Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REPORT

KONSEP DASAR FISIKA KIMA

PRODI S1 PGSD – FIP

Skor Nilai:

USING PHYSICS EDUCATION TECHNOLOGY AS VIRTUAL LABORATORY IN


LEARNING WAVES AND SOUNDS

Shopi Setiawati Maulidah, Eka Cahya Prima

Nama mahasiswa : Tarisha Azalia Ismawan

Nim : 1213311011

Kelas : I pgsd

Dosen Pengampu : Imelda Free Unita Manurung, S.Pd.,M. Pd

Mata Kuliah : Konsep Dasar Fisika kimia

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
Critical Journal Review mata kuliah Konsep Dasar Fisika Kimia ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
atas bimbingannya. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikirannya.

Dan harapan penulis semoga critical Journal review ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi critical book review ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman menulis, penulis yakin masih


banyak kekurangan dalam critical ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan critical book review ini.

Medan, Febuari 2022

Tarisha azalia ismawan

(1213311011)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR....................................................................................4

B. Tujuan Penulisan CJR.................................................................................................4

C. Manfaat CJR................................................................................................................4

D. Identitas Buku Yang Direview.....................................................................................5

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL.................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................10

A. Kelebihan dan Kekurangan jurnal ................................................................................13

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................15

A. Kesimpulan ....................................................................................................................15

B. saran……………..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi CJR

Keterampilan membuat CJR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisi sebuah Jurnal serta membandingkan Jurnal yang dianalisis dengan Jurnal
yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis

Seringkali kita bingung memilih jurnal referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang
kita hanya memilih satu jurnal untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan
misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CJR
Konsep Dasar Biologi ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih jurnal referensi
terkhusus pada pokok bahasa tentang Konsep Dasar Biologi.

B. Tujuan Penulisan CJR


a. Mengulas isi sebuah jurnal
b. Mencari dan mengetahui informasi yang ada didalam jurnal
c. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap dari isi jurnal

C. Manfaat Penulisan CJR


a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah konsep dasar fisika kimia
b. Untuk menambah pengetahuan para pembaca
c. Memudahkan pembaca dalam memahami isi jurnal
d. Menambawah wawasan penulis
e. Melatih penulis berpikir kritis

4
D. Identitas Jurnal

1. Judul Jurnal : Using Physics Education Technology as Virtual Laboratory in


Learning Waves and Sounds
2. Nama Jurnal : journal of science learning
3. Edisi Terbit : 15 August 2018
4. Pengarang Jurnal : Shopi Setiawati Maulidah, Eka Cahya Prima
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Nomor ISSN : 166121
7. Volume :3
8. Alamat Situs : ejournal.upi.edu/index.php/j.slearning

5
BAB II

RINGKASAN BUKU

A. Ringkasan Jurnal

Penelitian ini menganalisis pemanfaatan teknolohi pendidikan sebagai laboratorium


dalam pembeljaran gelombang dan suara, analisisnya adalah dalam hal pelaksaanan
gelombang. satu cara untuk meningkatkan pemahaman siswa. Selain itu, Frewer & Salter
(2002) menyatakan bahwa kerja praktek membantu siswa dalam menghargai bukti sebagai
dasar ilmu pengetahuan dan memperoleh keterampilan langsung. Abraham & Millar (2008)
menyatakan bahwa kerja praktek dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana siswa
memanipulasi dan mengamati benda dan bahan nyata. Untuk melakukan kerja praktek ini,
siswa harus berurusan dengan kegiatan langsung. Diketahui dengan jelas bahwa kegiatan
hands-on dalam pembelajaran IPA biasanya dilakukan di laboratorium, meskipun dapat
juga dilakukan di dalam kelas dan lapangan. Dalam konteks ini, laboratorium merupakan
komponen penting dari pendidikan untuk membuat siswa memperoleh pengalaman
(Tüysüz, 2010).

