Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

HALUSINASI
Dosen Pengampu : Eka Rudi Purwana, SST.,Mes

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Azura Zahrani P07120421047
2. Fasya Artha Putri P07120421053
3. Hartini P07120421059
4. Meysha Puji Lestari P07120421071
5. Nurhayati Apriliyana P07120421077
6. Samratul Qalbi P07120421081
7. Lalu Beni Pramudita P07120421065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan untuk kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
berupa Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Halusinasi” ini. Tanpa
rahmat dan karunia-Nya, kami tentu tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih banyak untuk dosen
pengampu atau dosen pembimbing yaitu Bapak “Eka Rudi Purwana, SST.,Mes ”
yang telah memberikan kesempatan serta bimbingan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih untuk beberapa
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami tentu menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Untuk itu, kami mohon maaf dan sangat mengharapkan kritik serta
saran yang membangun untuk penyusunan makalah yang lebih baik lagi. Kami
berharap dengan disusunnya makalah ini, pembaca dapat mengambil manfaat dan
kegunaan untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam proses pembelajaran.
Demikian makalah yang kami buat , kami ucapkan terima kasih.

Mataram, 13 April 2023


Hormat kami,

Kelompok

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB – I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB – II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
I. TINJAUAN TEORI KASUS .................................................................. 3
A. Definisi Halusinasi ............................................................................. 3
B. Etiologi Halusinasi ............................................................................. 3
C. Klasifikasi Halusinasi ........................................................................ 6
D. Proses Terjadinya Halusinasi ............................................................. 7
E. Pohon Masalah Pada Halusinasi ....................................................... 8
F. Tanda dan Gejala Halusinasi ............................................................. 9
G. Mekanisme Koping Halusinasi .......................................................... 9
H. Penatalaksanaan Halusinasi ............................................................... 10
II. TINJAUAN KEPERAWATAN ............................................................. 12
A. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 13
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 14
D. Implementasi Keperawatan ................................................................ 24
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 27
F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan ................................................... 31
BAB – III PENUTUP ..................................................................................... 32
A. Kesimpulan ................................................................................................ 32
B. Saran ........................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 33
LAMPIRAN ................................................................................................... 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Abdul (2011) gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderita pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Individu yang sehat jiwa terdiri dari: menyadari sepenuhnya kemampuan
dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar. mampu bekerja
produktif dan memnuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperan serta dalam
lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa
nyaman bersama dengan orang lain.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Individu yang sehat
jiwa terdiri dari: menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
mengahdapi stres kehidupan yang wjar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, dapat berperab serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan meresa nyaman bersama
dengan orang lain (Abdul.2011).
Salah satu gangguan jiwa yaitu halusinasi. Halusinasi adalah penerapan
(persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra seseorang yang
terjadi pada keadaan sadar bangun dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikotik ataupun histerik. Secara singkat halusinasi adalah penerapan atau
pengamatan palsu (Candra, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2. Apa etiologi halusinasi?
3. Apa saja klasifikasi halusinasi?
4. Bagaimana proses terjadinya halusinasi?
5. Bagaimana pohon masalah halusinasi?
6. Bagaimana tanda dan gejala halusinasi?

1
7. Bagaimana mekanisme koping halusinasi?
8. Bagaimana penatalaksanaan halusinasi?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien halusinasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi halusinasi
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi halusinasi
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja klasifikasi halusinasi
4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses terjadinya halusinasi
5. Untuk mengetahui bagaimana pohon masalah pada halusinasi
6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tanda dan gejala halusinasi
7. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme koping halusinasi
8. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penatalaksanaan halusinasi
9. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep asuhan keperawatan
pada pasien halusinasi

2
BAB II
PEMBAHASAN
I. TINJAUAN TEORI KASUS
A. Definisi Halusinasi
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Menurut
muhith (2015) halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbagai
istilah seperti psikodelik atau psikotomimetik karena selain induksi
halusinasi, halusinogen juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas
atau suatu pengalaman kesadaran yang meluas dan meningkat (sadock, 2010)
Halusinasi adalah penerapan atau persepsi tanda adanya rangsangan
apapun pada pencitra seseorang pemain yang terjadi pada keadaan sadar atau
bangun dasarnya mungkin organik fungsional, psikotik ataupun histerik.
Secara singkat halusinasi adalah penerapan atau pengamatan palsu
(Candra,2017)
B. Etiologi Halusinasi
Etiologi menurut Prabowo (2014) terdiri dari:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor
predisposisi dapat meliputi :
a. Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
intrapersonal terganggu, maka individu akan mengalami stres dan
kecemasan
b. Faktor Sosiokultural
Berbagi faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang
merasa disingkirkan sehingga orang tersebut merasa kesepian di

