Anda di halaman 1dari 650

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA i

Dhanu Priyo Prabowo


Sri Widati
Prapti Rahayu

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2015
ii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Pwnyusun:
Dhanu Priyo Prabowo
Sri Widati
Prapti Rahayu

Penyunting:
Dhanu Priyo Prabowo
Tirto Suwondo
Sri Widati
Rijanto

Pengumpul Data:
Dhanu Priyo Prabowo
Tirto Suwondo
Sri Haryatmo
Sri Widati
Herry Mardianto
Adi Triyono
Siti Ajar Ismiyati
Prapti Rahyu
Achmad Abidan H.A.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Jalan I Dewa Nyoman Oka 34, Yogyakarta 55224
Telepon (0274) 562070, Faksimile (0274) 580667

Katalog Dalam Terbitan (KDT)


ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA/Dhanu Priyo Prabowo, Sri Widati, Prapti
Rahayu—cet. 3—Yogyakarta: Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2015
xxvi + 622 hlm; 15,5 x 24 cm.
ISBN: 978-979-185-235-7

Cetakan Pertama, Oktober 2010


Cetakan Kedua, November 2012
Cetakan Ketiga, Desember 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA iii

PENGANTAR
PENERBITAN KETIGA

Penerbitan karya yang dilakukan oleh Balai Bahasa Yogyakarta (BBY)


selama ini masih terbatas, baik dari segi banyaknya judul karya maupun
jumlah eksemplarnya. Alasan yang paling utama ialah anggaran terbatas.
Sampai saat ini BBY baru dapat menerbitkan sekitar 100-an judul dari
kurang lebih 475 karya yang dihasilkan. Sebagian besar dari karya itu
banyak dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi kami belum dapat memenuhi
harapan mereka dalam publikasi terbitan. Sehubungan dengan hal itu, pada
tahun Anggaran 2015, selain menerbitkan karya yang belum pernah terbit,
BBY juga menerbitkan ulang karya yang banyak dibutuhkan oleh
masyarakat. Karya yang diterbitkan ulang ialah (1) Yang Penting Buat
Anda, (2) Kamus Praktis Jawa-Indonesia untuk SD/MI, (3) Puspo
Rinonce, (4) Astana Kastawa, (5) Perempuan Bermulut Api, (6)
Ensiklopedi Sastra Jawa, (7) Proses Kreatif Penulisan dan Pemang-
gungan, (8) Peribahasa dalam Bahasa Jawa, (9) Wacana Eksposisi
Bahasa Jawa, (10) Morfologi Bahasa Jawa, dan (11) Aika, Maafkan
Aku!. Semoga bermanfaat.

Kepala Balai Bahasa DIY

Dr. Tirto Suwondo, M.Hum.

iii
iv ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

iv
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA v

PRAKATA
KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Tahun ini Balai Bahasa Yogyakarta kembali hadir dengan menerbitkan


buku Ensiklopedia Sastra Jawa (2010). Buku ini merupakan pelengkap
bagi buku-buku lain yang telah diterbitkan sebelumnya, di antaranya Ikhtisar
Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Prakemerdekaan (2001),
Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Kemerdekaan
(2001), Glosarium Istilah Sastra Jawa (2007), dan lain-lain. Penerbitan
buku-buku tersebut, termasuk buku ini, dimaksudkan sebagai bagian dari
upaya pemenuhan kebutuhan bacaan —baik sebagai rujukan maupun yang
lain— bagi khalayak (siswa, guru, mahasiswa, dosen, peneliti, dan atau
siapa pun) yang berminat memasuki, lebih-lebih mendalami, kehidupan
sastra Jawa.
Penerbitan buku ini sangat penting artinya bagi dunia dan kehidupan
sastra Jawa karena sejauh dapat diamati penerbitan buku jenis ini belum
pernah ada. Oleh karena itu, kehadirannya perlu disambut gembira karena
melalui buku ini khalayak pembaca akan sangat terbantu dan akan lebih
mudah jika berkehendak memasuki sekaligus mempelajari sastra Jawa.
Sementara itu, Balai Bahasa Yogyakarta akan merasa sangat berguna jika
buku-buku hasil terbitannya, termasuk buku ini, digunakan (dibaca) oleh
khalayak (pembaca) sebagai salah satu dari sekian usaha peningkatan
kualitas hidupnya.
Akhirnya, ucapan terima kasih perlu kami sampaikan kepada tim
penyusun (penulis), penyunting, tenaga administrasi, dan pencetak yang
telah ikut terlibat mulai dari awal sampai dengan buku ini terbit dan berada
di hadapan pembaca. Semoga buku ini benar-benar bermanfaat bagi semua
pihak. Selamat membaca!

Yogyakarta, 20 Oktober 2010

Kepala Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Drs. Tirto Suwondo, M.Hum.


NIP 19621130 198203 1 001

v
vi ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

vi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA vii

KATA PENGANTAR PENYUSUN

Ensiklopedi Sastra Jawa ini merupakan ensiklopedi pertama dalam


bahasa Indonesia yang disusun berdasarkan hasil kerja sama tenaga-tenaga
tenaga fungsional dan peneliti sastra Balai Bahasa Yogyakarta. Karya ini
disusun secara bertahap sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.
Namun, sebelum penyusunan Ensiklopedi Sastra Jawa tersebut dimulai,
kegiatan awal sebagai bentuk persiapan sudah dilaksanakan jauh hari
sebelumnya melalui pengumpulan data-data yang berkaitan dengan rencana
penyusunan buku Ensiklopedi Sastra Jawa. Kegiatan awal itu berupa
pengumpulan data-data pengarang sastra Jawa dan istilah-istilah yang
berhubungan dengan sastra Jawa.
Pengetahuan mengenai sastra Jawa sebagai bagian dari perkembangan
ilmu tidak dapat ditinggalkan. Dalam sejarahnya yang panjang, dinamika
menyebabkan manusia tidak dapat dipisahkan sedemikian jauh dari segala
kejadian di masa lalu. Di lain pihak, manusia juga belum pernah dihadapkan
pada segala pembaharuan dan hal-hal asing sampai sedemikian rupa. Di
samping itu, timbul suatu asumsi bahwa bangsa Indonesia belum pernah
secara mendalam menyadari hakikat nilai sejarah dan estetika kesastraan
Jawa beserta masyarakat yang melingkupinya. Kenyataan tersebut men-
dorong penyusunan dan penulisan buku ini.
Para penyusun dan pembantu penyusun Ensiklopedi Sastra Jawa me-
nyadari bawah perkembangan yang cepat terjadi di tengah dinamika sastra
Jawa perlu untuk diantisipasi. Antisipasi itu diwujudkan dalam sebuah pe-
mikiran untuk mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan sastra
Jawa, sejak Jaman Sastra Jawa Kuna sampai dengan Jaman Sastra Jawa
Modern atau sering disebut Sastra Jawa Gagrak Anyar. Dengan berbagai
persiapan yang telah direncanakan, penyusun dan para pembantu penyu-
sunan Ensiklopedi Sastra Jawa merupakan arti yang sangat menentukan
dalam persiapan karya penyusunan yang telah makan waktu 3 tahun. Dengan
lahirnya buku Ensiklopedi Sastra Jawa ini, penyusun Ensiklopedi Sastra
Jawa berusaha agar dapat menjadi hasil karya standar pada masa sekarang.
Diterbitkannya Ensiklopedi Sastra Jawa ini merupakan suatu bentuk
realisasi atas kesadaran bawah sebuah ensiklopedi pada hakikatnya me-
rupakan sarana komunikasi di masa kini. Mengomunikasikan seluk-beluk
yang berkaitan dengan sastra Jawa kepada masyakarakat merupakan suatu
vii
viii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

langkah dalam mengantisipasi perkembangan yang muncul. Menjadi ma-


syarakat modern bukan berarti harus melupakan hasil karya putra-putri
bangsa yang telah berjasa mewarnai sejarah kebudayaan di tanah airnya.
Karya sastra Jawa dengan para pengarangnya telah menjadi bagian integral
dari dinamika kebudayaan Indonesia. Keinginan untuk mempelajari sastra
Jawa yang semakin berkurang di tengah generasi muda khususnya atau
masyarakat pada umumnya, kian memberi dorongan yang kuat untuk tidak
menunggu terlalu lalu dalam mengomunikasikan sastra Jawa di tengah ma-
syarakat maupun dunia ilmu pengetahuan. Kehadiran buku ini sekaligus
ingin agar isolasi dan keterasingan yang selama ini muncul di tengah ma-
syarakat terhadap sastra Jawa dapat dijembatani. Serangkain kumpulan
karya yang bersifat khusus, dengan landasan ilmiah yang cukup bertanggung
jawab, yang menyajikan informasi cepat dan ringkas, sangat diperlukan di
masa kini. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat pembantu, Ensiklopedi
Sastra Jawa memberikan kontribusi karena disusun secara berimbang,
sesuai dengan kaidah-kaidah objektivitas dan dapat dipercaya. Penyusunan
Ensiklopedi Sastra Jawa ini disusun secara ilmiah: tidak memihak dan
objektif.

Yogyakarta, 23 September 2010

Penyusun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA ix

PETUNJUK PEMAKAIAN

Buku Ensiklopedi Sastra Jawa terdiri atas 2 bagian, yaitu (a) Bagian
yang tersusun menurut abjad; dan (b) Penjelasan umum tentang biodata
pengarang, istilah-istilah khusus kesastraan, dan tentang kelembagaan yang
berkaitan dengan sastra. Petunjuk-petunjuk berikut ini terutama menyangkut
bagian yang khusus tentang bagian yang tersusun menurut abjad.

1. Judul
Bagian ensiklopedi yang tersusun menurut abjad meliputi 4 buah ma-
salah (yaitu istilah khusus dalam sastra Jawa, karya-karya besar sastra
Jawa, pengarang-pengarang sastra Jawa, dan lembaga-lembaga yang berkait
dengan sastra Jawa), semuanya tersusun menurut abjad, masing-masing
dengan judul tertentu yang dicetak dengan huruf tebal.
Ada kalanya sebuah judul mengandung beberapa pengertian, maka di
belakang judul-judul tersebut dibubuhkan nomor urut tentang pengertian
tersebut, disertai bidang-bidang yang menunjuk pengertian tentang judul
tersebut. Sebagai penjelasan, atau untuk membatasi uraian atau permasa-
lahan, maka beberapa judul tertentu juga disertai penunjukan bidang per-
masalahan yang dibahas.
Di belakang judul-judul tertentu, terutama yang merupakan adaptasi
dari istilah-istilah asing, dicantumkan penjelasan asal kata istilah itu secara
etimologis. Sedapat mungkin juga disertakan sinonim dan terjemahan judul
yang diacu.
Pemilihan judul dengan kata. Tidak setiap pengertian dapat dipilih se-
bagai judul yang layak diuraikan dalam sebuah ensiklopedi. Ruangan sebuah
ensiklopedi khusus dise-diakan untuk istilah dan nama yang mengandung
uraian dan pengertian yang penting dan khusus. Istilah-istilah sastra Jawa
yang sudah memasyarakat dan dikenal secara umum, serta tidak memerlukan
penjelasan lebih lanjut, atau hanya mengandung uraian menurut disiplin
ilmu bahasa, tidak diliput dalam ensiklopedi ini karena hal-hal semacam
itu termasuk dalam wewenang kamus. Ensiklopedi ini juga tidak mencakup
istilah-istilah umum yang hidup dalam masyarakat.
Pemilihan tokoh-tokoh sastra yang ditampilkan, atau dijelaskan dengan
landasan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan posisi mereka dalam ke-
hidupan sastra, jenis kreativitas sastra yang diminati, karya-karya yang di-
ix
x ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

hasilkan, dan itegritasnya sebagai sastrawan Jawa, termasuk popularitasnya


dalam dinamika sastra Jawa. Dengan demikian, dimungkinkan pengarang
sastra Jawa yang sudah meninggal pun dapat ditampilkan dalam ensiklopedi
ini.
Termasuk tokoh sastra ialah kritikus atau pengamat sastra Jawa, yaitu
para pembaca sastra Jawa yang mampu memberi respon atau pandangan
intelektualnya terhadap karya yang dibacanya.
Nama-nama atau istilah-istilah yang tidak diuraikan secara khusus da-
lam bagian-bagian ensiklopedi ini, masih dimungkinkan dibahas dalam urai-
an di bawah nama judul lain yang lebih luas cakupannya.

2. Penyusunan Menurut Abjad


Uraian-uraian dalam ensiklopedi disusun sesuai dengan urutan judul-
judul yang tercetak tebal, menurut urutan abjad. Ejaan huruf khusus dari
bahasa asing, terutama bila menggunakan tanda-tanda baca khusus, urutan-
nya disesuaikan dengan huruf yang sama dalam bahasa Indonesia.
Judul-judul yang merupakan kata majemuk (atau lebih dari 2 kata),
disusun menurut huruf pertama dari kata yang pertama. Uraian tentang
tokoh sastra disusun menurut susunan pengabjadan nama depan atau ada
kalanya diurutkan berdasarkan pengurutan kronologis.
Khusus untuk nama pengarang yang tidak jelas nama keluarga dan
atau nama kecilnya, pengurutan ditentukan dengan urutan nama pertama,
atau nama kecil.

3. Sistem Penunjukan: Referensi Silang


Judul item yang dimasukkan ke dalam ensiklopedi ini kadang-kadang
keterangannya sudah diuraikan pada judul lainnya. Oleh karena itu, untuk
mempermudah pembacaan, digunakan referensi silang dengan menggunakan
kata lihat, misalnya: sambegana (lihat nawungkridha); sekar (lihat tem-
bang).

4. Susunan Uraian
Setiap uraian diusahakan diawali dengan definisi, atau dengan menon-
jolkan persoalan pokok permasalahan yang diperlukan. Pada uraian nama
pengarang, segera setelah nama pengarang tersebut ditulis, diberikan catatan
yang berkaitan dengan pengarang, seperti tempat dan tanggal lahir dan
meninggalnya (bila sudah meninggal), dan ditulis dalam tanda kurung; pro-
fesi selain sebagai pengarang; karya-karya penting yang ditulisnya, dan
hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kepengarangan tokoh tersebut.
Adapun uraian tentang buku atau karya sastra Jawa penting, juga di-
berikan langsung setelah nama buku atau karya sastra Jawa penting itu
ditulis. Luas dan tidaknya sebuah masalah diuraikan, tergantung pada posisi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xi

masalah tersebut di tengah jagad sastra Jawa yang diacu. Perlu diketahui
bahwa Ensiklopedi Sastra Jawa adalah ensiklopedi khusus, yang disajikan
kepada masyarakat pemakai bahasa Jawa, dan masyarakat umum pembaca
sastra Jawa, baik sastra Jawa lama maupun sastra Jawa modern. Dengan
spesifikasi pembaca tersebut, redaksi memfokuskan masalah dan uraian
ke arah kesastraan Jawa, tidak kepada lingkup ilmu pengetahuan di luarnya.
Selain itu, redaksi dituntut menjabarkan setiap permasalahan kesastraan
sejelas mungkin, sehingga dapat berterima oleh para pembacanya.
Bila ada masalah-masalah yang sulit, terutama masalah-masalah yang
diadopsi dari bahasa asing, redaksi tidak mungkin menjelaskan secara ring-
kas karena dimungkinkan harus dilakukan penunjukkan ke bidang ilmu lain
untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat.
Segala uraian yang disusun dalam ensiklopedi ini dibawah tanggung
jawab pemimpin redaksi, staf redaksi, para peneliti sastra yang berperan
serta sebagai penyumbang. Kadang-kadang, terjadi beberapa penyumbang
menulis sebuah masalah. Maka, tulisan-tulusan sumbangan tersebut disun-
ting dalam satu uraian. Karena terbatasnya waktu penyusunan, redaksi be-
lum dapat menyertakan ilustrasi tentang masalah yang diuraikan, atau gam-
bar-gambar pengarang sastra Jawa.

5. Singkatan
Dalam sebuah uraian seringkali digunakan singkatan, yang mengguna-
kan kaidah singkatan yang disusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
dari Pusat Bahasa Jakarta. Daftar singkatan yang digunakan dalam Ensi-
klopedi Sastra Jawa ini disertakan sebagai lampiran. Singkatan-singkatan
dalam lampiran tersebut diurutkan seperti pengurutan judul dan disusun
menurut abjad.
xii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

xii
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xiii

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENERBITAN KETIGA ........................................ iii


PRAKATA KEPALA BALAI BAHASA
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ..................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
PETUNJUK PEMAKAIAN ..............................................................ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... xiii

a
a.y. suharyono (1952— ) ........................................................................ 1
achmad d.s. (1933—2002) ..................................................................... 2
ada-ada ................................................................................................... 2
adegan .................................................................................................... 4
adi soendjaja ........................................................................................... 4
adiparwa ................................................................................................. 5
ag. suharti (1920—) ............................................................................... 7
agus soegiyanto (1938—2000) ............................................................... 8
agus suprihono (1961—) ...................................................................... 10
akhir lusono (1970— ) ......................................................................... 11
akhmad nugroho (1955— ) .................................................................. 12
aleran .................................................................................................... 14
ambya ................................................................................................... 15
aming aminoedin (1957—) ................................................................... 18
amro juhendi (1938— ) ........................................................................ 18
andrik purwasito (1957— ) .................................................................. 19
anggarpati (1954— ) ............................................................................ 20
anggitan ................................................................................................ 21
anie soemarno (1943— ) ...................................................................... 21
anjar ani (1936—2008) ........................................................................ 22
anjrah lelanabrata (1947—2003) ......................................................... 23
antawacana ........................................................................................... 24
anteping tekad ...................................................................................... 24
any asmara (1913—1990) .................................................................... 25
any widayati ......................................................................................... 28
ardian syamsuddin (1955—) ................................................................ 28
ardini pangastuti (1960—) ................................................................... 29
ardjasoeparta ........................................................................................ 31
ariesta widya (1938— ) ........................................................................ 32
arjunasasra ........................................................................................... 34
xiii
xiv ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

arswendo atmowiloto (1948—) ............................................................ 34


ary suharno (1963— ) .......................................................................... 37
aryono kadaryono (1952— ) ................................................................ 38
asmara asri ........................................................................................... 39
asmaradana .......................................................................................... 39
asmawinangoen .................................................................................... 40
asramawasanaparwa ........................................................................... 43
astuti wulandari .................................................................................... 44
atas s. danusubroto .............................................................................. 44
awicarita .............................................................................................. 46

b
babad .................................................................................................... 49
babad giyanti ........................................................................................ 50
babad pakepung ................................................................................... 51
babad prayut ........................................................................................ 52
babak .................................................................................................... 53
babon.................................................................................................... 53
balabak ................................................................................................. 54
baliswara .............................................................................................. 54
balungan ............................................................................................... 55
bambang (“kenthut”) widoyo s.p. (1957—1997) ................................. 55
bambang sadono s.y. (1957—) ............................................................. 58
banjaran................................................................................................ 59
banyol ................................................................................................... 59
bebasan ................................................................................................ 60
basoeki rachmat (1937—1985) ............................................................ 60
begawan ............................................................................................... 61
benne sugiarto (1962—1997) ............................................................... 63
bharatayuddha kakawin ........................................................................ 64
bhismaparwa ........................................................................................ 66
bhomakawya kakawin .......................................................................... 67
blongsong ............................................................................................. 70
boekhandel ab. sitti samsijah ................................................................ 70
bonari nabonenar (1964— ) ................................................................. 72
bramartani ............................................................................................ 74
brayan muda, sanggar sastra ................................................................ 76
budi palopo (1962— ) .......................................................................... 77
buddy l. worang (1941—) .................................................................... 80

c
cahyarini budiarti (1972—) .................................................................. 82
cakepan ................................................................................................ 83
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xv

calon arang ........................................................................................... 83


candra .................................................................................................. 85
candrakirana ........................................................................................ 86
candrasengkala .................................................................................... 86
cangkriman ........................................................................................... 86
carangan .............................................................................................. 89
carik ..................................................................................................... 90
cebolek ................................................................................................. 90
cemporet .............................................................................................. 90
cenderawasih ....................................................................................... 92
cengkok ................................................................................................ 93
cerita menak ........................................................................................ 93
cerita sambung ..................................................................................... 96
crita ...................................................................................................... 98
crita cekak ........................................................................................... 99

d
daniel tito (1957—) ............................................................................ 101
darmagandhul, suluk .......................................................................... 101
darmo kondo ....................................................................................... 114
dasanama ............................................................................................ 115
dayasastra .......................................................................................... 115
dewaruci kakawin ............................................................................... 116
dhalang ............................................................................................... 120
dhandhanggula ................................................................................... 121
dhanu priyo prabowo (1961— ) ......................................................... 121
dharma kandha ................................................................................... 122
dharmacunya kakawin ........................................................................ 123
dhialog ................................................................................................ 124
diah hadaning (1940— ) ..................................................................... 124
didik sedyadi (1964—) ....................................................................... 127
dirga melik.......................................................................................... 129
dirga mendut ....................................................................................... 130
dirgamure ........................................................................................... 130
djaimin k. (1939—) ............................................................................ 131
djajasoekarsa ...................................................................................... 131
djaka lelana ........................................................................................ 133
djajus pete (1948—) ........................................................................... 133
djaka lodhang ..................................................................................... 135
dluwang .............................................................................................. 136
dokter soetomo (1888—1938) ............................................................ 141
dongeng .............................................................................................. 145
drama ................................................................................................. 146
duduk wuluh ........................................................................................149
xvi ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dwi sulistyorini (1974—) .................................................................... 149


dyah kushar ........................................................................................ 150

e
e. suharjendra (1939—) ...................................................................... 152
edi triono jatmiko (1964— ) ............................................................... 153
effy widianing (1963— ) .................................................................... 153
ekapti lenda anita (1967— ) ............................................................... 154
eko heru saksono (1960— ) ................................................................ 156
eko margono (1971— ) ...................................................................... 156
eko nuryono (1974— ) ....................................................................... 158
elisabeth d. inandiak ........................................................................... 159
elly...................................................................................................... 160
empu................................................................................................... 162
endang sri sulistyarini (1962— ) ........................................................ 163
endang wahjoeningsih ......................................................................... 164
entar ................................................................................................... 164
eny keosdarlijah s. (1951— ) ............................................................. 165
es danar pangeran (1968— ) .............................................................. 166
esmiet (1938—2003) .......................................................................... 167

g
gagrag anyar ....................................................................................... 171
gagrag lawas ...................................................................................... 171
gambuh ............................................................................................... 172
gancaran ............................................................................................. 174
garba .................................................................................................. 174
gatholoco, suluk ................................................................................. 175
gatra ................................................................................................... 179
gatra purwaka .................................................................................... 179
gatra tebusan ...................................................................................... 180
geguritan ............................................................................................ 180
gendon humardani .............................................................................. 184
gerongan ............................................................................................. 185
ghatotkacasraya kakawin ................................................................... 185
gotong royong..................................................................................... 188
greget .................................................................................................. 188
grup diskusi sastra blora .................................................................... 188
gugon-tuhon ....................................................................................... 189
gumregah ............................................................................................ 191
gupita sari .......................................................................................... 192
guru lagu ............................................................................................ 192
guru wilangan ..................................................................................... 193
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xvii

h
handung kussudyarsana (1933—1991) .............................................. 194
hardjawiraga (1885—1963) ............................................................... 196
hardjono h.p. ...................................................................................... 198
harian express .................................................................................... 199
haricraya ............................................................................................ 199
hariwangsa kakawin ........................................................................... 200
hartono kadarsono (1939— ) ............................................................. 202
harwi mardiyanto (1965— ) ............................................................... 204
harwimuka (1960— ) ......................................................................... 205
herry lamongan (1959— ) .................................................................. 208
husen kertanegara (1960— ) .............................................................. 212

i
imam sardjono (1926—) .................................................................... 213
imam supardi (1904—1963) .............................................................. 213
iman budhi santosa (1948— ) ............................................................ 216
indriyasiwi a.r. (1962—) .................................................................... 219
is sarjoko (1939—) ............................................................................ 221
ismiyati ............................................................................................... 222
ismoe rianto (1942—) ........................................................................ 224
isbat .................................................................................................... 224

j
j.f.x. hoery .......................................................................................... 226
jangka ................................................................................................. 229
janturan .............................................................................................. 233
japamantra ......................................................................................... 234
jarot setyono (1962— ) ...................................................................... 235
jarwa .................................................................................................. 236
jasawidagda (1886—1958) ................................................................ 237
jaya baya ............................................................................................ 239
jejer .................................................................................................... 240
jujuk sagitaria (1944—) ..................................................................... 240
jurudemung ........................................................................................ 242

k
kadjawen (kajawen) ............................................................................ 243
kakawin .............................................................................................. 243
kakawin arjunawijaya ......................................................................... 245
kakawin arjunawiwaha .......................................................................247
kalangwan ...........................................................................................250
xviii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kalimasada, sanggar ........................................................................... 251


kampito (1954— ) .............................................................................. 252
kamsa ................................................................................................. 253
kamsa wirjasaksana ........................................................................... 254
karas .................................................................................................. 255
karkono partokusuma (1915—2002) .................................................. 255
kartadirdja .......................................................................................... 256
kasiadi (1946—) ................................................................................. 257
kasmidjo (1924— ) ............................................................................. 258
kawi .................................................................................................... 258
kawi miring ......................................................................................... 259
kawindra ............................................................................................ 261
kekasihku ........................................................................................... 262
kelik eswe (sugeng wiyadi) (1964— ) ............................................... 262
keluarga soebarno .............................................................................. 264
kembang brayan ................................................................................. 264
kenja bre tegawangi ........................................................................... 264
kentrung ............................................................................................. 265
kerata basa ......................................................................................... 266
kertas ................................................................................................. 267
kertas eropa ....................................................................................... 267
khoirul soleh (1968— ) ....................................................................... 267
ki loemboeng ...................................................................................... 269
ki nartasabda ...................................................................................... 270
kidung ................................................................................................. 272
kidung subrata .................................................................................... 273
kinanthi ............................................................................................... 274
koesalah soebagyo toer (1935— ) ..................................................... 275
koesoemadigda ................................................................................... 276
koja-jajahan ........................................................................................ 277
korawacrama ..................................................................................... 279
krendhadigdaja ................................................................................... 280
kresnayana kakawin ........................................................................... 281
krishna mihardja (1957—) .................................................................. 287
kunjarakarna ...................................................................................... 289
kunthi .................................................................................................. 293
kuswahyo s.s. rahardjo (1954—) ....................................................... 294
kyai asnawi hadisiswojo ..................................................................... 294

l
lagu dolanan ....................................................................................... 296
lakon ................................................................................................... 296
lambang .............................................................................................. 296
lastri fardani ....................................................................................... 300
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xix

latar .....................................................................................................300
liesty a.s. (1968— ) .............................................................................303
loem min noe .......................................................................................303
lontar ...................................................................................................306
lubdhaka kakawin ................................................................................306

m
m. tahar (1931—) .............................................................................. 309
macapat .............................................................................................. 310
majalah purnama ................................................................................ 311
manggala ............................................................................................ 311
mangkunagara, k.g.p.a.a. ................................................................... 313
manikmaya ......................................................................................... 315
mantini w.s. ........................................................................................ 318
marciana sarwi (1971— ) .................................................................. 319
margareth widhy pratiwi (1961— ) .................................................... 319
maria kadarsih (1952—) .................................................................... 322
maryono notosuwignyo (1936— ) ...................................................... 323
maskumambang.................................................................................. 325
matra .................................................................................................. 326
medan bahasa basa jawi ..................................................................... 327
megatruh ............................................................................................ 327
mekar sari ........................................................................................... 328
menak beraji ....................................................................................... 329
menak cina ......................................................................................... 330
menak demis ....................................................................................... 331
menak gandrung ................................................................................. 331
menak jamintoran ............................................................................... 331
menak janimbar .................................................................................. 332
menak kalakodrat ............................................................................... 332
menak kandabumi ............................................................................... 333
menak kanin ....................................................................................... 333
menak kanjun ..................................................................................... 334
menak kaos ......................................................................................... 334
menak kuristam .................................................................................. 335
menak kustub ..................................................................................... 335
menak kuwari ..................................................................................... 335
menak laknat ...................................................................................... 336
menak lare .......................................................................................... 338
menak malebari .................................................................................. 338
menak ngajrak .................................................................................... 340
menak purwakanda .............................................................................341
menak sarehas ....................................................................................342
xx ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menak serandil ................................................................................... 344


menak sorangan ................................................................................. 345
menak sulub ....................................................................................... 345
menak talsamat .................................................................................. 346
metrum ............................................................................................... 346
mijil ..................................................................................................... 348
minggon (jawa) jenggala .................................................................... 348
moch nursyahid purnomo (1949—2005) ............................................ 349
moelyono soedarmo (1929—) ............................................................ 350
mohammad yamin M.S. (1957—) ...................................................... 350
mosalaparwa ...................................................................................... 351
mulyantara k. harjana (1965— ) ........................................................ 352
muria .................................................................................................. 353
muryalelana (1930—2002) ................................................................. 353

n
nagarakrtagama .................................................................................. 357
narasi .................................................................................................. 362
naskah ................................................................................................ 362
nawungkridha ..................................................................................... 363
nga’din (1952—) ................................................................................ 363
ngalimu anna salim (1939—1976) ..................................................... 364
ngawi .................................................................................................. 365
nges .................................................................................................... 365
ngudarasa ........................................................................................... 366
ninda-stuti .......................................................................................... 367
nipah................................................................................................... 368
niti ...................................................................................................... 368
novel ................................................................................................... 368
noviyana diyah trisnaeni (1972—) ..................................................... 368
nyekar ................................................................................................. 369
nyitno munajat (1966—) .................................................................... 369
n. sakdani (1939— ) ........................................................................... 371

o
ode ...................................................................................................... 374
oemaryanto effendi (1955—).............................................................. 375
onomatope .......................................................................................... 376

p
pada .................................................................................................... 379
padmasoesastra (1843—1926)........................................................... 381
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xxi

padmosoekotjo (1909—1986) .............................................................384


paheman ..............................................................................................387
pakem..................................................................................................388
panembrama .......................................................................................388
pangkur ...............................................................................................388
panglipur wuyung ................................................................................389
panglocita ............................................................................................391
panyaruwe ..........................................................................................392
paraga .................................................................................................393
paramengkawi .....................................................................................395
parikan ................................................................................................395
parwa ..................................................................................................397
pawukon ..............................................................................................399
pedhotan ..............................................................................................400
pegon ...................................................................................................401
pengarang ............................................................................................402
pengutik ...............................................................................................403
peni r. swastika (1974— ) ...................................................................403
pepali ...................................................................................................404
pepindhan ............................................................................................404
peprenesan ..........................................................................................406
pionir ...................................................................................................407
plagiat ..................................................................................................408
plutan ...................................................................................................409
pocung .................................................................................................409
poedjaardja ..........................................................................................410
poer adhie prawoto (1950—2001) ...................................................... 411
poerbatjaraka (1884—1964) ...............................................................413
poerwadarminta w. j. s. (1903—1968) ..............................................415
poerwadhie atmodihardjo (1919—1988) .............................................416
pralambang ..........................................................................................419
pranasmaran .......................................................................................420
priyono winduwinoto (1907—1969) ....................................................420
pujangga ..............................................................................................421
pupuh ...................................................................................................422
purwakannthi .......................................................................................422
purwapada ..........................................................................................424
pustaka ................................................................................................424

r
r.b. soelardi (1885/1888—) ................................................................ 425
r.d.s. hadiwidjana (1895—) .................................................................426
r. intojo (1912—1965) .........................................................................428
xxii ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

r. m. soejadi madinah (1928—) .......................................................... 430


r.m. wisnoe wardhana (1929—2002) ................................................. 432
r.m. yunani prawiranegara (1948—2009) .......................................... 436
r.ng. ranggawarsita ............................................................................ 436
rachmadi k. (1932— ) ........................................................................ 437
ragil suwarna pragolapati (1948—1990) ............................................ 438
rajah ................................................................................................... 441
rara soedarmin ................................................................................... 441
ratih retno hartati (1962—) ................................................................ 442
retorika ............................................................................................... 442
rita nuryanti (1969— ) ........................................................................ 442
roeswardijatmo (1948) ....................................................................... 444
rohadi ienarto (1972— ) ..................................................................... 446
roman ................................................................................................. 446
rumpakan ........................................................................................... 447
rûpaka ................................................................................................ 447
rura-basa ............................................................................................ 448

s
s. diarwanti (1951—) ......................................................................... 449
s.k. trimoerti (1912—) ....................................................................... 450
sadwara hatmasarodji ......................................................................... 451
saloka ................................................................................................. 451
sambegana .......................................................................................... 452
(lihat nawungkridha) .......................................................................... 452
samiyoso (1939—) ............................................................................. 452
sandiasma ........................................................................................... 453
sandiwara ........................................................................................... 454
sanepa ................................................................................................ 454
sanggar ............................................................................................... 455
sanggit ................................................................................................ 457
saroja .................................................................................................. 457
sartono kusumaningrat (1964—) ........................................................ 458
sasetya wilutama (1963—) ................................................................. 459
sasmita tembang ................................................................................. 459
sastra .................................................................................................. 460
sastra laku .......................................................................................... 461
sastra panji ......................................................................................... 461
sastra primbon .................................................................................... 462
sastra wayang ..................................................................................... 463
sastraharsana ...................................................................................... 464
satim kadaryono (1928—) .................................................................. 465
satire .................................................................................................. 466
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xxiii

sekar (lihat tembang) ..........................................................................466


sem ......................................................................................................466
senggakan ...........................................................................................467
senggono (1924—1999) ......................................................................468
sengkalan ............................................................................................470
serat menak .........................................................................................471
sinom ...................................................................................................471
sita t. sita (1958—) .............................................................................472
siti aminah (1972—) ............................................................................473
s.l. supriyanto (1937—) .......................................................................474
slamet isnandar (1946—) ....................................................................474
šlesa ....................................................................................................475
šlista ....................................................................................................476
soebagijo i.n. (1924—) ........................................................................476
soedarma k.d. (1934—1980) ..............................................................479
soedjono roestam ................................................................................482
soegeng tjakrasoewignja .....................................................................484
soekarman sastrodiwiryo (1946—) .....................................................485
soenarno sisworahardjo (1904—) .......................................................486
soeradi wirjoharsana ...........................................................................488
soeratman sastradihardja ....................................................................489
soesanto tirtoprodjo (1900—1969) ......................................................490
somdani (1938—) ................................................................................491
sr. soemartha .......................................................................................493
sri kanah k. ..........................................................................................494
sri koentjara .........................................................................................494
sri koesnapsijah ...................................................................................497
sri marhaeni .........................................................................................497
sri setyorahayu (1949—) ....................................................................500
sri setyowati (1965—) .........................................................................501
sriyono (1945—) .................................................................................502
st. iesmaniasita (1933—2000) .............................................................503
st. sri mulyani (1965— ) ......................................................................506
stereotipe .............................................................................................507
stilistika ................................................................................................508
suci hadi suwita (1936— ) ..................................................................508
sudarsin (1950—) ................................................................................510
sudaryono ............................................................................................ 511
sudi yatmana (1937—) ........................................................................513
sudibjo z. hadisutjipto (1936—) ...........................................................515
sugeng adipitoyo (1965—) ..................................................................515
sugeng dwianto (1966—) ....................................................................516
sugesti .................................................................................................517
sugiarta sriwibawa (1932— ) ..............................................................517
xxiv ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

suhadi tukang cukur (1940—) ............................................................ 519


suharmono kasiyun (1953— ) ............................................................ 520
suhendriyo (1953—)........................................................................... 522
sukardo hadisukarno (1953—) ........................................................... 525
suluk ................................................................................................... 526
sumardjono (1930— ) ........................................................................ 529
sumono sandy asmoro (1971— ) ....................................................... 532
sunarko budiman (1960—) ................................................................. 533
supardi (1953— ) ............................................................................... 535
suparto brata (1932—) ....................................................................... 537
surealisme .......................................................................................... 540
suripan sadi hutomo (1940—2001)..................................................... 541
suryadi ws. (1940—) ......................................................................... 545
suryanto sastroatmodjo (1957—2007) ............................................... 547
susiati martowiryo (1943— ) ............................................................. 549
susilomurti (1936—1986) ................................................................... 550
suwardi endraswara (1964— ) .......................................................... 551
suyatmin widodo (1971—) ................................................................. 553

t
t.s. argarini (1938— ) ......................................................................... 556
tamsir a.s. (1936—) ........................................................................... 557
tasawuf ............................................................................................... 558
teguh munawar (1947— ) .................................................................. 559
teks ..................................................................................................... 560
tema .................................................................................................... 561
tembang .............................................................................................. 561
tendens ............................................................................................... 563
tengsoe tjahjono (1958—) .................................................................. 564
th. sri rahayu prihatmi (1944— ) ....................................................... 564
tinta .................................................................................................... 565
titah rahayu (1963—) ......................................................................... 566
titilaras ............................................................................................... 567
tiwiek s.a. ........................................................................................... 567
tjah alas boeloe ................................................................................... 569
tjahjono widarmanto (1969—) ........................................................... 569
topik ................................................................................................... 570
totilawati tjitrawasita (1945—1982) .................................................. 570
tradisional ........................................................................................... 571
transenden .......................................................................................... 572
tri wahyono (1953—) ......................................................................... 572
trilogi .................................................................................................. 573
triman laksana (1961—) ..................................................................... 573
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA xxv

trim sutidjo (1938— ) ..........................................................................574


turiyo ragilputra (1964— ) ...................................................................576
tutur .....................................................................................................579

u
ukara sesumbar .................................................................................. 580
upamãma/upama ................................................................................ 581
ura-ura ............................................................................................... 581
ûrjasvi ................................................................................................ 582
ustadji pantja wibiarsa (1961—) ........................................................ 582
utpreksa .............................................................................................. 583

v
varian ................................................................................................. 584
versi .................................................................................................... 584
virodha ............................................................................................... 584
višesokti ............................................................................................. 585
vyãtireka ............................................................................................. 585

w
wadana ............................................................................................... 586
wahyu haryanto (1972— ) ................................................................. 586
wahyudi (1959—) .............................................................................. 587
wangsalan ........................................................................................... 588
warisman (1957—) ............................................................................ 590
wasanapada (lihat pada) ..................................................................... 591
watak .................................................................................................. 591
wewaler (lihat pepali) ......................................................................... 592
whani darmawan (1966— ) ................................................................ 592
widi widayat (1928—1999) ............................................................... 593
widodo basuki (1967— ) .................................................................... 595
wieranta (1958—) .............................................................................. 596
wilah ................................................................................................... 597
wiracarita ........................................................................................... 597
wirangrong ......................................................................................... 597
wirid ................................................................................................... 598
wirodha (lihat virodha) ....................................................................... 599
wisnu sri widada (1940— ) ................................................................ 599
wulang ................................................................................................ 600
xxvi ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

y
y. sarworo soeprapto (1958—) .......................................................... 601
yan tohari (1969— ) ........................................................................... 602
yes ismie suryaatmadja ...................................................................... 604
yoga.................................................................................................... 604
yogaswara .......................................................................................... 605
yogi ..................................................................................................... 605
yohanes siyamto (1965—) ................................................................. 606
yudhet (1960—2008) ......................................................................... 607
yudi aseha (1954—) ........................................................................... 608
yudimanto (1953— ) .......................................................................... 609
yuli setyo budi (1964—) ..................................................................... 610
yunani (1946— ) ................................................................................ 610
yusuf susilo hartono (1958— ) ........................................................... 613

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 615


BIODATA PENYUSUN ................................................................... 621
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 1

a
a.y. suharyono (1952— ) “Lembar Sastra dan Budaya” di
A.Y. (Antonius Yohanes) Suhar- TVRI Yogyakarta. Dan sejak bekerja
yono dilahirkan di Yogyakarta, tepat- di LIP (1976) ia memilih menjadi pe-
nya di Suryoputran, pada 28 Juli nulis bebas yang tidak terikat pada
1952. Ayahnya almarhum bernama salah satu media.
Yusuf Budjosudiro, berpendidikan Karya-karya A.Y. Suharyono
MULO, mantan abdi dalem keraton tersebar di berbagai media cetak, se-
Yogyakarta. Sedangkan ibunya ber- perti Kumandhang, Kunthi, Parike-
nama Maria Djuwarijah Budjosudiro sit, Panakawan, Jawa Anyar, Dhar-
(almarhum). A.Y. Suharyono meni- ma Kandha, Dharma Nyata, Kem-
kahi Sutirahayu Pujihertanti pada 23 bang Brayan, Panjebar Semangat,
Desember 1979. Buah hatinya dua: Jaka Lodang, Mekar Sari, dan se-
Theresia Yuniaryani (lahir 1981), sar- bagainya. Karangannya berupa cer-
jana sastra Indonesia Universitas Sa- kak, novel, esai, naskah ketoprak,
nata Dharma, sudah bekerja, dan An- dan guritan. Novelnya yang telah
thonius Febrinawan Prestianto (lahir terbit, antara lain, Kubur Ngemut
1983) masih kuliah di Universitas Ne- Wewadi (Sinar Wijaya, 1998); Lint-
geri Yogyakarta. Alamat terakhir A.Y. ang Saka Padhepokan Gingsing
Suharyono di Mangkuyudan MJ III/ (Pustaka Nusatama, 1998); dan Si-
345 Yogyakarta 55143. rah (Wedatama Widya Sastra, Ja-
A.Y. Suharyono menempuh pen- karta, 2002). Beberapa cerkak kar-
didikan formal di kota Yogyakarta, yanya masuk dalam beberapa buku
tepatnya SD Keputran VI (lulus antologi bersama. Kini, hampir selu-
1964), SMP (lulus 1968), dan STM ruh karyanya didokumentasi dengan
I jurusan bangunan (tamat 1971). Pa- baik; yang dari koran dikliping dan
da 1972-1975 A.Y. Suharyono men- yang di majalah dijilid.
jadi wartawan Kembang Brayan dan Dalam karier kepengarangannya,
Ketua Sanggar Brayan Muda. Mulai pengarang yang pernah bergabung
1976 ia menjadi staf Tata Usaha di dengan Persada Studi Klub (PSK) ta-
Lembaga Indonesia Perancis (LIP). hun 1960-an itu telah menerima be-
Sampai kini ia masih aktif mengurusi berapa penghargaan, di antaranya, se-
majalah Pagagan dan Sanggar Sastra bagai Juara I Lomba Mengarang Cri-
Jawa Yogyakarta. Selain sering me- ta Cekak FKY (1991), Juara I Lom-
nyajikan makalah di berbagai semi- ba Penulisan Materi P4 Bahasa Jawa
nar, menjadi tutor Bengkel Sastra Ja- tingkat Kodia Yogyakarta (1992,
wa di Balai Bahasa Yogyakarta, ber- Juara Lomba Penulisan Materi P4
sama kawan-kawan ia terkadang Bahasa Jawa tingkat Propinsi DIY
mengisi acara “Pringgitan” dan (1993), Juara I Lomba Penulisan
2 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Esai Bahasa Jawa FKY (1994), dan Genta, dan mingguan milik kepoli-
Juara II Lomba Penulisan Cerbung sian Bharata di Surakarta. Sejak ta-
versi Sanggar Triwida Jawa Timur hun 1970 Achmad D.S. juga menjadi
1995). Dan pada 1998, ia mendapat redaktur Dharmakandha, di sam-
hadiah sastra “Sinangling” (sebagai ping menjadi wartawan Pikiran Rak-
penulis terbaik) versi Sanggar Sastra yat di Bandung.
Jawa Yogyakarta. Achmad D.S. dikenal sebagai
pengarang dua bahasa (Jawa dan
achmad d.s. (1933—2002) Indonesia). Ia merupakan pengarang
Achmad D.S. lahir di Gembleng- yang cukup produktif. Di samping
an, Sala, pada tanggal 6 Juni 1933. menulis sastra (novel, cerpen, dan
Orang tuanya berasal dari Madura. artikel), ia juga mengisi ruang sastra
Achmad D.S. hanya berpendidikan dan budaya di berbagai radio, di anta-
terakhir SMA Bagian A. Bakat kepe- ranya di RRI Surakarta. Karyanya
ngarangannya berkembang bukan yang berbahasa Jawa, antara lain be-
berkat pendidikan formal, melainkan rupa novel panglipur wuyung, mi-
berkat belajar sendiri secara otodi- salnya Galih Gelang (enam jilid),
dak, di samping tumbuh dari penga- Kripik Baturetna (dua jilid), Miyak
lamannya dalam bidang jurnalistik. Wewadi, Jebule mung Ngono, Ati
Sebelum terjun ke bidang kepe- Gosong, dan berupa cerpen seperti
ngarangan, ia pernah menjadi pega- “Mung Kuwi Mitraku” (dalam La-
wai Jawatan Pertanian Rakyat ba- ngite Isih Biru, 1975). Karya-karya
gian Penyelidikan Gula dan Tebu ini terbit sekitar tahun 1966. Semen-
Rakyat. Namun, sebagai pegawai ia tara itu, karya-karyanya yang berba-
tidak tahan duduk terus-menerus di hasa Indonesia, di antaranya Agni
kantor. Itu tidak sesuai dengan pang- Ayu Patah Hati, Janget Kinatelon,
gilan jiwanya. Karena itu, baru se- Panggilan Pahlawan, Pengantar
kitar setengah tahun, Achmad D.S. Kewajiban Penyair, dan Pengadilan
keluar dari pekerjaannya dan lebih Subversif Jusuf Muda Dalam. Na-
memilih bekerja di bidang jurnalis- mun, sayang pengarang ini mening-
tik (kewartawanan). Karena itu, se- gal di Sala pada tahun 2002.
jak tahun 1953 Achmad D.S. men-
jadi wartawan Pedoman dan Siasat ada-ada
di Jakarta. Ada-ada adalah suara atau vo-
Pada tahun 1959—1960 Ach- kal dalang, mirip suluk atau bagian
mad D.S. menjadi pemimpin redaksi dari suluk atau jenis suluk, untuk
majalah Peristiwa dan Nyata di Su- membantu penonton mengimajinasi-
rabaya, redaktur majalah Film Star kan suasana tertentu, sesuai dengan
News, dan redaktur surat kabar Su- jalan cerita yang dikehendaki dalang.
rakarta di Sala. Kemudian, sejak ta- Dengan mendengar ada-ada diha-
hun 1966 ia menjadi redaktur ming- rapkan penonton akan dapat mem-
guan Angkatan Bersenjata, majalah persiapkan ima­jinasinya untuk me­
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 3

ngikuti suasana pada adegan beri- “Ada-adaSlendroSanga”


kutnya.
Bumi gonjang-ganjing, langit
Ada-ada juga disebut suluk ga-
kelap-kelap katon,
rang, dinamik. Sedangkan suluk
lir kincanging aris, risang ma-
yang amat garang, biasanya disebut
weh gandrung sabarang kadulu
ada-ada greget-saut.
ee. ...ngngng.
Pada pedalangan gagrak Sura-
karta, ada-ada di­bagi atas beberapa “Ada-ada Girisa”
jenis. Ada-ada Girisa untuk adegan Rep sidhem premanem tan ana
jejer, bedholan tamu, atau adegan sabawane walang myang awi-
raja raksasa. Ada­­ada Mataraman sik, kang kapiyarsa mung swa-
untuk saat menjelang pemberang- rane abdi kriya, gendhing,
katan pasukan. Ada-ada Palaran myang kemasan ingkang, samya
untuk raksasa mengamuk dalam pe- nambut kardi saya animbuhi,
rang kembang. Ada-ada Mang- aseri senen jroning, .. Ooo,
galan untuk raja raksasa pada ade- ngngng ... penangkilan. Sang
gan pathet sanga. Ada-ada Greget nata lon masabda ywa sang bu-
Saut Jangkep untuk satria masuk pati.
hutan. Ada-ada Greget Saut Sram- “Ada-ada Greget Saut”
bahan untuk suasana tegang. Rarasing reh sang nahenkung
Ada­ada Greget Saut Jugag untuk ing dyah kang kapadhaning sih,
suasana sangat tegang, Ada-ada .... 0, … Ngngng ... kangsang-
Tlutur untuk suasana tegang bernada saya ing turidha rudhatine ang-
sedih, Ada-ada Greget Saut Cekak ranuhi ngrancaka tcinah wigena
untuk suasana tegang sekali dan ter- ginupita ing sahari, ... ngngng.’
gesa-gesa.
Menurut Serat Sastramiruda Sementara itu, pada Wayang
karya K.P.A. Kusumadilaga, ada- Kulit Purwa gagrak Jawa Timuran
ada dalam pergelaran Wayang Kulit lain lagi.
Purwa baru ada tahun 1443 Saka,
“Ada-ada Greget Saut Ngelik”
ditandai dengan candra sengkala:
Bumi gonjang-ganjing langit
Dadi Geni Sucining Jagad. Pencipta
kumelap, sabarang kadulu lir
ada-ada adalah Sunan Kudus, salah
moyag-mayig, saking tyas ba-
seorang dari sembilan wali penyebar
liwur
agama Islam di Pulau Jawa.
Berikut ini syair bebe­rapa jenis Ada-ada yang digunakan dalam
ada-ada yang sering digunakan oleh pergelaran Wayang Kulit Purwa
Ki Dalang Nartasabda (Alm) dari gagrak Surakarta terdiri atas:
Semarang. 1. Ada-ada Girisa, digunakan pa-
da adegan jejer pertama, sesudah
pathetan Nem Ageng: kedua, di-
gunakan pada adegan Piso-
4 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wanan nJawi setelah suwuk gen- adegan


ding; ketiga, digunakan pada Dalam sastra Jawa istilah ade-
adegan Sabrang Denawa; dan gan mempunyai beberapa beberapa
keempat, untuk mengiringi tamu pengertian, yaitu dalam jejeran pe-
yang mempunyai sifat sereng. wayangan dan dalam sandiwara atau
2. Ada-ada Mataraman, diguna- drama. Dalam jejeran dunia pewa-
kan untuk srambahan, tidak un- yangan adegan adalah pemunculan
tuk adegan khusus. tokoh baru atau pergantian suasana
3. Ada-ada Hastakuswala, diguna- atau latar. Biasanya, pada kesem-
kan pada saat tokoh patih me- patan tersebut ditampilkan pertemu-
ngumpulkan prajurit. an antara beberapa pelaku dan me-
4. Ada-ada Budhalan Mataraman, reka mengadakan pembicaraan ten-
digunakan pada saat tokoh patih tang suatu masalah tertentu. Misal-
panglima perang memberang- nya, jejer Pandawa yang menampil-
katkan prajurit ke suatu tempat. kan tokoh-tokoh Pandawa dan jejer
5. Ada-ada Greget Saut Sanga, Hastina memunculkan tokoh-tokoh
untuk adegan saat menjelang pe- Hastina. Adegan dalam sandiwara
rang kembang. atau drama adalah bagian lakon yang
6. Ada-ada Palaran, untuk adegan terdiri atas beberapa adegan. Dalam
menjelang perang kembang. teori drama klasik, drama itu terdiri
7. Ada-ada Wrekudara Mlumpat, atas lima babak yang menunjukkan
digunakan pada saat Bima akan lakuan sebagai berikut: (1) paparan
berjalan ke suatu tempat. yang berisi keterangan tentang latar
8. Ada-ada Manggalan, untuk dan tokoh, (2) konflik yang semakin
adegan raja raksasa pada pathet seru, (3) klimaks atau krisis, (4) le-
sanga. raian, dan (5) penyelesaian.
9. Ada-ada Manyura, untuk ade-
gan srambahan. adi soendjaja
10. Ada-ada Greget Saut Manyura, Riwayat hidup Adi Soendjaja
untuk adegan Gatotkaca bilama- tidak diketahui secara pasti. Kalau
na hendak terbang. dilihat hasil karyanya, yaitu novel In-
11. Ada-ada Jugag, untuk adegan diani terbitan Boekhandel Putra
srambahan. (t.t.), tampaknya pengarang ini ber-
asal dari lingkungan keluarga pri-
Pada pedalangan gagrak Yogya- yayi karena tokoh dan suasana cerita
karta, suluk ada ada meliputi ada-
yang digambarkan di dalamnya sa-
ada wetah atau utuh, jugag pendek,
ngat dekat dengan suasana dalam ke-
dan cekak atau pendek sekali. Su-
hidupan priyayi. Novel Indiani ber-
lukan ada-ada seluruhnya tergolong cerita tentang romantika seorang gu-
karakter Greget saut, yaitu Sulukan
ru desa yang menaruh minat dalam
yang harus dibawakan dalang untuk
bidang kesenian (wayang orang).
membantu perubahan suasana ade-
gan, tokoh. keadaan tertentu.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 5

Novel Indiani karya Adi Soen- terdapat cerita mengharu laut perasa-
djaja ditulis dengan bahasa Jawa an yang menyebabkan keluarnya air
krama. Di dalamnya dicoba dikete- hidup dan mulai timbulnya gerhana
ngahkan peran wanita secara aktif matahari, serta bulan yang ditelan
dalam kehidupan rumah tangga. Di oleh raksasa yang hanya berwujud
dalam novel ini wanita tidak hanya kepala.
diposisikan sebagai objek dari suatu Kitab Adiparwa merupakan ulas-
persoalan, melainkan sebagai figur an yang ditulis dalam bentuk prosa
yang mengatasi persoalan laki-laki. dan merupakan kitab pertama dari
Hal itu berbeda dengan posisi wanita syair Mahabharata. Menurut bentuk
dalam novel-novel terbitan Balai aslinya, kitab tersebut terdiri atas
Pustaka yang cenderung menam- dua bagian. Bagian pertama mence-
pilkan wanita sebagai objek yang ti- ritakan tentang korban atas perintah
dak memiliki peran dominan. Seba- raja Janamejaya yang dipersembah-
liknya, peranan wanita di dalam no- kan untuk sarana magis guna me-
vel-novel terbitan non-Balai Pustaka musnahkan para naga. Di samping
lebih diperlihatkan aktivitasnya. itu, bagian ini menceritakan tentang
Adi Soendjaja merupakan pe- beberapa legenda yang terkenal. Ba-
ngarang yang potensial dalam sastra gian kedua menerangkan tentang sil-
Jawa prakemerdekaan. Namun, sa- silah para Pandawa dan Korawa, ke-
yang jati diri dan keberadaannya ti- lahiran dan masa muda mereka sam-
dak diketahui. Kenyataan ini tentu pai dengan pernikahan Arjuna de-
menjadikan gambaran sejarah sastra ngan Subhadra.
Jawa kurang lengkap. Karena novel Ringkasan ceritanya, sebagai
Indiani ibarat anak ayam kehilangan berikut. Tercerita Raja Janamejaya,
induk, gagasan-gagasan yang diung- putera Prabu Pariksit, cucu Raden
kapkan di dalamnya pun akhirnya ti- Abhimanyu, buyut Raden Arjuna,
dak dapat dipahami secara lebih utuh. memerintahkan para pendeta istana
untuk mempersiapkan upacara per-
adiparwa sembahan korban yang meriah. Upa-
Di dalam kitab Adiparwa dise- cara itu dipimpin oleh Uttangka, se-
butkan nama raja Dharmawangsa orang Brahmin. Uttangka pernah di-
teguh juga. Adiparwa merupakan ganggu oleh Taksaka, raja para naga.
bagian pertama dari cerita Maha- Oleh karena itu, Uttangka dendam ke-
bharata. Kitab ini menceritakan ke- pada Taksaka. Untuk itu semua,
hidupan tokoh pewayangan ketika Uttangka mengingatkan kepada raja
masih muda, peristiwa kelahiran, Janamejaya agar membalas kematian
dan sebagainya. Cerita-cerita dalam ayahnya, Prabu Pariksit. Prabu Pa-
Adiparwa, antara lain lakon “Dewi riksit tewas karena digigit naga Tak-
Lara Amis”, “Bale Si Gala-Gala”, saka. Upacara magis itu ditujukan un-
“Matinya Arimba”, “Burung Dewa- tuk membunuh naga Taksaka dan se-
ta”, dan sebagainya. Di samping itu, mua jenis naga.
6 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Mereka diturunkan oleh Kadru, bernama Parasara dan Durgandhini;


istri Kasyapa yang bijak. Istri Kasya- cerita tentang Sakuntala dan anak-
pa yang lain bernama Winata yang nya Bharata; kelahiran Dewabrata,
melahirkan burung Garuda. Kedua anak raja Santanu dan Dewi Gang-
istri itu berselisih karena warna kuda ga. Pendeta Byasa mempunyai putra
Uccaihsrawa yang muncul bersama dari Ambika yang diberi nama
air amrta ketika samudra purba di- Dhrtarastra, dilahirkan buta; putra
aduk. Kedua istri itu mengadakan dari Ambalika bernama Pandu; dan
pertaruhan, bagi yang kalah akan putra dari seorang hamba bernama
menjadi hamba yang lain. Kadru me- Widura.
menangkan pertaruhan itu. Winata Prabu Dhrtarastra menikahi De-
kalah. Ia menjadi hamba Kadru. Wi- wi Gandhari yang melahirkan sera-
nata memerintahkan Garuda, anak- tus anak laki-laki dan satu orang pu-
nya, melihat naga-naga yang licik tri. Mereka dikenal dengan nama
itu. Garuda dapat membebaskan Korawa, keturunan Kuru. Prabu
ibunya dengan syarat mengambilkan Pandu menikahi Dewi Kunti dan De-
air amrta, kepunyaan dewa, untuk wi Madri. Prabu Pandu tertimpa ke-
para naga. Hal itu berhasil dijalani- marahan seorang Brahmin yang me-
nya, namun Garuda harus mau men- ngutuknya, yaitu Pandu akan mati
jadi kendaraan Dewa Wisnu. Akhir- setelah bersanggama. Untung Dewi
nya, air amrta itu dapat direbut kem- Kunti mempunyai mantra untuk
bali oleh para dewa. mendatangkan para dewa. Dewi
Para naga sadar akan bahaya Kunti melahirkan tiga orang putra,
upacara korban yang diadakan oleh yaitu Prabu Yudhistira dari Dewa
raja Janamejaya. Mereka mohon Dharma, Raden Bhima atau Raden
bantuan kepada Brahma. Brahma Wrkodara dari dewa angin atau De-
memberi tahu bahwa mereka akan wa Bayu, dan Raden Arjuna dari De-
diselamatkan oleh seorang Brahmin wa Indra. Dewi Madri diperboleh-
bernama Astika. Astika adalah anak kan memakai mantra itu. Ia me-
seorang brahmin yang bernama Ja- manggil kedua Dewa Aswin sehing-
ratkaru, sedangkan ibunya seekor ga ia melahirkan sepasang anak
ular, anak raja para ular Basuki. kembar, yaitu Raden Nakula dan Ra-
Ketika upacara korban naga den Sahadewa. Setelah itu Prabu
dilaksanakan, cerita Mahabharata gu- Pandu meninggal dunia karena ber-
bahan pendeta Byasa didendangkan sanggama.
oleh muridnya yang bernama Wai- Para Korawa dan para Pandawa
sampayana. Cerita ini merupakan diasuh di keraton Hastina atau Ga-
bagian kedua dari Adiparwa. Cerita jahwaya, tempat kediaman Prabu
ini diawali dengan cerita beberapa Dhrtarastra. Mereka diasuh oleh
leluhur Pandawa dan Korawa, yaitu Resi Bhisma dan Pendeta Drona. Pa-
kelahiran Byasa atau Krsna Dwaipa- ra Korawa tidak henti-hentinya men-
yana, anak seorang brahmin yang coba merebut nyawa para Pandawa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 7

tetapi gagal untuk mencapai tujuan- ruda” diterjemahkan dalam bahasa


nya. Ketika para Pandawa menya- Belanda.
mar menjadi Brahmin, mereka me-
menangkan sayembara. Sayembara ag. suharti (1920—)
itu diadakan oleh raja Drupada. Ra- Identitas Ag. Suharti hanya da-
den Arjuna berhasil memenangkan- pat diketahui sedikit melalui biodata
nya. Ia memperoleh putri raja Dru- dalam kedua novelnya. Pengarang
pada yang bernama Dewi Dropadi. wanita ini lahir di Yogyakarta pada
Akhirnya, Dewi Dropadi menjadi 23 November 1920. Ia mengikuti
istri para Pandawa. pendidikan di HIS hingga tamat ta-
Prabu Dhrtarastra memanggil hun 1934. Pekerjaan yang pernah
para Pandawa untuk memberikan dijalaninya ialah sebagai jururawat,
kekuasaan kepada Prabu Yudhistira, tetapi hanya satu tahun. Kemudian,
yaitu separuh kerajaannya. Prabu pada zaman Jepang, ia bekerja seba-
Yudhistira diangkat menjadi raja di gai pegawai RRI selama dua tahun.
Indraprastha. Para Pandawa berse- Pekerjaan yang disenanginya adalah
lisih karena mereka mempermasa- di organisasi sosial. Hingga tahun
lahkan tentang giliran mereka untuk 1980-an ia masih menjadi pengurus
menemani Dewi Dropadi pada wak- aktif di sebuah organisasi kesejahte-
tu malam hari. Raden Arjuna memi- raan pensiunan, yaitu PWRI (Per-
lih mengembara dan mengikuti sa- satuan Wredhatama Republik Indo-
yembara. Ia berhasil merebut Dewi nesia). Kiprahnya di organisasi so-
Wara Subhadra, adik Prabu Balade- sial tersebut dikukuhkan dengan ke-
wa dan Prabu Krsna. Dari Dewi Wa- dudukannya sebagai Komisaris “Ya-
ra Subhadra, Raden Arjuna menda- yasan Bunga Kamboja”, sebuah ya-
patkan seorang putra yang bernama yasan untuk orang meninggal.
Raden Abhimanyu. Masing-masing Profesinya sebagai pengarang
para Pandawa memperoleh keturun- sastra Jawa ditunjukkan dengan dua
an laki-laki dari Dewi Dropadi. buah novel yang pernah ditulisnya.
Akhir cerita dari Adipurwa adalah Kedua novel itu ialah Anteping Te-
cerita mengenai api di hutan Khan- kad (1975) dan Mendhung Kesaput
dawa. Pada waktu itu Prabu Krsna Angin (1980), keduanya diterbitkan
dan Raden Arjuna membantu Dewa oleh Balai Pustaka. Kedua novel itu
Agni untuk memadamkannya. menarik perhatian karena ditulis oleh
Adiparwa sudah dicetak dengan seorang perempuan Jawa pada saat
huruf Latin. Oleh Prof. Dr. Hazeu, usianya sudah 50-an tahun. Oleh ka-
Adiparwa diperbandingkan dengan rena itu, pandangan hidupnya amat
Mahabharata Sanskerta; oleh Prof. lain daripada pengarang wanita Ja-
Dr.H. Kern dianalisis dengan me- wa yang pada waktu itu masih muda,
nyertakan beberapa petikan; dan seperti Th. Sri Rahayu Prihatmi,
oleh Dr. Juynball cerita “Sang ga- Toet Soegiyarti Sayogya, dan Lastri
Fardani Sukarton.
8 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Novel Anteping Tekad secara ngah Pertama (SMP) di Wonosari,


khusus pernah mendapat tanggapan Gunungkidul, tamat tahun 1957. Se-
dari Th. Sri Rahayu Prihatmi; dan tamat SMP ia melanjutkan ke Seko-
tanggapan (artikel ulasan) itu dimuat lah Guru bagian A (SGA) di Wono-
di dalam Kompas tahun 1975. Da- sari, Gunungkidul, Yogyakarta, ta-
lam artikel itu dikatakan oleh Prihat- mat tahun 1960. Agus Soegijanto
mi bahwa novel Anteping Tekad kar- mulai bekerja menjadi pegawai ne-
ya Ag. Suharti istimewa. Sebab, kata geri (guru) di Sekolah Dasar Sawah
Prihatmi, tokoh-tokoh di dalam no- I, Panggang pada tahun 1962. Ka-
vel itu putih-putih, sedangkan alur rena bekerja dengan tekun dan ber-
ceritanya mirip dengan alur cerita dedikasi tinggi, sepuluh tahun kemu-
dalam novel Ngulandara (1936) dian ia diangkat menjadi kepala SD
karya Margono Djojoatmodjo. tersebut (1972-1986). Sepuluh ta-
hun berikutnya ia diangkat menjadi
agus soegiyanto (1938—2000) Penilik Kebudayaan (1986-1998).
Nama lengkap pengarang ini Di samping itu ia menjadi pengurus
adalah Agus Soegijanto Broto Sudi- Koperasi Guru (KPN KOGIP). Se-
ro. Ia lahir di Gunungkidul, Daerah mula menjabat sebagai sekretaris
Istimewa Yogyakarta, pada 9 Agus- dan kemudian menjadi ketua dan ba-
tus 1938. Pengarang beragama dan pemeriksa.
Katolik ini adalah putra ketiga dari Selain sebagai guru negeri, ia
lima bersaudara. Ayahnya bernama merangkap sebagai guru SLTP
Jayeng Sudiro (menjabat sebagai lu- swasta di Panggang (1960-1967).
rah Giri Mulyo, Panggang, Gunung- Sejak 1967 hingga 1972 ia diangkat
kidul, Yogyakarta) dan ibunya berna- menjadi kepala SMP tersebut. Mu-
ma Rubinem. Agus Soegiyanto me- lai tahun 1981 SMP tersebut diberi
nikah dengan Yulia Suyamti bin Har- nama Bina Muda. Selanjutnya kedu-
dja Sukarto di Panggang, Gunung- dukannya bukan lagi sebagai guru
kidul, Yogyakarta pada tanggal 8 melainkan sebagai Pengurus Ya-
Agustus 1963. Dari pernikahan ini yasan SMP Bina Muda. Agus Soe-
lahirlah enam orang putra (empat gijanto pun ikut aktif dalam peme-
wanita dan dua laki-laki), yaitu Lu- rintahan dan politik praktis. Sebelum
dofika Haeni Indarti, Margaret Kris peristiwa G-30-S PKI, ia menjadi
Handani, Gubertus Nanang Hando- Ketua Front Nasional Kecamatan
ko, V. Anjar Pramukti, A. Irma Nu- Panggang, Gunungkidul, Yogyakar-
lianti, dan Rubertus Anung Han- ta dari unsur Nasionalis (Front Na-
doko. sional terdiri atas NASAKOM).
Agus Soegijanto mengawali Sampai lembaga tersebut dibubar-
pendidikannya di SR (Sekolah Rak- kan, ia sebagai ketua DPR KGR dari
yat) Panggang, Gunungkidul, Yog- unsur Nasionalis. Setelah DPR KGR
yakarta, tamat tahun 1952. Kemudi- dihapus, Agus ditunjuk sebagai ketua
an melanjutkan ke Sekolah Mene- LSD sampai LSD beralih nama men-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 9

jadi LKMD/KKLKMD. Dari ketua karta. Tahun 1996 ia mencoba me-


LKMD kemudian ia menjabat seba- ngadakan eksperimen Macapat
gai ketua bidang pembangunan eko- Panggung, yakni dialog dengan tem-
nomi dan koperasi LMD Giriharjo, bang macapat. Sebagai pelaku seni
Panggang, Gunungkidul, Yogyakar- Agus Soegijanto mempunyai ke-
ta, sampai tahun 1998. Pada 1997 mampuan menabuh gamelan. Ia be-
ia juga menjadi pengurus (seksi sas- lajar menabuh gamelan sejak di
tra) Dewan Kesenian Kabupaten bangku SLTP. Di samping itu, ia
Gunungkidul. Selain itu, ia adalah mempunyai kemampuan membuat
pencetus sekaligus ketua organisasi instrumen musik tradisional, misal-
kesenian “Cucur Grup” Kecamatan nya gender, gambang, kendhang,
Panggang (1971—2000). brancakan, angklung, dan terbang.
Agus Soegiyanto memang se- Ia juga sering menari, bermain ke-
orang penggiat kesenian. Sejak awal toprak, aktif menulis naskah keto-
1980-an, misalnya, ia mencoba prak, dan belajar mendalang.
menggali dan menghidupkan kembali Prestasi Agus Soegijanto sudah
kesenian Srandhul dan Joko Bodho cukup banyak. Tahun 1986 menjadi
yang sejak 1940-an tidak tampak lagi. juara I lomba sesorah (pidato dalam
Usahanya itu ternyata berhasil de- bahasa Jawa) tingkat Propinsi DIY
ngan baik. Kesenian Srandhul kemu- yang diselenggarakan oleh PD VII
dian dipentaskan di Bangsal Kepa- PGRI. Tahun 1990 menjadi juara I
tihan Yogyakarta. Menurutnya, seba- lomba baca guritan tingkat DIY/Ja-
gaimana dikatakan dalam esainya di teng. Tahun 1992 menjadi juara I
Pagagan, No. 31, Tahun IV, 15 Juni lomba menulis esai Jawa tingkat
1997, kesenian Jaka Bodho merupa- DIY/Jateng dan mendapat penghar-
kan seni teater atau jenis seni lakon. gaan dari Taman Budaya Yogyakar-
Dalam seni lakon, ada dua hal yang ta sebagai penulis naskah ketoprak.
penting, yakni lakon ‘cerita’ dan po- Tahun 1993 mendapat penghargaan
capan ‘dialog’. Sejak 1993 Agus Soe- dari BP-7 Pusat (Jakarta) sebagai
gijanto tercatat sebagai pengurus penulis cerita rakyat yang bernafas-
Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta kan P-4. Tahun 1994 mendapat
(SSJY) binaan Balai Bahasa Yog- penghargaan dari Dinas P dan K
yakarta. Propinsi DIY dalam rangka lomba
Tahun 1993 ia mendirikan kese- menulis huruf Jawa. Tahun 1996
nian Bangkekan dengan nama Suara menjadi juara I lomba cipta buku
Kresta. Kesenian Bangkekan adalah tembang macapat dari Dinas P dan
olah vokal yang diiringi musik ga- K Propinsi DIY dengan judul “Les-
bengan antara trebangan dan co- tarining Adat lan Budaya Jawi” dan
kekan. Kesenian ini telah beberapa memperoleh juara harapan pada
kali dipentaskan, antara lain pada ta- lomba baca buku Dinas P dan K Pro-
hun 1994 di Kabupaten Gunungki- pinsi DIY dan disiarkan oleh RRI
dul dan di Widya Mandala Yogya- Nusantara II Yogyakarta. Tahun
10 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1997 menjadi juara I lomba cipta bu- yah. Sejak lahir pada 9 Oktober
ku tembang macapat berjudul “Da- 1961 hingga saat ini ia tetap tinggal
mar Putra” yang diatasnamakan di desanya, yakni Seyegan, Margo-
anaknya (Ludafika Haeni Indarti) katon, Sleman, Yogyakarta. Agus
dari Dinas P dan K Propinsi DIY. Suprihono menikahi gadis bernama
Tahun 1998 menjadi juara harapan Arlin Kuwatik pada 10 Oktober
lomba cipta karya tembang macapat 1991. Dari pernikahan itu lahirlah
Parodi dengan judul “Andhe-Andhe dua orang anak.
Lumut Nglamar” yang diatasnama- Pendidikan formal Agus Supri-
kan Slamet Haryadi dalam rangka hono adalah: SD Margaagung II,
Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) Sleman, Yogyakarta (lulus 1973),
X. Ia juga penulis syair lagu (gen- SMP Negeri Seyegan (lulus 1976),
dhing Jawa) pada kaset Wajar Dik- dan SMA Negeri I Sleman (lulus
das 9 tahun dari Kandepdikbud Gu- 1980). Setelah tamat SMA ia tidak
nungkidul dan penulis lagu GN OTA. meneruskan kuliah, tetapi mencari
Karya-karya Agus Soegiyanto kerja (apa saja, serabutan). Pernah
berupa guritan, macapat, cerkak, ia bekerja di bagian tata usaha SMK
dan esai. Naskah macapat karyanya Ma’arif Sleman (1988). Pernah pula
sering disiarkan (dalam mbangun menjadi pemeran piguran dalam si-
desa) di RRI Nusantara II Yogya- netron, menjadi peloper, dan lain-
karta sejak 1989 sampai 2000. Nas- lain. Sekarang ia membuka usaha
kah-naskah tersebut kemudian dibu- pengetikan di rumahnya, di samping
kukan dengan judul “Gandrung Ma- kadang-kadang menjadi tukang ser-
nis” (sedang dicarikan penerbit). Se- vis mesin ketik di kantor-kantor.
lain itu, karya-karyanya juga dipu- Agus Suprihono mengaku bakat
blikasikan di majalah Pagagan, Dja- menulisnya telah muncul sejak masih
ka Lodhang, dan Mekar Sari. Se- duduk di kelas 1 SMA. Sejak tahun
bagian karyanya telah disertakan da- 1983 karya-karyanya (berbahasa In-
lam buku antologi Rembulan Pa- donesia) telah banyak dimuat di Ja-
dang ing Ngayogyakarta (1992) dan wa Pos, Anita Cemerlang, Aneka
antologi Pemilihan Lurah (1996). Ria, Sinar Pagi, Gadis, Nova, Citra,
Sayang sekali ia meninggal pada ta- dan Kawanku. Sementara itu, ia me-
hun 2000. nulis sastra Jawa sejak 1993 dan kar-
ya pertamanya dimuat di Djaka Lo-
agus suprihono (1961—) dang. Sampai saat ini, karyanya su-
Agus Suprihono memiliki nama dah cukup banyak, dan walaupun ti-
lengkap Raden Agus Suprihono. dak produktif, ia telah berhasil me-
Ayahnya bernama Usup (almar- nerbitkan novel Hera-Heru (Taman
hum), pegawai Departemen Agraria, Budaya Yogyakarta, 2001). Novel
lulusan HIS yang menganut agama ini semula sebagai juara II dalam
Islam. Sementara ibunya, seorang Lomba Penulisan Novel Berbahasa
bakul (pedagang), bernama Sa’di- Jawa yang diselenggarakan oleh Ta-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 11

man Budaya Yogyakarta (1998) da- tekun beribadah sehingga anaknya


lam rangka Kongres Bahasa Jawa III pun terdidik dalam agama Islam se-
di Yogyakarta. Selain itu, ia juga me- cara baik. Latar belakang keluarga
nerbitkan antologi guritan berjudul itu mempengaruhi diri Akhir Lusono
Megar (Radhita Buana, Yogyakar- yang terlihat juga tekun beribadah
ta). Sementara cerkak-nya “Hamuk” dan teguh kepribadiannya.
masuk dalam antologi Panjurung Akhir Lusono meniti karier pen-
(Bengkel Sastra Jawa Balai Peneliti- didikan dengan sistem “belajar sam-
an Bahasa Yogyakarta, 1998). Dan bil bekerja”. Selangkah demi selang-
dalam berkarya, kadang-kadang ia kah pendidikan itu ia lewati dengan
menggunakan nama samaran: A.S. lancar. Ia lulus SD di Gondang tahun
Somaatmodjo dan Kenus. 1984, SMP tahun 1987, SLTA tahun
Seperti diketahui bahwa penga- 1990, Diploma I Kepariwisataan di
rang yang pernah mengikuti pelatih- STIE Gadjah Mada (kini bernama
an mengarang dalam kegiatan Beng- STIE Megar Kencana), Diploma III
kel Sastra Jawa yang diselenggara- Jurusan Teater di ATFI (Akademi
kan oleh Balai Penelitian Bahasa Teater dan Film Indonesia) Yogya-
Yogyakarta (1997) dan menjadi pe- karta tahun 1993, dan lulus program
ngasuh beberapa kelompok teater di S-1 ISI Yogyakarta, Jurusan Teater,
Sleman (Teater Maton, 1987, Teater tahun 1998. Selain itu, ia juga per-
99, 1996, dan Teater 9 Pas, 2003) nah mengikuti kursus di LPK Ga-
ini lahir dan dibesarkan di lingkung- djah Mada dan pendidikan kewarta-
an desa. Dengan demikian, ia mema- wanan.
hami kehidupan masyarakat desa be- Setelah lulus ISI Yogyakarta,
serta sikap dan cara berpikirnya. Itu- Akhir Lusono menikah dengan se-
lah sebabnya, semua karyanya, baik orang gadis pilihannya bernama
novel, cerbung, maupun cerkak, me- Marfuanna yang lahir pada 27 April
ngungkap sikap dan cara berpikir 1970. Dari pernikahannya itu ia
masyarakat desa. Novel Hera-Heru, mendapatkan seorang anak laki-laki
misalnya, sangat kental mengangkat yang diberi nama Muhammad Ra-
kehidupan desa yang lebih mengan- madhani Lazuard Amroe Zatti, te-
dalkan okol ‘otot atau kekuatan’ tapi meninggal dunia. Namun, pada
daripada akal ‘akal, pikiran’. 1 November 2000 dikaruniai bayi
kembar perempuan yang diberi na-
akhir lusono (1970— ) ma Sallsabillia Amiyard Siwi dan
Akhir Lusono—pria berkulit hi- Salsabilla Amiyard Siwi. Akhir Lu-
tam manis ini—lahir di Gondang, sono dan keluarganya kini tinggal di
Ngawis, Gunungkidul, Yogyakarta, Kauman, GM I/172. Yogyakarta.
pada Minggu, 25 Oktober 1970. Ia Seperti telah disebutkan bahwa
putra pasangan Yatmo Taruna (lahir Akhir Lusono menggunakan sistem
1927) dengan Rubiyem (lahir 1937). “belajar sambil bekerja”. Oleh kare-
Orang tua Akhir Lusono tergolong na itu, pengalaman kerja pengarang
12 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

muda ini sangat luar biasa. Ia pernah Dalam antologi guritan Panjurung
menjadi waiter di restoran Slomoth (1998) yang dieditori Tirto Suwon-
(1990). Tiga tahun kemudian, ia pin- do, cerpennya yang berjudul “Refor-
dah ke restoran Prambanan, yang ha- masi” menjadi salah satu bagian di
nya dilaluinya selama 3 bulan karena dalamnya.
ia mulai mengikuti kuliah di Diplo- Selain mengembangkan teknik
ma I STIE Gadjah Mada dan mengi- penulisan cerpen dan guritan, Akhir
kuti kursus di LPK Gadjah Mada Lusono juga mengembangkan teknik
pula. Ia masih bekerja terus sebagai pembacaan sastra. Pada tahun 1996
waiter di beberapa restoran hingga pemuda ini memenangkan lomba
akhirnya ia diterima bekerja di Radio baca guritan sebagai juara I. Keme-
Arma 11 (1993 hingga sekarang). nangan ini diulang pada tahun 1997.
Selain petualangan yang berba- Kegiatan menulis cerpen, guritan,
gai jenis itu, Akhir Lusono juga aktif dan mengikuti berbagai kegiatan sas-
terjun ke berbagai organisasi. Bebe- tra Jawa telah menjadi bagian dari
rapa organisasi yang diikutinya, di kehidupannya. Di Radio Arma 11
antaranya, ialah (1) menjadi anggota Akhir Lusono mengembangkan aca-
aktif pada LAPI (Lembaga Advokasi ra apresiasi sastra Jawa lewat media
Pers Indonesia) dari tahun 1995 hing- elektronik. Salah satu esainya yang
ga sekarang, (2) menjadi bendahara dianggap mewakili obsesinya ialah
FSWM (Forum Silaturahmi Warta- “Sosialisasi Karya Sastra Jawa me-
wan Muslim) sejak tahun 1999 sam- lalui Radio” yang dimuat dalam an-
pai sekarang, (3) menjadi sekretaris tologi cerpen, puisi, dan kritik sastra
Yayasan Ranggawarsita sejak tahun Jawa berjudul Filantropi (FKY,
2002, (4) anggota Ikatan Keluarga 2001). Substansi tulisan itu dilandasi
dan Alumni Teater ISI Yogyakarta oleh pandangannya tentang media
dari tahun 2000 hingga sekarang, (5) elektronik, yaitu bahwa media elek-
anggota sebuah partai politik (yang tronik merupakan media yang sangat
tidak disebutkan namanya), dan (6) berdaya guna dan praktis untuk me-
anggota Sanggar Sastra Jawa Yog- nyebarluaskan karya sastra. Harap-
yakarta (SSJY) hingga saat ini. annya ialah agar pengembangan
Dalam dunia satra Jawa, Akhir apresiasi sastra lewat radio lebih
Lusono senang menulis dan memba- bergairah.
ca guritan dan cerpen, di samping
menulis esai kebudayaan dan kesas- akhmad nugroho (1955— )
traan di media massa karena tugas Akhmad Nugroho (A. Nugroho)
utamanya di Arma 11 sebagai repor- lahir di Driyan, Wates, Kulonprogo,
ter aktif seksi kebudayaan. Kege- pada hari Jumat, 28 Januari 1955.
marannya menulis sastra Jawa di- Orang tuanya masih keturunan da-
mulai tahun 1995 ketika terjun ke rah biru, keduanya (almarhum ayah-
SSJY sehingga cerpennya yang per- nya bernama Raden Soedono dan
tama (berjudul “Kasmaran”) lahir. ibunya bernama Raden Nganten Bu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 13

komirah) berprofesi sebagai pendi- ngan mengampu mata kuliah Sastra


dik (guru SD). Pada hari Kamis, 22 Jawa Modern. Sejak tahun 1999 ia
September 1983, Akhmad Nugroho mengampu mata kuliah Pancasila dan
menikahi Eny Yustati, seorang gadis Filsafat Pancasila di beberapa
Sleman yang lahir pada tanggal 16 fakultas lain, baik S-1 maupun D-3.
Juli 1961 dan kini mengajar di salah Selain itu, Akhmad Nugroho juga
satu SLTP di Yogyakarta. Dari per- pernah mengikuti kursus bahasa Thai
kawinannya itu lahirlah Agniardi di Thammasat University, Bangkok.
Heradi (10 Juni 1984) dan Anindyar- Profesinya sebagai pengajar yang
sa Dwiangga (9 Juli 1989). Kini, pa- biasa menulis karya ilmiah antara lain
sangan pendidik itu tinggal agak jauh yang menjadi pendukung proses
dari kota, yakni di desa Geneng, kreatifnya sebagai pengarang/sas-
Tirtomartani, Kalasan, Sleman, trawan. Apalagi, ia adalah sarjana
Yogyakarta. sastra Jawa yang secara moral me-
Akhmad Nugroho tamat SD (SD rasa perlu mendukung keberlang-
Pripih I, Temon, Kulonprogo) pada sungan sastra Jawa. Meskipun demi-
1967. Setamat SD, ia melanjutkan kian, ia tidak hanya menulis dalam
ke SMP Trimurti, Temon, Kulonpro- bahasa Jawa, tetapi juga bahasa Indo-
go, tamat tahun 1970. Pada tahun nesia, seperti telah dimuat di Bernas,
1971 ia masuk SMA jurusan IPA di Krida, Kartika Minggu, dan Bahari.
Wates, Kulonprogo. Setamat SMA, Karya kreatif pertamanya be-
pada tahun 1974 ia melanjutkan ke rupa guritan berjudul “Irenge Dalan
Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Peteng” ‘Hitamnya Jalan Gelap’ di-
Sastra Universitas Gadjah Mada. muat dalam Panjebar Semangat, 1
Gelar sarjana muda diraih pada ta- Februari 1975. Ketika itu ia masih
hun 1978 dengan skripsi berjudul tercatat sebagai mahasiswa semester
“Analisis Kumpulan Cerpen Langite tiga. Setelah karya pertamanya itu
Isih Biru”. Adapun gelar sasjana dimuat di media massa, ia pun terus
sastra diraih pada tahun 1982 de- mengasah keterampilan menulisnya,
ngan skripsi berjudul “Analisis Tiga baik dalam bahasa Jawa maupun
Karya Ki Padmasusastra: Rangsang dalam bahasa Indonesia. Perjuangan
Tuban, Kandhabumi, dan Prabang- keras itu akhirnya membuahkan ha-
kara”. Dua tahun kemudian, ia me- sil ketika pada tahun 1977 cerita
lanjutkan studinya ke Program Pas- pendeknya berjudul “Nunuk Bunga-
casarjana UGM. Pada tahun 1988 ku” dimuat di Minggu Pagi. Pada
ia meraih gelar S.U. (Sarjana Uta- tahun 1978 berhasil meraih juara I
ma) dengan tesis berjudul “Kresna dalam lomba penulisan cerpen rema-
Dhuta dalam Baratayudha: Analisis ja yang diselenggarakan oleh Radio
Struktur dan Resepsi”. Geronimo, Yogyakarta. Berkat cer-
Kariernya sebagai dosen dimulai pennya berjudul “Perpisahan” ia
sejak tahun 1983 ketika ia diterima mendapatkan hadiah berupa radio
sebagai asisten di almamaternya de- dan novel-novel karya Ashadi Si-
14 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

regar. Sejak saat itulah ia makin aktif penyusunan peristiwa-peristiwa da-


menulis karya sastra. lam alur tidak hanya dipautkan seca-
Puluhan guritan dan cerkak kar- ra temporal (waktu), tetapi juga se-
yanya, yang lebih ditujukan kepada cara kausal (sebab-akibat) sehingga
pembaca remaja dan dewasa, telah efeknya dalam cerita terasa wajar
dimuat di berbagai media berbahasa atau realistis, tidak tampak dibuat-
Jawa, seperti Kumandhang, Panje- buat, dan juga bernalar. Pada cerita-
bar Semangat, Jaya Baya, Mekar cerita tradisional biasanya susunan
Sari, dan Djaka Lodang. Selain itu, antarperistiwa dijalin dalam hubung-
beberapa karyanya juga diantologi- an antarperistiwa secara sederhana,
kan bersama karya-karya sastrawan atas dasar urutan waktu kejadian,
lain, misalnya dalam Kidung Awang- atau secara kronologis dan dengan
Uwung (1981), Lintang-Lintang kausalitas yang mudah. Pada cerita-
Abyor: Antologi Puisi Jawa Modern cerita lama itu jalinan peristiwa se-
(UNDIP, Semarang, 1983), Pangilon ringkali dilakukan dengan kemudah-
(FKY, 1994), dan Pesta Emas Sas- an yang datang secara tiba-tiba (deo
tra Jawa (FKY, 1995). ex machina), sehingga aspek pena-
laran diabaikan. Misalnya, dalam ce-
aleran rita rakyat Jawa “Andhe-andhe Lu-
Istilah aleran memiliki dua arti, mut” muncul kemudahan secara ti-
yaitu (1) “galeran” yang berarti ga- ba-tiba ketika Klenting 3 bersaudara
ris; (2) “aluran” yang salah satu ar- akan menyeberangi sungai yang ban-
tinya ialah “urut-urutaning sedulur- jir. Kemudahan itu berupa muncul-
an” (lelakon, prakara). Dalam kait- nya kepiting raksasa yang dengan se-
annya dengan sastra, arti yang kedua nang hati bersedia menyeberangkan
identik dengan pengertian “alur” (In- 3 Kleting yang cantik-cantik itu agar
donesia) atau plot (Ingggris). Menu- dapat berkesempatan mencium me-
rut beberapa ahli sastra, pengertian reka. Pokok-pokok peristiwa dalam
alur amat luas, dan secara ringkas sebuah alur ialah (1) perkenalan, (2)
dapat dikelompokkan menjadi 2 pe- pertautan, (3) klimaks, (4) antikli-
ngertian, yaitu (1) jalinan peristiwa maks, dan (5) penutup atau penyele-
di dalam karya sastra yang tersusun saian (A—E). Namun, hubungan
sedemikian rupa untuk mencapai antarperistiwa itu disusun bukan se-
efek tertentu; (2) rangkaian peristiwa cara semena-mena, tetapi atas dasar
(dalam sastra) yang direka dan dija- hubungan kausalitas, logika, dan un-
lin dengan seksama, yang mengge- tuk keidahan cerita.
rakkan jalan cerita, yaitu melalui Dalam sastra modern, seringkali
perkenalan, rumitan, selanjutnya ke terjadi penyimpangan dalam penyu-
arah klimaks, dan diakhiri penyele- sunan alur. Penyimpangan dilakukan
saian. Hubungan antarperistiwa itu pengarang untuk menciptakan ke-
dalam suatu cerita modern—yang indahan yang baru, yang seringkali
menekankan realita dan logika— dapat muncul dari disharmoni. De-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 15

mikian juga halnya dengan penataan atau erat (organic plot) sehingga ti-
alur. Tatanan alur pada cerita atau dak dimungkinkan salah satu unsur-
fiksi modern merupakan salah satu nya dilepaskan atau dipindahkan.
cara untuk mendapatkan efek estetis Kebalikan dari cerita yang beralur
tertentu. Untuk menciptakan tegang- erat ialah yang beralur longgar
an (suspence) di tengah alur cerita, (loose plot). Dalam cerita beralur se-
seperti yang sering terdapat dalam macam itu jalinan antarperistiwa da-
cerita-cerita detektif, atau membuat lam alur tidak padu sehingga bila ada
pembayangan-pembayangan pada bagian atau unsur dari alur yang di-
peristiwa yang akan terjadi (foresha- lepaskan tidak akan mengganggu ja-
dowing). Sebuah peristiwa tragis se- lan cerita. Namun, di dalam cerita
ringkali diawali dengan hujan deras, yang panjang seringkali terdapat dua
badai, atau suasana alam lainnya alur, yaitu alur utama dan “alur se-
yang menakutkan. Kedua cara/tek- kunder” (secondary plot), atau “alur
nik menata alur yang disertai tegang- bawahan” (subplot) berupa bagian
an-tegangan itu menciptakan kein- cerita yang sengaja disusupkan di
dahan khusus karena jalan cerita sela-sela bagian alur utama (main
menjadi tidak mudah ditebak dan ce- plot). Alur bawahan itu, biasanya,
rita menjadi dinamis, tidak membo- merupakan cerita sisipan yang ber-
sankan. Efeknya bagi pembaca ialah fungsi untuk memberikan variasi
mengikat perhatian mereka karena terhadap cerita utama. Oleh karena
membuat rasa ingin tahu mereka akan itu, cerita dalam alur bawahan biasa-
kelanjutan cerita semakin tinggi. nya bergayutan dengan alur utama,
Efek dinamis dalam alur itu juga walaupun ada kalanya alur bawah-
dapat diciptakan dengan cara mem- an menciptakan kontras secara se-
balik susunan kronologis peristiwa- ngaja terhadap alur utama. Kontras
peristiwa (A ke E) menjadi susunan yang disengaja itu ditujukan untuk
terbalik atau back tracking, dari E menciptakan tegangan alur menjadi
ke A atau dengan susunan sorot balik indah.
(flashbacks), yaitu memutus bebe-
rapa hubungan kronologis alur dan ambya
cerita kembali meninjau ke bagian Kitab Ambya adalah karya sas-
alur di depan. Dengan tatanan alur tra Jawa yang berisi cerita Arab.
seperti itu tercipta juga tegangan pa- Karya tersebut masuk ke Pulau Jawa
da pembaca karena pembaca tidak pada Zaman Mataram atau sebelum-
dapat dengan mudah menebak akhir nya. Serat Ambiya macapat ditulis
cerita. Salah satu teknik sorot balik dalam aksara Arab Pegon merupa-
yang digarap dengan bagus ialah kan karya sastra Jawa pesantren dan
alur dalam novel Sugiarto Sriwibo- karya sastra Jawa pesisiran. Menu-
wo, Candhikala Kapuranta (2002). rut perkiraan semua kitab Ambiya
Alur yang tergarap dengan baik adalah kitab buatan pada permulaan
biasanya jalinannya sangat padu Zaman Surakarta. Namun, ma-
16 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

suknya cerita itu di tanah Jawa diper- curnya kelaliman oleh budi pekerti
kirakan sebelum Zaman Kartasura. yang baik dan sikap utama.
Serat Ambiya pada zaman dahulu Pada zaman Kanjeng Susuhun-
sering dipergunakan untuk berbagai an Pakubuwana X terjadi perda-
kepentingan, misalnya dibacakan da- gangan naskah. Hal itu dapat dike-
lam upacara tingkeban ‘selamatan tahui karena ditemukan naskah yang
atau kenduri untuk orang hamil tujuh berjudul Serat Ambya yang di da-
bulan’. Bab yang dibaca pada lamnya terdapat kalimat yang me-
umumnya tentang kelahiran, misal- nerangkan hal itu.
nya Nabi Musa, Nabi Yusuf, Jaka
Kagungan dalem Serat Ambiya
Tarub, Damarwulan, dan sebagai-
pundhutan tumbas saking Raden
nya. Dengan harapan mudah-mu-
Ngabehi Yogakusuma 60 rupiah
dahan anak yang masih dalam kan-
pethak.
dungan dapat menyerupai tokoh-to-
‘Serat Ambiya dibeli dari Raden
koh idola yang diceritakan.
Ngabehi Yogakusuma 60 rupiah
Serat Ambya ditulis dengan hu-
putih.’
ruf Arab yang indah dengan bebe-
rapa wadana ‘sampul’ yang indah. Kegiatan pembelian naskah se-
Terutama naskah yang penulisannya perti itu membuktikan bahwa Kera-
atau penyalinannya diprakarsai oleh ton Surakarta berusaha menggairah-
Sri Sultan Hamengkubuwana V. kan pernaskahan Jawa. Di samping
Bentuk tulisan Arab dalam Serat itu, keraton berusaha mengadakan
Ambiya sangat ditentukan pula oleh penulisan/penggadaan naskah. Ada
bentuk penanya. juga Serat Ambya yang ditulis atas
Serat Ambya disalin oleh Kan- prakarsa Gusti Pangeran Adipati
jeng Susuhunan Pakubuwana VI. Sasraningrat atau Sri Paduka Paku-
Serat Ambiya menceritakan tentang alam III. Sri Paduka Pakualam V
penciptaan alam semesta, Nabi memprakarsai penulisan Serat Am-
Adam dan anak cucunya, Nabi Sis, biya dan Tapsir Ambiya. Sri Paduka
Nabi Idris, Nabi Yusuf, Nabi Ibra- I dan II menghasilkan genre sastra
him, dan sebagainya. Di dalam Serat Serat Ambiya (pegon). Di lingkung-
Ambiya terdapat penyebutan nama an keraton Sumenep ditemukan se-
Tuhan dengan bervariasi. misalnya jumlah naskah. Ada naskah yang
Tuhan disebut namaning Suksma, berjudul “Layang Ambiya”. “Serat
nama Yang Suksma, atau Asmaning Ambiya” juga ditulis oleh seseorang
Allah. Serat Ambiya yang berasal secara individu.
dari tradisi pesisiran mempunyai Di Keraton Kasepuhan Cirebon
ciri-ciri yang agak berbeda dengan banyak dijumpai karya sastra yang
tembang macapat yang baku. Di da- genrenya sangat beragam, di situ ter-
lam Ambiya terdapat tema penegak- dapat Layang Ambiya. Uraian Suluk
an keadilan dan kebenaran atau han- Ambiya lebih sederhana. Di dalam-
nya terdapat keterangan tentang pe-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 17

luh Nur Muhammad, yaitu cucuran puteranya yang berparas jelek dini-
peluh kepala, peluh muka, peluh ba- kahkan dengan puteranya yang ber-
dan, peluh kaki, dan sebagainya. Di paras jelek. Namun, ada juga putera-
samping itu, terdapat bentuk cerita nya yang baik parasnya lari ke benua
yang panjang, tempat ajaran tasawuf Cina. Di sana mereka menyembah
dikaitkan dengan adegan-adegan ter- berhala.
tentu. Di Leiden juga ditemukan nas- Di samping itu, kitab Ambya
kah tersebut, berjudul Ambiya. Nas- menceritakan tentang Habil dan Ka-
kah ini menceritakan tentang Nabi bil. Mereka berebutan seorang pe-
Adam sampai Nabi Muhammad. Di rempuan yang cantik untuk diperistri.
samping itu, juga ditemukan naskah Akhirnya, Habil dibunuh oleh Kabil.
sejenis yang menceritakan tentang Oleh karena itu, Kabil dihukum oleh
permulaan penciptaan sampai Iskan- Tuhan. Ia dipipit ke dalam tanah dan
dar, Kilir, dan raja Dukyanus dari masuk ke dalam neraka.
Rum. Di sana juga terdapat versi-ver- Malaikat Jabarail mengajari Nabi
si lain dalam bentuk gancaran ‘pro- Adam tentang cara bekerja. Ia diajari
sa’. menjadi pandai besi, membuat ber-
Serat Ambiya menceritakan ten- macam-macam perkakas, dan diberi
tang Tuhan ketika mulai mencipta bermacam-macam biji-bijian untuk
dunia. Pertama-tama Tuhan mencip- makanan.
ta cahaya. Cahaya itu mengental se- Nabi Sis tidak mempunyai pa-
hingga menjadi ratna, lalu menjadi sangan dikaruniai seorang bidadari
air dan buih. Buih itu menjadi langit untuk dijadikan jodohnya, namanya
berjumlah tujuh. Di samping itu, Dewi Mulat. Setelah Nabi Adam
menceritakan tentang Nabi Adam mangkat, Nabi Sis-lah yang meng-
dan Ibu Hawa ketika dicipta oleh Tu- gantikan sebagai kalifatullah. Sete-
han. Pada suatu ketika iblis datang lah Nabi Sis wafat, beliau digantikan
menggoda mereka sehingga menye- oleh Sang Anwas. Sang Anwas di-
babkan Nabi Adam dan Ibu Hawa ganti oleh Pinat. Pinat diganti oleh
turun ke dunia. Mereka berputera. Mutakalil. Mutakalil diganti oleh
Setiap melahirkan putranya selalu Majid. Majid terkena bujukan iblis
kembar. Setelah para puteranya de- untuk membuat arca emas dan dipu-
wasa, Nabi Adam ingin menikahkan ja-pujanya. Majid diganti oleh Sa-
puteranya. Nabi Adam berselisih de- mudabil, dengan gelar Nabi Idris.
ngan Ibu Hawa. Mereka mempunyai Nabi Idris sangat berbakti kepada
pendapat sendiri-sendiri. Menurut Tuhan. Oleh karena itu, ia naik ke
Nabi Adam, putera yang baik paras- sorga dan tidak mau kembali ke du-
nya dinikahkan dengan puteranya nia lagi. Setelah Nabi Idris hilang,
yang berparas jelek. Ibu Hawa tidak maka dibuat arca lagi oleh anak cu-
setuju. Ia ingin puteranya yang ber- cunya untuk dipuja-puja.
paras baik dinikahkan dengan pute- Putera Nabi Idris yang bernama
ranya yang berparas baik pula dan Saleha diganti oleh Sakir. Sakir di-
18 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ganti oleh Sang Malik (Masalik). Ia bagai acara kesenian, antara lain
menjadi nabi dengan gelar Nabi Malam Sastra Surabaya (Malsasa),
Nuh. Ia sangat dibenci oleh orang- Kereta Puisi, dan memimpin Forum
orang kafir. Ketika dunia banjir, Na- Apresiasi Sastra Surabaya (FASS).
bi Nuh sudah siap dengan perahu. Karya-karyanya terbit dalam berba-
Iblis ikut dalam perahu itu. Maka gai media masa dan antologi (bersa-
tersebarlah keturunan Nabi Nuh di ma), seperti “Ngenget”, “Wajah Ber-
mana-mana. tiga”, “Tanah Persada”, “Kons-
Selanjutnya, diceritakan tentang truksi Roh”, “Burung-Burung”,
raja Namrud di negeri Habil. Diceri- “Sketsa Sastra Indonesia”, “Puisi
takan pula tentang Ibrahim. Setelah Indonesia”, “Langkah, Jejak”,
dewasa Nabi Ibrahim menaklukkan “Omonga Apa Wae”. Guritan-nya
raja Namrud dengan para tentara- “Kutha Surabaya” dan “Tanpa Mri-
nya. Nabi Ibrahim menikah dengan pat” masuk dalam antologi Kabar
Dewi Sarah, berputera seorang laki- Saka Bendulmisi: Kumpulan Gu-
laki bernama Nabi Ismail. Setelah ritan (PPSJS, 2001); sedangkan
itu diceritakan tentang terjadinya air “Tanpa Mripat” terbit dalam Drona
jam-jam. Gugat (Bukan Panitia Parade Seni
W.R. Supratman, 1995).
aming aminoedin (1957—)
Nama aslinya Mohammad Amir amro juhendi (1938— )
Tohar. Tetapi, dalam khazanah sas- Dalam deretan panjang nama-
tra, ia lebih dikenal dengan nama nama sastrawan Jawa, nama Amro
Aming Aminoedin. Lahir di Ngawi Juhendi kurang terdengar gaungnya.
pada 22 Desember 1957. Pendidikan Sebab, ia jarang muncul dalam per-
SD sampai SMA diselesaikan di kota temuan-pertemuan sastra. Karya-
kelahirannya. Sedangkan gelar sarja- karyanya pun selama ini belum ada
na diperoleh di Jurusan Bahasa dan yang pernah mendapat penghargaan
Sastra Indonesia Fakultas Sastra dalam suatu lomba atau event ter-
UNS. Kuliahnya diselesaikan dalam tentu. Namun, jika kita melacak ma-
waktu tidak kurang dari 10 tahun. jalah Djaka Lodhang dan Mekar
Semula ia bekerja di Kantor Wilayah Sari, nama Amro Juhendi layak di-
Departemen Pendidikan dan Kebuda- perhitungkan karena karya-karyanya
yaan Propinsi Jawa Timur. Sekarang sering muncul di sana.
ia menjadi tenaga peneliti dan pem- Amro Juhendi adalah nama sa-
bina sastra di Balai Bahasa Surabaya. maran. Nama aslinya adalah Amro
Meskipun lebih banyak bergelut Djulaerni. Akan tetapi, dalam ber-
dalam dunia sastra Indonesia, tetapi karya, ia lebih senang menggunakan
perhatiannya terhadap sastra Jawa nama samaran daripada nama asli-
pun cukup besar. nya. Hal itu barangkali dimaksudkan
Sebagai seniman Aming cukup untuk menutupi identitas yang sebe-
kreatif. Terbukti ia menggagas ber- narnya walaupun nama samaran itu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 19

tidak jauh berbeda dengan nama asli- tuk membantu orang tua bekerja di
nya. sawah. Pada tahun 60-an, saat ber-
Di kalangan sastrawan Amro Ju- usia 22 tahun, ia belajar menulis cer-
hendi sering dipanggil Pak Dju. Ia pen. Karya yang pertama kali ia tulis
lahir di Penggaron, Semarang, Jawa adalah cerpen Indonesia, dimuat di
Tengah, pada tahun 1938. Ia meru- majalah Genta (Solo). Selanjutnya,
pakan anak bungsu dari empat ber- beberapa cerpennya muncul di Ming-
saudara. Dari empat bersaudara itu gu Ini dan Bahari (Semarang). Baru
hanya ia sendiri yang terjun ke dunia pada tahun 1970-an ia terjun ke dunia
karang-mengarang. Ia menikah de- sastra Jawa. Hingga kini karangan-
ngan Sunarti pada tahun 1971. Dari nya sudah tersebar di berbagai media,
pernikahan itu ia dikaruniai tiga terutama di Djaka Lodhang dan Me-
orang putri. Ketiga putrinya dibesar- kar Sari.
kan dengan hasil jerih payah sebagai Amro Juhendi mengaku tidak
petani dan sebagai pengarang. Untuk memiliki pengetahuan sedikit pun
membantu mencukupi kebutuhan tentang ilmu sastra dan atau aturan
ekonomi keluarga, istrinya membuka dalam penulisan karya sastra. Ia me-
usaha wiraswasta kecil-kecilan di ru- nulis karya sastra secara otodidak.
mahnya, Jalan Sunan Kalijaga 2, Karya-karyanya pada umumnya
Penggaron, Semarang. berlatar realita kehidupan sehari-ha-
Amro Juhendi dibesarkan dalam ri. Keakraban Amro dengan budaya
lingkungan keluarga yang taat ber- dan lingkungan terdekatnya dapat di-
agama (Islam). Ketaatannya pada rasakan dalam karya-karyanya se-
agama tampak pula pada karya-kar- perti cerpen “Pak Veteran”, “Layang
yanya yang sebagian besar bernuansa Tulisan Abang”, “Iya lan Apa Iya”,
religius Islami, misalnya, cerpen dan sebagainya.
“Candhuk Lawung”, “Ngaup”, “Ke-
bayar”, “Pandung Munthu”, “Untu andrik purwasito (1957— )
Emas Gawe Tiwas”, dan “Sumur”. Andrik Purwasito lahir di Treng-
Dalam karya-karyanya ia sering me- galek, Jawa Timur, pada 13 Agustus
ngetengahkan pentingnya iman bagi 1957. Ia putra kedua dari sepuluh
manusia. Bagi manusia, iman itu bersaudara (persis kakak dan adik-
penting karena iman dapat memben- nya meninggal). Pendidikan SD di
tengi atau menghindarkan diri dari Trenggalek, SMP di Tulungagung,
perbuatan dan perilaku yang tidak SMA di Kediri, ASRI (tidak tamat)
baik. dan Hubungan Internasional Fisipol
Amro Juhendi hanya berpendi- UGM (tamat 1981) di Yogyakarta.
dikan SD (1958). Karena sulitnya Putra seorang ABRI ini telah aktif
perekonomian pada waktu itu, ia berteater dan menulis puisi (Jawa dan
tidak dapat melanjutkan ke sekolah Indonesia) sejak SMA. Pada perte-
yang lebih tinggi. Setelah tamat SD, ngahan 1970-an telah beberapa kali
hari-hari selanjutnya ia habiskan un- memenangkan lomba, antara lain,
20 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

penulisan puisi, penulisan cerpen, Pesisir Perigi (Eka Setia, 1983) dan
dan penulisan kritik. Bahkan pada Seninjong (kumpulan sajak, MPI,
1975 menjadi pemain terbaik pria 1986). Sementara itu, guritan-gu-
dalam festival drama. Pada 1977 ritan karyanya tersebar dalam ber-
aktif melatih drama di Fisipol UGM. bagai majalah berbahasa Jawa se-
Setamat dari UGM Andrik ma- perti Rara Jonggrang, Mekar Sari,
sih malang-melintang di Yogyakarta, Djaka Lodang, Jaya Baya, Pustaka
antara lain, membina ruang seni-sas- Candra, dll. Hanya sayang, ia belum
tra di Radio Reco Buntung (1981— memiliki antologi guritan.
1984), mendirikan sanggar Solidari-
tas Penyair Yogya (1983), mendiri- anggarpati (1954— )
kan bulletin sastra Jawa Rara Jong- Anggarpati, yang di dalam kar-
grang (1982), menjadi pemimpin ya-karyanya sering menggunakan
editor di PLP2M, dan menjadi war- nama samaran Asih Sari, lahir di Ja-
tawan harian Kedaulatan Rakyat tirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Ti-
(1984—1985). Penyair yang pernah mur, pada 15 Maret 1954. Penga-
bekerja di BKKBN ini terus melejit rang wanita berputra tiga orang yang
prestasinya, yakni menjadi juara I kini bertempat tinggal di Kebraon,
penulisan naskah sandiwara radio Surabaya, ini adalah pembantu lepas
tingkat nasional yang diselenggara- majalah Jaya Baya sebagai fotogra-
kan oleh Radio Namberwan, Sema- fer. Meskipun demikian, ia tidak ha-
rang (1984) dan menjadi pemenang nya menulis di Jaya Baya, tetapi ju-
Piala Kirjomulyo (1985). ga di Mekar Sari, Panjebar Sema-
Setelah diterima menjadi dosen ngat, dan Jaka Lodhang. Pendidikan
Fisipol UNS Surakarta (sejak 1985), dasar (SD dan SMP) dan menengah-
penyair yang juga pernah menjadi nya (SPG) diselesaikan di kota kela-
Komisaris OPSJ (Organisasi Penga- hirannya, yakni Tuban. Sebelum se-
rang Sastra Jawa) Yogyakarta ini ma- bagai pembantu Jaya Baya, ia be-
sih aktif pula menulis puisi. Sejumlah kerja di Biro Travel (1978-1980) dan
puisinya (Indonesia) masuk dalam sebagai sekretaris pada PT Bayu
Antologi Penyair Yogya Tiga Gene- (1981-1983) yang bergerak di bi-
rasi (1981), Pagar-Pagar (1984), dang kontraktor. Selain itu, ia juga
Prasasti (1984), dan Tugu (DKY, seorang penyiar radio Salvatore dan
1986). Selain itu ia menyunting buku MCA.
Islam dan Perubahan Sosial Politik Hingga kini Anggarpati belum
di Negara Sedang Berkembang memiliki buku antologi karya sendiri.
(1985) dan Ketergantungan Dunia Beberapa karya guritannya, antara
Ketiga terhadap Kapitalisme dan lain, “Rantas” (April 1988) masuk
Masalah Kesejahteraan Rakyat dalam buku Drona Gugat (Bukan
(1985), keduanya diterbitkan PLP2M Panitia Parade Seni WR Supratman,
Yogyakarta. Bukunya sendiri yang 1995). Sementara itu, “Yen Wengi
telah terbit, antara lain, Kisah Anak Wis Lumingsir”, “Yen Kumelipe Lin-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 21

tang Wis Surem”, “Ing Atimu Dak- hanya tamat SMP, kegemaran Anie
tanduri Sepimu”, “Wis Padha Lali”, Soemarno membaca buku-buku ba-
dan “Dakanti Sacleredan Ing Mega hasa dan sastra sangat besar. Hal ini-
Putih” masuk dalam buku antologi lah yang menyebabkan ia mahir
Kalung Barleyan (Lembaga Pengab- mempergunakan kata-kata dalam
dian Pada Masyarakat, 1988) yang karyanya. Bahasanya lembut, halus,
disunting oleh Suripan Sadi Hutomo. kalimatnya menarik, tegas, dan pan-
Sedangkan guritan berjudul “Mutiara dai memaparkan perumpamaan. La-
Rantai: Kagem Yunani” (Jaya Baya, tar belakang kehidupan Anie Soe-
20 Oktober 1991), “Pesisir Tuban” marno yang menggunakan bahasa
(Jaya Baya, 24 Juli 1988), “Pitakon: Madura dan bahasa Indonesia tidak
Kagem Yunani” (Jaya Baya, 20 Ok- menjadi penghalang baginya untuk
tober 1991), dan “Yen Kumelipe Lin- mengarang dalam bahasa Jawa.
tang Wis Surem” (Mekar Sari, 19 Selain bekerja sebagai karyawan
Desember 1981) masuk dalam buku PN Madurateks di Kamal, Madura,
antologi Kabar Saka Bendulmrisi: Anie Soemarno juga menggeluti pro-
Kumpulan Guritan (2001) suntingan fesi sebagai wartawan. Mulai menu-
Suharmono Kasiyun, diterbitkan oleh lis guritan (puisi) pada tahun 1963.
PPSJS (Paguyuban Pengarang Sastra Guritan dan artikelnya banyak di-
Jawa Surabaya). muat di majalah Jaya Baya, Panje-
bar Semangat, Dharma Nyata,
anggitan Parikesit, harian Bhirawa, dan se-
Anggitan adalah karangan. Ang- bagainya. Lima guritan Anie Soe-
gitan Jawa tulen, yaitu semua ka- marno masuk dalam buku Gegurit-
rangan (cara Jawa) bercorak Jawa an Antologi Sajak-Sajak Jawi (Pus-
asli buatan orang Jawa sendiri. Jadi, taka Sasanamulya, Surakarta,
merupakan wujud uraian (rasa pang- 1975). Sedangkan guritan-guritan
rasa Jawa) perasaan Jawa, cipta rasa lainnya diambil oleh J.J. Rass untuk
Jawa. Misalnya, Serat Riyanta ka- melengkapi bukunya Bunga Rampai
rangan R.B. Sulardi; Parta Krama Sastra Jawa Mutakhir (1979). Gu-
karangan Kyai Sindusastra, dan se- ritannya berjudul “Saka Kreta” di-
bagainya. muat dalam Antologi Puisi Jawa
Modern 1940—1980 (1984) sun-
anie soemarno (1943— ) tingan Suripan Sadi Hutomo. Karya
Anie Soemarno adalah penga- Anie Soemarno yang berupa gegu-
rang sastra Jawa yang mulai aktif ta- ritan lebih banyak daripada yang
hun 1960-an. Ia tidak pernah meng- berupa cerkak dan esai.
gunakan nama samaran. Lahir di Anie Soemarno merasakan hi-
Senggowar, Gondang, Nganjuk, Jawa dup pada masa penjajahan. Karena
Timur, pada tanggal 31 Desember itu, meskipun tidak menggunakan
1943. Ia hanya berpendidikan SMP senjata, ia ingin pula ikut andil dalam
bagian B (tamat 1960). Meskipun berjuang. Perjuangannya itu ia sa-
22 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lurkan lewat goresan pena (walau- Berkat memperdalam ilmu keja-


pun ini terjadi pada tahun 1960-an). wen atau ilmu kesempurnaan jiwa
Lewat puisi-puisi-puisinya ia turut itulah Anjar Ani gemar melakukan
mengobarkan rasa persatuan dan se- tirakat, misalnya nenepi (diam di
mangat juang bagi kaum muda demi tempat sepi) dan ziarah ke makam
terwujudnya negara adil makmur leluhur. Berkat asuhan ledhek La-
tata temtrem kerta raharja. Profe- siah, Anjar Any gemar bermain ke-
sinya sebagai wartawan dengan dae- toprak. Kegemaran ini menyebabkan
rah jelajah yang luas juga membuat Anjar Any gagal dalam menempuh
Anie Soemarno mengangkat berba- pendidikan formal. Namun, kegagal-
gai masalah kehidupan manusia di an ini justru memacu untuk berkreasi
sekelilingnya. Misalnya, sebagaima- mengarang lagu. Profesinya sebagai
na tampak dalam karya-karya puisi- pengarang lagu (keroncong dan
nya, ia memprihatinkan tentang me- langgam Jawa) menghantarkannya
rebaknya pelacur, kebobrokan mo- menjadi seorang seniman sukses. Ti-
ral, dan sejenisnya. dak kurang dari tujuh ratus lagu ber-
hasil ia ciptakan (sekitar tahun
anjar ani (1936—2008) 1964). Lagu ciptaannya yang hingga
Nama asli Anjar Ani adalah An- sekarang tetap populer antara lain
jar Mujiyono. Selain dikenal sebagai “Yen ing Tawang ana Lintang”,
sastrawan, ia juga dikenal sebagai “Walang Kekek”, “Jangkrik Geng-
komponis (pencipta lagu). Ia dilahir- gong”, “Jamune”, “Sang Proklama-
kan di Ponorogo, Jawa Timur, pada tor”, dan “Amplop”.
3 Maret 1936. Ketika masih kecil Anjar Any lulus SMA pada tahun
pernah diasuh seorang ledhek ber- 1956. Ia pernah kuliah di Fakultas
nama Lasiah yang berasal dari Pur- Ekonomi UNDIP Semarang (hanya
wantara, Wonogiri. Ia banyak mem- dua tahun). Dalam kancah kesusas-
pelajari ilmu kejawen, suatu etika traan Jawa, ia termasuk pengarang
dan gaya hidup yang diilhami oleh angkatan tahun 1950-an, seangkatan
cara pemikiran Javanisme. Oleh ka- dengan Esmiet, Soesilomurti, Trim
rena itu, ia percaya pada tradisi dan Sutidja, Muryalelana, dan Soedhar-
atau tindakan yang berpegang pada mo K.D. Selain sebagai pengarang
dua hal, yaitu filsafat hidup yang (cerkak, guritan, dan novel), ia aktif
mistis-religius dan etika hidup yang pula di bidang jurnalistik. Misalnya,
menjunjung tinggi moral dan derajat ia menjadi wartawan mingguan Ge-
hidup. Pandangan hidup itu meng- lora Berdikari dan menjadi wakil
hubungkan segala sesuatu dengan pimpinan redaksi majalah Dharma
Tuhan, segala sesuatu yang serba ro- Kandha yang didirikan bersama
haniah, mistis, dan magis, dengan Muryalelana, Arswendo Atmowiloto,
menghormati nenek moyang, lelu- Moch Nursahid P., dan N. Sakdani
hur, dan kekuatan yang tidak tampak pada tanggal 18 Agustus 1968 di
oleh indera manusia. Sala.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 23

Anjar Any mulai menulis sejak yang telah ditempuhnya adalah lulus
duduk di bangku SMA tahun 1956. SMA (1963—1966) dan pernah ber-
Cerkak “Dhompet” adalah karya per- niat melanjutkan ke AKABRI tetapi
tamanya yang dipublikasikan oleh gagal. Akhirnya, ia melanjutkan ku-
Panjebar Semangat pada 2 Juni liah ke PGSLP. Selepas PGSLP ia
1956. Cerita tersebut kemudian di- diterima menjadi guru SMP Negeri
muat dalam antologi cerita pendek Wirosari, Purwadadi, Grobogan, Ja-
yang diterbitkan Pusat Kesenian Jawa wa Tengah. Ia meninggal pada bulan
Tengah di Sala (Surakarta) pada ta- November 2003.
hun 1975. Selanjutnya, karya-karya- Anjrah Lelanabrata aktif menu-
nya tersebar luas di majalah Jaya lis sejak tahun 1963 dalam ragam
Baya, Panjebar Semangat, Dharma puisi, cerpen, dan naskah lakon. Be-
Kandha, Dharma Nyata, dan Ku- berapa majalah yang memuat kar-
mandang. Selain itu, Anjar Any juga yanya (dalam bahasa Jawa), antara
menerjemahan karya G.J. Murray lain Dharma Nyata, Dharma Kan-
berjudul Seven Days To Dead men- dha, Kunthi, Panjebar Semangat,
jadi Peristiwa Tujuh Hari. Hasil kar- Jaya Baya, Kumandang, dan Pusta-
yanya yang diterbitkan dalam bentuk ka Candra. Hasil karyanya yang di-
buku, antara lain, Geger Panaraga, tulis dalam bahasa Indonesia dimuat
Sri Klana Sewandana, Diburu Pra- di majalah Gairah, Bhirawa, Sim-
wan Ayu, dan Pecut Samandiman. poni, Media Muda, Bina, dan Kar-
Karya-karya ini cenderung sebagai tika Minggu.
cerita detektif. Selama ini, sebagian karya
Selain menulis karangan berba- Anjrah Lelanabrata yang aktif meng-
hasa Jawa, Anjar Any juga menulis hadiri setiap kegiatan penataran dan
dalam bahasa Indonesia, terutama sarasehan yang berkaitan dengan ke-
esai, seperti Ranggawarsita, Apa bahasaan dan kesastraan ini juga
yang Terjadi, Ramalan Jaya Baya, pernah dimuat di beberapa antologi,
Bung Karno Siapa yang Punya, dan antara lain, guritan berjudul “Tapel
Menyingkap Serat Wedhatama. Wates” (Jaya Baya, No. 17, Desem-
Karangannya dalam bahasa Indone- ber 1971), dan “Panggah” (Kuman-
sia dimuat majalah Terang Bulan, dang, No. 62, Januari 1975) masuk
Dunia Ria, dan sebagainya. Kini ia dalam Bunga Rampai Sastra Jawa
menekuni seni musik keroncong dan Mutakhir (Ras, 1985). Guritan-nya
menulis syair campur sari. yang berjudul “Dongengan lan Pra-
sasti” dimuat dalam Antologi Puisi
anjrah lelanabrata (1947— Jawa Modern: 1940—1980 sunting-
2003) an Suripan Sadi Hutomo (1985). Se-
Nama asli Anjrah Lelanabrata mentara, guritan-nya berjudul “Tem-
adalah Katidjan Atmowidjojo. Ia di- bang Saka Pucuk Gunung”,
lahirkan di Kunduran, Blora, pada “Angkatan”, “Kumandhanging La-
8 Januari 1947. Pendidikan formal gu-lagu Padesan”, “Kumandhang”,
24 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dan “Kadiparan” dimuat juga dalam kidul (Yogyakarta), lulusan SMEA,


antologi Lintang-lintang Abyor yang lari dari rumahnya karena me-
(1983) susunan Susatyo Darnawi. nolak dinikahkan oleh orang tuanya.
Setiba di Yogyakarta dia bingung, ti-
antawacana dak mempunyai tujuan yang pasti.
Gaya bertutur kata yang diten- Karena takut akan terkejar orang
tukan oleh perbedaan pribadi, jenis tuanya, ia langsung naik bis yang
kelamin, watak, pembawaan, ke- menuju Bandung. Setiba di setasiun
biasaan, dan suasana pada awal se- bis Bandung, ia kembali bingung un-
seorang atau tokoh ketika bertutur tuk menentukan tujuan selanjutnya
kata. Dalam pewayangan, antawa- karena sesungguhnya ia belum per-
cana yang baik dapat menciptakan nah pergi sendiri sejauh itu. Di te-
suasana pertunjukan menjadi (1) me- ngah ketakutan dan kebingungannya
narik, (2) jalan cerita mudah diikuti, itu, ia memberanikan diri bertanya
(3) tidak menimbulkan salah penger- kepada seorang wanita muda apakah
tian, (4) masalah pokok dalam cerita dia tahu ada tempat/keluarga yang
mudah dicerna, (5) tidak membosan- memerlukan pembantu rumah
kan, dan (6) mudah dituturulangkan tangga. Ia menyembunyikan identi-
yang sudah didengar oleh si penutur. tas dirinya dan sebabnya ia mengem-
bara sampai di Bogor. Indiah menga-
anteping tekad ku bahwa namanya Irah. Wanita mu-
Novel Anteping Tekad ditulis da itu iba kepadanya, lalu diajaknya
oleh Ag. Suharti (1975). Novelis ini dia pulang. Irah bekerja dengan baik
lahir di Yogyakarta pada tanggal 23 di majikan barunya itu, dan dia me-
September 1920. Novelis Ag. Suhar- nunjukkan sikap yang sangat berbe-
ti itu termasuk pengarang sastra Ja- da dari sikap pembantu muda pada
wa modern generasi kedua, atau me- umumnya. Pada kisah selanjutnya,
nurut Suripan Sadi Hutomo terma- Irah berganti majikan, yaitu keluarga
suk pengarang “Periode Sastra Ma- Sutarno, di Bogor, yang mempunyai
jalah” (tahun 1945—1966). Akan te- adik laki-laki, Ir. Sundoro, lulusan
tapi, bila dilihat dari usia pengarang fakultas pertanian IPB. Secara ter-
(lahir tahun 1920), karyanya terma- sembunyi, pemuda itu mencintai
suk karya Periode Balai Pustaka, Irah, pembantunya yang masih muda
atau “Periode Perkembangan Be- itu. Terlebih setelah ia tahu bahwa
bas”. Irah sebenarnya gadis terpelajar dari
Novel Antepe Tekad (1975) ada- Wonosari, yang lari dari rumah ka-
lah novel Ag. Suharti yang pertama, rena dipaksa kawin. Nama Irah itu
diterbitkan oleh Balai Pustaka, Ja- sebenarnya Indiah. Cinta Sundoro
karta, dengan tebal halaman 219 ha- itu disambut oleh Irah karena sebe-
laman, bernomor kode terbit BP narnya Irah juga menyayangi tuan
2457. Novel ini bercerita tentang se- mudanya itu. Namun, kenyataan me-
orang gadis (Indiah) dari Gunung- nunjukkan hal lain. Pertama, Ir. Sun-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 25

doro sudah lama dijodohkan oleh ke- bahwa novel tersebut “terlambat”
luarganya dengan gadis pilihan ke- terbit karena dari sudut tahun lahir
luarga, Utami. Meskipun demikian, pengarang dan gaya berceritanya
kehadiran Irah atau Indiah di rumah tentang percintaan dua pemuda-pe-
itu menggoyangkan kesetiaan Sun- mudi di dalamnya. Namun, menurut
doro kepada Utami, bahkan ia ham- Prihatmi selanjutnya, novel itu tetap
pir menolak pernikahannya dengan menarik bila dilihat dari sudut pan-
gadis itu, tetapi ditolak Indiah. Ga- dang penataan penokohan dan alur
dis itu mengalah demi keutuhan ke- cerita.
luarga Sutarno. Indiah atau Irah pa- Dari sudut penokohan, Anteping
mit meninggalkan rumah keluarga Tekad memiliki kekhususan, yaitu
Sutarno setelah ia menulis surat ke- sama sekali tidak menggunakan to-
pada Sundoro yang dititipkannya koh jahat. Tokoh-tokoh antagonis ti-
kepada Ny. Sutarno. Kota yang se- dak ada yang melakukan tindak keja-
lanjutnya dituju Indiah ialah Yogya- hatan terhadap protagonist. Penga-
karta, langsung ke rumah orang tua- rang mampu mengembangkan wa-
nya. Selanjutnya, ia minta izin orang tak-watak putih para tokohnya de-
tuanya untuk pergi ke Jakarta, lang- ngan indah. Novel ini menunjukkan
sung menuju rumah keluarga dr. Su- karya perempuan yang njawani, pa-
joko, alamat yang menawarinya be- da penataan alur, terlihat dari keha-
kerja. Di tempatnya yang baru itu, diran watak-watak putih yang senga-
Indiah bertemu dengan Suparno, ja dihadirkan untuk menciptakan te-
adik dr. Sujoko, seorang mahasiswa gangan (suspense) yang spesifik,
yang baru pulang dari luar negeri. tanpa kekerasan fisikal, seperti yang
Indiah bertemu lagi dengan Ir. Sun- seringkali terjadi pada novel pada
doro di air port Kemayoran, ketika umumnya.
dia dan istrinya berangkat ke luar ne-
geri, sementara saat itu Indiah meng- any asmara (1913—1990)
hantar dr. Sujoko untuk ke luar ne- Any Asmara lahir di Banjarne-
geri, mengambil spesialisnya. Pada gara pada tanggal 13 Agustus 1913.
waktu yang agak panjang, terjadi be- Ayahnya meninggal saat ia masih da-
berapa peristiwa penting, yaitu Uta- lam kandungan. Sejak kecil Any As-
mi meninggal di luar negeri. Pada mara bekerja keras untuk meringan-
akhir cerita, Indiah jadi menjadi Ny. kan beban orang tua (yang kurang
Ir. Sundoro, setelah Sundoro pulang mampu). Ketika mulai sekolah, Any
dan bertemu kembali dengan Indiah Asmara kecil (Achmad Ngubaeni)
di rumah pondokannya, di Yogyakarta. sudah tertarik pada dunia pakeliran.
Novel Anteping Tekad dianggap Kalau ada orang menanggap wayang
penting, yang dibuktikan dari tang- (di mana pun tempatnya), ia pasti
gapan Th. Sri Rahayu Prihatmi pada menonton. Karena itu, sejak kecil ia
tahun 1978 di harian Kompas. Da- sudah pandai mendalang dan sering
lam tanggapannya itu disebutkan memainkan wayang kardus. Waktu
26 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kelas lima SD, Achmad Ngubaeni Setelah toko dan persewaan bu-
meninggalkan kampung halaman- ku maju pesat, timbul gagasan Ach-
nya, Banjarnegara, pindah ke Pur- mad Nguabeni untuk menjadi pe-
bolinggo ikut saudara untuk mene- ngarang. Keinginan itu sebenarnya
ruskan sekolah karena orang tuanya sudah tumbuh sejak ia berjualan bu-
tidak mampu lagi membiayai. Di ku bekas di Pasar Beringharjo. Ach-
Purbolinggo Achmad Ngubanei ha- mad Ngubaeni lalu coba-coba menu-
nya setahun (menamatkan SD). Se- lis cerita anak (wacan bocah), kemu-
telah itu ia kembali ke Banjarnegara. dian dikirim ke Taman Bocah dan
Achmad Ngubaeni tidak melan- Kejawen di Batavia Centrum (Ja-
jutkan sekolah yang lebih tinggi ka- karta) dengan nama ANY (singkatan
rena tidak ada biaya. Ia kemudian dari Achmad Ngubaeni). Karangan
berpindah-pindah ikut saudara, me- tersebut ternyata dimuat, hal itu me-
lakukan berbagai macam pekerjaan macu semangat Any untuk menjadi
untuk menyambung hidup. Pernah pengarang. Ketika Taman Bocah
bekerja di pabrik setrup (sirup) Se- mengadakan sayembara mengarang,
marang, menjadi pedagang keliling Any ikut serta dan keluar sebagai
barang-barang imitasi dan membuat juara pertama, berhak mendapatkan
papan reklame (1931). Pada saat be- hadiah buku-buku seharga f25,00.
rikutnya ia diminta menjaga toko bu- Selanjutnya, ia diminta mengasuh
ku milik pamannya di Yogyakarta. rubrik Taman Bocah dan namanya
Dari sini timbul niat Achmad Ngu- disamarkan dengan “Bu Mar”. Ke-
baeni membuka usaha toko buku yakinannya untuk menjadi penga-
sendiri. Karena modalnya hanya se- rang semakin tebal. Ia kemudian mu-
dikit (itu pun atas kebaikan hati pa- lai menulis cerkak dan dikirimkan ke
mannya) ia hanya dapat membuka salah satu majalah, tetapi ditolak.
toko buku bekas di (pasar) Bering- Any tidak putus asa, ia terus menu-
harjo, Yogyakarta. Setelah berjalan lis, dan akhirnya cerkak-nya dimuat
sekitar setengah tahun, timbul gagas- oleh majalah mingguan Espres, Su-
an untuk membuka tempat persewa- rabaya.
an buku di Sosrowijayan, Yogyakar- Pada tahun 1933, meski nama-
ta, dengan mengumpulkan buku-bu- nya sebagai pengarang belum dike-
ku bekas. Persewaan buku ini ter- nal, ia dapat membuat cerita panjang
nyata maju pesat. Dalam waktu ti- (cerbung) dengan judul “Ngoho Ma-
dak sampai satu tahun, tempat perse- taram”. Oleh redaktur Panjebar Se-
waan telah berubah menjadi toko bu- mangat judul tersebut diganti men-
ku dengan nama Boekhandel Trisi- jadi “Grombolan Hantu Malam” dan
rah, beralamat di Jalan Sosrowijayan setelah dijadikan buku judulnya di-
68, Yogyakarta. Toko buku ini selain ganti lagi menjadi Grombolan Ga-
menyewakan buku bekas juga men- gak Mataram (cerita ini pernah men-
jual buku-buku baru dan berbagai jadi polemik karena dianggap
macam majalah. jiplakan cerita Ngulandara. Tahun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 27

1934, ia membuat cerita panjang de- Yogyakarta. Ia juga sering memban-


ngan judul “Intarti”, meski belum tu pengarang-pengarang muda agar
sempat diterbitkan. Baru pada tahun karangannya terbit.
1961 cerita itu dicetak dalam bentuk Konon sebelum tahun 1966 Any
buku dan judulnya diganti menjadi Asmara telah menerbitkan tidak ku-
Anteping Wanita oleh PT Jaker Yog- rang dari 70 novel dan 750 cerpen.
yakarta. Beberapa di antara novel(roman)nya
Tahun 1950-an nama Any As- itu ialah Grombolan Gagak Mata-
mara mulai berkibar. Karya-karya- ram (1954), Gandrung Putri Sala
nya banyak menghiasi majalah-ma- (1962), Korbaning Katresnan
jalah berbahasa Jawa, seperti Keka- (1962), Grombolan Nomer 13
sihku, Crita Cekak, Pustaka Roman, (1963), Panglipur Wuyung (1963),
Panjebar Semangat, dan Jaya Baya. Anteping Tekad (1964), Donyaning
Selain itu, karyanya yang berupa bu- Peteng (1964), Kumandhanging Ka-
ku sering dibacakan di RRI Yogya- tresnan (1964), Pangurbanan
karta, Sala, dan Semarang. Tahun (1964), Peteng Lelimengan (1964),
1957 ketika majalah Mekar Sari la- Tangise Kenya Ayu (1964), Lelewane
hir, nama Any Asmara tercatat seba- Putri Sala (1965), dan masih banyak
gai pembantu tetap (status ini dipe- lagi.
gang hingga akhir hayatnya pada ta- Setelah peristiwa G30S/PKI,
hun 1990). Hadirnya majalah-maja- bacaan berbahasa Jawa mengalami
lah baru seperti Waspada, Djaka Lo- stagnasi. Meskipun demikian, Any
dang, Panglipur Wuyung, Gumre- Asmara terus berkarya walaupun ti-
gah, Dharma Kandha, Kumandang, dak seproduktif seperti sebelumnya.
dan Kunthi, merupakan lahan bagi Pada masa sesudah tahun 1966 (Or-
Any Asmara. de Baru) itu dari tangannya telah la-
Tahun 1961—1965 merupakan hir sekitar 20 novel, baik diterbitkan
tahun emas bagi Any Asmara karena oleh penerbit miliknya sendiri di
hampir setiap bulan ia dapat mener- Yogyakarta maupun oleh penerbit
bitkan buku bacaan berbahasa Jawa lain di Surabaya dan Surakarta. Be-
(novel pendek/ saku). Hal ini terjadi berapa di antaranya ialah Duraka
karena di samping sebagai penulis, (1966), Kraman (1966), Kumandha-
Any Asmara juga memiliki penerbit nging Dwikora (1966), Maju Terus
sendiri (CV Dua “A”) di Yogyakarta, Sutik Mundur (1966), Nyaiku (1966),
dan memiliki kemampuan memasar- Pangurbanan (1966), Sssst ... Aja
kan sendiri karya-karyanya. Karena Kandha-Kandha (1966), Ambyar
banyak karyanya yang terbit, ia se- Sadurunge Mekar (1967), Tangise
ring menggunakan nama samaran: Kenya Ayu (1967), Panggodhaning
Bu Mar dan Mbak Any. Penghasilan Iblis (1967), Singalodra (1968), Sri
dari kerja kerasnya ini dipergunakan Panggung Maerakaca (1968), Tekek
untuk membangun rumah yang cu- Kok Lorek (1968), Tante Lies (1969),
kup besar di kampung Tegalmulyo, Tetesing Waspa (1969), Jagade Wis
28 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Peteng (1970), Ni Wungkuk (1970), nulis antara tahun 1960—1966 (atau


Tatiek Indriani Putri Sala (1972), Te- hingga akhir tahun 1960-an). Penga-
lik Sandi (1974), dan Tilas Buwang- rang itu masuk dalam “Angkatan Pe-
an Nusa Kambangan (1976). nerus”, bersama-sama nama-nama
Hanya saja, jika dibandingkan seperti J.F.X. Hoery, Sudarmo K.D.,
dengan karya yang ditulis sebelum Widi Widayat, Ani Sumarni, dan lain-
tahun 1966, corak karya Any Asma- lain.
ra pada masa sesudah 1966 tidak ba-
nyak mengalami perubahan; sebagi- ardian syamsuddin (1955—)
an besar tetap bercirikan roman Ardian Syamsuddin dilahirkan
panglipur wuyung. Sejauh dapat di- pada tanggal 19 Januari 1955, di De-
amati, Any Asmara tidak pernah me- sa Kebonsari, Madiun. Mulai me-
nulis puisi (guritan). Dan Any As- ngarang sejak tahun 1972 ketika
mara menghabiskan masa tuanya di Arswendo Atmowiloto mengadakan
pinggiran kota Sala dan tidak pernah Bengkel Sastra Jawa Angkatan ke-
pindah-pindah sampai dipanggil 2. Berkat bengkel dan kegigihannya
Tuhan (1990). untuk menjadi pengarang, pada ta-
hun tersebut ia berhasil memenangi
any widayati Sayembara Mengarang Crita Cekak
Nama Any Widayati adalah na- dan Geguritan yang diselenggarakan
ma seorang samaran Drs. Soetarno, oleh Pusat Kesenian Jawa Tengah
seorang penulis sastra panglipur wu- (PKJT) sebagai juara pertama lewat
yung. Penyamaran itu ditandai oleh karyanya yang berjudul Nresnani
sebuah karya fiksi (novelet) berjudul Andheng-Andheng.
Panalangsa (1966) karya Drs. Soe- Sejak kemenangannya itu, Ardian
tarno. Buku dengan judul yang sa- memutuskan diri untuk pindah tempat
ma (Panalangsa) dan dengan gam- tinggal di Sala. Di kota itu ia semakin
bar sampul yang sama pula, ternyata aktif menulis dalam bahasa Jawa. Pa-
nama pengarangnya bukan lagi Drs. da tahun 1973, ia meraih juara kedua
Soetarno, tetapi tertulis nama Any pada lomba yang sama yang diseleng-
Widayati. Penggantian nama penga- garakan oleh PKJT lewat karyanya
rang tersebut ada beberapa tujuan, yang berjudul Wengi Pungkasan. Ar-
antara lain, untuk variasi nama agar dian tidak kerasan tinggal di Sala.
pembaca tidak bosan hanya dengan Oleh karena itu, ia lalu pindah ke Ja-
beberapa nama dominan, atau untuk karta. Di Jakarta ia membantu Susilo-
tujuan ekonomi, agar buku itu laku. murti untuk mengelola koran berba-
Drs. Soetarno atau Any Wida- hasa Jawa Kumandhang sebagai re-
yati lahir di Nganjuk tahun 1943. daktur sekaligus penulis crita cekak
Berdasarkan periodisasi yang disu- dan geguritan.
sun oleh Suripan Sadi Hutomo, ia Barangkali sudah menjadi gaya
termasuk kelompok pengarang hidupnya, Ardian Syamsuddin pun
“Angkatan Penerus”, yang aktif me- keluar dari Kumandhang dan pergi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 29

meninggalkan Jakarta. Sejak saat itu (lulus 1976) di Ngunut, dan SMEA
(1977) ia tidak aktif lagi menulis da- (lulus 1979) di Tulungagung, Jawa
lam bahasa Jawa. Berdasarkan data Timur. Karier kepengarangannya
yang ada, karya-karya Ardian sudah tumbuh sejak SMP, yaitu mulai de-
dipublikasikan di Dharma Nyata, ngan menulis puisi. Menulis cerpen
Dharma Kandha, dan Kumandhang. dilakukan ketika ia belajar di SMEA.
Selain menulis dalam bahasa Jawa, Cerpen (cerkak) pertamanya berju-
Ardian Syamsuddin juga menulis da- dul “Diary Biru” dimuat dalam Jaya
lam bahasa Indonesia. Bahkan, puisi- Baya. Ia mengaku, benar-benar me-
nya yang berjudul “Telaga” merebut nekuni dunia karang-mengarang pa-
juara pertama pada sayembara penu- da tahun 1986. Dunia itu semakin
lisan puisi yang diselenggarakan oleh berkembang pada sekitar tahun
Persada Stusi Klub Yogyakarta. 1992—1994 ketika ia menjadi re-
Pengarang yang seangkatan de- daktur majalah Jawa Anyar di Sala.
ngan N. Sakdani, Trim Sutedjo, dan Sejak tahun 1995 dia menjadi pe-
Esmiet itu termasuk seorang aktivis nulis lepas sampai sekarang. Karya-
sastra Jawa. Lewat berbagai kelom- karya Ardini cukup beragam, antara
pok sastra Jawa, misalnya Sanggar lain berupa cerpen anak-anak, cer-
Triwida, Pamarsudi Sastra Jawa Bo- pen remaja, guritan, dan cerita ber-
jonegoro (PSJB), Sanggar Pari Ku- sambung (novel). Cerbung pertama-
ning (Banyuwangi), ia tercatat seba- nya berjudul “Isih Ana Dina Esuk”
gai anggota. Bahkan, ia tidak segan- dimuat Djaka Lodang (1988). Da-
segan mendatangi kegiatan sastra Ja- lam karangan-karangannya terka-
wa yang diselenggarakan di Jepara, dang ia menggunakan nama samaran
Yogyakarta, Kudus, dan sebagainya. Eva Rahmawati.
Meskipun dia tinggal di desa, se-
ardini pangastuti (1960—) jak kecil Ardini senang membaca.
Ardini Pangastuti memiliki na- Kegemaran membaca ini mendapat
ma lengkap Suciati Ardini Pangas- dukungan dari keluarga, terlebih ka-
tuti. Ia lahir di Kacangan, Tulung- rena ayahnya seorang guru. Beliau
agung, Jawa Timur pada 16 Novem- sering membawakan beberapa baca-
ber 1960. Kini ia menetap di Carik- an dan buku cerita. Selain itu, di ru-
an, Taman Martani, Kalasan, Sle- mah neneknya juga terdapat koleksi
man, Yogyakarta. Menikah dengan buku-buku bacaan milik Om dan
Banuarli Ambardi, seorang ilustrator Tante yang sekolah di kota. Bila hari
dan pelukis dari Yogyakarta. Ayah- Minggu atau hari libur Ardini sering
nya bernama Moesrin (mantan guru, menginap di rumah nenek. Kesem-
sudah almarhum), sedangkan ibunya patan itu ia gunakan untuk membaca
bernama Kamilah. buku-buku itu meskipun dengan ca-
Secara berturut-turut pendidikan ra mencuri-curi.
formal Ardini Pangastuti adalah SD Selain senang membaca, ia juga
(lulus 1973) di Kacangan, SMP senang mendengarkan cerita atau do-
30 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ngeng. Kalau sedang tidak sibuk, dengan mengundang seluruh pe-


ayahnya suka mendongeng untuknya ngarang se-Jawa. Ardini hadir pada
saat menjelang tidur. Namun, itu acara itu sehingga dapat bertemu de-
dilakukan hanya sampai ia kelas tiga ngan banyak pengarang Jawa seperti
SD. Setelah lancar membaca, ayah- Suparto Brata dan masih banyak la-
nya tidak pernah lagi mendongeng. gi. Kemudian, usai sarasehan Tiwiek
Untunglah, dia mempunyai kakak S.A. dan Tamsir A.S. mengajaknya
sepupu yang pandai mendongeng. Ia bergabung menjadi anggota sanggar.
sering menginap di sana hanya untuk Kesempatan itu tidak ia sia-siakan.
mendengarkan kakak sepupunya Setelah menjadi anggota sanggar
mendongeng. Hal itu berlangsung Triwida, ia lebih bersemangat untuk
sampai ia lulus SD. menulis.
Sejak masuk SMP Ardini mulai Pada tahun 1989 Ardini pindah
mengenal kehidupan luar. Ia sekolah ke Yogyakarta dan bergabung de-
di kota karena di desanya belum ada ngan Suparto Brata, Tamsir A.S.,
SMP dan kost di rumah Tante (adik dan J.F.X. Hoery menerbitkan ma-
sang ayah). Sejak saat itulah ia mulai jalah Praba dengan format baru. Di
belajar menulis puisi di buku harian- tempat inilah ia seperti masuk ke da-
nya. Orang tua Ardini menginginkan lam kawah candradimuka. Ia harus
ia menjadi guru. Hanya saja, ia tidak menyesuaikan diri dengan lingkung-
suka menjadi guru karena merasa ti- an barunya dan belajar banyak hal.
dak berbakat. Ketika orang tuanya Mulailah dia belajar menulis berita,
memaksa ia harus sekolah di SPG, mengedit, menulis artikel sampai ta-
Ardini berkeberatan. Akhirnya ia juk. Bersamaan dengan itu, majalah
masuk sekolah kejuruan (SMEA) se- Jaka Lodang yang berkantor pusat
telah ayahnya tidak mengizinkan ia di Yogyakarta menawari Ardini un-
masuk SMA. Beberapa saat setelah tuk ikut bergabung. Namun, agaknya
di SMEA, ia baru sadar bahwa ia ia lebih memilih mengikuti suami
merasa salah pilih. Namun, ia mera- yang pindah kerja ke Semarang. Ke-
sa semua itu sudah telanjur dan tidak tika di Semarang, ia merasa sedikit
perlu disesali. terasing karena tidak ada komunitas
Keinginannya untuk menjadi pe- penulis sastra Jawa sehingga ia ter-
nulis terus mendorongnya, tetapi pa- paksa wira-wiri Semarang-Yogya un-
da mulanya ia tidak tahu bagaimana tuk bergabung dengan Sanggar Sastra
caranya. Barulah ketika tahun 1986 Jawa Yogyakarta.
secara iseng mengirimkan cerkaknya Tahun 1993 Ardini bekerja pada
ke Jaya Baya dan dimuat, ia akhir- majalah Jawa Anyar di Sala. Ia kem-
nya mencoba lagi dan mencoba lagi. bali bertemu dengan Suparto Brata
Bersamaan dengan itu, bukan suatu dan Tamsir A.S. Ketika Jawa Anyar
kebetulan sanggar Triwida di Tu- pindah ke Surabaya ia tidak ikut dan
lungagung saat itu sedang berulang lebih memilih untuk menjadi “wanita
tahun dan mengadakan sarasehan rumahan”. Namun, tinggal di rumah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 31

tanpa kegiatan apa pun membuat ia bitkan sebuah novel, yaitu Swarga-
jenuh. Untuk mengusir kejenuhan itu ning Budi Ayu (Balai Pustaka,
ia sering berjalan-jalan, instrospeksi, 1923). Seperti halnya para penga-
sambil mencari inpirasi. Tahun 1995 rang sebelum kemerdekaan lainnya,
keadaan mengharuskan Ardini dan jati diri Mas Ardjasoeparta juga ti-
suaminya pulang ke Yogya dan ber- dak dapat diungkap secara pasti.
gabung kembali dengan teman-te- Yang pasti hanyalah Ardjasoeparta
man di SSJY. Ia kembali aktif me- adalah pengarang yang sezaman de-
nulis setelah agak lama vakum. Ke- ngan Wirjawarsita atau Kamsa yang
inginannya memberikan yang terbaik menerbitkan karyanya pada tahun
bagi sastra Jawa membuat Ardini 1923.
tidak pernah berhenti belajar. Menu- Pengarang sastra Jawa pada ma-
lis baginya merupakan panggilan ji- sa prakemerdekaan umumnya ada-
wa, panggilan suci sebagai wujud lah lulusan sekolah formal yang dise-
pengabdian kepada Sang Pencipta lenggarakan oleh pemerintah Belan-
dan sesama. da. Pendirian sekolah tersebut me-
Karya-karya Ardini yang telah ngemban visi pemerintah dalam me-
dipublikasikan, antara lain, “Isih lakukan pendidikan kepada pribumi
Ana Dina Esuk” (cerbung, Djaka guna memasuki kehidupan modern.
Lodang, 1988), “Langit Perak ing Di samping itu, pemerintah meman-
Ndhuwur Nusa Dua” (cerbung, Dja- dang perlu untuk melakukan pendi-
ka Lodang, 1990), Bumerang (no- dikan dengan media karya sastra.
vel, Bina Ilmu, 1991), “Anggaraini” Dengan demikian, Ardjasoeparta di-
(cerbung, Mekar Sari, 1990), Nalika duga adalah lulusan sekolah Belan-
Prau Gonjing (novel, Sinar Wijaya, da sehingga karyanya diterbitkan
1993), “Garising Papesthen” (cer- oleh Balai Pustaka sebagai salah sa-
bung, Mekar Sari, 1997), Nalika tu bentuk dukungan kepada pro-
Srengenge Durung Angslup (anto- gram-program pemerintah.
logi cerpen, Adhigama, 1997), Lin- Melalui novel itu Ardjasoeparta
tang (novel, Adhigama, 1998), dan menyampaikan kritik sosial terhadap
Kidung Jaman (antologi guritan, budaya tradisional yang priyayi
Adhigama, 1999). oriented. Hal itu ditunjukkan dalam
sikap hidup tokoh Manguntaya, se-
ardjasoeparta orang priayi yang masih membang-
Lengkapnya M. Ardjasoeparta. gakan kepriayiannya walaupun se-
Singkatan M. di depan nama itu di- cara ekonomi sangat menyedihkan.
mungkinkan adalah kependekan dari Selain itu, sebagai orang modern,
Mas, sebuah gelar yang lazim dipa- Ardjasoeparta juga menolak tradisi
kai oleh kaum berpendidikan yang kawin paksa dan lebih mementing-
bekerja pada pemerintah waktu itu. kan kemandirian berpikir bagi gene-
Sejauh ini diketahui bahwa Ardja- rasi muda, seperti ditunjukkan oleh
soeparta hanya menulis dan mener- tokoh Kamsirah dalam perkawinan-
32 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya dengan pria pilihan orang tua. ayahnya yang berprofesi sebagai
Pendek kata, lewat novel ini Ardja- guru (SD), Ariesta pun berprofesi se-
soeparta berhasil melakukan “pem- bagai guru.
baratan” terhadap pribumi melalui Profesi guru itu diawalinya de-
tradisi anak angkat yang dilakukan ngan menjadi guru SLTP di Tual,
orang-orang Belanda terhadap anak- Manado, selama 3 tahun. Setelah
anak pribumi. Keberhasilan Basir mengikuti tugas belajar di IKIP Ne-
dalam studi dan mendapatkan peker- geri Manado tahun 1961—1964 de-
jaan yang layak (sebagai opsiter) sa- ngan mengambil jurusan Bahasa In-
ngat ditentukan oleh peran atau ban- donesia dan mendapat gelar sarjana
tuan orang Belanda. muda, ia kemudian mengajar di SMP
Novel karya Mas Ardjasoeparta Katholik Langgur (1964—1967).
ini mendapat tanggapan cukup baik Pada tahun 1967 ia kembali ke Jawa
dari pemerhati sastra Jawa. Subali- dan mengajar di SMP Negeri Unga-
dinata dalam bukunya Novel Jawa ran hingga 1970. Selama tahun
Baru dalam Abad Dua Puluh menya- 1970—1985 ia mengajar di PPSP
takan bahwa pengarang ini menolak (Proyek Perintis Sekolah Pemba-
pandangan masyarakat bahwa sosok ngunan) di Semarang. Selanjutnya,
ibu tiri berperangai buruk terhadap sejak 1985 ia menjadi guru SMA
anak tiri. Mas Ardjasoeparta mem- Negeri 5 Semarang hingga pensiun
buktikan bahwa Kamsirah sebagai (1995). Meskipun sudah pensiun, ia
sosok ibu tiri memperlakukan anak masih diminta untuk mengajar di
tirinya dengan semestinya. Sementara SMA Masehi I Semarang hingga
itu, Ras (1985:14) menyatakan bah- sekarang.
wa novel karya M. Ardjasoeparta ter- Sementara itu, profesinya seba-
sebut menceritakan gadis miskin yang gai pengarang Jawa telah ia rintis se-
menikah dengan laki-laki kaya. Akan jak 1957, seangkatan dengan St. Ies-
tetapi, wanita itu harus mendekam da- maniasita, T.S. Argarini, Muryale-
lam penjara akibat ulah anak tirinya lana, Basuki Rahmat, dan Ismail
setelah kematian suaminya. (Liamsi). Tulisan pertamanya beru-
pa cerpen, berjudul “Kasep”, dimuat
ariesta widya (1938— ) dalam Kekasihku. Setelah karya per-
Nama aslinya Agustinus Mulyo- tama itu muncul, kemudian mengalir
no Widyatama, tetapi lebih dikenal juga guritan-guritan-nya. Namun,
dengan nama samaran Ariesta Wi- tahun 1961 hingga 1967 ia absen ka-
dya. Ariesta Widya lahir di Kandri, rena lingkungan kerja selama men-
Cepaka, Gunungpati, Semarang, 12 jadi guru di Menado tidak mendu-
April 1938, dari pasangan Duryat kung. Ia baru rajin menulis lagi se-
Martoprawiro dan Rumini. Ayahnya telah ia kembali dari Menado dan
pemeluk Katholik yang taat sehingga mengajar di Ungaran.
ia pun terbentuk sebagai seorang Ka- Tema-tema cerpen karya Ariesta
tholik yang taat. Seperti halnya Widya bervariasi, mulai dari per-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 33

soalan di sekitar lingkungan pedesa- Dalam bersastra Jawa Ariesta


an, pegunungan, daerah pesisir, sam- Widya lebih suka menulis cerpen
pai pada berbagai masalah yang ter- (cerkak). Cerpen, katanya, lebih mu-
jadi di daerah atau tempat yang per- dah diterima oleh pembaca. Di sam-
nah ia kunjungi. Pengalamannya ping itu, dengan menulis cerpen,
tinggal di Manado telah memotivasi suatu ketika cerpen itu dapat dikem-
dirinya untuk menciptakan berbagai bangkan menjadi cerbung atau no-
eksperimen. Menurutnya, bahasa Ja- vel. Karya-karyanya kini banyak di-
wa harus berkembang, terutama ba- jumpai di Jaka Lodhang, Panjebar
hasa Jawa di era kemerdekaan. Ba- Semangat, Jaya Baya, Praba, Pus-
hasa Jawa standar dari Yogyakarta taka Candra, dan lain-lain. Sejum-
dan Surakarta tidak boleh menjadi lah cerpen yang dianggap penting,
pedoman yang statis. Dengan per- antara lain, “Cemara Lima” (Praba,
nyataan itulah ia mencoba menyatu- 1959), “Kasep” (Kekasihku, 1959),
kan bahasa Jawa dengan situasi ma- “Kontrak” (Dharma Nyata, 1971),
syarakat yang terus berubah. “Ing antarane Ombak-Ombak” (da-
Menurut catatan Muryalelana, lam antologi Dewan Kesenian Sura-
bahasa dalam karya-karya Ariesta baya, 1973), “Garis Pepesthen”
Widya amat menarik, memiliki daya (Panjebar Semangat, 1976), “Tun-
hidup, dinamis, dan itu tidak hanya tut Gedhang” (Panjebar Semangat,
disebabkan oleh hadirnya kata-kata 1978), “Ketanggor” (Panjebar Se-
khusus dari daerah yang pernah di- mangat, 1979), “Ing antarane Swa-
singgahi, tetapi juga karena ia meng- ra Mesin” (Pankebar Semangat,
angkat masalah yang benar-benar 1981), “Kopi Landa” (Parikesit,
ada dalam masyarakat. Ada tiga la- 1984), dan “Buron” (Panjebar Se-
tar pokok yang diakrabinya, yaitu mangat, 1991).
pedesaan, pegunungan, dan pesisir- Sementara itu, karya cerbung
an. Menurutnya, ketiga daerah itu yang telah dipublikasikan, antara
amat kaya dengan panorama dan lain, “Rembulan Kalangan” (Panje-
permasalahan yang menarik. Semen- bar Semangat, 1983—1984), “Ruji-
tara itu, masih menurut Muryalela- ruji Becak Biru” (Pustaka Candra,
na, sebagian cerpen Ariesta lainnya 1989), “Dalan Prapatan” (Pustaka
diramu dengan suasana politik ka- Candra, 1987—1988), dan “Kem-
rena ia juga aktif sebagai anggota bang Segagang” (Praba, …). Selain
GMKI, sebuah gerakan yang ber- itu ia juga telah menerbitkan bebe-
nuansa Kristen. Itulah sebabnya be- rapa buku, yaitu Di Balik Tembok
berapa karyanya menunjukkan tan- (drama anak-anak, 1992), Lautku,
da-tanda religius yang dapat diiden- Pantai, dan Daratku (roman anak-
tifikasi melalui kata-kata seperti ge- anak, terbitan Tiga Serangkai, 199),
reja, lonceng gereja, pohon terang, dan Manjing Daging (kumpulan
nyala lilin, dan sejenisnya. crita cerkak, 2003).
34 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Beberapa karyanya di atas me- (tahun) Jimakir (angkanya) seri-


nunjukkan bahwa Ariesta Widya ju- bu tujuh ratus empat (puluh)
ga menulis sastra Indonesia. Dalam enam, sebagai tauladan, (ialah)
catatannya, ia mulai menulis dalam Prabu Sahasrabahu.’
bahasa Indonesia sejak 1953 saat du-
Sang Prabwatmaja adalah
duk di bangku SMP. Waktu itu puisi-
puisinya dikirimkan ke majalah Me- Kangjeng Gusti Pangeran Adipati
Anom (Kangjeng Susuhunan Paku-
ladipri pimpinan Be A Es atau Bas-
buwana V) disebut-sebut lagi. Kitab
tari, seorang pemimpin pandu Jawa
Arjunasasra tidak memuat sejarah
Tengah, majalah Putra Jakarta, dan
majalah sekolah Gema Keluarga dan tidak memuat cerita Sugriwa dan
Subali. Cerita tentang Resi Wisrawa
Don Bosco di Semarang. Setelah
yang bertindak kurang patut, belum
menjadi guru, karya-karyanya ba-
diteliti.
nyak dimuat di Pos Minggu, Ang-
katan Bersenjata, Suara Merdeka, R.Ng. Sindusastra adalah penu-
lis atau pengarang yang terkenal. Ia
dan Kartika. Terakhir, kini bersama
menggubah cerita wayang yang ber-
keluarga tinggal di Peterongan Te-
judul Serat Harjuna Sasrabahu.
ngah 371, Semarang 50242.
Arjunasasra menceritakan ten-
tang Resi Wisrawa dijadikan orang
arjunasasra
yang menjalankan perbuatan jahat.
Kitab Arjunasasra atau juga di-
Resi Wisrawa diutus puteranya, Pra-
sebut Lokapala dikarang oleh Kiai
Jasadipura II, dikutip dari kitab Ar- bu Danaraja, untuk mencarikan per-
maisuri, tetapi calon menantunya itu
junawijaya. Kata pengantarnya ber-
dijadikan istri sendiri. Hal ini tidak
bunyi sebagai berikut.
terdapat di dalam kitab kawinya.
Purwaning reh pandoming ma-
manis, makirtya agnya pra- arswendo atmowiloto (1948—)
bwatmaja, ri Surakarta man- Arswendo Atmowiloto lahir di
direng, Jawi saananipun, ping Surakarta pada Jumat Pon, 26 No-
patbelas Respati Manis, Dju- vember 1948. Ia menulis sejak masih
madilawal asta, gatitanya nuju, duduk di bangku SMP. Bakatnya
Jimakir sewu kalawan, pitung menulis semakin berkembang setelah
atus catur sad (1746) mangka masuk IKIP Surakarta. Tulisannya
palupi, Prabu Sahasraboja. beraneka jenis, yaitu guritan, crita
‘Permulaan dibuat pedoman se- cekak, crita sambung, dan esai. Ia
gala keindahan (yang) digubah tidak hanya menulis sastra Jawa, te-
atas perintah raja putera bertah- tapi juga sastra Indonesia. Ia aktif me-
ta di Surakarta, di pulau Jawa nulis sastra Jawa tahun 1960-an hing-
adanya, (tanggal) empat belas ga 1973. Karya-karyanya banyak di-
(hari) Kamis Manis, (bulan) Ju- muat di Kumandhang (Jakarta),
madilawal, ketika jam delapan, Panjebar Semangat, Jaya Baya (Su-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 35

rabaya), Mekar Sari (Yogyakarta), pengarang yang menulis di Dharma


Dharma Nyata, dan sebagainya. Se- Nyata saat itu antara lain Soedharmo
telah itu, ia lebih aktif menulis sastra K.D., Soewadji, Bakdi Soemanto,
Indonesia. Lebih-lebih setelah me- dan Lastri Fardani Soekarton. Dua
ninggalkan Surakarta dan menetap di pengarang yang disebut terakhir itu
Jakarta. kini beralih ke sastra Indonesia. Se-
Arswendo dikenal pula sebagai lain itu, bersama Gendon Sedyono
aktivis sastra Jawa di lingkungan Pu- Humardani Djajakartika, Arswendo
sat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) juga sering menyelenggarakan ke-
di Surakarta. Pada awal 1970-an, ia giatan lomba penulisan sastra Jawa.
mendirikan Bengkel Sastra Jawa di Setelah menetap di Jakarta
Sasanamulya bersama N. Sakdani, Arswendo Atmowiloto hampir tak
Moch Nursyahid P., Sukardo Hadi- pernah lagi menulis sastra Jawa. Di
sukarno, dan lain-lain. Berbagai tempatnya yang baru ia menekuni
upaya dilakukan untuk memajukan sastra Indonesia. Kariernya dalam
dan mengembangkan sastra Jawa. sastra Indonesia sebenarnya telah di-
Dalam waktu-waktu tertentu ia mulai bersamaan dengan sastra Ja-
memberikan semacam penyuluhan wa. Pada 1972, naskah dramanya
melalui diskusi-diskusi kepada pe- Bayiku yang Pertama dan Penan-
ngarang pemula. Melalui kegiatan tang Tuhan memperoleh hadiah dari
itu, ia berharap akan tumbuh penga- Dewan Kesenian Jakarta. Pada ta-
rang-pengarang baru yang kelak da- hun yang sama novelnya Bayang-
pat menopang keberadaan sastra Ja- Bayang Baur memperoleh penghar-
wa. Upaya tersebut ternyata menda- gaan dari Panitia Tahun Buku Inter-
pat sambutan hangat dari para pe- nasional. Kariernya semakin eksis
cinta sastra Jawa. Setelah itu, ba- setelah beberapa bukunya diterbit-
nyak pengarang baru muncul, di an- kan Gramedia, misalnya Imung, Ke-
taranya Daniel Tito. luarga Cemara, Senopati Pamung-
Arswendo Atmowiloto membina kas, dan sebagainya.
dan mengembangkan sastra Jawa ti- Di Jakarta Arswendo bekerja di
dak hanya secara langsung (tatap Kompas Grup. Oleh banyak pihak
muka, berdiskusi), tetapi juga me- ia juga dipercaya untuk menjadi kon-
lalui media yang diasuhnya. Melalui sultan beberapa media, seperti Bobo,
Dharma Nyata, pada kurun 1971— Hai, Intisari, Kawanku, Monitor,
1973, ia selalu memberikan kritik dan dan lain-lain. Ide-idenya segar dan
saran kepada para pengarang atau cemerlang sehingga beberapa maja-
siapa pun yang berminat menggeluti lah yang dikonsultaninya mempero-
sastra Jawa. Pada masa itu Dharma leh perhatian besar dari pembaca.
Nyata menjadi media yang cukup di- Dalam perkembangan berikutnya
perhitungkan. Guritan, cerkak, cer- Arswendo juga terjun ke dunia sine-
bung, esai, dan kritik tumbuh subur, tron. Ada hal menarik dalam visi Ars-
berbobot, dan inovatif. Beberapa wendo ketika terjun ke dunia sinetron:
36 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ia menempatkan keluarga sebagai semua merek jamu dan banyak wa-


sebuah kekuatan yang harus digarap. rung jamu sudah ia kunjungi. Tetapi,
Itulah sebabnya ia tidak mau–meski yang ia minum hanya obat kuat. Se-
dibayar mahal—membuat sinetron bab, ia membutuhkan ekstra energi
perselingkuhan, apalagi perceraian. untuk menunjang kegiatannya yang
Keteguhannya itu teruji tatkala sangat padat.
membuat sinetron Keluarga Cema- Walau kini eksis dalam dunia
ra. Katanya, RCTI selaku produser sastra (Indonesia), Arswendo tak
berulang kali membujuk agar ia me- pernah lupa pada akar budaya (sas-
nyelipkan masalah perceraian atau tra dan bahasa Jawa) yang telah me-
selingkuh dalam drama keluarga lahirkannya. Hal ini dilakukan ka-
yang dibintangi Adi Kurdi (pemeran rena ia dulu pernah berbuat keliru
tokoh Abah) itu. Namun, Arswendo lewat pernyataan bahwa sastra Jawa
tetap mempertahankan Keluarga akan segera mati; pernyataan ini
Cemara bebas dari unsur perceraian, sempat diprotes oleh banyak pihak.
perselingkuhan, mobil mewah, dan Jadi, ia seperti disadarkan, kebesar-
atau gadis cantik. Agaknya, baru dia an yang sekarang ia peroleh tak lain
satu-satunya penulis yang tidak mu- karena peran masa lalu (sastra Ja-
dah berkompromi dengan produser wa). Untuk itu, walau bahasa Jawa
yang sering merusak alur. Apa yang dikhawatirkan akan terbawa arus
diperjuangkan Arswendo ternyata ti- perubahan zaman (globalisasi, kapi-
dak sia-sia. Sinetron Keluarga Ce- talisasi, dan sekularisasi), ia tetap ya-
mara dapat mengalahkan acara Cek kin sastra Jawa masih sanggup ber-
and Ricek yang sebelumnya paling tahan.
digemari publik RCTI. Ketika menjadi redaktur Dhar-
Perhatian Arswendo ternyata ti- ma Nyata, Arswendo sering menulis
dak hanya pada dunia seni, tetapi ju- kolom di rubrik “koplokan”. Dengan
ga, di antaranya, pada masalah Ja- gaya humor dan menyindir–melalui
mu. Pernah ia diundang sebagai pem- tokoh Min Pijet, Sri Wadulningrum,
bicara dalam seminar pengembangan dan lain-lain—ia menyoroti berbagai
obat tradisional. Arswendo merasa fenomena sosial masyarakat. Gaya
prihatin dengan perkembangan jamu bertutur semacam ini mengingatkan
di Indonesia. Selama ini jamu hanya pada gaya dagelan guyon maton.
dipandang sebagai pelengkap, belum Gaya glenyengan tersebut tampak
menjadi pilihan para dokter dalam selaras dengan sikapnya dalam me-
memberikan resep kepada pasien. nanggapi sesuatu. Humor, bagi Ars-
Untuk itu, ia memberi saran agar para wendo, dapat digunakan sebagai me-
dokter melakukan apresiasi terhadap dia yang serius bagi persoalan-per-
jamu yang notabene merupakan obat soalan pelik.
asli Indonesia. Ia mengaku suka “ber- Lewat karya-karyanya, baik
kelana” dari satu warung jamu ke yang berupa cerita pendek maupun
warung jamu lain. Ia telah mencoba kolom-kolomnya, dapat ditemukan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 37

suatu gambaran sikap dan pandang- rakyat, artikel/esai, bahkan cerita/


an Arswendo terhadap sastra Jawa. novel anak-anak dan naskah drama/
Walau sekarang tidak lagi menulis sandiwara. Konon, katanya, untuk
sastra Jawa, perhatiannya terhadap menulis guritan bisa satu hari hingga
bahasa dan sastra Jawa tetap dipeli- satu bulan, cerkak bisa satu hari
hara. Melalui seminar atau tulisan hingga dua bulan, novel bisa tiga ha-
di media massa, Arswendo selalu ri sampai dua bulan, cerbung bisa
menyatakan tetap tidak ingin me- tujuh hari hingga tiga bulan, dan nas-
ninggalkan dunia yang telah membe- kah drama bisa satu hari hingga dua
sarkannya itu. Karena itu, ia berniat bulan. Akan tetapi, ia hanyalah per-
membuat tabloid berbahasa Jawa kiraan, dan itu dapat tidak pasti. Dan
Praba. Hanya sayang, rencana ini ga- hingga kini, lelaki beragama Islam
gal karena saat itu ia tertimpa peris- yang menulis dengan tujuan agar na-
tiwa “Monitor” (1994). manya kondang dan mendapat peng-
Kini Arswendo tinggal di Jakarta hasilan ini tidak terlalu peduli akan
bersama seorang istri, tiga anak yang dokumentasi karya-karyanya. Ia ma-
sudah dewasa, seorang cucu yang sih berhadap para penerbit dan maja-
lucu, seekor anjing setia, ratusan lu- lah dapat memberikan honorarium
kisan buatan sendiri di penjara, serta yang layak.
sejumlah pengalaman indah yang Sejak tahun 1979 hingga seka-
masih akan dituliskan. rang Ary Suharno telah menulis pu-
luhan karya. Ia tidak tahu persis be-
ary suharno (1963— ) rapa jumlahnya, tetapi dalam seta-
Lelaki kelahiran Tulungagung, hun ia mampu melahirkan sekitar 10
Jawa Timur, pada 22 Juli 1963 ini buah. Dalam tahun-tahun produktif-
dalam karangan-karangannya sering- nya, sekitar 1982 hingga 1990, ia
kali menggunakan nama samaran mempublikasikan guritan-guritan-
Prisma, R.A. Wulandari, dan Puspi- nya ke majalah Panjebar Semangat,
tasari. Pendidikan dasar dan mene- Jaya Baya, Djaka Lodang, dan Me-
ngahnya diselesaikan di Tulung- kar Sari. Sementara tahun 1984 dan
agung, yakni SD Kalidawir (lulus 1985 ia rajin menulis cerkak ke Pa-
1975), SMP Kalidawir (lulus 1979), njebar Semangat, Djaka Lodang,
dan SPG Tulungagung (lulus 1982). dan Mekar Sari. Tahun 1984 dan ini
Sementara itu, pendidikan tinggi diulang tahun 2000 ia rajin menulis
diselesaikan di Surabaya, yakni di Ju- artikel di Jaya Baya dan Panjebar
rusan Bahasa dan Sastra Jawa FPBS Semangat. Tahun 1985, 1987, dan
IKIP Surabaya (lulus 1987). 2002 wacan bocah-nya banyak di-
Karier kepengarangan Ary Su- pajang di Panjebar Semangat dan
harno diawali sejak tahun 1979. De- Jaya Baya. Sedangkan cerita rakyat
ngan cara belajar sendiri ia mencoba sering muncul di Jaya Baya tahun
menulis guritan dan cerkak. Namun, 1983—1985, 1988, dan 2000.
lama kelamaan ia juga menulis cerita
38 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Selain karya-karya tersebut, Ary Bersama-sama dengan N. Sak-


Suharno juga masih sempat menulis dani Dharmopamoedjo, Moch Nur-
naskah drama; dan memang penga- sahid P., Anjar Any, Muryalelana,
rang yang kini tinggal di Jalan Ang- Arswendo Atmowiloto, dan bebera-
grek 16, Kalidawir, RT 03, RW 04, pa lagi yang lain, Aryono Kadaryo-
Tulungagung, Jawa Timur, telepon no turut memotori berdirinya OPSJ
(0355) 591165 ini juga hobi bermain Komisariat Jawa Tengah. Ia ikut an-
drama/teater. Bahkan, ketika belum dil pula dalam penerbitan majalah
lama memasuki dunia karang-me- Dharma Kandha dan atau Dharma
ngarang, tepatnya pada 1984, ia te- Nyata. Majalah tersebut menjadi sa-
lah menjadi juara harapan I dalam rana bagi para pengarang untuk me-
lomba penulisan naskah drama yang ngisi lembaran sejarah kesusastraan
diselenggarakan oleh Kanwil Dep- Jawa di zaman kemerdekaan. Bebe-
dikbud Propinsi Jawa Timur. rapa pengarang yang bersama-sama
mengisi majalah tersebut, antara
aryono kadaryono (1952— ) lain, Sri Setyo Rahayu, Astuti Wu-
Aryono Kadaryono sering meng- landari, Sukardo Hadisukarno, Su-
gunakan nama samaran Aryono Kd. harmono Kasiyun, Djajus Pete, Poer
Ia lahir di Jepara, pada 24 Januari Adhie Prawoto, Sukarman Sastro-
1952. Setelah menamatkan SPG Ne- diwiryo, Anjrah Lelonobroto, Tito
geri Kudus, ia diangkat menjadi guru Setyobudi, Ruswardiyatmo Hardjo-
SD Gebog, Kabupaten Kudus. Ia sukarto, Hartono Kadarsono, Teguh
mulai menulis sejak tahun 1974. Munawar, Andrik Purwarsito, dan
Karya-karyanya berupa puisi, cer- Slamet Isnandar.
pen, dan esai banyak dimuat di Bersama teman-teman seprofesi
Dharma Kandha, Dharma Nyata, Aryono Kadaryono juga turut men-
Panjebar Semangat, Jaya Baya, dirikan “Paguyuban Tlatah Muria”,
Kumandhang, Mekar Sari, Jaka Lo- sebuah organisasi pengarang yang
dhang, Parikesit, dan Pustaka Can- beranggotakan para pengarang yang
dra. tinggal di sekitar Gunung Muria, se-
Selain menulis dalam bahasa Ja- perti Samiyoso, Teguh Munawar, dan
wa, Aryono Kadaryono juga menulis lain-lain. Paguyuban itu telah mela-
dalam bahasa Indonesia. Naskah hirkan beberapa antologi guritan, te-
dramanya berjudul “Pangurbanan” tapi sayang sampai sekarang tak ber-
menjadi juara I dalam lomba penu- hasil diterbitkan. Dan sebagian gu-
lisan naskah drama berbahasa Jawa ritan Aryono Kadaryono telah pula
yang diselenggarakan oleh Pusat Ke- diantologikan dalam Lintang-Lintang
senian Jawa Tengah (PKJT) Sura- Abyor (1988) suntingan Susatyo Dar-
karta (1980). Selain itu, ia juga telah nawi; dan guritan berjudul “Obak I,
menerbitkan buku cerita anak ber- II, III” (telah dimuat Djaka Lodhang,
judul Pak Pincang. No. 47, Thn. XI, 26 September 1981)
masuk dalam buku Antologi Puisi Ja-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 39

wa Modern 1940—1980 (Sinar Wi- 8-a, 7-a, 8-u, 8-a). Asmaradana ditu-
jaya, Surabaya, 1984) suntingan Su- lis/dipergunakan sesuai dengan per-
ripan Sadi Hutomo. watakannya, yaitu sengsem (dalam
suasana tertarik atas sesuatu, biasa-
asmara asri nya antara laki-laki terhadap perem-
Pengarang Asmara Asri tidak puan atau sebaliknya), sedih, dan
diketahui secara pasti jati diri, iden- prihatin (karena dilanda asmara).
titas, atau biografinya. Diduga bah- Oleh karena itu, asmaradana lebih
wa nama Asmara Asri adalah nama tepat dipakai untuk bercerita tentang
samaran. Dalam khazanah sastra Ja- kisah cinta, atau untuk mengajak
wa ia diketahui hanya menulis novel pembaca kepada suasana yang pe-
berjudul Kyai Franco. Kalau dilihat nuh kehangatan. Tembang macapat
dari latar cerita dan persoalan yang asmaradana, sering dipadukan de-
diungkapkan di dalam novelnya, ke- ngan seni sekar gendhing, misalnya
mungkinan besar pengarang ini dalam sindhenan, gerongan, dan
berasal dari Surakarta atau Yogya- rambangan. Nada yang diperguna-
karta. Karya ini bernuansa keislam- kan dalam seni tembang (macapat)
an yang menceritakan kiprah per- Jawa ialah nada yang dimiliki oleh
kumpulan Muhammadiyah. gamelan Jawa, yaitu laras slendro
Novel Kyai Franco dapat dika- dan laras pelog lengkap dengan pa-
takan sebagai novel sejarah karena thet-nya. Misalnya, Asmaradana
di dalamnya terdapat gambaran latar Kadhaton, Slendro Pathet Sanga;
secara kongkret yang menyangkut Asmaradana Tinjomaya, Slendro
berbagai nama atau peristiwa sehu- Pathet Sanga; Asmaradana Mang-
bungan dengan perkumpulan Mu- kubumen, Pelog Pathet Barang; As-
hammadiyah. Novel ini juga memuat maradana Slobog, Pelog Pathet Ba-
nilai-nilai yang terkait dengan sema- rang; Asmaradana Bawaraga, Pe-
ngat kebangsaan atau cinta tanah air. log Pathet Barang; Asmaradana
Semarangan, Pelog Pathet Nem;
asmaradana Asmaradana Jakalola, Pelog Pathet
Dalam sastra Jawa dikenal tiga Nem. Contoh tembang macapat As-
golongan tembang, yaitu Tembang maradana.
Kawi atau Tembang Gedhe, Tem-
ASMARADANA
bang Tengahan atau Tembang Dha-
gelan, dan Tembang Macapat atau Tegesé wibawa kaki
Tembang Cilik. Asmaradana adalah dèn ajeki ing sasana
salah satu jenis Tembang Macapat lamun wus darbé papasthèn
dari lima belas tembang macapat balanja sapantesira
lainnya. Asmaradana disusun berda- tinampan saben candra
sarkan aturan yang sudah ditentu- déné pahargyan amung
kan, yaitu guru lagu, guru wilang- mayar nora ngrekasa.
an, dan guru gatra (8-i, 8-a, 8-é/o,
40 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Marmanya dèn sami ngudi diduga bahwa M.W. Asmawina-


mamrih kagema Sang Nata ngoen berasal dari keluarga priayi
kanggepa ing salawasé dan sekaligus keluarga pendidik. Hal
norané kagem Sang Nata itu dapat disimak dari kebiasaan pa-
kagema pamaréntah da waktu itu bahwa warga pribumi
kaparenga anggegadhuh yang dapat menikmati pendidikan
nindakaké panguwasa. formal Belanda hanya keluarga
(Serat Kridhamaya, bait 70—71, priayi atau pegawai pada pemerin-
karya, R. Ng. Ranggawarsita) tahan kolonial Belanda. Dilihat no-
vel-novelnya yang sangat detail da-
‘Maksudnya wibawa
lam mengidentifikasi kondisi geo-
selalu datang ke istana
grafi suatu daerah dapat diduga bah-
kalau sudah punya kepastian
wa pengarang Jawa tahun 1920-an
gaji yang pantas
ini berasal dari keluarga pendidik
yang diteriam setiap bulan
(guru). Sebagai pegawai pemerintah
adapun ucapan sukur hanyalah
kolonial Belanda, M.W. Asmawina-
perkara mudah tidak sulit.
ngoen harus memenuhi syarat ting-
Karena itu usahakanlah kat pendidikan tertentu. Untuk men-
supaya dipercaya oleh raja capai syarat tersebut, ia harus me-
digunakan selamanya ningkatkan pengetahuannya melalui
kalau tidak untuk raja pendidikan formal.
bekerjalah pada pemerintah M.W.Asmawinangoen adalah
supaya diperkenankan meminjam pengarang Balai Pustaka sebelum
menjalankan kuasa.’ kemerdekaan. Pada waktu itu, Balai
Pustaka mengangkat sejumlah tena-
asmawinangoen ga pribumi untuk bekerja sebagai re-
Asmawinangoen (lengkapnya daktur atau penerjemah sastra dan
M.W. Asmawinangoen) merupakan mengangkat beberapa pengarang
pengarang Jawa terbaik pada kurun untuk memenuhi keinginan pemerin-
waktu tahun 1925—1930, khususnya tah dalam menyediakan bacaan bagi
sebagai pengarang prosa. Latar bela- pribumi. M.W. Asmawinangoen di-
kang kehidupan M.W. Asmawina- angkat sebagai pegawai Balai Pus-
ngoen tidak dapat diketahui secara taka sekaligus sebagai pengarang
pasti. Tanggal kelahiran, perkawinan, sastra Jawa di lembaga tersebut.
kematian, dan kondisi keluarganya Oleh sebab itu, ia menerbitkan se-
juga tidak diketahui secara jelas. Hal mua karya yang digubahnya melalui
itu berbeda dengan pengarang Jawa Balai Pustaka. Sebagai staf Balai
seangkatannya yang masih dapat Pustaka, M.W. Asmawinangoen ke-
diketahui latar belakang keluarga- mudian mengenal beberapa penga-
nya, seperti Ki Padmasoesastra, rang sastra Jawa di lembaga terse-
Hardjawiraga, atau Jasawidagda. but. Oleh sebab itu, dalam novel-no-
Dilihat status pekerjaannya, dapat velnya, ia menyebut beberapa nama
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 41

rekannya yang bekerja di lembaga buah novel, antara lain, Saking Pa-
pemerintah itu. Bahkan, beberapa pa dumugi Mulya, Mungsuh Mung-
pegawai Balai Pustaka diambil se- ging Cangklakan, dan Pepisahan
bagai nama tokoh dalam novel-no- Pitulikur Taun. M.W. Asmawina-
velnya. Misalnya, nama Saleh Sas- ngoen ternyata tidak hanya menulis
tramihardja diangkat dalam novel- novel Jawa. Pada akhir masa kepe-
nya Saking Papa Dumugi Mulya ngarangannya, ia juga menggubah
(1928) dan nama Kusrin Darmahar- novel berbahasa Indonesia berjudul
sana diangkat dalam novelnya Me- Merak Kena Jebak. Novel ini kemu-
rak Kena Jebak (1930). Kusrin ada- dian diterjemahkan ke dalam bahasa
lah seorang redaktur Balai Pustaka Sunda oleh R. Satyadibrata dengan
dan Saleh Sastramihardja adalah se- judul Istri Kasasar (Balai Pustaka,
orang penulis sastra Jawa pada masa 1932). Novel Merak Kena Jebak
kolonial Belanda dan bekerja pada tergolong karya penting yang sejajar
Balai Pustaka. dengan novel Indonesia lain seperti
Berdasarkan informasi dari be- Salah Asuhan, Salah Pilih, dan se-
berapa sumber, diketahui bahwa bagainya.
M.W. Asmawinangoen masih me- Pada dasarnya, novel-novel kar-
miliki hubungan darah dengan Mar- ya M.W. Asmawinangoen dapat di-
bangoen Hardjawiraga, seorang pe- kelompokkan menjadi dua, yakni no-
nulis beberapa buku tentang kebu- vel detektif dan nondetektif. Dalam
dayaan Jawa. Sementara itu, Mar- sejarah sastra Jawa, ia termasuk se-
bangoen Hardjawiraga adalah cucu bagai pelopor penulisan cerita detek-
Hardjawiraga, dan Hardjawiraga tif yang pada kurun waktu selanjut-
adalah cucu Ki Padmasoesastra, nya menjadi kiblat bagi pengarang
penulis novel Rangsang Tuban lain. Karya-karya M.W. Asmawina-
(1912). Dilihat dari silsilah keluarga ngoen pada masa sebelum kemerde-
tersebut, M.W. Asmawinangoen la- kaan di antaranya adalah Jejodhoan
hir dari keluarga yang memiliki da- ingkang Siyal (1926), Mungsuh
rah pengarang, khususnya penga- Mungging Cangklakkan (1928, dua
rang sastra Jawa. M.W. Seperti telah jilid), Saking Papa dumugi Mulya
disebutkan, M.W. Asmawinangoen (1928, dua jilid dan diterjemahkan
adalah pengarang Balai Pustaka ke dalam bahasa Sunda oleh R. Sas-
yang menerbitkan karya-karyanya trasubrata dan diterbitkan oleh Balai
melalui Balai Pustaka. Ia menulis Pustaka tahun 1931 dengan judul
novel Jawa sejak tahun 1926 hingga Dari Nespa Kantos Molya), Pepi-
1930. sahan Pitulikur Taun (1929, dua
Sebagai pengarang, M.W. As- jilid), dan Merak Kena Jebak
mawinangoen termasuk novelis yang (1930).
produktif. Dalam waktu lebih kurang Novel Jejodhoan ingkan Siyal
lima tahun, M.W. Asmawinangoen mengangkat pernikahan yang terjadi
telah menulis tidak kurang dari lima dalam tradisi kawin paksa sehingga
42 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tidak memberikan kebahagiaan pada vel Gawaning Wewatekan. Penga-


pasangan suami-istri Mudiran de- rang ini tidak menggarap tema-tema
ngan Minah. Kuatnya peran orang yang luar biasa, tetapi melukiskan
tua yang masih berpikiran materialis- suasana, dialognya terasa hidup, dan
tik telah menyebabkan Minah tidak pemakaian bahasanya memikat.
mampu menolak keinginan ayahnya Gaya penulisan M.W. Asmawi-
untuk menikah dengan Mudiran. Pa- nangoen berbeda dengan gaya para
sangan suami-istri itu jatuh miskin se- pengarang lain atau pengarang se-
telah terjebak dalam kebiasaan ber- belumnya. Ciri itu tampak pada pe-
judi dan menghisap candu. Novel milihan judul yang tidak lagi me-
Mungsuh Mungging Cangklakan makai ciri tradisional. Dalam novel-
mengangkat masalah kejahatan yang novelnya ia tidak pernah mengguna-
dilakukan Sumardi terhadap paman- kan kata cariyos, cariyosipun, serat
nya sendiri, seorang pengusaha ber- atau dongeng, dan gaya ini kemudian
nama H. Abdulsukur. Sementara itu, menjadi contoh bagi para pengarang
novel Saking Papa dumugi Mulya novel sesudahnya. Semua novel kar-
yang berlatar daerah Jawa Timur me- ya M.W. Asmawinangoen digubah
ngangkat masalah kejahatan seorang dalam bahasa Jawa krama sesuai de-
ayah tiri bernama Kartadipa terhadap ngan misi Balai Pustaka yang bertu-
anak dan istrinya karena tergiur untuk juan mendidik budi pekerti masya-
menguasai harta dari bekas suami rakat. Oleh karena ia terikat oleh ke-
istrinya. bijakan Balai Pustaka, tidak aneh
Dalam deretan pengarang sastra apabila novel-novelnya sering me-
Jawa, M.W. Asmawinangoen terma- nampilkan kritik terhadap budaya
suk salah seorang pengarang sastra tradisional.
Jawa yang cukup menonjol pada ma- Seperti kebanyakan para penga-
sa sebelum kemerdekaan. Barang- rang pada awal abad ke-20, visi
kali ia dapat disejajarkan dengan Ja- kepengarangan M.W. Asmawina-
sawidagda, R. Mangoenwidjaja, Ki ngoen, sebagaimana tampak pada
Padmasoesastra, R.B. Soelardi, amanat cerita dalam novel-novelnya,
Margana Djajaatmadja, dan Imam ialah mendorong masyarakat untuk
Soepardi. Bahkan, secara tegas Ras memasuki kehidupan modern yang
mengatakan bahwa M.W. Asmawi- berciri kebebasan tanpa melupakan
nangoen merupakan pengarang sas- pentingnya moral dan citra ketela-
tra Jawa terbaik pada kurun waktu danan. Ia menunjukkan pentingnya
1925–1930. Menurut Ras (1985:15), mewujudkan manusia pribumi yang
gaya kepengarangan M.W. Asmawi- intelek dan bermoral ketimuran. Hal
nangoen banyak diikuti pengarang ini, misalnya, tampak pada tingkah
lain, seperti oleh Dwidjasoewita da- laku tokoh Rara Sukesi dalam novel
lam novel Tuking Kasusahan, Wir- Mungsuh Mungging Cangklakan.
jaharsana dalam novel Wisaning Age- Selain itu, ia juga mendorong kebe-
sang, dan Koesoemadigda dalam no- basan berpikir masyarakat pribumi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 43

seperti tampak pada novel Jejodho- Dewi Dropadi dari para Korawa ma-
han Ingkang Siyal. Dalam novel ini sih berkobar-kobar di dalam hatinya.
ia menekankan pentingnya kebebas- Prabu Dhrstarastra harus bertang-
an setiap orang untuk menentukan gung jawab atas kematian sekian ba-
pilihan pasangan hidup seperti yang nyak orang, termasuk guru-gurunya
disuarakan oleh tokoh Minah. Bah- yang tercinta, Resi Bhisma dan Pen-
kan, M.W. Asmawinangoen juga me- deta Drona. Akhirnya, Raden Wrko-
miliki kepedulian yang kuat dalam dara tidak dapat menahan diri. Ia
membangun kebersamaan atau pem- marah-marah dan meluaplah tuduh-
bauran. Sesuai dengan situasi pada an serta kata-kata kasar dari mulut-
masa kolonial Belanda, ia mendo- nya. Prabu Dhrstarastra menyatakan
rong terciptanya kesesuaian antara bahwa ia sudah lama jemu untuk hi-
penduduk masyarakat pribumi dan dup. Ia akan menjalani puasa, lalu
orang Belanda seperti yang ditunjuk- ia akan pergi ke hutan. Hal ini ditolak
kan dalam novel Perpisahan Pituli- oleh Prabu Yudhistira, sampai Be-
kur Taun. gawan Byasa muncul dan mendesak-
nya supaya Prabu Yudhistira mengi-
asramawasanaparwa kuti keinginan Prabu Dhrstarastra.
Kitab ini berbentuk prosa. Da- Prabu Dhrstarastra memberi tahu
lam cerita Mahabharata merupakan kepada Prabu Yudhistira tentang ke-
bagian yang kelima belas. Adapun wajiban-kewajiban seorang raja dan
ringkasan ceritanya sebagai berikut. supaya mengadakan upacara pema-
Sehabis perang Bharatayuda, Prabu kaman bagi mereka yang sudah me-
Dhrstharastra diangkat menjadi raja ninggal dunia. Hal ini terjadi, walau-
di Ngastina untuk lima belas tahun. pun Raden Wrkodara keberatan. Ke-
Hormat dan cinta yang didapat dari mudian, Prabu Dhrstarastra be-
para Pandawa menyebabkan ia da- rangkat. Ia ditemani oleh Dewi Gan-
pat melupakan kesedihannya karena dhari, istrinya, Yama Widura, dan
semua anaknya meninggal dunia. Sanjaya. Dewi Kunti juga mengikuti-
Prabu Yudhistira berpesan kepada nya. Mereka menetap di pertapaan
adik-adiknya supaya jangan sampai Begawan Byasa dan menjalani hidup
menyakiti hati Prabu Dhrsrastra. yang keras, penuh dengan tapa brata.
Hanya Raden Wrkodara yang tidak Mereka dikunjungi oleh Batara Na-
dapat menahan kemarahannya ke- rada dan resi-resi lainnya dari surga.
pada pihak Korawa. Dan, sekarang Mereka mewahyukan kepada Prabu
sasaran kemarahannya adalah Prabu Dhrstarastra dan yang mengikutinya
Dhrstarastra. Hal itu terjadi karena berupa surga.
ia tidak dapat menghilangkan rasa Beberapa tahun kemudian para
benci terhadap musuh-musuhnya. Pandawa beserta istri-istrinya me-
Semua penghinaan dan cercaan yang ngunjungi pertapaan Begawan Bya-
menimpa dirinya, saudara-saudara- sa. Sanjaya mengantarkan mereka ke
nya, dan terutama yang menimpa hadapan para tapa dan menerangkan
44 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

keadaan mereka satu per satu. Yama Yogyakarta. Ia seorang pengarang


Widura tidak kelihatan lalu dicari dwibahasa (mengarang dalam ba-
oleh Prabu Yudhistira. Akhirnya da- hasa Jawa dan bahasa Indonesia).
pat diketemukan, tetapi keadaannya Astuti Wulandari mengawali
kelihatan seolah-olah sudah mening- kreativitas sastranya dengan menulis
gal. Lalu, Prabu Yudhistira mende- cerita pendek Jawa (cerkak). Cerkak-
ngar suara Ilahi, yaitu ia supaya cerkak-nya dimuat dalam majalah
membakar apa yang dikiranya su- berbahasa Jawa, seperti Darma Kan-
dah menjadi mayat. Kemudian, me- dha, Kumandang, Panjebar Sema-
reka bersama-sama dengan Bega- ngat, dan Jaya Baya. Di samping itu,
wan Byasa menuju Sungai Gangga. banyak karya-karyanya muncul di
Di situ mereka diberi kekuatan untuk majalah Mekar Sari. Salah satu cer-
dapat melihat saudara-saudara me- kak-nya yang amat menarik berjudul
reka yang telah meninggal dunia “Prahara” (dalam antologi Dongeng
berada di surga. Para Pandawa pu- Katrisnan,1975), dan “Jakarta” (da-
lang ke rumah dan dua tahun kemu- lam antologi cerkak Langite Isih Bi-
dian Batara Narada datang. Ia mem- ru, terbit tahun 1975). Kedua antologi
beritahukan kepada mereka bahwa tersebut disusun oleh Susilomurti dan
Prabu Dhrstarastra, Dewi Gandhari, M. Nukhsin. Adapun cerpen “Sajen”
Dewi Kunti, dan Yama Widura telah dimuat dalam majalah bahasa Jawa
meninggal dunia karena hutan dekat Kumandhang (3 Januari 1978). Cer-
sungai Gangga terbakar. Oleh ka- pen-cerpen Jawa karya Astuti Wu-
rena itu, para Pandawa mengadakan landari amat menarik karena di da-
upacara bagi arwah mereka. lamnya digarap masalah-masalah
yang berkaitan dengan konflik-kon-
astuti wulandari flik kultural dalam masyarakat, mi-
Nama lengkap pengarang wanita salnya dalam cerpen “Sajen” (dalam
sastra Jawa ini ialah Astuti Wulan- Kemandhang, 3 Januari 1978). Ada-
dari Sugiantoputrie. Ia lahir di Ma- pun cerpen-cerpennya yang berbaha-
diun, tahun 1952 meninggal pada ta- sa Indonesia dipublikasikan dalam
hun 2006. Ia dikenal sebagai salah majalah Femina dan Aneka.
seorang pengarang perempuan sas-
tra Jawa yang muncul pada tahun atas s. danusubroto
1970-an, sekitar dua tahun setelah Nama aslinya Atas Sampurno.
munculnya para pengarang wanita Akan tetapi, ia menambahkan nama
Jawa yang lebih senior, yaitu Lastri kakeknya (Danusubroto) di belakang
Fardhani Sukarton, Th. Sri Rahayu namanya sendiri sehingga menjadi
Prihatmi (alm.), Toet Sugiyarti Sa- Atas Sampurno Danusubroto; dan ia
yogya, dan Iskasiah Sumarto (alm.). sendiri sering menyingkatnya men-
Astuti Wulandari pernah menjadi jadi Atas S. Danusubroto. Ia lahir di
mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Cilacap, tetapi tepatnya di mana dan
Politik, Universitas Gadjah Mada, kapan ia tidak tahu pasti karena wak-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 45

tu itu sedang dalam suasana revolusi Mingguan Pelopor (1976) pimpinan


fisik dan kedua orang tuanya (dan ke- Jussac MR Wirasubrata dibuka di
luarga) sedang dalam pengungsian. Semarang (berubah menjadi harian)
Orang tua Atas S. Danusubroto dan Atas ditugasi menjadi redaktur
seorang guru. Keluarga orang tua- pelaksana merangkap redaktur bu-
nya sebenarnya masih memiliki alur daya. Akan tetapi, di Semarang pun
darah biru. Sebenarnya ia berhak harian Pelopor hanya bertahan se-
menggunakan gelar Raden, tetapi lama 3 tahun (1979).
atas kesepakatan keluarga penye- Kendati begitu, pada tahun itu
matan gelar itu tidak pernah dilaku- Atas telah bergabung dengan B.M.
kan. Ayah Atas meninggal ketika ia Diah menjadi wartawan harian Mer-
dan saudara-saudaranya masih kecil. deka, kemudian pindah ke harian
Hal itu yang menyebabkan ibunya Buana Minggu edisi Jakarta, dan se-
harus bekerja keras untuk menghi- bagai wartawan mingguan Dharma
dupi empat anaknya yang masih ke- edisi Semarang. Namun, mingguan
cil-kecil. Ketiga saudaranya akhirnya ini diguncang isu bangkrut, dan ia
menjadi guru (SMP dan SMA). Ada- ditarik oleh mingguan Bahari. Na-
pun Atas sendiri sejak kecil harus ikut mun, pada waktu itu ia dan keluar-
kakek (Danusubroto) karena keadaan ganya sudah kembali ke Purwodadi,
ekonomi ibunya amat buruk. Tetapi, Purworejo, desa asal istrinya. Di situ
SMP belum selesai ditempuh, kakek- ia menjadi wartawan untuk wilayah
nya meninggal sehingga ia harus kem- Purworejo. Kemudian, ketika harian
bali kepada ibunya. Selanjutnya, ka- Kartika disubsidi oleh Jawa Pos, ia
rena keadaan ekonomi pula ia terpak- bekerja sebagai wartawan Kartika
sa bekerja untuk biaya menyelesaikan edisi Semarang, yang saat itu pe-
sekolah (SMP dan SMA di Cilacap). nanggungjawabnya Darmanto Jat-
Kemudian ia juga mencoba kuliah di man. Harian ini pun dengan cepat
sebuah akademi di Yogyakarta, tetapi gulung tikar, tetapi beruntung karena
terpaksa harus berhenti karena ke- ia sudah menjadi koordinator Harian
sulitan biaya. Namun, ia sempat Jayakarta untuk wilayah Kedu. Ke-
menyelesaikan kursus pembukuan tika harian ini gulung tikar pula, ia
(Bond A1, Bond A2, dan Bond B). ditarik kawannya untuk menjadi
Pada masa berikutnya Atas be- wartawan Pos Kita Sala yang akhir-
kerja di sebuah perusahaan ban yang nya pun gulung tikar. Sekarang ia
beralamat di Jalan Majapahit, Sema- menjadi Wakil Pemimpin Redaksi
rang. Di situ ia ditempatkan sebagai Majalah Legalitas edisi Semarang
kepala pembukuan (book hooding). yang kini majalah itu sudah bertahan
Akan tetapi, ia segera keluar karena tiga tahun. Selain itu, bersama ka-
tak tahan melihat kemunafikan di pe- wannya pula ia menerbitkan majalah
rusahaan tersebut. Setelah itu ia ma- untuk SD bernama Cerdas yang di-
lang-melintang di dunia kewarta- terbitkan oleh Dinas Pendidikan dan
wanan. Profesi ini diawali ketika Kebudayaan.
46 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Atas Danusubroto juga memiliki 2002 novelnya Tembang Katresnan


banyak pengalaman berorganisasi, terpilih sebagai pemenang ketiga
terutama organisasi kepengarangan. dalam Lomba Penulisan Novel Ber-
Ketika di Yogyakarta, misalnya, ia bahasa Jawa Taman Budaya Yogya-
bergabung dengan Persada Studi karta (terbit 2004). Sejak tahun 1999
Klub (PSK) pimpinan Umbu Landu guritan-nya belum pernah dipubli-
Paranggi. Kawan-kawannya waktu kasikan (masih disimpan). Namun,
itu ialah Suwarno Pragolapati, Emha ia tak pernah mau berhenti menulis.
Ainun Najib, Imam Budi antosa, Te- Bahkan, jika tidak menulis, ia justru
guh Ranu Sastraasmara, Linus Sur- pusing. Atas mengatasi keanehan
yadi AG., Korrie Layun Rampan, dirinya itu dengan selalu menulis.
Jasso Winarto, Darmadji Sosropura, Saat ini ia lebih banyak menulis arti-
dan Darmanto Jatman. Ia menunjuk- kel daripada sastra.
kan bakatnya pula sebagai penulis Pada tahun 1972 Atas menikah
berbahasa Jawa di Kembang Bra- dengan seorang gadis dari Bubutan,
yan. Kemudian, ketika ia di Sema- Purwodadi, Purworejo. Dari perka-
rang, bersama Muhamad Juwahir, winan itu ia dikaruniai tiga orang
Halis L.S., dan Hari Bustaman anak (2 perempuan dan 1 laki-laki).
membentuk Kelompok Sembilan Mereka kini sudah besar, sudah me-
yang menyiapkan KPS (Kelompok nyandang gelar sarjana. Di hari tua-
Penulis Semarang). Akan tetapi, di nya ia masih dipercaya sebagai Ba-
Semarang tidak lama karena di kam- perdes (Badan Perwakilan Desa) di
pung halaman istrinya, Purworejo, Bubutan, Purwodadi, Purworejo.
bersama Sukoso DS mengelola “Ko- Bahkan, kalau negara sedang pesta
pi Sisa” Kelompok Pecinta Sastra pemilu, Atas disertakan sebagai ang-
Purworejo. Ia mengaku tidak pro- gota Panwaslu.
duktif di kelompok itu.
Atas mengaku bahwa mulai awicarita
menulis sejak SMA. Hobi itu bukan Di dalam sastra Jawa dikenal
pekerjaan selingan saja, tetapi kare- istilah awicarita. Awicarita adalah
na panggilan hati. Kadang-kadang seorang yang ahli di bidang mendo-
ingin menulis dalam bahasa Jawa, ngeng atau bercerita yang membuat
kadang-kadang ingin menulis dalam pembaca merasa terharu. Istilah awi-
bahasa Indonesia. Sebagai penga- carita setaraf dengan paramengsas-
rang Jawa ia mengikuti tradisi sas- tra (ahli di bidang bahasa dan sas-
trawan Jawa yang sering mengguna- tra), paramengkawi (ahli di bidang
kan nama samaran. Nama samaran karang-mengarang), mardawa lagu
yang sering digunakan ialah Kemu- (ahli di bidang tembang dan lagu,
ning Sesele. Ia mengirimkan tulisan- mardawa berarti halus), mardawa
nya (guritan, cerkak, cerbung) ke basa (ahli di bidang merangkai ba-
majalah Mekar Sari, Djaka Lodang, hasa yang mengharukan atau menye-
dan Panjebar Semangat. Pada tahun babkan rasa haru di hati, yang me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 47

nyebabkan rasa gembira, rasa kasih, konkan. Misalnya: volume suara Pra-
dan sebagainya), mandraguna (sa- bu Baladewa sangat berlainan dengan
ngat terampil dalam hal kemampuan volume suara Prabu Kresna ataupun
dan pengetahuan) nawungkrida (ha- Prabu Suyudana; (2) rengep, dalam
lus perasaannya sampai bisa me- pergelaran wayang kulit, dalang
nanggapi maksud hati orang lain, harus berusaha agar penampilannya
dan sambegana (utama sekali hidup- tidak menjemukan; (3) enges, mak-
nya). Pujangga yang telah bergelar sudnya, sang dalang dituntut untuk
awicarita memiliki beberapa kelebih- dapat membedakan dialog-dialog an-
an, baik lahir maupun batin. Seorang tara tokoh-tokoh wayang yang telah
pujangga yang memiliki kelebihan bersuami ataupun beristri dengan to-
batin berarti dapat mendengar aka- koh-tokoh wayang yang sedang ber-
çaçabda ‘suara langit’. Yang dimak- tunangan ataupun berpacaran; (4)
sud suara langit adalah bisikan atau tutug, dalam pergelaran, dalang tidak
ilham yang datangnya dari langit dibenarkan memperpendek dialog; (5)
atau dalam istilah sastra Jawa dise- pandai dalam sabetan, dalam hal ini,
but jangka ‘ramalan’. dalang dituntut kemahirannya dalam
Dalam perkembangannya, istilah memainkan wayang, baik dalam ade-
awicarita juga dipakai dalam istilah gan tari maupun adegan perkelahian
pedalangan. Dalam istilah pedalang- (perang) dan membuat wayang terse-
an, awicarita digunakan sebagai pe- but seolah-olah hidup dalam pentas;
nyebutan bagi dalang yang mampu (6) pandai melawak, artinya, selain
menguasai seluk-beluk wayang dan memainkan wayang, dalang harus
segala pelengkapannya. Dalang dapat pandai melawak dengan banyolan-
disebut awicarita apabila dia mema- banyolan yang segar dan tidak men-
hami dengan benar semua cerita yang jemukan; (7) pandai mengarang la-
terkandung dalam sebuah lakon yang gu, dalam pergelaran, sang dalang ha-
sedang dipertunjukkannya. Di sam- rus menguasai lagu-lagu untuk suatu
ping itu, ia mengetahui semua boneka adegan, (8) pandai merangkai baha-
wayang kulit beserta ricikan-nya, sa, sang dalang dituntut pula kepan-
yaitu berbagai peralatan dan per- daiannya dalam meggunakan tata
lengkapannya yang diperlukan secara bahasa untuk tokoh-tokoh wayang-
mutlak untuk melancarkan sesuatu la- nya. Misalnya, penggunaan bahasa
kon. Untuk menjadi awicarita, dalang untuk para dewa, pendeta, raja, rak-
harus dapat mengetahui dua belas sasa, dan ksatria karena tokoh-tokoh
macam keahlian. Kedua belas hal tersebut mempunyai ragam bahasa
yang pokok itu adalah (1) antawaca- yang berlainan; (9) faham kata-kata
na berarti ‘dialog’; maksudnya, da- kawi, maksudnya, sang dalang harus
lam mengemukakan antawacana, da- dapat menguasai kata-kata kawi da-
lang harus dapat memberi perbedaan lam penggambaran suasana keraton
warna serta volume suara dari ma- dari tiap kerajaan; (10) paham para-
sing-masing tokoh wayang yang dila- meng kawi, maksudnya sang dalang
48 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

harus memahami bahasa kawi dan


dasanama ‘sinonim’ dari kata-kata
kawi yang digunakannya untuk pen-
jelasan nama-nama lain dari tokoh
wayang tersebut; (11) paham para-
ma sastra, maksudnya, sang dalang
harus mengetahui pakem-pakem pe-
dalangan yang berhubungan dengan
suluk dan greget saut.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 49

b
babad lam Babad Pagedhongan berikut
Salah satu genre sastra yang isi ini.
teksnya mengandung campuran an-
Kanjeng Sultan (Agung) paring
tara sejarah, mitos, dan kepercayaan.
pangandika maneh: “Kakang
Berdasarkan isi teksnya, babad
Pengulu, muga aja ndadekake
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
kaliruning pamikirmu, ing sa-
(1) babad yang memuat sejarah suatu
rehning ingsun iki Kalifatullah,
tempat, misalnya Babad Tanah Jawa,
apa ora beda karo kawulaning-
Babad Kartasura, Babad Banten,
sun?” Kyai Pangulu matur:
Babad Bandawasa, Babad Pathi,
“Nuwun saestu sanes sanget
Babad Wirasaba, Babad, Kebumen;
katimbang kaliyan kawula da-
(2) babad yang memuat sejarah per-
lem. Sabab sarira dalem Nata,
juangan seorang tokoh, misalnya Ba-
punika wewakiling Allah musti-
bad Ajisaka, Babad Arungbinang,
kaning jagad raya jumeneng
Babad Dipanegara, Babad Mang-
ngasta pangwasa kukum adil
kubumi, Babad Pakualaman, Babad
leres, langgeng rinekseng ba-
Sultan Agung, Babad Trunajaya, Ba-
wana.”
bad Untung Surapati; dan (3) babad
yang memuat sesuatu peristiwa, mi- Kanjeng Sultan (Agung) bersab-
salnya Babad Bedhah Ngayogya- da kembali: “Penghulu, jangan
karta, Babad Giyanti, Babad Paci- engkau salah paham, karena aku
na, Babad Prayut. Kebanyakan ba- ini Kalifatullah, apakah aku ini
bad dalam sastra Jawa ditulis dalam tidak berbeda dengan rakyat-
bentuk macapat (puisi), tetapi juga ku?” Kyai Penghulu menjawab:
ditemukan babad yang ditulis dalam “Memang sangat berbeda jika
bentuk prosa (gancaran), misalnya dibandingkan dengan rakyat Pa-
Babad Pagedhongan, Babad Sruni. duka. Sebab Paduka adalah raja
Sebagai karya sastra yang mengan- yang menjadi wakil Tuhan dan
dung campuran antara sejarah, mi- mustika dari jagad raya, pengua-
tos, dan kepercayaan, di dalam ba- sa dunia yang menguasai hukum
bad terdapat unsur-unsur yang ira- yang adil dan benar, abadi me-
sional dan magis yang mengagung- nguasai dunia.”
kan raja dan wangsanya (dinasti).
Babad sebagai karya sastra ter-
Pengagungan ini dianggap sebagai
nyata tidak hanya ditulis di Jawa ka-
upaya untuk memperbesar tuah dan
rena di dalam sastra Bali juga ter-
kesaktian seorang raja sebagai pusat
dapat tradisi penulisan babad, misal-
penyembahan dan wakil Tuhan di
nya Babad Pasek, Babad Arya, Ba-
dunia, misalnya yang terungkap da-
bad Buleleng. Di Bali, babad keba-
50 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nyakan ditulis pada zaman Kerajaan Mangkubumi keluar dari keraton


Gelgel (1340—1705). dan memberontak karena tanah
bengkoknya atau nafkahnya diku-
babad giyanti rangi sangat banyak. Beliau berpe-
Kitab Babad Giyanti adalah ki- rang melawan keraton Surakarta.
tab babad yang mengkisahkan ten- Selama peperangan itu berlangsung,
tang pembagian negara. Bahasa Ba- Pangeran Mangkubumi amat dise-
bad Giyanti termasuk baik, seperti gani oleh pangeran lainnya yang ti-
yang terdapat di dalam kitab Cebo- dak puas hatinya. Pangeran Mang-
lek. Penceritaannya kelihatan hidup. kunegara atau Sambernyawa patuh
Kiai Yasadipura pandai menggam- kepada Pangeran Mangkubumi.
barkan para tokohnya. Babad Gi- Oleh karena itu, Pangeran Mangku-
yanti dicetak dengan huruf Jawa oleh negara diangkat menjadi senapati
H. Buning tahun 1885, 1886, 1888, oleh Pangeran Mangkubumi.
dan 1892, sebanyak empat jilid. Se- Pangeran Mangkubumi me-
telah itu dicetak oleh Balai Pustaka, naklukkan daerah-daerah di luar
menjadi jilidan kecil-kecil. Pada za- Surakarta. Di dalam peperangan itu
man pemerintahan Kangjeng Susu- Pangeran Mangkunegara memisah-
hunan Paku Buwana VIII banyak kan diri dari Pangeran Mangkubumi
karya sastra yang berfungsi sosial dan berbalik menjadi musuhnya. De-
yang tinggi, demikian juga dengan ngan adanya peperangan tersebut,
Babad Giyanti. Hal itu terlihat da- akhirnya tanah Jawa dibagi menjadi
lam kegiatan melantunkan karya- dua. Pangeran Mangkubumi menja-
karya sastra (macapatan) pada tradi- di raja keraton Ngayogyakarta dan
si kehidupan di dalam keraton Sura- bergelar Kangjeng Sultan Hameng-
karta. Kegiatan tersebut dilakukan ku Buwana I.
oleh para abdi prajurit yang berjaga Pengikut Kangjeng Sultan, an-
atau caos. Mereka membaca buku tara lain K.G. Mangkunagara (sebe-
atau naskah karya sastra secara lum beliau memisahkan diri), Adipati
bergantian dan dilagukan. Kegiatan Puger (Martapura), Tumenggung
itu sebagai sarana untuk mencegah Prawiradirja, Tumenggung Suryana-
kantuk dan para pembacanya pun gara (Suwandi), dan sebagainya.
mendapat manfaat darinya. Pada za- Atas anjuran Kompeni yang mem-
man pemerintahan Kangjeng Susu- bantu keraton Surakarta, Pangeran
hunan Paku Buwana XI, naskah Ba- Mangkunegara itu disuruh tunduk
bad Giyanti merupakan karya sa- kepada Surakarta. Pangeran Mang-
linan. kunegara tunduk kemudian memper-
Babad Giyanti mengkisahkan oleh berkedudukan sebagai Mangku-
tentang pembagian negara. Kisahnya negara I. Peperangan diselesaikan
sebagai berikut. Keraton Kartasura pada zaman pemerintahan Kangjeng
pindah ke Surakarta karena dirusak Susuhunan Paku Buwana III.
oleh orang-orang Cina. Pangeran
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 51

babad pakepung jumeneng narpati, wantu nata


Kitab Babad Pakepung muncul taruna.
pada zaman pemerintahan Kangjeng
2. Ingadhepan abdi kang tan yukti,
Susuhunan Paku Buwana IV. Kitab
nama Panengah lan Wiradigda,
ini menceritakan waktu Kangjeng
Bahman kelawan Nursaleh,
Susuhunan Paku Buwana IV meme-
samya ngadoni atur, pinrih
lihara orang yang dianggap sakti,
benggang lawan Kumpeni,
bernama Bahman, Wiradigda, Pane-
aturnya mring
ngah, dan Kanduruan. Hal itu menim-
sang nata, wong papat punika,
bulkan kecurigaan pemerintah Be-
kathah sasanggupira, atemahan
landa dan kerajaan Yogyakarta ka-
kawedhar tyasnya sang aji, ke-
rena akan membuat masalah. Akan
nyut mring setan papat.
tetapi, mereka menyangka tentang hal
itu apalagi menimbulkan huru-hara. 3. Sahature dhinahar mring aji,
Oleh karena itu, Surakarta dikepung nata supe mring pamongira
oleh tentara dari Yogyakarta, peme- rina wengi esuk sore,
rintah Belanda, dan Mangkunega- mung setan papat iku, kang
ran. Masyarakat kerajaan Surakarta ginagas-(ka) gagasing galih,
amat bingung dan risau. Hilangnya abdi pamongira, awit kala timur
kesedihan serta bubarnya barisan- Ngabehi Yasadipura, wus
barisan yang mengepung itu karena sininglur, tan kanggep saatur-
adanya berkah dan nasihat orang neki, dadya nahen sungkawa.
tua-tua di Surakarta. Mereka mena-
Terjemahannya ke dalam bahasa
sihatkan agar empat orang sakti
Indonesia sebagai berikut.
yang menimbulkan kekacauan itu di-
1. Yang diikat (dalam) tembang
tangkap.
dhandhanggula
Babad Pakepung adalah karya
tatkala Sri Susuhunan bertahta,
Kiai Yasadipura II. Naskah itu hi-
ialah Sri Paku Buwana, yaitu
dup, indah, jelas, arti kalimat-kali-
sang Abdurrachman,
matnya dalam, singkat dan padat,
Sayidina panata-agama, Sena-
dengan diberi angka tahun. Kutipan
pati Ngalaga,
kata-kata dalam pengantarnya seba-
yang keempat, yang bertahta di
gai berikut.
Surakarta,
1. Kang sinawung sekar gula mi-
belum lama baginda duduk di
lir, duk jumeneng dalem jeng
atas tahta, adat (seorang) raja
susunan, nenggih
muda.
Paku Buwane, je kang Abdur-
rachman 2. Dihadap hamba yang tak baik
iku, Sayidina panata gami, Se- budi, bernama Panengah dan
napati ngalaga, ingkang kaping Wiradigda, Rahman beserta
catur, kang ngadhaton Surakar- Nursaleh, sekaliannya membu-
ta, dereng lama denya juk
52 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

agar (raja) pisah dengan kum- ya Kiai Yasadipura. Lagu dan kali-
peni, sembahnya kepada raja, matnya amat baik dan dapat meng-
keempat orang itu, hidupkan perasaan. Cara membuat
banyak kesanggupannya, akhir- gambaran-gambaran, lukisan-lukis-
nya terbukalah hati sang raja, an, atau sentilan-sentilan yang mem-
terpengaruh setan empat. punyai maksud tertentu ditulis de-
ngan sangat tajam. Babad Prayut
3. Sekali sembahnya dianut sang
adalah naskah yang dibaca. Pada za-
raja, raja
man Kangjeng Susuhunan Paku Bu-
lupa akan pengasuhnya, siang
wana VIII, babad tersebut mempu-
malam pagi petang hanya setan
nyai fungsi sosial yang tinggi. Karya
yang empat itu, yang terpikir,
sastra itu dibaca dalam kegiatan me-
tercantum dalam hati; hamba
lantunkannya dalam tradisi kehidup-
pengasuhnya, semenjak kecilnya
an di keraton Surakarta. Kegiatan itu
Ngabehi Yasadipura,
dilakukan oleh para abdi prajurit yang
tak didengar tiap tutur katanya,
berjaga atau caos. Mereka membaca
maka (beliau) menahan duka.’
naskah tersebut secara bergantian
Kitab Babad Pakepung belum dan dilagukan.
pernah dicetak. Kitab itu bertem- Naskah babad itu menceritakan
bang macapat. Kitab itu mencerita- tentang peristiwa-peristiwa yang ter-
kan tentang perjalanan pemerintahan jadi setelah perang Giyanti selesai.
pada masa Kangjeng Susuhunan Pa- Permaisuri K.P.H. Mangkunagara
ku Buwana IV yang tidak mulus ka- yang bernama Ratu Bandara, puteri
rena Kangjeng Susuhunan Paku Bu- Sri Sultan Yogyakarta, dicerai atas
wana IV pernah terpojok. Beliau di- kehendak Kangjeng Sultan. Dengan
kepung dari beberapa penjuru, yaitu adanya peristiwa itu lalu timbul
dari Belanda, Mangkunegaran, Yog- perang kecil-kecil. Yang dipermasa-
yakarta, dan daerah brang wetan lahkan adalah tentang langgar-me-
‘daerah timur’. Hal itu terjadi karena langgar batas tanah daerah Yogya-
Kangjeng Susuhunan Paku Buwana karta dan Surakarta. Peperangan itu
IV akan memisahkan diri dari Kom- reda karena didamaikan oleh para
peni Belanda dan bercita-cita ingin pembesar dan pemerintah Belanda.
menjadi yang terkuat di antara pe- Selanjutnya terjadi peperangan ke-
saing-pesaingnya dalam dinasti Ma- cil-kecil, yaitu memerangi pembe-
taram. Keadaan terpojok itu hanya rontak-pemberontak yang belum
sebentar, lebih kurang selama tiga mau tunduk. Pemberontak-pembe-
bulan pada tahun 1790 M. rontak itu, antara lain pemberontak-
an P.H. Prabujaka, pemberontakan
babad prayut Panembahan Kowak, dan pemberon-
Babad Prayut merupakan karya takan R. Wiratmeja. Di samping itu,
sastra lanjutan dari Babad Giyanti. naskah babad ini menceritakan hu-
Babad Prayut juga merupakan kar-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 53

bungan persaudaraan antara keraja- adegan itu mempunyai hubungan


an Yogyakarta dan Surakarta. erat dengan alur. Ada juga pengerti-
an yang menyebutkan bahwa adegan
babak ialah sebuah peristiwa atau sebuah
Istilah babak mengacu kepada 2 cerita, dan biasanya sudah dikem-
pengertian tentang kesenian yang bangkan penuh. Khusus dalam teori
berbeda, yaitu (1) berkaitan dengan drama klasik terdapat konvensi khu-
sejarah sastra, dan (2) sebagai istilah sus pada tatanan alur. Pada umum-
dalam seni drama atau teater. Dalam nya, jumlah babak dalam drama kla-
kaitanannya dengan kesastraan, isti- sik sebanyak lima buah, dengan tata-
lah babak yang mengacu kepada se- nan peristiwa sebagai berikut: (1)
jarah sastra, berarti “periode”, atau paparan, (2) rumitan, (3) klimaks,
bagian waktu, atau babakan waktu (4) leraian, dan (5) selesaian. Akan
tertentu yang dikuasai oleh sistem tetapi, dalam perkembangan selan-
norma, yang membedakan babakan jutnya, drama tidak harus terdiri atas
waktu yang satu dengan bagian wak- 5 babak. Bahkan, sebuah drama da-
tu yang lain. Pembabakan waktu pat tidak mempunyai adegan, hanya
atau penataan periode ke periode ini terdiri atas sederet adegan, seperti
penting dalam penyusunan sejarah drama “Mini Kata”-nya W.S. Ren-
sastra untuk melihat perkembangan dra yang dipentaskan pada akhir ta-
yang terjadi dalam suatu jenis sastra. hun 1960-an, sepulangnya dari Ame-
Misalnya, Suripan Sadi Hutomo me- rika Serikat.
nata pembabakan sastra Jawa mo-
dern menjadi 3 babakan, yaitu (1) babon
periode Balai Pustaka yang mengha- Istilah ini sering ditemukan da-
silkan genre novel; (2) periode per- lam sastra Jawa lama. Kata babon
kembangan bebas yang menghasil- secara leksikal mengandung makna
kan novel, cerpen, dan guritan; pada ‘induk binatang’, misalnya ayam,
periode tersebut didukung oleh ang- kerbau, dan lembu. Dalam dunia
katan kasepuhan, angkatan perintis, sastra, istilah babon juga masih me-
dan angkatan penerus; (3) periode ngandung makna induk. Pengertian
sastra majalah atau koran, yang di- induk di situ tidak dalam artian bio-
penuhi dengan sastra panglipur wu- logis, tetapi cenderung mengacu pa-
yung. Pembabakan dalam sastra Ja- da pengertian simbolis yang bermak-
wa tentu saja berbeda dengan pem- na ‘karya besar atau karya pertama’.
babakan dalam sastra Indonesia atau Artinya, karya sastra yang bertindak
sastra yang lain karena lingkungan sebagai babon itu cenderung lahir le-
pendukung berbeda-beda. bih dulu dan mencakupi kerangka
Arti kedua dari istilah babak cerita yang utuh dan dan besar. Da-
ialah “bagian drama atau lakon”. lam perkembangan selanjutnya kar-
Satu babak dapat terdiri atas bebe- ya sastra babon disalin. Dalam pe-
rapa adegan, dan masing-masing nyalinannya terjadi penambahan
54 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

atau pengurangan. Karya Mahaba- kata dalam setiap baris, dan persa-
rata merupakan karya induk, yang jakan dalam setiap akhir baris. Ke-
dalam perkembangannya melahirkan terikatan pola tersebut dapat digam-
beberapa cerita kecil atau carangan, barkan dengan angka dan huruf atau
misalnya Pendhawa Ngenger, Abi- bunyi sebagai berikut: 12a—3e—12
manyu Kerem, Tumuruning Wahyu a—3 e—12a—3 e. Setiap tembang
Cakraningrat, dan sebagainya. Da- atau sekar itu mempunyai watak yang
lam genre babad sering sekali dite- spesifik. Tembang Balabak berwatak
mukan karya babon, misalnya Ba- sembrana parikena ‘main-main yang
bad Tanah Jawa yang melahirkan dapat mengenai sasaran’. Bicaranya
karya-karya kecil lainnya, misalnya ke sana-kemari tidak dapat terfokus.
Babad Pagedhongan. Karya-karya Setiap tembang dapat diawali
kecil itu berinduk cerita pada Babad dengan sasmita tembang ‘isyarat
Tanah Jawa, tetapi di dalamnya ter- pola persajakan’ yang ditempatkan
kandung pengembangan cerita yang pada awal tembang atau pada akhir
tidak ditemukan dalam karya induk. tembang pupuh ‘jenis tembang ter-
Dalam judul yang sama, suatu tentu’ sebelumnya. Sasmita tembang
karya sastra Jawa lama (babad) akan dapat berada di awal, tengah, atau
dapat dirunut mana yang berkedu- akhir suatu baris. Sasmita tembang
dukan sebagai karya babon dan ma- Balabak biasanya menanpilkan kata
na yang sebagai karya turunan atau balabak ‘papan’ atau klelep ‘teng-
salinan. Di samping itu, istilah ba- gelam’, atau keblabak.
bon, dalam lingkungan filologi, me- Contoh tembang Balabak:
ngandung makna naskah asli. Arti- BALABAK
nya, kecuali naskah asli yang mence- Byar rahina ken rara wus maring
ritakan sesuatu, masih ditemukan sendhang, mamet we .
pula naskah turunan atau tidak asli Turut marga nyambi reramban
yang di sana-sini terdapat penyim- janganan, antuke.
pangan, baik pengurangan maupun Prapteng wisma wusing nyapu
penambahan. atetebah, jogane.
Ketika fajar datang si gadis telah
balabak pergi ke sumber air, mencari air.
Balabak merupakan salah satu
Sepanjang jalan sambil memetik
nama Tembang Tengahan atau Sekar
sayuran, pulangnya.
Tengahan yang sering pula disebut
Sesampai rumah terus member-
dengan istilah maca-tri. Tembang
sihkan, lantainya.
Tengahan itu seperti halnya jenis
tembang macapat terikat oleh guru
baliswara
gatra, guru wilangan, dan guru la-
Di dalam sastra Jawa khususnya
gu. Keterikatan pola tembang Bala-
tembang terdapat istilah baliswara.
bak itu diwujudkan dalam jumlah
Istilah tersebut berasal dari kata ba-
baris dalam setiap bait, jumlah suku
lik ‘terbalik’ dan swara ‘suara’ yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 55

berarti suara terbalik. Dengan de- lungan-nya atau titi nada yang ter-
mikian, istilah baliswara berarti tulis, mungkin masih dirasakan ku-
pembalikan kata atau kalimat di da- rang luwes karena masih terasa lugas
lam larik tembang. Di dalam tem- dan lugu. Oleh karena itu, dalam me-
bang, pembalikan suara ini dimak- nyanyikan tembang macapat diper-
sudkan untuk mencari guru lagu lukan hiasan (ornamen) agar lebih
‘suara vokal’ pada akhir larik dari luwes dan memenuhi selera seni baca
suatu tembang. Istilah baliswara ini tembang macapat. Hiasan nada ter-
identik dengan “camboran balis- sebut sering disebut wilet (wiletan)
wara”. Di dalam mengarang tem- atau garapan yang lebih indah.
bang, pengarang berhak mengubah Contoh:
atau membalik kalimat. Misalnya, di Not balungan : 2 . 3 dapat digarap
dalam kalimat biasa berbunyi menjadi : 2 . 2 1 2 3
“Anoman sampun malumpat”. Ka- Not balungan : 1 . 6 dapat digarap
rena mengejar buyi vokal u di akhir menjadi : 2 . 2 3 2 1 6
baris, kalimat di atas diubah “Anom- Not balungan : 6 1 2 dapat digarap
an malumpat sampun”. Pengubahan menjadi : 6 . 1 2 3 1 2
dari kalimat “Anoman sampun ma-
lumpat” menjadi “Anoman malum- bambang (“kenthut”) widoyo
pat sampun” karena untuk mencari/ s.p. (1957—1997)
mengejar guru lagu ‘bunyi vokal di Panggilan sehari-harinya Ken-
akhir larik’. Dengan demikian, bunyi thut. Lahir di Sala pada 27 Juli 1957.
vokal u pada kata sampun berada di Ia bungsu dari sembilan bersaudara,
akhir baris. Contoh lainnya dalam putra pasangan Soponosastro dan
kalimat prosa biasa berbunyi “La- Sri Nartani (13 kali melahirkan). Se-
mun tanpa sastra sepi kagunan” jak kecil ia telah biasa mendengar
diubah dalam bentuk tembang men- tembang, nyanyian, dan dongeng da-
jadi “Lamun tanpa sastra kagunan ri ibunya, sehingga darah seni seolah
sepi”. Contoh lain berbunyi “Si ula mengalir dalam dirinya. Apalagi, sa-
iku yen nyakot ngendelken man- at itu, tahun 1970-an, ketika masih
dining wisane”. Kata tersebut diba- duduk di bangku SMP, ia berkesem-
lik menjadi “Si ula ngendelken iku , patan membantu kakaknya yang se-
mandining wisa yen nyakot.” ring mengelola pertunjukan drama di
Sala. Teater yang pernah menggelar
balungan pertunjukan di Sala, antara lain,
Notasi lagu tembang macapat Teater Keliling-Rudolf Puspa, Teater
selalu diolah atau digarap oleh guru Remaja Kasim Ahmad-Dedy Miz-
tembang. Dengan kata lain, menya- war, dan Teater Madiri-Putu Wijaya.
nyikan tembang macapat berdasar- Sambil membantu menjualkan tiket,
kan rasa seni masing-masing si pe- Kenthut bisa menonton pertunjukan
nyanyi. Jika hanya dibunyikan atau gratis dan mendapat sedikit uang sa-
dinyanyikan menurut nada-nada ba- ku.
56 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Itulah sebabnya, setamat dari disusul Stup (1983) yang kemudian


SMA St. Joseph, sambil kuliah di Ju- diubah judulnya menjadi Suk-Suk-
rusan Karawitan ASKI (sekarang Peng. Dua dari tujuh naskah karya
STSI) Sala, bersama teman-teman Kenthut yang paling penting adalah
di SMA Ursulin ia mendirikan Teater Rol (1983) dan Leng (1985). Rol ber-
Seplin. Teater itu sempat mementas- isi kisah nasib wayang orang dan ‘pe-
kan karya-karya Akhudiat, Putu Wi- trus’, sedangkan Leng berisi kritik
jaya, Slawomir Mrozek, dan lain- atas pemekaran modal, industriali-
lainnya. Pada Januari 1981, bersama sasi, kewajiban sowan, caos, dan hal-
rekan-rekan mahasiswa ASKI, ia hal yang menggilas budaya daerah.
mendirikan Teater Gapit. Lakon Gan- Karena iklim politik saat itu sangat
drung Kecepit karya Sarwoko Tesar protektif, naskah-naskah itu terpaksa
adalah naskah drama bahasa Jawa lahir dan dibidani di luar lingkungan
pertama yang disutradarai dan dipen- kesenian. Untuk menyiasati agar aman
taskan oleh kelompoknya. Namun sa- dan lancar, pergelaran Rol dan Leng
yang, ia tidak rampung kuliah, hanya terpaksa dilakukan di gedung tertu-
sampai semester IV. tup, penonton terbatas, antara lain di
Persentuhannya dengan budaya, Monumen Pers Sala.
sastra, dan seni(man) Jawa sangat Buku kumpulan naskah sandi-
mewarnai karya-karya dramanya, wara karya Kenthut sengaja diberi
termasuk 72 serial cerita remaja ber- judul Gapit; hal itu untuk memba-
judul “Sarawasti Dewi” yang dimuat ngun asosiasi calon pembaca karena
di majalah Hai, Jakarta. Demikian nama Gapit hamper terlupakan. Bu-
juga, noveletnya, yang dimuat di ma- ku ini memuat empat naskah sandi-
jalah Hai, meskipun berbahasa Indo- wara, yaitu Rol karya (1983), Leng
nesia, tetap njawani. Namun, bela- (1985), Tuk (1989), dan Dom (1990).
kangan, Kenthut tidak produktif me- Karya-karyanya itu, termasuk Reh
nulis, apalagi saat itu penyakitnya (1986) dan Luh (1983) yang belum
(kulit, syaraf, dan tulang) semakin selesai ditulis, semua ditampilkan
parah. Kendati demikian, karya-kar- dengan menggunakan bahasa Jawa
ya Kenthut (keponakan Suparto Bra- ngoko. Yang lebih khas lagi ialah,
ta) cukup memberi warna tersendiri naskah itu menyoroti masyarakat
bagi panggung drama Jawa. Sebagai lapisan bawah.
misal, naskah Gandrung Kecepit Karena sangat menyadari keter-
karyanya telah dipentaskan 16 kali batasan dan kekurangannya, sejak
di Sala, Semarang, Klaten, Sragen, Teater Gapit berdiri, Kenthut dan ke-
Blora, dan di kampung-kampung. lompoknya sengaja memilih bersan-
Brug adalah naskah drama ber- dar pada konsep bebrayan, berpro-
bahasa Jawa karya Kenthut yang ses bersama di dalam berkesenian,
pertama, ditulis dan dipentaskan pa- termasuk dalam penerbitan empat
da 1982 atas pesanan UNICEF un- sandiwara dalam kumpulan Gapit.
tuk masyarakat pedesaan. Kemudian Penyempurnaan dan kreativitas se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 57

ngaja diupayakan untuk tetap me- tetangga, maupun di kampung-kam-


ngalir dalam setiap kesempatan, baik pung lainnya.
penyempurnaan pada garapan ben- Kenthut berusaha pula njerum
tuk dan isinya. Pada awalnya empat ke dalam pergaulan seni tradisi. Du-
lakon itu diterbitkan oleh Seksi Do- nia kethoprak dan wayang orang,
kumentasi Taman Budaya Jawa Te- baik di tobong maupun di gedung,
ngah dalam bentuk stensilan seder- juga diakrabinya. Menggenjot sepe-
hana dan terbatas. Penerbitan awal da ke luar kota untuk sowan, glenik-
ini secara praktis menjawab kebu- an, mencari tahu, ngangsu kawruh
tuhan Teater Gapit—yang selalu ke- kepada para empu adalah kebiasaan-
kurangan dana—sebagai ‘pancadan’ nya. Dalam omong-omong santai,
untuk menyiapkan pementasan dra- Sardono W Kusumo yang tiga tahun
ma. Kemudian, lewat 25 kali tahapan terakhir akrab dengannya nyeletuk,
kegiatan dan 53 kali proses pemang- “... kalau dia bersepeda ‘blusukan’
gungan, Rol (6 tahap, 14 kali pemen- keliling desa dan keluar kota sampai
tasan), Leng (9 tahap, 14 kali pe- Blora, Yogya, Pacitan, Ngawi, Pur-
mentasan), dan Tuk (10 tahap, 25 ka- wokerto, dan lain-lain bukan semata
li pementasan), ketiga naskah terse- agar bisa berkeringat (dokter me-
but oleh Kenthut kemudian disem- nganjurkannya) dan olah raga, lebih
purnakan, baik teknik penulisan, pe- dari itu yang dia lakukan adalah
ngadeganan, penyempurnaan isi, ‘nyemplung’ dan menyerap lingkung-
maupun penyajian keseluruhan. Se- an secara total dengan seluruh inde-
mentara Dom (1990) belum banyak ranya”.
dibenahi karena memang baru dige- Menulis naskah baru atau kutak-
lar satu kali. kutik membenahi naskah lama biasa
Penyakit Kenthut semakin meng- dilakukan sambil mendengarkan re-
gerogoti tubuhnya. Kalau minum ngeng-rengeng suara lirih tape re-
obat, dalam waktu 4 jam tubuhnya corder kecil yang mengalunkan gen-
terasa panas, berkeringat, lemas, dan ding, sindhenan, tembang atau apa
sakit luar biasa. Untuk memenuhi ke- saja yang menjadi perhatiannya.
butuhan kreatifnya, Kenthut sering- Karya-karyanya banyak diselimuti
kali harus menunda minum obat. Pe- nuansa musik Jawa. Bahkan di da-
nyakit itulah yang menyebabkan me- lam beberapa naskahnya, termasuk
ngapa selama kurang lebih 16 tahun Luh, kehadiran gending glathik-
Kenthut bersama Teater Gapit hanya glinding menjadi landas tumpu se-
bisa menggelar 91 kali pertunjukan kaligus tema. Pergaulannya dengan
dan hanya menghasilkan 7 naskah. masyarakat tradisi, dengan Gendon
Namun, penjelajahan, pencarian, dan Humardani, Mbah Gondo Darman,
eksplorasi berkeseniannya dilakukan para dalang, seniman wayang orang,
seiring dengan irama hidup kesehari- ketoprak, dan masyarakat lapis ba-
annya, baik di lingkungan keluarga, wah lengkap dengan kasukan ber-
58 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

main kartu sangat mewarnai lakon- ia dipanggil Tuhan untuk selamanya.


