Anda di halaman 1dari 63

HAJI DAN UMROH

Maulana Siregar, S.Ag, MA


Pengertian Haji dan Umroh

Haji (al-hajju) secara bahasa berarti al-qashdu


(menyengaja, menuju, maksud). Sedangkan secara
istilah, haji adalah menyengaja pergi menuju Makkah
dengan maksud mengerjakan ibadah thawaf, sa’i,
wuqūf di ‘Arafah, bermalam di Mudzdalifah, Mabit di
Mina dan ibadah-ibadah lain pada waktu-waktu yang
telah ditentukan untuk memenuhi perintah Allāh dan
mengharapkan ridha-Nya.
Adapun dalil naqli yang menjadi dasar ketentuan
tentang perihal wajibnya melaksanakan ibadah haji
atas setiap muslim yang memang benar-benar telah
memiliki kemampuan melaksanakannya adalah
sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya
dalam sūrah Ali Imrān ayat 97:
‫يم َوَم ْن‬ ‫ِ‬
‫اه‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ِإ‬ ‫ام‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫م‬ ‫ات‬
‫ٌ‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ي‬
‫ِّ‬ ‫ب‬ ‫ات‬
‫ٌ‬ ‫آي‬ ‫ِ‬
‫يه‬ ‫ِ‬
‫ف‬
‫َ ُ َْ َ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬
‫َّاس ح ُّج‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َد َخلَهُ َكا َن آمنًا َولله َعلَى الن ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اع ِإلَْيه َسبيال َوَم ْن َك َف َر‬ ‫ط‬ ‫ت‬‫اس‬ ‫ِ‬
‫الَْب ْي َ ْ َ َ َ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ت‬‫ِ‬
‫ين (‪)٩٧‬‬ ‫فَِإ َّن اللَّهَ غَنِ ٌّي َع ِن الْعالَ ِ‬
‫م‬
‫َ َ‬
“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim; Barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allāh, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allāh Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
(QS. Ali Imran/3: 97)
‘Umrah artinya menziarahi atau berkunjung.
Dimaksudkan berziarah ke Ka’bah, mengelilinginya
(thawaf), Sa’i antara Shafā dan Marwah dan bercukur
rambut (tahallul) dengan cara-cara tertentu
sebagaimana ditentukan oleh syara’.
‘Umrah ini tata caranya hampir sama dengan tata cara
mengerjakan ibadah haji. Hanya saja kalau haji masih
harus diteruskan dengan mengerjakan wuqūf di
‘Arafah, maka untuk ‘‘umrah hal itu tidak dilakukan.
Oleh karena itu maka ‘‘umrah ini sering disebut juga
dengan haji kecil. Tentang ibadah ini ia disyari’atkan
bagi setiap muslim laki-laki atau perempuan yang
kuasa menjalaninya. Hal ini didasarkan pada firman
Allāh sebagaimana yang tercantum dalam sūrah al-
Baqarah ayat 196:
ِ‫وَأتِ ُّموا الْح َّج والْعمرَة لِلَّه‬
َُْ َ َ َ
“…Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena
Allāh”.
(QS. Al-Baqarah/2: 196)
‘Umrah dan haji harus dilaksanakan pada musim haji
yang ditentukan. Sedangkan ‘umrah sunnah dapat saja
dilakukan kapan saja sepanjang tahun.
Syarat Rukun dan Wajib Haji
Syarat agar seseorang dapat melaksanakan ibadah haji
ialah:
Beragama Islam
Baligh (dewasa)
Berakal
Mampu dalam berbagai hal baik dalam biaya,
kesehatan, keamanan dan nafkah bagi keluarga yang
ditinggalkannya
Rukun haji adalah sesuatu yang harus dikerjakan
dalam rangkaian ibadah haji, jika tidak dikerjakan
apapun alasannya, maka hajinya tidak sah. Sedangkan
wajib haji adalah sesuatu yang harus dikerjakan dalam
rangkaian ibadah haji, tetapi kalau tidak dikerjakan
tetap sah asal membayar dam (denda).
Wuqūf di Arafah misalnya adalah rukun haji, orang
yang sakit bahkan koma punharus tetap wuqūf, kalau
tidak maka hajinya tidak sah. Sedangkan wuquf
sampai terbenamnya matahari adalah wajib haji.
Artinya, jika seseorang meninggalkan Arafah sebelum
matahari terbenam, hajinya tetap sah asal dia
membayar dam.
Yang termasuk rukun haji adalah:
Ihram
Wuqūf di Arafah
Thawaf Ifadhah
Sa’i
Tahallul
Sedangkan wajib haji adalah:
Ihram dari Miqat
Wuqūf sampai terbenam matahari
Bermalam di Mudzdalifah
Melempar jamarat (tiga jumrah)
Mabit (menginap) di Mina
Thawaf Wada’
Urutan Prosesi Ibadah Haji

