Anda di halaman 1dari 16

2.

1 Kewirausahaan
a. Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa
Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan (Hendro, 2011:29). Kata
entrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Prancis
yaitu”entreprende” yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah
ini diperkenalkan pertama kali oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin
populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk
menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya
ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat yang lebih tinggi serta
menghasilkan lebih banyak lagi (Suryana & Bayu, 2010:24).
Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Kasmir, 2013:20). Selanjutnya
Hisrich mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses penciptaan sesuatu yang
berbeda untuk menghasilkan nilai, dengan mencurahkan waktu dan usaha, diikuti
penggunaan uang, fisik, risiko, dan kemudian menghasilkan balas jasa berupa
uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi (Suryana & Bayu, 2010:5). Sementara
itu, Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (Kasmir, 2013:20).
Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni
1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan, bahwasanya ; “Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku
dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan kegiatan yang mengarah
pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi
baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Suherman, 2008:6-
7).
Kuratko & Hodgetts (2007:47) menyatakan bahwa kewirausahaan adalah
proses dari inovasi dan penciptaan usaha. Selanjutnya Wiratmo mengungkapkan
definisi kewirausahaan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya
dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul risiko finansial,
psikologi, dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa finansial dan
kepuasan pribadi (Winarno, 2011:8).
b. Wirausaha
Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan
gabungan dari wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha (bisnis) sehingga istilah
entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam
usaha/bisnis (Nasution,2007:2). Dalam kamus umum bahasa Indonesia
entrepreneur diartikan sebagai orang yang pandai atau berkat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk
baru, memasarkan serta mengatur permodalan operasinya (Jalil, 2013:44-45).
Secara sederhana arti wirausaha (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan
(Kasmir, 2013:16). Selanjutnya Meredith (2006:5) mendefinisikan pengertian
wirausaha sebagai individu yang berorientasi kepada tindakan dan termotivasi
tinggi dalam mengambil resiko serta dalam mengejar tujuannya. Schumpeter
mendefinisikan wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang
ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan
bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru (Suryana & Bayu,
2010:24). Entrepreneur adalah pemilik atau manager sebuah perusahaan bisnis
yang menghasilkan keuntungan melalui pengambilan risiko dan tindakan inisiatif
(Barnawi, 2012:14).
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk
hidup mandiri dalam menjalankan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia
bebas merancang, menentukan, mengelola, dan mengendalikan semua usahanya
(Garjito, 2014:13). Hal ini senada dengan pendapat Scarborough & Zimmemer
(Suryana,2014:27) bahwa para wirausaha merupakan orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Wirausaha adalah
seseorang yang melakukan kegiatan bisnis dengan gigih untuk mencapai tujuan
yang sudah direncanakan dengan hasil yang membanggakan (Sukirno, 2004: 367).
Secara konseptual, seorang wirausahawan dapat didefinisikan dari
beberapa sudut pandang dan konteks sebagai berikut (Alma, 2004:33):
1. Bagi ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang mengkombinasikan
resources, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai
yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan juga orang yang memperkenalkan
perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya.
2. Bagi seorang psychologist seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki
dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka
mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan orang lain.
3. Bagi seorang businessman atau wirausaha adalah merupakan ancaman, pesaing
baru atau juga bisa seorang partner, pemasok, konsumen atau seorang yang bisa
diajak kerjasama.
4. Bagi seorang pemodal melihat wirausaha adalah seorang yang menciptakan
kesejahteraan buat orang lain, yang menemukan cara-cara baru untuk
menggunakan resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja
yang disenangi oleh masyarakat.
Tiga tipe utama dari wirausaha yaitu (Alma, 2004:35-36) :
1. Wirausaha Ahli (Craftman)
Wirausaha ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin
mengembangkan proses produksi sistem produksi, dan sebagainya.
Wirausaha ahli ini biasanya seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan besar
kemudian memutuskan untuk keluar sebagai pegawai dan memulai bisnisnya
sendiri.
2. The Promoter
The promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar belakang
pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian mengembangkan
perusahaan sendiri.
