Anda di halaman 1dari 13

2.

Definisi, Peran, Manfaat, Strategi, Faktor Pendorong Dan Penghambat


Wirausaha
a. Definisi Wirausaha
Definisi kewirausahaa sendiri merupakan padanan kata dari
entrepreneurship dalam bahasa Inggris, kata entrepreneur berasal dari bahasa
Perancis yakni entreprende yang berarti petualang, pengambil resiko,
kontraktor, pengusaha (Orang yang mengusahakan pekerjaan tertentu), dan
pencipta yang menjual hasil ciptaannya.1
Terdapat beberapa pengertian kewirausahaan menurut beberapa ahli,
diantaranya Hisrich dan Peters (1995), pengertian kewirausahaan adalah
proses mengkreasikan sesuatu dengan menambahkan nilai yang didukung
komitmen pada waktu dan usaha, memperkirakan kemungkinan finansial,
fisik, dan resiko sosial dan menerima hasil berupa finansial , kepuasan dan
kebebasan pribadi.2 Menurut Meredith, wirausaha merupakan orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis,
mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil tindakan
yang tepat guna memastikan sukses.3 Sedangkan menurut Burgess (1993)
Definisi wirausaha adalah seseorang yang melakukan pengelolaan,
mengorganisasikan, dan berani menanggung segala risiko dalam
menciptakan peluang usaha dan usaha yang baru.4
Seorang ekonom Indonesia, Suparman, sebagaimana dikutip oleh
Soesarsono (1987 : 23) disebutkan arti wiraswasta yang terdiri dari: (Wira) :
Utama, gagah, luhur, berani, teladan, (Swa): sendiri, (Sta) : berdiri,
( Swasta ) : berdiri di atas kaki sendiri, atas kemampuan sendiri. Selanjutnya
disebutkan oleh Soesarsono ( 1987 : 23), wiraswasta merupakan sifat-sifat
keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam mengambil risiko yang
bersumber pada kemampuan sendiri. Sementara itu kewirausahaan

1
Khabib Alia Akhmad, ‘Peran Pendidikan Kewirausahaan Untuk Mengatasi Kemiskinan’, Jurnal Ekonomi,
Sosial & Humaniora, 2.6 (2021), 173–81
<https://www.jurnalintelektiva.com/index.php/jurnal/article/view/419>.
2
Alia Akhmad.
3
Riska Ariana, ‘Hardines Dan Kesuksesan’, 2016, 1–23.
4
Agribisnis Agribisnis, ‘Agribisnis Agribisnis’.
{entrepreneurship) secara sederhana diterjemahkan prinsip atau kemampuan
wirausaha.5
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia, Wirausaha (entrepreneur)
terdiri dari kata Wira dan Usaha. Dalam wira berarti utama, gagah, luhur,
berani, teladan, pejuang, sedangkan usaha diartikan sebagai kegiatan yang
bersifat komersial maupun non komersial. Jadi, wirausaha dapat diartikan
sebagai orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatan.6

Menurut M.Scarborough dan Thomas W. Zimmerer menjelaskan ada


delapan karakteristik kewirausahaan yang meliputi :

a. Rasa tanggung jawab (desire for responsibility) yaitu memiliki rasa


rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu
berkomitmen dan mawas diri.
b. Memilih resiko yang moderat (preference for moderate risk) yaitu
lebih memilih risiko yang moderat, artinya selalu menghindar
risiko, baik yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi.
c. Percaya diri terhadap kemampuan sendiri (confidence in their
ability to success) yaitu memiliki kepercayaan diri atas kemampuan
yang dimilikinya untuk memperoleh kesuksesan.
d. Menghendaki umpan balik segera (desire for immediate feedback)
yaitu selalu menghendaki adanya umpan balik dengan segera.
e. Semangat dan kerja keras (high level of energy) yaitu memilih
semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi
masa depan yang lebih baik.
f. Berorientasi ke depan (future orientation) yaitu berorientasi masa
depan dan memiliki perspektif dan wawasan jauh ke depan.