3
lingkungan yang membesarkannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika
seseorang mengalami stres yang berlebihan, maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia
seperti buffofenon dan dimethytranferase ( DMP ).
d. Faktor Psikologis
Hubungan intrapersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada
gangguan orientasi realitas.
e. Faktor Genetik Gen
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi
ekstra untuk menghadapinya. Berikut ini beberapa faktor presipitasi dari
halusinasi:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima otak untuk
diinterprestasikan.
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

4
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stres.
d. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan yang tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan nyata atau tidak.
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbulkan beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obat, demam hingga
delirium intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah maksa dan menakutkan titik koin
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan ke manapun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi
dialam

5
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses
interkasi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi
tidak berlangsung.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan
jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri, irama
sirkardiannya terganggu (Damaiyanti, 2012).
C. Klasifikasi Halusinasi
Berikut ini klasifikasi halusinasi :
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama
suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang
luas dan komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang-kadangterhidubauharum. Biasanya berhubungan dengan stroke,

6
tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak
enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang
busuk, amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya, meliputi :
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis.
Misalnya sering merasa dirinya terpecah dua.
b. Derealisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang
dialaminya seperti dalam mimpi.
D. Proses Terjadinya Halusinasi
Proses terjadi halusinasi menurut Prabowo (2014) terdiri dari 4 fase dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase 1
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansiestas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba fokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansiestas. Disini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.

7
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Pasien mulai
lepas kendali dan mencoba mengambil jarak dirinya dengan sumber
dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda system saraf
otonom akibat ansiestas seperti peningkatan tanda-tanda vital (TD, RR,
dan Nadi), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Disini pasien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu memenuhi perintah
dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori dapat mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak
mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangat
membahayakan.
E. Pohon Masalah Pada Halusinasi
Pohon masalah berdasarkan (Buddi Anna Keliat, ddk. 2005) adalah
sebagai berikut :

Resiko mencederai diri sendri Gangguan pemeliharaan kesehatan

Akibat Gangguan sensori/persepsi: halusinasi

Penyebab Isolasi sosial : menarik diri Defisit perawatan diri:


Mandi dan berhias

Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis


8
F. Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut
Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan
dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain.
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata.
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), dan takut.
8. Sulit berhubungan dengan orang lain.
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku
G. Mekanisme Koping Halusinasi
Menurut Prabowo (2014) mekanisme koping adalah segala usaha yang
diarahkan untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada
tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah langsung. Macam-macam
mekasisme koping, yaitu:
1. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
menganalisiskan tanggung jawab kepada orang lain.
3. Menarik Diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.

9
H. Penatalaksanaan Halusinasi
Menurut Prabowo (2014) pengobatan harus secepat mungkin diberikan,
disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkanperawatan
di RSJ pasien dinyatkan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting di dalam hal merawat pasien. menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum.
1. Farmakoterapi
Neuroleptika dengan dosis efektif sangat bermanfaat pada penderita
skizofrenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam
dua tahun. Penyakit neuroleptika dengan dosis afektif tinggi bermanfaat
pada penderita psikomotorik yang meningkat.
2. Terapi kejang listrik
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grenmol secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektroda yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan
pada skizo frenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis kejang listrik 4-5 joule/detik.
3. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psiko terapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan
pasien kembali kemasyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong pasien bergaul dengan orang lain, perawat dan dokter.
Maksudnya agar pasien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk meniadakan
permainan atau latihan bersama seperti therapy modalitas yang terdiri
dari terapi aktivitas yaitu terdiri dari:
a. Terapi musik
Focus: mendengar, memainkan alat musik, bernyanyi, yaitu
menikmati dengan relaksasi music yang disukai pasien.