3. General Manager
General manajer adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses bekerja
pada sebuah perusahaan, dia banyak menguasai keahlian bidang produksi,
pemasaran, permodalan dan pengawasan.
Ciputra (2008:8-10) mengemukakan empat kategori entrepreneur, yaitu sebagai
berikut:
a. Business Entrepreneur
1. Owner entrepreneur adalah para pencipta dan pemilik bisnis.
2. Professional entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya wirausaha
namun mempraktikannya di perusahaan milik orang lain.
b. Government Entrepreneur
Seorang atau kelompok orang yang memimpin serta mengelola lembaga negara
atau instansi pemerintahan dengan jiwa dan kecakapan wirausaha. Sebagai contoh
adalah Lee Kuan Yew, mantan Perdana Menteri Singapura, ia adalah seorang
pemimpin yang mengelola dan menumbuhkan Singapura dengan jiwa dan
kecakapan wirausaha.
c. Social Entrepreneur
Yaitu para pendiri organisasi-organisasi sosial kelas dunia yang menghimpun
dana masyarakat untuk melaksanakan tugas sosial yang mereka yakini.
d. Academic Entrepreneur
Ini menggambarkan akademisi yang megajar atau mengelola lembaga pendidikan
dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan mulia pendidikan.

2.1.1.2 Ciri dan Karakteristik Wirausaha


Menurut Steinhoff dan Burgess (Siagian dan Asfahani, 2005: 351),
menyatakan pada lima hal yang merupakan ciri-ciri wirausaha yaitu:
a. Memiliki kemampuan mengidentifikasi suatu pencapaian sasaran (goal) atau
kejelian (vision) dalam bisnis.
b. Kemampuan dalam mengambil resiko keuangan dan waktu.
c. Memiliki kemampuan dibidang perencanaan, pengorganisasian dan
pelaksanaannya.
d. Bekerja keras dan melakukan segala sesuatu yang diperlukan untuk mau dan
mampu mecapai keberhasilan.
e. Mampu menjalin hubungan baik dengan para karyawan, pemasok dan banker.
Sementara itu, dalam buku Siagian dan Asfahani (2005: 284) dinyatakan
pendapat dari beberapa ahli tentang ciri wirausaha yaitu sebagai berikut:
a. Cakap dalam berbagai fungsi bisnis
b. Memiliki pendirian dan keyakinan yang kuat
c. Berorientasi pada hasil (goal)
d. Inovatif dan idealis
e. Tingkat kemandirian yang tinggi
f. Semangat kerja tinggi
g. Bergaya sebagai boss
Menurut Yuyun Sasmita (Siagian dan Asfahani, 2005: 284), mengutip dari
Caston (2002) menyatakan bahwa seorang pokok wirausaha ditandai atau
didasarkan apabila ia memiliki:
a. Self knowledge (pemahaman diri)
b. Imagination (kemampuan untuk berkhayal)
c. Practical knowledge (kemampuan mengaplikasi)
d. Analitycal ability (kemampuan menganalisa)
e. Search skill (kemampuan menelaah)
f. Foresight (kemampuan memandang kedepan)
g. Computation skill (kemampuan berhitung)
h. Comunication skill (kemampuan berkomunikasi)
i. Organizational skill (kemampuan berorganisasi)
Kontribusi yang unik dari usaha kecil dibandingkan dengan usaha besar
lainnya (Megginson, Byrd dan Megginson 2000 :12) yaitu:
a. Mendorong inovasi dan flexibilitas
b. Memelihara hubungan yang erat dengan pelanggan
c. Menjaga persaingan dengan perusahaan yang lebih besar
d. Karyawan diberikan banyak kesempatan untuk belajar
e. Menciptakan lapangan pekerjaan yang baru
f. f.Memberikan kepuasan dalam bekerja kepada karyawan
Beberapa persyaratan dasar sebagai wirausaha handal menurut Siagian dan
Asfahani (2005:14), yaitu:
a. Memiliki rasa percaya diri dan sikap mandiri yang tinggi untuk berusaha
mencari penghasilan dan keuntungan melalui perusahaan
b. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang usaha yang
menguntungkan, serta melakukan apa saja yang perlu untuk memanfaatkannya.