5
Pengaruh Kreativitas and others, ‘SOSEK: Jurnal Sosial Dan Ekonomi Pengaruh Kreativitas Bauran
Pemasaran Terhadap Kemajuan Usaha’, Pengaruh Kreativitas Bauran Pemasaran Terhadap Kemajuan
Usaha. Sosek, 1.2 (2020), 153–63 <http://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/sosek>.
6
Ariana.
g. Memiliki keterampilan berorganisasi (skill at organizing) yaitu
memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya
untuk menciptakan nilai tambah. Menghargai prestasi (value of
achievement over money) yaitu lebih menghargai prestasi daripada
uang.
Wirausaha juga dapat dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu
ahli ekonomi, manajemen, pelaku bisnis, psikolog, dan pemodal.7
1) Bagi ahli ekonomi, seorang entrepreneur adalah orang yang
mengkombinasikan sumber daya (resources), tenaga kerja, material
dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya, dan juga orang yang memperkenalkan perubahan-
perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi. Dengan kata lain,
wirausaha adalah seseorang atau kelompok orang yang
mengorganisir faktor-faktor produksi meliputi alam, tenaga, modal,
dan skill untuk tujuan produksi.
1) Bagi psikolog, seorang wirausaha adalah orang yang memiliki
dorongan kekuatan dari dalam untuk memeroleh sesuatu tujuan, suka
mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya
di luar kekuasaan orang lain.
2) Bagi pebisnis, menurut Zimmerer wirausaha adalah orang yang
menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi risiko dan
ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan
sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang
tersebut.
3) Bagi manajemen, pengertian wirausaha (entrepreneur) adalah
seseorang yang memiliki / membawa dan menggunakan sumber daya
finansial (money), bahan mentah (materials), dan tenaga kerja

7
Ariana.
(labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis, proses
produksi, atau pengembangan organisasi usaha.8
4) Bagi pemodal, melihat wirausaha adalah menciptakan kesejahteraan
bagi orang lain, yang menemukan cara-cara baru untuk menggunakan
sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja
yang disenangi oleh Masyarakat.
Secara sederhana, wirausahan adalah usaha untuk menciptakan nilai
tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara
baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut
dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi dan ilmu
pengetahuan, menghasilkan barang dan jasa sehingga lebih efisien,
memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara untuk
memberikan kepuasaan kepada konsumen.9 Sedangkan secara umum,
definisi wirausaha adalah suatu kegiatan usaha atau bisnis mandiri dengan
kondisi seluruh sumber daya dan upaya dibebankan kepada pelaku usaha
(wirausahawan) dalam mengenali produk baru, menentukan konsep dan
proses produksi, menyusun strategi hingga memasarkan serta mengatur
permodalannya. Tujuan adanya kegiatan ini adalah untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai lebih tinggi dibandingkan saat sebelum diolah. Orang
yang menjalankan kegiatan wirausaha disebut dengan wirausahawan. Dialah
yang bertanggung jawab dalam menyusun manajemen operasional dari
keseluruhan proses kegiatan tersebut, mulai dari pengadaan sampai dengan
pemasaran produk. Wirausahawan juga selayaknya mempunyai kemampuan
untuk bisa membaca tren pasar agar tidak sampai salah sasaran dalam
memasarkan produknya.10
Dari definisi wirausaha tersebut, maka bisa dipahami bahwa pengertian
kewirausahaan adalah proses mendirikan dan menjalankanbisnis atau