Laboratorium fisika sangat bermanfaat untuk menunjang proses pembelajaran IPA, namun
memberikan beberapa permasalahan baik bagi siswa maupun guru. Pyatt & Sims (2012)
menyatakan bahwa pengalaman laboratorium fisik mungkin tidak selalu mendorong
perubahan konseptualDalam situasi dunia nyata, siswa tidak memiliki pengalaman seperti
itu dalam. melakukan kegiatan laboratorium. Berdasarkan Tüysüz (2010), terdapat
beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan laboratorium di laboratorium
fisik seperti keterbatasan fasilitas, alokasi waktu yang terbatas, dan kondisi laboratorium
yang tidak mencukupi. Masalah-masalah tersebut terkadang memaksa guru untuk
melakukan kegiatan laboratorium dalam kelompok yang ramai. Lebih lanjut, terkait dengan
masalah keamanan, Tatli & Ayas (2013) menyatakan bahwa melakukan kegiatan
laboratorium di laboratorium fisik mengandung risiko akibat pelepasan gas beracun dan
tidak sedap. Mengingat masalah yang dihadapi dalam menggunakan laboratorium fisika
untuk melakukan kegiatan laboratorium, laboratorium virtual dapat menjadi alternatif yang
lebih baik untuk mengatasi masalah tersebut (Tatli & Ayas, 2013). Laboratorium virtual
mensimulasikan lingkungan dan proses laboratorium nyata dan didefinisikan sebagai
lingkungan belajar. mengubah pengetahuan teoritis menjadi pengetahuan praktis dengan
melakukan eksperimen (Woodfield, 2005). Tiwari & Singh (2011) menambahkan bahwa

6
itu dirancang dan diurutkan sedemikian rupa untuk memberikan nuansa nyata dalam
melakukan eksperimen. Laboratorium virtual terkadang menjadi alternatif yang lebih
disukai, atau hanya lingkungan belajar yang mendukung daripada laboratorium fisik (Tatli
& Ayas, 2013). untuk menggambarkan dan menafsirkan apa adanya (Cohen, Manion &
Morrison, 2007). Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Internasional di
Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalahsiswakelas VIII di Sekolah A. Sampel
penelitian adalah satu kelas di kelas VIII. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah Convenience Sampling. Teknik sampling ini berarti mengambil sekelompok
individu yang (dengan mudah) tersedia untuk dipelajari (Fraenkel, Wallen & Hyun, 1993).
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waves on a String.swf, merupakan
salah satu simulasi dari PhET yang dapat digunakan untuk mempelajari gelombang
transversal dan sifat-sifatnya.

McRobbie (1992). Kuesioner ini diuji lapangan dan divalidasi secara bersamaan dengan
sampel 5447 siswa di 269 kelas di enam negara yang berbeda termasuk Amerika Serikat,
Kanada, Inggris, Israel, Australia, dan Nigeria. Ini juga telah divalidasi silang dengan 1594
siswa Australia di 92 kelas (Fraser & McRobbie, 1995), 489 siswa biologi sekolah
menengah atas di Australia (Fraser & McRobbie, 1995) dan 1592 siswa kimia kelas 10 di
Singapura (Wong & Fraser, 1994). Data persepsi siswa tentang lingkungan laboratorium
IPA yang diperoleh melalui penyebaran angket diolah dengan menghitung skor rata-rata
setiap item. Interpretasi hasil menunjukkan lingkungan laboratorium IPA dalam
pembelajaran gelombang dan suara dengan Teknologi Pendidikan Fisika (PhET) sebagai
laboratorium virtual

2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Istilah penelitian
deskriptif mengacu pada studi yang diketahui untuk menggambarkan dan menafsirkan apa
adanya (Cohen, Manion & Morrison, 2007). Lokasi penelitian ini adalah Sekolah
Menengah Pertama Internasional di Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalahsiswakelas
VIII di Sekolah A. Sampel penelitian adalah satu kelas di kelas VIII. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling. Teknik sampling ini berarti
mengambil sekelompok individu yang (dengan mudah) tersedia untuk dipelajari (Fraenkel,
Wallen & Hyun, 1993). Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah Waves on
a String.swf, merupakan salah satu simulasi dari PhET yang dapat digunakan untuk
mempelajari gelombang transversal dan sifat-sifatnya. Skala kedua adalah Open-
Mindedness. Skala ini memiliki arti sejauh mana kegiatan laboratorium menekankan

