Artikel Sudah Revisi-4
Artikel Sudah Revisi-4
Kelompok 2
Yuni 2008016022
FAKULTAS HUKUM
Sitiyunianur12@gmail.com, akhimah845@gmail.com,
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan suatu isu permasalahan yang tidak bisa
dielakkan, perubahan iklim sebagai dampak langsung dari pemanasan global
sebagai konsekuensi dari adanya suatu peningkatan konsentrasi gas rumah
kaca (GRK) di atmosfer seperti karbon dioksia (CO 2), metan (CH4) dan N2O.
sehingga berkibat pada perubahan fenomena alam dan bencana sehingga
menyebabkan kerugian pada masyrakat.
Salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim yaitu pengalihan
fungsi hutan yang dijadikan sebagai perkebunan sawit berakibat timbulnya
permasalahan deforestasi. Di Wilayah Kalimantan Timur berdasarkan data
dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2021
menunjukan bahwa data emisi deforestasi (Juli 2020 – Juni 2021) mencapai
5. 1892 Jt Ton CO2e.1 Perkembangan pembangunan perkebunan sawit
berpotensi terjadinya deforestasi yang dapat merusak hutan yang dilakukan
dengan penebangan dan pembakaran hutan maka kegiatan tersebut dapat
memicu terjadinya pelepasan gas emisi karbondioksia, berpengaruh pada
kualitas tanah, penurunan kemampuan tanah untuk menahan hujan, dan hi-
langnya kawasan yang berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah dan
udara.
Kasus defostasi yang terjadi di Kalimantan Timur seharusnya menjadi
opsi yang paling utama dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah karena
dampak dari deforestasi sangat mempengaruhi keberlangsungan kehidupan
yang ada di sekitarnya. Melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 ten-
tang Pemerintahan Daerah, dimana sudah dijelaskan bahwa kewenangan
1
Data Aktivitas dan Data Emsis Provinsi Kalimantan Timur https://mrv.kaltimprov.go.id/id/measurement
hutan menjadi tanggungjawab dan tugas pemerintah pusat tetapi dalam hal
ini hutan beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit sehingga menjadi
tanggungjawab pemerintah daerah. Berhubungan dengan hal tersebut pe-
merintah sudah mempublikasikan peraturan mengenai Perlindungan dan Pen-
gelolaan Ekosistem Gambut pada Tahun 2014 dan diperbaiki pada Tahun
2016 yaitu PP Nomor 57 Tahun 2016, dalam PP ini memberikan mandat
bahwa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terlanjur membuka lahan
harus membuat Rencana Restorasi Ekosistem Gambut agar tidak mengaki-
batkan terjadinya emisi besar-besaran. Sebagai bentuk regulasi yang telah
dibuat oleh pemerintah daerah provinsi Kalimantan Timur mengenai perke-
bunan kelapa sawit termuat dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Timur Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pembangunan Berkelanjutan, Perda ini
mengatur bahwa pelaku usaha perkebunan harus bertanggungjawab ter-
hadap pengelolaan lingkungan, keanekaragaman hayati, serta sosial dan bu-
daya. Dalam konteks ini sebenarnya Pemprov Kaltim telah melakukan
Dekralasi Pembangunan Perkebunan Berkelanjutan oleh Gubernur bersama
tujuh Bupati pada 11 September 2017. Dalam deklarasi ini Pemprov berkomit-
men untuk melindungi kawasan hutan Kalimantan Timur dengan nilai cadan-
gan karbon tinggi atau hutan alam seluas 640 ribu hectare (ha) dengan lahan
gambut seluas 50 ribu hectare (ha).
Tetapi dalam pelaksanaannya yang terjadi sekarang dikaitkan dengan
isu perubahan iklim, dari hasil studi deforstasi di Kalimantan Timur ternyata
perkebunan kelapa sawit sebagai bentuk pembangunan perkebunan berkelan-
jutan mengakibatkan terjadinya suhu panas, dari studi tersebut mengungkap-
kan bahwa kondisi deforestasi dan pemanasan global di Kaltim mengaki-
batkan suhu meningkat sampai dengan 1 (satu) derajat celcius dalam 16
Tahun terakhir. Mengutip laporan yang diterbitkan di Lancet Planetary Health
pada penelitian tersebut melaporkan bahwa dalam studinya terjadi pem-
bukaan lahan di Berau Kalimantan Timur seluas 4.375 Kilometer, ini mengaki-
batkan suhu semakin naik sebesar 0,95 derajat celcius, ini lebih tinggi diband-
ingkan dengan suhu global, Berau mengalami 17% deporestasi. 2 Kawasan
2
APF Reatures.com, “Studi: Deforestasi di Kalimantan Timur Picu Suhu Panas Yang Makin Membinasakan” .
https://www.voaindonesia.com/a/studi-deforestasi-di-kalimantan-timur-picu-suhu-panas-yang-semakin-mem-
tersebut diakibatkan karena alih fungsi hutan menjadi pembukaan lahan un-
tuk proyek perusahaan dan terjadi pembakaran hutan. Selanjutnya pengali-
han fungsi hutan menjadi perkebunan sawit menjadi penyumbang terbesar
deforestasi angkanya hingga 51% yang terjadi di Kalimantan Timur. 3
Dengan demikian, dari data dan isu hukum diatas perlu dicari tahu apa
yang mengakibatkan masih saja terjadinya suatu masalah pada lingkungan
hidup dan alih fungsi lahan apalagi yang mengakibatkan terjadinya pem-
anasan global dan berubahnya fungsi hutan menjadi lahan perkebunan sawit
padahal sudah ada kebijakan yang mengatur di dalamnya mengenai dampak
yang ditimbulkan bagi lingkungan hidup, serta perlunya upaya untuk men-
gatasi suatu permasalahan perubahan iklim yang mendasar yang diakibatkan
oleh perkebunan sawit di Kalimantan Timur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Politik hukum alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit
dalam perspektif perubahan iklim?
2. Bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh pemerintah Kalimantan
Timur dalam mengatasi dampak alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa
sawit?
Pembahasan
A. Latarbelakang Pengalihan Fungsi Hutan menjadi Perkebunan Sawit
Di indonesia tanaman sawit merupakan salah satu produk perdagangan
yang utama, dan sudah menjadi sumber minyak nabati di dunia. Sehingga lahan
perkebunan sawit diindonesia sangat meningkat secara pesat, khususnya daerah
Sumatera Utara dan Kakimantan Timur.
Berkembangnya industri kelapa sawit menimbulkan dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya yaitu dimana, industri ini dalam hal perekonomian
negara, dikarenakan tanaman kelapa sawit memiliki nilai ekonomi dan nilai daya
saing yang cukup tinggi. Adanya industi kelapa sawit ini juga membantu kehidu-
5
Budhi Harso, alih Fungsi Lahan Indonesia, 2020, https://dlhk.jogjaprov.go.id/amdal/amdal/public/da-4# , diak-
ses 17 mei 2023
berdasarkan tata guna hutan kesepakatan (TGHK) yang bukan kawasan hutan.
Namun pada prakteknya penggunaan perkebunan kelapa sawit masih juga di-
lakukan di kawasan hutan dan taman nasional secara ilegal dan informal (Hi-
dayah 2016) serta dilakukan di lahan gambut dan lahan mineral (Afriyani et al
2016).
6
Bayu Eka Yulian, Dkk. DILEMA NAFKAH RUMAH TANGGA PEDESAAN SEKITAR PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI
KALIMANTAN TIMUR. Program Studi Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Dalam rangka untuk mengurangi dampak negatif deforestasi menjadi perke-
bunan kelapa sawit terhadap lingkungan, ada beberapa upaya yang dapat di-
lakukan sebagai mitigasi atau mengurangi emisi karbon khususnya di Kaliman-
tan Timur sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia.
Informasi kredibel mengenai tingkat emisi dari perubahan tutupan lahan dan
dekomposisi gambut tahun 2001-2012 dimana Kalimantan Timur menduduki
peringkat ke-enam dibanding provinsi lain se-Indonesia (KLHK 2015) 7 Perlu
adanya aksi mitigasi di sektor perubahan tutupan dan penggunaan lahan bertu-
juan meningkatkan efisiensi gas rumah kaca pada pengembangan kegiatan
ekonomi berbasis lahan dan mencegah hilangnya cadangan karbon pada hutan
lindung dan hutan konservasi. Ada dua kegiatan mitigasi yang akan dapat dilak-
sanakan di Kalimantan Timur yaitu di bidang perkebunan terdapat pengemban-
gan kebun ramah iklim di Unit Perencanaan Kawasan Peruntukan Perkebunan
dan Izin Kebun dengan:
1. Menjaga hutan lahan kering , hutan mangrove, rawa dan lahan gambut
Kesimpulan
Perlu adanya aksi mitigasi di sektor perubahan tutupan dan penggunaan lahan
merupakan bagaimana kemudian upaya pengurangan dampak negative dari de-
forestasi. Setidaknya ada dua kegiatan mitigasi yang dapat dilaksanakan pada
sektor perubahan tutupan dan penggunaan lahan yaitu di bidang perkebunan ter-
dapat pengembangan kebun ramah iklim di Unit Perencanaan Kawasan Perun-
tukan Perkebunan dan Izin Kebun Serta di bidang kehutanan terdapat hutan pro-
duksi yang berupa perlindungan hutan alam dan gambut, penerapan pembalakan
berdampak minimal (RIL-C), pengembangan hutan tanaman dan wanatani di la-
han bercadangan karbon rendah serta hutan Lindung dan Konservasi yang berupa
erlindungan hutan alam dan gambut.
Referensi
Internet
APF Reatures.com, “Studi: Deforestasi di Kalimantan Timur Picu Suhu Panas Yang
Makin Membinasakan” https://www.voaindonesia.com/a/studi-defor-
estasi-di-kalimantan-timur-picu-suhu-panas-yang-semakin-membi-
nasakan-/6311679.html
Jurnal
Bayu Eka Yulian, Dkk. DILEMA NAFKAH RUMAH TANGGA PEDESAAN SEKITAR
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KALIMANTAN TIMUR. Program
Studi Sosiologi Pedesaan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor
Fahamsyah, Ermanto, Dkk. 2017. SISTEM ISPO UNTUK MENJAWAB TANTANGAN
DALAM PEMBANGUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA YANG BERKE-
LANJUTAN. Fakultas Hukum Universitas Jember dan Sekretaris Jen-
deral Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan
(FP2SB).
Revisi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Kalimantan
Timur 2010-2030
Rizka Amalia, Dkk.2019. Perubahan Tutupan Lahan Akibat Ekspansi Perkebunan Ke-
lapa Sawit: Dampak Sosial, Ekonomi dan Ekologi. Jurnal Ilmu
Lingkungan. Vol. 17 Issue Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah
Pascasarjana UNDIP
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Hutan Gambut
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pemban-
gunan Berkelanjutan