Para ulama umumnya bersepakat bahwa urutan prosesi


ibadah haji sebagai berikut:
Pada tanggal 8 Dzulhijjah seseorang memulai ihram
dari miqat yang telah ditentukan kemudian
melakukakan mandi, memakai kain ihram, shalat
fardu atau shalat sunnah, berniat haji dengan
mengucapkan ‫لَ َّبْي َك َح ًّجا‬
(labbaika Hajjan) artinya
aku sambut panggilan-Mu untuk berhaji, dan
berangkat ke Mina dengan memperbanyak bacaan
Talbiyah, yaitu:
‫ك‬ ََّ ‫ك‬ ‫ل‬
َ ‫يك‬ ِ
َ ْ َ َ َ ‫ك الل ُ َّ ْ َ ْ َ اَل‬
‫ي‬‫ب‬ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫ش‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫ب‬ََّ‫ل‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫ب‬ََّ‫ل‬ ‫م‬ ‫ه‬َّ َ ‫لََّب ْي‬
‫ك‬ ‫ل‬
َ ‫يك‬ ِ
‫ر‬ ‫ش‬ ‫اَل‬ ‫ك‬
َ َ َ َ ُ َ َ َْ َ َ َْ‫ل‬
ْ ‫ْم‬
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ك‬ َ‫ل‬ ‫ة‬
َ ‫م‬ ‫ع‬ ‫الن‬
ِّ ‫و‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ْح‬
‫ل‬ ‫ا‬ َّ
‫ن‬ ‫ِإ‬
“Aku sambut panggilan-Mu ya Allāh, aku sambut
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku sambut
panggilan-Mu sesungguhnya segala puji, karunia dan
kerajaan itu adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu”.
Shalat fardhu lima kali di Mina, yaitu Dzuhur, Ashar,
Maghrib, ‘Isya’ dan Shubuh dengan qashar tanpa jamak.
Seusai shalat subuh seseorang meninggalkan Mina
menuju ‘Arafah dengan memperbanyak bacaan Talbiyah.
Wuqūf di Padang ‘Arafah, yang dilaksanakan pada tanggal
9 Zulhijjah yang waktunya dimulai setelah matahari
tergelincir (zhuhur) sampai terbenamnya matahari.
Kegiatan yang dilaksanakan saat wuqūf ialah shalat jama’
taqdīm dan qahsar Zhuhur dan ‘Ashar, berdo’a dan
berzikir, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.
Mabit (bermalam) di Mudzdalifah, waktunya sesaat
setelah tengah malam sampai terbit fajar. Beberapa
kegiatan yang dilakukan adalah mencari batu kerikil
sebanyak 49 atau 70 butir untuk melempar jumrah,
berzikir dari Masy’aril Haram dan shalat Shubuh.
Melempar jumrah ‘Aqabah, setelah tiba di Mina,
kegiatan yang mula-mula dilaksanakan ialah
melempar jumrah aqabah di bukit Aqabah sebanyak 7
kali, setelah itu barulah penyembelihan hewan kurban
tepat pada tanggal 10 Zulhijjah.
Tahallul Awal (berlepas diri dari kain ihram), tahallul ini
dilaksanakan dengan cara mencukur atau menggunting
rambut. Setelah itu seseorang diperbolehkan melepas
kain ihram dan berganti pakaian biasa dan
diperbolehkan melaksanakan larangan-larangan selama
ihram kecuali melakukan hubungan seksual.
Thawaf Ifadhah dan Sa’i, seusai bertahallul
meninggalkan Mina menuju ke Mekkah untuk
melaksanakan thawaf ifadhah, mengelilingi Ka’bah tujuh
kali. Selama itu dianjurkan untuk membaca Al-qur’an,
berzikir, berdo’a dan lain-lain.
Sa’i, berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwa sebanyak
tujuh kali dilaksanakan setelah selesai thawaf Ifadhah.
Selama sai dianjurkan untuk berzikir, berdo’a,
membaca Al-Quran dan lain-lain.
Tahallul Tsāni, setelah selesai sai dilanjutkan dengan
tahallul tsani dengan mencukur dan memotong
rambut, dengan demikian seluruh larangan selama
ihram telah berakhir dan diperbolehkan melakukan
berbagai kegiatan sebagaimana sebelum ihram.
Mabit (bermalam) di Mina
Mabit di Mina pada hari-hari Tasyrik yaitu 11,12, dan 13 Zulhijjah.
Pada setiap siang hari setelah shalat Zuhur, setiap jamaah haji
melempar tiga jumrah yaitu jumrah Ula, Wustha dan ‘Aqabah
masing-masing tujuh kali. Barangsiapa yang ingin nafar awal
(pergi meninggalkan Mina lebih dahulu) maka melempar jumrah
cukup baginya pada tanggal 11 dan 12 Zulhijjah saja, kemudian
menuju Makkah untuk melaksanakan thawaf wada’, tetapi bila
ingin nafar tsani (pergi meninggalkan Mina lebih akhir) melempar
jumrah selama tiga hari berturut-turut yaitu tanggal 11, 12, 13
Zulhijjah setelah itu baru menuju Mekkah untuk melaksanakan
thawaf wada’. Dengan demikian selesailah semua prosesi ibadah
haji.
Syarat, Rukun dan Wajib ‘umrah

