Anda di halaman 1dari 10

NAMA/NIM:JOKO/2012211008

TUGAS FISIKA MAGNET 1 dan 2”

1.Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung medan magnet pada jarak tertentu adalah
sebagai berikut:

B = (μ₀ * I) / (2π * r)

di mana:

 B adalah medan magnet yang ingin kita cari.


 μ₀ adalah permeabilitas ruang hampa, memiliki nilai sekitar 4π x 10^(-7) Tm/A.
 I adalah besar arus dalam kawat, dalam hal ini 15 A.
 r adalah jarak dari kawat, dalam hal ini 0,25 m.

Sekarang kita dapat menghitung medan magnetnya:

B = (4π x 10^(-7) Tm/A * 15 A) / (2π * 0,25 m) B = (2 * 10^(-6) T) / (0,5 m) B = 4 * 10^(-6)


T

Jadi, medan magnet pada jarak 0,25 m dari kawat panjang berarus 15 A adalah sebesar 4 *
10^(-6) T (Tesla).

2. Rumus untuk medan magnet yang dihasilkan oleh aliran listrik pada jarak tertentu adalah
sebagai berikut:

B = (μ₀ * I) / (2π * r)

Di mana: B adalah medan magnet, μ₀ adalah permeabilitas vakum (4π x 10^-7 T m/A), I
adalah kuat arus, dan r adalah jarak dari aliran listrik.

Menggantikan nilai-nilai yang diberikan ke dalam rumus, kita dapat menghitung medan
magnet komponen horizontal:

B = (4π x 10^-7 T m/A * 400 A) / (2π * 9 m) B = (4 * 10^-7 T m/A * 400 A) / (2 * 9 m) B =


(1.6 * 10^-4 T m) / (18 m) B = 8.89 * 10^-6 T

Jadi, medan magnet komponen horizontal yang dihasilkan oleh saluran listrik di atas transit
adalah 8.89 * 10^-6 T.

Untuk menghitung kesalahan yang dapat diperkenalkan dalam pengukuran sudut, kita dapat
menggunakan trigonometri. Jika kita mengasumsikan bahwa sudut yang diukur adalah sudut
terhadap arah utara, dan medan magnet komponen horizontal adalah 5.2 * 10^-5 T, kita dapat
menggunakan persamaan trigonometri berikut:

sin(θ) = B_horizontal / B_total


Di mana: θ adalah sudut yang diukur, B_horizontal adalah medan magnet komponen
horizontal yang diketahui, dan B_total adalah medan magnet total yang dihasilkan oleh
saluran listrik.

Kita dapat menghitung sudut θ sebagai berikut:

θ = sin^(-1)(B_horizontal / B_total) θ = sin^(-1)(5.2 * 10^-5 T / 8.89 * 10^-6 T) θ = sin^(-1)


(5.83)

Namun, nilai sin^(-1)(5.83) tidak terdefinisi dalam rentang sudut yang valid (-1 hingga 1).
Jadi, kita tidak dapat menghitung sudut yang akurat dengan menggunakan rumus ini.
Kesalahan yang diperkenalkan dalam pengukuran sudut dalam kasus ini akan bergantung
pada metode pengukuran yang digunakan dan faktor-faktor lain yang mungkin
mempengaruhi hasil pengukuran tersebut.

3. Untuk menghitung medan magnet di pusat solenoida, kita dapat menggunakan rumus:

B = μ₀ * n * I

di mana: B adalah medan magnet di pusat solenoida (dalam tesla), μ₀ adalah permeabilitas
vakum (4π × 10^(-7) T·m/A), n adalah jumlah lilitan per satuan panjang (dalam lilitan per
meter), I adalah arus yang mengalir melalui solenoida (dalam ampere).

Pertama, kita harus mencari jumlah lilitan total solenoida, N. Jumlah lilitan total dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah lilitan per lapisan dengan jumlah lapisan.

Jumlah lilitan per lapisan = 850 putaran Jumlah lapisan = 3

Jadi, N = 850 putaran * 3 = 2550 putaran

Selanjutnya, kita harus mencari jumlah lilitan per satuan panjang, n. Jumlah lilitan per satuan
panjang dapat dihitung dengan membagi jumlah lilitan total dengan panjang solenoida.

Panjang solenoida = 0,425 m

n = N / panjang solenoida = 2550 putaran / 0,425 m ≈ 6000 lilitan/m

Sekarang kita dapat menghitung medan magnet di pusat solenoida menggunakan rumus yang
diberikan:

B = μ₀ * n * I = (4π × 10^(-7) T·m/A) * (6000 lilitan/m) * (0,25 A) ≈ 0,075 tesla

Jadi, medan magnet di pusat solenoida tersebut sekitar 0,075 tesla.

