1, Januari 2023
Hal. 37 – 46
Wilatus Fauzia1
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Raden Rahmat Malang
Nixie Devina Rahmadiani2
RSUD Karsa Husada Batu
Email : wilatusfauzia@gmail.com, nixie.nixie@yahoo.co.id
Abstract
Self-adjustment is a process experienced by someone related to environmental demands on
individual attitudes, behavior and emotions with the belief that they are capable, adolescents
will be encouraged to take advantage of their abilities and be able to develop themselves in
their environment. This study focuses on how the adjustment of adolescents who have just
studied at the Pondok Pesantren An Nur 1 Putri Bululawang-Malang who previously
studied in ordinary public schools where there are significant differences between
characteristics, conditions and environment. Data collection techniques were carried out by
means of interviews. The research methods used observation and interview. Analysis of
interview data used with non-propablying sampling technique. Based on these several
factors, the three subjects have differences in adjusting to Islamic boarding schools, there are
internal factors and external factors.
Keywords: Adjusment, Boarding Islamic school, Adolescent
Abstrak
Penyesuaian diri merupakan proses yang dialami seseorang yang berhubungan dengan
tuntutan lingkungan terhadap sikap, prilaku dnan emosi individu dengan keyakinan bahwa
diri mampu, remaja akan terdorong untuk memanfaatkan kemampuannya dan mampu
mengembangkan diri di lingkungannya. Penelitian ini berfokus untuk melihat bagaimana
penyesuaian diri remaja yang baru menempuh pendidikan di pondok pesantren An Nur 1
Putri Bululawang-Malang yang sebelumnya menempuh pendidikan di sekolah umum biasa
dimana terdapat perbedaan yang signifikan diantara karakteristik, kondisi dan lingkungan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Analisis data
wawancara digunakan dengan teknik non propablying sampling. Berdasarkan beberapa
faktor tersebut menunjukkan penyesuaian diri remaja awal yang tinggal di pondok
pesantren, masing-masing memiliki beberapa macam karakteristik penyesuaian diri, dan
terdapat beberapa faktor internal dan faktor eksternal di setiap subjek, faktor internal berasal
dari dalam diri sendiri yaitu meliputi faktor jasmani dan psikologis, sedangkan faktor
eksternal adalah segala faktor dari luar diri yaitu meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Kata kunci : Penyesuaian diri, Pondok pesantren, Remaja
Copyright © 2023. Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani. All Right Reserved
Submitted: 2021-11-12 Revised: 2021-06-30 Accepted: 2023-01-31 Published: 2023-02-06
Pendahuluan
Page | 38
Penyesuaian diri remaja awal yang tinggal di
pondok pesantren
Surakarta mengalami masalah dalam melakukan proses penyesuaian diri. Hal ini
ditunjukkan dengan perilaku seperti tidak mampu mengikuti pelajaran, tidak bisa
tinggal di asrama karena tidak bisa hidup terpisah dengan orang tua, melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar aturan pondok dan sebagainya. Penelitian lain
yang mengkaji penyesuaian diri di lingkungan pondok pesantren adalah yang
dilakukan di pesantren Ma`had Al-ittihad Al-islami Camplong Sampang Madura.
Pengurus pesantren menuturkan bahwa siswa yang kurang mampu menyesuaikan
diri biasanya memperlihatkan beberapa perilaku tertentu seperti sering di kamar
dan jarang bergaul, lebih suka menyendiri, sering melamun dan terkadang
menangis, sering tidak makan, diam dan kurang merespon orang lain baik guru
maupun teman, tidak mengikuti pelajaran di kelas atau tidak memperhatikan
penjelasan guru, tidak punya minat, tidak berpartisipasi dalam kelompok, perasaan
rindu yang sangat terhadap rumah dan keluarga dan tidak mengerjakan tanggung
jawabnya.