Syarat untuk melakukan ‘umrah adalah sama dengan


syarat melaksanakan ibadah haji. Adapun rukun
‘umrah ialah:
Ihram
Thawaf
Sa’i dari bukit Shafa ke bukit Marwa
Tahallul
Tertib.
Sementara itu, wajib ‘umrah hanya satu, yaitu ihram
dari miqat yang telah ditentukan.
Urutan Prosesi Ibadah ‘umrah

Para ulama pada umumnya sepakat bahwa urutan


proses ibadah ‘umrah adalah sebagai berikut:
Setiap jamaah memulai ihram dari miqat yang telah
ditetapkan, kemudian mandi sunnat, memakai kain
ihram, shalat fardu atau shalat sunnah, berniat ‘umrah
dengan mengucapkan ‫( لَ َّبْي َكعُ ْمرًة‬labbaika umratan)
َ
artinya aku sambut panggilan-Mu untuk
melaksanakan ‘umrah.
‫‪Berangkat ke Mekkah dengan memperbanyak talbiyah:‬‬

‫يك‬ ‫ِ‬
‫ك الل ُ َّ َّ ْ َ َّ ْ َ اَل َ َ‬
‫ر‬ ‫ش‬ ‫ك‬ ‫ي‬‫ب‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫َ‬‫ل‬ ‫م‬ ‫ه‬‫َّ‬ ‫لََّب ْي َ‬
‫ك‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ة‬‫م‬ ‫ع‬ ‫الن‬
‫ِّ‬
‫َْ َ َ ََْ َ‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ْح‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫َّ‬ ‫ِإ‬ ‫ك‬ ‫ك لََّب ْي َ‬‫لَ َ‬
‫ك‬ ‫ل‬
‫َ‬
‫َ َ‬ ‫يك‬ ‫ِ‬
‫ر‬ ‫ش‬
‫َ‬ ‫اَل‬ ‫ك‬‫َ ُ َ‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫ْم‬
‫ل‬ ‫ا‬‫و‬
‫‪ ‬‬
Thawaf ‘umrah (thawaf qudum) yaitu mengelilingi
Ka’bah sebanyak tujuh kali dengan membaca do’a,
membaca alQuran atau zikir dan lain-lain.
Tahallul (berlepas diri dari kain ihram) yaitu kegiatan
‘umrah yang berakhir dengan mencukur dan
memotong rambut. Dengan demikian selesailah
urutan prosesi ibadah ‘umrah.
Macam-Macam Haji