c. Mau dan mampu berkomuniksi, tawar manawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak, yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan usaha,
khususnya langganan.
d. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun dalam menghasilkan barang
dan jasa, serta mencoba cara yang lebih cepat dan efisien
e. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat
dan disiplin.
f. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaan, serta lugas dan tangguh.
g. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain, melakukan
perluasan dan pengembangan usaha dengan resiko yang moderat.
h. Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang
kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
Karakteristik pemilik usaha kecil yang berhasil menurut Megginson, Byrd
dan Megginson (2000 : 29) adalah:
a. Mengharapkan kebebasan
b. Mempunyai kepekaan pada inisiatif
c. Termotivasi dari diri sendiri atau dari keluarga
d. Bertindak cepat dan mengambil keputusan yang kongkrit
e. Dapat bereaksi dengan cepat
f. Mendedikasikan diri pada usahanya
g. Memasuki usaha pada setiap kesempatan.
Ciri-ciri dan cara wirausaha yang tangguh menurut Siagian dan Asfahani
(2005: 6), adalah:
a. Berpikir dan bertindak strategik, adaptif terhadap perubahan dalam
berusaha mencari peluang keuntungan dan dalam mengantisipasi masalah.
b. Selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan melalui berbagai
keunggulan dalam memuaskan langganan
c. Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan
perusahaan, pengusaha, serta meningkatkan kemampuan dengan sistem
pengendalian internal
d. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan
perusahaan, terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja, serta
pemupukan permodalan.
Justin G. Longenecker, Moore dan Petty dalam bukunya Small Business
Management an Entrepreneurial Emphasis (2004: 11) mengemukakan
karakteristik dari seorang wirausaha yaitu:
1. Need for achievement (keinginan untuk maju)
2. Willingness to take risks (berani untuk mengambil resiko)
3. Self confidence (percaya diri)
4. A need to seek refuge (kebutuhan akan tempat perlindungan)
Menurut Schumpeter (Mutis 2005: 19) menyatakan bahwa entrepreneur
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Selalu memiliki prakarsa otoritas
2. Melihat kemasa depan
3. Mempunyai kebebasan mental
4. Mempunyai intuisi yang kuat
5. Mempunyai jiwa kepemimpinan
6. Pemberontak sosial (social deviance)
Meredith mengemukakan secara sistematis ada enam ciri-ciri yang dapat
menggambarkan profil dari seorang wirausaha, Suherman (2008:10) yaitu:
Tabel 2.1 Ciri-ciri dan Watak Wirausaha
Ciri-ciri Watak Wirausaha
Percaya diri Keyakinan
Optimisme
Ketidaktergantungan
Individualitas
Orientasi tugas dan hasil Kebutuhan akan prestasi
Berorientasi laba
Ketekunan dan ketabahan
Tekad kerja keras
Mempunyai dorongan kuat
Energetik dan inisiatif
Pengambil resiko Kemampuan mengambil resiko
Suka pada tantangan
Kepemimpinan Berlaku seperti pemimpin
Dapat bergaul dengan orang lain
Menanggapi saran dan kritik
Keorisinilan Inovatif dan kreatif
Fleksibel
Punya banyak sumber
Serba bisa, mengetahui banyak
Orientasi ke masa depan Pandangan ke depan
Perseptif
(Buchari Alma, 2014:52)
Drucker (2004; 19) memformulasikan ciri-ciri khusus seorang wirausaha
adalah sebagai berikut:
1. Bekerja keras.
2. Optimistis.
3. Berupaya menghasilkan satu cara yang terbaik.
4. Dorongan untuk dapat berprestasi.
5. Mampu mengorganisasikan.
6. Bertanggung jawab.
7. Orientasi pada uang.
8. Orientasi pada imbalan.
9. Memperhatikan pada kualitas.
Seseorang yang memiliki jiwa wirausahawan yang tinggi selalu sadar dan
mempunyai kemampuan yang mendalam untuk melihat segala fenomena yang ada
disekitarnya, merenung dan semangat untuk mewujudkan setiap perenungan
batinnya dalam bentuk nyata dan relistis (Tasmoro, 2002:107).
