Anda di halaman 1dari 139

I

---------
I",·.,
HUKUM PERIKATAN
TENTANG
HAPUSNYA PERIKATAN
BAGIAN 2

J.Satrio, S.H.
-r

~
PENERBIT PT. CITRA ADITVA BAKTI
BANDUNG 1996

ii
iii
Hak cipta yang dilindungi Undang-undang pada : Pengarang
Hak Penerbitan pada Penerbit PT. Citra Aditya Bakti

Cetakan ke I Tahun 1996

No. Kode Penerbitan 96 HH 159

Sebagian atau seluruhnya isi buku ini dUarang digunakan


atau diperbanyak dalam.bentuk apapun tanpa izin tertulis
dan Penerbit Citra Aditya Baldi, kecuali dalam hal
pengutipan untuk keperluan pe'Wiisan
artikel atau karangan i1miah'
Computer setting, layout, oleh penerbit "Ditujukan kepada dia,
PT. CITRAADITYA BAKTI yang menjadi tempat berteduh suami,
anak, menantu, cucu-cucu dan mertua".

!'
ISBN: 979-414-738-9
ifi['
41

Anggota IKAPI

iv v
Kala Pengantar

KATA PENGANTAR !
j
i

Buku Inl merupakan kelanjulan dan menjadl salu kesaluan dengan


Bagian I buku HUKUM PERIKATAN, TENTANG HAPUSNYA PERIKATAN,
Perlu penulis sampaikan kepada para pembaca, bahwa ada banyak
kendala yang dlhadapi penulis daiam menyusun buku Inl, karena sedlkil-
nya -- kalau lidak dapal dikalakan hamplr Iidak adanya -- Illeralur daiam
bahasa Indonesia, yang berbicara agak mendalam, mengenai segi yang
dllulls dalam buku 'Inl, sehingga penuiis lidak mempunyai cukup bahan
pembandlng. Kesulilan lersebut masih dilambahkan lagi dengan sulllnya
penuiis mendapalkan yurisprudensi, yang dapal dikemukakan sebaga;
conloh pelaksanaan praktek kelenluan undang-undang alau leori, yang
v: dlkemukakan dalam buku ini. Bahkan yurlsprudensl darl Negeri Belanda-
pun -- yang blasanya leblh mudah dldapal -- banyak sekall yang penulis
lidak punyai, sehlngga paling-paling penulls hanya dapal menyebulkan
nama sebulan alau nomor kepulusan Pengadllan lertentu sebagai yang
dlslnggung oleh penuiis lain. Walaupun demiklan -- sekalipun menyadarl II
sepenuhnya kekurang-kekurangan seperti yang disebutkan di alas, ':1,

penulls maslh berharap, bahwa buku Inl blsa bermanlaal bagl para "l:
\!
mahasiswa dan para pemlnal bldang hukum pada umumnya. ,I'
Unluk pelaksanaan koreksl kalimal dan kala-kala, penulls merasa ber-
hulang jasa-jasa baik dari Ibu MARIA EM EllA WIDYANTI, S.H., C.N. dan \1
I'
!
'I
Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 vii
vi
Kala Penganlar

Sdr. SOFA MUNAYA, S.H., C.N., yang dengan tekun telah meneliti naskah
kami, untuk mama penulis menyampaikan terima kasih.

Pada kesempatan ini, tidak lupa kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak P.T. CITRA ADITYA BAKTI, yang berkenan untuk menerbit- .
kan buku ini dan juga atas semua kerjasamanya yang balk. Semoga DAFTAR lSI
Tuhan memberkali kita semua.

Purwokerlo, 23 Mei 1995.


Penulis
J. SATRIO, S.H. KATA PENGANTAR . vii

DAFTAR ISI. . ix

BABI NOVASI ATAU PEMBAHARUAN HUTANG .

A. PENGANTAR '" . 1
.:
B. PERUMUSAN .

1. PERJANJIAN NOVASI . 3
v: 2. MENGHAPUS PERIKATAN . 7
a. NOVASI SEBAGAI PERJANJIAN
L1BERATOIR . 7
b. KAUSA PERJANJIAN NOVASI . 8
f~
c. NOVASI DAN PERIKATAN ALAMIAH . 10 '1
iii
:(1

-!i~
3. MENGADAKAN/MELAHIRKAN PERIKATAN
BARU .
iI~i
11
a. HUBUNGAN KAUSAL PERIKATAN LAMA ., ~.
DAN BARU . 11 (II

b. UNSUR PERU BAHAN DAN MAKSUD i


PARAPIHAK . 12
~I'
';1
",
~,

"
, I
viii Hukum Perikalan Tlg. Hap"snya Perikalan Bagian 2 h
Ix I.
Ii
4. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "BOLSIUS - a. RISIKO KREDITUR . 47
GLAZENER" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
b. PERKECUALIANNYA . 49
C. MACAM-MACAM NOVASI . 21 2. PasaI1419 . 50
1. NOVASI OBJEKTIF . 23 a. AKIBAT NOVASI BAGI DEBITUR-BARU 50
a. PENGGANTIAN OBJEK PRESTASINYA 23 b. HAK DEBITUR TERHADAP KREDITUR-
a1. UNSUR PERUBAHAN . 24 LAMA . 52
a2. BEBERAPA PATOKAN UMUM . 26 ... -\.
3. AKIBAT NOVASI TERHADAP HAK-HAK
a3. IN-BETALING-GEVING . 28 JAMINAN . 52
b. PERU BAHAN KAUSANYA . 30 a. AKIBAT UMUM . 52
b1. TEORI NOVASI. . 30 b. AKIBAT NOVASI TERHADAP JAMINAN-
JAMINAN KEBENDAAN . 53
b2. TEORI KOMPENSASI. . 31
c. TERHADAP DEBITUR TANGGUNG-
c. MAKSUD PARAPIHAK . 31
MENANGGUNG . 56
2. NOVASI SUBJEKTIF . 32
d. AKIBAT NOVASI TERHADAP BORG . 57
a. NOVASI SUBJEKTIF PASIF . 33
,e. PERKECUALlAN . 58
a1. EXPROMISSIO : . 34
4. PENERAPANNYA DI PENGADILAN
a2. DELEGATIO ATAU PEMINDAHAN . 38
INDONESiA . 58
a3. DELEGASI TAK SEMPURNA ..... 40
a. CONTOH PERISTIWA I. PERKARA
a4. DELEGASI SEBAG)l.'1 PERJANJIAN "PERU BAHAN HUTANG-PIUTANG
TIGAPIHAK . 42 MENJADI JUAL-BELI" . .,I:
59
a5. DELEGASI DAN SYARAT UMUM b. CONTOH PERISTIWA II. PERKARA
PERJANJIAN . 44 "CALTEX - HANCO" . 64
b. NOVASI SUBJEKTIF AKTIF . 45 ti
BAS II PENGOPERAN HUTANG . 69
!
'f
c. NOVASI GANDA (MEERVOUDIGE
NOVATIE) . 46 A TINJAUAN UMUM DAN PERUMUSAN . 69
j"
D. AKIBAT-AKIBAT NOVASI . 47 B. PENDAPAT DOKTRIN DAN PENGADILAN Ie
ii
II
1. Pasa11418 . 47 BELANDA . 74 I'
l
C. CONTOH PENERAPANNYA DALAM PRAKTEK .. 75
,
I

x xi
1. CONTOH PERISTIWA I. PERKARA 6. UNTUK JUMLAH YANG SAMA. ........... 104
"VAN EIJK - HOEK VAN HOLLAND - TOORN" 75
E. YANG DAPAT DIKOMPENSIR ................
2. CONTOH PERISTIWA II. PERKARA 105
"WARMERDAM - DAM EN"................ 78 1. OBJEK KOMPENSASI .................. 105
3. CONTOH PERISTIWA III. PERKARA 2. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "GARAGE
"ROELOFS - ROELOFS" ................ 80 DE AUTO - BOERMAJr." ................ 107
F. PERKECUALIAN...........................
BAB 111 KOMPENSASI ATAU PERJUMPAAN HUTANG ...... 85 109
1. YANG TAK DAPAT DIKOMPENSIR ........
A. TINJAUAN UMUM .......................... 85 109
- I 2. TEMPAT PEMBAYARAN YANG BERLAINAN. 111
B. KEUNTUNGAN KOMPENSASI. ............... 87
3. MEMPERJANJIKAN LAIN................ 113
C. CARA TERJADINYA.KOMPENSASI ............ 89 4; PEMBATASAN BERDASARKAN ITIKAD BAlK 113
1. DUA PENDAPAT. DEMI HUKUM DAN
G. KOMPENSASI DAN HAK-HAK PIHAK KETIGA ...
ATAS TUNTUTAN ...................... 89 116
1. SITA PADA PIHAK KETIGA DAN HAK
2. TINJAUAN SEJARAH ................... 90
i PEMEGANG GADAI .................... 116
3. PERBEDAAN DAN DAMPAKNYA .......... 90
2. KOMPENSASI DAN BORG .............. 119
4. PENDAPAT DOKTRIN ................... 91
3. KOMPENSASI, NOVASI DAN CESSIE...... 121
D. SYARAT-SYARAT KOMPENSASl,;t ............. 93 4. CONTOH PERISTIWA. PERKARA
1. HUTANG TIMBAL BALIK................. 94 "KOMPENSASI SESUDAH CESSIE" ....... 125
2. DALAM KUALITAS YANG SAMA .......... 95 H. AKIBAT TIDAK DIMANFAATKANNYA
a. KEKAYAAN YANG TERPISAH ........ 96 HAK KOMPENSASI , ....................... 132
b. CONTOH PERISTIWA PERKARA
BABIV PERCAMPURAN HUTANG ......................
"HARMSEN VERWEY - L1EM T.T." ..... 97 135

3. HUTANG TERSEBUT HARUS SUDAH ADA . 99 A. PERUMUSAN ............................. 135


4. DAPAT DITETAPKAN ................... 100 B. TERJADINYA PERCAMPURAN HUTANG ....... 136
5. SUDAH MATANG UNTUK DITAGIH ......... 103 1. DASAR TERJADINYA ................... 136

xii i
i
xiii

J t:!
.:~
2. SYARATKUALlTAS ···· .. · .. · 137 BAB VI TENTANGMUSNAHNYA BENDA YANG
TERHUTANG , . 161
3. SEGI PENTING LAIN · ·...... 138
BAB VII TENTANG KEBATALAN DAN PEMBATALAN
C. AKIBAT PERCAMPURAN HUTANG · .. , 139
PERIKATAN , _.. .. . 165
1. AKIBAT UMUM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 139
A. MASALAH NULLITAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 165
2. ENDOSEMEN WESEL DAN PEMBELIAN
KEMBALI OBLIGASI _. . . . . . . 139. B. ISTILAH.._................................ 167

3. AKIBATTERHADAP BORG .... ··· ., ., ... 141


C. KEBATALAN DAN PEMBATALAN . 169
4. TERHADAP DEBITUR TANGGUNG- 1. KEBATALAN . 169
MENANGGUNG - - . ,142
2. PEMBATALAN . 172
145
BAB V PEMBEBASAN HUTANG ' . 3. MASALAH NULLITAS DAN PERLINDUNGAN 175

A. PERUMUSAN. - . 145 4. CONTOH PERI8TIWA. PERKARA


"MAHROES - POEY S.L." . 177
B. CARA TERJADINYA PEMBEBASAN HUTANG . 147
147 D. KEBATALAN YANG ABSOLUT DAN KEBATALAN
1. MELALUI TINDAKAN HUKUM SEPIHAK .
YANG RELATIF , . 179
2. BERBENTUK PERJANJIAN . 150
1. PERBEDAANNYA . 179
C. BENTUK PEMBEBASAN HUTANG . 152
2. KEBATALAN DAN ORANG YANG BERHAK
v:
153 MENUNTUT . 181
D. PEMBUKTiAN ·····················
1. UMUM................... 153 E. AKIBAT NULLITAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 184

2. PERSANGKAAN .... _. .. .. .. .. . . . . .. . . . 154 1. JANGKAUAN DAYA KERJANYA. . . . . . . . . . . 184

3. KETENTUAN UMUM PASAL 1441 156 2. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "HIBAH


ORANG DUNGU" .. . .. . . . . .. . .. .. .. .. . . 188
E. AKIBAT PEMBEBASAN TERHADAP PIHAK KETIGA 157
F. YANG BERHAK UNTUK MENUNTUT
1. TERHADAP SESAMA DEBITUR-TANGGUNG-
PEMBATALAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 190
MENANGGUNG . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 157
,
2. TERHADAP BORG. .. . .. 158 I

I
I
·xv
-xiv I

J
1. SI-T1DAK-CAKAP DAN PIHAK SI-TIDAK'
5. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "PELABUH-
CAKAP 190
AN KATWIJK" (KAT-WIJKSE HAVEN) . . . . . . 209
2. ISTRI.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 191
M. AKIBAT PEMBATALAN TERHADAP PIHAK
3. PERKECUALIAN :.. 192 KETIGA . 211
G. CARA MENGEMUKAKAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 193 N. KEBATALAN DAN PEMBATALAN SEBAGIAN . . . . 213
1. GUGATAN DAN TANGKISAN . . . . . . . . . . . . . 193
O. PENGUATAN (PASAL 1456)... . .. .. .... . .... . 214
2. ADANYA LEBIH DARI SATU ALASAN
PEMBATALAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 195 BAB VIII KEDALUWARSA (VERJARING) . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219

H. TINDAKAN WAKIL-MENURUT-UNDANG- A. TINJAUAN UMUM. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219·


UNDANG..... .. . . 195
B. SARANA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 220
I. PASAL 1449 . 197
C. LAMPAUNYA WAKTU . 222
J. K.U.H.PERDATA TAK MENSYARATKAN 1. UNSUR WAKTU . 222
PRESTASI YANG SEIMBANG . 198
2. LAMA LAMPAUNYA WAKTU . 223
K. GANTI RUGI .............•..•............. 199 a. KEDALUWARSA UMUM . 223
L. AKIBAT DARI PEMBATALAN . 200 b. KEDALUWARSA PENDEK . 223

200
c. PENYIMPANGAN BERDASARKAN
1. PRINSIP UMUM . .- ..;: .
PERJANJIAN . 225
2. PERKECUALIAN : : .. 202
3. KONSEKUENSI TUNTUTAN KEDALU-
a. TERHADAP SI-TIDAK-CAKAP . 202
WARSA PENDEK . 226
b.·. PRESTASINYA TAK MUNG KIN
DIKEMBALIKAN . 204 D. DASAR DAN TUJUAN LEMBAGA KEDALU-
WARSA . 226
3. CONTOH PERISTIWA. PERKARA
"AFSTANDARREST". . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206 1. KEPASTIAN HUKUM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 227

4. PRINSIP PASAL 1451 PADA PERISTIWA 2. PERSANGKAAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 228


CACAT DALAM KEHENDAK. . . . . . . . . . . . . . 208 3. PENGHUKUMAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 228

4. PERLINDUNGAN TERHADAP DEBITUR. . . . 229

xvi
xvii

..i
229 Novasi Atau Pembaharuan Hutang
E. BEBERAPA HAK DEBITUR DAN KREDITUR .....

F. TUNTUTAN KEDALUWARSA . 230

G. DAYA KERJA KEDALUWARSA EXTINCTIEF . . . . . 232

H. MULAINYA PERHITUNGAN WAKTU KEDALU-


WARSA . 235
BABI
I. PENUNDAAN KEDALUWARSA ' . 238
NOVASI ATAU PEMBAHARUAN HUTANG
J. PENCEGAHAN (STUITING) KEDALUWARSA . 239

K. PELEPASAN (AFSTAND) KEDALUWARSA . 240

1. DAFTAR KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
PENGADILAN YANG DISINGGUNG A. PENGANTAR
DALAM BUKU INI . 243
Mengingat, bahwa buku ini merupakan kelanjutan dari buku HUKUM
2. DAFTAR BUKU-BUKU MAUPUN TULISAN-
TULISAN YANG DISINGGUNG DALAM
, HAPUSNYA PERIKATAN, Bagian I, maka pem-
PERIKATAN, TENTANG
biearaan kita masih tetap dalam rangkaian tentang "hapusnya perikatan"
BUKU IN!. ········· . 249
berdasarkan Pasal 1381, karena sekalipun urutan yang disebutkan di
3. DAFTAR ADVIS DAN CATATAN PADA sana tidak diturut sepenuhnya, tetapi sebagai patokan umum kita tetap
ARREST-ARREST YANG DISINGGUNG berpegang pada pasal tersebut. Sesudah PENAWARAN PEMBAYARAN
DALAM BUKU INI ' '>': . 253 ;j
, TUNAl DIIKUTI DENGAN PENYIMPANAN ATAU PENITIPAN, maka di
255 ~ ..,, sana disebutkan urutan berikutnya adalah PEMBAHARUAN HUTANG
4. DAFTAR SINGKATAN-SINGKATAN ., .
I atau -- istilah yang lebih populer adalah -- NOVAS!.

*******

1 B. PERUMUSAN

'embuat undang-undang tidak memberikan perumusan mengenai apa itu


,ang dinamakan PEMBAHARUAN HUTANG atau NOVASI, sehingga
loktrin -- dengan mendasarkan kepada ciri-eiri yang ada dalam ketentuan
mdang-undang mengenai novasi -- telah memberikan perumusannya

iukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikat.n Bagi.n 2 1


xviii
Novasi Atau Pembaharuan Hutahg
NovasiAtau Pembaharuan Hutang

sendiri. Pada dasarnya perumusan para sarjana kurang lebih adalah


sini kebetulan dengan "objek perikatan" yang ballJ, karena seperti nanti
sarna dan pada umumnya -- intinya -- memberikan perumusan sebagai
akan ternyata, yang berubah bisa baik subjek maupun objek perikatan-
berikut : NOVASI ADALAH PERJANJIAN, DENGAN MANA SUATU nya.
PERIKATAN DIHAPUSKAN DAN SEKALIGUS DIADAKAN (dilahirkan)
PERIKATAN BARU, YANG MENGGANTIKAN PERIKATAN YANG LAMA
(yang hapus) 1•
1. PERJANJIAN NOVASI.

Beberapa unsur yang tam'pak di sana adalah : NOVASI DIDASARKAN ATAS PERJANJIAN ANTARA PARA PIHAK. Ciri
ada perjanjian yang sengaja diadakan; ini ditegaskan oleh pembuat undang-undang dalam Pasal 1415. Di sana
dikatakan, bahwa ; Tiada pembaharuan hutang yang dipersangkakan;
untuk menghapus suatu perikatan;
kehendak seorang untuk mengadakannya harus dengan tegas ternyata
mengadakan (melahirkan) perikatan baru, menggantikan yang dari perbuatannya (aktanya).
lama.
Sekalipun dalam Pasal 1415 mengatakan, bahwa "kehendak seseorang
Sekalipun lembaga hukum ini memperoleh nama yang keren, yaitu untuk mengadakannya (animus novendi) harus dengan tegas-tegas ter-
Pembaharuan Hutang atau Novasi, tetapi yang diatur dalam undang- nyata dari aktanya,,3, tetapi kata akta di sana oleh para sarjana ditafsirkan
undang -- paling tidak sebagian -- sebenarnya merupakan peristiwa yang sebagai "perbuatan/tindakan hukum"', sehingga UNDANG-UNDANG
biasa -- dan mungkin pernah -- kita temui atau alami sendiri dalam hidup TIDAK MENSYARATKAN BENTUK TERTULIS. Dengan demikian syarat-
kita sehari-hari. Oleh v. Brakel 2 diberikan contoh, di mana atas suatu nya hanyalah, bahwa novas! itu diperjanjikan dan perjanjian itu memang
pesanan barang, yang telah diterima, kemudian penjual melaporkan, sengaja ditujukan untuk mengganti perikatan lama dengan perikatan baru.
bahwa ia dengan sangat me~yesal harus memll'eritahukan, bahwa barang
yang dipesan ternyata telah habis persediaannya dan. kemudian ia Dengan tegas Pasal 1415 mengatakan; bahwa novasi tidak boleh diper-
menawarkan barang dengan merk lain sebagai gantinya. Kalau pembeli sangkakan adanya, tetapi kehendaknya untuk mengadakan novasi harus
setuju, maka di sana telah terjadi novasi, sebab perjanjian yang kedua, tampak ke luar. Walaupun demikian, TIDAK DISYARATKAN BAHWA NIAT
selain menghapus yang pertama, juga melahirkan perikatan baru, dan di ITU HARUS -- tetapi biasanya memang -- DIUNGKAPKAN DALAM KATA-

1) Perumusan seperti itu diberikan oleh Rutten, hal. 385; perumusan yang intinya
sarna juga dibe~kan oleh Vollmar, hal. 456, hanya di sana ada kata "sekaligus 3) Dalarn bahasa aslinya tertulis· ... uit de acte blijken", sedang oleh Subekti pasal
mel'ahirkan yang baru". tersebut tidak diterjemahkan, tetapi tetah ditafsirkan menjadi " ternyata
dari perbuatannya".
2) v. Brakel, ha1.184.
4) Hofmann. hal. 370; Rutten. hal. 289; Vdllmar, hal. 456

2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2


Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perlkatan Saglan 2
i 3

J
Novasi-Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

KATA (perjanjian)5, TETAPI BISA JUGA DISIMPULKAN DARI PERBUAT- Selanjutnya di dalam perumusan tersebut di atas juga sudah tersimpul,
AN DAN SIKAPNYA -. yang mengiringi penutupan perjanjian -- bahwa bahwa perikatan yang hendak dihapus adalah perikatan yang mengikat
benar-benar ada kehendak untuk mengadakan novasi (yang biasa di- para pihak, sehingga untuk menghapuskannya diperlukan adanya
sebut animus novendi) , Karena perjanjian harus didasarkan atas sepakat sepakat atau perjanjian baru antara mereka, sekalipun -- sebagaimana
dan sepakat tidak lain adalah pertemuan dua kehendak yang dinyatakan nanti akan kita kemukakan -- mungkin perikatan lamanya mengandung
-- yang saling mengisi -- maka di dalam ciri "perjanjian" sudah tersimpul, cacat, yang dengan novasi akan diperkuatldilengkapi. Di dalam suatu
bahwa novasi harus didasarkan atas kehendak, harus memang di- perlkatan, selalu ada hak di satu pihak dan kewajiban di lain pihak.
kehendaki. Dari syarat undang-undang, bahwa kehendak itu harus di- Terhadap suatu hak, hukum pada asasnya berangkat dari pendirian,
utarakan dengan jelas dan tidak boleh dipersangkakan saja -- dan juga bahwa orang bebas untuk menggunakan atau tidak, hak yang dipunyai
dari bunyi ketentuan Pasal 1413, 1414 -- maka orang menyimpulkan, olehnya, kecuali kalau tidak menggunakan hak tersebut, merupakan
bahwa novasi harus diperjanjikan 6 Dengan demikian novasi merupakan penyalahgunaan hak'- Terhadap "segi kewajiban" dari suatu perikatan,
1indakan hukum banyak pihak yang berupa perjanjian. ,dianut asas'yang -lain. Orang hanya dapat melepaskan diri dari kewajiban
perikatan, dengan jalan memenuhi perikatan yang bersangkutan atau
dengan menghapusnya, dengan persetujuan pihak kreditur atau kalau
undang-undang memberikan hak penghapusan secara sepihak.
I
5) Hofmann, hal. 370; Sehubungan dengan syarat "diperjanjikan", maka perlu
dikemukakan, bahwa keputusan HgH. 29 April 1915, dalam perkara "NOVASI Karena -- berdasarkan Pasal 1320 jo Pasal 1338 -- orang menyimpulkan,
HUTANG P.T.", pernah mengatakan, bahwa sekalipun perjanjian itu ditutup oleh bahwa K.U.H.Perdata -- sampai batas-batas tertentu -- pada asasnya
Direktur yang bertindak atas nama Perseroan-, yang belum mendapat pengesahan
menganut asas kebebasan berkontrak, sehingga pada prinsipnya orang
-- dan karenanya mengikat persoon Direktur secara pribadi -~ tetapi perjanjian itu
~~ setelah Perseroan mendapat pengesahan -- ~nggap mengikat Perseroan, boleh mengadakan perjanjian apa saja asal tidak melanggar batas-batas
dan hutang pribadi Direktur dianggap. sudah hapus atas dasar navasi. Padahal yang diberikan oleh hukum -- termasuk sepakat untuk menghapus suatu
tidak pernah ada susulan perjanjian navasi. Jadi novasi dianggap sudah
diperjanjikan pada perjanjian yang pertama, yang sebenarnya justru kemudian perikatan yang sudah ada B dan menggantikannya dengan yang baru __
dinovir; diniuat dalam T.106 : 249.
6) Sekalipun demikian, menurut Pitla, ada perkecualiannya. Dicantahkan blehn-ya,
bahwa kalau seseorang ~~ berdasarkan suatu perikatan -- terhutang secara
bersyarat untuk menyerahkan seekor kuda, kemudian mela/ui suatu perjanjian 7) Ingat, sekarang ada paham yang menganggap kebebasan atau wewenang bukan
baru menoveer perikatan tersebut dengan perikatan baru, tetapi ia lupa untuk merupakan hak, tetapi fungsi sosial, vide Apeldoarn, hal. 37. Katanya: Maar naar
menjanjikan syaratnya ~~ untuk menjadikan yang baru perikatan bersyarat lagi ~~ hedendaagse opvatting is de vrijheid geen recht, doch een sociale functie,
maka ada kemungkinan, bahwa syarat itu dianggap tercantum dalam penkatan inhoudende de verplichting van ieder am zijn physiek, inteJectueel en moreel
yang baru, asal tidak tern-yata, bahwa ada maksud dari para pihak untuk bestaan zo goed mogelijk te ontwikkeren ten profijte van de samenJeving. Pasal 6
menghapus syarat tersebut dalam perikatan yang baru; vide Pitlo-Solweg, hal. U.U.P.A. juga menetapkan, bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi
sosial.
393.
Selanjutnya dalam halaman 394, ia mengemukakan arrest H.R. 28 Maret 1940, 8) Ditinjau dad segi penghapusan perikatan yang ada, perjanjian tersebut
NJ.1941,2. merupakan perjanjian Jiberatoir: vide J. Satrio, Hukum Perjanjian, hal. 46.

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2


Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 5
4

..lli
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

maka sebenarnya tampak agak aneh, bahwa pembuat undang-undang -- sekal! untuk kita beranggapan, bahwa pembuat undang-undang dalam hal
dalam Pasal 1413 - 1424 -- merasa perlu untuk menegaskannya di dalam Ini memang hendak memberlkan peraturan yang menyimpang dari
beberapa ketentuan khusus (mengenai novasi). Bukankah Pasal 1338 ketentuan umum 11.
ayat 2 mengatakan seperti itu?"- Dengan demikian KETENTUAN
KHUSUS YANG MENGENAI NOVASI KITA TERAPKAN PADA 2. MENGHAPUS PERIKATAN
PERISTIWA-PERISTIWA NOVASI, TETAPI DALAM HAL UNDANG-
UNDANG -- mengenai segi tertentu -- TINGGAL DIAM, MAKA BERLAKU- a. NOVASI SEBAGAI PERJANJIAN L1BERATOIR
LAH KETENTUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Bahwa dengan
demikian, maka sudah dengan sendirinya, bahwa perjanjian novasi -- PADA PERISTIWA NOVASI, seperti pada pembayaran, kompensasi dan
sebagaimana perjanjian pada umumnya -- harus memenuhi semua pembebasan hutang -- berlainan dengan subrogatie dan cessi? --
syarat-syarat untuk sahnya suatu perjanjian; dengan konsekuensinya, PERIKATAN (yang lama) HAPUS. Dengan demikian, pertama-tama,
perjanjian novasi tidak akan menimbulkan akibat hukum, sebagai yang perjanjian novasi -- dilinjau dari sudut perikatan yang hapus -- merupakan
sehariJsnya timbul dari. suatu perjanjian yang sah, kalau syarat itu tidak perjanjian Iiberato!r'2, dan kedua, dalam novasi kita selalu berangkat dari
dipenuhi. Karenanya adalah agak berlebihan, kalau pembuat U1idang- pikiran, dalam peristiwa itu sudah ada perikatan yang mengikat para pihak
undang merasa perlu untuk menegaskannya lagi dalam Pasal 1414, (yang hendak dihapus). Dan KALAU PERIKATAN YANG -- DENGAN
bahwa para pihak dalam novasi orang yang cakap bertindak. Menurut NOVASI ITU -- MENUADI HAPUS, MERUPAKAN SUATU PERIKATAll-
Rutten 10, adanya ketentuan Pasal 1414 malah bisa menimbulkan pikiran, POKOK, YANG MENGANDUNG ACCESSOIR-ACCESSOIR -- seperti
bahwa -- khusus dalam perjanjian novasi -- kalau salah satu pihak hak-hak istimewa, eksepsi-eksepsi dan jaminan-jaminan khusus -- MAKA
temyata t!dak cakap untuk bertindak, maka perjanjiannya -- menyimpang SEMUA ACCESSOIR TERSEBUT SEKARANG TURUT HAPUS. Itulah
dari ketentuan umum tentang perjanjian yang "l9ngandung cacat dalam sebabnya, bahwa pada perjanjian novasi., para pihak harus waspada
kecakapan bertindak -- batal dem! hukum, padahal tidak ada dasar sarna terhadap kerugian yang mungkin muncul, 'sehubungan dengan hapusnya

11) Vollmar, hal.457, mengatakan, bahwa adanya penyebutan syarat secara tegas
mengenai kecakapan bertindak, oleh pihak-pihak tertentu dengan keliru telah
ditafsirkan, bahwa tidak dipenuhinya syarat itu mempunyai akibat hukum yang
'sbih daripada biasanya, yaitu bahwa perjanjian itu dapat dituntut pembatalannya
9) Karenanya menurut Vollmar, ketentuan khusus mengenai novasi yang mem- oleh masing-masing dad kedua pihak yang terlibat dalam perjanjian yang
punyai arti praktis hanyala!l Pasal 1421 - 1424 saja. RUU NBW tidak memuat bersangkutan.
ketentuan khusus tentang novasi. 12) Namun demikian tidak setiap perjanjian liberatoir menimbulkan novasi, karena
bisa saja perjanjian itu hanya bermaksud untuk menghapus perikatan yang ada
10) Rutten, haJ.389.
saja.

Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 7
6

i
!
....J
Novasi Atau Pernbaharuan HUlang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

kelebihan-kelebihan dan jaminan-jaminan khusus yang ada pada tersebut?14. Karena novasi harus diperjanjikan, maka perjanjian novasi
perikatan-Iama. Dalam peristiwa demikian, kreditur harus ingat untuk harus memenuhi syarat sahnya perjanjian. Konsekuensi lain; kalau
memperjanjikan kembali gadai dan jaminan pribadinya -- seperti borgtocht perikatan yang hendak diganli, ternyata tidak ada atau batal -- baik
-- dan memasang lagi hipotik dan credietverbandnya. Terhadap h~k karena pelunasan alaupun atas dasar lain ternyata menjadi batal -- maka
istimewa memang kreditur tidak bisa berbuat apa-apa, karena hak perjanjian novasi batal demi hukum, karena tidak mengandung kausa,
istimewa tidak dapat diperjanjikan, tetapi diberikan oieh undang-undang dengan konsekuensinya tidaklah terjadi novasi (Pasai 1320 sub 3). Yang
berdasarkan silat dari perikatannya13. Eksepsi-eksepsi juga tidak dapat mungkin bisa menimbuikan permasalahan adalah, kaiau perjanjian yang
kita perjanjikan untuk dikaitkan pada perikatan tertentu, seperti umpama menimbulkan perikatan, yang dengan novasi hendak diganli dengan
saja, orang tidak bisa memperjanjikan, bahwa terhadap perikatan tertentu perikalan lain, kemudian ternyata, atas dasar cacat dalam kehendak,
orang tidak boieh menuntut pembatalan berdasarkan kesesatan, paksaan dibatalkan. Bagaimanakah nasib perjanjian novasi itu? Masalah ini akan
atau penipuan, sebab ada tidaknya hak untuk itu berganlung dari ada dibahas di bawah nanti.
atau tidaknya laklor-Iaktor yang menjadi dasar yang di,benarkan oleh
hukum, untuk menuntut seperti itu, dalam perikatan yang bersangkutan Ini lain dengan masalah, bagaimana 'kalau perjanjian novasinya tidak sah
dan orang tak bisa menyimpanginya dengan memperjanjikan janji seperti (ada cacat da/am perjanjian yang bersangkutan.), tetapi rnemenuhi syarat
itu. untuk "adanya" perjanjian -- jadi ada lahir perjanjian novasi, sekalipun
Sepintas Pasal 1421 memberikan perkecualian alas prinsip lersebul di tidak sah -- dan,tidak ada penuntutan pembatalan, apakah dalam hal
atas; mengenai hai itu akan kita bicarakan iebih ianjut di belakang nanti. demikian kita terlma "ada" perjanjian novasi? dengan konsekuensinya,
perikatan lama hapus?
b. KAUSA PERJANJIAN NOVASI
Karena dalam banyak peristiwa cacal dalam perjanjian, yang
. ~
Karena perjanjian novasi dibual unluk'menghapus perikatan lama -- dan bersangkutan semula tidak tahu, bahwa perjanjian yang ditutup olehnya
menggantikannya dengan perikatan yang baru -- maka "MENGHAPUS mengandung cacat -- dan biasanya baru dikelahui kemudian -- maka
PERIKATAN LAMA" MERUPAKAN KAUSA DARIPADA PERJANJIAN selama belum ada pembatalan atas perjanjian novasi tersebut (atas
/
NOVASI. Bukankah "kausa" suatu perjanjian adalah tujuan objektil tuntutan salah satu pihak), kita terima perjanjian seperti itu sebagai suatu
bersama (para pihak) yang hendak dicapai dengan menutup perjanjian

14) J.Satrio, Hukum Perjanjian, hal. 314. H.R. dalam arrestnya tan9gal17 November
1922, dalam perkara "ZEILMAKER-MIRONDOLLE" mengatakan, bahwa : "dat als
oorzaaak eener overeenkomst geacht moet worden te zijn hare strekking, dat is :
datgene wat partijen beoogen door haar te bewerken; dimuat dalam Seben.Sterk,
hal. 21. (yang harus dianggap sebagai kausa suatu perjanjian adalah tujuannya,
13) J.Satrio, Hukum Jaminan. hal. 28. yaitu apa yang para pihak hendak capai dengan upayanya).

8 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Penkalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 9

~
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

perjanjian novasi yang sah, dan kalau di kemudian hari ternyata di- tanpa menunggu persetujuan kreditur -- dan karenanya "perubahannya"
'5 terjadi melaiui tindakan hukum sepihak, sekalipun untuk penerimaan
batalkan, rnaka perikatan lama tidak jadi hapus .
pembayarannya memerlukan kerja-sama dari kreditur (paling tidak secara
c. NOVASI DAN PERIKATAN ALAMIAH diam-diam) -- sedang pada yang disebut yang terakhir, pihak kreditur turut
dilibatkan, dan karenanya berbentuk perjanjian.
Masalah lain, yang mungkin mengusik dan menuntut jawaban adalah,
apakah orang -- melalui novasi -- bisa mengJlbah perikatan alamiah men- Sekalipun novasi harus terjadi dengan perjanjian, tetapi PERIKATAN
jadi perikatan perdata, misainya mengubahnya menjadi kewajiban perikat- YANG HENDAK DIHAPUS MELALUI NOVASI, TiDAK HARUS MERUPA-
an berdasarkan hutang-piutang? Kalau kita ingat, bahwa undang-undang KAN PERIKATAN YANG LAHIR DARI SUATU PERJANJIAN.
sendiri dalam Pasal 1359 ayat 2 memungkinkan debitur untuk -- dengan
membayarnya -- menjadikan perikatan alamiah menjadi perikatan 3. MENGADAKAN/MELAHIRKAN PERIKATAN BARU
perdata, maka kiranya TIDAK ADA ALASAN BAGI KITA UNTUK
MERAGUKAN KEMUNGKINAN ORANG UNTUK -- dengan melalui
a. HUBUNGAN KAUSAL PERIKATAN LAMA DAN BARU
perjanjian novasi -- MENGGANTIKAN PERIKATAN ALAMIAH DENGAN
PERIKATAN PERDATA(BARU)'6. Bukankah, dengan sukarela membayar Sekalipun novasi dalam Pasal 1381 disebutkan dalam satu kelompok
perikatan alamiah, tidak banyak berbeda dengan membuat perjanjian dengan "pembayltran, kompensasi dan pembebasan hutang", tetapi
untuk mengubah perikatan alamiah menjadi perikatan perdata; yang NOVASI MEMPUNYAI CIRI KHUSUS YANG LAIN, YAITU BAHWA SE-
tampak berbeda hanyalah, bahwa pada yang disebut yang perlama, LAIN PERIKATANNYA (yang sudah ada) -- dengan perjanjian novasi --
perubahan perikatan alamiah itu -- menjadi perikatan perdata -- dilakukan MENJADI HAPUS, JUGA LAHIR SUATU PERIKATAN LAIN, YANG
MENGGANTIKAN PERIKATAN LAMA YANG HAPUS TERSEBUT.
..;
.Dengan demikian -- sesuai dengan katanya -- dalam novasi unsur
15) Inl perlu dibedakan dengan perjanjian yang batal demi hukum karena, misalnya, "menggantikan perikatan yang lama .dengan yang baru" adalah lebih
. .
tidak mempunyai kausa. Selanjutnya oleh Vollmar, hal. 458, diperingatkan, bahwa
penting daripada segi "hapusnya perikatan", sekalipun ia dimasukkan
ti\=fak semua pembatalan pe~anjian novasi menghidupkan kembali perikatan lama,
yang dengan novasi hendak dihapus sama sekali: khususnya pembatalan dalam genus "hapusnya perikatan" (Pasal 1381)17. Atas dasar itu ada
berdasarkan Pasa11266.

16) Rutten, hal.397, mengatakan bahwa, sekalipun pengaturan undang-undang 17) Sesuai dengan ciri tersebut, Hofmann pada· halaman 366 merumuskan novasi
mengenai perikatan pada umumnya hanyalah mengenai perikatan perdata saja sebagai berikut : novasi adalah penghapusan perikatan yang ada, dengan
(isthah ini adalah untuk membedakannya dari perikatan alamiah), tetapi tidakada menciptakan perikatan yang baru, yang menggantikannya. v.Brakel mengatakan,
alasan bagi kita untuk menutup kemungkinan perubahan melalui novasi, cirinya adalah tidak hanya menimbulkan perikatan baru, tetapi juga menghapus
karena undang-undang sendiri mengakui cara pelunasannya melalui pembayar- suatu perikatan yang lain; vide hal. 184.
an. Apalagi sekarang yurisprudentie mengakui keabsahan "penguatan" Pitla dalam perumusannya juga mendasarkan kepada ciri-pakok tersebut, yaitu:
(versterking) perikatan alamiah menjadi perikatan.perdata. novasi adalah perjanjian dengan mana suatu perikatan digantikan dengan yang
baru; hal. 392.

10 Hukum Perikatan Tlg. Hap~snyaPerikatan Bagian 2 Hukum Penkalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 11
Novasi Atau Pembaharuan Hutang
Novasi Atau Pembaharuan Hutang

yang mengusulkan, bahwa adalah lebih tepat kalau dalam peristlwa


belah pihak, merupakan novasi, dengan segala' konsekuensinya? Kalau
demikian kita berbicara tentang "perubahan perikatan" daripada
tidak, di mana batas-batasnya? Yang penting dan menentukan, sebagai-
"pembaharuan hutang,,'B Kalau toh ternyata pembuat undang-undang
mana sudah dijelaskan di atas, adalah bahwa kalau ada novasi, maka
menggunakan istilah "pembaharuan hutang", maka pertama-tarna, kata
perikatan yang lama -- yang dinovir -- menjadi hapus, dengan segala
"hutang" di slni diartikan sebagai segi pasiva daripada suatu perikatan;'
konsekuensinya terhadap accessoir yang melekat pada perikatan itu
kedua, cara memandangnya adalah dari sudutnya si debitur. Dengan
(hak-hak jaminan dan eksepsi-eksepsi) 1". Di sinilah kepentingan orang
novasi, kewajiban prestasi debitur berdasarkan perikatan yang lama --
untuk m"mpermasalahkan ada tidaknya novasi.
yang dihapus dengan perjanjian novasi -- sekarang diganti -- diperbaharui
Misalkan, ada kalanya terjadi, bahwa salah satu pihak dalam perjanjian,
-- dengan kewajiban perikatan baru, yang sengaja diadakan dengan
sesaat sesudah perjanjian ditandatangani, minta agar ditambahkan suatu
perjanjian (novasi) itu.
klausula tertentu -- misalnya saja mengenai tempat atau waktu penyerah-
DENGAN DEMIKIAN -- pada peristiwa novasi -- SEBENARNYA SUDAH an -- dan pihak lain tidak keberatan, apakah dalam peristiwa demikian
TERSIMPUL . DI DALAMNYA, BAHWA ANTARA PERIKATAN, YANG ada novasi?20. Atau peristiwa lain; kiranya sudah biasa, bahwa seorang
DIHAPUS, DENGAN PERIKATAN YANG BARU, ADA HUBUNGAN langgar.an-tetap, dengan persetujuan penjual -- yang pada umumnya
KAUSAL. Maksudnya adalah, bahwa penghapusan perikatan lama berusaha menjaga hubungan baik dengan langganannya -- membatalkan
haruslah dengan cara atau melalui penggantian dengan perikatan yang pesanan barang, tetapi kemudian sesudah selang beberapa waktu,
baru; jadiyang lama hanya hapuskalau yang baru yang menggantikan memesan lagi jenik barang yang sarna dari penjual. Apakah di sini ada
lahiLKONSEKUENSINYA, KALAU PERJANJIAN NOVASINYA -- karena novasi? Pada peristiwa-peristiwa seperti itu, YANG MENJADI PATOKAN
adanya cacat-- BATAL, MAKA PERIKATAN LAMA TIDAK JADI HAPUS.

b. UNSUR PERUBAHAN DAN MAKSUD'FIARA PIHAK 19) Temyata ada tidaknya novasi juga bisa mempunyai pengaruh terhadap segi acara
(hukum acara), yaitu bahwa kompetensi Pengadilannya sekarang dipandang dari
Masalah yang mungkin muncul adalah, bahwa yang namanya perubahan perjanjian yang baru. Demikian pula -- dalam hal ada wanprestasi -- hanya bisa
dimintakan pembatalan atas perjanjian yang baru saja. Sebaliknya kalau
perikatan -- dengan persetujuan kedua belah pihak -- bisa dari perubahan hubungan hukum para pihak harus dianggap lahir dari kedua perjanjian mereka --
mengenai suatu segi yang tidak berarti, sampai perubahan yang sangat di mana atas perjanjian yang pertama, dengan perjanjian yang kedua, telah
diadakan perubahan atau tambahan, tetapi tidak menggantikannya -- maka --
mendas,ar; apakah setiap perubahan perikatan dengan persetujuan kedua atas dasar wanprestasi -- tuntutan pembatalan bisa ditujukan kepada kedua
pe~anjian itu. Demikian v.Brakel pada hal. 185, noot 3, dengan menunjuk pade)
keputusan Haf den Haag 18 Februari 1926, N.J. 1928, 1306; Rechtbank Breda
24 Jun; 1913, N.J.1913, 819 dan Hot Amsterdam 3 Jun; 1918, N.J.1918, 9t3.

20) Atas dasar adanya ketentuan Pasal 1428, v. Brakel menyimpulk,an bahwa
pembuat undang-undang tidak berpendapat, bahwa di sana ada navasi. Lihat
. 18) Rutten, hal. 386, noot ,.
halaman 185.

12 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Sagian 2


Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya p'erikatan Sagian 2 13
Novasi Atau Pembaharuan Hutang
NovasfAtau Pembaharuan Hulang

pertama -- yang hendak diganti -- bisa lahir dari perjanjian ataupun dari
MEMBATALKAN PERIKATAN LAMA DAN MENGGANTIKANNYA
undang-undang, tetapi perikalan yang kedua -- yang menggantikan yang
DENGAN PERIKATAN YANG BARU?2'. Rasanya dalam kedua perisliwa
iama -- selalu lahir dari perjanjian, karena novasi selalu harus di-
ilu lidak dipenuhi unsur seperti ilu. Pada yang dicontohkan pertama tidak
perjanjikan.
ada niat untuk menghapus perikatan, apalagi mengganti; maksudnya-
hanyalah menambahkan unsur baru dalam perjanjian yang ada. Sedang
pada contoh yang kedua,_ pesanan yang baru, sama sekali tidak di- 4. CONTOH PERISTIWA_ PERKAPoA "BOLSIUS -
22
maksudkan untuk menggantikan perikatan yang lama . Karena semua- GLAZENER".
nya harus ditafsirkan dari kata-kata perjanjian, maka dalam hal ada
sengketa, pada akhirnya Pengadilaniah yang harus menetapkan, apa Duduk perkaranya secara ringkas adalah sebagai berikut :
sebenarnya maksud para pihak. Jadi maksud para pihak memegang
Fa.Glazener telah dua kali menjual -- dan telah menyerahkan -- maslng-
peranan yang penting sekali.
masing suatu partij barang, kepada Fa. Verheggen, dan sehubungan
Kesulitan lain yang mungkin kita hadapi adaiah dalam hal perjanjian yang dengan hal itu, unlUk sebesar harga pembelian itu, penjual -- Fa.
bersangkutan -- atas perselujuan salah satu pihak -- lelah memberikan Glazener -- telah menarik wesel, yang disodorkan dan diakseptir oleh
sedikit banyak kelonggaran kepada lawan janjlnya untuk mengadakan Verheggen. Sebelum harga
, . pembelian maupun wesel tersebut dilunasi,
perubaha~:perubahan pada isi perjanjian itu; apakah kaiau benar-benar ternyata Verheggen jatuh pailil. Sebagian daripada barang-barang yang
diadakan perubahan-perubahan, ada novasi ataukah pelaksanaan hak dilever oleh Fa. Glazener masih ada dalam wujudnya. Barang tersebut
seperti itu oleh lawan janjinya, sama sekali tidak menyentuh keberadaan oleh Curator kepailitan dijual dan hasil penjualannya hendak dimasukkan
perjanjian itu? dalam budel kepailitan. Fa. Glazener -- sebagai penjual barang-barang
. 'V! kepada Verheggen -- dengan mendasarkan kepada Pasal 1185 ayat 3
Karena novasi ilu bisa untuk mengganti perikatan, baik yang lahir dari
(Pasa11139 ayat 3 Ind.) dan Pasal1190 (Pasa11144 Ind.) B.W. menuntut
undang-undang maupun dari perjanjian, maka dengan demikian, dalam
penyerahan hasil penjualan itu sebagai haknya (berdasarkan preferensi
novas; selalu -- paling _tidak -. harus ada 2 perikatan; perikatan yang
yang dipunyai olehnya sebagai kreditur privilege), tetapi penggugat --
Boisius -- menangkisnya dengan mengemukakan, bahwa hak tagih pen-
jual, dengan dilariknya wesel yang diakseptir oleh pembeli, telah dinovir
21) Vollmar, hal. 459, berpegang kepada, apakah perikatan lama "hapus sarna sekali" menjad! tagihan wesel, sehingga perikata~ lama -- yang mengandung
dan ada maksud untuk menimbulkan yang baru menggantikan yang lama. privilege berdasarkan Pasal1139 ayat 3 dan Pasal1144 K.U.H.Perdata--
22) Dari kata-kata Pasal 1420 bisa kita simpulkan, bahwa tidak setiap perubahan telah menjadi hapus, sehingga sekarang uang tersebut harus masuk
dalam perikatan harus diartikan sebagai novasi; maksud untuk mengadakan
dalam budel kepailitan. Dengan demikian sekarang -- karena masalah
novasi harus dengan teg8s ternyata. Kita juga bisa melihat Pasa11850 sebagai
penerapan lebih lanjut asas tersebut. tersebut akhirnya dibawa ke Pengadilan -- Hakim harus menyatakan

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2- Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 15
14
NovaslAlauPembaharuan Hulang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

jual-beli telah hapus dan diganti dengan perikatan wesel (yang


pendiriannya dan memberikan keputusannya mengenai masalah, apakah
masih belum dibayar);
-- dalam peristiwa seperti tersebut di atas -- dengan ditariknya wesel oleh
penjual -- yang diakseptir oleh. pembeli -- telsh terjadi novasi? Dengan bahwa namun demikian Hot telah mempertimbangkan, bahwa
perkataan lain -- karena untuk novasi disyaratkan adanya maksud yang, kehendak para plhak untuk melaksanakan pembaharuan hutang
nyata dari perbuatannya -- apakah tindakan "menarik wesel" dapat diarti- (novasi), tidak tampak (tidak temyala), dan (Hot) lelah menerima,
kan sebagai kehendak untuk mengadakan novasi? bahwa para tergugat -- seperti yang telah dikemukakan oieh
mereka -- telah menarik wesel -- dan lelah menerimanya (kembali)
Pengadilan pertama tidak dapat menerima pendirian Bolsius; demikian selelah diakseptir -- dengan tldak ada maksud lain daripada untuk
pula pendirian dari HoI. Ketika masalah tersebut sampai pada tlngkat menggampangkan pembayaran, dengan cara, memberikan kepada
kasasi, maka oleh H.R. antara lain telah dlpertimbangkan sebagai berikut: penjual tanda bukti kewajiban hutang pembeii dan sekaligus
menimbang, bahwa ..... dengan itu memungkinkan bagI penjual untuk -- kalau ia mem-
bahwa sebagai yang lemyata dari keputusan yang dibanding, butuhkan -- menguangkannya, sehingga dalam hal ini, dengan
lelah nyata, bahWa para tergugat, berdasarkah dua perjanjian jual- penarikan wesel dan akseptasi tidak telah terjadl pembaharuan
beli, telah menyerahkan kepadaA Verheggen, yang bertindak atas hutang, dan perjanjian jual-beli yang telah ditutup, dengan semua
nama Fa. A.Verheggen&·co, sejumlah gandum, senilai t 9045,95 hak-hak preterensi yang melekat padanya, demi keunlungan para
dan bahwa para·tergugat telah menarik dua wesel atas pembell tergugat, maslh tetap uluh, sehingga tuntutan preterensl harus
untuk jumlah-jumlah, yang jumlah keduanya adalah sebesar harga diberikan;

pembelian, wesel mana telah diakseptlr oleh tertarik dan dibubuhi bahwa dengan demikian Hot berpendapat, bahwa suatu penarikan
(tanda) akseptasi, dan telah diterima oleh para tergugat, tanpa ada wesel, dengan akseplasi yang mengiringinya, tidak harus
dikemukakan suatu perjanjlan, atas das$ mana -- berdasarkan mengandung (maksud; tambahan dari pen.) pembaharuan hutang
Pasal 1418 dsl. B.W. (Pasal 1382 Ind.) -- perikatan-perikatan itu di dalamnya, telapi kehendak untuk mengadakan pembaharuan
akan harus dilunasi dengan aksep-aksep; hutang, harus dengan jelas temyata (terpancar ke luar) darl per-
bilhwa kemudian, setelah pembeli telah jatuh pail/t, curator -- peng- buatannya, atas mana, dalam keberatan, dengan keliru, telah di-
majukan sanggahan;
gugat dalam kasasi -- telah menjlial sebagian daripada gandum,
.yang masih' ada dalam blidel, dan para tergugat, dengan men- bahwa bukankah kewajiban pokok pembeli berdasarkan Pasal
dasarkan kepada Pasal1185 ayat 3 (Pasal 1139 ayat 3 Ind.) dim 1549 (Pasal 1513 Ind.) BW. adalah membayar harga pembelian,
Pasal1190 (Pasal 1144 Ind.) sebagai kreditu' preterent telah dan sekarang memang -- berdasarkan Pasal 119 W.v.K -- orang
meriuntut uang hasil penjua.lari itli untuk pelunasan harga pem- yang telah 'mengakseptir suatu surat wesel, wajib untuk melunasi-
belian yang belum dibayar, namun penggugat telah menyangkal nya, tetapl dengan adanya janji untuk membayar surat wesel itu,
hak preterensi tersebut, atas dasar, bahwa perikatan yang lahir dari belumlah terjadi pembayaran harga pembelian, alas mana penjual

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 17


1.6 Hukum Perikalan Ttg. Hapl/snya Perikalan Bagian 2
Novasi Atau Pembaharuan Hutang
Novasi Alau Pembaharuan Hulang
bahwa .
seperti da/am perkara tersebut di atas, penjua/ menuntut
bahwa karenanya keberatan tidak berdasar .... 28 pe/aksanaan haknya. Yang sebenarnya penting untuk diper-
Komentar: hat/kan ada/ah, bahwa pada saat barang itu masih ada da/am
wujudnya da/am kekayaan pembeli -- pada saat pembeli di-
mengakseptir wese/ dan menerima (kembali) wese/ tersebut nyatakan pailit - maka penjua/ berhak untuk memintanya
sete/ah ada akseptasi, be/um dapat dikualifisir sebagai kembali, berdasarkan hak rec/ame (Pasa/1145f7. Berdasarkan
"memperjanjikan secara tegas suatu novasi", demikian kate Pasa/ 1144 penjua/ hanya bisa menuntut uang hasil eksekusi
keputusan tersebut di atas. Sekalipun -- sete/ah mengikuti per- barang yang dijua/ o/ehnya sebesar harga penjua/annya. Yang
timbangan tersebut di atas -- kita berpendapat, bahwa harus diingat /agi ada/ah, bahwa sebenarnya, ka/au barang itu
memang demikian itu seharusnya, ternyata di waktu yang sudah dijua/ /agi secara suka re/a o/eh pembeli-asa/, dan
/ampau, Pengadilan justru berpendapat yang sebaliknya2 4 • "sudah diserahkan" kepada pembeli-barunya, maka privilege
Tetapi kemudian berubah pendapat dan se/anjutnya ber- penjua/ sudah hapu$'B. Dengan demikian bisa kita simpu/kan,
pegang pada pendirian seperti da/am keputusan tersebut di bahwa penjua/an o/eh curator merupakan penjua/an eksekusi.
atas.
Sekalipun Pasa/ 1144 hanya mengatakan, bahwa si penjua/
dapat me/aksanakan hak istimewanya.pada harga pembeliati-s, C. MACAM-MACAM NOVASI.
tetapi karena privilege tidak lain dimaksudkan agar pemegang
hak privilege dapat mengambil pe/unasan /ebih dahu/u atas
Pasal 1413 mengatakan, bahwa ADA TIGA MACAM "JALAN" UNTUK
hasil penjua/an benda-benda atas mana ia mempunyai hak
MELAKSANAKAN PEMBAHARUAN HUTANG, tetapi kalau kita simak
privileg,f6, maka memang tepat, bahwa da/am kesempatan
lebih lanjut, sebenarnya 01 SANA JUGA TELAH OIKELOMPOK-
v,'
KELOMPOKKAN NOVASI KE OALAM 3 KELOMPOK, berdasarkan ciri-
cirl tertentu, YAITU NOVASI'OBJEKTIF, NOVASISUBJEKTIF-AKTIF DAN
23) H.R. 16 Januari 1903, dalam perkara "BOLSIUS - GLAZENER", dimuat dalam
Zeben-Sterk, Arresten Handelsrecht en Burgerlijk·Prosesrecht, Baglan I, hal.1 NOVASI SUBJEKTIF-PASIF. Pasal 1413 sub 2 dan 3 memang berbicara

24) Vide advis Prac.Generaal Polis, dalam catatan di bawah arrest tersebut di atas.
Menurut Vollmar, hal. 460, menarik wesel atau menerima surat aksep bisa
mengandung maksud untuk mengadakan novasi, tetapi tidak selalu harus
demikian. 27) ap.cit, hal. 410; menurut Pilla, pendapat umum mengatakan, bahwa hak reclame
adalah sarana bagi penjual, yang telah menyerahkan benda yang telah dijual
25) Lengkapnya Pasal 1144 mengatakan : SI penjual barang-barang bergerak yang olehnya dan belurn menerlma pernbayaran, untuk __ tanpa perantaraan
masih belum dibayar, dapat melaksanakan hak istimewanya pada harga Pengadilan -- membatalkan perjanjian jual-belinya. Dengan pembatalan itu
pembelian barang-barang itu, jika barang-barangnya masih berada di tangannya konsekuensinya para pihak sedapat mungkin dikembalikan pada posisi sebalurn
sl berhutang, tak perduli apakah ia rnenjualnya barang-barang itu dengan perjanjian ditutup; konsekuensinya leblh lanjut barang itu masih menjadi milik
penundaan waktu atau dengan tunaL Vide J. Satrio, Hukum Jaminan, hal. 61-62. penjual.
26) Pitla, Zakenrecht. hal. 405. 28) J.Satrio, HUkum Jaminan, hal. 63.

20 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2


Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perlkatan Bagian 2
21
Novasl Atau Pembaharuan Hutang
Novas; Atau Pembaharuan Hutang

tentang novasi subjektif, tetapi sebenarnya dari kata-kata dalam Pasal


dibebaskan dari perikatannya". Itulah salah satu dasar, bahwa dalam
1413 tldak secara jelas ternyata ada pengaturan tentang novasl objektlf.
RUU NBW novasi dimasukkan dalam kelompok "Penghapusan (atau
Di dalam sub 1 hanya disebutkan tentang "membuat perikatan-hutang"
Pelepasan) dan Percampuran" (hak) atau dalam bahasa aslinya "Afstand
yang baru (schuldverbintenis) untuk menggantikan yang lama". Sebenar- en Vermenging"32 .
nya semua perikatan adalah merupakan perikatan-hutang dan karenanya
ciri itu berlaku juga untuk novasi subjektif. Tetapi pertama-tama, dengan
mengingat, bahwa kata "perikalan" bisa mempunyal arti macam-macam,
1. NOVASI OBJEKTIF.
antara lain, dalam artl kewajiban atau prestasi perlkatan 29 dan kedua,
dengan mendasarkan kepada Hukum Romawi, yang mengenal 3 macam a. PENGGANTIAN OBJEK PRESTASINYA
novasi sepertltersebut di atas3D , maka karena Pasal 1413 sub 2 dan 3
Sudah dikatakan di atas, bahwa novasi objektif didasarkan atas Pasal
mengatur tentang novasi subjektlf, maka orang lalu menyimpulkan, bahwa
1413 sub 1, jelasnya atas dasar kata-kata "membuat perikatan-hutang
tidak bisa lain, yang diatur dalam . sub 1 adalah novasi objektif.
baru" dan di sini KATA PERIKATAN-HUTANG HARUS DIARTlKAN
Menggantikan kewajiban perikatan atau prestasi perikatan adalah sama
SEBAGAI "KEWAJIBAN PERIKATAN" ATAU "PRESTASI PERIKATAN"
dengan menggantikan objek daripada perikatan31 .
ATAU DENGAN PERKATAAN LAIN OBJEK PERIKATANNYA. Objek per-
Pada ketiga macam novasi tersebut di atas, tampak sekali ciri khas no- ikatan meliputi, antara
, lain, objek prestasi daripada perikatan yang ber-
vasl, yaitu hapusnya perikatan lama yang dinovir, yaitu yang pada Pasal sangkutan, dan ptmggantian yang dimaksud di sini adalah penggantian
1413 sub 1 disebut dengan kata-kata ".... menggantikan hutang lama objek prestasi perikatan.
yang dihapuskan karenanya"; dan pada sub 2 dan 3 ada kata-kata " .........
Walaupun tidak disebutkan dengan tegas, akal sehat kita mengatakan,
v: bahwa OBJEK PRESTASI PERIKATAN YANG DIGANTI HARUSLAH
29) Agar diingat, bahwa kata perikatan dalam K.U.H.Perdata digunakan dalam OBJEK PERIKATAN YANG TERTENTU. Kalau objek prestasi perikatan-
bermacam-macam arti, seperti : 1) hubungan hukum dalam lapangan hukum nya tidak tertentu, maka -- selain tidak memenuhi syarat Pasal1320 sub 3
kekayaan, di mana di satu pihak ada hak dan di lain pihak ada kewajiban; 2)
dalam arti luas meliputi.seluruh hak dan kewajiban sebagai satu kesatuan; 3) segi -- sulit bagi kita untuk mengatakan, apakah objek perikatannya telah
pasiva dari suatu hubungan hukum, jadi kewajiban perikatan atau hutang debitur; diganti dengan yang lain. Namun syarat "tertentu" -- sebagai disebutkan
4) dalam arti perjanjian; vide Rutten, hal. 5 dan 6.
oleh Pasal1333 untuk lahirnya perjanjian -- sudah cukup terpenuhi, kalau
30) Hofmann, hal. 366, mengatakan melalui perjanjian, novasi bisa mempunyai 3 telah ditentukan "jenisnya", asal kemudian jumlahnya dapat ditentukan.
macam tUjuan, yaitu 1) untlik mengganti sesuatu dalam kewajiban perikatan (dan
di kemudian hari malahan dimungkinkan untuk mengubah seluruh objek
pe~anjian; 2) untuk menempatkan kreditur-baru menggantikan kreditur yang lama;
3) untuk menempatkan debitur-baru dalam kedudukannya debitur-Iama.
31) lni tidak menghalangi, bahwa dari Pasal 1413 sub 1 orang juga menyimpulkan 32) Pasar 6.2.4.14a.1 mengatakan, bahwa : Suatu perikatan hapus dengan sepakat
adanya novasi objektif, di mana yang diganti adalah kausanya. kreditur dan debitur, dengan mana ia melepaskan hak tagihnya.

22 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2


Hukum Penkatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2
23
Novasi Alau Pembaharuan Hulan!!
Novasi Atau Pembaharuan Hutang

Tetapi pada objek perikatan 34 -- yang wUjudnya bisa berupa tindakan


a1. UNSUR PERUBAHAN.
penyerahan benda tertentu (untuk memberikan' suatu), suatu perbuatan
Dengan demikian perjanjian yang objeknya menyebulkan suatu barang tertentu (kewajiban melakukan sesuatu) atau bahkan kewajiban untuk
jenis lertenlu, dapal dinovir dengan perjanjian baru dengan objek presla,;i mengambil sikap tertentu (untuk tidak melakukan sesuatu) -- orang blasa-
yang lain. Masalah yang limbul pada novasi objektil sebenarnya lebih nya bisa mentolerir leblh banyak perubahan atas benda objek prestasi,
banyak rnengenai persoalan, apakah dengan disepakalinya perubahan' tanpa harus menerimanya sebagai suatu perubahan perikatan; dengan
lertentu pada objek perjanjian, harus diterima sebagai sualu novasi? perkataan lain tanpa harus menganggap ada penggantian perikatan. Hal
Dalam kehidupan sehari-hari ada sekian banyak perubahan perjanjian, itu disebabkan, karena perubahan objek perikatan pada umumnya terjadi
yang bervariasi dari perubahan yang prinsiplll, yang cukup besar, sampai atas dasar sepakat para pihak -- atau dibenarkan oleh undang-undang __
yang sepele. dan di samping itu, untuk identitas perikatan, peran identitas benda
prestasi tidak sebesar seperti untuk identitas hak kebendaan; bukankah __
Sudah tentu tidak semua perubahan perjanjian yang disepakati para dibanding dengan hak kebendaan -- suatu perikatan lebih ditentukan oleh
35
pihak kita lerima sebagai suatu novasi. Lalu dl mana letak' batas novasl? kausanya . Kalau seorang buruh, sebagai imbalan atas hasH kerjanya,
Atas objek prestasi -- yang dimaksud di sini, dalam arti benda prestasi-- menerima pembayaran dalam rupa sejumlah hasil panen, sekallpun
kalau la c kebetulan berupa benda berwujud tertentu, para pihak bisa semula dijanjikan sejumlah uang, maka dalam peristiwa seperti itu pada
menyepakati bermacam-macam perubahan, dari yang sepele sampal umumnya ordng menerima, bahwa (sumber) perikatannya tetap sama,
yang besar. Tetapi SECARA UMUM DAPAT KITA KATAKAN, BAHWA yaitu hUbungan perburuhan. Tetapi kalau semula para pihak sepakat
DENGAN ADANYA PERUBAHAN KECIL-KECIL SAJA ATAS OBJEK untuk, atas penyerahan barang tertentu oleh pihak yang satu, pihak yang
PRESTASI, BELUM DAPAT KITA KATAKAN ADA PENGGANTIAN OBJEK lain akan membayar sejumlah uang, dan kemudian, atas sepakat ber-
PRESTASI PERIKATAN. Kita baru mengataka'f: ada penggantian objek sama disetujui, bahwa pihak lain tidak membayar dengan uang, tetapi
prestasi, kalau ada perubahan identitas yang cukup besar pada benda menggantlnya dengan penyerahan barang tertentu, maka di sana ada
yang bersangkutan dan apakah, dalam peristiwa tertentu, ada terjadi hal terjadi perubahan perikatan, dari yang semula adalah perikatan yang lahir
yang demiklan, untuk itu kita perlu memperhltungkan lungsi benda ter- dari perjanjian jual-beli menjadi perikatan yang lahir dar! tukar-menukar.
sebut menurut pandangan masyarakat yang bersangkutan. 33 .

33) Meijers, hal. 102, mengatakan, NO eze vraag is vealal aen van interpretatie, waarbij 34) Harap dibedakan antara abjek perikatan dengan objek prestasi.
men op de wijziging in m~atschappelijke functie acht dient te geven. 35) Meijers, op.cit.

