Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI DAN FALSAFAH KEPERAWATAN

TEORI OREM DAN CALISTA ROY

Dosen Pembimbing

I.G.A Harini, SKM,M. Kes

Disusun Oleh

KELOMPOK 5

Ketua Kelompok

Kadek Oktyana Vandia Manik Mas (P07120222008)

Sekretaris Kelompok

Luh Komang Trinanda Laksmidevi (P07120222022)

Anggota Kelompok

Ni Putu Dyah Ratna Arishanti (P07120222036)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... i
BAB I.................................................................................................................... 1
TEORI OREM DAN CALISTA ROY......................................................................1
A. Teori Orem.................................................................................................1
1. Teori Self Care.......................................................................................2
2. Teori Self Care Deficit.............................................................................3
3. Teori Nursing System.............................................................................4
B. Teori Calista Roy........................................................................................6
1. Manusia..................................................................................................7
2. Lingkungan...........................................................................................10
3. Kesehatan............................................................................................11
4. Keperawatan........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

i
BAB I

TEORI OREM DAN CALISTA ROY

A. Teori Orem

Menurut Cucu Rokhayah, teori Dorothea Orem pertama kali di


publikasikan pada tahun 1971, meliputi tiga konsep terkait perawatan diri,
deficit perawatan diri dan system perawatan. Dorothea Orem
sendiri lahir di Baltomore, anak kedua dari dua bersaudara. Pada
tahun 1930 an lulus dari Providance Hospital School of Nursing di
Washington. Tahun 1939 meraih gelar Bachelor of sience di bidang
Pendidikan dan keperawatan dan tahun 1945 meraih gelar Master of
Sience bidang Pendidikan keperawatan dari universitas Katolik
Amerika.
Tahun 1959 Orem menjabat sebagai Asisten Profesor
Pendidikan Keperawatan di Universitas Katolik Amerika, setelah itu
ia menjadi Dekan Pelaksana di Sekolah Keperawatan dan menjadi
Associate Profesor Pendidikan Keperawatan. Ia meneruskan
membangun konsep keperawatan dan self care sewaktu di Universitas
Katolik tahun 1971, ia menerbitkan bukunya dengan judul Nursing
Concepts of Praktice. Selanjutnya edisi ke dua dan ketiga, diterbitkan
tahun 1980 dan tahun 1985, memperdalam lebih jauh konsep self care
deficit praktik keperawatan.

Menurut Abi Muhlisin dan Irdawati selama tahun 1958-1959


Dorothea Orem sebagai seorang konsultan pada bagian pendidikan
Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan dan berpartisipasi
dalam suatu proyek pelatihan peningkatan praktek perawat (vokasional).
Pekerjaan ini menstimulasi Orem untuk membuat suatu pertanyaan :
“Kondisi apa dan kapan seseorang membutuhkan pelayanan
keperawatan?” Orem kemudian menekankan ide bahwa seorang perawat
itu adalah “Diri sendiri”. Ide inilah yang kemudian dikembangkan dalam
konsep keperawatannya “Self Care”. Pada tahun 1959 konsep keperawatan
Orem ini pertama kali dipublikasikan. Tahun 1965 Orem bekerjasama
dengan beberapa anggota fakultas dari Universitas di Amerika untuk
membentuk suatu Comite Model Keperawatan (Nursing Model
Committee). Tahun 1968 bagian dari Nursing Model Commitee termasuk
Orem melanjutkan pekerjaan mereka melalui Nursing Development
Conference Group (NDCG). Kelompok ini kemudian dibentuk untuk
menghasilkan suatu kerangka kerja konseptual dari keperawatan dan
menetapkan disiplin keperawatan.

1
Orem kemudian mengembangkan konsep keperawatan “self care”
dan pada tahun 1971 dipublikasikan Nursing; Concepts of Practice. Pada
edisi pertama fokusnya terhadap individu, sedangkan edisi kedua (1980),
menjadi lebih luas lagi meliputi multi person unit (keluarga, kelompok dan
masyarakat). Edisi ketiga (1985) Orem menghadirkan General Theory
Keperawatan dan pada edisi keempat (1991) Orem memberikan
penekanan yang lebih besar terhadap anak-anak, kelompok dan
masyarakat.

Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori yang


berkaitan yaitu : 1). Self Care, 2). Self care defisit dan 3) nursing system.
Ketiga teori tersebut dihubungkan oleh enam konsep sentral yaitu; self
care, self care agency, kebutuhan self care therapeutic, self care defisit,
nursing agency, dan nursing system, serta satu konsep perifer yaitu basic
conditioning factor (faktor kondisi dasar).

