PENGANTAR
FTLOLOGTIAWA
-
PENGANTAR
Undang-Undang
Ferubahan
I
Nomor 12 Tahun 1997
Aas Undang-Undang Nomor 6
982Tenang Hak Cipta sebagaimanaTelah
FTLOTOGIIAWA
Dengan Undang-Undang Nomor TTahun 1987
l. Barangsiapa dengan sengaia dan tanpa
mumkan atau memperbanyak suatu ciptaan
memberi izin untuk itu dipidana dengn pi
penlara paling lama 7 (tuiuh) tahun
denda paling banyak Rp I 00.000.000,00
iua rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengala menyiarkan, mema- KARSONO H SAPUTRA
merkan, mengedarkan, atau meniual kepada
umum suatu cipaan aau barang hasil pelanggaran
Hak Cipa sebagaimana dimakud dalam ayat ( l)'
dipidana dengan pidana peniara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Penerbit
WEDATAMA WIDYA SASTRA
2008
Pengantar Filologi Jawa
oleh Karsono H Saputra
wws 2008.63.01
Penerbit Wedatama Widya Sastra
Jl. M. Kahfr I, Gg. H. Tohir II No. 46Jakarta Selatan
Telp./Faks. 027 -7 965262
KATAPENGANTAR
E- mail wedatamawi dy rc as ttz@y ah o o. c om
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Buku ini ditulis bermula didasari keinginan untuk mem-
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini buat buku ajar mata kuliah Pengantar Filologi Umum di pro-
tanpa'ann tertulis dari penerbit.
gram StudiJawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universi-
Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT) tas Indonesia(FIB UI). Berhubung mata kuliah iru kemudian
dihapus dan "disatukan" dengan mata kuliah lain akibat per-
Karsono H Saputra
ubahan kurikulum di lingkungan UI, maka gagasan itu men-
Pengantar Filologi J awa-Jakarta: Penerbit Wedatama
jelma menjadi buku Pengantar Fihhgi
Widya Sastra, Cetakan Pertama, November 2008 Jawa. Gans besar isinya
vi+ 116 hlm.;14 x20 cm memang tidak banyak berubah, detailnyalah yang kemudian
"menyempit" tetapi malah "menukik" lebih dalam pada keja-
Bibliografi
waan.
ISBN 978-97 9 -3258-7 9 -9
Beruntung sayamempunyai rekan-rekan sejarvat yang se-
nantiasa mendorong saya untuk melanjutkan penulisan buku
ini. I\{eskipun dengan kemampuan yang sangar rerbatas dan
pengetahuan yang dangkal, buku ini pun akhirnya terselesaikan.
Untuk itu terima kasih pantas saya sampaikan kepada para
sejawat di Program Studi ("S)
Jawa FIB UI, terutama sekali
Kerua PS Jawa Bapak Darmoko, M. Hum. dan Ibu Amyrna
t
Leandra Saleh, M. Hum., guru sekaligus sahabat untuk ..ber_
tengkar". Terima kasih juga saya haturkan kepada para guru
yang membantu membenruk diri dan sikap keilmuan saya.
Ke_
pada para mahasiswa, tempat saya menguji pendapat dan ..men_
curi" gagasan, sepantasny alah say amenyampaikan hormat dan
pujian yang nrlus. Buku ini tak akan pernah ada tanpakeber_
adaan mereka.
Kekurangsempurnaan berikut kedangkalan sajian buku DAF"TAR ISI
ini selayaknyalah mengundang kitik dan diskusi dari para cerdik
cendekia dan sidang pembaca. Hormat yang nrlus saya sampai_
kan untuk segala kridk dan diskusi. Kata Pengantar v
Akhirnya, sekalipun sed.ikit, mudah-mudahan buku ini
ada juga manfaatnya. Bab I Pendahuluan 7
1. Pengertian 1
vl vil
77
Bab III PenggaraPan Naskah
77
1. Studi Filologi
81
2. Langlicrh Keri a Filologi
104
3. Metode Keria Filologi
109
D{tar Pustaka
174
Indeks
J(asifruntut
Istrl0u: NinS i{ardani
anat-ana"fr.Eu:
Dit e;,'Wag e, Tci" Jati;
ch,tm untufr. cucutlc A|igait
yary meniuyEan ruLyas Saru
vlil
pengantarfhfogi jawa
BAB I
NASKAHDANTEKS
1. Pengertian
Hampir semua orang Indonesia yang pernah mengenyam
pendidikan di sekolah menengah pasti mengend-as2u 5sri-
dak-tidaknya mendengar-S utasoma, N dgmakrt1gama, dan Hi
kayt Anir Hamqalt. S utasoma merupakan karya (sastra) berba-
hasaJawa kuna, karya Mpu Tantular, berasal daizamanMaia,-
pahit abad ke-14, dan mengandung petikan frasa yang kemudian
menjadi semboyan Negara Kesatuan Republik lndonesia ,,bhi-
nneka tungal ika". Nigarakrthgarza juga merupakan karya (sastra)
nya bahasa Bugis, bahasa Melayu, bahasa Sa- "benda" peninggalan tertulis semacam ini disebut dengan nas-
sak, bahasa B ania4 danseterusnya. S utasoma l<ah2; sedang w^cana yaflgterkandung di dalamnya, atauw^c fla
dan N dgara krt hga m a-y angdij adikan contoh yangdapatdibaca dari suatu naskah, disebut sebagai teks. Nas-
pada ahnea Pertama buku ini--dalam wu- kah dan teks merupakan suatu kesatuan yang tidak mungkin
judnya yang lama ditulis dengan aksataJawa clipisahkan: naskah merupakan "wadah", sedang teks meru-
dan bahasaJawa kuna di atas rontal, sedang pakan isi. Pembedaan istilah dan pengertian naskah dengan
karton tebal
teks sangat penting bukan saja keduanya berbeda sec rany^t^
HikaytAmirlTanlab ditulis dengan aksaraJawii dan dengan
t ,tf-*rl"* aksara Arab yang diadaptasi untuk menulis sastta
Istilah "naskah" dapat disamakan dengan isttTah manascripr (disingkat
"adrn dengan
dan bahasa Melay'u, sudah barang tentu melalui penyesuaian ms uttttk runggal ataw mrr untuk iamak) dalam bahasa Inggris dan
sifatbunyidankaidahbahasaMelayu,dikenalsecaraluasdikepulauan handschrift (disingkat /r untuk tunggal ataw hrs untuk jamak) dalam
oleh
Nusantara, terutama yang sasta dan tradisi disnya dipengaruhi bahasa Belanda.
sasta dan tradisi nrlis MelaYu.
futrsorc fi saputra penqantar fibfogi jawa
secafa inderawi, melainkan karena bidang yang mempelalarr hiasan-hiasan yang mun-
keduanya pun berbeda. Teks merupakan bidang kajian teks- cul pada lembar-lembar
tologr, sedang naskah menjadi alas ruIis. Baik alas nrlis,
wacana pri m b o n dalam tradisi pernaskahan Jawa, mis alnya, ka- r i rer r rI rrt rr r r yrr rrlrabila tidak mengetahui konvensi pimbon yang
dang-kadang dinyatakan dengan lambang-lambang grafis, gam- I re r I u li r r t I rr I a rn masya rakat J awa; bahkan lambang-lambang yang
bar, atau aksara. Keberadaan teks tidak secara langsung dapat rertrrgli:rli lrcrupa gambar grafis bisa jadi membingungkan dan
dirasakan oleh indera, tetapi harus melalui Proses yang memer- lrat;t lrrrt:t yang muncul dalam teks itu pun memiliki makna
lukan keahlian khusus untuk memahaminya, yakni kemam- hlrrrsrrs scsuai dengan konvensiprimbon danhanya dapat dipa-
puan "membac ". Setiap orang pada umumnya dapatmelihat Irrr r ri r rlch or^ng yang mengakrabinya.
dan menyentuh atau memegang naskah; namun tidak setiap Slrirtu naskah mungkin sajatelahmusnah, mungkin karena
orang memiliki "kemampuan membaca" teks yang terkandung ,lttrrrrlian usia atau sebab-sebab lain, tetapi kandungan teksnya
di dalam suatu naskah. Selain pengetahuan tentang aksata st' r i r r gkali masih tersimpan dalam tngatan bersama masyarakat
berikut ejaan, membaca suatu teks peninggalan budaya rnasa 1x'rriliknya dan muncul dalam bentuk lisan-itulah sebabnya
<<1s[s
lalu setidak-tidaknya harus memiliki pengetahuan bahasa yang ;rtlrr istilah "teks lisan"7 sebagai sandingan flis"-212q
menjadi sat n ungkap, pengetahuan sastra)-jika dinrlis de- lr;rlrl<an dalam bentuk karya seni lain, misalnya sebagai lakon
ngan matfa sastra-sebagai bingkai w^c n , dan pemahaman lrcrttrnjukan ataw dtpahatkan pada media batu sebagai relief;
budaya ketika teks tersebut dibuat. Dalam hal naskahpinborf
yang telah disebut di atas, misalnya, seseorang tidak akan dapat
Salah sata panel relief
Teks dalam tradisi naskahJawa yang dibingkai prosodi sastra berupa
di Candi Siwa
macapat v:ntoik teks-teks Jawa ban, kidunguntuk teks Jawa tengahan,
Prambanan ntengandung
dan kakaptinuntuk teksJawa kuna. Ketiga bentuk "puisi" ini memiliki
kisahan dai
kaidah yang berbeda satu sama lain. Oleh karena iru pemahaman
Ramalanan; adegan
teks 1'ang dibingkai oleh ketiga genre puisi itu pun memerlukan
Rama memanah k:ijang.
pemahaman kaidah puitika-termasuk aturan metrum-masing-
masing.
Pinbon adalah genre teks Jawa yang memuat petangari 'perhitungan' lrrrlrkan bukan tidak mungkin ada hubungan intertekstual
"hari" dalam budaya Jawa; seringkali iuga memuat berbagai ngelnu ^ntata
srrrrtu teks tulis, teks lisan, dan karya seni lain. Banyak teks
'ilmu' dan tafsir, serta mantra. Pada masa lalu, orangJawa mendasarkan
pinbon untuk "menghitung" hari baik berbagai kegiatan )'ang akan trrlis yang ptrwarupanya berupa teks lisan, atau sebaliknya,
dilakukan, misalnya rnenanarn padi, menikahkan anak, membangun
'l'cks lisan adalahwacana yang dilisankan dan disebarluaskan atau
rumah, membuat sumur, Pindah rumah, bepergian fauh, dan berbagai
kegiatan lain yang bersangkut Paut dengan kehidupan keluarga.
tliwariskan dari generasi ke genetasi secara lisan.
forsono fi saputra ?engantafrtfotogi jawa
dan banyak pula karya seni yang diilhami oleh teks tulis. Per- y'rIH nrirrnPu menghasilkan jurnlah coplt tak terbatas dengan
gelaran wayang, misalnya, merupakan contoh seni yang diilhami Irarryrr sntrr macam wujud, "benda" yang mewadahi teks Hikayt
oleh teks tulis, atau beberapa lakon langendild yangberangkat lnrtr I larnqah tersebut tidak dapat lagi disebut sebagai naskah
dari teks yang semula dinrlis atau dikumpulkan. Cerita nkyat- arlr;r|ilrrrrr kandungan 'wac n ny^ merupakan produk budaya
baik mitos, legenda, maupun dongeng-merupakan contoh rrr,r:;:r lrrlu; bahkan sekalipun aksaranya menggunakan aksara
untuk kasus teks tulis yang berangkat dari teks lisan. Sebagian ;,rrvi st'bagaimana digunakan pada naskah Hikalat -Arnir Hanryh
Babad Tanah Jawf , misalnya, diduga berasal dari cerita nkyat \,;ilrlt, nlenjadi acuan pencetakannya. Benda-benda konkret itu
dan kemudian dipadukan dan disusun dengan simpul-simpul k'lrilr lazrm disebut dengan buku atau kitab. Dengan demikian
yang kait-mengait sehingga menjadi suatu bangunan wacana "l rcncla-benda konkret" keluaran Departemen Pendidikan dan
yangmeay^ru. Dengan demikian suatu teks dinrlis berkemung- l..cbudayaan pada dasawarsa 1980-an yang berisi alih aksara
kinan berpangkal dari tek lisan, kemudian dilisankan kembali, tclrs-tcks lama dari berbagai kebudayaan daerah di Indonesia
ditulis, dan dinrlis kembali, dan seterusnya; aau sebaliknya, teks tttl;rk disebut sebagai naskah, sekalipun ada bebetapa di an-
yang sudah dalam bentuk nrlis dilisankan kembali dalam bentuk t;u:rrya yang memuat teks produk abad ke-17 dan awal abad
cerita turur dan dijadikan dasar lakon perrunjukan, "disebar- lic I fl.
luaskan" secara lisan, dan kemudian menjadi teks nrlis lagi. l)erbedaan hakiki naskah dan buku dalam penger-
^nt^r^
Pengertian naskah s enantias a mengandun g matta lama, tr;ur nlasa kini sesungguh-sungguhnya lebih tedetak pada "ke-
baik lama dalam jarak waktu maupun lama daJzmjarak budaya, Ir.r:r<Iaannya" sebagai suatuwujud benda. Naskah lebih memi-
yang tercermin melalui unsur tradisional pada alas hrlis, proses lrkr silat khas dalam pengertian udak ada duanya. Tidak ada
produksi dan reproduksi, dan unsur-unsur lainnya. Oleh kare- , h r:r naskah yang sama persis, sekalipun mengandung teks yang
na itu ketika, misalnya, teks HikalatAmir HamVzh diproduksi '.;rrrr;r, dihasilkan oleh penyalin yang sama danpadakurunwaktu
dan direproduksi dengan menggunakan teknologi percetakan 1'rrrrr'; tidak jauh berbeda, dan dari satu teks babonl" yang sama.
S,rrrgrt mungkin seorang penyalin dapat menghasilkan lebih
L.angendila adalah drama taliJawa berbentuk opera, sebagian besar
cakapan menggunakan tembang berpola metnun macapat, lakofl ,l;r'i satu naskah salinan yang "sama persis"-baik bentuk aksa-
berdasar daur cerita Damarwulan, seluruh tokoh diperankan oleh r;r. l)rrngtuasi, rubrikasi, iluminasi, maupun /a1 out 'perwajah-
penari perempuan.
Babad Tanah Jaaz' merupakan karya sastra sejarah, purwarupanya ber- I" 'lncluk', arketip, yang menjadi "nenekmoyang" dari seluruh teks
asalantara tahun 1575 dan 1635 @erg,1974:124-125). scjc:nis yang ada.
forsona fr saputra pengantarffofogi jawa
an'-daisuatu naskah induk, tetapi adakah jaminan tanpa ke- rlarr relrr',,thrksi. Adapun pengertian "l^m " memiliki matra
salahan yang tidak disengaja dalam proses penyalinan meng- " ;r rn k rva k jatakbudaya". Yang dimaksud jarak waktu
Ir r" rJan "
ingat proses penyalinan dilakukan dengan cara tradisional? Per- arlalalr ;rrr:rk kctika naskah dibuat danf atau teks diciptakan
bedaan antarnaskah yang mengandung teks seienis menjadi rlerrgnrr saatini ketika naskah tersebut dibaca. Tak ada ukuran
lebih besar apabila proses penyalinan dilakukan oleh penyalin lrshn nrcnl{cnri jank waktu: 50 tahun, 100 tahun, dan sete-
yang tidak sama dan dalam selisih waktu yangpaniang, dalam luEnlr. ( )lch karena itu "jarak budaya" lebih nyata dibanding
lingkup skriptorium berbeda, dan subgeografi budayz yang ;'u,rh rvlktu. Naskah (dan teks yang terkandung di dalamnya)
berbeda: perbedaan dapat meliputi seluruh aspek naskah. Per- rltlrrrut atau diciptakan pada masa lampau ketika unsur-unsur
bedaan seperti ini tidak akan terjadi pada buku hasil cetakan. lrrrrlrrya yang menyertainya "tidak diakrabi" lagi oleh pembaca
Seberapa pun jumlah eksemplar yang dihasilkan, eksemplar- rrrirsir kirti. Scbagaimana kita tahu, aksara-dan bahasa-yang
eksempar tersebut akan sama persis sepaniang tidak ada per- ,Lgrrnirkan dalam naskah "tidak produktif" lagi pada masa kini
ubahan pada "mast er" -ny a. h rr re rr a rdany a "jarakbudaya" dan pembacanya.
^ntatanaskah
Dengan demikian pengertian naskah dalam kajian sastra I)i sampingm^tr I"ma,pengertian naskah juga mengan-
lama mengandung rrlatr khas dan lama. Pengertian naskah rlt u r;,', t n:r kna "peninggalan tef tulis". Peninggalan berarti sesuatu
dalam pengkajian sasffa lama berbeda dengan istilah naskah pr t x Ir r k rnasa lalu yang kemudian diwarisi oleh daof atau diwa-
"karya asli" pengarang sebagai bahan yang akan digandakan r I t rv r rj r u I kan melalui aksa rz dan bahasa berikut sis temnya, walau-
oleh penerbit melalui teknologi percetakan; naskah dalam dunia 1'rrrt rlalam beberapa kasus-sepern pimbon-tidak hanya
panggung adalah lakon atau teks yang menjadi dasar pemang- tr'rrlrri atas aksara.
gungan; sedang naskah pidato adalah "teks" yang ditulis untuk l)ada kenyataannya terdapat peninggalan budaya masa lalu
danf atau dibacakan sebagai pidato. rl;rlurrr bentuk rertulis selain naskah, yakni prasasti. Meski nas-
Matra "khas" lebih berkait dengan keuadisionalan wuiud- kirlr rlan prasasti merupakan produk masa lalu dalam bentuk
nya, yang meliputi hal-hal yang bersangkut Paut dengan unsur- I t' r t r rl i s, terdapat perbedaan mendasar antarkeduanya, yakti:,
unsur naskah, misalnya alas tulis, aksara, serta Proses produksi I r\las tulis prasasti biasanya berupa benda-benda keras, se-
10 11
F
fotrsono fi saputra
j
p enBantar fito fogi aw a
perti batu dan logam, sehingga rcIaif lebih dapat beftahan gkin berpani ang- panjang. Oleh karena perbedaan isi
r rrr rr r
tethadap cu^ca atau penyebab kerusakan lain dibanding tcrsebut pendekaan penelitian dan disiplin ilmunya pun
alas tulis naskah yangpada umrunnya lebih mudah lapuk I rc rbcda: prasasti merupakan kajian arkeologi, sedang nas-
dan rusak. hrlr (berikut teks yang terkaodung di dalamnya) merupakan
k:r;ian filologi.