8
Kreativitas and others.
9
Hermansyah Hermansyah and Dahmiri Dahmiri, ‘Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan Berwirausaha Industri Percetakan (Studi Kasus Wirausaha Industri Percetakan Di Kota
Jambi)’, Jurnal Manajemen Terapan Dan Keuangan, 8.3 (2019), 38–44
<https://doi.org/10.22437/jmk.v8i3.8596>.
10
Agribisnis.
kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa, yang ditandai dengan adanya
sikap kreatif, inovatif, dan berani menggambil resiko dalam usaha. Kegiatan
wirausaha yang dijalankan kemudian berkembang menjadi kewirausahaan.
b. Peran Wirausaha
Peran Kewirausahaan makin penting akibat dari dinamika perkembangan
ekonomi. Khususnya berkaitan dengan pentingnya (1) pertumbuhan
ekonomi dan pengembangan bisnis untuk meningkatkan daya beli
masyarakat dan kemakmuran, dan (2) kemampuan pemerintah untuk
mencapai kepuasan memberikan layanan publik. Dalam perkembangannya,
kewirausahaan telah terbukti mampu memberikan kontribusi yang sangat
nyata dan penting untuk membangun kedua hal ini. Menurut Yusof, Permula
dan Pangil (2005) dalam Frinces (2010) ada empat alasan mengapa
pengusaha (entrepreneurs) penting dalam masyarakat. Empat alasan itu
adalah: (1) Untuk mendayagunakan faktor-faktor memproduksi seperti
tanah, modal, teknologi, informasi dan berbagai sumber daya manusia
(SDM) di dalam memproduksi tugas-tugas yang efektif (producing effective
tasks). (2) mengidentifikasi berbagai peluang didalam lingkungan dengan
meningkatkan aktivitas yang akan memberikan manfaat kepada setiap orang
(beneficial to everyone). (3) Memilih pendekatan terbaik ketika
menggunakan semua faktor produksi untuk meminimalkan pemborosan
dalam berbagai kegiatan wirausaha (meminimalkan pemborosan dalam
kegiatan wirausaha). (4) Untuk kemanfaatan generasi mendatang (benefit of
the future generation).11
Pada dimensi yang lebih luas, kewirausahaan diperlukan karena peran
yang dimainkannya dalam mendinamisasi kegiatan ekonomi keluarga,
masyarakat, perusahaan regional dan milik negara, yaitu melalui kemunculan
pengusaha ekonomi baru, yang disebut wirausaha. Menurut Frinces (2010),
bentuk kegiatan bisnis baru yang dimunculkan wirausaha meliputi.:12

11
Wininatin Khamimah, ‘Peran Kewirausahaan Dalam Memajukan Perekonomian Indonesia’, Jurnal
Disrupsi Bisnis, 4.3 (2021), 2017 <https://doi.org/10.32493/drb.v4i3.9676>.
12
Khamimah.
1) Memunculkan kegiatan bisnis baru, yaitu: a.) Impor dan ekspor
produk dan layanan, serta pertukaran ahli atau staf teknis melalui
kerjasama antar perusahaan. b.) Sebagai produsen bahan baku,
produsen produk dan jasa dan juga berperan dalam menciptakan unit
bisnis baru lainnya. c.) Penciptaan pedagang perantara atau
pengusaha pada berbagai skala mikro, kecil dan menengah. d.)
Munculnya banyak pengusaha mikro dan kecil yang bertindak
sebagai agen perusahaan menengah atau besar. e.) Buat dinamika dan
strategi pemasaran baru bagi perusahaan untuk memenangkan
persaingan bisnis dengan menggunakan berbagai bentuk media untuk
promosi dan pemasaran. f.) Munculnya berbagai jenis dan skala
perusahaan atau kegiatan bisnis, sebagaimana disebutkan di atas,
memberikan manfaat besar bagi masyarakat untuk mencari
pekerjaan, dan juga menyarankan bidang bisnis alternatif untuk
bisnis baru.
2) Memunculkan pembudayaan semangat persaingan bisnis yang tinggi:
a.) Membangun lingkungan kerja dan budaya organisasi dan
perusahaan yang mendorong pertumbuhan kreativitas sumber daya
manusia (SDM), kompetisi di antara karyawan untuk kinerja, dan
lebih sensitif terhadap kepuasan serta antisipasi pelanggan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi organisasi. b.) Untuk
memenangkan persaingan bisnis, pelaku bisnis harus memiliki daya
saing tinggi. Seorang pengusaha harus memiliki tingkat kreativitas
yang tinggi untuk menghasilkan berbagai inovasi baru, baik dalam
menciptakan produk dan layanan, dalam desain, pengemasan dan
kualitas, strategi dan pemasaran, dan dalam mengelola keahlian dan
teknologi.
3) Pemenuhan kebutuhan pasar dcngan cepat. Salah satu watak atau
perilaku wirausaha adalah kemampuanya membaca kondisi pasar. Ini
menjadi peluang mendapatkan keuntungan.
c. Manfaat Wirausaha
Kewirausahaan memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan adapun manfaat
kewirausahaan menurit Daryanto dan Aris (2013) adalah:
1) Menambah daya tampung tenaga keja sehingga mengurangi
pengangguran
2) Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun dan punya
kepribadian unggul yang pantas diteladani
3) Berusaha mendidik para karyawannya menjadi orang yang mandiri,
disiplin, tekun, dan jujur dalam menghadpi pekerjaan
4) Berusaha mendidik Masyarakat agar hidup secara efesien, tidak
berfoya-foya dan boros
5) Sebagai sumber penciptaan dan perluasan kesempatan kerja
6) Pelaksanaan Pembangunan bangasa dan negara
7) Meningkatkan kepribadian dan martabat atau harga diri
8) Memajukan keuangan
9) Melaksanakan persaingan dengan sehat dan wajar13
d. Faktor Pendorong dan Penghambat Wirausaha
Seorang wirausahawan tentunya harus memiliki karakter tentunya ada
faktor-faktor yang harus ada pada diri seorang Entrepreneur agar mampu
menjadi wirausahawan yang handal dimasa yang akan datang. Menurut
Eddy Soeryanton Soegoto (2014:35) Mengungkapkan ada 4 faktor
pendorong pada Entrepreneur :
1) The Creativity (Kreativitas)
Kreatif menghasilkan sesuatu yang baru dengan menambahkan
nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan
semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi
tersebut.
2) The Commitmen (Komitmen)
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap apa yang ingin dicapai dan
dihasilkan dari waktu dan usaha yang ada.