Postulat self care teori mengatakan bahwa self care tergantung dari
perilaku yang telah dipelajari, individu berinisiatif dan membentuk sendiri
untuk memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya (Abi
Muhlisin dan Irdawati. 2017)

1. Teori Self Care

Untuk memahami teori self care sangat penting terlebih


dahulu memahami konsep self care, self care agency, basic
conditioning factor dan kebutuhan self care therapeutik. Self care
adalah performance atau praktek kegiatan individu untuk
berinisiatif dan membentuk perilaku mereka dalam memelihara
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self care dibentuk
dengan efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk
integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan
perkembangan manusia.

Self care agency adalah kemampuan manusia atau kekuatan


untuk melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan
self care dipengaruhi oleh basic conditioning factors seperti; umur,
jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi
sosial budaya, sistem perawatan kesehatan (diagnostik,
penatalaksanaan modalitas), sistem keluarga, pola kehidupan,
lingkungan serta ketersediaan sumber.

2
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care
demand) adalah merupakan totalitas dari tindakan self care yang
diinisiatif dan dibentuk untuk memenuhi kebutuhan self care
dengan menggunakan metode yang valid yang berhubungan
dengan tindakan yang akan dilakukan.

Konsep lain yang berhubungan dengan teori self care adalah


self care requisite. Orem mengidentifikasikan tiga kategori self
care requisite :

a. Universal meliputi; udara, air makanan dan eliminasi,


aktivitas dan istirahat, solitude dan interaksi sosial,
pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan dan
peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental, lebih khusus dari universal dihubungkan
dengan kondisi yang meningkatkan proses pengembangan
siklus kehidupan seperti; pekerjaan baru, perubahan
struktur tubuh dan kehilangan rambut.
c. Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan
dengan akibat terjadinya perubahan struktur normal dan
kerusakan integritas individu untuk melakukan self care
akibat suatu penyakit atau injury.

2. Teori Self Care Deficit

Merupakan hal utama dari teori general keperawatan


menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang
dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau
terbatas dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan
diberikan jika kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat
terpenuhi atau adanya ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima
metode yang dapat digunakan dalam membantu self care:

a. Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.


b. Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c. Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d. Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
e. Pendidikan.

3
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan
beberapa atau semua metode tersebut dalam memenuhi self
care. Orem menggambarkan hubungan diantara konsep
yang telah dikemukakannya.

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa jika


kebutuhan lebih banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan
dibutuhkan. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat
pada saat memberikan pelayanan keperawatan dapat digambarkan
sebagai domain keperawatan. Menurut Abi Muhlisin (2017) Orem
pada tahun 1991 mengidentifikasikan lima area aktivitas
keperawatan yaitu:

a. Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien


dengan individu, keluarga, kelompok sampai pasien dapat
melegitimasi perencanaan keperawatan.
b. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu
melalui keperawatan.
c. Bertanggung Jawab terhadap permintaan pasien, keinginan
dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat.
d. Menjelaskan, memberikan dan melindungi klien secara
langsung dalam bentuk keperawatan.
e. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain
jika dibutuhkan serta pelayanan sosial dan edukasional
yang dibutuhkan atau yang akan diterima.

4
3. Teori Nursing System

Nursing system didesain oleh perawat didasarkan pada


kebutuhan self care dan kemampuan pasien melakukan self care.
Jika ada self care defisit, self care agency dan kebutuhan self care
therapeutik maka keperawatan akan diberikan. Nursing agency
adalah suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan untuk
orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang
dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui
pelatihan dan pengembangan self care agency. Orem
mengidentifikasi tiga klasifikasi nursing system yaitu:

a. Wholly Compensatori System

Suatu situasi dimana individu tidak dapat melakukan


tindakan self care, dan menerima self care secara langsung
serta ambulasi harus dikontrol dan pergerakan
dimanipulatif atau adanya alasan-alasan medis tertentu.
Ada tiga kondisi yang termasuk dalam kategori ini yaitu;
tidak dapat melakukan tindakan self care misalnya koma,
dapat membuat keputusan, observasi atau pilihan tentang
self care tetapi tidak dapat melakukan ambulasi dan
pergerakan manipulatif, tidak mampu membuat keputusan
yang tepat tentang self carenya.

b. Partly Compensatory System

5
Suatu situasi dimana antara perawat dan klien
melakukan perawatan atau tindakan lain dan perawat atau
pasien mempunyai peran yang besar untuk mengukur
kemampuan melakukan self care.

c. Supportive – Educative System

Pada sistem ini orang dapat membentuk atau dapat


belajar membentuk internal atau external self care tetapi
tidak dapat melakukannya tanpa bantuan. Hal ini juga
dikenal dengan supportive developmental system.