Ada tiga macam cara pelaksanaan ibadah haji, setiap


orang boleh memilih salah satu di antaranya.
Perbedaannya terletak apakah dilakukan ‘umrah
terlebih dahulu baru haji, atau haji lebih dahulu baru
‘umrah atau kedua-duanya sekaligus satu niat.
Tamattu’
Mengerjakan ‘umrah lebih dahulu pada bulan-bulan haji,
kemudian mengerjakan haji pada musim itu juga. Seseorang
yang mengerjakan haji tamattu’ berniat ihram dari miqat
untuk ‘umrah. Setelah ‘umrah dia bebas dari segala larangan
ihram. Setelah itu ia menunggu di Makkah sampai tanggal 8
Zulhijjah dia berihram untuk haji dari tempat tinggalnya di
Makkah , lalu mengerjakan semua rukun dan wajib haji.
Dinamai tamattu’ (bersenang-senang) karena setelah selesai
mengerjakan ‘umrah dia dapat menikmati kembali apa yang
tadinya dilarang selama dia ihram.
Ifrād
Mengerjakan haji terlebih dahulu baru ‘umrah. Seorang
yang mengerjakan haji ifrad berniat ihram dari miqat untuk
haji. Sampai di Makkah ia melaksanakan thawaf qudūm
(thawaf selamat datang). Setelah thawaf, ia tetap dalam
keadaan berihram di Mekkah sampai selesai amalan-amalan
haji. Setelah tahallul awal baru dia boleh memakai pakaian
biasa dan semua larangan ihram tidak berlaku lagi kecuali
berhubungan suami-istri. Berhubungan suami-istri baru
dihalalkan setelah tahallul sani. Setelah selesai haji barulah
dia mengerjakan ‘umrah dengan niat ihram dari tanah halal.
Qirān
Mengerjakan haji dan ‘umrah dengan satu niat ihram
dari miqat. Seseorang yang mengerjakan haji qiran
berniat ihram dari miāat untuk haji dan ‘umrah
sekaligus. Sampai di Makkah dia melaksanakan thawaf
qudūm. Setelah thawaf dia tetap dalam keadaan ihram di
Makkah sampai selesai amalan-amalan haji. Setelah
tahallul awal baru dia boleh memakai pakaian biasa dan
semua larangan ihram tidak lagi berlaku kecuali
berhubungan suami-istri. Berhubungan suami-istri baru
dihalalkan setelah tahallul sani.
Bagi yang mengambil haji tamattu’ dan qirān
diwajibkan membayar hadyu atau lebih populer
disebut dam yaitu dengan menyembelih pada hari
nahar satu ekor kambing untuk satu orang atau seekor
onta untuk tujuh orang. Sedangkan haji ifrād tidak
membayar hadyu.
Para fuqahā’ berbeda pendapat menentukan mana
yang lebih afdhal dari ketiga cara haji di atas. Dalam
prakteknya bagi yang datang lebih awal, haji tamattu’
lebih memudahkan daripada haji ifrād dan qirān
IHRAM DAN CARA MENGERJAKANNYA

Pengertian Ihram
Ihram ialah niat memulai menunaikan ibadah haji
atau ‘umrah, sebagaimana untuk kedua-duanya.
Ihram ini wajib dikerjakan dari batas-batas tempat
dan waktu tertentu yang dinamakan miqat
Cara Mengerjakan Ihram
Cara mengerjakan ihram adalah berturut-turut sebagai
berikut:
Mandi sunnat ihram dan berwudhu.
Memakai pakaian ihram, bagi laki-laki dengan dengan
dua helai kain putih yang tidak berjahit, menyarung.
Satu helai untuk menutup aurat (antara lutut dan pusar)
dan satu helai lagi untuk badan. Wanita dilarang untuk
memakai cadar dan kaos tangan, karena telapak tangan
dan punggung tangan kanannya supaya terbuka.
Seseorang yang sedang beriḥram boleh memakai
sandal atau sepatu yang tidak menutup mata kaki,
cincin, kaca mata, alat pendengar, jam tangan, ikat
pinggang biasa dan ikat pinggang bersaku. Pakaian
ihram boleh diganti dan dicuci, serta dibenarkan pula
mandi dan membasuh kepala terhadap rambut yang
rontok, tanpa disengaja tidak ada sanksi apapun,
begitu halnya bila terkena luka.
Meminyaki rambut dan menyisirnya serta memakai
wangi-wangian.
Melakukan shalat sunnat dua rakaat
Berangkat ke Mākkah atau Arafah sesuai dengan
niatnya, ihram untuk ‘umrah atau untuk haji. Ketika
berangkat dan sampai di tempat miqat, supaya
menetapkan niat.
Niat Ihram
Jika hendak ‘umrah saja, berniat ‘umrah dalam hati

ikhlas karena Allāh, seraya mengucapkan ‫لَ َّبْي َك‬


‫( عُ ْمَرًة‬labbaika umratan) yang artinya: “Ya Allāh aku
menyambut panggilan-Mu dengan ber’umrah”.
Jika hendak ber’umrah dan haji sekaligus (qiran),
berniat dalam hati ikhlas karena Allāh, seraya

