Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIK HAJI DAN DAN UMROH

A. Pengertian Haji dan Umroh

Secara bahasa, haji artinya: maksud atau tujuan atau niat-niat. Secara istilah artinya
tujuan atau maksud orang-orang islam untuk mendatangi BaituIIah untuk melaksanakan
ibadah haji sebagai bentuk mendekatkan diri kepada AIIah SWT. Aadapun menurut ulama’
ahli fiqih definisi ahli adalah menyengaja mendatangi Ka’bah untuk menunaikan amalan-
amalan tertentu, maksudnya mendatangi dalam hal ini adalah mendatangi Ka’bah, melakukan
Tawaf, melakukan Sa’i anatara Sofa dan Marwah, serta Mencukur Rambut. Para perbedaan
ulama’ sepakat tentang disyaratkannya umroh.
Sedangkan pengertian umroh adalah salah satu kegiatan ibadah dalam agama
islam.hampir mirip dengan ibadah haji,ibadah ini dilaksanakan dengan cara melakukan
beberapa ritual ibadah dikota suci mekah, khususnya di masjidil haram.

B. Niat Haji

Adapun bacaan niat haji adalah sebagai berikut :


ًَ ‫ب َح‬
ِ ‫جة‬ ‫ك اللَّهُ َّم‬ ُ ‫ْت ْال َح َّج َوَأحْ َر ْم‬
َ ‫ت بِ ِه هلِل ِ تَ َعالَى لَبَّ ْي‬ ُ ‫نَ َوي‬
Artinya; Aku niat melaksanakan haji dan berihram karena Allah Swt. Aku sambut
panggilan-Mu, ya Allah untuk berhaji.

C. Perbedaan Haji dan Umroh

Perbedaan haji dan umroh yang pertama adalah dilihat dari rukun ibadah. Rukun ibadah
haji adalah niat Ihrom, Wukuf diarofah, Tawaf, Sa’i dan Memotong Rambut. sedangkan
Rukun ibadah umroh terletak pada tidak adanya rukun Wukuf dipadang arofah, selain itu
umroh dan haji ini adalah salah satu ibadah yang paling di agungkan dalam islam. Kedua nya
merupakan hal yang selalu di tunggu dan di harapkan oleh banyak umat islam, karena
keduanya memiliki keistimewaan dan keutamaannya masing-masing. Haji maupun Umroh itu
dilakukan di tempat yang terbaik, yakni Mekkah bukan hanya itu saja haji dan umroh juga
memiliki kesamaan, seperti halnya baju yang digunakan.
D. Perbedaan haji dan umroh berdasarkan hukumnya.

Kalau dilihat dari sudut pandang hukum menunaikan ibadah kedua ibadah ini,
terdapat dua perbedaan ( ihtilaf) ulama’ terdahulu ada juga yang mempunyai pemahaman lain
bahwa hukum umroh sama dengan haji yaitu wajib bagi yang mampu. Hal ini di ambil dari
surah Al- Imron Ayat 97.

ِ ‫اس ِحجُّ ْٱلبَ ْي‬


‫ت َم ِن ٱ ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِياًل ۚ َو َمن‬ ِ َّ‫م ۖ َو َمن َد َخلَ ۥهُ َكانَ َءا ِمنًا ۗ َوهَّلِل ِ َعلَى ٱلن‬fَ ‫ت َّمقَا ُم ِإب ٰ َْر ِهي‬ ٌ ۢ َ‫فِي ِه َءا ٰي‬
ٌ َ‫ت بَيِّ ٰن‬
َ‫َكفَ َر فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغنِ ٌّى َع ِن ْٱل ٰ َعلَ ِمين‬
Artinya : mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.barang siapa yang mengingkari
kewajiban haji),maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam. (QS. Ali imron: 97)

Dan ada juga riwayat dari ibnu umar, yang berbunyi:


“Islam didirikan atas lima hal, bersaksi tiada tuhan selain AIIah sesungguh nya Nabi
Muhammad utusan AIIah, mendirinkan sholat , melaksanakan zakat, haji kebaituaIIah dan
puasa romadan,’’ [HR.AL-Bukhari dan muslim].

