Anda di halaman 1dari 14

PSIKODINAMIKA : JURNAL LITERASI PSIKOLOGI Volume 3, No.

1, Januari 2023
Hal. 37 – 46

Penyesuaian Diri Remaja Awal yang Tinggal di Pondok Pesantren

Wilatus Fauzia1
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Nixie Devina Rahmadiani2
RSUD Karsa Husada Batu
Email : wilatusfauzia@gmail.com, nixie.nixie@yahoo.co.id

Abstract
Self-adjustment is a process experienced by someone related to environmental demands on
individual attitudes, behavior and emotions with the belief that they are capable, adolescents
will be encouraged to take advantage of their abilities and be able to develop themselves in
their environment. This study focuses on how the adjustment of adolescents who have just
studied at the Pondok Pesantren An Nur 1 Putri Bululawang-Malang who previously
studied in ordinary public schools where there are significant differences between
characteristics, conditions and environment. Data collection techniques were carried out by
means of interviews. The research methods used observation and interview. Analysis of
interview data used with non-propablying sampling technique. Based on these several
factors, the three subjects have differences in adjusting to Islamic boarding schools, there are
internal factors and external factors.
Keywords: Adjusment, Boarding Islamic school, Adolescent

Abstrak
Penyesuaian diri merupakan proses yang dialami seseorang yang berhubungan dengan
tuntutan lingkungan terhadap sikap, prilaku dnan emosi individu dengan keyakinan bahwa
diri mampu, remaja akan terdorong untuk memanfaatkan kemampuannya dan mampu
mengembangkan diri di lingkungannya. Penelitian ini berfokus untuk melihat bagaimana
penyesuaian diri remaja yang baru menempuh pendidikan di pondok pesantren An Nur 1
Putri Bululawang-Malang yang sebelumnya menempuh pendidikan di sekolah umum biasa
dimana terdapat perbedaan yang signifikan diantara karakteristik, kondisi dan lingkungan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis data
wawancara digunakan dengan teknik non propablying sampling. Berdasarkan beberapa
faktor tersebut menunjukkan penyesuaian diri remaja awal yang tinggal di pondok
pesantren, masing-masing memiliki beberapa macam karakteristik penyesuaian diri, dan
terdapat beberapa faktor internal dan faktor eksternal di setiap subjek, faktor internal berasal
dari dalam diri sendiri yaitu meliputi faktor jasmani dan psikologis, sedangkan faktor
eksternal adalah segala faktor dari luar diri yaitu meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Kata kunci : Penyesuaian diri, Pondok pesantren, Remaja

Copyright © 2023. Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani. All Right Reserved
Submitted: 2021-11-12 Revised: 2021-06-30 Accepted: 2023-01-31 Published: 2023-02-06

Psikodinamika : Jurnal Literasi Psikologi 37 Prodi Psikologi


E-mail: psikodinamika@uniramalang.ac.id Universitas Islam Raden Rahmat
Malang
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