Wrcana dalam prasasti mengandung kebenaran informasi
Prasastilang sangat
t |alam pengertian "benar-benat terjadi" dalarn kehidupan
terkena/: Prasasti
Tarumanagara, abad ke - rryata; sedang kebanyakan naskah mengandung wac re-
^n
5 Marchi kaan (fiksi), terutama naskah-naskah yang mengandung
fndonesian Heritage tcks susasffa.
edisi Bahasa Indonesia 1:
54. t. llcrkaitan dengan reproduksi dan sarana ataualas hrlisnya,
prasasti relatif tetap berada di tempatnya semula kecuali
rrnuk rujuan khusus, seperti pemeliharaan dan pedindung-
Ptasasti tidak pernah digandakan, sehingga dengan demi- rrn; sedang naskah memiliki mobilitas yang relatif tinggi
kian tidak akan terdapat lebih dari satu prasasti yang me- rl:rn mudah dipindah-pindahkan dari tempat penciptaan-
ngandung teks yang sama, sedang naskah sangat mungkin
direproduksi sehingga berkemungkin terdaPadebih dari
^n
satu naskah yang mengandung teks seienis dan akibat re- Meski antar^naskah dan prasasti memiliki seiumiah per-
produksi berkemungkin an terdaP^tYaiasi teks yang sejenis' l,r'r liran mendasar, namun keduanya merupakan peninggalan
Hal ini lebih disebabkan oleh kekhasan kandungan isi ma- rrr rr rlis masa lalu yangdapatsaling melengkapr, saling mendu-
sing-masing. lirrrrg, dan saling membantu, terutama'y^ngberasal dari kurun
Isi prasasti lebih pendek dan ringka5 kffsn2-$iasanya- rv;r k I u sezaman, baik mengenai unsur aksara, bahasa,maupun
hanya memuat satu pokok perkata, misalnya maklumat rrirnyx. Kesulitan mengenali dan membaca aksara suatu prasasti
pemberian kedudukan otonomi suatu daerah atau pembe- rlupat clipecahkan, misalnya, melalui perbandingan aksara suatu
rian hadiah dari seorang Penguasa kepada orang atau se- rr;r:ikah y^ngsezarrr n dengan prasasti tersebut atau sebaliknya.
kelompok orang di suatu wilayah, sedang isi naskah sangat I )r.rnikian pula data yang terdapat pada suatu Prasasti berke-
12 13
futrsono fi saputra pengantarfifobgi jaua
mungkinan dapatmenjadi rujukan pendukung informasi yang f ri ilr r r \ .rr 111 .,r'1,:rrnng dikenal secara umum, alas tulis yang terdiri
diberikan oleh suatu teks atau sebaliknya.ll eta. lrrl;rr;rrr lrcllian daun tal atau nipah diikat dengan tali di
lr:lgii,rri tr't11,;111 rl:rn, biasanya, dimasukkan ke dalam kotak, yang
2. Alas Tulis
'l,il,rrrr tr,rrlrsi llali disebut kropak, atau penjilidan mungkin
Yang dimaksud alas nrlis adalah bahan yang ditulisi dan +lil,r l. l, rr r t lt'ngrrn menggulungnya; bahkan ada penjilidan se-
rr r
disatukan (baca: dijitd) menjadi satu kesatuan yang kemudian "lrlr;rt:rrr lipatan" sebagaimana pustaha Batak dengan
I'Fr tr alas
disebut naskah. Teknik penyatuan atau penjilidan berkait de- rrrh.' lrr'rrr;r:r lcmbaran-lembaran tipis kulit kap.
14 15
ftgrsono fr saputra p enq antar fi[o togi j aw a
mukul yang disebutpaflre,/peilh dengan landasan kayu nangka, jinat dan tidak mavk ke
dalan kelonpok naskalt
kemudian dicuci, kembali dipukul-pukul hingga melebar, dan (rdoneian Hmtage edisi
dijemur sampai kering. Setelah kering bahan yang sudah sete- Indonuia, 10: j4)
ngah jadi ini direndarn, kemudian diperas, dilipat, dan dibung-
, rlt'lr alam tempat suatu naskah dibuat, kain12, serta pada waktu
kus daun pisang segar selama lima hingga enam hari sampai
yrrrg lcbih kemudian digunakan pula kertas Eropa. Selain
ienis-
mengeluarkan lendii. Setelah proses pemeraman, bahan alas
tt'nil alalnrlis _ini,
Gaur (1979:4-9) menyebutkan ada pula
tulis tersebut diratakan di atas papan, berulang kali ditekan
' ' l'ir<la kenyataanrryahampir tidak terdapat naskah-sepanjang naskah
dengan tempurung yang bersisir, diulangi ditekan dan diratakan y;rrrg sampai kepada kia dewasa beralas tulis kain. Kain
dengan tempurung halus, terakhir dengan nangka yang sudah :ichagai alas nrlis lebih digunakan pada benda-benda khusus seperti
layu. Proses terakhir adalah membentangk^any^ pada batang l,urrji panii atau benda-benda yang dianggap keramat.
16 17
pengantarf[otogi jawa
frarsorw fisaputra
jenis aias tulis yang digunakan dalam tradisi pernaskahan dunia, **r,,r k, ,lcksi MS -lav.b.5 (R) dan naskah Sunda dengan nomor
Itnlchqr t\4S.fav.b.3 (R), keduanya juga merupakan koleksi Per-
yakni petak-petak tanah ltat bakat (Mesopatamia), papitus
(X4esir), berbagai macam kain yang meliputi bahan linen dan ;rilrlir h'rr r r ll lclleian.
I I o u I i il b a ny ak dipergunakan untuk nas kah-naskah Sunda,
sutera, berbagai macam bagian tubuh hewan seperti tanduk
kerbau, gading, dan kulit penyu, sefia aellum dan perkamen flrvrr, fVnclura, Bali, Lombok, dan beberapa naskah Bugis13.
I lrrrgipi;r :;t'karang alas n-rlis ronta/ maslh digunakan untuk me-
atau kulit hewan seperti biri-biri dan rusa (Iran). Banyak di
alas tulis yang disebut oleh Gaur tidak terdapat dalam
rulrii n;r!,1{irh cli Bali. Helaian-helaian daun talatau siwalanyzng
^flt^t^ rnr ;r I r rr rt'lll ui proses panjang pembuatan dan kemudian dinrlisi
tradisi pernaskahan Nusantara pada umumnya dan tradisi pet- I
naskahan Jawa khususnya, setidak-tidaknya berdasar naskah- rllqrlrrrt rlcngun /empiratau lerzpiran dalam tradisi Bali, sedang
naskah yang masih bertahan hingga dewasa ini. leul,tt hu/tir yang disatukan menjadi 521u ik212n-dan biasanya
Alas tulis daun nipah digunakan dalam tradisi pernaskahan rlrnrar,rrlilvtrt ke dalam kotak yang disebut sebagai kropak-
rliar I rr rI r lurgan caktpan. Naskah dengan nomor MP 1 65 koleksi
Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok. Naskah betnomot MSJavb.l
(R) koleksi Perpustakaan Bodlein dengan kandungan teks Rasa- Flgt'u' Timur Perpustakaan Nasional Paris (Virya-
N:rsl<ah
carita merupakan contoh naskah yang menggunakan alas tulis lrrert{r;r. l()90l. 19) merupakan contoh naskah beralas n-rlis
daun nipah (J\ipafruticans). Gallop (1991: 75) memberikan des- fdtJ*r/ N;rskah berbahasa Javra kuna yang mengandung teks
-lrtxtt,tu'ru,,ilta dan terdiri atas 37 lenpirinmenjadi koleksi Per-
kripsi singkat mengenai naskah ini, yakni'naskah berukutan
44,5 x 4 cm-yang berarti panjang 44,5 cm dan lebar 4 cm- lrirqt;rh;r:ur Nasional Paris sejak tahun 1878 atas usaha Zoten-
terdiri atas 78 lembar nioarr. {6ng2n kotak lak merah, dinrlis I'rtg. N;rskah bernomorVT 43 koieksi Peqpustakaan Nasional,
dengan tinta hitam dalam ba- feh,rrt'r, rncrupakan contoh unik naskah beralas nths ronta/.
hasaJawa kuna dan huruf Ja- N,rrlr;rlr yang berasal dari Bugis ini berbentukhelaian rontal
wa kuna kuadtatik. Naskah ini urlrlr,rl 1,5 cm yang disambung-sambung dengan cara dijahit
menj adi koleksi Perpustakaan Irrcrrrrrli:ri scjenis benang, kemudian digulung, dan bertangkai
18 19
frarsono ft saputra pengantar fibfogi jawa
kayu sepanjang46,6 cm (Sri Sumekar, 1999: Etlr trrcrtrrlis di atas dakang. Sangat
tipis dan kemudian dilipat-lipat seperti alat Arl,l, 12309 dan naskah betno-
musik akordeon terdapat di Batak, disebut Ftnt Slr rane 2645, kedwanya ko-
pustaha, biasanya mengandung teks obat- leLrr ltritish Llbraty.
obatan dan mantra. Naskah dengan nomof I \'nggunaan kettas Eropa-
koleksi PNRI, lontarak, D 90 (peti 138) koleksi Perpustakaan Na- yrilrpi rrrrrlai didatangkan ke Nusan-
Bgagis (Sunekar, 1 999: 58)
sional RI merupakan contoh naskah beralas latn lrrrrln masa awal VOC-seba-
tulis bambu. Naskah ini berupa sepotong bambu berukuran gai lrlrrs tulis naskah meluas di se-
47 cm,bergaris tengah 7,5 cm, beraksara dan berbahasa Batalq hrtrrlr Nusantm^yang sudah me-
Na:kah beralas tulis dluwang beisi Serat
ditulis dengan getah kayr sebagai tinta (Sri Sumekar, 1999: ntlltl.i trlclisi pernaskahan, mulai
Menak, beraksara pegon, berukuran 21 ,7 x
20-21). Adapun naskah-naskah dengan nomor koleksi D 2,D dart Acch, Pulau Panyengat-Riau, 28,7 cm, koleksi Britirb Library, no. Add.
I 2309 (Ga//E, 1 99/ : 1 01 ).
1,1,D 1,2, D 15, danD72 ftesemuanya terdapat dalam peti Ftlttl,r, f
rrwa, Bali, Lombok, I(utai,
133) merupakan contoh-contoh naskah beralas tulis kayu. Nas- Fugr,rs, srrrnpai ke Maluku. Peduasan penggunaan kertas Eropa
kah-naskah yang berasal dari tradisi pernaskahan Batak tersebut rlitrrrrrrgltinkan karena alasan praktis, baik dalam penyediaan
kini tersimpan di Perpustakaan Nasional RI. Frdrf f
run proses penulisan dan penjilidannya, meskipun har-
Dalaang (Sunda) dan dlawang flawa) merupakan alas tulis gent,r rclatif mahal. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar
dad kulit kayu yang dibuat sedemikian rupa sehingga meniadi flerhrrlr NLrsantara yang kini masih bertahan adalah naskah-
sangat tipis menyerupai kertas masa kini meski lebih tebal dan irrkrrlr lrcralas h:lis kertas Etopa dan, tentu saja, naskah beralas
kasar. Dalam tradisi Sunda, daluangterbuat dari kulit kayu pohon fr€lla nu/a/. Terdapat berbagai macam ukutan naskah yang
saeb dengan tinta gentur-pertamaan tinta ini mengikuti nama #ttp,plrnakan alas tulis ketas Eropa, misalnya naskah KBG
desa pembuat tinta, yakni Desa Gentut, yang digunakan un- f 85, rrrcrrruat teks PanjiArgreni,koleksi Peqpustakaan Nasional,
20 21
-
forsono fr saputra
penqonturrtfofogi jawa
Jakafia, berukuran sampul 25,8 x 18,5 cm dan berukuran ha- 1, Aks.rra dan Bahasa
laman isi24,7 x 18 cm (Karsono, 1988:7); naskah NR.507, ;\ li:;:rra sebagai lambang bunyi bahasa berkait erat dengan
memuat teks SeratJati Pusaka dan Babad Moman4 koleksi Fakul- fr ar f rrr kclrt:raksaraan. Bahasa sebagai satan komunikasi tidak
tas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Ir*r rr', rrrcnrcdukan aksata, tetapi kehadiran aksara dalam ke-
berukuran sampul 34 x27 cm dan berukuran halaman isi 33 irrtrl;r\,;r;rn manusia menandailompatan budaya yang Sangat
x 20,5 cm (Haryati, 1988: 11); dan naskah NR. 77, berisi teks
IrFrtrru,. Al<sara bukan saja menjadi alat bantu komunikasi, te-
Centhiri Mangunprawiran,koleksi FIB-UI, berukuran 20,5 x 1 6,5 talrr rl,r1r;rt menjadi sarana perekam cara berpikir, adat, norma,
cm. r l,rr r r rr r:,r rr budaya suatu masyarakat yang pada gilirannya men-
Di samping berbagai alas tulis di atas, Zoetmulder (7974: frrr ll dokumentasi budaya masyarakat bersangkutan.
150-162) menyebutkan bahwa tradisi pernaskahan Jawapada !,r!f,r1,,;f
Ir)l,ura diketahui, dokumentasi menjadi bag1an pembe-
masa Jawa kuna mengenzl karas dan pudak sebagai alas tulis. Lr;.rr.rrr tcrlradap kebudayaan masa lalu yang seringkali mela-
Karas drperlirakan berbentuk sebagai kepingan papan atau se- Irr r l, r r inspirasi untuk inovasi. Tradisi keberaksaraan juga me-
'r
macam batu tulis yangpenulisannya menggunakan pengutik- rf !rr rr l,u pcrzrlihan tahap budaya: tahap sebelum dikenal turlisan-
dalam bahasa Jawa kuna disebut tanab. Karas kemungkinan l,r,r'.;r,r\,;r tlisebut "masa prasejarah"-ke tahap tulisan, yang
digunakan oleh penyairJawa kuna sebagai autograf atau buram. l r1,r., 1, 1 y ;q disebut sebagai "masa sejarah" .
Adapun pudak, yakni padanan bunga pandan dalam bahasa li;rtlisi keberaksaraan di Indonesia tampaknya telah di-
Jawa baru, diperkirakan digunakan oleh penyair pemula atau lr,rl,rr .lt l(utai pada abad ke-4 Masehi, kemudian berlanjut ke
orang yang sedang dalam proses menjadi penyair karena sifat- l:r unr;r tliJawa Barat abad ke-5 dan I(alinga diJawa Tengah
ny^y^ngmudah layu,lagr pula tidak terlalu lebar. ;rlntl ke-8. Meski demikian tradisi tulis yangmuncul me-
;r,rrl,r
Berbagai alas nrlis tradisional tersebut sangat rentan terha- l,rlr rr 1,r;rsasd tersebut belum dapat sepenuhnya dikatakan seba-
dap cuaca dan serangga perusak, sehingga kemungkinan ba- F:rr , ('r rnir.r keberaksaraan Nusantara. Di samping terbatas pada
nyak naskah tidak sampai pada kita dewasa ini. Beruntunglah irn1,1, r rp bangsawan dan lingkup pra-keraton Nusantara, infor-
ada tradisi penyalinan sehingga banyak teks terselamatkan It!!l'.t yrrrr!' clisampaikan oleh prasasti-prasasti tersebut masih
meskipun naskah awalya telah musnah. lrFnl'l'unakan aksara Palawa dan bahasa Sanskerta, sehingga
ar l,r r lt rl',iurn bahwa pelaku atau pembuat prasasti tersebut berke-
rr rr rr 11'111111s11 orang yang berasal dari tradisi Palarva dan Sanskera
22 23
forcorc frsaputra pengantarrtfobgi jawa
atau setidak-tidaknya belum menjadi tradisi budaya Nusanara. knlr frrwa ada pula yang ditr:lis dengan aksara pegonls dan
Tradisi keberaksaraan Nusantan y^nglebih nyata mulai ber- lucla waktu kemudian juga dengan aksara Latin. Aksara
rr
langsung pada abad ke-10 dengan penulisan teks Kakanin k6- frrutama digunakan dalam tradisi pernaskahan pesantren
m$nrabetbahasaJawa kuna, walaupun teks tersebut merupa- 1rt'sisir yang bernuansa keislamanl6. Adapun aksara Latin
kan gubahan dari teks India. *perpir rrrakan dalam penulisan naskah di Jawa setidak-tidak-
Sebagaimanahalnya dengan alas nrlis yang berkait erat Ff a tlt r r t I ai pada das awars a kedua abad ke-20. Naskah-naskah
r r
dengan lingkungan alam masyamlat yang melahirkan suatu hrnkn,rr^ Latin diwakili oleh naskah-naskah peserta lomba
tradisi naskah, aksara naskah-naskah Nusantara yang menjadi perrrrlisln dialek bahasaJawa atas sponsor Koninklijk Bata-
sarana kehadiran teks pun mempunyai nuansa kedaerahan. Nas- finnsclr ( )cnootschap van Kunsten en Wetenschappen (Kar-
kah-naskah Jawa, misalnya, menggunakan aksara Jawa dengan :orro. 2(X)1a: 89).
segala ragam dan gayanya, baik keragaman subgeogtafi budaya, r\lasajawi drpergunakan sec rameluas dalamtradisi per-
keragaman berdasar kurun waktula'maupun gaya orang per flnakrlrln Nusantara, terutama yang tradisi nrlisnya dipengaruhi
orang pujangga dan penyalin. AksaraJawa yang sudah mulai Itru lrlrhkan termasuk ke dalam tradisi sastra Melayu. Di sam-
digunakan setidak-tidaknya pada abad ke-10 senantiasa me- plrrp, rtrr tcrdapat aksara kedaerahan lain untuk penulisan naskah
ngalami perubahan dan perkembangan hingga mencapai ben- Nu*irrrrtnra: aksara Batakuntuk naskah Batak, aksara reilcultg
tuk mutakhirnya dewasa ini. Demikian pun aksara naskah- drn k4pnqa untuk tradisi naskah Bengkulu dan Palembang,
naskah yang kemudian dikenal sebagai naskah pesisiran, lkqnf;r Srrnda unruk naskah-naskah Sunda, aksara Bali untuk
misalnya, mempunyai corak dan gaya berbeda dengan aksam fleakrrh naskah Bali, aksara Bugis untuk naskah-naskah Bugis,
naskah di pedalaman, terutarna di lingkungan negaiguxgSvra- dilt setcrusnya.
kara dan Ngayogyakarta. Keragaman aksara tidak hanya berta- Itcragaman alas nrlis dan aksara dalam tradisi pernaskahan
utan dengan bentuk gaya aksan aksara, melainkan juga me- Nf trrnntara diperkaya pula olehker g m^nbahasa yang diper-
nyangkut ejaan. Selain ditulis dengan aksara Jawa, naskah- grrukan. I(eragaman bahasa tidak hanya muncul melalui ba-
*"*""1*n hnan .lrrcrah dalam naskah-misalnya bahasaJawa untuk naskah
" H"n" suatu daftar aksara Nusantara, terutamaJawa, yang :' -utara
digunakan berdasar kurun waktu dan penggunaannya. 1,ar
r t,rr Jiira.
ts merupakan adaptasi aksara Arab dengan berbagai pe-. lr Srrrrlran (197a:\ menyebutkan bahwa tradisi penulisan sastra di
'\ksanpegaa
nyesuaian bunyi bahasa Jawa, digunakan untuk menulis sastra dan wrhyth pesisir utaraJawa telah dimulai pada abad ke-14 sejak Islam
bahasaJawa, lebih banyak dipergunakan di pesanten-pesantren dan rnnsrrk ke PulauJawa.