mengucapkan: ‫لَ َّبْي َكعُ ْمَرًة َو َح ًّجا‬


(labbaika
umratan wa hajjan) yang artinya: “Ya Allāh aku
menyambut panggilan-Mu dengan ber’umrah dan
berhaji”.
Jika hendak haji saja (ifrad), berniat dalam hati, ikhlas

karena Allāh seraya mengucapkan: ‫لَ َّبْي َك َح ًّجا‬


(labbaika hajjan) yang artinya: “Ya Allāh aku
menyambut panggilan-Mu dengan berhaji”.
Catatan:
Setelah berniat berarti telah masuk dalam ihram dan
terlarang mengerjakan larangan-larangan ihram.
Larangan-Larangan Ihram

Orang yang sedang ihram harus menjauhi larangan-


larangan ihram, yaitu sebagai berikut:
Bagi Laki-laki dan Wanita
Memakai harum-haruman, baik di badan maupun di
rambut, di pakaian dan sebagainya. Ada pun jika sisa
wangi-wangian yang dipakai pada saat belum ihram
itu tidak apa-apa.
Memotong kuku, memotong, menggunting atau
menghilangkan rambut.
Memburu, membunuh, menghalau atau membantu
orang berburu binatang yang halal dimakan.
Menebang pepohonan Tanah Haram atau mencabut
tanaman yang masih hijau di Tanah Haram.
Nikah atau menikahkan dan meminang atau
dipinang.
Bersentuh-sentuhan dengan syahwat.
Melakukan hubungan seksual.
Larangan-larangan yang khusus bagi laki-laki:
Laki-laki dilarang memakai pakaian yang dijahit
(menyarung).
Dilarang menutup kepala, namun diperbolehkan
menggunakan payung atau berteduh di bawah atap
kendaraan, atau membawa barang di atas kepala.
Larangan yang khusus bagi wanita:
Memakai sarung tangan dan menutup muka.
Apabila larangan-larangan di atas dilanggar, maka
wajib membayar dam atau denda. Pelanggaran
terhadap larangan berhubungan seksual adalah wajib
membayar dam yang berat, dan ‘umrahnya atau
hajinya juga batal
Thawaf

Thawaf ialah mengelilingi Ka’bah dalam Masjidil Haram


sebanyak 7 (tujuh) putaran dengan niat thawaf. Thawaf
itu ada empat macam, yaitu:
Thawaf Qudūm (thawaf selamat datang). Thawaf ini
dilakukan oleh orang yang melakukan haji Ifrad atau
qiran setelah tiba di Masjidil Haram. Orang yang berhaji
tamattu’, mengerjakan thawaf ‘umrah.
Thawaf Ifadhah (thawaf ziarah). Thawaf ini dikerjakan
pada tanggal 10 Dzulhijjah atau sesudahnya. Thawaf ini
harus dikerjakan dan merupakan tahallul tsani bagi
orang yang berihram haji.
Thawaf Wada’ (thawaf selamat tinggal). Thawaf ini
dikerjakan pada saat orang akan meninggalkan
Makkah. Thawaf ini harus dikerjakan, kecuali bagi
wanita yang sedang haidh.
Thawaf tattawwu’ (thawaf sunnat). Thawaf ini bisa
dikerjakan setiap waktu (siang dan malam).
Syarat-syarat Thawaf
Bersuci dan menutup aurat seperti dalam shalat,
hanya dalam thawaf diperbolehkan berbicara, asal
pembicaraannya yang baik. Hal ini berdasarkan Hadis
Nabi saw:

‫ال‬َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ َ ‫ي‬


َّ ِ‫ب‬َّ
‫ن‬ ‫ال‬ َّ
‫َأن‬ ٍ
‫اس‬ ‫ب‬
َّ ‫ع‬
َ ‫ن‬ِ ْ‫َع ْن اب‬
‫الصاَل ِة ِإاَّل َأنَّ ُك ْم َتتَ َكلَّ ُمو َن‬
َّ ُ ْ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ث‬ ِ
‫م‬ ِ ‫اف حو َل الْب ْي‬ َّ
َ ْ َ َ ‫الط‬ ُ ‫و‬
‫فِ ِيه فَ َم ْن تَ َكلَّ َم فِ ِيه فَاَل َيتَ َكلَّ َم َّن ِإاَّل بِ َخ ْي ٍر‬
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw
bersabda: Thawaf disekitar baitullah itu seperti shalat,
hanya saja dibolehkan berkata-kata, barang siapa
berkata-kata di dalamnya, janganlah berbicara kecuali
yang baik” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abbas)
Thawaf dimulai dari sudut hajar al-aswad dan juga
berakhir di situ.
Ka’bah berada disebelah kiri orang yang melakukan
thawaf, tidak melewati pondasi Ka’bah atau dalam
Hijr Ismail, Hijr Ismail adalah bagian dari Ka’bah.
Cara-cara mengerjakan thawaf
Cara-cara mengerjakan thawaf sesuai dengan
tuntunan Rasūlullāh saw, adalah sebagai berikut:
Bagi orang laki-laki meletakkan bagian tengah kain
ihramnya dibawah ketiak kanan dan menaruh ujung
kain di atas pundak sebelah kiri tertutup, sedang
pundak kanan terbuka. Ini berlaku hanya pada waktu
melakukan thawaf. Rida (kain/selendang) boleh
dikalungkan seperti pada waktu melakukan shalat.
Hal ini berdasarkan Hadis Nabi saw:
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ
ِ َّ‫ول الل‬
‫ه‬ َ ‫س‬ ‫ر‬
َُ َّ
‫َأن‬ ٍ
‫اس‬ ‫ب‬
َّ ‫ع‬
َ ِ
‫ن‬ ْ‫َع ْن اب‬
‫ت َو َج َعلُوا‬ ِ ‫ْج ْعرانَِة َفرملُوا بِالْب ْي‬ ِ ‫َأصحابهُ ا ْعتَمروا ِمن ال‬
َ ََ َ ْ ُ َ َ َ ْ ‫َو‬
‫وها َعلَى َع َواتِِق ِه ْم الْيُ ْس َرى‬ ‫ف‬
ُ ‫ذ‬َ ‫ق‬
َ ‫د‬ َ ِ ِ
ْ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ ‫َْأر‬
‫ق‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫اط‬ ‫آب‬ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ِ
‫د‬
َ
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasūlullāh
saw dan para sahabatnya ‘umrah dari Ji’ronah lalu
mereka berlari-lari kecil di baitullah dan mereka buat rida
(selendang) mereka di bawah ketiak kanan mereka lalu
menyampirkan ujung-ujungnya di atas pundak kiri
mereka” (HR. Abu Daud).
Sesampainya di sudut hajar aswad (sekarang ditandai
dengan lampu hijau setentang dengan hajar aswad)
menghadap hajar aswad lalu menciumnya atau
menjamahnya dengan tangan lalu mencium tangan
atau menyentuhnya dengan tongkat itu, atau
berisyarah kepadanya dengan tangan. Hal ini
dilakukan setiap kali putaran thawaf.
Membaca takbir, yaitu ‫َأكَبُر‬ ِ ‫بِ سِم ا‬
ْ ُ‫هلل َوا هلل‬ ْ
(bismillahi wAllāhu akbar) (dengan nama Allāh dan
Allāh Maha Besar).
Kemudian berpaling ke kanan sehingga Ka’bah berada
di sebelah kiri orang thawaf. Untuk thawaf qudum
(thawaf ‘umrah) supaya berlari-lari kecil 3 (tiga) kali
putaran dan berjalan biasa 4 (empat) putaran
berikutnya. Hal ini berdasarkan Hadis Nabi saw:
‫صلَّى‬ ِ َّ‫ول الل‬
‫ه‬ ‫س‬ ‫ر‬ َّ
‫َأن‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ه‬َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ض‬ِ ‫ر‬ ِ
‫ه‬ َّ
‫ل‬ ‫ال‬ ِ
‫د‬ ‫ب‬ ِ ِ ِ
َ َ َُ ُ َ ُ َ َ ْ ْ َ ْ ‫َع ْن َجاب‬
‫ع‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ر‬
‫اسَتلَ َمهُ ثُ َّم‬ َ‫ف‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ْح‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫ت‬
َ‫َأ‬ ‫ة‬
َ َّ
‫ك‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫د‬ِ ‫ق‬
َ ‫ا‬ ‫م‬َّ ‫ل‬
َ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬
َ ‫ه‬
ُ َّ
‫ل‬ ‫ال‬
ْ ََ َ ََ َ َ َ ْ
‫َم َشى َعلَى يَ ِمينِ ِه َف َرَم َل ثَاَل ثًا َوَم َشى َْأرَب ًعا‬
“Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Rasūlullāh SAW
apabila telah sampai di Makkah, beliau mendatangi
Hajar Aswad berlari-lari kecil tiga kali dan berjalan
biasa empat kali” (HR. Al-Baihaqi dari Jabir bin
Abdillah)
Sesampainya di sudut yang disebut sebagai rukun
Yamani dan sudut hajar Aswad) mengusap sudut itu
dengan tangan dan tidak menciumnya. Dua sudut
sebelum rukun Yamani itu tidak diusap.
Diantara rukun Yamani dan sudut hajar aswad