Pendahuluan

Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan


dengan arah, isi dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam
dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan (Rifai, 2018). Pondok pesantren
menawarkan kurikulum yang berbeda dibandingkan dengan sekolah umum.
Beberapa pondok pesantren memadukan kurikulum pemerintah dengan kurikulum
yang dibuat sendiri oleh pesantren, sehingga selain dibekali ilmu umum para santri
juga dapat memperdalam ilmu agama. Para santri yang menimba ilmu di pondok
pesantren diharapkan dapat menguasai ilmu pengetahuan juga memiliki iman dan
taqwa yang sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Santri hidup dalam suatu
komunitas khas, dengan kyai, ustadz, santri dan pengurus pesantren, berlandaskan
nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasannya tersendiri,
yang tidak jarang berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya.
Kedudukan pondok pesantren dalam sistem pendidikan Indonesia telah
diatur dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan keagamaan pasal
30. Pondok pesantren merupakan salah satu bentuk dari pendidikan keagamaan
yang diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat.
Kewajiban untuk tinggal di pondok pesantren menuntut santri untuk
menyesuaikan diri terhadap segala aktivitas, budaya dan kebiasaan yang ada di
lingkungan pesantren, demi terciptanya lingkungan pesantren yang harmonis dan
kondusif, pengurus pondok pesantren mewajibkan kepada para remaja yang tinggal
di pondok pesantren untuk menaati seluruh kegiatan dan peraturan yang berlaku di
dalam pondok. (Hendriani & Pritaningrum, 2013). Remaja dengan dinamika khas
pertumbuhan dan tugas perkembangannya dituntut untuk menyesuaikan diri
terhadap berbagai kondisi dan pengalaman yang akan mereka alami dalam lingkup
kehidupan pondok pesantren.
Remaja adalah tumbuh untuk mencapai kedewasaan. Masa remaja menurut
pendapat Harlock (1997), di artikan menjadi suatu masa pergantian atau peralihan,
yaitu fase dimana individu secara fisik juga psikis mengalami perubahan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Hurlock (dalam Jannah, 2016) membagi tahap remaja
sebagai masa remaja awal dengan usia antara 13-17 tahun dan masa remaja akhir
usia antara 17-18 tahun. Masa remaja awal dan akhir menurut Hurlock mempunyai
karakteristik yang tidak sama atau sinkron dikarenakan pada masa remaja akhir
individu telah sampai pada pergantian pertumbuhan yang lebih mendekati dewasa
(Hidayati & Farid, 2011).

Page | 38
Penyesuaian diri remaja awal yang tinggal di
pondok pesantren

Hasil penelitian Yuniar dkk (dalam Hidayat, 2009) menunjukkan bahwa


setiap tahunnya 5-10% dari santri baru di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI)
Assala

Psikodinamika: Jurnal Literasi Psikologi


Page | 25
ISSN. XXXX-XXXX (Print), XXXX-XXXX (Online)
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren

Surakarta mengalami masalah dalam melakukan proses penyesuaian diri. Hal ini
ditunjukkan dengan perilaku seperti tidak mampu mengikuti pelajaran, tidak bisa
tinggal di asrama karena tidak bisa hidup terpisah dengan orang tua, melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar aturan pondok dan sebagainya. Penelitian lain
yang mengkaji penyesuaian diri di lingkungan pondok pesantren adalah yang
dilakukan di pesantren Ma`had Al-ittihad Al-islami Camplong Sampang Madura.
Pengurus pesantren menuturkan bahwa siswa yang kurang mampu menyesuaikan
diri biasanya memperlihatkan beberapa perilaku tertentu seperti sering di kamar
dan jarang bergaul, lebih suka menyendiri, sering melamun dan terkadang
menangis, sering tidak makan, diam dan kurang merespon orang lain baik guru
maupun teman, tidak mengikuti pelajaran di kelas atau tidak memperhatikan
penjelasan guru, tidak punya minat, tidak berpartisipasi dalam kelompok, perasaan
rindu yang sangat terhadap rumah dan keluarga dan tidak mengerjakan tanggung
jawabnya.
Beberapa permasalahan yang sering dialami oleh santri pada tahun pertama
tinggal di pondok pesantren adalah ketika santri rindu dengan orang tua, keluarga,
dan teman-teman mereka yang berada di rumah, ada juga yang tidak betah tinggal
di pondok. Permasalahan yang dialami santri tersebut merupakan contoh
permasalahan dalam penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok pesantren an
nur 1 putri bululawang malang
Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri adalah suatu proses yang meliputi
respon mental dan perilaku, dalam hal ini individu akan berusaha mengatasi
ketegangan, frustasi, kebutuhan, dan konflik yang berasal dari dalam dirinya
dengan baik dan menghasilkan derajat kesesuaian antara tuntutan yang berasal dari
dalam dirinya dengan dunia yang obyektif tempat individu hidup. Kemampuan
setiap individu tidaklah selalu sama. Ada yang mampu menyesuaikan diri tetapi
ada juga individu yang tidak mampu menyesuaikan diri.
Berhasil tidaknya remaja melakukan penyesuaian diri dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari
dalam diri misalnya keadaan fisik, herediter, dan kematangan (misal meliputi:
emosional, intelektual, sosial) sedangkan faktor dari luar misalnya dukungan sosial
dan budaya (Schneiders, dalam Friedlander, Laura, Reid, Graham, Naomi, &
Cribbie, 2007).
Peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren An Nur 1 Putri
Bululawang-Malang, untuk mengetahui penyesuaian diri remaja awal yang tinggal
di pondok pesantren An Nur 1 Putri Bululawang-Malang. Santri di Pondok