lakonnya. Pagi hari ia datang dan pagi hari pula
Ketika menyiapkan naskah Luh, ia pergi lewat pintu yang sama.
dalam abstraksinya digambarkan de-
ngan asosiasi pintu, gapura, pura, pu- bambang sadono s.y. (1957—)
ri, lawang, kori yang berkonotasi Bambang Sadono S.Y. lahir pa-
membuka dan menutup, batas, sekat, da 30 Januari 1957, di Jambangan,
dan petunjuk untuk lewat atau apa Blora, Jawa Tengah. Ayah Bambang
saja yang menyangkut perpindahan, Sadono bernama Soeradi Sastrohar-
termasuk dari kesementaraan dan ke- djono, seorang karyawan Departe-
langgengan. Dua sampai tiga tahun men Penerangan di Blora. Setamat
Kenthut bersama teman-teman telah dari SMA Paspal ia kemudian beker-
lebih dari 6 kali sowan Mbah Gondo ja di DPU Kabupaten Tegal, Jawa
Darman, sesepuh para seniman dan Tengah, selama tiga tahun. Namun,
dalang di Kedung Banteng, Sragen. karena didorong oleh perasaan seni
Ketika sowan pertama, perihal pintu yang bersemayam di dalam hidup-
yang ditanyakan Kenthut. Mbah nya, tahun 1978 ia memutuskan ke-
Gondo bilang, “Wah, sebenarnya ba- luar dari pekerjaannya dan pindah
gus itu, ada yang mau menanyakan, ke Semarang. Di Semarang ia kemu-
sayangnya kamu belum kawin dan dian bekerja sebagai wartawan Suara
masih terlalu muda, umurmu belum Merdeka. Beberapa lama kemudian
empat puluh kan? Saya tidak akan ia diangkat sebagai redaktur penga-
menjawab apa lagi mejang, tetapi sa- suh rubrik kebudayaan pada Suara
ya akan ndongeng ....” Selanjutnya, Merdeka edisi Minggu. Sambil be-
masalah yang berkaitan dengan pin- kerja, ia melanjutkan kuliah di Fa-
tu belum selesai, bahkan sampai pa- kultas Hukum Universitas Dipone-
da pertemuan yang ke-6 kali, yang goro. Pada tahun 1991 ia mengambil
sebagian terekam dalam 9 kaset. program Magister Hukum. Setelah
Sementara itu, penyakit Kenthut gelar Magister Hukum diraih, ia me-
satu tahun terakhir semakin parah. ngambil program doktor. Namun,
Berat badan menyusut, tubuh makin sampai kini, gelar doktor itu belum
kecil, kurus, tak bertenaga, sulit ma- diperoleh.
kan dan minum. Dari enam kali foto Bambang Sadono S.Y. berkiprah
roentgen, pada tulang kepala dan tu- pula di PWI (Persatuan Wartawan
lang punggung terdapat benjolan. Indonesia) Jawa Tengah, bahkan
Selama lebih dari dua minggu dia menjabat sebagai ketua. Dalam per-
terbaring di rumah sakit. Di rumah kembangan berikutnya, ia dipercaya
sakit Katolik Brayat Minulyo, Sura- sebagai Sekretaris Jendral PWI Pu-
karta, Kenthut lahir, hari Sabtu Pa- sat di Jakarta. Di Jakarta, ia kemu-
hing, 27 Juli 1957, pukul enam pagi. dian menjadi redaktur Suara Karya.
Di rumah sakit itu pula, Senin Wage, Pada Januari 2004, ia menerbitkan
8 Juli 1997, sekitar pukul enam pagi, majalah berbahasa Jawa Parikesit.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 59

Selain aktif di dunia kewartawanan, S.P., Yant Mujiyanto, Yudiono K.S.,


ia aktif pula di bidang politik. Ia per- Anggoro Suprapto, dan Djawahir
nah menjadi anggota DPR RI dari Muhammad.
Partai Golkar.
Keterlibatan Bambang Sadono banjaran
S.Y. dalam dunia sastra Jawa sudah Dalam sastra Jawa, banjaran
lama berlangsung. Pada 1978 ia ak- mengacu pada sastra jenis pewa-
tif dalam kegiatan sastra Indonesia yangan. Banjaran berarti cerita wa-
dan Jawa oleh KPS (Keluarga Penu- yang yang menceritakan tokoh wa-
lis Semarang). Puisi dan cerpen-cer- yang sejak masa kejayaan hingga
pen Jawanya sudah dipublikasikan masa akhir atau gugur atau sekarang
di berbagai media seperti Panjebar disebut dengan biografi seorang to-
Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari, koh, misalnya Banjaran Karno, Ban-
Kumandhang, Parikesit, dan seba- jaran Bima, dan sebagainya.
gainya. Karya-karyanya kebanyakan
menggambarkan kenyataan hidup banyol
masyarakat pedesaan dengan berba- Istilah ini adalah kata dasar dari
gai ragam keseharian budayanya. banyolan yang berarti lelucon (ba-
Karena profesinya sebagai warta- dhutan), atau humor, atau keadaan
wan masih tetap dipegang, cerkak- (dalam cerita) yang menggelikan,
cerkak Bambang Sadono sering ber- yang membuat pendengar atau pem-
bau politik, misalnya, tampak pada baca tertawa. Menurut Sapardi Djo-
“Ati Kang Kobong” (Pustaka Can- ko Damono, dalam pewayangan is-
dra, No. 1, 1981). tilah banyol ini sebagai kemampuan
Sebagai penggurit ia telah meng- seorang dalang untuk menggoda pe-
hasilkan antologi berjudul Telegram nonton agar dapat tertawa atau ter-
(PKJT, 1982). Beberapa guritannya senyum. Adegan banyol ini dilaku-
(“Aku Njur Krungu”, “Sing Dakru- kan oleh para abdi atau punakawan,
ngu”, “Saka Bumi Iki”, dan “Nalika dan beberapa tokoh lainnya yang bu-
Udan Januari Wingi” juga masuk kan tokoh humor, dalam adegan khu-
dalam antologi bersama berjudul sus yang disebut gara-gara. Dalam
Lintang-Lintang Abyor (1982) sun- adegan wayang para tokoh (para
tingan Susatyo Danawi. Adapun kar- abdi atau punakawan, dan beberapa
ya-karya puisinya yang berbahasa tokoh lain) berkelakar, saling menge-
Indonesia juga dipublikasikan ber- jek, berbantahan, sambil menari-na-
sama dalam antologi berjudul Buku ri, atau berbuat apa saja dengan mak-
Pintar Seorang Penulis (Keluarga sud menimbulkan tawa penonton.
Penulis Semarang, 1983). Di dalam Dalam kaitannya dengan sastra Jawa,
antologi tersebut puisi-puisi Bam- pada hakikatnya stuktur novel Jawa
bang Sadono dimuat bersama de- juga memiliki bagian struktur banyol
ngan karya Pamudji M.S., Setyo Yu- ini, misalnya dalam novel Sri Kuning
wono Sudikan, Mukti Sutarman (1933, 1953). Dalam novel ini ade-
60 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

gan saat Sujana turun di Karangdli- basoeki rachmat (1937—1985)


ma adalah contoh episode banyol ter- Basoeki Rachmat lahir di Ban-
sebut. Sujana digambarkan seperti jarmasin pada 24 April 1937 dan me-
satria yang turun dari pertapaannya. ninggal di Jawa Timur (Surabaya?)
Adegan tersebut mengingatkan pada pada 30 Desember 1985. Dalam ka-
adegan jejer pendeta dalam pewa- rangan-karangannya, pengarang yang
yangan. Adegan ini disusul perkela- lebih dikenal sebagai wartawan dan
hian antara Sujana dengan Subagja, redaktur majalah berbahasa Jawa
yaitu tokoh jahat yang akan memper- Panjebar Semangat, Jaya Baya, dan
kosa Sri Kuning. Di awal perkelahi- Kekasihku ini seringkali mengguna-
an (klimaks) dua orang tokoh inilah kan nama samaran Andanawarih.
adegan banyol itu muncul. Meskipun lahir di Kalimantan, ia
menghabiskan masa kecilnya di
bebasan Nganjuk, Jawa Timur, sehingga pan-
Bebasan adalah satuan lingual dai berbahasa Jawa. Ia sudah menulis
yang tetap pemakaiannya, mempu- sejak masih duduk di SMP.
nyai arti kias, dan mengandung mak- Sebagai pengarang, Basoeki
na perumpamaan. Perumpamaan di Rachmat tidaklah produktif seperti
dalam bebasan meliputi keadaannya kawan-kawan seangkatannya seperti
atau sifat orang atau barang. Di sam- Suparto Brata, Susilomurti, Murya-
ping itu, yang diperumpamakan ada- lelana, St. Iesmaniasita, Mulyana Su-
lah orang atau barang, tetapi yang darmo, Sudharma K.D., atau Kuslan
lebih diperhatikan keadaannya. Jadi, Budiman. Hal itu disebabkan, antara
ciri bebasan adalah bentuk kias, lain, oleh kesibukannya sebagai war-
makna perumpamaan, yang diumpa- tawan yang sering bepergian ke luar
makan keadaan atau barang. Selain negeri. Yang paling sering ditulis ada-
itu, juga diutamakan keadaan dan lah laporan jurnalistik, termasuk la-
kadang-kadang tindakan (orang). poran perjalanan dari tugasnya ke Uni
Contoh: Sovyet, Jerman, Nederland, Perancis,
Aji godhong jati aking garing Jepang, dan sebagainya, termasuk tu-
‘tak ada harganya atau tak bernilai lisan hasil wawancara dengan Nyo-
sama sekali’ nya Saridewi, istri Bung Karno, di Pe-
rancis. Aktivitas lain yang juga me-
ancik-ancik pucuking eri
nyita waktu adalah sebagai anggota
‘bagai hidup di ujung tanduk’
berbagai organisasi kesenian, seperti
wis kebak sundukane Dewan Kesenian Surabaya, Teater,
‘sudah banyak dosanya’ pengasuh apresiasi sastra di televisi,
jembar segarane dan pengurus Persatuan Wartawan
‘mudah memaafkan’ Indonesia (PWI) cabang Surabaya.
Meskipun tidak produktif, kar-
nabok nyilih tangan ya-karya Basoeki Rachmat tidaklah
‘lempar batu sembunyi tangan’. kalah kualitasnya dibanding karya-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 61

karya kawan-kawannya. Terbukti sa- wan Bagaspati, walaupun hanya


lah satu cerita bersambungnya yang mempunyai seorang mu­rid bernama
berjudul “Chadikala” pernah mem- Narasoma—menantunya sendiri, te-
peroleh hadiah sebagai juara II dalam tapi ia seorang pertapa yang tekun.
sebuah sayembara yang diselengga- Seorang begawan tidak harus ber-
rakan oleh majalah Panjebar Sema- darah brahmana. Misalnya, ketika
ngat tahun 1959. Karya-karyanya Arjuna bertapa di Gunung Indrakila,
yang lain, antara lain, berupa puisi ia memakai nama Begawan Cipto-
berjudul “Guritan” (Jaya Baya, 24 ning atau Begawan Mintaraga. Bah-
Oktober 1963), cergam berjudul “Ki kan Anoman, yang berujud kera pun
Danuresa lan Pusaka Sunan Giri” di hari tuanya dikenal dengan sebut-
(Jaya Baya, 18 Agustus 1963), cer- an Begawan atau Resi Mayangkara.
pen berjudul “Bali” (Panjebar Sema- Dalam pewayangan sebutan
ngat, 18 Juli 1954) yang kemudian yang serupa begawan adalah resi
diambil oleh Senggono untuk kepen- atau pandita. Hampir semua bega-
tingan penyusunan antologi Keman- wan dalam pewayangan merukan
dhang (Balai Pustaka, 1958). Semen- manusia yang sakti. Kalau seorang
tara itu, puisinya berjudul “Guritan” begawan mengucapkan kutukan,
(Jaya Baya, 24 November 1963), maka kutukan itu akan terbukti. Mi-
“Paman Tani” (Jaya Baya, 21 Juli salnya, Begawan Maetreya yang me-
1963), dan “Tembang Prawan Ngan- ngutuk Prabu Anom Duryudana, ke-
cik Dewasa” (Jaya Baya, 15 Septem- lak dalam Baratayuda paha kirinya
ber 1963) diambil dan diantologikan akan lurnpuh dihantam gada lawan-
oleh Suripan Sadi Hutomo dalam bu- nya. Begawan Kimindama yang me-
ku Antologi Puisi Jawa Modern ngutuk Prabu Pandu Dewanata,
1940-1980 (Sinar Wijaya, 1984; Ba- akan meninggal seketika bilamana ia
lai Pustaka, 1985). memadu kasih dengan istrinya. Be-
Sebagai orang yang memiliki ke- gawan Gotama yang mengutuk De-
mahiran berbahasa asing, Basoeki wi Indradi, istrinya, menjadi tugu
Rachmat juga sering menerjemahkan batu. Bahkan, Begawan Animanda-
naskah-naskah asing ke dalam baha- ya yang mengutuk dewa, yaitu Bata-
sa Indonesia. Hanya saja, naskah ra Darma, juga terbukti.
apa saja yang telah diterjemahkan Kesaktian seorang begawan
sampai saat ini tidak diketahui. wring kah tidak terbatas pada soal
kutuk mengutuk. Begawan atau Resi
begawan Jamadagni bisa tahu perbuatan salah
Begawan adalah gelar bagi per- istrinya walaupun ia tidak menyaksi-
tapa dan guru dalam dunia pewa- kannya. Begawan Wisrawa dalam
yangan. Begawan Drona, misalnya, usia tuanya masih sanggup menga-
adalah guru besar di Kerajaan Astina lahkan dan membunuh Jambu Mang-
yang mengajarkan ilmunya pada ke- li, raksasa sakti dari Alengka. Bega-
luarga Kurawa dan Pandawa. Bega- wan Sapwani sanggup menciptakan
62 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

seribu manusia jadi-jadian yang mi- 10. Begawan, adalah pandhita bekas
rip dengan Jayadrata, anak angkat raja, atau raja yang sudah leng-
kesayangannya. ser keprabon.
Dalam pewayangan, ada berba- 11. Wipra, adalah pandhita pujang-
gai istilah khusus untuk menyebut ga. Selain mengajar langsung ke-
anak buah seorang begawan. Semua pada para muridnya, seorang
istilah itu berkaitan dengan tugas- pandhita juga menulis ajarannya
tugas dalam suatu pertapaan. untuk dibaca siapa saja.
Menurut rincian Kalawarti Serat 12. Danghyang, adalah pandhita
Panjangmas, yang dicatat oleh Ki yang ahli meramal. Sebutan
Panut Darmoko, dalang terkenal asal Danghyang lebih merupakan
Nganjuk, Jawa Timur, tataran dan gelar kehormatan.
istilah-istilah tentang jabatan di per- 13. Brahmana, adalah pandhita yang
tapaan dalam Wayang Kulit Purwa herasal dari tanah seberang.
adalah: 14. Widayaka, adalah pandhita yang
1. Wiku, adalah pandhita yang ting- keramat kata-katanya sering kali
gal dan membangun pertapaan menjadi kenyataan, sehingga ia
di gunung. ditakuti orang.
2. Pandita, bilamana pertapa itu 15. Dayaka, adalah pandhita yang
tinggal di kota, dekat dengan ke- sakti.
raton. 16. Wasista, adalah pandhita yang
3. Resi, adalah pandhita yang bila- awas dan waspada.
mana perlu masih mampu dan 17. Brahmacari, adalah pandhita
sanggup berperang. yang wadad, tidak pernah me-
4. Hajar, adalah pandhita yang nyentuh wanita.
mengajarkan kepandaian.
5. Dwija, adalah pandhita yang Istilah tentang pekerjaan untuk
kaum pria di pertapaan:
mengajar ilmu lahiriah dan batini-
1. Indung pekerjaannya member-
ah. Dalam hal ini sebutan dwija
sihkan halaman dari rerumputan
lebih berarti gelar kehormatan.
6. Dwijawara, adalah pandhita dan semak belukar.
2. Gluntung pekerjaannya adalah
yang mengajar tentang ilmu ka-
pengangkut barang atau memi-
sidan, tanpa memilih murid,
kul.
siapa saja boleh berguru.
7. Yogi, adalah pandhita yang me- 3. Uluguntung pekerjaannya ada-
lah membagi tugas.
nuntun kearah kebahagiaan.
4. Cantrik pekerjaannya adalah
8. Muni, adalah pandhita yang
menjadi pesuruh.
memberi nasehat.
9. Suyati, adalah pandhita yang 5. Cekel pekerjaannya adalah men-
jadi juru tanian, memelihara ta-
mengajar tentang penembahan.
naman.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 63

6. Putut pekerjaannya adalah me- Sekolah Tinggi Keuangan (STIEKEN)


melihara keperluan sanggar pa- di Surabaya. Bahkan, belakangan
langgatan. Benne juga belajar ilmu hukum. Se-
7. Manguyu pekerjaannya adalah benarnya ia tidak berkeinginan untuk
memukul genta tanda waktu menjadi pengarang, apalagi penga-
atau Jam. rang sastra Jawa, karena profesi itu
8. Janggan pekerjaannya adalah tidak menjanjikan hidup yang layak.
sebagai juru tulis, biasanya me- Namun, agaknya takdir Tuhan yang
nulis ajaran-ajaran sang Pandita menentukan dirinya kini menjadi pe-
yang menjadi gurunya. ngarang sastra Jawa.
Karier kepengarangan Benne
Istilah tentang pekerjaan untuk
tumbuh sejak tahun 1987. Pada ta-
kaum perempuan di pertapaan:
hun 1987 ia mulai giat menulis crita
1. Obatan pekerjaannya adalah
cekak dan geguritan. Penggurit yang
berbelanja dan mengurusi dapur. bertubuh kerempeng dan giat beriba-
2. Abet-abet pekerjaannya adalah
dah ini pernah menjadi reporter ma-
mengambil air, mengetam padi
jalah Semangat Baru di Ujungpan-
dan memetik hasil kebun.
dang selama 1 tahun. Karya-karya-
3. Abon-abon pekerjaannya adalah nya baik berupa fiksi maupun non-
membersihkan pertapaan.
fiksi, baik dalam bahasa Jawa mau-
4. Kaka-kaka pekerjaannya adalah
pun bahasa Indonesia, akhirnya ter-
memasak untuk keperluan selu-
sebar luas ke berbagai media di Su-
ruh pertapaan. rabaya, Yogyakarta, Ujungpandang,
5. Endang pekerjaannya adalah
dan Jakarta.
menjadi pesuruh.
Beberapa karyanya, antara lain,
6. Bidan pekerjaannya adalah me-
“Self Proklamation Memory” (1993),
ngasuh anak dan meramu jamu. “Sapantha-pantha Kembang Suket
7. Inyo pekerjaannya adalah me-
Padha Mekrok”, “Monolog Sarapan
nyusui.
Esuk”, “Terminal Pulau Gadung”,
8. Dayang pekerjaannya adalah
“Selang Pirang Dina Sawise Pilek-
memberi sanggar pemujaan. pilek”, dan “Loket Bukak Jam Pitu”
9. Sontrang pekerjaannya adalah
masuk dalam buku Pisungsung: An-
menjadi dukun bayi.
tologi Guritan 6 Penyair (antologi
10. Mentrik pekerjaannya adalah me-
guritan bersama Budi Palopo, Bonari
nyiapkan busana dan hidangan. Nabonenar, ES Danar Pangeran, Su-
geng Wiyadi, dan Widodo Basuki)
benne sugiarto (1962—1997) yang diterbitkan oleh Forum Kajian
Benne Sugiarto lahir di dusun
Kebudayaan Surabaya tahun 1995.
Winong, Desa Kedunggalar, Kabu- Dua guritan Benne berjudul “Le-
paten Ngawi pada tanggal 2 Maret
lakon Alas Melikan” (Juli 1992) dan
1962. Sejak kecil Benne berkeingin-
“Obahna Tangan Sih” (November
an menjadi orang kaya sehingga se-
1993) masuk dalam antologi Kabar
tamat dari SMA (1982) ia masuk ke
64 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Saka Bendulmrisi: Kumpulan Gu- bersikap kurang senonoh, lalu ia


ritan (Paguyuban Pengarang Sastra dibunuh.
Jawa Surabaya, 2001). Guritan ber- Setelah karangan Empu Sedah
judul “Matematika Siji Pitu” (Juni hampir sampai pada pasal Prabu
1994) masuk dalam antologi Drona Salya berangkat ke medan perang,
Gugat (Bukan Panitia Parade Seni maka Empu Panuluh diminta untuk
WR Supratman, 1995). Di samping meneruskannya. Cerita ini disebut-
dalam antologi bersama, empat pu- kan pada akhir kitab Bharatayud-
luh dua guritannya telah diterbitkan dha”. Dr. Gunning (dalam Poerba-
dalam buku antologi tersendiri yang tjaraka dan Tardjan Hadidjaja,
berjudul Lading: Antologi Guritan 1957:25) menyatakan bahwa kitab
yang diterbitkan oleh Kelompok Seni Bharatayuddha mempunyai keindah-
Rupa Bermain Surabaya tahun 1994. an bahasa dan syair-syairnya. Hal itu
Hanya sayangnya kini Benne Sugiar- dapat dibandingkan dengan syair-
to sudah tiada (meninggal pada ….). syair bangsa Yunani pada zaman
kuna. Sampai sekarang kata-kata
bharatayuddha kakawin yang dipakai dalam kitab Bharata-
Kitab Bharatayuddha merupa- yuddha digunakan dalam suluk wa-
kan kitab yang terkenal daripada ki- yang, tetapi kata-katanya sudah ru-
tab-kitab Jawa lainnya. Ceritanya sak. Kitab tersebut dicetak dengan
mengisahkan peperangan para Pan- huruf Jawa oleh Dr. Gunning pada
dawa melawan para Korawa. Kitab tahun 1903 dan diterjemahkan ke da-
ini digubah pada zaman pemerintah- lam bahasa Belanda, terbit dalam ma-
an Prabu Jayabaya di Kadiri, pada jalah Jawa tahun ke-14, No. 1, 1934.
tahun sanga-kuda-suddha-candra- Dalam Bharatayuddha ditemu-
mawa atau 1079 Caka atau 1157 ta- kan nama seorang raja, kronogram,
hun Masehi. Prabu Jayabaya bertah- dan nama kedua pengarang. Prolog
ta lebih kurang tahun 1057—1079 Ca- maupun epilognya lebih panjang da-
ka atau 1135—1157 tahun Masehi. ripada kakawin-kakawin lainnya.
Kitab ini digubah oleh dua orang Teka-teki ini dalam tradisi Jawa me-
pujangga. Bagian awal sampai de- rupakan kisah romantis permaisuri
ngan tampilnya Prabu Salya ke me- sang raja. Bagi sang penyair, dialah
dan perang adalah gubahan Empu Se- berfungsi sebagai model istri Prabu
dah, lanjutannya digubah oleh Empu Salya sehingga Prabu Jayabhaya
Panuluh. Ketika Empu Sedah akan merasa curiga. Oleh karena itu, Em-
menggambarkan keelokan Dewi Se- pu Sedah harus menebus dosa-dosa
tyawati, permaisuri Prabu Salya, ia dengan cara ditimpa angkara murka
memerlukan contoh. Dengan seizin sang raja serta hukuman mati.
Prabu Jayabhaya, sang puterilah Apabila prolog dan epilog kitab
yang dijadikan contoh. Akhirnya, Bharatayuddha dibandingkan, maka
Empu Sedah kena tuduhan bahwa ia dapat diketahui tentang hubungan
raja dengan dewa pelindungnya. Da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 65

lam prolog Prabu Jayabhaya ma- yuddha dikenal oleh masyarakat


nunggal dengan Batara Siwa, se- Jawa Tengah dan dianggap sebagai
dangkan dalam epilog Prabu Jaya- karya sastra yang indah. Dalam per-
bhaya merupakan inkarnasi dari Ba- gelaran wayang Serat Bratayuda
tara Wisnu. Raja dapat mengguna- sebagai sastra wayang purwa men-
kan metode yang berbeda-beda un- jadi sumber gubahan sejumlah lakon
tuk mencapai kemanunggalan de- wayang. Setelah perang Bharata-
ngan sang dewa. Bagi orang yang yuddha, Prabu Parikesit, putra raden
tangguh dalam ilmu kesempurnaan- Abimanyu dengan Dewi Utari dino-
nya, Batara Siwa dan Batara Wisnu batkan menjadi raja di Astina. Serat
merupakan penampilan Sang Hyang Bratayuda sering dipilih untuk ba-
Mutlak karena pada hakikatnya me- caan di acara macapatan. Acara ini
reka itu bersatu. Rakyat berpendapat sangat mendukung untuk memasya-
bahwa sang raja dilindungi dan ma- rakatkan sastra wayang di kalangan
nunggal dengan berbagai dewa. Em- penggemarnya.
pu Sedah menulis manggala ‘per- Ringkasan ceritanya sebagai be-
mulaan puja-pujaan’ dan memuji rikut. Prabu Krsna menuju Gajah-
sang raja sebagai seorang yang di- waya. Ia sebagai duta para Pandawa
kasihi Batara Siwa, sedangkan Em- untuk berunding dengan para Kora-
pu Panuluh memuliakannya sebagai wa tentang tuntutan mereka menge-
inkarnasi Wisnu. Bagi Empu Panu- nai pembagian kerajaan. Para Kora-
luh, raja memerintahkan agar se- wa kecewa karena Raden Arjuna ti-
orang kesatria diperingati perbuatan- dak turut serta. Ketujuh resi dari sur-
perbuatannya. Hal itu terjadi ketika ga menantikan kedatangannya. Pra-
ia mengalami inkarnasi selaku Krsna. bu Dhrtarastra memerintahkan un-
Pelukisan mengenai pulangnya Ba- tuk menyambut Prabu Krsna dengan
tara Wisnu ke surga dan turunnya ke sebaik-baiknya. Prabu Krsna tetap
bumi kembali dalam diri Prabu Ja- selalu waspada terhadap para Kora-
yabhaya pada zaman Kali untuk me- wa. Pertama kali ia mengunjungi De-
nyelamatkan Pulau Jawa. wi Kunti. Ia menghibur Dewi Kunti
Kitab Bharatayuddha digubah karena Dewi Kunti teringat kepada
dalam bentuk kakawin oleh Empu para Pandawa, putranya, yang dihu-
Sedah dan Empu Panuluh pada abad kum menyamar selama dua belas ta-
ke-12, zaman Prabu Jayabhaya yang hun. Setelah itu, Prabu Krsna me-
bertahta di kerajaan kadhiri. Karya ngunjungi Yama Widura.
kakawin ini digubah menjadi Serat Prabu Krsna mengajukan per-
Bratayuda oleh Ki Yasadipura da- mintaan agar perselisihannya disele-
lam bentuk tembang macapat. Di saikan secara damai dengan memba-
samping itu, banyak penulis lain gi kerajaan. Hal itu disetujui oleh
yang menggarap Bratayuda menurut Prabu Dhrtarastra, para resi, Pen-
versinya sendiri-sendiri. Hal ini mem- deta Drona, Resi Bhisma, dan Dewi
buktikan bahwa kakawin Bharata- Kunti. Duryodhana dan kawan-ka-
66 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wannya tidak mau, bahkan ia akan yabhaya. Beliau memulihkan kem-


membunuh Prabu Krsna. Oleh ka- bali perdamaian dan kesejahteraan
rena itu, Prabu Krsna marah dan me- di Pulau Jawa.
ninggalkan bangsal agung. Lalu, be-
liau menampakkan diri sebagai Ba- bhismaparwa
tara Wisnu dalam perwujudannya Kitab Bhismaparwa berbentuk
yang menakutkan. Para Korawa prosa dan merupakan bagian ke-
gempar ketakutan. enam dari cerita Mahabharata. Ki-
Ketika berangkat Adipati Karna tab ini menceritakan tentang permu-
menemani Prabu Krsna di perjalan- laan perang Bharatayuda. Di dalam
an. Prabu Krsna dan Dewi Kunti kitab ini terdapat beberapa petikan
mendesak Adipati Karna agar me- dari kitab Bhagawadgita. Kitab
mihak kepada para Pandawa, tetapi “Bhismaparwa” dicetak dengan ke-
tidak berhasil. Setelah para Pandawa terangan berbahasa Belanda oleh
tahu kalau usaha untuk damai gagal, Prof. Dr. J. Gonda.
maka mereka bersiap-siap untuk pe- Ringkasan ceritanya sebagai
rang. Raden Arjuna sangat sedih ka- berikut. Begawan Byasa mendatangi
rena harus bertempur melawan sau- Prabu Dhrtarastra untuk menasihati-
dara-saudaranya dan para gurunya. nya. Prabu Dhrtarastra diminta un-
Namun, Prabu Krsna memperingat- tuk berpasrah atas nasib putra-pu-
kan Raden Arjuna tentang tugas dan tranya. Sanjaya adalah teman dan
kewajiban seorang ksatria. Prabu Yu- pengemudi kereta Prabu Dhrtaras-
dhisthira diikuti oleh adik-adiknya tra. Oleh Prabu Dhrtarastra, ia diberi
menuju ke pihak Korawa untuk mem- kesaktian untuk dapat melihat pe-
beri hormat kepada para mantan guru rang Bharatayuda dari jauh. Dengan
mereka (Resi Bhisma, Krpa, Prabu kesaktiannya itu, ia diharapkan da-
Salya, dan pendeta Drona). Mereka pat melaporkan keadaan perang
mohon maaf karena harus bertempur Bharatayuda kepada Prabu Dhrta-
melawan para guru dan saudaranya. rastra. Sepuluh hari kemudian, San-
Para guru meramal bahwa Prabu jaya pergi ke Kuruksetra. Ia mela-
Yudhisthira akan menang. Pertempur- porkan bahwa Resi Bhisma telah gu-
an dimulai. gur.
Pada akhir pertempuran, kan- Pada hari pertama perang Bha-
dungan Dewi Utari terkena anak pa- ratayuda, Resi Bhisma terlihat kehe-
nah, tetapi dapat dihidupkan kembali batannya. Hari berikutnya, Raden
oleh Prabu Krsna. Bayi tersebut nan- Arjuna maju perang bersama Prabu
tinya akan menjadi raja dengan nama Krsna sebagai pengemudi keretanya.
Prabu Parikesit. Setelah Prabu Krsna Raden Arjuna bingung dan ingin me-
dan para Pandawa pulang ke surga, ngundurkan diri karena musuhnya
akhirnya datanglah zaman Kali. Oleh ternyata adalah guru-guru dan sau-
karena itu, Batara Wisnu menjelma dara-saudaranya sendiri. Prabu
kembali dalam diri Sri Baginda Ja- Krsna menasihati dan menguatkan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 67

hati Raden Arjuna. Dalam pesannya Karna. Prabu Krsna gagal untuk
itu, pada intinya Prabu Krsna me- membujuk Adipati Karna agar me-
ngatakan bahwa badan bersifat se- mihak para Pandawa.
mentara dapat mengalahkan atau di- Pada hari ketiga, kedua putra
kalahkan. Orang harus dapat menu- Prabu Dropada gugur. Raden Uttara
naikan tugas suci atau dharma. Tu- dikalahkan oleh Prabu Salya. Raden
gas seorang kesatria adalah bertem- Sweta dikalahkan oleh Resi Bhisma.
pur. Apabila ia tewas akan naik sur- Pertempuran berlangsung terus, te-
ga, bila ia menang akan merajai du- tapi tidak menentu. Resi Bhisma
nia. Sebaliknya, bila ia tidak mau memperlihatkan kedahsyatannya.
menjalankan tugas, ia akan dihukum Melihat kenyataan itu, Prabu Krsna
dan dianggap hina oleh seluruh du- hampir campur tangan dan akan
nia. Di samping itu, Prabu Krsna ju- membunuh Resi Bhisma, tetapi dita-
ga mewahyukan bahwa ia sebenar- han oleh Raden Arjuna. Resi Bhisma
nya Dewa Wisnu yang sedang men- dapat dikalahkan oleh panah Raden
jalani proses reinkarnasi untuk me- Arjuna yang bersembunyi di belakang
nyelamatkan dunia. Untuk membuk- Dewi Sikandhi yang sedang menye-
tikan ini, beliau memberikan kepada rang.
Raden Arjuna kemampuan melihat Hari kesepuluh, Resi Bhisma
secara jasmaniah. Raden Arjuna ge- gugur. Sebelum gugur, ia diberi anu-
metar karena ketakutan, lalu ia ber- gerah untuk menentukan hari kema-
sembah sujud dan memohon kepada tiannya. Para Korawa merasa terpu-
sang dewa agar mau menampakkan kul karena gugurnya panglima mere-
diri dalam wujud yang ramah. Akhir- ka. Para Pandawa merasa pilu hati-
nya, Raden Arjuna siap mengangkat nya. Sebelum wafat, Batara Narada
senjatanya dan terjun ke dalam per- turun dari surga untuk mengunjungi
tempuran. pahlawan yang akan gugur dan me-
Prabu Yudhistira meletakkan nyanyikan pujiannya. Untuk permo-
senjatanya, lalu mendekati pihak Ko- honan Prabu Yudhistira, Resi Bhis-
rawa. Ia bersama-sama dengan adik- ma memberikan penjelasan menge-
nya untuk memberi hormat, mohon nai kewajiban suci yang diemban
maaf, dan mohon anugerah berupa oleh seorang raja. Setelah itu, para
keterangan tentang bagaimana cara Pandawa dan Korawa mohon diri
mengalahkan guru-gurunya. Resi dan kembali ke tempatnya masing-
Bhisma menjawab bahwa ia dapat di- masing.
kalahkan oleh Dewi Sikandhi. Pen-
deta Drona dapat dikalahkan kalau bhomakawya kakawin
mendengar berita buruk. Krpa ber- Pengarang Bhomakawya Kaka-
kata bahwa ia tidak akan tewas, tetapi win belum diketahui. Di dalam Bho-
para Pandawa yang akan menjadi pe- makawya Kakawin terdapat kete-
menangnya. Prabu Salya menjanjikan rangan-keterangan mengenai pemu-
akan mematahkan kekuatan Adipati jaan terhadap Batara Kamajaya. Hal
68 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

itu terdapat juga di dalam kitab Sma- dapat dirunut mengenai bahasa, ga-
radahana. Oleh karena itu, Dr. Van ya, dan temanya.
Der Tuuk memperkirakan bahwa Kakawin ini dikenal dalam tra-
Bhomakawya Kakawin tercipta se- disi Jawa dan Bali. Menurut Teeuw
zaman dengan kitab Smaradahana. (dalam Zoetmulder, 1974:405—
Bhomakawya Kakawin dicetak de- 406), bagi para peneliti yang meneliti
ngan huruf Jawa pada tahun 1852 hubungan kakawin ini dengan sum-
oleh Dr. Friederich dan diterjemah- ber-sumber India. Pada tahun 1852
kan dalam bahasa Belanda oleh Dr. kakawin ini diterbitkan oleh R. Frie-
Teeuw berupa disertasi pada tahun derich dengan tulisan Jawa. Setelah
1946. Kitab ini menceritakan pepe- hampir satu abad kakawin ini men-
rangan antara Prabu Kresna dan dapat perhatian peneliti. Pada tahun
Sang Bhoma. 1946 Teeuw menerbitkan hubungan
Di dalam Bhomakawya atau kakawin ini dengan versi India dan
Bhomantaka atau kematian Bhoma dengan sebuah versi Malayu, yaitu
terdapat keterangan mengenai pujian Hikayat Sang Bhoma. Kesimpulan-
terhadap Batara Kama. Ia menam- nya bahwa peneliti belum mengeta-
pakkan diri di mana-mana yang ter- hui tentang hubungan Bhomakawya
dapat keindahan dan cinta. Batara dengan karya sastra India. Bhoma-
Kama bersemayam di dalam manu- kawya lebih mendekati Ramayana
sia yang menghasilkan keindahan daripada kakawin-kakawin lainnya
dan cinta. Karya ini merupakan kar- pada zaman Kadiri.
ya yang dapat mengalihkan syair Ringkasan cerita Bhomakawya
tentang Bhoma ke dalam bahasa Ja- sebagai berikut. Batara Wisnu men-
wa dan Melayu. jelma pada diri Prabu Krsna, sedang-
Bhomakawya atau Bhomantaka kan Dewa Basuki menjelma pada di-
merupakan kakawin Jawa Timur ri Prabu Baladewa, kakak Prabu
yang paling panjang, jumlah baitnya Krsna. Pada suatu hari para rsi turun
1492. Kakawin ini belum diketahui dari surga untuk menghadap Prabu
penulisnya dan kapan ditulisnya. Ka- Krsna di bangsal agung. Batara Na-
ta pengantarnya menerangkan ten- rada bertindak sebagai juru bicara
tang pujian terhadap Dewa Mano- para rsi. Raja raksasa yang bernama
bhu, yaitu Batara Kama. Ia menam- Naraka (disebut pula Bhoma karena
pakkan diri di segala penjuru yang putra Dewi Bumi dan Batara Wis-
indah dan tercipta untuk merangsang nu). Bhoma diberi kekuatan oleh Ba-
para penyair. Di sini penyair meng- tara Brahma dan kekuatan itulah
gubah Bhomakawya ke dalam puisi yang digunakan untuk menyerang
Jawa. Di dalamnya diterangkan bah- para dewa. Para rsi memohon ban-
wa terdapat hubungan khusus antara tuan Prabu Krsna karena para per-
dewa dan sang raja, pelindung pe- tapa di pegunungan Himalaya dise-
nyair. Karya sastra ini termasuk kar- rang para raksasa. Untuk itu, Prabu
ya sastra dari zaman Kadiri karena
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 69

Krsna mengutus putranya yang ber- ba dengan para raksasa. Dewi Yajna-
nama Raden Samba. wati diculik abdi Bhoma ke tempat
Prabu Krsna percaya akan ke- Bhoma, yaitu Pragjyotisa. Raden
mampuan Raden Samba untuk meng- Samba menang dalam peperangan
hadapi segerombolan raksasa. Tidak melawan raksasa. Setelah tahu kalau
lupa Raden Samba mohon diri kepa- Dewi Yajnawati diculik, ia akan me-
da ibunya, Dewi Jambawati, Prabu nyerang Bhoma, tetapi diarahkan
Baladewa, dan Prabu Krsna. Mereka oleh Batara Narada untuk ke Dwa-
menghadiahi Raden Samba baju baja, rawati untuk melaporkan kepada
busur sakti, dan perlengkapan lain- Prabu Krsna.
nya. Raden Samba diundang oleh Ki Raden Samba sampai di Dwara-
Wismamitra, seorang raja rsi yang wati. Ia bertemu dengan ayah dan
berdarah ningrat untuk melepaskan ibunya, Prabu Krsna dan Dewi Jam-
lelah. Raden Samba bersama Guna- bawati. Ketika mereka sedang ber-
dewa mengembara di hutan. Di situ bincang-bincang, datanglah utusan
terdapat pertapaan yang tidak terpe- dari Batara Indra. Utusan itu mohon
lihara. Pertapaan itu didirikan oleh bantuan Prabu Krsna karena para
Sang Dharmadewa, putera Batara dewa diserang oleh Bhoma. Mereka
Wisnu. Beliau tinggal di pertapaan itu berkesimpulan bahwa kraton Bhoma
bersama Dewi Yajnawati. Raden harus dihancurkan agar tidak selalu
Samba ingat kalau dulu ia pernah ber- menyerang surga.
nama Sang Dharmadewa. Pada saat Dewi Yajnawati mengutus Pus-
itu ada seorang perempuan yang pawati, abdinya, membawa sepucuk
membawa sesajian bunga untuk surat untuk Raden Samba. Dewi
menghormati abu Yajnawati. Perem- Yajnawati mohon agar Raden Sam-
puan itu adalah Dewi Tilottama, se- ba segera bertindak. Raden Samba
orang bidadari, teman Dewi Yajna- pun segera bertindak. Raden Samba
wati. Dewi Yajnawati menitis pada dan Dewi Yajnawati bertemu. Me-
diri putri raja di negara Uttaranagara reka kembali ke Dwarawati. Dalam
karena ayahnya dibunuh oleh raksa- perjalanan pulang, mereka diserang
sa dan ibunya bunuh diri. Dewi Yaj- oleh Jarasandha, musuh utama Pra-
nawati diangkat menjadi anak angkat bu Krsna. Jarasandha dan anak
raja raksasa itu. buahnya melarikan diri. Raden Sam-
Raden Samba diantar Dewi Til- ba dan anak buahnya kembali ke
lottama untuk menemui Dewi Yajna- Dwarawati. Prabu Krsna melindungi
wati di Kanyapuri, pesanggrahan di raja para Kimpurusa, Druma, yang
daerah kekuasaan Naraka. Setelah dikalahkan oleh Bhoma. Druma di-
bertemu, mereka bahagia. Daruki, serang oleh anak Kalayawana. Kala-
sais Raden Samba, mengingatkan yawana mencari sekutu para raja
agar Raden Samba membawa Dewi yang membantu Bhoma. Mereka
Yajnawati. Sebelum dibawa, terjadi mengalahkan Druma. Para Pandawa
peperangan lagi antara Raden Sam- dan Korawa tidak memihak. Mereka
70 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

bersenang-senang, kemudian pulang puran dahsyat itu. Para dewa memu-


ke Dwarawati. ja Prabu Krsna dalam wujud Batara
Bhoma tidak jadi para dewa. Ia Wisnu. Di samping itu, para dewa
marah karena kratonnya hancur dan menganugerahi Prabu Krsna, Raden
Dewi Yajnawati dilarikan. Bhoma Samba, Druma, dan menghidupkan
mengutus Satruntapa dan Mahodara mereka yang gugur dalam pertem-
untuk menuntut penyerahan tanpa puran.
syarat. Usaha Bhoma gagal. Lalu,
ia menyerang Dwarawati. Prabu blongsong
Krsna berhasil mengendalikan niat Istilah blongsong mempunyai
Raden Arjuna. Mereka bersenang- makna (1) ules atau krakab emas
senang. Prabu Krsna memuja Dewa sutra rerengganing keris, dan (2)
Surya, Dewi Gangga menampakkan kain lurik tenunan dengan diselimuti
diri, diiringi balatentara surgawi. sutra. Istilah blongsong juga terda-
Mereka memandikan Prabu Krsna pat di dalam pewayangan. Dalam
dengan air suci. Pada waktu Prabu dunia sastra pewayangan Jawa,
Krsna akan ke luar kota, ia didekati blongsong berari perubahan bentuk
pertapa yang bernama Durwasa. Ia dari bentuk palsu menjadi bentuk se-
minta makan karena akan meng- mula. Blongsong juga disebut ba-
akhiri puasanya. Prabu Krsna me- dhar. Banyak terdapat cerita tokoh
manggil Raden Arjuna dan Rukma. wayang menyamar atau berubah
Mereka diserahi untuk memimpin. wujud. Misalnya, tokoh Kresna ber-
Kemudian, mereka, para yadu dan ubah menjadi raksasa yang mena-
utusan itu, pulang ke kraton. kutkan, tokoh Puntadewa berubah
Bhoma kecewa karena Prabu menjadi raksasa yang besar dan sak-
Krsna tidak mengikuti tentara para ti, serta tokoh Batara Guru berubah
yadu. Sebetulnya ia ingin perang tan- menjadi seorang begawan. Perubah-
ding dengan Prabu Krsna. Penga- an wujud atau penyamaran tokoh itu
rang menceritakan adegan-adegan tergantung pada lakon dan cerita wa-
pertempuran. Bhoma memutuskan yang. Pada akhir cerita atau setelah
untuk ambil bagian dalam pertem- perang, biasanya tokoh berubah atau
puran. Pertempuran itu merupakan mengubah diri ke bentuk semula.
pertempuran dahsyat antara raja pa-
ra raksasa dan raden Arjuna. Pertem- boekhandel ab. sitti samsijah
puran mencapai puncaknya ketika Pada zaman sebelum kemerde-
Prabu Krsna dan Bhoma berhadap- kaan, di Kota Sala (Surakarta) terda-
an. Prabu Krsna menampakkan diri pat sebuah toko buku “Boekhandel”
sebagai Batara Wisnu yang dahsyat, Ab. Sitti Sjamsijah. Di toko itu, se-
berkepala seribu dengan menaiki bu- lain dijual buku-buku yang berkait
rung Garuda raksasa. Bhoma juga dengan masalah Keislaman, juga di-
berubah bentuk yang sama besarnya. jual buku-buku yang berkaitan de-
Prabu Krsna memenangkan pertem- ngan sastra Melayu dan sastra Jawa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 71

Adapun buku-buku sastra Jawa Buku-buku bahasa Jawa terbit-


yang dijual di Boekhandel Sitti Sam- an Boekhandel Ab. Sitti Samsijah
sijah adalah buku-buku terbitan pe- antara lain: TafsirQoeran Djawen,
nerbit Taman Pustaka (Yogyakarta), Rijadlatoennoefoes, Ka-Allahan,
Tan Koen Swie (Kediri), Albert Rus- Ma’rifat, Hoesarasoel, Islam lan
che (Sala), dsb. Kristen, Babad Islam, Mauidlatoel-
Buku-buku sastra Jawa yang di- moekmin, Piwoelang Faqih, Hadis
jual terutama buku sastra jenis ba- Mi’radj, Sitti Katidjah, Sitti Aisjijah,
bad, misalnya Babad Giyanti, Ba- Tarbijatoel Marah, Wawarah Wa-
bad Kediri, Babab Cirebon, Babad nita. Salaki Rabi, Mamba’el ‘
Uban terbitan Tan Koen Swie; Ba- oeloem, Kasidan Djati, Alamoel
bad Mataram, Babad Dipanegara, isan, Tacawoef Islam, Idzhaoelhaq,
Ringeksan Babad Tanah Jawa dan Bab Jinazah, Ilmoe Taoehid,
Babad Majapahit terbitan Albert Moechtasar Qawa’idoel ahkam, Le-
Rusche. Selain itu, di toko itu juga laboehan, Andaning Para Ahli Ka-
dijual buku-buku sastra berjudul soetapan, Baboennadjasah, Qoesoel
Damarwulan, Topeng Mas, Brata- fakih, Hadis Djawen, Djenenging
yuda, Pustaka Raja, Aji Pamasa, Panembah Djati, Poerwaning Doe-
dsb. mados, dsb.
Toko buku Boekhandel Ab. Sitti Selain menjual dan menerbitkan
Samsijah tidak hanya menjual buku buku yang berkaitan dengan sastra
saja, tetapi juga mencetak/menerbit- Jawa, Boekhandel Ab. Sitti Samsijah
kan buku, baik yang berbahasa Me- juga menerbitkan koran Woro Soe-
layu maupun yang berbahasa Jawa. sila dan Noeroel-Islam (Jawa), Ta-
man Moeslimah (Melayu). Koran
Toewan-toewan jang terhoer-
Woro Soesila ditujukan untuk kaum
mat. Ma’loemlah Boekhandel
wanita dengan ketebelan 20 halaman
Ab. Sitti Samsijah di Solo (Dja-
dengan aksara Jawa, terbit dua kali
wa ada soeatoe Firma Indonesier
dalam satu bulan. Pada tahun 1926,
jang terkenal di seloeroeh Indo-
langganan setiap tiga bulannya sebe-
nesia, dari Sabang (Atjeh) sam-
sar f.1.75. Sedangkan Noeroel Islam
pai ke Digoel, dan dari Koeala
ditujukan untuk kaum pria, tebal 28
Kapoeas (Borneo) ke seantero
halaman, aksara Jawa, terbit sebulan
Celebes, dan Timoer (Koepang),
sekali, harga langganan enam bulan
ialah terkenal karena pengeloe-
sebesar f.2.25.
rannja lectuur (kitab-kitab batja-
Boekhandel Ab. Sitti Samsijah
an) Islam bahasa Djawa dan In-
tidak hanya menerbitkan koran de-
donesia (Melajoe) jang sehat dan
ngan basa dan aksara Jawa saja, te-
terpenting bagi ra’jat Indonesia
tapi juga menerbitkan koran dengan
jang sedang mentjapai kemoelia-
bahasa Jawa beraksara Latin. Koran
annja.
itu bernama Poesaka Soerakarta.
Pemimpin redaksi koran itu dipe-
72 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

gang oleh R. Ng. Martosoewignjo. lenggarakannya Pekan Budaya Jawa


Tujuan diterbitkannya koran terse- di Taman Budaya, Jalan Gentengkali
but adalah untuk mencapai kemulia- 85, Surabaya, 29—31 Agustus
an Bangsa dan Nusa dengan jalan 2002. Kegiatan ini diilhami oleh ke-
mendidik, mencerdaskan, dan me- giatan Pengadilan Puisi di Bandung
majukan Bangsa. Isinya beraneka yang diprakarsai Slamet Sukirnanto
warna, misalnya masalah politik, po- tahun 1974. Di samping itu, ide ter-
litik Islam, ekonomi, dunia pergerak- sebut juga dilatarbelakangi oleh ma-
an, dsb. Rubrik yang berkaitan de- salah penerimaan Hadiah Sastra
ngan sastra Jawa, yaitu Pasinaon Rancage.
Basa lan Kasusastran Jawi ‘Belajar Seperti dituturkan Bonari di
Bahasa dan Kesusasteraan Jawa’, Kompas Jawa Timur, Sabtu, 24
Kapujanggan, dan Roman Cekak Agustus 2002, bahwa komposisi pe-
Aos. nerima hadiah Rancage bagi penga-
rang Jawa tahun 1994-2001 tidak se-
bonari nabonenar (1964— ) banding (8:1). Delapan orang dari Ja-
Bonari Nabonenar lahir di Treng- wa Timur, seorang dari Yogyakarta.
galek, Jawa Timur, tahun 1964. Sejak Delapan sastrawan Jawa Timur yang
di bangku sekolah ia telah memiliki memperoleh Rancage untuk kategori
perhatian besar pada sastra. Karena karya terbaik adalah FC Pamudji
itu, selepas SMA, ia masuk ke Ju- (1994) dari Nganjuk untuk novel
rusan Bahasa dan Sastra IKIP Sumpahmu Sumpahku; Satim Kadar-
(sekarang Universitas) Negeri Sura- yono (1996) dari Surabaya untuk no-
baya. Di IKIP Bonari semakin kuat vel Timbreng; Esmiet (1998) dari Ba-
minatnya terhadap sastra, baik Indo- nyuwangi untuk novel Nalika Langite
nesia maupun Jawa. Bersama teman- Obah; Suharmono Kasiyun (1999)
teman ia terlibat aktif dalam diskusi- dari Surabaya untuk novel Pupus
diskusi sastra. Lebih-lebih setelah ia kang Pepes; Widodo Basuki (2000)
didorong oleh beberapa dosen yang dari Trenggalek untuk kumpulan gu-
sangat peduli pada sastra seperti Su- ritan Layang saka Paran; dan Dja-
ripan Sadi Hutomo dan Setya Yuwo- yus Pete (2001) dari Bojonegoro un-
no Sudikan. tuk kumpulan cerpen Kreteg Emas
Selain aktif di kampus, Bonari Jurang Gupit. Pengarang dari Yog-
aktif pula dalam kegiatan sanggar yakarta yang menerima Rancage
Triwida. Bersama kawan-kawan ia adalah Djaimin K. (1997) untuk
aktif mengembangkan sastra Jawa di kumpulan guritan Siter Gadhing.
daerah kelahirannya, Trenggalek. Pertanyaannya, apakah indikasi
Kini Bonari menjadi humas PPSJS itu layak dijadikan dasar untuk me-
(Paguyuban Pengarang Sastra Ja- nyeret para pemenang Rancage men-
wa Surabaya). Di PPSJS ia pernah jadi terdakwa dalam Pengadilan Sas-
mengadakan kegiatan Pengadilan tra Jawa? Tetapi, itulah yang terjadi.
Sastra Jawa bersamaan dengan dise- Pengadilan Sastra Jawa telah me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 73

ngundang para sastrawan penerima suatu pada dunia kesastraan Indone-


Rancage sebagai terdakwa. Sebenar- sia. Revitalisasi Sastra Pedalaman
nya ini sangat menyedihkan dan me- didirikan dengan ketentuan sebagai
nyakitkan. Apalagi sebagai sesama berikut. Pertama, ingin bersinggung-
pengarang sastra Jawa, rasanya ti- an dengan semua kantung budaya
dak tega melihat sahabat, kawan, yang ada dan ikut membantu mem-
bahkan guru dipaksa duduk di kursi bangun berdirinya satu komunitas.
terdakwa. Tetapi, jika sudah sampai Dengan gerakan “sastra pedalaman”
di pengadilan seperti ini mestinya keterpencilan sastra sedikit demi se-
bukan saat yang tepat untuk sekadar dikit bergeser menuju ke kerumunan
bicara mengenai baik atau tidak baik. penikmat. Kedua, Revitalisasi Sastra
Dalam pengadilan hanya ada dua ka- Pedalaman bukan organisasi sehing-
ta, benar atau salah. Menurut Bona- ga tidak mengembangkan misi poli-
ri, mereka yang akan duduk sebagai tik. Ketiga, Revitalisasi Sastra Peda-
terdakwa itu sebenarnya tidak mem- laman tidak membela satu teori. Ke-
bawa cukup kriteria untuk didakwa empat, Revitalisasi Sastra Pedalam-
bersalah. Tidak ada dasar hukum an diharapkan mampu memberikan
yang mengatakan mereka bersalah nuansa baru kesastraan Indonesia.
karena telah menerima Rancage. Dengan gerakan ini, Bonari bersama
Bahkan, mereka akan merasa dan teman-teman mampu menarik per-
bisa dianggap bersalah jika meno- hatian terhadap kegiatan kesastraan
laknya. di kota-kota kecil atau daerah-daerah
Ketika lulus dari IKIP Surabaya, yang jauh dari kegiatan kesastraan.
Bonari tetap tidak surut dari kegiat- Bonari Nabonenar mula-mula
annya bersastra. Ia tidak hanya me- menulis dalam bahasa Jawa. Karya-
nekuni sastra Jawa, tetapi juga sastra karyanya, baik guritan, cerkak, mau-
Indonesia. Bahkan, pada 1993— pun esai dipublikasikan di berbagai
1994, bersama beberapa teman, an- media bahasa Jawa, seperti Jaya Ba-
tara lain Bagus Putu Parto (Blitar), ya, Panjebar Semangat, Mekar Sari,
Kusprihyanto Namma (Ngawi), Mar- dan Djaka Lodang. Cerkak-nya ber-
sudi W.D. (Sala), Sosiawan Leak judul “Klantung Sastra Sintring”
(Sala), Wijang Warek A.M. (Klaten), terpilih sebagai karya terbaik kedua
Arif Zayyin (Salatiga), Beno Siang dalam Lomba Penulisan Crita Cekak
Pamungkas (Semarang), Bambang yang diselenggarakan Balai Bahasa
Karno (Wonogiri), dan Triyanto Tri- dan Dewan Kesenian Yogyakarta,
wikromo (Ungaran), melakukan se- 1991. Sementara itu, cerpen-cerpen-
buah gerakan kesastraan bernama nya (berbahasa Indonesia) dipublika-
Revitalisasi Sastra Pedalaman. sikan di Surabaya Post, Suara Indo-
Revitalisasi Sastra Pedalaman nesia, Jawa Pos, Karya Darma, Ber-
adalah sekumpulan pengarang dari lian, Liberty, Wawasan, dan Horison.
berbagai wilayah “pedalaman” Indo- Belakangan ia juga menembus cyber,
nesia yang ingin menyampaikan se-
74 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

melayu dot com, dan cybersastra dot Di tengah kemiskinan orang-orang


net. kecil ia ternyata masih mampu mem-
Bonari Nabonenar pernah men- berikan sebersit ajakan untuk mema-
jadi guru SLTP swasta, tetapi tidak hami kehidupan secara lebih bijak-
lama. Hatinya tampaknya lebih con- sana. Dengan paradoks dan sindiran-
dong ke dunia sastra dan jurnalistik sindirannya Bonari memberi kesak-
daripada dunia pendidikan (walau ia sian betapa pahitnya kehidupan
lulus dari perguruan tinggi kependi- rakyat kecil. Barangkali, lewat kar-
dikan). Untuk itulah, ia terlibat aktif yanya ia ingin menyampaikan pesan
di bidang jurnalistik, antara lain moral secara singkat tetapi mengena.
menjadi redaktur Jawa Anyar (Sura- Selain menulis guritan, Bonari
karta). Namun, ini tidak lama pula ternyata produktif juga menulis cer-
karena tabloid tersebut gulung tikar. kak. Beberapa di antara cerkaknya
Kini ia menjadi redaktur tabloid X- pernah memenangkan lomba. Ke-
file. nyataan ini semakin menunjukkan
Karya-karya guritan Bonari jati dirinya sebagai penulis muda po-
cenderung menampilkan beraneka tensial. Lewat cerkaknya “Klantung
tema, misalnya kritik sosial, cinta, Sastra Sintring” ia menyampaikan
dan kejawen. Dalam guritan berju- gagasan secara satiris. Ia memberi-
dul “Lanskap Tengah Wengi” (Jaya kan gambaran tentang derajat dan
Baya, No. 52, 29 Agustus 1993), mi- pangkat (menjadi pegawai kantor,
salnya, Bonari bertutur mengenai stereotip priyayi) yang selalu didam-
masalah sosial-masyarakat yang bakan oleh orang-orang tua di desa.
berkembang di sekitarnya. Dalam Dengan gaya mengejek, Bonari ingin
“Mencit” (Jawa Anyar, 4 Oktober bertutur bahwa menjadi pengarang
1993), ia bertutur mengenai cinta tidak kalah mulianya jika dibanding-
kepada seorang gadis bernama Ning. kan dengan profesi sebagai pegawai.
Sementara dalam “Malatresna” Lewat karya-karyanya Bonari
(Surabaya Pos Minggu, 14 Novem- mampu memberikan kontribusi ter-
ber 1993) ia bercerita tentang kehi- hadap perkembangan sastra Jawa
dupan para pelacur dalam memper- modern. Sebagai pekerja sastra ia
juangkan hidupnya. bertekad membela dan memper-
Beberapa guritan Bonari mem- juangkan keberlangsungan sastra Ja-
perlihatkan keinginannya melihat ke- wa. Profesi Bonari sebagai warta-
nyataan yang berkembang di sekitar- wan media berbahasa Indonesia ti-
nya. Masalah-masalah yang menim- dak menjadi alasan untuk tidak me-
pa rakyat kecil di pedesaan menjadi nekuni sastra Jawa secara total.
fokus utama. Namun, justru itu yang
menjadikan guritan-guritan yang di- bramartani
tulisnya menarik. Bonari ingin ber- Surat kabar mingguan berbaha-
saksi tentang situasi dan problem sa Jawa yang tertua ialah Bramarta-
yang muncul di tengah rakyat kecil. ni. Bramartani pertama kali terbit
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 75

pada tahun 1855, di Surakarta, dan tani berhenti, meskipun cita-cita Ca-
didanai oleh Hartevelt & Co (Harte- rel Frederik Winter Junior belum se-
velt Bersaudara). Terbitan pertama lesai. Pada waktu itu pelanggannya
mingguan berbahasa Jawa tersebut sudah mencapai 320 orang. Untuk
pada bulan Januari 1855, dengan no- melanjukan cita-cita perintisnya, C.
mor percobaan tertanggal 25 Janu- Winter Junior, pada 5 Januari tahun
ari. Nomor percobaan itu mendapat 1865 terbit surat kabar berbahasa
sambutan luar biasa dari masyarakat Jawa Djurumartani. Penerbit surat
Jawa karena sebelumnya mereka ha- kabar Jurumartani ialah De Groot
nya dapat membaca buku bertulisan Kolff & Co. yang pada waktu itu su-
tangan (carik). Ketika harian terse- dah menerbitkan surat kabar berba-
but terbit, Hartevelt sedang berada hasa Belanda, Semarangsche
di Nederland untuk urusan dagang. Nieuws-en Advertentieblad. Surat
Pemimpin redaksi Bramartani dipe- kabar itu terbit setiap hari Kamis.
gang oleh Gustaaf Winter, putra C.F. Bramartani sebenarnya adalah
Winter Senior, seorang pecinta baha- surat kabar Belanda, bukan surat ka-
sa Jawa yang juga menjadi juru ba- bar Jawa, walaupun bahasanya me-
hasa di istana Surakarta. mang bahasa Jawa. Berita-berita
Nomor percobaan Bromartani Bramartani sebagian besar berita
berisi 13 halaman. Isinya lebih ba- dari Eropa, misalnya tentang se-
nyak berupa penjelasan-penjelasan orang pangeran dari Jerman yang
tentang rencana-rencana redaksi dan akan menikah; tentang operasi mili-
cerita tentang kejadian-kejadian mu- ter di Krim; tentang gubernur jende-
takhir di beberapa negara, misalnya ral yang baru; tentang mutasi peja-
di Aljazair. Selain berita tersebut, bat. Sebaliknya, keredaksian buletin
Bramartani terbitan perdana itu juga Djurumartani berbeda dengan Bro-
berisi uraian Hartevelt tentang tuju- martani, dipegang oleh orang-orang
an menerbitkan surat kabar itu. Ada Jawa dengan berita yang seimbang,
dua pengertian pokok yang akan se- antara berita dari dalam dan luar ne-
lalu ditulis oleh Hartevelt, ialah kata- geri. Menurut Drewes (1934:30),
kata faedah ‘manfaat’ dan sengsem pada tahun 1869, Djurumartani
‘kepuasan’. Maksud dari berman- mendapat peringatan dari pemerin-
faat ialah bahwa informasi yang tah karena melakukan kesalahan.
dimuat di dalamnya akan bermanfa- Pada tahun 1870, Djurumartani
at bagi pembaca dan mampu me- kembali menggunakan nama penda-
muaskan. hulunya, yaitu Bramartani, dengan
Tanggapan positif dari pembaca tujuan untuk mengenang kembali
atas terbitan perdana itu menyebab- pendahulunya, Carel Winter Junior.
kan Hartevelt memutuskan untuk Isi pokok surat kabar tersebut mirip
menerbitkan secara teratur. Minggu- dengan majalah masa kini, yaitu le-
an ini hanya berusia satu tahun ka- bih banyak memuat artikel-artikel
rena pada Desember 1856 Bramar- pengetahuan umum dan resep-resep
76 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kehidupan sehari-hari, daripada be- sa Indonesia), dan Kembang Brayan


rita-berita faktual (strait news) se- pimpinan Utomo D.S. (bahasa Ja-
perti berita media massa harian. Bu- wa). Melihat gambaran tersebut, ti-
letin Bramartani edisi yang kedua daklah aneh kalau Sabda lahir ka-
itu hidup hingga bulan Februari, ta- rena diayomi oleh Kembang Brayan.
hun 1932. Di samping itu, adapula sanggar
atau kelompok yang berdiri secara
brayan muda, sanggar sastra bebas. Artinya, sanggar/kelompok
Kegiatan sastra Jawa di Yogya- itu sama sekali tidak berkaitan de-
karta dilakukan oleh berbagai ke- ngan kepengayoman lembaga/insti-
lompok dan perorangan. Salah satu tusi pers. Dengan kata lain, sanggar/
kelompok yang aktif menjalankan kelompok itu muncul karena inisiatif
kegiatan sastra Jawa adalah Sanggar pribadi, misalnya Sanggar Sastra
Sastra Brayan Muda (Sabda). Pada Pragolapati. Sanggar ini berdiri atas
awalnya, sanggar tersebut bernama ide dari pengarang Suwarno Prago-
Paguyuban Pengarang Muda (Pra- lapati. Bahkan, pengarang tersebut
da). Namun, dalam perkembangan- memiliki sanggar lain selain Sanggar
nya, Prada harus diganti dengan Bra- Sastra Pragolati, yaitu Sanggar Sas-
yan Muda karena kelompok Prada tra Yoga. Berdasarkan model pendi-
menjauhi imej sebuah kelompok riannya itu, kegiatan masing-masing
yang berbau komunis. sanggar pun berbeda-beda
Sanggar Sastra Brayan Muda Kepengurusan Sabda Periode I
berdiri pada tahun 1971. Kelompok (1971—1973) dipimpin oleh L.
itu berdiri atas inisiatif dari para pe- Margono, Periode II (1973—1975)
ngarang Yogyakarta yang sering ber- dipimpin A.Y. Suharyono, dan Perio-
kumpul pada malam hari di sepan- de III (1975—1976) dipimpin oleh
jang Jalan Malioboro, terutama Respati Pusponegoro. Di dalam ke-
mangkal di depan kantor Mingguan pengurusan Sabda diusahakan ter-
Pelopor Yogya. Para seniman itu ber- diri atas para pengarang yang sudah
asal dari berbagai kelompok/sanggar. berusia di atas 22 tahun, pendidikan
Oleh karena itu, tidaklah mengheran- serendah-rendahnya SMA, dan su-
kan kalau latar belakang kesastraan- dah bekerja. Dari keterangan yang
nya pun bervariasi (Indonesia dan dapat diinventarisasi, bidang peker-
Jawa). Kenyataan ini berkaitan de- jaan para anggota ternyata berva-
ngan situasi pada waktu (dekade riasi, misalnya dosen, pegawai, seni-
1970-an), khususnya dengan dunia man murni, tukang parker, dan seba-
penerbitan media massa. Ketika itu, gainya. Adapun para anggotanya ter-
setiap surat kabar dapat dikatakan diri dari para pengarang atau pecinta
menjadi semacam pengayom bagi sastra Jawa di DIY dan sekitarnya,
kegiatan penulisan sastra, misalnya dengan usia terendah 16 tahun. Se-
harian Masa Kini, Bernas, Kedau- lain itu, mereka yang menjadi ang-
latan Rakyat, Pelopor Yogya (baha- gota Sanggar Brayan Muda keba-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 77

nyakan para pengarang yang sudah oleh pengayomannya (Mingguan


memiliki publikasi di media massa Kembang Brayan) tetapi juga dapat
berbahasa Jawa. Anggota Sanggar dipublikasikan oleh media massa
Brayan Muda terdiri atas pengarang berbahasa Jawa lainnya, misalnya
pria dan wanita, misalnya Respati Mekar Sari, Djaka Lodang, Jaya
Pusponegoro, PAD Suko Kartarto, Baya, dan Panjebar Semangat. Jenis
Erry Heryanto, Ganang Surajiyo, karya yang tulis pun berbeda-beda,
R.S. Rudatan, Ay. Suharyono, Wi- yaitu cerita pendek, geguritan, novel,
darmi Dipowiryo, Puryanti, Jujuk dan sebagainya.
Sagitaria (Juharningsih), dan seba-
gainya. budi palopo (1962— )
Agar kegiatan sanggar tersebut Budi Palopo lahir di Gresik, Ja-
dapat berjalan secara rutin, pengurus wa Timur, pada tanggal 27 April
memiliki cara untuk mengumpulkan 1962. Pengarang laki-laki yang lebih
dana, misalnya dengan mengumpul- tepat disebut penyair (penggurit)
kan honorium dari para anggota sastra Jawa modern ini adalah anak
yang karya-karyanya dimuat di tunggal dari pasangan Ruslam Muji-
Kembang Brayan. Dengan cara itu, anto dan Ramsih yang juga berasal
ternyata selama lima tahun sanggar dari daerah Gresik, Jawa Timur.
itu berdiri, kegiatan dapat berlang- Pendidikan formal SD (Sekolah Da-
sung. Dengan dana yang boleh dika- sar) diselesaikan pada tahun 1976,
takan seba sedikit tersebut, Sanggar SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Brayan Muda menjalan kegiatan ru- tahun 1979, dan SMA (Sekolah Me-
tin setiap bulannya, misalnya menga- nengah Atas) tahun 1983 di kota ke-
dakan diskusi sastra Jawa secara lahirannya, Gresik, Jawa Timur. Ti-
umum maupun secara khusus (mem- dak lama setelah tamat SMA, ia me-
bicarakan karya-karya sastra Jawa lanjutkan studi di Jurusan Matema-
yang dimuat di Kembang Brayan). tika, FMIPA (Fakultas Matematika
Tempat yang dipergunakan tidak ha- dan Ilmu Pengetahuan Alam), Insti-
nya memusat di sekretariat (Kantor tut Teknologi “Sepuluh Novemver”
Harian Pelopor), tetapi berpindah- Surabaya (ITS). Budi Palopo meni-
pindah tempat di tempat yang sudah kah dengan gadis bernama Titik Har-
disepakati, misalnya di rumah ang- siati, tamatan IKIP, dan hingga kini
gota. Bahkan, kegiatan diselenggara- dikaruniai tiga orang putra, yaitu (1)
kan di sanggar lain dengan cara be- Dudi Harja Kusuma, 1988, (2) Ga-
kerja sama. luh Budi Hadaning, 1990, dan (3)
Aktivitas Sanggar Sastra Bra- Budi Daud Ibrahim, 2000. Sekarang
yan Muda yang bervariasi itu, ter- ia bertempat tinggal di Domas, RT
nyata dapat memberikan rangsangan II, RW I, Menganti, Gresik 61174;
dan dorongan kepada para anggota- dan alamat kontaknya di Jalan Seko-
nya untuk berkarya. Karya-karya lahan 51, Asemrowo, Surabaya.
mereka ternyata tidak hanya dimuat
78 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Nama asli Budi Palopo adalah Gugat, Surabaya (1999—sekarang).


Budi Utomo. Namun, dalam karya- Dunia pers ini, baik langsung mau-
karya yang ditulisnya ia mengguna- pun tidak, semakin memantapkan di-
kan nama Budi Palopo, kadang-ka- rinya sebagai seorang penulis profe-
dang juga menggunakan nama sa- sional. Hal tersebut terbukti, dalam
maran Budi Tom Sega. Penyair ber- perjalanan kariernya, ia telah me-
agama Islam yang oleh rekan-rekan- ngantongi berbagai penghargaan,
nya sering dipanggil Mas Tom ini yaitu sebagai (1) penulis terbaik da-
menyukai dunia kepengarangan (tu- lam Lomba Karya Tulis Bulan Ko-
lis-menulis) sejak masih belajar di munikasi yang diselenggarakan oleh
SMA, sekitar tahun 1983; dan ke- Kanwil Deppen Jawa Timur, tahun
sukaannya ini bermula dari hobinya 1985, (2) juara III dalam Lomba
membaca berbagai jenis bacaan. Ha- Karya Tulis Bulan Produksi yang di-
nya saja, dunia tulis-menulis yang selenggarakan oleh Kantor Wilayah
ditekuninya secara otodidak ini be- Departemen Tenaga Kerja, Jawa Ti-
lum begitu mantap; dan kemantapan mur, tahun 1986, dan (3) juara III
baru dicapai dua tahun kemudian se- dalam Lomba Menulis dan Memba-
telah tulisannya yang pertama di- cakan Naskah Cerita Humor yang
muat di majalah Panjebar Semangat diselenggarakan oleh RRI Surabaya
tahun 1985 dengan honor sebesar dalam rangka Peringatan Hari Radio
Rp7.500,00. Pada tahun yang sama, tahun 1987.
tulisannya yang berbahasa Indonesia Perjalanan dan karier kepenga-
juga dimuat di Memorandum dengan rangan (kepenulisan) Budi Palopo
honor sebesar Rp5.000,00. Berkat sudah cukup luas. Selain menulis
itu dunia tulis-menulis semakin dite- esai, artikel, opini, berita, dan lain-
kuninya, dan sejak itu hingga seka- lain sesuai dengan profesinya seba-
rang dunia itu menjadi profesi uta- gai wartawan, ia tetap aktif menulis
manya. puisi dan cerpen baik berbahasa Ja-
Selain sebagai penulis lepas wa maupun berbahasa Indonesia.
(freelance), Budi Palopo juga sibuk Bahkan ia juga sesekali menulis nas-
terjun ke dunia jurnalistik (pers). Pe- kah drama (sandiwara). Hanya saja,
ngalaman terjun ke dunia pers ini di- berdasarkan pengamatan, tampak-
awali ketika masih kuliah di ITS Su- nya ia tidak aktif menulis novel atau
rabaya, yaitu ketika ia memimpin cerita bersambung. Hingga kini, tu-
majalah kampus Himatika. Setelah lisan-tulisannya telah tersebar ke
itu, ia dipercaya untuk menjadi pen- berbagai media massa cetak, seperti
jaga gawang (redaktur seni-budaya) Panjebar Semangat, Jaya Baya,
di harian Karya Darma, Surabaya Memorandum, Surabaya Post,
(1987—1998). Setelah itu, juga Sinar Pagi, Swadesi, Kompas, Bhi-
menjadi wartawan Pewarta Siang, rawa, dan Suara Merdeka. Selain
Surabaya (1998—1999). Dan ter- itu, ia juga sering mengadakan pen-
akhir, ia menjadi wartawan tabloid
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 79

tas baca puisi (cerkak) di berbagai batan Indonesia-Amerika) Surabaya


kota di Jawa Timur. tahun 1989.
Apabila diperbandingkan, di da- Di samping karya-karya di atas,
lam khazanah penciptaan sastra Bu- beberapa antologi puisi bersama
di Palopo lebih suntuk ke dunia pen- yang memuat karya Budi Palopo,
ciptaan puisi (guritan) daripada cer- antara lain, (1) Ayang-Ayang Wewa-
pen (cerkak) dan atau drama (san- yangan: Kumpulan Puisi Jawa Mo-
diwara). Oleh sebab itu, ia lebih di- dern terbitan PPSJS tahun 1992, (2)
kenal sebagai penggurit (penyair) Pisungsung: Antologi Guritan 6 Pe-
daripada cerkakis (cerpenis). Dan nyair terbitan Forum Kajian Kebu-
karya-karya ciptaannya, terutama dayaan Jawa tahun 1995, memuat
berupa puisi (guritan) sebagian ma- puisinya yang berjudul “Layang Ku-
sih tersebar di media massa cetak mitir” ‘Surat Bergetar’, “Layang
dan sebagian lagi telah dibukukan Lemah Bang” ‘Surat Tanah Merah’,
dalam bentuk antologi (puisi), baik “Rah Roh Sun Rah”, “Gurit Ban-
antologi pribadi maupun antologi dhosa” ‘Puisi Usungan Mayat’, dan
bersama. Hanya sayangnya, bebera- “Gurit Pitakon” ‘Puisi Pertanyaan’;
pa puisi tertentu dimuat dalam be- (3) Drona Gugat terbitan Bukan Pa-
berapa antologi. Atau dengan kata nitia Parade Seni WR Supratman ta-
lain, puisi tertentu telah dimuat da- hun 1995 memuat puisinya berjudul
lam antologi tertentu, tetapi puisi itu “Sastra Gendra” ‘Sastra Hura-Hu-
(yang sama) dimuat lagi dalam an- ra’; (4) Festival Penyair Sastra Ja-
tologi lain. wa Modern terbitan Sanggar Sastra
Antologi puisi milik pribadi yang Triwida tahun 1995 memuat puisi-
telah dipublikasikan (walaupun sa- nya yang berjudul “Nglilira, Rek”
ngat sederhana dan terbatas), antara ‘Bangunlah, Rek’ dan “Gurit Pedha-
lain, Tembang Damai (1987) dan langan” ‘Puisi Pedalangan’; (5) Ne-
Gurit Rong Puluh ‘Dua Puluh Puisi’ geri Bayang-Bayang terbitan Pa-
(1995). Antologi pertama telah dipen- nitia Festival Seni Surabaya, Taman
tasbacakan di Pusat Kebudayaan Pe- Budaya Jawa Timur, tahun 1996,
rancis di Surabaya, tahun 1987, se- memuat karyanya yang berjudul
dangkan antologi kedua telah dipen- “Sastra Gendra”, “Yung Dewi
tasbacakan di Dewan Kesenian Sura- Sangkah”, dan “Gurite Bocah Nga-
baya, tanggal 25 November 1995. Se- rit” ‘Puisi si Pencari Rumput’; (6)
mentara itu, antologi bersama yang Tes……: Antologi Sastra Jawa ter-
memuat beberapa puisinya, antara bitan Taman Budaya Jawa Timur,
lain, Sajak Hong (1988)—antologi tahun 1997, memuat karyanya ber-
ini telah dibacakan di Dewan Kese- judul “Cangkriman” ‘Teka-Teki’,
nian Surabaya tahun 1988—dan “Wewangen Kapunjanggan” ‘We-
Suara ’89 (1989) yang telah dibaca- wangian Kepujanggaan’, “Rah Roh
kan pula di PPIA (Pusat Persaha- Sun Ruh”, “Sastra Gendra”, “Kre-
tagawa”, “Dalang Tinandhing”
80 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

‘Dalang Kondang’, “Gurit Padha- pengamatan, Budi Palopo belum me-


langan”, “Gurit Bandhosa”, “Sab- nerbitkan antologi cerpen (cerkak)
da Pinandhita” ‘Sabda Pendeta’, atau antologi esai.
“Serat Panggugah”, “Paseksen”
‘Kesaksian’, “Hh”, “Gurit Ganda- buddy l. worang (1941—)
mayit” Puisi Bau Mayat’, “Gurit Buddy L. Worang tergolong pe-
Grantang”, dan “Suluk Banawara”; ngarang yang sudah berumur. Ia me-
(7) Prosesi Kolaborasi Ruwatan Ba- miliki nama lengkap Y.B. Buddy L.
lai Pemuda terbitan Seni Multi Me- Worang. Dia lahir di Wates, Kulon-
dia, memuat karyanya berjudul progo, Yogyakarta, 15 Juni 1941.
“Jangkrik” dan “Nglilira, Rek”; (8) Ayahnya bernama Paulus L. Worang,
Luka Waktu: Antologi Puisi Penyair warga keturunan Menado-Cina yang
Jawa Timur terbitan Taman Budaya lahir di Singapura pada 5 Agustus
Jawa Timur, tahun 1998, memuat 1903. Pada waktu itu, ayah Buddy
puisinya berjudul “Gurit Pangaji” L. Worang menikah dengan wanita
dan “Gurit Panantang” ‘Puisi Penan- Jawa beragama Islam kelahiran Te-
tang’; (9) Kabar Saka Bendulmrisi: manggung (Agustus 1912) bernama
Kumpulan Guritan terbitan PPSJS Siti Chairiyah. Buddy L. Worang
(Paguyuban Pengarang Sastra Jawa), menikah pada 26 Desember 1968
tahun 2001, memuat karyanya ber- dengan Maria Magdalena Mendur,
judul “Rah Roh Sun Ruh”, “Gurit seorang wanita yang juga berasal da-
Bandhosa”, dan “Megat Ruh”; dan ri Menado. Ia lama tinggal di kota
(10) Sastra Campursari terbitan Ta- tempatnya bekerja, yakni di Rumah
man Budaya Jawa Timur (dalam Bersalin “Budi Rahayu”, Magelang,
rangka Festival Cak Durasim III), ta- Jawa Tengah. Kini bersama keluarga
hun 2002, memuat puisinya “Donga pengarang yang juga seorang pro-
Munggah Pangkat” ‘Doa Naik Pang- diakon (pembantu pastor) ini tinggal
kat’, “Donga Sugih Bandha” ‘Doa di Jalan Flamboyan 4, Perum Con-
Kaya Harta’, “Cempluk”, “Gurite dongcatur, Yogyakarta 55283.
Arek Ngarit” ‘Puisi Si Pencari Rum- Buddy L. Worang menempuh
put’, “Nglilira, Rek”, “Yung Dewi pendidikan dasar tahun 1953 di Se-
Sangkrah”, “Ken Arek”, “Jagone kolah Rakyat Kanisius, Magelang.
Wis Kluruk” ‘Jagonya Sudah Berko- Setelah tamat SMP ia masuk SMA
kok’, “Jangkrik”, “Byar…!”, dan 1 Negeri (Teladan) Yogyakarta dan
“Wali Lanang” ‘Wali Laki-Laki’. lulus tahun 1960. Pada tahun 1964
Selain beberapa puisi tersebut, ia menempuh Sarjana Muda FISIP
Budi Palopo juga menulis naskah Universitas Gadjah Mada. Setelah
drama televisi (berbahasa Jawa) ber- itu, pada tahun 1966—1967 Buddy
judul Sluku-Sluku Bathok; dan nas- L. Worang berada di Filipina untuk
kah drama ini telah ditayangpentas- menempuh pendidikan yang berkait-
kan oleh TVRI Stasiun Surabaya ta- an dengan penyuluhan sosial pemu-
hun 1988. Dan selama ini, menurut da. Karena itu, gelar sarjana baru
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 81

diperoleh tahun 1979. Ia menguasai batku”, diterbitkan dalam majalah


bahasa Jawa dan Menado secara lokal di Jawa Tengah dan diperguna-
aktif dan bahasa Inggris serta Cina kan sebagai bahan lomba dan bahan
secara pasif (semi aktif). pelajaran tingkat SLTP.
Pada tahun 1979—1989 Buddy Karya–karyanya yang berupa
L. Worang menjadi staf pengajar di artikel (nonsastra), antara lain, di-
Fakultas Ekonomi, Universitas At- terbitkan dalam buku Pengantar So-
majaya, Yogyakarta. Sekarang ia be- siologi (Atma Jaya, 1983). Di sam-
kerja di sebuah perguruan tinggi ping itu, ia juga menulis buku ber-
swasta di samping masih menjadi pe- judul Undang-Undang Perkawinan
neliti sosial. Di samping itu, aktivis antara Teori dan Praktek (Atma Ja-
Perhimpunan Mahasiswa Katolik ya, 1981). Karya terjemahannya,
Republik Indonesia tahun 1961— berjudul Si Pablo (sama dengan ju-
1968 ini juga aktif di bidang pers dul buku asli karangan R. Dela Cor-
mahasiswa (status DPP) yang berke- tes), diterbitkan oleh Penerbit Maja-
dudukan di Yogyakarta. lah Harison (1980). Hingga saaat ini
Buddy L. Worang belajar menu- karya-karya Buddy L. Worang cukup
lis sejak SMP. Ia senang menulis bu- banyak. Namun sayang, akhir-akhir
kan karena dorongan faktor luar, me- ini ia seakan-akan berhenti berkarya.
lainkan atas inisiatifnya sendiri. Ba-
kat kepengarangannya diperoleh dari
banyak membaca. Ia mencari ilham
bagi karangannya dengan cara me-
ngamati apa saja yang terjadi di ma-
na saja (masyarakat). Di dalam ka-
rangan-karangannya Buddy L. Wo-
rang sering menggunakan nama sa-
maran: L. Buwang, L. Worang, atau
Buddy LW. Nama itu sengaja digu-
nakan agar dirinya tidak diketahui
sebagai keturunan Manado.
Karya-karya sastra yang telah
dipublikasikannya, antara lain “Da-
di Lakon” (Djaka Lodhang, 1995),
“Kidung Ngumandhang” (Mekar
Sari, 1992), “Humas” (Djaka Lo-
dhang, 1992), “Lunas” (Djaka Lo-
dhang, 21 Oktober 1995), “Kernèt
Tardi (Djaka Lodhang, 6 Mei 1995),
dan masih banyak lagi di Mekar Sa-
ri, Kandha Raharja, dan Pagagan.
Salah satu karyanya, “Boyke Saha-
82 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

c
cahyarini budiarti (1972—) No. 1, 6 September 1992); “Anu,
Cahyarini Budiarti lahir di Sido- Pak….” (Jaya Baya, No. 19, 10 Ja-
arjo, Jawa Timur, pada 25 Oktober nuari 1993); “Mangsa Gugur ing Ga-
1972. Ia menyelesaikan pendidikan nesha” (Jaya Baya, No. 35, 1 Mei
formalnya di Universitas Gadjah 1994); “Sauruting Jalan Ganesha”
Mada, Fakultas Kehutanan, Yogya- (Jaya Baya, No. 43, 22 Juni 1997),
karta, tahun 1997. Pengarang muda dan sebagainya.
ini termasuk produktif. Dalam me- Cahyarini Budiarti mulai menu-
nulis karya sastra Jawa, ia tidak per- lis cerkak sejak masih duduk di
nah menggunakan nama samaran. Ia bangku SMA. Namun, jauh sebelum
pernah bekerja sebagai pegawai ne- itu ia telah lama mencintai sastra dan
geri di Departemen Transmigrasi dan belajar menulis cerita, baik dalam
PPH Palu, Sulawesi Tengah. Namun, bahasa Jawa maupun Indonesia.
lima tahun kemudian, ia kembali ke Oleh karena itu, ketika mulai mema-
Madiun dan bekerja di instansi yang suki bangku kuliah, ia semakin tekun
sama. Cahyarini Budiarti sekarang menulis karya sastra. Walaupun ku-
bertempat tinggal Jalan Sirsat 12, liahnya bukan di fakultas sastra, ia
Madiun, Jawa Timur. tidak malu untuk menulis dengan ba-
Cahyarini Budiarti menulis sas- hasa Jawa. Justru dengan bakat dan
tra dalam bahasa Jawa dan Indone- kecintaannya terhadap sastra Jawa,
sia. Beberapa karyanya yang berba- Cahyarini Budiarti semakin terpacu
hasa Jawa biasanya dalam bentuk untuk menunjukkan kemampuannya
cerkak di majalah Jaya Baya. Ia be- menulis sastra Jawa.
lum pernah menulis di majalah lain Ketekunannya menulis cerita
seperti Panjebar Semangat, Jaka ternyata membuahkan hasil karena
Lodhang, Mekar Sari, dan sebagai- beberapa karyanya pernah meme-
nya. Tema yang digarap Cahyarini nangkan lomba penulisan cerpen,
Budiarti sangat variatif, mulai dari misalnya pemenang I dan harapan I
masalah keluarga sampai masalah dalam lomba mengarang cerpen
sosial, misalnya “Mas Wahyu” (Jaya tingkat SLTA se-Jawa yang diseleng-
Baya, No. 50, 9 Agustus 1987); garakan oleh Fakultas Sastra UNS
“Nalika Tekan Jakarta” (Jaya Baya, Surakarta tahun 1990. Karyanya itu
No. 53, 28 Agustus 1988); “Kalah” kemudian dimuat di majalah Anita
(Jaya Baya, No. 3, 17 September Cemerlang, tahun 1990. Di samping
1989); “Mogok” (Jaya Baya, No. itu, ia juga menjadi juara II dalam
41, 10 Juni 1990); “Jangkrik Geng- lomba menulis cerkak tingkat SLTA
gong” (Jaya Baya, No. 16, 15 De- se-Jawa Timur dalam rangka Semi-
sember 1991); “Protes” (Jaya Baya, nar dan Dialog Nasional Sastra Jawa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 83

di IKIP Surabaya, tahun 1991. Pada PANGKUR pelog pathet lima


tahun 1993, ia kembali meraih juara
3 5 5 5 3 3 3 3
I dalam lomba penulisan cerkak
Nggu- gu kar- sa- ne pri- yang- ga
MCA ’93 Himpunan Mahasiswa
3 5 5 6 1 1 1 1
Program Studi (Himaprodi) Bahasa
no- ra ngang- go pe- pa- rah la-
dan Sastra Indonesia, Universitas
1 23 2. 1
Airlangga, Surabaya.
mun ang- ling
5 6 1 1 1 1 2 1
cakepan lu- muh i- nga- ran ba- li- lu
Cakepan adalah kata atau ga-
1 6 5 5 5 5 5
bungan kata yang dipergunakan da-
u- ger gu- ru a- lem- an
lam tembang Jawa. Dalam dunia
5 5 5 6 5 3 1
musik istilah cakepan disebut lirik
na-nging jan- ma ing- kang wus
dalam sebuah musik. Tembang Jawa
1 1 1 3 3
secara lengkap ditampilkan dalam
was- pa- deng se- mu
format notasi angka yang disertai de-
6 1 1 1 1 1 1 1
ngan kata-kata di bawah notasi se-
si- na- wung ing sa- mu- da- na
bagai cakepan atau liriknya. Apabila
1 2 3 1 2 3 3 2.1
seseorang belajar melagukan tem-
se- sa- don i- nga- du ma- nis
bang Jawa harus berpegang pada no-
tasi angka. Artinya, panjang pendek ‘Mengikuti kehendak sendiri
dan tinggi rendahnya suara seseorang tidak mengingat jika keliru
dalam membawakan lirik atau cake- tidak mau disebut salah
pan itu harus berdasarkan ukuran na- selalu bermanja
da yang terdapat pada notasi. Demi- tetapi manusia yang sudah waskita
kian pula notasi itu sangat penting ba- dikemas dalam pelambang
gi pembelajar gamelan Jawa yang tembang yang mengenakkan.’
mengiringi tembang tertentu.
Cakepan disusun sedemikian ru- calon arang
pa untuk mengekspresikan jiwa pe- Kitab ini berbentuk prosa. Peng-
nembangnya sesuai dengan watak gubah kitab Calon Arang ini tidak
yang terkandung dalam setiap tem- diketahui. Kitab itu digubah pada za-
bang. Oleh karena itu, dalam menyu- man bahasa Jawa Tengahan. Kitab
sun cakepan harus betul-betul mem- Calon Arang dicetak dengan huruf
perhatikan watak tembangnya Latin disertai terjemahannya dalam
sehingga dapat tercapai pengung- bahasa Belanda di Brijdragen Kon.
kapan perasaan dan kata hati yang Inst. Ind. tahun 1926, yang berba-
dikemas dalam tembang itu. hasa Jawa baru terdapat di Balai
Contoh cakepan tembang Pang- Pustaka dan Perpustakaan Perguru-
kur: an Kem. P.P. & K.
Ringkasan ceritanya sebagai be-
rikut. Empu Baradah, seorang pen-
84 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

deta, mempunyai anak perempuan pat dibawa oleh Empu Bahula dan
bernama Wedawati. Ketika umur se- diberikan oleh Empu Baradah. Se-
belas tahun, Sang Wedawati diting- telah itu, Empu Baradah pergi ke Gi-
gal wafat ibunya. Empu Baradah rah. Calon Arang ditunjukkan semua
menikah lagi, mempunyai anak laki- kesalahannya lalu dibunuh oleh Em-
laki. Sang Wedawati tidak tahan ikut pu Baradah, seketika itu semua pe-
ibu tirinya. Lalu ia pergi ke makam nyakit hilang.
ibunya dan tidak mau diajak pulang. Prabu Airlangga berkenan men-
Di makam itu didirikan rumah untuk jadi pendeta. Oleh karena itu, kedua
Empu Baradah dan Sang Wedawati. putranya akan dinobatkan menjadi
Pada waktu itu yang bertahta di ta- raja di Pulau Jawa dan di Pulau Bali.
nah Jawa adalah Prabu Airlangga. Empu Baradah diutus untuk minta
Tercerita ada seorang janda, ber- izin ke Pulau Bali, tetapi tidak diizin-
nama Calon Arang. Ia bertempat kan oleh Empu Kuturan, seorang
tinggal di Desa Girah dan mempu- pendeta juga. Kemudian Pulau Jawa
nyai seorang anak perempuan ber- dibagi dua untuk kedua putra Prabu
nama Ratna Manggali. Tak seorang Airlangga. Setelah itu Prabu Air-
pun sudi meminang Ratna Manggali langga menjadi pendeta dengan na-
karena ibunya jahat, senang mene- ma Sang Jatiningrat.
nung orang. Oleh karena itu, Calon Pada waktu Empu Baradah per-
Arang marah, akibatnya orang-orang gi ke Bali, ia naik daun kulur untuk
di dalam negeri kena penyakit sampai menyeberangi Selat Banyuwangi.
meninggal dunia. Pada waktu pulang, ia selalu akan
Akhirnya, Sang Prabu Airlangga tenggelam karena lupa tidak mohon
memanggil para ahli nujum. Mereka diri kepada Empu Baradah lalu kem-
mendapat titah untuk merunut sebab bali dan mohon diri kepada Empu
musabab munculnya penyakit itu. Kuturan. Akhirnya, ia berhasil me-
Mereka menjawab bahwa penyakit nyeberang Selat Banyuwangi dengan
itu disebabkan oleh perbuatan Calon menaiki daun Kulur. Cerita ini ter-
Arang. Kemudian, Sang Prabu me- jadi di Tibet juga. Sang Nagarjuna,
merintahkan punggawanya untuk pendeta yang mendirikan agama
menyerbu Girah, tetapi semua pra- Buddha Mahayana, menaiki daun
jurit kalah dan banyak yang tewas. untuk menuju ke pulau yang jauh da-
Penyakit makin merajalela. Oleh ri tanah Indu. Ketika pulang ia naik
karena itu, Sang Prabu meminta to- daun itu juga.
long kepada Empu Baradah untuk Lama-kelamaan kedua putra
memusnahkan Calon Arang. Empu Prabu Airlangga itu bertempur ka-
Bahula adalah murid Empu Bara- rena berebutan batas kerajaannya.
dah. Ia disuruh untuk memperistri Empu Baradah dititahkan untuk me-
Ratna Manggali. Selama ia tinggal lerainya dan menetapkan batas an-
di Girah, ia memata-matai mertua- tara kedua kerajaan itu.
nya. Akhirnya kitab Calon Arang da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 85

Mengenai Empu Baradah mem- hal yang baik. Lawan kata nyandra
bagi tanah Jawa menjadi dua serta yaitu nacad ‘mencela’.
pergi ke Pulau Bali dengan menye- Di dalam cerita pedalangan ter-
berangi lautan terdapat dalam kitab dapat ungkapan: Yen cinandra su-
Nagarakretagama, pupuh 68, bait warnane Sang Dewi Wara Sumba-
1—3. Kitab Pararaton juga men- dra pranyata kurang candra luwih
ceritakan bahwa Sang Hiang Loh- warna (rupa) ‘Jika dideskripsikan,
gawe pergi dari tanah Jawa ke tanah keindahan Sang Dewi Wara Sum-
Indu dengan naik roning kakatang badra ternyata kurang sarana untuk
telung tugel ‘daun kakatang tiga pu- menggambarkan, tetapi keindahan-
cuk’. nya lebih’. Jadi, penggambarannya
masih kurang dibandingkan dengan
candra keindahannya. Adapun hal-hal yang
Istilah candra mengacu kepada dicandra itu, antara lain, meliputi
dua pengertian. Pengertian pertama bagian badan manusia atau bab-bab
kata candra berarti (1) ‘bulan’ yang yang berkaitan dengan manusia, ke-
mengacu pada kesatuan waktu, mi- adaan alam, dan sebagainya. Orang
salnya, satu bulan terdiri atas tiga nyandra itu tidak harus dengan ba-
puluh hari; (2) ‘bulan’ yang mengacu hasa yang dakik-dakik ‘indah-indah’,
pada nama benda, misalnya, bulan tidak harus dengan bahasa puisi atau
purnama, bulan sabit. Pengertian ke- bahasa indah. Kadangkala nyandra
dua kata candra mengacu kepada ce- itu dengan bahasa yang biasa saja.
rita keadaan sesuatu dengan cara pe- Misalnya:
pindhan ‘perumpamaan’. Kaitannya Drijine mucuk eri
dengan istilah sastra, pengertian ‘jemarinya bagaikan ujung duri’
yang kedua yang digunakan. Kata Bangkekane nawon kemit
candra mendapat awalan any men- ‘pinggangnya seperti pinggang ta-
jadi anyandra — nyandra yang ber- won’
arti ‘menggambarkan’ atau ‘mendis- Lakune macan luwe
kripsikan keindahan atau keadaan’ ‘caranya berjalan bagaikan harimau
dengan cara pepindhan ‘perumpa- lapar’
maan’. Jadi, yang disebut candra itu Swarane ngombak banyu
bukan pepindhan ‘perumpamaan’. ‘swaranya naik turun bagaikan air
Perumpamaan itu hanya terletak samodra’
pada sarana saja atau sebagai alat
Adapun panyandra dengan ba-
untuk mendiskripsikan atau meng-
hasa yang indah tampak dalam con-
gambarkan keindahan. Selain itu,
toh berikut.
nyandra juga beratri ‘menggambar
atau mereka-reka gambaran yang Idepe tumengeng tawang
‘Bulu mata melengkung ke atas’
menceritakan tentang pepindhan
Grana rungih pindha kencana pi-
‘perumpamaan’ yang baik. Jadi,
natar
nyandra berarti mengungkapkan hal-
86 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

‘hidungnya mancung ibarat emas di- bulan. Candrasengkala berasal dari


ukir’ kata candra yang berarti ‘bulan’ dan
Rema memak ngandhan-andhan se- sengkala yang berarti ‘waktu’. Da-
mu wilis lam masalah perhitungan waktu (ha-
‘rambut subur mengombak kehijau- ri), dahulu masyarakat Jawa meng-
an’ gunakan tahun Saka, suatu perhi-
tungan yang didasarkan atas rotasi
Contoh manusia marah:
matahari. Akan tetapi, bersamaan
Lir sinabit talingane, jaja bang ma-
dengan perkembangan zaman, khu-
winga-winga, sinabeta marang sa-
susnya ketika Sultan Agung di Ma-
gedeng, bel dadi geni. taram berkuasa, perhitungan terse-
‘telinganya bagaikan dipotong de-
but kemudian diganti dengan perhi-
ngan parang, dadanya merah seperti
tungan waktu berdasarkan atas rota-
membara, dicambuk dengan sekuat
si rembulan. Sejak saat itu, candra-
tenaga, menyala menjadi api’. sengkala menjadi dasar perhitungan
waktu yang biasa dipergunakan oleh
candrakirana orang Jawa. Candrasengkala dalam
Majalah berbahasa Jawa Can-
sastra Jawa biasanya ditemukan da-
drakirana terbit di Solo, bulan Ja- lam permulaan tembang atau pada
nuari 1964. Pada tahun itu, Candra-
akhir tembang. Berdasarkan wujud
kirana menyelenggarakan sayemba-
dan penyusunannya, candrasengkala
ra mengarang cerkak (cerita pendek
dibagi dalam dua bentuk, yaitu can-
Jawa). Sayembara tersebut dime- drasengkala lamba (berujud kata-
nangkan oleh 9 buah cerkak, yaitu
kata atau frasa) dan candrasengkala
(1) “Lupute Pangemong” karya S.K.
memet (berupa lukisan atau gam-
Dwijo, (2) “Ndhepani Siti Bantala”
bar). Contoh candrasengkala lam-
karya S. Purwanto, (3) “Alum ing ba, yaitu Penerus tingal tataning
Tanah kang Loh” karya Suparto
nabi (1529, ditemukan dalam Serat
Brata, (4) “Pahlawan Trikora” kar-
Suluk Wujil, karya Sunan Bonang),
ya Suyono, (5) “Jugrug” karya Edy
Geni rasa driya eka (1563, ditemu-
D.D, (6) “Bener Kadhang Kebli- kan dalam Serat Nitipraja, karya
nger Kliru Sok Setuju” karya Pur-
Sultan Agung), Sirneng tata pandhi-
wono P.H., (7) “Gaib Jroning Lela-
ta siwi (1750, ditemukan dalam Se-
kon” karya Sri Hadidjojo, (8) “Dok-
rat Rama, karya R. Ng. Ranggawar-
ter lan Tatu Lawas” karya Esmiet, sita), dan sebagainya.
dan (9) Adrenging Katresnan” ka-
rangan Suharjo. Majalah Candraki-
cangkriman
rana tidak dapat bertahan lama hi-
Cangkriman adalah kata-kata
dup karena oplahnya kecil. atau ucapan-ucapan yang harus di-
terka maksudnya. Istilah lain untuk
candrasengkala ini adalah capeyan atau badhekan.
Candrasengkala adalah perhi-
Ada 4 macam cangkriman, yaitu (1)
tungan waktu menurut rotasi rem-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 87

cangkriman cekakan/wancahan, (2) Saiki ula-ula ora ana sing mandi


cangkriman blenderan, (3) cang- ‘Sekarang banyak ular yang ti-
kriman wantah; dan (4) cangkriman dak berbisa’
pepindhan atau irib-iriban. (Sekarang ular-ular tidak ada
(1) Cangkriman cekakan/wancahan yang berbisa, karena kata ula-ula
adalah teka-teki yang berwujud berarti tulang punggung)
ringkasan kata-kata.
Wong wudunen iku sugih pari
Contoh:
‘Orang bisulan itu memiliki ba-
Pakpoletus tipak kebo ana le-
nyak padi’
lene satus
(Kata pari ‘padi’ maksudnya pa-
‘Bekas telapak kaki kerbau ada
ringisan, pada kenyataannya
lelenya seratus’
orang yang terkena penyakit bisul
Pak bomba pak lawa pak peyut
itu sering mringis menahan sakit
tipak kebo amba tipak ula dawa
jika bisulnya tersenggol)
tipak cempe ciyut
‘Bekas telapak kerbau lebar Ngetung usuk, wiwit esuk sapre-
bekas telapak ular panjang bekas ne kok isih terus bae
telapak anak kambing kecil’ ‘Menghitung usuk, sejak pagi
masih terus berlangsung’
wiwawite lesbadhone
(Menghitung usuk maksudnya
‘Uwi panjang pohon tales lebar
tidur terlentang, pada posisi ter-
dunnya’
sebut orang menghadap ke atas
Bornas kopen sehingga seperti memperhatikan
‘Bubur panas makanlah’ usuk)
(2) Cangkriman blenderan adalah We lha ora idhep isin, wong wis
teka-teki yang mengandung arti diwasa kok ngguyu tuwa
plesetan. Dalam menebak teka- ‘Tidak tahu malu, orang sudah
teki jenis ini harus penuh pertim- tua kok masih tertawa seperti
bangan, dicocok-cocokkan dan orang tua’
sangat hati-hati karena jika tidak (Maksudnya ngguyu di situ ada-
berhati-hati pasti akan kablen- lah ‘menangis’)
der ‘terkecoh dan akan diterta- Dhewekke wus anguk-anguk
wakan orang’ kubur
Contoh: ‘Dia sudah melongok kubur’
Tulisane Arab macane saka (Maksudnya anguk-anguk ku-
ngendi? Saka alas bur ‘sudah sakit keras dan ham-
‘Tulisan Arab cara membacanya pir mati’)
dari mana? Dari hutan’
(Karena kata macane dapat ber- Wah anakke lanang wis wiwit
arti membaca atau harimau) kluruk
‘Wah anak lelakinya sudah mulai
berkokok’
88 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(Maksudnya wiwit kluruk ada- Melek sakjam artinya membuka


lah ‘sudah remaja dan mulai su- mata sebesar jam pastilah tak ada
ka menyanyi lagu cinta’) yang kuat terlebih sebesar jam
tembok, jadi bukan berarti mem-
Ada juga teka-teki yang mengan-
buka mata yang lamanya 60
dung blenderan atau plesetan
menit.
dalam bentuk tembang.
Contoh: (3) Cangkriman wantah adalah te-
DHANDHANGGULA ka-teki yang disusun berdasar-
kan atas kata-kata bersahaja.
Ula-ula tan ana kang mandi
Contoh:
aja wedi singa nemanana
Dikethok saya dhuwur disam-
waton empuk pijetane
bung saya cendhak! ‘Kathok’
ana menir saberuk
‘Digunting makin tinggi disam-
banyu pait yen tes legi
bung makin pendek! ‘Celana’’
banyu bisaa sekolah
nora bisa luluh Yen cilik dadi kanca yen gadhe
sapa bisa ngukur meja dadi mungsuh! ‘Geni’
uceng-uceng neng banyu tan Jika kecil menjadi teman jika be-
bisa urip sar menjadi musuh! ‘Api’’
tan kuwat melek sakjam.
(4) Cangkriman pepindhan atau
tebakannya: irib-iriban adalah teka-teki yang
Ula-ula, maksudnya tulang berwujud perumpamaan.
punggung, memang tidak ada tu- Contoh:
lang punggung yang berbisa; Sega sakepel dirubung tinggi.
Singa, maksudnya siapa pun, bu- ‘Salak’
kan sebangsa hewan macan; ‘Nasi segenggam dikerumuni
waton maksudnya bukan pe- kutu busuk. ‘Buah salak’’
nyangga kayu tempat tidur, tetapi Pitik walik saba meja. ‘Sulak’
yang berarti ‘janji’; ‘Ayam kate berkeliaran di meja.
Menir saberuk maksudnya ‘ba- ‘Sulak’
nyaknya bukan besarnya’; tetes,
Pitik walik saba kebon. ‘Nanas’
maksudnya ‘sirup’;
‘Ayam kate berkeliaran di ke-
Banyu bisaa sekolah itu, mak-
bun. ‘Nanas’’
sudnya banyaknya air dapat satu
bak atau dua bak mandi; Emboke wuda anake tapihan.
Luluh, maksudnya ‘sebangsa he- ‘Pring lan bung’
wan’; ‘Ibunya telanjang anaknya ber-
Ngukur dari kata dasar kukur; kain. ‘Pohon bambu dan rebung’
Uceng-uceng yang dimaksud
Maling papat oyak-oyakan.
bukan ikan kecil tetapi deles yang
‘Undar’
tidak bisa hidup di air;
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 89

‘Pencuri empat kejar-kejaran. kok’ yang sudah ada. Lakon gubah-


‘Alat pemintal benang tenun’’ an baru itu masih tetap menampilkan
cerita dan berdasarkan tokoh-tokoh
Emboke dielus-elus anake di-
utama wayang purwa di dalam pa-
idak-idak. ‘Andha’
kem, tetapi dengan garapan yang sa-
‘Ibunya dibelai-belai anaknya di-
ngat bervariasi. Gubahan baru terse-
injak-injak. ‘Tangga’’
but untuk selanjutnya disebut lakon
Cangkriman yang berwujud per- carangan. Seperti halnya kemun-
umpamaan dalam tembang, mi- culan lakon-lakon carangan, lahir
salnya: pula puluhan, bahkan ratusan karya
PUCUNG sastra wayang purwa baru yang se-
jajar dengan lakon carangan tadi.
Bapak pucung
Tradisi saling mempengaruhi antara
bleger sirah lawan gembung
karya sastra dan lakon pergelaran
padha dikunjara
wayang ternyata terus berlanjut se-
mati sajroning ngaurip
hingga terdapat paralelisme di antara
mbijig bata nuli urip
keduanya dalam hal melahirkan gu-
sagebyaran.
bahan baru. Lahirnya gubahan baru
Bapak pucung itu didorong oleh tanggapan pemba-
rupane saengga gunung ca atau penonton yang tidak puas de-
tan ana kang tresna ngan cerita yang ada sehingga timbul
saben uwong mesthi sengit hasrat untuk menggubah, menam-
yen kanggonan den elus bah, mengurangi, ataupun mengem-
elus tinangisan. bangkan gerakan baru sesuai dengan
(Cangkriman atau teka-teki yang daya kemampuan kreativitasnya.
berujud tembang macapat terse- Dengan demikian, khazanah lakon
but tebakannya adalah: penyakit wayang dan sastra wayang purwa
wudun ‘bisul’) semakin kaya dan bervariasi. Tradisi
tiap daerah juga ikut melahirkan ber-
carangan bagai versi cerita wayang dan hal itu
Di dalam sastra Jawa dikenal terus berkembang secara turun-me-
istilah carangan. Kata carangan ter- nurun. Kondisi dan situasi sosial bu-
sebut biasa dipergunakan dalam du- daya masyarakat juga tidak jarang
nia pewayangan, khususnya dalam menjadi pemicu bagi lahirnya ga-
penyusunan lakon. Kata carangan rapan lakon dan cerita wayang yang
berasal dari kata carang ‘ranting su- baru. Hasil garapan itu bersifat ten-
luh’, pang pring ‘ranting bambu’; la- densius dan ada hubungan konteks-
jer ‘akar ubi’. Dihubungkan dengan tual dengan situasi yang aktual. Mi-
pewayangan, istilah itu kemudian di- salnya, lakon hilangnya Dewi Irawa-
pergunakan untuk memberikan pe- ti di Negara Mandraka yang disusul
ngertian mengenai lakon-lakon gu- dengan lakon menikahnya Irawati
bahan baru berdasarkan pakem ‘po- dengan Jaladara.
90 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

carik Kartasura. Hal itu terjadi pada za-


Dalam sastra Jawa, yang dimak- man pemerintahan Sinuhun Pakubu-
sudkann dengan istilah carik adalah wana II. Hasil keputusannya adalah
tulisan tangan. Di dalam khazanah Ki Cebolek diampuni karena berto-
sastra Jawa lama, karya sastra itu da- bat dan kalah bantahannya melawan
pat berwujud karya tulisan tangan Ketib Anom Kudus.
atau manuskrip dan dapat berwujud
karya cetakan. Karya sastra yang ma- cemporet
sih dalam bentuk tulisan tangan itu Kitab Cemporet adalah karya
sering disebut pula carikan. R.Ng. Ranggawarsita. Penulisan itu
dilaksanakan atas perintah Sri Pa-
cebolek duka Susuhunan Paku Buwana IX.
Kitab Cebolek itu memuat kitab Di dalam kitab Cemporet terdapat
Dewaruci, wiwaha, dan kitab-kitab sangkalan yang berbunyi song-song-
yang lain. Cerita itu ditulis dengan gora-candra atau tahun 1799 Jawa.
panjang lebar untuk bahan dalam Kalimat-kalimatnya amat cermat,
perkara. Keterangan mengenai Pa- banyak purwakantinya, bahasanya
ngeran Mangkubumi atau Sri Sultan sangat halus dan berlebih-lebihan.
Hamengkubuwana I. Beliau gemar Misalnya, tutur kata orang desa, pe-
bertapa dan berperang melawan rempuan desa, dibuat seperti tutur
mentek (hama padi). kata seorang priayi kota yang mahir
Yang mengagumkan dari kitab bertutur kata; dan tiap-tiap hal dibi-
Cebolek adalah cara menggambar- carakannya dengan panjang lebar.
kan masing-masing tokoh sangat hi- Cerita dalam kitab Cemporet itu
dup, misalnya tokoh Raden Demang merupakan bagian kecil-kecil dari
Ngurawan itu adalah orang besar cerita Tantu Panggelaran yang su-
yang tampan, pemberani, dan baik dah menjadi dongeng di masyarakat.
serta lancer bertutur katanya. Di samping itu ditambah lagi dengan
Kitab Cebolek sudah pernah di- cerita-cerita lain oleh R.Ng. Rang-
cetak di percetakan Van Dorp, Sema- gawarsita. Maksud R.Ng. Rangga-
rang, pada tahun 1886, dengan huruf warsita adalah untuk menuruti ke-
Jawa, dan baru-baru ini kitab itu di- hendak hati masyarakat karena pada
cetak lagi. waktu itu orang Jawa di Surakarta
Kitab Cebolek menceritakan gemar kepada hal-hal yang ajaib-
tentang Haji Mutamangkin, terkenal ajaib.
dengan nama Cebolek. Cebolek ada- Kitab Cemporet ditulis dengan
lah orang yang merusak sarak, me- bentuk tembang macapat, dicetak di
melihara anjing, dan sebagainya. Ce- percetakan Tuan Rusche di Surakar-
bolek digugat oleh para ulama selu- ta pada tahun 1856 Masehi. Di da-
ruh tanah Jawa yang dikepalai oleh lam pengantarnya terdapat sandi
Ketib Anom di Kudus. Perkara itu asma. Kutipan yang menggunakan
diajukan kepada Pradata Negeri
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 91

tembang Dandanggula, sebagai be- seluruh alam (akan) kebesaran-


rikut. nya yang tiada taranya (itu). Pe-
Song-song gora candraning lindung yang utama lagi amat su-
hartati, lwir winidyan saraseng cinya, sentausa dan berbudi lu-
parasdya, ringa-ringa pang- hur. Tulus ikhlas hatinya, dicintai
riptane, tan darbe labdeng kaw- oleh sekalian anak buahnya be-
ruh, angruruhi wenganing budi, sar-kecil semuanya memuji-mu-
kang mirong ruhareng tyas, ja- jinya, maka sejahteralah kerajaan
ga angkara nung, minta luwar- baginda’.
ing duhkita, haywa kongsi ke-
wran lukiteng kinteki, kang kata Serat Centhini atau Suluk Tam-
bangraras berisi keterangan yang
ginupita.
dapat digunakan sebagai sumber ins-
Pangapusing pustaka sa-
pirasi atau pedoman untuk menilai
yekti, saking karsa dalem Sri
Narendra, kang kaping sanga bagi pengembangan kebudayaan.
Hal tersebut dapat dilihat pada karya
mandhireng, Surakarta praja
R.Ng. Ranggawarsita yang berjudul
gung, sumbageng rat dibya-di-
Serat Cemporet.
murti, martatama susanta, san-
tosa mbek sadu, sadargeng ga- Kegiatan olah sastra pada masa
Kangjeng Susuhunan Paku Buwana
lih legawa, sihing wadya gung
yang muncul pada waktu itu relative
alit samya mumuji, raharjeng
sedikit apabila dibandingkan dengan
praja nata.
munculnya karya sastra pada zaman
Terjemahan ke dalam bahasa Indo- pemerintahan Kangjeng Susuhunan
nesia sebagai berikut. Paku Buwana IV, Kangjeng Susuhu-
‘Tahun 1799, syair ini laksana nan Paku Buwana IX, dan Kangjeng
bertaburkan beras kunyit yang Susuhunan Paku Buwana VIII dido-
berupa kehendak yang amat kuat, minasi oleh karya R.Ng. Ranggawar-
ragu-ragu menggubahnya, (kare- sita, antara lain Serat Cemporet, Se-
na) tidak mempunyai pengeta- rat Pustaka Raja Puwara, Serat Pa-
huan tinggi, (hanya) sekedar rang Yoga, Serat Aji Pamasa, dan Se-
mencari (menunggu), terbukanya rat Witaradya.
budi, yang diliputi oleh kerusuh- Ringkasan ceritanya sebagai be-
an budi, menjaga angkara murka, rikut. Tiga orang raja yang berkera-
meminta lepasnya duka cita, ja- jaan di Jepara, Pagelen, dan Pramba-
ngan sampai kekurangan perka- nan. Mereka bernama Sri Karungka-
taan untuk cerita (kitab) ini, kata- la, Sri Katungmalaras, dan Sri San-
kata yang harus ditulis. dhanggarba. Mereka meninggalkan
Digubahnya kitab (ini) se- kerajaannya karena untuk mencari
sungguhnya, atas kehendak ba- keuntungannya sendiri. Ada yang
ginda Sri Paduka Raja, yang ke- menjadi binatang liar, dan ada yang
sembilan kerajaan di negeri pergi ke dusun-dusun. Putera Page-
agung Surakarta, termasyhur di len yang bernama R. Jaka Pramana
92 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tinggal di desa Cengkarsari, di tem- ria”, Yogyakarta. Cenderawasih se-


pat Buyut Cemporet. Ia menikah de- benarnya merupakan edisi khusus
ngan anak angkat Ki Cemporet, yang mingguan berbahasa Jawa Djaka
bernama rara Kumenyar. Lodhang dari Yogyakarta.
Sebenarnya Rara Kumenyar itu Majalah yang harga ecerannya
puteri raja Jepara. Yang menjadi te- Rp50,00 itu memuat cerkak dan gu-
langkai cinta dalam pernikahan itu ritan (puisi). Sebagai Edisi khusus
adalah seekor burung beo yang dapat Djaka Lodang, Cenderawasih me-
bicara. Di samping itu, terdapat ce- miliki slogan: “Macak Cerita-cerita
rita cincin yang dapat menghirup ru- kang Nengsemake” (memuat cerita-
pa sehingga nampak seperti potret. cerita yang menyenangkan). Edisi 1
Cerita tentang putera raja yang pergi Tahun 1-1975, memuat 4 cerkak, ya-
meninggalkan negerinya, pulang itu “Anggon Welut Diedoli Udhet”
kembali. Sebelum itu mereka selalu karya Any Asmara; “Sorote Melathi”
bertemu dan mengalami hal-hal yang karya Tamsir AS; “Pandhadharan”
ajaib-ajaib. Keajaiban-keajaiban itu karya Muryalelana, dan “Pil…..
seperti yang terdapat di dalam cerita Belang Telon” karya Esmiet. Di sam-
kitab Pustaka Raja. ping itu, majalah tersebut juga me-
muat 4 buah guritan, yaitu “Nostal-
cenderawasih gia”, “Layang saka Paran”, “Tapel
Nama Cenderawasih ada dua je- Wates” karya Moch. Nursyahid;
nis, yaitu (1) judul buku khusus yang “Ngawi”, “Bali Tumpak”, “Sepur Tu-
memuat beberapa buah cerita pen- wa”, “Koncatan”, “Grahana” karya
dek Jawa, dan (2) judul sebuah maja- Djajus Pete. Berikut ini contoh gu-
lah yang juga memuat cerita pendek ritan karya Djajus Pete (semua pen-
cerita pendek Jawa atau cerkak. Ke- dek-pendek), seperti puisi (tradisio-
duanya terbit di Yogyakarta, tetapi nal) aiku Jepang atau epigram, dua
berbeda tahun penerbitannya. Buku di antaranya ialah berjudul “Sepur
Cendrawasih dicetak dengan tanpa Tuwa” dan “Koncatan”.
angka tahun, memuat cerita pendek,
SEPUR TUWA
menyertakan harga jualnya sebesar
bengi ngene kudune sliramu
Rp 400,00. Buku tersebut masih
ngaso ing dhipo
menggunakan ejaan Soewandi (Tjen-
sakawan krenggosan apa ora
drawasih) sehingga menandai tahun
loyo
terbitnya sebelum tahun 1970-an.
teka isih kudu makarya
Adapun Cenderawasih majalah
sesake penumpang
ukurannya setengah kuarto, berang-
sapanandhang!
ka tahun penerbitan yang jelas (No-
mor 1 Tahun 1-1975), dengan tebal KONCATAN
35 halaman. Majalah tersebut diter- lintang cumlorot alihan enggon
bitkan oleh Yayasan “Kartika Cak- benang pedhot ati sing ketaton
ti”, dicetak oleh Percetakan “Mu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 93

Majalah Cendrawasih itu di- cerita menak


pimpin oleh Kusfandi; Pemimpin Cerita menak di dalam sastra Ja-
Redaksi/ Penanggung Jawabnya wa dikenal dengan judul Serat Me-
Drs. Abdullah Purwodarmono; Wa- nak. Serat Menak didukung oleh ba-
kil Pemimpin Redaksi/Penanggung nyak naskah, tersimpan di berbagai
jawab: Surjotamtomo; Sekretaris tempat, di dalam dan di luar negeri
Redaksi ialah F.X. Subroto. Cende- (Pigeauad, 1967; Poerbatjaraka,
rawasih hanya terbit satu nomer (No- 1940; Vreede, 1892; Juynbool, 1907
mor 1 Tahun 1-1975), setelah itu, dan 1911). Cerita ini berasal dari ki-
tidak muncul lagi. sah seorang pahlawan Arab bernama
Hamzh, paan dari Nabi Muhammad.
cengkok Dia berjasa dalam penyebaran dan
Cengkok adalah gaya personal penyiaran Islam serta selalu meme-
dalam membaca macapat atau puisi nangkan peperangan antara tentasa
Jawa tradisional. Tiap manusia muslim dan tentara kafir. Kisah ke-
mempunyai gaya bicara, gaya ber- pahlawanam Hamzah ini mengil-
jalan dan bertingkah laku masing- hami sastra pahlawan atau epos da-
masing. Demikian juga orang mem- lam kesastraan Persi. Oleh karena
baca, dalam membaca macapat atau itu, muncullah karya sastra pahla-
melagukan tembang macapat. Na- wan dalam bahasa Persi yang berju-
mun, pada lagu yang sama dapat ter- dul Oissa’I Emir Hamza (van Ron-
dengar sedikit berbeda karena ada kel, 1895:98). Dalam cerita itu Ham-
bagian-bagian tertentu yang digarap za berubah menjadi seorang pahla-
atau diubah serta diolah dengan hias- wan yang hebat, tindakannya men-
an nada yang berbeda. Ada orang jadi bersifat legendaries dan dia men-
yang senang mengalunkan (meliuk- jelma sebagai penyebar agama Islam
kan, mengulur) andhegan ‘suara yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Ce-
akhir kata’. Demikian pula ada yang rita ini banyak dikenal di negeri Islam
lebih senang meliukkan nada sebelum di Asia Tenggara (Pigeaud, 1967:
suku akhir pedhotan atau andhegan. 213). Pada abad ke-15, cerita ini dike-
Alunan suara semacam itu dalam seni nal di Kerajaan Melayu sebagai ce-
suara Jawa disebut andhah swara rita yang dapat menggerakkan kebe-
dan amung swara. ranian tentara Malaka yang akan
Contoh: menghadapi serangan tentara Portu-
Mingkar mingkuring angkara gis pada tahun 1511 (Sejarah Mela-
……………………., (andhah swara) yu cerita ke-34).
Mingkar mingkuring angka Versi Arab sebagai saduran dari
……………………. ra, (anung swa- versi Persi berjudul Sirãt Hamza
ra) (van Ronkel, 1895:82—90). Sadur-
an ini semakin jauh dari riwayat asli-
nya karena Amir Hamzah tidak lagi
sebagai paman Nabi Muhammad,
94 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tetapi dia keturunan seorang yang dikenal dengan teks Kartasura. Bah-
bernama Kinana. wa teks ini terjemahan langsung dari
Cerita Amir Hamza pertama-ta- versi Melayu karena di dalamnya
ma muncul di Nusantara dalam sas- masih terdapat beberapan data yang
tra Melayu. Versi Melayu ini berju- menunjukkan bahwa bahasanya ter-
dul Hikayat Amir Hamzah, berasal pengaruh oleh bahasa Melayu, mi-
dari versi Persi (van Ronkel, 1895: salnya ‘Sang Ambyah kang dipun-
98). Versi Jawa berasal dari versi Me- beri’; ‘tumpesan denemu (olehmu)’;
layu ini (Poerbatjaraka, 1954:109) ‘Sang nata dating turut (ikut datang)
dan masuknya dalam kesastraan Ja- (Poerbatjaraka, 1940:2). Penerje-
wa diperkirakan pada Zaman Ma- mahan ini diduga pada waktu ke-
taram pada abad ke-17. Oleh karena sastraan Jawa mengalami pembaru-
nama sang Menak semakin populer an ketika memasuki era kesastraan
dalam sastra Jawa, akhirnya versi yang bernafaskan Islam yang dilaku-
Jawa disebut Serat Menak. Cerita itu kan di pusat kekuasaan Islam di Ja-
menjadi sangat panjang karena pe- wa, terutama di Gresik (Poerbatja-
ngisahannya diperpanjang dengan raka, 1940:3).
cerita-cerita lain, dan ditambah-tam- Isi Serat Menak banyak terpe-
bah dengan cerita anak cucu sang ngaruh oleh cerita Panji, yang pada
Ambyah. Akan tetapi, alur cerita te- saat populernya serat ini, cerita Panji
tap dan sang Ambyah tetap ditam- merupakan karya sastra yang sangat
pilkan sebagai seorang pahlawan menarik. Pengaruh Panji terutama
Islam, yang berperang dari satu ne- tampak antara lain pada penceritaan
geri ke negeri lain untuk menyebar- Dewi Muninggar yang sangat mirip
kan agama Islam dan melawan para dengan Galuh Candrakirana, serta
raja kafir hingga mereka dengan se- cerita pengembaraan Ambyah mirip
luruh tentara dan rakyatnya mau ma- dengan pengembaraan Inu Kertapati
suk Islam (Poerbatjaraka, 1954: sewaktu untuk berperang. Perbedaan
109—110). antara keduanya terletak pada pepe-
Serat Menak yang tertua ditulis rangan Ambyah melawan raja-raja
pada tahun 1637 (tahun Jawa) atas kafir, yang menghalangi penyebaran
perintah Kanjeng Ratu Mas Blitar, Islam, sedang Panji untuk mencari
permaisuri Sinuhun Paku Buwana I Candrakirana. Kesamaannya, sang
(Pangerangan Puger) di Istana Kar- Ambyah diiringkan para panakawan
tasura, ditulis oleh juru tulis Nara- (Umar Maya dan Umar Madi), se-
wita menantu juru tulis Waladana. dangkan Panji diiringkan oleh pana-
Teks ini dipandang sebagai teks Se- kawan Bancak dan Doyok. Umar
rat Menak yang paling tua, salinan Maya dan Umar Madi dalam riwa-
langsung dari versi Melayu Hikayat yat aslinya adalah sahabat Nabi Mu-
Amir Hamzah, yang terjemahannya hammad. Memasukkannya unsur-
di daerah pasisiran Jawa (Poerbatja- unsur cerita Panji dalam Serat Me-
raka, 1954:110). Seterusnya teks ini nak itu mungkin untuk membuat
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 95

serat ini digemari oleh masyarakat Kartasura. Di antara redaksi itu


Jawa pada waktu itu. yang paling panjang adalah yang di-
Pada abad ke-17 dan ke-18, ce- susun di istana Surakarta oleh R.Ng.
rita Menak banyak ditulis di daerah Yasadipura I, pujangga terkenal saat
pesisiran utara Jawa Timur, Madura, itu. Selanjutnya teks ini dikenal de-
Bali, dan Lombok, serta dibaca da- ngan versi Surakarta atau versi Ya-
lam bentuk tembang. Kenyataan ini sadipura. Teks ini merupakan terje-
menunjukkan bentuk sastra ciri bu- mahan langsung dari versi Kartasura
daya pesisiran (Pigeaud, 1967:214). (Poerbatjaraka, 1954:148). Bentuk
Mungkin cerita Menak menjadi me- dari versi-versi itu adalah tembang
narik karena isinya berupa kisah pe- macapat. Teks ini dibagi dalam 24
nyebaran Islam, agama yang waktu judul, yaitu (1) Menak Sarehas, (2)
itu sedang menarik masyarakat. Un- Menak Lare (4 jilid), (3) Menak Se-
sur kepahlawanan Islamlah juga te- randil, (4) Menak Sulub (2 jilid), (5)
ma penyebaran Islamlah yang me- Menak Ngajrak, (6) Menak Demis,
nyebabkan cerita ini cepat menjadi (7) Menak Kaos, (8) Menak Kuris-
populer. Demikian pula dalam sastra tam, (9) Menak Biraji (10) Menak
Melayu, cerita Amir Ambyah telah Kanin, (11) Menak Gandrung, (12)
populer pada awal abad ke-16, bah- Menak Kanjun, (13) Menak Kanda-
kan mungkin juga sebelumnya hing- bumi, (14) Menak Kuwari, (15) Me-
ga tentara Malaka sebelum mengha- nak Cina (5 jilid), (16) Menak Male-
dapi serangan tentara Portugis ingin bari (5 jilid), (17) Menak Purwakan-
dibacakan cerita Amir Hamzah, su- da (3 jilid), (18) Menak Kustup (2
paya mereka mendapat semangat da- jilid), (19) Menak Kalakodrat (2 ji-
ri kepahlawanan Hamzah. lid), (20) Menak Sorangan (2 jilid),
Dalam cerita Menak juga ditam- (21) Menak Jamintoran (2 jilid), (22)
pilkan tokoh-tokoh wanita dengan Menak Jaminambar (3 jilid), (23)
lukisan kecantikannya, keberanian- Menak Talsamat, dan (24) Menak
nya, dan kecerdasannya. Oleh kare- Lakat (3 jilid).
na itu, cerita Menak juga banyak di- Pembagian ini berbeda dengan
baca oleh para wanita. Tokoh-tokoh pembagian sebelum versi Yasadipu-
ini banyak berperan sebagai pem- ra, yang hanya terdiri atas 11 (sebe-
bangkit kembali keberanian Ambyah las) jilid, yaitu (1) Menak Lare, (2)
setelah beberapa saat menderita aki- Menak Jobin, (3) Menak Kanjun, (4)
bat tipu-muslihat lawan. Episode ini- Menak Cina, (5) Menak Malebari,
lah yang mewarnai cerita Menak (6) Menak Ngambarkustub, (7) Me-
menjadi cerita cinta kasih yang nak Kalakodrat, (8) Menak Gulang-
mengasyikkan. ga, (9) Menak Jamintoran, (10) Me-
Beberapa redaksi Serat Menak, nak Jaminambar, dan (11) Menak
pada awal abad ke-18, ditulis di ista- Talsamat. Penamaan judul Serat
na-istana Jawa Tengah. Untuk per- Menak tersebut dikaitkan dengan na-
tama kalinya di mulai dari Istana ma raja yang berperang dalam episo-
96 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

de atau dengan negara yang mela- Wayang Menak diciptakan oleh


wan Ambyah atau peristiwa penting. Kyai Trunodipo dari kampung Batu-
Pada tahun 1854, Serat Menak retno, Surakarta. Adapun maksud
pernah diterbitkan oleh C.F. Winter, Kyai Trunodipo membuat wayang
tetapi terbitan itu tidak lengkap. Ber- Menak ialah untuk mementaskan ce-
dasarkan naskah milik R. Pandji rita-cerita yang bersumber pada Se-
Djajasoebrata, Bataviasch Genoots- rat Menak dengan tokoh-tokoh Me-
chap berturut-turut menerbitkan ce- nak seperti Wong Agung Jayengrana
rita Menak dalam delapan jidil pada (Amir Ambiyah), Umar Maya, dan
tahun 1882 sampai dengan 1889. sebagainya. Wayang-wayang ini ke-
Cerita ini dibuat ringkasannya dalam mudian dibeli oleh R.M. Ng. Duto-
bahasa Jawa oleh R. Poerwasoewig- projo setelah Trunodipo meninggal
nja dan R. Wirawangsa. Pada tahun dunia.
1912, Menak versi Yasadipura di- Wayang Menak ada dua macam,
terbitkan oleh Balai Pustaka, leng- yaitu yang berupa wayang golek
kap 24 judul dalam 46 jilid, dalam (terbuat dari kayu) dan wayang kulit.
huruf Jawa dan bentuk tembang ma- Pementasan wayang kulit Menak
capat. Terbitan ini pada tahun 1982 menggunakan kelir dan blencong, sa-
diterjemahkan ke dalam bahasa In- ma halnya dengan pementasan wa-
donesia disertai transliterasinya. Ter- yang kulit purwa. Bentuk keseluruh-
jemahan itu tampaknya belum leng- an wayang kulit Menak ini dapat di-
kap karena baru ada 32 jilid. Sing- katakan serupa dengan wayang pur-
katan Serat Menak yang pernah di- wa. Perbedaan antara wayang kulit
terbitkan Balai Pustaka disertai daf- purwa dan Menak terletak pada raut
tar nama-nama yang terdapat dalam muka. Wajah wayang Menak hampir
cerita. Singkatan Serat Menak versi menyerupai raut muka manusia
Kartasura pernah dikerjakan oleh biasa. Tokoh-tokoh wayang Menak
Poerbatjaraka. mengenakan sepatu dan menyan-
Cerita-cerita Menak banyak di- dang klewang, baju, dan keris.
pergelarkan dalam bentuk pentas
wayang golek ataupun wayang kulit cerita sambung
dengan boneka-boneka wayang yang Cerita sambung adalah cerita re-
khas untuk pentas tersebut dan ja- kaan yang dimuat sebagian demi se-
rang sekali dalam bentuk pentas wa- bagian secara berturut-turut dalam
yang orang. Salah satu di antara pen- surat kabar dan majalah. Cerita ber-
tas untuk cerita Menak tersebut, sambung juga disebut dengan feuille-
ialah wayang kulit dari daerah Lom- ton. Munculnya cerita bersambung
bok yang lazim disebut wayang Sa- dalam sastra Jawa diawali oleh ma-
sak. Wayang golek Menak Jawa atau jalah Panjebar Semangat pada tahun
wayang golek Menak Sunda, yang 1933. Pada waktu itu, cerita bersam-
masing-masing berbeda bentuk bung yang dimuat di Panjebar Sema-
ukirannya. ngat sering dipergunakan untuk
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 97

membangun semangat kebangsaan. Jepang membuka lembaran berba-


Hal ini terjadi karena Panjebar Sema- hasa Jawa dalam Panji Pustaka dan
ngat didirikan untuk mendidik bang- mendirikan surat kabar di beberapa
sa sambil mengembangkan kepan- kota karesidenan di Jawa. Pengarang
daian baca-tulis rakyat. Jadi, sastra cerita bersambung yang muncul pa-
di Panjebar Semangat sangat ten- da masa kolonial Jepang adalah Ki
densius dan persuatif. Pengarang ce- Loemboeng. Selama kurang lebih ti-
rita bersambung yang cukup terke- ga setengah tahun masa Jepang, Ki
nal waktu itu adalah Sri Susinah. Pa- Loemboeng hanya menulis satu ce-
da tahun 1938, Sri Susinah menulis rita bersambung berjudul Trimurti
cerita bersambung atau feulleton atau Lelakone Sedulur Tetelu. Cerita
berjudul Sripanggung Kethoprak bersambung tersebut sebelumnya
dan Sripanggung Wayang Wong terbit berupa cerita bersambung da-
(1941). Cerita bersambung Sripang- lam majalah Mustika. Pada bulan
gung Kethoprak dianggap penting Juni 1942 (tahun Jepang 2602) pe-
dalam konteks sejarah sastra Jawa nerbit itu menerbitkan novel berjudul
modern karena berbicara masalah Trimurti utawa Lelakone Sedulur
politik secara terus terang, sesuatu Tetelu karya Ki Loemboeng. Menu-
yang tabu bagi penerbit Balai Pus- rut keterangan Penerbit Indonesia,
taka. Cerita bersambung karya Sri karya Ki Loemboeng itu banyak di-
Susinah tersebut ingin mengungkap- gemari oleh pembaca. Karena dinilai
kan peranan kesenian tradisional (se- sangat bermanfaat, cerita bersam-
perti kethoprak dan wayang orang) bung tersebut diterbitkan oleh Pe-
dalam upaya menggalang kesatuan nerbit Indonesia sebagai buku. Ke-
bangsa. Cerita bersambung Sripang- tika dimuat dalam Mustika, cerita itu
gung Wayang Wong isinya tidak belum selesai. Selanjutnya, setelah
jauh berbeda dengan Sri Panggung diperbaiki oleh pengarangnya, cer-
Kethoprak. Perbedaan antara kedua- bung tersebut diterbitkan sebagai no-
nya hanya pada setting dan tokoh- vel oleh Penerbit Indonesia.
tokohnya, tetapi keduanya sama-sa- Setelah Indonesia medeka, per-
ma mengungkapkan tentang perlu- kembangan cerita bersambung tum-
nya kesenian tradisional untuk tetap buh subur bagai cendawan di musim
dipertahankan sebagai cara untuk hujan bersamaan dengan mulai ber-
membangun semangat kebangsaan. kembangnya media massa berbahasa
Pada awal tahun 1942 terjadi ba- Jawa, baik yang berbentuk majalah
bakan baru dalam kehidupan bangsa maupun koran. Salah satu cerita ber-
Indonesia, yakni berakhirnya kekua- sambung yang cukup menonjol di
saan Belanda dan dimulainya kekua- masa setelah kemerdekaan adalah
saan Jepang. Untuk memobilisasi Timbreng, karya Satim Kadaryono.
masyarakat agar loyal, kolonial Je- Cerita bersambung tersebut pernah
pang mengizinkan penerbitan karya- dimuat di majalah Panjebar Sema-
karya sastra Jawa melalui majalah. ngat pada tahun 1963, kemudian di-
98 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

terbitkan dalam bentuk buku tahun fiksi. Cerita fiksi, yaitu crita yang
1995. Cerita bersambung tersebut, khayalan, critanya dibuat-buat, atau
jika dibandingkan dengan Lara La- bersifat fiktif belaka. Disebut do-
pane Kaum Republik karyo Suparto ngeng jika dikerata basa berarti di-
Brata, jauh lebih baik. Memasuki ta- paido keneng ‘boleh tidak diperca-
hun 1970-an, cerita bersambung te- ya’. Bentuk crita fiksi atau dongeng
rus menjadi perhatian dan trend da- di antaranya fabel, mite, dan legen-
lam sejarah sastra Jawa. Pada deka- da. Fabel, yaitu cerita dengan tokoh
de tersebut, sastra Jawa mengalami hewan yang dapat berbicara seperti
pasang surut karena buku-buku sas- manusia. Contohnya: Kancil lan Ba-
tra Jawa mulai jarang ditemukan. ya, Kancil Nyolong Timun, Singa
Oleh karena itu, demi melanjutkan Barong lan Tikus. Mite, yaitu cerita
sejarah, para pengarang sastra Jawa yang ada hubungannya dengan roh-
kemudian gencar memanfaat surat roh halus atau alam gaib. Contoh:
kabar atau majalah untuk memuat Nyi Rara Kidul, Pethite Nyai Blo-
tulisan-tulisan mereka secara ber- rong, Thuyul. Legenda, yaitu cerita
sambung. Penulis cerita bersambung yang menceritakan tentang kejadian
yang cukup menonjol pada tahun suatu tempat. Contoh: Terjadinya
1970-an, misalnya Any Asmara, Rawa Pening, Tangkuban Prau, De-
Tamsir AS, Esmiet, dan sebagainya. wi Sri. Crita nonfiksi dapat dibagi
Berbagai media bahasa Jawa seperti menjadi empat macam, yaitu (a) hi-
Kumandang, Panjebar Semangat, kayat, (b) babad, (c) sejarah, dan (d)
Jaya Baya, Mekar Sari, dan seba- roman. Hikayat, yaitu cerita tentang
gainya kerap dihiasi oleh cerita ber- riwayat pelakunya. Contoh: Hikayat
sambung karya pengarang tersebut. Hang Tuah, Hikayat Gadjah Mada,
Demikian pula pada dekade 1980- Hikayat Bahtiar. Babad, yaitu cerita
an dan 1990-an, cerita bersambung yang ada buktinya tetapi juga di-
benar-benar menunjukkan perannya tambah crita tambahan. Contoh: Ba-
yang sangat penting dalam perkem- bad Tanah Jawi, Babad Mataram,
bangan sastra Jawa. Barangkali, tan- Babad Kertasura, dan sebagainya.
pa kehadiran cerita bersambung di Sejarah, yaitu cerita yang bersumber
media massa, cerita panjang Jawa pada bukti atau sejarah, misalnya
(novel) benar-benar mengalami mas- sejarah Majapahit, sejarah Demak,
sa suram. Pada dekade 1980-an dan sejarah Kraton Ngayogyakarta dan
1990-an, pengarang cerita bersam- sebagainya. Roman, yaitu cerita
bung baru mulai bermunculan, mi- yang menggambarkan kehidupan se-
salnya Ay. Suharyono, Suharmono seorang dari lahir sampai meninggal,
Kasiyun, Yunani, dan sebagainya. misalnya roman adat, roman sosial,
roman deteftif, dan sebagainya.
crita
Crita terdiri atas dua jenis, yaitu
cerita fiksi (dongeng) dan cerita non-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 99

crita cekak bernama “Panglipur Manah” ‘Peng-


Istilah crita cekak terjemahan hibur Hati’ (1930), misalnya cerita
dari bahasa Indonesia “cerita pen- berjudul “Jejodhowan Wurung”
dek” atau cerpen. Dalam kesastraan “Perjodohan (yang) Gagal” (1930:
Indonesia maupun kesastraan Jawa 285; 289), dan cerpen “Dhawahing
istilah cerpen atau cerita pendek itu Kabegjan ingkang Mboten Kenging
ialah terjemahan dari istilah bahasa Dipuntulad” “Datangnya Keberun-
Inggris “short story”. Jenis sastra ini tungan yang Tidak Dapat Diperkira-
adalah jenis fiksi modern yang pen- kan” (29 Maret 1930). Secara kuali-
dek, yang baru muncul pada akhir tatif crita cekak pada waktu itu masih
abad ke-19. sederhana, baik dalam teknik pengga-
Dari sejarah masuknya istilah rapan maupun pemilihan tema, tetapi
crikak (crita cekak) ini ke dalam sudah memiliki tanda-tanda pembeda
khazanah sastra Indonesia maupun yang prinsipiil dengan bentuk naratif
Jawa tidak dapat dipisahkan dari pe- pendek tradisional, yaitu dongeng.
ranan pers. Pers berbahasa Jawa, Perbedaan prinsipiil itu ialah pada
Bromartani, mulai terbit pada tahun masalah yang digarap, yang dalam
1855, di zaman Hindia Belanda. Je- panglipur manah ini sudah meng-
nis fiksi ini disebarluaskan dan di- angkat masalah hidup sehari-hari, ti-
kembangkan oleh dua media massa dak lagi mengangkat imaji-imaji dari
berbahasa Jawa yang terbit secara dunia antah-berantah. Walaupun
periodik pada waktu itu, yaitu maja- teknik penggarapannya masih cen-
lah kolonial Kadjawen (Kajawen) derung berbentuk paparan curahan
yang terbit pertama kali tahun 1926 perasaan pengarang, tetapi landasan
di Jakarta, dan majalah swasta-pri- pemikiran terhadap elemen pendu-
bumi Panjebar Semangat yang ter- kungnya mengikuti logika-logika
bit pertama kali pada tahun 1933 di modern. Bahasa pengantar sebuah
Surabaya. Jenis fiksi pendek ini cerpen cenderung menggunakan ba-
muncul pertama kali sebagai salah hasa dalam kehidupan sehari-hari,
satu rubrik baru dalam majalah Ka- bukan bahasa Jawa adiluhung, atau
djawen (Kajawen), dengan pemuat- bahasa arkhais. Bahkan, cerpen-cer-
an masih secara acak. Artinya, pe- pen yang terbit dalam Panjebar Se-
muatannya kadang-kadang di bawah mangat sejak terbit sudah menggu-
rubrik “Jagading Wanita”, atau di- nakan bahasa Jawa ragam ngoko
selipkan di tempat yang lain yang yang merakyat. Itulah sebabnya re-
memberikan kesan hanya untuk pe- daktur memasukkan jenis fiksi pen-
ngisi kekosongan ruang. Hanya Pa- dek ini ke dalam rubrik “Lelakon”
njebar Semangat yang sejak awal ‘“kisah/pengalaman pahit”’.
hingga kini secara tetap mengguna- Di dalam kesastraan Jawa mo-
kan nama rubrik “Crita Cekak”. dern selanjutnya, jenis fiksi pendek
Dalam majalah Kajawen, fiksi ini selalu hadir dalam rubrik “Crita
pendek ini berada di dalam rubrik Cekak”, di berbagai majalah ber-
100 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

bahasa Jawa. Sejak kemerdekaan ru- nunjukkan 3 buah arah perkembang-


brik ini menarik masuk banyak sas- an, yaitu (1) jalur Any Asmara, (2)
trawan Jawa dari berbagai usia, pen- jalur St. Iesmaniasita, dan (3) jalur
didikan, dan profesi. Bahkan, ada Poerwadhie Atmodihardjo. Namun,
beberapa sastrawan Jawa yang tidak sejak tahun 1970-an muncul jalur ba-
hanya menulis cerpen, tetapi juga ru cerpen Jawa, yaitu jalur Arswen-
puisi, atau novel. Nama-nama cer- do Atmowiloto, yang secara tegas
penis yang terkenal periode prake- menghubungkan sastra Jawa modern
merdekaan, antara lain, Imam Su- dengan sastra Indonesia karena dia
pardi (Sri Susinah), Sri Koesnapsi- selanjutnya menjadi seorang cer-
jah, Soebagijo I.N., dan Poerwadhie penis dan novelis sastra Indonesia.
Atmodihardjo. Dua nama yang dise- Cerpen-cerpen tersebut tadi, selain
but terakhir ialah cerpenis di masa disebarkan melalui media surat ka-
penjajahan Jepang. Beberapa nama bar juga disebarkan melalui antolo-
cerpenis periode kemerdekaan, an- gi-antologi. Antologi-antologi terse-
tara lain, Esmiet, Any Asmara, Tam- but ada yang khusus berisi kumpulan
sir AS, Satim Kadarjono, Yunani, Su- cerpen seseorang cerpenis, seperti
parto Brata, Sudarmo K.D., Krishna Kidung Wengi ing Gunung Gam-
Mihardja, dan Moch. Nursyahid Pur- ping (1958), Kringet saka Tangan
nomo. Prakosa (1974), Kalimput ing Pedut
Sejak kemerdekaan, cerpen Ja- (khusus berisi cerpen-cerpen St. Ies-
wa mengalami perkembangan dalam maniasita), dan Ratu (1995) karya
tema dan teknik bercerita, lebih-lebih Krishna Mihardja. Selain itu, ada
karena didukung oleh perkembangan juga antologi bersama, yaitu antologi
pendidikan dan profesi para cerpenis. yang di dalamnya dimuat cerpen-
Hubungan mereka dengan sastra In- cerpen karya lebih dari seorang. Mi-
donesia telah membawa mereka salnya, Kemandhang (yang disusun
menjadi pembaca dan penulis dwiba- oleh Senggono, 1958) menghimpun
hasawan sehingga perkembangan cerpen (dan geguritan) karya lebih
pada tema dan teknik bercerita pun dari seorang pengarang, antara lain
tidak dapat dipisahkan dengan per- St.Iesmaniasita, T.S. Argarini, Any
kembangan cerpen dalam sastra In- Asmara, dan Anjar Any.
donesia. Lebih-lebih, sejak kemerde-
kaan kritik objektif mulai tumbuh
dalam sastra Jawa yang sedikit ba-
nyak mempengaruhi kreativitas jenis
fiksi pendek ini dapat terkontrol. De-
ngan situasi seperti itu penulisan cer-
pen Jawa menunjukkan dinamikanya
yang sehat.
Bila diamati dengan cermat, se-
jak kemerdekaan cerpen Jawa me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 101

d
daniel tito (1957—) Jawa terbit dalam Jaya Baya dan
Banyak orang menduga bahwa Panjebar Semangat.
Daniel Tito bukan orang Jawa. Se- Dewasa ini, di sela-sela kesibuk-
bab, nama Daniel Tito sepertinya bu- annya sebagai wartawan dan me-
kan nama Jawa. Tetapi, tidak dira- ngelola Yayasan Sasmita Budaya (di
gukan, ia asli orang Jawa. Ia lahir Sragen) dan mengetuai Padepokan
di Sragen, Jawa Tengah, pada 12 De- Seni Pilang Payung (di Ngawi), Da-
sember 1957. Meskipun tinggal di niel Tito masih terus menulis. Bah-
Sragen, Jawa Tengah, tepatnya di kan saat ini ia sedang menyiapkan ter-
Perumahan Pura Asri, Blok D3, No. bitan “Sepasang Pengamen” (kum-
3, Karangmalang, Sragen, ia juga pulan cerpen), “Jatuh Cinta itu Sah”
memiliki aktivitas di Jawa Timur. Di (kumpulan cerpen), “Sejujurnya Aku
Sragen ia mendirikan dan mengelola Pun Mencintaimu” (kumpulan cerita
Yayasan Sasmita Budaya di rumah- ramaja), Tangga Kamar (kumpulan
nya, dan di Ngawi, Jawa Timur, ia cerkak), dan Kembang Tayub (novel).
mengetuai Padepokan Seni Pilang Sementara, novelnya (berbahasa
Payung. Jawa) yang telah terbit berjudul Lin-
Daniel Tito mengaku bahwa ke- tang Panjer Rina (Yayasan Sasmita
gemarannya menulis baru mulai se- Budaya, Sragen, 2002). Novel ini la-
jak dirinya menjadi mahasiswa Uni- hir dari permintaan pembaca setelah
versitas Sebelas Maret Surakarta mereka “terpesona” membaca dalam
(1976). Pengarang yang pernah men- bentuk cerbung di majalah Jaya Ba-
jadi tenaga pengajar di STKIP PGRI ya (1998).
Ngawi (1986—1996) ini kemudian Mengapa Daniel Tito menulis
dikenal sebagai penulis dua bahasa sastra Jawa? Katanya, menulis sas-
(Indonesia dan Jawa); dan keduanya tra Jawa karena ia terdorong oleh te-
dilakukan dan ditekuni secara seim- kadnya untuk tetap “menjaga” agar
bang. Karya-karyanya, yang ditulis bahasa Jawa tetap dipahami oleh ma-
dalam bahasa Indonesia, tersebar di syarakat, terutama generasi muda. Ia
berbagai media, antara lain, Kom- menyatakan bahwa bahasa Jawa ada-
pas, Suara Pembaruan, Bisnis Indo- lah sarana ekspresi yang pas dan tepat
nesia, Femina, Gadis, Aneka, Anita, bagi persoalan-persoalan kejawaan.
Ceria, Hai, Kawanku, Nova, Fami-
li, Wanita Indonesia, Suara Merde- darmagandhul, suluk
ka, Wawasan, Bernas, Solopos, Sur- Suluk Darmagandhul yang be-
ya, Jawa Pos, dan Surabaya Post. rupa naskah dapat ditemukan di Per-
Adapun karyanya yang berbahasa pustakaan Museum Sanabudaya,
Yogyakarta. Di perpustakaan ini ada
102 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dua buah naskah, yaitu naskah yang tanggal 23, hari Sabtu Legi, bulan
bernomor kodeks PB A 179 dan nas- Ruwah, tahun Je, Windu Sancaya,
kah yang bemomor ko­deks PB E 34. musim 6, Aryang, Wuku Wukir de-
Naskah yang bemomor kodeks PB ngan sengkalan Wuk Guneng Nges-
A 179 adalah suatu kumpulan suluk thi Nata, yaitu tahun 1830 J.
(sembilan suluk) sedangkan naskah Suluk Darmagandhul ini berisi
yang bernomor kodeks PB E 34 ada- berbagai ajaran yang dituangkan da-
lah naskah lepas (Darusuprapta, lam bentuk dialog antara. Ki Kalam-
dkk.,1990) wadi dengan Darmagandhul. Cerita
Naskah Suluk Darmagandhul yang diuraikan Ki Kalamwadi berki-
terdiri atas 133 halaman, yang ber- sar pada saat yang dipelopori oleh
ukuran 32,5 cm x 21 cm. Suluk ini jatuhnya kerajaan Majapahit karena
dikarang atau ditulis oleh Ki Kalam- serbuan tentara Demak Bintara dan
wadi berdasarkan keterangan penje- para wali.
lasan gurunya yang bernama Raden Suluk Darmagandhul terdiri
Budi. Saat penulisannya adalah pada atas XVII pupuh dengan perincian
sebagai berikut.

Pupuh I yang berjudul “Dhandhanggula” berisi 58 bait


Pupuh II yang berjudul “Asmaradana” berisi 88 bait
Pupuh III yang berjudul “Dhangdhanggula”berisi 52 bait
Pupuh IV yang berjudul “Pangkur” berisi 86 bait
Pupuh V yang berjudul “Sinom” berisi 43 bait
Pupuh VI yang berjudul “Dhandhanggula” berisi 42 bait
Pupuh VII yang berjudul “Sinom” berisi 63 bait
Pupuh VIII yang berjudul “Pangkur” berisi 176 bait
Pupuh IX yang berjudul “Asmaradana” berisi 33 bait
Pupuh X yang berjudul “Dhandanggula” berisi 58 bait
Pupuh XI yang berjudul “Mijil” berisi 74 bait
Pupuh XII yang berjudul “Kinanthi” berisi 33 bait
Pupuh XIII yang berjudul “Megatruh” berisi 37 bait
Pupuh XIV yang berjudul “Pocung” berisi 25 bait
Pupuh XV yang berjudul “Asmaradana” berisi 21 bait
Pupuh XVI yang berjudul “Girisa” berisi 15 bait
Pupuh XVII yang berjudul “Kinanthi” berisi 41 bait
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 103

Ringkasan Isi Patah yang diangkat sebagai Adipati


Isi Pupuh I “Dhangdhanggula” Demak itupun boleh menyebarkan
Ki Kalamwadi berguru kepada agama Islam. Sebelumnya, Raden
Raden Budi sampai selesai dan tun- Patah dikawinkan dengan cucu Ki
tas. Ki Kalamwadi mempunyai mu- Ageng Ngampelgadhing.
rid yang bernama Darmagandhul. Pada suatu hari Sunan Benang
Pada suatu ketika Darmagandhul berkelana ke daerah Kediri untuk
menanyakan kepada gurunya, Ki meneliti agama rakyat di daerah itu.
Kalam­wadi mengenai kapan mulai Di daerah sekitar kali Brantas Sunan
terjadi perubahan agama di Jawa dan Benang menemui daerah yang rak-
mengapa orang Jawa beralih agama yatnya tidak mempunyai agama
dari agama Buda ke agama Islam. yang mantap, artinya tidak “hitam”
Kemudian, Ki Kalamwadi memben- dan tidak “putih”. Oleh sebab itu,
tangkan ajarannya berdasarkan pe- Sunan Benang menamakan dae­rah
ngetahuan yang disadapnya dari Ra- itu tanah Gedhah 1). Kemudian, Su-
den Budi yang ringkasnya sebagai nan Benang menyuruh seorang saha-
berikut. batnya meminta air wudu. Akan te-
Prabu Brawijaya di Majapahit tapi, terjadilah salah paham pesuruh
mempunyai permaisuri berasal dari itu dengan seorang gadis di sana. Su-
Cempa. Sang permaisuri senantiasa nan Benang marah dan mengutuk
membujuk Prabu Brawijaya agar daerah itu agar mahal air. Lebih dari
beralih agama dari agama Buda ke itu, Sunan Benang pun mengutuk
agama Islam, yang dinilainya agama agar baik laki-laki maupun perempu-
paling baik. Bersamaan dengan itu an di daerah itu menjadi jaka tuwa
pada suatu hari datanglah Sayid dan perempuan tuwa.
Rahmat, kemenakan permaisuri, ke Perbuatan Sunan Benang itu sa-
Majapahit. Sayid Rahmad dihadiahi ngat menggusarkan rakyat Gedhah.
oleh Prabu Brawijaya tanah di Tu- Demikian pula para makhluk halus.
ban serta diizinkan menyebarkan aga- Mereka menderita sengsara alas ke-
ma Islam. Mulai saat itu banyaklah hadiran Sunan Benang yang mem-
pengikut Sayid Rahmad. Daerah pe- bawa petaka itu. Dhanyang Nyai
nyebaran agama Islam terutama di se- Plencing mencoba melawan Sunan
panjang pantai utara Jawa, mulai dari Benang, tetapi tak kuasa. Oleh sebab
Blambangan sampai ke Banten. itu, Nyai Plencing melaporkannya
Pada suatu ketika datanglah Ra- kepada Ki Buta Locaya. Diuraikan-
den Patah untuk menghadap bagin- nya pula tentang asal mula kota Da-
da. Raden Patah adalah Prabu Bra- ha. Daha sebenarnya nama patih Sri
wijaya yang lahir di tanah Palem- Jayabaya. Kemudian, nama Daha di-
bang. Raden Patah dijuluki dengan ambil sebagai nama kerajaan, se-
“Babah Patah” serta diberi tanah di dangkan patih tersebut diberinya na-
Demak. Seperti halnya Sayid Rah- ma Ki Buta Locaya yang kemudian
mat atau Sunan Benang maka Raden
104 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

berdiam di gua Sela Bale di kaki gu- puan karya Prabu Jayabaya juga.
nung Wilis. Lagi-lagi Ki Buta Locaya mencela
perbuatan Sunan Benang yang dini-
Isi Pupuh II “Asmaradana”.
lainya sangat keterlaluan. Ki Buta
Nyai Plencing, dhanyang ya-
Locaya segera mendesak agar Sunan
itu’makhluk halus penjaga’ Tanjun-
Benang pergi dari daerah itu.
gtani mela­porkan malapetaka desa
Gedhah karena kehadiran Sunan Be- Isi Pupuh III “Dhandhanggula”
nang. Ki Buta Locaya bersama pa- Prabu Brawijaya dihadap Patih
sukannya segera bersiap melawan Gajah Mada. Patih Gajah Mada me-
Sunan Benang. Ki Buta Locaya me- laporkan bahwa ia mendapat sepu-
nyamar sebagai Kyai Combre, tetapi cuk surat yang memberitahukan
Sunan Benang mengetahuinya. bahwa tanah Kertasana rusak karena
Mereka bertengkar di tengah ja- perbuatan Sunan Benang. Setelah
lan, saling mengadu ilmu. Sunan Be- mendengar laporan Gajah Mada itu,
nang merasa kalah berdebat mela- marahlah Prabu Brawijaya. Ia me-
wan Ki Buta Locaya. Ki Buta Loca- rasa dibalas buruk oleh kaum Islam
ya menuntut agar penderitaan desa yang telah diberinya kebebasan ber-
Gedhah segera dihentilm. Sunan Be- diam dan menyebarkan agama Islam
nang tidak menyanggupinya karena di Jawa. Prabu Brawijaya memerin-
ia sebagai Sunan tidak boleh menarik tahkan agar Gajah Mada mengusir
kutuknya. Sebagai penanda perte- kaum Islam di daerah Majapahit, ke-
muan dan pertengkaran Sunan Be- cuali muslimin yang tinggal di Ngam-
nang melawan Ki Buta Locaya, Su- pelgadhing dan Demak. Dalam pada
nan Benang menamakan buah sambi itu Patih Gajah Mada melaporkan
dengan sebutan cacil. Tempat perte- bahwa sudah beberapa tahun ini Su-
muan mereka diberinya nama desa nan Giri tidak mau menghadap. Ia
Singkal, sedangkan di sebelah sela- mengira bahwa Sunan Giri mau me-
tan lagi diberinya nama Kuwangu- lepaskan diri dari keterikatannya de-
ran. ngan kerajaan Majapahit. Prabu Bra-
Sunan Benang berjalan menuju wijaya memerintahkan kepada Patih
Desa Bogem. Di Bogem, di bawah Gajah Mada agar menyerbu Giri. Giri
pohon trenggulun, Sunan Benang me- berhasil dikalahkan Patih Gajah
rusak arca kuda berkepala dua, hasil Mada. Sunan Giri menyingkir ke Tu-
karya Prabu Jayabaya. Perusakan itu ban. Bersama-sama dengan Sunan
pun dicela oleh Ki Buta Locaya. Ki Benang Sunan Giri pergi berlindung
Buta Locaya dinilai terlalu berani ke Demak.
(bahasa Jawa kumenthus) melawan Sesampainya di Demak, Sunan
Sunan Benang. Oleh sebab itu, Sunan Benang dan Sunan Giri membakar
Benang memberi nama kenthos ter- hati Sultan Demak agar Sultan De-
hadap buah trenggulun itu. Dalam mak melawan Prabu Brawijaya. Me-
perjalanannya kemudian Sunan Be- reka menilai bahwa sudah saatnya
nang merusak arca raksasa perem- kerajaan Majapahit, dijatuhkan dan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 105

Sultan Bintara menggantikan seba- sedang menuju ke Majapahit. Sete-


gai penguasa tanah Jawa. Sultan lah mendengar laporan itu tampak-
Bintara merasa ragu-ragu dan ber- nya Patih Gajah Mada tidak percaya
dosa jika ia sampai melawan orang bahwa hal itu dapat terjadi. Ternyata
tuanya yang telah mengangkatnya Sultan Demak lebih patuh dan tun-
menjadi Adipati di Demak. Akan te- duk kepada guru daripada kepada
tapi, karena kepandaian Sunan Be- raja lagi, ayahnya.
nang dan Sunan Giri membujuk sang
Isi Pupuh IV “Pangkur”
Adipati, kemudian Adipati Bintara
Prabu Brawijaya dan Patih Ga-
mau merebut kekuasaan Majapahit.
Sebagai langkah pertama atas usul jah Mada Baling memperbincangkan
keburukan sifat-sifat orang Islam.
Sunan Benang, Adipati Terung di-
Kaum muslimin tidak memberi ke-
ajak berbalik melawan Majapahit.
baikan, tetapi membahas keburukan
Sunan Benang tahu bahwa kekuatan
Majapahit ada pada Adipati Terung. dengan berusaha merusak kerajaan
Majapahit. Prabu Brawijaya minta
Adipati Terung dapat dibujuk oleh
pandangan mengenai sikap Adipati
Adipati Demak. Dalam pada itu para
Terung. Apakah kira-kira Adipati
sunan dan para raja pesisir telah ber-
kumpul di Demak, dengan alasan ke- Terung berdiri di pihak Majapahit
ataukah berdiri di pihak kakaknya,
dok mendirikan masjid Demak. Da-
yakni Sultan Patah. Patih Gajah Ma-
lam persidangan para wali, Seh Siti
da menerangkan bahwa tentunya
Jenar tidak menyetujui rencana pe-
nyerbuan para sunan ke Majapahit. Adipati Terung berdiri di pihak Ma-
japahit sebab Prabu Brawijayalah
Akhirnya, Seh Siti Jenar dibunuh
yang mengangkatnya menjadi Adi-
oleh Sunan Giri.
pati di Terung. Akan tetapi, Prabu
Dalam pada itu, sekembalinya
Patih Gajah Mada ke Majapahit ia Brawijaya berpendapat sebaliknya.
Adipati Terung tentu berpihak kepa-
melaporkan tentang hasil penyerbu-
da kakaknya yang sama-sama me-
annya ke Giri. Patih Gajah Mada
meluk agama Islam.
mengira bahwa Sunan Giri pergi ke
Arab. Prabu Brawijaya segera mem- Sewaktu perbincangan itu ber-
langsung, datanglah serbuan tentara
buat Surat kepada adipati Demak
Demak. Prabu Brawijaya diiringkan
yang isinya, sebagai berikut. Jika
Sabdapalon Nayagenggong melolos-
sampai di Demak, Sunan Giri dan
Sunan Benang ditangkap dan dise- kan diri dari kerajaan. Demikian pula
halnya Raden Gugur, putra raja. Da-
rahkan ke Majapahit. Akan tetapi,
lam pertempuran sengit itu, tentara
datanglah utusan Menak Tanjungpu-
Majapahit hancur. Setelah menemui
ra di Pati. Ia melaporkan tentang pe-
nobatan Adipati Demak menjadi Sul- pertempuran yang sangat berat, Pa-
tih Gajah Mada gugur di medan laga.
tan Demak dan bergelar Adipati Ji-
Tubuhnya moksa. Kemudian orang-
bunningrat. Sultan Demak bersama
orang Majapahit yang takluk kepada
para sunan dan para raja pesisir kini
106 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Demak diperintahkan masuk agama terkena kutukan ayahnya sehingga


Islam. menjadi raksasa, dan sangat dibenci
Beberapa waktu Setelah pepe- rakyatnya karena ia memakan ayah-
rangan itu, Sultan Patah diiringkan nya. Kemudian datanglah Ajisaka
para wali pergi ke Ngampelgadhing yang dapat mengusir Dewataceng-
menghadap neneknya. Akan tetapi, kar sampai Dewatacengkar terjun ke
Ki Ageng Ngampelgadhing telah wa- samudra dan menjadi buaya. Buaya
fat, tinggal nenekda perempuan. memakan ikan di laut, sampai akhir-
Nyai Ngampelgadhing sangat sedih nya buaya itu dibunuh oleh Arya Ja-
atas serangan terhadap kerajaan Ma- ka Nginglung. Peristiwa serupa di-
japahit yang telah terjadi. Ia pun me- alami Prabu Danapati, raja di Loka-
nyalahkan cucunya Sultan Patah ka- pala. Prabu Danapati melawan ayah-
rena Sultan Patah sampai hati me- nya Sang Resi Wisrawa karena Sang
lawan ayahnya. Resi Wisrawa mengawini putri yang
Namarkan untuk Prabu Danapati.
Isi Pupuh V “Sinom”
Meskipun jelas Resi Wisrawa ber-
Nyai Ageng Ngampeldenta mem-
salah, tetapi penyerbuan Prabu Da-
persalahkan Sultan Patah beserta pa-
napati terhadap ayahnya itu tidak di-
ra wali yang tidak tahu membalas bu- benarkan dewa.
di kepada Prabu Brawijaya. Lebih
Prabu Brawijaya jelas ayah Sul-
jauh Nyai Ageng mengatakan bahwa
tan Patah, raja, dan orang yang
anaknya melanggar larangan Kyai
memberinya kedudukan sebagai adi-
Ageng Ngampeldenta, yaitu tidak pati di Demak, tetapi justru kerajaan
boleh menyerang kerajaan Majapa-
Prabu Brawijaya dirusak dan dire-
hit. Nyai Ageng Ngampeldenta mem-
butnya. Diingatkan pula oleh Ki
beri contoh kejadian di Mesir yang
Ageng bahwa putra Prabu Brawijaya
dialami Nabi Daud. Nabi Daud mem- yang lain, yakni Adipati Bathara Ka-
punyai putra bernama Abi Salem
tong di Panaraga, serta menantu raja
yang berusaha merebut tahta ayah-
Adipati Andayaningrat di Pengging,
nya. Semula Abi Salem berhasil me-
adalah orang-orang yang Sakti tiada
ngusir Nabi Daud, tetapi pada suatu tara. Mereka mahir dalam pertem-
ketika Nabi Daud berhasil kembali
puran. Bagaimana seandainya me-
ke kerajaan dan mengusir anaknya
reka membela nama baik ayahnya
Abi Salem. Dalam pelariannya, Tu-
dan menyerbu dan merebut Majapa-
han menghukum Abi Salem. Abi Sa- hit yang telah jatuh itu. Belum lagi
lem tergantung di pohon sampai me-
seandainya para raja seberang me-
ninggal dunia.
ngetahuinya tentu akan timbul pepe-
Nyi Ageng Ngampeldenta men-
rangan yang hebat, dengan mengi-
ceritakan pula tentang perebutan ke- ngat hampir semua raja seberang
kuasaan yang dilakukan Sang Prabu
adalah saudara atau mempunyai kaf-
Dewatacengkar atas ayahnya Prabu
tan persaudaraan dengan Prabu Bra-
Sindhula. Prabu Dewatacengkar
wijaya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 107

Setelah mendengar penjelasan dirinya diutus oleh Sultan Demak


neneknya, Sultan patah sangat sedih untuk mencari dan mengajak Prabu
dan menyesal atas terjadinya peris- Brawijaya kembali ke Majapahit.
tiwa itu. Atas usul neneknya, Sunan Semula Prabu Brawijaya tidak mem-
Kalijaga diutusnya untuk mencari percayai kata-kata Sunan Kalijaga.
Prabu Brawijaya dan memohonnya Tetapi, setelah Sunan Kalijaga mem-
untuk kembali menjadi raja di Maja- perlihatkan kesungguhannya, Prabu
pahit. Setelah itu kembali Sultan Pa- Brawijaya dapat mengerti maksud
tah ke Demak. Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga pun
dapat meyakinkan raja, bahwa perla-
Isi Pupuh VI “Dhandhanggula” kuan Sultan Demak terhadap raja ti-
Kedatangan Sultan Demak di-
dak akan semena-mena. Terlebih lagi
sambut dengan gembira. Sultan
apabila Prabu Brawijaya mau ma-
menceritakan hal ihwal peperang-
suk agama Islam. Sunan Kalijaga
annya kepada Sunan Benang. Se- menjelaskan tentang syarat masuk
waktu Sultan Demak menyinggung
agama Islam dengan membaca sa-
sikap nenekdanya, diam-diam Sunan
hadat. Sunan Kalijaga menguraikan
Benang merasakan pula kesalahan-
pula arti sahadat itu. Prabu Brawi-
nya. Akan tetapi, semuanya telah ter- jaya dapat merasakan kebenaran ka-
lanjur. Untuk menetapkan tekad Sul-
ta-kata Sunan Kalijaga. la sangat ter-
tan Demak, Sunan Benang memberi-
tarik akan keterangan Sunan Kalija-
kan penjelasan panjang lebar. Perla-
ga, sehingga prasangka buruk akan
wanannya kepada ayahnya yang ka- agama Islam sedikit banyak hilang.
fir itu tidak berdosa. Biarlah ayah-
Bahkan, kemudian, Prabu Brawijaya
nya itu meninggal dunia, asalkan
bermaksud untuk masuk agama
nanti umat Islam berkembang pesat
Islam dengan disaksikan Sunan Kali-
di tanah Jawa ini. jaga. Agar Prabu Brawijaya masuk
Sultan Demak kembali membu-
Islam secara lahir batin, Prabu Bra-
latkan tekad bahwa langkah yang te-
wijaya masuk Islam secara lahir ba-
lah ditempuh haruslah tetap berjalan,
tin, Prabu Brawijaya pun ingin me-
apa pun yang terjadi nanti. Sunan mangkas rambutnya menjadi gundul
Giri mengatakan pula bahwa dia tak
seperti halnya Sunan Kalijaga. Pra-
akan segan-segan menenung Prabu
bu Brawijaya meminta agar Sunan
Brawijaya, Adipati Bathara Katong,
Kalijaga yang memangkas rambut-
ataupun Adipati Andayaningrat. Da- nya. Akan tetapi, ternyata rambut
lam pada itu, Sunan Kalijaga mela-
sang raja tak dapat dipangkas. Su-
cak jejak kepergian Prabu Brawi-
nan Kalijaga menerangkan bahwa itu
jaya.
sebagai pertanda Prabu Brawijaya
Isi Pupuh VII “Sinom” belum rela masuk agama Islam. Sete-
Sunan Kalijaga menjumpai Pra- lah Prabu Brawijaya menyatakan ke-
bu Brawijaya di tanah Blambangan. sanggupannya untuk masuk agama
Sunan Kalijaga mengatakan bahwa Islam lahir dan batin, terpangkaslah
108 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

rambut Prabu Brawijaya sehingga telah menyimpang dari para penda-


kepalanya menjadi gundul seperti hulunya yang melestarikan agama
halnya Sunan Kalijaga. Buda. Setelah itu, ketika Prabu Bra-
wijaya hendak merangkul Sabda-
Isi Pupuh VIII “Pangkur”
palon, maka lenyaplah Sabdapalon.
Prabu Brawijaya berusaha me-
Prabu Brawijaya sangat sedih
ngajak Sabdapalon Nayagenggong ditinggalkan oleh punakawannya
masuk agama Islam, tetapi tidak ber-
itu. Sunan Kalijaga berusaha meng-
hasil. Sabdapalon membentangkan
hibur hati Brawijaya. Untuk meya-
panjang lebar keutamaan agama bu-
kinkan bahwa ajaran agama Islam
di, yakni agama Jawa, yang telah tu- itu baik dan diridai Tuhan, maka Su-
run-temurun. Terjadilah perbantahan
nan Kalijaga bersabda bahwa air te-
Prabu Brawijaya dengan Sabdapa-
laga itu berbau wangi. Sabda Sunan
lon. Menurut Sabdapalon, agama
Kalijaga terjadilah. Kemudian, Pra-
yang ada di Jawa lebih cocok bagi bu Brawijaya memerintahkan agar
orang Jawa. Orang Jawa tidak sela-
mengambil bumbung untuk memba-
yaknya memeluk agama yang bukan
wa air wangi itu sebagai bekal dalam
berasal dari Jawa. Agama Jawa ti-
perjalanannya.
daklah lebih rendah dari agama Arab Perjalanan Prabu Brawijaya
(Islam). Prabu Brawijaya tidak kua-
diiringkan oleh Sunan Kalijaga.
sa melawan bantahan Sabdapalon.
Sampai di Sumberwaru mereka ber-
Sabdapalon ternyata adalah penjel-
malam semalam. Pada pagi harinya
maan makhluk halus penguasa tanah air dalam bumbung bambu itu masih
Jawa yang telah berumur 2300 tahun.
berbau wangi. Kemudian, perjalanan
Dalam pada itu Sunan Kalijaga
Prabu Brawijaya bersama Sunan
berusaha membela Prabu Brawijaya,
Kalijaga sampai di Panarukan. Di
tetapi Sabdapalon dapat memban- Panarukan Sunan Kalijaga dan Pra-
tahnya pula. Sabdapalon mengurai-
bu Brawijaya bermalam pula sema-
kan ajaran keyakinannya. Prabu Bra-
lam. Pada pagi harinya air dalam
wijaya menyesali diri karena dia te-
bumbung bambu itu pun masih ber-
lah terbujuk oleh Sunan Kalijaga un- bau wangi. Sesampainya di Besuki,
tuk masuk agama Islam. Sabdapalon
Prabu Brawijaya dan Sunan Kalija-
memohon Prabu Brawijaya agar te-
ga pun bermalam semalam. Pada pa-
tap memeluk agama Islam yang baru
gi harinya air itu masih berbau wa-
saja dilakukannya. Meskipun demi- ngi. Kemudian, Prabu Brawijaya
kian, Sabdapalon memberitahukan
sampai di Prabalingga. Di Praba-
bahwa kelak penguasa tanah Jawa
lingga Prabu Brawijaya bermalam
akan beralih kepada orang yang
semalam. Pada pagi harinya ternyata
menjadi asuhan Sabdapalon. Sabda- air dalam bumbung itu tidak wangi
palon atau Semar tidak akan mengi-
lagi tetapi berbau banger (busuk).
kuti Prabu Brawijayalagi. Sabdapa-
Oleh sebab itu, Prabalingga juga di-
lon menilai bahwa Prabu Brawijaya
namakannya Bangerwarih. Prabu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 109

Brawijaya mengatakan bahwa di ko- Dalam pada itu Prabu Brawija-


ta Prabalingga inilah nanti tempat ya meminta kepada Sunan Kalijaga
orang-orang mencari ilmu. Praba- agar Sunan Kalijaga menjaga ketu-
lingga juga sebagai pertanda bahwa runan raja. Kepada Bondhan Keja-
Prabu Brawijaya masuk agama Islam wan pun Prabu Brawijaya meminta
itu karena pengaruh tangga ‘orang agar menjaga baik-baik keturunan-
lain’. Setelah selama seminggu da- nya, karena kelak keturunan Bon-
lam perjalanan, sampailah Prabu dhan Kejawanlah yang menjadi pe-
Brawijaya dan Sunan Kalijaga di nguasa tanah Jawa. Di lain pihak,
Ngampeldenta. Sultan Demak belum juga datang.
Prabu Brawijaya hanya memberi
Isi Pupuh IX ‘Asmaradana”
izin memerintah bagi Sultan Demak
Sesampainya di Ngampelga-
sampai dua keturunannya, tiga raja
dhing, Prabu Brawijaya memerintah-
termasuk Sultan Demak sendiri. Ti-
kan seseorang untuk membuat surat dak lama kemudian, setelah sakit,
yang ditujukan kepada Sultan Demak
Prabu Brawijaya mangkat.
supaya Sultan Demak datang ke
Adipati Andayaningrat dan Di-
Ngampalgadhing. Setelah surat dite-
pati Panaraga mendengar kabar ten-
rima oleh Sultan Demak, Sultan De- tang jatuhnya kerajaan Majapahit.
mak segera berangkat ke Ngampel-
Mereka sangat marah dan bermak-
gadhing. Dalam pada itu, Raden
sud menyerbu Demak. Kemudian,
Bondhan Kejawan dari Tarub men-
datanglah surat Prabu Brawijaya
dengar kabar tentang jatuhnya kera- yang melarang penyerbuan ke De-
jaan Majapahit karena serbuan ten-
mak. Mereka diharapkan oleh Prabu
tara Demak, dan Prabu Brawijaya
Brawijaya tetap rukun dengan Sul-
diketahui berada di Ngampelga-
tan Demak. Dipati Andayaningrat
dhing. Raden Bondhan Kejawan se- dan Dipati Panaraga marah, tetapi
gera datang ke Ngampelgadhing.
tidak dapat berbuat lain. Meskipun
Kedatangan Raden Bondhan disam-
demikian, mereka juga tidak mau da-
but gembira oleh raja. Sebelumnya
tang ke Demak. Oleh karena tak kua-
Prabu Brawijaya juga memerintah- sa menahan gejolak hatinya, sakitlah
kan Sunan Kalijaga untuk membuat
Adipati Andayaningrat dan Dipati
surat kepada Adipati Andayaningrat
Panaraga. Mereka akhimya mangkat
dan Dipati Panaraga Bathara Ka-
karena tenung Sunan Giri.
tong. Prabu Brawijaya meminta ke-
pada Adipati Andayaningrat dan Di- Isi Pupuh X “Dhandhanggula”
pati Panaraga agar tidak menuntut Jatuhnya kerajaan Majapahit se-
balas atas jatuhnya kerajaan Maja- ring dilukiskan dengan perlambang.
pahit. Dikatakannya pula bahwa Seperti dikatakan dalam, kitab ba-
hendaknya Dipati Andayaningrat bad bahwa Kerajaan Majapahit ja-
dan Dipati Panaraga datang ke De- tuh karena disengat lebah, dikerikiti
mak dan menjalin hubungan baik de- tikus, dan juga diteluh setan. Sebe-
ngan Sultan Bintara. narnya hal itu merupakan lambang
110 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dari orang-orang muslim yang me- kena marah Tuhan. Darmagandhul


nyerbu ke Majapahit. Orang muslim tidak mengetahui bagaimana pan-
diibaratkan sekelompok lebah, di dangan Jawa tentang nabi Adam itu.
muka manis, tetapi akhirnya menye- Ki Kalamwadi menjelas­kan bahwa
rang kerajaan Majapahit. Tikus juga orang Jawa tidak mempunyai kitab
merupakan lambang orang muslim yang menceritakan tentang pengu-
yang datang ke Majapahit yang siran Nabi Adam dan Ibu Hawa oleh
akhirnya merusak tatanan agama Tuhan itu. Kitab yang menjadi pe-
Buda yang dianut Majapahit dahulu gangan raja hanyalah Manikmaya.
itu. Setan dari Palembang itu dikena- Buku-buku pegangan orang Jawa te-
kan kepada Adipati Terung yang ber- lah dibakar oleh orang-orang Islam.
asal dari Palembang. Adipati Terung Orang-orang Islam mengkhawatir-
mendapat pangkat adipati dari Prabu kan bahwa buku-buku tersebut nan-
Brawijaya, tetapi kemudian ia ber- tinya hanya akan menghambat laju
balik memusuhi Kerajaan Majapa- pertumbuhan agama Islam di Jawa.
hit. Majapahit pada waktu itu tidak Selama buku-buku peninggalan aga-
bersiap sama sekali menghadapi se- ma Buda itu masih ada, orang Jawa
rangan pasukan Demak. tidak akan memeluk agama Islam.
Darmagandhul juga meminta Setelah lenyaplah buku-buku agama
penjelasan tentang agama Nasrani. Buda, Sunan Kalijaga melestarikan
Ki Kalamwadi menjelaskan bahwa wayang sebagai pengganti bu-
agama Nasrani itu dibawa oleh Nabi ku­buku yang telah dibakar itu. Ke-
Ngisa. Nabi Ngisa adalah putra Tu- mudian raja juga memerintahkan me-
han. Ki Kalamwadi menjelaskan pu- nyusun kitab Jawa. Penyusunannya
la bahwa sebenarnya Sultan Demak dengan mengumpulkan tulisan-tulis-
merasa menyesal atas pernyerbuan- an para pujangga. Karena pengeta-
nya ke Kerajaan Majapahit. Sultan huan pujangga itu masing-masing
Demak tidak mempunyai pendirian berbeda, buku-buku tersebut tidak-
yang tetap. Penyerangannya ke Ma- lah sama isinya, bergantung dari pe-
japahit, banyak terpengaruh oleh bu- ngetahuan para pujangga yang me-
jukan para Sunan, bukan karena me- nyusunnya itu. Oleh sebab itu, buku
lawan ayahnya, yang menjadi raja sejarah Jawa tidaklah berdasarkan
Majapahit itu. Padahal ayah yang di- satu sumber belaka.
lawannya itu adalah orang yang me- Diceritakan oleh Ki Kalamwadi
ngangkatnya menjadi adipati di De- bahwa Nabi Adam tidaklah lagi di-
mak. Akan tetapi, segalanya telah junjung tinggi oleh cucunya yakni
terjadi. Sultan Demak dengan berse- Sayid Anwar. Oleh sebab itu, Sayid
dih hati kembali ke Demak. Anwar diperintahkan pergi. Sayid
Anwar, kemudian, bertemu dengan
Isi Pupuh XI “Mijil”
raja jin dan raja setan. Sayid Anwar
Darmagandhul menguraikan
bernama Nurcahya. Nurcahya ber-
tentang sebab-sebab Nabi Adam dan
putra Nurrasa.
Ibu Hawa turun dari surga yang ter-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 111

Darmagandhul juga mengurai- hammad sesuai dengan orang Arab


kan pendapatnya bahwa baginya, (Mekah). Ki Kalamwadi mencela
agama Buda, agama Islam, dan aga- orang yang naik haji ke Mekah yang
ma Nasrani itu baik. Akan tetapi, sa- mengharapkan kelak is masuk surga.
tu hal yang tidak boleh dilupakan Konon ada anggapan bahwa mereka
adalah bahwa orang yang telah man- yang pergi naik haji ke Mekah dan
tap dan memilih salah satu agama mencium Kakbah akan terhapus do-
itu harus konsekuen mengerjakan sanya dan nantinya mereka masuk
peraturan yang ada padanya. Na- surga. Hal itu tidaklah benar. Orang
mun, yang paling baik bagi orang Ja- akan masuk surga apabila dirinya
wa adalah agama Budi sebab agama bersih. Kebersihan diri itu dicapai
Budi telah dianut sejak dahulu kala. oleh mereka yang berhati dan ber-
Agama Budi itu paling tepat bagi jiwa bersih.
orang Jawa.
Isi Pupuh XIII “Megatruh”
Isi Pupuh XII “Kinanti” Darmagandhul menanyakan ke-
Darmagandhul menanyakan ke- pada Ki Kalamwadi, mengapa Tu-
pada Ki Kalamwadi tentang perbe- han itu mengutus utusannya pada
daan agama Islam, agama Nasrani, bangsa yang berbeda. Demikian pula
agama Cina, agama Jawa. Menurut halnya kitab­kitab yang menjadi pe­
Ki Kalamwadi agama Islam (Mu- gangan agama Islam, agama Nasra-
hammad) selalu memperhatikan wu- ni, agama orang Jawa, atau agama
jud jenis (kelamin?). Agama Ngisa orang Cina, padahal mereka sama-
adalah agama orang Belanda. Aga- sama keturunan Nabi Adam. Ki Ka-
ma Cina adalah agama yang me- lamwadi menjawab dengan menga-
nyembah berhala, sedangkan agama takan bahwa itulah kebebasan yang
Jawa adalah agama Budi. Kadang- diberikan Tuhan agar manusia (umat-
kadang orang lupa bahwa bukan Nya) memilih agama yang menjadi
agama yang dipuji-puji, tetapi Tu- kesenangannya. Meskipun demikian,
han. Sebenarnya agama hanyalah sa- agama Buda (Budi)bagi orangJawa
rana dalam pendekatan kepada Tu- tetap lebih tinggi dan lebih sesuai da-
han. Menurut Ki Kalamwadi agama ripada agama yang Unnya.
Budi adalah agama makrifat, se-
Isi Pupuh XIV “Pocung”
dangkan agama Islam adalah agama
Kalamwadi membentangkan
tarekat Sebagai penanda, Agama
ajarannya kepada istrinya yang ber-
Islam menyebut “La ilaha ilallah”,
nama Perjiwati. Ajaran keutamaan
Agama Jawa menyebut “bathara”,
perkawinan yang diuraikan Kalam-
Agama Belanda (Ngisa/Nasrani) me-
wadi, antara lain, adalah sebagai be-
nyebut “khullah”, dan Agama Cina
rikut. Seorang lelaki harus senantia-
menyebut “Ji Kong Te Pikhong”.
sa memberikan ajaran kepada istri-
Bagi orang Jawa, kita lebih baik
nya. Meskipun sang istri sudah ber-
jika menganut agama Buda daripada
budi baik, budi baik itu senantiasa
agama Muhammad. Agama Mu-
112 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

harus lebih diperbaiki lagi. Seperti dapatkan suami yang enak, mudah
halnya rumah yang sudah bagus, se- diatur. Jari telunjuk melambangkan
tiap, kali rumah itu perlu dibersihkan bahwa istri wajib menurut petunjuk
agar tampak lebih indah. Demikian- suami (tentu saja yang baik). Jari pe-
lah hendaknya yang dilakukan lelaki nunggul (jari tengah) melambangkan
terhadap istrinya. bahwa hasil kerja lelaki haruslah di-
Dijelaskan lebih lanjut oleh Ka- unggulkan (tidak direndahkan). Jari
lamwadi bahwa istri itu diibaratkan manis melambangkan bahwa istri
sebagai sebuah kapal dan lelaki se- harus bersikap manis (wajahnya) ter-
bagai orang yang mengemudikan- hadap suami. Jari kelingking (jenthik)
nya. Antara kapal dan kemudi harus melambangkan bahwa sang istri hen-
ada Baling kebersamaan agar perahu daknya merasa dirinya itu hanya se-
tersebut tidak oleng atau goyah. Di- kelingking pengetahuannya dari pe-
katakan pula bahwa wanita itu ada- ngetahuan suaminya.
lah wadah bagi lelaki. Dengan demi- Ada beberapa hal yang pantas
kian, istri tidak ubahnya sebagai wa- dilakukan seorang istri dalam mem-
rangka ‘sarungan’, sedangkan lelaki bina rumah tangganya. Beberapa hal
sebagai kerisnya (warangka man- itu adalah sebagai berikut. Istri harus
jing curiga). Rumah atau rumah melakukan tugas di dapur dengan
tangga itu akan bahagia dan berta- baik (pawon). Demikian pula halnya
han lama jika lelaki dapat memenuhi tempat tidur. Tempat tidur itu hen-
isi rumah tersebut. Isi rumah itu an- daknya selalu baik dan rapi. Selan-
tara lain dakar, pari ‘pangan’, picis jutnya, istri selalu menjaga agar ti-
‘uang’. Jika hal itu tidak dipenuhi oleh dak sampai terjadi pertengkaran. De-
lelaki atau suami, ada kalanya sang mikianlah keutamaan seorang istri.
istri menyeleweng dengan lelaki lain.
Kalamwadi menguraikan pula Isi Pupuh XV’Asimradana”
Diuraikan oleh Ki Kalamwadi
bahwa anggota tubuh manusia itu
bahwa bekal perkawinan itu bukan-
penuh lambang dalam perkawinan.
nya rupa dan harta, tetapi hati. Hati
Ugel-ugel mengandung arti perten-
tangan yang terjadi setiap hari, tetapi hendaklah dengan sepenuhnya meng-
hayati perkawinan itu. Jika hati se-
dipandang sebagai bungs cinta yang
orang istri tidak sungguh-sungguh,
tak mernisahkan. Wanita itu dipan-
niscaya mudah timbul penyeleweng-
dang sebagai warangka sedangkan
lelaki sebagai keris. Epek­epek ‘te- an (cidra) ‘dusta’. Hal itulah yang
membuat istri berdosa, baik kepada
lapak tangan’ itu mengandung arti
suami maupun kepada Tuhan, baik
bahwa istri akan ikut nama suami.
dosa secara lahir maupun dosa seca-
Jari tangan itu mengandung arti hen-
daknya wanita menjaga diri, mem- ra batin. Oleh sebab itu, perkawinan
laki-laki dan perempuan itu diibarat-
bentengi dirinya dari gangguan yang
kan sebagai galah dan kemudi. Ga-
menggodanya. Jempol ‘ibu jari’ me-
lah diibaratkan sebagai lelaki se-
lambangkan bahwa sang istri men-
dangkan kemudi diibaratkan sebagai
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 113

perempuan. Kemudi dan galah harus hon, demkianlah pengetahuan orang


senantiasa sejalan. Kemudi baik, te- kuna itu atas perkembangan penge-
tapi galah tidak baik niscaya perahu tahuan orang sekarang. Jika orang
tidak akan mudah sampai ke tujuan. merasa dirinya pandai, sebenarnya
Demikian pula sebaliknya meskipun orang itu tidak berguna. Ia tidak me-
galahnya baik, kemudi tidak baik, pe- rasa bahwa kepandaian itu adalah
rahu juga tidak sampai pada tujuan. anugerah Tuhan. Bagaimana jika ke-
Dikatakan pula bahwa ada em- mudian dia mati. Jika ingin tahu orang
pat kemuliaan yang hendaknya ada yang pandai, dia bisa memperhatikan
pada manusia. Keempat kemuliaan wanita hina atau sederhana yang se-
itu adalah kemuliaan yang lahir dari lalu menumbuk padi. Wanita tersebut
diri sendiri, kemuliaan yang lahir da- dengan alas yang sederhana, yakini
ri harta benda yang ia punyai, kemu- tampah (nyiru) dapat membeda-be-
liaan yang lahir dari kepandaiannya, dakan mana beras dan mana gabah
dan kemuliaan yang lahir dari penge- (butir padi yang belum terkelupas).
tahuannya. Kemudian, diuraikan pu- Demikianlah hendaknya, seseorang
la tentang kemurahan Tuhan dengan itu tidak boleh bersikap merasa diri-
menunjukkan sebuah pohon. Daun nya pandai dan melupakan asal mula
pohon itu setiap waktu jatuh ke ta- kepandaiannya itu.
nah. Akan tetapi, setup kali daun ja-
Isi Pupuh XVII “Kinanthi”
tuh, setiap kali pula muncul daun
Darmagandhul bertanya kepada
yang lebih banyak di pucuk dahan.
Ki Kalamwadi tentang bekas kera-
Isi Pupuh XVI “Girisa” jaan Prabu Brawijaya. Menurut Ki
Ki Darmagandhul bertanya ke- Kalamwadi, kerajaan Prabu Brawi-
pada Ki Kalamwadi, manakah yang jaya tidak terletak di Kediri, tetapi
lebih pandai antara orang kuna dan justru terletak di Daha. Bekas kera-
orang sekarang. Ki Kalamwadi men- jaan Prabu Jayabaya telah tertimbun
jawab bahwa memperbandingkan tanah, pasir lahar yang dimuntahkan
orang kuna dengan orang sekarang oleh Gunung Kelud. Peninggalan
adalah pekerjaan yang tidak bergu- Prabu Jayabaya yang masih mem-
na. Orang kuna tidak boleh diremeh- bekas adalah candi Pradhungwangi
kan. Kadang-kadang orang sekarang (?), arca Buta Nyai, dan arca kuda
hanya pandai mencela saja. Seharus- berkepala dua.
nya orang sekarang melengkapi hal- Arca Buta Nyai merupakan arca
hal yang belum ada pada orang kuna, raseksi yang sangat besar. Patung
bukan bersikap mencela dan menca- tersebut carat, yaitu patah lengannya
ri-cari kekurangannya. Kepandaian oleh tangan Sunan Bonang sewaktu
orang kuna tidak boleh diremehkan. Sunan Bonang berkelana berkeliling
Hal itu terbukti dengan adanya para kota Kediri. Diuraikan pula tentang
nabi. Para nabi lahir pada zaman ku- kisah terjadinya patung Buta Nyai.
na bukan pada zaman sekarang. Iba- Konon ceritanya pada waktu dulu
rat akar yang menjadi penguat po- datanglah Buta Nyai dari Locaya
114 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang bermaksud minta diperistri oleh Harian ini diterbitkan dalam dua
Prabu Jayabaya. Akan tetapi, oleh bahasa, yaitu Jawa dan Melayu, dan
prajurit Kediri Buta Nyai diserang berhasil terbit setiap hari, dengan
sehingga luka parah. Prabu Jayaba- pembagian waktu: tiga hari berba-
ya berkata kepada Buta Nyai bahwa hasa Melayu dan tiga hari berbahasa
Buta Nyai bukan jodoh Prabu Jaya- Jawa. Hari Senin, Rabu, dan Jumat
baya. Adapun jodoh Prabu adalah untuk bahasa Melayu, dan Selasa,
seseorang dari Prarnbanan. Oleh se- Kamis, Sabtu untuk bahasa Jawa.
bab itu, Buta Nyai disarankan me- Edisi bahasa Jawanya dipegang oleh
ngubah wajahnya dan bernama Rara Soeradi Sastrokarjono, yang selan-
Jonggrang. Kemudian, Prabu Jaya- jutnya sering dipanggil dengan Den
baya alas permintaan abdinya mene- Juru. Adapun redaktur edisi bahasa
rangkan tentang asal mula perbuatan Melayu dipegang oleh Soedardjo
patung kuda berkepala dua itu. Pa- Tj.S., hanya sampai tahun 1928 ka-
tung kuda itu melambangkan sifat rena dia harus pindah ke Jakarta atas
wanita yang mendua hatinya. perintah Hoofdbertuur (Pengurus
Pada akhir hidupnya, Prabu Ja- Besar) Budi Utomo, untuk meme-
yabaya muksa yang diiringkan oleh gang redaksi majalah petani berna-
Patih Tunggulwulung dan Nimas ma Adil Polomarto.
Ratu Pagedhongan, putrinya. Kemu- Sewaktu Budi Utomo dan Partai
dian, Tunggulwulung diperintahkan Bangsa Indonesia mengadakan fung-
menjaga gunung Kelud, sedangkan si menjadi Parindra (Partai Indonesia
Nimas Ratu Pagedhongan menjadi Raya), pada tahun 1939 N.V.
raja jin penguasa Laut Selatan de- Javaansche Drukerij & Boekhandel
ngan gelar Ratu Angin­Angin. Nama Boedi Oetomo (selanjutnya Budi Uto-
Kedhiri sendiri adalah sifat tinggi mo) dibubarkan, dan didirikanlah
hati yang dimiliki Kilisuci yang sela- N.V. baru bernama SEDIA. Harian
manya tidak kawin. Darmo Kondo edisi bahasa Melayu
kemudian berganti nama dengan Pe-
darmo kondo warta Oemoem (selanjutrnya Pe-
Harian Darmo Kondo muncul warta Umum). Adapun edisi bahasa
pertama kali hari Senin Kliwon, ta- Jawa diganti namanya menjadi
hun 1904. Surat kabar ini diterbitkan Poestaka Warti (selanjutnya Pus-
oleh Nieuwe Drukkerij Tjo Tjoe taka Warti). Yang mengemudikan
Kwan di Warungpelam, Solo, dengan harian, dan yang memegang harian
redakturnya ahíla Toa Tjoe Kwan, di- Pewarta Umum itu ialah Soehari
bantu The Tjin Tjai dan Liem Giok Koesoemodirdjo, dibantu oleh Sa-
Tjee. Adapun redaktur pelaksana dojo Dibjowirojo. Adapun yang me-
diserahkan kepada Tjhie Sian Ling megang Pustaka Warti adalah Soe-
dan seorang pribumi, Hardjosoemi- radi Sastrokarjono dan Saronto Koe-
tro, dan pemimpin redaksinya Hirlan soemodirdjo. Dalam tahun 1940 Soe-
Soetadi Reksotanoe. darjo ikut mengemudikan Pewarta
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 115

Umum, tetapi tidak lama, karena se- Kata-kata murda, mustaka, ulu,
lanjutnya hingga ditutup (1942), Pe- utamangga, kepala, raksi, dan
warta Umum dan Pustaka Warti di- sirah semuanya bermakna ‘ke-
asuh oleh R.M. Soehari Koesoemo- pala’.
dirdjo, Den Djuru, R.M. Darmosoe-
Dasanama itu sering diperguna-
gondo dan Samsoe Hardjohoedojo.
Harian ini adalah yang terlama kan dalam tembang untuk memudah-
kan cara menghafal sejumlah kata
hidup mampu bertahan hingga tahun
yang masuk dalam satu dasanama.
1942, lebih lama daripada pendahu-
Contoh kata-kata yang bermakna
lunya, yaitu Djawi Kondo (atau Jawi
Kondo) dan Djawi Hisworo (Jawi ‘raja’ dalam tembang Kinanthi:
Ratu aji katong dhatu
Hisworo), yang hanya samapi tahun
nata narendra narpati
1919.
sri pamasa nareswara
dasanama bumipala bumipati
narpa raja naradipa
Istilah dasanama dibentuk dari
buminata sribupati.
kata dasa ‘sepuluh’ dan nama ‘na-
ma’. Istilah tersebut bermakna sepu-
luh nama milik satu orang. Misal- dayasastra
Istilah daya sastra bersinonim
nya, dalam dunia pewayangan, dike-
dengan dayaning sastra, atau daya-
nal satria Janaka. Janaka memiliki
ning aksara, yang berarti bahwa hu-
dasanama Arjuna, Dananjaya, Par-
ta, Permadi, Bambang Kendhiwrat- ruf, khususnya huruf—atau aksara
Jawa—itu memiliki daya atau ke-
nala, Margana, Endraputra, Kom-
kuatan, yaitu memiliki daya dengung
bang Ali-Ali, Endraputra, dan Prabu
(Jawa: mbrengengeng) ketika huruf
Karithi. Namun, dalam dunia kesas-
traan Jawa istilah dasanama itu pertama dari silabel pertama sebuah
kata dibaca tidak luluh dengan awal-
mempunyai makna yang lebih luas
an vokal (Jawa: hanuswara). Misal-
lagi. Istilah tersebut tidak hanya me-
nya, silabel pertama yang diawali de-
nyangkut beberapa nama milik sese-
orang saja, tetapi bermakna sejumlah ngan huruf b, j, g, dan d tidak luluh
dengan awalan vokal (an/n-, am/m,
kata yang berbeda bentuknya tetapi
ang/ng-), maka cara mengucapkan-
memiliki makna yang sama atau ham-
nya tidak luluh, tetapi dibantu dengan
pir sama berpadanan dengan istilah
sinonim. Contoh: swara dengung (nasal). Swara de-
ngung itulah yang dimaksudkan di
Kata-kata kondhang, kalok, ka-
sini dengan “mbrengengeng” itu.
wentar, kasusra, kaloka, kasub,
Contohnya, dalam kata berawal-
kongas, komuk, kombul, kao-
nang-onang, kajuwara, dan an am/m- + kata bedhah  mbedhah,
bukan bedhah; awalan an/n- + kata
kajanapriya semuanya bermak-
dhodhok  ndhodhok, bukan dho-
na ‘terkenal’.
dhok; awalan an/n + gendhong 
nggedhong, bukan gendhong.
116 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dewaruci kakawin malam, rijal berbunyi di barat


Kitab Dewaruci dianggap kitab daya,
yang tertua. Kitab Dewaruci meng- kesukaran di jalan seolah-olah
gunakan bahasa Jawa Tengahan. alamat akan ajalnya Sang Bima,
Akan tetapi, penulisannya masih de- rawa dusun-dusun terlampaui
ngan cara kuna, yaitu masih meng- oleh sang tanpa takut, jalannya
gunakan tembang gede walaupun me- menurutkan lorong, mengikuti
langgar aturan penulisan. Contohnya, punggung gunung.’
pupuh yang pertama menggunakan
Pupuh yang keempat jalannya
tembang çloka tanpa irama, jalannya
delapan-delapan empat kali seperti di empat, delapan empat kali, sebagai
berikut.
bawah ini.
Bagya ta kita Bima mapa
Sore kala tiba ng lalu, sahira
gatinta,
saking nagara, manuk dokan
lawan dares, manamber lwir lumawat ing ulur mardika
kasyasih,
ananggehi, titis sunya tengah
nusa sunya tanpa manggih pala
wengi, mustika munya geneya,
boga, sumurupa ing mintareng
sawang awaraheng patinika
durgamaning awan, rawa desa rajya.
kalintangan, denira sang anir- Artinya dalam bahasa Indonesia
baya, anut ujungikang wukir, sebagai berikut.
lumampah maliwat awan. ‘Selamat datang kau Bima, apa
maksudmu kau menjenguk aku,
Terjemahan dalam bahasa Jawa
orang hina terlunta-lunta di pulau
baru sebagai berikut.
sunyi, tidak ada buah-buahan dan
Wanci sore surup surya, tindake
makanan.
saka nagara, manuk beluk karo
Adakah kau berkehendak diam
dares, nyamber kaya anyandheti,
dalam kesunyian maka kau pergi
sidhem sepi tengah wengi, rijal
dari negeri?’
muni kidul kulon,
pakewuhing marga kaya warah Tembang di atas belum diketahui
sedane sang Bima, rawa desa namanya, tetapi sangat banyak meng-
kaliwatan denira sang tapa gunakan nyanyian bedaya (sindhen-
wedi, lampahe turut ing marga, an bedhaya) di keraton Sri Susuhu-
anut gigiring parwata. nan Surakarta. Contohnya sebagai
berikut.
Terjemahan dalam bahasa Indo- Bale atma tunjung alit Sinaroja
nesia sebagai berikut. lamun kangen tumutur pundi
‘Ketika petang rentang matahari, parannya.
bertolak dari kota, burung hantu
serta dares, menyambar laksana Menurut Poerbatjaraka dan Tar-
menengah sunyi sepi tengah djan hadidjaja (1957:76), yang meng-
gubah kitab Dewaruci itu pengarang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 117

yang tidak tahu. Bahasanya tergolong mawur ing tyas maha prabu
bahasa Jawa yang agak muda. Tum- Duryudana.
buh kembangnya di masyarakat ha-
Terjemahan dalam bahasa Indo-
nya sedikit-sedikit. Syair-syairnya
nesianya sebagai berikut.
pun kurang baik.
‘Aduhai Sri Paduka yang berkua-
Kyai Yasadipura menerjemah-
kan kitab Dewaruci ke dalam bahasa sa di seluruh kerajaan pada tahun
pawakaro-wiku-raja (api-dua-
Jawa modern. Mula-mula hanya pen-
pendeta-raja= 1723 A.J.).
dek saja karena bagian-bagian yang
akan Sang Bima pada waktu
menerangkan kefilsafatan dihilang-
kan. Terjemahan itu terdapat di dalam berguru kepada Sang Druna,
meminta kesempurnaan hidup,
kitab Pasindhen Bedhaya di keraton
(maka) Duryudana dimintalah
Surakarta. Kutipannya sebagai beri-
oleh sekalian adiknya,
kut.
Ela-ela pamengkuning reh serentak sembah sekalian Korawa
seratus,
sapraja risangkala pawaka –ro-
hendaklah minta tolong Sang
wiku-raja=
Dwijawara.
1723 A.J.
ri Sang Bima kalanira puruhita
lalu naik
mring Sang Druna minta
Sekalian para ketua lengkap
sampurneng dumadya.
duduk di hadapan,
Duryudana ginubel mring pra
arinya, Druna, Prabu Mandraka (dan)
Adipati Wangga,
rempeg ‘ture kehing sata Korawa
Danyang Drona menyanggupi
amintaa pitulung Sang Dwija-
Kurawanata,
wara.
lajeng minggah (akan) menghabisi Sang Aria
Bima,
pinituwa sadaya pepek ing ngar-
jangan dengan berperang, (me-
sa,
lainkan) binasa karena tipu daya.
Druna Prabu Mandraka ‘dipatyeng
Wangga, Tiada lama antaranya datanglah
Aria Sena,
Danyang Druna saguh mring
Sang Raden datang berlutut me-
Sang Kurunata,
nyembah kepada Sang Guru (yang
anirnakna marang sira Arya
Bima, termasyhur)
berlutut-menyembah-gending
aja lawan aprang sirna saking
Gambir Sawit, berbunyi, nanar
cidra,
hati maha Prabu Duryudana.’
tan antara praptanira Arya Sena
dyan jumujug mendheg nembah Petikan tersebut di atas berangka
mring sang dibya. tahun sengkalan: pawaka ro-wiku-
mendheg nembah mungel gen- raja= 1723 tahun Jawa. Tahun itu
dhing Gambir sawit, berselisih dua tahun dengan waktu
118 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kiai Yasadipura membuat kitab waruci yang bertembang macapat.


