Anda di halaman 1dari 11

Artikel: “Problematika Deforestasi Sebagai Dampak Perubahan Iklim Akibat

Penggunaan Lahan Sawit di Kalimantan Timur”


Mata Kuliah: Hukum Perubahan Iklim

Kelompok 2

Siti Yunianur 2008016003

Yuni 2008016022

Ahlakul Karimah 2008016024

Siti Sakinah 2008016047

Marta Hutapea 2008016115

PROGRAM STUDI SARJANA HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2023


Problematika Deforestasi Sebagai Dampak Perubahan Iklim Akibat
Penggunaan Lahan Sawit di Kalimantan Timur

Siti Yunianur (2008016003)1, Yuni (2008016022)2, Ahlakul Karimah


(2008016024)3, Siti Sakinah (2008016047)4, Marta Hutapea (2008016115)5

Program Studi Sarjana Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman.

Sitiyunianur12@gmail.com, akhimah845@gmail.com,

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan suatu isu permasalahan yang tidak bisa
dielakkan, perubahan iklim sebagai dampak langsung dari pemanasan global
sebagai konsekuensi dari adanya suatu peningkatan konsentrasi gas rumah
kaca (GRK) di atmosfer seperti karbon dioksia (CO 2), metan (CH4) dan N2O.
sehingga berkibat pada perubahan fenomena alam dan bencana sehingga
menyebabkan kerugian pada masyrakat.
Salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim yaitu pengalihan
fungsi hutan yang dijadikan sebagai perkebunan sawit berakibat timbulnya
permasalahan deforestasi. Di Wilayah Kalimantan Timur berdasarkan data
dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2021
menunjukan bahwa data emisi deforestasi (Juli 2020 – Juni 2021) mencapai
5. 1892 Jt Ton CO2e.1 Perkembangan pembangunan perkebunan sawit
berpotensi terjadinya deforestasi yang dapat merusak hutan yang dilakukan
dengan penebangan dan pembakaran hutan maka kegiatan tersebut dapat
memicu terjadinya pelepasan gas emisi karbondioksia, berpengaruh pada
kualitas tanah, penurunan kemampuan tanah untuk menahan hujan, dan hi-
langnya kawasan yang berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan
udara.
Kasus defostasi yang terjadi di Kalimantan Timur seharusnya menjadi
opsi yang paling utama dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah karena
dampak dari deforestasi sangat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan
yang ada di sekitarnya. Melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 ten-
tang Pemerintahan Daerah, dimana sudah dijelaskan bahwa kewenangan
1
Data Aktivitas dan Data Emsis Provinsi Kalimantan Timur https://mrv.kaltimprov.go.id/id/measurement
hutan menjadi tanggungjawab dan tugas pemerintah pusat tetapi dalam hal
ini hutan beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit sehingga menjadi
tanggungjawab pemerintah daerah. Berhubungan dengan hal tersebut pe-
merintah sudah mempublikasikan peraturan mengenai Perlindungan dan Pen-
gelolaan Ekosistem Gambut pada Tahun 2014 dan diperbaiki pada Tahun
2016 yaitu PP Nomor 57 Tahun 2016, dalam PP ini memberikan mandat
bahwa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terlanjur membuka lahan
harus membuat Rencana Restorasi Ekosistem Gambut agar tidak mengaki-
batkan terjadinya emisi besar-besaran. Sebagai bentuk regulasi yang telah
dibuat oleh pemerintah daerah provinsi Kalimantan Timur mengenai perke-
bunan kelapa sawit termuat dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Timur Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembangunan Berkelanjutan, Perda ini
