Anda di halaman 1dari 7

"aspek fikih dlm ibadah haji"

D
I
S
U
S
U
N
Oleh

Dinda manjayuana

Misrul mutia

Evandra priadi
~Apa itu fiqih haji?

Fikih Haji dapat dipahami sebagai pengetahuan dan kemampuan seseorang


dalam melaksanakan ibadah haji terkait dengan syarat, rukun, wajib, maupun
sunah-sunahnya dengan niat yang ikhlas semata-mata mengharapkan ridla
Allah swt mulai dari miqat hingga tahallul.

Pengertian Haji
Secara Umum, Pengertian Haji adalah mengunjungi Baitullah (Ka’bah) di
Mekah untuk melakukan amal ibadah tertentu dengan syarat-syarat tertentu
pula. Ibadah Haji merupakan salah satu dari rukun Islam.

Menunaikan ibadah haji diwajibkan atas setiap muslim yang mampu


mengerjakannya dan seumur hidup sekali. Bagi mereka yang mengerjakan
haji lebih dari satu, hukumnya sunah. Allah SWT. berfirman dalam Surah Ali
Imran Ayat 97 yaitu:
‫هّٰلِل‬ ٌ ۢ ‫ْي ِه ٰا ٰي‬
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
‫ت‬ ِ َّ‫ان ٰا ِمنًا ۗ َو ِ َعلَى الن‬ ٌ ‫ت بَي ِّٰن‬
َ ‫ت َّمقَا ُم اِب ْٰر ِه ْي َم ەۚ َو َم ْن َد َخلَهٗ َك‬
‫َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْياًل ۗ َو َم ْن َكفَ َر فَاِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َع ِن ْال ٰعلَ ِمي َْن‬
Terjemahan

Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim.


Barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban
manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu
bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.
~Syarat-Syarat Haji di bagi 2

*syarat wajib haji

-Islam -Berakal -Baligh

-Merdeka -Mampu

Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu,
wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam.
Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan
ijma’ (kesepakatan para ulama).

Rukun Haji
*Rukun pertama: Ihram

Yang dimaksud dengan ihram adalah niatan untuk masuk dalam manasik haji.
Siapa yang meninggalkan niat ini, hajinya tidak sah. Dalilnya adalah sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ‫ِإنَّ َما اَأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ َوِإنَّ َما لِ ُك ِّل ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى‬، ‫ت‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)

Wajib ihram mencakup:

Ihram dari miqot.

Tidak memakai pakaian berjahit (yang menunjukkan lekuk badan atau


anggota tubuh). Laki-laki tidak diperkenankan memakai baju, jubah, mantel,
imamah, penutup kepala, khuf atau sepatu (kecuali jika tidak mendapati khuf).
Wanita tidak diperkenankan memakai niqob (penutup wajah) dan sarung
tangan.

Bertalbiyah.

Sunnah ihram:

1. Mandi.

2. Memakai wewangian di badan.

3. Memotong bulu kemaluan, bulu ketiak, memendekkan kumis, memotong


kuku sehingga dalam keadaan ihram tidak perlu membersihkan hal-hal tadi,
apalagi itu terlarang saat ihram.

4. Memakai izar (sarung) dan rida’ (kain atasan) yang berwarna putih bersih
dan memakai sandal. Sedangkan wanita memakai pakaian apa saja yang ia
sukai, tidak mesti warna tertentu, asalkan tidak menyerupai pakaian pria dan
tidak menimbulkan fitnah.

5. Berniat ihram setelah shalat.

6. Memperbanyak bacaan talbiya

Jika telah sampai miqot namun belum berniat, berarti dianggap telah
melewati miqot tanpa berihram.

Lafazh talbiyah:

“Labbaik Allahumma labbaik. Labbaik laa syariika laka labbaik. Innalhamda


wan ni’mata, laka wal mulk, laa syariika lak”. (Aku menjawab panggilan-Mu ya
Allah, aku menjawab panggilan-Mu, aku menjawab panggilan-Mu, tiada sekutu
bagi-Mu, aku menjawab panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian,
kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu). Ketika
bertalbiyah, laki-laki disunnahkan mengeraskan suara.