7
pendekatan divergen terbuka untuk eksperimen (Fraser, Giddings & McRobbie, 1992).
Skor rata-rata pada skala ini adalah sebanyak 3,73, dengan interpretasi kadang-kadang
terjadi. Skala ini berkaitan dengan eksplorasi siswa dalam melakukan kegiatan
laboratorium virtual. Dalam kegiatan laboratorium virtual ini terdapat instruksi yang
diberikan kepada siswa dalam melakukan kegiatan laboratorium virtual, sehingga
terkadang guru menentukan cara terbaik untuk melakukan kegiatan laboratorium virtual
dan terkadang guru meminta siswa untuk mengeksplorasi simulasi sendiri. Pada percobaan
ini mengunakan alat alat yang ada di sekitar lingkungan sekolah untuk memudahkan siswa
dalam mencoba gelombang da bunyi dan menghemat biaya dan teknologi pada
laboratorium virtual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Istilah
penelitian deskriptif mengacu pada studi yang diketahui untuk menggambarkan dan
menafsirkan apa adanya (Cohen, Manion & Morrison, 2007). Lokasi penelitian ini adalah
Sekolah Menengah Pertama Internasional di Bandung. Populasi dalam penelitian ini
adalahsiswakelas VIII di Sekolah A. Sampel penelitian adalah satu kelas di kelas VIII.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling. Teknik
sampling ini berarti mengambil sekelompok individu yang (dengan mudah) tersedia untuk
dipelajari (Fraenkel, Wallen & Hyun, 1993). Alat peraga yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Waves on a String.swf, merupakan salah satu simulasi dari PhET yang dapat
digunakan untuk mempelajari gelombang transversal dan sifat-sifatnya. skala frekuensi
sebanyak 3 kali, dalam setiap skala, mereka harus mengukur gelombang yang melewati
titik tertentu pada penggaris dalam selang waktu tertentu. Dalam kegiatan ini, siswa tidak
menemukan kesulitan yang berarti. Hasil data setiap kelompok sedikit berbeda satu sama
lain karena masing-masing kelompok memiliki cara yang berbeda untuk memperoleh data.
Kelompok 1 memperoleh data dengan cara langsung menghitung gelombang saat timer
memulai simulasi tanpa jeda terlebih dahulu, sedangkan kelompok 2 memperoleh data
dengan cara menghentikan simulasi terlebih dahulu, kemudian memulai timer, setelah itu
menghitung gelombang dengan mengklik tombol langkah. Selain itu, penentuan titik awal
dalam menghitung gelombang juga dipengaruhi oleh hasil datanya. sampel penelitian ini.
Ini menunjukkan skor item rata-rata setiap skala. Skala pertama adalah Student
Cohesiveness, skala ini berarti sejauh mana siswa mengetahui, membantu, dan mendukung
satu sama lain (Fraser, Giddings & McRobbie, 1992). Rata-rata skor yang diperoleh untuk
skala ini adalah 4,75 dengan interpretasi yang sering terjadi. Artinya proses pembelajaran
dengan menggunakan Teknologi Pendidikan Fisika (PhET) sebagai laboratorium virtual
mendukung kekompakan siswa. Kegiatan laboratorium virtual ini menuntut siswa untuk

8
dapat saling mengenal, membantu, dan mendukung karena harus bekerja dalam kelompok.
Misalnya, dalam salah satu kegiatan menggunakan lab virtual ini, para siswa saling
membantu dengan membagi meja kerja.

Skala kedua adalah Open-Mindedness. Skala ini memiliki arti sejauh mana kegiatan
laboratorium menekankan pendekatan divergen terbuka untuk eksperimen (Fraser, Giddings
& McRobbie, 1992). Skor rata-rata pada skala ini adalah sebanyak 3,73, dengan interpretasi
kadang-kadang terjadi. Skala ini berkaitan dengan eksplorasi siswa dalam melakukan
kegiatan laboratorium virtual. Dalam kegiatan laboratorium virtual ini terdapat instruksi yang
diberikan kepada siswa dalam melakukan kegiatan laboratorium virtual, sehingga terkadang
guru menentukan cara terbaik untuk melakukan kegiatan laboratorium virtual dan terkadang
guru meminta siswa untuk mengeksplorasi simulasi sendiri. Hasil ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa siswa diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi dan memanipulasi variabel eksperimen melalui pengalaman virtual