24 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 HUkum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2
25
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan HUlang

mengandung cacat dan sebenarnya dapat dituntut pembatalannya --


a2. BEBERAPA PATOKAN UMUM. dibatalkan dan diganti dengan perikatan yang baru dengan harga baru.
Menurut Pitla36 , kalau dalam peristiwe. seperti itu, pihak yang mempunyai
Memang tidak mudah bagi kita untuk menetapkan batas yang tegas,
hak untuk mengemukakan cacat dalam kehendak -- seperti atas dasar
antara perubahan yang mengakibatkan penggantian perikatan dengan'
kesesatan, paksaan dan penipuan -- tahu adanya cacat itu pada perikatan
yang tidak, dan kesemuanya sudah tentu bergantung dari maksud para
lama, yang hendak dinovir, maka navasi atas perikatan sepert; itu
pihak, yang harus ternyata dengan tegas dari sepakat mereka, tetapi --
mengandung penguatan dan rlengan itu ia telah melepaskan haknya
seperti disebutkan di atas -- daiam kenyataannya tidakiah mudah untuk
untuk di kemudian hari menuntut atas dasar cacat yang semula ada pada
menarik batasnya. Konsekuensinya, tiap kasus harus diniiai sendiri-
perikatan-Iama, Misalkan, ada orang telah keliru (tersesat) membeli suatu
sendiri; namun demikian SECARA GARIS BESAR -- berdasarkan ke-
barang, telapi selanjutnya ia bukannya menuntut pembatalan jual-beli
patutan dan kebutuhan praktek pergaulan hidup .- MEMANG KITA MASIH
atas dasar kesesatan, tetapi malah menukarkan barangnya, maka ia tak
BISA BERPEGANG KEPADA BEBERAPA PATOKAN UMUM TER-
dapat lagi menuntut kesesatan atas dasar perjanjian yang pertama.
TENTLf6. Kiranya kita bisa menerima, bahwa persetujuan pengura~gan
Demikian pula sepakat pengurangan harga yang cukup besar, atas dasar
harga pembelian aleh penjual, atas dasar adanya keluhan mengenai
adanya wanprestasi dari kreditur, diterima sebagai novasl. Namun pasti,
kualitas barang dari pembeli, tidak dapat dikualifisir sebagai suatu novasi,
bahwa tidak setiap perubahan harga yang sepele harus diterima sebagai
tetapi hanya dapat diterima sebagai persetujuan penjual untuk
suatu novas!; kepatutan dan kebutuhan praktek pergaulan hidup tak
mengurangi harga. Sebaliknya pengurangan harga atas dasar, bahwa
dapat menerima pendirian seperti itu, sebab dengan begitu kepastian
pembeli pada waktu membeli tersesat -- sehingga kalau seandainya ia
hukum akan hilang.
tidak tersesat, ia tidak akan membeii dengan harga semahai itu -- telah
diterima sebagai novasi 37 , dengan mana p~katan lama -- yang Perubahan bestek pada bangunan merupakan perisliwa biasa -- hampir
tidak ada bangunan rumah yang pelaksanaan pembangunannya tidak
mengalami perubahan dari besteknya -- dan dalam peristiwa seperti itu,
umum menganggap tidak ada niat dari para pihak untuk mengganti
36) Menurut Pillo, sebagai perkecualian, kalau A, berdasarkan suatu perikatan,
terhutang seekor kuda secara bersyarat kepada B _. jadi ada perikatan bersyarat perikatannya. Demikian juga perubahan dari tempat dan saat penyerahan
-- dan kemudian para pihak sepakat untuk mengganti kewajibannya dengan uang prestasi3g , persetujuan perubahan jadwal atau penjadwalan kembali
Rp. 1 juta, dan mereka lupa untuk menetapkan lagi secara tegas syarat seperti
yang semula ada, maka perikatan yang baru tidak dengan sendirinya menjadi
perikatan murni (dalam arti tanpa syarat).
Kesemuanya harus ditetapkan dengan rnenelusuri maksud para pihak. Jadi ada
kemungkinan, bahwa. accessoirnya dengan sendirinya melekat pada perikatan 38) Pitlo-Bolweg, hal, 393
baru. Vide Pitlo-Bolweg, hal. 393.
39) Kita bisa melihat pendirian pembuat undang-undang memang seperti itu dan
37) Rutten, hal, 391. ketentuan Pasal 1850.

,
26 HUkum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 27

"'"
Novasi Atau Pembaharuan Hulang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

pembayaran angsuran 40 , dan perubahan macam kerjaan dan besamya IN-BETALING-GEVING TIDAK LAIN ADALAH PEMBAYARAN HUTANG
upah, dalam suatu perjanjian kerja atas sepakat bersama, tidak dapat YANG TELAH DINOVIR.
diterima sebagal suatu novasi.
Tetapi mengenai hal Ini, rupanya tidak semua sarjana mempunyal pen-
dapat yang sarna. ADA YANG -- alas dasar adanya hubungan yang eral
83. IN-BETA LING-GEVING
sekali antara novasi dan in-belallng-geving -- MELIHAT NOVASI DI SINI
Dalam suatu perlkatan, debitur wajlb membayar prestasl yang terhutang SEBAGAI SUATU BENTUK IN-BETALING-GEVING 42 . Dengan pembayar-
berdasarkan perikatan yang bersangkutan dan perikatan tersebut baru an -- secara in-betaling-gevlng - perikatannya menjadi hapus, tetapi tanpa
lunas, kalau debitur membayar apa yang -- berdadasrkan perikatan yang menlmbulkan perikatan baru43 . Jadi menurul pendapal inl, pembayaran-
bersangkutan - terhutang. Konsekuensinya, pembayaran dengan prestasi nya adalah pembayaran perikatan lama (dengan objek prestasl yang baru
lain daripada yang terhutang tidak membebaskan debitur. Prinslp sepertl yang disepakati perubahannya).
itu diletakkan oleh pembuat undang-undang dalam Pasal 1389. Di sana
Menurut Rutten, SUMBER PERMASALAHAN MENGENAl IN-BETALlNG-
disebutkan, bahwa kreditur berhak untuk menolak prestasi yang "lain" dan
GEVING ADALAH TIDAK DIBEDAKANNVA ANTARA "TINDAKAN MEM-
bahkan ditegaskan dengan kata-kata "sekalipun barang yang ditawarkan
BAYAR DENGAN OBJEK PRESTASI YANG LAIN" DAN "PERSETUJU-
itu sarna atau bahkan lebih harganya". Namun dengan persetujuan dart
AN" PARA PIHAK MENGENAI HAL ITU 44 . DENGAN PERSETUJUAN
kreditur, debitur dapat saja membayar dengan prestasi lain. Masalahnya,
ITU, MAKA TERJADILAH NOVAS I. Pembayarannya adalah pembayaran
apakah dalam peristiwa sepertl ada novasl? Bukankah objek prestasinya
"perlkatan baru" yang muncul dengan persetujuan novasl tersebut,
disetujui untuk diubah? Dan bukankah hal itu -- maksudnya, persetujuan
dengan keistimewaannya, bahwa perikatan yang baru Itu segera, setelah
perubahan objek prestasi -- membawa konsekuensi, bahwa sekarang
lahir, langsung menjadi hapus dengan pembayaran itu4S
objek prestasl lama tidak terhutang lagl? -v:
Mengingat, bahwa persetujuan itu ditutup sebelum atau pada saat
penyerahan objek prestasi dan persetujuan untuk itu tampak ke iuar,
maka menurut v. Brakel -- kecuali kalau perubahan Itu hanya sepele saja
-- di sana ada novasi41 . Mimurutnya, SETIAP IN-BETALING-GEVING
TERJADI ATAS DASAR DAN HANYA MUNGKIN SETELAH ADA NOVASI. 42) op.cit.
43) Hofmann, hoi. 365
44) Rutten, ha1.392; Vollmar, hal. 460. menekankan kepada maksud kreditur; kalau
kredltur menerima prestasi yang diganti dengan maksud membebaskan debitur,
40) Rutten, hoi. 391. maka di sana ada novasi.
41) v.Brakel, hoi. 187. 45) _Pillo-Boiweg, hal. 394.

28 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 29
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

lain-lain. TEORI YANG MELIHAT DALAM PERISTIWA SEPERTIITU ADA


b. PERU BAHAN KAUSANYA. NOVASI DISEBUT TEORI NOVASI.

DOKTRIN TERNYATA MASIH MENGENAL SATU MACAM LAGI NOVASI


b2. TEORt KOMPENSASt.
OBJEKTIF. YAITU PERSETUJUAN UNTUK MENGUBAH KAUSA DARI-
PADA PERJANJIAN ANTARA PARA PIHAK. DALAM PERISTIWA NOVASI Namun temyata tidak semua sarjana menerima peristiwa seperti tersebut
SEPERTI INI. DAPAT TERJADI. BAHWA PRESTAS.~ PERIKATANNYA di atas sebagai suatu novasi 46 Ada yang berpendapat. bahwa dalam
SENDIRI -- kewajiban debitur -- TIDAK BERUBAH. TETAPI PARA PIHAK peristiwa seperti itu. ada persetujuan -- hutang-piutang -- baru yang
SEPAKAT UNTUK MENGUBAH SUMBER DARIPADA PERIKATAN melahirkan perikatan -- hutang -- baru. dan yang penyerahan uangnya
MEREKA. dilakukan dengan mengkompensimya dengan kewajiban hutang pembeli
berdasarkan perikatan lama (atas dasar jual-beli). sehingga hutang
b1. TEORt NOVASt. debitur. berdasarkan perikatan yang lama. hapus atas dasar pembayaran
(secara kompensasi)47. Demikian itu pandangan dan dari TEORI
Peristiwa yang seringkali muncul adalah sepakat untuk mengubah hutang
KOMPENSASI.
berdasarkan jual-beli (koopschuld) menjadi hutang berdasarkan hutang-
piutang (Ieenschuld). dengan pertimbangan. bahwa dengan mengubah c. MAKSUD PARA PIHAK.
kausa perjanjian seperti itu. maka ada kesempatan bagi kreditur untuk
menuntut bunga atas hutang debitur. Sudah tentu DALAM PERISTIWA SEPERTI ITU SEBAIKNYA KITA
MELIHAT KEPADA MAKSUD PARA PIHAK.
Untuk jelasnya dapat dikemukakan contoh sebagai berikut: A membeli
barang dari B dengan pembayaran tangguh s'>,lu bulan. Barang langsung
diserahkan. Setelah jatuh tempo temyata B belum siap dengan pem-
bayarannya. la mengakui kelalaiannya dan mohon agar pembayaran 46) Rutten. ha1.393. noot 1.
ditunda satu bulan lagi dan untuk tidak merugikan A. ia menawarkan 47) v.Brakel, hal. 187; kemungkinan cara beipikir seperti itu juga diakui olsh Pitla. dan
pembayaran bunga 3%. Karena jual-beli tidak mengenal bunga. maka di ia bahkan menambahkan. bahwa sekalipun perjanjian hutang~piutang merupakan
perjanjian rieel -. yang baru timbul ka[au uangnya sudah diserahkan ~. tetapi tidak
sini mereka sebenarnya sepakat untuk rnengubah hutang atas dasar ada ketentuan yang mengharuskan, bahwa uang itu secara nyata-nyata (secara
pernbelian itu menjadi hutang atas dasar hutang-piutang dengan bunga faktual) diserahkan; vide Pitlo-Bolweg, hal. 394.
Dengan perkataan Jain, adanya pengakuan bahwa uang pinjaman tersebut telah
3%. Dengan itu secara tidak langsung diakui. bahwa pada asasnya setiap diterima, sudah cUkup. Juga Hofmann, hal. 369, berpendapat seperti itu, dan
hutang uang. yang timbul atas dasar apapun, bisa diubah menjadi hutang malahan mengatakan, bahwa ia tidak melihat adanya halangan, sekalipun tidak
ada penyerahan uang secara nyata, karena bisa saja uang itu atas dasar alasan
uang ganti rugi atas dasar onrechtmatige daad. atau uang yang terhutang
lain sudah ada pada debitur (dengan menunjuk kepada Pasal 667 ayat 2 yang
atas dasar gaji, atau kewajiban pembayaran atas dasar borgtocht dan adalah sarna dengan Pasal 612 ayat 2 K.U.H.Perdata Indonesia).

30 Hukum Perikatan T1g. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan T1g. Hapusnya Perikatan Bagian 2 31
Novas; Atau Pembaharuan Hulang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

KEDUA PENDAPAT ITU DAPAT MEMBAWA PENGARUH PADA Novasi Subjektif pasif.
AGGESSOIR YANG MEN EM PEL PADA PERIKATAN YANG LAMA, yang
dalam novasi -- tetapi hanya sebagai perkecualian dan hanya kalau a. NOVASI SUBJEKTIF PASIF.
dipenuhi syarat tertentu -- berdasarkan Pasal 1421, blsa dengan tega~
Pasal 1413 sub 2 mengatakan tentang: "apabila seorang berhutang baru
tetap dlpertahankan, sedang kalau dalam peristiwa itu kita terima ada
ditunjuk untuk menggantikan orang berhutang lama, yang oleh si ber-
pembayaran atas perikatan lama dengan melalui cara kompensasi, maka
piutang dib!"baskan dari perikatannya."
kesempatan seperti itu tidak ada, karena perikatan lama sudah hapus,
bersama dengan semua accessoirnya48 . Pasal1421 akan kita bicarakan DI SINI YANG D!S3ANTI ADALAH "ORANG BERHUTANG", YAITU
lebih lanjut di bawah nanti. DEBITUR, orang yang -- dalam suatu perikatan -- mempunyal kewajiban
prestasi terhadap kreditur atau orang (subjek) yang berada pada segi
2. NOVASI SUBJEKTIF. pasiva daripada perikatan. Itulah sebabnya penggantian persoon debitur
dalam novasi DISEBUT NOVASI SUBJEKTIF PASIF. Sekalipun tidak
PADA NOVASI SUBJEKTIF, OBJEK PERIKATANNYA TETAP; YANG disebut secara tegas,tetapi berdasarkan ciri dasar novasi dan dari kata-
BERUBAH ADALAH SUBJEK PERIKATANNYA, bisa subjek kreditur, bisa kata "oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya", blsa kita simpul-
subjek debitur. Seperti pada novasi pada umumnya, cirinya di sini adalah, kan, bahwa novasi subjektif paslf juga harus didasarkan atas sepakat
bahwa PENGGANTIAN SUBJEK PERIKATAN MEMANG -- dilakukan atau dengan per~ataan 'Ialn, HARUS DIDASARKAN ATAS PERJANJIAN
dengan sengaja atau -- DIKEHENDAKI; PERIKATAN YANG LAMA -" ANTARA DEBITUR-LAMA DAN KREDITUR (dan sudah tentu juga
HAPUS DAN DIGANTI DENGAN PERIKATAN BARU, yang lahir dari antara debltur-Iama dengan calon debitur-baru) -- karena adalah tidak
perjanjlan novasi. Pasal1413 dalam sub 2 dan sub 3-nya, membedakan logls, bahwa dalam suatu perikatan, persoon debitur bisa seenaknya di-
novasi subjektif menjadi 2 kelompok, yaitu : v: ganti oleh debitur dengan persoon debitur lain. menginga! bahwa justru
Novasi Subjektif aktif dan dalam persoon debiturlah -- baik pribadi maupun daya pikul finansialnya --
terletak harganya suatu perikatan. Giri dasar kedua -- yaitu bahwa subjek
debitur lama ke luar dari perlk",tan dan digantikan dengan persoon debltur
yang baru -- tampak jelas pada kata "menggantikan", sedang dari kata itu
48) Menurut Ho~mann, pada hal. 369, H.R. mula-mula-- dalam arrestnya tanggal10
dihubungkan dengan kata-kata "dibebaskan dari perikatannya" dapat kita
Januari 1896. W.6762 --melihatnya sebagai suatu perjanjian novasi, kemudian
dalam arrestnya tan9gal 26 Mei 1916. N.J.1916, 711. menerimanya sebagai simpulkan, bahwa PERIKATAN LAMA -- atas dasar mana debitur lama
pe~anjian baru untuk memberikan pinjaman uang (pe~anjian hutang-piutang), terikat -- TELAH MENJADI HAPUS. Itulah sebabnya, bahwa NOVASI
dengan penyerahan uangnya melalui kompensasi seperti tersebut di atas, tetapi
kemudian' H.R. dalam arrestnya tan9gal 3 November 1927, N.J.1928, 43 dan 5 SEPERTI . INI PADA UMUMNYA MERUPAKAN PERJANJIAN TIGA
Januari 1928, N.J.1928, 388, kembali lagi kepada pendiriannya yang semula dan PIHAK, yaitu antara debitur lama dengan calon debitur baru -- bahwa
menganggap ada novasi.
debitur-baru mau menggantikan debitur-Iama sebagai debltur dari kreditur

32 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Pe~ika~an Bagian 2 Hukum Perikalarj'ililg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 . 33
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi Alau Pembaharuan Hulang

•• dan anlara debitur lama dengan kreditur, bahwa ia mau menerima inisiatitnya datang dari kreditur. Namun karena perumusan Pasai 1416
debitur-baru menggantikan kedudukan debitur-Iama. Dikatakan pada longgar sekali, sehingga dapat mellputi semua novasi subjektit pasit,
umumnya, karena pembuat undang-undang sendiri memberikan per- maka terpaksa klta simpulkan, bahwa DI SINI DIATUR TENTANG
kecualiannya, yaitu dengan menentukan -- dalam Pasal 1382 -- bahwa NOVASI SUBJEKTIF PASIF YANG PELAKSANAANNYA DILAKUKAN
pada asasnya, suatu perikatan dapat dilunasi oleh siapa saja, asal -- TANPA KERJA-SAMANYA DEBITUR-LAMA. Untuk novasl subjektit paslt
dalam hal perikatanl-.ya adalah untuk melakukan sesuatu -- tidak ber- yang dilakukan tanpa melibatkan debitur·iama, DOKTRIN MEMBERIKAN
tentangan dengan kepentlngan dari kreditur. Ini ditinjau dari sudutnya ISTILAH EXPROMISSIO. Tetapi menurut Rutten4". Istilah ini belum mem-
kreditur. Dari sudutnya debitur, pembuat undang-undang juga memberi- punyai arti 'yang baku dan adakalanya dipakai juga untuk menunjuk
kan perkecualian, yaitu dalam Pasal 1416. Di sana dikatakan, bahwa novasi subjektit pada umumnya, dan malahan meliputi baik novasi
novasi subjektit pasit dapat dilakukan tanpa bantuan debitur lama. Secara subjektit yang aktit maupun yang pasit. K.U.H.Perdata sendiri -- dalam
umum dapat dikatakan, bahwa orang normal mestinya akan senang kalau ketentuan undang-undangnya -- tidak menggunakan istilah itu. Para
ada orang lain yang mau membayar kewajiban hutangnya. Di samping itu, sarjana pada umumnya melihat Pasal 1416 sebagai ketentuan yang
ketentuan Pasal1416 tidak dapat dilepaskan dari pasal sebelumnya, yaitu mengatur tentang peristiwa expromissio.
Pasa11415. YANG DALAM NOVASI SEPERTIITU TIDAK BISA DIELAK-
KAN ADALAH KERJA-SAMANYA KR8JITUR. Selanjutnya PEMBUAT Dari kata-kata "tanpa bantuan sl berhutang yang pertama," kita tahu
UNDANG-UNDANG MEMBAGI LAGI NOVASI SUBJEKTIF PASIF bahwa NOVAql SEPERTI INI BISA TERLAKSANA DENGAN MELALUI
DALAM 2 KELOMPOK, YAITU YANG INISIATIFNYA DATANG DARI PERJANJIAN DUA PIHAK, YAITU ANTARA DEBITUR-BARU DAN
DEBITUR DAN YANG TERJADI TANPA.KERJA-SAMANYA DEBITUR KREDITUR5D Seperti sudah dlsebutkan di depan, ketentuan itu sarna
LAMA, yang nanti akan kita bahas lebih lanju!. sekali tidak aneh, kalau kita ingat Pasal 1382 ayat 2, yang menetapkan,
-.: bahwa pada asasnya perikatan dapat dilunasl oleh siapa saja, kecuali
a1. EXPROAf/SSIO. kalau tindakan itu -- seperti pada perikatan untuk melakukan sesuatu --
bertentangan dengan kepentingan kreditur.
Pasal 1416 mengatakan, bahwa: "PembaharLJan hutang dengan
penunjukan seorang berhutang baru unluk mengganli yang lama, dapat Untuk memudahkan pembaca membayangkan peristiwa expromissio,
dijalankan tanpa bantuim orang berhutang yang pertama." akan digambarkan dengan skema seperti di bawah ini :

Bahwa yang diatur di sini adalah novasi'subjektit pasit tampak dari kata-
kata "penunjukan searang berhutang baru untuk menggantl yang lama";
49) Rutten, hal. 394
JADI DI SINI YANG DIGANTI ADALAH PERSOON DEBITUR. Karena
Pasal 1417 -- yang akan kita bicarakan di bawah nanti -- mengatur 50) Menurut Hofmann, hal. 370, pembuat undang-undang keliru, karena novasi
selalu merupakan tindakan hukum antara tiga pihak, sehingga tidak dapat
tentang novasi subjektit pasit, yang inisiatitnya datang dari debitur, maka terlaksana tanpa kerja sarna debitur.
seharusnya dalam Pasal 1416 diatur tentang novasl subjektit pasi! yang

34 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bag;an 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 35
Novasi Alau Pembaharuan Hulang Novasi Alau Pembaharuan Hutang

unluk diperhalikan adalah -- seperti sudah dikatakan di depan -- bahwa


A
/". perikatan A - B, yang hendak dinovir harus benar-benar ada, karena kalau
tidak, maka tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para pihak yang
B c
mengadakan perjanjian novasi, lidak ada, alau dengan perkalaan lain,
Perikatan yang akan dinovir adalah hubungan hukum A - B, di mana B kausa perjanjian novasinya tidak ada. Perjanjian tanpa kausa batal demi
berkedudukan sebagal debitur terhadap A (kreditur), yailu dengan meng- hukum. Jadi kalau ladi di alas dikatakan, bahwa unluk adanya novasi
ganti figur debilur-Iama (B) -- dengan sepakatnya A dan C -- dengan perikatan B - C lidak relevan (tidak harus ada), sebaliknya perikatan A - B
persoon debilur-baru, yallu C . Perikatan A - B hapus dan muncul sebagai mutlak harus ada.
gantinya perikatan A-C.
Perhatikan, yang dikalakan adalah, bahwa perlkatan A - B harus ada;
Mungkin kita terusik untuk bertanya, koq C mau menggantikan kedudukan tidak dikatakan harus sah, karena lidak tertutup kemungkinan, bahwa
B sebagai debitur dari A? Walaupun undang-undang tidak mensyaratkan novasi itu justru sekaJigus diadakan untuk menghapus kekurangan/cacal
adanya hubungan hukum imtara B dane. -_ jadi bisa saja lerjadi karena, pada perikatan lama. Yang juslru selalu harus ada, adalah hubungan
umpama saja, C memang mau membantu B -- tetapi dalam prakteknya antara perikatan A - B dangan perikatan A - C, karena hubungan A - C
hampir selalu memang ada hubungan antara mereka, yang menjadi justru diadakan untuk mengganlikan A-B. Dalam perisliwa novasi yang
dasar, . bahwa C mau· menggantikan B membayar kepada A. Misalkan diadakan atas! perikalan yang iahir dari parjanjian yang mengandung
saja, karena C mempunyai hulang kepada B, yang sama jenis dan cacal, seperti umpama saja ada kesesatan, kreditur lidak perlu khawatir
besamya dengan hutang B kepada A. Yang perlu mendapal perhalian atas penolakan debitur-baru unluk membayar, dengan alasan, bahwa ia
adalah bahwa -- karena hubungan hukum B - C lidak harus ada -- maka menunlul pembatalan alas dasar cacat dalam perikatan lama, karena
konsekuenslnya hubungan hukum B .
. - C ~ak relevan untuk adanya
novasi, dengan perkataan lain"lidak relevan untuk lahimya hubungan A-
perikatan lama dengan novasi telah hapus, dan di samping itu, yang
berhak untuk mengemukakan cacat dalam peristiwa seperti itu, adalah
C (dan tentunya juga unluk hapusnya A - B). Ini jangan dikacaukan debitur-Iama dan temyata ia dahulu lidak telah mengemukakan itu.
dengan perjanjian novasinya.
Sekalipun. dalam Pasal 1416 tidak disebut-sebut tentang "kreditur dengan
Karena novasi didasarkan atas kehendak,. atau dengan perkataan lain tegas.menyatakan membebaskan debitur-Iama", tetapi menurut Rutten 52 ,
atas dasar sepakat, maka perjanjian novasinya sendiri harus memenuhi syaral tersebul juga berlaku di sini, karena sifat dari novasi mengharus-
semua syarat umum untuk sahnya suatu perjanjian 5 '. Yang juga penting kannya demikian.

51) Atau paling tidak memenuhi syarat untuk lahirnya suatu perjanjian, walaupun
dengan risiko. bahwa kalau perjanjian itu dituntut pembatalannya, maka 52) Rutten, hal. 395.
novasinya juga batal.

36 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum·Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 37

=
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novas; Alau Pembaharuan HUlang

Contoh peristiwa expromissio yang lain adalah dalam hal -- dalam skema Untuk peristiwa seperti ini, pembuat undang-undang memberikan istilah
tersebut di atas -- C mengikatkan diri kepada A, untuk menggantikan B khusus, yaitu DELEGATIO ATAU PEMINDAHAN. Mengenai istilah
sebagai debitur dan diterima oleh A, maka di sini ada novasi subjektit "delegatio", Rutten 53 mengingatkan, bahwa istilah tersebut belum mem-
pasit, yang tidak melibatkan persoon debltur-Iama. Seperti telah dikatakan punyai arti yang tetap dan adakalanya juga dipakai untuk menyatakan
di atas, Pasal 1382 ayat 2 menetapkan, bahwa pada asasnya -- novasi subjektit pasit pada umumnya54 atau malahan juga untuk novasi
sepanjang kepentingan kredilur tidak dirugikan -- perlkatan dapat dilunasi subjektit aktit55 .
oleh siapa saja.
Selanjutnya dari kata-kata "mengikatkan dirinya" tampak, bahwa ada
82. DELEGATIO ATAU PEMINDAHAN kesediaan darl debitur-baru -- dan karenanya telah ada sepakat atau
perjanjian dengan debilur-Iama -- untuk terikat pada (sebagai debitur dari)
Pasal 1417 mengatakan, bahwa "Oelegasi atau pemindahan, dengan kreditur. Kata "pembaharuan hutang" dalam rangkaian kaiimat Pasal1417
manaseorang berhutang, memberikan kepada orang yang menghutang- menunjukkan, bahwa kesemuanya itu tujuimnya adalah untuk mengada-
kan .padanya seorang berhutang baru, yang mengikatkan dirlnya kepada kan novasl.
si berpiutang, tidak menerbitkan suatu pembaharuan hutang, jlka si
berpiutang tldak secara tegas menyatakan, bahwa ia bermaksud untuk Pasal 1417, selain mengajarkan apa yang dimaksud dengan delegasl
membebaskan orang berhulang yang melakukan pemindahan itUi dari atau pemindahan, juga menentukan syarat, agar delegasi atau pemindah-
~ . .
perikatannya". an itu sah, yaitu pertama-tama, karena novasi didasarkan atas sepakat,
maka KREDITUR HARUS MENYATAKAN MENYETUJUI DAN
Dari kata-kata "seorang berhutang memberikan kepada orang yang MENERIMA DEBITUR-BARU YANG DISODORKAN OLEH DEBITUR-
menghutangkan kepadanya" dapat kita simpulkan, bahwa 01 SINI LAMA SEBAGAI DEBITURNYA DAN -- ini yang penting -- KREDITUR
INISIATIF
., ,- ,.
UNTUKMENGADAKAN
. . NOVASI'DATANG OARI OEBITUR. HARUS DENGAN TEGAS MENYATAKAN, BAHWA "IA BERMAKSUD
Hal itu juga dapat disimpulkan dari kata,kata "orang berhutang yang UNTUK MEMBEBASKAN ORANG BERHUTANG YANG ,MELAKUKAN
melakukan pemlndahan itu". Bahwa yang diganti persoon debitur juga PEMINDAHAN ITU". Seperti sudah dlkatakan di depan, syarat seperti itu
tampak" darikata-kata "memberjkan seorang berhutang-baru", adalahsyarat yang, patut sekali, sebab kalau hanya ada orang yang-
sehingga kita bisa simpulkan, bahwa NOVASI YANG DIATUR DI SINI menyatakan mau mengikatkan dirinya sebagai debitur pada kreditur, lalu
ADALAH NOVASI SUBJEKTIF PAStE

53) Rutten, hal. 394.


54) Menurut V511m;:ir,. hal. 461, mal~han istilah itu berlaku baik untuk novasi subJektif
pasif maupun yang aktif.
55) Seperti yang tampak Pilda Pasa11419.

38 Hukum Perikatan Tlg. Hilpusnya Perikalan Baglan 2 HukumPerikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 39
Novas; Atau Pembaharuan Hulang Novasi Alau Pembaharuan HUlang

debilyr-Iama sudah lerbebaskan dari perikalannya, maka debitur-Iama (delegatio imperfeeta). Akibat hukumnya adalah seperti dikatakan di atas,
dengan mudah sekali· bisa melepaskan diri dari' kelerikalannya dengan kreditur mendapatkan tambahan satu orang debitur lagi -- debitur-baru --
menyodorkan seorang gembel -- yang tidak mempunyai kekayaan apa- tetapi debitur-iama tetap terikat.
apa dan karena lidak usah khawalir akan langgung-jawab perdalanya --
Ditinjau dari sudut lain, peristiwa seperti itu mmp dengan perjanjian
sebagai ganlinya. Dan syaral "pernyalaan dengan legas bermaksud
dengan janji untuk pihak ketiga. Untuk jelasnya sekali lagi akan
membebaskan debilur" merupakan pencegahan terhadap kemungkinan
dikemukakan skema sebagai berikut :
kerugian kredilur alas peristiwa seperti itu, sebab jangan sampai terjadi,
bahwa kreditur harus menerima akibat hukum, yang sama sekali lain A
dengan gambaran yang muncul pada dirinya. Kreditur bisa saja mengira,
bahwa debitur memberikan kepadanya tambahan satu orang debitur lagi
di samping dirinya (debitur-iama). Lain iagi adalah, kaiau dengan se-
B
/""- C

pengetahuan dan persetOjuan kredit~r, debitur memerintahkan bank untuk B, debilur, mempunyai hulang terhadap A; Debilur (B)menawarkan
membayar sejumlah uang (kewajiban) debitur terhadap kreditur, maka kepada A seorang debilur-baru, yailu C, yang akan mengganlikan B
tentunya tidak dapat dikatakan di sana ada novasi, karena sekalipun Bank memenuhi kewajiban prestasi perikalan B lerhadap A. A setuju. Maka
bersed.ia untuk membayar uang (sebesar) kewajiban perlkatan debitur, ia anlara B dan C dilutup perjanjian, dalam mana B memperjanjikan sualu
tidak menggantikan kedudukan debitur sebagai debitur terhadap kreditur. hak untuk dirinya sendiri dan di samping itu memperjanjikan suatu hak
untuk A -- yang dalam hubungan hukum antara B - C adalah pihak katiga
a3, DELEGASI TAK SEMPURNA. -- yang isinya adalah sarna dengan kewajiban B terhada~ A. Dalam
perjanjian seperti itu, maka debitur-Iama B berkedudukan sebagai
Di samping ilu, pernyalaan kredilur ':memb$,askan debilur-Iama" meng- slipulator, debitur-baru (C) sebagai promisor dan kreditur (A) adalah
gambarkan eiri novasi, yailu perikalan lama hapus, sebab kalau debilur- pihak ketiga yang mendapat penawaran suatu hak56 . B (debitur lama),
lama masih lerikal, maka dl sana tidak ada novasi, sekalipun bisa saja dengan adanya C sebagai debllur baru, tidak menjadi bebas.
perjanjiannya, anlara debilur-Iama, debitur-baru dan kredilur, merupakan Bukankah ini sarna dengan figur delegasi yang tidak sempurna?
suatu perjanjian yang sah; tetapi dalam peristiwa seperti itu, hanya mem- Namun jangan lalu dianggap, bahwa dalam seliap delegasi yang 'gagal
bawa 'akibathUkum seperti tersebut di atas, yaitu kreditur mempunyai ada janji untuk pihak keliga, sebab unluk ilu harus dipenuhi .yaral Pasal
tambahan satu debitur lagi atau mungkin terjadi borgtoeht, kalau dipenuhi 1317.
syarat-syarat borgtocht.
DALAM HAL KREDITUR MENERIMA DEBITUR YANG BARU, TETAPI
MENOLAK ATAU TIDAK MEMBERIKAN PEMBEBASAN KEPADA
DEBITUR-LAMA, MAKA ORANG MELIHAT DALAM PERISTIWA 56) Pitlo-Bolweg, hal. 397.
SEPERTI INI ADA SUATU DELEGASI YANG TIDAK SEMPURNA

40 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perik'alan-Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 41
Novas; Alau Pembaharuan Hulang Novasi Alau Pembaharuan Hulang

membebaskaQ 8 dari kewajiban perikalan A - 8, maka -- dilinjau dari


a4. DELEGASI SEBAGAI PERJANJIAN T1GA PIHAK. sudut kreditur (A), ada pengganlian persoon debitur, sehingga di sini ada
novasi subjeklif pasif. Karena ada dua perjanjian novasi yang berkaitan
Selanjutnya dari ketentuan tersebut di atas kita tahu. bahwa DELEGASI
satu sarna lain, maka orang menyebulkan perisliwa seperti itu sebagai
ATAU PEMINDAHAN MERUPAKAN PERJANJIAN TIGA PIHAK, YAITU
NOVASI D08EL (dubbele novatie)57.
ANTARA DE8ITUR-LAMA. DE8ITUR-8ARU DAN KREDITUR. Dari uraian
di atas kita mendapatkar gambaran, bahwa untuk delegasi atau pemin- Peristiwa novasi seperti tersebut di atas bisa juga terjadi dengan cara lain,
dahan, pertama-tama debitur-Iama berunding dengan caion debitur-baru; yaitu B (krediturnya C) memperjanjikan dengan C. bahwa selanjutnya C
setelah ada sepakat, maka tahap berikutnya adalah debitur-Iama akan membayar kewajiban perikatannya tidak lagi kepada 8 tetapi
berunding dengan kreditur. Kalau tercapai sepakat untuk mengadakan kepada A. sedang C dibebaskan dari perikatannya kepada 8. A -- yang
novasi -- selain untuk menerima debitur-baru, sudah tentu termasuk untuk memang 'sudah dirunding sebelumnya -- menerima penawaran C dan
membebaskan debitur-Iama -- maka. \erjadilah novasi. Sekalipun demi- membebaskan 8 dari kewajiban perikatannya terhadap A. Perjanjian 8 - C
kian, pada asasnya tidak ada keharusan. bahwa novasi harus melalui tersebut dl atas mengandung janji untuk pihak ketiga. yaitu janji untuk A.
tahap-tahap seperti itu; bisa saja dirundingkan sekaligus oleh ketiga-tiga- Karena A menyatakan menerima penawaran itu, maka C terikat pada
nya. kewajiban tersebul. Di sini novasi dobel mengambil bentuk janji untuk
pihak ketiga5B . ,
Kalau _. seperti pada umumnya -- antara debitur-Iama (8) dengi," debitur-
baru (C) ada hubungan hukum, maka di sana kita melihat peristiwa
sebagai berikut :
dalam hubungan antara A - 8, A berkedudukan sebagai kreditur
dan 8 sebagai debitur; "1
dalam hubungan 8 - C, 8 berkedudukan sebagai kreditur dan C 57) Untuk "dubbele novatia" kita gunakan istilah "novasi dobel", karena nanti untuk
sebagai debitur. "meervoudige nova~ie" kita gunakan istilah "novasi ganda". .,
58) Hl;uus diakui, bahwa ada cara lain yang Ishih mudah untuk ditempuh, yaitu
Kalau dalam hubungan 8 - C dicapaj sepakat. bahwa 8 (krediturnya C) dengan cara : B menjual tagihannya terhadap C kepada A dan sekaligus men-
cedeernya. Uang hasH penjualannya dikompensir dengan hutang A terhadap B.
akan digantikan olehA, dan selahjulriya C oleh 8 dibebaskan dari Kalau hutang B terhadap A sarna atau lebih kecil dari harga penjualan tagihan B
perikatan 8 - C. maka -- dilinjau dari sudut C -- kila Iihat ada perjanjian (terhadap C) kepada A, maka dengan kompensasi seperti dikatakan di atas,
perikatan A· B hapus, sedang den gar'! penjualan dan cessie tagihan B (terhadap
novasi dengan penggantian persoon kreditur. yaitu dari B diganti menjadi C) kepada A, maka C terbebaskan dad kewajibannya terhadap B. Oi samping itu
'A, atau ada novasi subjektif aktif. Selanjutnya kalau A (krediturnya 8) ada keuntungan lain juga, yaitu : kesemuanya dapat te~adi tanpa melibatkan C.
Kerugiannya adalah, bahwa Pasal 141 8 dan 1419 untuk peristiwa seperti ini
menyelujui penawaran 8. untuk menerima C sebagai debitur-baru meng- tidak·berlaku, tetapi' sebaliknya A dapat menikmati Pasal 1533. Vide v.Brakel,
gantikan kedudukan B sebagai debitur-Iarna dan A sekaligus juga ha1.193, noot 1.

42 Hukum Perikalan Tlg. HapusnYca Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 43
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi·Atau Pembaharuan Hutang

a5. DELEGASI DAN SYARAT UMUM PERJANJIAN. mengemukakan tuntutan pembatalan adalah pihak dalam perjanjian itu
sendiri. Lebih-Iebih lagi kalau novasi itu justru dimaksudkan untuk __
Selanjutnya, pertama-tama -- sebagaimana juga sudah disebutkan di sepanjang dalam batas-batas yang dibenarkan oleh undang-undang __
depan •• perlu diingatkan, bahwa perjanjian-perjanjian itu -- sebagair1)ana memperbaiki cacat yang ada dalam perjanjian lama, kiranya tidak ada
perjanjian pada umumnya -- harus memenuhi syarat-syarat sahnya alasan untuk menyatakan novasi seperti itu tidak sah.
perjanjian. Tetapi untuk perjanjian antara debitur-Iama dengan kreditur --
yang hendak dinovir (dalam skema antara A dan B) -- sudah cukup: kalau Seperti sudah dikatakan di depan, yang mungkin masih menimbulkan
perjanjian itu ada, sekalipun mengandung cacat dan dapat dituntut pem- pertanyaan adalah mengapa atau untuk apa, debitur-baru (C) mau
batalannya59 • Tetapi kalau ternyata perjanjian itu batal, maka perjanjian mengikatkan diri pada kreditur (A) menggantikan debitur-Iama (B).
antara debitur-baru dengan kreditur (daiam skema antara C dan A) juga Walaupun tidak disyaratkan, tetapi pada umumnya dalam prakteknya
batal, karena tujuan bersama yang hendak dicapai dengan menutup antara debitur-Iama dengan debitur-baru memang ada hubungan hukum
perjanjian novasi -- yaitu mengganti perikatan lama (A - B) -- tidak ada. Di (dalam skemaantara B dan C) dan biasanya itu menjadi dasar kesediaan
dirinya untuk terikat pada kreditur.
samping 'itu, debitur-baru (C) juga dapat menuntut pembatalan perjanjian
antara dirinya dengan kreditur (dalam skema, antara C dan A), atas dasar A
kesesatan atas silat hakikat dari bendanya. Bukankah perikatan antara
debilur-Iama dengan kreditur (B dan A), yang dalam bayangan' debitur- ,/~
baru ada, dalam perjanjian itu menjadi pokok diadakannya perjanjian
B C
novasi dan karenanya kalau kemudian ternyata tidak ada, maka -- dari
sudutnyadebitur-baru -- ada kesesatan pada waktu menutup perjanjian.
v: b. NOVASI SUBJEKTIF AKTIF.
Sebagaimana dikatakan di atas, kalau perjanjian yang hendak dinovir itu
ada -- belum dibatalkan -- tetapi mengandung cacat -- yang memungkin- PADA NOVASI SUBJEKTIF AKTIF, YANG DENGAN SENGAJA DAN ATAS
kan untuk, atas tuntutan salah satu pihak, dibatalkan, tetapi belum PERSETUJUAN KEDUA BELAH PIHAK DIGANTI, ADAlAH SUBJEK
dituntut ,pembatalannya' ,- novasi tetap sah, dengan akibat -- karena KR!=DITURNYA.
perikatan lama' hapus -- debitur-baru tidak dapat menoiak tagihan kreditur
dengan rilengemukakan cacat dalam perikatan-Iama, apalagi dalam Disebut denganistiiah "aktil", karena yang diganti adalah subjek yang ada
pada segi aktiva daripada perikatan.
peristiwa seperti itu -- yaitu ada cacat dalamperjanjian -- yang berhak
Pasal1314 ayat 2 mengatakan: "apabila sebagai akibat suatu persetuju-
59) v.Brakel, hal. 191, mensyaratkan, bahwa perjanjian antara debitur-Iama- dengan an baru, seorang berpjutang baru ditunjuk untuk menggantikan seDrang
kreditur sah, tetapi kemudian mengakui, bahwa orarig bisa menoVir perjanjian berpiutang lama, terhadap siapa si berhutang dibebaskan dari perikatan-
yang walaupun tidak sah, tetapi ada. nya."

44 Hukum Perikatan Tlg~Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 45

;;L
Novasi Alau Pembaharuan;Hulang Novasi Alau Pembaharuan Hulang

Unsur "kehendak" di sini dinyalakan dengan legas dari kata "perse- demikian, maka sebenamya semua novasi adalah perjanjian pengganlian
lujuan", kata "baru" di belakang kata "persetujuan" menunjukkan kepada baik subjek maupun objek perikalan. Bukankah perikalan lama hapus dan
kita; bahwa yang dimaksud di sini bukan perselujuan yang menimbulkan karenanya subjek maupun objek perikalan juga hapus? (walaupun nanli
perikatan yang lama, lelapi suatu perselujuan lain, yang dibual sesudah disepakali perikalan "baru" dengan subjek alau objek yang sama dengan
adanya perikatan yang lama. yang hapus).

Sekali lagi kata "menggantikan" menunjukkan, bahwa kredilur iama Yang mungkin bi.sa menjadi masalah adalah, apakah bisa terjadi novasi
selanjutnya ke luar dari hubungan hukum anlara dirinya dengan debitur subjektif, di mana disepakati, balk kredilur maupun debitumya diganti?
dan kala "Ierhadap siapa (debilur; lambahan dati 'pen.) dibebaskan dari Kalau kila berarigkat dari pikiran, bahwa novasi adalah pengganlian
perikatannya", membawa kila kepada kesimpulan, bahwa perikalan yang perikatan -- dan perikalan di sini diartikan sebagai hubungan hukum
lama menjadi hapus dengan perjanjian novasi tersebut PERJANJIAN dalam lapangan hukum kekayaan, di mana di satu pihak ada hak dan di
NOVASI SEPERTIINI TIDAK BISA TIDAK MERUPAKAN PERSETUJUAN lain pihak ada kewajiban -. maka lidak mungkin ada novasi seperti itu.
TIGA PIHAK, karena antara kreditur-Iama dengan kredilur-baru harus ada Dalam peristiwa kesepakalan seperti ilu, yang ada sebenamya adalah
sepakal, dan imtuk pelaksanaannya harus ada kerja-samanya dari penghapusan perikatan yang mengikat para pihak dan ada perjanjian
debitur. Bukankah debilur harus sepakal untuk selanjulnya lidak mem- baru yang lain, anlara pihak-pihak yang lain.
bayar kepada kreditur lama, letapi kepada kreditur baru?

c. NOVASI GANDA (MEERVOUDIGE NOVATIE). D. AKIBAT-AKIBAT NOVASI

Walaupun tidak seeara tegas disebulkan da~m undang-undang, TIDAK


1. Pasal1418
TERTUTUP KEMUNGKINAN, BAHWA DALAM PERJANJIAN NOVASI,
SEKALIGUS ADA PENGGANTIAN OBJEK DAN SUBJEK PERIKATAN.
a. RISIKO KREDITUR
Dasar pikiran kita adalah, bahwa lidak ada undang-undang yang
melarang lindakan hukum yang demikian dan akal sehal kila juga
Selain daripada akibat umum sebagal yang sudah disebutkan dalam pem-
mengatakan, tidak ada halangan untuk menerima sahnya lindakan hukum
biearoan dl depan, undang-undang masih -- secara khusus -- mengatur
seperti itu. Memang har~s 'dlakui, bahwakalau dalam n~vasi perikatan-
beberapa akibat novasl yang lain.
lama hapus, maka pada novasi subjektif, sekalipun sebenamya yang
dimaksud/dituju adalah perubahan subjek perikatannya -- bisa subjek Pertama-tama dalam Pasal 141 B diatur akibat hukum yang berkaitan
debitur, bisa kreditur -- tetapi dengan hapusnya perikatannya lama, maka dengan delegasi. Dikatakan, bahwa: "SI berpiutang yang membebaskan
objek perikatannya juga hapus, sekalipun dalam perikatan yang baru si berhutang yang telah melakukan, pemindahan, tak dapat menuntut
disepakati objek perikatan yang sama. Kalau kita berpikir dengan eara orang tersebut, jlka orang yang ditunjuk untuk menggantikan Itu jatuh

46 HukiJm Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 47
Novasi Atau Pembaharuan Hutang
Novasi Atau Pembaharuan Hutang

dalam keadaan pailit atau nyata-nyata tak mampu, lerkecuali jika hak Kalau para pihak telah saling sepakat, bahwa debitur-Iama akan
penuntutan itu dengan tegas dipertahankan dalam persetujuan, atau jika ber:tanggung-jawab terhadap kreditur atas pelaksanaan pemenuhan
orang berhutang yang ditunjuk sebagai pengganti itu pada saat kewajiban perikatan debltur-baru, maka TANGGUNG-JAWAB DEBITUR-
pemindahan telah nyata-nyata bangkrut, atau telah berada dalam LAMA TIDAK DIDASARKAN ATAS PERIKATAN-LAMANYA __ yang
keadaan terus-menerus merosot kekayaannya." dengan novasl sudah hapus -- TETAPI BERDASARKAN PERJANJIAN
BORGTOCHTNYA.
Beberapa unsur yang menarik adalah, bahwa dalam delegasi tersebut,
kreditu, telah membebaskan debitur, dari ketentuan mana dapat kita
b. PERKECUALIANNYA.
simpuikan, bahwa, pertama-tama, DELEGASI TERSEBUT TELAH TER-
LAKSANA SECARA SEMPURNA (bukan delegasi yang gagal), kedua, Tampaknya penyimpangannya justru ada pada ketentuan. berikutnya,
bahwa PERlKATAN YANG LAMA TELAH HAPUS. yaitu KALAU DEBITUR-BARU -- pada saat perjanjian novasl dltutup __
Unsur berikuinya adalah, bahwa temyata . DEBITUR-BARU JATUH TERNYATA SUDAH JATUH PAILIT ATAU BANGKRUT DAN -- logis dan
' .. .
DALAM KEADAAN PAILIT ATAU NYATA-NYATA TAK MAMPU. Orang patutnya -- KEADAAN ITU TIDAK DIKETAHUI OLEH KREDITUR. Dalam
yang jatuh pailit adalah orang yang secara juridis dinyatakan bangkrui, hal demikian -- kata Pasal 1418 -- KREDITUR BERHAK UNTUK
sedang yang nyata-nyata tidak mampu adalah orang yang, walaupun MENUNTUT DEBITUR-LAMA. Untuk menggambarkan, bahwa ketentuan
juridis belum dinyatakan bangkrut, tetapi kenyataannya memang sudah ini merupakan ~uatu ketentuan khusus, dapat dlkemukakan dengan
bangkrut. menggambarkannya, seandalnya tidak ada pasal tersebut. Kalau pasal itu
tidak ada, maka dalam perlstlwa sepertl itu dapat kita katakan, bahwa
Kata Pasal.1418 selanjutnya adalah, bahwa dalam peristlwa seperti itu, untuk perjanjlan novasl yang terjadi di sana, unsur solvabilitas debitur-
KREDITUR TAK DAPAT MENUNTUT TANG~UNG-JAWAB DEBITUR- baru merupakan unsur yang penting sekali, yang menjadi dasar dladakan-
LAMA, suatu ketentuan yang ,asanya berlebihan, karena bukankah nya perjanjian atau dengan perkataan lain, atas dasar adanya unsur itu
perlkatan yang lama sudah hapus dan debitur sudah dlbebaskan dari maka perjanjlan ditulup, sehingga kalau unsur itu kemudian temyata tldak
perikatannya? Bukankah memang tidak ada kewaj/ban dan tidak dipei- ada, maka kreditur dapat menuntut pembatalan atas dasar kesesatan.
janjikan, bahwa. debilur harus atau akan menjamin pelaksanaan
. . - Dan sudah tentu untuk itu harus dipenuhi semua unsur-unsur lain sebagai
kewajiban debitur-baru? Orang tidak bisa mengetahui apa yang akan yang disyaratkan untuk menuntut atas dasar kesesatan. Temyata pelak-
" . . " .
terjadi di kemudian hari, dan pada asasnya, SETIAP KREDITUR sanaan Pasal14181ebih mudah dan sangat membantu.
MEMIKUL RISIKO, BAHWA DEBITURNYA MUNG KIN TIDAK DAPAT
MELUNASI HUTANGNYA. Dalam peristiwa sepertl tersebut di atas, kalau-. Yang tetap menjadi pertanyaan adalah, apakah hak tuntut kreditur dalam
pun debitur-Iama.tidak diganti dengan debitur-baru, kreditur juga memikul peristiwa itu didasarkan atas perikatan lama, yang seharusnya sudah
risiko kemungkinan mundumya kekayaan debltur-Iama. hapus? Akal sehat klta mengatakan, tldak mungkin, sebab kalau

48 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2
49
Novas; Alau Pembaharuan Hulang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

demiklan, maka perlkalan lama Iidak hapus dan ini berarti lidak ada menggunakan islilah "pemindahan alau delegasl" balk unluk menunjuk
novasl. Sekalipun demlkian, hal ilU Iidak mengurangi, bahwa perjanjlan kepada novasl subjektlt pasit maupun aklit.
seperti Ilu, anlara kredllur dengan debllur-Iama. merupakan perjanjian
BAHWA DEBITUR SEKARANG TIDAK BOlEH MENGGUNAKAN
yang sah. JADI MESTINYA HAK YANG DIPERJANJIKAN KREDITUR
EKSEPSI-EKSEPSI DAN TENTUNYA JUGA SEMUA TANGKISAN-
ADAlAH HAK UNTUK MENUNTUT GANTI RUGI. Dengan demiklan
TANGKISAN LAIN -- yang sedianya dapal la majukan lerhadap kredilur-
sekaligus diakui, bahwa semua accessolr pada perlkalan lama sudah
lama -- TERHADAP KREDITUR-BARU. ADAlAH KETENTUAN YANG
Iidak ada lagl6o •
lOGIS SEKALI -- dan malahan sebenarnya agak berlebihan -- karena
adalah menjadl ciri novasi, bahwa perikalan lama -- dengan semua
2. Pasa11419. accessoirnya -- dengan perjanjian novasl menjadi hapus. Malahan, kalau
perisliwanya adalah seperti yang digambarkan lersebul dl alas, yallu
a. AKIBAT NOVASI BAGI DEBITUR·BARU. dalam perjanjian anlara B dengan C, B menjanjikan sualu hak unluk
keunlungan A -- kredilur-baru -- maka (adanya) hubungan anlara B dan C
Kalau Pasal yang lalu memandang akibal novasi darl sudulnya kredilur, sarna sekali lidak relevan unluk hubungan A - C, dan malahan ada
maka dalam Pasal1419 dialurlenlang AKIBAT NOVASI BAGI DEBITUR- kemungklnan A sarna sekali lidak lahu ada alau Iidaknya hubungan
BARl,J. Kalanya: "Si berhulang yang secara pemlndahan, lelah mengikal- anlara B - C. Kir~nya adalah sarna sekali Iidak palul, bahwa kred'ltur-baru
kan dirlnya kepada seorang berplulang-baru, dan dengan demlklan lelah A, harus menanggung risiko, _bahwa lerhadapnya akan dimajukan
dibebaskan lerhadap si berpiulang-Iama, lak dapal lerhadap si langkisan-Iangkisan, yang dldasarkan alas kelemahan alaupun kekurang-
berplulang-baru memajukan langkisan-Iangkisan, yang sebenarnya ia an yang ada pada perlkalan lain yang la sarna sekali lidak lahu adanya61 .
dapal majukan lerhadap sl berpiulang-Iama, meskipun ini Iidak
dlkelahuinya sewaklu membual perlkalan iiaru; namun ilu dengan Iidak Prinslp sepertl ilu lidak menjadi berubah, sekallpun debilur membuktikan,
mengurangi, dalam hal yang lerakhlr ladl, hak unluk menun!uI si bahwa ia semula lidak lahu adanya langkisan-Iangklsan seperti ilu dalam
berpiulang-Iama." perikalan lama, demlkian kala Pasa11419. Rupanya pembual undang-
undang khawalir, bahwa hakim akan lerpengaruh oleh -alasan yang
Yang langsung menarlk perhalian kila adalah, bahwa dl sinl dlbicarakan dikemukakan debilur, bahwa seandainya ia lahu sebelumnya, maka ia
akibal daripada "pemlndahan" (alau delegaSi), padahal yang berganti lidak akan mengadakan novasl.
adalah persoon kredllur. De'ngan demlkian pembual undang-undang

60) v. Brakel, hal. 195. noot 1; Rutten, hal. 408, hak atas ganti rugi itu didasarkan atas
kepatutan. 61) Sekalipun harus diakui, bahwa ketentuan seperti itu bagi C juga dirasakan tidak
adi!.

50
.
Hukum Perlkalan Ttg: Hapusnya Perlkalan Baglan 2 •
. Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Baglan 2 51

'-
Novas; Atau Pembaharuan Hutang
Novas; Atau Pembaharuan Hulang

b. HAK DEBITUR TERHADAP KREDITUR-LAMA. perikatannya menjadi berubah sarna sekali dan karenanya dikatakan,
Namun TANGKISAN-TANGKISAN SEPERTIITU MASIH DAPAT DIMAJU- yang lama telah diganti dengan yang baru. Namun yang mengenai novasi
KAN KEPADA KREDITUR-LAMA, KALAU IA PADA WAKTU MENGADA- subjektif, ada yang berpendapat lain. Menurutnya dalam novasi seperti
KAN NOVASI TIDAK TAHU ADANYA TANGKISAN-TANGKISAN ITU. itu, tujuan novasi adalah mengubah persoon/subjek debitur atau kreditur,
Syarat "tidak mengetahui" adalah patut sekali, karena kalau ia tahu sehingga secara logis tidak harus membawa perubahan pada perlkatan-
64
. adanya hak seperti dan ia tidak telah memanfaatkannya, tetapi malahan nya • Perlu diingat, bahwa kata "perikatan" digunakan dalam pelbagai
mengadakan perjanjian novasi, maka dapat kita anggap, bahwa yang arti dan karenanya apakah dalam novasi "perikatan" lama hapus atau
bersangkutan telah melepaskan hak itu. Masih adanya hak untuk meng- tidak, bergantung dari arti yang kita berikan kepada kata "perikatan"
6S
ajukan tangkisan terhadap kreditur-Iama --. sekalipun harus dipenuhi tersebut Walaupun demikian, dari ketentuan-ketentuan tentang novasi
syarat seperti yang disebutkan dalam Pasal1419 -- merupakan suatu per- dapat kita simpulkan, bahwa ternyata pembuat undang-undang telah
kecualian terhadap prinsip, bahwa dengan novasi perikatan lama memberikan "hapusnya perikatan lama" sebagai ciri suatu novasi.
.hapus62 • Karena undang~undang tidak menjelaskan lebih lanjut, tunMan
apa yang bisa. dimajukan terhadap kreditur-Iama :- padahal perikatan b. AKIBAT NOVASI TERHADAP JAMINAN-JAMINAN
lama sudah hapus -- maka orang menyimpulkan, bahwa DEBITUR KEBENDAAN.
HANYA BISA MENUNTUT GANTI-RUGI SAJA63 .
Pasal 1421 mepgatakan: "hak-hak istimewa dan hipotik-hipotik yang
melekat pada piutang lama, tidak berpindah kepada piutang-baru yang
3. AKIBAT NOVASI TERHADAP HAK-HAK JAMINAN
menggantikannya, kecuali kalau hal itu secara tegas dipertahankan oleh
a. AKIBAT UMUM sl berpiutang".

Sebagaimana disebutkan di atas, salah sato','ciri novasi adalah hapusnya


perikatan lama yang dinovir.. Hal itu .tampak sekali pada novasi objektif, 64) Rutten, hal. 396; Meijers, hal. 26. mengatakan, bahwa apakah dalam peristiwa, di
karena dalam novasi seperti itu, dengan digantinya objek prestasi atau mana diperjanjikan penggantian subjek debitur dengan membebaskan debiturM
MM

lama -- perikatan-Iamanya tetap sarna atau tidak, tidak bisa dijawab secara
causa daripada perjanjian yang melahirkan perikatan tersebut, identitas umum. Kesemuanya bergantung dan peristiwanya, dengan memperhatikan segi
pragmatis.

65) Menurut Rutten, hal. 396-397, kata tersebut biasanya digunakan dalam arti.
62) Oleh Hofmann, ha1. 373-374, diperingatkan, bahwa tidak termasuk di dalamnya, hUbungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan, di mana di satu pihak ada
kalau debitur tidak tahu, bahwa sebenarnya ia tidak mempunyai hutang, sebab hak dan di lain pihak ada kewajiban.
dalam hal demikian perjanjian novasi batal karena tidak ada kausanya atau Tetapi kata itu juga digunakan untuk menunjuk kepada perikatan sebagai suatu
tuntutan debitur, atas dasar kesesatan, dituntut pembatalannya, sehingga debitur benda (zaak). Katanya, dalam hUbungannya dengan pembicaraan kita mengenai
tidak usah membayar. hapusnya "perikatan" karena novasi, kata "perikatan" mempunyai art! "schuldl
hutang" (kewajibanprestasi), sedangkan kalau Pasal 1381 menyebutkan novasi
63) Rutten, hal. 407-408.
sebagai cara untuk hapusnya "perikatan", maka perikatan di sana mempunyai arti
sebagai "bendalzaak".

52 Hukum Perikalan Tlg.-Iiapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 53
Novasi Alau Pembaharuan Hulang Novasi Alau Pembaharuan Hutang

Bahwa hak islimewa dan hipOlik yang aeeessoir pada perikalan lama Kelompok yang lain memberikan arti yang lain lagi, yailu bahwa SEKALI-
dengan novasi menjadi hapus adalah logis, karena hal ilu sesuai dengan PUN KREDITUR MENYATAKAN TETAP MEMPERTAHANKAN HAK
eiri daripada perjanjian novasi. Sebenarnya lidak ilu saja, letapi SEMUA ISTIMEWA DAN JAMINAN-JAMINAN KEBENDAAN YANG ADA PADA
HAK ,JAMINAN YANG MELEKAT PADA PERIKATAN LAMA MENJADI PERIKATAN-LAMA, TETAPI PEMBERI JAMINAN TETAP HARUS MEM-
HAPUS, TERMASUK JAMINAN GADAI DAN FIDUCIA, KALAU ADAs", BERIKAN GADAI DAN HIPOTIK SEKALI LAGI, SEDANG HIPOTIKNYA
Yang bisa menimbulkan masalah adalah, arti yang bagaimana yang akan HARUS DIDAFTARKAN LAG!. HANYA SAJA DENGAN PERBEDAAN,
kila berikan pada kala-kala "kecuali kalau hal ilu seeara legas diper- YAITU BAHWA SEKALIPUN GADAI DIBERIKAN SEKALI LAGI DAN
lahankan"? Kalau dengan ilu diartikan, bahwa dengan memperjanjikan HIPOTIK DIPASANG LAGI, TETAPI KEDUDUKANNYA TETAP SAMA
"hak-hak islimewa dan hipOlik lelap ada pada perikalan yang baru" saja, SEPERTI GADAI DAN HIPOTIK YANG ADA PADA PERIKATAN YANG
maka perikala n yang baru sudah mengandung jaminan-jaminan seperti TELAH HAPUS DENGAN NOVAS!. Kalau dulu kredilur adalah pemegang
S7
ilu, maka kelenluan Pasal 1421 lidak sesuai dengan prinsip novasi . gadai yang pertama, maka sekarang kedudukannya juga sebagai
Ada yang berpendapal, bahwa kala-kala itu dapal dianggap seperti lidak pemegang gadai yang pertama dan kalau dulu hak kreditur adalah hak
ada, lelapi ada juga yang lelap mau memberikan arti kepada kala-kala hipolik yang pertama, maka sekarang -- sekalipun mungkin sudah ada
ilu, karena bukankah memang ada lereanlum seperti ilu? Di anlara pemegang hipolik yang kedua -- kedudukannya lelap adalah kredilur
mereka ada yang berpendapal, bahwa hanya dengan memperjanjikan', pemegang-hipolik yang pertama, sekalipun pendaftarannya mungkin di
bahwa semua hak islimewa dan hak-hak jaminan kebendaan yang lain belakang pemegang; hipOlik- keduaSB , TETAPI DENGAN PEMBATASAN,
lelap dipertahankan, maka perikalan yang baru sudah olomalis HANYA SAM PAl SEBESAR NILAI (beban) HIPOTIK LAMA YANG
S9
mengandung aecessoir-accessoir seperli ilu. Yang menjadi lerasa janggal HAPUS . Pembalasan lain menurul Pollhier adalah, bahwa memperjanji-
sekali adalah mengenai segi hak islimewanya, karena yang namanya hak kan hipolik "lelap ada" pada perikalan yang baru, hanya mungkin kalau
islimewa, pasli lidak bisa diperjanjikan,. karena'.'adanya sudah dilenlukan hipolik ilu menindih persil debllur sendiri dan lidak bisa kalau persil i,I
oleh undang-und"ang sendiri berdasarkan silal perikalannya (Pasal 1134 jaminan adalah milik pihak keliga70 Sudah lenlu keeuali pihak keliga
jo Pasal1139 dan 1149). pemberi hipolik menyelujuinya.
Kalau -. seperti yang dikalakan oleh pendapal yang kedua _.' selelah para
pihak memperjanjikan seperti ilu, ialu diikuli dengan pemasangan lagi
hipoliknya, kiranya kila bisa menerimanya dan kalau klla melihal kepada
66) Pltlo-Solweg, hal. 398; Tidak disebutkannya gadai adalah karena dalam Code
Civil, hak istimewa meliputi gadai; demikian Rutten, haL "405.
68) Dengan demikian berartl, bahwa pemegang hipotik kedua tidak bergeser menjadi
67) Pitlo-Bolweg, hal. 398, mengatakan, bagaimana orang bisa mempertahankan pemegang-hipotik-pertama, sekalipun perikatan pokok yang dijamin dengan
sesuatu yang sudah tidak ada? Kecuali bagi mereka yang berpendapat, bahwa hipotik pertama hapus dan seharusnya accessoirnya menjadi hapus pula.
pada .novasi subjektif perikatan lama ada kalanyatidak hapus, yangjustru melihat
69) Rutten, hal. 404, dengan menunjuk kepada Pasal1221 (PasaI1176, Ind.).
pasal ini sebagai dasar untuk berpendapat seperti ilu.
70) op.ci!., hal. 404·405.

54 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Ba9ian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 55

j
Novasl AlauP~mbaharuan Hulang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

Pasal 1422, rupanya memang begilu maksud dari pembuat undang- PERJANJIAN NOVASI -- lermasuk novasi dengan pengganlian salah
undang. Yang baru dari pendapat yang kedua tersebul adalah, bahwa seorang dari debitur tanggung-menanggung -- PERIKATAN LAMA -- alas
kedudukan hak jaminan kebendaannya adalah sarna dengan yang telah dasar mana para debilur langgung-menanggung lerikal -- ATAS DASAR
hapus dengan adanya novasi. PERJANJIAN NOVASI MENJADI HAPUS, KARENANYAADALAH LOGIS,
KALAU KAWAN- DEBITUR TANGGUNG-MENANGGUNG JUGABEBAS.
C. TERHADAP DEBITUR TANGGUNG-MENANGGUNG. Demikian Pasai 1424 ayal 1.