10
b. Terapi seni
Focus: untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapa pekerjaan
seni
c. Terapi menari
Fokus pada ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh.
d. Terapi relaksasi
Belajar dan praktik relaksasi dalam kelompok Rasional: untuk
koping/perilaku maladaptif/deskriptif meningkatkan partisipasi dan
kesenganan pasien dalam kehidupan.
e. Terapi sosial
Pasien belajar bersosialisasi dengan pasien lain.
f. Terapi kelompok
1) Terapi group (kelompok terapeutik)
2) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity therapy)
3) Tak stimulus perspsi: halusinasi
- Sesi 1: mengenal halusinasi
- Sesi 2: meneganal halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4: mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
- Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
4) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana di dalam keluarga
(home like atmosphenre).

11
II. TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Keliat (2009) pengkajian pada halusinasi sebagai berikut.
A. Pengkajian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.. Pada proses pengkajian, data penting
yang perlu anda dapatkan adalah sebagai berikut:
1. Jenis dan isi halusinasi
Halusinasi menurut data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat
dikaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data
subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara dengan pasien,
melalui data ini, perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi - Berbicara atau - Mendengar suara-
dengar/suara tertawa sendiri tanpa suara atau
lawan bicara kegaduhan
- Marah-marah tanpa - Mendengar suara
sebab yang mengajak
- Mencondongkan bercakap- cakap
telinga ke arah - Mendengar suara
tertentu menyuruh
- Menutup telinga melakukan sesuatu
yang berbahaya.
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk ke - Melihat bayangan,
Penglihatan arah tertentu sinar, bentuk
- Ketakutan pada objek geometris, bentuk
yang tidak jelas kartun, melihat
hantu atau monster
Halusinasi - Menghidu seperti - Membaui bau-
Penciuman sedang membaui bau- bauan seperti bau
bauan tertentu darah, urine, feses,
- Menutup hidung kadang-kadang bau
itu menyenangkan

12
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa
Pengecapan - Muntah seperti darah, urine,
atau feses
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada
Perabaan permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
- Merasa seperti
tersengat listrik

2. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan halusinasi


Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Jika
mungkin jam berapa? Frekuensi terjadi apakah terus-menerus atau hanya
sesekali? Situasi terjadinya, apakah jika sedang sendiri, atau setelah terjadi
kejadian sesuatu? Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi untuk
pada waktu terjadinya halusinasi dan untuk menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi,
tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi dapat direncanakan.
3. Respons terhadap halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul, perawat dapat menanyakkan kepada pasien tentang perasaan atau
tindakan pasien saat halusinasi terjadi. Perawat dapat juga menanyakan
kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien atau dengan
mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi muncul.
B. Diagnosa
Menurut (Buddi Anna Keliat et al, 2005) beberapa diagnosa keperawatan
yang muncul pada penderita halusinasi antara lain:
1. Resiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan dengan halusinasi
pendengaran
2. Gangguan Sensori/Persepsi: Halusinasi Pendengaran berhubungan dengan
menarik diri
3. Isolasi Sosial: Menarik Diri berhubungan dengan harga diri rendah dan

13
kronis
4. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah kronis
5. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan defisit
perawatan diri: mandi dan berhias
6. Defisit Perawatan Diri: mandi dan berhias
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai setiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah
terbaru dari tindakan yang diberikan. Alasan ilmiah merupakan pengetahuan
yang berdasarkan pada literatur, hasil penelitian atau pengalaman praktek.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Mencederai Diri berhubungan
dengan halusinasi pendengaran
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Klien dapat 1. Ekspresi wajah bersahabat, 1) Bina hubungan saling
membina menunjukkan rasa senang, percaya dengan
hubungan ada kontak mata, mau mengungkapkan
saling berjabat tangan, mau prinsip komunikasi
percaya menyebutkan nama, mau terapeutik :
menjawab salam, klien mau - Sapa klien dengan
duduk berdampingan ramah baik verbal
dengan perawat, mau maupun non
mengutarakan masalah verbal.
yang dihadapinya - Perkenalkan diri
dengan sopan.
- Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien.
- Jelaskan tujuan
pertemuan.
- Jujur dan menepati
janji.
- Tunjukkan sikap

14
empati dan
menerima klien apa
adanya.
- Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.

2. Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1) Adakan kontak sering


mengenal waktu, isi, frekuensi dan singkat secara
halusinasinya timbulnya halusinasi bertahap.
2) Observasi tingkah laku
klien terkait dengan
halusinasinya: bicara
dan tertawa tanpa
stimulus, memandang
ke kiri atau kekanan
atau ke depan seolah-
olah ada teman bicara.
3) Bantu klien mengenal
halusinasinya:
- Jika menemukan
klien yang sedang
halusinasi:
tanyakan apakah
ada suara yang di
dengar. Jika klien
menjawab ada:
lanjutkan apa yang
dikatakan suara itu.
- Katakan bahwa
perawat percaya
bahwa klien
mendengar suara
itu, namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa

15
menuduh atau
menghakimi).
- Katakan bahwa
klien lain ada juga
ada yang seperti
klien.
- Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien.
4) Diskusikan dengan
klien:
- Situasi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan
halusinasi (jika
sendiri, jengkel
atau sedih).
- Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore dan
malam; terus-
menerus atau
sewaktu-waktu).
2. Klien dapat 1) Diskusikan dengan
mengungkapkan klien apa yang
bagaimana perasaannya dirasakan jika terjadi
terhadap halusinasi tersebut halusinasi (
marah/takut, sedih dan
senang), beri
kesempatan klien
mengungkapkan
perasaannya.

16
3. Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1) Identifikasi bersama
mengontrol tindakan yang biasanya klien tindakan yang
halusinasinya dilakukan untuk dilakukan jika terjadi
mengendalikan halusinasi (tidur,
halusinasinya. marah, menyibukkan
diri, dll).
2) Diskusikan manfaat
dan cara yang
digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
kepada klien.
2. Klien dapat menyebutkan 1) Diskusikan dengan
cara baru mengontrol klien tentang cara baru
halusinasinya mengontrol
halusinasinya:
- Menghardik
/mengusir/tidak
memedulikan
halusinasinya.
- Bercakap-cakap
dengan orang lain
jika halusinasinya
muncul.
- Melakukan
kegiatan sehari-
hari.
3. Klien dapat 1) Beri contoh cara
mendemonstrasikan cara menghardik halusinasi:
menghardik/mengusir/tidak "Pergi! Saya tidak mau
memedulikan mendengar kamu, saya
halusinasinya. mau mencuci
piring/bercakap-cakap
dengan suster"
2) Minta klien mengikuti
contoh yang diberikan
dan minta klien
mengulanginya
3) Beri pujian atas
keberhasilan klien
4) Susun jadwal latihan

17
klien dan minta klien
untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-
evaluation).
5) Tanyakan kepada
klien:"Bagaimana
perasaan Tini setelah
menghardik? Apakah
halusinasinya
berkurang?" Berikan
pujian.
4. Klien dapat 1) Beri contoh
mendemonstrasikan percakapan dengan
bercakap-cakap dengan orang lain: "Suster,
orang lain. saya dengar suara-
suara, temani saya
bercakap- cakap"
2) Minta klien mengikuti
contoh percakapan dan
mengulanginya.
3) Beri pujian atas
keberhasilan klien.
4) Susun jadwal klien
untuk melatih diri,
mengisi kegiatan
dengan bercakap-
cakap dan mengisi
jadwal kegiatan (self-
evaluation)
5) Tanyakan kepada
klien: "Bagaimana
perasaan Tini setelah
latihan bercakap-
cakap? Apakah
halusinasinya
berkurang?" Berikan
pujian.

18
5. Klien dapat 1) Diskusikan dengan
mendemonstrasikan klien tentang kegiatan
pelaksanaan kegiatan sehai- harian yang dapat
hari. dilakukan di rumah
dan di rumah sakit
(untuk klien halusinasi
dengan perilaku
kekerasan, sesuaikan
dengan kontrol
perilaku kekerasan).
2) Latih klien untuk
melakukan kegiatan
yang disepakati dan
masukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian.
Minta klien mengisi
jadwal kegiatan (self-
evaluation).
3) Tanyakan kepada
klien: "Bagaimana
perasaan Tini setelah
melakukan kegiatan
harian? Apakah
halusinasinya
berkurang?" Berikan
pujian.