“Panitisastra” kawi miring. Kitab yang bertembang macapat
Kitab “Dewaruci” terdapat ba- muncul lebih dahulu daripada kitab
gian yang menggunakan sekar yang ber-sekar ageng atau ber-tem-
ageng atau tembang gedhe, bunyi- bang gedhe.
nya sebagai berikut. Kitab Dewaruci sekar ageng
Nihan karananiran doning ulun atau tembang gedhe berpengantar
rumancaneng sebagai berikut.
sotanirang kata diwya, ri lagu Nihan doning ulun seka-ri
mageng, agnyaning
mamrih mardawa pragnya sang narpatmajeng Jawi, ri ka-
rikang manah nang
lalu saniskara, juwet silarjeng mandhireng prajeng Surakarta
tuwuh anane ri kahanan jati, mangun
sujana nindhita, paramarteng reh Bima suci, mamrih marda-
rat, weng tyas.
witaning tumuwuh, winahya
Terjemahan ke dalam bahasa In-
tekang sasmita winardya.
donesia sebagai berikut.
Terjemahan ke dalam bahasa
‘Adapun akan perintah sang pu-
Indonesia sebagai berikut.
tra raja
‘Adapun sebabnya maka hamba
Jawa, yang bertahta di negeri
merencanakan arti daripada ce-
Surakarta,
rita yang tinggi
akan menggubah cerita Bima
mutunya dalam lagu ageng
Suci, hamba
(besar) (yaitu)
nyanyikan ini agar rasa senang
akan mencari laras kesenangan
dalam hati ….’
hati,
Hilang segala kesedihan, selalu Dari kutipan tersebut di atas, ka-
teratur ta-kata sang narpatmajeng Jawi
dan sejahtera hidupnya, serta ‘sang putra raja Jawa’, disebut juga
adanya keadaan yang sesungguh- di dalam kitab Panitisastra. Jadi, ki-
nya, manusia agung, pelindung tab Dewaruci yang disebut belakang-
dunia, pangkal segala hidup, an adalah karya Kiai Yasadipura II
yang telah mendapat ilham, atas perintah Kangjeng Gusti Paku
terbabarnya alamat gaib.’ Buwana V.
Kitab Dewaruci yang bertem-
Bagian akhir kitab ini terdapat
bang macapat sering dicetak dengan
sengkalan: maletiking-dahana-go-
huruf Jawa. Yang pertama kali dice-
raning-rat: 1730 tahun Jawa.
takkan di percetakan Van Dorp pada
Menurut penelitian, kitab Dewa-
tahun 1870, 1873, dan 1880. Yang
ruci sekar ageng atau tembang ge-
menerbitkan kitab itu adalah Mas
dhe adalah kebalikan dari kitab De-
Ngabei Kramapawira, tidak disebut-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 119

kan bahwa kitab itu karya Kiai Ya- baran pertemuan manusia dengan ja-
sadipura, seolah-olah dianggap ka- ti dirinya. Oleh karena itu, lahirlah
rangannya sendiri. karya sastra atau lakon wayang de-
Pada tahun 1922 kitab Dewaru- ngan judul Dewaruci. Kitab Dewa-
ci itu dicetak lagi oleh Mas Ngabei ruci bermacam-macam bentuknya,
Mangunwijaya, dengan ditambah ada yang berbentuk tembang maca-
keterangan di dalam kata pengantar- pat, ada yang berbentuk metrum se-
nya. Di situ diterangkan bahwa kitab kar ageng atau tembang gedhe, dan
Dewaruci menggunakan kata-kata ada juga yang berbentuk prosa.
Kawi dan menggunakan aturan se- Serat Dewaruci karya Ki Yasadi-
kar ageng atau tembang gedhe. Ki- pura I ceritanya lebih panjang dari-
tab itu karya Empu Widayaka di ne- pada Dewaruci Jawa Tengahan. Ce-
geri Mamenang, yaitu Kediri. Empu ritanya diawali dengan Sang Bima
Widayaka itu adalah Prabu Ajisa- minta diri kepada Pendeta Durna un-
ka…. Keterangan tersebut merupa- tuk mencari tirta amerta. Ki Yasa-
kan omong kosong belaka. dipura II juga menggubah Dewaruci
Kitab Dewaruci karya Kiai Ya- dalam bentuk tembang gedhe de-
sadipura itu pada mulanya mence- ngan judul Bima Suci. Kitab Dewa-
ritakan tentang Raden Wrekodara ruci yang berbentuk prosa ditulis
pamitan kepada Danghyang Drona oleh Dr. Priyohutomo berjudul Bima
untuk mencari air hidup atau toya- Suci, merupakan karya saduran versi
marta. Kitab Dewaruci yang tua lain. Karya sastra ini dimuat dalam
menceritakan tentang raden Wreko- buku Javaansche Leesboek yang
dara berangkat ke samudra. Di- terbit tahun 1937.
mungkinkan terdapat cerita yang Kakawin Dewaruci mencerita-
hilang. kan tentang Sang Bima berangkat ke
Bagi orang yang tahu, kitab-ki- laut. Gambaran keindahan laut me-
tab Jawa Kawi itu, menyatakan rupakan cerita sisipan baru. Sang
manfaatnya sedikit. Untuk orang Bima terjun ke dalam laut, naga yang
yang tidak tahu bahasa Kawi, me- bernama Nabu-nawa keluar. Mereka
nyatakan besar nilainya. bertempur melawan Sang Bima,
Nawaruci digubah oleh Empu naga mati. Gambaran tentang kein-
Siwamurti berbentuk prosa, berba- dahan pulau, tempat kediaman Sang
hasa Jawa Pertengahan pada zaman Dewaruci merupakan cerita sisipan
Majapahit akhir, tahun 1500—1619. baru. Sang Bima bertemu Sang De-
Kitab itu menceritakan tentang tokoh waruci. Mereka berbantah sebentar.
Sang Bima yang mencari air kehi- Raden Wrekodara diperintahkan ma-
dupan atas petunjuk pendeta Durna, suk ke dalam tubuh Sang Dewaruci.
gurunya. Akhirnya Sang Bima ber- Sang Bima melihat bermacam-ma-
hasil bertemu dengan Sang Dewa- cam pemandangan, lalu ia diwejang.
ruci. Hal itu merupakan penggam- Sampai sekian ceritanya putus.
120 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dhalang ‘Tuhan’. Dalam konteks ini, dhalang


Istilah dhalang tersimpul dari diibaratkan sebagai penjelmaan atau
kata weda dan wulang atau mulang. pengejawantahan Sang Pramana,
Weda ialah kitab suci orang beraga- atau utusan dari Hyang Maha Agung.
ma Hindu yang ditulis dalam bahasa Di dalam tataseni pewayangan, dha-
Sanskreta. Di dalam Weda termuat lang berkuasa penuh atas wayang-
peraturan tentang hidup dan kehi- wayangnya. Dialah yang berkuasa
dupan manusia di tengah masyarakat membunuh, menghidupkan, dan me-
ketika berinteraksi dengan sesama namatkan suatu cerita. Oleh karena
manusia menuju kesempurnaan (se- itu, dhalang dinyatakan sebagai lam-
telah meninggal dunia). Wulang ber- bang Raja Sejati. Ia menguasai ge-
arti ajaran atau petuah. Mulang ber- rak-gerik kehidupan (wayang). Dha-
arti memberi pelajaran. Berdasarkan lang menerima bisikan Sang Hyang
hal itu, dhalang dapat digambarkan Suksma untuk meniupkan nafas ke-
sebagai seseorang yang mempunyai hidupan kepada wayang-wayang-
tugas suci untuk memberi pelajaran, nya.
wejangan, uraian atau tafsiran ten- Ilmu pedhalangan meliputi ba-
tang isi kitab suci Weda beserta mak- nyak hal yang berkaitan dengan kehi-
nanya kepada khalayak ramai. Me- dupan manusia sehari-hari beserta
nurut sejarahnya, pada zaman dahu- perkembangan masyarakat. Oleh ka-
lu, dhalang tidak mengharapkan rena itu, segala seginya sukar dikua-
upah dalam bentuk apa pun atas kar- sai oleh seorang diri. Dengan demi-
yanya itu. Hal itu diungkapkan da- kian, muncullah beberapa ragam je-
lam peribahasa sepi ing pamrih, ra- nis dhalang, yaitu dhalang (se-)jati,
me ing gawe ‘tiada mengharap im- dhalang purba, dhalang wasesa,
balan, sungguh-sungguh bekerja’. dhalang guna, dan dhalang wikal-
Segala pikiran dan tenaga dhalang pa.
hanya dipusatkan kepada tugasnya Pada umumnya menjadi dhalang
tersebut, yaitu menanamkan benih merupakan suatu bawaan, bersifat
kesempurnaan dan keluhuran budi turun-temurun, dari kakek ke bapak,
pekerti pada orang-orang yang me- dari bapak ke anaknya. Pendidikan
ngikuti jejaknya melalui pertunjukan untuk menjadi dhalang supaya dapat
cerita wayang kulitnya. Seorang mencapai “tingkat dhalang” dilaku-
dhalang mempunyai kedudukan se- kan secara sambil lalu. Dalam arti
derajat dengan guru yang luhur dan kata, sang anak turut serta pada tiap
luas pengetahuannya. Kini, pekerja- pertunjukan wayang kulit yang dise-
an mendalang merupakan suatu ma- lenggarakan oleh ayahnya atau oleh
ta pencaharian, bukan semata-mata dhalang lainnya.
suatu bentuk pengabdian seperti za- Pada zaman modern telah didi-
man dahulu. rikan pula suatu “Sekolah pedha-
Ada juga yang menyebutkan langan”, lengkap dengan berbagai
bahwa dhalang adalah utusan Gusti mata-pelajarannya, misal Pamulang-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 121

an Dhalang Habiranda Keraton Nga- Sanga (Miring); Dhandhanggula


yogyakarta Hadinigrat. Para siswa, Tlutur, Pelog Pathet Barang; Dhan-
setelah lulus dari ujiannya, mendapat dhanggula Banjet, Pelog Pathet Ba-
ijazah. Dengan ijazah itu mereka rang; Dhandhanggula Baranglaya,
berhak menamakan dirinya “dha- Pelog Pathet barang; Dhandhang-
lang”, dan juga melangsungkan per- gula Penganten Anyar, Pelog Pathet
tunjukan wayang kulit atas dasar Nem; Dhandhanggula Kanyut, Pe-
menerima upah. Pada umumnya ja- log Pathet Nem; Dhandhanggula Tu-
batan dhalang itu dipegang oleh se- rulare, Pelog Pathet Nem, dan seba-
orang laki-laki. Tetapi, dewasa ini gainya.
kita mempunyai pula dhalang wanita. Contoh:
DHANDHANGGULA
dhandhanggula Kawuwusa ri Sang Ngusman
Dhandhanggula adalah salah sa-
Najit,
tu jenis tembang macapat dari lima
dupi myarsa ing pambukanira,
belas tembang macapat lainnya.
kang rayi dahat sukane,
Dhandhanggula disusun berdasar-
yayi wus nyata jumbuh,
kan aturan yang sudah ditentukan,
wiji gaib mantuk mring gaib,
yaitu guru gatra, guru lagu, dan gu-
suwawi sira kakang,
ru wilangan (10-i, 10-a, 8-é, 7-u, 9-
Takrul Salam iku,
i, 7-a, 6-u, 8-a, 12-i, 7-a ). Dhan-
andika buka kekeran,
dhanggula ditulis/dipergunakan
pundi ingkang leres puniku
sesuai dengan perwatakannya, yaitu
pinilih,
luwes, menyenangkan, menggembi-
murih aywa sulaya.
rakan. Oleh karena itu, dhandang-
gula lebih tepat dipakai untuk berce- (Serat Salokajiwa, bait 29, karya ,
rita tentang berbagai hal atau berba- R. Ng. Ranggawarsita)
gai suasana. Tembang macapat dhan-
dhanggula, sering dipadukan dengan dhanu priyo prabowo (1961— )
seni sekar gendhing, misalnya dalam Dhanu Priyo Prabowo lahir di
sindhenan, gerongan, dan rambang- Kulonprogo, Yogyakarta, 15 Januari
an. Nada yang dipergunakan dalam 1961. Lulus Fakultas Sastra UNS
seni tembang (macapat) Jawa ialah Surakarta (1985) Jurusan Sastra
nada yang dimiliki oleh gamelan Ja- Daerah, lulus S-2 Fakultas Pascasar-
wa, yaitu laras slendro dan laras pe- jana UGM Yogyakarta (2000) Jurus-
log lengkap dengan pathet-nya. Mi- an Ilmu-Ilmu Humaniora. Sekarang
salnya, Dhandhanggula Pasowanan, bekerja di Balai Bahasa Yogyakata.
Slendro Pathet Sanga; Dhandhang- Di samping sebagai peneliti sastra,
gula Padhasih, Slendro Pathet Sa- ia juga menulis esai dan kritik sastra
nga; Dhandhanggula Rencasih, Jawa baik dalam bahasa Indonesia di
Slendro Pathet Manyura; Dhan- harian Suara Pembaruan, Kedaulat-
dhanggula Tlutur, Slendro Pathet an Rakyat Minggu, dan Bernas, mau-
122 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pun dalam bahasa Jawa di majalah antara lain, (1) Pertobatan Seorang
Mekar Sari, Djaka Lodang, Praba, Pemalas (Pusat Bahasa, 1995); (2)
Pagagan, Jawa Anyar, dan sebagai- Bandungbandawa (CV Kerja, Yog-
nya Karya-karya ilmiahnya dipubli- yakarta, 1995); (3) Panembahan
kasikan di jurnal ilmiah Widayapar- Senapati (Pustaka Pelajar, 1996); (9)
wa (Balai Bahasa Yogyakarta) dan Putri Arumdalu (Pustaka Pelajar,
Bahasa dan Sastra (Pusat Bahasa 1997); dan (4) Sang Pujangga (Pu-
Jakarta). sat Bahasa, 1997).
Buku-buku hasil penelitiannya Ketua Seksi Pergelaran Sastra
baik pribadi maupun bersama, an- Jawa Festival Kesenian Yogyakarta
tara lain, (1) Nilai-Nilai Budaya Su- (1992, 1993, 1994, 1995, 1997, dan
sastra Jawa (Pusat Bahasa, 1994); 1998), Wakil Ketua Penyunting
(2) Idiom tentang Nilai Budaya Sas- majalah sastra Jawa Pagagan
tra Jawa (Pusat Bahasa, 1995); (3) (1994—1998), anggota penyunting
Sastra Jawa Modern Periode 1920— buletin Caraka (1998-2001). Pada
Perang Kemerdekaan (Pusat Bahasa, tahun 2002, menjadi juara III Lomba
1995); (4) Kisah Perjalanan dalam Mengarang Crita Cekak Tingkat Pro-
Sastra Jawa (Pusat Bahasa, 1996); (5) pinsi Jawa Tengah dan pada tahun
Sastra Jawa Modern Periode 1945— 2003 mendapat penghargaan seni
1965 (Pusat Bahasa, 1997); (6) Gu- “Abdi Karya Sastra” dari Bupati Ku-
ritan Tradisional dalam Sastra Jawa lonprogo sebagai penggiat seni sastra
(Pusat Bahasa, 2001); Ikhtisar Per- di kawasan pedesaan.
kembangan Sastra Jawa Modern
Periode Prakemerdekaan (Gadjah dharma kandha
Mada University Press, 2001); (7) Dharma Kanda bukanlah iden-
Ikhtisar Perkembangan Sastra Ja- tik dengan Darmo Kondho yang ber-
wa Modern Periode Kemerdekaan henti pada tahun 1942. Surat kabar
(Kalika, 2001); dan (8) Pengaruh Dharma Kandha ini terbit pertama
Islam dalam Karya-karya R. Ng. kali di Sala, tahun pada 18 Agustus
Ranggawarsita (Narasi, 2003). 1968. Pada bulan 24 Mei tahun 1971
Selain menulis dan menerbitkan harian Dharma Kandha tersebut
buku-buku ilmiah, Dhanu Priyo juga berganti nama dengan mingguan
menjadi editor beberapa buku an- Dharma Nyata, dan sementara tetap
tologi, antara lain, (1) Rembulan Pa- menggunakan bahasa Jawa, dan me-
dhang ing Ngayogyakarta (FKY, nyatakan diri sebagai “Mingguan
1992); (2) Cakramanggilingan Mardika”. Mingguan tersebut me-
(FKY, 1993); (3) Pangilon (FKY, megang teguh motto yang diikrar-
1994); (4) Pesta Emas Sastra Jawa kan, yaitu “Kandha nyata adhedha-
(bersama Linus Suryadi Ag., Pustaka sar jiwa Pancasila”Akan tetapi, se-
Pelajar, 1995), dan (4) Pisusung lanjutnya, harian tersebut memilih
(Pustaka Pelajar, 1997). Buku cerita bergabung dengan bahasa pengantar
anak karya Dhanu juga telah terbit, harian tersebut diganti dengan ba-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 123

hasa Indonesia untuk meninggikan kaanggep wangun redi.


oplah, dengan pertimbangan pema- Yen karingkes dados Meru (redi
kai bahasa Indonesia harus juga dija- Himalaya).
ring. Meskipun demikian, media Yen karingkes malih dados
massa tersebut masih menyediakan Meru (kados ing tanah Bali).
lembar khusus berbahasa Jawa yang Yen karingkes malih dados
berisi berita-berita khusus, cerpen, tiyang.
guritan.
Semula hanya N. Sakdani Dar- ‘Batara Siwah- Kosong
mopamudjo yang menjadi pendiri,
Sifat kasarnya berwujud dunia,
Pemimpin Redakasi, dan sekaligus
dianggap berupa gunung.
wartawan. Selanjutnya, ia dibantu
Jika diringkas menjadi Meru
oleh Anjar Any sebagai Wakil Pe-
(Gunung Himalaya).
mimpin Redaksi. Beberapa pemban-
Kalau diringkas lagi menjadi Me-
tu ahli ialah Mugono, S.H., Karkono
ru (seperti di Bali).
Komodjaja, Sutijono, dan Susilo-
Makin diringkas lagi menjadi ma-
murti. Karena mereka semua adalah
nusia.’
orang swasta, cara mengelola Dhar-
ma Nyata juga secara swasta. Kutipan halusnya sebagai berikut.
Pada perkembangan selanjutnya, Batara Siwah = Suwung
Dharma Nyata berubah mengguna-
Sipatipun ingkang alus, inggih
kan bahasa Indonesia, dengan rubrik
punika alusing donya.
sastra sebagai sisipan. Sayang sekali,
kaanggep wangun redi.
media massa tersebut harus ditutup
Yen karingkes dados alusing redi
pada tahun 1980-an karena kalah ber-
Meru.
saing dengan media massa lain yang
Yen karingkes malih dados
lebih popular.
alusing Meru.
Yen karingkes malih dados
dharmacunya kakawin
alusing manusa.
Kitab Dharmacunya memuat pe-
lajaran-pelajaran filsafah dan mistik, ‘Batara Siwah - Kosong
tetapi bahasanya sudah banyak yang
Sifat halusnya adalah kehalusan
rusak karena penulisnya tidak mahir
dunia.
dalam bahasa Jawa kuna. Kata-kata-
Jika diringkas menjadi kehalusan
nya banyak yang berbentuk bahasa
gunung Meru.
Jawa sekarang dan aturan tembangnya
Jika diringkas lagi menjadi
banyak dilanggar. Ajaran mistiknya
kehalusan Meru.
disebut mistik gunung Meru. Kutipan
Kalau diringkas lagi menjadi
kasarnya sebagai berikut.
Meru (seperti di Bali).
Batara Siwah = Suwung
Makin diringkas lagi menjadi
Sipatipun ingkang kasar awujud kehalusan manusia.’
donya,
124 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kedua kutipan di atas menun- nya. Dhialog disajikan dalam bentuk


jukkan bahwa manusia itu merupa- percakapan antara dua tokoh atau le-
kan dunia kecil yang mirip dengan bih. Dalam drama, dhialog merupa-
dunia besar karena sama-sama kera- kan bentuk mutlak yang merupakan
sukan kehalusan Batara Siwa. hakikat drama. Roman juga meng-
Dalam kitab itu terdapat kali- gunakan dhialog. Sering dijumpai se-
mat-kalimat yang indah. Dalam ba- buah roman yang kuat dalam pelu-
hasa Indonesia berbunyi sebagai be- kisan watak, pemaparan situasi,
rikut. maupun penyajian cerita, tetapi sa-
Kapas itu menjadi bermacam- ngat canggung dalam menggunakan
macam barang sobek. Adanya dhialog. Dhialog batin adalah kata-
macam ragam itu karena dibuat kata yang diucapkan oleh pemain
oleh manusia, kemudian disebut untuk mengungkapkan pikiran atau
kain cita, lurik, sembagi, katun, perasaannya tanpa ditujukan kepada
dan sebagainya. Wujudnya ma- pemain lain.
sing-masing itulah yang kemudi-
an dipuji-puji orang: dasarnya diah hadaning (1940— )
bagus, wujudnya pun bagus. Ti- Nama lengkapnya Sinaryu Indah
dak lagi diketahui, bahwa semua- Hadaning. Tetapi, ia lebih dikenal se-
nya itu sebenarnya kapas juga bagai Diah Hadaning atau Diha. Pe-
yang sudah dijadikan bermacam- ngarang wanita ini lahir pada 4 Mei
macam barang oleh manusia. 1940 di Jepara, sebuah kota ukir dan
tempat kelahiran tokoh emansipasi
Nama penulis kitab Dharmacu-
wanita, R.A. Kartini. Diha hadir da-
nya ini tidak diketahui dengan te-
lam dunia kesastraan Jawa, khusus-
rang. Dalam kitab itu disebut-sebut
nya guritan, lebih awal daripada Su-
nama Sang Malinatha (nama Indu di Yatmana karena ia mengawali ka-
asli). Dimungkinkan bahwa nama itu
rier kepenyairannya dalam sastra In-
merupakan guru yang menyiarkan
donesia.
wejangan ini. Dharmacunya berang-
Diah Hadaning lahir di tengah
ka tahun 1304 atau 1340 Caka (1382 lingkungan rakyat biasa. Ayahnya,
atau 1418 Masehi).
Suratman, seorang pegawai negeri,
begitu juga dengan ibunya. Ia meni-
dhialog kah dengan Drs. Suhodo dari Yogya-
Dhialog adalah istilah serapan karta (putra Bapak Pratodiwiryo).
dari sastra Indonesia “dialog”. Oleh
Dari pernikahannya itu ia dikaruniai
karena dipergunakan dalam sastra
3 orang anak laki-laki (Vivin Avian-
Jawa, serapan istilah tersebut kemu-
toro, Lilik Hernudrajanto, dan Guna-
dian disesuaikan dengan penulisan wan Andrianto) yang semua kini su-
ejaan bahasa Jawa dengan menam-
dah bekerja. Bersama keluarga, kini
bahkan aksara h pada huruf d men-
Diha menetap di Cempaka, Blok D/
jadi dh. Dhialog adalah percakapan
14, Mekarsari Permai, Cimanggis
pada sandiwara, cerita, dan sebagai-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 125

16952 (Jalan Raya Bogor Km. 30). Diah Hadaning adalah alumni
Di tempat ini juga Warung Sastra Sekolah Pekerja Sosial di Semarang
DIHA bermarkas. (1960). Di samping itu, ia pernah me-
Sebelum menetap di Bogor Diha ngikuti kuliah di Akademi Wartawan
dan keluarganya lama di Jakarta. sehingga dapat menjadi wartawan.
Kota Jakarta semula dikenalnya se- Meskipun demikian, ia juga amat se-
bagai tempat yang sangat menakut- nang menulis, baik puisi, cerpen,
kan karena “ketakramahan dan ke- maupun cerbung, tetapi yang utama
garangannya”. Namun, ia bersyukur ialah puisi. Kreativitas seninya ber-
karena beberapa tahun kemudian ia kembang efektif—dan secara autodi-
dapat akrab dengan semua sifat kota dak—sejak tahun 1974 hingga akhir-
metropolitan itu dan memutuskan nya ia menemukan gaya pengucap-
untuk bekerja di sana. Namun, Diha annya sendiri yang khas. Hal itu di-
merasa lebih damai di Bogor karena buktikan melalui rubrik yang dibina
kota ini sejuk dan mampu memekar- di mingguan Swadesi (Srikandhi)
kan imajinasinya. berjudul “Warung Sastra Diha”, na-
Di kota (Jakarta) yang garang ma yang mirip dengan nama sang-
itu Diah, begitu nama panggilannya garnya di Bogor. Ia mengawali krea-
sehari-hari, bekerja sebagai warta- tivitas menulisnya dengan sastra In-
wan tabloid Swadesi. Namun, ter- donesia, khususnya di bidang puisi,
nyata ia tidak puas dengan komuni- sejak tahun 1974. Kreativitasnya itu
kasi bersastra lewat media massa. Ia didukung oleh profesi dasarnya se-
melanjutkan kariernya dengan me- bagai wartawan.
nulis sastra dan secara langsung me- Dengan jujur ia mengaku bahwa
ngelola komunitas sastra (terutama aktivitas menulis sastra diawali dari
sastra Jawa) di masyarakat, melalui tugasnya sebagai pengasuh rubrik
sanggar yang diberinya nama “Wa- sastra di mingguan Swadesi. Di situ-
rung Sastra Diha” dengan subnama lah ia menyiapkan diri dengan mem-
“Penggiat Sastra—Komunitas Dia- bina rubrik bernama “Warung Sas-
log Jarak Jauh”. Katanya, sanggar itu tra Diha”. Hingga 2002 Diah masih
dapat diajak berdialog tentang sastra mengasuh rubrik tersebut sambil
dari jarak jauh via sarana komunikasi membuka diskusi tentang sastra
apa pun. Di situ ia mengundang pe- Indonesia secara jarak jauh. Sambil
cinta sastra untuk berkomunikasi de- mengasuh rubrik itu Diah mengem-
ngan para anggota untuk memperbin- bangkan kreativitas dirinya tentang
cangkan sastra Indonesia dan Jawa. sastra Indonesia dan Jawa. Dalam hal
Diah masih berobsesi untuk mendi- guritan Diah mengaku bahwa hal itu
rikan padepokan di pinggiran kota se- dianggap sebagai kewajiban sebagai
bagai tempat ideal untuk mengem- salah seorang putra daerah. Hal itu
bangkan seni sastra dan teater. Pade- dibuktikan melalui perannya yang
pokan itu akan diberi nama “Pade- total dalam berbagai aktivitas keja-
pokan Gondosuli”. waan (kejawen), dengan belajar sen-
126 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

diri pada hampir setiap kegiatan atau tidak sama. Pandangan hidup yang
undangan diskusi sastra Jawa di ma- demikian dapat dirunut dari substan-
na pun. Di situlah ia menyerap ba- si yang mengisi karya-karyanya, se-
nyak ajaran spiritual kejawen, hal perti pada dua buah sajaknya yang
yang dikatakannya sebagai roh bagi berjudul “Jakarta ’75", “Jakarta Ha-
kreativitasnya. ri Ini” (1975), “Jakarta di Antara Lu-
Di sela waktu kerja pokoknya se- ka-luka”, “Jakarta, Kaukah Itu”, “Ja-
bagai wartawan dan kolumnis, Diah karta dalam Suaraku I”, “Jakarta da-
menggembleng diri menjadi penyair. lam Suaraku II”, dan “Anak Rimba
Kreativitas itu dilakukan secara rutin Beton” (dalam kumpulan “Mozaik
sejak 1975 hingga 2000. Menurut Jakarta: Sajak-sajak 1975—2000)”.
pengakuannya, sampai tahun 2003 ia Sejumlah sajak Diah yang baru
memiliki sekitar 30 buah antologi tampak lebih tegar, lebih dewasa me-
puisi dan guritan. Ada yang berwujud napaki Jakarta, dan hal itu terlihat
antologi solo (miliknya sendiri), anto- pada “Ke Jakarta Aku kan Kemba-
logi sarimbit (ditulis oleh 2 orang), li”, “Jakarta Hari Ini”, “Laut Diba-
atau antologi bersama dengan bebe- kar Matahari”, “Tentang Sebuah Ke-
rapa penyair atau penggurit lain. Be- melut”, dan “Pada Suatu Sisi Jalan
berapa antologi puisinya yang belum antara Menara Istiqlal dan Puncak
terbit, antara lain, “Mosaik Jakarta” Kathedral” (1980). Sajak-sajak itu
(berisi 50 puisi), “Jejak dari Tanah berisi pengendapan batinnya untuk
Barat” (berisi puisi-puisi yang sudah mencintai, bersahabat, dan kasih ke-
dimuat di media massa), dan “Dunia pada kota Jakarta.
Dongeng” (berisi 50 buah puisi). Ke- Pada tahun 1980-an ia mulai
tiga antologi itu menjadi saksi atas menulis guritan. Kini ia telah meng-
kehadirannya di dunia perpuisian hasilkan sejumlah antologi, yaitu
Indonesia sejak tahun 1970-an. “Paseksen Anake Ki Suto Kluthuk”,
Secara selintas sejumlah sajak- “Kirab Anake Ki Suto Kluthuk”, dan
sajaknya yang berbahasa Indonesia “Tembang Esuk Anake Ki Suto Klu-
menggambarkan konflik batin diri- thuk”. Di samping itu, Diah juga me-
nya ketika pertama kali berkenalan miliki tiga buah antologi yang sudah
dengan Jakarta. Di satu sisi ia meli- diterbitkan sendiri (tanpa ISBN), ya-
hat kota ini sebagai kota yang sejak itu Kirab Gurit 53 (2000), berisi 53
dulu dicintainya dengan sepenuh ha- buah guritan (tahun 1982—1999);
ti. Akan tetapi, ternyata kota itu amat Tembang Esuk: Gurit Seket (1999—
tidak ramah, keras. Kalau akhirnya 2000), berisi 50 guritan yang secara
ia dapat menerima kota itu, kontras khusus disusun untuk menyambut
harapan dan kenyataan itu menjadi Milenium II, dan antologi Dongeng
gambaran paradoksal yang dalam Wanci Purnama (2000) juga berisi
artinya. Hidup itu di mana pun harus 50 buah guritan. Antologi ini berisi
dilandasi dengan kasih walaupun an- guritan-guritan yang ditulis antara
tara satu situasi dengan situasi lain tahun 2000—2002. Hingga kini Diah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 127

tetap menulis puisi dalam dua bahasa. Djaka Lodang. Dalam kolom itu ia
Namun, dalam sastra Jawa, ia lebih menggunakan nama: Dul Purba,
banyak menulis guritan dan cerkak. Kang Bongid, Bosse, Penjorangan,
Untuk melengkapi kreativitas “Wa- atau Mas Guru.
rung Sastra Diha”-nya, ia mencoba Didik Sedyadi terjun ke dunia
mengaktifkan seni drama berbahasa sastra Jawa sejak SMP (1977). Ia
daerah di Bogor. terjun ke dunia itu karena ia merasa
memperoleh manfaat dan terhibur
didik sedyadi (1964—) setelah membaca karya sastra Jawa.
Nama samaran yang sering di- Itu sebabnya ia lalu mencoba me-
gunakannya adalah Purbajati. Ia la- nulis dan mengirimkannya ke berba-
hir di Purbalingga, 22 Desember 1964. gai media. Tulisannya pada saat ia
Menikahi gadis bernama Kartinah, masuk kelas 2 SMP dimuat di rubrik
kelahiran Purworejo, 4 Juli 1966. Da- “Wacan Bocah” majalah Parikesit
ri pernikahan itu lahirlah seorang (1978). Selanjutnya, karya-karyanya
anak laki-laki, Burhanuddin Latif, (cerpen, cerbung atau novel) banyak
pada 4 April 1992. Bersama keluar- dijumpai di Parikesit (19 judul cer-
ga, Didik Sedyadi kini tinggal di Jalan pen, 1978—1986), Kartika Minggu
Babakan 10, RT 02, RW 01, Jatipa- (13 judul cerpen, 1985—1989), Me-
mor, Panyingkiran, Majalengka, Ja- kar Sari (1 cerpen, 17 Maret 1993),
wa Barat, telepon (0233) 284319, HP Jaya Baya (5 judul cerpen, 1986—
081 224 50 210. 1987), Panjebar Semangat (2 judul
Pendidikan formal yang telah di- cerpen, 1987 dan 1994), Djaka Lo-
tempuhnya: SD Bobotsari 3 (lulus dang (34 judul cerpen, 1985—
1977), SMP Negeri 1 Bobotsari (lu- 2004), dan cerbung dalam Djaka
lus 1981), SMA Negeri 2 Purwokerto Lodhang, antara lain, “Baunge Ajag
(lulus 1984), dan S1 Jurusan Pendi- Pegunungan Tepus” (1991), “Teror
dikan Matematika IKIP Semarang Kembang Kanthil” (1994), dan
(lulus 1989). Tahun 1989 hingga “Ngundhuh Wohing Pangigit-igit”
1992 mengajar di SMA Muhamma- (2004).
diyah 1, Banjarnegara, Jawa Tengah. Karya-karya Didik (puisi, cer-
Selanjutnya, sejak 1993 hingga seka- pen, dan cerbung) selama ini belum
rang ia menjadi guru SMA Negeri 1 pernah diterbitkan dalam bentuk bu-
Majalengka, d.a. Jalan K.H. Abdul ku. Hanya sebagian karyanya masuk
Halim 133, Majalengka 45418, Jawa dalam beberapa antologi, misalnya
Barat. Dalam dunia tulis-menulis, Di- cerpen “Boss!” dalam Niskala
dik yang aktif di HMJ dan Pemuda (FPBS IKIP Yogyakarta, 1993), dan
Muhammadiyah Banjarnegara ini se- cerpen “Sumarah” dalam Liong
ring menggunakan dialek Banyumas- Tembang Prapatan (Taman Budaya
an. Sebagai misal, sejak 1991 hingga Yogyakarta, 1999). Karya cerpennya
sekarang ia sering mengisi “Kolom “Cubriyane Sang Profesor” pernah
Dialek Banyumasan Mendhoan” di memperoleh penghargaan sebagai pe-
128 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menang II dalam sayembara cerkak ngarang lebih banyak, (2) kualitas


yang diselenggarakan oleh Sanggar penggarapannya kurang serius, dan
Triwida, Blitar, Jawa Timur (1989) (3) jika ada pengarang yang mencoba
dan novelnya Kyai Wulung Nagih style atau eksperimen baru, absurd
Punagi menjadi pemenang harapan misalnya, seperti yang dipelopori
I dalam sayembara novel yang dise- oleh Suwardi Endraswara, masya-
lenggarakan oleh Taman Budaya rakat awam belum siap menerima
(2000) dalam rangka menyambut dan menikmatinya.
Kongres Bahasa Jawa. Didik Sedyadi berobsesi, suatu
Didik berpendapat bahwa menu- saat sastra Jawa dapat menjadi idola
lis sastra tidak dapat disamakan se- orang Jawa sendiri. Untuk itu, ia ber-
perti proses mesin mengerjakan sua- harap para pengambil kebijakan hen-
tu barang. Maka, karya sastra (cer- daknya mampu membuka jalan bagi
pen) tidak dapat dilahirkan berdasar- para siswa, misalnya (1) mewajib-
kan pesanan. Jika suatu saat ada kan setiap sekolah atau perpustaka-
lomba penulisan cerpen, ia lebih me- an memiliki atau berlangganan maja-
milih mengambil stok cerpen yang lah berbahasa Jawa sehingga para
sudah ada dan belum diterbitkan. siswa mengenal sastra Jawa melalui
Dalam hal penulisan, sebuah cerpen jalur perpustakaan sekolah, (2) me-
tidak dapat dipastikan kapan selesai wajibkan atau memasukkan sastra
ditulis; bisa sehari, dua hari, bahkan Jawa dalam kurikulum atau muatan
beberapa hari. Namun, katanya, da- lokal wajib dari SD sampai SMA,
lam proses penciptaan cerbung, ber- kemudian siswa diberi tugas-tugas,
beda. Sebab, cerbung umumnya le- misalnya, telaah cerkak atau guritan
bih luas batasannya, tidak terkung- atau apa pun dalam majalah berba-
kung inspirasi singkat. Cerbung bisa hasa Jawa tersebut.
diawali dengan membuat pola/kon- Ketika dimintai tanggapannya
sep lebih dahulu, misalnya bagaima- tentang penerbit, kritik, dan pemba-
na alur, tokoh, latar, dan sebagainya. ca sastra Jawa, Didik mengemuka-
Selain itu, cerbung dapat ditulis ber- kan, (dalam suratnya tertanggal 17
dasarkan pesanan/lomba sehingga Juli 2004), bahwa penerbit karya
visi dan misi pemesan atau penye- sastra Jawa benar-benar merupakan
lenggara lomba dapat dimasukkan/ kerja sosial yang jauh dari perhitung-
diatur. an laba materi. Menerbitkan karya
Pengarang yang kini menjabat sastra saat ini rasanya seperti men-
Ketua Dewan Redaksi majalah seko- jual sesuatu yang sudah diduga ba-
lah Warta Ganesha ini lebih jauh kal tidak ada atau kurang pembeli-
mengemukakan alasan mengapa sas- nya. Sekali lagi, jika ada penerbit
tra Jawa saat ini relatif kurang me- yang telah menerbitkan karya sastra
legenda atau mudah dilupakan orang. Jawa, kerja sosial ini patut diacungi
Katanya, ada beberapa faktor penye- jempol. Bagi perkembangan karya
babnya, di antaranya (1) kuantitas pe- sastra, memang peran penerbit itu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 129

mutlak. Yang menjadi permasalahan (4) aksara rekan ‘huruf rekaan’ (5)
awal sebenarnya bagaimana mem- sandhangan ‘pelengkap’, (6) penan-
bangun image positif orang Jawa ter- da gugus konsonan, dan (7) tanda ba-
hadap karya sastra Jawa itu sendiri. ca. Kaitannya dengan itu, istilah dir-
Jika image yang positif ini sudah ter- ga melik terdapat dalam butir keli-
bangun, pangsa pasar yang baik pun ma, yakni sandhangan. Di dalam ak-
akan mengikuti. sara Jawa, sandhangan dibagi men-
Sementara itu, terhadap kebera- jadi dua, yakni sandhangan bunyi
daan “kritik dan kritikus”, Didik me- vokal dan sandhangan konsonan pe-
ngemukakan bahwa kehadiran kri- nutup. Sandhangan bunyi vokal ter-
tikus itu sangat mutlak, karena ulas- diri atas lima macam, yakni
an-ulasannya akan membangkitkan (1) wulu ( ) dipakai untuk me-
motivasi pengarang untuk mening- lambangkan vokal /i/ di dalam
katkan mutu karangannya. Yang per- suku kata;
lu lebih diperhatikan saat ini adalah (2) pepet ( ) dipakai untuk me-
realitas adanya pembaca sastra Jawa lambangkan vokal /ê/ di dalam
yang dari hari ke hari mengalami suku kata;
“kepunahan”. Pembaca utama seka-
(3) suku ( ) dipakai untuk melam-
rang ini adalah para sepuh yang ma-
bangkan bunyi vokal u;
sih sugeng yang jumlahnya tinggal
sedikit. Untuk itulah, harus dilaku- (4) taling ( ) dipakai untuk me-
kan upaya untuk membangkitkan lambangkan bunyi vokal é atau
kembali minat baca di kalangan ma- è yang tidak ditulis dengan ak-
syarakat di berbagai lapisan. sara suara e, yang bergabung
dengan bunyi konsonan di dalam
dirga melik suatu kata (sandhangan taling
Istilah dirga melik termasuk isti- ditulis di depan aksara yang di-
lah yang kuna dan jarang diperguna- bubuhi sandhangan itu);
kan. Istilah yang lazim dipakai se-
(5) taling tarung ( ) dipakai
hari-hari adalah wulu atau wulu me-
lik. Istilah ini terdapat di dalam ak- untuk melambangkan bunyi vo-
sara Jawa. Huruf Jawa memiliki ka- kal o yang tidak ditulis dengan
rakteristik tersendiri, antara lain, ber- aksara suara , yang berga-
sifat scriptio Continue ‘tanpa ada bung dengan bunyi konsonan di
penggalan’, bersifat silabus (suku ka- daam suatu suku kata. Taling
ta) dan tidak ada unit-unit kalimat. tarung ditulis mengapit aksara
Secara garis besar, aksara Jawa dapat yang dibubuhi sandhangan itu.
dibagi menjadi tujuh macam rincian,
yaitu (1) aksara carakan ‘aksara po- Sandhangan penanda konsonan
kok’ dan pasangannya, (2) aksara penutup suku kata (sandhangan pa-
murda ‘huruf besar’ dan pasangan- nyigeging wanda) terdiri atas empat
nya, (3) aksara swara ‘huruf vokal’, macam, yakni (1) wignyan ( ) ada-
130 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lah pengganti sigegan ha ( ),


= siwi.
yaitu sandhangan yang dipakai
untuk melambangkan konsonan h = bibi.
penutup suku kata (penulisan
wignyan diletakkan di belakang dirga mendut
aksara yang dibubuhi sandhangan Dalam tembang Jawa setiap
itu); (2) layar ( ) adalah akhir gatra yang bukan gatra terakhir
pengganti sigegan ra ( ), yaitu memakai penanda pada lingsa atau
sandhangan yang dipakai untuk me- koma yang sering pula disebut pada
lambangkan konsonan r penutup dirga. Pada dirga itu terdiri atas lima
suku kata (sandhangan layar ditulis macam, satu di antaranya bernama
di atas bagian akhir aksara yang dirga mendut atau suku liut, yakni
dibubuhi sandhangan itu); (3) cecak pemarkah diakretik yang menunjuk-
( ) adalah pengganti sigegan kan bunyi u panjang (u). Jika pemar-
nga ( ), yaitu sandhangan kah diakretik legena (a) disebut dir-
yang dipakai untuk melambangkan ga, pemarkah wulu (i) disebut dirga
konsonan ng penutup suku kata melik atau wulu melik, pemarkah bu-
(sandhangan cecak ditulis di atas nyi taling (e, ai) disebut dirga mure,
bagian akhir yang dibubuhi san- pemarkah diakretik bunyi o (e)
dhangan itu); (4) pangkon ( ) disebut dirga muthak.
dipakai sebagai penanda bahwa
aksara yang dibubuhi sandhangan dirgamure
Seperti halnya dirga melik, dir-
pangkon itu merupakan aksara mati,
ga mure termasuk bagian dari aksara
aksara konsonan penutup suku kata,
atau aksara panyigeging wanda Jawa, khususnya jenis sandhangan
(sandhangan pangkon ditulis di ‘pakaian’ bunyi vokal. Istilah dirga
mure termasuk istilah yang kuna, ar-
belakang aksara yang dibubuhi san-
khais, dan arang kanggone ‘jarang
dhangan itu).
Berdasarkan rincian di atas, dipakai’. Istilah yang lazim dipakai
yang dimaksud dengan istilah dirga sehari-hari untuk menyebut dirga
mure adalah taling atau taling swa-
melik adalah sandhangan bunyi vo-
ra. Taling ( ) dipakai untuk melam-
kal wulu ( ). Di dalam aksara Jawa,
bangkan bunyi vokal é atau è yang
istilah dirga melik termasuk dalam
tidak ditulis dengan aksara suara ê,
istilah Jawa yang arang kanggone
yang bergabung dengan bunyi kon-
‘jarang dipakai’. Istilah dirga melik
sonan di dalam suatu kata (sandagan
juga disebut wulu melik yang ber-
taling ditulis di depan aksara yang
fungsi untuk melambangkan bunyi
dibubuhi sandhangan itu).
vokal i termasuk dalam suku kata.
Misalnya:
Sandhangan wulu ( ) ditulis di atas
huruf yang dibubuhi sandhangan = dewa
itu, misalnya:
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 131

watak keras, aja dumeh, dan tepa-


= seba.
slira.
Karya Djaimin tersebar dalam
djaimin k. (1939—) berbagai majalah berbahasa Jawa,
Nama lengkapnya Djaimin Kari- seperti Panjebar Semangat, Mekar
yodimejo. Lahir di Yogyakarta pada Sari, Djaka Lodang, Pagagan, dan
tahun 1939. Kini tinggal di Jalan Ge- Panakawan. Selain tersebar di ber-
dongkiwa 55, Yogyakarta. Ia lebih bagai majalah, beberapa karya Djai-
banyak terobsesi dan berproses krea- min juga termuat dalam beberapa
tif di kota Yogyakarta. Karena itu, antologi, terutama yang terbit di
meskipun kerap mengembara men- Yogyakarta; antara lain dalam Anto-
cari tambahan penghasilan ke kota logi geguritan lan Crita Cekak
lain, Djaimin tak dapat melepaskan (1991), Rembulan Padhang ing Nga-
obsesi dan imajinasinya dengan kota yogyakarta (1992), Cakramang-
Yogyakarta. Itu sebabnya mengapa gilingan (1993), Pangilon (1994),
guritan dan cerkak-cerkak-nya di- Pemilihan Lurah (1997), dan Pesta
dominasi gambaran mengenai segala Emas Sastra Jawa (1995).
sesuatu tentang Yogyakarta. Misal- Kesuntukannya menekuni sastra
nya, itu tercermin dalam “Ing Pojok Jawa mengantarkan dirinya untuk
Petenge Ibukota”, “Jalan Tol”, “Iki memperoleh beberapa penghargaan.
Tandha Apa”, dan “Wanita-Wanita Buku antologi Siter Gadhing, misal-
Pinerjaya”; demikian juga dalam nya, telah menyabet Hadiah Sastra
cerkak berjudul “Kamsa”. Rancage (1995). Selain itu, ia juga
Berbeda dengan para pengarang menerima penghargaan sebagai juara
(penggurit) sastra Jawa yang seba- III dalam lomba penulisan sastra oleh
gian besar berprofesi sebagai guru, Sanggar Triwida (1990), juara II da-
Djaimin Kariyodimejo hanya bekerja lam lomba penulisan guritan oleh Ta-
sebagai buruh serabutan. Tetapi itu man Budaya Yogyakarta (1991), dan
tidak aneh karena ia hanya tamatan menerima Hadiah Sastra Sinangling
SLTP. Namun, justru dari pekerjaan- berkat karya terbaiknya dalam maja-
nya itu Djaimin mampu menerje- lah Pagagan oleh Sanggar Sastra Ja-
mahkan dan merepresentasikan pe- wa Yogyakarta (1995).
mahamannya terhadap kehidupan
wong cilik melalui guritan dan cer- djajasoekarsa
kak-cerkak-nya. Pembelaannya ter- Lengkapnya L.K. (Lurah Kan-
hadap wong cilik melahirkan ber- jeng) Djajasoekarsa. Pada masa se-
bagai kritik sosial bagi penguasa; hal belum kemerdekaan ia termasuk pe-
ini setidaknya tampak dalam gurit- ngarang yang tidak produktif. Pe-
an-guritan yang terkumpul dalam ngarang yang seangkatan dengan Sri
antologi Siter Gadhing (1995) yang Koentjara ini hanya menerbitkan se-
menurut Djaimin lahir dari pemi- buah novel berjudul Sri Kumenyar
kiran watak urip samadya, adoh (Balai Pustaka, 1938). Sejauh ini ia
132 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

juga sulit dilacak data-data mengenai pada budaya modern. Tindakan me-
jati dirinya. Akan tetapi, dengan me- ngikuti budaya modern dipandang
ngacu pada latar belakang sosial bu- olehnya sebagai tuntutan zaman. Se-
daya pada tahun ia menerbitkan kar- seorang yang telah mampu menye-
yanya, dapat diketahui bahwa ia se- lesaikan pendidikan formal dipandang
orang intelektual yang telah menge- memiliki status sosial yang baik.
nyam pendidikan modern Barat. Novel Sri Kumenyar bukanlah
Bahkan, dapat diduga ia berasal dari novel pertama yang mengangkat visi
keluarga priayi yang bekerja pada pengarang terhadap kehidupan mo-
pemerintah kolonial Belanda. dern Barat. Pada masa sebelumnya,
Novel Sri Kumenyar agaknya tema seperti itu telah diungkapkan
dapat dikatakan sebagai novel yang oleh Jaka Lelana dalam novelnya
mewakili kepentingan pemerintah Gambar Mbabar Wewados (Balai
dalam menggiring masyarakat pri- Pustaka,1932). Selain mengangkat
bumi dalam menerima pemikiran orientasi pribumi terhadap budaya
dan budaya Barat. Pendek kata, no- Barat, novel Sri Kumenyar juga me-
vel ini menampilkan ide-ide aktual ngangkat kisah kasih tak sampai. Di-
sebagai “pencerahan” masyarakat sebutkan bahwa Sri Kumenyar ber-
dalam mengubah pandangan tradi- tunangan dengan Sumarsono. Akan
sional masyarakat pribumi menuju tetapi, pada saat menjelang akad ni-
ke kehidupan modern Barat. Hal itu kah, diketahui Sumarsono adalah ka-
menandai bahwa Djajasoekarsa ada- kak kandung Sri Kumenyar. Kedua-
lah pegawai pemerintah yang men- nya telah lama dipisahkan oleh ben-
dukung kebijakan kolonial. Selanjut- cana alam sehingga tidak lagi saling
nya, menilik singkatan nama penga- mengetahui latar belakang keluarga
rang itu (L.K. yang merupakan ke- masing-masing.
pendekan dari Lurah Kanjeng) besar Akhirnya keduanya sepakat un-
kemungkinan ia adalah cendikiawan tuk membatalkan pernikahannya.
modern yang berasal dari keluarga Untuk meyelamatkan acara pesta
priayi tradisional yang bekerja se- pernikahan tersebut Sumarsono me-
bagai pegawai pangreh praja. ngubah acara itu menjadi syukuran
Novel Sri Kumenyar mengang- karena Tuhan telah mempertemukan
kat persoalan perubahan pola pikir dirinya dengan saudara kandungnya.
masyarakat desa menuju ke pola pi- Dengan demikian, novel ini meng-
kir masyarakat modern. Di dalam- angkat kisah kumpule balung pisah
nya diungkapkan bahwa untuk me- ‘berkumpulnya kembali anggota ke-
ningkatkan status sosial, seseorang luarga yang telah lama berpisah’. Ja-
harus menempuh pendidikan modern di, kisah ini sama dengan kisah da-
Barat. Dari perubahan perilaku dan lam novel Gambar Mbabar Wewa-
status sosial tokoh dapat diketahui dos (1932). Dari kisah tersebut da-
bahwa Djajasoekarsa memiliki visi pat diketahui bahwa Djajasoekarsa
perlunya masyarakat berorientasi adalah sosok yang sangat paham de-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 133

ngan pandangan hidup dan etika Ja- djajus pete (1948—)


wa. Orientasi modern dalam novel Pengarang yang bernama asli
itu diketahui dari himbauan penga- Djajus ini lahir di Dempel, Geneng,
rang melalui tokoh dalam memanfaat- Ngawi, Jawa Timur, 1 Agustus 1948.
kan teknologi modern dalam meng- Nama Pete atau PT (Polisi Tentara)
hadapi kemajuan. adalah julukan dari teman-teman ka-
rena setelah dewasa tubuhnya dipan-
djaka lelana dang seperti tubuh seorang polisi
Djaka Lelana termasuk ke dalam atau tentara (ABRI). Ayahnya, se-
kelompok pengarang sastra Jawa orang petani, tinggal di Ngawi, ku-
prakemerdekaan yang tidak dapat di- rang dikenal secara baik karena se-
ungkapkan biografi atau jati dirinya. jak duduk di bangku SR (SD) ibunya
Hanya diketahui bahwa ia telah me- menikah lagi dengan seorang karya-
nulis novel Gambar Mbabar Wewa- wan perhutani di Bojonegoro. Ia pun
dos (Balai Pustaka, 1923). Melihat akhirnya ikut pindah ke Bojonegoro.
dominannya pesan edukatif dalam Pendidikan formal yang telah di-
Gambar Mbabar Wewados, ke- tempuhnya, antara lain, lulus SD di
mungkinan besar Djaka Lelana ber- Bojonegoro (1961) dan SMP di Bo-
profesi sebagai guru atau pendidik. jonegoro (1967). Setahun kemudian
Dalam kaitannya dengan misi pener- (1968) ia melanjutkan ke SPG C II,
bitan novel tersebut, dapat dikatakan yaitu sekolah guru setingkat SGB.
bahwa karya pantas menjadi bacaan Lalu untuk menyesuaikan pendidik-
yang baik bagi masyarakat pribumi, an agar setingkat SPG, Djajus Pete
terutama untuk lulusan sekolah ne- menambah pendidikannya lewat
geri. KPG (Kursus Pendidikan Guru). Ia
Dilihat dari teknik penceritaan- diangkat sebagai guru tahun 1971,
nya, novel Gambar Mbabar Wewa- dan sejak tahun 1988 ia mengajar di
dos memiliki kelebihan tertentu di- SD Negeri Kaliombo III, Kecamatan
banding novel-novel lainnya. Sajian Purwosari. SD ini lebih dikenal
teknik kisahannya demikian memikat dengan nama SD Pamong (Pendi-
sehingga pembaca seolah terus digo- dikan Anak Masyarakat Orang Tua
da untuk membaca kisah tersebut dan Guru), yaitu sekolah yang men-
sampai akhir cerita. Novel tersebut didik kembali anak-anak putus seko-
mengangkat pelacakan kejahatan lah dasar kelas IV, V, dan VI. Djajus
dalam rangka membongkar sindikat Pete menikah setelah lulus SMP
peredaran candu gelap. Dengan de- (1967). Dari pernikahan itu ia dika-
mikian, seperti halnya Asmawina- runiai 4 orang anak (2 laki-laki, 2
ngoen dalam novelnya Mungsuh perempuan). Bersama keluarga, se-
Mungging Cangklakan, Djaka Lela- karang tinggal di Desa Tobo, Keca-
na termasuk ke dalam kelompok pe- matan Purwosari, Bojonegoro.
ngarang cerita detektif. Sudikan dkk., (1996:15—25)
mencatat bahwa karya Djajus Pete
134 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dalam sastra Jawa terdiri atas prosa la” (Darma Kanda, Maret 1978),
dan puisi. Pada awalnya ia memang dan lain masih banyak lagi.
menekuni puisi (Jawa), tetapi kemu- Sementara, cerpen Djajus Pete
dian ditinggalkan. Puisi pertama yang dimuat dalam media massa, di
yang ia tulis berjudul “Adikku” di- antaranya “Tatu Lawas Kambuh
muat majalah Panjebar Semangat, Maneh” (Panjebar Semangat, 10
25 September 1968, dan puisi yang Mei 1971), “Erma” (Dharma Nya-
diciptakan terakhir berjudul “Wanita ta, September 1971), “Baladewa
Tuna Susila” dan Kemladhehan” di- Ilang Gapite” (Panjebar Semangat,
muat di Darma Kandha II, Maret Februari 1972), “Antinen Sawatara
1978. Hal itu membuktikan pernya- Dina” (Panjebar Semangat, 24 Juli
taan Djajus Pete, bahwa sekitar ta- 1974), “Mancing” (Jaya Baya, 7
hun 1980 ke atas, ia tidak menulis September 1975), “Benthik” (Jaya
guritan lagi. Ia lebih cocok menulis Baya, 9 Mei 1976), “Ati Wadon” (Ja-
cerpen dan merasa tidak lagi me- ya Baya, 2 Januari 1977), “Bocah”
ngerti puisi. Di dalam cerpen ia me- (Panjebar Semangat, 18 Februari
rasa bisa meleburkan diri secara pe- 1978), “Suket Godhong Aja Nganti
nuh. Tidak demikian halnya dengan Krungu” (Jaya Baya, 13 Mei 1979),
guritan. Keterlibatannya dalam gu- “Ing Sisihe Bumi kang Mubeng”
ritan agaknya tidak lebih dari seka- (Jaya Baya, 14 September 1980),
dar penjelajahan untuk menemukan “Blantik Rapingun” (Jaya Baya, 14
jati diri dalam keterlibatannya de- September 1984), “Kreteg Emas Ju-
ngan sastra Jawa. Baru empat tahun rang Gupit” (Jaya Baya, 26 Juli
kemudian (1971) ia menulis cerita 1986), “Kasdun” (Mekar Sari, Juni
pendek. 1990), “Dasamuka” (Jaya Baya, 5
Selama ini, karya-karya Djajus Januari 1992), “Setan-Setan” (Pa-
Pete (puisi dan cerpen) banyak di- njebar Semangat, 31 Juli 1993), dan
muat di Dharma Nyata, Darma masih banyak lagi yang lain.
Kandha, Panjebar Semangat, Jaya Djajus yang sehari-hari bekerja
Baya, Djaka Lodang, dan Mekar sebagai guru ini selain dikenal seba-
Sari. Puisi-puisinya (Jawa) itu, di gai penulis atau pengarang, juga di-
antaranya “Album” (Panjebar Se- kenal sebagai wartawan bebas. Tu-
mangat, 25 Oktober 1970), “Ijasah” lisan jurnalistiknya sering muncul di
(Darma Nyata, September 1971), harian Surabaya Post dan mingguan
“Kucing” (Djaka Lodhang, Januari berbahasa Jawa Jaya Baya. Tidak
1973), “Koncatan” (Jaya Baya, Fe- itu saja, Djajus Pete juga mempunyai
bruari 1973), “Kasetyan” (Djaka hobi melukis dan fotografi. Hobinya
Lodang, Januari 1974), “Prawan” ini secara tidak langsung juga me-
(Jaya Baya, Maret 1974), “Panan- nunjang kegiatannya sebagai cer-
dhang” (Panyebar Semangat, 22 penis, seperti yang ia lakukan pada
Oktober 1975), “Wanita Tunasusi- cerpennya “Kakus”, “Ing Sisihe Bu-
mi Kang Mubeng”, dan “Kinanti”
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 135

(ia adalah ilustratornya). Bahkan, be- tambahan penghasilan. Ia mengata-


berapa cerpen karya J.F.X. Hoery kan bahwa untuk mencari tambahan
(cerpenis yang tinggal di Padangan, penghasilan, ia menulis berita untuk
Bojonegoro) telah diberi ilustrasi oleh koran berbahasa Indonesia atau ber-
Djajus Pete. bahasa Jawa. Ia sudah merasa pas
Selama ini, sebagian cerpennya dan kental dengan cerpen berbahasa
telah dimuat dalam antologi bersa- Jawa, dan tidak perbah terlintas da-
ma, di antaranya “Abote Sesanggan” lam pikirannya untuk menulis cerpen
dalam Javanese Literature Since dalam bahasa Indonesia.
Independence oleh J.J. Ras, Univer- Lebih jauh dikatakannya bahwa
sity Leiden, 1979; “Bedhug” dalam mengarang itu semakin lama justru
Antologi Cerkak Taman Budaya Yog- semakin sulit dan rumit. Pengarang
yakarta oleh Taman Budaya Yogya- yang baik harus bisa menghindari
karta, 1991; “Gara-gara Kagiri-gi- pengulangan-pengulangan, meng-
ri” dalam Antologi Mutiara Sage- hindari segala bentuk unsur sastra
gem oleh Suwardi Endraswara, yang telah menjadi klise. Pengarang
FPBS IKIP Yogyakarta, 1993; dan adalah pengembara, dalam pengem-
“Petruk” dalam Niskala Antologi baraan ide. Pengarang harus kuat
Cerkak Eksperimen oleh Suwardi berjalan dan berani menyusup ke
Endraswara, FPBS IKIP Yogya- tempat-tempat yang jauh untuk men-
karta, 1993. cari ide-ide yang bermanfaat dalam
Djajus Pete, yang mempunyai perkembangan sastra meskipun ide-
konsep “pengarang harus pemikir”, ide yang diungkapkan itu belum da-
harus bisa menyuguhkan kedalaman pat dicerna oleh masyarakat pem-
isi karya-karyanya ini, dalam me- baca pada saat karya itu diciptakan.
ngarungi dunia karang-mengarang,
khususnya cerpen, seperti, “Bedhug”, djaka lodhang
pernah meraih penghargaan sebagai Majalah berbahasa Jawa ini ter-
juara II dalam lomba mengarang cer- bit di Yogyakarta, pada tanggal 1 Ju-
pen yang diselenggarakan oleh Taman ni tahun 1971, dalam bentuk koran
Budaya Yogyakarta Sementara cer- ukuran konvensional, sebanyak 4 ha-
pen “Kakus” dinyatakan sebagai cer- laman. Ketika Djaka Lodhang terbit
pen terbaik yang dimuat Panjebar Se- itu, mingguan berbahasa Jawa Kem-
mangat tahun 1993. bang Brayan masih ada. Sesudah
Dikemukakan oleh Djajus Pete beberapa waktu berbentuk koran
sendiri bahwa kegiatan mengarang ukuran konvensional, sejak bulan
itu merupakan kerja kreatif yang me- Oktober 1976 Djaka Lodhang ber-
merlukan keseriusan, perlu pencu- ubah bentuk terbitannya, yaitu se-
rahan hati sepenuhnya. Ia menomor- bagai tabloid dengan 8 halaman.
duakan imbalan dari hasil karyanya. Bentuk tabloid tersebut berlanjut
Menulis cerpen dianggapnya bukan hingga tahun 1977, dan bentuknya
sekedar hobi atau untuk mencari kembali sebagai koran sejak bulan
136 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Juni 1977 hingga awal tahun 1978. but” dan “Pengalamanku”, “Senin-
Seperti halnya majalah-majalah ber- jong”, dan “Srumuwus”.
bahasa Jawa lainnya, majalah Djaka Hingga sekarang, Djaka Lo-
Lodhang sesanti atau motto, yang dhang masih hadir setiap minggu,
berbunyi: “Ngesti Budi Rahayu dalam bentuk majalah, meskipun se-
Ngungak Mekaring Jagad Anyar” jak awal reformasi (1997) seluruh
(‘Membangun Budi Luhur Menyi- tim redaksi, seperti juga para media
mak Perkembangan Dunia Baru’). massa berbahasa daerah lainnya, ha-
Pada awal penerbitannya, Djaka rus berjuang keras mengatasi banyak
Lodhang bernaung di bawah sebuah halangan, terutama sejak Kusfandi
yayasan, yaitu Yayasan Kartika Sak- (Pemimpin Umum) meninggal.
ti. Majalah mingguan tersebut baru
pada tahun 1986 dikelola oleh peru- dluwang
sahaan perorangan, yaitu PT Djaka Dalam bahasa Jawa, dluwang
Lodhang Pers. Yang bertindak se- (ngoko) atau dlancang (krama) mem-
bagai Pemimpin Utamanya ialah punyai dua arti, yaitu klikaning wit
Kusfandi. Dan Pemimpin Redaksi dianggo sandhanganing para tapa
ialah Abdullah Purwodarsono. Pada ‘kulit kayu yang digunakan sebagai
tahun-tahun awal terbitnya, Djaka pakaian para pertapa’ dan barang
Lodhang hanya mampu mencetak tipis kang kalumrah ditulisi, digawe
maksimal 5000 eksemplar. Namun, buku lan sakpanunggalane ‘benda
tiras majalah tersebut dari tahun ke tipis yang lazim ditulisi, dibuat buku
tahun terus berkembang, yang me- dan sebagainya’. Adapun pengertian
nandai bahwa kehadirannya berte- dluwang sebagai alas tulis yang juga
rima oleh masyarakat, lebih-lebih dikenal dengan nama “Kertas Jawa”.
setelah berubah menjadi majalah. Di Jawa Barat, dluwang disebut da-
Penerbit Djaka Lodhang bersifat luang, kêrtas saeh, di Bali disebut
swasta penuh, semula beralamatkan jêluwang atau kertas ulam tagi, di
di Kompleks THR (kini Purawisata), Madura disebut dhaluwang.
Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta. Dluwang merupakan kertas
Selanjutnya, kantor Djaka Lodhang buatan tangan yang dibuat dari kulit
bermarkas di Jalan Patehan Tengah, pohon sepukau (Broussonetia Papy-
sebelah barat Alun-alun Selatan. rifera Vent). Pohon sepukau terma-
Selain memiliki rubrik yang sa- suk pohon rimba dari suku moracea.
ma dengan majalah berbahasa Jawa Pohon ini mungkin berasal dari Cina.
lainnya (misalnya, ada rubrik crita Di Indonesia tumbuhan ini ditanam
cekak, guritan, cerbung, pedha- di banyak tempat, seperti di pulau
langan, dan crita rakyat), majalah Jawa, Sumatra, dan Sulawesi de-
Djaka Lodhang memiliki rubrik an- ngan nama yang bermacam-macam,
dalan yang menjadi ciri khas keha- seperti glugu (Jawa Tengah dan Ja-
dirannya, yaitu “Jagading Lelem- wa Timur), saeh (Jawa Barat), dha-
luwang (Madura), kêmbala (Sum-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 137

ba), dan malak (Seram). Ciri tum- lan, ketika lingkar batangnya telah
buhan ini pohonnya kecil dengan sebesar ibu jari orang dewasa atau
lingkar batang yang tidak lebih besar dua jari tangan. Semakin muda umur
daripada lingkar lengan manusia de- pohon saeh akan semakin halus dan
wasa, tingginya mencapai 3—5 me- baik hasil yang diperoleh. Apabila
ter, tidak pernah berbunga dan ber- pohonnya telah berumur lebih dari
buah, dan penyebarannya melalui tu- enam bulan atau batangnya telah
nas yang keluar dari akarnya yang menjadi sebesar lengan, kulit pohon
tumbuh jauh dari induknya. Ciri lain menjadi terlalu keras dan seratnya
adalah daunnya yang berbentuk akan mudah putus. Di kampung
lekuk tiga jari dengan tangkai daun Tunggilis, Desa Tegalsari, Keca-
yang agak panjang. Helai daunnya matan Wanareja, kurang lebih tujuh
agak tebal dan permukaannya ber- kilometer dari kota Garut, Jawa Ba-
bulu. rat, terdapat seorang petani bernama
Pusat pembuatan dluwang di Bisri yang dapat membuat dluwang
pulau Jawa di Garut (Jawa Barat), dari kulit pohon saeh. Ia menjalan-
Purworejo (Jawa Tengah), dan Po- kan ‘bisnis keluarga’ warisan lelu-
norogo (Jawa Timur). Namun, sete- hurnya yang telah berlangsung sejak
lah diperiksa, pusat pembuatan dlu- lama secara turun-temurun. Seka-
wang yang hingga kini masih dapat rang kampung Tunggilis sudah tidak
dikatakan berjalan—artinya bahan termasuk Desa Tegalsari lagi, tetapi
baku, alat, dan pembuatnya masih termasuk Desa Cinunuk, karena se-
ada—hanya tinggal di Garut. Pusat jak Desa Tegalsari mengalami per-
pembuatan dluwang di Ponorogo luasan, desa tersebut dibagi dua, ya-
sudah tidak berproduksi lagi karena itu Tegalsari dan Cinunuk. Semen-
meskipun pembuatan dan peralatan- tara itu, usaha pembuatan kertas
nya masih ada, tetapi bahan bakunya saeh sejak Bisri meninggal pada se-
sudah tidak ada lagi. Sementara itu, kitar tahun 1960, dilanjutkan oleh
pusat pembuatan dluwang di Purwo- istrinya yang bernama Nyi Uki dan
rejo hingga saat ini belum diketahui ketika Nyi Uki meninggal pada tahun
apakah bahan baku, alat, dan pem- 1980, usaha itu diteruskan oleh anak
buatnya masih ada. cucunya.
Di Jawa Barat pohon saeh (sê- Pada masa sekarang keteram-
pukau) yang kulit pohonnya meru- pilan membuat dluwang atau ketas
pakan bahan baku kertas saeh atau saeh sudah bukan lagi merupakan
dluwang banyak terdapat di daerah keterampilan eksklusif yang hanya
Leles, Lebakjero, Ngamplang, Ma- dikuasai oleh keturunan Bisri, me-
jalaya, Cicalengka, Parentas, dan le- lainkan dikuasai juga oleh para te-
reng gunung Galunggung. Kertas sa- tangga di sekitar keluarga tersebut.
eh yang paling baik mutunya adalah Bahkan, di Bandung telah berdiri se-
yang dihasilkan dari kulit pohon buah Lembaga Swadaya Masyara-
yang telah berumur antara 3—6 bu- kat (LSM) ‘Bungawari’ yang berge-
138 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

rak dalam usaha pelestarian dlu- cm lebar permukaan atas 2 cm,


wang. Kini dluwang atau kertas dan permukaan bawah 3,5 cm.
saeh dipesan orang hanya untuk ke- Pada permukaan bawah ini, ter-
butuhan karya seni atau piranti pari- dapat sembilan buah garis yang
wisata, seperti untuk map, lapisan membentuk lekukan pada sem-
kopiah, dan tas tangan. bilan buah garis yang memben-
Dalam proses pembuatan dlu- tuk lekukan pada logamnya. Pa-
wang atau kertas saeh digunakan da kepala pemukul juga terdapat
sejumlah peralatan sebagai berikut. rongga yang berfungsi sebagai
1. Golok, digunakan untuk mene- tempat untuk memasukkan kayu
bang dahan pohon saeh yang pegangan, sedangkan panjang
dikehendaki. kayu pegangan sekitar 20 cm.
2. Pisau yang runcing ujungnya, di- 6. Air, digunakan untuk merendam
pakai untuk mengerat kulit luar kulit pohon sebelum dipukuli
dahan pohon saeh yang akan di- dan mencuci kulit pohon yang te-
jadikan sebagai bahan kertas. lah dipukuli, sebelum diperam
3. Potongan ranting pohon yang (dalam bahasa Sunda dipeu-
runcing ujungnya digunakan se- yeum) di dalam keranjang.
bagai alat pembelah kulit pohon 7. Ember, digunakan sebagai wa-
yang akan dikupas. dah untuk merendam kulit pohon
4. Balok kayu berukuran tebal 20 yang akan dipukuli dan meren-
cm, lebar 30 cm, dan panjang dam kulit pohon yang sudah di-
100—150 cm, dipakai sebagai pukuli.
alas pemukulan kulit pohon. Me- 8. Daun pisang, digunakan sebagai
nurut informasi dari narasumber, alat pelapis dan penutup keran-
balok kayu yang baik adalah jang penyimpan kertas saeh se-
yang terbuat dari batang pohon lama proses pemeraman.
nangka atau kayu jati. 9. Keranjang anyaman bambu,
5. Pemeupeuh atau pangêprek: yang berfungsi sebagai tempat
pemukul berbentuk palu yang pemeraman kertas saeh mentah.
digunakan untuk memukul kulit 10. Daun Ki Kandêl, benalu pohon
pohon. Alat pemukul itu berna- cangkring yang berfungsi seba-
ma pangêmplang dan berasal gai penghalus kertas saeh sebe-
dari Kediri (Jawa Timur). Pe- lum diperam. Kooijman mem-
meupeuh terdiri atas dua bagian: perkirakan tanaman ini sejenis
bagian kepala, terbuat dari lo- tumbuhan liana, termasuk suku
gam campuran perunggu dan Hoya.
kuningan dengan tangkai yang 11. Batang pisang yang telah di-
terbuat dari bambu atau kayu. buang lapisan luarnya, diguna-
Bentuk kepala pemeupeuh be- kan sebagai alas untuk menje-
rupa kotak persegi empat dengan mur bahan kertas saeh di bawah
ukuran panjang 10 cm. tinggi 3 sinar matahari.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 139

12. Kuwuk, keong besar atau mar- 30—40 cm atau sesuai dengan
mer yang digunakan untuk me- pesanan.
ratakan permukaan kertas saeh 7. Potongan kulit pohon tersebut
yang telah jadi. kemudian direndam dalam air
selama sekurang-kurangnya sa-
Adapun proses pembuatan dlu-
tu malam. Semakin lama proses
wang atau kertas saeh adalah se- perendaman akan semakin lem-
bagai berikut.
but seratnya sehingga mudah di-
1. Pertama-tama dalam pohon sa-
pukuli dan hasilnya pun akan le-
eh ditebang sesuai dengan ukur-
bih baik. Apabila proses peren-
an kertas yang dikehendaki atau daman berlangsung lebih dari
dipesan. Cara menebang atau
satu malam, maka air yang digu-
memotong dahan yang paling
nakan untuk merendam itu harus
baik adalah dari pangkal pohon
diganti setiap hari.
atau batangnya. 8. Langkah berikut adalah memu-
2. Setelah dahan pohon ditebang,
kul (dalam bahasa Sunda, dikê-
kulit kedua ujungnya dikerat su-
prek) seluruh permukaan kulit
paya kulit airnya kelak mudah
pohon yang telah direndam de-
dibuang. ngan pameupeuh (pangêprek,
3. Sesudah itu, kulit pohon dibelah
pangêmplang) di atas balok ka-
dengan ranting kayu yang sudah
yu. Pemukulan dilakukan secara
diruncingkan ujungnya (seperti
merata sehingga kulit pohon me-
mengupas kulit ubi kayu). lebar. Satu potong kulit pohon
4. Kemudian, kulit pohon yang te-
yang lebarnya 10 cm. Setelah di-
lah terlepas dari batangnya digu-
kêprek akan melebar menjadi le-
lung secara terbalik (kulit da-
bih kurang 30 cm. Untuk meng-
lamnya yang berwarna putih pa- hasilkan satu lembar kertas yang
da posisi luar). Maksud penggu-
diinginkan—apabila potongan
lungan ini supaya kulit pohon
kulit pohon tidak terlalu tebal—
menjadi lemas dan permukaan-
dibutuhkan tiga lembar kulit po-
nya menjadi lebar (tidak meling- hon yang ditumpuk untuk dikê-
kar lagi seperti batang pohon).
prek bersama-sama. Namun, bi-
5. Setelah digulung, baru kulit ari-
la kulit pohon cukup tebal, maka
nya dikupas sampai bersih se-
untuk satu helai kertas hanya di-
hingga yang tinggal hanya kulit butuhkan dua lembar kulit po-
bagian dalamnya yang berwarna
hon. Cara pemukulan kulit po-
putih.
hon adalah sebagai berikut. Mu-
6. Kulit yang berwarna putih ter-
la-mula satu helai potongan kulit
sebut, kemudian dipotong-po- pohon dikêprek, setelah melebar
tong menjadi 3 atau 4 potong—
dilipat menjadi dua, lalu dikê-
jumlah potongan tergantung pa-
prek kembali. Sesudah menjadi
da panjang dahan pohon yang
lebar, lipatan dibuka dan disisih-
ditebang—biasanya berukuran
140 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kan. Dilakukan hal yang sama hari, tergantung pada cuaca)


untuk helai kedua dan ketiga. sampai kertas kering dan terle-
Kemudian, helai pertama ditum- pas sendiri dari batang pisang.
buk secara menyilang dengan 13. Setelah kering, kertas lalu dira-
helai kedua dan ketiga untuk di- takan dan dihaluskan permuka-
kêprek lagi. Setelah menyatu, annya dengan kuwuk atau mar-
bahan tersebut dilipat dua dan mer.
dikêprek kembali, lalu dilipat 14. Langkah terakhir dari pembuat-
lagi menjadi lipatan seperempat an kertas ini ialah meratakan tepi
untuk dikêprek kembali. Sesu- kertas yang kurang rapi dengan
dah dirasakan cukup menyatu gunting atau pisau. Setelah itu,
baru lipatan dibuka. kertas siap untuk dipakai atau
9. Setelah pengêprekan selesai, ku- dipasarkan.
lit pohon dicelupkan ke dalam air
untuk dicuci (bahasa Sunda di- Warna dan kualitas kertas di-
tentukan oleh umur dan besar kecil-
seuseuh), lalu diperas.
nya bahan baku dluwang (dahan po-
10. Setelah diperas, bahan kertas
hon). Jika pohon baru berumur tiga
yang masih basah digosok de-
ngan daun Ki Kandèl untuk dira- bulan atau dahan pohon baru sebesar
ibu jari orang dewasa, kertas yang
takan dan dirapikan.
dihasilkan akan berwarna putih, te-
11. Kemudian, kertas yang masih
tapi bila pohon telah berumur lebih
basah tersebut disimpan di da-
lam keranjang yang dilapisi dan dari tiga bulan, maka kertasnya akan
berwarna kecoklatan. Selain itu, ker-
ditutup dengan daun pisang un-
tas yang berwarna putih juga bisa
tuk diperam sekurang-kurang-
disebabkan oleh proses pembuatan
nya selama tiga hari. Proses pe-
meraman ini perlu dilakukan kertas yang langsung jadi, tanpa pro-
ses pemeraman. Proses ‘langsung ja-
agar getah pohon keluar dan me-
di’ ini artinya kertas dibuat hanya da-
rekatkan serat-serat kayunya de-
lam waktu satu hari: dari mulai pe-
ngan kuat. Proses ini juga untuk
menimbulkan kesan mengkilat motongan dahan pohon sampai de-
ngan dihaluskan dengan kuwuk atau
pada kertas saeh. Semakin lama
marmer.
proses pemeraman berlangsung,
Teknik pembuatan dluwang Po-
akan semakin baik kualitas ker-
tas yang dihasilkan. norogo dan kertas saeh hampir sa-
ma, hanya setiap langkah dalam pro-
12. Sesudah diperam, kertas yang
ses pembuatan dluwang Ponorogo
masih lembap itu kemudian dije-
memerlukan waktu lebih lama dari-
mur di bawah sinar matahari,
dan kertas yang masih lembap pada kertas saeh. Cara-cara pem-
buatan dluwang Ponorogo: mula-
itu digosok dengan daun Ki Kan-
mula pohon glugu yang telah ber-
dèl. Penjemuran ini terus ber-
umur enam bulan ditebang, batang
langsung (bisa selama beberapa
pohon yang dikehendaki diambil dan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 141

dikuliti. Kulitnya diambil sedangkan tas kemudian dibentangkan pada ba-


batang intinya dibuang. Kemudian, tang pisang dan dijemur di bawah si-
kulit luar pohon glugu yang disebut nar matahari. Sewaktu proses penje-
‘kulit ayam’ dibuang dan lulup-nya muran, bahan kertas digosok dengan
(kulit dalamnya yang berwarna pu- daun karet. Semakin lama kertas dije-
tih) diambil. Selanjutnya, lulup dije- mur di bawah sinar matahari akan
mur di bawah sinar matahari atau semakin baik hasil yang diperoleh.
diasapi di atas api (dalam bahasa Ja- Setelah kering (terlepas sendiri dari
wa, dilarang). Setelah kering, lulup batang pisangnya), kertas yang su-
dipotong-potong sepanjang kurang dah jadi kemudian diletakkan di atas
lebih 40 cm. Potongan tersebut ke- meja dan digosok dengan kuwuk agar
mudian direndam dalam air selama rata dan licin, kemudian dipotong
satu atau dua hari. Selama proses atau digunting agar rapi.
perendaman itu, air harus sering Karena proses pembuatan dan
diganti supaya getahnya hilang. Se- keadaannya, dluwang juga dikenal
sudah proses perendaman, potong- dengan nama yang bermacam-ma-
an-potongan itu kemudian diletak- cam; di Ponorogo dluwang dikenal
kan di atas meja kecil dari kayu (ba- dengan nama kertas gêdhog, karena
hasa Jawa dhingklik) dan dipukuli dalam proses pembuatannya terde-
dengan pemukul yang disebut kêm- ngar bunyi dhog-dhog-dhog. Se-
plongan. Sesudah kulit kayu dipu- mentara itu, karena permukaannya
kuli, kulit yang semula lebarnya 10 yang licin dan mengkilat banyak pe-
cm akan menjadi 30 cm. Cara pemu- neliti mengira bahwa dluwang dibuat
kulannya sama dengan cara pemu- dari singkong, sehingga menyebut-
kulan pada pembuatan kertas saeh. nya sebagai kertas tela. Padahal, ke-
Setelah kulit pohon menjadi lebar, san licin dan mengkilat itu merupa-
kulit pohon itu lalu direndam di da- kan akibat dari proses pemeraman
lam air (bahasa Jawa dikum) untuk dan penjemurannya yang diletakkan
selanjutnya diperas, baru kemudian di atas batang pohon pisang. Di seki-
dibentangkan (bahasa Jawa dijè- tar Cirebon dan Banyuwangi, dlu-
rèng), sesudah itu diperam (bahasa wang disebut kertas kapas karena
Jawa diepep) dalam sebuah keran- dalam keadaan lembap dan lusuh,
jang dan anyaman bambu (bahasa serat-serat kertasnya yang mengem-
Jawa: rinjing) yang dilapisi dan ditu- bang terlihat halus dan berbulu se-
tup dengan daun pisang selama 10 perti kapas.
sampai 15 hari. Semakin lama pro-
ses pemeraman, kertas yang dihasil- dokter soetomo (1888—1938)
kan akan semakin halus dan baik, ka- Soetomo (nama kecilnya Soe-
rena getahnya akan semakin kuat (ba- broto) lahir di Ngepeh, Kabupaten
hasa Jawa yiyit) merekatkan serat-se- Nganjuk, Residensi Kediri, 30 Juli
rat kayunya dan kertas akan menjadi 1888. Ia berasal dari keluarga priya-
berwarna putih. Setelah diperam, ker- yi yang kuat mengikuti adat dan tata
142 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

cara Jawa. Hal ini terlihat dari ber- kolah Pamong Praja. Tetapi, sang
bagai peristiwa yang berlangsung ayah ingin agar Soetomo masuk Se-
dalam sejarah hidupnya. Keluarga- kolah Dokter Jawa. Akhirnya, Soe-
nya memiliki keyakinan agama yang tomo lebih tertarik masuk ke Sekolah
kuat dan latar belakang kejawen. Dokter Jawa di Batavia seperti yang
Kakek, nenek, dan ibunya melaku- disarankan oleh ayahnya. Di Sekolah
kan samadi dan upacara sesuai de- Dokter Jawa ini pun kebiasaan Soe-
ngan tradisi Jawa. Ia sendiri dibim- tomo belum hilang dan ia masih suka
bing untuk melakukan tirakat. Ia berkelahi dan suka menyontek peker-
anak paling taat di antara saudara- jaan teman-temannya sehingga se-
saudaranya. ring mendapat peringatan dan hu-
Ayahnya bernama Soewadji, se- kuman.
orang guru SR di Jombang yang ke- Hukuman demi hukuman yang
mudian menjadi wedana di Nganjuk. diterima membuat Soetomo sadar.
Soetomo sendiri ketika kecil hidup Kesadaran inilah yang menjadikan
bersama kakek-neneknya. Kakeknya sang ayah senang. Kesadaran Soe-
bernama R.Ng. Singawidjaja. Na- tomo diketahui ayahnya melalui su-
manya berubah menjadi Kyai Haji rat-suratnya. Menurut sang ayah,
Abdoerrachman setelah naik haji. surat-surat Soetomo ‘berisi’, teruta-
Kakek-nenek sangat memanjakan ma mengenai pandangan dan perse-
Soetomo. Karena demikian sayang, tujuannya ketika diminta pendapat-
kakek-nenek itu selalu menuruti apa nya tentang pendidikan adik perem-
yang diminta Soetomo. Ketika sang puannya, Sriyati. Soetomo menye-
cucu sedih, sedih pula si kakek dan tujui apabila adiknya itu dimasukkan
nenek itu. ke sekolah Belanda. Namun, di te-
Waktu menjelang umur enam ta- ngah hubungan batin yang sedang
hun, Soetomo dijemput oleh orang mekar antara ayah dan anak seperti
tuanya dengan maksud untuk dise- itu Soetomo tiba-tiba harus kehilang-
kolahkan. Maka, tak lama kemudian, an sesuatu yang dibanggakan. Ayah-
ia sekolah di Madiun. Di Madiun, nya meninggal pada 28 Juli 1907.
ia dipondokkan di rumah R. Djojoat- Menghadapi kenyataan ini, Soetomo
modjo, seorang wedana-guru. Ko- sangat bersedih. Sebab, sepeninggal
non, di sekolah, Soetomo dikenal sa- ayahnya, ia otomatis harus ikut ber-
ngat bandel dan suka berkelahi. tanggung jawab pada ibu dan adik-
Meskipun demikian, ia dapat me- adiknya.
nyelesaikan sekolah dengan lancar. Setelah sang ayah tiada, tabiat
Setelah pendidikan dasar dan mene- Soetomo berubah. Ia menjadi de-
ngah zaman Belanda itu berhasil di- wasa. Perubahan itu menyebabkan
lalui, orang tua dan kakek berniat maju dalam menempuh pelajaran. Ia
menyekolahkan Soetomo ke jenjang selalu berkonsentrasi terhadap tu-
yang lebih tinggi. Semula kakek ber- gas-tugas sekolah. Suasana hati
niat menyekolahkan Soetomo ke Se- yang mantap itu mendapat pence-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 143

rahan setelah ia bertemu dengan la dipandang perlu, Soetomo tidak


Dokter Wahidin akhir tahun 1907. menolak jalan kompromi dengan
Ketika itu, Dokter Wahidin ceramah lawannya dalam politik. Akibatnya,
di depan murid-murid Sekolah Dok- ia sering dituduh tidak mempunyai
ter Jawa tentang cita-cita mendirikan pendirian yang tetap. Tuduhan itu,
sebuah studifonds, suatu usaha un- antara lain, disandarkan pada
tuk menolong para pemuda Indone- kejadian pernah mogoknya Soetomo
sia agar dapat melanjutkan pendi- ketika menjadi anggota Gemeente-
dikan di perguruan tinggi. Pertemuan raad di Surabaya. Waktu itu, Soeto-
itu kemudian melahirkan sebuah ge- mo melepaskan keanggotaannya dan
rakan bernama Budi Utomo pada 20 menolak pengangkatan dirinya seba-
Mei 1908 dan Soetomo adalah bidan gai anggota Volkstrad. Akan tetapi,
yang melahirkan gerakan tersebut. di sisi lain ia menjadi ketua Partai
Tiga tahun kemudian (1911), Soeto- Indonesia Raya (Parindra). Sejak
mo lulus dari Sekolah Dokter Jawa Juli 1937 ia menyetujui duduknya
di Batavia. anggota-anggota Parindra dalam
Setelah lulus dari Sekolah Dok- Volksraad, Provinciale Road, Re-
ter Jawa, Soetomo lalu bekerja di gentschapraad, dan Gemeenteraad.
Rumah Sakit Zending di Blora hing- Sementara itu, perkawinan
ga tahun 1917. Pada saat kerja di Soetomo dengan Bruring tidak ber-
rumah sakit itulah Soetomo meni- tahan cukup lama karena Nyonya
kahi seorang suster Belanda berna- Soetomo sakit dan meninggal pada
ma Bruring (janda). Dari tahun 1917 17 Februari 1934. Sepeninggal istri-
hingga 1919 ia pindah bekerja seba- nya, Soetomo hidup seorang diri. Da-
gai pegawai negeri di Baturaja, Su- lam kesendiriannya ia harus menjadi
matra. Pada tahun 1919 hingga 1923, pengganti ayah bagi keenam adiknya.
Soetomo melanjutkan studi ke Eropa. Sampai akhirnya Soetomo meninggal
Sepulang dari Eropa, ia diangkat pada Senin Kliwon, pukul 16.15,
menjadi guru NIAS di Surabaya dan tanggal 30 Mei 1938.
berprofesi sebagai dokter. Satu hal yang perlu dicatat ialah
Selain mengerjakan tugasnya bahwa selain berjuang di bidang po-
sebagai dokter, Soetomo aktif pula litik, ekonomi, dan sosial, Soetomo
dalam pergerakan kebangsaan Indo- juga berjuang di bidang kebudayaan.
nesia. Pada 11 Juni 1924 ia mendiri- Dengan perjuangan itu ia berkeingin-
kan Indonesische Studi Club, yaitu an (1) memajukan kerja sama de-
kumpulan kaum terpelajar untuk ngan luar negeri dalam berbagai hal,
memberi keinsafan kepada rakyat terutama di bidang kebudayaan; (2)
terhadap pentingnya pergerakan na- mengangkat wakil-wakil di luar ne-
sional. Pada 16 Oktober 1930, per- geri untuk keperluan orang-orang
kumpulan itu berubah menjadi Par- yang tinggal atau bersekolah di ne-
tai Bangsa Indonesia dengan ketua geri itu; dan (3) memajukan penga-
Soetomo. Untuk membela rakyat, bi- jaran bahasa asing dengan mendiri-
144 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kan klub bahasa asing. Selain itu, ia berikutnya, Suara Umum Indonesia,
memandang sangat penting peranan yang diterbitkan di Surabaya, mun-
penerangan bagi masyarakat. Untuk cul dengan dua bahasa (8 halaman
itu, ia menerbitkan beberapa surat berbahasa Indonesia dan 4 halaman
kabar dan majalah, yaitu Tempo, Sua- dalam ‘edisi populer’ bahasa Jawa).
ra Parindra, Bangun, Suara Umum, Pada September 1933, kolom baha-
Suluh Indonesia, dan Penjebar Se- sa Jawa memisahkan diri dan ber-
mangat (Scherer, 1985). Lewat me- ganti menjadi mingguan dengan na-
dia-media tersebut Soetomo mema- ma Penjebar Semangat, sedangkan
parkan berbagai pemikiran kepada Suara Umum terus menjadi koran
rakyat. Pikiran-pikiran yang dilon- berbahasa Indonesia. Dalam media
tarkannya kebanyakan berisi ajakan berbahasa Jawa itulah Soetomo me-
untuk masuk ke dalam suasana kehi- nulis beberapa artikel/esai.
dupan modern. Perhatian Soetomo terhadap ke-
Dalam bidang kebudayaan (khu- hidupan sastra Jawa dapat dilihat da-
susnya sastra Jawa), Soetomo bukan ri perhatiannya terhadap Penjebar
hanya berjasa lewat tulisan-tulisan- Semangat. Majalah ini menjadi
nya dalam membangun dunia sastra, tonggak dalam proses kesinambung-
melainkan yang sangat penting ialah an sastra Jawa. Genre cerpen mulai
bahwa ia telah mendobrak kebekuan diperkenalkan kepada publik dengan
sistem yang melandasi perjalanan menggunakan istilah lelakon. Jadi,
sastra Jawa. Oleh sebab itu, pada ta- ringkasnya, dari Penjebar Semangat
hun 1920-1930-an gelombang tulis- hasil terbitan Soetomo, sekitar tahun
an Jawa berkembang di luar Balai 1935-1942, lahir para pengarang ba-
Pustaka dengan gaya yang bertolak ru seperti Besut, Suyani, Sambo,
belakang dengan Balai Pustaka. Ca- Prasmo, Joko Balung, A. Sakhidam,
ra lain yang ia lakukan ialah dengan Arek Nggalek, Si Culik, Silence, dan
membantu pendirian berbagai orga- sebagainya.
nisasi, terutama Budi Utomo, Indo- Kemampuan Soetomo dalam
nesische Studieclub, Partai Bangsa melihat kekuatan bahasa Jawa seba-
Indonesia, dan Parindra. Selain itu gai bagian strategi kebudayaan sa-
ia juga menjadi redaktur Penjebar ngat masuk akal karena ia hidup da-
Semangat, Tempo, Suara Parindra, lam pergaulan masyarakat dan bu-
Bangun, Suara Umum, Suluh Rak- daya Jawa. Kesenangannya mende-
yat Indonesia, dan Krama Duta. ngarkan dongeng dari kakek-nenek-
Jurnal Krama Duta terbit setiap nya memungkinkannya mempunyai
minggu dan kemudian berubah nama latar belakang yang kuat dan berpe-
menjadi Suara Umum. Pada Okto- ngaruh terhadap perkembangan ke-
ber 1931 Suara Umum digabungkan wajibannya di kelak kemudian hari,
dengan salah satu jurnal Soetomo terutama ketika memasuki kehidup-
lain yang berbahasa Indonesia, yaitu an zaman baru. Jika hal ini dikaitkan
Suluh Rakyat Indonesia. Dua tahun dengan pernyataan Scherer yang me-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 145

nguraikan kisah sahabat dekat ke- karyanya yang sarat dengan muatan
luarga ayah Soetomo (R. Sosrosoe- sastra. Sastra Jawa bagi Soetomo me-
gondo), maka latar belakang sema- rupakan sesuatu yang mampu mem-
cam ini menjadi penguat tentang la- berikan dukungan dan semangat da-
tar belakang Soetomo terhadap ke- lam merepresentasikan berbagai pe-
sastraan Jawa. Ayah Soetomo meru- mikiran kebudayaan.
pakan keturunan salah seorang Wali Karya-karya Soetomo dalam ba-
Sanga (Sunan Giri) yang mengislam- hasa Jawa termuat dalam antologi
kan orang Jawa. Menurut Babad Ja- Puspa Rinonce (1932). Buku terse-
wa Tradisional, Sunan Giri adalah but telah dicetak ulang sebanyak em-
keturunan Nabi Muhammad. Bagi pat kali, yaitu cetakan kedua 1938,
Soetomo, cerita dari Babad Jawa ti- cetakan ketiga 1940, dan cetakan ke-
dak hanya sekedar dihayati, tetapi di- empat 1959. Cetak ulang itu menun-
laksanakan dalam kehidupannya se- jukkan bahwa Puspa Rinonce meru-
hingga benar-benar sebagai sosok pakan buku yang digemari pembaca.
Jawa. Hal itu tampak dalam kete- Dalam karya-karyanya, Soetomo
kunan Soetomo dalam melakukan ti- memang memiliki karakter tersen-
rakat. diri. Karakter itu tampak dalam ke-
Perjuangan Soetomo melalui ke- beraniannya menggunakan dialek
budayaan, tulisan, dan penerbitan Jawa Timuran, gambaran yang ditu-
Penjebar Semangat ternyata mem- liskan bersifat merakyat, dan meng-
buahkan hasil di kelak kemudian gunakan lelucon. Dialek bahasa Ja-
hari. Semangat Soetomo yang ter- wa dilihat dan dimanfaatkan oleh
patri dalam Penjebar Semangat ti- Soetomo untuk tujuan-tujuan ke-
dak pernah pudar dan terus diingat bangsaan dalam proses penyebaran
oleh pembaca. Kecintaan pembaca pemikiran. Mencermati tulisan Soe-
terhadap Penjebar Semangat timbul tomo dalam Puspa Rinonce tampak
tidak hanya karena masalah histeris bahwa antara kenyataan hidupnya
dan ikatan emosional, tetapi juga ka- (biografi) dan karyanya terdapat hu-
rena majalah itu telah mampu mem- bungan yang sangat mendalam yang
berikan sumbangan bagi perkem- terkait dengan masalah semangat ke-
bangan kesusastraan Jawa. Di sam- bangsaan, kebatinan, dan kepriayi-
ping itu, perjalanan Soetomo ke ber- an. Bahkan, sebenarnya, karya-kar-
bagai tempat di Eropa dan India juga ya Soetomo berakar dari tradisi ke-
berpengaruh dalam penciptaan sas- jawen yang menyatu dengan kehi-
tra. Setelah kembali ke Jawa, ia dupannya.
mengekspresikan pengalamannya
dalam tulisan-tulisannya, seperti yang dongeng
dapat dibaca di Puspa Rinonce. Latar Dongeng termasuk cerita rakyat
belakang kebudayaan Jawa yang (folk tale), dan termasuk dalam tra-
tumbuh dan senantiasa hidup pada disi lisan. Istilah ini biasa digunakan
dirinya berpengaruh dalam karya- ketika menyebut naratif tradisional,
146 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang di dalamnya terkandung ciri- dialog yang dipentaskan; (2) cerita


ciri spesifik, antara lain ialah men- atau kisah, terutama yang melibatkan
ceritakan mahluk-mahluk yang kha- konflik atau emosi, yang khusus di-
yali, yang sulit sekali dinalar, atau susun untuk pertunjukkan teater; (3)
dalam bahasa Jawa disebut ngaya- berasal dari bahasa Yunani, karangan
wara ‘mengada-ada’. Hal itu terlihat prosa atau puisi berupa dialog dan
pada penggambaran mahluk-mahluk keterangan waktu guna dipertunjuk-
tersebut mempunyai kekuatan luar kan di pentas. Drama di mana pun di
biasa, dapat bercakap-cakap, dan se- dunia, misalnya di Yunani purba, Ero-
kaligus memiliki kebijakan untuk pa Abad Tengah, India, Cina, Jepang,
mengatur jalan hidup manusia. Se- dan Bali, lahir dari upacara agama,
lain itu, dongeng juga memiliki ciri dari pidato ganti-berganti, dari pertu-
khusus dalam tema dan struktur. Da- karan nyanyian antara pemimpin pa-
lam hal tema, dongeng selalu menun- duan suara dengan kelompok penya-
jukkan misi pendidikan sehingga se- nyi atau antara kelompok paduan
luruh unsur struktur berkait de- suara lantifonal. Unsur pokok drama
ngannya. Sifat khususnya yang ro- adalah membuat orang percaya atau
mantis dan didaktis menuntut peng- pura-pura percaya dengan ikut
gambaran unsur-unsur cerita men- mengkhayal. Sejarah drama di Indo-
jadi sangat imajiner, jauh menga- nesia tidak dapat dibicarakan lepas
wang-awang. dari pembicaraan sejarah kesusas-
Dari perwatakannya, misalnya, traan Indonesia. Ditinjau dari peng-
tokoh-tokoh pilihan yang khusus gunaan istilahnya secara umum di
untuk tujuan didaktis itu ditempat- Indonesia, drama mengimplikasikan
kan pada posisi sebagai tokoh sentral tari dan musik. Baru dalam perkem-
atau tokoh utama cerita, biasanya bangan selanjutnya, terjadi pemisah-
berwatak putih. Dia akan dihadap- an dan pengkhususan. Dalam taraf
kan dengan tokoh antagonis yang inilah, sejarah drama erat dibicara-
berwatak berlawanan untuk mencip- kan dengan kesusastraan, lebih-lebih
takan konflik. Dalam sastra tradisio- dalam zaman Pujangga Baru dan
nal, biasanya diciptakan konflik fi- Zaman Jepang. Dalam kedua perio-
sik. Cerita akan berakhir sesuai de- de ini, drama erat bertalian dengan
ngan tema didaktis yang ditentukan, kesusastraan. Bahkan, dapat dikata-
dan umumnya, cerita diakhiri dengan kan, drama merupakan salah satu
kalahnya tokoh antagonis (lawan). bentuk kesusastraan, yang pada ma-
sa itu tampil dengan nama “tonil”
drama atau “sandiwara”. Sejak saat itu,
Drama memiliki beberapa pe- pembicaraan sejarah kesusastraan
ngertian, yaitu (1) komposisi syair Indonesia mengimplikasikan pembi-
atau prosa yang diharapkan dapat caraan drama. Akan tetapi, di sam-
menggambarkan kehidupan dan wa- ping eratnya hubungan drama de-
tak melalui tingkah laku (akting) atau ngan kesusastraan, perlu disadari
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 147

pula kenyataan eratnya pertalian driyan berkisah tentang cerita Da-


drama dengan teater. Pada hakikat- marwulan dan Menakjingga. Ada-
nya, teater merupakan realisasi dra- pun kesenian yang ceritanya berubah-
ma. Drama tertulis (lakon) belum ubah adalah ludruk dan kethoprak.
mencapai kesempurnaan bentuk, Oleh karena itulah, kethoprak me-
bila sudah digelarkan, dipentaskan, rupakan jembatan yang menghu-
barulah drama/lakon itu mencapai bungkan drama statis dengan san-
kesempurnaannya sebagai drama, diwara modern yang bersifat dina-
sebagai salah satu bentuk sastra mis. Kesenian keraton maupun ke-
yang ditulis khusus untuk dipang- senian rakyat tersebut sebenarnya
gungkan. Dalam perkembangannya merupakan ‘drama tradisional’ ka-
kemudian, terjadilah diferensiasi da- rena drama tersebut dipertunjukkan
lam pengutamaan masing-masing orang tanpa menggunakan teks seba-
elemen drama: kesenian daerah me- gaimana biasanya yang berlaku da-
ngembangkan dan memperkaya lam drama modern. Di sini para pe-
terutama jenis-jenis tari dan perge- mainnya tidak perlu menghafalkan
larannya, sehingga terciptalah rang- teks terlebih dahulu sebelum ber-
kaian sejarah wayang kulit, wayang main drama. Para pemain mengu-
topeng, wayang golek, wayang orang, capkan dialog-dialognya secara im-
drama Langendriyan maupun drama provisasi, atau memakai pola-pola
Langenwanara. Tradisi wayang kalimat tertentu yang dikenal secara
orang yang dijajakan oleh pemrakarsa tradisi. Salah satu drama tradisional
yang berasal dari lingkungan keraton yang patut mendapat perhatian ada-
tersebut telah tersebar keluar batas- lah langendriyan. Drama ini, walau-
batas istana sebagai salah satu hi- pun diklasifikasikan sebagai drama
buran di kota-kota besar atau kecil tradisional, sebenarnya mengandung
dengan menjajakan pergelaran keli- unsur-unsur drama modern, teruta-
ling desa-desa, antara lain ande-an- ma menyangkut pemakaian teks.
de lumut, kethek ogleng, kethoprak, Teks tersebut disusun dalam bentuk
ludrug atau doger, maupun sran- tembang macapat. Teks drama ini
dhul. Dilihat dari masyarakat pendu- yang terkenal disebut Langendriyan
kungnya, kesenian tersebut dibagi Mandraswara. Dengan adanya teks
menjadi dua kelompok. Pertama, ke- maka para pemain langendriyan ti-
senian keraton dan kedua kesenian dak bebas melakukan improvisasi,
rakyat. kesenian tersebut di samping karena mereka terikat oleh hafalan.
menampilkan gerak, tari, dan ka- Dalam perkembangan selanjutnya,
dang-kadang nyanyi, juga memba- teks semacam drama langendriyan
wakan cerita. Ada yang ceritanya te- tidak pernah ditulis lagi, yang ditulis
tap, ada pula yang ceritanya ber- orang adalah teks drama modern. Pe-
ubah-ubah. Kesenian ande-ande lu- nulisan teks drama modern giat dila-
mut, srandul, dan topeng mengan- kukan orang setelah RRI Yogyakarta
dung cerita Panji. Kesenian langen- menyelenggarakan siaran ‘sandiwa-
148 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ra radio’ berbahasa Jawa yang ke- yang dimuat secara bersambung da-
mudian ditiru oleh beberapa radio lam Dharma Nyata berjudul “Kem-
amatir. Sumardjono adalah tokoh bang-Kembang Katresnan” ‘Bunga-
yang telah banyak menulis teks san- Bunga Cinta’, No. 60—63, Desem-
diwara radio, baik asli maupun sa- ber 1973—Januari 1974. Dua dra-
duran. Sambutan baik masyarakat ma bacaan dan bukan drama pentas
terhadap acara tersebut mendorong karya St. Iesmaniasita berjudul “Wi-
Ismoe Rianto, pengarang Surabaya jiling Biyung” ‘Kelahiran Ibu’ dalam
untuk ikut menulis teks sandiwara Kunthi, No.7 1972, dan “Nyonya
radio yang disiarkan lewat radio Legawa” dalam Jaya Baya, N0. 51,
amatir Surabaya. Dalam Sarasehan Th. XXVI, 20 Agustus 1972. Mun-
Pengarang Sastra Jawa di Sala tahun cul juga kumpulan cerita sandiwara
1975, Sumardjono mengatakan bah- karangan Kussudyarsana berjudul
wa orang-orang mengenal sastra Ja- Gambare Awake Dhewe ‘Gambar
wa, baik cerita wayang maupun ba- Kita Bersama’ oleh badan penerbit
bad, sebenarnya melalui drama tra- Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
disional, yaitu wayang orang, ketho- Seksi Dokumentasi Taman Budaya
prak, dan lain-lain, sehingga drama Jawa Tengah menerbitkan empat
tradisional dapat dipandang sebagai naskah drama karya Bambang Wi-
media untuk mengenal sastra Jawa. doyono SP berbentuk stensilan se-
Tentu saja nilai drama lisan itu ti- derhana dalam jumlah terbatas. Em-
daklah setaraf dengan drama tertulis. pat naskah drama tersebut kemudian
Oleh karena itu, kesusastraan Jawa diterbitkan dalam bentuk buku yang
yang bernilai sebaiknya juga menjadi dapat dikonsumsi oleh masyarakat
drama Jawa tertulis, artinya digubah luas oleh penerbit Bentang Yogya-
dalam bentuk teks drama. Adapun karta tahun 1998 berjudul Gapit. Se-
hubungan antara drama tradisional lanjutnya, untuk menumbuhkem-
dengan drama modern adalah pen- bangkan keberadaan drama berba-
tingnya tetap memelihara drama tra- hasa Jawa maka Pengembangan
disional karena di samping telah Kesenian Jawa Tengah (PKJT) me-
memperkembangkan sastra Jawa se- ngadakan sayembara di tahun 1979
hingga banyak dikenal masyarakat dan 1980. Sayembara tersebut ke-
secara lisan, khazanah drama tradi- mudian diikuti dengan pementasan-
sional juga dapat memperkaya ide pementasan drama berbahasa Jawa.
drama. Sedangkan dalam drama mo- Misalnya, Teater Gapit memen-
dern dapat ditemukan horizon-hori- taskan karya Bambang Widoyo Sp,
zon baru. Sayang, teks sandiwara ra- di Monumen Pers Nasional, Solo 2
dio itu belum ada yang diterbitkan November 1983. Koordinasi Grup
menjadi buku bacaan. Akan tetapi, Teater Semarang menyelenggarakan
ada usaha untuk memuatnya dalam Festival Teater bahasa Jawa pada
surat kabar. Misalnya sandiwara ra- Maret 1981 dan Agustus 1982.
dio karya Sutarno Priyomarsono
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 149

duduk wuluh ramalan raja Kediri


Dalam sastra Jawa, khususnya Sri Jayabaya ketika datang
tembang, istilah duduk wuluh ku- di gunung sahara meninggal
rang dikenal dibandingkan dengan Ajar Subrata namanya.
istilah tembang megatruh. Sebenar-
nya, istilah duduk wuluh juga nama dwi sulistyorini (1974—)
lain dari tembang megatruh. Ada be- Pengarang wanita ini lahir di Blo-
berapa pendapat tentang duduk wu- ra, Jawa Tengah, pada 25 Maret
luh. Pendapat pertama mengatakan 1974. Ayahnya bernama El. Sulin (al-
bahwa duduk wuluh atau megatruh marhum, lahir 1942) dan ibunya ber-
termasuk dalam tembang macapat. nama Endang Siti Mulyati (lahir
Sementara itu, pendapat kedua me- 1948). Ia mengaku bersuku Jawa asli
ngatakan bahwa duduk wuluh ter- dan beragama Islam. Pada tahun
masuk dalam Tembang Tengahan 2001 ia diperistri oleh Nurhadi, S.E.,
bersama dengan Tembang Tengahan pemuda kelahiran Blora tahun 1970.
lainnya seperti balabak, gambuh, Setahun kemudian, tepatnya 21
jurudemung, dan wirangrong. Mes- Agustus 2002, ia dikaruniai seorang
kipun terdapat pendapat yang ber- putri yang diberi nama Dawaishafa
beda tentang duduk wuluh, mereka Diva Nurani.
tetap sepakat bahwa duduk wuluh Karier pendidikan Dwi Sulistyo-
masih tergolong dalam metrum ma- rini dilalui di dua kota, yakni Blora
capat. Jenis metrum macapat ber- dan Malang. Masuk SD Cabak 1 ta-
jumlah lima belas. Setiap jenis me- hun 1980 (lulus 1986); masuk SMP
trum memiliki aturan tertentu yang Negeri 1 Jepon tahun 1986 (lulus
disebut guru gatra, guru wilangan, 1989); dan masuk SMA Negeri 1
dan guru lagu. Adapun metrum tem- Blora tahun 1989 (lulus 1992). Sete-
bang duduk wuluh adalah terdiri atas lah lulus SMA, ia mengambil Jurusan
lima baris. Baris pertama 12 u, baris Pendidikan Bahasa dan Sastra Indo-
kedua 8 i, baris ketiga 8 u, baris ke- nesia di Universitas Muhammadiyah
empat 8 i, dan baris kelima 8-o. Be- Malang (UMM) (lulus tahun 1997).
rikut contoh tembang Duduk Wuluh. Ketika menjadi mahasiswa ia aktif di
berbagai organisasi pemuda, di an-
DUDUK WULUH
taranya PMII (Pergerakan Mahasis-
Ingsun tutur iku nguni wus wa Islam Indonesia), KSR (Korps
kasebut (12 u) Suka Rela), IMP (Ikatan Mahasiswa
jangkane nateng Kediri (8 i) Penulis), HMJ (Himpunan Mahasis-
Sri Jayabaya duk rawuh (8 u) wa Jurusan), dan SEMA (Senat
neng wukir padhang nelasi (8 i) Mahasiswa). Tamat dari UMM ia
Ajar Subrata kedudon (8 a) langsung mengajar di SMA 1 Jepon
Saya katakan itu dahulu sudah walaupun menjadi guru tidak tetap.
disebutkan Barulah pada tahun 2003 ia menjadi
guru tetap (pegawai negeri) dan di-
150 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tempatkan di SMP 3 Kunduran, Blo- Berkenaan dengan keberadaan


ra, Jawa Tengah. kritik sastra, Dwi Sulistyorini me-
Sejak tahun 1997—saat itu ma- mandang bahwa sastra Jawa me-
sih duduk di SMA—ia sudah mulai mang belum mempunyai kritikus.
belajar secara autodidak untuk me- Padahal, menurutnya, kritik itu pen-
nulis dalam bahasa Jawa. Cara yang ting untuk kemajuan kreativitas sas-
dipilihnya ialah dengan membaca se- tra, baik bagi perorangan maupun
banyak-banyaknya karya para pe- bagi sekelompok pengarang. Na-
ngarang Jawa yang dimuat di maja- mun, sayang sekali hingga kini be-
lah-majalah berbahasa Jawa. Pada lum muncul kritik sastra Jawa yang
awalnya ia mencoba menulis cerpen, sungguh-sungguh. Yang ada barulah
kemudian roman, dan mengirimkan- kritik ringan dari kawan seangkatan
nya ke rubrik remaja sebuah majalah atau dari senior yang memberi “ma-
dan ternyata dimuat. Peristiwa itulah sukan” dan memotivasi kreativitas
yang seakan melecut dirinya untuk para pengarang junior. Meskipun de-
menulis dan menulis lagi. Menurut- mikian, ia merasa yakin bahwa sas-
nya, jenis sastra yang digemari atau tra Jawa akan hidup terus karena ge-
dianggap cocok untuknya adalah nerasi demi generasi selalu ber-
prosa (cerkak dan cerbung/roman/ sambung, seperti munculnya Daniel
novel). Tito, Bonari Nabonenar, Widodo Ba-
Pengarang muda yang kini ber- suki, dan sebagainya, yang kini me-
sama keluarga tinggal di Cabak Lor nyambung generasi sastrawan Jawa
IV, No. 7, RT 02, RW 02, Jiken, Blo- sebelumnya (Esmiet, Suparto Brata,
ra 58372 ini mengaku bahwa penga- dan lain-lain).
lamannya dalam menulis sastra In-
donesia belum banyak walaupun la- dyah kushar
tar belakang studinya adalah bahasa Nama Dyah Kushar adalah na-
(dan sastra) Indonesia. Menurut ca- ma samaran dari salah seorang pe-
tatannya, barulah majalah anak-anak ngarang novel Jawa senior dari Pare,
Ceria yang bersedia memuat cer- Jawa Timur. Nama samaran tersebut
pennya. Itupun baru sekali. Hal ini diambilnya dari nama anaknya yang
berbeda dengan pengalamannya da- kedua, anak perempuan. Nama asli-
lam menulis sastra Jawa yang sudah nya Santosa. Ia dilahirkan di Pare,
dirintisnya sejak 1997. Kini cerpen- Jawa Timur, pada tanggal 3 Septem-
cerpennya telah banyak dimuat da- ber 1950. Akan tetapi, ia mengikuti
lam berbagai majalah, terutama di pendidikan di Surabaya, dari STM
Jaya Baya. Seperti halnya penga- hingga selesai dari PGSLP Jurusan
rang-pengarang lainnya, sesekali ia Keterampilan.
juga menggunakan nama samaran— Dyah Kushar menjadi guru di
terutama sejak 1999—yaitu Alisth kota kelahirannya, mengajar bahasa
atau Alisth Sulin. Inggris. Meskipun demikian, ia ge-
mar menulis fiksi berbahasa Jawa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 151

Senioritasnya tampak pada awal


mulai menulis (tahun 1970-an) pi-
lihan jenis sastra fiksi jenis cerpen
(cerkak) dan novel (cerita bersam-
bung) yang semuanya dikirimkan ke
majalah bahasa Jawa di Jawa Timur,
yaitu Panjebar Semangat dan Jaya
Baya. Ia lebih banyak menulis novel
(cerbung) daripada cerpen (cerkak).
Pengarang ini mengaku pernah ab-
sen menulis selama 20 tahun (sekitar
tahun 1980-an hingga awal tahun
2000). Dalam karya-karyanya ter-
kandung gaya bercerita yang spesifik
dalam menata alur dan latar. Alurnya
amat ketat, walaupun ia bercerita
masalah cinta. Sayang sekali latar
tempat banyak berpusat di sekitar
wilayahnya, Pare dan sekitarnya.
Setelah pensiun, ia tetap mene-
tap di kotanya, bersama istrinya, se-
orang guru SD yang masih aktif be-
kerja. Sejak pensiun itulah ia mulai
menulis lagi. Alamatnya sekarang Ja-
lan Merapi No.4, Jombangan Tertek,
Pare 64215. Adapun nomor telepon
rumahnya: (0354)7011269.
152 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

e
e. suharjendra (1939—) mimpin redaksi majalah Praba. Se-
Emanuel Suharjendra atau yang lain itu juga sebagai editor buku
lebih dikenal dengan sebutan E. Su- Panggugah (10 judul “Bunga Ram-
harjendra lahir di Jogonalan Lor, Yog- pai Wacan Bocah”) terbitan Dinas
yakarta, pada 28 Desember 1939. Pendidikan dan Pengajaran Yogya-
Bersama keluarga kini tetap tinggal karta (2000). Pengalaman berorgani-
di Jogonalan Lor 151, Yogyakarta sasi yang pernah dilaluinya, antara
55181. Ayahnya bernama B. Widji lain, menjadi sekretaris OPSJ
Notoharsono, kelahiran Bantul, 10 (1966—1980), sekretaris II di Java-
Maret 1919; sedangkan ibunya ber- nologi, Gambir Sawit (1984), sebagai
nama M. Jumilah, kelahiran Bantul, ketua II Yayasan Notokarsono (Yas-
1 Januari 1923. Ia menikahi E. Isbar- na) (1995), dan ketua I Yayasan Yas-
yati pada 27 Juni 1970. Namun, istri na (1997).
tercinta yang telah hidup bersama se- Dalam karya-karyanya, terutama
lama 19 tahun itu meninggal pada cerbung, Suharjendra sering meng-
1989. Pada tahun 1990 E. Suharjen- gunakan nama samaran, antara lain,
dra menikah lagi dengan M.E. Sri Su- Dhik Hardje pada karangannya yang
parmi. dimuat di majalah Cendrawasih, dan
Suharjendra mengawali pendi- E. Widji Putra atau Emmanuel pada
dikannya di SD Jarakan, Bantul, lu- karyanya yang dimuat Kedaulatan
lus tahun 1953. SLTP Negeri II, Yog- Rakyat dan majalah Praba. Dalam
yakarta, lulus tahun 1956. Sekolah menulis artikel, yang bernuansa aga-
Guru Agama (SGA) Negeri Yogya- mis (Katolik), ia menggunakan nama
karta, lulus tahun 1959. Selepas SGA E. Widjiputra atau Emmanuel Sj.
ia menjadi guru di Wates, Bantul, Suharjendra mulai menekuni du-
Yogyakarta. Selama mengajar di SD nia tulis-menulis tahun 1957. Karya
ia melanjutkan kuliah program D3 di fiksi pertamanya, berupa cerita
IKIP Yogyakarta, lulus tahun 1965. anak, berjudul “Katalompen”, di-
Setahun kemudian, ia menyelesaikan muat majalah Cendrawasih (1957).
sarjana muda jurusan publisistik di Sejak itu ia banyak mengirimkan
Universitas Pejajaran Bandung karya-karyanya (cerpen, cerbung,
(1966). roman sejarah, dan artikel) ke ber-
Selain berprofesi sebagai guru, bagai media seperti Praba, Jaya Ba-
Suharjendra juga pernah berprofesi ya, Panjebar Semangat, Mekar Sa-
sebagai wartawan dan editor di se- ri, Kedaulatan Rakyat, dan Bernas.
buah surat kabar harian (tahun Karyanya cukup banyak, tetapi ia
1966—1975). Selanjutnya, mulai ta- sampai sekarang belum sempat
hun 1975, ia dipercaya menjadi pe- menginventarisasi, baik judul mau-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 153

pun penerbitnya. Penghargaan yang dan Sastra Jawa FPBS (Fakultas


pernah ia terima di antaranya ketika Pendidikan Bahasa dan Seni) IKIP
menjadi juara II dalam Lomba Me- (Institut Keguruan dan Ilmu Kepen-
ngarang Esai Berbahasa Indonesia didikan) Surabaya. Dalam organisa-
untuk Guru SD se-DIY (1974). Sa- si kepengarangan sastra Jawa, ia
lah satu cerpennya berjudul “Ngra- pernah menjabat sebagai sekretaris
habi” masuk dalam buku Bunga II PPSJS (Paguyuban Pengarang
Rampai Sastra Jawa Mutakhir Sastra Jawa Surabaya). Saat ini Edi
(Ras, 1985), dan cerpennya berjudul Triono Jatmiko menjadi wartawan
“Paguron Telu” pernah digunakan Surabaya Post.
sebagai bahan lomba sandiwara dae- Selain menekuni dunia kewarta-
rah untuk guru-guru SD se-DIY wanan dan kesastrawanan, Edi Trio-
(1982). no Jatmiko juga aktif di dunia seni
Sebagian karya (roman sejarah) panggung. Bahkan bersama kawan-
E. Suharjendra yang muncul di Me- kawannya mendirikan grup lawak
kar Sari, di antaranya Salatiga (Me- The Manis. Beberapa kali grup la-
kar Sari, 15 Maret 1961), Macan wak yang dipimpinnya pentas di
kang Mangsa Gogore Dewe (Mekar TVRI stasiun Surabaya. Guritan-
Sari, 15 Maret 1964), Gandrung guritannya banyak terbit di majalah
Brana Nusantara (Mekar Sari, 1 Panjebar Semangat, Jaya Baya, dan
Maret 1965), Baron Sekeber Nemu di rubrik Suket harian Surabaya
Tanding (Mekar Sari, 10 Maret Post Minggu. Guritannya yang ber-
1965), Asmara ing Randualas (Me- judul “Balada Brajangkawat” (Pa-
kar Sari, 20 Maret 1965), Sayembara njebar Semangat, 12 Mei 1990),
ing Segara Blenderan (Mekar Sari, “Balada Tukang Kentrung” (Panje-
1 April 1965), Mburu Brana Kelang- bar Semangat, 31 Oktober 1987),
an Nyawa (Mekar Sari, 10 April dan “Balada Ragapadmi” (Panje-
1965). Sementara cerbung karyanya, bar Semangat, 29 Agustus 1987) di-
antara lain, Kali Praga Isih Mili antologikan oleh Suharmono Kasi-
(Praba, 1979), Kang Padha Tinim- yun dalam Kabar Saka Bendulmri-
balan (1979), dan Kembang Sepa- si: Kumpulan Guritan terbitan Pa-
sang (Asco, 1990). guyuban Pengarang Sastra Jawa
tahun 2001.
edi triono jatmiko (1964— )
Edi Triono Jatmiko lahir di Mo- effy widianing (1963— )
jokerto, Jawa Timur, pada 24 Juli Namanya Effy Widjono Putro.
1964. Dalam karangan-karangannya Tetapi, dalam karangan-karangan-
ia sering menggunakan nama E.T. nya, ia sering menggunakan nama
Jatmiko. Pendidikan dasar dan me- Effy Widianing. Effy Widianing lahir
nengahnya diselesaikan di kota ke- di Yogyakarta pada 11 Februari 1963.
lahirannya. Pendidikan terakhirnya Tahun 1986, setelah lulus SMA, ia
adalah Jurusan Pendidikan Bahasa mulai aktif terjun ke dunia sastra Ja-
154 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wa. Karya-karyanya telah banyak STIKOSA-AWS (1993—1998) di


dimuat dalam berbagai majalah (Ja- Surabaya. Menurut pengakuannya,
ya Baya, Panjebar Semangat, Dja- dia adalah anak tunggal, dan hingga
ka Lodang, dan Mekar Sari). Kare- sekarang tetap tinggal di Dinoyo Lor
na seringnya menulis di Mekar Sari, V/31 Surabaya. Pada tahun 2001
sekarang ia menjadi staf redaksi ma- menjadi guru TK Ramawaskita, dan
jalah Mekar Sari, di samping men- sekarang menjadi guru TK Kasih
jadi wartawan/reporter harian Ke- Bunda, Surabaya.
daulatan Rakyat. Ekapti Lenda Anita memulai ka-
Pengarang muda yang telah me- rier kepengarangannya sejak masih
nulis puluhan crita cekak, guritan, di bangku SMA, tepatnya pada ta-
dan artikel (reportase) ini juga aktif hun 1983. Karangan yang pertama
menjadi anggota Sanggar Sastra Ja- kali dimuat di media massa adalah
wa Yogyakarta (SSJY). Beberapa karangan berbahasa Indonesia, ke-
cerkak-nya antara lain telah dianto- tika itu dimuat di majalah Tom-Tom,
logikan dalam buku Rembulan Pa- dengan imbalan berupa kaos. Pada
dhang ing Ngayogyakarta (FKY IV mulanya ia hanya ingin merasakan
tahun 1992), Cakra Manggilingan: seperti apa rasanya kalau tulisannya
Antologi Geguritan dan Cerkak Pe- dimuat di media massa; dan setelah
ngarang Sastra Jawa Modern (FKY karangannya betul-betul dimuat me-
V tahun 1993), dan Pisungsung: An- dia massa dan memperoleh imbalan
tologi Geguritan lan Cerkak (Pus- (meskipun hanya berupa kaos), ia
taka Pelajar, 1997). Karena kini ter- ingin terus menulis dan bahkan ber-
ikat oleh kedudukannya sebagai re- tahan hingga sekarang. Dan dengan
daktur, ia tampaknya lebih aktif me- menulis ia merasa puas dan merasa
nulis di medianya sendiri ketimbang dapat menyampaikan pikiran dan pe-
di media lainnya. rasaannya secara lebih leluasa. Ke-
mudian, pada perkembangan selan-
ekapti lenda anita (1967— ) jutnya, ia tidak hanya menulis ba-
Ekapti Lenda Anita (wanita) la- hasa Indonesia, tetapi juga menulis
hir di Surabaya, Jawa Timur, pada dalam bahasa Jawa.
tahun 1967. Ayahnya bernama Ka- Kalau ditanya mengapa ia me-
sipoe, seorang guru SD, berasal dari nulis dalam bahasa Jawa, ia menja-
Sidoarjo, sedangkan ibunya bernama wab bahwa menulis dalam bahasa
Louise Annette M, seorang pekerja Jawa memang berbeda jika diban-
swasta, berasal dari Malang. Pendi- dingkan dengan menulis dalam baha-
dikan formal yang telah ditempuh- sa Indonesia. Menulis dalam bahasa
nya antara lain SD (1973—1979) di Jawa, katanya, ada sentuhan halus
Surabaya, SMP Negeri XII (1980— tersendiri yang sangat mendasar.
1982) di Surabaya, SMA GIKI II Hanya saja, katanya, sayangnya me-
(1982—1985) di Surabaya, IKIP dia massa berbahasa Jawa sangat
Negeri Surabaya (1986—1993), dan terbatas jumlahnya padahal jumlah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 155

pengarang Jawa sangat banyak jum- Grasco dan sejak tahun 2000 juga
lahnya. Oleh sebab itu, pengarang menjadi reporter majalah Lab Pres-
yang sering menggunakan nama sa- tasi. Kemampuan Ekapti menulis
maran Ela ini harus bersaing dengan sastra Jawa tidak lepas dari kebiasa-
banyak pengarang lain. annya membaca dan mengisi buku
Lalu prestasi apa yang telah di- harian sejak kecil. Menjadi penga-
raih oleh Ekapti Lenda Anita? Sejak rang sastra Jawa juga tidak lepas da-
masih sekolah, ia memang sudah me- ri peran sang ayah yang telah mem-
nunjukkan prestasi yang baik. Misal- bantu mengenalkan sastra Jawa de-
nya, juara I Ebtanas SD tahun 1979, ngan cara berlangganan majalah ber-
juara III Kelas I IPS tahun 1983, jua- bahasa Jawa. Dari majalah-majalah
ra II Kelas II IPS tahun 1984, juara berbahasa Jawa itu Ekapti belajar
II Kelas III IPS tahun 1985. Selain menulis, antara lain roman sacuwil,
itu juga pernah mendapat beasiswa prosa, artikel, liputan, dan kisah per-
di Kampus STIKOSA tahun 1996. jalanan. Dan kalau hingga sekarang
Sementara itu, di bidang tulis-menulis ia lebih suka menulis prosa (wacan
(kepengarangan), ia beberapa kali bocah, roman sacuwil, dongeng,
memperoleh kejuaraan, yaitu juara II crita cekak, dll) karena menurutnya
Lomba Mengarang Cerpen Bahasa prosa lebih pas untuk mengekspre-
Jawa tingkat SMA se-Jawa Timur sikan perasaan dan pikirannya di-
yang diselenggarakan oleh Sanggar bandingkan puisi atau guritan.
Triwida tahun 1984, juara I Lomba Karya-karyanya yang telah ter-
Mengarang Cerpen Bahasa Jawa an- bit di media massa sudah cukup ba-
tarremaja se-Jawa Timur yang dise- nyak jumlahnya, baik dalam bahasa
lenggarakan oleh Sanggar Triwida Jawa maupun bahasa Indonesia.
di Blitar tahun 1992, juara II dalam Karyanya yang berbahasa Jawa dan
pemilihan penulis bahasa Jawa yang dipublikasikan dalam media massa
diselenggarakan oleh majalah Jaya berbahasa Jawa, antara lain, “Jagung
Baya tahun 1995, juara I Lomba ing Tegal Wis Ora Ijo Maneh” (JB,
Menulis Kisah Unik versi Radio 1994), “Dhemen Gebyar” (PS,
Mercury tahun 1995, juara harapan 1992), “Geneya Iwak Cangkeme Am-
II Lomba Menulis Surat versi Pos ba” (PS, 1994), “Merga Ora Nyu-
Indonesia di Jakarta tahun 1997, dan wek Garapanku” (JB, 1994), “Notes
juara I Lomba Menulis Kata-kata In- Cilik Iki Kanggo Ibu” (JB, 1995),
dah versi Harvest di Jakarta tahun “Boneka Watesan Buku” (JB, 1995),
1991. “Widya Rumangsa Keganggu” (JB,
Prestasi yang diraihnya itu bu- 1996), “Mranggas” (JB, 1996),
kanlah suatu kebetulan karena sejak “Kanggo Adhik” (JB, 1996), “Jam
masih kuliah Ekapti sudah malang- ing Mburi Banyu” (JB, 1996), “Jago
melintang di dunia pers, di antaranya lan Gajah Kontes Mangan” (JB,
menjadi penulis freelance hingga se- 1996), “Kolase kanggo Kiki” (JB,
karang. Sejak 1999 menjadi reporter 1997), “Tegese Kekancan” (JB,
156 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1997), “Segara lan Pang-pang” (JB, bang lebih baik setelah ia bergabung
1997), “Anggi Lan Roti Keju” (JB, sebagai anggota dan pengurus sang-
1997), “Wis Kebacut” (JB, 1997), gar sastra Triwida.
“Simbah Sepah” (JB, 1997), “Sket- Eko Heru Saksono memang bu-
sa” (JB, 1997), “Apa Paedahe Melu kan seorang dokumentator yang
Organisasi” (PS, 1998), “Dalan Isih baik. Bahkan karya-karyanya sendiri
Dawa” (JB, 1997), “Slamete Koh” yang telah dimuat di media massa
(JB, 1997), “Cecaturan Wayah So- tidak pernah disimpan/didokumen-
re” (JB, 1998), “Geguritan Ngle- tasikan dengan baik. Yang jelas, se-
yang” (JB, 1998), dan “Nalika Na- lama jadi pengarang, ia telah menulis
wang Wulang Ulang Taun” (JB, puisi, cerpen, novel, dan buku non-
1999). fiksi. Beberapa yang dapat dicatat,
antara lain, cerpen “Bego” (Jaya Ba-
eko heru saksono (1960— ) ya, 1980) dan “Sri Bandiyah” (Jaka
Eko Heru Saksono lahir di Tu- Lodhang, 1981), novel Digul ah Di-
lungagung, Jawa Timur, pada 27 gul (Gramedia, 1985) dan Pengor-
Agustus 1960. Pengarang dwibahasa banan (Fajar Harapan, 1989), dan
(Jawa dan Indonesia) ini tamat SD puisi “Bujangan lan Lilin” (Pustaka
tahun 1972, SLTP tahun 1975, SPG Candra, 1983). Sementara itu, buku
tahun 1979, S-1 Jurusan Kurikulum nonfiksi (bidang iptek) yang telah ia
dan Teknologi Pendidikan tahun tulis adalah Pelajaran IPS (Bina
1988, dan S-2 Manajemen Pemasar- Ilmu, 1986) dan Kue Satu (1993).
an tahun 2001. Dalam karangan-ka-
rangannya ia sering menggunakan eko margono (1971— )
nama samaran Eny Saksono. Dalam Eko Margono termasuk penda-
organisasi kepengarangan, Eko Heru tang baru dalam dunia kesusastraan,
Saksono menjabat sebagai sekretaris baik Jawa maupun Indonesia. Ia me-
II Pengurus Pusat Sanggar Sastra mulai karier kepengarangannya pada
Triwida di Tulungagung (sekitar awal dekade 1990-an melalui Jawa
1984). Anyar, Jaya Baya, Panjebar Sema-
Karier kepengarangan Eko dite- ngat, Anita Cemerlang, Pos Kota,
kuninya secara otodidak. Mula-mu- Ceria Remaja, dan lain-lain. Bagi-
la, sekitar tahun 1980, ketika baru nya dunia karang-mengarang bukan-
saja diangkat sebagai guru SD Bulus lah tujuan utama karena ia terjun ke
1, Kecamatan Bandung, Kabupaten dunia itu hanya sebuah kebetulan:
Tulungagung, ia mencoba menulis suka menulis, misalnya, menulis su-
guritan dan cerkak dan mengirim- rat untuk kawan dan sejenisnya. Dari
kannya ke Jaka Lodhang, Mekar Sa- kesukaan menulis itu kemudian
ri, dan Jaya Baya. Setelah itu, ia ti- timbul hasrat untuk menghasilkan
dak hanya menulis sastra Jawa, te- sesuatu dari tulisannya sehingga ia
tapi juga sastra Indonesia. Karier ke- mengirimkan tulisan-tulisannya ke
pengarangan Eko kemudian berkem- media massa. Karena itu, walaupun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 157

banyak kendala, akhirnya ia berhasil “Bantene Bayi” (1993), “Satemene


mempublikasikan karya-karyanya. Rasa Tresna Kuwi Wis Ana Wiwit Bi-
Karya-karyanya sebagian besar be- yen” (1994), dan “Dalan-Dalan Tan-
rupa cerpen dan selebihnya berupa sah Sumyak” (1994). Sedangkan cer-
artikel. Dalam karya-karyanya ia se- pen “Nalika Rajane Prasmati”
ring menggunakan nama Eko Mrg. (1997) dan “Ketut Rahayuwati”
Pengarang beragama Islam yang (1997) dimuat dalam Jawa Anyar.
tergabung dalam kelompok Sanggar Sementara itu, cerpen “Pesisir Pe-
Triwida ini lahir di Trenggalek (Jawa lang” (1994), “Tumlawung” (1990),
Timur) pada 21 April 1971. Masa “Nalika Uun Entuk Edelwis” (1995),
kecilnya dihabiskan bersama orang “Ana sing Mekar Sapinggiring Tla-
tua di desa kelahirannya. Pendidikan ga Lobak” (1995), “Julung Caplok”
SD diselesaikan pada tahun 1984, (1994), “Kontrakan” (1995), “Gak
SMP tahun 1987, dan SMA (jurusan Ana Cinta Sing Gratis” (1995), “Gri-
Biologi) tahun 1990 di Kecamatan mis Riwis-Riwis ing Teras Kampus”
Panggul, Kabupaten Trenggalek, Ja- (1999), “Tangane Purnanto Bing-
wa Timur. Dan alamat terakhirnya get” (1997), “Anggrek Sekar Wongu”
di RT IV, RW II, Wonocoyo, Pang- (1997), “Surat kanggo Mahmudah”
gul, Trenggalek 66364. (1998), “Rembulan Konang” (1998),
Tidak lama setelah tamat SMA, “Ing Pinggir Pesisir” (1999), dan
Eko Margono melanglang ke Jakarta “Wong Jawa” (1998) dimuat dalam
dan mencoba mencari kerja. Pada ta- majalah Jaya Baya. Dan salah satu
hun 1993 ia diterima sebagai super- artikelnya berjudul “Menehi Jeneng
visor housekeeping di Arcadia Apar- Putra” telah dimuat dalam Panjebar
temen di bilangan Jakarta Selatan. Semangat (1993).
Namun, di apartemen itu ia hanya Beberapa cerpennya yang ber-
betah sampai tahun 1997. Pada ta- bahasa Indonesia yang telah dipu-
hun itu juga ia pindah ke Simpruk blikasikan antara lain “Pada Sebuah
Teras Apartemen sebagai chief su- Halte” (Pos Kota, 1996), “Copet”
pervisor housekeeping sampai tahun (Ceria Remaja, 1996), “Sang Ko-
2000. Pada tahun 2000 ia pindah la- mentator” (Ceria Remaja, 1997),
gi ke Kintamani Apartemen (PT “Simbah” (Pos Kota, 1997), “Pera-
Dharmala) dengan jabatan yang sa- hu Kertas” (Ceria Remaja, 1998),
ma di Jakarta Selatan hingga tahun “Tak Terungkap” (Ceria Remaja,
2001. 1998), “Surprise yang Tertunda”
Di tengah-tengah kesibukan be- (Anita Cemerlang, 1998), dan “Ti-
kerja itulah ia justru menyempatkan dak Cuma dengan Cinta” (Anita
diri untuk menulis sastra dan mengi- Cemerlang, 1998).
rimkannya ke berbagai penerbitan.
Beberapa cerpen berbahasa Jawa
yang telah ia publikasikan lewat ma-
jalah Jaka Lodhang antara lain
158 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

eko nuryono (1974— ) jalah Kuntum (Yogyakarta) tahun


Eko Nuryono adalah pengarang 1990. Selanjutnya, sejak tahun 1991
yang dikenal dengan nama samaran ia masuk sebagai anggota Sanggar
Eko Yepe. Ia dilahirkan di Kasongan, Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY).
Bantul, Yogyakarta, pada 5 April Berkat ketekunan dan keterlibatan-
1974. Ayah Eko bernama Iskandar nya dalam kegiatan SSJY ia ditunjuk
Hadipranoto, sedangkan ibunya ber- sebagai ketua seksi proses kreatif
nama Sundarsih, Ia adalah anak su- (2001—2003) dan sebagai pengurus
lung dari tiga bersaudara. Dua adik- bidang pembinaan (2004—2005).
nya (perempuan) mempunyai usaha Dalam perjalanannya sebagai
dagang dan keduanya kini tinggal di pengarang ia pernah menjadi juara
Yogyakarta. Eko Nuryono menga- II dalam Lomba Penulisan Puisi se-
wali pendidikannya di SD Negeri Jateng dan DIY yang diselenggara-
Kasongan (lulus 1989), SLTP Ne- kan oleh Dinas P dan K Propinsi DIY
geri 3, Bantul (lulus 1991), dan (1994). Kemudian, pada tahun yang
SMKI Negeri I, Yogyakarta (lulus sama (1994) ia berhasil meraih juara
1997). Setamat SMKI, ia melanjut- III dalam Lomba Penulisan Artikel
kan kuliah di Universitas Ahmad Pendidikan yang diselenggarakan
Dahlan, Yogyakarta, tetapi kemudi- oleh Penerbit Kanisius Yogyakarta.
an berhenti pada semester 6. Pada tahun 1995 ia pun menggondol
Sejak kecil Eko Nuryono senang juara I dalam Lomba Penulisan Ce-
membaca buku. Ketika SD ia me- rita Cekak (Puisi Jawa) yang dise-
nyukai pelajaran mengarang dan lenggarakan oleh Kanwil Dikbud
kesenian. Kesenangannya pada du- Propinsi DIY.
nia seni itu terwujud setelah ia ma- Beberapa karya yang telah di-
suk SMKI jurusan teater. Eko yang publikasikannya, antara lain, sebagai
aktif terjun dalam berbagai organi- berikut. Puisinya (Indonesia) masuk
sasi sosial kemasyarakatan ini me- dalam antologi (1) Rumpun Bambu
mang mencintai dunia seni. Kecin- (Pusat Studi Sastra dan Teater Sila
taan dan keterlibatannya dalam bi- Bantul, 1995) dan (2) Taman Sari
dang seni menjadikan ia ditunjuk se- (Festival Kesenian Yogyakarta,
bagai sekretaris dalam Organisasi 1998). Karya guritannya berjudul
Masyarakat Seni Bantul (2000— “Gelas-Gelas ing Ndhuwur Meja”,
2002). Selain itu, pada tahun 2001— “Suluk ing Mangsa Ketiga”, dan
sekarang, ia dipercaya juga menjadi “Pasren” yang ditulis tahun 1997,
Kepala Divisi Dampingan dalam Ya- masuk dalam Rembuyung: Antologi
yasan Anak Wayang Indonesia. Geguritan dan Macapat (Balai Ba-
Eko Nuryono mulai menulis ta- hasa Yogyakarta, 1997). Karya dra-
hun 1990, setelah lulus SD Negeri manya yang berjudul “Raja Pati”
Kasongan (1989). Karya pertama- yang ditulis tahun 2002 masuk dalam
nya berupa puisi (Indonesia), berju- Gong: Antologi Drama Jawa Mo-
dul “Sajak Putih”, dimuat dalam ma- dern (FKY, 2002).
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 159

Selain itu, karya cerpennya (baik Mangkunagara V (1820—1823).


Indonesia maupun Jawa) pernah ter- Buku yang tebalnya 4.000 halaman
pilih dan kemudian ditransformasi- lebih itu dapat meluluhkan hati Eli-
kan ke dalam film (CD). Cerpen itu, sabeth. Ia menganggap Serat Cen-
di antaranya, adalah (1) “Wasiat Sla- thini salah satu karya agung. Sastra
met”, ditransformasikan ke film (CD) Jawa mempunyai nilai umum dan
oleh Anak Wayang Indonesia tahun kaya akan ilmu pengetahuan.
2002, dan (2) “Gara-Gara Play Sta- Selama 13 tahun Elisabeth D.
tion”, ditransformasikan ke film de- Inandiak menekuni dan mendalami
ngan judul “Mobil Kayu” oleh Anak Serat Centhini. Serat Centhini versi
Wayang Indonesia tahun 2003. Nas- Elisabeth D Inandiak menggunakan
kah film berjudul “Mobil Kayu” per- bahasa Perancis. Judulnya adalah Les
nah menjadi bahan diskusi di Lem- Chants de I’ile a dormer de bout Le
baga Kajian Ilmu Sosial Yogyakarta Livre de Centhini (2002), terbit di Pe-
pada 5 Agustus 2003. Salah satu kar- rancis. Karya saduran tersebut men-
ya cerita anak berjudul Meguru Ma- jadi karya terbaik se-Asia Tenggara.
rang Watu telah diterbitkan oleh Intan Tahun 2004. Wartawati Perancis ini
Pariwara, Klaten, sebagai bahan pe- menerima penghargaan Association
lajaran Bahasa Jawa untuk kelas VI Des Ecrivains De Langue Francoise.
Sekolah Dasar. Mulai tahun 1996, ia mulai me-
ngadakan penelitian Serat Centhini
elisabeth d. inandiak dan memprosakan Serat Centhini.
Elisabeth D. Inandiak adalah se- Oleh karena itu, Elisabeth menyatu-
orang sastrawan, wartawan, dan pe- kan lahir batinnya dan menyatukan
nulis buku dari Perancis. Ia lahir di diri dengan karya sastra tersebut.
Lyron, Perancis pada tahun 1959. Karya sastra tersebut setelah berha-
Elisabeth adalah perempuan yang sil diteliti mendapat sebutan sebagai
mandiri. Mulai berumur 16 tahun, ia karya terbaik. Menurut Elisabeth,
sekolah sambil mencari uang. Ia me- walaupun begitu karya tersebut tidak
ngembara di Jerman. Ia pernah seko- menjadi best seller karena masya-
lah di Political Science di Perancis, rakat umum di dunia ini tidak semua-
tetapi tidak diselesaikan karena tidak nya mengetahui adanya karya sastra
senang dengan aturan-aturan yang sa- Jawa, India, Cina, dan sebagainya.
ngat ketat. Lalu, Elisabeth bekerja se- Karya sastra Jawa tersebut di-
bagai asisten fotografer. Karena ber- prosakan dulu dan diterjemahkan ke
prestasi, ia diberi kesempatan untuk dalam bahasa Indonesia, lalu diter-
berkeliling dunia. Pada umur 19 ta- jemahkan ke dalam bahasa Perancis.
hun, ia pergi ke Amerika. Ia berpres- Menurut Elisabeth, terjemahan kar-
tasi menjadi wartawan di koran dan ya sastra itu dapat bergeser artinya
majalah di Perancis. karena kata-kata Jawa yang indah ti-
Inandiak mencintai sastra Jawa, dak dapat diterjemahkan dengan ba-
terutama Serat Centhini, karya Sri hasa lain yang artinya sama dengan
160 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

apa yang dikehendaki pengarang ahli sastra Jawa, mungkin dianggap


sastra Jawa. Hal itu dapat diatasi se- tabu atau porno. Buku ini menerang-
telah bekerja sama dengan Dra. Su- kan tentang hari yang baik untuk me-
naryati Sutanto (70 tahun), dosen lakukan sanggama, larangan, dan
Universitas Sebelas Maret Solo, akibat melakukan sanggama yang
mantan murid Zoetmulder. tanpa menggunakan aturan.
Untuk memunculkan pemikiran Serat Centhini memuat semua
barunya, selama empat tahun ia me- kenyataan hidup manusia di dunia,
nemui sumber-sumber lisan di kota- tentang hal-hal yang gaib, tentang
kota yang ditulis di Serat Centhini hal-hal yang nyata, dan hal-hal yang
di seluruh Pulau Jawa. Hal itu ber- merupakan karya pengarang atau ce-
guna untuk ngecek peristiwa sejarah, rita fiksi. Karya-karya lainnya ada-
misalnya tentang makam raja-raja di lah Centhini Kekasih yang Tersem-
Imogiri. Selain itu, ia dapat bersaha- bunyi, Empat Puluh Malam dan Sa-
bat dengan Mbah Marijan, juru kun- tunya Hujan, dan Minggatnya Ce-
ci Gunung Merapi, para dalang, sas- bolang yang diterbitkan oleh Galang
trawan, seniman, negarawan, buda- Press pada tahun 2004.
yawan, sejarahwan, petani, dan se- Menurut Elisabeth, pekerjaan
bagainya. Elisabeth berhasil menemui yang diselesaikan dengan ikhlas, baik,
Gus Dur. Menurut Gus Dur, Serat dan jujur, pasti akan mendapat ba-
Centhini itu tidak hanya milik orang lasan yang baik. Hasil dari meneliti
Jawa, tetapi juga milik masyarakat karya sastra Centhini, ia mendapat-
luas. Serat Centhini dikenal di Ma- kan keuntungan moral, sedangkan
dura dan pesantren-pesantren di Su- yang berwujud finansial belum dapat
menep. diperolehnya. Oleh karena itu, ia ha-
Elisabeth mengakui bahwa ada rus bekerja yang lainnya.
bagian tertentu di Serat Centhini
yang sulit untuk disadur, misalnya elly
tentang persenggamaan antara Ce- Nama pengarang ini memang
bolang dan Jayengraga. Ia kesulitan menunjukkan ciri nama wanita, ter-
untuk menuliskan tentang pengem- utama bila ditinjau melalui kompo-
baraan seksual atau menggambar- sisi huruf yang dipilih, yaitu domi-
kan adegan porno dalam bentuk tu- nannya bunyi vokal ringan e dan y
lisan dengan tidak menggeser mak- yang dikombinasi dengan konsonan
nanya. Hal tersebut sangat sulit un- luncur l. Komposisi huruf tersebut se-
tuk diterjemahkan ke dalam bahasa cara keseluruhan menyarankan ke-
Perancis. lembutan sekaligus kecekatan. Mes-
Menurut Elisabeth, Serat Cen- kipun demikian, nama ini dengan mu-
thini adalah naskah yang tidak ter- dah juga menyarankan keraguan se-
lalu suci dan tidak terlalu kotor atau bagai nama wanita, atau menimbul-
porno. Buku tersebut sama dengan kan praduga sebagai nama samaran
pelajaran Kamasutra. Menurut para pria. Praduga itu didukung oleh fak-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 161

ta bahwa pada tahun-tahun tersebut ngat sejak akhir 1930-an hingga awal
masih amat jarang wanita Jawa ter- 1940-an. Kadang-kadang nama Elly
jun dalam profesi menulis sastra. Di muncul dalam rubrik “Layang saka
samping itu, beberapa nama wanita Redaksi” ketika redaksi menanggapi
yang muncul sezaman dengannya karya-karya yang sampai di mejanya.
masih menggunakan nama-nama Misalnya, tanggapan redaksi Panje-
tradisional yang mengacu kepada ke- bar Semangat tentang cerpen-cerpen
las sosial menengah. Mereka adalah Elly pada 30 Desember 1939. Karena
Rr. Koestijah, Rr. Soeprapti, Rr. Sri itu, banyak orang menyangka penga-
Koesnapsijah, dan S.K. Trimurti. rang ini benar-benar wanita. Hutomo
Sejumlah nama lain yang hanya dalam bukunya Sosiologi Sastra Ja-
muncul dalam Kajawen adalah Rr. wa (1991)—juga dalam artikelnya
Siti Marijam, Rr. Soebingah, dan Rr. tentang pengarang wanita Jawa se-
Soedarmin. Begitu pula dengan na- belumnya—mengelompokkan Elly ke
ma Siti Aminah dalam Poesaka Soe- dalam kelompok pengarang wanita
rakarta juga mengindikasikan masih prakemerdekaan. Demikian juga Wi-
kuat penggunaan sistem nama tra- dati dkk. dalam bukunya Pengarang
disional. Sistem penamaan tradisio- Wanita dalam Sastra Jawa (1986).
nal juga masih banyak digunakan Barulah ketika dilakukan penelitian
oleh para penyamar nama wanita terhadap karya-karyanya dapat dita-
(pengarang pria), seperti Sri Soe- rik simpulan bahwa nama Elly ada-
sinah (Imam Soepardi), Agrarini lah nama pengarang pria.
(Sumardi), Sambo, Kenja Bre Tega- Dari kemunculannya yang terba-
wangi, Srikanah K, dan sebagainya. tas pada Panjebar Semangat dapat
Nama-nama itu berbeda dengan na- diasumsikan bahwa ia berpendidikan
ma-nama perempuan yang mengin- Belanda, setidaknya MULO, yang
dikasikan aspirasi modern dari Ba- beberapa kali disebut-sebut dalam
rat, juga nama-nama yang menggu- cerpen “Kang Gumebyar iku Du-
nakan sistem penamaan Cina, seperti rung Mesthi Emas” (Panjebar Se-
Liamsi, Tjak Iem, Max Moe, dan mangat, 27 Januari 1940). Hal itu
Loem Min Noe. juga didukung oleh tema-tema yang
Menurut Hutomo, nama seperti digarap yang menekankan penting-
Elly, terutama dengan penulisan hu- nya memegang kepercayaan, kese-
ruf i dengan y pada waktu itu masih tiaan, dan keteladanan bagi pria mau-
asing bagi tradisi penamaan Jawa, pun wanita, seperti pada cerpen “Wa-
lebih-lebih yang mengindikasikan tak Sinatriya Sejati Kudu Anetepi
nama tradisi bagi perempuan Jawa. Sumpahe” (Panjebar Semangat, 30
Nama Elly sulit diketahui identi- Desember 1939), “Kang Gumebyar
tasnya karena nama itu hanya mun- iku Durung Mesthi Emas” (Panjebar
cul di bawah sejumlah crita cekak Semangat, 27 Januari 1940), dan
yang dimuat dalam majalah milik “Main Kemidhi” (Panjebar Sema-
kaum nasionalis: Panjebar Sema- ngat, 11 Mei 1940). Di samping itu,
162 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

banyaknya kosa kata Belanda yang witan, arsitektur, dan pembuat keris
digunakan dalam cerpennya juga pusaka. Mereka yang dinilai ber-
memperkuat latar pendidikan penga- prestasi dalam bidang-bidang terse-
rang yang berkawan baik dengan but mendapat gelar resmi sebagai
Loe Mien Noe ini. Karena Loe Mien “empu” dari kerajaan. Dalam ma-
Noe adalah wartawan, diduga kuat syarakat umum istilah “empu” dike-
selain sebagai pengarang Elly juga nakan bagi pembuat keris pusaka,
wartawan. seperti sebutan Empu Gandring,
Elly cukup produktif pada akhir Empu Supa, dan sebagainya.
1930-an hingga awal 1940-an. Ia le- Namun, dalam sastra Jawa mo-
bih dikenal sebagai cerpenis karena dern, baik istilah empu maupun isti-
seluruh karyanya berupa cerpen dan lah pujangga tidak dikenal untuk me-
hanya dimuat Panjebar Semangat. nyebut seorang pengarang. Jadi, em-
Ia seangkatan dengan Loem Min Noe pu dan pujangga adalah istilah-isti-
yang pada waktu tersebut juga hanya lah khusus untuk sebutan pengarang
menulis cerpen di majalah Boedi Oe- pada kelompok pengarang pada pe-
tomo pimpinan Imam Soepardi. Mes- riode-periode tertentu. Empu, misal-
kipun demikian, di sepanjang tahun nya, istilah untuk pengarang di
1939—1940 hanya ditemukan tiga zaman klasik, atau pada zaman pra-
cerpennya, yaitu “Watak Sinatriya Islam. Orang mengenal nama-nama
Sejati Kudu Netepi Sumpahe”, seperti Empu Sedah dan Empu Pa-
“Kang Gumebyar iku Durung nuluh untuk sebutan pengarang Ki-
Mesthi Emas, dan “Main Kemidhi”. tab Baratyudha, Empu Prapanca se-
bagai pengarang Negarakertagama,
empu Empu Tantular yang mengarang Ar-
Ada beberapa pengertian untuk junawijaya, Empu Kanwa yang me-
istilah empu, yaitu (1) guru, pandai nulis Arjunawiwaha.
besi, (2) tuan, orang yang terhormat, Seseorang disebut empu dan
atau yang memiliki nilai lebih, pu- atau pujangga harus memenuhi be-
jangga, dan (3) umbi kunyit, kencur berapa persyaratan, antara lain be-
yang besar. Dalam kaitannya dengan rikut ini.
sastra Jawa, arti yang terdekat dari 1) Paramengsastra, ahli dalam ba-
empu ialah “pujangga” atau penga- hasa dan sastra;
rang, yaitu orang yang pandai atau 2) Paramengkawi, yaitu ahli dalam
memiliki nilai lebih dalam karang- penciptaan atau mengarang;
mengarang. Bahkan, seorang yang 3) Awicarita, yaitu pandai mendo-
bergelar “empu” adalah seseorang ngeng atau bercerita yang dapat
yang telah mampu menciptakan ma- menarik perhatian pendengarnya;
hakarya atau karya agung selama 4) Mardawa lagu, yaitu pandai da-
pengabdiannya di bidang seni yang lam hal gending;
ditekuni. Termasuk dalam pengerti- 5) Mardawa basa, yaitu ahli dalam
an seni di sini ialah seni sastra, kara- hal mengolah bahasa;
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 163

6) Mandraguna, yaitu ahli dalam Kelurahan Bendogerit, Kecamatan


hal kesenian; Sanawetan, Kabupaten Blitar, te-
7) Nawungkridha, yaitu halus pe- lepon (0342) 800232.
rasaan sehingga mampu menang- Meskipun tidak begitu produk-
kap kehendak orang lain, dan tif, Endang Sri Sulistyarini yang me-
8) Sambegana, yaitu berjiwa luhur. niti karier kepengarangan secara oto-
didak ini hingga sekarang terus me-
Meskipun pada umumnya sebut-
nulis, baik menulis dalam bahasa Ja-
an atau gelar “empu” hanya diberi-
wa maupun bahasa Indonesia. Ia ti-
kan kepada ahli sastra, seni, dan ke-
dak tahu persis sudah berapa cerpen
ris, gelar itu juga diberikan kepada dan puisi yang telah ia tulis dan pu-
seorang ahli kebudayaan Jawa, Prof.
blikasikan. Beberapa cerpen berba-
Dr. Poerbatjaraka, di masa hidupnya.
hasa Jawa yang sempat terdokumen-
tasi, antara lain, “Ing Sasela-selaning
endang sri sulistyarini Kursi Perpustakaan” (Jaya Baya,
(1962— ) 1979), “Akasia-Akasia SPG” (Jaya
Endang Sri Sulistyarini, yang
Baya, 1979), “Sawijining Dina Na-
biasa menggunakan nama samaran
lika Aku Kepethuk Dheweke” (Jaya
E.S. Listiyarini, lahir di Kediri, Jawa Baya, 1980), “Paraga kang Murka”
Timur, pada 19 April 1962. Penga-
(Jaya Baya, 1980), “Isih Ana Pa-
rang beragama Islam yang sejak 1982
dhange Srengenge” (Jaya Baya,
menjadi guru SD Bendogerit VI Blitar
1981), “Ngambah Alam Peteng” (Ja-
ini menyelesaikan pendidikan SD ta- ya Baya, 1982), “Kembang ing Watu
hun 1974 di Blitar, SLTP tahun 1977
Karang” (Jaya Baya, 1983), “Bu
di Blitar, SLTA tahun 1981 di Blitar,
Insinyur” (Jaya Baya, 1993), “Sing
dan S-1 tahun 1997 di IKIP Malang.
Kesisih” (Jaya Baya, 1993), “Nalika
Sejak SLTA Endang Sri Sulis- Udane Terang” (Jaya Baya, 1992),
tyarini telah memiliki hobi membaca
“Birune Langit Esuk Iki” (Panjebar
dan menulis. Karena itu, sejak saat
Semangat, 1981), “Garis-Garis Sam-
itu karya-karyanya, baik berupa cer-
burining Mega” (Panjebar Sema-
pen maupun puisi, mengalir ke ber- ngat, 1982), “Kayu Obong” (Panje-
bagai media massa. Bahkan, penga-
bar Semangat, 1982), “Swara Suling
rang wanita yang pernah menjabat
Pungkasan” (Panjebar Semangat,
sebagai pengurus pusat (sebagai Se-
1983), “Nilas Crita Lawas” (Panje-
kretaris I) Sanggar Triwida ini per- bar Semangat, 1984), dan “Putusan
nah mendapat penghargaan sebagai
Pungkasan” (Panjebar Semangat,
juara II dalam Sayembara Penulisan
1984).
Bacaan Anak yang diselenggarakan
Sementara itu, beberapa puisi
dalam rangka Hari Ulang Tahun Indonesia yang pernah ia publikasi-
GUPPI ke-44. Saat ini Endang yang
kan, antara lain, “Sajak Gunung Ki-
suka menulis hanya untuk menyalur-
dul”, “Di Suatu Senja Bersamamu”,
kan hobi itu bertempat tinggal di Ja-
dan “Sketsa yang Terluka” (Suara
lan Borobudur 49, RT 02 RW 10,
164 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Karya Minggu, 1983); sedangkan hasa Jawa krama. Melalui bahasa


beberapa cerpen Indonesia yang telah yang khas bersifat kewanitaan, Ibu
ia tulis dan terbitkan di media massa, Pertiwi ingin memberikan wawasan
antara lain, “Si Brandal” (Gadis, baru kepada para wanita Jawa me-
1980), “Kau yang Berlagu Malam ngenai masalah-masalah yang se-
itu” dan “Menanti Hujan Reda” (Ga- dang berkembang. Perkumpulan
dis, 1982), “Buat Kau di Sorga”, “Wanita Sedya Rahayu” berjuang
“Suatu Hari Ketika Kau Sendiri”, untuk memajukan kaum wanita de-
“Sebuah Ilusi”, “perpisahan di Awal ngan cara membuka berbagai kursus
Senja”, “Surat Cinta Pranacitra”, dan sebagai jalan menciptakan keman-
“Doa Tengah Malam” (Suara Karya dirian. Semangat untuk mandiri ini-
Minggu, 1979), “Menyerah” (Suara lah yang nantinya diharapkan dapat
Karya Minggu, 1980), “Dalam Geri- menumbuhkan semangat kebangsa-
mis”, “Hujan Lebat di Padang Ila- an, khususnya para wanita.
lang”, dan “Suatu Hari Ketika Langit
Gelap” (Suara Karya Minggu, entar
1981), dan “Sketsa Musim Kering” Kata entar mempunyai dua
(Suara Karya Minggu, 1982). makna, yaitu (1) pinjaman, dan (2)
Selain menulis puisi dan cerpen pergi atau berangkat. Kata entar se-
Indonesia dan Jawa, Endang Sri Su- ring diartikan sebagai kata pinjaman.
listyarini juga menulis cerita anak- Artinya, kata tersebut tidak dimak-
anak berbahasa Indonesia, yaitu an- nai sesuai dengan apa adanya, tetapi
tara lain Cerita Hari Esok (1989), mengandung makna tambahan se-
Di Tengah Pekarangan Kakek hingga sering disebut dengan istilah
(1992), dan Menepis Badai (1992). arti kiasan. Contoh, kethul ‘tidak ta-
jam’ itu sering dipergunakan untuk
endang wahjoeningsih menyebut senjata tajam yang tidak
Endang Wahjoeningsih hadir tajam lagi. Jika dipergunakan dalam
bersamaan (sezaman) dengan As- ungkapan ati kethul makna yang
mara Asri. Pengarang ini juga tidak muncul adalah makna kiasan yaitu
diketahui secara pasti jati dirinya. pikiran yang tidak tajam menerima
Nama Endang Wahjoeningsih didu- pengetahuan atau ilmu. Pikirannya
ga merupakan nama samaran. Ia me- sangat lamban dan tidak mudah me-
nulis novel berjudul Ibu Pertiwi yang nerima informasi keilmuan secara
diterbitkan oleh Purnama, Surakar- cepat dan tepat. Oleh karena itu, bia-
ta, tahun 1941. Maka, diduga ia ber- sanya seseorang yang mempunyai
asal dari wilayah Surakarta. ati kethul akan menjadi bodoh dan
Novel Ibu Pertiwi berkisah ten- ketinggalan dalam menerima penge-
tang berbagai hal yang berkaitan de- tahuan. Contoh tembung entar:
ngan pergerakan keputrian (kaum jembar segarane = suka me-
wanita). Novel yang bernuansa Is- maafkan
lam ini menggunakan pengantar ba- dawa tangane = suka mencuri
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 165

nggedhekake puluk = menguta- lulus tahun 1971. Setamat dari


makan makan dan kurang pri- PGSLTP (1971) ia menjadi guru SMP
hatin Dharma Wanita di Gedangan, Sido-
ora katon dhadhane = tidak be- arjo, hingga tahun 2000. Di tengah-
rani berhadap-hadapan tengah kesibukannya sebagai guru,
ia juga kuliah di Jurusan Adminis-
Kata-kata entar itu sering dipa- trasi Negara UT (Universitas Terbu-
kai dalam suatu tembang untuk me-
ka) tetapi tidak tamat (hanya sampai
ngungkapkan makna kiasan, misal-
semester 4).
nya seperti terlihat dalam tembang
Eny Koesdarlijah juga aktif da-
Sinom berikut ini. lam kegiatan kepramukaan. Bahkan,
SINOM
aktivitasnya di bidang kepramukaan
Bener ingkang ngaranana sangat menonjol. Beberapa jabatan
Sepi ing yudanagari yang pernah dipegangnya di bidang
Murang tata tanpa krama kepramukaan, antara lain, tiga tahun
Watak buta buteng wengis menjadi Pengurus Pramuka Kwar-
Tega ninggal mring siwi cab Sidoarjo, selama dua periode
Megat katresnaning kakung menjadi Ketua Harian Kwarcab Si-
Adoh laku utama doarjo, sebagai Wakil Daerah Ge-
Kadereng nuruti kapti rakan Pramuka Urusan Diklat Pro-
Hardaning tyas denuja vinsi Jawa Timur, dan sebagai Wakil
Saya andadra. Ketua Korps Pelatih Pembina Pra-
muka Kwarcab Sidoarjo.
‘Benar yang mengatakan (bahwa
Menurut putra bungsunya, Bek-
wanita)
ti, Eny Koesdarlijah hampir tidak
Tidak tahu tata krama
pernah mau diam. Selain sibuk me-
Menyimpangi tata krama
ngajar dan aktif di bidang kepramu-
Wataknya suka marah
kaan, Eny Koesdarlijah juga masih
Tega meninggalkan anak
sempat menulis guritan. Bahkan ia
Memutus kasih sayang suami
pernah menjadi pengisi tetap rubrik
Tidak melakukan tindakan yang
puisi dan cerpen di Harian Bhirawa
terpuji
dan Suluh Berita. Guritannya yang
Terdorong oleh keinginan
berjudul “Wong Lanang Kancaku”
Kemarahan hati yang dimanja
(Panjebar Semangat, 8 Desember
Tentulah makin menjadi-jadi.’
1990), “Lelagon Mangan Apa” (Pa-
njebar Semangat, 13 Maret 1991),
eny keosdarlijah s. (1951— )
dan “Anakku Ngudarasa Neng Arep
Eny Koesdarlijah lahir di Sidoar-
Kaca” (Panjebar Semangat, 26 Ok-
jo, Jawa Timur, pada 31 Januari
tober 1991) diambil oleh Suharmono
1951. Setamat SD dan SMP di Si-
Kasiyun untuk kepentingan penerbit-
doarjo, Jawa Timur, ia melanjutkan
an antologi Kabar Saka Bendulmrisi:
ke PGSLTP (Pendidikan Guru Se-
Kumpulan Guritan yang diterbitkan
kolah Lanjutan Tingkat Pertama),
166 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

oleh Paguyuban Pengarang Sastra hanya dijalaninya sampai dengan ta-


Jawa Surabaya (PPSJS) tahun 2001. hun 2000 karena ia lebih tertarik pa-
Eny Koesdarlijah kini bertempat da bidang jurnalistik. Akhirnya ia
tinggal bersama putra pertamanya di menjadi wartawan tabloid Posmo
Jati Asih RT 03 RW 10 Kompleks sampai sekarang.
Kebantenan, Jati Asih, Pondok Ge- Es Danar pangeran adalah anak
de, Bekasi. Semula ia tinggal di RT ketiga dari empat bersaudara, dan ia
02 RW 01, Desa Sidokerto, Budur- merupakan satu-satunya lelaki pada
an, Sidoarjo, Jawa Timur. Meskipun keluarganya (saudara perempuan-
sudah berada di Bekasi, ibu berputra nya bernama Purwanti, Supartining-
dua orang ini di samping tetap me- sih, dan Anahningsih). Kariernya di
nulis juga masih aktif di bidang ke- bidang tulis-menulis tumbuh sekitar
pramukaan di Jakarta. tahun 1985. Media yang pertama ka-
li memuat karyanya adalah Sahabat
es danar pangeran (1968— ) Pena. Karangan-karangannya beru-
Nama asli pengarang ini adalah pa puisi, cerpen, dan esai sastra. Ia
Suwito Hadi. Akan tetapi, dalam pernah mendapat penghargaan atas
kancah kesusastraan Jawa modern, karya guritan-nya dari Forum Dina-
pria kelahiran Lamongan, Jawa Ti- mika Tokoh di Wonogiri dan peng-
mur, 14 Februari 1968 ini lebih dike- hargaan menulis puisi dari HP3N
nal dengan nama samaran Es Danar Batu, Malang. Pada awal proses
Pangeran. Ayahnya bernama N. kreatifnya Es Danar Pangeran me-
Asyim dan ibunya bernama Sunarsih. ngaku memperoleh bantuan dari
Pendidikan dasar dan menengahnya orang tua, PANJEBAR SEMA-
diselesaikan di daerah kelahirannya: NGATJS, Suripan Sadi Hutomo,
SD Plosolebak (tamat 1981), SMP dan Setya Yuwana Sudikan.
1 Lamongan (tamat 1983), dan SMA Beberapa karya guritan yang te-
1 Lamongan (tamat 1985). Setelah lah ia tulis dan publikasikan, antara
itu, ia melanjutkan studi ke IKIP Su- lain, “Elegi Panijah” (Panjebar Se-
rabaya, jurusan Bahasa dan Sastra mangat, 1986), “Gethek Siti Jenar”
Indonesia (tamat 1993). (Surabaya Post, 1994), “Lampu
Selama kuliah di IKIP Surabaya, Oblik” (Jaya Baya, 1995), “Aku Da-
ia juga bekerja sebagai guru SMP 2 di Dasamuka” (Jaya Baya, 1996),
Surabaya (1986—1990) dan Guru “Samirah (Panjebar Semangat,
SMP Pancasila (1990—1993). Seta- 1992), “Pajine Man” (Panjebar Se-
mat dari IKIP Surabaya, pengarang mangat, 1990), “Kinange Buyut So-
yang pada 1993 menikah dengan rah” (Surabaya Post, 1995), “Lamar-
Hernik dan dikaruniai dua putra an” (Karya Darma, 1992), “Balada
(Swastika S. Hayuning P. dan Tasya Sawunggaling” (Panjebar Semangat,
Pratnya Nabilah) ini menjadi guru 1998), “Pitenah Kembang Mlathi”
di SMP Muhammadiyah 5 Suraba- (Jaya Baya, 1998), “Stambul Wo-
ya. Namun, profesinya sebagai guru nokromo” (Jaya Baya, 1996), “Sim-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 167

bok, Udane Wis Teka” (Jaya Baya, hun Triwida. Beberapa guritan lain-
1998), “Dadi Lakon” (Panjebar Se- nya juga masuk dalam antologi
mangat, 1996), “Semut Ireng” (Pa- Kembang Saka Ketintang (IKIP
njebar Semangat, 1994), “Sepatu Surabaya,1986).
Tuwa” (Panjebar Semangat, 1994).
Sementara itu, karya cerpennya ber- esmiet (1938—2003)
bahasa Indonesia, antara lain, “Mata Sastrawan dari tlatah Blam-
Pisau” (Surya, 1990) dan “Mama bangan (Banyuwangi) ini memiliki
Dolly” (Surya, 1992), sedangkan nama asli Sasmito. Tetapi, dalam
puisi berjudul “Hujan Jum’at Legi” khazanah sastra (Jawa), nama Sas-
dimuat Kalimas, 1998). mito tidak dikenal, yang dikenal ada-
Beberapa karyanya yang diser- lah Esmiet (eseme sak-imit, kata Do-
takan dalam berbagai buku antologi, josantoso). Esmiet lahir tanggal 20
antara lain, sebagai berikut. Guritan Mei 1938 di Kasihan, Dlanggu, Mo-
“Gethek Syeh Siti Jenar”, “Gurit Ja- jokerto, Jawa Timur, dari pasangan
go Kate”, “Duk Pager Nganggo Gen- H. Achmad Badjuri Nitihardjo de-
dera Putih”, “Semut Ireng”, “Lampus ngan Raden Nganten Sringatun. Me-
Esem”, dan “Secangkir Kopi Pait” nurut Esmiet, bapaknya yang lahir di
masuk dalam buku Ayang-Ayang Gading, Mojokerto, itu hanyalah se-
Wewayangan (Panjebar Semangat, orang petani, tetapi lulusan Kweek-
1992). Guritan berjudul “Langgea school (Sekolah Guru). Adapun ibu-
Sandhuwure Angin”, “Palagan Lan nya yang lahir di Klaten, Jawa Te-
Sesanggeman”, “Kelangan Omah La- ngah, itu juga terpelajar meski hanya
was”, “Kinangana Buyut Sorah”, dan menjadi ibu rumah tangga.
“Gojeg Pasar Pon” masuk dalam an- Masa kecil Esmiet dilalui de-
tologi Pisungsung: Antologi Guritan ngan keprihatinan mengingat pada
6 Penyair Jawa Timur. Guritan ber- masa itu merupakan awal Perang
judul “Nyencang Tali Karahayon” Dunia II. Itu sebabnya ia baru bisa
(Juni 1994) masuk dalam buku Dro- masuk SR (1947) di Mojokerto da-
na Gugat (Juni 1995). Sedangkan gu- lam usia 9 tahun dan lulus tahun
ritan “Lumawat ing Repat Kepanas- 1952. Selepas SR Esmiet melanjut-
an”, “Pitenah Saka Kembang Mela- kan pendidikan ke SGB di Surabaya
thi”, dan “Guritan Sambang Dalan” (lulus 1957). Lulus dari SGB Esmiet
masuk dalam antologi Kabar Saka mulai menapaki pekerjaan sebagai
Bendulmrisi: Kumpulan Guritan seorang guru SR (sekarang SD) di
(PPSJS, 2001). Guritan “Pakem kota kelahirannya, Mojokerto. Na-
Pakeliran”, “Kinangane Buyut So- mun, beberapa saat kemudian, Es-
rah”, dan “The Diponegoro Street du- miet pindah ke Banyuwangi sebagai
du Wot Sirotol Mustaqiem” masuk guru di SD Sempu, Genteng, Kali-
dalam antologi Festival Penyair Sas- setail, Banyuwangi. Sejak saat itu
tra Jawa Modern (September 1995) Esmiet menjadi warga Banyuwangi
yang diterbitkan dalam rangka 15 Ta- dengan menempati sebuah rumah di
168 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Jalan Merapi 74, Genteng, Banyu- Jati Diri Sastra Daerah (Bojonegoro,
wangi, Jawa Timur. 1984), Kongres Bahasa Jawa (1991,
Seiring dengan kesuksesannya, 1996, 2001), Seminar tentang Ra-
pada 20 November 1957 Esmiet me- mayana di IKIP Yogyakarta (1988),
nyunting Sulistiyana atau Sio Li Nio, Temu Budaya Jawa Timur dan Bali
seorang gadis keturunan Tionghoa (Jember, 1988), Kongres Kebudaya-
beragama Islam. Sayangnya usia per- an (1991), Sarasehan Bahasa dan
kawinan ini tidak lama. Tidak betah Sastra Jawa (Yogyakarta, 1994), dan
menduda, pada 21 April 1960 Es- Seminar Kritik Sastra dan Temu
miet menikahi Hariwati. Dalam usia Pengarang Sastra Jawa (1998). Se-
perkawinan lebih dari 40 tahun, Es- lain itu, Esmiet pun telah beberapa
miet dikaruniai 9 putra. Salah se- kali memberikan ceramah tentang
orang di antaranya ada yang mewa- sastra Jawa di perguruan tinggi luar
risi bakat Esmiet sebagai pengarang negeri, misalnya di Leiden (bersama
(wartawan) sekaligus guru, yaitu Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo) dan
Suyanto (kini sekretaris Sanggar di ANU, Canberra, Australia.
Sastra Parikuning yang diketuai Karier Esmiet terus menanjak.
Esmiet). Ia tidak hanya menjadi guru, tetapi
Sebagai guru Esmiet memiliki juga Kepala SD Sempu I, Genteng,
keterampilan khusus dalam menyu- Banyuwangi. Pada 1978 diangkat
sun kembali gagasannya melalui ba- sebagai Penilik Kebudayaan. Pada
hasa tulis. Karena itu, tidak menghe- 1981 diangkat menjadi Penilik TK
rankan jika karya-karyanya (cerkak, dan SD. Selain itu juga mengajar ke-
cerbung, artikel) sering dimuat dalam senian di SMA Negeri 1 Genteng,
majalah berbahasa Jawa (Panjebar Banyuwangi. Esmiet pensiun pada
Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari, 1992 setelah mengabdi selama ku-
Gotong Rojong, Kekasihku, Tjan- rang lebih 35 tahun. Di samping se-
drakirana, Kumandhang, Djaka Lo- bagai pendidik, Esmiet pernah men-
dang) sejak tahun 1960-an hingga se- jadi redakstur Jaya Baya (1964). Se-
karang. Demikian pula novel-novel- lama menjadi redaktur, Esmiet ba-
nya pun sudah banyak yang diterbit- nyak membina pengarang muda dan
kan (dalam bentuk buku). memberi arah pada perkembangan
Meski telah berkeluarga, Esmiet sastra Jawa modern.
melanjutkan ke SPG di Banyuwangi Esmiet juga memiliki bakat di bi-
dan lulus 1971. Tidak puas dengan dang karawitan, tari, dan dagang.
itu, pada 1982 Esmiet mencoba ku- Bakat dagangnya dipicu oleh ke-
liah di IKIP Banyuwangi, meskipun inginannya memajukan sastra Jawa:
akhirnya gagal. Meski gagal, kemam- mustahil sastra Jawa maju tanpa bia-
puan dan pengetahuannya setaraf de- ya (jer basuki mawa bea). Karena
ngan sarjana. Terbukti, ia sering di- itu, ia rela berdagang demi mewu-
minta berbicara di berbagai pertemu- judkan obsesi memajukan sastra. Di
an ilmiah. Misalnya, pada Sarasehan samping itu, ia terlibat pula di bidang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 169

politik. Pada awal 1960-an ia masuk manding” dimuat Tjrita Tjekak, No.
anggota PNI. Tahun 1962 menjadi 11. Sejak itu Esmiet yang dalam kar-
Ketua PNI Ranting Jambewangi, ya pertamanya itu menggunakan na-
Genteng, Banyuwangi. Tahun 1964 ma Esmiet Dany As Nawangkrida
menjadi Ketua Anak Cabang Genteng bagaikan ketagihan untuk terus me-
Utara. Setahun kemudian (1965) di- nulis sastra Jawa. Setelah bergelut
percaya menjadi Ketua Lembaga Ke- selama kurang lebih 45 tahun, Es-
budayaan Nasional (LKN) cabang miet mengaku telah mengetahui ken-
Genteng, Banyuwangi. Bahkan, pada thang kimpule bahasa dan sastra Ja-
1966 Esmiet diangkat menjadi ang- wa.
gota DPRD Banyuwangi. Dan karier Esmiet merupakan pengarang
ini yang agaknya berpengaruh pada yang inspirasinya tak pernah berhen-
beberapa karyanya, misalnya “Wong ti. Ia juga senang berkelana untuk
Jompo iku Mati Ping Telu”, “Geter menghayati cerita yang akan ditulis-
Desember”, dan “Sawutuhe ing Bi- nya. Ketika menulis Tunggak-Tung-
rune Langit” (ketiga novel ini belum gak Jati, Esmiet rela berhari-hari ber-
sempat diterbitkan), bahkan juga ada di hutan jati di Banyuwangi dan
Tunggak-Tunggak Jati (1977). menggerakkan puluhan warga di se-
Selepasnya dari organisasi poli- kitarnya untuk berlatih “demonstra-
tik, Esmiet yang walaupun pasif me- si”. Bahkan, untuk menulis cerita
nguasai bahasa Inggris dan Arab itu, “Lintang Wengi Dadi Ati” (dimuat
mengkonsentrasikan diri pada bi- Panjebar Semangat) Esmiet rela
dang kebudayaan. Maka, terjunlah mengeluarkan uang pribadi sebesar
ia ke Organisasi Pengarang Sastra Rp5.000.000,00 guna pergi ke Suri-
Jawa (OPSJ). Esmiet dipercaya men- name. Padahal, honor yang ia terima
jadi ketua OPSJ Komda Jatim. Hanya “hanya” Rp400.000,00. Esmiet mem-
sayang, OPSJ yang diketuainya, juga punyai prinsip lebih baik “rugi” uang
OPSJ lainnya, mandul. Lalu pada 20 tetapi karya sastra yang dihasilkan
Mei 1974 Esmiet mendirikan Sang- benar-benar bermutu.
gar Parikuning bertepatan dengan ul- Bukti bahwa karya Esmiet rata-
tahnya ke-36. Anggotanya hanya 10 rata bermutu tampak dari seringnya
orang dan kegiatannya hanya konsul- ia mendapat penghargaan dalam ber-
tasi penciptaan. Selain itu, dalam bagai sayembara. Beberapa karya-
reorganisasi kepengurusan OPSJ, nya yang mendapat hadiah dalam sa-
Esmiet menjadi Ketua II OPSJ Pusat yembara, antara lain, cerkak “Satus
(di Yogyakarta) dan Ketua OPSJ Pitung Puluh Lima” (juara I, 1971)
Komda Jatim diserahterimakan dari majalah Jaya Baya bekerja sa-
kepada Tamsir A.S. ma dengan Dewan Kesenian Sura-
Kisah perjalanan Esmiet dalam baya. Dari majalah yang sama, cer-
sastra Jawa bermula pada tahun kak Esmiet yang lain, yakni “Ka-
1956 saat masih duduk di SGB. Pa- mar” (1978), mendapat pengharga-
da saat itu (1957) cerkak-nya “Se- an serupa (juara I). Dari PKJT di
170 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Surakarta, dua buah cerkak Esmiet pu Abang (PT Lawu, Sala, 1981),
berhasil mendapatkan penghargaan dan Jaring Kuning (PT Lawu, Sala,
(sebagai juara I), yakni “Diseblak- 1982). Adapun novel untuk orang
ake Ping Pitu” (1976) dan “Angin dewasa, antara lain Tunggak-Tung-
Puputan Kedhung Srengenge” gak Jati (Pustaka Jaya, 1977), Oyot
(1978). Di samping itu, novelnya Mimang (Malang, 1978), Gapura
“Nalika Langite Obah” (Surabaya, Putih (Cakrawala, Surabaya, 1979),
1997) mendapat Hadiah Sastra Ran- Jaring Kuning (Cakrawala, 1979),
cage pada 1998. Pada 2001 Esmiet dan Nalika Langite Obah (Jaya Ba-
kembali mendapat penghargaan be- ya, 1997). Ketika terjadi booming
rupa piagam dan uang 5 juta rupiah roman berjenis panglipur wuyung
dari yayasan itu atas jasa-jasanya pada tahun 1960-an, Esmiet pun ter-
mengembangkan bahasa dan sastra bawa arus Any Asmara. Beberapa
Jawa. novel panglipur wuyung-nya antara
Meskipun lebih dikenal sebagai lain Randha Teles, Gedhang Kepok
sastrawan Jawa, Esmiet juga menu- Gedhang Ijo, Pistule Prawan Manis
lis sastra bahasa Indonesia. Bebera- (1965), Lampu Abang (1966), dan
pa cerpen dan cerbungnya dimuat di Notes Kuning (1966). Seiring dengan
majalah Stop, Senang, Liberty, POP, menurunnya popularitas panglipur
dan Detektif & Romantika. Alasan wuyung, yang antara lain dipicu oleh
mengapa ia menulis sastra bahasa In- pembreidelan sejumlah roman picis-
donesia adalah agar luas daerah per- an oleh Komres 951 Sala dalam
sebarannya. Alasan lain adalah me- Operasi Tertib Remaja II pada tahun
nulis dalam bahasa Indonesia men- 1966, para pengarang Jawa (terma-
dapat honor lebih tinggi. Namun, suk Esmiet) menurunkan minatnya
alasan terakhir ini bukan utama, se- terhadap penulisan karya picisan.
bab baginya menulis dalam bahasa
Indonesia hanyalah sebagai selingan.
Konon sampai tahun 1991 Esmiet te-
lah menulis 2.056 cerpen, 138 cer-
bung, dan 12 novel. Direncanakan,
hingga tahun 2001, akan tambah seki-
tar 32 novel/cerbung lagi.
Karya-karya Esmiet beragam,
baik untuk bacaan anak, remaja,
maupun dewasa. Novelnya untuk ba-
caan anak antara lain Sambung Tu-
wuh (1979). Sementara itu, beberapa
novel untuk remaja, misalnya Nra-
jang Selane Ampak-Ampak (Muria,
Jogjakarta, 1967), Pistule Prawan
Manis (PT Lawu, Sala, 1981), Lam-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 171

g
gagrag anyar ma-sama bernuansa sejarah, tetapi
Gagrag anyar adalah model sas- novel yang pertama jauh konkret di-
tra Jawa yang ditulis dalam konvensi bandingkan dengan yang kedua da-
yang berbeda dengan sastra Jawa lam menyodorkan fakta cerita. Da-
tradisional (lama). Sastra Jawa ga- lam khazanah perpuisian, sastra Ja-
grag anyar juga disebut sebagai sas- wa gagrag anyar sangat menonjol
tra Jawa modern. Sastra Jawa ga- perkembangannya jika dibandingkan
grag anyar muncul dalam dua jenis, dengan jenis prosa. Kebebasan ber-
yaitu prosa (gancaran) dan puisi ekspresi dan pengungkapkan benar-
(geguritan). Karya sastra Jawa di- benar menunjukkan pengaruh Barat
ungkapkan dalam dua model atau atau sastra Indonesia (lihat gegu-
gagrag, yaitu model lama dan model ritan).
baru sehingga muncullah istilah sas-
tra Jawa gagrag lawas ‘lama’ dan gagrag lawas
sastra Jawa gagrag anyar ‘baru, Karya sastra Jawa diungkapkan
modern’. Sastra gagrag anyar me- dalam dua model atau gagrag, yaitu
rupakan kelanjutan dari sastra Jawa model lama dan model baru sehingga
gagrak lawas. Munculnya sastra Ja- muncullah istilah sastra Jawa ga-
wa gagrag anyar di dalam khazanah grag lawas ‘lama’ dan sastra Jawa
sastra Jawa karena pengaruh dari gagrag anyar ‘baru’. Gagrag atau
sastra Barat di penghujung abad ke- model sastra Jawa itu dapat me-
19 Masehi. Dari segi teknis penulis- nyangkut permasalahan yang diung-
an, sastra Jawa gagrag anyar sangat kapkan, teknik pengungkapan, dan
berbeda dengan sastra Jawa gagrag bahasa yang dipergunakan.
lawas. Perbedaan antara keduanya Cerita babad (genre prosa) dan
terletak pada cara pengungkapan dan kidung (genre puisi) dimasukkan se-
persoalan yang digarap. Cara pe- bagai sastra Jawa gagrag lawas
ngungkapkapan gagrag anyar lebih ‘model lama’, karena keterikatan
bebas dibandingkan dengan sastra Ja- pada permasalahan, teknik pengung-
wa gagrag lawas. Oleh karena itu, kapan, dan bahasa yang diperguna-
cara pengungkapan yang cenderung kannya. Genre cerkak ‘cerpen’, ceri-
bebas itu mendorong persoalan yang ta bersambung, dan novel merupa-
digarap di dalam sastra Jawa gagrag kan karya sastra gagrag anyar (tidak
anyar lebih realistis dibandingkan terikat pada bentuk, bahasa, dan per-
dengan sastra Jawa gagrag lawas. masalahan). Jenis tembang ada yang
Misalnya, novel Timbreng karya Sa- termasuk gagrag lawas (terikat pada
tim Kadaryono jauh berbeda dengan masalah dan bahasa) dan ada pula
Babad Tanah Jawi. Keduanya sa-
172 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang termasuk gagrag anyar (kebe- Jala tak uncalke kanthi pa-
basan pada masalah dan bahasa). ngangkah
Jenis puisi bebas yaitu geguritan Bisa nyekel ombak urip sing tan-
juga dikelompokkan dalam gagrag saya angel
lawas dan gagrag anyar. Geguritan Bareng laku kudu kaya meng-
gagrag lawas selalu diawali dengan kono, turutane Gusti
kata Sun gegurit ‘saya menulis ge- Ana ngelmu sejati
guritan’. Pada geguritan gagrag anyar
OMBAK
tidak lagi ditemukan keterikatan
dengan pemakaian kata sun gegurit. Jala telah kupasang dengan baik
Contoh geguritan gagrag lawas: Untuk mengejar hidup yang tak
JAMAN dapat ditanyai lagi
Meskipun banyak hasil yang di-
Sun gegurit
peroleh
Lumaksitane jaman
Tetapi tetap tidak kena jalaku:
Kraton gung ing tanah Jawa
hidup dengan angin
Majapait kang kawentar
Gajah Mada pepatihe
Kutebar jala dengan harapan
Wus nyawijekke tlatah Nusan-
Dapat menangkap ombak kehi-
tara
dupan yang semakin sulit
Geleng gilig nyawiji
Ketika aku harus demikian
Gemah ripah gesanging pra
Ajaran Tuhan dalam ilmu sejati.
kawula.
Saya menggurit gambuh
Perjalanan zaman Di dalam sastra Jawa, khusus-
Kerajaan besar di tanah Jawa nya tembang Jawa, terdapat istilah
Majapahit yang terkenal gambuh. Tembang gambuh tergo-
Gajah Mada sebagai patihnya long dalam tembang macapat. Akan
Sudah menyatukan Nusantara tetapi, ada sebagian pendapat yang
Sepakat bersatu menggolongkan gambuh sebagai
Rakyat hidup dalam kemakmur- Tembang Tengahan seperti halnya
an tembang balabak, megatruh, jurude-
mung, dan wirangrong. Meskipun
Contoh geguritan gagrag anyar
demikian, tembang gambuh tetap
OMBAK
bermetrum macapat. Dari segi mak-
Jala dak pasang kanthi setiti na, kata gambuh berarti ‘ronggeng,
Kanggo ngoyak urip sing ora
tahu, terbiasa, nama tumbuh-tum-
bisa dilakoni maneh
buhan’. Berkenaan dengan hal itu,
Sanajan akeh perangan etungan
tembang gambuh biasa digunakan
kasil dijupuk dalam suasana tanpa ragu-ragu atau
Nanging meksa ora kena jalaku:
pasti, wajar, dan jelas. Tembang
urip urip karo angin
gambuh berfungsi untuk mengung-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 173

kapkan hal-hal yang bersifat keke- wahanane yen kalabendu nekani


luargaan, nasihat, dan menggambar- (12-I),
kan kesungguhan hati. Biasanya, tingale janma sawegung (8-u),
tembang gambuh diberi sasmita de- tan lyan arta kang katonton (8-
ngan gambuh yang berarti ‘paham’ o).
atau tandak’, sun gambuh yang ber-
Gambuh
arti ‘ku paham’, dan wimbuh yang
berarti ‘tambah’. ‘Jaka Lodang menggelantung
Adapun metrum tembang gam- sampai di cabang duduk sambil
buh adalah sebagai berikut. Tem- berkata keras
bang gambuh terdiri atas lima baris artinya jika kalabendu ‘saat
atau gatra. Baris pertama 7-u, baris hukuman datang’ datang
kedua 10-u, baris ketiga 12-i, baris kelihatannya semua orang
keempat 8-u, dan baris kelima 8-o. hanya uang yang diperhatikan.’
Adapun contoh tembang gambuh
Di samping bermetrum seperti di
seperti berikut.
atas, tembang gambuh memiliki me-
GAMBUH
trum yang bervariasi. Setidaknya ter-
Jaka lodhang gumandhul (7-u)
dapat tujuh macam metrum tembang
praptaning pang ngethengkreng
gambuh seperti tabel berikut ini.
sru muwus (10- u)

Aturan
No Jenis Metrum
1 2 3 4 5 6 7
1. Sekar gambuh 8/I 8/o 7/a 10/a 10/a 8/a
(angka) 1
2. Sekar gambuh 8/u 8/u 12/a 8/1 8/o
(angka) 2
3. Sekar gambuh 8/I 12/I 6/a 7/a 7/a 8/u 8/o
(angka) 3
4. Sekar gambuh 7/u 10/u 12/I 8/u 8/o
(angka) 4
5. Sekar gambuh 12/u 6/a 8/I 8/u 8/I
(angka) 5
6. Sekar gambuh 8/u 8/a 9/I 8/u 12/e
(angka) 6
7. Sekar gambuh 8/u 8/u 12/i 8/u 8/u
(angka) 7
174 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Jenis-jenis metrum gambuh itu binson Krusu (1876) Serat Cariyos


memiliki bermacam-macam variasi Becik (1881) gubahan Mas Ngabehi
dan perbedaannya tampak menonjol Reksatanaja; (6) Basiran-Basirun
satu dengan lainnya, baik yang me- (1880) dan Serat Sri Gandana
nyangkut jumlah larik, jumlah suku (1883) karangan R. Pandji Soerjawi-
kata dalam larik, maupun bunyi su- djaja; (7) Serat Darmakandha (1883)
ku kata pada akhir larik. Di antara karangan R.T. Darmadiningrat; (8)
tujuh jenis itu yang biasa digunakan Cekel Indralaya (1891) karangan
dalam teks-teks sastra Jawa adalah T.M. Ismangoen Danoewinoto; (9)
jenis metrum yang keempat. Baron van Munghausen (1891) dan
Serat Lelampahanipun Sang Retna
gancaran Suyati karya C.F. Winter; (10) Aladin
Gancaran adalah bentuk prosa (1885) karya R.M.A. Soetirto, dan
sastra Jawa. Umumnya meliputi je- sebagainya.
nis roman, novel, biografi, dan kisah Pada abad ke-19 terdapat juga
perjalanan. Contoh-contoh gancar- gancaran anonim atau tanpa menye-
an, antara lain berjudul Serat Dar- butkan jati diri atau nama penga-
mayasa gubahan Soerjawidjaja rang, seperti Sinbad (1881), Irawan
(1866) yang berisi percakapan antara Bagna (1884), Serat Kumalasekti
Darmayasa dan R.A. Wiradana me- (1895).
ngenai berbagai hal penting dalam Sastrawan Jawa yang berjasa
masyarakat. Karangan berbentuk besar bagi perkembangan sastra Ja-
prosa lainnya adalah Randha Guna wa dan dianggap sebagai pelopor
Wacana (1886) tulisan van der Pant gancaran adalah Ki Padmasusastra.
dan Ki Padmasusastra. Karya itu ke- Ia seorang tokoh sastra dan bahasa
mudian diubah judulnya menjadi Jawa sekaligus budayawan maupun
Durcara Arja. Pada akhir abad ke- jurnalis. Karyanya (selain dengan van
19, muncul tulisan dalam bentuk bio- der Pant), misalnya Serat Urapsari
grafi dan autobiografi, misalnya (1) (1896), Serat Warna Basa (1900),
biografi Ranggawarsita yang ditulis Serat Rangsang Tuban yang ditulis
Padmawarsita atas anjuran Labber- pada tahun 1900 (1921), Serat Madu
ton; (2) Serat Raga Pasaja ditulis Basa Jilid I (1912) dan Jilid II (1918),
oleh Raden Sasrakoesoema (seorang Serat Pathi Basa (1916), Prabang-
guru); (3) Soemarejo menulis penga- kara (1921), Kandhabumi (1924),
laman(kisah) perjalanannya sendiri dan sebagainya.
dari Wanarejo (Banyumas) ke Yogya-
karta dilanjutkan ke Semarang, Su- garba
rabaya, dan berakhir di Bangkalan Istilah garba memiliki 3 arti yang
Madura; (4) Cariyos Sae Sawelas Iji masing-masing berbeda, yaitu (1) we-
(1875) dan Serat Biwadaraja (1886) teng (wetengan) ‘rahim’; (2) memadu
gubahan Mas Ngabehi Martaatma- atau menyingkat untuk 2 kata (atau
dja; (5) Serat Lelampahanipun Ro- lebih), atau 2 kata dijadikan satu,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 175

atau dua kata dipendekkan, dan (3) rakat dan telah berkali-kali diterbit-
dalam bahasa Kawi berarti perut, dan kan, yaitu terbitan Tan Khoen Swie
perhubungan. Adapun istilah tem- di Kediri, cetakan VI, tahun 1959,
bung garba berarti tembung sandhi, koleksi Perpustakaan Fakultas Sas-
yaitu kata bentukan baru yang terda- tra Universitas Gadjah Mada, Yog-
pat di dalam tembang. Tembung gar- yakarta. Bagian pendahuluan kitab
ba atau sandhi dibuat bila terjadi ke- ini, pupuh menerangkan waktu pe-
lebihan silabel atau suku kata dalam nulisannya, yaitu pada hari Senin
sebuah larik (gatra) tembang. Untuk Paing, tanggal 8 Jumadilawal, tahun
mengatasi kelebihan itu dilakukan Je, kalih rasesthi tunggal, yaitu ta-
nggarba ‘menggabungkan’ dua kata hun 1862 J. Suluk Gatholoco ini di-
atau lebih dalam satu larik itu menjadi gubah dalam bentuk tembang maca-
satu kata. pat, yang terdiri atas dua belas pu-
Untuk sastra, tentulah arti (2) puh, yang peinciannya sebagai beri-
yang terdekat. Misalnya, kaloka ing kut
rat menjadi kalokengrat; parama 1) Pupuh I yang berjudul “Dhan-
ing kawi menjadi parameng kawi; danggula” berisi 13 bait.
gajah dan Indra menjadi gajendra; 2) Pupuh II yang berjudul “Mijil”
kawi dan Indra menjadi kawendra; berisi 20 bait.
nara dan Indra menjadi narendra; 3) Pupuh III yang berjudul
byantara dan Indra menjadi byante- “Kinanthi” berisi 29 bait.
rendra; wira dan utama menjadi wi- 4) Pupuh IV yang berjudul
rotama. “Gambuh” berisi 69 bait.
5) Pupuh V yang berjudul “Sinom”
gatholoco, suluk berisi 87 bait.
Suluk Gatholoco yang berupa 6) Pupuh VI yang berjudul
naskah dapat ditemukan di Perpus- “Pangkur” berisi 68 bait.
takaan Museum Sanabudaya, Yog- 7) Pupuh VII yang berjudul
yakarta. Di perpustakaan ini ada dua “Asmaradana” berisi 65 bait.
buah naskah Suluk Gatholoco, yaitu 8) Pupuh VIII yang berjudul
naskah yang bernomor kodeks PB A “Gambuh” berisi 16 bait.
179 dan naskah yang bernomor ko- 9) Pupuh IX yang berjudul
deks PB A 201. Naskah yang berno- “Sinom” berisi 45 bait.
mor kodeks PB A 179 adalah suatu 10) Pupuh X yang berjudul
kumpulan suluk (sembilan buah su- “Kinanti” berisi 25 bait.
luk) yang salah satu suluk itu adalah 11) Pupuh XI yang berjudul
Suluk Gatholoco, sedangkan suluk “Pangkur” berisi 80 bait.
yang bernomor kodeks PB A 201 12) Pupuh X11 yang berjudul
adalah suluk lepas. “Kinanthi” berisi 12 bait.
Suluk Gatholoco yang dipakai Jumlah = 529 bait.
sebagai bahan penelitian ini adalah
suluk yang telah tersiar di masya-
176 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Ringkasan Isi jiwati. Putra raja itu diberi nama Ga-


Suluk Gatholoco berisi perde- tholoco. Gatholoco minta diri dan di-
batan Gatholoco dengan Dewi Perji- ikuti oleh hambanya Darmagandhul.
wati mengenai hakikat jalu wanita,
Isi Pupuh H “Mijil”
‘pria-wanita’, kelakuan dalam As-
Diceritakan tiga orang guru pe-
maragama dan asal terjadinya benih
manusia. Isi ringkas Suluk Gatho- ngaji, masing-masing bernama Ab-
duljabar, Abdulmanab, dan Abdul-
loco sebagai berikut.
ngarib. Ketiga guru mengaji itu amat
Isi Pupuh I “Dhandhanggula” fasih dalam membaca Alquran, Fi-
Kerajaan Jajarginawe berada di kih, Mukarar, Tupah, Nahu, dan
bawah pemerintahan Raja Suksma- Usul. Olen sebab itu, mereka ingin
wisesa. Raja mempunyai seorang pergi ke desa lain untuk mengadakan
anak laki-laki yang berparas jelek se- debat tentang ilmu yang dikiriminya
kali sehingga raja sering merasa ma- itu dengan guru mengaji lainnya. Da-
lu terhadap orang lain. Prabu Suks- lam perjalanan mencari lawan ber-
mawisesa lalu memerintahkan putra- debat itu, mereka berjumpa dengan
nya itu bertapa di waringin Sulur de- Gatholoco.
ngan ditemani oleh seorang hamba
setianya yang bernama Darmagan- Isi Pupuh III “Kinanthi”
dhul yang tidak kalah jeleknya dari Ketika guru mengaji yaitu Ab-
putranya itu. Setelah anak itu berta- duljabar, Abdulmanap, dan Abdul-
pa selama enam belas tahun, raja ngarib melihat tampang Gatholoco
menyuruhnya kembali. Wajah putra- yang jelek dansangat menjijikkan.
nya tidak berubah, bahkan menjadi Oleh sebab itu, dengan kasar mereka
semakin menakutkan. Raja meme- menghina Gatholoco. Mereka pun,
rintahkannya kembali bertapa ke kemudian, terlibat dalam perde-
Waringin Sungsang. Setelah bertapa batan.
selama dua puluh satu tahun kemu- Isi Pupuh IV “Gambuh”
dian, anak itu (pangeran) menjadi Perdebatan sengit Gatholoco de-
orang yang sangat pandai berdebat, ngan tiga orang guru mengaji terjadi
pandai tulis-menulis, dan pandai ber- tentang diri Gatholoco, tentang arti
hitung tanpa guru. Pangeran lalu orang yang memiliki ngelmu, ten-
kembali ke istana. tang arti haram atau najis dan halal,
Setelah sampai di istana, pange- dan tentang orang yang telah bontos
ran minta izin kepada ayahnya untuk ‘paham’ dalam ilmu kasampurnan.
berkelana. Raja mengizinkan dan Ketiga orang guru mengaji itu kalah.
berpesan agar Pangeran selalu ber- Gatholoco juga mengajak mereka
hati-hati karena kelak Pangeran berteka-teki.
akan mendapat lawan yang tangguh
dalam berdebat mengenai kawruh Isi Pupuh V “Sinom”
kasunyatan ‘ilmu kesunyataan’. La- Teka-teki Gatholoco berkisar
wan berdebat itu bernama Dewi Per- pada penentuan yang lebih tua an-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 177

tara dalang, wayang, blencong, dan yang kalah itu menceritakan perjum-
kelir. Abdulngarib menebak kelirlah paannya dengan Gatholoco dan ke-
yang paling tua, sebab sebelum ada kalahannya dalam berdebat. Ki Ha-
kelir, wayang, dalang, dan blencong san Mustahal, Kasan Besari, dan
belum dipasang. Abdulmanab mene- Duljalal sangat marah setelah men-
bak dalanglah yang lebih tua, sebab dengar kekalahan Teman-temannya
dalanglah yang memasang kelir, itu, mereka menyuruh salah seorang
wayang, blencong. Dalang pula yang muridnya mencari Gatholoco sampai
menjalankan wayang serta bercerita bertemu untuk berdebat tentang ilmu
tentang baik buruk dan kalah menang. kasunyatan. Setelah Gatholoco da-
Abduljabar menyangkal tebaan kedua tang, mereka berdebat tentang ada-
orang rekannya itu. Menurut ia wa- nya surga, dan neraka, tentang yang
yanglah yang paling tua. Gatholoco dimaksud dengan mati, tentang orang
menyalahkan pendapat tiga orang itu yang dapat masuk surga, tentang
semua. Menurut ia blenconglah yang orang kafir, dan sebagainya.
tua, sebab meskipun ada kelir, wa-
Isi Pupuh VII “Asmaradana”
yang, dalang, kalau tidak ada sinar,
Lanjutan perdebatan Gatholoco
mana mungkin semua itu dapat dija-
lankan. Gatholoco menambahkan dengan Kasan Mustahal, Ki Kasan
Besari, dan Ki Duljalal berakhir de-
meskipun demikian sebetulnya yang
ngan kekalahan ketiga orang guru
paling tua adalah orang yang me-
mengaji tersebut. Gatholoco diusir
nanggap wayang itu. Meski ada ke-
lir, wayang, blencong, dalang, dan dari pondok ketiga guru itu, tetapi
Gatholoco tidak mau pergi sebelum
gamelan, kalau tidak ada yang me-
diberi bekal uang dua belas ringgit.
nanggap maka tidak akan ada per-
Mereka merasa malu dan mengira
tunjukan wayang. Kemudian Gatho-
loco menerangkan juga tentang ha- Gatholoco akan mengotori pondok.
Oleh sebab itu, mereka memberinya
kikat dari dalang, wayang, kelir,
uang dua belas ringgit. Gatholoco
blencong, dan gamelan. Setelah ka-
lalu pergi meninggalkan pondok
lah dalam berdebat, ketiga guru me-
ngaji tersebut meninggalkan Gatho- untuk meneruskan pengembaraan-
nya.
loco menuju ke desa Cepekan.
Isi Pupuh VIII “Gambuh”
Isi Pupuh VI “Pangkur”
Perjalanan Gatholoco dari pon-
Di sebuah pondok di Dusun Ce-
dok ke pondok selalu menimbulkan
pekan tinggal tiga orang guru me-
perdebatan dalam ilmu kasunyatan
ngaji yang bernama Kasan Musta-
Diceritakan perjalanan Gatholoco
hal, Kasan Besari, dan Ki Duljalal.
sampai ke gunung Endragiri. Di Gu-
Ketiga guru mengaji itu sedang me-
nung Endragiri tinggal seorang en-
ngajar murid-muridnya tentang kitab
dhang yang telah bertapa selama
Fikih dan Sitin, ketiga guru mengaji
enam belas tahun, yang bernama De-
yang kalah berdebat dengan Gatho-
wi Perjiwati. Dewi Perjiwati bertem-
loco itu datang. Ketiga guru mengaji
178 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pat tinggal di gua Siluman Cemara- melebihi gelapnya malam. Kemu-


sewu yang ditemani oleh dua orang dian, Sri menambah pertanyaan de-
emban yang bernama Sri Gambuh ngan menanyakan apakah yang di-
dan Sri Mundhul Berta dua orang maksud dengan melihat dan buta,
cantrik yang bernama Sri Dhigul siapakah yang lebih rendah dan siapa
dan Sri Bandhul. Semuanya cantik pula yang lebih tinggi, dan mana
dan masih muda. yang lebih banyak orang yang hidup
dan orang yang mati, orang kaya dan
Isi Pupuh IX “Sinom”
miskin, orang laki-laki dan perem-
Keempat hamba Dewi Perjiwati
puan, Berta orang kafir dan orang
itu melihat kedatangan Gatholoco Islam? Selanjutnya Sri Dighul me-
dan menyambutnya. Gatholoco mem-
ngatakan bahwa ia melihat seekor
perkenalkan dirinya dan menyatakan
pelatuk sedang mematuk sebatang
ingin berjumpa dengan Dewi Perji-
pohon, lama-kelamaan bulu burung
wati. Sebelum diantarkan untuk men- itu rontok semua. Gatholoco ternyata
jumpai Dewi Perjiwati, lebih dahulu
juga dapat menebak tepat teka-teki
Gatholoco harus menjawab teka-teki
Sri Dighul tersebut.
dari keempat hamba tersebut. Jika
Sri Gambuh juga mempunyai
Gatholoco tepat menebaknya, keem- teka-teki. Sri Gambuh menanyakan
pat hamba itu bersedia menjadi istri
berapa ucapan yang ada di dunia ini?
Gatholoco. Giliran pertama membe-
Gatholoco menjawab teka-teki itu
rikan teka-teki ialah Sri Bandhul. Sri
dengan mudah. Teka-teki Sri Gam-
Bandhul mempunyai dua teka-teki. buh disusul oleh teka-teki Sri Ban-
Pertama, ada sebuah pohon besar de-
dhul. Sri Bandhul menanyakan be-
ngan empat cabang. Daunnya dua be-
rapa buah warns di dunia dan bagai-
las helai, bunganya banyak, tetapi
mana rasanya jika dimakan. Teka-
buahnya hanya dua. Ada sebuah po- teki itu juga dapat ditebak dengan
hon enau delapan cabangnya. Teka-
tepat oleh Gatholoco.
teki yang kedua yaitu, Sri Bandhul
melihat dua ekor kerbau, tetapi kepa- Isi Pupuh X “Pangkur”
lanya tiga. Gatholoco ternyata dapat Rayuan, bujukan, dan kecantik-
menebak teka-teki itu dengan tepat an Perjiwati, menyebabkan Gatho-
dan Sri Bandhul merasa kalah. loco mau memasuki gua. Ia tidak sa-
Sri Dighul juga mempunyai dua dar bahwa itu hanyalah tipu daya be-
buah teka-teki. Pertama Sri Dighul laka. Darmagandhul, hamba yetis
menanyakan di manakah letak iman Gatholoco, mendengar bahwa tuan-
dan pikiran atau budi itu, apakah ada nya akan memasuki gua yang sangat
panas yang melebihi panasnya api gawat. la memperingatkan Gatho-
dan adakah lebar yang melebihi le- loco untuk tidak menorah perminta-
barnya bumi. Kedua, Sri Dighul me- an Perjiwati karena Darmagandhul
nanyakan adakah keras yang mele- merasa itu hanyalah jebakan belaka.
bihi kerasnya batu, dingin yang me- Saran itu tidak diindahkan oleh Ga-
lebihi dinginnya air, gelap yang tholoco. Sesampainya di dalam gua
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 179

mereka bersuka-suka. Gatholoco Perjiwati menjawab bahwa bayi itu


merasa panas dan haus. Ia lalu minta anak Gatholoco sendiri. Gatholoco
air dan ingin mandi. Gatholoco di- heran sebab sepengatahuannya ia ti-
persilakan mandi di telaga yang ada dak hanya berperang dengan Dewi
dalam gua. Setelah selesai mandi, Perjiwati. Akhirnya, Gatholoco dan
Gatholoco merasa segar dan nya- Perjiwati menerima kenyataan bah-
man. Akan tetapi, hal itu tidak ber- wa anak itu adalah mereka berdua.
langsung lama karena Gatholoco
merasa badannyapanas sekali dan gatra
akhirnya ia pingsan. Setelah siuman, Satuan baris dalam macapat.
Gatholoco baru menyadari bahwa ia Akan tetapi, dalam perkembangan-
telah terjebak oleh Perjiwati dan me- nya istilah gatra digunakan pula se-
rasa menyesal tidak mengindahkan bagai istilah dalam puisi Jawa pada
larangan Darmagandhul. Gatholoco umumnya.
lalu keluar dari dalam gua.
Sesampainya di luar gua, Gatho- gatra purwaka
loco jatuh pingsan lagi dan ditolong Gatra purwaka dibentuk oleh
oleh Darmagandhul. Setelah siuman, kata gatra dan purwaka. Gatra ber-
Gatholoco bermaksud masuk ke da- arti satuan baris dalam macapat dan
lam gua lagi, tetapi kali ini bukan purwaka berarti permulaan. Secara
untuk bersenang-senang melainkan utuh gatra purwaka berarti baris-ba-
akan mengajak Perjiwati berperang. ris pembuka pada wangsalan dan
Gatholoco merasa malu karena laki- parikan. Dalam wangsalan gatra
laki dapat dikalahkan oleh seorang purwaka berfungsi menghadirkan
perempuan. Darmagandhul memper- gatra tebusan atau isi. Gatra purwa-
ingatkan lagi bahwa bila Gatholoco ka dalam wangsalan bermakna sama
masuk ke dalam gua mungkin Ga- dengan dua baris sampiran yang ber-
tholoco akan mati. Gatholoco telah ada dalam pantun.
bulat tekadnya. Ia merasa lebih baik Contoh Wangsalan:
mati daripada malu dikalahkan oleh Cengkir wungu, wungune
perempuan. Gatholoco lalu masuk katiban ndaru.
ke dalam gua itu. Wis pesthimu, kowe uwal karo
Sesampainya Gatholoco di da- aku.
lam gua, Gatholoco dan Perjiwati ber-
‘Degan/kelapa muda ungu, ungu-
perang. Keduanya sama-sama sakti-
nya kejatuhan cahaya
nya dan satupun tidak ada yang me-
Sudah nasibmu, kau berpisah de-
nyerah. Akan tetapi, tak lama kemu-
ngan aku.’
dian Perjiwati melahirkan seorang ba-
yi. Setelah melihat anak itu, baik Per- Cengkir wungu itu artinya buah si-
jiwati maupun Gatholoco merasa sa- walan (terkandung unsur suku kata
ngatlah sayangnya. Gatholoco lalu yang mengandung bunyi wal dan di-
bertanya tentang anak siapa bayi itu,
180 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tebus dengan tebusan suku kata wal jadi pejabat jangan jadi koruptor
pada kata uwa. jadi koruptor mencari suapan.’
Teja pita, kang taji mawa Berdasarkan dua bait contoh pa-
gendhewa. (layung, panah) rikan di atas terlihat bahwa wacana
Saya nglayung, sedhih kingkin tersebut mempunyai guru lagu
manah kula. ‘dhongdhing’ yang berfungsi sebagai
‘Pelangi putih, taji ayam berbu- pemarkah spasial sekaligus berfung-
sur si estetis. Dari contoh di atas, dapat
Makin layu, hatiku menjadi sedih diketahui bahwa dua larik pertama
sekali’ termasuk dalam gatra purwaka, se-
dangakan larik ketiga dan keempat
Contoh parikan: termasuk gatra tebusan ‘gatra isi’.
Wajik klethik, gula jawa
Luwih becik, sing prasaja geguritan
‘Wajik kering, gula jawa Geguritan adalah puisi berbasa
Lebih baik, yang bersahaja.’ Jawa dalam bentuk bebas atau mo-
dern karena tidak terikat aturan-atur-
Manuk emprit, mencok pager an tertentu seperti yang dijumpai da-
Mulang murid, murih pinter. lam puisi tradisional Jawa (tem-
‘Burung emprit, hinggap dipagar bang). Geguritan juga sering disebut
Mengajar siswa, biar pandai.’ dengan guritan. Geguritan sebagai
bentuk puisi bebas atau modern ti-
gatra tebusan dak lagi terikat oleh guru lagu (bunyi
Di dalam puisi Jawa terdapat is- akhir baris) dan guru wilangan (jum-
tilah parikan dan wangsalan. Kedua- lah suku kata yang tetap pada tiap
nya terdiri atas beberapa baris atau baris). Geguritan sebagai puisi mo-
larik. Larik awal atau larik sampiran dern tidak dinyanyikan (ditembang-
lazim disebut gatra purwaka, se- kan). Menurut etimologinya, gegu-
dangkan larik akhir atau larik isi ritan berasal dari kata gurit atau
lazim disebut gatra tebusan. Jadi, ga- guritan yang berarti kidung atau tem-
tra tebusan berarti baris-baris isi da- bang atau tulisan yang berwujud pa-
lam parikan dan wangsalan yang me- hatan. Akan tetapi, dalam perkem-
rupakan inti wacana dan mengan- bangannya, istilah tersebut lebih di-
dung tema wacana. Misalnya: kenal dengan nama geguritan.
Jam papat wis nyumet kompor Dalam sejarahnya, geguritan di-
nyumet kompor masak sarapan bagi dalam dua kelompok, yaitu ge-
dadi pejabat ja dadi koruptor guritan tradisional dan geguritan mo-
dadi koruptor golek suapan dern (puisi bebas atau modern). Ge-
guritan tradisional merupakan puisi
‘Jam empat menyalakan kompor Jawa yang masih memiliki aturan
menyalakan kompor menyiap- baku, yaitu (1) jumlah gatra (baris)
kan sarapan tiap bait tidak tertentu, tetapi biasa-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 181

nya paling sedikit berjumlah empat munculah geguritan modern dengan


gatra; (2) jumlah suku kata tiap baris aturan yang jauh berbeda dengan ge-
sama; (3) tiap akhir baris memiliki guritan tradisional. Geguritan mo-
bunyi yang sama; (4) pada awal kar- dern mula-mula ditulis sekitar tahun
ya selalu dibuka dengan kalimat sun 1929. Majalah Kejawen adalah ma-
nggegurit (aku bersyair/aku menulis jalah yang memelopori kemunculan
geguritan); dan (5) mengekspresikan geguritan modern lewat karya ber-
persoalan kotemporer yang sedang judul “Madusita”, Th.IV/77, 25 Sep-
berlangsung di sekitar. Berikut con- tember 1929; “Panglipur Manah”,
toh geguritan tradisional. Th.IV/79, 2 Oktober 1929; “Atur
Sun nggegurit: Saleresipun”, Th. IV/81, 9 Oktober
I. Kaanan jaman saiki 1929. Antara tahun 1930—1940,
sipat pemudha-pemudhi geguritan modern hanya muncul
srawungane saya ndadi dalam 7 (tujuh) judul di majalah
raket wewekane sepi Kejawen. Dua di antara tujuh judul
tan kadi duk jaman nguni tersebut berupa geguritan anak-
srawung sarwa ngati-ati. anak. Penulis geguritan biasanya se-
bagian tidak mencantumkan nama-
II. Yen manut wasiteng kuna
nya (anonim) atau memakai nama
priya srawung lan wanita
samaran, misalnya Pak Djaja dan
gampang ketaman panggodha
Pak Gangok. Akan tetapi, sebagian
nerak ing laku susila
lainnya menuliskan nama dirinya da-
temah darbe jeneng ala
lam karya-karyanya, misalnya “Ti-
wasanane tibeng papa.
nimbang Nganggur” (parikan) (Ka-
‘Aku menulis syair: jawen, 28 April 1939), “Lelagon”
I. Keadaan zaman sekarang (parikan) (Kajawen, 8 Desember
sifat pemuda-pemudi 1939), “Madu Sita”(gurindam) (Ka-
pergaulannya semakin tak karu- jawen, 25 September 1929), “Sinten
an ingkang Wajib Kantun” (syair) (Ka-
intim kurang berhati-hati jawen, 23 Juli 1930), dan “Tresna”
berbeda dengan zaman dahulu (syair) (Kajawen, 28 Maret 1939).
pergaulan selalu berhati-hati. Memasuki tahun 1940, penyair selalu
II. Kalau menurut pesan kuna menuliskan namanya dalam setiap
hubungan priya dan wanita karyanya.
mudah terkena godaan Geguritan modern bukanlah pe-
melanggar kesusilaan nerusan tradisi yang ada, tetapi me-
kemudian nama menjadi terce- rupakan pengembangan lebih lanjut
mar dari puisi Indonesia modern yang di-
akhirnya jatuh menderita.’ pelopri oleh Angkatan Pujangga Ba-
ru. Berikut adalah contoh puisi se-
Ketika geguritan tradisional su- rapan, berbentuk soneta, berjudul
dah tidak lagi ditulis. Selanjutnya
182 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

“Dayaning Sastra” (Kajawen, 1 Hasil perbuatan, pikir, dan rasa,


April 1941) gubahan Intojo. Para empu, pujangga, dan sar-
DAYANING SASTRA jana.
Tembung-tembung kang ginan- Tersimpan, terangkum dalam gu-
tha lelarikan, bahan,
Tinata binaris kadya bata, Berwindu-windu jadilah haluan.’
Sinambung pinetung manut
Geguritan terus tumbuh dan ber-
ukuran,
kembang dengan menunjukkan ciri-
Dene banjur kasinungan daya.
ciri inovatif sesuai dengan perkem-
Kumpule bata dadi yayasan, bangan zaman. Penyair-penyair baru
Aweh nggon apik, brukut, sen- bermunculan, misalnya Edy D.D.,
tosa, Merdian Suharjono, Anie Sumarno,
Ngepenakake wong urip bebra- Priyangggana, Trilaksita S., Suyono,
yan, S. Noto Hadisuparno, Iwan Respati,
Semono dayane bata tinata. Prajna Murti, Moch. Nursyahid Pur-
Gegedhongan tembung kang nomo, Dananjaya S. Sastrawardoyo,
mawa isi, Hartono Kardarsono, Maryunani
Katiyasane ngungkul-ungkuli, Purbaya, dan lain-lain. Kemampuan
Wohing laku, pamikir, lan pang- mereka bertahan dimungkinkan oleh
rasa, kecintaannya terhadap sastra Jawa.
Para empu, pujangga, sarjana. Di samping itu, pada karya-karya me-
reka cenderung menjadi sarana untuk
Simpen, ginebeng ing gegu- mengekspresikan keadaan kehidupan
bahan, yang berjalan dengan tidak semes-
Mawindu-windu dadi turutan. tinya. Bentuk-bentuk geguritan karya
DAYA SASTRA Moch. Nursyahid Purnomo dapat di-
bagi menjadi dua golongan, yaitu go-
Kata yang disusun berlarikan, longan puisi panjang dan golongan
Diatur urut sebagai bata, geguritan pendek (epigram). Produk
Disambung, dihitung berdasar kepenyairan Moch. Nursyahid Pur-
ukuran, nomo ialah puisi-puisi panjang. Akan
Lalu memiliki daya. tetapi, didalam perkembangan selan-
Bata berkumpul berwujud jutnya, ia banyak menulis geguritan
bangunan, epigram, misalnya “Mripat”, “Jam
Memberi tempat baik, aman, Témbok”, “Angin”, dan sebagainya.
sentosa, Penyair Herdian Suharjana merupa-
Membahagiakan orang hidup kan penyair yang berbakat, Akan te-
bermasyarakat, tapi, penyair yang berasal dari Sala
Begitulah daya bata ditata. yang pernah menjadi redaksi majalah
Jaya Baya telah meningggal dunia.
Bangunan kata yang berisi,
Keunggulan tiada yang melebihi,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 183

Geguritan yang ditulisnya umumnya “Ballada Jaka Lodhang” (Mekar


bernada liris romantis. Sari, No.15, 1967), dan sebagainya.
Geguritan yang muncul sekitar Dari segi strukturnya, unsur-unsur
tahun enam puluhan akhir sangat kepuitisan geguritan modern telah
beraneka ragam, baik dalam bentuk mengalami perubahan. Geguritan di-
maupun dalam isi. Ada akhir dekade warnai oleh irama batiniah. Irama ba-
tersebut terlihat adanya usaha peng- tiniah sangat berkaitan dengan sua-
galian cerita rakyat yang diangkat sana hati, situasi, dan materi yang di-
oleh penyair dalam bentuk puisi ba- tampilkan oleh geguritan modern.
lada, misalnya Lesmanadewa Pur- Dari pola eufoni, puisi-puisi Jawa
bakusuma, Suripan Sadi Hutomo, modern dekade pertengahan hingga
Poer Adhie Prawoto, Jokolelono, dan akhir 1960 banyak dijumpai rima
sebagainya. Hal ini adalah pengaruh akhir yang didominasi rima bebas (a
puisi-puisi balada W.S. Rendra dari b c d – dan seterusnya). Unsur ke-
Angkatan ‘66 dari kesusasteraan In- puitisan yang dipergunakan untuk
donesia. mendapatkan kepuitisan adalah tata
Geguritan berjenis balada ter- bait, bait disusun berseling menjorok
nyata digemari oleh penyair sastra ke dalam dan ke depan/luar (bentuk
Jawa modern, misalnya karya Joko- ini banyak dipergunakan oleh para
lelono yang berjudul “Balada Sarip penyair dalam karya-karyanya). Un-
Tambakyasa” (Dharma Nyata, No. tuk mendapatkan irama pada pem-
86, 1973), karya Suripan Sadi Hu- bacaan dan mendapat perhatian tiap
tomo yang berjudul “Panji Klan- kelompok kata atau kata, penyair
thung” (Jaya Baya, No. 49, 1972), membuat bentuk visual dengan su-
karya Lesamanadewa Purbakusuma sunan baris atau huruf (tipografi).
yang berjudul “Balada Sulini Bocah Gejala ini muncul sekitar tahun 1975,
Gunung” (Jaya Baya, No. 40, 1973), misalnya pada puisi “Kucing” dan
karya Danandjaja SS yang berjudul “Potret”(Taman Sari, 1975: 55).

KUCING
Nong. kucing kuwuk
Lung. Kucing gandhik
Bing. Kucing laki
huurrahh. Mbribeni bayi.
siji
loro
telu
o, kucinge tanggaku.
184 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Di dalam perpuisian Jawa juga Omah Lawas (1979), terbitan PKJT


ditemukan puisi yang suku katanya Surakarta (kumpulan puisi ini berisi
dipotong-potong, misalnya “Nora puisi-puisi lima penyair Blora yang
Jodho” (Jaya Baya, No. 20, 1974) dipentaskan di Pusat Pengajian Ke-
karya Carita JS berikut ini. budayaan Jawa Tengah, Surakarta).
NORA JODHO
gendon humardani
Wa Ra Ha Ga Da Gendon (Sedyana Jajakartika)
Ja Ka Ha Ma Ra Humardani lahir di Surakarta 30 Ju-
Wa Ra Na La ni 1923, meninggal dunia Agustus ta-
—Se Je— hun 1983. Ia adalah seorang buda-
Ja Ka Ra Ga yawan, seniman, dan intelektual yang
mempunyai peranan penting dalam
Sa Da Ya Ma Da membina kesenian di Jawa Tengah,
Ha Da Ya Ma La. khususnya sastra Jawa. Pada tahun
Geguritan modern, ternyata ti- 1970-1983 ia menjabat sebagai pe-
dak hanya terbit lewat majalah ka- mimpin Pusat Kebudayaan Jawa Te-
rena ditemukan pula puisi-puisi yang ngah (PKJT, 1979-1983) dan Ketua
dimuat di dalam antologi, baik an- Akademi Seni Karawitan Indonesia
tologi khusus puisi maupun yang be- Surakarta (ASKI, 1975-1983). Di
rupa campuran atara puisi dan cerita bawah kepemimpinan Gendon Hu-
pendek Jawa. Pada tahun 1975 terbit mardani PKJT dan ASKI mampu
sebuah kumpulan cerpen dan puisi melahirkan karya-karya seni tradisi
Jawa yang berjudul Taman Sari, di- yang inovatif. Bahkan, PKJT pada
terbitkan oleh Pusat Kebudayaan Ja- tahun 1970-an dan 1980-an menjadi
wa Tengah. Di dalam antologi itu ter- salah satu orientasi aktivitas sastra
muat 36 puisi Jawa yang sebagian Jawa di tanah Jawa. Lembaga itu da-
besar merupakan puisi-puisi terbitan lam periode tertentu mengadakan
tahun 1970 dan sebagian kecil puisi pertemuan dan sarasehan sastra Ja-
yang pernah terbit sebelum tahun wa dengan menghadirkan para pe-
1970; Kalimput ing Pedhut (1976) ngarang dari berbagai kota. Bahkan,
karya St. Iesmaniasita, diterbitkan PKJT juga mengadakan sayembara
oleh Balai Pustaka; 15 Guritan penulisan novel, cerita pendek, puisi,
(1975) karya Poer Adhie Prawoto dan naskah drama berbahasa Jawa.
dkk; Lukisan Tanpa Pigura (1975) Beberapa capaian PKJT tersebut da-
karya Ardian Samsudin (keduanya di- pat berjalan karena dorongan, dona-
pentaskan dalam acara “Pentas Ke- si, dan ide dari Gendon Humardani.
cil” Pusat Pengkajian Kebudayaan Gendon Humardani menyelesai-
Jawa Tengah, Surakarta); Geguritan kan studi kedokteran di Universitas
Sajak-Sajak Jawi (1975) karya St. Gajah Mada dengan gelar sarjana
Iesmaniasita (ed.), terbitan Pustaka kedokteran/Drs. Med pada tahun
Sasana Mulya; Tetepungan Karo 1959. Ia kemudian melanjutkan Stu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 185

di Anatomi (S-2) pada ‘Anatomy sur-unsur ekspresi dalam pake-


Department Guys Hospital Medical liran Wayang Kulit Purwa, de-
School’ di London (1960-1961) dan ngan konsep-konsep estetikanya.
studi tentang balet dan tari modern (1960)
di New York dan di University of Ca- 3. Pakeliran Wayang Kulit Baru,
lifornia Los Angeles (1961-1963). tentang pembaruan seni peda-
Pada tahun 1942-1943, ia aktif seba- langan yang mengutamakan un-
gai pengurus dan sutradara perkum- sur ekspresi. (1957)
pulan ‘Seni Anggana Raras’ di Su- 4. Pakeliran Wayang Kulit Jawa
rakarta. Ketika masih menjadi ma- dan Kabuki Jepang, mengenai
hasiswa, ia mendirikan perkumpulan perbedaan dan persamaan kedua
Seni Mahasiswa HSB (Himpunan jenis drama itu. (1969)
Siswa Budaya) pada tahun 1952. 5. Dasar-dasar Pengembangan Se-
Hasil garapan HSB antara lain: ga- ni Tradsisi, mengenai konsep-
rapan dramatari tanpa dialog dengan konsep dasar seni tradisi (1972)
iringan karawitan yang terus-me-
nerus (tahun 1953); Tari Klana As- gerongan
mara dan Tari Pagi; Pakeliran Wa- Nyanyian bersama dalam musik
yang Kulit Baru, yang dipentaskan gamelan. Pada jenis musik tertentu
pada tahun 1955 di Universitas Ga- yang tergolong klasik, antara lain di-
jah Mada; Coret-coret Gatotkaca iringi seperangkat gamelan kecil me-
Gandrung (1959); Gandrung Jawa makai kemanak gerong dapat diga-
dengan iringan gamelan Bali (1960); bungkan dengan pesinden.
Pentul Temben. Garapan seni atau
karya-karya tersebut menunjukkan ghatotkacasraya kakawin
sifatnya yang avant garde. Ghatotkacasraya kakawin
Selama memimpin Himpunan digubah oleh Empu Panuluh. Untuk
Siswa Budaya (1951-1960). Gendon menentukan tanggal Ghatotkacasra-
Humardani juga aktif menulis tidak ya ditulis, dapat mengandalkan na-
kurang dari 30 artikel budaya. ma-nama raja yang disebut dalam ki-
Umumnya artikel berupa esai, ka- tab itu. Raja yang disebut adalah sri
dang-kadang bersifat kritik. bhupala Jayakrta dan sri Madaharsa
Tulisan-tulisannya yang me- (mapanji Madaharsa). Nama terse-
nyangkut pewayangan, di antaranya: but tidak terdapat dalam prasasti,
1. Kongres Pedalangan Indonesia tetapi disebut di antara para raja di
di Surakarta 1958, yang isinya kerajaan Kadiri. Jayakrta dan Krta-
mempertanyakan keberadaan jaya adalah tokoh yang sama. Srng-
Lembaga Pedalangan bagi man- ga Krtajaya adalah raja Kadiri yang
faat seni pedalangan dan para memerintah pada tahun 1194—1205
dalang. (?). Krtajaya adalah inkarnasi Dewa
2. Renungan tentang Pakeliran Wa- Wisnu (Triwikramawatara).
yang Kulit, yang memerinci un-
186 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Di dalam kitab ini disebut nama gubah oleh penyair yang sama. Hal
raja Prabu Jayakreta. Menurut tu- itu dapat dilihat dari kemiripan cara
lisan dalam prasasti, pada zaman menguraikan temanya. Misalnya, hu-
Kadiri ada seorang raja yang berna- bungan antara puteri raja dan abdi-
ma Prabu Kretajaya yang bertahta nya, perasaan sang puteri yang silih
sekitar tahun 1110 Caka (1188 tahun berganti, dan cara si abdi bereaksi.
Masehi). Prabu Kretajaya mungkin Ghatotkacasraya menyebutkan bah-
ia raja itu pengganti Prabu Jayabaya. wa raja memeriksa dengan teliti karya
Ketika menggubah kitab ini, sastra para pujangganya. Pujangga
Empu Panuluh sudah tua. Hal itu keraton menempati kedudukan yang
tampak dalam tulisannya yang me- tinggi dalam pemerintahan. Sejak
nyatakan tentang kebosanannya un- berkembangnya kesusastraan Jawa
tuk hidup di dunia. Untuk lebih jelas- Kuna di abad ke-9 Masehi, pujangga
nya akan dikutipkan sebagai berikut. dan citralekha memegang peranan
yang penting dalam pemerintahan.
Manggeh sadhana Sang Ka-
Di keraton mereka menjadi seorang
wicwaran asadhya kelepasani
pejabat religius, petugas, dan hamba
sandhining mango.
yang dekat dengan raja. Posisi se-
‘Sudah patut menjadi alat Sang orang pujangga mungkin dapat dise-
Kawicwara (Empu Panuluh) da- jajarkan dengan purohita atau pena-
lam tujuannya melepaskan diri sihat raja.
dari ikatan kesenangan.’ Dr. Van Stein Callenfels menya-
takan bahwa Ghatotkacasraya ada-
Mon cenggan apa denyadonika
lah lakon wayang yang dibentuk
silunglungani humu liheng
menjadi syair. Ceritanya dimulai ke-
smaralaya.
tika para Pandawa menjalani hu-
‘Kalau dicela, ya apa boleh buat, kuman buang 12 tahun, maka Sang
maksudnya hanya untuk bekal Abhimanyu dititipkan ke Dwarawa-
pulang ke sorga Batara kama.’ ti. Sang Abhimanyu pandai mengab-
di dan sangat berbakti kepada pa-
Antuknya mrih amoh manah
mannya, Prabu Kresna. Sang Prabu
mara silunglungan iki muliheng
juga sayang kepada Raden Abhima-
anangga-bhawana, ri nglihnya
nyu. Walaupun Raden Abhimanyu
lewas ing lango.
akan menikah dengan Dewi Ksiti
‘Saya berusaha memeras hati itu Sundari, maka ia tetap senang juga.
hanyalah untuk dipakai sebagai Namun, Dewi Ksiti Sundari sudah
bekal pulang ke dunia Sang terlanjur dipertunangkan dengan
Anangga ‘tanpa badan atau ma- Raden Laksana. Kumara, putera
ti’ karena sudah bosan terlalu la- Ngastina. Raden Abhimanyu sangat
ma hidup dalam keramaian.’ jatuh cinta kepada Dewi Ksiti Sun-
dari. Untuk menghibur hatinya, ia
Ghatotkacasraya dan Hari-
berjalan-jalan di dalam hutan.
wangsa adalah karya sastra yang di-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 187

Pada suatu hari, Dewi Ksiti Sun- sembahkan kepada Batari Durga.
dari ingin pergi ke hutan. Setelah di- untuk dijadikan mangsanya.
beri izin ayahnya, ia berangkat ke Mereka dibawa terbang oleh ke-
hutan bersama pengiring-pengiring dua raksasa itu. Setelah sampai di
perempuan. Di hutan, Raden Abhi- hadapannya, Batari Durga tidak jadi
manyu bertemu dengan Dewi Ksiti memangsanya karena Raden Abhi-
Sundari, yang menyebabkan nafsu manyu bakti sekali kepadanya.
birahinya bangkit. Setelah sampai di Akhirnya, Raden Abhimanyu disu-
istana Dewi Ksiti Sundari mengirim ruh pergi ke istana Raden Ghatot-
surat kepada Raden Abhimanyu. Su- kaca, istana Purbaya. Mereka diba-
rat itu menerangkan bahwa Dewi Ksi- wa terbang oleh kedua raksasa tadi.
ti Sundari tidak mau dinikahkan de- Ia ditempatkan di Taman Purbaya.
ngan Laksana Kumara. Surat itu di- Oleh karena itu, raksasa yang ber-
lampiri sirih masak dan bedak. Sang tugas sebagai juru taman, marah.
Abhimanyu mencari akal supaya ber- Kemarahan raksasa itu reda karena
temu agak lama dengan Dewi Ksiti ia diberi tahu bahwa Raden Abhi-
Sundari. Kemudian Raden Abhima- manyu tidak akan mengganggu ke-
nyu bersamadi. Dalam samadinya itu amanan dan hanya ingin menghadap
ia kedatangan Batara Kamajaya de- Raden Ghatotkaca saja. Setelah ber-
ngan permaisurinya. Mereka mem- temu Raden Ghatotkaca, maka Ra-
beri bunga kepada Raden Abhima- den Ghatotkaca mau memberi perto-
nyu. Bunga itu dapat menjaga kese- longan kepada Raden Abhimanyu.
lamatan selama Raden Abhimanyu Para Korawa mengiringi teman-
bertemu dengan Dewi Ksiti Sundari. ten putera ke Dwarawati. Dewi Ksiti
Ketika Sang Hyang Kamajaya akan Sundari bingung, hampir bunuh diri,
menghilang, Raden Abhimanyu lupa tetapi tidak jadi karena mendapat il-
tidak bersujud kepada Dewi Ratih. ham dari dewa bahwa ia akan meni-
Oleh karena itu, Dewi Ratih mengu- kah dengan Raden Abhimanyu. Se-
tuk Raden Abhimanyu. Raden Abhi- mentara itu, Raden Ghatotkaca de-
manyu mohon maaf dan Dewi Ratih ngan bala tentaranya berangkat ke
pun memaafkannya. Dwarawati. Mereka berhenti di hu-
Raden Abhimanyu berhasil ma- tan dekat negeri itu. Raden Ghatot-
suk istana dan bertemu dengan Dewi kaca dan Raden Abhimanyu naik ke-
Ksiti Sundari, tetapi mereka keta- reta terbang dan langsung ke taman.
huan. Prabu Baladewa tahu hal itu, Mereka bertemu dengan Dewi Ksiti
maka marahlah ia. Raden Abhima- Sundari. Raden Abhimanyu dan
nyu diusir. Oleh karena itu, Raden Dewi Ksiti Sundari diperintahkan
Abhimanyu pergi. Ia diantar oleh ju- naik kereta terbang untuk mening-
rudyah dan bermalam di sebuah galkan istana. Raden Ghatotkaca ti-
Candi Siwa. Di situ mereka keda- dak pergi karena akan membunuh
tangan dua raksasa. Raden Abhima- Laksana Kumara. Ia menyamar se-
nyu ditangkap dan akan diper- bagai Dewi Ksiti Sundari.
188 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Raksasa Brajadanta, anak rak- gotong royong


sasa Baka, yang dibunuh Sang Bima Majalah Gotong Royong adalah
hendak membalas dendam. Akal Ra- salah satu majalah berbahasa Jawa
den Ghatotkaca diadukan kepada yang terbit di Surabaya pada pasca-
Prabu Kurupati. Brajadanta menya- kemerdekaan pada tahun 1963. Ma-
mar sebagai Laksana Kumara. Mem- jalah berbahasa Jawa tersebut meru-
pelai laki-laki palsu diarak ke tempat pakan majalah umum sehingga pe-
mempelai perempuan palsu. Setelah nayangan sastra Jawa di dalamnya
bertemu mereka berpeluk-pelukan. hanya merupakan bagian dari ru-
Mereka saling ingin membunuh. brik-rubrik sastra. Rubrik sastra ter-
Mempelai perempuan yang menang. sebut adalah “Guritan” dan “Crita
Ia menjelma menjadi Raden Ghatot- Cekak”. Salah satu guritan yang di-
kaca, terus terbang. Para Korawa lari muat dalam majalah tersebut ialah
semuanya. “Lonceng Sejarah” (Gotong Royong
Prabu Kurupati dan bala tenta- No. 1, Th. II, Januari 1964). Majalah
ranya dibantu oleh Prabu Baladewa Gotong Royong tidak lama terbit, ha-
berperang melawan kaum Dwara- nya sekitar 2 tahun, seperti halnya
wati yang dibantu oleh Raden Gha- majalah Kekasihku dan Cendera-
totkaca. Para Korawa terdesak. Oleh wasih.
karena itu, Prabu Baladewa triwi-
krama, tombak nenggalanya dipu- greget
kulkan ke sana kemari dan muncul- Istilah greget secara harafiah
lah berbagai macam danawa ‘rak- berarti bernafsu atau semangat. Isti-
sasa’ dan sebagainya. Batara Narada lah ini biasanya dipergunakan dalam
mengunjungi Prabu Kresna yang dunia tari dan karawitan. Dalam kar-
masih di hutan. Prabu Kresna diti- ya sastra Jawa modern, istilah greget
tahkan pulang. Akhirnya Prabu diadopsi untuk menggambarkan kar-
Kresna berhasil membujuk kakak- ya sastra yang memiliki nilai dan bo-
nya sehingga kemarahan Prabu Ba- bot. Novel-novel atau cerita pendek
ladewa reda. Berarti tidak ada perse- karya Poerwadhie Atmodihardjo me-
lisihan lagi. Oleh karena itu, Raden miliki greget karena di dalamnya me-
Abhimanyu jadi menikah dengan miliki nilai dan bobot yang mampu
Dewi Ksiti Sundari, tetapi Dewi Ksi- menggambarkan suasana masyara-
ti Sundari tidak menjadi permaisuri kat pedesaan Jawa dengan stratifi-
Raden Abhimanyu. Ia hanya sebagai kasi sosialnya, misalnya Gumuk
istri kedua. Setelah Prabu Yudhistira Sandi (1953), Birua Kaya Mangsi
naik ke sorga, ia diganti oleh Prabu (1987), Ibu (1989), dan sebagainya.
Parikesit, putra Dewi Uttari, permai-
suri Raden Abhimanyu. grup diskusi sastra blora
Grup Diskusi Sastra Blora ada-
lah organisasi pengarang sastra Jawa
yang pertama kali lahir di Jawa Te-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 189

ngah. Berdiri pada tahun 1975. Ke- tra Jawa yang tangguh, misalnya
tua Grup Diskusi Sastra Blora terse- J.F.X. Hoery, berkembang menjadi
but waktu itu, antara lain, Ngalimu penyair dan cerpenis Jawa modern
Anna Salim (Blora, lahir tahun yang andal. Bahkan, di kota tempat
1939); anggotanya adalah Poer Adhie tinggalnya, Bojonegoro, mendirikan
Prawoto (Ledok, Blora, lahir tahun grup diskusi sendiri di kotanya, de-
1950), J.F.X. Hoery (Padangan, ngan nama Pamarsudi Sastra Jawa
Bojonegoro, lahir di Pacitan, 1945), Bojonegoro (PSJB).
Sri Setya Rahayu (Bojonegoro, lahir Grup Diskusi Sastra Blora meng-
tahun 1949), Jayus Pete (Purwosari, hasilkan dua judul antologi puisi,
Bojonegoro), Anjrah Lelonobroto yaitu Napas-napas Tlatah Cengkar
(Kunduran, Blora, lahir tahun 1947), (Blora, 1973) dan Tetepungan karo
Suripan Sadi Hutomo (lahir di Blora, Omah Lawas (Blora, 1979). Pada
tahun 1940), dan Sukarman (Purwo- awal tahun 1980, setelah satu demi
dadi, lahir tahun 1946). satu anggotanya keluar dari Blora un-
Motor atau penggerak Grup Dis- tuk bekerja atau meninggal (Ngalimu
kusi Sastra Blitar ialah Poer Adhie Anna Salim), grup ini pun mati kare-
Prawoto dan Ngalimu Anna Salim na Poer Adhie Prawoto sendiri pindah
(meninggal tahun 1976). Mereka ber- mengajar di Sala.
dua itulah yang paling produktif me-
nulis, baik puisi maupun esai sastra gugon-tuhon
Jawa. Bahkan, keduanya aktif menu- Gugon-tuhon adalah kata yang
lis di Panjebar Semangat atau di Ja- bermakna watak atau sikap sese-
ya Baya. orang yang mudah sekali percaya ke-
Metode atau cara pembinaan pada perkataan atau dongeng yang
anggota Grup Diskusi Sastra Blora sebenarnya tidak perlu dipercaya.
itu bermacam-macam, antara lain Gugon-tuhon juga dapat bermakna
dengan pertemuan diskusi dan berla- lain yaitu perkataan atau dongeng
tih menulis. Kedua tokoh itu juga yang oleh orang-orang dianggap me-
membuka pintu ruumahnya lebar-le- miliki kekuatan tertentu. Jika kata-
bar untuk tempat bertemu para ang- kata atau dongeng yang bersifat gu-
gota (yang disebut dengan istilah gon-tuhon itu tidak dilaksanakan
“kanca” atau teman). Kedua tokoh atau tidak diikuti akan menimbulkan
itu juga yang rajin mengajak kawan- akibat buruk bagi mereka. Gugon-
kawannya itu hadir di berbagai per- tuhon dibedakan atas tiga macam ya-
temuan budaya dan sastra, baik sas- itu (a) Gugon-tuhon kang salugu
tra Jawa maupun sastra Indonesia. ‘Gugon-tuhon yang bersahaja’; (b)
Selanjutnya, sepulang mengikuti dis- Gugon–tuhon kang isi wasita si-
kusi itu, mereka lanjutkan dengan nandhi ‘Gugon-tuhon yang berisi pe-
diskusi intern. Oleh karena itu, se- san tersamar’; dan (c) Gugon-tuhon
bagian besar anggotanya berkem- kang kalebu pepali utawa wewaler
bang menjadi pengarang muda sas-
190 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

‘Gugon-tuhon yang termasuk larang- sarimpi: anak empat perempuan


an’. semua; jika laki-laki semua dise-
(a) Gugon-tuhon kang salugu but saramba; (10) pancagati:
‘Gugon-tuhon yang bersahaja’. anak lima perempuan semua; ji-
Yang termasuk gugon tuhon je- ka laki-laki semua disebut pan-
nis ini adalah anak atau orang dhawa; (11) ipil-ipil atau pipil-
yang menjadi jatah mangsa an: anak lima seorang prianya;
Batara Kala. Mereka itu terma- jika wanitanya seorang disebut
suk kelompok anak sukreta dan padhangan; (12) kembar: dua
orang yang termasuk dalam pa- orang anak yang lahir dalam wak-
nganyam-anyam. Anak sukreta tu yang sama baik leleki semua
ialah anak yang menurut keper- atau wanita semua; jika laki-laki
cayaan dapat lestari hidup jika dan perempuan atau sebaliknya
diruwat dengan pertunjukan wa- disebut dhampit; (13) julung sa-
yang kulit yang mengambil ceri- rab: anak yang lahir ketika ma-
ta Amurwa Kala. Peruwatan itu tahari hampir terbenam; (14) ju-
akan menempatkan si anak lepas lung sungsang: anak yang lahir
dari incaran Batara Kala sehing- pukul dua belas siang (tengah ha-
ga akan lestari hidupnya. Anak- ri); (15) julung caplok: anak yang
anak yang masuk dalam kelom- lahir bertsamaan dengan teng-
pok sukerta itu adalah (1) on- gelamnya matahari; dan (16) ju-
tang-anting: anak tunggal laki- lung kembang: anak yang lahir-
laki; (2) unting-unting: anak tung- nya bersamaan dengan terbitnya
gal perempuan; (3) anggana: matahari.
anak satu-satunya yang tersisa Ada sejumlah akibat tindakan ma-
karena saudara-saudaranya me- nusia yang menjadi panganyam-
ninggal dunia’; (4) kedhana-ke- anyam ‘incaran dimangsa’ Batara
dhini: dua orang anak laki-laki Kala. Tindakan itu dapat dilaku-
dan perempuan; jika dua orang kan oleh laki-laki maupun wa-
anak itu yang tua perempuan di- nita. Akibat tindakan yang dila-
sebut kedhini-kedhana; (5) kem- kukan oleh lelaki dapat dijelas-
bang sepasang: dua orang anak kan sebagai berikut (1) keyong
perempuan semua’; (6) uger-uger mlompong: membuat rumah su-
lawang: dua orang anak laki-laki dah diberi atap tetapi belum di-
semua; (7) pancuran kapit sen- beri penutup samping di bawah
dhang: tiga orang anak yang laki- bubungan; (2) omah maga-sesa:
laki di urutan tengah; jika yang di mengatapi rumah yang tidak di-
urutan tengah itu perempuan di- lanjutkan sampai selesai; (3)
sebut sendhang kapit pancuran; omah bubrah: membuat rumah
(8) cukit-dulit: tiga orang anak belum sampai selesai sudah ro-
laki-laki semua; jika perempuan boh; dan (4) pasangan putung:
semua disebut gotong-mayit; (9) orang yang sedang membajak
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 191

atau menggaru, tiba-tiba pasang- hon yang termasuk larangan’.


an untuk ternak penariknya pa- Contoh:
tah. (1)Wong-wong Banyumas ora
Kecuali akibat tindakan laki-laki kena lelungan ing dina Setu
ditemukan pula akibat tindakan Paing ‘Orang Banyumas di-
wanita yang menjadi incaran larang bepergian pada Sabtu
mangsa Batara Kala. Tindakan Pahing’. Larangan tersebut
tersebut misalnya (1) Orang me- terjadi setelah Adipati Ba-
mipis sampai mematahkan gan- nyumas mendapat kecelaka-
dhik ‘alat penggilasnya’, dan (2) an ketika bepergian pada ha-
Orang menanak nasi yang mero- ri Sabtu Pahing.
bohkan dandang atau periuk (2)Anak keturunan Panembah-
besar. an Senapati dilarang naik ku-
(b) Gugon–tuhon kang isi wasita da bathilan ‘kuda yang bulu
sinandhi ‘Gugon-tuhon yang ekornya dipotong’ jika se-
berisi pesan tersamar’. dang berperang. Larangan
Jenis gugon-tuhon semacam ini itu dikeluarkan karena Pa-
sering disebut aradan yang se- nembahan Senapati hampir
ring disertai dengan kata ora ilok saja menemui kecelakaan fa-
‘tidak baik’. Contoh: (1) Ora ilok tal tatkala beliau naik kuda
kekudhung kukusan ‘Tidak baik bathilan ketika berperang
berkerudung kukusan’.Kukusan melawan Arya Penangsang.
itu kotor sehingga tidak baik jika
dipakai sebagai kerudung kepala; gumregah
(2) Ora ilok sumur ing ngarepan Majalah berbahasa Jawa Gu-
‘Tidak baik sumur di depan ru- mregah berdiri setelah Sarasehan
mah’. Sumur di depan rumah da- Pengarang Sastra Jawa di Yogyakar-
pat membahayakan keselamatan ta. Majalah itu berukuran setengah
manusia; (3) Ora ilok nyapu ing folio, diterbitkan oleh Penerbit Fajar,
wayah bengi ‘Tidak baik me- Solo, pada tahun 1967. Dalam ca-
nyapu pada malam hari karena tatan kecil “Beras Kencur”, dalam
gelap sehingga sapuannya tidak terbitan kedua (Gumregah No.2, Ta-
dapat bersih; dan (4) Aja lungguh hun I, 1967) disebutkan bahwa Gu-
ing bantal mundhak wudunen mregah No.1 terbit pada tanggal 31
‘Jangan duduk di bantal karena Januari 1967, di Solo, dengan tebal
dapat berbisul’. Bantal itu diper- halaman majalah 32 lembar.
gunakan untuk meletakkan ke- Majalah tersebut memiliki bebe-
pala jika seseorang sedang tidur rapa rubrik penting, yaitu “Crita Ce-
sehingga tidak etis jika bantal itu kak”, “Leladi Budi” (budi pekerti),
diduduki. “Puspita Wanodya” (Dunia Wanita),
(c) Gugon-tuhon kang kalebu pe- “Crita Rinonce” (cerita bersam-
pali utawa wewaler ‘Gugon-tu- bung), “Wara-wara” (pengumum-
192 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

an), “Puspita Mudha” (Pembinaan Marga Pengarang’. Para redaktur


Pemuda), “Paniti Pustaka” (kritik), media massa berbahasa Jawa ba-
dan “Langen Puspita” (ruang puisi/ nyak yang memberikan tanggapan
guritan). Bila dilihat dari rubrik-ru- terhadap terbentuknya OPSJ, antara
brik di dalam majalah tersebut, atas lain Mekar Sari membuka rubrik ba-
dasar rubrik-rubrik di dalamnya, se- ru, khusus untuk guritan bernama
harusnya Gumregah digemari pem- “Gupita Sari”. Keputusan musya-
baca. Bahkan, pada terbitan kedua- warah pengarang Jawa di Solo itu
nya, tebal halaman Gumregah men- juga dimuat dalam rubrik “Gupita
capai 36 halaman, 4 halaman lebih Sari” (Mekar Sari, No. 22, Th. X,
banyak dari terbitan pertama. Na- 15 Januari 1967). Di samping me-
mun, pada kenyataannya, majalah munculkan rubrik “Gupita Sari” da-
tersebut hanya bertahan satu tahun lam Mekar Sari, OPSD (atau OPAJ)
(1967) atau dua kali terbit. juga mendorong munculnya rubrik
Beberapa orang pengarang yang bahasa Jawa dalam mingguan ber-
muncul dalam Gumregah, antara lain bahasa Indonesia Andika (Solo), de-
ialah Any Asmara (cerpen), Arswen- ngan nama rubrik “Pisungsung”,
do Atmowiloto (cerpen), Yu Wida yang dibina oleh N. Sakdani dan Hu-
(Widi Widayat) (dunia wanita), MT doyo M.Z.
Supardi (cerita sambung/novel), dan Rubrik “Gupita Sari” menun-
Anjar Any (pembinaan pemuda). jukkan perannya sebagai media pem-
binaan positif atas penulisan gurit-
gupita sari an. Semua guritan yang dimuat da-
“Gupita Sari” adalah salah satu lam rubrik tersebut mendapat ko-
nama dari rubrik khusus untuk puisi mentar dari pembinanya, Sudarma
(guritan) dalam majalah berbahasa K.D. Namun, setelah Sudarma K.D.
Jawa Mekar Sari. Rubrik tersebut meninggal dunia, rubrik itu kemu-
muncul pertama kali pada tahun dian dilanjutkan oleh Prof. Dr. Su-
1967. Kehadiran rubrik itu berkait de- ripan Sadi Hutomo. Adapun motto
ngan semangat Organisasi Penga- dari rubrik “Gupitasari” berbunyi:
rang Sastra Djawa/Jawa (OPSD/J) Ajanging Pradapa Sastra.
yang berdiri pada tahun 1966, di
Yogyakarta. Organisasi itu lahir guru lagu
setelah diadakan pertemuan sastra Ja- Guru lagu adalalah pola tentang
wa di Yogyakarta pada 24—27 Agus- selang-seling vokal akhir setiap larik
tus 1966. Pertemuan itu atas prakasa pada suku kata tembang macapat.
Sanggar Bambu pimpinan Sunarto Misalnya, pola guru lagu Kinanthi,
Pr. 1–u, 2-i, 3-a, 4-i, 5-a, 6-i. Guru lagu
Pertemuan OPSJ berikutnya di- dapat dipersamakan dengan persa-
lanjutkan di Solo, pada 19—20 Ok- jakan akhir.
tober 1966 yang melahirkan, antara
lain, Kode Etik Pengarang, dan ‘Sad
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 193