membaca:‫ة وف ي‬
ِ ً ‫ن‬
َ‫س‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬ْ ُّ
‫لد‬ ‫ا‬‫ي‬ ِ
‫ف‬ ‫ا‬‫ن‬
َِ‫آت‬ ‫ا‬ ‫ن‬
َ ‫ب‬
َّ ‫ر‬
َ َ َ َ َ
ِ‫اب لنَّار‬ ِ ِ ِ
‫( ا آْل خَرة َح َسَن ًة َوقَنا َع َذَ ا‬Rabbana atina
fidunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina
adzabannar) (Ya Tuhan Kami, berilah kami kebaikan
hidup di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka).
Thawaf selesai sesudah berakhir putaran yang
ketujuh. Dalam thawaf tidak ada ketentuan membaca
do’a-do’a tertentu untuk setiap kali putaran. Orang
boleh berdo’a untuk apa yang diinginkannya sesuai
dengan keperluannya. Setelah selesai melaksanakan
thawaf lalu menuju ke Maqam Ibrahim dan membaca:
‫صلًّى‬ ‫م‬ ‫يم‬ ِ ‫واتَّ ِخ ُذوا ِم نم َق ِام ِإبر‬
‫اه‬
َ ُ َ َْ َ ْ َ
(wattakhidzu min
maqomi ibrohima musholla) (“Dan jadikanlah maqam
ibrahim itu sebagai tempat shalat”).
Kemudian shalat dua rakaat. Pada rakaat pertama
dibaca sūrah al-Kafirun sesudah sūrah al-fatihah. Pada
rakaat kedua, sesudah dibaca sūrah al-Fatihah, dibaca
sūrah al-Ikhlas. Selesai shalat kembali ke hajar Aswad
lalu menciumnya, menjamahnya atau berisyarah
seperti pada permulaan thawaf. Sesudah
melaksanakan thawaf dengan semua rangkaiannya,
disunnahkan meminum air zam-zam. Lalu membaca
do’a sebagai berikut:
ِ ِ ِ
‫ك ع ْل ًما نَاف ًعا َورْزقًا‬
َ ْ‫ل‬
ُ‫َأ‬ ‫َأس‬ ‫ى‬ ِّ
‫ن‬ ‫ِإ‬ ‫م‬ َّ
َّ ُ ‫الل‬
‫ه‬
ٍ ِ
.‫اء م ْن ُك ِّل َداء‬ ‫ف‬َ ِ
‫ش‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ع‬ ‫اس‬ِ ‫و‬
ً َ
“Ya Allāh Sesungguhnya Aku minta kepada-Mu ilmu
ً َ
yang bermanfaat, rejeki yang luas dan kesembuhan
dari setiap penyakit”
Sa’i dan Tahallul

Sa’i adalah berjalan antara Shafa dan Marwah


sebanyak dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di
bukit Marwah. Sa’i dilakukan setelah thawaf, baik
thawaf ‘umrah maupun thawaf ifadhah (pada saat ini
tempat sa’i telah menyatu dengan bangunan Masjidil
Haram)
Cara Mengerjakan Sa’i
Cara-cara mengerjakan sa’i, sesuai dengan petunjuk
sunnah Rasūlullāh saw adalah sebagai berikut:
Sesudah mendekati Shafa, membaca:
َّ ‫ِإَّنا‬
َ‫لص َفا َوا لَْمْرَوة‬
ِ‫( ِم ن َش ع اِئِر ا لَّ ِه َأب َدُأ بِ ما ب َدَأ ا لَّهُ بِ ه‬innas
َ َ ْ
Shafa wal marwata min sya’airillah, Abda’u bima
َ ْ
badaAllāhu bihi) (“Sesungguhnya Shafa dan Marwah
termasuk tanda-tanda peribadatan kepada Allāh. Aku
mulai dari apa yang Allāh memulai dengannya”).
‫‪Naik ke atas Shafa, kemudian menghadap ke Ka’bah,‬‬
‫‪lalu mengangkat kedua tangan dan membaca:‬‬

