ditujukan untuk
memberitahukan, membujuk atau mempengaruhi masyarakat untuk menambah
wawasan dan mengajak masyarakat mengikuti hal yang disampaikan tersebut.
Kemudian, dalam kaitannya dengan kegiatan sosialisasi yang dimaksud adalah suatu
proses penyampaian informasi kepada khalayak ramai tentang suatu ide/gagasan.
Adapun contoh sosialisasi yang terjadi di sekolah yaitu saat seorang guru
berinteraksi dengan para siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak hanya itu,
sosialsasi juga sering terjadi ketika para siswa bertanya pada guru atau
mengungkapkan pendapat tentang pelajaran di sekolah. Sosialisasi juga dapat
dilakukan antar siswa dan secara mulut ke mulut melalui media tertentu.

13
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Menurut Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula,
yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti.
Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data
yang didapatkan, maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian
tersebut. Maka dari segi besarnya responden atau objek penelitian, metode penelitian
kualitatif memiliki objek yang lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data, bukan kuantitas data.
Adapun bagan alur penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Alur Penelitian Deskriptif Kualitatif

Sedangkan penelitian deskriptif kualitatif, deskriptif yaitu suatu rumusan


masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial
yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Teknik analisis deskriptif
kualitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, serta menyajikan data secara deskriptif. Alasan peneliti memilih desain
penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin mendeskripsikan keadaan yang
akan diamati di lapangan dengan lebih spesifik, transparan, dan mendalam.

14
BAB III
METODOLOGI DESKRIPTIF

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3-6 Mei 2023 pada pukul 09.30 -
12.30 WIB dan bertempat di lingkungan SMA Katolik Santo Thomas Aquino
Tulungagung.

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan prinsip berfokus pada pendapat, pandangan,
dan narasi dari siswa-siswi yang ada di SMA Katolik Santo Thomas Aquino
Tulungagung mengenai apa yang mereka ketahui tentang stunting dan bagaimana
solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah bahaya penyakit tersebut ditinjau dari
peran mereka sebagai agen remaja pembawa perubahan.
Adapun fokus penelitian yang kedua adalah mencari solusi dan alternatif cara
yang dapat dilakukan agar para remaja dapat menjadi agen perubahan dalam
kehidupan sosial bermasyarakat sesuai dengan konteks pencegahan terhadap penyakit
stunting tersebut.

C. Jenis dan Sumber Data


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur
yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama.  Dalam penelitian
ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-siswa yang ada di SMA Katolik
Santo Thomas Aquino Tulungagung beserta seluruh warga sekolah lainnya.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang sebagai
suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri. Teknik yang
digunakan untuk memperoleh sampel yaitu teknik Purposif Sampling yaitu
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang

15
diperlukan. Karena itu, peneliti menetapkan bahwa sampel yang akan dipilih
haruslah siswa-siswi aktif yang ditemui selama proses penelitian.
Sedangkan dalam memilih informan sebagai sampel, peneliti menggunakan
teknik Accidental Sampling yang pada dasarnya memilih siapa saja (baik itu siswa-
siswi sekolah maupun guru/tenaga pendidikan yang ada) yang kebetulan dijumpai
untuk dijadikan sampel.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dengan menggunakan
teknik in-depth interview. Peneliti akan melakukan wawancara tatap muka secara
mendalam kepada 15 orang informan yaitu perwakilan siswa-siswi dari masing-
masing kelas yang ada dan 3 para guru maupun staf/karyawan demi memperoleh
narasi kualitatif serta informasi yang lebih mendalam mengenai sikap informan
termasuk pemahaman serta interpretasi mereka terhadap dampak dan bagaimana cara
pencegahan stunting yang dapat dilakukan oleh remja. Sehingga diharapkan diperoleh
informasi maupun pendapat yang sekiranya terbuka dan jujur sesuai dengan tema
yang dipilih

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban
dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi in-depth interview yang
dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah
penelitian. Peneliti akan melakukan dialog bebas dengan informan, yang nantinya
jawaban informan tersebut akan diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan
landasan teori yang telah ditetapkan. Setelah itu akan ditarik kesimpulan.