19
6. Klien dapat mengikuti 1) Anjurkan klien untuk
terapi aktivitas kelompok. mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi
(pedoman tersendiri).

7. Klien dapat 1) Klien dapat


mendemonstrasikan menyebutkan jenis,
kepatuhan minum obat dosis dan waktu
untuk mencegah halusinasi minum obat serta
manfaat obat tersebut
(prinsip 5 benar: benar
orang, obat, dosis,
waktu dan cara)
- Diskusikan dengan
klien tentang jenis
obat yang diminum
(nama, warna dan
besarnya); waktu
minum obat (jika 3
kali: pkl. 07.00,
13.00 dan 19.00);
dosis; cara.
- Diskusikan dengan
klien tentang
manfaat minum
obat secara teratur:
a. Beda perasaan
sebelum dan
sesudah minum
obat.
b. Jelaskan bahwa
dosis hanya
boleh diubah
oleh dokter.
c. Jelaskan
tentang akibat
minum obat
tidak teratur:

20
penyakit
kambuh.
2) Klien
mendemonstrasikan
kepatuhan minum obat
sesuai jadwal yang
ditetapkan.
- Diskusikan proses
minum obat:
a. Klien meminta
obat kepada
perawat (jika di
rumah sakit,
kepada
keluarga (jika
di rumah).
b. Klien
memeriksa
obat sesuai
dengan
dosisnya.
c. Klien
meminum obat
pada waktu
yang tepat
- Susun jadwal
minum obat
bersama klien.
3) Klien mengevaluasi
kemampuanya dalam
mematuhi minum obat.
- Klien
mengevaluasi
pelaksanaan
minum obat
dengan mengisi
jadwal kegiatan
harian (self-
evaluation).
- Validasi

21
pelaksanan minum
obat klien.
- Beri pujian atas
keberhasilan klien.
- Tanyakan kepada
klien: "Bagaimana
perasaan Tini
setelah melakukan
kegiatan harian?
Apakah
halusinasinya
berkurang?"
Berikan pujian.

8. Klien 1. Keluarga dapat 1) Diskusikan dengan


mendapat menyebutkan pengertian, keluarga (pada saat
dukungan keluarga
tanda dan tindakan untuk
dari keluarga berkunjung/pada saat
dalam mengendalikan halusinasi. kunjungan rumah):
mengontrol - Gejala halusinasi
halusinasinya yang dialami klien.
- Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutuskan
halusinasi (sama
seperti yang
diajarkan kepada
klien)
- Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah: beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
jika klien sedang
sendirian di rumah,
lakukan kontak

22
dengan sering via
telepon.
- Beri informasi
tentang waktu tidak
lanjut (follow-up)
atau kapan perlu
mendapat bantuan:
halusinasi tidak
terkontrol dan
risiko mencederai
orang lain.
2. Keluraga dapat 1) Diskusikan dengan
menyebutkan jenis, dosis, keluarga tentang jenis,
waktu pemberian, manfaat dosis, waktu
serta efek samping obat. pemberian, manfaat
dan efek samping obat.
2) Anjurkan keluarga
untuk berdiskusi
dengan dokter tentang
manfaat dan efek
samping obat.
3) Diskusikakn akibat
dari berhenti minum
obat tanpa
berkonsultasi terlebih
dahulu.

23
D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan. Dan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan oleh klien ini.
Adapun Tindakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi meliputi
strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dan strategi pelaksanaan (SP) pada
keluarga.
1. Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
Tindakan Keperawatan:
a. Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien me-
ngenali halusinasi, dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien dengan
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi.
Keempat cara tersebut meliputi:
1) Menghardik halusinasi. Menghardik halusinasi adalah upaya
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak
halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan
halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini

24
pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi:
- Menjelaskan cara menghardik halusinasi
- Memperagakan cara menghardik
- Meminta pasien memperagakan ulang
- Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain. Untuk mengontrol halusinasi
dapa juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien
bercakap cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus
perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara
yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal. Untuk mengurangi risiko
culnya kembali halusinasi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali
beraktivitas mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi dapat dibantu untuk mengatasi
halusinasinya dengan cara secara teratur dari bangun pagi sampai
tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Setiap kegiatan yang
dilatih dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien sampai tidak
ditemukan waktu luang. Tahapan intervensinya adalah sebagai
berikut:
- Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
- Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.
- Melatih pasien melakukan aktivitas
- Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari
bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