B. Teori Calista Roy

Menurut Sudarta (2015) Sister Calista Roy dilahirkan di Los


Angeles, 14. Oktober 1939 sebagai anak kedua dari keluarga Fabien Roy.
Di usianya yang ke 14, ia mulai bekerja di rumah sakit umum sebagai
petugas pantry, lalu menjadi pekarya, dan akhirnya sebagai tenaga
perawat. Kemudian ia bergabung dengan Sisters of Saint Joseph of
Carondelet. Ia mendapat gelar Bachelor of Arts bidang keperawatan dari
Mount St. Mary's College, Los Angeles tahun 1963. Disusul dengan
Master di bidang perawatan pediatric dari university of California, Los

6
Angeles di tahun 1966. Selain itu juga memperoleh gelar Master dan PhD
bidang Sosiologi pada 1973 dan 1977.

Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam


keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digenakan sebagai
falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. Model
adaptasi Roy adalah system model yang esensial dalam keperawatan.

Teori Calista Roy yang dikenal dengan model adaptasi Calista Roy
merupakan teori model keperawatan yang menguraikan individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara
adaptif serta mampu merubah perilaku yang inefektif. Dalam Teori Calista
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai makhluk holistik yang
berinteraksi secara konstan dengan perubahan lingkungan sebagai sistem
adaptif sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan
proses umpan balik (NP Iriani. 2020)

Menurut NP Iriani (2020) Konsep Calista memiliki empat konsep


sentral yang meliputi: manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan.
Empat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem, yaitu:

1. Manusia

Dalam teori Calista Roy mendefinisikan manusia merupakan


fokus utama dalam keperawatan, penerima asuhan keperawatan,
sesuatu yang hidup menyeluruh (kompleks), sistem adaptif dengan
proses internal (kognator dan regulator) yang aplikasinya dibagi dalam
empat komponen adaptasi (fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi). Teori Calista Roy mengemukakan bahwa manusia
sebagai sebuah sistem adaptif yang meliputi:

a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, dan sosial yang


berinteraksi dengan lingkungan secara terus-menerus.
b. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial. Manusia sebagai sistem
adaptif, dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan
yang mempunyai masukan (input), kontrol, keluaran (output), dan
proses umpan balik (feedback)

7
C. Masukan (input)

Menurut Calista Roy, input adalah sebagai stimulus


yang merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi
dari lingkungan yang dapat menimbulkan respons. Selain itu
sebagai suatu sistem yang dapat menyesuaikan diri dengan
menerima masukan dari lingkungan dalam individu itu sendiri,
dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,
kontekstual, dan stimulus residual. Berikut merupakan
penjelasan dari ketiga stimulus:

a) Stimulus fokal merupakan stimulus internal maupun


eksternal yang secara langsung dapat menyebabkan
ketidakseimbangan atau keadaan sakit yang dialami saat
ini.
b) Stimulus kontekstual merupakan semua rangsangan
yang lain yang datang dalam situasi yang memberikan
efek dari stimulus fokal. Dengan kata lain, stimulus
yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor
pencetus)/keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak
terlihat langsung pada saat ini.
c) Stimulus residual adalah faktor internal maupun
eksternal manusia dengan efek pada situasi saat ini yang
tidak jelas. Merupakan keyakinan dan pemahaman
individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan
tidak sehat atau disebut dengan faktor predisposisi
sehingga terjadi kondisi fokal. Misalnya persepsi orang
tentang anak tunagrahita, gaya hidup, peran, dan fungsi.

8
D. Kontrol

Menurut Teori Calista Roy, proses kontrol seseorang


adalah bentuk mekanisme koping yang digunakan untuk
melakukan kontrol yang terdiri dari subsistem regulator dan
kognator. Subsistem regulator mempunyai komponen input-
proses, dan output. Input stimulus berupa internal atau
eksternal. Transmitter regulator system adalah kimia, neural
atau endokrin. Terjadinya refleks otonom merupakan output
perilaku yang dihasilkan dari regulator sistem, banyak sitem
fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku subsistem
regulator.

Subsistem kognator merupakan stimulus berupa


eksternal maupun internal. Output perilaku dari subsistem
regulator dapat menjadi stimulus umpan balik untuk sistem
kognator. Proses kontrol subsistem kognator berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian, dan
emosi (Nurjanah, 2017). Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih perhatian,
mencatat, dan mengingat.

E. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat


diamati, diukur, atau secara subjektif dapat dilaporkan baik
berasal dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan
umpan balik dari sistem. Calista Roy dalam teorinya
mengidentifikasi output sistem sebagai respons adaptif atau
respons yang maladaptif. Respons adaptif dapat meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila
seseorang mampu memenuhi tujuan hidup, berupa
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi, dan menjadi
manusia yang berkualitas. Sedangkan respons maladaptif
merupakan perilaku yang tidak mendukung tujuan seseorang.