Sedangkan ulamak yang menyatakan umroh wajib, mengambil pendapat dari tafsif
surah Al-Baqarah:196

ۚ ُ‫ى َم ِحلَّ ۥه‬ ُ ‫م َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ ْٱلهَ ْد‬fْ ‫وا ُر ُءو َس ُك‬۟ ُ‫صرْ تُ ْم فَما ٱ ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْٱلهَ ْدى ۖ َواَل تَحْ لِق‬ f۟ ‫َوَأتِ ُّم‬
ِ ْ‫وا ْٱل َح َّج َو ْٱل ُع ْم َرةَ هَّلِل ِ ۚ فَِإ ْن ُأح‬
ِ َ
‫ُك ۚ فَِإ َذٓا َأ ِمنتُ ْم فَ َمن تَ َمتَّ َع بِ ْٱل ُع ْم َر ِة‬
ٍ ‫ص َدقَ ٍة َأوْ نُس‬َ ْ‫ام َأو‬fٍ َ‫صي‬ ِ ‫ َأوْ بِ ِٓۦه َأ ًذى ِّمن َّرْأ ِس ِهۦ فَفِ ْديَةٌ ِّمن‬f‫ضا‬ ً ‫فَ َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِري‬
ۗ ٌ‫م ثَ ٰلَثَ ِة َأي ٍَّام فِى ْٱل َحجِّ َو َس ْب َع ٍة ِإ َذا َر َج ْعتُ ْم ۗ تِ ْلكَ َع َش َرةٌ َكا ِملَة‬fُ ‫صيَا‬ ِ ‫ر ِمنَ ْٱلهَ ْد‬fَ ‫ِإلَى ْٱل َحجِّ فَ َما ٱ ْستَ ْي َس‬
ِ َ‫ى ۚ فَ َمن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬
ِ ‫وا ٱهَّلل َ َوٱ ْعلَ ُم ٓو ۟ا َأ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُد ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ ۟ ُ‫ ْٱلم ْس ِج ِد ْٱل َح َر ِام ۚ َوٱتَّق‬f‫ضرى‬
َ ِ ِ ‫ك لِ َمن لَّ ْم يَ ُك ْن َأ ْهلُ ۥهُ َحا‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
Artinya: Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika
kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah)
korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban
sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada
gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu:
berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka
bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji),
(wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari
dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi
orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-
orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.

Beberapa dalil diatas menjelaskan tegtang wajib nya haji dan umroh.kalimat dalam dalil-
dalil tersebut menggunakan kalimat perintah yang berarti wajib. Dengan demikian, bisa
dikatakan bahwa seorang musim yang sudah mampu dari segi ilmu agama, fisik, dan
finansial, wajib hukumnya mengerjakan haji maupun umroh. Sedangkan, ada juga sebagian
uama terdahulu yang menyebut hukum umroh iyalah sunnah, yakni jika tidak dikerjakan
tidak berdosa, dan jika ditunaikan, akan mendapatkan pahala. Mereka menggunakan hadits
riwayat dari jabir bin abdillah, bahwa nabi pernah ditanya mengenai umroh wajib atau tidak.
Beliau lalu menjawab, “tidak dan ketika kau umroh maka itu lebih baik bagimu”. (HR. At-
tirmidzi). Namun, riwayat hadits ini dikatan imam nawawi dalam al-majmu fajwanya
sebagai hadis yang masih lemah ( daif ).

E. Syarat dan Rukun wajib haji dan umroh

Syarat sah haji dan umroh adalah suatu perkara atau pekerjaan yang harus dikerjakan
dengan sempurna sebelum mengerjakan haji atau umroh dan menentukan sah atau tidaknya
ibadah tersebut. Syarat rukun sah haji dan umroh sebagai berikut:

a. Syarat haji ada tujuh:


1. Islam
2. Merdeka (bukan seorang budak )
3. Taklif (seseorang yang sudah dikenai kewajiban untuk melaksanakan
haji)
4. Mampu (secara finansial , fisik, mental, dan kondisi yang memungkinkan)
5. Memenuhi syarat administrasi
6. Adanya kendaran yang sudah jelas bahwa tidak akan mengalami kesulitan
7. Perjalanan aman tidak akan terjadi kesulitan dalam melaksanakan ibadah
haji.
b. Syarat Umroh ada lima:
1. Islam
2. Balgih (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka (bukan budak atau hamba sahaya)
5. istitha’ah (mampu). Termasuk di dalam nya mampu secara jasmani
finansial yaitu memiliki cukup biayaya untuk dirinya dan keluarga yang di
tinggalkan nya, serta stuasi dan kondisi memungking kan,aman bagi dirinya
dan keluarga yang di tinggalkan nya dan tidak terhalang\ mendapatkan izin
untuk mendapatkan perjalanan haji.

c. Rukun haji ada enam yaitu:


