Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KLIPING

BAHASA
INDONESIA
RUMAH
ADAT
DAN
TARIAN DI
ADAT S
U
YANG ADA S
U
DI N
INDONESI OLEH :
A ALDI MENDROFA
KELAS XII-IPA 1

GURU PENGASUH :
Bpk. MEI DARMA BAKTI MENDROFA, S.Pd.

SMA NEGERI 1 HILIDUHO


T.A 2020/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan Tugas Kliping saya yang berjudul “Rumah Adat Indonesia dan Penjelasannya”. Saya
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Guru Bahasa Indonesia saya, yang bernama Bpk. Mei Darma
Bakti Mendrofa, S.Pd. yang telah memberikan tugas ini. Dalam tugas hal ini banyak manfaat yang
saya temukan terutama dalam menambah wawasan saya dalam mengenali Rumah Adat Di Indonesia
dan walaupun hanya sebagaian saja yang saya cantumkan akan tetapi dengan hal ini saya bisa mampu
menggali informasi rumah adat yang ada di Indonesia sebagaianya. Akan tetapi tidak mengurangi
dalam menambah wawasan saya kedepannya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya, yang sudah memberikan
dukungan dan motivasi bagai saya dalam menjalankan tugas ini dengan baik. Saya sadar, ada banyak
hal kekurangan dan kelemahan baik dalam penyusunan maupun penulisan daam pembuatan tugas ini.
Untuk itu, saya mengharapkan saran dan kritik kepada teman-teman, sahabat, dan pembaca yang
sifatnya membangun guna merevisi tugas ini kedepannya. Sehingga tugas ini bisa terselesaikan dengan
baik.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Penulis,

ALDI MENDROFA
RUMAH ADAT INDONESIA BESERTA PENJELASANNYA

1. Provinsi DI Aceh atau Nanggro Aceh Darussalam atau NAD


Rumah Adat Tradisional : Rumoh Aceh

Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan


Rumoh Aceh . Rumah adat ini bertipe rumah
panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian
tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh
yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë
teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt
(serambi belakang). Sedangkan 1 bagian
tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).

2. Provinsi Sumatera Utara atau Sumut


Rumah Adat Tradisional : Rumah Adat Nias Omo Sebua dan Omo Hada

Dulunya Omo Sebua dijadikan sebagai tempat


pertahanan ketika Suku Nias masih dalam masa
peperangan. Namun seiring berjalannya waktu,
jenis rumah adat ini dibangun secara khusus
untuk Kepala Desa, sehingga letaknya di pusat
desa. Omo Sebua umumnya memiliki bentuk
atap yang menjulang dan dibangun di atas

tumpukan kayu ulin besar.


Tangga sempit menjadi satu-satunya akses untuk masuk ke rumah. Salah satu ciri khas paling
menonjol dari jenis rumah adat ini yaitu memiliki tinggi mencapai 16 meter.
Berbeda dengan Omo Sebua, jenis rumah adat
Omo Hada diperuntukkan bagi kaum biasa atau
jelata. Setiap rumah mempunyai 6 tiang utama
untuk menyangga semua bangunan, dua tiang ada
di kamar utama dan empat tiang di ruang tengah.
Tidak banyak yang istimewa dari arsitektur Omo
Hada

3. Provinsi Sumatera Barat / Sumbar


Rumah Adat Tradisional : Rumah gadang
Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah
Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut
secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah
surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut
namun belum menikah.

4. Provinsi Riau
Rumah Adat Tradisional : Rumah melayu selaso jatuh kembar

Balai salaso jatuh adalah bangunan seperti


rumah adat tapi fungsinya bukan untuk
tempat tinggal melainkan untuk musyawarah
atau rapat secara adat. Sesuai dengan
fungsinya bangunan ini mempunyai macam-
macam nama antara lain : Balairung Sari,
Balai Penobatan, Balai Kerapatan dan lain-
lain. Bangunan tersebut kini tidak ada lagi,
didesa-desa tempat musyawarah dilakukan di
rumah Penghulu, sedangkan yang menyangklut keagamaan dilakukan di masjid. Ciri - ciri Balai Salaso
Jatuh mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah, karena itu dikatakan
Salaso Jatuh. Semua bangunan baik rumah adat maupun balai adat diberi hiasan terutama berupa
ukiran.

5. Provinsi Jambi
Rumah Adat Tradisional : Rumah panggung
Rumah tinggal orang Batin disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo. Bentuk bubungan Rumah Lamo
seperti perahu dengan ujung bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah lamo
berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m dan lebar 9 m. Bentuk empat
persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan
dengan fungsinya, dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.