4. Untuk menghitung arus yang diperlukan untuk menghasilkan medan magnet di pusat
solenoida, kita dapat menggunakan persamaan hukum Ampere. Persamaan tersebut adalah:

B = μ₀ * (n * I)
di mana: B adalah medan magnet di pusat solenoida (dalam tesla), μ₀ adalah permeabilitas
ruang hampa (μ₀ ≈ 4π x 10^-7 T·m/A), n adalah jumlah lilitan kawat pada solenoida, dan I
adalah arus yang mengalir melalui solenoida (dalam ampere).

Dalam kasus ini, kita ingin mencari nilai I. Mari kita gantikan nilai-nilai yang diketahui ke
dalam persamaan:

1,5 x 10^-3 T = (4π x 10^-7 T·m/A) * (750 lilitan * I)

Kita dapat mencari I dengan membagi kedua sisi persamaan dengan (4π x 10^-7 T·m/A) *
(750 lilitan):

I = (1,5 x 10^-3 T) / [(4π x 10^-7 T·m/A) * (750 lilitan)]

I = (1,5 x 10^-3 T) / (3π x 10^-4 T·m/A)

I ≈ 1,59 A

Jadi, arus yang diperlukan untuk menghasilkan medan magnet 1,5 x 10^-3 T di pusat
solenoida adalah sekitar 1,59 ampere.

5. Untuk menghitung medan magnet yang dihasilkan oleh kawat, kita dapat menggunakan
Hukum Ampere. Hukum Ampere menyatakan bahwa medan magnet di sekitar sebuah kawat
lurus berbandulat adalah proporsional terhadap arus listrik yang mengalir melaluinya.

Rumus untuk menghitung medan magnet dari kawat adalah sebagai berikut:

B = (μ₀ * I) / (2π * r)

Di mana: B adalah medan magnet yang dihasilkan oleh kawat, μ₀ adalah permeabilitas
vakum (4π x 10^-7 T m/A), I adalah besar arus listrik yang mengalir melalui kawat, dan r
adalah jarak antara kompas dan kawat.

Dalam kasus ini, I = 8,25 A dan r = 8,35 cm = 0,0835 m. Menggantikan nilai-nilai ini ke
dalam rumus, kita dapat menghitung medan magnet dari kawat:

B = (4π x 10^-7 T m/A * 8,25 A) / (2π * 0,0835 m) = (8,25 x 10^-7 T m) / (0,167 m) = 4,93 x
10^-6 T

Jadi, medan magnet yang dihasilkan oleh kawat adalah sebesar 4,93 x 10^-6 T.

Untuk mencari jarak antara kompas dan kawat jika medan magnet yang dialami oleh kompas
adalah 5,2 x 10^-7 T, kita dapat menggunakan rumus yang sama dengan menggantikan nilai-
nilai yang diketahui:

5,2 x 10^-7 T = (4π x 10^-7 T m/A * I) / (2π * r)

Dalam hal ini, I tetap 8,25 A. Mari kita selesaikan persamaan ini untuk mencari r:
r = (4π x 10^-7 T m/A * 8,25 A) / (2π * 5,2 x 10^-7 T) = (8,25 x 10^-7 T m) / (10,4 x 10^-7
T) = 0,792 m

Jadi, jarak antara kompas dan kawat jika kompas hanya mengalami medan magnet sebesar
5,2 x 10^-7 T adalah sekitar 0,792 m.

6. Untuk menghitung medan magnet di dekat kawat pembawa arus, kita dapat menggunakan
hukum Ampere. Hukum Ampere menyatakan bahwa medan magnet di sekitar kawat lurus
berbanding lurus dengan arus yang mengalir melalui kawat tersebut.

Dalam kasus ini, kita telah diberikan tegangan baterai (V) dan resistansi (R) dari kawat.
Untuk mencari arus (I) yang mengalir melalui kawat, kita dapat menggunakan hukum Ohm:
V = I * R. Dalam hal ini, V = 6 V dan R = 15 ohm.

I = V / R = 6 V / 15 ohm = 0,4 A

Sekarang kita dapat menggunakan hukum Ampere untuk menghitung medan magnet di dekat
kawat tersebut. Hukum Ampere menyatakan bahwa medan magnet (B) di sekitar kawat lurus
dapat dihitung dengan rumus:

B = (μ₀ * I) / (2 * π * r)

Di mana:

 μ₀ adalah permeabilitas vakum, dengan nilai 4π × 10^(-7) T·m/A


 I adalah arus yang mengalir melalui kawat (0,4 A)
 r adalah jarak antara kompas dan kawat (1,03 cm = 0,0103 m)

B = (4π × 10^(-7) T·m/A * 0,4 A) / (2π * 0,0103 m) B = 2 × 10^(-6) T

Jadi, medan magnet di dekat kawat tersebut adalah 2 × 10^(-6) T.