24 25
F-
Jawa, bahasaBatak untuk naskah Batak, bahasa Bugis untuk Hksura, pemahaman tentang bahasa, pemahaman ten-
naskah Brrgls, dan bahasa Sasak untuk naskah Lombok-me- lrpek kcsastraan-terutama untuk teks-teks yang dibing-
lainkan juga tetjadi peng y^an bahasa akibat pergaulan delr;qan prosodi sastra, serta pemahaman tentang budaya
^ntar-
asing-yakni
budaya di Nusantara dan juga kehadiran budaya berllku ketika teks tersebut diciptakan atau disalin.
budaya-budayalndia, Cina, Arab, dan Eropa-ke Nusantara. Pcrnahaman aksara mudak dipedukan karena naskah dan
Oleh karena itu tidak aneh jika dalam teks naskah-naskahJawa Irrrrrrpakan produk budaya masa lalu yang kemungkinan
muncul kosakata serapan dari bahasa Sanskerta, Melayu, Arab, uryai jarak waktu sangat jauh dengan saat naskah dan
bahkan secara terbatas juga kosakata Cina dan Belanda. Dengan tcrscl;r.rt dibaca. Bentuk aksara, alfabet, dan ejaan yang
demikian, dengan memperhatikan bahasa yang digunakan, sua- tnkarr daiam suatu naskah berkemungkinan berbeda de-
tu teks dapat diperkirakan dari lingkup mana danf atau kurun sltr lrcntuk aksata, alfabet, dat ejaan ketika naskah tersebut
waktu kapan teks bersangkutan berasal. dbE,'u. bahkan mungkin aksara yang dipergunakan dalam nas-
h: h q r rt a h tidak dipergunakan s ebagai lamb ang grafem bahasa
I
4. Teks dan Isinya kt i rnbacaan berlangsung. Aksara Jawa pada abad ke- 1 6,
lra 1
rc
Naskah pada dasarnya metupakan sarana komunikasi an- $rrlrrya, berbeda dengan aksaraJawaabad ke-20, yaag bahkan
tara penulis-yang merupakan bagian pemilik kebu dayaan ma' tdrh lrr,rdukuf lagi pzdazbadke-27. Oleh karena itu jika se-
sa lalu--dan pembaca di masa kemudian. Adapun yang diko- gtng lrcrnba ca abzdke-21 hendak membaca naskahJawa yang
munikasikan atau objek komunikasinya adalah teks, yang me- bcrnrnl tlari abad ke-16, pembaca bersangkutan harus mema-
rupakan kandungan naskah. Sebagaimana komunikasi antara $rnri nksaraJaura berikut pungtuasi yang digunakan pada abad
pembaca dan teks pada umumnya, bentuk komunikasi tersebut $=tfr, Aks"taJawa abad ke-18 yang dipergunakan di daerah
hanyasearah: pembaca melakukan kegiatan mernbaca teks de- ptrtni utara mempunyai corak dan gaya berbeda dengan corak
ngan segala pemaknaan dan penafsiran teks yang dibacanya. &tt g,'y^ yang dipergunakan di istana-isana pedalaman pada
Ketepatan penafsiran tidak dapat dikonfirmasikan kepada pe- *uftu, -aktu yang sama. Keragaman juga diperkaya oleh ke-
ngzr^ngny^, melainkan hanya dapat diuji dengan perangkat $ruo" 1rt:nulis atau penyalin naskah, yang masing-masing me-
dan penerapan metodologi yang dipergunakan jika penafsiran ht'ccnderungan gaya tersendiri. Tanpa pemahaman aksara
tersebut dalam bingkai ilmiah. Oleh karena itu, seperti telah y;rrrg digurlakan dalam naskah, mustahil seorang pembaca
disebutkan di atas, membaca teks memedukan pemahaman I rrrcmahami atau membaca teks yang terkandung dalam
26 27
forsotw fi saputra pengantarfifotogi jawa
naskah. rrerrriliki sistem dan cfui berbeda, baik dalam hal kosa
Bahasa merupakan sarana ungkap teks, meskipun ada pula tlta bahasa, maupun unsur bunyinya. Demikian pun ba-
teks yang mengunakan lambang-lambang selain bahasa, misal- Jrwe baru mengalami perubahan dari masa ke masa. Se-
nya beberapa bagian teks prinbon sebagaimana telah disebut r:rrrrtoh yang baik, misalnya, bahasaJauta baru sebelum
pada bagian depan. Meskipun demikian, pada kenyata^nnya, ng kerncrdekaan berbeda dengan bahasaJawa baru yang
hahasa tetap merupakan unsur penting dalam teks-teks kuna. tnkan sebagai komunikasi sehari-hai orang Jawa
Bahasa merupakan unsrr budaya yang juga bersistem. Sistem ra ini. Dari segi kosa kata, bahasaJawa baru masa kini
satu bahasa berkemungkinan berbeda dengan sistem bahasa rrrhi oleh bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa Ing-
yang lain. Di samping itu, seperti halnya aksara, bahasa pun rlnn bahasa asing lainnya. Penggunaannya dalam keseharian
mengalami perubahan danf atau perkembangan dari masa ke pn tucrrgalami perbedaan, terutama dalarn ungah-urgguh. OIeh
masa, baik karena masalah internal akibat perubahan danf ztau krerrn itu seorang pembaca mutlak pedu menguasai sistem
perkembangan budaya sehingga memerlukan lambangJam- ft n ; rc. rrr ngk at bahasa y ang dipergunakan dalam teks ehinggas
bang baru sebagai saran ungkap budaya maupun karena pe- Ftlrprr mcnangkap makna dan menafsirkan teks yang diha-
ngaruh eksternal berupa pengaruh budaya asing. BahaszJasra *pinyr, apalagi jika teks tersebut dibingkai dengan kaidah sastra:
secara berturut-turut memperoleh pengaruh dari bahasa San- sastra sangat berpengaruh pada aspek kebahasaan teks.
skerta, bahasa Arab, bahasaCina,bahasa Melayu, dan bahasa- l)rosodi sastra juga dibatasi oleh ruang dan waknr. Prosodi
bahasa Eropa. Di samping itu, secara tradisional bahasaJawa )&ttpt ttT,misalnya, berbeda dengan prosodi kakawints. Mac@al
dib"gt ke dalam tiga kelompolq yakni bahasaJawa kuna, bahasa :.
F iltr.rpat metopakangenrepuisiJawa baru yang memiliki artxrari me-
Jawa pertengahan, dan bahasa Jawa baru. Bahasa Jawa kuna ttrrrn (pembaitan) betupa gun gatra ataiu ivnlah gatra'baris' dalam
dipakai dalam teks (sastra) Jawa sampai dengan abad ke-16, .elup pada'b^it',gmt wilanganfiart jvmlahwanda 'suku kata' iapgatra
rerrrrri kedudukan gatra pada pada, d;ln gur hgu atatt dltong-dhing atau
bahasaJawa pertengahan dipakai dalam teks (sastra)Jawa di-
rllrrt ztkhir gatra sesuai kedudukan gatra dalam pad4 balk guru gatra,
perkirakan seiak abad ke-1S-sasuaJasta kuna dan sastraJawa gun u,ilangan, m uprrn gtffa wilangan berkaitan dengan jenis metrum
pertengahan berlanjut dalam tradisi (sastra) Bali; sedang bahasa yrrr;i rligunakan. Aturan pembaitan berpengaruh besar pada tampilan
h*lr:rs:r yangmenjadi sarana ungkap teks. Pemahaman aturan meftum
Jawa baru digunakan sejak abad ke-15 hingga sekarang-baik
ltrrrrrl rcri petunjuk terhadap "penguraian" ge jalabahasa yang muncul
sebagai bahasa sastra maupun sebagai bahasa sehari-hari. d*rr sclanjutnya membantu memahami teks secara keseluruhan.
Bahasa Jawa kuna, bahas aJawapertengahan, dan bahasa Jawa lidkupin merupakan genre putsi Jawa kuna yang memiliki aturan
28 29
fonsotu fr saputra pengantarffotogi jawa
sebagai bingkai teks berbahasaJawa baru masih dipergunakan ;rerrrlrnlran zaman,sedang unsur-unsur budaya yang su-
hingga sekara ng sedang kakawin sebagai bingkai teks berbahasa Bdrlu r rorriliki fungsi akan ditinggalkan oleh pemiliknya.
dihadapinya. Pemahaman kaidah sastra akan membantu pe- r, l(ctidakpahaman pembaca modern mengenai buda-
mahaman teks, terutamay^flgberkaitan dengan aspek keba- yrttg lrr.rlaku pada suatu teks kuna mengakibatkan pemba-
hasaan, sedangpemahaman bahasa suatu teks berperan dalam tererlrrrt t.idak akan memahami teks secara uruh.
' 'r'k s sebagai peninggalan terhrlis memiliki keragaman da-
memberi makna dan menafsirkan makna teks. I
Teks, yang menjadi objek komunikasi, pada dasarnya me- Irn I k rr ndungan isinya. Pigeaud
(1.9 67 : 2), misalny a. mem-
ngandung rekaman unsur-unsur budaya. Sebagaimana kita ta- hgl r,'kr tcks dalam naskahJawa yang tersimpan di perpusta-
hu, budaya suatu masyarakat tidak diam, melainkan berubah, i lrcrpustakaan Negeri Belanda menjadi empat kelompok
rnt', ylkni (1) teks-teks keagamaan dan moral (misalnya teks-
berubah, betubah, dan terus berubah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pemiliknya. Di antara perubahan tersebut ada un- e ,l'hkrinlara, Musawaratan, MustakaRafrcang, Paniti Sastra, dan
sur-unsur budaya yang hilang, namun ada pula yang bertahan, berl,,r g,ri rnacam-rastra wulanlo padamas surakarta), (2) ,tsJrs-
dan yang bertahan pun senantiasa mengalami revitalisasi' Hal teke scjrrrah dan mitologi (misalnya teks-teks Ndgarakrtbgama,
ini sesuai dengan ddil kebudayaan: unsur-unsur budaya yang fub,trl'l'anah Jawi, Serat Kandha, Anbia, IWatugunung, dan Aji
masih memiliki fungsi dalam masyatakat akan tetap bertahan JrG,4, 1f; teks-teks belles- lenru, yang diterjemahkan secara bebas
30 31
I
ftgrsow fi saputra f j
p e rq antar ito fogi aw a
'teks-teks susastra', (misalnya Rim@ana kakawin, Ary'arcwiwhha, rr(:irra tegas dapat dimasukkan ke dalam salah satu kelom-
Pat/i Angrcni, berbagai macam teks Menak, dan Cenpore), sera 'l'eks "susastra", misalnya, memang berisi kisahan atau
(4) teks-teks ilmu pengeahuan, seni, ilmu sastra, hukurrq cerita r crrpi tidak jarang mengan dung wulang'nasihat' meskipun
rakyat, adat, dan bunga rampai (misalnya lYrttasaicala, A,ji lcrsirat. Oleh karena itu pengelompokan satu jenis teks
Pa nga was a n, Ka utr u b Ka Ia ng, dan Ka tu ra nga n i ng IVo ng lVa da n)21 . rp,kuli clidasari oleh tema utama yang terkandung di dalam-
Pengelompokan isi teks berbeda-beda, tergantung sudut 3Ir
pandang yang digunakan. Behrend (1995), misalnya, menge-
lompokkan teks-teksJawa yang tersimpan di perpustakaan Fa- t, Umur Naskah dan Umur Teks
kultas Ilmu Pengetahuan Budaya---dahulu Fakult2s g25tr2- Scbagai hasil karya budaya, naskah dan teks diciptakan
Universitas Indonesia secara lebih rinci dan teknis, yakni teks rrntu kurun waktu yang mungkin jauh sebelum naskah
^gerna
(Hindu-Bali), bahasa dan leksikografi, cerita historis, ln tcks tcrsebut sampai pada pembacany^ rr;ras^ kini' Suatu
cerita bercorak Islam, cerita-cedta lain, cerita kepahlawanan, pnynt.^,r yang tidak menguntungkan yakni seringkali umur
ceita santri lelana,cerita Tiong Hoa, cerita wayang, hukum dan ft*lrmrskah dan teks tidak diketahui secara pasti; bahkan pe-
undang-undang, Al-purandan teks-teks Islam, keris-kerajinan- eniuk trntuk menentukan umur naskah dan teks seringkali
keterampilan, lain-lain, legenda setempat,primbox danpavukon, trrrnpak sama sekali. Petunjuk mengenai kapan naskah
piwulangsuluk-teks didaktik, sejarah dan babad,stlstlah, seni suara rlan teks diciptakan (atau disalin) kadang-kadang harus
dan musik, seni tari dan perrunjukan rakyat, Ltp^car^dan adat- rt jrrrh di luar naskah dan teks. Padahal pengetahuan me-
istiadat kraton, up^c ra dan adat-isdadat nkyat, serta pev/a- t r rnur nas kah danf atat teks sangat berguna untuk mem-
yang n dan padbalangan Dibanding dengan pengelompokan u nlcrunut silsilah teks-misalnya, suatu naskah muda ti-
Pigeaud, pengelompokan Behrend lebih rinci namun dengan Irurrtgkin menjadi induk naskah yang lebih tua-di sam-
sistem klasifikasi yang agak rumpang tindih. trrcnjadi titik tolak untuk mencari informasi pembanding
Kedua contoh pengelompokan isi teks tersebut lebih dise- tutrrlrcr lain yang sezam n. Pengetahuan mengenai kapan
babkan oleh keperluan praktis, yakni penyusunan katalogi2.
Pada kenyat^anny^, suatu teks tidak hanya berisi satu tema Fruflnr. l)alam khasanah perpustakaan, katalog merupakan daftar
h*u holcksi suatu perpustakaan berikut keterangan singkat. Dalam
2r Pengelompokan ini berdasar sistematika penyusunan katalog. bd perrrrskahan, informasi iauh lebih luas dad katalog pirPustakaan
22 Pada
dasarnya, pengertian katalog merupakan ,,daftat', merrgenai @errgr''r,ri hal ini akan dibicarakan lebih luas pada subbab
tersendiri).
32 33
-
fr saputra pengantar fifobgi jawa
forsotn
a. UmurNaskah
Penentuan umur suatu naskah pertama-tama dapat dtTa-
kukan melalui alas hrlis, dengan cat^tan jika alas n:lis naskah
berupa kertas Eropa. Sebagian besar kertas Etopa yang diper-
ffi
gunakan sebagai alas tulis naskah memiliki "cap kertas"-1s1-
jemahan bebas dan waler nark-dzn "cap sanding2q"-1s1-
jernahanbebas dari muntermark. Cap kertas dan cap sandingan
\Qg-./
berupa gambar danf atau huruf yang "membayang" pada bi-
danghalaman kertas alas fi:lis, yang akan tampak jika ditera-
wangkan. Cap kertas dan cap sandingan dapat digunakan se-
bagai petunjuk pabrik pembuat dan tahun pembuatan kertas4.
Dengan memperhitungkan lama pelayaranpengangkutan ker-
tas menempuh jarak Eropa-Indonesia, dapat ditentukan bahwa
umut naskah paling tua adalah angka tahun produksi kertas
yang dipetgunakan sebagai alas nrlis ditambah jarak waktu
23 lvlengenai daftar cap kertas dan cap sandingan beserta pabrik pembuat
dan tahwr pembuatan kertas Eropa dapat dirunut pada Churchill
dalarn lVatermarkr in Paper in Holland, England, etc., in the XWI and"
turta, diturtip dai Churcbill (9j5).
(.)ontob c@ Di tengah,
XWII Centuries and Their Interconnection (1935) dan Heawood dalam
lnrpavngan, mempakan c@ kertas doo ,oP
IVatermark, Main! of the 1 7th 6 1 8tb Centaries (1950).
34 35
forsorc fr saputra penfantarfifobgi jaua
pelayann Eropa-Indonesia pada waktu itu. $kryrr pacla kelopak naskah26. Naskah-naskah yang dibuat pada
Informasi mengenai urnur naskah seringkali dapat diper- llvrrl rrlrad ke-20 sedngkali mempunyai catatan pada kelopak
oleh pada kolofonza. Angka tahun yang tedapat pada kolofon Fterr;icrrai penyalinnya. Baglan kelopak seringkali juga berisi
dalam kebanyakan naskahJawa biasanya berupa berupa seng- htlolnrasi mengenai sejarah dan asal-usul sebuah naskah. Se-
kakrfs. Salah satu contoh naskah sernacam itu misalnya naskah buulr r:utatan yang perlu disampaikan di sini adalah bahwa tidak
KBG Kolofon naskah
185, Serat Panji Argreni, koleksi PNRL lcnur;r naskah memiliki kelopak dan tidak semua kelopak nas-
menyebut sengkalan "guta pak-sa kawarerg ra/', ektivalen de- Lnlr selalu berisi catatan-c tatan semacam itu.
ngan tahun Jawa 7723 (gnuo = 3,paksa = 2, kaswara = 7, rat= Apabila ketiga jenis informasi-yakni alas tulis, kolofon,
1) atau tahun Masehi 1795. Tahun 1723 N merupakan tahun dnrr lclopak n2sk2h-1s1sebut tidak ada, umur naskah hanya
penyalinan naskah, sehingga dapat dikatakan bahwa naskah dnlrrr t cliperkirakan melalui gaya aksan dan ejaan. Sebagaimana
tersebut paling muda dibuat pada 7723 AJ atau 1795 AD. turlrrlr clisebutkan di baglan gaya aksara dan eiaan sangat
^tas,
Perkiraan ini didasari dugaanbahwanaskah dibuat lebih dahulu bet'g'rrrtung p ada masadan tempat penulisan/penyalinan. Peru-
dan baru kemudian digunakan untuk menyalin teks dari naskah Ilrlrur umuf naskah melalui gaya aksan dan ejaan merupakan
induk. Informasi mengenai umur naskah seringkali berupa ca- uanlrrr yang luatbiasa rumit serta memedukan pengalaman dan
t^tan-c tat^n yang terdapat pada bagSan-bagian naskah, mi- heh;ryrran pengetahuan mengenai tradisi pernaskahan. Sudah
lmr;rrrg tentu penelusuran umur naskah dengan perkiraan aksata
Kolofon adalah"cztatan tambahan" di akhir teks-dan dengan de- tlnrr cjaan harus dibuktikan kebenaranny^ dengan memban-
mikian bukan bagian teks inti-yang biasanya memberikan infor- tltrrpil<an naskah latn yang sez^rrran dan sedaerah pembuatan
masi seluk beluk penyalin^fl, ant^ra lain siapa yang menyalin, atas
y'rrrg benar-benat sudah diketahui umufnya. Penentuan umut
perintah siapa, kapan penyalinan dilakukan, dan tempat penyalinan;
walaupun informasi tidak harus selengkap itu. trsrl.rrh iuga dapat menggunakan analisis kimiavd alas tulis dan
Sengkakn merupakan sejenis kronogram, yakni penunjukan angka ttrrt;r. Sudah barang tentu pengujian labotatotium semacam
tahun melalui lambang: jika lambang yang digunakan berupa kata
Itrt rrrcmedukan bantuan disiplin ilmu lain dan keahlian khusus.
dtsebut nngkalan lamba dar.brla lambang yang digunakan di luar kata,
misalnya benda, karya seni rupa, dan bangunan, disebut sengkalan * f',',U ai-**a aengan "kelopak naskah" adalah helaian-helaian atau
memet. Lambang-lambang tersebut secara konvensional memiliki lcrnbar-lembar aias nrlis di bagian depan dan belakang yang tidak
ekuivalen dengan angka-angka tertentu. Angka-angka hasil equivalen. tlitulisi, biasanya antara dua dan lima lembar. Lerirbaranlembaran
tersebut kemudian dibaca berurutan dari belakang atau kanan. liosong sebelum teks disebut sebagai kelopak depan, sedang lembaran-
Mengenai sengkalan baca Bratakesawa (1952) dan R.M. Sayid (t.t.). lcrnbaran kosong sesudah teks disebut kelopak belakang.
36 37
futrsoru fi saputra p ettg antar fi fo j
fogi aw a
b. Umur Teks ht*inul a qudT teks tersebut dapat diperkirakan sama de_
Umur teks p eftama- tama dap at dtcari p ada m a nga /a, y ang R raat raja Suakarta tersebur berkuasa, yakni tahun 1g61_
biasanya memberi informasi mengenai penulisan teks. Banyak 3, hnrena tidak mungkin teks ditulis sebelum Susuhunan
naskahJawa mengandung teks dengan manggala yang menye- lhrrvana IX. Atau, berkemungkinan pula teks tersebut
but sengka/an, Kakaann Haiyal4 misalnya, menyebut sengkalan sctclah tahun 1861-1893. Penentuan titimangsa secara
ekuivalen dengan tahun 1,496 Qaka,
"sad sangdnlala candra" yarrg lrrrtrs dicarikan pembanding dengan teks-teks sez^m^n
yakni tahun penciptaan teks tersebut. Seringkali manggala me- srrtlah diketahui secara pasti tahun penciptaannya.
nyebut penguasa yang memerintahkan penulisan teks atau ke- fik informasi tersebut ti dak ada,upaya untuk
a kedua j enis
pada siapa teks tersebut dipersembahkan. Serat Cemporetmeru- rerkirakan umur teks dapat dilakukan melalui perban-
pakan contoh semacamitu. Di sampingmenyebutkan nngkalan rr aspck kebahasaan teks dengan teks lain yang memang
"song-songgora candra.. . ", manggala juga menyebut Paku Buwana lutlnlr tlikcahui tanggal penciptaannya secara pasti. sudah ba-
IX sebagai "y^ng memerintahkan penulisan teks". Berdasar f:tt!{ tnrtu penafsiran umur teks dengan menggunakan aspek
sumber lain diketahui bahwa Susuhunan Paku Buwana IX bllrn,,,, scbagai acuan memerlukan keahlian tersendiri, setidak-
bertakhta tahun 1861-1893. Jika tidak ada keterangan waktu €dirkrrya memahami sejarah dan perkembangan bahasa
[awa).
sec ra pasti, dapat diperkirakan secara longgar bahwa Seral Illorrrrirsi mengenai tempat penciptaan teks yang seringkali
Cemporet dtttilts ant^r^ tahun 1 861 dan L893,yakni kurun waktu te tr I t p ada b agian manggala, dan pada beberap a kas us ter_
rr r ;r
1
Susuhunan Paku Buwana IX bertakhta. Beruntung ada kete- dnlr;rt tli bagian belakangyang seringkali dianggap sebagai ko_
t^rtg tt pasti mengenai tahun-bahkan tanggal dan bulan- hrf,,rr, juga sangat membantu penafsiran umur teks. Mengenai
penciptaan, yakni tahun J awa 1,7 99 , yang diperol eh dari sengkalan hal rrri akan diperjelas pada subbab skriptorium.