25
- Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan
penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.
4) Menggunakan obat secara teratur. Untuk mampu mengontrol
halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang
dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih
sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih meng gunakan obat sesuai
program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar
pasien patuh menggunakan obat, yaitu:
- Jelaskan kegunaan obat
- Jelaskan akibat putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
2. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Tujuan tindakan keperawatan:
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien halusinasi. Dukungan keluarga selama
pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di
rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung

26
yang efektif bagi pasien halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien
halusinasi adalah:
a. Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
c. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang perawatan
lanjutan pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus – menerus pada respons
klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan (Keliat, 2005: hal 17).
Hasil yang diharapkan pada klien yaitu:
1. Klien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
a. Menghardik halusinasi
b. Mengajak orang lain bercakap-cakap apabila halusinasi timbul
c. Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan
melaksanakan jadwal kegiatan tersebut secara mandiri.
d. Mematuhi program pengobatan
e. Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan
halusinasi.
2. Evaluasi keperawatan untuk keluarga:
Keluarga dapat:
a. Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
b. Mengerti dan menjelaskan mengenai halusinasi
c. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
d. Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi

27
e. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah halusinasi.
Berikut ini format evaluasi perawatan pasien dengan halusinasi :
Kemampuan Pasien dan Keluarga
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN
KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Nama pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda () jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
No. Kemampuan Tanggal
A Pasien
1 Mengenal jenis halusinasi
2 Mengenal isi halusinasi
3 Mengenal waktu halusinasi
4 Mengenal frekuensi halusinasi
5 Mengenal situasi yang menimbulkan
halusinasi
6 Menjelaskan respons terhadap halusinasi
7 Mampu menghardik halusinasi
8 Mampu bercakap-cakap jika terjadi
halusinasi
9 Membuat jadwal kegiatan harian
10 Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
11 Menggunakan obat secara teratur
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian halusinasi
2 Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami
oleh pasien
3 Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi

28
pasien
4 Memperagakan latihan cara memutus
halusinasi pasien
5 Mengajak pasien bercakap-cakap saat tiba
waktu pasien halusinasi
6 Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai
jadwal
7 Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
8 Menyebutkan sumber-sumber pelayanan
kesehatan yang tersedia
9 Memanfaatkan sumber- sumber pelayanan
kesehatan yang tersedia

Kemampuan Perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIENN
DENGAN HALUSINASI

Nama pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk pengisian:
1. Penilaian Tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrument
penilaian kinerja.
2. Nilai tiap penilaian kinerja dimasukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No. Kemampuan Tanggal
A Pasien
SP I p
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi
2 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan

29
halusinasi
6 Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8 Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi ke dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP 1 p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap – cakap dengan orang
lain
3 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan
harian
Nilai SP II p
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan pasien di rumah)
3 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan
ini untuk mengendalikan halusinasi ke
dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP III p
SP IV p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan aktivitas
minum obat untuk mengendalikan halusinasi
ke dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IV p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala

30
halusinasi dan jenis halusinasi yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien
halusinasi
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien halusinasi
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien halusinasi
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
2 Menjelaskan follow up pasien
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata

F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses
keperawatan, karenanya dokumnetasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari
dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.

31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Halusinogen adalah zat alami dan sintetik yang disebut dengan berbagai
istilah seperti psikodelik atau psikotomimetik karena selain induksi halusinasi,
halusinogen juga menyebabkan hilangnya kontak dengan realitas atau suatu
pengalaman kesadaran yang meluas dan meningkat
B. Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi
kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus mampu membedakan resiko
halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya.

32
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, GM dkk (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore:
Elsevier.
Candra, I Wayan (2017). Psikologi Landasan Keilmuan Psikiatrik Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: ANDI.
Herdman, T.H (2015). Nanda International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Ed-10. Jakarta. EGC.
Keliat, Budi Anna (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
Prabowo, Eko (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Moorhead, S dkk (2013). Nursing Outcames Classification (NOC).Singapore:
Elsevier.
Yudi Hartono (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Muhith, Abdul (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI.
Sodack (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta: EGC.