3. Karakteristik Wirausahawan (Characteristic of Entrepreneur)
Seorang wirausahawan haruslah seorang yang mampu melihat kedepan.
Melihat kedepan dengan berfikir penuh perhitungan mencari pilihan dari berbagai
alternatif masalah dan pemecahnnya. Untuk menjadi wirausahawan seseorang
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Percaya Diri
Orang yang percaya diri adalah orang yang sudah matang jasmani dan
rohaninya. Pribadi semacam ini adalah pribadi yang independen dan sudah
mencapai tingkat maturity (kedewasaan). (Buchari Alma, 2004:40). Percaya diri
merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, sikap kepercayaan ini merupakan keyakinan
untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang
dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakianan, optimisme,
individualitas dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan
diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai
keberhasilan (Zimmerer).
Kepercayaan di atas baik lagsung maupun tidak langsung, mempengaruhi
sikap mental seseorang seperti kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja
keras, semangat berkarya dan sebaginya banyak dipengaruhi oleh tingkat
kepercayaan seseorang yang berbaur dengan pengetahuan, keterampilan serta
kewaspadaanya. (Suryana, 2008:39).
b) Inisiatif
Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai sesuatu. Untuk
memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa yang besar.
Sekali sukses, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya
semakin maju dan semakin berkembang. Dalam kewirausahaan, peluang hanya
diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku isiatif ini biasanya diperoleh melalui
pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun dan pengembanganya diperoleh
dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat
(Suryana, 2008:15).
c) Motivasi Prestasi
Dorongan untuk selalu berprestasi tinggi harus ada dalam diri seorang
wirausaha, karena dapat membentuk mental pada diri mereka untuk selalu lebih
unggul dan mengerjakan segala sesuatu melebihi standar yang ada. Motivasi
berprestasi, pertama diartikan sebagai perilaku yang timbul karena melihat standar
keunggulan dan dengan demikian dapat dinilai dari segi keberhasilan dan
kegagalan. Kondisi kedua adalah individu sedikit banyak harus bertangggung
jawab atas hasilnya. Ketiga, terdapat suatu tingkat tantangan dan timbul perasaan
tidak pasti. Konsep-konsep motivasi berprestasi juga sangat menitik beratkan pada
kerja dinamika batiniah. Seseorang yang memiliki motivasi prestasi maka dalam
menjalankan usahanya ia akan berorioentasi pada hasil dan wawasan ke
depan(Suryana, 2014:22).
d) Kepemimpinan
Seorang wirausahawan yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan,
kepeloran dan teladan. Ia selalu ingin tampil beda dan lebih menonjol (Suryana,
2014:41). Kepemimpinan ialah kualitas tingkah laku seseorang yang
mempengaruhi tingkah orang lain atau kelompok orang, sehingga mereka
bergerak ke arah tercapianya tujuan bersama. Seorang wirausahawan yang
menghendaki kerjasama dengan orag lain hendaknya memiliki keterampilan
kepemimpinan (Hantoro, 2005:34). Seorang wirausaha yang berhasil selalu
memilki sifat kepemimpinan kepeloporan, keteladan. Ia ingin selalu tampil
berbeda, lebih dulu, lebih menonjol.
Kepemimpinan termasuk faktor kunci bagi seorang wirausahawan.
Dengan keunggulan dibidang ini, maka seorang wirausahawan akan sangat
memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja atau personal dan
efektifitas. Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor di atas, senantiasa
tampil hangat, mendorong pengembangan karir stafnya, disenangi bawahan, dan
selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai (Alma, 2004:41).
e) Berani mengambil Risiko
Setiap usaha, baik usaha baru maupun usaha yang telah lama akan selalu
berhadapan dengan risiko. Risiko selalu ada tanpa dapat diketahui secara pasti.
Seorang wirausahawan harus belajar dari hal-hal yang pernah terjadi sebelumnya.
Berbagai kejadian yang merugikan sebagai dampak dari timbulnya risiko telah
memberikan pelajaran yang sangat berharga kepadanya (Abdurrahman, :163).
Seorang wirausaha yang berani menaggung risiko adalah orang yang
selalu ingin menjadi pemenang dan memenagkan dengan cara yang baik.