Psikodinamika: Jurnal Literasi Psikologi Page | 39


ISSN. 2746-8070 (Print), 2775-2860 (Online)
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

Pesantren An Nur 1 Putri Bululawang Malang berada pada usia remaja setiap
harinya

Page | 38
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

diwajibkan untuk tinggal di asrama. Memasuki lingkungan baru bagi santri menjadi
sebuah stimulus yang terkadang menjadi penyebab munculnya berbagai
permasalahan, salah satunya adalah penyesuaian diri. Santri yang baru mengenal
lingkungan pesantren, dimana lingkungan ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan lingkungan yang ditemui santri sebelumnya. Hal ini membuat santri harus
mampu menyesuaikan diri agar dapat bertahan dan dapat menyelesaikan
pendidikannya di Pondok Pesantren An Nur 1 Putri Bululawang-Malang.
Menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2004) ada lima faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri pada remaja, diantaranya yaitu: (1) Kondisi
fisik. Seringkali kondisi tubuh seseorang atau fisik berdampak sangat kuat mengenai
proses penyesuaian diri seorang remaja. Beberapa aspek bersangkutan dengan
kondisi fisik yang mampu mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah gen
(keturunan), konstitusi fisik, sistem utama tubuh, dan kesehatan fisik. (2)
Kepribadian. Faktor-faktor kepribadian yang sangat penting pengaruhnya terhadap
penyesuaian diri remaja adalah : tekad dan kemampuan untuk berubah,
pengaturan diri, implementasi diri, dan intelegensi. (3) Edukasi/pendidikan.
Terdapat unsur-unsur penting dalam edukasi/pedidikan yang mampu
mempengaruhi penyesuaian diri adalah : belajar, pengalaman, latihan, dan
determinasi diri. (4) Lingkungan. Berbicara faktor lingkungan sebagai elemen yang
berdampak mengenai penyesuaian diri sudah pasti mencangkup lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. (5) Agama serta Budaya. Agama berhubungan
erat dengan faktor budaya, agama mewariskan sumbangan nilai-nilai, keyakinan,
praktik-praktik yang memberi makna sangat mendalam, tujuan, serta stabilitas dan
keselarasan hidup individu. Agama secara konsisten dan terus-menerus
mengingatkan manusia tentang nilai-nilai esensil dan kemuliaan manusia yang
diciptakan oleh tuhan, bukan hanya nilai-nilai fungsional sebagaimana yang
dihasilkan oleh manusia. Dalam hal ini tampak jika dilihat dari adanya kualitas
budaya yang diwariskan kepada individu mengalami beragam media dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan juga masyarakat. Selain itu tidak sedikit masalah
yang dialami pribadi remaja, kekhawatiran, frustasi, juga berbagai macam prilaku
neurotic atau penyimpangan prilaku yang disebabkan, secara langsung atau tidak
langsung, oleh kebudayaan sekitarnya. Sebagaimana faktor agama, faktor budaya
dan juga mempunyai pengaruh yang berarti bagi perkembangan penyesuaian diri
remaja tersebut.