Beberapa permasalahan yang sering dialami oleh santri pada tahun pertama
tinggal di pondok pesantren adalah ketika santri rindu dengan orang tua, keluarga,
dan teman-teman mereka yang berada di rumah, ada juga yang tidak betah tinggal
di pondok. Permasalahan yang dialami santri tersebut merupakan contoh
permasalahan dalam penyesuaian diri remaja yang tinggal di pondok pesantren an
nur 1 putri bululawang malang
Menurut Schneiders (1964) penyesuaian diri adalah suatu proses yang meliputi
respon mental dan perilaku, dalam hal ini individu akan berusaha mengatasi
ketegangan, frustasi, kebutuhan, dan konflik yang berasal dari dalam dirinya
dengan baik dan menghasilkan derajat kesesuaian antara tuntutan yang berasal dari
dalam dirinya dengan dunia yang obyektif tempat individu hidup. Kemampuan
setiap individu tidaklah selalu sama. Ada yang mampu menyesuaikan diri tetapi
ada juga individu yang tidak mampu menyesuaikan diri.
Berhasil tidaknya remaja melakukan penyesuaian diri dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari
dalam diri misalnya keadaan fisik, herediter, dan kematangan (misal meliputi:
emosional, intelektual, sosial) sedangkan faktor dari luar misalnya dukungan sosial
dan budaya (Schneiders, dalam Friedlander, Laura, Reid, Graham, Naomi, &
Cribbie, 2007).
Peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren An Nur 1 Putri
Bululawang-Malang, untuk mengetahui penyesuaian diri remaja awal yang tinggal
di pondok pesantren An Nur 1 Putri Bululawang-Malang. Santri di Pondok
Pesantren An Nur 1 Putri Bululawang Malang berada pada usia remaja setiap
harinya
Page | 38
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023
diwajibkan untuk tinggal di asrama. Memasuki lingkungan baru bagi santri menjadi
sebuah stimulus yang terkadang menjadi penyebab munculnya berbagai
permasalahan, salah satunya adalah penyesuaian diri. Santri yang baru mengenal
lingkungan pesantren, dimana lingkungan ini memiliki karakteristik yang berbeda
dengan lingkungan yang ditemui santri sebelumnya. Hal ini membuat santri harus
mampu menyesuaikan diri agar dapat bertahan dan dapat menyelesaikan
pendidikannya di Pondok Pesantren An Nur 1 Putri Bululawang-Malang.
Menurut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2004) ada lima faktor yang
mempengaruhi proses penyesuaian diri pada remaja, diantaranya yaitu: (1) Kondisi
fisik. Seringkali kondisi tubuh seseorang atau fisik berdampak sangat kuat mengenai
proses penyesuaian diri seorang remaja. Beberapa aspek bersangkutan dengan
kondisi fisik yang mampu mempengaruhi penyesuaian diri remaja adalah gen
(keturunan), konstitusi fisik, sistem utama tubuh, dan kesehatan fisik. (2)
Kepribadian. Faktor-faktor kepribadian yang sangat penting pengaruhnya terhadap
penyesuaian diri remaja adalah : tekad dan kemampuan untuk berubah,
pengaturan diri, implementasi diri, dan intelegensi. (3) Edukasi/pendidikan.
Terdapat unsur-unsur penting dalam edukasi/pedidikan yang mampu
mempengaruhi penyesuaian diri adalah : belajar, pengalaman, latihan, dan
determinasi diri. (4) Lingkungan. Berbicara faktor lingkungan sebagai elemen yang
berdampak mengenai penyesuaian diri sudah pasti mencangkup lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. (5) Agama serta Budaya. Agama berhubungan
erat dengan faktor budaya, agama mewariskan sumbangan nilai-nilai, keyakinan,
praktik-praktik yang memberi makna sangat mendalam, tujuan, serta stabilitas dan
keselarasan hidup individu. Agama secara konsisten dan terus-menerus
mengingatkan manusia tentang nilai-nilai esensil dan kemuliaan manusia yang
diciptakan oleh tuhan, bukan hanya nilai-nilai fungsional sebagaimana yang
dihasilkan oleh manusia. Dalam hal ini tampak jika dilihat dari adanya kualitas
budaya yang diwariskan kepada individu mengalami beragam media dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan juga masyarakat. Selain itu tidak sedikit masalah
yang dialami pribadi remaja, kekhawatiran, frustasi, juga berbagai macam prilaku
neurotic atau penyimpangan prilaku yang disebabkan, secara langsung atau tidak
langsung, oleh kebudayaan sekitarnya. Sebagaimana faktor agama, faktor budaya
dan juga mempunyai pengaruh yang berarti bagi perkembangan penyesuaian diri
remaja tersebut.