Keberanian menanggung risiko bergantung pada daya tarik setiap alternatif, siap
untuk mengalami kerugian dan kemungkinan relatif untuk sukses atau gagal.
Pemilihan untuk pengambilan risiko ditentukan oleh keyakinan diri, kesediaan
untuk menggunakan kemampuan, kemampuan untuk menilai risiko (Suryana,
2008:40).
Contoh dalam berwirausaha yang penuh dengan risiko dan tantangan yaitu
persaingan, harga naik turun, barang tidak laku dan sebagainya. Namun semua
tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan (Alma, 2004:41).
4. Fungsi dan Manfaat Berwirausaha
Setiap wirausahawan mempunyai fungsi pokok dan fungsi tambahan
sebagai berikut :
a Fungsi pokok wirausaha yaitu:
1) Membuat keputusan-keputusan yang dan mengambil risiko tentang
tujuan dan sasaran perusahaan.
2) Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan.
3) Menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani.
4) Menghitung skala usaha yang diinginkan.
5) Menentukan permodalan yang diinginkannya(modal sendiri dan modal
dari luar) dengan komposisi yang menguntungkan.
6) Memilih dan menetapkan kriteria pegawai atau karyawan dan
memotivasinya.
7) Mengendalikan secara efektif dan efisien.
8) Mencari dan menciptakan berbagai cara baru.
9) Mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta
mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik.
10) Memasarkan barang dan atau jasa tersebut untuk memuaskan
pelanggan sekaligus dapat memperoleh dan mempertahankan keuntungan
maksimal.
b Fungsi tambahan wirausaha yaitu:
a) Mengenali lingkungan perusahaan dalam rangka mencari dan
menciptakan peluang usaha.
b) Mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi
perusahaan.
c) Menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun
merusak lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya.
d) Meluangkan dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli dan
turut serta bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.
Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan diatas jelas bahwa menjadi
usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungin diperoleh jika
seseorang menjadi karyawan atau menjadi pekerja bagi para pemilik perusahaan
(Saiman, 2009:44-45).
5. Unsur-unsur Berwirausaha
Wirausahawan mencakup beberapa unsur penting yang satu dengan yang
lainnya saling terkait, besinergi dan tidak terlepas satu sama lain:
1) Unsur daya pikir (kognitif) Daya pikir adalah sumber dan awal
kelahiran kreasi dan temuan baru serta yang terpenting ujung tombak kemajuan
suatu umat.
2) Unsur keterampilan keterampilan merupakan tindakan raga untuk
melakukan suatu kerja. Penguasaan keterampilan yang serba material ini juga
merupakan tuntutan yang harus dilakukan untuk setiap muslim dalam rangka
melaksanakan tugasnya (Husni, 2010: 95).
3) Unsur sikap mental maju Sukses hanya dapat diraih jika terjadi senergi
antara pemikiran, keterampilan dan seluruh aktivitas keseharianya. Identitas itu
tampak pada kepribadian seorang muslim, yakni pada pola pikir dan pola
bersikapnya yang dilandaskan pada aqidah Islam.
4) Unsur intuisi (kewaspadaan) Intuisi atau yang dikenal sebagai feeling
adalah sesuatu yang abstrak, sulit digambarkan namun seringkali menjadi
kenyataan jika dirasakan dan diyakini benar dan lalu diusahakan (Husni, 2010:
95). Dalam perspektif Islam, intuisi dapat dinilai sebagai bagian lanjut dari
pemikiran dan sikap mental maju yang telah dimiliki seorang muslim. Seorang
muslim memang dituntut untuk mengaplikasikan pemahaman Islam dalam
menjalankan kehidupannya. Proses aplikasi ini dapat dilakukan dengan cara
menumbuhkan kesadaran dan melatih kepekaan perasaan (Yusanto,
Widjajakusuma, 2002:44).
6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Karakter Wirausahawan
Adapun faktor-faktor yang menjadi melatar belakangi karakter seorang
entrepreneur adalah sebagia berikut :
1) Faktor lingkungan keluarga
Menurut Duchesneau wirausahawan yang berhasil adalah mereka yang
dibesarkan oleh orang tua yang juga entrepreneur, karena mereka
memiliki pengalaman yang lebih luas dalam usaha. Selanjutnya pengaruh
pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat kewirausahaan
ternyata memiliki pengaruh yang signifikan.