Page | 40
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologis yaitu salah satu


jenis penelitian kualitaif, dimana peneliti melakukan pengumpulan data
menggunakan metode dengan cara observasi parrtisipan agar mengetahui
fenomena esensial partisipan atau kejadian nyata dalam pengalaman hidupnya
(Creswell, 2012). Selain itu, untuk metode pengumpulan data juga dilakukan
dengan dokumentasi dan wawancara kepada santriwati. Maka berdasarkan hal itu
peneliti bermaksud untuk mengetahui dan menggali lebih dalam mengenai
fenomena atau kenyataan penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok
pesantren An-Nur 1 putri Bululawang-Malang. Auerbach and Silverstein (2003)
menyatakan bahwa metode kualitatif merupakan penelitian yang melakukan
analisis dan interprestasi teks dan output interview dengan tujuan untuk
menemukan makna berdasarkan dari suatu fenomena/ kenyataan.(Sugiono, 2020).
Subjek penelitian ini diambil dari dari 3 santriwati, subjek tersebut
merupakan santriwati kelas 1 MTs yang berusia kurang lebih di usia 12- 14 tahun.
Santriwati juga termasuk santri di Pondok Pesantren An-nur 1 Putri. Penelitian
dilaksanakan di pondok pesantren An-Nur 1 putri bululawang yang bertempat di
Jl. Diponegoro IV Bululawang-Malang.
Sumber data pada penelitian ini, Menurut Lofland dan Lofland (moleong,
2007) sumber data primer pada penelitian kualitatif merupakan istilah-istilah dan
tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain.
(Guzman & Oktarina, 2018). Tetapi buat melengkapi data penelitian diharapkan
dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data skunder.Sumber data
primer. Data primer atau utama merupakan pengambilan data menggunakan
instrumen pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan dokumen.
Sumber data primer atau utama adalah data diperoleh secara langsung dengan
teknik wawancara informan atau sumber langsung. Sumber primer atau utama
merupakan sumber data yang secara langsung memberikan data kepada
pengumpul data (sugiyono, 2015: 187). Adapun pada penelitian ini sumber sumber
dan primer merupakan warga pondok pesantren yang meliputi : pengurus, santri,
ustadzah, dan satpam. Sumber data sekunder. Sumber data skunder merupakan
data yang dipakai buat mendukung data primer atau utama yaitu melalui studi
kepustakaan, dokumentasi, buku atau file tertulis, majalah, koran, arsip tertulis
yaitu berupa angket kuesioner atau survey yang berhubungan dengan obyek yang
akan di teliti pada penelitian ini. Sumber skunder merupakan sumber yang tidak

Psikodinamika: Jurnal Literasi Psikologi Page | 41


ISSN. 2746-8070 (Print), 2775-2860 (Online)
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalanya lewat orang lain
atau

Page | 28
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

dokumen (Sugiono, 2015: 187), sumber data skunder ini dapat mempermudah
peneliti untuk mengumpulkan data-data dan menganalisis hasil dari penelitian ini
yang nantinya bisa memperkuat temuan dan menghasilkan penelitian yang
mempunyai urutan validasi yang tinggi.
Teknik pengumpulan data pada peneliian ini adalah hal yang harus dipenuhi
dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data
adalah langkah yang paling strategis pada sebuah penelitian, karena tujuan utama
penelitian adalah agar mendapatkan data. Di dalam penelitian ini peneliti memakai
2 cara yang sangat mendasar untuk mengumpulkan data yaitu observasi dan
wawancara, kemudian peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data
dengan dokumentasi untuk meguatkan data dari observasi dan wawancara.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya, kemudian mengkategorikan data tersebut, memilih data yang
sesuai dengan tema, menyusunnya sedemikian rupa, kemudian mengaitkannya
dengan teori yang sudah ditulis.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian dilapangan, penyesuaian diri remaja awal