Contoh tiap bait ‘pupuh’. Dari diskripsi guru


KINANTHI wilangan tembang Maskumambang
kocapa ing lereng gunung itu terinformasikan juga bahwa tem-
wonten pandhita sawiji bang tersebut terdiri atas 4 gatra, de-
ya Bagawan Wismamitra ngan tatanan guru lagunya: i/ a/ i/ a.
kang dedukuh aneng ardi Tentang guru wilangan, pada se-
lagya tindakan priyangga tiap jenis Tembang Macapat (9 je-
tan wonten ingkan kinanti nis), Tembang Tengahan (5 jenis),
maupun Tembang Gedhe (1 jenis),
‘Tersebutlah di lereng gunung
masing-masing memiliki tatanan
ada seorang pendeta
yang berbeda-beda, begitu juga de-
yaitu Begawan Wismamitra
ngan guru gatra dan guru lagunya.
yang bertempat tinggal di gunung
Adapun guru wilangan pada setiap
sedang pergi sendirian
jenis tembang, yaitu (1) Asmarada-
tidak ada yang diikuti.’
na 8/i, 8/a, 8/e/o, 8/a, 7/a, 8/u, 8/a;
(2) Balabak 4/a, 4/e, 4/e, 3/e, 4/i, 4/
guru wilangan
i, 4/a, 4/a, 4/e, 3/e; (3) Durma: 4/a,
Istilah guru wilangan mengacu
8/a, 7/i, 6/a, 7/a, 8/i, 5/a, 7/i; (4)
kepada jenis sastra tembang (puisi),
Dhandhanggula: 4/a, 6/i, 4/a, 6/a, 8/
yaitu mengenai ketentuan banyaknya
e, 7/u; (5) 4/i, 5/i, 7/a, 6/u, 8/a, 4/u,
suku kata pada tiap-tiap baris dalam
8/i, 7/a; (6) Gambuh: 7/u, 4/o, 6/u,
tembang. Seperti diketahui bahwa
4/u, 8/i, 8/u, 8/o; (7) Girisa: 8/a, 8/a,
setiap tembang memiliki tatanan sen-
8/a, 8/a, 8/a, 8/a, 8/a, 8/a; (8) Juru-
diri-sendiri, yaitu tatanan guru ga-
demung : 8/a, 8/u, 8/u, 8/a, 8/u, 8/a,
tra, guru wilangan, dan guru lagu.
8/u; (9) Kinanthi: 8/u, 8/i, 8/a, 8/i, 8/
Kekhususan tatanan tersebut men-
a, 8/i; (10) Maskumambang : 4/a, 8/
ciptakan irama, suasana yang khas,
i, 6/a, 8/i, 8/a; (11) Megatruh: 4/a,
yang menyebabkan watak atau ka-
8/u, 8/i, 8/u, 8/a, 8/o; (12) Mijil: 4/a,
rakter tembang yang satu berbeda
6/i, 6/o, 4/i, 6/e, 4/a, 6/i, 6/i, 6/u; (13)
dengan tembang yang lain. Guru wi-
Pangkur: 8/a, 4/a, 7/i, 8/u, 7/a, 4/u,
langan biasanya berkaitan dengan
8/u, 8/a, 8/i; (14) Pucung: 4/u, 8/u,
guru lagu (persajakan akhir), dan gu-
6/a, 8/i, 4/u, 8/a; (15) Sinom: 8/a, 8/
ru gatra suatu jenis tembang. De-
i, 8/a, 8/i, 7/i, 8/u, 7/a, 8/i, 4/u, 8/a;
ngan demikian, mendeskripsi guru
dan (16) Wirangrong: 8/i, 8/o, 10/u,
wilangan suatu jenis tembang, seca-
6/i, 7/a, 8/a.
ra implisit juga mendeskripsi guru
gatra dan guru lagu. Misalnya, des-
kripsi guru wilangan Maskumam-
bang ialah: 12-i, 6-a, 8-i, 8-a. Des-
kripsi guru wilangan itu secara im-
plisit menunjukkan guru gatra dan
guru lagu jenis tembang itu pada se-
194 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

h
handung kussudyarsana dari satu tempat ke tempat lain. Ke-
(1933—1991) ahliannya mengelola pementasan ke-
Handung Kussudyarsana, yang toprak keliling secara tidak langsung
bergelar kebangsawanan R.M. (Ra- diwarisi oleh anak-anaknya.
den Mas), lahir di Yogyakarta pada Dari perkawinannya dengan Su-
30 Desember 1933. Ia berasal dari radjilah, Handung Kussudyarsana
keluarga priayi dan keluarga seni- dikaruniai lima orang putra, yaitu (1)
man. Ia adalah putra R.B. (Raden Bambang Sutrisno, (2) Heru Kesa-
Bendara) Puratmaja Candrasentana, wa Murti, (3) Heru Handana Wari,
cucu Gusti Djuminah, keturunan Sri (4) Heru Pradapa Murti, dan (5) Nila
Sultan HB VII. Pendidikan formal- Prabaningrum Sugandi. Putra ke-
nya ditempuh di Yogyakarta: SD duanya, Heru Kesawa Murti, dike-
(1949), SLTP (1955), dan SLTA nal sebagai tokoh Pak Bina dalam
(1959). Dia bertempat tinggal di Si- “Sandiwara Bangun Desa” yang di-
ngasaren Lor 9, Yogyakarta, dan ke- siarkan TVRI Stasiun Yogyakarta.
mudian pindah di Notoyudan GT V/ Heru Handana Wari bekerja di Ta-
317, Yogyakarta, bersama istri dan man Budaya Yogyakarta, sedangkan
anaknya. Ia meninggal dunia pada Heru Pradapa Murti bekerja di De-
tahun 1991. partemen Penerangan Propinsi DIY.
Ayahnya, R.B. Puratmaja Can- Dalam menulis karya sastra,
drasentana, adalah bangsawan kera- Kussudyarsana sering menggunakan
ton yang menekuni sastra Jawa. Oleh nama anak-anaknya sebagai nama
karena itu, tidak mengherankan ka- samaran, seperti Heru Kesawa Mur-
lau beliau melahirkan putra-putra ti, H.P. Murti (singkatan dari Heru
yang juga seniman: Handung Kussu- Pradapa Murti), dan Nila Prabaning-
dyarsana (seniman sastra dan teater), rum. Dalam pandangan anak-anak-
Kuswadji Kawindrasusanta (seni- nya, Handung Kussudyarsana me-
man lukis), Kusmaerah Purwahadi- rupakan sosok ayah yang memiliki
seputra (seniman lukis dan tari), dan pandangan demokratis. Selain itu,
Bagong Kussudiardja (seniman tari). dalam rubrik “Cacala” di Mekar
Sejak remaja, Handung Kussu- Sari, misalnya, ia sering mengguna-
dyarsana, yang biasa disebut Rama kan nama samaran NK (singkatan
Ndung, sering mengikuti kegiatan- Ndung Kussudyarsana), NKS (sing-
kegiatan kesenian di berbagai tem- katan Ndung Kus Sudyarsana, dan
pat. Bahkan juga menekuni dunia pe- K (singkatan dari Kussudyarsana).
mentasan ketoprak keliling yang se- Handung Kussudyarsana dibe-
ring disebut kethoprak tobong yang sarkan dalam masyarakat Jawa. Dia
pementasannya berpindah-pindah memiliki pengetahuan budaya Jawa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 195

yang cukup baik. Penguasaannya pa- juga ditetapkan sebagai Ketua II Ya-
da bahasa, sastra, dan seni Jawa men- yasan Budaya Nusantara.
dorong dirinya untuk menggeluti du- Selama ini Handung Kussudyar-
nia penerbitan. Pada 1954—1959 sana telah menulis sekitar 30 buah
menduduki jabatan sebagai sekretaris cerkak, 4 buah novel, 123 buah nas-
majalah berbahasa Jawa Ngayogya- kah sandiwara, dan 40 buah naskah
karta. Tahun 1959—1969 sebagai ketoprak. Karya yang telah diterbit-
anggota redaksi majalah Mekar Sari. kan, antara lain, 3 novel Jawa, 8 nas-
Tahun 1969—1986 sebagai pemim- kah ketoprak, 5 naskah sandiwara,
pin redaksi majalah Mekar Sari. Ta- dan 4 buku tentang ketoprak. Karya
hun 1986 hingga akhir hayatnya men- yang telah direkam terdiri atas 18
jadi Wakil Pemimpin Umum Mekar naskah ketoprak dan 4 naskah san-
Sari dan wartawan Kedaulatan Rak- diwara. Karyanya (50 naskah keto-
yat. Dunia yang digelutinya semakin prak dan 147 naskah sandiwara) te-
mendorong bakat Kussudyarsana lah ditayangkan oleh TVRI Yogya-
dalam berolah sastra, khususnya karta dan Jakarta. Cerpen karyanya,
sastra Jawa. Berkat kegigihannya yang berjudul Den Ayune Mantri, te-
itu, lahirlah dari tangannya cerpen, lah difilmkan. Karya dramanya, yang
novel, naskah sandiwara, ketoprak, berjudul “Golek Sewan Omah”, di-
esai, dan sebagainya. Bahkan, ia ju- muat dalam antologi Javannese Li-
ga pengisi rubrik “Ruwet Renteng- terature Since Independence: An An-
ing Urip” ‘Suka Duka Kehidupan’, tology (1979) karya J.J. Ras. Selain
sebuah rubrik konsultasi masalah itu, ia juga sering menulis esai, baik
keluarga di majalah Mekar Sari. Jawa maupun Indonesia, di Jaya Ba-
Seperti telah disebutkan, Han- ya, Ngayogyakarta, Mekar Sari, Be-
dung Kussudyarsana dikenal sebagai rita Nasional, Bali Post, Buana
seniman sastra dan ketoprak. Sejak Minggu, dan Kedaulatan Rakyat.
tahun 1950-an hingga menjelang Pada tahun 1974 Handung Kus-
akhir hayat dia aktif dalam kegiatan sudyarsana menerima penghargaan
seni. Sejak tahun 1958, dia mengelola sebagai pembina seni di Yogyakarta
Pusat Latihan Tari Bagong Kussudi- dari Walikota Yogyakarta. Pada ta-
ardja yang dipimpin Bagong Kussu- hun 1987 dia juga menerima peng-
diardja, saudara kandungnya sendiri. hargaan yang sama (dari Walikota
Sejak tahun 1972 ia sebagai Ketua Yogyakarta) sebagai seniman sastra
II Yayasan Kebudayaan Tegalrejo/ Jawa dan ketoprak. Keberhasilannya
Kodam IV/Dipanegara dan Ketua itu, konon, bermula dari kegemaran-
Pelaksana Ketoprak Mataram Sapta nya membaca (apa saja) sebagai be-
Mandala Kodam IV Dipanegara. Se- kal memperluas cakrawala dan pe-
lain itu, sejak tahun 1974, Kussu- ngetahuan sehingga tulisan-tulisan-
dyarsana diangkat sebagai Pimpinan nya yang berupa sastra dan non-sas-
“Jenaka KR”. Sejak tahun 1979 dia tra banyak memberikan manfaat ba-
gi banyak orang.
196 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Berkat bakatnya dalam berolah runan, tetapi ditentukan oleh moral/


sastra itulah, sejak 1960-an hingga perilaku dalam kehidupan.
1980-an, ia diminta untuk menjadi Kussudyarsana juga dibesarkan
redaktur Mekar Sari. Di majalah di lingkungan keraton Yogyakarta
Mekar Sari itu bakat kepengarang- sehingga memahami tradisi istana
annya semakin berkembang dan pe- seperti yang tertulis dalam buku-bu-
ngetahuan seni dan budayanya se- ku babad. Oleh karena itu, ia banyak
makin luas. Akhirnya, dia diserahi menulis naskah ketoprak yang ber-
tugas mengisi rubrik opini atau Ce- kaitan dengan aspek sejarah istana.
cala yang mengupas masalah aktual Dalam menulis Bedah Madiun, mi-
yang meliputi keluarga, sosial, pen- salnya, ia menceritakan peristiwa
didikan, budaya, olah raga, politik, pemberontakan Madiun terhadap pe-
dan sebagainya. Di samping itu, ia merintahan pusat. Dia juga meng-
mengasuh rubrik konsultasi “Ngrem- angkat cerita misteri yang dianggap
bug Ruwet Rentenging Ngaurip” dan sebagai kebenaran bagi pemerintah-
“Obralane Rama Ndung”. an tradisional Jawa, yaitu hubungan
Karya-karya Rama Ndung yang misterius antara raja Keraton Nga-
membahas masalah kehidupan pria- yogyakarta dan penguasa laut sela-
yi, antara lain, cerpen “Den Bei Man- tan atau Ratu Kidul; ini tampak da-
tri” dan sandiwara “Golek Omah lam naskah ketoprak berjudul Ratu
Kontrakan”. Dalam karyanya ini, Kidul. Kendati demikian, ia juga me-
Kussudyarsana agaknya berpegang nulis karya yang mempersoalkan
teguh pada etika priayi karena ia le- kehidupan sosial sehari-hari, misal-
bih mementingkan harmoni daripada nya, “Tamu” (Mekar Sari, April
kejujuran. Hal itu tampak jelas da- 1967), “Lantap” (Mekar Sari, 1967),
lam cerpennya yang menampilkan “Layang” (Mekar Sari, April 1967),
kehidupan wong cilik. Hal itu terlihat “Lelucon Buntut” (Mekar Sari, Juli
pula dalam cerpennya “Jarit Teja- 1969), “Si Belo”, dan sebagainya.
tirta”. Sementara itu, karya cerpen-
nya yang mengangkat dunia kehi- hardjawiraga (1885—1963)
dupan priayi modern, antara lain ber- Hardjawiraga (R. Hardjawira-
judul “Layang” (Mekar Sari, April ga) telah memulai karier kepenga-
1967) dan “Gawane Jabang Bayi” rangannya sejak zaman Belanda.
(Mekar Sari, Oktober 1964). Dalam Hardjawiraga dilahirkan di Sala (Su-
karya ini diungkapkan adanya pem- rakarta) pada 18 Agustus 1885. Dia
berontakan terhadap budaya priayi adalah cucu Ki Padmasoesastra, pe-
dan lebih berpikir realistik sesuai de- ngarang Jawa yang namanya sudah
ngan tuntutan hidup modern. Ung- sangat terkenal (di Jawa). Ia mening-
kapan yang dapat ditangkap ialah gal pada tahun 1963 di Sala, kota
bahwa harga diri seseorang tidak di- kelahirannya.
tentukan oleh status atau asal ketu- Pendidikan yang pernah diikuti-
nya adalah ELS (Europjeesche La-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 197

gere School). ELS adalah sekolah lam berbagai surat kabar berbahasa
dasar Eropa di Hindia Belanda pada Jawa. Ras menyatakan bahwa Har-
masa pemerintahan Belanda. Pendi- djawiraga adalah seorang penulis
dikan dasar pada masa itu dibedakan yang subur. Buku yang telah lahir dari
menjadi dua, yaitu untuk anak-anak tangannya antara lain kisah perja-
Eropa dan untuk anak-anak pribumi lanan berjudul Kesah Lelayaran
sehingga dikenal Lagere Orderwijs Dhateng Pulo Papuwah (1930), bu-
en Lagere School voor Europeanen ku anak-anak berjudul Bangun Nak-
(sekolah dasar untuk anak-anak Ero- Nik (1930), dua buku anak dan atau
pa) dan Lagere Onderwijs en Lagere remaja dalam tembang macapat ber-
School voor Inheensen (sekolah da- judul Sapu Ilang Suhe (1931) dan
sar untuk anak-anak pribumi). Akan Kepaten Obor (1931), roman berju-
tetapi, Hardjawiraga hanya sampai dul Dhendhaning Angkara (1952),
tingkat tiga karena kemudian oleh Badan Sapata (1931), Srikuning
ayahnya dikirim ke Batavia untuk (1953), dan Putri Menurseta (1978).
mengikuti kakaknya, Hendranata, Buku terakhir ini telah ditranskrip
dan masuk ke Stovia. Dia ke Sala lagi oleh A. Hendrata. Selain itu, ia juga
dan bermaksud kembali ke ELS. Na- menulis karangan yang berisi aturan-
mun, ELS sudah tidak bersedia mene- aturan persajakan dalam tembang
rimanya sehingga pendidikan formal- macapat dengan judul Patokaning
nya terhenti sampai di sini. Nyekaraken (1952).
Setelah dewasa, Hardjawiraga Di samping menghasilkan karya-
magang dan kemudian diterima se- karya asli, Hardjawiraga juga sem-
bagai sekretaris desa di daerah Kla- pat melakukan penyaduran/pener-
ten. Selama itu Hardjawiraga sudah jemahan, di antaranya novel berjudul
mulai menulis cerita bersambung di Sawitri yang kemudian diterbitkan
berbagai penerbitan berbahasa Jawa oleh Balai Pustaka pada tahun 1932.
seperti Djawi Kanda dan Djawi His- Novel tersebut merupakan hasil sa-
wara. Ketika itu Hardjawiraga per- duran/terjemahan dalam bentuk tem-
nah memenangkan sayembara me- bang macapat dari cerita klasik India.
ngarang yang diselenggarakan oleh Novel Srikuning termasuk novel
Komisi Bacaan Rakyat. Karena itu, terakhir yang ditulis dalam bahasa Ja-
ketika Balai Pustaka dibuka (1917), wa krama. Isinya berkaitan dengan
ia kemudian diterima sebagai redak- kehidupan orang-orang desa dan
tur bahasa Jawa di badan penerbit pemberontakan generasi muda terha-
milik pemerintah kolonial tersebut. dap persoalan kawin paksa. Novel ini
Hardjawiraga, yang kadang mengandung aspek didaktik (pelajar-
menggunakan nama samaran Jitna an) yang dapat diteladani. Di dalam
Sastra, merupakan pengarang yang novel ini diutarakan bahwa perjodoh-
produktif. Karya-karyanya sudah di- an tidak dapat dipaksakan. Di sini ter-
kenal oleh masyarakat luas sejak za- jadi pertentangan antara anak dengan
man Belanda. Karyanya dimuat da- orang tua dalam hal perjodohan. To-
198 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

koh Srikuning secara tegas menolak dalam kategori novel panglipur wu-
tradisi lama (kawin paksa) itu. Se- yung, di antaranya Ditinggal ing
mentara itu, novel Sapu Ilang Suhe Perbatasan (1966), Udan Barat Sa-
berisi nasihat, peringatan-peringat- lah Mangsa, Kesandhung Putri Sa-
an, dan sebagainya. Di dalam novel la, Pahlawan Putri, Liburan Pe-
ini diungkapkan bahwa pertikaian nganten Anyar, Tibaning Katres-
kadang-kadang tidak hanya dilukis- nan, Prawan Ungaran, Kanggo Bu-
kan pengarang dengan perdebatan mi Pertiwi, Bebantening Persatuan,
atau dalam pikiran, tetapi juga de- Seniorita Hertiyanti, Villa Putri Da-
ngan pertikaian fisik. mayanti, dan Lagune Putri Kasma-
ran. Buku-buku tersebut diterbitkan
hardjono h.p. oleh Burung Wali Sanga, Berdikari,
Hardjono H.P., lengkapnya Har- Sinta Riskan, Muria, Rini, dan Mu-
djono Hadipranoto, lahir di Kediri, Ja- tiara, pada sekitar tahun 1966.
wa Timur, pada tanggal 9 Juli 1939. Sebagian karya Hardjono H.P.
Pendidikan terakhirnya di Jurusan antara lain menarik perhatian para
Ilmu Publisistik, Fakultas Ilmu So- ahli. Subalidinata, misalnya, pernah
sial dan Politik, Universitas Gadjah meneliti karya-karyanya dengan ju-
Mada, Yogyakarta (tamat 1966). dul “Sekelumit Tinjauan Novel Jawa
Karier kepengarangannya dimulai Modern” (Proyek Javanologi, 1983).
sejak ia masih menjadi mahasiswa. Dalam penelitian itu karya-karya
Selain menulis karya sastra, ia juga yang dibahas antara lain Liburan
menulis esai dan artikel budaya. Se- Penganten Anyar, Kanggo Bumi
belum menjadi tenaga pengajar (do- Pertiwi, Bebantening Persatuan,
sen) di Jurusan Sastra Nusantara, Seniorita Hertiyanti, Villa Putri Da-
Fakultas Sastra (sekarang Fakultas mayanti, dan Lagune Putri Kasma-
Ilmu Budaya), Universitas Indone- ran.
sia, pengarang Angkatan 1950-an ini Akibat kesibukannya Hardjono
menekuni bidang jurnalistik. Selain H.P. termasuk pengarang yang ja-
bekerja di TVRI, ia juga menjadi rang hadir dalam sarasehan atau per-
wartawan di majalah (berbahasa In- temuan para pengarang sastra Jawa.
donesia) Caraka, Viva, Flamboyan, Namun, itu tidak berarti dia tidak
dan Contessa. Di tengah kesibukan- pernah hadir. Beberapa sarasehan
nya menjadi dosen, ia juga merang- yang pernah ia hadiri di antaranya
kap menjadi redaktur Balai Pustaka. di Rawamangun (Jakarta), Bojone-
Karya-karyanya, baik cerpen goro (Jawa Timur, 1984), Semarang,
maupun cerbung, banyak dimuat di Ungaran, dan Surakarta. Walaupun
majalah Jaya Baya, Gotong Royong, bertempat tinggal di kota metropoli-
Panjebar Semangat, Candrakirana, tan Jakarta, perhatiannya terhadap
Mekar Sari, Waspada, Kuman- bahasa dan kesusastraan Jawa tetap
dhang, dan sebagainya. Buku-buku besar. Perhatian tersebut ia tunjuk-
novelnya banyak yang masuk ke kan ketika bersama Budya Pradipta
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 199

(dan istri), Soesilomoerti, Trim Su- didirikan setelah mingguan Jenggala


tidjo, Rahadi Jakaria, Todi Sunarno, mati, dan setelah Ajat pulang di Su-
dan lain-lain mendirikan paguyuban rabaya, dari perantauannya ke Deli.
pengarang Jawa bernama “Himpun- Selain mendirikan Harian Express
an Pamarsudi Sastra Jawa”. Meski- itu, di Surabaya Ajat juga mendiri-
pun sudah tidak produktif lagi, hing- kan sebuah sekolah untuk pribumi.
ga kini dia tetap menjadi warga sas- Harian Express adalah harian
trawan Jawa zaman kemerdekaan. umum yang berisi berbagai berita dari
Di samping berkarya dalam ba- dalam dan luar negeri. Rubrik sastra
hasa Jawa, ia juga berkarya dalam belum ada di dalamnya. Nama harian
bahasa Indonesia. Karangan-ka- tersebut berkali-kali berubah, tetapi
rangannya, lebih banyak berupa esai perubahannya tidak prinsipial, yaitu
atau artikel kebudayaan, banyak di- dari Express berganti menjadi Eks-
publikasikan lewat Sinar Harapan, pres, pernah juga bernanti lagi men-
Kompas, Tempo, Kartini, Sarinah, jadi Espres. Pemimpin Redaksi hari-
dan sebagainya. Sebagai pengarang, an tersebut dipegang oleh Ajat, se-
ia lebih bersifat netral, dalam arti ti- dangkan wakil Pemimpin Redaksi di-
dak banyak terlibat dalam masalah pegang oleh Asal (adik kandung Ajat).
politik. Hanya saja, karya-karyanya
yang berbahasa Jawa, ada yang ber- haricraya
sangkut-paut dengan masalah per- Kitab Haricrya bukan kitab pe-
juangan, di antaranya Kanggo Bumi lajaran. Kitab ini berbeda dengan ki-
Pertiwi (1965), Ditinggal Ing Per- tab Nitisastra, kitab Nirarthapra-
batasan (1966), Jaya Patria, dan kreta, dan kitab Dharmacunya. Ki-
Pahlawan Putri (1966). tab ini menceritakan tentang cerita
Novel Ditinggal ing Perbatasan lakon yang diambil dari kitab Utara-
(1966), misalnya, merupakan novel kanda. Kitab Haricrya berangka ta-
yang erat berhubungan dengan ge- hun sengkalan sebagai berikut. Sad
rakan emansipasi wanita di abad ke- Sanganjala Candra atau 1496 Caka
20. Di dalamnya digambarkan kebe- atau 1574 Masehi. Penulis kitab ini
saran dan ketabahan hati seorang tidak diketahui.
istri. Gambarannya penuh dengan Ringkasan ceritanya sebagai be-
lukisan realistis, sementara masalah rikut. Tiga orang raksasa bernama
perang hanya menjadi lukisan verbal Mali, Sumali, dan Malyawan bertah-
belaka. Hal yang tidak jauh berbeda ta sebagai raja yang sangat kuasa.
terlihat pula dalam novel Pahlawan Balatentaranya selalu merusak per-
Putri. tapaan-pertapaan. Mereka akan me-
naklukkan keinderaan. Batara Indra
harian express dan para dewa bingung. Mereka mo-
Harian Express diterbitkan oleh hon pertolongan kepada Batara Si-
penerbit mingguan bahasa Jawa Jeng- wa, tetapi Batara Siwa tidak dapat
gala pimpinan Ajat. Harian tersebut memberi pertolongan. Para dewa di-
200 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

suruh mohon pertolongan kepada ngabdikan diri kepada puisi juga. Ia


Batara Wisnu. Batara Wisnu berha- berkelana di pegunungan. Akhirnya
sil mengusir musuh. Akhirnya bina- ia dapat mempersembahkan hasil
salah Mali dan Malyawan di medan karyanya kepada sang raja, tetapi
peperangan. Sumali melarikan diri. hasilnya belum memuaskan. Na-
Ia bersembunyi di dasar samudera. mun, hasil yang demikian tidak men-
jadi halangan untuk memuliakan Sri
hariwangsa kakawin Baginda. Ia menulis kisah tentang
Kitab Hariwangsa Kakawin di- Dewa Wisnu.
gubah oleh Empu Panuluh pada za- Masa pemerintahan Prabu Jaya-
man pemerintahan Prabu Jayabaya. bhaya belum diketahui. Pada masa
Ceritanya hampir sama dengan kitab itu terjadi konflik-konflik dan pepe-
Kresnayana, perbedaannya hanya rangan. Keterangan ini terdapat da-
sedikit. Setelah melanjutkan kitab lam prasasti tahun 1135. Dalam ka-
Bharatayuddha, Empu Panuluh ba- kawin Hariwangsa dan prolog Bha-
ru menggubah kitab Hariwangsa ratayuddha terdapat keterangan ten-
Kakawin. Menurut Empu Panuluh tang puji-pujian karena kemenangan
pada akhir kitab Hariwangsa Ka- Prabu Jayabhaya dan tunduknya pa-
kawin, kitab ini adalah tambenyan ra musuhnya. Hariwangsa dikarang
pangiketkw apet laleh ‘kemudian oleh Empu Panuluh. Karya ini digu-
gubahan saya itu akan mencari le- bah atas desakan Prabu Jayabhaya.
lah’. Empu Panuluh masih muda. Hal itu dapat diketahui berdasarkan
Hal itu dapat diketahui bahwa ia ma- nama-namanya yang selalu disebut.
sih mengaku murid sang prabu. Ha- Nama lain yang disebut-disebut ada-
riwangsa Kakawin sudah dicetak de- lah Jayasatru. Hariwangsa merupa-
ngan huruf Latin disertai terjemahan kan karya perdana yang berbentuk
dalam bahasa Belanda dan tafsiran puisi. Menurut Zoetmulder (1985:
kata oleh A. Teeuw. 344) menerangkan bahwa kakawin
Pada zaman Kali dunia menga- ini ditulis sebelum Bharatayuddha.
lami bahaya dan Pulau Jawa kehi- Keterangan mengenai Dewa Wisnu
langan kecemerlangannya. Para de- pulang ke surga dan turunnya ke bu-
wa memohon agar Dewa Wisnu mi menjelma dalam diri Prabu Jaya-
membantu untuk menyelamatkan du- bhaya pada zaman Kali untuk me-
nia. Dewa Wisnu menjelma sebagai nyelamatkan Pulau Jawa. Hal itu mi-
raja Jayasatru, sedangkan Sang rip sekali dengan epilog Bharatayud-
Agastya yang bijak menjadi patih dha.
dan gurunya. Di bawah pemerintah- Ciri khas Hariwangsa terlihat pa-
annya yang bijaksana kesejahteraan- da keterangan yang menyebut bah-
nya kembali. Para raja penyair me- wa sang dewa ditemani oleh Agastya
nulis syair-syair pujian baginya dan yang menitis dalam diri pendeta ke-
mereka mendapat anugerah. Oleh pala Brahmin serta penasihat raja.
karena itu, Empu Panuluh ingin me- Mungkin ia menjabat sebagai patih
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 201

kerajaan. Dalam prolognya Hari- cul dari laut (Zoetmulder, 1985:200,


wangsa Empu Panuluh mengatakan Rochkyatmo, 2001: 103).
bahwa ia mempersembahkan syair Ringkasan ceritanya sebagai be-
itu sebagai sajian bunga di kaki Pra- rikut. Pertama-tama adalah pelukis-
bu Janardana atau Dewa Wisnu atau an keindahan negeri Dwarawati. Ba-
Prabu Jayabhaya. Hal itu merupa- tara Narada mendatangi Prabu Krs-
kan bukti hasil pendidikan yang per- na yang sedang di taman. Beliau me-
nah diterimanya dari Sri Baginda nitahkan bahwa Dewi Sri sudah me-
Sang Mekar Keindahan. Hariwang- nitis di negeri Kundina, bernama De-
sa dan Ghatokacasraya merupakan wi Rukmini, puteri Prabu Bismaka.
karya dari seorang pujangga. Hal itu Prabu Jarasanda ingin menganuge-
dapat terlihat dengan adanya kemi- rahkan Dewi Rukmini kepada Sang
ripan hubungan antara puteri raja Cedya, raja di Cedi.
dengan abdinya yang setia, perasaan Prabu Krsna ingin melarikan
sang puteri dan cara si abdi bereaksi. Dewi Rukmini. Oleh karena itu, ia
Seorang raja yang berkuasa pa- menyuruh seorang hamba yang ber-
da waktu itu berfungsi sebagai pem- nama Priyambada untuk mengusut
bimbing atau guru dan sebagai pem- di Kundina. Dewi Rukmini pun de-
baca yang pertama yang memberi- mikian juga. Ia mengharapkan dapat
kan tanggapan atau kritik. Hal itu ter- menikah dengan titisan Batara Wis-
lihat dalam Hariwangsa. Kakawin itu nu. Ia bersedih hati. Seorang dayang-
disimak, dibaca, dan diberi tanggapan dayang yang bernama Kesari bingung
oleh Prabu Jayabhaya dari Kadiri, se- dibuatnya. Pada suatu hari Kesari
belum Empu Panuluh meneruskan menengok orang tuanya di luar kera-
untuk menulis karya sastranya. Da- ton. Ia bertemu dengan Priyambada,
lam Hariwangsa Empu Panuluh me- saudaranya. Kesari pulang ke keraton
ngatakan bahwa kakawin tersebut di- dengan membawa bunga pemberian
karang olehnya atas perintah Prabu Priyambada. Bunga itu dipersembah-
Jayabhaya. Hariwangsa ditulis oleh kan kepada Dewi Rukmini karena
Empu Panuluh atau Empu Sedah pemberian dari Prabu Krsna. Bunga
(Zoetmulder, 1985:344 dan Rochkyat- itu dilampiri gubahan syair. Oleh ka-
mo, 2001:47). rena itu, seketika itu juga Dewi Ruk-
Untuk mencari ilham, para kawi mini jatuh cinta kepada Prabu Krs-
‘pujangga’ mengembara di tengah na. Ia selalu menghibur sakit asma-
keindahan alam, mendaki gunung- ranya di taman, tetapi sakit asmara-
gunung dengan lerengnya yang ber- nya semakin menjadi-jadi.
hutan, turun ke jurang-jurang yang Pada suatu hari, Batara Narada
dalam serta pemandangan yang luas, memberi tahu kepada Prabu Jara-
menyusuri sungai-sungai di lembah- sanda bahwa Prabu Krsna akan me-
lembah, ke pesisir-pesisir, yang di- larikan Dewi Rukmini. Oleh karena
perhatikan adalah panorama pantai itu, Prabu Jarasanda cepat-cepat me-
dengan batu-batu karang yang mun- manggil Prabu Bismaka untuk mem-
202 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

beritahukan hal itu. Prabu Bismaka Prabu Krsna tahu bahwa ia akan
berpendapat bahwa sebaiknya Dewi diserang oleh para raja yang banyak
Rukmini cepat-cepat dinikahkan de- sekali. Oleh karena itu, Patih Udawa
ngan Prabu Cedya. maka Prabu Ce- diutus ke Ngamarta untuk mohon
dya dititahkan agar cepat-cepat me- pertolongan. Prabu Yudistira tidak
nikahi Dewi Rukmini. Prabu Cedya sanggup karena telah menyanggupi
pun melaksanakan titah itu. permohonan Prabu Jarasanda. Na-
Dewi Rukmini kebingungan ha- mun, Prabu Yudistira berpesan bah-
tinya. Priyambada diutus untuk me- wa Prabu Krsna tidak usah khawatir
manggil Prabu Krsna. Tugas itu di- karena kesaktiannya luar biasa. Lalu
laksanakan dengan sebaik-baiknya. pihak Prabu Jarasanda menyerang
Prabu Krsna segera datang ke negeri ke Dwarawati.
Kundina bersama pengiringnya, ya- Tak lama kemudian terjadilah
itu Priyambada dan Prawira. Pri- peperangan yang sengit. Prabu Ba-
yambada diutus menyampaikan pe- ladewa memihak Prabu Krsna. Ia sa-
san Prabu Krsna, yaitu Dewi Ruk- ngat sakti sehingga sebagian besar
mini agar menyambut Prabu Krsna Pandawa pada gugur. Akhirnya, Pra-
pada malam hari nanti. bu Krsna bertempur melawan raden
Pada waktu itu di istana Kundi- Arjuna. Mereka memperlihatkan
na orang-orang sedang sibuk untuk wujud aslinya sebagai Batara Wisnu.
mempersiapkan keperluan pernikah- Maka turunlah para dewa untuk
an Dewi Rukmini dengan Prabu Ce- menghadap Batara Wisnu. Prabu Yu-
dya. Pada malam itu Dewi Rukmini distira juga menghadap dan memohon
melarikan diri dari istana. Ia disam- agar mereka yang gugur dalam pe-
but oleh Prabu Krsna dan dilarikan- perangan itu dihidupkan kembali.
nya. Hilangnya Dewi Rukmini ini di- Batara Wisnu berkenan hatinya.
laporkan kepada Prabu Bismaka. Akhirnya mereka pergi ke Dwarawati
Prabu Bismaka murka, kemudian untuk menghadiri pernikahan Prabu
menitahkan untuk mengejar mereka, Krsna dengan Dewi Rukmini.
tetapi Prabu Krsna sudah jauh.
Sementara itu, para tamu raja-ra- hartono kadarsono (1939— )
ja sudah lengkap. Mereka tahu bah- Hartono Kadarsono lahir di
wa Prabu Krsna itu amat sakti. Oleh Kampung Prajuritan, Madiun, pada
karena itu, mereka mencari akal un- 17 Oktober 1939. Putra kelima dari
tuk menghadapi Prabu Krsna. Prabu enam bersaudara dari pasangan
Jarasanda menyarankan agar memo- Kartodarsono dan Rr. Soelastri ini
hon pertolongan kepada para Panda- berpendidikan SR tahun1953, SMP
wa. Prabu Yudistira menyanggupi tahun 1956, dan SMA di Madiun ta-
untuk membantu mereka walaupun hun 1960. Setelah tamat SMA, tepat-
Raden Bima dan Raden Arjuna tidak nya sejak 20 Oktober 1961, ia diteri-
setuju. ma bekerja di PN Pertani Wilayah
Rengel, Kabupaten Tuban, Jawa Ti-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 203

mur. Pada Juli 1965 ia minta pindah Minggu IV, Maret 1975), “Potret
di kota Tuban. Selanjutnya, pada Jaman Saiki” (Dharma Nyata, Ma-
November 1968, ia berhenti dari PN ret 1977), “Jakarta” (Kumandhang,
Pertani atas permintaan sendiri. Se- Minggu II, Mei 1975), “Ing Pucuk-
karang ia bersama keluarga bertem- Pucuk Wengi” (Mekar Sari, 15 Juli
pat tinggal di Prajuritan, Gang SD, 1983), “Angendanu” (Mekar Sari,
No.17, RT 04, RW 02, Madiun 63122. 1 Februari 1987), “Ing Stasiun” (Ja-
Nama kecilnya adalah Hartono. ya Baya, 8 November 1998), dan
Dalam karya-karya kreatifnya, ter- “Saka Pusara” (Panjebar Sema-
utama guritan (Jaya Baya, 1963) ia ngat, 12 Februari 2000), dan lain se-
sering mencantumkan nama ayah di bagainya. Sedangkan karyanya yang
belakang namanya. Tetapi, sejak ta- berupa cerpen, antara lain, “Rembu-
hun 1964, ia mulai menggunakan na- lan” (Jaya Baya, 13 Maret 1967),
manya sendiri, yaitu Hartono Kadar- “Udan Esuk-Esuk” (Jaya Baya, 21
sono (Kadarsono merupakan nama Mei 1967), “Wasiyate Bapak” (Jaya
tua setelah menikah). Laki-laki peng- Baya, 23 Agustus 1968), “Angin La-
gurit ini mulai menyukai dunia tulis- ut” (Dharma Nyata, Januari 1976),
menulis (karang-mengarang) sejak “Album” (Dharma Nyata, Desem-
tamat SLTA. Ini bermula dari hobi ber 1976) “Sing Ora Tinulis” (Jaya
membaca berbagai jenis bacaan dan Baya, 17 Agustus 1997), dan “Ba-
sering melihat teman yang sedang rang Titipan” (Jaya Baya, 12 Maret
menulis untuk majalah anak-anak 1998). Karyanya yang berupa esai,
Taman Putra. Sejak itulah ia tertarik antara lain, “Ngrembakane Sastra
untuk menulis/mengarang. Jawa” dimuat Dharma Kandha, Ju-
Karya pertama yang dipublika- ni 1971.
sikan berupa guritan, berjudul “Tu- Perjalanan kepengarangan Har-
kang Mbarang”, dimuat di majalah tono Kadarsono sudah cukup lama.
Panjebar Semangat, Februari 1960. Sejak tahun 1960 ia telah menulis se-
Sejak itu nama Hartono Kadarsono kitar 150-an judul guritan dan 10-an
banyak menghiasi berbagai media judul cerkak. Ia lebih banyak menulis
massa cetak, seperti Dharma Nyata, puisi karena puisi dipandang lebih
Kumandhang, Mekar Sari, Panje- mudah karena dapat langsung menuju
bar Semangat, Panakawan, dan titik persoalan dan tidak diributkan
Jaya Baya. Karya-karyanya yang oleh pembuatan tema, plot, dan se-
berupa guritan di antaranya “Tu- bagainya. Sampai saat ini pengarang
kang Mbarang” (Panjebar Sema- yang sejak 1983 menjadi anggota
ngat, Februari 1960), “Wengi” (Ja- OPSJ Komisariat Jawa Timur ini be-
ya Baya, Mei 1963), “Pethilan” (Jaya lum pernah menerbitkan buku. Ha-
Baya, 25 Oktober 1964), “Penyair” nya beberapa karyanya (berupa puisi
(Jaya Baya, 6 November 1966), “Pra- dan cerpen) masuk dalam antologi
wan Tuwa” (Jaya Baya, 28 April bersama, di antaranya dalam (1)
1968), “Cuwilan” (Dharma Nyata, Pustaka Sasanamulya Taman Sari:
204 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kumpulan Cerkak dan Geguritan menulis untuk majalah berbahasa Ja-


(Pusat Kebudayaan Jawa Tengah, wa, terutama Mekar Sari. Pada awal
1975), (2) Dongeng Katresnan: proses kreatifnya, ia merasa terpacu
Kumpulan Cerkak Pilihan (Koperasi oleh keberadaan Sanggar Sastra Ja-
Adi Jaya Majalah Kumandang Jakar- wa Yogyakarta (SSJY) yang didiri-
ta, 1975), (3) Kembang Saka Kethin- kan oleh Balai Penelitian Bahasa
thang: Antologi Penyair Jawa Ang- Yogyakarta.
katan 1980 (HMJ PBSJ, FPBS IKIP Karier Harwi Mardiyanto pada
Surabaya, 1990), dan (4) Antologi akhirnya berkembang ketika (sejak
Sastra Jawa: Kumpulan Geguritan tahun 1990 hingga 1992) ia dipercaya
(Taman Budaya Jawa Timur, 1997). menjadi redaktur pelaksana majalah
Mekarsari. Selepas dari Mekar Sari,
harwi mardiyanto (1965— ) ia menjadi wartawan lepas (freelan-
Harwi Mardiyanto, yang di da- ce) hingga tahun 1994. Tidak berse-
lam tulisan-tulisannya sering meng- lang lama Harwi diterima sebagai gu-
gunakan nama Harwi M., lahir di ru (PNS) di SMK Negeri Surabaya.
Yogyakarta pada 2 Juli 1965. Ia ada- Bersama istrinya, Winartiningsih,
lah putra pertama dari empat bersau- S.Pd., Harwi Mardiyanto kini ber-
dara pasangan Daliyah dan Sastra tempat tinggal di Jalan Siwalankerto
Maryono. Ketiga saudaranya berna- Selatan I /48, RT 01, RW 06, Sura-
ma Herlan Mardiyanto, Tri Hardjan- baya, telepon (031) 8412481.
to, dan Aris Nurlato. Di Yogyakarta Karya-karya Harwi Mardiyanto
ia tinggal bersama orang tua di Ka- mencakupi puisi, cerpen, artikel, dan
ranganyar MG III/1296 Yogyakarta drama baik berbahasa Jawa maupun
55153. Pendidikan formal diselesai- Indonesia. Karya-karya itu baginya
kan di Yogyakarta: SD Panembahan digunakan sebagai media ekspresi
3 (lulus 1980), SMP 2 (lulus 1983), diri dan penalaran. Sebagai orang Ja-
SMA 3 (lulus 1986), Institut Seni In- wa, ia menganggap bahwa sastra Ja-
donesia (lulus 1993), dan Akta IV wa adalah nadi kehidupannya se-
IKIP Yogyakarta (1994). Pada tahun hingga meskipun ia merasakan ken-
1994 Harwi Mardiyanto menikah de- dala terbatasnya media dan komu-
ngan Winartiningsih, S.Pd. nitas sastra Jawa, ia akan terus me-
Karier kepengarangan Harwi nulis sastra Jawa. Harapannya ter-
Mardiyanto tumbuh sejak masih ku- hadap sastra Jawa cukup sederhana
liah. Tulisan pertamanya terbit di tetapi mengandung arti yang men-
majalah anak-anak Gatotkaca (Ke- dalam yakni agar sastra Jawa tidak
daulatan Rakyat Group) pada tahun dianggap sebagai sastra murahan.
1980-an. Ketika itu ia menulis dalam Pada awal 1980-an karya-karya
bahasa Indonesia karena belum me- Harwi yang berupa puisi anak-anak
ngenal majalah berbahasa Jawa. Na- banyak terbit di majalah Gatot Ka-
mun, setelah mengenal majalah ber- ca; sedangkan artikel sastra dan seni
bahasa Jawa, ia kemudian juga rajin budaya banyak terbit di Mekar Sari
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 205

sekitar tahun 1985 hingga 1990-an. sebagai guru, juga sebagai anggota
Beberapa guritannya banyak terbit di masyarakat, di tengah-tengah kesi-
majalah Mekar Sari dan Pagagan ta- bukannya menjadi guru sekolah da-
hun 1990-an. Karya berjudul “Per- sar Harwimuka juga melanjutkan
ban” (Mekar Sari, 1990-an) dan studi ke sebuah perguruan tinggi di
“Win Win” (MS, 1990-an) merupa- Blitar dan memperoleh gelar sarjana
kan hasil adaptasi dari karya Afrisal muda (jurusan bahasa Inggris) tahun
Malna. Dua naskah dramanya, yakni 1987. Belum puas dengan itu, ia ke-
“Dhuwit” dan “Racun”, pernah di- mudian meneruskan studinya ke jen-
siarkan melalui televisi pada tahun jang S-1 (jurusan Bahasa dan Sastra
1992. Untuk sementara, sekarang ini, Indonesia) di Universitas Wisnuwar-
ia berhenti menulis sastra dan banyak dhana, Malang, dan lulus pada awal
menulis naskah drama untuk dipen- tahun 1990-an.
taskan oleh murid-murid asuhannya, Dalam kancah kesusastraan Ja-
bukan untuk dipublikasikan di media wa modern, Harwimuka mengawali
masa. karier kepengarangannya sejak ta-
hun 1979, tidak lama setelah lulus
harwimuka (1960— ) dari SPG (Sekolah Pendidikan Gu-
Harwimuka lahir di Blitar, Jawa ru). Akan tetapi, kerja kepengarang-
Timur, tanggal 22 Oktober 1960. Se- annya itu baru menampakkan hasil
jak kecil hingga sekarang ia tetap agak lumayan pada tahun 1980-an,
tinggal di Blitar. Pendidikan SD (Se- terutama dalam bentuk puisi (gurit-
kolah Dasar) diselesaikan di daerah an) dan cerita pendek (crita cekak).
kelahirannya dan lulus pada tahun Hanya saja, pada tahun 1980-an itu
1972. Setelah tamat SD, ia melan- Harwimuka tidak begitu produktif.
jutkan ke SLTP (Sekolah Lanjutan Hal itu disebabkan oleh kesibukan-
Tingkat Pertama), tamat pada tahun nya mengajar di sekolah dasar, di
1975. Setelah itu, pendidikan SLTA- samping kesibukan mengikuti kuliah
(Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)-nya di Blitar (sampai sarjana muda) dan
ditempuh di Kabupaten Blitar dan di Malang (sampai sarjana). Barulah
lulus pada tahun 1979. Dua tahun pada pertengahan tahun 1990-an, ia
kemudian, yakni pada tahun 1981, menunjukkan produktivitasnya, ti-
ia diangkat menjadi guru, tepatnya dak hanya menulis puisi dan cerpen,
guru SD Sukasewa 4, Kecamatan tetapi juga novel (cerita bersam-
Gandusari, Kabupaten Blitar, dan bung).
profesinya sebagai guru ini masih di- Kalau ditanya mengapa dan un-
tekuni hingga sekarang. Saat ini ia tuk apa terjun ke dunia tulis-menulis
tinggal di Desa Butun, RT 03, RW (mengarang), terutama tulis-menulis
04, Kecamatan Gandusari, Kabupa- berbahasa Jawa, Harwimuka akan
ten Blitar, Propinsi Jawa Timur. mengatakan tidak mempunyai tujuan
Dengan maksud untuk menam- yang muluk-muluk; dan itu dilaku-
bah pengetahuan dan wawasannya kan hanya sekadar untuk
206 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menyalurkan hobi dan kegemaran- tahui apakah ia juga menulis drama


nya menulis dan rekreasi. Hanya sa- (sandiwara) atau tidak.
ja, dengan mengarang itu ia berharap Beberapa di antara karyanya
apabila karangannya berhasil dimuat yang sudah dipublikasikan baik di
di media massa akan dapat menjadi dalam media massa cetak (majalah
orang terkenal, di samping akan dan tabloid berbahasa Jawa) mau-
memperoleh honor (sekadar untuk pun buku antologi ialah sebagai beri-
menambah penghasilannya sebagai kut. Karya yang berupa puisi (gurit-
guru SD). Itulah sebabnya, penga- an), antara lain, “Wiwit Donya Ana”
rang yang kadang-kadang menulis ‘Mulai Dunia Ada’ (Jaya Baya,
dengan nama samaran Hariwisnu, 1979), “Dhokterku” ‘Dokterku’ (Ja-
Harwi M., Diansasi, dan Astika itu ya Baya, 1980), “Jam Jaman Jam”
kemudian rajin menulis dan mengi- dan “Duplikat” ‘Tiruan’ (Mekar Sari,
rimkan tulisannya ke media-media 12 Juli 1989), “Panglong Wengi Ba-
massa berbahasa Jawa, di antaranya nyuwangi” (Mekar Sari, 2 Agustus
Penjebar Semangat, Jaya Baya, 1989), “Kamuflase” ‘Kamuflase’
Mekar Sari, Jawa Anyar, dan Djaka (1995), “Ngambah Dalan Padhang”
Lodang. ‘Merambah (Melewati) Jalan Terang’
Berdasarkan pengamatan terha- (1995), dan “Memori ing Pesisir Ca-
dap sejarah perjalanan Harwimuka mar” ‘Memori di Pesisir Camar’
dalam khazanah sastra Jawa mo- (1995), ketiganya dimuat dalam buku
dern, dapat dinyatakan bahwa ia ter- antologi Festival Penyair Sastra
masuk pengarang (penulis) serba Jawa Modern (1995) yang diterbit-
bisa. Artinya, ia (yang juga aktif se- kan dalam rangka Peringatan 15 Ta-
bagai pembantu umum kepengurus- hun Triwida, 2 September 1995, oleh
an Sanggar Sastra Triwida komisa- Sanggar Triwida, Depen Kodya Bli-
riat Blitar) tidak hanya menekuni tar, BSP Magang, dan Barisan Seni-
(menulis) salah satu bidang atau je- man Muda Blitar.
nis (genre) sastra saja, tetapi juga Karya-karyanya yang berupa ce-
beberapa jenis sekaligus. Buktinya, rita pendek (cerkak), antara lain,
ia tidak hanya menulis puisi atau cer- “Konslet” (Jaya Baya, 1982), Ilange
pen, tetapi juga novel (cerita bersam- Sunar” ‘Hilangnya Sinar’ (Panjebar
bung), roman sejarah, dan esai atau Semangat, 1982), “Trubus saka
kritik baik dalam rubrik “Sastra” Pang Garing” ‘Bersemi dari Ranting
maupun rubrik lain seperti “Warung Kering’ (Jaya Baya, 1983), “Susi S.”
Cengir” (dalam Mekar Sari). Bah- (Jaya Baya, 1984), “Isih Bapakku”
kan, sebagaimana umumnya para ‘Masih Ayahku’ (Panjebar Sema-
pengarang Jawa lainnya, Harwimu- ngat, 1985), “Pasien Pungkasan”
ka juga cenderung menulis apa saja ‘Pasien Terakhir’ (Panjebar Sema-
sesuai rubrik yang ada di dalam ma- ngat, 1985), “Traktiran Setan” (Jaya
jalah-majalah berbahasa Jawa. Ha- Baya, 1986), “Anakku” (Jaya Baya,
nya saja, sampai kini belum dike- 1987), “Asu-Asu Ajag” ‘Anjing-An-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 207

jing Liar’ (Panjebar Semangat, Sinar Wijaya, Surabaya, 1993, seba-


1987), “Sandiwara Minggu Sore” gai seri PUSPUS No. 004, bersa-
(Jaya Baya, 1988), “Gengsi To, maan dengan diterbitkannya novel
Mas!” (Jaya Baya, 1 Januari 1988), “Kembang Alang-Alang” karya Mar-
“Kudhup ing Gagang Garing” ‘Kun- gareth Widhy Pratiwi, “Nalika Prau
tum Bunga di Ranting Kering’ (Me- Gonjing” ‘Ketika Kapal Oleng’ karya
kar Sari, 9 Agustus 1989), “Kristal Ardini Pangastuti, “Sintru Oh Sintru”
Biru” (Jaya Baya, 19 November karya Suryadi WS, dan “Kubur Nge-
1989), “Utangku Rung Iso Nyaur, mut Wewadi” ‘Makam Menyimpan
Yu!” ‘Aku Belum Bisa Bayar Utang, Rahasia’ karya AY Suharyono. Se-
Yu! (Jaya Baya, 1991), “Bumi, La- benarnya, jauh sebelum menulis dan
ngit” (Jaya Baya, 23 Juni 1991), “Be- menerbitkan cerbung-cerbung dan
bek Manuri” (Mekar Sari, No. 11, atau novel tersebut, Harwimuka juga
1992), “Kadho Ulang Taun” ‘Kado telah menulis novel berjudul “Ku-
Ulang Tahun’ (Jawa Anyar, 1993), walat” ‘Terkena Tuah’. Novel ini di-
“Slamet Theot” (Panjebar Sema- tulis ketika ia mengikuti kegiatan
ngat, 1995), “Upeti” (Mekar Sari, bengkel penulisan kreatif yang dise-
1996), “Memedi” ‘Hantu’ (Panjebar lenggarakan oleh Sanggar Triwida,
Semangat, 2000), “Mung Kangen tahun 1984, dengan tutor Suripan
Pawitane” ‘Hanya Bermodal Rindu’ Sadi Hutomo. Hanya saja, novel ter-
(Jaya Baya, 2002), “Nemu Kamuk- sebut hingga kini tidak diketahui apa-
ten” (cerita wayang) ‘Menemukan kah sudah diterbitkan atau belum.
Kebahagiaan’ (Jaya Baya, 2002). Di samping menulis puisi, cer-
Sementara itu, karya-karyanya pen, dan cerbung atau novel, Har-
yang berupa cerita bersambung (cri- wimuka juga menulis roman sejarah,
ta landhung) yang dimuat dalam di antaranya “Ngoyak Kemben Wu-
media massa, antara lain, “Rebutan dhar” ‘Mengejar Pakaian Lepas’
Pacar” ‘Berebut Pacar’ (Mekar Sa- (Mekar Sari, 10 Mei—24 Mei 1989).
ri, 1989), “Nglasi Senglehe Pang Sementara itu, kritik atau esai sastra
Garing” ‘Merekatkan Patahnya Ca- yang telah ditulisnya, antara lain “Un-
bang Kering” (Mekar Sari, 1990), sur Crita Duwe Sipat Absolut-Relatif
“Njepat Karengat” (Jawa Anyar, Marang Karya Sastra” ‘Unsur Ce-
1994), “Sigar Tatu Malang” ‘Ter- rita Memiliki Sifat Absolut-Ralatif
belah Luka Melintang’ (Djaka Lo- pada Karya Sastra’ (Mekar Sari, 17
dang, 1996), “Kesandhung” ‘Ter- Januari 1990), “Semprite Tukang
sandung’ (Panjebar Semangat, 12 Semprit Digugu Kena, Ora Ya Kena”
September—26 Desember 1998), ‘Peluit Wasit Dipatuhi Boleh, Tidak
“Miyak Pedhut Giri” ‘Menyibak juga Boleh’ (Mekar Sari, 21 Februari
Awan Gunung’ (Jaya Baya, 2002). 1990), “Sastra Jawa Sastra Elit”
Salah satu novelnya yang berjudul (Mekar Sari, 6 Juni 1990), dan “Kri-
“Kerajut Benang Ireng” ‘Terjaring teria Porno Iku Priye” ‘Kriteria Por-
Benang Hitam’ telah diterbitkan oleh no itu Bagaimana?’ (Mekar Sari, 18
208 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Juli 1990), semuanya dimuat dalam dari pernikahannya dengan seorang


rubrik “Bina Basa Bina Sastra”, se- guru SD itu ia dikaruniai tiga orang
dangkan esai-esai yang dimuat da- anak, yaitu Radite Erlangga Adipal-
lam rubrik “Warung Cengir”, di an- guna (1988), Nur Jannati Kallista
taranya, “Kontes Raja lan Ratu Mla- Putri (1990), dan Sazma Aulia Al-
rat” ‘Kontes Raja dan Ratu Miskin’ Kautsar (1998). Hingga kini ia ting-
(Mekar Sari, 8 Maret 1989), “Sing gal di Perumahan Made, Jalan Ma-
Takon Mbayar” ‘Yang Bertanya dedadi VI/36, Lamongan, Jawa Ti-
Bayar’ (Mekar Sari, 29 November mur.
1989, “Tamu Konglomerat” (Mekar Dalam dunia tulis-menulis (ke-
Sari, 14 Maret 1990), “Seminar Le- pengarangan), baik tulis-menulis
bar” ‘Seusai Seminar’ (Mekar Sari, sastra, terutama puisi (Indonesia dan
16 Mei 1990), dan “Ke-Ema, Rik-Ki- Jawa), maupun tulis-menulis yang
rik” (Mekar Sari, 30 Mei 1990). Dan lain, Herry Lamongan mengawali
terakhir, sesuai dengan profesi uta- kariernya sejak tahun 1983 melalui
manya sebagai guru sekolah dasar, media massa cetak baik berbahasa
Harwimuka juga menulis buku pela- Jawa maupun berbahasa Indonesia.
jaran SD 4 judul, terdiri atas 15 jilid. Karyanya yang pertama berupa puisi,
dipublikasikan lewat koran mingguan
herry lamongan (1959— ) Eksponen di Yogyakarta; hanya saja
Herry Lamongan (nama aslinya puisi ini tidak mendapatkan fee atau
adalah Djuhaeri) lahir di Bondowo- honorarium. Demikian juga dengan
so, Jawa Timur, pada tanggal 8 Mei karya berikutnya yang dimuat di ko-
1959. Ayahnya bernama Ismail, se- ran Karya Bakti, Denpasar. Meski-
orang POLRI, berasal dari daerah pun karya-karyanya yang telah di-
Lamongan, dan ibunya bernama Su- muat di media massa itu tidak diberi
karsih, berasal dari daerah Jember, honor, ia tidak surut untuk berkarya;
Jawa Timur. Herry Lamongan ada- dan hingga kini ia terus menulis, ter-
lah anak pertama dari sembilan ber- utama puisi dan guritan, meskipun
saudara; dan adik-adiknya bernama tidak begitu produktif. Hingga kini
S. Widodo, Hendrik Ispamudji, W. guritan-guritan-nya telah tersebar di
Astuti, Unang HP, Hariyadi, Hariyan- berbagai majalah dan surat kabar
to, Mariono, dan Nurhayati. Pendi- berbahasa Jawa, seperti Panjebar
dikan SD diselesaikan di Bondowo- Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari,
so (1972), SLP di Lamongan (1975), Djaka Lodang, Jawa Anyar, dan se-
SPG di Tuban (1979), dan sejak ta- bagainya. Sementara itu, karya-kar-
hun 2000 masuk ke perguruan tinggi ya puisinya telah banyak terpubli-
(lulus?). Sejak tahun 1979 ia diangkat kasi melalui berbagai koran dan ma-
menjadi guru tetap SD di Lamongan. jalah, baik daerah maupun nasional,
Pada tahun 1987 Herry Lamo- seperti Swadesi, Karya Bakti, Ming-
ngan menikah dengan seorang gadis guan Guru, Nusa Tenggara, Simpo-
bernama Ashabul Maimanah; dan ni, Mimbar Masyarakat, Suara Mer-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 209

deka, Surabaya Post, Pelita, Kedau- Kendati demikian, Herry Lamo-


latan Rakyat, Bali Post, Yogya Post, ngan bertekad untuk tidak akan ber-
Singgalang, Horison, dan sebagai- henti menulis sastra (puisi, cerpen)
nya. Jawa karena khazanah filsafat Jawa
Cita-cita awalnya Herry La- dalam sejumlah kitab kuna, dalam
mongan ingin menjadi seorang pe- tembang, tata laku, klenik, tapa bra-
lukis, tetapi cita-cita awal ini kandas ta, dan sebagainya belum tuntas di-
karena kemudian ia suntuk menekuni gali dan diungkapkan. Berkat tekad
bidang tulis-menulis (mengarang). Ia ini pula ia berkeyakinan bahwa sas-
mengaku bahwa dalam hal menga- tra Jawa tidak akan pernah mati se-
rang ia banyak belajar dari kawan- lama orang Jawa masih ada. Sebagai
kawan pengarang (penyair) baik In- pengarang Jawa ia berharap dapat
donesia maupun Jawa. Pengarang (1) mempunyai beberapa antologi
Jawa yang menurutnya telah mem- guritan tunggal, (2) selalu mengha-
bangkitkan semangatnya menulis diri event sastra Jawa di mana pun
guritan, di antaranya, adalah Suri- diselenggarakan, (3) menyelengga-
pan Sadi Hutomo, Diah Hadaning, rakan pentas baca guritan baik di
Setyo Yuwono Sudikan, dan Jayus tingkat daerah maupun nasional, (4)
Pete. Sementara itu, pengarang Indo- berkunjung ke rumah para pakar dan
nesia yang menurutnya telah mem- praktisi sastra Jawa, dan (5) mati di
berikan banyak hal kepadanya, di pentas pembacaan guritan dengan
antaranya, adalah Putu Arya Tirta- iringan syahdu tembang megatruh
wirya, Redi Panuju, Isbedy Setiawan maupun gambuh palastra.
ZS, Wahyu Prasetya, dan lain-lain. Selain itu, penggurit yang me-
Mengapa Herry Lamongan me- ngaku ingin jadi orang terkenal lewat
nulis/mengarang dalam dua bahasa dunia tulis-menulis ini menganggap
(Jawa dan Indonesia)? Menurutnya, bahwa guritan baginya sudah seperti
bahasa Jawa memberikan nuansa ke- sebuah urat nadi karena mengeks-
lembutan dalam rasa, baik saat di- presikan sesuatu ke dalam guritan
ucapkan maupun ketika dituliskan, sama dengan sebuah pengembaraan
sedangkan bahasa Indonesia menjadi tanpa akhir yang penuh liku dan tan-
sarana untuk berkomunikasi dengan tangan mengasyikan. Oleh sebab itu,
dunia yang lebih luas. Hanya saja, penggurit (penyair) yang tidak ha-
ia mengaku bahwa apabila diperban- nya menulis guritan (puisi) tetapi ju-
dingkan, ia lebih mudah menulis ga cerpen, drama, dan esai tersebut
puisi Indonesia daripada menulis gu- semakin mantap dengan dunia yang
ritan. Sebab, menurutnya, selain ti- digelutinya (walaupun dunia kepe-
dak atau kurangnya kawan atau ahli nyairan ini hanyalah menjadi profesi
yang dapat diajak berdiskusi, ia juga sampingan karena profesi utamanya
merasa sulit mengekspresikan ga- adalah guru yang masih harus terus
gasannya ke dalam bahasa yang di- aktif mengajar). Dan berkat keman-
tuntut harus nges dan njawani. tapan itu pula agaknya ia berhasil
210 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

memperoleh penghargaan (1) seba- Sementara itu, beberapa karya-


gai penulis puisi terbaik bersama nya juga telah dimuat dalam ber-
sembilan penyair lain dari Sanggar bagai buku antologi puisi dan gurit-
Minum Kopi, Denpasar, Bali, pada an bersama para penyair dan peng-
tahun 1989, dan (2) sebagai peng- gurit lain. Barangkali ada sekitar 25
gurit terbaik dari Sanggar Sastra buah guritan dalam berbagai judul
Triwida pada tahun 1995. Berkat be- antara tahun 1987 hingga 2002 di
berapa penghargaan ini, di samping berbagai kota, seperti Surabaya, Ja-
kemudian aktif dalam Himpunan Pe- karta, Lampung, Mataram, Denpa-
nulis, Pengarang, dan Penyair Nu- sar, Solo, Lamongan, Gresik, Bang-
santara (HP3N), ia semakin aktif kalan, dan lain-lain. Di antara karya-
dan kreatif menulis dan mempubli- karya itu ialah “Jejak Lukisan” dan
kasikan karya-karya puisi atau gu- “Sejuta Bayonet” dimuat dalam
ritan-nya. Omonga Apa Wae: Antologi Puisi
Beberapa di antara ratusan gu- dan Guritan terbitan Festival Cak
ritan yang telah ia tulis dan publi- Durasim Taman Budaya Jawa Ti-
kasikan dalam media massa berbahasa mur tahun 2000; “Memanggil Nama
Jawa, antara lain, “Gurit Lemah Laut”, “Catatan Kaki Sebuah La-
Cengkar” ‘Puisi Tanah Tandus’ dan ku”, “Kabar Merdu Sejauh Waktu”
“Saben Mangsa” ‘Setiap Musim’ dimuat dalam antologi Negeri Ba-
(Panjebar Semangat, 1987), “Layang yang-Bayang terbitan Festival Seni
Kegem Bapa” ‘Surat dari Ayah’, Surabaya Taman Budaya Jawa Ti-
“Arum Kusuma”, “Nalika Surya Ma- mur tahun 1996; “Mampir Ngombe”
dal Pasilan” ‘Ketika Matahari Ter- ‘Singgah Minum’, “Gurit Kagem
benam’, “Abad Eda” (Jaya Baya, Ibu” ‘Puisi untuk Ibu’, dan “Alamat”
1990), “Bawana Tatu” ‘Bumi Luka’, dimuat dalam antologi Festival Pe-
“Sakedhep Netra” ‘Sekejap Mata’, nyair Sastra Jawa Modern terbitan
“Nggunggung Kahanan” ‘Menghi- Sanggar Sastra Triwida tahun 1995;
tung Keadaan’ dan “Tembang Pung- “Latar Ngarep”, “Ora Rumangsa
kasan” ‘Lagu Terakhir’ (Mekar Sari, Rosa” ‘Tidak Merasa Kuat’, dan
23 Mei 1990), “Mangsa Sesinglon” “Lelakon Awak” ‘Riwayat Badan’ di-
‘Musim Samar-Samar’ (Panjebar muat dalam antologi Tes……: Anto-
Semangat, 1990), “Menyang Ngen- logi Sastra Jawa terbitan Taman Bu-
di Lungane” ‘Ke Mana Perginya’ daya Jawa Timur tahun 1997; “Mar-
(Jaya Baya, 1991), “Serat-Serat gana Kasetyan” ‘Karena Ada Kese-
Udan” ‘Serat-Serat Hujan’ (Jawa tiaan’ dimuat dalam Drona Gugat
Anyar, 1993), dan “Lelabuhan”, terbitan Bukan Panitia Parade Seni
“Latar Ngarep” ‘Halaman Depan’, WR Supratman tahun 1995; “Doa
“Lurung Kulon”, “Lorong Barat’, Kecil Menjelang Subuh” dan “Susut
“Layang Wulung” ‘Surat Ungu’ (Ja- Kecil Sebuah Mimpi” dimuat dalam
ya Baya, 1993). Luka Waktu: Antologi Puisi Penyair
Jawa Timur; “Kwatrin Parak
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 211

Esuk” Untaian Pagi Hari’, “La- “Angin”, “Dalam Sunyi Katulisti-


wang” ‘Pintu’, “Nalika Surya Madal wa”, “Di Kios Ujung Jalan” (Sing-
Pasilan”, dan “Dak Timba Banyu galang, 1985); “Sajak Sehari”
Menep” ‘Kuambil Air Jernih’ dimuat (Minggu Merdeka, 1985); “Sepucuk
dalam Ayang-Ayang Wewayangan: Surat” (Simponi, 1985); “Suatu Be-
Kumpulan Puisi Jawa Modern ter- nua Tanda Tanya” (Eksponen, 1986);
bitan PPSJS 1992; “Ngelingi Tla- “Dalam dada” (Nusa Tenggara,
tah” ‘Ingat Tanah Kelahiran’, “Ben- 1987); “Kupandangi Hidup”, “Gang-
dulmrisi Awan-Awan” ‘Bendulmrisi Gang Lumutan”, “Laut Menguasai
Suatu Siang’, dan “Mangga Sesing- Ombak” (Surabaya Post, 1988);
lon” ‘Mari Menyamar’ dimuat dalam “Menyampaikan Diam” (Bali Post,
Kabar Saka Bendulmrisi: Kumpulan 1989); “Pengembaraan Burung”
Guritan terbitan PPSJS tahun 2001; (Hai, 1989); “Nafas Jam”, “Kupe-
“Gurit Kagem Ibu”, “Gendhing Se- luk Belantara” (Kedaulatan Rakyat,
gara” ‘Lagu laut’, dan “Tawang 1990); “Bulan Gerhana” (Berita
Kampungku” dimuat dalam Pa- Buana, 1990); “Hujan Senantiasa
ngastawa terbitan Dewan Kesenian Turun (Yogya Post, 1990); “Ngiang
Surabaya tahun 1990; Lambaian Lebah” (Wawasan, 1990); “Kunik-
Muara diterbitkan sendiri secara ter- mati Beritamu”, “Hujan Jatuh di Ko-
batas di Lamongan pada tahun 1998. lam” (Horison, 1991); “Bayangan
Selain karya-karya di atas, se- di Latar” (Pelita, 1991); “Sunyi di
jumlah puisi Indonesia karya Herry Jalan-Jalan” (Salam, 1992); “Dingin
Lamongan juga tersebar dalam ber- Pekarangan” (Mimbar Umum,
bagai media massa berbahasa Indo- 1993); “Rembulan Langit Septem-
nesia, di antaranya adalah “Laguku ber” (Horison, 1994); “Sayap Pena”
Lagu Rakyat” (Eksponen, 1983); (Analisa, 1993); dan “Kembang Sa-
“Gadis Dusun Bersama Bulan”, tu Kelopak” (Cempaka Minggu,
“Menghadang di Hadap Waktu”, 1990).
“Senja”, “Tentang Palestina” “Rak- Sementara itu, beberapa cerpen
yat” (Eksponen, 1984); “Sajak dari yang telah ia tulis dan terbitkan, an-
Dusun” (Karya Bakti, 1983), “Sebe- tara lain, “Sepucuk Surat” (Minggu
lum Batas Malam”, “Menuju Pa- Merdeka, 1985), “Sahabat” (Ming-
dang Kemilau” (Swadesi, 1984); guan Guru, 1986), “Kekhawatiran
“Hayat Kandungan Tubuh”, “Nya- Prabuwisma” (Minggu Merdeka,
nyian” (Mingguan Guru, 1984); 1985), “Koran” dan “Paku” (Akca-
“Dalam Sunyi Malam”, “Hari-Hari- ya, 1989), “Sang Sutradara” (Surya,
ku” (Nusa Tenggara, 1984), “Der- 1990), “Lampor” (Karya Darma,
maga Lembar Suatu Pagi” “Awan, 1991), dan “Doa dalam Surat” (Bali
Ladang dan Seorang Kelana” “Se- Post, 1993). Karyanya yang berupa
gala Angin Menjadi Kendara” (Kar- esai, di antaranya, “Tentang Seper-
ya Bakti, 1984); “Hujan Sepanjang cik Kepengarangan” (Minggu Mer-
Jalan” (Mimbar Masyarakat, 1984); deka, 1985) dan “Penyair dengan
212 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Renungan dan Karyanya” (Minggu gunakan nama samaran ini terus


Merdeka, 1986). Adapaun karya aktif berkarya.
naskah dramanya adalah “Harapan-
harapan” (Dokumentasi, 1984).

husen kertanegara (1960— )


Husen Kertanegara lahir di
Sleman, Yogyakarta, pada 16 Maret
1960. Pendidikan terakhirnya SPG.
Setelah tamat SPG, pengarang ini
menjadi guru SD. Tetapi, ia tidak be-
tah menjadi guru, hanya sekitar tiga
tahun (1980—1983). Kemudian,
pernah pula menjadi kepala dusun.
Tetapi, ia tidak betah pula, hanya se-
kitar tiga tahun (1985—1988). En-
tah kenapa Husen begitu. Yang jelas,
ia kemudian punya pilihan: menjadi
petani, mengolah sawah dan beter-
nak ikan. Barangkali profesi terakhir
inilah yang membuat ia bebas dan
bebas pula dalam menggeluti dunia
tulis-menulis. Karena itu, hobinya
menulis yang telah ia bangun sejak
lama terus ia kembangkan.
Sebagai penulis, Husen telah
menulis ratusan karya (artikel, cer-
pen, dan cerita anak-anak), baik ba-
hasa Indonesia maupun bahasa Ja-
wa, dan telah mengirimkan dan mem-
publikasikan karya-karya itu ke
berbagai majalah di Jawa Tengah,
DIY, Jawa Timur, dan Jakarta. Be-
berapa cerkak-nya banyak pula
menghiasi majalah Panjebar Se-
mangat, Jaya Baya, Djaka Lodang,
Mekar Sari, Jawa Anyar, dan Kan-
dha Rahardja. Dan sambil bertani,
di kediamannya (Gatak, Sidoluhur,
Godean, Sleman, Yogyakarta 55564)
penulis yang kadang-kadang meng-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 213

i
imam sardjono (1926—) kaan Universitas Pembangunan Na-
Imam Sardjono lahir di kota ke- sional di Surabaya.
cil pesisir selatan Jawa Timur, Pa- Sebagai pengarang, Iman Sar-
citan, pada tanggal 26 Desember djono telah menulis dan menerbitkan
1926. Akan tetapi, pendidikan seko- dua buah buku sastra, yaitu kum-
lah lanjutan diikutinya berpindah- pulan cerpen Kridhaning Ngaurip
pindah. Pertama ia mengikuti SMT/ dan novel Trajumas, keduanya di-
SMA bagian B (Paspal) di Yogya- terbitkan oleh Balai Pustaka tahun
karta. Kemudian, ia pindah ke SMT/ 1986. Buku yang pertama, kumpul-
SMA bagian B (Paspal) Peralihan/ an cerpen Kridhaning Ngaurip, se-
Pejuangan Semarang, di Salatiga, lu- mula telah dimuat dalam majalah
lus tahun 1948. Panjebar Semangat dan Jaya Baya
Seperti halnya riwayat pendi- antara tahun 1952 hingga 1954. Se-
dikannya, karier pekerjaannya pun mentara, buku kedua, novel Traju-
berpindah-pindah. Semula (1945— mas, berkisah tentang sebuah keluar-
1948) ia bekerja sebagai Staf Yon ga (Prawiradirja) di Purwanggan
Supardi di Pacitan tetapi bertugas di Yogyakarta yang berusaha mencoba
Yogyakarta dan Semarang Pada ta- untuk mengatasi berbagai masalah
hun 1949 hingga 1950 menjadi pem- yang dihadapinya.
bantu Letnan Komandan S 1 MPPS
4000 Pacitan. Kemudian, karena ter- imam supardi (1904—1963)
tarik pada bidang pendidikan ke- Imam Supardi lahir di Lumajang,
bangsaan, ia pindah bekerja ke Per- Jawa Timur, pada 10 Mei 1904. Ia
guruan Taman Siswa Cabang Paci- lahir dan berasal dari keluarga biasa.
tan. Pada perguruan itu ia berkedu- Akan tetapi, sejak kecil ia tampak gi-
dukan sebagai Ketua Umum. Peker- gih dan ulet sehingga membuat di-
jaan itu dijalaninya dari tahun 1951 rinya sukses di bidang sastra dan jur-
hingga 1959. Selanjutnya ia bekerja nalistik. Imam Supardi menempuh
sebagai Kepala Bagian Pendaftaran pendidikan Normaal School di Pro-
Pendidikan Penyaluran di Kantor bolinggo, Jawa Timur. Pendidikan-
Urusan Veteran Pacitan dari tahun nya itu telah mengantarkannya men-
1958 hingga 1959. Pada tahun jadi seorang guru (1925—1930) di
1960—1969 ia menjabat Wakil Ke- wilayah Puger, Jember. Setelah be-
pala Kantor Urusan Veteran dan De- kerja sebagai guru, kariernya pada
mobilisasi Kotamadya Surabaya. bidang jurnalistik dan pers semakin
Akhirnya, sejak tahun 1970 ia men- menonjol. Sayang sekali pengarang
jadi Wakil Kepala Bagian Perpusta- yang satu ini keburu dipanggil Tuhan
pada hari Kamis, 25 Juli 1963, di
214 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Surabaya, dan jenazahnya dima- rangkap Kepala Bagian Penerangan


kamkan di Ngagelreja, Jawa Timur. Devisi VII Surapati di Malang. Ta-
Imam Supardi termasuk pe- hun 1947 hingga 1949 ia menjabat
ngarang Jawa yang dibesarkan lewat sebagai Kepala Bagian Penerangan
jalur guru dan media massa. Ia me- Devisi Narotama dan menerbitkan
nekuni bidang sastra dan jurnalistik majalah Menara Merdeka. Sejak
sejak sebelum hingga pada massa 1950 hingga menjelang wafat, ia
kemerdekaan. Dalam karangan-ka- tetap memimpin majalah Penjebar
rangannya ia sering menggunakan Semangat di Surabaya dan majalah
nama samaran perempuan, seperti Tanah Air sebagai penjelmaan ma-
Endang Wahyuningsih, Pangripta, jalah Terang Bulan. Berkat jasa-jasa
Sri Susinah, Cak Im, dan sebagai- Imam Supardi majalah Panjebar Se-
nya. Sebagai kaum berpendidikan, mangat tumbuh dan berkembang
Imam Supardi tidak dapat melepas- menjadi majalah yang kuat dan me-
kan diri dari hiruk-pikuk perjuangan miliki persebaran ke seluruh tanah
bangsa. Berkat kedekatannya de- air.
ngan Dokter Sutomo, ia dipercaya Karier kepengarangan Imam Su-
untuk membantu pengelolaan maja- pardi tidak dapat dilepaskan dari la-
lah nasionalis berbahasa Jawa, yakni tar belakang pendidikan dan peker-
Panjebar Semangat di Surabaya. jaannya. Sebagai murid Normaal
Pada waktu itu, Penjebar Semangat School, Imam Supardi sudah pasti
merupakan media massa yang turut akrab dengan bacaan sastra, terutama
aktif mendorong semangat perjuang- sastra (Indonesia dan Jawa) terbitan
an bangsa Indonesia untuk mencapai Balai Pustaka yang dikelola oleh pe-
kemerdekaan. merintah Belanda melalui Taman
Pada waktu menjadi guru Imam Pustaka. Pada waktu itu, untuk men-
Supardi telah nyambi menjadi kores- ciptakan situasi asosiatif antara ma-
ponden harian Bintang Timur dan syarakat pribumi dan penjajah, Be-
Suara Umum dan sejak tahun 1933 landa memanfaatkan bacaan, terma-
ia dipercaya menjadi redaktur Suara suk bacaan sastra.
Umum. Di tengah kesibukannya itu Sebagai guru, Imam Supardi
ia juga mengajar pada Mulo Persa- tentu dituntut berpengetahuan luas,
tuan Bangsa Indonesia. Kemudian, tidak terkecuali pengetahuan tentang
ketika masih menjadi pemimpin re- sastra. Itulah sebabnya, bakat kepe-
daksi Penjebar Semangat, pada ta- ngarangan Imam Supardi semakin
hun 1939 ia juga ditugasi menjadi berkembang. Ia juga bekerja sebagai
pemimpin redaksi Terang Bulan. Se- pengelola berbagai penerbitan ber-
jak tahun 1942—1945 (zaman Je- bahasa Melayu, seperti Bintang Ti-
pang) menjabat sebagai redaktur mur, Suara Asia, Terang Bulan, Ta-
Suara Asia di Surabaya. Pada masa nah Air, dan Suara Umum. Sebagai
kemerdekaan (1947) ia menjabat se- orang yang malang-melintang me-
bagai redaksi majalah Prajurit me- ngelola sejumlah penerbitan, Imam
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 215

Supardi memiliki kesempatan terbu- Imam Supardi adalah Sri Panggung


ka dalam menyampaikan pemikiran Kethoprak dan Sri Panggung Wa-
dan pandangan-pandangannya kepa- yang Wong dalam majalah Panye-
da masyarakat luas. Hal itu dapat bar Semangat. Kedua cerita bersam-
diketahui dari sejumlah novel atau bung tersebut mengangkat persoalan
cerbungnya yang dimuat dalam Pa- pendidikan budi pekerti bagi kaum
njebar Semangat, seperti Sri Pang- muda.
gung Kethoprak dan Sri Panggung Selama ini, Imam Supardi dike-
Wayang Wong, yang ditulisnya de- nal sebagai pejuang pers, terutama
ngan nama samaran Sri Susinah. karena jasa dan dedikasinya dalam
Dalam dunia sastra Jawa, Imam mendorong kemajuan beberapa pe-
Supardi dikenal sebagai penulis dan nerbitan. Selain itu, ia juga duduk
sekaligus kritikus sastra. Ia hidup sebagai pengelola atau redaksi ber-
dalam masa transisi, yaitu antara bu- bagai media massa, seperti Panjebar
daya tradisional dan modern. Karya- Semangat (sejak 1933 sampai dengan
karyanya yang ditulis dengan meng- menjelang akhir hidupnya, 1963),
gunakan nama samaran Sri Susinah Suara Umum (1931—1933), Terang
banyak mengangkat persoalan per- Bulan (sejak 1939), Suara Asia
paduan budaya (Barat dan Timur). (1945—1947), Prajurit (1942—
Pandangannya itu dimaksudkan se- 1947), dan Menara Merdeka
bagai pencerahan pemikiran masya- (1947—1949). Berkat keuletan dan
rakat menuju kehidupan modern semangatnya, Imam Supardi berhasil
yang tidak tercerabut dari akar bu- membawa Panjebar Semangat men-
daya sendiri. jadi media yang terkenal dan memiliki
Beberapa karya Imam Supardi oplah cukup tinggi.
yang dapat dicatat, antara lain, cerita Sebagai sosok yang telah me-
bersambung “Sandhal Jinjit ing Se- ngenyam pendidikan modern Barat,
katen Solo” (Panjebar Semangat, Imam Supardi termasuk dalam de-
1935). Cerbung ini bertema kebe- retan kaum intelektual modern. Oleh
basan kaum muda dalam menentu- sebab itu, dalam setiap karya-kar-
kan pilihan pasangan hidup. Sikap yanya, Imam Supardi selalu me-
(pilihan) itu diperjuangkan, antara nuangkan pemikiran-pemikirannya
lain, oleh tokoh seperti M.R. Widati, untuk mendorong masyarakat menu-
Suwarno, R.A. Suwarni, dan R.M. ju kehidupan modern, tanpa mele-
Suwardi. Sementara itu, karyanya paskan diri pada nilai-nilai tradisio-
yang berbentuk drama ialah Ken nal. Ia ingin mengedepankan pen-
Angrok Sri Rejasa. Karya ini meru- tingnya masyarakat berpikir modern,
pakan karya saduran dari cerita tra- tetapi dengan tetap dilandasi oleh
disional Jawa. Karya ini dimaksud- etika dan moral kejawaan. Oleh se-
kan sebagai buku petunjuk bagi pe- bab itu, dalam berkesenian dan ber-
mentasan drama ketoprak. Di sam- sastra ia konsisten mengolah aspek-
ping itu, beberapa cerbung karya aspek cerita tradisional dengan
216 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sentuhan penggarapan dan pemikir- dicambuk agar “menjadi pandai.”


an modern, seperti yang dituangkan Ketika anak seusianya riang bermain
dalam cerbung Sri Panggung Ke- bola di alun-alun, Iman justru diha-
thoprak, Sri Panggung Wayang ruskan ikut kursus mengetik yang ti-
Wong, dan drama Ken Angrok Sri dak lazim bagi anak seusianya. Ti-
Rejasa dak heran jika hingga kini kerapian
hasil ketikan manualnya serapi hasil
iman budhi santosa (1948— ) ketikan komputer.
Iman Budhi Santosa adalah pe- Ketika kelas 6 SD, ibunya dini-
ngarang dua bahasa (Jawa dan In- kahi oleh sastrawan Jawa terkenal,
donesia). Darah kepengarangannya Any Asmara. Saat itu ia merasa ter-
tidak ada hubungannya dengan jen- pukul karena ibunya yang menjadi
jang pendidikannya. Pendidikan ter- pujaannya “dirampas” orang lain. Ia
akhir Iman Budhi Santosa di bidang merasa kasih sayang ibu akan ter-
perkebunan (Akademi Farming). Se- bagi dua. Namun, pada masa-masa
jak kecil, ia suka berpikir dan mere- selanjutnya, entah apa yang dirasa-
nung mengenai apa saja yang dili- kan ia sulit menggambarkan karena
hatnya. Setelah dewasa ia berke- bagaimana pun semua peristiwa ada
inginan melebihi keahlian menulis baik dan buruknya.
ayah tirinya, Any Asmara. Pada usia 23 tahun (September
Iman Budhi Santosa lahir pada 1971) Iman Budhi Santosa memi-
Minggu Kliwon, 28 Maret 1948, di nang seorang gadis dari Purworejo
Kauman, Magetan, Jawa Timur. bernama Sri Maryati. Pasangan ini
Ayahnya, Iman Sukandar, dari Ke- dikaruniai 4 orang anak (Wisang
bumen, Jawa Tengah, sedangkan ibu- Prangwadani, Pawang Surya Ken-
nya, Hartijatim, dari Magetan, Jawa cana, Risang Rahjati Prabowo, dan
Timur. Sejak kecil, ia tidak hidup ber- Ratnasari Devi Kundari). Dalam
sama ayah kandungnya karena ketika waktu lebih kurang 7 tahun, perka-
berumur 1,5 tahun ayah dan ibunya winan Iman Budhi Santosa dengan
bercerai. Atas kejadian itu ia tinggal Sri Maryati kandas. Keduanya me-
bersama ibu di tempat kakek-nenek- milih jalan hidup sendiri-sendiri. Sri
nya di Magetan. Ia sangat soliter da- Maryati pulang ke orang tua di Pur-
lam hidup sehingga hidupnya di- worejo, sedangkan ia sendiri memilih
anggap sebagai “Dunia Semata Wa- mengelana di kota gudeg. Tempat
yang.” tinggalnya pun berpindah-pindah.
Masa kecil Iman Budhi Santosa Saat ini, ia tinggal di Jalan Bakung
penuh kenangan. Kakeknya, pensiun- 11, Baciro, Yogyakarta.
an kepala SR zaman Belanda, dan Iman Budhi Santosa lulus SD
ibunya menginginkan kelak Iman jadi tahun 1960 dan SMP tahun 1963 di
orang sukses. Maka, jika ia tak me- Magetan, Jawa Timur. Setelah ber-
nuruti nasihat dan anjurannya, dihu- sama orang tua pindah ke Yogyakar-
kum cambuk. Maksudnya, ia ta, ia masuk ke Sekolah Perkebunan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 217

Menengah Atas (SPbMA) Yogya- Klub). PSK eksis pada akhir dekade
karta dan lulus tahun 1968. Sekolah 1960-an hingga pertengahan 1970-
ini sekarang menjadi SMK YDPP an. PSK berafiliasi dengan Minggu-
MM 52 (Sekolah Menengah Keju- an Pelopor Yogya yang bermarkas
ruan Yayasan Dana Pendidikan Per- di Jalan Malioboro 175. Dengan
kebunan Muja-Muju 52) di Jalan PSK iklim berkesenian di Malioboro
Kenari 65, Yogyakarta. Ketika be- semarak. Banyak kaum muda ber-
kerja di Dinas Perkebunan Propinsi gabung, berproses, dan kemudian
Jawa Tengah, ia berkesempatan me- menjadi sastrawan. Emha Ainun
lanjutkan studinya di Akademi Far- Nadjib, Ahmad Munif, Faisal Ismail,
ming, Semarang, dan lulus tahun Linus Suryadi A.G., F. Rahardi, Kor-
1983. rie Layun Rampan, Agnes Yani Sar-
Sejak 1971 Iman bekerja di Per- jono, Atas Danusubroto, Bambang
kebunan Teh Medini di lereng Indra Basuki, Darwis Khudori, Fau-
Ungaran. Dari tenaga honorer akhir- zi Absal, Joko S. Passandaran, dan
nya menjadi sinder perkebunan. Na- masih banyak lagi adalah orang-
mun, pada 1975 ia keluar dan pindah orang yang semula aktif di PSK.
ke pabrik gula Cepiring, Kendal, Ja- Pernah suatu ketika, akibat ga-
wa Tengah. Belum sampai tiga bulan gal menerima hadiah (juara I) yang
bekerja, lamarannya ke Dinas Per- dijanjikan panitia lomba mengarang,
kebunan Propinsi Jawa Tengah dite- Iman Budhi Santosa kecewa sehing-
rima. Pabrik gula Cepiring lalu di- ga mendorongnya untuk mengubah
tinggalkan. Sebagai pegawai negeri haluan dari seniman jalanan menjadi
di Dinas Perkebunan itu ia bertugas orang kantoran (di perkebunan teh).
membina teh rakyat Jawa Tengah di Maka, ketika selama beberapa tahun
Boyolali, Banjarnegara, Pemalang, ia menghilang tanpa pamit, komu-
Tegal, dan Brebes. nitas seniman di Yogyakarta sempat
Karier menulis Iman Budhi San- merasa kehilangan. Di perkebunan
tosa dimulai sejak masih duduk di teh, ia bekerja sebagai sinder kebun
kelas 4 SD. Tulisannya waktu itu ba- di perusahaan perkebunan teh dan
nyak dimuat di rubrik Taman Putra berpindah-pindah dari Ungaran,
majalah Panjebar Semangat. Di Kendal, Semarang, Boyolali. Na-
Yogyakarta, saat itu masih SMA dan mun, dunia kepenyairan yang telah
tinggal bersama ibu dan ayah tirinya lekat dalam dirinya seolah memang-
(Any Asmara), ia menemukan ber- gilnya untuk “kembali.” Tahun
aneka ragam buku dan segera mela- 1987, di kantor terjadi kesalahpa-
hapnya. Sementara itu, di luar ru- haman antara dirinya dengan rekan
mah, ia bergaul dengan komunitas sejawat. Sikapnya sebagai “pembe-
seniman. Bersama Umbu Landu Pa- rontak” kambuh. Tanpa banyak per-
ranggi, Ragil Suwarna Pragolapati, timbangan, ia mengundurkan diri,
dan Teguh Ranusastra Asmara, ia meletakkan NIP-nya sebagai pega-
mendirikan PSK (Persada Studi wai negeri. Selanjutnya, ia pulang ke
218 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Yogyakarta, memilih menjadi sastra- pen, 2003). Puisinya terdapat dalam


wan. banyak antologi, misalnya Tugu
Iman mengaku, ketika masih be- (1996), Tonggak 3 (1987), Zamrud
kerja di perkebunan, ia pernah ber- Khatulistiwa (1997), Gerbong
temu dengan seorang kakek. Ia dita- (1998). Esai tentang kenangan kota
nya “mengapa orang diberi Allah kelahirannya diterbitkan Puspa Swa-
dua kaki?” Beberapa saat, ia berpi- ra dalam antologi Senandhung Ru-
kir, tetapi tidak dapat memberi ja- mah Ibu (1993). Cerpennya masuk
waban yang memuaskan. Selanjut- dalam antologi “Lukisan Matahari”
nya, ia menanyakan perihal “werdi” (Bernas, 1993).
pertanyaan itu. Si Kakek kemudian Dalam rangka Festival Kesenian
menjelaskan bahwa Tuhan mencip- Yogyakarta, ia mengedit antologi pui-
takan manusia untuk bertumpu pada si Sembilu (1991), Ambang (1992),
dua kaki, jika suatu saat kaki yang antologi esei Begini, Begini, dan Be-
satu sakit maka kaki yang lain dapat gitu (1997), dan Tamansari (1998).
menutup kekurangannya. Iman me- Tulisan dan puisinya pernah dipubli-
nangkap makna pertanyaan kakek kasikan di majalah Horison, Kalam,
itu menyangkut nasibnya (melepas- Basis, Citra Yogya, Antologi PPIA
kan NIP dan keluar sebagai pegawai Surabaya, dan di media massa pusat
negeri). Akan tetapi, nasi sudah men- dan daerah. Cerbernya Dorodasih
jadi bubur. Bagi Iman tidak ada arti- dan Pertiwi diangkat menjadi telesi-
nya menyesali diri. Maka, ia akhir- nema oleh sebuah rumah produksi di
nya memusatkan perhatian pada du- Jakarta. Selain itu, ia juga pemenang
nia sastra yang sejak lama telah di- Lomba Penulisan Puisi Taman Bu-
geluti. Ia menganggap dunia sastra daya Yogyakarta (“Lirik-Lirik Keme-
adalah jalan yang benar karena jauh nangan”, 1994) dan Lomba Penu-
dari masalah materi. Ia juga menga- lisan Cerkak Taman Budaya Yogya-
ku, dari tempat kerja itu ia banyak karta (“Liong Tembang Prapatan”,
mendapatkan pengalaman yang ti- 1999). Selain itu, Iman pernah men-
dak habis-habisnya untuk ditulis. jabat ketua seksi Sastra Indonesia pa-
Sebagai sastrawan ia telah meng- da Festival Kesenian Yogyakarta
hasilkan banyak karya, di antaranya (1995, 1997, 1998).
Ranjang Tiga Bunga (novel, 1975), Sekalipun secara batin tidak me-
Barong Kertapati (novel silat, 1976), rasa ‘berpisah’ dengan istri dan keti-
Tiga Bayangan (puisi, 1970), Pesta ga anaknya, Iman Budhi Santosa ki-
Api (puisi, 1989), Dunia Semata Wa- ni memutuskan untuk hidup sendiri
yang (puisi, 1996), Profesi Wong Ci- sembari terus menulis dan berproses
lik (esai, 1999), Kisah Polah Tingkah kreatif. Ketika ditanya mengapa le-
(esai, 2001), Matahari-Matahari Ke- bih banyak menulis sastra Indonesia
cil (puisi, 2002), Dorodasih (novelet, dibanding sastra Jawa, secara jujur
2002), Kalimantang (cerpen, 2003), ia menjawab, “Saya tidak suka sas-
Kalakanji (esai, 2003), Talipati (cer- tra Jawa tapi senang dengan nilai-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 219

nilai yang dikandung di dalamnya.” dan diterbitkan oleh Pustaka Sastra


Maka benar, karyanya, meski berba- LKiS dengan judul Dorodasih
hasa Indonesia, banyak mengandung (2002).
nilai-nilai budaya Jawa. Terlebih la- Karya-karyanya yang berbentuk
gi, ia tidak mau dicatat sebagai orang guritan, antara lain “Kaki-Nini Juru
yang “dialiri” oleh darah ayah tiri Kunci Candhi Gedhong Songo”
yang dikenal sebagai plagiator. Ia (1989), “Pasarehan Gunung Tugel”
ingin menunjukkan jati dirinya se- (1984), “Bulak Bubat” (1986), “Da-
bagai sastrawan asli yang ide-idenya nau Salak 1982” (1987), “Tanjung
mengalir alami. Ia mengaku proses Mas Wangi Tengahe” (1990),
kreatif kepengarangannya merupa- “Oleh-Oleh saka Mataram Ma-
kan hasil didikan dari kakek, nenek, ranginan” (1983), “Sanggar Pamu-
dan ibunya, bukan dari ayah tirinya. jan” (1984), “Ketiga Ngerak ing
Sebab, setiap malam mereka selalu Tlatah Tembarak” (1987), “Mangsa
memberi petuah lewat tembang Ja- Kepitu ing Perenging Merbabu”
wa yang mengandung ajaran moral (1982), “Prambanan” (1990), “Ga-
dan nilai-nilai budaya Jawa yang adi rit Guriting Katuranggan” (1988),
luhung. “Kebetheng Grimis Dawa” (1989),
Sebagai sastrawan Jawa, Iman “Luwangan Sadedeg Sapengawe”
menghasilkan beberapa karya, an- (1988), “Ngayogyakarta Hadining-
tara lain crita cekak berjudul “Klika rat” (1990), “Kebun Teh Medini
Sapala Tinggalane Landa”, “Abdi 1975” (1985), “Blandhong Jati Gu-
Sengkeran dalam Wirojayan”, “Da- nung Putri” (1985), “Tembang Saka
lang Malaria’, dan “Jangka Ngun- Sabrang” (1993), dan masih banyak
da Prahara.” Naskah crita cekak ter- lagi.
sebut ditulis untuk kampanye pence-
gahan malaria, disiarkan melalui ra- indriyasiwi a.r. (1962—)
dio, hasil kerja sama antara Koalisi Indrasiwi A.R., lengkapnya In-
untuk Yogyakarta Sehat (KuYS) dan drasiwi Arwiyani, lahir di Kweni,
Koperasi Seniman Yogyakarta (KSY) Bantul, Yogyakarta, pada 3 Agustus
pada Juni 2001. Cerpen tersebut ke- 1962. Ayahnya bernama Suparman,
mudian dialihbahasakan ke dalam kelahiran Klaten, 2 Agustus 1935,
bahasa Indonesia dan diterbitkan ber- lulusan SGB, seorang guru dan pa-
sama kumpulan cerpen Iman Budhi mong desa, sedangkan ibunya ber-
Santosa yang lain berjudul Kaliman- nama Sundari, lahir di Klaten, 20
tang (Jendela, 2003). Adapun yang Oktober 1932, juga lulusan SGB, se-
berbentuk novel, antara lain berjudul orang guru SD. Hanya sayang ibu-
“Warakasih”. Novel ini merupakan nya meninggal pada 12 Mei 1997.
pemenang harapan dalam Lomba Indriyasiwi menempuh pendidikan
Penulisan Novel Jawa yang diseleng- SD Jarakan I, Bantul, Yogyakarta
garakan Taman Budaya Yogyakarta (lulus 1976); Taman Dewasa I Putri
(2000). Novel ini lalu diindonesiakan Taman Siswa, Yogyakarta (lulus
220 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1979); SMA Muhammadiyah II Indriyasiwi menulis fiksi tanpa


Yogyakarta (lulus 1982); dan ter- menganut teori tertentu. Ia menulis
akhir di FISIP Jurusan Ilmu Komu- karena ada sesuatu yang mengganjal
nikasi Universitas Sebelas Maret Su- di hati dan ingin dituangkan dalam
rakarta (lulus 1989). Meski seorang fiksi. Jadi, persoalan yang dituang-
sarjana, Indrasiwi tergolong sebagai kan dalam karya-karyanya tidak
wanita Jawa yang sederhana dan jauh dengan pengalaman pibadinya.
berpenampilan prasaja. Dan sejak Ia butuh suasana yang sepi untuk
lahir hingga sekarang, pengarang menulis. Malam hari adalah waktu
wanita beragama Islam ini tetap yang tepat untuk menuangkan ide ke
tinggal di daerah kelahirannya, tepat- dalam tulisan. Jika semua penghuni
nya di Kweni RT 03, RW 34, No. rumah sudah tidur, itulah saat yang
76, Jalan Bantul Km 5, Yogyakarta tepat untuk menulis. Dibuka catatan-
55188. Indriyasiwi dinikahi Arief nya dan mengalirlah kalimat demi
Suwandi, S.E. pada 23 Oktober kalimat sehingga jadilah cerita. Na-
1985. mun, proses ini tidak selalu lancar.
Indriyasiwi mulai menulis pada Sebab, ia juga sibuk dan harus me-
tahun 1980. Karya-karyanya seba- ngurus rumah tangga.
gian besar berupa cerita remaja, se- Indrasiwi semula ingin menjadi
bagian untuk pembaca dewasa, dan penari profesional. Dia belajar me-
sebagian untuk anak-anak. Dalam nari sejak kelas 4 SD. Ia pernah me-
karangan-karangannya ia kadang merankan Srikandi dalam lakon Sri-
memakai nama samaran, di antara- kandi Ngedan ketika diadakan per-
nya Innar. Ia lebih banyak mengolah tunjukan wayang anak dalam rangka
peristiwa-peristiwa yang terjadi di ultah sanggar tari di desanya. Maka,
lingkungannya dalam setiap karya ia masuk SMP Taman Siswa (Ta-
yang ditulisnya. Sejak tahun 1994 man Dewasa Ibu Pawiyatan) karena
Indriyasiwi bekerja sebagai warta- menari merupakan pelajaran wajib
wan dan redaksi majalah Djaka Lo- bagi siswa putri. Namun, nasib baik
dang. Ia pernah menerima penghar- agaknya belum berpihak padanya
gaan dalam bidang seni tari (1975), karena ketika hendak masuk Konser-
penulisan esai Wayang di Abad ke- vatori Surakarta ia jatuh sakit dan
20 (1994), dan penulisan Pikiran tidak dapat mengikuti ujian seleksi.
Pembaca Antar-Wartawan (1995). Bagi Indrasiwi menjadi penga-
Ia berhasil menjadi juara III (juara I rang itu mengasyikkan, bahkan me-
tidak ada) dalam lomba penulisan mabukkan. Ia dapat meninggalkan
cerpen yang diselenggarakan oleh dunianya dan masuk ke dunia lain,
Bakopa Daerah Istimewa Yogyakar- dunia yang diciptakan sendiri. Ia
ta. Indrasiwi juga pernah menjadi menciptakan karakter, mengatur alur
nominator dalam lomba penulisan cerita, dan menyudahi lakon seke-
cerkak yang diselenggarakan oleh hendak hatinya. Ia sering hanyut da-
tabloid Jawa Anyar. lam cerita yang ditulis sendiri. Se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 221

mentara itu ia suka menggarap tema- Lodhang), “Isih Durung Telat” (Dja-
tema persahabatan. Sesuai dengan ka Lodang), “Lho…,” (Djaka Lo-
kesehariannya, ia suka bergaul de- dang), “Kanca Lawas” (Djaka Lo-
ngan siapa saja. Jika ada teman yang dang, 1993), “Lurung Njembrung”
berselisih, dia selalu ingin jadi pene- (Djaka Lodang), “Wurung” (Jawa
ngah. Semangat seperti itulah yang Anyar, 1995), “Episode Ungu” (Dja-
diusung dalam fiksi-fiksinya. Ia tidak ka Lodang), “Piala Eropa” (Djaka
suka konflik, dan fiksinya pun tidak Lodang), “Riyaya Taun Iki” (Djaka
banyak menggambarkan konflik. Lodang), “Eseme Eti” (Djaka Lo-
Apalagi konflik yang berdarah-darah. dang), “Kidung Asmara Jingga”
Tema-tema keluarga, perseling- (cerkak terjemahan dalam Djaka Lo-
kuhan, atau kejahatan tidak menarik dang, 2001), “Idham-Idhamane
minatnya. Tema percintaan masih Gundhul” (cerbung dalam Djaka Lo-
menarik baginya meskipun hampir dang), dan masih banyak lagi. Dan
semua fiksinya yang mengusung te- saat ini ia tengah menyelesaikan cer-
ma itu selalu tidak happy-end. Selalu bung “Ilustrasi Gianni”, sebuah ce-
saja hanya kegetiran yang disuguh- rita remaja dengan tema persahabatan
kan kepada pembaca. Mungkin ini yang manis.
cerminan dari kondisi kejiwaannya
yang selalu kecewa dalam bercinta is sarjoko (1939—)
di kala remaja. Siapa yang mendo- Is Sarjoko (nama aslinya Istuti)
rong Indriyasiwi menjadi penga- adalah salah seorang pengarang wa-
rang? Mungkin juri yang memenang- nita yang menulis pada usia tua. Ia
kannya ketika ia mengikuti lomba/ seangkatan dengan Suci Hadi Su-
sayembara. Orang tuanya tidak per- wito. Ia lahir di Janturan, Tirtoadi,
nah secara khusus memberi dorong- Sleman, Yogyakarta, pada 25 No-
an, tapi ikut senang ketika anaknya vember 1939, dari pasangan Amir
berprestasi. Suaminya pernah me- Martoharyono dan Welas (almar-
ngikuti jejaknya dengan ikut-ikutan hum). Ia lulus SR Susteran Boro ta-
belajar mengarang, tetapi tak dite- hun 1956, SKP Marsudi Rini tahun
ruskan. Pria pendamping hidupnya 1960, dan terakhir SGTK. Menikah
itu justru memberikan dorongan ke- dengan Fx. Sarjoko pada 12 Februari
padanya untuk tetap berkarya. 1961 sehingga kemudian ia memakai
Sejumlah karya Indriyasiwi yang nama Is Sarjoko. Kini penganut Kris-
telah dipublikasikan, antara lain, ten yang taat ini tinggal di Gabahan,
“Pak Guru Fisika” (Djaka Lodhang, Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogya-
17 Juli 1993), “Aku Geli Aku Wedi” karta.
(Djaka Lodhang, 31 Desember Is Sarjoko sudah gemar memba-
1994), “Arisan” (Djaka Lodhang, 4 ca dan mengarang sejak kelas 3 SR.
Desember 1993), “Prasetyadi” (Dja- Kegemaran itu muncul karena ka-
ka Lodhang, 1994), “Yu Paikem” keknya sering mendongenginya men-
(Swadesi, 1987), “Resepsi” (Djaka jelang tidur. Ia masih ingat betul do-
222 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ngeng kakeknya. Kakeknya juga hobi menulis. Namun, karena hobi


mahir menembang dhandhanggula itu sudah lama terkubur, ia pun sulit
yang antara lain dipetik dari Serat memulainya. Karena itu ia terus
Wedhatama. Ia juga masih ingat na- mencoba dan bahkan tak segan-se-
sihat ayahnya tentang laku utama, gan bertanya dan belajar pada pe-
selain ingat pula janji ayah (menon- nulis-penulis muda. Bukan suatu ke-
ton sekaten di alun-alun utara Kera- betulan, ketika mendapat undangan
ton Yogyakarta) yang belum terlak- ulang tahun Djaka Lhodang, ia ber-
sana hingga saat ini. Selain itu, ia temu dengan M. Widhy Pratiwi, se-
juga banyak membaca majalah Pra- orang penulis cerkak dan novel Jawa
ba. Namun, sayang kemauan menu- berbakat. Tanpa malu-malu ia ber-
lis jadi terhenti karena tidak punya tanya bagaimana cara menulis yang
mesin tik. Pupus sudah keinginan baik. Sejak itulah Is Sarjoko rajin
untuk menulis di majalah. Sebagai menulis. Ternyata Tuhan mende-
pelampiasan hasratnya, ia hanya se- ngarkan dan mengabulkan segala ke-
nang menulis surat kepada teman- inginannya. Di dalam penderitaan-
teman. Setelah dewasa, kemauan un- nya ia menulis guritan, macapat,
tuk menulis terus ada, tetapi semua- dan cerita anak baik dalam bahasa
nya jadi terhenti total setelah ia me- Jawa maupun Indonesia. Dan hingga
nikah dan punya anak. kini karangan-karangannya telah
Waktu berjalan terus dan tak ada muncul dalam Panjebar Semangar,
kesibukan lain selain urusan rumah Jaya Baya, Mekar Sari, Jawa Anyar,
tangga dan tanggung jawabnya ter- Djaka Lodhang, dan Pagagan.
hadap adik-adiknya. Sampai tahun Mengarang bagi Is Sarjoko ha-
1980 jumlah anaknya sembilan orang nyalah merupakan kesenangan, sa-
(6 putra dan 3 putri). Mungkin sam- ma sekali bukan karena honor. Kalau
pai di sini ia harus istirahat karena dimuat, ada kepuasan batin tersen-
kanker ganas menyerang lehernya diri. Ia tidak kecewa tatkala karang-
(kanker theroid). Dia harus menjalani an tidak terbit di media massa. Na-
operasi dan penyinaran (bestral). mun, ia tetap menulis dan menga-
Oleh dokter dianjurkan untuk istira- rang. Sejumlah guritan karya sastra
hat total. Selama menjalani terapi pe- Is Sarjoko antara lain “Jaman Kala-
ngobatan ia tak pernah menjamah bendu” (Pagagan, 18 Mei 2003),
pekerjaan rumah (memasak, mencu- “Wuyung”(Pagagan, 18 Mei 2003),
ci, dan lain-lain). Jadi, jadwal kese- “Bancike Bethara Kala”(Pagagan).
hariannya: pagi diantar suami ke ru- Dan dalam menulis ia sesekali juga
mah sakit untuk terapi, kemudian menggunakan nama samaran.
pulang dan istirahat.
Pada suatu hari, suaminya pu- ismiyati
lang dari kantor membawa sebuah Nama pengarang Ismiyati mun-
mesin ketik bekas. Sang suami tahu cul secara tiba-tiba pada tahun awal
bahwa istrinya (Is Sarjoko) memiliki 1960-an, dalam rubrik cerkak ma-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 223

jalah Jaya Baya, ketika majalah ter- tetapi didorong oleh rasa benci dan
sebut mengumumkan hasil lomba ingin membalas dendam kepada man-
penulisan cerkak yang diselenggara- tan suami yang telah menyakiti ha-
kan oleh majalah tersebut pada No- tinya. Dalam suratnya kepada redak-
mor: 19, Th. XVII, 29 Desember si majalah Jaya Baya, ia juga me-
1963. Dalam pengumuman tersebut ngatakan bahwa uang penghargaan
disebutkan bahwa cerpen karya Is- sebagai pemenang tidak akan diteri-
miyati termasuk salah sebuah peme- manya, tetapi dengan ikhlas diberi-
nang, bersama dengan 4 cerkak kar- kan kepada redaksi untuk membeli
ya pengarang laki-laki terkenal. Ke- makanan ketika melembur pekerjaan.
lima cerkak pemenang tersebut, ya- Cerkak “Sura Dira Jayaningrat
itu (1) “Slendhang Bang-bangan” Lebur dening Pangastuti” itu me-
karya Suparto Brata, (2) “Godha- narik karena memberikan sebagian
ning Katresnan” karya Any Asmara, dari pengalaman pribadinya tentang
(3) “Satus patang puluh lima” karya nasib seorang perempuan yang se-
Esmiet, (4) “Kang Dadi Wadal” kar- cara diam-diam dimadu suaminya.
ya Tamsir AS, dan “Sura Dira Ja- Hal itu, sebenarnya hal itu bukan ra-
yaningrat, Lebur dening Pangas- hasia lagi bagi lingkungan di sekitar
tuti”, karya Ismiyati. Selain nama perumahan mereka karena para te-
kelima pemenang tersebut tadi, dua tangga dan keluarga sudah tahu.
cerpen lain menjadi penerima hadiah Akan tetapi, ketika kedua perempu-
hiburan, yaitu “Ing Swan Nio” karya an tersebut diundang dalam Kongres
karya Hardjana HP, dan “Ketiban Wanita di suatu kota, keduanya tan-
Pulung”, karya karya A.M. Soekam- pa diduga datang. Secara tidak dise-
to. ngaja juga, kehadiran mereka me-
Nama Ismiyati penting dicatat nimbulkan kegaduhan dalam perte-
bukan hanya karena ia salah seorang muan tersebut ketika nama “Bu
cerkakis wanita yang baru tampil Marno” dipanggil tampil karena ke-
dalam penulisan cerkak, dan yang duanya tampil bersama! Di situlah
secara langsung menarik perhatian Bu Marno I baru tahu siapa “saingan-
juri sebagai salah satu pemenang ha- nya” (Bu Marno I) itu, yang ternyata
diah lomba dari majalah Jaya Baya, lebih muda, lebih cantik, lebih mon-
tetapi lebih dikarenakan profesinya tok, dan bertahi lalat di sebelah mata
sebagai pelacur dan mucikari dari kanan. Kejadian membingungkan
Malang. Fakta itu menunjukkan bah- para hadirin itu berakhir ketika Bu
wa sastra Jawa amat terbuka, yang Marno II segera mendekati Bu Mar-
dibuktikan dengan profesi sebagai no I dan menyerahkan hak untuk tam-
pengarang sastra Jawa yang dapat pil ke depan kepadanya. Kebijakan
disandang oleh siapa pun. Bu Marno II itu mendapat tepukan
Secara jujur Ismiyati mengakui meriah dari para hadirin, sebaliknya
bahwa profesinya sebagai pelacur memerahkan wajah Pak Marno yang
dan mucikari itu bukan karena nafsu, juga hadir pada pertemuan tersebut.
224 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sejak kejadian itu, hubungan Bu nya yang berjudul “Tangise Djoe-


Marno II dan Bu Marno I semakin miatoen” keluar sebagai juara I lom-
baik, bagai saudara. ba penulisan crita cekak yang dise-
lenggarakan oleh tabloid Jawa Anyar
ismoe rianto (1942—) (1991). Karyanya yang berupa crita
Sejak kanak-kanak Ismoe Rian- sambung dimuat di berbagai media
to sudah gemar menulis. Kegemaran massa, antara lain “Katresnan Wong
itu terus dikembangkan hingga de- Tresna” (Punakawan), “Teater Du-
wasa dan hingga ia berdinas di Ke- rung Dadi”, “Nungkul”, dan “Ke-
polisian. Tujuan menulis terutama plesed” (Panjebar Semangat). Cer-
didorong oleh keinginan menyampai- bung lainnya, “Nalusur”, “Mulih”,
kan informasi kepada masyarakat dan “Heri, Heru lan Here” dimuat
luas. Pengarang yang tulisannya per- majalah Jaya Baya. Begitu juga de-
tama kali dimuat majalah Caraka ngan karyanya yang berupa crita ce-
(bahasa Indonesia) Jakarta pada ta- kak dimuat dalam berbagai media
hun 1964 ini menikah dengan C. Sri massa, misalnya “Ing Pasar Turi”
Handini (1968) dan dikaruniai se- (Darma Nyata), “Kesandung Dulur
orang putri, Sri Purwanti. Bersama Tuwa” dan “Ruwet lan Saya Ru-
istri dan anak, penganut Kristen Pro- wet” (Kumandhang), “Warijo BA”,
testan yang taat ini tinggal di sebuah “Botol Nomer Pitu”, “Omah Pojok
rumah di Jalan Granting Barat 5, Su- Ngadep Ngalor”, “Bu Guru Sudar-
rabaya. wati”, dan “Koruptor” (Jaya Baya),
Ismoe Rianto lahir di Malang pa- “Layang Tanpa Prangko”, “Ngro-
da 21 Agustus 1942. Pendidikan SR goh Ati”, dan “Kancaku Samiran”
(1950-1956), SMP Kristen I (1956- (Panjebar Semangat), serta “Ta-
1959), dan STM (1959-1962) dise- ngise Djoemiatoen” dan “Pranata
lesaikan di kota kelahirannya, Ma- Cara” (Jawa Anyar). Hingga seka-
lang. Setahun setelah lulus dari STM, rang, pengarang yang mantan polisi
ia diterima masuk dalam jajaran ke- ini masih tetap menulis.
polisian di Surabaya (sejak 1963).
Tahun 1973 (6 Januari), ia mendiri- isbat
kan kelompok penulis dengan nama Isbat memiliki arti mirip seperti
“6 Januari 73 Art”. Empat tahun ke- saloka, yaitu kata-kata yang tetap
mudian (1977), ia ikut membidani pemakaiannya dan dalam pemakai-
kelahiran PPSJS dan dipercaya se- annya menggunakan penggambaran
bagai Ketua Umum PPSJS yang per- hewan atau barang. Isbat berisi ten-
tama berdasarkan pertemuan penga- tang ilmu gaib atau filsafat. Dengan
rang pada 31 Juli 1977. Tahun 1991, kata lain isbat adalah ungkapan yang
ia pensiun dari Dinas Kepolisian dan mengandung makna perumpamaan
mengisi waktu dengan tetap menulis. yang berisi filsafat atau ilmu kesem-
Karya-karyanya mendapat per- purnaan.
hatian dari berbagai pihak. Karya-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 225

Contoh:
(1) Golekana tapake kuntul ngla-
yang
‘Carilah bekas kaki burung kun-
tul yang terbang’
(Supaya mengetahui perginya
roh, jika orang yang sudah me-
ninggal rohnya kemana? Manu-
sia harus tahu jawabannya)
(2) Golek gêni adêdamar
‘Mencari api dengan membawa
lampu’
(Orang yang mencari ilmu, ha-
rus mempunyai dasar ilmu)
(3) Amèk banyu apikulan warih
‘Mencari air memakai pikulan
air’
(Jika orang akan mencari ilmu
yang lebih tinggi, hendaknya ia
berbekal ilmu dasar)
(4) Mangan bubur panas bêcik saka
pinggir
‘Makan bubur panas sebaiknya
dari tepi’
(Jika menyelesaikan pekerjaan
yang sulit sebaiknya diatasi de-
ngan tenang dan sedikit demi se-
dikit)
226 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

j
j.f.x. hoery kursus mengetik, kursus administra-
J.F.X. Hoery lahir di Karang- si, dan kursus jurnalistik “Anton
nongko, Kebonagung, Pacitan, Jawa Press” Yogyakarta.
Timur, pada 7 Agustus 1945. Agama Riwayat pekerjaan yang pernah
Katolik. Ayahnya bernama Wiryo- dilaluinya, antara lain, sebagai te-
rejo (almarhum), sedangkan ibunya naga kontraktor Pertamina di penge-
bernama Sutinah (almarhum). Ke- boran yodium Mojokerto, pengebor-
duanya bekerja sebagai petani dan an minyak dan gas bumi di Cirebon,
sampai akhir hayatnya bertempat Indramayu, Pamanukan, Tangerang,
tinggal di Karangnongko, Kebona- Lamongan, Tuban, dan pengeboran
gung, Pacitan. Hoery merupakan panas bumi (geothermal) di Kamo-
anak kedua dari 5 bersaudara, 3 putra jang, Garut, dan Dieng (Wonosobo).
dan 2 putri. Istrinya bernama M.Th. Profesi tersebut ditekuni antara ta-
Sri Narjati, kepala SDN di wilayah hun 1970 sampai 1980-an. Pernah
Padangan. Mereka menikah di Ge- menjadi wartawan Kumandang, Dja-
reja St. Willibrordus Cepu pada 3 ka Lodang, pembantu Mekar Sari,
November 1974. Dari pernikahan itu Kedaulatan Rakyat (1984—1989).
lahir tiga buah hati: Hastuti Ari Seti- Tahun 1992—2001 menjadi war-
yani, S.Si. (lahir 8 Januari 1976, alum- tawan Bernas. Tahun 1999 anggota
ni Unair), Fajar Ari Setiawan, S.Si. DPRD II Bojonegoro masa bakti
(lahir 15 Februari 1979, alumni IKIP 1999-2004.
Yogyakarta), dan Agustina Ari Seti- Mulai menulis sejak di bangku
yanti (lahir 23 Agustus 1982, maha- SMP. Selain mengisi majalah din-
siswi ITS). ding di sekolahnya, juga menulis di
Dalam mempublikasikan karya- majalah anak-anak Arena Pelajar.
nya Hoery sering menggunakan na- Tertarik di bidang tulis-menulis ka-
ma samaran Retno Yudhawati, Can- rena saat itu sering meminjam buku
trik Gunung Limo, dan Frans H.J. Se- di perpustakaan Kantor Pendidikan
karang tinggal di Jalan Diponegoro Masyarakat. Kebetulan salah se-
59 B, Padangan. RT 13, RW 04, Pa- orang pengelola perpustkaan, Mar-
dangan, Bojonegoro 62162, telepon djuki, adalah penulis cerkak di Pa-
(0296) 424234. Pendidikan yang di njebar Semangat dan Crita Cekak.
tempuhnya, yaitu Sekolah Rakyat di Perkenalannya dengan Mardjuki me-
Pacitan, SMP di Cepu, dan STM Ne- nimbulkan keinginan untuk menulis
geri Semarang. Pernah pula mengi- di majalah. Majalah pertama yang
kuti KDPT (Negeri) Semarang, Lem- memuat karyanya adalah Taman Pu-
baga Pendidikan Kemasyarakatan tra, Panjebar Semangat, Surabaya.
“Don Bosco” Madiun (tidak tamat), Mulai tahun 1957 sampai 1964 ba-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 227

nyak tulisannya dimuat dalam maja- Ketika masih di SMPN Pacitan


lah tersebut. Sejak saat itu ia tekun (1959) ia mendirikan Pakumpulan
menulis di majalah bahasa Jawa. Warga Taman Putra (PWTP) Cabang
Karya Hoery berupa reportase, Pacitan, yaitu organisasi penulis dan
crita sambung, crita cekak, crita pelanggan majalah anak-anak Taman
rakyat dan guritan, dimuat Panje- Putra. Ketika ada “Sapatemon Agung
bar Semangat, Jaya Baya, Mekar III PWTP” di Madiun (1961), ia men-
Sari, Djaka Lodang, Kumandang, jadi utusan dari PWTP Pacitan ber-
Sekar Jagad, Dharma Nyata, Dhar- sama Soemariyadi. Tahun 1962
ma Kandha, Kandha Raharja, Pari- bergabung dengan Ikatan Pembaca
kesit, Punakawan, dan Pustaka Fajar, Desa Kayen, Kecamatan Pa-
Candra. Karyanya yang terdokumen- citan, dan ikut pentas sandiwara ba-
tasi di antaranya guritan sekitar 300 hasa Jawa, di antaranya lakon “Te-
buah yang dimuat sejak tahun 1971 kad Luhur” yang diambil dari cerita
dan crita cekak sekitar 100 buah, dua sandiwara yang dimuat dalam Ta-
buah crita rakyat “Marganing Ka- man Putra; dan lakon “Wirapati”
mulyan” dan “Dredah ing Wengker yang diambil dari cerita “Bende Ma-
Kidul” dimuat bersambung dalam Ja- taram” karya Herman Pratikto. Ta-
ya Baya. Sedangkan crita sambung hun 1979 bersama para penulis Jawa
“Tante Haryati” dimuat pula dalam di Blora mendirikan Grup Diskusi
majalah Jaya Baya. Sastra Blora (GDSB). Para pendiri
Pada tahun 1989 Hoery pernah GDSB di antaranya Poer Adhi Pra-
direkrut oleh Arswendo Atmowiloto, woto (almarhum), Ngalimu Anna
bersama-sama Suparto Barta, Tam- Salim (almarhum), Anjrah Lelana-
sir A.S., dan Ardini Pangastuti untuk brata, Sri Setyo Rahayu, dan Djajus
menerbitkan tabloid Praba di Yog- Pete. Satu hal yang tak dapat dilupa-
yakarta. Tetapi, rencana tersebut ga- kan ialah bantuannya dalam proses
gal karena adanya kasus Monitor pendirian Sanggar Sastra Jawa Yog-
yang melibatkan Arswendo. Sampai yakarta (1991).
sekarang masih menulis dalam ba- Sebuah drama karyanya, “Da-
hasa Jawa baik untuk reportase, cer- rah Revolusi”, dipentaskan oleh sis-
kak, guritan, crita rakyat, roman se- wa KDPT dan ASTN Cepu tahun
jarah, agama, dan sebagainya. Selain 1969. Tahun 1982 mendirikan Pa-
menulis, Hoery aktif pula mengikuti marsudi Sastra Jawi Bojonegoro
berbagai pertemuan (sarasehan, (PSJB) bersama Djajus Pete, Yes Is-
kongres, dan lain-lain) bahasa dan mie Suryatatmaja, Moch. Makloem,
sastra Jawa di Yogyakarta, Surakarta, L. Isnur Sukmana, Marsodo, Yusuf
Ungaran, Semarang, Surabaya, Tu- Susilo Hartono, dan didukung para
lungagung, Blitar, Malang, dan lain- penulis sastra dari Tuban. Di dalam
nya. kepengurusan PSJB ia menjabat wa-
Hoery sering terlibat pula dalam kil ketua, sedangkan ketuanya Moch.
berbagai organisasi kepengarangan. Makloem. Bersama PSJB menye-
228 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lenggarakan Sarasehan Pengarang ia terima, antara lain, guritan-nya


Sastra Jawa se-Jatim dan Jateng “Ballada Wong-Wong Pengeboran”
yang didukung Pemda Bojonegoro menjadi juara harapan I lomba cipta
tahun 1983. Bersama PSJB meng- guritan oleh Javanologi (1984), se-
adakan siaran di TVRI Surabaya dangkan buku antologi guritan-nya
yang dipandu Basoeki Rahmat (al- berjudul Pagelaran (Narasi, Yogya-
marhum). Tahun 1984 menyeleng- karta, 2003) mendapat hadiah sastra
garakan Sarasehan Jatidiri Sastra Rancage. Selain itu ia juga pernah
Daerah se-Indonesia di Bojonegoro menjadi pemenang II dalam Lomba
dengan peserta para sastrawan Jawa, Foto dalam rangka Hari Bakti ke-
Sunda, Bali, Madura, Minang, Ba- 48 Departemen Penerangan Kabu-
tak, dan Banjar. paten Blora.
Kegiatan menulis sastra Indone- Dalam bidang politik, Hoery
sia telah diawali jauh sebelum men- masuk dalam organisasi GSNI (Ge-
jadi wartawan Kedaulatan Rakyat. rakan Siswa Nasional Indonesia}
Beberapa tulisan berupa laporan, Cabang Pacitan (1962). Ikut mendi-
cerpen, dan puisi pernah dimuat di rikan GSNI Anak Cabang Lorok,
majalah Arena Pelajar, Warta Per- Pacitan. Ketika pindah ke Padangan,
tamina, Buana Minggu (Jakarta), Bojonegoro (1964), ia mendirikan
Suara Merdeka (Semarang), Tunas GSNI di Padangan. GSNI merupa-
Harapan, Suluh Marhaen, dan Kun- kan onderbow (organisasi massa) dari
cup (Surabaya), Pernah menjadi re- Partai Nasional Indonesia (PNI). De-
daktur buletin Warta Gereja Paroki butnya dimulai sebagai Ketua Anak
Santo Wilibrordus Cepu. Ikut dalam Cabang GSNI Padangan, meningkat
penyusunan Sejarah Gereja Katolik menjadi Wakil Ketua DPC GSNI Bo-
Rembang, Blora, Cepu, Bojonegoro, jonegoro (1967-1970). Menjadi Se-
dan Tuban yang diterbitkan Komsos kretaris Pengurus Anak Cabang
Keuskupan Surabaya pimpinan Ro- Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM)
mo Dr. K.R.T. John Tondowidjojo, yang juga merupakan orderbow PNI.
C.M. Tahun 1971 menjadi Sekretaris Anak
Dua buah buku cerita anak-anak- Cabang PNI Padangan. Setelah itu,
nya diterbitkan oleh PT Mandira Se- pada 1980-an, ia sedikit pasif karena
marang: Sosiawan-Sosiawan Kecil Orde Baru menerapkan sistem mo-
dan Permaisuri yang Cerdik. Be- noloyalitas. Pada era reformasi
berapa guritan-nya terbit dalam be- (1998) jiwa politiknya tergugah kem-
berapa antologi, di antaranya Kabar bali sehingga bergabung dengan PDI
Saka Tlatah Jati (PSJB, 1974), Ta- Perjuangan. Pada tahun 1998 dalam
man Sari (Taman Budaya Surakar- Musyawarah Anak Cabang terpilih
ta, 1985), Renungan Sastra Bojone- menjadi Sekretaris PAC PDI Per-
goro (FDSSSW, thn?), dan Lintang- juangan Padangan. Maka, ia lalu
Lintang Abyor (Undip, 1980). Se- menjadi anggota DPRD Bojonegoro
mentara itu, penghargaan yang telah masa bakti 1999-2004 dari Fraksi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 229

PDI Perjuangan dan duduk di Komi- batinannya. Di Zaman Kalisura para


si A. Dalam Musyawarah Anak Ca- dewata sering turun ke bumi untuk
bang PDI Perjuangan di Padangan memberi pertolongan kepada orang-
(2002) ia terpilih menjadi Ketua orang yang berhati suci. Zaman Ka-
PAC periode 2002-2006. lisura dibagi menjadi tujuh bagian,
yaitu (1) Zaman Kukila, (2) Zaman
jangka Kalakuda, (3) Zaman Kalabrasa, (4)
Dalam sastra Jawa, jangka ber- Zaman Kalatirta, (5) Zaman Kala-
arti ngengrengan ‘konsep tentang ruba, (6) Zaman Kalarubawa, dan
dunia yang akan terjadi’. Jangka (7) Zaman Kalapurwa.
yang dikenal luas adalah Jangka Ja-
(1) Zaman Kukila
yabaya dan Jangka Ranggawarsita.
Zaman ini juga disebut Zaman
Jangka Jayabaya dipercaya sebagai
Burung. Pada zaman ini kehi-
tulisan Prabu Jayabaya ketika men-
dupan orang Jawa mirip dengan
jadi raja di Kerajaan Kediri sekitar
kehidupan burung, karena pada
tahun 750 Masehi. Di dalam Jangka
zaman tersebut belum ada peme-
Jayabaya diceritakan tentang ke-
rintahan, sistem keuangan, dan
mungkinan yang akan terjadi di ta-
belum memiliki tempat menetap.
nah Jawa. Di samping itu, di dalam
Setiap saat orang Jawa berpin-
jangka tersebut diceritakan tentang
dah tempat sebagaimana layak-
suatu masa ketika tanah Jawa ditem-
nya burung-burung. Zaman Ku-
pati oleh orang yang kedua hingga
kila berlangsung mulai tahun 1
kelak memasuki kiamat besar. Kia-
sampai dengan tahun 100.
mat besar itu akan berlangsung se-
(2) Zaman Kalakuda
lama 2100 tahun surya atau kalau
Zaman ini juga disebut Zaman
menurut hitungan tahun rembulan
Wungkul. Pada Zaman Kalaku-
selama 2163 tahun. Kiamat selama
da, di tanah Jawa sudah terdapat
2100 tersebut dibagi dalam tiga ba-
pemerintahan dan agama Budha
gian, yaitu (a) Zaman Kalisura; (b)
sudah mulai masuk dan diterima
Zaman Kaliyoga; dan (c) Zaman Ka-
oleh orang Jawa. Di samping itu,
lisengara.
pada zaman ini sudah mulai
(a) Zaman Kalisura muncul tata krama berkat kepe-
Zaman ini merupakan zaman mimpinan raja Ingkang Minulya
yang luhur atau zaman yang agung. Raja Maha Dewa Buda. Raja ter-
Zaman Kalisura berlangsung selama sebut adalah penjelmaan Sang
700 tahun. Pada zaman tersebut sua- Hyang Girinata yang menjelma
sana di pulau Jawa masih sangat sepi menjadi manusia dan mendirikan
dan masih terdengar suara-suara pemerintahan di Medang Kamu-
yang aneh dan mengherankan. Oleh lan. Zaman Kalakuda berlang-
karena itu, pada Zaman Kalisura ma- sung mulai tahun 101 sampai de-
sih banyak orang menjalankan tapa ngan tahun 200.
brata demi menyempurnakan ke-
230 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(3) Zaman Kalabrasa tanah Jawa sering berlangsung


Zaman ini juga disebut Zaman kejadian-kejadian yang sangat
Makartakarta. Pada Zaman Ka- aneh. Di Zaman Kalaruba tanah
labrasa, orang Jawa memeluk Jawa di bawah kekuasaan Sang
agama Budha sangat mendalam, Prabu Surata sampai dengan
bagaikan api yang menyala-nya- Sang Prabu Basukisthi berkuasa
la dan sulit dikendalikan. Bah- di Negara Wirata. Zaman Kala-
kan, orang Jawa dalam menja- ruba berlangsung mulai tahun
lani agama Budha sudah sangat 401 sampai dengan tahun 500.
berlebihan sehingga mereka ba- (6) Zaman Kalarubawa
nyak melakukan kesalahan atas Zaman Kalarubawa disebut Za-
agama yang dipeluknya. Keada- man Rame. Pada zaman ini, ta-
an tersebut berlangsung karena nah Jawa di bawah kekuasaan
para dewa (keluarga Hyang Gi- Sang Nata Basukisti yang ber-
rinata di Kayangan) banyak yang kuasa di negara Wirata. Pada ma-
menjelma menjadi manusia dan sa kekuasaan raja tersebut, ta-
mendirikan kekuasaan di tanah nah Jawa mengalami banyak ke-
Jawa yang tersebar di berbagai ramaian dan kesenangan. Zaman
tempat. Salah satu dari keturun- Kalaruba berlangsung mulai ta-
an Hyang Girinata yang mendi- hun 501 sampai dengan tahun
rikan kekuasaan di tanah Jawa 600.
adalah Sang Hyang Brama. Za- (7) Zaman Kalapurwa.
man Kalabrasa berlangsung mu- Zaman Kalapurwa juga disebut
lai tahun 201 sampai dengan ta- Zaman Awal. Pada zaman ini,
hun 300. orang-orang di tanah Jawa sudah
(4) Zaman Kalatirta membuat silsilah keluarga. Za-
Zaman ini juga disebut Zaman man Kalapurwa berlangsung mu-
Air. Pada Zaman Kalitirta ini, ta- lai tahun 601 sampai dengan ta-
nah Jawa sering terlanda banjir hun 700.
besar. Oleh karena itu, Sang
Hyang Nata Kano yang berkua- (b) Zaman Kaliyoga
Zaman Kaliyoga juga disebut Za-
sa di negara Purwacarita lalu
man Tukula. Zaman Kaliyoga ber-
mencari jalan agar banjir tidak
langsung selama 700 tahun. Pada za-
terus berlangsung. Ia berkali-ka-
li menggelundungkan batu besar man tersebut suasana di pulau Jawa
sudah banyak terjadi perubahan. Wi-
di berbagai sungai guna menghen-
layah yang dulu menjadi satu dengan
tikan perjalanan banjir. Zaman
tanah lainnya kemudian terpisah men-
Kalatirta berlangsung mulai tahun
301 sampai dengan tahun 400. jadi pulau tersendiri akibat air samu-
dera meluap. Banyak orang Jawa
(5) Zaman Kalaruba
yang mati dan roh orang yang mati
Zaman Kalaruba juga disebut Za-
itu merasuki jasat orang yang masih
man Aneh. Pada Zaman ini, di
hidup. Di samping itu, bermunculan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 231

kejadian-kejadian aneh dan menghe- nya. Zaman tersebut tanah Jawa


rankan. Zaman Kalisura dibagi men- di bawah kekuasaan Prabu Wi-
jadi tujuh bagian, yaitu (1) Zaman dayaka dari Purwacarita. Zaman
Kalabuda, (2) Zaman Kaladora, (3) Kalapraniti berlangsung mulai
Zaman Kaladiwanara, (4) Zaman 1001 sampai dengan 1100.
Kalapraniti, (5) Zaman Kalatetaka, (5) Zaman Kalatetaka
(6) Zaman Kalawisesa, dan (7) Za- Zaman Kalatetaka juga disebut
man Kalawiyasa. Zaman Kedatangan. Pada za-
man ini, orang-orang di tanah Ja-
(1) Zaman Kalabuda
wa mulai berinteraksi dengan
Zaman Kalabuda juga disebut
bangsa-bangsa asing. Zaman ini,
Zaman Prihatin. Pada zaman ini,
tanah Jawa di bawah kekuasaan
orang-orang di tanah Jawa mela-
Prabu Jayenglengkara sampai
kukan tapa brata dan berprihatin
dengan Prabu Lembumiluhur di
demi meluhurkan sikap batin-
Jenggala. Zaman Kalatetaka ber-
nya. Zaman Kalaruba berlang-
langsung mulai 1101 sampai
sung mulai tahun 700 sampai de-
dengan 1201.
ngan tahun 800.
(6) Zaman Kalawisesa
(2) Zaman Kaladora
Zaman Kalawisesa juga disebut
Zaman Kaladora juga disebut
Zaman Saling Mencari Keme-
Zaman Mundur. Pada zaman ini,
nangan. Pada zaman ini, orang-
di tanah Jawa sangat banyak
orang di tanah Jawa banyak yang
aturan-aturan. Akibat banyak
mengalami nasib kurang menye-
aturan, di tanah Jawa mengalami
nangkan karena raja berbuat se-
kemunduran. Kemunduran itu
wenang-wenang demi kemenang-
berlangsung sejak kekuasaan Ra-
annya sendiri, misalnya menja-
ja Mamenang hingga Raja Man-
tuhkan hukuman tanpa kesalah-
tarom. Zaman Kalaruba berlang-
an kepada rakyatnya. Zaman ter-
sung mulai tahun 801 sampai de-
sebut tanah Jawa di bawah ke-
ngan tahun 900.
kuasaan Prabu Suryawisesa di
(3) Zaman Kaladiwanara
Jenggala sampai dengan Prabu
Zaman Kaladiwanara juga dise-
Brawijaya terakhir di Majapahit.
but zaman yang Akan Terjadi.
Zaman Kalawisesa berlangsung
Pada zaman ini, orang-orang di
mulai 1201 sampai dengan 1300.
tanah Jawa banyak mengalami
(7) Zaman Kalawiyasa
kesengsaraan. Zaman Kaladiwa-
Zaman Kalawiyasa juga disebut
nara berlangsung mulai 901 sam-
Zaman yang Sedang Berlang-
pai dengan 1000.
sung. Pada zaman ini (zaman
(4) Zaman Kalapraniti
kekuasaan Prabu Brawijaya IV
Zaman Kalapraniti juga disebut
dan Prabu Brawijaya V) terjadi
Zaman Percaya. Pada zaman ini,
penyiksaan sebagaimana yang
orang-orang di tanah Jawa saling
pernah terjadi pada zaman ke-
percaya antara satu dengan lain-
232 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kuasaan Dewaraja. Oleh karena (2) Zaman Kalasekti


itu, kekuasaan kemudian berpin- Zaman ini juga disebut zaman ke-
dah ke Bintara (Demak) dengan kuasaan. Pada zaman ini, orang-
raja Senapati Jambuningrat atau orang di tanah Jawa saling mem-
Sultan Seh Alamakbar (Raden perebutkan kekuasaan dan pe-
Patah). Zaman Kalawiyasa ber- ngaruh. Peristiwa ini terjadi pa-
langsung mulai 1301 sampai de- da zaman kekuasaan Sinuhun
ngan 1400. Seda Krapyak hingga zaman ke-
kuasaan Mangkurat III di Mata-
(c) Zaman Kalisengara
ram. Zaman Kalasekti berlang-
Zaman Kalisengara juga diebut
sung mulai 1501 sampai dengan
Zaman Ngalam Toya atau Zaman
1600.
Ali. Zaman Kalisengara berlangsung
(3) Zaman Kalajaya
selama 700 tahun. Pada zaman terse-
Zaman ini juga disebut zaman sa-
but suasana di pulau Jawa sudah ba-
ling mencari keunggulan. Pada
nyak terjadi hujan sehingga sering
zaman ini, orang-orang di tanah
mengakibatkan terjadinya banjir.
Jawa saling mencari/mempere-
Banyak sungai yang bergeser posi-
butkan keunggulan di antara se-
sinya sehingga mengakibatkan
samanya. Peristiwa ini terjadi
gangguan terhadap hasil bumi. Za-
pada zaman kekuasaan Mang-
man Kalisura dibagi menjadi tujuh
kurat IV di Mataram (Kerta)
bagian, yaitu (1) Zaman Kalajangga,
hingga zaman kekuasaan Paku-
(2) Zaman Kalasekti, (3) Zaman Ka-
buwana IV di Surakarta. Zaman
lijaya, (4) Zaman Kalabendha, (5) Za-
Kalajaya berlangsung mulai
man Kalasuba, (6) Zaman Kalasum-
1601 sampai dengan 1700.
baga, dan (7) Zaman Kalasurata.
(4) Zaman Kalabendha
(1) Zaman Kalajangga Zaman ini juga disebut Zaman
Zaman ini juga disebut Zaman Angkara Murka. Pada zaman ini,
Sekar Godhong ‘bunga daun’. orang-orang di tanah Jawa me-
Pada zaman ini, orang-orang di ngalami banyak masalah berupa
tanah Jawa saling tidak percaya kesengsaraan, kematian, peram-
satu dengan lainnya. Mereka pokan, dan sebagainya. Peristi-
hanya ingin mencari kemenang- wa ini terjadi pada zaman kekua-
an untuk dirinya sendiri, tidak saan Pakubuwana IV di Surakar-
jujur, dan mencari harta dengan ta. Zaman Kalabendha berlang-
cara korupsi. Peristiwa ini ter- sung mulai 1701 sampai dengan
jadi pada zaman kekuasaan Sul- 1800.
tan Hadiwijaya di Pajang hingga (5) Zaman Kalasuba
zaman kekuasaan Panembahan Zaman ini juga disebut Zaman
Senapati di Mataram. Zaman Senang. Pada zaman ini, orang-
Kalajangga berlangsung mulai orang di tanah Jawa mengalami
1401 sampai dengan 1500. banyak kesenangan. Peristiwa ini
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 233

terjadi pada zaman kekuasaan Nadyan bisa mbrenjul


Sang Prabu Heru Cakra I hingga tanpa tawing inggal jugrugipun
Sang Prabu Heru Cakra III. Za- kalokone karsaning Hyang wus
man Kalabendha berlangsung pasthi
mulai 1800 sampai dengan 1900. yen ngidak sangkalanipun
(6) Zaman Kalasumbaga sirna tata esthining wong.
Zaman ini juga disebut Zaman
‘Walaupun dapat mbrenjul
Tersohor. Pada zaman ini, orang-
tanpa sekatan akan segera runtuh
orang di tanah Jawa gemar men-
terlaksanalah kehendak Tuhan
cari pengalaman dan ilmu demi
yang pasti
meluaskan pemahaman atas du-
kalau memasuki perhitungan
nia. Peristiwa ini terjadi pada za-
tahunnya
man kekuasaan Prabu Asmara
sirna (0) tata (7) esthining (8)
Kingkin I hingga Prabu Asmara
wong (1)
Kingkin III di Kediri. Kemudian,
1870 (tahun Jawa= 1942 tahun
dilanjutkan oleh Sang Prabu
Masehi).’
Nungsa Prenggi. Zaman Kala-
sumbaga berlangsung mulai
janturan
1900 sampai dengan 2000.
Istilah janturan tersebut berasal
(7) Zaman Kalasurata
dari kata jantur yang berarti ‘se-
Zaman ini juga disebut Zaman
bangsa ucapan, gendaman, ucapan’.
Halus. Pada zaman ini, orang-
Di dalam wayang, istilah janturan
orang di tanah Jawa mulai dapat
biasa disebut sastra pinathok. Sastra
bersatu. Peristiwa ini terjadi pa-
pinathok juga sebagai janturan, yang
da zaman kekuasaan Prabu Ja-
berarti penjelasan. Penjelasan itu
tirusakra I hingga Prabu Jatiru-
memang bermaksud memberi kete-
sakra III di Ngamartalaya. Za-
rangan kepada para penonton pada
man Kalasumbaga berlangsung
khususnya, dan khalayak ramai pada
mulai 2001 sampai dengan 2100.
umumnya tentang isi cerita yang ba-
Jangka Ranggawarsita adalah ru saja dimulai. Berdasarkan kete-
ngengrengan konsep yang diambil rangan itu dapat disimpulkan bahwa
dari karya-karyanya, misalnya dari janturan adalah pengucapan dalang
Serat Jakalodhang. Dalam jangka dalam bentuk prosa yang menggam-
tersebut, R. Ng. Ranggawarsita mem- barkan suasana jejeran ‘adegan’, de-
prediksi tentang akan berakhirnya ngan iringan gamelan, dalam irama
masa kekuasaan penjajahan Belanda rep ‘tenang dan perlahan’.
pada tahun 1942, yaitu pada saat Je- Janturan bersifat istimewa dan
pang menginvasi Indonesia untuk tu- diucapkan secara khusus dan dengan
juan mengusir Belanda dan menjajah suara yang khusus pula. Bahkan, da-
Indonesia. Berikut contohnya. lam janturan banyak diberi sisipan
kata-kata kawi. Susunan kalimat dan
jalan bahasa janturan harus tetap
234 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sesuai dengan peraturan yang telah mempunyai kekuatan gaib dengan


ditetapkan dalam sebuah buku pe- mengeluarkan suara disebut nge-
doman pewayangan (pakem) atau mèlake rapal; sebaliknya, mengu-
suatu piagam yang bersifat tidak capkan rapal (yang dianggap) mem-
resmi. Hampir setiap jejeran ‘ade- punyai kekuatan gaib tanpa menge-
gan’ selalu diawali dengan janturan. luarkan suara (di dalam hati) disebut
Berikut contoh janturan pada adegan matek rapal.
pertama. Japamantra dibaca dengan sua-
ra atau dibaca di dalam hati oleh se-
Swruh rep data pitana (1) Neng-
seorang karena memiliki keinginan
gih nagari pundi ta ingkang
tertentu dan ditujukan kepada Tuhan,
kaeka-adidasa purwa. Eka ma-
diri sendiri, orang lain, makhluk ha-
rang sawiji, adi linuwih, dasa
lus, atau terhadap barang. Japaman-
sepuluh lan purwa marang wi-
tra yang ditujukan kepada Tuhan, bia-
witan. Nadyan kathah titahing
sanya, mempunyai tujuan agar orang
Jawata ingkang kasongan. (2)
yang mengucapkannya dikabulkan/
ing angkasa, sinangga ing pra-
dipenuhi keinginannya. Japamantra
tiwi, kaapit ing samodra kathah
yang ditujukan kepada diri sendiri
ingkang sami angganararas (3)
(pribadi) didasarkan tujuan agar
nanging mboten kados Nagari
orang yang mengucapkannya men-
Ngastina, nun inggih nagari Li-
dapatkan kekuatan gaib. Dengan ke-
manbenawi. Mila kinarya bu-
kuatan gaib yang diperolehnya, orang
bukaning carita, awit angupaya
tersebut berharap akan memiliki ke-
satus nagari mboten pikantuk
saktian sehingga ia dapat menang-
kalih, yen sewu mboten pikantuk
kap musuh, dan sebagainya. Japa-
sadasa.
mantra yang ditujukan kepada orang
Janturan di atas menunjukkan lain atau kepada barang diadasarkan
bahwa Ki Dalang minta kepada ha- tujuan agar dapat (1) memasukkan
dirin untuk memperhatikan sepenuh- kekuatan gaib pada tubuh orang lain
nya isi cerita yang hendak diperton- atau pada barang, dan (2) menghi-
tonkan serta isi ucapan yang hendak langkan kekuatan gaib yang berada
dikemukakan sepanjang pertunjukan- pada orang lain atau pada barang se-
nya nanti. hingga tidak membahayakan orang
yang mengucapkan japamantra. Ja-
japamantra pamantra yang ditujukan pada makh-
Dalam sastra Jawa, japamantra luk halus bertujuan agar dapat (a)
dipersamakan dengan doa, sidikara, mendatangkan makhluk halus yang
atau aji-aji. Japamantra adalah kata- akan dimintai pertolongan oleh si pe-
kata (yang dianggap) mempunyai ke- ngucap japamantra, dan (b) mengu-
kuatan gaib. Kata-kata dalam japa- sir makluk halus yang mengganggu.
mantra biasanya disebut rapal. Me- Japamantra, dalam konteks sas-
ngucapkan rapal (yang dianggap) tra Jawa, merupakan sebuah puisi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 235

atau geguritan atau guritan. Di da- ya iki padhange wong ngemu


lamnya, terdapat konvensi keindahan iman
sebuah karya sastra, misalnya diksi, ya hu Allah ya hu Allah ya hu
ritme, defamiliriasasi, dan sebagai- Allah
nya. Oleh karena itu, japamantra me-
Japamantra tersebut dinamakan ja-
rupakan bagian integral sastra Jawa.
Berikut contoh japamantra. pamantra Madhangake Ati ‘Mem-
buat Terang Hati’. Japamantra di-
(1) Japamantra ditujukan kepada
ucapkan dengan tujuan agar yang
Tuhan
mengucapkan dapat diberi ketenang-
ALLAHUMA PUJI
LANGGENG an atau hati yang terang.
Suksma mulya (3) Japamantra yang ditujukan ke-
kumpula badan sarira pada orang lain.
oleha rahmating Allah TALEBAG-TALEBUG
oleha marga sing gampang talikak-talikuk
saking kersaning Allah talikat-talikut
laila haillallah Muhammad kebolak-kebalik
Rasulullah. sing sapa sedya cidra
marang aku sakukubanku kabeh
Japamantra tersebut diucapkan oleh
mbalika marang dhewekira sa-
seseorang dengan tujuan agar ia mu-
king karsaning Allah
dah dalam mendapatkan pekerjaan
atau penghasilan. Japamantra ini diucapkan oleh sese-
orang dengan tujuan agar dapat me-
(2) Japamantra yang ditujukan ke-
ngembalikan kekuatan gelap (tenung)
pada diri pribadi
yang mengganggu. Diucapkan ketika
ANA PUJI SENINJONG
matahari sudah remang-remang, di
pujiku seleleran
luar pintu.
pujine wong lara ati
ya Allah nyuwun ngapura
ya Allah nyuwun tetamba
jarot setyono (1962— )
Jarot Setyono sering mengguna-
ana lara saka neraka
kan nama samaran Rossie, Jarot Ess-
tibakna panase iman
Teh dan Rotese. Ia lahir di Ponorogo,
godhogen kuwali taras
Jawa Timur, pada 6 Oktober 1962.
banyonana sabar drana
Setelah menyelesaikan pendidikan
tutupana sadat Muhammad
SD di Magetan tahun 1974, SLTP di
kayonana tobat
Trenggalek tahun 1977, dan SMEA
sugokna sabar tawekal
jurusan Tata Buku di Trenggalek ta-
ana kembang sajroning bumi
hun 1981, pria beragama Islam ini
ambune terus kedhaton
meneruskan kuliah di D-3 jurusan
ana padhang dudu padhanging
Manajemen tahun 1991 dan S-1 ju-
rembulan
rusan Geografi di Malang tahun
236 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1999. Selain itu, ia juga menempuh Baya, Jaka Lodhang, Mekar Sari,
beberapa pendidikan tambahan, an- Tilik Desa, Jagad Gaib, dan Liber-
tara lain, kursus jurnalistik (1993) ty).
dan pelatihan seniman se-Jawa Timur Beberapa karya guritan-nya
di STKW (1998, 2000). yang dapat dicatat, antara lain, “Ing-
Karier kepengarangan Jarot Se- sun”, “Salam Kanggo Manuk Ma-
tyono tumbuh sekitar pertengahan nyar Klapa”, dan “Ing Antarane Gu-
tahun 1980-an saat ia menjadi guru muk”, dimuat dalam Jawa Anyar. Se-
di SMP Bendungan (sejak 1984) dan mentara cerkaknya yang telah dimuat
guru SMP Negeri 3 Trenggalek, Ja- Jaya Baya, antara lain, “Riyaya kang
wa Timur (sejak 1994). Karier itu ke- Kaping 25”, “Iseng”, “Lesus Mang-
mudian berkembang dengan baik se- sa Ketiga”, dan “Ngenteni Njebrote
telah (sejak 1992) ia nyambi menjadi Udun”. Cerkak “Sukardi” dimuat di
koresponden tabloit Jawa Anyar di Panjebar Semangat, sedangkan
Surakarta dan menjadi wartawan “Akik Pati Wirang”, “Wong Lanang
(sejak 2000) Pamor Jagad Gaib di lan Wewayangan”, “Jambret”, “Gen-
Trenggalek. Dan sekarang pengarang catan Senjata Modhel Diaz”, dan
yang juga memiliki kegemaran main “Keris Empu Darling” telah dimuat
musik dan catur ini bertempat tinggal di Jawa Anyar. Selain itu, ia juga
di Jalan Siwalan Blok A No. 26, Ke- menulis cerbung, antara lain, “Ra-
lutan Permai, RT 03 RW 01, Treng- yap-Rayap Setan” (Panjebar Sema-
galek. ngat, 1988), “Lintang lan Aku” (Ja-
Mengapa ia terjun ke bidang tu- wa Anyar), dan “Ulegan” (Jaka Lo-
lis-menulis sastra Jawa? Jawaban- dhang, 1996). Sedangkan cerita mis-
nya adalah karena ia ingin ikut me- teri yang telah dipublikasikan, antara
lestarikan kehidupan sastra dan ke- lain, “Bandhosa Putih Memplak”
budayaan Jawa. Karena tujuan luhur (Panjebar Semangat) dan “Darah
itulah, baginya, ia ingin menjadi pe- Buas” serta “Tumbal Dewi Ular” te-
ngarang Jawa yang baik, tanpa mem- lah dimuat Liberty (1992).
pedulikan apa atau berapa imbal-ba-
lik yang diterima dari dunia kesusas- jarwa
traan Jawa. Selain itu, ia masuk ke Jarwa berarti ‘keterangan’ atau
dunia karang-mengarang karena ‘arti’. Misalnya, kata jarwane ber-
namanya ingin dikenal dikenang oleh arti ‘keterangan’, atau ‘penjelasan’
banyak orang. Itu sebabnya, hingga tentang arti kata kawi. Kata dijarwa-
sekarang ingin terus menulis, baik ni berarti ‘diterangkan, atau dijelas-
guritan, cerkak, maupun cerbung kan’.
atau novel, bahkan cerita misteri, Pada zaman Surakarta Awal kar-
dan ingin terus mempublikasikan ka- ya-karya sastra yang diciptakan para
rangan-karangannya itu ke berbagai pujangga dapat dipilah menjadi 2 ba-
media massa baik Jawa maupun In- gian, yaitu (1) karya-karya sastra pem-
donesia (Panjebar Semangat, Jaya bangun dan (2) karya-karya sastra
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 237

baru. Yang berkaitan dengan istilah ten, Jawa Tengah. Nama kecil penga-
jarwa ini ialah karya-karya sastra ke- rang ini adalah Raden Rahardi Ja-
lompok (1) yaitu kelompok karya- sawidagda, putra Raden Ngabei Ma-
karya pembangun. Karya-karya sas- ngoenkarjasa, seorang Asisten We-
tra dalam kelompok ini ialah karya- dana di Manisrengga, Klaten. Jasa-
karya kuna yang di-jarwa-kan de- widagda menikah dengan R.AArjaeni
ngan menggunakan tembang maca- dan dikaruniai empat orang anak. Se-
pat. Salah satu contohnya ialah Serat telah istrinya meninggal, ia menikah
Wiwaha Jarwa, yang dibuka dengan lagi (istri kedua ini disebut R.A. Ja-
asmaradana seperti berikut ini. sawidagda) dan dikaruniai tiga orang
Ri sedheng amurwa tulis, anak. Jasawidagda adalah putra ke-
Dite pancalikur wulan, tiga dari sembilan bersaudara. Ia me-
Jumadilawal ing eBe, ninggal pada 7 Februari 1958 pada
tasik-sonya-giri-juga (=1704 usia 76 tahun di Klaten. Dilihat dari
taun Jawi=1778 taun Masehi) latar belakang keluarganya, Jasawi-
Sangkala duk kinarya, dagda berasal dari keluarga priayi.
kakawin tinembang kidung, Bahkan, dia sendiri hidup sebagai se-
ingaran Asmaradana. orang priayi. Akan tetapi, Jasawidag-
da sering menolak gaya hidup priayi
Orang yang men-jarwa-kan
yang menurutnya tidak sesuai lagi
Serat Wiwaha tersebut ialah Sunan
dengan tuntutan hidup modern.
Paku Buwana III, raja Surakarta
Jasawidagda memulai karier pen-
yang memerintah antara tahun didikannya pada Sekolah Rakyat di
1749—1788 Masehi. Menurut
Klaten. Baru beberapa tahun ia pin-
Poerbatjaraka, secara kualitas, bila
dah ke Surakarta. Setelah lulus dari
dibandingkan dengan buku aslinya
Sekolah Rakyat, Jasawidagda me-
yang berbahasa Kawi, buku itu belum lanjutkan ke Kweekschool atau Se-
sebanding. Hal itu menunjukkan bah-
kolah Guru di Yogyakarta pada
wa penguasaan bahasa Kawi orang
1920—1925. Setelah itu ia mengab-
yang men-jarwa-kan serat ini kurang
dikan diri sebagai guru di beberapa
kuat sehingga banyak kata-kata Ka- daerah sebelum akhirnya ia kembali
wi yang hanya dikira-kira saja arti-
ke Surakarta dan bekerja di berbagai
nya. Di samping Sunan Paku Buwa-
posisi di kota itu. Dengan bekal pen-
na. III, Jasadipura I dan II juga men-
didikan guru tersebut, Jasawidagda
jarwa-kan Arjunawiwaha. Secara aktif dalam berbagai kegiatan sosial-
perbandingan, bahasa kawi jarwan
politik, di antaranya sebagai aktivis
karya kedua pujangga ini lebih bagus
pada organisasi Budi Utomo dan Per-
daripada pendahulunya.
satuan Guru Indonesia yang ketika
itu bernama Persatuan Guru Hin-
jasawidagda (1886—1958) dia-Belanda.
Jasawidagda, yang bergelar Ra-
Sebagai guru Jasawidagda se-
den Tumenggung, lahir pada 1 April
ring berpindah tugas dari daerah satu
1886, di Pradan, Manisrengga, Kla-
238 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ke daerah lain. Semula (1905) ia me- pernah mendapat penghargaan dari


ngajar di Inslandse School Surakar- Lembaga Bahasa Cabang Yogyakar-
ta dan emudian pada tahun 1907 pin- ta dalam lomba esai bahasa Jawa
dah ke Kabupaten Kendal. Tiga ta- (1957). Pada bulan Agustus 1939, ia
hun kemudian menjadi kepala seko- mendapat anugerah Bintang Emas
lah di Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur. dari Pemerintah Hindia Belanda.
Sejak tahun 1912 ia diangkat seba- Pendidikan guru yang ditekuni-
gai guru kepala pada Sekolah Ting- nya menjadikan Jasawidagda kecil
kat I Siswa Mangkoenegaran di akrab dengan bacaan atau cerita-ce-
Surakarta. Pada tahun 1914 Jasawi- rita, baik berbahasa Jawa, Melayu,
dagda diangkat sebagai kepala Nor- atau bahasa lain melalui Taman Pus-
maal School di Surakarta. Pada taka. Di samping gemar membaca,
1915, ia menjabat sebagai guru pada keterlibatannya dalam penerbitan
Inslandse Onderwyzer atau Sekolah telah membawanya menekuni dunia
Guru Pribumi. Karena sangat dekat kepengarangan dengan harapan da-
dengan Mangkoenegaran, ia diang- pat memberi pendidikan kepada pem-
kat sebagai kepala Asrama Hapsa- baca. Hal itu ditunjukkan oleh Jasa-
ra, yakni asrama bagi siswa Alge- widagda yang juga pernah bekerja
meene Middelbar School (AMS sebagai redaksi kalawarti Pustaka
yang setarap SMA sekarang). Bah- Jawi. Kecintaannya kepada bahasa
kan, berkat kepandaiannya, Jasawi- dan sastra Jawa tidak pernah surut
dagda diangkat sebagai Bupati Man- hingga memasuki masa pensiun. Hal
drapura, yakni Kepala Rumah Tang- itu dibuktikan dengan sejumlah arti-
ga Pura Mangkoenegaran Surakarta kelnya di majalah Medan Bahasa
(1937), dan baru pensiun dari tugas Basa Jawi. Dengan melihat karya
kedinasan pada tahun 1939. dan keterlibatannya dalam dunia ba-
Di samping sarat dengan tugas hasa dan sastra Jawa, Jasawidagda
kedinasan di bidang pendidikan, Ja- tidak dapat diragukan lagi sumbang-
sawidagda aktif pula di berbagai ke- annya pada perkembangan bahasa
giatan sosial-politik. Ia terlibat dan dan sastra Jawa.
terjun dalam organisasi Budi Utomo, Jasawidagda termasuk penga-
Perserikatan Guru Hindia-Belan- rang Jawa yang produktif. Selama
da, Ketua Kwartir Besar Kepandu- masa kepengarangannya ia telah
an di Mangkuneraran, dan pernah menghasilkan 15 karya, baik novel
menjabat Ketua Perpustakaan Sana- maupun buku pelajaran bahasa dan
pustaka Mangkoenegaran Surakar- sastra Jawa. Ia mulai menulis sejak
ta. Di samping itu, Jasawidagda juga tahun 1913 hingga Indonesia mer-
aktif dalam dunia pers atau surat deka. Sebagian besar novelnya diter-
kabar. Akibat ketekunan dan pengab- bitkan oleh Balai Pustaka. Karya-
diannya, ia dianugerahi Bintang Pe- karyanya cenderung berlatar tradi-
rak dari Gubernur Jenderal Peme- sional, misalnya tampak dalam Mi-
rintah Belanda (1936). Beliau juga tradarma, Jarot (Jilid I dan II), Ke-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 239

raton Powan, Purasani, Bocah lipkan nasihat-nasihat didaktis da-


Mangkunegaran, Pethi Wasiat, dan lam setiap karyanya.
Cariyos Lelampahanipun Peksi
Glathik. Di samping itu, profesinya jaya baya
sebagai guru telah membawa Jasa- Majalah Djaja Baja (selanjutnya
widagda selalu memberikan pence- ditulis Jaya Baya) itu berdiri perta-
rahan pemikiran kepada generasi ma kali di Kediri, Jawa Timur, pada
bangsanya. Ia sering mendobrak bu- tanggal 1 Desember 1945. Beberapa
daya tradisional yang tidak sejalan tokoh pendirinya, antara lain, ialah
lagi dengan pemikiran modern. Ia ti- Tadjib Ermadi, Wasis, Djasmadi,
dak sependapat dengan orientasi ma- Maridie Dhanukoesoemo, Soewandi
syarakat Jawa terhadap dunia priayi. Tjitrawasita, dan Achmad Soedibjo-
Hal itu ditunjukan dalam novel Kirti no. Pada masa sekarang, jumlah re-
Njunjung Drajat (1924) yang me- daksi inti majalah mingguan Jaya
ngangkat pertentangan pandangan Baya itu sekitar 7 orang, dibantu oleh
antara generasi muda (diwakili oleh sejumlah pengelola rubrik yang di-
Darba) dan generasi tua (kelompok tempatkan di daerah-daerah serta be-
priayi tradisional yang diwakili oleh berapa orang pembantu khusus.
orang tua Darba). Dalam novel Ni Majalah Jaya Baya didirikan de-
Wungkuk ing Bendha Growong (Ba- ngan mengemban misi penting, yaitu
lai Pustaka), Jasawidagda mengemu- untuk memberikan penerangan atau
kakan penolakannya terhadap buda- informasi kepada masyarakat, teru-
ya kawin paksa yang lazim dilaku- tama masyarakat Jawa di Jawa Ti-
kan oleh kalangan priayi. Berbeda mur, yang pada waktu itu sedang da-
dengan kedua novel di atas, Jasawi- lam suasana revolusi dan suasana pe-
dagda mengangkat kisah petualang- rang kemerdekaan (tahun 1945). Ke-
an atau pengembaraan seorang pe- tika terbit pertama kali 1 Desember
muda bernama Jarot dalam novel 1945), bentuk majalah Jaya Baya
berjudul Jarot (Balai Pustaka, 1992). masih amat sederhana, dengan tebal
Sebagai guru yang juga aktif di 40—50 halaman, dengan format 24
dunia penerbitan atau jurnalistik, Ja- X16 cm. Jenis kertasnya tipis, bahkan
sawidagda juga menulis cerita ber- pernah terbit dengan kertas merang.
gaya jurnalistik, seperti dalam Bo- Pada halaman sampul depan tertulis
cah Mangkoenegaran (1930). Da- “Laire Majalah Djojobojo Tine-
lam novel itu ia sangat kuat meng- ngeran: Manca Hilang Laras Malih.
angkat dunia jurnalistik sehingga Soerjasengkala: Manca Nyatur Wi-
orang cenderung melihatnya sebagai waraning Tunggil. Candrasangka-
kumpulan karya jurnalistik. Sebagai la: Nglaras Cipta Ngesti Ngesti
lulusan sekolah guru, ia tidak mam- Tunggil. No. 1 Tahun ke I, Desem-
pu meninggalkan kewajibannya ber 1945”.
sebagai pendidik. Oleh sebab itu, ia Majalah Jaya Baya belum per-
tidak pernah ketinggalan menye- nah berhenti terbit, tetapi hanya per-
240 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nah berganti dengan bahasa pengan- lanjutnya berganti nama menjadi


tar bahasa Indonesia selama 3 tahun “Percetakan SEDIA”. Percetakan ter-
karena berharap agar oplagnya naik. sebut selain mencetak majalah Jaya
Akan tetapi, pergantian bahasa pe- Baya, juga mencetak lembaran ming-
ngantar itu justru menyebabkan ma- guan De Kedirische Courant—mi-
jalah tersebut oplagnya merosot, dari lik seorang Ondernamers Belanda di
tahun 1948—1951. Maka, pada ta- wilayah Karisidenan Kediri—dan
hun 1951 Jaya Baya kembali lagi ke majalah Astuti yang dipimpin oleh
terbitan awal, setelah kantor majalah Djasmadi (wakil majelis Taman Sis-
Jaya Baya pindah ke Surabaya. Pada wa Kediri).
kepindahannya ke Surabaya itu, pe- Majalah Jaya Baya membuka
nerbitan Jaya Baya kembali meng- ruang untuk iklan, tetapi seperti hal-
gunakan bahasa pengantar bahasa nya majalah atau media massa ber-
Jawa, dengan keyakinan bahwa hing- bahasa daerah lainnya, iklan yang
ga sekarang masyarakat Jawa di masuk amat sedikit sehingga biaya
DIY, Jawa Tengah, dan Jawa Timur operasional Jaya Baya harus ditang-
masih banyak yang mencintai baha- gung sendiri. Pada tahun 1997, ke-
sa Jawa standar Sala-Yogya. Bahasa tika terjadi krisis moneter, Jaya Baya
Jawa standar Sala-Yogya itu tetap juga terkena dampaknya sehingga
digunakan sebagai acuan bahasa Ja- pernah hanya terbit 36 halaman.
wa dalam bahasa pengantar majalah
tersebut karena ragam bahasa terse- jejer
butlah yang memiliki sistem dan Secara leksikal jejer berarti ba-
aturan-aturan yang jelas. kuning carita ‘inti dari cerita’. Da-
Rubrik-rubrik inti yang menjadi lam konteks sastra Jawa, jejer diper-
bagian Jaya Baya sekarang ialah gunakan untuk menerangkan bahwa
“Ature Redhaksi”, “Obrolan Cabla- sebuah karya sastra memiliki inti ce-
ka”, “Crita Rakyat”, “Crita Misteri”, rita. Inti cerita dikembangkang men-
“Layang saka Warga”, “Kesenian”, jadi cerita yang lebih besar, misalnya
“Pendhidhikan”, “Kabudayan”, Serat Kalatidha, berinti cerita ten-
“Taman Wanita”, “Crita Cekak”, tang penyadaran manusia atas segala
“Crita Sambung”, “Berita Politik”, tingkah laku yang tidak terpuji. De-
dan “Guritan”. Selain itu, masih ada ngan kata lain, jejer Serat Kalatidha
rubrik yang khas, yaitu rubrik yang bertumpu pada kritik sosial.
tidak dimiliki oleh majalah lain yang
sejenis, ialah “Primbon” dan cerita jujuk sagitaria (1944—)
pendek untuk remaja bernama rubrik Nama aslinya Juhariningsih. Ia
“Roman Sacuwil”. lahir di Yogyakarta, pada 7 Desem-
Penerbitan Jaya Baya yang per- ber 1944, dari pasangan Supardi Pro-
tama dilakukan di percetakan milik noharjono (almarhum) dan Jasimah.
seorang Indo Belanda, yaitu Kedi- Ayahnya adalah mantan Juru Teknik
rische Snelpers Drukerij, yang se- Bengkel Pusat UGM, sedangkan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 241

ibunya membantu pekerjaan di ru- Sejak itulah karya-karya Jujuk


mah. Ia adalah anak ketiga dari enam sering muncul di beberapa media,
bersaudara. Kakak pertama, Jumila, antara lain, cerpen “Tumiyunge Ati
pensiunan pegawai dapur R.S. Sar- Mulus” (Kembang Brayan, 1971),
jito; kakak kedua, Marsiyam, se- “Pasuryan Kembar” (Darma Nyata,
orang ibu rumah tangga; adik nomor 1975), “Prambanan Pungkasan”
empat, Agustomo, pegawai SGPLB; (Darma Kandha, 1970), “Kembang
adik nomor lima, Fajar Gita Rena, Flamboyant” (Djaka Lodhang,
seorang guru dan penulis; dan adik 1972), “Wengi Padhang Rembulan”
nomor enam, Sri Yuni Murniati, se- (Djaka Lodhang, 1974), “Adhiku
orang ibu rumah tangga. Ipe” (Djaka Lodhang, 1975), “Ce-
Jujuk Sagitaria menamatkan lengan Pecah” (Jarwan, Djaka Lo-
pendidikan formal di SD Tawangsari dhang, 1976), “Panas Mangsa Ke-
(1957) dan SMP St. Belarminus tiga” (Djaka Lodhang, 1977), “Pak
(1960). Kemudian menikah dengan Lik Jon” (Djaka Lodhang, 1985),
Drs. Suyatno (1970) dan dikaruniai dan lain-lainnya.
tiga orang putra (2 laki-laki, 1 perem- Karya-karyanya yang berupa
puan): Puntadi Juharyatno, S.T. (lahir guritan banyak dimuat Djaka Lo-
1972), Restuni Yatna Yunindyah, dhang, antara lain, “Prapatan Cilik”
S.Sn. (lahir 1974), dan Wirawan (1975), “Patilasan”, “Mbulan Nda-
Yogiyatno, S. Kom. (lahir 1978). Ber- dari”, “Pojok Alun-alun” (1984), di
sama keluarga ia kini tinggal di Sa- Kartika Munggu, antara lain, “Pur-
yidan GM II/21, Yogyakarta, telepon worejo” dan “Bougenville”. Adapun
(0274) 386950. cerpen dan puisinya (berbahasa In-
Jujuk, aktivis PKK, Klompenca- donesia) yang dimuat Gelora Ber-
pir, dan Posyandu ini, mulai menyu- dikari antara lain berjudul “Seraut
kai dunia seni, termasuk karang-me- Wajah” (1970) dan “Perjalanan”,
ngarang, sejak masih duduk di bang- “Hujan Turun” (1969), “Gembiralo-
ku SMP; bakat ini diketahui oleh gu- ka”, “Katakanlah Ida” (1970). Se-
ru bahasa Indonesia. Selanjutnya, ia mentara “Senja Kelabu” dimuat
mulai menulis dalam bahasa Indone- mingguan Pelopor (1971).
sia, berupa puisi, berjudul “Sebuah Selama ini karya-karya Jujuk
Berita”, dan dimuat Gelora Berdi- belum pernah diterbitkan dalam ben-
kari Sala (1969). Dulu pernah akrab tuk buku, apalagi sejak 1985 ia jarang
dengan “Presiden Malioboro”, Um- menulis. Hanya beberapa karyanya
bu Landu Pranggi. Keakraban itu an- masuk dalam antologi bersama, di
tara lain yang membuat Jujuk masuk antaranya, puisi (Jawa) “Prapatan
ke dunia sastra Jawa (Kedaulatan Cilik” dalam Javanese Literature
Rakyat, 18 Januari 1987). Akhirnya, Since Independence, An Anthology
menyusul cerpennya dalam bahasa susunan J.J. Ras (1979), dan “Pati-
Jawa, berjudul “Layang Uleman Lo- lasan”, Mbulan Ndadari”, “Pucuk
ro”, dimuat Kembang Brayan (1969). Angen-Angen”, Ayang-ayangen”,
242 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

“Pojok Alun-alun”, “Layang Pu- iba hati dan kasihan sehingga diha-
tih”, “Episode”, “Purworejo”, rapkan penembang akan mendapat-
“Bougenville”, dan “Prapatan kan rasa iba dan kasih sayang dari
Cilik” masuk dalam Pesta Emas Sas- orang di sekitar dirinya. Contoh:
tra Jawa DIY (Pustaka Pelajar,
1995). Puisi (Indonesia) berjudul JURUDEMUNG
“Perjalanan” dan “Hujan Turun” ma- Atur ulun mring ki Patya
suk dalam Sang Persadawan (Swa- nedya ngawula satuhu
dana Studiklub Yoga Sastrapers, anglebur tapak sang Prabu
1989). Selain itu, ia pernah tercatat pejah gesang tan suminggah
sebagai juara III dalam Lomba Mi- nglampahi karsa sang Prabu
nat Baca yang diselenggarakan oleh sang Nata resep miyarsa
Perpustakaan Wilayah DIY (1987). tembunge sedhep ing atur.
‘Permohonan hamba pada sang
jurudemung Patih
Jurudemung nama salah satu
sungguh-sungguh ingin mengab-
tembang Jawa kelompok Tembang
di
Tengahan yang setiap pupuh ‘bait’
bersujud di telapak kaki sang Pra-
terdiri atas 7 gatra ‘baris’, setiap ga-
bu
tra terdiri atas 8 wanda ‘suku kata’,
hidup atau mati takkan menghin-
dan bersajak akhir a-u-u-a-u-a-u. Ke-
dar
lompok Tembang Tengahan atau
menjalankan perintah sang Prabu
Tembang Dhagelan itu adalah jenis
raja pun senang hati mendengar
tembang Jawa yang muncul pada za-
kata-katanya terucap manis.’
man Majapahit. Pada waktu itu ma-
syarakat Jawa tidak paham lagi pada
bahasa Kawi dan mereka menggu-
nakan bahasa Jawa Tengahan. Oleh
karena itu, kata-kata yang dipergu-
nakan dalam Tembang Tengahan itu
juga kosa kata bahasa Jawa Tengah-
an.
Tembang Jawa Tengahan seperti
halnya jenis tembang Jawa lainnya
(Tembang Cilik ‘Kecil’ dan tembang
Gedhe ‘Besar’) terikat pada guru ga-
tra, guru wilangan, dan guru la-
gu.Yang tergolong Tembang Tengah-
an adalah Gambuh, Megatruh atau
Dudukwuluh, Balabak Jurudemung,
dan Wirangrong. Tembang Jurude-
mung berwatak menimbulkan rasa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 243

k
kadjawen (kajawen) lam berkomunikasi dengan lawan bi-
Satu-satunya majalah berbahasa cara yang lebih tua. Majalah Kaja-
Belanda yang diterbitkan oleh Balai wen juga memiliki beberapa buah ru-
Pustaka pada zaman Kolonial Be- brik sastra “Lelakon”, yang selanjut-
landa adalah majalah Kajawen nya berganti nama “Cariyos Cekak”
(1926). Sebagai majalah umum mi-
lik pemerintah, Kajawen amat profe- kakawin
sional, baik dalam penataan rubrik Kakawin adalah genre sastra da-
maupun dalam menejemennya. lam bentuk puisi yang menggunakan
Majalah Kajawen memiliki beberapa metrum India dan memakai bahasa
rubrik yang menarik, misalnya ru- Jawa Kuna berdasarkan cerita dari
brik “Obrolane Gareng lan Petruk”. epos atau mitologi dari India. Kaka-
Majalah berbahasa Jawa itu ter- win berasal dari kata Sanskreta Ka-
bit dua kali dalam sebulan (dua ming- wi. Afiks Jawa ka- dan –an memberi
gu sekali). Pemimpin redaksinya ber- nya suatu warna blasteran. Kawi da-
nama Raden Soemantri Hardjodi- lam bahasa Sanskreta, semula mem-
broto, seorang pengarang yang dike- punyai beberapa arti, yaitu ‘seorang
nal lucu, yang lebih sering dipanggil yang mempunyai pengertian luar
dengan “Petruk Kajawen”. Dialah biasa’, ‘seorang yang bisa melihat ha-
juga yang mengisi rubrik khusus. ri depan’, dan ‘seorang bijak’. Ke-
Rubrik itu merupakan sikap atau ke- mudian dalam sastra Sanskreta kla-
bijakan redaksi terhadap situasi ter- sik istilah ini memperoleh arti khas
tentu, yang dianggap penting. Setiap ‘seorang penyair’ yang kemudian
media massa atau majalah memiliki umum dipakai dalam sastra Jawa Ku-
kebijakan sendiri, sesuai dengan misi na. Menurut kaidah morfologi Jawa
dan visi masing-masing. Bahasa pe- Kuna, kata benda baru berakar dari
ngantar media massa terbitan peme- kata kawi ditambah awalan prefiks
rintah tersebut memakai ragam ba- ka- dan akhiran suffiks –n (ka-kawi-
hasa Jawa krama, bukan ngoko se- n) artinya ‘karya seorang penyair’,
perti halnya bahasa pengantar media ‘syairnya’. Pada umumnya kata-ka-
massa swasta Panyebar Semangat ta yang dibentuk dengan cara demi-
dan Djaja Baja (atau Jaya Baya). kian ini merupakan kata-kata benda
Hal itu dilakukan sebagai upaya abstrak. Pergeseran arti dari abstrak
“mendidik” masyarakat agar meng- menjadi konkret ini memang terjadi
hormati pemimpin atau penguasa. Se- di dalam bahasa Jawa Kuna. Peru-
perti halnya dalam pemakaian dalam bahan arti yang mengalihkan sesuatu
masyarakat, ragam bahasa krama yang abstrak menjadi konkret pantas
digunakan sebagai cara hormat da- diperhatikan bukan karena dibentuk
244 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dengan ka-…-an, melainkan karena sebuah vokal pendek diikuti oleh le-
pengaruh bahasa Sanskreta. Peru- bih dari suatu konsonan. Suku kata
bahan morfologis kawi —— kawya terakhir dalam setiap baris dapat ber-
merupakan proses yang sering dipa- sifat panjang atau pendek, dan kaka-
kai dalam bahasa Sanskreta untuk win tidak mengenal rima. Aneka ma-
membentuk sebuah kata benda yang cam pola persajakan ini dipakai da-
abstrak artinya. Misalnya, dalam pe- lam puisi Jawa Kuno, masing-ma-
riode Veda kata kawya berarti ‘ke- sing dengan namanya sendiri.
bijaksanaan’; ‘pengetahuan seorang Contoh sebuah bait Bharatayu-
nabi’. Akan tetapi, dalam periode kla- dha dalam metrum Prthwitala:
sik kata kawya berarti ‘buah hasil Mulat mara sang Arjunasemu
dari puisi kraton’, sebuah syair yang kamanusan kasrepan
bersifat epis dengan corak agak di- ri tingkah I musuh nira n pada
buat-buat (artifisial), dan justru ini- kadang taya wwang waneh
lah sifat-sifat kakawin dalam sastra hana pwa ng anak ing yayah
Jawa Kuna. Dari segi linguistik isti- mwang ibu len uwanggeh paman
lah Jawa Kuna, kakawin merupakan makadi nrpa Salya Bhisma sira
padanan dari kata Sanskreta kawya. sang dwijanggeh guru
Kaidah-kaidah metris yang berlaku
Pada umumnya sajak yang dise-
bagi sebuah kakawin Jawa Kuna sa-
but kakawin terdiri atas beberapa
ma dengan pola matra yang terdapat
pupuh atau sarga. Sedangkan pupuh-
dalam kawya. Adapun struktur for-
mal persajakan kakawin adalah ma- pupuh dibedakan menurut variasi
dalam metrum. Tidak ada ketentuan
tra, bait, dan pupuh. Setiap bait biasa-
mengenai jumlah bait dalam satu pu-
nya terdiri dari empat baris, masing-
puh. Meskipun satu pupuh hanya ter-
masing baris meliputi jumlah suku
kata yang sama dan disusun menurut diri dari satu bait yang berisi empat
baris maka tetap disebut kakawin—
pola metris yang sama. Menurut po-
biarpun ini suatu perkecualian—
la tersebut kuantitas setiap suku di-
contohnya sebuah sajak cinta. Tetapi,
tentukan kata panjang (guru) atau
pendeknya (laghu) sesuai dengan sebaliknya, pupuh yang berisi lebih
dari tigapuluh bait juga jarang dite-
urutan dalam setiap baris. artinya se-
mukan. Misalnya, dalam Bhoman-
tiap baris dalam satu bait mempu-
taka pupuh ke-88 berisi 57 bait dan
nyai pola matra yang sama, juga se-
tiap bait dalam satu pupuh mempu- merupakan pupuh terpanjang yang
berhasil ditemukan dalam kakawin
nyai pola matra yang sama pula. Ter-
berasal dari Jawa Timur. Pemakaian
gantung kepada pola matranya, ada
metrum yang berbeda-beda meru-
bait dengan baris yang panjang dan
ada bait dengan baris yang pendek. pakan suatu kebebasan bagi penyair
dalam menentukan pilihannya. Se-
Sebuah suku kata dianggap panjang
dangkan usaha untuk menghubung-
bila mengandung sebuah vokal pan-
hubungkan sebuah metrum dengan
jang (a, i, u, o, e, o, ai) dan bila
suatu tema tertentu kurang diperha-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 245

tikan. Ada beberapa metrum yang Kakawin Arjunawijaya. Oleh karena


sangat disukai sebagai pilihan, ada itu, Empu Tantular berharap akan
juga beberapa metrum yang jarang berkahnya untuk karya itu.
sekali digunakan. Metrum yang sa- Kakawin Arjunawijaya mengi-
ma dapat dipakai beberapa kali da- sahkan raja Rawana, cucu Sang Pu-
lam syair yang sama, khususnya da- lastya, anak Waisrawa, yang meng-
lam syair-syair panjang. Umumnya hancurkan dunia dan ditakuti oleh
di dalam kakawin-kakawin dijumpai para dewa. Saudara-saudara raksasa
keanekaragaman pemakaian me- Sumali ditewaskan oleh Batara Wis-
trum-metrum. nu. Kerajaan Lengka diberikan ke-
pada Waisrawana, putra Waisrawa.
kakawin arjunawijaya Raksasa Sumali ingin mempunyai se-
Cerita Kakawin Arjunawijaya orang cucu yang sakti seperti Waisra-
diambil dari kitab Uttarakanda yang wa. Oleh karena itu, ia menyuruh
digubah dalam bentuk tembang. Inti anak perempuannya untuk menye-
ceritanya tentang peperangan Prabu rahkan diri kepada Waisrawa. Anak-
Dasamukha melawan kakaknya yang anak yang dilahirkan dari pernikahan
bernama Prabu Waisrawana atau antara Waisrawa dengan anak Su-
Prabu Dhanaraja. Di samping itu, mali, antara lain, Dasamukha (yang
Kakawin Arjunawijaya mencerita- berkepala sepuluh), Kumbhakarna,
kan pula peperangan Prabu Dasa- Wibhisana, dan seorang raksasa pe-
mukha melawan Prabu Arjuna Saha- rempuan yang bernama Surpanakha.
srabahu, raja Mahispati, hingga Ketiga anak laki-laki itu melaku-
akhirnya dapat menawanan Prabu kan tapa brata dengan sangat disi-
Dasamukha. plin. Dasamukha memenggal kepa-
Kakawin Arjunawijaya ditulis la-kepalanya yang berjumlah sepu-
oleh Empu Tantular pada Zaman luh itu dan melemparkannya ke da-
Majapahit, yaitu pada waktu Prabu lam api korban. Dengan tindakannya
Hayam Wuruk sudah sedikit lanjut itu, Dasamukha memperoleh anuge-
usianya. Dibandingkan dengan Na- rah dari Batara Brahma, yaitu ia ti-
garakretagama (yang juga ditulis dak dapat ditewaskan oleh dewa mau-
oleh Empu Tantular), Kakawin Arju- pun oleh raksasa. Kumbhakarna
nawijaya jauh lebih muda. Di sam- ingin menghancurkan seluruh dunia.
ping itu, Empu Tantular juga me- Batara Brahma mencegah keinginan
nulis Sutasoma atau Purusadasanta Kumbhakarna tersebut. Para dewa
kakawin. Empu Tantular berharap mengutus Dewi Saraswati, dewi tu-
agar tulisannya itu dapat dijadikan se- tur kata, untuk memasuki lidah Kum-
bagai sumbangan bagi raja beserta bhakarna. Akibatnya, permohonan
putra-putrinya. Salah seorang keme- yang diucapkannya menjadi berbeda
nakan raja Hayam Wuruk yang ber- dengan tujuannya semula. Jika se-
nama Sri Ranamanggala selalu ber- mula ingin menjadi tokoh yang tidak
sikap simpatik terhadap pengarang terkalahkan, tetapi setelah lidahnya
246 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dirasuki oleh Dewi Saraswati, per- tangan Dasamukha terjepit dan tidak
mohonan Kumbhakarna berubah dapat digerakkan lagi. Untuk itu, Da-
agar supaya dapat tidur selama se- samukha menjerit sangat keras sam-
ribu tahun. pai menggema ke seluruh dunia. Ba-
Dasamukha mengusir kakak tiri- tara Siwa membebaskan Nandiswa-
nya yang bernama Waisrawana atau ra dan memberi nama Rawana ‘jerit-
Dhaneswara dari Lengka. Di atas an’. Dasamukha meneruskan perja-
gunung Trikuta dibangun tiga kera- lannya. Dalam perjalannya itu, ia
ton, untuk saudara-saudaranya, ma- bertemu dengan pertapa perempuan
sing-masing satu keraton. Dasamu- bernama Dewi Wedawati. Pertapa
kha ingin menaklukkan seluruh du- perempuan itu tidak menikah karena
nia dan para dewa. Dasamukha di- orang tuanya dibunuh oleh raksasa.
ingatkan oleh Dhaneswara, tetapi Dewi Wedawati menolak setiap laki-
tidak mau mendengarkannya. Bah- laki yang datang untuk melamarnya.
kan, ia memenggal kepala utusan Ia hanya mengharapkan lamaran da-
Dhaneswara. Oleh karena itu, ri Batara Wisnu. Mengetahui hal itu,
Dasamukha dikutuk oleh arwah Dasamukha menyombongkan dirinya
utusan itu bahwa keraton Dasamu- bahwa ia lebih sakti daripada Batara
kha akan dibakar oleh seorang utus- Wisnu. Ketika ia mendekati Dewi
an. Akhirnya, kedua saudara tiri itu Wedawati, sang dewi pun mencebur-
bertempur dengan sengit. Para abdi kan diri ke dalam api. Sebelum mela-
Dhaneswara menyelamatkannya ke kukan perbuatannya itu, ia mengu-
surga Batara Indra. tuk Dasamukha. Dewi Wedawati me-
Dasamukha tetap menghan- ngutuk bahwa Dasamukha akan ma-
curkan dunia. Ia akan mengganggu ti karena dirinya, karena ia akan me-
Batara Siwa dan Dewi Uma, permai- nitis sebagai Dewi Sita.
surinya, yang sedang bercengkerama Raja Maruta mengadakan upa-
di gunung Kailasa. Dasamukha di- cara korban. Upacara korban itu di-
peringatkan oleh Nandiswara, pen- hadiri oleh para dewa dari segala
jaga gunung itu, tetapi tidak mau penjuru. Ketika Dasamukha datang,
mendengar peringatan itu. Bahkan, mereka sangat terkejut. Seketika itu
Dasamukha mengolok-olokkan Nan- juga Batara Indra menyamar sebagai
diswara yang berkepala kera itu. seekor burung merak, Batara Yama
Nandiswara marah sembari mengu- sebagai burung gagak, Batara Ba-
tuknya. Dalam kutukannya itu Nan- runa sebagai seekor angsa, dan Dha-
diswara mengatakan bahwa kelak neswara sebagai seekor bunglon. Da-
para kera akan menghancurkan ke- samukha menganggap hal ini seba-
raton dan membunuh sanak sauda- gai penyerahan diri. Lalu, ia mene-
ranya. Mendengar kutukan itu, Dasa- ruskan perjalannya ke Ayodhya. Ra-
mukha menjadi marah. Ia menggon- ja Banaputra atau Raja Anaranya
cang-goncangkan gunung itu. Batara dan sekutu-sekutunya kalah mela-
Siwa menekan puncaknya sehingga wan serangan Dasamukha. Ketika
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 247

akan menghembuskan nafas ter- nyerang Dasamukha. Dasamukha


akhir, ia meramalkan bahwa ketu- menghadapi patih Suwanda. Pepe-
runannya yang bernama Raghawa rangan itu memakan banyak korban.
adalah inkarnasi Batara Wisnu. Ia Patih Suwanda gugur dalam pepe-
akan membunuh Dasamukha. rangan. Oleh karena itu, Prabu Arju-
Tercerita raja dan permaisuri ke- na Sahasrabahu maju perang mela-
rajaan Mahispati yang bernama Pra- wan Dasamukha. Sebelumnya, para
bu Kartawirya atau Prabu Arjuna dewa melarang Prabu Arjunasa-
Sahasrabahu (Prabu Arjuna yang hasrabahu untuk tidak melawan Da-
berlengan seribu) dengan Dewi Ci- samukha, tetapi ia tidak peduli akan
trawati. Prabu Arjuna Sahasrabahu larangan itu. Akhirnya Dasamukha
adalah putra Prabu Krtawirya, raja dapat dikalahkan. Prabu Arjunasa-
para Hehaya. Pada awal bulan Kar- hasrabahu putus asa karena permai-
tika mereka mengadakan pariwisata surinya gugur, tetapi dapat dihidup-
ke sungai Narmada. Mereka dikawal kan lagi oleh dewi pelindung sungai
oleh para pasukan dan para pelayan Narmada. Dengan hidupnya permai-
putri. Mereka berhenti di sebuah suri itu, mereka kembali berbahagia.
dharma atau bangunan keagamaan Resi Pulastya, kakek Dasamukha,
yang berupa candi-candi. Tempat itu mohon kepada Prabu Arjuna Sa-
merupakan tampat ibadat agama hasrabahu agar Dasamukha dibe-
Budha. Prabu Arjuna Sahasrabahu baskan. Permohonan Resi Pulastya
senang mendengar keterangan ten- dikabulkan. Karena kemurahan ha-
tang tempat ibadat agama Buddha. tinya, Prabu Arjunasahasrabahu
Ia pun berjanji akan memenuhi ke- diberi kesaktian untuk menghidup-
wajibannya sebagai seorang raja ter- kan kembali pengikutnya yang tewas
hadap kegiatan ibadat agama Bud- dalam pertempuran. Prabu Arjuna
dha. Mereka sampai di tepi sungai Sahasrabahu menjadi raja di Mahis-
Narmada. Di sini mereka berceng- pati, seluruh dunia damai dan sejah-
kerama. tera. Ia membagikan karunia dan
Pada saat yang sama, Dasamu- memajukan dharma atau tradisi ke-
kha beribadat di hulu sungai itu. Ti- agamaan. Oleh karena itu, Sang Bud-
ba-tiba air sungai naik menggenangi dha, semua dewa, dan orang saleh
pulau itu. Dasamukha menyelamat- memujinya.
kan diri di bukit. Setelah tahu sebab-
nya, ia akan menyerang Prabu Arju- kakawin arjunawiwaha
na Sahasrabahu yang sangat sakti. Kakawin Arjunawiwaha ini
Dasamukha tidak menurut larangan menceritakan tentang Raden Arjuna
patih Prahasta. Dasamukha dan Pra- ketika bertapa. Ia dimintai tolong
bu Arjuna Sahasrabahu lalu bertem- oleh para dewa untuk membunuh ra-
pur. Prabu Arjuna Sahasrabahu ber- ja raksasa yang bernama Niwataka-
sama raja-raja sekutunya dan patih- waca. Cerita ini merupakan petikan
nya yang bernama Suwanda me- cerita “Mahabharata” bagian ketiga
248 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang disebut Wanaparwa. Dalam kha- miripannya terletak pada kisah yang
zanah sastra Jawa, Kakawin Arjuna- menceritakan tentang pertemuan
wiwaha sangat terkenal. antara Arjuna dengan Siwa. Selain
Menurut Poerbatjaraka (1957: itu, terdapat dalam tema-tema yang
17), kitab Kakawin Arjunawiwaha umum. Hal itu terlihat dalam cerita
adalah gubahan Empu Kanwa pada mengenai kunjungan Batara Indra
masa pemerintahan Prabu Airlang- yang menyamar sebagai seorang
ga, raja di Jawa Timur yang meme- Brahmin; ketika Arjuna tinggal di
rintah sekitar tahun 941 sampai de- surga; dan pertempura Arjuna mela-
ngan 964 Caka atau 1019 sampai de- wan para raksasa.
ngan 1042 Masehi. Empu Kanwa di- Poerbatjaraka tertarik kepada
puji keahliannya oleh Prof. Dr. Krom keseluruhan cerita Arjunawiwaha.
karena syair-syairnya dan bahasanya Hal itu mengingatkan kita kepada
baik. Akan tetapi, kitab Kakawin Ar- lakon wayang. Menurut Poerbatja-
junawiwaha apabila dibandingkan raka bahwa tujuan utama penyair-
dengan kitab Ramayana tidak seban- nya adalah menggubah sebuah syair
ding. Mengapa demikian? karena ki- yang tanpa perubahan dapat dipakai
tab Ramayana belum dikenal orang untuk pertunjukan wayang. Tema
sehingga isi dan syair-syairnya yang pokoknya bahwa untuk sementara
indah belum diketahui orang. Pada waktu kejahatan menang. Akan te-
tahun 1850, kitab Kakawin Arjuna- tapi, setelah minta pertolongan ke-
wiwaha dicetak dengan huruf Jawa pada suatu kekuasaan yang lebih ting-
oleh Dr. Friederich. Pada tahun 1926 gi, kejahatan dapat dikalahkan dan
dicetak dengan huruf Latin dan diter- kebaikan dapat meraih kemenangan.
jemahkan ke dalam bahasa Belanda. Menurut van Stein (dalam Zoet-
Kitab Kakawin Arjunawiwaha mulder, 1974:307), kakawin-kaka-
merupakan karya sastra yang me- win ditulis berdasarkan pengaruh
ngawali sastra puitis Jawa Timur. tradisi rakyat dan tradisi kraton. Si-
Apabila dilihat pada keseluruhan- fat ceritanya lebih bernuansa Jawa
nya, syair yang terdapat pada kitab sementara pengaruh India tidak be-
Kakawin Arjunawiwaha merupakan gitu tampak. Oleh karena itu, sangat
contoh puisi kakawin yang telah masuk akal bahwa acara pertunjuk-
mencapai puncak kesempurnaannya. an wayang merupakan bagian dari
Cerita Kakawin Arjunawiwaha di- tradisi tersebut (bernuansa Jawa).
ambil dari kisah para Pandawa se- Sampai sekarang, seorang dalang pa-
perti yang diceritakan dalam Maha- da umumnya tidak berpedoman pada
bharata, yaitu ketika mereka hidup suatu teks tertulis, melainkan pada
dalam pembuangan di hutan selama tradisi lisan yang turun-temurun di-
dua belas tahun. wariskan oleh ayah atau guru kepada
Apabila membandingkan cerita anak atau murid.
epos Mahabharata dengan cerita Menurut Zoetmulder (1974:
yang terdapat dalam kakawin, ke- 309), Empu Kanwa menulis syairnya
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 249

di bawah perlindungan raja Erlang- rang dan menghancurkan surga, ke-


ga. Dari sumber lain dinyatakan bah- rajaan Batara Indra. Oleh karena ke-
wa pada tahun 1016 kerajaan yang hebatannya, raksasa itu tidak dapat
didirikan oleh Empu Sindok runtuh. dikalahkan. Batara Indra minta ban-
Raja yang berkuasa pada waktu itu tuan Arjuna.
adalah Prabu Dharmawangsa Teguh Pada waktu itu, Raden Arjuna
Anantawikrama, meninggal dunia. sedang bertapa di Gunung Indrakila.
Raja Erlangga yang masih muda be- Sebelum meminta bantuan, Batara
lia datang ke Pulau Jawa, bertepatan Indra terlebih dahulu dengan cara me-
dengan upacara pernikahan. Ia dila- nguji ketabahan Arjuna melalui ke-
hirkan di Bali. Ia masih bersaudara cantikan para bidadari. Para bida-
dengan almarhum raja (Dharma- dari itu lalu menggoda Raden Arju-
wangsa Teguh Anantawikrama). Ra- na, tetapi tidak berhasil melakukan-
ja Erlangga bersembunyi di sebuah nya. Bagi para dewa, kegagalan para
pertapaan di Jawa. Kemudian ia di- bidadari itu merupakan sumber ke-
mohon menjadi raja. Setelah menjadi gembiraan karena hal itu merupakan
raja, ia berusaha untuk memulihkan pertanda bahwa Raden Arjuna me-
wangsa Empu Sindok. Antara tahun mang benar-benar sakti.
1028—1035 ia berhasil mengalahkan Raden Arjuna melakukan tapa
lawan-lawannya, yaitu raja Wengker brata untuk memenuhi kewajibannya
dan para sekutunya. Maklumatnya sebagai seorang kesatria, serta untuk
yang terakhir pada tahun 1042 me- membantu kakaknya, Prabu Yudhis-
ngatakan bahwa setelah ia mengun- tira, yang sedang berusaha merebut
durkan diri, kerajaan dibagikan ke- kembali kerajaannya. Batara Indra
pada kedua putranya. merasa puas karena ia tahu bahwa
Tema pokok Kakawin Arjuna- Batara Siwa akan berkenan hatinya.
wiwaha adalah kemenangan Arjuna. Batara Siwa mendatangi Raden Ar-
Hal itu memungkinkan Empu Kan- juna dengan wujud seorang pemburu
wa ingin mengisyaratkan bahwa te- dari suku terasing, yaitu orang Ki-
ma itu terjadi pada Prabu Airlangga. rata. Pada saat yang sama mereka
Keadaan itu merupakan puncak ri- melepaskan panah untuk membunuh
wayat hidup pelindungnya. Cerita babi hutan. Kedua anak panah men-
karya sastranya menyamakan Raden jadi satu sehingga terjadilah perseli-
Arjuna dengan Prabu Airlangga. Hal sihan antara Raden Arjuna dengan
itu dapat dipakai untuk mengetahui orang Kirata itu. Panah-panah Bata-
bahwa sang penyair ingin menyum- ra Siwa yang sangat sakti itu semua-
bangkan sesuatu yang berharga ke- nya ditanggalkan kekuatannya dan
pada pelindungnya. busurnya pun dihancurkan oleh bu-
Ringkasan cerita Kakawin Arju- sur Arjuna. Mereka berkelahi. Raden
nawiwaha sebagai berikut. Niwata- Arjuna hampir kalah. Ia memegang
kawaca, seorang raksasa (daitya) me- kaki lawannya, tetapi pada saat itu si
ngadakan persiapan untuk menye- pemburu lenyap dan Batara Siwa
250 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menampakkan diri sebagai ardha- Para dewa rapat. Mereka memper-


nariswara ‘setengah pria, setengah bincangkan tentang taktik untuk me-
wanita’ di atas bunga padma. Raden mukul mundur musuhnya, tetapi ha-
Arjuna memujanya. Batara Siwa nya Batara Indra dan Raden Arjuna
menghadiahkan sebatang panah sak- yang mengetahui tentang senjata apa
ti kepada Raden Arjuna. Panah itu yang harus digunakan. Semua itu da-
bernama Pasupati. Dan, sekaligus pat diketahui karena ucapan Niwa-
Raden Arjuna diberikan pengetahu- takawaca yang kurang hati-hati
an gaib, tentang bagaimana memper- sewaktu dirayu oleh Suprabha.
gunakan panah itu. Sesudah itu, Ba- Setelah berhasil mengalahkan
tara Siwa lenyap. Niwatakaca, Raden Arjuna mene-
Ketika Raden Arjuna akan kem- rima penghargaan di dewa. Selama
bali kepada sanak-saudaranya, da- tujuh hari Arjuna akan menikmati
tanglah dua apsara ‘makhluk sete- hasil dari upayanya dalam menga-
ngah dewa setengah manusia’ mem- lahkan Niwatakawaca yang penuh
bawa sepucuk surat dari Batara In- kejantanan itu. Oleh karena itu,
dra. Raden Arjuna bersedia mem- Raden Arjuna bagaikan seorang raja
bantu para dewa untuk membunuh yang bertahta di atas tahta Batara
Niwatakawaca. Indra.
Sementara itu, di tempat yang Setelah Arjuna dinobatkan, ke-
lain, Dewi Suprabha menolak semua mudian diadakan upacara pernikah-
desakan yang penuh nafsu birahi dan an sampai tujuh kali antara dengan
memohon agar Niwatakawaca ber- tujuh orang bidadari. Bidadari itu,
sabar sampai fajar menyingsing. De- antara lain, Dewi Suprabha, Dewi
wi Suprabha merayunya dan berta- Tilottama, lalu kelima bidadari yang
nya tentang kesaktian Niwataka- lainnya. Nama mereka tidak disebut.
waca yang diberi oleh Batara Rudra. Ketika tujuh bulan itu sudah lewat,
Niwatakawaca membuka rahasia- Raden Arjuna mohon diri kepada
nya, yaitu ujung lidahnya merupakan Batara Indra. Ia diantar kembali ke
tempat kesaktiannya. bumi oleh Matali dengan sebuah ke-
Ketika Raden Arjuna mendengar reta surgawi. Cerita ini diakhiri de-
rahasia itu, seketika itu juga ia me- ngan ratapan para bidadari yang di-
ninggalkan tempat persembunyian- tinggalkan di surga.
nya dan menghancurkan gapura is-
tana Niwatakawaca. Niwatakawaca kalangwan
terkejut oleh kegaduhan yang dah- Dalam sastra Jawa Kalangwan
syat itu. Saat itu pula Dewi Supra- atau kalangon berarti ‘keindahan’.
bha melarikan diri bersama Raden Seorang penyair puisi Jawa Kuna
Arjuna. dengan menciptakan dan menikmati
Surga diliputi suasana gembira karya-karya sastra akan terangkat
karena Raden Arjuna dan Dewi Su- keluar dirinya sendiri dan akan men-
prabha telah pulang dengan selamat. capai ekstasis ‘lango’ serta terha-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 251

nyut di dalam keindahan. Hal yang Sanggar Kalimasada berdiri pa-


diperlukan untuk menikmati karya- da tahun 1990. Ketika berdiri, pada
karya seni kakawin ialah pengetahu- awalnya sanggar tersebut tidak ber-
an mengenai lingkungan kebudayaan gerak secara formal. Dengan kata
yang melahirkannya, pengetahuan lain, sanggar itu hanya sebatas seba-
mengenai cara berpikir yang terung- gai tempat untuk berbincang-bincang
kapkan dalam karya-karya itu, me- mengenai masalah yang berkaitan
ngenai norma-norma estetik yang me- dengan sastra Jawa ataupun sastra
rupakan kaidahnya, dan khususnya Indonesia, terutama teater. Oleh ka-
pengetahuan mendalam mengenai rena itu, Sanggar Kalimasada tidak
bahasa Jawa Kuno. Bagian dari wa- pernah memikirkan hal-hal yang ber-
risan kesenian Jawa Kuna itu dalam kaitan dengan administrasi. Baru se-
kurun waktu yang cukup panjang telah memasuki tahun ke-4 (1994),
praktis tidak diketahui masyarakat, mereka yang tergabung di dalam
kecuali di pulau Bali. sanggar tersebut mencoba membe-
nahi diri dan meningkatkan keduduk-
kalimasada, sanggar annya dengan menata hal-hal yang
Kehidupan sastra Jawa tidak ha- berkaitan dengan keadministrasian,
nya terpusat di Yogyakarta, tetapi ju- terutama data-data para anggota dan
ga menyebar ke tempat-tempat yang surat-menyurat. Salah satu hal yang
lain di luar kota tersebut, misalnya di perlu diketahui, Sanggar Kalimasa-
Kutoarajo, Jawa Tengah. Di kota itu, da tidak pernah mengikatkan diri de-
berdiri Sanggar Kalimasada. Sang- ngan organisasi politik atau pun or-
gar tersebut berdiri atas inisiatif para ganisasi lainnya. Mereka berdiri se-
alumnus SMA Panca Marga Bhakti, cara swadaya, baik dalam hal pemi-
Kutoarjo. Pada awal berdirinya, kiran maupun pendanaan.
Sanggar Kalimasada tidak memusat- Sebagai wadah berkesenian, khu-
kan kegiatannya pada bidang sastra susnya sastra Jawa, Sanggar Kalima-
Jawa, tetapi pada bidang teater ber- sada memiliki kepengurusan hingga
bahasa Jawa. Naskah yang dipentas- beberapa periode, yaitu Periode I
kan oleh kelompok tersebut tidak ha- (1990—1994) terdiri atas Ketua
nya terbatas karya-karya para penu- (Wahman), Sekretaris I dan II (Wa-
lis sastra Jawa yang sudah mapan, hidin dan Warastuti), Bendahara I
tetapi juga naskah-naskah karya me- dan II (Kusbaningsih dan Sugianto),
reka sendiri, terutama karya Ustadji Seksi Sarana (Surip); Periode II
Pantjawibisana (salah seorang pen- (1994—1997) terdiri atas Ketua
diri sanggar Kalimasada). Di dalam (Wahrur Yusanto), Sekretaris (Pur-
sanggar tersebut, Ustadji adalah mo- waningsih), Bendahara (Ustadji
tor penggerak bagi anggotanya, baik P.W.); Periode III (1997—) terdiri
dalam pengertian pengasuh maupun atas Ketua (Ustadji P.W.), Sekretaris
sebagai guru bagi rekan-rekannya. (Purwaningsih), Bendahara (Wahi-
din). Adapun anggota Sanggar Kali-
252 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

masada dari mulai berdirinya tidak media massa. Dengan cara tersebut,
terlalu jauh berubah, yaitu Wahrur, anggota sanggar dapat saling bisa
Yusanto, Wahidin, Elu, Slamet, Agus berkomunikasi secara kreatif dan sa-
Suryono, Santo, Acok, Esta Swaesti, ling menimba pengalaman dari kar-
Swarinda, Tyaskiesti, Yuni Dwiles- ya-karta rekan mereka yang sudah
tari, Puspita, Arum Setyaningsih, El- dapat dipublikasikan secara luas.
vica Halimah, Saristuti, Rista Ayu- Sanggar Kalimasada bagi setiap
ningtyas, Kurniawati, Adani Aka- anggota adalah tempat penyemaian
diah, Agung Himawan, Koko Winar- bibit kepengarangan sastra Jawa,
ko, Titik Handayani. Para pengurus baik yang berupa geguritan, cerita
dan anggota dari Sanggar Kalimasa- pendek, maupun naskah-naskah
da berada dari pencinta sastra dan drama.
teater di Kutoarjo dan sekitarnya. Pa-
ra anggota sanggar memiliki variasi kampito (1954— )
pendidikan dan pekerjaan, mulai dari Kampito, yang di dalam karang-
sekolah dasar hingga perguruan ting- an-karangannya sering mengguna-
gi dengan profesi buruh, guru, anak kan nama samaran Piet Suwoyo, la-
sekolah, dan perangkat desa. hir di Blitar, Jawa Timur, pada 2 Juli
Untuk melangsungkan perjalan- 1954. Pendidikan formalnya dilalui
an sanggar, para anggota sepakat me- di Blitar dan Surabaya, yakni di SD
ngadakan iuran iuran pada waktu- Kademangan, Blitar (lulus 1968),
waktu tertentu, khususnya apabila SMP Sutojayan, Blitar (lulus 1971),
mereka akan mengadakan pentas, SMKI di Surabaya (lulus 1974), dan
sarasehan, dan diskusi. Pendanaan ASKI di Surabaya (lulus 1977). Se-
lain yang ditempuh adalah dengan bagai seorang lulusan SMKI dan
menyerahkan sebagian uang dari ha- ASKI, pantaslah pengarang beraga-
sil tulisannya yang dimuat di media ma Islam ini hobi menyanyi dan ber-
massa (pada tahun 1990-an, setiap main musik (termasuk gamelan).
anggota menyerahkan Rp.2000,- Bahkan, predikat senimannya sudah
jika dimuat di media massa berba- teruji, terbukti pada 1976 ia menjadi
hasa Indonesia dan Rp.1.000,- jika salah seorang duta seni yang dikirim
dimuat di media massa berbahasa oleh pemerintah ke Melbourne, Aus-
Jawa). tralia.
Sanggar Kalimasada tidak me- Sebagai pengarang (sastrawan)
miliki jadwal kegiatan secara rutin Jawa, Kampito yang mulai menulis
atau tetap. Pertemuan akan dilaksa- sastra sejak tahun 1980 ini boleh jadi
nakan diseleraskan dengan kebutuh- tergolong kurang begitu produktif.
an dan keadaan. Akan tetapi, mereka Kendati demikian, jika memiliki ke-
memiliki kegiatan membuat majalah sempatan, ia ingin terus menulis, en-
dinding untuk sarana ekspresi terbu- tah cerkak atau guritan, atau yang
ka sesame anggota, terutama karya- lain, dan mempublikasikannya ke
karya anggota yang dapat dimuat di majalah-majalah berbahasa Jawa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 253

yang ada (Panjebar Semangat, Jaya Blitar, Jawa Timur, pengarang oto-
Baya, Djaka Lodang, Mekar Sari). didak ini masih ingin terus berkarya
Mengapa ia ingin terus menulis sas- di tengah-tengah kesibukannya seba-
tra Jawa? Tidak lain karena sebagai gai seniman.
orang Jawa ia ingin turut serta me-
lestarikan keberadaan bahasa, sastra, kamsa
dan budaya milik kita sendiri. Itulah Nama lengkap pengarang ini ada-
sebabnya, walaupun majalah-maja- lah Kamsa Wirjasaksana. Dalam se-
lah berbahasa Jawa yang ada kurang jarah kesusastraan Jawa modern, na-
mampu menampung karya-karya sas- ma pengarang ini tercantum di sam-
tra dari sekian banyak pengarang pul buku novel berjudul Supraba lan
Jawa, juga kurang memberikan peng- Suminten (Balai Pustaka, 1923). Kar-
hargaan (honor) yang layak, ia toh yanya Supraba lan Suminten (1923)
tetap ingin terus menulis. Apalagi, mengedepankan gagasan modern
konon ia mampu menulis dengan ce- yang signifikan bagi masyarakat Ja-
pat. Satu guritan atau cerkak dapat wa pada waktu itu.
ia selesaikan dalam satu hari. Akhir abad ke-19 hingga tahun
Seperti halnya sebagian penga- 1930-an (abad ke-20) adalah tahun-
rang Jawa lainnya, Kampito pun ja- tahun pencerahan sastra Jawa mo-
rang mendokumentasikan karya-kar- dern karena pada rentang tahun ter-
yanya sendiri. Jadi, ia tidak tahu be- sebut terjadi pergeseran sosial yang
rapa dan judulnya apa karya yang amat signifikan dalam masyarakat
telah ia tulis dan publikasikan ke me- Jawa, yang pada gilirannya mengu-
dia massa. Namun, yang jelas, ia te- bah konsep hidup masyarakat. Hal
lah menulis cerkak dan guritan di ma- itu dapat diperhatikan dari banyak-
jalah Jaya Baya, Panjebar Sema- nya buku-buku sastra sastra Jawa
ngat, Djaka Lodang, dan Mekar (terutama novel) yang menyuarakan
Sari. Dapat disebutkan, misalnya, pembaruan berpikir di berbagai as-
cerkak berjudul “Heni lan Nining” pek kehidupan, misalnya, Serat Dur-
dimuat Jaya Baya, “Aku lan Yus- cara Arja (1886) karya asli dari Soer-
man” dimuat Panjebar Semangat, ja Widjaja (disunting Ki Padma-
“Layang Saka Sabrang” dimuat soesastra dan van der Pant), Serat
Djaka Lodang, dan “Antarane Gle- Rangsang Tuban (1912) karya Ki
more lan Genteng” dimuat Mekar Padmasoesastra, Serat Riyanta
Sari. Sementara guritan berjudul (1920) karya R.B. Soelardi, Kirti
“Potret” dimuat Jaya Baya. Selain Njunjung Drajat (1922) dan Ni
itu, ia juga menulis cerpen (berba- Wungkuk ing Bendha Growong
hasa Indonesia), antara lain berjudul (1938) (keduanya karya R.T. Jasa-
“Sepatu Hitam dan Putih”, dimuat widagda), Larasati Modern (1938)
majalah Gadis. Dan kini, di tempat karya M. Koesrin, Katresnan (1923)
tinggalnya, di Ringinanom, Sumber- karya M. Soeratman, dan Gawaning
jati, RT 02, RW 04, Kademangan,
254 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Wewatekan (1928) karya Koesoe- yang oleh Quinn dikelompokkan se-


madigda. bagai karya protonovel. Karya yang
Novel-novel yang disebutkan di digubah dengan memakai huruf Ja-
depan tadi memiliki spesifikasi da- wa tersebut masih tampak sederhana
lam hal tema yang diangkat dari per- dan dikemas dalam bentuk buku ber-
kembangan kehidupan pada waktu ukuran kecil dan tipis (hanya setebal
itu, antara lain mengedepankan pan- 10 halaman) sehingga terkesan seba-
dangan-pandangan baru yang di- gai karya yang kurang bermutu atau
usung oleh generasi baru hasil pen- kurang serius. Kesan tersebut ter-
didikan formal Belanda, seperti da- bukti dari kandungan isinya yang
lam hal memilih jodoh, mencari pe- berisi ajaran moral dan budi pekerti.
kerjaan, mengembangkan kehidupan Ajaran tersebut ditujukan kepada ma-
keluarga dan masyarakat secara rea- syarakat desa yang masih memiliki
listis, serta hak hidup yang setara. pemikiran sederhana dan harus di-
Dengan kata lain, bukan hanya ilusi- beri bacaan yang bersifat mendidik.
ilusi, atau pengandaian-pengandai- Karya pertama Kamsa yang berben-
an. Dalam novel Supraba lan Su- tuk dialog antara tokoh Pak Krama
minten karya Kamsa Wirjasaksana dan Raden Mantri tersebut membi-
itu, misalnya, Supraba berhasil me- carakan keadaan orang Jawa pada
nunjukkan keberhasilan dalam mem- tahun 1920-an, antara lain tentang
perjuangkan gagasan idealnya, dari pentingnya pendidikan dan penting-
hal memilih jodoh, mengatur ekono- nya mempertahankan sikap hormat
mi keluarga, dan terakhir ia dapat dan rukun. Selain itu, dalam karya
mencapai karir sebagai “priyayi ba- tersebut juga diungkapkan penting-
ru” pada masa itu, dengan cara ma- nya orang Jawa meniru kepandaian
gang, sesuai dengan kelas sosial dan dan perilaku orang Barat (Belanda).
pendidikannya. Karya kedua, Supraba lan Su-
minten, merupakan sebuah novel
kamsa wirjasaksana yang tidak hanya mengemukakan ni-
Kamsa Wiryasaksana adalah sa- lai-nilai didaktik, tetapi juga mena-
lah seorang pengarang sastra Jawa warkan tema pentingnya persoalan
periode prakemerdekaan yang sejauh yang dilandasi oleh pemikiran yang
ini tidak diketahui jati dirinya. Yang logis. Novel tersebut membicarakan
dapat diketahui tentang Kamsa ha- rintisan perjalanan hidup sepasang
nyalah tiga buah karyanya yang di- suami-istri (Supraba dan Suminten)
terbitkan oleh Balai Pustaka. Ketiga yang berangkat dari kelas bawah
karya itu ialah (1) Serat Pitakenipun hingga menjadi seorang priayi (elite)
Pak Krama (1920), (2) Supraba lan dengan pangkat wedana. Sementara
Suminten (1923), dan (3) Lelakone itu, karya ketiga, Lelakon Bocah
Bocah Kampung (1926). Kampung, merupakan cerita yang
Karya pertama, Serat Pitakeni- ditujukan untuk anak-anak dan re-
pun Pak Krama, berbentuk prosa maja yang berisi pengetahuan ten-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 255

tang berbagai macam permainan karkono partokusuma


anak-anak di desa (kampung). Karya (1915—2002)
tersebut menampilkan tema penting- Nama tokoh sastra dan budaya
nya membina kerukunan sehingga ter- Jawa ini sebenarnya adalah Karkono
cipta kedamaian. Hal yang menarik Partokusuma (lahir di Surakarta pa-
dalam cerita setebal 95 halaman itu da 23 November 1915). Namun, ia
ialah bahwa walaupun mengguna- lebih populer dengan nama “Karko-
kan ragam ngoko, gaya percakapan no Kamajaya” atau “Kamajaya” be-
dalam karya itu terasa segar dan ti- gitu saja karena ia lebih sering meng-
dak dibuat-buat. gunakan nama itu pada karya-kar-
Dilihat dari aspek tema yang di- yanya (buku, artikel, dan cerita fik-
garap di dalam tiga karyanya itu, ter- si). Ia telah naik haji lebih dari sekali
utama dalam Supraba lan Suminten, sehingga seringkali sebutan untuk-
dapat diduga bahwa Kamsa Wirya- nya menjadi Haji Karkono Kamaja-
saksana adalah seorang yang terpe- ya Partokusuma. Sebelum mening-
lajar. Sebab, di dalam karya itu ia ti- gal (tahun 2002), bersama istri (Sri
dak hanya piawai menuliskan gagas- Murtiningsih) dan tiga orang anak pe-
annya secara cermat dan lancar, te- rempuannya ia tinggal di Jalan Dr.
tapi juga memiliki pengetahuan yang Sutomo 9, Yogyakarta.
luas. Popularitas Karkono Kamajaya
bukan hanya karena profesinya se-
karas bagai pengusaha penerbitan (buku-
Istilah karas mengacu kepada buku filsafat dan budaya Jawa), me-
beberapa arti, yaitu (1) nama suatu lainkan juga karena ia menerbitkan
benda, yaitu papaning serat utawa karya-karya sastra Jawa. Kecintaan-
kothak ‘tempat surat atau kotak’, (2) nya pada filsafat, budaya, dan sastra
sabak, papan tulis, atau daun bertu- Jawa sudah terlihat sejak masih ka-
lis, keropak, (3) kitab. Selain itu, da- nak-kanak karena ayahnya—yang
lam Jawa Kuna, karas juga berarti bekerja sebagai pedagang palawi-
(a) pomahan ‘perumahan’ atau pe- ja—senang membaca buku-buku Ja-
karangan, (b) orang yang hanya me- wa. Katika masih kecil Karkono se-
miliki perumahan di desa, dan (c) nang mendengarkan pembacaan bu-
liang lahat yang biasanya ditutup pa- ku-buku berbahasa Jawa. Ibunya
pan, untuk meletakkan mayat. Da- pun—yang pekerjaan sehari-harinya
lam kaitannya dengan sastra, maka berdagang batik—sering menyem-
arti nomor 2 dan 3 yang bergayut. Ja- patkan diri melantunkan tembang-
di, karas ialah daun bertulis, keropak, tembang klasik dari Serat Wedhata-
atau kitab, yang biasanya untuk me- ma, Wulangreh, dan sebagainya.
nulis. Suasana “Jawa” di lingkungan ke-
luarga inilah yang menyiapkan Kar-
kono menjadi seorang budayawan
yang kaya ilmu budaya dan filsafat
256 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Jawa, termasuk budi pekerti dan wa- Karkono terjun menjadi Staf Divisi
yang. Barisan Banteng pimpinan dr. Mu-
Sastrawan yang juga budaya- wardi dan Soediro dengan pangkat
wan ini berpendidikan MULO pada mayor. Pada divisi itu ia mendapat
zaman Belanda di Surakarta. Selan- tugas khusus menyelundup ke Singa-
jutnya ia mengikuti pendidikan di pura dan Bangkok untuk mencari
Taman Guru Taman Siswa Yogya- dana bagi perjuangan mempertahan-
karta. Akan tetapi, selesai dari Ta- kan proklamasi kemerdekaan. Selan-
man Guru hingga wafatnya belum jutnya, sejak tahun 1948 ia menjadi
pernah menjadi guru karena ia lebih Ketua DPD PNI DIY hingga tahun
senang menekuni bidang pers dan 1967. Pada tahun 1958 ia berkesem-
penerbitan. Pada tahun 1934 Kar- patan menjadi delegasi Indonesia di
kono menjadi anggota redaksi ma- Asian Economic Conference di
jalah Soeloeh Pemoeda Indonesia di Kairo.
Yogyakarta hingga 1938. Pada tahun Sejak tahun 1948 Karkono me-
1939 ia pindah menjadi redaktur ma- mimpin usaha penerbitan di Yogya-
jalah Mustika (berbahasa Jawa) yang karta yang diberi nama “UP Indo-
juga terbit di Yogyakarta. Majalah itu nesia”. Melalui penerbit pribadi itu-
dipimpin oleh Bramono yang nama lah Karkono menerbitkan Almenak
sebenarnya Alfonsus de Legario Soe- Dewi Sri dan Serat Centhini. Sam-
tarno Dwidjosarojo, seorang jurnalis pai menjelang meninggal ia dan se-
tangguh lulusan Normaal School jumlah kawan masih aktif di Yayas-
Muntilan. Rupanya pergumulannya an Panunggalan Javanologi. Yayasan
dalam dunia pers tidak hanya sampai kejawen itu didirikan setelah Yayas-
di situ karena ia masih memegang an Javanologi (milik pemerintah pa-
posisi sebagai redaktur di beberapa da masa Daoed Joesoep menjabat
majalah lain. Dengan B.M. Diah dan Menteri P dan K) yang dipimpin Dr.
Nasrun Angkat Sutan ia pernah me- Suroso, M.A. (waktu itu rektor
mimpin majalah Percaturan Dunia UGM) dibubarkan.
dan Film di Jakarta. Ia juga pernah
menjadi redaktur surat kabar Berita kartadirdja
Umum pimpinan Soekardjo Wirja- Lengkapnya R.M. Kartadirdja.
pranoto dan Winarno Hendronoto. Biografi Kartadirdja tidak diketahui
Pada zaman Jepang Karkono me- secara pasti. Keterangan mengenai
ngelola surat kabar Asia Raja dan dirinya hanya dapat disimpulkan da-
menerbitkan Almenak Asia Raja. ri novelnya Tuhuning Katresnan
Namun, pekerjaan itu segera diting- (Balai Pustaka, 1919). Berdasarkan
galkan karena tidak cocok dengan identitas nama, diperkirakan ia ber-
Jepang. Selanjutnya, bersama Anjar asal dari keluarga priyayi karena
Asmara dan Ratna Asmara ia men- bergelar kebangsawanan raden mas.
dirikan grup sandiwara “Cahaya Ti- Novel Tuhuning Katresnan meng-
mur”. Setelah Indonesia merdeka, angkat kisah cinta dua sejoli (Supa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 257

dan Kasiyah) di sebuah desa yang kasiadi (1946—)


menghadapi kendala dari pandangan Pengarang kelahiran Mojokerto
tradisional orang tua si gadis. 13 Juni 1946 ini dalam serangkaian
Novel tersebut ditulis dengan hu- karyanya sering menggunakan nama
ruf Jawa dengan pengantar bahasa samaran Whonk Bunk Khouk. Ia
Jawa ngoko. Cerita itu berlatar tem- mendapat predikat sebagai Guru Te-
pat di wilayah pedesaan. Dari latar ladan Tingkat Kabupaten Mojokerto
cerita yang ditampilkan dapat dike- tahun 1990 dan menerima Tanda Ke-
tahui bahwa kemungkinan besar pe- hormatan Satya Lencana Karya Sa-
ngarang adalah asli orang Jawa yang tya (20 tahun) dari Presiden pada ta-
setia mencintai budaya Jawa dan ber- hun 2000. Riwayat pendidikan pe-
asal dari keturunan priyayi berkat ngarang ini ialah SR (1952—1958)
pendidikan modern Barat. Hal ini di- di Mojokerto, SMP (1958—1962),
perkuat oleh kenyataan bahwa kisah SMA (1962—1965), Fakultas Eko-
cinta remaja desa itu mendapat per- nomi Unair (1965—1966, tidak sele-
setujuan orang tua sehingga sampai sai), PGSLP (1967), dan AWS (1979)
pada perkawinan. di Surabaya.
Novel Tuhuning Katresnan men- Kasiadi adalah anak pertama da-
dapat tanggapan yang cukup baik da- ri enam bersaudara pasangan Jono
ri para pemerhati sastra. Hingga de- Syukur dan Kasiyati (keduanya dari
wasa ini tanggapan terhadap novel Mojokerto). Kelima saudaranya ada-
itu telah dilakukan oleh Subalidinata lah Kisyanto, Antono, Asmono Ka-
(1994), Rass (1985), dan Widati dkk. sirin, Mustini, dan Ninuk Musiah.
(2001). Para pemerhati itu memberi- Dari pernikahannya dengan Sri Uta-
kan tanggapan yang hampir senada, mi (tahun 1981), ia dikaruniai empat
yaitu bahwa novel Tuhuning Katres- orang anak: Fitria K.F., Fathur Rah-
nan dikatakan sebagai karya yang man, Faizatul Hikmah, dan Fazl A
mengangkat “perdebatan” antara ge- Habib. Sebelum menetap dan men-
nerasi muda (diwakili oleh Supa) dan jadi guru di Mojokerto (sejak 1981),
generasi tua (diwakili oleh orang tua ia pernah menjadi guru di Gresik
Kasiyah). Dari pernyataan ini dapat (1969—1979) dan di Surabaya
diketahui bahwa Kartadirdja mela- (1979—1981). Saat menjadi guru di
kukan kritik terhadap pola pikir tra- Gresik (tahun 1972), ia mulai men-
disional. Ia menyarankan agar pihak coba menulis.
orang tua membuka diri terhadap pe- Karya pertamanya dalam baha-
mikiran baru, terutama dalam kait- sa Indonesia dimuat dalam majalah
annya dengan pemilihan pasangan Siswa (Yogyakarta), sedangkan kar-
hidup. Dalam kaitan ini, tampak bah- yanya dalam bahasa Jawa pertama
wa pengarang menjadi corong peme- dimuat dalam majalah Djaka Lo-
rintah dalam upaya mengubah pan- dhang (Yogyakarta). Karyanya yang
dangan tradisional masyarakat Jawa. berupa guritan, antara lain, “Ibra-
him Ismail” (Jawa Anyar, 1970-an),
258 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

“Ruji Wesi” dan “Kecelik” (Djaka Katanya, dalam satu tahun (pada de-
Lodhang, 1970-an), “Angin Sore” kade 1980-an) ia hanya dapat menu-
dan “Semut” (Jaya Baya, 1970-an). lis tidak lebih dari 15 karya, terma-
Karyanya yang berupa crita anak suk artikel. Hanya sayangnya, pada
dimuat dalam Jaya Baya, Djaka Lo- sekitar tahun 1991, kegiatan menu-
dhang, dan Panjebar Semangat, an- lisnya berhenti total.
tara lain, “Anak Turune Wong Ca- Beberapa cerkak karyanya yang
cat”, “Critane Wit Gedang lan Wit dapat dicatat, antara lain, “Di Jiro”
Klapa”, “Memitran Iku Ora Kok (Jaka Lodhang, 1983), “Sido Dadi”
Mung….”, dan “Tukang Topi”. (Jaka Lodhang, 1983), “Nagari Tu-
ban Duk ing Nguni” (Jaka Lodhang,
kasmidjo (1924— ) 1983), “Tanpa Pamrih” (Jaka Lo-
Dalam karangan-karangannya, dhang, 1983), “Bumi Warisan” (Ja-
baik cerkak maupun cerbung, Kas- ka Lodhang, 1983), “Siir… Katok-
midjo kadang-kadang menggunakan ku” (Jaka Lodhang, 1983), “Layang
nama samaran Kastana. Ia dilahir- saka Dik Mul” (Jaka Lodhang,
kan di Bandung, Tulungagung, Jawa 1983), “Sanjan-Sinanjan” (Panje-
Timur, pada 24 Agustus 1924. Pen- bar Semangat, 1981), “Jalak Awu”
didikannya hanya SR tahun 1936. (Panjebar Semangat, 1983), “Jago
Tidak lama setelah Indonesia mer- Petingan Klawu Ampo” (Panjebar
deka, tepatnya pada tahun 1947, Semangat, 1985), “Udan Deres”
Kasmidjo masuk ke militer, berpang- (Panjebar Semangat, 1987), “Eseme
kat Prajurit Satu, bertugas di Deta- Bakul Kecai” (Panjebar Semangat,
semen 602 Kediri. Namun, karier itu 1991), “Kejaring…” (Panakawan,
hanya ia jalani selama tiga tahun 1991), dan “Wulangsari” (Panaka-
(1950). Enam tahun kemudian (1956) wan, 1991).
ia diterima sebagai pegawai Dinas Sementara itu, beberapa cer-
Pendidikan dan Kebudayaan Kabu- bungnya yang dapat dicatat, antara
paten Tulungagung. Karier sebagai lain, “Keliru Mbonceng” (Variasi
pegawai negeri ia jalani sampai pen- Putra, 1983), “Ombake Brantas
siun pada tahun 1985. Sekarang Ngujang” (Jawa Anyar, 1987), “Si-
Kasmidjo bertempat tinggal di Jalan lih Gumanti” (Jawa Anyar, 1987),
Diponegoro 15, Desa Bulus 02/II, “Pupuk Lempuyang” (Jawa Anyar,
Bandung, Tulungagung, telepon 1988), dan “Sumilake Mega Te-
(0355) 879656. ngange” (Jawa Anyar, 1990).
Sebagai pengarang Kasmidjo ti-
daklah produktif. Sejak sekitar tahun kawi
1974 ia mulai mengarang. Cerkak- Berasal dari kata Sanskreta men-
cerkak karangannya biasa dimuat di dapat afiks Jawa ka- dan –n mem-
Jaka Lodhang, Panjebar Semangat, berinya suatu warna blasteran. Da-
dan Panakawan. Sementara bebera- lam bahasa Sanskreta, kata kawi se-
pa cerbungnya dimuat di Jawa Anyar. mula berarti ‘seorang yang mempu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 259

nyai pengertian yang luar biasa, se- karya kakawin menyiratkan suatu
orang yang bisa melihat hari depan, ‘dunia batin’ dari ra kawi masing-ma-
seorang bijak’. Akan tetapi, kemu- sing yang tidak jarang cukup bermak-
dian dalam sastra Sanskreta klasik na taksa (ambigu). Misalnya, Mpu
istilah ini memperoleh arti yang khas, Tanakung (tan akung ‘tanpa cinta’)
yaitu seorang ‘penyair’. Dalam arti penggubah Lubdhaka, Mpu Sedah
inilah kata tersebut umum dipakai (sedah ‘suruh’), dan Mpu Panuluh
dalam sastra Jawa Kuna. (pan–suluh ‘penerang’) penggubah
Bharatayuddha, dan Mpu Prapanca
kawi miring (prapanca ‘kebingungan’) pengarang
Di dalam sastra Jawa terdapat Nagarakrtagama. Dalam hal ciri
istilah kawi miring. Istilah kawi mi- anonimitas, yaitu tidak dicantumkan-
ring berasal dari kata kawi dan mi- nya nama pengarang dalam karyanya,
ring. Di dalam dunia Sastra Jawa Kakawin Ramayana telah menjadi
Kuna dan Jawa Tengahan, istilah bahan adu pendapat yang cukup pan-
kawi dapat diartikan sebagai penyair, jang. Ada yang berpendapat bahwa
pengarang, dan atau penulis karya pengarangnya adalah Empu Yogis-
sastra. Hal itu terbukti bahwa di da- wara. Akan tetapi, yang jelas Yogis-
lam naskah Korawasrawa (berbentuk wara (penyair adalah seorang yogi
prosa dalam bahasa Jawa pertengah- besar atau guru yoga) bukanlah nama
an) digunakan istilah kawi untuk pe- melainkan atribut sang pengarang.
ngertian penulis. Berdasarkan sejum- Hal yang cukup penting menge-
lah hasil karya sastra Jawa Kuna dan nai kenyataan tentang tingginya pe-
Jawa Tengahan yang diwarisi hingga nyamaran diri dan anonimitas penga-
kini, dapat dilihat beberapa ciri dan rang karya-karya sastra Jawa Kuna
tipe pengungkapan diri pada kawi dan Jawa Tengahan ialah bahwa ke-
dalam tradisi kepengarangan sastra nyataan tersebut dapat mengandung
bersangkutan. Suatu kecenderungan makna (a) cermin budaya kolektif
yang cukup mencolok ialah ciri pe- (kolektivitas) yang tinggi; (b) cermin
nyamaran diri dan anonimitas di satu sistem (budaya) kekuasaan raja; dan
pihak. Akan tetapi, di pihak lain ter- (c) cerminan dunia abatin sang pe-
nyata menunjukkan penonjolan sta- ngarang sebagai seorang pembelajar
tus pengarang dalam bentuk yang yang aktif. Meskipun begitu, bagai-
lain, terutama menyangkut kedu- mana pun representasi status diri sang
dukannya dalam hidup kepengarang- pengarang, secara tersirat, tetap da-
an mereka sehingga dapat juga di- pat dikenali oleh pembaca karena ba-
kenali menjadi suatu tipe kepenga- gaimana pun hal itu menunjukkan ti-
rangan dari karya yang digubahnya, pe-tipe kepengarangannya yang pa-
terutama dengan sastra kakawin dan da umumnya dapat disimak dari ba-
kidung. Ciri penyamaran diri yang gian manggala dan atau bagian epi-
terumus dalam ‘nama pena’ sang ka- log dari karya bersangkutan. Dari
wi yang terungkap dalam beberapa pembahasan mendalam yang telah
260 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dilakukan oleh beberapa pakar dan kakawin memiliki perbedaan matra


pengamat sastra Jawa Kuna dan Ja- sebagai berikut. Kakawin adalah
wa pertengahan dapat disimak be- syair Jawa Kuna yang memperguna-
berapa tingkatan atau kategori kepe- kan metrik India. Ciri utama kakawin
ngarangan, antara lain (1) kawina- adalah mempergunakan bait yang
gara/kawirajya ‘penyair negara, pe- memakai perbedaan guru laghu atau
nyair kerajaan’, penyebutan ini da- panjang pendek suku kata. Setiap
pat ditemukan dalam kakawin Bha- suku kata mempunyai kuantitas ukur-
ratayudha, karya Empu Sedah dan an panjang pendek. Kakawin mema-
Mpu panuluh; (2) kawi wiku/kawi kai vokal panjang atau pendek sesuai
sunya ‘penyair pertapa’. Hal ini dpat dengan Sanskretanya, misalnya, pada
disimak dari Sunmanasantaka, kar- penulisan danawa, dewi, gopala, dan
ya Mpu Monaguna; (3) Kawindra/ wiku. Pengambilan yang sesuai tem-
kawiswara ‘penyair besar’. Ungkap- bang berlangsung pada periode Ke-
an ini dapat disimak pada Wretasan- diri, tetapi lama-kelamaan makin
caya karya Mpu Tanakung; (4) Ka- berkurang sehingga pada kakawin
witaruna/ kawimembang/kawi wiku yang lebih muda, penyair hanya
‘penyair muda/penyair pemula’. Ung- mencari teknisnya saja, yaitu sajak
kapan ini ditemukan dalam Sumana- atau rima. Penerapan matra Sansker-
santaka karya Mpu Monaguna. Ber- ta pada Jawa Kuna memaksa para
bagai ungkapan tentang kawi yang penyair kerap kali harus mempergu-
terlihat di atas paling tidak menjelas- nakan akal untuk memenuhi keten-
kan latar belakang dan tipe kepenga- tuan metrik, yaitu urutan teratur
rangan seorang kawi, yakni apakah panjang pendeknya suku kata dalam
ia mencipta dalam kedudukan dan si- satu baris syair. Vokal suatu kata da-
kap “batin” sebagai kawirajya, ka- pat ditulis sebagai vokal panjang
wisunya, kawindra/ kawiswara, atau atau pendek dalam kakawin menurut
kawitaruna. Dari ungkapan sekilas kepentingan guru laghunya. Misal-
manggala di atas dapat dipahami nya:
bahwa seorang kawi pada dasarnya lawan dipakai dalam Ws. 62, Ws.
adalah seorang pembelajar yang arif 83
dan dengan segala kerendahan hati- lawan dipakai dalam Ws1, Ws.
nya, ia ternyata terdorong kuat selalu nahan dipakai dalam Ws 30,
ingin belajar kepada sang kawiswara Ws.77
agar dapat menjadi seorang kawis- nahan dipakai dalam Ws.2, Ws
wara, yakni kawi yang terpilih. De- 73, Ws 79, Ws 90.
ngan demikian, yang disebut kawi
Pada suatu saat, penyair tidak
miring ialah karya sastra Jawa Baru
yang disusun dalam bentuk kakawin mempedulikan lagi akan aturan pan-
jang pendeknya suku kata dan hanya
Jawa Kuna. Istilah ini juga disebut
memegang teguh jumlah kata pada
dengan istilah Sekar Ageng. Dengan
tiap baris syair. Oleh karena itu, ti-
demikian, antara kawi miring dan
daklah mengherankan lagi bahwa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 261

penyair memakai matra India yang (iii) nama susunan tembang disebut-
diterapkan dalam bahasa Jawa Baru kan pada baris terakhir dan pupuh
di mana tidak ada tekanan kata atau- itu biasanya ditulis lengkap pada ba-
pun perbedaan panjang pendeknya ris terakhir, jadi mirip sasmita sekar,
vokal. Sebagai kompensasi dari ti- tetapi tidak menyatakan nama pupuh
dak adanya urutan yang teratur dan berikutnya; (iv) berlawanan dengan
suku kata pendek dan panjang, baris kebiasaan dalam karangan yang di-
syair dibagi dalam kelompok-kelom- tulis dalam tembang macapat, kolo-
pok yang disebut pedhotan. Kaka- fon terdapat pada akhir karangan.
win Jawa Kuna yang diterapkan da- Contoh sekar ageng Rukmanata,
lam sastra Jawa lama memiliki ciri- lampah 10
ciri, yaitu (a) tiap bait terdiri atas em- Angandika Prabu Yudhistira,
pat baris (Jawa Baru: Dirgha); (b) dhuh ki Bratasena sira,
tiap bait terdiri atas suku kata yang Kang saranta la maksana
jumlahnya tertentu (Jawa Baru: Lam- aagawal
pah); (c) tiap bait diputus dalam jum- Yen pepeka dimen manggih aria
lah suku kata tertentu (Jawa Baru:
Sekar Ageng Citrakusuma. Lam-
Pedhotan). Sebagai catatan dapat di-
tambahkan bahwa: (1) pergantian pah 12
Dene panjalukmu patine sin-
panjang pendek seperti matra Jawa
durja
Kuna tidak ada; (2) vokal dari suku
tamakna jemparingira paso-
kata terakhir pada tiap baris syair ti-
dak terikat aturan tertentu seperti ma- pati,
ratane Sri Kresna lan nggone
tra macapat.
ywa tebih,
Contoh Kawi miring, Kusuma-
aran pancajanmya anggonen
wicitra, Lampah 12, pedhotan 6.6
Sri Ngastina Maha ngajurit
alon andikanya
den kepareng kene
kawindra
Kawindara adalah penyair ter-
njujug dangyang Druna
Prabu Duryudana sohor atau terkemuka. Dengan gelar
tersebut, ia berkedudukan sebagai
Yayi Wrekudara
‘pangeran’ di antara penyair kaka-
Sigra arya Sena
win yang ada. Gelar kawindra dibe-
wangwang mangabekti
rikan oleh raja kepada seorang pe-
Keistimewaan kawi miring, ya- nyair kakawin karena ia juga adalah
itu (i) sangat biasa memakai mang- seorang penyair keraton. Gelar ka-
gala klasik Awighnam astu nawas windra menunjukkan bahwa ia ada-
Siddhi seperti dalam Jawa Kuna; (ii) lah seorang penyair yang memiliki
mencantumkan jumlah suku kata tiap kepandaian yang luar biasa. Untuk
baris syair (lampah) dengan menulis mencapai gelar tersebut, seorang
nomor pada permulaan tiap-tiap kawindra harus bekerja keras supaya
tembang baru atau pupuh tertentu; karyanya lebih baik dibandingkan
262 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dengan karya-karya penyair lainnya. Majalah tersebut hanya terbit sekali


Walaupun seorang penyair telah dan harus segera dihentikan karena
memperoleh kedudukan sebagai ka- tidak mendapat SIT dari Deppen. Pa-
windra, ia harus tetap menunjukkan dahal, majalah ini sudah banyak di-
dirinya sebagai pribadi yang santun iklankan di media berbahasa Jawa
dan rendah hati. Hal itu dapat dilihat Surabaya, yaitu Djaja Baja. Diren-
dalam sebuah penutup sebuah kaka- canakan, pemimpin redaksinya yang
win. Di dalam penutup kakawin, se- pertama ialah Satim Kadarjono.
orang kawindra diwajibkan meng-
ungkapkan ketidakmampuan dan ke- kelik eswe (sugeng wiyadi)
bodohannya. Kedudukan seorang ka- (1964— )
windra sangat terhormat di tengah Sugeng Wiyadi, lahir di Wono-
masyarakat, karena setiap orang yang giri, 8 Desember 1964. Ia adalah do-
dilukiskan/ditulis dalam syair kaka- sen Jurusan Pendidikan Bahasa Dae-
win akan merasa bangga dan senang. rah Fakultas Bahasa dan Seni Uni-
Bila seorang kawindra menulis syair versitas Negeri Surabaya (UNESA)
berupa pujian terhadap raja, seorang sejak tahun 1994. Riwayat pendidik-
raja sangat senang menerimanya dan annya: SDN 1 Baturetno, (1971—
akan memberi hadiah berupa tanah 1976), SMP Negeri 1 Baturetno, Wo-
dan karas kepadanya. Dengan ha- nogiri (1977—1981), SPG Negeri
diah tersebut, raja berharap sang ka- Wonogiri (1981—1984), Universitas
windra akan tetap kreatif dan mene- Negeri 11 Maret Surakarta (1986—
ruskan kerjanya. Di samping itu, de- 1992), dan Program S2 di Udayana
ngan hadiah tanah dan karas terse- mulai tahun 2002. Sejak tamat SPG,
but, seorang raja telah menunjukkan anak pasangan Siswadi dan Sulastri
persetujuannya atas cara sang kawin- ini selain menjadi guru SD juga be-
dra dalam menuaikan tugasnya se- kerja sebagai staf tata usaha STM
laku penyair keraton. Demikian pula Pancasila 3 Baturetno, Wonogiri
seorang puteri akan sangat tersan- (1985—1986). Di sela-sela kesibuk-
jung apabila dirinya ditulis/dilukis- annya sebagai pegawai, ia mulai ra-
kan oleh seorang kawindra dalam ka- jin menulis. Sejak tahun 1994 resmi
kawinnya. Bahkan, para dayang di menjadi tenaga pengajar (dosen) di
keraton yang (pernah) bersuamikan UNESA Surabaya. Anak kedua dari
seorang kawindra dipandang lebih delapan bersaudara ini menikah de-
pandai dalam hal tata krama dan tata ngan Peni Kusumawati pada tahun
kelakuan di antara para dayang kera- 1996 dan dikarunia dua orang putra:
ton lainnya. Eksi Sekarini (1998) dan Sharina
Ananda (2001).
kekasihku Menulis pertama kali dalam ba-
Majalah berbahasa Jawa yang hasa Jawa karena media yang dibaca
mirip dengan majalah hiburan Te- sejak duduk di bangku sekolah dasar
rang Bulan ini terbit di Surabaya. adalah surat kabar berbahasa Jawa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 263