13
A N Andriana, PERAN WIRAUSAHA DALAM PENGEMBANGAN UMKM DAN DESA WISATA (Penerbit
Lakeisha, 2021) <https://books.google.co.id/books?id=w74-EAAAQBAJ>.
3) The Risk (Risiko)
Siapa yang menghadapi resiko yang mungkin timbul, baik resiko
keuangan, fisik dan resiko social.
4) The Reward (Penghargaan)
Penghargaan yang utama adalah independensi atau kebebasan yang
diikuti kebebasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya
dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.14

Kewirausahaan tidak ditujukan bagi orang–orang yang suka memilih


keadaan atau takut untuk menerima kegagalan yang menyebabkan
terjadinya penghambatan dalam tumbuhnya berwirausaha. Menurut
Zimmerer (2008: 39 – 42) Ada 10 kesalahan fatal yang sering dilakukan
wirausaha. Faktor pokok sebab kegagalan wira-usaha kecil sehingga
mengalami angka kematian yang cukup tinggi adalah keterbatasan sumber
daya, kurangnya pengalaman manajemen dan kurang stabilnya keuangan.
Adapun sebab-sebab kegagalan dalam faktor penghambat kewirausahaan
yaitu sebagai berikut:
1) Ketidakmampuan manajemen
Singkat kata tidak bisa menjalankan usaha, pengetahuan,
kepemimpinan, informasi ku-rang.
2) Kurang pengalaman / tidak hati-hati
Harusnya sebelum memulai usaha harus ber-latih dahulu
(magang) atau membuka usaha kecil-kecilan, dengan resiko yang
terbatas. Pengalaman adalah guru yang baik.
3) Pengendalian keuangan yang buruk
Modal awal harus memadai dan ada cadangan yang memadai.
Jangan hanya modal dengkul doang. Pengelolan pengeluaran kas
seleksi kredit yang ketat, penagihan piutang tertib, kebiasaan
pembelanjaan yang terarah dan disiplin.
4) Lemahnya usaha pemasaran