Pertama-tama perlu kita sepakati dulu, siapa yang kita sebul sebagai d. AKIBAT NOVASI TERHADAP BORG.
debilur langgung-menanggung. Kila berbicara lentang debitur tanggung-
menanggung kalau ada perikalan langgung-menanggung. Menurut Pasal Berdasarkan kelenluan Pasal 1424 ayal 2, dengan adanya novasi
1280, maka terjadilah perikatan tanggung-menanggung di pihaknya subjektif, dengan mana ada pengganlian subjek debilur-utama, maka
orang-orang yang berhulang, mana kala mereka kesemuanya diwajibkan borg menjadi bebas.
melakukan sesuatu hal yang sarna, demikian bahwa masing-masing
.. " . ,Kata :s,i .. berhulang-ulama" menging"tkan. kepada kila, bahwa. borg,
dapat dituntut untuk seluruhnya, dan pemenuhan olehsalahsatu mem-
sebagai penjamin, lelah juga mengikalkan dirinya sebagai debilur pada
bebaskan kawan-kawan berhutang yang lainnya terhadap si berpiutang.
perikalan yang ia tanggung, dan karenanya ia berkedudukan sebagai
Jadi dalam perikatan tanggung-menanggung, daJam satu perikatan yang debitur juga, sehillgga ia mempunyai baik hUlanglschuld maupun haftung.
sarna, terhadap seorang kredilur ada lebih dari seorang debilur, yang Karena ia juga berkedudukan sebagai debilur, maka unluk. membeda-
masing-masing bisa ditagih unluk seluruh prestasi, dengan ketentuan, kannya dari debilur-asii -- yang kewajiban perik"lannya dilanggung oleh
bahwa pemenuhan oleh yang satu, membebaskan kawan-debilur yang borg -- maka debilur asii disebul sebagai debilur-ulama. Di samping ilu,
lain71 . Pada perikatan seperti ini, KEWAJIB~ PRESTASINYAADALAH kala "ulama" adalah selaras dengan kelenluan Pasal 1831, yang
SATU (kesatuan yang sarna), YANG BERLAKU UNTUK SEMUA mewajibkan kredilur unluk menagih debitur-asli lebih dahulu, dari
DEBITUR. Karena para debilur tanggung-menanggung mempunyai ke- kelenluan mana tampak, bahwa debilur-asli adalah yang pertama-lama --
wajiban preslasi yang sarna terhadap kreditur, maka pemenuhan prestasi dan karenanya yang ulama -- harus dilagih lebih dahulu.
perikatan oleh salah seorang debitur tanggung-menanggung, selain mem-
Kelenluan Pasal 1424 ayal 2 adalah patut sekali, karena SELAIN DARI-
bebaskan 'dirinya, juga membebaskan kawan-debilurnya yang lain dari
PADA, BAHWA BORG MENGIKATKAN DIRI UNTUK MENJAMiN PER-
perikatan, yang menjadi hapus karena pembayaran tersebut. PADA
IKATAN TERTENTU -- yang dalam hal ini lelah hapus dengan perjanjian
novasi -- BORG JUGA MENGIKATKAN DIRI DENGAN MELIHAT
KEPADA PERSOON DEBITUR-UTAMA, baik karakler maupun kemampu-
71) J.Salrto, Perikatan Pada Umumnya, hal. 330. an finansialnya. Karenanya adalah bertentangan dengan sifal daripada
perjanjian borglochl, apabila -- dalam hal ada pengganlian subjek debilur-

56 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya F'.,rikalanBagian 2 57
Novasl Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

utama .- borg harus tetap terikat sebagai penjamin debitur-utama baru, keputusannya No.194/19821PdVP.T.Smg. tertanggal 5 November 1983,
yang mungkin sekali tidak dikenal olehnya. Peristiwanya menjadi· lain, yang akan dikemukakan di bawah inL Yang lain adalah kepulusan
kalau borg memberikan persetujuannya dan mengikatkan diri lagi pada Pengadilan Jakarta Pusat No.229/1984 G., tanggal 31 Januari 1985,
perikatan yang baru. Dengan demiklan adalah patut sekali, kalau DALAM dikuatkan oleh P.T. Jakarta dengan keputusannya No.437/PdV1985/PT.
HAL INI BERLAKU PRINSIP, BAHWA BORG TERBEBASKAN, KALAU DKI, tertanggal 17 Oktober 1985. Kedua perkara lersebul di atas pun __
DEBITUR-UTAMA BERGANTI. selain lidak secara tegas mengatakan apa-apa tenlang novasi -- akhirnya
dibatalkan oleh M.A. Sekalipun dalam kedua perkara tersebut sebenarnya
e. PERKECUALIAN. ada tanda-landa adanya peristiwa novasi, tetapi ternyala di/ewatkan
begitu saja dan sama sekali lidak dipertimbangkan kemungkinan adanya
Dalam Pasal 1424 ayat 3 disebutkan, bahwa apabiia kreditur dalam per-
unsur novasi di sana.
janjian novasi telah menarik-serta semua debitur tanggung-menanggung
yang lain atau apabila pada perjanjian novasi dengan debitur-utama,
a. CONTOH PERISTIWA I. PERKARA "PERUBAHAN HUTANG-
kreditur menarik-serta borg, agar mereka tetap mall terikat -- sebagai PIUTANG MENJADI JUAL-BELI".
d.ebitt~t;'SGrta atau bvig -- pada- Pt:H"i"~tBi~'baru, tstapi debitu·r-sertadan
borg ternyata menolak, maka tidak terjadl novasi, dengan konSeku<>nsi.. Duduk perkaranya secara ringkas adalah sebagal be';,ut :
.nya, perlkatan lama tetap utuh. JADI SEBENARNYA DI SINI DIATUR
H. t€:!lal-. meminjam uang da(i beberapa orang f; :~ditl:lr; kita sebut saja
DALAM HAL ADAPERJANJiAN-NOVASI-BERSYARAT. Syaratnya adalah
para kreditur adalah S.W. c.s. (S.W semula bername '~'i B.L.), dan
debitur-serta yang lain dan borg tetap terikat pada perlkatan yang baru,
hutang-piutang mana dijamin dengan 5ebidar.0 tanah miiik H., retapi
yang lahir dari perjanjian novasi. BAHWA KALAU SYARATNYA TIDAK
tertu/is atas nama ayah H., yaitu A.S. (semu', bernama Tan K.L.). I
.,DIPENUHI, TIDAK TERJADI NOVASI, ADALAH SUDAH DENGAN I
Setelah pada waktu jatuh tempo, H. sebaga: debitUi tidak dapat ;1
SENDIRINYA. '"
memenuhl kewajiban pe/unasan hUlangnya, m~kamereka, yailu H., A.S.,
dan S.W. c.s. (yang disebut terakhir ada/ah para-kredilur-penggugal)
4. PENERAPANNYA DI PENGADILAN INDONESIA. saling sepakat untuk membayar hulang tersebiJ1: dengan meriutup
perjanjian jual-beli persil jaminan lersebul di alas, sedang pembayaran
Sekalipun perjanjian novasi merupakan peristiwa yang -- tanpa sepenuh-
harganya -- dengan memperhitungkan besarnya hulang dengan harga
nya kita sadari -~ terjadi sehari-hari, tetapi ternyata -- paling tidak karena
penjualan itu -- dilakukan dengan Cara kompensasL Karena selelah jual.-
keterbatasan sumber informasi yang penulis miliki -- tidak mudah bagi
beli, pihak A.S lidak mau mengosongkan persil tersebul, maka pihak
penulis untuk menernukan contoh praktek pelaksanaan perjanjian novasi
S.w.c.s mengajukan gugatan kepada Pengadllan.
dalam peradllan di Indonesia sesudah tahun 1950. Dua contoh yang
penulis temul adalah, pertama keputusan P.N. Purwokerto 34/1981/Pdt.G.
tertanggal 21 Januari 1982, yang dikuatkan oleh P.T. Semarang dengan

58 Hukum Perikatan rtg. Hapuiny~ Perikatan Bagian 2 HUkum. Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 59

i
i J
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novasi Atau Pembaharuan Hutang

Kelika masalah ilu sampal dl Pengadilan Negeri Purwokerto72 , perjanjian jual-beli tersebut. Namun dugaan itu menjadi kabur,
Pengadilan lersebul lelah memberikan pertimbangan anlara lain sebagal karena PengadiJan bukannya menunjuk kepada Pasal 1417
berikul: untuk menyatakan, bahwa perjanjian seperti itu memang di-
perbolehkan oleh undang-undang, tetapi justru mendasarkan
menimbang, .
pertimbangannya kepada Pasal 1337, dengan mengemukakan,
menimbang, bahwa kemudian adanya persyaralan, adanya barang bahwa perjanjian tersebut tidak mempunyai kausa yang
lertenlu 73 , maka darl PI dan PII lernyala objek jual-beli telah terlarang.
disebulkan secara pasli dan jelas sebagai disyaralkan peraluran
Pihak lergugal -- A.S. -- lidak puas dan mengajukan banding. Dalam
yang berlaku, dan akhirnya adanya persyaralan yang ke-4, yallu
banding kepulusan lersebul di alas dikualkan 74 .
adanya sebab yang halai, maka dari kenyalaan adanya peralihan
perselujuan hUlang-piulang menjadi perjanjian jual-beli dengan Perkara ini dilanjulkan dengan mengajukan kasasi.
. sepakal kedua belah pihak dengan jalan musyq.warah, adalah
merupakan hal yang lidak bertenlangan dengan kelertiban umum Dalam kasasi oleh' M.A.. antara lain lelah dipertimbangkan sebagai
berikut:
maupun kesopanan;
menimbang, .......
Komentar:
menimbang, bahwa apabila jUdex facli memberikan pertimbangan
Kita melihat di sini ada perjanjian novasi objektif, di mana
yang sempurna, akan lerbukli, bahwa sesungguhnya jual-bell
yang diubah adalah kausanya. PengadiJan dengan benar telah
menonjolkan, bahwa perjanjian novasi terjadi dengan per- lanah lersengkela anlara penggugal-asal dengan lergugal-asai
setujuan para pihak.. Juga, walaupun secara samar-samar, kita merupakan perbualan terselubung, yailu bahwa sesungguhnya
boleh menduga; bahwa Pe,?gadiJaQ: sebenarnya hendak hUbungan hukum yang ada adalah hubungan hutang piutang
mengatakan, bahwa kausa daripada perjanjian jual-beli antara penggugal-asal dengan Haryanlo, anak lergugal-asal, akan
(perjanjian novasinya) adalah perjanjian hutang-piutang yang lelapi dengan dalih bahwa lanah lersengkela adalah lanah milik
telah mereka., tutup, yang akan dihapusdengan muncul Haryanlo yang dialasnamakan lergugal-asal, maka dibuatlah

72) Keputusan P.N. Purwokerto No. 34/19811Pdt.G. tertanggal 21 Januari 1982,


dalam perkara "PERUBAHAN HUTANG PIUTANG MENJADI JUAL BEll", dimua!
dalam y.\. 1985 - II, hal. 222.
73) Pertimbangan ini ada dalam rangkaian pertimbangan Pengadilan mengenai 74) P.T. Semarang No.194/19821PdVPT.Smg. tertanggal 5 November 1983, dalam
unSUf-unsur pe~anjian berdasarkan Pasal1320 K.U.H.Perdata untuk menetapkan perkara' PERUBAHAN HUTANG PIUTANG MENJADI JUAL-BELI", dimua! dalam
sahnya suatu perjanjian. y.\. 1985 -11. ha1.218.

60 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian.2 61

_.......,
Novas; Atau Pembaharuan Hulang
Novas; Atau Pembaharuan Hulang

perjanjian jual b·eli antara penggugat-asal dengan tergugat-asal ("oorzaak") dari terjadinya perjanjian juai-beli tersebut harus diper-
sebagai pemilik sertilikat atas tanah tersebut sebagai pelunasan timbangkan;77
. dari hutang Haryanto kepada penggugat-as aJ;'5 menimbang, bahwa apabita sebab ("oorzaak") dari perjanjian juat-
menimbang, bahwa adanya hubungan hutang-piutang yang men- beli dipertimbangkan, maka hubungan hukum yang sesungguh-
jadi sebab ("oorzaak") darl perjanjian jual-beli antara penggugat nya adalah hubungan hutang-piutang antara penggugat-asat
asal dengan tergugat asal diakui, baik oleh penggugat asal dengan H, anak tergugat-asai, sehingga H harus turut digugat baik
maupun oleh tergugat asai, namun penggugat asal mendallh- sebagal tergugat I atau sebagai tergugat II;
kan dasar gugatannya kepada adanya perjanjian jual-bell yang menimbang, ...... 78
diadakan di muka notaris/Pejabat pembuat Akta Tanah dan sudah
Komentar:
adanya akla jual-bell (bukti PI dan PII);76
Kemungkinan adanya novasi di sini sama sekali tidak di-
menimbang, bahwa oleh karena perjanjian jual-bell antara ;1
pertimbangkan, bahkan sama sekali tidak diberikan alasan
penggugat-asal dengan tergugat asal tidak sepenuhnya memenuhi
mengapa hal itu tidak perlu diperhatikan dalam peristiwa ini.
ketentuan Pasal 1457 K.U.H.Perdata, di mana harus ada Kalaupun kita berpegang pada wujud formalnya, yaitu persiJ
I
•..11

"j
,II
penyerahan barang dan pembayaran harga barang, maka sebab itu tertulis atas nama ayahnya (A.S.), kita masih bisa I

:il
I
il
Yang menaril< perhatian kita adalah, bahwa di sini dipertimbangkan, bahwa 77) Kalau benar memang kita berpegang kepada Pasal 1457, justru di sana ~- sesuai 'II
75) dengan prinsip" bahwa perjanjian menurut K.U.H.Perdata pada asasnya bersifat ;i
I
penutupan. perjanjian jualMbeli tersebut, merupakan perbuatan yang terselubung. ii
Dan pertimbangan tersebut sudah tampak, bahwa dl sini sarna sekali tidak obligatoir -- untuk sahnya jual-beli tidak disyaratkan penyerahan objek jual- i:
dipertinibangkari kemungkinan adanya perjanjia~ novasi. Tetapi kalau ada belinya. Penyera!lannya bisa dilakukan kemudian dan bahkan -- menurut II!

perbuatan yang terselubung, maka mestinya ka'u~a yang sebenarnya dari prinsip K.U.H.Perdata -~ bisa secara constitutum posesorium dan traditio brevi
perbuatan itu disembunyikan, dan logisnya.~ausa itu disembunyikan, kalau kausa manu.
itu terlarang. Dalam peristiwa ini baik perjanjian hutang piutang maupun Sebagai telah disebutkan di depan, bahkan aleh Pitla dikatakan, bahwa pada
pe~anjian jual-beli tidak terlarang, sehingga kesimpulan kita adalah, bahwa yang pe~anjian riil seperti hutang-piutang -- yang baru timbul kalau uangnya sudah
dimaksud dengan perbuatan terselubung adalah adanya Ksebab yang lain diserahkan -- tidak ada ketentuan yang mengharuskan, bahwa uang itu secara
daripada yang dinyatakan" (vide Pasal 1336), tetapi -~ kata Pasal 1336 nyata-nyata (secara faktual) diserahkan; vide Pitlo-Bolweg, hal. 394.
selanjutnya __ perjanjian seperti itu tetap sah, kalau memang ada sebab yang Dengan perkataan lain, adanya pengakuan, bahwa uang pinjaman tersebut telah
hala\. Dan memang kedua perjanjian di sini mempunyai sebab yang hala\. diterima; l~fudah cUkup. Juga Hafmann, hal. 369, berpendapat seperti itu, dan
malahan mengatakan, bahwa ia tidak melihat adanya halangan, sekalipu,n tidak
76} Sebenarnya di sini sudah diakui, bahwa perjanjian hutang-piutangnya merupakan ada penyerahan uang secara nyata, karena bisa saja ua'ng itu atas dasar-alasan
kausa daripada pe~anjian jual-beli, hanya sayangnya perjanjian jual-beli itu tidak lain sudah ada pada debitur (dengan menunjuk kepada Pasal 667 ayat 2 yang
dianggap sebagai perjanjian navasi. Kalau di sini diakui ada perjanjian novasi, adalah sarna dengan Pasal 612 ayat 2 K.U.H.Perdata Indonesia).
maka, tidak aneh kalau sekarang gugatan didasarkan, atas pe~anjian jual-beli,
karena dengan novasi'perikatan~perikatan yang lahir dari pe~anjian (yang lama) 78) M. A. 11 Jun; 1985 No. 400 i</PdV1984, datam perkara "PERUBAHAN HUTANG
hutang piutang telah menjadi hapus. PIUTANG MENJADI JUAL-BELI", dimuat dalam Y.1. 1985 -II, hal. 211.

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan ltg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 63
62

~
"J
Novasi Atau PembaharuanHulang
Novasi Atau Pembaharuan Hutang

mempersoalkan, apakah di sini tidak dapat dikatakan ada Pengadilan Negeri Jakarta Pusal dalam perkara ini telah memberikan
delegatio, yaitu peristiwa, di mana debitur-asal (H.) memberi- pertimbangan anlara lain sebagai berikul :
kan kepada dan diterima oleh kreditur (5. w.cs.) seorang
debitur-baru, yaitu A.S., dengan sekaJigus diperjanjikan cara menimbang, .
pembayarannya. Dengan demikian perikatan lama, yang ber- menimbang, bahwa dari bukti P-5, bukti P-6 dan bukli P-7 dapat
asal dari perjanjian hutang-piutang menjadi hapus. Kalaupun dilarik kesimpulan, bahwa lergugal /I (pihak Panca; penjelasan dari
di sini ada delegatio yang tidak sempurna, paling tidak dengan
pen.) lelah memberikan kuasa mutiak yang lidak dapat dicabut
itu kreditur (5. w.cs.) mempunyai tambahan seorang debitur-
kembali kepada tergugat I (Caltex; penjelasan dari pen.) unluk
baru yaitu A.S.
melakukan pembayaran langsung kepada penggugat (Hance;
b. CONTOH PERISTIWA II. PERKARA " CALTEX - HANCO " penjelasan pen.) yaitu berupa sisa belum lagihan dari tergugal /I
kepada tergugat J sebesar Rp 48.631.810,00 (vide bukti TI-4 dan
Duduk perkaranya secara ringkas adalah sebagai berikut : TJ-5), maka secara juridis surat bukti P-5 dapat ditafsirkan sebagai
surat kuasa yang sah, walaupun ada pencabutan yang tidak
P.T.Caltex, dalam suatu perjanjian, telah menyerahkan pembangunan
beralasan dari tergugat II (vide bukti T-1 dan TI-2); 79
gedung elah raga Tribuana Sperthall kepada P.T. Panca Satria Sakti dan
untuk pekerjaan pembuatan kerangka kap bajanya, telah menunjuk PT. menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-8, pihak tergugat I telah
Hance sebagai sub kontrakter. Karena pelaksanaan pekerjaan Panca membatalkan, maksud dari surat· tergugat II yang berisi supaya
Satria Sakti tidak sebagaimana mestinya, maka pihak Caltex telah tergugat I langsung melakukan pembayaran kepada penggugat
mengambil alih penyelesaian pembangunan tersebut, dan kemudian berupa tagihan uang biaya pekerjaan kerangka baja dan atap yang
menunjuk perusahaan lain sebagai pelaksana dan pihak Panca Satria belum dilunasi eleh tergugat Jkepada tergugat II sepertl diuralkan
Sakti -- seJanjutnya akan disebut Panca saja --'!'ernyata tidak berkeberat- dl atas, sehingga mengakibatkan kerugian kepada penggugat
an. Sementara itu pekerjaan pihak Hance telah selesai, tetapi ia belum sebesar Rp 42.426.676,50;
menerima uang borengannya dari pihak ,Panca. Atas tagihan pihak menimbang, bahwa timbul pertanyaan, siapakah yang harus
Hance, pihak Panca minta agar uang sisa tagihan Panca kepada pihak memikul tanggung-jawab untuk melakukan pembayaran hutang
Caltex, untuk sebesar tagihan Hance terhadap Tribuana, dibayarkan eleh sebesar Rp 42.426.676,50 tersebut kepada penggugat; .
Caltex kepada Hance dan'untuk itu pihak Panca telah memberikan surat menimb,ang,-, bahwa karena telah terbukti masih ada tagihan
' ,

kuasa mutiak. Pihak Caltex telah ,memberikan persetujuannya, tetapi tergugat II kepada tergugat I, yaitu uang biaya pekerjaan
setelah .be~alan beberapa waktu dan setelah ditagih berulang-ulang,
ternyata pihak Caltex belum juga mau memberikan uang tagihan Hance.
Atas dasar itu pihak Hance mengajukan gugatan ke Pengadilan, dengan 79) Sisa tagihan Panea terhudap Caltex adalah sebesar Rp 48.631.610,00, sedang
Caltex dan Panea sebagai tergugat I dan II. hutang Panca terhadap Hanco adalah sebesar Rp 42.426.676,50.

64 HUkum,PerikalanTlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2
65
Novasi Atau Pembaharuan Hutang Novas; Atau Pembaharuan Hutang

pemasangan atap sport hall di Pekanbaru seperti tersebut di atas dengan surat kuasa mutlak, untuk membayar hutang Panea
dan untuk penagihan mana telah dialihkan oleh tergugat II kepada kepada Haneo dengan tagihan yang dipunyai olehnya ter-
penggugat dan hal mana juga telah disetujui tergugat I (vide bukti hadap Caltex.
P-5, P-6, dan P-7), maka Pengadilan Negeri berkesimpulan bahwa Atau orang bisa juga memandang peristiwa itu dari sudut lain,
seeara juridis haruslah tergugat I yang menyelesaikan pembayaran yaitu Pihak Panea telah menutup perjanjian dengan pihak
uang tersebut kepada penggugat yaitu sebesar Rp 42.426.676,50; Caltex, dalam perjanjian mana pihak Panea telah
memperjanjikan, bahwa pihak Caltex akan membayar sejumlah
Akhirnya dlputuskan, bahwa tergugat I telah wanprestasi dan menghukum Rp 42.426.676,50 --yang merupakan sebagian dari tagihan
80
tergugat I untuk membayar jumlah tersebut di atas kepada penggugat Panea terhadap Caltex -- kepada Haneo. Kalau seperti ternyata
dalam pertimbangan di atas, pihak Haneo telah menyatakan
Komentar:
menerima janji untuk pihak ketiga tersebut, maka pihak Caltex
Terlepas dari kenyataan, bahwa keputusan Pengadilan ini terikat untuk membayarnya. Di sini ada penggantian figur
kemudian, atas dasar pertimbangan lain, dibatalkan.oleh M.A., debitur dan untuk menetapkan apakah di sini ada novasi atau
peristiwa ini oleh Pengadilan sama sekali tidak dilihat se- janji untuk pihak ketiga, bergantung dari, apakah perikatan
bagai persoalan Novasi. Padahal dari pertimbangan tersebut lamanya hapus atau tidak.
di atas, Pengadilan tahu, bahwa semula Tergugat I (pihak
C8ltex) -- sehubungan dengan adanyasisa pekerjaan Tergugat Keputusan P.N. Ja~arta Pusat tersebut di atas dikuatkan oleh P.T. Jakarta
II (pihak Panea) yang belum dibayar -- berkedudukan sebagai dengan keputusannya No.437/PdtJ19851PT.DKI, tertanggal 17 Oktober
debitur terhadap tergugat /I (pihak Panea). Sebaliknya dalam 1985.
hubungan lain, tergugat /I (Panea) berkedudukan sebagai
debitur terhadap penggugat (pihak Haneo sebagai kreditur). Perkara kemudian dilanjutkan sampai tingkat kasasi. Pada tingkat kasasi,
Pihak Panea sebagai kreditur dari'<:altex telah menawarkan keputusan-keputusan tersebut di atas dibatalkan dan oleh M.A. antara
kepada Caltex seorang kreditur baru -- yaitu Haneo -- meng- lain dipertimbangkan :
gantikan Panea, dan pihak Caltex menyetujui. Di lain pihak, menimbang, bahwa ....
tergugat" /I -- Panea·- sebagai' debJtur dari Haneo telah
menawarkan kepada ffaneo seorang debitur-baru, yaitu bahwa dari surat bukti P-2, P-3, T-3, T-1.4, T-1.7, ternyata silat dan
Caltex, yang disetujui oleh penggugat (Haneo). Untuk keperlu- maeam pekerjaan serta eara pembayaran yang diperjanjikan
an (lfilaksanaan itu, pihati: Panea telah nielengkapipihak Caltex antara tergugal-asal I dan tergugat-asal II berlainan dengan per-
janjian yang dibuat antara penggugat-asal dengan tergugat-asal II,
sehingga jumlah serta perincian yang dituntut dalam bukti P-4 tidak

80) P.N. Jakarta Pusal No. 22.9/1984 G., langgal 31 Januari 1985, dalam perkara
dapat dipergunakan untuk menagih kepada tergugat-asal r, tanpa
"CALTEX - HANCO", dimual dalam Varia PeradiianTh.11l No. 34 Juli 1988.

.66 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 67

"
j
Novasl Atau Pembaharuan Hulang Pengoperan Hutang

didukung bukli-bukti yang menunjang jumlah sebaga/mana ler-


sebut dalam surat bukt/ P-4 itu;61

Komentar:
Kalau diterima ada novasi, maka justru dengan novasi orang
mau menggantikan perikatan yang lahir dari perjanjian yang BAB II
lama (yang dinovir) dengan perikatan baru dari perjanjian yang
baru (perjanjian novasi). Sitat dan macam pekerjaan memang PENGOPERAN HUTANG
tidak harus sama, karena orang memang biasa untuk meng-
adakan novasi objektit. Dari pertimbangan tersebut tidak jelas
apa yang dimaksud oleh M.A., namun dari pertimbangan P.T.
(yang tidak dikutip di atas), ternyata persetujuan yang diberi-
kan tergugat.1 (pihak Caltex) adalah persetujulln bersyarat, A. TINJAUAN UMUM DAN PERUMUSAN
yaitu "kalau masih ada sisa tagihan tergugat /I pada tergugat
I". Mungkin syarat itu oleh M.A. dianggap tidak terpenuhi.
Kalau pada novasi kita berbieara tentang pembaharuan "hutang", maka
YANG DiMAKSUD
. ,
DENGAN "HUTANG" ADALAH "PERI KATAN ", DAN
PERIKATAN DI SINI DIPAKAI DALAM ARTI "HUBUNGAN HUKUM"
TERTENTU ATAU "KEWAJ/BAN PRESTASI" TERTENTU. Kalau kita ber-
bieara tentang "pengoperan hutang", maka YANG DIMAKSUD PENG-
OPERAN HUTANG ADALAH PENGOPERAN KEWAJIBAN PERIKATAN --
..; segi pasiva dar; per/katan -- TANPA MELIBATKAN KREDITUR DAN
TANPA PERIKATAN LAMA MENJADI HAPUS.

T1dak hapusnya perikatan -, yang seg; pas;vanya dioperkan kepada pihak


keliga -- menjadi salah salu eiri yang membedakannya dengan novasi62 .
Per/sliwa seperti ilu biasanya lerjadi sehubungan dengan adanya peng-

82) Vollmar, hal. 466, menggunakan istilah "pengoperan. kontrak" (contractsover-


81) M.A. No. 1031 KlPdV1986, lertanggal 16 November 1987, dalam perkara neming), di mana muncul seorang pihak-Iawan perjanjian baru tanpa hapusnya
•CALTEX _HANCO", dimua! dalam Valia Peradilan Th.lll, No. 34. Ju1l1988. hUbungan hukum yang Jama.

Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 69
68
Pengoperan Hulang Pengoperan Hutang

operan "sekelompok hak-hak dan hutang-hutang" sebagai satu kesatuan. DIPERMASALAHKAN DI SINI ADALAH PENGOPERAN HAK DAN
Selain daripada eiri khas tersebut di atas, yang menjadikan "pengoperan KEWAJIBAN SEPERTI ITU BERDASARKAN ALAS HAK KHUSUS,
hutang" sesuatu yang istimewa adalah, bahwa sekalipun orang bisa seperti pada pemasukan/inbreng daiam suatu perseroan atau pembelian
menerima, bahwa hak-hak atau tagihan-tagihan (segi akti! yang ad" suatu usahalperusahaan.
dalam suatu perikatan) dapat dioperkan, tetapi -- sehubungan dengan
pandangan, terutama di waktu yang lalu, tentang adanya unsur yang Sebagai eontoh dapat dikemukakan, bahwa kita kerapkali membaea
dalam iklan surat kabar, bahwa semua aktiva dan pasiva suatu per-
bersi!at pribadi dalam suatu perikatan .. tidak demikian halnya dengan
seraan tertentu -- biasanya C.V. atau Firma .. akan dimasukkan ke dalam
kewajiban-kewajibannya (hutang-hutang, segi pasi! dari perikatan).
Perseraan Terbatas yang akan didirikan; pihak-pihak yang tidak setuju
Maksudnya di sini sudah tentu, pengoperan kewajiban kepada (oleh)
agar segera menyampaikan keberatannya. Bisa juga terjadi, bahwa
pihak ketiga tanpa kreditur dilibatkan. Sudah dikatakan di depan, bahwa
hargalnilainya suatu tagihan anlara iain justru ditentukan oieh persoon seorang pengusaha menjual seluruh perusahaannya, yang meliputi baik
debitur. semua aktiva maupun semua pasiva, termasuk juga nama perusahaan.
Mengingat, bahwa keseluruhan aktiva dan pasiva biasa disebut dengan
Untuk tagihan-tagihan -- segi aktiva daripada suatu perikatan -- selain istilah "kekayaan/vermogen", maka tentu orang akan bertanya, mengapa
pembuat undang-undang sendiri dengan tegas mengatur bagaimana peristiwa hukum seperti tersebut di atas tidak disebut saja "pengoperan
earanya 'mengoperkan suatu tagihan (Pasal 613), ia juga telah mem- kekayaan"; umpam.f'- saja pengoperan kekayaan C.V." X " atau peng-
berikan peluang kepada kreditur untuk _. dengan sepakat debitur -- mer'n- operan kekayaan usaha dagang " Y ". Dengan istilah seperti itu, dapat
buat lagihannya -- jadi demgan sengaja -- menjadi tagihan yang dengan terhindar dari kesalahpahaman antara beberapa lembaga hukum yang
mudah dapat dipindahtangankan kepada pihak ketiga (seperti pada mempunyai sebutan yang mirip satu sama lain, yaitu "pembaharuan
tagihan aan order dan 'aan toonder)83. ,Karena,.,llengoperan
, hak:hak dan hutang", "pengoperan hutang" dan "pereampuran hutang". Namun
kewajiban-kewajiban sebagai satu kesatuan merupakan penstiwa biasa temyata ada kalanya, yang dioper bukan sekelompok hutang, letapi suatu
dalam pengoperan berdasarkan alas hak umum -- seperti pada pewarisan hutang tertentu saja, yang berkaitan dengan suatu persil yang sedang
berdasarkan undang-undang, wasiat pengangkalan waris dan pereampur- dipakai sebagai jaminan dengan beban hipotik. Misalnya, A membeli
an harta ,sebagai akibat dari perkawinan •. maka tentunya YANG

83) Dari ketentuan PasaI817, Pasal1213 ayat 3. Pasa11559 dan Pasal1576, orang
dapat menyimpulkan, bahwa penggantian persoon debitur juga dikenal oleh
K.U.H.Perdata, tetapi hanya untuk peristiwa~peristiwa yang ditetapkan olsh
undang-undang atau dengan persetujuan kreditur. Lihat juga salah satu
pertimbangan arrest H.R. 29 November 1907, dalam perkara ·Van Eijk - Hoek
van Holland - Toam- di bawah nanti.

70 Hukum Perikalan Ttg. H~p,usnya Perikalan Bagian 2 HUkum Perikalan Ttg. Hapusnya Penkalan Bagian 2 71
Pengoperan Hutang Pengpperan.Hutang

sebidang persil milik B, yang sedang memikul beban hipotik untuk kekayaan melalui alas hak khusus, dan pendirian seperti itu merupakan
keuntungan K'l4; A membayar harga persil tersebut, setelah diper- jawaban atas kebutuhan praktek.
hitungkan sisa hutang B terhadap K, yang masih menindih persil tersebut,
dan seianjutnya A mengoper hutang B terhadap K, yaitu kreditur- Untuk jelasnya peristiwa itu akan kita gambarkan dengan skema sebagai
berikut:
pemegang-hipotik. Adanya pengoperan hutang seperti ini menyebabkan
tidak dapat digunakannya istilah "pengoperan kekayaan" (karena yang
dioper haliya kewajiban tertentu saja). /K~
Dimungkinkannya orang melakukan pengoperan hutang akan sangat D P
menguntungkan untuk peristiwa seperti tersebut di atas, yaitu kalau
perikatan yang dioper mengandung jaminan-jaminan dan accessoir lain D, pemilik suatu perusahaan yang mempunyai hutang kepada K, telah
yang menguntungkan kreditur, sebab -- berlainan dengan. novasi· -- pada menjual perusahaannya -- sebagai suatu kesatuan --. kepada P.
pengoperan hutang,perikatan yang lama tetap utuh. Perundingannya sudah tentu dilakukan antara D dan P, di mana K -.
Mengenai peristiwa pengoperan sekelompok hak dan kewajiban sebagai dalam hubungan D - P -- adalah pihak ketiga dan tidak tahu adanya
perundingan tersebut. Sebaliknya ditinjau dari sudut K, dalam hubungan
satu kesatuan, karen a K.U.H.Perdata tidak mengatur tentang peng0p.eran
seperti itl. berdasarkan' alas hak khusus, maka SEKALlPLJN YANG K - D;· P adalah, pihak ketiga (yang mengoper kewajiban atau calon
TAMPAK (dari luar) ADALAH PENGOPERAN KESEMUANYA ITU debitur-baru). Kalau sesudah ada pengoperan perusahaan D oleh P,
SEBAGAI SATU KESATUAN, TETAPI SECARA JURIDIS PERISTIWA kemudian diberitahukan kepada K, bahwa sekarang kewajiban D
terhadap K akan dipenuhi oleh P, bagaimanakah sikap K?
ITU DIANGGAP SEBAGAI PENGOPERAN DARI MASING-MASING
HAK-HAK DAN KEWAJiBAN-KEWAJIBAN l1'u SENDIRI-SENDIRIBS. Karena pengoperan kekayaan seperti tersebut di atas, secara juridls
Para sarjana pada umumnya menerima dimungkinkannYil pergoperan. dianggap sebagai pengoperan dari unsur·unsurnYa sendiri-sendiri, maka
untuk segi pasivanya, ditinjau dari sudut kreditur, bisa terjadi, bahwa :

1. kreditur (K) menerima pihak ketiga, P, sebagai debitur-baru, tetapi


84) Perlu diingat, bahwa orang yang telah menjaminkan hartanya, pada asasnya tidak
kehilangan kewenangannya untuk masih mengambil tindakan pemilikan atas tidak membebaskan D, debitur-Iama, sehingga muncullah peristiwa
harta yang telah dijaminkan. Itulah sebabnya .- untuk memberikan kedudukan delegatio yang taksempurna atau penguatan -- dengan tambahan
yang kuat kepada kreditur -- hak jaminan kebendaan pada umumnya diberikan satu debitur lagi -- perikatan K - D ;
sifat hak kebendaan.
85) Rutten, pada hal. 410 mengatakan : U ook al wordt zij feitelijk als eenheid
••••••••••• , 2. kreditur menerima pihak ketiga P sebagai debitur-baru dan
beschouwd, juridisch dl3 verkoop is van haar samengestelde onderdelan, zoals membebaskan debitur-Iama (D) dan terjadilah delegatio. atau
roerende en onroerende goederen, goodwill, vorderingen en ook schulden.
pemindahan.

72~ Hukum Perikatan Ttg. HapusnyaPerikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 73

j
Pengoperan Hulang
Pengoperan Hutang

Dalam contoh sub 2, kreditur menyetujui penggantian debitur. Kalau ada


persetujuan, pengoperannya bisa diatur dengan cara lain, yaitu dalam
perjanjian pengoperan antara D dan P diperjanjikan, bahwa P akan
C. CONTOH PENERAPANNYA DALAM PRAKTEK.
memberikan prestasi yang terhutang oleh D kepada K atau dengan,
perkataan lain, dalam perjanjian D - P diperjanjikan janji untuk pihak
ketiga. Kalau K menerima, maka tercapailah maksud tujuan D dan P 1. CONTOH PERISTIWA I. PERKARA "VAN EIJK • HOEK
tersebut di atass", VAN HOLLAND· TOORN"

Duduk perkaranya secara ringkas adalah sebagai berikut :


B. PENDAPAT DOKTRIN DAN PENGADILAN
T telah menutup perjanjian dengan v.E., dalam mana T menglkatkan dirl
BELANDA. untuk selama 10 tahun, setiap kali armada-penangkapan-Ikan milik T ke
luar melaut, akan menggunakan kapal tandu milik v.E., dengan tari! ter-
Para sarjana sekarang pada umumnya menyetujui dlmungkinkannya tentu yang telah disepakati. Dalam salah satu Pasalnya v.E. memperjanji-
pengoperan sekelompok hak-hak dan kewajlban-kewajiban sebagai satu kan klausuia pengoperan, yaitu bahwa ia berhak untuk mengoperkan
kesatuan, sehingga tidak perlu dianggap sebagai pengoperan satu per perjanjlan terseb4t kepada Perseroan Terba1as yang akan didirikan.
satu daripada hak dan kewajiban yang membentuk kekayaan yang Dalam suatu persetujuan antara P.T. Hoek Holland -- selanjutnya disebut:
dioperkan, tetapi.persetujuan kreditur tetap diperlukan. Perseroan -- dengan v.E.disebutkan, bahwa v.E. mengoperkan kepada
Perseroan perjanjian tersebut di atas, meliputi semua hak dan kewajiban'-
Mengenai masalah pengoperan hutang dapat kita 'katakan, bahwa pihak
nya (met hare lusten en lasten), pengoperan mana diterima baik oleh
Pengadilan di Negeri Belanda telah beberapa kal; menyatakan pendirian- Perseroan.
nya, dapat menerima pengoperan hutang 87 .
Kemudian ternyata Ttidak memenuhl janjinya dan telah beberapa kaii
membiarkan kapalnya: dltandu oleh kapal-tandu milik perusahaan lain,
86) Kalau pengoperan hutang qilakLJkan tanpa mel,ibatk{in kreditur, maka perjanjian maka Perseroan menuntut ganli rug/. Dalam pembelaannya antara lain
pengoperan h'utang tersebut dilakukan intern antara'debitur (yang mengoperkan) pada pokoknya telah dikemukakan :
. dan pihal< ketiga (yang mengoper), dalam perjanjian m'ana pihak"ketiga meng-
ikatkan din untuk menjamin (dalam arti vrijwaren)· debitur, kalau sewaktu-waktu bahwa klausula pengoperan tidak tertuju dan tidak mungkin tertuju
debitur ditagih oleh kreditur; vide Vollmar, ha1.465.
kepada pengoperan kewajiban v.E., yang dlperoleh dari perjanjian
87) H.R. 29 Novemb'er 1907, W.8619 dan 9 April 1958, NJ.1958,331; arrest yang tersebut di atas;
disebut terakhir disinggung oleh Pitlo-Bolweg, hal. 401, dan penulis tidak
mempunyainya. bahwa maksud pasal itu tidak lain adalah, bahwa v.E. boleh meng-
operkan "hak" yang akan diperolehnya dari perjanjian terhadap T,

74 HUkum Perikatan Tlg. Hajlusnya Perikatan,Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 75
Pengoperan tlutang Pengoperan Hutang

kepada Perseroan, dan bahwa karenanya dengan itu tidak


bahwa terhadap itu memang telah dikemukakan, bahwa mungkin
rnungkin tertuju kepada pengoperan "kewajiban", karena ya,ng
sekali bisa muncul peristiwa, yang dengan munculnya debitur-baru
demikian itu bertentangan dengan hukum perikatan.
akan mengakibatkan timbulnya kesulitan-kesuiitan, tetapi yang
Pengadiian tingkat pertama menolak alasan pembelaan tersebut dan demikian itu tidak muncul daiam peristiwa ini, dan adanya
telah memutuskan, bahwa dari perjanjian itu ada hak pada v.E. untuk kesulitan-kesuiitan dalam peristiwa-peristiwa tertentu, tidak pernah
mengoperkan- perikatan yang lahir dari perjanjiannya dengan T kepada bisa menjadi penghalang, untuk atas dasar itu, tidak membolehkan
pengoperan;
Perseroan dan karena Perseroan telah diberitahukan dan telah
menyetujuinya, maka T terikat pada Perseroan. bahwa pada akhirnya oleh penggugat dalam kasasi dikemukakan,
bahwa persetujuan dari turut-tergugat (Perseroan, penj. dari pen.)
Karena T tidak puas, maka T naik kasasi. Dalam kasasi oleh H.R. antara
tidak diberikan sesudah pengoperan dilakukan terhadap orang ter-
lain telah dipertimbangkan sebagai berikut :
tentu, yaitu sesudah tanggal 26 Oktober 1897, tetapi sudah diberi-
- menimbang ..... kan sebelumnya, bahkan sebelum penerima itu lahir/ada, yaitu
menimbang mengenai bagian kedua dari keberatan pertama : pada tanggal 1 Januari 1897, namun ini pun tidak membenarkan
bahwa dari asas pokok yang termuat dalam Pasal 1374 (Pasal keberatan, karena pada waktu penerima mengikatkan diri daiam
1338 ind.) dapat disimpuikan, bahwa suatu perjanjian, daiam mana perjanjian, p!,rsetujuan yang dulu diberikan masih berlaku, dan hal
ditentukan, bahwa, dengan persetujuan para pihak yang terlibat, ini -- mengenai persoon debitur-baru -- tidak bisa lain mengandung
diberikan kewenangan kepada pihak ketiga, untuk di kemudian petunjuk, bahwa dimaksud adaiah tidak bisa lain sebuah perseroan
terbatas;
hari, menggantikan kedudukan salah satu pihak-asal dan dengan
begitu mengoper semua hak-hak dan ~wajiban-kewajiban yang bahwa dengan demikian keberatan kedua dari keberatan bagian
timbul dari perjanjian, hanyalah dapat dikatakan tidak mungkin, pertama tidak dapat dibenarkan;
kalau janji itu bertentangan dengan ketentuan undang-undang atau menimbang ....... 88.
suatu asas hukum umum, yang dalam peristiwa ini justru tidak ada
(keada,an seperti itu);
bahwa bukankah tidak ada satupun' dari pasal-pasai' yang di-
singgung dalam keberatan, Yang cbertentanga,n denga,n pengoper-
an hak-hak dan kewajiban-kewajiban seperti itu; maiahan sebalik-
nya pada asasnya uodang-undang dalam Pasal 864 (Pasal 817
Ind.), Pasal 1595 (1559 Ind.) dan Pasal 1612 (Pasal 1576 Ind.) 88) H.R. 29 November 1907, dalam perkara "VAN EIJK - HOEK VAN HOLLAND
TOORN" dimuat dalam Hoetink, hal. 367.
mengenai perjanjian sewa, mengakui kemungkinan seperti itu; I

-76 Hukum Perikatan T1g. Hapusnya Perikalan Bagian2 Hukum penkafun Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 77
Pengoperan Hulang
Pengoperan Hutang

tidak hanya menunjukkan kepada pihak ketiga suatu alamat, ke


2. CONTOH PERISTIWA II. PERKARA n WARMERDAM • mana ia harus pergi kalau menghendaki pembayaran, tetapi telah
DAMEN n. menetapkan pemilik-hak-asal tersebut (pewaris dari tergugat)
sebagai orang yang bertanggung-jawab atas pembayaran terhadap
Perkara ini dikemukakan sebagai contoh, di mana pengoperan kewajiban pihak-ketiga, dan para pihak telah memberikan kepada pihak-
debitur oleh pihak ketiga dilakukan dalam bentuk ':janji untuk plhak ketiga hak atas pembayaran, sepanjang ia atau para penerus hak-
ketigan • nya menyatakan akan menggunakan janji itu dan dengan demikian
hendak melaksanakan kepentingan yang terkandung di dalamnya
Duduk perkaranya secara ringkasnya adalah sebagai berikut : sebagai haknya;

Pewaris dari tergugat, sebagai pembeli sebidang persil, telah mengikat bahwa mengingat, bahwa mengenai keabsahan daripada perjanji-
diri untuk mengoper kewajiban pembayaran penjualnya kepada pihak an -- dalam mana telah ditambahkan janji/klausula itu-- antara para
ketiga, dan berjanji akan melunasi hutang tersebut. pihak yang terlibat tidak ada perselisihan, dan mereka dengan itu
bermaksud untuk memberikan hak kepada pihak-ketiga, tidak ada
Sebelumpembayaran dilakukan, ternyata pembeli -- pewaris dari tergugat
hai-hal yang menghalangi penerapan Pasal1353 (PasaI1317Ind.)
-- meninggal dan tergugat tidak bersedia memenuhi ·kewajiban pembayar-
dalam peristiwa ini, dan karenanya gugatan dengan keliru telah
an itu. Masalah tersebut dimajukan ke Pengadilan. dinyatakan tidak dapat diterima;

Ketika perkara Ini sampai pada tingkat kasasi, oleh H.R. antara lain telah Membatalkan keputusan Arr.Rechtbank Haarlem tertanggal 1 Juli
dipertimbangkan sebagai berikut: 1919 dalam perkara ini; 89.

menimbang, ..... "'(

bahwa Pengadilan dengan jelas telah menerima apa yang telah


dikemukakan, bahwa pemilik-hak-asal (rechtsauteur) dari tergugat
(yaltu pewaris tergugat, penjel. dari pen.) sebagai pembeli rumah,
telah mengoper suatu kewajiban hutang, yang dipunyai penjual
terhadap seorang pihak ketiga, sehlngga dengan demikian telah
sepakat, bahwa ia akan melakukan suatu prestasi kepada seorang
pihak ketiga, terhadap siapa orang yang memperjanjikan itu telah
mengikatkan diri;
menimbang bahwa -- dengan menghubungkannya dengan hal-hal 89) H.R. 29 Janua,; t920, dalam perkara " WARMERDAM _ DAMEN" dimuat dalam
Boskamp-Cohen, hal. 222.
lain yang dikemukakan -- di dalamnya tersimpul, bahwa para pihak

78 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 HUkum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2
79
Pengoperan Hutang
pengopera~n~H",u",ta~n",gL- _

jawab dan karenanya mohon kepada Pengadilan, agar Perseroan


CONTOH PERISTIWA III. PERKARA " ROELOFS - Terbatas tersebut bersama-sama dengan G. Roelofs dinyatakan ber-
3.
tanggung jawab secara tanggung-menanggung.
ROELOFS ".
Para tergugat (G. Roelofs dan Perseroan Terbatas) telah menyangkal
Duduk perkaranya secara ringkas adalah sebagai berikut : dengan mengemukakan sebagai berikut : bahwa cara dan penyusunan
Dua saudara Roelofs, yaitu G. Roelofs dan P. Roelofs, telah menutup gugatan memperlihatkan ciri/sifat sebagai gugatan terhadap dua orang
perjanjian, di mana P. Roelofs diangkat sebagal pengurus toko Roelofs di debitur tanggung-menanggung, karena Perseroan, melalui delegatio ber-
Semarang, dengan gaji sebesar f 250,00 per bulan dan tantiem 1/3 dari dasarkan Pasal 1417, akan menjadi pihak yang bertanggung-jawab, dan
keuntungan. Setelah berjalan beberapa waktu, P. Roelofs telah meng- di samping itu tergugat Roelofs juga akan tetap bertanggung-jawab (yang
undurkan diri sebagai pengurus toko tersebut.. Dari haknya atas tantiem, disangkal kebenarannya), padahal -- berdasarkan Pasal 1282 B. W. --
P. Roelofs baru menerima untuk tahun ..kerja yang pertama dan untuk bukankah di sini tidak mungkin muncul tanggung jawab tanggung-
waktu berikutnya. belum. Sementara ltu G.. Roelofs bersama dengan menanggung? Bahwa Perseoan tersebut tldak mungkin harus ber-
seorang. rekan usahanya telah mendirikan sebuah Perseroan Terbatas tanggung jawab, karena sebenarnya dalam peristiwa ini tidak ada
dengan nama N.V. Handelmaatschappij Roelofs, ke dalam perseroan delegatie berdasarkan Pasal 1417, karena bukankah pemasukan
mana oleh G. Roelofs dimasukk"n seluruh (kekayaan) perusahaannya (inbreng) dalam suatu
, Perseroan Terbatas dan pengumumannya tidak
(toko Roelofs). Anggaran dasar perseroan tersebut telah dlsetujui oleh mungkin membawa akibat, bahwa ia (perseroan) menjadi terikat pada
Pemerintah dan telah diumumkan dan telah pula didaftarkan. Pada suatu pihak ketiga, karen a pihak Perseroan Terbatas tidak pernah secara tegas
harl P. Roelofs jatuh pailit dan Balai Harta Penlnggal an sebagai curator- mengikatkan diri terhadap penggugat atau kreditur yang lain dan
nya (curator kepailitan) menuntut uang tantiem kepunyaan P. Roelofs perjanjianinbreng hanya berlaku secara intem saja antara G.Roelofs
dengan menggugat para tergugat (yaitu G.-.rRoelofs dan Perseroan demgan Perseroan.
Terbatas) dengan mengemukakan, bahwa berdasarkan Pasal 3 akta
Pengadilan Karesidenan Semarang dalam perkara 'ni telah memberikan
notarial pendirian Perseroan Terbatas tersebut di atas, G. Roelofs telah
pertimbangan antara lain sebagai berikut :
memasukkan semua hak-hak dan' kewajiban-kewajiban usaha dagang
"toko Roelofs" ke dalam perseroan tersebut dan bahwa di dalam menimbang, bahwa ........
pemasukan tersebut (inbreng) termasuk kewajiban yang dipunyai G. menimbang, bahwa sebagai dasar turut bertanggung-jawabnya
Roelofs terhadap curandusnya, yaitu P. Roelofs, yang dipersengketakan tergugat 2 -- N.V. Roelofs Handel Mij - atas hutang yang tergugat 1
dalam perkara Ini, sehingga di slni muncul peristiwa yang memenuhi G. Roelofs mempunyai terhadap P. Roelofs, yang dikatakan ada,
unsur-unsur Pasal 1317, dl mana debitur-Iama memberikan kepada telah dikemukakan, bahwa pada waktu pendirian tergugat 2 (NV.
kreditur seorang debitur lain, ·yang mau menggantikan debitur-Iama. Atas Roelofs; penjelasan dari pen.), yang dimaksudkan untuk melanjut-
dasar itu, maka Perseroan Terbatas tersebut di atas juga bertatiggung

Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 81
80
Pengoperan Hulang Pengoperan Hulang

kan -- dengan nama lain -- usaha dagang, yang sampal saal Ilu dl- anggap ada "pengoperan hutang", jadi termasuk di dalamnya
jalankan oleh dan unluk langgungan (rekenlng) prlve G. Roelofs, hutang-hutang taka Roelofs.
usaha dagang mana lelah dlmasukkan (ingebrachl) ke dalam NV. menlmbang selanjutnya, bahwa menu rut pendapat kaml, suatu
yang dldlrlkan dan pemasukan Ilu telah dllerima olehnya (N.V.); pengoperan hutang -- dalam artl peralihan segi paslva suatu per-
bahwa dl dalam pemasukan ilu termasuk "semua hulang menurul Ikatan berdasarkan alas hak khusus -- kepada orang lain, dengan
catatan pembukuan dan pada umumnya semua aktlva dan pasiva, mempertahankan semua identitasnya yang lain (excepsi-excepsl
hak-hak dan kewajlban-kewajlban yang termasuk dalam dan dan accessoir-accessolr), menurut hukum positlf kita adalah tidak
menlndlh usaha dagang tersebut dl atas", satu dan lain semua mungkln, kecuali pada, perlstlwa-perlstlwa dl mana undang-undang
yang termuat dl dalam -- dan karenanya telah menjadl pastl -- dengan tegas memperbolehkannya, maka pengoperan hutang
melalul product II Pasal 3; dalam perlstil,va Ini adalah merupakan apa yang dinamakan peng-
menlmbang, bahwa menglngat -- sepertl yang antara para plhak operan hutang yang memperkuat (versterkende) atau pengoperan
telah sependapat, dan juga darl product II (tambahan khusJ-ls hutang semu (oneigelijke schuldovernemlng), sekalipun mungkin
Javasche Courant tanggal 19-06-1925 No. 49) -- ternyata -- dan para plhak -- kredltur dan debltur -- mempunyal tujuan yang lain;
apalagl dl samplng Ilu juga sesual dengan Undang-undang -- Akta bahwa juga kalau klta mau mempertahankan ajaran pengoperan
P!,ndlrlan tersebul dlberitahukan kepada umum, maka N.V. yang hutang yang benar (de elgelijke svhuldovernemlng; bukan novasl)
dldlrlkan Itu -- dengan kesedlaannya untuk turut bertanggung- sebagal de j~re constituto, maka untuk Itu -- pade" waktunya -- perlu
jawab atas semua hutang-hutang dan kewajlban-kewajlban yang adanya kehendakkredltur, yang dlnyatakan dengan tegas, untuk--
dipunyal perusahaan Roelofs yang dlmasukkan dalam Perseroan, dengan tetap mempertahankan perikatan-asal -- membebaskan
dan dapat dltagihnya hutang itu oleh plhak ketlga yang dengan Itu debltur-Iama, paling tldak dapat dianggap telah dlbebaskan dan ke-
diberltahu -- dapat dianggap telah men!:f1Katkan diri terhadap plhak hendak sepertl itu pasti tidak dapat dlanggap ada dalam perlstlwa
ketlga kreditur dan karenanye (clri-cirl Itu; tambahan darl pen.).tidak Inl, karena kreditur -- dengan pertama-tama dan dl samping Itu
sesual dengan apa yang dikemukakan oleh para tergugat, bahwa turut menggugat G. Roelofs, menunjukkan ada kehendak yang
penunjukan Perseroan sebagal yang bertanggung-jawab hanyalah sebaliknya;
merupakan suatu pengoperan pembayaran saja, tetapi yang benar
menimbang, bahwa karenanya -- dengan menglngat bahwa masih
adalah bahwa dl sinl ada suatu pengoperan hutang, atas dasar
berlanjutnya tanggung-jawab dari tergugat 1 tldak dipermasalahkan
mana pihak ketiga, para kredltur, mendapatkan hak untuk menagih .
oleh para plhak -- pendapat, bahwa tergugat 2 turut bertanggung-
N.V.;
jawabnya adalah benar;
Komentar: bahwa memang benar turut-bertanggung-jawabnya tergugat 2
tergugat mengemukakan, bahwa yang dimasukkan dalam per- tidak dldasarkan atas Pasal 1417 K.U.H.Perdata, sebagal yang
seraan hanyalah segi aktivanya saja, tetapi penggugat meng- dlkeniukakan para tergugat, tetapl berdasarkan Pasal 1317 K.U.H.

82 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bag;an.2 83
Kompensasi Alau Perjumpaan tllltal19
Pengoperan Hutang

Perdata dan Hakim, yang diperbolehkan menambahkan dasar


hukum (gugatan; tambahan dari pen.), mendasarkan turut-
bertanggung-jawabnya pada Pasal itu;
menimbang bahwa, mengingat bahwa kedua pihak mempunyai
kewajiban prestasi yang sama, maka di sini muncul kewajiban
tanggung-menanggung dan h~1 ini sama sekaii tidak bertentangan BAB III
dengan ketentuan Pasal 1282;
menimbang, bahwa karenanya kebera1an, baik yang bertujuan,
KOMPENSASI ATAU PERJUMPAAN HUTANG
agar tuntutan terhadap tergugat 2 maupun terhadap kedua ter-
gugat, tidak dapat diterima, harus ditolak, terlepas dari pertimbang-
an, bahwa bagian kedua dari keberatan itu sendiri juga tidak benar,
karena bukankah tidak diterimanya tanggung-jawab-serta tergugat
A. TINJAUAN UMUM
2 hanya mengakibatkan penolakan dari silat tanggung-
menanggung-hya saja, bukan mengenai tidak dapat diterimanya
Masih dalam rangka pembicaraan kita tentang hapusnya perikatan, maka
(de niet-ontvangkelijkheid ), termasuk terhadap tergugat 1 ;90
-- dengan mengikutl urutan sebagai yang disebutkan dalam Pasal 1381 --
Komentar: sekarang tiba gilirannya kita berbicaratentang hapusnya perikatan karena
Kits lihat, bahwa PengadiJan pada saat itu belum dapat kompensasi atau perjumpaan hutang.
mener/ma pengoperan suatu "kekayaan" -- keseluruhan hak
Istiiah Perjumpaan-hutang adalah terjemahan dari kata "vergelijking van
dan kewaj/ban -- sebagai satu Ifesatu"f!.
schuld" (memperbandingkan hutang), namun karena istilah kompensasi
sudah populer dan pada umumnya dap'at diterima dalam masyarakat,
maka kita akan menggunakan istilah kompensasi saja.

Mengenai apa yang dimaksud dengan kompensasi, pembuat undang-


undang tidak memberikan perumusan, namun ia dalam Pasal 1425 mem-
berikan gambaran kepada kita kapan terjadi perisliwa kompensas; dan
dari ketentuan tersebut -- dihubungkan dengan kelenlUan-ketentuan lain
-- kita bisa menyimpuikan apa yang dimaksud dengan kompensasi oleh
90) Residentie-Rechter Semaran9, 4 Juli 1927 daiam perkara "ROELOFS - pembuat undang-undang. Katanya : "Jika dua orang saling berhutang
ROELOFS', dimuatdaiam T.127: 314. satu pada yang lain, maka terjadilah antara mereka suatu perjumpaan,

Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya perikatan Bagian 2 Hukum Penkalan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 85
84
Kompensasi Alau Perjumpaan Hulang
Kompensasi Atau· Perjumpaan Hutang

dengan mana hutang-hutang antara kedua orang tersebut dihapuskan,


dengan cara dan dalam hal-hal yang akan disebutkan sesudah ini. B. KEUNTUNGAN KOMPENSASI
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas kita lukiskan peristiwa
Dalam skema tersebut di atas, kalau mereka tidak mengadakan
kompensas;dengan skema sebag;l.i berikut :
kompensasi, maka akan terjadi pelunasan dengan cara demikian : B
A (Kr) ----------------- B (Deb) A (Deb) ------------- B (Kr) membayar hutangnya kepada A dengan menyerahkan uang sebanyak
Rp 10.000,00 dan setelah A menerima uang itu, sekarang A membayar
Dalam hubungan hukum yang pertama, A berkedudukan sebagai kreditur hutangnya kepada B sebesar Rp 10.000,00 dengan cara menyerahkan
terhadap B, untuk pembayaran uang sebesar Rp. 10.000,00, tetapi dalam kernbali uang itu kepada B. (Kalal' menghitungnya uang dengan men-
hubungan hukum kedlOa, justru A berkedudukan sebagai debitur terhadap jilatkan jari ke bibir, uang itu sampainya kern bali pada B bisa-bisa sudah
B -- katakan saja untuk mUdahnya. -- untuk jumlah yang sarna, yaitu basah). Paiam prakteknya, penjual saYlOr di pasarpun tidak akan
Rp 10.000,00. Lalu mereka saling memperhitungkan hutang-hutang
menyelesaikan hutang-piutangnya dengan cara seperti itu, tetapi dengan
mereka. cara saling memperhitungkan hutang-hutang mereka di aias kertas saja.
JADI INTINYA ADALAH ADANYA DUA ORANG SALING BERHUTANG Dengan demikian dapat kita katakan, bahwa -- pada dasamya __ peng-
DAN MEREKA MENYELESAIKAN PEMBAYARAN HUTANG MEREKA -- aturan kompensasi dalam undang-undang merupakan penegasan saja
yang satu terhadap yang lain -- DENGAN CAR A MEMPERHITUNGKAN daripada apa yang memang sudah berjalan dalam praktek.
HUTANG MEREKA SECARA TIMBAL BALIK. Kalal' demikian, maka KARENA DALAM PERISTIWA SEPERTIITU TIDAK ADA YANG SECARA
kompensasi merupakan peristiwa sehari-hari, yang kita Iihat dalam NYATA-NYATA MENGELUARKAN UANG, MAKA ORANG MENGATAKAN,
kehidupan, bukan hanya antara orang yan~ terpelajar, tetapi meliputi BAHWA DI SANA ADA PERHITUNGAN DENGAN DOMPET TERTUTUP.
hampir semua lapisan masyarakat.· ,
DASARNYA TIDAK LAIN ADALAH EFISIENSI .(pragmatisme). Inilah
Hanya saja, kalau dalam peristiwa sehari-hari orang hanya memikirkan keuntungan dasar yang dituju oleh para pihak dalam kompensasi. Tetapi
akibat-akibat yang pokok saja, pembuat undang-undang telah membuat temyata ada keunturigan ikutan yang lain, yang mungkin semula tidak
peraturan-peraturan yang lebih: rincl, untuk mengantisipasi kemungkinan terpikirkan oleh para pihak. .Dengan kompensasi seperti tersebut di atas,
terjadinya sengketa antara para pihak. maka UNTUK UANG SEBESAR TAGIHAN YANG TELAH DIKOMPENSIR
MASING-MASING DARI KEDUA KREDITUR TERSEBUT, TELAH MEN-
YANG -- dalam rangka pembicaraan kita tersebut di atas -- PENTING DAPAT PELUNASAN DENGAN CARA YANG LEBIH MUDAH DAN __ segi
UNTUK DIPERHATIKAN ADALAH, BAHWA DENGAN KOMPENSASI, ini justru yang penting sekali -- LEBIH DAHULU DARI KREDITUR YANG
PERIKATAN YANG DIKOMPENSIR MENJADI HAPUS. Itulah sebabnya, LAIN, sehingga -- secara tidak langsung -- ada unsur preferensi91.
bahwa kompensasi dibicarakan dalam urutan Pasal 1381 mengenai
hapusnya perikatan. 91) J.Satrio, Hukum'Jaminan, hal. 22.

86 Hukum Perikalan Ttg. Ifapusnya Per/kalan Bagian 2


Aukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2
87
Kompensasi Atau Perjumpaan HUlang Kompensasi Atau Periumpaan Hutanq

Bayangkan kalau mereka lidak menyelesaikan hulang-piulang mereka


dengan melalui kompensasi; pada waktu yang satu melunasi hulangnya C. CARA TERJADINYA KOMPENSASI.
kepada yang lain -- umpama saja seperti lersebut di atas, B membayar
kepada A -- maka pada waklu giliran B menagih hutang A, ada
kemungkinan, bahwa A lidak mau dengan suka-rela melunasi hutangnya, 1. DUA PENDAPAT. DEMI HUKUM DAN ATAS
sehingga harus dituntut melalui Pengadilan -- dan di sinilah letak unsur TUNTUTAN.
kemudahan penagihan melalui kompensasi -- atau kemungkinan lain
adalah, debitur (A) mau membayar dengan suka-rela, tetapi semenlara itu Pasal 1426 mengatakan, bahwa kompensasi terjadl demi hukum, bahkan
telah ada kreditur lain yang turut menuntut pelunasan. Kalau mereka dengan tidak setahunya orang-orang yang berhutang, Yang nama-
sama-sama kreditur-konkuren dan ternyata harta kekayaan debitur tidak nya terjadi "demi hUkum" adalah "secara otomatis", tanpa para pihak
cukup untuk memenuhi tagihan semua kreditur, maka mereka -- para harus "menuntut" atau "memperjanjikannya"; dan di sana ditegaskan lagi
kreditur-konkuren -- terpaksa harus berbagi pond's-pond's alas hasil dengan kata-kata "bahkan tanpa sepengetahuan" orang-orang yang ber-
eksekusi harta debitur. Dengan pelunasan secara kompensasi seperti hutang. Namun, kalau kita baca lebih lanjut Pasal undang·undang tentang
tersebut di atas, mau tidak mau kita harus mengakui, bahwa peristiwa kompensasi, kita menjadi ragu-ragu, apakah memang demikian yang di-
seperti itu merupakan penyimpangan atas asas Pasal 1132, karena maksud oleh pembuat undang-undang. Kata-kata "dijumpakan" dalam
kompensasi seperti ini sebenamya merugikan kreditur yang lain, padahal Pasal 1427 ayat 2, "menjumpakan" dalam Pasal 1430,_ dan
-- berlainan dengan gadai dan hipotik -- hak Itu -- adanya hak preferensi "diperjumpakan" dalam Pasal 1433 dan 1435, memberikan peringatan
-- tidak tam.pak dari luar. Keuntungan penagihan seperti itu tampak lebih kepada kita, bahwa kompensasi tidak terjadl demi hukum, tetapi harus
nyata lagi dalam hal debitur jatuh pailit; bukankah dengan kesempatan aktif dituntut94
seakan-akan kreditur yang mempunyai kesemPatan kompensasi seakan-
akan tagihannya ada di luar kepailitan? Dan kesempatan seperti itu diakui
oleh undang-undang 92 . Di sini sebenamya ada hak untuk didahulukan,
94) Menurut v. Brake!, hal. 203, adalah berlebihan untuk menafsirkan dari kata-kata
yang tidak didasarkan atas ketentuan Pasal 1132 dan selanjutnya, dan "menjumpakan", "dijumpakan· dan ·dipe~umpakan· seakan-akan tidak sesuai
juga bukan merupakan hak istimewa (privilege) yang diberikan oleh dengan prinsip Pasa! 1426 (kompensasi terjadi dami hukum). karena kata-kata
tersebut bisa juga ditafsirkan sebagai kependekan dari kata-kata "mengemukakan
undang-undang, berdasarkan atas sifat dari perlkatannya93 . keadaan, bahwa hutang tersebut telah hapus dengan kompensasi".
HgH dalam keputusannya tan9ga! 12 Februari 1920, dalam perkara "HARMSEN
VERWEY - LEIM T.T.", telah memberikan pertimbangan yang memberikan
92) Lihat Pasal53 dan 54 K.; v. Brakel, hal. 201; Rutten, hal. 414, melihat hak itu petunjuk, bahwa ia pun berpendapat, bahwa kompensasi terjadi demi hukuin.
mempunyai unsur -memberikan jaminan". Katanya" ....., hij terecht zich op kompensatie heeft beroepen immers waar beide
tussenpartijen vaststaande schulden eenegeldsom betreffen, wederzijds door
93) v. Brakel, hal. 201; ietapi RuUen, hal. 414, menganggapnya sebaga; semacam dadelijke vereffening en opeising vatbaar, gedaagde's vordering op eisers door
privilege. schuldvergelijking is te niet gegaan", dimuat dalam T.114 : 185.