Page | 40
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren
Metode
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalanya lewat orang lain
atau
Page | 28
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023
dokumen (Sugiono, 2015: 187), sumber data skunder ini dapat mempermudah
peneliti untuk mengumpulkan data-data dan menganalisis hasil dari penelitian ini
yang nantinya bisa memperkuat temuan dan menghasilkan penelitian yang
mempunyai urutan validasi yang tinggi.
Teknik pengumpulan data pada peneliian ini adalah hal yang harus dipenuhi
dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2013) teknik pengumpulan data
adalah langkah yang paling strategis pada sebuah penelitian, karena tujuan utama
penelitian adalah agar mendapatkan data. Di dalam penelitian ini peneliti memakai
2 cara yang sangat mendasar untuk mengumpulkan data yaitu observasi dan
wawancara, kemudian peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data
dengan dokumentasi untuk meguatkan data dari observasi dan wawancara.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya, kemudian mengkategorikan data tersebut, memilih data yang
sesuai dengan tema, menyusunnya sedemikian rupa, kemudian mengaitkannya
dengan teori yang sudah ditulis.
Page | 42
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren
dari dalam diri sendiri, dapat berupa niatan yang muncul secara tiba-tiba tanpa di
dahului pengalaman apapun, seperti halnya santri masuk kedalam pondok
pesantren atas kemaunnya sediri atau adanya paksaan dari pihak lain.
Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan dan pergaulan memiliki
pengaruh negatif dan positif untuk proses penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di Pondok Pesantren. Lingkungan sebagai elemen yang berdampak
mengenai penyesuaian diri sudah pasti mencangkup lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Schneiders (1984, dalam Ali & Asrori , 2018). Terkadang merasa
banyak teman yang tidak menyukainya, padahal selalu berbuat baik kepada
temannya. faktor faktor kepribadian yang sangat penting pengaruhnya terhadap
penyesuaian diri remaja adalah, tekad dan kemampuan untuk berubah, pengaturan
diri, implementasi diri, dan intelegensi. Schneiders (1984, dalam Ali & Asrori, 2018 ).
kemudian memutuskan untuk selalu mengikuti atau menyetujui apa yang teman-
teman nya katakan agar tidak selalu di salahkan, dan muncul faktor internal pada
diri sendiri yang dimana selalu merasa apapun yang di lakukan selalu salah di
mata teman-temannya. Dimana kepribadian ini disebut dengan kepribadian
plegmatis yaitu cairan badan yang dominan phlegma (introvert, pengamat, pesimis,
pada umumnya mudah diatur, sangat toleran, diam atau kalem, suka mengalah,
tidak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia
sendiri tidak suka, Nurdin(2019). Disisi lain sifat cenderung pendiam dan kurang
bersosialisi antara sesama teman sebayanya, Hurlock (2003). Menyatakan bahwa
pemahaman mengenai penyesuaian diri yaitu kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri kepada orang lain yang berarti sejauh mana orang tersebut
sanggup merespon secara nyata terhadap suatu hubungan, kondisi dan validitas
sosial.
Karena memang ketika santri pada awal nya masuk ke pondok pesantren
atas perintah dari ibunya bukan kemauannya sendiri, hal tersebut di setujui karena
ingin membahagiakan ibunya. Diawali dengan rasa terpaksa maka dari itu merasa
tidak nyaman berada di lingkungan pesantren dan beberapa peraturan yang di
terapkan, karena merasa peraturan pondok pesantren terlalu padat dan terlalu
banyak hafalan setiap harinya, karna tidak terbiasa melakukan segala sesuatu yang
terlalu di atur dan terlalu di tuntut. Karena sewaktu di rumah terbiasa di manja dan
bebas. Hal ini menunjukkan kepribadian sanguinis yakni sesorang yang memiliki
cairan badan yang dominan sanguis. Pada umumnya cenderung disenangi oleh
orang lain dan menjadi pusat perhatian, senang aktivitas kebersamaan yang
myenangkan, salah satu kelebihan dari kepribadian ini adalah mudah berteman
dan menyukai orang lain, akan tetapi juga terdapat beberapa kelemahan dalam
kepribadian ini
Page | 28
Wilatus Fauzia, Nixie Devina Rahmadiani Volume 3, No. 1, Januari 2023
meliputi berpikir pendek, sulit berkonsentrasi, hidupnya serba tidak di atur, dan
cepat bosan. Nurdin(2019).
