Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA IDE

Kajian Kebahasaan
Prodi S1 PGSD

SKOR NILAI:

LAPORAN REKAYASA IDE


“Inovasi dalam Meningkatkan Keeksistensian pantun melayu diantara zaman dan
teknologi yang semakin berkembang”

Di Sususn Oleh
NAMA MAHASISWA : Natacia Ounike Simanjuntak (1213311008)

Kelas : I PGSD 2021

Mata Kuliah : Kajian Kebahasaan


Dosen Pengampu : Dr. Edizal Hatmi,S.S.,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Maret 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya saya dapat
mengerjakan dan menyelesaikan tugas laporan rekayasa ide ini sebagai bahan untuk memenuhi
salah satu tugas wajib pada mata kuliah Kajian Kebahasaan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Edizal Hatmi,S.S.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian
Kebahasaan yang telah memberi bimbingan dan arahan untuk menyusun Laporan rekayasa ide
ini, yang membahas tentang “Keeksistensian pantun melayu diantara zaman dan teknologi
yang semakin berkembang”

Saya menyadari bahwa laporan rekayasa ide yang telah dibuat ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyak kekurangan didalam penyusunanan pelaksanaannya. Namun demikian,
penulis selaku peneliti dan pengamat telah berusaha semaksimal mungkin dengan seluruh
kemampuan yang penulis miliki untuk menyelesaikan laporan rekayasa ide ini dengan sebaik-
baiknya. Untuk itu, penulis berharap pembaca berkenan untuk memberikan masukkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun,demi kesempurnaan dalam menyusun laporan rekaysa ide
selanjutnya yang penulis untuk dikemudian hari. Akhir kata, semoga laporan rekaysa ide ini
bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca
umumnya dan penulis khususnya.

Medan, Juni 2022

Natacia Simanjuntak
(1213311008)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. MANFAAT
BAB II
Organilitas Ide dan Kontek Sosialnya7
BAB III Perangkat Yang Di Butuhkan
A. Kamus Rima
B Lagu yang berisikan Pantun
C Audio ataupun Vidio
BAB IV
Ide Turunan dan Konteks Sosialnya
A. Peluang Keterwujudan
B. Nilai-nilai Inovasi
C. Perkiraan Dampak..............................................................................................................13
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pantun merupakan salah satu karya sastra lama yang sampai sekarang masihdipelajari
dari mulai sekolah dasar, hingga sekolah menengah atas. Secara tidak sadar, pantun
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam situasi formal maupun
nonformal. Pada situasi formal, pantun sering digunakan sebagai pemecah suasana tegang
menjadi menyenangkan. Biasanya pantun yang ditampilkan berupa pantun perkenalan
atau pantun jenaka. Sementara, pada situasi nonformal pantun justru lebih sering
digunakan dalam berbagai kegiatan. Contohnya ketika ingin memuji, menolak atau
bahkan mengkritik orang lain bisa dilakukan melalui pantun. Hal itu menunjukan bahwa
pantun bisa dilakukan dalam keadaan bagaimanapun. Tentu saja dengan catatan pantun
yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan saat itu.

Namun, pada kenyataannya pantun ini memiliki permasalahan yang cukup serius di
dalam ranah pendidikan. Kedudukan pantun sebagai puisi lama yang seharusnya
dibudayakan, seolah-olah terus tergeser dengan bermunculannya bentuk-bentuk karya
sastra kekinian di kalangan masyarakat khususnya siswa. Bukan berarti berdasarkan
permasalahan tersebut siswa tidak boleh untuk mempelajari karya sastra lain dalam hal
ini puisi baru, akan tetapi keadaan tersebut memang mengancam keberadaan puisi lama
dalam hal ini pantun, akan semakin tersisihkan dalam lingkup karya sastra khususnya di
dunia pendidikan.

Banyak bukti di lapangan yang memperlihatkan tersisihnya keberadaan pantundalam


ranah pendidikan. Contohnya, pada lomba-lomba seni tingkat nasional, jarang sekali
terdengar ada lomba menulis pantun atau lomba berbalas pantun, berbeda dengan karya
sastra lain seperti puisi atau cerpen yang sering sekali dilombakan. Meski pun di dalam
kurikulum 2013 pantun dan karya sastra lain memiliki porsi yang sama, akan tetapi pada
pelaksanaa kegiatan belajar mengajar bentuk-bentuk puisi baru lebih sering dieksplorasi
dibandingkan dengan puisi lama seperti pantun. Permasalahan tersebut sangat
memprihatinkan, karena secara tidak langsung, guru sendiri yang berperan sebagai