"sang-songgora candra... ". Sebagian besar teks-teks kakawinjuga
rnemuat mangala dengan keterangan raja yangberkuasa ketika 6, l'crsebaran Naskah
peng r^ng atau pujangga menciptakan teks bersangkutan. llehrend (1993) memperkirakan jurnlah naskahJawa se_
Informasi mengenai umur teks juga dapat ditafsirkan ber- lrirar 19.000-an danrersebar ke berbagai penjuru dunia.Jum_
dasat nama atau petistiwa sejarah yang termaktub dalam teks. hlr t(:rsebut tentu hanya meliputi naskah-naskah yang dapat
Sebagai contoh sederhana, seandainya Susuhunan Paku Buwa- dtlrr.ak keberadaannya dan telah terdaftar pada kolektor-ko-
na IX disebut dalam suatu teks tetapi tidak ada keteraflgan
= trtrrr.r
f r^"t paling awal atau paling tua suatu peristiwa terjadi.
38 39
forsono fr saputra petqantarftofogijawa
lektor atau lembaga-lernbaga, baik lembaga pemerintah mau- ini dapat dimengerti karena Belanda dan Inggris pernah ber-
pun lembaga swasta, serta tidak mencakup naskah-naskahJawa kuasa di Nusantara.
yang masih menjadi miJik pribadi dan belum terdata. Naskah- Pettanyaan yang timbul atas persebaran naskah-naskah
naskah kelompok kedua ini tentu tidak diketahui berapa jum- J awa dari "habitat" ge ogl:;fr kebudayaan J atx,a adalah' Apa y ang
Hungaria, Indonesia, Inggds, klairdia, ltaha, J erman, Malay- NJu52n1212-sudah banng tentu iuga meliputi naskah Jawa-
sia, Norwegia, Polandia, Prancis, Rusia, Selandia Baru, Swedia, unruk diperdagangkan. Naskah-naskah tersebut mungkin men-
Swiss, dan Vatikan. Di antara fleg r -nega::.a penyimpan naskah- jadi "barang antik" yang diperdagangkan dari satu pedagang
naskahJawa sudah barang tentu Indonesia menduduki urutan ke pedagang yang lain dan pada akhirnya jatuh pada lembaga
nomor satu dalam hal jumlah karenageografi kebudayaanJa'wa atau perorangan yang memang dikenai menjadi kolektor nas-
kemudian menjadi bagian dari mosaik kebudayaan Republik kah. Sebagian besar naskah-naskah yang semula diperdagang-
Indonesia. Surakarta (Perpustakaan Sasana Pustaka-Kasunan- kan itu kini menjadi bagian dari koleksi beberapa lembaga dan
an, Perpustakaan Reksa Pustaka-Mangkunegaran, Radyapus- negara di Eropa. Persebaran karena faktor perdagangan
taka, dan perpustakaan pribadi KRT Hardjonagoro), Yogya- terrryata masih bedangsung hingga sekarang meskipun tidak
karta (?erpustakaan KridaMardawa dan Tepas Kapujanggan- s ecara terang- terang an katena naskah termasuk benda-benda
I(asultanan, Sonobudoyo, Pura Pakualaman, B^lat Kajian Se- budaya yang dilindungi oleh r,eg ra.
jarah dan Nilai Tradisional, Balai penelitian Bahasa, Lembaga Di samping karena perdag ada yangmenjadi
^ngan,naskah
cendera mata dihadiahkan kepada pihak lain. Naskah-
Javanologi, dan Taman Siswa), Jakarta (Arsip Nasional, Per- ^tau
pustakaan Nasional, dan Puslit Arkenas), Cirebon, Depok (Fa- rraskah itu kemudian berada di negara orang atau pihak yang
kultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia), Ban- rnemperoleh cendera mata. Naskah Add.12337 ,beisi 'W{ang-
dung, Surab aya, danDenPasar merupakan kota-kota yang me- an Sultan Hamengku Buwana 1", dihadiahkan oleh Pangeran
miliki koleksi naskahJawa. Sementara itu Negeri Belanda dan Natakusuma kepadaJohn Crawfrud saat menjadi Residen Yog-
kemudian Inggris memiliki koleksi yang cukup banyak. Hal yakafia (Gallop, 1,997: 78) merupakan contoh kasus naskah
40 41
fonsono fr saputra j
p eng ant arfifo fogi aw a
sebagai cenderamata. Thomas Stamford Raffles terkenal seba- Alrdoemkrnan-Abddoerakim in ternbang 4to. 88 blz....Br 229
gai pengumpul benda budaya Nusantara, termasuk naskah- Id. id. 4to.739bh...Br 247
naskahJawa. Ada dugaan sebagian diantanbenda-benda bu-
Id. id. 4to.279b12...Br 310
42 43
fonsono fr saputra f
p eng ontar ifo fogi aw a j
kutipan salah satu keterangan naskah dalam katalog tersebut ,l' nryaj rya. Tentang masa penyalinannya, disebutkan sareng
44 45
pengontorfitofogi jawa
forsono fr sapu,tra
46
r-
pengantarffofogi jawa
BAB II
PRODUKSI DAN REPRODUKSI
1.. Penciptaan Teks
Aneka jenis teks (tulis) kuna tercipta berdasar day sangit
'kreativitas' parapujangga. Ada teks yang dicipta berdasar teks
lisan yang sebelumnya telah "beredar" dalam m asyarakat daLam
l>entuk cerita tutur atau pertunjukan, sebaliknya ada teks terhrlis
licmudian dilisankan kembali; s udah b anngtentu berkemung-
l<inan terdapat perubahan dalam proses penulisan atau peli-
sanan. Matz nnte: proses penciptaan berkemungkinan menjadi
lcbih panjang: teks lisan ) teks nrlis ) reks lisan ) teks
ttilis, dan seterusnya atau sebaliknya. Teks Ajunawiwibo, mi-
salnya, diperkirakan merupakan hasil penulisan kembali suatu
lakon drama atau pentas w y^ng. Hal ini tampak dari peng-
alurannya yang berbeda dengan teks kakawin pada umumnya
yang sezaman. Babad Tanah Jawi dan Serat Kandba juga me-
rupakan akumulasi dari berbagai cerita lisan yang sudah iama
lrcredar dalam masyarakat dengan tambahan sanggit pujangga
49
It forsono fr saputra penqhntarfifohgi jawa
berdasar peris tiwa-peristiwa yang secara ty p et nah terj adi. sastr Patwa, yang diperkirakan ditulis abad ke-10 dan
^ta ^ntar^
Kedua teks semacam ini kemudian disebut sebag ai babad , suau abad ke-11 Masehi. Pada masa Kediri, epos Mahdbhiratamun-
g€flre y^ng sangat terkenal dan
mempunyai kedudukan penting cul dalam bentuk kakawin, yaknt kakawin Bhdratayddba. Pada
dalam tradisi sastraJawa. Berbagai versi teks cerita panji juga masa Surakarta, epos tersebut muncul dalam bentttkjarua'ga-
diduga berkembang dari tradisi lisan, bahkan banyak diant^r^- bahan' atau 'terjemahad: Serat Bmatayda Jarua karya R.Ng.
nya merupakan penulisan lakon, yang kemudian dijadikan teks Yasadipura. Dalam tradisi pernaskahan Jawa, arketipos atau
nrlis. Sebaliknya beberapa teks langendilan dan /angen mandrawe- teks yang meniadi sumber penciptaan "teks baru" (dan juga
naramewp^kan contoh teks nriis yang kemudian dipanggung- penyalinan) disebut sebagai teks babon tnduk'.
kan. Demikian pula Pustaka Raja,yangmerupakan teks nrlis Ada asumsi bahwa seorang pujangga, Penyair, sastrawan,
ciptaanpujangga besarJawa Raden Ngabehi G.Ng) Rangga- penulis, atau apa pwr namanya dan betapaPun hebatnya, tidak
warsita, menjadi dasarlakon berbagai pertunjukan wayang kulit, menciptakan teks yang "bersih' dari teis yang pernah
Fungkin
terutama gaya Surakarta. ada se,!_elumnya. Seorang pujangga, Penyair, sastrawan, atau
Di samping proses pelisanan teks tertulis atau penulisan penulis seringkali ineramu dari bahan-bahan yang telah ada
teks lisan, teks nrlis berkemungkinan menjadi dasar penciptaan dergan sangit,sehingga kernudian tercipta teks batu yang ber-
teks tr:lis baru, teks n:lis baru tersebut menjadi dasar penciptaan kemungkinan sekali berbeda meskipun menggunakan iudul
teks tulis yang iebih baru lagi, dan seterusnya. I(orpus2 epos yang sama, dan oleh karena itu sering dianggap sebagai teks
Mabfrbhirata dapat menjelaskan kasus ini. Epos dari India ini sekorpus.
muncul pefiam^ kali dalam bentuk prosa yang dikenal sebagai Tqiuan penciptaan (ataupenulisan) teks dipengatuhi oleh
berbagai faktorr'sesuai dengan situasi budaya ketika suatu teks
Babad adalah teks sastra yang memiliki kandungan sejarah, atau dengan
k^t^l^:n babad dapat disamakan dengan "sastra sejarah,, . Babad, dalam dinni/Suatu tels berkemungkinan besat ditulis oleh p:lcip-
tradisi sasfta Jawa, mengandung sejumlah konvensi, yakni rekaan, tanya, pengarangnya, peny aknya,ataupun pujanggany^ Pert^'
unsur sejarah, genealogi (silsilah), ceita nkyat, simbolisme (pedam-
m -t^fii^ t$^g^ungkapan budaya untuk berkomunikasi atau
bang), dan kenisbian waktu peristiwa yang ada di dalamnya (I(arsono,
2001: 29). Karena memiliki ciri-ciri rertenru, babad dapat dianggap $itt"t t"i"-aahm hal ini
menyahkhn perasaan hati kepada
merupakan stratu genre dalam tradisi sastra Jau/a. pembaca-baik pembaca sezam t m upun pembaca di kemu-
Yang disebut korpus adalah seluruh naskah yang mengzurdung teks
dian hari. Teks-teks wulangberkemungkinan diciptakan untuk
sejenis; kolpus naskah Babad Tanah Jawi, misallnya, adalah seluruh
naskah yang mengandung teks Babad Tanab Jaui. rrraksud tersebut, karenalteks wulangpada dasarnya memiliki
50 51
Pengafiarrttofogi
jawa
fotrsono h saputfi
matra "peng aiatm" . Wdhatama,misalnya, dinrlis oleh I{angjeng y :r rrg p ernah didengar ole h penulis ny a,"N Agara krtigama meru-
Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegan IY sebagai cat^tan peristiwa yang
lrakan contoh teks yang ditulis
untuk tra b Mangkuneg^rzn. D emikian p ula dengan IVu /a ngre b rlinlami atau disaksikan Mpu Pnpanca, sang penyair, tatkala
dan lWulang Sunu (Sri Susuhunan Paku Buwana I\, dan Sana- nrcngikuti Raia Havam Wuruk beranjang sana ke daerah-da-
szza (R.Ng. Yasadipura II) dimaksudkan sebagu aiatanbag1 <'rah mancanegari.Dalam format yang sedikit berbeda, teks-teks
kalangan istanadi dalam lingkup tembok keraton, walaupun ltahad juga dimaksudkan untuk mencatat peristiwa, meskipun
pada waktu kemudian juga dibaca oleh masyarakat umum. sistem pencatatannya memiliki aturan khusus. Babad Tanah Jawi
Demikian pula dengan berbagai macam teks suluk dan wbid, y rr ng dianggap sebagai lt a b o n' induk' teks -teks ba ba d y ang dtnits
misalnya SulukMalang Sumirang dan Suluk Tekawerdi' Sent scsudahnya merupakan contoh yang baik bagaimanapujangga
karena kekecewaannya atas sikap Sri Susuhanan Paku Buwana Irtnbang', yang pemaham nny^harus melalui penafsiran luar
IX pada dirinya (Any, 1980: 60). Dalam kelompok ini teks- lriasa pelik. Genre babad ternyata tidak hanya dikenal dalam
teks yang menurut Pigeaud disebut bellu httres'teks-teks su- rradisi kebud ayaania'wa,tetapi juga dikenal di berbagai geografi
sas tra' tampaknya j uga dimaksudkar#ntuk fn enrb eri kan psn- lru<iaya Nusantara dengan nama berbeda, misalnya babad @ah),
Teks kemungkinan ditulis ilnr.rk ln -.rr.^tat peristiwa yang I(emungkinan lain, teks ditulis atas perintah seseorang
pernah terjadi atau dialami aiauyang pernah diketahui atau rr r au pihak yang berkuas a. Kakawin Bhdrata-luddha ditulis Mpu
52 53
fotrsono fr saputra penganurfifofogi jawa
mangalaa ditulis oleh R.Ng. Ranggawarsita atas perintah Susu- mengandung teks sama atau sejenis. Teks Pa{iAngreni,misa)-
hunan Paku Buwana IX. Sebagian teks babad jugaberkemung- nya, setidak-tidaknya terekam ke dalam 12 naskah, tersebar di
kinan ditulis karena alasan ini, sebab salah satu fungsi teks beberapa tempat koleksi naskah: Perpustakaan Nasional RI
babad adalah memberi pengesahan atas sesuatu, termasuk dua naskah, Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
kekuasaan dan kewibawa an seor.zng raia. Universitas Indonesia tiga naskah, Museum Sasana Pustaka
Teks mungkin ditulis dengan maksud sebagai Persem- satu naskah, Museum Sono Budoyo tiga naskah, serta Perpusta-
bahan, baik kepada raja atau Penguasa maupun kepada dewa kaan Universitas Leiden tiga naskah (Karsono, 1,998: 3-4).
atau kekuatan adikodrati lain. Kebanyakan mangala teks-teks Namun keduabelas naskah itu tidak ada yang mengandung
Jawa kuna menyebutkan dewa pelindung atzu laia sesembahan teks yang sama persis. Teks yang hampir sama tetapi hanya
sang penyair;biasanya kepada dewa atau raja tersebut teks di- berbeda bacaanadaJah tiga naskah koleksi PNRI, yakni naskah
persembahkan. KBG 185, naskah Bt274a, dan naskah Br 21,4b. Mengapa
Suatu teks kemungkinan din:iis karena lebih dari satu alas- demikian? Kemunculan sejumlah naskah yang mengandung
an sebagaimana disebut di atas, bahkan kemungkinan akumulasi teks sama atau sejenis merupakan hasil kegiatan reproduksi
dari berbagai alasan. atau penyalinan, yang dalam tradisi pernaskahanJawa disebut
mutrani (berasal dari kata dasar putra'anak).
2. Penyalinan Naskah I(egiatan penyalinan naskah dan teks-yang secara popu-
Teks(-teks) karya pujangg merupakan autograf lcr dikenal dengan istilah reproduksi naskah dan teks-menja-
-yzng
sekaligus arketip atau teks babon padalapis pertama-berbennrk clikan teks "tetawetkan". Naskah autograf atau arketip kemung-
naskah; sifatnya tunggal dan biasanya tidak digandakan oleh kinan telah musnah karena berbagai sebabs, tetapi teks yang
penulisnya. Namun pada kenyatz nny^ banyak naskah yang tcrkandung di dalamnya "dipindahkan" ke naskah lain yang
baru oleh kegiatan penyalinan. Di samping itu kegiatan
a Manga/a dalam bahasa Jawa kuna berarti 'kata pengantat'. Dalarn pcnyalinan memungkinkan satu teks tidak hanya terkandung
tradisi naskah Jawa kuna, manggala biasanya berisi penyebutan
istbadeaala yang memberi kekuatan sang kawi 'penyair', nia yang
< I alam s aru nas kah sa j a, mis alny a teks Pa n1 i Angre n i y ang s etdak-
memerintahkan penulisan, serta-meskipun tidak selalu ada-
penanggalan dan nama sang kawi' Istilah manggala kemudian iuga. ,\da kemungkinan naskah musnah bukan semata-mata karena faktor
dipergunakan dalam penelitian naskah-naskah Jawa baru (I(arsono, 21xfi1-1g1m2suk cuaca/iklim, serangga, bencana alam-tetapi iuga
1,998:6). karena vandalisme.
54 55
pengantarf[o[ogi jawa
forsono fr saputra
Dalam tradisi pernaskahan dikenal ada dua macam tradisi akJan ayan ryail
lajeng asing asing lajeng
penyalinan, yakni penyalinan tertutuP dan penyalinan terbuka' asring lE'eng
tedha utawi sandhana sandbans utaari tedha
Penyalinan tertutup adalah proses penyalinan yang hanya meng- tedha atauri sandbanr
56 57
7
forsotn fr salrutra penganurfifotogi jawa
iladisi penyalinan tertutuP pada dasarnya memang tidak nyalinan terbuka misalnya pada teks Anglingdarua. Dari lima
mengubah makna teks dan tidakmenimbulkan perbedaan asasi buah naskah yahg mengandung teks Anglingdarma-yakni
cerita. Oleh karena itu uadisi penyalinan tertutup lebih banyak naskah KBG 98, KBG 146,Ii3G 452,Br.78,danTh.P. 77e-
dijumpai pada naskah-naskah yang mengandung teks keagama- ternyata dapat dikelompokkan ke dalam tiga versi teks, yakni
an atau teks-teks lain yang isinya dianggap keramat, pusaka, versi A meiiputi teks yang terkandung dalam naskah KBG 98
tabu, atau yang sejenisnya. dan Br. 78, versi B adalah teks yang terkandung dalam naskah
Adapun penyalinan terbuka adalah suatu proses penyalin- IGG 452, dan versi C meliputi teks yang terkandung dalam
an dengan penyalin menennrkan sikap "tidak setia" pada naskah naskah KBG 146 dan Th.P. 77. Pengelompokan atas ketiga
induk yang disalinnya. Dalam proses penyalinan terbuka mung- versi ini diperoleh setelah melihat persamaan dan perbedaan
kin saja penyalin hanya menggunakan satu naskah babon,tetapi atas metrumlo dan aspek cerita-terutama alur dan tokoh-
penyalin secara sadar dan sengaja melakukan pengubahan atas teks-teks tersebut (I(arsono, 1988: 18-41). Tabel berikut me-
teks yang disalinnya, misalnya melalui "penafsiran" kernbali nunjukkan versi cerita dalam korpus naskah Anglingdarma
bagian teks yang disalinnya unsur yang di-
^t^umemasukkan dianggap sebagai perbedaan asasi cerita, dan dalam tradisi pernas-
ambil dari teks lain yang Pernah dikenalnya. Kemungkinan kahan atau sastta lama disebut sebagai versi.
lain, si penyalin menggunakan lebih dari satu naskah yang me-
e Naskah-naskah dengan nomer koleksi KBG dan Br merupakan
naskah-naskah koleksi Perpustakaan Nasional RI, sedang naskah
ngandung bacaan berbeda, namun masih seienis, dan penyalin
dengan nomer koleksi Th.P merupakan naskah koleksi Perpustakaan
memilih bagian-bagian teks dari naskah-naskah yang disalinnya Fakultas Sasffa Universitas Indonesia.
r0 Kelima teks dalam korpus Anglingdarma ini ditulis dalam bentuk
sehingga membentuk "teks batu"' Perbedaan bacaanyangtet
tembang macapat. Secara tradisional ada 15 buah metrum (tembang)
jadi sebagai akibat penyalinan terbuka semacam ini bukan hanya
macapat-yakni dbandbanggula, sinom, asnaradana, durzna, pangkar, m!'i/,
sekedar perbedaan pada tz:.ai;an kata dan kalimat, melainkan kinanthi, maskurzanbang, pucang,yrudenung, wirangmng, balabak, gan bah,
sudah p d^ t^t^nn hakikat teks atau cerita (ika teks berupa negatrah, dan giisa-yatg setiap pola metrum mengandung tematik
wacana tertentu. Petsamaan atau perbedaan pola metrum yang digu-
kisahan), sehingga perbedaan bukan lagi merupakan perbedaan
nakan untuk suatu wacana, dengan demikian, mengindikasikan per-
bacaan. Perbedaan narasi semacam itu disebut sebagai versi' bedaan danf ataw persamaan tematik teks-teks bersangkutan. Per-
Contoh perbedaan asasi ceritas yang timbul sebagai akibat pe- samaan penggunaan pola metrum teks sejenis berkemungkinan teks(
teks)nya seversi, namun jika pola metrumnya berbeda dengan
- U**-""t* narasi adalah tokoh dan penokohan, alur, latar, sendirinya merupakan teks-teks berbeda versi karena tematik yang
""-,
dan terna. Perbedaan salah satu unsur narasi pada teks-teks sekorpus dikandr:ngnya berbeda.