mengatur bahwa pelaku usaha perkebunan harus bertanggungjawab ter-
hadap pengelolaan lingkungan, keanekaragaman hayati, serta sosial dan bu-
daya. Dalam konteks ini sebenarnya Pemprov Kaltim telah melakukan
Dekralasi Pembangunan Perkebunan Berkelanjutan oleh Gubernur bersama
tujuh Bupati pada 11 September 2017. Dalam deklarasi ini Pemprov berkomit-
men untuk melindungi kawasan hutan Kalimantan Timur dengan nilai cadan-
gan karbon tinggi atau hutan alam seluas 640 ribu hectare (ha) dengan lahan
gambut seluas 50 ribu hectare (ha).
Tetapi dalam pelaksanaannya yang terjadi sekarang dikaitkan dengan
isu perubahan iklim, dari hasil studi deforstasi di Kalimantan Timur ternyata
perkebunan kelapa sawit sebagai bentuk pembangunan perkebunan berkelan-
jutan mengakibatkan terjadinya suhu panas, dari studi tersebut mengungkap-
kan bahwa kondisi deforestasi dan pemanasan global di Kaltim mengaki-
batkan suhu meningkat sampai dengan 1 (satu) derajat celcius dalam 16
Tahun terakhir. Mengutip laporan yang diterbitkan di Lancet Planetary Health
pada penelitian tersebut melaporkan bahwa dalam studinya terjadi pem-
bukaan lahan di Berau Kalimantan Timur seluas 4.375 Kilometer, ini mengaki-
batkan suhu semakin naik sebesar 0,95 derajat celcius, ini lebih tinggi diband-
ingkan dengan suhu global, Berau mengalami 17% deporestasi. 2 Kawasan
2
APF Reatures.com, “Studi: Deforestasi di Kalimantan Timur Picu Suhu Panas Yang Makin Membinasakan” .
https://www.voaindonesia.com/a/studi-deforestasi-di-kalimantan-timur-picu-suhu-panas-yang-semakin-mem-
tersebut diakibatkan karena alih fungsi hutan menjadi pembukaan lahan un-
tuk proyek perusahaan dan terjadi pembakaran hutan. Selanjutnya pengali-
han fungsi hutan menjadi perkebunan sawit menjadi penyumbang terbesar
deforestasi angkanya hingga 51% yang terjadi di Kalimantan Timur. 3
Dengan demikian, dari data dan isu hukum diatas perlu dicari tahu apa
yang mengakibatkan masih saja terjadinya suatu masalah pada lingkungan
hidup dan alih fungsi lahan apalagi yang mengakibatkan terjadinya pem-
anasan global dan berubahnya fungsi hutan menjadi lahan perkebunan sawit
padahal sudah ada kebijakan yang mengatur di dalamnya mengenai dampak
yang ditimbulkan bagi lingkungan hidup, serta perlunya upaya untuk men-
gatasi suatu permasalahan perubahan iklim yang mendasar yang diakibatkan
oleh perkebunan sawit di Kalimantan Timur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Politik hukum alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit
dalam perspektif perubahan iklim?
2. Bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh pemerintah Kalimantan
Timur dalam mengatasi dampak alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa
sawit?
Pembahasan
A. Latarbelakang Pengalihan Fungsi Hutan menjadi Perkebunan Sawit
Di indonesia tanaman sawit merupakan salah satu produk perdagangan
yang utama, dan sudah menjadi sumber minyak nabati di dunia. Sehingga lahan
perkebunan sawit diindonesia sangat meningkat secara pesat, khususnya daerah
Sumatera Utara dan Kakimantan Timur.
Berkembangnya industri kelapa sawit menimbulkan dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya yaitu dimana, industri ini dalam hal perekonomian
negara, dikarenakan tanaman kelapa sawit memiliki nilai ekonomi dan nilai daya
saing yang cukup tinggi. Adanya industi kelapa sawit ini juga membantu kehidu-