Sekarang kita dapat membandingkan kekuatan medan magnet kawat dengan medan magnet
bumi. Kekuatan medan magnet bumi diberikan sebagai 5,2 × 10^(-5) T.

Dalam hal ini, medan magnet bumi jauh lebih besar dibandingkan dengan medan magnet
kawat.

Arus ac 1 dan 2

1. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita perlu menggunakan hubungan


antara tegangan efektif (Vrms), tegangan maksimum (Vmax), arus efektif (Irms), dan arus
maksimum (Imax) pada gelombang sinusoidal.

Hubungan antara tegangan maksimum (Vmax) dan tegangan efektif (Vrms) adalah sebagai
berikut: Vrms = Vmax / √2

Hubungan antara arus maksimum (Imax) dan arus efektif (Irms) adalah sebagai berikut: Irms
= Imax / √2
Sekarang, mari kita gunakan rumus-rumus ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut:

(a) Tegangan efektif generator: Vmax = 34 V (diberikan) Vrms = Vmax / √2 = 34 V / √2 ≈ 24


V

Jadi, tegangan efektif generator adalah sekitar 24 V.

(b) Arus efektif dialirkan ke sirkuit oleh generator: Imax = 0,17 A (diberikan) Irms = Imax /
√2 = 0,17 A / √2 ≈ 0,12 A

Jadi, arus efektif dialirkan ke sirkuit oleh generator adalah sekitar 0,12 A.

(c) Resistansi rangkaian: Untuk menemukan resistansi rangkaian, kita perlu menggunakan
hukum Ohm: R = Vrms / Irms

R = 24 V / 0,12 A = 200 Ω

Jadi, resistansi rangkaian adalah 200 Ω.

2. (a) Untuk menghitung arus efektif (Ief), kita dapat menggunakan rumus:

Ief = Imax / √2

Di mana Imax adalah arus maksimum yang diberikan, dan √2 adalah faktor konversi antara
arus maksimum dan arus efektif pada gelombang sinusoidal.

Dalam kasus ini, Imax = 0,7 A. Mari kita hitung arus efektifnya:

Ief = 0,7 A / √2 ≈ 0,495 A

Jadi, arus efektifnya sekitar 0,495 A.

(b) Untuk menghitung hambatan bola lampu (R), kita dapat menggunakan rumus:

P = I^2 * R

Dalam hal ini, P adalah daya lampu yang diberikan dalam watt. Kita telah diberikan daya
lampu 60 W, dan arus efektif (Ief) sebelumnya kita hitung sekitar 0,495 A. Mari kita gunakan
rumus ini untuk mencari hambatan bola lampu:

60 W = (0,495 A)^2 * R

R = 60 W / (0,495 A)^2 R ≈ 240,404 ohm

Jadi, hambatan bola lampu ketika dinyalakan sekitar 240,404 ohm.

3. Untuk mencari tegangan di kumparan sekunder transformator, kita dapat menggunakan


rumus dasar daya listrik:
Daya (P) = Tegangan (V) × Arus (I)

Dalam kasus ini, daya pada kumparan primer adalah 375 W, dan arus pada kumparan
sekunder adalah 11,4 A. Mari kita sebut tegangan pada kumparan sekunder sebagai Vs.

Maka rumusnya menjadi:

375 W = Vs × 11,4 A

Sekarang kita bisa mencari nilai Vs:

Vs = 375 W ÷ 11,4 A Vs ≈ 32,89 V

Jadi, tegangan di kumparan sekunder transformator sekitar 32,89 V.

4. (a) Untuk menentukan tegangan pada kumparan sekunder, kita dapat menggunakan rumus
dasar transformator:

Perbandingan putaran = N₁ / N₂ = V₁ / V₂

Di mana: N₁ = Jumlah putaran pada kumparan primer = 7500 putaran N₂ = Jumlah putaran
pada kumparan sekunder = 125 putaran V₁ = Tegangan pada kumparan primer = 7200 V V₂
= Tegangan pada kumparan sekunder (yang ingin kita cari)

Menerapkan rumus di atas, kita dapat memecahkan persamaan untuk V₂:

7500 / 125 = 7200 / V₂

Cross-multiply untuk mendapatkan:

7500 × V₂ = 125 × 7200

V₂ = (125 × 7200) / 7500

V₂ = 120 V

Jadi, tegangan pada kumparan sekunder adalah 120 V.

