Chanthonx Makalah Kebudayaan Suku Jawa PDF
Chanthonx Makalah Kebudayaan Suku Jawa PDF
Chanthonx
Selasa, 22 April 2014
Mengenai Saya
Chanthonx cammoranessi MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA
Ikuti 0
KATA PENGANTAR
Lihat profil lengkapku
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
Arsip Blog kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Kebudayaan Suku Jawa”.
▼ 2014 (6) Makalah ini berisikan tentang informasi suku jawa dan kebudayaan di dalamnya. Diharapkan Makalah ini
► Mei (1) dapat memberikan informasi kepada kita semua apa saja yang ada pada kebudayaan masyarakat jawa sehingga kita
▼ April (5) bias mengetahui keunikan yang terkandung di dalam kebudayaannya dan menjadikannya berbeda dengan kebudayaan
MAKALAH – kebudayaan lain yang tersebar di Indonesia.
KEBUDAYAAN
SUKU DAYAK Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
MAKALAH pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan
KEBUDAYAAN
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir.
SUKU
MINANGKABA Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
U
MAKALAH
KEBUDAYAAN Indonesia,…………………..
SUKU BATAK
MAKALAH Penyusun
KEBUDAYAAN
SUKU BUGIS
MAKALAH
KEBUDAYAAN DAFTAR ISI
SUKU JAWA
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Asal Usul Suku Jawa
B. Letak Geografis Suku Jawa
C. Sistem kekerabatan Jawa
D. Bahasa Suku Jawa
E. Kepercayaan Suku Jawa
F. Seni Suku Jawa
G. Rumah Tradisional Suku Jawa
H. Kejawen Pakaian Khas Jawa Yang Masih Lestari
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku
bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di
Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.
Suku Jawa (Jawa ngoko: wong Jowo, krama: tiyang Jawi) merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia
yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia
merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga propinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten
Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon
Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti suku Osing, orang Samin, suku Bawean/Boyan, Naga, Nagaring, suku
Tengger dan lain-lain. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Suriname, Amerika Tengah karena
http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-jawa.html 1/6
10/24/2014 Chanthonx: MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA
pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa disana dikenal sebagai
Jawa Suriname.
BAB II
PEMBAHASAN
http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-jawa.html 2/6
10/24/2014 Chanthonx: MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA
Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah
puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi
laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa
Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep
kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang Ing tembang dhuwur iku
disebutake yen ” Sedulur Papat ” iku Marmati, Kawah, Ari-Ari, lan Getih kang kaprahe diarani Rahsa. Kabeh
kuwi mancer neng Puser (Udel) yaiku mancer ing Bayi.
Cethane mancer marang uwonge kuwi. Geneya kok disebut Marmati, kakang Kawah, Adhi Ari-Ari lan
Rahsa kuwi?. Marmati iku tegese Samar Mati ! lire yen wong wadon pas nggarbini ( hamil ) iku sadina-dina
pikirane uwas Samar Mati. Rasa uwas kawatir pralaya anane dhisik dhewe sadurunge metune Kawah, Ari-Ari
lan Rahsa kuwi mau, mulane Rasa Samar Mati iku banjur dianggep minangka Sadulur Tuwa. Wong nggarbini
yen pas babaran kae, kang dhisik dhewe iku metune Banyu Kawah sak durunge laire bayi, mula Kawah banjur
dianggep Sadulur Tuwa kang lumrahe diarani Kakang Kawah. Yen Kawah wis mancal medhal, banjur disusul
laire bayi, sakwise kuwi banjur disusul Metune Ari-Ari. Sarehne Ari-Ari iku metune sakwise bayi lair, mulane
Ari-Ari iku diarani Sedulur Enom lan kasebut Adhi Ari-Ari Lamun ana wong abaran tartamtu ngetokake Rah
Getih ) sapirang-pirang. Wetune Rah (Rahsa) iki uga ing wektu akhir, mula Rahsa iku uga dianggep Sedulur
Enom. Puser (Tali Plasenta) iku umume PUPAK yen bayi wis umur pitung dina. Puser kang copot saka udel
kuwi uga dianggep Sedulure bayi. Iki dianggep Pancer pusate Sedulur Papat. Mula banjur tuwuh unen-unen ”
SEDULUR PAPAT LIMA PANCER
” Kekayon wayang purwa kang kaprahe kasebut Gunungan, ana kono gambar Macan, Bantheng, Kethek
lan Manuk Merak. Kocape kuwi mujudake Sedulur Papat mungguhing manungsa.
Yang intinya sedulur papat tadi melambangkan 4 macam nafsu yang dimiliki manusia
- Macan melambangkan nafsu amarah
- Banteng melambangkan nafsu supiyah (seksual)
- Kethek(monyet) melambangkan nafsu aluamah (makan tidur)
- Merak melambangkan nafsu mutmainah (kebaikan)
Artinya setiap manusia harus bisa mengendalikan keempat nafsu yang dibawanya sejak lahir. Apa bela
seorang manusia tidak dapat mengendalikannya maka akan hancurlah hidupnya dan bila nafsu tersebut terkendali
dengan baik maka akan tercipta keselarasan atau harmoni.
http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-jawa.html 3/6
10/24/2014 Chanthonx: MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA
Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat.
2) Sido Asih
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang selalu di cintai dan dikasihi oleh sesama
serta mempunyai sifat belas kasih
3) Sidomukti.
Maknanya agar bayi yang akan lahir menjadi orang yang mukti wibawa, yaitu berbahagia dan
disegani karena kewibawaannya.