4
pendidik ini justru seakan-akan memberikan contoh kepada siswa bahwa puisi lama
seperti pantun tidak terlalu penting untuk dipelajarisecara mendalam. Permasalahan-
permasalahan tersebut perlu mendapat perhatian lebih, agar kedudukan antara puisi lama
dan puisi baru atau dengan kata lain, karya sastra lama dan karya sastra baru ini memiliki
porsi yang sama dalam pelaksanaan pembelajaran.
Melalui pengamatan di lapangan, permasalahan lain muncul dalam pembelajaran menulis
teks pantun di sekolah. Dari hasil observasi di beberapa sekolah, banyak siswa yang
menganggap remeh pembelajaran pantun, karena sebagian besar siswa beranggapan
bahwa menulis pantun cukup dengan menyamakan rima pada akhir bait. Pada hakikatnya
menulis pantun bukan hanya menyamakan rima semata, akan tetapi dengan menulis
pantun, kita bisa memberikan suatu pelajaran bagi pembaca dengan permainan kata yang
indah.

B. Tujuan Penulisan Rekayasa Ide


Adapun tujuan dari pembuatan laporan rekayasa ide ini ialah untuk memenuhi tugas
KKNI mata kuliah Perkembangan kajian kebahasaan. Kemudian, adapun tujuan yang
secara khusus yaitu:
1. Kualitas siswa dalam menulis pantun sebelum dan sesudah menggunakan model
quantum learning berbasis permainan kata dalam pembelajaran menulis pantun di
kelas eksperimen;
2. Kualitas siswa dalam menulis pantun sebelum dan sesudah tanpa menggunakan
model quantum learning berbasis permainan kata dalam pembelajaran menulis
pantun di kelas kontrol;
3. Mengetahui perbedaan antara kualitas menulis pantun di kelas kontrol dan
eksperimen.

C. Manfaat Penulisan Rekayasa Ide


Rekayasa Ide ini bermanfaat untuk memenuhi pengetahuan penulis dan pembaca.i
rekayasa Ide ini juga menumbuhkan rasa ingin tahu penulis dalam menggali informasi
yang ada.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.Secara

5
praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi guru dan bagi
siswa.
1. Bagi peneliti, dapat memberikan masukan bagaimana menggunakan model
pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam pengajaran.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan studi koparasi bagi penelitian lanjutan
dalam bidang yang relevan.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pengembangan
wawasan suatu model pembelajaran variatif dan inovatifR yang menunjang
keberhasilan pembelajaran, sehingga mampu menarik perhatian dan minat siswa
untuk menulis. Selain itu, dapat memberikan alteratif pemilihan model dalam
pembelajaran menulis teks pantun.
3. Bagi siswa, penelitian ini dapat menarik minat dan motivasi dalam kegiatan
pembelajaran menulis pantun.

D.

6
BAB II
ORIGANILITAS IDE DAN KONTEKS SOSIALNYA

A. Organilitas Ide dan Kontek sosialnya

Pantun merupakan bentuk puisi dalam kesusastraan Melayu yang paling luas dikenal.
Pada masa lalu pantun digunakan untuk melengkapi pembicaraan sehari-hari.Sekarang
pun sebagian besar masyarakat Melayu di pedesaan masih menggunakannya.Pantun
dipakai oleh para pemuka adat dan tokoh masyarakat dalam pidato, oleh para pedagang
yang menjajakan dagangannya, oleh orang yang ditimpa kemalangan, dan oleh orang
yang ingin menyatakan kebahagiaan. Kata pantun mengandung arti sebagai, seperti,
ibarat, umpama, atau laksana. Sebagai contoh kita sering mendengar ucapan-ucapan
“Sepantun labah-labah, meramu dalam badan sendiri”. Kata sepantun dalam susunan
kalimat di atas mengandung arti sama dengan semua yang diungkapkan di depan.
Salah satu ciri khas yang menandai pantun adalah adanya dua larik pertama yang
disebut sampiran atau pembayang dan dua larik kedua yang disebut isi. Sebagai contoh
pantun yang dikemukakan oleh Maman:
Pisang emas dibawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh dibayar
Hutang budi dibawa mati
Hubungan sampiran dan isi, secara semantis sering kali terkesan tidak ada hubungannya.
Perhatikan saja, adakah kaitan antara pisang emas dibawa berlayar dengan hutang emas
boleh dibayar? Demikian juga dengan, bagaimana kita menjelaskan hubungan antara
masak sebiji di atas peti dengan hutang budi dibawa mati? Sebagai sebuah nasehat untuk
menekankan hutang emas boleh dibayar/hutang budi dibawa mati, boleh saja orang
beranggapan bahwa hubungan antara sampiran dan isi lebih merupakan anasir psikologis.
Macam-macam Pantun
Pantun sebagai hasil kesusastraan Melayu dapat dipilah-pilah dalam lima jenis,
yaitu pantun adat, pantun tua, pantun muda, pantun suka, dan pantun duka. Pantun adat
menurut isinya dapat dibagi dalam pantun yang berkenaan dengan tata pemerintahan,