58 59
F
fonsotn fr saputra p engantar fifo fogi jawa
dilihat dari pola metnxn dan jumlah b*nzp pupuhll danpupah KBG 146 danTh.P 77.
I sarnpupryuhYl. Diagram berikut dapatmemberi penjelasan mengenai ffa-
rlisi penyalinan tertutup dan terbuka untuk korpus naskah A.
Pn?nb Narna pnpfi dan jumlah bait
KBG 98 dan Br 78 l(3,G 452 KBG 146danTh.P77
I Asmaradana :41 Asmaradana :72t2 Asmandana : 40
A X
II Sinom :10 Sinom :20 Sinom : 19
m Durma : 34 Durma :76 Dandanggula : 30 *sl c
IV Pangkur : 74 Sinom :29 Durma : 30
\z Miil : 76 Miil :22 Miil : 27
A1 AX1 Y
YI Asmaradana : 13 Asmaradana :49 Asmaradana : 37
\1I Kinanthi :25 Kinanthi :16 Miil : 43'
I *r e
AXz AXYl
Tabel tersebut secara 5sdgltrxn2-berdasar pola metrum
metnrn-menunjukkan bahwa kelima
dan iurnlah bait tiap-tiap I I I
naskah yang mengandung teks Anglingdarma tersebut dapat
A3 AX2 AXI?
dikelompokkan ke dalam tiga versi, yakni versi I terdiri atas
naskah KBG 98 dan Br 78, versi II terdiri atas naskah KBG *
452, dan versi III terdiri atas naskah KBG 146 danTh.P 77. A4
Versi akan tampak lebih tajam jika dilihat unsur-unsur nata-
sinya. Versi I mempunyai dua varian, yakni naskah KBG 98
Keterangan:
dan Br 78; versi II hanya mempunyai satu varian, yakni naskah
naskah babon
KBG 452l' sedang versi III terdiri atas dua naskah, yakni naskah
n| -A1 naskah salinan
XdanY naskah lain
ll
Pupth merupakan bagian w^carua yang dibingkai dengan rn c pat,
yang dapat disamakan dengan "bab" untuk wacana prosa. r\Xl-AX3 naskah salinan
t2
Sebagai catatan, bagian awal naskah ini sudah hilang dan iumlah bait r\XYl-Af-\a'? naskah salinan
padapupah bersangkutan berdasar bait-bait yang a'da atau yang tetsisa
pada naskah.
I penyalinan tertutup
60 61
fonsotn frsaputra j
p engantar fifo fogi aw a
$ : penyalinan terbuka caan. Penggunaan kedua istilah versi dan vanan atas suatu teks
2 : ambilan bagian dalam Proses penyalinan terjadi setelah pembacaan secara cermat dan melakukan per-
terbuka bandingan atas teks-teks sehingga menampakkan perbedaan
danf atau persamaan bacaan antarteks sekorpus. Di samping
Munculnyaversi dalam satu korpus memang tidak sema- itu ada istilah lain yang berkaitan dengan teks, yakni tesensi,
ta-lrrr t^ karena proses penyalinan terbuka saia, tetapi berke- redaksi, dan edisi. Behrend (1995) menggunakan istilah resensi
mungkinan iuga teriadi karena penciptaan baru oleh penulis, dalam pengertian teks yang seversi dalam satu korpus, Djajadt-
pengafang, aau puiangga yang berbeda ningrat (1983) menggunakan istilah redaksi untuk menunjuk
Penyalinan terbuka dapat bedangsung dalam masyankat suatu teks yang terekam ke dalam satu naskah, adapun edisi
tradisional yang bersifat komu nal ataupatembEtatan yang menis- sering digunakan untuk menyebut teks hasil alihaksra secara
bikan sifat-sifat individudis. Dalam masyarakat semacam itu filologis dan akademis. Dengan menggunakan korpus teks
tidak dikenal "hak cipa" seperti halnya dalam masyarakat mo- Anglingdarma di atas, Behrend menyebut versi I adalah resensi
dern yang pengakuan terhadap hak-hak ptibadi sangat kuat. untuk teks-teks yang terekam ke dalam naskah KBG 98 dan
Teks karya seorang puiangga, misalnya, bukan lagi milik pribadi Br. 7 8, Jayzdrningrat menggunakan istilah redaksi untuk rna-
pufangga benangkuan setelah selesai ditulis dan kemudian sing-masing teks yang terekam ke dalam naskah KBG 98, KBG
dibaca oleh masyarakat. Karya tersebut meniadi milik umum. 146, KBG 452,8r.78, dan Th.P.77, sedang teks hasil penga-
Pemanfaaannya pun tidak harus memperoleh izin dari si pe- lihaksaraan yang dikerjakan secara filologis akademis disebut
megang hak cipa. Hal ini tercermin dari ketidaktercantuman
nama pengatang dalam sebagian besar teks-teks Jawa secara Ada berbagai alasan mengapa suatu naskah dan teks
tersurat. Sekalipun nama puiangga pencipanya tercanturn disalin, yakni:
secara tersirat dalam teks, namun pemanfaaan teks tersebut (1) Melestarikan teks dari kepunahan
oleh pihak lain-misalnya disalin, digubah meniadi teks lain, Sebagaimana kita tahu teks sebagai arketip danf atau auto-
atau dipanggungkan-tetap saia tidak berpengaruh pada hak graf penciptanya semula ternrlis di atas alas tulis yang ren-
.ipa. tan terhadap kerusakan, baik oleh serangga maupun oleh
Istilah versi dan varian secara umurn dlgunakan untuk kelembaban cuaca. Agar teks yang mempunyai nilai tak
mengelompokkan teks sekorpus dalam gradasi perbedaan ba- terukur itu tidak punah maka dilakukan penyalin^n at^u
62
F
fotrsono fr saputra pengantarffo[ogi jawa
mernbuat naskah baru dengan kandungan teks yang sudah tarna abad ke-20 Pigeaud menyuruh orang lain menyalin
ada sebelumnya oleh pihak lain. Alasan ini merupakan alas- sejumlah naskahJawa. Satu di salinan itu-
^nt^ranaskah
an ufnum atas terjadinya tradisi penyalinan. Dengan alasan berdasarkan informasi, penyalinan dibuat sebanyak empat
ini pula seringkali ada istilah "naskah baru mengandung eksemplar-kini menjadi koleksi Perpustakaan FIts-UI.
teks tua". Maksud Petnyataantersebut adalah suatu naskah Mandrasastr a tercatatsebagai salah seorang di antaraoraflg-
yang belum terlalu tua umurnya namun mengandung teks orang yang bekerja untuk Pigeaud. Demikian pula pada
Hd ini juga berarti bahwa naskah tersebut
yang sudah tua. pertengahan abad ke-19 Koninklijk Bataviaasch Genoot-
merupakan hasil ieproduksi atau penyalinan dari suatu schap van Kunsten en Wetenschappen yang berkedudukan
syarakatJawa ada tradisi untuk membaca suatu kitab (baca: penyalinan dengan alasan ini.
teks) dalam berbagai kesempatan. Untuk keperluan tet-
sebut mau tidak mau harus ada naskah yang akan dibaca 3. Skriptorium
dan penyediaan teks hanya dapat dilakukan dengan menya- Tradisi keberaksaraan masyarakat tradisional pada dasat
lin teks yang sudah tertulis dalam suatu naskah' nya berlangsung di pusat-pusat kebudayaan yang biasanya juga
(3) Atas perintah pihak lain r rrcrupakan pusat kegiatan intelektual. Pusat-pusat keberaksa-
Dalam rangka penyusunan karnusnya, sejak dasawarsa Per- r;ran itu sekaligus menjadi tempat penciptaan teks dan penyalin-
64 65
forsorc fr saputra
f j
p eng ant ar i fo fogi aw a
an naskah, yang dalam tradisi pengkajian naskah disebut dengan pat penciptaan atau penyalinan sepanjang ada sumber lain yang
skriptorium. Ada dua kelompok besar skriptorium dalam tradisi memberi informasi tentang nama tersebut. R.Ng. Rang g^wat.
naskah Jawa, yakti skriptorium keraton dan skriptorium di sita, misalnya, betdasar sumber-sumber lain dikenal sebagai
luar keraton. Yang dimaksud keraton adalah istana-istanaJawa, pujangga keraton Surakarta. Dengan demikian apabila suatu
sedang luar ke rzton adalahpusat-pusat kegiatan budaya seperti teks dapat dikenali sebagai karya R.Ng. Ranggawarsita, maka
mandala,pesantren, pedesaan, dan berbagai tempat di pesisir teks tersebut dapat dipasdkan berasal dari skriptorium keraton
utanJa'wa. Surakarta.
Kebiasaan menyebutkan tempat penciptaan danf ataupe- Sebagai akib at adanyadua kelompok skriptorium keraton
nyalinan teks dalam tradisi naskahJawa sangat jarang.Ada be- dan di luar keraton ini naskah-naskahJawa pun sering dike-
berapa naskah yang secara tersurat menyebut skriptorium. Teks lompokkan ke dalam dua kelompok besar berdasarkan skripto-
Serat Anglingdarza KBG 98, misalnya, menyebutkan tempat rium, yakni naskah-naskah (dan teks) keraton dan naskah-
penulisan teks di Rembang (Karsono, 1988: 11). Salah satu naskah (dan teks) bukan keraton; meskipun sebenarnya penge-
teks Jaka Protaka menyebut disalin di distrik Srengguruh. Teks lompokan tersebut sangat nisbi, tidak disertai dengan kriteria
Smaradahana (papilhI,bait 6)13 secara tersirat menyebutkan tem- yang jelas, dan tidak menunjukkan cfui-ciri umum yang membe-
pat penciptaan teks di Kadiri karcnamenyebut Qri KimeEwara dakan kedua kelompok skriptorium Jawa tersebut. Seringkali
s eb agai nj a temp at bernaung s ang p u j a ngga (iVIp u D h ar maja) . naskah-naskah keraton dicirikan dengan penggunaan bahasa
Namun demikian, teks yang secara tersurat memberikan infor- yang "baku" ,ketzatanpada kaidah pembattzn secata ketat, serta
masi mengenai skriptoriurn semacam ini memang tidak banyak. penulisan yang rzpi dengan ejaan standat dan taat s; se-
^z
Selebihnya, pengetahuan mengenai tempat penyalinan naskah dang naskah-naskah bukan keraton dicirikan kebalikannya.
atau penciptaan teks lebih ditentukan oleh pemahaman atau Pada kenyat^annyabanyak naskah bukan keraton yang terjaga
pengetahuan mengenai gaya aksara, ejaan, dan dialek baha- dalam hal bahasa, pembaitan, dan "kerapian" penulisannya.
s^nya. Mungkin informasi mengenai tempat penciptaan teks 'fidak sedikit pula teks yang berasal dari luar keraton sangat
danf atau penyalinan naskah akan terbantu apabila dalam teks indah dan "en k" dibaca; bahkan seringkali naskah pesafltren
atau nas kah tercantum nama p enga rang atau p enyalinnya. Na- terkesan sangat "mewah" karena dijilid dengan kulit hewan,
m^Peng r ngat^upenyalin dapat membantu mengenali tem- l>agian halaman awal sering dengan wadana, serta halaman-
t3 Poerbatjznka,1937. halaman dihiasi dengan iluminasi dan rubrikasi.
66 67
r
pengantar fifo fogi j awa
fonsono fr saputra
Skriptorium berkait erat dengan naskah dan teks yang torium Kadiri dapat diperkirakan tahun penciptaannya berdasar
dihasilkannya. Sebelum pemakaian kertas Eropa meluas, alas masakerajaan KadiriJawa kuna. Deng^flcata seperti ini teks-
teks yang diketahui skriptoriumnya dapat diperkirakan tahun
tulis naskah tergantung Pada alam yang biasanya menyediakan
pencipaannya. Pigeaud (1,9 67 : 1 1 -1 4) secara garis besar menge-
bagian tertentu pohon, yang dengan Proses tertentu dapat dija-
dikan sebag ai alas rtihs: rontal terbuat dari daun til, dluwang lompokkan teks-teksJawa dalam empat skriptorium, yakni 1)
tetbuat dari kulit pohon, kertas telayang dibuat dari bubur kanji, teks-teks yang ditulis diJawa tengah, meliputi lembah Benga-
dan seterusnya. Teks, yang abstrak sifatnya dan merupakan wan Sala serta lembah Sungai Opak dan Sungai Praga;2) teks-
formasi" unsur-unsur budaya masyarakat teks yang dinrlis diJawa Timur di lembah Sungai Brantas dan
catatan atau "trans
penciptanya, mau tidak mau juga dipengatuhi olah "w^tna" Madura;3) teks-teks yang dinrlis di sepanjang p^ntdut^t^J^w^;
dan 4) teks-teks yang ditulis di Balil4.
budaya skriptorium yang menghasilkannya' Sebagian besar
Suatu skriptorium dan pada masa tertentu seringkali me-
naskah yang dihasilkan suatu skriptorium pesantren Jawa,
misalnya, mungkin beraksara pegon dengan teks-teks berwarna
nunjukkan ciri-ciri tertentu. Teks pesisiran berbingkai m c p^t
yang berasal dari sekitar abad XVIII, misalnya, memiliki muka-
keislaman.
Di samping itu skriptorium tidak hanya bersangkut Paut dimah (manggala) panjang lebar, yang tidak ada kaitannya de-
ngan teks utama, dan khas. Berkut contohnyal5.
dengan unsur-unsur naskah dan isi teks, melainkan iuga berkait
dengan umur naskah dan umur teks. Kegiatan penulisan dan
Pupuh Kasmaran Galih
penyalinan teks dan naskah dalam suatu skriptorium tidakber- / / 0/ / tetkala niwiti nulis/ ing malen Ngahat punika/ nuia
/ ne ngi h sasi Rcj eb pu nika / tanggal patbe las ketiga /
langsung ter Lis-rnenerus sepanjang masa' Sebagaim ana sejanh Kliwo n pasarane
68 69
/
forsono fr saputrd pengantarfibbgi jawa
dipunagung pengEurane/ kang njrcrat sanget bodhonla/ aksara ala Mukadimah (manggala) semacam ini mengingatkan kita
tur madhaf tantakipun tuna lupat/ arsajajar kiwala/ f dasanamane pada tradisi pernaskahan Melayu pada pedode yang sam ,terv-
kang nulis/ dasa paluh nama aranf Rejadiwirya iku nananef ing tamayaflgdikerjakan oleh Muhamad Bakir dan Cing Saadilah.
Ben b a ng pu n i ka ep u tra / tnr asri ng ke lu n ta- lu n ta f ke langkung an e las I(ekhasan manggala ini dibanding manggala naskah-naskah
arsaf orirgnegri tanahBangka/ / penedhane kangnulisf kalih sanak Jawa pada umumnya adalah (1) pwpub pefi^ma menggunakan
kang wonten samla/ drnagungpeng@urane / samPun maca bai nginargl tembang asmaradana, sementara naskah skriptorium lain lebih
raenaui kenging kedubang/ sarrpuil maca bai udutf menaui kenging banyak menggunakan dhandhanggula; Q) penyebutan penang-
dahana/ / ngajia tata lan titi/ persela tata kramaf andhap asor ing galan tanpa penuniukan tahun
tandukef ngabukti lan wong tuwa/ bapa lan si bjangl kapindhone meskipun penanda waktu yang
kang sepub/ ping telune ganua kiaala/ / lamun sira nguh ing laki/ lin-han, bulan, tanngal, jam,
Ea mrengut aja nelerok/ nenawagedbe dusane/ mari mangan ngeracika bahkan kadang dengan maflg-
nginang/ mari rginangsuguhm wedangl1m wis suguh udut/ sebakdane sa-sangat jelas; dan (3) "bacaan
wehamganparan/ / jten wis ndaryuzjiki/ sira ruulih kekanthen astaf pengantar" yang tidak ada kait-
@a kurang bukti lakune/ .yen wis padha lunguba/ agr/nem cara kang annya dengan "bacaan utam ".
sukaf aja nrak basa kang luput/ iku nora kena siraf f aonten malib Di samping itu aspek keb ahasaan
pitutur iki / worg wado n sira ra rgo kn a f ka ngle kti pitu du be / aj a sira sangat jelas menunjukkan dialek
lancang lunga/ yn durung lakimu sukaf sabab ika imanaf @a sira pant^t atan Jawa dan diperkuat
rlyrang taku/ menawa kengingcintaka/ / aja sira ningal inglaki/ yn dengan ketid aktaatan p ad^
^tutan
lunga puthi warabaf kang eca ing tenbunge/ aja sira manca tangaf persajakan.
menaua olih warta/ ingkang ala lumakuf iku esthi tetukaranf f yn Naskah-naskah J awa yang
laki/
wis sira tatur ing separane gnnmil lunga/ pesthi selamet sas/anef diproduksi di skriptorium pesisir
apa kang kinarya tunekaf nara ingkarepiraf sedala irgkang utara Pulau J awa biasanya diper-
kesinunglsekabihe padha prakta/ / aonten karg ainuwusa nalih/ kaya dengan rubrikasi dan sung- Serat Damarwukn, IOLJau. 89,'
caita kala kuna/ kang tinutur s/atine/ kang kinarya kekidungan/ gingan-sungingan'iluminasi' war- krleksi Britirh Library, berukuran 20
x 25,5 crn, alas tulis kftas ErEa,
Jen aila wong kuusahanf atine wong lagi bingung/ kinarya penglipur na-warni.
dengan hiann- hiasan rungging (Collop,
brangta/ / caita negari Melawa/ .... 1 991: 87)
70 71
r
penganurf[ofogi jawa
fotrsonn ft saputra
72 73
frarsono fisapuna
pengantarffofogi jawa
Punika selarahipun para ratu ing tanah Jawi, wiwit saking nabi Inilah sejarah raja-rajaTanahJawa sejak Nabi Adam.