4) Truntum.
Maknanya agar keluhuran budi orangtuanya menurun (tumaruntum) pada sang bayi.
5) Sidoluhur.
Maknanya agar anak menjadi orang yang sopan dan berbudi pekerti luhur.
6) Parangkusumo.
Maknanya agar anak memiliki kecerdasan bagai tajamnya parang dan memiliki ketangkasan bagai
parang yang sedang dimainkan pesilat tangguh.
7) Semen romo.
Maknanya agar anak memiliki rasa cinta kasih kepada sesama layaknya cinta kasih Rama dan Sinta
pada rakyatnya.
8) Udan riris.
Maknanya agar anak dapat membuat situasi yang menyegarkan, enak dipandang, dan
menyenangkan siapa saja yang bergaul dengannya.
9) Cakar ayam.
Maknanya agar anak pandai mencari rezeki bagai ayam yang mencari makan dengan cakarnya
karena rasa tanggung jawab atas kehidupan anak-anaknya, sehingga kebutuhan hidupnya tercukupi,
syukur bisa kaya dan berlebihan.
10) Grompol.
Maknanya semoga keluarga tetap bersatu, tidak bercerai-berai akibat ketidakharmonisan keuarga
(nggrompol : berkumpul).
11) Lasem.
Bermotif garis vertikal, bermakna semoga anak senantiasa bertakwa pada Tuhan YME.
12) Dringin.
Bermotif garis horisontal, bermakna semoga anak dapat bergaul, bermasyarakat, dan berguna antar
sesama.
http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-jawa.html 4/6
10/24/2014 Chanthonx: MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA
ada dalam masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa sebuah keindahan, bahkan sikap
religiusitasnya ikut terefleksikan dalam seni arsitektur rumah dengan gaya seperti ini.
Pada bagian pintu masuk rumah joglo memiliki tiga buah pintu, yakni pintu utama di bagian tengah dan
pintu kedua yang berada di samping kiri dan disamping kanan pintu utama. Ketiga bagian pintu tersebut memiliki
makna atau arti simbolis bahwa kupu tarung yang berada di bagian tengah untuk keluarga besar, sementara dua
pintu di bagian samping kanan dan samping kiri untuk besan.
Pada ruang bagian dalam dari rumah joglo yang disebut gedongan pada umumnya dijadikan sebagai
mihrab, tempat Imam untuk memimpin salat yang umumnya dikaitkan dengan makna simbolis sebagai tempat
yang disucikan, sakral, dan dikeramatkan oleh pemilik rumah joglo tersebut. Selain itu gedongan biasanya juga
merangkap sebagai tempat tidur utama yang dihormati dan pada waktu-waktu tertentu dan dijadikan sebagai
ruang tidur pengantin serta bagi anak-anaknya.
Ruang depan dari rumah joglo yang biasanya disebut juga dengan nama jaga satru disediakan untuk umat
dan terbagi menjadi dua bagian, pada bagian sebelah kiri untuk jamaah wanita dan sebelah kanan untuk jamaah
pria. Masih pada ruang jaga satru di depan pintu masuk rumah tersebut terdapat satu tiang di bagian tengah
ruang yang disebut tiang keseimbangan atau soko geder. Selain merupakan simbol kepemilikan rumah, tiang
tersebut juga memiliki fungsi sebagai pertanda atau tonggak untuk mengingatkan para penghuni rumah joglo
tersebut tentang keesaan Tuhan.
BAB III
KESIMPULAN
Suku jawa yang berada di daerah pulau Jawa merupakan suku yang memiliki berbagai kebudayaan, mulai
dari adat istiadat sehari-hari, kesenian, acara ritual, dan lain-lain.
Semua itu membuktikan bahwa suku jawa merupakan suku yang kaya akan budaya daerah. Dan dari
kekayaan budaya yang di miliki suku jawa itulah yang menbuatnya berberda dengan kebudayaan – kebudayaan
lain yang ada di Indonesia.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan
berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Eddy Supriyatno, 1994. "Bahan Acuan kegiatan belajar mengajar Antropologi" PT.Rakaditu, Jakarta.
Yad Mulyadi, 1999. ”Antropologi" Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kodiran. 1975, "Kebudayaan Jawa", dalam Koentjaraningrat, Jakarta.
http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-jawa.html 5/6
10/24/2014 Chanthonx: MAKALAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA
Koentjaraningrat, 1975, "Antropology in Indonesia",Jakarta.
Edel, May and Abraham edel, 1968. "Antropology and Ethics. The Press of Case Western Reserve University
Press".
Dewey, Alice G. "Antropology Agama" Jakarta ,1975.
Kamlah, W ,1973 "philosophische Anthropology" , Mannheim/wien/Zurich ; Bibliographisches institute, Jakarta.
Kartodirdjo,1975 "sejarah nasional Indonesia", Jakarta; Departemen pendidikan dan kebudayaan, Jakarta.
Koentjoroningrat, 1977 "system gotong-royong dan jiwa gotong royong", dalam berita anthropology, Jakarta
Mulder, Niels. 1973 "Kepribadian jawa dan pembangunan nasional". Yigyakarta; Gadjah mada University press.
Sajogo, 1978 "Lapisan masyarakat yang paling lemah di pedesaan jawa". Dalam prisma.Bandung.
Poskan Komentar
Publikasikan Pratinjau
http://h3rcul3z.blogspot.com/2014/04/makalah-kebudayaan-suku-jawa.html 6/6