Ketika pertama kali tulisannya di- eks Karesidenan Surakarta (1990).


muat dalam Parikesit (1981) ia me- Hanya saja, menerbitkan buku dan
nerima honor sebesar Rp1.500,00. novel merupakan salah satu cita-cita
Sekarang untuk sebuah cerkak ia yang sampai sekarang belum dapat
menerima honor Rp50.000,00. Mo- diwujudkan.
tivasi menulis lebih dikarenakan ada- Sebagai dosen tentu ia banyak
nya keinginan untuk bercerita kepa- meneliti dan menulis makalah. Pene-
da orang banyak lewat media (koran/ litian dan makalah yang dihasilkan,
majalah). Keinginan ini menjadikan antara lain, “Protes Sosial dalam
kegiatan menulis sebagai kebutuhan Puisi Jawa Modern: Langgam Rak-
hidup (seperti makan dan minum). yat Proleter yang Gemetar” (Temu
Kegiatan menulis dimulai dengan Penyair Sastra Jawa di FBS IKIP Su-
membaca tulisan orang lain, “men- rabaya, 1990), “Percik-Percik Pem-
contoh” tulisan yang sudah ada (lang- baharuan Puisi Jawa Modern” (Te-
sung praktik), tidak berangkat dari mu BKS Jurusan Sastra Daerah
teori terlebih dahulu. Ketertarikan PTN/PTS se-Indonesia di IKIP
menulis dalam bahasa Indonesia ka- Surabaya, 1994), “Kantong-Kantong
rena ingin “bercerita” kepada pem- Sastra Jawa Modern di Jawa Timur”
baca yang lebih luas, di samping ho- (Sarasehan Pemanfaatan Potensi Ba-
norarium yang diterima lebih besar. hasa dan Sastra Daerah di Jawa Ti-
Awal kepengarangan Sugeng Wi- mur—di Balai Bahasa Surabaya,
yadi dimulai dengan menulis cerkak, 2000), “Novel Jawa Modern: Sebuah
geguritan, puisi, cerita anak, alaming Kritik” (dalam Poer Adhie Prawoto,
lelembut, dan cerita wayang (sebagai ed., Keterlibatan Sosial Sastra Jawa
selingan). Kesulitan sebagai penga- Modern, 1991), dan Serat Ngabdul
rang sastra Jawa adalah penggalian Jalil: Transliterasi dan Terjemahan
terhadap idiom-idiom lama yang ma- (Pusat Bahasa, 1997).
sih relevan dalam kehidupan masya- Beberapa karya fiksi yang telah
rakat Jawa sekarang. Upaya ini dila- ia tulis, antara lain “Kejiret” (cerkak,
kukan terus-menerus sesuai obsesi- Parikesit, 1980), “Wesel Budheg”
nya ingin memasyarakatkan sastra (cerkak, Parikesit, 1981), “Omah
Jawa, membuat karya sastra yang Kuna” (cerkak, Kartika, 1985), “Sa-
bermutu. Sementara itu, selama ini suwir Ati” (cerkak, Panjebar Sema-
ia telah memperoleh beberapa peng- ngat, 1989), “Nawangsari” (roman
hargaan, di antaranya, juara I menu- sejarah, Jaya Baya, 1998), dan “Ge-
lis guritan se-Kabupaten Wonogiri ger Trijomaya” (cerita wayang, Jaya
(1983), juara II menulis puisi se-Ka- Baya, 1999). Karyanya terbit pula
bupaten Wonogiri (1983), juara I me- dalam antologi bersama, yaitu “Aku
nulis cerita pendek (cerpen) di Fa- Lan Sliramu” dalam Drona Gugat
kultas Sastra UNS (1987), juara II (Bukan Panitia Parade Seni WR Su-
menulis puisi di Fakultas sastra UNS pratman, 1995); “Sawise Udan”,
(1987), dan juara I menulis puisi se- “Kacang Lanjaran”, “Terong Ko-
264 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pek” dalam Layang Saka Bendul- menjual hasil percetakannya. Bebe-


mrisi: Kumpulan Guritan (PPSJS, rapa novelet panglipur wuyung yang
2001); “Kirim Salam Menyang Su- diterbitkan Keluarga Soebarno, mi-
rabaya”, “Stambul Saka Puthuk”, salnya ialah Dhawet Ayu (1965 kar-
“Sawijining Desa ing Gunung Gam- ya Widi Widayat, Kenya Ketula-tula
ping” dalam Tes….Antologi Sastra (1965) karya Widi Widayat Wisa-
Jawa (Taman Budaya Jawa Timur); ning Katresnan (edisi II) karya Sla-
“Omonga Apa Wae”, “Kanggo Ka- met Soetarsa (1965).
dhang Penggurit”, “Eksposisi Togog”
dalam Omonga Apa Wae: Antologi kembang brayan
Puisi dan Guritan (Festival Cak Du- Setelah tahun 1960-an beberapa
rasim, 2000); “Stanza Wonogiri”, majalah berbahasa Jawa yang baru
“Paceklik”, “Omonga Apa Wae”, muncul, seperti Kunthi di Jakarta
“Yen Saben Kangen”, “Nocturno Ke- (terbit pertama tahun 1970 di Jakar-
mukus” dalam Pisungsung: Antologi ta), dan Djoko Lodhang (1975). Ada-
Guritan 6 Penyair; dan dalam Ayang- pun dua majalah berbahasa Jawa
Ayang Wewayangan (PPSJS, 1992). yang terbit di Yogyakarta sebelum
Sementara itu, dalam karya-karya Djaka Lodhang adalah Mekar Sari
fiksinya Sugeng Wiyadi, yang ting- (terbit pada tahun 1957) dan Waspa-
gal di desa Bangsri, tepatnya di RT da (terbit pada bulan Februari, 1952).
02/RW 3, Kertosono, Nganjuk, Jawa Majalah Kembang Brayan adalah
Timur, ini selalu menggunakan nama mingguan berbahasa Jawa yang ter-
samaran: Kelik SW, Dipo Pangestu, bit pada awal tahun 1966, di Yogya-
KRT Sarwito, Peni Kusumawati, karta, dan hanya hidup sampai de-
dan Niken Haksariningrum. ngan awal tahun 1967. Kembang
Brayan memuat cerita-cerita pang-
keluarga soebarno lipur wuyung.
Keluarga Soebarno adalah nama
sebuah penerbit swasta di Sala, de- kenja bre tegawangi
ngan alamat di Nayu Barat III/12, Pengarang Kenja Bre Tegawangi
Kotak Pos 73 Sala. Penerbit Keluar- tidak diketahui identitasnya. Nama
ga Soebarno tersebut aktif menerbit- yang dipergunakan oleh pengarang
kan novel-novel panglipur wuyung ini diduga adalah nama samaran. Ji-
‘pelipur lara’ yang amat popular pa- ka ditilik dari namanya, pengarang
da tahun 1960-an. Pada tahun-tahun ini berjenis kelamin wanita. Akan te-
tersebut memang sangat banyak pe- tapi, berdasarkan gaya tulisan dan
nerbit kecil yang muncul, tidak ha- data informasi, pengarang ini sebe-
nya di Sala, tetapi juga di Yogyakar- narnya laki-laki. Melalui karyanya
ta, Semarang, dan Surabaya. Pener- berjudul Mustikaning Wanodya Ra-
bit Keluarga Soebarno tersebut mem- tuning Ayu (Panjebar Semangat, 13
punyai kios buku di Jalan Gemble- April 1940) Kenja Bre Tegawangi
gan 87, Sala, yang difungsikan untuk mencoba menghadirkan masalah ke-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 265

miskinan dan penindasan terhadap sebagai pelaku cerita yang melaku-


seseorang. Dengan gaya cerita yang kan dialog seperti yang terjadi pada
runtut dan pilihan tema yang tragik pertunjukan teater. Instrumen musik
tampak bahwa pengarang ini berasal dalam seni kentrung terdiri atas gen-
dari lingkungan keluarga terdidik. dang dan terbang atau terbang saja.
Hal ini dapat dilihat dari kemampu- Instrumen musik tersebut dimainkan
annya mengungkapkan konflik yang oleh panjak. Namun, dalam pertun-
menimpa keluarga Mbok Kerto (pen- jukan tunggal seorang dalang dapat
jual tape) dalam cerita tersebut. merangkap menjadi panjak dengan
Dilihat dari sisi latar dalam kar- memainkan instrumen gendang. Da-
yanya Kenja Bre Tegawangi tampak lam situasi demikian itu seorang da-
memiliki kedekatan dengan masalah lang di samping bercerita masih ha-
sosial yang berkembang di dalam ma- rus memainkan instrumen. Di dalam
syarakat desa. Dan berdasarkan in- seni kentrung, seorang dalang harus
formasi, pengarang ini memang ber- dapat mengidentifikasikan dirinya
asal dari daerah Lasem, Jawa Te- dengan tokoh cerita. Suara tokoh di-
ngah, daerah pantai utara yang pada buatnya berbeda-beda termasuk per-
masa sebelum kemerdekaan (tahun bedaan antara suara laki-laki dan pe-
1940-an) sarat dengan masalah ke- rempuan. Kecuali itu, seorang da-
miskinan. Cerita ini termasuk cerita lang kentrung harus dapat menun-
yang melodramatik. Cerita tentang jukkan situasi yang tepat seperti apa
kemiskinan yang memberikan warna yang dialami oleh tokoh ceritanya.
tersendiri bagi dunia sastra Jawa mo- Jika pelakunya sedang sedih harus
dern, khususnya dalam hal pemilihan diekspresikan dengan suara sedih
tema. Hanya sayangnya, biografi pe- dan ekspresi sedih pula. Seni ken-
ngarangnya tidak diketahui dengan trung mempunyai kemiripan dengan
pasti. seni tradisional di daerah lain, misal-
nya pantun Sunda dan kaba Minang-
kentrung kabau. Seni kentrung mirip dengan
Kentrung atau seni kentrung ada- seni tradisional di negara lain, misal-
lah jenis pertunjukan yang berupa nya, pelipur lara di Malaysia, seni
teater rakyat dengan ciri-ciri terten- diangdangan di Brunei, dan seni ber-
tu. Seni pertunjukan tersebut sering cerita di Yugoslavia yang disampai-
disebut pula teater bertutur. Anggota kan oleh seorang guslar. Dalam seni
seni kentrung terdiri atas seorang da- kentrung diceritakan cerita kentrung.
lang yang bertugas menceritakan se- Cerita tersebut dapat disamakan de-
buah cerita (cerita kentrung) dan pan- ngan dongeng, sejarah-sejarahan,
jak yang memainkan instrumen mu- atau kandha/lampah. Kata-kata
sik sederhana merangkap pula mem- yang bermakna cerita (yang belum
beri senggakan berupa parikan di tentu kebenarannya) tersebut ditem-
hadapan sejumlah pendengar. Ka- patkan pada awal penyampaian ce-
dang-kadang panjak juga berperan rita kentrung. Misalnya, sa-
266 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

derengipun cinarita ‘sebelum dice- hafalan bagian-bagian tetap yang


ritakan’, kadospundi sejarahe Jaka mengandung pelukisan yang kurang
Tarub ‘bagaimana sejarahnya Jaka lebih sama di dalam setiap cerita, dan
Tarub’, kawula saderma kanda ka- penguasaan unsur-unsur perhiasan
wula saderma crita ‘saya sekedar (musik, tingkahan, dan selingan).
bercerita’. Tukang kentrung itu se-
kedar kojah ‘bercerita saja’ yang be- kerata basa
lum tentu sesuatu yang diceritakan- Di dalam teori sastra Jawa ter-
nya itu mengandung kebenaran. Ce- dapat istilah kerata basa. Kata ke-
rita yang dimunculkan dalam cerita rata berarti pirid, tlusur, urut ‘telu-
kentrung, misalnya, Sarahwulan, sur’. Kata ngerata berarti ‘menelu-
Panji, Menak, dan cerita nabi-nabi. suri’ atau merunut’. Jadi, kerata basa
Seni kentrung masih hidup (meski- berarti bahasa atau perkataan yang
pun tidak subur) di Kabupaten Tu- bisa dimaknai menurut perunutan
ban, Sidoarjo, Blitar, Kediri, Pono- atau asal-usul suku kata atau ucapan-
rogo, dan Ngawi (Jawa Timur). Di nya dengan cara mengotak-atik su-
Jawa Tengah seni kentrung masih paya dapat dinalar atau digatuk-ga-
hidup di Blora, Purwadadi, Kudus, thukke ‘dicocok-cocokkan’ supaya
Demak, dan Rembang. sesuai dengan makna katanya. Mi-
Masyarakat pedesaan masih salnya, kata wedang dapat dimaknai
menganggap cerita kentrung itu bu- gawe kadang ‘mencari teman’. Mak-
kan sekedar cerita fiksi yang meng- sudnya, barang siapa gemar menja-
hibur saja, tetapi juga mengandung mu tamu, pasti banyak saudaranya
pasemon ‘lambang kehidupan ma- karena banyak orang senang datang
nusia’. Dengan demikian, cerita ken- bertamu. Orang yang bertamu tadi
trung itu memegang peranan penting lama-lama seperti saudara sendiri.
dalam gerak kehidupan orang Jawa Menurut kebiasaan orang Jawa, we-
khususnya di pedesaan untuk berba- dang itu sebagai penghormatan bagi
gai keperluan, misalnya, upacara tamu dan hal itu yang paling banyak.
tingkepan dan upacara kelahiran. Kalau tidak dijamu dengan wedang,
Cerita kentrung itu turun-temu- berarti penerimaan tamu itu hanya
run dari seorang guru kentrung ke- biasa saja. Cara memberi makna
pada cantriknya yang kemudian yang demikian ini berarti keratan. Pa-
menjadi dalang. Para cantrik yang dahal, jika ditelusuri dari etimologi
sudah dianggap cukup lengkap pe- terjadinya kata wedang, kata terse-
nguasaannya akan cerita kentrung but berasal dari kata we ‘air’ yang
akan disahkan dalang yang bertindak didang ‘dimasak’. Jadi, istilah we-
sebagai gurunya untuk berdiri sen- dang sebenarnya berarti air yang di-
diri sebagai dalang kentrung baru. masak. Adapun contoh lain adalah
Penerusan cerita kentrung dengan seperti berikut.
sistem penyantrikan bertumpu pada (1) Garwa ‘pasangan’ berasal dari
penghafalan kerangka cerita, peng- sigaraning nyawa ‘belahan nya-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 267

wa’. Orang yang sudah bersua- bernama Sumarti. Ia anak kelima dari
mi istri itu diibaratkan nyawa- tujuh bersaudara. Pendidikan formal
nya telah menjadi satu. yang telah ditempuhnya, antara lain,
(2) Batur: embat-embating tutur. SD Negeri 1 Donohudan, Ngemplak,
(3) Simah: isining omah. Boyolali (lulus 1981), SLTP Negeri
(4) Kutang: sikuting diutang. 2 Colomadu, Karanganyar (lulus
(5) Tuwa: ngenteni wetuning nyawa. 1984), SMA Negeri 4 Surakarta (lu-
lus 1987), dan S1 Fakultas Sastra Ju-
kertas rusan Sastra Daerah, UNS Surakarta
Kertas merupakan bahan naskah (lulus 1993). Dari hasil pernikahan-
Jawa. Kertas sangat banyak ragam- nya dengan Tini K.S., lahirlah dua
nya. Dari tampak luarnya ada yang orang anak, bernama Lintang Wistu
berupa kertas polos berwarna putih Malindi dan Bintang Alit Nugara.
(melalui perjalanan waktu menjadi Bersama keluarga, ia kini tinggal di
kekuning-kuningan atau bahkan Brogo RT 02/IV, Donohudan, Ngem-
menjadi coklat muda), biru muda, plak, Boyolali 57375.
kertas bergaris (buku tulis bergaris), Pengarang yang sering menggu-
kertas berkolom (buku kas), kertas nakan banyak nama samaran —Irul
yang tebal, halus, dan licin permu- ES Budianto, Irul SB, Tini KS (na-
kaannya. ma istrinya), Lintang Wistu Malindi
(nama anaknya), Bintang Alit Nu-
kertas eropa gara (nama anaknya), Tanti Jati-
Kertas ini dapat dikenal dari cap ningrum, Arum, dan Cakrawang-
kertasnya (water-mark)—dapat dili- sa— ini mengawali kariernya seba-
hat jika kertas diterawangkan ke arah gai penulis sejak 1989 setelah menja-
sinar matahari atau lampu—yang di mahasiswa Jurusan Sastra Daerah
berupa gambar, cap bandingan UNS Surakarta. Sejak itu ia merasa
(counter mark), dan/atau hanya termotivasi untuk menulis. Setelah
garis-garis tipis horisontal (laid lines) merasa mampu menulis, selanjutnya
dan garis-garis tebal vertikal (chain justru menjadi suatu kebutuhan yang
lines) pada kertasnya. Gambar cap tidak bisa ditinggalkan. Segala se-
kertas bermacam-macam. Panduan suatu yang ada dibenaknya bisa
untuk mencocokkan cap kertas pada menjadi bahan tulisannya.
naskah dapat menggunakan buku Selama ini hasil karyanya yang
daftar cap kertas yang disusun oleh berupa puisi, cerpen, roman sejarah,
Churchill (1935), Heawood (1950), dan artikel (yang jumlahnya menca-
dan Voorn (1960). pai 500-an judul) banyak dimuat di
media massa, seperti Panakawan,
khoirul soleh (1968— ) Jawa Anyar, Solo Pos, Pos Kita (So-
Khoirul Soleh lahir di Boyolali, lo), Simponi, Swadesi (Jakarta), Su-
pada 22 Juli 1968. Ayahnya bernama rabaya Post, Karya Darma, Panje-
(alm) Harno Budianto dan ibunya bar Semangat, Jaya Baya (Sura-
268 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

baya), Mitra Bandung (Bandung), Panjebar Semangat, Minggu IV,


Minggu Pagi, Pagagan, Kedaulat- Maret 1998), dan masih banyak lain-
an Rakyat (Yogyakarta), Suara Mer- nya.
deka, Wawasan, Pustaka Candra, Cerita Pewayangan karyanya,
Krida Wiyata, Bahari, dan Desa Ki- antara lain, “Direwangi Adol Wi-
ta (Semarang). rang” (Panakawan, 31 Maret 1992),
Karya-karyanya yang berupa “Lelananging Jagad” (Panjebar Se-
cerpen, antara lain, “Penari” (Pa- mangat, 11 November 1992), “Kena
nakawan, 15 Februari 1991), “Plin- Apus Krama” (Jawa Anyar, 19 Juni
thi” (Mekar Sari, 2 Desember 1992), 1995), dan masih banyak lagi lainnya.
“Kentrung” (Panjebar Semangat, 9 Sementara itu, guritan karyanya, an-
Oktober 1993), “Sumilire Angin tara lain, “Kertu” (Surabaya Post,
Esuk” (Mekar Sari, 29 April 1994), 14 November 1993), Nocturno Ca-
“Sengkuni” (Panjebar Semangat, kung” (Djaka Lodang, 13 Januari
14 Oktober 1995), “Lintang Kemu- 1996), “Stasiun Gambir” (Jawa
kus” (Djaka Lodang, 20 November Anyar, 19 Maret 1996), “Kanggo
1999), “Korban Kedua (Solo Pos, Anakku” (Panjebar Semangat, 7
November 1996), “Kijing” (Wa- September 1996), “Silir Solo” (Solo
wasan, Mei 1997), dan lain-lainnya. Pos, 31 Oktober 1997), “Kucing We-
Karyanya yang berupa roman rema- ngi” (Jaya Baya, 19 Mei 1998), dan
ja, antara lain, “Kasetyan” (Djaka lain-lain. Sedangkan artikelnya,
Lodang, 27 November 1993), “Ri- antara lain, “Surute Kagunan Basa
ni” (Djaka Lodang, 8 Juli 1995), Jawa” (Panakawan, 16—31 De-
“Abote Sesanggan” (Djaka Lodang, sember 1990), “Sastra Jawa Tak Per-
2 Desember 1995), dan lain-lainnya. lu Ditangisi” (Simponi, 28 Agustus
Sementara itu, karyanya yang 1992), “Sastra Jawa Modern: An-
berupa cerita rakyat atau roman se- tarane Pengarep-arep lan Kanya-
jarah, antara lain, “Geger Sukowati tan” (Mekar Sari, 22 Januari 1992),
(Panakawan, 15 Mei 1991), “Jaka “Sastra Jawa lan Bebrayan Jawa”
Gutul” (Panjebar Semangat, 4 Fe- (Jawa Anyar, 4 Juli 1995), “Sim-
bruari 1995), “Jaka Kandhung” (Me- bolisme ing Sastra Jawa” (Djaka
kar Sari, 2 Mei 1997), “Sing Padha Lodang, 9 November 1996), “Mak-
Mbalela” (Jawa Anyar, 4 November na Simbolis-Religius ing Dhirine
1997), dan lain-lain. Dongeng dan Wong Jawa” (Jawa Anyar, 19 April
atau wacan bocah-nya, antara lain, 1997), “Sastra Jawa Butuh Kreator
“Ayam Kate dan Orang Miskin” Baru” (Suara Merdeka, 27 Novem-
(Simponi, 3 Juni 1992), “Suling ber 1997), “Problema Proses Kreatif
Ajaib” (Jawa Anyar, 3 Agustus Wayang Orang Sriwedari” (Solo
1994), “Pangeran Kuping Dawa” Pos, 4 Februari 1998), dan lain-lain.
(Mekar Sari, 24 Maret 1995), “Klebu Pengarang yang sejak kuliah ak-
Wuwu” (Jawa Anyar, 19 September tif terjun dalam beberapa organisasi,
1997), “Janji Sang Putri” (KMD termasuk mendirikan Paguyuban
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 269

Ketoprak “Wiswakarma”, sampai tersendatnya perkembangan sastra


sekarang masih aktif dalam bebera- Jawa disebabkan oleh minimnya pe-
pa paguyuban seni (Ketoprak dan nerbitan, di samping karena pemba-
Wayang Orang). Selama ini karya- canya mulai berkurang. Generasi mu-
karyanya belum pernah diterbitkan da kelihatannya mulai berpaling dari
dalam bentuk buku, tetapi beberapa sastranya sendiri. Pembaca sastra
puisinya masuk dalam antologi ber- Jawa masih berkutat pada generasi
sama. Salah satu puisinya “Epigram tua, sedangkan kaum muda tampak-
Dongengan Semut” menghiasi novel nya sungkan membaca karya sastra
terbaru Suparto Brata Gadis Tangsi Jawa. Secara ekstrem, pembaca sas-
(Kompas, 2004). Disamping itu, be- tra Jawa adalah pengarangnya sen-
berapa karyanya (puisi dan cerpen) diri. Untuk itu, ia berharap kiranya
pernah diteliti oleh mahasiswa Ju- perlu dicuatkan harapan agar sastra
rusan Sastra Daerah UNS untuk ba- Jawa sekarang dan masa depan kelak
han skripsi, di antaranya, “Aspek Ke- bisa berkembang subur dan tetap ek-
hidupan Cinta yang Tercermin dalam sis di tengah masyarakat Jawa.
Lima Cerkak Karya Irul Es Budi-
anto: Sebuah Tinjauan Psikologi Sas- ki loemboeng
tra” (Dyah Mulati Pusporini, 1994) Riwayat hidup Ki Loemboeng ti-
dan “Problem-Problem Sosial dalam dak dapat diketahui secara jelas. Di-
Beberapa Guritan Karya Irul Es Bu- duga nama itu adalah nama samar-
dianta: Suatu Tinjauan Strukturalis- an. Hanya diketahui bahwa ia telah
me Genetik” (Budi Santosa, 1995). menulis novel Trimurti (1942). No-
Pengarang yang pernah mem- vel ini menceritakan tiga bersaudara
peroleh juara III dalam Lomba Gu- yang hidup terpisah karena orang tua
ritan dalam rangka ulang tahun ke- mereka miskin dan penuh kepriha-
15 Sanggar Triwida Tulungagung ini tinan. Pada mulanya, kehidupan
mengaku, dalam menulis sebuah kar- orang tua tiga bersaudara itu (Suwi-
ya sastra ia tidak pernah mencari ide, dya, Santosa, dan Susilawati) serba
ide itu datang dengan sendirinya, ke- kecukupan. Akan tetapi, karena ingin
mudian dikonsep, jika sudah menga- memperjuangkan hidup anak-anak-
lami permenungan yang matang ba- nya agar berhasil mencapai kemu-
ru dituliskan. Untuk penuangan se- liaan hidup, ayah mereka kemudian
buah ide sampai ke penulisan mem- pergi ke Tanah Suci. Sayang, sang
butuhkan beberapa waktu. Ada yang ayah tidak pernah kembali lagi. Se-
singkat, ada yang membutuhkan wak- baliknya, dengan maksud yang sa-
tu lama, bahkan sampai tahunan. ma, ibu mereka pun bertapa dari satu
Lebih jauh, pengarang yang tempat ke tempat yang lain. Akhir-
amat prihatin terhadap perkembang- nya, si ibu moksa dan dalam kemok-
an sastra Jawa saat ini, yang tam- saannya itu si ibu selalu menjaga ke-
paknya berjalan terseok-seok, me- tiga anaknya. Bahkan, dalam keada-
ngemukakan pandangannya bahwa an moksa si ibu berhasil memperte-
270 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mukan ketiga anaknya yang telah juan seni wayang, seni pedalangan,
hidup secara terpisah karena diasuh seni ka­rawitan, dan seni sastra Jawa
oleh tiga orang yang berbeda. lisan teramat besar. Lewat lakon-la-
Susilawati, salah satu dari tiga kon wayang garapannya dan gen-
bersaudara itu, adalah seorang tokoh ding-gending ciptaannya, ia telah
wanita lulusan sekolah guru dan ak- memberikan warna tersendiri dalam
tif dalam pergerakan kaum wanita. kehidupan sastra lisan Jawa.
Ia selalu memperjuangkan peranan Bersama dengan Ki Sastrasab-
kaum wanita dalam pergaulan yang da, Ki Darsasabda, dan M. Kusni,
luas, khususnya dalam rangka akul- Ki Nartasabda ikut mendirikan per-
turasi budaya. Sementara itu, novel kumpulan Wayang Orang Ngesti
Trimurti menggunakan narasi baha- Pandawa di Madiun, pada tahun
sa Jawa ngoko. Dengan bahasa Jawa 1937. Kelompok Wayang Orang
seperti itu persoalan akulturasi bu- Ngesti Pandawa ke­mudian dipin­
daya dapat disampaikan dengan lu- dahkan dan tumbuh pesat di kota Se-
wes dan demokratis. Di samping itu, marang.
dengan ragam bahasa ngoko novel Ki Nartasabda mempelopori per-
itu tampak ingin keluar dari stereotif gelaran Wayang Kulit Purwa dengan
gaya yang biasa yang dimunculkan “lakon Banjaran”. Pada acara tahun
oleh novel-novel Balai Pustaka (yang baru 1 Sura (1980), bertempat di Ge-
menggunakan ragam krama). dung Bola Basket Senayan, Jakarta,
ia memper­gelarkan lakon Banjaran
ki nartasabda Kumbakarna. Pergelaran yang dipa-
Nartasabda lahir di Kecamatan dati oleh lebih dari 10.000 penonton
Wedi, Kabupaten Klaten, Provinsi Ja- itu diselenggarakan oleh SKM Bua-
wa Tengah. Ketika masih kecil ber- na Minggu. Ki Nartasabda pulalah
nama Soenarto. Ia adalah anak bung- yang menciptakan lakon-lakon versi
su dari tujuh bersaudara keluarga baru, yaitu Gatotkaca Winisuda, Ar-
Partatinya. Adapun nama Nartasab- juna Wiwaha, dan Begawan Sen-
da diperoleh dari seniornya, Sastra- dang, Garba. Selain itu, Ki Narta-
sabda. Walaupun pendidikan formal- sabda adalah dalang pertama yang
nya tidak tamat Sekolah Dasar, ia menampilkan lima pesinden sekali-
mempelajari seni dan budaya Jawa gus dalam pergelaran wayang kulit
dengan intelegensia tinggi. Selain itu, purwa di Jakarta. Ia juga yang mem-
karya-karya kreatifnya di bidang se- pelopori pe­nampilan penggerong
ni pewayangan dan seni karawitan, ‘semacam penyanyi pendukung’
menjadi teladan bagi dalang-dalang dalam jumlah lebih dari lima orang.
angkatan penerusnya. Ki Nartasabda mempopulerkan
Ki Nartasabda adalah dalang dan penggunaan bedug sebagai salah sa-
seniman wayang kenamaan tahun tu perangkat gamelan wayang. Ia ju-
1960-an sampai dengan tahun 1980- ga dikenal sebagai pencipta puluhan
an. Sumbangannya terhadap kema- gending Jawa—terutama gending-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 271

gending dolanan. Gending-gending ding dari seluruh Nusantara, misal-


ciptaan Ki Nartasabda kebanyakan nya gending Surabayan, Sunda, Ba-
berirama dinamis. Ki Nartasabda per- li, dan sebagainya.
nah dipercaya oleh Presiden RI, Ir. Bentuk pementasan wayang pa-
Sukarno, untuk menggarap gending da dekade 1970an—1980-an dido-
ciptaannya yang berjudul gending minasi oleh gaya pementasan wa-
Empat Lima, Gending tersebut, sam- yang Nartasabda di mana di dalam-
pai akhir abad ke-20 masih tetap po- nya dipenuhi dengan gaya kocak, ga-
puler. rapan iringan karawitan yang mon-
Sejak tahun 1961, kehidupan tek- cer, dan inovatif melalui gending-
nologi yang dari hari ke hari semakin gending dolanan ciptaannya. Hal ini-
kompleks dan canggih. Kenyataan lah yang menyebabkan sebagian bu-
itu membawa bentuk ekspresi kese- dayawan dan pakar seni yang tidak
nian semakin berkembang, khusus- rela mengapresiasi garapan pemen-
nya penyajian wayang. Pada waktu tasan wayang dan seni pedalangan
itu, Ki Nartasabda menggarap gaya ala Nartasabda.
pementasan wayang yang berbeda Ki Nartasabda berusaha keras
dengan gaya yang sudah ada dan te- agar dunia pedalangan tetap mena-
lah mapan seperti yang dikerjakan rik dan diminati masyarakat di te-
oleh Ki Wignyasutarna, Pudjasu- ngah berkembangnya kesenian-kese-
marta, Nyatacarita, Ardjacarita atau nian lainnya. Nartasabda sadar bah-
dalang­dalang Surakarta yang lain wa ia hidup pada zaman yang telah
(gaya Padasuka). Gaya pertunjuk- mengalami perubahan dalam segala
annya yang meliputi: (1) Catur ‘me- bidang karena proses modernisasi.
dium bahasa dalam pementasan wa- Oleh karena itu, ia dengan sadar
yang’, yaitu anta­wecana, ginem, po­ menggarap lakon-lakon wayang
capan, dan janturan; (2) Suluk ‘nya- yang disajikan selain sebagai tuntun-
nyian dalang dalam pertunjukkan an (menggarap isi), namun juga ber-
wayang, yaitu sendon, pathetan, dan fungsi sebagai tontonan (sebagai hi-
ada-ada. Iringan karawitannya pun buran).
berbeda dengan tradisi pedalangan Ki Nartasabda tokoh pendobrak
yang telah mapan. Bahkan, dalam garapan pementasan wayang yang
setiap pergelaran wayangnya pun sudah mapan yang dikembangkan
kadang diselipkan dengan adegan oleh Padasuka (Pasinaon Dalang Su-
humor yang segar, mulai dari jejer rakarta) dengan tetap memegang inti
sampai dengan tancep kayon ‘usai’. lakon, misalnya menyampaikan pe-
Ki Nartasabda yang memadu- san bersifat moral, estetis, gagasan
kan gending-gending wayangan khas pemikiran, dan sebagainya. Dampak
gaya Yogyakarta dengan gending ga- dari pendobrakannya itu, saat itu
ya Surakarta, misalnya pada adegan telah diikuti oleh para dalang gene-
gara-gara. Bahkan, ia tidak segan-se- rasi berikutnya dengan meniru gaya
gan memasukkan unsur-unsur gen- pakeliran Nartasabda.
272 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Atas jasa-jasanya dalam dunia Ronda Kampung, Demon, Tedak Sa-


pewayangan dan pedalangan, pada king, Cakepan Langgam Aja Ki-
tahun 1995 Pemerintah RI menganu- sruh, Cakepan Langgam Atiku Le-
gerahkan Bintang Maha Putra kepa- ga, Cakepan Langgam Balen, Ca-
da Ki Nartasabda. Kepopuleran da- kepan Langgam Petis Manis, Cakep-
lang itu juga tampak dari hasil ang- an Langgam Ngimpi, Cakepan
ket radio-radio swasta niaga. Dalam Langgam Pawelingku, Cakepan
suatu angket yang diselenggarakan Langgam Pleca Plecu, Cakepan
oleh puluhan radio swasta niaga, Ki Langgam Sadarma, Cakepan Lang-
Hasil angket itu akhirnya menduduk- gam Janjine Piye, Cakepan Lang-
kan Nartasabda sebagai Dalang Ke- gam Aja Lamis, Cakepan Langgam
sayangan selama dua tahun berturut- Cengkir Wungu, Cakepan Langgam
turut pada tahun 1978 dan 1979. Gagat Enjang, Cakepan Langgam
Tatkala dalang terkenal dari Sema- Tanpa Tujuan, Cakepan Langgam
rang ini meninggal dengan tenang Aja Ngono, Cakepan Langgam Ora
pada tahun 1985, jenazahnya dikenai Nglindur, Cakepan Langgam Melati
pakaian adat Jawa dan keberangkat- Rinonce, Cakepan Langgam Setya
annya ke makam diiringi dengan Tuhu, Cakepan Langgam Aja Ngece
gending-gending Jawa. Belasan ribu 19, Cakepan Langgam Panyawang-
penggemarnya mengantarkan ke ku, Cakepan Langgam Hanalongso,
liang lahat. Cakepan Sinom Nulada Laku Uta-
Sebagai seorang dalang, Ki Nar- ma, Cakepan Sinom Rujak Jeruk,
tasabda telah dikenal luas. Demikian Cakepan Sinom Kalatida, Cakepan
pula sebagai pencipta seni sastra tem- Puspanjala Kembang Nipah, Cakep-
bang (puisi) lewat gending-gending an Kinanti Saranane Wong, Cakep-
ciptaannya. Puisi-puisi Jawa karya an Kinanti Mideringrat, Cakepan
Ki Nartasabda, baik yang berbentuk Kinanti Pracaya, Cakepan Sram-
gending maupun langgam, yaitu Sa- bahan mBanyumasan, Dandang-
pu Tanganku, Meh Rahina, mBok gula Wulang Reh, Dandanggula
Ya Mesem, Lumbung Desa, Lesung Tripama.
Jumengglung, Mari Kangen, Gam-
buh Kayungyun, Aja Dipleroki, Ja- kidung
mu Jawa, Ngunda Layangan, Nga- Istilah ini mempunyai 2 arti, ya-
gem Lurik, Swara Suling, Santi Mul- itu (1) dalam Jawa kuna berarti re-
ya, Ibu Pertiwi, Suka Asih, Glopa repen, tembang; dan (2) berarti ka-
Glape, Caping, Identitas Jawa Te- rangan (rumpakan) yang terikat da-
ngah, Mijil Panglilih, Slendang Bi- lam ikatan tembang. Dengan demi-
ru, Gudeg Yogya, Goyang Sema- kian, kata ngidung dapat berarti
rang, Ayo Praon, Sarung Jagung, ‘nembang’ atau ‘mengarang’ kidung.
Ela Ela Gandrung, Pariwisata, Ka- Namun, kata “kidung” juga diguna-
gok Semarangan, Megal Megol, kan untuk judul guritan atau sastra
Kaduk Manis, Cucur Biru, Dumadi, Jawa, seperti antologi cerpen-cerpen
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 273

St. Iesmaniasita yang diberi judul Ki- Selanjutnya akan dikutipkan satu
dung Wengi ing Gunung Gamping bait yang terdapat tahun sengkalan-
(1958). nya, sebagai berikut.
Puhara tresna ‘wor lulut,
kidung subrata Ki Subrata ‘nom kumawi,
Penulis Kidung Subrata itu ti-
tiga rasa kamulane,
dak diketahui orangnya. Sebetulnya
dadi jalma kurang tutur,
kitab-kitab lain yang sejenis dengan
kandelan loba hangkara,
Kidung Subrata masih amat banyak.
kurang yoga lan samadi,
Kidung Subrata berbahasa Jawa Te-
tuwuk pangan lan turu,
ngahan dan ditulis dengan tembang
maka keliring sabumi.
macapat berisi persoalan filsafat yang
dibalut dengan jalinan cerita. Ada- ‘Akhirnya cinta campur berahi,
pun ceritanya mengenai kehendak Ki Ki Subrata muda menyanyi,
Subrata yang akan mencari kesem- tiga rasa pangkal mulanya,
purnaan hidup. menjadi manusia kurang petuah,
Kidung Subrata mempunyai ni- sangat kuat (sifat) loba angkara-
lai filsafat yang tinggi. Kidung Su- nya,
brata tidak mudah untuk dipahami. kurang yoga dan samadi,
Kutipannya sebagai berikut. kenyang makan kenyang tidur,
itulah tabir penutup dunia mesra.’
Sangtabyana ta pukulun,
rancana sipta kumawi, Angka tahun yang terdapat da-
Panji prakasa tembange, lam kutipan di atas adalah Tiga rasa
Ki Subrata kang winuwus, dadi jalma atau 1463 Caka atau 1541
luputa ring lara roga, Masehi. Bait seterusnya bernama
nirmala waluya jati, Darmaparita, kutipannya sebagai be-
luputa ring pamurung, rikut.
luputa ring baya pati. Tegese ngaran pandita,
tan asor aluhur sira,
‘bahagialah tuanku,
kedeka luluh tuhu nora rasane,
(kisah) cobaan akan dinyanyikan,
dengan lagu Panji prakasa, anut ulahing bumi,
padanira nora’na sabda idepe,
Ki Subrata yang dikisahkan,
anir tapa anir brata,
moga-moga terluput dari mala-
niryoga samadi sira,
petaka,
nirmala (dan) selamat walafiat, nora itung darma ‘ji tan wruh
rasane,
luput dari halangan,
tan mati tan ahurip,
luput dari bahaya maut.’
pangan turu tan ketung, lang-
Petikan ini dapat dilagukan de- geng asihe.
ngan lagu Panji Prakasa; dengan gu-
‘Makna gelar pendeta,
ru lagu dan guru wilangan sebagai
luhur, bukannya rendah dia,
berikut: 8u, 8i, 8e, 8u, 8a, 8i, 7u, 8i.
274 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

biar luluh terinjak, sungguh tidak (pula) sejatinya,


terasa, (akan) dicari juga sulit, tidak ke-
menurut gerak bumi, temu,
tidak ada sabda ditaati, ke mana perginya orang mening-
lepas tapa lepas brata gal,
hilang yoga samadinya, siapa dia yang tahu.’
tidak terhisap darma mahal rasa-
Tembang Mijil di atas berbeda
nya juga tidak dikenal,
dengan tembang Mijil sekarang. Ba-
mati pun tidak hidup pun tiada,
ris kedua pada tembang Mijil di atas
makan tidur tidak dihitung, ka-
sihnya abadi.’ jatuh pada bunyi e, sedangkan Mijil
sekarang jatuh pada bunyi o.
Bait Darmaparita di atas bergu-
ru lagu dan berguru wilangan seba- kinanthi
gai berikut; 8a, 8a, 12e, 7i, 12e. Di Kinanthi adalah salah satu jenis
dalam Kidung Subrata juga terdapat tembang macapat dari lima belas
tembang Pamijil, kutipannya sebagai tembang macapat lainnya. Kinanthi
berikut. disusun berdasarkan aturan yang su-
Wastune anemu rasa lewih, dah ditentukan, yaitu guru gatra, gu-
ujar tanpa gawe, ru lagu, dan guru wilangan (8-u, 8-
ana paran tan maka parane, i, 8-a, 8-i, 8-a, 8-i). Kinanthi ditulis/
paran iku kang ana wus ening, dipergunakan sesuai dengan perwa-
wekasing amanggih, takannya, yaitu penuh pengharapan
pamatining tutur, dan tertarik terhadap sesuatu tetapi
dengan sikap semaunya. Oleh karena
tutur lupa menget aja lali,
itu, kinanthi lebih tepat dipakai un-
ujar iku mangke,
tuk memberikan pelajaran atau pe-
kang ana wus ilang ndi wastune,
tunjuk. Tembang macapat kinanthi,
ulatana mewuh tan kapanggih,
sering dipadukan dengan seni sekar
paraning wong mati,
gendhing, misalnya dalam sin-
sapa sira kang wruh.
dhenan, gerongan, dan rambangan.
‘Sejatinya mendapat rasa (yang) Nada yang dipergunakan dalam seni
luhur, tembang (macapat) Jawa ialah nada
kata tidak berdaya, yang dimiliki oleh gamelan Jawa, ya-
ada tujuan tetapi tidak dituju, itu laras slendro dan laras pelog leng-
tujuan itu yang ada sudah hening, kap dengan pathet-nya. Misalnya,
akhirnya menemukan, Kinanthi Mangu, Slendro Pathet
pangkal segala nasihat, Manyura; Kinanthi Sekar Ga-
dhung, Slendro Pathet Manyura;
Apabila lupa akan nasihat, ingat- Kinanthi Sandhung, Slendro Pathet
ingatlah jangan sampai lupa, Manyura; Kinanthi Gagatan, Slen-
kata itu nanti, dro Pathet Sanga; Kinanthi Kasilir,
barang sudah hilang di mana Pelog Pathet Bem; Kinanthi Pang-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 275

lipurwuyung, Pelog Pathet Nem, dan lain itu, ia juga pernah mengikuti kur-
sebagainya. Contoh tembang maca- sus bahasa Jerman pada Institut Ba-
pat Kinanthi. hasa Jerman (1983—1989) di Jakar-
ta sampai selesai. Bersama keluarga-
Makaten sayektipun
nya, ia kini tinggal di Jalan Turi III/
ngelmi lawan laku pasthi
61, Kemuri Muka Beji, Depok, Ja-
kawruh ngawruhi kang nyata
karta 16423.
kaesthi ing siyang ratri
Pengarang yang pernah aktif da-
punika piwulang kina
lam Ansambel Nyanyi dan Tari
datan kenging ginagampil.
“Gembira” (1954—1957) ini mem-
(Serat Salokajiwa, bait 108, karya
punyai segudang pengalaman kerja,
, R. Ng. Ranggawarsita)
di antaranya sebagai (1) penerjemah
‘Demikianlah sebenarnya pada kedutaan Cekoslowakia di Ja-
ngelmu dan perwujudannya pasti karta (1957—1959), (2) penerjemah
memberi pengetahuan terhadap pada Kantor Berita Indonesian Na-
pemahanan yang nyata tional Press and Publicity Servise
dicari siang dan malam (INPS) di Jakarta, (3) penerjemah pa-
itu adalah ajaran kuna da Kantor Berita Novosti di Moskow
tidak dapat di anggap enteng.’ (1963—1965), (4) Dosen bahasa Ru-
sia pada Akademi Bahasa Asing Ke-
koesalah soebagyo toer menterian PPK (1965—1967), (5)
(1935— ) Guru privat bahasa Indonesia untuk
Koesalah Soebagyo Toer lahir di orang asing di Jakarta (1980—1993),
Jakarta, pada 27 Januari 1935. Ayah- dan penerjemah lepas mulai 1968
nya bernama Mastoer, sedangkan hingga sekarang.
ibunya bernama Oemi Saidah. Ia Pengarang yang bersuku Jawa
menikahi Utari, dan kemudian mem- dan beragama Islam ini mengawali
punyai tiga orang anak, yakni Rus- kariernya dalam bidang tulis-menu-
siadi (43 tahun), Uliek Mandiri (23 lis cerpen, novel, artikel, dan kronik,
tahun), dan Uku Permati (22 tahun). baik dalam bahasa Indonesia (1950)
Pendidikan formal yang telah ditem- maupun bahasa Jawa (1985) melalui
puhnya, antara lain SR di Blora media massa cetak, seperti Kunang-
(1942—1949), SMP/Taman Dewa- Kunang, Aneka, Pentja, Mimbar In-
sa di Blora dan Jakarta (1949— donesia, Siasat, Merdeka, Keluar-
1951), SMA Taman Madya di Jakar- ga, Pemuda, Duta Suasana, Garu-
ta (1951—1954), Fakultas Sastra da, Pewarta PPK, Brawijaya, Sas-
Universitas Islam Indonesia Jakarta tra, Jaya Baya, dan lain-lain. Karya-
(1954—1960, tidak tamat), dan Fa- karyanya (puisi, cerpen, kronik, dan
kultas Sejarah/Filologi Universitas pengalaman pribadi) pernah dianto-
Persahabatan Bangsa-Bangsa di logikan dan diterbitkan oleh bebera-
Moskow dan meraih gelar Master of pa penerbit, di antaranya (1) Antolo-
Arts (Philology) (1960—1965). Se- gi Puisi Parikan Jawa Puisi Abadi
276 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(Garda Pustaka, 1992), (2) Kumpul- pada 28 Desember 1999, ia mene-


an Cerita Revolusi Adhine Tentara rima piagam penghargaan untuk Bu-
(Yayasan Pendidikan Soekarno, ku Terbaik bidang Karya Terjemah-
1996), (3) Antologi Cerpen Ibuku di an Tahun 1997 dari Yayasan Buku
Surga (Lembaga Foklor Indonesia, Utama yang penyerahannya dilaku-
2002), (4) Kronik Revolusi Indone- kan oleh Dr. Yahya A. Muhaimin,
sia Jilid I-1945 (1999), Jilid II-1946 (mantan) Menteri Pendidikan Nasio-
(1999), Jilid III-1947 (2002), dan Ji- nal Replubik Indonesia selaku Ketua
lid IV-1948 (2003), (bersama Pra- Umum Badan Pengurus Yayasan Bu-
moedya Ananta Toer dan Ediati Ka- ku Utama pada waktu itu.
mil, Kepustakaan Populer Grame- Sebagai penulis Koesalah mera-
dia), dan (5) Catatan pengalaman sa optimis bahwa kerja sebagai pe-
Kampus Kabelnaya (Kepustakaan ngarang dapat menghidupi diri dan
Populer Gramedia, 2003). Selain itu, hasil karangannya (karya sastra) da-
karya puisinya (Indonesia) masuk pat mencerahkan orang banyak. Ka-
dalam Antologi Melodiye Poeti In- rena itu ia senantiasa berharap ke-
donyezii (Penyair-Penyair Muda pada sesama pengarang agar karya-
Indonesia) (Molodaya Gvardiya, karya sastra tidak mengalami keme-
1965), dan karyanya yang lain ma- rosotan besar baik dalam kualitas
suk dalam Inul itu Diva? (Penerbit maupun kuantitas. Ia berharap pula
Buku Kompas, 2003). kehidupan sastra Jawa ke depan ha-
Selain sebagai pengarang dan rus lebih digalakkan dengan berba-
penerjemah, Koesalah juga banyak gai upaya, salah satunya, adalah te-
melakukan editing dari bahasa Ing- kad pribadi pengarang dalam bekerja
gris, Belanda, Rusia, dan kadang-ka- dan bekerja secara kreatif. Dalam
dang Jawa. Buku karya terjemahan menciptakan karya sastra, ide tidak
itu sudah banyak yang diterbitkan, perlu dicari karena sudah tergelar luas
seperti Musashi (7 jilid) karya Eiji di sekitar kehidupan kita, tinggal me-
Yoshikawa dari bahasa Inggris (Gra- milih mana yang akan ditangani lebih
media, 1985), Anna Karenina (4 jilid) dahulu, memprosesnya dalam suatu
karya Leo Tolstoi dari bahasa Rusia proses kreatif adalah kerja kreatif.
(Indira, 1985), Ivanhoe (2 jilid) kar-
ya Walterscott dari bahasa Inggris koesoemadigda
(Panca Simpati, 1982), Ajaib di Ma- Seperti kebanyakan pengarang
ta Kita (3 jilid) karya F.C. Kamma sastra Jawa sebelum kemerdekaan,
dari Bahasa Belanda. jati diri Koesoemadigda juga tidak
Saat ini Koesalah sedang menye- dapat diketahui secara pasti. Hanya
lesaikan pembuatan tiga naskah En- diketahui ia telah menulis dan me-
siklopedia Sejarah Indonesia, Ensi- nerbitkan novel Gawaning Wewa-
klopedia Foklor Jawa, dan Ensiklo- tekan (Balai Pustaka, 1929) yang
pedia Wayang. Berkat seringnya me- terdiri atas dua jilid. Sebagai penulis
lakukan penerjemahan dan editing, yang menerbitkan karyanya melalui
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 277

Balai Pustaka dapat diduga bahwa tidak lebih rendah dibandingkan de-
Koesoemadigda adalah kaum priayi ngan mereka yang berstatus priayi.
modern yang telah memperoleh pen- Berdasarkan orientasinya dalam
didikan model Barat. Di samping itu, novel Gawaning Wewatekan dapat
dapat diduga ia seorang pegawai pe- diketahui bahwa Koesoemadigda
merintah kolonial Belanda. mewakili sosok intelektual modern
Dalam khazanah sastra Jawa no- Barat. Ia menyatakan bahwa sebaik-
vel Gawaning Wewatekan telah baiknya sikap hidup pada zaman itu
mendapat tanggapan yang positif da- adalah meninggalkan budaya tradisi
ri beberapa ahli. Ras (1985), misal- dan mengikuti tuntutan zaman mo-
nya, menyatakan bahwa gaya pence- dern. Pendobrakannya yang tegas
ritaan novel tersebut tidak jauh ber- terhadap sikap priayi tampak dalam
beda dengan novel Pepisahan Pitu- penampilan tokoh yang menyatakan
likur Taun karya Asmawinangun. berhenti sebagai pegawai pemerintah
Bahkan, dikatakan pula novel itu se- dan memilih menjadi wirausahawan.
jajar dengan novel Tuking Kasusah-
an (1927), Wisaning Agesang koja-jajahan
(1929), dan Anteping Wanita (1929). Bahasa kitab Koja-Jajahan sa-
Koesoemadigda agaknya se- ngat indah, tetapi kata-katanya ba-
orang priayi modern yang memiliki nyak yang rusak. Ceritanya terdiri
kepedulian dalam mengubah pan- atas 169 bait, tembangnya Dandang-
dangan masyarakat. Simpulan itu gula semuanya. Kutipan dari bagian
dapat ditarik dari persoalan yang permulaan setelah dibetulkan kata-
disajikan dalam Gawaning Wewa- katanya adalah sebagai berikut.
tekan yang berupa pemikiran-pemi- 1. Kady agring tyas kapasah
kiran modern yang bersumber dari myang srining, kartika wiwar-
budaya Barat. Di antara pemikiran jeng kalengengan, cipta ‘ngel
modern tersebut adalah orientasinya panamunane, marma kamarna
pada kapitalisme sebagai bagian dari langu, ing nagari pinindha ras-
pola hidup modern. Semangat dan mining pasisir Parwata, lila
budaya kapitalis disampaikan Koe- nggennya mangu, yen maha
soemadigda dengan membuka wa- harseng Basanta, tona receping
wasan pribumi terhadap sistem ma- smita ‘arjeng gita na lwir pinin-
najemen usaha sesuai dengan tradisi dha sakalangwan.
kapitalis Barat, misalnya perusahaan 2. Ramya lwir padudon kalange-
harus menggunakan sistem saham ning pasisir Parwata dadya ra-
dan pengawasan. Jadi, melalui novel ras, wraning nayeng gita mang-
ini Koesoemadigda ingin mengubah ke, sipta smita sumawur, jajah
pandangan masyarakat Jawa yang pangjrah ing sari minging, lwir
saat itu masih berorientasi pada de- gerah mandra’ ngde mar, sar-
rajat atau status. Koesoemadigda kara winuwusnira sang para su-
menyatakan bahwa profesi nonpriayi jana, pamreming subasita we-
278 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dharing sari, lwir sande saka- antara pantai dengan gunung,


langwan. sangat tertahan-tahan, jika sung-
3. Lwir sasi Basanta pamewehing, guh-sungguh menghendaki ba-
lir wya-wya ‘rum angremaken santa, (hingga) terasa indahnya
driya, pangjrahing cipta cep bintang dan bagusnya nyanyian,
mangke kwehira sang para uta- seperti sengaja disesuaikan.
meng naya pupul alinggih, 2. Meriah seperti bertikai lakunya
utar-otaran smita ‘rjaning tyas keindahan pasir dan gunung itu,
winetu, lwir langw angjrah sa- menjadi berseri terkembangnya
kalangwan, satataning sih ma- paras nyanyian sekarang, serta
nah amangun brangti, nitya bintang bertaburan, laksana se-
nalyani cipta. baran bunga harum, laksana ju-
4. Pringga gronging patapan te- ga petir yang menggetarkan,
pining, pasir pindha sang para oleh para budiman disebutnya
utama, yan angling duga ma- sarkara ‘Dandanggula’ sebagai
nise, ring wwang suddha appul, (penenang) penawan meriahnya
lwir sunyaning langen pucaking bunga berkembang, yang laksa-
Parwata nyenyep ramya, pan na urung bersenang-senang itu.
sarwa ‘diwuwus, ring amedhar 3. Laksana bulan Basanta yang
rasaning wardayaning cipta menganugerahkan angin tengga-
‘nglenggengaken tyas kawi, ra yang harum mewangi (yang
lwir sande sakalangwan. pandai) menawar hati, terhening
5. Nahan pangrancananing tyas kini hati yang gundah gulana, pa-
brangti, lam-lam amedhar ra bijak sekaliannya duduk ber-
ramyaning radya, pangiring- kumpul, dahulu-mendahului ter-
ringi langen dumeh, mangkana bitnya indah dari hati, laksana
manggih tanduk, wonten ta cari- keindahan yang berhamburan
ta ‘nyar prapti, sambaing-sam- bertemu sama indah tiada ubah-
bang ing tembang, wirasanya nya dengan cinta kasih yang se-
‘rja ‘lus, purwa saking nusan- dang membangun rindu, senan-
tara, panengran Koja-Jajahan tiasa serba menawan hati.
ratu Mesir, nagareng Purantara. 4. Bahaya oleh dalamnya pertapa-
an di tepi pasir, laksana para uta-
Terjemahan ke dalam bahasa
ma jika bersabda yang serba ma-
Indonesia sebagai berikut. nis, kepada manusia suci yang
1. ‘Laksana sakit (cinta) hati ter-
berkumpul seperti pula tiada lagi
timpa oleh kemolekan bintang,
keindahan di puncak gunung,
terliput oleh keindahan, serasa-
(sudah) cukup indah oleh elok-
rasa sukar (akan) menyembuh- nya segala kata, dalam pada me-
kannya (menghapuskannya), oleh
lahirkan rasa hati nurani, dapat
karenanya tergubahlah keindah-
mengharu hati sang kawi, laksa-
an, dalam kota digambarkan se-
na urung orang akan bersuka ria.
olah-olah (tempat) pertemuan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 279

5. Demikianlah lukisan hati yang patkan di atas Sang Hyang Para-


menanggung cinta, rindu den- mecwara atau Batara Guru. Taya
dam membakar keindahan nege- adalah perkataan Jawa asli, artinya
ri, sebagai pengiring hias, maka tidak ada, dalam bahasa Sunda di-
tersualah tujuan, ada sebuah ce- sebut teu aya. Hal itu menunjukkan
rita baru datang meninjau dinya- Tuhan orang Jawa tulen, seperti se-
nyikan, perkataannya baik lagi butan-sebutan Sang Hyang Wenang
halus, dari Nusantara asal mula- atau Sang Hyang Tunggal. Kedua
nya, Koja-jajahan gelar raja Me- kata itu merupakan kata Jawa asli
sir bernegeri di Purantara.’ untuk menyebut Yang Kuasa (Poer-
batjaraka, 1957:68—69).
Pada waktu itu, cerita tersebut
Dapat diperkirakan bahwa ke-
baru saja masuk di tanah Jawa. Pe-
tika perkembangan zaman Jawa-
ngarang kitab Koja-Jajahan tidak
Hindu memuncak, Tuhan orang Ja-
diketahui orang. Pada pupuh ‘kum- wa tulen terdesak oleh Tuhan orang
pulan bait’ terakhir menerangkan
Hindu. Mereka menyebut Tuhannya
bahwa kitab tersebut ditulis di Pana-
dengan sebutan Batara Mahadewa,
raga. Hal itu tidak berarti kalau kitab
Paramecwara, atau nama yang lain-
itu dibuat di Panaraga, mungkin di nya, yang kemudian menjadi Batara
Panaraga hanya disalin belaka. Di
Guru. Pada zaman Islam, Batara Gu-
samping itu, ditemukan tanda-tanda
ru atau Sang Hyang Tunggal atau
bahwa kitab itu dibuat di giri atau
Sang Hyang Wenang ditempatkan di
parwata atau gunung, pusat agama bawah Nabi Adam. Demikianlah ja-
Islam yang pertama kali datang di Ja-
lan perkembangan anggapan orang
wa. Ada lagi yang menyebutkan bah-
Jawa dewasa ini terhadap dewa-de-
wa Serat Patih Koja-Jajahan adalah
wa wayang atau Sang Hyang We-
karya sastra produksi Kartasura. nang, Sang Hyang Taya, dan nama-
nama yang lain (Poerbatjaraka,
korawacrama 1957:69).
Kitab Korawacrama berbahasa
Korawacrama disisipi kalimat-
prosa. Korawacrama ditulis seperti kalimat Sanskerta di antara kalimat-
kitab Adiparwa, Wirataparwa, dan
kalimat Jawa Kuna. Sebenarnya ba-
sebagainya. Karya sastra tersebut se-
hasa Sanskerta buatan Jawa adalah
umur dengan kitab Tantu Pangge-
bahasa yang bercampur dengan ba-
laran atau lebih muda. Hal itu dapat hasa Jawa asli, miisalnya, ada bagi-
dilihat dari gaya bahasanya. Kitab
an yang disebut Wyasa Lawada ‘Ba-
Korawacrama berisi petikan dari ki-
gawan Abiyasa melawat’. Kata la-
tab Bharatayuddha, Tantu Pangge-
wada adalah berasal dari kata Jawa
laran, dan sebagainya (Poerbatjara- tulen. Lawad atau tilik berarti ‘mela-
ka, 1957:68).
wat’. Kata itu dijadikan kata Sansker-
Kitab Korawacrama menyebut-
ta menjadi lawada (Poerbatjaraka,
kan Sang Hyang Taya yang ditem-
1957:69).
280 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Korawacrama sudah dicetak de- termasuk salah satu di antara sejum-


ngan huruf Latin, dikupas agak men- lah pengarang pria yang menya-
dalam, dan diterjemahkan ke dalam markan diri, tetapi yang bersikap
bahasa Belanda oleh Dr, J.L. Swel- konsisten sebagai laki-laki.
lengrebel (disertasi, Leiden, tahun Sejumlah nama pria di bawah ju-
1936). Kitab Korawacrama dicip- dul cerpen-cerpen dalam majalah Ka-
takan bersamaan dengan kitab Tantu jawen dan Panjebar Semangat me-
Panggelaran di daerah mandala mang mengindikasikan diri tetap se-
‘pertapaan’ yang terletak di peda- bagai pria dan nama yang dipilih ju-
laman. Pokok ceritanya, yaitu para ga menyaran kepada nama pria. Me-
Korawa membalas dendam kepada reka itu, antara lain, ialah Sambo,
para Pandawa. Bagawan Abiyasa di- Kroecoek, Soekmo, Moelat, Hoed,
mohon untuk menghidupkan kem- Soeryo Andadari, Soejono Roestam,
bali para Korawa dan sekutu-seku- Mas Krendhadigdaja, Pandji Putra,
tunya. Mereka pun hidup kembali, dan masih banyak lagi. Seperti hal-
tetapi belum sampai membalas den- nya nama-nama yang misterius ter-
dam, ceritanya habis. sebut, Mas Krendhadigdaja juga ha-
nya muncul pada rentang waktu pen-
krendhadigdaja dek, yaitu pada awal 1940-an atau
Nama Mas Krendhadigdaja ha- pada periode pra-Jepang.
nya muncul di majalah Kajawen an- Latar belakang kehidupan pe-
tara tahun 1941—1942 bersama-sa- ngarang ini tidak diketahui sama se-
ma dengan nama-nama lain seperti kali, kecuali kecenderungannya un-
H. Sastrapoespita, Setranaja, Laloe- tuk hanya mengirimkan cerpen-cer-
lajanati, Zilvervos, Sr. Soemartha, pennya pada majalah Kajawen (di-
Jenggala, Soedjono Roestam, dan be- terbitkan oleh Balai Pustaka pada
berapa nama lain yang identitasnya 1936). Indikasi tersebut menyaran-
mencurigakan. Nama-nama tersebut kan bahwa ia adalah salah seorang
hanya muncul sekali atau dua kali dari kelas menengah yang berpen-
dalam salah satu jenis majalah, se- didikan Belanda. Beberapa kosa kata
dangkan sistem redaksi di majalah- Belanda seperti loechtalarm, all
majalah itu tidak baik sehingga tidak clear, dan dierentuin menandai pen-
membantu perunutan identitas penu- didikan dan kelas sosialnya. Biasa-
lisnya. nya, majalah kolonial memberikan in-
Bila nama-nama pria tadi diban- formasi tentang penulis-penulis da-
dingkan dengan nama-nama Elly, lam majalahnya, tetapi tidak semua
Srikanah K., dan Sri Marhaeni yang pengarang dalam Kajawen diinfor-
juga dicurigai sebagai bukan nama masikan secara jelas. Yang dapat
sesungguhnya, maka tidak ada alas- dirunut dari pengarang ini ialah ciri
an lain nama pengarang ini pun di- khas dirinya ketika memilih topik ce-
asumsikan bukan nama asli. Meski- rita dan gaya bercerita.
pun demikian, ia juga diasumsikan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 281

Topik yang dikedepankan dalam sosial bawah, tetapi berpendidikan


cerpen-cerpennya berkaitan dengan formal dan berprofesi di sebuah lem-
kehidupan priyayi menengah yang baga. Persepsi itu dikuatkan oleh cer-
ditandai dengan honorefiks pada pennya “Dayaning Lebaran” (No-
awal nama para tokoh. Ciri lainnya mor Lebaran, Oktober 1941). Diban-
ialah gaya pengucapan yang humo- dingkan dengan cerpen sebelumnya,
ristis, lucu, tetapi suasananya komu- “Beteke lagi Sepisan”, cerpen ini ti-
nikatif. Masalah yang dikedepankan dak hanya menekankan segi hu-
sederhana, misalnya tentang orang mornya saja, tetapi juga penekanan
yang belum pernah mengalami latih- pada segi kultur priyayi Jawa.
an serangan udara atau latihan pe-
rang. Masalah yang sederhana itu di- kresnayana kakawin
garap dengan gaya humor yang segar. Kitab ini menceritakan kehidup-
Menurut Subagijo I.N. dalam an Prabu Kresna pada waktu ia me-
Ensiklopedi Nasional Indonesia seri larikan Dewi Rukmini. Dalam wa-
13 (1990), gaya humor seperti dalam yang cerita ini menjadi lakon Kresna
cerpen-cerpen Krendhadigdaja itu Kembang atau Narayana Maling
juga dimiliki oleh W.J.S. Poerwadar- ‘Narayana Mencuri’, tetapi sudah
minta, seorang ahli bahasa Jawa ku- banyak perubahannya. Kitab Krsna-
na dan redaktur Kajawen. Ia juga yana digubah pada zaman pemerin-
menulis pada rubrik “Obrolane Ga- tahan Prabu Warsajaya, raja di Ka-
reng lan Petruk”. Dalam rubrik itu diri, sekitar tahun 1026 Caka atau
ia mengidentifikasikan diri sebagai 1104 Masehi. Penulisnya adalah Em-
Petruk, sesuai postur tubuhnya yang pu Triguna (Poerbatjaraka, 1957:
jangkung. Meskipun ada kemung- 17—18). Keterangan tentang hal itu
kinan nama Mas Krendhadigdaja itu terdapat di dalam epilognya. Hu-
beliau (Poerwadarminta), praduga bungan Empu Triguna dengan raja
itu juga dapat dinilai lemah karena Warsajaya seperti hubungan antara
menurut Dojosantosa, beliau hanya Empu Kanwa dengan raja Erlangga.
menggunakan nama samaran Ajira- Di samping itu, terdapat versi lain
bas, kebalikan dari nama kecilnya dari Krsnayana tulisan Empu Panu-
Sabarija. luh.
Mas Krendhadigdaja dikenal de- Di dalam epilog Krsnayana dite-
ngan cerpen-cerpennya yang berga- rangkan tentang hubungan Triguna
ya lucu (humor) yang hanya dimuat dengan Warsajaya yang diumpama-
dalam Kajawen. Hanya ada sebuah kan sebagai hubungan antara Empu
cerpennya yang dimuat dalam maja- Kanwa dengan Erlangga. Keduanya
lah ini, yaitu “Beteke lagi Sepisan” merupakan salingsingan raja. Da-
(Kajawen, 27 Januari 1942). Dari lam beberapa prasasti abad ke-9,
jenis humor dalam cerpennya itu da- tempat istilah itu disebut sebagai na-
pat ditarik simpulan bahwa Mas ma tempat (dharma nira I saling-
Krendhadigdaja bukanlah dari kelas singan; bhatara I salingsingan).
282 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kata ini hanya muncul satu kali, ya- dalam kehidupan Krsna. Cerita itu
itu dalam prosa Rsisasana. Kata ter- hampir sama dengan Krsnayana
sebut tampil dalam suatu deretan yang menceritakan tentang peristiwa
berbagai golongan rohaniwan. Kata Mrcchukunda (dalam purana-pu-
itu dapat ditafsirkan sebagai sego- rana juga mendahului cerita tentang
longan brahmin tertentu, seorang penculikan Dewi Rukmini). Versi ka-
bhujangga, atau wiku haji. Mungkin kawin penculikan Dewi Rukmini
selaras dengan keterangan mengenai dijadikan sebuah syair tersendiri de-
Empu Kanwa. Brahmin atau wiku ngan jumlah baitnya yang banyak.
yang diserahi tugas untuk memeli- Pengarang menceritakan secara detil
hara dan mempelajari buku-buku dan tidak mengubahnya. Hanya ter-
dan kesusastraan (aji). dapat dua hal yang berbeda, yaitu
Manggala ‘permulaan puji-puji- tokoh Meghadhwaja tidak begitu
an’ dipersembahkan kepada Batara penting dan Prthukirti, ibunda Dewi
Wisnu, munculnya pada zaman Rukmini, adik Kunti dan Basudewa
Dwapara. Kitab itu menceritakan atau bibi Prabu Krsna dan Dewi Ruk-
tentang tipu muslihat Prabu Kresna mini merupakan saudara sepupu. Ce-
yang mengakibatkan kematian raja rita yang terdapat di dalam Krsna-
para Yawana. Musuhnya berwujud yana, yaitu Prthukirti memainkan
raksasa. Hal itu terjadi karena mata peranan yang penting. Ia menghu-
berapi sang bijak Muchukunda atau bungkan kedua kekasih dan mem-
dalam bahasa Sanskerta disebut bantu puterinya untuk melarikan di-
Muchukunda. Wismakrama adalah ri. Pengarang Krsnayana menemu-
arsitek dari surga. Beliau memper- kan semua datanya di dalam cerita
cantik karaton Prabu Krsna, Negara asli India. Cerita itu menyisipkan
Dwarawati. Di samping itu, terdapat deskripsi-deskripsi tradisional ten-
deskripsi mengenai keindahannya. tang pemandangan alam, perang,
Dalam candinya raja memuja patung dan cinta. Data itu diceritakan dalam
Wisnu (Zoetmulder, 1974:335). bentuk kakawin (Zoetmulder, 1974:
Tema Krsnayana tentang pen- 360).
culikan Dewi Rukmini yang akan di- Kresnayana kakawin versi Em-
peristri oleh raja Cedi dan peperang- pu Panuluh ceritanya berlainan. Di
an yang terjadi pada waktu itu. sana diceritakan Batara Narada me-
Krsnayana mengikuti jalan cerita ngunjungi Prabu Krsna, sedangkan
seperti cerita-cerita yang terdapat di Dewi Rukmini ditampilkan sebagai
dalam karya sastra India yang ber- inkarnasi permaisuri Batara Wisnu,
sifat purana. Hal itu berkaitan de- yaitu Dewi Sri. Pernikahan antara
ngan kehidupan Prabu Krsna (Zoet- Krsna dan Dewi Rukmini dapat mem-
mulder, 1974:359—360). persatukan mereka. Selain itu, terda-
Di dalam sastra purana pencu- pat perbedaan yang jelas dalam ade-
likan Rukmini diceritakan secara le- gan setelah Dewi Rukmini diculik.
bih padat sebagai salah satu adegan Sebelum pertempuran dimulai, Dewi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 283

Rukmini telah lama berada di Ne- keadaannya menyedihkan. Oleh ka-


gara Dwarawati. Perang itu bukan rena itu, mungkin hampir tidak dapat
merupakan konflik antara Rukma menerbitkan suntingan karya sastra
atau Rukmini (Sanskerta) dengan Ba- Empu Triguna. Struktur naratif da-
tara Krsna seperti cerita di dalam lam kakawin dapat disejajarkan de-
naskah sanskerta dan Krsnayana. ngan struktur naratif yang ada di da-
Krsnayana versi karya Empu Panu- lam pergelaran wayang. Adegan je-
luh digambarkan kakak Dewi Ruk- jer dan kedhatonan merupakan ade-
mini tidak memainkan peranan apa gan baku dalam pagelaran wayang.
pun dan hanya satu kali disebut. La- Hal ini terdapat juga di dalam kaka-
wan utama Prabu Krsna ialah Jara- win Krsnayana.
sandha, musuh bebuyutannya. Dia- Ringkasan cerita Krsnayana
lah yang merencanakan dan me- adalah sebagai berikut. Dewi Ruk-
mimpin serangan terhadap Negara mini, putri Prabu Bismaka di negeri
Dwarawati. Para Pandawa tampil Kundina sudah bertunangan dengan
sebagai musuh Prabu Krsna, karena Prabu Suniti, raja di negeri Cedi. Te-
diceritakan permusuhan Raden Ar- tapi ibunya, Dewi Pretukirti, ingin
juna dan Prabu Krsna. bermenantukan Prabu Krsna. Dewi
Di sini pengarang dapat mena- Rukmini pun memilih Prabu Krsna.
matkan cerita yang tidak terduga. Ketika peralatan hampir dimulai, da-
Dalam cerita itu pengarang tidak tanglah Prabu Suniti dengan Prabu
memperkosa tabiat tokoh utamanya, Jarasanda di negeri Kundina. Prabu
yang telah dikenal pembacanya. Krsna tidak diundang, tetapi diun-
Prabu Yudhisthira yang tidak dapat dang secepat-cepatnya oleh Dewi
menolak permohonan bantuan dan ia Pretukirti dan Dewi Rukmini. Ketika
selalu menepati janjinya. Kerukunan akan mulai peralatan, keluarlah mem-
kelima saudara yang mendorong me- pelai perempuan dengan diam-diam
reka agar kompak dan bersama un- dari istana. Ia menuju pintu gerbang
tuk memerangi sahabat mereka yang Srimanganti sebelah selatan. Di situ
paling akrab, biarpun dengan berat ia disambut Prabu Krsna dan dibawa
hati dan luapan amarah Sang Bhima. lari.
Itu semua searah dengan tabiat para Mempelai laki-laki dengan bala
Pandawa. Dan apabila Batara Wisnu tentaranya serta Raden Rukma, adik
menampakkan diri, semuanya ber- mempelai perempuan, mengejar me-
akhir dengan baik, demikian juga un- reka dan terjadilah peperangan. Ra-
tuk Jarasandha. Hukuman mereka den Rukma dan Prabu Suniti hampir
ditunda sampai Bharatayuddha terbunuh. Dewi Rukmini mohon ke-
(Zoetmulder, 1974:360—361). pada Prabu Krsna agar adiknya ti-
Ikhtisar mengenai Krsnayana dak dibunuh. Akhirnya, Dewi Ruk-
telah ditulis bersama dengan perban- mini dibawa pulang ke negeri Dwa-
dingannya yang berjudul Hariwang- rawati.
sa. Naskahnya hanya ada satu dan
284 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Prabu Jarasandha, raja Karawi- tang pemandangan di pedalaman.


ra, memperoleh persetujuan Bhis- Prabu Krsna terlena dengan keindah-
maka, raja Kundina, tentang perni- an pemandangan alam. Seyogianya
kahan Cediraja atau Suniti (keme- Prabu Krsna sampai lebih dahulu
nakan Prabu Jarasandha) dengan daripada Prabu Cedi. Prabu Krsna
Dewi Rukmini (puteri Bhismaka). muncul di tengah-tengah persiapan
Dewi Prthukirti, ibunya, sejak dahu- pernikahan sebagai seorang saudara
lu mengharapkan agar Prabu Krsna, yang memang tidak diundang, tetapi
kemenakannya, menjadi menantu- memperlihatkan keinginannya terha-
nya. Ia mengutus seorang dayang- dap pernikahan Saudara sepupunya.
dayang untuk melaporkan kepada Pihak Rukma, kakak Dewi Rukmini
Prabu Krsna tentang apa yang akan curiga akan keadaan Prabu Krsna
terjadi. Dayang-dayang itu menunai- karena melihat para Yadu dan Wrsni
kan tugasnya sambil melukiskan ke- yang datang dengan jumlah besar
cantikan Dewi Rukmini, dengan me- bersenjatakan lengkap. Di samping
nulis berpuluh-puluh bait panjang- itu, Dewi Rukmini menunggu keda-
nya. Dayang-dayang itu mencerita- tangan Prabu Krsna dengan hati
kan bahwa bagi Dewi Rukmini ha- yang berdebar-debar.
nya ada satu kraton, yaitu kraton Mereka meninggalkan laut un-
Dwarawati, dan hanya ada seorang tuk menuju jalan raya. Mereka me-
pria yang menjadi buah jantungnya, nuju ke Kundina. Mereka diterima
yaitu Prabu Krsna. Dewi Prthukirti di dusun Dharasabha. Hari berikut-
pun sangat mengharapkan agar Pra- nya mereka menuju ke Kundina. Bu-
bu Krsna secepat mungkin datang un- nyi gamelan Kundina dapat mereka
tuk melarikan Dewi Rukmini, selagi dengar. Jalan-jalan dipenuhi orang-
belum terlambat. Ia melakukan per- orang yang akan menuju ke pesta
nikahan secara gandharwa ‘tidak perkawinan. Kedatangan Prabu Krs-
perlu menantikan suatu hari yang na terdengar di seluruh kota. Para
baik’. Prabu Krsna cukup berminat. puteri keluar rumah untuk melihat
Prabu Krsna setuju dengan pendapat Prabu Krsna dan para Yadunya. Me-
itu. Dewi Rukmini dijaga ketat oleh reka tahu bahwa sang ratu, Dewi
kakak dan ayahnya. Oleh karena itu, Prthukirti, adalah bibi Prabu Krsna.
ia akan datang ke Kundina secara te- Oleh karena itu, tidak aneh kalau
rang-terangan dengan memimpin ten- kemenakannya muncul di tengah-te-
taranya. Prabu Baladewa, kakak Pra- ngah para dayang-dayang yang akan
bu Krsna, ikut berunding. Pada ma- menerima tamu. Seorang perempuan
lam harinya Prabu Krsna tersiksa tertentu mengungkapkan hal ini de-
karena sakit asmara. Pada pagi hari- ngan cara empat mata. Masyarakat
nya, ia memuja Batara Siwa dan Ba- tahu siapakah sebenarnya yang me-
tara Surya. Seorang Brahmin muda, rupakan menantu pilihan Dewi
yang bernama Meghadhwaja, me- Prthukirti. Apakah yang akan dila-
ngikuti pemujaan itu. Deskripsi ten- kukan sang raja dan bakal mempe-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 285

lai? Desas-desus menjalar cepat dan pengalamannya ketika berkeliling


tidak kekurangan bahan untuk di- mencari derma dan sempat melihat
perbincangkan. kraton Dwarawati. Selama sepuluh
Menjelang malam Prabu Cedi hari ia menikmati keindahan kraton
dan Prabu Jarasandha tiba. Prabu dengan seorang temannya. Cara hi-
Krsna diberi tempat Penginapan di dup seorang pertapa yang keras itu
luar kraton karena semua rumah su- untuk beberapa hari ditinggalkan-
dah penuh. Prabu Krsna membujuk nya. Seorang abdi lain meneruskan
seorang dayang-dayang untuk dija- percakapan yang terputus oleh kili.
dikan utusannya. Dayang-dayang itu Ia menyatakan bahwa keindahan
menemui Dewi Rukmini di taman alam tidak dapat dibandingkan de-
dan menyerahkan surat dari Prabu ngan kenikmatan cinta dan perka-
Krsna. Dewi Rukmini masuk ke ka- winan. Ia bercerita berdasarkan pe-
mar untuk membaca surat cinta yang ngalamannya sendiri. Abdi ketiga
panjang dan penuh emosi. Surat cin- berpendapat bahwa Prabu Krsna se-
ta itu digubah dalam bentuk kakawin bagai seorang mempelai yang tidak
atau puisi. Dewi Rukmini bingung. ada tandingannya di Kundina. Abdi
Ia diberi nasihat oleh seorang pela- keempat yang lebih mencintai Prabu
yan, yaitu Dewi Rukmini dimohon Cedi dikecap oleh abdi yang ketiga
untuk menulis semua perasaannya di tadi. Dewi Rukmini mengungkapkan
dalam selembar pudak. Sepanjang perasaannya.
malam para putri asyik menari dan Ketika malam hari, Dewi Ruk-
menyanyi. Para perempuan tua tidak mini mengundurkan diri dari sebuah
dapat tidur karena keributan kaum pertapaan yang tidak dihuni lagi, di
mudi. sudut taman itu. Ibu Dewi Rukmini
Ketika fajar tiba, Dewi Rukmini mengutus abdi. Ia mengirim kabar
meninggalkan mereka. Hatinya ber- bahwa waktunya telah tiba dan me-
getar dan tertekan karena waktu itu ngingatkan bahwa hal itu berbahaya.
adalah waktu untuk mengawali pesta Kraton dijaga ketat dan Prabu Cedi
pernikahan. Balai tempat mempelai berjaga-jaga di luar. Ia lebih dekat
putri dihias. Sepanjang hari orang- daripada Krsna. Dewi Rukmini lebih
orang asyik untuk mempersiapkan takut kepada Rukma, kakaknya.
semua keperluan dalam pernikahan. Dewi Rukmini tahu bahwa kakak-
Tamu-tamu agung memberi hormat nya yang bernama Rukma bertekad
kepada Dewi Rukmini. Deskripsi ke- untuk memaksakan pernikahannya
cantikan Dewi Rukmini. Ia dikeli- dengan Prabu Cedi. Abdi yang setia
lingi dayang-dayang. Sore hari se- memberi nasihat agar Dewi Rukmini
muanya menjadi tenang. Tamunya menyamar menjadi kili. Pada mula-
ada yang pulang. Sang putri dite- nya ragu-ragu, tetapi akhirnya mau.
mani dayang-dayangnya. Seorang Saatnya menguntungkan, biarpun
yang agak tua dan pernah menjadi sudah larut malam, namun masih ba-
pertapa disebut kili. Ia menceritakan nyak yang lalu-lalang. Ia keluar me-
286 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lalui pintu gerbang tanpa diketahui jibannya selaku seorang ksatriya. Di


orang. luar kraton bala tentara sudah me-
Prabu Krsna menantikannya de- nantikan kedatangannya. Ia mema-
ngan hati yang berdebar-debar. Ia kai pakaian berlapis baja. Ia naik ke-
memasukkan Dewi Rukmini ke da- reta perang bersama Prabu Cedi dan
lam kereta dan berangkat. Prabu Ba- bala tentaranya. Mereka berhadapan
ladewa dan anak buahnya tidak ikut. dengan para Yadu dan Wrsni yang
Mereka akan menghadapi kemarah- dipimpin oleh Prabu Baladewa. Ia
an Prabu Cedi. Prabu Bhismaka di- mundur dengan perlahan dan men-
beri tahu bahwa anak putrinya hi- cari tempat yang cocok untuk ber-
lang. Pada mulanya ia tidak percaya, tempur. Pertempuran itu dimenang-
tetapi hal itu adalah menjadi kenya- kan oleh pihak Prabu Krsna.
taan. Tiba-tiba segala bunyi musik Rukma beserta bala tentaranya
lenyap dan suasana pesta menjadi menemukan tempat persembunyian
suasana yang menakutkan. Prabu Prabu Krsna dan Dewi Rukmini. Pra-
Cedi akan menentukan sikap. bu Krsna menolak tuduhan bahwa
Prabu Cedi dan Prabu Jarasan- ia berkelakuan hina. Ia menyatakan
dha mengadakan rapat dan memu- bahwa bagi seorang ksatria, hal itu
tuskan bahwa Prabu Krsna harus di- adalah menjadi kebiasaan. Calon
bunuh. Rukma marah kepada ayah- istri ksatria harus diculik. Rukma
nya karena ia lalai mencegat pencu- marah, ia memanahi Prabu Krsna,
likan Dewi Rukmini dan marah ke- namun tidak mempan karena yoga
pada Dewi Prthukirti. Penculikan itu Prabu Krsna. Walaupun semula Pra-
terjadi pada zaman Prabu Rama. bu Krsna tidak bermusuhan dengan
memang keadaan sedih selalu silih kakak Dewi Rukmini, tetapi tidak
berganti dengan keadaan gembira. ada pilihan lain, ia terpaksa mene-
Pada waktu itu terjadilah diskusi waskan saudaranya yang paling de-
yang panjang lebar mengenai kebi- kat dengan perang tanding. Anak pa-
jaksanaan duniawi serta tugas dan nahnya menceraiberaikan pasukan
kewajiban seorang raja. Rukma ha- Kundina dan menghancurkan kereta
rus menyiapkan diri untuk memang- Rukma. Pada saat Rukma jatuh dan
ku jabatan itu di kemudian hari. terbaring tak berdaya di tanah, Dewi
Rukma mengatakan bahwa dengan Rukmini memegang kaki Prabu Krs-
rasa berterima kasih ia menerima na dan mohon agar kakaknya jangan
wejangan ayahnya. Penghinaan yang dibunuh. Kemarahan Rukma reda
dialami raja, akibat perbuatan Prabu dan ia merasa gembira bahwa hidup-
Krsna harus dibalas. Ia berikrar bah- nya tidak jadi dibunuh. Ia ingat akan
wa ia tidak akan kembali ke Kundina sumpahnya. Ia tidak akan pulang ke
sebelum membunuh Prabu Krsna Kundina karena akan mendirikan
dan membawa kembali Dewi Ruk- kratonnya sendiri. Prabu Krsna me-
mini. Oleh karena itu, ia mohon diri ngantar pengantinnya ke Dwarawati
untuki menunaikan tugas dan kewa- dan tanpa gangguan apa pun mereka
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 287

menikmati kedamaian dan dikaruniai pun Indonesia. Ia pun mulai menda-


sepuluh anak. pat pengakuan sebagai penulis muda
yang kreatif. Proses kreatif Krishna
krishna mihardja (1957—) lebih dipengaruhi oleh lingkungan hi-
Krishna Mihardja (lengkapnya dup di sekitarnya dengan mengacu
Sukrisna Krisna Mihardja) lahir di Si- pada pandangan hidup orang Jawa:
damulya, Sleman, 17 September becik ketitik ala ketara, aja nggege
1957, dari pasangan Saeni Mihardja mangsa, dan ngono yo ngono na-
(polisi) dan Djuminten (ibu rumah nging ojo ngono.
tangga). Agama yang dianutnya Untuk menjadi pengarang Jawa
Islam. Menikah dengan Siti Sudaryati yang terdepan ia pun tak segan-se-
pada September 1985. Dari pernikah- gan mengisi otaknya dengan berba-
an itu lahirlah dua orang anak: Can- gai referensi buku-buku bacaan (il-
dra Satya dan Paramita Kumala. Pen- mu pengetahuan) dan karya sastra
didikan dasar dilalui di Godean yang ditulis oleh Danarto, Putu Wi-
(1972), pendidikan menengah di jaya, Iwan Simatupang, dan seba-
Kotamadia Yogyakarta (1975), dan gainya. Berbagai referensi tersebut
gelar sarjana muda (1981) diperoleh menyebabkan adanya unsur “ab-
dari IKIP (sekarang Universitas) surditas” dalam sebagian besar kar-
Negeri Yogyakarta. Setamat IKIP ke- yanya. Sebuah tulisan kadang dapat
mudian bekerja sebagai guru Mate- ia selesaikan dalam waktu relatif ce-
matika di salah satu SLTP di Yogya- pat meskipun ada beberapa karya
karta terhitung sejak tahun 1979. yang baru selesai setelah satu bulan.
Meskipun memegang mata pelajaran Bahkan ada beberapa karyanya yang
bidang ilmu pasti bukan berarti ia ti- tidak selesai dan dibiarkannya begitu
dak memberi perhatian terhadap ilmu saja untuk kemudian beralih ke tu-
sosial budaya (khususnya sastra) lisan lain. Semua karya yang ditulis-
yang sesungguhnya sudah “menggo- nya umumnya bertolak dari realitas
da” dirinya sejak ia duduk di pergu- yang terjadi di Indonesia.
ruan tinggi. Bakat terpendam ini mu- Karyanya berupa cerkak pernah
lai ia pupuk pada tahun 1970-an. diterjemahkan ke dalam bahasa In-
Mengaku mulai menulis sastra donesia, antara lain “Sandhal Jinjit”
pada 1976 setelah membaca bebera- (dimuat Kompas Minggu) dan “Ki
pa cerkak dan guritan yang dimuat Dhalang” (dimuat Horison). Baik
dalam media atau majalah berbahasa Kompas maupun Horison merupa-
Jawa. Ketertarikan tersebut berlanjut kan dua media yang menjadi tolok
dengan keinginannya menulis. Usaha ukur dalam melegitimasi seseorang
ini tidak sia-sia karena tulisannya ke- menjadi penulis. Pemuatan terjemah-
mudian dimuat dalam berbagai ma- an cerkak Krishna Mihardja dalam
jalah. Pada tahun 1980-an karya kedua media tersebut secara eksplisit
Krishna mulai memenuhi halaman menyiratkan kualitas karya Krishna
beberapa majalah, baik Jawa mau- Mihardja yang memenuhi kriteria
288 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

untuk dimuat dalam dua media ber- ra Jonggrang (Adicita Karya Nusa,
gengsi tersebut. Kualitas karyanya 1996), Ketika Gelap Menjadi Terang
tercermin pula dalam antologi cer- (Adinda Tuti Kinasih, 1996), Aku Se-
kak berjudul Ratu dan novel Sindhen orang Pilot (Adicita Karya Nusa,
yang menjadi bahan kajian bagi ma- 1997), Batu-Batu Berserakan (Adi-
hasiswa di Universitas Leiden, Be- cita, 1998), dan Aku Tak Akan Kem-
landa. bali (Gama Media, 1999)
Karya-karyanya (berbahasa Ja- Selama terjun ke dunia sastra
wa) telah terbit dalam beberapa an- Krishna telah memperoleh beberapa
tologi, baik tunggal maupun bersa- penghargaan, antara lain, sebagai
ma, yaitu Palagan Kurusetra (sten- Juara Lomba Penulisan Puisi (IKIP
silan, 1984), Antologi Geguritan Yogyakarta, 1980), Penghargaan Cri-
dan Cerkak (Taman Budaya Yogya- ta Cekak (Balai Bahasa Yogyakarta,
karta, 1991), Rembulan Padhang 1982), Penghargaan Cerita Cekak
ing Ngayogyakarta (FKY, 1992), (Kanwil Depdikbud, 1982), Juara Pe-
Cakra Manggilingan (FKY, 1993), nulisan Cerpen (Taman Budaya Yog-
Niskala (FPBS IKIP Yogyakarta, yakarta, 1989), Penghargaan Cerita
1993), Mutiara Sagegem (FPBS Pendek (Berita Nasional, 1990), Jua-
IKIP Yogyakarta, 1993), Padhang ra Penulisan Crita Cekak (Fakultas
Sumyar ing Adikarta (RAM, 1993), Sastra UGM, 1994), Penghargaan
Pangilon (FKY, 1994), Pesta Emas Crita Cekak (Sanggar Triwida,
Sastra Jawa (Pustaka Pelajar, 1995), 1995), Penghargaan Sinangling
Ratu (Pustaka Nusatama, 1995), Pe- (Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
milu (SSJY, 1997), Pisungsung (Pus- dan Balai Bahasa Yogyakarta, 1995),
taka Pelajar, 1997), dan Rembuyung Juara Penulisan Novel (Dewan Ke-
(Balai Bahasa Yogyakarta, 1997). senian Jawa Tengah, 1994), Nomi-
Sementara beberapa karyanya nasi Lomba Kreativitas Guru (LIPI,
yang berbahasa Indonesia juga telah 1994), Nominasi Cerpen (Majalah
diantologikan, baik bersama maupun Citra Yogya, 1996), Juara Penulisan
tunggal, yakni dalam Suara Tujuh Cerkak (Taman Budaya Yogyakarta,
Sembilan (tanpa penerbit, tanpa ta- 1998), Penghargaan Dana Seniman
hun), Tonggak Insani (stensilan, tan- (Jarahnitra, 1999), Juara III Penulis-
pa tahun), Silhuet (stensilan, tanpa an Fiksi (Pusbuk Depdikbud, 1995),
tahun), Sebuah Episode (stensilan, Juara I Penulisan Fiksi (Kanwil Dep-
tanpa tahun), Sajak Resah (sten- dikbud DIY, 1995), Juara I Penulisan
silan, tanpa tahun), Antologi Cerpen Fiksi (Kanwil Depdikbud DIY,
(Taman Budaya Yogyakarta, 1989), 1996), Juara II Penulisan Fiksi (Kan-
Nyidam (Pustaka Pelajar, 1994), dan wil Depdikbud DIY, 1997), Juara III
Taman Sari (FKY, 1998). Selain itu, Penulisan Fiksi (Pusbuk Depdikbud,
novel karangannya juga telah terbit, 1997), dan Juara I Penulisan Fiksi
antara lain, Di antara Kali Opak dan (Kanwil Depdikbud Provinsi DIY,
Kali Progo (Mitra Gama, 1995), Ra- 1998).
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 289

kunjarakarna wannya agar tidak masuk neraka dan


Kitab Kunjarakarna digubah menghadap Wairocana. Ringkasan
dengan menggunakan bahasa prosa. ceritanya sebagai berikut.
Bahasa yang dipergunakan seumur Seorang raksasa bernama
dengan bahasa yang terdapat di da- Kunjarakarna akan meruwat dirinya
lam kitab-kitab parwa (bahasanya menjadi manusia. Ia menghadap Ba-
tergolong bahasa Jawa Kuna). Kitab tara Wairocana, penghulu lima Dhya-
ini dicetak dua kali, pertama kali de- ni Buddha. Kunjarakarna diperintah-
ngan huruf Jawa, kedua kali dengan kan untuk pergi ke neraka dahulu
huruf Latin. Keduanya terdapat ke- agar mengetahui keadaan neraka.
terangan dalam bahasa Belanda oleh Setelah sampai di tempat bersema-
Prof. Dr. H. Kern. Meskipun kata- yamnya Batara Yamadipati, ia diper-
katanya banyak yang rusak, tetapi k- lihatkan segala macam hukuman dan
itab ini masih dapat diperbaiki (Poer- nyawa yang disiksa. Ia melihat ka-
batjaraka, 1957:14—15). wah yang sedang dibersihkan untuk
Kunjarakarna karya yang di- Sang Purnawijaya, putera Batara In-
gubah dengan konsep sastra manda- dra, yang sangat besar dosanya.
la dan termasuk kakawin. Kitab ini Oleh karena itu, Kunjarakarna ke-
kepunyaan orang-orang yang ber- luar dari neraka dan mendapatkan
agama Buddha Mahayana. Kitab itu temannya. Ia mengatakan kepada
seperti kitab “Sang Hyang Kama- Sang Purnawijaya bahwa sudah ter-
hayanikan” (Sedyawati dkk, 2001: sedia kawah baginya. Kunjarakarna
32, 439, dan 441). Naskah itu meru- pergi menghadap Sang Wairocana.
pakan teks yang didaktis religius, Ia menerima pelajaran dari Sang
berasal dari zaman Majapahit akhir. Wairocana. Akhirnya, ia dapat me-
Pengarang kakawin Kunjarakarna ruat menjadi seorang manusia yang
adalah Empu Dusun atau penulis da- elok rupanya. Sang Purnawijaya ikut
ri pedalaman. Hal ini dapat menun- menghadap dan diberi pelajaran ju-
jukkan bahwa penciptaan karya sas- ga. Pada waktu ia meninggal, ia ha-
tra Jawa Kuna dan Jawa Pertengah- rus disiksa sampai beratus-ratus ta-
an telah menyebar di masyarakat hun, tetapi kenyataannya hanya nya-
luas. Pada zaman Jawa Kuna terda- wanya masuk kembali ke dalam tu-
pat contoh-contoh tentang cerita-ce- buhnya. Istrinya, Kusuma Ganda-
rita yang berupa saduran dalam ben- wati, masih menunggunya (Poerba-
tuk rangkaian relief. Cerita bauddha tjaraka, 1957:14—15).
gubahan Jawa seperti Kunjarakar- Di dalam manggala Kunjara-
na. Di Candi Jago (dibangun pada karna terdapat keterangan yang
akhir abad ke-13 awal abad ke-14) ditujukan kepada Kunjarakarna
terdapat arca-arca agama Buddha. yang tapa bratanya menyerupai tem-
Cerita Kunjarakarna di sana meru- pat atau medan pertempuran, tempat
pakan cerita buddha, tentang bodhi- keenam musuh atau sadripu dapat
sattwa yang hendak menolong ka- dikalahkan oleh pengetahuannya
290 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang telah disinari atau bodhijnana. lampau. Jalan selatan menuju daerah
Secara lahiriah, ia adalah inkarnasi besi atau lohabhumipattana, dengan
Buddha yang restunya dimohon oleh- pohon-pohon pedang. Sebuah gu-
nya. Penyair memohonkan kesabar- nung yang dibuat dari besi yang me-
an hati para penyair lain yang bijak- nganga dan menutup diri, burung-
sana dan pandai menulis puisi kare- burung yang berekor pisau-pisau be-
na ia berani menggabungkan diri pa- lati dan rerumputan dengan paku-
da rombongan mereka. Di dalam Wi- paku sebagai daun-daunnya. Kunja-
hara Bodhicitta Wairocana diajar- rakarna menyaksikan arwah orang-
kan dharma kepada para Jina Bodhi- orang mati yang disiksa oleh para
sattwa, Bajrapani, dan dewa. Pada pembantu Dewa Yama dan para
waktu yang sama Kunjarakarna me- kingkara dalam aneka bentuk yang
lakukan meditasi Buddha di Gunung mengerikan. Kunjarakarna sangat
Semeru. Hal itu dilakukan dengan terharu karena melihat kejadian itu
harapan dapat dibebaskan dari wa- dan berterima kasih karena Dewa
taknya sebagai setan dalam inkarnasi Yama telah memberi kesempatan un-
berikutnya. tuk menyaksikan hal itu.
Selanjutnya kitab Kunjarakarna Kemudian, Kunjarakarna menu-
mendeskripsikan mengenai keadaan ju ke kediaman Batara Yama. Ia di-
alam. Di samping itu, diceritakan ten- sambut dengan ramah dan diberi ke-
tang Kunjarakarna akan mengun- terangan tentang hakikat kejahatan
jungi Dewa Gotama (Buddha). Se- yang dapat membawa siksaannya
telah mendapat izin untuk mengha- menuju neraka. Kebanyakan orang
dap Wairocana, Kunjarakarna me- menempuh jalan menuju ke neraka,
mohon agar diberi pelajaran menge- sedangkan jalan menuju surga jarang
nai dharma dan penerangan tentang ditempuh orang. Sang dewa juga
bermacam-macam nasib yang di- menjawab pertanyaan Kunjarakarna
alami para makhluk di dunia ini. tentang bagaimana mungkin keada-
Sang dewa memujinya karena ia lain an seseorang yang telah meninggal
daripada yang lain. Sang dewa me- dunia di bumi tetapi masih juga hi-
merintahkan agar Kunjarakarna me- dup dan di neraka nantinya masih di-
ngunjungi daerah para orang yang siksa.
meninggal dunia, yaitu di daerah ke- Kunjarakarna melihat sebuah
kuasaan Dewa Yama. Hal ini dila- periuk besar untuk menyambut ke-
kukan oleh Kunjarakarna. Di tengah datangan seorang pendosa besar.
jalan, ia bertemu dengan dua raksa- Pendosa itu adalah Purnawijaya, ra-
sa, Kalagupta dan Niskala. Kedua ja para gandharwa. Siksaan itu ber-
raksasa itu bertugas untuk menun- langsung selama 100.000 tahun. Hal
jukkan jalan kepada arwah-arwah ini menggoncangkan raksasa lain
yang lewat, entah ke surga atau en- yang masih bersaudara dengan Pur-
tah ke neraka, sesuai dengan per- nawijaya. Ia ingin ikut menikmati ke-
buatan-perbuatan mereka yang telah bahagiaan Purnawijaya di surga Ba-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 291

tara Indra. Ia mau bertobat. Kini ia adanya para hawa nafsu. Kewajiban
semakin ingin untuk kembali ke seorang murid yang dipersembahkan
Wairocana dan menerima pelajaran kepada gurunya. Seorang pria berke-
yang dimintanya. Sebelumnya Kun- wajiban kepada orang tuanya. Se-
jarakarna mendengarkan keterangan orang pemuja berkewajiban terha-
Batara Yama tentang berbagai ma- dap dewanya. Seorang pejuang ber-
cam inkarnasi para pendosa setelah kewajiban untuk memperjuangkan
mereka melunasi siksaannya di ne- pembebasan terakhir. Pembebasan
raka (Zoetmulder, 1974:470—472). itu terjadi apabila seorang pejuang
Kunjarakarna cemas akan nasib membersihkan setiap noda lewat
temannya. Lalu ia menuju ke surga jnana wicesa ‘pengetahuan mulia’.
untuk menceritakan kepada Purna- Akhirnya, manusia tahu bahwa ia
wijaya tentang apa yang dilihat dan adalah inkarnasi dewa. Bahkan, ia
didengarnya. Purnawijaya, raja para sendiri adalah seorang dewa.
gandharwa, terkejut dan kehabisan Ilmu itu sangat rumit. Kalau se-
harapan karena mendengarkan ke- seorang dapat mencapainya, maka
terangan Kunjarakarna. Raksasa ia berhasil menjadi wiku. Ia harus
saudara Purnawijaya itu lalu dina- hati-hati dan tidak boleh membeda-
sihati agar bertabah hati. Bersama bedakan ketiga jalan, yaitu jalan pe-
Kunjarakarna, sang raksasa meng- muja Buddha, pemuja Siwa, dan ja-
hadap Wairocana untuk mohon ban- lan para resi. Wairocana mengajak
tuan agar dapat terhindar dari nasib- mereka untuk lebih dekat karena be-
nya. Ia berpamitan pada istrinya, Ku- liau akan membuka rahasia besar
sumagandhawati. Kepergiannya di- tentang seorang wiku tidak dapat
iringkan sepasukan makhluk surga- mencapai pembebasan terakhir di
wi dan para sahabatnya. dunia, walaupun mereka telah ber-
Mereka berangkat ke Bodhi usaha. Hal itu terjadi karena setiap
(Citta) nirmala. Setelah tiba di sana, aliran menganggap bahwa dewanya
mereka menghormati Wairocana se- lebih unggul daripada dewa-dewa
bagai mahadewa. Mereka mohon lainnya. Para Buddhis menghormati
anugerah agar dharma jatuh kepada kelima Buddha, para resi menghor-
mereka. Permohonan mereka dika- mati kelima Kusika, para Siwais
bulkan. Wairocana menerangkan menghormati kelima manifestasi
bahwa adanya manusia di dunia ini Siwa. Setelah menyamakan jina
karena persatuan antara seorang pria (Wairocana, Aksobhya, Ratna Sam-
dan perempuan. Tubuhnya terjadi ka- bhawa, Amitabha, dan Amoghasid-
rena adanya kelima unsur yang ber- dhi). Hal itu diurutkan menurut urut-
kaitan dengan kelima atma atau ji- annya. Kelima Kusika, antara lain
wa. Pertumbuhan anak terjadi kare- Patanjala, Mahakusika, Garga, Me-
na bimbingan orang tuanya. Mara- tri, dan Kurusya). Kelima dewa Si-
bahaya yang mengancam manusia waisme, antara lain Siwa, Iswara,
adalah adanya enam musuh, yaitu Brahma, Mahadewa, dan Wisnu. Ia
292 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menamatkan pelajarannya dengan ta-senjata serta alat penyiksa mereka


pernyataan resmi, yaitu “Aku Wai- tak berdaya, maka mereka melapor-
rocana yang merupakan Buddha dan kan kepada Batara Yama. Sang dewa
Siwa dalam bentuk yang dapat di- berusaha melihat kebenaran berita
lihat. Mereka adalah guru semesta itu. Di sana ia mendengar dari Pur-
alam dan oleh karena itu di mana- nawijaya bahwa keajaiban itu terjadi
mana Wairocana dikenal dengan na- karena rahmat Wairocana serta ke-
ma Bhatara Guru, yang menembus saktian ilmu yang diajarkan kepada-
semua dunia, dewa tertinggi (Zoet- nya. Jiwa Purnawijaya kembali ke
mulder, 1974:472—473). tubuhnya. Seolah-olah ia terbangun
Setelah pelajaran tentang dhar- dari tidurnya. Kusumagandhawati
ma (dharmadesana) selesai, Kunja- gembira karena ia dan suaminya ber-
rakarna mohon diri untuk menekuni satu lagi, tetapi kegembiraannya ber-
tapa brata dengan lebih khusyuk ubah menjadi kekecewaan. Hal itu
lagi. Purnawijaya tidak ikut. Ia me- terjadi karena suaminya memberi ta-
nanyakan tentang cara meloloskan hu bahwa suaminya akan menemani
diri dari siksaan di neraka. Wairo- Kunjarakarna untuk bertapa. Ia me-
cana menjawab bahwa ia tidak dapat nangis karena nasibnya. Purnawi-
dibebaskan dari kematian. Ia akan jaya hanya sebentar untuk menghi-
meninggal dalam tidurnya dan pen- burnya, yaitu ia memperlihatkan ka-
deritaannya hanya akan berlangsung sih sayangnya.
selama sembilan hari. Pada hari berikutnya, ia berang-
Raja Purnawijaya kembali kepa- kat. Ia ditemani gandharwa ‘dewa
da istrinya, lalu menerangkan kepa- berupa raksasa’ dan widyadhari ‘bi-
da mereka tentang apa yang akan ter- dadari’. Mereka menghormati Wai-
jadi. Setelah ia berpesan agar istri- rocana dengan sembah sujud. Di Bo-
nya menantikan kembalinya pada dhicitta para dewa berkumpul untuk
hari yang kesepuluh. Ia tertidur dan menghadiri upacara dewapuja. Para
meninggal dunia. Istrinya bimbang makhluk surgawi pandai bernyanyi
karena ditinggalkan bersama dengan dan membunyikan alat-alat musik,
jenazah suaminya. Ia mengungkap- sedangkan para bidadari memamer-
kan rasa sedihnya dalam suatu ra- kan kecantikannya. Batara Yama se-
tapan. Arwah Purnawijaya diangkat bagai juru bicara para dewa. Ia mo-
oleh para kingkara dan dimasukkan hon kepada raja Jina untuk mene-
ke dalam periuk. Ia melakukan sa- rangkan tentang bagaimana suatu
madhi sehingga ia hampir tidak me- siksaan yang seberat itu hanya dise-
rasa sakit. Pada hari ketiga, periuk lesaikan dalam beberapa hari saja.
itu pecah dan berubah menjadi se- Wairocana bercerita tentang ki-
buah manikam dalam bentuk bunga sah Muladhara yang menghabiskan
teratai. Pohon-pohon pedang men- harta kekayaannya untuk yayasan-
jadi parijata-parijata. Para algojo yayasan keagamaan serta derma-
Batara Yama, melihat bahwa senja- derma, tetapi untuk yang hatinya pe-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 293

nuh kejahatan dan kesombongan. ganjaran di surga, kenapa tidak pem-


Ada sepasang suami dan istri yang bebasan sempurna. Hal ini dapat di-
bernama Utsahadharma dan Sudhar- capai dengan punya yang lebih luhur
mika, mereka mempergunakan harta sifatnya, yaitu dengan cara mencapai
kekayaannya untuk berbuat baik. pencerahan sempurna. Menjalankan
Mereka diusir oleh Muladhara dari tapa dapat mendekatkan diri dengan
rumahnya. Karena terjadi begitu, pencerahan itu, asal hal itu tidak di-
maka mereka menjalankan kehidup- lakukan dengan maksud untuk me-
an sebagai pertapa di pegunungan. nambah kebahagiaan material. Oleh
Pada waktu mereka meninggal du- karena itu, Purnawijaya dan istrinya
nia, mereka belum mampu mencapai menjalani nasihat itu di Gunung Se-
pembebasan sempurna karena me- meru. Ia memberi tahu bawahannya
reka masih terikat oleh perbuatan- di sorga bahwa ia mengundurkan diri
perbuatan baik yang bersifat lahiri- dan memerintahkan agar mereka
ah. Namun, mereka dapat menjadi kembali ke surga. Mereka mema-
Batara Indra dan Soci di surga. Mu- tuhinya, walaupun dengan sedih hati
ladhara menerima pahalanya. Ia di- karena kehilangan raja yang baik se-
angkat menjadi Purnawijaya, raja kali. Berkali-kali para apsari ‘bida-
para gandharwa. Di samping itu, ia dari’ dengan keadaan rindu pada ma-
disiksa lebih lama di neraka karena sa silam, membaca kembali puisi-
kejahatannya, tetapi siksaan itu di- puisi cinta yang ditinggalkannya.
perpendek menjadi beberapa hari sa- Purnawijaya dan Kusumagandha-
ja tanpa banyak menderita. Hal itu wati melakukan tapa Mahayana (se-
dapat terjadi karena kesaktian yang bagai Mahayana dan mahayani) se-
terpancar dari ajaran suci. Purnawi- hingga mereka mencapai pembebas-
jaya telah menerima pengetahuan an di surga Jina. Kunjarakarna telah
mengenai ajaran itu bersama dengan mendahului mereka untuk ke sana.
Karnagotra, mantan ahli bangunan-
nya. Ia dilahirkan kembali sebagai kunthi
Kunjarakarna. Ia memetik hasil pe- Majalah umum berbahasa Jawa
lajaran sebagai seorang pertapa un- Kunthi terbit pafa tahun 1970, di Ja-
tuk menuju pembebasan yang sem- karta. Seperti majalah berbahasa Ja-
purna. Para dewa pun dapat men- wa pada umumnya, majalah Kunthi
capai tujuan yang sama, dengan cara memiliki rubrik umum dan rubrik
mereka harus tekun menghormati khu_sus sastra. Rubrik-rubrik sastra
dharma ‘kebajikan’suci itu. di Kunthi ialah “Crita Cekak”, “Gu-
Setelah menerima tegoran yang ritan”, “Pedhalangan”, dan “Esai/
bermanfaat itu, para dewa pun pergi. Panglimbang”. Sayang, majalah ini
Selanjutnya, Wairocana menerang- hanya satu tahun terbit.
kan kepada Purnawijaya, yaitu ten-
tang bagaimana perbuatan lahiriah
yang baik hanya dapat menghasilkan
294 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kuswahyo s.s. rahardjo Dalam menekuni dunia sastra


(1954—) Kuswahyo SS Rahardjo telah meraih
Kuswahyo SS Rahardjo lahir di beberapa penghargaan, di antaranya,
Yogyakarta pada 31 Oktober 1954. menjadi juara I dalam lomba pen-
Sejak lulus SLTA, dan ketika sedang ciptaan puisi yang diselenggarakan
mengikuti pendidikan Brahmancakti oleh Himpunan Polemologi Media
Cultural Guide for Tourist (1974), Indonesia (1989), menjadi runner up
ia telah aktif bermain teater dan men- Third Hampton International Poe-
cipta lagu. Bahkan, saat itu sambil try Contest, New York (1989), dan
bermain teater ia juga mengamenkan menjadi juara I dalam lomba penu-
lagu-lagu ciptaannya. Di sekitar ta- lisan cerkak yang diselenggarakan
hun 1974 hingga 1980 ia menjadi oleh majalah Praba Yogyakarta
guide (pemandu wisata) dan sejak (1993). Dan hingga kini, lelaki yang
tahun 1982 hingga sekarang ia be- bertempat tinggal di Krapyak Wetan
kerja sebagai staf di Program Pas- 422, Sewon, Bantul, Yogyakarta, ini
casarjana Universitas Gadjah Mada telah mengantologikan sejumlah kar-
Yogyakarta. yanya dalam buku Suara Bawah Ta-
Karier kepengarangan Kuswah- nah, Kaliboyong, Sang Waktu,
yo SS Rahardjo dimulai pada awal Sejuta, Nirwana, dan Pagelaran.
tahun 1970-an. Karier itu semakin
berkembang setelah ia (tahun 1974) kyai asnawi hadisiswojo
bergabung dengan PSK (Persada Pengarang ini tinggal di Solo,
Studi Klub) pimpinan Umbu Landu dengan nama lengkap Kyai Asnawi
Paranggi yang bermarkas di Jalan Hadisiswojo. Ia adalah seorang guru
Malioboro Yogyakarta. Pada awal- agama di HIK (Hollands Inlandse
nya ia hanya menulis sastra dalam Kweek School) Muhammadiyah di
bahasa Indonesia, tetapi pada per- Kleco, Surakarta. Ia memang senang
kembangan berikutnya ia juga me- menulis cerita, terutama cerita per-
nulis sastra dalam bahasa Jawa. cintaan dan detektif. Selain sebagai
Hingga sekarang (sejak 1972) karya- pengarang sastra Jawa (jenis fiksi
karyanya berupa puisi, cerpen, nove- cerpen dan cerita detektif), dia juga
let, novel, dan artikel telah dimuat dikenal sebagai pemilik majalah
di berbagai media massa (majalah hiburan berbahasa Jawa Purnama,
dan koran) seperti Masa Kini, Ber- yang terbit di Solo pada masa sebe-
nas, Kedaulatan Rakyat, Jawa Pos, lum kemerdekaan, tepatnya sebelum
Minggu Pagi, Buana Minggu, Yu- kedudukan Jepang di Tanah Air. Sa-
dha Minggu, Swadesi, Mutiara, yang sekali, ketika Jepang masuk ke
Kartini, Pelita, dan sebagainya. Indonesia, seperti halnya majalah-
Bahkan, ia juga sering menerjemah- majalah berbahasa daerah lainnya
kan puisi dan cerpen berbahasa Ing- pada waktu itu, majalah Purnama
gris ke dalam bahasa Indonesia dan ini dibredel.
dimuat di Pelopor Yogya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 295

Pengarang ini sangat rajin menu-


lis karya sastra di majalah yang di-
asuhnya itu, Purnama. Oleh karena
itu, selain dengan nama Kyai Asna-
wi, ia juga memiliki nama samaran
Kyai X, untuk mengurangi populari-
tas nama aslinya di majalah hiburan
Purnama itu.
296 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

l
lagu dolanan luhur pada waktu hidupnya di dunia
Lagu dolanan adalah puisi Jawa fana, yang diproyeksikan di dalam
tradisional yang sering dinyanyikan kelir. Boneka wayang kulit masing-
anak-anak untuk mengiringi per- masing memperlambangkan para le-
mainan yang mereka selenggarakan. luhur itu. Demikian anggapan orang
Puisi jenis ini tidak diikat oleh per- pada permulaan zaman purbakala.
aturan khusus. Puisi yang berbentuk Yang dilukiskan pada umumnya me-
lagu dolanan anak-anak merupakan liputi hal-hal yang bersifat saleh atau
puisi bebas. Dalam perkembangan- mulia. Pada waktu Hindu berkuasa,
nya, lagu dolanan anak-anak itu di- konsep tentang leluhur itu sedikit de-
sebut dengan nama geguritan tradi- mi sedikit terdesak ke samping. Satu
sional Jawa. demi satu diganti dengan nama-na-
ma pahlawan dari India seperti da-
lakon lam Mahabharata atau Ramayana
Lakon adalah ragam sastra da- sehingga lakon asli sukar ditemukan
lam bentuk dialog yang dimaksud- kembali. Lambat-laun para pahla-
kan untuk dipertunjukkan di atas wan itu diadopsi oleh bangsa Jawa.
pentas. Lakon berasal dari pangkal Beberapa lakon lainnya berciri asli
kata laku, yang berarti sesuatu yang antara lain lakon Watu Gunung, Mi-
sedang berjalan atau sesuatu “peris- kukuhan, Si-Maha Punggung, dan
tiwa”, ataupun gambaran atau sifat sebagainya. Cerita wayang kulit di-
kehidupan manusia sehari-hari. Oleh bagi dalam dua kelompok, yaitu (1)
karena itu, lakon yang dipertunjuk- Lakon pokok yang juga dinamakan
kan itu merupakan salah satu pokok pula lakon adhapur, lakon jejer,
acara terpenting dalam suatu pertun- lakon lugu. Lakon-lakon tersebut di-
jukan wayang kulit. Lakon adalah susun atas adat atau tradisi tertentu,
pertunjukan wayang kulit yang pada misalnya Lakon Pandu lahir; (2)
hakikatnya dapat memberi pelajaran Lakon carangan ‘gubahan baru’.
sikap para penonton. “Berisi” atau Lakon carangan disusun tidak ber-
tidaknya lakon sangat tergantung dasarkan cerita yang “resmi”, tetapi
pada sikap kesenian, kecakapan, ke- dengan “personalia” lakon pokok,
tangkasan (teknik) memainkan, da- misalnya, Lakon Jaladara Rabi, La-
lam berbagai keadaan bahkan “meng- kon Pendawa hapus, Lakon Per-
hidupkan” boneka wayang kulit, ke- giwo-Pergiwati.
cerdasan, budi-pekerti, pengetahuan
umum dalang. lambang
Pada asasnya sesuatu lakon Kadang-kadang orang menyebut
menggambarkan kehidupan para le- lambang dengan istilah pralambang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 297

yang bersinonim dengan pralampita, nga melati’, dan kembang


pasemon atau prasemon. Istilah lam- sruni ‘bunga sruni’. Tujuh
bang berarti tanda yang di dalamnya macam jamuan itu dirasakan
terkandung makna tertentu. Tanda oleh Sri Jayabaya sebagai
tersebut dapat berupa barang, gam- lambang akan timbulnya ke-
bar, warna, dan bahasa. rusuhan dalam negara Kedi-
(1) Lambang berupa barang ri. Oleh karena itu, Ajar Su-
(a) Lambang perdukunan brata dibunuh oleh Sri Ja-
Dalam dunia perdukunan yabaya.
sering muncul lambang be- (2) Lambang berupa gambar
rupa barang-barang tertentu Gambar tertentu dapat diinter-
yang memiliki arti tertentu pretasikan memiliki makna ter-
pula, misalnya tentu pula. Lambang berupa gam-
(1) Adas pala-waras ‘rem- bar dapat dibedakan atas tiga ma-
pah-rempah’ = si sakit akan cam.
segera waras ‘sembuh’; (a) Lambang hawa nafsu
(2) Pupus pisang ‘daun pi- (1) Dasamuka = lambang
sang yang belum mekar atau amarah ‘nafsu ketamakan’
daun kuncup’ = keluarga si (2) Kumbakarna = lambang
sakit harus mupus ‘pasrah’ aluamah ‘keinginan makan
bahwa si sakit akan lampus dan tidur’
‘mati’; (3) Sarpakenaka = lambang
(3) Kemul latar putih ‘kain supiyah ‘nafsu asmara’
selimut yang berdasar kain (4) Wibisana = lambang mut-
putih’ = si sakit akan mening- mainah ‘nafsu kebajikan/ke-
gal dan dibungkus kain putih adilan’
atau kafan. (b) Lambang pakarti ‘perbuat-
(b) Lambang Ajar Subrata an’
Sri Jayabaya mempunyai te- Jenis lambang ini dapat di-
man berguru bernama Ajar bedakan menjadi dua ma-
Subrata. Pada suatu hari ke- cam:
tika Sri Jayabaya dan anak- (1) laku ngiwa ‘tindakan ke
nya selesai mengantar guru- arah kiri’ = mengerjakan tin-
nya kemudian singgah ke dakan yang tidak baik
tempat Ajar Subrata. Di sa- (2) laku nengen ‘tindakan ke
na disajikan tujuh macam ja- arah kanan’ = mengerjakan
muan untuk Sri Jayabaya, tindakan yang baik/luhur
yaitu: kunir ‘kunyit’, jadah (c) Lambang ilmu gaib/kesem-
‘juadah’, geti ‘makanan yang purnaan kematian
dibuat dari campuran gula’, Lambang ini terwujud dalam
kajar ‘nama daun’, bawang gambar semar yang di da-
putih, kembang melathi ‘bu- lamnya terdapat tulisan Ja-
298 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wa. Huruf Jawa tersebut ber- Jenis lambang ini misalnya


bunyi yang diwujudkan dalam tem-
Baja sira arsa mardi ka- bang berikut ini.
mardikan
Away samar sumingkiring PANGKUR
dur-kamurkan Poma ywa nganti kawuntat
Tulisan Jawa tersebut mengan- para priya mamrih utameng urip
dung arti: “Jika ingin memiliki ngulatana nganti antuk
jiwa yang merdeka, janganlah lima praboting gesang
terlalu mengangungkan kedunia- yeku wisma curiga tan kena
an”. kantun
(3) Lambang dengan warna kukila miwah wanita
Warna merah melambang- ganepe lima ‘turanggi’
kan berani, putih melam-
‘Jangan sampai ketinggalan
bangkan suci, dan kuning
para lelaki agar mencapai keuta-
melambangkan keluhuran.
maan hidup
Bagi orang Barat, warna me-
perhatikan sampai dapat
rah melambangkan berani,
lima kelengkapan hidup
putih melambangkan suci,
yaitu rumah dan senjata tak boleh
kuning melambangkan ben-
ketinggalan
ci, hijau melambangkan ha-
burung dan wanita
rapan, dan biru melambang-
. kuda sebagai kelengkapan ke-
kan kesetiaan. Dalam dunia
lima.’
kebatinan/ilmu gaib lam-
bang warna mempunyai in- Lambang tersebut dapat dite-
terpretasi makna tertentu rangkan seperti berikut ini.
pula. Misalnya, warna me- (1)wisma ‘rumah’ = pria itu ha-
rah=bermakna amarah ‘ke- rus bersifat sabar dan pemaaf
tamakan’; warna hijau/bi- (2)curiga ‘keris’ = pria itu ha-
ru=bermakna aluamah ‘ma- rus berbudi yang baik
kan dan tidur’; warna ku- (3)kukila ‘burung’ = pria itu ha-
ning=bermakna supiyah ‘as- rus halus bicaranya
mara’; warna putih = ber- (4)wanita ‘wanita’ = pria itu
makna mutmainah ‘suci’. harus halus tingkah lakunya
(4) Lambang dengan bahasa/ (5)turangga ‘kuda’ = pria itu
kata harus bersemangat dan keras
Lambang yang diwujudkan hati
dengan bahasa/kata itu da-
pat mencakupi beberapa ma- (b)Lambang zaman
salah. Lambang zaman ini dicipta-
(a) Lambang keutamaan kan oleh pujangga untuk
watak/tingkah laku menggambarkan keadaan
zaman tertentu. Lambang za-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 299

man yang sering diperguna- ram, raja beserta rakyatnya


kan terdiri atas tujuh buah senang berlatih keprajuritan.
seperti berikut ini. 6) Kalajaya (zaman Wanakar-
1) Anderpati Kalawisesa (lam- ta)
bang zaman Pajajaran). 7) Kalabendu (tidak secara je-
Anderpati=tidak takut mati las menggambarkan zaman
Kalawisesa= Batara Guru, kerajaan mana dan siapa ra-
Hyang Siwa janya), Kala= zaman; Ben-
Pada zaman Pajajaran rakyat du= marah. Kalabendu =
memeluk agama Siwa dan zaman tertentu ketika orang-
mereka itu berani membela- orang dimarahi Tuhan kare-
nya sampai titik darah peng- na melakukan tindakan yang
habisan. tidak baik.
2) Rajapati Dewanata (lam-
bang zaman Majapahit) (c) Lambang praja/negara
Lambang ini dibuat oleh pu-
Rajapati= maharaja
jangga untuk melambangi ra-
Dewanata = raja yang dide-
ja negara tertentu. Jenis lam-
wa-dewakan
Raja pada zaman Majapahit bang ini terdiri atas 18 buah
dan yang akan dijadikan con-
seperti dewa saja dan tanah
toh berikut ini sebanyak lima
jajahannya sampai ke luar
buah.
Nusantara.
3) Adiyati Kalawisaya (lam- (1)Catur- rana semune sagara
asat
bang zaman Demak )
catur = empat
Adiyati = pendeta besar,
rana = perang
misalnya para wali
Kalawisaya = Batara Guru sagara = harta benda
asat = habis
rajanya dewa
Lambang negara/praja terse-
Raja Demak bersifat seperti
but bermakna empat orang
wali, mereka naik singgasa-
na juga atas dukungan para raja (Singasari, Urawan, Ke-
diri, dan Jenggala) yang te-
wali.
rus-menerus berperang se-
4) Kalajangga (zaman Pajang)
hingga harta benda negara
Kalajangga = Batara Asma-
ra habis.
(2)Kalabendu semune Sema-
Raja pada zaman Pajang su-
rang lan Tembayat
ka bermain asmara.
Lambang Pangeran Dipone-
5) Kalasakti (zaman Mataram)
Kalasakti= Batara Wisnu goro ketika mulai melaku-
kan perlawanan terhadap
yang berwatak prajurit se-
Kompeni.
nang memayungi kedamaian
(3) Macan galak semune curi-
dunia. Pada zaman Mata-
ga kethul
300 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

macan = hariamau yang bermakna bahwa Su-


galak = ganas nan Mangkurat itu suka
semune = tampaknya mengganggu wanita.
curiga = senjata tajam
(keris) lastri fardani
kethul = tumpul Pengarang ini lahir di Yogyakar-
Lambang tersebut dipergu- ta pada 3 Desember 1941. Ia pernah
nakan untuk melambangi ne- mengikuti kuliah di Fakultas Ilmu Bu-
gara Majapahit. Sang Prabu daya Gadjah Mada, di Jurusan Sas-
Brawijaya itu merupakan tra Inggris. Akan tetapi, sejak me-
raja yang terkenal, tetapi pu- nikah dengan Jaksa Agung Sukarton
tra-putranya dan para pung- Marmosoejono, S.H. (meninggal ta-
gawa kerajaan perasaannya hun 1990), ia menetap di Jakarta, se-
tumpul pada keindahan sas- mula di Kemang Raya (perumahan
tra. dinas pejabat tinggi), selanjutnya ia
(4)Lunga perang putung wa- kembali ke rumah pribadi di Keba-
tange yoran Baru.
lunga = pergi atau berang- Ia mengawali karirnya sebagai
kat pengarang sejak duduk di bangku
perang= berperang kuliah karena kebetulan. Ia bersama-
putung = patah an waktu (satu angkatan) dengan Al-
watange = tangkai/batang marhumah Th. Sri Rahayu Prihatmi,
tombak tetapi Prihatmi mengambil jurusan
Lambang demikian itu diper- Sastra Indonesia. Keduanya menga-
gunakan sebagai lambang wali menulis sastra dengan cerpen
raja (sultan) Demak yang (cerkak) berbahasa Jawa. Dalam sas-
menaklukkan para bupati tra Jawa, ia tidak seproduktif Th. Sri
lain yang masih beragama Rahayu Prihatmi, Eny Sumargo, dan
Budha. Dalam proses perang Toet Sugiyarti Sayogya. Meskipun
penaklukan itu para wali De- demikian, beberapa cerpennya juga
mak banyak yang tewas di dapat dijumpai di majalah berbahasa
medan perang. Jawa Mekar Sari, Dharma Nyata.
(5)Lung gadhung semune rasa
anglikasi latar
lung gadhung = daun ga- Dalam Bausastra Jawa istilah ini
dung yang merambat ditandai dengan huruf kn, yang berarti
semune = tampaknya istilah kuna. Dalam buku itu disebut-
rara = wanita kan bahwa “latar” (kn) itu memiliki
anglikasi = mengikal beberapa pengertian, dan ada dua di
Sunan Mangkurat, Putra antara pengertian-pengertian itu yang
Pakubuwana I, dilambangi dekat dengan sastra ialah (1) peka-
dengan lambang tersebut rangan sangareping omah ‘halaman
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 301

di depan rumah’, yang bila ditambah rang modern harus mengenal betul
imbuhan pe-an menjadi pelataran realitas latar yang dipilihnya. Peng-
yang berarti latar sing jembar ‘ha- gambaran latar yang digarap dengan
laman depan rumah yang luas’ dan teknik yang bagus akan memberikan
(2) dhasaring warna ing bathikan kesan akrab dan menarik. Di tangan
‘warna dasar pada kain batik’. Se- seorang pengarang yang matang da-
cara implisit kedua pengertian itu — lam penulisan fiksi seperti —Esmiet,
terutama yang kedua— mengacu ke- Tamsir AS, Satim Kadarjono, Sudar-
pada pengertian “dasar dari sesuatu/ mo K.D., Suryadi W.S., Tiwiek S.A.,
benda yang berada di atasnya”. Da- dan Suparto Brata, misalnya— se-
lam istilah fiksi (baik dalam sastra buah karya fiksi dapat menyenang-
tradisional maupun sastra modern), kan, antara lain karena penggambar-
kata “latar” digunakan untuk menye- an latar yang menarik. “Latar” bu-
but/menamai “tempat berpijak, atau kanlah unsur yang berdiri sendiri da-
tempat terjadinya suatu kejadian/pe- lam bangunan sebuah fiksi. Akan te-
ristiwa”. Dalam sastra Inggris istilah tapi, karena sebuah bangunan fiksi
“latar” itu bersinonim dengan setting, merupakan sebuah totalitas yang
yang dalam pengertian sastra jenis utuh, maka penggarapan latar cerita
fiksi merupakan salah satu dari 3 fak- selalu berkaitan dengan unsur struk-
ta sastra (literary facts) yang penting, tur yang lain, yaitu paraga ‘tokoh’,
secara implisit menjadi bagian pen- dan alur cerita. Kutipan latar dalam
ting dari struktur pembangunnya. novel Tunggak-tunggak Jati (1977:
Sebenarnya, “latar” mencakupi 7—8) karya Esmiet berikut menun-
pengertian yang amat luas, tidak ter- jukkan keterkaitan latar tempat —
batas pada penunjukan nama tempat yang berupa hutan jati di Jawa Ti-
atau letak geografis, tetapi juga da- mur- dengan beberapa tokoh penting
pat berupa iklim tertentu, atau ling- di daerah itu.
kungan budaya tertentu di suatu tem- Gubug iku ana ing tengah alas
pat terjadi peristiwa. Baik nama ko- gundhul. Dhek emben, alas iku
ta, situasi kota, letak geografis, iklim, digantas Lan dhek wingi lagi
dan budaya yang digelar sebagai “la- dibabat. Ambune grumbul ko-
tar” cerita atau kejadian akan menjadi bong kayu-kayu gapuk wor suh
bagian penting sebuah cerita. karo ambune tunggak-tunggak
Latar dalam tradisi sastra lama, jati sing mentas mambi pecok,
pada umumnya, bersifat imajiner, ti- marahi wong lanang sing ana
dak berpijak pada dunia nyata. Se- njero gubug iku bola-bali wa-
baliknya, pada tradisi sastra modern, hing…
penggambaran latar didekatkan de- Tangane sraweyan nyableki le-
ngan dunia nyata (realita) sehingga mut sing tansah tlaten njiwiti le-
menuntun pembaca untuk seakan- ngene, pipine, lan kentole. Ma-
akan menjadi bagian dari “dunia fik- lah ana sing kurang ajar menclok
si”. Oleh karena itu, seorang penga- ing pucuking irung.Dheweke
302 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ketara anyel karo lemut alasan kan ada yang kurang ajar hing-
iki. Jalaran irunge Ir. Karmodo gap di ujung . Dia tampak jeng-
iki irung pethingan. Sulasmi, kel dengan nyamuk hutan ini.
mitra sekolahe, tau kedanan Sebabnya hidung Ir. Karmodo
dheweke jalaran irung iki. Lha itu hidung istimewa. Sulasmi, ka-
kok dina iki irung kuwi kanggo wannya sekolah, pernah tergila-
hyap-hyapan dening lemut. gila padanya karena hidung itu.
Nanging, Karmodo isih durung Sialnya, hari ini hidung itu untuk
gelem lunga saka panggonan hinggap nyamuk. Tapi, Karmo-
iku. Ana sing dienteni. Ana sing do masih belum mau pergi dari
diarep-arep tekane. tempat itu. Ada yang ditunggu
…. datangnya.
Kupinge dipasang lan bedhile ….
enggal diselehake. Sedhela eng- Kupingnya dipasang dan bedil-
kas ana sepedha motor Honda nya diletakkan. Sebentar kemu-
Benly nyedhaki jip plat abang dian ada sepeda motor Honda
iku. Banjur katon ana setengah Benly mendekati jip pelat merah
tuwa mlayu-mlayu nyedhaki gu- itu. Kemudian tampek Orang se-
bug. Tekan ngarepe Karmodo, tengah tua berlari-lari mendekati
wong iku uluk salam. gubug. Sampai di depan Karmo-
“Sugeng siang, Pak.” do, orang itu mengucapkan sa-
“Sugeng,” wangsulane Karmo- lam,
do cekak. “Selamat siang, Pak.”
“Kula Kaudin, Pak,” kandhane “Siang,” jawab Karmodo sing-
wong iku karo mapan lungguh kat.
ing ngarep gubug. “Saya Kaudin, Pak,” kata orang
“Panjenengan kepala mandhor itu sambil duduk di depan gu-
ngriki?” bug.
…. “Anda kepala mandor di sini?”
….’
‘Gubug itu berada di tengah hu-
tan gundul. Kemarin dulu hutan Kutipan pendek di atas menun-
itu dikurangi cabangnya dan ba- jukkan deskripsi dari sebagian hutan
ru kemarin ditebang..Bau semak jati sebagai latar, yang ditandai de-
terbakar dan kayu lapuk menya- ngan pokok-pokok jati, gubug para
tu dengan bau tonggak-tonggak penjaga hutan, dan nyamuk-nyamuk
jati yang baru saja ditebang, mem- hutan yang ganas. Selanjutnya, pe-
buat lelaki muda yang berada di ngarang menguatkan latar itu dengan
dalam gubug itu berkali-kali ber- pemilihan tokoh-tokoh di daerah itu
sin. Tangannya menggapai-ga- yang memiliki hubungan dengan la-
pai mengusir nyamuk yang se- tar, misalnya Karmodo sebagai Ir.
lalu telaten mencubiti. Tangan- Kehutanan yang baru diangkat seba-
nya, pipinya, dan betisnya. Bah- gai kepala wilayah Perhutani itu, ser-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 303

ta Kaudin sebagai salah satu mandur Boeloe, Tan Poet, Max Moe, Liamsi,
di salah satu daerah kekuasaan Kar- Sri Sowsinah, Sri Koesnapsijah,
modo. Soeprapti, Rr. Koestijah, dan Loem
Min Noe. Banyak sekali dari nama-
liesty a.s. (1968— ) nama tersebut yang sulit diidentifi-
Nama aslinya Sulistyarini A.S. kasi nama aslinya, seperti nama-na-
Tetapi, dalam karya-karyanya, pe- ma Zilvervos, Max Moe, Tan Poet,
ngarang wanita ini sering menggu- Sambo, Prasmo, J. De O’Hsam, dan
nakan nama samaran Liesty A.S. Loem Min Noe.
Pendidikan terakhirnya Jurusan Ba- Pengarang yang disebut terakhir
hasa dan Sastra Jawa FPBS IKIP itu memiliki nama yang mirip atau
(sekarang Universitas) Negeri Yog- sangat dekat dengan nama Tionghoa.
yakarta. Mulai menulis sejak men- Ia aktif menulis antara akhir tahun
jadi mahasiswa dan lebih aktif lagi 1930-an sampai dengan awal tahun
ketika bergabung dengan Sanggar 1940-an, tepatnya sampai dengan
Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY). Se- tahun 1941. Pada tahun-tahun ter-
lain banyak menulis guritan dan di- sebut tidak hanya nama Loem Min
kirimkan ke berbagai majalah ber- Noe saja yang menunjukkan kemi-
bahasa Jawa di Yogyakarta (Djaka ripan nama dengan nama Tionghoa
Lodang, Mekar Sari, dan Pagagan), atau Cina karena pada waktu itu ba-
ia juga sering menulis artikel budaya nyak nama lain dalam dunia sastra
dan seni. Kini ia menjadi guru di se- Jawa yang menunjuk nama seperti
buah SMP di Kabupaten Gunungki- itu, misalnya Tan Koen Swie (Kedi-
dul, Yogyakarta. ri) dan Sie Dian Ho (Semarang). Di
Di tengah-tengah kesibukannya samping itu, beberapa nama lain juga
mengajar, pengarang yang juga pan- menunjukkan identitas semacam itu,
dai menari dan menabuh gamelan ini seperti Tjak Iem, Max Moe, Oom Ju,
masih terus menulis. Banyak tulisan- Tan Poet, dan Lie Am Sie (Liamsi).
nya, terutama guritan, telah dibuku- Sebagian besar nama-nama tersebut
kan bersama dalam antologi Pangi- dapat diidentifikasi sebagai nama sa-
lon (FKY VI tahun 1994) dan Pesta maran pengarang pria, seperti Tjak
Emas Sastra Jawa DIY (FKY VII Iem adalah Iman Soepardi dan Lie
tahun 1995). Kini ia tinggal di Kelor, Am Sie (atau Liamsi adalah kebalik-
Karangmojo, Gunungkidul, Yogya- an dari nama Ismail). Tiga nama yang
karta 55891. lain, yaitu Max Moe, Tan Poet, Oom
Ju dan Loem Min Noe memang ma-
loem min noe sih sulit diidentifikasi.
Sejak tahun 1930-an sejumlah Suripan Sadi Hutomo pernah
nama cerpenis baru mulai bermun- menegaskan bahwa Loem Min Noe
culan, seperti Sambo, Pangripta, adalah mana Tionghoa asli, atau
Prasmo, Djoko Baloeng, Zilvervos, setidaknya nama seorang keturunan
Kenja Bre Tegawangi, Tjah Alas Tionghoa. Menurutnya, pengarang
304 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

itu bukan asli dari Jawa Timur, tetapi masyarakat mulai digantikan oleh
dari Jawa Tengah, dan ia bekerja di bahasa Indonesia. Dengan tiga alas-
pabrik gula Jatiroto, Pasuruan, Jawa an tadi nama Loem Min Noe sema-
Timur. Akan tetapi, pendapat tentang kin jelas sebagai nama samaran.
etnis pengarang itu diragukan oleh Menurut Dojosantoso, Loem
Widati, terutama setelah mendapat Min Noe ialah nama samaran Poer-
informasi dari Dojosantosa (2000) wadhie Atmodihardjo. Alasannya ka-
dengan membuktikannya melalui su- rena pengarang itu adalah salah satu
dut pandang kultural. Dari sudut pengarang Jawa periode kemerdeka-
pandang ini Loem Min Noe bukan an yang sudah aktif menulis sejak
orang Tionghoa asli atau keturunan masa kolonial, dan mempunyai na-
Tionghoa, tetapi orang Jawa yang ma samaran yang banyak, seperti Sri
menyamarkan nama dirinya dengan Ningsih, Prabasari Laharjingga, Har-
nama Tionghoa. Alasan pertama ada- ja Lawu, Ki Dhalang Dhengklung,
lah pada tradisi atau sistem pena- Sri Juwarsiyah, Abang Istar, dan be-
maan Tionghoa, yang menunjukkan berapa nama lainnya. Selain alasan
kejanggalan dan ketidaksesuaiannya pertama itu, Poerwadhie Atmodihar-
dengan kebiasaan penamaan Tiong- jo juga dikenal sebagai pengarang Ja-
hoa. wa yang amat luas daerah jelajah-
Alasan kedua adalah tinjauan nya. Selain itu, tempat lahir penga-
dari tradisi sosial masyarakat Tiong- rang ini ialah Purwodadi, Jawa Te-
hoa, yang pada umumnya jarang ngah. Namun, ia dibesarkan di Pa-
atau hampir tidak banyak muncul di ron, Jawa Timur. Ia sering berpindah-
dalam jajaran sastra Jawa. Pertama, pindah kerja, yaitu dari Madiun ke
secara umum, masyarakat Tionghoa Kudus, ke Surabaya, lalu kembali ke
datang ke Nusantara ini untuk ber- Jawa Tengah. Menurutnya, penga-
dagang. Dengan demikian, misi me- rang ini memang sudah memulai ka-
reka di bidang apapun termasuk di rirnya sejak prakemerdekaan, yang
bidang kebudayaan adalah untuk ke- secara terbuka mulai muncul dalam
pentingan mencari keuntungan. Itu- Panji Pustaka edisi bahasa Jawa (za-
lah sebabnya, sebagian besar etnis man Jepang). Gaya realistis yang de-
Tionghoa yang terjun di dunia sastra kat dengan masalah-masalah pede-
Jawa cenderung mengambil posisi di saan dan orang kecil tampak jelas da-
bidang penerbitan karena di bidang lam karya-karya propoganda tokoh
kerja ini lebih menjanjikan keuntung- ini di zaman Jepang.
an. Kedua, bekerja di dunia kepenga- Di samping alasan di atas, ada
rangan Jawa harus menguasai baha- alasan lain seperti berikut. Fakta bah-
sa Jawa yang jauh lebih rumit dari- wa ada kemiripan antara Poerwadhie
pada bahasa Melayu. Apalagi fakta Atmodihardjo dan Loem Min Noe itu-
menunjukkan bahwa setelah Sum- lah yang meyakinkan Dojosantoso
pah Pemuda posisi bahasa Jawa se- untuk berpendapat bahwa pengarang
bagai alat komunikasi antaranggota Loem Min Noe itu pasti Poerwadhie
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 305

Atmodihardjo; hal ini sama seperti bahasa Belanda dalam karya-karya-


Any Asmara yang menyamarkan diri nya. Selain itu, tema cerpen-cerpen-
sebagai Bu Mar dalam rubrik “Ta- nya juga mengacu kehidupan pada
man Bocah” dalam majalah Kadja- masa itu, seperti tampak dalam “Urip
wen. Samburine Layar”. Sedangkan dua
Informasi lain tentang pengarang novelnya, Kereme Kapal Brantas
tersebut diperoleh dari rubrik “Ko- (1940) dan Macan Setan (1941),
respondensi” dalam Panjebar Sema- juga menunjukkan bahwa ia lulusan
ngat (Desember 1939). Dalam rubrik sekolah menengah atas pada waktu
itu redaksi berkorespondensi dengan itu.
Elly, salah seorang wartawan Malang Berdasarkan informasi dari re-
Post, yang dikenal sebagai kawan daksi Panjebar Semangat tersebut
Loem Min Noe. Isi surat itu antara dapat diduga pekerjaan Loem Min
lain menanyakan keadaan dan kese- Noe tidak hanya sebagai pengarang,
lamatan Elly dan perkembangan kar- tetapi juga wartawan. Mungkin ia
ya-karyanya yang lain. Selain itu, satu lembaga dengan Elly, yaitu di
yang penting ialah redaksi titip salam Malang Post. Dalam cerpen-cerpen
untuk Loem Min Noe (bila Elly dapat dan cerbungnya memang tidak ada
berjumpa) dan mengajak agar Loem tanda-tanda tertentu, kecuali pada
Min Noe menulis kembali. Surat dari Kereme Kapal Brantas (Panjebar
redaksi tersebut memastikan bahwa Semangat, Februari—Maret 1940)
Loem Min Noe adalah pengarang dari yang menunjuk arah perjalanan dok-
Jawa Timur, dan pekerjaanya dekat ter Sukresna dari Nederland kembali
sekali dengan tulis-menulis, ia adalah Jawa dengan kapal de Brantas. Se-
kenalan baik Elly, wartawan muda lanjutnya, dalam karya itu disebut-
(yang menyamar dengan nama pe- sebut adanya beberapa nama seperti
rempuan) dari Malang Post. Akan te- kerajaan Majapahit, Anusapati, dan
tapi, sayang sekali, dari sekian ba- Sang Prabu Gadjah Mada. Adapun
nyak informasi itu, tidak satu pun cerpen “Dosane Hidayati: Yen sing
mampu membuktikan kebenarannya. Mundhut Ibu Kudu Wani Kurban”
Barangkali, dengan memban- mengambil latar tempat di Club Ge-
dingkannya dengan Elly dari Malang bouw Rechtshoofgeschool (Gedung
Post, pengarang Loem Min Noe Pertemuan Sekolah Tinggi Hukum)
mungkin seusia dengan Elly yang di- di Jakarta.
duga juga nama samaran pengarang Loem Min Noe aktif menulis pa-
pria. Keduanya, pada akhir tahun da tahun 1939—1941 dalam Panje-
1930-an, kira-kira berusia sekitar 25- bar Semangat, di antaranya (1)
30 tahun. Pengarang ini setidaknya “Banjir: Abote Wong Dadi Bapak”
lulus sekolah menengah pada zaman (September 1939), (2) “Butarepan:
Belanda mengingat ia fasih berbaha- Dhasaring Katresnan Iku: Kaper-
sa Belanda. Hal itu dapat diketahui cayan” (September 1939); (3) “Pa-
dari banyaknya perbendaharaan kata temon ing Dina Lebaran” (Novem-
306 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ber 1939), (4) “Dosane Hidayati: masih dilestarikan di Bali hingga


Yen Njeng Ibu sing Mundhut Kudu saat ini.
Wani Kurban” (Maret 1940), (5)
“Mulut Lelaki: Mati Aku Mati Ko- lubdhaka kakawin
we, Mati Kowe Mati…Kaku” (Juli Kitab Lubdhaka kakawin ditulis
1940), (6) “Blenggune Dhuwit: Wa- oleh Empu Tan-Akung ketika ia su-
tak Loman kang Kudu Dicorrectie? dah lanjut usia. Kitab itu merupakan
(Agustus 1940), (7) “Netepi Janji: naskah abad terakhir di Zaman Ma-
Bedhaha Atine, Aja Bedhah Ilate” japahit. Menurut Zoetmulder (1974:
(Agustus 1940), (8) “Mitra Musi- 367) menerangkan bahwa Empu Ta-
bat” (November 1940), dan “Wewe- nakung sebagai pujangga terakhir
nang kang Urip” (Januari 1941). Se- yang diketahui namanya dan karya-
lain menulis cerpen, Loe Min Noe ju- nya dapat diperkirakan zamannya.
ga mengarang cerbung (novel), yak- Pada permulaan kitab Lubdhaka
ni (1) Kereme Kapal Brantas (Pa- ini Empu Tan-Akung menyebutkan
njebar Semangat, Februari 1940— nama Prabu Girindra Angrok, sete-
23 Maret 1940) dan (2) Macan Se- lah menjadi raja di Tumapel. Dapat
tan (Panjebar Semangat, Novem- disimpulkan bahwa ketika Empu
ber—Januari 1941). Tan-Akung menggubah kitab
Lubdhaka, kerajaan Jawa sudah pin-
lontar dah dari Kadiri ke Tumapel, yaitu pa-
Istilah ini ialah metatesis dari ron da tahun 1144 Caka atau 1222 Ma-
+ tal, yang diucapkan menjadi satu: sehi.
rontal, yang selanjutnya berubah Maksud Empu Tan-Akung
menadi lontar. Dalam bahasa Jawa menggubah cerita tersebut untuk
baru artinya godhong etal (daun mengambil hati Ken Angrok. Kitab
etal). Diterangkan lebih lanjut bahwa itu menceritakan tentang orang-orang
etal ialah nama pohon yang dalam jahat sekali tetapi dapat naik sorga.
bahasa Latinnya bernama Barassus- Oleh karena itu, dapat dikatakan bah-
flabellifarius. Pada zaman dahulu, wa Empu Tan-Akung mencari muka
daun etal ini digunakan untuk menu- kepada Ken Angrok. Menurut kitab
lis, atau membuat surat. Dalam ba- Pararaton, Ken Angrok pada masa
hasa Jawa baru, “lontar” berarti surat mudanya adalah orang jahat. Ia se-
(layang) atau buku. Lontar yang su- nang membunuh orang, menyamun,
dah diproses, kemudian dipergunakan merebut istri orang, dan sebagainya,
sebagai media untuk menuliskan kar- tetapi akhirnya ia dapat naik takhta.
ya sastra, terutama pada zaman sastra Kitab Lubdhaka adalah kitab
Jawa Kuna. Tradisi menuliskan karya yang termuda di antara kita-kitab Ja-
sastra pada lontar sekarang sudah ti- wa Kuna yang tergolong tua dengan
dak ditemukan lagi di Jawa. Namun, ciri-cirinya, yaitu berangka tahun, ter-
penulisan sastra di atas daun lontar dapat nama raja, gaya bahasanya,
induk karangannya dari cerita Indu,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 307

dan kitab yang tergolong tua itu tidak kerjaan sehari-harinya membunuh
menceritakan tentang tanah Jawa, hewan, makhluk sesama hidup. Na-
kecuali kitab yang ada hubungannya mun, Lubdhaka naik sorga. Terceri-
dengan raja yang disebutkan nama- tera ada seorang pemburu bersama
nya. anak istrinya berumah di hutan. Pa-
Ciri penyamaran diri sang kawi da suatu hari, pemburu itu pergi un-
yang terungkap dalam beberapa kar- tuk berburu, tetapi ia tidak memper-
ya kakawin menyiratkan keadaan du- oleh hewan buruan. Ketika matahari
nia batin dari ra kawi masing-masing hampir terbenam, ia menunggu di te-
yang bermakna ambigu atau ganda. pi telaga untuk menanti hewan yang
Hal tersebut terjadi pada Empu Ta- datang ke telaga, tetapi sia-sia. Sete-
nakung (tan akung ‘tanpa cinta’) lah malam, pemburu itu takut pulang
penggubah Lubdhaka. Pada akhir karena di hutan sangat gelap-gulita.
cerita diterangkan bahwa Di samping itu, ia takut diterkam ha-
tan sangkeng wruh apet raras rimau atau binatang buas lainnya.
rumancana ing wuwus kuma- Oleh karena itu, ia bermalam di hu-
wasa byakta sambhawa yan ko- tan. Ia memanjat pohon maja yang
sanmataha denira ing paraja- ada di atas telaga. Ia tidak tidur kare-
na, mukta ing klesa silunglung- na takut jatuh. Untuk menghibur diri,
annya muliheng nirasraya juga. ia memetik daun maja yang dijatuh-
kan ke dalam telaga, satu demi satu.
‘Bukan karena pandai mencari
Di dalam telaga itu terdapat se-
hiasan-hiasan, maka saya gubah
buah lingga yang terjadi dengan sen-
cerita ini. Mustahil sudah, kalau
dirinya. Lingga adalah lambang Ba-
disukai orang banyak, biarlah.
tara Siwa. Pemujaan terhadap Ba-
Maksud saya hanya agar dapat
tara Siwa yang paling baik adalah
hilang segala dosa saya kalau
meletakkan daun maja di atas lingga.
pulang ke akhirat nanti.’
Di samping itu, malam itu gelap gu-
Siwaratrikalpa atau Lubdhaka lita atau dapat disebut Siwa Ratri
atau pengagungan malam Siwa se- ‘malam batara Siwa’. Ada ketentuan
cara naratif diungkapkan secara sa- bahwa siapa yang pada malam itu
ngat berlawanan dengan dunia Jawa berjaga semalam suntuk akan mene-
Kuna yang bernafaskan istana sen- rima pahala besar. Si pemburu itu
tris. Lubdhaka atau Siwaratrikalpa dengan tidak sengaja, pada malam
merupakan cerita yang terkenal. itu, mempersembahkan pujaan ke-
Ringkasan ceritanya sebagai be- pada Batara Siwa dengan baik. Ke-
rikut. Kitab ini mengisahkan seorang esokan harinya, ia pulang. Seterus-
pemburu yang meninggal dunia dan nya ia tetap berburu setiap hari.
dapat masuk surga. Dalam agama Akhirnya ia meninggal dunia. Ma-
Hindu dan Buddha, seorang pembu- yatnya dibakar di tengah hutan.
ru termasuk orang yang hina. Ia ter- Di angkasa, nyawa si pemburu
golong orang yang jahat karena pe- bingung. Keadaan jalan gelap gulita
308 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

karena perbuatan yang jahat selama


hidupnya. Batara Siwa senang ke-
pada pemburu itu karena kemalaman
dalam hutan. Oleh karena itu, Batara
Siwa mengutus abdi untuk menyam-
but roh pemburu itu.
Pada waktu itu, balatentara Ba-
tara Yamadipati, dewa penjaga ne-
raka telah siap akan menarik roh tadi
ke neraka, tetapi abdi-abdi Batara
Siwa telah datang pula. Mereka be-
rebutan sehingga terjadilah pepe-
rangan dan. Balatentara Batara Ya-
madipati kalah. Roh pemburu diba-
wa ke hadapan Batara Siwa. Roh itu
dinaikkan ke sorga dengan tandu dan
disanjung-sanjung. Batara Yamadi-
pati menghadap Batara Siwa untuk
menggugat. Batara Siwa memberi
tahu dan menerangkan akan kejadian
itu.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 309

m
m. tahar (1931—) tata cahaya di Padepokan Tari Ba-
Nama kecilnya Tahar, tetapi se- gong Kusssudiardjo; (3) tahun
telah menikah ia menambahkan 1985—1989 mengajar Komposisi II-
Mochammad (karena beragama TTP di ISI Jurusan Seni Teater; (4)
Islam) di depan dan Hardjodipuro di tahun 1981—sekarang mengajar
belakangnya sehingga nama leng- Program Seni Teater di SMK Negeri
kapnya Mohammad Tahar Hardjo- I Kasihan, Bantul; (5) tahun 1993—
dipuro. Ia lahir di Balikpapan, pada 1996 mengajar Akta III dan IV di
6 September 1931 (menurut data di IKIP Negeri Yogyakarta, juga sebagai
KTP), tetapi menurut catatan kakek- dosen pembimbing PPL P3GK. Se-
nya tahun 1930. Ia menikah dengan lain itu, pada tahun 1985 dan 1994
Kadarwati (lahir 1936) dan dari per- menjadi narasumber pada penyusun-
nikahannya itu dikaruniai tiga orang an dan pemantapan kurikulum 1985
putra (2 laki-laki dan 1 perempuan). dan 1994 untuk Sekolah Kejuruan
Ketiga putranya kini telah mengan- Kesenian dan aktif pula dalam organi-
tongi gelar sarjana seni, sarjana ma- sasi kesenian, terutama seni drama
najemen, dan sarjana geologi. dan sastra. Tahun 1966—1986 se-
Pendidikan SD hingga SLTP di- bagai Wakil Ketua OPSJ Pusat di
selesaikan di kota kelahirannya, Yogyakarta (saat itu ketuanya Su-
Balikpapan, sampai 1948. Selanjut- dharmo K.D. dan sekretarisnya E.
nya, SMA (bagian C) diselesaikan Suharjendra).
di Yogyakarta (lulus 1958). Setelah Di luar kesibukannya itu, sejak
itu ia kuliah di ASDRAFI Yogyakar- tahun 1961 M. Tahar juga masih
ta, mengambil Jurusan Akting sempat menulis guritan dan cerkak.
(1958—1961) dan Jurusan Penyu- Kumpulan cerkak-nya berjudul Asih-
tradaraan (1961—1963). Akan te- ing Biyung diterbitkan Penerbit Na-
tapi, sebelumnya (sejak 1952) ia telah sional, Yogyakarta, 1961. Pada ta-
bekerja di Taman Budaya Yogyakar- hun 1960-an ia ikut pula meramai-
ta, hingga 1987. Jabatan terakhir di kan khazanah penulisan cerita pang-
Taman Budaya adalah sebagai Ke- lipur wuyung, di antaranya Kuman-
pala Seksi Penyajian. dhanging Mimis (Ganefo, 1964),
Selain bekerja di Taman Buda- Kemuning ing Gunung Gamping
ya, M. Tahar juga mengajar seni dra- (Nefos, 1965), Ngantepi Dina Sesuk
ma di berbagai sekolah dan pergu- (Muria, 1967). Selain itu ia menulis
ruan, di antaranya (1) tahun 1958— cerita berbahasa Indonesia, yaitu
1997 mengajar di almamaternya, Harya Jalapati (Muria, 1967) dan
ASDRAFI; (2) tahun 1978—1993 Laki-laki Iblis (Muria ,1969).
mengajar dramaturgi, tata rias, dan
310 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Selain buku-buku tersebut, M. bait’, guru wilangan ‘jumlah suku ka-


Tahar mengirimkan karya-karyanya, ta dalam larik’, dan guru lagu ‘bunyi
terutama cerpen (cerkak) dan cer- suku kata pada akhir larik. Disebut
bung, ke majalah Mekar Sari dan puisi bertembang karena pembacaan
Djaka Lodhang. Yang pasti, hingga wacana tersebut dengan ditembang-
tahun 1997, M. Tahar masih menulis kan berdasarkan susunan titilaras
cerpen (cerkak), cerbung, naskah ‘notasi’ yang sesuai dengan pola me-
drama, dan guritan. Sejumlah nas- trumnya. Jenis puisi itu terikat oleh
kah guritan-nya masuk dalam anto- konvensi yang telah mapan, berupa
logi terbitan FKY dan SSJY. Naskah guru gatra, guru wilangan, dan guru
dramanya sering juga dimainkan lagu. Dengan demikian, pembacaan
oleh Teater Mandiri, misalnya “Fa- harus dengan cara ditembangkan. Hal
jar ing Tanah Transmigrasi” (1975) inilah yang menyebabkan macapat
dan “Ibu Pendamping”. Naskah san- disebut tembang macapat atau dalam
diwaranya “Lentera” dimainkan di ragam krama menjadi sekar macapat.
Radio Reco Buntung Yogyakarta. Ada berbagai pendapat menge-
M.Tahar dikenal amat dinamis. nai etimologi macapat. Pendapat
Ia hampir tak pernah santai, tak mu- pertama menyebutkan bahwa maca-
dah menyerah. Ia tak pernah berhenti pat merupakan macapat lagu ‘tem-
belajar, terutama seni drama. Misal- bang tahapan keempat’ dalam per-
nya, setelah belajar seni drama seca- jalanan puisi Jawa bertembang. Puisi
ra formal di ASDRAFI, ia masih se- Jawa bertembang tahap pertama di-
ring mengikuti berbagai kursus dan sebut macasa lagu atau juga disebut
penataran, misalnya (1) tahun 1980 tembang gedhe atau sekar ageng,
mengambil Studi Kedinasan di Uni- puisi Jawa bertembang tahap kedua
versitas Veteran Departemen Han- disebut macaro lagu atau dapat di-
kam RI; (2) tahun 1967/1968 me- anggap sebagai Tembang Gedhe yang
ngikuti Kursus Administrasi Umum- muncul sesudah maca sa lagu, dan
Efisiensi; (3) tahun 1979 mengikuti puisi Jawa bertembang tahap ketiga
Kursus Informasi/Dokumentasi Ke- disebut maca - tri lagu yang juga di-
senian; (4) tahun 1984 mengikuti kur- sebut Tembang Tengahan. Pendapat
sus Tenaga Teknis Kesenian; dan (5) kedua menyebutkan bahwa macapat
tahun 1986 mengikuti kursus Artis berasal dari manca-pat, yakni se-
Film dan Teater. Kini, di usia tuanya, buah konsep pemikiran pengklasifi-
ia tinggal di Tegalpanggung DN 2/ kasian dalam kebudayaan Jawa se-
983, Yogyakarta. perti keblat papat lima pancer ‘em-
pat arah mata angin dengan titik te-
macapat ngah sebagai pusat’, yakni timur, ba-
Macapat adalah puisi tradisional rat, utara, selatan. dan tengah. Keti-
Jawa Baru berbentuk tembang teri- ga, menyebutkan bahwa macapat
kat oleh konvensi yang telah mapan, merupakan kependekan dari maca
berupa guru gatra ‘jumlah larik tiap
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 311

papat-papat ‘membaca empat demi Asnawi juga menulis cerita detektif.


empat (suku kata)’. Ketika bangsa Jepang masuk, maja-
Bentuk puisi Jawa tradisional ini lah itu juga terkena pembredelan pe-
sebelumnya (pada zaman Jawa Ku- merintah Jepang, seperti halnya ma-
na) bernama Kidung karena penga- jalah-majalah-majalah Jawa lainnya.
ruh puisi India Kuna. Ciri macapat: Apabila dilihat dari isi majalah
(a) setiap bait mempunyai jumlah tersebut, yang mengacu kepada ce-
larik tertentu; (b) setiap larik ber- rita hiburan sesaat (roman picisan).
akhir dengan guru lagu (rima akhir/ Cerita-certita semacam itu biasanya
asonansi) tertentu. Disebut “maca- bertemakan percintaan, dan digarap
pat” karena tempo suara ada pada seadanya, tanpa kesungguhan. De-
setiap empat suku kata. Adapun ngan demikian, dapat dikatakan bah-
yang termasuk tembang macapat wa Purnama adalah majalah pang-
ada sembilan, antara lain Sinom, Po- lipur wuyung yang pertama, yang
cung, Dandanggula, Durma, Kinan- terbit pada masa prakemerdekaan.
ti, Maskumambang, Mijil, Asmara-
dana, Pangkur. Pendapat lain me- manggala
nyatakan bahwa tembang macapat Manggala adalah pembuka kata
berjumlah sebelas, yakni sembilan yang berisi puji-pujian atau puja-pu-
ditambah dua lagi, yaitu Gambuh jaan sembah dan penghormatan ke-
dan Megatruh. pada dewa pujaan ‘istadewata’ sang
pengarang; pujian atau pengagungan
majalah purnama kepada raja yang menjadi pengayom
Menurut pendapat Suripan Sadi atau pelindung; perendahan diri sang
Hutomo, pada masa sebelum kemer- pengarang dan atau disertai permo-
dekaan, ada majalah berbahasa Jawa honan maaf yang terdapat pada bait-
berbentuk buku dan memuat cerita bait permulaan dalam kakawin. Di-
pendek hiburan bernama Purnama jumpai juga manggala dalam kaka-
yang terbit di Surakarta. Majalah itu win yang tidak mencantumkan nama
diterbitkan oleh seorang guru agama raja dan hanya menyebut nama dewa
HIK (Hollands Inlandse School). pujaan. Jumlah bait manggala dalam
Muhammadiyah di Kleco.Nama gu- suatu kakawin tidaklah sama, ada
ru agama tersebut ialah Kyai Asnawi yang hanya satu bait, ada juga yang
Hadisiswojo. Tebal majalah ini an- sampai enam bait. Sebelum bait-bait
tara 32—64 halaman. awal, teks kakawin biasanya dida-
Pengisi majalah cerita pendek hi- hului dengan ungkapan: Om, awig-
buran tersebut ialah Kyai Asnawi nam astu namas siddham ‘Semoga
sendiri. Dan, agar tidak membosan- tiada halangan; sembah sempurna’.
kan pembaca, Kyai Asnawi sering Bagi pengarang kakawin, dalam pe-
menyamarkan diri dengan Kyai X, nyebutan nama dewa bergantung ke-
atau Asmoro Asri. Selain mengisi pada dewa yang dipujanya. Misal-
Purnama dengan cerita cinta, Kyai nya, dalam manggala kakawin Hari-
312 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wangsa dicantumkan nama Dewa Tunggal mula ni tattwa ning ka-


Wisnu, dalam kakawin Smaradaha- lenggengan sinamaya paramar-
na disebut Dewa Manmatha atau tha durlabha lumra sedrana-
Dewa Kama. Sedangkan dalam ka- nuksma ring dasadigantara ti-
kawin Parthayajna dipuja Dewa Si- nuduh I leng leng ing hidep
wa dengan nama Rudraksa. Maksud lot pinrakrta ring karas rinaca-
penyebutan nama raja yang berkua- na stuti kakawin amurti ng ak-
sa sebagai pengayom atau pelindung sara
adalah untuk mendapatkan berkah manggeh sadhana sang kawi-
dan restunya agar sukses dalam me- swara n asadhya kalepasan I
nulis karyanya. Contohnya, nama sandhi ning mango
Raja Jayabaya dari Kadiri tercantum Milwabhyasa mara .......... gati
dalam kakawin Bharatayuddha, dan niradimanggala.
dalam kakawin Nagarakrtagama
(2) Manggala dalam kakawin Sma-
dicantumkan nama Raja Rajasana-
radahana ada 7 bait berisi kata
gara dari Majapahit atau Wilwatikta.
pengantar yang menyajikan
Ungkapan perendahan diri sang pe-
sebuah deskripsi panjang, penuh
ngarang di dalam manggala dinya-
pujian tentang Bhatara Manma-
takan dengan sifat kekurangan atau
tha, dewa asmara yang hadir di
kebodohannya (mudha) dalam pe-
dalam segala sesuatu yang indah
nguasaan pengetahuan, dan keku-
dan elok. Dalam dunia ini ia di-
rangmampuan. Adapun contoh-con-
kenal sebagai Kameswara dan
toh manggala dalam beberapa kaka-
penyair Mpu Darmaja ingin ber-
win akan dipaparkan berikut ini.
bakti kepadanya dengan madah
(1) Manggala dalam kakawin Gha-
pujian ini pada saat ia akan
totkacasraya ada 6 bait. Mang-
menceritakan kisah Karna dalam
gala ini dipersembahkan kepada
bentuknya yang jasmani (1.1-7).
dewa keindahan dan kepada Sri
Kutipan beberapa bait manggala
Bhupala Jayakrta, titisan Dewa
dalam kakawin Smaradahana
Wisnu, yang selaku mapanji
sebagai berikut:
Madaharsa membawa kemak-
Puja ning kawi sanggraheng
muran kepada dunia dengan di-
kalengengan mangde kadir-
bantu oleh gurunya yang serupa
ghyayusan
dengan Wrhaspati dalam hal ke-
munggw ing padma mekar pra-
bijaksanaan. Atas desakan “dia
tistha siniram de ning rereb ning
yang selalu sibuk mengejar ke-
kapat
indahan”, penyair memutuskan
wijanyaksara lambang endah
untuk melagukan kisah tentang
inuraken ring teto ning yasa
putera Arjuna (1.1-6). Kutipan
dhupakara limut maghenta pa-
beberapa bait manggala dalam
nangis ning sadpada ring sekar
kakawin Ghatotkacasraya
Ung indah ta bhatara Manma-
sebagai berikut:
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 313

tha…………… sagarangde madhi Siwa Buddha sira sakala


leyep. niskalatmaka
sang sri Pawartanatha natha
(3) Manggala dalam kakawin Su-
ning anatha sira ta pati ning
manasantaka ada 2 bait, diper-
jagagpati
sembahkan kepada dewa yang
sang hyang ning hyang inisty
merupakan awal dan akhir se-
acintya ning acintya hana waya
gala keindahan, yang menam-
temah nireng jagad
pakkan diri dalam segala bentuk
Byapi byapaka sarwatattwaga-
keindahan, dan lewat segala se-
ta nirguna sira ring apaksa wes-
suatu yang melahirkan keindah-
nawa
an (1.1-2). Kutipan dua bait
ring yogiswara Poruseng Ka-
manggala dalam kakawin Suma-
pila Jambhala sakala sira n
nasantaka sebagai berikut:
hyang ing dhana
sang hyang pinakadidewa ni
sri Wagindra…………..Jawati-
karas para kawi makatattwa ng
bhakti manukula tumuluyi te-
aksara
keng digantara.
sang sangkan paran ing pra-
lambang atidurlabha kahanan
ira n kawiswara.....Sumanasan-
mangkunagara, k.g.p.a.a.
Pada masa pemerintahan
taka caritakenastu sanmatan.
K.G.P.A.A. (Kanjeng Gusti Pangeran
(4) Manggala dalam Nagarakrta- Adipati Anom Mangkunegara IV
gama ditujukan kepada dewa (1853—1881) Kadipaten Mangku-
tertinggi, yang hadir secara ha- negaran mengalami kemajuan pesat,
lus dalam samadhi, atau kepada baik dalam bidang tata praja, ekono-
Siwa-Buddha yang pada dasar- mi, maupun kebudayaan. Dalam bi-
nya berupa sakala-niskala. Di dang tata-praja, Gandakusuma telah
dalam manggala tersebut, pe- terlibat ikut membenahi pemerintah-
nyair mengungkapkan maksud- an Mangkunegara III bertahta. Pada
nya, yaitu menulis tentang sang masa pemerintahannya, bidang itu
raja, penguasa tertinggi Wilwa- ditingkatkan pembinaannya. Di bi-
tikta (Majapahit). Sri Baginda dang ekonomi, Mangkunegara IV
Rajasanagara sebagai inkarnasi sangat tekun memajukan pasar-pa-
dewa itu memelihara ketertiban sar tradisional, berhasil membangun
dalam kawasannya dan mengu- berhasil membangun pabrik gula, di
sir segala anasir jahat, seperti antaranya pabrik gula Colomadu, Ta-
tercantum dalam kutipan beri- sikmadu, serta memelopori pena-
kut: naman kopi di perkebunan wilayah
Om nataya namo ‘stu te stuti Mangkunegaran. Atas keberhasilan-
ning atpada ri pada bathara nya membangun beberapa pabrik gu-
nityasa la itu, Mangkunegara diangkat
sang suksmeng teleng ing sa- sebagai Bapak Gula Indonesia.
314 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sementara itu, dalam bidang ke- lompokkan menjadi lima, yaitu Serat
budayaan, Mangkunegara IV amat piwulang yang berisi nasihat dan
gigih memajukan kesenian sehingga pendidikan moral, Serat babad yang
ia terpilih menjadi Ketua Dewan Ke- berisi riwayat dan sejarah, Serat pa-
senian Jawa. Sebagai pendamping- nembrama yang berisi nyanyian un-
nya, terpilih Pakubuwana IX sebagai tuk penyambutan, Sirat iber-iber
sekretaris, serta Ranggawarsita, Wir- yang berupa surat­­surat kiriman, ser-
yakusuma, dan Jayasarasa sebagai ta Serat rerepen dan manuhara yang
anggota pengurus. Tugas dewan itu, berisi peribahasa, pepatah, teka-teki,
antara lain, membina dan melestari- dan bahasa percintaan yang indah.
kan kesenian dan kesastraan Jawa. Banyaknya karya Mangkunega-
Sehubungan dengan itu, dalam seni ra IV yang berisi piwulang dan ber-
pertunjukan, Mangkunegara IV me- kat karyanya yang merakyat, seperti
ngembangkan wireng, langendriyan, Wedhataina, Tripama, dan Wirawi-
wayang madya, dan wayang wong. yata, ia dianggap sebagai penyair sa-
Pertunjukan wireng dan wavang jak-sajak moralis. Di antara karya
wong mengambil sumber cerita Ma- Mangkunegara IV, selain yang telah
habarata dan Ramayana, sedangkan disebutkan itu, adalah Warayagnya,
pertunjukan langendriyan dan wa- Sriiyatna, Nayakawara, Laksitapra-
yang madya mengambil sumber ce- ja, Palimarma, Salokatama, Yoga-
rita babad dan sejarah. tama, dan Darmaiwasita.
Mangkunegara IV juga dikenal Seluruh karya Mangkunegara
sebagai pelestari dan pembaru seni IV yang berjumlah 35 judul tersebut
pewayangan. Ia berpendapat bahwa kemudian diterbitkan menjadi 4 jilid
wayang mempunyai “pancagatra” atas prakarsa Mangkunegara VII de-
yang mencakupi seni pentas/peda- ngan judul Serat-Serat Anggitan
langan, seni suara, seni kria, seni wi- Dalem Kanjeng Gusti Pangeran
dya, dan seni ripta. Kelima seni itu Adipati Arya Mangkunegara IV. Di
harus berjalan secara seimbang, sa- samping itu, Mangkunegara IV juga
ling melengkapi, jika ingin melaku- menyadur Serat Panji Wulung versi
kan proses kehidupan sesuai dengan Sunda atas permintaan C.F. Winter,
misi kesenian. Di samping itu, Mang- sahabatnya dalam bidang kesas-
kunegara IV juga dikenal sebagai pe- traan.
ngembang teeter rakyat ketoprak Keterlibatan Pujangga Rangga-
Dalam bidang sastra, Mangku- warsita dalam kepengurusan Dewan
negara IV terkenal dengan karya- Kesenian Jawa menyebabkan sema-
karya piwulangnya. Dari karya-kar- kin eratnya hubungan Mangkunega-
ya yang dapat dilacak. ada 35 judul ra IV dengan pujangga tersebut.
yang dapat diidentifikasi sebagai kar- Dampaknya, antara lain bahwa kar-
ya Mangkunegara IV yang sebagian ya­karya mereka mempunyai gaya
besar berupa piwulang. Karya-karya bahasa yang hampir sama. Kebia-
Mangkungara IV itu dapat dike- saan Ranggawarsita mencantumkan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 315

sandi asma dalam berbagai karya- rardet, 1983:211-331). Di samping


nya juga mempengaruhi Mangkune- itu, ada naskah yang disimpan di Da-
gara IV, seperti yang terdapat dalam lem Ageng, yakni naskah Al-Quran
Serat-Serat Anggitan Dalem Kan- (8 jilid) salinan Mangkunegara I. Se-
jeng Gusti Pangeran Adipati Arya mentara itu, koleksi karya cetak ber-
Mangkunegara IV jilid 4. Bahkan, huruf Jawa ada sekitar 2.000 judul,
ada dua karya yang berjudul Serat dan karya berhuruf Latin (baik cetak
Candrarini, yang satu dilabeli seba- maupun belum cetak) berjumlah se-
gai karya Ranggawarsita, diterbit- kitar 500 judul.
kan oleh Tan Khoen Swie (1922), Berbagai keberhasilan yang di-
dan yang satunya diakukan sebagai capai Mangkunegara IV membawa
karya Mangkunegara IV, diterbitkan kejayaan bagi Pura Mangkunegaran.
bersama-sama dengan karya-karya- Kala itu, Kadipaten Mangkunegaran
nya yang lain dalam Sirat-Serat Ang- mengalami zaman keemasan. Oleh
gitan Dalem Kanjeng Gusti Pange- karena itu, kebijakan-kebijakan
ran Adipati Arya Mangkunegara IV, Mangkunegara IV kemudian dilan-
jilid 3, suntingan Pigeaud. Kedua jutkan oleh Mangkunegara V (1881-
karya itu pernah clibicarakan I. Kun- 1896) setelah ayahandanya wafat
tara Wiryamartana dalam Basis no- (1881). Sambil melanjutkan kebijak-
mor 5/XXXVII/Mei 1988, halaman an-kebijakan ayahandanya, Mangku-
176-182. Perbedaan kedua karya itu negara V menempatkan dirinya se-
hanya terletak pada bait penutupnya. bagai sosok yang berjiwa sosial. Prin-
Banyaknya koleksi dan arsip sip hidup yen pengin wutuh ya wani
milik Pura Mangkunegaran menim- wutah ‘jika ingin utuh ya berani tum-
bulkan gagasan Mangkunegara IV pah’—yang maksudnya “jika meng-
untuk menyediakan tempat penyim- hendaki kehidupan yang penuh ke-
panan secara khusus. damaian, banyak sahabat, harus
Sejak Reksa Pustaka didirikan, mau berbuat kebaikan dengan mere-
koleksi naskah terus bertambah. Tam- lakan (sebagian) kekayaannya untuk
bahan naskah itu, antara lain, berasal kesejahteraan masyarakat”­yang
dari Kasunanan Surakarta, misalnya selalu disosialisasikan menyebabkan
Serat Wulang Reh karya Pakubu- masyarakat menyeganinya.
wana IV, Serat Centhini (12 jilid) kar-
ya Pakubuwana V dkk., Serat Am- manikmaya
bya salinan Pakubuwana VI, Serat Menurut keterangan para ahli, ki-
Pustaka Raja dan Serat Witaradya tab Manikmaya ditulis pada zaman
karya Ranggawarsita, serta bebera- Kartasura. Penulisnya adalah Karta-
pa naskah berhuruf Arab Pegon, mi- mursadah. Nama yang berakhir ah
salnya Serat Menak, yang berasal pada umumnya adalah nama sauda-
dari pesantren. Sampai sekarang, nas- ra-saudara dari tanah Pasundan dan
kah yang tersimpan di Reksa Pustaka kemungkinan Kartamursadah adalah
berjumlah 300 judul lebih (lihat Gi- orang dari tanah Pasundan.
316 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Mulai zaman Mataram hingga Sang Hyang Wisesa, kang ko-


zaman permulaan Kartasura, banyak cap rumuhun, meneng sama-
orang dari Pasundan yang mempe- dyaning jagad, datan arsa mo-
lajari adat-istiadat dan bahasa Jawa. sik jroning tyas maladi, ening
Putera atau kerabat para bupati aneges karsa.
Priangan pada waktu itu banyak
Amurweng anggana ‘ngganya
yang ditempatkan di pusat keraton
titis, titising driya tan ana kang
Jawa. Mereka bertujuan untuk men-
lyan, pribadi datan asuwe, mi-
cari ilmu Jawa Islam kepada para
yarsakken swara sru, tan kati-
ulama yang bertempat tinggal di de-
ngal uninya, kadi gentha sakala
kat keraton. Kartamursadah, ke-
kagyat, sarya ‘non antelu, gu-
mungkinan termasuk salah seorang
mantung neng awang-awang,
dari keluarga Bupati Priangan yang
gya cinandhak sinanggeng asta
bertempat tinggal di Kartasura
pinusthi, dadya tigang prakara.
(Poerbatjaraka, 1957L132—133).
Kitab Manikmaya memuat ber- Saprakara dadya bumi langit,
macam-macam cerita. Sebagian be- saprakarane teja lan cahya, Ma-
sar ceritanya berasal dari kutipan ki- nikmaya katigane, kalih pra
tab Tantu Panggelaran ditambah samya sujud, ing padane sang
dengan dongeng-dongeng Jawa yang maha muni, Sang Hyang Wisesa
sudah menjadi kepunyaan masyara- mojar, dhateng Sang Hyang
kat. Kutipan yang ditemukan di da- Guru, eh Manik wruhanireka,
lam karya tersebut berasal dari ke- sira iku ananingsun, ingsun iki,
terangan lisan. Kitab Manikmaya estu kahananira.
memuat kutipan Prabu Aji Saka. Ki- Ingsun pracaya sakalir-kalir,
tab tersebut sudah dicetak di Verhan- saisine jagad pramudita, sira
delingen Bat. Gen., Jilid 24, berhuruf wenang ndadekake ….
Jawa, pada tahun 1852. Kitab ter-
sebut diberi keterangan dalam baha- ‘Dibimbing oleh tembang Sarka-
sa Belanda, yang ditulis oleh C.G. ra (yang senantiasa diharapkan
Winter, dimuat di dalam Tijdschrift keindahannya untuk setiap kerja,
van Ned. Indie, tahun kelima, jilid adapun buah tuturnya ialah kisah
1. ketika masih awang-uwung (ko-
Bagian permulaan kitab “Ma- song sama sekali), belum ada bu-
nikmaya” menceritakan tentang asal mi dan langit; tetapi yang terse-
mula terjadinya dunia, kutipannya but dahulu ialah Hyang Wisesa,
sebagai berikut. yang berdiam diri di tengah-te-
Lumaksana sekar sarkara ‘mrih, ngah jagad, tak suka bergerak
pininta maya-maya ‘nggeng (karena sedang) memuja dalam
ulah, kang minangka pituture, hatinya, tenang diam bertanya-
duk masih awang-uwung, du- kan kehendak (Tuhan).
rung ana bumi langit, nanging
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 317

Membina seorang diri tertujukan umasuk Islam, nyambat Jengira


dirinya, tujuan hati tiada lain, sen- nabi.
dirinya; tak lama terdengarlah Punika kang mencaraken aksa-
suara nyaring tiada kelihatan, bu- ra Jawa ….
nyinya seperti genta, seketika ter-
‘Empu Brahma-kedali sudah ber-
kejut, serta terpandang sebutir
putera bernama Sang Anggajali,
telur, bergantung di angkasa; se-
Anggajali berputera seorang la-
gera ditangkap, disangganya di
ki-laki diberi nama Empu Sang-
tangan, diremas-remasnya, (dan
ka-adi, masuk Islam, (dan) men-
berubahlah sifatnya) menjadi
jadi sahabat nabi junjungannya.
tiga perkara.
Itulah yang menyebutkan aksara
Seperkara menjadi bumi dan la- Jawa ….’
ngit, seperkaranya lagi menjadi
Selanjutnya Empu Sangka-Adi
teja dan cahaya, yang ketiganya
(menjadi) Manikmaya, yang dua kemudian menjadi Aji-Saka di dalam
kitab-kitab Jawa yang lebih muda.
itu bersama-sama sujud pada ka-
Di sini akan dikutipkan kitab “Ma-
ki sang maha muni; Sang Hyang
nikmaya” bagian 6, bait 34—354,
Guru, Wahai Manik ketahuilah
olehmu: akan kamu itu keadaan sebagai berikut.
…. Sang Prabu Mendang-ka-
kami, (dan) kami ini pun sungguh
mulan, enget dhateng wirayat
keadaanmu.
kondur tan aris, lawan saba-
Kami percaya akan segala ke- lanira.
hendakmu, sekalian isi jagad ra- Celeng kuthila samya beriki,
ya ini, padamulah akan mem- kang kacandhak gigire karo-
buatnya …. wak, saya sanget pelayune, pra-
samya rebut dhucung, sampun
Kutipan dari Tantu Panggelar-
tebih prapteng jro puri, sri bu-
an. Di dalam Manikmaya dinyata-
pati sineba, pepak punggawa
kan bahwa Sang Manik menjadi Ba-
gung, Jaka Puring aneng ngar-
tara Guru dan Sang Maya menjadi
sa …
Semar. Terjadinya Bagawan Kane-
kaputra atau Batara Narada disebut- ‘…. Sang Prabu Mendang-ka-
kan dalam bagian 1, bait 29—30. mulan, ingat akan riwayat, pu-
Selain mengutip dari Tantu Pang- lang terburu-buru bersama seka-
gelaran, kitab Manikmaya juga me- lian bala tentaranya.
muat tutipan cerita Ajisaka. Untuk Babi dan kera semua mengusir,
lebih jelasnya akan dikutipkan bagi- yang terlanggar parah-parah
an 2, bait 9—10, sebagai berikut. punggungnya, makin kencanglah
Empu Brahma-kedali sampun lari mereka, saling mendahului,
ayogya (ayoga), wasta Sang telah jauh tiba di istana, mereka
Anggajali putra, jalu wus pina- menghadap sang raja, lengkap
raban nama Empu Sangka-adi,
318 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dengan orang-orang besar, Jaka sebut kembali bermunculan di ma-


Puring duduknya di muka ….’ jalah Mekar Sari, dalam rubrik khu-
sus “Gupita Sari”, dan dalam anto-
Kata-kata selanjutnya diambil
logi puisi penggurit perempuan Jawa,
atau dikutip dari tembang Kilayu-
karya Suripan Sadi Hutomo, juga da-
nedheng. Kutipannya sebagai beri-
lam artikel Hutomo (dalam Sosiologi
kut. Sastra Jawa, 1997:29) berjudul “Pe-
Nembang-tengara, mundur sa-
ngarang Wanita dalam Sastra Jawa
wadyane, nedya kundur jroning
Modern”, dan yang terakhir ialah da-
puraya, celeng kukila, samya
lam antologi puisi feminis penyair
ambarisi, kang ketrajang gege- wanita Jawa berjudul Kalung Bar-
rira karowan.
leyan (1988).
Sangsaya sanget palayuning
Berikut ini sebuah contoh gu-
bala, dadya rebut dhucung sam-
ritan-nya, berjudul “Swara kang Du-
pun atebih, prapteng jro pura, meling” (dalam Mekar Sari No. 18,
sang nata sineba pedak pung-
Th. XI, !5 November 1967). Guritan
gawa lir kilayu nedheng.
tersebut menggambarkan sikap dan
‘Gung dipukul, mundur serta de- perharian penggurit terhadap pe-
ngan anak buahnya, akan ber- rempuan.
balik pulang ke istana, babi bu-
SWARA KANG DUMELING
rung berbaris-baris, yang kena
terjang bukan main riuhnya. bibi kang wingi sore dakaturi
Makin kencang lari balatentara- kembang
nya, saling mendahului, telah ja- awit yuswane ngancik selawe
uh, sampailah mereka ke dalam saiki sumendhe ing awang-
pura, menghadap sang raja, leng- awang
kap para pegawai laksana ngetungi kedhepe lintang
kilayu-nedheng.’ ah, mesakake
teka karem ngisis iga
mantini w.s. marga dhadhane krasa lara
Nama Martini W.S. ini tidak di- ngapa ta sajatine urip iki
ketahui dengan jelas tanggal lahir- apa tansah dikon nandhang wi-
nya. Hanya, dalam antologi Kalung rang
Barleyan (1988) karya Suripan Sadi ngelus dhadha
Hutomo disebutkan bahwa dia lahir karo nyesep sepaning pangarep-
di daerah Surakarta. Ia memang ti- arep
dak populer dalam sastra Jawa, te- tanpa esem tanpa gebyaring ne-
tapi sebagai penggurit perempuan, tra
namanya dikenal dalam barisan pe-
nyair pada pascakemerdekaan. Ia pasrahna bibi kabeh kasangsa-
pernah berhenti menulis, tetapi pada ran nyaketake marang Gusti
tahun 1966 puisi-puisi penyair ter- urip iki rak utang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 319

sauren kanthi pakaryan kang yang kini bertempat tinggal di Diro,


nguwuh-nguwuh saka telenging Sendangmulyo, Minggir, Sleman,
ati Yogyakarta, ini selama berkarier se-
bagai penulis telah beberapa kali me-
yaiku timbalan ngluhurake
nerima penghargaan, di antaranya (1)
Asmane
naskah dongengnya berjudul “Beja
dadiya manuk kang sesumbar
sing Beja” terpilih sebagai 10 nas-
bangun esuk
kah terbaik dalam lomba mengarang
nantang srengenge tatag nga-
bacaan berbahasa Jawa untuk guru
dhepi pokale jagad
SD dan MI se-DIY tahun 1999 dan
urip iki rak utang (2) naskah dongengnya berjudul
utang urip lan utang kabecikan “Kempleng, Kupu-Kupu, dan Lele
panyaure krana jiwa lan makar- Putih” menjadi juara III dalam lom-
ya ba menulis dongeng bagi guru TK
bibi sumendheya marang Gusti dan SD se-DIY yang diselenggara-
nenandur kagem kamulyane kan oleh Bagian Proyek Pembinaan
Bahasa dan Sastra Indonesia dan
marciana sarwi (1971— ) Daerah DIY tahun 2004. Sementara
Marciana Sarwi lahir di Sleman, itu, beberapa karyanya antara lain
Yogyakarta, pada tanggal 7 Maret masuk dalam buku antologi Pesta
1971. Pendidikan terakhirnya adalah Emas Sastra Jawa DIY (FKY VII/
SPG (lulus tahun 1989). Setamat 1995) dan Dari Dunia Imaji ke Lu-
SPG, pengarang wanita beragama buk Hati: Antologi Dongeng (2004).
Katolik ini kemudian menjadi guru
SD Trenggono, Sidorejo, Ponjong, margareth widhy pratiwi
Gunungkidul, Yogyakarta. Tetapi, (1961— )
beberapa tahun kemudian, pindah ke Margareth Widhy Pratiwi lahir
SD Kanisius Kintelan I, Jalan Ireda di Yogyakarta, 27 Desember 1961.
18, Kotamadia Yogyakarta (sampai Putri pasangan S. Cipto Setiyono (ke-
sekarang). Sebagai penulis (penga- lahiran Magelang, 1935) dan Sri Ka-
rang), ia memang benar-benar pen- siyah ini menyelesaikan pendidikan-
datang baru. Belajar mendongeng nya di Yogyakarta, yakni di SD Ka-
memang sejak masih duduk di SPG, nisius Wirobrajan (1974), SLTP Pa-
tetapi belajar dan serius menulis se- ngudiluhur I (1977), dan SMA Mar-
telah bergabung dengan Sanggar sudi Luhur (1981). Ia memang tidak
Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY). melanjutkan pendidikan ke jenjang
Meskipun pendatang baru, dan yang lebih tinggi karena setamat
tidak pula produktif, beberapa kar- SMA ia keburu disunting dan dini-
yanya telah dimuat pula di berbagai kahi oleh Anthon Ys Taufan Putera,
majalah berbahasa Jawa di wilayah seorang pemuda asal Banten alumni
Yogyakarta (Mekar Sari, Djaka Lo- UGM yang kini jadi guru teater. Dari
dang, dan Pagagan). Pengarang perkawinan itu lahirlah tujuh orang
320 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

anak (3 laki-laki, 4 perempuan). Ber- majalah dan surat kabar (Mekar Sa-
sama keluarga, Widhy tinggal di Ja- ri, Jaya Baya, Kandha Raharja,
lan Nitiprajan RT 02/20 No. 42D, Dharma Nyata, Putra Kita, Simpo-
Ngestiharjo, Yogyakarta 55182. ni, Gatotkaca, Kartika, Nova, dan
Menjadi pengarang sebenarnya lain-lain). Dalam karya-karyanya itu
bukanlah cita-cita Widhy. Semula ia ia seringkali menggunakan nama
ingin menjadi guru. Itu sebabnya, samaran M.G. Widhy Pratiwi, Emge
meski sudah menikah, ia mengikuti Widhy Pratiwi, Aprodety (nama anak
Crash Program Pendidikan Guru TK sulungnya), Tiwy Emge, dan Endang
di SPG II Yogyakarta (lulus 1984). Bratajaya.
Meski kini tidak menjadi guru, cita- Sebagai pengarang sastra Jawa,
cita itu sedikit terpenuhi karena ia ke- ia telah beberapa kali menerima peng-
mudian dapat memberikan les kepada hargaan, antara lain (1) cerpen “Su-
murid-murid SD di lingkungan seki- duk Gunting Tatu Loro” memper-
tarnya; dan itu berlangsung hingga oleh juara I Lomba Penulisan Cer-
sekarang. Sejak kecil kecil Widhy me- pen Jawa yang diadakan oleh Balai
mang gemar membaca (cerita anak, Penelitian Bahasa Yogyakarta dalam
cerita wayang, komik, dan lain-lain). rangka Hari Pendidikan Nasional
Maka, tak aneh bila sejak SLTP ia (1982), (2) cerpen “Langite Isih
telah berkacamata minus; bahkan ki- Biru” menjadi juara harapan I Lom-
ni kacamata minusnya tebal. ba Penulisan Cerpen Jawa yang di-
Berkat kesukaan membaca itu- selenggarakan oleh Keluarga Penulis
lah Widhy tergerak untuk menulis Semarang (1983), (3) cerpen “Mu-
(mengarang). Namun, bidang ini ba- lih” menjadi juara II Lomba Penu-
ru diterjuni pada 1981 saat ia kelas lisan Cerpen Jawa yang diselengga-
III SMA. Setelah karya pertamanya rakan oleh Balai Penelitian Bahasa
(cerkak “Grimis Wanci Surup”) di- Yogyakarta dalam rangka Hari Pen-
muat di Kandha Raharja (1982) dan didikan Nasional (1984), (4) cer-
mendapatkan honor, Widhy merasa bung “Kamar Penganten” yang di-
ketagihan sehingga terus menulis. muat Djaka Lodhang mendapatkan
Akhirnya, kini, menulis menjadi pro- Penghargaan Sastra dari Sanggar Tri-
fesi yang ditekuninya. Karangan Wi- wida, Tulungagung (1990), (5) cer-
dhy tidak terbatas pada sastra Jawa, pen “Sumunaring Lintang” mene-
tetapi juga sastra Indonesia. Cerpen rima penghargaan dalam Lomba
“Merahnya Darah Merahnya Cinta” Cipta Cerpen dan Puisi yang dise-
pernah menembus Mingguan Kar- lenggarakan Taman Budaya Yogya-
tika (Harian Angkatan Bersenjata) karta (1991), (6) cerbung “Pramu-
Semarang (1981). dani” yang dimuat di Djaka Lo-
Karya-karyanya yang berjenis dhang meraih juara II dari Sanggar
cerbung, cerpen, dan artikel tentang Triwida, Tulungagung (1995), dan
sastra, kewanitaan, dan ilmu penge- (7) cerbung “Kinanthi” menjadi jua-
tahuan lain telah dimuat di berbagai ra I dalam Lomba Penulisan Novel
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 321

Jawa yang diselenggarakan oleh Ta- 1987), “Menehi Pitutur Srana Do-
man Budaya Yogyakarta. Selain itu, ngeng” (Kandha Raharja, 8 Mei
ia juga pernah menerima penghar- 1987), “Rekreasi Iku Perlu Kanggo
gaan sebagai “10 Karya Terbaik” da- Bocah-Bocah” (Kandha Raharja,
lam Lomba Penulisan Cerpen Ling- 1085—1987), “Emansipasi, Sing
kungan Hidup” yang diselenggara- Kepiye?” (Kandha raharja, 1985—
kan oleh Berita Nasional, Yogyakar- 1987), “Pendidikan Tumrap Bocah
ta (1982). Bisa Diwulangake ing Ngendi Wae”
Widhy dan keluarganya adalah (Kandha Raharja, 1985—1987),
penganut Katolik yang taat. Kendati “Ngajari Omong marang Bocah”
demikian, ia tidak terlalu ekslusif, se- (Kandha Raharja, 1985—1987),
hingga selain menulis karya yang ber- “Mbentuk Kapribadene Bocah”
nuansa Katolik, ia juga menulis kar- (Kandha Raharja, 14 Desember
ya dengan nuansa lain. Karya yang 1990), antara lain bernuansa didaktis.
bernuansa Katolik, misalnya cerpen Sampai saat ini karya-karya Wi-
“Cathetan Desember” (Djaka Lo- dhy telah banyak yang terbit, antara
dhang No.31, 1985—1997), “Kartu lain dalam (1) Antologi puisi, cerpen,
Natal” (Kandha Raharja, 24 De- esai Taman Sari (1998), (2) Antologi
sember 1993), “Natal Klawu” (Dja- cerpen Jawa Niskala, terbitan Ke-
ka Lodhang, No. 1058, 1985— luarga Sastra Jawa IKIP Yogyakarta
1997), dan “Lintang-Lintang Natal” (1993), dan (3) Antologi cerpen Ja-
(Djaka Lodhang, No. 745, 27 De- wa “Mutiara Sagegem” terbitan
sember 1986). Sedangkan karya yang Puspa Putaka, Surabaya (1993). Se-
bernuansa Islam, antara lain cerpen mentara itu, beberapa novelnya juga
“Saur” (Kandha Raharja, 17 Fe- telah terbit, antara lain Kembang
bruari 1995), “Cerita saka Mekah” Alang-Alang (Puspa Pustaka, Sura-
(Kandha Raharja, 11 Juni 1993), dan baya, 1993), Kinanthi (Taman Bu-
“Berkah Syawal” (Mekar Sari, 24 daya, Yogyakarta, 2000).
Maret 1995). Widhy Pratiwi termasuk salah
Latar belakang pendidikan Wi- seorang pengarang otodidak yang se-
dhy tampaknya mempengaruhi tulis- tiap menulis/mengarang selalu meng-
an-tulisannya. Dalam esainya yang gunakan penghayatan, kesadaran,
berjudul “Perlune Cita-cita Bocah” dan konsep serta analisis yang dalam
(Kandha Raharja, 1985—1987), dan serius. Ia termasuk pula penga-
“Basa-basi Tumrap Bocah Apa Per- rang yang mempunyai kekuatan da-
lu” (Kandha Raharja, 1985—1987), lam hal cerita. Berkomentar tentang
“Nyilih Barang Aja Nyerikake Ati”’ sastra Jawa masa depan, Widhy ber-
(Kandha Raharja, 25 September harap agar sastra Jawa kembali se-
1990), “Aja Seneng Purik” (Kandha marak seperti yang terjadi pada za-
Raharja, 3 Mei 1985), “Yen Ana Ta- man Any Asmara. Ia berharap pula
mu Rawuh Bocah Kok Aleman” agar novel Jawa bisa diterima oleh
(Kandha Raharja, 13 Februari
322 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

segala lapisan masyarakat, tidak bagai penyiar dan pemain sandiwara


hanya oleh lapisan bawah saja. di Radio Reca Buntung (1971). Mu-
lai 1974 menjadi pengisi acara tetap
maria kadarsih (1952—) sandiwara radio (bahasa Jawa) “Ke-
Nama Maria Kadarsih tidak luarga Yogya” di RRI Yogyakarta.
asing bagi para penggemar sandiwa- Karena kemampuannya di bidang
ra radio, khususnya di RRI Yogya- sandiwara dan kesenian lainnya, ia
karta. Wanita kelahiran 6 April 1952 kemudian diangkat menjadi pegawai
yang selalu tampak energik ini ting- negeri sipil di RRI Yogyakarta
gal di Sudimoro 31, RT 01, RW 30, (1979). Selanjutnya, pada tahun
Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yog- 1980-an, ia ikut bermain dhagelan
yakarta, bersama suaminya, Ach- di Gedung PPBI bersama-sama
mad Sarwani, dan kedua putranya, Prapti, Purmoso, Darsono, dan per-
Yosianto Ariawan dan Yopi Kurnia- nah pula menjadi pemain sandiwara
wan. Maria Kadarsih sering dijuluki TV “Jenaka KR”. Tidak tanggung-
sebagai “Ratu Sandiwara Radio” ber- tanggung, ia pun menggeluti dunia
kat kepiawaiannya bermain sandi- Kethoprak TVRI Yogyakarta (1986)
wara; bersuara lembut dan khas. Ia dan tidak bosan-bosan bermain di
sering pula “dikontrak” oleh perusa- Taman Budaya berkaitan dengan
haan untuk menyusun naskah san- acara Festival Kesenian Yogyakarta.
diwara dalam rangka mempromosi- Selain itu, ia masih sempat menjadi
kan produk tertentu dan sekaligus se- master of ceremony (MC) khusus-
bagai pemainnya. nya pada upacara-upacara adat Ja-
Sejak kecil Maria Kadarsih suka wa, dan sebagai dubber ‘pengisi sua-
pada dunia seni, baik seni suara, tari, ra’ untuk pergelaran wayang kulit
dan drama. Dunia menyanyi dan me- yang diselenggarakan di Pagelaran
nari itu ditekuninya sejak TK sampai Keraton Yogyakarta.
SLTP. Ketika duduk di bangku SD, Sampai sekarang banyak naskah
ia sudah sering mengisi acara siaran sandiwara, drama, dan sinetron yang
lagu-lagu yang diasuh R. Dalyono telah ditulis Maria Kadarsih, di an-
(ayah musisi terkenal A. Riyanto) di taranya, (1) naskah untuk sandiwara
RRI Yogyakarta. Di samping me- radio “Keluarga Yogya” yang disiar-
nyanyi, ia pun belajar seni musik. kan setiap Minggu di RRI Yogyakar-
Belajar musik dimulai ketika duduk ta (1984—2002); (2) 30 naskah se-
di bangku SLTP dan bergabung da- rial drama “Butir-Butir Pasir di La-
lam Grup Band Nomen Nescio seba- ut” (1990); (3) 360 naskah serial
gai pemegang gitar melodi. Bersama sandiwara radio dalam rangka kerja
grup band tersebut pernah pula tam- sama dengan PT Ferbindo Farma
pil mengisi acara siaran di TVRI (1996); (4) 320 naskah serial drama
Yogyakarta. radio dalam rangka kerja sama de-
Maria Kadarsih, yang juga hobi ngan PT Jamu Jago (1998); (5) 80
baca puisi ini, selepas SPG aktif se- naskah serial sandiwara radio dalam
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 323

rangka kerja sama dengan Yayasan abdiannya di bidang seni dan budaya
Kesejahteraan Fatayat dan Ford Jawa sudah tidak bisa diragukan lagi.
Foundation (2000); (6) naskah dra- Dalam mengarungi perjalanan
ma anak-anak untuk televisi “Buku hidupnya, Maria Kadarsih mempu-
Hadiah Ibu dan Sahabat Hati”; dan nyai resep khusus, yaitu selalu pa-
(7) naskah sinetron untuk TVRI srah kepada Yang di Atas (Tuhan)
Yogyakarta “Anak-Anak Jaman”. karena hidup merupakan karunia
Sementara itu, bersama A. Darman- yang perlu disyukuri. Maka, ia ingin
to dan Niken Widyastuti menyusun memanfaatkan dengan sebaik-
Buku Teknik Penyusunan Programa baiknya. Ia bertekad mengembang-
Siaran Radio (2000). Bahkan ia ma- kan kemampuannya, selalu belajar
sih sering diundang untuk menjadi selagi masih ada kesempatan belajar,
pemakalah tentang siaran, drama, dan memberikan kemampuan ter-
dan sandiwara radio dalam berbagai baiknya kepada orang lain.
seminar kesenian dan kebudayaan.
Selama ini Maria Kadarsih telah maryono notosuwignyo
memperoleh beberapa penghargaan, (1936— )
baik dari instansi pemerintah mau- Maryono Notosuwignyo lahir di
pun swasta, di antaranya (1) peng- Langenrejo, Purworejo, pada 29 Juli
hargaan Swara Kencana sebagai 1936. Ayahnya bernama Paimin At-
juara I Penulisan Naskah Sandiwara mopawiro, pamong desa yang juga
Radio se-Indonesia (1985); (2) peng- pemangku jawatan gereja, dan ibu-
hargaan Swara Kencana sebagai nya bernama Raminah, anak petani
juara III Penulisan Naskah Sandi- desa Langenrejo. Ia merupakan anak
wara Radio se-Indonesia (1986); (3) pertama dari tujuh bersaudara. Mar-
penghargaan Swara Kencana seba- yono menikahi gadis bernama Sri
gai juara II Penulisan Naskah Sandi- Suharti, putri Kemiran Partodiwir-
wara radio se-Indonesia (1987); (4) yo, mantan lurah Desa Somorejo,
penghargaan Swara Kencana seba- Begelan, Purworejo. Hingga kini ia
gai juara I Penulisan Naskah Sandi- telah dikaruniai 8 orang anak, yaitu
wara Radio se-Indonesia (1988); (5) Bambang Widi Atmodjo, Sri Nur-
penghargaan Swara Kencana seba- windah, Sri Marhaeni Andayani, Sri
gai juara II Penulisan Naskah dan Vitalis Setyawati, Sri Ratna Idea-
Produksi Sandiwara Radio RRI se- wati, Sri Mulatsih, Kuntoro Priyo
Indonesia (1999); (6) penghargaan Basuki, dan Hastaka Bawa Kunca-
Swara Kencana sebagai juara I Pe- ra. Bersama keluarganya, Maryono
nulisan Naskah dan Produksi Sandi- sekarang tinggal di Somorejo,
wara Radio RRI se-Indonesia (2000), Begelen, Purworejo 54174, Jawa Te-
dan (7) Anugerah Seni Bidang Seni ngah.
Sastra Jawa dari Pemerintah Daerah Pendidikan formal yang ditem-
Propinsi DIY. Dengan begitu, peng- puhnya, antara lain, SR VI di Taman
Sari (lulus 1951), Sekolah Guru B
324 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

di Kutoarjo, Purworejo (lulus 1955), dan Maryono. Dalam dunia kepe-


Sekolah Guru A di Purworejo (lulus ngarangan, penulis yang aktif di or-
1965), PGSLP Negeri Purworejo Ju- ganisasi politik, kepemudaan, dan
rusan Bahasa Indonesia (1960-an, ti- kemasyarakatan ini pertama menulis
dak selesai), kuliah di Untag Pur- tahun 1958, berupa puisi (berbahasa
worejo, Jurusan Hukum (tidak sele- Indonesia) berjudul “Rindu” dimuat
sai), dan pernah kuliah dua tahun di di majalah Keluarga Kita (Bandung,
Seminari Baptis Indonesia Yogya- 1958). Selanjutnya, mulai 1958,
karta. Selain itu, untuk memperda- Maryono aktif menulis di beberapa
lam agama yang dianutnya (Kristen media, baik berbahasa Indonesia, se-
Kerasulan Baru) ia pernah mengikuti perti Keluarga Kita (Bandung), Lem-
kursus Alkitab (tertulis) di Jakarta baran Persaudaraan (Surabaya),
selama dua tahun. Krida (Semarang), dan Simponi (Ja-
Maryono Notosuwignyo diang- karta); maupun media berbahasa Ja-
kat menjadi guru SR VI Negeri So- wa, seperti Parikesit (Surakarta),
morejo (1955—1968), Kepala SD Kiprah (Purworejo), Karya Dharma
Negeri Semawung, Bagelen, Purwo- Praja Mukti, Pustaka Candra (Se-
rejo (1968—1975), dan Penilik Ke- marang), Jaya Baya, Panjebar Se-
budayaan Kecamatan Bagelen, Pur- mangat (Surabaya), Mekarsari, dan
worejo (1975—pensiun 1994). Sela- Djaka Lodang (Yogyakarta).
in itu, ia mengambil pekerjaan sam- Karya-karyanya berupa puisi,
bilan sebagai guru SMP Marhaenis antara lain “Rindu” (Keluarga Kita,
di Purwodadi, Purworejo (1963— 1958), “Apakah Cinta Itu?” (Lem-
1964), Anggota Dewan Pimpinan baran Persaudaraan, 1967), “Me-
SMP PGRI Bagelen di Bagelen moriam” (Pustaka Candra, 1992),
(1964—1984), pendiri dan guru SPG “Kumleyange Godhong Jati” (Jaya
PGRI Bagelen (1969—1971), pendi- Baya, 27 Juni 1993), “Sepi kang Se-
ri dan guru SMEP Bagelen, wakil tya Ngancani” (Djaka Lodang,
kepala SMEA PGRI (1971—1984), 2000), dan “Apa Isih Saguh” (Pa-
pendiri SMP Barata Semanggung, njebar Semangat, 1993). Karya-kar-
Bagelen, pendiri dan wakil kepala yanya yang berupa cerpen, antara
SMA Barata Bagelen (1982—1984), lain, “Mendhunge Wis Sumilak”
dan pendiri Taman Kanak-Kanak Si- (Suara Pengabdian, 1974), “Gam-
wipeni Desa Somorejo (sekarang TK bang Apa Suling” (Karya Dharma
Pancasila). Prajamukti, 1975), “Kaduwung
Nama kecil Maryono Notosu- Buntung” (Krida, 1975), dan “Ke-
wignyo adalah Maryono. Notosu- dhisikan” (Djaka Lodang, 2003).
wignyo adalah nama tua setelah me- Karya-karyanya yang berupa ar-
nikah. Dalam karya-karyanya ia se- tikel, di antaranya, “Riwayate Nyai
ring menggunakan nama samaran Bagelen” (Parikesit, 1973), “Nyi-
Maryono N.T., Semarkuning, S.M. mak Cariyos Rengganis” (Pustaka
Notosuwignyo, Eyang Yono, MJN, Candra, 1989), “Apa bener Men-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 325

dhang Kamulan Iku Purworejo?” menulis dalam bahasa Jawa, menu-


(Panjebar Semangat, 2002), “Cri- rutnya, bahasa Jawa merupakan ba-
tane Dewi Rengganis” (Panjebar hasa ibu, bahasa Jawa sangat indah
Semangat, 2003), dan sebagainya. dan kaya isi (sastra). Bahasanya pe-
Selain itu, cerita rakyatnya “Cerita nuh nasihat, budi pekerti, sarat filo-
Rakyat Kabupaten Purworejo” Jilid sofi. Ia berharap bahasa Jawa jangan
I pernah diterbitkan oleh Grafika, sampai punah karena “hilangnya ke-
Gombong, Kebumen. Cerpen “Kem- budayaan dari salah satu bangsa,
bang Mawar” yang rencananya akan maka akan hilanglah bangsa itu”
dimasukkan dalam Antologi Cerpen (Parikesit, 1973).
Jawa DKJT 1998/1999 sampai se- Berbicara tentang proses kreatif-
karang belum direalisasikan oleh pi- nya, Maryono mengatakan dimulai
hak Dewan Kesenian Jawa Tengah dari penemuan ide (lewat pengem-
(DKJT) Semarang. baraan imaji, angan-angan, realitas
Karya-karya Maryono Notosu- sosial, dan sebagainya). Begitu ide
wignyo sejak 1958 sampai sekarang muncul, langsung ia ketik menjadi
ada 50-an judul, diterbitkan oleh be- kata-kata, kalimat-kalimat, sehingga
berapa media massa. Selain itu, ma- terciptalah guritan, cerkak, atau ar-
sih ada kurang lebih 50-an judul bu- tikel, tanpa melalui konsep terlebih
ku atau naskah yang sudah dijilid dahulu.
dan sampai sekarang belum diterbit-
kan (masih menunggu penerbit yang maskumambang
mau menerbitkan), di antaranya, be- Salah satu jenis tembang maca-
rupa kumpulan cerpen “Panglipur” pat yang terdiri atas empat gatra.
(1991), “Muspra lan Sunarsih” Gatra pertama terdiri atas dua belas
(1998), dan novel “Asmara lan Keya- guru wilangan dan guru lagu akhir
kinan” (1959), “Babare Tresna kang ditandai bunyi vokal /i/. Gatra kedua
Mawa Kurban” (1966), “Wiranti Ke- terdiri atas enam guru wilangan dan
kasihku” (1994), dan “Kehidupan guru lagu akhir ditandai bunyi vokal
Seorang Janda Muda” (1995). /a/. Gatra ketiga terdiri atas delapan
Pengarang yang sangat menga- guru wilangan dan guru lagu akhir
gumi tulisan-tulisan Ranggawarsita ditandai dengan bunyi vokal /i/. Ga-
ini berpandangan bahwa sastra Jawa tra keempat terdiri atas delapan guru
masa kini nampak lesu. Mutunya wilangan dan guru lagu akhir ditan-
masih kalah jauh dibandingkan de- dai dengan bunyi vokal /a/. Contoh
ngan karya sastra lama karya pu- metrum Maskumambang:
jangga masa lalu. Untuk itu, ia ber- Kawarnaa denira samya lumaris
harap agar para pengarang dapat wus antuk tri dina
membawa pembaca ke arah yang le- lamun dalu rerep sami
bih positif, logis, dan religius (untuk angupaya pasipengan
semua umat beragama). Alasan Mar-
‘Tampaklah ketika mereka se-
yono, jika selama ini lebih banyak
dang berjalan
326 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sudah mendapat tiga hari Dalam lingkup sastra Jawa ter-


Jika malam mereka tidur dapat dua jenis matra, yaitu (1) ma-
Mencari penginapan.’ tra yang artinya diserap secara utuh
dari sastra Sanskerta, dan (2) matra
matra asli Jawa. Matra Sanskerta dari In-
Istilah ini berasal dari bahasa dia memuat ketentuan tentang (a)
Sanskerta. Adapun pengertiannya panjang-pendek vokal (guru lagu
ialah ukuran, atau bagan yang digu- dan berat ringannya tarikan suara),
nakan dalam penyusunan baris-baris (b) jumlah suku kata pada setiap
sajak yang berhubungan dengan larik, (c) pola panjang-pendek vokal
jumlah, panjang, dan tekanan suku pada setiap larik, dan (d) jumlah la-
kata. Secara lebih jelas, dalam tem- rik pada setiap bait, dan pola larik
bang macapat irama matra berdasar- pada setiap bait. Kaidah matra asli
kan perhitungan jumlah suku kata Jawa memuat ketentuan tentang
pada setiap baris (guru wilangan), jumlah suku kata, vokal akhir pada
atau berdasarkan urutan guru lagu setiap larik, dan jumlah larik pada
dalam setiap larik. Dalam puisi Jer- dalam setiap bait. Dalam masa Jawa
man terdapat baris-baris dengan me- Kuna, matra dari India ini digunakan
trum tetap, terdiri atas satuan-satuan dalam beberapa prasasti, baik yang
dengan suku kata tak bertekanan, berbahasa Sanskreta maupun Jawa
dan 1 atau 2 suku kata tak bertekan- Kuna, yaitu dalam suatu dokumen,
an. Pada umumnya dikenal 5 bentuk seperti pada umumnya dalam karya-
matra, yaitu sebagai berikut. karya India. Dalam sastra kakawin
1) yambe (U—): 1 pendek, 1 pan- terdapat susunan matra yang domi-
jang; nan, yaitu dalam kakawin Jagaddhi-
2) arokhae (—U): 1 panjang, 1 pen- ta.
dek; Mengenai hubungan isi dengan
3) anapes (UU—): 2 pendek, 1 pan- matra, masih terdapat kesimpang-
jang; siuran pandangan di antara beberapa
4) amfibrakhis (U—U): 1 pendek, pakar. Misalnya, ada yang berpen-
1 panjang, 1 pendek; dapat bahwa hubungan matra de-
5) dakfilus (—UU): 1 panjang, 2 ngan isi bersifat semena-mena atau
pendek. tidak ada hubungan sama sekali. Se-
bagian pakar yang lain menganggap
Istilah ini bersinonim dengan bahwa selalu ada pertalian antara pi-
“metrum” dalam bahasa Latin. Na-
lihan matra dengan isi atau kandung-
mun, istilah matra ini khusus digu-
an kakawin. Dari kelompok yang
nakan dalam tembang, misalnya ma-
berpandangan seperti ini memiliki
tra kidung dan matra macapat, se- sandaran bahwa setiap matra memi-
perti Zoetmulder—dan beberapa pa-
liki watak atau karakter sendiri-sen-
kar sastra Jawa kuna lainnya— juga
diri, yang dapat dicocokkan dengan
menggunakan istilah ini juga dalam
suasana atau isinya.
dalam kidung dan tembang.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 327

Dalam mabasan (Bali) dalam nguasai guru lagu Sanskerta. Meski-


pembacaan kakawin setiap matra pun demikian, jumlah suku kata pa-
mem-punyai melodi atau lagu sen- da setiap baris kebanyakan telah te-
diri-sendiri. Lain halnya bila kaka- tap. Banyak prasasti bermatra Jawa
win itu dibacakan oleh seorang kawi (baik yang berbahasa Jawa Kuna
karena pada umumnya diupayakan maupun Sanskreta), misalnya pada
hubungan antara matra dan isi, ter- prasasti Wantil karya Sri Maharadja
utama pada bagian-bagian tertentu. Rakai Pikatan ketika menorehkan
Pada perjalanan waktu, melodi atau prasasti dalam rangka memperingati
lagu merupakan sarana atau wahana bangunan candi Wantil yang berdiri
pelestari matra kakawin dan sekar pada tahun Saka 778, di desa Pram-
ageng atau tembang gedhe (dalam banan. Dengan demikian, dapat di-
sastra Jawa Baru) beserta kaidah tarik simpulan bahwa berdasarkan
lampah (jumlah silabel dalam larik), banyaknya jumlah prasasti berhuruf
dan pedhotan atau pemenggalan, Sansekerta itu berarti bahwa penga-
tetapi juga kehilangan kaidah guru ruh sastra Sansekerta sudah tampak
lagu atau panjang pendek vokal. Ada- sejak sekitar abad ke-8 dan abad ke-
pun matra sekar ageng secara menye- 9 M.
luruh dalam satu karya, dipakai da-
lam serat kawi miring, yang berupa medan bahasa basa jawi
karya pembaruan kakawin Jawa Ku- Majalah Medan Bahasa Basa
na dengan matra sekar ageng, atau Jawi terbit di Yogayakarta, tahun
karya baru yang diubah dalam bahasa 1954, dari Departemen Kebudaya-
Kawi baru zaman Surakarta. an. Lembaga ini juga yang mener-
Matra asli Jawa digunakan da- bitkan majalah umum kebudayaan,
lam kidung, seperti pada Kidung Budaya, yang memuat berbagai ru-
Ranggalawe, dan karya-karya ma- brik sastra Indonesia, dan majalah
capat. Sebagian jenis matra yang Seriosa yang hanya memuat sastra.
menjadi arkhais itu oleh orang Jawa
digolongkan sebagai Sekar Tengah- megatruh
an, misalnya “Girisa”, walaupun Megatruh, ada pula yang menye-
tembang tersebut masih digolongkan but Dudukwuluh, termasuk jenis
ke dalam macapat. Matra asli Jawa Tembang Tengahan seperti halnya
digunakan dalam berbagai jenis ra- Balabak dan Jurudemung. Tembang
gam sastra, yaitu babad, wayang, ini terikat pula oleh guru gatra, guru
dan piwulang. wilangan, dan guru lagu. Perwujud-
Matra juga digunakan dalam pe- annya secara fisik (jumlah baris,
nulisan prasasti. Agar matra yang di- jumlah suku kata setiap baris, dan
pahatkan itu bermakna, berkekuat- pola persajakannya) dapat diidenti-
an, ataupun memiliki kesaktian. Oleh fikasi dalam bentuk: 12/u, 8/i, 8/u,
karena pengaruh Hindu yang masih 8/i, 8/o.
baru, penyusun prasasti belum me-
328 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Tembang megatruh berwatak dan Wonohito. Meskipun Samawi


sedih, rindu bercampur putus asa. orang Sumatra, ia adalah orang Ta-
Tembang ini sangat cocok untuk me- man Siswa sehingga rasa kebangsa-
ngungkapkan kesedihan, penyesalan, an dan kepedulian kepada kebudaya-
dan rasa derita. Seringkali, tembang an daerahnya tinggi, termasuk kepa-
ini ditembangkan untuk mengantar da kebudayaan Jawa. Selain mereka
kepergian seseorang yang meninggal berdua, ada beberapa tokoh yang be-
dunia. Mengapa dipilih tembang me- sar juga bantuannya kepada kelahir-
gatruh? Sejumlah orang berpendapat an Mekar Sari, seperti Soebekti dan
bahwa megatruh itu diturunkan dari Aris Munandar.
kata pegat ‘berpisah’ dan ruh atau Ketika majalah tersebut terbit
nyawa. Jadi, kata megatruh dimak- pertama kali, pada 1 Maret 1957, pe-
nai perpisahan karena kematian. megang Pemimpin Redaksi ahíla
Tembang megatruh sering menggu- Soebekti, dibantu oleh Aris Munan-
nakan sasmita ‘lambang’ kata ter- dar sebagai penyelenggara, sedang-
tentu, misalnya kata pegat, duduk, kan Pemimpin Umum dipegang Wo-
wuluh, luh, truh, dan manatas. nohito. Akan tetapi, pada terbitan
Contoh tembang Megatruh dari tanggal 1 Januari 1962 sampai de-
Serat Wulangreh sebagai berikut. ngan 15 April 1969, Pemimpin Re-
MEGATRUH daksi digantikan oleh Aris Munandar,
Wong ngawula ing ratu luwih tetapi Pemimpin Umum tetap di
pekewuh, tangan Wonohito. Namun, mulai Ma-
nora kena minggrang-ming- ret 1986, posisi Pemimpin Redaksi
gring, dipegang oleh Bandung Kus Sudyar-
kudu mantep sartanipun, sana. Ia juga dikenal sebagai seorang
setya tuhu marang gusti, pengarang fiksi Jawa yang bagus,
dipunpiturut sapakon. dan sebagai salah seorang aktor dari
grup Ketoprak Mataram. Adapun
‘Mengabdi kepada raja lebih sulit
Pemimpin Umum Mekar Sari dise-
tidak boleh ragu-ragu
rahkan kepada Iman Soetrisno. Tiga
harus mantap secara utuh
tahun kemudian, yaitu bulan Maret
setia dan patuh kepada raja
1989, posisi Pemimpin Redaksi di-
harus menurut segala perintah
gantikan Suwariyun. Kantor Mekar
raja.’
Sari ada di dua tempat, yaitu (1) di
Jalan Tugu 42 (Semarang jalan P.
mekar sari
Mangkubumi 42), dan (2) di Jalan
Majalah Mekar Sari terbit di
Slamet Riyadi 188, Surakarta.
Yogyakarta pada tanggal 1 Maret
Majalah Mekar Sari yang terbit
1957. Adapun tokoh penting yang
mingguan itu didukung oleh staf pem-
“mengentarkan” terbitnya mingguan
bantu yang memiliki nama besar, se-
brevaza Jawa di Yogyakarta itu ahíla
perti Darmosoegito, Sastroharjono,
Samawi (berasal dari Sumatra Barat)
Soedardjo Tjokrosisworo, Ny. Bro-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 329

topranoto, Samsudin Probohardjono, daulatan Rakyat, sebuah badan pe-


dan Any Asmara. nerbitan swasta di Yogyakarta. Oleh
Rubrik-rubrik dalam majalah karena itu, tidak dapat tidak, jatuh-
Mekar Sari cukup beraneka, yang bangunnya Mekar Sari juga tidak
dapat dipilah ke dalam 2 kelompok, terlepas dari keuntungan (profit) un-
yaitu (1) kelompok rubrik umum, dan tuk bertahan hidup. Maka, seluruh
(2) kelompok rubrik khusus. Yang ter- staf redaksi Mekar Sari harus ber-
masuk rubruk-rubrik spesifik, antara juang agar penerbitan Mekar Sari
lain, rubrik “Pribadhi Binuka” (ten- tidak merugi, antara lain dengan “me-
tang tokoh-tokoh penting), “Darma ngembangkan dan memelihara” ru-
Wisata”, “Madu Basa”, “Banyumas- brik dan tata ruang (lay out). Apa-
an”, “Laporan Istimewa”, “Urap lagi, ada beberapa majalah berba-
Sari”, dan “Padesan”, “Gupita Sa- hasa Jawa di daerah pemakai bahasa
ri” (rubrik guritan), dan “Warung Jawa, yaitu Panyebar Semangat, Ja-
Cengir”. Adapun rubrik-rubrik yang ya Baya, Djoko Lodhang, dan be-
tergolong kelompok rubrik umum, berapa majalah berbahasa Jawa lain-
antara lain: “Ngadi Sarira”, “Pe- nya (baik di Yogyakarta, Surakarta,
dhalangan”, “Crita Cekak”, “Crita Semarang, dan Surabaya) yang tidak
Sambung”, “Palintangan”, “Prim- mampu lama terbit.
bon”, “Kriminal”, “Roman Seja- Ketika krisis moneter tahun
rah”, “Pawarta Njaban Negara”, 1997, media massa berbahasa dae-
“Tata Cara”, dan “Kapling Esem” rah, termasuk majalah-majalah ber-
(lelucon). Dalam Mekar Sari (No. bahasa Jawa (seperti Mekar Sari,
23, Th. X, 1 Februsaari 1967) pula Panyebar Semangat, dan Jaya Ba-
dimuat informasi tentang buku-buku ya) harus mengencangkan ikat ping-
novel panglipur wuyung Jawa yang gang dan mengolah rubrik-rubrik se-
disita oleh Komres 951 Sala (dalam baik mungkin supaya mampu berta-
rangka Operasi Tertib Remaja II han hidup. Namun, Mekar Sari ha-
Sala). rus mengalah dengan keputusan pe-
Pada tahun-tahun awal terbit- milik modal (Kedaulatan Rakyat)
nya, Mekar Sari hanya memiliki ti- untuk mengubah penerbitannya men-
ras kecil, yaitu maksimal 5.000 ek- jadi lembar suplemen di dalam hari-
semplar, tetapi oplag atau tirasnya an Kedaulatan Rakyat pada setiap
menanjak hingga G.30 S meletus, hari Minggu.
tanggal 30 September 1965. Bahkan,
ketika harga kertas melonjak pun, menak beraji
Mekar Sari pun masih terus bertahan Menak Beraji adalah bagian ke-
terbit. Tiras tertinggi Mekar Sari sembilan dari dua puluh empat bagi-
ialah pada awal dekade 1970-an, an cerita Menak. Di dalam ceritakan
mencapai jumlah 21.000 eksemlar. dibeberkan bahwa Raja Aspandria
Majalah berbahasa Jawa Mekar dari Kerajaan Biraji, yang sudah la-
Sari itu diterbitkan oleh PT BP Ke- ma berkeinginan mengalahkan
330 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Ambyah, justru diserang tentara Am- Ambyah maju ke medan perang, Ke-
byah. Terjadilah pertempuran antara wusnendar kalah dan takluk. Nusyir-
tentara Biraji melawan tentara Am- wan lari ke negeri Kaelani.
byah. Ambyah menderita kekalahan, Akrab dengan para isteri Am-
mundur dari medan perang, ditolong byah, putri Cina berusaha mendekati
oleh pendeta Maskun. Akhirnya, Ambyah. Ambyah menuju ke Kae-
Ambyah menang dan Biraji ditakluk- lani. Di tengah jalab berperang de-
an. Ambyah kembali ke Mekah, ke- ngan tentara raksasa dari Jabalkap.
luarganya yang masih ada di Kaos Raksasa dapat dikalahkan oleh putri
dinta ikut kembali ke Mekah. Cina. Tentara Kaelani dikepalai oleh
Dewi Kelaswara, adik Raja Jajali
menak cina dari Kaelani, Tentara Kelaswara wa-
Menak Cina adalah bagian keli- nita semua. Ketika berhadapan de-
mabelas dari dua puluh empat ba- ngan Ambyah, Kelaswara dapat me-
gian cerita Menak. Diceritakan bah- larikan Ambyah ke dalam istana.
wa Raja Hong Tete dari Negeri Cina Akhirnya, dia menjadi istri Ambyah,
mempunyai dua orang putri bernama dikawinkan oleh Umar Maya. Raja
Adaninggar dan Widaninggar. Ada- Jajali takluk.
ninggar jatuh cinta kepada Ambyah. Mendengar bahwa Ambyah ka-
Raja Kemar kalah dalam pepe- win dengan Kelaswara, semua istri-
rangan lalu takluk kepada Ambyah. nya marah. Kelaswara dilarikan me-
Adik sang raja bernama Dewi Kis- reka ke hutan. Terjadilah peperangan
bandi dipersembahkan kepada Am- tentara Kaelani dan tentara Ambyah.
byah. Karena Kuwari telah kalah, Ra- Putri Ciba tewas. Putri Parangakik
ja Nusyirwan lari ke negeri Yujana, dan Putri Karsinah akan menuntut
dikejar Ambyah. Terjadilah pepe- balas, akan tetapi dilerai oleh Kelas-
rangan antara Yujana dengan Kupar- wara. Jenazah Pitri Cina dikubur di
man. Putri Cina, Dewi Muninggar, Parangakik.
berangkat menuju Yujana untuk ber- Raja Nusyirwan dewngan, de-
temu dengan Ambyah. Dia pura-pu- ngan menyamar diri, berangkat ke
ra jatuh cinta kepada Nusyirwan. Negeri Cina guna mengadukan kea-
Ambyah dilarikan putrid itu ke hutan daan Putri Cina. Di tengah jalan di-
hingga dicari oleh Umar Maya. Ke- rampok ikeg raja Mukub bernama
tika putri itu menyampaikan cinta, Binti Bahran. Permaisuri Medayin
ditolak oleh Ambyah karena telah di- mendengar berita itu, maka minya
dengarnya bahwa putri itu akan di- kepada Ambyah supaya menolong-
peristri oleh Nusyirwan. nya. Mukup kalah oleh Ambyah, raja
Raja Kewusnendar dari Yujana, Mukup diajak mencari Nusyirwan.
setelah mengetahui bahwa Ambah Nusyirwan telah ditolong seorang
hilang, segera mengerahkan tentara janda penjual roti. Dengan menya-
menyerang tentara Ambyah, Raden mar, Ambyah dan raja Mukup ber-
Rustam tertangkap. Umar Maya dan temu dengan Nusyirwan di rumah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 331

janda itu, Nusyirwan tidak menge- hilanglah marah Ambyah kepada Mu-
nali Ambyah, ninggar. Ambyah meneruskan mela-
Sangat susah karena putrinya wan raja Jobin; raja Jobin kalah lalu
ditawan di Kaelani, Raja Hong Tete lari ke negeri Kuristam.
sehari-hari melakukan pemujaan ter-
hadap Dewa Api. Api dipadamkan menak gandrung
oleh Ambyah, Hong Tete takluk dan Menak Gandrung adalah bagian
sangat hormat kepada Ambyah. kesebelas dari dua puluh empat ba-
gian cerita Menak. Di sini dicerita-
menak demis kan tentang Raja Sadat Abu Ngumar
Menak Demis adalah bagian ke- dan Raja Jobin ditolong oleh tentara
enam dari dua puluh empat bagian sebangsa pencuri menyerang Kaos.
cerita Menak. Di dalam cerita ini di- Raja Kobat Sarehas dibunuh. Mu-
kisahkan Nusyirwan dengan raja Jo- ninggar membalas putranya, be-
bin mengungsi ke Demis. Ambayah rangkat ke medan perang, tetapi juga
menantang raja Demis, yang disuruh menemui ajalnya. Ambyah sangat
menyampaikan surat Umar Maya. marah, Raja Sadat Abu Umar dan
Di Demis Umar Maya dapat bersi- Raja Jobin dibunuhnya dalam pepe-
luman, menangkap Bestak dan Jo- rangan. Kematian Dewi Muninggar
bin, kemudian dipukuli. Mahkota ra- menjadikan Ambyah sangat susah,
ja Demis dapat dirampas, lalu dise- maka sampai berhari-hari, dengan
rahkan kepada Ambyah. Terjadilah ditemani Raden Maktal, Ambyah
peperangan antara tentara Islam dan menungguhi kubur istrinya.
tentara Katijah. Raden Maryunani,
putra Ambyah dengan Sekar Keda- menak jamintoran
ton, menolong ayahnya. Raja Demis Menak Jamintoran adalah bagi-
tertangkap. Maryunani diberi kuda an dua puluh satu dari dua puluh em-
Kalisahak. pat bagian cerita Menak. Di sini di-
Mendengar bahwa Ambyah te- ceritakan Raja Sador Ngalam dari
lah berputera dengan Sekar Kada- Jamintoran berputra putri bernama
ton, Muninggar menjadi sangat su- Julusul Asikin. Putri ini menderita
sah dan mengatakan bahwa Ambyah sakit dan menurut sebuah wisik, dia
melanggar janji. Umar Maya mem- dapat sembuh kalau mandi dalam
beritahu Muninggar bahwa Ambyah kolam yang bernama Iskandar di ta-
bersetubuh dengan Sekar Kedaton man Jaminarab. Dengan diiring­An
hanya dalam mimpi. Akan tetapi, bala tentara secukupnya, Julusul
Muninggar tetap pada pendiriannya. Asikin pergi ke kolam itu. Ketika se-
Hal itu menyebabkan marahnya Am- dang berburu, pangeran Nelan terse-
byah hingga Muninggar diusir, di- sat sampai ke Jaminambar, berjum-
suruh kawin dengan raja Bangid. Atas pa dengan putri Julusul Asikin, sang
tipu daya Umar Maya dan Maktal, putri mengajaknya masuk ke istana.
raja Bangid dapat dibunuh. Akhirnya Atas kehendak sang raja Pangeran
332 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kelan dipertunangkan dengan sang Asikin. Penganten lalu diboyong ke


putri. Pemberontakan raja Kahar Rokam.
Ngalam, bawahan raja Jamintoran,
dapat dinadamkan oleh pangeran menak kalakodrat
Kelan. Raja Kahar takluk kepada Menak Kalakodrat adalah bagi-
tentara Ambyah. an sembilan belas dari dua puluh em-
pat bagian cerita Menak. Di sini di-
menak janimbar ceritakan Patih Bestak meminta raja
Menak Janimbar adalah bagian Kalakodrat supaya membantu pe-
dua puluh dua dari dua puluh empat rangnya melawan Ambyah. Mende-
bagian cerita Menak. Di sini diceri- ngar itu, War Maya pergi A Meda-
takan Umar Maya diperintah Am- yin, menyamarkan diri sebagai juru
byah supaya mencari pangeran Ke- masak. Pada suatu malam, Bestak
lan. Perialanannya tersesat sampai diculik lalu dibunuh, dagingnya di-
Jaminambar. Raja negeri itu berna- masak dihidangkan kepada raja
ma Rabus Samawati, mengaku seba- Nusyirwan. Tahu bahwa yang dima-
gai Tuhan serta banyak raja takluk- kan adalah daging patih Bestak, men-
annya. Pemimpin raja-raja itu ber- jadi sakitlah raja Nusyirwan, akhir-
nama Malaikat. Oleh Umar Maya, nya meninggal dunia. Setelah itu
Raja Rabus Samawati dan raja-raja Umar Maya pergi dari Medayin.
bawahannya itu dibuat mabuk, lalu Atas kemauan Ambyah, raden Hir-
kepalanya digunduli sebagai tanda man diangkat menjadi raja, meng-
penghinaan. Umar Maya menerus- gantikan Nusyirwan, dan Baktiar,
kan ke negeri Jamintoran, bertemu putra patih Bestak, menjadi patih-
dengan raja Kelan dan raja Sadar nya. Raden Hurmus diangkat menja-
Ngalam. Setelah berunding sebentar di Senapati Medayin.
di Jamintoran, Umar Maya kembali Kena bujukan Baktiar, raja Kir-
ke Rokom memberi tahu Ambyah me- wan mulai memusuhi Ambyah, lalu
ngenai raja Rabus Samawati. Am- bergabung dengan tentara raja Ka-
bysh menyerang Jaminambar. lakodrat untuk mengepung negeri
Patih Baktiar dan Raden Marda- Mekah. Serangan dihadapi oleh Am-
wan bergabung dengan Raja Rabus byah, tentara Kalakodrat kalah lalu
Samawati. Baktiar memberi tahukan kembali ke negerinya. Tentara raja
raja bahwa Ambyah akan menye- Hirman mengikuti ke Kalakodrat, te-
rang negeri Jaminambar. Terjadilah tap dikejar oleh tentara Kuparman.
peperangan antara kedua tentara itu. Raja Salsal dari Kalakodrat sa-
Tentara Kuparman dibantu tentara dar bahwa dibohongi oleh Baktiar,
Jamintoran; maka kalahlah Raja Ra- maka Baktiar lalu dipenjara. Raja
bus Samawati, istana dirusak. Sete- Hirman tidak tahan tinggal di Kala-
rusnya Ambyah mengawinkan pa- kodrat, karena raja dengan seluruh
ngeran Kelan dengan putri Julusul tentaranya suka makan daging ma-
nusia. Raja Hirman kembali ke Am-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 333

byah. Raja Salsal lalu diperangi oleh peristri oleh Maktal. Semuanya be-
Ambyah, akhirnya takluk dan ber- serta kedua putri itu ke Kuparman.
janji tidak akan makan daging ma-
nusia lagi. menak kanin
Menak Kanin adalah bagian ke-
menak kandabumi sepuluh dari dua puluh empat bagian
Menak Kandabumi adalah ba- cerita Menak. Di ceritakan bahwa
gian ketigabelas dari dua puluh em- Patih Bestak dan Raja Jobin menye-
pat bagian cerita Menak. Di dalam barkan berita tentang kematian Am-
cerita ini dibeberakan kisah tentang byah di medan perang. Kaos gempar,
puteri Parangakik dan putri Karsi- raja Bahman dibujuk oleh Patih Bes-
nah ke Medayin untuk mengamati tak supaya berbalik kepadanya. Ten-
negeri itu. Di Medayin keduanya tara Muslim di Kaos pecah menjadi
bertemu dengan Dewi Marpinjun, dua, sebagian masih setia kepada
adik Dewi Muninggar. Marpinjun Ambyah, sebagian laki berbalik, ma-
mengatakan bahwa dia ingin diper- ka terjadilah peperangan antarme-
istri oleh Ambyah. Atas permintaan reka. Adik raja Jobin, bernama Dewi
Putri Parangakik dan Putri Karsi- Kalajohar, yang menjadi raja di Pi-
nah, Ambyah melamar Marpinjun ke kari, membantu Ambyah. Selain itu,
Medayin dengan diiringkan tentara Ambyah dibantu juga oleh Lamda-
yang dikepalai Raden Maktal. Di te- hur dengan puteranya bernama Ra-
ngah jalan tentara Ambyah bertemu den Pingadi. Dewi Muninggar mem-
dengan utusan Raja Banakamsi dari beritahu ke Mekah bahwa Kaos dise-
Kandabumi, yang juga akan mela- rang musuh. Ambyah segera berang-
mar Marpinjun. Terjadilah pepe- kat ke Kaos, langsung ke medan pe-
rangan antara kedua tentara itu. rang. Ambyah dapat dilukai oleh raja
Dewi Kuraisin sedang mengun- Bahman, lalu lari ke Surukan, dito-
jungi ayahnya, bertemu dengan putri long dan diobati oleh seorang berna-
Parangakik dan Putri Karsinah. Ber- ma Sahsiar bersama ibunya. Di Su-
tiga mereka berusaha melarikan rukan disusul oleh Umar Maya, ma-
Marpinjun. Mereka bertemu dengan ka diperintahkan oleh Ambyah su-
putrid dari Kandbumi yang juga paya Umar Maya memboyong ke-
mempunyai maksud sama. Dewi Ba- luarganya dari Kaos ke Surukan,
nawati (pitri dari Kandabumi itu) maka ramailah negeri Kaos. Sahsiar
dan Dewi Marpinjun dibawa ke tem- diangkat raja di Surukan. Raja Bah-
pat Raden Maktal. Raja Banakamsi man tertangkap oleh Maryunani, se-
menjadi marah, Maktal diserang. dangkan raja Hirman, putera Nusyir-
Akan tetapi, akhirnya Banakamsi wan, dan raja Jobin melarikan diri
kalah, takluk kepada Ambyah. De- ke negeri Kuwari. Maryunani di-
ngan wakil raja Yunan dan Mesir, perintah mengejar mereka. Akan te-
Ambyah menikah dengan Marpin- tapi, tersesesat di tempat Kalajohar.
jun. Sedangkan Dewi Banawati di- Putri ini minta dikawinkan oleh
334 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Maryunani, tetapi ditolaknya. Mar- bar bahwa Mekah diserang musuh.