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah SMA KATOLIK SANTO
THOMAS AQUINO merupakan salah satu satuan pendidikan dengan
jenjang SMA di Kedungwaru, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung, Jawa Timur.
Dalam menjalankan kegiatannya, SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO
berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sekolah ini menyandang status sebagai sekolah adiwiyata mandiri tingkat
nasional dan telah terakreditasi “A” berdasarkan sertifikat
164/BAP-S/M/SK/XI/2017. berada pada alamat di JL. DR. WAHIDIN SUDIRO
HUSODO 83, Kedungwaru, Kec. Kedungwaru, Kab. Tulungagung, Jawa Timur,
dengan kode pos 66224.
Adapun jumlah peserta didik terbaru yang bersekolah di SMA Katolik Santo
Thomas Aquino Tulungagung pada tahun pelajaran 2022/2023 ini adalah sebanyak
433 siswa. Berikut disajikan rincian jumlah siswa-siswi yang ada di sekolah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Siswa-Siswi SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung
Kelas X Kelas XI Kelas XII
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
72 89 71 72 55 74
Jumlah: 161 Jumlah: 143 Jumlah: 129
Sumber (Database SMAK 2023)
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa-siswi yang
berada di SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung adalah sebanyak 433
siswa. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah dengan mewawancarai
siswa-siswi berjumlah 15 orang dari masing-masing kelas sebagai perwakilan dan
juga beberapa guru maupun staf karyawan yang ada. Tujuan dari wawancara tersebut
adalah untuk mendapatkan data awal tentang bagaimana pandangan siswa-siswi di
sekolah ini dalam menyikapi dan memberikan solusi terkait peran remaja dalam
menyelesaikan permasalahan stunting di Indonesia. Hasil dari wawancara tersebut
selanjutnya akan diolah dalam rangka untuk menyimpulkan solusi terbaik yang daapt
dilakukan oleh remaja dalam mengatasi stunting.
Adapun berikut data rincian informan dan narasumber yang telah dilakukan
pengambilan data dengan teknik wawancara mendalam:

17
Tabel 4.2 Data Narasumber
No Nama Status Pernyataan
1. Thea Febina P. Pelajar Stunting sangatlah berbahaya
jika tidak ditanggulangi.
2. Albert Cheng Pelajar Masih banyak remaja yang
belum paham tentang
stunting.
3. Joseph Gerard Pelajar Stunting adalah penyakit
berbahaya saat ini.
4. Emily Dewiyani S. Pelajar Perlunya langkah konkrit
dalam mencegah stunting.
5. Sevilla Aulora Pelajar Peran remaja sangatlah
penting dalam pencegahan
stunting.
6. Jenifer Magdalena Pelajar Remaja adalah agen
perubahan paling utama
dalam masyarakat.
7. Jessica Agnesya Pelajar Masih banyak remaja yang
belum paham tentang
stunting.
8. Michelle Ezperanza Pelajar Sekolah adalah wadah
pertama dalam upaya
pencegahan stunting dalam
kalangan remaja.
9. Leonard Albert Pelajar Masih rendahnya kepedulian
masyarakat terhadap stunting.
10. Wilma Zasqia Pelajar Stunting adalah penyakit
yang dapat mematikan.
11. Didan Febriano Pelajar Stunting dan remaja saling
berkaitan.
12. Wahyu Gesang Pelajar Pihak sekolah harus
Anugraha menyiapkan langkah nyata
dalam mengatasi stunting.
13. Michelle Florencia Pelajar Remaja harus bergerak dalam
melakukan aksi nyata
pencegahan stunting.
14. Andrean Wibisono Pelajar Belum banyaknya upaya
dalam mengatasi stunting.

18
15. Jovan Alexander C. Pelajar Stunting cukup mematikan
karena menyerang balita.
16. Pink Calista Angelique Pelajar Stunting dapat diatasi dengan
upaya komprehensif dari
remaja dan pihak sekolah.
17. Wily Hartanto, S.Pd. Pengajar Kesadaran siswa-siswi
tentang bahaya stunting
masih rendah dan belum ada
upaya dari lembaga terkait
dalam mensosialisasikan
pencegahannya,
18. Mei Ludiyanto Staf Karyawan Stunting dapat membunuh
penderita yang terkena
olehnya.