‫يك لَهُ لَ ُه‬ ‫ر‬‫ِ‬ ‫ش‬ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫د‬


‫ُ َ ْ َُ َ َ َ‬ ‫ح‬‫و‬ ‫ه‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ال‬ ‫َّ‬
‫ال‬ ‫ِإ‬ ‫ه‬‫ل‬
‫َ‬ ‫ِإ‬
‫اهللُ َأ ْكَب ُر الَ َ‬
‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫ْح ْم ُد َو ُه َو َعلَى َك ِّل َش ْىء قَد ٌير الَ‬ ‫ك َولَهُ ال َ‬ ‫ال ُْم ْل ُ‬
‫ص َر َع ْب َدهُ َو َه َزَم‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ه‬ ‫د‬‫ع‬ ‫و‬ ‫ز‬ ‫ج‬ ‫ن‬‫َأ‬ ‫ه‬
‫ُ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ ََ َ‬‫د‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫َّ‬
‫ل‬ ‫ال‬ ‫َّ‬
‫ال‬ ‫ِإ‬ ‫ه‬
‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ِإ‬
‫اب َو ْح َدهُ‬ ‫ا َْ َ‬
‫ز‬ ‫ح‬ ‫َأل‬
Allāhu akbar, la ilaha illAllāhu wahdahu la syarikalah,
lahul mulku walahul hamdu wahuwa ala kulli syain qadir.
La ilaha illallhu wahdah, anjaza wa’dah, wa nashara
abdah, wa hazamal ahzaba wahdah. (Allāh Maha Besar,
tiada tuhan kecuali Allāh sendiri, tiada sekutu bagi-Nya,
kepunyaan-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala
pujian, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Tiada tuhan
selain Allāh sendiri, Dia lestarikan sendiri janji-Nya, Dia
tolong hamba-Nya dan Dia sendiri menghancurkan
musuh-musuh-Nya”). Bacaan di atas diulang tiga kali
dan diselingi dengan do’a yang dimaui.
Turun dari Shafa menuju Marwah. Sesampainya di
batas tiang hijau hendaknya laki-laki berlari kecil,
sedang perempuan berjalan biasa menuju Marwah.
Di atas Marwah seperti dilakukan pada angka 2,
menghadap ke Ka’bah dan membaca bacaan seperti
dalam butir 2 di atas.
Kemudian berangkat lagi ke Shafa sampai cukup tujuh
kali, yang berakhir di Marwah.
Di dalam sa’i ini selain bacaan dalam butir satu dan
dua di atas, tidak ada do’a- do’a khusus. Orang boleh
berdo’a dengan do’a apa saja yang diinginkan sesuai
dengan keperluan.
Tahallul

Setelah selesai melakukan sa’i, bertahallul di sebelah pintu


Marwah dengan mencukur, memotong rambut. Tahallul bagi
yang melaksanakan haji tamattu’, setelah tahallul berarti
mulai berada dalam keadaan halal, seperti sebelum ihram.

Bagi yang melaksanakan umroh untuk haji tamattu’ setelah


selesai mengerjakan tawaf dan sa’i melakukan tahallul
dengan mencukur atau memotong rambutnya. Setelah
tahallul ia kembali dalam keadaan halal seperti sebelum
ihram, sampai kemudian tanggal 8 Zulhijjah kembali niat
ihram untuk haji dari hotel atau pondokan di Makkah.
Sedangkan bagi yang mengambil haji ifrad dan qiran
tetap dalam ihramnya sampai selesai melempar jumrah
aqabah pada tanggal 10 Zulhijjah. Setelah selesai
melempar jumrah aqabah itu, semua jamaah haji baik
tamattu’, ifrad maupun qiran melakukan tahallul
awwal, kembali dalam keadaan halal seperti sebelum
ihram. Semua yang dilarang waktu ihram sudah
dibolehkan kecuali berhubungan suami isteri. Setelah
tawaf Ifadhah dan Sa’i baru tahallul tsani, semuanya
sudah dibolehkan termasuk hubungan suami isteri.

Anda mungkin juga menyukai