9
BAB III
PEMBAHASAN

Data yang diperoleh akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis pertama
adalah tentang implementasi gelombang pada aktivitas siswa string sebagai rencana
pembelajaran. Menurut gelombang pada aktivitas siswa string, ada tiga bagian utama
pelajaran, di setiap bagian pelajaran, bagian dari LKS yang direkomendasikan untuk
direvisi akan dijabarkan sebagai berikut. Pada Bagian A, siswa harus mengubah skala
amplitudo dan mengukur tinggi gelombang di awal dan akhir dawai. Karena siswa
menggunakan simulasi dan setting yang sama, maka hasil data setiap kelompok seharusnya
sama. Pada kenyataannya hasil data masing-masing kelompok pada bagian ini berbeda satu
sama lain tetapi mengarah pada kecenderungan yang sama, artinya semakin tinggi skala
amplitudo, semakin tinggi tinggi gelombang di awal dan di akhir dawai. Hal itu terjadi
karena kesalahan paralaks yang disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan titik pangkal
dan puncak gelombang, serta pengaturan gelombang yang digunakan oleh masing-masing
kelompok. Ditemukan bahwa pengaturan osilasi lebih cocok untuk digunakan dalam
memperoleh data dalam menyelidiki amplitudo daripada pengaturan pulsa. Dalam kegiatan
ini, siswa juga menemukan kesulitan lain yaitu tidak memahami beberapa kalimat dalam
tabel data. Untuk meringkas penjelasan sebelumnya, ditemukan bahwa siswa tidak
memahami beberapa kalimat dalam LKS, mengalami kesulitan dalam menentukan basis
dan titik puncak, dan pengaturan Osilasi lebih cocok untuk digunakan dalam kegiatan ini.
Oleh karena itu disarankan untuk mengubah kalimat dengan kalimat yang mudah dipahami,
memberikan contoh kepada siswa tentang cara menentukan alas dan titik puncak dalam
mengukur tinggi, dan menggunakan pengaturan Oscillate sebagai pengganti Pulse.

Pada Bagian B, siswa harus mengukur panjang gelombang di awal & akhir tali. Data
hasil masing-masing kelompok dalam kegiatan ini juga beragam karena setiap kelompok
memiliki cara yang berbeda dalam menentukan titik tengah puncak dalam pengukuran
panjang gelombang. Ditemukan bahwa gambar di lembar kerja berbeda dari simulasi nyata
dari pengaturan yang diinstruksikan. Oleh karena itu,

siswa bingung untuk menentukan puncak mana yang merupakan panjang gelombang 2
karena jarak antara puncak dan palung yang dekat dengan ujung tali tidak dapat terlihat
dengan jelas. Kesimpulan dari penjelasan sebelumnya, ditemukan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam menentukan setengah titik puncak yang akan diukur sebagai panjang

10
gelombang dan gambar pada LKS berbeda dengan keadaan nyata. Karena itu. Disarankan
untuk memberikan instruksi yang jelas tentang cara menggunakan penggaris untuk mengukur
panjang gelombang dan mengubah gambar di lembar kerja dengan kondisi nyata.

Pada Bagian C, pada bagian ini Siswa harus mengubah skala frekuensi sebanyak 3 kali,
dalam setiap skala, mereka harus mengukur gelombang yang melewati titik tertentu pada
penggaris dalam selang waktu tertentu. Dalam kegiatan ini, siswa tidak menemukan
kesulitan yang berarti. Hasil data setiap kelompok sedikit berbeda satu sama lain karena
masing-masing kelompok memiliki cara yang berbeda untuk memperoleh data. Kelompok
1 memperoleh data dengan cara langsung menghitung gelombang saat timer memulai
simulasi tanpa jeda terlebih dahulu, sedangkan kelompok 2 memperoleh data dengan cara
menghentikan simulasi terlebih dahulu, kemudian memulai timer, setelah itu menghitung
gelombang dengan mengklik tombol langkah. Selain itu, penentuan titik awal dalam
menghitung gelombang juga dipengaruhi oleh hasil datanya. dapat dihitung sebagai satu
gelombang melewati penggaris, sedangkan pada titik awal 2, pada saat yang sama
pengguna belum mulai menghitung gelombang. Telah terbukti bahwa ketika pengguna
menggunakan titik awal 1, hasil data akan dihitung 4 gelombang. Sedangkan jika pengguna
menggunakan titik awal 2, maka hasil datanya tidak akan menjadi 4. Untuk meringkas
penjelasan sebelumnya, ditemukan bahwa kelompok 2 memiliki hasil data yang lebih
homogen daripada kelompok 1 dan penentuan titik awal mempengaruhi hasil data. Oleh
karena itu disarankan untuk melakukan sesi latihan bersama dengan guru, karena sesi ini
dimaksudkan agar siswa mengerti tentang cara memperoleh data, dan juga disarankan
untuk memberikan instruksi untuk membuat titik awal dalam menghitung gelombang
serupa. dalam setiap percobaan.