Berdasarkan wawancara dan penggalian informasi yang telah dilakukan maka


akan dilakukan teknik analisa dan pembahasan yang lebih mendalam tentang upaya
remaja dalam mencegah stunting. Hasil yang didapatkan dari penelitian terdahulu
juga menyebutkan bahwa dalam melibatkan remaja dapat memperkuat kontribusi
remaja dalam meningkatkan kesehatan remaja. Salah satu bentuk partisipasi kader
anak usia sekolah dan remaja dalam pelaksanaan upaya kesehatan bagi anak usia
sekolah dan remaja bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat.
Adapun cara utama yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan
sosialisasi atau seminar di lingkungan sekolah. Seminar adalah suatu pertemuan yang
bersifat ilmiah untuk membahas suatu masalah tertentu dengan prasarana serta
tanggapan melalui suatu diskusi untuk mendapatkan suatu keputusan bersama
mengenai masalah yang diperbincangkan. Tujuan dari seminar adalah untuk
menemukan cara atau sebuah jalan pemecahan suatu masalah. Karena dalam
membahas masalah, tujuannya adalah mencari pemecahannya. Sehingga
dalam seminar selalu diakhiri dengan kesimpulan atau resolusi. Sedangkan
berdasarkan hasil wawancara tersebut, teknik sosialisasi juga cara paling efektif
dalam menggerakkan suatu massa untuk melakukan ajakan yang bernilai positif.

19
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 15 informan yang merupakan siswa-
siswi di SMA Katolik Santo Thomas Aquino Tulungagung dan juga 3 orang
perwakilan dari guru/staf/karyawan sekolah, maka dapat diambil beberapa poin
penting sebagai berikut:
1. Hampir seluruh informan yang berasal dari siswa-siswi SMA Katolik Santo
Thomas Aquino Tulungagung belum mengetahui tentang apa itu stunting dan
bagaimana bahaya serta cara mencegah penyakit tersebut. Akan tetapi ketiga
informan yang merupakan orang dewasa rata-rata sudah cukup mengetahui perihal
informasi dan bahaya dari stunting tersebut.
2. Rata-rata seluruh jawaban dari informan yang telah diwawancari adalah setuju jika
pencegahan stunting harus mulai dilakukan sejak dini dan dimulai oleh agen
pembawa perubahan tingkat pertama yaitu kalangan remaja.
3. Masing-masing informan yang telah diobservasi dengan pertanyaan mendalam dan
kritis juga sepakat bahwa harus ada tindakan dan langkah nyata khususnya di
lingkungan sekolah dalam rangka menggerakkan remaja yang ada untuk turut serta
berpartisipasi dalam mencegah stunting tersebut.
Oleh karena itu maka kami penulis memberikan saran yang sejak awal kami
usulkan dan juga telah disetujui oleh banyak informan yaitu dengan diadakannya
seminar/workshop/sosialisasi massal yang dilakukan di lingkungan sekolah kepada
seluruh siswa-siswi yang ada. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Khodijah, bahwa stunting merupakan masalah yang masih menjadi
persoalan bagi Indonesia termasuk Bogor yang harus terus ditekan salah satunya ialah
melalui upaya pencegahan. Kegiatan edukasi kesehatan yang melibatkan remaja
meningkatkan pengetahuan dan kemauan remaja untuk berkontribusi dalam
mencegah stunting di wilayahnya. Kegiatan ini berhasil menambah pengetahuan
remaja yang kemudian mendorong semangat kontribusi remaja untuk pencegahan
stunting di wilayahnya melalui pendekatan majelis ta’alim remaja putri. Dalam hal ini
kami sebagai tim ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) akan mengaplikasikan

20
solusi alternatif yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam rangka melibatkan
remaja untuk dapat menyukseskan pencegahan stunting sejak dini.
Adapun konsep dari workshop/seminar yang akan dilakukan yaitu dengan
mengundang narasumber yang berkualitas untuk dapat mengajak peserta workshop
terlibat dan menjadi tersugesti dengan materi yang disampaikan. Pemilihan topik pun
juga harus menarik dan relevan dalam menyasar generasi milenial. Workshop
adalah diskusi atau kerja praktek mengenai subyek tertentu dan ilakukan oleh
sekelompok orang. Mereka membagikan pengetahuan dan pengalaman
mereka. Tujuan workshop adalah memberikan informasi sekaligus pengetahuan
kepada seluruh peserta sesuai bidang yang mereka tekuni. Maka dari itu pemilihan
tema dan narasumber yang tepat akan sangat berpengaruh dalam kesuksesan suatu
workshop.
Pelaksanaan workshop dan seminar tersebut nantinya dilaksanakan sesuai
dengan standar pemerintah dalam mengatasi masalah stunting. Adapun rangkuman
garis besar permasalahan stunting yang akan dibahas dalam seminar/workshop
tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 (Sumber: Kemenkes, 2019)

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Masih rendahnya pengetahuan dan kepedulian remaja di SMA Katolik Santo
Thomas Aquino Tulungagung tentang bahaya dan cara pencegahan stunting
walaupun tingkat kejadian stunting di Indonesia sudah sangat tinggi.
2. Remaja merupakan agen pembawa perubahan terdepan dalam upaya pencegahan
stunting. Hal ini telah disepakati dan disetujui oleh para informan dan beberapa
warga sekolah lainnya.
3. Solusi terbaik yang seharusnya dilakukan adalah dengan mengadakan
seminar/workshop berkualitas sehingga dapat menyosialisasikan permasalahan
stunting ini dengan baik kepada seluruh siswa-siswi.