88 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 HUkum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 89
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang Kompensasi Atau Per;umpaan Hutang

Namun sebenarnya tidaklah demlklan, sebab para plhak sendiri juga ber-
2. TINJAUAN SEJARAH. kepentingan untuk mengetahul, prinsip' mana di antara keduanya yang
dianul. Kalau dianut prinsip yang pertama -- Ipso jure eompensatur --
Menurut sejarahnya, dalam Hukum Romawi, masalah tersebut sudah maka kalau salah satu dari kedua pihak -- yang saling mempunyal tagihan
menlmbulkan pertentangan pendapat, tetapi Justinlanus telah mengakhiri- seeara timbal balik -- membayar hutangnya kepada yang lain, tanpa
nya dengan menetapkan prinsip ipso jure eompensatur. Walaupun menggunakan haknya untuk kompensasi, maka sebenamya dl Sana ada
demikian, temyata pertenlangan di antara para sarjana tidak berhenti, pembayaran yang tak terhutang, karena hutang -- atas dasar kompensasl
dalam abad pertengahan kita mengenal dua aliran yang terpisah. Menurut yang terjadi demi hukum -- sebenarnya sudah hapus96 •
aliran Martinus, untuk terjadinya kompensasi tidak periu ada tuntutan dari
para pihak; sebaliknya menurut pendapat yang lain -- pendapat Azo
--untuk itu perlu adanya tuntulan para pihak. Domat dan Pothier -- dua
4. PENDAPAT DOKTRIN.
sarjana kenamaan dari Prancis -- memihak kepada pendapat yang
Sekalipun undang-undang -- dalam Pasal 1426 -- mengatakan seeara
pertama ,- kompensasi terjadi demi hukum -- dan prinsip seperti itu
tegas dan jelas seperti tersebut di atas, tetapi PARA SARJANA PADA
diietakkan dalam Pasal 1290 e.e. yang merupakan eikal bakatpasal1262
UMUMNYA BERPENDAPAT BAHWA MAKSUD PEMBUAT UNDANG-
B.W. dan selanjutnya Pasal1426 K.U.H.Perdata Indonesia9S
UNDANG SEBENARNYA ADALAH, BAHWA KOMPENSASI HARUS
DITUNTUT OLEH PARA ATAU SALAH SATU DARI KEDUA PIHAK97 .
3. PERBEDAAN DAN DAMPAKNYA. Namun bagaimana dengan kata-kata undang-undang, yang -- kalau kita
jujur harus mengakui -- bertentangan satu sama lain? Adalah tidak patut,
Kiranya dapat dimengerti, kalau orang berpikir, bahwa sebenarnya
ketegasan mengenai aliran mana yang dianut ji)\3tru terasa penting sekali
96) Oi samping para pihak, juga panting bagi para debitur-serta dan para borg.
bagi seorang Hakim, yang harus menetapkan slkapnya, apakah -- kalali
97) v. Brakel mengatakan, bahwa sekalipun undang-undang dengan tegas mengata-
dipenuhi syarat-syarat kompensasi -- kedua hutang itu boleh dianggap kan, bahwa kompensasi te~adi demi hukum, tetapi ia pun mengakui, bahwa para
sarjana pada umuml"!ya justru menafsirkannya lain; Pitla-Solway, hal. 404.
tidak ada, lagl, karena ·sudah hapus demi hukum, sehingga kalau ia harus
Kompensasi dam; undang-undang tidak sesuai antara lain dang'an ketentuan
dengan tegas menyatakan sikapnya, ia eukup mengkonstatimya sebagai Pasal 1435, sedang ketentuan-ketentuan lain tentany kompensasi sarna-sarna
telah hapus saja, ataukah ia harus menganggap kedua hutang itu masih dapat dipakai untuk mendukung pendapat yang satu maupun·yang la;n, oemikian
Pitlo-Bolweg. J.B.Zeijlemaker Jzn, dalam catatannya di bawah arrest HgH 20 Juni
ada, selama belum ada tindakan aktil dari para atau salah salu pihak 1929, mengatakan, bahwa sekalipun pembuat undang-undang kita berangkat dari
untuk menuntut kompensasi? pendirian, bahwa kompensasi terjadi demi hu!<um (Pasal 1426 B.W.), namun ia
tidak memegang prinsip tersebut secara teguh, tidak sampai membawa akibat.
bahwa kelalaian untuk memperhitungkan kompensasi tidak dapat diperbaiki lagi
(Hoewel onze wetgeving uitgaat van het standpunt, dat compensatie van rechts-
95) v. Brakel, hal. 202; Rutten, hal. 414; menurut Hofmann, hal. 376, prinsip "ipso wege plaats vindt (art. 1426 B.W.), houdt zij dat niet zoo streng vol, dat verzuim
iure compensatur" dianut oleh Justinianus. van rekening houden met compensatie onherstelbaar is).

90 Hukum Perikatim Tlg. HajJUsnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 91
Kampenoaoi Alau Periumpaan Hutang Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

kalau kita menyingkirkan suatu ketentuan undang-undang yang berbicara tuntut aleh salah satu atau para pihak, paling tidak Hakim menafsirkannya
dengan begitu tegas dan jelas"a. Karenanya sekarang menjadi tugas dari pernyataan adanya tagihan balasan, sebagai tuntutan kampensasi 101 .
daktrin untuk menyeiaraskannya, sebab perundang-undangan harus di- Menurut Pitla, semula dari keputusan H.R. tang gal 9 Januari 1931,
susun dalam suatu sistem, dalam mana tidak baleh ada pertentangar) N.J.1931, 378, dapat disimpulkan, bahwa Pengadilan menganu! paham
satu sarna lain"". MENURUT PARA SARJANA, KOMPENSASI MEMANG kampensasi terjadi demi hukum, namun dari keputusan-keputusannya
HARUS DITUNTUT, TETAPI AKIBAT HUKUMNYA MUNDUR SEJAK iebih lanjut -- antara lain tanggal 22 Januari 1937 NJ.1937, 898 dan 18
SAAT KEDUA HUTANG ITU SAMA-SAMA TELAH MEMENUHI SYARAT Maret 1955 NJ.1956,322 -- tampak, bahwa PENGADILAN TELAH BER-
UNTUK KOMPENSASl lOO UBAH PENDAPAT DAN CENDERUNG KEPADA PAHAM KOMPENSASI
TERJADI ATAS TUNTUTAN PARAATAU SALAH SATU PIHAK102.
Sebenarnya Hakim sendiri baru menghadapi masalah tersebut, kalau ia --
atas suatu tuntutan penagihan -- mengetahui adanya tagihan balasan dari
pihak yang lain dan ia mengetahui, kalau pihak lain mengemukakan ada-
nya tagihan balasan seperti itu. Jadi dalam prakteknya, kampensasi di- D. SYARAT-SYARAT KOMPENSASI.

Sekaiipun undang-undang tidak secara tegas mengatur tentang syarat-


syarat kampensasi, namun dari ketentuan undang-undang yang mengatur
tentang kampensksi, dapat kita simpulkan, syarat apa saja yang harus
dipenuhi, agar dapat teriaksana kampensasi secara sah 103.
98) Demikian pendirian dari v, Brakel, hal. 203. Sebaliknya Rutten, hal. 415,
mengatak{in. bahwa bukankah kita juga telah menafsirkan Pasal 1482 B.W.
(Pasal 1446 Ind.) lain daripada yang dengan tegas-tegas tertulis di sana?
Sekalipun pasal tersebut mengatakan, bah,wa perjaqfian yang dibuat oleh mereka
yang tidak cakap adalah batal demi hukum. tetapi para sarjana menafsirkannya :
-dapat dituntut pembatalannya-.
101) Apalagi Hakim dapat menambah dasar-dasar hukum suatu gugatan.
99) v. Brakel, hal. 203, bahkan menganggap pasal-pasal di belakang Pasal 1426 Menurut Hofmann, hal. 377, ditinjau dari mereka yang berpendapat, bahwa
bUkans.ebagai penjabaran iebih. lanjut Pasal 1426 secara logis dan sistematis, kompelnsasi terjadi demi hukum, kalau salah satu pihak mengemukakan adanya
tetapi merupakan ketentuan khusus untuk segi-segi kompensasi tertentu" seperti tagihan-balik, maka. ia tidak menuntut kompensasi, tetapi me,mberitahukan
yang ,biasa muncul dalam praktek. kepada Hakim, bahwa hutangnya teJah hapus berdasarkan kompensasi. Kalau
kita ikuti paliam; kompensasi harus dituntut, maka sudah Cfapat dibayangkan,
100) PiUo, hal. 285; Hofmann, hal. 378; PiUo-Boiweg, hal. 403; Rutten, hal. 415. bahwa Hakim ada kalanya akan menghadapi masalah, apakah dalam jawaban
Vollmar, hal. 470, berpendapat, bahwa kalau atas suatu tagihan dari penggugat, tergugat, dapat disimpulkan ada tuntutan kompensasi.
tergugat mempunyai tagihan balik yang memenuhi syarat kompensasi, maka
sekalipun debitur tidak mengemukakan kompensasi. Hakim .- yang mengetahui 102) Pitlo~8olweg, hal. 404. Penulis tidak mempunyai arrest·arrest tersebut.
hal itu -- harus, atas dasar Pasal 48 (Pasal 50 Ind.) Rv. menerima daya kerja
kompensasi demi hukum, dan menyatakan tagihan yang bersangkutan tetah 103) Yang dimaksud di sini adalah kompensasi menufut undang-undang (wettelijke
menjadi hapus. compensatie), berlainan adaJah kompensasi konvensional atau kontraktual; vide
Viiilmar, hal. 472.

92 Hukum Perikatan Ttg. Ha",usnya Perikatan Bagian 2


Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 93
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

KAN ARTI YANG LUAS OLEH PARA SARJANA, tidak hanya dalam arti
1. HUTANG TIMBAL BALIK.
seperti yang dimaksud dalam Pasal 1320 jo 1335 dan 1337, tetapi
MELIPUTI SEMUA PERISTIWA HUKUM -- sumber daripada perikatan 105
Pasal 1425 mengatakan, jika dua orang saling berhutang satu pada yang
-- sehingga dengan tepat oleh Subekll diterjemahkan menjadi
lain, ....". Dari ketentuan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa untuk
"sumber,,'06, Hal ini membawa konsekuensl lebih lanjut, yaitu, bahwa
adanya kompensasi, harus dipenuhi syarat, bahwa PARA PIHAK YANG
tuntutan ganll rugi atas dasar wanprestasi, yang nierupakan pengganti
MELAKSANAKAN -- atau kalau kompensasi terjadi demi hukum,
"mengalami" -- KOMPENSASI, HARUS -- yang satu terhadap yang lain -- kewajiban prestasi, dapat dikompensasikan, sekalipun mungkin prestasi-
nya sendiri -- umpamanya saja: untuk menyerahkan benda tertentu--
SALING MEMPUNYAI HUTANG ATAU DENGAN PERKATAAN LAIN,
tidak bisa dikompensasikan,
MEREKA HARUS SECARA TIMBAL BALIK SALING MEMPUNYAI
HUTANG (ditinjau dari sudut yang sebaliknya, saling mempunyai tagihan).
Kalimat terakhir Pasal 1426 dengan jelas menggunakan islliah "timbal- 2. DALAM KUALITAS YANG SAMA
balik".
Selain daripada para pihak delam kompansasi harus saling mempunyai
Kedudukan saling berhutang, bisa IImbul atau berasal dari 2 peristiwa
hutang secara timbal balik, JUGA HARUS DIPENUHI SYARAT, BAHWA
hukum yang berlainan atau dari satu perjanjian yang sarna, seperti pada
HUTANG DAN TAGIHAN MEREKA DIPUNYAI OLEH MEREKA DALAM
perjanjian IImbal baiik. Walaupun tidak disebutkan secara tegas, tetapi
KUALITAS YANG SAMA, artinya kalau yang satu mempunyai tagihan ter-
berdasarkan dari sifatnya, YANG DIMAKSUD OLEH Pasal 1425 TIDAK
hadap yang lain "dalam kualitas tertentu", maka tagihan balik yang di-
MUNGKIN PERIKATAN-PERIKATAN YANG TIMBUULAHIR DARI SATU
majukan pihak lain sebaga; dasar kompensasi juga harus tagihan yang
PERJANJIAN YANG SAMA, sebab kalau demikian, maka setiap perjanji-
an timbal ...
. balik dapat dihapuskan/dibatalkan Q,engan menuntut kompen-
sasi antara kewajiban kedua belah pihak secara IImbal balik. Namun
dipunyai olehnya "dalam kualitas" yang sama dengan hutangnya yang
ditagihkan kepadanya. Untuk jelasnya kita gambarkan sebagai berikut :

demikian, KEDUA HUTANG ITU TIDAK HARUS TIMBUL DARI KAUSA A, dalam kualitasnya sebagai Direktur dar; (dan karenanya untuk
YANG SAMA; bis? saja yang satu timbul dari perjanjian hutang-piutang, dan atas nama) P.T., mempunyai tagiha~ terhadap B. Sebaliknya B
sedang yang lain merupakan hutang berdasarkan pembelian (Pasal mempunyai tagihan balik terhadap A pribadi (in prive). Dalam hal
1429)'04. TETAPI KATA "OORZMKlSEBAB" DALAM Pasal1429 DIBERI- demikian, maka IIdak dipenuhi syarat "dalam kualitas yang 'sama",
sehingga B -- atas tagihan A dalam kualitas sepert; tersebut di atas
104) Menurut Hofmann, hal. 375, asal mulanya, dalam Hukum Romawi, disyaratkan,
bahwa kedua perikatan itu datang dari nbonae fidei contract- yang sarna (atau -- tak dapat mengemukakan kompensasi.
dikatakan ex pari causa). Kemudian pada masa Kaisar Marcus Aurelius, syarat itu
dihilangkan, asal hutang-hutang itu semuanya berasal dari perjanjian. Justinianus
memperluasnya sampai di luar hutang-hutang berdasarkan perjanjian, tetapi
menolak tuntutan kompensasi dari plhak penerima titipan barang dan orang yang 105) Rutten, hal. 423.
memegang barang yang dituntut pengembaliannya oleh pemiliknya.
106) Lihat terjemahan K.U.H. Perdata oleh Subekti _Tjitrosudibio.

94 Hukum Perikatan Tlg. H~pusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg.Hapusnya·Perikatan Bag ian 2
95
Kampensasi Atau Perjumpaan Hutang Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

a., KEKAYAAN YANG TERPISAH. hutang tersebut di atas' dengan A, maka tagihan X terhadap warisan
Dalam peristiwa seperti tersebut di atas, DASARNYA SEBENARNYA hapus dan budel warisan berkurang sebesar Rp 1 juta, karena bukankah
ADALAH, BAHWA KEKAYAAN A "DALAM KUALlTAS" ADALAH TER- sebenarnya hutang X merupakan aktiva budei? Dalam kejadian seperti itu
PISAH DARI KEKAYAAN A IN PRIVE. Konsekuensinya lebih lanju! X -- sebagai kreditur prive -- mendapat peiunasan lebih dahuiu dari
adalah, bahwa terhadap hutang yang dipunyai oleh X terhadap seorang kreditur warisan, dan kalau jumlah sisa budel tidak mencukupi untuk
kreditur yang kawin pisah-harta-sama-sekali, tidak dapat dimajukan membayar semua hutang warisan, akan merugikan para kreditur warisan
kompensasi dengan tagihan yang dipunyai X terhadap istri ~reditur'07. yang lain. Masalahnya adalah apakah A berhak untuk mengajukan
kompensasi?
Suatu kasus posisi yang menarik dikemukakan oleh Pitio sebagai berikut :
P meninggal dunia dan meninggalkan sejumlah warisan dan seDrang ahli Pillo berpendapat, bahwa sesudah P meninggal, maka budel warisan
waris, yang menerima warisan seeara beneficiair, sehingga budel warisan seakan-akan merupakan suatu "kesatuan" tersendiri, seakan-akan mem-
untuk sementara -- sampai perhitungan dan penyelesaian tagihan dan punyai suatu kepribadian sendiri, seperti suatu "badan hukum" tersendiri.
hutang-hutang warisan terlaksana) masih terpisah dari kekayaan ahli Bukankah dengan matinya P, orang sekarang menYl9but hutang dan
warisnya. Kalau pewaris semasa hidupnya mempunyai hutang-hutang tagihan P sebagai "hutang/tagihan warisan"? Dengan demikian menurut
yang belum dilunasi, maka kreditur pewaris sekarang disebut sebagai Pitlo, tagihan dan hutang X dan A tidak dipunyai dalam kualitasnya yang
kreditur warisan, yang ~ada asasnya, terhadap kekayaan budel, didahuiu- sarna, sehingga X d,an A tidak boleh mengemukakan kompensasi. Hutang
kan dalam mengambil pelunasan dari harta budel, dibanding dengan A adalah hutang prive A terhadap X, sedang hutang X adalah hutang
kreditur prive ahli waris beneficiair tersebut di atas, yang nantinya akan terhadap "budel/warisan", yang seperti disebutkan di atas, seakan-akan
menerima sis.a warisan sesudah semua hutang-hutang diberesi. Andaikan rnE;mpunyai kepribadian tersendiri lOB •
ada kreditur prive .- sebut saja X -- terhadap dir.!,ilhli waris beneficiair ter-
sebut di atas .- sebut saja A .- sampai sebesar Rp. 1 juta, tetapi di b. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "HARMSEN VERWEY _
samping itu ia -- si X _. juga punya.hutang terhadap warisan _. katakan L1EM T.T."
untuk.mudahnya juga -, sebe.sar Rp 1 juta, maka sekarang kreditur dan
Duduk perkaranya -- sepanjang yang Qerkaitan dengan pembiearaan kita
debiturnya adalah orang-orang yang sarna; bukankah warisan itu nanti
-- secara ringkas adalah sebagai berikut :
jatuh kepada A juga sF'bagaiahli waris? .Mengapa hal itu dipermasalah·
kan? Karena kalau X -- kreditur prive A -- mengkompensir tagihan dan Verbeek, berdasarkan keputusan Pengadilan, wajib untuk membayar
uang sebesai f 3.299,01 kepada Liem T.T. dan atas dasar keputusan
tersebut akan dilaksanakan eksekusi atas harta bergerak milik Verbeek.
107) Rutten, hal. 418. Secara a contrario, konsekuensi logisnya adafah bahwa,
kalau suami istri itu kawin campur harta, maka tuntutan kompensasi X dapat
dibenarkan. . 108) Pitla-Bolweg, hal. 403; v. Brakel, hal. 213, juga berbicara tentang ........ het
. vennogen van aen dar partijen uit meer dan een baedel bestaat, " .•.

96 HUkum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 97
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang Kompensasi Atau P_~rj~mpaan Hutang

Perseroan Harmsen Verwey & Co melawan eksekusi tersebut, atas dasar an HoI tanggal 29 Maret 1917, atas dasar mana perintah pem-
ia mempunyai kepentingan, karena sebagian harta perseroan adalah milik bayaran kepada penggugat Verbeek, sebagai persero-pengurus
Verbeek sebagai persero. Verbeek adalah persero pengurus dari persero- dari penggugat II, yang telah disebutkan di atas, telah diberikan,
an tersebut, yang kebetulan juga mempunyai tagihan terhadap Liem T.T. hal mana diakui oleh tergugat, dan karenanya telah pasti, bahwa
Ketika perlawanan perseroan diperiksa di Pengadilan, pihak persereian penggugat II -- dengan slapa penggugat Verbeek termasuk
mengemukakan kompensasi atas kewajiban Verbeek terhadap Liem T.T. sebagai persero-tanggung-menanggung -- mempunyai tagihan
dengan kewajiban pembayaran Liem T.T. terhadap' Pelseroan. Sudah seperti itu terhadap tergugat dan ia terhutang jumlah Itu kepada-
tentu Liem T.T. menyangkal adanya hak kompensasi dalam kasus ini, nya:
karena hutang yang dipunyai Verbeek adalah hutang prive, sedang bahwa selanjutnya, mengingat, bahwa penggugat Verbeek sebagai
tagihan yang akan dikompensir adalah tagihan yang dipunyai perseroan, persero tanggung-menanggung dari penggugat II, berhak untuk
dalam mana Verbeek berkedudukan sebagai persero pengurus. mengkompensir tagihan milik yang disebut terakhir terhadap ter-
gugat, dengan tagihan yang dlpunyai oleh tergugat atas peng-
Ketika perkara ini sampai pada HgH, maka oleh HgH antara lain telah
gUllat, maka'dengan beriar la' dapaf' menuntut"kompensi"li, 'kareM"
'dipertimbangkan sebagai berikut :
bukankah ka]au hutang-hutang antara para pihak yang telahp'aSti " -
menimbang, bahwa ...... ., . . adalah mengenai sejumlah uang, yang tertehtiJ dan matang untuk
meriimbang, bahwa tergugat (Liem.T.T.) akhirnya melawan gugatan dltagih, maka tagihan tergugat kepada para penggugat, dengan
dengan' mengemukakan, bahwa dengan keliru oleh penggugat kompensasi telah menjacii hapus; 109
(Verbeek) telah diajukan kompensasi, karena tagihan pro resto
sebesar I 3200,01, yang dikemukakan di sini, bukan merupakan
3. HUTANG TERSE BUT HARUS SUDAH ADA.
tagihan yang dipunyai pengguqat II (p~eroan), karena !agihan itu
dipunyai oleh suatu perseroan, yang terdiri dari anggota-anggota Pasal 1426 'mengatakan, bahwa kedua hutang yang dihapus dengan
Rrma lain, tetapi memakai nama Firma yang sama; kompensasi harus sudah ada. "SUDAH ADA" ARTINYA, PADA SAAT
menimbang, bahwa menurut pendapat HoI, sangkalan ini tidak KOMPENSASI, KEDUA HUTANG ITU SUDAH LAHIR. Jadi, orang -- pada '
benar, karena perkara ini -- antara tergugat dan penggugat 11-- waktu ditagih -- tidak dapat mengemukakan: "ah, nanti dikompensir saja
timbul setelah sebuah kutipan otentik akta pemasukan penggugat den.ggn hutang anda; bukankah anda setiap bulan mest; bon kebutuhan
Verbeek -- sebagai persero pengurus dari sekarang-peng,gugat II sehari-harl di toko saya?". Syarat tersebut di atas adalah suatu ketentuan
(perseroan) -- secara sah didaftarkan, dalam daftar di kepaniteraan yang logis dan patut sekali. Bukankah orang tidak tahu dengan pasti apa
Raad van Justitie Surabaya dan Semarang, jadi sesudah masuk- yang akan terjadi di kemudlan hari? (apalagi yang demikian itu tidak
nya penggugat (Verbeek dalam perseroan), dianggap telah di-
ketahui oleh tergugat, perkara mana telah diakhiri dengan keputus- 109) HgH 12 Februari 1920, dalam perkara "HARMSEN VERWEY - L1EM T.T.", dimuat
dalam T.114: 183.

98 Hukum Perikatan Tlg. tlaplisnyllPerikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian2 99
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang KompensasLIUau Perjllmpaan Hulang

sesuai dengan syarat lain yang nanti akandikemukakan di bawah ini). yang dapat ditetapkan dan matang untuk dilaglh. Yang ,pasli, tuntutan
Mungkin saja untuk selanjutnya ia tidak pernah hutang lagi. Apalagi kalau ganli rugi yang besarnya masih akan ditetapkan dalam SlJatu daftar
kita menerima alasan seperti itu, maka sama saja kita memberikan (schadestaat proseduur) 112 belum dapat dikatakan "dengan segera dapat
kesempatan kepada debitur untuk menunda pelunasan tanpa ia ada ditetapkan", namun demikian, kalau sudah dapat diperkirakan, bahwa
dalam keadaan wanprestasi. jumlah/besarnya adaiah melebihi tagihan-baliknya, H.R. tidak melihat
adanya keberatan untuk dikompensasikan '13 .
4. DAPAT D1TETAPKAN.
Hutang-hutang yang diakui adanya, tetapi yang besarnya belum dapat
Dalam Pasal 1427 ayat 1 selanjutnya ditetapkan, bahwa untuk tuntutan -- segera ditetapkan, karena masih harus memerlukan perhitungan lebih
atau mengemukakan -- kompensasi, harus dipenuhi syarat, bahwa tagih- lanjut, dikatakan sebagai hutang yang "MATERIAL TIDAK L1QUID,,114.
an itu "dapal dengan segera ditetapkan", yang merupakan lerjemahan berlainan dengan hutang-hutang yang adanya disangkal oleh pihak
dari kala-kala "voor een dadelijke vereffening vatbaar,,110. Suatu syarat lawan, dan hutang-hutang seperti itu disebut hutang yang "PROSESUIL
yang logis; kalau hutang atau tagihannya tidak atau belum dapat ditetap- TIDAK L1QUID,,'15. Adalah logis, bahwa HUTANG-HUTANG, BAlK YANG
kan, bagaimana .bisa dikompensasikan? Bukankah harus diketahui MATERIAL MAUPUN PROSESUIL TIDAK LIQUID TIDAK DAPAT DI-
berapa yang dikompensir dan berapa -- dari hutang itu -- yang hapus KOMPENSIR, sebab kalau t;dak. maka pihak yang ditagih dapat saja
karena kompensasi? Namun sampai sejauh mana kita memberikan arti dengan bohong mengemukakan adanya tag;; ,all balik (yan;:; sudan tentu
;'dapai ditetapkan"? Apakah hanya kalau kedua angkanya "sudah jelas tidak diakui oleh kreditur yang menagih dan deng~n begitu -- paling lld"y.
dan pasti" saja? Bagaimana kalau pada saat itu jumlahnya, walaupun untuk saat itu -- menghindari kewaj;bJ.~ pembaya;--an. ABU ada
belum ditetapkaf]. tetapi dengan mudah dapat dihitung? umpama saja dikemukakan lagihan balik, tetapi yang besarnya S3ma sakali belum pastil
hanya dengan mengalikannya dengan ha"lla pasaran yang dapat bagaimana kita menetapkan besarnya hutang yang hapus? Yang kita
diketahui melalui media komunikasi? Kiranya patut dan sesuai dengan kemukakan di sini. adalah suatu tinjauan dari sudutnya kraittur penagih
kata-kata Pasal 1427 ayat 1 tersebut di atas, kalau untuk peristiwa seperti pertama. Ingat, kedua belah pihak sama-sama berk"d'Jdukan sebagai
itu, kita beleh memasukkannya dalam kelompok "dapat dengan segera
ditetapkan,,'11. Orang juga menggunakan istilah "liquid" untuk tagihan 112) J.Satrio, Perikatan pada umumnya. hal. 155

113) H.R. 12 Juni 1931, NJ. 1931, 1345, sebagai disitir oteh Pitlo-Bolweg, hal. 402;
110) Menurut Hoimann, halo. 376. syarat "matang untuk ditagih" dan. ~liquidM sudah Hofmann, hal. 379.
dikemukakan pada zaman Justinianus.
111) H.R. dalam kepulusannya tanggal25 Januari 1957 NJ. 1957, 128. mengatakan, 114) Dikatakan material tidak liquid, kalau jumlah bergantung dari suatu ukuran
bahwa tagihan yang dengansegera dan mudah dapat ditetapkan besarnya, objektif. yang belum dapat ditetapkan; demikian Vollmar, hal. 473.
termasuk dalam tagihan Mdapat ditetapkan" (sebagai disitir oleh 'Pitlo, hal. 402).
115) v. Brakel, hal. 210; Hofmann, hal. 379; Rutten, hal. 421; Vollmar, hal, 473,
Demikian pula hutang-hutang yang dengan melalui perhitungan secara matematis
mengatakan. bahwa suatu tagihan secara prosesuil tidak liquid, kalau taglhan
dengan mudah dapat dihitung, seperti dengan mengalikannya dengan harga
itu, baik seluruh maupun sebagian daripadanya. tidak diakui debitur.
yang ada dalam daftar harga dalam surat kabar.

100 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 101
Kompe~sasi Alau Perjumpaan Hulang
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

kredilur maupun debilunerhadap yang lain. Lawan perikalannya -- yang


ditagih -- tidak dapat mengemukakan kompensasi dengan mengajukan 5. SUDAH MATANG UNTUK DITAGIH.
tagihan-balik yang tidak diakui oleh kreditur yang menagih pertama. Kita
konkretkan : A menagih B uang sebesar Rp 1.000.000,00 atas daojar Ternyata menurut Pasal 1427, syaratnya tidak hanya "hutang itu sudah
pembelian. Untuk menolak tagihan tersebut, B mengemukakan tagihan- ada", tetapi lebih dari itu, TAGIHAN ITU HARUS "SUDAH MATANG
balik terhadap A sebesar Rp 1.000.000,00 atas dasar hutang-piutang, UNTUK DITAGIH", ARTINYA SUDAH JATUH TEMPO, SUDAH WAKTU-
tetapi A menyangkal mempunyai hutang terhadap B. Kiranya kita semua NYA UNTUK DIBAYAR. Dalam Pasal 1427 digunakan istilah, "sudah
dapat menerima, bahwa B tidak dapat menggagalkan tagihan A, dengan dapat ditagih seketika"117.
hanya mengemukakan kompensasi atas tagihan-balik yang adanya di-
Atas tagihan pihak yang satu, pihak yang lain baru dibenarkan untuk
sangkal oleh A. Bukankah kalau demikian, tiap kali B ditagih, ia dapat --
mengemukakan ~- atau mendasarkan atas -- kompensasi, kalau tagihan
dengan bahang -- mengemukakan adanya tagihan-balik?
balik dari pihaknya sudah matang untuk ditagih. Kalau tidak demikian,
Namun sebaliknya, adalah tidak patut untuk menalak kampensasi, hanya maka peristiwa seperti itu sarna dengan membuat suatu tagihan
atas dasar adanya sangkalan dari pihak yang menagih pertama. Kalau sebelum waktunya-- menjadi matang untuk ditagih. Yang demikian ber-
yang demikiari dibenarkan, maka debitur yang ditagih akan dengan tentangan dengan prinsip hukum dan hanya dibenarkan, kalau ada per-
mudah menolak kbmpensasi hanya dengan mengingkari saja tagihan setujuan dari debiturnya. Konsekuensinya, perikatan dengan ketentuan
lawannya. Dalam contah di atas, A tidak dapat dibenarkan untuk menolak waktu dan perikatan bersyarat, baru dapat dikompensasikan, kalau
kampAnsasi yang diajukan B, dengan hanya menyatakan lidak mengakui perikatan dengan ketentuan waktu telah jatuh tempo 118 dan perikatan
tagihan' B. Untungnya PENGADILAN BERPEGANG KEPADA bersyarat telah dipenuhi syarat yang ditetapkan di sana.
PENDIRIAN. BAHWA SUATU HUTANG AtilALAH "SEGERA DAPAT Sehubungan dengan "perikatan dengan ketentuan waktu", perlu diperhati-
DITETAPKAN," KALAU TAGIHAN ITU -- sekalipun disangkaloleh debitur kan, baliwa ini harus dibedakan dengan kemurahan kreditur untuk mem-
tetapi -- DENGAN MUDAH DAPAT DITETAPKAN 116 .
117) Terjemahan dari ..Subekti-Tjitrosudibio dari kata "vQor aen dadelijke opeising
Dengan demikian sekarang dapat kita katakan, bahwa hutang yang vatbaar·. .
"material tidak liquid" dan yang "prosesuil tidak liquid" tidak dapat
118). Asal dUngat, bahwa da,ram hal debitur pailit, maka ia tak dapat lagi menarik
dikemukakan untuk kompensasi danbahwabatas antara hutang yang rnanfaat dari ketentuan waktu perikatannya atau dengan perkataan lain, ia tak
segera dapat ditetapkan dan yang tidak, tidak dapat ditentukan secara dapat mengemukakan kepada kreditur, bahwa tagihannya -- berdasarkan
ketentuan waktu -- berum matang untuk ditagih (Pasal 1271 K.U.H.perdata jq
pasti. Pasal127 ayat 2 K.). Juga dalam hal terjadi, bahwa karena kesalahan debitur,
jaminan tagihan yang diberikan olehnya bagi tagihan kreditur menjadi merosot.
Oalam peristiwa-peristiwa seperti itu, maka hutang menjadi matang untuk ditagih,
116) loc.cit.; bukti tertulis pada asasnya sudah cukup; tetapi harus dianggap tidak walaupun belum dipenuhi syarat yang disebutkan di sana, dengan konsekuensi-
liquid kal~u pembuktianny~ harus melalui saksi-saksi, vide Vollmar, hal. 474. nya, bahwa hutang-hutang itu siap untuk dikompensir.

102 Hukum Perikatan Tlg. Aapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Penkalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 103
Kompensasl Alau PerjulllPilan Hulal1g Kompensasi At8U Perjumpaan Hutang

berikan kelonggaran waktu pembayaran. Perikatan dengan ketentuan untuk jumlah Rp500.000,OO (yang terkeeil di antara kedua tagihan itu),
waktu -- yang disebut terme de droit -- menghalangi kompensasi sebelum sehingga A masih mempunyai sisa tagihan sebesar Rp 500.000,00
waktunya, tetapi kelonggaran penundaan pembayaran yang diberikan terhadap B.
oleh kreditur kepada debitur -- yang disebut terme de grace -- tidak meng-
halangi kompensasi (PasaI1428)119.

Tetapi perlu diperhatikan, di sini tidak dikatakan, bahwa kedua tagihan itu
E. YANG DAPAT DIKOMPENSIR
harus sudah matang untuk ditagih, tetapi bahwa untuk dlbenarkannya
TUNTUTAN KOMPENSASI, DARI PIHAK YANG MENGAJUKAN TAGIH- 1. OBJEK KOMPENSASI.
AN BALIK, HARUS DIPENUHI SYARAT TAGIHANNYA "MATANG UNTUK
DITAGIH". Ditinjau dari pihak yang pertama mengajukan tagihannya, Berbieara tentang kompensasi, kita pertama-tama tentunya teringat akan
boleh saja la -- seeara· sukarela -- menetima kompensasl atas dasar KOMPENSASI HUTANG UANG DENG~N HUTANG UANG; padahal
tagihan balik terhadapnya, yang sebenamya belum jatuh tempo. Hal itu undang-undang -- sekalipun mulai dengan menyebutkan kompensasi
adalah sesuai dengan prinslp, bahwa syarat "matang untuk ditagih" uang dengan uang yang -- tidak memberikan pembatasan sesempit itu.
diberikan bagi kepentingan debitur yang tagihannya belum matang untuk Dalam Pasal 1427 selanjutnya disebutkan kompensasi hutang "sejumlah
ditaglh.. barang yang dappt dihabiskan darl jenls yang sama,,120. Di dalam syarat
tersebut sebenamya tersimpul dua unsur, yaitu BENDANYA HARUS
6. UNTUK JUMLAH YANG SAMA. "DAPAT DIGANTI" (vervangbaar) DAN "DARI JENIS YANG SAMA,,121.
Kesimpulannya, TUNTUTAN KOMPENSASI ANTARA DUA HUTANG
Kata "untuk jumlah yang sama". bisa menl!j'ibulkan salah pengertian, TIMBAL BALIK YANG MEMPUNYAI OBJEK, DUA BENDA YANG SAMA-
seakan-akan orang hanya boleh melaksanakan -- atau mengemukakan ~­ SAMA DAPAT DIGANTI, TETAPI DARI DUA JENIS YANG BERLAINAN
kalau kedua tagihan itu sama besamya. YANG DIMAKSUD DI SINI (kopi dengan teh), TIDAK DIBENARKAN.
ADALAH "UNTUK JUMLAH YA~G SAMA, YAITU SEBESAR YANG TER-
KECIL DI ANTARA KEDUA TAGIHAN TIMBAL BALIK TERSEBUT". Dalam
bahasa aslinya dlgunakan istilah "sampai sejumlahyang bertiinbal balik 120)_ Menurut Rutten, adalah merupakan communis OpinlO, bahwa istilah tersebut
sama (ten belope van dezelver wederkerig bedrag). Jadi kalau A mem- merupakan kekeliruan dari terjemahan kata "choses fangibles·, dan maksud
pembuat undang-undang dengan istilah tersebut adalah "barang yang dapat
punya; tagihan Rp 1.000.000,00 terhadap B, dan B m;,mpunyai tagihan diganti" (vervangbare zaken), vide hal. 419. Barang yang dapat dihabiskan belum
balik terhadap A sebesar Rp 500.000,00, maka kompensasi hanya terjadi tantu dapat diganti. Gandum memang barang yang dapat dihabiskan dan diganti,
tetapi satu partij gandum tertentu, sekalipun dapat dihabiskan, tidak dapat diganti.

121) SUdah- jelas bahwa perikatan ~untuk melakukan sesuatu" tidak tercakup di
dalamnya.
119) Rutten, hal. 122-123.

104 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Penkalan Bagian 2 105
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang Kompensasi Atau Periumpaan Hutang

Penyebutan seperti itu dalam Pasal 1427 di atas, meiiputi. bidang yang BAHAN MAKANAN, gandum dan hasil pertanian -- asal dipenuhi syarat
lebih luas, dan "uang" sendiri' sebenarnya sudah termasuk dalam kompensasi seperti tersebut di atas -- DAPAT DIKOMPENSIR DENGAN
kelompok "barang yang dapat dihabiskan,,'22. UANG. Syarat khusus di sana yang menarik perhatian kita adalah "dapat
ditetapkan menurut catatan harga", yang maksudnya adalah dapat
UNTUK BARANG YANG DITENTUKAN MENURUT JENIS, memang
dltetapkan berdasarkan prijscourant atau daftar harga.
orang tidak terikat kepada "barang (secara individual) tertentu" dan
karenanya ADALAH LOGIS, bahwa tagihan timbal balik seperti itu -- atas
dasar pertimbangan ke-praktis-an, apabila dipenuhi semua syarat 2. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "GARAGE DE AUTO-
kompensasi yang lain -- DAPAT DIKOMPENSJR. T1dak ada gunanya
untuk menyerahkan dan menerima kembaii barang dari jenis yang sarna.
BOERMAJr."
Kata "dari jenis yang sarna" dalam Pasal 1427 "kiranya hanya ditujukan
Duduk perkaranya -- yang berhubugan dengan pembicaraan kita .-
kepada "barang dari jenis yang sarna yang dapat dihabiskan"· saja dan
secara ringkas adalah sebagai berikut :
karenanya tidak ditujukan kepada unsur "uang" yang juga disebut di sana,
Boerma beberapa waktu sebelumnya, telah membeli sebuah mobil dari
sekalipun -- sebagai telah disebutkan di atas -- uang termasuk dalam
Garage De Auto. Pada suatu hari Boerma datang di tempat Garage De
kelompok benda yang dapat dihabiskan juga. Mungkin justru itulah
Auto dan memesan barang-barang, antara lain berupa satu ban dalam
sebabnya. bahwa "uang" disebutkan secara terpisah lebih ·dahulu dalam
mobil. Katanya ban dalam itu adalah pengganti ban mobilnya yang rusak
Pasal 1427. Kalau demikian, maka tidak ada keberatan; bahwa hutang
dan menurutnya masih dalam garansi Garage De Auto. Pihak De Auto
uang rupiah dikompensir dengan hulang uang luar negeri, dengan mem-
membantah bahwa ia pernah menjanjikan garansi ban dan atas bantahan
perhitungkan nilai tukar masing-masing mala uang 123. Namun -- alas
tersebut Boerma lalu memerintahkan agar ban itu tetap saja dipasang,
dasar bahwa hutang-hutang tersebut berasal ~i satu perjanjian yang
kalau perlu atas tanggungannya sendiri. Ketika pada suatu hari, atas
sarna '-. kalau, misalnya, ada jual beIi uailg asing, maka kewajiban pem-
penyerahan barang-barang tersebut di atas, Boerma ditagih, ia hanya
bayarannya -- dengan rupiah -- tidak boleh dikompensir dengan' nilai uang
mau membayar harga barang-barang yang lain saja, kecuali ban tersebut.
dollar yang dibelinya ilu.
Atas harga ban Boerma menuntut kompensasi dengan kewajiban garansi
Yang menyimpang dari prinsip seperti tersebut di atas adalah apa yang ban dari Garage De Auto, yang katanya memang ada janji seperti itu.
disebutkan dalam Pasal"1427 ayat 2, di mana dikatakan, bahwa HUTANG
Ketika perkara ini sampai di Pengadilan, maka Residentiegerecht Batavia,
lelah mempertimbangkan antara lain sebagai berikul :
122) Tetapi menurut Pitlo yang habis dipakai sebenarnya adalah Qnilainya", sedang
bendanya tetap ada; vide Zakenrecht,hci.1. 29.
menimbang, bahwa ......
123) Hofmann, hal. 378, mengatak,an bahwa uang asi.ng bukan r:nerupakan uang,
j menimbang, bahwa tergugat sesudah dupiiknya telah mengakui :
karena bukan merupakan alat pembayaran yang sah. Namun diakui, bahwa
dalam perikatan yang bersangkutan, uang asing merupakan satuan hitung.

106 Hukum Perikalanng. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Huku.m Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 107

.......
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang
KompensasiAtau Perjumpaan Hutang

bahwa ketika ia menuntut janji garansi 6 bulan sebagai yang di-


perjanjikan olehnya ketika membeli mobii, penggugat memang
mula-mula menjanjikan ban baru, tetapi pada akhirnya menolak
F. PERKECUALIAN.
dan bahwa kemudian ia, karena ia butuh untuk menggunakan
mobil itu, mengatakan kepada penggugat "pasang saja ban itu,
1. YANG TAK DAPAT DIKOMPENSIR.
kalau perlu atas tanggungan saya, kalau memang tidak termasuk Pasal 1429 -- setelah mengatakan tentang kompensasi ta,lpa mensyarat-
dalam garansi"; kan bahwa kedua tagihan yang aka,n dikompensir data,ng dari peristiwa
menimbang bahwa dari situ telah nyata, bahwa ban itu tidak di- hukum yang samalsejenis -- selanjutnya menyebutkan beberapa per-
serahkan berdasarkan kewajiban garansi, tetapi benar-benar telah keeualian, dengan mana berarti, bahwa hutang-hutang yang disebutkan
terjadi perjanjian jual-beli; dalam ayat berikutnya adalah hutang-hutang yang tidak dapat di-
menimbang, bahwa tergugat selanjutnya telah mengemukakan, kompensir.
bahwa kalaupun terbukti ada kewajiban membayar padanya, Yang disebutkan pertama dan kedLJa adalah kewajiban debitur untuk
bagaimanapun hutang itu telah dikompensir dengan tuntutan mengembalikan barang yang dititipkan, dipinjam dan dirampas/dieuri
tergugat kepada penggugat berdasarkan kewajiban garansi peng- olehnya.
gugat terhadap tergugat, atas dasar mana ia wajib mengganti ban Kalau c_ seperti pada umumnya -- penitipan barang, pinjam pakai dan
lama dengan ban baru; perampasan/peneurian barang yang dipinjam, dititipkan dan dirampas/
menimbang, bahwa kalaupun bisa diterima, bahwa memang ada dieuri, adalah barang-barang "tertentu", maka dapat kita katakan, bahwa
kewajiban garansi, bagaimanapun tagihan itu tidak dapat diajukan sepanjang mengenai barang-barang seperti itu, ketentlJan Pasal 1429
untuk dikompensir, karena objek,nya bul¢n berupa sejumlah uang ayat 1 dan 2 adalah tidak ada gunanya, karena berdasarkan Pasa11427,
(pasai 1427 B.w.);'24 pada asasnya yang dapat dikompensir hanyalah hutang-hutang barang
yang dapat diganti dari jenis yang sama (atau dengan sejumlah wing). Di
samping Uu dalam Pasal 1694 ditetapkan, bahwa si penerima penitipan
barang harus mengembalikan barang dititipkan padanya dalam "wujud-
asalnya" (in natura), sedang dalam Pasal 1740 disebutkan, bahWa
peminjam pakai harus mengembalikan "barang yang dipinjamnya,,'2S

124) Residentiegerecht Balavia 6 Agustus 1917, dalam perkara 'GARAGE DE AUTO- 125) Pasal 1740 mengatakan die de zaak ontvangt, dezelve•.......,. zal terug
geven.
BOERMAJr.", dimuat dalam T.110.: 483.

Hukum perikatan Tlg. Hilpusnya !'erikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 109
108
KompensasiAtau Perjumpaan Hut~~g
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

Karena barang yang dicuri adalah barang tertentu 126, kiranya pencuripun hutang-hutang seperti itu menjadi hapus dan penerima tunjangan untuk
mempunyai kewajiban yang sarna. Karenanya ada yang mengatakan, selanjutnya"- sampai tiba saat tunjangan tahap berikutnya -- akan men-
bahwa Pasai 1429 ayat 2 hanya berperan, kalau kita menghadapi pinjam- derita kelaparan. NAMUN TIDAK TERLARANG, BAHWA PIHAK YANG
pakai semu, di mana si peminjam pakai boleh mengembalikan jumlah BERHAK ATAS ALiMENTASI MENGAJUKAN KOMPENSASI ATAS
yang sarna dari jenis yang sarna dari barang yang dipinjam-pakai TAGIHAN YANG DITUNTUT OLEH ORANG YANG BERKEWAJIBAN
oiehnya 127. Untuk memberlkan arti kepada Pasai 1429 ayat 1 dan 2, UNTUK MEMBAYAR UANG ALiMENTASi.
maka OLEH PARA SARJANA· Pasai ITU DIARTIKAN SEBAGAI DI-
TUJUKAN KEPADA UANG GANTI RUGI SEBAGAI PENGGANTI
KEWAJIBAN PERlKATANNYA. 2. TEMPAT PEMBAYARAN YANG BERLAINAN.

Dengan demikian yang paling berperan adalah ayat 3'nya. Di 'sana Pasal 1432 mengatakan, bahwa "Jlka hutang-hutang dart kedua belah
ditetapkan, bahwa "HUTANG YANG BERSUMBER PADA TUNJANGAN pihak tidak harus dibayar di tempat yang sarna, maka hutang-hutang itu
NAFKAH" "-. YANG TIDAK, DAPAT DISITA -- TIDAK DAPAT DI- tidak dapat diperjumpakan, selain dengan penggantian biaya pengirim-
an 129 .
KOMPENSIR 128 • Ketentuan undang,undang mengenai tunjangan nalkah
(alimentasi) berangkat dari pikiran, bahwa orang yang mendapat
Sekalipun dalam pasal tersebut dl atas ada dikatakan tentang "tidak dapat
tunjangan nalkah tid~k dapat memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
diperjumpakan", jetapi MAKSUDNYA BUKAN SAMA SEKALI TIDAK
Dengan latar belakang pikiran seperti itu, kiranya kita bisa menerima,
. MUNGKIN UNTUK DIKOMPENSIR, TETAPI HARUS DIPENUHI SYARAT
bahwa tunjangan nalkah tidak boleh disita. Mengenai "tunjangan nalkah"
YANG DiSEBUTKAN DI SANA LEBIH DAHULU, BARU DAPAT DI-
yang tak dapat disita, bisa. kita lihat dalam Pasal 749 Rv. Penyitaan
KOMPENSIR. Selanjutnya dari Pasal tersebut juga dapat klta simpulkan,
terhadap tunjangl).n nalkah dikhilwatirkan qilI"mbawa akibat, bahwa
bahwa PADA ASASNYA HUTANG HARUS DIBAYAR DI TEMPAT, DI
penerima tunjangan 'seperti itu tidak dapat ~elangsungkan hidupnya.
MANA MENURUT KESEPAKATAN PARA PIHAK ATAU MENURUT
Dengan dasar pikiran yang sarna,. pembuat undang-undang melarang
HUKUM YANG BERSIFAT MENAMBAH (aanvullendrecht), HARUS DI-
kompensasi atas hutang-hutang seperti itu, sebab dengan kompensasi,
BAYAR. Dengan demikian pasal tersebut mempunyai peranannya, kalau
kedua hutang yang akan dikompensir tidak harus dibayar di tempat yang
126) Pitlo-Bolweg, hal. 405.
sarna. Adapun YANG DIMAKSUD DENGAN "TEMPAT YANG SAMA"
127) Rutten, hal. 425; Pitlo-Bolweg, hal. 405. ADALAH "KOTA YANG SAMA". Kiranya kita boleh menduga, bahwa
128) Ketentuan Pasal1429 ayat 3 tidak boleh diperluas, sampai peristiwa-peristiwa lain
yang mirip. H.R. menyatakan, bahwa tagihe.n suami terhadap istrinya, untuk
tanggungan biaya rumah tangga dan pendidikan anak, seperti yang dimaksud 129) Prinsip kompensasi sebagai tersebut adalah patut sekali dan merupakan
olsh Pasal 220 dan 248 (Pasal 145 dan 193 Ind.) B.W. tidak termasuk di penjabaran asas, bahwa pembayaran harus dilakukan di tempat yang telah
dalamnya, demikian -dalam keputusannya 18 Juni 1915, NJ.1915, 900, sebagai ditetapkan dalam perjanjian, atau di tempat lain sebagai yang disebutkan dalam
disitir oleh Vollmar, hal. 475. Pasar 1393.

110 Hukum Per!katan Ttg. Hapusnya Perikatan Bag!an 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian. 2 111
Kompensasi.Atau Per'jtrmpaan Hutang Kompensas; Alau Perjumpaan Hulang

maksud ketentuan tersebut adalah agar kompensasi itu tidak merugikan


salah satu pihak, dengan membebani ongkos pengiriman, kalau seandai- 3. MEMPERJANJIKAN LAIN.
nya pemenuhan hutang tersebut dengan pembayaran oleh debitur
Harap diingat, bahwa PADA ASASNYA, TIDAK ADA LARANGAN BAGI
seharusnya tidak membebaninya dengan biaya tersebu!. Dengan per-
kataan lain, kompensasi dicegah untuk tidak membawa salah satu pihak' PARA PIHAK UNTUK MEMPERJANJIKAN, BAHWA TAGIHAN MEREKA
dalam posisi yang lebih jelek 130 Di lain pihak ia juga tidak bermaksud TIDAK DAPAT DIKOMPENSIR ATAU SEBALlKNYA. Orang menamakan-
menguntungkan baik kreditur maupun debitur. Berdasarkan pemikiran nya KOMPENSASI KONTRAKTUAL. Ada kalanya dalam perjanjian kredit
kreditur memperjanjikan klausula :
seperti itu, maka kesimpulan kita adalah, bahwa YANG MEMIKUL BEBAN
ONGKOS PENGIRIMAN ADALAH PIHAK, YANG DALAM PEMBAYARAN "Semua pembayaran harus dilakukan dalam mata uang yang ber-
SECARA BIASA, SEHARUSNYA MEMIKUL ONGKOS TERSEBUT. laku sah di Indonesia, kepada dan di kantor Bank atau kuasanya,
Dengan demikian maka kita tidak sependapat dengan mereka yang dan kepada Bank diberikan kuasa untuk mendebet jumlah hutang
mengatakan, bahwa yang wajib memikul biaya pengiriman adalah pihak tersebut pada rekening koran Debitur dan ......... Debitur tidak
yang menuntut kompensasL mempunyai hak untuk menuntut kompensasi apapun juga."

Mengingat, bahwa -- kecuali untuk pengiriman jumlah-jumlah yang besar Memperjanjikan larangan kompensasi mempunyai keuntungannya, dapat
sekali -- biaya kirim uang tidak begitu berarti, maka sudahdapat kit" menghindarkan penyalahgunaan tuntutan kompensasi dari pihak lawan
duga,. bahwa hambatan kompensasi mengenai segi itu, jarang terjadL janjinya, sebab orang yang ditagih dapat saja dengan bohong
Malahan Pengadilan seringkali tidak khusus memperhatikan, apakah mengemukakan adanya tagihan balik, yang sekalipun kemudian ternyata
kedua hutang, itu harus dibayar di tempat yang sama. Dengan demikian tidak dibenarkan dan karenanya ditolak kompensasinya, tetapi bisa
yang mungkin bisa membawa akibat yang cu~p besar adalah, kalau dipakai untuk mengulur waktu perkara.
kompensasi itu mengenai hutang "barang-barang sejenis yang dapat
diganti", yang tidak harus dibayar di tempat yang sama. 4. PEMBATASAN BERDASARKAN ITIKAD BAlK.

Seperti· pada pelaksanaan perjanjian, DI SINIPUN BERLAKU PEM-


BATASAN PELAKSANAAN' KOMPENSASI BERDASARKAN ITIKAD
BAlK. Sebagai contoh peristiwa, oleh Pitlo dikemukakan perkara yang
diputuskan oleh Pengadilan Dordrecht, yang telah menolak tuntutan
kompensasi, karena dianggap bertentangan dengan itikad baik. Peristiwa-
130) Ditinjau d?ri sUdut pihak yang lain, ada pencegahan menikmati keuntungan atas nya secara ringkas adalah sebagai berikut : A mempunyai hutang kepada
keruQ.ian yang lain, dan karenanya Rutten, hal. 426, melihat ketentuan tersebut
B. B suatu hari dinyatakan jatuh paili!. Untuk menghapus kewajiban
sebagai pencegahan ·penambahan kekayaan yang 18k dibenarkan·.
hutang kepada B, A dan B menutup perjanjian, dalam mana disepakati,

112 Hukum Perikatan Ttg. Ha!fusnya Perikatan Bagiari 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 113

-
KompensasiAtau Perjumpaan Hutang Kompensasi Atau PerjumpaarLtlutan9

bahwa A akan membeli tagihan-lagihan orang terhadap B -- yang dikompensir dengan suatu tagihan atas dasar perikatan perdata, karena
sebenarnya sudah hampir lidak mempunyai arti -- dan tagihan-tagihan sllat perikatannya memang tidak memungkinkan hal itu. Kalau yang
tersebut disepakali akan dikompensir dengan hutang. A terhadap B. demikian dibenarkan, maka hal ilU sarna dengan, orang dapat membuat
Dalam peristiwa di atas, kompensasi dengan sengaja digunakan untuk suatu perikatan alamiah -- di luar kehendaknya sl debitur -- menjadi
mencapai maksud yang tidak palul '31 . ' tagihan perdata. Sebaliknya -- seperti pada peristiwa kompensasi hutang
alimentasi -- kalau tuntutan kompensasi justru datang dari orang yang
Peristiwa serupa pernah menjadi perkara sampai di Hoge Raad.
mempunyai tagihan berdasarkan perikatan perdata, maka lak ada
Perisliwanya : A telah rnenugaskan B untuk menjual perusahaan-
larangan untuk kompensasi. Ditinjau dari sudut debitur perikatan alamiah,
perusahaannya dan menggunakan hasil penjualanilu untuk rnelunasi
maka lindakannya merupakan sualu penguatan perikatan alamiah
kreditur-kredlturnya. Selelah hasil penjualan ilu dibayarkan kepada para
(bekrachliging) dan sekaligus pelunasan 134
kredilur, ternY'lla masih ada sisanya. Ketika uang sisa itu dituntut
Ada kalanya hutang-hutang tertentu oleh undang-undang sendiri dibatasi
penyerahannya oleh A, B menolak dengan alasan, bahwa uang itu di-
kemungkinan kompensasinya, seperti yang ditentukan dalam Pasal
kompensir dengan tagihan yang dipunyai B terhadap A. Hakim menolak
1602 r.
tuntutan kompensasi tersebut dengan alasan, bahwa perjanjian antara A
dan B tersebut di alas, secara diam-diam dianggap mengandung klausula Mengenai kompensasi hutang negara dengan hutang orang-perseorang-
yang mengecualikan kompensasi '32 . Kalau kita telusuri IEibih dalam, maka an (atau badan hykum perdata), periu dibedakan antara hutang negara --
dasarnya sebenarnya tidak lain adalah kepatutan atau itikad balk. dan bagian-bagiannya yang mempunyai kedudukan sebagai badan
hukum -- yang bersilat hukum privat dan yang bersifat hukum publik.
Di luar peristiwa-perisliwa seperti itu, dalam hal kompensasi ilU mengenai
UNTUK HUTANG-HUTANGNEGARA YANG BERSIFAT HUKUM
barang yang dapal diganlikan, yang bukan berupa uang, mungkin ~ekali
PERDATA, KIRANYA TIDAK ADA KEBERATAN UNTUK DILAKUKAN
kompensasi tidak dibenarkan berdasilrkan oIIi-ciri yang ada dalam atau
KOMPENSASI, TETAPI UNTUK HUTANG-HUTANG YANG BERSIFAT
yang mengiringi perjanjian yang bersangkul~n, sep,erti : tempat penyerah-
PUBLlK, PADA UMUMNYA PARA SARJANA BERPENDAPAT, BAHWA
an, tempat di mana barang-barang ilu sebara nyata:nyata berada, tempat
YANG DEMIKIAN ITU TIDAK BISA '3S
tujuan barang . yang bersangkutan,
. dan silat dari pe~anj.iannya 133. Kiranya
kita ~isa sepakat,kalau perikatan alamiah tak dapal dikemukakan untuk
134) Pilio-Bolweg, hal. 406.

131) Rechtbank Dordrecht, 13 Maret 1940, NJ.1940, 1094, sebagai disitir 'oleh 135} v. Brakel, hal. 206; PitloMBolweg, hal. 406, dengan menunjuk kepada keputusan
Pitlo-80lweg, hal. 405.. H.R. tahun 1924, mengatakan, bahwa tuntutan kompensasi atas hutang pajak,
yang datang dali "pihak wajib pajak-, dengan hutang negara terhadap wajib pajak,
132). H.R. 20 Juni 1941, NJ.1942, 151, sebagai disilir olsh Pitlo-Bolweg, hal. 405. tidak dibenarkan; demikian juga Rutten, hal. 424, dengan menunjuk kepada
keputusan H.R. 11 April 1924, mengatakan, bahwa berdasarkan alasan historis,
133) Rutten, hal. 426. Pengadilan berpendapat, bahwa hutangMhutang pajak tak dapat dikompensir.

114 Hukum Perikatariftg. Ha'pusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 115
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

Prinsip perlindungan kepada hak-hak yang (sudah) dipunyai oleh pihak


G. KOMPENSASI DAN HAK-HAK PIHAK KETIGA. ketiga juga telah diatur dalam Pasal 1388 K.U.H.Perdata, sehingga
ketentuan Pasal 1434 dapat kita pandang sebagai penjabaran lebih lanjut
Dalam Pasal 1434 diletakkan suatu asas, yaitu bahwa KOMPENSASI dari pasal tersebut di atas.
TIDAK BOlEH MERUGIKAN HAK-HAK YANG SUDAH DIPUNYAI OlEH Dengan latar belakang seperti itu, kiranya kita dapat menerima ketentuan
PIHAK KETIGA, artinya hak-hak pihak ketiga yang sudah dipunyai pada Pasal 1434 ayat 2 sebagai ketentuan yang patut, kalau sekarang --
saat kompensasi dilakukan. sesudah sita diletakkan -- B (debitur) tidak dapat mengajukan kompensasi
atas hutang-hutang yang dipunyai B dan C secara timbal balik.
1. SITA PADA PIHAK KETIGA DAN HAK PEMEGANG Memberikan kesempatan kompensasi seperti itu sama dengan memberi-
kan kesempatan kepada debitur untuk membuat sita menjadi mubazir.
GADAI.
Kalau di atas kita berangkat dari prlnsip, bahwa dalam kompensasi, hak-
Yang dimaksud dengan SITAAN PADA PIHAK KETIGA ATAU DERDEN hak pihak ketiga tak boleh dirugikan, maka yang dimaksud dengan pihak
BESLAG ADALAH SITA YANG DllETAKKAN OlEH KREDITUR ATAS ,ketiga di sini adalah mereka-mereka yang bukan para pihak sendiri dan
HAK-HAK -- hak tagih -- YANG DIPUNYAI OlEH DEBITUR TERHADAP juga 'bukan pengoper hak berdasarkan alas hak umum; jadi umpama saja
PIHAKKETIGA DI TEMPATNYA PIHAK KETIGA. Jadi dalam hubungan- kreditur yang meletakkan sita pada pihak-ketiga. la, ditinjau dari mereka
nya dengan pihak ketiga, debitur yang tagihannya -- di tempatnya pihak yang mengadakan kompensasi -- B dan C -- adalah pihak ketiga. Dengan
ketiga -- disita, berkedudukan sebagai krediturnya pihak ketiga. Untuk tinjauan seperti i!u, maka PARA SARJANA UMUMNYA MEMASUKKAN
jelasnya kita gambarkan lebih konkret sebagai berikut : A (kreditur) mem- DALAM KElOMPOK PIHAK KETIGA JUGA: PEMEGANG-GADAI ATAS
punyai tagihan sebesar Rp 1 juta terhadap ~(debitur); dalam hubungan TAGIHAN 137 . Untuk jelasnya kita gambarkan sebagai berikut: A (kreditur)
hukum yang lain, B mempunyai tagihim terhadap C (pihak ketiga). Untuk mempunyai tagihan kepada B (debitur); dalam, hubungan yang lain, A
lebih menjamin pelunasan tagihan' A terhadap B, maka A -- melalui juru mempunyai hutang -- jadi sebagai debitur -- terhadap C dan sebagai
sita -- meletakkan sita atas tagihan yang dipunyai oleh B pada (di tempat- jaminan atas hutangnya, A menggadaikan tagihan yang dipunyai olehnya
nya) C. Sita dimaksudkan agar barang-barang yang.ada dalam sitaan terhadap B, kepada C. Dalam peristiwa seperti itu, maka antara A dan B
tetap utuh. Atas benda-benda yang sudah disita, pemilik tidak berhak lagi tldak boleh dilakukan kompensasi atas -butang-hutang timbal balik antara
untuk mengambil tindakan-tindakan hukum yang dapat mengakibatkan mereka.
berkurangnya atau hilangnya jaminan bagi sl penyita atas barang-barang
yang disita. Hal itu diatur dalam Pasal 477, 728 RV.
'36 Setelah gambaran tersebut di atas, tentunya gambaran yang muncul
pada kita adalah, bahwa KOMPENSASI YANG DllARANG ADAlAH
136) A juga dapat menyita hak tagih 8 terhadap C yang ada pada 8 sendiri. seperti
yang diatur dalam Pasal 474 Rv 137) v. Brakel, hal. 216; Rutten, hal. 427.

116 Hukum Perikalan Tlg.l>lapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 117
KompensasJ Atau Perjumpaan H_utang
Kompensasi 'Atau Periumpaan Hutang

YANG DIMAJUKAN ATAS HUTANG-HUTANG YANG TERJADI SESUDAH


ADA SITAAN ATAU GADA!. Bisa dibayangkan kemungkinannya, bahwa 2. KOMPENSASI DAN BORG.
kalau debitur nakal dan sekongkol dengan pihak ketiga -- seakan-akan Pasai 1430 mengatakan, bahwa searang borg boleh menjumpakan apa
debitur punya hutang-baiik kepada pihak ketiga -- maka akan sangat yang kreditur wajib membayar kepada si debitur-utama, tetapi sebaliknya,
merugikan kreditur penyita dan pemegang-gadai hak-tagihan. debitur-utama tak boleh mengkompensir hutang debitur- utama dengan
tagihan borg terhadap kreditur.
Bagaimana dengan hutang-hutang timbal-baiik yang sudah ada, sebelum
sita diletakkan atau gadai diberikan? Untuk penganut "teori kompensasi Pertama-tama perlu kita ingat, bahwa seorang borg telah mengikatkan
terjadi demi hukum" -- kalau hutang-hutang itu sudah memenuhi syarat dirinya sebagai debitur terhadap kreditur dan karenanya debitur-asal
kompensasi sebelum sita atau gadai -- maka hutang-hutang tersebut kemudian disebut sebagai debitur-utama, untuk membedakannya dari
pada saat penyitaan atau pemberian gadai sudah hapus. Kalaupun dianut borg, yang juga berkedudukan sebagai debitur139 Sekalipun dalam per-
paham "kompensasi harus.dituntut", dengan tuntutan kompensasi, maka janjian borgtochtnya, borg merupakan pihak, tetapi ditinjau dari pe~anjiall
akibat hukumnya mundur sampai saat kedua hutang itu sudah merl)enuhi pOkoknya -- untuk mana ia memberikan borgtochtnya -- ia merupakan
syarat kompensasi; dalam peristiwa di atas, sudah hapus sebelum sita pihak ketiga.
ataupun gadai. Dengan demlkian, yang terhalang oleh ketentuan Pasal
1434 adalah, hutang yang sudah ada sebelum sita atau gadai, PADA ASASNYA, ,SEORANG BORG MENYEDIAKAN DiRI WNTUK
dikompensir hutang yang baru matang sesudah sita atau gadai, atau MEMBAYAR HUTANG-HUTANG DEBITUR, J<ALAU DEBITWR WAN-
dikompensir dengan hutang yang lahir sesudah sita atau gadai. Pada PRESTASI TERHADAP KREDITWR. Dengan demikian pada asasnya,
yang disebut pertama, sekaiipun hutang itu sudah ada sebelum sita atau borg baru berkewajiban mem bayar kepada kreditur, kalau debitur tid~k
gadai, tetapi pada saat sita atau gadai ..,belum memenuhi syarat mau/bisa memenuhi kewajibannya dengan baik kepada kreditur. Atas
kompensasi 13B . " dasar itu adaiah palut. sekali, bahwa BORG BOlEH MENWNWT
KOMPENSASI HWTANG-HUTANG KREDITUR DAN DEBITUR-UTAMA
lEBIH DAHUlU, SEBElUM IA DITUNTUT UNTUK MEMENUHI
KEWAJIBANPRESTASINYA DEBITUR-UTAMA. Bagi mereka yang meng-
anut asas kompensasi terjadi demi hukum, apa yang ditentukan dalam
Pasal 1430 adalah agak aneh -_. dan Pasal 1430 tampak sebagai
138) Sita atas tagihan yang akan ada. menurut beberapa keputusan Pengadilan, ketentuan yang berlebihan -- karena kalau memang kreditur dan debitur-
memberikan hak kepadapenyita, untuk menghalangi. dikompensirnya tagihan itu,
pada saat tagihan itu lahir; demikian menurut Rutten, hal. 428. Selanjutnya, utama mempunyai hutang timbal- baiik; maka hutang tersebut -- tanpa
dalam arrestnya tang gal 30 Mei 1930 NJ.1930, 945, H.R. membenarkan harus dituntut oleh borg -- sudah hapus dengan sendirinya dan kalau
kompensasi atas sisa hasil penjualan benda hipotik terhadap tagihan lain
pemegang hipotik, yang Udak dijamin dengan hipotik persil yang bersangkutan.
139) Karenanya borg mempunyai baik schuld maupun haftung, sehingga kreditur pada
prinsipnya bisa menagih borg.