yang tinggal di pondok pesantren, masing-masing memiliki beberapa macam
karakteristik penyesuaian diri, dan terdapat beberapa faktor internal dan faktor
eksternal di setiap subjek, faktor internal berasal dari dalam diri sendiri yaitu
meliputi faktor jasmani dan psikologis, sedangkan faktor eksternal adalah segala
faktor dari luar diri yaitu meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Hapnita, w. d. (2018).
Peneliti melihat bahwa fenomena penyesuaian diri remaja awal yang tinggal
di pondok pesantren sebagai fenomena yang di latar belakangi oleh suatu hal.
Dimana mereka menyesuaiakan diri di pondok pesantren dengan alasan dan
tujuan tertentu secara umum. faktor yang melatar belakangi penyesuaian diri
remaja awal terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan ektrenal.
Dalam penelitian ini peneliti mengetahui tugas perkembangan remaja dan
faktor yang melatar belakangi proses penyesuaian diri remaja awal yang tinggal di
pondok pesantren. Salah satu tugas perkembangan remaja awal menurut
Wanttenburg (dalam Mappiare, 1982), menyatakan remaja awal bebas menenetukan
pilihan dalam berbagai alternative, kemudian menjalankannya dengan tanggung
jawab, seperti dalam memilih sekolah, jurusan dan teman. Faktor internal berasal

Page | 42
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren

dari dalam diri sendiri, dapat berupa niatan yang muncul secara tiba-tiba tanpa di
dahului pengalaman apapun, seperti halnya santri masuk kedalam pondok
pesantren atas kemaunnya sediri atau adanya paksaan dari pihak lain.
Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan dan pergaulan memiliki
pengaruh negatif dan positif untuk proses penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di Pondok Pesantren. Lingkungan sebagai elemen yang berdampak
mengenai penyesuaian diri sudah pasti mencangkup lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Schneiders (1984, dalam Ali & Asrori , 2018). Terkadang merasa
banyak teman yang tidak menyukainya, padahal selalu berbuat baik kepada
temannya. faktor faktor kepribadian yang sangat penting pengaruhnya terhadap
penyesuaian diri remaja adalah, tekad dan kemampuan untuk berubah, pengaturan
diri, implementasi diri, dan intelegensi. Schneiders (1984, dalam Ali & Asrori, 2018 ).
kemudian memutuskan untuk selalu mengikuti atau menyetujui apa yang teman-
teman nya katakan agar tidak selalu di salahkan, dan muncul faktor internal pada
diri sendiri yang dimana selalu merasa apapun yang di lakukan selalu salah di
mata teman-temannya. Dimana kepribadian ini disebut dengan kepribadian
plegmatis yaitu cairan badan yang dominan phlegma (introvert, pengamat, pesimis,
pada umumnya mudah diatur, sangat toleran, diam atau kalem, suka mengalah,
tidak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia
sendiri tidak suka, Nurdin(2019). Disisi lain sifat cenderung pendiam dan kurang
bersosialisi antara sesama teman sebayanya, Hurlock (2003). Menyatakan bahwa
pemahaman mengenai penyesuaian diri yaitu kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri kepada orang lain yang berarti sejauh mana orang tersebut
sanggup merespon secara nyata terhadap suatu hubungan, kondisi dan validitas
sosial.
Karena memang ketika santri pada awal nya masuk ke pondok pesantren
atas perintah dari ibunya bukan kemauannya sendiri, hal tersebut di setujui karena
ingin membahagiakan ibunya. Diawali dengan rasa terpaksa maka dari itu merasa
tidak nyaman berada di lingkungan pesantren dan beberapa peraturan yang di
terapkan, karena merasa peraturan pondok pesantren terlalu padat dan terlalu
banyak hafalan setiap harinya, karna tidak terbiasa melakukan segala sesuatu yang
terlalu di atur dan terlalu di tuntut. Karena sewaktu di rumah terbiasa di manja dan
bebas. Hal ini menunjukkan kepribadian sanguinis yakni sesorang yang memiliki
cairan badan yang dominan sanguis. Pada umumnya cenderung disenangi oleh
orang lain dan menjadi pusat perhatian, senang aktivitas kebersamaan yang
myenangkan, salah satu kelebihan dari kepribadian ini adalah mudah berteman