7
sistem kepemimpinan, dan hukum, sedangkan pantun suka berisi ejekan dan teka-teki.
Dalam buku Redaksi Balai Pustaka dijelaskan bahwa pembagian pantun itu dapat
dibagi sebagi berikut :
1. Pantun anak-anak :
a. Pantun bersuka cita
b. Pantun berduka cita
2. Pantun orang muda
a. Pantun dagang atau pantun nasib
b. Pantun muda
c. Pantun jenaka
d. Pantun berkenalan
e. Pantun berkasih-kasihan
f. Pantun berceraian
g. Pantun beriba hati.
3. Pantun orang tua
a. Pantun nasihat
b. Pantun adat
c. Pantun agama
Pantun sebagai Identitas Jati Diri Bangsa Melayu
Apabila diperhatikan pada saat sekarang, banyak orang melayu Riau bisa membaca
pantun dengan indah tetapi sayang tidak disertai pemahaman terhadap nilainilai yang di
kandung oleh pantun. Kejadian tersebut tentu bukan merupakan kabar baik bagi
perkembangan dan eksistensi pantun Melayu. Bagaimana akan mempertahankan,
menggali nilai-nilai luhur, dan menjadikannya sebagai tunjuk ajar untuk membangun dan
mengekalkan identitas Melayu jika pantun hanya dibaca sebagai pelengkap acara, agar
sebuah acara mempunyai nuansa Melayu. Fenomena tersebut, merupakan realitas yang
cukup memprihatinkan karena kegagalan mengkomunikasikan nilai-nilai luhur (message)
dalam pembacaan pantun akan mereduksi pantun menjadi sekedar permainan kata-kata
dan hiburan penyemarak suasana.
Pantun digunakan secara luas oleh orang Melayu dari segala kalangan dan dalam berbagi
kesempatan. Bahwa pantun digunakan dalam bermacam-macam upacara sudah umum

8
diketahui. Akan tetapi pantun juga digunakan pada suatu kesempatan lain seperti ketika
orang saling bertembang, bersambung bahkan secara fisikal.
Peranan Pantun dalam Kehidupan Orang Melayu
Pantun bukan sekedar karya sastra asli Melayu berjumlah empat baris dengan rima abab,
tetapi merupakan cara orang-orang Melayu memahami dan mensakralkan alam
membangun peradaban manusia, dan memperkenalkan diri kepada bangsa-bangsa lain di
dunia. Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad Haji Salleh, bahwa pantun hadir
sebagai sebuah taman bahasa terindah. Bunga-bunganya berwarna warni, dan
wangiannya tanpa bandingan. Bunga-bunga ini disimpan di bibir, dalam ingatan, dalam
tulisan dan upacara harian. Tanpa pantun manusia Nusantara ini menjadi lebih
miskin,lebih kaku dan bisu. Dengannya dia meningkat menjadi ahli falsafah, perenung
alam raya, penggubah hukum, ahli agama dan kekasih yang sedang asyik bercumbu,
penyanyi yang menarik nasib dan anak yang sedang bermain di padang.
Kegemaran orang Melayu berpantun, memberi peluang untuk memanfaatkan pantun
sebagi media dakwah serta menyebarluaskan tunjuk ajar yang sarat berisi pesanpesan
moral kepada masyarakatnya. Tenas Efendi mengatakan bahwa orang tua-tua Melayu
mengatakan, bahwa hakekatnya, di dalam tunjuk ajar itu sudah terhimpun nilainilai luhur
agama, budaya dan norma-norma sosiail yang dianut dalam masyarakatnya. Mereka
menjelaskan bahwa nilai-nilai luhur budaya Melayu tidak dapat dipisahkan dari ajaran
agama Islam, karena Islam adalah sumber dan puncak dari keseluruhan nilai-nilai luhur
dimaksud.