118 Hukum Perikatan Ttg. Hllpusnya Perikatan Bagi"n 2 HUkum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 119
Kampensas; Atau Perjumpaan Hulang Kampensasi Alau Perjump_alln Hulang

kompensasi ilu melipuli seluruh hUlang, unluk mana diberikan Di samping ilU, menurul Hofmann 143 ada alasan lain lagi, yailu bahwa
penjaminanlborglochl, maka borg sudah bebas 140. kalau tidak dilenlukan seperti ilU, maka dikhawalirkan, borg akan
menunlUI pembukaan buku-buku debilur-ulama, unluk melihal apakah
Daiam peristiwa kedua, sepertl yang disebulkan dalam Pasal 1430 ler-
debilur-ulama mempunyai lagihan-balik yang dapal dikompensasikan
sebul di alas, posisinya lain sekali. Tagihan yang dipunyai borg lerhadap
lerhadap lagihan kredilur.
kredilur, tidak ada kailannya sama sekali dengan hubungan hukum
hUlang-piulang anlara kredilur dengan debilur-ulama, dan karenanya Apa yang dikemukakan di alas -- mUlalis mUlandis -- berlaku juga unluk
TIDAK ADA DASAR BAGI DEBITUR-UTAMA UNTUK -- di luar perseluju- debilur-serta langgung-menanggung.
an borg -- TURUT MENIKMATI HAK-HAK YANG DIPUNYAI BORG --
sebagai kredilur -- TERHADAP KREDITURNYA-DEBITUR-UTAMA,
3. KOMPENSASI, NOVASI DAN CESSIE.
YANG DALAM PERISTIWA INI BERKEDUDUKAN SEBAGAI DEBITUR
DARI BORG. Dengan perselujuan borg sendiri memang lidak ada Dalam Pasal 1431 dikalakan, bahwa: "seorang berhulang yang secara
keberalan unluk -- dalam perisliwa seperti lersebul di alas -- dilakukan murni dan- sederhana lelah· menyelujui pemindahan hak-hak yang dilaku-
kompensasi alas hUlang-hulang borg dan kredilur 141. Dalam perisliwa kan oleh si berpiulang kepada seorang pihak keliga, lak lagi diperboleh-
seperti ilu lidak dapal dikalakan, bahwa kompensasi merugikan pihak kan lerhadap pihak keliga, unluk siapa pemindahan hak itu lelah dilaku-
keliga; paling lidak kerugian ilu -- kalaupun ada -- lerjadi alas perselujuan kan, menggunakan sualU perjumpaan yang sedianya dapal dlmajukan
pihak keliga sendiri. Agar diingal, bahwa yang dibicarakan di sini (yang kepada si berpiulang, sebelum pemindahan lersebul.
dilarang), adalah kompensasi lagihan borg, yang dimajukan oleh debilur-
utama kepada kredilur alas adanya lagihan kredilur terhadap hUlang Kila perlu analisis unsur-unsurnya, agar menjadi jelas. Pertama-Iam~_ ada
debilur-ulama142. . ~ seorang kredilur (A), yang dalam suatu perjanjian lelah memindahkan
(mencedeer) haknya terhadap debilurnya (B) kepada seorang pihak.
keliga (X, kredilur baru), dan debilur (B) lelah' memberikan perselujuan-
140)" Penganut paham kompensasr terjadi demi hukum ada yang mengemukakan, nya (Ianpa proles). Kalau semula s\lbenarnya ada kesempalan bagi B,
bahwa'kalau borg mendasarkan banlahannya' dehgan mendasarkan kepada unluk mengkompensir hUlangnya lerhadap A -- karena ia mempunyai
Pasal.1430" ia sebenarnya tida~ menuntut kompensasi dengc;tn tagihan-balik dari
debitur-utama. tetapi sebenarnya hanya mengemukakan, bahwa dengan telah lagihan balik yang memenuhi syaral kompensasi -- telapi ia lidak lelah
.terjadinya kompensasi demi hukum, maka -kausa.- dari perjanjian borgtobhtnya menggunakan kesempalan ilU, maka sekarang -- sesudah perisliwa
tidak .ada lagl; vid.e v,; i?rakel, hal. 214 - 2) 5.
pemindahan hak kepada pihak keliga -- pada waklu B dilagih oleh X, tidak
141) H.R. 9 Januari 1931, NJ.1931, 378, sebagai disitir oleh Hofmann, hal. 380.
boleh menolak, dengan mengemukay.an kompensasi, atas dasar, bahwa
142) Seperti sudah dikatakan, Pasal ini tldak cocok dengan,prinsip "kompensasi te~adi
demi hukum", sebab kalau terjadi demi hukum, maka hutang-hutang itu ~. pada
saat dikemukakan kompensasi -- sudah dengan sendirinya t.idak ada lagi, kalau 143) Hofmann, hal. 380; menurutnya keputusan H.R. tanggal9 Januari 1931, NJ.1932,
memang sudah memenuhi syarat-syarat kompensasi. 378, juga menerapkan cara berpikir seperti itu.

120 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum PerikatanTtg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 121
Komp~nsasl~~~ Perjumpaan Hutang Kompensasi Alau Pe~umpaan_Hulang

la sebenamya mempunyai hak sepertl Ilu terhadap kredltur-asal. Yang adanya pemberllahuan -- cessus lidak dapal lagi membayar secara sah
menjadl pertanyaan adalah, apakah "pemlndahan hak" dl slnl mungkin kepada cedent. Hal Ilu berartl, bahwa -- kalau Pasal 613 ayal 2 dilafslrkan
dimaksudkan sebagal delegatlo/pemlndahan? Kalau demiklan; maka secara a contrarlo -- cessus-debilur masih dapal membayar secara sah
dalam hubungan 6 - X, B lak dapal lagl mengemukakan kompensasl ber; kepada cedent, sebelum pemberllahuan sampai kepadanya, walaupun
dasarkan perlkalan lama (A - B), karena sesuai dengan cirl novasi -- cessie lelah selesai '46 . Konsekuenslnya adalah, BAHWA 01 SINI ADA
perlkalan yang lama (A - B) hapus, dan sebagal ganlinya muncul PERISTIWA PEMBAYARAN, YANG DILAKUK.AN OLEH DEBITUR TIDAK
perlkatan baru, yailu anlara X (kredilur baru) dan B. Karenanya kelenluan KEPADA KREDITURNYA -- karena dengan selesalnya cessie, lagihan
Pasal 1431 agak janggal; kalau dengan novasl perikalan lama (A - B) lersebul sudah menjadi milik cessionaris -- JUGA TIDAK' KEPADA
sudah hapus, bagaimana ia (B) akan mengemukakan haknya berdasar- KUASANYA ATAU ZAAKWAARNEMERNYA. TETAPI TETAP DIANGGAP
kan perlkalan lama?'44. Adanya kelenluan Pasal 1431 menimbulkan SEBAGAI PEMBAYARAN YANG SAH. Dengan lalar belakang seperti ilu,
pertanyaan apa maksud pembual undang-undang dengan pasal tersebut. sekarang klla akan menlnjau Pasa11431. AGAR KETENTUAN ITU TIDAK
Ilulah seoabrlya, bahwa PARA SARJANA PADA UMUMNYA MENG- MENJADI ANEH, MAKA ADA YANG MEMBUAT FIKSI, BAHWA SEAKAN-
ANGGAP Pasal 1431 SEBENARNYA TERTUJU PADA PERISTIWA AKAN DALAM KEJADIAN SEPERTI ITU CESSUS TETAP MERUPAKAN
PEMINDAHAN HAK-HAK BERDASARKAN·CESSIE '45 . DEBITUR DARI CEDENT '4'.

Anggapan sepertl Ini lampaknya anlara lain dldasarkan atas ayal 2- nya, Darl bunyi kelent!!an Pasal 1431, kila dapal menyimpuikan, bahwa pasal
yang berbicara lenlang "dlselujui" .dan "pemberllahuan/belekening", lersebul merupakan penerapan lebih lanjul darl Pasal 613, paling lidak,
pemlndahan hak lersebut oleh debitur. pengaluran pasal lersebut dldasarkan alas Pasal 613. Sesual dengan
Namun kila perlu ingat, bahwa pada perlsliwa-perisliwa cessle ada jiwa kelenluan Pasal613, maka menurut Pasal1431, kompensasi antara
sesualu yang khas, yailu bahwa berdasa,rkan ket;enluan Pasal 613, cessle cessus dengan cedenl, alas hUlang-hulang limbal ballk yang sudah
sudah selesal.-- dalam arti hak yang dicedeer sudah 'berpindah menjadi memenuhl syaral, hanya lerhalang, kalau kompensasl dlkemukakan,
milik cessionaris -- sesudah akla cessie dllandalangan!. Pemberllahuan sesudah cessie dlkelahui, diselujul alau dlberitahukan kepada cessus.
kepada cessus hanya dimaksudkan unluk -- agar selanjutnya, sesudah Kelenluan lersebul merupakan kelenluan yang menylmpang darl asas
kompensasl, yang mengalakan, bahwa kompensasi terji'dl antar dua
orang yang menipunyai hUlang secara limbal balik. Bukankah dengan

144) Yang pasti, Pas:a1143l tidak sesuai.dengan ajaran Mar.tinus,yang mengatakan,


bahwa kompensasi lerjadi demi hukum. Kalau memang hutang kreditur-Iama
dengan debitur -- sebelum novasi (delegatio/pemindahan)· -- sudah memenuhi 146) Kalau cessQs-debitur teJah mengetahui sebelumnya, maka dengan pengetahuan
syarat kompensasi, maka kedua hutang tersebut sudah dengan sendirinya dan persetujuan yang telah diberikan olehnya pada saat cessie, tidak diperlukan
menjadi hapus. pemberitahuan lagi dan cessus sudah terikat sejak saat cessie.
145) Hofmann, hal. 381. 147) Rutten. hal. 430, dengan menunjuk kepada arrest H.R. 31 Maret 1939, NJ.1939,
1011.

122 Hukum Perikalan Ttg. Hajlusnya Perikalan Bag!an 2 Hukum Perikatan·Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 123
Kompensasi Atau P~riu~p~a_n_tl~~!1_g_ Kampensasi Alau Perjumpaan Hulang

selesainya cessie, kreditur dari perikalan yang dicedeer sekarang adalah Akhirnya kata-kata "secara murni dan sederhana" dalam Pasal 1431 oleh
si cessionaris, sedang tagihan yang hendak dikompensir adalah tagihan para sarjana ditalsirkan, bahwa "persetujuan" yang diberikan oleh debitur
cessus kepada cedent. adalah tanpa syarat, tegasnya, persetujuan itu diberikan tanpa memper-
syaratkan diperbolehkannya kompensasi dl kemudian hari.
Terhadap paham yang mengatakan, bahwa kompensasl terjadi demi
hukum, sehlngga seharusnya kedua hutang-hutang itu sudah hapus Suatu ketentuan lain yang mirip dengan Pasal 1431 kita temukan juga
sebelum cessie, ada yang mengatakan, bahwa sekalipun demikian, dalam Pasal 52 K, yang mengatakan, bahwa "Orang yang baik ber-
dengan persetujuan kedua belah pihak, tidak ada keberatan, bahwa kedudukan sebagai debitur maupun kreditur terhadap seorang yang pailit,
mereka saling sepakat untuk tidak menggunakan kesempatan kompen- dapat mengajukan kompensasi, kalau tagihan dan kewajiban hutangnya,
sasl yang tersedia 148. Dalam peristlwa cessie atas tagihan, yang sebenar- kedua-duanya telah lahir sebelum pernyataan pailit atau muncul dari
nya bisa dikompensir dengan lagihan-ballk cessus terhadap cedent dan perbuatan sebelum pernyataan pailit 'SO
lernyata cessus tidak ielah menggunakan kesempatan itu, dapat kita
anggap, bahwa secara diam-diam ada sepakat antara cedent dan cessus,
4. CONTOH PERISTIWA, PERKARA "KOMPENSASI
untuk tidak menggunakan hak kompensasinya. Konsekuensinya, di-
kemudian hari cessus tidak boleh lagi -- apalagi dengan merugikan pihak- SESUDAH CESSIE",
ketiga-cessionaris -- menggunakan kesempatan kompensasi yang telah
Duduk perkaranya _. sepanjang yang berkaitan dengan pembicaraan kita
dilepas ilu 149.
-- secara ringkas adalah sebagai berlkut :
Dengan demikian, yang menghalangi kompensasi antara cessus-debitur
N.H.M. telah mengoper tagihan yang dipunyal Herman Marsman & Co
dengan cedent adalah, kalau cesus sejak semula telah menyetujui cessie
sebesar I 48.250,00 terhadap Kian Gwan, atas dasar kesepakatan antara
antara cedent dengan cessionaris. ~
mereka (Herman' Marsman & Co dan Kian Gwan) untuk membatalkan
beberapa kontrak pembelian merica, dengan kewajiban pada pihak Kian
Gwan untuk membayar ganti rugi sebesar I 21.000,00 dan I 27.250,00,
148} Apalagi,.PasaI1435 -- yang akan kits bicarakan di bawah nanti -- memungkinkan, paling lambat akhir Oktober 1926. Tagihan tersebut oleh Herman
bahwa perikatan yang telah hapus karena kompensasi -- kalau kita ikuti pendapat.
kompensasi te~adi demi hukum -- hidup kembali. Marsman & Co -- yang untuk selanjutnya akan disebut Marsman saja --
149) v. Brakel, hal. 220 noot 1, juga menganggap, bahwa dengan menyetujui cessie, telah dicedeer oleh Marsman kepada N.H.M. melalui akla cessie tanggal
, . '
cessus-debitur telah melepaskan haknya untuk mengemukakan kompensasi;
Rutten, hal. 430; dan kalaupun cessus semula tidak tahu, bahwaia mempunyai
tagihan balik, menurut Rutten, ia tetap tidak berhak untuk .~ sesudah ia
menyetujui, tahu atau diberitahu -- menggunakan hak kompensasinya dengan
merugikan cessionaris, karena ketentuan Pasal 1431 berbunyi umum, dengan 150) Pelaksanaan ketentuan Pasal 50 dan 52 K kita lihat dalam peristiwa perkara yang
tidak membedakan apakah cessus tahu atau tidak adanya tagihan balik. , diputus oieh HgH 22 November 1928, daiam perkara 'S.H.P. - L1ESENSCHUTZ'
dimuat dalam T.131 : 442. .

124 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan'Sagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 125
Kampensasi Atau Perjumpaan Hutang Kampensasi Atau Perjumpaan Hlltang

17 Agustus 1926 dan telah diberitahukan kepada pihak Kian Gwan, debitur terhadap cessionaris," dengan alasan (pembanding, pihak
melalui surat pada tanggal 27 Agustus 1926. Pihak Kian Gwan mengakui N.H.M.) :
te!ah menerima pemberitahuan itu, tetapi dengan disertai catatan, bahwa bahwa sejak saat suatu perikatan lahir, kewajiban debitur •• untuk
sehubungan dengan masih ada banyak kontrak-kontrak lain yang seda~g slap untuk memenuhi kewajibannya dengan baik dan siap akan
berjalan antara dirinya dengan pihak Marsman, maka ia (Kian Gwan) kemungkinan timbu!nya kewajiban membayar ganti rugi, sebagai
mempertahankan semua haknya untuk kompensasi, dan haknya untuk -- akibat dari wanprestasi yang muncul dari pihaknya .- harus
kalau perlu -- menuntut pembatalan berdasarkan Pasal 1341. N.H.M pada dianggap sudah ada/lahir pada saat yang sarna tersebut di atas;
tang gal 30 Oktober telah menagih pihak Kian Gwan, tetapi yang disebut
Komentar:
terakhir tetap menolak dan tidak dapat mengakui tagihan pihak N.H.M.,
dengan mengemukakan kompensasi, atas dasar, bahwa pihak Marsman agar pembaca tidak bingung, perlu dijelaskan, bahwa tagihan
-- yang mempunyai kewajiban untuk melaver sejumlah merica, berdasar- balik dari pihak Kian Gwan, yang berupa hak atas ganti rugi
terhadap pihak Marsman, sebenarnya baru lahir sesudah
kan beberapa kontrak lain yang disebutkan secara rinci -- telah menyata-
Marsman wanprestasi, jadi sesudah pemberitahuan adanya
kan tidak sanggup untuk memenuhi kewajibannya dan pada tangga! 3
cessie, walaupun perjanjian yang akan melahirkan hak itu --
November, Marsman dinyatakan paiHt, berdasarkan mana pihak Kian maksudnya : hak tuntut ganti rugi, yaitu kontrak jual beli
Gwan mempunyai tagihan atas dasar ganti rugi, berupa keuntungan yang merica - sudah ada pada saat pemberitahuan (betekening).
diharapkan, sebesar I 100.000,00, jumiah mana dimajukan untuk di- Jadi sekarang masalahnya adalah apak8h kata " terbit
kompensir dengan tagihan pihak N.H.M. sesudahnya pemberitahuan tersebut" (na de betekening zijn
aangegaan) itu tertuju kepada tindakan hukum -- yang dalam
Dalam perkara di muka R. v.J. Batavia, pihak Kian Gwan dibenarkan hal ini berupa membuat perjanjiannya -- atau tertuju kepada
dengan pertimbangan antara lain: hak tagihnya, yang dalam peristiwa ini berupa tagihan ganti
--: rugi? Kalau yang dimaksud dengan itu adalah "perjanjiannya ",
menimbang, bahwa' keberatan pembanding (N.H.M.; penjelasan
maka pihak Kian Gwan memang berhak mengajukan kompen-
dari pen.) terhadap keputusan Raad, dalam mana gugatannya
sasi, sebab pada saat pemberitahuan cessie (betekening)
ditoJak atas dasar ayat 2 Pasal 1431 B.W., menurut penalsiran
kontrak {iembelian merica - antara Marsman dengan cessus
pihak Raad, pada pokoknya tertuju kepada pert1mbangan Raad, (Kian Gwan) -- sudah ada, tetapi kalau yang dimaksud "hak
yang mengatakan : ,tagihnya'~ maka pada saat pemberitahuanlbetekening pihak
"bahwa arti dari ketent.uan yang 'disebutkan di atas (maksudnya 'Marsman belum wanprestasi, jadi belum ada haktagih yang
Pasal 1431 ayat 2; penjelasan dari pen.) adalah, bahwa tagihan, berupa ganti rugi. Kalau tagihan itu lahir kemudian, maka
yang timbu! dari tindakan cedent, yang dilakukan sebelum pem- kesempatan mengajukan kompensasi tentunya tertutup.
beritahuan (pengakuan) adanya cessie, yang terjadi di luar per-
setujuan debitur, dapat dimajukan (sebagai alasan peno!akan)

126 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 127
Kompensasi Alau.Perjumpaan Hulang
, Kompensasl Alau Perjumpaan Huiang

Ketika perkara ini dibanding ke HgH, maka oleh HgH telah diberikan debitur "telah menyetujui tanpa pretes pengoperan hak-hak itu",
pertimbangan antara lain sebagai berikut : maka suatu tagihan yang semula dapat dikompensir dengan
menimbang, bahwa ..... tagihan terhadap cedent, sekarang tidak dapat lagi;

menimbang, bahwa karena lakta-laktanya sudah jelas, maka bahwa selanjutnya telah ditambahkan ayat 2, untuk peristiwa yang
sengketa antera para pihak sekarang hanyalah tentang arti dari sebaliknya dari yang disebut dalam ayat 1, di mana cessie telah
ayat 2 Pasal1431 B.W.; dilaksanakan tanpa kerjasamanya debitur, tetapi diberitahukan
kepadanya, dengan menentukar., bahwa selanjutnya cessie hanya
menimbang, bahwa di mana, disatu pihak hutang uang hanya
menghalangi "kompensasi hutang-hutang yang lahir sesudah pem-
dapat dikompensir, kalau hutang itu sudah pasti dapat dan matang
beritahuan tersebut"; .
untuk ditagih, di lain pihak, cessie suatu hutang, terhadap debitur-
baru,baru mempunyai daya mengikat pada saat diberitahukan bahwa yang dimaksud dengan "hutang-hutang" di sana tidak bisa
secara sah kepadanya, maka secara umum dapat kita katakan, lain, adalah hutang-hutang, yang dibuat cedent dengan debitur
seorang debitur yang hutangnya dicedeer hanya dapat meng- asal, sesudah cessie, dan hutang-hutang seperti itu, sama seperti
kompensirnya dengan tagihan (balik) terhadap cedent, kalau yang disebutkan dalam ayat 1 Pasal tersebut, tidak dapat dimaju-
tagihan (balik) itu sebelum saat itu -- yang selanjutnya dalam kan untuk dikompensir dengan tagihan-tagihan yang telah di-
cedeer;
hubungannya dengan peristiwa di sini dianggap sebagai saat ter-
jadinya cessie '51 -- sudah ada .sebagai suatu tagihan yang liquid bahwa karEinanya Pasal 1431 sebenarnya hendak mengatakan
dan matang untuk ditagih; bahwa cessie, atas mana debitur telah memberikan persetujuan-
bahwa bukankah, kalau pada saat cessie belum ada dan baru lahir nya, menutup setiap tuntutan kompensasi, termasuk sekalipun hal
kemudian, mereka, debitur dan ~edent, -lj<fak mungkin menjadikan itu tidak bertentangan dengan silat cessie; bahwa tiap cessie yang
mereka berkedudukan sebagai kreditur dan debitur secara timbal- lain 152, asal diberitahukan kepada debitur, hanya menghalangi
balik, sedang, apabila sudah ada sebelum cessie, tetapitagihan itu kompensasi, yang akan bertentangan dengan silat cessie; bahwa
belum liquid dan matang, maka syarat pertama-tama untuk dapat dengan perkataan lain, suatu hutang hanya menentang
mengajukan kompensasi, tidak terpenuhi; (menghalangi) kompensasi yang pada asasnya dapat dilakukan,
kalau debitur telah menyetujui cessie, tetapi untuk. selebihnya
merlimbang;bahwa diilam ayat 1 Pasal 1431 BW. diberikan suatu
debitur, juga terhadap kompensasi, tetap dapat mengajukan
perkecualian atas ketentuan tersebut di atas, dalam arti, kalau
eksepsi-eksepsi yang sama terhadap cessionaris, sepertl yang
dapat ia majukan terhadap cedent;

151} Di sini ada pendapat yang menyimpang dari prinsip, bahwa cessie itu sendiri
sudah terjadi dan selesai pada saat ditandatanganinya akta cassie. 152) Maksudnya yang tidak diselujui debitur.

128 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2
129
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang Kampensas; Alau Perjumpaan Hutang

menimbang, bahwa lerbanding dan juga Hakim pertama, berpen- bahwa jal~n pikiran tersebut melupakan, bahwa orang baru bisa
dapat, bahwa mereka boleh memberikan kepada ayat 2 pasal berbicara tentang perikatan bersyarat, kalau penundaan atau pem-
tersebut daya kerja yang lebih jauh, sebab bukankah dengan batalan perikatan lersebut, atas kehendak dari debitur, digantung-
menaruh takanan pada kata kerja "membuat" (aangaan), mereka kan pada suatu peristiwa yang belum pasti, yang akan terjadi di
berpendapat, bahwa mereka boleh menafsirkan ayat 2, bahwa kemudian hari, namun kehendak debitur dapat dikatakan sama
kompensasi suatu hutang yang telah dicedeer, dengan tagihan sekali tidak diperhitungkan, kalau undang-undang mengkaitkan
terhadap cedent, adalah mungkin, kalau tagihan tersebut sudah lahimya kewajiban-kewajiban lertentu dengan kejadian-kejadian
ada blbitnya dalam suatu perjanjian yang ditutup antara debitur atau keadaan tertentu;
dengan cedent, sebeium cessie, karena hutang yang lahir dari bahwa demikian pula dengan kewajiban untuk -- dalam hal ada
suatu keadaan yang muncui kemudian, seperti misalnya wan- wanprestasi -- mengganti kerugian yang muncul daripadanya,
prestasi salah satu pihak, sebenamya teiah ada pada saat per- adaiah sama sekali tidak bergantung kehendak dari pihak yang
janjian "dibuat" (aangegaan),' sekalipun masih dalam bentuk bersalah, kepada siapa undang-undang -- bahkan bertentangan
sebagai hutang bersyarat; 153 dengan kehendaknya -- meletakkan kewajiban seperti itu, kalau ia
bahwa karenanya, mengingat i.e. pemberitahuan telah terjadi pada tidak memenuhi kewajiban perikatannya dengan suka rela;
tanggal 19 Agustus 1926, hutang pihak cedent, yang hendak menimbang, bahwa karenanya tanpa syarat terbanding dapat di-
dikompensir dengan oleh terbanding, telah lahir dari perjanjian benarkan, bahwa kewajiban ganti-rugi seperti itu tidak dapat
yang ditutup sebelumnya oleh para pihak, bahkan dapat dikatakan dikatakan telah "dibuat" (aangegaan) oleh debitur karena ia telah
telah dibua! (aangegaan) sebelum tanggal tersebut, sekalipun wanprestasi atau dinyatakan pailit, sebab bukankah keadaan yang
wanprestasinya baru terjadi kemudian; disebut terakhir, demi undang-undang, teiah meiahirkan kewajiban
menimbang, bahwa kalau cara· berpikfr seperti itu benar, maka yang menimpa dirinya;
tidak ada perjanjian, yang tidak melahirkan perikatan:perikatan bahwa dari semua itu tidak lain dapat kita simpulkan, bahwa pem-
bersyarat -- termasuk perjanjian nikah -- sedang pada semua orang buat undang-undang dalam ayat 2 pasal yang telah disebutkan
tanpa· kecuali, akan menindih sejumlah perikatan-perikatan ber- telah kurang pas dalam memilih kata-kata, hal mana temyata dari
syarat yang tak terbatas jumlahnya, sebagai yang dapat ditemukan keadaan, bahwa sama sekali tidak ada dasar untuk berpendapat,
dalam Pasat 1265. dan selanjutnya dan ketentuan undang-undang bahwa ia dengan kata-kata "hutang yang dibuat sesudah pemberi-
yang lain; tahuan" (schulden welke na de gedane betekening zijn aangegaan)
mempunyal maksud lain daripada apa yang disebutkan dalam

153) Maksudnya hutang itu belum pasti ada dan baru ada kalau dipenuhi syarat
tertentu, yaitu Le. adanya wanprestasi.

130 Hukum perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bag!an 2 131
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang
Kompensasi Atau Perjumpaan Hutang

Pasal 1925 Code Civil dengan kata-kata "creances posterieures a'


cette notification"; PEMBAYAR TIDAK BISA MEMBUKTIKAN, BAHWA fA TIDAK TAHU ATAU
PUNYA ALASAN YANG PATUT UNTUK TIDAK TAHU, BAHWA IA PUNYA
menimbang, bahwa 154
TAGIHAN BALIK. Ditinjau dari paham "kompensasi terjadi demi hukum",
ketentuan intagak aneh, sebab hal itu berarti, bahwa hutang-hutang yang
sudah hapus, dihidupkan lagi. Bukankah sekarang si pembayar masih
H. AKIBAT T1DAK DIMANFAATKANNYA HAK bisa menagih debitur, sekalipun -- mungkin dafam perisliwa-peristiwa ter-
KOMPENSASI. tentu -- dengan pembatasan-pembatasan tertentu. Karenanya ketentuan
tersebut lebih pas untuk paham "kompensasi harus dituntut".
Pasal 1435 mengaturkan tentang seerang debilur, yang -- walaupun
mempunyai tagihan balik terhadap kreditur -- alas tagihan eieh kreditur,
telah membayar hutangnya, tanpa menggunakan kesempatan untuk
kempensasl. Terhadap debitur yang telah berbuat demikian, sekalipun ia
letap masih dapat menagih hutang kreditur (yang tadi mendapat pem-
bayaran) terhadapnya -- yang dalam hubungan hukum yang ini sekarang
berkedudukan sebagai debitur -- tetapi terhadapnya dikenakan sanctie,
yaitu ia -- dalam menagih tagihan tersebut di atas -- tidak dapat meng-
gunakan hak-hak istimewa dan hipetik, yang sebenarnya melekat pada
perikatan itu, untuk kerugian pihak ketiga, kecuali dibuktikan, bahwa tidak
digunakannya hak kempensasi terjadi karena i~lidak tahu adanya tagihan
balik tersebut. .,

Yang perlu mendapat perhatian adalah, bahwa PASAL TERSEBUT BARU


MEMPUNYAI PERANNYA, KALAU ADA PIHAK KETIGA YANG JUGA
BERKEDUDUKAN SEBAGAI KREDITUR TERHADAP DEBITUR YANG
SAMA. Di samping juga harus dipenuhi syarat, bahwa PENGGUNAAN
HAK ISTIMEWA DAN HIPOTIK yang melekatkan pada perikatan itu AKAN
MERUGIKAN PIHAK KETIGA. DAN INIPUN BARU BERLAKU, KALAU SI

154) HgH 7 Juni 1928, dalam perkara "KOMPENSASI SESUDAH CESSIE", dimuat
dalam T.128 : 168.

132 Hukuni Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2


Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 133

~
Kompensasi Atau PerjUmpaan Hutang Percampuran Hutang

BAB IV
PERCAMPURAN HUTANG

A. PERUMUSAN

Sesuai dengan rencana kita di depan tentang hapusnya perikatan, maka


berdasarkan Pasal 1381, pembicaraan klta berikutnya adalah tentang
Perca'mpuran Hutang,

Pasal 1336 memberikan kepada kita pegangan mengenai apa yang


dimaksud oleh pembuat undang-undang dengan Percampuran Hutang,
yaitu PERCAMPURAN HUTANG TERJADI, APABILA KEDUDUKAN-
'f
KEDUDUKAN SEBAGAI ORANG YANG BERPIUTANG DAN ORANG
BERHUTANG BERKUMPUL PADA SATU ORANG. Untuk jelasnya akan
kita gambarkan sebagai berikut : pada suatu perikatan, ada dua pihak
yang -- berhadap-hadapan -- terlibat di dalamnya, yaitu pihak kreditur --
yang berhak atas suatu prestasi -- dan plhak debitur -- yang berkewajiban
memberikan prestasi. Pada umumnya kualitas sebagai kreditur dan
debitur ada pada dua orang yang berlainan. Tetapi sebagai akibat dari
sua:tu peristiwa hukum tertentu, kualitas sebagai kreditur dan sebagal
debitur bisa bercampur dalam/pada diri satu orang yang sama, sepert!
umpama saja, karena pewarisan. Dalam hill demikian, klta katakan ada
percampuran hutang. Dari uraian di atas tampak, bahwa istilah

134 Hukum Perikatan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 135
Percampuran Hutang Percampuran Hutang

percampuran hutang -- yang merupakan terjemahan secara harafiah dari belum dibayar yang dipunyai olehnya terhadap warisan -- tetapi sebalik-
istilah Schuldvermenging -- sebenarnya kurang tepat dan lidak memberi- nya sebagai ahli waris, ia adalah "kreditur" terhadap wansan.
kan gambaran yang sesuai dengan kenyataannya, karena SEBENARNYA Dari gambaran lersebut di alas kita melihal, bahwa TERJADINYA PER-
YANG BERCAMPUR ADALAH "KUALlTAS" KREDITUR DAN DEBITUR CAMPURAN HUTANG ADALAH KARENA ADANYA PERPINDAHAN
PADA DIRI SATU ORANG YANG SAMA 155 . HAK. Perpindahan hak -- sebagai telah disebutkan di .atas -- bisa juga
terjadi atas dasar alas hak khusus, seperti karena legaal, ju?-I beli tagihan
diikuti dengan cessie atau karena subrogatie. Untuk jelasnya kita konkret-
B. TERJADINYA PERCAMPURAN HUTANG. kan dalam peristiwa sebagai berikut : A mempunyai tagihan kepada B.
Dalam wasiatnya, A melegalir lagihannya yang dipunyai olehnya terhadap
B, kepada B. Kalau kemudian A mati, maka kualitas sebagai debilur dan
1. DASAR TERJADINYA.
sebagai kreditur bercampur dalam diri B, yaitu terhadap warisan B adalah
debilur unluk sebesar hutangnya terhadap A, sedang sebagai legalaris, ia
Munculnya percampuran hutang bisa terjadi alas dasar perisliwa/
adalah kredilur warisan sebesar legaat yang diberikan kepadanya.
berdasarkan alas hak umum maupun alas hak khusus. Dalam hal terjadi,
seseorimg meninggal dunia, maka lerjadilah perpindahan hak dan
kewajiban kepada ahli warisnya berdasarkan alas hak umum. Kalau 2. SYARAT I.<UALITAS.
umpama saja, pewaris semasa hidupnya mempunyai tagihan kepada ahli
warisnya yang belum dilunasi -- dan untuk mudahnya, katakan saja, ahli SYARAT "DALAM KUALITAS YANG SAMA" SEBAGAI YANG DIKEMUKA-
waris itu adalah satu-satunya ahli waris dari si pewaris -- maka
156 KAN PADA WAKTU KITA MEMBiCARAKAN SYARAT KOMPENSASI,
sekarang lerjadilah percampuran hutang, kare~ si ahli waris, lerhadap BERLAKU JUGA DI SIN1 157 • Jadi kalau dalam hubungan hukum yang
warisan berkedudukan sebagai debilur -- unt~k sebesar hutang yang satu, A dalam kualitasnya sebagai direktur dari dan karenanya atas nama
Perseroan mempunyai'tagihan kepada B, dan dalam hubungan. hukum
yang lain A, sebagai pribadi, juga mempunyai tagihan -- untuk mudahnya
unluk jumlah yang sarna dengan yang disebut pertama -- lerhadap B,
maka kalau karena kematian A, B mewaris tagihan pribadi A terhadap
155). Rutten, hal. 435, menduga bahwa mungkin orang memiJih istilah itu, karena ia
dirinya, maka lerjadilah percampuran hulang untuk hutang pribadi, lidak
melihat seakan-akan tagihan itu bercampur dengan hutangnya atau untuk
membedakannya dengan··percampuran kualitas yang sarna yang ada dalam untuk hUlang lerhadap Perseroan. Demikian juga dibedakan anlara
tiukum Ben~a, seperti yang diatur dalam Pasal 706.

156) Karena kalau ada lebih dari satu ahli waris, maka ada atau tidaknya percampuran
hut!3ng, bergantung pada ·pemisahan dan pembagian R harts warisan, yaitu
hutang itu jatuh pada ahli waris yang mana. 157) Rutten, ha1.436.

136 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya PerikatanBagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Penkalan Bagian 2 137

--
Percampuran Hutang' Percampuran-HutanQ

hutang pribadi dengan hutang yang dibuat olehnya sebagai orang tua,
wali atau curator,
DI SINI JUGA HARUS DIPERHATIKAN MASALAH "KEKAYAAN YANG C. AKIBAT PERCAMPURAN HUTANG
TERPISAH" yang, seperti pada waktu' membahas tentang kompensasi·
sudah dikatakan, dapat menghalangi terjadinya kompensasi, juga menjadi
penghalang untuk adanya percampuran hutang 158 1. AKIBAT UMUM

Pertama-tama -- menurut Pasal 1436 anak kalimat terakhir -- DENGAN


3. SEGI PENTING LAIN. PERCAMPURAN HUTANG, MAKA PIUTANG DIHAPUSKAN, Kiranya
suatu konsekuensi yang logis, karena tidak ada gunanya, bahwa orang
PERISTIWA YANG MENJADI DASAR TERJADINYA PERCAMPURAN
sebagai debitur membayar kepada dirinya sebagai kreditur; ibaratnya
HUTANG HARUS MERUPAKAN PERISTIWA HUKUM YANG SAH. Kalau
dikeluarkan dari kantong kanan, lalu dlterima kembali melalui kantong kirL
terjadi, bahwa perpindahan hak telah terjadi atas dasar suatuperjanjian
Namun -- menurut Rutten 160 -- SEBAGAI AKIBAT DARI PERISTIWA
yang mengandung cacat, sehingga ada dasar untuk dibatalkan di
PERCAMPURAN HUTANG BISA TERJADI, BAHWA YANG HAPUS
kemudian hari, maka percampuran hutang tetap terjadi, selama perjanjian
BUKAN HANYA KEWAJIBAN PRESTASI UNTUK MEMBAYAR
itu belum dibatalkan, namun KALAU DI KEMUDIAN HARI DITUNTUT
SEJUMLAH UAI'!G, TETAPI JUGA BEBERAPA PERIKATAN LAIN, YANG
PEMBATALANNYA DAN KEMUDIAN DIBATALKAN, MAKA PER-
BERHUBUNGAN ERAT DENGAN PERISTIWA ITU,. seperti misalnya
CAMPURAN HUTANG ITU DIANGGAP TIDAK PERNAH TERJADJ.
kalau terjadi, bahwa penyewa membeli rumah yang disewa olehnya,
Menurut Rutten'59, penyebutan di dalam Pasal1436, bahwa percampur-
maka semua perikatan yang telah lahir atas dasar perjanjian
an hutang terjadi demi hukum, merupakan sua\\! kesalahan terjemahan
sewa-menyewa menjadi hapus.
dari kata "confusion de droit" dalam bahasa Primcis, yang sebenarnya
berarti "percarnpuran hak-hak". Kata "demi hukurn" hanyarnempunyai
makna, kalau dihubungkan dengan hapusnya perikatan. 2. ENDOSEMEN WESEL DAN PEMBELIAN KEMBALI
OBLIGASI.

Terhadap akibat percampuran hutang seperti tersebut·di atas, ada per-


kecualiannya, seperti kalau terjadi ada endossement dari suatu wesel
kepada debitur-wesel itu sendiri (tertarik), maka sebenarnya kualitas
158) Pitlo-Bolweg, ha1.410.

159) Rutten, ha1.437. 160) Rutten, ha1.436.

138 Hukum Perikatan Ttg. Hapfisnya Perikatan Bagian 2


Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 139
Percampuran Hutang
PercampuranHutang

biarkan hak ilu lelap hidup161. Lalu -- kalau hUlang ilu, yang sebenarnya
sebagai kredilur (pemegang-wesel), dengan kualilas debilur (Iertarik)
seharusnya sudah hapus, lelapi kalau dikeluarkan lagi,.perikalan ilu bisa
lelah bercampur menjadi salu. Namun demikian, berdasarkan Pasal110
hidup lagi -- bagalmana kila membenarkan pensliwa seperti ilu? Ada yang
K.U.HD., pemegang berhak unluk mengoperkan lagi wesel lersebuI,
meneari pembenarannya dengan mengalakan, bahwa dalam perisliwa
dengan endossemenl, kepada orang lain, sehingga kila melihal ada se,
sualu yang menyimpang dari prinsip lersebul di alas, sebab seharusnya seperti ilu, seakan-akan hak dan kewajlban perikalan ilu unluk semenlara
"Iidak dapal dllaksanakan,,'62 dan yang lain mengalakan, bahwa di sana
lagihan-wesel -- alau perikalan wesei -- sudah hapus.
"Iidak ada penghapusan perikalan, lelapi "pelaksanaannya lerhalang dan
Perisliwa yang mirip dengan yang disebulkan dl alas adalah pembelian perikalannya hanya menjadi lumpuh saja,,'63.
kembali sural-sural pinjaman-obligasi oleh perusahaan yang mengeluar-
kan obligasi lersebut. Dengan kembalinya sural-sural obligasi pada per-
3. AKIBAT TERHADAP BORG.
usahaan yang bersangkulan, maka sebenarnya lelah lerjadi percampuran
hulang, dan perikalan obligasi lelah menjadi hapus. Kalau pembelian Dalam Pasal1437 disebulkan, bahwa ; "Pereampuran hUlang yang lerjadi
kernbali obligasi lersebul memang dimaksudkan unluk menghapuskan pada dirinya si berhulang-ulama, berlaku juga unluk keunlungan para
hUlang-hulang perusahaan, memang lidak ada masalah, lelapi kalau ia penanggung hUlangnya".
hanya dimaksudkan unluk dipegang semenlara saja, seperti kalau pem-
belian ilu· dimaksudkan unluk menslabilkan kurs, maka akibal· hukum Hal i1u berarti, b~hwa PERCAMPURAN HUTANG YANG TERJADI PADA
seperti yang disebulkan dalam Pasal 1436 lidak sesuai dengan maksud DIRI DEBITUR-UTAMA MEMBEBASKAN BORG. Sebenarnya kelenluan
perusahaan yang bersangkulan. Karenanya dalam hal demikian kiranya lersebul lidak lain merupakan penerapan lebih lanjul daripada Pasal1436
kila bisa sependapal dengan kepulusan arbilrase. langgal 11 Oktober dan prinsip borgloehl, karena dengan pereampuran hUlang, maka
1933, sebagai yang dimual dalam NJ. .1933, 1,;'10, yang mengalakan, perikalan, unluk mana oleh borg diberikan penjaminan, menjadl hapus
,
....Ajaran mengenai percampuran dan akibal hukum yang bersifal mem- dan sesuai dengan prinsip penjaminan sebagai perjanjian aeeessoir,
balalkan yang selalu harus muneul, adalah produk leori logika, karena
orang menganggap lidak mungkin, bahwa hak dan kewajlban lelap ada
161) Sebagai disitir oleh Rutten. hal. 437-438,· dite~emahkan secara babas oleh
dalam salu langan. Pasal-pasal yang lelah dislnggung dan pasal-pasal
pe!1ulis.
yang lain, sebenarnya merupakan sualu pelunjuk, bahwa unluk hukum
162) Pitlo-bolweg, hal. 412. berbicara tentang : n ••••••• een niet meer voar uitvoering
yang berlaku sekarang, pendapal yang kaku tidak perlu lagi dianuI, dan vatbaar zijn van een recht of een plicht."
bahwa daya kerja pembalalan sualu pereampuran, bisa dihapus alau
163) lihat Rutten, hal. 438, yang mengatakan tentang pendapat: "...... dat de
dibalasi, kalau dirasakan adanya sualu kebuluhan praklek unluk mem- schuldvermenging niet, zoals de wet bepaalt, de verbintenis vernietigd, doch
haar tenuitvoerlegging verhindert en de verbintenis stechts verlamt"; Hofmann,
hal. 383. memakai mengungkapkannya dengan kata-kata : •....wordt .... de
uitoefening van het vorderingsrecht onmogelijk".

140 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2


Hukum Penkalan Tlg. fiapusnya Perikalan Bagian 2 141
Percampuran Hutang Percampuran Hutang

kalau perikatan pokoknya hapus, maka accessoirnya juga hapus (Pasal Selanjutnya ada terjadi percampuran hutang pada dirinya salah seorang
1821). debitur tanggung-menanggung, sehingga hutang itu -- khususnya ter-
hadap si debitur yang bersangkutan -- telah menjadi hapus. Bagaimana
Kalau yang terjadi adalah yang sebaliknya, yaitu ada PERCAMPURAN
nasib kawan-debitur tanggung-menanggung yang iain? Kata Pasal 1437
HUTANG PADA DIRINYA SI PENANGGUNG HUTANG, TAK SEKALI-·
ayat 3, mereka tidak turut menikmati keuntungan dari percampuran itu,
KALI MENGAKIBATKAN HAPUSNYA PERIKATAN HUTANG POKOK.
karena akibat percampuran tersebut bagi mereka tidak lebih "dari bagian-
"Hutang pokok" didasarkan atas perikatan pokok; namanya saja sudah
nya debitur -- yang mengalami percampuran hutang -- dalam hutang,
perikatan pokok, tentu ia tidak accessoir pada perikatan lain, dan karena
yang ia sendiri menjadi orang berhutang". DENGAN DEMIKIAN, YANG
adanya dan hapusnya pun tidak bergantung pada perikatan lain,
BENAR-BENAR SECARA MATERIAL MENIKMATI PERCAMPURAN ITU
termasuk tidak bergantung pada perikatan antara kreditur dengan
HANYALAH DEBITUR YANG MENGALAMI PERCAMPURAN HUTANG
penanggung hutang. Perjanjian penanggungan boleh saja hapus, tanpa
ITU; bagi debitur-serta yang lain, keuntungannya hanyalah, bahwa
mengakibatkan perikatan pokoknya menjadi hapus. Bukankah perjanjian
rnereka sekarang -- masing-masing -- tidak bisa lagi ditagih untuk seluruh
pokoknya pada asasnya dapat berdirVada, tanpa perlu ada perjanjian
hutang-asal, tetapi maksimum hanya untuk sebesar hutang, setelah di-
accessoir? Komentar yang telah diberikan pada Pasal 1430 ayat 2,
kurangi dengan bagian kawan-debitur, yang mengalami percampuran
rnutatis-mutandis juga berlaku untuk ketentuan yang sedang kita bahas.
hutang. Kreditur yang mengalami percampuran hutang, memang meng-
oper seluruh tagihi'n kreditur, tetapi sekarang ia hanya bisa menagih
4. TERHADAP DEBITUR TANGGUNG-MENANGGUNG. kawan-berhutang tanggung-menanggungnya sebesar hutang itu, di-
kurangi bagian tanggungan sendiri dalam keseluruhan hutang itu. Jadi
Yang lebih penting adalah ketentuan ayat 3-nya, yang mengatakan,
besarnya bergantung dari bunyi perjanjian intern antar mereka.
bahwa PERCAMPURAN YANG TERJADI PADA DIRINYA SALAH SATU
DARI ORANG-ORANG YANG BERHUTANG -gECARA TANGGUNG- Untuk jelasnya kita konkretkan sebagai berikut. A -- kreditur -- mempunyai
MENANGGUNG, TIDAK BERLAKU UNTUK KEUNTUNGAN TEMAN- tagihan terhadap B, C dan D -- para pesero dalam Firma "X" -- dan
TEMAN BERHUTANG SECARA TANGGUNG-MENANGGUNG HINGGA karenanya berkedudukan sebagai debitur tanggung-menangung terhadap
MELEBIHI BAGIANNYA DALAM HUTANG YANG IA SENDIRI MENJADI tagihan A, untuk sebesar Rp 1 juta. Dalam perjanjian pendirian firma Gadi
ORANG YANG BERHUTANG. Kita perlu analisis unsur-unsurnya lebih intern antar para pesero} ditetapkan saham mereka masing-masing
dahulu. berturut-turut adalah sebesar 50%, 30% dan 20%. A melegatir tagihan
tersebut kepada B, sehingga -- dengan matinya A -- ada percampuran
Pertama-tama adalah perikatan tanggung-menanggung, di mana ada
hutang dalam diri B. Terhadap hutang tersebut. B sekarang -- sebagai
lebih dari seorang debitur, yang dapat ditagih untuk seluruh hutang dan
salah seorang dari debitur tangggung-menanggung si A -- bebas, malah ia
pembayaran oleh salah seorang debitur tanggung-rnenanggung mem-
sekarang -- atas dasar pengoperan hak A (pewaris) berdasarkan legaat --
bebaskan kawan-debitur yang lain.
menjadi kreditur atas kawan-debiturnya yang lain, tetapi hak tagihnya

142 Hukum Perikalan T1g. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan T1g. Hapusnya Perikatan Bagian 2 143

....
Percampuran Hutang Penibebasan Hulang

sekarang tidak sebesar Rp 1 juta (yang dioper berdasarkan legaat),


namun dibatasi, yaitu hanya sebesar hutang-asal (Rp 1 juta) dikurangi
dengan bagiannya dalam hutang tersebut -- bagian mana sekarang telah
menjadi hapus -- yaitu sebesar 50% dari Rp 1 juta atau sama dengan
Rp 500.000,00.
BABV
PEMBEBASAN HUTANG

A. PERUMUSAN.

Masih dalam urut-urutan mengenai hapusnya perikatan, sebagai yang


disebutkan dalam Pasal 1381, maka urutan pembicaraan selanjutnya
adalah mengenai Pembebasan Hutang.

Pembuat undang-undang tidak memberikan perumusan mengenai apa itu


yang dinamakan Pembebasan Hutang, tetapi langsung mengatur tentang
bentuk, pembuktiari dan akibat hukum daripada pembebasan hutang.
--:
Mungkin dianggap sudah umum diketahui dan karenanya tak perlu di-
rUmuskan lagl. YANG PASTI, SESUAI DENGAN PENEMPATAN PENG-
ATURANNYA, SALAH SATU CIRINYA ADALAH HAPUSNYA PERIKATAN
YANG BERSANGKUTAN. Dengan demikian, kalau pembebasan hutang
itu diberikan melalui suatu perjanjian, maka perjanjian itu merupakan
perjanjian ·liberatoir.

Di samping itu, kita pun tahu, bahwa PERBUATAN PEMBEBASAN


HUTANG SENGAJA DILAKUKAN OLEH KREDITUR DAN DIMAKSUD-

144 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 145

~
Pembebasan Hulang Pembebasan Hutang

KAN UNTUK MEMBEBASKAN SESEORANG DARI KETERIKATANNYA


DALAM SUATU PERIKATAN ' 04• Ini sesuai dengan kelentuan Pasa11438,
yang mengatakan, bahwa PEMBEBASAN HUTANG TIDAK BOlEH DI- B. CARA TERJADINYA PEMBEBASAN HUTANG.
PERSANGKAKAN. Dengan demikian, maka pada pembebasan huta~g
orang berangkat dari anggapan adanya suatu perikatan, atas dasar mana
seseorang terikat dan karenanya adanya perikatan merupakan syarat 1. MELALUI TINDAKAN HUKUM SEPIHAK.
untuk adanya dan sahnya pembebasan hutang.
Kalau para sarjana sudah sepakat, bahwa pembebasan hutang merupa-
Karena akibat hukum pembebasan hutang diatur dalam undang-undang kan tindakan hukum, tidak demikian dengan pertanyaan, apakah ia dapat
dan perbuatan itu sengaja dilakukan oleh kreditur, maka sudah dapat di- dilakukan melalui suatu tindakan hukum sepihak ataukah ia harus ber-
pastikan, bahwa pembebasan hutang merupakan suatu tindakan hukum. bentuk suatu perjanjian, sehingga pernyataan kredilur baru mempunyai
Atas dasar itu, maka KITA DAPAT RUMUSKAN PEMBEBASAN HUTANG akibal hukum sebagai pembebasan hutang, kalau telah diterima oleh
SEBAGAI SATU TINDAKAN/PERBUATAN HUKUM, DENGAN MANA debitur. SEKALIPUN PARA SARJANA PADA UMUMNYA BERPENDA~AT,
SEORANG KREDITUR MElEPASKAN HAKNYA ATAS APA YANG BAHWA PEMBEBASAN HUTANG TIDAK DAPAT DllAKUKAN DENGAN
TERHUTANG KEPADANYA DAlAM SUATU PERIKATAN 16S TINDAKAN HUKUM SEPIHAK, NAMUN TIDAK SEDIKIT PULA SARJANA
YANG BERPENDA,PAT SEBALlKNYA 166. Di antara mereka yang ber-
pendapat, bahwa pembebasan hutang dapat dilakukan meialui tindakan
hukum sepihak, sebagai alasan mengemukakan, bahwa pembebasan
hutang dapat dilakukan ';'elalui suatu surat wasiat '67 . Bukankah wasiat
merupakan tindakan hukum sepihak? Di samping itu, hak tagih yang
~
dipunyai kreditur dalam suatu perikatan merupakan "hak" bukan
"kewajiban";' tidak ada kewajiban bagi kreditur unluk menerima prestasi,
sehingga terserahlah kepada si empunya hak untuk menggunakannya
atau tidak. Ada pula yang mengemukakan. bahwa kalau orang dapat
164} Secara umum, menurut Rutten, hal. 440, istilah tersebut meliputi baik pam- meiepaskan hak keliendaan dengan tindakan hukum sepihak (Pasal 807),
bebasan dari suatu kewajiban maupun pembebasan dari Iiukuman yang di-
iatuhkan kepada yang bersangkulan, letap; dalam Buku iii K.U.H. Perdata berarti
pembebasan dari kewajiban peri·katan.

165) Dalam arrestnya tan99al12 November 1937, sebagai disitir olsh v. Brakel, H. A. 166) v. Brakel, hal. 228; Hofmann hal. 383; Pitlo·Bolweg, hal. 413.
mensyaratkan, bahwa orang yang membebaskan hutang harus : door
M ••••••••

woord en daad zijn wi! om kwijt te schelden aan de schuldenaar moet verklaren" 167) Demikian pendapat Diephuys, sebagai yang disitir oleh Hofmann, hal. 383.
(.... dengan kata-kata dan perbuatan menyatakan kehendaknya kepada debitur). Hofmann sendiri juga sependapat, asal pembebasan itu diberikan tanpa syarat.

146 Hukum Perikalan T1g. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan T1g. Hapusnya Perikalan Bagian 2 147

~
Pembebasan Hulang
Pembebasa.nJiY1!\ng

mengapa orang lak dapal melepaskan hak pribadi dengan cara yang Yang -- sehubungan dengan pembebasan hutang melalui tindakan hukum
sama?'68. Di samping ilu ada juga ketentuan undang-undang yang mem- sepihak -- bisa menjadi persoalan adalah, bagaimana kalau debi.tur mem-
berikan petunjuk kepada kita, bahwa undang-undang sendiri berpendapat punyai kepentingan untuk tetap utuhnya perikatan yang bersangkutan ?
begitu. Bukankah dalam Pasal 1440 dan 1442 disebutkan tentang Untuk mengatasi masalah lersebut, para sarjana terpaksa mentolerir
"pembebasan hutang atau penglepasan melalui perjanjian"? Kalau suatu perkecualian, yaitu bahwa KREDITUR TAK DAPAT SECARA SAH
"pembebasan" dan "penglepasan" hutang mempunyai arti dan tertuju MENGHAPUS SUATU PERIKATAN MELALUI PEMBEBASAN HUTANG,
kepada maksud yang sama, yaitu membebaskan debitur dari keterikatan- KALAU PEMBEBASAN TERSEBUT MERUGIKAN KEPENTINGAN
nya pada perikatan, maka darl situ kita blsa menylmpulkan, bahwa DEBITUR 171 . Kepentingan yang sah dari debilur harus dihormati.
dengan digunakannya dua istilah yang berlainan -- pembebasan hulang Sekalipun demikian, menurut para penganut paham ini, hal itu tidak harus
dan penglepasan melalui perjanjian -- tentunya ada perbedaan pada mengakibatkan, bahwa pembebasan itu dilakukan dengan syarat, bahwa
kedua cara pembebasannya, yaitu bahwa kalau cara yang satu sudah tindakan itu baru berlaku, kalau debitur tidak menolak pembebasan itu.
jelas, melalui "perjanjian", maka cara yang satunya lagi tentunya melalui Ketentuan undang-undang tidak mensyaratkan demikian 172.
"tindakan hukum sepihak",69. Ada yang mengemukakan alasan yang lain
lag!, yaitubahwa menurut tata-bahasa, kata "pembebasan" berkaitan Namun demikian kesulitan belumlah selesai secara tuntas, karena bagi
dengan suatu perbuatan kreditur; demikian juga dalam bahasa sehari-hari penganut pembebasan hutang melalui tindakan hukum sepihak, tindakan
orang menafsirkannya demikian 170. Namun jangan sampai ada salah pembebasan itu supah menghapuskan perikatan, sehingga SEKARANG
paham; para pendukung pembebasan hulang melaluilindakan hukum TERPAKSA HARUS DIIKUTI DENGAN FIKSI, BAHWA PENOLAKAN
sepihak, tidak mengatakan, bahwa pembebasan hutang harus dilakukan DEBITUR MEMPUNYAI DAYA UNTUK MENGHAPUS AKIBAT DARIPADA
melalui 1indakan hukum sepihak atau bahwa hal itu tidak bisa dilakukan PEMBEBASAN HUTANG, dengan konsekuensinya, atau perikatan itu --
melalui perjanjian, telapi bahwa tindakan itu tid!\\< perlu diwujudkan dalam sejak semula -- tetap hidup, atau dengan itu dihidupkan kembali ' 73.
suatu perjanjian, tetapi juga dapat dan cukup melalui tindakan hukum
sepihak saja.
171) Hofmann, hal. 383, mengatakan II wanneer de schuldenaar zeit belang heeft
••••• ,

bij de uitvoering dar verbintenis, moet oj. aan den schuldeiser het recht worden
ontzegd de schuld eenzijdig kwijt te schelden Pitlo-Bolweg, hal. 413;
M
;

168) Pitlo-Bolweg, hal. 413; v. Brakel, hal. 229, mengatakan, bahwa selama pada
pembebasan hutang orang hanya menghapus hak-hak saja .- tidak termasuk 172) Menjadi pertanyaan adalah, apakah ketentuan Pasal 1603." merupakan per-
kewajiban-kewajibannya .- maka tidak ada alasan untuk keberatan. kecualian terhadap apa yang disebutkan di atas, artinya, salah satu pihak dalam
perjanjian boleh membatalkan perjanjian antara mereka -- Jadi dengan itu
169) v. Brakel, hal. 229; Ada yang berpendapat, bahwa istitah-istilah tersebut juga membebaskan pihak debitur dari kewajiban perikatan yang muncul dari perjanjian
dapat memberikan dasar untuk pendapat yang sebaliknya, vide Rutten. hal. 441. itu -- asal memberikan penggantian kerugian kepada debitur. Jadi walaupun
merugikan debitur, tetap boleh, asal kerugiannya diganti. Demikian juga Pasal
170) Rutten, hal. 441. 1611.

148 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 149
Pembebasan Hutang Pembebasan Hutang

DARI PIHAK KREDITUR, DEBITUR TIDAK MEMBERIKAN REAKSI


APA-APA 176. DENGAN DEMIKIAN, maka baik bagi penganut paham
2. BERBENTUK PERJANJIAN.
pembebasan melalui tindakan hukum sepihak maupun melalui perjanjian,
Para pendukung pembebasan hutang melalui perjanjian, antara lain PEMBEBASAN HUTANG BARU MENJADI SOAl, KAlAU DEBITUR
mendasarkan diri pada sejarah atau tradisi, dan di samping itu, meng- MENOlAK PEMBEBASAN TERSEBUT. Dan peristiwa demikian --
hubungkannya dengan asas Pasal 1338, berdasarkan asas mana, sesuatu yang pada umumnya memang menguntungkan debitur -- kiranya
SUATU PERNYATAAN BARU TIDAK DAPAT DITARIK KEMBALI SECARA jarang terjadL Pendirian Pengadilan di Negeri Belanda ternyata berubah-
SEPIHAK, KAlAU IA BERBENTUK PERJANJIAN. Juga dikemukakan ubah; semula dianut pendirian, bahwa untuk itu harus ada penerimaan
adanya persamaan antara pembebasan hutang dengan hibah; dan dari pihak debitur, namun dalam keputusan-keputusannya kemudian,
bukankah hibah berbentuk perjanjian? Sebenarnya antara pembebasan Pengadilan mengelak untuk menyatakan pendiriannya mengenai hal
hutang dengan hibah ada perbedaan yang cukup besar; pada hibah ada itu 177. Walaupun Pengadilan dalam beberapa keputusannya menyatakan,
peralihan suatu hak kekayaan tertentu, sedang pada pembebasan hutang bahwa pelepasan suatu hak (alstand van recht) bisa dilakukan melfllui
tidak, malah ada suatu hak yang hapus; perjanjian hibah menimbulkan tindakan sepihak, tetapi orang melihat ada perbedaan antara pelepasan
perikatan, pada pembebasan hutang justru ada perikatan yang hapus. hak dan pembebasan hutang, dan karenanya keputusan-keputusan
Pembebasan hutang dapat terjadi balk secara cuma-cuma maupun atas tersebut belum dapat dipakai sebagai pegangan 178.
beban 174; kalau dilakukan secara cuma-cuma maka di sana secara
PENTINGNYA MENETAPKAN PAHAM MANA YANG DIANUT ADAlAH
material ada hibah, sekalipun secara formal bukan 170. Walaupun demikian
UNTUK MENENTUKAN DAPAT ATAU TIDAKNYA TINDAKAN ITU
harus diakui~ bahwa pada umumnya pembebasan hutang terjadi dengan
DITARIK KEMBALI. Kalau dianut pendirian, bahwa ia dapat dilakukan
cuma-cuma.
~
melalui suatu tindakan sepihak, maka. pernyataan itu tidak dapat ditarik
Sekalipun demikian, PARA PENGANUT PAHAM INI SUDAH MERASA kembali, sekalipun debitur belum atau tidak menyatakan penerimaannya.
PUAS, KALAU ATAS PENAWARAN KREDITUR PEMBEBASAN HUTANG

176) Rutten, hal. 442; menurut v. Brakel, hal. 229. para pendukung teori perjanjian
ternyata juga tidak serius menuntut pembuktian pe~anjiannya, malahan dalam
173) Rutten, hal. 442. .prakteknya orang juga tidak menyadari dan memperhatikan syarat itu.

174) Biasanya Pasal 1443 dimajukan sebagai dasar pendapat, bahwa pembebasan 177) Menurut Pitlo-Bolweg, hal. 413, setelah arrest 6 Januari 1899 (W. 7225) H.R. tidak
dan suatu perikatan ada kalanyadilakukan dengan memberikan suatu imbalan pernah lagi menyatakan pendiriannya; Rutten, hal. 443;
tertentu (atas beban).
178) Rutten, hal. 443, dengan menuniuk kepada arrest H.R. 23 Januar! 1942,
175) Pitlo-Bolweg, hal. 414; Hofmann, hal. 384, juga mengakui, bahwa pembebasan NJ.1942. 298 ; 28 Januari 1955. NJ.1959, 174; H.R. 22 November 1957,NJ.1958,
hutang bisa terjadi secara cuma·cuma dan atas beban; demikian juga pendapat 2. Menurut van Oven, sebagai yang disitir olsh Rutten, hal. 444 pada noot 1,
Rutten, hal. 445. pembebasan hutang merupakan salah satu spesis dan pelepasan hak.