yunani lalu dibunuhnya. Sekar Ke- Ia segera kembali ke Mekah lang-
daton susah hati mendengar kabar sung ke medan perang. Dia menyak-
kematian putranya. Pada akhirnya, sikan bahwa ayahnya, Betal Jemur,
ia pun menyusul meninggal. dibunuh oleh Kalbat. Kalbat dibunuh
Kerajaan Kueari akhirnya takluk oleh Umar Maya. Dengan Maktal,
kepada Ambyah. Ambyah diminta Umar Maya dapat membunuh Ijras.
oleh permaisuri Medayin supaya Tentara Ijras mengundurkan diri.
membebaskan Nusyirwan dari pen- Dewi Sudarawreti, adik Raja
jara raja Ngabesi. Permintaan itu di- Kanjun, dan Dewi Rabingu dari Kar-
penuhi oleh Ambyah, tetapi Ambyag sinah mendapat sisk bertemu di te-
terperosok ke dalam telaga bisa, se- ngah jalan waktu mencari Ambyah,
dangkan Maktal yang mengiringkan maka berperanglah mereka. Akhir-
Ambyah diikat pada sebuah pohon. nya berdamai, mereka bersama-sa-
Maka, tersiarlah kabar bahwa Am- ma mencari Ambyah. Setelah dapat
byah telah mati. Raja Ngabesi me- menemukannya, Ambyah dibawa ke
ngajak Nusyirwan menjarah negeri negeri Parangakik. Seterusnya ke-
Kaos. Akhirnya, Ambyah dan Mak- duanya dijanjikan diperistri oleh Am-
tal ditolong oleh Umar Maya. Putra byah. Ambyah menerima gada dri
raja Ngabesi bernama raja Kadaris- Sudarawreti. Dengan Raden Maktal,
man, takluk kepada Ambyah. Ia ber- Ambyah menyerang Raja Kanjun,
janji akan menangkap ayahnya. Se- ditangkapnya, kemudian dibunuh
terusnya Ambyah menuju ke Kaos. oleh Dewi Sudarawreti, adiknya sen-
diri. Di Mekah kedua putri itu dika-
menak kanjun winkan dengan Ambyah. Kemudian
Menak Kanjun adalah bagian ke- Ambyah kembali ke Kuparman un-
duabelas dari dua puluh empat ba- tuk menenteramkan diri.
gian cerita Menak. Diceritakan bah-
wa Mekah diserang oleh Raja Kan- menak kaos
jun dari Parangakik. Seorang raja Menak Kaos adalah bagian ke-
bawahan Parangakik bernama Raja tujuh dari dua puluh empat bagian
Ijras, menyamar dan ikut menunggu cerita Menak. Di sini diceritakan
kubur Dewi Muninggar. Dia berhasil Ambyah berangkat ke Medayin akan
meracun Ambyah an Maktal hingga mohon kepada raja Nusyirwan supa-
kedua orang itu pingsan, lalu diikat ya meresmikan perkawinannya de-
dan diserahkan kepada Raja Kanjun. ngan Muninggar. Selesai pesta per-
Mekah diserang oleh tentara Raja kawinan, Ambyah mengejar raja Jo-
Kanjun dan Nusyirwan didatangkan bin ke Kuristam. Di tengah jalan ber-
ke Mekah supaya dapat menyaksi- jumpa dengan tentara Kaos, yang
kan Amir Ambuah. akan bergabung dengan raja Jobin
Ketika sedang bertapa di Pulau di Kuristam. Trjadilah peperangan.
Adam, Umar Maya mendengar ka- Aja Kaos takluk, istrinya dijarah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 335

oleh Umar Madi, putra putrinya di- menak kustub


kawinkan dengan Raden Maryunani. Menak Kustub adalah bagian
Kerajaan Kaos jatuh ke tentara Am- delapan belas dari dua puluh empat
byah, Raden Maryunani diangkat bagian cerita Menak. Di sini diceri-
menjadi raja di Kaos. takan tentang raja Semakum dipe-
rintahkan oleh Ambyah mengambil
menak kuristam raja Nusyirwan dari Ngambar Kus-
Menak Kuristam adalah bagian tup. Akan tetapi, tidak diizinkan oleh
kedelapan dari dua puluh empat ba- raja Bari Akbar, maka lalu menja-
gian cerita Menak. Di sini dicerita- dikan peperangan. Tentara Ngambar
kan bahwa Dewi Muninggar berpu- Kustup takut, masuk ke dalam kota.
tera laki-laki bernama Raden Kobat Mendengar kalau adiknya menang
Sarehas; dan Raden Maryunani ber- perang, sukalah hati Ambyah, maka
putra laki-laki bernama Ibnu Umar. Dewi Kadarwati diminta menyusul
Ibnu Umar dirajakan di Kaos, Raden suaminya ke Ngambar Kustup. Ter-
Maryunani sendiri menjadi seorang jadilah peperangan antara Kadarnati
kesatria. dengan dewi Ngumyun Hadikin,
Raja Jobin memberitahu Nusyir- adik raja Bari Akbar. Ngumyun Ha-
wan bahwa raja Kuristam bersedia dikin dengan tentaranya, semuanya
menghabisi nyawa Ambyah. Atas wanita, takluk kepada dewi Kadar-
saran Bestak, Nusyirwan diiringkan wati. Mengerti bahwa peperangan
olehnya menuju Kuristam. Terjadi kalah, raja Bari Akbar lari ke negeri
peperangan dan Kuristam kalah, raja Tasmiten, bersama-sama dengan ra-
Kuristam bernama Bahman takluk ja Nusyirwan. Seterusnya Ambyah
kepada Ambyah, demikian raja jin. mengawinkan raden Hasim Katamsi
Nusyirwan pun lalu kembali ke dengan dewi Ngumyun. Hadikin.
Medayin. Patih Bestak tidak jera-je- Mendengar bahwa dewi Ngumyun
ranya berusaha menghabisi nyawa Hadikin telah kawin dengan Hasim
Ambyah. Dia meminta tolong raja Katamsi, raja Johan Pirman dari
Ngabesi dan disanggupinya. Raja Tasmiten menjadi marah dan me-
Ngabesi Mekah dilawan oleh Am- nyerang tentara Ambyah. Serangan
byah. Raja Ngabesi takluk kepada itu dihadapi oleh raja Semakum.
tentera Muslim dengan seluruh bala Raja Johan Pirman alah lalu takluk
tenteranya. Raja Sadat Kabul Ngu- kepada Ambyah. Nusyirwan lari ke
mar (raja Ngabesi) sangat marah ke- negeri Pirkaras, negeri raja Banu Ke-
pada Nusyirwan. Dia berhasil me- rjis.
nangkapnya lalu dipenjarakan di
Ngabesi. Ngeri Kuparman dikuasai menak kuwari
Ambyah, maka Ambyah dikenal ju- Menak Kuwari adalah bagian ke-
ga sebagai Sultan Kuparman. empatbelas dari dua puluh empat ba-
gian cerita Menak. Di dalam cerita
ini dipaparkan kisah ketika pada
336 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

suatu ketika di tengah jalan terapat habisi nyawa Muhammad. Ambyah


iring-iringan penganten yang dise- ditetapkan menjadi panglima pepe-
rang oleh raja raksasa bernama Bar- rangan menghadapi serangan raja La-
duwas, pelarian dari Jabalkap. Bar- kat. Ramailah peperangan itu, tentara
duwas terbunuh. Kuparman semakin Lakat kalah banyak yang tewas.
ramai dan sejahtera. Putri Paranga- Atas saran setan yang menyamar
kik berputra laki-laki bernama Ra- sebagai pendeta, raja Lakat supaya
den Jayusman dan Putri Karsinah ju- minta bantuan raja Ngabesi yang ber-
ga berputra laki-laki bernama Raden nama raja Jenggi. Demikian pula atas
Ruslan. anjuran setan itu, raja Jenggi akan
Raden Samsir, saudara raja Ba- membantu raja Lakat dan sudah
nakamsi, yang berkuasa di Kanda- berangkat ke negeri Lakat. Atas sa-
bumi diserang oleh tentara Kuwari. ran raja Jenggi, dibuatlah lubang di
Ambyah membantu Samsir. Patih tengah medan perang, untuk menje-
Bestak mohon kepada Raja Kuwari bak musuh. Lubang itu dibuat sele-
supaya menghabisi nyawa Ambyah. bar barisan. susuh. Pecahlah perang
Ambyah menyerang Kuwari. Raja antara tentara kafir dan muslim. Ba-
Kuwari bernama Kemar. Sementara nyak tentara muslim yang kena pe-
itu, Marpinjun memiliki anak berna- rangkap, tewas masuk dalam lu-
ma Raden Rustamaji. bang. Ketika mendekati lubang, ku-
da yang dikendarai Ambyah mogok
menak laknat tidak mau meneruskan jalannya. Am-
Menak Laknat adalah bagian byah heran hingga berkali-kali kuda
dua puluh empat dari dua puluh em- itu dipukulnya. Ambyah tidak sadar
pat bagian cerita Menak. Di sini di- bahwa kuda telah memberi isyarat
ceritakan Nabi Rasul menyambut untuk tidak maju karena dia tahu ada
dengan gembira kedatangan Ambyah perangkap di depannya. Akhirnya
yang masih pamannya sendiri, ka- Ambyah jatuh ke dalam lubang, te-
rena Ambyah dengan ikhlas mau rus dihunjami panah dan batu oleh
pindah agarma, dari syariat Nabi tentara kafir. Amir Ambyah gugur da-
Ibrahim ke syariat Nabi Muham- lam peperangan Kud, dengan rasa
mad. puas karena telah menyelesaikon tu-
Raja Hirman dari Medayin, se- gasnya, menyebarkan agana Islam
telah mendengar bahwa Ambyah dan memerangi raja yang masih ka-
mati terbakar dengan tentaranya, la- fir. Dia mati dengan sikap kepahla-
lu mengerahkan balanya akan me- wanan tabah disiksa dan disakiti.
nyerang Nabi Rasul. Madinah siap- Tentaranya banyak yang gugur se-
siap menyambut kedatangan musuh. perti sang pahlawan. Makin bertam-
Medayin kalah. Raja Hirman lari ke bah-tambah kekejaman tentara raja
negeri Lakat minta bantuan. Atas Lakat dan tentara Ngabesi, maka la-
bujukan Baktiar, raja Lakat sanggup rilah tentara muslim ke hutan dan ke
membantu raja Hirman untuk meng- gunung. Nabi Muhammad yang ada
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 337

dalam medan perang diminta me- kar, setelah mendengar suara bagin-
ngungsi oleh Abubakar ke sebuah da Ali segera keluar dari persembu-
gua. Sebuah gigi Nabi Rasul tanggal nyiannya, lalu menggabungkan diri
karena kena batu yang dilempar oleh dengan tentara muslin.
tentara kafir hingga Nabi pingsan. Diceritakan di Ngajrak, Dewi
Saat itu muncullah Jibril di hadapan Kuraisin mendengar bahwa ayahnya
Nabi, menyampaikan berita bahwa telah pergi ke Medinah, mengham-
Tuhan Allah sangat marah kepada bakan diri kepada Nabi Rasul dan
Nabi karena dia terlalu membang- mengikuti syariatnya, dia ingin me-
gakan kekuatan Ambyah dan taka- nemui ayahnya dan memasuki sya-
bur, hingga tidak sadar bahwa semua- riat agama Muhammad juga. Dike-
nya itu ada di tangan Tuhan. Karena rahkannya jin sebagai tentaranya,
sangat memperhitungkan kemenang- berangkat ke Medinah, langsung he
an Ambyah, maka tentara muslim rumah Dewi Patimah, putri Nabi
dan Nabi Allah lalu kurang berhati- Rasul yang wenjadi istri baginda Ali.
hati. Dari Patimah, Kuraisin mendengar
Puncak kekejaman tentara kafir bahwa ayahnya telah gugur dalam
berupa pembelahan dada jenazah perang, mati syahid. Baginda Ali se-
Amir Ambyah, pengambilan hati- dang menuju ke medan perang me-
nya, kemudian penyerahannya, dan nuntut membela kekalahan tentara
akhirnya pembuangannya. Ternyata muslim.
hati Ambyah memang lebih besar Dewi Kuraisin segera menyusul
dari hati manusia biasa dan berlu- Ali ke medan perang dan akan me-
bang sembilan buah. nuntut bela kematian ayahnya. Ter-
Pada waktu terjadi peperangan jadilah perang tanding antara Ku-
dahsyat itu, kebetulan baginda Ali, raisin dengan raja Jenggi. Yang per-
andalan tentara muslim, sedang sa- tama menyerah adalah raja Lakat,
kit. Mendengar bahwa tentara mu- kemudian akhirnya raja Jenggi pun
slim kalah dan Ambyah menderita kalah juga. Oleh baginda Ali, semua-
kekalahan dan sampai menemui ajal- nya dihadapkan kepada Nabi Rasul.
nya, Ali segera bangkit dari tidurnya, Lahat mengatakan bahwa yang mem-
berangkat ke medan perang, dan bunuh Ambyah raja Jenggi, maka
mendapatinya bahwa tentara muslim babi Rasul minta kepada Kuraisin
sudah lari tunggang-langgang. Ma- supaya memberi ampun kepada Jeng-
ka, meraunglah baginda Ali, suara- gi. Setelah rambut kedua raja itu di-
nya keras sekali, sampai terdengar cukur, mereka diampuni dan masuk
ke tempat persembunyian tentara Islam.
muslim. Mendengar raungan bagin- Atas kehendak Nabi Rasul, De-
da Ali, semua tentara muslim bangkit wi Kuraisin dikawinkan dengan ba-
kembali, tumbuh semangat mereka ginda Ali, keduanya telah berjasa be-
untut menyerang tentara kafir. De- sar menyelesaikan peperangan dan
mikian pula Nabi Rasul dan Abu Ba- tentara Islan menang. Dewi Patimah
338 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tidak keberatan suaminya mengam- dari kekuasaan Yaman. Seorang pu-


bil istri Dewi Kuraisin. Waktu se- tra raja Alabani, bernama Maktal,
dang mengandung, Kuraisin kembali menyerah tentera Mekah, dilawan
ke Ngajrak dan lahirlah jabang bayi- oleh Ambyah, Maktal takluk, dan
nya di Ngajrak, seorang bayi laki- masuk Islam serta menjadi tentera
laki yang diramalkan oleh Nabi Ra- andalan Ambyah. Ia dapat dian-
sul akan menjadi pahlnwan yang dandal oleh Ambyah dalam menga-
mampu menyelamatakan keluarga, tasi masalah atau kesulitan. Mela-
agama Islam, serta negara. Nama wan tentara Kohkarib, Ambyah me-
bayi itu Muhammad Hanafiyah. nang, rajanya bernama Umar Madi
Patih Baktiar memerintahkan takluk dan masuk Islam. Umar Madi
negeri Lahat di bawah kekuasaan seterusnya menjadi tentera setia ke-
raja Hirman dari Medayin. Akhir- pada Ambyah.
nya, Baktiar juga masuk Islam, ke- Mendengar keberanian Ambyah
mudian diikuti oleh raja Hirman, dan serta banyaknya raja-raja yang takluk
seterusnya seluruh tentaranya masuk kepadanya, Nusyirwan memanggil-
Islam semuanya. nya ke Medayin untuk melawan raja-
Muhammad Hanafiah tumbuh raja yang menyerang Medayin. Putri
dengan sehat, menjadi anak tampan raja Nusyirwan bernama Dewi Mu-
dan gagah perkasa. Setelah dewasa, ninggar jatuh cinta kepada Ambyah.
Hanafiah dihadapkan kepada Nabi Patih Bestak dan raja Kistaham, raja
Rasul dan kepada bapanya, baginda andalan Medayin, berusaha meng-
Ali. Akhirnya, Muhammad Hanafiah halang-halangi perkawinan kedua-
dijadikan raja di Ngajrak. nya. Bahkan, menginginkan kemati-
an Ambyah. Tipu daya Bestak selalu
menak lare gagal, sebaliknya Ambyah selalu
Menak Lare adalah bagian ke- menang dan selalu dapat mengalah-
dua dari dua puluh empat bagian ce- kan musuh Medayin.
rita Menak. Karya ini menceritakan
tentang sepak terjang Amir Ambyah menak malebari
dan Umar Maya. Sejak kecil dua Menak Malebari adalah bagian
anak itu selalu bersama-sama dalam keenambelas dari dua puluh empat
bermain-main, mengaji, dan beper- bagian cerita Menak. Dikisahkan
gian. Dalam berkelahi keduanya se- bahwa Dewi Kunmaryati, putrid raja
lalu menang, musuh dapat dibanting Kusnia Malebari, dilamar oleh Am-
dan diluluhlantakkan, akhirnya mati. byah untuk putranya Jayusman, pu-
Waktu bermain-main di hutan tra dari putri Parangakik. Lamaran
mereka menemukan seekor kuda, pe- diterima, para isteri Ambyah dengan
ninggalan Nabi Ishak, seterusnya bala tentara berangkat ke Malebari,
kuda menjadi kendaraan setia Am- sedangkan Ambyah dari negeri Cina,
yah dan dinamakan Kalisahak. Oleh untuk menhyaksikan perkwinan itu,
Ambyah Mekah dapat dibebaskan Raja Kiswa Pangindrus, raja raksasa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 339

dari Jabalkap bermaksud juga me- Kubarsi dan andalan tentara Kubar-
lamar Dewi Kunmaryati. Ia lalu ber- si, berperang tanding dengan putri Pa-
tapa. Sementara itu, Nusyirwan rangakik dan Putri Karsinah. Kadar-
kembali dari Cina langsung ke Me- wati tertangkap, ditawan, akhirnya
dayin, dan Ambyah ke Malebari. dikawinkan dengan Pangeran Kelan
Dewi Kelaswara melahirkan se- bernama Raden Iman.
orang putra, tetapi lalu meninggal. Raden Amir Anjilin menyusul ke
Putranya lalu dibuang ke laut, dite- Malebari, langsung ke medan pe-
mu oleh Dewi Ismaya. Ismaya tahu rang, bermaksud akan mencoba ke-
bahwa anak itu putra Ambyah, maka kuatan Ambyah. Semula dia mela-
lalu dipelihara dan diberi nama Ra- wan tentara Kuparman, tentara Ku-
den Iman. Berlangsunglah perkawin- parman banyak yang mati, maka ke-
an Jayusman dengan Kunmaryati. luarlah Ambyah berperang tanding
Raden Iman setelah dewasa sangat melawan adiknya sendiri. Akhirnya,
sakti. Ia mencoba kesaktiannya. Ia Amir Anjilin mengatakan bahwa dia
berangkat ke Malebari, berperang itu adik Ambyah sendiri, lalu diajak
melawan Ambyah, ayahnya sendiri. kembali ke Mekah.
Raden Iman kalah, ketika akan di- Kafrena kalah dengan tentara
banting, muncullah Dewi Kuraisin Malebari, Raja Kubarsi meminta
serta memberitahu kepada Ambyah bantuan kepada Raja Rukyatil Polad
bahwa lawannya itu sebenarnya pu- dari Talsiah. Raja Nusyirwan pun,
tranya sendiri yang dibuang ke laut. atas bujukan patih Bestak, berga-
Iman laku diangkat menjadi kesatria bung dengan Raja Kubarsi. Pecahlah
besar di Kaelani dan Raden Jayus- peperangan antara tentara Kubarsi
man dirajakan di Malebari. melawan tentara Malebari. Raja mu-
Mekah dikepung Raja Kuwari da Kubarsi, bernama Wrahat Kus-
Husman dari negeri Polad. Amir An- tur, ditawan oleh tentara Kelan.
jilin, adik Ambyah sendiri, mengha- Negeri Kursinah diserang ten-
dapi musuh itu. Atas perintah raja tara dari Ngungsa Prenggi dan Pren-
Nusyirwan, Patih Bestak disertai juk. Hal itu diberitahukan ke Male-
tentara Medayin mengiringkan Ra- bari, kemudian Ambyah mengutus
den Semangun dan Raden Hirman Raden Ruslan mengepalai tentara
berkunjung me Malebari. Di tengah Malebari mengahadapi musuh. Ten-
jalan kedua putra raja itu dibujuk tara musuh kalah, lari ke negeri Dre-
oleh patih Bestak untuk bergabung nis. Seorang putrid rampasan dari
dengan raja Kubarsi yang akan me- Prenggi bernama Dewi Joharinsyiah
nyerang Malebari. Setelah tentara masih adik raja Prenggi, diambil istri
Mekah dapat mengalahkan Raja Po- oleh Raden Ruslan. Seterusnya Ra-
lad, yang kemudian takluk kepada den Ruslan diangkat raja di Karsinah
Ambyah, maka tentara Malebari dan bergelar Ruslan Danurus Samsi.
Kuparman menghadapi serangan Di negeri Burudangin ada sayem-
Kubarsi. Dewi Kadarwati, adik raja bara untuk memperebutkan dua
340 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

putri, putri Isnaningsih masih adik tetapi akhirnya mereka berdua men-
sang raja dan putri Jetun Kamar jadi rukun kembali.
Rukmi, putri raja Tanangsul Nga- Ambyah mengawinkan Raden
lam. Raja Sayid Ibnu Ngumar, cucu Rustamaji dengan Dewi Kadami-
Amir Ambyah, ingin mengikuri ningsih, putrid raja Pandita dari Me-
sayembara. Di Burudangin, Sayid dang Pupus, serta Raden Hasim Ku-
Ibnu Ngumar harus mengahadapi ra- wawi, anak Ambuah dengan Dewi
ja Tanangsul Ngalam, dia kalah lalu Kisbandi adiki raja Kemar dari Ku-
ditolong Ambyah dan Umar Maya. wari, dengan Dewi Umi Swanjari,
Kebetulan Ibnu Ngumar dapat ber- putri raja Sahsiar. Para penganten
jumpa dengan Dewi Jetuh Kamar dibawa pulang ke Kuparman.
Rukmi, terjadilah peperangan antara
keduanya. Takluk kepada Ibnu Ngu- menak ngajrak
mar. Ibnu Ngumar dipersilahkan ke Menak Ngajrak adalah bagian
istana Burudangin. Ambyah lalu me- kelima dari dua puluh empat bagian
nyerang Burudangin, berperang de- cerita Menak. Di sini diceritakan raja
ngan raja Tanansul Ngalam. Dia ka- jin dari Ngajrak bernama raja Tami-
lah dan takluk. Seterusnya Dewin Is- nasar, kalah perang melawan tentara
naningsih diambil istri oleh Ambyah. raksasa serta rajanya. Atas saran pa-
Terjadilah peperangan antara tihnya yang bernama Asan Asil yang
tentara Malebari dengan tentara raja telah melihat dalam kitan Adam Mak-
Rukyatil Polad dari negeri Talsiyah. na. Taminasar minta bantuan kepada
Dari Burudangin, Ambyah ikut meng- Ambyah. Yang disuruh menemui Am-
hadapi tentara Talsiyah. Raja Ruk- byah putranya bernama Sadat Satir.
yatil Polad tertangkap lalu dipenjara. Melihat Mekah sedang dikepung mu-
Raja Nusyirwan dengan tentaranta suh, Sadat Satir ikut mengusir mu-
lari ke negeri Purwakanda, dikejar suh. Ambyah menhanggupi permin-
oleh tentara Kupamarman. Umar taan raja Taminasar. Di tengah perja-
Maya tidak senang kepada raka Ruk- lanan Ambyah berjumpa dengan Na-
yatil, karena ia dapat membunuh ten- bi Khidir, yang mengajarnya cara me-
tara andalan Kuparman. Maka dibu- manah raksasa. Ngajrak selamat dari
nuhlah raja Rukyatil dipenjara. Hal gangguan tentara raksasa. Karena
itu menyebabkan marahnya Am- terima kasinya, Ambyah dihadiahi
byah, maka Umar Maya lalu disiksa sebuah cemeti, warisan Nabi Sulai-
dan diusir. Umar Maya mencari cara man, serta dikawinkan dengan putra
akan membalah Ambyah. Ketika Am- putrinya bernama Dewi Ismaya.Dari
byah sedang tidur di pertapaan, ditu- perkawinan itu lahirlah Dewi Kurai-
lup dengan bisa oleh Umar Maya. sin. Ambyah lalu kembali ke Arab.
Ambyah tidak sadarkan diri, lalu Ketika Ambyah ada di Ngajrak,
dipukuli oleh Umar Maya. Ketika te- Mekah diserang lagi oleh tentara
lah sadar, Umar Maya dibantingnya, Medayin. Berkat pertolongan Betal
Jemur, keluarha dan tentara Ambyah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 341

dapat selamat karena disungsikan ke Raja Purwakanda menantang


negeri Katijah. Ambyah bertemu lagi Ambyah akan menyerang dengan ten-
dengan Nabi Khidir, diberi sebuah tara berupa burung, yang membawa
senjata untuk membunuh raksasa. surat Patih Jedi. Di negeri Kupar-
Oleh raksasa Ranes, Ambyah dilem- man, patih Jedi dapat menemukan
par ke dalam laut, tetapi dapat dise- kitab Adam Makna lalu disalin. Se-
lamatkan oleh malaikat. Akhirnya, telah mengetahui keadaan Ambuah
Ranes ditangkap, dineri ampun oleh yang sesungguhnya, Jedi melapor-
Ambyah serta dikawinkan dengan kan hal itu kepada sang raka. Maka,
seorang peri. Dari perkawinan itu, raja sangat marah kepada patih Bes-
lahirlah seekor kuda dinamakan Di- tak karena merasa telah diperdaya-
yu, dan seterusnya Diyu menjadi kannya. Bestak dengan seluruh ten-
kendaraan Ambyah. taranya dipenjara di Purwakanda
Umar Madi membantu negeri dan dicemoohkan. Purwakanda di-
Katijah waktu kekurangan bahan ma- serang oleh Ambyah, banyak tentara
kanan, ia pergi ke negeri Karsinah. Purwakanda yang takluk kepada
Di negeri itu Umar Madi bahkan ka- Ambyah.
win dengan putrid Karsinah. Tidak Pada suatu malam Jumat, Am-
antara lama sang dewi meninggal. byah diangkat malaikat ke sebuah
Adat di negeri itu memaksa kepada gua di bukit Murtada, dipertemukan
sang suami untuk bela mati. Karena dengan Seh Waridin. Setelah bermu-
Umar Madi menolaj, dia dikroyok syawarah, She itu lalu menghilang,
oleh tentara Karsinah. Umar Madi di- dan heranlah sang Ambyah.
tolong oleh Ambyah. Ambyah kem- Diceritakan bahwa Dewi Mari-
bali ke Katijah dengan Muninggar. kangen minta kepada Raden Rusta-
maji supaya mengusir Dewi Kada-
menak purwakanda mingsih dan putranya; permohonan-
Menak Purwakanda adalah ba- nya itu dipenuhi oleh Rustamaji. Di-
gian ketujuhbelas dari dua puluh em- ceritakan bahwa Raden Kalal Mak
pat bagian cerita Menak. Di sini di- sangat kejam terhadap bala tentara-
ceritakan tentang raja Purwakanda nya, maka banuak yang pindah me-
bersedia membantu raja Nusyirwan. ngabdi kepada Raden Atasaji dan
Ia mengutus tentara raksasa dengan ikut ke hutan. Ketika Raden Kalal
anak perempuannya. Keduanya me- Mak sedang berburu di hutan, dise-
nyamarkan diri sebagai pendita un- rang dan dirampas oleh tentara Ra-
tuk menggoda Raden Rustamaji. den Atasaji. Kalal Mak kalah, lalu
Rustamaji tergoda, putrid raksasa mengadukan kekalahannya kepada
yang bernama Marikangen itu lalu ayahnya. Sang pandita raja Kadam
diambil isteri. Mereka berputra ber- Dini dari Mendang Pupus menda-
nama Kalal Mak. Dengan Dewi Ka- tangi cucunya, Raden Atasaji untuk
daminingsih, Rustamaji berputra la- memberitahukan akhir kejadian itu.
ki-laki bernama Raden Atasaji. Kebetulan datang juga Rustamaji
342 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

akan melerai peperangan anaknya. nya bernama Kasrukum. Ia mahir


Raden Atasasji kalah dalam pepe- dalam ilmu hitam. Dalam peperang-
rangan, lalu lari ke negeri Parang- an, Ambyah kena sihir lalu menjadi
akik. Atasaji dibantu tentara Parang- buta. Sihir dapat dihilangkan oleh Seh
akik hingga dapat mengalahkah Ka- Kakim Maridin. Raden Aris Mu-
lal Mak. Raden Kalal Mak dan ibu- nandar dan Hasim Katamsi maju
nya, Dewi Marikangen, berubah perang. Patih Jedi dapat ditangkap
kembali menjadi raksasa. Keduanya dan akhirnya takluk. Nusyirwan lari
tewas dalam peperangan, jenazah- ke negeri Ngambar Kustup. Raja Pir-
nya dilempar di tengah-tengah ba- ngadi diangkat raja di Purwakanda.
risan Purwakanda hingga menye- Ambyah dengan tentaranya kembali
babkan heran raja Putwakanda. ke Kuparman.
Diceritakan bahwa raden Sema-
kun, putra Raja Nusyirwan, ingin me- menak sarehas
ngambil pistri putrid dari Gumiwang Menak Sarehas adalah bagian
bernama Dewi Rukanti. Oleh orang pertama dari dua puluh empat bagi-
tuanya tidak diizinkan, maka ia lari an cerita Menak. Karya ini mence-
dari istana, menggabungkan diri de- ritakan raja Sarasehas dari negeri
ngan tentara Ambyah. Medayin bertapa di dasar laut untuk
Karena alama tidak kembali, pu- mendapatkan kesaktian seperti Nabi
tri Parangakik dan putri Karsinah me- Sulaiman yang mengerti bahasa
nyuruh Dewi Kadarwati supaya binatang dan makhluk halus. Ia ber-
mencari Ambyah. Di tengah jalan De- tapa atas sarab sang patih Abujantir.
wi Kadarwati bertemu dengan tentara Di dalam laut sang raja ditemui oleh
Gumiwang, tetantara raja Purwa- Nabi Khidir serta diberinya sepotong
kanda hingga menimbulkan pepe- kulit kayu untuk dibuat apem. Sa-
rangan. Raja Gumiwang tewas. rehas kembali ke bumi, Apam itu ka-
Akhirnya, Dewi Kadarwati dapat lau dimakan akan membuatnya men-
bertemu dengan Ambyah. Oleh Am- dapat kesaktian yang dimaksud.
byah dia diminta melarikan putrid Oleh juru masaknya, dibuatnya
Gumiwang. Setelah berhasil, putri apam itu, tetapi karena keteledoran
itu dikawinkan dengan Raden Se- ki juru masak apam dimakan oleh
makun. Semuanya lalu kembali ke anaknya yang bernama Lumanakim,
Kuparman. sementara Sarehas hanya diberi
Dewi Isnaningsih telah berputra apam yang dibuat dari bahan biasa.
bernama Raden Hasim Katamsi. De- Akibatnya, Lumanakim dapat me-
mikian juga Dewi Jetun Kamar Ruk- ngerti bahasa binatang dan makhluk
mi berputra bernama Aris Munan- halus, sebalinya Sarehas setelah ma-
dar. Keduanya merupakan tentara kan apam tidak merasakan perubah-
andalan Ambyah. an sedikit pun tanpa mengetahui se-
Raha Purwakanda mendapat bab musabanya.
bantuan dari negeri Kosarsah, raja-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 343

Lumanakim menerima ilmu gaib Bekti Jamal bersahabat karib de-


dari raja jin dan ilmu itu dicatatnya ngan patih Aklaswajir. Ketika Bekti
dalam sebuah kitab yang diberi nama Jamal mendapatkan harta karun,
Adam Makna, berisi ilmu antara lain timbullaj watak serakah Aklas; Bekti
mengetahui nasib seseorang, me- lalu dibunuhnya. Sebelum mati, Bekti
ngerti cara mempertahankan umur berwasiat agar isterinya yang sedang
muda, menghidupkan yang telah ma- mengandung diberi bagian harta itu
ti. Malaikat Jibril menjadi marah, dan kalau anaknya lahir laki-laki di-
maka Adam Makna dirampas dari namakan Betal Jemur. Semua pesan
tangan Lukmanakim. Ia mendapat itu dipenuhi Aklas. Besuk ketika Be-
dua pertiga kitab, dibawa lari, se- tal Jemur lahir mendapat Adam
pertiga dilempar ke dasar laut, seper- Makna. Mengetahui bahwa Betal Je-
tiga lagi dilempar ke negeri Ngajrak mur mewarisi ilmu ayahandanya,
dan ditemukan oleh raja Asal Asil. Aklas menjadi gelisah dan ia meme-
Sepertiga yang tertinggal pada Luk- rintahkan seorang anak buahnya un-
manakim mengurangi kemapuan tuk membunuh Betal Jemur. Perintah
Lukmanakim dari sebelumnya. itu pun dijalankan tetapi Betal tidak
Akhirnya dia sendiri mati karena dibunuh, hanya disembunyikan.
hilangnya khasiat kitab itu, dengan Akhirnya kecurangan Aklas terbuka,
meninggalkan seorang putra berna- dia dibunuh atas perintah Kobat-
ma Bekti Jamal, yang mewarisi syah. Betal Jemur memperistri se-
Adam Makna. Setelah Sarehas wa- orang puteri Aklaswajir. Putra Aklas
fat, ia digantikan oleh puteranya yan bernama Bestak diangkat men-
yang bernama raja Kobatsyah. Ada- jadi patih menggantikan ayahanda-
pun setelah Abujantir meninggal, nya.
diganti oleh anaknya bernama Aklas- Nusyirwan, putra Kobatsyah,
wajir. pada waktu lahir diramal akan men-
Saudagar Tambi Jumiril dari jadi seorang raja besar. Akan tetapi,
Benggala bertapa untuk mendapat- ia akan mati oleh seorang bayi yang
kan keturunan yang kelak agar dapat lahir di tanah Ajam atau tanah Arab.
menjadi raja. Keinginan itu tidak ter- Kobatsyah menyuruh Betal Jemur
penuhi, ia hanya akan menurunkan mendatangi dua negeri itu dengan
seorang pahlawan, dengan syarat su- tentera yang sangat banyak jumlah-
paya menghambakan diri kepada nya. Tujuannya adalah untuk mem-
Baginda Asim di Mekah, yang masih bunuh setiap bayi laki-laki lahir.
keturunan Banukasim. Akhirnya, Ju- Sampai di Mekah, bertepatan de-
miril diambil menantu oleh Baginda ngan kelahiran putra Abdul Mutalib
Asim, dikawinkan dengan puterinya dan putra Tambi Jumiril. Karena sa-
bernama Siti Maya. Baginda Asim at itu terdengar kabar di Mekah bah-
wafat, diganti oleh putranya yang wa raja Kobatsyah meninggal dunia
bernama Abdul Mutalib. dan diganti Nusyirwan, maka kedua
bayi itu selamat. Bahkan, mereka
344 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

berdua diambil anak angkat oleh Be- pura-pura akan melayaninya untuk
tal Jemur. Sebelum kembali ke Me- menutupi maksud sebenarnya (me-
dayin, Betal berpesan supaya kedua racuni Ambyah). Ambyah kena ra-
bayi itu dibesarkan bersama karena cun, lalu pingsan. Akan tetapi, kedua
keduanya akan menjadi pahlawan wanita itu tertangkap oleh penjaga.
yang gagah berani. Oleh Betal anak Maktal dan Umar Maya mengusa-
Abdul Mutalib dinamakan Amir Am- kan obat untuk Ambyah. Lamdahur
byah dan anak Tambi Jumiril diberi diminta memerangi Kistaham, Kis-
nama Umar Maya. taham justru lari ke Medayin menga-
barkan bahwa Ambyah telah mati
menak serandil kena racun. Ketika Ambyah kembali
Menak Lare adalah bagian keti- dengan selamat ke Medayin, gem-
ga dari dua puluh empat bagian ce- parlah rakyat Medayin. Demikian
rita Menak. Di dalam cerita ini dilu- pula Bestak dan Raja Kistaham, ka-
kiskan Raja Sadalsah dari negeri Se- rena atas saran mereka berdua, Mu-
randil beristri Dewi Basirin. Mereka ninggar telah diserahkan kepada Ra-
memiliki putera bernama Lamdahur. ja Banhid. Lamdahur dapat menang-
Ketika Sadalsah meninggal, Lamda- kap Raja Bangid, lalu menyerahkan-
hur masih belum dewasa. Sementara nya kepada Ambyah. Lamdahur di-
itu, kerajaan dipegang oleh paman- bebaskan oleh Ambyah lalu takluk
nya bernama Sahalsah. Oleh karena kepadanya, dan masuk Islam. Sete-
sang paman menginginkan tetap ber- rusnya menjadi tentera andalannya.
kuasa, maka Lamdahur, setelah de- Amyah sampai di Medayin. Bes-
wasa, dipenjarakan. Lamdahur dibe- tak menghalang-halangi maksud
baskan dari penjara oleh Dewi Pra- Nusyirwan untuk segera mengawin-
bandari, putrid kerajaan Malaka. kan Muninggar dengan Ambyah. Di-
Sang Dewi kemudian menikah de- beritakan jepada Ambyah bahwa
ngan Lamdahur. Lamdahur kemudi- Muningar bunuh diri. Ketika dibong-
an diangkat menjadi raja di Malaka. kar kuburnya, ternyata isinya jena-
Dalam pertempuran dengan tentera zah seorang nenek-nenek. Ambyah
Sahalsah, Lamdahur menang, Se- sangat marah kepada Bestak, tetapi
randil dapat dikuasai kembali. akhirnya diampuni.
Lamdahur menyerang Medayin. Berhubung Ambyah harus meng-
Nusyirwan meminta Ambyah meng- hadapi serangan Raja Yunan, Raja
hadapi Lamdahur dengan tentara- Mesir, dan Ngerum, ditangguhkan
nya, dengan janji kalau memang, be- dahulu perkawinannya dengan Mu-
nar-benar ia akan dikawinkan de- ninggar. Ambyah menang: senapati
ngan Muninggar. Terjadilah pepe- Yunan bernama Tamtanus diangkat
rangan sengit di Serandil, Ambyah raja di Yunan.
menang, Lamdahur ditangkap.
Bestak dan Kistaham mengirim
dua wanita ke tempat Ambyah, ber-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 345

menak sorangan menak sulub


Menak Sorangan adalah bagian Menak Sulub adalah bagian ke-
dua puluh dari dua puluh empat ba- empat dari dua puluh empat bagian
gian cerita Menak. Di sini dicerita- cerita Menak. Diceritakan di sana
kan tentang Raja Hunuk Marjaban, ketika menghadapi perlawanan Am-
raja andalan dari raja Salsal, tidak byah, tentera Ngerum mengalami ke-
mau tunduk kepada Ambyah. Maka, kalahan. Tentera Mesir memperda-
bersama .-sama dengan Baktiar ia yakan Ambyah sehingga pingsan dan
menuju ke negeri Sorangan. Sorang- dipenjarakan di Sulub. Sulub saat itu
an lalu dikepung oleh tentara Kupar- dikuasai oleh seorang raja putri Me-
man. Raja Rustamaji mengeluari sir benama Dewi Jarah Banun. Putri
melawan raja Gaji Mandalika, ini jatuh cinta kepada Maktal, tang
Huktur. Dia kalah, gugur, jenazah- juga dikenal dengan nama Wong
nya dimakamkan di Kuparman. Ke- Agung Perang Teja. Atas pertolong-
mudian putranya, raden Atasaji an Dewi Jarah Banun, Ambyah de-
menggantikan ayahnya berpangkat ngan tenteranya dibebaskan dari pen-
Anyakrawati. jara. Raja Mesir dibunuh oleh putri-
Di tengah hutan, raja Marjaban nya sendiri, Dewi Jarah Banun. Se-
dan Baktiar bertemu dengan raja terusnya Mesir dikuasai oleh adik-
Ibnu Ngumar. Ibnu Umar dapat di- nya yang bernama Asan Asir.
perdayakan dan diikat, serta dihadap- Putra-putri Asan Asir bernama
kan kepada raja Gulangge di Rokam. Sekar Kedaton diperistri oleh Am-
Oleh raja Gulangge, Ibnu Ngumar byah; dan Maktal memperistri Dewi
diadu dengan raja Marjaban. Marja- Jarah Banun. Mendengar bahwa Mu-
ban mati. Oleh raja Gulangge, Bak- ninggar ke Medayin, langsung me-
tiar dipenjara, sebaliknya Ibnu Ngu- nemui Muninggar, dilarikannya ke
mar bahkan dimuliakan. Arab dengan merampas harta keka-
Tentara Kuparman dipimpin yaan istana dan membagi-bagikan-
oleh pangeran Kelan dan raja Buru- nya kepada bala tenteranya. Ambyah
dangin menyusul ke Rokam. Tentara menyerang Raja Jobin, tetapi dia
ini dihadangi oleh raja Gulangge, se- dilukai Jobin di telinganya hingga
kedar akan mengukur kekuatan Am- pingsan. Umar Maya melarikan Am-
byah. Raja Gulangge kalah, takluk byah ke Arab dan diobatinya.
kepada Ambyah. Baktiar bersa- Sewaktu tanah Arab kekurangan
ma­sama dengan raden Mardawan, bahan makanan karena dikepung oleh
putra raja Marjoban, lari ke negeri tentera Medayin, Muninggar mencuri
Jaminambar. Selama di Rokam, Am- gandum, dibantu Umar Maya sam-
byah banyak membicarakan ilmu pai ke Medayin. Di Medayin, Umar
pengetahuan dengan raja Gulangge. Maya dapat meracun Nusyirwan,
Bestak, dan Jobin. Ketiganya lalu di-
serahkan kepada Ambyah. Akan te-
tapi, Ambyah tidak mau menerima-
346 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya. Bahkan, mengembalikannya ke ini, metrum berfungsi sebagai pe-


Medayin. Bestak tetap bermaksud ngatur setiap jenis tembang (puisi).
ingin membunuh Ambyah. Di samping itu, metrum berfungsi
pula sebagai ciri pembeda jenis tem-
menak talsamat bang yang satu dengan jenis tembang
Menak Talsamat adalah bagian yang lain. Kaitannya dengan kaka-
dua puluh tiga dari dua puluh empat win, pada umumnya, kaidah-kaidah
bagian cerita Menak. Di sini diceri- metris yang berlaku bagi sebuah ka-
takan seorang pendeta dari Ngajam, kawin sama dengan kaidah-kaidah
yang baru kembali dari tanah Arab, yang berlaku bagi persajakan Sans-
memberi tahu Ambyah bahwa, Nabi kreta seperti halnya yang dipakai da-
Muhammad telah lahir, membawa lam kawya dan dapat dirumuskan
agama Islam, sebagai pengganti aga- sebagai berikut. Sebuah bait terdiri
ma yang tibawakan oleh Nabi Ibra- atas empat baris, sedangkan masing-
him. Ambyah sangat tertarik untuk masing baris meliputi jumlah suku
masuk agama Nabi Muhammad. kata yang sama, disusun menurut
Akan tetapi, Ambyah akan menyele- pola metris yang sama. Menurut po-
saikan tugas memerangi para raja la tersebut, kuantitas setiap suku ka-
yang menghalang-halangi Islam ta — panjang atau pendeknya — di-
yang nasih hidup, ialah raja dari ne- tentukan oleh tempatnya dalam baris
geri Mukabumi, Pildandani, dan Tal- beserta syarat-syaratnya; dan sebu-
samat. Semuanya dapat dikalahkan. ah suku kata dianggap panjang bila
Akan tetapi, Ambyah kena musibah, mengandung sebuah vokal panjang
banyak tentaranya tewas karena ter- (a, i, u, o, e, o, ai) dan bila sebuah
bakar. Menurut keterangan raja Gu- vokal pendek disusul oleh lebih da-
langge, sudah tidak ada raja lain yang ripada satu konsonan. Suku kata ter-
perlu diperangi kecuali negeri-negeri akhir dalam setiap baris dapat bersi-
para makhluk halus. Maka, Ambyah fat panjang atau pendek. Aneka ma-
lalu kembali ke Madinah akan men- cam pola metrum ini dipakai dalam
jadi sahabat Nabi Rasul dengan se- puisi Jawa Kuna, masing-masing de-
mua tentaranya. ngan namanya sendiri. Untuk mene-
rangkan hal ini kita ambil contoh se-
metrum buah bait dari Bharatayuddha da-
Sastra Jawa, baik sastra Jawa lam metrum Prthwitala berikut ini.
Kuna, Jawa Tengahan, maupun Ja- Mulat mara sang Arjunasemu
wa Baru, mengenal istilah metrum. kamanusan kasrepan,
Istilah metrum selalu berkaitan de- ri tingkah I musuh nira n padha
ngan puisi atau persajakan. Oleh ka- kadang taya wwang waneh,
rena itu, metrum selalu berkaitan de- hana pwa ng anak ing yayah
ngan kakawin (puisi Jawa Kuna), ki- mwang ibu len uwanggeh paman,
dung (puisi Jawa Tengahan), dan ma- makadi nrpa Satya Bhisma sira
capat (puisi Jawa Baru). Dalam hal sang dwijanggeh guru.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 347

Pola metris dapat digambarkan Wekasan alon angucap (8/a Akhir-


sebagai berikut; nya ia bersabda dengan tenang)
atuduh eng tanda mantri (8/i mem-
U – U/UU - /U - U/UU - /U — /U -U
beri petunjuk pada mantri)
Tanda U menunjukkan sebuah suku mwang bala prasama kinon (8/o
kata secara metris sifatnya pendek, dan pasukan umumnya)
sedangkan angambil sawa ning mantri (8/i me-
– tanda suku kata yang panjang. ngambil jenazah perdana menteri)
Jumlah suku kata dalam satu baris sang paratra ajurit (7/i yang gugur
disebut chanda. dalam peperangan)
Perbedaan antara metrum kaka- kinon padha pinahayu (8/u supaya
win dan metrum kidung, pada dasar- melakukan upacara penyucian)
nya, merupakan perbedaan dalam tan kawarnaa mangko (7/0 ini tidak
persajakan. Metrum kidung tidak terceritakan)
berasal dari India, tetapi dari Jawa. kuneng kawarnaa malih (8/i ada-
Metrum kidung disebut metrum te- pun kita akan berbicara)
ngahan dan prinsip dasarnya sama sang nateng Su- (4/u sang Raja
dengan metrum macapat. Adapun Sunda)
ciri-ciri umumnya sebagai berikut. nda mangko adandan bela (8/a mem-
(1) Jumlah baris dalam satu bait te- persiapkan menghadap maut)
tap sama selama metrumnya ti-
Dalam kidung maupun macapat
dak diganti. Keanekaan terjadi
terdapat jenis metrum sesuai dengan
karena metrum tertentu yang
jenis tembangnya. Setiap jenis tem-
dipakai. Semua metrum tengah-
bang, misalnya, Durma memiliki me-
an mempunyai lebih dari empat
trum tertentu yang berbeda dengan
baris.
metrum jenis tembang yang lain. De-
(2) Jumlah suku kata dalam setiap
ngan demikian, penyebutan metrum
baris tetap, tetapi panjang baris
macapat dalam hal ini sama dengan
itu dapat berubah menurut kedu-
nama jenis tembangnya, misalnya
dukannya dalam bait. Dipandang
tembang Pangkur metrumnya dise-
dari sudut ini, setiap metrum ter-
but Pangkur. Adapun nama metrum
tentu memperlihatkan polanya
macapat sesuai dengan nama jenis
sendiri.
tembangnya adalah Pucung, Mijil,
(3) Sifat sebuah vokal dalam suku
Durma, Kinanthi, Asmaradana,
kata yang menutup setiap baris
Pangkur, Sinom, Dhandhanggula,
juga ditentukan oleh metrum.
Maskumambang, Megatruh, Gam-
Dengan demikian, persajakan ki-
buh, Balabak, Juru Demung, dan Gi-
dung memperlihatkan semacam
risa.
rima yang sama sekali tidak dike-
Dari pembicaraan tentang pe-
nal dalam metrum India, seperti
ngertian metrum dapat disimpulkan
kutipan tembang Sinom dalam
bahwa metrum adalah pola atau atur-
Kidung Sunda III.3, berikut.
an yang berkaitan dengan pembaitan
348 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dalam puisi tradisional, biasanya be- Pathet Nem; Mijil Larasdriya, Pe-
rupa rima akhir, jumlah suku kata, log Pathet Barang, Mijil Kulante,
jumlah baris, serta panjang pendek- Pelog Pathet Barang, dan sebagai-
nya lagu atau ucapan. nya. Contoh tembang macapat Mijil.
Pambukaning kawruh kang
mijil piningit,
Mijil adalah salah satu jenis tem- kang wus pramaneng don,
bang macapat dari lima belas tem- ing pralambang mirid pasemon,
bang macapat lainnya. Mijil disusun pasemoning hawa gangsal
berdasarkan aturan yang sudah di- warni,
tentukan, yaitu guru gatra, guru la- mula denarani,
gu, dan guru wilangan (10/i, 6/0, 10/ sandibuwaneku.
é, 10/i, 6/i, 6/u). Mijil ditulis/diper- (Serat Salokajiwa, bait 130, karya,
gunakan sesuai dengan perwatakan- R. Ng. Ranggawarsita)
nya, yaitu saat jatuh cinta dan pri-
‘Permulaan dari pengetahuan
hatin. Akan tetapi, di dalam penger-
yang rahasia,
tian ini, jatuh cinta bukan diartikan
yang sudah memahami pertemu-
kasmarannya seorang priya terhadap
an,
wanita (atau sebaliknya). Kasmaran
(antara) perlambang maupun pa-
di sini lebih terfokus pada sikap sese-
semon,
orang yang sangat intensif menekuni
pasemon nafsu lima macam,
ngelmu, atau mencari pangkat, ke-
oleh karena itu dinamakan,
luhuran, dan sebagainya. Oleh kare-
sandi buanaku.’
na itu, Mijil lebih tepat dipakai untuk
memberikan pelajaran dalam suasa-
minggon (jawa) jenggala
na penuh rasa prihatin atau membe-
Sekitar tahun 1930-an, di Sura-
rikan petunjuk kepada seseorang
baya terbit mingguan berbahasa Ja-
yang sedang berprihatin. Tembang
wa yang pertama kali bernama Jeng-
macapat Mijil, sering dipadukan de-
gala, memuat berbagai informasi
ngan seni sekar gendhing, misalnya
umum, yang dinilai penting sepan-
dalam sindhenan, gerongan, dan
jang satu minggu. Media massa ber-
rambangan. Nada yang diperguna-
bahasa Jawa itu dipimpin oleh Ajat,
kan dalam seni tembang (macapat)
seorang priyayi dari Ngawi, berpen-
Jawa ialah nada yang dimilki oleh
didikan OSVIA, atau Sekolah Pa-
gamelan Jawa, yaitu laras slendro
mong Praja. Ajat ternyata juga men-
dan laras pelog lengkap dengan pa-
jabat kedudukan jaksa di Jakarta.
thet-nya. Misalnya, Mijil Sekarsih,
Dalam mengendalikan mingguan
Slendro Pathet Manyura; Mijil La-
Jenggala (atau Djenggala) itu, Ajat
rasati, Slendro Pathet Sanga; Mijil
dibantu oleh Isbadi, seorang guru Ta-
Tinjomaya, Slendro Pathet Sanga;
man Siswa. Seorang dari para pem-
Mijil Wedharingtyas, Pelog Pathet
bantunya yang lain ialah Soedjono
Bem; Mijil Raramanglong, Pelog
Djojopranoto, seorang tokoh yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 349

namanya dikenal masyarakat perce- dikan sebagai sesuatu yang sangat


takan di Surabaya, menjelang pecah- penting.
nya Perang Pasifik. Mingguan ter- Moch Nursyahid P. pertama kali
sebut tidak lama beredar. mengenyam pendidikan di SD Ka-
langan I, Pajangan, Daramukti, Tu-
moch nursyahid purnomo ban, Jawa Timur, lulus tahun 1962.
(1949—2005) Nursyahid belajar mengaji di malam
Moch Nursyahid Purnomo hari bersama teman-teman sebaya di
dilahirkan di Daramukti, Tuban, Ja- kampungnya. Kemudian ia mening-
wa Timur, pada 18 Maret 1949. Se- galkan Tuban untuk melanjutkan
tamat sekolah dasar ia meninggalkan sekolah di Sala, yaitu di SMP IX,
kota kelahirannya dan menuntut il- lulus tahun 1965. Tamat SMP lalu
mu di Sala. Di kota Sala ia berkali- ke SMA V Surakarta. Ia melanjut-
kali pindah rumah. Pertama di Jalan kan pula ke Pendidikan Guru Seko-
Tagore 24A, Sala. Setelah menikah, lah Lanjutan Pertama (PGSLP) II Su-
ia pindah ke Sondakan, Sala. Kemu- rakarta, mengambil Jurusan Bahasa
dian ia membeli rumah di Jalan Ma- Indonesia, lulus tahun 1969. Mulai
war II/007, Perumnas Palur, Sura- tahun 1972 Moch Nursyahid Purno-
karta. Dalam karya-karyanya ia se- mo diterima bekerja di ASKI (seka-
ring menggunakan nama samaran rang STSI) bagian administrasi (sam-
Tatik Handini, Atiek Prabahening, pai sekarang). Konon ia pernah
dan Wrehatnala; konon nama-nama kuliah di Institut Jurnalistik Pusat di
tersebut adalah nama beberapa wa- Surakarta tetapi tak selesai.
nita yang pernah mengusik hatinya. Sejak di bangku SMP ia sudah
Moch Nursyahid P. lahir di ling- mempunyai hobi membaca buku-
kungan desa sederhana dari keluarga buku sastra, baik cerkak maupun no-
yang taat beribadah (Islam). Orang vel. Namun, bakat yang terpendam
tuanya bernama Mochamad Soekri, itu baru tersalurkan setelah duduk
seorang petani dan wiraswasta, dan di bangku SMA. Hal itu terlihat dari
ibunya bernama Mazizah. Bersama karyanya berjudul “Kenya Saka Gu-
tujuh orang saudaranya, ia menjalani nung Arjuna” (bacaan panglipur
syariat agama dengan baik. Meski- wuyung) yang terbit bersamaan de-
pun kedua orang tuanya tinggal di ngan karya para pengarang lain se-
kampung dan berkehidupan sederha- perti Any Asmara, Widi Widayat,
na, mereka berpikiran maju. Hal ini Harjana H.P., Sutarno, Sudharmo
terbukti dengan upaya mereka me- K.D., Esmiet, dan Tamsir A.S. pada
nyekolahkan semua anak-anaknya sekitar tahun 1966. Sejak itulah ek-
dengan tujuan agar mereka dapat me- sistensi kepengarangannya diakui
ngikuti perkembangan zaman. banyak pihak. Kemudian tulisan-tu-
Upaya tersebut membuktikan bahwa lisan Nursyahid terus mengalir, baik
keluarga Soekri memandang pendi- di majalah atau surat kabar maupun
350 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang berbentuk buku saku dan nas- dharmo K.D., Esmiet, dan Kuslan
kah drama. Budiman. Di samping menulis gu-
Kecuali menulis cerkak dan no- ritan, ia pun menulis cerkak. Kar-
vel, Nursyahid Purnomo juga menu- yanya banyak dimuat di majalah Ke-
lis kritik/esai sastra. Tulisan-tulisan- kasihku, Gotong Royong, Jaya Ba-
nya yang berbahasa Indonesia diter- ya, Waspada, Crita Cekak, Panje-
bitkan oleh Santi Aji Sala. Pada ta- bar Semangat, Taman Putra, dan
hun 2000 ia menerbitkan antologi Wanita. Sebagian guritan-nya dimu-
guritan yang diberi judul Mantra at dalam Geguritan Antologi Sajak-
Katresnan. Antologi tersebut diter- Sajak Jawi susunan St. Iesmaniasita
bitkan oleh Taman Budaya Jawa Te- (1975), Antologi Puisi Jawa Mo-
ngah. Pada tahun 2003, ia memper- dern Tahun 1940-1980 susunan Su-
oleh Hadiah Sastra Rancage atas ja- ripan Sadi Hutomo, Kemandang,
sa-jasanya mengembangkan sastra Bunga Rampai Sastra Jawa Muta-
Jawa. khir (1985) susunan J.J. Ras, dan
Lintang-Lintang Abyor (1983). Pa-
moelyono soedarmo (1929—) da umumnya, karya-karya guritan
Pengarang dari Jawa Timur ini Moelyono Soedarmo menggunakan
mempunyai nama asli Mohammad bahasa yang sederhana dan mudah
Moelyono. Rasa hormat terhadap dicerna pembaca. Beberapa tema
leluhur dan orang tua dituangkan yang sering diangkat di dalam karya-
Moelyono dengan menambahkan karyanya, antara lain, masalah kehi-
nama orang tua di belakang nama- dupan wong cilik, masalah religius,
nya sehingga menjadi Moelyono Soe- mistis, dan sejenisnya.
darmo. Moelyono Soedarmo dilahir-
kan di Kanoman, Pacitan, tanggal 17 mohammad yamin M.S.
Juli 1929. Ia pernah bekerja di Kan- (1957—)
tor Urusan Agama (KUA) di Suma- Mohammad Yamin M.S. lahir
rata, Ponorogo, Jawa Timur (1947— pada 11 September 1957 di Merto-
1949). Penulis guritan ini lulus SMA sutan, Sidoluhur, Godean, Sleman,
bagian A tahun 1956. Beberapa lama Yogyakarta. Selain menulis puisi,
kemudian, ia masuk ke Fakultas Pu- baik berbahasa Jawa maupun Indo-
blisistik Universitas Pajajaran (UN- nesia, ia juga menulis cerpen/cerkak,
PAD), Bandung, lulus tahun 1965. cerbung/novel, macapat, dan esai/
Pernah ia menjadi guru. Terakhir, ia artikel. Karier kepengarangannya di-
menjadi karyawan PN Soda di Waru, mulai pada 1985 dengan menulis gu-
Surabaya. ritan. Sampai saat ini tulisannya ter-
Moelyono Soedarmo tergolong sebar di majalah Djaka Lodhang,
penyair (penggurit) produktif pada Mekar Sari, Panjebar Semangat,
tahun 1950 hingga 1960-an bersa- Jaya Baya, Parikesit, Pagagan, dan
ma-sama dengan St. Iesmaniasita, beberapa media lainnya. Kepiawai-
Rachmadi K., Sukandar S.G., Su- annya menulis tidak didasarkan pada
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 351

pendidikan formal tetapi lebih dika- lomba baca guritan tingkat Provinsi
renakan munculnya dorongan atau Jawa Tengah yang diadakan oleh Ra-
greget untuk berkarya dan melesta- dio Namberwan, Semarang.
rikan/mengembangkan kebudayaan Sebagian karyanya telah dimuat
Jawa. Di samping dikenal sebagai dalam antologi Kala Bendu: Anto-
penggurit, ia juga dikenal sebagai logi Geguritan Mohammad Yamin
pembaca guritan, dalang, pelawak, M.S. (1991), Antologi Geguritan
dan juga juru dakwah. Gambiranom (Karta Pustaka Yog-
Setelah menyelesaikan pendi- yakarta, 1992), Rembulan Padhang
dikan di SLTP, Mohammad Yamin ing Ngayogyakarta: Antologi Cer-
melanjutkan pendidikan ke SPG kak lan Geguritan (Festival Kese-
Muhammadiyah 1 Yogyakarta (ta- nian Yogyakarta, 1992), Antologi
mat 1977). Tidak lama kemudian ia Geguritan Jawi Pajar Sumyar ing
menjadi guru SD Jeblok, Tirtonirmo- Adikarta (Radio Angkatan Muda,
lo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Di 1993), Antologi Cakra Manggiling-
sela-sela mengajar ia pun melanjut- an (Festival Kesenian Yogyakarta,
kan pendidikan ke IKIP PGRI de- 1993), Pangilon: Antologi Cerkak
ngan mengambil jurusan sejarah. lan Geguritan (Festival Kesenian
Untuk memperluas jaringan dalam Yogyakarta bekerja sama dengan Sa-
rangka mengembangkan kehidupan pu Lidi, 1994), Pesta Emas Sastra
sastra Jawa, ia membuka diri dengan Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta
bergabung ke dalam Sanggar Sastra (Pustaka Pelajar, 1995), Pemilihan
Jawa Yogyakarta dan Sanggar Sas- Lurah: Antologi Crita Cekak Gegu-
tra Gurit Gurnita Godean. ritan (Sanggar Sastra Jawa Yogya-
Mohammad Yamin sendiri men- karta, 1996), Pisungsung: Antologi
dirikan kelompok pembaca guritan Geguritan lan Cerkak (Pustaka Pe-
dalam wadah yang diberi nama “Gu- lajar, 1997), dan Pasren: Antologi
rit Gumuruh”. Di kelompok ini ia Geguritan Mohammad Yamin M.S.
membimbing guru-guru SD di wila- (Legalila adv., 2001).
yah Kasihan, Bantul, dalam pemang-
gungan karya sastra. Kepiawaian- mosalaparwa
nya membaca guritan diperlihatkan Kitab Mosalaparwa berbahasa
dari berbagai undangan (khususnya prosa tertua dalam sastra Jawa Kuna
dalam kegiatan Festival Kesenian dan merupakan bagian yang keenam
Yogyakarta) yang meminta kesedia- belas dari cerita Mahabharata. Ki-
annya membaca guritan. Pada tahun tab itu mengisahkan tentang mus-
1997 ia menerima hadiah sastra dari nahnya para Wresni dan Yadu kare-
Balai Bahasa Yogyakarta sebagai to- na mereka kena kutukan Sang Pen-
koh sastra Jawa dalam bidang gu- deta. Kaum itu adalah kaum yang ter-
ritan. Pada saat yang hampir bersa- masuk di dalam Negara Madura dan
maan ia menerima piagam penghar- Dwarawati. Di samping itu, mence-
gaan dan tropi sebagai juara II dalam
352 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ritakan tentang wafatnya Prabu Ba- gah tadi menjadi gada besi sehingga
ladewa dan Prabu Kresna. akhirnya musnahlah para Wresni se-
Pada suatu hari, Batara Narada mua.
dan beberapa resi akan berkunjung Ketika Prabu Kresna mengun-
ke Dwarawati. Ketika itu Raden jungi Prabu Baladewa yang sedang
Samba dihiasi dengan pakaian pe- bertapa, ternyata Prabu Baladewa
rempuan dan diperkenalkan sebagai sedang dalam sakratulmaut. Pada
permaisuri Sang Babhru (dalam ba- saat ia menghembuskan nafas yang
hasa Jawa disebut Arya Prabu). Me- penghabisan, keluarlah seekor naga
reka bertanya kepada sang pendeta, dari mulutnya. Naga tersebut melari-
yaitu kalau sudah tiba waktunya me- kan diri ke laut dan disambut oleh pa-
lahirkan, nanti bayinya yang dilahir- ra naga lainnya. Prabu Kresna lalu
kan laki-laki atau perempuan. Sang bertapa dengan berbaring di dahan
pendeta tahu bahwa ia dipermain- pohon. Ketika itu ia terkena panah
kan. Ia marah dan berkata bahwa ia pemburu dan meninggal. Orang-
akan melahirkan gada yang akan me- orang ada yang masih hidup di Dwa-
musnahkan para Wresni dan Yadu rawati, ada yang meninggal, dan ada
(kaum penanya tersebut). Perlu dike- pula yang bertapa di dalam hutan.
tahui bahwa mosala adalah ‘gada’.
Kutukan itu ternyata benar. Sang mulyantara k. harjana
raja melahirkan gada besi. Gada itu (1965— )
dibuat serbuk dan serbuknya di- Mulyantara K. Harjana lahir di
buang ke dalam laut. Lalu Prabu Ba- Yogyakarta pada 6 Mei 1965. Ia me-
ladewa dan Prabu Kresna melarang nyelesaikan pendidikan menengah
orang-orang minum arak. Batara atasnya di SMSR (Sekolah Mene-
Kala mendatangi Negara Dwara- ngah Seni Rupa) tahun 1986. Dalam
wati. Kedatangannya merupakan dunia sastra Jawa, penulis muda ini
alamat kerusakan. Untuk menang- kadang-kadang menggunakan nama
kalnya, para Wresni diperintahkan samaran Samiaji. Beberapa karya-
mengadakan selamatan di tepi laut. nya dalam bahasa Jawa berbentuk
Ketika selamatan, para Wresni mi- cerita bergambar di majalah Djaka
num arak. Mereka mabuk dan ber- Lodang, Mekar Sari, dan Suara Mu-
tengkar ramai. Pada waktu itu Raden hammadiyah. Karya-karyanya
Satyaki berolok-olok dengan Raden umumnya mengangkat masalah le-
Kretawarma. Adapun yang diper- genda, mitos, dan cerita-cerita wa-
tengkarkan adalah ketika ia mening- yang. Hal ini terlihat, misalnya, da-
galkan gelanggang pertempuran lam beberapa karyanya yang berju-
dalam peperangan Bharatayuddha. dul “Parta Krama” (Djaka Lodang,
Raden Kretawarma dibunuh. Per- No, 16—29, 19 September—19 De-
tengkaran tersebut bertambah hebat. sember 1998), “Perang Bubat” (Dja-
Tiap orang mencabut batang gelagah ka Lodang, No. ?), dan sebagainya.
untuk mencambuk lawannya. Gela-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 353

Karya-karya Mulyantara sangat ya. Adapun penerbit terbanyak ialah


khas dan gambar yang dibuatnya da- yang ada di Surakarta atau Sala, se-
pat memperlihatkan suasana dan de- perti C.V. Pendawa Karya, Keluarga
tail kejawaan. Selain itu, ia masih Subarno, Toko Buku Indah Jaya, To-
rajin mengerjakan ilustrasi untuk bu- ko Buku Lauw, Penerbit Nasional,
ku-buku yang hendak diterbitkan dan Penerbit Trijasa.
oleh beberapa perusahaan penerbit- Meskipun Any Asmara sudah
an di Yogyakarta. Kini ia bertempat mempunyai penerbit sendiri (“Dua
tinggal di Kuturaden RT 08, Sindu- A”), beberapa novelnya juga diter-
adi, Mlati, Sleman 55284, Yogya- bitkan oleh Penerbit Muria, seperti
karta. novelnya Singalodra (1968), Neng
Artati Perawan Sunda (1972), dan
muria Jaka Sankrip (Babad Kebumen)
Penerbit Muria (milik H. Kus- (1979). Penerbit Muria juga pernah
fandi) adalah penerbit mingguan ber- menerbitkan novel Grombolan Ges-
bahasa Jawa Djaka Lodhang. Pe- tok (tanpa tahun), karya Moch. Su-
nerbit Muria merupakan salah satu djadi Madinah.
dari penerbit-penerbit di beberapa
kota di Jawa, yang dimodali pribumi, muryalelana (1930—2002)
tetapi berjasa ketika jenis fiksi Jawa Dibandingkan dengan teman-
panglipur wuyung berkembang su- teman pengarang seangkatannya
bur (antara akhir tahun 1950-an— seperti Esmiet, Tamsir A.S., Susilo-
tahun 1970-an). Beberapa penerbit murti, Sudharma K.D., St. Iesmania-
yang pernah ada di Yogyakarta, an- sita, dan masih banyak lagi, dalam
tara lain, penerbit “Dua A” yang di- khazanah bahasa dan sastra Jawa
danai oleh Any Asmara, Penerbit modern Muryalelana agaknya cukup
Muria yang didanai Kusfandi (Dja- berbeda. Kalau pada umumnya pe-
ka Lodhang), Penerbit Jaker, dan Pe- ngarang-pengarang lainnya hanya
nerbit P.P. USA. berkarya dalam satu atau dua genre
Pada waktu itu, hampir setiap saja, misalnya cerpen (cerkak), puisi
kota besar di Jawa Tengah (Semarang (guritan), cerpen dan puisi, atau cer-
dan Sala), D.I. Yogyakarta, dan Jawa pen dan novel saja, sementara Mur-
Tumur (Surabaya) mempunyai pe- yalelana menulis dalam beberapa
nerbit swasta yang mencari peluang genre. Bahkan, di samping menulis
keuntungan dengan mendukung pe- puisi, cerpen, dan kritik sastra Jawa,
nerbitan bacaan panglipur wuyung. ia juga menulis hal-hal yang berkait-
Beberapa penerbit panglipur wuyung an dengan masalah bahasa, karawi-
di Surabaya, yaitu C.V. Marfiah, C.V. tan, paramasastra, hukum, dan lain
Usaha Kawan, Penerbit Pustaka Ro- sebagainya. Kenyataan itulah yang
man, dan Penerbit Panjebar Sema- membedakannya dengan pengarang-
ngat. Penerbit di Semarang, antara pengarang lain seangkatannya dan
lain Toko Buku Dharma, dan Adija- itu pula kelebihannya sebagai se-
354 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

orang sastrawan Jawa; sastrawan usai diadakan perundingan yang di-


yang boleh dikatakan sebagai sas- kenal Konferensi Meja Bundar), ia
trawan “serba bisa”. Untuk menge- dibebaskan.
tahui lebih jauh tentangnya, berikut Setelah bebas dari penjara Mur-
diuraikan riwayat dan atau sejarah yalelana dapat lagi melanjutkan ke
hidupnya baik dalam perjalanannya sekolah yang lebih tinggi. Itulah se-
sebagai pengarang sastra Jawa mo- babnya ia kemudian masuk ke SGA
dern maupun sebagai seorang pe- (Sekolah Guru Atas) Negeri di Se-
juang dan pendidik. marang dan baru tamat pada tahun
Sebagaimana diketahui bahwa 1955 (saat itu usianya sudah 25 ta-
nama asli Muryalelana adalah Dojo- hun). Setamat dari SGA, Muryale-
santosa. Muryalelana dilahirkan di lana kemudian menjadi guru SRL/
kota Salatiga pada tanggal 31 De- SGB Negeri di Pecangaan, Jepara.
sember 1930. Orang tua Muryale- Sejak tahun 1957 menjadi pengajar
lana ia guru. Oleh karena itu, hampir di SGB Putri Ungaran. Namun, itu
sepanjang hidupnya ia mengabdi se- pun tidak begitu lama karena ia ke-
bagai guru, baik guru sekolah dasar mudian melanjutkan kuliah di PGSLP
maupun guru sekolah menengah. (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pendidikan dasar Muryalelana di- Pertama) di Surakarta, Program dua
tempuh pada zaman Belanda, yakni tahun, mengambil jurusan Bahasa
pada Vervolkschool. Setelah tamat dan Sastra Jawa, dan lulus pada tahun
dari Vervolkschool, ia masuk ke 1960.
SGB (Sekolah Guru Bantu), dan se- Setelah tamat dari PGSLP, Mur-
telah itu ia tidak lagi melanjutkan ke yalelana menjadi guru bahasa Jawa
tingkat sekolah yang lebih tinggi (se- di SMP (Sekolah Menengah Perta-
kolah menengah). ma) Negeri Ungaran. Di samping itu
Hal tersebut merupakan suatu juga menjadi guru di SMEP (Seko-
kewajaran karena situasi dan kondisi lah Menengah Ekonomi Pertama) Ne-
pada saat itu (di sekitar perang ke- geri Ungaran. Bahkan sejak tahun
merdekaan) tidak menentu. Pada sa- 1968 hingga tahun 1975 ia diangkat
at itu, para pemuda dan remaja ter- sebagai Kepala SMEP Negeri Unga-
paksa harus ikut serta dalam upaya ran. Di tengah-tengah kesibukannya
mempertahankan kemerdekaan se- menjadi guru SMP dan Kepala
hingga sekolahnya terabaikan. Apa- SMEP di Ungaran, ia melanjutkan
lagi, pada saat usianya baru 17 ta- kuliah di USW (Universitas Satya
hun, sebagai seorang pemuda pe- Wacana), Salatiga, mengambil ju-
juang Muryalelana ditangkap Belan- rusan PU (Pendidikan Umum), dan
da dan dipenjarakan. Pertama-tama tamat pada tahun 1975. Setelah itu
ia dipenjara di kamp Salatiga, kemu- ia menjadi guru pula di SMEA (Se-
dian dipindah ke Mlaten (Semarang), kolah Menengah Ekonomi Atas) Ne-
dan terakhir dipindah ke Nusakam- geri Semarang.
bangan. Baru pada tahun 1950, se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 355

Sejak tahun 1978 hingga 1983, dirikan oleh Sahid Langlang di Ma-
Muryalelana diserahi tugas menjadi diun tahun 1955. Dan sejak saat itu
Pemimpin Proyek Pembinaan Baha- hampir semua majalah dan surat ka-
sa dan Sastra Daerah Jawa Tengah bar berbahasa Jawa, di antaranya
di Semarang. Sebagai seorang pe- Crita Cekak, Medan Bahasa, Mekar
mimpin proyek pembinaan bahasa Sari, Jaya Baya, Panjebar Sema-
dan sastra daerah, Muryalelana juga ngat, Pustaka Candra, dan sebagai-
memprakarsai penerbitan majalah nya pernah muncul tulisannya baik
berbahasa Jawa Pustaka Candra se- berupa puisi, cerita pendek, dan esai/
jak bulan Januari 1981 di Semarang. kritik. Hanya saja, tulisan atau kar-
Majalah tersebut diterbitkan atas ya-karyanya hingga sekarang tidak
biaya Proyek Pembinaan Bahasa dan banyak yang terdokumentasikan.
Sastra Daerah Jawa Tengah. Pada Ada beberapa puisi Muryalelana
saat-saat awal penerbitannya, Mur- yang telah diantologikan, di antara-
yalelana bertindak sebagai Pimpinan nya oleh St. Iesmaniasita dalam An-
Umum/Pimpinan Redaksi/Penang- tologi Sajak-Sajak Jawi (1975); oleh
gung Jawab, sedangkan anggota de- Susatyo Darnawi dalam buku Lin-
wan redaksinya adalah Istandar, Ra- tang-Lintang Abyor: Sekumtum
moeno, dan Soemanto. Barulah sete- Puisi Jawa Mutakhir (Fakultas Sas-
lah tidak menjadi pemimpin proyek, tra dan Budaya Universitas Dipone-
Muryalelana hanya menjadi anggota goro, Semarang, 1983); oleh J.J. Ras
dewan redaksi. Beberapa orang yang dalam buku Bunga Rampai Sastra
telah dan pernah berkecimpung ber- Jawa Mutakhir (Grafiti Pers, 1985);
sama dengan Muryalelana di maja- dan oleh Suripan Sadi Hutomo da-
lah Pustaka Candra adalah Soekar- lam buku Antologi Puisi Jawa Mo-
no, Sudarto, Sukiyat, Adi Samidi, dern 1940—1980 (Sinar Wijaya,
Soenardji, Soesatyo Darnawi, Soe- Surabaya, 1984).
lardi, dan masih banyak lagi. Di te- Sementara itu, cerpen berjudul
ngah-tengah kesibukannya tersebut, “Kendhang” ikut diantologikan oleh
Muryalelana tetap berprofesi seba- Susilomurti dalam bukunya Dongeng
gai guru; dan jabatan terakhir yang Katrisnan. Karyanya yang berupa
disandangnya adalah Kepala SMP esai/kritik antara lain dibukukan oleh
Negeri 24 Semarang. Poer Adhie Prawoto dalam buku Kri-
Sebagaimana dikatakan di depan tik Esai Kesusastraan Jawa Modern
bahwa Muryalelana, selain sebagai (Angkasa, Bandung, 1989) dan da-
pendidik atau guru bahasa dan sastra lam buku Wawasan Sastra Jawa
Jawa, ia juga sebagai pengarang sas- Modern (Angkasa, Bandung, 1993).
tra Jawa. Profesi kepengarangannya Di samping itu, juga ada kritiknya
dimulai sejak tahun 1956, setamat yang dimuat secara bersambung di
dari SGA. Hal ini bukanlah suatu ke- majalah berbahasa Jawa Pustaka
betulan karena ia saat itu menjadi Candra sejak edisi 2/Februari 1981
anggota Sanggar Seniman yang di- dalam rubrik “Tintingan & Tim-
356 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

bangan”. Sementara buku karang- dan Mulyadi Poerwoatmodjo, per-


annya sendiri berjudul Unsur Reli- nah pula menyelenggarakan kursus
gius dalam Sastra Jawa (Aneka Il- pranatacara dan medhar sabda di
mu, Semarang, 1986) Taman Sas- Semarang, Purwodadi, dan kota-ko-
trawan (Aneka Ilmu, Semarang, ta lain yang saat itu bernaung di ba-
1990), dan Candra Sastra (?). Da- wah Yayasan Permadani Jawa Te-
lam kariernya sebagai seorang guru/ ngah.
pendidik bahasa dan sastra Jawa, se- Itulah selintas riwayat dan karier
lain menulis karya dan atau buku hidup Muryalelana baik di bidang
sastra Jawa, ia juga menulis buku pendidikan maupun di bidang pem-
berjudul Penggalang Bahasa Indo- binaan dan kepengarangan sastra
nesia untuk siswa SMP, buku Civics Jawa modern. Karena pengabdian-
untuk siswa SD, dan Kamus Sing- nya di bidang sastra Jawa modern
katan Umum. cukup besar, pada tahun 1995, Mur-
Sebagai seorang seniman/penga- yalelana dianugerahi Hadiah Sastra
rang, Muryalelana juga aktif dalam Rancage oleh Yayasan Rancage pim-
organisasi kepengarangan dan atau pinan Ajip Rosidi, seorang penga-
penerbitan. Pertama-tama adalah rang sastra Sunda dan sastra Indone-
menjadi anggota Sanggar Seniman sia yang kini tinggal di Jepang. Di
(berdiri di Madiun, 1955) bersama samping menerima piagam penghar-
Susilomurti, Moelyono Soedarmo, gaan atas jasanya di bidang pembi-
Rakhmadi K, St. Iesmaniasita, Soe- naan dan pelestarian sastra Jawa,
kandar SG, Poerwadhi Atmodihar- Muryalelana juga menerima hadiah
djo, dan Subagijo Ilham Notodidjojo. berupa uang. Pada tahun 2002 ia di-
Sementara itu, pada bulan Agustus percaya oleh Yayasan “Rancage”
1966, ia bersama kawan-kawannya pimpinan Ajip Rosidi sebagai penilai
mendirikan OPSJ (Organisasi Pe- sastra Jawa, menggantikan Suripan
ngarang Sastra Jawa) yang bepusat Sadi Hutomo yang telah meninggal.
di kota Yogyakarta. Di masa tuanya, dan di tahun 2002
Kemudian, sejak tahun 1968, di ini ia telah berusia 72 tahun, dan pe-
Surakarta, bersama kawan-kawan ngarang yang oleh komunitas sastra
pengarang seperti Anjar Any, N. Jawa lebih dikenal sebagai kritikus
Sakdani, Moch Nursyahid, dan sastra Jawa zaman kemerdekaan ini
Arswendo Atmowiloto mendirikan meninggal dunia pada tanggal 4 Juni
majalah berbahasa Jawa Dharma 2002.
Kandha, yang pada tahun 1971 ber-
ubah nama menjadi Dharma Nyata.
Selain itu, ia juga ikut aktif dalam
pendirian Candrakirana dan Gu-
mregah. Di bidang pembinaan baha-
sa Jawa, Muryalelana bersama Ki
Narto Sabdo (dalang wayang kulit)
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 357

n
nagarakrtagama jalanan Raja Hayam Wuruk di wila-
Naskah Nagarakrtagama, de- yah Majapahit, sebagaimana dilaku-
ngan nama lainnya disebut Desa War- kannya pada masa penulisan sendiri,
nana (Penggambaran tentang Dae- yaitu mulai tahun 1281 Saka = 1359
rah). Menurut Soebadio (1999) Na- A.D. (Nyanyian 17, 7), Sedangkan
garakrtagama dapat diartikan “Per- penyelesaiannya diberi tanggal yang
jalanan Raja Hayam Wuruk yang di- jelas dalam Desawarnana, yaitu ta-
laksanakan di dalam wilayah (Kera- hun 1287 Saka = 1365 A.D. (Nya-
jaan Majapahit)”. Bentuk penggam- nyian 98,2).
barannya oleh Kern dan Krom (1919) Selain perjalanan itu sendiri, Na-
disebut puisi pemujian (panegyric) garakrtagama juga menyebutkan
terhadap raja. Sedangkan Pigeaud raja-raja yang berkuasa sebelum Ha-
(1960-1963) menamakan-nya Court yam Wuruk. Pembahasannya diser-
Chronicle, “kronik kerajaan”. Bila di- tai dengan catatan mengenai tempat
lihat masing-masing bagian dalam pemakaman raja-raja bersangkutan,
kaitan keseluruhan kakawinnya, ke- yaitu candi­candi. Semua informasi
dua sebutan dapat saja diterima. diberi data lengkap mengenai tahun
Nama penyusun diketahui jelas, pendirian serta kejadian di sekitar-
karena ia menyebutkan diri di dalam nya. Misalnya, pemakaman Sri
kakawinnya. Ia adalah seorang pu- Ranggah Rajasa yang meninggal
jangga semasa, yang mengguna­kan pada tahun Saka 1149 dan dimakam-
nama samaran “Prapanca”. Ia ter- kan pada dua tempat, di Kagenengan
masuk kelompok pemuka agama dan di Usana (Nagarakrtagama 40,5)
Buddha yang ditempatkan di istana. disebutkan dan dijelaskan lengkap,
Istilah yang digunakannya ialah sehingga dapat dicocokkan dengan
Dharmadhyaksa Kasogatan, yang prasasti semasa yang telah ditemu-
oleh Kern dan Krom diterjemahkan kan.
“superintendent”, yaitu orang yang Naskah Nagarakrtagama se-
bertugas mengawasi (para pemuka mula tersimpan dalam satu kopi nas-
agama Buddha) dan yang ditempat- kah saja, yaitu yang ditemukan di Puri
kan di istana. Cakranagara di Lombok pads tahun
Diterangkan lebih lanjut oleh 1894, dan yang tercatat dengan no-
Soebadio (1999) bahwa Nagarakr- mor cod.5023-IV dalam Pigeaud,
tagama merupakan kisah tangan per- 1967. Naskah tersebut telah diman-
tama, yang penggambarannya dapat faatkan oleh para sejarawan Belanda
dipercayai cocok dengan kenyataan dari awal penemuannya, sebagai
pengalaman benar sang penyusun. sumber (saat itu, tunggal) untuk me-
Isi kakawin tersebut melukiskan per- nelaah sejarah Singasari-Majapahit.
358 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Namun, bahan tunggal seperti Na- perjalanan Raja Hayam Wuruk se-
garakrtagama itu dengan sendirinya bagai pujangga keraton. Berdasar-
menimbulkan banyak permasalahan kan kenyataan itu dapat diharapkan
guna interpretasi, dan selama hampir bahwa dengan sendirinya ia hanya
seratus tahun Nagarakrtagama ha- memberikan informasi yang dapat
nya ditemukan dalam satu naskah di menjunjung tinggi rajanya.
Lombok itu saja. Nagarakrtagama boleh dinilai
Pada tahun 1979 H.I.R. Hinzler memberikan gambaran yang cukup
dan J. Schoterman melaporkan me- rasional. Di samping itu, Nagara-
ngenai ditemukan dua naskah ber- krtagama menceritakan perjalanan
judul Desawarnana di Bali, yang raja Hayam Wuruk sesuai dengan ke-
ternyata berisi sama dengan naskah adaan. Hayam Wuruk saat itu masih
tunggal Nagarakrtagama yang dite- muda. Ia dilukiskan selaku pria mu-
mukan di Lombok pada tahun 1894. da yang sangat menarik dan aktif. Ia
Penelitian Nagarakrtagama selanjut- tidak segan ikut serta dalam berma-
nya didukung oleh naskah-naskah cam-macam kegiatan di daerah-dae-
yang baru ditemukan juga. Terjemah- rah kunjungannya. Bahkan, ia pun
an dalam bahasa Inggris telah terbit tampak mahir dalam penulisan puisi.
pada tahun 1995, berarti seratus ta- Dalam Nyanyian 58,1, ia disebutkan
hun setelah penemuan naskah Naga- menggambarkan keindahan lembah
rakrtagama dahulu. Judul guna ter- yang dilihatnya dari atas dalam ben-
bitan yang disertai terjemahan itu di- tuk bahasa dan kidung. Namun, hal
pilih oleh kedua penyusun, H.I.R. itu bukan kejadian aneh. Pigeaud da-
Hinzler dan Stuart Robson, yaitu lam komentarnya, menjelaskan bah-
Desawarnana, yang merupakan wa kebiasaan menyusun puisi dan
judul yang disebutkan oleh sang pe- menembangnya, merupakan persya-
nyusun, Prapanca, sendiri. Di sam- ratan pendidikan, yang dengan sendi-
ping itu terbitan baru ini “hendak di- rinya dituntut pula bagi anggota ke-
pisahkan juga dari terbitan-terbitan raton. Pura Mangkunegaran masih
sebelumnya”. Sekalipun demikian, menerbitkan berbagai karangan ter-
para penyusun terbitan baru, dengan tulis dalam bentuk puisi para pemim-
sendirinya, selalu perlu memban- pinnya.
dingkan terjemahan, penjelasan serta Menurut Soebadio (1999) bah-
catatan sendiri dengan terbitan-ter- wa Nagarakrtagama, terlepas dari
bitan sebelumnya. Atas pengakuan bunga-bunga pengagungan yang ten-
mereka sendiri, bahasa Prapanca ti- tu tidak dilupakan oleh sang penyu-
dak terlalu mudah dipahami, apalagi sun, gambaran mengenai raja Ha-
diterjemahkan. Mengenai isi naskah- yam Wuruk sesuatu hal yang wajar.
nya, mereka pun yakin akan taraf kre- Ia bukan raja bodoh. Hayam Wuruk
dibilitas yang tinggi. Namun, tetap adalah raja yang masih muda, tetapi
perlu diperhatikan pula, bahwa Pra- tahu benar tentang masalah peme-
panca, selaku penyusun, mengikuti rintahan, terutama dalam kaitan wi-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 359

layah kerajaannya. Hayam Wuruk di- takan acara peringatan pemakaman


dukung oleh seorang Patih seperti Rajapatni. Selanjutnya juga diberi
Gajah Mada (Patih yang sangat ma- daftar wilayah yang menjadi milik
hir politik). Akan tetapi, Hayam Wu- keluarga raja, di samping yang me-
ruk tidak tenggelam oleh kemahiran rupakan daerah keagamaan. Kemu-
sang patih karena ia mampu dan dian juga dijelaskan mengenai organi-
sanggup menarik hati rakyatnya. Per- sasi kerajaan, termasuk apa yang
jalanan yang diceritakan oleh Pra- menjadi tanggung jawab para pemu-
panca, merupakan perjalanan rutin ka agama.
dan seremonial yang diadakan setiap Akhirnya juga dibahas pesta-pes-
tahun selesai musim hujan. Rute per- ta istana, yang dengan sendirinya
jalanan sang raja di seluruh wilayah memberi informasi banyak mengenai
Majapahit berubah-ubah di setiap kehidupan seni budaya Majapahit,
tahunnya sehingga perjalanan itu misalnya jenis tari-tarian, dsb. Kaka-
mungkin juga dimaksudkan sebagai win diakhiri dengan kolofon, misal-
“turun ke lapangan” oleh raja sendiri nya Nyanyian 1, bait 1, berupa Pem-
untuk mengetahui keadaan negara bukaan oleh sang pujangga. Di sini
sebenarnya. elas ditunjukkan paham dipercayai
Mengenai cara penyusunan Na- Siva dan Buddha sebagai pada haki-
garakrtagama dapat diperhatikan, katnya merupakan kekuatan yang
bahwa bagian pertama terdiri dari 62 sama.
“Nyanyian” (Canto), masing-masing Nyanyian 1, bait 1, Kakawin Na-
berbait terdiri atas 4 baris dalam jum- garakrtagama:
lah tertentu. Dalam bagian pertama om nathaya namostu to stutinin
itu terlebih dahulu diperkenalkan ra- atpada ri pada bhatara nityaca/
ja dan keluarganya. Kemudian di- san suksmen tlen in samadhi
gambarkan keadaan keraton beserta siva budda sira sakala
lingkungan sekitarnya. Baru mulai niskalat­maka/
Nyanyian 17, bait 7, dilukiskan perja- san cri parwwatanatha natha
lanan raja serombongan di wilayah- nin anatha sira ta patinin
nya. Setiap tempat istirahat atau kun- jagatpati/
jungan khusus disebutkan namanya. san hyan nin hyan inisty
Sayangnya tidak semua nama masih acintyanin acintya hana ways
dapat ditemukan kembali dalam ke- tmahniren jagat //1//
adaan masa kini. Dalam hubungan
OM! Hormat kepada-Mu, (ke-
kunjungan kepada makam-makam
pada) Mu pujian dari dia, yang
raja-raja sebelumnya, sang penyu-
selamanya (menjadi) pemuja pa-
sun mendapat kesempatan memberi-
da kaki Sang Bhatara (a).
kan genealogi kerajaan.
Ia (Bhatara) timbul selaku Sang
Dalam bagian kedua, yang mulai
Suksma (sesuatu yang tidak ke-
pada Nyanyian 63 dan berakhir pada
lihatan) dalam semadi yang men-
Nyanyian 98, pertama-tama diceri-
dalam, Ia pun adalah Sang Si-
360 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wa­Buddha, (yang) berwujud lenyapkan segala kekotoran wila-


dalam sakala (materi) dan (seka- yah (c).
ligus) dalam niskala (nonmateri) Seluruh bumi Jawa berbakti dan
(b). tunduk (pads Raja), demikian ju-
Sang Sri “Raja Gunung”, yang ga sekalian wilayah lain (d).
membela mereka yang tak ada
yang membela, Dialah benar-be- Selanjutnya sang pujangga men-
ceritakan keadaan raja sekeluarga.
nar yang Paling Berkuasa antara
Pada Nyanyian 17, bait 4, dise-
semua penguasa di dunia (c).
butkan kebiasaan sang raja untuk
Hyang antara (semua) hyang,
yang Terpilih, yang Tidak Terba- mengelilingi wilayahnya pada akhir
musim hujan. Seluruh rombongan
yangkan antara yang tidak terba-
raja disebutkan. Pada bait 8, pujang-
yangkan, (namun) yang Berada,
ga menyebutkan dirinya selaku ang-
(karena memang) terdapat Ba-
yangannya di dunia (d). gota rombongan raja itu:
nkan tekin maparab prapanca
Setelah memuja dan memuji tumut an-lnen anirin i Jong
Sang Dewa dalam 2 bait, pada bait narecwasal
ke-3, sang pujangga menyebutkan tan len san kawi putra san kawi
dirinya selaku orang taat agama yang samenaka dinulur ananmaten
ingin menulis puisi guna memuji sang mano/
Raja Majapahit (Wilwatikta) darmmadyaksa khasogatan sirs
Bait 3 tkap narapati sumilih ri san
nahan don in umastuti padani- yayah/
rahyun umiketa kate narecwara/ sakweh san wiku bodda manjuru
san cri natha ri wilwatikta haji padanatuturakhen ilahniren
rajasanagara wicesa bhupati, danu//8//
saksat/
Menurut Soebadio (1999) terje-
janma bhatara natha siran
mahan bait tersebut sangat sulit dan
anhilanaken i kalankanin praja/
dapat saja dipahami berbeda-beda.
hentyan bhumi jawatubhakti
Masalahnya terutama terletak pada
manukula tumuluy i tken
pemahaman baris ke-2 bait bersang-
diganta­ra//3//
kutan, yaitu siapa yang dianggap se-
Itulah maksud dia yang memuja laku dharmadhyaksa kasogatan, Pra-
Kaki Bhatara: dia ingin menulis panca sendiri, ayahnya atau siapa?
puisi mengenai sang Raja (a), Menurut Zoetmulder Prapanca dite-
(yaitu) yang menjadi Raja di Wil- rima baik oleh anak seorang dhar-
watikta, Sang Rajasanagara, Pe- madhyaksa dan dijadikan kawan per-
nguasa yang sangat kuat (b). jalanan. Betapa pun juga, hingga se-
Benar-benar Wujud Raja Dewa karang pemahaman bait bersangkut-
beliau, (karena ia pun) Yang me- an masih berbeda-beda. Stuart Rob-
son menganggap Prapanca sendiri
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 361

selaku dharmadhyaksa itu, meng- mengenai peraturan hukum dan ke-


gantikan ayahnya, sehingga ia me- biasaan peradilan semasa dalam kait-
nerjemahkannya dalam DW sebagai an pemilikan tanah, seperti yang se-
berikut. jenis Jayasong, Raja Kapa-Kapa,
So this man by the pen-name of atau Rajapati-gundala.
Prapanca joined in the pursuit Riwayat penelitian terhadap Ka-
of beauty, attending at the feet kawin Nagarakrtagama mulai de-
of the King. ngan terbitan naskah tunggal yang
Just as the poet (himself), son of hingga kini tersimpan dalam aksara
a poet, is pleased to be accom- Jawa-Kuna sesuai dengan aslinya se-
panied (by others) and receives bagaimana ditemukan dalam puri Ca-
kindly those who muse. He is Su- kranegara di Lombok oleh Dr.J.
perintendant of Religious Affairs Brandes pads tahun 1902. Selanjut-
for the Buddhists to the King, nya Dr.H.Kern menerbitkan naskah-
and has succeeded his father, nya dan menerjemahkannya dalam
Whom all the Buddhist priests bahasa Belanda, pada tahun 1917/
had as head and whose actions 1918 dan 1919.
in the past they keep in mind. Terjemahan Kern disertai catat-
an oleh Dr. N.J. Krom, sedangkan
Terjemahan
Dr. Poerbatjaraka dan berbagai sar-
(Lalu) ada (lagi), yaitu yang me- jana lain memberikan saran-saran
namakan dirinya Prapanca, ikut perbaikan. Dr. Th. Pigeaud kemudi-
juga (sambil) mengagumi dan an mengadakan penelitian baru dan
menyertai kaki sang raja. menerjemahkan naskahnya dalam
Sang pujangga bukan lain dari- bahasa Inggris yang disertai annotasi,
pada anak Sang Pujangga, dia- dalam Java in the Fourteenth Century,
lah dengan senanghati mengikuti 1960-1964. Pada tahun 1953, Sla-
(= dinulur) (mereka) yang meng- metmuljana menerbitkan terjemahan
amati puisi. ke dalam bahasa Indonesia. Pada ta-
Dialah Dharmadyaksa Kasoga- hun 1995 terbitlah terjemahan baru
tan para pemuka agama Buddha, oleh Stuart Robson, yang didasari
yang oleh sang raja dipilih untuk naskah Desa Warnana yang baru di-
menggantikan ayahnya. Semua temukan, dan dibandingkan dengan
biksu Buddha mengakuinya se- Nagarakrtagama.
laku Kepala, mereka pun mengi- Di masa kuna, naskah Nagara-
kuti perbuatannya. krtagama tampak tidak terlalu dige-
mari. Memang bahasanya boleh di-
Mengamati seluruh isi kakawin
sebut kurang menarik selaku kaka-
tersebut, dapat dikatakan, bahwa da-
win. Bentuk karangan Prapanca, se-
lam kaitan penulisan sejarah semasa,
kalipun disebut kakawin, bukan me-
Nagarakrtagama harus diteliti se-
menuhi persyaratan berisi kalangon,
cara lebih lengkap, misalnya dengan
berarti belum dapat menggambarkan
mengikutsertakan naskah-naskah
362 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

apet lango, rasa keindahan, dalam 1182 A.D. Selanjutnya juga disebut-
tulisannya. Tetapi, dengan diteliti kan bahwa Rajasa ini menyerang
guna penyusunan sejarah Jawa se- Kadiri pads tahun Saka 1144, atau
masa, maka Nagarakrtagama pada 1222 A.D. Pada tahun Saka 1149 =
masa sekarang sangat penting dan 1227 A.D. Rajasa dikatakan mening-
menarik hati. gal.
Memang dewasa ini perhatian Data bersangkutan dapat dico-
terhadap Nagarakrtagama, sebagai cokkan dengan prasasti yang ada dan
salah satu bahan telaah mengenai ke- juga dapat mendukung sekalian in-
nyataan sejarah Jawa semasa, lebih formasi Pararaton mengenai Ken
berkembang lagi. Namun, penelitian Angrok dalam segi kesejarahannya.
kini lebih dipusatkan pada informasi Hal itu akan dibahas di tempatnya
mendetail mengenai kehidupan ma- nanti.
syarakat dalam kaitan pemerintahan
raja-raja. narasi
Memang masih banyak yang da- Bentuk wacana prosa yang ber-
pat digali dari informasi kakawin pen- tujuan menceritakan peristiwa atau
ting ini. Pada perjalanan Hayam Wu- serangkaian peristiwa. Sebagai me-
ruk dihadapi juga pesta-pesta rakyat tode sastra, narasi terutama berupa
dengan acara tontonan, kontes olah- laporan yang berpusat pada peristi-
raga, dsb, yang tentu penting untuk wa. Narasi yang baik tidak hanya
menambah pengetahuan mengenai bercerita tentang tindakan/lakuan,
kebiasaan budaya pada saatnya. tetapi juga menghadirkan tindakan/
Yang menarik perhatian juga lakuan itu.
ialah kebiasaan memberikan upeti
kepada raja dalam bentuk hewan, naskah
disebutkan, misalnya babi, kambing Semua bahan tulisan tangan pe-
gembel, kerbau, ayam, dan anjing. ninggalan nenek moyang pada ker-
Demikian juga disebutkan pakaian. tas, lontar, kulit kayu, dan rotan. Tu-
Bahkan, disebutkan juga perawan- lisan tangan pada kertas biasanya di-
perawan untuk dimasukkan dalam pakai pada naskah-naskah berbaha-
“harem” sang raja. Namun, sebalik- sa Jawa dan Melayu. Lontar banyak
nya sang raja juga memberi penghar- dipakai pada naskah-naskah berba-
gaan ke semua pihak. hasa Jawa dan Bali. Kulit kayu dan
Pada Nyanyian 38 dimulai pe- rotan biasa digunakan pada naskah-
nyebutan aneka raja yang mendahu- naskah berbahasa Batak. Dalam ba-
lui Hayam Wuruk. Yang paling pen- hasa Latin, naskah disebut codex; da-
ting dalam hubungan bahasan dalam lam bahasa Inggris disebut manus-
Pararaton ialah informasi mengenai cript; dan dalam bahasa Belanda di-
Ranggah Rajasa mulai Nyanyian 40 sebut handschrift. Hal ini membe-
dengan tahun yang disebutkan akan dakan dengan peninggalan tertulis
mass hidupanya, 1105 Saka atau pada batu. Batu yang mempunyai tu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 363

lisan biasanya disebut piagam, batu nga’din (1952—)


bersurat, atau inskripsi. Nga’din lahir di Bantul, Yogya-
karta, pada 27 Juni 1952. Setamat
nawungkridha SMP ia melanjutkan ke SPG Jetis,
Di dalam sastra Jawa terdapat Bantul. Di SPG ia gagal pada tahun
istilah Nawungkridha. Istilah terse- kedua sehingga pindah ke SMA. Na-
but berasal dari kata nawung dan mun, di SMA ia kembali gagal se-
kridha. Kata nawung berarti ‘me- hingga pindah ke SMEA. Lagi-lagi
ngumpulkan, mengatur, mengarang, di SMEA ia juga gagal. Kegagalan
menggubah, dan menjawab’. Semen- demi kegagalan ini bukan karena ia
tara itu, kata kridha berarti ‘berma- bodoh, melainkan semata karena
in-main, bersenang-senang, cara ber- masalah ekonomi. Menurut penga-
setubuh, berlatih mengerjakan, dan kuannya, orang tuanya yang kusir
pekerjaan’. Dalam dunia sastra Ja- andong itu hidup pas-pasan, pengha-
wa, istilah tersebut berkaitan dengan silannya hanya cukup untuk makan.
istiah pujangga seperti, antara lain, Barulah setelah bekerja sebagai pe-
kawitana, kawindra, kawiwara, atau gawai negeri, ia dapat menyelesaikan
kawiswara. Seorang pengarang bisa pendidikan SLTA-nya (1988).
dikatakan sebagai pujangga jika pe- Dalam kancah sastra Jawa,
ngarang memiliki suatu kelebihan Nga’din menekuni penulisan guri-
yang diberi nama nawungkridha, ya- tan, cerkak, esai, dan macapat. Se-
itu bahwa pujangga haruslah memi- lain itu ia juga menulis cerpen dalam
liki perasaan yang halus sampai bisa bahasa Indonesia. Ia termasuk penu-
menanggapi kehendak atau maksud lis produktif dan karya-karyanya
hati orang lain. Di samping nawung- telah tersebar luas di berbagai media
kridha, ada tujuh kelebihan yang di- massa. Nga’din, dalam menulis kar-
miliki oleh seorang pujangga. Ketu- ya sastra Jawa, sering menggunakan
juh kelebihan yang lain itu meliputi nama samaran Addin, Anita, dan Ach-
paramengsastra, paramengkawi, madin.
awicarita, mardawa lagu, mardawa Sejak SD Nga’din senang mem-
basa, mandraguna, dan sambega- baca buku-buku cerita berbahasa dan
na. Di samping itu, seorang pujang- berhuruf Jawa, khususnya yang ber-
ga juga memiliki sifat kelebihan lahir bentuk tembang macapat. Selain itu,
dan batin, artinya pengetahuan kebu- ia juga rajin membaca majalah Pa-
dayaan lahir sudah tertinggi atau njebar Semangat, Mekar Sari, Dja-
mendekati sempurna. Di dalam olah ka Lodhang, dan sebagainya. Ber-
batin, seorang pujangga mampu men- bekal pengalamannya tersebut, Nga’-
dengarkan akasawakya atau aka- din kemudian belajar menulis dengan
sasabda yang berarti ‘suara langit’. bahasa Jawa dan Indonesia. Pada
waktu memasuki jenjang pendidikan
SMP, ia mulai memublikasikan
karya-karyanya yang berbentuk do-
364 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ngeng. Cara Nga’din mempublikasi- lenggarakan SSJY tahun 1988. Se-


kan tidak hanya lewat tulisan, tetapi karang Nga’din bekerja sebagai pe-
juga dengan cara oral di berbagai fo- gawai Dinas PU Propinsi DIY. Ia
rum pengajian di dusunnya. Ketika bertempat tinggal di Wonokromo RT
masuk SMA, karyanya mulai dimuat 02, RW18, Wonokromo, Pleret,
di Minggu Pagi, Berita Nasional, Bantul 55791.
Masa Kini, Nova, Sinar Pagi Ming-
gu, dan Mutiara. Namun, tulisannya ngalimu anna salim (1939—
yang menggunakan bahasa Indone- 1976)
sia tampak kurang berhasil. Oleh ka- Ngalimu Anna Salim lahir di Blo-
rena itu, ia lalu menulis dengan ba- ra, Jawa Tengah, 24 Agustus 1939.
hasa Jawa dalam bentuk guritan, Ia meninggal pada 11 Juni 1976. Pen-
cerkak, dongeng, artikel/esai, dan ma- didikan dasar (SD) hingga menengah
capat. (SMP dan SMA) diselesaikan di kota
Nga’din tidak hanya aktif menu- kelahirannya (Blora). Setamat dari
lis, tetapi juga mengikuti berbagai SMA ia melanjutkan kuliah di Jurus-
kegiatan sastra Jawa, misalnya sara- an Sejarah IKIP (sekarang Univer-
sehan yang diselenggarakan oleh sitas) Negeri Yogyakarta. Sayang se-
Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta, kali, sebelum lulus, lebih dulu ia ha-
Taman Budaya Yogyakarta, Balai rus kembali ke pangkuan Illahi.
Kajian Sejarah dan Nilai-Nilai Tra- Karier kepengarangan Ngalimu
disional, lokakarya penulisan cerita Anna Salim diawali dengan menulis
pendek Jawa, dan sebagainya. Me- karya sastra berbahasa Indonesia.
nurut pengakuannya, kegiatan sema- Karya-karyanya saat itu banyak di-
cam itu sangat bermanfaat bagi diri- muat di Mingguan Mimbar Pelajar,
nya karena dapat dipergunakan se- Nada Sastra, dan Sanggar Budaya.
bagai upaya meningkatkan pengeta- Kecuali itu, ia juga menulis di ma-
huan dan kemampuannya dalam bi- jalah terbitan Semarang seperti Su-
dang penulisan sastra Jawa. luh Marhaen dan Republik. Setelah
Sebagai penulis sastra Jawa itu, barulah ia mencoba menulis kar-
Nga’din terus berupaya meningkat- ya sastra berbahasa Jawa. Eksistensi
kan kemampuan diri agar karya-kar- kepengarangannya mulai tampak ke-
yanya dapat diterima masyarakat. tika guritan-nya yang berjudul “Isih
Untuk menunjukkan hal itu, ia juga Katutup Rapet” ‘Masih Tertutup Ra-
mengikutkan karya-karyanya dalam pat” memperoleh juara III dalam se-
berbagai lomba, misalnya lomba pe- buah lomba yang diselenggarakan
nulisan naskah Obrolan Pak Besut oleh Dewan Kesenian Surabaya. Ber-
tahun 1983 yang diselenggarakan awal dari situ, karya-karyanya (gu-
RRI Nusantara II Yogyakarta. Salah ritan) kemudian banyak tersebar di
satu cerkak-nya juga memperoleh beberapa majalah berbahasa Jawa
penghargaan sebagai juara II dalam seperti Dharma Nyata, Jaka Lo-
lomba penulisan cerkak yang dise-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 365

dhang, Jaya Baya, dan Panyebar Se- meninggalkan pekerjaan itu dan ber-
mangat. pindah profesi menjadi guru. Saat itu
Karya-karya Ngalinu yang beru- ia sempat mengajar di dua sekolah,
pa guritan telah diantologikan de- yaitu di SMP Ngawen dan SMP Je-
ngan karya–karya pengarang Blora pon, Blora.
lainnya seperti Poer Adi Prawoto, T.
Susila Utomo, Suripan Sadi Huto- ngawi
mo, dan Anjrah Lelonobroto. Anto- Istilah ini berasal dari bahasa
logi guritan tersebut diberi judul Te- Sanskreta kawi, yang memiliki be-
pungan karo Omah Lawas dan diter- berapa arti, yaitu (1) pengarang, (2)
bitkan oleh Pusat Kesenian Jawa Te- karangan, (3) kata-kata yang diguna-
ngah, Surakarta. Kemudian, antologi kan dalam kepujanggaan, misalnya
yang memuat karya lainnya berjudul dalam serat atau tembang, dan (4) ka-
Napas-napas Tlatah Cengkar yang wi yang berarti kata-kata Jawa kuna.
digarap oleh Grup Diskusi Sastra Dengan demikian, kata kerja yang
Blora. Sementara guritan berjudul berkembang dari kata benda kawi itu
“Nglayat”, “Isih Katutup Rapet”, ialah kerja atau tindakan yang ber-
dan “Dak Enti Ariping Mripatmu” kaitan dengan kerja pengarang. Ma-
diantologikan oleh Suripan Sadi Hu- ka, istilah ngawi berarti mengarang
tomo dalam Guritan: Antologi Puisi sebagai halnya seorang kawi yang
Jawa Modern (1940—1980) (1985). mengejar aspek keindahan setinggi-
Pada tahun 1975 bersama Poer tingginya sebuah tembang. Selain itu,
Adhie Prawoto dan kawan-kawan istilah ini juga dapat digunakan un-
lain Ngalinu mendirikan “Grup Dis- tuk menunjuk kerja menembangkan
kusi Sastra Blora”di Blora. Grup ini teks-teks tembang.
mengisi kegiatannya dengan diskusi-
diskusi sastra dan budaya, baik In- nges
donesia maupun Jawa. Di dalam dis- Di dalam kosa kata Jawa terda-
kusi-diskusi yang diselenggarakan pat kata nges yang berarti ‘mera-
secara bergiliran di rumah para ang- wankan, (mengibakan), menyenang-
gota itu mereka saling menimba pe- kan hati, indah-indah, berwibawa’
ngetahuan dan terus berlatih dan (berkesan). Di dalam sastra Jawa, pa-
mempertajam proses kreatifnya. Se- da awalnya istilah nges digunakan
lain itu mereka juga melakukan pem- dalam istilah pewayangan. atau pe-
binaan sastra Jawa melalui radio-ra- dalangan. Menurut buku tuntunan pe-
dio di samping mendorong anggota dalangan Surakarta, syarat pokok
untuk rajin menulis di media masa. bagi kemampuan mendalang terbagi
Sebelum terjun ke dunia karang- menjadi dua kelompok, yakni tempat
mengarang, Ngalimu Anna Salim (wadah) dan isi. Wadah meliputi li-
sempat bekerja di kantor Padi Sen- ma hal, yaitu janturan (deskripsi me-
tra, Blora, Jawa Tengah. Karena si- ngenai latar dan tokoh), gendhing
tuasi saat itu tidak menentu, ia harus (penguasaan terhadap berbagai segi
366 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

musik yang mengiringi pementasan da itu menyamar untuk mencari ibu-


wayang), banyol (penguasaan atas nya yang sedang menyamar sebagai
lelucon sesuai dengan tempat dan ke- pembantu rumah tangga. Contoh
adaan), sabetan (keterampilan me- lain dapat diihat pada novel Katres-
mainkan wayang), dan antawecana nan karya M. Soeratman. Surat-su-
(kepandaian menyesuaikan suara da- rat yang ditulis oleh para tokoh me-
lang dengan suara masing-masing rupakan alat utuk menunjuk nges.
tokoh wayang. Sementara itu, isi di- Adegan-adegan kematian yang se-
perinci menjadi enam, yaitu renggep ring didahului oleh cakapan panjang
(kemampuan untuk tetap bersema- antara orang yang sekarat dan tokoh
ngat sampai pertunjukan usai), gre- lain digunakan untuk menjadikan
get (kepandaian membuat penonton pembaca terharu.
tegang atau marah), nges (kepan-
daian membuat penonton terharu), ngudarasa
sem (kepandaian menyusun kata-ka- Istilah ngudarasa berasal dari
ta atau tindak-tanduk yang bisa me- kata dasar udarasa (kata benda) dari
mikat penonton dalam hubungannya bahasa Jawa Kuna, yang berarti
dengan percintaan), undanagari (ke- panggagas (krama: pangraos). Ma-
pandaiaan menempatkan masing- ka, kata ngudarasa berarti mengga-
masing tokoh sesuai dengan kedu- gas nggagas ‘menduga-duga’, ‘ber-
dukannya), dan tutug (kepandaian kata dalam hati’. Dalam teori sastra,
memainkan wayang semalam suntuk kata tersebut menjadi istilah yang
dengan tetap jelas dan lengkap). Da- berkaitan dalam teknik penokohan,
lam kaitannya dengan sastra Jawa, yang disebut monolog interior atau
tidak seluruh istilah dalam wayang “percakapan dalaman” atau “cakap-
itu dimanfaatkan. Istilah yang biasa an dengan diri sendiri” (interior mo-
dimanfaatkan adalah banyol, greget, nologue). Istilah ini digunakan untuk
nges, dan sem. Di dalam sastra Ja- merujuk salah satu jenis teknik per-
wa, banyol itu sangat penting karena watakan atau penokohan modern
banyol dapat menghidupkan cerita. yang digunakan untuk membayang-
Nges adalah kemampuan penga- kan watak seorang tokoh secara ti-
rang untuk membuat penonton ter- dak langsung. Teknik penokohan se-
haru. Bacaan yang baik memiliki ni- macam itu menyerahkan interpretasi
lai nges. Pengertian ini dapat dite- penokohan atau perwatakan kepada
rapkan dengan tepat pada semua pembaca dengan memperhatikan pe-
karya sastra Jawa. Bahkan, dapat di- rilaku tokoh atau apa yang diucap-
katakan sebagai inti karya. Misal- kan dalam hati atau digagas oleh to-
nya, dalam novel Tugas Luhur karya koh. Ngudarasa merupakan ungkap-
Sri Hadidjojo, adegan kematian ibu an yang berpusat pada ketaksadaran
angkat Ir. Winata merupakan awal manusia, yang dalam ilmu jiwa da-
keharuan pembaca. Keharuan itu te- lam digunakan untuk menganalisis
rus berkepanjangan ketika tokoh mu- kesadaran kejiwaan manusia. Fiksi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 367

(cerpen, roman, drama, dan novel) gumamnya dalam hati, “E e,


yang menggunakan teknik penokoh- mengapa berkepanjangan kisah
an tidak langsung agar menjadi lebih ini. Kecurigaan Ibu semakin
riil, lebih hidup, dan tidak membo- menjadi, sudah tak kuasa aku
sankan. bersabar. Apakah aku harus men-
Dalam fiksi Jawa modern, baik ceritakan sebenarnya? Tapi, ku-
berupa cerpen ‘cerkak’ maupun no- kira juga belum bisa memuaskan
vel sering digunakan gumaman un- hati Ibu; nyatanya anak gadis
tuk salah satu cara ketika pengarang yang kemarin malam itu belum
ingin menggambarkan pikiran-pikir- kuketahui nama dan rumahnya.
an seorang tokoh ketika menghadapi Intinya, kalau aku tak segera da-
sesuatu hal. pat ketemu anak gadis yang ke-
Berikut ini sebuah kutipan ngu- marin, entahlah mungkin ber-
darasa yang diangkat dari Serat Ri- akhir hidup ini.’
yanta (1920:24) karya Raden Bagus
Soelardi. ninda-stuti
… Ninda-stuti adalah celaan yang
Kacariyos, satampinipun serat dibuat secara tersamar sebagai puji-
punika Radenmas Riyanta sak- an. Sebaliknya, ninda-stuti juga di-
sana kendel njegreg mboten artikan sebagai pujian tersamar se-
mobah mboten mosik raosing bagai celaan. Ninda-stuti, dalam pe-
penggalihipun singkel, cuwa nulisan karya sastra Jawa Kuna (ka-
tuwin ngonggo-onggo, cipta- kawin) merupakan pengindah baha-
nipun, “E e, teka nganti kada- sa berdasarkan maknanya. Berda-
wa-dawa lelakon iki. Kasuja- sarkan aspek puitiknya, di dalam ka-
nane Ibu saya ndadi, wis ora kawin, ninda-stuti disebut sebagai
kena daksabarake. Apa aku kla- alamkara. Mengikuti pedoman kâv-
kon prasaja? Nanging, dakkira ya, maka dapat dikenali bahwa da-
iya durung ndadekake mareme lam kakawin terdapat dua jenis
penggalihe Ibu; jer bocah dek alamkara, yaitu œabda-alamkara
wingi bengi ora karuwan je- (penghias bahasa yang berkenaan
nenge lan omahe. Wosing pra- dengan bunyi) dan artha-alamkara
kara, yen aku ora nuli bisa ke- (penghias bahasa yang berkenaan de-
temu karo bocah dek wingi em- ngan makna). Berikut contoh ninda-
buh wae kang dhisik nyupet le- stuti.
lakon. Padma rãmya sumekar pada
manêdêng,
….
wintang ing gagana sor ta hayu
‘Tersebutlah, setelah menerima
nikã,
surat itu Radenmas Riyanta ter-
komalanya ya maweh lara ri hati
diam, tidak bergerak sama sekali
šoka sang priya wiyoga mulati
rasa hatinya bingung, sakit, ke-
ya,
cewa dan menyesakkan dada,
368 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sang sêdêng priyasãmagama yang ditulis dengan menggunakan


kasukan, kalam (alat untuk menulis yang ter-
de nikang bheamara angsa pada buat dari lidi ijuk pohon aren (arenga
munî, pinnata) yang ujungnya dipotong
rãmanî ya manohara ya mrêdu serong (meruncing) seperti mata pena.
karnnãšûla ya ri sang priyawi-
hara. niti
Niti berati patokan, petunjuk atau
‘Teratai-teratai permai sedang
pedoman. Dalam kaitannya dengan
mekar berbunga
jenis sastra, niti adalah karya sastra
bintang-bintang dilangit kalah
yang ditulis pada masa Paku Buwana
oleh keindahannya
II di Surakarta yang berisi petunjuk
keindahan itu menimbulkan sakit
atau pedoman, misalnya: Niti Sunu,
hati
Nitimani, Niti Sruti.
begitu sedih orang yang sedang
berpisah dengan
kekasihnya tatkala melihatnya
novel
Jenis prosa yang mengandung
Kebahagian adalah bila mereka unsur tokoh, alur, latar rekaan yang
bersatu dengan kekasihnya menggelarkan kehidupan manusia
mendengarkan suara si kumbang atas dasar sudut pandang pengarang.
dan si angsa Dalam suatu novel terkandung nilai
sangat indah, mempesona, halus kehidupan yang diolah dengan teknik
tetapi sangat menyakitkan telinga narasi/kisahan yang menjadi dasar
bagi orang yang konvensi penulisan. Sekarang istilah
sedang berpisah dengan kekasih.’ roman sama dengan penyebutan isti-
lah novel.
nipah
Nipah adalah bahan yang digu- noviyana diyah trisnaeni
nakan sebagai pembuat naskah. Ni- (1972—)
pah dalam bahasa Latin disebut de- Noviyana Diyah Trisnaeni lahir
ngan nipa truticans. Jika dibanding- di Batang, Jawa Tengah, pada 30 No-
kan dengan lontar (juga bahan pem- vember 1972. Ia menyelesaikan pen-
buat naskah), nipah tidak begitu ber- didikan formalnya di STIE STIKU
beda. Perbedaan yang paling men- Bank, Semarang, tahun 1997. Da-
colok adalah dari cara penulisan hu- lam dunia sastra Jawa, pengarang
rufnya. Pada naskah lontar aksara muda ini sering menggunakan nama
dituliskan dengan cara menggores samaran Kinanthi. Noviyana Diyah
helai daunnya memakai pengutik (pi- Trisnaeni menulis dalam bahasa Ja-
sau kecil) dan kemudian membubuhi wa dan Indonesia. Karyanya yang
bekas goresan itu dengan bubuk ke- berbahasa Jawa biasanya dalam ben-
miri bakar yang dicampur dengan tuk cerkak dan dimuat di majalah Ja-
minyak. Pada naskah nipah, aksara ya Baya dan Panjebar Semangat.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 369

Cerkak karya Noviyana Diyah Tris- Pengembangan Dunia Usaha dan


naeni biasanya ditujukan untuk pem- Lingkungan (Peduli) Pekalongan ini
baca remaja dalam rubrik “Roman- bertempat tinggal di Petodanan Baru
sa” majalah Jaya Baya dan rubrik RT 08/V, No. 10, Proyonanggan,
“Taruna” dalam majalah Panjebar Batang 51211, Jawa Tengah.
Semangat.
Di samping menulis cerita rema- nyekar
ja, ia juga menulis cerita yang lebih Kata nyekar mempunyai makna
serius. Ketekunannya menulis cerita yang bermacam-macam, antar lain,
ternyata membuahkan hasil; terbukti ‘menyanyi, berbunga, berziarah’. Ka-
karyanya “Tembang Prapatan” ma- ta nyekar berasal dari kata sekar,
suk sebagai salah satu karya yang di- yang berati bunga, tembang “syair”
nominasikan dalam lomba penulisan puisi. Kaitannya dengan sastra Jawa,
cerkak yang diselenggarakan oleh Ta- budaya nyekar merupakan sesuatu
man Budaya Yogyakarta tahun 1999. yang penting dan dominan karena
Karya itu kemudian diantologikan da- masyarakat Jawa memiliki tradisi
lam Liong: Tembang Prapatan. Le- lisan dengan cara menembang ‘me-
wat karyanya itu Noviyana secara nyanyikan sebuah tembang’. Me-
kritis mencoba mengangkat persoalan nembang atau melagukan tembang
anak-anak jalanan. Sementara, karya- macapat dalam istilah sastra Jawa
karyanya dalam bahasa Indonesia disebut tradisi macapatan. Tradisi
dipublikasikan di majalah Aneka Yes nembang atau melagukan puisi Jawa
dan Suara Merdeka Minggu. Bah- ini di Bali disebut dengan istilah ma-
kan, ia juga menekuni penulisan fea- basan. Melagukan kata-kata secara
tures dan esai. Kedua jenis karya ter- langsung tanpa ada ikatan dan dila-
sebut dipublikasikan di harian Suara kukan dengan bebas disebut ura-ura.
Merdeka, Semarang. Ura-ura dapat dilakukan dengan san-
Walaupun ia sarjana ekonomi ju- tai sambil tiduran atau sambil istira-
rusan Studi Pembangunan, kecinta- hat.
an Noviyana terhadap sastra dan ba-
hasa Jawa cukup tinggi. Menurut pe- nyitno munajat (1966—)
ngakuannya, menulis karya sastra Nama aslinya Nyitno. Nama
dengan media bahasa Jawa merupa- Nyitno Munajat adalah gabungan
kan sarana untuk melestarikan dan dari nama sendiri dan nama orang
menghayati kebudayaan Jawa. Me- tua. Ia lahir di Jombang, Jawa Timur,
nulis dengan bahasa Jawa, menurut 18 Mei 1966. Pendidikannya disele-
pengarang yang pernah bekerja se- saikan di kota Jombang dan Sura-
bagai supervisor administrasi di PT baya: TK Kuncup Mekar, Jombang
Bunas Finance Indonesia (1997— (1972—1973), SD Negeri Swadaya,
1998) ini, adalah sebuah pengalaman Jombang (1973—1979), SMP 10
yang menarik. Pengarang sastra Jawa Nopember, Jombang (1979—1982),
yang sekarang bekerja di Yayasan SPG Negeri Jombang (1982—
370 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1985), dan Jurusan Bahasa dan Sas- Motivasi Nyitno menulis atau
tra Jawa IKIP Negeri Surabaya mengarang karena ia ingin agar na-
(1985—1990). Pengarang beragama manya dikenal masyarakat dan men-
Islam ini boleh dikatakan “serba bisa” dapatkan kepuasaan. Di samping itu,
karena di samping menulis cerkak, ia yang lebih utama, ia terjun ke dunia
pun menulis cerpen, cerita anak, esai, tulis-menulis dengan maksud untuk
lakon, dan buku ajar untuk sekolah. beribadah kepada Allah. Kemampu-
Setelah tamat IKIP Negeri Sura- an menulis Nyitno diperoleh secara
baya, putra keempat dari lima ber- otodidak dan kegemaran membaca
saudara pasangan Munajat dan serta menghadiri pertemuan-perte-
Sudjinem ini bekerja sebagai guru di muan seni/sastra. Tulisannya lahir ka-
SLTP 1 Rogojampi, Banyuwangi, Ja- rena adanya kegelisahan dalam pen-
wa Timur, selama enam tahun carian jati diri mengenai maksud dan
(1992—1998). Pada tahun 1998 ia tujuan hidup. Di sisi lain, ia menulis
kembali ke Jombang dan mengajar di dalam bahasa Jawa lebih dikarena-
SLTP 7 Mojokerto. Bakat mengajar kan ingin belajar menyelarasakan ka-
diperoleh dari ibunya, Sudjinem limat-kalimat dan memperbanyak
(alm.) yang pernah menggeluti profesi kosa kata dalam bahasa Jawa.
sebagai guru TK di Jombang. Pada Karya-karya Nyitno yang telah
tahun 1990 Nyitno menikahi Marti- dipublikasikan, antara lain, “Gemuk
ningsih (lulusan D3) dan pasangan “ (cerpen, Suara Indonesia, 1989),
ini dikaruniai tiga orang anak: Agil “Pengadilan Sang Pembunuh” (cer-
Setopaksi Al-Amin (lahir 1991), Gi- pen, Bali Post, 1991), “Masseur Ber-
rindra Siti Mawartin (lahir 1993), longkat” (cerpen, Karya Darma,
dan Sambodo Adi Ahmad Laksono 1991), “Penjual Air Tebu” (cerpen,
(lahir 1995). Agar dekat dengan tem- Karya Darma, 1991), “Surat Ter-
pat kerja, keluarga Nyitno Munajat buka” (cerpen, Karya Darma,
kini menempati rumah di Bagusan, 1991), “Wedhus Ireng” (cerkak, Pa-
Kemantren, Gedeg, Mojokerto. njebar Semangat, 1991), “Langgam
Proses kreatif menulis Nyitno di- Wuyung” (cerkak, Jawa Anyar,
mulai tahun 1989 lewat tabloid Suara 1993), “Sumur Kong” (cerkak, Pa-
Indonesia yang terbit di Surabaya. njebar Semangat, 1994). Selain itu,
Semula, media berbahasa Indonesia ia juga menulis novel “Aku Bali
menjadi pilihan ekspresinya karena Ngulon Sumitro” (1998) dan naskah
ketika itu ia belum paham benar me- lakon “Putri Ayu” (1998), tetapi ke-
ngenai bahasa dan kaidah bahasa Ja- duanya belum diterbitkan.
wa. Dengan menggunakan bahasa Di samping menulis cerkak, cer-
Indonesia, bapak tiga anak ini me- pen, novel, dan lakon, Nyitno juga
rasa lebih bebas berekspresi. Namun, menulis esai, antara lain “Seni dan
beberapa waktu kemudian, ia pun Teknologi” (Karya Darma, 1991),
mencoba menulis dengan mengguna- “Lomba dan Penilaian Sastra” (Kar-
kan bahasa Jawa. ya Darma,1991), “Sastra dalam
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 371

Rangka Pengejawantahan Sastra” Sakdani telah rajin berpuasa Senin


(Wawasan, 1989), “Jawa dalam Sas- dan Kamis. Setelah lulus, Sakdani
tra Indonesia” (Wawasan, 1989), mendaftar ke sekolah guru, yakni di
“Sekali Berarti Sudah itu Mati” (Kar- Kursus Pengajar untuk Kursus Peng-
ya Darma, 1991), “Tentang Fabel” antar Kewajiban Belajar (KPKPKB).
(Karya Darma, 1991), “Sastra Pro- Seluruh siswa KPKPKB (kemudian
fetik: Pengeja-Pengeja Tuhan” (Sur- berubah menjadi SGB) memperoleh
ya, 1989), “Abstraksi Cerpen Sastra ikatan dinas, termasuk Sakdani. Na-
Jawa” (Surabaya Post, 1990), “Sas- mun, ia kemudian pindah ke SGB
tra Jawa Modern Kurang Bergairah” Sukoharjo. Bersama beberapa ka-
(Surya, 1989), “Impulsi Sastra Jawa wannya di SGB Sukoharjo ia men-
Modern” (Surabaya Post, 1990), dirikan majalah sekolah Gema. Ia ta-
“Mapag Deklamasi Guritan” (Jawa mat SGB tahun 1957. Setelah diang-
Anyar, 1993), “Njunjung Si Biyung” kat menjadi guru Sekolah Dasar, ia
(Jawa Anyar, 1993), “Saya Gagal melanjutkan belajar di SMA C/SMU
Mencintai Sastra Jawa” (Karya Dar- hingga lulus tahun 1964. N. Sakdani
ma, 1995), dan “Pamoring Sastra” kemudian melanjutkan kuliah di
(Jawa Anyar, 1994). Sementara itu, AAN dan gelar sarjana muda diper-
karyanya yang terbit sebagai buku: oleh pada tahun 1967. Di samping
Perdi Jawi I, II, III, (buku ajar SLTP, itu, ia belajar sendiri secara otodidak
Intan Pariwara, 1994) dan Menanti di samping kursus jurnalistik dan ba-
Azab Tuhan (Punaruna Pariwara, hasa Inggris.
Jakarta, 1990). Pada tanggal 1 Juni 1970, di Su-
koharjo, N. Sakdani Darmopamudjo
n. sakdani (1939— ) menikah dengan Sri Wahyuningsih.
Nama lengkapnya adalah N. Dari pernikahannya itu lahir enam
Sakdani Darmopamudjo. N. Sakdani orang anak, yaitu (1) Tegar Pemba-
adalah putra kedua dari 9 bersaudara ngun Dayu Putra, (2) Sekar Hayuati
dari pasangan R. Sakirun Darmopa- Dayu Putri, (3) Tretes Tulissuci Da-
mudjo dan Turiah. Ia lahir di Sura- yu Putri, (4) Esti Utami Dayu Putri,
karta pada 3 Maret 1939. Saudara- (5) Padang Pracoyo Dayu Putra, dan
saudara N. Sakdani bernama Rien (6) Arum Tresnaningtyas Dayu Putri.
Hamidah, Muhammad Munir, Siti Mulai 1 Desember 1958 N. Sak-
Famziah, Untung Sri Abadi, Heru Su- dani bertugas sebagai guru di SR
mantri, Slamet Sulimah, Sri Syah- Sanggang. R. Sakirun (ayah Sakda-
bandiyah, dan Agung Muhammad ni) merasa bangga melihat anaknya
Bahrun. N. Sakdani dibesarkan di telah menjadi pegawai. Sejak lama
lingkungan budaya Jawa dan agama R. Sakirun memang berharap Sak-
yang dianut adalah Islam. dani menjadi seorang priyayi. Sak-
N. Sakdani mengawali pendidik- dani juga dianjurkan agar memakai
annya di SR Harjodipuran 52, Sala, gelar Raden karena masih keturunan
lulus tahun 1952. Sejak kelas 5 SR punggawa keraton. Sebagai anak
372 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang tidak suka mengecewakan orang ring digunakan sebagai bahan lomba
tua, Sakdani menuruti anjuran itu baca guritan di sekolah-sekolah
meskipun sebenarnya ia tidak suka dalam berbagai acara, antara lain,
dengan sebutan Raden di depan na- berjudul “Kidung Asih”, “Agus-
manya. Oleh karena itu, Raden atau tus”, “Wengi Mangsa Panen”, dan
Den dibalik menjadi Ned. Kemudian “Ngadirah”. Selain St. Iesmaniasi-
Ned disingkat menjadi N. Jadilah se- ta, N. Sakdani oleh beberapa kriti-
butan N. Sakdani. Untuk menghor- kus, di antaranya Muryalelana, di-
mati orang tua pula, nama itu dileng- anggap sebagai pelopor guritan yang
kapi dengan nama orang tua sehing- berani merombak tatanan atau kon-
ga menjadi N. Sakdani Darmopamu- vensi. Hal itu salah satunya tampak
djo. dalam karyanya yang berbentuk ba-
N. Sakdani menjadi guru SD di lada berjudul “Joko Ijo lan Tresna
Sanggang hanya sampai dengan ta- Wulan”. Adapun beberapa guritan
hun 1970. Sebab, pada tahun 1971 lain yang telah ia tulis dan terbitkan,
ia diangkat menjadi kepala SD Ga- antara lain “Cokekan”, “Sawitri”,
jahan, Sala. Setelah itu, sejak tahun “Gotong royong”, “Kasatan”, “Te-
1982 hingga 1986, N. Sakdani diang- tegaran”, dan “Panglipur”. Bebera-
kat menjadi penilik sekolah. Menjadi pa guritan N. Sakdani juga diambil
penilik sekolah pun tidak lama ka- oleh Rass dan diterbitkan di negeri
rena sejak tahun 1986 hingga 1996 Belanda.
diangkat menjadi Kasubbag Keuang- Sementara itu, karya N. Sakdani
an Depdikbud Sala hingga akhirnya yang berupa cerpen (cerkak), antara
pensiun tanggal 11 Juli 1996. Di sam- lain, “Kanggo Bumi Kinasih”, “Te-
ping itu, N. Sakdani juga menjadi se- manten Ing Akerat Nganggo Pupus
kretaris PWI Cabang Surakarta. Cinde”, dan “Retno”. Cerpen “Kang-
Pada Agustus 1966 di kampung go Bumi Kinasih” dan “Temanten
Ratawijayan Yogyakarta didirikan Ing Akerat Nganggo Pupus Cinde”
OPSJ (Organisasi Pengarang Sastra kemudian dimuat dalam antologi Te-
Jawa). N. Sakdani adalah salah se- manten ing Akherat Nganggo Pupus
orang arsiteknya. Pada tanggal 17 Cindhe (1966) yang dalam antologi
Agustus 1968, bersama Anjar Any, ini dimuat pula tujuh belas guritan
Arswendo Atmowiloto, Moch Nur- karya Trim Sutidjo. Sementara itu,
sahid P., Mulyalelana, dan sebagai- cerpen “Retno” dimuat dalam Mekar
nya, N. Sakdani mendirikan sekali- Sari, Juli 1967. Sedangkan karya
gus menjadi wartawan mingguan novelnya, antara lain, Kanggo Bumi
Dharma Kandha. Kinasih, Nyilemi Samodra Tresna,
Karya sastra yang pertama dige- Donya Kebak Rubeda, Nimas Kem-
luti N. Sakdani adalah guritan. Na- bang Biru, dan Dukun Ampuh. Kar-
mun, kemudian ia juga menulis ce- ya-karya novel ini ditulis sekitar ta-
rita pendek dan cerita bersambung hun 1966 sampai 1968.
(novel). Puisi-puisi N. Sakdani se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 373

N. Sakdani tidak hanya menulis rusan Sastra Jawa Universitas Se-


dalam bahasa Jawa, tetapi juga me- belas Maret (UNS) bekerja sama de-
nulis dalam bahasa Indonesia (untuk ngan Taman Budaya Surakarta. Se-
anak dan remaja). Ketika pemerintah lain ceramah tentang jurnalistik atau
membuka proyek Inpres tahun 1977, koperasi, ia sering memberikan ce-
N. Sakdani sempat menikmati honor ramah tentang sastra Jawa modern
buku-bukunya yang diterbitkan; hal di berbagai perguruan tinggi baik di
ini berlangsung hingga tahun 1986. Sala maupun Jakarta. Terkadang ia
Buku-bukunya yang hingga kini juga diminta sebagai dosen tamu di
menghiasi perpustakaan sekolah, di UNS.
antaranya, Saat-Saat yang Menen-
tukan, Ibuku Pelitaku, dan Dadang
Ketua Koperasi Kecil. Selain itu, ia
juga menulis naskah drama. Naskah
yang antara lain telah disiarkan lewat
RRI berjudul Malam Penyadaran
dan Orang-Orang Perbatasan
(1964). Bahkan naskah ini juga sering
dipentaskan di kalangan ABRI.
Bersama para seniman Sala, di
antaranya, Isda Supoyo, W. Sardji-
wo, dan Andjar Any, sejak 1970 N.
Sakdani membantu Gendon Humar-
dani mendirikan dan membidani Pu-
sat Kebudayaan Jawa Tengah (PKJT)
yang sekarang menjadi Taman Bu-
daya Surakarta. Melalui PKJT inilah
N. Sakdani yang menjabat Ketua
Seksi Sastra (bersama Arswendo
Atmowiloto) sering menyelenggara-
kan berbagai kegiatan (sarasehan,
seminar, pementasan) walaupun saat
itu ia juga sibuk sebagai Ketua Or-
ganisasi Pengarang Sastra Jawa
(OPSJ).
Walaupun usianya sudah tua,
hingga tahun-tahun belakangan N.
Sakdani masih sering muncul mem-
bawakan puisi-puisinya pada berba-
gai pertemuan. Bahkan ia juga aktif
dalam acara macapatan yang sebu-
lan sekali diselenggarakan oleh Ju-
374 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

o
ode berisi pujaan kepada tanah air, ke-
Istilah ode bukan istilah yang pada seseorang (biasanya pahlawan),
berasal dari sastra Jawa. Istilah sas- atau peristiwa yang dihormati masya-
tra tersebut diserap secara penuh dari rakat. Oleh karena itu, ode memiliki
Barat, yaitu dari bahasa Yunani. Isti- ciri khusus pada irama, persajakan,
lah ini digunakan untuk memuji atau dan diksi, yang membedakannya de-
memuliakan seseorang, hal, atau ke- ngan puisi heroik atau kepahlawan-
adaan yang dianggap penting. Bia- an.
sanya, orang Yunani menulis ode un- Ode kadang-kadang dimuncul-
tuk merayakan peristiwa penting kan secara eksplisit pada judul, mi-
dalam masyarakat. Selain itu, dalam salnya pada puisi Toto Sudarto Bach-
sastra Yunani, ode juga dapat digu- tiar dalam sastra Indonesia, dalam
nakan untuk melukiskan peristiwa antologi ETSA. Dalam dunia guritan
umum yang penting atau juga kehi- (puisi Jawa), istilah ode hampir tidak
dupan pribadi. Di Inggris ode paling pernah digunakan secara eksplisit.
sering digunakan untuk merayakan Akan tetapi, bayak juga puisi Jawa
kejadian atau perisrtiwa penting di (guritan) yang bila dilihat dari tan-
dalam masyarakat, atau tema-tema da-tanda internalnya, substansi, dan
yang megah. Seperti halnya balada bentuk ekspresinya termasuk jenis
yang berasal dari puisi klasik Yuna- ode. Misalnya, guritan berjudul
ni, ode juga tetap menunjukkan ciri- “Gendhing Sampak Pathet Sanga”
ciri dasarnya secara universal. Mi- karya Kuslan Budiman berikut ini.
salnya, ode yang berkembang di Ing-
GENDHING SAMPAK
gris tetap menonjolkan diksi yang
PATHET SANGA
bermakna mengagungkan dan lebih
donya kang edi endah tumraping
cenderung diformulasi klasik, yaitu
penganten
ke arah stanza daripada ke arah puisi
yen aku bali saka palagan
Inggris mutakhir. Dilihat dari cara pe-
ngrungkebi blegering giling
ngungkapkannya, ode dapat dima-
dadi sawiji
sukkan ke dalam golongan puisi lirik
karena cenderung menggunakan ga- tekane was sumelang lan ing
ya naratif atau bercerita. Dalam per- atine
sepsi sastra di Indonesia (termasuk samangsa sing lanang pamit pe-
dalam pengertian sastra Jawa), ode rang
diartikan sebagai puisi pujaan ter- nguji aweting nyawa liwat ge-
hadap seseorang atau terhadap se- gaman
suatu yang dihormati. Pada umum- baliku saka palagan
nya, ode diartikan dengan puisi yang bakal nggawa umbul-umbul
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 375

kemenangan utama sebuah ode, yaitu berwujud


amarga aku percaya sebuah lirik yang substansi di dalam-
urip iki dudu pacoban nya berupa pemujaan terhadap se-
nanging mujudake kembanging suatu. Pemujaan yang diungkapkan
pranyatan dalam lirik guritan ini mengacu ke-
pranyataning pribadi kang le- pada pengorbanan seorang pahla-
lapis kamanungsan wan kepada negara, yang dilakukan-
nya dengan ketulusan yang sangat
yen aku bali saka palagan
tinggi. Judul yang berbunyi “Gen-
gigirku wis nggendhong kame-
dhing Sampak Pathet Sanga” me-
nangan
nyiratkan klimaks kegundahan jiwa-
nanging ngertiya yayi
nya sebagai seorang prajurit yang se-
dhadhaku wis ora kuwat nyang-
dang bertugas, yang sedang diper-
ga dosa
tentangkan dengan kenyataan yang
amarga getihing mungsuh dadi
akan dialaminya bila nanti pulang.
utangku
Suasana haru yang terbangun oleh
satekaku ing ngarepmu luapan perasaan penggurit ini ter-
ora susah kokpapagake ati kang bangun dari keikhlasannya “nyang-
bungah ga dosa/ amarga getihing mungsuh
subasitanen kanthi rasa trenyuh dadi utangku”. Larik-larik keikhlas-
kang kawungkus nganggo po- annya sebagai prajurit dikatakan de-
ladan asih sumringah ngan “yen aku ilang musna/iku pra-
yen aku ilang musna tandha panebus dosa/ subasitanen
iku pratanda panebus dosa kanthi lagu gembira/gendhing sam-
subasitanen kanthi lagu gem- pak pathet sanga”.
bira
gendhing sampak pathet sanga oemaryanto effendi (1955—)
Oemaryanto Effendi sering
sejatine aku gila marang pe- menggunakan nama samaran Jaya
rang, yayi Blangko. Pengarang beragama Islam
nanging rasa asihku kudu dak- ini lahir di Kediri, Jawa Timur, pada
sebar 3 Juli 1955. Ia menikahi Yuli Harini,
marang bangsaku seorang gadis kelahiran Kediri, 18
lan katresnanku bakal nyram- Juli 1960. Dari pernikahannya itu ia
bahi donya dikaruniai dua orang anak: Deni Ya-
(Jaya Baya, No. 44, XIV, 3 Juli 1960) nisa (lahir tahun 1982, sekarang ma-
Guritan Kuslan Budiman yang hasiswa Universitas Negeri Malang)
berjudul “Gendhing Sampak Pathet dan Lukisania Arum Tanjungsari
Sanga” itu memang tidak menunjuk- (lahir tahun 1988).
kan secara eksplisit istilah ode pada Pendidikan terakhir Oemaryanto
judul. Namun, substansi dan bentuk adalah SMA (tamat 1975). Sejak
ekspresinya menunjukkan ciri-ciri SMU ia aktif dalam kegiatan kepra-
376 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mukaan. Selepas SMA ia melanjut- Anyar, No. 16, 1994), “Indrajit Ke-
kan aktivitasnya di bidang kepramu- belet Rabi” (Jawa Anyar, No. 36,
kaan sehingga tahun 1985 dinyata- 1994), dan “Play Boy Wurung” (Ja-
kan lulus sebagai Pelatih Pembina wa Anyar, No. 38, 1994).
Pramuka Tingkat Penggalang. Akan Karya yang berupa liputan be-
tetapi, pekerjaan utamanya ialah rita jauh lebih banyak daripada kar-
guru SMP Brawijaya, Kepung, me- ya sastranya. Beberapa liputan beri-
ngampu mata pelajaran Seni Rupa. tanya yang dapat dicatat ialah “Mis-
Pekerjaan ini mulai ditekuninya se- teri Candhi Sanggrahan Tulung-
jak tahun 1981. Selain itu, karena ber- agung” (Panjebar Semangat, No.
predikat sebagai Pelatih Pembina 11, 1998), “Petilasan Ragil Kuning”
Pramuka Tingkat Penggalang, sejak (Panjebar Semangat, No. 26, 2000),
1981 ia juga ditugasi mengajar ke- dan “Banjir Bandhang Pacet, Puluh-
pramukaan. an Kurban Nemahi Tiwas lan Ilang”
Di tengah kesibukannya menga- (Panjebar Semangat, No. 52, 2002).
jar ia menyalurkan hobinya menulis
cerita misteri, cerita anak, cerita pen- onomatope
dek, dan liputan peristiwa. Ia juga Istilah onomatope merupakan
menjadi ilustrator dan wartawan ma- kata pungut dari bahasa Yunani (ono-
jalah Jaya Baya. Pada 1996 ia men- matopoea). Istilah ini termasuk majas
dapat penghargaan dari Menparpos- khusus berupa bunyi atau suara yang
tel sebagai salah seorang dari 10 no- mirip dengan suara asli yang dihasil-
mine dalam Lomba Disain Perang- kan oleh suatu benda, barang, bina-
ko. Dia masih juga aktif mengikuti tang, atau orang. Dalam ilmu tanda,
seminar di berbagai tempat, misal- onomatope ini termasuk tanda yang
nya di Universitas 17 Agustus Sura- ikonik karena secara langsung dapat
baya pada acara Temu Sastrawan membayangkan benda atau siapa pun
se-Jawa dan Bali yang dselenggara- yang menghasilkan suara atau bunyi
kan oleh Jawa Anyar. Selain itu ia itu. Misalnya, suara tokek, meong ku-
juga sebagai Staf Redaksi Majalah cing, desis ular, desir angin, dan se-
Pamor Tulungagung. bagainya. Sastra Jawa mengenal juga
Karya-karya Oemaryanto telah nama binatang dan nama benda yang
tersebar di berbagai majalah berba- diangkat dari suara yang ditimbul-
hasa Jawa. Pada sekitar tahun 1994 kan. Nama jangkrik untuk menandai
ia rajin menulis cerita anak dan cerita binatang serangga yang mengeluar-
wayang di Jawa Anyar (Surakarta). kan suara krik, krik; uir-uir untuk
Beberapa judul yang masih diingat- nama serangga yang mengeluarkan
nya, antara lain, “Paaak… suara uir, uir; gangsir untuk serang-
Mboooook…Kaaaaoookkk” (Jawa ga yang mengeluarkan suara siiir,
Anyar, No. 1, 1994), “Garangan Ka- siiir; manuk guwek (burung hantu)
pusan” (Jawa Anyar, No.11, 1994), yang suaranya huek, huek; angklung
“Bedane Awan lan Bengi” (Jawa yang bila dimainkan mengeluarkan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 377

suara klung, klung; gong yang bila nung nong ning, nong nong nong
dipukul mengeluarkan suara gong; nong
kenthongan yang bila ditabuh me- Ngumandhang. Pinurba lagune
ngeluarkan suara thong-thong, ga- jagad rumambat. Hiyeg
sing yang bila diputar mengeluarkan ….
suara sing, sing (Jawa). Dalam olah
ORKESTRA JAGADRAYA
sastra, onomatope digunakan untuk
(Sugeng Adipitoyo)
(1) menunjukkan intensitas makna,

menimbulkan efek melodius, merdu
orkestra jagadraya, berlagak
bila dibaca, dan (3) juga menimbul-
memberi aba
kan suasana dunia riil karena efek
bonang mengalun, disambut ken-
tiruan suara atau bunyi yang natural.
dang diakhiri gamelan penutup
Banyak penyair Jawa modern
bonang tak ragu walau tak ber-
memanfaatkan onomatope untuk
kawan
menciptakan keindahan yang khas.
aba-aba dipercaya, bonang sem-
Misalnya, kutipan guritan “Orkestra
purna
Jagadraya” karya Sugeng Adipitoyo
nang ning nung nong ning nung
berikut.
nong nong byong
ORKESTRA JAGADRAYA nong byong dung gung
(Sugeng Adipitoyo) berhenti. Diakuasai irama jagad
… lewat. Hening
orkestra jagadraya, cumanthaka
orkestra jagadraya, berlagak
ngaba
membuka
bonang nggrambyang, kasaut
bonang bertugas membuka sepi
kendhang kewekasan suwukan
sepinya pepujian
bonang ora mamang nadyan
tak gentar lepas, dari iri dan
tanpa rowang
dengki
aba-aba pinercaya, bonang
nung nong ning, nung neng nung
sembada
nung nong ning, nong nong nong
nang ning nung nong ning nung
nong
nong nong byong
Menggema. Dikuasai lagu jagad
nong byong dung gung
merambat. Serentak.
rep. Pinurba lagune jagad liwat.
….
Sidhem
orkestra jagadraya, cumanthaka Kutipan guritan di atas meng-
gambarkan peran onomatope game-
mbuka
lan Jawa, yaitu bonang. Suara salah
boning kawogan miyak sepi
satu perangkat gamelan yang berna-
sepining pangastuti
ora wedi luwar, saka srei lan ma bonang ini mengeluarkan suara,
yaitu variasi bunyi nong ning nung,
drengki
dengan bunyi nong dominan. Nama
378 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

alat musik itu diambil dari suara yang


dihasilkan bila ia ditabuh, yaitu bo-
nang. Seperti itu juga dengan alat mu-
sik lainnya, yaitu gong, rebab, ang-
klung, dan kenong. Variasi bunyi bo-
nang, kenong, rebab, gender itu di-
tata secara bervariasi dan berulang-
ulang sehingga menciptakan irama
atau suasana yang spesifik.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 379

p
pada arti ngarep-arepa ‘hendaknya
Istilah pada memiliki dua penger- mengharap atau mempunyai sua-
tian. Pengertian pertama kata pada tu pengharapan’. Adapun susun-
berarti (1) sikil ‘ kaki’, papan ‘tem- an bentuk dari pada mangajapa
pat’, misalnya, padaning ulun ‘kaki tersebut terdiri atas empat huruf
engkau’. (2) kata pada berarti ‘tanda atau pasangan, yaitu pasangan
baca dalam tulisan Jawa atau pem- ma ( ), huruf nga ( ),
bukaan karangan’. Misalnya, pada pasangan ja ( ), dan huruf
lingsa, pada lungsi, dan pada dirga pa ( ). Keempat huruf atau
(dirga meliputi dirgo melik, dirga pasangan tersebut apabila sudah
mendut, dan dirga mure). Di sam- dirangkai menjadi satu susunan-
ping itu, dalam kosa kata Jawa ada nya mangajapa seperti tersebut
istilah “pada-pada” dalam kata “du- di atas.
rung pada-pada” yang berarti ‘be-
(2) Purwapada ( )
lum apa-apa’ atau ‘belum terang’.
Dalam kaitannya dengan sastra Ja- Tanda baca ini berbunyi manga-
wa, istilah pada berkaitan atau me- japa becik yang berarti ‘selalu
ngacu pada arti kedua, yakni tulisan mengharapkan kebaikan’. Mak-
yang berkaitan dengan tembang. Ka- sudnya, setiap kali membaca nas-
rangan tembang yang ditulis dengan kah (tembang), pembaca berha-
huruf Jawa, umumnya, menggunakan rap agar selalu mendapat kebaik-
beberapa tanda baca (pada) yang ber- an. Jika melihat susunan tanda
macam-macam. Masing-masing tan- baca di atas, dapat diketahui bah-
da baca itu memiliki makna sendiri- wa susunan tada baca itu terdiri
sendiri. Secara keseluruhan, pada atas huruf ba ( ) yang di atas-
dibagi menjadi sepuluh macam nya terdapat pasangan ca ( )
seperti berikut ini. yang diapit oleh dua pada
mangajapa. Tanda baca ini selalu
(1) Pada Mangajapa ( ) ditulis di awal pupuh tembang
Tanda baca itu disebut pada ma- yang pertama. Jadi, di setiap per-
ngajapa karena tanda tersebut mulaan pupuh pertama dalam
dapat dibaca mangajapa. Pada naskah tembang selalu ditandai
mangajapa ini ditulis di setiap dengan tanda baca purwapada.
awal pada ‘bait’ tembang. Jadi, Secara etimologis, purwa berarti
dalam menulis tembang macapat ‘awal’, sedangkan pada berarti
dengan huruf Jawa, setiap awal ‘tanda baca’. Jadi, purwapada
bait selalu ditandai dengan tanda berarti tanda baca di awal, yaitu
baca yang bernama pada ma- tanda baca yang berada di awal
ngajapa. Kata mangajapa ber-
380 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

naskah atau di awal teks. Jadi, Di samping empat tanda baca di


di setiap naskah yang ditulis atas, ada beberapa tanda baca lain
dalam bentuk tembang, hanya yang digunakan dalam menulis Jawa
ditemukan satu tanda baca dalam bentuk prosa atau gancar. Tan-
purwapada. da baca dimaksud adalah sebagai be-
rikut.
(3) Madyapada ( ) (1) Pada adeg-adeg ( )
Tanda baca ini dapat dibaca Tanda baca ini ditulis di awal ka-
mandrawa, yang berarti ‘jauh’. limat atau awal bab.
Maksudnya adalah bahwa tem- (2) Pada lingsa ( )
bang ini masih jauh atau masih Tanda baca ini ditulis untuk me-
lama selesainya karena masih misah baris. Tanda ini digunakan
berada di tengah-tengah. Dikata- untuk memberi peringatan kalau
kan madyapada karena tanda ini pembacaannya berhenti sebentar
berada di tengah-tengah naskah, karena kalimat yang dibacanya
di tengah cerita, atau di tengah belum selesai. Di dalam tanda ba-
buku. Kata madyapada berasal ca huruf latin, tanda baca ini iden-
dari kata madya ‘tengah’ dan pa- tik dengan tanda baca koma (,).
da ‘tanda baca’. Jadi, madyapa- (3) Pada lungsi ( )
da berarti ‘tanda baca yang ber- Tanda baca ini digunakan untuk
ada di tengah’. Jika dilihat dari mengakhiri kalimat. Di dalam
susunannya, tanda baca tersebut bahasa Indonesia tanda baca ini
berupa gabungan dari pasangan identik dengan tanda titik.
ma ( ) pasangan da dicerek ( (4) Pada pangkat ( )
) dan na ( ) yang diapit Tanda baca ini digunakan untuk
oleh tanda baca mangajapa. menandai bahwa yang diapit oleh
tanda baca itu berupa petikan
(4) Wasanapada ( )
langsung atau ucapan orang lain.
Tanda ini dapat dibaca iti berarti
Di samping itu, tanda baca ini ju-
entek ‘habis’ atau tamat. Mak-
ga berguna untuk mengapit kata-
sudnya, bahwa tanda baca ini di-
kata yang dianggap wigati ‘pen-
tulis pada akhir naskah atau akhir
ting’. Jadi, di dalam bahasa Indo-
cerita. Wasanapada berasal dari
nesia, tanda baca ini dapat diiden-
kata wasana ‘akhir’ dan pada
tikkan dengan tanda petik (“).
‘tanda baca’. Jadi, wasanapada
(5) Padaguru ( )
berarti tanda baca yang berada
Tanda baca ini mempunyai fung-
di akhir naskah yang berbentuk
si yang sama dengan pada adeg-
tembang. Maksudnya, tanda ba-
adeg, yakni untuk mengawali
ca itu berada di akhir pupuh yang
kalimat.
terakhir. Ditinjau dari susunan-
(6) Pada Pancak ( )
nya, wasanapada terdiri atas hu-
Tanda baca ini sama dengan pa-
ruf ba dicerek ( ) yang diapit da lungsi. Tanda baca ini berkait-
oleh pada mangajapa.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 381

an dengan tanda baca pada guru, dua, bernama R. Ng. Djajakartika.


maksudnya, jika kalimat itu di- R. Ng. Djajakartika mempunyai tiga
awali dengan tanda baca pada anak, yaitu (1) Hendranata, seorang
guru, di akhir kalimat diberi tan- dokter, (2) Hardjawiraga, seorang
da baca pada pancak. pengarang yang handal seperti ka-
keknya, dan (3) seorang putri yang
padmasoesastra (1843—1926) diperistri oleh Dr. Permadi. Pada
Nama kecil Padmasoesastra masa selanjutnya, anak Hardjawira-
adalah Suwardi. Ia lahir di Sraten, ga yang bernama Marbangun dan
Surakarta, pada 21 April 1843 (Jumat anak Hendranata yang bernama Wi-
Pon, 21 Mulud, tahun 1771). Ayah- narna dikenal sebagai jurnalis yang
nya bernama Ngabei Bangsajuda. Ia handal.
adalah anak kedua dari dua ber- Menurut keterangan Imam Su-
saudara. Kakak perempuannya di- pardi, Suwardi (Ki Padmasoesastra)
peristri oleh Wiraredja. Menurut Wi- menentang keras praktik poligami.
radat Supardi (1961), Padmasoe- Karena itu, pernikahannya dengan Ni
sastra masih keturunan Panembahan Boging merupakan pernikahan per-
Senopati. Secara kronologis silsilah- tama dan untuk selamanya. Oleh ka-
nya adalah Panembahan Senopati— rena itu pula, ia merasa sangat kehi-
Nyai Tumenggung Mayang—Tu- langan setelah istri yang dicintainya
menggung Wiraguna—Kyai Angga- mendahului dipanggil Tuhan dalam
juda Kentol Bangsatruna—Kyai usia 75 tahun. Pada waktu itu, usia
Bangsajuda (Panglawe Desa Nga- perkawinan Ki Padmasoesastra su-
ran)—Ngabei Bangsajuda—Ngabei dah mencapai 50 tahun lebih dan te-
Sindupradja (Panewu Gedongkiwa, lah dikaruniai dua anak, lima cucu,
bergelar Ngabei Bangsajuda)—Pad- dan 16 cicit. Meskipun sedih karena
masoesastra. ditinggalkan mati istrinya, Ki Pad-
Setelah dewasa Suwardi meni- masoesastra tetap rajin menulis. Ak-
kah (dinikahkan) dengan seorang tivitasnya itu dilakukan untuk meng-
wanita sederhana yang biasa dipang- hibur rasa sedihnya meskipun sulit
gil Nyai Boging (sayang wanita ini dihilangkan. Oleh karena rasa sa-
tidak diketahui asal-usulnya). Per- yangnya kepada mendiang istrinya,
nikahan mereka menghasilkan dua ia berpesan agar kelak dikubur di
anak laki-laki. Anak pertama, setelah samping istrinya di pemakaman
diangkat menjadi bupati anom, ber- Kebonlayu. Pesan itu dilaksanakan
nama Raden Tumenggung Ma- oleh anak cucunya ketika Ki Padma-
ngoendipoera. Bakat mengarang soesastra wafat pada tahun 1926 da-
ayahnya tampaknya diwarisi oleh lam usia 82 tahun.
anak laki-lakinya itu. Mangoendi- Sejak kecil kecerdasan Suwardi
poera mempunyai seorang anak ber- (Ki Padmasoesastra) sudah menga-
nama Suwarna yang berprofesi se- gumkan meskipun tidak pernah me-
bagai dokter. Sementara itu, anak ke- ngenyam pendidikan formal dan
382 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pondok pesantren. Kepandaiannya di an itu menunjukkan kekecewaan dan


bidang baca tulis Jawa dan Latin me- kekesalannya atas pemecatan dirinya
rupakan hasil didikan orang tua se- sebagai punggawa (pejabat) kasu-
jak berusia 6 tahun. Berkat kecer- nanan dalam usianya yang masih
dasannya tersebut, sejak berusia 9 dalam pematangan. Oleh karena itu,
tahun Suwardi dimagangkan untuk ketika ditawari Van der Pant untuk
memangku jabatan ayahnya sebagai menjadi sekretaris dan sekaligus se-
mantri gedhong di Kasunanan Su- bagai asistennya di Gymnasium Ko-
rakarta dengan gelar Ngabei Karta- ning Willem III Bagian B di Betawi
dirana. Ia biasa dipanggil Gus Bei tahun 1883, tawaran tersebut diteri-
karena usianya yang masih remaja. manya dengan senang hati.
Sejak itu kariernya terus menanjak. Sejak bekerja bersama Van der
Pada usia 18 tahun, ia diangkat men- Pant, proses kreatif menulis Ki Pad-
jadi mantri sadana (petugas hukum) masoesastra mulai tumbuh dengan
di bagian administrasi pemerintahan baik. Atas prakarsa dan arahan Van
Gedong Kiwa dengan gelar Mas der Pant, ia memperbaiki, menyun-
Ngabei Bangsajuda. ting, dan mengubah karya prosa ber-
Setelah ditunjuk sebagai asisten judul Bok Randha Gunawacana ka-
jaksa, beberapa tahun kemudian ia rangan Surjawidjaja menjadi Serat
diangkat menjadi panewu jaksa se- Durcara Arja yang diterbitkan pada
puh (kepala kejaksaan) di Gedong tahun 1886. Setelah Van der Pant
Kiwa merangkap Ketua Pengadilan kembali ke negeri Belanda, Ki Pad-
Kepatihan, dengan gelar Mas Nga- masoesastra pulang ke Surakarta,
bei Kartipradata. Ketika berusia 21 kemudian menjadi staf redaksi Bra-
tahun, nasib malang menimpanya. Ia martani.
diberhentikan dari tugas dan jabatan- Pengalaman dan pengetahuan
nya karena terlibat utang-piutang de- Padmasoesastra terus bertambah
ngan rentenir Cina. Sejak saat itu ia berkat hubungannya dengan sarjana-
melepaskan diri dari ikatan-ikatan sarjana Belanda. Ia pernah berada di
tradisi keraton dan menjadi wong negeri Belanda selama satu tahun
mardika ‘orang bebas’. Kebebasan- (1890—1891) atas undangan De
nya itu sering diungkapkan dalam Nooy. Di Belanda, ia diajak De Nooy
buku-buku terbitannya. Dalam sam- untuk menyusun daftar kata bahasa
pul Serat Wirit Sopanalaya (Rang- Jawa dengan ragam penggunaannya.
gawarsita, 1912) dan Paramasastra Ia juga menyusun Serat Urapsari
(Ranggawarsita, 1922), misalnya, yang memuat contoh-contoh perca-
tercantum ungkapannya yang berbu- kapan bahasa Jawa dan informasi
nyi “Ki Padmasoesastra tiyang tentang unggah-ungguh ‘tatakra-
mardika ingkang marsudi kasusas- ma’. Sekembalinya dari Belanda, ia
tran Jawi” ‘Ki Padmasoesastra tinggal beberapa waktu di Surakarta,
orang bebas yang menekuni kesusas- kemudian pergi lagi ke Betawi. Di
traan Jawa’. Secara tersirat, ungkap- Betawi, Ki Padmasoesastra mem-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 383

bantu Walbeem, pengganti Van der Kandha Bumi (novel, 1924); dan Se-
Pant, untuk menyusun acuan bahan rat Kabar Angin (novel, belum ter-
ajar bahasa Jawa sambil menyusun bit). Selain itu, ia juga menulis karya
buku-bukunya sendiri. Setelah kem- kebahasaan, misalnya, Serat Tataca-
bali ke Surakarta, pada 7 Juni 1899, ra (1907, 1911, 1980, 1983) dan Se-
ia diangkat menjadi Kepala Perpus- rat Hariwarta (1916); dan buku
takaan Museum Radya Pustaka yang berisi etika dan etiket, misal-
dengan gelar Ngabei Wirapustaka. nya, Serat Piwulang Becik (1911),
Secara politis, pengangkatan itu me- Serat Subasita (1914), Serat Madu
rupakan rehabilitasi namanya yang Basa II (1918), Serat Madu Wasita
pernah tercemar. Di Radya Pustaka (1918), dan Serat Erang-Erang
ia bertugas menangani dan memper- (1922).
kaya koleksi naskah dan karya cetak, Padmasoesastra juga menyun-
mengawasi percetakan dan penerbit- ting karya fiksi berjudul Bok Rondha
an, menyunting surat kabar Sasa- Gunawacana karya Surjawidjaja
dara dan Candrakanta, serta mener- dan Van der Pant menjadi Serat Dur-
bitkan Waradarma. Pada tahun 1920, cara Arja (terbit 1816, 1912), selain
Ki Padmasoesastra diangkat menjadi memprakarsai penerbitan Serat Wi-
panemu garap (kepala tata usaha) rit Sopanalaya (1912), Serat Pus-
di Kantor Pamong Praja, diberi ge- taka Raja (1912), Serat Paramayo-
lar Ngabei Prajapustaka. Empat ta- ga (1912), Paramasastra (1922),
hun kemudian (1924) ia pensiun dan dan Wedhasastra karya Ranggawar-
pada 1926 meninggal dunia dalam sita; Serat Waraiswara (1896) karya
usia 82 tahun (Quinn, 1995). Pakoeboewana X; Serat Dwijais-
Ketekunan Ki Padmasoesastra wara (1899), Salokantara, Darma-
membaca karya-karya sarjana Be- laksita, Wirawiyata, Warayagnya,
landa amat berpengaruh pada tulis- Nayakawara, Salolatama, Wedha-
an-tulisannya. Dari pengalaman dan tama, Tripama, Manuara, Serat
karya tulisnya dapat diketahui bah- Iber-Iber, dan Serat Sekar-Sekaran
wa Padmasoesastra bukan hanya to- karya Mangkoenagara IV; dan Sri-
koh sastra dan bahasa Jawa, melain- mataya karya Poeradipoera. Padma-
kan juga budayawan dan jurnalis. soesastra juga mengutip, mengum-
Karya-karyanya cukup banyak dan pulkan, dan menerbitkan karya orang
isinya beragam, di antaranya Seja- lain, misalnya Baletri (1900 dan
rah Surakarta tuwin Ngayogya- 1914) dan Burat Wangi (1907).
karta atau Sejarah Pangiwa Pane- Berkat kelebihannya itu Ki Pad-
ngen (babad, 1909) dan Nitik Kera- masoesastra oleh beberapa ahli digo-
ton Surakarta (babad, 1912); Serat longkan sebagai tokoh sastra, baha-
Kancil tanpa Sekar (dongeng, 1909); sa, dan budaya Jawa pada masa tran-
Serat Rangsang Tuban (novel, terbit sisi hingga awal abad ke-20. Dalam
1912, 1922, 1960, dan 1985); Serat buku berjudul Ki Padmasoesastra
Prabangkara (novel, 1912), Serat (1916) Imam Supardi mengupas se-
384 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

jarah, pengetahuan, ajaran, dan per- dhaton) yang kemudian dikutip oleh
juangan tokoh ini bagi bahasa dan beberapa penyusun buku tata bahasa
kesusastraan Jawa. Dikemukakan Jawa. Misalnya Karti Basa (Kemen-
bahwa sikap Padmasoesastra keras terian P.P. dan K, 1946), Serat Para-
dan pemberani dalam menghadapi masastra Jawi Modern (Dwidjasoe-
siapa pun. Dalam usianya yang su- sana, 1952), Konklusi Paramasas-
dah tua, ia masih sempat mengada- tra dan Persamaannya Jawa Indo-
kan kursus bahasa dan sastra Jawa nesia (Prawiratmadja, 1955), Re-
serta kursus karang-mengarang di ringkesaning Paramasastra Jawi
Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Be- (Antunsuhana, 1965), Paramasastra
berapa muridnya kemudian menjadi Jawi (Sastrasoepadma, 1957), Tata
penulis yang tangguh, misalnya R.P. Sastra (Hadiwidjana, 1967), Ceng-
Partahardja, Jie Siang Ling, Wignja- koronganing Paramasastra Jawi
hardja, dan Martadarsana. (anonim), dan Paramasastra Jawi
Jauh sebelum itu, sekitar tahun (Hadisoebrata). Serat Tatacara yang
1890, Ki Padmasoesastra sudah men- menguraikan berbagai ucapan yang
jadi tokoh dalam bidang pengajaran dijalin dalam gaya dialog menggu-
bahasa Jawa. Bahkan, buku-buku- nakan bahasa Jawa ragam ngoko,
nya kemudian banyak dikutip dan madya, dan krama sesuai dengan
dijadikan acuan dalam penyusunan tingkat sosial pemakainya itu masih
buku pegangan dan buku bacaan di dianggap relevan sampai sekarang.
sekolah-sekolah. Misalnya, dalam bu- Bahkan Serat Tatacara itu dijadikan
ku Serat Warna Sari Basa susunan acuan dalam mata kuliah “Pranata
Kats (1929), antara lain, dimuat ku- Masyarakat Jawa” di Fakutas Sastra
tipan Serat Tatacara, Layang Basa Universitas Gadjah Mada.
Jawa, Serat Urap Sari, Serat Erang-
Erang, dan Serat Kancil Tanpa Se- padmosoekotjo (1909—1986)
kar. Kats (1939) juga mengutip Se- Nama kecilnya Sitam. Nama
rat Rangsang Tuban dalam bukunya Padmosoekotjo ditambahkan setelah
Punika Pepethikan saking Serat Ja- ia menikah sehingga menjadi Sitam
wi ingkang Tanpa Sekar; sedangkan Padmosoekotjo. Tetapi, akhirnya po-
Prawiradihardjo (1957) juga mengu- puler dengan nama S. Padmosoe-
tip Serat tatacara dalam bukunya kotjo. Ia lahir pada 28 Juni 1909 di
Burat Sari. Desa Kumpulrejo, Kecamatan Gra-
Quinn menyatakan bahwa Serat bag, Kabupaten Purworejo, Jawa Te-
Urap Sari dan Serat Warna Basa ngah. Padmosoekotjo menamatkan
masih menjadi sumber utama rujuk- pendidikan normaal school ‘sekolah
an bagi banyak ahli. Kedua buku itu guru’ di Purworejo tahun 1929. Ta-
mengetengahkan pemakaian ung- mat dari sekolah itu ia ditugaskan
gah-ungguh basa Jawa ‘tingkat tu- sebagai guru Sekolah Angko Loro
tur bahasa Jawa’ (mencakupi ragam di Desa Loning, Kecamatan Kemiri,
ngoko, madya, krama, dan basa ke- Kabupaten Purworejo.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 385

Belum lama mengajar, Padmo- SGB tersebut. Di sekolah itu ia me-


soekotjo kemudian dinikahkan de- megang mata pelajaran bahasa (dan
ngan seorang gadis, putri seorang gu- sastra) Jawa dan berhitung. Pada ta-
ru Sekolah Angka Loro tahun 1933. hun 1961 SGB tersebut diubah men-
Setelah menikah inilah—sesuai adat- jadi SMP. Seiring dengan kebijakan
istiadat Jawa waktu itu—Sitam di- itu, Padmosoekotjo dipindah menga-
beri nama tua Padmosoekotjo. Dari jar di SMP Negeri 3 Purworejo, sete-
pernikahannya itu lahirlah tiga orang lah selama 14 tahun mengajar di
putra (1 laki-laki dan 2 perempuan). SGB. Selanjutnya, setelah 8 tahun
Setelah beberapa tahun mengajar, ia mengajar di SMP, ia dipurnatugas-
dimutasikan ke Hollands Inslan- kan dengan hak pensiun sejak 1 Ja-
dsche School (HIS), yaitu sekolah nuari 1969.
yang menggunakan bahasa pengan- Banyak aktivitas yang dilakukan
tar bahasa Belanda dan murid-mu- setelah ia menjalani masa pensiun,
ridnya adalah anak-anak dari ka- di antaranya, sebagai dosen mata ku-
langan priayi. liah Bahasa (dan Sastra) Jawa di Fa-
Ketika pemerintahan diambil kultas Keguruan dan Ilmu Pendidik-
alih oleh Jepang (1942—1945), Pad- an Universitas Tujuh Belas Agustus
mosoekotjo diangkat menjadi koco Purworejo, sebagai guru privat ba-
sensai ‘penilik’ yang membawahi 17 hasa Jawa bagi seorang misionaris
sekolah di Kecamatan Kemiri, Ka- berkebangsaan Amerika yang bertu-
bupaten Purworejo. Berkat prestasi- gas di Purworejo (1970—1975), dan
nya (peringkat pertama) dalam kur- sebagai pembantu (tenaga) ahli ma-
sus bahasa Jepang, ia ditunjuk se- jalah Jaya Baya. Sebagai pakar ba-
bagai pemandu dan pendamping pe- hasa dan sastra Jawa, ia sering pula
jabat Jepang yang datang ke Purwo- diminta untuk berceramah dan diun-
rejo sehingga ia pun ditawari akan dang dalam acara sarasehan bahasa
disekolahkan ke Jepang. Bahkan, ia dan sastra Jawa, Misalnya, dalam
juga ditawari untuk menjadi daidan- Sarasehan Ejaan Bahasa Jawa yang
co ‘perwira’ dan sanco ‘camat’ di Ke- Disempurnakan yang diselenggara-
miri oleh pemerintah Jepang, tetapi kan di Yogyakarta, 17—19 Januari
tawaran itu ditolak karena Padmo- 1973, dan sebagai penceramah da-
soekotjo lebih senang menjadi guru. lam sarasehan yang diselenggarakan
Pada tahun 1944—1947 ia diperca- oleh Jurusan Sastra dan Budaya Ja-
ya menjadi kepala sekolah rakyat wa, Fakultas Sastra dan Budaya, Uni-
(SR). Profesi sebagai guru ditekuni- versitas Negeri Surakarta.
nya hingga zaman kemerdekaan. Dikemukakan oleh Djumadi
Pada tahun 1947, bersama dua (1987) bahwa sebagai tenaga ahli
kawannya, Kawidi dan Soetoko, Pad- Padmosoekotjo merupakan tokoh—
mosoekotjo membuka Sekolah Guru bahasa dan sastra Jawa—yang we-
bagian B (SGB) di Purworejo. Sejak kel ing karya ‘rajin bekerja’ dan nye-
itu, ia beralih tugas menjadi guru di titekake kuwajiban ‘sangat mem-
386 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

perhatikan kewajiban’. Banyak tu- (t.t.), dan Paramasastra Jawa (1986)


lisannya yang menguraikan masalah merupakan buku bahan ajar untuk
bahasa, sastra, dan budaya Jawa me- SLTP ke atas. Sementara itu, buku-
ngalir ke majalah Jaya Baya. Sam- nya yang berjudul Suluk Pedhalang-
pai menjelang ajal (wafat pada 21 an (1978) dan Silsilah Wayang Pur-
Desember 1986), tulisan Padmosoe- wa Mawa Carita jilid I, II, III, IV, V,
kotjo masih menghiasi majalah Jaya VI, dan VII (1979, 1981, 1982, 1984,
Baya. Bahkan cerita bersambungnya 1984, 1985, dan 1986) merupakan
“Silsilah Wayang Purwa Mawa Ca- buku pedoman dan bacaan untuk
rita”yang dimuat Jaya Baya sejak umum, terutama di kalangan peda-
edisi 8 Juni 1975 baru tamat pada 1 langan. Selain itu, Padmosoekotjo
Maret 1987. juga menyusun buku Berhitung jilid
Sejak kecil Padmosoekotjo me- 1, 2, dan 3 (1955). Buku itu dikon-
mang gemar menonton pertunjukan sumsikan untuk SGB.
wayang kulit. Setelah masuk sekolah Produktivitas Padmosoekotjo
kecintaannya terhadap wayang kulit dalam berkarya tidak datang secara
terus berlanjut seiring dengan kese- tiba-tiba, tetapi melalui proses pan-
riusannya dalam bidang baca dan tu- jang, seperti yang dialaminya ketika
lis. Keseriusannya dalam bidang ba- menulis Silsilah Wayang Purwa Ma-
ca tulis justru mendorongnya untuk wa Carita yang sempat mengendap
rajin membaca buku, terutama buku selama 45 tahun (1930—1975). Ba-
sastra klasik yang berisi cerita wa- nyak motivasi yang menyebabkan
yang. Sejak itu pula ia pun mulai ber- Padmosoekotjo aktif menulis. Ketika
kenalan dengan sastra lisan sebagai menyusun buku untuk kebutuhan
bahan bacaan. sekolah tahun 1950-an, misalnya, do-
Dalam jagad kesusastraan Jawa, rongan yang amat kuat adalah ka-
Padmosoekotjo termasuk penulis pro- rena kala itu sekolah-sekolah sangat
duktif. Ada 12 judul buku yang ber- memerlukan sarana dan materi pe-
hasil disusunnya, yang sebagian be- ngajaran. Di antara buku-buku itu
sar dikunsumsikan untuk kebutuhan ialah buku ajar dan buku bacaan ka-
sekolah. Bukunya yang berjudul Ra- rena negara sedang dilanda krisis
tjikan Basa jilid I dan II (1953), Nge- ekonomi dan moneter akibat perang
ngrengan Kasusastran Djawa jilid kemerdekaan. Situasi dan kondisi
I dan II (1953), Sarine Basa Djawa yang memprihatinkan itu membang-
(1955), Wewaton Panulise Basa Dja- kitkan Padmosoekotjo—yang berpro-
wa nganggo Aksara Latin (1956), fesi sebagai guru—untuk menyusun
Patine Paramasastra (1956), Tata- buku kebutuhan sekolah demi kelan-
rane Basa Djawa (1958), Memetri caran proses belajar-mengajar.
Basa Jawi jilid I, II, dan III (1979, Menurut Suparto Brata (1981),
1982, dan 1982), Wewaton Panulise Padmosoekotjo termasuk pengarang
Basa Jawa nganggo Aksara Jawa sastra Jawa yang lebih menekuni bi-
(t.t.), Limpat Nembang Macapat dang tugasnya sebagai guru sehing-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 387

ga buku-bukunya banyak dipakai se- membatasi anggotanya pada pecinta


bagai sarana kegiatan belajar-me- dan ahli bahasa Jawa saja, bukan un-
ngajar di lembaga pendidikan for- tuk umum. Selanjutnya, pimpinan
mal. Demikian juga Ras menyatakan lembaga bahasa Jawa ini berganti-
bahwa meskipun buku-buku Padmo- ganti, misalnya pada periode perta-
soekotjo lebih banyak dikonsumsi- ma (tahun 1899 hingga tahun 1905)
kan untuk kebutuhan sekolah, ba- pimpinan dipegang oleh R.T.H. Djo-
nyaknya karya yang ditulis membuat jodiningrat II. Selanjutnya, pada pe-
ia mendapat predikat sebagai penulis riode tahun 1905 sampai dengan ta-
terkemuka. Sementara, keberhasilan hun 1914 dipimpin oleh R.T. Djone-
Padmosoekotjo menyusun buku ber- goro. Beberapa pimpinan lainnya se-
hitung merupakan prestasi tersendiri telah itu (hingga paheman ini ber-
karena pada kenyataannya ia lebih akhir, tahun 1960) masih ada bebe-
berminat dan percaya diri terhadap rapa pemimpin lainnya lagi. Kelom-
bidang bahasa dan sastra Jawa. Oleh pok ini terdiri atas para ahli dan pe-
karena itu, tidaklah keliru jika ia di- merhati bahasa Jawa yang berkum-
golongkan sebagai pengarang yang pul dalam sebuah wadah atau orga-
handal dalam bidang bahasa dan sas- nisasi, atas dasar tujuan utama yang
tra Jawa. sama. Tujuan utama itu ialah mem-
bahas perkembangan bahasa Jawa
paheman pada waktu itu dan waktu yang akan
Istilah paheman berasal dari ba- datang. Lembaga ini diatur secara
hasa kawi. Paheman mempunyai dua organisasi sehingga di dalamnya ter-
arti, yaitu (1) perbincangan, atau da- dapat pengurus yang terdiri atas: ke-
lam bahasa Jawa dikenal dengan isti- tua, pengurus harian, dan anggota.
lah pirembugan, dan (2) berarti seke- Mereka, pada umumnya, ialah para
lompok orang yang saling berembug. guru dan karyawan yang memiliki
Dari arti dasar tersebut, terutama pa- perhatian atau keahlian di bidang
da arti yang terakhir, pada tahun bahasa, sastra, dan kebudayaan Ja-
1890, hari Selasa Kliwon, tanggal 15 wa. Paheman Radyapustaka ini di-
Maulud Ehe, tahun 1820, atau 28 lengkapi dengan perpustakaan dan
Oktober 1890, sebuah lembaga ilmu museum. Pertemuan anggota diada-
pengetahuan yang benar-benar ber- kan secara periodik, yaitu setiap hari
sifat otonom bernama “Paheman Rabu malam, dan pada saat seperti
Radyapustaka” didirikan di Sura- itu mereka membahas beraneka ilmu
karta. Paheman ini didirikan oleh bahasa, sastra, dan budaya Jawa. Se-
K.R.A. Sosrodiningrat IV. Ketua lain itu, sering juga secara khusus
yang pertama ialah R.T.H. Djojodi- lembaga ini memusyawarahkan ke-
ningrat (sampai dengan tahun 1899). adaan bahasa Jawa. Misalnya, pada
Lembaga ilmu pengetahuan ini ber- tahun 1941 lembaga ini mendirikan
sifat selektif. Artinya, ada seleksi da- Badan Paniti Basa yang diketuai oleh
lam hal keanggotaan. Lembaga ini K.G.P.H.Koesoemojuda. Beliau di-
388 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

bantu oleh seorang panitera, yaitu R. menghormat pada tuan


Jasawijoto (dari pemerintah). Pada para tamu putra dan putri
periode kepemimpinan R.T. Djone- karena telah sudi menghadiri
goro (1905—1914) nama Wiropus- pertemuan tanda mendukung
taka atau Ki Padmosoesastra terca- pada keinginan panitia
tat sebagai salah seorang pegawai yang ingin memperingati
lembaga ini. SD yang telah berusia sepuluh
tahun ini.’
pakem
Pedoman cerita asli pewayangan pangkur
yang mengacu pada Mahabarata Dalam bahasa Jawa terdapat isti-
dan Ramayana. Pakem tersebut dija- lah Pangkur. Kata Pangkur memiiki
dikan pegangan oleh para dalang wa- dua arti, yaitu (1) nama tembang ma-
yang ketika mereka menampilkan capat (2) iwak segara ‘ikan laut’.
suatu cerita dalam pergelaran. Jika Kaitannya dengan sastra Jawa, isti-
cerita yang ditampilkannya tidak ti- lah pangkur mengacu pada penger-
dak sesuai dengan pakem cerita ter- tian pertama, yakni kata Pangkur me-
sebut disebut cerita sempalan atau rupakan nama dari salah satu tem-
carangan. bang macapat. Dalam tembang ma-
capat, Pangkur berasal dari nama
panembrama punggawa dalam kalangan kepende-
Pelantunan tembang yang dila- taan seperti tercantum dalam piagam-
kukan oleh sekelompok penembang piagam berbahasa Jawa Kuna, mi-
untuk menyambut atau menghormati salnya, dalam Serat Purwa Ukara
kedatangan tamu. Dalam panembra- Pangkur diberi arti buntut ‘ekor’.
ma sering ditampilkan tembang Ki- Oleh karena itu, Pangkur kadang-ka-
nanthi, Sinom, dan Asmaradana. dang diberi sasmita ‘isyarat’ tut
Contoh: pungkur, tut wuri, tut wuntat ‘meng-
SINOM ekor atau mengikuti’. Selanjutnya,
Dahat suka sukeng driya dalam tembang macapat terdapat
panitya sung pudyastuti watak yang erat kaitannya dengan
manembrama mring paduka isi, metrum, dan lagu. Misalnya tem-
para tamu kakung putri bang yang berwatak sedih, rindu,
wus dhangan angrawuhi mesra, gagah, dan sebagainya. Ma-
pahargyan tanda jumurung sing-masing nama tembang memiliki
mring ancasing panitya watak sendiri-sendiri. Kaitannya de-
dennya samya amengeti ngan watak tembang, Pangkur me-
SR ngriki mangkya sampun miliki watak yang gagah, perwira,
dasa warsa. bergairah, bersemangat, dan pembe-
rani. Di samping watak, tembang ma-
‘Dengan suka hati
capat juga memiliki kegunaan. Me-
panitia menyampaikan salam
milih nama tembang tidak sekedar
hormat
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 389

asal memilih, tetapi disesuaikan de- kur, wuri, muri, ngungkuraken ‘be-
ngan kegunaannya. Kegunaan suatu lakang, membelakangi’. Adapun na-
tembang biasanya disesuaikan de- ma metrum macapat disesuaikan de-
ngan wataknya karena watak ikut ngan nama jenis tembangnya, misal-
menentukan nilai keindahan tem- nya tembang Pangkur metrumnya
bang. Apabila teks itu didendangkan, disebut Pangkur juga dengan aturan
lagunya juga harus sesuai dengan 8/a, 6/o, 8/u,7/a, 12/u, 8/a, 8/i.
suasana yang terdapat dalam isi yang
dikandungnya. Misalnya, tembang panglipur wuyung
yang yang berwatak haru, mempe- Istilah ini diperuntukkan bagi je-
sona, harus berguna untuk menyata- nis karya sastra naratif panjang (ro-
kan suasana haru, terpesona dalam man) yang dianggap bernilai sastra
hubugannya dengan kasih sayang. rendah, dan popular pada periode
Kaitannya dengan itu, tembang Pang- 1950-an hingga akhir dekade 1960-
kur yang berwatak gagah, perwira, an. Jenis fiksi inilah yang disebut oleh
dan bergairah harus berguna untuk Rolvink (1958) dengan “roman pi-
memberikan nasihat yang bersema- cisan” ketika ia membahas jenis fiksi
ngat, melukiskan cinta yang berapi- dalam karya sastra Indonesia tahun
api, suasana yang bernada keras. Be- 1950-an terbitan Medan. Istilah “ro-
rikut ini contoh tembang pangkur man picisan” dalam sastra Indonesia
yang berwatak gagah, perwira, ber- berkonotasi dengan kualitas rendah
gairah dan bersemangat. karena identik dengan pengertian
“yang harganya amat murah, yaitu
Kukuse ngeksi ngujwala
sekitar satu atau dua picis” (Inggris:
laju jujur arjaning saparaja di
dime novel; Perancis: roman noir;
purwa wasana winangun
Belanda: stuiversroman). Waktu itu,
na nagri pangastawa
sepicis berharga 1 ketip. Dari ren-
pratiwendra satriya tanapi ratu
dahnya harga itu, jenis fiksi ini dika-
nahen tentreming nagara
tegorikan sebagai sastra bernilai ren-
tamat pameting palupi
dah, yang disimbolkan dengan “pi-
‘Asap menampakkan sinar cisan” karena waktu itu nilai tukar
terus lestari makmur senegeri uang yang terendah ialah picis. Ciri
indah pokok fiksi yang digolongkan roman
awal akhir dibangun picisan itu ialah roman yang penuh
menumbuhkan rasa hormat sensasi, baik mengenai kriminalitas,
senapati, ksatria, serta raja kekejaman, dan petualangan (cinta)
menjaga ketenteraman negara yang tujuan pokoknya untuk meng-
tanat pengambilan contoh.’ hibur sesaat. Oleh karena itu, cerita
disajikan dengan alur yang cepat se-
Adapun sasmita ‘isyarat’ tem-
lesai, yang menyarankan ketidakse-
bang Pangkur biasanya mengguna-
riusan dalam penggarapan. Jenis fik-
kan kata seperti pungkuran, pung-
si ini lebih mementingkan selera pa-
390 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sar daripada selera keindahan (este- Franco” karya Asmara Asri (mung-
tis). kin samaran Kiai Asnawi sendiri).
Sastra Jawa menyebut jenis fiksi Dalam kata pengantar majalah novel
populer seperti terbitan Medan itu tersebut disebutkan hal kesejajaran
dengan roman panglipur wuyung, panglipur wuyung dengan roman
yang menyaran kepada buku cerita picisan secara eksplisit, seperti be-
untuk mengisi waktu senggang, atau rikut.
hanya untuk menghibur sesaat. Isti- … Sawenehing juru ngarang
lah panglipur wuyung dalam sastra roman wonten ingkang nena-
Jawa menyaran kepada jenis fiksi cad, bilih buku roman ingkang
yang ditulis/diterbitkan untuk pang- regi mirah dipunparabi roman
lipur wuyung ‘penghibur hati (yang picisan, roman nyekethipan.
sedang sedih)’. Jenis fiksi ini dicetak Ngantos badhe nawekaken buku
dengan jumlah halaman yang tipis ka- roman, pariwaranipun ndadak
rena tujuannya untuk menghibur se- njawil ‘buku roman picisan’.
saat sehingga dijual dengan harga Punika mboten sanes saking
amat murah. Bahasa pengantar yang tuwuh pamanahan drengki, su-
digunakan dalam fiksi ini ialah ba- ka wiji pangajak dhateng nga-
hasa sehari-hari, yang kadang-ka- kathah supados tumuta kados
dang kasar. Untuk menarik perhatian kkajenganipun. Anggepan me-
pembaca, ilustrasi pada sampul de- nawi roman ingkang sanes ka-
pan bersifat romantis-sensasional rangipun piyambak punika
yang menyaran untuk menarik pem- boten wonten pangaosipun…
baca atau pembeli.
‘… Sejumlah pengarang roman
Dalam sejarah sastra Jawa, sas-
ada yang mengejek bahwa buku
tra hiburan yang dikategorikan pang-
roman yang harganya murah di-
lipur wuyung itu sudah muncul sejak
namai roman picisan, roman nye-
tahun 1940-an, dalam majalah Poer-
kethipan. Sampai-sampai bila
nama yang terbit di Sala, milik se-
akan menawarkan buku roman,
orang guru agama di HIK (Hollands
iklannya harus menggamit ‘buku
Inlaandse Kweek School) Muham-
roman picisan’. Hal itu tidak lain
madiyah di Kleco, Surakarta Hadi-
karena dari timbulnya rasa deng-
ningrat, bernama Kiai Asnawi Hadi-
ki, suka mengajak orang lain su-
siswojo (sering menyamar dengan
paya mengikuti keinginannya.
nama Kiai X). Dia banyak mengisi
Anggapan bahwa yang bukan
majalah yang dikelolanya—yang
karangannya itu tidak ada har-
rata-rata tebalnya antara 32 sampai
ganya….’
64 halaman—itu dengan fiksi hibur-
an bertema percintaan dan cerita-ce- Majalah Poernama ini—bersa-
rita detektif. Sebuah fiksi hiburan di ma dengan majalah-majalah dan me-
dalamnya yang banyak dikenal ma- dia massa lainnya—pada zaman Je-
syarakat sastra Jawa ialah “Kyai pang dibreidel pemerintah.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 391

Pada masa kemerdekaan, yaitu panglocita


tahun 1954, di Surabaya, Soebagijo Istilah ini berasal dari bahasa
Ilham Natadidjaja (Pak SIN) dkk. Kawi yang berarti gagasan atau pe-
menerbitkan majalah semacam Poer- rasaan hati. Kata dasarnya ialah lo-
nama, yang diberinya nama Pustaka cita (bahasa Kawi) yang berarti
Roman. Majalah ini berukuran buku ‘angan-angan atau gagasan’. Istilah
saku dengan ketebalan antara 32— asli Jawa ini bersinonim dengan is-
60 halaman. Majalah ini berisi ceri- tilah dalam bahasa Indonesia “angan-
ta-cerita ringan tentang kisah-kisah angan, bayangan-bayangan perasaan
sehari-hari, seperti kisah cinta sese- hati, atau gambaran dalam ingatan”.
orang, cerita petualangan, cerita de- Jadi, panglocita adalah gambaran
tektif, dan roman sejarah, yang dike- yang diangankan, dan bersifat fiktif,
mas secara populer. Pada waktu yang bukan riil. Dalam dunia sastra mo-
hampir bersamaan dengan terbitnya dern, istilah angan-angan, atau
Pustaka Roman itu, sebenarnya, di bayangan angan itu disebut imaji
Surabaya terbit juga majalah bulan- (image), dan kekuatan mengangan,
an, khusus memuat cerita pendek atau daya mengangan disebut imaji-
(cerpen), bernama Tjrita Tjekak. Se- nasi (imagination), dan kata sifat-
jumlah nama cerpenis baru muncul nya, yaitu imaginatif (imaginative)
di majalah tersebut, seperti Any As- atau hanya ada di dunia angan.
mara, Poerwadhie Atmodihardjo, Es- Setiap jenis sastra memiliki du-
miet, Widhie Widayat, Satim Kadar- nia panglocita sendiri, baik yang ber-
jono, St. Iesmaniasita, Rudhatan, kaitan dengan budaya, alam, ling-
Soesilomurti, dan T.S. Argarinie, ser- kungan, situasi zaman, dan situasi
ta beberapa nama lagi. spesifik para pengarangnya. Pang-
Produktivitas sejumlah cerpenis locita digunakan pengarang untuk
muda itu tidak hanya didukung oleh menciptakan jarak estetika (aesthe-
energi pribadi, tetapi didukung oleh tic distance) antara dunia nyata de-
kondisi zamannya pula. Ketika Any ngan dunia kepengarangan yang ber-
Asmara dan kawan-kawannya mun- sifat angan karena sastra itu mengu-
cul, pemerintah sedang menggalak- capkan sesuatu pikiran secara tidak
kan sektor pendidikan masyarakat se- langsung. Misalnya, dalam sastra Ja-
lepas era kolonial. Pada tahun 1950- wa, hingga tahun 1960-an wayang
an program utama di sektor ini ialah adalah bagian budaya yang sangat
menyiapkan buku dan media massa dekat dan diakrabi masyarakat. Oleh
cetak untuk mengembangkan buda- karena itu, struktur fiksi sastra Jawa
ya baca, walaupun sektor lain, eko- modern hingga akhir tahun 1950-an
nomi dan politik belum dapat berja- dekat dengan struktur wayang, dan
lan lancar. Kondisi masyarakat se- panglocita (imaji) tentang tatanan
perti itulah yang dimanfaatkan para latar dan penokohan pun dekat sekali
sastrawan Jawa, yang sekaligus war- dengan penataan tempat dan peno-
tawan semacam Soebagijo I.N. kohan pada tokoh-tokoh wayang.
392 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Keadaannya berbeda dengan panglo- rus ada dan kehadirannya berkaitan


cita tentang latar dan tokoh pada fik- erat dengan perkembangan teori sas-
si pasca-tahun 1980-an karena pada tra dan sejarah sastra.
saat itu sastra Jawa modern banyak Pada kenyataannya, panyaruwe
mengadopsi situasi di sekitarnya, ya- itu sudah dikenal oleh pengarang
itu bentuk imaji dari sastra Indone- Jawa sejak sastra kerajaan. Sebagai
sia. contoh, R. Ng. Ranggawarsita dike-
nal amat berani menulis panyaruwe
panyaruwe tentang perubahan tatanan masya-
Kata dasar istilah panyaruwe rakat, misalnya Serat Kalatidha,
ialah saruwe yang berarti “mencela, yang ditulis dengan gaya bahasa ter-
mencerca, atau menegur dengan ke- selubung dan diikat dalam bentuk
ras”. Dalam dunia sastra, istilah ini tembang.
sejajar dengan istilah kritik. Dalam Panyaruwe lebih hidup di ling-
sejarahnya, istilah sejenis panyaru- kungan masyarakat kecil karena sifat
we yang berasal dari Barat ini (kri- hubungan antaranggota masyarakat-
tik) mengalami perkembangan pan- nya lebih egaliter. Konsep alus dan
jang, yaitu menganalisis sebuah kar- rasa yang menjadi inti sari kelompok
ya atau suatu situasi, dan selanjutnya bangsawan itu tidak berlaku sepe-
menilai atau menghakimi (to judge) nuhnya di lingkungan masyarakat
suatu karya atau suatu situasi. Da- kecil, apalagi bahasa komunikasi
lam bahasa Belanda disebut kritiek. antarmereka ialah cenderung ngoko.
Sebuah kritik yang baik harus men- Di masa pemerintahan Mataram da-
cakupi kedua unsur itu, yaitu meng- hulu rakyat menggunakan kritiknya
analisis untuk mendapatkan fakta. tidak secara verbal, tetapi dengan pe-
Setelah itu, menilai atau menghakimi. pe di alun-alun depan siti hinggil.
Dalam istilah yang diserap dari ba- Ketika sastra Jawa diserahkan
hasa Yunani ini —kata bendanya kri- kepada masyarakat, yaitu pada pas-
tes: suatu hasil penghakiman: a jud- ca-Ranggawarsita, kritik secara ter-
ge; kata kerjanya krinein: mengha- buka atau secara verbal mulai mun-
kimi: to judge—ter-kandung makna cul. Dalam majalah Kedjawen—ya-
memberi tanggapan dan penilaian itu majalah berbahasa Jawa peme-
terhadap suatu karya seni, termasuk rintah (1926)—sejak tahun 1938 me-
karya sastra. Panyaruwe atau kritik miliki rubrik berjudul “Obrolanipun
ialah salah satu kegiatan dalam ilmu Petruk kaliyan Gareng”. Rubrik ini
sastra yang harus ada karena karena sebenarnya berisi pandangan redaksi
tugasnya ialah membantu masyara- terhadap masalah-masalah khusus
kat membaca dan memahami sebuah yang dihadapi negara. Namun, me-
karya secara objektif, agar dapat me- lalui mulut para panakawan Panda-
ngetahui kelebihan dan kekurangan wa itu redaksi juga memanfaatkan
karya tersebut. Dalam kesastraan pandangan subjektifnya dengan mem-
mana pun, panyaruwe atau kritik ha- berikan kritik kepada kebijakan pe-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 393

merintah yang dianggap tidak tepat. alus dan rasa yang masih kuat da-
Pada masa kolonial Belanda itu pula lam masyarakat Jawa, sehingga ta-
kritik terbuka disampaikan oleh van kut memberikan panyaruwe atau kri-
der Pant, seorang ahli bahasa Jawa. tik secara objektif yang mungkin ber-
Dari kritiknya terhadap bahasa Jawa akibat perpecahan hubungan antar-
yang dilihatnya semakin mundur itu, manusia terjadi. Seperti halnya bebe-
akhirnya didirikanlah Paheman Pa- rapa pengarang wanita Jawa yang
niti Basa. Lembaga di luar kerajaan berhenti menulis guritan dan cerpen
ini bertugas menata kembali bahasa karena pernah dikritik dengan keras.
Jawa standar agar menjadi pegangan Padahal, bila kritik-kritik itu diteri-
masyarakat. ma dan dilaksanakan, kualitas kar-
Sastra Jawa modern tidak per- ya-karyanya akan semakin bagus.
nah menggunakan istilah panyaruwe Kritik sebenarnya memiliki be-
itu sebagai nama rubrik kritik, atau berapa jenis, Namun, secara garis
sebaliknya. Akan tetapi, ada istilah besar kritik itu dikelompokkan ke
lain yang sering digunakan, yaitu dalam 2 jenis, yaitu (1) kritik akade-
“tintingan” yang berarti ‘pilihan’. mis dan (2) kritik umum. Kritik jenis
Dalam majalah Crita Cekak pimpin- pertama adalah kritik yang dilaku-
an Soebagijo I.N. digunakan istilah kan oleh kalangan akademis, yang
“sorotan”. Pada intinya, masyarakat disebut “kritik akademis” (academic
sastra Jawa menghindari pengguna- criticism), dan kelompok kedua ada-
an istilah kritik secara eksplisit ka- lah kritik yang dilakukan oleh ma-
rena istilah tersebut dianggap berni- syarakat umum (general criticism).
lai absolut dan bermuatan arti peng- Kritik jenis pertama ialah kritik atau
hancuran bakat. Secara objektif, ma- penilaian yang bersifat objektif, se-
syarakat Jawa alergi kepada pernya- dangkan jenis kedua yang dilakukan
taan-pernyataan kritis secara terbu- oleh masyarakat umum itu lebih
ka, baik dengan menggunakan istilah subjektif.
sorotan, panyaruwe, tintingan, apa-
lagi istilah dari Barat kritik. Padahal, paraga
tradisi sastra modern ialah keterbu- Istilah paraga itu bersinonim de-
kaan dan objektivitas tanggapan. Sas- ngan tokoh (bhs. Indonesia). Di da-
tra seseorang yang diharapkan dapat lam istilah paraga terkandung watak
terbit itu mensinyalkan keberserahan atau perwatakannya yang membe-
kepada pembaca, yang berarti kebe- dakan satu tokoh dengan tokoh yang
ranian untuk diterima dengan baik, lain. Fungsi tokoh ialah untuk meng-
atau ditolak oleh pembacanya. Ke- gerakkan cerita. Oleh karena itu, di
terbukaan sistem sastra Jawa itu ber- dalam cerita biasanya terdapat 2 je-
arti keberanian menerima berbagai nis watak tokoh, yaitu tokoh baik dan
masukan dan kritik. Kesadaran se- tokoh buruk. Di dalam naskah san-
macam itu hingga sekarang masih diwara atau drama, biasanya, 2 jenis
sulit sekali diterima karena konsep tokoh semacam itu harus ada karena
394 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

inti sebuah drama ialah konflik. De- yang buruk juga. Dalam cerita “Ba-
ngan demikian, dalam naskah drama wang Putih dan Bawang Merah” pun
selalu ada tokoh berwatak berkeba- deskripsi watak baik dan buruk di-
likan, yaitu tokoh yang berwatak gambarkan secara stereotipe. Dalam
baik disebut tokoh protagonis dan to- sastra modern pun masih sering di-
koh yang berwatak buruk disebut to- gunakan teknik penokohan tradisio-
koh antagonis. Di dalam teknik pe- nal yang bersifat hitam putih, bersi-
nempatan tokoh cerita, pada umum- fat stereotipe. Hal itu terlihat dari kri-
nya, ada 2 jenis tokoh yang harus teria watak tokoh yang selalu datar
ada, yaitu tokoh utama yang meme- (flat character), tidak pernah beru-
gang peranan utama (main charac- bah. Dalam novel Anteping Tekad
ter) dan berperan sebagai pusat atau (1975) karya Ag. Suharti, misalnya,
subjek cerita, atau yang menjadi pe- semua tokoh di dalamnya digambar-
laku sentral. Selain itu, juga terdapat kan berwatak baik, dari awal hingga
tokoh pembantu atau tokoh bawahan akhir cerita. Padahal, tokoh adalah
(peripheral character), yaitu tokoh gambaran watak manusia dan se-
yang membantu tokoh utama dalam baiknya digambarkan berdasar ha-
menjalankan cerita. kikat manusia hidup yang dinamis
Jenis-jenis paraga atau tokoh da- dan berwatak bulat (round charac-
lam sastra tradisional sangat mudah ter), dengan berbagai kemungkinan
dikenali karena perwatakan yang di- watak dimiliki, di samping watak da-
bawakan tokoh diungkapkan secara sar (bdk. Stanton, 1976:21; Fos-
langsung. Bahkan, dilengkapi de- ter,1971:51—71). Teknik penokoh-
ngan diskripsi tubuh. Tokoh berwa- an modern mendekatkan tokoh de-
tak jahat, misalnya, dijelaskan secara ngan realita yaitu watah tokoh se-
fisik dengan bentuk tubuh besar (se- benarnya bulat (round character).
perti raksasa), atau rupa buruk, ca- Berkaitan dengan pengakuan bahwa
cat tubuh, dan sebagainya, yang ber- watak manusia sebenarnya bulat itu,
asosiasi dengan sesuatu yang buruk. teknik pengungkapan watak tidak
Adapun tokoh baik digambarkan lagi hanya diungkapkan secara ver-
secara fisikal juga, yaitu dengan tu- bal (direct speech), tetapi dengan ca-
buh yang sempurna, kecantikan yang ra tidak langsung (indirect speech),
sempurna, atau ketampanan yang yaitu dengan membiarkan pembaca
sempurna pula. Misalnya, dalam to- mengamati sendiri watak tokoh-to-
koh wayang, keluarga Pandawa koh ceritanya, misalnya dengan me-
yang dideskripsikan sebagai kelom- ngamati caranya berdialog dengan
pok berwatak selalu baik, dilengkapi tokoh lain, komentar orang lain ter-
dengan gambaran fisikal yang baik hadapnya, atau juga dengan menga-
juga. Sebaliknya, tokoh-tokoh Kura- mati perilaku tokoh sehari-haridan
wa yang dideskripsikan sebagai ke- benda-benda di sekitarnya. Misal-
lompok berwatak selalu buruk, di- nya, seperti watak Ndara Sastro da-
lengkapi dengan gambaran fisikal lam kutipan novel Candhikala Ka-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 395

puranta (2003) karya Sugiarta Sri- Perilaku Ndara Sastra yang sa-
wibawa berikut. bar, seperti biasanya orang tua tidak
.... diungkapkan secara langsung oleh
Bareng tontonan wayang wong pengarang, tetapi dengan pemba-
wis bubar, satemene Ndara Sas- yangan sikapnya yang tidak tergesa-
tra kepengin ketemu karo Asih, gesa, penuh dengan pemikiran. Wa-
saperlu takon apa wis kepenak tak Ndara Sastra secara utuh juga
awake sabubare lara. Nanging, bukan datar, karena sedikit demi se-
karepe mau dipenggak, supaya dikit dibuka oleh pengarang bahwa
wong-wong Darma Utama ora sebenarnya ia adalah orang tua yang
nyatur Asih sing ulihe ditemoni tampak bijak dan suka menolong, te-
wong lanang ana njaban ge- tapi ternyata ia juga seorang laki-laki
dhong tontonan. Yen wong wis yang punya pamrih menikahi Asih
nyatur, lumrahe perkarane dadi yang muda dengan alasan menghar-
ngambra-ambra. gai pekerjaan Asih sebagai sripang-
Anggone ora nemoni Asih iku gung (hlm. 151—153).
uga ndadekake pawadan yen
dina candhake arep tilik me- paramengkawi
nyang Patrajayan wae, lan api- Istilah paramengkawi dapat ber-
api ora ngerti yen Asih mentas arti pujangga atau ahli mengarang/
lara…. mencipta karangan. Istilah tersebut
(Candhikala Kapuranta, hlm.141) merupakan salah satu penanda dari
delapan penanda keahlian yang di-
....
miliki oleh seorang pujangga.
Ketika pertunjukan wayang su-
dah selesai, sebenarnya Ndara
Sastra ingin menjumpai Asih,
parikan
Kata parikan berasal dari kata
ingin bertanya apakah badannya
parik (mendapat akhiran an) yang
sudah merasa enak sehabis sakit.
berarti lelarikan ‘baris yang berje-
Tetapi, keinginannya itu dibatal-
jer-jejer’. Kata parikan termasuk da-
kan, agar orang Darma Utama
lam istilah yang tergolong kuna. Ka-
tidak membicarakan Asih yang
ta parikan berarti sesindenan utawa
ketika pulang bersama dengan
tetembungan ‘singiran atau nyanyi-
seorang lelaki di luar gedung per-
an’ yang hanya terdiri atas dua baris
tunjukan. Jika orang sudah mem-
dengan purwakanthi guru swara
perbincangkan, biasanya jadi per-
‘asonansi bunyi’. Dalam pengertian
kara yang berkepanjangan. Ti-
sastra Jawa yang dimaksud dengan
dak menjumpai Asih juga men-
parikan adalah unen-unen mawa
jadi alasan untuk menengoknya
paugeran telung warna ‘ungkapan
di Patrajayan saja, dan pura-pu-
dengan tiga macam aturan’. Ketiga
ra tidak tahu kalau Asih baru sa-
macam aturan yang dimaksud, yaitu
ja sembuh dari sakit....
(a) ungkapan yang berasal dari dua
396 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kalimat yang susunannya menggu- calon guru kudu sabar (baris


nakan purwakanthi guru swara ‘aso- inti/isi)
nansi bunyi’. (b) setiap satu kalimat
‘lebah madu menghisap bunga
terdiri atas dua baris, dan (c) kalimat
calon guru harus bersabar.’
pertama berupa gatra purwaka ‘ba-
ris pembuka’, sedangkan kalimat ke- Baris pembuka hanya berguna
dua berupa gatra tebusan ‘kalimat untuk menarik perhatian orang yang
isi atau inti’. Jadi, larik awal atau akan diberitahu atau diberi wejang-
larik sampiran lazim disebut gatra an. Maksudnya, supaya sebelum ka-
purwaka; sedangkan larik akhir atau limat isi atau inti disampaikan, orang
larik isi lazim disebut gatra tebusan. yang diberitahu sudah tertarik hati-
Gatra tebusan berarti ‘baris-baris isi nya sehingga mau memperhatikan isi
dalam parikan yang merupakan inti yang baku (kaimat kedua) yang akan
wacana dan mengandung tema wa- disampaikan. Oleh karena memper-
cana’. hatikan, pendengar dapat memahami
Contoh: maksud kalimat isi.
Jam papat wis nyumet kompor Menurut jumlah suku kata, pa-
nyumet kompor masak sarapan rikan dapat dibagi menjadi dua ma-
dadi pejabat ja dadi koruptor cam parikan yang satu barisnya ter-
dadi koruptor golek suapan diri atas 4 suku kata + 4 suku kata;
dan parikan yang terdiri atas 4 suku
‘Jam empat sudah menghidup-
kata + 8 suku kata.
kan kompor
menghidupkan kompor mema- (1) Parikan yang satu barisnya ter-
diri atas 4 suku kata + 4 suku
sak sarapan
kata.
pejabat jangan jadi koruptor
Iwak bandeng durung payu
jadi koruptor cari suapan.’
priya nggantheng sugih ngelmu
Berdasarkan contoh parikan di
‘Ikan bandeng belum laku
atas terlihat bahwa wacana tersebut
priya tampan kaya ilmu.’
mempunyai guru lagu yang berfung-
si sebagai pemarkah spasial sekali- (2) Parikan yang terdiri atas 4 suku
gus berfungsi estetis. Dari contoh itu kata + 8 suku kata
dapat diketahui bahwa dua larik per- Kembang adas sumebar te-
tama termasuk dalam gatra purwa- ngahing alas
ka, sedangkan larik ketiga dan ke- tuwas tiwas nglabuhi wong ora
empat termasuk gatra tebusan atau waras
gatra isi. ‘Bunga adas tersebar di tengah
Berikut contoh parikan yang ter- hutan
diri atas dua baris: tak berguna melayani orang tak
tawon madu ngisep sekar (baris waras.’
pembuka)
Sega punar lawuh empal, segane
panganten anyar!!
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 397

dadi murid aja nakal, kudu ulah reka mengadakan penyamaran. Yu-
ati sabar dhistira menyamar sebagai brahma-
na dengan nama Sang Dwija Kang-
‘Nasi akas lauk empal, nasinya
ka, Wrekodara menyamar sebagai
penganten baru
juru masak sekaligus sebagai pen-
jadi murid jangan nakal, harus
dekar benama Sang Ballawa, Arjuna
berhati sabar.’
menyamar sebagai orang banci yang
bertugas mengajar menari dan me-
parwa
nyanyi, Nakula menyamar sebagai
Parwa adalah prosa dalam ba-
penggembala kuda, Sadewa menya-
hasa Jawa Kuna yang diadaptasi dari
mar sebagai penggembala sapi,
bagian epos-epos berbahasa Sans-
Drupadi menyamar sebagai pembuat
kreta dan menunjukkan ketergan-
minyak wangi, dan Kasai bernama
tungannya dengan kutipan-kutipan
Sang Sairindri. Dalam dunia pewa-
dari karya asli dalam bahasa Sans-
yangan Jawa Wirataparwa mengil-
kreta. Kutipan-kutipan yang dimak-
hami ditulisnya lakon Jagal Abila-
sud tersebar di seluruh parwa itu.
wa.
Adapun karya-karya sastra Jawa Ku-
Udjogaparwa berisi berbagai
no yang termasuk sastra parwa ada-
macam cerita tentang para tokoh wa-
lah Adiparwa, Wirataparwa, Udjo-
yang. Di dalam parwa tersebut juga
gaparwa, Bhismaparwa, Asrama-
diceritakan situasi genting mendekati
wasanaparwa, Mosalaparwa, Pras-
perang Baratayuda antara Pandha-
thanikaparwa, Swargarohanapar-
wa dan Astina. Di samping itu, par-
wa, Uttarakanda, Brahmandapu-
wa tersebut merupakan bagian ke-
rana, Agtyastyaparwa, dan Sabha-
lima dari cerita Mahabarata. Dalam
parwa.
dunia pewayangan Jawa, Udjoga-
Adiparwa berisi cerita tentang
parwa mengilhami ditulisnya lakon
kelahiran tokoh pewayangan, ketika
Kresna Gugah.
tokoh-tokoh pewayangan itu masih
Bhismaparwa menceritakan si-
muda. Dalam dunia pewayangan Ja-
tuasi antara keluarga Pandawa dan
wa, Adiparwa mengilhami ditulisnya
Astina ketika mulai memasuki pe-
lakon Dewi Lara Amis, Bale Sigala-
rang Baratayuda. Di dalam parwa
gala, Matinya Arimba, Burung De-
ini, terdapat beberapa petikan dari
wata, dan lain-lainnya.
kitab Bhagawatgita.
Sabhaparwa mengisahkan ke-
Asramawasanaparwa mence-
luarga Pandawa ketika bermain da-
ritakan setelah perang Baratayuda
du. Parwa ini merupakan bagian ke-
berakhir. Dhestarastra kemudian di-
dua dari cerita Mahabarata.
angkat menjadi raja di Astina selama
Wirataparwa menceritakan ke-
lima belas tahun. Selama perang Ba-
tika para Pandawa mengabdi pada
ratayuda berlangsung, Dhestarastra
Raja Wirata selama dua belas tahun
kehilangan semua putera dan keluar-
sebagai siasat untuk bersembunyi
ganya. Oleh karena itu, agar Dhesta-
dari musuh. Selama mengabdi, me-
398 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

rastra melupakan masalah itu, ke- Swargarohanaparwa mengisah-


luarga Pandawa mengangkatnya kan Prabu Yudhistira ketika berusa-
menjadi raja. Para Pandawa senan- ha menyelamatkan saudaranya dari
tiasa menyanjung-nyanjung Dhesta- hukuman neraka. Hukuman yang
rastra agar kenangannya pada anak menimpa para Pandawa itu terjadi
dan keluarga hilang. Namun, salah karena mereka telah mengkhianati
satu di antara Pandawa (Bima), me- Sang Drona, guru mereka, maupun
rasa tidak senang terhadap Dhesta- orang-orang lainnya. Di neraka, Yu-
rastra. Setiap saat, ketika para Pan- dhistira melihat banyak orang yang
dawa lainnya tidak ada, Bima selalu merintih dan mengerang kesakitan
mencaci Dhestarastra. Merasa risi akibat kena siksa. Yudhistira meli-
dengan caci-maki Bima, akhirnya hat, ternyata di antara orang yang
Dhestarastra meminta izin kepada merintih dan mengerang itu terdapat
Prabu Yudhistira untuk bertapa dan saudara-saudaranya. Melihat kenya-
tinggal di hutan. Kepergian Dhesta- taan pahit ini, ia menjadi sangat ma-
rastra diantar oleh Arya Widura, De- rah dan memrotes para dewa. Yu-
wi Gandari, dan Dewi Kunthi. Suatu dhistira menilai para dewa bertindak
saat, keluarga Pandawa mengun- tidak adil. Para dewa pun lalu men-
jungi pertapaan Dhestarastra. Sete- datanginya. Neraka itu kemudian di-
lah mendapat kunjungan itu, Dhes- ubah menjadi sorga. Swargarohana-
tarastra meninggal dunia. Asrama- parwa ialah bagian kedelapan belas
wasanaparwa merupakan bagian (bagian terakhir) dari cerita Maha-
kelimabelas dari cerita Mahabarata. barata.
Mosalaparwa mengisahkan ma- Uttakaranda bukan suatu versi
tinya para Wresni dan para Yadu, se- dari kedelapan belas cerita Mahaba-
buah kaum dalam negara Madura- rata, tetapi Uttakaranda sebenarnya
Dwarawati. Di samping itu, parwa merupakan bagian terakhir dari epos
ini juga menceritakan wafatnya Pra- Ramayana. Di dalam Uttakaranda
bu Baladewa dan Prabu Kresna. ini terkandung cerita tentang peri ke-
Mosalaparwa merupakan bagian hidupan Prabu Rama dan persete-
keenambelas dari cerita Mahaba- ruannnya dengan Dasamuka dari
rata. Alengka.
Prasthanikaparwa mencerita- Brahmandapurana merupakan
kan kepergian para keluarga Panda- antologi berbagai cerita, misalnya
wa untuk bertapa setelah mereka me- cerita Sang Romaharsana, ilmu ten-
nobatkan Parikesit menjadi raja di tang terjadinya dunia dan keadaan
Astina. Kepergian itu diantarkan oleh alam, riwayat para resi, dan Sang
Parikesit berserta dengan bala ten- Daksa mengadakan selamatan.
taranya sampai pada tempat tertentu. Agtyastyaparwa mengisahkan
Prasthanikaparwa merupakan ba- Dredhasyu bertanya kepada ayah-
gian ketujuhbelas cerita Mahaba- nya, Bagawan Agastya mengenai
rata. berbagai masalah, misalnya apa
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 399

sebabnya manusia naik ke sorga atau Warigalit, Wariagung, Julungwa-


terjerumus ke dalam neraka, berba- ngi, Sungsang, Gaungan, Kuning-
gai macam kejahatan dan akibatnya, an, Langkir, Mandasiya, Julungpu-
dan sebagainya. jut, Pahang, Kuruwelut, Marakeh,
Tambir, Madhangkungan, Maktal,
pawukon Wuye, Manail, Prangbakat, Bala,
Istilah pawukon berasal dari Wugu, Wayang, Kulawu, dan Dhu-
kata wuku. Kata wuku mempunyai kut.
tiga makna. Pertama, kata wuku ber- Adapun cerita terjadinya wuku
arti klentheng ‘isi kapas’, glintiran diawali dari kisah Prabu Watugu-
atau pringkilan yang berarti ‘buah nung di Kerajaan Gilingwesi beserta
zakar’. Kedua, kata wuku berarti ros- istri dan putranya. Prabu Watugu-
rosaning pring utawa penjalin/rotan nung beristrikan Dewi Sinta dan De-
‘mata bambu atau mata penjalin/ro- wi Landep. Dari perkawinannya itu,
tan’. Ketiga, kata wuku berarti wak- ia mempunyai 27 putra. Akan tetapi,
tu yang berdurasi tujuh hari. pada suatu ketika, Dewi Sinta me-
Dari ketiga arti itu, dalam kaitan- ngetahui bahwa Watugunung sebe-
nya dengan sastra Jawa, arti yang pa- narnya adalah putra kandungnya
ling tepat adalah makna ketiga, yaitu sendiri, Dewi Sinta lalu berusaha
nama waktu. Selanjutnya, kata wuku membinasakannya. Watugunung di-
mendapat awalan pa dan akhiran an suruh melamar bidadari di Kahya-
(pa+wuku+an). Suku terakhir dari ngan. Sinta berharap agar Watugu-
kata wuku (u) bersandi dengan akhir- nung mati di dalam peperangan me-
an (an) berubah menjadi (o), akhir- lawan para Dewa. Watugunung me-
nya ditulis menjadi pawukon. Jadi, nyanggupinya dan melamar bidadari
istilah pawukon berarti ‘perhitungan di surga. Watugunung mengajukan
waktu berdasarkan nama wuku’. Per- beberapa teka-teki kepada Dewa
hitungannya adalah bahwa setiap Wisnu. Jika Dewa Wisnu tidak dapat
wuku mempunyai waktu 7 hari lama- menjawab, bidadari di Kayangan
nya. Misalnya, wuku Watugunung akan ia ambil sebagai istri. Sebalik-
bermasa 7 hari, wuku Sinta bermasa nya, jika Dewa Wisnu dapat menja-
7 hari, wuku Wukir bermasa 7 hari, wab, Watugunung bersedia dihukum
dan seterusnya sampai wuku ke-30. mati. Ternyata, teka-teki dimenang-
Adapun jumlah kesemuanya ada 30 kan oleh Dewa. Maka, Watugunung
nama yang terdiri atas 1 wuku yang dibunuh oleh Wisnu. Kematian Wa-
diambil dari nama suami (Watugu- tugunung ditangisi oleh Sinta, istri-
nung), 2 wuku yang berasal dari na- nya, sekaligus ibu kandungnya. Para
ma istri (Sinta dan Landep), dan 27 Dewa sedih karena Kahyangan gem-
nama wuku yang diambil dari nama par akibat tangis Dewi Sinta. Watu-
anak. Ketiga puluh wuku tersebut, gunung hendak dihidupkan lagi, teta-
yaitu Watugunung, Sinta, Landep, pi ia tidak mau karena telah merasa
Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreg, bahagia hidup di surga. Bahkan, Wa-
400 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tugunung menghendaki agar istri dan gedhe, tembang tengahan atau tem-
anaknya diajak ke surga bersama- bang dhagelan, dan tembang maca-
nya. pat atau tembang cilik. Semua tem-
bang mempunyai konvensi sendiri-
pedhotan sendiri sesuai dengan jenis dan me-
Istilah pedhotan berasal dari ka- trumnya. Kaitannya dengan itu,
ta pedhot yang berarti ‘ putus, peng- pedhotan bisa berada di setiap tem-
gal’ . Kata pedhot mendapat akhiran bang, baik tembang kawi, tembang
an menjadi pedhotan. Istilah terse- tengahan, maupun tembang cilik atau
but memiliki tiga arti, yaitu (1) se- tembang macapat. Hal itu terjadi ka-
suatu yang telah putus atau diputus, rena pedhotan berkaitan dengan pen-
(2) yang sudah kalah atau merasa dengar lagu. Selain itu, pedhotan ju-
kalah dalam pertarungan atau perke- ga berkaitan dengan unsur keindahan
lahian, misalnya: jago pedhotan ‘ja- tembang apabila didendangkan. Pe-
go yang sudah kalah diadu’, dan (3) menggalan di dalam macapat meli-
berhentinya tarikan napas di setiap puti dua jenis, yaitu pedhotan ken-
satu bait tembang. Kaitannya dengan dho ‘pemenggalan longgar’ dan pe-
sastra Jawa, istilah pedhotan menga- dhotan kenceng ‘pemenggalan erat’.
cu pada arti ketiga, yakni istilah yang Pedhotan kendho, yaitu pemenggal-
terdapat pada tembang ‘lagu’. Jadi, an pada akhir kata. Pedhotan ken-
dapat disimpulkan bahwa pedhotan ceng adalah pemenggalan yang tidak
berarti pemenggalan irama sebagai terdapat pada akhir kata. Dalam me-
pengatur napas dalam mendendang- nentukan letak pemenggalan dalam
kan tembang atau lagu. Dalam sastra macapat perlu memperhatikan jum-
Jawa, tembang dibagi tiga macam, lah suku kata pada tiap larik. Pola
yaitu tembang kawi atau tembang pemenggalan macapat dapat dilihat
dalam rumusan berikut ini.