Adam, apePiltra Sis. Esis @epatra I'Jurcahla. Nurcah,la ape' Nabi Adam memperanakkan Sis. Sis memperanakkan
putra Nurasa. Nurasa @epuha sanghlanglT/ning. Sanghlang Nurcahya. Nurcahya memperanakkan Nurasa. Nurasa
Wening @ep ntra nngl4t angTunga l. S anghl ang Tu nga I ap ep u tra memperanakkan Sanghyang Wening. Sanghyang Wening
batbara Guru, Bathara Garu @eputra gangml, anama bathara memperanakkan Sanghyang Tunggal. Sanghyang Tunggal
Sanbo, batbara Brama, batbara Maha-dewa, bathara lYisnu, memperanakkan Batara Guru. Batara Guru mempu.ryai
denti Si. Bathara LVisnu wau jumeneng ratu wonten pulo Jawi, lima orang putra-putri, yakni Batara S arctbo,BataraBo*u,
@iulukpraba Set Kadhatonipun bathara Guru anama ingSura- Batara Mahadewa, Batara Wisnu, dan Devri Sri. Batara
kEta. W'isnu menjadi rzlja dr pulau
Jawa, bergelar prabu Set.
Istana Batara Guru bernama Suralaya.
Bathara Brama katurunaken dhatang Marcapada, jumeneng
rata ing negari ing Giling-LVui, ngento$ prabu lVatagunung. Batan Bramaditurunkan ke mayapad a, menjadinja
Pulo Jawi sampun nungkul. I-.ani-lani batbara Brama @eputra di kerajaan Gilingrvesi, menggantikan prabu STarugunung
estri, anama Bramani. Branani apeputra Tritrustba. Ti Trustba Pulau Jawa sudah takluk. Lama-kelam aan Batara Brama
apeputra Pari-Kenan. Pari-Kenan apeputra Manu-Manasa. berputri, Brarnzri namanya. Bramani mernperanakkan
Manu-manasa apeputra Sakutrem. Sakutrem @epatra Sakri' Tritrusta. Tritrusta memperanakkan parikenan. parikenan
S aki apeputra Pala-S ara. Pak-S ara @eputra begawan Abi-Yasa. memperanakkan Manumayasa. Manumayasa memper_
anakkan Sakutrem. Sakutrem memperanakkan Sakri. Sakri
18 Redaksi Olthof yang disusuo kembali Ras (1987); ejaan disesuaikan
memperanakkan Palasar a. p alasatamemperanakkan Be_
dengan eiaan yang disempwnakan oleh penulis.
gawan Abiyasa. Begawan Abiyasa memperanakkan pandu
74
75
fotrsono fr saputra penBanturrt[o[ogijawa
76 77
forsono fr saputra penqanturrtfofogi jawa
juga berlaku bagi kebudayaan Jawa yang sudah menempuh kata'. Pengefiian "kata" kemudian dipeduas menjadi bahasa,
pelalananpaniang. dan kemudian lebih diperluas lagi menjadi "kebudayaan",
Berbagai sumber menyebutkan bahwa peradaban kebuda- sehingga studi filologil berarti studi tentang kebudayaan masa
yaan Jawa pernah mencapai puncak-keemasan. Candi Borobu- lalu melalui naskah dan teks. Dengan demikian objek studi
dur yang dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia serta filologi berupa naskah dan teks. Secara khusus naskah menjadi
wayang dan keris yang dianggap sebagi salah satu warisan bu- objek studi kodikologi, sedang teks menjadi objek studi teks-
daya dunia merupakan contoh tapak-tapak puncak peradaban tologi, nafiiun kedua bidang studi itu berakar padabatangyang
Jawa masa lalq bahkan pada abad ke-14 Majapahit pernah sama: filologi
menjadi kiblat poJitik nusantara. Tapak-tapaknya masih bisa I(odikologi berasal dari dua kata Latin codrx'naskah' dan
dilacak di berbagai wilayahbudayanusantara yang pernah me- logos'llmu'. Secara etimologis, kodikologi adalah studi mengenai
ngakui kedaulatan Majapahrt melalui beberapa unsur budaya- naskah. Hal ini berarti kodikologi mempelajari seluk beluk atau
nya. Deretan tapak puncak peradaban itu tentu bisa diper- hat-hal fisik yang berkait dengan naskah. Adapun Tekstologi-
panjang. Jika demikian, tidak mungkinkah teks yang terkandung gabungan text dan logos-mempelajari hal-hal yang berkait de-
dalam naskahJawa merekam peradabanJawa masa lalu, yang ngan teks, misalnya kesejarahan teks, hubungan antarteks, dan
sangat mungkin dapat menjadi acuan kebudayaan masa kini persebaran teks.
atau setidak-tidaknya dapat digunakan untuk merunut akar Pada dasarny^-secarasederhana-tujuan akhir studi fi-
peradaban masakini? lologi adaiah menyajikan edisi teks yangdapat"dib^c " untuk
Namun, sekali lagi, wujud rekaman peradaban itu sudah berbagai kepentingan, baik kepentingan praktis maupun kepen-
tidak diakrabi lagi oleh generasi masa kini. Oleh karena itu tingan akademis. Yang dimaksud dengan kepentingan praktis
harus ada "jembatan" yang bisa "menghubungkan" naskah adalahpenggunaan "b^c hasil studi filologi sebagai bacaan
^n"
dan teks peninggalan masa lalu tersebut dengan pembaca masa semata-mata untuk mengetahui isinya, sedang yang dimaksud
kini. Jembatan itu adalah studi filologi, yang secara khusus di dengan kepentingan akademis adalah penggunaan hasii studi
Indonesia merupakan metode untuk menyajikan suatu "baca- hlologi sebagai sumber data penelitian.
an" darj' naskah dan teks.
Secara etimologi, filologi berasal dari. kata p hi los'kata' dan ' Pengertian filologi dan objek studinya berbeda berdasar kunrn waktu
dan kawasan pemakainya. Paparan mengenai hal ini dapat dibaca
/ogos'cttnta' atau 'iknu', yang secara harfiah berarti 'cinta pada
pada Baried (1994).
78 79
ftgrsono fr saputra petaLntt
Sebagaimana telah dibicarakan di bagian depan, dalam adalah prinsip yang dipilih dalam menyajikan edi
tradisi naskah Jawa terdapat berbagai macam naskah yang
mengandung berbagai macam ragam isi. Ada teks yang berisi 2. Langkah Kerj a Filologi
piwulangsusastra, ilmu pengetahuan, sejarah, kebahasaa n, adat- Langkah kerja frlologi merupakan tahapan kerja studi
istiadat, dan sebagainya. Keperluan pragmatis atas kerja filologi filologi yang memiliki saling keterkaitanantaftahap. Secara ber-
adalah pemanfaatanalih aksara teks semata-mata sebagai baca- urutan,langkah kerja filologi meliputi inventarisasi naskah (dan
an, misalnya untuk mengetahui ajaranyang rerkandung dalam teks), deskripsi naskah, perbandingan teks (dan naskah), penen-
teks wulang untuk mengetahui aspek kisahan teks susastra, tuan teks yang disunting, pertanggungjawaban alih aksara, kritik
untuk memahami aturan adat atas teks yang bermuatan adat teks, dan pengalihaks ara^r.
istiadat, demikian dan seterusnya.
Adapun kep entingan akademi s adalah p ernznfaatan s un- a. lno ent aris as i N askah
tingan hasil kerja frlologi sebagai data penelitian unruk bidang- Yang dimaksud dengan inventarisasi naskah adalah kegi-
bidang tertentu sesuai dengan ilmu dan kandungan isinya, atan mengumpulkan informasi mengenai keberadaan naskah-
misalnya data penelitian ilmu sastra atas teks susastra, data naskah yang mengandung teks sekorpus. Naskah-naskah yang
penelitian ilmu sejarah unruk teks-teks babad, data penelitian mengandung teks sekorpus secara sederhana berarti naskah-
untuk ilmu linguistik, dan seterusnya. Dalam kaitan iniiah naskah yang mengandung teks sejudul,fang kadang-kadang
seringkali filologi dianggap bidang pengetahuan yang inter- tercantum pada sampul naskah danf atau di kelopak depan
disiplin, arnnyahasil penelitian filologi dapat digunakan sebagai naskah. Meskipun demikian tidak berarti bahwa naskah-naskah
data penelitianbags, bidang ilmu tertentu sesuai dengan kan- yang mengandung teks seiudul berarti mengandung teks sekor-
dungan isinya; sebaliknya penelitian filologi juga memerlukan pus, atau sebaliknya ada kemungkinan naskah-naskah yang
bantuan bidang ilmu lain sesuai dengan kandungan teksnya. tidak sama fudulnya tetapi mengandung teks sekorpud Dua
Sebagai suatu bidang keilmuan, studi filologi memiliki naskah Babad Prambanan kbleksi FIB UI merupakan contoh
metodologi yang harus ditaati. Metodologi tersebut berupa naskah-naskah yang memiliki judul sama namun tidak me-
langkah kerja filologi dan metode kerja filologi. Yang dimaksud nganduirg teks sekoipus karena teks yang tetkandung dalam
dengan langkah kerja adalah urutan kegiatan yang harus dilalui' kedua naskah tersebut tetny^t^ betbeda sama sekali, bahkan
dalam penggarapan naskah dan teks, sedang metode kerja aspek kesastra nny^ pun tak ada persamaanny^.
80
j
forsono fi saputra pengantarfibtogi jawa
Sebagaimana telah dibicarakan di bagian depan, dalam adaJahprinsip yang dipilih dalam menyaiikan edisi teks.
tradisi naskah Jawa terdapat berbagai macam naskah yang
mengandung berbagai macarn rag,rm isi. Ada teks yang berisi 2. Langkah Kerja Filologi
piwukngsusasfta, ilmu pengetahuan, sejarah, kebahasaan, adat- Langkah kerja filologi merupakan tahapan kerja studi
istiadat, dan sebagainya. Keperluan pragmatis atas kerja filologi filologi yang memiliki saling keterkaitan antafiahap. Secara ber-
adalah pemanfaatan alih aksara teks semata-mata sebagai baca- urutan,langkah kerja filologi meliputi inventarisasi naskah (dan
an, misalnya untuk mengetahui ajannyang terkandung dalam teks), deskripsi naskah, perbandingan teks (dan naskah), penen-
teks wu/ang untuk mengetahui aspek kisahan teks susastra, tuan teks yang disunting, pertanggungiawaban alih aksara, kritik
untuk memahami aturan adat atas teks yang bermuatan adat teks, dan pengalihaksat^ n.
istiadat, demikian dan seterusnya.
Adapun kepentingan akademis adalah pemanfaatan sun- a. InoentartsasiNaskah
tingan hasil kerja filologi sebagai data penelitian untuk bidang- Yang dimaksud dengan inventarisasi naskah adalah kegi-
bidang tertentu sesuai dengan ilmu dan kandungan isinya, atan mengumpulkan informasi mengenai keberadaan naskah-
misainya data penelitian ilmu sastra atas teks susastra, data naskah yang mengandung teks sekorpus. Naskah-naskah yang
penelitian ilmu sejarah untuk teks-teks babad, data penelitian mengandung teks sekorpus secata sederhana berarti naskah-
untuk ilmu linguistik, dan seterusnya. Dalam kaitan inilah naskah yang mengandung teks sejudul,fang kadang-kadang
seringkali filologi dianggap bidang pengetahuan yang inter- tercantum pada sampul naskah danf atau di kelopak depan
disiplin, aranyahasil penelitian filologi dapat digunakan sebagai naskah. Meskipun demikian tidak berarti bahwa naskah-naskah
data penelitian bagi bidang ilmu tertentu sesuai dengan kan- yang mengandung teks sejudul berarti mengandung teks sekor-
dungan isinya; sebaliknya penelitian filologi juga memerlukan Pus, atau sebaliknya ada kemungkinan naskah-naskah yang
bantuan bidang ilmu lain sesuai dengan kandungan teksnya. tidak sama judulnya tetapi mengandung teks sekorpus{ Dua
Sebagai suatu bidang keilmuan, studi filologi memiliki naskah Babad Prambanan kbleksi FIB UI merupakan contoh
metodologi yang harus ditaati. Metodologi tersebut berupa naskah-naskah yang memiliki judul sama namun tidak me-
langkah kerja filologi dan metode ke{a filologi. Yang dimaksud ngandr:ng teks sekorpus karena teks yang terkandung dalam
dengan langkah kerja adalah uutan kegiatan yang harus dilalui' kedua naskah tersebut ternyat^ berbeda sama sekali, bahkan
dalam penggarapan naskah dan teks, sedang metode kerja aspek kesastn rrny^ pun tak ada persama^nnya'.
81
F pengdntarrtfofogi jawa
fotrsorc fi saputra
Informasi pertama dan utama mengenai keberadaan suahr informasi mengenai fisik naskah-naskah yang menjadi objek
naskah dapat diperoleh melalui katalog naskah. Baik lembaga penelitian. Pengertian fisik berarti seluruh hal atau seluruh se-
maupun perorangan kolektor naskah biasanya memiliki katalog lukbeluk yang berkenaan dengan naskah sebagaimana telah
mengenai koleksi yang dimilikinya, betapapun sederhananya dibicarakan pada bab 1 mengenai pengertian naskah dan teks.
katalog bersangkutan. Deskripsi naskah saat ini dimudahkan oleh adanya kata-
Hasil inventarisasi naskah berupa daftar mengenai sejum- log-katalog yang telah memberikan uraian fisik naskah secara
lah naskah (sekorpus) yzngakanmenjadi objek penelitian: judul panianglebar. Meskipun demikian sorang peneliti yang mela-
naskah, nomor koleksi, dan naskah miJik "siapa'1 Hasilinven- kukan studi filologi tidak boleh demikian saia"percaya" pada
tarisasi naskah sekaligus memungkinkan dapat menentukan informasi yang diberikan oleh suatu katalog dan mengutipnya
eleminasi naskah2 padatahap awal, misalnya naskah berada di mentah-mentah. Deskripsi seperti itu tidak valid dan bahkan
tempat yang jauh sehing ga,karcna keterbatasan, naskah tetse- dapat disebut sebagai plagiat. Oleh karena itu seorang filolog
but tidak menjadi bagian dari obiek penelitian. Alasan ini pada sedapat mungkin harus melihat naskah(-naskah) yang menjadi
waktu sekarang sesungguhnya tidak relevan lagi untuk menge- objek penelitiannya, meneliti lembar demilembar, unsur demi
leminasi naskah. Kemaiuan teknologi mengakibatkan hilangnya unsur, dengan secermat-ce tmatflyz, dan kcmudian mencatat-
kendala iarak Pzda masa ini seseorang tidak lagi hatus hadit ny^.
Hal-hal apa saia yang harus dideskripsikan? Tidak ada
secara fisik melihat naskah di tempatnya tersimpan, namun
dapat memznfaatkan teknologr, misalnya melalui mikrofilm ketentuan pasti mengenai hal apa saia yang harus dideskrip-
atau rekarnan dalam disk, dan seterusnya. sikan, teapi semakin rinci dan semakin luas cakupan informasi
Inventarisasi naskah ditindaklaniuti dengan langkah kerja menunjukkan kecermatan, ketelitian, dan kesungguhan filolog
bedkutnya berupa deskripsi naskah. bersangkutan. Mulyadi (7994:38-42) mendaftar 19 nomor hal
yang perlu dideskripsikan ditambah dengan ringkasan cerita
b. Deskripsi Naskah dan catatar lain berikut penielasan singkat, meliputi judul
Yang dimaksud dengan deskripsi naskah adalah p enyajian naskah, tempat penyimpanan naskah, nomor naskah, ukuran
halaman,jurnlah halaman, jumlah baris, paniang baris, huruf,
2 Eleminasi naskah adalah "pencoretan" naskah dari daftar naskah- bahasa, kertas, cap kertas, chain /ain'garis tebal' dan /aid line
naskah yang akan diteliti karena berbagai alasan. N{engenai hal ini
'garis tipis', kuras, garis panduan3, Pengarang-penyalin-tempat
dibicarakan panianglebar pada bab-bab berikutnya.
83
82
forsoru fi saputra p engantar f i fo fogi j aw a
dan tanggal penyalinan, keadaan naskah, pemilik naskah, peme- No. koleksi KBG 98
rolehan naskah, serta gambar dan ilusffasi. Namun terny^t^ Ukuran sampul 20,5x32,5 cm
tidak semua hal yang disebutkannya dapat dideskdpsikan. Cap Ukuran kertas alas nrlis 20,5 x 32 cm
kertas, chain lain dan laid line,serta kuras+ hanyabedaku apabila Blok teks 76 x26,5 cm
alas nrlis yang digunakan berupa kertas Eropa. Demikian pun Kelopak masing-masing lima helai di depan
garis panduan dan gambar (iluminasi dan rubrikasi) tidak mesti dan di belakang
ditemui pada setiap naskah. Hal yang sama untuk pengarang, Jilid masih bagus
penyalin, tempat dan tanggal penulisan naskah, pemilik naskah, Alas tr-rlis kertas Eropa, 5 macam caP kertas,
setta sejarah pemerolehan naskah. tetapi tidak dapat dilacak tahun pem-
Sesederhana apa pun suatu deskripsi naskah setidak-tidak- buatannya
nya harus mengandung informasi mengenai kebetadaan suatu Tebal 272helu
naskah, nomor koleksi, jumlah halaman naskah, keterangan Jurnlah baris 15 dan 18 baris per halaman;
^nt^t
mengenai sampul, ukuran naskah, alas hrlis, jenis aksara dan variasi jurnlah baris per halaman ka-
bahasa, jumlah baris nrlisan setiap halaman, dan tinta. Seyo- rena ada ilustrasi
gSanya setiap unsur naskah yang dikemukakan diberi penjelasan Aksara Jawa
dan-apabila mungkin--disertai dengan analisis. Deskripsi Bahasa Jasra
yang lebih luas lagi berisi tentang keterangan sejarah naskah. Tinta hitam, ada rubrikasi
Ada dua model deskripsi, yakni model "tabel" dan model Bentuk teks, tembang m c p^t
paparan. Berikut ini contoh deskripsi dengan model tabel. Keterangan Lain - Dari keteranganJaarboek 7933 na.s-
Judul naskah (teks) : Serat Anglingdarma kah menjadi koleksi IGG sejak 27
I(oleksi : PNRI Juni 1871
3 Yang dimaksud dengan garis panduan adalah garis bantu untuk
- Di kelopak depan terdapan stempel
menulis agar aksata dalam naskah menjadi rapi. Garis panduan dapat "RAT. GENOOTSCHAP", yang
menandai kolom atau blok teks, dapat pula berupa panduan untuk menunjukkan bahva naskah menjadi
baris demi baris tulisan naskah.
+ koleksi Bataviaasch Genootschap
Yang dimaksud dengan kuras adalah satuan lipatan kertas dalam
peniilidan. van Kunsten en \Tetenschapen.
84 85
I forsotw fi saputra penganurfifotogi jawa
Model deskripsi semacaln ini jelas dan mudah dibaca, kioan penomoran halaman bukan ditulis oleh penyalin
naskah.
namun terasa "kering2', tidak membawa pembaca berimajinasi
Kain hitam sampul di beberapa bagian telah sobek
mengenai naskah yang dideskripsikan. Oleh karena itu model
karena dimakan usia. Seluruh bagian pingir kertas bolong-
deskripsi semacam ini jarang digunakan oleh peneliti naskah. bolong kecil dan telah dilaminating. Laminating tersebut
Bandingkan dengan deskripsi berikut. sampai mengenai baris pertama dan ketujuhbelas pada
setiap halaman. Hal ini agak menyulitkan dalam membaca.