9
BAB III

PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELAKUKAN INOVASI

Perangkat yang dibutuhkan untuk melakukan inovasi atau pun media pembelajaran
dalam mengajar kan sebuah pantun

1. Kamus Rima
Kamus berima adalah kamus khusus yang dirancang untuk digunakan dalam menulis
puisi dan lirik. Dalam kamus berima, kata-kata dikategorikan ke dalam kelas padanan
yang terdiri dari kata-kata yang berima satu sama lain. Mereka juga biasanya mendukung
beberapa jenis sajak yang berbeda dan mungkin juga aliterasi.
2. Lagu yang berisikan Pantun
Dahulu banyak lirik lagu yang menkombinaksikan antara lagu dijadikan dengan pantun
adalah seperti selang pandang, pantun cinta yang di lantunkan oleh rita sugiarto dan
lainya masih banyak lagi. sebenarnya unik dan menarik sih menurut saya karena sajak di
pantun itu mempunyai lirik-lirik yang rapi sehingga akan enak untuk di dengar oleh
telinga kita.
3. Audio ataupun Vidio yang dapat bersumber dari internet, bisa di buat atau pun oleh
Tenaga Pendidik

10
BAB IV

IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIALNYA

A. Peluang Keterwujudan

Memperkenalkan kembali kebudayaan lokal yang kita miliki dapat melalui dunia
pendidikan khususnya untuk siswa-siswa yang baru menempati usia sekolah dasar. Siswa-
siswa pada tingkat sekolah dasar merupakan sasaran terbaik yang bisa dilakukan oleh
masyarakat tentunya oleh para pendidik juga, hal ini dilakukan untuk dapat melestarikan atau
untuk memperkenalkan kembali kebudayaan lokal yang ada di daerah kita, agar para peserta
didik dapat mengetahui kebudayaan lokal yang ada di daerahnya.

Salah satu materi pelajaran sastra Indonesia adalah menulis dan membaca pantun. Pantun
sebagai bagian dari budaya sastra diupayakan untuk dilestarikan melalui proses belajar di
sekolah. Pantun perlu dilestarikan karena mempunyai nilai-nilai etik pergaulan yang luhur
dan nilai-nilai estetik yang mengagumkan. Dengan adanya pendidikan seni dalam
melestarikan kekayaan budaya pesera didik dapat menanamkan jiwa seni didalam diri peserta
didik dan dapat menambah hal baik bagi mereka dapat menanamkan jiwa seni pada diri
peserta didik dengan adanya pendidikan seni dalam melestarikan kekayaan budaya peserta
didik dapat berekspresi dan berkreasi sesuai imajinasi pada diri peserta didik dan dapat
membuat peserta didik menjaga dan melestarikan kekayaan budaya ada di sekolah maupun
diluar sekolah.

Adanya juga Kegiatan ekstrakulikuler kesenian yang diadakan oleh sekolah bertujuan
untuk menanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan yang dimilikinya. Demikian halnya
untuk memudahkan dan memperkaya perbendaharaan kata bersajak sama dengan sampiran
pantun maka dilatihkan pula membuat dan menggunakan daftar kata yang memudahkan
membuat isi pantun yang berbasis kearifan local yang dibantu dengan media kamus rima atau
daftar kosakata yang memiliki persajakan pada suku terakhir.

Peluang keterwujudan dari ide ini sangat besar, karena ide ini tidak memerlukan banyak
perangkat dan jika seorang guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan bagi siswa maka siswa juga akan dapat dengan mudah menerima apa yang
sudah dipraktikan kepada mereka mengenai pantun ini.