2) Faktor pendidikan
Pendidikan yang baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik
dalam mengelola usaha. Hal tersebut akan mempengaruhi seseorang
dalam mengatasi masalah dan mengoreksi penyimpangan dalam bisnis.
3) Faktor usia
Menurut Staw, usia bisa terkait dengan keberhasilan bila dihubungkan
dengan lamanya seseorang menjadi entrepreneur. Artinnya dengan
betambahnya usia seorang entrepreneur maka semakin banyak
pengalaman dibidang usahanya.
4) Faktor pengalaman kerja Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah
satu hal yang menyebabkan seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur.
Pengalam ketidakpuasan dalam bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong
dalam mengembangkan usaha baru (Jalil, 2013:51-52).
2.1.3 Karakteristik Kewirausahaan
Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer terdapat delapan
karakteristik kewirausahaan yang meliputi hal-hal sebagai berikut (Suryana &
Bayu, 2010:23) :
1. Rasa tanggung jawab (desire for responbility), yaitu memiliki rasa tanggung
jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya, yaitu memiliki rasa tanggung jawab
atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Memiliki risiko yang moderat (preference for moderate risk), yaitu lebih
memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang terlalu
rendah maupun terlalu tinggi.
3. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their ability to
success), yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan yang dimilikinya
untuk memperoleh kesuksesan.
4. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback), yaitu selalu
menghendaki adanya unsur timbal balik dengan segera, ingin cepat berhasil.
5. Semangat dan kerja keras (high level of energy), yaitu memiliki semangat dan
kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
6. Berorientasi ke depan (future orientation), yaitu berorientasi masa depan dan
memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.
7. Memiliki kemampuan berorganisasi (skill at organization), yaitu memiliki
keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai
tambah.
8. Menghargai prestasi (value of achievement over money), yaitu lebih
menghargai prestasi daripada uang.
Sedangkan, menurut By Grave, karakteristik wirausahawan meliputi 10 D,
sebagai berikut (Basrowi, 2011:10-11) :
1. Dream, yaitu seorang wirausaha mempunyai visi keinginan terhadap masa
depan pribadi dan bisnisnya serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
impiannya.
2. Decisiveness, yaitu seorang wirausaha adalah orang yang tidak bekerja lambat.
Mereka membuat keputusan secara cepat dengan penuh perhitungan.
3. Doers, yaitu seorang wirausaha dalam membuat keputusan akan langsung
menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatannya secepat mungkin dan tidak
menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnnya.
4. Determination, yaitu seorang wirausaha melaksanakan kegiatannya dengan
penuh perhatian. Rasa tanggung jawabnya tinggi dan tidak mau menyerah,
walaupun dihadapkan pada halangan dan rintangan yang tidak mungkin dapat
diatasi.
5. Dedication, yaitu seorang wirausaha dedikasi terhadap bisnisnya sangat tinggi.
6. Devotion, yaitu mencintai pekerjaan bisnisnya dan produk yang dihasilkan.
7. Details, yaitu seorang wirausaha sangat memerhatikan faktor-faktor kritis
secara rinci.
8. Destiny, yaitu bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak
dicapainya, bebas dan tidak mau tergantung kepada orang lain.
9. Dollars, seorang wirausaha tidak mengutamakan mencapai kekayaan,
motivasinya bukan karena uang.
10. Distribute, yaitu bersedia mendistribusikan kepemilikan bisnisnya kepada
orang kepercayaannya yaitu orang-orang yang kritis dan mau diajak untuk
mencapai sukses dalam bidang bisnis.