Analisis kedua adalah tentang kognitif siswa. Data kognitif siswa diperoleh melalui
objektif yang terdiri dari 22 soal. Pengujian ini dilakukan dalam waktu dua hari bersamaan
dengan pelaksanaan penelitian. Rekapitulasi hasil tes kognitif siswa dapat dilihat pada
Gambar 1. Rata-rata skor masing-masing tingkat kognitif dalam setiap hari yang
ditunjukkan oleh Gambar 1 diperoleh dengan membagi rata-rata jawaban benar setiap
tingkat dengan jumlah pertanyaan setiap tingkat kali 100%. Berdasarkan tabel 1 tentang
kriteria rata-rata tes kognitif Arikunto (2013), hasil kognitif siswa (dapat dilihat pada
gambar 1) pada tingkat C-2 (memahami) dan C-4 (menganalisis) dipertimbangkan dalam
kriteria sangat baik baik pada hari ke-1 maupun hari ke-2 pelaksanaan penelitian.
Sedangkan hasil kognitif siswa pada taraf C-3 (menerapkan) termasuk dalam kriteria baik

11
pada hari ke-1, dan sangat baik pada hari ke-2 pelaksanaan penelitian. tingkat prestasi
siswa (Tüysüz, 2010). Penelitian sebelumnya juga menyarankan bahwa laboratorium
virtual setidaknya sama efektifnya dengan laboratorium nyata

Analisis ketiga adalah tentang lingkungan laboratorium sains. Data lingkungan


laboratorium IPA diperoleh melalui kuesioner Inventarisasi Lingkungan Laboratorium
Sains (SLEI) yang dibagikan kepada setiap sampel penelitian ini. Skala kedua adalah
Open-Mindedness. Skala ini memiliki arti sejauh mana kegiatan laboratorium menekankan
pendekatan divergen terbuka untuk eksperimen (Fraser, Giddings & McRobbie, 1992).
Skor rata-rata pada skala ini adalah sebanyak 3,73, dengan interpretasi kadang-kadang
terjadi. Skala ini berkaitan dengan eksplorasi siswa dalam melakukan kegiatan
laboratorium virtual. Dalam kegiatan laboratorium virtual ini terdapat instruksi yang
diberikan kepada siswa dalam melakukan kegiatan laboratorium virtual, sehingga
terkadang guru menentukan cara terbaik untuk melakukan kegiatan laboratorium virtual
dan terkadang guru meminta siswa untuk mengeksplorasi simulasi sendiri. Hasil ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa siswa diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi dan memanipulasi variabel eksperimen melalui pengalaman virtual (Pyatt
& Sims, 2012).

Skala ketiga dalam kuesioner SLEI adalah Integrasi. Skala ini memiliki arti sejauh mana
kegiatan laboratorium terintegrasi dengan kelas non-laboratorium dan teori. Skala keempat
adalah Rule Clarity, artinya sejauh mana perilaku di laboratorium dipandu oleh aturan formal
(Fraser, Giddings & McRobbie, 1992). Rata-rata skor pada skala ini adalah sebesar 4,56,
dengan interpretasi yang sering terjadi. Siswa diberikan aturan sebelum melakukan kegiatan
laboratorium virtual. Karena mereka tidak akan berurusan dengan bahan berbahaya, maka
mereka hanya diberi aturan tentang penggunaan laptop sebagai alat bantu pembelajaran
dalam melakukan kegiatan laboratorium virtual. Aturan melarang mereka untuk membuka
aplikasi lain selain adobe flash player dalam proses pembelajaran. Skala keempat adalah Rule
Clarity, artinya sejauh mana perilaku di laboratorium dipandu oleh aturan formal (Fraser,
Giddings & McRobbie, 1992). Rata-rata skor pada skala ini adalah sebesar 4,56, dengan
interpretasi yang sering terjadi. Siswa diberikan aturan sebelum melakukan kegiatan
laboratorium virtual. Karena mereka tidak akan berurusan dengan bahan berbahaya, maka
mereka hanya diberi aturan tentang penggunaan laptop sebagai alat bantu pembelajaran
dalam melakukan kegiatan laboratorium virtual. Aturan melarang mereka untuk membuka
aplikasi lain selain adobe flash player dalam proses pembelajaran. Itu membuat mereka fokus