Rukun kedua: Thowaf Ifadhoh (Thowaf Ziyaroh)


Thowaf adalah mengitari Ka’bah sebanyak tujuh kali. Dalilnya adalah firman
Allah Ta’ala
Syarat-syarat thowaf:

1. Berniat ketika melakukan thowaf.


2. Suci dari hadats (menurut pendapat mayoritas ulama).
3. Menutup aurat karena thowaf itu seperti shalat.
4. Thowaf dilakukan di dalam masjid walau jauh dari Ka’bah.
5. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang berthowaf.
6. Thowaf dilakukan sebanyak tujuh kali putaran.
7. Thowaf dilakukan berturut-turut tanpa ada selang jika tidak ada hajat.
8. Memulai thowaf dari Hajar Aswad.

*Sunnah-sunnah ketika thowaf, yaitu:

Berjalan cepat dengan berlari anak. Istilam kepada Hajar Aswad saat awal
tawaf sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Beristilam dengan tangan kanan.
Mencium Hajar Aswad dan meletakkan dahi ke atasnya.

Rukun ketiga: Sa’i


Sa’i adalah berjalan antara Shofa dan Marwah dalam rangka ibadah. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

Syarat sa’i:

1. Niat.
2. Berurutan antara thowaf, lalu sa’i.
3. Dilakukan berturut-turut antara setiap putaran. Namun jika ada sela
waktu sebentar antara putaran, maka tidak mengapa, apalagi jika
benar-benar butuh.
4. Menyempurnakan hingga tujuh kali putaran.
5. Dilakukan setelah melakukan thowaf yang shahih.

Sunnah-sunnah sa’i:

Zikir dan berdoa saat berada dibukit Shafa dan Marwah dan disaat perjalanan
sa'i. Menutup aurat dan suci dari hadas dan najis. Melakukan sa'i di tempat
sa'i dengan berlari-lari kecil agak sedikit kencang terutama diantara tiang
yang ada tanda lampu hijau sambal melihat kearah kabah.

Rukun keempat: Wukuf di Arafah


Wukuf di Arafah adalah rukun haji yang paling penting. Siapa yang luput dari
wukuf di Arafah, hajinya tidak sah. Ibnu Rusyd berkata, “Para ulama sepakat
bahwa wukuf di Arafah adalah bagian dari rukun haji dan siapa yang luput,
maka harus ada haji pengganti (di tahun yang lain)

Yang dimaksud wukuf adalah hadir dan berada di daerah mana saja di Arafah,
walaupun dalam keadaan tidur, sadar, berkendaraan, duduk, berbaring atau
berjalan, baik pula dalam keadaan suci atau tidak suci (seperti haidh, nifas
atau junub) (Fiqih Sunnah, 1: 494). Waktu dikatakan wukuf di Arafah adalah
waktu mulai dari matahari tergelincir (waktu zawal) pada hari Arafah (9
Dzulhijjah) hingga waktu terbit fajar Shubuh (masuk waktu Shubuh) pada hari
nahr (10 Dzulhijjah). Jika seseorang wukuf di Arafah selain waktu tersebut,
wukufnya tidak sah berdasarkan kesepakatan para ulama (Al Mawsu’ah Al
Fiqhiyah, 17: 49-50).

Jika seseorang wukuf di waktu mana saja dari waktu tadi, baik di sebagian
siang atau malam, maka itu sudah cukup. Namun jika ia wukuf di siang hari,
maka ia wajib wukuf hingga matahari telah tenggelam. Jika ia wukuf di malam
hari, ia tidak punya keharusan apa-apa. Madzab Imam Syafi’i berpendapat
bahwa wukuf di Arafah hingga malam adalah sunnah (Fiqih Sunnah, 1: 494).

Sayid Sabiq mengatakan, “Naik ke Jabal Rahmah dan meyakini wukuf di situ
afdhol (lebih utama), itu keliru, itu bukan termasuk ajaran Rasul –shallallahu
‘alaihi wa sallam-.” (Fiqih Sunnah, 1: 495)

*Sunnah Haji Secara Umum


Memperbanyak membaca Talbiyah. Thawaf Qudum (bagi yang melaksanakan
Haji Ifrad) Salat sunnah Thawaf. Mandi.

Anda mungkin juga menyukai