Wirausahawan (entrepreneur) yang sukses memiliki empat unsur pokok,
yaitu (Hendro, 2011:30) :
1) Kemampuan (hubungan dengan IQ dan skill)
a. Dalam membaca peluang
b. Dalam berinovasi
c. Dalam mengelola
d. Dalam menjual
2) Keberanian (hubungan dengan EQ dan mental)
a. Dalam mengatassi ketakutannya
b. Dalam mengendalikan risiko
c. Untuk keluar dari zona kenyamanan
3) Keteguhan hati (hubungan dengan motivasi diri)
a. Persistence (ulet), pantang menyerah
b. Determinasi (teguh akan keyakinannya)
c. Kekuatan akan pikiran (power of mind) bahwa Anda bisa
4) Kreativitas yang menelurkan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk
menemukan peluang berdasarkan intuisi (hubungan dengan experiences).

*********************************************
6. Theory of Planned Behavior (TPB)
TPB merupakan salah satu model yang dapat digunakan untuk menilai intensi
seseorang dan teori ini diakui sebagai model terbaik untuk memahami perubahan
perilaku. Sebagaimana pendapat Kolvereid (Hamidi, Wennberg & Berglund,
2008:305), yang menyatakan bahwa : The theory of planned behavior can be used
to predict employment. status choice intentions.
Ajzen (do Paco,et al., 2011:25), menjelaskan bahwa intensi dipengaruhi oleh
sejumlah sikap-sikap yang disadari maupun tak disadari sehingga TPB dapat
dijadikan dasar untuk menjelaskan manifestasi sikap berwirausaha dan menjadi
asumsi bahwa sikap sosial manusia terbentuk oleh akal sehat, dikontrol dan
direncanakan. TPB tidak hanya berlaku untuk memprediksi perilaku-perilaku
yang berada dibawah kendali individu sendiri tetapi juga dapat digunakan untuk
memprediksi perilaku-perilaku yang sepenuhnya tidak dibawah kendali individu.
TPB didasarkan pada asumsi bahwa manusia pada umumnya cukup rasional dan
menggunakan informasi-informasi secara sistematis, sehingga implikasi dari
perilaku akan dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berperilaku tertentu.
TPB menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap perilaku.
Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting dalam berperilaku adalah intensi
untuk berperilaku.
Ajzen dalam Linan, et al. (2005:4), menyatakan bahwa TPB dapat diaplikasikan
dihampir semua perilaku dan teori ini dapat memberikan hasil yang memuaskan
diberbagai bidang khususnya dalam pemilihan karir. Segal, et al. (do Paco,et al.,
2011:26), menyatakan bahwa teori TPB memiliki banyak pengakuan diberbagai
bidang ilmu pengetahuan yang telah digunakan secara empiris untuk memprediksi
dan memahami intensi. TPB menjelaskan bahwa sikap, norma subjektif dan
kontrol perilaku sebagai variabel yang mendahului intensi dan perilaku. Teori
rencana perilaku model TPB telah diakui sebagai model yang baik untuk
memahami perubahan perilaku dan telah dibuktikan berlaku untuk menilai intensi
berwirausaha (Ajzen, 1991).
Ajzen (Li Wei, nd:3), menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh intensi seorang
individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku dan intensi
ditentukan oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif dan kontrol perilaku.
Sehingga menurut teori TPB, intensi berwirausaha dipengaruhi oleh tiga factor
yaitu : (a) personal attitude atau sikap terhadap perilaku, (b) subjective norm atau
norma subjektif, (c) perceived behavioral control atau kontrol perilaku.
Ajzen (Van Gelderen,2006:8), kontrol perilaku mengacu pada konsep perceived
self efficacy yang dikemukakan oleh Bandura. Sehingga dapat didefinisikan
bahwa intensi berwirausaha dapat dipengaruhi oleh tiga elemen, yaitu : (a) sikap
terhadap perilaku; (b) norma subjektif; dan (a) self efficacy, yang dijelaskan
sebagai berikut:
a. Sikap terhadap perilaku
Ajzen (1991: 25), menyatakan bahwa sikap adalah faktor pendahulu dari niat
berprilaku. Sikap merupakan suatu perasaan yang bersifat suka atau tidak suka
terhadap suatu objek atau tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif
terhadap perilaku akan terjadi apabila individu tersebut mempersepsikan bahwa
akibat perilaku tersebut bersifat positif. Sebaliknya, sikap negatif terjadi apabila
individu memandang bahwa akibat dari suatu perilaku adalah suatu hal yang
merugikan atau negatif. Sebugaimana pendapat doPaco, et al. (2011:27),
menyatakan bahwa sikap merupakan opini individu baik positif maupun negatif.