F. Efektor

Calista Roy dalam teorinya mengembangkan proses


internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menerapkan
sistem efektor. Sistem tersebut memiliki empat mode adaptasi,
antara lain; fungsi fisiologis, konsep diri, penampilan peran,

9
dan interdependensi. Berikut merupakan fungsi dari setiap
mode:

a) Fungsi Fisiologis

Fungsi fisiologis yang berhubungan dengan struktur


tubuh dan fungsinya. Calista Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk mengatur sembilan kebutuhan
fisiologis tersebut, yaitu oksigenasi, cairan dan elektrolit,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, fungsi sistem
endokrin, integritas kulit, sensori/indera dan fungsi
neurologis.

b) Konsep Diri

Konsep diri berupa seluruh keyakinan dan perasaan


yang dianut individu dalam satu waktu tertentu, berupa
persepsi dan partisipasi terhadap reaksi orang lain serta
tingkah laku langsung. Konsep diri menurut Calista Roy
terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self. The physical self, yaitu bagaimana seseorang
memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya
dan gambaran tubuhnya. Sedangkan the personal self,
berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-etik,
spiritual, dan perasaan cemas diri orang tersebut.

c) Penampilan Peran

Penampilan peran, yaitu penampilan fungsi peran


yang berhubungan dengan tugas individu di lingkungan
sosial/mode fungsi peran yang mengenal pola-pola interaksi
sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya.

d) Interdependensasi

Interdependensasi, adalah hubungan individu dengan orang


lain dan sebagai support system. Fokus interdependensasi
adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta

10
dan kasih sayang, perhatian, dan saling menghargai. Model
fungsi interdependensasi juga melihat keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan
kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan
tindakan bagi dirinya. Interdependensasi dapat dilihat dari
keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan
menerima.

1. Lingkungan

Dalam teori Calista Roy mengemukakan bahwa lingkungan


merupakan satu kondisi, keadaan, dan pengaruh sekitarnya yang
mempengaruhi perkembangan serta perilaku manusia sebagai individu
atau kelompok, dengan suatu pertimbangan khusus dari mutualitas
sumber daya manusia dan sumber daya alam yang mencakup stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Lingkungan merupakan masukan
(input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya
lingkungan sebagai stimulus internal dan eksternal. Faktor lingkungan
dapat mempengaruhi seseorang dan dapat dikategorikan dalam
stimulus fokal, kontekstual, dan residual.

2. Kesehatan

Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia


secara utuh dan integrasi secara keseluruhan. Sehat merupakan cermin
dari adaptasi yang merupakan interaksi manusia dengan lingkungan.
Definisi kesehatan menurut Calista Roy lebih dari tidak adanya sakit
tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Sehat bukan berarti tidak
terhindarkan dari kematian, penyakit, ketidakbahagiaan, dan stress
akan tetapi merupakan kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut
dengan baik.
Proses adaptasi termasuk fungsi holistik (bio-psiko-sosio-spiritual)
untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan
integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan
lingkungan dua bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai
dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang
membutuhkan sebuah respons. Perubahan-perubahan tersebut adalah
stressor-stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor-faktor

11
kontekstual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan
interaksi yang biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah
mekanisme koping yang merangsang menghasilkan respons adaptif
dan inefektif. Melalui adaptasi energi individu dibebaskan dari upaya-
upaya koping yang tidak efektif dan dapat digunakan untuk
meningkatkan integritas, penyembuhan, dan meningkatkan kesehatan.
Integritas menunjukkan hal-hal yang masuk akan yang mengarah pada
kesempurnaan atau keutuhan.

3. Keperawatan

Menurut Iriani NP tahun 2020, Teori Calista Roy secara spesifik


menggambarkan keperawatan sebagai ilmu dan praktik dari
peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan
untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan dianggap
sebagai ilmu dan praktik meningkatkan adaptasi agar individu dan
kelompok dapat berfungsi secara holistik melalui aplikasi proses
keperawatan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan
ilmu keperawatan dan praktik keperawatan yang berdasarkan ilmu
keperawatan yang terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan.
Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptif individu
dengan lingkungan dengan menggunakan empat cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensasi.
Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi
terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup, dan kematian dengan
damai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rokhayah, Cucu. 2021. Buku Monograf. Yogyakarta: The Journal Publishing

Muhlisin, Abi. Irdawati. 2017. Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan dalam
Proses Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2:
97-100

Nurjanah. 2017. Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan dalam Proses
Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2. No. 2: 97-100

NP Iriani. 2020. Teori Calista Roy Pada Anak Tunagrahita 01, no.1: 1-44

Sudarta. 2015. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Pasien
Menggunakan Pendekatan Teori Sister Callista Roy di RSUD Ulin Banjarmasin
01, no.1 : 10-33

13

Anda mungkin juga menyukai