Psikodinamika: Jurnal Literasi Psikologi Page | 43


ISSN. 2746-8070 (Print), 2775-2860 (Online)
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

dan menyukai orang lain, akan tetapi juga terdapat beberapa kelemahan dalam
kepribadian ini

Page | 28
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

meliputi berpikir pendek, sulit berkonsentrasi, hidupnya serba tidak di atur, dan
cepat bosan. Nurdin(2019).
Menurut Wattenburg (dalam Mappiare, 1982), mengemukakan beberapa
tugas perkembangan remaja awal, salah satunya adalah mampu mengontrol diri
sendiri seperti kontrol orang dewasa, tugas perkembangan ini tumbuh karena
remaja awal telah berkembang semakin dewasa. Lingkungan sosial menginginkan
remaja mampu mengontrol diri sendiri seperti kontrol diri pada orang dewasa. Ada
juga santri yang menolak di perlakukan manja atau seperti anak kecil, karna orang
tua selalu memanjakannya dan menganggapnya sebagai anak kecil. Sedangkan
selama dirumahnya sudah terbiasa dengan lingkungan pondok pesantren tersebut
dan bergaul dengan orang-orang dewasa. Menurut Maghfirah, siti ( 2019). Dalam
teori behavioristik periaku siswa di hasilkan dari proses pembelajaran, dengan
begitu perlu adanya stimulus yang tepat untuk di berikan kepada siswa,
bahwasannya stimulus yang bagus akan menghasilkan pembelajaran yang
diinginkan.
Gambaran faktor penyesuaian diri pada santriwati yang menjadi subjek
penelitian ini tergambar dalam Gambar 1.
Faktor Penyesuaian Diri

Internal Eksternal

Diri Sendiri
Teman Lingkungan Keluarga

Pandangan realistis
dan kemampuan Kepribadian,
Sikap terhadap realitas Sikap realistik dan
mengarahkan diri.: kemampuan untuk
objektif :Tidak
Selalu Merasa dan proses penyesuaian mengatur diri, dan
Suka di Atur
Bersalah mengarahkan diri.:
diri: Merasa banyak
Tidak suka
teman yang tidak
diperlakukan seperti
menyukainnya anak kecil

Gambar 1. Faktor Penyesuaian Diri Santriwati Pondok Pesantren An-Nur 1


Bululawang-Malang

Page | 44
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren

Kesimpulan

Menurut beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang di teliti


yakni Penyesuaian Diri Remaja Awal Yang Tinggal Di Pondok Pesantren An Nur 1
Bululawang Malang. Terdapat beberapa keunikan di setiap subjek yang di dapatkan
dari beberapa faktor motivasi, cara subjek mengadapi dan menyelesaikan masalah
dan juga dari faktor internal dan eksternal yang meliputi teman, lingkungan dan
keluarga. Berdasarkan beberapa faktor tersebut membuat ketiga subjek memiliki
perbedaan dalam menyesuaikan diri di pondok pesantren. Pandangan realistis dan
kemampuan mengarahkan diri, yang mana subjek memiliki kepribadian selalu
mengikuti apapun yang terjadi dalam kehidupannya ingin melakukan apa dan
menjadi apa. Sikap terhadap realitas dan proses penyesuaian diri ini cenderung
pendiam dan kurang bersosialisi antara sesama teman sebayanya, Kemudian
terdapat juga santri yang sikapnya realistik dan objektif, yaitu merupakan individu
tipe kepribadian yang sangat tidak suka di atur akan tetapi ia selalu menyelesaikan
masalahnya sendiri dan bergaul dengan baik. Sedangkan santri yang memiliki
kemampuan untuk mengatur diri, dan mengarahkan diri akan memiliki kepribadian
mandiri atau telah mampu menempatkan diri pada segala situasi ia akan dengan
mudah menyesuaikan diri dengan teman dan lingkungan sekitarnya.