Teori faktor Cattel (Hall & Lindzey, 1993:159), menyatakan bahwa sikap
seseorang individu tertentu dalam situasi tertentu merupakan minat dengan
intensitas tertentu untuk melakukan serangkaian tindakan terhadap suatu objek.
Dapat disimpulkan bahwa seseorang akan mempunyai kecenderungan untuk
bertindak dan melakukan suatu perilaku tertentu jika orang tersebut mempunyai
persepsi yang positif terhadap perilaku itu dan sebaliknya. Dalam hal ini jika
seseorang mempunyai keinginan untuk menjadi seorang wirausaha maka orang
tersebut harus memiliki sikap yang positif terhadap kewirausahaan.
Wirausaha yang sukses harus mempunyai sikap atau karakteristik individual yang
mampu mendorong tumbuhnya intensi berwirausaha. Sebagaimana pendapat
Adjen (Venesaar, Kolbre & Piliste, nd:100), yang menyatakan bahwa intensi
untuk melakukan suatu perilaku tertentu sangat tergantung pada sikap seseorang
terhadap perilaku tersebut.
Lawrence Finley (Nirbito, 2000:58), menetapkan lima faktor yang berpengaruh
terhadap intensi berwirausaha, yang meliputi kebutuhan akan berprestasi,
kreativitas, kemandirian, keberanian mengambil risiko dan toleransi keambiguan.
Maka dapat disimpulkan jika individu mempunyai sikap yang positif terhadap
kebutuhan akan berprestasi, kreativitas dan inovasi, kemandirian, keberanian
mengambil risiko dan toleransi keambiguan, maka individu tersebut akan
memiliki penilaian (sikap) yang positif terhadap perilaku berwirausaha dan
mempunyai kecenderungan untuk melakukan perilaku berwirausaha.
b. Norma subjektif
Ajzen (Leon & Gorgievski, 2007:42), norma subjektif didefinisikan sebagai
adanya tekanan sosial seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku
berwirausaha. Ajzen (doPaco, et al., 2011:27), menyatakan bahwa norma subjektif
adalah suatu dorongan yang berasal dari luar diri seseorang yang meliputi peranan
atau pengaruh orang lain yang dapat mempengaruhi seseorang untuk berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa norma subjektif adalah sebuah pandangan positif atau
negatif terhadap dukungan yang diterima dan lingkungan sekitar yang akan
mempengaruhi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.

Van Gelderen, et al. (2006:9), menyatakan bahwa variabel norma subjektif yang
mempunyai intensi berwirausaha meliputi : pandangan terhadap opini orang tua,
teman dan guru. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi seseorang terhadap
pandangan orang-orang sekitarnya, akan mempengaruhi dilakukannya atau tidak
dilakukannya suatu perilaku. Norma subjektif tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
interpersonal saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Norma subjektif
adalah suatu persepsi individu mengenai tekanan lingkungan disekitarnya untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
c. Kontrol perilaku
Kontrol perilaku berkaitan dengan kontrol diri yang merupakan suatu kecakapan
individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta
kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai
dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam berwirausaha.
Ajzen (1991:183), menyatakan bahwa kontrol perilaku adalah kendali perilaku
yang dipersepsikan, yaitu persepsi mengenai mudah atau sulitnya suatu perilaku
dilakukan. Perilaku ini juga merefleksikan pengalaman masa lalu dan
mengantisipasi halangan yang mungkin terjadi. Leon & Gorgievski (2007:42),
variabel kontrol perilaku sama dengan self efficacy yang dijelaskan oleh Bandura,
karena keduanya membahas mengenai keyakinan akan sebuah kemampuan untuk
melakukan perilaku tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa kontrol perilaku dapat
dijelaskan oleh self efficacy yang diperkenalkan oleh Bandura.
Bandura (2011: 10), yang menyatakan bahwa self efficacy didefinisikan sebagai
suatu persepsi individu terhadap kemampuan yang dimiliki untuk melakukan
suatu perilaku tertentu.

Anda mungkin juga menyukai