Menurut Wattenburg (dalam Mappiare, 1982), mengemukakan beberapa
tugas perkembangan remaja awal, salah satunya adalah mampu mengontrol diri
sendiri seperti kontrol orang dewasa, tugas perkembangan ini tumbuh karena
remaja awal telah berkembang semakin dewasa. Lingkungan sosial menginginkan
remaja mampu mengontrol diri sendiri seperti kontrol diri pada orang dewasa. Ada
juga santri yang menolak di perlakukan manja atau seperti anak kecil, karna orang
tua selalu memanjakannya dan menganggapnya sebagai anak kecil. Sedangkan
selama dirumahnya sudah terbiasa dengan lingkungan pondok pesantren tersebut
dan bergaul dengan orang-orang dewasa. Menurut Maghfirah, siti ( 2019). Dalam
teori behavioristik periaku siswa di hasilkan dari proses pembelajaran, dengan
begitu perlu adanya stimulus yang tepat untuk di berikan kepada siswa,
bahwasannya stimulus yang bagus akan menghasilkan pembelajaran yang
diinginkan.
Gambaran faktor penyesuaian diri pada santriwati yang menjadi subjek
penelitian ini tergambar dalam Gambar 1.
Faktor Penyesuaian Diri
Internal Eksternal
Diri Sendiri
Teman Lingkungan Keluarga
Pandangan realistis
dan kemampuan Kepribadian,
Sikap terhadap realitas Sikap realistik dan
mengarahkan diri.: kemampuan untuk
objektif :Tidak
Selalu Merasa dan proses penyesuaian mengatur diri, dan
Suka di Atur
Bersalah mengarahkan diri.:
diri: Merasa banyak
Tidak suka
teman yang tidak
diperlakukan seperti
menyukainnya anak kecil
Page | 44
Penyesuaian diri remaja awal yang
tinggal di pondok pesantren
Kesimpulan
Referensi
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/5147
Jannah, M. (2015). Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Kanak-Kanak. Gender
Equality: International Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 12.
Jannah, M. (2016). Remaja dan Tugas-tugas Perkembangannya dalam Islam.
Psikoislamedia, 1(1), 14.
Kautsar, M. (2019). Dream (Jakarta, 3 Desember 2019), 1. 1. 1, 1–20.
Kumalasari, F. (2005). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri
Remaja Di Panti Asuhan. Psikologi Pitutur, 1(1), 11.
Moleong. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nuryani. (2019). Kata kunci: penyesuaian diri, santri, pondok pesantren. Jurnal
Bimbingan Dan Konseling, 4(1), 6.
Pritaningrum, M., & Hendriani, W. (2013). Penyesuaian Diri Remaja yang Tinggal di
Pondok Pesantren Modern Nurul Izzah Gresik Pada Tahun Pertama. Jurnal
Psikologi Kepribadian Dan Sosial, 02(03), 10.
Setyaningrum, W., & Yanuarita, H. A. (2020). Pengaruh Covid-19 Terhadap
Kesehatan Mental Masyarakat Di Kota Malang. Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 4(4),
7. http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/1580/1392
Sugiono, P. D. (2020). Metode Penelitian Kualitatif.
Sulistyorini, R. D., & Rahmawati, A. (2013). Metakognisi dan Peyesuaian Diri Siswa
Akselerasi. Jurnal Psikologi, 8(1), 8.
Susanti, A., & Widuri, E. L. (2008). Penyesuaian Diri pada Anak Taman Kanak-
Kanak. Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1), 15.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif Dan
R&D. bandung: Alfabeta.
Suryana. 2010. Buku Ajar Perkuliahan: Metodologi penelitian Model Praktis Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia.
Tristanto, A. (2020). Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial (Dkjps) Dalam
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pada Masa Pandemi Covid-19. Sosio Informa, 6(2),
18. https://doi.org/10.33007/inf.v6i2.2348
Wiwin, Hendriani & Meidiana, Pritaningrum. 2013. Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga ”Penyesuaian Remaja yang tinggal di pondok pesantren modern Nurul
izzah Gresik pada tahun pertama” http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-jpks417dbf33fb2full.pdf
Yasa, B. R. (2015). Penyesuaian Diri Anak Perempuan Dalam Menghadapi
Perubahan Zaman. Gender Equality: International Journal of Child and Gender
Studies, 1(2), 10.
http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/793/623
Page | 46