Naskah koleksi perpustakaan FIB. Naskah ini telah Jilid masih dalam keadaan baik. Kondisi naskah secara
dicatat dalam Ka ta hg I n du k N as ka h - n ar kab N us an tara, J i li d umum kurang baik, tetapi masih dapat terbaca dengan
3-a, Fakultas Sastra Uniyersitas Indonesia. Teks telah dimi- jelas.
krofilmkan dengan nomor Rol 177 .02. Jud,J naskah Panli Pada punggung naskah terdapat kertas putih beru-
JEtakusuma. Judul ditemukan di dalam dan di luar teks. kuran 10 x 2 dan 4 x 1 cm masing-masing bernrliskan
Informasi judul juga terdapat di dalam teks berada pada '"TH.P. 153. S. Panjl" dan "HS 153".'"ITf.P. 153. S. Panji'',
rzangala, sedang informasi judul yang terdapat di luar menginformasikan bahwa naskah semula dikoleksi oleh
teks terdapat pada punggung dalam halaman i naskah. Dr. Th. Pigeaud dan didaftar dengan nonor 153 berjudul
Sampul dari karton tebal dilapis kain hitam berukuran Serat Pary'i, sedang "HS 153" menerangkan bagian dari
29,5 x20 cm. Naskah memiliki kelopak, masing-masing koleksi naskah Pigeaud, yattu bandscriften (naskah-naskah)
selembar pada bagian depan dan belakang. Alas tulis kertas bernomor 153.
dluwang ber'varna putih kecoklatan, berukuran 28 x 19 Pada sampul depan bagqan dalam, terdapat cap ber-
cm. Kolom teks berukunn20,5 x 13 cm dan setiap ha- bentuk segi empat berukuran 2 x 3 cm dengan h:lisan
laman terdiri atas 77 baris. Tinta naskah berwarna hiam "Stoomdrukkerij'De Bliksem' Darpoejoedan, Solo".
dan merah. Tinta hitam digunakan untukmenulis aksara, Tidak diketahui dengan jelas keterangan tentang cap.
sedang tinta merang untuk rubrikasi gatra'bais', pada Diperkirakan "De Bliksem" adalah nama sebuah perce-
'bzrt' , dan pupuh 'bab' . Tebal naskah 203 halaman. takanyang berada di Darpoyudan Sala, karena arti dari
Penyalin naskah tidak memberi nomor halaman. Peno- S nondru kfu ij adalah'percetakan'.
moran tidak pada setiap halaman, tetapi seperti pada nas- Halaman i terdapat h:lisan yang memberi informasi
kah lontar, menggunakan sistem re$o dan an'so.Penomotan judul naskah yang terdapat di luar teks, bahwa naskah A
halaman menggunakan angka Arab dengan pensil pada berfudul Serat Panji Jryakusuta. Berikut nrlisan dengan
bagian uerso.Gaya tulisan nomor halaman sangat berbeda pensil hitam yang terdapatpada halaman i berbunyi:
dengan gaya rulisan aksara untuk menulis teks, kemung-
86 87
f frarsorn frsaputra pengantar fifobgi jaua
"153. S. PANDJI DJAJAKUSUMIt'' secara teknis pemerian informasiyangpaniang lebar lebih mu-
"Gekocht van Soeras oedfu dj a. Banasare, Bandawasa; dah dilakukan melalui sistem p^px^n. Secara kebetulan, pe-
jogja, Dec 1931; Th.P
n)'usun membuat deskripsi atas naskah TH.P. 153 koleksi FIB
uittreksel Mandrasastra en worden; Sept 32" ('Dibeli
dari
UI secata sangat cermat dan rinci.
Soetasoedirdia. Banasarc,Bandawasa, Jogja, Desember
Deskripsi yar,g cermaq rinci, dan luas tidak hanya ber-
1931; Th.P. Ringkasan dibuat oleh Mandrasastra, Sep-
tember 1932) tnanfaatbagi pembac a, tetaprpada gilirannya akan bermanfaat
lragi penelitian korpus naskah bersangkutan apabtla sampai
Tulisan itu
selain memberi informasi tentang iudul, y>adalangkah kerja penentuan teks yang akan disunting.
juga memuatsejarah naskah. Naskah dibeli oleh Pigeaud
diYogyakarta pada bulan Desember 1'931' darlSoeradirdia c. Perbanilingan Teks
yang berasal dad Banasare,Bandawasa. Naskah telah di-
Perbandingan teks dipetlukan untuk melihat hubungan
buatkan ringkasan oleh Mandr^sastra pada bulan Sep-
lickerabatan antarteks sekorpus dan untuk meflentukan teks
tember 1.932.
yrrng akan disunting. Sudah barang tentu kedua hal ini sangat
(Irawan, 2004: 1.2-1' 4) tcrgantung pada:
(l) I(eragaman redaksi dan keadaan teks
Paparan yang disampaikan oleh deskripsi di atas sangat Syant vtaim^ segala sesuatu yang dibandingkan-terma-
luas, memberikan informasi mengenai segala halyang berke- suft 1sl$-2daIah adanya persam afl dan perbedaafl atas
nairn dengari naskah dan segala hal yang ditemui secara inderavri yang dibandingkan. Jika teks yang diteliti danf atau akan
pada setiap halaman naskah, misalnya berbagai c tatar'yang disunting hanya satu-satunya naskah yang mengandung
terdapat pada sampul dan pada kelopak depan. Catatan p^da teks sejenis, yangberarn codex unicus 'naskah tunggal', pet-
kelopak depan ftalaman i), misalnya, memberi informasi me- bandingan teks tak mungkin dilakukan. Demikian pun apa-
ngenai sejarah naskah kepada pembaca-dalamhalini penyu- bila naskah-naskah yang diteliti hanya mengandung satu
sun memberi penafsiran bahwa "naskah dibeli oleh Pigeaud redaksi. Hal ini berarti bahwa tak ada yang dapat diper-
di Yogyakatta pada bulan Desember 1'931' darl Soeradirdja yang bandingkan karena semua naskah mengandung redaksi
berasal datiBanasate, Bandawasa". Meskipun dengan modcl yang sama. Oleh karena itu perbandingan teks dapat di-
tabel keterangan semacam ini mungkin saja diperikan, natnull lakukan apabtla korpus naskah memiliki lebih dari satu
88 89
forsono fr saputra " pengantar fitobgi jawa
redaksi. Hasil perbandingan teks akan menghasilkan ke- "penafsiran" penyalin atas teks atau naskah yang disalin
mungkinan kelompok redaksi berupa (a) sejurnlah vaian
dan intervensi penyalin atas teks babon (nd.uk) bukan me-
teks yang seversi dan (b) sejumlah versi teks, yang masing-
rupakan "perusakan" atau pelanggaran hak cipta. Oleh ka-
masing versi memiliki varian.
rena itu filologi 11s6ls1n-sgperti disarankan Day yang di-
(2) Metode ke\a yangdigunakan kutip oleh Teeuw (1,9842 272)-menyatakan bahwa setiap
Metode kerja adalah prinsip penyuntingan berikut kritik teks dengan segalavaiandan vetsinya harus diteliti , dibaca,
teks dan/atau emendasi. Ada empat merode ke{a filologi dinikmati, dan dinilai "in its own nghf', atas dasar mutunya
y ang dapat dipilih, yakni metode intuitid metode landas an,
sendiri, sebagai hasil daya cipta seorang pujangga. Karena
metode gabungan, dan metode stema. Keempat metode pdnsip inilah perbandingan teks dalam filologi modern
ketja ini pun sangat bergantung pada keberagaman redaksi bermuara pada pdnsip peta kekerabatan antarteks, dan dari
teks sekorpus (penjelasan lebih lanjut mengenai metode sana ditentukan teks yang akan disunttng sesuai dengan
kerja akan dipaparkan secara panjanglebar pada subbab metode keria filologi.
"Metode Kerja Filologi".
(3) Tujuan kerja filologi Beberapa lnal yang dapat dibandingkan dalam langkah
Filologi tradisional s enantiasa menekankan bahwa ..perbe- ini adalah (1) metrum (ika teks dibingkai
kerfa dengan tem-
dz;an" akibat penyalin an danf ataupenulisan kembali meru- b*g), Q) miltos'ceita', dan (3) tembung'kata'.
pakan suatu penyimpangan (corupnlla) atau ..kerus
^k^n', (1) perband.ingan metrum
teks. Oieh karena itu perbandingan teks harus selalu meng-
hasilkan simpulan mengenai teks (naskah) yanglayak disun- Sebagian besar teks-teks dalam naskahJawa dibingkai de-
ting di teks-teks sekorpus yang diteliti. Namirn fi- ngan puisi tradisional, bask kakawin, kidung maupun macapat.
^nt^r I{ecuali beberapa teks "sastra kidwn!'yang ditulis di Balis, teks-
lologi modern beranggapan bahwa "perbedaan" bukan lagi
sebagai suaru penyimpangan, melainkan sebagai suatu hasil teks yang dibingkai dengan keiga genre puisi tersebut biasanya
kreativitas para pujangga penyalin. Sebagaimana telah dibi- tertliri atas pupub-pupwh 'bab-bab', yung masing-masing papult
.menggunakan satu pola metrum. Secara tradisional setiap pola
cankanpada subbab "Produksi dan Reproduksi", ada dua
sistem penyalinan, yakni penyalinan terbuka dan penyalinan. metrum memiliki watak tertentu atau dengan kata lain teks
t Ber-A^ d."grn kidung yang ditulis di Jawa, serta kakawin dan
tertutup. Pada tradisi dengan sistem penyalinan terbuka,
m c^p^t; kidung yang ditulis di Bali hanya menggunakan satu pola
90 91
futrsorn fr sa/utra p engantarfifo fogi awa j
yang dibingkai dengan pola metrum tertentu mengandung Daa di aas menunjukkanbahsrapapub I,II, dan III ketiga
tematik tertentu. Petbedaan danf atat persamaan tematik kelompok naskah (A, B, dan C) menggunakan metnrm yang
mengindikasikan perbed aan danf atau persamaan redaksi suatu sama. Demilaan pula papubVl dan VII. Selebihnya, yakn pupub
teks. Oleh karena itu perbedaan danf ataupersamaan pola me- IV dan VII menggunakan metmm berbeda. Berdasar kaidah
trum'yang digunakan tiap-tiap PrPuh,berikut urutarrrtya,meng- tradisional tentang kandungan tematik setiap pola metrum,
indikasikan petbedaan danf atztr persamaan tematik teks. Jika dapat disimpulkan bahwa kelima teks di atas untuk sementara
pola metrum yang digunakan untuk semua teks berikut urutan- dapat dikelompokkan ke dalam tiga versi, yakni versi A, versi
nyr. s ma, berkemungkinan teks-teks itu merupakan teks-teks B, danversi C. AdapunversiA dan C masing-masingmemiliki
seversi; sebaliknya jika penggunaan pola meffum tidak sama A terdiri atas dua varian yang meliputi redaksi
dua varian: versi
atau ufutan metfum berdasarkan ptpuh-pupah-nya tidak sama, KBG 98 dan redaksi Br 78 serta versi C terdiri atas dua varian
berkemungkinan teks-teks tersebut merupakan vetsi-versi yang yangmeliputi redaksi KBG 146 dan redaksiTh.P 77. Simpulan
berbeda. Apabila pola metrum dan ututan metrumnya sama hubungan kekerabatan kedua teks yang terkandung dalam
tetapi jumlah pada 'baif tidak sama, berkemungkinan teks-teks naskah diperkuat oleh informasi yang diberik an pzdadeskripsi
tersebut merupakan varian-vatian dari teks seversi. Sebagai naskah bahwa naskah Br 78 merupakan salinan dari naskah
contoh, bedkut ini dikutipkan kembali perbandingan tembang I<BG 98.6
atas empat teks Serat Anglingdarma. Hasil perbandingan tembang atau pola metrum baru me-
rupakan indikasi perbedaan danf ataupersalnaan teks dan harus
Ps- Nama babuh dan iumlah bait
Dsh KBG 98 dan Br 78 t<3G 452 KBG1,{6darrTh.PZ
diperkuat oleh perbandingan carijtos (ceita), sebab carfros (ceita)
(naskah A) merupakan hal mendasar atas teks..
$iaskah B) Q.Iaskah Q
I Asmaradana : 41 Asmandanaz 12 Asmaradana : 40
I tI Sinom : 10 Sinom :79 (2) perbandingan carjos (cerita)
t
m Dutma ; 34', L6 Dandanggula : 30
Pengertian milos ddak hanya terbatas pada kisahan, yang
rV Pangkur t 74 berarti mengandung tokoh dan peristiwa, namun juga berarti
V Miiil t 76 Miiil Miiil
sernua "y^.g terbaca" pada teks.
VI Asmaradana : 13 Asmaradana: 49 Asmatadana : 31
Perbandinga n calos adalah upaya membandingkan unsur-
VII Kinanthi : 25 Kinanthi t 16 Miiil t 43
metrunLCrce666Iid<ssemacamitumisalnyafu idanadanll/agbatglVidEa
6 Karsono, 1988: 13.
92 93
r funsono fi saputra pengantarfibbgi jawa
unsur hakiki dalam suatu bangun ceAta,meliFuti alur, tokoh Prabu Anglingdar-
dan penokohan, sena-iika mungkin-la tar. DaJam hal cariltos ma memanah Na
yang bukan kisahan, perbandingan dzpat dilakukan dengan gagnlyrngberma
membandingkan bagan-baglan at^u unsur teks. in cinta dengan ula
Berikut contoh perbandingan alur-yang diwaklili satuan tarrlpar.
ceita-papub I teks Anglingd arma di atas. 1 Llmulamya pesta
oerburuan.
Pupul Teks A Teks B Teks C Penyesalan Pta-
I Situasi kerajaan Situasi kenjaan ru Anglindarma
Melawa. Melawa: asal usul ;etelah mema-
Dewi Sutyawati; rah Nagagini.
hubungan darah ?rabu Angling-
antara Prabu larma memanah
Anglingdarma, iepasang burung
Patih Batikmadrim. <utilang yang ber-
dan kerabat istana. ;umbu; keduanya
Kegundahan Pra- Kegundahan Prabu >enjelmaan Batata
bu Anglingdarma Anglingdarma aki- luu dan Dewi
akibat perkawinan bat perkawinan Jma.
yang tidak serasi. yang tidak serasi Kepulangan Prabu Kepulangan Pra
Pesta perburuan Pesta perburuan Anglingdarma ke bu Angling-
ke hutan. ke hutan. stana darmz ke istana
Kutukan roh kuti-
lang kepada Prabu Tabel di atas menuniukkan perbedaan kenngka ceita atau
Anglingdarma versi teks, yang dalam kasus cerita Anglingdarma di atas mem-
' Oeft, 1tkt20-r2; dengmperubahan sepedurrya. pertegas kesimpulan yang diperoleh dalam petbandtngan tem-
94 95
pengantar fibtogiiawa
fonsono fr saputra
boog. tukan.
Secara ulmrm apabtla petbandingan tenbang cailtos, dan
Jika tujuan perbandingan teks hanya bertuiuan untuk mc.
lihat versi dan varian teks-teks yang diteliti perbandingan cukup lem bungbelum menghasilkan hubungan kekerabatan antarteks
sampai pada perbandingan alur karena telah memenuhi nrjr:aru yang diteliti sehingga belum dapat menentukan teks yangakan
melihat versi dan varian teks. Namun apabila tujuan perban- clisunting, perbandingan dapat dilaniutkan dengan melihat dan
dirgr. lebih dalam dari "hanya" sekedar melihat versi dan membandingkan unsuf-unsur naskah. Oleh karena itu, sebagai-
vaian, perbanding rn carlyos dapat dilanjutkan dengan metn? rnana telah dibicarakan pada deskripsi naskah, kecetmatan dan
bandingkan unsur-unsur cerita lainnya, yakni tokoh dan peno- l<eluasan deskripsi naskah dapat membantu menentukan teks
kohan serta latar. y ang akandisuntingf Jika teks-teks yang diteliti metupakan satu
rcdaksi, yang pertama-tama harus dipilih adalah teks tettua
(3) perbandi ngan tembung <lari seluruh teks sekorpus yang ada. Petunjuk mengenai usia
Perbandingan tembung 'kata' dilakukan apabila (1) per tcks dapat dilihat pada nangala dan perangkat l^n. Apabila
bandingan tem bang dan cariyos belum dapat menghasilkan pcrr tidak terdapat petunjuk umur teks, pilihan teks haruslah berasal
bedaan bacaan antarteks yang diteliti dan (2) untuk melihrl tlari naskah danf atau hasil penyalin^n tertu^.
hubungan kebahasaan antarteks yang diteliti. Jika kemungkinac, Selain ketuaan teks dan ketuaan penyalinan, kriteria pemi-
pertama yang diperlukan, hasil yang diperoleh paling jauh aken' lihan teks yang disunting didasarkan pada keutuhan dan ke-
menunjukkan vaian bacaan antarteks; sedang jika kemung rnandirian teks. Pengertian keutuhan adalah teks lengkap secara
kinan kedua yang diperlukan, hasil yang diperoleh akan menun' naraif, tidak terpotong, hilang atau bukan bqg^ dari jilid-
jukkan perbedaan diksi antarteks. iilid lainyang sebagiannya hil*g.Adapun pengenian keman-
Contoh penyajian perbandingan tembung dapat dilihrt tlirian teks adalah keberadaan teks tidak tergantung pada teks
yang lain.
pada tabel vaizn tembungteks Nitimani di atas.
Kriteria lain yang seringkali dijadikan tolok ukur palitg
d. P enentuan T eks y ang Disunting akhir adalah keberadaan fisik naskah yang masih batk,terbaca,
Perbandingan teks bermuara pada penentuan teks tlan tidak sedang dalam kondisi tertentu-misalnya tidak se-
akan disunting, riamun Penentuan teks yang akan disunti rlang masa "perawatan" padawaktu yang lama sehingga tidak
juga sangat tergantung pada metode keria yang telah tcrcakup oleh masalah waktu penelitian-sehingga memung-
97
96
forsono fr saputra p e ng antar f ito fogi j aw a
kinkan meniadi korpus penelitian. Betikut merupakan contoh alih aksara dengan edisi
standar.
e. P ertanggungj aut ab an alihaks ar a
Tujuan utama kerja filologi adalah pengalihaksaraan suatu yayi nata nmuniraf wonten prabu ragara ingKadhii/ par drebe
l: teks agar dapat dibaca oleh pembaca masa kini. Yang dimaksud ubalteng dangu/ datan pakramakna/ lVaningpjah len tan
dengan pengalihaks araan adafah p engubahan suatu sis tem ak- Skartaji tuhuf niaah Twan Candrakiranaf boten akki ing
sara berikut ejaan dan tanda-tandanya ke sistem aksara yang benjirg/ /
lain. Oleh karena aksara yang digunakan dalam naskah meru- (S erat Pa{i Angreni I{3,G 185 pupuh YII pada 2)
pakan aksara yang kemungkinan sekali sudah tidak dikenal atau
asing bagi pembaca masa kini, maka harus ada catatan pertang- Berdasar contoh alih aksara di atas ternyatalah bahwa alih
gungjawaban pengalihak s^taaflberupa konversi (padanan) ak- aksara dengan asas standar tidak sekedar menganti aksara (am-
sara naskah (aksara sumber) ke aksara sasaran. Yang dimak- bang) sumber ke aksara (ambang) sasatan, tetapi juga menye-
sud dengan aksara sasaran adalah aksara yang bedaku dan dike- suaikan sistem yang berlaku pada aksara sumber ke aksara sa-
nal oleh pembaca yangingin dituju, yang secara umum adalah huruf awal untuk nama diri dan nama
saran. Tampak, misalnya,
aksara Latin. tempat berupa huruf kapital. Asas ini memiliki tuiuan praktis,
Ada dua macam asas alih aksara, yankni edisi standar dan yakni mudah pemanfaat^flnya (untuk dibaca), namun tidak
edisi diplomatik atau edisi fotografis. Edisi standar adalah peng- menggambarkan keadaan aspek kebahasaan naskah. Adapun
alihaksaraan dengan penyesuaian tanda berikut sistemnya ke edisi diplomatik atau edisi fotografis adalah alih aksaralambang
i
) dalam sistern sebagaimana yang berlaku pada aksara sasaran. ke lambang lain tanpa mengubah sistem yu"fEeitut u pada
Berikut contoh padanan aksara Jawa dengan aksara Latin aksara sasar?n sehingga situasinya seperti fotografis. Prinsip
berdasar asas standar.. edisi ini adalah satu lambang diwakili dengan satu lambang
ftfi:ha NI SA yang lain. Berikut ini merupakan contoh konversi aksaraJawa
M:na bn ny^ ke dalam aksara Latin dalam edisi diplomatik.