(b) Untuk mencari arus di primer, kita dapat menggunakan rumus dasar transformator:

Perbandingan arus = I₁ / I₂ = N₂ / N₁

Di mana: I₁ = Arus pada kumparan primer (yang ingin kita cari) I₂ = Arus pada kumparan
sekunder = 36 A N₁ = Jumlah putaran pada kumparan primer = 7500 putaran N₂ = Jumlah
putaran pada kumparan sekunder = 125 putaran

Menerapkan rumus di atas, kita dapat memecahkan persamaan untuk I₁:

I₁ / 36 = 125 / 7500
Cross-multiply untuk mendapatkan:

I₁ = (36 × 125) / 7500

I₁ = 0.6 A

Jadi, arus di primer adalah 0.6 A.

5. (a) Tegangan melintang sekunder dapat ditentukan dengan menggunakan perbandingan


lilitan antara primer dan sekunder:

Perbandingan lilitan (N) = Lilitan Sekunder (N2) / Lilitan Primer (N1)

Dalam kasus ini, lilitan primer (N1) adalah 3000 dan lilitan sekunder (N2) adalah 200. Mari
kita hitung perbandingan lilitan:

N = N2 / N1 = 200 / 3000 = 1/15

Tegangan melintang sekunder (V2) = Tegangan efektif primer (V1)

V2 = N * V1 = (1/15) * 90 V = 6 V

Jadi, tegangan melintang sekunder adalah 6 V.

(b) Untuk menghitung arus primer (I1), kita dapat menggunakan persamaan dasar lainnya:

Perbandingan tegangan (V) = Tegangan Primer (V1) / Tegangan Sekunder (V2)

Perbandingan arus (I) = Arus Sekunder (I2) / Arus Primer (I1)

Dalam kasus ini, V1 adalah 90 V, V2 adalah 6 V, dan I2 adalah 2 A. Mari kita hitung
perbandingan arus:

Perbandingan arus (I) = I2 / I1

I = V / I = (V2 / V1) * I2 = (6 V / 90 V) * 2 A = (1/15) * 2 A = 2/15 A

Jadi, arus primer adalah 2/15 A atau sekitar 0,133 A.

(c) Untuk menghitung daya yang dikembangkan di kumparan sekunder, kita dapat
menggunakan rumus daya:

Daya (P) = Tegangan (V) * Arus (I)

Dalam kasus ini, V2 adalah 6 V dan I2 adalah 2 A. Mari kita hitung daya:

P = V2 * I2 = 6 V * 2 A = 12 VA atau 12 watt

Jadi, daya yang dikembangkan di kumparan sekunder adalah 12 watt.


6. XL = 2πfL

Di sini, XL adalah reaktansi induktif dalam ohm (Ω), f adalah frekuensi dalam hertz (Hz),
dan L adalah induktansi dalam henry (H).

Dalam kasus ini, induktansi (L) diberikan sebagai 425 mH, yang perlu diubah menjadi henry
sebelum melakukan perhitungan:

425 mH = 425 × 10^(-3) H = 0.425 H

Frekuensi (f) diberikan sebagai 15 kHz, yang perlu diubah menjadi hertz sebelum
perhitungan:

15 kHz = 15 × 10^3 Hz

Sekarang kita dapat menghitung reaktansi induktif (XL):

XL = 2πfL = 2 × 3.14159 × 15 × 10^3 × 0.425 ≈ 40.155 Ω

Jadi, reaktansi induktif (XL) dari induktansi 425 mH pada frekuensi 15 kHz adalah sekitar
40.155 ohm.

8. Z = √(R^2 + (ωL - 1/(ωC))^2)

di mana: Z adalah impedansi (dalam ohm), R adalah resistansi (dalam ohm), L adalah
induktansi (dalam henry), C adalah kapasitansi (dalam farad), dan ω adalah frekuensi sudut
(dalam radian per detik).

Dalam kasus ini, kita tidak diberikan nilai kapasitansi (C), sehingga kita akan
mengabaikannya dan hanya menghitung impedansi dengan resistansi (R) dan induktansi (L).

Diberikan: R = 300 Ω, L = 2 mH = 2 × 10^(-3) H, f = 3 kHz = 3 × 10^3 Hz.