150 Hukum Perikatan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 151

....
Pembebasan Hutang Pembebasan Hutang

Sebaliknya, kalau ia harus diwujudkan dalam suatu perjanjian, maka Seperti kita ketahui, cara orang me,mberikan pernyataan bermacam-
selama pernyataan pembebasan belum diterima oleh debitur -- jadi di sini macam, bisa dengan tegas ataupun diam-diam; yang tegas meliputi, baik
kita dapat membayangkannya sebagai suatu penawaran -- maka per- melalui omongan, tulisan maupun gerakan. Bahwa pembebasan hutang
nyataan itu dapat ditarik kembali, karena belum ada perjanjian. Bahwa hili dapat terjadi secara diam-diam, dikatakan sendiri oleh pembuat undang-
itu juga penting kalau terjadi, bahwa debitur telah meninggal atau undang dalam Pasal 1439. Sekalipun kreditur tidak mengatakannya
dinyatakan pailit sebelum menyatakan akseptasinya, kiranya tak perlu dengan tegas, tetapi pengembalian surat asli hutang debitur oleh kreditur,
dijelaskan. oleh pembuat undang-undang dianggap, bahwa secara diam-diam
kreditur sebenarnya membebaskan debitur dari hutangnya. Ini harus di-
bedakan dari, pembebasan hutang tidak boleh dipersangkakan. Tanpa
C. BENTUK PEMBEBASAN HUTANG. adanya pernyataan atau perbuatan yang menunjukkan, bahwa kreditur
bermaksud untuk membebaskan hutang, tidak boleh dipersangkakan
Ketentuan undang-undang tidak menyebutkan suatu syarat bentuk ter- adanya maksud sepert;' itu. Hal ini penting untuk masalah pembuktian,
tentu daripada pembebasan hutang. Dalam hal dp.mikian, BERLAKULAH sebagai yang nanti akan kita dibicarakan lebih lanjut.
PRINSIP UMUM, BAHWA TINDAKAN HUKUM ITU BENTUKNYA BEBAS.
Dan kalaupun diikuti paham yang mensyaratkan bentuk perjanjian, maka
bentuk perjanjiannya adalah bebas; bisa Iisan atau tertulis, bisa di bawah D. PEMBUKTIAN,
tangan ,maupun otentik. Jadl, walaupun ada yang melihat adanya per-
samaan dengan hibah, tetapi pembebasan hutang tidak terikat pada
1, UMUM,
bentuk yang disyaratkan untuk hibah-hibah tertentu. Yang penting adalah,
bahwa tindakan ata,u pernyataannya tertuju kllPada pembebasan suatu
Sudah dikatakan di depan, bahwa ketentuan Pasal1438 membawa akibat
perikatan 179 dan bahwa ia tertuju kepada debitur180, sekalipun yang
yang penting untuk masalah pembuktian. Kalau adanya pembebasan
demikian bisa juga melalui perantaraan pihak ketiga, sebagai kuasa atau
hutang tidak boleh dipersangkakan, maka kalau tidak dibuktikan yang
wakilnya.
sebaliknya, KITA SELALU HARUS BERANGKAT DARI ANGGAPAN,
BAHWA DI SANA TIDAK ADA PEMBEBASAN, DENGAN KONSE-
KUENSINYA, DEBITURLAH YANG HARUS MEMBUKTIKAN ADANYA
PEMBEBASAN HUTANG. Bukankah dalam masalah pembebasan
179) Menurut H.R. 12 November 1937 NJ.193B, 377, tersebut di atas hutang, yang mengemukakan adanya pembebasan adalah pihak debitur?
Dan kalau kita menghubungkannya dengan asas umum pembuktian
1BO) Syarat 'ditujukan kepada debitur', menurut Rutten, hal. 445, pernah disyaratkan
oleh H.R. dalam arrestnya 12 November 1937, NJ.193B, 377.

'152 Hukum Perikalan T1g. Hapusnya Perikatan Baglan 2 Hukum Perikatan T1g. Hapusnya Perikatan Bagian 2 153

...
Pembebasan Hulang PembebasanHulang

(Pasal 1865) -- barangsiapa mengemukakan suatu hak, dia harus mem- berdasarkan undang-undang (wetteHjke vermoeden). Persoalannya
buktikannya -- maka Pasal tersebut tampak agak berlebihan. adalah, bahwa terhadap persangkaan yang diberikan oleh undang-
Karena undang-undang di sini, mengenai alat bukti, tinggal diam, maka undang dalam perlstiwa ini, orang biasanya tidak membuka kesempatan
dapat kita simpulkan, bahwa PEMBUKTIAN BISA DILAKUKAN DENGAN. untuk pembuktian yang seballknya. Namun demikian, menurut Rutten 182,
SEGALA ALAT BUKTI YANG DIBENARKAN OLEH UNDANG-UNDANG, terhadap persangkaan yang diberikan oleh undang-undang, pada asas-
termasuk dengan persangkaan. Jangan kacau, yang dilarang dalam nya dapat dibuktikan yang seballknya, kecuali oleh undang-undang
Pasal1438 adalah persangkaan "pembebasan hutangnya", sedang di sini dengan tegas dilarang.
kita bicarakan tentang pembuktiannya.
Seperti disebutkan daiam Pasal 1439, persangkaan undang-undang
diberikan atas dasar adanya pengemballan surat asH hutang debitur
2. PERSANGKAAN. "secara suka rela". Kalau kemballnya surat itu karena hilang atau dicuri
dari tempatnya kreditur, maka ketentuan Pa~al itu tidak berlaku. Dengan
Pasal 1439 memberikan suatu ketentuan khusus yang menyimpang dari syarat "asH" surat hutang, maka salinan, bahkan yang diberikan dalam
ketentuan umum, yaitu kalau dipenuhi syarat yang disebutkan di sana. bentuk grosse, tidak memenuhi syarat. Hal itu didasarkan atas pikiran,
Katanya, KALAU SURAT ASLI HUTANG DEBITUR, SECARA SUKA- bahwa kalau surat asH dikembalikan, maka kreditur untuk selanjutnya
RELA, DIKEMBALIKAN OLEH KREDITUR KEPADA DEBITUR, MAKA akan suiit memb~ktikan hutang !tu. Sudah tentu yang dimaksud di sana,
HAL ITU MERUPAKAN BUKTI TENTANG PEMBEBASAN HUTANGNYA. adalah surat di bawah tangan, sebab untuk akta-akta pengakuan hutang
Di sini pembuat undang-undang membuat persangkaan, bahwa per- yang dibuat secara notariil, kreditur selalu dapat minta sallnan lagi kepada
buatan kreditur mengandung kehendak untuk membebaskan hutang notaris yang menyimpan mlnitnya. Namun dengan syarat seperti itu iidak
debitur '8' .
KARENA PEMBEBASAN DIPERSANGKAKAN, MAKA KON- berarti, bahwa kemballnya surat asli hutang di tangan debitur, masih
SEKUENSINYA SECARA LOGIS ADALAH, BAlfwA SEKARANG MEN- harus ditambahkan bukti oleh debitur, bahwa surat itu kembali atas dasar
JADI KEWAJIBAN KREDITUR UNTUK MEMBUKTIKAN, BAHWA TIDAK suka-relanya kreditur. Dalam kasus seperti Ini, BERLAKULAH ASAS
DEMIKIAN ITU MAKSUDNYA. Keadaan seperti itu ditegaskan dalam UMUM PEMBUKTIAN, BAHWA BARANGSIAPA MEMEGANG SUATU
undang-undang dengan menyatakan, bahwa perbuat,m itu merupakan SURAT BUKTI, DIANGGAP TELAH MENDAPATKANNYA SECARA SAH,
"bukti" pembebasan hutang. Persangkaan seperti itu disebut persangkaan KECUALI DIBUKTIKAN YANG SEBALlKNYA. KONSEKUENSINYA,

·181) Hofmann, hal. 385, berpendapat lain"; dari ketentuan Pasal 1439 tidak dapat
disimpulkan, bahwa pembuat undang-undang menganggap pengembalian sural
asli hutang sebagai kehel)dak kreditur untuk membebaskan debitur. Yang benar
adalah, bahwa kenyataan (de facto) keberadaan surat asli tagihan itu pada
debitur, memberlkan persangkaan yang menguntungkan debitur. 182) Pitlo-Bolweg, hal. 415.

154 Hukum Perikatan T1g. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan T1g. Hapusnya Perikalan Bagian 2 155
Pembeba.an Hutang Pembeba.an Hulang

KREDITURLAH YANG HARUS MEMBUKTIKAN, BAHWA DEBITUR


MEMEGANGNYA SECARA TIDAK SAH.
E. AKIBAT PEMBEBASAN TERHADAP PIHAK
3. KETENTUAN UMUM PASAL 1441. KETIGA.

Ketentuan lain, yang dapat kita pakai sebagai perbandingan adaiah


ketentuan Pasa11441. Di sana berlaku prinsip umum, yailu : "pembebas- 1. TERHADAP SESAMA DEBITU'R-TANGGUNG-
an hutang tidak dipersangkakan", bahkan tidak, sekalipun kreditur secara MENANGGUNG.
suka-rela mengembalikan benda-gadai. Sekalipun undang-undang tidak
secara tegas mensyaratkan "suka-rela", tetapi bisa kita duga bahwa Seperti telah dikemukakan di depan, posisi debitur tanggung-
demikian itulah yang dimaksud oleh pembuat undang-undang. Pembuat menanggung adalah, bahwa ia -- extern, terhadap kreditur -- dapat ditagih
undang-undang rupanya khawatir, bahwa dari tindakan kreditur mengem- untuk seluruh hutang, sekalipun mungkin secara intern-- antara sesama
balikan benda gadai, Hakim mungkin akan menyimpulkan adanya kawan debitur tanggung-menanggung -- ia memperjanjikan hanya
maksud untuk membebaskan debitur dari hutangnya. Yang demikian itu bertan'ggung-jawab sampai suatu bagian sebanding tertentu saja. Dengan
dicegah oleh Pasa11441. Asal diingat, bahwa YANG DILARANG ADALAH latar belakang posisi seperti itu, Pasal 1440 menetapkan, bahwa
MENYIMPULKAN SEPERTI TERSEBUT DI AtAS, KALAU IA SEMATA- PEMBEBASAN ATAU PENGLEPASAN melalui perjanjian oleh kreditur
MATA DIDASARKAN ATAS PENGEMBALIAN BENDA-GADAI SAJA. UNTUK KEUNTUNGAN t;ALAH SEORANG KAWAN-BERHUTANG
Kalau unsur "pengembalian benda gadai" dipakai sebagai unsur TANGGUNG-MENANGGUNG, PADA PRIN81PNYA MEMBE3ASKAN
penunjang unsur-unsur lain, tidak ada larangan. PARA KAWAN-BERHUTANG TANGGUNG-MENANGGUNG YANG LAIN-
v: NYA. Jadi kiranya dapat diduga, bahwa pembuat undang-undang ber-
angkat dari pikiran, kalau masing-masing debitur tanggung-menanggung
dapat ditagih untuk seluruh hutang, maka pembeba.san kepada salah satu
dari mereka, tentunya dimaksudkan untuk membebaskannya dari seluruh
hutang yangbersangkutan. Kalau tidak demikian maksudnya, maka
kreditur harus menyatakannya, atau dengan kata-kata Pasal 1440 :
"...kecuali jika. si berpiutang dengan tegas telah menyatakan hendak
mempertahankan hak-haknya terhadap orang yang disebut belakangan
tadi; ..." dan yang dimaksud dengan "yang disebut belakangan" adalah
para kawan-debitur tanggung-menanggung yang lain. Konsekuensinya
lebih lanjut adalah, bahwa kreditur tidak dapat menagih kawan debitur

156 Hukum Perikalan Ttg. Hapu."}" Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapu.nya Perikalan Bagian 2 157
Pembebasan Hutang Pembebasan Hutang

tanggung-menanggung yang lain, untuk jumlah yang melebihi daripada bebasan dirinya darl kedudukannya sebagai borg -- dan karenanya Pasal
hutang-asal setelah dikurangi dengan bagian kawan debitur yang telah 1443 perlu menetapkan, bahwa pembayaran itu "dianggap" juga untuk
dibebaskan. mengurangi hutang'83. Ada yang berpendapat, bahwa adanya
"anggapan" sepertl itu oleh undang-undang sebenamya tidak patut,
sebab pembebasan borg oleh kreditur, berarti bahwa kredltur sekarang
2. TERHADAP BORG.
harus menanggung rlslko lebih besar terhadap kemungklnan sulitnya
Bahwa PEMBEBASAN HUTANG ATAU PENGLEPASAN melalui perse- mendapatkan kembali taglhannya dari debltur. Mengapa la tidak boleh
tujuan KEPADA DEBITUR-UTAMA -- sebagaimana disebutkan dalam menikmatl imbalan pembebasan darl borg, tanpa harus dikurangi besar
Pasal 1441 -- MEMBEBASKAN BORG, kiranya tidak perlu ditegaskan, tagihannya?'84 Secara teoretis memang apa yang dikemukakan itu
karena perjanjlan penjaminan (borgtocht) berslfat accessolr terhadap benar, tetapi kita boleh menduga, bahwa kreditur telah memperhitungkan
perikatan ·pokoknya, atas dasar mana debitur-utama terikat, dan dengan untung ruglnya -- antara menerima sejumlah imbalan dan berkurangnya
hapusnya perikatan pokok, sebagai akibat dari pembebasan hutang atau tagihan tetapi tanpa jaminan borg yang dlbebaskan -- sehingga kalau dl
penglepasan, dengan sendirinya perjanjian penjamlnannya ha~us, dan kemudlan hari, ia benar-benar rugi, hal itu sudah menjadi risikonya.
borg menjadi bebas.Tetapl sebaliknya, PEMBEBASAN KEPADA BORG, Bahwa dengan itu debltur tanpa dasar telah diuntungkan memang benar
TIDAK MEMBEBASKAN OEBITUR-UTAMA, demikian Pasal1442 ayat 2. (ada ongerechtvaardlgde verrijking).

Selanjutnya dalam ayat 3-nya, diatur akibat pembebasan hutang kepada Apa yang disebutkan dalam pasal inl merupakan salah satu wujud
seorang borg, terhadap kawan-borg yang lain. Dikatakan, bahwa ATAS pembebasan hutang atas beban.
PEMBEBASAN HUTANG KEPAOA SALAH SEORANG 01 ANTARA PARA

. .
BORG, KAWAN-BORG YANG LAIN TIDAK TU~UT MENIKMATINYA. Hal
itu berarti, bahwa dalam hal debitur wanprestasi, para kawan-borg yang
lain, masih dapat ditagih untuk seluruh hutang, bukan sebesar hutang
setelah dikurangl dengan andil borg yang dlbebaskan.

Pasal 1443 mengatakan, bah"'a KALAU BORG-UTAMA, untuk men-


dapatkan pembebasan atas dirinya, TELAH MEMBAYAR KEPADA 183) Menurut v. Brakel, hal. 232, semuanya bergantung dari maksud borg, apakah
maksudnya hanya untuk °membeli- pembebasannya sendiri saja ataukah ia
KREDITUR, MAKA PEMBAYARAN ITU HARUS DIANGGAP UNTUK
sekaligus dimaksudkan untuk membayar hutang debitur. dalam hal mana debitur
MEMBAYAR DAN KARENANYA MENGURANGI HUTANG, DENGAN dan kawan-borg yang lain turut menikmati keuntungan dari pembayaran itu.
KONSEKUENSINYA, HARUS DIANGGAP UNTUK KEUNTUNGAN Namun ia sendiri juga mengakui, bahwa tidak mudah bagi kita untuk menduga,
mana yang menjadi maksud sebenarnya.
DEBITUR-UTAMA DAN PARA KAWAN-BORG YANG LAIN. Pembayaran
184) Pitlo-Bolweg, hal. 415; Rutten. hal. 451.
yang dilakukan oleh borg ada kalanya adalah pembayaran untuk pem-

158 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Per.ikatan Bagian 2 159
Pembebasan Hutang Tentang MusnahnyaBenda'YanfrTerhutanll

BAB VI
TENTANG MUSNAHNYA BENDA
YANG TERHUTANG

Kalau kita membaca judulnya, maka -- sehubungan dengan kata


"musnah" -- kita tentunya membayangkan peristiwa di mana benda objek
preslasi hapus sama sekali, artinya sudah tidak ada lagi dalam dunia ini,
absolut habis. Namun kalau kita baca ketentuannya lebih ianjut, ternyata
tidaklah demikian. Dalam Pasal 1444 diatur tentang akibat peristiwa, di
mana benda yang menjadi objek prestasi musnah, tak lagi dapat
diperdagangkan atau hilang. Kalau benda itu tidak dapat diperdagangkan
~
atau hilang, benda itu tidak dapat dikatakan musnah atau absolut hapus.

Barang yang "tidak dapat lagi diperdagangkan" masih tetap ada, hanya
saja, orang.tidak dibenarkan untuk menjadikannya objek perjanjian 185 ,
sedang mengenai barang yang hilang, undang-undang sendiri mengata-
kannya, bahwa barang itu hanya "tidak diketahui lagi apakah masih ada
atau tidak"; jadi tidak tertutup kemungkinan barang itu masih ada.

185) HUbungkan dengan Pasa11332.

160 Hukum Perikalan Ttg. Hapusriya Perikalan Bagian 2 HUkum Perikatan Ttg. Hapusnya Penkatan Bagian 2 161
Tentang Musnahnya Benda Yang Terhulang Tentang Musnahnya -Benda Yang Terhutal19.

Walaupun demikian, oleh Pasal1444 diberikan akibat hukum yang sama, Seperti sudah dikatakan, apa yang diatur di sini berkaitan erat dengan
yaitu "hapuslah perikatannya". Akibat hukum seperti itulah yang menjadi masalah "keadaan memaksa" dan masalah "risiko", yang kesemuanya
dasar dimasukkannya peristiwa seperti ini dalam kelompok Pasal 1381, telah dibiearakan dalam buku penulis tentang Hukum Perikatan, Perikatan
yang mengatur tentang hapusnya perikatan. Oebltur yang menghadapi Pada Umumnya", hal. 249 dan selanjutnya dan karenanya tidak akan
keadaan seperti yang disebutkan di sana, dalam hukum disebut meng-
hadapi keadaan yan~ memaksa atau overmaeht. Oebltur yang meng-
j dibiearakan lagi di sini.

hadapi keadaan memaksa, walaupun ia tidak berprestasi, ia tidak dapat


dikatakan wanprestasi, karena -- seperti yang disebutkan dalam Pasal
1444 -- perikatannya menjadi hapus, sehingga kewajiban berprestasi juga
menjadi hapus. JAOI SEBENARNYA HAPUSNYA PERIKATAN 01 SANA
BUKAN KARENA OBJEK PERIKATANNYA MUSNAH, TETAPI KARENA
OEBITUR MENGHAOAPI KEAOAAN YANG MEMAKSA. Kalau terjadi
objek prestasi, karena wanprestasinya debitur, menjadi musnah, maka
perikatan tidak menjadi hapus dan debiiur tetap terikat 186. Yang perlu
untuk diperhatikan adalah, bahwa di sana disebutkan unsur "salah", yaitu
akibat hukum seperti yang disebutkan dalam Pasal 1444 hanya timbul,
kalau debitur tidak mempunyai unsur salah atas limbul peristiwa-peristiwa
yang disebutkan di sana. Seeara a eontrario berarti, KALAU OEBITUR
MEMPUNYAI UNSUR SALAH ATAS TIMBULNYA KEAOAAN SEPERTI
YANG DISEBUTKAN DI SANA, MAKA. OEBIT-lJR
, TIDAK MENGHAOAPI
KEADAAN YANG MEMAKSA (overmaeht), DAN TETAP TERIKAT PAOA
PERIKATAN YANG BERSANGKUTAN. Risiko kerugianpun sekarang jatuh
di pundak debitur. Syarat seperti itu adalah syarat yang logis dan patut,
sebab kalau tidak, betapa mudahnya debitur menghindar dari kewajiban
prestasi, tanpa bisa dianggap telah wanprestasi? Musnahkan saja objek
prestasinya.

186) Piilo-Bolweg, hal. 416.

162 Hukum Perlkalan Tlg. Hapilsnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perlkatan Tlg. Hapusnya Perikalan Baglan 2 163
Tentang Musnahnya Benda Yang Terhutang
Tentang Kebatalan'dan;peJTlI>";jJaJ;\'~~:

, .i·

1 BAB VII
TENTANG KEBATALAN DAN PEMBATALAN
PERIKATAN

1j A. MASALAH NULLITAS.
i
j
Setelah bagian ketujuh -- Bab IV Buku 111 -- maka pada bagian kedelapan
I
I diatur tentang hapusnya perikatan karena pembatalan atau kebatalan.
i Masalah kebatalan dan pembatalan oleh para sarjana dlmasukkan dalam
genus NULLITAS (nulliteiten). YAITU SUATU KEADAAN DI MANASUATU
v: , TINDAKAN HUKUM TIDAK MENDAPATKAN ATAU MENIMBULKAN
j AKIBAT HUKUM SEBAGAI YANG DIHARAPKAN. Kita tahu, bahwa ada
kalahya, untuk tindakan hukum tertentu, pembuat undang-undang men-
syaratkan syarat-syarat tertentu dan tidak dlpenuhinya syarat seperti itu,
bisa mengakibatkan sanksi, yang bentuknya bisa bermacam-macam.
1 Dalam hubungannya dengan pembicaraan kita tentang nUliitas, maka
YANG DIBAHAS DI SINI HANYALAH PELANGGARAN KETENTUAN
HUKUM, YANG SANKSINYA BERUPA TIDAK MUNCULNYA AKIBAT
HUKUM YANG DITUJU, SEBAGAI YANG BIASANYA DIBERIKAN OLEH

164 HUkum Perikatan Tlg. Hallusnya Perikatan Bagian 2


Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 165
Tentang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tentang Kebatalan dan Pemb~tah!I",-~erikatan

UNDANG-UNDANG UNTUK TINDAKAN HUKUM SEMACAM ITU'8? lersebut di atas menggambarkan, bahwa syarat yang dikaitkan kepada
Unluk sahnya sualu perjanjian misalnya, paling lidak unsur-unsur sahnya suatu lindakan hukum, bisa merupakan unsur yang berkaitan
essensialia harus dipenuhi, kalau tidak, maka perjanjian itu menjadi batal dengan pribadi si pelaku, bisa juga yang berhubungan dengan isi maupun
demi hukum. Tetapi kalau kekurangan itu hanyalah dalam wujud cacat bentuk, ke dalam mana tindakan hukum harus dituangkan. Di samping itu
dalam kehendak tertentu, seperti yang diatur dalam Pasai 1321 - 1328, kita juga melihat adanya sekian banyak variasi wujud cacat daiam
maka perjanjian itu tetap lahir, hanya saja tidak sah; "!idak sah" dalam arti lindakan hukum dan konsekuensi yang muncul, dari tidak dipenuhinya
atas tuntutan dari pihak yang kehendaknya cacat, perjanjian itu dapat syarat sebagai ditentukan oleh undang-undang; waiaupun demikian,
dibatalkan. Dalam ketentuan lain, lidak dipenuhi syarat tertentu sebagai kesemuanya itu sebenarnya tertuju kepada masaiah yang sama, yaitu
yang diminta oleh pembuat undang-undang, akan memberikan akibat tidak sahnya suatu tindakan hukum, dengan konsekuensinya, tidak
hukum yang lain, daripada seandainya syarat itu dipenuhi, seperti misal- , timbulnya akibat hukum sebagai yang diharapkan '89.
nya pada suatu perjanjian kawin; kalau ia didaftarkan, maka perjanjian
kawin itu berlaku terhadap pihak ketiga, tetapi kalau tidak, maka ia hanya
berlaku intern antara suami istri saja (Pasai 152). Bisa juga, tidak di-
penuhinya syarat bentuk perjanjian -- misalnya disyaratkan dengan akta
!
1 B. ISTILAH

otentik -- mengakibatkan tidak muncul akibat hukum seperti yang Kalau dalam bagian ini kita berharap mendapatkan pegangan berupa
seharusnya, walaupun maslh bisa menimbulkan akibat hukum yang lain, asas-asas dan k~tentuan umum tentang masalah nullitas, maka kita
seperti dlanggap sebagai pactum de contarhendo '88 . Contoh-contoh harus dlkecewakan, karen a ternyata pembuat undang-undang mengatur-
nya tersebar dalam seluruh bidang hukum dan di samping itu dengan
187} Dengan demikian tindakan hukum itu tidak mempunyai kekuatan mengikat; jadi
·tidak mempunyai kekuatan mengikatn adalah sCill"a dengan -batal". Bandingkan pelbagai variasi, sehingga sulit bagi kita untuk memilah-milah dan menge-
dengan keputusan M.A. 2 Oktober 1984 No. 34 PKlPdV1984, dalam parkara lompokkannya daiam kelompok-kelompok tertentu, agar -- berdasarkan
"POHAN Cs. - O.K. I.", yang menyatakan keputusan Banding G0121UP/DK1I1II1980
tanggal25 Feb,ua,; 1980 dan Sk No. SK.170/HGB/DAlI71 tanggal5 Jun; 1971, unsur-unsur yang ada, dalam segi-segi tertentu -, tercapai keseragaman.
tidak mempunyai kekuatan hukum; juga M.A. 27 Februari 1989 No. 2660 KI Kesulitan kita masih ditambah lagi karena ADANYA KEKACAUAN DI
Pdt/1987, dalam perka,a "B. PARDEDE - OJ. MARPAUNG", dimuat dalam Varia
Peradilan No. 47 Agustus 1989, hal. "5. DALAM MENGGUNAKAN ISTILAH, baik oieh pembuat undang-undang
188) Suatu pelanggaran atas syarat akta ptentik sebagai yang ditentukan oleh sendiri maupun oleh dan di antara para sarjana, karena ada di antara
undang-undang tidak seralu menjadikan akta yang bersangkutan menjad.i batal mereka, yang menggunakan istilah yang sama untuk arti yang berbeda,
demi hukum -- sebagaimana pendapat P,N. Situbondo dan P.T. Surabaya __
tetapi, menurut M.A., masih ada kemungkinan berlaku walaupun hanya sebagai
aida di bawah tangan saja; vide P.N. Situbondo 21 November 1978 No.14/1978 189) Menurut Hofmann, haL 386, masalah nullitas adalan masalah ketidakabsahan
Pdt.G.., P.T. Jakarta 12 Januar; 1984 No. 258/1979/Pdt., MA 23 Desembar 1987 suatu tindakan hukum; Pitlo-Bolweg, hal. 417, menggambarkan masalah nullitas
No. 526 KlPdV1985, dimuat dalam H.P. Panggabean, Himpunan Putusan M.A.R.1. sebagai suatu keadaan. di mana suatu larangan (het niet mogen), berkembang
mengenai Perjanjian Kredit Perbankan, jilid I, hal.61. Apakah benar seperti itu? menjadi suatu ketidakmungkinan (het niet kunnen), dalam arti tidak mungkin
Bukankah syarat otentik pada Credietverband dimaksudkan agar orang tidak timbul akibat hukum sebagai yang dijanjikan oleh undang-undang.
gegabah memberikan jaminan tanah, mE:ngingat risiko yang begitu basar yang
mungkin menimpa hartanya?

166 HUkum Perikatan Tlg.Hapusnya Perikatan Bagilln 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 167
Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan Tenlang Kebatalancdan'P,embatalliIfRetikiltafr

seperti misalnya dipakainya i.stilah "dapat dibatalkan (vernietigbaar)" lebih lanjut Pasal1321 -- seperti Pasa11326; 1327,1328, 13"3fd1trf'f4'2f~!
untuk "kebataian relatif,,'90. Untuk menunjuk kekacauan dari pihak pem- tarnyata, bahwa yang dlmaksud di sana adalah, bahwa:'peijiinjfan":
buat undang-undang sendiri, bisa kita kemukakan, penggunaan istilah perjanjian yang mengandung caeat dalam sepakat seperti yang' di-
"batal demi hukum" sebagai yang termuat dalam Pasal 1446, padahai ,-- maksud di sana, dapat dituntut pembatalannya (vide Pasal 1449).
sesuai dengan anak kalimat selajutnya -- yang dlmaksud dl sana Demikian itu juga penafsiran para sarjana dan pihak Pengadilan atas
sebenarnya adalah -- atas tuntutan pihak yang dl bawah umur atau yang pasal-pas~1 tersebut di atas.
ditaruh di bawah curatele -- dapat dibatalkan 191, Pasal 1321 mengatakan
DENGAN DEMIKIAN, MASALAH NULLITAS SEBENARNYA TIDAK LAIN
tentang kesepakatan yang "tidak berharga (niet van waarde)", kalau
ADALAH MASALAH PELANGGARAN TERHADAP SYARAT UNTUK
kesepakatan itu diberikan karena adanya unsur kekhilafan, paksaan atau
SAHNYA SUATU TINDAKAN HUKUM -- sebagal yang ditentukan oleh
penipuan 192. Kalau sepakat itu tidak berharga, berarti tidak ada sepakat
undang-undang -- DAN AKIBAT DARIPADA PELANGGARAN ITU, yang
dan kalau tidak ada sepakat, maka sama· sekali tidak ada perjanjlan.
berupa tidak munculnya aklbat hukum sepertl yang dltuju dan dijanjikan
Kesan seperti itu lebih diperkuatkan lagi, karena pasal-pasal berikutnya
oleh undang-undang.
juga berbicara tentang "batal/nietig" dan "kebatalan/nietigheld"; lebih-Ieblh
lagi Pasal 1325 mengatakan, bahwa paksaan mengakibatkan batalnya
suatu persetujuan (geweld maakt eene Qvereenkomst nietig), Tetapi kalau
kita baca ketentuan-ketentuan lain -- yang juga merupakan pengaturan c. KEBATALAN DAN PEMBATALAN.

190) Pitlo-Bolweg, ha1.417. Dengan adanya kesulitan-kesulitan seperti Itu, maka PARA SARJANA,
dalam upayanya untuk mendapat gambaran yang balk mengen"i masalah
191) Dikatakan ·pihakA yang berum dewasa atau di.bawah curatele (bukan si belum
dewasa atau curandus, karena mereka tidak cak~ bertindak sendin), yang bisB nullitas, HANYA DAPAT MENGELOMPOK-KELOMPOKKAN MASALAH
diwakili oleh orang tua, wali atau curatornya atau si belum dewasa sendiri, kalau ITU DALAM 2 KELOMPOK BESAR (pembagian kasar), YAITU : KE-
ia telah dewasa atau curandus sendiri, kalau ia kemudian dibebaskan dan
curatels. BATALAN. (nietigheid) DAN (kemungkinan) PEMBATALAN (vernietigbaar-
Bahwa Pengadilan sendiri kadang-kadang kurang tegas membedakan antara heid),
~dibatalkan· dengan "batal demi hukum", dapat kita Iihat dalam pertimbangan
Pengadilan "Nageri ~akarta Barat, yang setelah mengatakan, bahwajual bali tanah
sengketa anlara Bank (tergugal III dan IV) kepada Nyonya Liana (tergugal V),
menurut hukum tidak sah dan harus dibatalkan oleh Hakim, kemudian dalam 1. KEBATALAN
putusannya'menyatakan, bahwa jual bali tanah sengketa antara tergugat (Bank)
dengan tergugat V (Nyonya Llana) dengan akta cassie Notaris R.S: No. 291
adalah batal demi hukum: vide keputllsan P.N .. Jakarta Barat 3 Maret 1982,
Sekarang orang menafsirkan "KEBATALAN" TIDAK LAIN ADALAH
No~021/1981/G, dimuat dalam H.P.Panggabean, Himpunan Keputusan M.A.R.r. PERISTIWA, DI MANA TINDAKAN ITU TIDAK MENIMBULKAN AKIBAT
mengenai Pe~anjian Kredit Perbankan (Berikut Tanggapan), Jilid 2. hal. 28.
HUKUM SEPERTI YANG DIMAKSUD/DiTUJU, tetapi dulu orang meng-
192) Oleh R.Subekti-R.Tjitrosudibio "van wa'!1rde" diterjemahkan "sahli, artikannya lebih dari itu; dari peristiwa seperti itu (kebatalan) dianggap

168 Hukum Perikatan Ttg; Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 169
-: :<~j- _:~_,:i:f(' g-j;vri~t\"k":~
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tenlang KebalalalTdarirl1embalilla'n'l!ltJ'lk'Airn'

lidak ada apa-apa yang muncul alau non-exislenl, lidak ada akibat apa- Kebatalan pada umumnya dikaitkan dengan syaral "benIUk!':i.Udai~rrl
apa. Dibanding dengan pengertian sekarang, seakan-akan dulu ada suatu mana lindakan hukum yang bersangkulan harus diluangkiui' ",,:'dan
kebatalan yang lebih dari sekadar batal'9'. Tetapl para sarjana keberatan dengan masalah lata-kramalkesusilaan atau kelertiban umum196.
denyan gambaran seperti itu, karena tidak sesuai dengan kenyataannya. TINDAKAN HUKUM YANG BATAL DEMI HUKUM, TIDAK DAPAT DI-
Memang perbuatan itu tidak menlmbulkan akibat seperti yang diharapkanl KUATKAN (bekrachligen).
dituju, tetapl dalam realitanya, tiap perbuatan (aksi) secara de facto selalu
Namun demlklan pembentuk undang-undang sendlrl lidak konsekuen,
menimbulkan akibat (reaksi) dan hukum mau tldak mau terpaksa harus
karena dalam Pasal 1894, pembuat undang-undang memberikan suatu
memperhitungkannya, dan kenyataannya memang juga begitu194 Kalau
pengaluran yang menyimpang. DI sana dlkatakan, bahwa pengualan alau
perjanjian tidak sah, maka ada kalanya hukum menetapkan, apa yang
pemenuhan secara sukarela suatu penghibahan, oleh para ahli waris sl
telah diserahkan -- atas dasar perjanjian yang tidak sah itu -- dapat dl-
penghibah alau orang yang mendapalkan hak daripadanya, selelah
luntut kembali dan kalau tindakan hukum itu menimbulkan keruglan pada
meninggalnya si penghibah, beraklbat hilangnya kewenangan mereka
pihak lain, maka hukum menetapkan -; bagi yang menderita rugi -- hak
unluk memajukan adanya suatu kekurangan_dalam bentuk, dalam mana
untuk menuntut gantl rugi. Seperti telah dlsebutkan di atas, SEKARANG
hibah itu diluangkan. Meslinya kalau tidak dipenuhi "benluk", dalam mana
ORANG MENAFSIRKAN "KEBATALAN" TIDAK LAIN ADALAH PERIS-
perbuatan "hibah" itu diluangkan, perjanjian penghlbahan Ilu menjadi
TIWA, DI MANA TINDAKAN ITU TIDAK MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM , balal dan lerha,dap sualu tindakan yang balal, lidak bisa lagi ada
SEPERTI YANG DIMAKSU[), DAN HAL ITU TERJADI DENGAN
SENDIRINYA, TANPA MEMERLUKAN TINDAKAN PEMBATALAN, TANPA
I "penguatan" .

HARUS DITUNTUT. Ada yang menggambarkannya dengan mengguna- KEBATALAN, selain -- seperti dlsebutkan dl atas -- berkaitan dengan
kan istilah "karena dayanya sendlr; (ult eige kracht)" batal 19S ORANG syaral "benluk", ke dalam mana perbualan ilu harus dituangkan (Pasal
BIASA MENYEBUTNYA BATAL DEMI HUKUM. J{'onsekuensi-nya, Hakim, 1682), PADAUMUMNYAJUGABERKAITAN DENGAN MASALAH TATA-
yang mengetahui ada peristlwa sepe'rti Itu, wajib demi jabatannya KRAMAIKESUSILAAN (goede zeden), KETERTIBAN UMUM, (Pasal1320
menerima konsekuensi seperti tersebu! di atas dan selanjutnya -- tldak sub 4, Pasal 1337 dan 1335), PELANGGARAN TERHADAP KE-
membatalkan -- tetapi hanya menegaskan saja (telah) batalnya tindakan WENANGAN BERTINDAK (Pasa11467, 1468, 1469, 1470, 1471) DAN
itu. PADA UMUMNYA DI MANA PEMBUAT UNDANG-UNDANG BER-

I
1j
'93) Pillo-Bolweg, hal. 417.
194) Hofmann, hal. 387. 1 196) Untuk benda tetap yang berupa tanah -~ dan segala sesuatu yang bersatu dengan
195) Pillo-Bolweg, hal. 4'8. tanah -- sekarang harus dituangkan dalam akta P.P.A.T.

171
170 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2
Tentang Kebatalan dan Pembatalan Penkalan
Tentang Kebatalan dan' Pembatalan Perikatail

pelaku, hanya saja perjanjian yang timbul berdasarkan tindakan hukum


MAKSUD UNTUK MELINDUNGI ORANG LAIN (lain daripada si pelaku
itu, atas tuntutan dari pihak yang lain, dapat dibatalkan. PEMBATALAN
sendiri) DARI KERUGIAN YANG DITIMBULKAN OLEH SI PELAKU'97.
DILAKUKAN OLEH HAKIM atas tuntutan pihak yang diberikan hak oleh
undang-undang untuk menuntut seperti itu. AKIBAT PEMBATALAN BER-
2. PEMBATALAN. LAKU SURUT, SEHINGGA, SESUDAH PERNYATAAN BATAL OLEH
HAKIM, MAKA KEADAANNYA MENJADI SAMA DENGAN YANG BATAL
YANG DIMAKSUD DENGAN "PEMBATA~AN" ADALAH PERNYATAAN
DEMI HUKUM.
BATALNYA SUATU TINDAKAN HUKUM ATAS TUNTUTAN DARI PIHAK
(-pihak), YANG OLEH UNDANG-UNDANG, DIBENARKAN UNTUK Selama -- dalam jangka waktu yang ditentukan oleh undang-undang --
MENUNTUT PEMBATALAN SEPERTI ITU. Di sini sebenarnya -- sama tidak ada tuntutan pembatalan, maka perjanjian itu tetap mengikat, sama
seperti pada peristiwa kebatalan -- juga ada suatu tindakan hukum yang seperti perjanjian ialn yang sah. Karenanya, dalam jangka waktu yang
mengandung cacat, tetapi tindakan tersebut -- menurut undang-undang -- dibolehkan oleh undang-undang untuk menuntut pembatalan, pihak lawan
masih menimbulkan akibat hukum se~erti yang diharapkanldituju oleh si janjinya" berada dalam keadaan ketidakpastian, apakah ia akan terikat
terus ataukah akan menghadapi pembatalan. Apalagi orang ada kalanya
tidak blsa mengetahui, apakah lawan janjinya sudah dewasa atau belum.
197) Yang bertentangan dengan kesusilaan antara lain adalah perjanjran yang Adalah tidak praktis,
mempunyai causa yang terlarang dan pe~anjjan yang demikian adalah batal , bahwa kita dalam praktek, setiap akan berhubungan
demi hukum; vide pertimbangan keputusan P.N. Jakarta Timur 19 November 1983 dengan anak muda akan menyelidlki lebih dulu, apakah ia sudah dewasa,
No. 97/JT/1983 G, dalam perkara 'TILAAR - J. KUNZEL", dimuat dalam Varia dan kalaupun ia belum dewasa, apakah nantinya akan menuntut
Peradilan Th III No. 30 Maret 1988 hal. 103; M.A. 9 April 1987 No. 78 PK!
Pdtl1984, dalam perkara "JUAL BEll TANAH DENGAN HAK UNTUK MEMBELI pembatalan? Adanya ketentuan seperti yang dikatakan di atas, rupanya
KEMBALI", dimuat dalam Varia Peradilan Th,lV No. 48. September 1989, hal.1D3. didasarkan atas pikiran pembuat undang-undang, bahwa setiap orang
Kita melihat dalam beberapa keputusan Pengadi~, bahwa bahkan perjanjian
yang melanggar ketentuan undang-unda'ng yang ~-- dari adanya sanksi yang "tahu ketldakdewasaan lawan janjinya, yang dalam kenyataanya tidaklah
dikaitkan dengan pelanggarall ketentuan tersl?but kita tahu -- bersifat memaksa, demikian. Itulah sebabnya, bahwa pembuat undang-undang -- atas dasar
tidak mengakibatkan kebatalan dari perjanjian, tstap! hanya mengakibatkan di-
jatuhkannya sanksi seperti yang disebutkan dalam peraturan yang bersangkutan; pertimbangan kepatutan -- merasa perlu memberikan pembatasan dillam
vide beberapa keRutusa.n Pengadilan mengenai perjanjian pinjam uang yang Pasal 1454, untuk mengakhlrl masa "ketldakpastian "tersebut sampai
melanggar ketentuan wajib lapor off shore loan, seperti keputusan P.N. Jakarta
11mur 11 Oldober 1983, No. 560/1982 G.; P.T. Jakarta 22 Mel 1984, No.181 jangka waktu 5 "tahun saja. Sesudah waktu tersebut lewat, maka tindakan
1984/P.T.Perdata; MA 27 Februari 1986 No. 2826 KlPdtl1984, dalam perkara hukum tersebut menjadi sah, dalam arti tanpa persetujuan lawan janjihya
"INDOKAYA - MARUBENI", dan sekalipun P.N. Jakarta Pusat dalam keputusan-
nya tang gal 22 Me; 1984, No. 585/1983/G dalam perkara "STARLIGHT - BANK tldak dapat dibatalkan (Pasal 1338). Berdasarkan sifatnya seperti tersebut
OF AMERICN menyatakan perjanjian yang melanggar ketentuan off shore loan di atas, maka SEBALiKNYA, TINDAKAN HUKUM YANG DAPAT DI-
adalah batal menurut hukum, tetapi tidak demikian pendapat M.A. dalam
keputusannya tanggal 9 Desember 1987 No.1313 KlPdV1985; kesemuanya TUNTUT PEMBATALANNYA, JUGA DAPAT DIKUATKAN, balk dengan
dimuat dalam Sudargo Gautama, Himpunan Jurisprudensi Indonesia, jilid 6, hal. pernyataan secara tegas, atau disimpulkan dari pernyataan atau sikap-
219 dan selanjutnya dan 251 dan selanjutnya.

Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 173


172 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2
Tentang Kebalalan dan Pembalalan Perikatan Tenlang Kebatalan'dan'Rembatalan.Pe.rikata'i

nya, bahwa ia lelah melepaskan haknya untuk menuntut pembatalan Di samping itu masih ada perbedaan lain, yaitu· bahwa SUATU PERi
(PasaI1492). JANJIAN HANYA BERLAKU DAN MENGIKAT PARA· PIHAKSA-JA,
SEDANG SUATU KEPUTUSAN PEMBATALAN, BERLAKU BAGI SEMUA
Sehubungan dengan adanya eiri-eiri seperti tersebut di atas, maka adalah ORANG. DITINJAU DAR! SEGI NULLITAS, MAKA KITA HANYA
benar sekali permasalahan yang dikemukakan oleh Pitlo198, yaitu, kalau MENGENAL "KEBATALAN" DAN "PEMBATALAN" SAJA'9".
orang tahu, bahwa dalam hal ada tindakan hukum yang dapat dibatalkan
-- jadi ada masalah pembatalan -- atas tuntutan pihak yang lain, perjanjian
yang mereka tutup pasti akan dibatalkan oleh Hakim, mengapa mereka -- 3. MASALAH NULLITAS DAN PERLINDUNGAN.
sebelum ada gugatan -- tidak saling sepakat saja seeara intern -- tanpa
Sekalipun kita tahu, bahwa undang-undang mengenal kebatalan dan
harus mengajukannya ke Pengadilan -- untuk menganggap tindakan
pembatalan, tetapi orang belum berhasil untuk menemukan dasar pem-
hukum mereka batal? Ternyata ada akibat hukum lain, yang muneul
bedaan itu seeara tegas, dengan mana orang dapat menarik garis pem-
dengan keputusan pembatalan oleh Hakim, yaitu bahwa PEMBATALAN
batas yang jelas200 Tetapi YANG PAST! ADALAH, KALAU PEMBUAT
OLEH HAKIM BERLAKU MUNDUR, SAM PAl PADA SAAT TINDAKAN
UNDANG-UNDANG BERMAKSUD UNTUK MELINDUNGI ORANG-
ITU DILAKUKAN, sehingga dengan pembatalan itu seakan-akan tidak
ORANG TERTENTU DARI AKIBAT PERBUATANNYA SENDIR!, MAKA IA
pernah ada tindakan seperti itu. Sepakat pembataian para pihak (seeara
MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA PIHAK ORANG-ORANG TER-
intern) tidak dapat memberikan efek seperti itu, sebab SEPAKATI
SEBUT UNTUK MENUNTUT PEMBATALAN 201 .
PERJANJIAN UNTUK MEMBATALKAN SUATU PERJANJiAN YANG
TELAH DIBUAT, HANYA MENJANGKAU MASA YANG AKAN DATANG
SAJA, artinya, untuk selanjutnya perjanjian yang disepakati batalnya itu,
199) Karenanya Hofmann, pada halaman 388, mengatakan, bahwa ia dapat tidak
tidak akan menimbulkan perikatan-perikatan baru. Untuk akibat-akibat mengakui -kebatalan relatif".
yang bersifat hukum kebendaan, yang sudah tfmbul, tldak bisa dihapus
200) Pitle-Solway, hal. 419; v. Brakel, hal. 242, mengatakan, bahwa pembagian ter-
oleh para pihak dengan perjanjian mereka, Jadi penyerahan (levering), sebut ti.dak didasarkan atas dasar yang logis. dan tidak selalu dapat di-
yang telah dilakukan, sebagai pelaksanaan dari perjanjian, yang kemu- kemukakan perbedaan dalam" sifat keduanya; malahan ada kalanya pembedaan
itu hanya dapat dijelaskan atas dasar sejarah saja.
dian dibatalkan, tetap sah dan tetap menjadikan si penerima penyerahan
201) Umpama saja perlindungan yang diberikan oleh pembuat undang~undang untuk
sebagai pemilik. Kalau dikehendaki, bahwa apa yang telah diserahkan, para anak di bawah umur dan orang-orang yang ditaruh di bawah curatele. Untuk
kembali kepemilikannya kepada yang menyerahkan, maka harus dilaku- yang disebut terakhir hendaknya dibedakan dari "orang gila·, sebab yang ditaruh
di bawah curatele tidak hanya orang gila dan tidak semua orang gila ditaruh di
kan penyerahan kembali.
bawah curatele.
Namun jangan ditafsirkan. bahwa masalah "pembatalan" hanya ada kalau
pembuat undang-undang akan melindungi orang dari perbuatannya sendiri saja;
dalam prakteknya tuntutan untuk pembatalan juga diberikan kepada kreditur
198) Pitlo-Bolweg, hal. 420, tertentu, yaitu mereka yang dirugikan.

174 Hukum Perikalan Tlg. HalW1,riya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 175
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan
Tenlang Kebalalandan'PembOtalan::Pllrlkillari

Itulah sebabnya, bahwa hak itu tidak diberikan kepada lawan janjinya,
kalau ada yang mengemukakan "kebatalan" itu kepada Hakim, 'walaupUn
yang eakap untuk bertindak. Jadi kalau dari ketentuan pasal yang ber-
-- harus diakui -- nanti Hakim hanya mengkonstatir saja'''kebalalah''
sangkutan, tampak ada niat dari pembentuk undang-undang untuk mem-
perjanjian itu 202 .
berikan perlindungan seperti. itu, maka kita tahu, di sana ada masalah
"pembatalan", artinya tindakan hukum itu hanya batal, kalau -- atas dasar'
tuntutan pembatalan -- kemudian oleh Hakim dibalalkan. , 4. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "MAHROES - POEY
S.L."
Sekalipun telah kita katakan, bahwa "kebatalan" berkailan dengan
pemberian perlindunga,r,:kepada orang terhadap perbuatan orang lain dan
I
Duduk perkaranya -- sepanjang yang berkaitan dengan masalah yang
"pembatalan" berkaitan den!)en meselah perlindungan terhadap kerugian
sedang kita bicarakan -- seeara ringkas adalah sebagai berikut :
yang limbul karena perquatannya sendiri, tetapi karena masalah per-
lindungan kepada individu (terhadap perb'ualannya sendiri) dan terhadap Poey S.L. dalam kualitasnya sebagai ayah yang menjalankan perwalian
tindakan orang lain, dalam praktek s.aling berkaitan, maka sulit bagi kita atas anaknya yang belum dewasa, telah menjual persil milik· si anak
unluk memakai kriteria tersebut sebagai d,{sar pembagian, keeuali kepada Mahroes. Kemudian pihak Mahroes -- pembeli -- menuntut
sekadar untuk pempedaan seeara kasar saja. kembali pembayaran yang telah diberikan olehnya, -- sehubungan
dengan jual beli tersebut -- darl pihak Poey S.L., dengan alasan, bahwa
Kesulitan pembedaan masih ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa
kalaupun suatu tindakan melanggar syarat-syarat yang ditentukan oleh
undang-undang -- umpama saja wali menjual benda tetap milik pupilnya
tanpa minta izin lebihdphulu dari Pengadilan -- maka tindakan hukum itu
tetap saja meneapai akibat hukum yang. dikeh"l"daki, kalau para pihak 202) Berlainan adalah pendapat dari P.T. Denpasar dalam putusannya tanggal 15
Aguslus 1972 No. 267/PTD/1971/Pdl. dalam perkara "ALI SJAMMACH - KANG
tinggal diam. Padahal tindakan hukum seperti itu -- sesuai dengan apa L.L." yang justru mengatakan. bahwa dalam hal ada pembatalan berdasarkan
yang dikemukakan di atas -- sehaiusnya batal demi hukum. Kalau wanprestasi, keputusan hakim bersifat declaratoir bukan konstitutif; dimuat dalam
Y.l. 1973·349. Sebaliknya, dengan benaT P.T. Jakarta dalam keputusannya
demikian, bukankah tindakan sepertl ini -- yang seharusnya batal demi tanggal 5 Agustus 1974 No. 176/1974 Pdt, dalam perkara "JUAL 6ELI
hukum -. baru tidak meneapai akibat seperti yang dikehendaki si pelaku, KEAGENAN MINYAK TANAH", mengatakan, bahwa karena· perjanjian yang
bersangkutan mempunyai kausa yang terlarang, maka perjanjian itu tidak sah
dan karenanya tak mempunyai kekuatan; jadi Pengadilantidak membatalkan
pe~anjian itu, tetapi hanya mengkonstatir kebatalannya. Demikian pula M.A. 26
Juni 1979 No. 544 KlSip/1976 dalam perkara "TUKAR MENUKAR RUMAH", dan
M.A. 16 Mei 1981 No. 926 KlSip/1980, dalam perkara "L.S.T. -6.S.", M.A. 2
Oktober 1984 No.34 PKlPdV1984, yang menyatakan, bahwa tukar-menukar
barang orang lain dan perjanjian jual-beli serta hibah dengan kausa yang
terlarang adalah batal; dimuat dalam Y.1.1979·11 hal. 167, Y.1.1981-1 hal. 216·dan
Y.1. 1984-11 hal. 235.

176 Hukum Perikalan Tlg. Hap~s'nya Perikalan Bagian 2


Hukum Penkalan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 177
Tenlang Kebalalan·dan Pembalalan Perikalan Tentang- Kebatalan dan- pe:mbatalanP.~:r:ikatan

perjanjian itu. adalah batal (nietig),karena Poey S.L. telah lalai untuk
minta persetujuan dari Pengadilan lebih dahulu, untuk menjual persil D. KEBATALAN YANG ABSOLUT DAN KEBATALAN
tersebut (Pasal 393 K.U.H. Perdata).
YANG RELATIF.
Pada waktu perkara ini sampai pada R.v.J. Surabaya, pihak Raad antara
lain telah memberikan pertimbangan sebagai berikut :
menimbang, bahwa-
1 1. PERBEDAANNYA.

menimbang, bahwa pendirian penggugat (Mahroes) tersebut di Orang juga dapat mengelompokkan masalah nullitas dalam 2 kelompok
atas adalah tidak benar; yang lain lagi, yaitu : Kebatalan absolut dan kebatalan relati!.

bahwa bukankah perjanjian yang dimaksud tidak absolut batal, YANG DIMAKSUD DENGAN KEBATALAN YANG ABSOLUT ADALAH,
tetapi hanya relati! batal, dalam arti, bahwa hanya oleh si belum BAHWA TINDAKAN HUKUM YANG BATAL ITU, TIDAK MENIMBULKAN
dewasa atau pihak yang bertindak atas nama si belum dewasa AKIBAT HUKUM BAGI SIAPAPUN; TINDAKAN HUKUM ITU BATAL BAGI
saja, bisa dituntut pembatalannya;203 SIAPAPUN. Jadi tidak ada orang yang terikat pada tindakan hukum
bahwa selama hal itu belum dilakukan, maka perjanjian mem- seperti itu. Kebatalan yang absolut, seperti juga peristiwa "kebatalan"
punyai daya kerja dan penggugat terikat padanya; tersebut di atas, biasanya berhubungan dengan masalah "bentuk" -- ke
menimbang, bahwa karenanya penggugat, yang berdasarkan per- dalam mana tindakan hukum itu harus dituangkan -- tata-kramal
janjian tersebut wajib untuk membayar harga pembelian, tidak kesusilaan dan ketertiban umum.

dapat meminta kernbali pembayaran itu sebagai pembayaran yang Tetapi inipun hanya patokan seeara umum saja; perkeeualiannya sudah
tak terhutang;204 tampak pada ketentuan mengenai pernikahan. Kita tahu lembaga per-
~
kawinan diatur seeara !ormalistis, karena lembaga perkawinan dianggap
sebagai lembaga yang suei, yang berkaitan dengan tata-kramal
kesusilaan dan ketertiban umum. Namun demikian pelanggaran atas
ketentuan perkawinan' tidak selalu mengakibatkan kebatalan demi
hukum 205 . Hal itu tampak dari k~tentuan Pasal-pasal : 87 ayat 3, 88 ayat
2, 91 ayat 2, 92 ayat 3)206. .
203) Di sini kata relatif batal diberikan arti, ,bahwa yang berhak menuntut pembatalan
hanyalah orang-orang tertentu saja. 205) Pitlo-Bolweg, hal. 420, mengatakan, bahwa suatu perkawinan hampir tidak
pernah batal demi hukum. tetapi hanya dapat dibatalkan saja; v. Brakel, hal. 239,
204) R.v.J. Surabaya, 2 Februari 1927, dalam perkara 'MAHROES ·POEY S.L., dimual malah mengatakan, suatu perkawinan tidak pemah batal demi hukum.
dalam T.126 :237.
206) v. Brakel, hal. 237.

178 Hukum JTerikalali Tlg; Ilapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Penkalan Bagian 2 179
Tentang Kebatalan dan PembalalanPerikalan Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan

PADA KEBATALAN YANG RELATIF, TINDAKAN HUKUM ITU TIDAK


MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM SEBAGAI YANG DIMAKSUO -- dan 2. KEBATALAN DAN ORANG YANG BERHAK
dilenlukan oleh hukum -- HANYA TERHADAP ORANG-ORANG (atau se- MENUNTUT.
kelompok orang) TERTENTU SAJA, SEDANG TERHAOAP YANG LAIN,
IA MEMPUNYAI DAYA KERJA BIASA ATAU SEBAGAIMANA MESTINYA. DI antara para sarjana yang mengembangkan lebih lanjut masalah ke-
Jadi dalam relasinyalhubungannya dengan orang-orang tertentu, ia tldak batalan absolut dan kebatalan relatit, dengan mengatakan, bahwa karena
memberikan akibat sebagal yang diharapkan. Contohnya Pasal 23 K, di pada peristiwa kebatalan absolut, tlndakan hukum Itu batal terhadap
mana ditentukan, bahwa tlndakan-tindakandebitur sesudah kepallitan, siapapun, maka siapapun berhak untuk mengemukakan kebatalannya.
hanya tidak sah (batal).terhadap boedel kepailitan saja. Jadi pada kebatalan absolut setiap orang dapat mengemukakan
kebatalan itu, sedang pada kebatalan relatit, hanya orang-orang tertentu
JADI YANG DIMAKSUD OENGAN "ABSOLUT" OAN "RELATIF" 01 SIN I saja. Ini disangkal oleh Pitla. Pembagian masalah nullitas dalam
TIDAK LAIN HANYALAH MENUNJUK KEPADA OAYA KERJA NULLITAS.. kebatalan absolut dan kebatalan relatit tidak berjalan sejajar dengan
Ini tidak berjalan sejajar dengan masalah "kebatalan" dan pembagian: siapa yang berhak mengemukakan kebatalan, apakah semuD.
I1pembatalan u207 . orang atau orang tertentu saja. Hukum memberikan perlindungan kepada
orang-orang tertentu terhadap akibat dari tindakannya sendirl, dengan
Dan karena masalah daya kerja Itu berkaitan dengan tuntutan atau
memberlkan kepada orang-orang tersebut -- jadl kepada orang-orang
bahkan gugatan dari pihak yang satu terhadap pihak yang lain, maka
tertentu -- hak untuk menuntut pembatalan 2oB . Sejalan dengan Itu, maka
masalah tersebut lalu berkaltan dengan masalah "mengemukakan" dan
pada perlstlwa "pembatalan", yang berhak untuk menuntut pembatalan
"menuntut" k"batalan.
adalah orang-orang tertentu saja dan -- kalau kita mau menglkuti
'I' pendapat yang mengembangkan pembagian kebatalan absolut dan relatit
seperti tersebut di atas -- dapat dikatakan merupakan kebatalan
"relatlt,,209. Ketidakselarasannya dengan pembaglan sepertl yang disebut
pertama adalah, bahwa sesudah tlndakan hukum yang bersangkutan
dlbatalkan -- jadi dl slnl ada peristlwa "pembatalan" -- maka slapapun

208) Baik dilakukan oleh si pelaku sendirl, sesudah ia menjadi cakap untuk bertindak,
atau melalui orang-orang yang oleh undang-undang diberikan wewenang untuk
mewakili mereka.

207) v. Brakel, hal. 328, mengatakan, bahwa "De beida scheidingsJijnen gaan·dwars 209) ~RelatW di sini bukan dalam arti dayakerjanya relatif, terhadap orang-orang
door elkaar haen.· tertentu saja, tetapi yang berhak menuntut pembatalannya orang-orang tertentu
saja.

180 Hukum Perikalim Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 181
Tentang Kebatalan dan Pembatalan .Perikatan Tentang Kebat"lan dan pembatalan Perikatan

boleh mengemukakan kebatalan Itu, sehingga sekarang menjadi bersi!at tentu saja; yang berhak mengemukakan kebatalan tersebut, hanya
absolut (dalam artl slapa saja boleh mengemukakan kebatalan itU)210 pemillk saja (batal, demi hukum, relatlf, yang berhak mengemuka-
kan hanya orang tertentu saja)2".
Pada kebatalan yang relatif -- yang hanya mempunyai daya kerja ter-
Perjanjian sewa, yang dibatalkan karena bertentangan dengan
hadap orang-orang tertentu saja -- kalau orang-orang (kelompok orang)
janji-sewa eks Pasal1185 (huurbeding dalam hipotlk), mempunyai
tertentu itu dituntut oleh plhak yang lain -- berdasarkan tlndakan hukum
daya kerja yang relatlf saja; antara pemilik dan penyewa perjanjian
yang relatlf batal itu -- maka mereka dapat mengemukakan, bahwa
sewa itu tetap berlaku (ada pembatalall, relatif, yang berhak
tindakan hukum Itu tidak mengikat mereka; semua orang lain memang
mengemukakan hanya orang tertentu saja)212.
terikat.
Yang benar adalah, bahwa apakah seliap orang boleh mengemukakan
Selaln daripada itu masalah siapa yang berhak mengemukakan kebatalan
kebatalan itu ataukah hanya orang-orang tertentu saja, memang berkaitan
atau menuntut pembatalan, tldak berjalan sejajar dengan masalah ke-
dengan sikap yang harus diambil oleh Hakim yang menghadapi perlstlwa
batalan dan pembatalan, sehingga dengan demikian masalah "kebatalan"
nullitas, yaitu, KAlAU KEBATAlAN BOlEH OITUNTUT OlEH SETIAP
dan "pembatalan" tidak berjalan sejajar, baik dengan kebatalan yang
ORANG, MAKA HAKIM OEMI JABATANNYA HARUS MENEGAl?KAN
absolut dan yang relatif maupun dengan masalah slapa yang berhak
"KEBATALAN" ITU; UNTUK ITU ORANG JUGA MENGGUNAKAN
untuk mengemukakan kebatalan dan menuntut pembatalan.
ISTILAH "BATAl OEMI HUKUM,,213.
Kita ambil contoh :
Suatu perjanjian dengan kausa yang terlarang, adalah batal demi
hukuin -- jadi ada peristlwa kebatalan, batalnya demi hukum -- dan
berlaku terhadap dan dapa! dimajukan ~batalannya oleh siapapun
'(ada kebatalan, absolut, demi hukum dan dapat dikemukakan oleh
siapa saja).
Suatu perjanjian kawln yang tiqak didaflarkan, dan perjanjlan yang
211) HgH 21 Agustus 1941, dalam perkara "Nyonya JAUW - B.H.P.", dimuat dalam
menimbulkan hak tuntut (actio) Pauliana eks Pasal 1341, dan
T,154 - 475.
jual-beli benda millk orang lain (Pasal 1471) adalah batal demi
212) v. Brg kel, hal. 238, noot 2, selanjutnya dalam halaman 241 mengatakan, bahwa
hukum, tetapi hanya merupakan kebatalan yang relati! saja, dalam malahan samakin banyak orang berpendapat, bahwa dalam peristiwa seperti itu,
art!, hanya mempunyai aklbat hukum terhadap orang-orang ter- pembatalannya tidak perlu harus melalui Hakim. Sudah cukup kalau dikemukakan
oleh kreditur-pemegang hipotik, asal diberitahukan dengan jelas -- ump(,lma
melalui exploit jury sita .. kepada penyewa.

213) Pitlo-Bolweg, hal. 420.


210) v. Brakel, hal. 239: Pltlo-Bolweg, hal. 420.

182 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 183
Tenlang Kebatalan dan Pembatalan Perikalan Tentang Kebatalan dan Pembatalan perikatan

BELUM DEWASA ATAU YANG DITARUH DI BAWAH PENGAMPUAN


DAPAT DIBATALKAN,,214.
E. AKIBAT NULLITAS.
Dalam perisliwa seperti ini, maka -- selain lawan janjinya yang cakap
unluk bertindak -- yang juga sangal berkepenlingan unluk segera
1. JANGKAUAN DAYA KERJANYA. mengelahui akan dibalalkan alau lidaknya perjanjian adalah pihak keliga,
padahal posisinya sulil sekali. Di salu pihak ia lidak dapat menunlLlt
.Katanya: "Semua perikatan yang dibuat oleh orang-orang belum dewasa pembalalan, karena ia bukan pihak dalam perjanjian, di lain pihak, kalau
atau orang-orang yang ditaruh di bawah pengampuan, adalah batal demi perjanjian ilu dibalalkan, ia masih menghadapi keadaan lidak pasli yang
hukum, dan atas penuntutan yang dimajukan oleh salah satu dari mereka, lain, yailu apakah pembalalan ilu berlaku absolul -- dalam hal demikian ia
harus dinyatakan batal, semata-mata atas dasar kebelumdewasaan atau lerkena pengaruhnya -- alaukah ia berlaku relalif saja.
pengampuannya" (Pasai 1446).
Agar diingal, bahwa kelenluan umum yang lerkandung dalam pasal ini,
Pertama-tama, y~ng menarik perhatian kita adalah, bahwa pasal ini mendapal penjabarannya lebih lanjul dalam Pasal 1384. Hanya saja di
mengatur tentang akibat dari perbuatan orang-orang yang belum dewasa sana lidak dikalakan lenlang "perjanjian", lelapi "pembayaran", yang
dan mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. Pada asasnya, orang- merupakan lindakan hukum 215.
orang t~rsebut adalah orang-orang yang tidak cakap untuk bertindak
(Pasal 330 jo Pasal 1330). Di sini unsur yang pokok adalah "ketidak-
cakapan bertindak" dan karenanya ADANYA UNSUR "KETIDAK- 214) Sepem sudah dikemukakan di depan, dikatakan atas tuntutan "pihak- yang belum
CAKAPAN"'SAJA -- TANPA HARUS DIKEMUKAKAN ADANYA UNSUR dewasa atau curandus, bukan olsh si belum dewasa atau curandus, karena
selama mereka masih belum dewasa atau masih ditaruh di bawah curatels,
RUGI -- SUDAH CUKUP UNTUK MENUNTU'f PEMBATALAN. SelanjuI- mereka tidak cakap untuk bertindak, termasuk untuk menuntut pernbatalan.
nya di dalam pasal lersebul dialur akibal dari perbualan niereka, dan di ·Pihak yang belum dewasa atau curandus, bisa orang tua. wali atau curatornya,
atau si ,pelaku sendiri. kalau kemudian mereka menjadi dewasa atau diangkat
sana dikalakan, bahwa akibalnya adalah : balal demi hukum. Sebagai curatelenya-.
lelah dikalakan di depan, yang namanya balal demi hukum adalah Rutten, hal. 389, mengatakan, bahwa baik atas dasar: Pasa11331, 1414 maupun
Pasal 1446, perjanjian yang bersangkutan hanya dapat dibatalkan, dan tidak
kebalalah yang lerjadi· dengan sendirinya, lanpa orang harus berbual dengan sendirinya menjadi batal.
apa-apa, jadi lanpa harus ada lunlulan unluk ilu. Anehnya, dalam anak Demikian pula pendapat dari R.v.J. Batavia, dalam perkara 8HIBAH ORANG
DUNGU', dimuat dalam T.116 : 59. HgH dalam keputusannya tanggal 22 Mei
kalimal selanjulnyadikalakan "alas lunMan yang dimajukan oleh ", 1930, dalam perkara -ALATAS-VERHOF-, mengatakan, bahwa pembatalan harus
yang jelas mengacu kepada lunlulan "pembalalan". Namun demikian dituntut dengan tegas; dimuat dalam T.132: 247.
PARA SARJANA PADA UMUMNYA MENAFSIRKAN, BAHWA YANG DI- 215) Pasal 1384 tampaknya tertuju kepada pembayaran yang membutuhkan ke~a­
MAKSUD OLEH PASAL 1446 ADALAH "ATAS TUNTUTAN PIHAK SI samanya dari kreditur, yang berupa tindakan hukum, seperti kalau pembayaran
itu berupapernyerahan hak milik atas uang atau benda lain; vide Rutten, hal. 301.