binasakan-/6311679.html, diakses terakhir Tanggal 9 Mei 2023.


3
Kaltim.post, “ Jutaan Hektare Lahan Menghilang Akibat Deporestasi”
https://kaltimpost.jawapos.com/utama/08/06/2022/jutaan-hektare-lahan-menghilang-akibat-deforestasi, diak
ses terakhir Tanggal 9 Mei 2023.
pan masyarakat, seperti terciptanya lapangan pekerjaan dan dapat juga mem-
bantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehingga dampak positif yang
ditimbulkan inilah yang menjadi salah satu alasan atau yang melatarbelakangi
timbulnya pengalih fungsi hutan menjadi lahan sawit.
Namun, ditengah besarnya dampak positif yang ditimbulkan oleh industri
perkebunan sawit, juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Pada lahan gambut apabila adanya kegiatan memperluas lahan sawit secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kawasan hutan. Sehingga
hal ini menjadi latar belakang timbulnya degradasi lingkungan lahan (kerusakan
lahan) yang nantinya akanbmengalami penurunan produktivitas. Kegiatan pen-
galih fungsian hutan dengan kegiatan pembakaran lahan saat deforestasi juga
akan menyebabkan peningkatan emisi karbon yang berakibat intensitas efek
gas rumah kaca pada atmosfer meningkat. Tentu hal ini akan berakibat mata-
hari terperangkap di bumi sehingga kondisi mengalami pemanasan secara
global. Dan apabila hal ini terjadi terus menerus tentu akan mengakibatkan Cli-
mate Change.4
B. Proses Penegakan Hukum Alih Fungsi Lahan Hutan
Perubahan diperuntukan kawasan hutan melalui kegiatan tukar menukar
kawasan hutan dan pelepasan kawasan hutan. Alih fungsi kawasan hutan , yang
terjadi terfokus untuk mendukung kepentingan diluar kehutanan, baik itu perte-
nian, perkebunan, transmigrasi, dan pengemban wilayah. Salah satu k3giatan
pelepasan hutqn adalah kegiatan alih fungsi hutan yang berdampak pada berku-
rangnya luas kawasan hutan produksi.
Alih fungsi hutan memang sangat berdampak terhadap perekonomian negara,
bukan hanya itu alih fungsi hutan pada lahan perkebunan tentunya akan mem-
buka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya untuk masyarakat sehingga
masyarakat dapat memiliki tingkat kehidupan yang sejahtera. Namun alih fungsi
hutan ini sangat memprihatinkan, karna tidak menutup kemungkinan alih fungsi
hutan akan menimbulkan degradasi.
Untuk menekan laju degradasi Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi dan menekan laju degradasi,
4
Envinsa, Alih Fungsi Hutan,2020, https://evinhsa.fkm.ui.ac.id/2020/06/10/alih-fungsi-hutan-menjadi-perke-
bunan-kelapa-sawit-serta-kaitannya-dengan-climste-change/diakses 15 mei 2023
sebagaimana kita ketahui bahwa hutan sangat berperan penting dalam keber-
langsungan kehidupan makhluk lain dan juga hutan sebagai penyeimbang fungsi
ekosistem. Hutan memiliki peranan penting sebagai penyangga kehidupan.
Hutan memiliki fungsi sebagai penyimpan air terbaik sebagai habitat bagi flora
dan fauna, megurangi populasi pencemaran udara, sebagai penyubur tanah, se-
bagai paru-paru dunia dan menyuplai oksigen untuk kehidupan. Akan tetapi
sangat disayangkan apabila pengalih fungsi hutan yang dijadikan sebagai lahan
sawit justru berakibat negative bagi kehidupan yang ada di bumi, bisa
dibanyangkan akibat yang ditimbulkan mulai dari longsor, erosi, banjir, pem-
anasan global yang sudah banyak diisukan oleh dunia internasional.
Pengalih fungsi lahan sendiri diperbolehkan, hal ini ditinjau dari Undang-Un-
dang Alih Fungsi Kawasan Hutan. Yang aturannya sudah ada, pada pasal 19
ayat (1), UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, menyatakan perubahan pe-
runtukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah dengan didas-
rkan pada hasil penelitian terpadu.
Pemerintah menerapkan denda untuk penebangan hutan dan hukum pidana
terkait dengan kegiatan pengalih fungsian hutan dan hal ini menjadi solusi yang
selalu ditawarkan pemerintah. Ketentuan pidana pada pasal 50 dan sanksi pi-
dananya pasal 78 UU No.41 Tahun 1999, yang merupakan salah satu upaya un-
5
tuk melindungi hutan.

C. Dampak deforestasi akibat perkebunan sawit.

Menurut Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor Nomor p.38/


Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 Tentang Persetujuan Pembuatan Dan/Atau Peng-
gunaan Koridor perkebunan kelapa sawit seharusnya dilakukan di Area Penggu-
naan Lain (APL). Pasal 1 angka (7) Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor Nomor p.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 Tentang Persetujuan Pembu-
atan Dan/Atau Penggunaan Koridor menyebutkan APL yang telah diberikan izin
peruntukan adalah areal hutan yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi, atau

5
Budhi Harso, alih Fungsi Lahan Indonesia, 2020, https://dlhk.jogjaprov.go.id/amdal/amdal/public/da-4# , diak-
ses 17 mei 2023
berdasarkan tata guna hutan kesepakatan (TGHK) yang bukan kawasan hutan.
Namun pada prakteknya penggunaan perkebunan kelapa sawit masih juga di-
lakukan di kawasan hutan dan taman nasional secara ilegal dan informal (Hi-
dayah 2016) serta dilakukan di lahan gambut dan lahan mineral (Afriyani et al
2016).