Jumlah suku kata Pemenggalan atau penjedaan suku kata


No.
dalam tiap larik
1. 5 2.3 / 3.2
2. 6 2.4 / 4.2 / 3.3
3. 7 3.4 / 4.3 / 2.3.2
4. 8 4.4 / 2.4.2 / 3.3.2 / 2.3.3 / 3.2.3
5. 9 4.5 / 4.2.3 / 4.3.2
6. 10 4.6 / 4.2.4 / 4.4.2 / 4.3.3
7. 11 4.4.3 / 3.4.4 / 4.3.4 / 4.2.3.2
8. 12 4.4.4 / 4.3.3.2 / 4.2.3.3 / 4.3.2.3
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 401

Berikut contoh pemenggalan gone ngucapake ‘tidak lazim mela-


longgar dalam tembang Sinom. falkannya’. Pegon juga diartikan se-
bagai teks yang ditulis dengan huruf
Sang Nata /malih/ ngandika (3.2.3)
Arab tetapi bunyi/pelafalan maupun
mring Jaka/Sura /sang pekik (3.2.3)
sistem tulisannya mengikuti tulisan
lah ta kaki / tampanana (4.4)
dalam bahasa Jawa (hanacaraka).
putraningsun / nini putri (4.4)
Oleh karena itu, aksara pegon me-
nuli / gawanen / mulih (2.3.2)
miliki jumlah huruf sama seperti
marang / wismanira / jenu (2.4.2)
huruf Jawa, yaitu dua puluh buah.
matur nuwun / Ki sura (4.3)
Secara historis pegon berkaitan de-
sandika / sarwi / wotsari (3.2.3)
ngan kebudayaan dan agama Islam.
gya pinondhong/sang retna/dhateng
Ketika agama Islam telah menjadi
taratag (4.3.5)
elemen yang utama dalam perabadan
‘Sang Raja berkata lagi Jawa, aksara Arab pun kemudian di-
kepada Jaka Sura si tampan adaptasikan dengan bahasa Jawa. Ji-
hendaklah Anda terima ka pada awalnya aksara Arab hanya
anak perempuan saya dipergunakan sebagai media untuk
lalu bawalah pulang menulis teks-teks keagamaan Islam
ke rumahmu (desa) Jenu dalam bahasa Arab, lama-kelamaan
terima kasih Ki Sura dimodifikasi dan diadaptasi serta di-
bersedia serta menyembah gunakan untuk menulis teks-teks Ja-
terus digendong sang retna wa. Modifikasi itu, tulisan Arab-Ja-
ke dengan berkedip.’ wa, kemudian disebut pegon. Berikut
ini abjad pegon yang susunannya
pegon dipadankan dengan abjad Jawa.
Pegon berasal dari bahasa Jawa
pego yang berarti ora lumrah ang-

No. Bunyi Jawa Pegon


1. Ha a ‫ھ‬
2. Na k ‫ن‬
3. Ca c ‫ﭲ‬
4. Ra r ‫ر‬
5. Ka k ‫ك‬
6. Da f ‫د‬
7. Ta t ‫ت‬
8. Sa s ‫س‬
9. Wa w ‫و‬
10. La l ‫ل‬
402 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

11. Pa p ‫ﭫ‬
12. Dha d ‫ڊ‬
13. Ja j ‫ج‬
14. Ya y ‫ي‬
15. Nya v ‫پ‬
16, Ma m ‫م‬
17. Ga g ‫ڬ‬.
18. Ba b ‫ﺏ‬
19. Tha q ‫ط‬.
20. Nga z ‫ڠ‬

Antara aksara Jawa dan aksara pengarang


pegon, tampak aksara pegon yang Istilah pengarang biasanya ditu-
berbentuk huruf Arab mempunyai jukan kepada penulis atau pengarang
sistem bunyi yang sama dengan ak- sastra pada masa pasca-kepujang-
sara Jawa. Akan tetapi, dari padanan gaan, khususnya setelah kepujang-
aksara Arab dan pegon, terlihat bah- gaan Surakarta berakhir dan kreati-
wa huruf pegon yang bunyi dan ben- vitas diserahkan kepada rakyat
tuknya sama dengan huruf Arab umum. Mereka tidak terikat sama se-
dalam sistem tulisan Arab jumlahnya kali oleh sistem kepujanggaan kera-
hanya tiga belas, yaitu ba ( ), ta jaan. Ki Padmasoesastra adalah bang-
(Ê ), jim ( Ì ), dal ( Ï ), ra ( Ñ ), sin sawan yang pertama kali menolak
(Ó ), kaf ( ß ), lam ( á ), mim ( ã ), sistem kepujanggaan keraton, de-
nun ( ä ), wau ( æ ), alif/ha ( ), dan ngan mengatakan bahwa dirinya
ya ( í ); sedangkan tujuh aksara ialah wong mardika ‘orang merde-
pegon lainnya, yaitu ca ( ), pa ka’. Jabatan pengarang dapat disan-
( ), dha ( ), nya ( ), ga ( ß. ), tha dang siapa pun yang mampu menulis
(Ø . ), dan nga ( ). Ketujuh huruf sastra, baik jenis puisi, prosa, mau-
Arab hasil modifikasi yang bentuk- pun drama. Demikianlah, sebutan itu
nya mirip dengan huruf Arab, tetapi dikenakan kepada para pengarang
terdapat tanda titik diakritik dan bu- modern, seperti R.B. Sulardi yang
nyinya tidak dikenal dalam sistem tu- menulis novel Serat Riyanta (1920);
lisan Arab disebut dengan huruf Arab R.T. Jasawidagda yang antara lain
rekaan. Ketujuh huruf Arab rekaan menulis Purasani (1923), Kirti Njun-
itu tampaknya diciptakan untuk me- jung Drajat (1924), dan Pethi Wasi-
wakili bunyi-bunyi yang ada dalam yat (1938); Sri Hadidjojo yang me-
bahasa Jawa, karena tidak ada pa- nulis novel Jodho kang Pinasthi
danan bunyinya dalam sistem tulisan (1952) dan Serat Gerilya Sala
Arab. (1957), dan sebagainya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 403

pengutik rapa karyanya yang terbit dalam ba-


Pengutik (pengrupak) adalah hasa Jawa biasanya dalam bentuk
sejenis pisau kecil terbuat dari logam cerita pendek di majalah Jaya Baya
yang berujung runcing. Wujudnya dan Panjebar Semangat. Beberapa
kurang lebih seperti pisau yang dipa- cerita pendek karya Peni R. Swasti-
kai oleh para pengukir kayu. Alat ini ka biasanya ditujukan untuk pemba-
digunakan untuk menulis teks yang ca remaja, misalnya yang dimuat da-
alas naskahnya dari kulit daun lontar lam rubrik Romansa majalah Jaya
yang sudah menyerupai selembar Baya. Ketekunannya menulis cerita
kayu. Sesudah itu kulitnya dioles de- pendek ternyata membuahkan hasil.
ngan minyak kemiri ‘tingkih’ yang Salah satu karyanya yang berjudul
berwarna hitam yang meresap ke da- “Nalika Srengenge Angslup Mangu-
lam goresan-goresan yang telah di- lon” termasuk karya yang dinomi-
buat oleh pengutik. Apabila kulit da- nasikan pada lomba penulisan cerita
un lontar itu dibersihkan, cairan hi- pendek yang diselenggarakan oleh
tam tersebut tertinggal di dalam go- Taman Budaya Yogyakarta tahun
resan-goresan sehingga huruf-huruf 1999, sehingga masuk dalam antologi
tampil dengan jelas pada latar bela- berjudul Lion Tembang Prapatan.
kang yang berwarna coklat muda. Peni R. Swastika mulai menulis
Lewat cara dan bentuk seperti itulah cerita pendek Indonesia sejak masih
naskah-naskah Jawa Kuna diawet- duduk di bangku SMA. Karya-kar-
kan di Bali. Semua naskah, kecuali yanya saat itu dimuat di majalah se-
sejumlah yang ditemukan di Jawa kolahnya. Kecintaannya pada sastra,
dan yang disalin di Bali (tetapi jum- di kemudian hari, memacu Peni R.
lahnya lebih sedikit), dibuat dengan Swastika belajar menulis dalam ba-
cara yang sama. Ada suatu perke- hasa Jawa. Kecintaannya itu sema-
cualian yang terlihat dalam naskah kin berkembang karena ayahnya,
Kuñjarakarna yang huruf-hurufnya Sudira, adalah seorang guru yang ju-
dicat pada kulit daun lontar dengan ga mencintai bahasa Jawa. Lewat
semacam tinta hitam. majalah yang biasa dibaca oleh ayah
dan ibunya ia kemudian belajar men-
peni r. swastika (1974— ) cintai sastra Jawa.
Peni R. Swastika lahir pada 10 Menurut pengakuannya, menu-
Desember 1974, di Surabaya, Jawa lis karya sastra dengan media bahasa
Timur. Ia menyelesaikan pendidikan Jawa merupakan sarana untuk me-
formalnya di IKIP Surabaya, Jurus- lestarikan dan menghayati kebuda-
an Bahasa Daerah, tahun 1997. Da- yaan Jawa. Menulis dengan bahasa
lam dunia sastra Jawa, pengarang Jawa, menurut pengarang yang ke-
muda ini sering memakai nama sa- mudian juga menjadi guru ini, adalah
maran Nikika. sebuah pengalaman yang menantang
Peni R. Swastika menulis dalam dan perlu ditekuni. Sekarang ia ber-
bahasa Jawa dan Indonesia. Bebe-
404 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tempat tinggal di Gayungan Pasar wan dan siap bertempur, tiba-


25, Surabaya. tiba kudanya lari tidak terkendali
sehingga Panembahan Senapati
pepali merasa malu dan hampir saja
Istilah ini bersinonim dengan pe- mendapat kecelakaan. Pepali,
pacuh dan wewaler yang berarti ‘la- wewaler atau pepacuh itu terma-
rangan yang disampaikan oleh para suk kelompok gugon tuhon ‘do-
leluhur atau tetua agar anak cucu ti- ngeng atau wacana yang diang-
dak melanggar (larangan) demi ke- gap mempunyai kekuatan terten-
selamatan dan kebahagiaan hidup’. tu’ dan dipercaya oleh masyara-
Para leluhur atau tetua mengeluar- kat pendukungnya.
kan larangan itu karena mereka per-
nah mengalami suatu kejadian yang pepindhan
tidak mengenakkan akibat melaku- Pepindhan adalah kata-kata yang
kan perbuatan seperti yang dilarang- mengandung arti kesamaan, kemi-
kan itu. ripan, dan keserupaan. Bentuk kali-
Contoh: mat pepindhan dibagi dalam tiga ba-
1. Orang-orang Banyumas dila- gian, yaitu (1) pepindhan yang disu-
rang bepergian pada hari Sabtu sun dengan menggunakan kata pin-
Pahing. Larangan tersebut dije- dha atau sinonimnya, misalnya ka-
laskan bahwa Sang Adipati di ya, lir, pendah, lir-pendah, yayah,
Banyumas mendapat kecelakaan anglir, sasat, prasasat, kadi, kadya,
ketika bepergian pada hari Sabtu dan pangawak; (2) pepindhan yang
Pahing. Oleh karena itu, Sang disusun dengan menggunakan tem-
Adipati Banyumas memberikan bung andhahan yang berarti pin-
pepali kepada anak cucu/semua dha; dan (3) pepindhan yang disu-
keturunan Banyumas agar tidak sun dengan tanpa menggunakan pin-
bepergian pada hari tersebut. dha atau tembung andhahan yang
2. Keturunan Panembahan Sena- berarti pindha. Di dalam pepindhan
pati dilarang naik kuda bathilan yang diutamakan adalah bentuk ka-
‘kuda yang bulu di leher atau di limatnya. Adapun contoh pepindhan
ekornya dipotong’ jika maju ke sebagai berikut.
medan perang. Larangan terse- (a) Pepindhan yang disusun dengan
but disampaikan kepada anak- menggunakan kata pindha atau
cucu berdasarkan pengalaman sinonimnya.
pahit yang menimpa Panem- 1. Kuwate manunggaling te-
bahan Senapati ketika berperang kade priyagung telu pindha ja-
dengan Arya Penangsang. Pada nget kinatelon.
waktu itu Panembahan Senapati ‘Kekuatan manunggal tiga orang
naik kuda bathilan yang berna- luhur bagai tali belulang yang di-
ma Gagakrimang. Ketika beliau rangkap tiga’.
sedang berhadapan dengan la-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 405

Maksudnya: Dokter Ciptama- 9. Endha mangiwa, endha


ngunkusuma, R.M. Suwardi Sur- manengen pindha prenjak tinaji
yaningrat, dan Dokter Douwes ‘Mengelak ke kiri, mengelak ke
Dekker/Setyabudi. kanan bagai burung prenjak
yang ditembak dengan tulup’.
2. Sumbare kaya bisa mu-
tungake wesi gligen 10. Tepunge kaya banyu karo
‘Kata-katanya bagaikan dapat lenga
mematah balokan besi’ ‘Hubungannya bagai air dengan
minyak’, maksudnya: hubung-
3. Lir sinabit talingane
annya tidak dapat terjalin secara
‘Bagaikan disobek telinganya
erat’.
(karena sangat marah)’
4. Swarane kaya mbelah-mbe- (b) Pepindhan yang disusun dengan
lahna bumi, sasat manengker menggunakan kata andhahan
wiyat yang berarti pindha
‘Suaranya bagai mampu mem- 1. Polahe ngaru-napung
belah bumi, seperti menyigar ‘Tampak sangat ribut bagai
langit’. orang yang sedang ngaru dan
sedang napung tanakan nasi”.
5. Panggalihe pepes, salirane (ngaru: mengudak dan memer-
lemes anglir linolosan beba- ciki dengan air pada tanakan na-
lunge, yayah pejah tanpa kanin si yang masih setengah matang
‘Hatinya pupus harapan, badan- di pengaron; napung (napung-
nya lemas tubuhnya bagaikan di- ake): membetulkan letak kukus-
lolosi semua tulangnya, seperti an yang sudah berisi beras di
mati tanpa luka’. dandang.)
6. Sumengka pangawak braja 2. Parine lagi gumadhing
‘Naik bagaikan angin besar’, ‘Padi yang berwarna putih agak
maksudnya: menggapai keingin- kekuning-kuningan bagai warna
an yang bukan menjadi haknya; emas’.
terlalu berani menghadap raja
(tanpa diundang). 3. Para Pandhawa, kajaba Yu-
dhistira, padha agelung mi-
7. Pasemone Sang Dewi luruh nangkara
kadi putri ing Banoncinawi ‘Para Pandawa, kecuali Yudhis-
‘Wajah Sang Dewi luruh bagai tira, membentuk formasi bagai-
Dewi Sumbadra’. kan badan udang yang dibeng-
8. Tandange cukat kadya ki- kuk’.
lat, kesit kadya thathit
(c) Pepindhan yang disusun dengan
‘Sepak terjangnya cepat bagai-
tanpa menggunakan pindha atau
kan halilintar, cepat bagaikan ki-
kata andhahan yang berarti pin-
lat’
dha.
406 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1. Wangsulane saur manuk jadi dua, yaitu (1) bahasa peprene-


‘Jawaban banyak orang tetapi san yang dipergunakan dalam ke-
tidak secara bersamaan’. hidupan sehari-hari; dan (2) bahasa
peprenesan di dalam tembang, ge-
2. Keris ing Jaman Majapait
rong.
saprana, lumrahe tanpa kem-
(1) Bahasa peprenesan yang di-
bang kacang lan lambe gajah
pergunakan dalam kehidupan
‘Keris di Zaman Majapahit,
sehari-hari
hiasannya pada bingkai keris ba-
Jenis bahasa ini dipergunakan
gaikan bunga kacang dan bagai
dalam pembicaraan yang ber-
bibir gajah’.
akhir pada “main-main jadi sung-
3. Gawe nam-naman menyan guhan”. Maksudnya, orang yang
kobar iku ora angel mengutarakan mempunyai mak-
‘Membuat anyaman bagai me- sud tertentu atas sesuatu yang
nyan terbakar (hitam putih) ti- diucapkannya itu. Namun, ucap-
dak sulit’. annya disampaikan dengan ma-
4. Garasi iku akeh kang awa- in-main agar tidak kentara.
ngun gedhang salirang Contoh:
‘Garasi itu banyak yang berben- 1. Yen (barangku) nedya kok-
tuk bagaikan pisang sesisir’. tuku, aku ora olih; nanging yen
kok jaluk malah dakwenehake
peprenesan kabeh
Peprenesan adalah gabungan ‘Barang milikku (alat kelamin)
kata atau ungkapan yang dibuat-buat, tidak boleh kau beli, tetapi jika
biasanya mengandung makna untuk kau minta akan kuberikan se-
menarik perhatian. Orang yang me- mua’.
nyampaikan peprenesan itu bermak- 2. Dodolane rokok larang,
sud mengambil hati orang yang se- nanging meksa dakserang/dak-
dang berada di dekatnya. Maksud- tuku, wong sing dodol ora kalah
nya, orang di sekitar pembicara itu aksi karo Rara Mendut
diharapkan dapat tumbuh rasa cinta ‘Rokok jualanannya mahal teta-
kepada orang yang menyampaikan pi terpaksa saya beli juga karena
peprenesan itu. Bahasa peprenesan yang berjualan tidak kalah pe-
dapat digolongkan sebagai bahasa nampilannya dengan Rara Men-
cremedan/lekoh ‘pornografi’. Orang dut’.
yang halus budinya segan menggu-
nakan bahasa seperti itu. Bahasa pe- Kadang-kadang tindakan main-
prenesan sering dipakai dalam tem- main tersebut dapat mencapai
bang atau lagu-lagu yang diiringi oleh tujuan jika yang dituju memang
gamelan, khususnya dalam umpak- tertarik hatinya kepada orang
umpak dan senggakan. Bahasa pe- yang berucap itu. Namun, ka-
prenesan dapat dikelompokkan men- dang-kadang dapat juga terjadi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 407

orang yang berucap itu akan Perubahan-perubahan semacam itu


mendapat makian dan diperma- dilakukan oleh pionir-pionir. Dalam
lukan oleh orang yang dituju. sastra Jawa modern tercatat bebe-
rapa orang pionir. Pertama ialah pem-
(2) Bahasa peprenesan di dalam tem-
buka jalan ke arah sastra Jawa mo-
bang/gerong
dern, ialah Padmasoesastra. Ia se-
Bahasa peprenesan jenis ini se- orang tokoh sastra Jawa dari kalang-
ring dipergunakan untuk seng-
an bangsawan yang hidup pada pe-
gakan ‘penyela’ suatu tembang
riode transisi, atau periode peralihan
tertentu.
abad ke-19, awal abad ke-20. Dengan
Contoh: pandangan-pandangannya yang ba-
1. Ora susah kokliwetke, waton
ru (karena pergaulannya yang luas
alus gelungane; ya Ndhuk
dengan para ahli bahasa bangsa Be-
‘Tidak usah kaumasakkan, asal
landa), ia berani keluar dari tradisi
halus sanggulmu/berdandan rapi’ sastra kerajaan, yang pada waktu itu
2. Nyangking ember kiwa te- sudah tidak memiliki pujangga lagi.
ngen Ia menyebut dirinya sebagai wong
Lungguh jejer tamba kangen mardika kang marsudi sastra Jawa
‘Menenteng ember kanan-kiri ‘orang merdeka/bebas yang mengem-
Duduk bersanding penghilang bangkan sastra Jawa’. Di tangan dia-
rindu’ lah sastra gancaran (naratif) mulai
dikembangkan. Karya Fiksinya yang
pionir berjudul Serat Rangsang Tuban (ter-
Istilah ini bukan istilah asli Jawa, bit 1912) merupakan karya fiksinya
tetapi berasal dari sastra Barat (pio- yang monumental, yang tidak hanya
neer) yang digunakan untuk menye- tampak dari teknik penulisan, tetapi
butkan seseorang yang mengawali juga pada perkembangan visi tentang
sesuatu pembaruan, atau seseorang perempuan. Kedua, ialah pengarang
yang berdiri di garda depan dalam dari Surakarta, R.B. Soelardi, yang
mengawali kebangkitan suatu perio- dengan novelnya Serat Riyanta
de baru, suatu isme/aliran, atau suatu (1920) dinilai memperbarui tradisi
konvensi baru. Dengan demikian, se- penulisan fiksi Jawa sebelumnya. Se-
orang pionir pasti memiliki wawasan rat Riyanta ialah fiksinya yang per-
lebih jauh dari lingkungan atau tra- tama yang bersifat padat, diawali de-
disi di sekitarnya. Sastra Jawa tidak ngan konflik, dan berakhir dengan
memiliki istilah khusus untuk menye- surprise ending, yaitu memenang-
but secara tepat tokoh semacam itu. kan cita-cita anak muda dalam pemi-
Setiap jenis kesusastraan yang lihan jodoh. Melalui novelnya terse-
memiliki sistem terbuka bersifat di- but, ia dapat disebut sebagai pionir
namis, misalnya sastra Jawa modern, sastra Jawa modern. Selanjutnya,
dimungkinkan terjadi perkembang- masih ada sejumlah pionir sastra Ja-
an-perkembangan yang signifikan. wa modern, antara lain ialah R.T. Ja-
408 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sawidagda yang melalui novel-no- mendapat peringatan. Di Indonesia,


velnya ia melakukan pergeseran bu- sejak kemerdekaan masalah plagiat
daya priayi, R. Intojo menawarkan mulai diketahui, beriringan dengan
pembaruan puisi Jawa dengan sone- bangkitnya kritik. Dalam sastra Jawa
ta, dan S.T. Iesmaniasita yang de- pun sebenarnya amat banyak karya
ngan berani telah mengawali lirik- plagiat, atau jiplakan, baik pada kar-
lirik bebas dalam perpuisian Jawa ya puisi maupun fiksi. Dalam anto-
modern. logi Anak Lanang (Kumpulan gegu-
ritan, cerkak, novelet) karya Bu Ti-
plagiat tis (1993) terdapat beberapa guritan
Istilah ini serapan dari bahasa terjemahan atau saduran yang diakui
Inggris plagiarism, yang artinya ialah sebagai karyanya sendiri, misalnya
pemakaian karya seseorang (baik guritan yang berjudul “Pangajab”
sebagian atau banyak) tanpa sepe- (dari “Surat dari Ibu” karya Asrul Sa-
ngetahuan atau seizin pemiliknya, ni), “Nangis” (saduran dari “Kerin-
atau pengakuan gagasan atau pikir- duan” karya Soebagio Sastrowardo-
an orang lain yang dengan sengaja jo), “Rendez Vous” (dari “Rendez
tidak menyertakan atau menyebut- Vous” karya Hartojo Andangdjaja,
kan sumbernya. Dengan kata lain, dan guritan “Dhukita” (dari “Duka
plagiat dapat disebut dengan pencu- Cita” karya Kuntowijoyo). Berikut
rian (dengan sengaja atau tidak) pi- ini puisi “Rendez Vous” karya Har-
kiran, atau gagasan orang lain. Se- tojo Andangdjaja yang diaku Bu Titis
buah karya disebut plagiat, artinya sebagai guritannya, yaitu “Rendez
naskah itu hasil curian atau jiplakan Vous” juga. Berikut ini karya “Ren-
dari naskah orang lain, dan ada ka- dez Vous” karya Hartojo Andangdja-
lanya diakukan sebagai karya sen- ja dan “Rendez Vous” karya Bu Titis.
diri. Adapun orang yang melakukan
RENDEZ VOUS
kegiatan seperti itu disebut plagiator
(Hartoyo Andangdjaja)
(plagiarist). Dalam sastra tradisi
yang kelisanannya kuat, kegiatan tu- Dalam sajak ditulis segala rindu
run-menurun atau jiplak-menjiplak dalam sajak bertatapan engkau
sangat tinggi karena hampir semua dan aku
karya tidak ada identitas pemiliknya dalam sajak kita bertemu
(anonim). Namun, ketika realisme dalam sajak kita adalah satu
dan industrialisme bangkit, maka sas- karena sajak melambaikan ha-
tra mulai dicetak dan untuk itu dibu- rapan-harapan baru
tuhkan objektivitas. Individualisme karena sajak adalah kaki langit
pun muncul dan setiap karya indivi- yang memanggil
du ditandai dengan nama pengarang- sekali
nya. Hak cipta mulai mendapat per- karena sajak adalah dunia di mana
hatian sehingga jiplak-menjiplak atau kasih kita
pungut-memungut tanpa izin mulai bertemu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 409

karena sajak adalah kita punya ku kata; lima suku kata menjadi em-
rendez vous pat suku kata.
Dalam sastra Jawa, penggabung-
RENDEZ VUOZ
an kata berkaitan dengan penulisan
(Bu Titis)
tembang. Plutan dilakukan untuk
Sajroning gurit daksungging mengejar jumlah suku kata dalam se-
rasa kangenku tiap lariknya. Dengan cara tersebut,
sajroning gurit tempuk netramu seorang pengarang dipermudah ke-
lan netraku tika menyusun tembang, khususnya
sajroning gurit kita ketemu dalam hal menambah atau mengu-
sajroning gurit dakpuji asmamu rangi jumlah suku kata di setiap la-
Marga gurit munjung pangarep- riknya.
arep anyar
marga gurit langit biru neng- pocung
semake Pocung adalah salah satu atau
maraga gurit jumeguring alun bagian dari tembang macapat. Selain
kang ngawe-awe itu, kata pocung sendiri adalah nama
marga gurit papan kita Rendez biji kepayang (pegium edule). Da-
vous. lam Serat Purwaukara, pocung di-
beri arti kudhuping gegodhongan
plutan ‘kuncup dedaunan yang biasa tam-
Di dalam sastra Jawa terdapat pak segar’. Ucapan cung dalam po-
istilah plutan. Istilah plutan berasal cung cenderung mengacu pada hal-
dari kata pluta yang berarti ‘ragkap’. hal yag bersifat lucu, yang menim-
Kata dipluta ’dirangkap’, maksud- bulkan kesegaran, misalnya kuncung
nya adalah bahwa yang dirangkap dan kacung. Tembang pocung biasa
adalah suku katanya. Penggabungan digunakan dalam suasana santai. Wa-
itu dapat berupa kata yang terdiri atas tak tembang pocung adalah santai,
dua suku kata menjadi satu suku ka- enak, dan seenaknya. Di dalam men-
ta, misalnya Weruh menjadi wruh; sa- cipta sebuah tembang macapat, pe-
ri menjadi sri; serat menjadi srat; da- ngarag biasanya memberi nama tem-
rana menjadi drana; gumerit men- bangnya dengan cara memberi sas-
jadi gerit; telulikur menjadi tlulikur; mita ‘isyarat’, baik di awal pupuh
sinarawedi menjadi snarawedi. Dari tembang maupun di akhir pupuh se-
cotoh-contoh tersebut, dapat diketa- belumnya. Berkaitan dengan itu, sas-
hui bahwa kata yang dipluta itu tidak mita tembang pocung biasanya meng-
hanya berasal dari dua suku kata gunakan kata pocung, cung, wohing
menjadi satu suku kata saja, tetapi da- kaluwuk, mocung. Selanjutnnya, ber-
pat juga berasal dari tiga suku kata dasarkan aturan metrumnya, pocung
dipluta menjadi dua suku kata; em- termasuk tembang macapat yang
pat suku kata dipluta menjadi tiga su- jumlah barisnya sedikit. Tembang
pocung terdiri atas empat larik yang
410 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

guru wilangan dan guru lagunya me- tingnya mengubah orientasi masya-
liputi baris pertama (12/u), baris ke- rakat dari cara berpikir tradisional
dua (6/a), baris ketiga (8/i), dan baris yang tidak rasional menjadi cara ber-
keempat (12/a) seperti contoh beri- pikir yang rasional-objektif. Dongeng
kut. Cariyosipun Tiyang Sepuh merupa-
Durung pecus kasusu kaselak kan karyanya yang pertama dan di-
besus, terbitkan oleh Land Drukkerij, Ba-
yen maknani rapal, tavia. Cerita ini dimaksudkan seba-
kaya sayid weton mesir, gai bacaan yang tidak melupakan as-
pendhak-pendhak angendhak pek tradisional. Mas Poedjaardja ber-
guaning janma. pandangan bahwa sastra modern be-
lum sepenuhnya diterima oleh masya-
‘Belum tamat sudah merasa pin-
rakat sehingga perlu disajikan peng-
tar
gabungan antara unsur tradisional
jika mengartikan doa
dan modern. Cerita ini menampilkan
seperti tuan dari Mesir
riwayat perjalanan Mangkoenegara
kadang-kadang merendahkan
di Surakarta. Cerita ini cenderung
orang lain.’
mengangkat pentingnya seseorang
meyakini takdir, seperti dalam fiksi-
poedjaardja
nya Cariyos ingkang Kasawaban
Dalam barisan pengarang sastra
ing Nama (1911) yang diterbitkan
Jawa nama Mas Poedjaardja sejajar
oleh H.A. Benyamin, Semarang. Ce-
dengan pengarang Wirjaatmadja dan
rita ini mengangkat nasib seseorang
Soetardja. Bahkan, Mas Poedjaardja
yang ditentukan oleh makna kata pa-
termasuk penulis paling produktif di
da namanya.
antara penulis Jawa pada awal abad
Pada tahun 1913 Mas Poedjaar-
ke-20. Mas Poedjaardja menulis pa-
dja menerbitkan beberapa buku ce-
da tahun 1910 hingga 1913. Hingga
rita, yakni Dongeng Empol-Empil
saat ini, tidak dapat diketahui dengan
(Papirus, Batavia), Cariyos Tilarso
pasti latar belakang keluarga, pendi-
(Kanjeng Gupermen, Batavia), Se-
dikan, dan kepengarangan Mas Poe-
rat Nitikarsa dan Serat Nitileksana
djaardja. Hanya dapat diduga penu-
(Commissi voor de Volkslectuur, Ba-
lis cerita Serat Nitikarsa dan Serat
tavia), dan Dongeng Sarimulya (Pa-
Nitileksana (1913) yang diterbitkan
pirus, Batavia). Dongeng Empol-
oleh Commissie Voor de Volkslec-
Empil menampilkan kisah dua orang
tuur ini berasal dari Surakarta, Jawa
wanita yang masih memiliki hubung-
Tengah.
an saudara dengan sifat dan nasib
Pada umumnya, karya-karya
yang berbeda-beda. Saudara sulung
Mas Poedjaardja berupa cerita didak-
Empol memiliki watak tekun bekerja
tik yang dimaksudkan sebagai media
dan hemat. Dari ketekunan dan kehe-
penyampaian nilai-nilai budi pekerti
matannya Empol memiliki nasib yang
kepada pembaca. Mas Poedjaardja
cukup baik, berhasil dalam berda-
banyak mengangkat persoalan pen-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 411

gang dan mendapatkan rezeki besar Berdasarkan beberapa karyanya


tanpa diduga. Sementara itu, Empil dapat diketahui bahwa Mas Poedja-
tumbuh menjadi perempuan yang sa- ardja termasuk salah satu pengarang
ngat kikir, bahkan enggan mengeluar- Jawa yang produktif pada masa awal
kan biaya untuk memperingati kema- masuknya pengaruh modern dalam
tian ibunya. Empil menaruh rasa iri kehidupan masyarakat Jawa atau
ketika Empol mendapat rezeki besar pribumi. Oleh sebab itu, Mas Poe-
berkat bantuan nenek-nenek tua se- djaardja sangat mencela cara berpi-
cara misterius. Akhirnya, Empil ber- kir mistis yang hanya didasarkan pa-
upaya mendapatkan kekayaan seper- da keyakinan yang bersifat gugon
ti yang didapat oleh kakaknya, tetapi tuhon. Ia sangat kuat mendorong ma-
justru mendapatkan celaka. syarakat untuk berpikir secara rea-
Dalam Cariyos Tilarsa, Mas listik-objektif. Dalam menjalani hi-
Poedjaardja mengangkat kisah kehi- dup modern, ia menyebutkan bahwa
dupan dunia pesantren. Dari kisah tidak ada sarat setan belang lagi,
tersebut, pengarang bermaksud un- melainkan harus diupayakan dengan
tuk mendidik pembaca bahwa dalam nyambut gawe ‘bekerja’. Dikatakan
hidup dibutuhkan keseimbangan an- lebih lanjut bahwa cara berpikir ma-
tara kebutuhan rohani (lewat pela- gis atau gugon tuhon itu hanya akan
jaran agama) dan kebutuhan materi menghabiskan banyak energi tanpa
atau harta sebagai bekal hidup. Te- menghasilkan sesuatu yang positif.
ma itu diekspresikan dalam pilihan
hidup dua saudara yakni Tilarsa dan poer adhie prawoto (1950—
Sudarsa. Sementara itu, Serat Niti- 2001)
karsa mengangkat persoalan pen- Nama asli Poer Adhie Prawoto
tingnya seseorang untuk mengikuti adalah Poerwanto. Namun, nama
cara-cara berpikir realistik-objektif Poerwanto kemudian sering dising-
dan meninggalkan cara-cara berpikir kat Poer dan nama Adhie Prawoto
mistis atau gugon tuhon. Cara ber- yang ditambahkan di belakangnya
pikir realistik itu sejalan dengan bu- adalah nama ayahnya (seorang Asis-
daya modern yang berasal dari Ba- ten Perhutani KPH Blora, kini sudah
rat. Persoalan seperti itu lebih dite- almarhum, dan ibunya bernama Mur-
kankan lagi dalam karya Mas Poe- tini). Poer Adhie Prawoto lahir di Le-
djaardja berjudul Serat Nitileksana. dok, Pojokwatu, Sambong, Blora,
Melalui tokoh seorang ‘guru’ ilmu ke- tanggal 7 Maret 1950. Pendidikan SD
batinan bernama Ki Nitileksana. Di diselesaikan tahun 1961 di Sambong;
situ pengarang menolak keras cara SMP tahun 1964 di Cepu; dan SGA
berpikir mistis, yakni kepercayaan (SPG) tahun 1968 di Blora. Setelah
yang sangat kuat terhadap benda- lulus ia menjadi guru di SD Ledok I,
benda tertentu yang memiliki kekuat- Sambong, Blora. Selain itu, pernah
an magis. pula mengajar di Cepu. Selain aktif
412 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mengajar, ia juga aktif membina pra- Jawa. Akhirnya gelar Sarjana Sastra
muka. (Jawa) diperoleh tahun 2000.
Untuk menambah pengetahuan- Seperti telah disebutkan bahwa
nya, Poer Adhie Prawoto masuk ke Poer Adhie Prawoto mulai menulis
PGSLP (Jurusan Bahasa Indonesia) sastra Indonesia sejak tahun 1969.
di Kudus, selesai tahun 1969. Seta- Tulisan-tulisan berbahasa Indonesia
mat dari PGLP (1969) ia mulai mem- itu sering muncul di majalah, surat
baca dan menulisan karya sastra, ter- kabar, dan tabloid seperti Srikandi,
utama sastra Indonesia, dan sejak ta- Simponi, Intisari, Swadesi, Kom-
hun 1972 ia mulai menulis sastra Ja- pas, dan Sinar Harapan. Sementara
wa, di samping aktif menekuni pe- itu, ia menulis sastra Jawa sejak ta-
kerjaan pokoknya sebagai guru SD. hun 1972 setelah ia bertemu dengan
Pada tahun 1975, Poer Adhie Pra- Ngalimu Anna Salim. Bersama Nga-
woto menikah dengan seorang gadis limu Ana Salim itu pula ia mendiri-
bernama Niek Sutarni, seorang pe- kan Grup Diskusi Sastra Blora
gawai Asuransi Jiwa Bumiputera (GDSB). Di dalam grup tersebut ia
1912. Dari pernikahan itu ia dika- dan Ngalimu Anna Salim menghim-
runiai dua orang anak laki-laki. Pada pun sejumlah pemerhati budaya dan
tahun 1980-an ia bersama keluarga sastra Indonesia dan daerah, yang
pindah ke Surakarta karena ia dimu- berdomisili di daerah pantura (pantai
tasi ke SD Gondhangrejo, Karang- utara, baik Jawa Tengah maupun Ja-
anyar, Jawa Tengah. wa Timur, untuk aktif dalam berba-
Poer Adhie merupakan sosok pe- gai kegiatan sastra dan budaya. Pada
ngarang yang senang belajar. Selain saat itu, anggota kelompok GDSB
aktif menulis guritan (sejak 1972), antara lain J.F.X. Hoery, Suripan Sa-
cerkak (sejak 1973), dan kritik/esai di Hutomo, Sri Setya Rahayu, St.
(sejak 1975), baik berbahasa Jawa Iesmaniasita, Sukarman Sastrodiwir-
maupun berbahasa Indonesia, ia ju- ya, T. Susila Utama, Anjrah Lelono
ga aktif terlibat dalam berbagai per- Brata, Jayus Pete, M.Tajib Nuryan-
temuan sastra dan budaya. Bahkan, to, Ardian Syamsudin, dan Ruswar-
untuk memperdalam pengetahuan diyatmo.
dan wawasannya, pada awal 1990- Keberadaan Poer Adhie Prawoto
an ia masuk ke FKSS Jurusan Ba- sebagai pengarang sastra Jawa mu-
hasa dan Sastra Indonesia IKIP Bo- lai tampak sekitar tahun 1975 ketika
jonegoro, Jawa Timur. Namun, ka- Suripan Sadi Hutomo dalam Jaya
rena sulitnya mengatur waktu antara Baya edisi 23 Februari 1975 mem-
kerja dan kuliah, ia tidak dapat me- bahas guritan karya Poer Adhie Pra-
lanjutkan kuliahnya. Barulah pada woto dengan judul “Nyemak Guri-
pertengahan 1990-an, ia aktif kuliah tane Poer Adhie Prawoto”. Dalam
di IKIP Sukoharjo (sekarang Univer- pembicaraan tersebut Hutomo me-
sitas Bangun Nusantara). Di univer- nyebut-nyebut Poer Adhie Prawoto
sitas inilah ia memperdalam sastra sebagai penggurit berbakat dari Grup
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 413

Diskusi Sastra Blora. Menurut Hu- buru dipanggil Tuhan pada 26 Ja-
tomo, Poer Adhie Prawoto termasuk nuari 2001.
penggurit berbakat yang relatif ma-
sih muda karena baru menulis gu- poerbatjaraka (1884—1964)
ritan tahun 1972 melalui majalah Poerbatjaraka, lengkapnya R.
Djaka Lodhang, No. 74, Th. II, No- Ng. Poerbatjaraka, lahir di Surakar-
vember 1972. Guritan karyanya itu ta, pada 1 Januari 1884 (nama kecil-
berjudul “Winadi”, “Cathetan”, dan nya Lesiya). Ia adalah putra kedua
“Sketsa-sketsa”. Pada tahun yang sa- seorang birokrat di Surakarta. Ayah-
ma ia juga mempublikasikan guritan- nya bernama R.M.T. Poerbadipoera,
nya melalui majalah Jaya Baya, No. Bupati Anom Kasunanan Surakarta
2, Th. XXVIII, 11 Februari 1972, ya- Adiningrat. Kebetulan sang ayah de-
itu “Godhong-godhong Garing”, kat dengan Pakoe Boewana X. Pada
“Dhuhkita”, “Apa”, dan “Gerimis”. waktu kecil, Lesiya sering diminta
Dengan selalu mengasah diri se- untuk menjaga dan menemani seko-
cara aktif lewat berbagai forum se- lah putra Pakoe Boewana X. Mak-
minar dan diskusi, Poer Adhie Pra- sudnya, agar putra PB X tidak di-
woto akhirnya mampu meningkat- ganggu oleh teman-temannya. Kare-
kan pengetahuan dan wawasannya na itu, ia bisa mendengarkan pelajar-
sehingga ia sering diundang untuk an di sekolah meskipun tidak resmi
memberikan ceramah atau menjadi tercatat sebagai murid.
pemakalah di berbagai pertemuan Secara formal Lesiya belajar di
sastra, bahkan juga menjadi tutor di HIS di Surakarta. Ia bisa masuk HIS
Kongres Bahasa Jawa I (1990) di Se- berkat putra PB X. Akan tetapi, keti-
marang. Dan sebagai pengarang ka akan menempuh ujian akhir, ia di-
sastra Jawa, ia telah pula menerima keluarkan dari sekolah dengan alas-
beberapa penghargaan dalam berba- an usianya terlalu tua. Lesiya dike-
gai lomba, di antara lomba menulis luarkan dari sekolah karena Belanda
guritan (1975, 1979, 1980), lomba khawatir kalau ia lulus nanti akan me-
menulis esai (1975, 1977), bahkan lanjutkan sekolah yang lebih tinggi
juga lomba membaca guritan. Se- (HBS). Meski demikian, Lesiya ti-
mentara itu, buku-buku antologi esai dak putus asa. Ia belajar di rumah ka-
yang telah ia himpun, antara lain, Kri- rena ayahnya menyimpan buku-buku
tik Esai Kesusastraan Jawa Modern bahasa (dan sastra) Jawa. Untuk
(Angkasa, Bandung, 1989), Keter- menghibur diri, semua buku itu di-
libatan Sosial Sastra Jawa Modern baca. Jika mengalami kesulitan, ia
(Tri Tunggal Tata Fajar, Sala, 1991), bertanya kepada ibunya (Mas Ajeng
dan Wawasan Sastra Jawa Modern Semu). Karena itu, tekadnya belajar
(Angkasa, Bandung, 1993). Hanya bahasa Jawa dan Sanskerta semakin
sayang sekali, pengarang yang tetap kuat. Maka, pada tahun 1911, ia per-
mengajar di kelas 1 dan 2 SD itu ke- gi ke Betawi untuk belajar bahasa
Jawa kepda Prof. H.J. Krom. Na-
414 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mun sayang, belum lama belajar, nilai tertinggi sehingga gelar doktor
Krom cuti ke Belanda. Meskipun be- segera diperolehnya. Ia merupakan
lum lengkap, ia sudah menguasai orang kedua (pertama Hoesein Dja-
materi dengan baik. Untuk meleng- jadiningrat) yang mendapat gelar
kapi pengetahuan dan keterampilan- doktor sastra dari Universitas Lei-
nya, ia belajar sendiri. Berkat kete- den. Sepulang dari Leiden, ia kem-
rampilan itulah, oleh PB X ia diberi bali ke Surakarta ingin menjadi di-
pekerjaan di museum (di Surakarta). rektur AMS. Niat untuk menjadi di-
Perkenalannya dengan Prof. Ha- rektur AMS tidak tercapai karena
zeu di Surakarta menyebabkan Poer- dikhawatirkan akan mengalahkan
batjaraka dipindah ke Betawi. Ia di- sarjana Belanda. Maka, ia kembali di-
tarik ke Batavia karena dipandang pekerjakan di museum. Pekerjaan ini
menguasai bahasa dan sastra Jawa ditekuni sampai akhir hayatnya.
kuna. Tentu saja, ia tidak menolak Karier kesenimanan Poerbatja-
dengan harapan bisa mendalami ba- raka diawali ketika ia menjadi abdi
hasa dan sastra Jawa kuna. Oleh Ha- dalem yang bertugas sebagai niyaga
zeu ia dipekerjakan di Museum Be- atau pengrawit ‘penabuh gamelan’.
tawi. Dasar cerdas, sebentar saja ia Karena keterampilannya berolah
bisa menguasai pekerjaan dengan gendhing, ia diangkat menjadi lurah
baik sehingga para sarjana Belanda niyaga ‘kepala penabuh gamelan’
kagum kepadanya. Masalah-masa- dan diberi gelar dan nama Raden Lu-
lah yang tidak diketahui sarjana Be- rah Atmapradangga. Gelar ini tidak
landa dapat diselesaikan dengan baik disandang terlalu lama karena ia di-
olehnya. Karena itu, oleh Prof. Krom pindah menjadi mandhor dalan ‘pe-
dan Dr. P. van Stein Callenfles, ia gawai urusan jalan’ yang bertugas
diajak meneliti prasasti-prasasti mengawasi orang-orang yang me-
candi dan warisan-warisan budaya nebang pohon di pinggir jalan. Ia
lainnya. mendapat pangkat Mantri Anom dan
Di tempat kerja yang baru Poer- namanya berubah menjadi Poerba-
batjaraka dapat menyerap berbagai tjaraka. Namun, ia merasa tidak co-
macam pengetahuan seperti relief- cok dengan pekerjaan barunya seba-
relief, candi-candi, sastra, budaya, se- gai mandhor dalan sehingga ingin
ni, dan sejenisnya. Itulah sebabnya, segera pindah.
atas prakarsa Yayasan Kern, selama Pada awal kemerdekaan, Poer-
4 tahun (sejak 1921) ia dikirim ke batjaraka ikut membidani lahirnya
Universitas Leiden (Belanda) untuk Universitas Gajah Mada, Yogyakar-
mempelajari bahasa-bahasa Arya. ta, tahun 1946. Di universitas terse-
Selain belajar, ia juga diserahi tugas but, ia diminta menjadi Dekan Fa-
untuk mengajar bahasa Jawa kuna kultas Sastra sekaligus sebagai Guru
dan kawruh di universitas tersebut. Besar. Di samping itu, ia juga men-
Sementara itu, disertasinya Agastya jadi Guru Besar pada Fakultas Sas-
in Den Archipel ketika itu mendapat tra Universitas Indonesia, Jakarta.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 415

Bahkan, ketika Universitas Udayana jemahkan ke dalam bahasa Indone-


(Bali) dibuka, ia juga diminta men- sia, antara lain, Cerita Panji dalam
jadi Dekan Fakultas Sastra. Kenya- Perbandingan, diterbitkan oleh Ba-
taan itu membuktikan ia sangat ber- lai Pustaka.
peran dalam bidang pendidikan. Ker-
ja kerasnya pun membawa hasil yang poerwadarminta, w. j. s.
sangat baik. Di kemudian hari banyak (1903—1968)
mahasiswanya yang berhasil, seperti Nama kecil Poerwadarminta
Prof. Dr. Soetjipto Wirjosoeparto, (lengkapnya W.J.S. Poerwadarminta)
Prof. Dr. Koentjaraningrat, Prof. Dr. adalah Sabarija. W.J. adalah sing-
Toedjimah, Prof. Dra. Siti Baroroh katan baptisnya dan S adalah sing-
Baried, dan sebagainya. katan dari Sabarija. Sabarija lahir di
Selain hal di atas, Poerbatjaraka Yogyakarta pada 20 Juli 1903. Pen-
juga mendapat gelar empu. Upacara didikan yang ditempuh ialah Hol-
penyerahan gelar oleh para mahasis- landsch Inlandsche School (HIS),
wa itu dilaksanakan di Universitas Tweede Inlandsche School ‘Sekolah
Indonesia pada 10 Mei 1964. Waktu Angka Loro’ (tamat 1919), kemudi-
itu, ia sedang sakit keras dan dirawat an masuk Normaal School Rooms-
di RSP Angkatan Darat, Jakarta. Katholiek ‘Sekolah Guru Roma-Ka-
Dua setengah bulan sejak peristiwa tholik’ di Muntilan. Setelah tamat ia
itu, tepatnya tanggal 25 Juli 1964, mengajar di sekolah Angka Loro.
Poerbatjaraka menghembuskan na- Sambil bekerja ia memperdalam ba-
fas terakhir. Jenazahnya dimakam- hasa Belanda. Selain itu ia belajar fil-
kan di Pemakaman Karet (Jakarta). safat kepada J. Van Ryckvorsel, be-
Ia meninggalkan dua orang putra lajar bahasa Jawa kuna kepada C.
(Purnadi, S.H. dan Ratna Himawa- Coos. Berkat kepandaiannya berba-
ti). hasa Jawa kuna, pada tahun 1930 ia
Karya-karya Poerbatjaraka ber- menulis dan menerbitkan buku pe-
aneka macam, baik berupa buku lajaran bahasa Kawi dengan judul
maupun artikel. Karya yang berupa Mardi Kawi. Selanjutnya, bersama
buku, antara lain, berjudul Kapoes- dengan R.L. Mellema, ia menerbit-
takan Djawi (Jambatan, Jakarta, kan buku bacaan berbahasa Jawa ku-
1952). Pada tahun yang sama, buku na, di antaranya Purana Castra
itu diterbitkan dalam bahasa Indone- (1934).
sia berjudul Kapustakan Jawa. Ke- Berkat keahliannya di bidang ba-
cuali itu, beberapa karyanya dimuat hasa, Poerwadarminta diminta men-
di majalah ilmiah seperti Bahasa dan jadi dosen bahasa Indonesia di Seko-
budaya, Medan Bahasa Indonesia, lah Bahasa Asing (Gucho Hugo Gak-
Hudan Mas, dan sebagainya. Karya- ko), di Tokyo, Jepang, tahun 1923-
karyanya juga banyak yang ditulis da- 1937. Sambil mengajar di sana ia be-
lam bahasa Belanda. Sebagian kar- lajar bahasa Jepang beserta aksara
yanya (berbahasa Jawa) telah diter- Katakana, Hiragana, Kanji, selain
416 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

memperdalam bahasa Inggris. Pada kosa katanya oleh Tim Penyusun


tahun 1935 ia berhasil menerbitkan Kamus Pusat Bahasa menjadi Ka-
buku pelajaran bahasa Jepang, Pun- mus Besar Bahasa Indonesia (1988;
ca Bahasa Jepang. Sekembalinya 1991; 2000); sedangkan Bausastra
dari Jepang (1937), Poerwadarminta Jawa kemudian disusun kembali dan
bekerja di Balai Pustaka, kemudian diperkaya kosa katanya oleh Tim Pe-
pindah ke Museum Jakarta (1946) nyusun Balai Bahasa Yogyakarta (ta-
untuk membantu Volkslectuur di ba- hun 2001). Sementara itu, buku-bu-
gian perpustakaan. Pada tahun 1949 ku lainnya yang berhasil disusun
ia diangkat sebagai pembantu dalam ialah Bahasa Indonesia untuk
bidang ilmu pengetahuan untuk me- Karang-Mengarang, ABC Karang-
nyusun Kamus Bahasa Melayu pada Mengarang, Sarining Paramasas-
Lembaga Penyelidikan Bahasa dan tra Jawa (1953), naskah sandiwara
Kebudayaan di Fakultas Sastra dan “Bangsacara-Ragapadmi” (dalam
Filsafat, Balai Perguruan Tinggi Re- Pujangga Baru), dan buku pelajaran
publik Indonesia Serikat. Pada tahun Bahasaku bersama dengan B.M.
1952 ia ditugaskan di Lembaga Ba- Nur dan Jazir Burhan.
hasa dan Budaya Cabang Yogyakar- Di samping menyusun buku dan
ta (hingga tahun 1960). Poerwadar- kamus, Poerwadarminta masih sem-
minta meninggal pada 28 November pat menulis cerita pendek Jawa, esai,
1968 di Yogyakarta. sandiwara, dan beberapa buku ber-
Ketekunannya di bidang perka- bahasa Indonesia. Cerita pendeknya
musan membuat Poerwadarminta yang berjudul “Kasengka” ditulis de-
mendapat sebutan sebagai ahli leksi- ngan nama samaran Pur dalam Pan-
kografi dan atau Bapak Perkamusan ji Pustaka (1 Agustus 1943). Esai-
Indonesia. Kamus momumental yang nya yang dimuat dalam Panji Pus-
berhasil disusunnya adalah Bausas- taka, antara lain, “Wahyu Sampun
tra Jawa (1930) dibantu oleh C.S. Dhumawah: Kantun Tumandang
Harjasoedarma dan J.C. Poedjasoe- kanthi Sucining Manah” dan
dira, Bausastra Welandi-Jawi “Anggesangaken Watak Kasarti-
(1936), Bausastra Indonesia-Jawi yan”. Selain sering menggunakan
(1948), Logat Kecil Bahasa Indone- nama samaran Pur, ia sering meng-
sia (1949), Indonesiasch-Neder- gunakan pula nama samaran PD, KI
landsch Woordenbook (1950) bersa- Pada (Jaya Baya, 1972), dan Ajira-
ma A. Teeuw, Kamus Bahasa Ing- bas (pembalikan nama kecilnya Sa-
gris-Indonesia (1952) bersama de- barija).
ngan S. Wojowasito dan S.A.M.
Gasstra, Kamus Umum Bahasa In- poerwadhie atmodihardjo
donesia (1952), dan Kamus Latin- (1919—1988)
Indonesia (1969). Kamus Umum Poerwadhie Atmodihardjo lahir
Bahasa Indonesia tersebut kemudi- di Purwodadi, Grobogan, Jawa Te-
an disusun kembali dan diperkaya ngah, 1 Juni 1919. Ayahnya, R. At-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 417

modihardjo, seorang Weg-Opzeiner maja yang cenderung negatif bahkan


atau pemeriksa jalan di Dinas Pe- berjudi dan sejenisnya.
kerjaan Umum Jawa Tengah (zaman Kenakalan Poerwadhie tidak ber-
Belanda). Masa kecil Poerwadhie sa- langsung lama. Saat itu datang se-
ngat manja karena orang tuanya ka- orang Belanda memberikan bantuan
ya. Ia sering didongengi oleh Bu Lu- untuk mendirikan sekolah swasta di
rah, seorang wanita (janda) yang ber- Paron. Poerwadhie ditunjuk sebagai
gabung dengan keluarga ayah Poer- kepala sekolah. Beberapa waktu ke-
wadhie Atmodihardjo. Wanita itu mudian Poerwadhie jatuh cinta ke-
adalah janda seorang lurah, berasal pada wanita bernama Mursini, se-
dari daerah yang sama dengan dae- orang pengajar di sekolah itu. Tetapi,
rah asal ayah Poerwadhie di Paron, cinta itu gagal karena orang tua tidak
Ngawi, Jawa Timur. setuju. Cinta yang tidak berjalan mu-
Masa kanak-kanak Poerwadhie lus itu sangat membekas di hatinya
di Semarang. Namun, ia kemudian sehingga mengilhami karyanya ber-
harus pergi mengikuti orang tuanya judul “Mung Kari Sasiliring Ba-
yang pindah ke Gelung, Paron, Nga- wang” ‘Tinggal Selapis Kulit Ba-
wi. Orang tuanya masih bekerja se- wang’. Pada tahun 1939, ketika ber-
bagai juru ukur jalan. Di tempat usia 20 tahun, Poerwadhie menikahi
yang baru itu ia hidup dengan suasa- Sri Juwariyah, gadis dari Kendal. Ta-
na pedesaan. Meski kawan-kawan- hun 1955 Poerwadhie kawin lagi
nya memandang sebagai anak orang dengan Sutami, gadis dari Paron. Per-
terhormat, ia dapat bergaul akrab de- kawinan dengan istri pertama mem-
ngan mereka. Walaupun hidup di de- buahkan sembilan anak, dengan istri
sa, orang tuanya tetap berharap ke- kedua membuahkan seorang anak.
lak ia tetap dapat menjadi seorang Istri pertama tetap setia mendam-
priayi atau pegawai. pingi, sedangkan istri kedua bertem-
Di Ngawi Poerwadhie sekolah di pat tinggal di Paron, Ngawi.
HIS, kemudian setelah tamat melan- Poerwadhie pada awalnya be-
jutkan ke Openbare MULO-School kerja sebagai guru di Paron. Namun,
di Madiun. Tamat dari MULO ia ke ia “tidak kerasan” sehingga pindah ke
Particuliere Algemeene Middelbare Semarang dan bekerja di Kantor Ja-
School di Sala. Namun, di Sala ia ter- watan Irigasi. Itu pun tidak kerasan
seret pada kebiasaan hidup remaja lagi sehingga ia ke Surabaya menjadi
yang cenderung negatif (sering tidak pelayan Toko Taiyo dan kemudian
masuk sekolah). Mengetahui hal itu menjadi tukang penjual mesin jahit
sang ayah marah sehingga semua pada General Electric. Dari Surabaya
biaya sekolahnya dihentikan. Keja- ia kembali ke Semarang dan bekerja
dian itu membuat Poerwadhie mera- sebagai ahli ukur tanah di Banyubi-
sa terpukul dan tidak bersedia melan- ru, Ambarawa. Dari Banyubiru,
jutkan sekolah. Ia semakin hari se- Poerwadhie pindah kerja ke kantor
makin terjebak pada kehidupan re- yang sama di Kendal. Tahun 1940
418 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pindah ke Dinas Militer di Cilacap menggunakan bahasa Jawa karena


dengan pangkat sersan dua. Tahun ia merasa bahasa Jawa perlu diles-
1942 keluar dari dinas itu dan pindah tarikan. Di samping itu, baginya me-
ke Paron menjadi penjual minyak. ngarang itu sebagai “istri kedua”.
Tidak berapa lama pindah ke Jember Dalam karangan-karangannya
bekerja pada Jawatan Kereta Api. Poerwadhie sering menggunakan na-
Tahun 1945 pindah ke Kaliwungu ma samaran, di antaranya Sri Ning-
dan bekerja di sebuah pabrik pemain sih (nama anak pertamanya), Habra-
sandiwara “Irama Masa”. Beberapa markata (api yang menjilat-jilat, se-
hari di sana ia pindah lagi ke Kendal mangat yang berkobar), Prabasari
dan bekerja di Dinas Pekerjaan Laharjingga, Abang Istar (Bintang
Umum. Merah), Satria Paranggelung (nama
Pada 5 Oktober 1945 Poerwa- sebuah tempat di Paron), dan Harga
dhie masuk TKR dengan pangkat let- Lawu. Ia juga mengagumi penga-
nan satu. Namun, jiwanya yang se- rang lain, misalnya Sudharma K.D.
lalu ingin “merdeka” tidak mampu dan St. Iesmaniasita karena kedua-
menghalangi dirinya untuk terus ber- nya dinilai selalu menggarap per-
pindah. Maka, tahun 1949 ia bekerja soalan hidup yang realistik.
sebagai mantri ukur tanah di Kendal. Sebagai pengarang Poerwadhie
Tahun 1951 pindah ke Semarang dan memiliki tingkat produktivitas yang
bekerja di Dinas Bangunan Tentara. tinggi. Ia menulis cerpen, sandiwara,
Tidak lama kemudian keluar dari pe- novel, guritan, cerita wayang, roman
kerjaannya dan mengembara sebagai sejarah, dan esai. Lebih dari 300 ju-
penganggur. Ia berpindah-pindah da- dul cerpen telah tersebar di Panji Pu-
ri Sala, Salatiga, dan Paron. Tahun saka, Panjebar Semangat, Jaya Ba-
1955-1965 ia bekerja sebagai redak- ya, Crita Cekak, Mekar Sari, dan se-
si Jaya Baya di Surabaya. Ia sempat bagainya. Sejumlah cerpennya itu,
pula sebagai redaksi Crita Cekak dan antara lain, “Begja kang Ambeg-
Gotong Royong. Sejak 1965 ia me- jakake” (Panji Pustaka, 1944),
nikmati hidupnya sebagai “wong “Tanggap lan Tandang ing Garis
mardika”, yakni dengan menjadi pe- Wingking” (Panji Pustaka, 1944),
nulis bebas. “Kebuka Atine” (Panji Pustaka,
Pelarian hidup dan unsur kecewa 1944), “Ndadar Angga: Nanggula-
banyak melatarbelakangi proses ke- ngi Salwiring Prakara” (Panji Pus-
pengarangan Poerwadhie. Tahun taka, 1944), “Heiho Sadikun” (Panji
1944 ia menulis cerpen “Begja kang Pustaka, 1944), “Sumbangsih ing-
Ambegjakake” (Panji Pustaka, 15 kang Tanpa Upami” (Panji Pusta-
Februari 1944). Cerpen yang berha- ka, 1944), “Dayane Prahara” (Pa-
sil dimuat itu semakin memacu se- njebar Semangat, 1951), “Penga-
mangatnya untuk menulis. Ia sadar lang-alange Kekarepan” (Panjebar
bahwa menulis ternyata dapat meng- Semangat, 1952), “Marga Mas Har-
hasilkan uang. Ia menulis dengan ja Lara” (Panjebar Semangat,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 419

1953), “Lha Apa Ana” (Panjebar tresnan lan Urip” (Jaka Lodhang,
Semangat, 1953), “Kesandhung ing 1983), “Manyura” (Jaka Lodhang,
Rata” (Panjebar Semangat, 1954), 1983), dan sebagainya.
“Kembang Kanthil” (Jaya Baya, Keberadaan Poerwadhie dalam
1955), “Jangka lan Jangkah” (Jaya dunia sastra Jawa sangat diperhitung-
Baya, 1955), “Ngrungkebi Keyakin- kan. Ia termasuk pengarang yang di-
an” (Jaya Baya, 1956), “Karam- segani dan “dituakan”. Bukan kare-
pungan Wicaksana” (Jaya Baya, na sudah berusia lanjut, tetapi sema-
1957), “Tinem” (Crita Cekak, ta karena prestasi dan kemampu-
1957), “Wesel Pos” (Mekar Sari, annya dalam berkarya. Sejumlah kar-
1981), “Luput ing Pandumuk” (Me- ya Poerwadhie telah dijadikan objek
kar Sari, 1981), dan sebagainya. kajian para mahasiswa di berbagai
Sementara itu, karya-karya cer- perguruan tinggi. Seolah hidupnya
bung dan novelnya, antara lain, “Ku- telah diberikan kepada perkembang-
mandhanging Asmara” (Jaya Baya, an sastra Jawa. Walaupun demi sas-
1956-1957), “Gumerite Rodha We- tra Jawa ia harus menderita, per-
si” (Jaya Baya, 1972), “Ibu” (Jaya juangannya yang tulus pada sastra
Baya), “Tumiyunge Ati Mulus” Jawa layak dihargai.
(Mekar Sari, 1968), “Sawungga-
ling” (Panjebar Semangar, 1953), pralambang
Gumuk Sandhi (CV Keng, Sema- Pralambang merupakan kaidah
rang, 1963), Karana Sawabing Wibi ungkapan sastra Jawa lama. Menu-
(CV Keng, Semarang), Udan Ngre- rut artinya, pralambang adalah per-
ceh (CV keng, Semarang), dan seba- nyataan tersamar atau petunjuk yang
gainya. Karyanya yang berupa ro- tidak nyata. Keluarnya kata-kata pra-
man sejarah, misalnya, “Ki Derpa- lambang diungkapkan melalui sin-
yuda” (Panjebar Semangat, 1960- diran, misalnya dengan (mengguna-
1961), “Sing Menang ing Pucuking kan) kata-kata terselubung, tidak nya-
kanisthan” (Mekar Sari, 1961), dan ta. Pralambang dalam tembang ma-
sebagainya. Sedangkan guritan-gu- capat dinamai sasmita. Berikut con-
ritan-nya, antara lain, “Paman Ta- toh pralambang dalam sastra Jawa.
ni” (Panji Pustaka, 1945), “Swa- (1) Macan galak semune curiga
raning Asepi” (Panjebar Semangat, kethul
1950), “Bandha lan Budi” (Panje- Macan galak melambangkan ra-
bar Semangat, 1952), “Pangangen- ja agung, curiga kethul ‘keris
angen” (Panjebar Semangat, 1953), tumpul’ melambangkan keturun-
“Amung Siji” (Panjebar Semangar, an dan anak buah yang tumpul
1953), “Melathi Suci” (Jaya Baya, budinya, tidak tajam pemaham-
1956), “Paran Marganing Katemu” annya terhadap sastra. Pralam-
(Jaya Baya,1963), “Nglindur” (Me- bang ini menggambarkan Prabu
kar Sari, 1983), “Stasiun Solo Ba- Brawijaya dari Majapahit serta
lapan” (Mekar Sari, 1983), “Ka- keturunan dan anak buahnya.
420 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(2) Panggalih pindha pandam kèn- jemahkan ke dalam bahasa Belanda.


tir ing warih Berkat keahliannya menari sejak ke-
Pandam adalah sinonim dari da- cil, ketika menjadi mahasiswa di luar
mar (obor); kèntir ing warih ada- negeri (Eropa), ia sering mende-
lah kata-kata yang artinya sama monstrasikan beberapa tari Jawa di
dengan kèli (hanyut). Ungkapan sana.
yang dicontohkan di atas itu me- Semasa hidupnya Priyono Win-
rupakan sasmita untuk meminta duwinoto telah memegang berbagai
gendhing Damarkèli. jabatan penting. Di samping menga-
(3) Panji loro semuné Pajang-Ma- jar di Sekolah Hakim Tinggi Jakarta,
taram ia juga menjadi guru besar di Fakul-
Ini merupakan sindiran terhadap tas Sastra dan Filsafat Universitas
dua orang raja yang berkuasa Gadjah Mada Yogyakarta, Ketua
pada waktu yang sama, yaitu Lembaga Bahasa Nasional di Yogya-
Pakubuwana III dan Hamengku- karta, guru besar di Universitas In-
buwana I. donesia, selain merangkap sebagai
Pimpinan Umum Lembaga Bahasa
pranasmaran dan Budaya serta Komisi Istilah. Se-
Pranasmaran adalah drama tari mentara itu, mulai tanggal 9 April
yang seluruh dialognya mengguna- 1957, di Kabinet Karya sampai de-
kan tembang. Drama tari tersebut se- ngan Kabinet Dwikora sejak 27
mula berkembang di Surakarta de- Agustus 1964, ia dipercaya menjadi
ngan mengambil lakon dari cerita Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Panji. Dalam sejarah kehidupannya Kebudayaan Republik Indonesia. Ja-
drama tari pranasmaran tidak sepo- batan terakhir ini barangkali dipero-
puler langenmandrawa maupun la- leh berkat karier politiknya di Partai
ngendriyan. Murba.
Di bidang kepengarangan, Pri-
priyono winduwinoto (1907— yono Winduwinoto telah melahirkan
1969) beberapa karya sastra, di antaranya
Priyono Winduwinoto lahir di Dongeng Sato Kewan (Balai Pusta-
Yogyakarta pada 20 Juli 1907. Pen- ka, 1952). Karya ini bersifat satirik-
didikan AMS diselesaikan di Sura- simbolik. Tokoh-tokoh manusia di-
karta pada tahun 1929. Pada tahun ganti dengan tokoh-tokoh hewan.
1932 ia memperoleh ijazah bahasa Karya sejenis DSK juga ditulisnya.
Perancis dari Cours Mayon di Paris. Karya itu berjudul MMM (Balai Pus-
Lalu belajar sastra Timur di Leiden, taka, 1952) dan ditulis dalam bahasa
Belanda, lulus tahun 1936. Gelar dok- Indonesia. Karya ini agaknya me-
tor diperoleh pada tahun 1938; di- rupakan kritik terhadap pemerintah-
sertasinya berkaitan dengan naskah an yang sedang berjalan. Kritiknya
Jawa Tengahan Sri Tanjung; dan se- tidak secara terang-terangan, tetapi
bagian naskah ini telah pula ia ter- melalui simbol dunia lain, dunia bi-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 421

natang. Dinyatakan bahwa buku itu perindah karangannya. Dia pernah


untuk bacaan anak-anak berumur 17 menyatakan bahwa sebenarnya ba-
hingga 70 tahun. Pernyataan itu jelas hasa Jawa dapat digunakan untuk
dimaksudkan sebagai suatu sindiran, menulis tentang sesuatu hal yang ak-
yakni dengan menggolongkan orang tual, yang sesuai zaman.
dewasa tetapi masih berpikiran se- Jasa Priyono Winduwinoto di bi-
perti anak-anak. Oleh karena itu, to- dang bahasa Indonesia cukup besar.
koh yang ditampilkan berupa hewan. Dalam Kongres Bahasa Indonesia di
Dan tulisannya pun dibuat besar-be- Medan (1954), misalnya, ia menga-
sar seperti buku bacaan anak-anak, jukan makalah dengan pokok pem-
tetapi tema yang dibahas adalah ten- bicaraan tata bahasa dan ejaan ba-
tang kenegaraan, kebudayaan, eko- hasa Indonesia dengan huruf Latin.
nomi, politik, dan lain-lain (Dojosan- Dia dipercaya pula sebagai nara-
tosa, 1990:168—169). Selain itu, ka- sumber oleh berbagai majalah, di an-
rangannya yang berjudul MMM taranya majalah ilmiah Bahasa dan
(Balai Pustaka, Jakarta) juga mem- Budaya yang dikeluarkan oleh Lem-
persoalkan hal yang sama, hanya sa- baga Bahasa dan Budaya, Fakultas
ja ditulis dengan menggunakan ba- Sastra dan Filsafat, Universitas Indo-
hasa Indonesia. nesia, Jakarta.
Karya Priyono lainnya adalah Se- Demikian secara ringkas riwayat
rat Jakasura lan Tresnawati (Balai dan karier hidup Priyono Windu-
Pustaka, 1966). Karya itu ditulis de- winoto. Sayang sekali, pada 9 April
ngan menggunakan bahasa Jawa tem- 1969 ia telah meninggalkan kita, dan
bang macapat. Serat Jakasura-Tres- meninggalkan seorang istri dan dua
nawati bersifat istana sentris, ten- orang putra (Ami dan Punto). Ia di-
tang keadaan kerajaan Kediri, wa- makamkan di Makam Pahlawan
laupun ada gambaran tentang pede- Kalibata, Jakarta. Ia berhak dima-
saan dan kaindran atau kahyangan kamkan di sana karena ia adalah ju-
(Dojosantosa, 1990: 170). Serat Ja- ga seorang pahlawan. Bintang jasa
kasura-Tresnawati berisi cerita, na- yang telah diperoleh dari pemerintah,
sihat, peristiwa-peristiwa yang ha- antara lain (1) Bintang Gerilya, (2)
ngat, peringatan-peringatan, dan se- Bintang Satya Lencana, dan (3) Bin-
bagainya (Sundari dkk. 1976/1977: tang Satya Lencana Dwija Siswa.
55). Bintang yang ketiga diberikan oleh
Priyono Winduwinoto adalah se- Presiden Suharto (Dojosantosa,
orang sarjana yang menguasai ber- 1990).
bagai macam bahasa. Dia pandai me-
nerapkan bahasa, yaitu bahasa Sans- pujangga
kerta, Inggris, Belanda, Jawa Kuna, Pujangga adalah seseorang yang
Arab, dan sebagainya. Dalam bersas- mempunyai kelebihan potensi buda-
tra, misalnya, berbagai bahasa itu di- ya lahir batin dan mampu mencipta-
gunakan bersama-sama untuk mem- kan karangan yang berbobot. Pu-
422 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

jangga sering pula disebut kawitana, pupuh


kawindra, kawiwara, kawiswara, Pupuh adalah Kumpulan tem-
atau paramengkawi Seorang pu- bang ‘puisi’ (dalam beberapa bait
jangga itu memiliki delapan keahlian ‘pada’) yang sejenis dan isi yang
atau kelebihan, yaitu Paramengsas- disampaikan antara satu dan lainnya
tra, ahli dalam bahasa dan sastra; saling berhubungan. Biasanya, da-
Paramengkawi, ahli dalam pencip- lam sastra Jawa, karya yang ditulis
taan atau mengarang; Awicarita, oleh para pujangga terdiri atas be-
pandai mendongeng atau bercerita berapa pupuh, misalnya Serat Rama
yang dapat menarik perhatian pen- karya R. Ng. Yasadipura I. Dalam
dengarnya; Mardawa-lagu, pandai karya tersebut terdapat berjenis-jenis
atau halus perasaannya atas tem- pupuh dan ditulis dalam ratusan bait,
bang dan gendhing ‘lagu’; Marda- antara lain Dhandhanggula, Pang-
wa-basa, pandai dalam mengguna- kur, Asmaradana, Sinom, Mijil, Dur-
kan bahasa yang indah sehingga da- ma, Kinanthi, dan sebagainya. Na-
pat menimbulkan keharuan, kegem- mun, sebaliknya, Serat Sabdatama
biraan, dan membangkitkan rasa ka- karya R. Ng. Ranggawarsita hanya
sih sayang; Mandraguna, mempu- ditulis dalam satu pupuh, yaitu Gam-
nyai kedigdayaan atau pengetahuan; buh, sebanyak 22 bait.Tembang ma-
Nawungkridha, halus perasaannya capat modern, kebanyakan hanya
sehingga tanggap atas apa yang di- ditulis dalam satu pupuh dan jumlah
kehendaki oleh orang lain; Sambe- baitnya pun hanya berapa buah, ke-
gana, hidupnya sangat utama. banyakan di bawah sepuluh bait. Ma-
Seorang pujangga yang telah capat modern kebanyakan dipublika-
sempurna potensi budaya batinnya sikan di media massa. Oleh karena
akan mampu mendengar akasawa- halaman media massa sangat terba-
kya/akasasabda ‘suara dari langit tas, macapat modern ditulis menjadi
atau suara gaib’. Oleh karena itu, se- lebih pendek jumlah pupuhnya.
ring terjadi seorang pujangga dapat
menulis sebuah jangka ’karya sastra purwakannthi
yang berisi ramalan atas sesuatu yang Istilah purwakanthi berasal dari
bakal terjadi’. Seseorang pujangga dua kata purwa ’permulaan’ dan kan-
juga mampu melihat segala sesuatu thi ‘menggandeng, kawan, memakai,
yang belum terjadi atau bakal terjadi menggunakan’. Jadi, purwakanthi
disebut orang sidik ‘tahu sebelum di- berarti menggandeng atau menggu-
beri tahu’. Pujangga Jawa yang ter- nakan apa yang telah disebutkan di
kenal, misalnya, R. Ng. Ranggawar- bagian depan atau di bagian permu-
sita, Empu Sedah, Empu Panuluh, laan. Adapun yang digandeng adalah
dan R.Ng. Yasadipuira, dan sebagai- suara, huruf, dan kadang-kadang ka-
nya. tanya. Di dalam sastra Indonesia, is-
tilah purwakanthi identik dengan
persamaann bunyi, yaitu persamaan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 423

bunyi vokal, persamaan bunyi kon- ‘jangan merasa menang, terus


sonan, dan pengulangan kata. bertindak semena-mena.’
Misalnya:
(2) Purwakanthi guru sastra
sapa jujur bakal luhur
(a) Sing sapa goroh growah
sapa salah bakal seleh
‘Barang siapa berdusta akan ce-
Contoh larik pertama terdapat laka.’
bunyi “ur” pada kata jujur dan “ur” (b) Swargane wong duwe anak
pada kata luhur. Persamaan bunyi anung anindhita, tumekane tu-
“ur” tersebut dalam sastra Indonesia wa nemu mulya.
disebut persamaan bunyi suara (aso- ‘Surga bagi orang yang punya
nansi). Selanjutnya, larik kedua, ter- anak saleh, sampai tua selalu hi-
dapat huruf “l” pada kata salah dan dup mulia.’
“l” pada kata seleh. Persamaan hu- (c) Kekudanganku marang ko-
ruf konsonan itu dalam sastra Indo- we, klakon mengku kamulyan
nesia disebut aliterasi. ‘Harapanku padamu, dapat mem-
Purwakanthi berjumlah tiga ma- peroleh kemuliaan.’
cam, yaitu (1) purwakanthi guru (d) Dewi Wara sumbadra po-
swara ‘persamaan bunyi vokal’, (2) latae ruruh, tinndak tanduke sar-
purwakanthi guru sastra ‘persa- wa rereh, ririh angarah-arah
maan bunyi konsonan’, dan (3) pur- ‘Dewi Wara Sumbadra, sinar
wakanthi lumaksita ‘perulangan su- matanya redup, tingkah lakunya
ku kata, kata, dan baris’. serba hati-hati, halus, dan ter-
(1) Purwakanthi guru swara arah.’
(a) kocak tandha lukak
(3) Purwakanthi lumaksita
‘bersuara sebagai pertanda tidak
Amenangi jaman edan
penuh’
ewuh aya ing pambudi
(b) ora uwur ora sembur
milu edan nora tahan
‘tidak modal sama sekali.’
yen tan milu anglakoni
(c) kutuk marai sunduk
boya kaduman melik
‘ikan kutuk mendatangi perang-
kaliren wekasanipun
kap.’
dilalah karsa Allah
(d) tunggak jarak mrajak,
begja-begjane kang lali
tunggak jati mati
luwih begja kang eling lawan
‘tonggak jarak tumbuh subur,
waspada
tonggak kayu jati mati.’
(e) Aja dahwen ati open, mena- ‘Menemui zaman edan
wa kowe kepengin kajen serba salah di hati
‘jangan berhati dengki jika kau ikut gila tidak tahan
inginn dihormati.’ jika tak ikut melakukan
(f) aja dupeh menang, banjur punya rasa ingin memiliki
atindak sawenang-wenang kelaparan akibatnya
telah jadi kehendak Allah
424 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

seuntung-untungnya orang lupa benar ucapan yang diujarkan-


lebih untung orang ingat dan nya.’
waspada.’
pustaka
purwapada Pustaka adalah sebutan untuk bu-
Purwapada adalah penanda yang ku atau karya sastra. Namun, dalam
ditempatkan di depan baris pertama sastra Jawa Kuno istilah “pustaka”
bait pertama suatu pupuh tembang. berarti senjata yang dimiliki oleh Yu-
Purwapada dipergunakan pada tem- dhistira (Kalimahosada). Senjata ter-
bang yang ditulis dengan huruf Ja- sebut dipergunakan untuk membu-
wa. Purwapada mempunyai makna nuh Salya.
“bunyi yang baik”. Artinya, purwa-
pada mengandung isi dan harapan
supaya pembaca yang mendengar-
kan dan menyimpan buku akan men-
dapatkan keselamatan.
Contoh:
Mamrihing manis purwakaning
tulis
mngrumpaka wajibing pra sis-
wa
kang luwih wigati dhewe
tansah ambangun turut
marang guru ywa nyulayani
kapindho kudu padha
sinau kang atul
katelu nglatih gegulang
pribadine supadi dadi wong
becik
jujur wijiling ujar
‘Agar menarik pembukaan ka-
rangan
mengarang kewajiban siswa
yang paling penting
selalu taat
kepada guru tidak membantah
kedua kalinya harus
rajin belajar
ketiga kalinya berlatih
agar pribadinya dapat menjadi
baik
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 425

r
r.b. soelardi (1885/1888—) ya. Menurut keterangan penerbit F.A.
Raden Mas Soelardi adalah anak Nasional (1965), kegagalan itulah
seorang guru. Ia lahir tahun 1885 di yang mengilhami Soelardi untuk me-
Wonogiri, Surakarta. Keterangan nulis novel Serat Riyanta.
tahun kelahirannya itu berbeda de- Ketika menggubah/menulis
ngan keterangan penerbit Fa. Na- novel Serat Riyanta, Soelardi konon
sional, Surakarta, yang menerbitkan baru berusia 23 tahun sehingga di-
novelnya Serat Riyanta pada tahun perkirakan bahwa ketika jatuh cinta
1965. Diterangkan bahwa ketika bu- kepada gadis bangsawan itu (seperti
ku itu diterbitkan (dengan angka ta- Srini dalam novelnya) ia berusia 22
hun 1965), Soelardi berusia 77 tahun. tahun. Dua tahun kemudian, setelah
Hal itu berarti bahwa R.M. Soelardi cinta pertamanya gagal, ia jatuh cin-
lahir tahun 1888 (selisih 3 tahun). ta lagi kepada gadis bangsawan lain
Sejak kecil Soelardi telah menun- hingga menikah. Namun, sial bagi-
jukkan bakatnya sebagai seniman nya, tidak lama kemudian istrinya
(sastrawan). Minatnya terhadap du- meninggal. Karena itu, Soelardi ke-
nia sastra bermula dari kesukaannya mudian mengambil keputusan untuk
pada dunia wayang kulit. Dari se- keluar sebagai abdi dalem Mangku-
ringnya menyaksikan pertunjukan negaran. Keputusannya itu merupa-
wayang ia kemudian belajar mena- kan sikap tegasnya untuk melepas-
buh gamelan, melukis dan menatah kan ikatan tradisional yang feodalis-
wayang, serta menulis cerita berba- tik. Sikapnya itu juga tercermin pada
hasa Jawa. Bakat inilah yang mena- tokoh Riyanta dalam novel Serat Ri-
rik perhatian Mangkoenegara VII yanta yang menolak perkawinan atas
sehingga ia diangkat menjadi abdi pilihan orang tua.
dalem di Mangkunegaran. Di Mang- Di luar istana Mangkunegaran,
kunegaran, antara lain, ia diberi tu- Soelardi mengisi hari-harinya dengan
gas melukis, menabuh gamelan, menulis, melukis, dan menyungging
membuat wayang kulit, dan sebagai (menatah) wayang kulit. Selain me-
guru bahasa Jawa. nulis novel Serat Riyanta (yang di-
Ketika menjadi abdi dalem di cetak ulang sampai tiga kali), Soe-
Mangkunegaran, Soelardi jatuh cin- lardi juga menulis novel Serat Sar-
ta kepada seorang gadis bangsawan. wanta (dua jilid, terbit tahun 1939).
Gadis itu pun membalas cintanya, te- Novel yang kedua itu lebih mengu-
tapi orang tua si gadis melarang hu- tamakan masalah kejiwaan dan
bungan mereka. Cinta Soelardi gagal kebatinan. Sebelum itu, ia juga me-
karena ia hanya seorang abdi, hanya nulis panduan menabuh gamelan dan
seorang seniman, lagipula tidak ka- melukis wayang sebagaimana di-
426 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

muat dalam Serat Pedhalangan kan di lingkungan budaya Jawa dan


Ringgit Purwa (1932) karya Mang- menganut agama Kristen Roma Ka-
koenegara VII (38 Jilid). tolik.
Oleh beberapa pengamat, di an- Dalam usia menjelang 27 tahun,
taranya Suripan Sadi Hutomo tepatnya pada 2 Februari 1922, Soe-
(1975) dan J.J. Ras (1985), Serat Ri- wanda dinikahkan di Muntilan de-
yanta dianggap sebagai novel per- ngan R.A. Agnes Soekartini, putri
tama yang mengawali periode baru Sasranegara. Sejak itulah nama Soe-
kesusastraan Jawa. Dianggap demi- wanda dilengkapi dengan nama Ha-
kian karena novel itu telah memenuhi diwidjana (nama yang diberikan se-
kriteria novel modern Barat, yang ci- telah menikah). Dari perkawinan itu
rinya, antara lain, tidak lagi dikuasai lahirlah 13 orang anak, yaitu R.Ay.
oleh norma-norma ekstraestetik, se- M. Titi Sari (diperistri Sasrajoeda,
perti masalah moral atau kecende- S.H.), R.M.A. Haryana, A.Ay.Th.
rungan didaktis (mendidik). Titi Lestari (diperistri Natasuhardja),
Sementara itu, Quinn (1995) me- Marsekal Pertama Dr. R.M.E. Har-
nilai bahwa Serat Riyanta sangat me- sana, R.M.M. Sasrawan, R.Ay.M.
nonjol karena mampu melakukan Titi Rejeki (diperistri Juliwarsa),
kritik secara tersamar bagi kebiasa- R.Ay.F. Titi Rahayi (diperistri Prof.
an perkawinan atas kehendak orang Mr. Munajat Danusaputra), R.Ay.J.
tua di kalangan elite bangsawan de- Titi Nawami (diperistri Dr.R. Sukar-
ngan gambaran etiket kebangsawan- na Harjasudarma), R.Ay.Dra.C. Har-
an yang mempesona dan mengagum- tati, R.M.dr.M. Darmawan, R.Ay.C.
kan (meskipun kadang-kadang agak Pudyati (diperistri Drs. Cosmas Ba-
ironis). Selain itu, Damono (1999) tubara), dan R.Ay.P. Saptawulan (di-
mengemukakan bahwa Serat Riyan- peristri Drs. Saragih).
ta menawarkan tema yang berkaitan Jika diperhatikan dari sisi orang
dengan perkawinan sebagai salah sa- tua, tampak bahwa Hadiwidjana ter-
tu masalah utama novel itu. Hal itu- masuk keluarga priayi meskipun stra-
lah yang menjadi kelebihan dan yang tanya di bawah keluarga orang tua
membedakan Serat Riyanta dari kar- istrinya. Perbedaan strata sosial itu
ya-karya lain sezamannya. bukan merupakan kendala bagi Ha-
diwidjana untuk menciptakan ke-
r.d.s. hadiwidjana (1895—) luarga harmonis. Hal itu dibuktikan
Nama kecilnya Soewanda. Ia la- dengan keberhasilannya mendidik
hir di Sragen pada 9 Oktober 1895. semua anaknya. Keberhasilan Hadi-
Nama kecilnya yang disingkat “S” widjana dalam mendidik anak-anak-
selalu disertakan mendahului nama nya bermodal pendidikan dan kedi-
tuanya, Hadiwidjana. Ia merupakan siplinan yang diterapkannya.
anak ketiga dari enam bersaudara. Pendidikan pengarang dan seka-
Nama orang tuanya R.M. Ambjah ligus filolog itu dimulai dari magang
Darmawisastra. Soewanda dibesar- di Sumanegaran, Sragen, tahun 1904.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 427

Kemudian Hadiwidjana menempuh Anomku”, “Wong Becik”, “Yasa-


pendidikan di Kweek School tahun ning Setan marang Manungsa”,
1917, Kursus Guru Bahasa Jawa dan “Ngibadah” dimuat dalam Me-
tahun 1920, ke Sekolah Jawa di Ba- dan Bahasa Basa Jawi (No. 4, Thn.
tavia tahun 1921, Kursus Guru Ba- IV, 1959). Sebelum itu, guritan ter-
hasa Jawa di Batavia tahun 1928- jemahannya yang berjudul “Apho-
1931; semua itu untuk mengajar di risma: Jagading Wong Urip”,
AMS dan HIK. Adapun yang ter- “Kleru”, dan “Wong iku Ana 4 Pra-
akhir ditempuh ialah pendidik Akte kara” dimuat dalam Medan Bahasa
Onderwijzer di Batavia, tahun 1932. Basa Jawi (No. 1, Thn. IV, 1959).
Sesuai pendidikan yang ditem- Guritan itu diberi inisial “Suhawo”
puh, Hadiwidjana kemudian bekerja sebagai nama samaran, kependekan
sebagai guru, yang secara berturut- dari Soewanda Hadiwidjana. Nama
turut ialah di AMS dan HIK (1931- samaran lain yang sering dipakai
1942), Sekolah Guru Lanjutan adalah “Cantrik Sukawati”.
(SGL) Jetis, Yogyakarta (1942- Selain menulis guritan, Hadiwi-
1945), Sekolah Menengah Tinggi djana juga menyusun buku bahan ajar
(SNT) di Yogyakarta (1945-1955), dan bahan bacaan. Buku-buku ter-
Guru Kepala Kursus BI Bahasa sebut, antara lain Sastra Gita Wi-
Indonesia di Yogyakarta (1955- cara (Jilid I 1950 dan Jilid II 1963),
1958), serta Dosen Luar Biasa pada Sarana Sastra (1950), Sarwa Sastra
Kursus BI Bahasa Indonesia dan (Jilid I, II, dan III, 1963), Mrih Ra-
Jawa di Yogyakarta dan Dosen Ba- harja (1960), dan Tata Sastra (1967).
hasa Indonesia di Universitas Sa- Beberapa artikel tentang bahasa dan
raswati Surakarta (1960-1961). Di sastra pernah pula ditulisnya, di an-
samping itu, pada tahun 1946 ia di- taranya ‘Tinjauan Serat Centhini”
angkat menjadi Dosen Luar Biasa di dan “Aksara Dua Puluh” yang di-
Sekolah Tinggi Gadjah Mada dan se- muat dalam Buletin Fakultas Sastra
jak tahun 1949 diangkat menjadi Do- dan Kebudayaan UGM (No. 4,
sen Luar Biasa di Fakultas Sastra dan 1971). Hadiwijana juga menyunting
Kebudayaan Universitas Gadjah Ma- Babad Clereng yang kemudian di-
da, serta sejak tahun 1969 menjadi muat dalam majalah Widyaparwa
Dosen Luar Biasa di FKSS IKIP terbitan Balai Penelitian Bahasa Yog-
Yogyakarta sampai tahun 1970-an. yakarta. Bahkan, beberapa bukunya,
Berkat pengetahuan dan penga- di antaranya Sarwa Sastra dan Tata
lamannya, Hadiwidjana termotivasi Sastra, masih dijadikan buku acuan
untuk mengembangkan bakatnya me- di sekolah-sekolah dan perguruan
ngarang. Karangan pertamanya di- tinggi yang memiliki Jurusan Bahasa
muat dalam majalah Jawi Sraya di dan Sastra Jawa.
Muntilan ketika ia masih belajar di Jika dilihat pendidikan, penga-
Kweek School. Karangannya dalam laman kerja, dan keberhasilannya
bentuk guritan dengan judul “Duk menyusun beberapa buku, Hadiwi-
428 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

djana termasuk seorang tokoh yang Soviet) dan akhirnya meninggal di sa-
gigih memegang prinsip untuk mem- na pada tahun 1965. Tidak diketahui
perjuangkan kelangsungan hidup ba- pula apakah kepergiannya ke negara
hasa dan sastra Jawa serta penga- Rusia itu bersangkut-paut dengan
jarannya. Kegigihan dan ketabahan- peristiwa politik atau tidak.
nya terbukti hingga berusia tua ia Karier kepenyairan R. Intojo di-
masih diminta untuk mengajar di Fa- mulai pada tahun 1932 ketika masih
kultas Sastra dan Budaya UGM dan sekolah di HIK di Lembang, Ban-
Fakultas Keguruan Sastra Seni IKIP dung. Karier itu kemudian berkem-
Yogyakarta sampai tahun 1970-an. bang sejak terbitnya (pertama) ma-
jalah Pujangga Baru (Juli 1933). Itu-
r. intojo (1912—1965) lah sebabnya, di dalam khazanah
R. Intojo lahir di Tulungagung, sastra Indonesia, ia disebut-sebut se-
Jawa Timur, pada tanggal 27 Juli bagai salah seorang tokoh Pujangga
1912. Pendidikan dasarnya, HIS Baru. Di dalam bersyair (menulis
(Holland Inlandsche School), dise- puisi), dan itu terbukti di dalam be-
lesaikan di kota Mojokerto, propinsi berapa sajak yang telah dipublikasi-
Jawa Timur. Setelah tamat dari HIS, kan dalam majalah, ia sering meng-
R. Intojo kemudian melanjutkan studi gunakan nama samaran, di antara-
ke HIK (Holland Inlandsche Kweek nya Rhamedin, Heldas, Hirahamra,
School) di kota Blitar. Akan tetapi, Ibnoe Sjihab, Imam Soepardi, dan
pada tahun 1930, dengan alasan kon- Indera Bangsawan.
disi kesehatannya buruk, ia pindah Hingga sekarang tetap tidak di-
ke HIK di Gunungsari, Lembang, peroleh keterangan yang meyakin-
Bandung, dan baru selesai pada ta- kan apakah nama Intojo tersebut na-
hun 1933. Setamat dari HIK di Lem- ma asli atau justru nama samaran. Di-
bang, ia kemudian menjadi guru (me- katakan demikian karena beberapa
ngajar) di sebuah sekolah bernama buku sumber yang diperoleh menya-
Perguruan Rakyat di Bandung. Na- takan hal yang berbeda-beda. Dalam
mun, tidak lama kemudian, ia pindah buku antologi susunan Badudu dkk.
dan mengajar di Sekolah Mardi Sis- (1984), misalnya, disebutkan bahwa
wa di Blitar, Jawa Timur. Bahkan, di nama asli Intojo adalah Rhamedin, se-
Blitar pun tidak lama pula karena se- dangkan dalam buku-buku yang lain
jak tahun 1938 ia pindah lagi dan me- disebutkan bahwa Intojo adalah na-
ngajar di HIK Rangkasbitung, Su- ma asli. Beberapa nama samaran ini
matra. Tidak diketahui dengan jelas digunakan ketika ia menulis sajak ber-
apakah Intojo turut berjuang dalam bahasa Indonesia, sementara di da-
Perang Kemerdekaan atau tidak. lam karya-karya (sajak) yang berba-
Yang jelas ialah bahwa pada awal hasa Jawa ia secara konsisten meng-
tahun 1960-an ia pergi ke luar negeri gunakan nama Intojo (periksa daftar
dan menjadi pengajar bahasa Indo- karya Intojo di bawah).
nesia di sebuah sekolah di Rusia (Uni
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 429

Dalam khazanah penulisan puisi nesia pada awalnya diterbitkan da-


Indonesia dan Jawa modern, R. In- lam majalah Semangat Pemuda, Pe-
tojo mulai aktif menulis sajak pada doman Masyarakat, Panji Islam, Al-
masa Pujangga Baru (sejak 1933) manak Perguruan, dan Pujangga
dan berhenti pada masa menjelang Baru. Saat ini, karya-karya yang ber-
datang ke Indonesia (1941). Disebut bahasa Indonesia tersebut dapat di-
demikian karena pada masa Jepang jumpai dalam buku Puisi Baru
(1942—1944), lebih-lebih setelah (1954) susunan Alisjahbana, Perkem-
Indonesia merdeka (1945), sama se- bangan Puisi Indonesia Tahun 20-
kali tidak dijumpai karya-karyanya. an hingga Tahun 40-an (1984) su-
Kendati demikian, ini tidak berarti sunan Badudu dkk., dan Tonggak I
bahwa ia tidak aktif lagi di bidang (1987) susunan Suryadi A.G. Semen-
seni budaya, khususnya sastra tara itu, karya-karya yang ditulis da-
(puisi). Hal itu terbukti, kendati tidak lam bahasa Jawa yang semula diter-
lagi menulis sajak, ia masih sempat bitkan dalam majalah Kejawen kini
menulis esai dalam berbagai maja- dapat ditemukan di dalam buku An-
lah. tologi Puisi Jawa Modern 1940—
Salah satu esainya tentang pe- 1980 (1984) susunan Hutomo. Co-
nyair dan karyanya berjudul “Amir rak penulisan sajak yang berbentuk
Hamzah dan Chairil Anwar”. Esai ini soneta inilah yang pada masa selan-
dipublikasikan di dalam majalah jutnya ditiru oleh beberapa penyair
Indonesia, No. 10, Thn. II, Juni 1951. Jawa yang lain, di antaranya Suba-
Esai tersebut berisi kupasan tentang gijo Ilham Notodijoyo (SIN); dan hal
sajak-sajak Amir Hamzah dan Chai- ini antara lain tampak dalam sajak
ril Anwar. Selain itu, ia juga menulis “Gelenging Tekad” ‘Kebulatan Te-
esai berjudul “Pantun” yang dimuat kad’ yang telah dimuat dalam maja-
dalam majalah Indonesia, No. 4 dan lah berbahasa Jawa Panjebar Sema-
7, Thn. III, 1952. Beberapa esai yang ngat, No. 20, Thn. IX, 12 Juli 1949.
lain dimuat dalam rubrik “Sudut Ba- Secara keseluruhan, sajak-sajak
hasa” majalah Nasional. Dalam sa- (sejauh dapat dijangkau) karya R.
lah satu esainya yang dimuat di ma- Intojo, baik yang ditulis dalam baha-
jalah Nasional edisi Desember 1952 sa Indonesia maupun bahasa Jawa,
Intojo antara lain membicarakan ben- dapat diinventarisasikan sebagai be-
tuk dan corak sajak-sajak Muham- rikut. Sajak yang berbahasa Indone-
mad Yamin dalam Jong Sumatra dan sia berjumlah 17 buah, yaitu “Cen-
kecenderungan pembaharuan puisi d’ra Durja” (Semangat Pemuda,
Indonesia. Mei 1932; kemudian dimuat Pu-
Sajak-sajak karya R. Intojo, si jangga Baru, No. 2, Thn. V, Agustus
penyair Pujangga Baru ini, telah di- 1937); “Zaman yang Mulia” (Sema-
publikasikan dalam berbagai media ngat Pemuda, 15 Agustus 1932; lalu
massa, terutama majalah. Karya-kar- dimuat Pujangga Baru, No. 6, Thn.
ya yang ditulis dalam bahasa Indo- V, Desember 1937); “Pulau Bali”
430 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(Pujangga Baru, No. 1, Thn. I, nya, R. Intojo mengikuti sebuah ke-


Mei—Juli 1933); “Ibu ...” (Pujangga giatan simposium yang diselengga-
Baru, No. 1, Thn. I, Mei—Juli 1933); rakan di Jakarta oleh para seniman
“Kemegahan Kita di Zaman Bahari” kelompok Gelanggang yang bekerja
(Pujangga Baru, No. 2, Thn. V, sama dengan berbagai lembaga ke-
Agustus 1937); “Kalau Hanya” (Pe- budayaan seperti Lekra, Liga Kom-
doman Masyarakat, No. 37, Thn. II, ponis, PEN-Club Indonesia, dan Pu-
31 Oktober 1936); “Nasib Nelayan” jangga Baru. Dalam simposium ter-
(Pedoman Masyarakat, No. 2, Thn. sebut, bersama-sama dengan tokoh
II, 31 Januari 1936); “Oh, Nasib ...!” lain seperti Sutan Sjahrir, J. Ismael,
(Panji Islam, No.29, Thn. IV,15 Slamet Imam Santoso, Moh Said,
Oktober 1937); “Di Mana Tempat Tan Goan Po, Sjafruddin Prawirane-
Cinta Sejati...?” (Pujangga Baru, No. gara, Sutan Takdir Alisjahbana, Bu-
9, Thn. IV, Maret 1937); “Rasa Ba- jung Saleh, Darsono, S. Dharta, dan
ru” (Pujangga Baru, No. 10, Thn. Achdiat Kartamihardja, ia membi-
IV, April 1937); “Air Kecil” (Pujang- carakan berbagai masalah “kesulit-
ga Baru, No.10, Thn. IV, April 1937); an-kesulitan zaman peralihan seka-
“Mengembara Beta ...” (Pujangga rang”. Kertas kerja atau makalah dan
Baru, No. 3, Thn.V, September berbagai tanggapan dalam simposi-
1937); “Wetenschap” (Pujangga um tersebut kemudian diterbitkan
Baru, No. 9, Thn. V, Maret 1937); dalam buku Symposion (Balai Pus-
“Untuk Pujangga Baru” (Pujangga taka, 1953).
Baru, No. 8, Thn. V, Februari 1938);
“Nasib” (Pujangga Baru, No. 2, Thn. r. m. soejadi madinah (1928—)
VI, Agustus 1938); “Gua” (Pujangga Raden Mohammad Soejadi Ma-
Baru, No.10, Thn. VI, April 1939); dinah lahir di Yogyakarta, pada 14
dan “Roebajat” (Almanak Perguru- Januari 1928. Ayahnya, Raden Bekel
an, Taman Siswa, 1941). Sementara Roeba’ngi Atmohudroyo, seorang
itu, sajak-sajak berbahasa Jawa (gu- abdi dalem keraton Yogyakarta, se-
ritan) ada 4 buah, yaitu “Dayaning dangkan ibunya, Siti Madinah, putri
Sastra” (Kejawen, No. 26, 1 April pengusaha Batik Cap Leo di Jalan
1941); “Kawruh” (Kejawen, No. 29/ Lempuyangwangi 66, Yogyakarta.
30, 15 April 1941); “Kaendahan” Jadi, nama Madinah adalah nama
(Kejawen, No. 77, 26 September yang diambil dari nama ibunya. Ia
1941); dan “Wayangan” (Kejawen, menikah dengan Rr. Soejati Soedja-
No. 88, 4 November 1941). di, mantan karyawan Fakultas Sosial
Di samping menulis puisi (sajak/ Politik UGM tahun 1964. Dari per-
guritan) dan esai seni-sastra, R. In- kawinannya itu ia dikaruniai empat
tojo juga aktif dalam berbagai ke- orang anak (3 laki-laki dan 1 perem-
giatan diskusi mengenai persoalan puan).
sosial-budaya pada umumnya. Pada Sejak lahir hingga sekarang pe-
tanggal 26—27 April 1952, misal- ngarang ini menetap di Yogyakarta.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 431

Sekarang tinggal di Kampung Tu- di Widayat, Any Asmara, Muryale-


kangan DN III/271, Yogyakarta. Pe- lana, dan Suparto Brata. Ia menulis
kerjaan mengarang baginya hanya cerkak dalam majalah Kunthi, Was-
merupakan pekerjaan sampingan ka- pada (Jakarta), Crita Cekak (Sura-
rena ia memiliki pekerjaan pokok, ya- baya), Mekar Sari dan Djaka Lo-
itu (1) tahun 1944—1947 menjadi dhang (Yogyakarta). Karya-karya
pegawai Kantor Kecamatan Wido- cerkak-nya yang telah dipublikasi-
daren, Gendingan, Ngawi, Madiun; kan, antara lain “Kancaku sing Nya-
(2) tahun 1947—1948 menjadi ang- lawadi” (Waspada, 6 Juni 1958),
gota TNI (berpangkat mayor I) di “Serik” (Waspada, 4 September
Ngawi; (3) tahun 1948—1950 men- 1964), “Banten” (Djaka Lodhang,
jadi pegawai Kantor Pusat Kemen- 25 Februari 1978), “Pengalaman Ta-
terian Kemakmuran RI di Yogyakar- hun Ajaran Anyar” (Mekar Sari, 15
ta; (4) tahun 1951 bekerja di Kantor Juni 1987), “Etty Putrane Ibu Hadi”
Pusat Kementerian Perdagangan dan (Kunthi, 1967), dan “Solider” (Crita
Industri; (5) tahun 1951—1963 be- Cekak, Desember 1957).
kerja di Perpustakaan Pusat UGM; Selain menulis cerkak, ia juga
dan (6) tahun 1963—1984 (sampai menulis cerbung. Dalam cerbungnya
pensiun) menjadi pegawai Perpus- ia sering menggunakan nama samar-
takaan dan kemudian di Bagian Sta- an: Sudimanah (dalam Juni Apa Ju-
tistik dan Pengajaran Fakultas Hu- li), S.M. Dinah (dalam Putra Gunung
kum UGM. Adiluhung), Triani Dewi R.M.S.M
Selain bekerja di beberapa lem- (dalam Sengit Ndulit Gething Nyan-
baga pemerintah, Soejadi Madinah dhing). Sementara dalam kumpulan
juga aktif di berbagai organisasi, di cerkak berjudul Cendrawasih ia
antaranya sebagai (1) Bendahara menggunakan nama Sidji. Beberapa
Muhammadiyah Ranting Wirobra- cerbung yang telah ia publikasikan,
jan (1961—1972); (2) Ketua Pengu- antara lain Asmara Jibrat Ludira
rus POMG SD Negeri Tamansari (Sehat Asli, 1965); Asu Edan Ngga-
I,II,III (1968—1972); (3) Komisaris wa Kabegjan (Muria, 1966); Kro-
LVRI Kecamatan Wirobrajan dhane Asmara Wurung (Sinta-Ris-
(1968—1972); (4) Bendahara Mar- kan, 1966); Gudheg Ayu Digondhol
kas Ranting LVRI Kecamatan Da- Thuyul (Dewi, 1970); Wong kang
nurejan (1988—sekarang); (5) Ma- Nyalawadi (Keng, 1966); Sengit
jelis Pertimbangan PAN Ranting Ke- Ndulit Gething Nyandhing (Sinta-
lurahan Tegalpanggung (1999—se- Riskan, (1969); Anthek Nekolim (2
karang). jilid) (Muria, 1966); dan Gerombol-
Jika dilihat tahun kelahirannya, an Gestok (Muria, 1966). Sementara
ia termasuk pengarang seangkatan itu, ia juga menulis sastra berbahasa
dengan M. Tahar, Sudarmo K.D., Indonesia, tetapi tidak seproduktif
Susilomurti, Satim Kadarjono, Es- kalau menulis sastra Jawa.
miet, Poerwadhie Atmodihardjo, Wi-
432 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

r.m. wisnoe wardhana (1929— yawan keraton. Dari kebiasaannya


2002) melihat pergelaran-pergelaran kese-
R.M. Wisnoe Wardhana lahir di nian Jawa di keraton, Wisnoe War-
Yogyakarta pada 17 Januari 1929 dan dhana kecil semakin hari semakin
meninggal 18 April 2002. Dari gelar berminat belajar kesenian Jawa. Ia
kebangsawanan yang disandangnya, bahkan sengaja nyantrik pada orang
yakni R.M. Wisnoe Wardhana, dapat tuanya sendiri yang mendirikan se-
dipastikan ia seorang priyayi. Ayah kolah Krida Beksa Wiratama (1918).
Wisnoe Wardhana bernama G.B.P.H. Pendidikan dasar Wisnoe War-
(Gusti Bendara Pangeran Harya) Sur- dhana ditempuh di Taman Siswa Yog-
yadiningrat, seorang tokoh tari di yakarta (1940). Kemudian, ia melan-
lingkungan Keraton Ngayogyakarta. jutkan studi di HIS Keputran Yog-
Ayah Wisnoe Wardhana juga terma- yakarta (1943—1946). Selepas dari
suk salah seorang pendiri sekolah ta- HIS, ia melanjutkan ke SMP 1 Yog-
ri Krida Beksa Wiratama, sebuah yakarta (1946—1950). Setamat dari
lembaga pendidikan di luar tembok SMP ia masuk SMU Padmanaba (se-
keraton (1918). Sementara itu, ibu- karang SMU 3) Yogyakarta dan lu-
nya bernama R.A. (Raden Ajeng) Su- lus tahun 1953. Pada tahun 1954 ma-
mardinah. suk ke Fakultas Kedokteran UGM
Wisnoe Wardhana menikahi wa- Yogyakarta. Tidak puas di Fakultas
nita bangsawan bernama Rr. Widati Kedokteran Wisnoe Wardhana men-
Swandari. Dari pernikahannya itu coba masuk ke Fakultas Pedagogik
lahir dua orang putra, yakni R.Ay. hingga lulus (1962). Pada tahun 1986
Sekar Djatiningrum, Sp. K.K. (se- ia menyelesaikan program doktor di
orang dokter) dan R.M. Kharisma IKIP Yogyakarta.
Saktya Dewangga. Hingga masa wa- Minat Wisnoe Wardhana terha-
fatnya, Ki Wisnoe Wardhana —yang dap seni tari tidak pernah padam. Ia
masih cucu Hamengku Buwana VII ingin menekuni studi dalam hal tari
dari istri selir (garwa ampeyan) ber- daerah. Pada tahun 1955, ia belajar
nama B.R.Ay. (Bendara Raden Ayu) tari Bali kepada I Wayan Rindi di
Retna Juwita—tinggal di Suryodi- Denpasar. Selanjutnya, priyayi njero
ningratan MJ II/837, Yogyakarta itu juga belajar tari Sunda kepada
55141. Cece Sumantri di Bandung. Pada ta-
Sebagai orang yang dibesarkan hun 1956, ia nyantrik kepada Pak
di lingkungan istana ia tumbuh se- Santi untuk belajar tari Sumatra da-
bagai priayi Jawa yang memiliki ke- lam rangka mengikuti misi kesenian
mampuan intelektual tinggi. Bukti- Indonesia ke negara Republik Rak-
nya ia berhasil mendapat gelar guru yat Cina. Selanjutnya, pada 1957, ia
besar di almamater sekaligus tem- mengikuti kursus Ballroom Dances-
patnya mengabdikan diri sebagai il- Sunday Morning Yogyakarta.
muwan. Kebetulan orang tua Ki Wis- Pada tahun 1957 Wisnoe War-
noe Wardhana adalah seorang buda- dhana juga mengikuti pendidikan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 433

Modern Dance Connecticut College Selama ini Wisnoe Wardhana di-


School of the Dance; Dramatic Dan- kenal sebagai seniman tari, dalang,
ce and Nime; Tari Spanyol, Jacob’s dan juga aktor film. Sebagai dalang,
Pillow the University of the Dance, ia pernah mencoba menampilkan
di Massachusets, USA. Minatnya kreativitas baru dengan menciptakan
terhadap seni asing juga ditandai de- pertunjukan wayang sejati dengan
ngan keikutserataannya pada kursus 85 tokoh. Semua tokoh dalam wa-
di Martha Graham Dance Studio yang sejati itu diciptakan atau di-
(New York, 1957). Sejak itu ia sering lukis sendiri. Ia menggunakan layar
melanglang buana dalam rangka me- transparan dan memanfaatkan efek
ningkatkan kemampuannya di bi- tata cahaya. Iringan pertunjukan wa-
dang seni tari. Misalnya, ia pernah yang sejati disesuaikan dengan epi-
mengikuti workshop dan pelatihan sode zaman, bervariasi, dari instru-
di Metropolitan Opera Ballet School men gamelan tradisional hingga mu-
(Broadway, New York, 1957), Marie sik elektronik modern. Pertunjukan
Wigman Tans Studio (Berlin, 1957), wayang sejati itu antara lain telah di-
Studio Kaula Pratsica Athena (Yu- dokumentasikan, misalnya lakon Ka-
nani, 1957), Studio Stara Devi (Bom- wula-Gusti dan Mawahyu Buwana,
bay, India, 1957), Studio Sakakibara oleh Keluarga Besar Grinda Panca-
(Tokyo, 1957), dan kursus L’Allience sila.
Francaise (1974—1977). Di IKIP Yogyakarta Wisnoe War-
Sebagai insan seni, Wisnoe War- dhana dipercaya memegang sejum-
dhana senang melakukan studi ban- lah mata kuliah, seperti Psikologi
ding guna mencari masukan bagi pe- Pendidikan, Pendidikan Kesenian,
ningkatan kreativitasnya dalam ber- Tari dan Musik, Kepariwisataan,
kesenian. Hal itu tampak pada studi Antropologi Budaya, dan Dinamika
banding yang pernah dilakukannya Kelompok. Sebagai ilmuwan ia telah
ke berbagai negara, seperti studi ban- menerbitkan beberapa buku, antara
ding ke Amerika Serikat, Filipina, Je- lain, Ilmu Budaya Dasar (1980),
pang, Inggris, Perancis, Nederland, Puisi Renungan Dunia Tari (1983),
Denmark, Jerman Barat, Swiss, Ita- Dunia Pewayangan Dunia Pendi-
lia, Vatikan, India, Thailand, Singa- dikan (1985), Seni Tari Klasik dan
pura, dan Kanada tahun 1957— Modern Indonesia (1986), Psiko-
1958 dengan biaya Rockefeller Foun- logi Pendidikan (1987), Antropo-
dation. Sebagai anggota misi kese- logi Budaya (1988), Pendidikan Ke-
nian Indonesia, Wisnoe Wardhana senian (1988), dan Agama Ageming
berkesempatan pula mengikuti studi Aji (1988). Di samping itu, ia telah
banding ke Kowloon Republik Rak- menulis sekitar 130 karya ilmiah po-
yat Cina (1954) dan Hongkong, Ha- puler yang dipublikasikan lewat me-
wai, dalam rangka Indonesia dia massa dan dipresentasikan pada
Floating Fair (1960—1961). berbagai pertemuan ilmiah.
434 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Dari dedikasi dan kemampuan- Irama, Pesona Bercanda, Yogapra-


nya, tidak mengherankan jika Wis- na, Kawula Gusti, Orang Kuat, Ka-
noe Wardhana mendapatkan berba- pilavastu, Jaya Majapahit, Nusa
gai penghargaan, di antaranya dari Pertiwi, Bhineka Tunggal Ika, Ter-
Indonesia Floating Fair (1961), da- racotta, Sakura, Riang, History of
ri Badan Musyawarah Kebudayaan the Human Nature, Romeo dan Ju-
Nasional (1962), penghargaan seba- liet, Mengapa, Ayun Relax, Pekan
gai Peserta Musyawarah antar-De- Olah Raga, Obor Lima, Langenju-
wan Kesenian se-Indonesia (1978), rit, Manusia dan Kursi, Indehoy,
Certificate of Apreciation with Sin- Sonder, si Payung, dan Pesta. Di bi-
cere Thank and Apreciation for Your dang seni kerawitan, sejumlah kar-
Assistance and Support to the Ame- yanya dapat dilihat dalam album
rican Cultural in Yogyakarta gendhing Jawa yang diciptakannya,
(1987), sebagai pemenang Lomba antara lain Ketawang Yogaprana,
Penghijauan Lingkungan Perumah- Lancaran Bhineka Tunggal Ika,
an dan Pemukiman Tingkat Nasional Ladrang Gayeng, dan Lancaran Ki-
(1988), dan Tanda Kehormatan Sa- jang.
tya Lencana Karya Satya Kelas II Wisnoe Wardhana pernah me-
(1989). megang jabatan formal sebagai ang-
Wisnoe Wardhana rajin melaku- gota DPRD Tingkat I Propinsi Dae-
kan pembinaan seni di Yogyakarta. rah Istimewa Yogyakarta (1956—
Ia sendiri adalah dalang lulusan Ha- 1959). Pada 1980—1983 ia juga di-
biranda Keraton Ngayogyakarta percaya sebagai anggota (antar wak-
(1962—1965). Pada 1973 ia pernah tu) DPR/MPR-RI. Di samping itu,
menyelenggarakan pentas wayang ia juga menjabat sebagai pimpinan
dengan tiga bahasa (Inggris, Indo- Institut Kesenian Wisnoe Wardhana.
nesia, dan Jawa). Kemampuannya di Berdirinya Institut Kesenian Wisnoe
bidang seni telah menarik minat ba- Wardhana merupakan bukti perha-
nyak pihak, termasuk insan perfilm- tiannya dalam membangun budaya
an. Karena itu, sejak 1965 ia terjun bangsa melalui kaderisasi insan-in-
ke dunia film. Beberapa film yang san seni. Bahkan, ia juga membuka
pernah dibintanginya, antara lain, kursus seni di rumahnya di Suryo-
Roda Revolusi (1965), Alkautsar diningratan MJ II/837 Yogyakarta.
(1979), November 1928 (1980), Kar- Sebagai pengarang sastra Jawa,
tini (1983), Mangir Banteng Mata- Wisnoe Wardhana telah menulis ba-
ram (1984), dan Sembilan Wali nyak guritan dan macapat. Karya-
(1986). Film Kartini yang dibintangi- karya sastranya telah banyak dipu-
nya saat itu memperoleh Piala Citra. blikasikan baik melalui media mas-
Beberapa dokumen aktivitas sa, melalui antologi bersama, mau-
Wisnoe Wardhana yang masih dapat pun dalam bentuk buku susunan sen-
dinikmati hingga saat ini, antara lain, diri. Beberapa buku antologi yang
album seni tari Introspeksi, Nada memuat karyanya, antara lain Pa-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 435

ngilon dan Pesta Emas Sastra Jawa bitkan buku Puisi Kejawen 3 (1992).
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kar- Sejumlah karya yang dimuat di da-
yanya yang dimuat dalam Pangilon lamnya, antara lain, “Sesaji”, “Lu-
adalah guritan berjudul “Leluhur” gu”, “Sasi Sura”, “Sakti”, “Lembah
dan macapat berjudul “Laku Uta- Manah”, “Bawa Laksana Laku”
ma”. Sementara itu, karyanya yang “Pasa”, “Titah Sawantah”, dan
dimuat dalam Pesta Emas adalah “Wayang”. Selanjutnya, terbit lagi
“Semedi”, “Panembah”, “Pasrah”, Puisi Kejawen 4 (1994). Puisi-puisi
“Suci”, “Pasa”, “Lugu”, “Nyukupi yang dimuat di dalamnya, antara
Butuh”, “Kagunan “, “Manjing Ajur lain, “Pribadi”, “Bebrayan”, “Nyu-
Ajer”, dan Kasampurnan”. kupi Butuh”, “Politik”, “Kagunan”,
Sebagai seniman tari, Wisnoe dan “Kawruh Ngelmu”. Tak lama
Wardhana telah menulis sejumlah kemudian terbit lagi Puisi Kejawen
artikel di Mekar Sari (1960). Bebe- 5 yang memuat sejumlah guritan-
rapa artikel tersebut, antara lain, nya, di antaranya, “Satriya Ratu Pi-
“Kagunan Joged lan Pendidikan”, nandhita”, “Manjing Ajur Ajer”,
“Joged Bonda”, “Langen Wanara “Sangu Tekad Bandha Wani”,
Gagrag Anyar”, “Langendriyan”, “Mangku-Mengku-Hamungkoni”,
“Kritik lan Publikasi Seni”, “Bebra- “Adiluhung”, “Kasampurnan”,
yan ing Kagunan”, dan “Kagunan “Mumpuni”, “Bener Pener”, dan
lan Sandhang Pangan”. Bukan sua- “Sastra Jendra Yuningrat Pangru-
tu kebetulan ia adalah penasihat re- wating Diyu”.
daksi Mekar Sari.. Setahun kemudian (1995), Wis-
Pada tahun 1991 Wisnoe War- no Wardhana menerbitkan buku Ke-
dhana menerbitkan buku yang me- jawen Sumber Pambudi Lestari Ja-
muat sejumlah puisi yang disebutnya tidiri Nusantara. Empat tahun ke-
Puisi Kejawen. Sejumlah puisi yang mudian (1999) ia menulis buku Ba-
dimuat dalam buku ini, antara lain, lada 3 Jaman-Kiblat 5-Sistem 9 In-
berjudul “Sanggar Pamelengan”, dah Masuk Abad 21. Pada tahun
“Semedi”, “Kasuwargan”, “Lelu- 2000 kembali terbit bukunya Peran-
hur”, “Laku Utama”, “Panembah”, an Kebudayaan dalam Wawasan
“Kamulyan”, “Kebecikan”, dan Berkebangsaan dan Revitalisasi
“Kaluwihan”’. Tak lama kemudian dan Fungsionalisasi Kebudayaan
ia menerbitkan buku Puisi Kejawen Adiluhung Nusantara Jawa. Pada
2 yang memuat karyanya, yaitu “Se- tahun 2001 terbit pula bukunya Per-
tya”, “Pasrah”’, “Cipta Wening”, gelaran Agung Wahyu Pandhansi-
“Meleng Cipat”, “Rasa Sejati”, mo Versi-4 Perayaan Pengetan Ju-
“Jatukrama”, “Urip”, “Suci”, dan menengan Sinuhun Hamengku Bu-
“Panalangsa”. wana VII. Pada tahun 2002 ia me-
Kreativitas Wisnoe Wardhana nerbitkan buku berjudul Kunjungan
hampir tidak pernah berhenti. Hal itu di Padhepokan Jawa Ancient Tra-
dibuktikan dengan kembali mener-
436 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ditional School Puser Widya Nu- r.m. yunani prawiranegara


santara Jawa. (1948—2009)
Wisnoe Wardhana juga menulis Pengarang ini lahir di daerah
buku Terapan Agama Budi Tata Bu- Gunung Kendeng, Kabupaten Nga-
di Pekerti Luhur Nusantara Ber- wi, Jawa Timur, pada 6 September
sumber Kejawen Asli (tanpa tahun) 1948. Selain sebagai penggurit, ia
dan Adat Naluri Nusantara Jawa dikenal pula sebagai wartawan se-
Asli Tata Cara Saha Mantra Pang- nior dan redaktur agama harian Su-
rukti Layon (tanpa tahun). Selain itu, rabaya Post. Ia bergabung dengan
ia juga menulis beberapa artikel, di Surabaya Post sejak tahun 1976.
antaranya di tabloid Palang Putih Aktivitas lainnya adalah sebagai pe-
Nusantara. Sejumlah artikel yang merhati masalah kebudayaan. Tulis-
ditulis pada tahun 2001—2002 an- annya berupa esai kebudayaan di-
tara lain berjudul “Revitalisasi dan muat di berbagai media masa seperti
Fungsionalisasi Budaya Adiluhung Panjebar Semangat, Jaya Baya, Su-
Jawa”, “Peranan Kebudayaan dalam rabaya Post, Parikesit, Djaka Lo-
Wawasan Kebangsaan”, “Agama dhang, dan Suara Karya.
dan Adat Nusantara Asli”, “Peranan Hasil karyanya yang berupa gu-
Kebudayaan dalam Wawasan Ber- ritan, antara lain, “Blero” diterbit-
kebangsaan”, “Tembang Putra kan dalam antologi Drona Gugat
Ameng-Ameng”, “Candi Sukuh”, (Bukan Panitia Parade Seni W.R.
“Wayang”, dan “The First Anniver- Supratman, 1995), “Kembang Pra-
sary of the Large International Kin- wan Edelwais” dan “Ing Gumuk Ja-
ship Palang Putih Nusantara-World bal Nur” dimuat dalam antologi Ka-
Whitecross.” bar Saka Bendulmrisi: Kumpulan
Dalam sejumlah karyanya, se- Guritan (PPSJS, 2001), “Rangu”,
lain menggunakan nama Wisnoe War- “Prosesi Kawula Gusti”, dan
dhana, Drs. Wisnoe Wardhana, dan “Ngumbara” dalam Negeri Ba-
Prof. Dr. R.M. Ki Wisnoe Wardha- yang-Bayang (Festival Seni Suraba-
na, guru besar Universitas Negeri ya, 1996), dan “Si Permisi Refor-
Yogyakarta ini juga sesekali meng- masi” dalam Omonga Apa Wae: An-
gunakan nama samaran Wis W., tologi Puisi dan Geguritan (Festival
Kandhabuwana, dan Bayu Kusuma. Cak Durasim, 2000).
Sementara itu, di bidang pedalangan
Wisnoe Wardhana dikenal dengan r.ng. ranggawarsita
sebutan Dhalang Jati Kandhabuwa- Nama kecil R.Ng. Ranggawar-
na Bayu Kusuma, Empu Peksa, dan sita ialah Bagus Burham. Bagus
Panutan Padhepokan Puser Widya Burham dilahirkan pada tanggal 15
Nusantara Jawa. Maret 1802, di kampung Yasadipu-
ran, Surakarta. Memasuki usia 12
tahun, Bagus Burham kemudian di-
masukkan ke pondok pesantren Ge-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 437

bang Tinatar, Tegalsari, Ponorogo. Karya asli R. Ng. Ranggawar-


Di tempat itu, Bagus Burham ber- sita, misalnya Serat Hidayat Jati (2)
guru dan belajar agama Islam pada Serat Mardawalagu, Serat Parama-
Kanjeng Kyai Imam Besari. sastra, Babad Itih, Babon Serat
Pada masa awal belajar di pon- Pustakaraja Purwa, Purwakane
dok pesantren tersebut, Bagus Bur- Serat Pawukon, (7) Rerepen Sekar
ham tidak menunjukkan semangat Tengahan, Sejarah Pari Sawuli, Se-
belajar yang tinggi. Kyai Imam Be- rat Iber-Iber, Uran-Uran Sekar, Wi-
sari banyak menyampakan nasihat- dyapradana, Serat Kalatidha, Jaka
nasihat kepada Bagus Burham. Mu- Lodhang, dan sebagainya.
lai saat itulah Bagus Burham menya-
takan keinsafannya dan mulai bela- rachmadi k. (1932— )
jar dengan sungguh-sungguh. Rachmadi K. (lengkapnya Rach-
Ketika dipandang cukup dalam madi Kustirin) lahir di Kulonprogo,
belajar ilmu agama (Islam) dan ilmu- 29 Oktober 1932. Menamatkan pen-
ilmu lainnya, Bagus Burham diizin- didikan SGA Negeri Yogyakarta ta-
kan untuk meninggalkan Pondok Pe- hun 1945. Kemudian, pada tahun
santren Gebang Tinatar di Ponorogo. 1960, ia melanjutkan ke Jurusan
Pada tahun 1815 Masehi, Bagus Pendidikan Bahasa Jawa IKIP (seka-
Burham mengabdi kepada Sunan rang Universitas) Negeri Yogyakarta
Pakubuwana IV di keraton Kasuna- dan mendapat gelar sarjana muda ta-
nan Surakarta. Ketika Sunan Paku hun 1962. Karier pekerjaan Rach-
Buwana IV digantikan oleh Sunan madi K. dimulai ketika ia menjadi
Paku Buwana V, Bagus Burham di- guru SGB di Bengkalis (1954—
berikan jabatan Abdi Dalem Carik 1958). Sejak menjadi guru ia mulai
Kepatihan dan berganti nama men- menulis cerpen dan puisi. Selanjut-
jadi Rangga Pujangganom. Jabatan nya, dari Bengkalis pindah ke Cire-
tersebut dikukuhkan pada tanggal 28 bon dan mengajar di SGB Negeri II.
Oktober 1819. Tidak lama kemudian, Rachmadi K.
Pada tahun 1851 M, ia diangkat pindah ke Yogyakarta dan mengajar
menjadi Kaliwon Kadipaten Anom di SGB Negeri I. Pada tahun 1960,
dan Pujangga Dalem Surakarta Adi- seiring dengan adanya perubahan
ningrat, dengan nama dan sebutan SGB menjadi SMP, ia menjadi guru
Raden Ngabehi Ranggawarsita. Se- SMP Negeri IV sampai tahun 1968.
bagai seorang pujangga, ia selalu Sejak tahun 1968 Rachmadi K. pin-
kritis terhadap lingkungan masyara- dah lagi ke Grobogan, Jawa Tengah,
katnya dan berani menyampaikan dan mengajar di SPG Negeri Gro-
kritik secara halus (tetapi tajam) me- bogan.
lalui tulisan-tulisannya. Kritik-kritik Guritan karya Rachmadi K. (se-
yang dimunculkan itu dapat dibaca kitar tahun 1957—1959) banyak
dalam karya-karya yang berjudul Se- muncul di majalah Kekasihku, Jaya
rat Kalatidha dan Jaka Lodhang. Baya, Panjebar Semangat, Crita
438 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Cekak, dan Medan Bahasa Basa perlihatkan kesan gambaran jiwa


Jawa. Guritan karyanya ada sekitar pengarang yang radikal dalam mene-
40 buah. Sebagian dapat ditemukan gakkan keadilan.
dalam buku Antologi Puisi Jawa Profesi guru yang digeluti Rach-
Modern 1940-1980 susunan Suri- madi juga berpengaruh pada bebe-
pan Sadi Hutomo, dan sebagian lain rapa karyanya yang berisi nasihat.
terdapat dalam Geguritan: Antologi Lewat guritan “Ngangseg”, misal-
Sajak-Sajak Jawi yang dieditori St. nya, ia mengajak masyarakat agar
Iesmaniasita, yaitu “Aku Melu Nan- tak segan-segan membekali diri de-
dhang”, “Aku Paragane”, “Beba- ngan pendidikan setinggi mungkin.
ra”, “Pangajap”, dan “Panyen- Sementara itu, guritan berjudul “Li-
dhu”. Sedangkan cerkak karya nya wat Saking” berisi kritik terhadap
sering muncul di majalah Crita Ce- kualitas guru yang kurang bermutu.
kak, antara lain, “Lintang Kaiseng- Selain mengkritik guru, ia juga me-
an”, “Rajah Palintanganku” (Crita ngajak anak didik agar selalu giat
Cekak, No. 9), “Warisane Bapak” belajar. Penggurit mengingatkan
(Crita Cekak No. 29), dan “Rerena” bahwa murid membutuhkan guru
(Crita Cekak No. 31). Sementara itu, yang bermutu. Begitu juga sebalik-
puisinya yang ditulis dalam bahasa nya, guru memerlukan murid-murid
Indonesia sering dimuat di Medan yang selalu giat belajar. Rachmadi
Bahasa. Uniknya, sejak sekitar ta- K. juga berkeinginan agar orang se-
hun 1966, pengarang yang tidak lalu bekerja keras, apa pun pekerjaan
pernah menggunakan nama samaran yang ditekuninya. Lewat guritan
ini konon sangat jarang, atau bahkan “Bebara”, ia berkisah tentang kegi-
tidak pernah, menghadiri pertemuan gihan pedagang dalam mencari naf-
sastra. kah. Geguritan tersebut ditulis di
Disimak karya-karyanya, tam- Bengkalis tahun 1957. Sementara
pak bahwa Rachmadi K. tertarik pa- itu, untuk menumbuhkan semangat
da masalah sosial yang berkaitan de- nasionalisme pada generasi muda,
ngan kehidupan sehari-hari. Jeritan ditulislah guritan “Pawai” (Jaya
hati tentang telantarnya fakir miskin Baya, No. 12, tahun 1957).
dan yatim piatu di zaman kemerde-
kaan, misalnya, dilukiskan dalam gu- ragil suwarna pragolapati
ritan “Aku Melu Nandhang”. Se- (1948—1990)
mentara itu, kritik terhadap orang Nama aslinya (kecilnya) Warna.
tua yang gagal dalam membina per- Bungsu dari enam bersaudara (3 pria,
kawinan diungkap dalam “Aku Pa- 3 wanita) anak petani (Ki Wangsa
ragane”. Sedangkan guritan “Pa- Wijaya Karsan) di tepi Telaga Sela-
nyendhu” berisi protes terhadap pe- rama, kaki Gunung Muria, ini lahir
masungan kreativitas para penga- di Selareja, Gembong, Pati, Jawa Te-
rang. Kritik pedas yang tersamar da- ngah, pada 22 Januari 1948. Pada
lam guritan “Panyendhu” mem- September 1959, Warna khitan. Se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 439

telah sembuh, ia diboyong kakaknya, ngung dan bengong. “Kuberi tam-


Sukri, ke kota Cepu, dan disekolah- bahan Ragil. Mau, kan?” desak Pak
kan di SR Negeri 1 (1959—1960). Yitno. Dia mengangguk. Nama Ra-
Pada Juni 1960, ia dinyatakan lulus gil dia terima, sehingga menjadi Ra-
dengan nilai tertinggi seluruh kota gil Suwarna. Tetapi ia berpesan, mo-
Cepu. Ketika itu ia dipanggil kepala hon jangan ditulis dulu dalam ijazah.
sekolah dan diberi hadiah spesial. Ia Pada tahun 1966, Suwarna lulus
diberi nama baru di rapornya: Su- SMA, lalu hijrah ke Yogyakarta pa-
warna. da 6 Desember 1966. Ia menempuh
Apakah Warna memang pintar? tes masuk empat fakultas (Hukum
Waktu itu, setiap masuk SMP selalu dan Ekonomi UGM di Yogyakarta,
diadakan ujian tulis dan diberi serti- Hukum dan Ekonomi UGM di Ma-
fikat. Ia mencoba membuktikan diri gelang). Ia diterima pada keempat-
pintar atau tidak. Ujian masuk Ta- nya. Tetapi, akhirnya ia memilih ku-
man Dewasa (SMP Tamansiswa) liah di Fakultas Ekonomi UGM Yog-
Cepu ditempuhnya, nilainya dalam yakarta (1967—1971). Sayang, ti-
sertifikat 9-8-9-8 (34). Ujian masuk dak diselesaikannya.
SMP Katolik nilainya dalam sertifi- Hobi mengarang dirintis di Pati
kat 9-8-9 (26). Uji coba itu memer- (1963—1966), meledak maksimal di
lukan proses sepanjang Juni 1960. Yogyakarta (1967—1971). Dalam
SMP Negeri Cepu dan Blora tidak aksi-aksi protes, ia sering ditugasi
dimasukinya. Sebab, ia ingin pulang baca puisi. Menggugat Mashuri,
ke Pati. Di Pati, ia terlambat 24 jam Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
masuk SMP Negeri 1 dan 2. Akhir- (1968). Memprotes Pemda Yogyakar-
nya, ia diterima di kelas 1-C SMP ta untuk kasus judi (1968—1970).
Negeri Cabang, sebuah SMP yang Menggugat manipulasi dan korupsi
baru lahir. (1970—1971). Aksi menolak komo-
Warna murid angkatan pertama ditas Jepang (1971—1974). Aksi
SMP itu. Pada 1960—1961, masih menggugat SPP (1971—1972). Aksi
menjadi satu gedung dengan SPG be- memprotes Golkarisasi (1970—
kas SGB dulu. Pada 1961 ia dan ka- 1972). Aksi menolak televisi warna
wan-kawannya diboyong ke Marga- (1971—1973). Protes pembreidelan
mukti di Godi, dan SMP-nya me- pers (1977—1978). Studinya kacau.
nempati gedung rusak, bekas rumah Kopkamtib menyeret ke penjara tan-
penampungan kere-kere yang dike- pa lewat pengadilan (1945 jam di
lola Dinas Sosial. Ia jadi bintang uji- Yogyakarta dan Semarang, 20 Sep-
an, Juni 1963, lulusan tiga besar: Su- tember—12 Desember 1970). Pu-
ris, Suwarna, Sudarji. Kepala Seko- lang dari sel penjara, ia dipecat dari
lah, Yitno Sudarso, menyodori ija- Fakultas Ekonomi UGM. Akhirnya
zah, kolom namanya kosong. “War- mandiri, menjadi pengarang profe-
na, ayo, lengkapi namamu dalam ija- sional sejak 22 Januari 1972.
zah. Mau tambah nama apa?” Ia bi-
440 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sebagai penyair, debutnya di- lapatria, Ragil Suwarna, Kunthi Ku-


mulai 1967. Ia menjadi juara sayem- sumawaty, Suwarna Pragolapatria,
bara menulis puisi Chairil Anwar dan lain-lain. Nama Ragil Suwarna
yang diselenggarakan oleh Pelopor Pragolapati (RSP) dipakai sejak 2
Yogya. Setelah itu, puisinya segera Januari 1972. Ia menambahkan na-
bermunculan di Pelopor Yogya, ma bumi kelahirannya: Pragolapati.
Mercu Suar, Suluh Marhaen, Basis, Tahun 1971 RSP ingin kembali
Horison (1967—1968). Pada 1968, ke UGM. Ia mendaftarkan ke Filsa-
juara menulis artikel Suluh Remaja, fat, Sastra Indonesia, dan Sastra Nu-
juara nasional lomba puisi majalah santara. Saat itu Emha Ainun Nadjib
Varia, pada 1969 juara nasional me- pun mendaftar ke Fakultas Ekonomi
nulis esai majalah Caraka, dan se- UGM. RSP diterima pada semua pi-
bagainya. lihannya dan ia memilih Sastra Indo-
Umbu Landu Paranggi, redaktur nesia. Habis bayar SPP, ia kecewa
Pelopor Yogya, sejak 1968 menyeru dan mogok kuliah karena kurikulum
kepada para penulis untuk berga- dan kompisisi dosennya tidak krea-
bung dalam studiklub sastra man- tif-apresiatif.
diri. Seruan itu disambut Teguh Ra- PSK berkembang pesat. Selama
nusastra Asmara dan Ragil Suwar- 1967—1977 menampung 1.555-an
na. Akhirnya, di Malioboro 175-Atas, kader sastra. RSP terlambat diwisu-
Rabu Pahing, 15.00—18.00, 5 Ma- da sebagai penyair, baru pada 31 De-
ret 1969, Persada Studi Klub (PSK) sember 1969 masuk Sabana, kode
berdiri. Pendirinya Umbu Landu Pa- nomor PSK-2. Hanya generasi PSK
ranggi, Teguh Ranusastra Asmara, tahun 1969 yang diberi nomor induk
Ragil Suwarna, Iman Budhi Santo- oleh Umbu Landu Paranggi. RSP
sa, Soeparno S. Adhy, Sugianto Su- menghidupi PSK 1967—1977 ter-
gito, Mugiyono Gitowarsono. Maka, utama dalam aksi diskusi, wisata-
PSK tumbuh pesat, menjadi ajang sastra, lomba, sarasehan, pentas, dan
apresiasi-kresasi-kompetisi penyar- sejenisnya. Di samping itu, di PSK,
pengarang muda dalam sejarah sas- RSP juga sibuk mengelola Sanggar
tra (1969—1977). Sastra Pragolapati di Suryaputran
Suwarna mewarisi darah seni (1975—1976).
budaya dari kakeknya, Ki Sujiya, se- RSP tidak hanya menulis dalam
orang seniman karawitan. Juga bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa
ayahnya, Ki Karsan, yang di Telaga Jawa, baik prosa maupun puisi. Kar-
Selarama tersohor sebagai empu ya-karnya dalam bahasa Jawa, mi-
primbon plus kejawen, memberinya salnya, novel Titising Kadurakan
warisan cinta epika-legenda-fiksi le- (1975), Keglandhang Wirang
wat sastra lisan. Maka, Ragil Suwar- (1976), dan sebagainya. Di samping
na mengoptimalisasikan kiprah ke- itu, ia juga sangat produktif menulis
pengarangannya (1967—1971) de- guritan dan dimuat di berbagai me-
ngan banyak nama: Aquaria Prago- dia seperti Mekar Sari, Jaya Baya,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 441

dan Panjebar Semangat. Karya-kar- kekuatan apabila rajah itu dirapal-


ya puisinya memiliki ciri khas, yaitu kan/diucapkan. Rajah Kalacakra
panjang dan berbentuk prosa liris. menurut cerita ditulis oleh Batara
Pada hari Senin, 15 Oktober Guru pada wajah Bathara Kala.
1990, Ragil Suwarna Pragolapati ra-
ib ketika sedang memandu peserta rara soedarmin
olah yoga-sastra di Pantai Selatan Seperti halnya pengarang prake-
Yogyakarta. Tidak ada yang tahu merdekaan lain yang menulis di ma-
pasti apa yang terjadi pada dirinya. jalah Kajawen waktu itu, identitas
Ia meninggalkan seorang istri (Me- Rara Soedarmin pun amat minim,
nik Sugiyah) yang dinikahi pada 1975 bahkan tak ada sama sekali. Seperti
dan dua anak (Pranashakti Khudiis- kebanyakan pengarang wanita wak-
wara dan Pranabuwani Khudiiswa- tu itu, ia hanya menulis sekali di ma-
ri). jalah Boedi Oetomo berupa cerpen
berjudul “Rasa Adil” (Kajawen, 6
rajah Juli 1942). Cerpen ini mengangkat
Rajah adalah ungkapan yang di- masalah keadilan bagi hak anak ga-
anggap memiliki daya kekuatan ma- dis di hadapan laki-laki.
gis atau gaib. Rajah ditulis pada ker- Pada tahun yang sama (1942),
tas atau barang yang tipis atau di- dan dalam majalah yang sama pula,
sampaikan dalam bentuk gambar. Is- ia muncul sekali lagi, tetapi tulisan-
tilah japa, mantra, donga, dan aji-aji nya berupa artikel dan dimuat dalam
mempunyai arti yang hampir sama. rubrik “Jagading Wanita”. Namun,
Bunyi atau ungkapan dari japa, man- seperti pada umumnya tradisi maja-
tra, sidikara, dan rajah itu disebut lah berbahasa Jawa pada waktu itu,
rapal. Salah satu contoh rajah ada- baik Kajawen, Penjebar Semangat,
lah Donga Balik atau Rajah Kala- maupun Pusaka Surakarta, rubrik
cakra yanng bunyi rapalnya seperti wanita itu pun lebih banyak didomi-
berikut. nasi oleh penulis pria yang menggu-
nakan nama samaran.
Ya maraja, jaramaya
Menurut Hutomo (1978) dan Ras
ya marani niramaya
(1979), nama-nama penulis wanita
ya silapa palasiya
dalam rubrik “Jagading Wanita” itu
ya midara radamiya
sangat dimungkinkan adalah nama-
ya midosa sadomiya
nama para anggota redaksi yang se-
Ya dayuda dayudaya
ngaja menulis dengan nama samaran
ya siyaca cayasiya
wanita dengan tujuan untuk menarik
ya sihama mahasiya
perhatian para wanita agar menulis
Contoh rajah di atas tidak me- di majalah tersebut.
miliki arti, tetapi bunyi rapal itu oleh
pemakainya dianggap memiliki daya
magis dan dipercaya menjadi daya
442 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ratih retno hartati (1962—) retorika


Ratih Retno Hartati lahir pada Istilah ini merupakan serapan
25 Maret 1962, di Kediri, Jawa Ti- dari bahasa Inggris rhetoric, atau ba-
mur. Ia menyelesaikan pendidikan hasa Prancis rhetorique, bahasa Be-
formalnya di IKIP Surabaya, Jurus- landa rhetorika. Istilah ini mempu-
an Bahasa dan Sastra Jawa. Bebe- nyai tiga arti, yaitu (1) keterampilan
rapa karyanya yang terbit dalam ba- seseorang dalam pemakaian bahasa
hasa Jawa biasanya dalam bentuk yang efektif, (2) studi tentang pema-
cerkak di majalah Jaya Baya dan kaian bahasa secara efektif dalam
Kethinthang. karang-mengarang, dan (3) kadang-
Ratih Retno Hartati lahir dari ke- kadang berkonotasi dengan bahasa
luarga yang senang membaca ba- yang “melangit”, yang sering tidak
caan berbahasa Jawa. Sejak SD hing- jujur dan penuh kata-kata muluk.
ga SPG, majalah Jaya Baya dan Pa- Retorika dalam sastra berarti pe-
njebar Semangat sudah menjadi ba- ngertian (1) dan (2). Kedua penger-
gian dari kehidupannya. Oleh karena tian itu tidak hanya digunakan dalam
itu, kecintaannya pada bahasa dan ilmu sastra, tetapi juga dalam ilmu
sastra Jawa pun mulai terpupuk. La- kebahasaan, seperti dalam situasi
ma-kelamaan, cintanya itu diwujud- khusus, misalnya sambutan resmi,
kan dalam bentuk studi di IKIP Su- pidato pembukaan sidang, keputus-
rabaya dengan mengambil jurusan an, dan atau acara-acara khusus lain-
bahasa Jawa. Bahkan, ketika ia su- nya. Dalam sastra, retorika terlihat
dah menjadi mahasiswa di perguruan dalam bahasa pengarang ketika me-
tinggi itu, semangatnya untuk ber- maparkan gagasan atau pikirannya
kiprah dalam dunia sastra Jawa kian secara tepat dengan tujuan untuk
berkobar. Ia bersama Ary Suharno, meyakinkan gagasannya kepada
Teguh Widodo, dan Triyono mener- pembaca.
bitkan buletin Kethinthang. Majalah
mahasiswa tersebut memuat cerkak, rita nuryanti (1969— )
guritan, dan esai karya para maha- Rita Nuryanti dikenal dengan na-
siswa jurusan Bahasa dan Sastra Ja- ma samaran Kenya Giri Seta, lahir
wa. di Klaten, 31 Maret 1969. Ia anak
Ratih Retno Hartati sekarang be- pertama dari empat bersaudara.
kerja di almamaternya, sebagai do- Ayahnya bernama Sunu Hardiyanto,
sen IKIP (sekarang Universitas) Ne- seorang guru yang tinggal di Ma-
geri Surbaya. Di tengah kesibukan- nisrengga, Klaten. Sementara ibunya
nya mengajar, ia masih menyempat- bekerja sebagai pedagang di pasar.
kan diri menulis dan menyelengga- Sebagai guru, ayahnya berharap
rakan atau menghadiri berbagai per- agar putri sulungnya itu bisa menjadi
temuan sastra Jawa di berbagai tem- guru pula. Maka, tamat SMP, ia
pat. disekolahkan di SPG. Bahkan, seta-
mat SPG (1988), ia dikuliahkan di
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 443

Jurusan Bahasa Jawa, FPBS, IKIP perjuangan Kepurun, Manisrengga,


Negeri Yogyakarta (sekarang UNY), Klaten. Ia mendapat penghargaan
lulus tahun 1993. sebagai penulis terbaik. Ketika ku-
Sejak 1997 Rita bekerja sebagai liah di IKIP, ia mulai berkenalan de-
guru bahasa Jawa di SMP 3, Sema- ngan mata kuliah ekspresi tulis. Mu-
nu, Gunungkidul. Di tempat kerja lai saat itu, ia berani menulis di me-
inilah, Rita berkenalan dengan pria dia massa dan dimuat. Berkat crita
teman kerja satu instansi, kemudian cekak-nya “Gething Nyandhing” di-
dilanjutkan ke pelaminan pada 16 muat di Djaka Lodang kepercayaan
Januari 2000. Dari perkawinan ini, dirinya sebagai penulis semakin be-
tepatnya pada 28 Oktober 2001, Rita sar. Pada tahun 1992 ia mengikuti lo-
melahirkan seorang putri cantik yang kakarya penulisan cerkak dan gu-
diberi nama Rindhawara Annisa ritan yang diselenggarakan Balai
Puspandari. Sekarang, bersama Bahasa Yogyakarta. Dalam kesem-
anak dan suami ia tinggal di Peru- patan itu ia berkenalan dengan ba-
mahan Puri Handayani Blok C-6, nyak pengarang. Perkenalannya de-
Ledoksari, Kepek, Wonosari, Gu- ngan Krisna Mihardja, A.Y. Suhar-
nungkidul, Yogyakarta. yono, Turio Ragilputra, dan Mu-
Sebelum menjadi guru, Rita per- hammad Yamin membuat ia semakin
nah bekerja sebagai wartawan lepas, percaya diri. Mulai saat itu ia aktif
sebagai reporter Djaka Lodang, dan di Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
kemudian redaktur Pagagan. Seba- (SSJY). Di sanggar inilah kreativitas
gai wartawan, ia menulis di beberapa kepengarangannya terasah. Ketika
majalah seperti Djaka Lodang, Pa- Jawa Anyar mengadakan lomba pe-
njebar Semangat, Mekar Sari, dan nulisan cerkak, Rita menyabet juara
Warta Guru (media berbahasa Indo- tiga. Ketika teman-temannya ma-
nesia). Semua itu dapat dilakukan gang menjadi guru honorer, Rita ti-
berkat kerja keras dan ketekunannya. dak tertarik. Ia lebih senang menulis
Sejak kecil, Rita gemar membaca. karena honor menulis lebih banyak
Ketika masih di SD, ayahnya sering daripda honor guru. Apalagi setelah
membawakan majalah Kuncung. cerbungnya (16 seri) yang berjudul
Hal itulah yang menyebabkan Rita “Slilit” dimuat di Djaka Lodang.
gemar membaca. Apalagi, di seko- Karya Rita beraneka, seperti cer-
lah, ia diserahi tugas mengelola per- kak, cerbung, guritan, dan artikel.
pustakaan. Kegemaran membaca Karya yang menurutnya monumen-
terus berlanjut hingga SMP dan tal adalah cerkak-nya yang berjudul
SPG. Di SMP ia termasuk peminjam “Tobat” (dimuat Pagagan), “Ge-
buku perpustakaan terbanyak. thing Nyandhing” dan “Slingkuh”
Bahkan, ia juga pengkliping yang ra- (dimuat Djaka Lodang). Sementara
jin. cerkak-nya yang berjudul “Semar”
Ketika masih di SPG ia pernah menjadi juara harapan pada lomba
menulis laporan tentang monumen penulisan cerkak yang diselenggara-
444 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kan oleh Sanggar Sastra Jawa Yog- roeswardijatmo (1948)


yakarta. Di samping itu, karyanya Roeswardijatmo Hardjosoekarto
dalam bahasa Indonesia juga pernah dilahirkan di Surakarta pada 29
menjadi nominator pada lomba pe- Maret 1948. Ia bersama keluarganya
nulisan cerpen di majalah Citra Yog- tinggal di Munggung I/5, Gilingan,
yakarta. Surakarta. Ia mengawali pendidikan-
Karya-karya Rita yang masuk nya di SD Kristen Nusukan Sura-
dalam antologi, antara lain, berjudul karta, lulus tahun 1961, dan melan-
“Ilat” (Pangilon), “Nggon Teles” jutkan ke SMP Negeri 3, Surakarta,
(Pesta Emas Sastra Jawa), “Lurah” lulus tahun 1964. Pada tahun 1967,
(Pemilihan Lurah), dan “Jeneng” ia menyelesaikan sekolahnya di SMU
(Pisungsung). Guritannya berjudul Negeri 4 Surakarta. Selepas SMU ia
“Warana”, “Marang Angin”, dan berkeinginan menjadi guru dan akhir-
“Selokan Mataram” dimuat dalam nya masuk PGSLP Surakarta dan
antologi Rembuyung. Beberapa tu- lulus tahun 1968. Selanjutnya nasib
lisan Rita yang berbahasa Indonesia baik ada pada Roeswardijatmo ka-
dimuat di Warta Guru. Tulisan-tu- rena lulus dari PGSLP ia langsung
lisan itu umumnya berupa karya il- diterima menjadi guru di SKP Wono-
miah popular, misalnya yang berju- giri. Di samping mengajar ia melan-
dul “Trafic Light Sastra Jawa Mem- jutkan kuliah di IKIP Surakarta dan
bingungkan”, “Proses Kreatif Cipta lulus tahun 1980. Setelah itu, ia di-
Geguritan”, “Solilokui Guru Bahasa angkat menjadi guru tetap di SLTP
dan Sastra Jawa”, dan “Bengkel Sas- Negeri 3 Wonogiri. Selain menjadi
tra Jawa: Gayung Bersambutlah de- guru tetap, ia juga menjadi guru ti-
ngan KBK?” dak tetap beberapa SLTP di Wono-
Rita berpandangan bahwa biar- giri.
lah sastra Jawa mengalir apa ada- Dalam perjalanan kariernya me-
nya. Bagi dia yang terpenting tetap masuki dunia sastra, sejak tahun
berkarya karena masih ada majalah 1971 Roeswardijatmo tercatat men-
Jawa yang terbit, masih ada media jadi pemimpin redaksi majalah Di-
elektronika yang peduli, dan masih namik terbitan Forum Peminat Sas-
ada lembaga yang peduli pada sastra tra Wonogiri. Pada tahun 1972, ia
Jawa. Dalam hal kritik sastra, menu- bersama Arswendo Atmowiloto, Wok
rut Rita, kritik itu masih sangat per- Siswaka, dan Ardian Syamsudin me-
lu. Sebab, dengan adanya kritik, kar- ngadakan pameran cerita pendek dan
ya akan semakin baik dan berkem- puisi dinding di Sasana Mulya Ba-
bang. Sementara ide dan proses luwarti, Surakarta. Selain itu, ia di-
kreatif bisa diperoleh dari banyak percaya menjadi pengasuh tetap di
membaca. Dengan banyak memba- ruang sastra radio Siaran Pemerintah
ca, menurut Rita, jiwa akan tergesek, Daerah Tingkat II Wonogiri (1972-
lalu muncullah ide. 1985). Pada tahun 1976, ia mengi-
kuti pameran gabungan antara sastra
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 445

dan seni rupa di Wonogiri. Pada ta- Sebagai pengarang Jawa, Roes-
hun 1983, berkat keterlibatannya wardijatmo tidak hanya menulis gu-
dalam memajukan dunia seni, ia ke- ritan, tetapi juga menulis cerkak. Se-
mudian dipercaya menjadi Ketua II lama ini karya-karyanya (cerkak)
Forum Komunikasi Perkumpulan banyak dimuat di berbagai media, di
Seni Wonogiri. Demikian juga kater- antaranya, “Kapundhut Bali” (Pa-
libatannya dalam dunia sastra Jawa njebar Semangat No. 5, 2 Februari
menjadikan ia diangkat menjadi se- 1974), “Tlatah Cengkar” (Panjebar
kretaris Organisasi Pengarang Sas- Semangat No. 8, 1 Maret 1974), “Ba-
tra Jawa (OPSJ) Komisariat Jawa len” (Panjebar Semangat No. 20,
Tengah (1982-1990-an). Selanjut- 11 Mei 1974), “Ketrucut” (Dharma
nya, selama 4 tahun berturut-turut Nyata, Minggu V Maret 1976), “Da-
(1985-1988), sebagai upaya mening- lan” (Dharma Kandha, Minggu IV,
katkan kreativitas anak, ia bekerja Agustus 1974), dan “Anak Lanang”
sama dengan FKPBN dan Depdik- (Pustaka Candra, Edisi 7, tahun
bud Wonogiri mengadakan Lomba 1971). Sementara itu, cerpen “Ka-
Cipta Puisi Indonesia dan Puisi Jawa pundhut Bali” masuk dalam buku
untuk siswa SLTP se-Kabupaten Bunga Rampai Sastra Jawa Muta-
Wonogiri dan sekitarnya. khir (Ras, 1985). Sedangkan bebe-
Roeswardijatmo mengaku bah- rapa guritan-nya dimuat dalam
wa dalam perjalanan hidupnya ia Lingtang-Lingtang Abyor (Fakultas
belum menemukan rasa ketente- Sastra Budaya Undip, Semarang), di
raman. Untuk mengobati keresahan antaranya “Museum Radya Pusta-
hatinya, ia banyak menulis puisi ka”, “Album”, “Tanah Kelairan”,
yang bernafaskan ketuhanan. De- “Swara”, dan “Gloria In Exelsis
ngan mencipta puisi religius paling Deo”. Dalam antologi terbitan Ben-
tidak akan memberikan rasa tente- tara Budaya Surakarta, guritan
ram di hatinya. Dalam kata pengan- Roeswardijatmo di antaranya berju-
tar antologi guritan yang dibacanya dul “Obsesi”, “Hyang Kang Tanpa
di Bentara Budaya Yogyakarta pada Una”, “Kubur”, “Pangurbanan”,
16 September 1983, ia mengemuka- dan “Kapinteran”.
kan tentang proses kreatifnya dalam Di dalam karya-karyanya tam-
menciptakan karya sastra. Bahwa sa- pak bahwa Roeswardijatmo menco-
lah satu penyebab lahirnya sebuah ba mengangkat pengalaman hidup
puisi ialah karena adanya desakan yang konkret dan menyeluruh. Me-
yang menggebu dan tak tertahankan nurutnya, karyanya itu merupakan
lagi. Untuk itu, berpuisi sebenarnya transformasi dari pengalaman hi-
sama dengan bertelanjang diri di de- dupnya sehari-hari. Karyanya ada-
pan cermin. Penyair perlu dan harus lah totalitas dari perenungan yang
jujur. Untuk menjadi jujur, ia harus dalam tentang kehidupan. Hal itu ter-
menyatakan diri apa adanya. lihat dalam puisinya yang berkaitan
dengan masalah ketuhanan (religi),
446 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yaitu “Hyang Kang tanpa Ana”, gan, dan Jaya Baya). Beberapa gu-
“Wuru, Ing Aku lan Kowé”, “Ob- ritan karyanya, antara lain, masuk
sèsi”, “Pangurbanan”, “Pesisir Pa- dalam antologi Pisungsung: Anto-
citan”, dan lain sebagainya. Puisi- logi Geguritan lan Cerkak (Pustaka
nya yang berkaitan dengan masalah Pelajar, 1997). Penggurit yang juga
moral, di antaranya, “Sabar”, “Bu- belajar kejawen ini bertempat tinggal
ta-Buta Galak”, dan “Ngawut”. Hal di Jetis, Tirtomulyo, Kretek, Bantul,
serupa tampak pula dalam “Layang Yogyakarta 55772.
Kekancingan”, “Pepéling II”, dan
“Kapinteran”. roman
Puisi-puisi Roeswardijatmo Roman sering diacu kepada no-
Hardjosoekarta berjudul “Gloria in vel. Artinya, dalam pengertian seba-
Exelsis Deo” yang dimuat dalam gian pengamat sastra istilah roman
Lintang-Lintang Abyor, antara lain itu disamakan dengan novel. Misal-
pernah dibahas oleh Subalidinata nya, Azab dan Sengsara karya Me-
dalam Sajak-Sajak Jawa Gagrak rari Siregar dan Siti Nurbaya karya
Anyar berdasarkan unsur religinya. Marah Rusli yang memiliki kriteria
Sedangkan dalam buku Struktur roman itu disamakan dengan Be-
Puisi Jawa Modern, Sutadi Wiryat- lenggu karya Armijn Pane. Memang
maja dkk. juga membahas puisi kar- hal itu benar bila hanya dilihat dari
yanya yang berjudul “Swara”, “Glo- bentuknya sebagai fiksi yang pan-
ria in Exelsis Deo”, “Tanah Ke- jang. Namun, dari sudut kualitas an-
lairan”, “Museum Radya Pustaka” tara roman dan novel terdapat perbe-
dan “Gending Dolanan”. daan yang prinsipial. Menurut H.B.
Jasin, roman adalah kisah seorang
rohadi ienarto (1972— ) tokoh dari buaian sampai liang ku-
Rohadi Ienarto lahir di Bantul, bur atau mati, dengan bermacam ma-
Yogyakarta, pada 10 April 1972. salah dalam kehidupannya. Adapun
Pendidikan terakhirnya Fakultas novel, hanya mengedepankan satu
Hukum, Universitas Janabadra, episode cerita, memusat pada satu
Yogyakarta. Sejak kelas 3 SMU ia masalah yang selanjutnya merun-
telah rajin menulis dan berteater. Pa- cing, dan seringkali berakhir dengan
da tahun 1991 bergabung dan aktif mengejutkan (surprise ending). Ro-
di Sanggar Studi Sastra dan Teater man juga ditemukan dalam sastra Ja-
“Sila”. Tidak puas dengan itu, pada wa, khususnya karya-karya yang ter-
tahun 1993, ia mendirikan Kelom- bit dalam bentuk buku pada tahun
pok Studi Sastra Bantul, Yogyakar- 1960-an, misalnya Grombolan Ga-
ta, walaupun akhirnya vakum. Kar- gak Mataram karya Any Asmara,
ya-karyanya, terutama guritan, telah dan sebagainya.
tersebar ke berbagai media massa
berbahasa Jawa (Mekar Sari, Djaka
Lodang, Panjebar Semangat, Paga-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 447

rumpakan aja rengu


Rumpakan merupakan syair muga-muga adoh ing panyen-
atau cakepan yang biasanya dilagu- dhu
kan secara bersama (koor), tetapi ti- bang-bang wetab suruping
dak termasuk ragam sindhenan atau surya
gerongan. Ragam ini sering juga di- ing wengi bangun tan kendhat
sebut rerenggan, jenis gendhing ga- angayun-ayun
rap rinengga atau rinumpaka. Ca-
Seperti tampak dalam kutipan di
kepan rumpakan memang sengaja
atas, di dalam cakepan rumpakan
dibuat agar sajian gending yang ber-
sangkutan menjadi lebih menarik ka- terdapat kata (dalam contoh bebe-
rapa kata yang berhuruf tebal) yang
rena suasana dan irama yang tercitra
secara referensial menunjuk nama
menjadi bersemangat. Misalnya, un-
gendingnya. Akan tetapi, hal ini tidak
tuk Ladrang Ayun-Ayun Pelog Pa-
thet Nem, jika dirumpaka, untuk wi- berarti bahwa semua cakepan rum-
pakan mengandung aspek referensial
rama setunggal ‘irama satu’ meng-
semacam itu. Berikut ini contoh lain.
gunakan cakepan rumpakan berikut
ini. RUMPAKAN LADRANG
Ayun-ayun tansah gawe gumun ASMARADANA
Lamun guyub rukunakeh kang Laras Pelog Pathet Barang
kangyuyun (untuk wirama setunggal)
dadi srana iku mrih rahayu
Ganda arum cahyane angengu-
nyawiji ing panemu
wung
condhonging kalbu
cundhuk kembang menur
Sementra itu, untuk wirama tiga kalung sekar melathi
‘irama tiga’ digunakan cakepan rum- bregas kaya pinulas
pakan berikut ini. pindha golek kencana
Tansah ngayun-ayun kayungyun tembene kang amulat
temah nandhang wulangan temah dana asmara
marmane nyata mendah baya
tansah besus macak angadi rûpaka
sarira Istilah rûpaka berasal dari ba-
angadi busana karana hasa Sanskreta. Istilah itu digunakan
amung sira pindha mustika dalam bahasa Jawa Kuna, khusus-
eseme nimas maweh welas asih nya dalam puisi Jawa Kuna (kaka-
murih aja anandhang kaswasih win). Dalam kakawin, rûpaka tetap
mara age prayogane tumuli memiliki arti yang sama dengan yang
gambuh rasane digunakan dalam bahasa aslinya
kang ana tambuhana kang ora (Sanskreta). Adapun rûpaka mak-
ana takonana sudnya adalah bentuk, wujud, peng-
mrih condhonging kalbu mrih gambaran, kemiripan, citra, figur;
448 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

metafora, perbandingan). Berikut


contoh rûpaka.
Atisã ghra mangkin aruhur ta
sira,
rikanang gunung udaya runggu
katon,
maharep tumona hayu ning
nagara,
ya ta matang nyan unggu
rikanan (ng) udaya.
Bulan pun amat cepat meninggi
terlihat seakan-akan bertengger
di puncak gunung
barangkali ingin menyaksikan
keindahan kota
itulah sebabnya ia mengambang
di puncak gunung.

rura-basa
Rura-basa adalah bahasa yang
rusak (yang sudah lama salah) se-
hingga tidak dapat dibetulkan lagi.
Jika bahasa yang sudah rusak itu di-
paksakan pembetulannya akan men-
jadi bahasa yang tidak biasa/umum/
aneh dan merupakan bahasa yang
sudah tidak biasa dipergunakan oleh
pengguna bahasa. Meskipun betul ji-
ka tidak biasa akan dianggap salah.
Contoh:
Adang thiwul ‘menanak nasi ti-
wul’,
mestinya menanak tepung ga-
plek untuk dibuat tiwul.
Ngenam klasa ‘menganyam ti-
kar’,
mestinya menganyam daun pan-
dan atau mendhong untuk mem-
buat tikar.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 449

s
s. diarwanti (1951—) S. Diarwanti bekerja sebagai pega-
Penyair (penggurit) kelahiran wai Kanwil Depdikbud Provinsi Ja-
Semarang, 31 Maret 1951, ini me- wa Tengah. Di Surabaya kini ia be-
miliki nama asli Titik Indri Suwari. kerja di Bagian Kepegawaian Kantor
Meski begitu, ia lebih akrab dan le- Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Ti-
bih senang dipanggil nama samaran- mur.
nya: S. Diarwanti atau Deborah In- Berkat bimbingan ayahnya dan
dri Soewari. Ia menulis guritan sejak kegemarannya membaca, Diarwanti
masih duduk di bangku SMA 1 Se- berkembang menjadi seorang penu-
marang (1969). Beberapa karya lis. Tulisan-tulisannya muncul di ma-
awalnya dimuat di majalah dinding jalah Panjebar Semangat. Tekadnya
sekolah dan sebagian dikirimkan ke menulis dalam bahasa Jawa dilatar-
radio untuk dibacakan. Pengarang pe- belakangi keinginannya nguri-uri
rempuan ini lahir sebagai anak per- dan mengembangkan kehidupan sas-
tama dari tiga bersaudara pasangan tra Jawa. Meskipun begitu, ia sem-
Moh. Sarpin (asal Nganjuk, bekerja pat “beristirahat” cukup lama dalam
di Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa kegiatan tulis-menulis dan baru mu-
Tengah) dan Kasyatin (asal Pacitan, lai lagi tahun 2000; terbukti antologi
bekerja sebagai pegawai UNDIP Se- guritan-nya Kidung Tresna diterbit-
marang). Ia menikah dengan Dody kan oleh Swamedia, Mojokerto
Widjayadi (wiraswasta) pada tahun (2001), yang kemudian dicetak ulang
1987 dan dikaruniai dua orang putra: oleh Pringgondani Offset (2002). Be-
Yoggie Mahendra (lahir 1988) dan berapa guritannya dimuat dalam an-
Riggie Mahendra (lahir 1991). tologi bersama, seperti Kabar Saka
Pendidikan formal yang telah Bendulmrisi: Kumpulan Guritan
ditempuhnya: SD St. Antonius (PPSJS, 2001) dan Omonga Apa
(1957—1963), SMP St. Yoris Wae: Antologi Puisi dan Geguritan
(1963—1966), SMA Negeri 1 (Taman Budaya Surabaya, 2000). Di
(1966—1969), Akubank Institut In- samping menulis guritan, ia pun me-
donesia (1970—1973), Seni Rupa nulis cerkak, antara lain “Baline Ka-
IKIP (1974—1975), dan Fakultas tresnan Kang Ilang” (Panjebar Se-
Hukum Untag (1977—1978). Gelar mangat, 1972), “Calon Sisihan”
sarjana diperoleh dari Jurusan Ad- (Panjebar Semangat, 1973), “Gara-
ministrasi Negara Universitas Dr. gara” (Panjebar Semangat, 1973),
Soetomo Surabaya tahun 1988. Pro- dan “Sisihanku” (Panjebar Sema-
gram S-2 ditempuh di Universitas 17 ngat, 1973).
Agustus Surabaya dan lulus tahun
1998. Sebelum pindah ke Surabaya,
450 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

s.k. trimoerti (1912—) daripada pendidikan. Ia pernah men-


Nama lengkapnya Surastri dapat hadiah uang dari Penjebar Se-
Karma Trimurti, tetapi lebih dikenal mangat, tidak lama setelah ia keluar
dengan nama S.K. Trimurti (kadang- dari penjara. Uang hadiah itu diman-
kadang ditulis S.K Trimurty). Ia la- faatkan untuk mendirikan majalah
hir di Boyolali, Jawa Tengah, pada Suluh Kita (berbahasa Indonesia)
11 Mei 1912. Pada masa perjuang- walaupun majalah tersebut tidak da-
an, pengarang yang dikenal juga se- pat bertahan lama. Kecintaannya pa-
bagai politikus ini pernah menikah de- da dunia pers berlanjut di masa ke-
ngan Mohammad Ibnu Sayuti (Sa- merdekaan, dan hal itu terlihat pada
yuti Melik), seorang tokoh pergerak- aktivitasnya di majalah Mawas Diri
an nasional. Akan tetapi, karena di (1980) di Jakarta.
zaman kemerdekaan keduanya ber- Pada peringatan Hari Kemerde-
beda ideologi, mereka memilih ber- kaan Republik Indonesia ke-16, S.K.
pisah. Mohammad Sayuti Melik men- Trimurti yang berteman baik dengan
jadi anggota DPR dari Partai Golkar, Mr. Maria Ulfah itu mendapatkan
sedangkan S.K. Trimurti melanjut- Bintang Mahaputra Tingkat V dari
kan aktivitasnya di bidang politik dan Presiden Sukarno atas jasa-jasanya
jurnalistik. di masa perjuangan kemerdekaan.
S.K. Trimurti yang dikenal pula Selanjutnya, pada tahun 17 Agustus
sebagai wanita pejuang ini menem- 1965 ia juga mendapatkan penghar-
puh pendidikan di Normaal School gaan Satya Lencana Perintis Perge-
dan AMS di Sala. Sementara itu, pa- rakan Kemerdekaan dari Pemerin-
da masa kemerdekaan, ia juga me- tah RI. Hingga kini ia masih hidup
ngikuti kuliah di Universitas Indone- dan tetap membaca artikel-artikel
sia (UI) mengambil Jurusan Ekono- politik di media massa. Dalam setiap
mi hingga meraih gelar Doktoranda wawancara di mana pun, sikap hi-
(Dra). Meskipun demikian, ia tidak dupnya terlihat jelas, yaitu ingin te-
menekuni bidang ekonomi, tetapi te- tap menjadi pejuang yang pantang
tap aktif di bidang jurnalisme dan po- mundur membela martabat negara.
litik. Bahkan, pada masa pemerin- Dalam karya-karyanya S.K. Tri-
tahan Orde Lama, ia pernah menja- murti lebih banyak menulis masalah-
bat sebagai Menteri Perburuhan se- masalah politik berkaitan dengan pro-
lama satu periode (dilantik pada 3 fesinya sebagai politikus. Artikel-ar-
Juli 1947 di Yogyakarta). tikelnya tentang dunia potitik ditulis
Selama penjajahan Belanda dan dalam bahasa Indonesia dan bebe-
Jepang pengarang ini turut berjuang rapa buah ditulis dalam bahasa Ja-
sebagai anggota Laskar Wanita, po- wa, terutama dalam Panji Pustaka.
litikus, dan membantu Palang Merah Selain itu, ia juga menulis guritan di
Indonesia di garis belakang. Sebagai Panjebar Semangat dan dalam lam-
konsekuensi ideologis yang dianut- piran berbahasa Jawa Panji Pustaka
nya, ia lebih mementingkan politik (zaman Jepang). Salah satu guritan-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 451

nya yang dirangkai dalam bentuk pada jenisnya, yaitu cerita detektif.
tembang macapat kinanthi berjudul Di dalam cerita detektif ada konvensi
“Ramening Asepi” (Panji Pustaka, khas yang harus diketahui pembaca,
1 April 19…). Di dalam dunia sastra misalnya harus ada mayat sebagai
Jawa, S.K. Trimurti seangkatan dan korban pembunuhan dan bentuk wa-
sealiran dengan Subagijo Ilham No- tak tokoh-tokoh yang meragukan.
todijojo (Subagijo I.N.). Itulah se- Novel Sumirat dapat digolongkan ke
babnya, biodata lengkapnya ditulis dalam jenis cerita detektif walaupun
oleh jurnalis terkenal itu pada tahun belum serumit cerita-cerita detektif
1982, terbitan Gunung Agung. Gu- Barat seperti karya Agatha Cristie
ritan S.K. Trimurti antara lain per- atau Sir Arthur Conan Doyle. Sebab,
nah dibicarakan oleh Suripan Sadi secara keseluruhan persyaratan se-
Hutomo dan dimuat dalam majalah bagai cerita detektif telah terpenuhi.
Kebudayaan, Agustus 1993, dengan Jika dibandingkan dengan novel
judul “Pengarang Wanita dalam Sas- sejenis terbitan Balai Pustaka seperti
tra Jawa Modern”. Jarot (1922) karya Jasawidagda dan
Sukaca (1923) karya M. Soeratman
sadwara hatmasarodji Sastradiardja, novel Sumirat jauh le-
Lengkapnya R.M. Sadwara Hat- bih maju. Sebab, unsur misteri da-
masarodji. Meskipun tidak diketahui lam Jarot dan Sukaca kurang mema-
secara pasti biografinya, dilihat dari dai sehingga pelaku kejahatan telah
gelar raden mas di depan namanya dapat diduga identitasnya, setidak-
kemungkinan besar ia berasal dari ke- tidaknya bukan misteri yang menda-
luarga priayi di Surakarta. Hal ini pat perhatian pembaca, melainkan
barangkali dapat dikaitkan dengan bentuk pelacaknya.
latar cerita novel yang ditulisnya
(Sumirat), yaitu kota Sala dan seki- saloka
tarnya. Karena penulis ini diperkira- Salaoka adalah ungkapan dalam
kan dari lingkungan priayi, suasana bahasa Jawa dengan menggunakan
cerita dalam novelnya pun bernuan- kata-kata tertentu/sudah pasti se-
sa priayi. Novel Sumirat mencerita- hingga tidak dapat diganti dengan ka-
kan seorang agen polisi bernama Su- ta lain. Ungkapan tersebut mengan-
mirat. Dalam menjalankan tugasnya, dung makna perbandingan. Makna
ia selalu berkedok sebagai seorang perbandingan tersebut mengutama-
ahli gambar (pelukis). Membaca no- kan pada subjek atau orang. Di sam-
vel detektif Sumirat seseorang dapat ping itu, watak atau keadaan orang
menangkap kesan bahwa penulisnya juga diperbandingkan. Oleh karena
tampaknya mempunyai bacaan ce- itu, kata yang mengandung perban-
rita-cerita detektif dari Barat. dingan tentang orang atau barang itu
Berbeda dengan novel-novel lain- diletakkan pada bagian awal ungkap-
nya, novel Sumirat mengandung ke- an.
baruan. Letak kebaruannya terlihat
452 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Contoh: ‘Kejadian biasa zaman demo-


Asu belang kalung wang = krasi,
orang jelata, tetapi kaya atau banyak kejadian yang dulunya
berharta. jarang-jarang terdengar,
Asu ‘anjing’ diperbanding- orang kecil jadi luhur,
kan dengan ‘orang’. Belang yang sudah luhur jadi merosot,
‘belang/loreng’ diperbandingkan pergantian zaman,
dengan ‘orang jelata’. Kalung sungguh ada/terjadi,
wang ‘berkalung uang’ diper- tonggak jarang berkembang
bandingkan dengan ‘orang kaya subur,
atau banyak uang’. tonggak jati banyak yang mati
sehingga,
Kebo kabotan sungu = orang mendapat tempat yang kurang
yang terlalu banyak anak se- baik.’
hingga berat menanggung biaya
kehidupannya. sambegana (lihat nawungkridha)
Kebo ‘kerbau’ diperbanding-
kan dengan ‘orang’. Kabotan
‘keberatan’ diperbandingkan samiyoso (1939—)
dengan keberatan menyangga Samiyoso lahir di Pati, Jawa Te-
biaya kehidupan. Sungu ‘tan- ngah, pada 9 Agustus 1939. Ia me-
duk’ diperbandingkan dengan namatkan pendidikan di PGSLP Yog-
beban kehidupan. yakarta jurusan Seni Rupa (1963).
Terakhir, ia mendapatkan gelar sar-
Saloka sering pula dipergunakan
jana muda pada jurusan yang sama
dalam tembang seperti terlihat pada
(seni rupa) di IKIP Yogyakarta
contoh berikut ini. (1965). Setelah itu, ia kemudian dite-
DHANDHANGGULA rima menjadi guru SMP Negeri 2,
Jepara. Pengarang yang juga mene-
Jamak lumrah jaman dhemo-
kuni bidang seni rupa ini sering meng-
krasi,
gunakan nama samaran Sima, Isam,
keh lelakyan kang duk kuna-
Imana, Yosima, Bidura Laut, dan Yos
kuna,
dalam menuliskan karya-karyanya
arang-arang karungune,
(cerpen, puisi, dongeng, komik, dan
wong cilik dadi luhur,
artikel-artikel laporan kegiatan dae-
kang wus dhuwur dadi kawuri,
rah, sekolah, PKK, dan lain-lain).
wolak-waliking jaman,
Samiyoso mulai terjun ke dunia
temene tinemu,
tulis-menulis tahun 1970. Hasil kar-
tunggak jarak padha mrajak
yanya yang berupa cerpen, puisi, dan
tunggak jati padha mati temah
dongeng (Jawa) banyak tersebar di
dadi,
majalah Panjebar Semangat, Djaka
nampa papan kang papa.
Lodhang, Jaya Baya, Parikesit, Pus-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 453

taka Candra, dan sebagainya. Kar- BE- la tampaning wardaya


ya-karyanya yang ditulis dengan (Pangkur)
menggunakan bahasa Indonesia (ar- I- yeg tyas sabiyantu (Gambuh)
tikel, cerpen) banyak dimuat pula di RONG – prakara pilihan salah
Bernas, Trubus, Krida, Teruna, dan satunggal (Durma)
sebagainya. Hasil karya yang sesuai GA- gat bangun angun-angun
dengan bidang studinya, yaitu komik ing prajagung (Megatruh)
anak-anak, banyak dimuat di maja- WAR- nanen tanah ing sabrang
lah Parikesit. (Pangkur)
Bersama-sama Novi, Idha Ma- SI- ra sang Prabu kalihnya
harani, Teguh Munawar, dan Aryo- (Girisa)
no, ia ikut membentuk berdirinya TA- litining wong abecik
Paguyuban Tlatah Murya sebagai (Asmaradana)
wadah berkiprahnya para penga-
2. Sandiasma pada awal bait dalam
rang, pecinta, dan pemerhati bahasa
satu kesatuan tembang.
dan sastra Jawa yang ada di Jepara,
Contoh:
Kudus, Pati, dan sekitarnya.
RA - saning tyas kayungyun,
angayomi lukitaning kalbu, ….
sandiasma DEN - samya amituhu, ing
Sandiasma adalah nama sese-
sajroning jaman Kalabendu, ….
orang yang disamarkan (tidak ditun-
NGA- japa tyas rahayu, nga-
jukkan secara nyata) dalam suatu ka-
yomana sasameng tumuwuh,….
rangan yang biasanya berbentuk tem-
BE - da kang ngaji pumpung, nir
bang. Pujangga R. Ng. Ranggawar-
waspada rubedaning tutut, .
sita merupakan pelopor pemakai
I- lang budayanipun, tanpa baju
sandiasma untuk dirinya sendiri. Pe-
wejane ngalumpuk, ….
makaian sandiasma menggunakan
RONG - asta wus katekuk, kari
beberapa cara sebagai berikut.
ura-ura kang pikantuk, ….
1. Sandiasma dalam bentuk huruf
GA - lap gangsuling tembung,
atau gabungan huruf pada awal
Ki Pujangga panggupitanipun,
baris setiap bait pertama suatu
WAR- tine para jamhur, pama-
tembang.
wasing warsita tanpa wus, ….
Contoh:
SI- daning Kalabendu, saya
RA – sikaning sarkara kaesthi
ndadra hardaning tyas limut, …
(Dhandhanggula)
TA-tanane tumruntun, panun-
HA – sasmita wadyanira
tuning tyas angkara antuk
(Sinom)
DYAN – Cepu kinon ningali 3. Sandiasma pada awal baris da-
(Asmaradana) lam setiap bait.
NGA- wu-awu ing pamuwus Contoh:
nguwus-uwus (Pucung) RA – sikaning Sarkara kaesthi,
454 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

DEN –nya kedah mamardi mar- sawatawis, bo- RONG ang- GA


dawa, su- WAR- ga me- SI mar- TA –
NGA- yawara purwane, BE-la ya.
– belaning kalbu, I – nukarta
nis karteng gati, RONG- ngas sandiwara
rehing ukara, GA- garaniran- Sandiwara adalah salah satu je-
tuk, WAR- ta wasitaning kuna, nis sastra Jawa. Bentuk sandiwara
SI – nung tengran Janma Trus dapat dipersamakan dengan drama.
Kaswareng Bumi, Sandiwara dalam dunia sastra Jawa
TA- litining carita. lebih sering muncul lewat bentuk
siaran radio daripada pergelaran
4. Sandiasma pada hentian napas
(pentas). Oleh karena itu, sandiwara
dalam setiap baris.
dapat dikatakan identik dengan dra-
Songsong go – RA candraning
ma yang disiarkan lewat radio.
hartati, lwir wini- DYAN saro-
seng parasdya, ringa-ri – NGA
pangriptane,tan dar – BE leb-
sanepa
Ungkapan perbandingan yang
deng kawruh, angruruh- I we-
tetap susunannya dan terdiri atas ka-
nganing budi, kang mi- RONG
ta keadaan bersambung dengan kata
ruhareng tyas, ja- GA angkara
benda. Barang yang di-sanepa-kan
nung, minta lu- WAR ing duh-
melebihi keadaan barang (kata ben-
kita, away kong- SI kewran lu-
da) yang disebut pada akhir sanepa.
kiteng kinteki, kang ka – TA gi-
Contoh:
nupita
Tatune arang kranjang ‘luka-
5. Sandiasma pada di belakang hen- nya sangat banyak’
tian napas setiap baris. Tatu ‘luka’, arang ‘jarang’,
Contoh: kranjang ‘keranjang’.
Yektenana RONG windu ana Playune lonjong mimis ‘larinya
dhumawuh,pulung- GA- na cepat sekali’.
kang sajati, WAR – taning kang
para jamhur, iku SI – daning Kadang-kadang pemakaian sa-
kadadin, dadining TA – pa kang nepa di-saroja ‘dirangkap’ untuk me-
manggon. ngingatkan makna yang terkandung
di dalamnya.
6. Sandiasma dalam satu baris. Contoh:
Contoh: Renggang gula, kumepyur pulut
Sageda sabar santosa, mati sa- ‘pergaulan atau persahabatan
jroning aurip, kalis ing reh aru- yang sangat erat’.
ara, murka angkara sumingkir, Renggang ‘berjarak longgar’;
tarlen meleng malat-sih, sani- Kumepyur ‘cerai-berai’; pulut
tyaseng tyas mematuh, badha- ‘perekat untuk menangkap bu-
ring sapu dendha, antuk mayar rung’.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 455

Sanepa dipergunakan dalam pro- Di Mangkunegaran berdiri Ge-


sa dan juga dalam puisi tradisonal. rombolan Kasusastran Mangkune-
Penggunaan dalam puisi tradisional garan, yaitu semacam perkumpulan
atau tembang dapat dicermati dalam yang terdiri atas pecinta bahasa dan
contoh yang berisi nasihat untuk pe- sastra Jawa. Begitu juga di Radya-
ngantin baru berikut ini. poestaka (Surakarta) berdiri sema-
cam paguyuban yang berfungsi un-
KINANTHI
tuk merembug perkembangan baha-
Tut-runtut kumepyur pulut
sa Jawa, bernama Paheman Radya-
ywa nganti benggang sanyari
poestaka. Paheman ini berdiri bebe-
mimba mimi lan mintuna
rapa tahun setelah R.Ng. Rangga-
widadaa slami-lami
warsita wafat. Pada 1941 di Sura-
tebiha rubed-rubeda
karta berdiri Paheman Paniti Basa
sang penganten kakung putri.
yang bertujuan memperbaiki dan
‘Rukunlah selalu menyederhanakan bahasa Jawa yang
jangan sampai renggang sedikit waktu itu dianggap sudah mulai ru-
pun sak.
seperti pasangan mimi dan min- Setelah kemerdekaan, sanggar
tuna bahasa dan sastra Jawa terus berdiri.
selamatlah selamanya Sanggar yang berdiri pertama kali
jauhkanlah dari godaan ialah Sanggar Seniman, yang berdiri
sang pengantin putra dan putri.’ di Madiun pada tahun 1955. Sang-
gar tersebut bersifat multidisiplin
sanggar atau umum karena di dalamnya ter-
Istilah ini sebenarnya sudah la- dapat aktivitas berbagai kelompok
ma dikenal dalam sastra Jawa kuna seniman, seperti seni lukis, seni dra-
yang berarti tempat bersemadi, tem- ma, dan seni sastra, baik Jawa mau-
pat pemujaan kepada Hyang Widi, pun Indonesia. Sanggar tersebut ber-
atau sebagai langgar. Pada umum- anggotakan para seniman dari ber-
nya, pendirian sanggar bersifat swa- bagai disiplin seni. Pada umumnya,
kelola dan nonformal. Dalam pe- mereka adalah seniman yang sudah
ngertian sekarang, sanggar menjadi mapan, seperti Muryalelana, St. Ies-
tempat atau wadah untuk berkumpul maniasita, Esmiet, Susilomurti, dan
sekelompok masyarakat untuk tuju- Sri Setya Rahayu. Ketua sanggar itu
an membahas dan berlatih suatu ke- ialah Sahid Langlang, seorang seni-
terampilan tertentu. Sejak zaman man sastra yang sekaligus juga seni-
Kasunanan di Surakarta sebenarnya man lukis. Nama-nama sastrawan
sudah ada wadah semacam itu, yaitu Jawa yang tergabung di dalam sang-
Padepokan Gebang Tinatar (di Po- gar tersebut di kemudian hari men-
norogo), yaitu tempat R.Ng. Rang- jadi nama-nama besar dalam sejarah
gawarsita berguru tentang berbagai sastra Jawa modern.
ilmu (termasuk kesastraan).
456 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sanggar sastra yang benar-benar casila, nasionalis, dan menjunjung


mengelola sastra Jawa secara khusus moral tinggi negara.
ialah Organisasi Pengarang Sastra Berdirinya OPSJ memiliki dam-
Djawa (OPSD, selanjutnya menjadi pak cukup banyak, antara lain, men-
OPSJ), berdiri atas prakarsa Sang- dorong media massa daerah mem-
gar Bambu, sebuah sanggar seni lu- beri perhatian kepada sastra Jawa.
kis. OPSJ berdiri pada bulan Agus- Hasilnya, antara lain, rubrik puisi
tus 1966, dipimpin oleh Soedarmo “Gupita Sari” muncul dalam Mekar
KD. Menurut Handung Koesoe- Sari, rubrik sastra Jawa “Pisung-
dyarsana, OPSJ dibentuk dengan 4 sung” muncul dalam mingguan
tujuan pokok, yaitu (1) sebagai alat ANDIKA pimpinan Ma Si Sen, dan
berkiprah para pengarang, (2) men- penyelenggaraan kursus kesusastra-
jadi perabot untuk pengembangan an pada setiap malam Sabtu di ru-
sastra Jawa, (3) menjadi perabot pe- mah Atmoweradi, dan rubrik sastra
ngarang Jawa untuk memperbaiki “Sekar Rinonce” dalam mingguan
kehidupan lahir dan batinnya, dan (4) Gelora Berdikari.
menjadi perabot untuk wadah perte- OPSJ ternyata tidak dapat be-
muan pengarang atau tempat men- kerja optimal karena pengurusnya
jalin hubungan antarpengarang sas- terpencar di beberapa kota, dan ter-
tra Jawa. Jadi, OPSJ adalah lembaga utama karena meninggalnya Soedar-
swadaya sastrawan (dan pemerhati mo KD pada 3 Mei tahun 1980. Or-
sastra Jawa) yang memiliki keleng- ganisasi pengarang sastra Jawa ini
kapan organisasi terbaik. Lembaga diakui mendorong munculnya se-
swadaya ini memiliki susunan pe- jumlah sanggar sastra di daerah-dae-
ngurus yang tidak hanya lengkap rah. Sejumlah sanggar sastra Jawa
keanggotaannya, tetapi juga memi- yang perlu dicatat ialah Grup Dis-
liki koordinator daerah, walaupun kusi Sastra Blora pimpinan Ngalimu
tidak semua komisariat daerah dapat Anna Salim di Blora; Bengkel Sastra
bekerja baik. Selain itu, OPSJ juga Sasonoloyo pimpinan Arswendro At-
dilengkapi dengan dasar organisasi mowiloto, Proyek Pusat Kebudaya-
(AD/ART), sifat, dan tujuan yang an Jawa Tengah (PKJT) pimpinan
khas. Bahkan, melalui musyawarah G. Humardani, dan Sanggar Sastra
kerja Komda Jateng di Solo (19—20 Nur Praba pimpinan Mohammad
November 1996), pengurus meleng- Nursyahid Purnomo (ketiganya ber-
kapi OPSJ dengan kode etik penga- ada di Surakarta); Sanggar Bening
rang yang disebut Sad Marga Pe- PMS di Semarang, Sanggar Kali
ngarang. Kode etik itu sekaligus me- Code, Sanggar Sastra Jawa Yogya-
rupakan sumpah pengarang sastra karta (SSJY), Sanggar Sastra Pra-
Jawa terhadap profesinya, yang an- golapati (semuanya juga di Yogya-
tara lain berjanji untuk menjadi pe- karta). Di Jawa Timur sanggar-sang-
ngarang yang berketuhanan, berpan- gar sastra lebih banyak jumlahnya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 457

Misalnya, di Banyuwangi terdapat yang sama maknanya atau hampir


Sanggar Parikuning pimpinan Es- sama maknanya dipakai bersamaan.
miet, Pamarsudi Sastra Jawi Bojo- Misalnya, kata mudho ‘bodoh’ dan
negoro (PSJB) di Bojonegoro pim- kata punggung ‘bodoh’. Kedua kata
pinan J.F.X. Hoery, Sanggar Triwi- tersebut dirangkap atau dipakai se-
dha pimpinan Tamsir AS di Tulung- cara bersamaan sehingga menjadi
agung, dan Paguyuban Pengarang mudho punggung yang berarti ‘sa-
Sastra Jawa Surabaya (PPSJS) di Su- ngat bodoh’. Maksud perangkapan
rabaya. dua kata itu adalah untuk menya-
Setiap sanggar mempunyai pro- ngatkan makna yang ada dalam kata
gram dan model kegiatan sendiri-sen- tersebut. Tembung saroja tidak ha-
diri. Meskipun demikian, hampir se- nya terdapat dalam tembang, tetapi
luruh kegiatan diarahkan untuk pe- juga terdapat dalam gancaran ‘pro-
ngembangan SDM. Melalui kegiatan sa’.
di sanggar-sanggar itu para penga- 1. Tembung saroja dalam prosa.
rang Jawa berdiskusi, berlatih, dan Aku krungu tembang rawat-
mengembangkan diri. Hasilnya ialah rawat, ujare bakul sinambewa-
munculnya pengarang-pengarang ra manawa Prabu Salya nge-
baru dari berbagai kota. degake sayembara.
‘Saya mendengar suara lamat-
sanggit lamat, kata bakul bahwa Prabu
Di dalam kosa kata Jawa tidak
Salaya mengadakan sayembara.’
ditemukan kata sanggit. Kata yang
ada adalah sanggitan yang berarti 2. Tembung saroja yang terdapat
‘kayu sambungan’. Istilah sanggit dalam tembang.
hanya ditemukan di bidang kesenian …
tertentu atau pedalangan. Dalam pe- wong agung ing Jodhipati
ngertian ini, istilah sanggit berarti ke- mandhi gada geng anglela
mahiran seniman (dalang, sutradara, kadya prabata lumaris
dan sebagainya) dalam menyajikan sawadyanira sami
dan mengatur skenario jalannya cerita mandhi gada ting renggunuk
(pentas). wadya bala Pamenang
….
saroja

Kata saroja berarti rangkep
‘orang besar di Jodipati
‘rangkap’. Kecuali itu, kata saroja
tampak membawa senjata besar
berarti kembang trate padma, kumu-
seperti gunung berjalan
da, pangkaja ‘bunga teratai’. Kait-
serta seluruh barisannya
annya dengan sastra Jawa, makna
membawa senjata semua
yang dipakai adalah makna kedua,
pasukan Pamenang’
yakni ‘rangkap’. Yang dimaksud de-
….
ngan istilah rangkap adalah dua kata
458 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Tembung saroja di dalam tem- budayaan bekerja sama dengan Di-


bang itu terlihat pada kata wadya nas Kebudayaan Propinsi DIY tahun
‘prajurit’ dan bala ‘pasukan’. Con- 1989, (4) Pramuwisata oleh Kanwil
toh, saroja yang lain sangat banyak Departemen Tenaga Kerja Propinsi
seperti tumpang tindhih, andhap DIY tahun 1991, (5) kursus bahasa
asor, kukuh bakuh, kajen kerigan, Belanda oleh Yayasan Studi Kebu-
lir pendah, godha rencana, dan lain- dayaan Yogyakarta tahun 1997, dan
lain. (6) kursus Bahasa Belanda oleh Ya-
yasan Karta Pustaka Yogyakarta
sartono kusumaningrat tahun 2003.
(1964—) Dalam karya-karyanya Sartono
Sartono Kusumaningrat dapat sering memakai nama Albert Sar-
dikatakan sebagai pendatang baru tono, A. Sartono, atau Sartono Ku-
dalam sastra Jawa (muncul pada sumaningrat. Telah disebutkan bah-
akhir 1980-an). Akan tetapi, nama wa selain sebagai penulis, ia juga pe-
Sartono Kusumaningrat segera lukis. Sebagai pelukis, ia lebih mem-
menghiasi berbagai majalah berba- fokuskan diri pada lukisan kartun.
hasa Jawa dengan karyanya berupa Sejak tahun 1980-an Sartono sering
guritan, cerkak, dan cerbung. Pe- melakukan pameran kartun. Bebe-
ngarang yang sekarang tinggal ber- rapa pameran yang telah digelar dan
sama keluarga di Yogyakarta ini ti- diikutinya, antara lain, (a) di gedung
dak hanya dikenal sebagai penga- UC UGM dalam rangka 40 tahun Fa-
rang (sastra Jawa dan Indonesia), te- kultas Sastra tahun 1986, (b) di ge-
tapi juga pelukis dan kartunis. dung UC UGM dalam rangka Dies
Sartono lahir di Sleman, Yogya- Natalis ke-37 UGM tahun 1986, (c)
karta, pada 12 November 1964. Pen- di Benteng Vredenburg dalam rangka
didikan formal yang ditempuhnya: Festival Kesenian Yogyakarta tahun
SD Karitas (lulus 1977), SMP Kari- 1992, (d) di Taman Budaya Yogya-
tas (lulus 1981), SMA BOPKRI (lu- karta tahun 1994, (e) di Taman Bu-
lus 1984), dan terakhir Fakultas Sas- daya dalam rangka kerja sama de-
tra UGM (lulus 1993). Sartono tidak ngan Yayasan Pakarti, (f) di Rumah
berhenti menuntut ilmu di bangku Budaya Tembi Yogyakarta tahun
pendidikan formal, tetapi juga me- 2003.
ngembangkan wawasannya dengan Sartono memang gemar me-
cara mengikuti latihan-latihan dan nuangkan pikirannya dalam media
kursus nonformal, di antaranya (1) tulis dan lukis. Sejak tahun 1984 tu-
Kepemimpinan OSIS oleh Kanwil lisannya tersebar di berbagai media
Depdikbud Propinsi DIY tahun 1981, massa, seperti Kompas, Republika,
(2) Pelatihan Penulisan Skenario Jakarta Post, Kartini, Nova, Humor,
Cerita Televisi oleh Stasiun TVRI Yogya Post, Majalah Jawa, The Ja-
Yogyakarta pada tahun 1986, (3) Pe- karta Post, Matra, Buletin TeMBI,
nulisan Cerita Pendek oleh Dirjen Ke- Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 459

Bernas, Minggu Pagi, Gatotkaca, tawan media on line TeMBI Bantul,


Putera Kita, Mekar Sari, Jaya Ba- Yogyakarta.
ya, dan Djaka Lodhang. Sementara
itu, sejumlah prestasi yang pernah di- sasetya wilutama (1963—)
raihnya, antara lain (1) juara II lom- Pengarang ini lahir di Surabaya,
ba mengarang tingkat Propinsi DIY 31 Agustus 1963. Di samping me-
tahun 1977, (b) cerkak-nya menda- nulis sastra, baik dalam bahasa Jawa
patkan penghargaan dan masuk da- maupun Indonesia, ia juga menulis
lam antologi Liong Tembang Pra- skenario film dokumenter dan sine-
patan (Dewan Kesenian Yogyakarta, tron untuk TVRI serta menjadi pe-
1999), (c) cerpennya masuk 10 besar main film. Ia terlibat sebagai pemain
dalam lomba penulisan cerpen oleh film “Soerabaya ‘45", “Ketika Dia
Dewan Kesenian Sleman dan cerpen Pergi”, dan sinetron SCTV yang ber-
itu kemudian diantologikan dalam judul “Pada Suatu Hari”.
Bupati Pedro Laki-Laki Kota Rem- Sasetya Wilutama mulai menulis
bulan tahun 2001, dan (d) penulis guritan pada tahun 1982 dan sempat
terbaik dalam lomba karya tulis da- menjadi redaktur majalah Panjebar
lam rangka Hari Jadi Kabupaten Sle- Semangat. Dua guritan-nya, yaitu
man ke-86 dengan judul tulisan “Me- “Cahya Apa” dan “Kidang Ati” (Pa-
mupuk Sikap Mencintai Budaya njebar Semangat, No. 22, 27 Mei
Sendiri”. Selain itu, Sartono juga di- 1989) dimuat dalam Kabar Saka
percaya sebagai anggota tim penulis Bendulmrisi: Kumpulan Guritan
buku Prinsip-Prinsip Tata Graha (PPSJS, 2001). Tulisannya dalam
yang diterbitkan oleh Kanisius Yog- bahasa Indonesia dipublikasikan le-
yakarta (2001). wat Kompas, Surabaya Pos, Surya,
Selain prestasi tersebut, Sartono Suara Karya, Kartini, Amanah,
juga dipercaya sebagai editor bahasa Film, Family, dan Liberty. Sejak ber-
Indonesia PT Kumala Aditya Aksara gabung dengan SCTV dan tinggal di
(1994—1995), tim penyunting jurnal Jakarta, ia jarang menulis.
kebudayaan Palupi Jawi (1997), re-
daksi majalah JAWA (1999), penga- sasmita tembang
suh rubrik kartun “Mbah Dana” ma- Sasmita tembang adalah kata
jalah Djaka Lodhang (1997—1999), atau gabungan kata yang diperguna-
di samping menjadi karyawan Ya- kan sebagai pelambang atau penan-
yasan Studi Kebudayaan (1976) dan da nama tembang. Sasmita tembang
PT Sinergi Mandiri Kreasindo dapat ditempatkan pada awal/akhir
(1999). Di Lembaga Kajian dan In- pupuh ‘satu kesatuan tembang’. Jika
formasi Budaya Yogyakarta, Sartono diletakkan pada awal pupuh, sasmita
memegang jabatan Pemimpin Re- tembang tersebut menunjukkan na-
daksi Penyusunan Ensiklopedi Ke- ma pupuh tembang itu. Misalnya, ka-
budayaan Jawa (1999—2000). Di ta kasmaran sebagai sasmita tem-
samping itu, ia masih sebagai war- bang Asmaradana.
460 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kasmaran ingkang pinuji, 6. Pangkur: wuri, pungkur, yuda-


luputa ing ila-ila kanaka, wuntat, dan kata-kata
dendohna tulak-sarike lain yang mempergunakan suku
ngetang sagunging lelembat kata “kur”.
kang kareh Goplem ika 7. Mijil: wijil, wetu, wiyos, raras-
dhemit lit-alit sadarum ati, dan sulastri (berarti keluar).
pan dede dhemit pra raja. 8. Maskumambang: kambang (ku-
mambang), kentir, dan timbul
Sebaliknya, jika ditempatkan pa-
(semuanya berarti terapung atau
da akhir pupuh, samita tembang itu
muncul)
menunjukkan nama pupuh tembang 9. Pucung: kluwak, uncung, dan
berikutnya. Misalnya wirang seba-
kata-kata lain yang mengguna-
gai pupuh Wirangrong.
kan suku kata “cung”
Contoh.
10. Jurudemung: mung dan juru.
Putri Cina gulangsaran kawlas- 11. Wirangrong: wirang dan mi-
asih
rong.
Mara Kelaswara
12. Balabak: klelep dan keblabak.
Pedhangen juren wak mami
13. Gambuh: embuh, gambuh, jum-
Aywa andedawa wirang. buh, kambuh, dan tambuh.
Kata-kata yang dipergunakan un- 14. Megatruh: pegat, duduk, dan
tuk melambangi nama tembang da- truh.
pat dideskripsikan sebagai berikut: 15. Girisa: giris.
1. Dhandhanggula: sarkara, ma-
nis, madu, artati, dhangdhang, sastra
gula, gula drawa, gagak, kagak Secara garis besar, sastra mem-
tresna (kesemuanya berarti ma- punyai dua arti, yaitu (1) sastra ber-
nis atau hitam). arti ‘tulisan’ dan (2) sastra berarti
2. Sinom: srinata, ron kamal, ‘pusaka’. Sastra yang berarti tulisan
pangrawit, logondhang, anom, meliputi tulisan, serat-serat, karang-
Weni, mudha, taruna, dan rema an, dan pengetahuan tentang tulisan.
(semuanya berarti muda). Sementara itu sastra yang berarti pu-
3. Asmaradana: asmara (kasma- saka meliputi istilah-istilah seperti
ran), kingkin, kingkin, brangti, sastra banyu yang berarti dapura-
dan sedhih (semuanya berarti ning keris ‘wujud keris’. Sastra dak-
asmara atau sedih). sa (Sanskreta) dalam arti putus ing
4. Kinanthi: kanthi, gandheng, dan kawruh ‘mumpuni sembarang pe-
kanthet (semuanya berarti ber- ngetahuan’. Sastra wyanjana (Ka-
gandengan) wi) berarti ‘urut-urutanipun aksara’
5. Durma: mundur, galak, dan ka- seperti dentawyanjana. Definisi di
ta-kata lain yang memperguna- atas masih menunjukkan arti kata
kan suku “dur”. yang sempit, yakni sastra berarti tu-
lisan. Padahal sebenarnya sastra da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 461

pat menjangkau tradisi lisan. Maka, bernama Dewi Angreni, anak Patih
definisi dalam arti luas sastra adalah Kudanawarsa dari Jenggala. Ayah
karya imajinasi bermedium bahasa Panji Inu Kertapati menghendaki agar
dan unsur estetisnya dominan. Jadi, anaknya itu menikah dengan Can-
definisi terakhir ini tidak membatasi drakirana dari Kuripan. Mengetahui
bahwa sastra tidak hanya terbatas rencana itu, Angreni bunuh diri. Se-
pada bentuk tulisan, tetapi juga da- peninggal Angreni, Raden Panji sedih
lam bentuk lisan. dan memutuskan pergi dari istana.
Panji kemudian berkelana dengan ca-
sastra laku ra menyamar sebagai orang kecil. Se-
Istilah sastra laku dalam bahasa lama petualangan itu Panji sering ha-
Jawa Kuna disebut sastra lampah. rus bertempur tetapi Panji selalu
Sastra laku berarti huruf berjalan tampil sebagai pemenang. Di kepu-
atau perjalanan huruf. Di samping tren ‘taman khusus untuk para putri
itu, sastra laku dapat diartikan cara raja’, Candrakirana tidak tenang
membaca. Dalam bahasa Jawa Ku- hatinya. Maka, ia pun memutuskan
na, sastra laku menyangkut pula cara untuk pergi dari kerajaan mencari
menulis. Bunyi konsonan penutup Panji dengan cara menyamar sebagai
dalam sebuah kata berjalan menyatu laki-laki. Akhirnya, kedua anak raja
dengan suara huruf yang terletak di yang cantik dan tampan itu pun ber-
awal kata berikutnya. Hal itu akan temu lagi dan selanjutnya mereka
terjadi jika huruf awal berikutnya itu menikah.
merupakan huruf yang mengandung Cerita Panji memiliki struktur
bunyi vokal. alur yang menarik karena struktur
Contoh: ceritanya, yaitu adanya petualangan
Parman arep ngomong apa? ganda yang disertai penyamaran di
Pembacaannya: Parma(n) na- dalamnya. Cerita Panji tidak hanya
re(p) pomo(ng) ngapa? ‘Parman hidup di dalam dunia sastra klasik
akan bicara apa?’ tetapi juga dalam dunia seni pentas
dan dalam berbagai bentuk kesenian
Nyuwun asem ingkang ageng.
rakyat. Wayang yang menceritakan
Pembacaannya: Nyuwu(n) na-
kisah petualangan Panji ialah wa-
se(m) mingka(ng) ngageng.
yang gedhog.
‘Minta asam yang besar’
Cerita Panji berkembang dalam
masyarakat dan budaya Jawa, di-
sastra panji
transformasikan ke dalam bermacam
Sastra Panji ialah naskah-nas-
versi, seperti pada yang terdapat da-
kah sastra yang di dalamnya memuat
lam khazanah sastra Jawa Baru. Be-
kisah cinta dan kisah petualangan
berapa versi cerita Panji yang mena-
Raden Panji Inu Kertapati. Inti cerita
rik ialah Panji Jayengtilam, Panji
Panji bertumpu pada tokoh utama
Kudawanengpati, Panji Jayaleng-
cerita, yakni Raden Panji Inu Ker-
kara, Panji Laras, Panji Suyawise-
tapati. Ia memiliki seorang kekasih
462 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sa, Panji Dhadhap, Panji Madu- menunjuk jenis sastra Jawa yang ber-
brangta, Panji Jaka Sumilir, dan isi ajaran tasawuf. Kaitannya dengan
Panji Bayan Pethak. Pada setiap sastra Jawa, makna kedua itulah yang
versi cerita Panji terdapat tambahan dipakai dalam istilah ini. Istilah kedua
atau pengulangan episode. Cerita inilah yang berkaitan dengan jenis
Panji berkembang luas di seluruh karya sastra Jawa.
Nusantara (dikenal di Melayu, Siam Primbon dalam bentuk tertulis di-
atau Thailand) sebagai akibat dari mulai pada zaman Kartasura, wa-
proses migrasi sastra melalui mobi- laupun tradisi catat-mencatat sudah
litas masyarakat. dimulai jauh sebelum itu. Primbon
yang ditulis itu merupakan hasil peng-
sastra primbon himpunan sebuah tim yang dipimpin
Sastra primbon sering disebut la- oleh Sunan Pakubuwana V di Sura-
yang primbon atau serat primbon. karta. Primbon hasil himpunan itu di-
Oleh karena berujud buku, primbon masukkan dalam Serat Centhini.
sering disebut buku primbon. Secara Adapun yang dimasukkan dalam Se-
etimologi, kata primbon berasal dari rat Centhini itu meliputi pawukon,
kata par-imbu-an. Kata imbu berarti watak tanggal, abat-obatan, kelahir-
‘simpan’ atau ‘peram’. Kata imbu mi- an bayi, katuranggan, gempa bumi,
rip dengan istilah Jawa Kuna iwo tentang mengungsikan orang sakit.
yang berarti ‘simpan’. Oleh karena Kitab-kitab primbon yang beredar
itu, istilah primbon atau parimbon berikutnya banyak bersumber dari
berarti ‘tempat simpan-menyimpan’. Serat Cethini itu walaupun sedikit
Disebut demikian karena di dalam ada perubahan.
primbon terkandung berbagai catatan Adapun buku-buku primbon yag
yang dianggap penting dan catatan itu beredar di masyarakat, atara lain, ber-
sukar utuk dihafalkan. Catatan-ca- judul Primbon Betaljemur Adam-
tatan tersebut meyangkut berbagai makna, Primbon Jawa Bekti Jamal,
hal yang berkaitan dengan kehidupan Wedha Mantra, Wejangan Wali Sa-
sehari-hari, baik selaku pribadi mau- nga, Kitab Mantra Yoga, Primbon
pun dalam hubungannya dengan per- Sabda Amerta, dan sebagainya. Ada-
gaulan masyarakat. Berdasarkan ke- pun dasar rumusan primbon meliputi
terangan itu, dapat disimpulkan bah- lima hal yaitu (1) unsur petangan
wa primbo adalah kumpulan catatan Jawi ‘perhitungan Jawa’ yang meli-
tentang berbagai hal yang dianggap puti nama hari yang tujuh, nama pa-
penting untuk kehidupan sehari-hari saran, nama bulan, nama tahun, na-
sebagai pewarisan dari generasi ter- ma windu, nama wuku, nama ring-
dahulu ke generasi berikutnya yang kel, dan peyebutan waktu; (2) unsur
jumlah catatannya semakin mem- satuan hitungan dan atribut-atribut
bengkak, baik dalam bentuk buku, se- yang meliputi neptu ‘hari kelahiran’
rat, maupun layang. Di samping itu, (neptu dina, neptu pasaran, neptu
istilah primbon juga dipakai untuk sasi, neptu tahun, dan neptu aksara
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 463

atau huruf Jawa) dan lungguh (lug- dalam bentuk gancaran (prosa). Se-
guh dina, lugguh pasaran, dan can- lain kedua bentuk itu, naskah sastra
drasengkala); (3) unsur matematisa- wayang juga digubah dalam bentuk
si dan simbolisasi yang meliputi per- pakem pedalangan yang berisi teks
hitungan weton calon penganten, pedalangan lengkap yang terdiri atas
perhitungan naga dina, dan sebagai- narasi dalang, dialog tokoh wayang,
nya; (4) unsur mitosasi dan magisa- sulukan, dan gendhing-gendhing pe-
si; dan (5) unsur sinkretisasi dengan ngiring yang disertai dengan sasmi-
agama. ta-sasmita gendhing. Fungsi pakem
Adapun isi primbon meliputi 8 pedalangan (pakem pedhalangan
hal, yaitu (1) tentang daur hidup jangkep) sesungguhnya tidak untuk
yang meliputi masalah kelahiran, tan- dinikmati sebagai bahan bacaan te-
da keremajaan, upacara perceraian, tapi sebagai tuntunan teknis bagi pa-
kematian; (2) pembicaraan tentang ra dalang dan terutama bagi para
watak meliputi watak bayi, watak calon dalang. Pakem pedalangan
manusia, watak wanita (turangga- jangkep dewasa ini juga dihasilkan
ning wanita), dan watak binatang; dengan cara mentranskripsi seutuh-
(3) pembicaraan tentang alamat atau nya rekaman pergelaran wayang.
tanda-tanda; (4) Pembicaraan ten- Transkripsi itu kemudian disunting
tang naga (petunjuk adanya bahaya) dan diterbitkan. Naskah hasil trans-
dan naas (sial); (5) pembicaraan ten- kripsi dapat dinilai sebagai bentuk
tang mantra, rajah, dan kekebalan; transformasi sastra lisan. Selain pa-
(6) pranata mangsa; (7) kapita selekta kem pedalangan jangkep, ada pula
pedoman hidup sehari-hari yang me- teks lain yang juga berfungsi sebagai
liputi pangan, papan, keperluan se- tuntunan para dalang, terutama da-
hari-hari, obat-obatan, berpergian, lam hal penguasaan lakon wayang,
berjudi dan mencuri, barang dan yaitu yang dikenal dengan sebutan
orang hilang, keperluan perang, dan pakem balungan. Isinya dari awal
senjata pusaka; dan (8) beberapa sampai akhir pergelaran wayang da-
peribadatan Islam. Primbon dapat lam pola yang sudah baku. Tiap ade-
dikategorikan sebagai salah satu gan memuat nama tempat, tokoh-to-
bentuk karya sastra Jawa. koh yang tampil, dan inti pembica-
raan atau pun persoalan yang terjadi
sastra wayang dalam adegan tersebut. Meskipun
Sastra wayang adalah jenis sas- uraiannya serba singkat, bagi dalang
tra Jawa Baru yang menampilkan sudah cukup memadai sebagai pe-
kisah tokoh-tokoh wayang yang ber- gangan untuk mempergelarkan lakon
sumber dari Ramayana, Mahaba- tertentu yang dipilihnya berdasarkan
rata, dan Pustaka Raja Purwa. Jum- pakem balungan tadi. Jumlah naskah
lah sastra wayang sangat banyak. pakem balungan ini dalam khazanah
Sebagian gubahannya dalam bentuk kesusasteraan Jawa cukup banyak
tembang macapat dan selebihnya dan sebagian telah diterbitkan, an-
464 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

tara lain oleh Balai Pustaka, dileng- dikenal dengan istilah lakon ca-
kapi dengan ilustrasi tokoh-tokoh rangan.
wayang purwa. Jumlah naskah sastra wayang
Sastra wayang yang ada di da- cukup banyak. Kenyataan ini me-
lam khazanah kesusasteraan Jawa nunjukkan bahwa peminat dan per-
Baru kebanyakan berupa transfor- hatian masyarakat terhadap sastra
masi dari sumber-sumber sastra Ja- wayang. Di kalangan masyarakat Ja-
wa Kuna. Proses transformasi terse- wa yang belum seberapa mengenal
but terjadi setelah para sastrawan buku-buku cetakan, maka mereka ha-
yang menggubahnya didapat dari rus menyalin naskah sastra wayang.
sumber kuna itu. Karya gubahan itu
merupakan tanggapan dirinya atas sastraharsana
karya sastra yang dijadikan sumber Pengarang ini tidak diketahui
karyanya. Gubahan itu ada yang se- biografinya secara pasti. Jati diri R.
penuhnya berinduk pada sumbernya Sastraharsana hanya dapat diduga
dan sebagian lainnya hanya terbatas berdasarkan novelnya Bandha Pu-
pada hal-hal yang menarik perhati- saka (1922) dan Mrojol Selaning
annya. Garu (1922) yang diterbitkan Balai
Saduran atau bentuk gubahan ba- Pustaka. Karena hanya menerbitkan
ru lainnya sebagai proses transfor- karya melalui Balai Pustaka, diper-
masi berdasarkan penafsiran dirinya kirakan ia pengarang yang “menyua-
atas teks yang menjadi sumber gu- rakan” pandangan yang sejalan de-
bahannya. Tidak mustahil jika ter- ngan kebijakan pemerintah Belanda.
jadi penyimpangan yang kadang-ka- Novel Bandha Pusaka menampilkan
dang amat jauh dari sumber aslinya seorang anak laki-laki yang berhasil
sebagai bentuk resepsi pembaca se- mencapai kedudukan terhormat ber-
suati dengan kaidah yang berlaku kat asuhan seorang pembantu rumah
pada zamannya. tangga. Laki-laki bernama Wahyana
Lakon-lakon wayang purwa, berhasil mencapai kedudukan seba-
yang semula hanya terbatas pada ce- gai wedana walaupun tidak diasuh
rita pakem, yang masih dengan ketat oleh ibu kandungnya.
berinduk pada sumber ceritanya, mi- Dari novel didaktis tersebut da-
salnya Ramayana dan Mahabarata, pat diketahui bahwa Sastraharsana
baik yang tertulis dalam bahasa Ja- kemungkinan besar berprofesi seba-
wa Kuna, Jawa Tengahan, maupun gai guru. Indikasi sebagai priyayi da-
Jawa Baru, dalam masa-masa selan- pat dilihat dari gelar yang terdapat di
jutnya mengalami perkembangan depan namanya, yakni raden. Meski
yang sangat pesat. Maka, lahirlah la- kisahnya berbeda, pola novel Mrojol
kon-lakon gubahan baru yang masih Selaning Garu masih sama dengan
tetap menampilkan tokoh-tokoh uta- Bandha Pusaka. Novel Mrojol Se-
ma wayang purwa tetapi dengan ga- laning Garu mengangkat penderi-
rapan yang sangat bervariasi dan taan seseorang akibat terjadi benca-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 465

na banjir yang melanda desanya. Se- cara berpikir objektif dan peningkat-
seorang yang mengalami penderita- an kualitas hidup melalui pendidikan
an tersebut adalah guru agama Islam formal.
bernama Ki Kasan Ngali.
Dua novel tersebut ditulis de- satim kadaryono (1928—)
ngan menggunakan huruf Jawa cetak Satim Kadaryono lahir di Nga-
dan termasuk jenis novel pendidikan wi, Jawa Timur, pada 20 Mei 1928.
yang terkait dengan kearifan dan ke- Ayahnya bernama Wongsodinomo,
tabahan seseorang dalam mengha- sedangkan ibunya entah siapa nama-
dapi cobaan hidup. Hal ini tercermin nya karena (semasa masih hidup) se-
dalam sikap hidup Wahyana sebagai hari-harinya hanya dipanggil dengan
pribadi yang tidak mudah putus asa. sebutan Bu Wongso. Dalam tulisan-
Ia tetap gigih menghadapi berbagai tulisannya Satim Kadaryono sering
cobaan. Misalnya, ia diasuh orang menggunakan nama S. Kadaryono,
lain (janda) atau tanpa bimbingan Satim K., dan S.K. Kariernya seba-
orang tua. Suatu hari Wahyana di- gai pengarang dimulai dari ketika ia
fitnah sehingga ditangkap polisi dan menjadi wartawan. Pada tahun 1950
ditahan. Berkat kejujuran dan ketu- ia ke Surabaya. Setahun kemudian,
lusan hatinya semua kesulitan itu da- oleh Imam Supardi, ia diajak untuk
pat diatasi. Akhirnya, Wahyana ber- bergabung dengan Panjebar Sema-
hasil menjadi wedana. Pengalaman ngat. Ketika tahun 1954 majalah Ke-
hidup Wahyana hampir sama dengan kasihku (majalah khusus sastra yang
cobaan yang dihadapi Ki Kasan terbit sekali sebulan) terbit, Satim pun
Ngali. Dengan demikian, Sastrahar- menjadi pengasuhnya. Sayang, ma-
sana cenderung mengolah masalah- jalah ini tidak berumur panjang. Ta-
masalah sosial untuk memberikan hun 1965, Satim Kadaryono berga-
pesan moral kepada pembaca bahwa bung dengan majalah Jaya Baya dan
cobaan tidak boleh membuat sese- di dalam majalah itu ia menjadi staf
orang putus asa. redaksi.
Novel karya Sastraharsana telah Sebenarnya banyak sudah karya
mendapat tanggapan dari beberapa sastra yang telah ditulis dan dipu-
pemerhati sastra, di antaranya Rass blikasikan oleh Satim Kadaryono.
(1985), Subalinata (1994), dan Wi- Hanya saja, yang paling terkenal dan
dati dkk. (2001). Subalidinata me- istimewa adalah novelnya Timbreng
nyatakan bahwa novel Mrojol Se- (Djojo Bojo, 1994). Dikatakan isti-
laning Garu termasuk novel bertema mewa karena, novel yang semula di-
pendidikan sosial. Berdasarkan per- muat sebagai cerbung di Jaya Baya
soalan yang tertuang dalam kedua tahun 1975 dan kemudian diterbit-
novel tersebut dapat diketahui bah- kan menjadi buku (novel) tahun
wa Raden Sastraharsana memiliki 1994 itu, oleh tim penyeleksi ditetap-
pemikiran yang sejalan dengan pen- kan sebagai peraih hadiah sastra Ran-
didikan modern, seperti pentingnya cage tahun 1995. Hasil karyanya
466 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang lain, yaitu novel Sampyuh logi ini terjadi sekitar tahun 1945
(Yogyakarta, 1966), Nelly Jansen sampai dengan awal tahun 1950-an,
(Aneka), Sakuntala (berupa saduran, khususnya yang bersangkut paut de-
Panjebar Semangat, 1951), Jendral ngan masalah moralitas manusia In-
Sudirman (Panjebar Semangat, donesia.
1951), Pandawa Ngenger, Wahyu
Tjakraningrat (Panjebar Semangat), sekar (lihat tembang)
Swarga Ginawe Ayu (1954), Gelung
Setan (1955), Nebus (1955), Jurjen sem
(1957). Cerpen “Cocog” masuk da- Istilah sem tidak ditemukan da-
lam Kemandhang (Balai Pustaka, lam Bausastra Jawa karya Poerwa-
1958). darminta (1939). Istilah itu hanya da-
pat ditemukan di dalam buku tuntun-
satire an pedalangan atau pewayangan, mi-
Satire adalah sejenis gaya berce- salnya dalam Wahyu Purba Sejati
rita yang mengandung sindiran karya Ki Siswoharsojo (1966). Da-
untuk tujuan estetik dan moral. Sa- lam pengantar buku tersebut dijelas-
tire dalam karya sastra dimaksudkan kan tentang seni pedalangan secara
untuk menimbulkan cemooh, nista, singkat. Dalam penjelasan buku ter-
atau perasaan muak terhadap penya- sebut ditunjukkan 6 hal, yaitu (1)
lahgunaan dan kebodohan manusia renggep, (2) greget, (3) nges, (4)
serta pranatanya. Di samping itu, sa- sem, (5) udanagari, dan (6) tutuk.
tire bertujuan mengoreksi penyele- Jadi, sem adalah unsur keempat yang
wengan dengan jalan mencentuskan harus dikuasai seorang dalang ketika
kemarahan dan tawa bercampur de- ia akan mendalang. Sem ialah kepan-
ngan kecaman dan ketajaman pi- daian atau kemahiran seorang dalang
kiran. Satire sering digunakan di da- dalam menyusun kata-kata atau tin-
lam karya sastra jenis dongeng bi- dak-tanduk—ketika memasuki ade-
natang, misalnya Gulliver’s Travels gan percintaan—yang mampu me-
(1726) karya Swift atau Animal mikat dan mengendalikan emosi pe-
Farms (1945) karya George Orwell. nonton. Ada 4 unsur pokok yang di-
Di dalam sastra Jawa, satire dapat di- anggap sebagai pengendali emosi pe-
ambil contoh lewat karya antologi nonton, yaitu banyol (unsur banyol
yang berjudul Dongeng Sato Kewan itu sejajar dengan cucut), greget,
(1952) karya Priyana Windunata. nges, dan sem. Seorang dalang harus
Dongeng-dongeng yang terangkum mampu menyusun kata-kata pengi-
dalam antologi itu bertujuan ingin kat berbagai jenis emosi, terutama hu-
mencemooh, menista hati, menimbul- mor atau lucu (banyol), tegang atau
kan rasa muak pembaca, dan me- marah (greget), haru atau trenyuh
nyindir terhadap penyalahgunaan (nges), dan rasa erotis atau cinta
sesuatu oleh manusia. Peristiwa-pe- (sem). Pada umumnya, penonton ter-
ristiwa yang disindir di dalam anto- tarik menonton wayang selama se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 467

hari semalam dikarenakan dalang gakan ada yang berupa kata, kelom-
mampu memeras air mata penonton pok kata, wangsalan, dan ekspresi
dengan kemahirannya menyusun ka- onomatopik. Ragam ekspresi ono-
ta-kata yang nges, mampu membuat matopik paling dominan muncul da-
penonton tergelak-gelak dengan ke- lam gendhing garap kethoprakan dan
mahirannya melucu (unsur banyol rambangan (palaran). Misalnya,
sebenarnya dapat disejajarkan de- untuk garap Sinom Kethoprak, de-
ngan cucut), menimbulkan rasa te- ngan buka-celuk larik pertama, des-
gang atau marah dengan kemapuan- kripsi lengkap cakepan baku (cetak
nya menyusun kata-kata yang me- tebal) dan senggakan-nya (cetak mi-
nimbulkan greget atau tegang, dan ring dalam kurung) sebagai berikut.
mampu membangun kepekaan erotik
Nulada laku utama
penonton dengan kepandaiannya me-
(Sing lanang seniman, sing wa-
ngatur sem.
don seniwati...bandhane nglum-
Wayang ialah salah satu khaza-
puk)
nah budaya tradisi Jawa, yang dike-
Tumrape wong tanah Jawi
nal sangat baik oleh generasi tua, dan
(Ya sing sabar lan aja kesusu,
menjadi bagian dari persepsinya da-
sawahe jembar-jembar parine
lam penciptaan cerita panjang atau
lemu-lemu)
novel. Dalam disertasinya yang me-
Wong Agung ing Ngeksiganda
ngambil objek novel Jawa tahun
(Blarak disampirake, omahe ce-
1950-an, Sapardi Djoko Damono me-
rak ra ngampirke, ngono ning
lihat kedekatan sebagian struktur
aja ngono)
penceritaan (literary devices) novel
Panembahan Senapati
Jawa dengan struktur tradisional wa-
(Orang-aring, kudu eling sing
yang. Misalnya, dalam penataan la-
peparing)
tar tempat dan tokoh dalam novel
Kapati hamarsudi
Kembang Kanthil (1957) karya
(Gotong royong, gotong royong
Senggono, Jodho kang Pinansthi
nyambut gawe, dha rana yuk!)
(1952) karya Sri Hadidjojo, dan Sri
Sudanen hana lan napsu
Kuning (1953) karya Hardjowirogo
(Loro telu papat lima enem, pa-
terdapat penataan spesifik yang me-
rine lemu-lemu, rakyate ayem
ngingatkan pada janturan, gendhing,
tentrem, ya ya u...)
banyol, sabet, dan antawacana.
Pinesu tapa brata
(Timun sigarane, ayo mbangun
senggakan negarene, ngono ning ja ngono)
Senggakan adalah “aspek ver-
Tanapi ing siyang ratri
bal” yang dimasukkan ke dalam gen-
(Degane kambil ijo, bejane sing
ding tertentu yang sudah baku. Seng-
duwe bojo, nanging aja loro...)
gakan posisinya berada di sela-sela
amamung karyenaktyas ing
cakepan ‘syair’, baik sindhenan
sasama
maupun gerongan yang baku. Seng-
468 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Dalam garap palaran atau ram- sus sekolah guru desa, ia banyak ber-
bangan, karena tidak ada patokan gaul dengan kawan-kawannya di as-
bakunya, senggakan yang biasa di- rama yang kebanyakan keturunan
pakai menyesuaikan dengan situasi orang Jawa (yang tinggal di Gading-
atau berdasarkan kesepakatan para rejo). Selain itu, perkenalannya de-
wiraiswara. Ekspresi semacam ho- ngan seorang guru dari Pringsewu
ha i-u-i-u, ha-ho-ha iiu-iu; iwal- yang mengajar di Sekolah Jawa se-
iwul-iwal-iwal-iwet jenang katul makin menambah kegemaran dan
kurang enjet; es cau, dhasar anyep; kemampuannya berbahasa Jawa. Se-
merupakan satuan-satuan ekspresi telah lulus dari CVO, Senggono di-
lingual yang sering digunakan dalam angkat menjadi guru. Sebagai se-
kaitan ini. orang guru ia telah berkali-kali di-
pindahtugaskan di berbagai daerah
senggono (1924—1999) di Lampung sejak zaman Belanda,
Senggono sebenarnya bukanlah Jepang, dan Kemerdekaan. Hanya
pengarang yang lahir di Jawa, me- saja, meskipun ketika itu telah men-
lainkan di Kotabumi, Lampung Uta- jadi guru dan memiliki kemampuan
ra, pada 24 Juni 1924. Hanya saja, berbahasa Jawa, ia belum tergerak
karena ia hidup dan dibesarkan di untuk mengembangkan bakatnya di
dalam lingkungan keluarga Jawa– bidang penulisan kreatif (mengarang
orang tuanya berasal dari Purworejo, sastra).
Jawa Tengah, yang pada zaman pen- Barulah ketika tahun 1951 pin-
jajahan Belanda bekerja sebagai man- dah ke Jakarta dan bekerja di Balai
dor jalan di Lampung—Senggono Pustaka, Senggono mulai aktif dan
pandai membaca dan menulis baik kreatif menulis dan mempublikasi-
huruf Latin maupun Jawa. Kepan- kan karya sastranya, baik Indonesia
daiannya itu tidak lain karena sejak maupun Jawa. Hal itu tidak lain dise-
kecil ia diajari membaca dan menulis babkan di Balai Pustaka ia bertemu
oleh ayahnya (Sumo Sedono); dan dan bahkan menjadi staf Hardjowi-
bukan suatu kebetulan ketika itu rogo (keturunan Ki Padmosusastro),
orang tuanya berlangganan majalah seorang ahli bahasa dan sastra Jawa.
berbahasa Jawa seperti Kajawen dan Pada tahun 1958, misalnya, Senggo-
Panjebar Semangat. Oleh sebab itu, no telah menulis dan menerbitkan no-
ketika masih sekolah di Vervolgschool vel Jawa berjudul Kembang Kanthil
ia sudah memiliki hobi membaca ber- (Balai Pustaka, 1958). Novel yang
bagai macam majalah, termasuk ma- terdiri atas 10 bagian ini berbicara
jalah berbahasa Jawa. tentang demokrasi di pedesaan, ke-
Kepandaian dan kelancarannya jahatan, takhayul, dan dibumbui de-
berbahasa Jawa semakin hari sema- ngan percintaan. Selain itu, ia juga
kin meningkat karena pada saat me- menulis dan menerbitkan cerita ber-
nempuh pendidikan di CVO (Cursus sambung dalam majalah berbahasa
voor Volks Onderwizers), yakni kur- Jawa, di antaranya “Wahyu saka Ku-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 469

bur”, “Nunggu Idah”, dan “Isih Ana pa, dan Kisah Seruas Bambu. Ka-
Lintang”. Di dalam karangan-ka- rangan-karangan ini disiarkan mela-
rangan ini Senggono menggunakan lui berbagai media massa seperti Me-
nama samaran Seng Go Nio. dan Bahasa, Pembimbing dan Pem-
Pada tahun yang sama Senggono baca, Taruna, dan Pustaka dan Bu-
juga menyusun dan menerbitkan an- daya; sedangkan karangan lain yang
tologi cerpen (cerkak) berjudul Ke- berbahasa Jawa disiarkan melalui
mandhang (Balai Pustaka, 1958). majalah Jaya Baya, Panjebar Sema-
Buku antologi ini memuat 17 buah ngat, Mekar Sari, Crita Cekak, dan
cerpen yang ditulis oleh 14 cerpenis. Waspada. Hanya sayangnya, masa
Barangkali, antologi Kemandhang kreatif Senggono mulai surut karena
ini dapat dikatakan memiliki kedu- sejak tahun 1964 ia keluar dari Balai
dukan yang setaraf dengan antologi Pustaka dan pulang ke Lampung,
Gema Tanah Air susunan H.B. Jas- termasuk keluarga mertua yang di-
sin. Adapun cerpen yang dimuat da- ajak serta tinggal di Lampung. Di
lam Kemandhang, yaitu (1) “Eman Lampung (Tanjungkarang) Senggo-
Dhik Aku wis Duwe” karya Argarini, no kemudian bekerja di Jawatan Pe-
(2) “Sssst … Aja Kandha-Kandha” nerangan Kabupaten Lampung Se-
karya Any Asmara, (3) “Bali” karya latan yang kantornya berada di kota
Basuki Rachmat, (4) “Nglari Endah Telukbetung. Di Jawatan Penerang-
Swasana” karya Dwi Prasojo S., (5) an itu ia menduduki jabatan sebagai
“Marga Godhaning Sripanggung” Kepala Bagian Pers dan Publisitas.
karya Hadi Kaswadi, (6) “Anak Ku- Beberapa tahun kemudian, ia pindah
walon” karya Liamsi, (7) “Klebu ke Direktorat Pembangunan Masya-
Gelar” karya Liamsi, (8) “Layange rakat Desa Propinsi Lampung seba-
Jenate Dhik Ar” karya R. Nugroho, gai Kepala Bagian Tata Usaha hing-
(9) “Wekasane Krisis” karya Poer- ga pensiun tahun 1980.
wadhie Atmodihardjo, (10) “Co- Sejak pensiun Senggono tidak be-
cog?” karya Satim Kadaryono, (11) gitu aktif menulis karya sastra. Oleh
“Dina Bakda Nggawa Beja” karya karena itu, sampai dengan istrinya
Subagijo I.N., (12) “Woh Kuldi” kar- (Suwarti) mengirim kartu pos ke-
ya Soekandar S.G., (13) “Wusanane pada Subagijo I.N. tahun 1999 yang
Kajodheran” karya Soemarno, (14) berisi berita duka atas meninggalnya
“Bengi ing Pinggir Kali” karya St. suaminya (Senggono) (lihat Jaya Ba-
Iesmaniasita, (15) “Swaraning Ke- ya, 1 Agustus 1999), jarang dijum-
capi” karya St. Iesmaniasita, (16) pai karya-karya Senggono. Senggo-
“Pungkasaning Aku kang Menang” no meninggal pada hari Selasa, 29
karya Ny. Nugroho, dan (17) “Dhom- Juni 1999, pukul 19.20 WIB, dima-
pet” karya Ny. Sugroho. kamkan di TPU Kebun Jahe, Rabu,
Sementara itu, karyanya yang 30 Juni 1999, dalam usia 75 tahun.
berbahasa Indonesia, antara lain Aji Di akhir hayatnya ia meninggalkan
Saka, Empu Mang Ismail, Empu Su- seorang istri dan delapan orang anak.
470 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sengkalan Secara ringkas watak kata-kata


Sengkalan adalah angka tahun itu dapat disatukan dalam sebuah
yang tidak ditampilkan dalam bentuk tembang seperti berikut ini.
angka tetapi diganti dengan kata-ka-
DHANDHANGGULA
ta atau gambar. Kalau angka tahun
itu diganti dengan kata-kata, seng- Janma buweng wani tunggal,
kalannya disebut sengkalan lamba. Gustipanganten dwi akekan-
Sebaliknya, jika diganti dengan gam- then asta,
bar, sengkalannya disebut sengkalan gegeni putri katlune,
memet. Kata-kata yang digunakan papat agawe banyu,
dalam sengkalan atau kronogram itu buta lima amanah angin,
mempunyai watak bilangan tertentu. sad rasa kayu obah,
Secara rinci watak bilangan dalam wiku pitweng gunung,
kata-kata dapat dideskripsikan se- gajah wewolu rumangkang,
bagai berikut. dewa sanga anggeganda terus
Watak satu : nama barang atau ben- manjing,
da yang jumlahnya hanya satu, dhuwur wiyat tanpa das.
benda yang berbentuk bulat, dan ‘Manusia bulat berani tunggal
manusia. Gusti
Watak dua : barang atau benda yang pengantin berdua bergandeng
jumlahnya pasti dua buah. tangan
Watak tiga : api dan barang atau ben- menyalakan api putri ketiganya
da yang berkaitan dengan api. empat membuat air
Watak empat : air, kata-kata yang ber- lima raksasa memanah angin
makna “membuat”, dan benda- enam rasa kayu bergoyang
benda yang berisi air. pendeta tujuh gunung
Watak lima : raksasa, panah, dan delapan gajah merangkak
angin. sembilan dewa mencium terus
Watak enam : sebutan untuk rasa, masuk
kata-kata yang mengandung langit tinggi kosong.’
makna “gerak” dan “kayu”, ser-
ta nama binatang insek. Contoh sengkalan:
Watak tujuh : gunung, pendeta, naik, Sirna (0) Ilang (0) Kertaning
dan kuda. (4) Bumi (1) = tahun 1400 (pe-
Watak delapan : gajah dan reptil. nyusunan angka dilakukan dari
Watak Sembilan : dewa dan barang belangkang ke depan).
atau benda-benda yang dianggap Wiwara (9) katon (2) kembar (2)
berlubang. = tahun 229
Watak kosong : kata-kata yang me- Putri (3) tata (5) trus (9) ma-
ngandung makna “tidak ada”, la- nunggil (1) = tahun 1953
ngit, dan tinggi.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 471

serat menak Pakualaman, nomer 0020). Serat


Serat Menak adalah karya sastra Menak versi R. Ng. Yasadipura ter-
jenis wiracarita keislaman. Serat bagi dalam episode-episode yang se-
Menak dalam khazanah sastra Jawa akan-akan episode-episode tersebut
kebanyakan merupakan hasil resepsi menjadi lakon-lakon yang berdiri sen-
dan transformasi dari kesusasteraan diri, misalnya Menak Sarasehas, Me-
Melayu. Misalnya, Hikayat Amir nak Lare, Menak Jobin, Menak Me-
Hamzah digubah menjadi Serat sit, Menak Kanjun, Menak Sathit,
Menak oleh R. Ng. Yasadipura. Di Menak Balnggi (Gulangge), Menak
samping itu, jalan cerita antara Hi- Jamin Ambar, dan sebagainya. Serat
kayat Amir Hamzah dan Serat Me- Menak versi Yogyakarta tidak ter-
nak sejajar. Oleh karena ada kemi- bagi dalam episode-episode dan me-
ripannya dengan Satra Panji yang po- rupakan sebuah buku yang utuh.
puler, karya Sastra Menak dapat ter-
sebar luas di masyarakat. Sampai sa- sinom
at ini, nama para tokoh Sastra Me- Sinom adalah nama salah satu
nak masih dipakai sebagai nama diri, jenis tembang macapat. Kata sinom
misalnya Rustam, Ambyah, Rusda- secara harafiah berarti (1) pucuk da-
rundiyo, Kusniyo, dan sebagainya. un muda, dan (2) daun asam yang
Bahkan, di Yogyakarta ada jalan yang masih muda. Kedua makna tersebut
bernama tokoh menak, yaitu Jalan menandai keadaan usia muda. Tem-
Kalisahak dan Sekardwijak (tokoh bang Sinom berwatak ceria, ramah,
kuda). Sastra Menak menjadi popu- dan menyenangkan. Oleh karena itu,
ler karena juga ditampilkan dalam jenis tembang tersebut lebih tepat
wayang golek yang melakonkan ki- untuk berdialog secara bersahabat,
sah-kisah Menak. Bahkan, kisah Me- untuk melahirkan cinta kasih, dan
nak juga populer sebagai pertunjuk- untuk menyampaikan amanat atau
an rakyat, misalnya lewat tradisi nasihat. Tembang Sinom sebagaima-
mbarang ‘mengamen’ yang kemu- na halnya tembang macapat lainnya
dian dikenal dengan nama wong terikat oleh guru gatra, guru wila-
mbarang jemblung. Jemblung ada- ngan, dan guru lagu. Perwujudan
lah nama tokoh dalam Sastra Me- struktur tembang Sinom itu dapat di-
nak. Di samping itu, pengamen Le- deskripsikan sebagai berikut ini: 8 –
dhek Kethek kadang-kadang me- a, 8 - i, 8 - a, 8 - i, 7 - i, 8 - u, 7 - a,
mainkan lakon Menak. 8 - i, 12 – a.
Serat Menak dibagi menjadi dua Contoh:
versi, yaitu versi Surakarta dan Yog- SINOM
yakarta. Versi Surakarta tampak Lamun sira paksa nulad
dalam karya-karya R. Ng. Yasadi- tuladhaning Kangjeng Nabi
pura, sedangkan versi Yogyakarta O, ngger kadohan panjangka
terdapat dalam naskah yang berjudul watake tan betah kaki
Serat Sujarah Darma (Koleksi Pura sarehne sira Jawi
472 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sathithik wae wus cukup sejak sekolah memiliki kegemaran


awya guru aleman membaca dan olah raga ini mengaku
nelad khas ngeplegi pekih bahwa ia mengarang dengan belajar
lamun pengkuh pangangkah sendiri secara otodidak. Meskipun
yekti karahmat. kini tidak lagi produktif, karena ma-
sa produktifnya terjadi sekitar tahun
‘Seandainya engkau harus me-
1980 hingga 1996, ia ingin tetap te-
niru
rus mengarang/menulis karena me-
teladan Kanjeng Nabi
nulis baginya sudah menjadi hobi.
Oh Nak, terlalu jauh
Bahkan, ia –yang masih bersaudara
biasanya tidak mampu
dengan Titah Rahayu ini—selalu
oleh karena engkau orang Jawa
ingin menjadi penulis yang baik.
sedikit saja sudah cukup
Selama menjadi pengarang Sita
tidak usah gila pujian
T. Sita telah mempublikasikan kar-
dapat meniru persis fikih
ya-karyanya ke berbagai majalah
jika kuat dalam kemauan nis-
dan koran, baik berbahasa Jawa (Ja-
caya memperoleh rahmat.’
ya Baya, Panjebar Semangat, Dja-
ka Lodang, Mekar Sari, Parikesit,
sita t. sita (1958—)
dan Jawa Anyar) maupun berbahasa
Nama aslinya Sudjilah. Nama
Indonesia (Semeru, Mingguan Gu-
Sita T. Sita digunakan dalam karang-
ru, Karya Darma, dll.). Beberapa
an-karangannya. Ia lahir di Treng-
karya pengarang wanita yang kini
galek, Jawa Timur, 8 Mei 1958. Pen-
tinggal di Jalan Melati 12, Bendorejo
didikan formal yang telah dilaluinya:
16/08, Pogalan, Trenggalek, Jawa
SD Bendorejo (lulus 1970), SMP Po-
Timur ini, ialah berikut. Karya-kar-
galan (lulus 1973), SMEA Trengga-
yanya yang ditulis dalam bahasa In-
lek, Jurusan Tata Buku (lulus 1976),
donesia, antara lain, “Sepercik Ke-
dan S-1 Jurusan PMPKN IKIP PGRI
sadaran” (Mingguan Guru, 1980),
Trenggalek (lulus 1999). Sementara
“Harapan di Pulau Seberang” (Kar-
itu, di samping mengarang, ia memi-
ya Darma, 1981), “Murungnya Anak
liki pekerjaan tetap. Pertama, sejak
Haram” (Karya Darma, 1983), “Di
tahun 1981 ia menjadi staf Tata Usa-
Antara Dua Wanita” (Semeru, 1992),
ha di SMP 1 Pogalan hingga tahun
dan masih banyak lagi.
2000. Tahun 2000 hingga 2002 ia di-
Sementara itu, karya-karyanya
angkat sebagai Kepala Urusan Tata
yang ditulis dan dimuat dalam maja-
Usaha SMP 2 Pogalan. Terakhir, ka-
lah Jaya Baya, antara lain, “Sandi-
rena seorang sarjana, ia beralih tugas
wara” (1979), “Tamu”, “Primado-
menjadi guru SMP 3 Karangan,
na”, “Kepilut Gebyar” (1990), “Nyo-
Trenggalek.
nya Aspri” (1995), “Kaca Pangilon”
Sita T. Sita mulai mengarang
(1996), dan lain-lain. Karya yang di-
sekitar tahun 1979, tidak hanya da-
muat di majalah Panjebar Semangat,
lam bahasa Jawa, tetapi juga dalam
antara lain, “Maratuwa” (1979),
bahasa Indonesia. Pengarang yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 473

“Wuwu”, “Pamothahe Bapak” mengikuti perkembangan yang ter-


(1992), dan “Ketlikung Tali Wuyung” jadi atas ketidakadilan yang menim-
(1994). Sedangkan karya yang di- pa perempuan. Karena itu, ia pun ba-
muat majalah Djaka Lodang, antara nyak menulis cerkak dengan tema
lain, “Frustasi” (1980), “Dalan Iku yang bernada “membela perempu-
sing Dipilih” (1981) dan “Mleset sa- an”. Selain itu, hal yang hampir tak
ka Angen-Angen”. Dalam Parikesit pernah dilewatkan oleh pengarang
dimuat pula karyanya “Impene Bo- yang sering menggunakan nama sa-
cah Angon” (1981), “Sacuwil Pa- maran Ammi EN ini adalah mende-
ngarep-Arep”, “Kasetyan” (1982), ngarkan siaran pembacaan buku
dan lain-lain. Dalam Mekar Sari dan oleh Abbas CH di Radio Reco Bun-
Putera Kita, antara lain, dimuat kar- tung Yogyakarta.
yanya “Salah Alamat”, “Pilihane Di antara sejumlah karya Siti
Ibu”, “Calon Maratuwa”, “Endah- Aminah yang telah terbit, yaitu cer-
ing Katresnan, Paiting Kanyatan”, pen “Adhi” (Jaya Baya, 16 April
dan “Jaka Pekik”. Karya berjudul 1997), “Arjuna” (Djaka Lodang, 18
“Esem Pangapura” dan “Warisan” Oktober 1997), “Bali” (Jaya Baya,
dimuat dalam Jawa Anyar (1993) 29 Maret 1998), “Bintang Tobong”
dan Tilik Desa (1991). (Jaya Baya, 12 Januari 1997), “Bu-
ron” (Penjebar Semangat, 16 Maret
siti aminah (1972—) 1998), “Cecak” (Jaya Baya, 4 Mei
Siti Aminah lahir di Yogyakarta 1997), “Dhudha” (Jaya Baya, 9 Juni
pada 4 Oktober 1972. Saat ini ber- 1996), “Gegayuhan-Gegayuhan
sama suami dan anaknya—termasuk Iku” (Jaya Baya, 14 April 1996),
orang tuanya— tinggal di Bener TR “Kebacut” (Penjebar Semangat, 28
IV/97, Yogyakarta. Ayahnya berna- September 1996), “Mantu” (Djaka
ma Yusuf dan ibunya bernama Ro- Lodang, 27 Agustus 1996), “Mbe-
liyah. Siti Aminah berasal dari ke- dal” (Djaka Lodang, 14 Juli 1997),
luarga yang memiliki jiwa wira- “Nglangut” (Jaya Baya, 11 Februari
swasta. Pendidikan dasar, menengah, 1996), “Pacoban” (Djaka Lodang,
dan tinggi ditempuh di kota Yog- 25 Oktober 1997), “Pesugihan” (Ja-
yakarta. Sejak 1997 Siti Aminah be- ya Baya, 1 Juni 1997), “Randha”
kerja di LSM Rifka Annisa Yogya- (Penjebar Semangat, 12 April 1997),
karta. “Rasa” (Penjebar Semangat, 17
Siti Aminah mulai menulis sas- Agustus 1996), “Sapatemon “ (Jaya
tra Jawa pada tahun 1993. Puisi dan Baya, 10 Mei 1998), “Saumpama”
cerpen berbahasa Jawa karyanya ter- (Penjebar Semangat, 7 Maret 1998),
sebar di berbagai majalah, terutama “Tamu” (Penjebar Semangat, 5 Ok-
Djaka Lodang (Yogyakarta), Jaya tober 1996), “Tukang Kebon” (Djaka
Baya, dan Panjebar Semangat (Su- Lodang, 9 Agustus 1997), “Uwal”
rabaya). Setelah terlibat aktif di Lem- (Penjebar Semangat, 9 Agustus
baga Rifka Annisa, ia aktif pula
474 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