At? i ca Nt nga Mt : ha 197 {a .1., h
n ir (? tha
AAin^ oJl:da .(,:
n64 : ka 6t dha
Ntic^ ft1 :la ofte
98 99
r forsono fr saputra
pengantarrtfotogi jawa
ntn @1.!^ 9,u kukan berdasar keadaan korpus teks dan metode kerja yang
ii
i s2. dipilih. Oleh karena itu emendasi berkemungkinan didasarkan
)
1
M 17y1: ia
atas intuisi peneliti atau dari petbandingan atas varian bacaan
tB: Fa I'h
L yangada. Emendasi secara intuitif dilakukan apabila teks yang
pilpuhYIl pada 2 di atas iika
Serat Panji Angreni Ir.3,G 785
diteliti merupakan ndex unicas'naskah tunggal' sehingga tidak
ada pembanding dan metode kerja yang digunakan adalah
dialihaksarakan dengan edisi diplomatik menjadi:
ii kadii/ pan dr6be, metode inruitif. Emendasi yang didasarkan pada perbandingan
yta1ti nata simunniraf wontln prabu Nagara
ubayi *Jo/ datan pakramakna/ waniipjahyn tan skartaii vaianbacaan apabila teks lebih dari satu redaksi. Emendasi
tuhu/ niwah Twan candrakiranaf bot6n alaki ii befiii/ / dilakukan dengan menentukan bacaan m^n y^ng dianggap
benar oleh peneliti.
Secara sepintas hasil alih aksara edisi diplomatik tidak Emendasi seyogianya diletakkan sebagai c t^tankaki. Hal
praktis dan tidak mudah dibaca karena lambang-lambangnya ini disarankan untuk menghindari kesalahan tafsir pembaca
tidak biasa, namun menggambarkan keadaan kebahasaan teks dan agar tidak "merusak" teks asli. Berikut contoh emendasi.
sedekat-dek^trry^;bahkan jika hasil alih aksara edisi diplomatik ..., denjtana Nabi Sunlimanl, dadi ratuningsekalir.
dikembalikan ke aksara sasaran akan medekati aslinya. Anu la n anji ng i ng pura, wus pi nangih dhunanng ingkang ra1i,
Ni Suflawati rinangkul sandlalf sigra ingenban, pan irgaras
f. KritikTeks sangaJlxl tarwi denungrum, ingemban pinrembada, pan sanui
100 101
r
fotrsono fr saputra f j
p e ng antar i fo fogi aw a
S astrawijald / kardi 1....15 sun kardi / anakira p adha tim b a lana dengan metrurn dapat lebih beragam lagi, bukan sejedat guru
(")// gatra,guru lagu, dangura wilanga4tetapijuga meliputi semua hal
yang bersangkut paut dengan prosodi metrurn, misalnya sas-
a
Demang Sastrawijaya) nama ini muncul dalam bentuk mitaning tembang dan proses kebahasaan sabagai akibat aturan
Satrawtiaya, Asttawiiaya, Strawijaya. pembaitan.
5 Aksara tidak terbacakarenatertutuP tinta merah. Larik
ini kehilangan suku katayangtidak terbaca.
(4) penjelasan atas kata atau bagian teks yang "sulit dibaca"
(dikutip dad Irawan, 2004:56)
Objek studi filologi berupa teks lama. Oleh karena itu
(Catatan penulis: tanda dan (2) merupakan iumlah ke-
(-1) berkemungkinan terdapat beberapa kata yang "tak tetbaca"
akibat "salah" dalam proses penyalinan, kata-kata arkais, atau
kurangan suku kata danyangseharusnya pada baris ber-
rekayasa bahasa oleh penyair atau pujangga. Terhadap kata-
sangkutan)
kata semacam ini, yang tidak ada makna leksikal sebagaimana
tetdapat pada kamus, seyogianya seorang filolog dapat membe-
Q) catatan atasbagqan yang hilang atau rusak
Cat^tanno. 5 pada kutipan kedua merupakan contoh ca-
rikan tafsiran berdasar pengalamannya "membaca". R.Ng.
Ranggawarsita, seorang pujangga keraton Surakarta yang juga
tatan mengenaibaglanyang tusak karena sesuatu hai menimpa
dianggap sebagai pujangga terakhir, dianggap sebagai pujangga
naskah. Jika tidak ada bacaan pembanding, akan lebih baik
jika bagyan rusak dan tak tetbaca itu ditafi srkari secara intuitif yang mempunyai kebiasaan merekabahasa sehingga banyak
kata dalam karyanyayang tidak terdapat dalam kamus.Jika hal
berdasar konteks bacaan.Jlka dilihat dari aturan mettum baris
bersangkutan kurang dari dua sukukata, besar kemungkinan
itu tidak dilakukan filolog yang menelitinya, salah satu tujuan
bagan yanghilang itu merupakan kataganti diri .'.nira,sehingga penelitian filologi agar "teks dapat dibaca" tidak tercapai.
102 103
frarsono fr saputra pengantar fibbgi jaua
lukan ketelitian dan kejelian. Jika tida( pengalihaksaraan akan tidak ada teks pembanding dan tidak ada teks yang dapat diban-
terjadt sa)ahbaca, salah tafsir, dan seterusnya sehingga teks dingkan. Oleh katena hanya ada naskah dan teks tunggal, be-
hasil pengalihaksaraan betbeda dengan naskah sumber. benpatahap langkah kerja filologi tidakperlu dilakukan. Tahap
Pengalihaksaraan harws menentukan edisi: atau standar, langkah kerja itu adalah perbandingan teks dan naskah serta
atau diplomatik. Apa pun edisi yang dipilih, filolog bersang- penentuan teks yang disunting.
kutan harus t^ t pada pilihannya. Kritik teks dilakukafl secara intiuitif; arinya emendasi,
^z^s
Di dalam allh aksara inilah kritik teks dimasukkan. catat^n atas bagSan teks yang hil ang, catatafl mengenai metrum,
Sebagaimana telah disatankan di bagian depan, seyogianya dan penjelasan ataskata atawbaglan teks yang sulit dibaca be-
kritik teks diletakkan di luar teks alih aksara sebagai catatal: nar-benar dilakukan berdasar pengetahuan, kemampuan, dan
kaki agar tidak "merusak" teks. pengalaman yang dimiJiki peneJiti katena tak ada pembanding
sama sekali. Dengan demikian metode intuitif mensyaratkan
3. Metode Kerja Filologi pengetahuan, kemampuan, dam pengalaman peneliti terhadap
Yang dimaksud dengan metode keria filologi adalah de- aspek kebahasaan) kesasffaan, dan bahkan juga kebudayaan.
flgan c^ra apa naskah dan teks sekorpus yang diteliti itu di-
pedakukan. Metode kerja yang dipilih dalam penggarapan nas- b. Metode Landasan
kah sangat tefgantung pada "peta" redaksi teks-teks yang Metode landasan bertolak pada argamen bahwa ada satu
diteliti. Metode kerja akan tampak dan sangat mempengaruhi versi yang dianggap unggul di antata teks-teks seversi dan ada
perbandingan tek:.;, kritik teks, dan hasil pengalihaksaraan. satu varian atau redaksi yang dianggap unggul
di antanredaksi-
Ada ernpat metode kerja filologi, yakni metode intuiti{ redaksi dalam versi bersangkutan. Teks atau redaksi yang di-
metode landasan, metode gabungan, dan metode stema. aflgg p unggul itulah yang dialihaksarakan, sedang teks-teks
lain digunakan sebagai dukungan dalam melakukan kritik teks.
a. Metoile intuitif Dengan demikian harus ada lebih dari satu naskah yang me-
Syarat penggunaan metode intuitif adalah hanya ada satu- ngandung teks sejenis dan ada lebih dari satu redaksi teks sekor-
satunya naskah yang mengandung teks8 yangdtganp sehingga pus. Dalam hal ini perbandingan teks (dan juga perbandirg-
naskah apabtla harus dilakukan) bermuan pada hubungan
8 Hanp dibedakan "hanya ada sahr naskah yang mengandung teks"
kekerabatan teks: versi dan vaian yang diteliti.
dengan "hanya ada satu tedaksi teks".
104 105
funsorc fisaputra pengantarfifobgi jawa
Mata atau tolok ukut teks atau redaksi yang dianggap dan terus disalin, tentu ,uga berikut penggubahannya.
unggul meLputi teks tetsebut mengandung unsur-unsur narasi Perbandingan teks dengan metode stema melaniutkan
attu ceita paling lengkap, teks lengkap dalam ari tak adabag1an petbandingan teks metode landasan yang harrya "befhenti"
yang hilang karena rusak atau sebab lain, dan naskah paling pada pengelompokan teks dalam vetsi dan vairan. Adapun
baik dan puli"g layak untuk dibaca. perbandingan teks dengan metode objekti{ yang bertolak pada
"kesalahan" bersama, sampai pada hipotesis mengenai suatu
c. Metoile Gabungan teks mula-mula atau teks induk dari segala teks. Yang dimaksud
Metode gabungan menganggap bahwa semua redaksi dengan kesalahan befsama, secara sedethana, adalah bacaan
teks-teks sekorpus masing-masing memiJiki keunggulan dan yang sama antarredaksi. Perbedaan danf ataupers maar,arrtar-
saling melengkapi. Hasil suntingan metode gabungan seolah- bacaanmenunjukkan hubungan antarkekerabatan teks. Prinsip
olah merekonstruksi semua teks sehingga "melahirkan" teks ini sesungguhnya sama dengan metode landasan sebagaimana
baru. Hasil suntingan Wiryamartana atas teks Kakawin Arjwna- telah diuraikan di atas.
wiaiha merupakan coritoh yang baik untuk hasil keria metode Pengandaian adanya teks induk atas semua redaksi dan
gabungan. Sudah barang tentu ada pettimbangan ambilan teks sekorpus menurut metode stema mefupakan suatu kenis-
b"gt* teks yang "digabungkan". Pertimbangan itu misalkan c cayaan. Namun padakenyataanhal itu sangat sulit diterapkan
berdasarkan kaidah kebahasaan, kesatuan alur dan narasi, dan untuk naskah-naskah Jawa karena berbagu kemungkinan. I{e-
faktor literer lunrrya. mungkinan pertama adalah proses reproduksi tidak selalu setia
pada satu babon naskah (penyalinan terbuka). I(emungkinan
il. Metoile Stema kedua adalahadanya siklus teklisan dan teks tulis sebagaimana
Metode stema, juga disebut metode objektif, adalah me- juga telah diuratkan padasubbab "Penyalinan". Kedua kemung-
tode kritik teks yang bertolak pada anggapan bahwa semua kinan ini mengakibatkan sebagian besar teksJawa-untuk tidak
teks sekorpus berinduk pada satu teks arketip atau teks yang mengatakan seluruh teks Jawa-menjadi "ruwet" hubungan
mula-mula ada atau dengan kata lun teks-teks sekorpus me- kekerabatannya. Pada kenyataannya pun iu^g, dan bahkan
tupakan hasil penyalinan dan/ataapenggubahan dari satu teks hampir tak ada, penggarapan naskah Jawa dengan metode
induk. Metode ini beranggapan bahwa pada mulanya hanya stema.e
ada satu teks, kemudian teks induk itu disalin, disalin, disalin, e Penjelasan lebih rinci mengenai metode stema lihat Maas (1958).
106 107
pengantalftotogi jawa
DAFTARPUSTAKA
Any, Anjar
1980 Raden Ngabehi Rongowarsito. Apa yry Terjadi?.
Semarang: Aneka llmu.
Baried, Siti Baroroh, dkk.
799 4 Pengantar Teoi Filo logi. Yogyakarta: Badan Penelitian
dan Publikasi, Seksi Filologi, Fakultas Sastra Univer-
sitas Gaiah Mada
Behrend, T.E.
7993 "Manuscript Productions of Javanese MSS in Nine-
teenth-Century Java. Codicology and the ttrriting of
Javanese Iiterary History", BIIJ 149 Q): a07 -437 .
Behrend, TE. dan Titik Pudjiastuti (ed.)
1997 Katalog Induk Naskah-Naskab Nusantara, Jilid 3A-B;
Fakuhas Sastra Uniuersitas Indanesia. Jakafia: Yayasan
Obor Indonesia; Ecole Frangaise D'extreme Orient.
Berg C.C.
1974 Penulisan S{arah Jawa, diterjemahkan oleh Gunawan.
Jakana:Bhratara.
Bratak6sawa, Raden
7952 Katrangan landrasangkala. Djakata: Balat Pustaka.
109
f j
p eng antar i fo fogi aw a
fotrsotto fr saputra
Karsono H Saputra
Chambert-Loir, Henri dan Oman Fathurahman 1988 "Serat Anglingdarma; Suntingan Teks dan Analisis
7999 Kharynah Naskah. Panduan Koleksi Naskah-Naskah Motif Kutukan", skripsi sarjana. Depok Fakultas
S edunia.-lakarta: Yayasan Obor Indonesia'
Sastra Universias Indonesia.
Churchill, rtr(A. 1998 AEe k Kesastraan Serat Panji Angreni.Depok Fakultas
7935 lWatemarks in Paper in Ho llard, Englard, etc', in the XWI
Sastra Universitas Indonesia.
and XWII Centuries and Their Interconnection' Amster-
2007a Percik-Percik Babasa dan Sastra Jawa. Depok Keluarga
dam: Menno Hertzberger & Co'
Mahasiswa SastraJawa.
Djajadiningrat, Hoesein 2}UlbPuisi Jawa. Struktur dan Estxika. Jakata: Wedatama
flAl f;niauan Kitis Sajarah Banten. Jakarta: Penerbit Widya Sastra.
Diambatan. 2001c Sekar MacEat. Jakarta: STedatama $7idya Sastra.
Gallop, Anabel Teh dan Bernard ArPs Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weten-
1gg1 lttters' lVritingTraditions of Indonaia' London:
Golden
schappen
The British l)bnry;Jak'arta: Yayasan Lontar' 7933 JaarBoek 1933. Bandoeng A.C. Nix & Co.
Gaur, Albertine Liau Yock Fang
7979 lVitingMateiak of the East. London: The British Li- 7991 S/arah Kesusastraan Melay Klasik. Jakarta: Penerbit
brary. Erlangga.
Haryati, Siti Maas, Paul
1988 "Babad Jati Pusaka. Suntingan Teks dan Analisis 7958 Textual Citicisrr, translated by Barbara Flower. Ox-
Unsur Babad", skriPsi, Fakultas Sastra Universitas ford: Oxford University Press.
Indonesia. Mulyadi, Sri Wulan Rujiati
Heawood, Edward 1994 Kodikologi Melay di Indonesia. Depok Fakultas Sastra
7950 l%aternark, Mainll of the l7'h (t l8't' Centuries. Universitas Indonesia.
Hilversum: (s'n). Pigeaud, Theodore G. Th.
Buku Antar Bangsa 7967 erature of Jaua. Catalogue Raisonni of Jauanese Manuscripts
7992 Indanesian Heitage edtsi Indonesia Jaka:'ta Buku Antar in the Library of the Uniuersi4tof I-^eid.en and otherPublics
Bangsa
Collections in the Netherlands,jilid I. The Hague Martinus
Irawan, Yudi Nyhoff.
2004 "suntingan Teks PanjiJavakusuma" Skripsi' Depok: Poerbatjaraka, R.Ng.
Program Studi Daerah/Jawa Fakultas Ilmu Penge- 1937 Snaradahana; Oud-Jaaaansche tekst met aertaling.
tahuan Budaya Universitas Indonesia'
111
fonsorw fi saputra pengantarffofogi jawa
'Wiryamartana,
Bandoeng: A.C. Nix & Co. I Kuntara
Poerbatjaraka, R.M.Ng. dan Tardian Hadidjaia 1990 Ajunaaiaiba: Trantformasi Teks Jawa Kuna Imtat
7957 Kepustakaan Djawa. Diakara: Penerbit Diambatan. Tangapan dan Penciptam di Lirgkungan Sasha
Jawa.
Rrc,JJ. Yogyakarta: Duta Wacana University press.
7987 Babad Tanah Djawi. De Proqaversie aan Ngabehi Zoetmulder, PJ.
Kertapra$a wor betEerstUitgegewn fuorJJ. Meinsma en 7883 Kalangaan. Sastra Jawa Kzno Sela-yang pandang,
ge tran s cri b e e rd fuor lY.L O hb of, D odtect-Holland: Foris diterjemahkan oleh Dick Hartoko.
Jakarl: perrerblt
Publications. Djambaran.
Sedyawati, Edi
1991 "sumbangan Pengetahuari Petnaskahan bagi Arkeo-
logi dan Sumbangan Pengetahuan Pengetahuan At-
keologi bagi PemehamanTeks" dalam S.\ilR Mulyadi
(ed.) l-enbaran Sastra NomorKhusus. Naskab dan Kta.
Depoh Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Sri Sumekar, dt<k. (ed.)
1999 Knlekri Naskah Pilihan Perptstakaan Nasional RL J"-
karta: Perpustakaan Nasional RI.
Suganda,Her
2001 "Daluang dan Tinta "Gentur" dalamTradisi Menulis
Masyarakat Sunda" dalam Kompas,24 Agustus 2001.
Sumarni, Tuti
2000 "Serat Nitimani: Suntingan Teks", skripsi sarjana-
Depok Fakultas Sasta Universitas Indonesia.
Suripan Sadi Hutomo, dkk.
7984 Babad Denak Puisiran. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Depattemen Pendidikan dan
I(ebudayaan.
Teeuw, A.
7984 Sastra dar llmu Sastra. PmgartarTeoi Sastra. Jakarta:'
PustakaJaya.
112 113
fotrsono fr saputra pengantarfifofogi jawa
115
pengantar fifo fogi j awa
fonsono fr saputra
116
TELAH TERBIT:
L Keindonesiaan dalam Budaya (buku 1)
Edi Sedyawati; Esai Kebudayaan; 16 x 24 cm, xii + 357
hlm.; ISBN 978-979-3258-744; Rp 65.000,00.
2. Keindonesiaan dalam Budaya (buku 2)
Edi Sedyawati; Esai Kebudayaan; 16 x 24 cm, xi + 396
hlm.; ISBN 978-979-3258-76-8; Rp 58.000,00.
3. Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca
Hadi Sidomulyo; Sejarah, Sastra, Arkeologi; 15 x 23 cm,
xiv + 179 hlm.; ISBN 978-979-3258-69-0; Rp 40.000,00.
4. Kota dan Masyarakat Jakarta. Dai Kota Tradisional ke Kota
Kolonial (Abad XV-XV I I I)
5. Tawalinuddin Haris; Sejarah; 14 x 20 cm, xii + 283 hlm.
I SBN 978-97 9-3258-7 1 -3; Rp 40.000,00.
6. Perubahan Sosra/ CinaTahap Pertama. Maodan Pedesaan
(1949-1959)
Priyanto Wibowo; Sejarah; 14 x21 cm, x + 258 hlm.; ISBN
978-979-81 84-7 4-1; Rp 42.000,00.
7. Makna SosiHr.sfons Batu Nisan VOC di Jakafta
Lilie Suratminto; Sejarah; 14 x21cm, xi + 306 hlm.; ISBN
978-979-81 84-91 -8; Rp Rp 60.000,00.
8. Gerbang Sasfra lndonesia Klasik
Untung Yuwono;Sastra; 16 x24 cm; viii + 120 hlm.; ISBN
97 8-97 9 -3258-7 3-7 ; Rp 2 5. 000, 00.
9. Tata Ruang Masyarakat Baduy
R. Cecep Eka Permana; Antropologi; 14 x21 cm; x + 187
hlm. ; ISBN 979-3258-52-7; Rp 32.000,00.
10. Upacara Daur HidupAdat Betawi
Andi Yahya Saputra; Budaya; 14 x21 cm, xiii + 187 hlm.;
ISBN 979-3258-78-2; Rp 35.000,00.