184 Hukum Perikatan Tlg. Hi/pusnya Perikatan Bagion 2 Hukum Peri""tan Tlg. Hapusnya PerikatanBagian 2 185
Tentang Kebatalan dan Pembalalan Perikatan
Tenlailll Kebalalan dan Pembalalan Perikatan

Segi lain yang menarik perhatian kita adalah kata-kata "perikatan yang perjanjian saja, maka konsekuensinya lebih lanjut adalah, bahwa tindakan
dibuat ....". Di sini ada kekacauan dari pembuat undang-undang dalam hukum sepihak -- seperti umpama saja, pengakuan anak luar kawin --
menggunakan istilah "perikatan" dan "perjanjian,,216. Perikatan di sini atas tuntutan pihak si belum dewasa, tidak bisa dibatalkan. Bukankah
adalah isi dari perjanjian; perikatan seperti Itu lahir dari perjanjian. Kata- . Pasal 1446 hanya berkata tentang "perjanjian" saja, dan bukan tindakan
kata "perikatan yang dibuat oleh" menunjukkan, bahwa di sana ada unSUr sepihak?
kehendak, kehendak yang ditujukan kepada timbulnya akibat hukum ter-
tentu, dan inl cocok untuk "perjanjlan", sehingga para sarjana menyimpui- Namun terhadap prinsip Pasal 1446, H.R sendiri mengakul ada per-
kan, bahwa yang dlmaksud dalam Pasal1446 adalah : "Semua perjanjian kecualiannya. Buktinya ia telah menalsirkan kata "perikatan" secara luas,
yang dibuat ......". Kekacauan tersebut disebabkan, karena pembuat sehingga meiiputi perbuatan untuk menghapus suatu perikatan, seperti
Undang-undang Belanda -- dan berdasarkan prinsip concordansi diikuti pembayaran yang dilakukan oleh seorang yang tak cakap bertindak, yang
oieh K.U.H.Perdata kita -- yang bermaksud untuk mengubah sistematik tidak lain merupakan "tindakan hukum,,219,'namun penalsiran luas itu
yang dianut Code civil dan hendak lebih menonjolkan se.gi perikatannya, tidak sampai meliputi "tinggal dlamnya (diterimanya keputusan oleh)
telah dengan keiiru mengganti begitu saja kata "perjanjian" dengan curator tanpa kuasa untuk itu,' terhadap keputusan perceraiannya si
"perikatan,,217, padahal dalam pasal-pasai tertentu, penggantian seperti curandus l1220 .
itu tidak cocok dengan maksud ketentuan yang bersangkutan. Dengan
JADI -- menurut Pasal 1446 -- YANG DAPAT DITUNTUT PEMBATALAN-
demikian Pasai 1446 harus dibaca :"Semua perjanjian yang dibuat .......,
NYA OLEH PIHAK YANG TIDAK CAKAP ADALAH PERJANJIAN-
dapat dituntut pembatalannya oleh ..... " Dan kalau perjanjlan -- yang
PERJANJIAN YANG DITUTUP OLEH SI TIDAK CAKAP DAN TINDAKAN-
melahirkan perikatan -- dibatalkan, maka perjanjlan itu -- karena berlaku
TINDAKAN HUKUM TERTENTU, SEPERTI MEMBAYAR. HUTANG
mundur, maka temyata sejak semula -- mati dan bahwa perjanjian itu
PERlKATAN -- tetapi tidak meliputi semua tindakan hukum -- DAN TiDAK
tidak pemah "melahirkan" perikatan 218..Kalau ,!<ita berpegang pada
MELIPUTI SIKAP TINGGAL DIAM MENERIMA KEPUTUSAN PERCERAI-
penalsiran, bahwa yang dapat dituntut pembatalannya oleh pihak si tidak
AN.
cakap -- berdasarkan Pasal 1446 -- hanya tindakan hukum yang berupa
219) H.R. dalam keputusannya tanggal 5 Januar; 1933, NJ. 1933, 793, mengatakan :
" dat hat wQord ·verbintenis· in de aanhef van art. 1490 (1446 Ind.) ruim moet
216) J.Satrio, Hukum Perjanjian, hal. 273. Namun atas dasar iluada juga yang worden opgevat, en dat dit beg rip aldaar made omvat eene handeling gericht op
menafsirkan, bahwa di sIni pembiJat undang-undang tidak membedakan sumbar het te niet doen eene vernbintenis·, dimuat dalam Hoetink, hal. 8.
perikatan itu; jadi meliputi baik yang timbul dari undang~undang ataupun Keistimewaannya di sini adalah, bahwa tindakan hukum membayar tidak
perjanjian; vide Hofmann, hal. 391. . menimbulkan perikatan, tetapi justru menghapus perikatan yang dipenuhi dengan
pembayaran itu.
217) Pitlo-Bolweg, ha1.421. Dari keputusan tersebut Rutten, hal. 449, memberikan penafsiran luas, sehingga
'"~ walaupun pembuat undang-undang samuta hanya berpikir untuk perjanjian
218) v. Brakel, hal. 244, berpendapat, bahwa yang dibatalkan bUkan perikatannya, obligatoir -saj~ -- sekarang meliputi !indakan hUkum yang lain, yang menimbulkan,
tetapi linda-kan, yang melahirkan perikatan itu, yang dar! sejak semula telah mengubah dan menghapus perikatan.
dicabut unsur vitalnya, sehingga tidak bisa melahirkan perikatan.
220) H.R.21 Mei 1943, NJ. 1943, 472, sebagai disitir oleh Pitlo - Bolweg, hal. 421.

186 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikal;m Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 187
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tenlang Kebalalan dan Pembalalan;'P~rikil\llii

Dengan demikian, tindakan-lindakan hukum seperti yang'disebulkan di bahwa karenanya pembatalan hibah yang dilaksanakan oleh
alas, baru balal, kalau ada tuntutan pembatalan dan telah dinyatakan Nyonya Ament-Burgemeestre membawa akibat, bahwa tergugat,
batal oleh Pengadilan. berdasarkan Pasal 1451, wajib untuk mengembalikan apa yang
olehnya telah diterlma sebagai hibah. dan tuntutan penggugat
dapat diterima; 221
2. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "HIBAH ORANG
DUNGU". KomenJar:
yang menarik perhatian di sini ada/ah, bahwa perjanjian hibah
Duduk perkaranya -- khususnya sepanjang yang berhubungan dengan itu te/ah ditutup, sebe/um yang bersangkutan ditaruh di bawah
pembicaraan kita --secara ringkas adaiah sebagai berikut : curatele, jadi sebelum yang bersangkutan, secara formal,
dianggap tidak cakap untuk bertindak. Si pengampu darurat
Nyonya A telah menghibahkan sejumlah andil kepada Nyonya P. (provisionele bewindvoerder) menuntut pengembalian ke
Kemudian -- atas dasar alasan Nyonya A dalam keadaan dungu -- da/am keadaan sebe/um hibah di/akukan, dengan mendasar-
semenlara menunggu pengangkatan seorang curator, Tuan G.A. diangkat kan kepada PasEl/ 1330, 1331 jo Pasa/ 1446 dan PasaJ 1451,
sebagai bewindvoerder darurat (provlsionele bewindvoeder) alas Nyonya 1452, padaha/PasaI1330, 1331,1446,1451 dan 1452 mengatur
A. Tuan G.A. dalam kualitasnya sebagai tersebut di atas, menggugat ten tang tindakan-tindakan hukum orang-orang yang sudah
Nyonya P di muka Pengadilan, dengan tuntutan, agar hibah yang telah berada dL bawah curatele. Tetapi Pengadilan, dengan men-
dasarkan pada Pasal 447, yang dianggap sebagai perluasan
dilakukan oleh Nyonya A-- atas dasar Pasal1446 -- dibatalkan. Nyonya P
Pasa1446, telah menerapkan ketentuan Pasal 1451 dan 1452
mengemukakan, bahwa pada saat hibah dilakukan Nyonya A belum
dalam kasus ini. .
ditaruh di bawah pengampuan dan karenanya Pasal 1446 tidak berlaku
untuk kasus ini. v:
Ketika perkara ini sampai pada R.v.J. Batavia, maka pihak Raad ant\lra
lain telah memberikan pertimbangan sebagai berikut :
menimbang, bahwa .....
bahwa mengingat Pasal 447 B.W. berisi perluasan'dari ketentuan
Pasal 446 tentang orang yang ditaruh di bawah curatele atas dasar
. keadaan dungu, gila atau matagelap sampai ke masa sebelum
curatele, ketika keadaan dungu, gila atau matagelap sudah
menunjukkan gejalanya, maka dalam kasus ini ketentuan Pasal 221) HgH. 29 Desember 1920. dalam perka,a "HIBAH ORANG DUNGU' dimua! dalam
T.116 :60.
1446 dan 1451 berlaku;

188 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 189


Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagion 2
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tentang Kebatalan,dah,li"rtlbatalaifP'l.nkiftaff

pun yang memerlukan penyelenggaraan ilu adalah orang yang beium


dewasa, mereka lidak dapal diwakili dalam llndakan-tindakitntertentu
F. YANG BERHAK UNTUK MENUNTUT PEMBATAL- tersebut oleh orang lain, dan undang-undang secara kh~su~' -- sebag~1
sualu perkecualian •• menelapkan adanya kewenangan si belum dewasa
AN. unluk bertindak sendiri, sekalipun kadang-kadang harus dibanlu orang
lain. Orang yang belum mencapai umur 21 lahun, asal bagi laki-Iaki sudah
berumur 18 tahun dan bagi wanila sudah mencapai umur 15 lahun' -- jadi
1. SI-TIDAK-CAKAP DAN PIHAK SI-TIDAK-CAKAP.
menurul K.U.H. Perdala sebenarnya belum dewasa _. dapal melangsung-
Secara legas dikalakan, bahwa yang berhak unluk menuntul pembalalan kan pernikahan secara sah (Pasal 29)222; bahkan mereka dapal meng-
adalah pihak yang belum dewasa alau lidak cakap •• dan di sini yang di- adakan perjanjlan kawin, asal unluk ilu mereka dibanlu oleh orang, yang
maksud adalah orang tua,. wali, dan curatornya -- atau si lidak cakap perselujuannya dibuluhkan unluk pernikahan mereka. Demikian juga
sendlrl, sesudah la dewasa alau dicabutcuralelenya. KeJenluan inl, selain unluk pembualan sural wasial; para belum dewasa, asal sudah mencapai
menegaskan lagl 1l.pa yang sudah dikalakan dalam Pasa11331, juga lebih genap umur 18 tahun, boleh membual sural wasial sendiri (Pasal 897).
lepat, karena di sini disebulkan; bahwa YANG BERHAK MENUNTUT Tindakan-llndakan seperti ini sudah lenlu berada di luar jangkauan Pasal
PEMBATALAN ADALAH SI TIDAK CAKAP ATAU "PIHAK" SI TIDAK 1146.
CAKAR, sedang dalam Pasal 1131 hanya disebulkan "si lldak cakap" saja.

Di sini tampak, bahwa. pembu1l.t undang-undang hendak melindungi 2. ISTRI.


orang-orang yang tak cakap dari akibal y1l.ng merugikan yang limbul dari
Ayal keduanya mengalur tenlang perjanjlan yang dllulup oleh para islri,
perbualannya sendirl. JADI -- dal1l.m perisliwa se~erti lersebut dl atas -- DI
yang sekarang -- dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor
LUAR ORANG YANG TELAH DISEBL!TKAN dl ATAS, TIDAK DAPAT
3 Tahun 1963 dan berlakunya Undang-undang Perkawinan Nomor 1
MENUNTUT PEMBATALAN PERJANJIAN; bahkan dalam P1l.sal 1331
Tahun 1974 -- sudah lidak relevan unluk dibahas lebih lanjut. Demiklan
ayal2 disebulkan secara tegas-legas, bahwa pihak yang cakap bertindak,
pula mengenai soal handlichling (Pasal 419) sudah hampir lidak pernah
lidak berhak mengemukakan kelidakcakapan lawan janjinya sebagai
lerdengar lagl pelaksanaannya, apalagl kalau -- berdasarkan Pasal 47
dasar lunlutan pembalalan. Mereka harus menunggu, apakah perjanjian
dan 50 U.U. No.1 Tahun 1974 -- orang menyimpulkan, anak yang lelah
ilu akan dibiarkan berlaku, alau akan dilunlul pembalalannya.
berumur 18 lahun adalah dewasa.
Pasal 1446 HANYA BERLAKU UNTUK PERJANJIAN-PERJANJIAN
YANG DITUTUP OLEH SI TIDAK CAKAP SECARA PRIBADI SENDIRI.
Hal ilu dapal disimpulkan dari Pasal 1448, yang akan dlbahas di bawah 222) Menurut Pasal 7 Undang·undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, batas usia
minimum untuk menikah adalah 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita.
nanll. Asal diingal, bahwa unluk lindakan-tindakan hukum tertenlu, sekaii-

190 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 191
Tentang Kebatalandan Pembatalan Perikatan Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikalan

bukan berupa perbuatan hukum. Oengan perluasan seperti ini, maka


masuk di dalamnya tindakan pengurusan tanpa kuasa (zaakwaarneming)
3. PERKECUALIAN. dari seorang yang tidak cakap untuk bertindak dalam hukum. Akibatnya
adalah, perikatan yang timbul sebagai akibat dari perbuatan seperti itu
Pasal1447 memberikan perkecualian terhadap ketentuan pasal yang lalu,
tidak dapat dituntut pembatalannya. Apa konsekuensinya? Konsekuensi-
sebab di sini disebutkan, bahwa : "Ketentuan dalam Pasal yang lalu tidak
nya adalah, kalau sl tidak cakap melaksanakan zaakwaarneming, maka ia
berlaku terhadap perikatan yang dilahirk~n dari suatu kejahatan atau
pelanggaran, atau dari suatu perbuatan yang telah menerbitkan kerugian
bagi orang lain.
I tidak dapat menuntut pembatalan perikatan yang timbul dari zaakwaar-
neming-nya, sebaliknya, kalau si tidak cakap melakukannya pengurusan
kepentingan orang lain berdasarkan kuasa yang terkandung dalam pem-
Kata "perikatan yang diterbitkan dari suatu kejahatan ..... .',223 penulis ganti berian perintah/lastgeving -- jadi melakukan tindakan hukum -- berdasar-
dengan kata "perikatan yang dilahirkan dari suatu kejahatan .......", karena kan Pasal 1446 dapat menuntut pembatalan.
lebih sesuai dengan' kata aslinya "voortvloeiende". Kata "diterbitkan" bisa
membawa kitakepada gambaran yang salah, seakan-akan perikatan
yang muncul itu memang sengaja dimunculkan, jadi dikehendaki. Ini tidak G. CARA MENGEMUKAKAN.
cocok dengan prinsip, bahwa akibat hukum dari tindakan melawan hukum
-- berlainan dengan pada tindakan hukum -- tidak dikehendaki; itulah
sebabnya ia dikualifisir sebagai bukan tindakan hukum. Peristiwa hukum 1. GUGATAN DAN TANGKISAN.
yang berupa tindakan manusia, yang bukan merupakan tindakan hukum,
Ada dua cara untuk mengemukakan ketidakcakapan, yaitu dengan
memang menimbuikan perikatan-perikatan, tetapi akibat itu sebenarnya
l)1engajukan gugatan agar perjanjian yang bersangkutan dibatalkan, atau
tidak dikehendaki. '"
dengan tinggal diam dulu dan kalau lawan janjinya menuntut pemenuhan,
Kalau Pasal 1447 berbicara tentang kejahatan, pelanggaran dan perbiJat- lalu pihak yang tidak cakap mengaju~an tangkisan (tangkisan exceptif),
an yang menimbulkan kerugian· pade. orang lain, maka sebenarnya ke- atas dasar ketidakcakapannya. 'Cara yang pertama biasanya -- tidak
semuanya dapat kita masukkan dalam genus "perbuatan melawan selalu dan tidak harus -- diajukan, kalau si tidak cakap telah terlanjur ber-
hukum". OENGAN OEMIKIAN, ATAS PERIKATAN YANG TIMBUL prestasi; dengan pembatalan, maka ia dapat menuntut kembali prestasi
SEBAGAI AKIBAT DARI SUATU PERBUATAN MELAWAN HUKUM, yang telah diberikan. Namun menurut doktrin -- yang sekarang sudah
TIOAK OAPAT OITUNTUT PEMBATALANNYA. Namun di antara para mulai ditinggalkan -- akibat hukum dari kedua cara mengemukakan
sarjana ada yang mengusulkan untuk memperluasnya sampai meliputi ketidakcakapan adalah lain. OENGAN PEMBATALAN ATAS ADANYA
semua perikatan yang timbul dari perbuatan orang yang tidak cakap, yang TUNTUTAN SEPERTI DISEBUTKAN 01. ATAS, MAKA PERJANJIAN ITU
MENJADI BATAL SEJAK SEMULA, SEHINGGA SEJAK SEMULA TIDAK
223) Sesuai dengan terjemahan R.Subekti - R. Tjitrosudibio. ADA PERIKATAN YANG LAHIR DARI PERJANJIAN ITU. PADA

Hukum Perikatan Ttg, Hapusnya Perikatan Bagian 2 193


192 Hukull1 PerikatanTtg•. Hapusnya Perikatan Bagian'2
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tentang Kebalalan dan Pembatalan Perikalan

TANGKISAN ATAS DASAR KETIDAKCAKAPAN, KEWAJIBAN SI-TIDAK-


CAKAP UNTUK MEMBERIKAN PRESTASI HAPUS, TETAPI PERIKATAN 2. ADANYA LEBIH DARI SATU ALASAN PEMBATALAN.
ITU SENDIRI TIDAK MENJADI MATI. Bukankah di sini lidak ada per-
nyalaan pembalalan? PERBEDAAN AKIBAT SEPERTI ITU SUDAH DI- Dalam Pasal 1455 ini diberikan kelenluan, DALAM HAL ORANG MEM-
TINGGALKAN OLEH H.R. dalam kepulusannya tanggal 11 April 1940, PUNYAI BEBERAPA ALASAN UNTUK MENUNTUT PEMBATALAN PER-
NJ.1940, 91,7, dalam kepulusan mana diperlimbangkan, bahwa langklsan JANJIAN, MAKA PADA WAKTU MENUNTUT PEMBATALAN, DIWAJIB-
ekseplif juga mengaklbalkan balalnya perikalan yang bersangkutan 224 • \ ' KAN UNTUK MENGAJUKAN ALASAN PEMBATALAN ITU SEKALIGUS.
Apa yang dikemukakan di alas adalah mengenai "kelidakcakapan" ber- Misalnya seseorang mempunyai alasan pembalalan sualu perjanjian, baik
lindak. Bagaimana dengan lunlulan pembalalan alau langkisan alas alas dasar belum dewasa (Iidak cakap unluk berlindak) maupun alas
dasar cacal dalam kehendak, sebagai yang disebulkan dalam Pasal dasar adanya cacal dalam kehendak (ada penipuan). Kelenluan ini di-
1321? Sebenamya kepulusan Hakim pada tunlulan alau langkisan alas maksudkan unluk menghindarkan adanya proses yang berkepanjangan,
dasar kelidakcakapan dan alas dasar cacal dalam kehendak, tidak sama. dengan mengajukannya saliJ per salu; maksudnya adalah agar sualu
Pada yang disebul perlama, kepulusan Hakim hanya bersifal declaraloir sengkela dapal dlselesaikan dalam salu proses perkara saja. SANKS I
saja, sedang KALAU HAKIM MENGHADAPI MASALAH TANGKISANI ATAS PELANGGARAN KETENTUAN TERSEBUT ADALAH, BAHWA
TUNTUTAN ATAS DASAR CACAT DALAM KEHENDAK, HAKIM MEM- ALASAN-ALASAN YANG DIMAJUKAN KEMUDIAN AKAN DITOLAK
PUNYAI KELELUASAAN UNTUK MEMUTUSKAN, MEMBATALKAN ATAU OLEH HAKIM. PERKECUALIANNYA ADALAH, KALAU -- alasan yang
TIDAK PERJANJIAN YANG BERSANGKUTAN. Sekallpun demikian, diajukan kemudian ilu -- KARENA SALAHNYA PIHAK LAWANNYA, TIDAK
dalam arreslnya langgal 15 November 1957, NJ. 1958,67, H.R. TELAH DAPAT DIKETAHUI LEBIH DAHULU.
MENYATAKAN, BAHWA PADA CACAT DALAM KEHENDAK, TANGKISAN
EKSEPTIF JUGA MEMBATALKAN PERIKAT~ YANG BERSANGKUT-
AN 225• . ,
H. T1NDAKAN WAKIL - MENURUT - UNDANG-
UNDANG.

Pasal 1448 mengalakan, bahwa tindakan-lindakan si-wakil-menuruI-


undang-undang (wettelljke verlegenwoordigers), yang berlindak alas
nama sl belum dewasa alau curandus, yang memenuhi formalilas yang
dilenlukan (yang diadakan) demi keunlungan si lidak cakap, dan
224) Pitlo-Bolweg, haL 424. Juga Arrest tersebut penulis tidak miliki. lindakan-lindakan orang lua, wall dan curalor, sepanjang lidak melampaui
225) Uraian pada bagian ini, didasarkan atas tulisan Pitlo-Bolweg, ha1. 424. batas-balas kewenangannya, dianggap seakan-akan sebagai lindakan si

194 Hukum Perikalan Ttg. HapOsnya Perikatan Bagian 2 Hukum P~rikatan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 195
Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan
226
tidak cakap sendiri setelah ia menjadi dewasa , dan karenanya di kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang lain, rnaka di sana
kemudian hari, setelah si tidak cakap menjadi dewasa atau tidak di bawah ada kebatalan. NAMUN DEMIKIAN KENYATAANNYA TIDAKLAH SELALU
curatele lagi, tidak dapat dituntut pembatalannya oleh mereka. DEMIKIAN; hai itu lampak dari Pasal 403, dan di samping ilu Pengadilan
sendiri adakalanya menganggapnya batal demi hukum, ada kalanya
Jadi sebenarnya hendak dikalakan, bahwa KALAU PERBUATAN SI·
dapal dibalalkan, bahkan ada kalanya telap dianggap sah, sekalipun
WAKIL MEMENUHI FORMALITAS DAN BERADA DALAM BATAS-BATAS
YANG DITENTUKAN OLEH UNDANG-UNDANG, MAKA PERBUATAN tanggung-jawab si wakil untuk memberikan ganti rugi kepada anak atau
MEREKA ADALAH SAH. Dengan menganggap perbuatan si wakil, seperli pupilnya -- kalau ada dasar un!Uk itu -- lelap berlaku 22B

perbuatan si-tidak-cakap sendiri, sesudah si-tidak-cakap menjadi cakap


untuk berlindak alau tidak lagi di bawah pengampuan, maka lindakan ler-
sebul merupakan tindakan yang sah, dengan konsekuensinya, SI-TIDAK- I. Pasal 1449.
CAKAP DI KEMUDIAN HARI -- selelah menjadi dewasa alau lidak lagi
berada di bawah curatele -- TIDAK DAPAT MENUNTUT PEMBATALAN Pasal ini merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari ketentuan Pasal1321 -
TINDAKAN-TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH WAKIL 1328. Dalam pasal ini ditegaskan, bahwa adanya cacal dalam kehendak
MEREKA TERSEBUT DI ATAS. Walaupun demikian, hak si-tidak-cakap sebagai yang disebutkan dalam Pasal 1321, menimbulkan alasan unluk
untuk menuntut ganli rugi dari orang-orang yang mewakili mereka seperli menuntul pembalalan perjanjian yang bersangkulan.
227
lersebul di alas -- sepanjang ada dasarnya -- tetap diberikan .
Di sini -- sama seperli pada Pasal 1446 -- pembuat undang-undang
Sesuai dengan kelenluan Pasal 1448, LOGISNYA, KALAU SI WAKIL- hendak melindungi orang-orang yang lak cakap dari akibat yang me-
MENURUT UNDANG-UNDANG MELANGGAR BATAS-BATAS KE- rugikan yang timbul dari perbuatannya sendiri, hanya bedanya, kalau hak
WENANGANNYA ATAU TIDAK MEME~UHI ~RMALITAS YANG DI- untuk menunlut pembatalan bagi pihak si tidak cakap disebutkan dengan
TENTUKAN OLEH UNDANG-UNDANG -- vide Pasal 309 jo Pasal 393, legas dalam Pasal 1446 dan Pasal 1331, maka bagi mereka yang
401 _ 408 K.U.H.Perdala -- MAKA PERBUATAN ITU ADALAH BATAL. menulup perjanjian dengan sepakat yang tidak murni, tidak ada ketentuan
Demikian pula kalau berpegang kepada asas yang disebulkan di depan, yang secara tegas mengatur siapa yang mempunyai hak tuntut pem-
bahwa kalau undang-undang bermaksud untuk melindungi orang dari

226) Agar diingat, bahwa tindakan itu dianggap sebagai tindakan si-tidak-cakap sendiri
sesudah ia dewasa atau tidak lagi di bawah pengampuan. Jadi seperti tindakan
228) v. Brakel, hal. 246. Dalam halaman 234 dikatakan, bahwa kalau sampai terjadi,
seorang yang cakap untuk bertindak.
bahwa si waH menanamkan uang si pupil dengan cara yang lain daripada yang
227) Harap diingat, bahwa pada asasnya orang tua, wali dan curator, berdasarkan ditetapkan dalam Pasal 449 (Pasal 391 Ind.), tindakan· itu tetap saja sah,
Pasal 308. Pasal 385 dan Pasal 452 bertanggung-jawab atas kepengurusan sekalipun kalau kemudian ternyata mendatangkan kerugian kepada si pupil, ia
mereka atas harta benda si anak, pupil atau curandusnya. harus mempertanggungjawabkannya; namun transaksinya sendiri tetap sah.

196 Hukum Perikatan Tlg. HapUsnya Perikatan Bagian 2 197


Hukum Perikatan Tl9. Hapusnya Perikatan Bagian 2
Tentang Kebalalan dan Pembatalan Perikatan Tentang Kebalalan dan Pembalalan Perikatan

balalan, namun orang menafsirkan adanya hak seperti ilu pada pihak
229
yang pernyalaan kehendaknya lidak murni, dari Pasal1454 dan 1456 • K. GANTI RUGI.

Konsekuensi lebih lanjul daripada pembalalan lersebul di alas adalah,


J. K.U.H.PERDATA TAK MENSYARATKAN PRESTASI bahwa kalau ada alasan unluk itu, SI-TIDAK-CAKAP DAPAT MENUNTUT
GANTI RUGI DARI PIHAK LAWAN JANJINYA YANG CAKAP BER-
YANG SEIMBANG.
TINDAK (PasaI1453).

Dalam Pasal 1450 dilelakkan asas, bahwa PADA PRINSIPNYA, HANYA Pasal 1453 mengalur hak atas ganli rugi sebagai akibat dari pembalalan.
ATAS DASAR ADANYA KERUGIAN SAJA, ORANG TIDAK DAPAT Kalanya: "DALAM HAL-HAL YANG DIATUR DALAM PASAL 1446 D-AN
MENUNTUT PEMBATALAN PERJANJIAN. Dari pasallersebul, dihubung- 1449, ORANG TERHADAP SIAPA TUNTUTAN UNTUK PERNYATAAN
kan dengan Pasal 1320, juga dapal kita simpulkan, bahwa K.U.H. BATAL ITU DIKABULKAN, SELAIN MENANGGUNG AKIBAT HUKUM
PERDATA PADA ASASNYA TIDAK MENGENAL PRINSIP JUSTUM SEBAGAI YANG DISEBUTKAN DALAM PASAL-PASAL YANG TELAH
PRETIUM; unluksahnya sualu perjanjian, lidak disyaralkan,bahwa DISEBUTKAN DI DEPAN, DIWAJIBKAN PULA MENGGANTI BIAYA,
anlara preslasi dan kanlra preslasi harus seirnbang. Dalam perisliwa KERUGIAN DAN BUNGA, JIKAADAALASAN UNTUK ITU.
penyalahgunaan keadaan, unsur kerugian memang dapallurul berperan,
lelapi yang menenlukan dalam perisliwa seperti ilu adalah adanya unsur Beberapa unsur dalam Pasal lersebul perlu kila linjau. Pertama-Iama di
"penyalahgunaan keadaannya". sana disebulkan "dalam hal-hal yang dialur dalam Pasal 1446 dan 1449";
jadi maksudnya, hanya dalam hal ada perisliwa pembatalan berdasarkan
PERKECUALJAN ATAS ASAS TERSEBUT DI ATAS HANYA ADA, KALAU kelidakcakapan dan cacal dalam kehendak, yang diakui undang-undang
DIBERIKAN OLEH UNDANG-UNDANG SENJj(RI, seperti pada Pasal sebagai dasar unluk menunlul pembalalan saja.
1112 sub 3 dan Pasa11124.
Selanjutnya kelenluan ini hanya ditujukan kepada orang, lerhadap siapa
luntulan unluk pernyalaan balal itu dikabulkan. Ini lidak lain adalah lawan
janji si lidak cakap alau lawan janji si yang kehendaknya cacal.
SI-TIDAK-CAKAP SENDIRI DAN ORANG YANG CACAT KEHENDAK-
NYA, TIDAK TERKENA KETENTUAN TERSEBUT. Sanksi seperti yang
disebulkan di sana berlaku, di sarnping -- jadi dengan lidak mengurangi --
229) v. Brakel, hal. 246. R.v.J Padang 14 Agustus 1930,. dalam perkara 'TUKAR
TAM BAH MOBIL", dengan tegas mengatakan, bahwa ketentuan Pasal 1328 jo akibal sebagaj yang disebulkan dalarn pasal-pasal lerdahulu. Adapun
1449 dan 1454 B.W. membawa akibat, bahwa perikatan yang lahir dari penipu an , sanksinya adalah ganti rugi, biaya dan bunga, telapi hanya kalau ada
tetap mengikat, sampai Hakim. atas tuntutan pihak lawan, telah menyatakan
pembatalannya; dimuat dalam T.132: 423. alasan unluk itu. Jadi kalau ada tuntutan ganti rugi, PERTAMA-TAMA

198 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 199
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan

HARUS DIBUKTIKAN ADANYA UNSUR SALAH, DAN KEMUDIAN mundur. Karena perjanjian yang bersangkutan dianggap lldak pernah
HARUS BENAR-BENAR ADA KERUGIAN DAN JUGA -- sepertl seliap ada, maka adalah logis, bahwa para pihak harus dlkembankan pada
luntulan ganll rugi -- HARUS DIBUKTIKAN. Karena pada asasnya orang posisl sebeium mereka menutup perjanjlan, yang dlbalalkan. INI MEM-
lldak periu memberltahukan eirl yang ada pada benda yang menjadl objek BAWA KONSEKUENSI, BAHWA APA YANG SUDAH DIBAYARKAN DAN
perjanjian, maka pihak yang lersesat hanya dapal menuntut ganti rugi, DISERAHKAN HARUS KEMBALI KEPADA PEMILIK ASALNYA. Benda
kalau plhak lawan janjlnya tahu, bahwa la tersesat. Demlklan juga dalam objek perjanjlan kern bali kepada pemilik semula tanpa perlu ada
hal pembatalan didasarkan atas paksaan dan ketidakeakapan ber- penyerahan kembali, kereria dengan batalnya perjanjian obligatoir, yang
tindak230 • menjadi dasar penyerahan (levering), maka penyerahannya juga batal,
dengan akibat benda Itu masih ada dalam kepemlilkan pihak yang
"menyerahkan". Namun bagalmana dengan harga yang telah dlbayar ?
L. AKIBAT DARI PEMBATALAN. Mengapa menjadl soal? Karena uang merupakan benda generik dan
SEPERTI JUGA PENGEMBALIAN BENDA GENERIK YANG LAIN --
dalam hal pembatalan sepertl dalam peristiwa tersebut dl atas -- BIASA-
1. PRINSIP UMUM. NYA BUKAN -- dan memang tldak harus merupakan -- PE~GEMBALIAN
BARANG YANG SEMULA DITERIMA, SEHINGGA DALAM HAL DEMI-
Dalam Pasal 1451 disebutkan, bahwa AKIBAT DARI PEMBATALAN KlAN ADALAH LOG IS, KALAU PENGEMBALIANNYA ADALAH BARANG
PERIKATAN ATAS DASAR KETIDAKCAKAPAN -- sebagai yang dlsebut- SEJENIS YANG LAIN -- sebagai pengganti yang benar-benar dlterlma --
kan dalam Pasal 1330 -- ADALAH BAHWA BARANG DAN ORANGNYA PENGEMBALIAN ITU HARUS DISERTAI DENGAN PENYERAHAN.
DIPULlHKAN DALAM KEADAAN SEBELUM PERJANJIAN DIBUAT. Kalau tidak, bagalmana blsa menjadi milik yang menerimanya?
V'
Pertama-tama -- seperti sudah dikatakan di 'depan -- kata "perikatan" DI samplng Itu, pengemballan uang sebagal aklbat adalah pembatalan
dalam rangkaian kata " ... sebelum perlkatan dlbuat", harus dltafslrkan dapat menjadl masalah, kalau selama berjalannya waktu, terjadl perubah-
sebagai "perjanjian". an nllal uang, balk sebagal akibat darl tindakan kebljaksanaan Pemerintah
Kedua, yang harus mendapat perhatlan adalah, bahwa Pasal1451 hanya dalam bldang moneter maupun sebagal akibat dar; Inflas!. Dalam
mengatur akibat pembatalan berdasarkan ketidakeakapan saja. Yang PE1rlstlwa demikian, maka kita terapkan rumus seperti yang digariskan
ketiga, seperti sudah dikatakan di depan, suatu pembatalan membawa oleh M.A., baik melalui keputusan-keputusannya maupun melalul surat
akibat, bahwa perjanjlan yang dibatalkan, sejak semula tldak pernahada edarannya, yaltu bahwa kerugian sebagai aklbat perubahan nilai uang
atau dengan perkataan lain, suatu pembatalan pada asasnya berlaku

230) Pitlo-Bolweg, hal. 428.

Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 201
200
Tenlang Kebalalan dan Pembatalan Perikatan Tentang Kebata)an dan Pembatalan Perikalan

rupiah harus ditanggung kedua belah pihak masing-masing 50%, dengan tentang ketidakcakapan, tetapi kemudian ia menggunakan istilah "ketidak-
memakai harga emas sebagai ukuran 231 • wenangan"; yang benar adalah "ketidakwenangan".

Pembatasan yang diberikan oleh kallmat berikut Pasal 1451 adalah,


2. PERKECUALIAN. bahwa si tidak cakap hanya harus mengembalikan apa yang sudah
diterima berdasarkan perjanjian yang dibatalkan, kalau dipenuhi syarat :
a. TERHADAP SI-TIDAK-CAKAP.
barangnya yang diserahkan atau dibayarkan masih ada dalam
, wujudnya pada si tidak cakap;
Tetapi atas prinsip "kembali ke keadaan semula" temyata ada per-
kecualiannya, sebagai yang diberikan oleh undang-undang sendiri dalam kalau benda itu sudah tidak ada lagi dalam wujud semula, maka
Pasal 1451 kalimat berikutnya. Katanya, APA YANG TELAH DIBERIKAN harus dibuktikan, bahwa si tidak cakap telah mendapat manlaat
ATAU DIBAYARKAN KEPADA SI-TIDAK-CAKAP, sebagai akibat dari di- daripadanya;
tutupnya perjanjian itu, HANYA DAPAT DITUNTUT KEMBALI, SEKADAR kalau benda itu digunakan atau dikonsumir, maka harus dibukti-
BARANGNYA MASIH BERADA DI TANGANNYA ORANG YANG TIDAK kan, bahwa apa yang tlipakai atau dikonsumir itu berguna bagi si
CAKAP ITU, ATAU SEKADAR TERNYATA, BAHWA ORANG INI TELAH tidak cakap.
MENDAPAT MANFAAT DARIPADA APA YANG DIBERIKAN ATAU DI-
BAYARKAN ATAU BAHWA APA YANG DINIKMATI TELAH DIPAKAI ATAU Kiranya sudah dapat dibayangkan, kesulitan yang dihadapi oleh lawan
BERGUNA BAGI KEPENTINGANNYA. janji yang cakap bertindak, karena yang namanya "manlaat" dan
"berguna" adalah relatil sekali, kasemuanya bergantung dari orang yang
Sekali lagi kata "perikatan" dalam rangkaian kata-kata " ........ sebagai menalsirkannya atau dengan perkataan lain bergantung dari penalsiran
akibat per/katan" harus ditalsirkan sebagai "perjllf\jian". Di samping itu Hakim232 . KONSEKUENSINYA ADALAH, BAHWA SI-CAKAP-BER-
pembuat undang-undang di sini mengacaukan antara ketidakcakapan TINDAK HARUS MENGEMBALIKAN APA YANG SUDAH DIBAYARKAN
dengan ketidakwenangan. Kalau pada permulaan Pasal1451 ia berbicara ATAU DIBERIKAN OLEH SI-TIDAK-CAKAP, TETAPI SEBALlKNYA --
seperti diuraikan di atas -- IA BELUM TENTU MENERIMA KEMBALI APA
YANG TELAH DIBAYARKAN OLEHNYA, kesemuanya bergantung dari,

231) M.A. 11 Mel 1955 No. 26 KlSip/1955, dalam perkara "DAEGA- AKE Cs.", dimuat apakah dipenuhi ketentuan yang disebutkan dalam anak kalimat Pasal
dalam H. 1955 NO.3 hal. 52; M.A. 22 Mei 1957 No. 109 KlSip/1955, daiam 1451.
perkara "G. PARDEDE - M.GULTOM". dimuat dalam H. 1958 No.1 dan 2, hal. 94;
M.A. 25 November 1959 No. 410 KlSip/1953, daiam perkara "SiNGOATMODJO-
.ATMOSIE-DIGDO"; M.A. 19 Mel 1976 No. 380 KlSip/1975, dalam perkara
"A.SUWANTO Cs. - B.SUHENDRO Cs.", kedua-duanya dimua! daiam R.Y.MAI.
II hal. 44-45. Lihat jU9a Surat M.A. No. Um/660lXl950/p/il1969 tan99al20 Oktober 232) Bandingkan dengan ketentuan Pasal 1387, yang juga berbicara tentang
1969 dan S.E.M.A. No. 4/1970 surat No. M.A.lPemb.l479170 tertanggai 2 Maret "mendapat manfaat".
1970.

202 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 203
Tenlan!! Kebatalan dan Pembalalan Perikalan
Tenlan!! Kebatalan dan Pembalalan Perikalan

PEMBATALAN, baik sebagian maupun seiuruhnya. YANG TAK DAPAT


Alas dasar apa yang disebutkan di atas, dapat digambarkan sebagai
DIPULlHKAN LAGI DAPAT DIGANTI DENGAN PENGGANTIAN SE-
berikut : sebagai akibat dari suatu jual-beli, yang -- atas dasar ketidak-
JUMLAH UANG TERTENTU. Demikian pula menurut H.R., bahwa yang
cakapan -- te!ah dibatalkan, maka sl pembeii harus mengembaiikan
tidak dipulihkan dalam keadaan semula digant! nilainya, yang besarnya
barang yang telah diterima sebagai penyerahan pembelian, sedang ter,
sarna dengan harga pembeiian, bukan berdasarkan nilai pada waktu
hadap uang yang teiah dibayarkan kepada si tidak cakap, si pembeii baru 235
harus dikembalikan . Pernah terjadi di Pengadilan Negeri Belanda
dapat menuntutnya kembaii, kalau la membuktikan, bahwa uang Itu telah
memberikan suatu penyelesaian yang menarik sebagai berikut: karena'
memberikan manlaat atau berguna bagi si tidak cakap233.
jual beii batal, maka pembeli harus mengembalikan radio, yang telah
b. PRESTASINYA TAK MUNGKIN DIKEMBALIKAN. dibeii olehnya, kepada penjuai dan penjual harus mengembalikan uang
harga penjualannya, tetapi tidak seluruhnya, yaitu sebesar harga penjual-
Prinsip "kembaii ke keadaan sebelum perjanjian diadakan" pasti tidak an dipotong dengan nilai kenikmatan yang telah dinikmati si pembeli,
dapat terla~sana, kalau prestasi yang satu berupa "untuk melakukan yang besamya dini!ai sama dengan turunnya nilai radio (baru) yang
sesualu" dan telah dikerjakan. Kesuiitan lain adalah, kalau prestasi yang bersangkutan sebagai akibat dari pemakaian (menjadi barang bekas)236.
satu sudah diolah bersama-sama dengan bahan lain menjadi benda lain DALAM HAL PEMBATALAN ITU MENGENAI SUATU PERJANJIAN YANG
lagi 234 . Menyadar! kemungkinan kesuiitan untuk me!aksanakan prinsip DAPAT DIBAGI-BAGI, MAKA ADA KEMUNGKINAN BAGI SALAH SATU
tersebut di atas, maka RUU NBW dalam Pasal 3.2.17b memberikan jalan PIHAK UNTUK -- atas dasar wanprestasi -- MENUNTUT PEMENUHAN
ke luar yang praktis, yaitu, KEPADA HAKIM DIBERlKAN KEWENANGAN KEWAJIBAN PERIKATAN YANG SUDAH LAHIR, TETAPI MENUNTUT
UNTUK -- menu rut kebutuhan dan keadaan -- MEMBATASI DAYA KERJA PEMBATALAN UNTUK MASA YANG AKAN DATANG 237 .

233) Arr.Rechtbank Rotterdam 30 April 1947 NJ.1948, 474. dalam perkara "J.A.G -
DUNK", mengatakan, bahwa kalau suami tidak'i>ernah menerima uang hasil
penjualan barang persatuan yang telah dilakukan dan diterima oleh istrinya ~~
tanpa persetujuan atau bantuannya -- belum berarti, bahwa harte persatuan tidak 235) H.R. 28 Maret 1940, NJ. 1940, 681, sebagai disitir oleh v. Brakel, hal. 249, noot 2.
telah mendapat mamaat daripada pembayaran itu, karena mungkin saja uang itu Mengembalikan dalam keadaan seperti sebelum pembatalan, temyata juga telah
talah digunakan oleh si istri untuk menutup pengeluaran kebutuhan sehari-hari- memaksa M.A. untuk memperhitungkan dengan uang, semua kenikmatan atas
nya, sehingga dengan itu harte persatuan mendapat manfaat daripadanya; dimuat pemakaian mikrolet selama sebelum dibatalkan jual-belinya; vide M.A. 10 Maret
daJam Ned. JUrisprudentie 1948, hal. 792. 1988 No.1124/PdV1986, dimuat dalam M.P. Panggabean, Himpunan Keputusan
234) Itulah sebabnya ada kalanya Pengadilan mempertimbangkan untuk -- sebagai M.A.R.l.mengenai Pe~anjian Kredit Perbankan, Jilid 1, hal. 33.
akibat dari suatu pernyataan batal ~~ ~sedapat mungkin" mengembalikan para 236) Kantongerecht Emmen 1 Agustus 1947, NJ.1948, 149, dalam perkara ~JALVING ~
pihak ke keadaan sebelum mereka menutup perjanjian (...zoveel mogelijk ....); SOER", dimuat dalam Ned. Jurisprudentie 1948 hal. 270. Penurunan harga
demikian Landraad Kendal dalam keputusannya tanggal18 Januari 1920, dalam sebagai akibat pemakaian di sana dinilai 25 % dari harga penjualan.
perkara "PEMBATALAN SEWA-MENYEWASAWAH", dimuat dalam T.114: 59.
Bahkan Pengadilan adakalanya menetapkan, bahwa pembatalannya hanya 237) Terkenal dengan sebutan : nakoming voor het verleden, entbinding veor de
berfaku eks nunc saja; vide Landraad Sumedang 29 Oktober 19~8 dan R.v.J. toekomst: vide keputusan HgH 14 Agustus 1941, dalam perkara "ALKATIRIE -
Batavia 22 Maret 1929, dalam perkara "ENDJAM - DEWI PERTAMA", dimuat NAGEL", dimuat dalam T.154 - 471.
dalam T.131 : 28.

Hukum Perikatan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 205


204 Hukum Perikatan Ttg. Hap'usnya Perikatan Bagian 2
Tentang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tenlang Kebatalan dan Pembalalan Perikalan

Terhadap prinsip lersebul di alas, ada perkecualian lain yang perlu men- Ketika masalah tersebut akhirnya sampai pada tingkat kasasi, maka H.R.
dapat perhatian kita, yaitu, bahwa tindakan-tindakan, yang keabsahannya antara lain telah memberikan pertimbangan sebagai berikut :
pada umumnya lidak bergantung dari motif yang menjadi dasar tindakan menimbang, ......
itu, sehingga dapat dilakukan tanpa harus didahului deogan perjanjlan
menimbang mengenai keberatan yang kedua;
yang melahirkan kewajiban tindakan seperti itu, tetap beriaku, sekalipun
bahwa keadaan, bahwa perjanjian yang dibuat pada langgal 10
dalam kenyataannya tindakan ilu dilakukan untuk melaksanakan suatu
Mei 1933 melanggar kelenluan hukum Pasal 263 B.W. (Pasal 208
perjanjian yang batal238 Untuk jelasnya akan dikemukakan conloh di
Ind.) yang bersifal memaksa dan karenanya berdasarkan Pasal
bawah in!.
1371 dan 1373 (Pasa11335 dan 1337 Ind.) lldak mempunyai daya
kerja, memang membawa akibat, bahwa sebagai konsekuensi dari
3. CONTOH PERISTIWA. PERKARA" AFSTANDARRES". kebatalan itu, keterikatan untuk melakukan tindakan yang di-
sepakati di dalamnya, tidak ada lagi, namun demikian undang-
Duduk perkaranya secara ringkas -- sepanjang yang berhubungan
undang tidak mengakui sebagai suatu kelen.tuan umum, bahwa
dengan masaiah yang sedang menjadi pembahasan kita -- adalah
apa yang -- sekalipun ada kebatalan -- lelah dilakukan sebaga;
sebagai berikut : pelaksanaan perjanjian yang telah batal itu, oleh karenanya juga
Nyonya W telah menikah dengan Dr. L tanpa membuat perjanjian kawin. menjadi batal;
W bermaksud untuk menggugat Dr. L dalam proses perceraian dan demi
bahwa dengan demikian kebalalan dari perjanjian yang telah
untuk menghindarkan bantahan dari pihak Dr. L, maka anlara mereka
dilaksanakan, tidak membawa akibat kebatalan atas lindakan
sebelumnya pitutup suatu kesepakatan, bahwa Dr. L setuju unluk tidak pelepasan hak;239
melawan gugat cerai W, asal W mau melePa.J..kan haknya atas harta-
menimbang, .....
persatuan, yang merupakan suatu pengorbanan 'finansial yang besar bagi
W. Setelah kesepakatan dicapai, maka W menggugat cerai Dr. L. dan Komentar:
melepaskan haknya atas persatuan. Setelah semuanya terlaksana sesuai Jadi H.R. mengakui, bahwa perjanjian yang ditutup antara W
dengan rencana, pihak W menuntut pembatalan perjanjian yang telah dan Dr. L tersebut di atas adalah cacat dan telah dibatalkan,
dilutup olehnya dengan Dr. L. atas dasar adanya kausa yang terlarang tetapi, meskipun tindakan melepaskan hak atas harta persatu-
dan sekaligus menuntut pernyataan batal pelepasan haknya atas harta- an telah disepakati dalam dan karenanya didasarkan atas per-
persaluan, karena merupakan pelaksanaan dari perjanjian yang -- nanti- janjian yang batal itu, tindakan itu tidak dengan sendirinya
nya setelah dibatalkan -- ternyata batal. menjadi turut batal. Menurut H.R., lmdang-undang tidak
mengenal suatu ketentuan umum yang mengatakan, bahwa

238) v. Brakel. hal. 249. 239) H.R. 24 Juni 1938. NJ.1939. 337, dimuat dalam Hoetink, hal. 21.

206 Hukum Perikatan Tlg. HaRt/snya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 207
Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan Tentang Kebatalan dan Pombatalan Perikalan

apa yang telah dilakukan untuk melaksanakan perjanjian yang


batal, harus turut batal. Ini tidak sesuai dengan prinsip, bahwa Kita sekarang tahu, bahwa PRINSIP "KEMBALI KE KEADAAN SEMULA"
. perjanjian yang batal tidak pernah ada dan karenanya semua BERLAKU BAGI PIHAK-PIHAK YANG PERJANJIANNYA DIBATALKAN,
pelaksanaan perjanjian yang tidak ada adalah tidak sah. baik alas dasar ketidakeakapan maupun atas dasar kesesalan, paksaan
Konsekuensinya -- per analogiam -- berlakulah apa yang dan penipuan. Apakah prlnsip yang sarna juga dapat diterapkan pada
disebutkan dalam Pasal 1451 dan 1452. Itulah sebabnya peristiwa, di mana orang telah terlanjur berprestasi, atas dasar perjanjian
v. Brakel -- untuk penyimpangan ini -- memberikan dasar yang yang nantinya diharapkan akan muneul dan mengandung kewajiban


lain, yaitu dengan mengatakan, bahwa sekalipun ia merupakan peeslasi seperti yang lelah ia laksanakan, tetapi kemudian temyata,
pelaksanaan isi perjanjian yang batal, tetapi tidak harus turut perjanjian yang diharapkan itu tidak pemah ada? H.R. yang menghadapi
batal, karena tindakan seperti itu -- melepaskan hak atas harta-
masalah seperti itu mengalakan "tidak". Unluk jelasnya kita kemukakan
persatuan -- pada asasnya tidak harus didasarkan atas suatu
eontoh di bawah ini.
perjanjian; ia dapat dilakukan tanpa didasarkan atas suatu
perjanjian, jadi bisa sebagai tindakan hukum sepihak.
5. CONTOH PERISTIWA. PERKARA "PELABUHAN

4. PRINSIP PASAL 1451 PADA PERISTIWA CACAT KATWIJK" (KATWIJKSE HAVEN).

DALAM KEHENDAK. Duduk perkaranya -- sepanjang yang berkaitan dengan pembiearaan kila
-- seeara ringkas adalah sebaga! berikut. :
Dalam Pasal 1452 pembuat undang-undang merasa perlu untuk
menegaskan, bahwa PRINSIP SEPERTI YANG DISEBUTKAN DALAM Kotapraja Katwijk bermaksud untuk menyingkirkan pasir dan lapisan
PASAL 1451 BERLAKU JUGA UNTUK PEMBATALAN, YANG DIBERI- tanah Iial (di pelabuhan) Berghaven. Tuan Wesldijk, selelah merunding-
KAN BERDASARKAN ADANYA UNSUR KESEOOAN, PAKSAAN DAN
, kan proyek itu dengan kepala P.U. Kotapraja, telah mengajukan penawar-
PENIPUAN. Walaupun demikian ada perbedaan yang besar antara an (offerte) untuk pelaksanaan proyek tersebut. Karena yakin sekali,
keduanya, yaitu DI SINI TIDAK DISERTAI DENGAN PEMBATASAN -- bahwa proyek ilu pasti akan didapal, maka sebelum ada kepastian
seperti yang disebutkan dalam Pasal 1451 -- UNTUK KEUNTUNGAN mengenai hal itu, ia (Westdijk) sudah mulai melaksanakan. pekerjaan itu.
SI-TIDAK-CAKAP. Apakah dalam peristiwa yang demikian orang bisa Tetapi kemudian temyata proyek itu diberikan kepada orang lain. Sudah
menuntut prestasinya kernbali atas dasar ketentuan tentang pembayaran tentu Westdijk menderita rugi. Westdijk tentunya tidak bisa menuntut gantt
yang tidak terhutang? Menurut v. Brakel, karena masalah akibal pem- rugi atas dasar perjanjian yang temyata tldak pemah dilutup. Salah satu
batalan telah diatur dengan kelentuan yang relali! lengkap, maka menurul jalan yang dapat ditempuh adalah, mohon agar ia dikembalikan dalam
240
pendapatnya adanya kesempatan seperti itu patut untuk diragukan keadaan seperti sebelum ia melaksanakan perjanjian yang kemudian
temyata tidak pemah lah!r.
240) v. Brakel, hal. 250.

208 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Porikatan Bagian 2 209
Tentang Kebatalan dan Pembalalan Perikalan Tenlang Kebalalan danPembalalan Perikatan

H.R., ketika menghadapi masalah ini antara lain telah memberikan


pertimbangan sebagai berikut :
menimbang, bahwa ...... M, AKIBAT PEMBATALAN TERHADAP PIHAK
bahwa Hot, dengan mengikuti pertimbangan Pengadilan tlngkat. KETIGA.
pertama, berpendapat, bahwa dalam keadaan seperti yang muncul
dalam peristlwa ini, dapat kita temukan adanya titik taut dengan Seperti diuraikan dl atas, yang dimaksud dengan pembalalan di sini
Pasal1487 dan 1488 B,W. (Pasa11451 dan 1452 Ind.) unluk mem- adalah pembalalan melalui keputusan Hakim. OALAM PASAL 1916 01-
berikan hak kepada Westdijk untuk dikembaiikan dalam keadaan 'CANANGKAN SUATU ASAS, BAHWASUATU KEPUTUSAN PENGAOIL-
semula, dengan cara, bahwa Kotapraja mengganti kerugian yang AN PAOA ASASNYA HANYA BERLAKU UNTUK KASUS YANG BER-
diderita olehnya sebagai akibat dari pekerjaan yang dilakukan oleh- SANGKUTAN SAJA DAN HANYA BERLAKU BAGI PARA PIHAK SAJA.
nya, sekaiipun hanya sebesar, atas mana Kotapraja diuntungkan Namun demikian, tldaklah lertutup kemungkinan, bahwa dampak
oleh garapan itu; keputusan pembatalan bisa mengenai pihak ketiga. Yang dimaksud di sini
bahwa pertimbangan ini tidak dapal dibenarkan; adalah, bahwa hak kebendaan -- hak milik atau hak hlpotlk -- yang diper-
bahwa bukankah yang dituju oleh Pasal 1487 dan 1488 B.W. oleh pihak ketiga atas dasar suatu penyerahan, bisa mengalami dampak
(Pasal 1451 dan 1452 Ind.) adalah prestasi, yang dilaksanakan keputusan pembatalan perjanjian lain, yang merupakan perjanjian yang
atas dasar perjanjian, yang kemudian dinyatakan batal, yang tidak mendahului penyerahan yang diterima oleh pihak ketiga. Untuk jelasnya
dapat disejajarkan dengan prestasi, yang telah dilaksanakan tanpa kita gambarkan sebagai berikut : A menjual barang kepada dan telah
adany1\ kewajiban untuk itu dan hanya dldasarkan atas pengharap- menyerahkannya kepada B, kemudian B menjual lagi dan sekaligus
an, bahwa penawaran yang telah dimawkan olehnya, akan di- menyerahkannya kepada C. Atas tuntutan A, perjanjian jual beii antara A
• ' I dan B dibatalkan. Sekaiipun pembalalan berlaku hanya untuk A dan B,
tenma;
tetapi ada kemungkinan dampaknya mengenai juga pada C.
bahwa juga tidak temyata dari suatu ketentuan undang-undang lain
dan tidak dapat disimpuikan dari sistem undang-undang, bahwa Yang dicontohkan dalam peristiwa di atas adalah suatu bentuk pengoper-
atas prestasi yang demikian itu, orang yang mendapat keuntungan an hak berdasarkan alas hak khusus. Untuk pengoperan berdasarkan
daripadanya, wajib mengganti kerugian yang diderita oleh orang alas hak umum, karena di sana yang dioper adalah hak-hak dan
yang melaksanakan prestasi itu; kewajiban-kewajiban pendahulunya, maka untuk persoalan seperti
bahwa 241.
tersebut di atas, tidak tampak jelas pengaruh dari keputusan pembatalan
(oleh Pengadilan) atas perjanjian yang ditutup pemilik lama yang
menyerahkan kepada pihak ketiga.
241) H.R. 18 April 1969, NJ.1969, 336, dalam perkara 'KATWIJKSE HAVEN', dimua!
dalam Boskamp-Cohen. hal. 190.

210 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 211
Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikatan

Sebelum membahas leblh lanjut, perlu lebih dahulu kita bedakan, antara Memang keputusan tersebut hanya berlaku bagi A dan B saja, letapi
apakah yang diterlma oleh pihak ketiga -- melalui penyerahan -- merupa- sebagai akibat dari kenyataan, bahwa B tidak pemah menjadi pemiiik,
kan benda bergerak atau benda tetap. Kalau yang diperoleh plhak ketiga maka dampaknya kena pada C242 .
berupa barang bergerak, maka kedudukannya terjamin oieh Pasai 197,7
ayat 1, sehingga pembatalan perjanjlan antara pemilik terdahulunya
dengan lawan janjinya, tidak ada pengaruhnya apa-apa; dengan perkata- N. KEBATALAN DAN PEMBATALAN SEBAGIAN.
an lain, hak miiiknya tetap ada pada pihak k"tlga, asal ia beritikad baik.

Pemegang-gadal juga terllndungi oleh Pasal 1'152 ayat 4. Itulah sebabnya Dari pembiearaan dl atas blsa diperoleh kesan, bahwa pembatalan atau

di atas dlkatakan pembatalan "ada kemungkinan" -- tidak selalu -- mem- kebatalan pada umumnya selalu adalah pembatalan seluruh perjanjian.
Padahal dalam prakteknya tidaklah demlkian; ada kaianya pembatalan
punyai dampak terhadap pihak ketlga.
hanya untuk sebagian saja dari keseluruhan perjanjian. Sayangnya kita
Lain halnya kalau benda yang diperoleh pihak keliga berupa benda tetap. tidak mempunyai patokan untuk bisa memperhitungkan lebih dahulu,
Dalam hal demiklan, maka sekaiipun keputusan Pengadilan pada asas- pelanggaran yang maeam bagalmana akan mengakibatkan pembatalan
nya tldak berlaku terhadap pihak ketiga, tetapi dampaknya bisa sampai sampal sejauh apa? Tetapl SECARA UMUM BERLAKU PRINSIP, BAHWA
kepada pihak ketiga. Hal Itu dlsebabkan, karena perjanjian yang dlbatal- PEMBATALAN/KEBATALAN TIDAK MEMPUNYAI DAYA KERJA LEBIH
kan temyata sejak semula tidak pernah ada, sehingga perikatan-perikatan DARIPADA SEKADAR MENCAPAI TUJUAN SEPERTI YANG DIHARAP-
yang semula diklra lahir dari "perjanjlan" itu, juga ternyata tldak pernah KAN PEMBUAT UNDANG-UNDANG. Dalam keputusan Pengadilan kita
ada. Contohnya: dalam eontoh peristiwa dl atas, dlmlsalkan yang dijual serlngkali melihat adanya pembatalan atas klausula tertentu daripada
dan diserahkan adalah sebidang persil, maka dengan keputusan pem- suatu perjanjian, tanpa perjanjian Itu sendiri menjadi batal seluruhnya
batalan perjanjlan antara A dan B, maka tlfrnyata tidak pernah ada (Pasal 1305 ayat 2). Dalam peristiwa seperti itu, maka berlakulah
penyerahan yang sah dari A kepada B, dan, karenanya B tldak pernah ketentuan hukum yang menambah untuk segi yang dlatur dalam klausula
menjadi pemiiik persii yang sengketa; konsekuenslnya B juga tldak dapat yang dibatalkan. Sebaiiknya, kalau perjanjlan pokoknya dlbatalkan, maka
menyerahkan persii tersebut ke dalam pemilikan C. klausula-klausulanya dengan sendirinya juga batal; hal Itu adalah sesuai

242) Pitlo-Bolweg, hal. 426-427. Dalam peristiwa seperti tersebut di atas, Pitlo
mengakui adanya perkecualian atas prinsip Pasal 1916. Dengan pengakuan
seperti itu berarti, bahwa kita harus menerima konsekuensinya lebih lanjut, yaitu
bahwa pihak ketiga yang mengoper berdasarkan alas hak khusus, untuk segi
tersebut, melanjutkan kedudukan hukum si pendahuJunya atau dengan perkataan
lain ia bukan "pihak ketiga".

212 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 213
Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan

dengan sifat accessoirnya. Walaupun demikian, ada juga kemungkinan kedua belah pihak, dibual lagi perjanjian baru, yang mengganlikan per-
perkecualiannya, yailu bahwa janji-denda, yang terkandung dalam per- janjian yang lama yang mengandung cacat. Dalam perisliwa seperti.itu,
janjian yang dibalalkan, telap hidup, yailu kalau pernbalalan perjanjian perjanjian yang lama hapus, diganli dengan perjanjian baru, yang lidak
pokoknya, menimbulkan hak lunlul ganti rugi, seperti disebulkan dalarn mengandung kekurangan yang ada pada perjanjian yang lama. Yang
Pasal1453 dan 1471 243 . diatur dalam Pasal 1456 adalah perisliwa, di mana perjanjiannya -- yang
sudah ada -- dikualkan. Jadi perjanjiannya lelap yang lama.
YANG DISEBUTKAN DI ATAS -- kemungkinan pembalalan sebagian -- .
ADALAH PRINSIP KEBATALAN DAN PEMBATALAN PADA UMUMNYA. Dengan demikian kita Iihat, bahwa DI SINI (dalam Pasal 1456) PADA
UNTUK PERISTIWA KHUSUS PEMBATALAN ATAS DASAR KETIDAK- POKOKNYA DiLETAKKAN ASAS, BAHWA PERJANJIAN-PERJANJIAN,
CAKAPAN DAN CACAT DALAM KEHENDAK SEPERTI YANG DISEBUT- YANG ATAS DASAR ADANYA CACAT, BERUPA KETIDAKCAKAPAN
KAN DALAM PASAL 1321, MAKA PEMBATALAN IT.U MERUPAKAN ATAU CACAT DALAM KEHENDAK -- sebagai yang dimaksud oleh Pasal
PEMBATALAN SELURUH PERJANJIAN. Hal ini dikalakan sendiri oleh 1321 --- PADA SALAH SATU PIHAK, DAPAT DIKUATKAN. PENGUATAN
undang-undang (Pasal 1451). Hal ilu didasarkan atas sifat dari cacat atau DILAKUKAN DENGAN MELAKUKAN LAGI TINDAKAN HUKUM -- baik
kekurangannya. melalui perjanjian maupun lindakan sepihak -- DENGAN MANA TINDAK-
AN HUKUM YANG MENGANDUNG CACAT DIBERIKAN KEKUATAN
SEBAGAI TINDAKAN YANG SAH 244
O.PENGUATAN (PASAL 1456).
Pelaksanaan penguatan dilakukan oli'h si lidak cakap sendiri, sesudah ia
menjadi cakap (atau cakap kembali) alau oleh pihak yang sepakatnya
Yang dimaksud dengan pengualan di sini adalah pengualan atas
telah diberikan secara tidak murni, karena ada unsur kesesatan, paksaan
perjanjian-perjanjian, yang sebenarnya, at6l;S dasar adanya alasan
atau penipuan. CARANYA BISA SECARA TEGAS-TEGAS ATAU SECARA
ketidakcakapan alau cacal dalam kehendak seperti yang disebulkan di
DIAM-DIAM. Namun mengingat, bahwa penguatan membawa akibal
alas, dapal dilunlul pembalalannya. Dengan demikian, kalau kila
hukum yang cukup besar, adalah patu!, kalau pengualan yang dilakukan
bandingkan dengan lujuan pembahasan buku ini, yailu Hapusnya
secara diam-diam harus jelas, bahwa demikian ilu maksudnya. Suatu
Perikalan, masalah ini ada di luar jalur pembicaraan kila. Kalau loh kila
pelaksanaan perjanjian secara sukarela oleh debitur -- sekalipun ia tahu
singgung juga sediktt, lidak lain karena masalah ini berkailan eral dengan
bahwa perjanjian itu dapat dibatalkan -- merupakan penguatan secara
masalah "pembalalan", yang sedang kila bicarakan. Perisliwa yang dialur
diam-diam(Pasal 1892). Demikian juga sualu penawaran pembayaran.
dalam Pasal 1456 mirip dengan perisliwa, di mana alas kesepakalan

243) Rutten, hal. 231. 244) Demikian kurang lebih perumusan yang diberikan oleh v. Brakel, hal. 252.