14
B A B Ii, ‘Unikom_Harry Gunawan_Bab Ii (1)’, 2009, 2015, 17–49.
Pemasaran sering dilakukan pasif model laba-laba. Harus aktif
seperti tikus dalam mencari makan. Aktif tidak kenal lelah dan
kreatif. Sediakan nilai, kualitas, kenyamanan, kecepatan pelayanan.
Promosi digalakkan dengan cara yang semurah mungkin.
5) Kegagalan mengembangkan perencanaan strategi
Perencanaan memuat strategi usaha. Tanpa ada perencanaan
berarti tidak ada strategi. Catatlah semua ihwal yang berhubungan
dengan bisnis anda termasuk keuangan dan rencana.
6) Pertumbuhan yang tak terkendali
Awal usaha biasanya ditandai dengan pertum-buhan yang baik
dan bahkan pesat. Untuk itu wirausaha biasanya segera memperbesar
skala usaha dengan modal pinjaman. Pada fase awal banyak
pelanggan yang coba-coba. Apalagi bila boleh ngutang. Volume
penjualan me-ningkat pesat. Ketidakmampuan mengelola karena
permasalahan bertambah baik volume, jenis maupun intensitasnya,
akan menyebab-kan usaha akan gagal.
7) Lokasi yang buruk atau tidak strategis
Lokasi yang seadanya akan menyebabkan usaha sulit
berkembang. Usahakan mempe-roleh lokasi yang baik meskipun
agak mahal.
8) Pengendalian persedian yang tidak tepat
Kemampuan mengantisipasi kenaikan mau-pun penurunan
permintaan harus handal. Kekurangan / kehabisan stok pelanggan
kece-wa dan pindah ke pesaing, sementara kelebih-an stok, banyak
modal tertahan atau hutang bertambah.
9) Penetapan harga yang tidak tepat
Laba ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang dikeluarkan
yaitu biaya produksi, pema-saran, distribusi, bonus/hadiah dan
sebagai-nya. Dikurangi volume penjualan. Harga yang terlalu rendah
akan menyebabkan target pemasukan tidak tercapai. Sementara
apabila terlalu tinggi akan tergusur dari pasar. Pene-tapan harga
berdasarkan harga pesaing tidak terlalu jelek akan tetapi bukanlah
usaha kita tidak sama dengan pesaing? Penetapan harga yang terlalu
rendah akan menyebabkan sulit menaikkan dibanding harga yang
agak tinggi tetapi mudah menurunkan.
10) Ketidak mampuan membuat transisi kewira-usahaan
Dari fase awal ke fase pertumbuhan dan fase-fase selanjutnya
adalah masa transisi. Tidak boleh ada kelengahan di sini.
Pertumbuhan membutuhkan semakin banyak enerji biasa dan
pengawasan mutu. Terlena oleh partum-buhan akan bisa berakibat
fatal. Usaha mati di tengah jalan.15