Langkah pertama adalah mengkonversi frekuensi menjadi frekuensi sudut ω:

ω = 2πf

ω = 2π × 3 × 10^3 rad/s ≈ 18.85 × 10^3 rad/s

Selanjutnya, kita bisa menghitung impedansi:

Z = √(R^2 + (ωL)^2) = √((300 Ω)^2 + (18.85 × 10^3 rad/s × 2 × 10^(-3) H)^2) = √(90000
Ω^2 + (37.7 Ω)^2) ≈ √(90000 Ω^2 + 1421 Ω^2) ≈ √(91421 Ω^2) ≈ 302.37 Ω

Sekarang kita bisa menghitung arus menggunakan hukum Ohm:

I = V / Z = 6 V / 302.37 Ω ≈ 0.0198 A atau 19.8 mA

Jadi, impedansi dalam rangkaian ini adalah sekitar 302.37 Ω dan arusnya sekitar 0.0198 A
atau 19.8 mA saat diberikan tegangan 6V.
9. Untuk mencari reaktansi kapasitif (Xc) kapasitor dalam sebuah rangkaian, kita dapat
menggunakan rumus berikut:

Xc = 1 / (2 * π * f * C)

di mana:

 Xc adalah reaktansi kapasitif dalam ohm (Ω)


 π adalah konstanta pi (sekitar 3.14159)
 f adalah frekuensi dalam hertz (Hz)
 C adalah kapasitansi kapasitor dalam farad (F)

Dalam kasus ini, kita memiliki: C = 222 mikro F = 222 * 10^(-6) F f = 120 Hz

Mari kita masukkan nilai-nilai ini ke dalam rumus untuk mencari Xc:

Xc = 1 / (2 * 3.14159 * 120 * 222 * 10^(-6))

Setelah menghitung, kita akan mendapatkan nilai Xc

10. Impedansi (Z) pada rangkaian R-C adalah: Z = √(R^2 + (1/(ωC))^2) di mana ω adalah
omega dan diberikan oleh ω = 2πf.

Teta (θ) pada rangkaian R-C adalah: θ = arctan(-1/(ωRC))

Arus (I) pada rangkaian R-C adalah: I = V / Z

Dalam kasus ini, hambatan (R) adalah 10 mΩ = 0.01 Ω, kapasitansi (C) adalah 5 mikro Farad
= 5 × 10^(-6) F, frekuensi (f) adalah 10 kHz = 10^4 Hz, dan tegangan (V) adalah 15 mV = 15
× 10^(-3) V.

Langkah-langkah untuk menghitung Z, θ, dan I adalah sebagai berikut:

1. Hitung ω: ω = 2πf = 2π × 10^4 Hz


2. Hitung Z: Z = √(R^2 + (1/(ωC))^2) = √((0.01 Ω)^2 + (1/((2π × 10^4 Hz) × (5 × 10^(-
6) F)))^2)
3. Hitung θ: θ = arctan(-1/(ωRC)) = arctan(-1/((2π × 10^4 Hz) × (0.01 Ω) × (5 × 10^(-6)
F)))
4. Hitung I: I = V / Z = (15 × 10^(-3) V) / Z

Sekarang kita dapat menghitung nilainya:

1. Hitung ω: ω = 2π × 10^4 Hz ≈ 62,831.85 rad/s


2. Hitung Z: Z = √((0.01 Ω)^2 + (1/((2π × 10^4 Hz) × (5 × 10^(-6) F)))^2) ≈ √(0.0001
Ω^2 + (1/(62,831.85 rad/s × 5 × 10^(-6) F))^2) ≈ √(0.0001 Ω^2 + (1/(3.14159 S))^2)
≈ √(0.0001 Ω^2 + (1/3.14159 S))^2) ≈ √(0.0001 Ω^2 + (0.31831 S))^2) ≈ √(0.0001
Ω^2 + 0.10112 S^2) ≈ √(0.0001 Ω^2 + 0.10112 Ω^2) ≈ √(0.10122 Ω^2) ≈ 0.31821 Ω
3. Hitung θ: θ = arctan(-1/((2π × 10^4 Hz) × (0.01 Ω) × (5 × 10^(-6) F))) ≈
arctan(-1/(62,831.85 rad/s × 0.01 Ω × 5 × 10^(-6) F)) ≈ arctan(-1/(0.00314159)) ≈
arctan(-318.31000) ≈ -1.5708 rad
4. Hitung I: I = (15 × 10^(-3) V) / Z ≈ (15 × 10^(-3) V) / 0.31821 Ω ≈ 0.0471 A

Jadi, hasil perhitungan adalah: Z ≈ 0.31821 Ω θ ≈ -1.5708 rad I ≈ 0.0471 A

Anda mungkin juga menyukai