214 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 215
Tenlang Kebalalan dan Pembalalan Perikalan Tentang Kebatalan dan Pembatalan Perikatan

Kiranya logis dapal kita terima, kalau dikatakan, bahwa suatu tlndakan penting adalah, bahwa PENGUATAN TERSEBUT BERLAKU MUNDUR,
atau sikap baru dapat ditafsirkan sebagai suatu penguatan, kalau orang SAM PAl SEJAK SAAT TINDAKAN HUKUM DILAKUKAN ATAU SEJAK
yang mengambil tindakan atau sikap tersebut, tahulsadar bahwa PERJANJIAN ITU DITUTUp, SEHINGGA SEKARANG TINDAKAN ATAU
tlndakannya secara diam-diam merupakan penguatan 24S Kesulilannya PERJANJIAN YANG DIKUATKAN DIANGGAP SEJAK SEMULA ADALAH
timbul, kalau tindakannya seperti itu menimbulkan kepercayaan pada SAH. Adalah logis, bahwa untuk itu, penguatan harus terjadi pada saat
pihak lain, bahwa orang itu memang bermaksud untuk menguatkan keadaan, yang mengakibatkan hak pembatalan, telah tiada iagi 248 • Kalau
tindakan hukumnya dan dengan itu melepaskan hak tuntut pembatalan- penguatan dilakukan pada saat paksaan -- keadaan yang mengakibatkan
nya. Menurut H.R. 246 , kalau orang yang mempunyai hak tuntut pembatal- adanya hak pembatalan -- masih berlangsung, maka bukankah tindakan
an tidak tahu adanya hak seperti itu, tetapi tindakan dan sikapnya telah tersebut masih termasuk yang dapat dituntut pembatalannya? Demikian
menimbulkan kepercayaan pada pihak yang lain, bahwa ia telah melepas- pula orang yang tersesat dan tertipu harus telah sadar, bahwa ia tersesat
kan hak tuntutnya, maka hanya semata-mata atas dasar keadaan itu saja, atau tertipu.
belumlah cukup untuk membawa akibal, bahwa untuk selanjutnya ia tidak
dapat lagi melaksanakan haknya seperti itu; namun demiklan keadaan Pasal 1892 yang juga berbicara tentang penguatan -- di samping tentang
yang turut menyertai tlndakan atau sikapnya seperti tersebut di alas, pernyataan batal dan pembatalan -- menyebutkan, bahwa AKTA YANG
dapat membawa akibat, bahwa -- sesudah itu -- pelaksanaan hak tuntut- MEMUAT TENTANG PEMBATALAN ATAU PENGUATAN SUATU PER-
nya akan bertentangan dengan itikad baik. Dengan demikian dalam IKATAN, BARU BERLAKU, KALAU DI DALAMNYA DISEBUTKAN lSI
peristiwa seperti itu, semuanya bergantung dari keadaan dan fakta-fakta POKOK PERIKATAN DAN ALASAN YANG MENYEBUTKAN DAPAT DI-
yang menyertainya; masing-masing kasus harus ditinjau sendiri-sendiri. TUNTUTNYA PEMBATALAN, DAN TENTANG MAKSUD UNTUK MEM-
PERBAIKI KEKURANGAN YANG DAPAT MENJADI DASAR TUNTUTAN
Bahwa -- seperti disebutkan dalam r:asal 14;56 -- sesudah penguatan, PEMBATALAN. Di sini tidak dikatakan, bahwa pembatalan atau penguat-
mereka ,- yang oleh undang-undang diberi~an hak untuk menuntut pem- an harus dengan akta, tetapi bahwa, kalau ia dinyatakan dalam suatu
batalan -- tldak boleh lagi -- atas dasar aiasan yang sama -- menuntut akta, maka harus dipenuhi syarat sepertl yang disebutkan di sana. Bahwa
pembatalan, adalah logis sekali, sebab dengan penguatan tersebut, demikian itu maksudnya akan menjadi nyata, kalau kita baca ayat-
mereka sebenarnya sama dengan telah melepaskan haknya untuk ayatnya.
menuntut seperti itu; hak tersebut· telah menjadi guguf47 . Dan yang

245) Demikian ltu pendapat H.R. dalam arrestnya tan99al1 Desember 1938, NJ.1939, 247) Keadaannya dapat dibandingkan dengan orang yang meJepaskan haknya untuk
459, sebagai disitir oleh Pitlo-Bolweg, pada hal. 428. menuntut berdasarkan kedaluwarsa (Pasal 1947), yang juga dapat dianggap
sebagai menguatkan perjanjian yang bersangkutan.
246) H.R.12 Mei 1972, dalam perkara "PAVILJOEN MEERZICH", dimua! dalam
Boskamp-Cohen, hal. 40. 248) v. Brakel, hal. 253.

216 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 217
Kedaluwarsa {Verjaring)
Tentang Kebatalan dan pembatalan Perikatan

BAB VIII
KEDALUWARSA (VERJARING)

A. TINJAUAN UMUM.

Menurut urutan Pasa11381, sesudah "kebatalan dan pembatalan", maka


berikutnya -- sebagai dasar hapusnya perikatan -- adalah "berlakunya
syarat batal". Namun mengingat masalah tersebut diatur dalam Sab I
Suku III, maka mengenai segi itu teiah dibiearakan dalam buku penulis :
Hukum Perikatan, Perikatan Pada Umumnya. Karenanya kita sekarang
meningkat pada masalah berikutnya, yaitu tentang hapusnya perikatan
v,' karena kedaluwarsa.

Kedaluwarsa seeara umum meliputi, balk kedaluwarsa yang extinetief


maupun yang acquisitief (Pasal 1946), tetapi -- sejalan dengan" reneana
pemblearaan kita -- KITA HANYA AKAN MENINJAU KEOALUWARSA
YANG EXTINCTIEF SAJA. Oi samping itu perlu kita sepakati dulu, bahwa
sekalipun masalah kedaluwarsa juga berkaitan dengan hak-hak
kebendaan, tetapi TINJAUAN KITA HANYALAH KEOALUWARSA YANG
MENGENAI PERIKATAN SAJA.

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 219


218 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2
Kedaluwarsa (Verjaring) Kedaluwarsa (Verjaring)

Selanjulnya kita perlu pegangan mengenai apa itu yang dinamakan "verjaring" dalam kaitannya "alstand doen van de verjaring" (melepaskan
kedaluwarsa. Sebenarnya agak sulit bagi orang untuk merumuskan apa kedaluwarsa) dan "middel van verjaring" dalam Pasa11947, 1948, 1949,
itu kedaluwarsa, karena kata "verjaring" atau "verjaren" seringkali diguna- 1950 dan 1952 adalah melepaskan "sarana hukum yang diberikan oleh
kan -- oleh' undang-undang sendiri -- dalam arti yang beriain-Iainan, lembaga kedaluwarsa"; melepaskan sarana unluk mendapatkan hak atau
Dalam perumusan Pasal 1946 kita membaea kedaluwarsa sebagai suatu dibebaskan dari suatu kewajlban (perikatan) berdasarkan kedaluwarsa.
"sarana", tetapi kalau klta simak Pasal 1993, maka kata "verjaringen" di Jadi dari perumusan tersebut kita melihat, bahwa MELALUI LEMBAGA
sana mempunyai arti "Iampaunya suatu jangka waktu" ..Kalau dalam KEDALUWARSA ORANG BISA MENDAPAT SUATU HAK, ATAU KE-
Pasal 1967, 1968, 1969, 1970, 1971 dan 1975, maka "verjaren" di sana HILANGAN SUATU HAK, KARENA MENJADI HAPUS. YANG PERTAMA
tidak bisa lain berarti, "telah hapus,,249. Belum lagi ada di antara sarjana DISEBUT KEDALUWARSA ACQUISITIEF DAN YANG KEDUA KEDALU-
yang melihat kedaluwarsa sebagai persangkaan undang-undang, bahwa WARSA EXTINCTIEF. Seperti telah disebulkan di alas, yang berhubung-
hutang itu sudah lunas. an dengan pembiearaan kita tentang "hapusnya perikatan" adalah
kedaluwarsa yang extinelief. Jadi sesuai dengan judul Bab IV tersebut di
Di antara para sarjana, ada yang memberikan perumusan kedaluwarsa
depan -- Tentang Hapusnya Perikatan" -- maka "perikatan" menjadi hapus
sebagai: SUATU SARANA, UNTUK -- dengan lampaunya sualu jangka
kalau ia kedaluwarsa.
waklu lertenlu dan dipenuhinya syarat yang ditelapkan oleh undang-
undang -- MENDAPATKAN SUATU HAK, ATAU DENGAN MANA SUATU ADA DI ANTARA PARA SARJANA, YANG MELIHAT UNSUR
HAK ATAU HAK TAGIHAN, YANG PADA ASASNYA DIBERIKAN UNTUK "PERSANGKAAN UNDANG-UNDANG" DALAM KEDALUWARSA,
SUATU JANGKA WAKTU YANG TIDAK TERTENTU, MENJADI HAPUS. artinya, bahwa suatu hak -- lagihan -- berdasarkan ketentuan undang-
undang menjadi hapus, karena pembuat undang-undang beranggapan,
..;: bahwa dalam peristiwa tersebut, orang boleh menduga, bahwa tagihan-
B. SARANA. nya sebenarnya sudah lunas. Lihat saja ketentuan Pasal 1973, yang
mengatakan, bahwa kreditur boleh minta,agar debitur yang memper-
Penyebutan kedaluwarsa di sini sebagai "sarana" adalah sesuai dengan gunakan haknya berdasarkan kedaluwarsa, diwajibkan mengangkat
°,
bunyi Pasal 194625 yaitu eara untuk mendapatkan suatu hak atau sumpah, bahwa hutangnya sudah dibayar lunas. Bukankah di sini
dibebaskan dari suatu perikatan. Demikian pula yang dimaksud dengan tampak, bahwa pemberian hak tuntut kedaluwarsa debitur, didasarkan
atas persangkaan, bahwa hutangnya sudah dibayar lunas? Namun
demikian Rulten 251 tidak dapat menyetujuinya.
249) Rutten, hal. 453 dan selanjutnya.

250) Dalam Pasal 1946. kata Mmiddel" oleh Subekti . Tjitrosudibio diterjemahkan
"upaya". 251) Rutten, hal. 453.

220 HUkum Perika!an T1g. Ha'pusnya Perika!an Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perika!an Bagian 2 221
Kedaluwarsa (Verjaring) Kedaluwars. ~iaring)

PERANNYA dan karenanya memasukkan unsur tersebut ke dalam


253
perumusannya • Yang dimaksud dengan "sikap manusia" adalah
C. LAMPAUNYA WAKTU. "tinggal diamnya" si kreditur, dan "tinggal diamnya" debitur, dengan mana
debitur mengakui hutangnya. Bukankah "peringatan, gugatan dan tiap
perbuatan berupa tuntutan hukum" dan "pengakuan akan haknya orang
1. UNSUR WAKTU. terhadap siapa kedaluwarsa berjalan", meneegah kedaluwarsa? Di
samping itu, untuk menuntut berdasarkan kedaluwarsa, harus dipenuhi
Dari perumusan tersebut di atas, kita juga melihat dr; lain daripada
syarat, bahwa LAMPAUNYA WAKTU ITU HARUS TANPA GANGGUAN
kedaluwarsa, yaitu lampaunya suatu jangka waktu tertentu. Ciri ini tampak
(vide Pasal1978, 1979, 1980, 1982, 1983, 1984).
pada perumusan Pasal 1962, yang berbieara tentang perhitungan
kedaluwarsa dengan hari; juga dari Pasal 1964, yang berbicara tentang
"kedaluwarsa selama dua pUluh tahun", sedangkan Pasal 1993 mengatur 2. LAMA LAMPAUNYA WAKTU
tentang kedaluwarsa yang telah mulai berjalan sebelum berlakunya B.W.
Dengan demikian KEDALUWARSA MERUPAKAN SUATU LEMBAGA, DI a. KEDALUWARSA UMUM.
MANA HUKUM MEMBERIKAN SANKSI KEPADA KEADAAN NYATA
YANG BERLANGSUNG UNTUK SUATU JANGKA WAKTU TERTENTU Dalam Pasal 1967 diletakkan asas umum tentang kedaluwarsa, yaitu
(di samping syarat-syarat lain seperti yang ditetapkan oleh undang- HAK TUNTUT; baik yang bers!!at keberidaan maupun yang bersi!at
undang). Terhadap keadaan nyata yang baru, lama kelamaan hukum perseorangan, HAPUS KARENA KEDALUWARSA DENGAN LEWATNYA
harus mengalah dan menerima keadaan nyata yang baru dalam per- WAKTU 30 TAHUN. ORANG MENYEBUTNYA SEBAGAI WAKTU
Iindungannya252 • KEDALUWARSA YANG UMUM ATAU BIASA. Pada umumnya orang
~ menganggap jangka waktu tersebut terlalu panjang 254 •
Pentingnya eiri "Iampaunya suatu jangka waktu" telah menimbulkan
pemikiran, apakah "kedaluwarsa" eukup ditentukan oleh lampaunya waktu b. KEDALUWARSA PENDEK.
saja, ataukah "sikap manusia" (menselijke gedraging) turut berperan
juga? Beberapa di antara sarjana berpendapat, bahwa UNTUK Terhadap ketentuan umum ini, UNDANG-UNDANG MEMBERIKAN PER-
KEDALUWARSA FAKTOR SIKAP MANUSIA MEMANG BESAR JUGA KECUALIANNYA, yaitu dalam Pasal 1968, 1969, 1970, 1974 ayat 2,
YAITU YANG BIASA DISEBUT "KEDALUWARSA PENDEK". DALAM

253) Rutten, hal. 454.

252) Pitlo-Hidma, hal. 193. 254) Rutten. hal. 466.

222 Hukum Perikal.n Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagi.n 2 223
Kedaluwarsa (Verjaring)
Kedaluwarsa (Verjaring}

MANA DITETAPKAN KEDALUWARSA DALAM SATU ATAU DUA TAHUN; BAHWA HUTANG-HUTANG TERSEBUT TELAH DIBAYAR. Yang disebut
Pasal 1971, 1974, 1975 dalam LIMA TAHUN. MALAHAN ORANG dalam pasal-pasal tersebut di atas adalah hutang-hutang yang biasanya
MENAFSIRKAN DARI PASAL 1977 ayat 1, bahwa untuk benda-benda dibayar tunai atau paling tidak dalam waktu yang tidak terlalu lama.
yang disebutkan dalam pasal tersebut, KEDALUWARSA DITURUNKAN Dibiarkannya tagihan tidak ditagih untuk jangka waktu yang disebutkan
SAMPAI 0 TAHUN255 . Berdasarkan Pasa! 1977 seorang kreditur bisa dalam undang-undang, memberikan dugaan kepada pembuat undang-
kehilangan hak tagihnya -- sebuah tagihan aan toonder -- karena bezitter undang, bahwa tagihan-tagihan itu sudah sebenamya sudah lunas.
yang -- baru berada dalam keadaan seperti yang disebutkan dalam Pasal
Pada umumnya diterima, bahwa ketentuan tentang kedaluwarsa, seperti
1977 ayat 1 -- menguasai surat tagihannya dan beritikad baik -- dengan
yang disebutkan dalam K.U.H.Perdata, juga berlaku untuk perikatan-
akibat bezitter baru mendapat perlindungan dari hukum, dalam arti bezit-
nya melegitimir dirinya sebagai pemilik tagihan tersebut Konsekuensinya,
I perikatan yang lahir dari hubungan hukum publik, kecuali ditentukan lain
atau tidak dapat dise/araskan dengan hubungan pUbliknya257 .
kreditur kehilangan hak tagihnya, berdasarkan kedaluwarsa yang -- ber-
dasarkan Pasal 1977 ayat 1 -- diturunkan sampai nol tahun. c. PENYIMPANGAN BERDASARKAN PERJANJIAN.
Harap diingat, bahwa DALAM UNDANG-UNDANG DISEBUTKAN
Selanjutnya perlu ditambahkan, bahwa pada asasnya para pihak dapat
DENGAN TEGAS, PASAL-PASAL TERSEBUT BERLAKU UNTUK memperjanjikan lamanya jangka waktu keda/uwarsa atas kewajiban
"MACAM TAGIHAN" YANG MANASAJA. tertentu, asal lebih pendek dari yang ditetapkan oleh undang-undang. Ini
Dalam Pasal 1968 disebutkan tentang tagihan uang, tagihan karena sesuai dengan prlnsip, bahwa kedaluwarsa berkaitan dengan kepentingan
memberikan penginapan atau makan, upah dan kenaikan upah. Pasel umum. Kalau orang boleh memperjanjlkan waktu yang iebih lama, maka
1969 memperinci tagihan kunjungan-sakit (bezoek), perawatan dan obat, hal sarna dengan menghilangkan kepastian hukum yang hendak diberi-
upah untuk memberitahukan akta dan T]1elaksar,takan pekerjaan yang di- kan oleh undang-undang dengan mengadakan lembaga kedaluwarsa.
perintahkan kepada juru-sita, sedang tagihan tukang dan mandor Bukankah secara tidak langsung berarti, bahwa debitur melepaskan
mengenai bahan dan upah, serta pengusaha, untuk barang yang diserah- haknya untuk menuntut keda/uwarsa berdasarkan ketentuan undang-
undang?
kan olehnya, diatur dalam Pasal 1971.

KEDALUWARSA PENDEK -- kecuali yang disebutkan dalam Pasal


1975 __ 256 DIDASARKAN ATAS PERSANGKAAN UNDANG-UNDANG,

255) Pillo, Zakenrecht, hal. 123.


257) Rutten, hal. 455.
256) Rutten, hal. 474.

Hukum Perikalan Tlg, HapUsnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 225
224
Kedaluwarsa (Verjaring)
Kedaluwarsa (Veriaring)

pembuat undang-undang, melalui lembaga hukum kedaluwarsa, berani


menyatakan suatu hak -- lahir dan, yang berkaitan dengan pembiearaan
3. KONSEKUENSI TUNTUTAN KEDALUWARSA PENDEK.
kita -- menjadi hapus.

Konsekuensi dari persangkaan undang-undang mengenai telah dilunasl-


nya hutang-hutang yang disebutkan dalam ketentuan kedaluwarsa 1. KEPASTIAN HUKUM.
pendek, maka barangsiapa menuntut pembebasan berdasarkan kedalu-
warsa mengakui, bahwa hutang tersebut semula' memang ada. Oi Pertama-tama adalah guna memenuhi tuntutan kepastian hukum. Oi sini
samping itu, orang tersebut sebenarnya seeara diam-diam menyatakan, dianut suatu prinsip, bahwa sesuatu yang telah berjalan untuk jangka
bahwa hutang itu sudah dibayar, karena -- seperti dikatakan di atas -- waktu yang -- relatit -- lama, tanpa terganggu, patut untuk dihormatl dan
pasal-pasal kedaluwarsa didasarkan atas persangkaan teiah adanya tidak boleh diubah lagi. Salah satu tungsi daripada hukum objektit adalah
pembayaran, jadi kalau debitur mengemukakan pasal-pasal kedaluwarsa melindungi keadaan yang ada; tertib masyarakat menuntut hal seperti
pendek sebagai tangkisan atas tagihan kreditur, maka sebenarnya ia itu 25B • Bayangkan, kalau tidak ada lembaga kedaluwarsa, maka ada
mengatakan, hutang-hutang itu sudah lunas. Itulah sebabnya, bahwa kemungkinan orang dituntut perunasan hutang, yang dibuat oleh nenek
dalam hal demikian kreditur berhak untuk menuntut debitur angkat moyang kita, yang kita sendiri tidak tahu dan tidak bisa tahu, apakah
sumpah, bahwa "hutangnya benar-benar sudah dibayar" (dat de schuld benar-benar ada hutang -- apakah tanda tangannya benar-benar sah --
werkelijk is betaald), demikian kata Pasal 1973, dan apakah tidak telah dilunasi. Oi sam ping itu, bayangkan berapa
banyak yang harus kita simpan terus menerus, hanya untuk berjaga-jaga,
Konsekuensi lain adalah, orang yang mengemukakan kedaluwarsa bahwa mungkin saja suatu ketika kita ditagih lagi, untuk sesuatu yang
pendek tidak dapat mengemukakan tangkisan, bahwa hutang tersebut sudah kita bayar. Kiranya layak, kalau orang dapat berpegang kepada
telah lunas dengan eara lain daripada pem.,payaran, Kalau debitur mau apa yang telah berjalan sekian lama tanpa gangguan.
mengemukakan alasan seperti itu, ia seharusnya tidak mengemukakan
kedaluwarsa pendek. Tertib masyarakat menuntut, bahwa suatu kenyataan yang ada untuk
sekian lama, dapat berubah menjadi suatu keadaan yang diakui oleh

D. DASAR DAN TUJUAN LEMBAGA KEDALU-


WARSA
258) Pitlo-Hidma, hal. 192, mengatakan : -Eeen der functie van het objectief'recht is
het beschermen van de bestaande toestand. Oat wat is, verdient in beginsel
Setelah kita mengetahui perumusan kedaluwarsa, maka kita perlu tahu,
bescherming; de maatschappelijke orda eist dit."
apa sebenarnya dasar dan tujuan yang hendak dieapai, sampal-sampai

Hukum Perikatan Tlg. Aapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 227
226
Kedaluwarsa (Verja:..:.ri:..:.ngll.)L- _ Kedaluwarsa (Verjaring)

hukum atau disebut keadaan hukum (rechtstoestand). Jadi di sini ada


259
perlindungan demi kepentingan umum
4. PERLINDUNGAN TERHADAP DEBITUR.
2. PERSANGKAAN. Ada unsur persangkaan, bahwa -- dengan membiarkan tagihan tidak
Kita tahu, bahwa unsur "Iampaunya waktu" mempunyai peranan yang terusik untuk jangka waktu yang lama -- sebenarnya hutang Itu sudah
besar sekali pada kedaluwarsa. Kalau seDrang kreditur, telah membiarkan lunas. Kalau sesudah sekian lama berlalu, baru menuntut pemenuhan,
haknya tidak digunakan untuk jangka waktu yang -- relati! -- lama, kiranya maka kemungkinan besar debitur sulit untuk menemukan kembali bukti
orang boleh menduga, bahwa yang bersangkutan tidak hendak meng- pembayarannya. Dengan demikian unsur ini terjalin erat dengan unsur
gunakan haknya. Tampaknya ia tidak hendak mengubah keadaan yang yang disebut pertama tersebut di atas260 •
ada. Jadi ada unsur persangkaan dari pihak pembuat undang-undang,
Keempat unsur tersebutlah yang dapat kita duga sebagai dasar pem-
ketika ia menenlUkan hapusnya perikatan 'dengan lampaunya suatu benaran adanya dan tujuan dari lembaga kedaluwarsa. Para sarjana pada
jangka waktu tertentu. umumnya menerima pengaturan masalah kedaluwarsa sebagai per-
lindungan kepada debitur dan deml memajukan kepentingan umum.
3. PENGHUKUMAN Dengan demikian kedaluwarsa diatur demi kepastian hukum dan
kesejahteraan umum 26 '.
Membiarkan debitur -- untuk jangka waktu yang relati! lama -- dalam
keadaan tidak pasti, apakah kreditur akan menagih atau tidak, rupanya
tidak dikehendaki oleh pembuat undang-undang. Dinyatakannya tagihan E. BEBERAPA HAK DEBITUR DAN KREDITUR.
kreditur menjadi hapus, mengandung unsui".'penghukuman dari pihak
pembuat undang-undang. Pasal 1967 memberikan suatu perlindungan kepada debitur yang
menuntut pembebasan berdasarkan kedaluwarsa. Dalam pasal tersebut
dikatakan, bahwa atas tuntutan debitur, kreditur tidak dapat melawannya
-- secara sah -- dengan menuduh, bahwa debitur itikadnya tidak baik;
misalnya dengan mengemukakan, bahwa mesklpun debitur mengakui

260) v. Brakel, hai. 258.


261) Rutten, hai. 456.
259) loc. cit.

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 229
228
Kedaluwarsa (Verjaring)
Kedaluwarsa (V'.!1lrtnlll
punya hutang, tetapi ia berusaha untuk tidak membayar dengan menuntut
perkenankan karena jabatannya, menyatakan suatu perikatan telaM h~PU8
kedaluwarsa. Dengan demikian, sekalipun debitur tahu, bahwa hutangnya
karena keda/uwarsa. Prinsip seperti itu juga sesuai dengan k~ta.kata
belum lunas, tidak ada halangan baginya untuk menuntut pembebasan
undang-undang, yang menyebutkan daluwarsa sebagai "saranaJupaYa'
hutang berdasarkan kedaluwarsa, tanpa perlu khawatir, bahwa ia akan
untuk pembebasan dari perikatan. Kalau kita hubungkan tdengan
dituduh beritikad buruk.
kewenangan Ketua Pengadilan untuk -- demi lancarnya proses peorkara_
Terhadap perlindungan yang diberikan oleh undang-undang kepada menolong para pihak yang bersengketa (Pasal 119 H.I.R.)262, mak'", perlu
debitur, kreditur memperoieh hak lain, yaitu seperti yang disebutkan diperhatikan, bahwa kedaluwarsa termasuk dalam ke/ompok. ~rana
dalam Pasal 1973: hak menuntut agar debitur yang mengajukan tuntutan hukum (rechtsmiddel), bukan dasar hukum (rechtsgrond). Sel~
kedaluwarsa mengangkal' sumpah, bahwa hutangnya sudah dibayar H.I.R. menganut asas "Hakim aktif" (Pasa1132 H.I.R.), tetapi akt[",~ya
lunas. Penolakan sumpah membawa akibat, bahwa tangkisannya atas atas sarana hukum, hanya sebatas memberi nasihat saja; laii,,~.
dasar kedaluwarsa pendek ditolak. Hak seperti ini tidak diberikan kepada kalau mengenai "dasar hukum", Hakim dapat membantu mSl'l~
kreditur terhadap debitur yang menangkis tagihan dengan mengemuka- dasar hukum gugatan 263 .
kan kedaluwarsa umum (biasa). Debitur cukup mengemukakan, bahwa
tagihan kreditur sudah kedaiuwarsa dan kalau semua syarat memang Masalah tuntutan pembalalan mengingatkan kila kepada perj~ti~'1i
sudah terpenuhi, maka hutang itu sudah hapus. Terhadap paraahli waris mana debitur wanprestasi alau salah satu pihak tidak cak,,;," 't"" <
dari debitur, kreditur berhak agar mereka bersumpah, bahwa mereka tidak bertindak dalam hukurn dan PfiI"janiian 'yang rr:engandung caCa,
tahu pewarisnya memang hutang itu (Pasa11973 ayat 2). kehendak pada waktu penulupannya. Juga dalam f?~ri~!iW8:>\:.~O{i~
seperti itu, kredilur, pihak yang tidak cakap atau yang kehendakl:I~J!.!l!l"~
Pasal 1951 menjamin hak debitur untuk mengemukakan kedaluwarsa harus "menuntul" pembalalan perjanjian, kalau mereka me""!llii§l1d'
dalam semua tingkatan peradilan,. bahka(f dalam tingkat banding, ler/epas dari perikatan yang bersangkulan. Namun dibandin~~()?l
demikian ditegaskan. tunlulan kedaluwarsa ada perbedaan yang besar anlara kedua!Jit§" ;If;ij!'J
dalam peristiwa-perisliwa seperti tersebut di alas, perikalan b8WIl!i!jluii,
kalau telah ada kepulusan Hakim yang membatalkan perjanjian~IIlir!!!iIlml
F. TUNTUTAN KEDALUWARSA. yang bersangkulan, sedang pada kedaluwarsa, keputusan Ha. ~
merupakan unsur essensialia. Sudah cukup kalau -- misalnw;t. = .!ilIa
Pada asasnya kedaluwarsa tidak terjadi demi hukum, tetapi harus
dikemukakan/dituntut. Bahkan Hakim tidak diperbolehkan karena jabatan-
nya menanggungkan upaya daiuwarsa, demikian kata Pasal 1950.
Artinya, kalau Hakim tahu, bahwa suatu tagihan sudah memenuhi syarat 262) Tresna, hal. 121.

kedaluwarsa, kalau belum ada tuntutan dari pihak debilur, ia tidak di- 263) Supomo, hal. 18; SUdikno Mertokusumo. hal. 12. Rutten, hal. 458, noott~.

230 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2


Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2
:1
Kedaluwarsa (Veriaring)
Kedaluwarsa (Verjaring) .

gugatan; demikian dapat disimpulkan dari Pasal 1951, malahan dapat Kedua pendapat itu merasa mempunyai dasar dalam Pasal 1381; bagi
264
dimajukan dalam semua tingkat peradHan penganut paham Daya Kerja Kuat menunjuk kepada bunyi Pasal tersebut,
yang mengatur tentang hapusnya perikatan dan itu terjadi antara lain
karena kedaluwarsa. Ini cocok dengan judul Bagian Ketiga Bab VII Buku
G. DAYA KERJA KEDALUWARSA EXTINCTIEF III, yaitu Tentang kedaluwarsa dipandang sebagai suatu upaya untuk di-
bebaskan dar! suatu kewajiban 267 . Juga dari Pasal1446 penganut teor! ini
Di atas __ sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 1381 -- kedalu- bisa mendapatkan dukungan, sebab pasal tersebut dengan tegas
warsa yang extinctie! membawa akibat, bahwa perikatannya menjadi mengatakan "kedaluwarsa adalah upaya ...... dibebaskan dari suatu
265
hapus. Namun temyata, bahwa ada di antara para sarjana , yang mem- perikatan ..."
punyai pandangan yang lain. Mereka berpendapat, bahwa -- dalam peris-
tiwa kedaluwarsa -- yang hapus bukan perikatannya, tetapi hak tagihnya Penganut Teor! Daya Kerja Lemah menekankan kepada kata "saranal
atau dengan perkataan lain, kedaluwarsa tidak menyentuh perikatannya. middel" (upaya) pada Pasal 1946, dan selanjutnya penganut teor! in!
Kedua pendapat tersebut dalam doktrin terkenal dengan Teori Daya Kerja mendapat dukungan dari bunyi Pasal 1967, yang dengan tegas mengata-
kan, bahwa yang hapus karena kedaluwarsa adalah hak tuntutnya atau
Kuat dan Teori Daya Kerja Lemah.
actie-nya (di sana disebutkan; "segala tuntutan hukum, rechtsYordering").
Jadi m.enurut penganut Teori Daya Kerja Kuat, kedaluwarsa mempunyai Sebutan "tuntutan hukum (rechtsYorderingen)" diulangi lagi dalam pasal-
daya kerja yang mengakibatkan, bahwa perikatan yang bersangkutan -- pasal berikutnya (Pasal 1968, 1969, 1970, 1971). Pasal 1950 juga
termasuk hak tagihnya -- hapus sarna sekali, sedang menu rut penganut mengatakan, bahwa demi jabatannya Hakim tidak boleh menerapkan
Teori Daya: Kerja Lemah, ia hanya membawa dampak, bahwa hak tagih- "sarana" kedaluwarsa, demikian juga Pasal 1947 dan 1948 berkata
nya menjadi kedaluwarsa, menjadl hapus; pel,lkatannya sendiri tetap ada, tentang "melepaskan kedaluwarsa", yang tidak bisa berarti lain daripada
hanya saja sekarang, karena tidak lagi dapat dituntut di muka Pengadilan, melepaskan "hak" untuk menuntuVmengemukil.kan kedaluwarsa 268
s~atu perikatan alamiah
266
maka ia turun menjadi .
Upaya orang untuk mencari kejelasan melalui tinjauan sejarah temyata
tidak banyak membawa hasH, karena dua orang sarjana Prancis yang

264) Menurut Rutten bahkan sudah cukup. bahwa tuntutan itu dikemukakan di luar
Pengadilan; vide hal. 459.
265) Menurut v. Brakel, hal. 256, ~sederet sarjana hukum yang berpengaruh" 267) Kita sering melihat, bahwa kata "perikatan" dipakai pembuat undang-undang
untuk menunjuk segi pasif saja dad suatu perikatan, yaitu kewajiban.
(respectabele rij van juristen).
268) Rutten, hal. 457.
266) Hofmann, hal. 337; v. Brakel, hal. 256.

Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 233
232
Kedaluwarsa (Verjaring) Kedaluwarsa (V~aring)

berpengaruh pada waklu pembenlukan Code Civil temyala pendapatnya


juga terpeeah dalam dua kelompok seperti tersebut di atas26"

Menurut v. Brakel 270 , sumber perbedaan pendapat mereka adalah H. MULAINYA PERHITUNGAN WAKTU KEDALU-
pemisahan antara "hak" dan "aetie". Yang dimaksud dengan "aelie" WARSA.
adalah pelaksanaan dari hak tersebuI; hak tuntut, hak gugal yang melekat
pada hak tersebut271 • Menurut pendapatnya, pemisah antara hak dan Dari beberapa kelentuan undang-undang dapat kita simpulkan, bahwa
actie-nya adalah tidak sesuai dengan sislem yang dianul oleh K.U.H. pada asasnya perhitungan waktu kedaluwarsa dimulai sejak saat kreditur
Perdala, sekalipun ia mengakui, bahwa dalam Pasal tertentu, adakalanya wenang untuk menuntut pemenuhan perikatan yang bersangkutan.
"aclie" tersebut tersendiri seakan-akan berdlri sendiri (terlepas dari hak- Kiranya suatu asasnya yang logis; kalau kreditur saja belum berhak untuk
nya, misalnya Pasal 508 sub272 . Bukankah kaiau debitur lun!Utan kedalu- menuntut pemenuhan, masa saat itu sudah mulai dlhitung untuk
warsanya dlbenarkan, maka baik haknya maupun hak tuntutnya (hak menetapkan "hapusnya" tagihan yang bersangkutan? Prinsip tersebut
untuk melaksanakan hak tersebut) menjadi hapus, dan suatu hak yang dapat kita simpulkan dari Pasal 1990, yang mengatakan :
tidak dapat dilaksanakan sulit untuk disebul sebagai suatu hak. Dalam
Kedaluwarsa tidak berjalan :
sistem hukum yang beriaku sekarang, maka dl dalam pemberian suatu
hak, sudah sekaligus terkandung di daiamnya hak tunlutnya. terhadap suatu piulang yang berganlung pada suatu syarat,
selama syaralltu tldak lerpenuhi;
dalam halnya suatu perkara untuk menanggung suatu penjuaian,
selama belum ada pulusan unluk menyerahkan barangnya kepada
v,' orang lain;
terhadap suatu piulang yang baru dapat ditagih pada suatu hari
tertentu, selama hari itu belum tiba.
269) v. Brakel., hal. 256.

270) v. Brakel, hal. 257.


Dan pada umumnya para sarjana dapat menerima prinsip lersebut'273 .
Pasal 1970 menelapkan, bahwa kedaluwarsa lagihan pengaeara dihilung
271) Star Susman, hal. 151, mengatakan, bahwa kesatuan yang erat antara hak dan
hak tuntutnya juga tampak dari ciri, bahwa keduanya lahir bersama-sama dan sejak kepulusan Pengadilan alas perkara yang dilangani alau sejak saal
hapus bersama-sama (De onverbrekelijke samenhang van het recht en rachts- perdamaian anlara para pihak alau pada saal kuasanya dieabul kembali
vordering openbaart zich oak hierin, dat zij ta zamen ontstaan en fa zamen
verdwijnen)

272) Star Susman, pada hal. 152, mengatakan, bahwa "een recht dat men niet kan
doen gelden kan bezwaarlijk aen recht heten". 273) Rutten. hal. 464.

234 Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg_ Hapusnya Perikatan Bagian 2 235
Kedaluwarsa (Veriaring) Kedaluwarsa (Veriaring)

oleh pemberi kuas.... Untuk tagihan notaris Pasal 1971 menetapkan per- tiap-tiap pos kerugian, sendiri-sendiri275 • Namun ada pendapat lain yang
hitungan sejak akta itu ditandatangani oleh pihak/para pihak yang ber- mengusulkan agar perhitungannya tetap mulai dengan satu saat yang
sangkutan. atau dalam hal akta berita acara (proses-verbaaJ acte), sejak sama, yaitu sejak kerugian yang pertama276 •

ditandatangani oleh notaris yang bersangkutan. . Atas prinsip tersebut ada perkecualiannya, yaitu seperti yang dlsebutkan
Atas suatu perikatan bersyarat -- untuk lahirnya perikatan -- dan perikatan dalam Pasal 1987, yaitu bahwa kedaluwarsa tidak dapat mulal berjalan
dengan ketentuan waktu, debitur baru terhutang prestasi perikatan, kalau terhadap orang belum dewasa dan orang yang ditaruh di bawah peng-
syarat yang disebutkan di sana telah terpenuhi dan waktu yang ditetapkan ampuan. Mengapa merupakan perkecualian? Karena orang belum
telah tiba. Sebelum itu, tagihan kreditur belum matang untuk ditagih dan dewasa dan curandus mempunyai orang-orang yang dapat bertlndak
karenanya belum dapat menuntut pemenuhan. Demikian pula dalam hal untuk 'Dereka. Rupanya ketentuan tersebut justru dimaksudkan untuk

ada tuntutan untuk menanggung suatu perkara (vrijwaring in rechts- melindungi si belum dewasa dari kesembronoan wakilnya menurut
undang-undang 277.
geding), maka kewajiban untuk membayar baru ada, kalau sudah ada
keputusan untuk mengambil pelunasan (dengan menjual harta si Bahwa kedaluwarsa tidak berjalan terhadap suami istri selama perkawin-
penjamin). an berjalan, kiranya bisa diterima, kalau kita terima, bahwa sepanjang

Atas suatu perikatan yang berisi kewajiban untuk tidak melakukan se- perkawinan suamHstri dapat kita katakan merupakan satu kesatuan,
suatu, perhitungan dimulai sejak debitur melakukan tindakan yang ter- sekalipun harta mereka terpisah. Rasanya agak janggal, kalau sepanjang
perkawinan, yang satu menagih yang lain. Namun hal itu tidak berarti,
larang dalam perjanjian yang bersangkutan. Bukankah sejak itu kreditur
bahwa hutang/kewajiban pemenuhan yang satu terhadap yang lain men-
baru berhak untuk menuntut debitur berdasarkan wanprestasi? Dalam hal
jadi hapus. Biasanya, pada saat perkawlnan putus karena perceraian,
ada kerugian berdasarkan tindakan melawan hukum (onrechtmatige
mereka baru terpikir dan tega untuk menagih mantan pasangannya.
daad), maka tuntutan ganti rugi baru ada/lahir, fejak kerugian itu muncul
dan ini tidak selalu sarna dengan saat tindakan melawan hukum itu Pasal 1962 menetapkan, bahwa kedaluwarsa did...sarkan atas perhitung-
dilakukan. Adanya keharusan untuk amputasi, biasanya baru diketahui, an (banyaknya) hari, bukan jam. Ini perlu dikaitkan dengan ayat 2-nya,
setelah dilakukan pengobatan beberapa waktu, demikian pula adanya
274
kebutuhan untuk pembelian kaki palsu atau kursi roda • Kalau tindakan
melawan hukum itu menimbulkan pos-pos kerugian yang berdiri sendiri-
275) Rutten, hal. 465.
sendiri, maka perhitungan muiai berlakunya kedaluwarsa dihitung, untuk
276) vide kesimpulan Procureur General Langemeyer dalam perkara arrest H.R. 7
November 1958. NJ.1960, 177, dalam perkara -LEYGRAAF - N.S.-, dimuatdalam
Zeben . Sterk, hal. 371.
274) Lihat peristiwa "LEYGRAAF - N.S." yang diputus H.R. dengan keputusannya 7 277) loc.cit.
November 1958, NJ.1960, 177, dimuat dalam Zeben - Sterk, hal. 364.

236 Hukum Perikatan Tlg. HaptJsnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya PerikalanBagian 2 237
Kedaluwarsa (Veriaring) Kedaluwarsa (Verjaring)

yang mengalakan, bahwa jalUh lempo kedaluwarsa lerjadi selelah lewal- nya lidak ada gunanya, bahwa ia memperhilungkan waklu kedaluwarsa .
nya hari le'rakhir yang dlsyaralkan. Jadi kaiau menurul perhilungan, hari lerhadap hartanya sendiri. Sebaliknya perhilungan waktu kedaluwarsa
lerakhir jaluh pada langgal 31 Oesember, maka kedaluwarsa lerjadi sejak lelap berjalan terhadap warisan yang lak ada pemiliknya dan terhadap
jam 24.01 langgal 1 Januari berikulnya. ahli waris yang sedang dalam waklu berpikir (Pasal 1991 ayal 2 dan
PasaI1992).

I. PENUNDAAN KEDALUWARSA.
J. PENCEGAHAN (SToUITING) KEDALUWARSA.
Telah dikalakan di alas, bahwa pada asasnya, waktu kedaluwarsa belum
dihilung, kalau kredilur belum mempunyai kewenangan unluk menunlul Berlainan dengan "penundaan" -- semenlara -- kedaluwarsa, maka
pemenuhan perikalan yang bersangkulan alau lagihan ilu dipunyai oleh "peneegahan" juslru menghapus perhilungan waktu kedaluwarsa,
orang belum dewasa alau eurandus, keeuali undang-undang menentukan maksudnya, kalau lerjadi, bahwa dalam lenggang waktu anlara mula; dan
lain. Konsekuensinya, kalau lerjadi, bahwa sualu lagihan, karena pewarls- berakhimya waklu kedaluwarsa, kredilur menggunakan haknya, artinya
an misalnya, jaluh ke langan orang belum dewasa, maka perhilungan menagih debitur, letapi karena sesualu hal, ia belum menerima haknya
waklu kedaluwarsanya -- unluk semenlara -- lertunda, sampai si belum sepenuhnya, maka perhilungan waktu kedaluwarsa unluk masa sebelum
deWasa menjadi dewasa. Oi sini prinsipnya waklu kedaluwarsa hanya penagihan ilu, dihapus. Sekalipun waklu perhllungan kedaluwarsa dulu
unluk semenlara waktu saja, lertunda, karenanya, kalau nanli waktunya sebenamya lelah berjalan, lelapi se~arang lidak dihilung lagi (unluk
berjalan lagi, maka jangka waklu sebelum kedaluwarsa lertunda, lurul mengukur waklu kedaluwarsa). Ada masa yang lerpulus dan hapus.
dihilung, dilambah pada waktu kedaluwarsa mulai berjalan kembali. Bahkan kalaupun kemudlan ia -- melalui Pengadilan -- mendapal
. '1 kepUlusan penghukuman, tetapi ia tidak segera melaksanakan keputusan
Oalam Pasal 1991 disebulkan, bahwa kedaluwarsa -- unluk semenlara --
lersebuI, maka telap berlakulah perhilungan masa kedaluwarsa yang
lertunda, alas lagihan ahli waris lerhadap warisan, kalau ahli waris yang
baru, sedang masa sebelum kedaluwarsa itu terpulus -- berlainan dengan
bersangkulan menerima warisan lersebul seeara benefielair. Agar diingal,
pada penundaan -- lidak dihilung (Iidak ditambahkan dengan masa
bahwa seorang ahli waris yang menerima warisan seeara benefieiair
perhilungan yang baru). Kesimpulan kila adalah, bahwa sesudah ada
sedang menunggu perhilungan akliva dan pasiva warisan27B • Kalau sisa
peneegahan, maka berlakulah perhilungan masa kedaluwarsa yang baru,
warisan temyala posilif, maka ia menerima sisa warisan lersebul dan artinya mulai lagi dari awal.
dengan ilu harta warisan dan harta pribadi sekarang menjadi salu. Kira-
Peneegahan masa kedaluwarsa bisa terjadl karena kreditur memperingat-
kan/menegur (aanmanning), menggugal atau menunlul debitur di
278) J.Satrio, Hukum Waris, hal. 317. Pengadllan (Pasal 1979), bahkan kalau gugalan itu diajukan kepada
Pengadilan yang kemudian temyala tidak wenang unluk memeriksanya

238 Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 239
Kedaluwarsa (Veriaring). Kedaluwarsa (Verjaring)

(Pasal 1980). Sudah tentu teguran itu harus dituangkan dalam bentuk dan syarat-syarat -- untuk kedaiuwarsa sudah dipenuhi -- jadi pada saat
seperti yang disyaratkan oleh undang-undang, oleh pejabat yang ber- debitur sudah dapat mengemukakan hapusnya kewajiban perikatan atas
dasar kedaluwarsa -- ia boleh melepaskan hak tersebut. Konsekuensi-
wenang.
nya, ia sekarang tetap wajib melunasi hutangnya, sehingga pembayaran-
Demikian pula pengakuan suatu hutang oleh debitur, baik dengan per-,
nya juga kita anggap sebagai pembayaran/pelunasan perikatan, bukan
kataan atau perbuatan, mencegah kedaluwarsa (PasaI1982).
merupakan pembayaran yang tidak terhutang, walaupun sekilas tampak
seperti itu, sebab sebenarnya dengan kedaluwarsanya tagihan tersebut,
maka hapuslah perikatannya dan sudah tidak terhutang apa-apa lagi
K. PELEPASAN (AFSTAND) KEDALUWARSA.
berdasarkan perikatan tersebut.

Yang dimaksud dengan pelepasan kedaluwarsa adalah tindakan debitur


I, Yang tentunya mengusik kita adalah, mengapa debitur justru tidak mau
melepaskan hak yang dipunyai untuk mengemukakan, bahwa kewajiban- dibebaskan dari kewajibannya? Harap diingat, bahwa ada orang-orang
nya telah hapus berdasarkan kedaluwarsa. yang hati nuraninya tidak puas, kalau hutangnya belum dil unasi.
Bukankah ada pameo yang mengatakan : "mati meninggalkan hutang,
Dalam Pasal 1947 diletakkan suatu asas penting mengenai kedaluwarsa.
pintu surga tertutup"? Lebih baik bayar hutang daripada terlantar di depan
Di sana disebutkan, bahwa : "Tak diperkenankanlah seorang melepaskan
pintu surga.
kedaluwarsa, sebelum tiba waktunya". Maksud ketentuan tersebut
adalah, bahwa orang tak boleh melepaskan haknya untuk mengemuka- Pelepasan kedaluwarsa mengingatkan kita kepada pelepasan hak untuk
kan hapusnya kewajiban perikatan seseorang, sebelum jangka waktu menuntut pembatalan berdasarkan ketidakcakapan atau adanya cacat
yang ditentukan oleh undang-undang untuk kedaluwarsa terpenuhi. dalam kehendak -- seperti yang dimaksud Pasal 1321-- yang diatur
Ketentuan ini diadakan dengan tujuan agar
,
oraQ!l
, dalam perjanjian tidak dalam' Pasal 1456, dalam mana dikatakan, bahwa pelepasan itu ber-
bisa memperjanjikan, bahwa para pihak tak dapat mengemukakan akibat, bahwa perjanjian yang mengandung cacat seperti tersebut di atas
kedaluwarsa untuk membebaskan diri dari kewajiban perikatannya, atau -- baik secara tegas maupun secara·diam-diam -- dianggap telah dikuat-
dengan perkataan lain, mereka memperjanjikan, bahwa perikatan mereka kan. Demikian itu juga akibat peiepasan kedaluwarsa menurut pendapat
berlaku untuk selama-Iamanya, sampai dipenuhi oleh pihak yang mem- para sarjana279 , sekalipun tidak ada ketentuan yang secara tegas
punyai kewajiban. Adanya larangan seperti itu menuntun kita pada mengatakan, bahwa dengan itu perikatan dikuatkan. Ketentuan yang
dugaan, bahwa masalah kedaluwarsa benar adalah masalah kepentingan mengatakan, bahwa pelepasan itu bisa terjadi secara tegas-tegas atau
umum. secara diam-diam, memang ada, yaitu Pasal 1948.

Tetapi asas tersebut diikuti dengan asas lain, sebagai yang ditetapkan
dalam anak kalimat berikutnya, yaitu : "namun bolehlah ia melepaskan 279) Rutten, hal. 461.
suatu daluwarsa yang sudah diperolehnya". Artinya, kalau jangka waktu --

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 241
240
Kedaluwarsa (Verjaring)
Oaftar Putusan Pengadilan

Ada ketentuan penting lain yang perlu kita perhatikan, yaitu Pasal 1949,
yang mengatakan, orang yang tidak punya kewenangan.· untuk
mengasingkan (kewenangan pemilikan), tidak dapat melepaskan kedalu-
warsa. Suatu ketentuan yang logis, karena pelepasan kedaluwarsa
adalah pelepasan suatu hak; kalau yang bersangkutan tidak punya
kewenangan untuk mengasingkan suatu hak, bagaimana bisa melepas-
DAFTAR KEPUTUSAN-KEPUTUSAN
kan suatu hak? Di dalamnya termasuk mereka yang hanya mempunyai PENGADILAN YANG DISINGGUNG
kewenangan pemilikan yang terbatas, seperti para orang tua, wall dan
curator atas harta tetap anak belum dewasa atau curandu~.
DALAM BUKU INI :

Seperti pada actio pauliana, di sini juga orang dalam melaksanakan hak-
haknya tidak boleh terjadi dengan maksud untuk merugikan pihak ketiga:
kreditur atau orang lain yang berkepentingan. Hal itu dituangkan dalam
PENGAOlLAN NEGERI
Pasal 1952. Oleh v. Brakel280 dicontohkan, orang yang sudah' tahu,
bahwa ia akan dinyatakan pailit, tidak boleh melepaskan haknya untuk Kota Tanggal Nomor PerKara Dimuat di Halaman
mengemukakan kedaluwarsa atas hutangnya, dengan maksud agar
jumlah kreditur menjadi lebih banyak,dan dengan itu merugikan kreditur Silubondo 21-11-1978 14/1978 B.N.I.-P.U.P.N. Panggabeanl 166
PdtG.
yang tagihannya belum kedaluwarsa. Bukankah sebenarnya kalau ia
PUfWokerto 21-01·1982 34/19811 PERUBAHAN Y.1.1985-11 60
mengemukakan kedaluwarsa atas hutang-hutang yang sudah lewat waktu Pdt.G. HUTANG
-- dan memenuhi syarat -- maka juml\lh kred~r kepailitan akan berkurang PIUTANG
MENJADI JUAL
dengan kreditur-kreditur, yang tagihannya sudah kedaluwarsa? Dalam BEll
peristiwa seperti itu, kreditur yang lain boleh minta, agar tindakan debitur Jakarta 11-10-1983 560/1982 G. INDOKARYA- S. Gautama 172
seperti itu dinyatakantidak sah terhadap mereka. Timur MARUBENI jilid 6.
Jakarta 19-11-1983 97/JT/1983 TlLAAR- Var. Per. III 172
Timur G. J. KUNZEL 30 Mrt 1988
Jakarta 22-05~1984 585/1983/G. STARLIGHT- S. Gautama 172
Pusat BANK OF jilid 6
AMERICA
Jakarta 31-01-1985 229/1984 G. CALTEX- Var.Per.Th. III, 66
Pusat HANCO No.34 Juli 1988
280) v. Brakel, hal. 262.

242 Hukum Perikatan Ttg..,H'apusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Penkatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 243
244 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikalan Ttg. Hapusnya Penkalan Bagian 2 245
Dallar putusan Pengadilan I Dallar Putusan Pengadilan

I 22-11-1957 N.J. 1958,2 Rutten 151


HOGERAAD I 09-04-1958 N.J. 1958, 331 Pitlo-Bolweg 74

Tanggal Perkara Dimuat di Halaman ,, 07-11-1958 N.J. 1960, In Zeben-Sterk 236


32, i LEYGRAAF-N.S.
10-01-1896 W.6762 Hofmann

Pitlo-Bolweg 151 18-04-1969 N.J. 1969,336 Boskamp-Cohen 210


06-01-1899 W.7225
KATWIJKSE HAVEN
Hoetink 77
29-11-1907 VAN EIJK-HOEK VAN
12-05-1972 PAVILJOEN MEERZICH Boskamp-Cohen 216
HOLLAND-TOORN

N.J. 1915, 900 Vollmar 110 II


18-06-1915 RESIDENTIERECHTERILANDRAAD
Hofmann 32
26-05-1916 N.J. 1916, 711
79 Kola Tanggal Perkara Dimuatdi Halaman
29-01-1920 WARMERDAM-DAMEN Boskamp-Cohen
9 Rg. Batavia 06-0a-1917 GARAGE DE AUTO- T.l10 108
17-11-1922 ZEILMAKER-MIRONDOLLE Zeben-Sterk
BOERMAJr.
j
Rutten 115
11-04-1924 N.J. 1924,646
32
i Lr. Kendal 18-01-1920 PEMBATALAN SEWA-
MENYEWA SAWAH
T.l14 204

03-11-1927 N.J. 1928,43 Hofmann


Hofmann 32 Rr. Semarang 04-07-1927 ROELOFS-ROELOFS T.127 84
05-01-1928 N.J. 1928,388
Rutten 118 Lr. Sumedang 29-10-1928 ENDJAM-DEWI T.131 204
30-05-1930 NJ. 1930, 945
PERTAMA
Hofmann 120
09-01-1931 N.J. 1931,'878

12-06-1931 N.J. 1931, 1345 Pitlo-Bolweg 101 ! RAAD VAN JUSTITIE


Hoetink 187
05-01-1933 NJ. 1933, 793 Kota Tanggal Perkara Dimuatdi Halaman
Brakel 152 :
12-11-1937 N.J. 1938, 377 ' <7,'' i Batavia 29-12-1920 HIBAH ORANG DUNGU T.116 185
Hoetink 207
24-06-1938 N.J. 1939, 337 1 Surabaya 02-02-1927 MAHROES-POEY S.L. T.126 178
Pitlo-Bo[weg 216
01-12-1938 N.J. 1939, 459 Batavia 22-03-1929 ENDJAM-DEWI T.131 204

31-03-1939 N.J'-1939,1011 Rutten 123


i PERTAMA

Pitlo-Bolweg 4 Padang 14-08-1930 TUKAR TAM BAH MOBIL T.132 198


28-03-1940 N.J. 1941, 2
v. Brakel 205
28-03-1940 N.J. 1940, 681
Pitlo-Solweg 114
20--06-1941 N.J. 1942, 151
Rutten 151
23-01-1942 N.J. 1942, 298
Pitlo-Bolweg 187
21-05-1943 N.J. 1943,472
Rutten 151
28-01-1955 N.J. 1959, 174
100
25-01-1957 N.J. 1957, 128 Pitla

Hukum Perikatan Ttg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 Hukum Perikatan Ttg.Hapusnya Perikalan Bagian 2 247
246
Dallar putusan Pengadilan Daftar Putusan Pengadilan

I 22-11-1957 N.J. 1958, 2 Rutten 151


HOGERAAD
I 09-04-1958 N.J. 1958,331 Pitro-Bolweg 74
Perkara Dimuatdi Halaman i
Tanggal I 07-11-1958 N.J. 1960, 177 Zeben-Sterk 236
32, ! LEYGRAAF-N.S.
10-01-1896 W.6762 Hofmann

Pitlo-Bolweg 151 18-04-1969 N.J. 1969,336 Boskamp~Cohen 210


06-01-1899 W.7225
KATWIJKSE HAVEN
Hoelink 77
29-11-1907 VAN EIJK-HOEK VAN
1~-05-1972 PAVIWOEN MEERZICH Baskamp-Cohen 216
HOLLANO-TOORN
Vollmar 110
18-06-1915 N.J. 1915, 900 1 RESIDENTIERECHTERILANDRAAD
Hofmann 32
26-05-1916 N.J. 1916,711
79 Kola Tanggal Perkara Dimuat di Halaman
29-01-1920 WARMEROAM-OAMEN Baskamp-Cohen
9 Ag. Batavia 06~O8-1917 GARAGE DE AUTO- T.ll0 108
17~11·1922 ZEILMAKER-MIRONDOLLE Zeben-Sterk
i BOERMAJr.
11-04-1924 N.J. 1924, 646 Rutten 115 I Lr. Kendal 18-01-1920 PEMBATALAN SEWA- T.114 204
32 J MENYEWA SAWAH
03-11-1927 N.J. 1928, 43 Hofmann

Hofmann 32 ! Ar. Semarang 04-07-1927 ROELOFS-ROELOFS T.127 84


05-01-1928 N.J. 1928,388
Rutten 118 Lr. Sumedang 29-10-1928 ENOJAM-DEWI T.131 204
30-05-1930 N.J. 1930, 945
PERTAMA
Hofmann 120
09-01-1931 N.J.1931,~78

12-06-1931 N.J. 1931,1345 Pitlo-Bolweg 101 ! RAAD VAN JUSTITIE

05-01-1933 N.J. 1933, 793 Hoelink 187 , Kola Tanggal Perkara Oimuatdi Halaman
152 i
12-11-1937 N.J. 1938,377 Brake!
v: 207
Batavia 29-12-1920 HIBAH ORANG OUNGU T.116 185

24-06-1938 N.J. 1939,337 Hoetink 1 178


Surabaya 02-02-1927 MAHROES-POEY S.L. T.126
Pitro-Bolweg 216
01-12-1938 N.J. 1939, 459 Batavia 22-03-1929 ENOJAM-DEWI T.131 204
Rutten 123 PERTAMA
31-03-1939 N.J. 1939, 1011
Pitlo-Bolweg 4 Padang 14-08-1930 TUKAR TAMBAH MOBIL T.132 198
28-03-1940 N.J. 1941, 2
v. Brakel 205
28-03-1940 N,J. 1940,681
Pitlo-Bolweg 114
20--06-1941 N.J. 1942, 151
Rutten 151
23-01-1942 N.J. 1942, 298
Pitlo-Bolweg 187
21-05-1943 N.J. 1943, 472
Rullen 151
28-01-1955 N.J. 1959, 174
Pitlo 100
25-01-1957 N,J. 1957, 128

246 Hukum Perlkalan Tlg. Hlipusnya Perikalan Bagian 2 Hukum Perikatan Tlg.·Hapusnya Perikatan Bagian 2 247
Dallar PutUsan Pengadilan I
II"
Dallar Lileratur

HOOGGERECHTSHOF VAN INDONESIE


Tanggal
!,
Perkara
Dimuatdi
29-04-1915 Halaman
NOVASI HUTANG P.T.
T.l06
12-02-1920 ·4
HARMSEN VERWEY-LEIM T.T.
T.114
29-12-1920 89
HIBAH ORANG DUNGU
07-06-1928
T.116
189
DAFTAR BUKU-BUKU MAUPUN
KOMPENSASI
T.128
SESUOAH CESSIE 132 TULISAN-TULISAN YANG OISINGGUNG
22-11-1928
B.H.P.-L1EBENSCHUTZ
T.131
22-05-1930
ALATAS-VERHOF
125 DALAM BUKU INI
T.132
14-08-1941 185
ALKATIRIE-NAGEL
T.154
21-08-1941
Nyonya JAUW-S.H. P.
T.154
183
205
:I
Apeldoorn, L.v., INLEIDING TOT DE STUDIE VAN HET NEDERLANDSE
RECHT, cetakan kesebelas, Tjeenk-Willink, Zwolle 1952_

Brakel v_ So, LEERBOEK VAN HET NEDERLANDSE VERBINTENISSEN-


RECHT, Bagian pertama, cetakan ketiga, Tjeenk-Wiliink,
Zwolle, 1948.

v: Boskamp, H_J_N., Cohen, J.L.P. - 376 ARRESTEN OVER BURGELlJK


. RECHT EN HANDELSRECHT, Gouda Quint - D. Brouwer &
zoon, 1987_

Busmann Star, Hoofdstukken van Burgelijke Rechtsvordering, edisi baru,


De Erven F.Bohn, Haarlem_

Gautama, Sudargo Himpunan Yurisprudensi Indonesia yang Penting


untuk Praktek Sehari-hari (Landmark Dicisions), jiiid 1 - 11,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992 -1994_

248 •
HUkum Perikatan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2
Hukum Perikatan ltg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 249
Daftar Lileralur
Daftar Lileralur I
Hoelink,
H.R. ARRESTEN OVER BURGELlJK RECHT, celakan
Pillo, A- Bolweg, M.F.H.J HET NEDERLANDS BURGELlJK WETBOEK,
kedelapan dengan disertai peninjauan· kembali, Tjeenk _
jilid ketiga, ALGEMENE DEEL VAN HET VERBINTENIS-
Willink, Zwolle 1951.
SENRECHT, cetakan kedelapan, Gouda Quint, Arnhem,
Hofmann, 1979.
L.C. HET NEDERLANDS VERBINTENISSENRECHT, jilid
pertama, DE ALGEMENE LEER DER VERBINTENISSEN,
Rutten, L.E.H. HANDLEIDING TOT DE BEOEFENING VAN HET
celakan keempal, J.B. Wolters Uitgevrs Mij., Groningen _
Batavia,1935. NEDERLANDS BURGELlJK RECHT, VERBINTENISSEN-
RECHT, DE VERBINTENIS IN HET ALGEMEEN, cetakan
Klaasen, keempat, Tjeenk - Willink, Zwolle, 1973
Eggens, J. - Polak, J.M. J.G.- HUWELIKSGOEDEREN_EN
ERFRECHT, HAND LEIDING BIJ STUDIE EN PRAKTIJK,
Satrio, J. HUKUM PERIKATAN, PERIKATAN PADA UMUMNYA, Alumni
cetakan kedelapan dengan tinjauan kembali, Tjeenk-Willink,
Zwolle, 1956. Bandung, 1993.

Satrio, J. HUKUM PERJANJIAN, Citra Aditya Bakti, Bandung 1992


Meijers, E.M. ALGEMENE LEER VAN HET BURGELlJK RECHT, Jilid I,
DE ALGEMENE BEGRIPPEN VAN HET BURGELlJK Satrlo, J. HUKUM JAMINAN, HAK-HAK JAMINAN KEBENDAAN celakan
RECHT, Universitaire Pers, Leiden, Leiden 1948. kedua, Citra Aditya Bakti Bandung 1993.

Panggabean H.P. Himpunan Putusan Mahkamah Agung R.1. mengenai Subekti, R. - Tjitrosudibio, R. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM
Perjanjian Kredit Perbankan, jilid I, Citra Aditya Bakti, PERDATA, diterjemahkan, cetakan kedua, Pradnja
Bandung 1992. "! Paramita, Jakarta 1959

Pitlo, A.- G.Meijling HET PERSONENRECHT NAAR HET NEDERLANDS Supomo, R. HUKUM ACARA PERDATA, cetakan ketujuh, Pradnja
BURGELlJK WETBOEK, cetakan keempat, Tjeenk-Willink & Paramita, Jakarta 1982.
Zoon, Haarlem 1955
Tresna, R. KOMENTAAR ATAS REGLEMEN HUKUM ACARA DI DALAM
Pillo, A. HET ZAKENRACHT NAAR HET NEDERLANDS BURGELlJK PEMERIKSAAN DI MUKA PENGADILAN NEGERI ATAU
WETBOEK, Tjeenk-Willink & Zoon,Haarlem 1949. H.I.R., cetakan kedua, W. Versluys, Jakarta 1959.

Pitlo, A HET VERBINTENISSENRECHT NAAR HET NEDERLANDS Vollmar, H.F.A. NEDERLANDS BURGELlJK RECHT, HANDLEIDING
BURGELlJK WETBOEK, cetakan ketiga, Tjeenk _ Willink & VOOR STUDIE EN PRAKTIJK, jilid ketiga, VERBIN-
zoon~ Haarlem, 1952. TENISSEN- EN BEWIJSRECHT, cetakan kedua, Tjeenk -
Willink, Zwolle 1952.

250
Hukum Perikalan Tlg. H'apusnya Perikalan Bag: II Hukum Perikalan TIg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 251
Dallar Lileralur ,~II.

Dallar Lileralur r
Zeben,
C.J.v. - Slerk, TAW. ARRESTEN BURGELlJK RECHT, MET
ANNOTATIES TEN BEHOEVE VAN HET ONDERWIJS,
cetaken keenam, Tjeenk - Willink, Zwolle 1984.

DAFTAR ADVIS DAN CATATAN


PADA ARREST-ARREST YANG D1SINGGUNG
DALAM BUKU INI

Proc.Generaal Polis dalam advisnya pada kepulusan H.R. 16


Januari 1903 dalam perkara "BOLSIUS - GLAZENER", dimuat
dalam leben-Slerk, Arreslen Handelsrechl en Burgelijk-
Prosesrechl, Bagian I, hal. 1
Calalan J.B.leijlemaker Jzn di bawah arrest HgH 20 Juni 1929,
dalam perkara "WEESKAMER - Fa. A.KNOTIENBELT & CO",
v,'
dimuat dalam T.131 : 447.
Kesimpulan proc.Gen.Langemeyer dalam arrest H.R. 7 November
1958, N.J.1960,177, dalam perkara "LEYGRAAF - N.S.", dimual
dalam leben - Slerk, hal. 371.

252
Hukum Perikalan Tlg. HapuSnya Perikalan Bagian 2
Hukum Perikalan Tlg. Hapusnya Perikalan Bagian 2 253
Daftar Literatur
Daltar Singkatan
,
!.

DAFTAR SINGKATAN-SINGKATAN

Ar Arrondissement rechtbank

Florijn (slmbul Gulden Belanda)

Fa. Firma

HgH Hooggerechtshol van Nedelands Indie

H.I.R. Herzien Indonesisch Reglement

H.R. Hoge Raad (Nederland)

H. Majalah Hukum (Majalah Perhimpunan Ahli


v,' hukum Indonesia)

K Undang-Undang Kepailitan

Kg. Kantongerecht

K.U.H.D. Kitab Undang-undang Hukum Dagang

Lr. Landraad

M.A. Mahkamah Agung

NBW Nieuw Burgelijk Wetboek

N.J. Nederlandse Jurisprudentie

254 •
HUkum Pe<ikafan Tlg. Haposnya Perikatan Bagian 2
Hukum Perikatan Tlg. Hapusnya Perikatan Bagian 2 255
Dallar Singkalan

N.V. Naamlose Vennootschap

P.M.A. Peraturan Menteri Agraria

P.P.A.T. Pejabat Pembuat Akta Tanah

P.N. Pengadilan Neger;

P.T. Pengadilan Tinggl.

Rb Rechtbank

Rv Burgelijke Rechtsvordering

R.v.J. Raad van Justitie

R.U.U. Rencana Undang-Undang

S.E.M.A. Surat Edaran Mahkamah Agung

T. Indisch Tijdschr;ft van het Recht

Y.I. Yurisprudensi indonesia

R.Y.M.A.R.1. Rangkuman Yurisprudensi Mahkamah Agu.ng


Republ!k Indonesia

U.U.P. Undang-Undang Perkawlnan NO.1 Tahun 1974

U.U.P.A. Undang-Undang Pokok Agraria.

256 Hukum Perikalan ltg. Hapusnya Perikalan Bagian 2

Anda mungkin juga menyukai