1. Ihram
2. Wukuf di Arafah
3. Thawaf ifadah
4. Becukur
5. Tertib, sesuai dengan urutannya.

d. Rukun Umrah
1. Niat/Ihram
2. Tawaf
3. Sa’i
4. Tahallul
5. Tartib
F. Cara Pelaksanaan Haji
Kafiyah atau tata cara mengerjakan haji sebagai berikut :1
a. Ihram
Pada tanggal 8 dzulhijjah yang disebut “yaumul tarwitah” bagi yang
melaksanakan tamattu, penghasilan kena pajak mandi memakai wangi-
wangian dan kain ikhram dengan miqqat dari tempat masing-masing
dimekkah, kemudian mengucapkan ihlah haji, yaitu membaca “allahumma

1
Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, op. cit., h. 260
hajjan atau labbaika haffan”. dilanjutkan membaca talbiyah dilakukan
kompilasi berikhram untuk melaksanakan umrah.
b. Mabit di Mina
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, kemudian berangkat ke Mina dan mabit
(menginap) di sana untuk melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib, isya’,
dan subuh dengan jama’ dan qasar.
c. Wukuf di Arafah
Pokok dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah. Pada tanggal 9 Dzulhijjah,
setelah terbit matahari, jamaah berangkat menuju Arafah. Dalam perjalanan
menuju Arafah ini, jamaah haji tetap ber-talbiyah atau bertakbir dan jika
memungkinkan, singgah di Namirah. Setelah matahari tergelincir, jamaah haji
mendengarkan khotbah Arafah, kemudian dikumandangkan azan qamat, lalu
shalat zhuhur dan ashar dijama’ dan diqasar tanpa shalat apa-apa di antara dua
shalat itu. Setelah shalat, berdoa dengan mengangkat kedua tangan. Apabila
wukuf jatuhnya pada hari Jumat, tetap dilakukan shalat zhuhur dengan cara
dijama’ dengan ashar.
d. Mabit di Muzdalifah
Setelah matahari terbenam, para jamaah haji meninggalkan Arafah menuju
Muzdalifah untuk mabit sampai subuh, sementara shalat maghrib dan isya’
dijama’ takhir di Muzdalifah.
e. Melontar Jumrah Aqabah (Kubra)
Pada waktu dhuha tanggal 10 Dzulhijjah di Mina, jamaah haji melaksana-kan
lontar jumrah aqabah, dengan cara berdiri menghadap ke jumrah tersebut.
Posisi kiblat berada di sebelah kiri jamaah haji kemudian melontar jumrah
dengan batu kerikil sebanyak tujuh kali
f. Tahallul Awal (Asghar)
Jamaah haji tahallul dengan cara “taqshir” (menggunting beberapa helai
rambut) atau lebih utama dengan “tahliq” (dengan menggundul kepala). Bagi
wanita cukup dengan taqshir. Setelah tahallul awal ini, jamaah haji bebas dari
larangan pada waktu ihram, kecuali hubungan suami istri.
g. Hadyu (Qurban)
Bagi mereka yang melaksanakan haji tamattu dan qiran wajib menyembelih
hadyu. Perbedaannya adalah yang qiran membawa binatang dari rumah,
sementara yang tamattu menyembelihnya di Mekah. Penyembelihan hadyu
dilaksanakan pada Yaumun Nahri (tanggal 10 Dzulhijjah) dan jika tidak bisa
dilasanakan pada hari nahar, bisa dilakukan pada Ayyamu Tasyriq (tanggal
11,12, dan 13 Dzulhijjah)
h. Thawaf Ifadah (Tahallul Tsani)
Pada hari nahar, setelah melontar jumrah aqabah dan menyembelih hadyu,
maka jamaah haji pergi ke Mekah untuk melaksanakan thawaf ifadah.
i. Melempar Tiga Jumrah
Pada tanggal 11 Dzulhijjah, setelah zhuhur, jamaah melempar 3 jumrah (ula,
wusta, aqabah), masing-masing dengan 7 batu kerikil.
j. Nafar Awal dan Nafar Tsani
Pada tanggal 12 Dzulhijjah , jamaah haji melempar 3 jumrah seperti yang
dilakukan pada tanggal 11 Dzulhijjah. Waktunya juga sama yaitu setelah
zhuhur hingga maghrib.
k. Thawaf Wada’
Sebelum meninggalkan Mekah, jamaah haji dianjurkan untuk melakukan
thawaf wada’ (perpisahan). Caranya, sama dengan thawaf ifhadah dilakukan
tujuh putaran, tanpa lari-lari kecil, tanpa shalat dua rakaat di maqam Ibrahim,
dan tanpa sa’i. Nabi SAW. bersabda:
Artinya:
“Janganlah salah seorang pulang sebelum mengakhiri urusan (hajinya)
dengan (thawaf wada’) di Baitullah”

Anda mungkin juga menyukai