33
“ LAMPIRAN STANDAR PELAKSANAAN (SP) PADA PASIEN
HALUSINASI”

Berikut strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dengan gangguan kejiwaan


halusinasi dan strategi pelaksanaan (SP) pada keluarga:
• SP 1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-
cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:
Perawat I : "Selamat pagi ibu, Saya Mahasiswa keperawatan poltek kes
mataram yang akan merawat ibu Nama saya Nurhayati Apriliyana, senang
dipanggil yana. Nama ibu siapa ? Ibu Senang dipanggil apa"
Pasien : “Pagi sus, nama saya risma”
Perawat I : "Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa keluhan ibu saat ini?"
Pasien : “Saya sering mendengar suara aneh,tapi tidak tampak”
Perawat I : "Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang
selama ini ibu dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk bu
risma, apakah bisa duduk disini (ruang tamu) Berapa lama? Bagaimana kalau
30 menit bu risma?"
KERJA:
Perawat I : "Apakah ibu risma mendengar suara tanpa ada Wujudnya? Apa
yang dikatakan suara itu bu risma?"
Pasien : “(merasa takut)"
Perawat I : “Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
Pasien : “Saya mendengarnya setiap hari”
Perawat 1 : “Oh baiklah bu, sebelumnya bu risma, ada empat cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut.
Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur."
Pasien : “Iya”
Perawat I : "Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan

34
menghardik". "Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, Ibu bisa
mengatakan pergi saya tidak mau dengar.... Saya tidak mau dengar. Kamu suara
palsu. Sambil menutup telinga ibu.” Begitu ya bu, diulang-ulang sampai suara
itu tak terdengar lagi. Coba ibu peragakan sekarang!"
Pasien : “ Pergi saya tidak mau dengar.... Saya tidak mau dengar. Kamu
suara palsu.” Sambil menutup telinga (Memeragakan)
Perawat I : “Nah begitu Bu risma...bagus! Coba lagi bu risma"
Pasien : “(mengulangi)”
Perawat I : “Ya bagus bu risma, ibu sudah bisa, bagaimana perasaan setelah
peragaan latihan tadi?"
Pasien : “ Masi terdengar bu, tapi sudah lumayan”
Perawat I : “Kalau suara-suara itu muncul lagi, ibu bisa mencoba cara yang
tadi. bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.”
Pasien :” Iya”
Perawat I : "Baiklah, sampai jumpa Bu risma."
• SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
kedua: bercakap-cakap dengan orang lain.
Orientasi:
Perawat I : "Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?

Pasien :”Sudah berkurang sus.”
Perawat I : “Bagus bu kalau begitu, Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara
kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja bu risma ?”
Pasien : “ Iya bu”
Perawat I :” Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain
adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau ibu mulai
mendengar suara- suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta
teman untuk ngobrol dengan ibu, contohnya begini: ... tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah

35
misalnya suami, anak ibu katakan: nak.. ayo ngobrol dengan ibu, ibu sedang
dengar suara-suara yang tidak tampak. Begitu ibu, coba ibu lakukan seperti
yang saya tadi lakukan”
Pasien : “(mencoba)”
Perawat I : “Ya, begitu bu risma. Bagus! Coba sekali lagi bu risma.”
Pasien : “(Mengulangi)”
Perawat I : “Bagus bu, nah, latih terus ya ibu!" "Bagaimana perasaan ibu
setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang ibu pelajari untuk mencegah
suara-suara itu?
Pasien : “ Mendingan sus, 2 cara.”
Perawat I : “Bagus, cobalah kedua cara ini kalau ibu mengalami halusinasi
lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian ibu. Besok
pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal?”
Pasien : “Iya”
Perawat I : “Sampai besok ya. Selamat pagi"

• SP 3 Pasien Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
Perawat 2 : "Selamat pagi ibu risma, bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah
suara- suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah
dilatih dan bagaimana hasil nya?”
Pasien : “Sudah berkurang”
Perawat 2 : “Bagus bu risma! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara
yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.
Mau dimana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Pasien : “Baiklah.”
Perawat 2 :”Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan? Pagi-pagi apa
kegiatannya, terus jam berikutnya (bertanya hingga didapatkan kegiatannya
sampai malam).”