Referensi

Ahmad Rifai. 2018. ”Pengembangan kurikulum pesantren, madrasah dan sekolah”


https://media.neliti.com/media/publications/300440-pengembangan-
kurikulum-pesantren-madrasa-fc5822b9.pdf
Ali, P. D. M., & Asrori, P. D. M. (2018b). Psikologi Remaja.
Ardari, C. S. S. (2016). Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Intensitas Penggunaan
Media Sosial Pada Remaja Awal. 1, 99.
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan. (2020). Direktorat Jenderal Gtk |
2020. https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/ujian-nasional-dan-peningkatan-
kompetensi-proses-pembelajaran
Guzman, K. C., & Oktarina, N. (2018). Strategi Komunikasi Eksternal Untuk
Menunjang Citra Lembaga. Economic Education Analysis Journal, 7(1), 301–315.
Hidayati, D. A., Husamah, H., Fatmawati, D., Miharja, F. J., & Fauzi, A. (2020). pada
Masa Pandemi Covid 19. September, 2018–2021.
Hidayati, K. B., & Farid, M. (2011). Konsep Diri, Adversity Quotient dan
Penyesuaian Diri pada Remaja Khoirul Bariyyah Hidayati. Jurnal Psikologi
Indonesia, 5(02), 8.
Indrawati, E. S., & Fauziah, N. (2012). Attachment dan Penyesuaian Diri dalam
Perkawinan. Jurnal Psikologi Undip, 11(1), 40–49.
Psikodinamika: Jurnal Literasi Psikologi Page | 45
ISSN. 2746-8070 (Print), 2775-2860 (Online)
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023

https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/5147
Jannah, M. (2015). Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Kanak-Kanak. Gender
Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 12.
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam.
Psikoislamedia, 1(1), 14.
Kautsar, M. (2019). Dream (Jakarta, 3 Desember 2019), 1. 1. 1, 1–20.
Kumalasari, F. (2005). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri
Remaja Di Panti Asuhan. Psikologi Pitutur, 1(1), 11.
Moleong. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nuryani. (2019). Kata kunci: penyesuaian diri, santri, pondok pesantren. Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 6.
Pritaningrum, M., & Hendriani, W. (2013). Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di
Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama. Jurnal
Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 02(03), 10.
Setyaningrum, W., & Yanuarita, H. A. (2020). Pengaruh Covid-19 Terhadap
Kesehatan Mental Masyarakat Di Kota Malang. Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 4(4),
7. http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/1580/1392
Sugiono, P. D. (2020). Metode Penelitian Kualitatif.
Sulistyorini, R. D., & Rahmawati, A. (2013). Metakognisi dan Peyesuaian Diri Siswa
Akselerasi. Jurnal Psikologi, 8(1), 8.
Susanti, A., & Widuri, E. L. (2008). Penyesuaian Diri pada Anak Taman Kanak-
Kanak. Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1), 15.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif Dan
R&D. bandung: Alfabeta.
Suryana. 2010. Buku Ajar Perkuliahan: Metodologi penelitian Model Praktis Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.
Tristanto, A. (2020). Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial (Dkjps) Dalam
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pada Masa Pandemi Covid-19. Sosio Informa, 6(2),
18. https://doi.org/10.33007/inf.v6i2.2348
Wiwin, Hendriani & Meidiana, Pritaningrum. 2013. Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga ”Penyesuaian Remaja yang tinggal di pondok pesantren modern Nurul
izzah Gresik pada tahun pertama” http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-jpks417dbf33fb2full.pdf
Yasa, B. R. (2015). Penyesuaian Diri Anak Perempuan Dalam Menghadapi
Perubahan Zaman. Gender Equality: International Journal of Child and Gender
Studies, 1(2), 10.
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/793/623

Page | 46

Anda mungkin juga menyukai