Di Kalimantan Timur khususnya wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terda-


pat 3 bentuk organisasi perkebunan sawit yaitu kelompok pertama adalah
perkebunan sawit berskala besar(large scale plantation) yang dilakukan oleh pe-
rusahaan besar baik milik negara maupun swasta. Kelompok kedua yaitu perke-
bunan sawit model inti-plasma (nucleus estate scheme), yang mana didalamnya
terdapat hubungan kerjasama antara perusahaan dan petani. Lalu kelompok
ketiga adalah perkebunan petani mandiri (independent smallholder) yang tidak
mengusahakan lahan perkebunan secara mandiri tanpa campur tangan pemerin-
tah maupun swasta.6 Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penting di
pasar skala lokal, regional dan global karena memiliki banyak produk turunan
yang digunakan sebagai produk-produk yang menunjang kegiatan manusia seperti
minyak goreng, margarin, biodiesel, dan lain-lain. Tingginya permintaan pasar atas
produk turunan dari komoditas kelapa sawit membuat perkebunan sawit men-
jadi usaha yang menjanjikan sehingganya banyak pengusaha sawit seperti pe-
rusahaan perkebunan kelapa sawit milik swasta dan petani kelapa sawit di In-
donesia melakukan ekspansi perkebunan kelapa sawit untuk memenuhi per-
mintaan pasar. Banyaknya ekspansi lahan hutan menjadi perkebunan sawit
berdampak pada deforestasi yang semakin meluas. Selain itu dampak dari pem-
bakaran lahan pada saat deforestasi juga menjadi salah satu faktor terbesar ter-
jadinya peningkatan emisi karbon yang berakibat meningkatnya intensitas efek
gas rumah kaca pada atmosfer. Hal ini membuat panas matahari terperangkap di
bumi sehingga terjadinya pemanasan secara global. Yang mana jika hal ini terus-
menerus terjadi maka akan menyebabkan climate change.
D. Upaya mengurangi dampak deforestasi

6
Bayu Eka Yulian, Dkk. DILEMA NAFKAH RUMAH TANGGA PEDESAAN SEKITAR PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI
KALIMANTAN TIMUR. Program Studi Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Dalam rangka untuk mengurangi dampak negatif deforestasi menjadi perke-
bunan kelapa sawit terhadap lingkungan, ada beberapa upaya yang dapat di-
lakukan sebagai mitigasi atau mengurangi emisi karbon khususnya di Kaliman-
tan Timur sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia.
Informasi kredibel mengenai tingkat emisi dari perubahan tutupan lahan dan
dekomposisi gambut tahun 2001-2012 dimana Kalimantan Timur menduduki
peringkat ke-enam dibanding provinsi lain se-Indonesia (KLHK 2015) 7 Perlu
adanya aksi mitigasi di sektor perubahan tutupan dan penggunaan lahan bertu-
juan meningkatkan efisiensi gas rumah kaca pada pengembangan kegiatan
ekonomi berbasis lahan dan mencegah hilangnya cadangan karbon pada hutan
lindung dan hutan konservasi. Ada dua kegiatan mitigasi yang akan dapat dilak-
sanakan di Kalimantan Timur yaitu di bidang perkebunan terdapat pengemban-
gan kebun ramah iklim di Unit Perencanaan Kawasan Peruntukan Perkebunan
dan Izin Kebun dengan:

1. Menjaga hutan lahan kering , hutan mangrove, rawa dan lahan gambut

2. Mengembangkan kebun dari lahan semak belukar dan lahan terbuka

Dalam rangka mengurangi emisi karbon akibat deforestasi perkebunan sawit


diperlukan juga sumbangsih dari pemerintah berupa kebijakan. Salah satunya
yaitu telah dikeluarkannya Permentan No.11 Tahun 2015 tentang penerapan
ISPO atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). ISPO merupakan landasan pen-
erapan konsep perkebunan kelapa sawit berkesinambungan yang dilaksanakan dengan
berdasarkan pada hukum positif dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Latar be-
lakang dari penerapan ISPO adalah Pembangunan Perkebunan kelapa sawit
berkelanjutan (Sustainable Palm Oil) merupakan kewajiban yang diterapkan oleh
pemerintah Indonesia dalam upaya memelihara lingkungan, meningkatkan
kegiatan ekonomi, sosial dan penegakan peraturan perundangan Indonesia di
bidang perkebunan kelapa sawit. Penerapan kewajiban kebun sawit berkelanjutan
sudah berjalan seiring dengan peluncuran Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) pada Maret tahun 2011.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, kasus penggunaan hutan