6. Rumah Limas (Rumah Adat Provinsi Sumatera Selatan/Sumsel)

Rumah Limas Merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari namanya, jelaslah
bahwa rumah ini berbentuk limas. Bangunannya bertingkat-tingkat dengan filosofi budaya tersendiri
untuk setiap tingkatnya. Tingkat-tingkat ini disebut masyarakat sebagai bengkilas.

Bahan material dalam membuat dinding, lantai, serta pintu menggunakan kayu tembesu. Sementara
untuk tiang rumah, pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan air. Berbeda dengan rangka
rumah yang terbuat dari kayu Seru. Kayu ini cukup langka. Kayu ini sengaja tidak digunakan untuk
bagian bawah Rumah Limas, sebab kayu Seru dalam kebudayaannya dilarang untuk diinjak atau
dilangkahi.

7. Rumah Nuwo Sesat (Rumah Adat Provinsi Lampung)


Rumah Adat Lampung umumnya terdiri dari bangunan tempat tinggal disebut Lamban, Lambahana
atau Nuwou, bangunan ibadah yang disebut Mesjid, Mesigit, Surau, Rang Ngaji, atau Pok Ngajei,
bangunan musyawarah yang disebut sesat atau bantaian, dan bangunan penyimpanan bahan makanan
dan benda pusaka yang disebut Lamban Pamanohan
Rumah adat orang Lampung biasanya didirikan dekat sungai dan berjajar sepanjang jalan utama yang
membelah kampung, yang disebut tiyuh. Setiap tiyuh terbagi lagi ke dalam beberapa bagian yang
disebut bilik, yaitu tempat berdiam buway . Bangunan beberapa buway membentuk kesatuan teritorial-
genealogis yang disebut marga. Dalam setiap bilik terdapat sebuah rumah klen yang besar disebut
nuwou menyanak. Rumah ini selalu dihuni oleh kerabat tertua yang mewarisi kekuasaan memimpin
keluarga.

8. Rumah Bubungan Lima (Rumah Adat Provinsi Bengkulu)

Rumah Bubungan Lima adalah rumah adat resmi Provinsi Bengkulu. Rumah Bubungan Lima
termasuk jenis rumah panggung. “Bubungan lima” sejatinya merujuk pada atap dari rumah panggung
tersebut. Selain “bubungan lima”, rumah panggung khas Bengkulu ini memiliki bentuk atap lainnya,
sperti “bubungan limas”, “bubungan haji”, dan “bubungan jembatan”. Material utama yang digunakan
adalah kayu medang kemuning atau surian balam, yang berkarakter lembut namun tahan lama.
Lantainya terbuat dari papan, sementara atapnya terbuat dari ijuk enau atau sirap. Sementara di bagian
depan, terdapat tangga untuk naik-turun rumah, yang jumlahnya biasanya ganjil (berkaitan dengan
nilai adat).

9. Rumah Kebaya (Rumah Adat Provinsi DKI Jakarta)


Rumah Kebaya adalah rumah adat yang difungsikan sebagai tempat tinggal. Rumah ini terbuat dari
kayu dan berbentuk persegi empat. Umumnya bagian atap sudah terbuat dari genteng tanah liat.
Serambi terdapat di bagian depan digunakan sebagai ruang menerima tamu atau tempat
bercengkerama.
Bagian dalam rumah terdiri atas beberapa kamar. Dapur terletak di bagian belakang rumah. Sementara
itu, kamar mandi biasanya terpisah di luar rumah. Halaman rumah cukup luas ditanami berbagai
tanaman buah tropis khas betawi. Di belakang atau samping rumah umumnya terdapat kandang hewan
ternak.

10. Rumah Kasepuhan (Rumah Adat Provinsi Jawa Barat)

Rumah adat Jawa Barat yang saat ini sangat sulit dijumpai dimasyarakat, kalaupun ada tentu letaknya
didesa-desa. Material yang digunakan untuk membangun rumah adat ini masih alami seperti kayu,
bambu, batu, ijuk dan juga dedaunan.
Rumah Joglo terdiri dari 2 bagian utama yakni Pendapa dan Dalam. Bagian Pendapa adalah bagian
depan Joglo yang punya ruangan luas tanpa sekat, biasanya digunain buat menerima tamu atau ruang
bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian Dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa
ruangan kamar dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi. Rumah Joglo dihiasi dengan ukir-
ukiran bermacam-macam motif yang sarat dengan simbol dan makna.

PAKAIAN ADAT INDONESIA


1. Provinsi Nanggro Aceh Darussalam - Pakaian Adat Tradisional Ulee Balang

Pakaian adat tradisional Aceh biasa adalah Ulee Balang, pakaian tersebut biasanya digunakan oleh
para raja dan keluarganya.