11
B. Nilai-Nilai Inovasi
Ide yang dikemukan oleh penulis ini memiliki nilai-nilai inovasi sebagai berikut :
1. Dengan adanya pembelajaran mengenai pantun serta puisi di dalam pendidikan seni
sebagaimana melestarikan kekayaan budaya, pesera didik dapat menanamkan jiwa
seni didalam diri peserta didik dan dapat menambah hal baik bagi mereka dapat
menanamkan jiwa seni pada diri peserta didik dengan adanya pendidikan seni dalam
melestarikan kekayaan budaya peserta didik dapat berekspresi dan berkreasi sesuai
imajinasi pada diri peserta didik dan dapat membuat peserta didik menjaga dan
melestarikan kekayaan budaya ada di sekolah maupun diluar sekolah.
2. Melalui kegiatan ekstrakulikuler yang wajib harus diikuti oleh para peserta didik,
dengan kegiatan ekstrakulikuler tersebut guru berharap siswa-siswanya dapat
mengenal berbagai bentuk kebudayaan yang mereka miliki, dalam hal ini guru
mempunyai harapan besar kepada para siswanya agar mereka dapat memahami
tentang kebudayaan yang mereka miliki dan tetap melestarikan kebudayaan tersebut,
selain itu guru juga berharap siswanya dapat memperkuat atau memperluas
pengetahuannya tentang kebudayaan lokal. Seperti ekstrakurikuler seni tari, tearter
atau drama, seni musik, serta keperamukaan yang dapat diwujudkan dengan adanya
variasi pantun ataupun puisi. Dengan adanya ekstrakulikuler tersebut diharapkan
siswa dapat mengenal berbagai macam budaya lokal yang dimiliki dan berharap
peserta didik dapat melestrikan kebudayaan lokal tersebut, , tentunya mereka akan
lebih senang untuk mencoba atau memperaktikannya langsung.
3. Untuk memudahkan dan memperkaya perbendaharaan kata bersajak sama dengan
sampiran pantun maka dilatihkan pula membuat dan menggunakan daftar kata yang
memudahkan membuat isi pantun yang berbasis kearifan lokal.
4. Pembelajaran menulis pantun yang selama ini dianggap sulit bagi siswa dapat
dilatihkan dengan menggunakan kamus rima dengan berpikir lateral untuk
menghasilkan pantun berbasis kearifan lokal. Hal ini karena kamus rimadapat
memicu siswa dalam membuat sampiran pantun yang memiliki muatan subtansi
dalam kurikulum secara terpadu. Selain itu, kesulitan dalam menentukan ini dibantu
dengan kamus rima yang menuntun siswa dalam mengembangkan isi melalui daftar
nilai-nilai karakter yang sejalan dengan kearifan lokal dan dampaknya.

12
5. Sedangkan untuk mempercepat proses semua itu, dibantu dengan teknik berpikr
lateral. teknik eksplorasi dalam belajar memicu anak mengembangkan kecerdasar
berpikir dan melejitkan imajinasi siswa. berpikir lateral atau berpikir pengarah
perhatian adalah istilah yang diberikan oleh Bono, (2013) dalam sebuah pendekatan
berpikir yakni Cognitif Research Trust (CoRT). yang memungkinkan para guru untuk
meningkatkan kinerja kreativitas meraka.
6. Guru dapat menyuruh Siswa untuk mengamati pantun pada lembar kerja/buku
kemudian mendaftar kata-kata yang memiliki bunyi suku kata akhir yang serupa
dengan suku kata pada kata yang bercetak tebal. kegiatan melengkapi pantun
rumpang, kegiatan menganalisis kesalahan pantun, hingga menciptakan karya pantun.
Alternatif ini bertujuan untuk memperkaya kosakata siswa.
7. Dengan materi pantun lisan yang dapat bersumber dari video atau audio. Guru dapat
memperoleh materi tersebut dari internet, rekaman yang dibuat sendiri, atau
mempraktikkan di depan siswa secara langsung. Materi pantun lisan tersebut dapat
bervariasi, misalnya video (audio visual) atau audio kegiatan berbalas pantun,
musikalisasi pantun, dan pembacaan pantun secara individu. Inovasi berupa media
audio visual dibutuhkan untuk membantu siswa dalam belajar bahasa Indonesia yang
sekaligus memperkenalkan keragaman budaya nasional yang ada.
8. Dengan melakukan Karyawisata yang merupakan sebuah kegiatan berupa kunjungan
kesuatu tempat yang bukan berada didalam kelas dengan tujuan dari kegiatan
pendidikan dan akademis, (Jumiati,2017). Karyawisata juga dapat dikatakan sebagai
upaya dalam pencapaian tujuan pembelajaran dengan mengajak siswa langsung ke
tempat yag berada diluar kelas yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari,
seperti pantun dari berbagai adat atau etnis, sehingga siswa dapat lebih memahami.
Maka dapat diartikan bahwa karyawisata merupakan kegiatan dalam proses
pembelajaran diluar kelas dengan mengunjungi objek secara
langsung dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
C. Perkiraan Dampak
Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh ide yang diajukan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Siswa akan lebih memahami setiap bagian dari sebuah pantun

13
2. Siswa dan guru dapat terus melestarikan budaya pantun ditengah-tengah era Society
5.0
3. Siswa tidak akan beranggapan bahwa mempelajari pantun adalah hal yang sulit
4. Siswa dapat berwisata sambil belajar dengan menerapkan inovasi karyawisata

14
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang
bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris
kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi;
setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada
tuduhan dan sebagainya).
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran. Baris ketiga dan keempat
merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan. Jumlah suku kata dalam tiap baitnya
rata-rata berkisar delapan sampai dua belas. Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan
tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya, dan berdasarkan bentuknya atau
susunannya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan
dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan
lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Tuti Andriani. Pantun Dalam Kehidupan Melayu. 2012. Jurnal Sosial Budaya.

16

Anda mungkin juga menyukai