B. Saran
Sedangkan saran yang dapat diberikan dalam penyusunan karya ilmiah remaja
ini adalah:
1. Diharapkan peran serta dari pemerintah dalam rangka mencegah stunting dari
segala aspek kehidupan sosial sehingga para remaja juga dapat melibatkan diri
mereka dalam upaya pencegahan tersebut.
2. Sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala sosialisasi/seminar/workshop
tentang peran remaja dalam pencegahan stunting ini supaya dapat menjadi
kepedulian dari para remaja tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

Budiastutik, I., & Rahfiludin, M. Z. (2019). Faktor Risiko Stunting pada anak di
Negara Berkembang Risk Factors of Child Stunting in Developing Countries. 122–
126. https://doi.org/10.2473/amnt.v3i3.2019.122-129

Islam, U., Sultan, N., & Kasim, S. (2018). PEMBERDAYAAN REMAJA


BERBASIS MASJID (Studi Terhadap Remaja Masjid Di Labuh Baru Barat). Jurnal
Masyarakat Madani, 3(2), 1–11.

Kementerian Kesehatan. (2018). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.


Semester 1. Kesehatan, K. (2018). Buku KIE Kader Kesehatan Remaja (L. S. R. S. C.
Shafiyyah (ed.)). Kementerian Kesehatan RI.

Sales, J. M., Tamler, I., Powell, L., & Tschokert, M. (2019). Community-Based
Participatory Research As Positive Youth Development For Adolescents: Findings
From The Atlanta Youth Research Coalition Project. Journal of Adolescent Health,
64(2), S25. https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2018.10.060

Sawyer, S. M., Afifi, R. A., Bearinger, L. H., Blakemore, S. J., Dick, B., Ezeh, A. C.,
& Patton, G. C. (2012). Adolescence: A foundation for future health. The Lancet,
379(9826), 1630–1640. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(12)60072-5

TNP2K. (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Stunting Ringkasan.


http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku Ringkasan Stunting.pdf

TNP2K. (2018). Panduan Konvergensi Program/Kegiatan Percepatan Pencegahan


Stunting. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

23
LAMPIRAN

1. Biodata Peserta

Pink Calista Angelique lahir di Semarang, 30 Juni 2006. Tumbuh dan besar di
kota Tulungagung Jawa Timur. Berijasah SDN 3 Ngantru Trenggalek & SMP
Katolik Santa Maria Tulungagung. Merupakan siswi SMA Katolik Santo
Thomas AQUINO di kelas XI Mipa 2. Memiliki hobi bermain bulu tangkis,
bersepeda, memasak dan membuat karya tulis dengan judul “PERAN
REMAJA SISWA-SISWI SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO
TULUNGAGUNG DALAM PENCEGAHAN STUNTING UNTUK
MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT DAN BERKARYA”

Thea febina putri lahir di Tulungagung, 27 Februari 2007. Tumbuh dan besar di
kota Tulungagung Jawa timur. Berijasah SD Katolik Santa Maria
Tulungagung, SMP Katolik Santa Maria. Merupakan siswi SMA Katolik Santo
Thomas AQUINO di kelas X-1. Memiliki hobi traveling dan mendengarkan
musik dan tentu saja membuat karya tulis dengan judul “PERAN REMAJA
SISWA-SISWI SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO
TULUNGAGUNG DALAM PENCEGAHAN STUNTING UNTUK
MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT DAN BERKARYA”

Joseph Gerard Haryanto lahir di Tulungagung, 13 Juli 2007. Tumbuh dan besar
di kota Tulungagung Jawa timur. Berijazah SD Kristen Petra Tulungagung dan
SMP Katolik Santa Maria. Merupakan siswa SMA Katolik Santo Thomas
AQUINO di kelas X-2. Memiliki hobi mendengarkan musik, menggambar, dan
tentu saja membuat karya tulis dengan judul “PERAN REMAJA SISWA-
SISWI SMA KATOLIK SANTO THOMAS AQUINO TULUNGAGUNG
DALAM PENCEGAHAN STUNTING UNTUK MEWUJUDKAN
MASYARAKAT YANG SEHAT DAN BERKARYA”

24

Anda mungkin juga menyukai