2. Provinsi Sumatera Utara - Pakaian Adat Nias

Pakaian adat masyarakat Suku Nias dibedakan menjadi dua, yaitu untuk laki-laki dan juga perempuan.
Untuk laki-laki pakaian adatnya dinamakan baru ohalu, dan untuk pakaian adat perempuannya diberi
naman oroba si’oli. Pakaian adat masyarakat Suku Nias biasanya memiliki warna emas yang
dipadukan dengan warna lainnya, contohnya hitam, putih dan merah. Warna pada pakaian adat
masyarakat Suku Nias memiliki filosofi tersendiri, yaitu:
 Warna kuning yang biasanya dipadukan dengan corak persegi empat dan bunga kapas sering
digunakan oleh bangsawan. Hal tersebut menggambarkan kekuasaan, kekayaan, kemakmuran dan
juga kejayaan.
 Warna merah yang dipadukan dengan corak segitiga, sering digunakan oleh para prajurit. Hal
tersebut menggambarkan keberanian para prajurit.
 Warna hitam sering digunakan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Hal tersebut
menggambarkan kesedihan, kewaspadaan dan ketabahan.
 Warna putih yang digunakan oleh para pemuka agama. Hal tersebut menggambarkan kemurnian
dan kedamaian.

3. Provinsi Riau - Pakaian Adat Tradisional Melayu


Pakaian adat tradisional Riau adalah pakaian adat tradisional Melayu. Di Riau ada 3 macam pakaian
adat tradisional Melayu yaitu Siak Riau, Indragiri dan Bengkalis Riau.

 (Pakaian Adat Tradisional Siak Riau, Indragiri dan Bengkalis Riau)

4. Provinsi Kepulauan Riau - Pakaian Adat Tradisional Belanga

Untuk pakaian adat tradisional pria, baju yang dipakai adalah baju Melayu  berupa atasan yang disebut
teluk belanga. Busana ini terdiri dari celana, kain sampin, dan songkok atau penutup kepala. Untuk
perempuan, pakaian yang dipakai berupa baju kurung, kain, dan selendang. Selendang dipakai dengan
cara disampirkan di bahu.

5. Provinsi Jambi - Pakaian Adat Tradisional Melayu Jambi

Pakaian adat tradisional Jambi sama seperti yang ada di daerah Pulau Sumatera yang lain, yaitu
pakaian adat tradisional Melayu. Pakaian adat tradisional Melayu dari Jambi ini biasanya lebih mewah
daripada pakaian yang digunakan sehari-hari karena disulam dengan benang emas dan dihiasi dengan
berbagai hiasan yang mewah untuk kelengkapannya.
6. Provinsi Sumatera Selatan - Pakaian Adat Tradisional Aesan Gede

Pakaian adat tradisional Sumatera Selatan adalah Aesan Gede. Baju adat tradisional ini terinspirasi dari
zaman kerajaan Sriwijaya yang dulunya berjaya di daerah Sumatera Selatan.

7. Provinsi Bangka Belitung - Pakaian Adat Tradisional Paksian

Pakaian adat tradisional Bangka Belitung adalah Paksian. Untuk perempuan biasanya memakai baju
kurung berwarna merah yang berbahan kain sutra dan kepalanya memakai mahkota yang biasa disebut
dengan nama Paksian. Sedangkan untuk laki-laki menggunakan sorban atau yang biasa disebut
masyarakat Bangka Belitung sebagai Sungkon.

8. Provinsi Bengkulu - Pakaian Adat Tradisional Bengkulu


Pakaian adat tradisional wanita di Bengkulu mengenakan baju kurung berlengan panjang, bertabur
corak-corak, sulaman emas berbentuk lempengan-lempengan bulat seperti uang logam. Pakaian adat
tradisional pria terdiri atas jas, sarung, celana panjang, alas kaki yang dilengkapi dengan tutup kepala
dan sebuah keris.

9. Provinsi Lampung - Pakaian Adat Tradisional Tulang Bawang

Pakaian adat tradisional Lampung bila dicermati terdapat perbedaan antara lampung pesisir dengan
lampung daratan tetapi pada dasar masih sama yaitu menggunakan kain tapis di hias dengan logam
kuningan yang memper indah dan mebuat mewah, sedangkan kain tapis adalah suatu kain yang
ditenun secara manual dengan menggunakan tinta mas yang di ukir dengan tangan tangan terampil
hingga membuat yang memakai pakaian penganten tersebut terlihat lebih berwibawa.

Anda mungkin juga menyukai