12
pada aktivitas laboratorium virtual. Skala terakhir adalah Material Environment yang
menanyakan kepada siswa tentang kecukupan peralatan dan bahan laboratorium (Fraser,
Giddings & McRobbie, 1992). Karena kegiatan laboratorium virtual ini hanya menggunakan
laptop dan simulasi PhET sebagai peralatannya, maka skor rata-rata dari skala ini adalah 4,74
dengan interpretasi yang sering terjadi. Artinya, peralatan yang digunakan dalam kegiatan
laboratorium virtual ini sudah cukup memadai untuk mendukung proses pembelajaran dengan
menggunakan Teknologi Pendidikan Fisika (PhET) sebagai laboratorium virtual

A. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal


 Kelebihan Jurnal
 Penjelasan Jurnal ini mudah dipahami serta bahasa yang mudah membuat
pembaca lebih muda dipahami.
 Jurnal ini banyak pendukung para ahlinya
 Jurnal ini mempunyai hasil penelitihan berupa table dan gambar

 Penjelasan Jurnal ini mudah dipahami serta bahasa yang mudah dipahami

 Jurnal ini banyak pendukung para ahlinya

 Jurnal ini sudah ada dokumentasi dan bukti penelitihannya

 Jurnal ini mempunyai gambar dan table

 Penjelasan Jurnal ini mudah dipahami serta bahasa yang mudah membuat
pembaca lebih muda dipahami.
 Jurnal ini banyak pendukung para ahlinya
 Jurnal ini mempunyai hasil penelitihan berupa angka angka

13
 Kekurangan Jurnal
 Segi penulisan terlalu banyak tulisan yang membuat pembaca cepat
bosan
 Tidak di ada bukti gambar sebagai hasil penelitian
 Ukuran tulisan yang sangat kecil

14
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa Waves on
string student activity menurut Esler (2011) dapat diadopsi sebagai RPP dengan beberapa
aspek yang direkomendasikan untuk ditingkatkan sebagai berikut. Pada Bagian A, diperlukan
perubahan beberapa kalimat pada tabel data agar lebih mudah dipahami oleh siswa,
diperlukan perubahan pengaturan dalam memperoleh data kegiatan, dan diperlukan
penambahan contoh yang jelas tentang cara menentukan basis dan titik puncak dalam
mengukur tinggi gelombang di awal dan di akhir. Pada Bagian B, diperlukan instruksi yang
jelas tentang cara menggunakan penggaris untuk mengukur panjang gelombang, dan
mengubah gambar diperlukan untuk mendapatkan data panjang gelombang dengan gambar
simulasi dengan pengaturan yang diinstruksikan. Pada Bagian C, penambahan instruksi
diperlukan untuk melakukan sesi latihan bersama dengan guru, dan penambahan instruksi
untuk membuat titik awal dalam menghitung gelombang serupa di setiap percobaan.
Singkatnya, penggunaan Teknologi Pendidikan Fisika (PhET) sebagai laboratorium virtual
dalam pembelajaran gelombang dan suara menunjukkan hasil yang menguntungkan baik
pada aspek kognitif maupun lingkungan laboratorium sains.