3. Definisi Dan Karakteristik Pesantren


Istilah pesantren juga bisa disebut dengan pondok pesantren. Kata
pondok berarti bangunan yang terbuat dari bambu, atau bisa juga diartikan
sebagai asrama tempat para santri tinggal. Menurut Dhofier dalam kata
pondok bisa juga berasal dari kata funduq dalam bahasa Arab yang bermakna
hotel atau asrama.16
Pesantren menurut pendapat yang lain adalah berasal dari akar kata santri
dengan awalan “pe-” dan akhiran “-an” yang berarti tempat tinggal santri.
A.H. Johns dan CC Berg sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsari Dhofier
berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru
mengaji dan atau berasal dari kata Shastri yang dalam bahasa India adalah
yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata
shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau pengetahuan
(Dhofier Zamakhsari, 1982: 107). Sedangkan M. Arifin mendefinisikan
pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh
15
Sri Bondan & Farikah, ‘Lay out PENGANTAR TEORI KEWIRAUSAHAAN’, August, 2017, 288
<https://www.researchgate.net/publication/326827016_Lay_out_PENGANTAR_TEORI_KEWIRAUSAHAA
N-Cetak1?enrichId=rgreq-41602a37f8d3caa5e9689a295a839986-
XXX&enrichSource=Y292ZXJQYWdlOzMyNjgyNzAxNjtBUzo2NTU3OTc5NzM0NDY2NTdAMTUzMzM2NTgy
OTc0OA%3D%3D&el=1_x_2&_esc=pub>.
16
Muhammad Anwar Fathoni and Ade Nur Rohim, ‘Peran Pesantren Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Umat Di Indonesia’, CIMAE: Conference on Islamic Management, Accounting, and Economics, 2 (2019),
133–40 <https://journal.uii.ac.id/CIMAE/article/view/12766/9450>.
serta diakui oleh masyarakat sekitar (M. Arifin, 1991: 204). Abdurrahman
Wahid atau yang lebih dikenal dengan Gus Dur memberi makna secara
teknis bahwa pesantren is a place where santri (student) live.17 Definisi lain
dijelaskan bahwa pondok pesantre adalah berasal dari kata santri yang
artinya orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang
mendalami ilmu pengetahuan dan agama Islam di tempat yang jauh.18
Sementara itu, dalam Diktat Sekilas Tentang Pondok Modern, pesantren
disebut sebagai pelaksana tri pusat pendidikan, yang meliputi: pendidikaan
sekolah, pendidikan rumah, dan pendidikan lingkungan, artinya ketiga
macam bentuk pendidikan itu terlaksana dengan baik di pesantren, karena
semua santri berasrama di pondok, berdisiplin setiap hari, dan serba
terkontrol. Sedangkan Sudjoko Prasodjo mendefinisikan pesantren sebagai
lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara
nonklasikal, dimana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada
santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam Bahasa Arab oleh
ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama)
dalam pesantren tersebut. Adapun menurut Mastuhu, pesantren adalah
lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan
pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat
sehari-hari.19
Pondok pesantren moderen ialah sebuah pesantren yang berusaha
meprioritaskan secara penuh sistem klasifikasi untuk ke dalam pondok.
Melakukan pengujian pada kitab - kitab klasik masih ada namun tidak lagi
menonjol seperti dulu dan hanya menjadikan pelengkap saja serta berubah
menjadi mata pelajaran seperti, Pondk pesantren modern gontor atau pondok
17
Afif Muhammad and Dian Dian, ‘Jurnal Pendidikan Islam’, Jurnal Pendidikan Islam, 1.3 (2014), 327–46
<https://doaj.org/article/1e8aebf063e94d09a7eb93f04cf4b8fd>.
18
Lale Yaqutunnafis and Nurmiati Nurmiati, ‘Manajemen Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan
Pendidikan Kewirausahaan Siswa’, Jurnal Ilmu Manajemen, 10.2 (2021), 143
<https://doi.org/10.32502/jimn.v10i2.2884>.
19
Firmansyah, ‘Telaah Historis Dan Dinamika Perkembangan Pesantren Modern Di Indones’, Jurnal El-
Ta’dib Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Bengkulu, 02.01 (2022), 1–
11.
pesantren modern jombang dan yang lainnya. Cara ini merupakan salah satu
usaha pembaharuan pesantren yang tradisional menjadi pesantren yang lebih
modern dan dilakukan dengan memperbaiki sistem sistem menjadi relefan.20
Berdasarkan dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang digunakan
untuk memperdalam ajaran tentang agama islam dan menjadikannya sebagai
pedoman dalam hidup manusia, dalam pesantren para muridnya diajarkan
tentang adanya sopan santun dan mereka sering belajar di surau atau masjid
dan biasanya pendidikan pesantren merupakan pendidikan tentang
kedisiplinan dalam hidup.
Adapun yang dimaksud dengan pesantren modern menurut Mahmud
Yunus adalah madrasah yang diatur secara baru, tempat mendidik dan belajar
ilmu-ilmu agama, Bahasa Arab, dan pengetahuan umum. Berdasarkan
beberapa definisi tersebut, dapat dipahami bahwa pesantren modern adalah
pesantren yang memadukan sistem pendidikan modern dengan salafiyah
(klasik).21
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan formal juga memiliki ciri-
ciri (karakteristik) sebagai mana lembaga pendidikan lainnya. Menurut
Samakhsyari Dhofier mengatakan bahwa ada lima ciri-ciri (karakteristik)
dari suatu pondok pesantren yaitu Pondok, Kyai, masjid, pengajian kitab -
kitab islam kalsik atau kuning dan santri.22
H.A. Mukti Ali mengemukakan karakteristik pendidikan pondok
pesantren sebagai berikut (1981: 7-8):
1) Adanya hubungan yang akrab antara murid (santri) dengan Kyai.
2) Tunduknya santri kepada Kyai.

20
Bella Almira, Yunani Hasan, and Aulia Novemy Dhita, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Time Token
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Di SMP Qur’aniah 1 Palembang Bentuk
Pelaksanaan Demokrasi Pertama Di Indonesia Perbedaan Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Pair Ch’, Sindang, 3.1 (2021), 53–61
<http://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/index>.
21
Firmansyah.
22
Yaqutunnafis and Nurmiati.
3) Hidupnya hemat dan sederhana benar-benar dilakukan dalam
kehidupan pondok pesantren.
4) Semangat menolong diri sendiri amat terasa dan kentara
dikalangan santri di pondok pesantren.
5) Jiwa tolong menolong dan suasana persaudaraan sangat
mewarnai pergaulan di pondok pesantren.
6) Pendidikan disiplin sangat ditekankan.
7) Berani untuk menderita mencapai sesuatu tujuan adalah
merupakan salah satu pendidikan yang diperoleh santri dalam
pondok pesantren.23

23
SANGKOT NASUTION, ‘Pesantren: Karakteristik Dan Unsur-Unsur Kelembagaan’, Tazkiya Jurnal
Pendidikan Islam, VIII.2 (2019), 126–27.

Anda mungkin juga menyukai