36
Pasien : “Menyapu halaman, mencabut rumput, menyapu rumah”
Perawat 2 : “Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih salah atu kegiatan
yang telah ibu sebutkan tadi, yaitu menyapu halaman.”
Pasein :”( Pasien melakukannya)”
Perawat 2 :”Bagus sekali bu, ibu bisa lakukan kegiatan ini lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul.”
Pasien : “ Iya sus”
Perawat 2 : "Bagaimana perasaan bapak setelah kita melakukan cara
yang ketiga untuk mencegah suara-suara?”
Pasien : “ Saya jadi tenang sus”
Perawat 2 :” Bagus sekali bu risma...Coba sebutkan 3 cara yang telah
kita latih untuk mencegah suara-suara yang tidak tampak tersebut bu!”
Pasien :“Menghardik, bercakap dengan orang lain, dan melakukan
kegiatan”’
Perawat 2 :“Bagus sekali bu. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian ibu. Coba lakukan sesuai jadwal ya bu!sampai jumpa besok ya
bu.”
Pasein :”Iya sus”
• SP 4 Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Perawat 3 : "Selamat pagi bu risma.. bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita
latih?”
Pasien : “Sudah mulai hilang sus”
Perawat 3 : “Apakah pagi ini sudah minum obat ibu risma?”
Pasien :”Sudah sus”
Perawat 3 : “Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-
obatan yang ibu minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu
makan siang. Di sini saja ya ibu risma ?”
Pasien : “Iya sus”
Perawat 3 : "Ibu risma adakah bedanya setelah minum obat secara
teratur. Apakah suara-suara itu berkurang atau hilang?

37
Pasien : “Iya berkurang sus”
Perawat 3 :”Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang ibu dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang ibu
minum? (Perawat menyiapkan obat pasien)”
Pasien : “ 3 sus”
Perawat :”Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih
(THP)3 kali sehari jam nya sama, gunanya agar rileks dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama, gunanya untuk
pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, ibu
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis ibu bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Ibu juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya ibu harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya ibu, jangan sampai keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya. dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya ibu juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan
harus cukup minum 10 gelas per hari"
Pasien :"Baik sus"
Perawat 3 :"Bagaimana perasaan ibu setelah kita membahas mengenai obat?
Pasien : "Iya sus, saya semakin mengerti"
Perawat :"Baik ibu jika begitu semoga ibu risma bisa melakukan cara-cara
yang sudah dijelaskan jika terdengar suara yang tidak tampak tersebut. Baik ibu,
kita cukupkan untuk hari ini. Besok kita ketemu lagi ya bu risma”
• Sp keluarga
Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien
halusinasi.
Perawat 2 :"Selamat pagi Ibu." "Saya Fasya perawat yang merawat anak ibu "
Keluarga :” Pagi, iya sus”

38
Perawat 2 :"Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang anak
ibu ?" "Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak ibu alami
dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan."
Perawat 2 : "Dalam merawat anak ibu, apakah ibu mengalami kesulitan atau
apakah ada masalah yang ibu rasakan?”
Keluarga : “ Saya bingung dengan keadaan suami saya,dia sering marah”
Perawat 2 :"Ya, gejala yang dialami oleh anak ibu itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
"Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab jadi
kalau anak ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak
ada." "Kalau anak ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada."Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan
beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak ibu, jangan
membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa
anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu
sendiri tidak mendengar atau melihatnya". "Kedua, jangan biarkan anak ibu
melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi.
Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih anak ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan. Ketiga, bantu anak ibu
minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Obat
perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan.”
Keluaraga :” Iya sus perawat”
Perawat 2 :"Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus
halusinasi anak ibu dengan cara menepuk punggung anak ibu. Kemudian
suruhlah anak ibu menghardik suara tersebut. anak ibu sudah saya ajarkan cara
menghardik halusinasi, bercakap cakap, mengerjakan kegiatan menjelaskan
tentang obat jadi ibu bisa mengajarkan itu semua dengan anak ibu dirumah”
Keluarga :”Iya sus,terima kasih saya akan mencobakannya”.

39
Perawat 2 : "Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi”.
Keluarga : “Saya merasa tenang sus.”
Perawat 2 : "Bagus sekali Bu. Baik saya pamit, sampai jumpa. Selamat pagi”

40

Anda mungkin juga menyukai