Saran
Jurnal ini sangat bagus apalagi di kalangan mahasiswa materi yang di jelaskan sangat jelas
hanya saja tidak ada bukti table atau gambar sebagai referensi saran saya pada penulis lebih
di kembangkan lagi jurnal sebagus ini. Untuk kedepannya kelemahan atau pun kekurangan
setiap jurnal ini perlu diperbaiki supaya lebih baik lagi dimanfaatkan ataupun digunakan
pembaca sebagai refrensi dalam penelitian ataupun untuk kegunaan lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, I., & Millar, R. (2008). Apakah kerja praktek benar-benar berhasil? SEBUAH
studi tentang efektivitas kerja praktek sebagai pengajaran dan metode pembelajaran di
sekolah sains. Jurnal Internasional Sains ., 30(14), 1945-1969
Arikunto, S. (2013). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Candelas, FA, Puente, ST, Torres, F., Ortiz, FG, Gil, P., & Pomares, J. (2003). Sebuah
laboratorium virtual untuk mengajar robotika. Kompleksitas, 1(10), 11.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Metode Penelitian Pendidikandalam. New
York: Perpustakaan elektronik Taylor & Francis.
Esler, J. (2011). Gelombang pada A String Aktivitas Siswa. [On line]. Diperoleh dari
http://phet-downloads.colorado.edu/files/activities/zip/ 1Januari 2018.
Finkelstein, ND, Adams, WK, Keller, CJ, Kohl, PB, Perkins, K. K., Podolefsky, NS, ... &
LeMaster, R. (2005). Saat belajar tentang dunia nyata lebih baik dilakukan secara
virtual: Sebuah studi tentang mengganti simulasi komputer untuk peralatan
laboratorium. Ulasan Fisik Topik Khusus-Penelitian Pendidikan Fisika, 1(1), 010103.
Fisher, D., Henderson, D., & Fraser, B. (1995). Perilaku interpersonal di kelas biologi
sekolah menengah atas. Penelitian dalam Pendidikan Sains, 25(2), 125-133.
Fraenkel, JR, Wallen, NE, & Hyun, HH (1993). Bagaimana merancang dan mengevaluasi
penelitian dalam pendidikan (Vol. 7). New York: McGraw-Hill. Fraser, BJ, Giddings, GJ,
& McRobbie, CJ (1992). Menilai Iklim Kelas Laboratorium Sains. Pusat Kunci Nasional
untuk Sekolah Sains dan Matematika, 8, 1-13.
Fraser, BJ, & McRobbie, CJ (1995). Ruang Kelas Laboratorium Sains Lingkungan di
Sekolah dan Universitas:LintasNasional Belajar_. Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
1(4), 289-317.
Frewer, L., & Salter, B. (2002). Sikap publik, saran ilmiah dan politik kebijakan regulasi:
kasus SADARI. Ilmu pengetahuan dan kebijakan publik, 29(2), 137-145.
Luketic, CD, & Dolan, EL (2013). Faktor yang mempengaruhi siswa persepsi lingkungan
laboratorium sains sekolah menengah. Penelitian lingkungan belajar, 16(1), 37-47.
Nieh, J., & Vaill, C. (2005). Pengalaman mengajar sistem operasi menggunakan platform
virtual dan linux. Buletin ACM SIGCSE, 37(1), 520-524.
Prima, EC, Oktaviani, TD, & Sholihin, H. (2018). pembelajaran STEM aktif listrik
menggunakan eksperimen berbasis arduino-phet untuk meningkatkan 8th literasi
STEM siswa kelas. Jurnal Fisika: Seri Konferensi. 1013(1), 012030.
Prima, EC, Putri, AR, & Rustaman, N. (2018). Mempelajari Tata Surya Menggunakan
Simulasi PhET untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dan Motivasi. Jurnal
Pembelajaran Sains, 1(2), 60-70.
Pyatt, K., & Sims, R. (2012). Eksperimen virtual dan fisik di laboratorium sains berbasis
penyelidikan: Sikap, kinerja, dan akses. .Jurnal Pendidikan Sains dan Teknologi,
21(1), 133-147

16
Srisawasdi, N. (2012). Persepsi siswa guru tentang komputerisasi praktik laboratorium
untuk pengajaran sains: analisis komparatif. Procedia-Sosial dan Ilmu Perilaku, 46,
4031-4038.
Tatli, Z., & Ayas, A. (2013). Pengaruh Laboratorium Kimia Virtual pada Prestasi Siswa.
Jurnal Teknologi & Masyarakat Pendidikan, 16(1),159-170.
Tiwari, R., & Singh, K. (2011). Virtualisasi disiplin teknik eksperimen untuk laboratorium
jarak jauh berbasis Internet. Australasia .Jurnal Teknologi Pendidikan(4), 671-692
Tüysüz, C. (2010). Pengaruh Laboratorium Virtual terhadap Prestasi dan Sikap Siswa
dalamKimia. Jurnal Online Internasional Ilmu Pendidikan, 2(1). 37-53.
Wong, AF, & Fraser, BJ (1994). Kelas Laboratorium Sains Lingkungan dan Sikap Siswa di
Kelas Kimia di Singapura. Tahunan Asosiasi Riset
JurnalWoodfield, B. (2005). Chemlab virtual memulai. Pendidikan Pearson situsweb 25,
2005

17

Anda mungkin juga menyukai