yang dialih fungsikan sebagai lahan sawit atau deforestasi masih marak terjadi
kususnya di Kalimantan Timur yang memiliki pengaruh terhadap Perubahan iklim
yakni pemanasan global yang memiliki dampak buruk bagi keberlangsungan ke-
hidupan manusia yang mesti kita minimalisir dengan dibuatnya suatau regulasi,
namun ternyata regulasi yang turut mengurani deforestasi juga tidak diindahkan
7
Revisi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Kalimantan Timur 2010-2030
dengan baik. Maka, kami mencari apa sebenarnya yang menjadi faktor yang
melatar belakangi dan juga bagaimana cara mengatasi dampak deforestasi terse-
but. Setidaknya ada beberapa alasan yang melatar belakangi Perkembangan in-
dustri kelapa sawit yang pesat secara nyata dapat meningkatkan perekonomian
negara, dikarenakan tanaman kelapa sawit memiliki nilai ekonomi dan nilai daya
saing yang cukup tinggi. Adanya industi kelapa sawit ini juga membantu kehidu-
pan masyarakat yakni seperti menciptakan lapangan pekerjaan.

Perlu adanya aksi mitigasi di sektor perubahan tutupan dan penggunaan lahan
merupakan bagaimana kemudian upaya pengurangan dampak negative dari de-
forestasi. Setidaknya ada dua kegiatan mitigasi yang dapat dilaksanakan pada
sektor perubahan tutupan dan penggunaan lahan yaitu di bidang perkebunan ter-
dapat pengembangan kebun ramah iklim di Unit Perencanaan Kawasan Perun-
tukan Perkebunan dan Izin Kebun Serta di bidang kehutanan terdapat hutan pro-
duksi yang berupa perlindungan hutan alam dan gambut, penerapan pembalakan
berdampak minimal (RIL-C), pengembangan hutan tanaman dan wanatani di la-
han bercadangan karbon rendah serta hutan Lindung dan Konservasi yang berupa
erlindungan hutan alam dan gambut.

Referensi

Internet

APF Reatures.com, “Studi: Deforestasi di Kalimantan Timur Picu Suhu Panas Yang
Makin Membinasakan” https://www.voaindonesia.com/a/studi-defor-
estasi-di-kalimantan-timur-picu-suhu-panas-yang-semakin-membi-
nasakan-/6311679.html

Budhi Harso, alih Fungsi Lahan Indonesia, 2020, https://dlhk.jogjaprov.go.id/


amdal/amdal/public/da-4#

Data Aktivitas dan Data Emsis Provinsi Kalimantan Timur https://mrv.kaltimprov.-


go.id/id/measurement

Envinsa, Alih Fungsi Hutan,2020, https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2020/06/10/alih-


fungsi-hutan-menjadi-perkebunan-kelapa-sawit-serta-kaitannya-den-
gan-climate-change/

Kaltim.post, “ Jutaan Hektare Lahan Menghilang Akibat Deporestasi”


https://kaltimpost.jawapos.com/utama/08/06/2022/jutaan-hektare-lahan-menghilan
g-akibat-deforestasi,

Jurnal

Bayu Eka Yulian, Dkk. DILEMA NAFKAH RUMAH TANGGA PEDESAAN SEKITAR
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN TIMUR. Program
Studi Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor
Fahamsyah, Ermanto, Dkk. 2017. SISTEM ISPO UNTUK MENJAWAB TANTANGAN
DALAM PEMBANGUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA YANG BERKE-
LANJUTAN. Fakultas Hukum Universitas Jember dan Sekretaris Jen-
deral Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan
(FP2SB).
Revisi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Kalimantan
Timur 2010-2030
Rizka Amalia, Dkk.2019. Perubahan Tutupan Lahan Akibat Ekspansi Perkebunan Ke-
lapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi. Jurnal Ilmu
Lingkungan. Vol. 17 Issue Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah
Pascasarjana UNDIP
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Hutan Gambut

Permen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor p.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016


Tentang Persetujuan Pembuatan Dan/Atau Penggunaan Koridor
perkebunan kelapa sawit

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pemban-
gunan Berkelanjutan

Anda mungkin juga menyukai