1997), dan “Lara” (Djaka Lodhang, publikasikan dalam Medan Bahasa


20 Juli 1996). Bahasa Indonesia dan Horison.

s.l. supriyanto (1937—) slamet isnandar (1946—)


Pengarang ini lahir di Pati, Jawa Slamet Isnandar lahir di Kediri
Tengah, pada 9 April 1937. Sejak pada 8 Juli 1946. Ia adalah anak ke-
menyelesaikan SD (1951) dan SLTP dua dari tiga bersaudara pasangan
(1954) ia tidak lagi berada di kota Moerdi Josomoersito (Kediri) dan Su-
kelahirannya, tetapi di Kudus. Selan- lasmi (Sala). Menikahi Johariah pa-
jutnya ia meneruskan STM Jurusan da 1972 dan kemudian dikaruniai ti-
Listrik di Semarang (tamat 1958). ga orang putra: T. Widyatmaka, S.Pd.
Terakhir ia menggondol gelas sarja- (lahir 1973), T. Ratnaningtyas, S.Si.
na muda Jurusan Listrik dari ATPUT (lahir 1974), dan T. Widyaretnadi,
di Bandung (1965). Setamat dari S.H. (lahir 1975). Dalam berkarya
ATPUT ia bekerja di PLN dan di- Slamet Isnandar seringkali menggu-
tempatkan di Daerah Eksploitasi XII nakan nama samaran: Puspa Winadi
Jakarta. Jabatannya ketika itu adalah dan Welfare Radnansi.
Kepala Seksi Konstruksi. Selanjut- Masa kecil dan remaja Slamet
nya ia ditempatkan di Bogor sebagai Isnandar dilalui di kota Demak, Sala,
Masinis Sentral Listrik. Begitu juga dan Kudus. Sekolah Dasar (1953—
ketika dipindahkan ke Sukabumi. Ja- 1959) di Demak, SMP (1959—1962)
di, dilihat dari pendidikan dan peker- di Sala, dan SMA (1962—1965) di
jaannya selama ini benar-benar itu ti- Sala dan Kudus. Selepas SMA ia ti-
dak berkaitan dengan kesastraan, dak langsung melanjutkan ke pergu-
apalagi sastra daerah (Jawa). ruan tinggi karena terbentur biaya.
S.L. Supriyanto lebih banyak me- Tahun berikutnya ia baru dapat me-
nulis cerkak daripada guritan. Be- lanjutkan pendidikan ke IKIP Sura-
berapa cerkak-nya telah diantologi- baya; itu pun harus nyambi kerja se-
kan secara bersama dengan penga- rabutan mulai dari menjadi kuli pe-
rang lain, misalnya “Kebogiro” da- labuhan (Kali Mas) hingga menjadi
lam Javanese Literature Since Inde- guru. Ia tercatat sebagai karyawan
pendence (1979) susunan J.J. Ras CV Merdeka di Surabaya tahun
dan “Rongeh lan Prawan Tuwa” da- 1966—1977 dan mengajar di seko-
lam Antologi Puisi Jawa Modern lah-sekolah swasta tahun 1976-1986.
1940—1980 (1985) suntingan Su- Kerja keras, keprihatinan, dan sema-
ripan Sadi Hutomo. Dan selebihnya ngat juang yang tak mengenal lelah
dipublikasikan dalam Crita Cekak, akhirnya membuahkan hasil. Tahun
Panjebar Semangat, Jaya Baya, 1972 Slamet Isnandar meraih gelar
Waspada, Kekasihku, dan Medan sarjana muda dan tujuh tahun kemu-
Bahasa Basa Jawi. Sementara itu dian (1979) diangkat menjadi guru
karyanya dalam bahasa Indonesia di- SMP Negeri 3 Surabaya. Selain itu,
juga masih juga mengajar di salah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 475

satu SMP di Gresik sampai seka- di Hutomo, dan beberapa lainnya da-
rang. Gelar sarjana (S1) baru dipero- lam antologi Lintang-Lintang Abyor.
leh pada tahun 1986.
Karya pertamanya, dalam baha- šlesa
sa Indonesia, dimuat di majalah Kun- Istilah šlesa berasal dari bahasa
cung tahun 1960. Disusul kemudian Sanskreta yang digunakan dalam ba-
karya berbahasa Jawa yang dimuat hasa Jawa Kuna, khususnya puisi Ja-
di “Taman Putra” majalah Panjebar wa Kuna (kakawin). Istilah šlesa te-
Semangat (1963). Selanjutnya, karya- tap memiliki arti yang sama dengan
karyanya tersebar di majalah Dharma yang digunakan dalam bahasa asli-
Nyata, Jaya Baya, Parikesit, Pustaka nya (Sanskreta). Adapun šlesa mak-
Candra, bulletin Baluwarti (Sala), sudnya adalah suatu kata yang meng-
dan Kethintang (Surabaya). ekspresikan dua atau tiga arti. Beri-
Menulis sastra Jawa menurutnya kut contoh šlesa.
lebih menyenangkan karena mem- Ya wuwus Sang Indrajit asing-
berikan kepuasan tersendiri sebagai hanãda/ mangadêp sudhîra
orang Jawa. Untuk menambah wa- magalak/
wasan kesastraannya, ia rajin meng- mari sang bapãlara tumon ya
hadiri sarasehan di berbagai kota se- rodra kadi/ singha šîghra
perti Surabaya, Ungaran, Salatiga, lumaku/
Bojonegoro, dan Surakarta. Sejak ta- metu ring ranãgana huwus
hun 1996 ia tidak aktif menulis lagi. mahoma/ inanugrahan ratha
Dan dalam kiprahnya bersastra Jawa magöng/
ia pernah mendapat penghargaan se- kalawan wimohanašarãstra
bagai juara III dalam lomba menga- yekana paweh Bhatãra i riya//
rang cerkak dan guritan yang diada-
‘Demikian kata Sang Indrajit
kan oleh Pusat Kesenian Jawa Te-
lalu memekik seperti suara se-
ngah (PKJT) tahun 1980 atas cerpen-
ekor singa/
nya “Ketiban Cecak” dan guritan-
sambil berdiri sangat perkasa
nya “Prisma”.
dan galak
Beberapa karya guritan Slamet
ayahnya tidak kuatir ketika ia
Isnandar telah diantologikan dalam
melihat putranya,/
beberapa antologi bersama, antara
yang perkasa bagaikan siga, se-
lain, “Surabaya” dalam Drona Gu-
gera berangkat/
gat (Bukan Panitia Parade Seni WR
ia berangkat segera menuju me-
Supratman), “Sangsaya Adoh Pla-
dan perang,/
yune”, “Guritan Perih ing Cahya
setelah ia memuja dan diberi ke-
Rembulan”, “Kutha Iki Kuthaku”
reta yang sangat besar/
dalam Kabar Saka Bendulmrisi
beserta panah Wimohana (panah
(PPSJS, 2001), “Nonton Menak-
yang membuat orang/
jinggo Edan” dalam Antologi Puisi
menjadi bingung) hadiah dari
Jawa Modern suntingan Suripan Sa-
dewata.//’
476 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

šlista ga menjadi sarjana, meskipun seba-


Istilah šlista dari bahasa Sans- gian besar hidupnya hanya ditopang
kreta yang digunakan dalam bahasa oleh profesinya sebagai penulis.
Jawa Kuna, khususnya puisi Jawa Orang tua Soebagijo adalah gu-
Kuna (kakawin). Istilah šlista tetap ru. Karenanya, tidak heran jika ia ju-
memiliki arti yang sama dengan yang ga tertarik terjun ke dunia pendidik-
digunakan dalam bahasa aslinya an. Tahun 1939 ia masuk pendidikan
(Sanskreta). Adapun šlista maksud- dasar guru HIK Muhamadiyah Yog-
nya adalah suatu kata yang berhu- yakarta. Tahun 1942 ia memilih se-
bungan dengan, bersatu, samar, am- kolah di kampung halaman sendiri,
bigu. Berikut contoh šlista. yaitu SGL (Sekolah Guru Laki-La-
Bwat šlista ta ya wih samena- ki) di Blitar. Setelah lulus, ia sempat
nya n sphuta menjadi guru di sekitar kota kelahir-
ekãartha kalingan ika annya, yaitu di Sidomulyo.
Pada zaman Jepang Soebagijo
soebagijo i.n. (1924—) terpilih sebagai wakil karesidenannya
Soebagijo I.N. (lengkapnya Soe- untuk mengikuti pelatihan guru di
bagijo Ilham Notodijojo) lahir di Bli- gedung HCK (bekas sekolah guru
tar, Jawa Timur, pada 5 Juli 1924. untuk Cina) Jakarta. Selama tiga bu-
Pengarang yang aktif menulis sastra lan ia dilatih mempelajari bahasa dan
sejak sebelum kemerdekaan ini di- nyanyian Jepang sehubungan dengan
lahirkan di tengah-tengah keluarga banyaknya tenaga guru yang diper-
yang sederhana. Konon, berkat ke- lukan oleh pemerintah Jepang ketika
sahajaan orang tuanya ia diberi umur itu. Selanjutnya Soebagijo menem-
panjang. Di antara empat saudara- puh pendidikan Sekolah Guru Tinggi
nya, hanya ialah satu-satunya yang (Kootoo Shihan Gakko) di Jakarta,
hingga kini masih hidup meskipun memilih bidang Sastra dan Budaya
daya ingatnya menurun akibat pe- sesuai dengan keahliannya. Namun,
nyakit migren yang diderita. pendidikan ini terhenti akibat pecah
Pada tahun 1961 Soebagijo me- perang revolusi yang mengharuskan
nikahi Siti Supiah. Dari pernikahan Soebagijo meninggalkan bangku se-
ini lahir enam orang anak. Kini ia te- kolah untuk ikut berjuang (di Yogya-
lah memperoleh tujuh orang cucu. Se- karta). Selain itu, Soebagijo juga per-
bagai pemeluk Islam yang taat, Soe- nah belajar di Fakultas Hukum Uni-
bagijo telah menunaikan ibadah haji versitas Indonesia (UI), walaupun
ke tanah suci (1968). Kepada anak tidak selesai. Pendidikan terakhir di-
keturunannya, ia selalu menanamkan tempuh di Jurusan Sastra Nusantara
pentingnya nilai-nilai keagamaan, di Fakultas Sastra UI dengan gelar Sar-
samping mendidik mereka agar ge- jana Muda.
mar membaca dan mengoleksi ber- Di dunia sastra Jawa, Soebagijo
bagai macam buku. Ia berhasil me- lebih dikenal dengan sebutan Pak
nyekolahkan keenam anaknya hing- SIN, singkatan dari nama lengkap-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 477

nya (Soebagijo Ilham Notodijoyo). pengarang muda. Pada April 1949—


Seperti lazimnya penamaan menurut Februari 1957 Soebagijo menjadi
adat kebiasaan orang Jawa, Soeba- Wakil Pemimpin Redaksi Panjebar
gijo menambah nama orang tua di be- Semangat di Surabaya (bersama
lakang namanya sendiri. Pada zaman Iman Supardi). Tahun 1957 ia kem-
prakemerdekaan Soebagijo sering bali menjadi wartawan kantor An-
menggunakan nama samaran, misal- tara di Jakarta dan pernah ditugas-
nya Sotho Blitar (nama samaran di kan ke PBB untuk meliput perjuang-
Taman Putra), Puthut Sidomulya an Indonesia dalam usahanya men-
(nama samaran di Panji Pustaka), dapatkan kembali Irian Barat. Sela-
Endang Werdiningsih, Anggajali, ma tiga bulan Soebagijo melakukan
Satriya Wibowo, Adjisaka, Pak SIN, perjalanan jurnalistik ke Amerika dan
dan lain-lain. Menurutnya, nama-na- berbagai negara Eropa Barat, selain
ma samaran tersebut tidak mempu- meliput Pasukan Garuda I atas un-
nyai maksud tertentu, kecuali hanya dangan USIS. Tahun 1966—1968 ia
untuk menghindari rasa bosan bagi ditugaskan sebagai kepala kantor
pembaca. Bahkan, di kemudian hari Antara di Beograd. Jabatan terakhir
ia sadar bahwa penggunaan nama sa- Soebagijo adalah Kepala Perpusta-
maran tersebut justru merugikan diri kaan, Riset, dan Dokumentasi LKBN
sendiri karena nama asli menjadi ti- Antara, sampai pensiun tahun 1981.
dak dikenal oleh masyarakat. Selain sebagai pengarang dan
Soebagijo merintis karier kepe- wartawan, Soebagijo juga aktif di
ngarangannya sejak zaman Jepang. berbagai organisasi. Misalnya, di
Ia sering menulis di Panji Pustaka SGL Blitar dan SGT Jakarta, ia men-
dan Indonesia Merdeka. Pada awal jadi pengurus pengajian agama Islam.
revolusi kemerdekaan, tepatnya se- Tahun 1946 menjadi pengurus GPII
jak 15 Desember 1945, ia menjadi pe- (Gerakan Pemuda Islam Indonesia)
mimpin redaksi Api Merdeka terbit- dan Pandu Hizbul Wathan-Muha-
an Ikatan Pelajar Indonesia dan Jiwa madiyah Yogyakarta. Selama di Yu-
Islam terbitan Pemuda Islam Indo- goslavia ia juga menjadi Ketua Je-
nesia. Selain sebagai pengarang, Soe- maah Pengajian Indonesia. Meski
bagijo juga seorang jurnalis. Sejak sudah pensiun, Soebagijo masih te-
1956 hingga 1948 ia menjadi warta- tap aktif dalam berbagai organisasi,
wan kantor berita Antara. Namun, di antaranya Panitia Hadiah Dewan
karena Antara berhenti besamaan Pers Jakarta, Pengurus Besar Him-
dengan didudukinya kota Yogyakar- punan Penerjemah Indonesia, Re-
ta oleh Belanda, Soebagijo lalu kem- daksi Ensiklopedi Indonesia Baru,
bali ke Jawa Timur. dan Pengurus Yayasan Gedung-Ge-
Di samping itu, Soebagijo juga dung Bersejarah.
dikenal sebagai pelopor terbitnya Ketertarikan Soebagijo mengge-
Crita Cekak (1955) dan Poestaka luti bidang kepengarangan dan jur-
Roman sebagai ajang berkreasi para nalistik telah terbentuk sejak kecil.
478 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Ketika itu, oleh orang tuanya diberi tentu lebih berhasil ketika ia harus
tugas rutin untuk mengambil maja- bercerita tentang kepahitan hidup,
lah atau koran langganan yang di- pergulatan batin, gigihnya perjuang-
bayar secara patungan dengan ka- an, maupun dahsyatnya peperangan
wan ayahnya. Tugas itulah yang apabila dibandingkan dengan penga-
memberi kesempatan untuk banyak rang yang sama sekali tidak menga-
membaca. Kesempatan membaca lami masa perang atau tidak mem-
berbagai karya sastra maupun berita punyai referensi tentang situasi pe-
itu akhirnya mendorong minatnya perangan. Begitu pula bagi penga-
untuk menulis. Rasa cinta pada du- rang yang tinggal di pegunungan ten-
nia sastra juga berkat peran ibunya tu saja memiliki konsep estetika dan
(Siti Sutinah) yang sering memper- simbol-simbol yang sama sekali lain
kenalkan karya-karya sastra lama pa- jika dibandingkan dengan pengarang
danya. Dorongan untuk menulis se- yang hidup di tepian pantai. Perbe-
makin besar saat ia mendapat hadiah daan-perbedaan tersebut membuat
buku karangan ibunya; dan hal ini nuansa empirik yang berlainan satu
membuat ia semakin sayang pada dengan lainnya.
ibunya (selain kepada saudara-sau- Berangkat dari konsep itulah,
daranya). Rasa hormat dan sayang wajar jika karya-karya Soebagijo
kepada ibunya diungkapkan lewat memiliki ciri khas. Sebagai seorang
puisi berjudul “Biyungku”. Rasa sa- pendidik, pejuang, wartawan, dan ke-
yang kepada adiknya juga diung- pasrahannya terhadap Tuhan serta
kapkan melalui puisi di majalah Jaya nasib (sebagai orang Jawa), wajar
Baya berjudul “Wanita Utama”. pula jika ia melahirkan karya-karya
Senjak sebelum perang Soeba- yang bersifat didaktis, berlatar pe-
gijo telah menulis dalam bahasa Ja- rang, penuh muatan moral, dengan
wa di rubrik “Taman Bocah” maja- beberapa tokoh yang taat pada aga-
lah Kejawen dan rubrik “Taman Pu- ma. Latar perang, misalnya, dapat di-
tra” majalah Swara Tama. Ketika cermati dalam cerpen “Katresnan
sekolah di SGT Soebagijo juga me- Cawang Loro”. Di samping itu, du-
nulis sejumlah cerita pendek. Karya nia pendidikan dalam cerpen ini men-
Soebagijo yang menonjol berupa cer- dapat tekanan tertentu lewat tokoh
kak dan guritan yang dimuat di ma- Martono yang bercita-cita menjadi
jalah Panji Pustaka, satu-satunya guru. Sampai-sampai ia mengorban-
majalah yang terbit di masa penja- kan cintanya pada Pratiwi hanya un-
jahan Jepang. Karya cerpen dan tuk mencerdaskan bangsanya. Niat
puisinya yang ditulis sekitar tahun akhir pemuda ini ikut berjuang de-
1943—1949 tersebut kemudian diter- ngan menjadi tentara PETA. Semen-
bitkan dalam bentuk buku antologi tara itu, ketaatan menjalankan iba-
berjudul Seroja Mekar. dah dan sikap nasional seorang pe-
Seorang pengarang yang pernah muda Islam terlihat melalui tokoh Is-
mengalami masa perang, misalnya, kak dalam cerpen “Nyuwun Pamit
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 479

Kyai”. Hal senada juga terlihat da- sihat, melalui puisi “Ilat” diharap-
lam cerpen “Tukang Jaga ing Tepi- kan manusia mampu mengendalikan
ning Samodra”. Di sisi lain, upaya semua ucapannya.
untuk memajukan dan mencerdas- Puisi Erahing Kagunan meng-
kan bangsa terungkap lewat cerpen ungkap keinginan akan suatu bentuk
“SSS” dengan keterlibatan tokoh-to- kebebasan. Namun, puisi ini menam-
kohnya memberantas buta huruf. pilkan pemakaian bahasa yang agak
Cerpen ini sesungguhnya ingin me- ganjil. Jika tidak menyatukan kese-
ngatakan betapa penting peran guru luruhan baris demi baris dalam mem-
dalam rangka mencerdaskan kehi- baca puisi ini, akan sulitlah mema-
dupan bangsa; salah seorang tokoh- hami maksudnya. Sebuah lirik yang
nya, Siti Pangastuti, bahkan mengu- menampilkan ‘perenungan diri’ la-
tamakan pendidikan dari pada zimnya menggunakan bahasa ngoko
berumah tangga. sehingga lebih nges, tetapi Soebagijo
Persoalan moral diungkapkan menggunakan bahasa krama. Jika
Soebagijo I.N lewat cerpen “Mas Ti- dicermati, kesederhanaan tercermin
ron” yang terasa begitu satir. Cerpen dalam puisi-puisi yang diciptakan
tersebut mengungkapkan keprihatin- Soebagijo. Permasalahan yang dike-
an terhadap sikap hidup glamor yang depankan adalah masalah keseharian
mulai membudaya di masyarakat. dengan bahasa yang mudah dipa-
Semua tokoh yang diciptakan Soe- hami. Tidak ada upaya pengarang un-
bagijo hampir tidak mengalami per- tuk menciptakan kebaruan-kebaruan
kembangan. Tokoh-tokohnya hanya- yang radikal dalam puisi yang ter-
lah sebuah blue print untuk me- kadang terasa sangat romantik.
nyampaikan pesan moral yang be-
gitu mendominasi hampir keseluruh- soedarma k.d. (1934—1980)
an cerpennya. Efek dari eksistensi to- Soedarma K.D. dilahirkan di
koh tersebut adalah longgarnya alur Ngawen, Wonosari, Yogyakarta,
dan tidak terjaganya hubungan kau- pada tanggal 31 Juli 1934 dengan na-
salitas dalam membangun cerita. ma Soedarma. K.D. adalah singkatan
Tanggapan Soebagijo terhadap ke- dari Karto Dwijo (nama ayahnya).
budayaan Jawa tampak melalui be- Tepatnya, ayah Soedarma bernama
berapa puisinya. Konsep tersebut mi- Slamet Karto Dwijo, lahir di Ngawen,
salnya mencakupi persoalan pasrah tahun 1911, bekerja sebagai guru SD
dan nrima. Puisi “Jinontra Donya”, dan terakhir menjabat Kepala SD
misalnya, mengingatkan manusia Ngawen. Ibunya, bernama Suripni,
bahwa tidak ada yang kekal di dunia; kelahiran Wonogiri, tahun 1915.
karenanya diperlukan sikap pasrah Soedarma menikah dengan Su-
dan nrima, begitu juga dalam puisi warsini, seorang guru SD (1957).
“Rerengganing Ngaurip”. Kepeka- Dari pernikahan itu lahirlah enam
an mengenai pancaindra juga digu- orang anak, tetapi anak yang ketiga
nakan pengarang untuk memberi na- dan keenam meninggal dunia. Keem-
480 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pat anak yang masih hidup: (1) Her- Balai Pustaka, Jakarta. Ayah Soedar-
linari Derita, lahir 7 Mei 1958, sar- ma waktu itu berharap agar bakat-
jana Fakultas Sosial Politik UNS, nya menulis dapat diturunkan pada
bekerja di Dinas Pendapatan Daerah anaknya. Benar, kebiasaan ayahnya
Rembang; (2) Lila Lumaris, lahir 28 yang suka menulis membuat Soe-
Maret 1960, lulusan Diploma I AKS, darma akrab dengan dunia baca tu-
bekerja menjadi guru SMU di Ma- lis. Bahkan ketika duduk di SGB ia
gelang; (3) Fani Nurlian, lahir 11 telah menulis cerita anak yang kemu-
Oktober 1962, sarjana Fakultas Hu- dian dimuat majalah Kemuning
kum Universitas Kristen Indonesia, (1953). Kemudian, ketika duduk di
Jakarta, bekerja di Departemen Pen- kelas I SGA (1954), ia mulai menga-
didikan Nasional Jakarta; (4) Lita rang dan mengirimkannya ke ma-
Lalita, lahir 1964, sarjana STIK Se- jalah Waspada, Penjebar Semangat,
marang, menjadi ibu rumah tangga. Kekasihku, Mekar Sari, Jaya Baya,
Soedarma mengawali pendidik- Dharma Nyata, dan Dharma Kan-
annya di SR Ngawen, Gunungkidul, da. Karena sering menulis, ia kemu-
Yogyakarta, lulus 1951. Kemudian, dian diangkat menjadi staf redaksi
ia melanjutkan ke SGB Kristen Sa- di beberapa majalah. Ia juga menjadi
latiga, lulus 1953, lalu ke SGA Kris- pengasuh rubrik Gupitasari di ma-
ten Surakarta, lulus 1956. Dan ter- jalah Mekar Sari. Selain itu, ia juga
akhir ia menamatkan pendidikannya menjadi pengasuh “Rubrik Penga-
di Pendidikan Guru Sekolah Lanjut- rang” yang banyak mengulas ten-
an Tingkat Pertama (PGSLP), Ju- tang karya-karya pengarang sastra
rusan Bahasa Indonesia, lulus tahun Jawa modern. Satu Ccrkak-nya
1967. “Nglari Endah Swasana” diantolo-
Soedarma dibesarkan di ling- gikan oleh Senggono dalam Kuman-
kungan keluarga guru; keenam sau- dang (1958).
daranya semua guru. Rupanya ling- Kreativitas Soedarma berkem-
kungan ikut menentukan dirinya un- bang setelah menikah. Ia kemudian
tuk menjadi seorang guru. Ia diang- lebih banyak menulis novel (saku),
kat menjadi guru SD Kemalang cerita pendek, cerita anak, dan esai.
(1956), tidak lama kemudian men- Ia pun sering diminta memberi ce-
jadi Kepala SD Jumbung II dan me- ramah di di berbagai pertemuan. Hal
rangkap menjadi guru SD Jimbung itu membuktikan bahwa keberadaan
I (1958). Selain itu, ia juga melaku- Soedarma pantas diperhitungkan
kan pekerjaan sampingan sebagai oleh masyarakat pecinta bahasa dan
guru SLTP Negeri Bayat I, Klaten. sastra Jawa. Dari kepiawaiannya
Sejak kecil penganut Kristiani ini menulis sastra Jawa ia kemudian di-
menyaksikan kebiasaan ayah yang ju- angkat sebagai staf redaksi beberapa
ga gemar menulis dan mengarang ce- majalah, seperti Dharma Nyata,
rita. Salah satu karya ayahnya, be- Dharma Kanda, Kunthi, Penjebar
rupa cerita anak, diterbitkan oleh Semangat, Jaya Baya,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 481

Kumandhang, Kekasihku, Mekar belakang atau kuna. Sastra Jawa


Sari, dan Kuncung. hendaknya benar-benar menjadi mi-
Dalam karya-karyanya ia sering lik masyarakat dan sesuai dengan
menggunakan nama samaran, se- apa yang menjadi tujuan penga-
perti SKD, Amradus, Rini A.R., Dwi rangnya.
Prasaja, Lien Skd, Leo Eskad, Lila Karya Soedarma K.D. mulai me-
Lumaris, dan Dharmo Kadhe. Ha- narik perhatian pembaca sekitar ta-
nya dalam karyanya yang berupa bu- hun ‘60-an. Seperti halnya genre sas-
ku ia selalu menggunakan nama se- tra yang disebut dengan novel saku,
benarnya, Soedarma K.D. Latar be- novel-novel Soedarmo muncul dan
lakang pendidikan dan pekerjaannya membanjir pada dekade ‘60-an. Ba-
sebagai guru sedikit banyak telah nyak buku tipis yang ditulis penga-
berpengaruh pada tulisan-tulisannya rang angkatan 50-an seperti Widi Wi-
yang bersifat didaktis. Hal itu dapat dayat, Hardjono H.P., Esmiet, Any
dilihat dalam esainya “Nandur Pari Asmara, N. Sakdani, Suparto Brata,
Jero”, “Dhisiplin Tumrap Diri”, dan lain sebagainya. Dengan demi-
“Kudu Luwih Maju Sejangkah”, kian, Soedarma K.D. tidak keting-
“Wigatine Pendhidhikan Prestasi”, galan juga dalam meramaikan pasar
dan “Aja Tanpa Ngerti Apa Aja buku-buku tipis yang disebut novel
Sawise Ngerti”. saku atau panglipur wuyung terse-
Sebagai salah seorang penga- but. Novel-novelnya yang seperti itu
rang angkatan perintis, keberadaan di antaranya Wurung Dadi Insinyur,
Soedarma pantas diperhitungkan. Pistul Muni Saut-sautan, Utama-
Hal itu terbukti dengan dipilihnya ning Kautaman, Rara Jonggrang,
menjadi Ketua Organisasi Penga- Leladi mring Ibu Partiwi, Sukwati
rang Sastra Jawa (OPSJ) pada 25— Telu, Ditodhong Pistul Kopong, Ke-
27 Agustus 1966, bertempat di Sang- layu Gebyaring Ayang-ayang, Pelor
gar Bambu, Yogyakarta. Sebagai Ke- Tembaga, Suksma Nungka Tresna,
tua OPSJ ia selalu berpesan dan Titi, dan lain-lain. Novelnya yang ber-
menghimbau para penulis muda agar judul Tanpa Daksa memiliki nilai
karya sastra itu dihargai. Selain itu, literer berbeda. Buku ini diterbitkan
dalam tulisannya yang berjudul “Sas- oleh Pustaka Jaya (1976) dan men-
tra dan Pengarangnya Kurang Da- dapat banyak tanggapan dari pem-
rah” pada Sarasehan Sastra Jawa baca. Kumpulan cerpennya Asmara
yang diselenggarakan di Surakarta Ing Balet Ramayana telah berhasil
tanggal 28—31 Mei 1979, ia juga diterbitkan oleh F.A. Trikarsa, Sala.
menghimbau kepada para penulis Di samping itu, cerpennya berjudul
muda agar patokan-patokan sastra “Nglari Endah Swasana” (Waspa-
diperbaiki. Dengan begitu, sastra Ja- da, 21 Juli 1956) dikumpulkan ber-
wa dapat disejajarkan mutunya de- sama dengan 16 cerpen yang lain kar-
ngan sastra mana pun sehingga sas- ya 14 pengarang yang diterbitkan
tra Jawa tidak akan dikatakan ter- oleh Senggono dalam Kumandhang
482 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(Balai Pustaka, 1958). Cerpennya alami sekembali dari menonton per-


“Tuyul” juga masuk dalam Bunga tandingan sepak bola di Desa Jiwo,
Rampai Sastra Jawa Mutakhir kar- Mbirit, Wedi, Klaten (kurang lebih
ya J.J. Ras (1979). satu setengah kilometer dari rumah-
Dalam perjalanan kariernya se- nya). Jenazahnya disemayamkan di
bagai sastrawan Jawa, Soedarma di- Pemakaman Birit dekat tempat ting-
kenal juga sebagai penulis buku ce- galnya. Ia meninggal di saat masih
rita anak bahasa Indonesia. Banyak produktif. Ia meninggalkan karya-
cerita anaknya (kurang lebih 40 ju- karyanya yang tersebar di berbagai
dul) yang telah diterbitkan Departe- majalah, koran, dan buku-buku.
men Pendidikan dan Kebudayaan
untuk bacaan murid-murid SD. Di soedjono roestam
samping itu, masih banyak tulisan- Nama Soedjono Roestam hanya
nya yang lainyang dimuat majalah muncul dalam rubrik “Caios Ce-
anak-anak, seperti Bobo, Kuncung, kak” majalah Kajawen. Tidak dite-
dan Cemerlang. Walaupun Soedar- mukan data apa pun mengenai iden-
ma tidak dikenal sebagai penerje- titas dirinya. Yang dapat ditemukan
mah, ia ternyata telah menerjemah- hanyalah beberapa cerkak karyanya.
kan novel karya Alexander Dumas Menurut informasi Muryalelana
(Perancis) berjudul Margaretta (alm.), kemungkinan nama itu adalah
Gauthier ke dalam bahasa Jawa. nama samaran salah seorang redaksi
Terjemahan itu dimuat Dharma majalah Kajawen. Dilihat dari gaya
Kanda No. 50, Tahun I, Minggu ke- berceritanya yang lucu, dimungkin-
4, Oktober 1970. kan sifat humor pengarang ini dekat
Dalam mengarungi dunia ka- dengan sifat humor Poerwadarminta.
rang-mengarang, Soedarma pernah Sebab, sehari-harinya Poerwadar-
mendapatkan penghargaan sebagai minta dikenal senang melucu. Selain
juara I dalam sayembara mengarang itu, Poerwadarminta juga dikenal se-
cerpen (Jawa) yang diadakan oleh bagai penulis (dan pengasuh) rubrik
Mekar Sari (1960). Kemudian, ber- “Rembaganipun Petruk kaliyan
kat prestasinya sebagai pengarang Gareng” dalam majalah tersebut. Na-
yang banyak menulis prosa, ia men- ma rubrik tersebut memang tidak se-
dapat penghargaan dari Gubernur lalu dimunculkan. Yang penting di
Kepala Daerah Tingkat I Jawa Te- dalam rubrik yang diasuh itu ia me-
ngah, tanggal 17 Agustus 1977. Hal nempatkan diri sebagai Petruk, se-
itu membuktikan Soedarma K.D. orang tokoh punakawan Pandawa
pantas diakui sebagai pengarang yang cerdas tetapi lucu.
yang berjasa mengembangkan kesu- Rubrik yang diasuh Poerwadar-
sastraan Jawa modern. minta membawakan misi atau kebi-
Soedarma K.D. meninggal hari jakan pemerintah dalam menghadapi
Jumat, tanggal 3 Mei 1980, pukul perkembangan informasi baru dari
18.00, akibat kecelakaan yang di- luar yang waktu itu mulai gencar.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 483

Misalnya, dalam salah satu edisi ru- dan “Mas Tirtamandura Badhe
brik ini dibahas masalah “Basa Jawa Ndandosi Griyanipun … Kapeksa
ing Peres” (28 November; 5 Desem- Pados Sambutan” (Kajawen, 17 Fe-
ber 1941). Rubrik ini digarap mela- bruari 1942). Seperti halnya karya-
lui format dialog antara Gareng dan karya Krendhadigdaja, karya Soe-
Petruk yang keduanya secara ikonik djono Roestam pun digarap dengan
mirip dengan tokoh Petruk dan Ga- gaya humor yang tinggi; yang ber-
reng dalam dunia wayang. Kedua to- beda hanyalah dalam hal bahasa pe-
koh tersebut menggelar gagasan de- ngantar yang digunakan. Bahasa pe-
ngan bahasa ngoko andhap, tidak ngantar dalam cerpen-cerpen Soe-
dengan bahasa krama. Apakah hal itu djono Roestam ngoko andhap, se-
disebabkan karena dunia kedua tokoh dangkan bahasa pengantar dalam
wayang itu adalah “orang kecil”? cerpen-cerpen Krendhadigdaja kra-
Jawabnya wallahualam. ma. Meskipun demikian, humor di
Di samping itu, apabila kita ingin dalamnya tetap dominan.
mendapatkan kejelasan apakah be- Seperti halnya dalam karya
nar Soedjono Roestam adalah Poer- Krendhadigdaja yang bertema didak-
wadarminta? Jawabnya juga walla- tis, cerpen Soedjono Roestam ini pun
hualam karena bahasa pengantar bertema didaktis, yaitu “jangan ce-
yang digunakan pengarang ini bukan pat-cepat mengambil keputusan
bahasa ngoko andhap, tetapi krama. pada saat hati sedang cemburu dan
Ragam ngoko hanya digunakan un- marah.” Hal itu terlihat, misalnya,
tuk wacana dialog. Dalam wacana pada sikap Mbok Mas Tirtamandu-
tersebut penggunaan bahasa dise- ra. Ia marah kepada suami dan cem-
suaikan dengan fakta empirik ma- buru kepada pembantu, yang disulut
syarakat yang menerapkan undha- oleh lenyapnya (secara tiba-tiba) ke-
usuk bagi hubungan antarmanusia baya sutra hijaunya, juga oleh sikap
sehari-hari. Fakta inilah yang mene- ramah suami kepada pembantunya,
gaskan simpulan bahwa Soedjono sehingga ia memutuskan untuk me-
Roestam bukan Poerwadarminta. Ge- mecat pembantunya. Padahal, anak-
lapnya informasi mengenai penga- anaknyalah yang mengambil baju
rang-pengarang dalam sistem redak- sutra hijau itu untuk bermain pengan-
si masa lalu memang mempersulit tin-pengantinan. Di samping itu, ben-
upaya memastikan identitas menge- tuk mulut suaminya memang lebar,
nai pengarang ini. yang mengesankan selalu tersenyum.
Soedjono Roestam diketahui ha- Soedjono Roestam mengambil
nya sebagai cerpenis karena karya situasi sehari-hari yang terkesan lucu
yang muncul dalam majalah itu ha- karena terbangun oleh sifat Mas dan
nya karya jenis cerpen. Misalnya, dua Mbokmas Tirta yang mudah gugup.
buah cerpennya, “Polatan Su- Sifat semacam itu, biasanya, mudah
meh…Mbedhahaken Kanthongan mengesampingkan akal sehat sehing-
Jas” (Kajawen, 13 Januari 1942) ga seringkali menciptakan ironi-ironi
484 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yang menimbulkan suasana geli. karena pada hari H itu Mas Tirta ke-
Mas Tirta terpaksa meminjam uang datangan tamu yang berpakaian ra-
—yang sebenarnya memang dibu- pi, yang dikiranya calon pemilik da-
tuhkan— bukan dari salah seorang na. Tanpa banyak bertanya, suami-
keluarga, tetapi justru dari orang lain istri Tirtamandura mengembangkan
(penjaja jarum mesin). pembicaraan—tanpa basa-basi—
Sementara itu, cerpen “Mas Tir- tentang calon uang pinjaman, calon
tamandoera badhe Ndandosi Gri- bunga, dan sebagainya, sambil …
yanipun … Kapeksa Pados Sambut- menjamu tamunya dengan sangat
an…” termasuk juga cerpen humor. baik. Sampai akhirnya mereka tahu
Sebab, pengarang mengedepankan bahwa tamu tak dikenal itu adalah
dua hal yang bertentangan: (akan penjual jarum, bukan calon pemilik
merenovasi rumah) tetapi (terpaksa modal. Tamu yang sesungguhnya di-
mencari pinjaman). Kata badhe harapkan itu ternyata sakit dan urung
‘akan’ di sini berarti ada niatan untuk datang. Padahal, Mas Tirta berdua
melakukan sesuatu, sama dengan is- sudah menjamu dengan mahal dan
tilah “will/shall” dalam bahasa Ing- sudah berembug tentang calon uang
gris, bukan “to be going to”, yang yang akan dihutang itu.
menegaskan bahwa sesuatu pasti Cerpen diakhiri dengan amat iro-
akan dilakukan. Makna inilah yang nis pula, yaitu Mas Tirtamandura
dipermainkan di dalam cerpen ini. meminjam uang dari si penjual ja-
Cerpen diawali dengan konflik rum, dan masih diperlucu lagi, yaitu
antara Mas Tirtamandura dan istri- dengan membeli 5 jarum jahit yang
nya mengenai rencana biaya reno- sebenarnya tidak perlu dibeli. Jadi,
vasi rumah. Ia meminta istrinya me- ketergesa-gesaan seseorang sering-
relakan subangnya untuk sebagian kali menyebabkan orang melakukan
biaya yang dibutuhkan. Namun, istri- tindakan tanpa nalar, bahkan konyol.
nya menolak dan menyarankan Pengedepanan analogi-analogi se-
suaminya meminjam uang. Usul ini macam ini seringkali membangun
diterima dan mereka segera menda- suasana menggelikan karena terja-
pat calon sumber dana yang bersedia dinya miskomunikasi kepentingan
meminjami uang. Uang itu akan di- antara tokoh satu dengan lainnya.
bawa sendiri oleh si pemilik, pada Soedjono Roestam memang sangat
hari Sabtu siang. Kedatangan calon mahir membuat cerita lucu walau-
pemberi dana itu dipelajari dengan pun hanya dari objek yang ringan.
cermat oleh suami-istri tersebut, bah- Di samping itu, seperti yang digaris-
kan terkesan berlebihan, padahal me- kan oleh Kajawen, ia tetap menggu-
reka belum pernah bertemu. Unsur nakan ragam krama dalam narasi.
ketidaktahuan inilah yang dikede-
pankan dan diprediksi memungkin- soegeng tjakrasoewignja
kan timbulnya kelucuan-kelucuan. Soegeng Tjakrasoewignja ada-
Di dalam cerpen ini kelucuan terjadi lah penulis novel Ayu Ingkang Siyal
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 485

(Balai Pustaka, 1930). Meskipun jati batnya, Juriyah memilih untuk bu-
dirinya tidak diketahui secara pasti, nuh diri.
melalui novel itu diduga ia adalah Novel Ayu Ingkang Siyal digu-
pengarang yang berpendidikan mo- bah dalam bahasa Jawa berhuruf La-
dern. Di dalam novel itu diceritakan tin. Berdasarkan persoalan dan kisah
bahwa Juriyah, satu-satunya putri Ja- tokoh utama dalam novel itu dapat
yadikarsa, mantan lurah, yang ber- dikatakan bahwa pengarang cende-
tempat tinggal di Kawirayudan. Ka- rung mengikuti pola pikir modern.
rena kecantikannya, Juriyah menjadi Hal itu tampak pada sikap Juriyah
congkak. Kesombongannya tampak yang menghendaki suami tampan dan
pada sikapnya yang menolak semua berstatus pegawai. Wanita itu juga
pria yang ingin mempersuntingnya. melakukan penolakan terhadap tra-
Sikap Juriyah itu menimbulkan ke- disi kawin paksa yang dianut oleh
bingungan orang tua sehingga ayah- orang tua. Pada waktu itu, untuk
nya jatuh sakit. Akhirnya, Juriyah menjadi pegawai, seseorang terlebih
bersedia dinikahkan dengan Marga- dahulu harus memiliki latar belakang
na, seorang pria yang telah lama pendidikan formal yang memadai. Se-
membantu Jayadikarsa. Akan tetapi, kolah formal yang sebagian besar di-
Juriyah tidak dapat mencintainya ka- dirikan oleh pemerintah kolonial itu
rena dirinya menginginkan suami sebagai “jendela” bagi masyarakat
yang tampan dan seorang pegawai. pribumi untuk memasuki perabadan
Perkawinan itu kemudian kandas modern. Akan tetapi, Soegeng Tja-
setelah ada pihak ketiga yang mem- krasoewignja belum sepenuhnya me-
fitnahnya. Juriyah segera meminta lakukan “pemberontakan” terhadap
kepada suaminya untuk diceraikan. tradisi dan mengikuti budaya mo-
Sesudah itu, Juriyah dinikahkan de- dern. Kegagalan perkawinan Juriyah
ngan seorang pegawai yang tampan dengan Margana yang membawa di-
bernama R. Sudira sesuai keingin- rinya tidak mampu menolak R. Su-
annya. Perkawinan yang kedua pun dira menggambarkan “keraguan” pe-
gagal setelah Juriyah tidak dapat di- ngarang dalam memasuki budaya
terima oleh orang tua R. Sudira de- modern secara total.
ngan alasan wanita itu berasal dari
keluarga desa. Akibatnya, setelah soekarman sastrodiwiryo
perceraian yang kedua itu, Juriyah (1946—)
menyesali nasibnya yang kurang ber- Soekarman lahir di Tarub, Ta-
untung dalam berumah tangga. Ia wangharjo, Purwodadi, Grobogan,
memutuskan untuk kembali kepada Jawa Tengah, 15 September 1946.
orang tuanya. Akan tetapi, Juriyah Jadi, ia sebaya dengan pengarang-pe-
tidak mampu menjaga emosinya ke- ngarang terkenal lainnya seperti Poer
tika mengetahui Margana telah men- Adhie Prawoto, Djajus Pete, dan
jadi pegawai dan telah beristri. Aki- Anjrah Lelanabrata. Ia meninggal
pada 19 Agustus 1986. Almarhum
486 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

pernah mengenyam pendidikan sam- soenarno sisworahardjo


pai SMP. Di tengah kesibukannya (1904—)
menekuni pekerjaan pokoknya se- Sebenarnya Soenarno Siswora-
bagai petani, Soekarman menyem- hardjo adalah pengarang yang me-
patkan diri menulis guritan. Karya- ngawali karier kepengarangannya
nya pertama kalii dimuat di Dharma pada masa sebelum kemerdekaan,
Nyata. tetapi ia justru aktif pada masa ke-
Melalui Dhama Nyata itulah ek- merdekaan. Pengarang yang nama
sistensi Soekarman mulai dikenal. kecilnya adalah Soenarno ini lahir di
Kemudian, karya-karyanya, selain Sukoharjo, Surakarta, Jawa Tengah,
banyak dimuat Dharma Nyata, ter- pada tanggal 19 Januari 1904. Dili-
sebar pula di Dharma Kandha, Pa- hat garis keturunan ayahnya (Har-
rikesit, Jaya Baya, Kemandhang, djasoedarso), ia adalah cucu Ngabei
Djaka Lodang, dan Pustaka Can- Pantjabratang, seorang Panewu Gu-
dra. Di samping menulis dalam ba- nung di wilayah Jatisrono, Wonogiri,
hasa Jawa, Soekarman juga menulis Surakarta, Jawa Tengah. Dilihat dari
dalam bahasa Indonesia. Karya-kar- garis keturunan ibunya, ia adalah cu-
yanya dalam bahasa Indonesia se- cu Ngabei Soetasoedarso, seorang
ring muncul dalam mingguan Baha- Panewu Distrik di Sukoharjo, Su-
ri, Simponi, dan Minggu Ini. rakarta, Jawa tengah, pada masa pe-
Pada tahun 1973, guritan kar- merintahan Pakoe Boewono X. Jadi,
yanya berjudul “Amit” mendapat dilihat dari garis keturunan kedua-
penghargaan sebagai juara III dalam nya, Soenarno dapat dikatakan se-
sebuah lomba yang diselenggarakan bagai tedhaking kusuma rembesing
oleh PKJT Sasanamulya Surakarta. madu wijiling andanawarih ‘ketu-
Selanjutnya, pada tahun 1975, seba- runan darah biru dan anak seorang
gian karyanya dibukukan dalam ben- pertapa’.
tuk stensilan oleh PKJT Sasanamul- Semasa kecil Soenarno tidak
ya Surakarta dengan judul Dudu mengenyam kebahagiaan karena ke-
Anu. Karya guritan lainnya dihim- tika dia berumur dua tahun sang ayah
pun oleh Susatyo Darwani dan Su- (Hardjasoedarso) meninggal (1906).
ripan Sadi Hutono dalam buku an- Pada tahun 1915, kakeknya, Ngabei
tologi yang dieditorinya. Dan Soe- Sutasoedarso, juga meninggal (da-
karman termasuk pengarang yang lam usia 94 tahun). Harta warisan
aktif hadir dalam berbagai sarasehan satu-satunya peninggalan ayahnya
atau diskusi sastra di berbagai tem- yang berupa tanah bengkok telah ha-
pat. Ketika PKJT rutin menyeleng- bis karena ditipu orang. Dengan de-
garakan sarasehan pengarang sastra mikian, kehidupan Soenarno, yang
Jawa, Soekarman tidak pernah ab- pada waktu itu tinggal bersama ibu-
sen. nya, penuh keprihatinan. Setelah usia
remaja, ia tinggal bersama kakaknya
di Malang, Jawa Timur. Di kota itu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 487

lah kehidupan Soenarno sedikit mem- rupa fiksi (novel) ada dua, yaitu Pra-
baik. Ia diterima di Normal School wan Tuwa (1938) dan Sinta (1957).
dan mendapatkan ‘uang saku’ dari Prawan Tuwa (Balai Pustaka, 1938)
sekolah itu. Ia kemudian diangkat merupakan terjemahan dari karya
menjadi guru di Bogokidul. Bebera- Ong Khing Han berjudul Perawan
pa tahun kemudian pindah ke Sura- Tuwa yang pernah dimuat di majalah
baya menjadi guru tetap di Taman Penghidupan (Januari, 1930). Se-
Siswa. Di sela-sela kesibukan beker- mentara itu, novel Sinta (Balai Pus-
ja dan mengajar, ia tidak pernah lupa taka,1957) adalah karya asli Soenar-
menulis (mengarang). Karena sering no. Adapun buku yang berupa non-
menulis, kemudian ia dipercaya men- fiksi (antologi artikel) adalah Pitu-
jadi pembantu tetap majalah Keka- duhe Ngaurip (1962), Bathok Bolu
sihku, belakangan juga di Jaya Baya Isi Madu (1961), Biografi Sunan
(Dojosantosa, 1990). Setelah pensi- Kalijaga (1951), dan Sastra Jendra
un pada 1 April 1964, Soenarno Sis- Hayuningrat.
worahardjo kemudian pindah ke Ja- Di dalam karya-karyanya Soe-
karta menjadi pegawai pada Kemen- narno tidak selalu mencantumkan
terian Dalam Negeri. namanya. Ia terkadang mencantum-
Soenarno mulai menulis sejak ta- kan nama samaran Soesi atau SS
hun 1930-an dan masih aktif hingga (singkatan dari nama Soenarno Sis-
1980-an. Dilihat kiprahnya yang worahardjo). Penggunaan nama sa-
panjang itu (sekitar 50 tahun), Soe- maran itu bagi Soenarno agar tidak
narno tidak mungkin dapat dipisah- menimbulkan kejenuhan bagi pemba-
kan dari kehidupan dan perjalanan ca karyanya. Dilihat dari karya yang
sastra Jawa modern. Soenarno meru- dihasilkannya, pembaca yang menja-
pakan pengarang yang tetap mem- di sasaran Soenarno adalah orang de-
pertahankan eksistensinya sebagai wasa (bukan anak-anak) yang dapat
penulis Jawa dan tidak berkeinginan memahami bahasa Jawa dengan
menulis dalam bahasa Indonesia. Ia baik.
barangkali dapat disejajarkan dengan Soenarno Sisworahardjo adalah
para pengarang lain, seperti Hardja- sosok laki-laki yang juga sangat suka
wiraga atau M.W. Asmawinangoen. menciptakan tokoh-tokoh perempu-
Pada masa kemerdekaan, karya- an. Hal itu terlihat, misalnya, di da-
karya Soenarno tersebar di berbagai lam novel Sinta dan Prawan Tuwa,
media massa, seperti Jaya Baya, Pa- ia menonjolkan tokoh wanita. Seperti
njebar Semangat, Jaka Lodhang, telah dinyatakan bahwa Soenarno
Mekar Sari, Kekasihku, Dharma adalah seorang priyayi (dengan gelar
Nyata, Kunthi, Kumandhang, Pari- R atau Raden). Gelar kebangsawan-
kesit, Gotong Royong, dan Waspa- an itu kadang-kadang juga diguna-
da. Hingga kini Soenarno telah me- kan dalam karangan-karangannya.
nerbitkan enam buah buku berupa Dalam novel Sinta, gambaran ke-
fiksi dan nonfiksi. Karya yang be- priayian itu diungkapkan lewat to-
488 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

koh Sastrawigena, orang tua Sinta, sebagian besar pengarang Jawa yang
yang ingin menyekolahkan anaknya karyanya diterbitkan oleh Balai Pus-
ke sekolah favorit HIS Muhamma- taka, ia adalah pengarang yang se-
diyah di Klaten. Dengan masuknya paham dengan kebijakan pemerin-
Sinta ke sekolah yang muridnya ma- tah. Novel itu mencerminkan pema-
yoritas anak-anak priayi itu, Sastra- haman sosial yang baik sebagai buk-
wigena berharap dapat mengubah ti kepandaian Soeradi memainkan
status Sinta menjadi seorang priayi. peran sosialnya baik sebagai abdi
Novel Sinta antara lain juga me- pemerintah kolonial maupun sebagai
ngungkapkan persoalan Islam pribumi yang memiliki harga diri se-
abangan dan Islam mutihan yang bagai sebuah bangsa. Pemahaman
berlaku pada saat itu. Tokoh Sinta demikian hanya mungkin disajikan
dan keluarganya digambarkan seba- oleh seorang yang memiliki tingkat
gai abangan (beragama Islam tetapi intelektual yang tinggi.
tidak menjalankan rukun Islam de- Novel Wisaning Agesang meru-
ngan sempurna) yang masih percaya pakan novel Jawa prakemerdekaan
dan memelihara warisan budaya le- yang bersifat melawan dominasi ko-
luhur. Sementara itu, tokoh Achmad lonial. Karya seperti ini jarang dite-
Syamsuri digambarkan sebagai mukan dalam sastra Jawa. Novel itu
orang mutihan. Tokoh Achmad dapat lolos sensor Balai Pustaka ber-
Syamsuri agaknya sengaja dicipta- kat kepandaian Soeradi menampil-
kan untuk membimbing dan mena- kan sisi buruk kehidupan bangsa Be-
sihati keluarga M. Sastrawigena landa yang diramu dengan penam-
(orang tua Sinta) khususnya dan pem- pilan yang cukup dominan sisi buruk
baca umumnya agar mereka berlaku masyarakat pribumi. Sementara itu,
benar dalam hidup. Selain itu, lewat persoalan yang diungkap dalam no-
tokoh-tokohnya pengarang mencoba vel Anteping Wanita juga tidak jauh
mendobrak tradisi poligami yang berbeda dengan apa yang diungkap
berlaku pada saat itu. Hal ini tampak dalam Wisaning Agesang. Kedua-
pada sikap Sinta ketika menolak ke- nya mengangkat pentingnya memba-
inginan suaminya yang ingin kawin ngun kehidupan rumah tangga mo-
lagi. Sebagaimana karya seorang gu- dern yang harmonis tanpa melepas-
ru pada umumnya, karya Soenarno kan diri dari norma etika Jawa. Dari
Sisworahardjo juga banyak mengan- dua karya tersebut dapat diduga ke-
dung nilai pendidikan (bersifat di- mungkinan Soeradi Wirjoharsana
daktis). adalah guru. Kedua novel itu dimak-
sudkan sebagai pendidikan keluarga,
soeradi wirjoharsana misalnya perlunya menghindari ter-
Soeradi Wirjoharsana adalah pe- jadinya perselingkuhan yang dapat
nulis novel Wisaning Agesang (Ba- menyebabkan kehancuran rumah
lai Pustaka,1928) dan Anteping Wa- tangga.
nita (Balai Pustaka, 1929). Seperti
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 489

Perbedaan kedua novel tersebut dupnya, pengarang ini hanya mener-


hanya terletak pada kategori sosok bitkan tiga novel, yaitu Sukaca
yang melakukan ‘selingkuh’. Novel (1928), Katresnan (1928), dan Kan-
pertama menampilkan tokoh wanita ca Anyar (1928), ketiganya diterbit-
sebagai pihak yang mejadi penyebab kan oleh Balai Pustaka.
kehancuran rumah tangga orang lain Seperti halnya sebagian besar pe-
(Raden Ajeng Sujinah). Sementara ngarang Jawa pada masa itu, bio-
itu, pelaku affair dalam novel kedua grafi Soeratman Sastradihardja tidak
adalah seorang pria pegawai peme- dapat diungkapkan secara pasti. Hal
rintah (Sukarna). Namun, kedua no- itu disebabkan oleh belum mentra-
vel itu menampilkan sisi yang sama disinya penulisan biografi pengarang
yakni sosok wanita Jawa yang lega- Jawa pada saat itu. Dengan demiki-
wa menerima perlakuan buruk dari an, jati diri pengarang tersebut hanya
pasangan hidupnya. Penerimaan me- dapat diketahui (serba sedikit) dari
reka itu dilandasi oleh pandangan faktor-faktor di sekitar karya yang
bahwa wanita harus memiliki kesa- ditulisnya.
baran sebagai bekal membangun ke- Menilik persoalan yang dikemu-
utuhan rumah tangga. kakan di dalam novel-novelnya da-
Berdasarkan persoalan yang di- pat dikatakan bahwa Soeratman
garap dalam Wisaning Agesang Sastradihardja adalah sosok seorang
(1928) dan Anteping Wanita (1929) Jawa yang berpikiran modern. Hal itu
dapat diduga bahwa Soeradi Wirjo- tidak terlepas dari pendidikan yang
harsana adalah sosok pribumi yang diikutinya, yakni pendidikan formal
tidak sepenuhnya mengabdi kepada yang dikelola secara modern (Barat).
kepentingan kolonial Belanda sehing- Sebagai orang modern dan intelek
ga berani menampilkan keburukan si- Soeratman memiliki sikap kritis ter-
fat orang-orang Belanda. Kepribadi- hadap budaya bangsa yang dinilai
an Raden Ajeng Sujinah yang dise- kurang sesuai dengan pola-pola ke-
but sebagai setan alas tidak terlepas hidupan modern. Di samping itu, Soe-
dari pengalaman hidupnya bersama ratman dapat dipastikan sebagai pe-
laki-laki Belanda. gawai pemerintah sehingga ia tidak
mampu melepaskan diri dari kebi-
soeratman sastradihardja jakan kolonial yang selalu ingin men-
Soeratman Sastradihardja ada- jaga kewibawaannya di hadapan pri-
lah salah seorang pengarang sastra bumi. Akibatnya, ia terbawa arus
Jawa periode prakemerdekaan. Pe- menjadi corong pemerintah (Belan-
ngarang ini seusia dengan Hardja- da). Salah satu kebijakan Belanda da-
disastra, Ardjasoeparta, dan Djaka lam memasyarakatkan bacaan bagi
Lelana. Soeratman yang memiliki na- penduduk pribumi adalah agar pen-
ma lengkap Soeratman Sastradihar- duduk pribumi mengagumi budaya
dja tergolong pengarang novel Jawa Barat yang modern. Hal itu terlihat
yang tidak produktif. Sepanjang hi- jelas novel Sukaca.
490 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Berdasarkan pemikiran tersebut, menjabat sebagai hakim di pengadil-


sikap kritis Soeratman Sastradihar- an negeri Surakarta, ia aktif di or-
dja terhadap budaya tradisional da- ganisasi pergerakan pemuda. Bersa-
lam novel Sukaca jelas dimaksudkan ma-sama dengan kaum muda intelek,
untuk menciptakan citra buruk bagi ia mendirikan “Indonesia Studie
pribumi. Sebaliknya, penilaian baik Club”. Karena organisasi pemuda itu
pada budaya modern (tradisi makan, dianggap membahayakan pemerintah
moralitas, dan pendidikan) dimak- Belanda, ia dipindah ke Bogor de-
sudkan agar budaya modern (Barat) ngan alasan pegawai pemerintah ti-
berada di atas atau mengungguli bu- dak boleh terjun ke organisasi poli-
daya tradisional yang disebutnya ko- tik. Meskipun dilarang, ia tetap aktif
lot itu. Dengan demikian, dapat di- memperjuangkan rakyat untuk me-
simpulkan bahwa Soeratman adalah ngusir penjajah. Maka, pada tahun
orang Balai Pustaka yang berkewa- 1940, ia diwisuda menjadi anggota
jiban membela kepentingan pemerin- pengurus besar Partindo.
tah (kolonial) dalam menjaga kewi- Pada awal-awal kemerdekaan, ia
bawaannya di mata pribumi. juga berjuang bersama-sama dengan
gerilyawan lainnya. Pada 24 Febru-
soesanto tirtoprodjo (1900— ari 1949, hampir saja ia ditembak
1969) oleh prajurit Belanda. Waktu itu, ter-
Soesanto Tirtoprodjo lahir di Su- masuk bersama Menteri Supena, ia
rakarta pada 3 Maret 1900. Ia putra berjuang untuk melawan penjajah
seorang bangsawan di Surakarta (Ja- yang ingin kembali berkuasa di bumi
wa) yang kaya raya. Karena itu, ber- pertiwi. Di samping itu, ia juga ber-
sama saudaranya (Wiryono), ia dise- juang melalui partai politik, yakni
kolahkan ke Betawi (Jakarta). Mas Partai Nasional Indonesia yang didi-
Susanto seorang yang cerdas. Pada rikan oleh Bung Karno. Karena per-
tahun 1920 ia lulus dari Rechts- juangannya itu, pada tahun 1960, ia
School (Sekolah Hakim) dengan ni- mendapat penghargaan Bintang Ma-
lai cumlaude. Karena itu, ia diberi haputrta Kelas III dan Bintang Ge-
kesempatan untuk belajar ke Univer- rilya dari Presiden Republik Indo-
sitas Leiden di Belanda, lulus tahun nesia.
1922. Setelah itu, ia melanjutkan ke Karier pekerjaan Soesanto di-
tingkat Doktoral Nederland Indische awali dari pegawi pamongpraja di
Recht. Pada tahun 1925, ia menem- Pengadilan Negeri Surakarta tahun
puh ujian, lulus dengan predikat ter- 1925. Karena terlibat dalam organi-
baik, sehingga mendapat pengharga- sasi yang dianggap membahayakan
an “Kanaka Prys” dari perguruan pemerintah, ia dipindah ke Bogor. Ia
tinggi tersebut. bekerja sebagai hakim cukup lama.
Selain pengarang, Susanto juga Maka, pada tahun 1940, ia diwisuda
seorang pejuang, politikus, dan ne- menjadi Burgermeester atau Wali-
garawan. Sebagai pejuang, ketika kota di Gemeente, Madiun. Karena
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 491

bekerja sebagai walikota itu, ia bisa somdani (1938—)


dipilih menjadi anggota Vereeniging Somdani atau lebih dikenal de-
Locale Belangen, yaitu perkumpul- ngan nama Pak Som atau Mas Dhani
an kepentingan-kepentingan Daerah dilahirkan di Sragen, 16 Juni 1938.
Swatantra yang sebagian besar ang- Ia putra kedua dari lima bersaudara.
gotanya bangsa Belanda. Selanjut- Ayahnya bernama Atmo Sutarjo, se-
nya, pada 1944 —1945, ia menjadi dangkan ibunya bernama Supartinah
Bupati Ponorogo. (keduanya telah almarhum). Som-
Pada tahun 1946 ia diangkat dani dan keluarganya hidup di ling-
menjadi Residen Madiun. Di era awal kungan masyarakat Jawa yang ber-
kemerdekaan ini, negara masih da- agama Islam. Maka, tidaklah heran
lam keadaan kacau karena keterli- jika selulus sekolah rakyat (SR/SD),
batan penjajah Belanda yang ingin Somdani disekolahkan di SMP Mu-
berkuasa lagi di Indonesia. Selanjut- hammadiyah. Bahkan, selulus SMP,
nya, sejak zaman Kabinet Sjahrir III Somdani melanjutkan di SMA Mu-
(2 Oktober 1946—27 Juni 1947) hammadiyah Pasar Beling, Surakar-
sampai dengan kabinet Hatta II (4 ta. Untuk menunjang bakat kepenga-
Agustus 1949—20 Desember 1949), rangannya, Somdani pernah mengi-
ia menjabat sebagai Menteri Keha- kuti kursus tertulis jurnalistik. Tetapi
kiman. Selanjutnya, pada 29 Desem- sayang, ia tidak sempat mengenyam
ber 1949—21 Januari 1950, selain jadi wartawan.
sebagai Perdana Menteri, ia juga se- Selain sebagai penulis, Mas Dha-
bagai Menteri Kehakiman. Pada za- ni juga bekerja sebagai karyawan Ko-
man Kabinet Halim (21 Januari perasi Unit Desa (KUD) di desanya.
1950—6 September 1950), Soesanto Selain itu, untuk mencukupi kebu-
menjabat sebagai Menteri Dalam tuhan sehari-hari, ia bekerja pokok
Negeri. sebagai petani. Kemudian, di dalam
Setelah lama menjabat sebagai organisasi keagamaan, Mas Dhani
menteri, ia menjabat sebagai Guber- sangat aktif. Sewaktu sekolah, ia ak-
nur Nusa Tenggara sampai tahun tif di Pemuda Muhammadiyah, GPII,
1952. Tahun 1952—1955, ia men- aktivis masjid, serta aktif di kepan-
jabat sebagai Kepala Perwakilan Re- duan Hisbul Wathon (HW).
publik Indonesia di Belanda. Pada Dalam hal tulis-menulis, ia telah
tahun 1955—1959, ia menjadi duta memulai sejak tahun 70-an. Namun,
besar di Prancis. Setelah itu, ia kem- tiba-tiba kegiatan itu berhenti tanpa
bali ke tanah air dan menjabat seba- alasan. Pada tahun 1996, ia menerima
gai Kepala Lembaga Hukum Nasio- kiriman mesin ketik dari adiknya yang
nal. Ia pensiun pada tahun 1963. Ia tinggal di Jakarta. Mulai saat itu, ba-
meninggal tanggal 16 November kat menulis yang selama beberapa
1969. Jenazahnya dimakamkan di tahun terpendam muncul lagi. Sebe-
Taman Pahlawan, Surakarta. narnya, ia menulis hanyalah sebagai
hobi dan untuk mengisi waktu luang.
492 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Karena menulis juga mendatangkan wan Pos, Buana Minggu, maupun


uang, akhirnya kegiatan menulis berbahasa Jawa seperti Mekar Sari,
menjadi pekerjaan sampingan yang Djaka Lodhang, Jawa Anyar, Panje-
cukup penting. bar Semangat, dan Jaya Baya.
Sebagai pengarang sastra Jawa, Karya-karya Somdani yang te-
ia berpandangan bahwa sastra Jawa lah dimuat di majalah berbahasa Ja-
lebih indah daripada sastra Indone- wa, antara lain, “Apa Tumon” (tiga
sia. Maka, ia berharap agar di era jilid), “Saliman Kroto”, “Manuk
otonomi ini, pemerintah daerah lebih Alap-alap”, “Nemu Dhompet”, “Ku-
memikirkan kelestarian bahasa dan tuk Marani Sunduk”, “Ngrewangi
sastra Jawa dengan cara mengangkat Wong Tuwa”, “Triwik”, “Salimin
guru bahasa Jawa, menyubsidi pe- Prenjak”, “Catur Pinesthi”, “Je-
nerbitan sastra Jawa, bahkan mem- bule”, “Gandhoke Didol”, “Remuk
prakarsai penerbitan majalah berba- Rempu”, “Lesus Reformasi”, “Ke-
hasa Jawa. Di samping itu, peme- dhisikan”, “Keplecuk”, “Arisan”,
rintah daerah harus mewajibkan “Wurung Mantu”, dan “Ndremimis”,
PNS berlangganan majalah berba- semua ini dimuat di majalah Panje-
hasa Jawa. Dengan demikian, pener- bar Semangat. Selanjutnya, jenis
bit-penerbit sastra Jawa tidak akan cernak yang dimuat di majalah Pa-
gulung tikar karena pada dasarnya njebar Semangat, antara lain, “Jago
penerbit tidak akan rugi. Karena itu, Bangkok Sambat Kapok”, “Kupune
penerbit enggan menerbitkan sastra Melu Dolan”, “Emprit Sajodho”,
Jawa. Selanjutnya, dalam hal proses “Kapok Dolanan Mercon”, “Ngun-
kreatif, Somdani menyatakan bahwa dhuh Wohing Taqwa”, “Nyingkur
ide yang dituangkan berasal dari ing Pitutur”, “Trondhol Kesrempet
kehidupan sehari-hari di lingkungan Montor”, “Thilange Sida Ilang”,
sekitar dan dari pembicaraan orang “Ujian Iman”, “Rebutan Manuk”,
di perjalanan. Ide tersebut digarap “Gendhon Dadi Memedi”, “Yen
dengan baik agar dapat menarik Bodho Kaya Kebo”, “Kliru ing Pa-
perhatian pembaca. nyana”, dan “Arep Dijothak Malah
Dalam bersastra, Somdani ba- Nyanak”.
nyak menulis cerkak dan cerita pen- Selanjutnya, cerkak-cerkak yang
dek untuk anak (cernak). Ia memilih dimuat di majalah Jaya Baya, antara
jenis cerkak karena menulis cerkak lain, “Manuk Dares”, “Wedi Dosa”,
hanya memerlukan imajinasi saja, ti- “Sembrana”, “Nokil Nabi Maneh”,
dak memerlukan dokumentasi yang “Ketanggor”, “Antarane Impen lan
lengkap dan ilmu yang luas. Sampai Kanyatan”, “Tuwas Apa” (ketiganya
saat ini, hasil karyanya telah men- termasuk jenis roman sacuwil), “Ta-
capai lebih dari seratus judul. Karya- ngis Kabungahan Tangis Kamardi-
karya Somdani banyak dimuat di be- kan”, “Kaping Pindho”, “Randha
berapa media massa, baik berbahasa Ayu Sarsiti”, “Tukang Pijet”, “Bang-
Indonesia seperti Solo Pos, Benga- krut”, “Wurung Tuku Kalung”, “Ora
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 493

Sida Oleh Bathi”, “Sida dadi La- 1941), dapat diketahui bahwa ia sa-
yatan”. Cerita anak yang dimuat di ngat akrab dengan daerah Panu-
majalah Jaya Baya, antara lain, “Ja- laran, Surakarta. Selain itu, ia juga
go Bangkok lan Jago Jawa”, “Pren- sering menyebut-nyebut “Katripra-
jake Sida Mati”, “Meh Wae Wuta”, ja” sebagai tempat kerjanya dan tem-
“Pituture Biyung”, “Ora Eling Ma- pat-tempat tertentu yang sehari-hari
rang Piweling”, “Nonton Wayang”, dilalui oleh kawan para tokoh, se-
“Nyolong Pelem”, dan “Srini Ne- perti Madyataman, Cayudan, Peken-
soni Ibune”. ageng (Pasar Gede), dan Taman Wi-
Cerkak yang dimuat di majalah sata Jurug. Semua itu menguatkan
Pos Kita, antara lain, berjudul “Ca- praduga bahwa Sr. Soemartha me-
nguk”, “Wusanane Bali”, “Sewu Di- mang berasal dari Surakarta.
nane Eyang”, “Jugar Wigar”, “Sa- Seperti halnya Loem Min Noe,
patemon”, “Sida Kowar Tenan”, Elly, dan pengarang-pengarang pra-
“Nyolong Pethek”, “Kesundhang kemerdekaan lainnya, identitas Sr.
Wedhus”, “Topi”, “Wong Lanang Soemartha juga tidak dapat dilacak
Iku Jenenge Kasiya”, dan “Pecut dengan baik karena tidak ada infor-
Diseblakake”. Cerkak yang dimuat masi konkret sedikit pun tentang di-
di majalah Djaka Lodhang, antara rinya. Bahkan, kritikus dan dokumen-
lain, “Kok Ya Tegel-tegelan”, “Ka- tator sastra Jawa Suripan Sadi Hu-
riya Pokil”, “Layang Abang”, “Im- tomo (1984)—sebagai pengumpul
pene Kosokbalen Karo Kanyatan”, guritan Sr. Sumartha bagi antologi-
“Srini”, dan “Dleweran”. Sementa- nya— mengatakan bahwa mungkin
ra, karya-karya yang berbahasa In- sekali nama Sr. Sumartha adalah na-
donesia, antara lain, berjudul “Ker- ma samaran pengarang pria karena
bau Gembala”, “Nenek Tua Me- tidak semua pengarang pria Jawa me-
nangkap Penjahat”, “Kebebasannya nyamarkan diri dengan nama perem-
Kembali” dimuat di Buana Minggu puan atau wanita. Dengan demikian,
dan “Anak Tiri” dimuat di Solo Pos. identitas lengkap pengarang ini ham-
Di samping itu, masih ada karya- pir dapat dikatakan tidak ada.
karya yang dimuat di Mekar Sari Sr. Sumartha menunjukkan diri
dan tabloid Jawa Anyar. sebagai penggurit dan cerpenis Jawa
melalui dua hasil karyanya yang ter-
sr. soemartha dokumentasi di majalah Kajawen ta-
Sr. Soemartha adalah salah se- hun 1941. Kedua karya itu berupa
orang pengarang Jawa tahun 1940- sebuah cerpen dan sebuah guritan.
an (sebelum kemerdekaan). Ia hanya Sebuah cerpen Sr. Soemartha ber-
muncul dalam majalah kolonial Ka- judul “Dhukun Pengasihan” (Kaja-
jawen sekitar tahun 1941. Dari pe- wen, 27 Mei 1941) menceritakan ki-
milihan latar dalam cerita pendeknya sah R. Soepartana yang mencintai
yang dapat dilacak, yaitu “Dhukun seorang gadis, Sudayanti. Adapun
Pengasihan” (Kajawen, 27 Mei guritan-nya berjudul “Swara Gaib”
494 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

terhimpun dalam antologi Guritan: antara lain, Siti Aminah, Siti Soen-
Antologi Puisi Jawa Modern 1940— dari, Soeprapti, Sri Koesnapsijah,
1980 (Balai Pustaka, 1985) sunting- dan beberapa lagi lainnya. Srikanah
an Suripan Sadi Hutomo. K. mengindikasikan seseorang yang
berada pada profesi atau sektor pu-
sri kanah k. blik, setidaknya seorang guru, seper-
Nama Srikanah K. sebenarnya ti profesi tokoh utama dalam cerita
bukan nama yang populer dalam ja- ini, Sumi dan Sutar. Apalagi bila dili-
jaran pengarang Jawa modern perio- hat dari segi tema yang dipilih. Di da-
de prakemerdekaan. Sebab, ia hanya lam cerita ini pengarang berani me-
menulis cerpen sekali dalam majalah ngambil masalah dari dunia tradisio-
nasionalis Panjebar Semangat. Se- nal pada waktu itu, yaitu Malima
perti halnya banyak pengarang pra- (main, madat, minum, mangan, dan
kemerdekaan umumnya, ihwal Sri- madon). Analisis internal tersebut me-
kanah K. sama sekali tidak diketa- nguatkan asumsi bahwa nama ini
hui. Beberapa kali wawancara yang adalah nama samaran pengarang
dilakukan kepada nara sumber (Soe- pria.
bagio I.N., Suripan Sadi Hutomo, Asal-usul dan latar belakang ke-
dan Muryalelana) juga tidak mem- luarga pengarang ini tidak teridenti-
berikan tambahan informasi. fikasi secara akurat, latar pendidik-
Kendati demikian, dalam cer- annya pun hingga sekarang tidak ter-
pennya di Panjebar Semangat No. identifikasi. Namun, dari karyanya,
3, Thn. II, 20 Januari 1934 disebut- setidaknya dapat diketahui bahwa ia
sebut latar dua kota di Jawa Tengah, berpendidikan formal Belanda, se-
yaitu Purwokerto dan Sala. Dari pen- dikitnya HIS atau HIK sekolah guru,
cantuman kedua kota tersebut dapat karena kedua sekolah itu disebutkan
diperkirakan bahwa pengarang ini berkali-kali.
mungkin berasal dari salah satu di an-
tara dua kota itu. Cerpen ini lebih sri koentjara
banyak membicarakan kota Purwo- Sri Koentjara adalah penulis no-
kerto daripada kota Sala —kota ini vel Pameleh (Balai Pustaka, 1938).
hanya disebutkan sekali di bagian Meskipun data-data mengenai dirinya
menjelang akhir cerita— sehingga, tidak ditemukan, dapat dipastikan ia
untuk sementara, dapat disimpulkan seorang priyayi modern yang ditandai
bahwa Srikanah K. berasal dari dengan gelar raden di depan nama-
Purwokerto. nya. Pada waktu itu gelar raden lazin
Selain itu, nama Srikanah K. dipakai oleh seorang priayi atau pe-
agak asing bagi nama wanita pada gawai pemerintah. Jika dilihat latar
saat itu (awal tahun 1930-an) yang dalam novel Pemeleh besar kemung-
sebagian besar masih menunjukkan kinan R. Sri Koentjara berasal dari
ciri tradisional. Nama-nama penga- atau pernah tinggal di Yogyakarta. Ia
rang wanita pada prakemerdekaan, mampu mendeskripsikan sejumlah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 495

tempat di kawasan Yogyakarta se- usulan istrinya, Surameja menyewa


cara detail. Keahlian seperti itu tidak sebuah rumah di dekat tempat kerja-
mungkin dilakukan oleh pengarang nya dan pulang seminggu sekali. Se-
yang belum pernah tinggal di Yog- mentara itu, istrinya tetap tinggal
yakarta. bersama Sukarmin di Kasihan. Sura-
Novel Pameleh ditulis dengan meja senang melihat kemajuan bela-
menggunakan bahasa Jawa ngoko. jar anak lelakinya. Ia ingin menyeko-
Novel itu mengangkat liku-liku se- lahkan anaknya ke tingkat yang lebih
orang anak muda bernama Sukarmin tinggi. Surameja berharap Sukarmin
yang memiliki semangat tinggi da- kelak tidak mengalami kesulitan da-
lam mengikuti pendidikan. Ia adalah lam hidup. Selama dua tahun Sura-
anak Surameja, seorang karyawan meja pulang-pergi seminggu sekali
pabrik gula di daerah Kasihan, Ban- dari Ganjuran ke Kasihan. Kebiasa-
tul. Walaupun hanya sebagai karya- an itu dijalaninya dengan senang ha-
wan pabrik, ekonomi rumah tangga ti. Ia memenuhi kebutuhan istrinya
Surameja cukup baik sehingga mam- dan sangat memperhatikan pendidik-
pu membiayai sekolah anaknya. Ke- an anaknya. Selama tinggal di Gan-
inginan Sukarmin untuk melanjutkan juran, Surameja selalu berdoa agar
sekolah disetujui oleh ayahnya dan keluarganya dalam lindungan Tu-
mendapat dorongan dari para guru- han. Sementara itu, di Kasihan, istri
nya. Surameja memiliki kegiatan mem-
Setelah lulus dari sekolah desa, batik.
Sukarmin mengikuti seleksi masuk Pada saat Sukarmin berada pada
ke sekolah Balanda di kota. Karena tingkat ketiga MULO, sikap Sura-
tergolong pandai, Sukarmin diterima meja kepada istri dan anaknya beru-
di sekolah Belanda. Sejak saat itu ke- bah. Sejak saat itu Surameja jarang
hidupan keluarga Surameja menjadi pulang dan tidak memberikan uang
lebih baik. Pada suatu hari, Surame- belanja dan biaya sekolah. Selama
ja dipanggil oleh kepala pabrik tem- tiga bulan Surameja tidak pulang ke
patnya bekerja. Atas kejadian itu istri rumah. Karena itu, pada saat libur-
Surameja merasa keluarganya akan an, Sukarmin bermaksud datang
mendapatkan keberuntungan. Sura- menjumpai ayahnya di Ganjuran.
meja dipanggil Tuannya dan diberi Sebelum berangkat Sukarmin dinasi-
tahu bahwa dirinya akan dipindah- hati ibunya agar tetap sopan jika ber-
kan ke Pabrik Gula Ganjuran seba- temu ayahnya. Akan tetapi, usaha Su-
gai kepala bengkel. Istri Surameja karmin mencari ayahnya gagal. Lalu
menyarankan agar suaminya mene- ia melihat laki-laki seperti ayahnya
rima tawaran itu dan bersedia pindah masuk ke sebuah rumah. Setelah di-
kerja ke Ganjuran. tanyakan kepada wanita di rumah
Pada awalnya, Surameja setiap itu, dikatakan bahwa itu bukan ayah-
hari pulang-pergi ke tempat kerjanya nya. Sukarmin kembali dengan hati
yang baru. Lama-kelamaan, atas yang kesal. Sejak itulah istri Sura-
496 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

meja pasrah. Ia membiayai sekolah percaya dan bersedia pergi ke Gan-


Sukarmin dengan uang hasil penjual- juran untuk membuktikan kebenaran
an batik. Sukarmin menerima nasib- berita itu. Pada suatu hari (Minggu),
nya itu dengan ketabahan. Sukarmin mendatangi rumah ayah-
Setelah tamat sekolah, Sukarmin nya di Ganjuran. Ia terkejut setelah
ingin bekerja untuk meringankan be- diberi tahu oleh pemilik rumah yang
ban ibunya walaupun guru-gurunya disewa ayahnya. Dikatakan bahwa
menyarankan agar dirinya melanjut- Surareja pergi dari rumah setelah se-
kan ke sekolah dokter di Surabaya. ring bertengkar dengan istri dan di-
Ia ingin melindungi ibunya yang ti- pecat dari pekerjaannya.
dak lagi mendapatkan perhatian dari Dalam penderitaan itu, Surame-
ayahnya. Akhirnya, Sukarmin dite- ja menyesali tindakan yang melupa-
rima sebagai klerk di sebuah kantor. kan keluarganya di Kasihan. Ia me-
Kehidupan Sukarmin dan ibunya ngakui berdosa karena telah melupa-
agak ringan setelah Sukarmin be- kan istri dan anaknya. Ia berusaha
kerja. Tidak lama kemudian, keda- mencari istri dan anaknya. Pada
maian keluarga itu terganggu oleh suatu hari, saat Surameja menjem-
tindakan Surameja yang menjual ru- put anak majikannya, ia mengalami
mah dan pekarangan yang ditempati kecelakaan dan dirawat di rumah sa-
itu tanpa sepengetahuan mereka. kit. Berita kecelakaan itu dimuat di
Akan tetapi, Sukarmin beserta ibu- surat kabar. Sukarmin datang ke ru-
nya tetap tabah dan rela meninggal- mah sakit dan terkejut melihat kor-
kan rumahnya. Selanjutnya, kedua- ban kecelakaan itu mirip dengan
nya tinggal di sebuah rumah kontrak- ayahnya. Ia yakin pria yang menga-
an. Walaupun telah memperlakukan- lami kecelakaan itu adalah ayahnya.
nya secara tidak baik, Sukarmin dan Sebelum kecelakaan itu terjadi, Su-
ibunya masih tetap berharap suatu karmin dan ibunya pernah bermimpi
saat nanti dapat berkumpul lagi. Ke- buruk tentang keluarganya. Setelah
duanya memandang bahwa Surame- itu, Sukarmin dan ibunya segera
ja sedang mendapat godaan sehingga mencari Surameja yang sedang
akan kembali kepada keluarganya dirawat di rumah sakit. Ketiga orang
sertelah kelak menyadari kesalahan- itu bertemu dalam suasana haru. Di
nya. hadapan istri dan anaknya, Surameja
Pada suatu hari, Sukarmin me- mengakui kesalahan dan dosa-dosa-
nyaksikan perayaan cembengan di nya. Sekembalinya dari rumah sakit,
Pabrik Gula Padokan dan mendapat Suraneja tinggal bersama istri dan
kabar dari seseorang bahwa ayahnya anaknya.
telah dipecat dari pekerjaannya dan Berdasarkan pemikiran para to-
pergi dari Ganjuran. Berita itu di- koh—terutama istri Surameja—da-
sampaikan juga kepada ibunya. pat diketahui bahwa Sri Koentjara
Akan tetapi, istri Surameja menya- memiliki pemahaman yang cukup
rankan agar Sukarmin tidak lekas baik terhadap pola pikir budaya Ja-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 497

wa. Salah satunya adalah penerima- nulis di dalam majalah-majalah lain


an wanita itu terhadap tindakan sua- yang ada pada waktu itu, baik dalam
minya yang menyeleweng dengan majalah kolonial Kajawen maupun
wanita lain, yang dipandangnya se- dalam majalah swasta pribumi se-
bagai “godaan” dalam kehidupan be- perti Poesaka Surakarta.
rumah tangga. Oleh sebab itu, istri Seperti halnya Ni Suprapti dan
Surameja masih berharap suaminya beberapa nama perempuan lain pada
menyadari kesalahannya dan mereka periode sebelum kemerdekaan, iden-
dapat berkumpul lagi sebagai keluar- titas pribadi pengarang ini amat mi-
ga yang utuh. nim. Identitas dirinya sebagai penga-
Berdasarkan sikap hidup ketiga rang wanita dari etnis Jawa hanya
tokoh itu —Surameja, istri Surame- dikenal asal-usul singkatnya, yaitu
ja, dan Sukarmin—dapat diketahui kota kelahirannya. Ia berasal dari
bahwa pengarang memiliki perhatian Semarang dan menjadi pembantu re-
besar terhadap pendidikan sebagai daksi Panjebar Semangat, terutama
jalan memasuki kehidupan modern. untuk rubrik kewanitaan. Akan teta-
Dengan demikian, dapat disimpul- pi, seperti Ni Suprapti, ia juga menu-
kan ahwa R. Sri Koentjara dapat di- lis cerpen (cerkak) dan cerpen pan-
kategorikan sebagai pengarang yang jang di majalah ini, seperti yang di-
memiliki perhatian serius terhadap muat dalam Penjebar Semangat
pentingnya pendidikan bagi generasi (1942) berjudul “Kurban Kanggo
muda. Bahkan, pendidikan dipandang Mitra: Kurbaning Mitra Sejati”.
sebagai syarat utama dalam me- Cerpen ini menggambarkan sikap dan
masuki kehidupan modern. visi pengarang wanita ini yaitu, wa-
tak yang paling ditekankan dalam
sri koesnapsijah niti atau ajaran kepada kaum wanita
Seperti halnya Ni Suprapti, pe- Jawa: sumarah dan nrima.
ngarang wanita Jawa dari periode Seperti halnya Ni Suprapti, pe-
prakemerdekaan ini juga dikenal me- ngarang ini juga lebih banyak me-
lalui tayangan gambar para pemban- nulis artikel kewanitaan dalam rubrik
tu Panjebar Semangat (1939) dan “Taman Putri” majalah Penjebar
melalui protret yang selalu ditempel- Semangat. Beberapa artikel yang
kan pada penulisan artikel kewani- penting adalah “Sejatining Wanita:
taan. Di dalam gambar para pem- Kudu Wani Tanggung Jawab” (Pe-
bantu wanita dalam Panjebar Sema- njebar Semangat, 1940). Dalam ar-
ngat itu, gambarnya juga terselip di tikelnya itu Koesnapsijah menekan-
antara 20 buah gambar pembantu kan bahwa tanggung jawab seorang
wanita Panjebar Semangat yang wanita itu amat banyak dan berat.
lain. Seperti halnya pembantu redak-
si lainnya, pengarang wanita ini ha- sri marhaeni
nya ditemui namanya di dalam maja- Nama pengarang ini sering men-
lah ini. Artinya, ia tidak pernah me- jebak para pembaca karena diawali
498 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dengan Sri dan diakhiri dengan -ni njebar Semangat, 23 Oktober


atau -i. Kata Marhaeni menyaran pa- 1937), Zilvervos dalam “Kurban
da nama wanita modern. Modernitas kanggo Bapa: Si Kuwasa lan si
itu tampak pada pilihan kata Mar- Ringkih” (Panjebar Semangat, 9
haen yang mengacu pada panggilan Maret 1940), Tjah Alas Boeloe da-
khusus bagi kelompok masyarakat lam “Layang Kiriman: Cobaning
kelas bawah, yang oleh Soekarno di- Kasetyan “ (Panjebar Semangat, 22
sebut “rakyat kecil”, “kaum prole- Juni 1940). Nama-nama yang di-
tar”, atau “kaum Marhaen”. Atas da- asumsikan samaran itu biasanya ti-
sar itu, para peneliti sastra Jawa, ter- dak muncul dalam periode yang la-
masuk Hutomo (1975, 1993, 2001) ma karena mungkin si pengarang
dan Widati dkk. (1985), juga dengan masih memiliki nama samaran lain,
cepat menganggapnya sebagai pe- atau mungkin juga ia kembali pada
ngarang wanita. Namun, seperti hal- nama asli. Bahkan, nama Sri Mar-
nya pada nama Elly dan beberapa haeni ini hanya muncul sekali, yaitu
nama wanita lainnya, ada tiga fakta pada tahun 1939, dalam cerpen yang
yang meragukan pengakuan terse- berjudul “Katresnan Awit Cilik: Ke-
but. Ketiga fakta itu (1) amat kuat- pethuk padha Tuwane” (Panjebar
nya tradisi penyamaran pengarang Semangat, 23 September 1939).
pria melalui nama wanita pada wak- Nama Sri Marhaeni amat kuat
tu itu, (2) populasi wanita —lebih- mengindikasikan nama seorang pe-
lebih wanita Jawa—sebagai penga- juang nasionalis dari PNI. Nama ter-
rang masih amat kecil, dan (3) pi- sebut mengacu kepada sapaan bagi
lihan nama (Sri Marhaeni) yang ma- kelompok rakyat kecil yang sering-
sih asing dari sistem penamaan Jawa kali diabaikan, yang menurut Soe-
tradisional. karno perlu diperjuangkan nasibnya.
Dalam kaitannya dengan nama Dengan fakta tersebut sangat kuat
samaran yang merebak pada periode dugaan bahwa nama tersebut adalah
prakemerdekaan itu, sebenarnya, pe- nama samaran pengarang pria juga,
nyamaran pengarang pria tidak se- seperti halnya Elly. Selain itu, nama
lalu dengan nama wanita, seperti hal- Sri Marhaeni juga tidak pernah ada
nya dengan nama samaran Elly, Sri bukti foto di mana pun. Meskipun
Kanah K., dan Kenya Bre Tegawa- demikian, penyebutan berkali-kali
ngi. Sejumlah nama lain diasumsi- kota Malang sebagai latar utama
kan sebagai nama samaran dari pe- cerpennya menunjukkan persepsi pe-
ngarang pria. Sejumlah nama pria ngarang terhadap kota tersebut kuat.
tersebut, antara lain Krak dalam cer- Ia juga menyebut nama jalan dan na-
pen “Rara Srini, Kembange Kera- ma restoran.
meyan Sekaten” (Panjebar Sema- Dari nama Sri Marhaeni yang
ngat, 6 Juni 1936), Kroetjoek Koe- dipilih pengarang tersirat kemung-
djon dalam “Netepi Kuwajiban:Yen kinan bahwa nama tersebut adalah
Karo-karone padha Ngertine” (Pa- bukan nama wanita, dari kelompok
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 499

menengah, berpendidikan formal pilihan tema dan upaya penonjolan


Belanda. Hal itu ditandai dengan pe- dunia perempuan.
nunjukan nama sekolah menengah Tema cerpen ini ialah rasa ber-
atas Belanda (AMS), kepangkatan salah dan menyesal seseorag itu da-
pegawai pemerintah (BB, amtenaar), tangnya setelah selesai. Tema itu di-
nama kendaraan: montor twoseater, dukung oleh seorang tokoh utama
dan istilah-istilah khusus bahasa Be- wanita yang dipilihnya dari seorang
landa seperti vergadering (gandring- gadis bersekolah formal MULO di
an, pertemuan, rapat), lid (pemim- Malang, yang sejak muda senang
pin), dames afdeling (persekutuan/ mengikuti vergadering (gandringan)
kelompok wanita), voorsitter, voor- dari Jong Java. Ia anak seorang pri-
stelle, Jong Java, dan sebagainya. yayi menengah berpangkat B.B. am-
Nama dan istilah tersebut menyirat- tenaar. Di gandringan itulah ia ber-
kan kedekatan pengarang dengan kenalan dengan seorang siswa AMS
lingkungan menengah dan ia menge- yang menjabat lead (pemimpin) di
nal organisasi atau pergerakan rak- Jong Java cabang Malang bernama
yat/pribumi. Hal itu selain ditandai H. Perkenalan H dengan Mar atau
dengan pengetahuannya tentang Marhaini (tokoh utama) semakin
Jong Java, misalnya tetang pergan- akrab, tetapi perencanaan untuk me-
tiannya menjadi Indonesia Muda, nikah masih jauh karena H memiliki
berkaitan juga dengan pilihan nama cita-cita yang tinggi yaitu menjadi
pengarang ini yang juga menyaran- ahli hukum dan memiliki montor
kan kedekatannya dengan partai atau twosetter. Sementara Mar terpaksa
salah satu dari pergerakan nasionalis harus mengikuti kehendak orang tua
waktu itu. Itu pula sebabnya, maja- agar kawin dengan S, seorang putra
lah yang dipilih pengarang ini seba- bupati, berpangkat BB, dan ia tidak
gai media penyebaran pikirannya mampu menolak.
ialah majalah nasionalis (swasta-pri- Sepuluh tahun kemudian, de-
bumi) Panjebar Semangat di Sura- ngan tidak disangka-sangka Mar
baya. bertemu lagi dengan H di kota Ma-
Pengarang ini hanya menunjuk- lang. Pertemuan itu terjadi di sebuah
kan karyanya sekali dalam majalah restoran, saat Mar dengan anak pe-
Panjebar Semangat. Cerpen satu-sa- rempuannya sedang makan. H yang
tunya berjudul “Katresnan Awit Ci- datang dengan mobil idamannya
lik: Kepethuk Padha Tuwane” (Pa- (twosetter) itu menggendong seorang
njebar Semangat, 23 September anak laki-laki kecil. Mar direpotkan
1939). Ada asumsi kuat bahwa cer- dengan anak kecil itu yang terus me-
pen ini diupayakan sedekat mungkin nangis menanyakan ibunya. Akhir-
dengan penyamaran nama (wanita) nya ia mengangkat anak itu untuk
pengarangnya, yaitu dengan memilih ditimang-timang. Tindakannya itu-
tokoh utama. Selain itu, dunia imi- lah yang mengingatkan H kepada-
tasi wanita juga dilakukan dengan nya, tetapi semuanya kini sudah ber-
500 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

beda karena keduanya sudah saling Sebagai pengarang, Sri Setyo-


menikah dan punya anak. rahayu telah menerima berbagai
Dari penokohan itu terdapat imi- penghargaan, antara lain, cerkak-nya
tasi pada nama dan cara berpikir dan “Mawarni” terpilih sebagai juara ti-
berperilaku seorang wanita. Namun, ga dalam sayembara mengarang cri-
semuanya tidak selalu benar karena ta cekak yang diselenggarakan oleh
Sri Marhaeni memang bukan seorang Dewan Kesenian Surabaya (1974).
wanita. Misalnya, tindakan agresif Pengarang ini aktif bersamaan de-
Mar yang secara tiba-tiba mengang- ngan Suharsimi Wisnu, Eny Sumar-
kat anak orang lain—karena tidak go, Sri Rahayu Prihatmi, Yunani,
tahan pada suara berisik (menangis) Totilawati Tjitrawasita, dan Astuti
saja—agar ayahnya sadar pada ke- Wulandari; meskipun akhirnya yang
hadirannya sebagai mantan kekasih mampu bertahan sampai 1990-an
itu bukanlah tidakan kebiasaan se- hanyalah Yunani, Titah Rahayu, As-
orang perempuan. tuti Wulandari, dan Sri Setyorahayu
Sikap agresif seperti yang dila- sendiri.
kukan Mar itu biasanya lebih pantas Karya-karya Sri Setyorahayu,
dilakukan seorang laki-laki. Selain antara lain, “Langite Isih Biru” (cri-
itu, cara menutup cerita dengan si- ta cekak) dimuat dalam antologi Ku-
kap Mar yang kecewa dan menangisi mandhang (Balai Pustaka, 1976)
nasibnya adalah cara tradisional “me- suntingan Senggono. Cerkak itu juga
nasihati” wanita agar mempunyai diambil oleh Rass dan dimuat dalam
hati baja untuk menolak paksaan sia- buku Javanesse Literature Since In-
pa pun yang tidak dicintai. dependence (The Hague Martinus
Nijhoff, 1979). Cerkak “Mawar Pu-
sri setyorahayu (1949—) tih ing Pojoking Plataran” dimuat
Pada tahun 1969, saat berusia dalam antologi Dongeng Katresnan
20 tahun (lahir di Bojonegoro, 27 Fe- (Balai Pustaka, 1976).
bruari 1949), Sri Setyorahayu mulai Karya-karyanya yang berupa
tertarik dengan kegiatan tulis-menu- guritan, antara lain, “Dak Antu Ing
lis. Tulisannya berupa guritan dan Wengi Iki”, “Sugeng Dalu Singara-
cerkak kemudian muncul di berbagai ja”, “Sapa Jenengmu Cah Ayu”,
media berbahasa Jawa, antara lain “Kembang Isih Mekar ing Plataran
Panyebar Semangat, Jaya Baya, Kampus”, dan “Narciscus” terbit
Kumandhang, dan Dharma Nyata. dalam antologi Lintang-Lintang
Pendidikan SD hingga SPG dilalui Abyor (1983) suntingan Susetyo
di kota kelahirannya (Bojonegoro). Darnawi. Guritan “Kita Ketemu ing
Kemudian, ia kuliah di FKSS IKIP Guritan”, “Surat Putih”, “Ing Kene
Surabaya dan kemudiana menjadi Dina Iki ing Sawijining Dina”, di-
guru di salah satu SD di Bojonegoro. muat di majalah Dharma Nyata dan
Pekerjaan itu kemudian ditinggalkan diterbitkan kembali dalam Antologi
karena keluarga pindah ke Surabaya. Puisi Jawa Modern 1940—1980
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 501

(Balai Pustaka, 1985) suntingan Su- (1984), lulusan terbaik IPA SMA
ripan Sadi Hutomo. Sementara gu- (1984), penata tari terbaik dalam lom-
ritan “Esem’, “Narciscus”, “Kem- ba tari TK (1984—2000), peraih
bang Isih Mekar ing Plataran Kam- penghargaan dari Menpora sebagai
pus”, “Kangen”, “Saiki Wis Ora Ana pemeran utama dalam lakon Rumah
Maneh Kembang Tanjung Semi”, Tak Beratap dalam Pekan Teater
“Kanggo Sapa”, “Layangan”, “Dak Nasional (1996) dan dari STSI Su-
Antu Ing Wengi Iki”, “Rara Jong- rakarta sebagai penari eksibisi dalam
grang”, dan “Sugeng Tindak” dimuat Pekan Seni Mahasiswa Nasional di
dalam Kalung Barleyan: Antologi Surakarta (1996).
Geguritan Penyair Wanita (FKKS Dalam khazanah sastra Jawa Sri
IKIP Surabaya). Setyowati boleh dikatakan sebagai
pendatang baru. Ia baru mulai me-
sri setyowati (1965—) nerbitkan karangannya pada tahun
Sri Setyowati lahir di Surabaya, 1997 di majalah Jaya Baya. Akan
27 Juli 1965. Ia anak ketiga dari em- tetapi, sebenarnya dunia tulis-menu-
pat bersaudara. Ayahnya bernama lis, terutama dalam bahasa Indone-
Parto Suyidno (dari Ngawi) dan ibu- sia, sudah digeluti sejak SMA. Ke-
nya bernama Armunah (dari Gresik), tika itu, ia dipercaya untuk menga-
keduanya tinggal di Simomagerejo suh majalah sekolah. Ketika maha-
XI/22 Surabaya. Ketiga saudaranya siswa, ia dipercaya pula mengasuh
semua sarjana: Endang Sri Purwanti majalah kampus. Ia masuk ke dalam
(guru SMP), Bambang Sukarno (pe- dunia sastra Jawa antara lain berkat
gawai PJKA), dan Djoko Setyo Uto- bantuan M. Shoim Anwar, Daniel
mo (swasta). Di kalangan kawan-ka- Tito, Sriyono, Titah Rahayu, Wido-
wan pengarang Sri Setyowati lebih do Basuki, dan Yunani. Pengarang
dikenal dengan nama Trinil. Pendi- yang kini hidup bersama suami
dikan formal yang ditempuhnya: SD (Edhy Brodjowaskito) yang meni-
(lulus 1978), SMP Negeri 3 (lulus kahinya pada 1989 dan ketiga anak-
1981), SMA Tritunggal 3 (lulus nya (Randhu Radjawanu, Dhirgan
1984), STK Wilwatikta (lulus 1989), Grudowaringin, Merak Badra Wa-
dan IKIP Negeri Surabaya (lulus karuyung) dan tinggal di Jalan Ab-
1997). dulrahman 85, RT 6, RW 3, Bono-
Prestasi Sri Setyowati sudah ter- sari, Pabean, Sedati, Sidoarjo, Jawa
bukti sejak SD. Ia menjadi juara I Timur ini ingin terus mengarang ka-
lomba menggambar tingkat SD rena baginya–meski honornya tidak
(1976), juara II lomba mengarang seberapa—mengarang itu sama de-
tingkat SMP (1979), juara I vocal ngan memberikan pendidikan kepa-
group tingkat SMA (1983), juara I da pembaca.
tari klasik tingkat SMA (1983), juara Meskipun Sri Setyowati sampai
II baca puisi tingkat SMA (1983), sekarang belum menerbitkan buku
juara III lomba drama tingkat SMA (novel, antologi), karya-karyanya te-
502 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

lah tersebar ke berbagai media mas- dan Budaya dan Budaya Dewan Ke-
sa. Karya berupa cerkak yang telah senian Surabaya.
dimuat Jaya Baya, antara lain, “Wi-
ring Kuning” (1998), “Fotografer” sriyono (1945—)
(1998), “Kadho” (1999), “Ngi- Pengarang yang lahir di Pacitan,
nang” (1999), “Jutawan Mawut” ( Jawa Timur, tanggal 14 April 1945
2000), “Lamaran” (2000), “Kalung ini adalah anak ketiga dari pasangan
Kembang Melathi” (2001), “Supi- Yahmin (guru) dan Ruslin (ibu ru-
nah” (2002), “Bathik Prada” mah tangga) yang berasal dari dae-
(2002), “Es Kuncritan” (2001), rah Punung, Giriwoyo. Sekolah
“Timbil” (1997), “Dadi Srikandhi” Rakyat (1950—1956) dan SMP
(1998), “Bule Kuwalat” (1998), (1956—1959) dilaluinya di Pringku-
“Aku Uang” (1999), “Enggar” ku, Pacitan. Kecerdasan Sriyono—
(2000), “Wedang Wonokiri” (1999), yang dalam beberapa karyanya
“Sepedhah Lan Tamiya” (2001), menggunakan nama samaran Ono,
“Keket Dicucuk Koak” (2000), dan Sri, Bambang Topobroto, dan Titi-
“Kidung Sumarah” (2001). Sedang- sari—dibuktikan dengan diterima-
kan “Kapster Saly” dimuat dalam nya masuk SMA Teladan Yogyakar-
Kidung (2000), “Temen Tah Koen ta tahun 1959 dan meraih peringkat
Iku Tik” dimuat Panjebar Semangat 3 di kelas tiga. Tiga tahun kemudian
(September 2002). (1962) ia masuk Fakultas Hukum
Karya yang berupa guritan, an- Universitas Gadjah Mada, meski ti-
tara lain “Sepahan Jambe” (Jaya Ba- dak tamat (keluar tahun 1964). Sejak
ya, 2001), “Marang Penggurit Ole keluar dari Fakultas Hukum UGM,
Olang II” (Jaya Baya, 2001), “Se- untuk memenuhi kebutuhan hidup
pahan Jambe” dan “Marang Peng- sehari-hari, ia bekerja serabutan. Ta-
gurit Ole Olang” terbit dalam Kabar hun 1968 pindah ke Surabaya dan
Saka Bendhulmrisi: Kumpulan Gu- bekerja di PT Bank Nusantara Sura-
ritan (PPSJS, 2001), “Donga Kem- baya sampai tahun 1972. Sejak 1972
bang Waru”, “Modhol Morot Sa- hingga 1979 bekerja di harian Indo-
runge Jagung” (Panjebar Sema- nesian Daily News. Setahun kemu-
ngat, September 2002), dan artikel- dian pindah ke Jawa Pos. Sejak ta-
nya “Aku Isin Dadi Wong Indo- hun 1980 sampai sekarang bekerja
nesia” dimuat Panjebar Semangat di majalah Jaya Baya.
(2002). Tulisannya tentang pendi- Kegiatan menulis dimulai sejak
dikan, feminisme, wisata, budaya, duduk di bangku SMA (1960) de-
dan sejarah dimuat majalah Kidung, ngan mengisi majalah dinding seko-
tabloid Bromo (1998—2001), dan lahnya. Dari kebiasaan itu kemudian
Jaya Baya (1997—sekarang). Ka- ia mengirimkan tulisan ke lembaran
rangan dalam bahasa Indonesia an- remaja harian Kedaulatan Rakyat.
tara lain dimuat di tabloid Wisata Karya-karya yang ia kirimkan seba-
gian adalah hasil praktik pelajaran
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 503

mengarang di sekolah. Selain mengi- proses kreatifnya menggeluti sastra


rimkan tulisan ke Kedaulatan Rak- Jawa adalah Totilawati karena ia-lah
yat, ia juga mengirimkan tulisan ke yang menyarankan agar Sriyono ber-
majalah remaja Arena Pelajar (Su- gabung dengan majalah Jaya Baya.
rabaya) dan Kawanku (Jakarta). adik Kesungguhannya menggeluti dunia
dari Siningsih dan Sayektiningsih ini sastra Jawa telah dibuktikan dengan
mengirimkan Honor tulisan-tuilisan menerima beberapa penghargaan,
itu selain digunakan untuk menraktir antara lain, sebagai juara I dalam
beberapa temannya juga digunakan lomba menulis cerkak (PKJT), juara
untuk membayar kos dan membeli II lomba menulis guritan (PKJT),
beberapa buku. Diakuinya, kese- sebagai juara I lomba penulisan cer-
nangan menulis inilah yang melatar- kak oleh Depdikbud Propinsi Jawa
belakangi ia lebih suka bekerja di Timur, dan sebagai salah satu peme-
media massa. Dalam susunan redak- nang dalam seleksi guritan yang di-
si majalah Jaya Baya ia diserahi lakukan oleh Javanonogi Yogya-
tugas utama sebagai redaktur karya karta.
fiksi (cerbung, cerkak, dan roman
secuwil). st. iesmaniasita (1933—2000)
Sriyono mengawali kariernya St. Iesmaniasita (lengkapnya Su-
dengan menulis dalam bahasa Indo- listyoutami Iesmaniasita) lahir di
nesia. Kemudian, sejak bergabung Mojokerto, Jawa Timur, pada 18
menjadi reporter Indonesian Daily Maret 1933. Orang tuanya bernama
News (Surabaya), ia menulis (non- Jayawisastra; karenanya ia sering
fiksi) dalam bahasa Inggris. Menulis pula menambahkan nama orang tua-
karya sastra dalam bahasa Jawa ba- nya itu di belakang namanya sendiri.
ru dilakukan setelah bergabung de- Pendidikan dasar dan menengah
ngan Jaya Baya. Karya-karya yang yang telah ditempuhnya adalah SGB
dimuat Jaya Baya berupa cerkak, (1954) dan KGA (1963). Setelah itu,
novelet, guritan, cerita terjemahan, ia pernah kuliah di IKIP Mojokerto,
dan cerita anak-anak. Selain dimuat mengambil jurusan Antropologi, sa-
dalam Jaya Baya, karya-karyanya yangnya tidak tamat. Selanjutnya, ia
dimuat juga dalam antologi Druno bekerja sebagai guru SD di Mojoker-
Gugat dan Kabar Saka Bendhul- to hingga pensiun pada tahun 1993.
mrisi. Cerita anak-anaknya dimuat Di samping dikenal sebagai gu-
dalam buku Boneka Rini bersama ru, ia dikenal pula sebagai pengarang
karya Totilawati. Noveletnya “Sa- wanita yang sangat gigih menum-
lam Kang Wiwitan” yang telah di- buhkembangkan kesusastraan Jawa.
muat dalam Jaya Baya pernah diba- Muryalelana, pengarang yang seba-
cakan oleh Pak Katno lewat RRI ya dengannya, pernah menobatkan
Yogyakarta. Iesmaniasita sebagai pelopor per-
Menurut pengakuannya, orang tumbuhan barisan pengarang wanita
yang berjasa telah mengembangkan di lembaran kesusastraan Jawa mo-
504 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dern zaman kemerdekaan. Dalam (Pustaka Sasanamulya, Surakarta,


karangannya yang berbentuk cerpen 1975).
dan puisi, ia biasa menggunakan na- Dari kiprahnya dapat dicatat
ma St. Iesmaniasita; sedangkan na- bahwa sejak tahun 1982 ia agak ma-
ma Lies Jayawisastra sering digu- las menulis; terbukti majalah-maja-
nakan ketika ia menulis artikel ke- lah yang semula ramai mempubli-
susastraan. kasikan karangannya terlihat sepi.
St. Iesmaniasita termasuk pe- Namun, masa produktif Iesmania-
ngarang wanita yang produktif. Se- sita sudah cukup panjang karena pa-
lama 30 tahun lebih ia telah berkar- da umumnya produktivitas penga-
ya. Ia mulai menulis ketika masih rang hanya sekitar 15 atau 20 tahun
duduk di kelas 3 SMP PGRI Wlingi, (ia mulai menulis sekitar umur 20).
Blitar. Tulisannya yang berupa puisi, Kenyataan tersebut membuktikan
cerpen, cerbung, dan esai kesusas- bahwa mengarang benar-benar su-
traan banyak menghiasi berbagai dah menjadi hobi bagi Iesmaniasita.
majalah, seperti Panjebar Sema- Di usia 53 (tahun 1986), Iesmania-
ngat, Jaya Baya, Crita Cekak, Go- sita masih menulis puisi berjudul
tong Royong, Mekar Sari, Kuman- Kacang Kedelai. Satu tahun men-
dhang, dan lain-lain. Ia juga berhasil jelang akhir hayatnya ia sempat me-
menerbitkan karyanya dalam bentuk nulis puisi untuk anak-anak berjudul
buku, antara lain antologi 8 cerpen Lencana Tuwa. Puisi yang terkum-
dalam Kidung Wengi ing Gunung pul dalam antologi Kabar Saka Ben-
Gamping (Balai Pustaka, 1958), an- dul Mrisi (2001) itulah karangan ter-
tologi 5 cerpen dalam Kringet Saka akhir Iesmaniasita yang meninggal
Tangan Prakosa (Jaya Baya, 1974), di Mojokerto pada hari Sabtu, 8 April
antologi 3 cerpen dan 20 puisi dalam 2000.
Kalimput ing Pedhut (Balai Pusta- Iesmaniasita termasuk penyair
ka, 1976), sebuah puisi berbahasa Jawa berbakat. Di usia 21 ia sudah
Indonesia berjudul Kacang Kedelai mampu menulis puisi yang tidak se-
(Citra Jaya Murti, Surabaya, 1988), mata berisi curahan perasaan tetapi
antologi puisi dalam Mawar-Mawar berisi ungkapan untuk mengobarkan
Ketiga (Yayasan Penerbit Joyoboyo, semangat generasi muda. Puisi ber-
Surabaya, 1996). Adapun kumpulan judul “Kowe Wis Lega”, misalnya,
6 cerpen dan 18 puisi berjudul Lin- membuktikan kepiawaiannya meng-
tang Ketiga yang ditulis tahun ungkap kesedihan yang dalam, bu-
1955—1963 belum diterbitkan (Hu- kan sekadar kesedihan pribadi. Kri-
tomo, 1975). Sebagian karya Iesma- tik terhadap sikap manusia yang pu-
niasita juga diantologikan bersama as mengagungkan kebudayaan za-
dengan karya-karya pengarang lain, man silam itu diimbangi dengan mo-
di antaranya dalam buku Keman- tivasi pengarang untuk menggugah
dhang (Balai Pustaka, 1958) dan Ge- dan menyadarkan angkatannya agar
guritan Antologi Sajak-Sajak Jawi tidak hanya berpangku tangan. Se-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 505

lain itu, Iesmaniasita termasuk pe- galan usaha guru dalam cerita ter-
ngarang Jawa pertama yang mulai sebut diungkapkan sebagai cambuk
mengolah hal-hal yang berhubungan bagi masyarakat agar peduli menjadi
dengan dunia alam gaib. Hal ini da- orang tua asuh bagi kaum miskin.
pat ditemukan dalam beberapa cer- Corak didaktis juga mewarnai
pennya dalam antologi Kidung We- puisi-puisinya, di antaranya puisi
ngi ing Gunung Gamping. “Kacang Kedelai” yang ditulis pada
Karya-karya Iesmaniasita mem- 12 November 1986 dan terbit seba-
punyai corak yang kompleks sesuai gai buku dengan judul yang sama ta-
dengan kompleksnya lingkungan so- hun 1988. Lewat puisi ini Iesmania-
sial masyarakat kita. Jiwanya yang sita berusaha menggugah kesadaran
elastis mampu berkembang luas se- anak-anak bahwa penghargaan ter-
suai tuntutan alam yang menghen- hadap sesuatu hendaknya tidak ha-
dakinya seperti dapat dicermati da- nya dilihat dari keindahan wujudnya
lam cerpen “Rohana” (Jaya Baya, saja. Sajian dialog antara biji kedelai
No. 38, 1955). Dalam hal ini ia meng- dengan bunga-bunga begitu mudah
kritik pergaulan bebas muda-mudi dipahami anak-anak dan berhasil
dan sikap orang tua yang tidak me- menghidupkan narasi puisi itu. Da-
restui hubungan cinta karena perbe- lam kaitan ini agaknya penyair ingin
daan status sosial. Sikap tokoh Ro- menanamkan rasa cinta dan ramah
hana yang menyadari kekeliruannya lingkungan terhadap anak-anak se-
hidup bersama tanpa ikatan perka- dini mungkin.
winan sengaja ditampilkan penga- Iesmaniasita tampaknya juga pe-
rang untuk menegakkan norma-nor- ka dalam mencerna setiap kejadian
ma adat Timur yang dipandang mu- di sekelilingnya. Kenyataan akan
lai goyah. Tata cara feodal dunia pri- pandangan orang Jawa mempertim-
yayi yang mengeksklusifkan diri se- bangkan bibit, bebet, dan bobot da-
bagai golongan terpandang terlihat lam memilih calon suami terlihat da-
jelas ketika keluarga Budiman me- lam cerpen “Lagu kang Wekasan”
nolak Rohana yang berasal dari ke- (Jaya Baya, No. 25, 1956). Cinta
luarga biasa. Adrianto ditolak karena sebagai se-
Kemiskinan penduduk yang di- niman ia diragukan mampu menja-
lihat Iesmaniasita saat menjadi guru min hidup Karlina. Adrianto patah
di desanya agaknya juga menjadi hati dan jatuh sakit. Ternyata Adri-
sumber atau inspirasi cerpen-cerpen- anto satu-satunya lelaki yang di-
nya. Cerpen Tetesing Udan ing Pa- cintai dokter Karlina, terlebih setelah
mulangan (Panyebar Semangat, ia bercerai dengan Subrata. Akhir ki-
No. 38, 1957), misalnya, membuk- sah cinta tragis itu terjadi saat Adri-
tikan gaya sentimentilnya. Cerpen ini anto tanpa sengaja dirawat dokter
berkisah tentang kegigihan guru SD Karlina hingga meninggal; semen-
dalam memperjuangkan murid yang tara Adrianto tidak tahu kalau wanita
putus sekolah karena miskin. Kega- yang dicintainya itu telah menjanda.
506 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Kisah cinta yang berakhir tragis masa depan kedua anaknya ia ber-
hampir mewarnai sebagian besar usaha mempertahankan tali perka-
karya Iesmaniasita, misalnya dalam winan. Adapun derita anak akibat
cerpen “Lagu Lingsir Wengi”, perceraian juga diungkap Iesnmania-
“Perjanjian”, dan “Suwiran Buku sita dalam cerpen “Minggat”.
Harian”. Bagian yang menarik dari Berkat jasa-jasanya yang begitu
cerpen “Suwiran Buku Harian” (Ja- besar dalam sastra Jawa, Iesmania-
ya Baya, No. 23, 1957) adalah kebe- sita akhirnya mendapat penghargaan
ranian wanita mengungkapkan cinta dari yayasan Rancage pada tahun
pada kekasihnya. Selain itu, keingin- 1999. Sementara itu, Sri Widati, pe-
an pengarang mendobrak tradisi me- neliti sastra Balai Bahasa Yogyakar-
ngenai kepercayaan pada primbon ta, telah menulis riwayat dan sepak
dalam hal pemilihan jodoh terungkap terjang St. Iesmaniasita dan seluruh
dalam “Ketangkep” (Jaya Baya, karyanya dalam buku berjudul St.
No. 29, 1957). Iesmaniasita: Pembaharu Puisi Ja-
Kisah-kisah kehidupan rumah wa Modern (Gama Media, Yogya-
tangga juga merupakan sumber ins- karta, 2004).
pirasi bagi Iesmaniasita. Dalam cer-
pen “Sing Mrucut Banjur Ajur” (Ja- st. sri mulyani (1965— )
ya Baya, No. 36, 1957) diungkapkan St. Sri Mulyani, yang di dalam
kelalaian istri mengasuh anak karena karangan-karangannya sering meng-
sibuk berorganisasi sehingga anak- gunakan nama St. Sri Emyani, lahir
nya sakit dan meninggal. Hal yang di Trenggalek, Jawa Timur, pada 22
menarik adalah usaha pengarang Agustus 1965. Pengarang wanita
untuk tidak menumpukan kesalahan beragama Islam ini menamatkan SD
pada wanita, tetapi suami juga harus tahun 1979 dan SMP tahun 1982 di
dilibatkan dan bertanggung jawab. Panggul, Trenggalek, Jawa Timur.
Iesmaniasita berpendapat bahwa Setelah itu, ia melanjutkan ke SMA
perkawinan ternyata bukan sesuatu (jurusan IPS) di Kediri dan tamat ta-
yang mudah. Apabila seseorang su- hun 1985. Setamat SMA ia kuliah
dah berhasil memasuki gerbang per- di jurusan Seni Rupa IKIP Malang
kawinan, bukan berarti segalanya dan tamat sarjana muda tahun 1988.
akan meluncur dengan sendirinya, Bakat kepengarangan St. Sri
sebab keutuhan dan kelanggengan Mulyani tumbuh pada tahun 1985
perkawinan juga memerlukan per- saat ia kuliah di jurusan Seni Rupa
juangan tersendiri, seperti perjuang- dan berada di kota Malang. Meski-
an Yuwanti dalam cerpen “Rembu- pun tidak kuliah di jurusan sastra,
lan Kalingan Mega”(Mekar Sari, tetapi ia tidak mau kalah dengan ka-
No. 12, 1958). Yuwanti berusaha ta- wan-kawannya (dari jurusan sastra)
bah menghadapi perlakuan kasar sehingga ia mencoba menulis dan
dan angkuh suaminya yang semula mempublikasikan karya-karyanya
bersikap sayang dan lembut. Demi (puisi dan cerpen) ke majalah dan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 507

surat kabar seperti Mekar Sari, Jaka kar Sari, 11 Maret 1994), “Peluh”
Lodhang, Panjebar Semangat, dan (Mekar Sari, 1994), “Mati” (Mekar
Surabaya Post. Meskipun tahu bah- Sari, 1994), “Mampir” (Mekar Sari,
wa dunia karang-mengarang tidak 4 November 1994), “Krenteg” (Pa-
dapat diandalkan sebagai jaminan hi- njebar Semangat, 1989), dan “Teja”
dup, ia tetap berkeinginan dapat hi- (Panjebar Semangat, 1989).
dup layak dari hasil karangannya. Sementara itu, karyanya yang
Karena itu, dunia karang-mengarang berupa cerpen (cerkak), antara lain,
tetap ditekuninya walaupun ia sibuk “Semplep” (Jaka Lodhang, No. 10,
dengan tugas-tugasnya sebagai guru. 1993), “Asmara lan Angin” (Mekar
Sebagai guru St. Sri Mulyani Sari, 30 Desember 1994), “Jong
mengalami tiga kali pindah. Pada Mambo” (Jaka Lodhang, No. 4,
mulanya (1989), tidak lama setelah 1994), “Badhut” (Jaka Lodhang, No.
tamat kuliah, ia menjadi guru SLTP 26, 1994), “Mbah Wek” (Mekar Sari,
3 Latsari, Tuban. Kemudian, pada 19 Mei 1995), “Aneh” (Mekar Sari,
tahun 1991, ia pindah ke SLTP 11 15 September 1995), “Sepatu Ayu”
Malang. Sembilan tahun kemudian, (Jaka Lodhang, No. 18, 1995),
tepatnya tahun 2000 ia pindah ke Mbrang Kali Kembang” (Mekar
daerah kelahirannya dan hingga se- Sari, 18 Agustus 1995), “Semar Me-
karang menjadi guru di SLTP 1 sem” (Mekar Sari, 21 Juli 1995), dan
Panggul, Trenggalek, Jawa Timur. “Tikus” (Jaka Lodhang, No. 03,
Kini ia bertempat tinggal di desa 1995).
Panggul RT 15, RW 05, kecamatan
Panggul, kabupaten Trenggalek, stereotipe
Jawa Timur, telepon (0355) 651054. Istilah stereotipe bukan asli dari
Beberapa karya St. Sri Mulyani bahasa Jawa tetapi dari bahasa Ing-
yang berupa puisi (guritan), antara gris stereotype, yang artinya mengi-
lain, “Kejegal” (Jaka Lodhang, No. kuti (secara terus-menerus) konvensi
24, 1992), “Kembang Turi” (Panje- yang sudah mapan atau klise. Istilah
bar Semangat, 30 Januari 1992), ini juga mengandung arti peniruan
“Sketsa Wengi” (Mekar Sari, 10 No- terhadap gaya sebuah karya sastra
vember 1993), “Kridhaning Jlantra” secara berlebihan, tetapi bukan pen-
(Mekar Sari, 1993), “Kreta Sore” curian atau plagiat. Sesuatu yang di-
(Mekar Sari, 1993), “Ndodag We- sebut bersifat stereotipe ialah bila
ngi” (Mekar Sari, 1993), “Nyabrang tidak ada perubahan apa pun di da-
Alas” (Panjebar Semangat, 1993), lamnya dari yang sudah terus-me-
“Bumi Angin” (Panjebar Semangat, nerus digunakan. Dalam perwatakan
1993), “Alun Wengi” (Mekar Sari, tokoh fiksi, misalnya, watak stereo-
1994), “Kembang Bakung” (Mekar tipe ialah bila tokoh utama (prota-
Sari, 1994), “Gunungan” (Surabaya gonis) digambarkan selalu cantik
Post, 1994), “Gogrog” (Mekar Sari, atau tampan, tanpa cecat, dan baik
19 Januari 1994), “Woting Ati” (Me- hati. Adapun tokoh lawan
508 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(antagonis) digambarkan buruk rupa studi metodis atas prinsip-prinsip ga-


dan jahat. Hingga saat ini, pengarang ya bahasa. Adapun stylis ialah ahli
Jawa masih cenderung menggarap membuat gaya bahasa. Adapun yang
penokohan secara stereotipe. Misal- disebut dengan gaya bahasa menurut
nya, dalam Serat Riyanto (1920) di- para ahli bahasa ialah penggunaan
gambarkan Raden Ajeng Srini yang bahasa secara khusus untuk menda-
cantik jelita dan Raden Mas Riyanto patkan efek tertentu dalam sebuah
yang tampan. Demikian juga dalam karya. Selain itu, gaya bahasa juga
novel Lintang Panjer Rina (2003) merupakan cara penggunaan bahasa
karya Daniel Tito berikut ini. secara khas, yang dapat untuk me-
ngungkapkan diri seseorang sehing-
… Harjito mung meneng. Mung
ga dapat digunakan untuk membe-
mandeng. Sengaja dijarake
dakan pengarang satu dengan penga-
wadon ayu-manis ing ngarepe
rang yang lain. Stilistika yang ber-
kuwi kojah. Kepengin ngerti
laku pada suatu periode dapat ber-
arahe pirembugan kok nganti
beda dengan stilistika pada periode
tekan kono olehe nyangkani….
yang lain karena berbagai faktor, se-
(Lintang Panjer Rina, 2002:12)
perti selera zaman, pengaruh kebi-
‘… Harjito hanya diam. Hanya jakan pemerintah, dan pergantian ge-
memandang. Sengaja dibiarkan nerasi.
perempuan ayu-manis di depan-
nya itu bercerita. Ingin ia me- suci hadi suwita (1936— )
ngerti arah pembicaraannya me- Suci Hadi Suwita (bergelar R.
ngapa sampai di situ arahnya….’ Ngt.) atau lazim dipanggil Ibu Suci
adalah seorang wanita yang –meski
stilistika hanya penjual abon dan penganan/
Istilah stilistika serapan dari ba- gorengan— aktif memetri bahasa
hasa Inggris stylistic. Stilistika me- dan budaya Jawa. Ia lahir di Kumen-
rupakan salah satu bidang studi ilmu daman, Suryadiningratan, Yogya-
sastra. Bidang studi ini berkaitan de- karta, pada 21 Januari 1936. Se-
ngan teknik ekspresi dalam sastra, orang ibu yang kini tinggal di Jalan
yang sebenarnya tidak terbatasi ha- Suryadiningratan 4, Yogyakarta, ini
nya gaya bahasa (style of language), menikah dengan Priyanto, B.A. pada
tetapi juga pada imaji, bunyi bahasa, 30 September 1964. Hanya saja, pa-
dan sebagainya yang dengan peman- da 11 Februari 1969, ia bercerai. Su-
faatannya mampu memberikan efek ci Hadi Suwita berpendidikan SR
tertentu pada suatu karya sastra. Na- Suryadiningratan (1950), SLTP 4
mun, pada hakikatnya, stilistika Yogyakarta (1953), dan terakhir
memfokus pada penggunaan gaya SMA 1 Surakarta (1955, hanya sam-
bahasa dalam karya sastra. Ahli sti- pai kelas 2). Meski demikian, ia me-
listika dalam bahasa Inggris disebut nguasai bahasa Jawa secara aktif
stylician, yang bertugas melakukan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 509

dan bahasa Minangkabau serta ba- Memang ia telah mengikuti penatar-


hasa Inggris secara pasif. an P-4 selama 17 jam pada 1984,
Pada tahun 1960—1964 Suci selama 25 jam pada 1995, dan pena-
Hadi Suwita menjabat sebagai pe- taran calon fasilitator Simulasi P-4
tugas administrasi swasta di Jakarta. angakatan XLI pada 1997. Pada ta-
Kemudian ia menjadi anggota Pem- hun 2000 ia meraih juara II pada
bangunan Kesehatan Masyarakat lomba mengarang macapat yang di-
Desa (PKMD) di Yogyakarta. Di selenggarakan oleh Dewan Kesenian
samping itu, di kampungnya, ia men- Yogyakarta.
jadi pengurus PKK tingkat RW. Da- Bu Suci mulai menulis pada
lam kaitannya dengan kesenian, ia 1990. Karyanya berbahasa Jawa dan
menjadi Wakil Ketua Kerawitan Go- Indonesia. Karyanya yang pernah di-
tro Rini dan hingga kini masih men- gunakan sebagai bahan lomba berju-
jadi anggota Sanggar Sastra Jawa dul “Lelana”, diterbitkan dalam buku
Yogyakarta (SSJY). Kaloka Basa untuk SLTP kelas 2.
Berkomentar mengenai keikut- Mengapa ia menulis sastra Jawa?
sertaannya dalam SSJY, Suci Hadi Katanya, saat itu (1990) ia mende-
Suwita merasa “berbeda” dibanding ngar pernyataan Arswendo dan Ren-
kawan-kawan pengarang lainnya. dra ketika diwawancarai di acara
Kalau kawan lain umumnya berpro- TVRI Yogyakarta. Dalam wawan-
fesi sebagai guru, mahasiswa, dosen, cara itu (yang dipandu oleh Mas Mar-
pegawai, dan wartawan yang setiap gono, pegawai RRI Nusantara II),
hari memegang “ballpoint” dan me- nara sumber (Arswendo Atmowiloto
sin tik atau komputer, dirinya hanya dan Rendra) menyatakan bahwa ba-
memegang “pisau dan alat penggo- hasa Jawa sudah mati.
rengan” sebab setiap hari harus mem- Mendengar pernyataan itulah Bu
buat dan menjual abon dan berbagai Suci sadar. Lalu bertanya pada diri:
makanan kecil. Karena itu, ia harus benarkah sastra Jawa mati? Padahal,
betul-betul dapat membagi waktu menurutnya, sejak 1960 banyak kar-
untuk menulis. Apalagi ia juga harus ya sastra Jawa terbit. Apakah kini
membantu putrinya yang membuka (1990) tidak ada perkembangan? Ma-
warung nasi di rumahnya. ka, ketika pada tahun 1990/1991 ada
Dalam dunia tulis-menulis, Suci lomba penciptaan guritan yang dise-
Hadi Suwita pernah mendapatkan lenggarakan oleh Taman Budaya
penghargaan, yaitu sebagai juara III Yogyakarta, Ibu Suci mengikutinya.
pada lomba karya tulis yang diseleng- Walau tidak menang, karya Ibu Suci
garakan oleh BKKBN Kader Sehat yang berjudul “Peking” masuk ke
Lestari (1988). Kader Sehat Lestari dalam sepuluh karya terbaik. Sejak
itu dijalaninya lebih dari 10 tahun. saat itulah, ia seperti berjanji pada
Pada tahun 1991, ia juga menjadi diri untuk terus menulis dan me-
juara I Simulasi P-4 Puntadewa ting- ngembangkan sastra Jawa. Diakui-
kat Daerah Istimewa Yogyakarta. nya bahwa dalam menulis sastra Ja-
510 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

wa ia mendapat bimbingan dari Sur- sudarsin (1950—)


yanto Sastroatmojo dan Sri Widati, Sudarsin lahir dan bertempat
keduanya pengurus Sanggar Sastra tinggal di Purwonegoro, Banjarne-
Jawa Yogyakarta. gara, Banyumas, Jawa Tengah, pada
Karangan Ibu Suci berupa guri- 23 Mei 1950. Ia menamatkan pendi-
tan, cerkak, macapat, dan novel, ter- dikan di SMP Negeri Klampok, Pur-
bit di majalah Pagagan, Djaka Lo- worejo (1965), SMA Negeri Banjar-
dang, Bernas Minggu, Trinil (ma- negara (1968), dan terakhir menda-
jalah milik PKK Mantrijeron, Yog- pat gelar sarjana muda dari Fakultas
yakarta, sudah tidak terbit lagi). Me- Ekonomi Universitas Jenderal Sudir-
nurutnya, yang paling mudah diker- man Purwokerto (1972). Setelah itu,
jakan adalah menulis macapat. Se- ia diterima bekerja menjadi guru
lain itu, ia juga telah menulis cerita SMP/SMA Nasional Sidareja, Cila-
bersambung yang dimuat di Djaka cap, tetapi tidak diteruskan. Kemu-
Lodang dengan judul “Prameswari dian, sejak tahun 1975 sampai seka-
kang Wicaksana”. Pada 1996, karya rang ia bekerja di Kantor Inspeksi
guritan-nya dimuat dalam antologi IPEDA Purwokerto.
Pemilihan Lurah. Pada 1997, guri- Dalam karya-karyanya (cerpen),
tan dan macapat-nya masuk dalam lelaki yang dikenal berpenampilan
antologi Rembuyung dan Pisung- tenang dan tidak banyak bicara itu
sung. Pada 1998 cerkak-nya dalam kadang-kadang menggunakan nama
antologi Panjurung. Pada 2000, ma- asli (Sudarsin) dan nama yang di-
capat dan guritan-nya dimuat dalam singkat (S.Darsin). Namun, kadang-
Bocah Bajang Nyunggi Watu Gi- kadang, untuk mengurangi kejenuh-
lang dan “Tunjung Pita”. an pembaca, namanya dipanjangkan
Sementara itu, dalam antologi dengan ditambah nama tempat ting-
Megar (Radhita Buana, 2003), ia me- galnya sehingga menjadi Sudarsin
nulis guritan berjudul “Lair”, “La- Purwonegoro.
re”, “Lelara”, “Lelaku”, “Sliramu”, Karier kepengarangan Sudarsin
“Sing Endi”, “Megar”, “Mandheg?”, diawali pada tahun 1970 dengan me-
“Mung Sepele”, “Olah-olah”, “Mu- nulis cerpen dalam bahasa Indone-
si”, “Gunung Merapi, “Palar”, sia. Selanjutnya, karya-karyanya
“Pagilaran”, “Cokrorejo”, “Bang- mengalir ke majalah Arena Warta,
lades”, “Eluhmu Tito”, “Jam”, “Lu- Pelita Minggu Baru, Tanah Air, dan
wengku”, “Lampu”, “Pyan”, “Pe- Simponi. Pada tahun 1972, ia mulai
king”, “Tirta”, “Pasar Mlaku”, mencoba menulis cerpen Jawa (cer-
“Alas Roban”, “Kurdhen Biru”, kak). Ia tidak tergiur oleh ajakan te-
“Pangilon”, “Album Manten”, “Ne- man-teman seangkatannya (Poer
tra”, “Kupatan Riyaya”, “Nga- Adhie Prawoto, Anjrah Lelonobroto,
pem”, dan “Nalika Neng Kamar Aryono Kadaryono, Djajus Pete)
Ijen”. Karya-karya ini ditulis tahun yang pada waktu itu beramai-ramai
1991 hingga 2003. menulis guritan. Hasil karyanya
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 511

(cerkak) kemudian muncul di bebe- menempuh pendidikan nonformal, di


rapa majalah, seperti Panjebar Se- antaranya, Upgrading Course Pers
mangat, Jaya Baya, dan Pustaka dan Jurnalistik Persatuan Wartawan
Candra. Kudus, Penataran Tatah Sungging
Beberapa cerkak Sudarsin, di an- Kulit di Wonogiri, dan kursus tertulis
taranya “Lelakon Anyar ing Omah jarak jauh di Bandung.
Sewan”, “Ratihku”, “Donya Katon Riwayat pekerjaan Sudaryono
Peteng”, “Pedhute Wiwit Temu- beraneka ragam. Pada mulanya, ia
run”,” Kelangan”, dan “Kembang bekerja sebagai karyawan PG Ren-
Telon”. Walaupun ia lahir dan tinggal deng Kudus selama dua tahun. Ke-
di lingkungan keluarga priayi Banyu- mudian ia beralih profesi sebagai gu-
mas, dalam karya-karyanya ia justru ru bahasa Jawa, guru menggambar,
kelihatan njawani, atau sering meng- guru hitung dagang, dan guru tata
gunakan cengkok Joglo atau bahasa buku di SMA Mandira Kudus. Se-
Jogya-Solo dan tidak sedikitpun telah mengajar selama empat tahun,
menggunakan dialek Banyumasan. ia dipercya sebagai kepala sekolah.
Itulah satu bukti rasa kecintaannya Sayang, jabatan itu hanya dipegang
pada bahasa Jawa yang dicerminkan selama satu tahun. Di samping men-
lewat tulisan maupun kesehariannya. jadi guru, ia juga bekerja sebagai kon-
sultan pribadi dan tukang dongeng
sudaryono di rumah Keluarga Tas’an Wartono,
Dalam dunia karang-menga- seorang pengusaha Pabrik Rokok
rang, Sudaryono biasa mengguna- Sukun di Kudus. Di tempat ini ia be-
kan nama samaran Puntadewa. Di kerja tiga belas tahun. Kemudian, ia
kalangan pengarang, ia sering dige- juga bekerja sebagai penyair para-
lari sebagai penyair paranormal, pe- normal dan pelukis. Selain itu, ia ak-
lukis, budayawan, tukang dongeng, tif di berbagai organisasi, baik pro-
dan pengarang dari lereng Gunung fesi maupun sosial. Ia ikut mendiri-
Muria. Sudaryono lahir di Kudus pa- kan HKP2W Kudus, mendirikan
da 7 September (tahun?). Pengarang KNPI Kudus, sebagai Sekretaris Ke-
beragama Islam dan bersuku Jawa luarga Penulis Kudus, Pengurus Ge-
ini adalah putra kelima dari tujuh ber- rakan Pramuka Kwartir Ranting Ku-
saudara. Ayahnya bernama P. Hadi dus, dan Sekretaris RT 05, Kaliputu,
Soedirdjo (tokoh pejuang 45), se- Kudus.
dangkan ibunya bernama K. Soe- Sejak kelas satu SD Sudaryono
darti (keduanya telah almarhum). gemar mengarang. Ia terjun ke dunia
Sekarang ia tinggal di Kaliputu III/ karang-mengarang karena ingin
91, RT 05, RW 01, Kudus 59312. mendapat nilai lebih dibandingkan
Pendidikan SD, SLTP, SLTA, teman-temannya. Di samping itu, ia
sampai perguruan tinggi ditempuh di juga ingin mendapatkan uang dari
kota kelahirannya. Di samping me- hasil keringatnya sendiri. Hasil kar-
nempuh pendidikan formal, ia juga ya Sudaryono beraneka ragam. Jenis
512 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

karangan yang ditekuninya meliputi laksanakan dalam rangka HUT ke-


puisi, cerpen, dan karangan bebas. 6 Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
Ia tidak hanya menulis dalam bahasa tahun 1998. Penghargaan ketiga be-
Jawa, tetapi juga bahasa Indonesia. rupa “Trophy Teater Semut dan pia-
Hasil karyanya yang berbahasa In- gam lomba menulis Surat Cinta Ber-
donesia dimuat di Karya Publika bahasa Jawa tingkat Jawa Tengah di
(Kudus, 1971), Buana Minggu (Ja- Kendal tahun 1999. Kegiatan itu di-
karta, 1971-1977), Krida (Semarang, laksanakan dalam rangka Gelar Bu-
1983), Lokantara (Jakarta, 1997), daya tahun 1999. Waktu itu, ia ber-
Wawasan (Semarang), Suara Karya hasil merebut juara III.
Minggu (Jakarta), dan Suara Mu- Pengarang yang bergelar penyair
hammadiyah (Yogyakarta). paranormal itu beranggapan bahwa
Sementara itu, karya-karyanya sastra Jawa masa lalu sangat kuat,
dalam bahasa Jawa dimuat di Panje- bersifat adiluhung, dibuat dengan
bar Semangat (Surabaya) dan Pa- hati-hati. Maka, sastra masa lalu bi-
gagan (Yogyakarta). Karya-karya- sa menjadi cermin hidup berbudi pe-
nya juga adalam beberapa buku an- kerti luhur dan berbahasa halus.
tologi, antara lain, Angin Ladang Adapun terhadap sastra masa kini,
(Pustaka KPK, 1996), Antologi Puisi ia berpandangan bahhwa sastra ma-
Menara (Pustaka KPK, 1997), Lek- sa kini terasa ringan, kurang mem-
sikon Seniman Jawa Tengah (DKJT, perhatikan budi pekerti yang baik,
1996/1997), Antologi Puisi Indone- bersifat lugas, penuh kritik, kurang
sia 1997 Volume 2 (Angkasa Ban- bisa memberikan solusi. Sementara
dung, 1997), Antologi Puisi Blue itu, terhadap sastra Jawa di masa de-
(Komunitas Latah, Jepara, 1997), pan, ia berharap agar sastra yang
Antologi Cerkak (DKJT, 1998), An- mengungkapkan budi pekerti luhur
tologi Cerkak Anak Berbahasa Jawa itu mudah dicerna oleh generasi pe-
(DKJT, 1999), Pabrik (Roda-roda nerus.
Budaya Tangerang, 1998), dan An- Terhadap dunia penerbitan, Su-
tologi Puisi Menara 3 (Pustaka daryono berangapan bahwa penerbit
KPK, 1999). sastra Jawa tetap akan ada meskipun
Sudaryono banyak menerima dengan dana yang terbatas. Semen-
penghargaan dari beberapa instansi tara itu, pembaca sastra Jawa kini
dan yayasan. Hadiah dan penghar- semakin berkurang. Dalam hal pro-
gaan itu, antara lain, Plakat Seni ses kreatif, Sudaryono mendapatkan
Sastra dan Lomba Cipta Puisi Ting- ide lewat alam lingkungan, kehidup-
kat Nasional. Kegiatan itu diseleng- an sosial, dan kehidupan sehari-hari.
garakan dalam rangka HUT Yayasan Semua itu ia kemas dan sesuaikan
Pelangi Nusantara Jakarta tahun dengan budaya Jawa yang dianggap
1996. Penghargaan berupa uang dan sebagai budaya sopan santun dan
sertifikat juara I penulisan cerkak Ja- mengandung nilai budi pekerti yang
wa tingkat Nasional. Kegiatan itu di- luhur.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 513

sudi yatmana (1937—) lam keintelektualannya adalah (1) BI


Sudi Yatmana, lengkapnya Dr. Bahasa Jawa di Yogyakarta tahun
(HC) R.M.A. Sudi Yatmana, lahir 1959; (2) BI Bahasa Indonesia di Se-
pada Minggu Paing, 28 Maret 1937, marang tahun 1962; (3) Institut Pen-
pukul 11.11, di kota Surakarta, se- didikan Guru Madiun tahun 1964;
buah kota penting di Jawa Tengah dan (4) Soon Study Courses Austra-
yang dikenal sebagai bekas daerah lia tahun 1975 dan 1982. Dari se-
kejawen. Karena lahir dan dibesar- jumlah pendidikan yang telah dila-
kan di salah satu pusat kebudayaan luinya itu dapat dipastikan bahwa ia
Jawa, wawasan kejawen-nya cukup mengantongi banyak gelar, seperti
luas dan dalam. Hal itu dibuktikan- sarjana (S1) Ilmu Keguruan dan Il-
nya dengan catatan hari lahir yang mu Pendidikan (IKIP) Madiun dan
tidak hanya mengacu kepada kalen- Doktor H.C. (Dr. H.C.) Bahasa Ja-
der Jawa, tetapi juga kalender inter- wa dari The London Institut for
nasional. Kini ia menetap di kota Se- Applied Research (Inggris) tahun
marang, tepatnya di Jalan Kaliwiru 1992. Selain itu, ia juga mengikuti
V/5, Semarang 50253, telepon (024) beberapa studi informal, misalnya
8319839, tetapi sering harus pulang- studi banding di Melbourne, Canber-
balik ke Sala karena tugasnya se- ra, dan Sydney (Australia) tahun
bagai budayawan keraton. 1996.
Seperti halnya sebagian besar Bila dicermati dengan saksama
pengarang Jawa modern umumnya, terlihat bahwa sekolah-sekolah yang
Sudi Yatmana juga berprofesi ganda. dimasukinya itu erat berkait dengan
Pada umumnya pengarang Jawa ber- hobinya, yang menurut pengaku-
profesi ganda: selain sebagai penga- annya ialah mencintai bahasa, seni,
rang juga sebagai wartawan atau gu- dan budaya. Gelar-gelar yanag di-
ru. Karena di bidang sastra Jawa peroleh selama menyelesaikan stu-
modern Sudi Yatmana lebih banyak dinya di dalam dan luar negeri me-
menulis guritan, ia dapat disebut nandai profesionalisme dirinya da-
penggurit. Sudi Yatmana rupanya lam bahasa dan sastra. Terbukti bah-
termasuk tipe sastrawan yang se- wa ia mampu menulis tidak hanya
nang belajar yang ditandai dengan dalam bahasa Jawa dan Indonesia,
kegemarannya membaca di perpus- tetapi juga dalam Inggris. Buku an-
takaan, baik perpustakaan umum tologi cetakan tahun 2002 yang ber-
maupun pribadi. Hobi belajarnya, judul Geguritane Wong Pangsiyu-
baik tentang sastra yang ditulis da- nan (Sajak-sajak Seorang Pensiun-
lam bahasa Jawa, Indonesia, mau- an, The Poems of Someone Retired)
pun Inggris, telah mendorong dirinya dan Geguritan Alam Sawegung
meniti karier ke jenjang pendidikan (Puisi-puisi Alam Semesta, The
tinggi yang ideal. Poems if The Existence) membukti-
Sejumlah catatan pendidikan kan kemampuan di bidang bahasa
yang membayangkan seberapa da- yang kompleks itu.
514 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Adapun profesi yang disandang- Atas dasar posisi dan tugas-tu-


nya hingga kini berkaitan erat de- gas yang dialaminya di lembaga-
ngan bidang studi yang dikuasainya lembaga kemasyarakatan tersebut,
sebagai berikut. (1) Tahun 1959— pengarang ini mendapat sejumlah
1989 sebagai guru atau dosen tetap penghargaan. Beberapa pengharga-
di 20 perguruan tinggi. (2) Tahun an yang diterimanya, antara lain, (1)
1986—1998 sebagai dosen luar biasa Lenacana Karya Satya dari Presiden
FPBS IKIP dan tahun 1996—2001 RI sebagai abdi negara/guru selama
sebagai dosen luar biasa di lebih dari 25 tahun (1988); (2) Peng-
STIEPARI Semarang. (3) Sebagai hargaan Budaya Bahti Upapradana
staf dan pejabat di Kanwil Depdikbud dari Gubernur Kepala Daerah Ting-
Propinsi Jawa Tengah. Kanwil Dep- kat I Jawa Tengah sebagai Pembina
dikbud Propinsi Jawa Tengah adalah Pengembang Bahasa dan Sastra Ja-
tempat kerja yang utama bagi Dr. wa (16 Agustus 1991); (3) Penghar-
Sudi Yatmana. Posisi penting yang gaan Piagam Bakti Budaya dari Pu-
didudukinya sebagai (a) Kasi Bina sat Lembaga Kebudayaan Jawi Su-
Program Bidang Kesenian Depdik- rakarta (21 Oktober 1993); (4)
bud selama tahun 1989—1993; (b) Penghargaan dari Keraton Surakarta
Pengawas Pendidikan Menengah dengan nama Paringan Dalem:
Umum tahun 1993—2001, dan (c) K.R.T. Yatmadiningrat (12 Desem-
anggota penyiapan kurikulum baha- ber 1996); (5) Penghargaan dari
sa Jawa untuk Propinsi Jawa Tengah, Mangkunegaran Surakarta (7 Fe-
yaitu tahun 1968, 1975, 1984, 1994 bruari 1999); dan (6) Penghargaan
(Kurikulum Muatan Lokal), dan dari Yayasan “Rancage” (2001) atas
2001 (Kurikulum Berbasis Kompe- jasanya dalam melestarikan bahasa
tensi). (4) Sebagai tokoh di beberapa dan sastra Jawa lewat berbagai me-
Lembaga Swasta, yaitu (a) anggota dia.
pakar pengurus Permadani Pusat Selain sebagai budayawan yang
(1989—2003); (b) penyelenggara tangguh, Sudi Yatmana juga seorang
AUB/STEIUAB Semarang; (c) ang- ilmuwan, sehingga karya-karyanya
gota Dewan Redaksi tabloid Inspi- pun diasumsikan menggambarkan
rator (Suara Merdeka Grup); (d) pribadinya sebagai ilmuwan. Di bi-
anggota Presidium Pusat Lembaga dang kebudayaan Jawa ia tampak
Kebudayaan Jawi Surakarta; (e) Ke- menonjol karena tidak hanya pandai
tua Yayasan Karya Dharma Panca- berbicara, tetapi juga terjun lang-
sila Surakarta (sejak 1998), dan (f) sung di dalamnya. Hal ini dapat dili-
sejak tahun 2000 menjadi Ketua Tim hat, baik dari profesinya yang dite-
Peneliti dan Penilai Buku-buku Ba- kuni di Kanwil Depdikbud maupun
hasa Jawa dan buku-buku budi pe- dari profesinya di lembaga-lembaga
kerti Kanwil Depdikbud Propinsi Ja- swasta-kebudayaan, khususnya ke-
wa Tengah. budayaan Jawa tradisional. Ia adalah
orang kuat di “Permadani” (sebuah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 515

lembaga yang bertugas melestarikan tahun). Setelah itu, Sudibjo berpro-


kebudayaan Jawa). Dari posisi Sudi fesi sebagai guru.
Yatnama itu pada gilirannya terba- Profesi guru ditekuninya hingga
ngun sebuah karakter khusus pada tahun 1969. Semula menjadi guru
dirinya. Maka, tidak sia-sia usaha- Sekolah Dasar (tahun 1952—1954),
nya itu karena pada tahun 2002, di kemudian guru SMTP (tahun
Surabaya (Unesa), ia secara resmi 1960—1963), dan guru SMTA (ta-
mendapatkan penghargaan “Ran- hun 1963—1969). Selain sebagai
cage” dari Yayasan Rancage. guru, ia juga bekerja sebagai kurator
Sudi Yatmana memegang dua bagian naskah di Museum Nasional
sesanti yang rupanya mendasari si- (tahun 1963—1974). Setelah itu, se-
kap dan perilakunya. Pertama, pan- panjang tahun 1974 hingga 1979 ia
dangannya tentang buku, dan kedua diangkat sebagai Direktur Gedung
tentang hidup. Baginya, teman du- Kebangkitan Nasional dan sejak ta-
duk yang paling setia ialah buku. De- hun 1980 ia bekerja di Balai Pusta-
ngan kata lain, baginya, tiada waktu ka, Jakarta. Dalam catatan biodata-
tanpa membaca (buku). Sedangkan nya, ia juga pernah menjadi redaksi
pandangannya tentang hidup ialah majalah budaya Warta Wayang. Ma-
ajakan: “Sumangga sami mangas- jalah ini, pada perkembangan selan-
tuti tuwin makarti, mamrih wilu- jutnya, berganti nama menjadi Ga-
jenging sesami” ‘Marilah kita ber- tra.
doa dan bekerja demi keselamatan Di dalam khazanah sastra Jawa,
bersama’. Kedua sesanti itu mem- jenis sastra yang ditekuni Sudibjo
bayangkan kedalaman religiusitas ialah guritan, cerkak, dan novel. Pa-
seseorang, yang dapat dilihat ketika da sekitar tahun 1969 hingga 1979
dia melakukan sesuatu, mengekspre- karya guritan dan cerkak-nya telah
sikan, dan memikirkan dirinya sen- tersebar di berbagai majalah berba-
diri, juga orang-orang “dekat” di se- hasa Jawa, di antaranya Kunthi di Ja-
kitarnya (di masyarakat luas). karta. Sementara itu, bukunya ber-
judul Daradasih telah diterbitkan
sudibjo z. hadisutjipto oleh Balai Pustaka tahun 1988.
(1936—)
Pengarang ini lahir di Pemalang, sugeng adipitoyo (1965—)
17 Agustus 1936. Ia memiliki latar Pengarang ini lahir di Nganjuk
belakang pendidikan dari SD hingga pada 23 Desember 1965. Dunia tu-
perguruan tinggi. Pendidikan tinggi lis-menulis merupakan pekerjaan
yang ditempuhnya ialah Fakultas sampingan dan sekedar dimanfaat-
Sastra Universitas Indonesia, Jurus- kan untuk menyalurkan bakat. Pe-
an Bahasa dan Sastra Nusantara. Ia kerjaan pokoknya adalah sebagai
juga pernah mengikuti pendidikan di dosen di Universitas Negeri Suraba-
Sekolah Pendidikan Guru (SGB IV ya (dulu IKIP Surabaya). Ia juga ak-
tif dalam berbagai organisasi, misal-
516 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya terlibat dalam keanggotaan Ma- sugeng dwianto (1966—)


syarakat Linguistik Indonesia (MLI) Sugeng Dwianto adalah alum-
komisariat Unesa, anggota penilai nus Jurusan Bahasa dan Sastra Ja-
Buku Pelajaran Bahasa Jawa Kan- wa, Fakultas Bahasa dan Seni IKIP
wil Departemen Pendidikan dan Ke- Surabaya (1993). Ia lahir di Pacitan
budayaan Provinsi Jawa Timur pada 11 Juli 1966. Pendidikan for-
(1994), anggota Monitoring Buku mal SD hingga SPG diselesaikan di
Paket Nasional (1997), Ketua Pagu- kota kelahirannya (Pacitan). Selepas
yuban Sarilaras, Pendiri Lembaga SPG tahun 1985, ia menjadi guru
Pengkajian Pembelajaran Bahasa, SMP. Dalam kiprahnya bersastra Ja-
dan Pembina Musyawarah Guru wa, karya-karyanya tersebar di ber-
Mata Pelajaran Bahasa Jawa SLTP bagai majalah berbahasa Jawa, an-
di Surabaya (2000). tara lain Panjebar Semangat, Jaya
Dalam dunia karang-mengarang Baya, Mekar Sari, dan Djaka Lo-
Sugeng Adipitoyo menulis baik puisi, dang.
fiksi, maupun nonfiksi. Karya gu- Karya-karya guritan-nya terbit
ritan-nya antara lain dimuat dalam dalam beberapa buku antologi ber-
Pangastawa (antologi bersama); sama. Misalnya, “Melar Bumi”,
“Orkestra Jagad Raya” dimuat da- “Acirmada Acattha”, “Wismaku”,
lam Panjebar Semangat, 26 Mei “Jombang Sawise Udan Grimis”,
2001; “Orkestra Jagad Raya”, “Omahe Prawan Sunthi” masuk da-
“Reh”, dan “Kaca Pangilon” di- lam Kabar Saka Bendulmrisi: Kum-
muat dalam Kabar Saka Bendulmri- pulan Guritan (PPSJS, 2001), “Gu-
si: Kumpulan Guritan (PPSJS, ritan Perang”, “Alit”, “Peso Gawe-
2001). Karya nonfiksi yang ditulis an Pande”, “Wismaku”, “Sabubare
Sugeng Adipitoyo adalah Serat Ka- Pedhut lan Samirana ing Sela-Se-
bar Kiamat (transkrip dan terjemah- lane Gurit Panantang”, “Rodha-Ro-
an), Serat Imam Sujana (transkrip dha Kutha”, “Omahe Prawan Sun-
dan terjemahan), Kridha Pradangga thi”, “Gonjang-Ganjing”, “Aben
I, Pengantar Berlatih Menabuh Ga- Sawung” masuk dalam Ayang-Ayang
melan, Kempalan Gendhing Laras Pewayangan (PPSJS, 1992), dan
Slendro Pathet Sanga, Konstruksi “Omahe Prawan Sunthi” masuk
Frase dalam Bahasa Jawa, Morfo- dalam Drona Gugat (Bukan Panitia
fonemik Bahasa Jawa Dialek Su- Parade Seni W.R. Supratman,
rabaya, Nglestari Budaya (tembang 1995). Di samping menulis guritan,
Jawa), dan Sayangku (langgam Ja- ia juga menulis puisi dalam bahasa
wa). Karya-karya tersebut meng- Indonesia yang dimuat dalam anto-
gambarkan betapa luas wawasan pe- logi Sang Penyair (1986), Lamat
ngarang yang sampai sekarang telah (1988), Surabaya Kotaku (1989),
menulis dan menerbitkan sekitar 25 Langkah (1990), dan Jejak (1991).
cerkak dan lima cerpen.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 517

sugesti penjuru kota Sala untuk mengim-


Istilah sugesti berkaitan dengan bangi informasi sepihak dari Aneta,
ilmu jiwa tetapi juga digunakan da- sebuah pers kolonial Belanda.
lam teori sastra. Secara leksikal, is- Ia mengaku bahwa ilmu jurnalis-
tilah itu berarti gagasan atau pera- tiknya tidak dipelajari di bangku pen-
saan, impuls yang dapat ditimbulkan didikan formal, tetapi secara otodi-
oleh kata atau susunan kata, dan dak, yaitu dengan mengamati dan
upaya mengatasi makna harfiahnya. mempelajari sepak terjang dan karya
Sugesti dapat dicapai melalui aso- gurunya di SMT yang juga merang-
siasi, alusi, dan hubungan-hubungan kap sebagai wartawan. Gurunya itu
subjektif. Banyak karya sastra yang Marbangun Hardjowirogo, seorang
bersifat sugestif, yang masing-ma- jurnalis dan budayawan putra R.Ng.
sing memiliki cara atau teknik Hardjowirogo (putra Ki Padmosoe-
sendiri-sendiri. Misalnya, menggu- sastra). Ki Padmosoesastra adalah
nakan simbol, alegori, atau imaji ter- seorang pengarang pembaharu sas-
tentu. Sugesti itu adalah subjektivi- tra Jawa dari Surakarta yang mene-
tas pengarang yang seringkali ber- mukan akar konvensi sastra Jawa
sifat individual. modern. Kakek Marbangun Hardjo-
wirogo (Ki Padmosoesastra) lahir ta-
sugiarta sriwibawa (1932— ) hun 1843 di Surakarta. Ia dikenal ju-
Pengarang ini lahir di Surakarta ga dengan nama Ngabei Wirapoes-
pada 31 Maret 1932, 8 tahun lebih taka, nama yang disandangnya keti-
muda daripada Soebagio I.N. (lahir ka bekerja di Museum Radya Pus-
tahun 1924). Ia menyelesaikan pen- taka Surakarta. Di tengah komunitas
didikan dasar hingga menengah pada sastrawan Jawa yang masih kuat
zaman Belanda, dan SMT Manahan, mempertahankan konvensi tradisio-
Surakarta, pada zaman Jepang. Ia nal waktu itu, Ki Padmosoesastro
juga pernah kuliah di Universitas banyak belajar sastra tradisional dari
Gadjah Mada, tetapi hanya mampu gurunya (R.Ng. Ranggawarsita).
7 bulan. Ia pun pernah kuliah di Uni- Akan tetapi, di sisi lain, ia banyak
versitas Indonesia tetapi hanya 3 ta- bergaul dengan orang Barat sehingga
hun karena panggilan jiwanya untuk tidak mengherankan jika ia melaku-
bekerja sebagai wartawan lebih kuat. kan inovasi dalam penulisan karya-
Demikianlah, ia kemudian terjun di karya fiksi, misalnya dalam Serat
dunia wartawan dengan diawali se- Rangsang Tuban (1900). Dialah
bagai wartawan Antara Jakarta dan orang pertama waktu itu yang berani
Tokyo. Awal hubungannya dengan berkata bahwa dirinya adalah “wong
kantor berita Antara ialah sejak pe- mardika”. Dengan latar belakang se-
rang kemerdekaan II. Pada waktu perti itulah, Marbangun pantas diju-
itu, secara sembunyi-sembunyi ia di- luki sebagai wartawan yang juga bu-
tugasi untuk menyebarkan majalah dayawan. Kepadanyalah Sugiarta
Antara Mobile Bulletin di seluruh Sriwibawa mengkaji ilmu jurnalistik.
518 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sugiarta Sriwibawa mengawali Cerkak-nya pertama ditulis pada ta-


karier kepengarangannya dari sastra hun 1958 dan dimuat di Mekar Sari,
Indonesia dengan pilihan pada puisi. Yogyakarta. Selanjutnya, ia lebih ak-
Jenis sastra ini mulai dikenalnya pa- tif menulis dalam bahasa Jawa de-
da tahun 1951. Dikatakannya bahwa ngan karya terjemahan, misalnya Se-
puisi-puisinya waktu itu dimuat di rat Babad Tanah Jawi (2 jilid) di-
Mimbar Indonesia, Zenith, Siasat, terbitkan Pustaka Jaya. Namun, pa-
Seni, Kisah, dan Budaya Jaya. Kum- da 2002, dunia sastra Jawa dikejut-
pulan atau antologi puisinya berju- kan oleh novelnya berjudul Candhi-
dul Garis Putih (Balai Pustaka, kala Kapuranta (Pustaka Jaya). Bu-
1983). Ia juga menerbitkan buku ku ini menggambarkan dunia priyayi
apresiasi puisi Jepang dengan judul di Surakarta yang unik dengan
Pengantar Puisi Modern Jepang menggunakan bahasa Jawa yang
(1983). Selain itu ia juga menulis bersih dan indah, dengan gaya penu-
tentang dan karya para penyair asing lisan realistis. Penjelajahannya yang
dalam bentuk artikel, seperti Juni- jauh di dunia jurnalistik, sejarah, dan
chiro Tanichiro Tanizaki, Rob Nieu- kebudayaan telah menjadikan novel
wenhuys, dan Khalil Gibran. ini tidak hanya enak dibaca, tetapi
Sugiarta Sriwibawa juga banyak juga sebagai bahan informasi yang
menulis sejarah dan biografi tokoh- berguna tentang dunia priyayi pada
tokoh penting dalam bahasa Indone- awal abad ke-21. Itulah sebabnya,
sia, seperti biografi Dr. Soemarno novel ini mampu mengangkat dirinya
Sosroatmodjo, Dr. R. Soeharto ber- sebagai novel terpilih untuk peme-
sama Ramadhan K.H., H. Agus Su- nang Hadiah Rancage tahun 2003.
dono, Prof. Midian Sirait, Jendral Hingga saat ini Sugiarta Sriwi-
Soemitro, TELKOM Indonesia, dan bawa masih menulis dalam bahasa
KOSGORO. Selain itu, tokoh ini ju- Jawa di Panjebar Semangat berupa
ga menulis artikel olah raga di Mim- laporan kenangan tentang berbagai
bar Indonesia, Siasat, Pedoman peristiwa yang dialaminya selama
Sport, Sinar Harapan, dan Prestasi. menjadi wartawan di masa perang
Sebagai penulis yang serba bisa, di- kemerdekaan II, terutama yang ber-
tunjukkannya bahwa ia juga mampu kaitan dengan Bung Karno dan Bung
menulis cerita anak, tetapi selalu de- Hatta. Beberapa judul artikel ke-
ngan nama samaran. Di dunia pe- nangan yang menarik, yaitu “Pedhut
nerbitan, ia pernah menjadi redaktur Buyar ing Gunung Tidar” (Panje-
penerbit PT Dunia Pustaka dan Pus- bar Semangat, 17 Januari 2004),
taka Jaya. Hingga sekarang ia men- “Yen Bung Karno Pidati, Jaaaa…”,
jadi editor tetap pada Universitas In- “Yen Bung Karno Tilik Bung Hatta”
donesia Press. (Panjebar Semangat, 31 Januari
Dalam dunia sastra Jawa Su- 2004), dan “Emoh Gawe Gela” (Pa-
giarta Sriwibawa mengawalinya de- njebar Semangat, 7 Februari 2004).
ngan menulis fiksi pendek (cerkak). Yang perlu dicatat tentang karya ber-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 519

bahasa Jawa dari pengarang dwiba- jadi penyiar radio swasta niaga di
hasawan ini ialah bahasanya yang Kediri. Pekerjaan sambilan itu dite-
terpelihara dengan baik, baik dalam kuninya karena ia merasa mendapat-
karya fiksi maupun nonfiksi. kan kepuasan batin dan materi. Pe-
kerjaan tersebut menempatkan diri-
suhadi tukang cukur (1940—) nya pada situasi romantis karena ia
Nama aslinya Suhadi. Tukang dapat membangun kontak pribadi
Cukur adalah nama tambahan yang dengan pendengarnya. Pengarang
—menurut lelaki kelahiran Badas, dwibahasa (Jawa dan Indonesia) ini
Pare, Kediri, Jawa Timur, 6 Novem- juga senang menabuh gamelan ka-
ber 1940 ini— mengandung makna rena di sekolah ia juga mengajar seni
filosofis. Tukang cukur adalah se- tari. Selain ia juga hobi bermain ca-
buah profesi yang tugasnya mem- tur, bahkan pernah menjadi juri lom-
buat orang menjadi rapi, indah, can- ba catur tingkat nasional.
tik, dan bahagia. Jadi, obsesi Suhadi Suhadi memiliki kepribadian
adalah ingin selalu membahagiakan yang kuat dengan jiwa kependidikan
orang lain. Pendidikan yang telah di- yang telah menyatu dalam dirinya.
laluinya: SR di Kediri (lulus 1954), Lelaki yang sehari-harinya menjadi
SGB di Kediri (lulus 1958), dan SGA takmir masjid ini berusaha bertindak
(tamat 1965). Namun, sebelum ma- sebagai guru di depan siswa, di de-
suk SGA ia diangkat menjadi guru pan anak buah, dan di depan masya-
SD di Probolinggo. Di sana ia bekerja rakat. Ia mampu mengendalikan diri
sambil belajar. Setamat dari SGA ia secara baik dan dapat memberikan
tetap menjadi guru dan berpindah- sikap keteladanan di mana pun. Si-
pindah tempat (dari Probolinggo dan kap ini sempat mencuat secara for-
berakhir di Kediri). Belum puas de- mal ketika ia terpilih sebagai guru
ngan pendidikan yang dicapainya ia teladan nasional.
melanjutkan ke IKIP Surabaya Ju- Suhadi telah menghasilkan kar-
rusan Administrasi Pendidikan (se- ya cukup banyak. Sebagai penulis
lesai 1973). Pada tahun 1976 ia di- Jawa ia mempunyai obsesi tertentu
angkat menjadi Kepala SD dan sejak tentang bahasa Jawa. Ia berharap
1986 ia menjadi Pengawas TK/SD/ agar bahasa Jawa tetap lestari sesuai
SDLB di Kediri. Pada usia 60 tahun dengan perkembangan zaman. Kar-
(tahun 2000) Suhadi memasuki ma- ya-karyanya tersebar di berbagai me-
sa pensiun setelah mengabdi sebagai dia massa, antara lain, Suara Indo-
pegawai negeri selama 42 tahun. nesia, Surya, Suara Karya, Jawa
Suhadi menikah tahun 1959 de- Pos, Surabaya Post, Panyebar Se-
ngan seorang wanita bernama Asmi- mangat, Jaya Baya, Mekar Sari,
asih. Ia mempunyai empat orang dan Djaka Lodang. Tulisannya me-
anak yang kini bekerja di Kediri, rambah bidang bahasa, sastra, bu-
Probolinggo, dan Gunungkidul. Pa- daya, agama, filsafat, sejarah, pendi-
da tahun 1973 Suhadi pernah men- dikan, olah raga, kesehatan, dan ma-
520 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

salah sosial lainnya. Sebagian kar- nulis karyanya. Sebaliknya, guru-pe-


yanya itu, antara lain, Mengelola ngarang tidak dapat dilepaskan sama
Sampah (Buku Bacaan), “Kartini sekali dengan kehidupan profesional
adalah Penulis” (Jawa Pos, 1983), seorang guru. Guru harus mendidik
“Turnamen Catur Nasional” (Suara dan memberikan keteladanan pada
Karya, 1984), “Filsafat Kupat Le- murid-muridnya. Sepak terjang se-
pet” (Suara Indonesia, 1985), “So- orang guru baik dalam kedinasan
sialisasi Pompa” (Surabaya Post, maupun nonkedinasan tidak dapat
1987), dan “Pendidikan Lingkaran dipisahkan dengan dua hal tersebut.
Setan” (Surya, 2000), “Nir Wuk Oleh karena itu, dalam penulisan
Tanpa Jalu” (Jaya Baya, No. 23-24, karya pun harus jelas terlihat nilai
1990), “Wulanderma lan Wulander- kemanfaatan dan keteladanan itu.
mi” (Panjebar Semangat, No. 10- Dan itu telah ia buktikan melalui kar-
11, 1991), “Ceplas-Ceplos Sastra: ya-karya yang selama ini ditulisnya.
Guru Pengarang (Panjebar Sema-
ngat, No. 21-22, 1991), “Jampi Ma- suharmono kasiyun (1953— )
yamahadi” (Panjebar Semangat, Suharmono lahir di Ponorogo,
No. 10-11, 1989), “Emprit lan Sa- Jawa Timur, pada 19 Maret 1953.
wa” (Jaya Baya, 1991), “Nglacak Pengarang yang kadang mengguna-
Sejarah Basa Jawa Kuna” (Panje- kan nama samaran Anam Rabus ini
bar Semangat, 1990), “Pasa lan adalah anak bungsu dari 11 bersau-
Upawasa” (Mekar Sari, 1982), dara pasangan Kasiyun Atmo Sukar-
“Geneya Wong Mati Dislameti” to dan Sumiyatin. Saudaranya yang
(Jaya Baya, 2000), “Nintingi Cer- hidup hanya delapan: Ismiyati, Su-
kak ‘Kadhung Diniyati’, ‘Jeglongan hartomo, Suharwoto, Suhartono, Is-
Itik Benik’, ‘Lukisane Bapak’” (Pa- tini, Siti Chaerul, Suhartanto, dan In-
njebar Semangat, 2003), “Rembug dartiningsih. Pernikahan Suharmono
Bab Tembang Asmaradana: Gega- dengan Zuhrowati pada 1983 dika-
rane Wong Akrami” (Panjebar Se- runiai tiga orang putra: Lalita Jiwan-
mangat, 2003), “Tuwa Sepi Hawa” ti (1984), Aji Parama Jiwangga
(Panjebar Semangat, 2002), dan (1985), dan Manggala Anindita Ji-
“Pekan Imunisasi Nasional” (Panje- wangga (1990).
bar Semangat, 2004). Suharmono meniti karier pendi-
Profesi Suhadi adalah guru dan dikannya: SR (1960—1966) dan
pengarang. Dua profesi itu mempu- SMP (1967—1969) di Ponorogo,
nyai landasan yang berbeda. Namun, SMA (1970—1973) di Ponorogo,
dalam dirinya terpendam suatu wa- Madiun, dan Surabaya. Tahun 1975–
wasan kepengarangan dengan men- 1978 menempuh pendidikan Sarjana
dasarkan pada profesi guru-penga- Muda di IKIP Surabaya dilanjutkan
rang. Artinya, wawasan yang dike- S1 di IKIP Malang. Menempuh pen-
mukakan menyangkut bagaimana didikan S-2 di Unesa. Menjadi guru
seorang guru-pengarang harus me- PPSP IKIP Surabaya (1980-1988)
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 521

dan mengajar di Jurusan Bahasa Ja- Di samping itu, Suharmono menda-


wa FPBS IKIP Surabaya tahun pat kesempatan menghadiri Hari
1981–1987. Sejak tahun 1988 sam- Sastra di Kuala Trengganu, Malay-
pai sekarang menjadi pustakawan di sia, tahun 1978.
Unesa. Di luar pekerjaan tetapnya, Hingga kini karya Suharmono
ia menjadi sekretaris PPSJS tahun sudah cukup banyak dan tersebar di
1977–1990, Ketua Umum PPSJS majalah Penjebar Semangat, Jaya
1990–1994, dan Ketua Umum Baya, dan Kumandang. Karya-kar-
PPSJS periode 2001–2004. Sejak ta- ya itu, yang berupa guritan, antara
hun 1993 mengisi siaran Seni, Basa, lain,”Kidung Langsir Wengi”, “Ing
lan Kasusatraan Jawa di RRI Su- Pucuk Gagak Layar Dakcancang
rabaya. Gendera Putih”, “Mujahidin Pe-
Proses kreatif menulis Suharmo- rak”, “Tandong”, “Kekudangan”,
no tumbuh melalui majalah dinding “Doran”, “Mitraku”, “Wus”, “Ki-
sekolah pada tahun 1972. Karya- dung Kayu Aking”, “Wengkar”,
karyanya kemudian dimuat di koran “Jalatunda”, “Guritan Kapang”,
Sinar Kota meskipun tidak menda- “Lintang-lintang”, Udan Riwis-ri-
pat honor. Bahasa Indonesia dan ba- wis Kenya Manis”, “Lajnaran”,
hasa Jawa dipilih sebagai media ung- “Dukuh Kupang, “Panguripan”,
kap idealismenya karena kedua ba- “Pasuruan”, “Kampus”, “Keluke
hasa itu dikuasai dengan baik. Kar- Cerobong Pabrik”, “Pomahku
ya-karyanya pada akhirnya menda- Omah Putih”, dan “Perang Kem-
pat pengakuan dari berbagai pihak. bang”. Sementara itu, yang terbit
Oleh Dewan Kesenian Jakarta, mi- dalam buku antologi bersama, antara
salnya, novelnya Den Bagus ditetap- lain, “Mujahidin Perak”, “Kelan-
kan sebagai juara harapan dalam sa- dengan”, “Kidung Kayu Aking”,
yembara penulisan roman (1980). “Mitraku”, dan “Wus” dalam Kabar
Pusat Kesenian Jawa Tengah Saka Bendulmrisi: Kumpulan Gu-
(PKJT) juga menetapkan cerkak-nya ritan (PPSJS, 2001); “Kidung Kayu
berjudul “Tatu-tatu Lawas” sebagai Aking” dalam Drona Gugat (Bukan
pemenang pada lomba penulisan Panitia Parade Seni W.R. Supratman,
cerkak (1980). Pada tahun berikut- 1995); dan “Ing Pucuk Cagak Layur
nya (1981) PKJT juga memilih novel Dakcincang Gendera Putih”, “Ki-
Kidung Katresnan sebagai juara ha- dung Lingsir Wengi” dalam Guritan:
rapan dalam sayembara penulisan Antologi Puisi Jawa Modern (1940-
novel. Majalah Panjebar Semangat 1980) (Balai Pustaka, 1985).
pun menetapkan crita sambung ber- Karyanya yang berupa crita ce-
judul “Pupus Kang Pepes” sebagai kak dalam Penjebar Semangat dan
crita sambung terbaik dalam kurun Jaya Baya tahun 1973 sampai se-
waktu lima tahun. Setelah cerbung karang antara lain adalah “Subuh”,
ini terbit menjadi buku, pada tahun “Peteng Sing Ireng”, “Sanip Tam-
1999 mendapatkan hadiah Rancage. bak Oso”, “Biotrop”, “Ratni”,
522 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

“Tumbal”, “Bapa”, “Andheng-an- sekolah di SPG Budi Mulia, Sleman,


dheng Ngisor Lambe”, “Sore Ing Yogyakarta. Saat itu SPG Budi Mu-
Pesisir”, “Tatu-tatu Lawas”, lia beralih nama menjadi SMU Budi
“Gombak”, “Barong Dance”, Mulia. Pada tahun 1991, sebenarnya
“Sahadewa”, “Warok”, “Wiramane ia hendak ditetapkan menjadi kepala
Lagu Dangdut”, “Musibah”, “Su- sekolah, tetapi karena sesuatu hal
rup”, “Prahara”, “Tangga Anyar”, Suhendriyo menolak dan memberi-
dan “Ratin” . Karyanya yang ber- kan kesempatan itu kepada orang
bentuk crita sambung adalah “Geri- lain, sementara ia sendiri memilih
mis” (Jaka Lodang, 1980), “Kidung menjabat sebagai wakil kepala seko-
Katresnan” (Penjebar Semangat, lah.
1986), “Guwing” (Jaya Baya, 1989), Sebelum itu, tepatnya pada 1 Fe-
“Pupus Kang Pepes” (Panjebar Se- bruari 1985, Suhendriyo menyunting
mangat, 1991), dan “Edan” (Jaya dan menikahi gadis bernama Chata-
Baya, 1997). Dan Suharmono pun rina Sudiyati, guru SLTP Negeri
terus menulis karena kegiatan terse- Minggir, Sleman, Yogyakarta. Pa-
but merupakan bagian hidupnya se- sangan suami istri itu kini dikaruniai
hari-hari. dua orang anak laki-laki: Adrianus
Galih Irawan dan Andreas Deni Ang-
suhendriyo (1953—) griawan. Beserta keluarga sekarang
Suhendriyo, lengkapnya Wili- Suhendriyo tinggal di Padon, Ming-
brordus Suhendriyo, lahir di Pajang- gir, Moyudan, Sleman, Yogyakarta
an, Sumberagung, Moyodan, Sle- 55562.
man, Yogyakarta, 15 Mei 1953. Pu- Di bidang tulis-menulis, di sam-
tra ketiga dari enam bersaudara pa- ping karena memang sejak kecil rajin
sangan Agustinus Paidi Siswowar- membaca majalah berbahasa Jawa,
sito (kepala dukuh, juga pengusaha agaknya Suhendriyo mewarisi bakat
tahu) dan Salikem ini mengawali kepengarangan ayahnya. Sebab, se-
pendidikannya di SD Moyudan (lu- telah berusia di atas 70 dan tidak lagi
lus 1966), SMP Minggir, Sleman menjabat kepala dukuh Pajangan,
(lulus 1969), dan SMA II Yogyakar- Sumberagung, Moyudan, Sleman,
ta (lulus 1972). Setamat SMA ia ma- Yogyakarta, ayahnya (Agustinus
suk IKIP Negeri Yogyakarta, me- Paidi Siswowarsito) kembali ke pro-
ngambil Jurusan Sejarah, lulus tahun fesi yang sudah lama terhenti, yaitu
1979. menulis hal-hal yang berhubungan
Pada tahun 1979, tidak lama se- dengan kebudayaan Jawa dan me-
telah mengantongi ijazah S1, Suhen- ngirimkannya ke berbagai majalah
driyo mengajar di SPG Albertus, berbahasa Jawa. Bahkan, beliau di-
Sleman, Yogyakarta. Ia bekerja ke- percaya pula untuk mengisi rubrik
ras, tekun, dan berdedikasi tinggi se- “Petungan Jawa” di majalah Djaka
hingga, bukan suatu kebetulan, pada Lodang Yogyakarta.
tahun 1983, diangkat menjadi kepala
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 523

Berkenaan dengan hal itulah, dan budaya, baik berbahasa Jawa


Suhendriyo, sejak kelas 2 SMA mu- maupun Indonesia, tetapi juga tu-
lai rajin menulis. Karyanya berupa lisan-tulisan mengenai pertanian,
puisi, cerpen, artikel, dan sejak 1973 perikanan, peternakan, dan tentu
telah tersebar ke media lokal dan na- saja sejarah. Oleh karena itu, selain
sional, berbahasa Indonesia dan Ja- terus menulis sastra, ia juga menulis
wa, seperti Kompas, Buana Minggu, dan menerbitkan buku, antara lain,
Swadesi, Setia Kawan, Kedaulatan Biografi Singkat Presiden Amereka
Rakyat, Hidup, Masa Kini, Berita Serikat, Anugerah Kali Progo, dan
Nasional, Panjebar Semangat, Jaya Sejarah Nasional dan Sejarah
Baya, Mekar Sari, Djaka Lodang, Umum (buku teks SMA). Katanya,
dan Panakawan. Menyadari keter- di antara penulisan buku yang paling
batasan pengetahuan dan penga- terkesan ialah Biografi Singkat Pre-
lamannya di bidang kesastraan, pada siden Amerika Serikat dan Anuge-
1976 ia bergabung dengan Sanggar rah Kali Progo. Sebab, dalam me-
Pragolapati, Yogyakarta, antara lain nyelesaikan pekerjaan itu, ia harus
bersama R.S. Rudhatan, Linus Sur- mencari data ke konsulat Jenderal
yadi A.G., dan A.Y. Suharyono. Amerika Serikat di Surabaya dan ha-
Kendati demikian, karier kepe- rus pula menghubungi beberapa men-
ngarangan Suhendriyo sempat ter- teri di antaranya Sarwono Kusuma-
henti saat ia sibuk mengajar di SPG atmadja dan Emil Salim.
Albertus, Sleman, Yogyakarta. Se- Sementara itu, karya-karya
bagai seorang pegawai ia mempu- Suhendriyo yang berupa cerkak, mi-
nyai tanggung jawab moral yang cu- salnya “Purik” (Djaka Lodang, 8
kup berat sehingga waktunya dicu- September 1990), “Ketiga” (Djaka
rahkan pada kemajuan sekolah. Ma- Lodang, No. 985, 1991), “Tresna 3
ka, dalam waktu lebih kurang dela- Dimensi” (Djaka Lodang, No.
pan tahun (1979—1987) tak satu 1086, KMD, 1993), “Randhu Alas”
pun karyanya muncul di majalah dan (Djaka Lodang, No. 21, 19 Oktober
surat kabar. Namun, sejak tahun 2002), “Martuti” (Jaya Baya, No.
1989 ia sadar kembali sehingga tu- 43, 24 Juni 1990), “Dita” (Jaya Ba-
lisan-tulisannya pun mengalir. Le- ya, No. 20, 14 Januari 1990), “We-
bih-lebih, sebagai sarjana sejarah, ia ngi Sepisanan” (Jaya Baya, No. 32,
sejak tahun 1991 dipercaya untuk 8 April 1990), “Seminggu Kepung-
mengisi rubrik tetap “Wawasan Ja- kur” (Jaya Baya), “O La La” (Jaya
ban Rangkah” majalah Djaka Lo- Baya, No. 15, 10 Desember 1989),
dhang dan rubrik “Internasional” Wengi Pegunungan” (Jaya Baya,
majalah Mekar Sari. No. 20, 13 Januari 1991), “Melodi
Suhendriyo boleh jadi pantas Udan Sore” (Jaya Baya, No. 5, 30
disebut sebagai penulis serba bisa. September 1990), “Wengi Ing Pa-
Sebab, karyanya tidak hanya berupa dangtikar” (Panjebar Semangat,
cerkak, guritan, dan artikel sastra No. 39, 22 September 1990), “Apu-
524 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ranen Aku, Suster” (Panjebar Sema- “Wengi Pegunungan” (Mekar Sari,


ngat, No. 10, 3 Maret 1990), “Oleh- No. 43, 26 Desember 1990), “Sinop-
Oleh Saka Cibodas” (Panjebar Se- sis”, “Tembang Ing Walik Jendhela
mangat, No. 47, 18 November 1989), Omahku” (Mekar Sari, No. 45, 9
“Nostalgia” (Mekar Sari, 27 Mei Januari 1991), “Aku Ngenteni Te-
1994), “Cerpen” (Jaya Baya, No. 50, tesing Bun”, “Wengi Ketiga” (Me-
12 Agustus 1990), “Wengi Pegu- kar Sari, No. 48, 30 Januari 1991),
nungan” (Jaya Baya, No. 20, 13 Ja- dan masih banyak lagi.
nuari 1991, masuk juga dalam anto- Adapun guritan Suhendriyo
logi Pesta Emas Sastra Jawa, 1992). yang lain yang dimuat Panjebar Se-
Karya yang berupa dongeng bocah mangat, antara lain, “Ara-ara”
antara lain “Gambar Nyalawadi 1— (No. 42, 13 Oktober 1990),
14” (Djaka Lodang, No. 01—15, 3 “Pitakonku Marang Biyung” (No.
Juni—9 September 2000). 51, 15 Desember 1990), “Liwat
Karya yang berbentuk guritan, Kreteg Bengawan Solo” (No. 4, 19
di antaranya “Baluwarta Kuna” Januari 1991), “Jalan Pangeran
(Jawa Anyar, No. 37, 27 Septem- Mangkubumi Wengi Lebaran” (No.
ber—3 Oktober 1993), “Bima Lu- 17, 20 April 1991), “Gordhen Lorek
kar, Wayah Srengenge Mlethek” Walik Jendela Kuning” (No. 19, 4
(Jawa Anyar, No. 42, 1—7 Novem- Mei 1991), “Kalodhangan” (No.
ber 1993), “Kangen” (Panjebar Se- 20, 11 Mei 1991), “Celeng” (No.
mangat, No. 40, 1 Oktober 1994), 12, 16 Maret 1991), “Rungokna Ki-
“Tembarak, Wayahe Lingsir Sore” dunge Bocah Pinggiran Dalan”
(Mekar Sari, No. 13, 26 Mei 1993, (No. 15, 6 April 1991), dan masih
1997), “Ing Pucuking Rasa”, “Sa- banyak yang lain. Sedangkan guritan
wise Kori Binuka (1)”, “Sawise Kori yang dimuat dalam Djaka Lodang,
Binuka (2)”, “Nonton Wayang Nga- antara lain, “Bojana Wengi”, “Du-
repke Esuk”, “Satire Ledhek Ping- wung” (No. 924, 2 Juni 1990),
gir Dalan”, “Srengenge Sore ing “Ilusi” (No. 935, 18 Agustus 1990),
Candhi Ngawen”, “Tembang We- Pralambang” (No. 939, 15 Septem-
ngi” (dimuat dalam antologi Rembu- ber 1990), “Geguritan Rembulan
lan Padhang ing Ngayogyakarta, Panglong” (No. 940, 22 September
1992), “Sawise Udan Awan” (Mekar 1990), “Atiku Njerit Nalika Meruhi
Sari, No. 32, 10 Oktober 1990), “So- Slingkuhmu” (No. 960, 9 Februari
re Ing Candhi Selagriya Pitakon” 1991), “Tembok” (No. 962, 23 Fe-
(Mekar Sari, No. 37, 14 November bruari 1991), “Gurit Apes” (No.
1990), “Loano, Kalane Jam Loro 963, 2 Maret 1991), “Wonosari 1”,
Awan”, “Wengi Rembulan Neng “Wonosari 2” (No. 13, 26 Agustus
Ngisor Dhapuran Pring” (Mekar 2000), “Ngranti Babare Crita” (No.
Sari, No. 40, 5 Desember 1990), 16, 16 September 2000). Selain itu,
“Aja Kokpangan Sawutuhe” (Mekar di dalam Jaya Baya, muncul pula gu-
Sari, No. 41, 12 Desember 1990), ritan-nya, antara lain, “Elegi Mbu-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 525

lan Sepasang” (No. 22, 27 Januari guritan kemudian dapat dipajang da-
1991), “Suksesi” (24 Maret 1991), lam pameran itu. Peristiwa ini mem-
“Satire Ledhek Pinggiran Dalam” bangkitkan semangat dan kenyataan
(No. 40, 2 Juni 1991). pada dirinya bahwa dunia sastra Ja-
wa ternyata sebagai suatu aktivitas
sukardo hadisukarno (1953—) yang dapat dipergunakan untuk me-
Sukardo Hadisukarno lahir pada nyalurkan jiwa seninya. Terbukti, se-
23 Februari 1953, di Pojok, Suko- telah masuk Bengkel Satra, cerita
harjo, Surakarta, Jawa Tengah. Ia pendeknya mendapat penghargaan
pernah menempuh pendidikan for- sebagai juara pertama dalam sebuah
mal di SPG dan SMKI Surakarta. lomba yang di selenggarakan oleh
Di dunia sastra Jawa, ia menekuni Pusat Kesenian Jawa Tengah. Kar-
penulisan guritan dan cerita pendek. ya-karya Sukardo Hadisukarno ter-
Sukardo Hadisukarno termasuk pe- sebar di berbagai media, misalnya
ngarang dan penulis puisi yang pro- Dharma Nyata, Dharmakandha,
duktif. Dalam menulis karya sastra Parikesit, Panyebar Semangat, Dja-
Jawa, ia tidak memakai nama samar- ka Lodhang, Mekar Sari, dan seba-
an. Semua karya-karyanya ditulis gainya.
dengan nama asli. Setelah kemenangan itu, aktivi-
Sukardo Hadisukarno mulai me- tasnya dalam sastra Jawa meningkat
nulis sastra Jawa sejak masih duduk dan merasa yakin bahwa dunia sas-
di bangku SMP. Awal keterlibatan- tra Jawa telah menyatu dengan diri-
nya dengan satra Jawa terjadi ketika nya. Berbekal kenyataan tersebut,
ia mengikuti sebuah lomba penulisan bersama dengan Any Asmara, Widi
cerita pendek Jawa. Sayang, karya- Widayat, Moch Nursyahid Purno-
nya tidak memperoleh penghargaan. mo, dan lain-lain, ia lalu terlibat pe-
Akan tetapi, dalam perkembangan- nyelenggaraan Sarasehan Pengarang
nya, lebih-lebih ketika bergaul de- Jawa di Pusat Kesenian Jawa Te-
ngan Arswendo Atmowiloto, ia baru ngah pada 23 sampai 25 Maret
mulai merasakan bahwa kekalahan- 1973. Dalam perjalanan waktu, pe-
nya yang terdahulu bukanlah bukti ngalaman dan pergaulan dengan
bahwa dirinya tidak mampu menulis dunia sastra membuat Sukardo Ha-
sastra Jawa. Arswendo kemudian disukarno merasa perlu memperluas
mengajak Sukardo Hadisukarno cakrawala secara lebih konkret. Ia
untuk bergabung dengan Bengkel merasa bahwa kalau tetap tinggal di
Sastra yang diselenggarakan Pusat Surkarta dunia seni yang telah dipi-
Kesenian Jawa Tengah Surakarta. lihnya tidak akan berkembang. Un-
Berbagai kegiatan diselenggarakan tuk itu, pada 1973, ia merantau ke
oleh bengkel tersebut. Salah satu da- Jakarta. Di tempatnya yang baru itu
ri kegiatan itu adalah pameran cer- Sukardo Hadisukarno memperoleh
kak dan guritan (1972). Karya-kar- pekerjaan sebagai pembantu tetap
ya Sukardo yang berjenis cerkak dan majalah Berita Buana. Ia merasa se-
526 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

suai karena di majalah tersebut ter- suara ki dalang. Suluk dalam sastra
sedia ruang yang mampu mengem- Jawa adalah salah satu jenis karya
bangkan kemampuannya dalam me- sastra Jawa yang mengandung ajar-
nekuni dunia sastra dan budaya Jawa an kerohanian tasawuf atau bernuan-
walaupun wahana yang diperguna- sa tasawuf yang berupa petunjuk
kan menggunakan bahasa Indonesia. tentang keyakinan, sikap, dan cara
Sukardo Hadisukarno selain de- yang harus dilakukan kalau sese-
ngan menulis dalam bahasa Jawa orang ingin mengenal hidup yang se-
juga menulis dalam bahasa Indone- jati di hadapan Sang Maha Pencipta,
sia. Beberapa karyanya yang berje- atau untuk mencapai posisi sedekat-
nis esai kebudayaan dipublikasikan dekatnya dengan-Nya.
di koran Kedaulatan Rakyat, Kom- Istilah suluk berasal dari kata
pas, dan Suara Karya. Sukardo Ha- Arab. Pertama, kata silkun yang ber-
disukarno aktif menghadiri pertemu- arti ‘perjalanan pengembara’, ‘kehi-
an-pertemuan di berbagai tempat. dupan petapa’, dan ‘benang pengikat
Pada tahun 1982, ia menghadiri Sa- permata’. Kedua, dari kata sulukun
rasehan Sastra Jawa yang diseleng- yang berarti ‘perjalanan’ atau ‘me-
garakan oleh Balai Pendidikan Ma- nempuh suatu perjalanan’. Walau-
syarakat di Ungaran. Sarasehan ter- pun demikian, secara morfologis, ke-
sebut membahas reorganisasi Or- dua kata Arab tersebut berasal dari
ganisasi Pengarang Sastra Jawa kata kerja Arab yang sama, yaitu sa-
(OPSJ). Hasil dari sarasehan itu, ia laka, yang berarti ‘menempuh’, ‘me-
dipilih sebagai penanggungjawab lewati’, atau ‘menggandeng’. Dari
OPSJ Komisariat Jakarta Barat. Wa- segi istilah, suluk berarti perjalanan
laupun Sukardo Hadisukarno memi- kerohanian menuju kepada Tuhan,
lih tinggal di kota Jakarta, pengab- perjalanan di jalan spritual menuju
diannya terhadap sastra Jawa tetap “Sang Sumber” di bawah bimbingan
besar. Sastra Jawa agaknya telah guru spiritual (pir, syaikh, mursyid).
menjadi darah daging bagi kehidup- Dalam bahasa Jawa, kata suluk itu
an seninya. sendiri dapat berarti laku. Istilah lain
dari suluk adalah thariqah, yang
suluk berarti ‘jalan’. Orang yang menja-
Suluk dalam budaya Jawa dibagi lankan tharigah tersebut disebut
dalam beberapa jenis. Jenis pertama ahluthariqah. Sementara itu, dalam
masuk dalam khazanah dalam wa- tradisi sastra Arab Ilmu Suluk berarti
yang; jenis kedua masuk dalam kha- Ilmu Tasawuf (Sufisme), sedangkan
zanah sastra. Suluk dalam pewa- dalam sastra Jawa, suluk dapat ber-
yangan merupakan bagian dari seni arti sastra Islam-Kejawen yang ber-
pertunjukkan wayang yang fungsi- muatan mistik yang biasanya ber-
nya untuk mendukung atau mencip- bentuk tembang (sekar). Dalam tra-
takan suasana sesuai dengan adegan disi mistik Islam-Kejawen, sebagai-
yang ditampilkan melalui alunan mana termuat dalam Suluk Dewa-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 527

ruci, disebutkan bahwa perjalanan Apalagi sumber kepustakaan acuan-


spritual dipersofinikasiklan sebagai nya adalah Kitab Kuning dari Timur
perjalanan Bratasena mencari Sang Tengah dan kebanyakan didominasi
Dewaruci. Dia harus berperang me- oleh paham Imam al-Gazali yang
lawan dua raksasa sebagai lambang terkenal sebagai tokoh mengenai
nafsu ammarah dan lawwamah-nya. trasendensi Tuhan. Jenis sastra se-
Kemudian, dia harus berari terjun ke perti ini, karena kesejarahannya, ke-
samudera yang penuh gelombang, mudian disebut Sastra Suluk Pesi-
bergulat dan membunuh ular naga se- siran. Sastra Suluk Islam-Kejawen,
bagai lambang nafsu sufiyah (seks). isinya cenderung ke arah panteisme
Setelah Bratasena berhasil membu- dan monisme. Oleh karena itu, kon-
nuh ketiga nafsu perintang tersebut, sep immanensi Tuhan sangat dekat
dalam bahasa mistik Islam (Ilmu Ta- pada jenis sastra ini. Hal ini dise-
sawuf), dia baru dapat ma’rifah, babkan keraton memang sangat ber-
bahkan manunggal dengan Tuhan- kepentingan terhadap proses peng-
nya. Dengan memperhatikan penger- gubahan yang serba panteistik-mo-
tian suluk tersebut, dapat dipahami nistik. Sastra suluk jenis ini, karena
kalau terdapat kesan bahwa perja- kesejarahannya, kemudian disebut
lanan spritual yang diajarkan dalam dengan Satra Suluk Keraton.
dunia tasawuf nampak rumit dan su- Di dalam sastra Jawa tersimpan
lit dipahami, lebih-lebih bagi pemu- banyak karya sastra jenis sastra su-
la, apalagi bagi orang awam. Untuk luk diperkirakan sudah ada dalam
itulah, bagi yang berkeinginan me- khazanah sastra Jawa sejak abad ke-
nempuh jalan tasawuf, dia perlu ber- 16 Masehi. Berdasarkan kajian seja-
guru kepada seorang guru tasawuf rah, Cornelis de Houtman (seorang
atau mursyid, atau seorang pir ‘pe- nakhkoda kapal Belanda) dalam per-
nuntun’, atau seorang pemandu. jalanan kembali ke negeri Belanda
Di dalam sastra Jawa, jenis sas- pada awal ke-17, telah membawa
tra suluk dibagi dalam dua golongan, dua naskah yang berisi ajaran tasa-
yaitu Sastra Suluk Pesantren dan wuf. Naskah yang pertama adalah
Sastra Suluk Islam-Kejawen. Sastra sebuah buku dalam bahasa Jawa
Suluk Pesantren, baik yang berba- yang kemudian disimpan di Bibliotik
hasa Jawa maupun yang berbahasa Leiden sebagai Cod. Or. no. 266.
Arab, pada umumnya cenderung Naskah itu, pada tahun 1881 diterbit-
memuat paham transendensi Tuhan kan oleh J.G.H. Gunning dengan judul
(Tuhan diyakini sangat berbeda dan Een Javansch Gescrift de 16 de
di atas segala makhluk). Hal ini da- eeuw. Pada tahun 1921, Kraemer me-
pat dipahami, karena lembaga pe- nerbitkan kembali naskah itu dengan
santren memang lembaga pengajar- judul Een Javansch Primbon uit de
an agama Islam. Oleh karena itu, zeitiende eeuw. Terbitan Kraemer ini
wajar kalau masalah transendensi disertai pendahuluan, terjemahan, dan
Tuhan amat kental di dalamnya. beberapa catatan sebagai keterang-
528 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

an. Akhimya, naskah ini diterjemah- kah ini bukan hasil pengolahan pi-
kan serta diterbitkan kembali oleh kiran Jawa. Isinya tidak menunjuk-
G.W.J. Drewes pada tahun 1954 de- kan corak khas Jawa karena isi nas-
ngan judul Een Javaanse Primbon kah itu dapat diterapkan di mana pun
uit de zeitlende eeuw. oleh orang yang beragama Islam.
Naskah yang pertama tersebut, Oleh karena itu, menurut Kraemer,
menurut Kraemer diperkirakan ber- naskah itu hanya penting sebagai do-
asal dan Jawa Barat. Bentuk naskah kumen untuk mengetahui isi hidup
ini adalah suatu primbon, yaitu suatu keagamaan yang pada waktu itu ma-
buku pegangan yang berisi catatan- suk ke Jawa.
catatan keagamaan, yang agaknya Naskah kedua tentang tasawuf
ditulis oleh banyak orang (mungkin adalah naskah yang diterbitkan oleh
oleh banyak murid yang sedang men- B.J.O. Schrieke pada tahun 1916 de-
dengarkan ajaran guru). Isinya tidak ngan judul Het Boek van Bonang.
mewujudkan suatu uraian yang siste- Naskah ini tidak diketahui penulis-
matis tetapi terputus-putus. Kraemer nya. Di dalam naskah itu dibeberkan
menyebut naskah yang pertama itu ajaran Syaik al-Bari. Hoesein Djaja-
sebagai suatu “bunga rampai” ten- diningrat menduga naskah itu me-
tang ajaran Islam berupa ilmu fiqh, ngandung ajaran Sunan Bonang, sa-
ilmu kalam, dan tasawuf (yaitu ta- lah seorang Wali. Akan tetapi, Schri-
sawuf dalam arti umum). Kraemer eke membantah pendapat Hoesein
menilai naskah itu tampaknya me- Djajadingrat tersebut. Menurut
ngikuti aliran kebatinan ortodoks. Schrieke hal itu tidak mungkin ter-
Akan tetapi, juga sangat dimungkin- jadi karena Pangeran (Sunan) Bo-
kan bagian ilmu kebatinan yang ter- nang adalah anak Sunan Ngampel
dapat di dalam naskah itu adalah (yang bekerja di Tuban kira-kira an-
tanggung jawab para penulisnya sen- tara tahun 1475—1500). Di samping
diri. Dengan kata lain, di dalam nas- itu, dapat dipastikan, bahwa Sunan
kah itu, tidak ada serangan atau ce- Bonang bukanlah perintis penyebar-
laan terhadap ajaran yang tidak orto- an Islam di Tuban. Pada zamannya,
doks. Tujuan pokok naskah itu agak- agama Islam di Tuban sudah hampir
nya adalah suatu pemberitaan ten- tiga perempat abad menguasai Tu-
tang cara hidup yang etis-religius. ban. Menurut Schrieke, penulis nas-
Namun, kadang-kadang, juga dibi- kah yang diterbitkannya itu agaknya
carakan tentang tujuan tertinggi dari adalah seorang imam dari Tuban.
kebatinan, yaitu kesatuan dengan Adapun isi dan naskah yang diter-
Allah, yang juga dihubungkan de- bitkan oleh Schrieke itu mengandai-
ngan cara hidup etis. Hal yang paling kan bahwa penulisnya sudah menge-
menonjol di dalam naskah itu adalah nal kebatinan Islam. Si penulis mem-
mengenai uraian tiga pangkat hidup peringatkan para pembacanya terha-
keagamaan, yaitu Syari’a, tariqa dap kebatinan yang salah. Misalnya,
dan haqiqa. Menurut Kraemer, nas- kebatinan yang mengajarkan tentang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 529

hakikat Allah adalah kekosongan Samud lbnu Salam, (23) Suluk Seh
yang kekal, atau kebatinan yang me- Idajatullah, (24) Suluk Seh Nganp,
ngajarkan bahwa Allah adalah “Yang (25) Suluk Tekawardi, (26) Suluk
ada” dan sekaligus juga “Yang tidak Seh Ciptadriya, (27) Suluk Siksa-
ada”, atau juga kebatinan yang me- raga, (28) Suluk Seh Sidanglamong,
ngajarkan bahwa nama Allah adalah (29) Suluk Tasringalam, (30) Suluk
kehendak-Nya, hakikat-Nya dan ha- Serat Warni-Warni, (31) Suluk Wi-
kikat-Nya adalah kehendakNya, dan jil, (32) Suluk Sukarsa, (33) Suluk
sebagainya. Semua “bidat” ini dito- Tambanglaras, dan (34) Suluk Ma-
lak oleh si penulis naskah itu. Ia lalu langsumirang, dan sebagainya.
mengajarkan ajarannya sendiri yang
ternyata adalah suatu kebatinan sumardjono (1930— )
Islam yang berada di perbatasan or- Banyak pemerhati sastra dan bu-
todoksi. daya Jawa yang—sengaja atau ti-
Naskah tasawuf Jawa terbitan dak—“melupakan” nama Sumardjo-
Schrieke tersebut memberi petunjuk no. Padahal, selama ini, ia juga ba-
bahwa pada abad ke-16 ajaran keba- nyak menulis karya sastra (cerkak,
tinan yang disebut “bidat” merajale- guritan, dan naskah sandiwara).
la. Namun, sayang, pada zaman itu Akan tetapi, kenyataan itu dapat di-
tidak ditemukan naskah yang berasal pahami karena memang karya-kar-
dari aliran kebatinan “bidat”. Naskah yanya tidak dipublikasikan di maja-
dari aliran kebatinan “bidat’ yang da- lah atau surat kabar, tetapi disiarkan
pat ditemukan dan masih tetap eksis melalui media radio. Apapun alasan-
hingga sekarang ditulis sesudah abad nya, Sumardjono layak diperhatikan
ke-16. dalam perkembangan sastra Jawa
Naskah-naskah yang berisi teks karena ia merupakan pelopor penu-
suluk, misalnya (1) Suluk Asthabra- lisan naskah sandiwara berbahasa
ta (2) Suluk Bab Napas, (3) Suluk Jawa.
Bayanullah, (4) Suluk Bayanmani, Kapankah dimulai penyelengga-
(5) Suluk Bakasampurna, (6) Suluk raan siaran sandiwara bahasa daerah
Besi lan Suluk Dhudha, (7) Suluk di RRI Nusantara II Yogyakarta?
Dewi Sujinah, (8) Suluk Gatholoco, Tentang hal ini tidak ada sumber
(9) Suluk Imam Bukari, (10) Suluk yang pasti. Pihak RRI Yogyakarta
Pranacitra, (11) Suluk Kidung Har- sendiri tidak mempunyai arsip yang
tati, (12) Suluk Lebe Lonthang, (13) dapat menjadi acuan untuk melacak
Suluk Luwang, (14) Suluk Mansut awal penyelenggaraan acara terse-
Idayat, (15) Suluk Mulana Muta- but. Namun, dari biodata yang ditu-
qim, (16) Suluk Pangenget-enget, lis sendiri oleh Soemardjono (saat
(17) Suluk Primbon, (18) Suluk Pur- menjelang penerimaan penghargaan
wacampur, (19) Suluk Catur Paksi, seni dari Pemerintah Daerah Istime-
(20) Suluk Rara Sutithi, (21) Suluk wa Yogyakarta tahun l983), disebut-
Rara Sunthi Nganthi, (22) Suluk kan bahwa siaran itu dimulai tahun
530 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

l965 dengan frekuensi dua minggu (1986), Sumardjono menjabat seba-


sekali. Pada tahun 1966 frekuensi- gai Kepala Bidang Perencanaan
nya menjadi seminggu sekali. Sejak Siaran.
pertama kali mengudara, sandiwara Peran Sumardjono dalam penye-
radio di RRI Yogyakarta sudah meng- lenggaraan siaran sandiwara di RRI
gunakan nama grup “Keluarga Yog- Nusantara II Yogyakarta sangat be-
ya”. Hingga kini nama itu tetap me- sar. Dia tidak hanya sebagai pence-
lekat dan selalu disebutkan pada se- tus acara tersebut, tetapi juga men-
tiap awal dan akhir cerita. Dan orang jadi penulis utama, pemain, dan su-
yang paling menentukan keberadaan tradara. Menurut pengakuannya, se-
acara siaran sandiwara di RRI Yog- lama 21 tahun berkecimpung di da-
yakarta adalah Sumardjono. lam acara tersebut telah lahir sekitar
Sumardjono lahir di Yogyakarta 780 naskah. Siaran itu pernah popu-
pada 2 Desember 1930. Pendidikan ler selama lebih dari satu dasa warsa,
formalnya adalah Sekolah Menengah yaitu tahun l966 hingga 1970-an. Se-
Dagang (sekarang SMEA/SMK) di jumlah cerita yang hingga kini masih
Gowongan Kidul, Yogyakarta. Tahun banyak dikenang masyarakat Yog-
1943—1948 ia tergabung dengan yakarta adalah “Katri”, “Godril”,
grup Sandiwara Fadjar Taroena pim- “Raden Mas Basuki”, dan “Perku-
pinan Mardi Soetjipto, Letnan Muda tut”.
dari Kesatuan PPT Compie I, Seksi Penyelenggaraan siaran sandi-
B, Jawa Tengah. Tahun 1951—1955 wara di RRI Nusantara II Yogyakar-
menjadi staf Seksi Drama pada ta dapat diidentifikasikan ke dalam
Bagian Kesenian Jawatan Pendidik- tiga masa. Pertama, era Sumardjono
an dan Kebudayaan. Sejak tahun berlangsung dari l965 hingga akhir
1956 membantu siaran “Keluarga l979. Pada masa itu siaran tersebut
Yogya” di RRI Yogyakarta pimpinan mencapai puncak popularitas. Ke-
Umar Kayam (tidak dijelaskan apa- dua, era peralihan berlangsung pada
kah “Keluarga Yogya” yang dimak- tahun l980—1983. Era peralihan di-
sud adalah nama grup sandiwara tandai dengan semakin menurunnya
yang kemudian diabadikan sampai kesehatan Sumardjono sehingga me-
sekarang). Terhitung sejak 31 Agus- ngurangi produktivtasnya dalam me-
tus 1959 Sumardjono berhenti dari nulis cerita. Ketiga, era Maria Ka-
Jawatan P & K karena yang bersang- darsih. Masa ini ditandai dengan do-
kutan pindah ke RRI Nusantara II minannya peran Maria Kadarsih se-
Yogyakarta. Pada periode l959— bagai pengendali utama dalam pe-
1964 Sumardjono menjadi Staf Seksi nyelenggaraan siaran. Ia memulai
Siaran Kota di RRI Nusantara II Yog- karir di “Keluarga Yogya” sebagai
yakarta. Kemudian, tahun 1964— pemain sejak tahun l974, dan sepu-
1979 diangkat menjadi Kepala Seksi luh tahun kemudian telah mampu
Siaran Kota. Sejak 1 Desember l979 menggantikan peran Sumardjono se-
hingga memasuki masa pensiun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 531

laku penulis, pemain, sekaligus su- Untuk cerita-cerita yang meru-


tradara. pakan hasil adaptasi dari novel asing,
Pada masa Sumardjono, cerita Sumardjono mendapatkan inspirasi
yang dimainkan tidak selalu bersifat dari istrinya (bekerja sebagai petugas
asli hasil rekaan sendiri. Sering ia bagian perpustakaan Jawatan P &
mengadaptasi cerita-cerita asing K) yang menguasai bahasa Belanda
yang diambil dari novel-novel ber- dan Inggris. Biasanya sang istri yang
bahasa Belanda, Inggris, dan Peran- membaca novel-novel tersebut dan
cis. Menurut penuturan istrinya, Asri kemudian menceritakannya kembali
Sumardjono, inspirasi cerita asli di- pada Sumardjono. Dari cerita itu, Su-
ambil dari realitas kehidupan masya- mardjono mengolahnya menjadi nas-
rakat. Oleh karena itu, cerita asli kar- kah sandiwara radio. Menurut Asri,
ya Sumardjono banyak berbicara ketika sedang menceritakan kembali
masalah feodal dan sebagian besar novel yang dibacanya, Sumardjono
mencerminkan sikap penulis yang ti- sering menunjukkan sikap tak acuh
dak suka pada feodalisme. Masih sehingga ia sering protes. Jadi, sejauh
menurut Asri Sumardjono, kalau su- mana cerita asli berpengaruh pada
dah mendekati hari rekaman tetapi naskah itu sangat ditentukan oleh ke-
suaminya belum mendapat ide, bia- mampuan Asri dalam menceritakan
sanya Soemardjono mengajak pergi ulang kepada Sumardjono.
naik motor putar-putar kota atau ke Selain dari novel berbahasa
desa-desa untuk menikmati suasana asing, Sumardjono sering menyadur
setempat. Selama bepergian itu Su- cerita dari novel berbahasa Indone-
mardjono mengadakan dialog de- sia. Cerita yang sangat populer, “Go-
ngan orang-orang yang ditemui. Jika dril”, misalnya, merupakan karya
sudah mendapatkan inspirasi, Su- Sumardjono yang diilhami oleh
mardjono segera pulang menulis ce- “Anak Perawan di Sarang Penya-
rita hingga larut malam bahkan sam- mun” karya Sutan Takdir Alisjahba-
pai pagi. Sebuah naskah—yang di- na. Adapun karya (naskah sandiwara)
ketik manual di kertas doorslag ku- Sumardjono yang ceritanya merupa-
rang lebih 20 halaman dan dibuat be- kan hasil adaptasi ada sekitar 120 bu-
berapa rangkap (karena belum ada ah, antara lain, “Ny. Kuswo lan Ny.
fotokopi) dengan jarak satu setengah Kuswo” (sumber Nyonya dan Nyo-
spasi—kadang diselesaikan dalam nya karya Motinggo Busye), “Raden
sehari semalam, kadang sampai be- Mas Basuki” (sumber Idiot karya
berapa hari. Menurut pengakuan sa- Dostojevsky), “Pitrah” (sumber The
lah seorang pendukung “Keluarga Good Earth karya Pearl S. Buck),
Yogya”, Arief Hartoyo, biasanya Su- “Moral” (sumber The Women of Ro-
mardjono memberikan naskah kepa- me karya D. Laurence), “Anna Kar-
da para pemain hanya beberapa jam mila” (sumber Anna Karenina karya
menjelang rekaman. Leo Tolstoy), dan “Prahara” (sumber
532 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Gone With the Wind karya Margaret Mengapa Sumono Sandy Asmo-
Mitchell’s). ro lebih suka menulis karya sastra
Jawa? Sebab, menurutnya, keadaan
sumono sandy asmoro sastra Jawa kini semakin menderita
(1971— ) sehingga tidak boleh dibiarkan be-
Sumono Sandy Asmoro lahir di gitu saja. Sebagai orang Jawa yang
Ponorogo, Jawa Timur, tanggal 7 memiliki tanggung jawab membina
Juli 1971. Ayahnya bernama Mis- dan mengembangkan kebudayaan
djan dan ibunya bernama Simiati, se- Jawa ia bertekad terus bergelut ber-
orang petani, berasal dari Ponorogo. sama sastra Jawa. Itulah sebabnya,
Pengarang laki-laki yang sering Sumono semakin aktif menulis dan
menggunakan nama samaran Can- mempublikasikan karya-karyanya
dra Dyah Pambayun ini menyelesai- lewat berbagai majalah berbahasa
kan pendidikan SD (1977-1985), Jawa sepertti Panjebar Semangat,
SLTP (1985-1988), dan SLTA (1988- Jaya Baya, Mekar Sari, dan Djoko
1991) di kota kelahirannya, Ponoro- Lodang. Akan tetapi, hal itu tidak
go. Setelah lulus SLTA, Sumono me- berarti ia tidak menulis dalam baha-
neruskan kuliah di FPBS IKIP Su- sa Indonesia. Karya-karyanya yang
rabaya, mengambil jurusan Bahasa ditulis dalam bahasa Indonesia sebe-
dan Sastra Jawa, dan memperoleh narnya sudah cukup banyak, hanya
gelar sarjana pendidikan pada tahun saja sampai sekarang belum ada yang
2000. Namun, sebelum lulus sarja- dipublikasikan. Kalau ditanya me-
na, ia pernah menjadi guru (hingga ngapa ia tetap suntuk terjun ke dunia
1997). tulis-menulis sastra Jawa, padahal
Sumono Sandy Asmoro adalah sastra Jawa sangat tidak menjanjikan
anak pertama dari tiga bersaudara dalam hal honor, ia mengaku bahwa
(adik keduanya bernama Marsudio- ia merasakan dunia tulis-menulis se-
no, seorang sarjana, kini menjadi gu- bagai sebuah panggilan jiwa. Oleh
ru, dan adik ketiganya bernama Sri karena itu, walaupun honornya ter-
Pinuji, saat ini masih kuliah). Sumo- lalu kecil, ia tetap tidak akan berhenti
no mengaku bahwa hingga kini ia ma- menulis sastra Jawa.
sih lajang dan entah kapan akan me- Hal di atas dibuktikannya bahwa
nikah. Pria beragama Islam yang se- hingga sekarang sudah cukup ba-
karang bertempat tinggal di Desa nyak karyanya yang dimuat di maja-
Bancangan, Sambit, Ponorogo, dan lah berbahasa Jawa, dan karyanya
juga indekost di Karangrejo, Gang X, itu berwujud guritan, crita cekak,
Nomor 21, Surabaya, ini mulai ge- roman secuwil, crita rakyat, crita
mar menulis karya sastra Jawa sejak misteri, dan naskah drama atau san-
masih mahasiswa, sekitar tahun diwara. Dan sebagai salah seorang
1996. Ini bukan suatu kebetulan ka- pengarang sastra Jawa, Sumono su-
rena ia adalah mahasiswa jurusan dah mulai menunjukkan kualitasnya;
bahasa dan sastra Jawa. hal itu terbukti hingga kini ia telah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 533

menerima berbagai penghargaan. man Budaya Yogyakarta, 1999), cer-


Cerpennya yang berjudul “Rokok”, pennya “Dhalang” juga dimuat da-
misalnya, telah ditetapkan sebagai lam antologi Bandha Pusaka (Ra-
sepuluh besar dalam sayembara me- dhita Buana, Yogyakarta, 2001).
ngarang crita cekak yang diseleng-
garakan oleh Taman Budaya Yogya- sunarko budiman (1960—)
karta dan cerpen itu kemudian diter- Pengarang kelahiran Tulung-
bitkan dalam antologi Liong Tem- agung, Jawa Timur, tanggal 21 Ja-
bang Prapatan. Sementara itu, gu- nuari 1960 ini dalam karangan-ka-
ritannya yang berjudul “Nggugat rangannya sering menggunakan na-
Angkasa”, juga ditetapkan sebagai ma samaran Narko Sodrun Budi-
juara dua dalam lomba menulis gu- man, Narko Rasodrun, atau Datiek
ritan yang diselenggarakan oleh Ra- Yuminarkola. Pendidikan dasar, me-
dio Khusus Informasi Pertanian nengah, sampai sarjana muda ditem-
(RKIP) Wonocolo, Surabaya, tahun puh di Tulungagung, sedangkan sar-
1999. Dan cerpennya yang ditulis da- jana (S-1) ditempuh di IKIP Malang
lam bahasa Indonesia, berjudul “Sang (selesai 1990). Di samping itu, ia ju-
Aktor”, meraih penghargaan sebagai ga menambah pengetahuan lewat
nominasi pertama dalam Pekan Seni pendidikan nonformal, antara lain,
Mahasiswa Tingkat Nasional V ting- Diklat Wartawan oleh PWI Kediri
kat Regional Jawa Timur tahun 1999. (1986), Pelatihan Penulisan Buku Pe-
Apakah Sumono telah memiliki lajaran dan Bacaan oleh Kanwil Dep-
buku antologi pribadi? Hingga kini dikbud Propinsi Jawa Timur (1992),
ia belum sempat mengumpulkan dan Pelatihan Penulisan Buku Cerita
menerbitkan karya-karyanya sendiri Anak oleh Kanwil Depdikbud Pro-
ke dalam bentuk antologi. Hanya be- pinsi Jawa Timur (1997), dan Pela-
berapa karyanya saja telah diambil tihan dan Ilustrator Buku oleh Kan-
orang lain dan dimuat dalam antologi wil Depdikbud Propinsi Jawa Timur
mereka. Beberapa di antaranya gu- (1998).
ritan berjudul “Nalika Angin Sumi- Pada tahun 1979 Sunarko me-
lir”, “Fragmen pakeliran”, dan “Ge- ngawali kariernya sebagai guru. Per-
ni” dimuat dalam buku antologi Ka- tama-tama di SD Punggungkalak,
bar Saka Bendulmrisi: Kumpulan Pucanganlaban, Tulungagung, kemu-
Guritan yang diterbitkan oleh Pagu- dian, mulai 1998 (hingga kini) ia men-
yuban Pengarang Sastra Jawa Sura- jadi Kepala SD Pucangan 1, Kauman,
baya (PPSJS) pada tahun 2001. Se- Tulungagung. Di samping itu, ia per-
mentara itu, guritan “Nalika Mang- nah bekerja sebagai penyunting ma-
sa Ketiga” dimuat dalam antologi jalah anak-anak Prasasti di Suraba-
Luka Waktu: Antologi Puisi Penyair ya (1994—1998), reporter Jaya Ba-
Jawa Timur tahun 1998. Selain cer- ya (1985—2000), wartawan Mekar
pennya “Rokok” dimuat dalam anto- Sari (1987—1997), pemimpin re-
logi Liong: Tembang Prapatan (Ta- daksi Pamor Jagad Gaib di Tulung-
534 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

agung (1995—2000). Sejak 1985 garitma” (Mekar Sari, 1987),


hingga kini masih berstatus sebagai “Sompil Ayu” (Mekar Sari, 1987),
wartawan Panjebar Semangat. “Japamantra” (Surabaya Post
Lelaki beragama Islam yang kini Minggu, 1995), “Eling Poma Dipun
tinggal di Surenwetan I/11, Balerejo, Eling” (KBJ II, 1996), dan “Luh”
RT 01, RW 1, Kauman, Tulung- (Panjebar Semangat, 2000).
agung, telepon (0355) 326934 ini Karya-karyanya yang berupa
mulai mengarang tahun 1978. Se- cerkak, antara lain, “Wah, Wah,
bagai pengarang dwibahasa (Jawa Wah” (Parikesit, 1982), “Oh, Su-
dan Indonesia) ia telah menulis gu- sariyem” (Parikesit, 1983), “Pra-
ritan, cerkak, novel anak-anak, ce- wan Kencur Balekalang” (Parike-
rita remaja, cerita wayang, naskah sit, 1983), “Kadho Katresnan” (Pa-
ketoprak, naskah drama, artikel, dan njebar Semangat, 1984), “Mas Ja-
buku pelajaran untuk SD dan SLTP. ka” (Jaya Baya, 1993), “Adhuh Sim-
Sebagai pengarang ia ingin selalu bok, Adhuh Mami” (Jawa Anyar,
berprestasi (karya-karyanya ber- 1993), “Jonggol Mantu” (Panjebar
mutu). Prestasinya pun telah ia buk- Semangat, 1993), “Keduwung
tikan melalui berbagai penghargaan Nguntal Wedhung” (Bandha Pu-
yang telah diterima, antara lain se- saka, 2002), “Kebangetan” (Djaka
bagai juara III Lomba Penulisan Cer- Lodhang, 2002), “Mas Bambang
pen dalam rangka Porseni Mahasis- Senggotho” (Jaya Baya, 2002),
wa di Malang (1984), juara II Lom- “Wah, Jan Sodrun!” (Jaya Baya,
ba Mengarang Fiksi bagi Guru Ting- 1983), “Karo Nona Laily Nonton
kat Nasional (1989 dan 1990), juara Wayang” (Jaya Baya, 1984), “Ebo-
III Lomba Menggurit Menyongsong ny” (Jaya Baya, 1987), “Astrea AG
Kongres Bahasa Jawa II di Malang 243 GB” (Jaya Baya, 1988), “Co-
(1996), dan masuk lima besar Penyaji wok Tukang Ngapusi” (Mekar Sari,
Terbaik dalam Pekan Budaya Jawa 1988), “Malam Pitulasan” (Mekar
Timur di Malang (1996 dan 1998). Sari, 1988), “Ngge, Bol Ati Kagol”
Beberapa guritan karya Sunar- (Mekar Sari, 1988), “Cewek Bahe-
ko yang telah dipublikasikan, antara nol Panggal Kurang” (Mekar sari,
lain, “Balada Arjuna Wirang” (Pa- 1988), “Sing Penthole Loro” (Mekar
njebar Semangat, 1990), “Panji La- Sari, 1988), “Kadho lan Gadho-Ga-
ras lan Jago Rukmi” (Jawa Anyar, dho” (Mekar sari, 1989), “Ultah
1993), “Kapang” (Djaka Lodhang, Warceng Mangan Gratis” (Mekar
1983), “Marcapada Gendra” (Dja- Sari, 1989), “Malem Old and New”
ka Lodhang, 1993), “Kucing Telon” (Mekar Sari, 1989), “Warceng Go
(Djaka Lodhang, 1993), “Sanja” Publik” (Mekar sari, 1990), “Bukak
(Djaka Lodhang, 1993), “Dalan Warceng Tanpa Uang Gedung”
Diponegoro Gang VI” (Djaka Lo- (Mekar Sari, 1990), “Return to
dhang, 1993), “Dhaster Abang Ple- Warceng” (Mekar Sari, 1990), “Liu
nik Putih” (Mekar Sari, 1987), “Lo- Mi Lan Thiam Sie” (Mekar Sari,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 535

1990), “Mulih Saka Jakarta” (Jaya tiara (Edumedia, 1998), Terjebak


Baya, 2002), “Pulung Gadung” Gang Buntu (Surya Jaya, 1987),
(Panjebar Semangat, 1987), dan Berpacu dengan Waktu (Edumassa,
“Kenya Kembar Nyalawadi” (Pa- 1997), dan Dua Belas Cerita Tela-
njebar Semangat, 2002). dan (Paramarta, 1999). Ia juga me-
Karya-karya yang berupa cer- nulis naskah drama, antara lain, “Ra-
kak dan dongeng anak, antara lain, ra Mendut” (Porseni SD Jatim,
“Ketok Upane” (Jaya Baya, 1982), 1989), “Ande-Ande Lumut” (Porseni
“Nalika Bu Yuyun Pindhah” (Jaya SD Jatim, 1993), “Pakdhe Soiman
Baya, 1982), “Hadiah Kanggo Ibu” dan Burungnya” (Porseni SD Jatim,
(Jaya Baya, 1984), “Regane Gotri 1994), “Ikut Sang Surya” (Porseni
Menang” (Jaya Baya, 1984), “Sing SD Jatim, 1995), “Memburu La-
Crewet Njaluk Gunting” (Jaya Ba- yang-Layang” (Porseni SD Jatim,
ya, 1986), “Piwelinge Raja Suato- 1996), “Lentung” (Porseni SD Jatim,
plak” (Jaya Baya, 1986), dan “Joko 1997), dan “Lepas Asa” (Porseni SD
Bodho Kembangsore” (Bandha Jatim, 2000).
Warisan, 2002). Sedangkan cerita Sementara itu, tidak kurang dari
wayang dan ketoprak karyanya, 10 buku pelajaran (IPS, IPA, PSPB,
antara lain, “Intermezo ing Aleng- Bahasa, PMR) untuk SD dan SLTP
ka” (Jawa Anyar, 1993), “Lesmana telah diterbitkan oleh penerbit Bina
Wurung di Uk-uk” (Jawa Anyar, Ilmu, Widyantara, dan Edumassa
1993), “Anggere Rama Seneng” antara tahun 1988 hingga 1998. Hal
(Jawa Anyar, 1993), dan “Bathok ini masih ditambah karya-karya be-
Bolu Isi Madu” (TMII, 1996). rupa artikel, esai, baik ilmiah mau-
Seperti telah dikatakan, selain pun popular yang diterbitkan oleh
menulis sastra berbahasa Jawa, Su- penerbit buku maupun penerbit surat
narko juga rajin menulis sastra ber- kabar dan majalah (Surabaya Post,
bahasa Indonesia. Beberapa cerpen- Jawa Pos, Panjebar Semangat, dan
nya, antara lain, “Agnes” (Cerita Re- sebagainya).
maja, 1984), “Bibit Kopi Buat Yu-
ni” (Karya Dharma, 1982), “Hari- supardi (1953— )
mu Hariku Jua” (Hadis, 1985), dan Supardi Sastrodiharjo lahir di
“Dara Kapidara” (Suara Karya, Grobogan, 10 Agustus 1953. Supar-
1985). Sedangkan cerpen untuk anak, di lahir di lingkungan masyarakat
antara lain, “Pengaruh Gelandang- yang beragama Islam dan gemar akan
an” (Surabaya Post, 1995), “Ibuku, kebudayaan Jawa. Ayahnya, Kema-
Guru dan Temanku” (Surabaya di, seorang Jawa tulen yang gemar
Post, 1995), “Kartini Cilik” (Sura- berkesenian, terutama wayang. Ma-
baya Post, 1995), dan “Parman dan ka, tidak aneh jika Supardi gemar
Parmin” (Surabaya Post, 1995). Se- pada dunia (seni) tulis-menulis. Se-
lain itu, novelnya juga telah terbit, karang ia sudah berkeluarga dan di-
yakni Sejengkal Tanah Seribu Mu- karuniai empat anak, tinggal di To-
536 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

danan, Blora, Jawa Tengah. Supardi Sebagai pecinta dan pengarang sas-
sempat mengenyam pendidikan dari tra, Supardi berharap agar sastra Ja-
SD, SMP, SPG, sampai kuliah di wa masa kini bisa mencapai puncak-
perguruan tinggi (Diploma II). Sejak nya seperti pada zaman pujangga ke-
1 Januari 1975 Supardi bekerja se- raton sampai era 70-an. Waktu itu,
bagai guru SD. Selain mengajar, se- sastra Jawa mencapai puncak keja-
jak tahun 1977 sampai sekarang, ia yaannya. Oleh sebab itu, penerbitan
juga aktif di LKMD di desanya (To- sastra Jawa perlu ditingkatkan agar
danan, Blora, Jawa Tengah). Sejak dapat memberikan kesempatan se-
17 September 1994, ia dipromosikan luas-luasnya kepada pengarang un-
sebagai kepala sekolah sampai se- tuk terus berkarya. Dalam hal kritik
karang. Sebagai pegawai negeri, ia sastra, Supardi kurang mendukung
aktif di organisasi KORPRI. sebab kritik dianggapnya kurang
Supardi berkenalan dengan du- memberikan kontribusi bagi penga-
nia karang-mengarang sejak 1986. rang. Menurutnya, hal yang mempri-
Waktu itu, ia mencoba mengirimkan hatinkan kini adalah semakin berku-
tulisannya berupa Guyon Parikena rangnya pembaca sastra Jawa. Pro-
(roman secuwil) di majalah Jaya Ba- ses kreatif penciptaan karya Supardi
ya. Alhamdulillah, tulisannya lang- berawal dari kepedulian atau res-
sung dimuat. Sejak saat itu ia aktif ponsnya terhadap kehidupn sehari-
menulis, baik di media berbahasa Ja- hari di lingkungan sekitar. Jika terda-
wa (Panjebar Semangat, Jaya Ba- pat peristiwa yang dipandang unik,
ya, dan Panakawan) maupun Indo- peristiwa itulah yang kemudian di-
nesia (Suara Karya, Krida, Liberty, respon dan digarap.
Sarinah, dan Wawasan). Supardi se- Karya-karya Supardi beraneka
nang menulis sastra Jawa karena ia ragam, di antaranya, cerbung, cer-
merasa dapat menambah wawasan kak, cerita rakyat, alaming lelembut,
dan pemikiran tentang kejawen. Di pedhalangan, dan crita sacuwil. Da-
samping itu, baginya menulis meru- lam tulis-menulis, Supardi biasa
pakan wahana melestarikan bahasa menggunakan nama samaran Nung-
Jawa dan menambah penghasilan. kik. Karya Supardi yang berupa cer-
Jenis karangan Supardi beraneka ra- kak, antara lain, “Pasienku” (Panje-
gam, baik fiksi maupun nonfiksi. Ia bar Semangat, 5 Februari 1994),
lebih tertarik menulis fiksi karena “Bu, Aku Aja Cithes Ya” (Panjebar
melalui fiksi ia merasa lebih bebas Semangat, 10 Desember 1994),
berimajinasi tanpa memerlukan ba- “Cemburu” (Panjebar Semangat,
nyak teori. Pada 1995, cergam Su- 22 Juli 1995), “Profesor Utang” (Pa-
pardi berjudul “Wilis” pernah men- njebar Semangat, 8 Agustus 1998),
dapat penghargaan (sebagai juara I) “Ula” (Panjebar Semangat, 22
dari Sanggar Triwida Tulungagung. Agustus 1998), “Mas, Aku Bali” (Ja-
Menurut Supardi, sastra Jawa ya Baya, 19 Desember 1993). Kar-
masa kini semakin lesu dan merosot. ya-karya yang berupa cerbung, an-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 537

tara lain, “Wilis”, “Tinah”, dan “Pu- lagi Suparto Brata menikahi gadis
lung”. Karya-karya yang berupa yang masih menunjukkan keturunan
cerita rakyat, antara lain, “Ginarwa darah biru dengan menyandang gelar
Dening Kapernah Putu” (Panjebar kebangsawanan (Raden) Rara Ari-
Semangat, 24 Desember 1994), “Ga- yati.
jah Sena Gugur” (Panjebar Sema- Sebagai orang Jawa tulen, dalam
ngat, 19 Nov. 1994), “Layang Pa- menuliskan tanggal lahir pun Su-
nantang” (Panjebar Semangat, 1 parto Brata tidak lupa menyertakan
April 1995), dan “Mendhung Ireng weton-nya, yaitu Sabtu Legi, 27 Fe-
Sakndhuwure Singasari” (Panjebar bruari 1932 atau 19 Syawal 1862 Je
Semangat, 13 Maret 1999. Karya (1350 Hijriah). Meskipun tergolong
yang berupa jagading jelembut, an- kaum bangsawan (priyayi), Suparto
tara lain, berjudul “Didhemeni Gen- Brata (di dalam karya-karyanya) ti-
druwo (Panjebar Semangat 5 Agus- dak banyak mengedepankan per-
tus 1995), “Dhalang Sapanyana” soalan-persoalan kepriyayian, hal ini
(Panjebar Semangat, 25 Juli 1998), jauh berbeda dengan Umar Kayam
“Bocah Bajang” (Panjebar Sema- yang juga seorang priyayi (Raden
ngat, 12 November 1994), dan “Ti- Mas dari Keraton Surakarta) yang
kungan Balekambang” (Panjebar memandang sekitarnya dari sudut
Semangat, 6 Februari 1999). Selan- priyayi (Damono, 1998) sehingga to-
jutnya, karya-karya yang berupa pe- koh-tokoh yang diciptakannya, mu-
dhalangan adalah “Pungkasaning lai dari “Chief Sitting Bull” sampai
Katresnan” (Panjebar Semangat, “Drs. Citraksa dan Drs. Citraksi”,
11 Desember 1999) dan “Basudewa dimainkan dan dilihatnya dari sudut
Jaja Bang Mawinga-winga” (Pa- priyayi.
njebar Semangat, 15 Mei 1999). Baik Suparto Brata maupun
Umar Kayam sesungguhnya memi-
suparto brata (1932—) liki asal-usul yang hampir sama: (1)
Nama Suparto Brata jelas me- keduanya masih ada hubungan darah
ngacu kepada wilayah budaya ter- biru (priyayi) yang berasal dari ling-
tentu, yaitu wilayah kebudayaan Ja- kungan Mangkunegaran, (2) meski-
wa, apalagi jika Suparto Brata tidak pun lahir jauh dari “pusat” kebuda-
enggan menuliskan gelar Raden di de- yaan Jawa di Sala dan Yogyakarta—
pan namanya. Hal ini bukanlah se- Suparto Brata lahir di Surabaya dan
suatu yang berlebihan karena ia me- Umar Kayam di Ngawi—keduanya
mang keturunan trah njeron benteng. sempat hidup di daerah Jawa Tengah
Ayahnya bernama Raden Suratman (Suparto Brata di Sragen dan Sala se-
Bratatanaya dan ibunya bernama dangkan Umar Kayam di Sala dan
Raden Ajeng Jembawati; keduanya Yogyakarta), dan (3) keduanya dila-
berasal dari Surakarta Hadiningrat hirkan pada tahun 1932. Jarangnya
(mungkin keduanya adalah kerabat Suparto Brata menampilkan dunia
dari Kraton Mangkunegaran). Apa- kepriyayian dalam karyanya mung-
538 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kin karena ia tidak mengenal dunia kian nama Eling Jatmika mengan-
itu dengan baik, tinggal (menetap) dung pengertian agar yang menyan-
di Jawa Tengah hanya sebentar dan dang nama tersebut selalu ingat de-
itu pun ketika berusia belia. Berbeda ngan sopan santun (bermoral). Se-
dengan Umar Kayam, yang waktu dangkan pengertian sholeh dalam
remajanya dihabiskan di Sala, lewat agama Islam dikaitkan dengan keta-
novel Generasi yang Hilang seti- atan seseorang dalam menjalankan
daknya dapat dicermati bagaimana ibadah. Penggunaan nama samaran
pandangan Suparto Brata terhadap Peni dipakai Suparto Brata dalam
dunia priyayi. Katresnan kang Angker (1963), Pe-
Novel Generasi Yang Hilang thite Nyai Blorong (1965), Asma-
merupakan pemenang II sayembara rani (1964), Pawestri Telu, Sanja
menulis novel yang diadakan oleh Sangu Trebela (1966), Jemini, “Ke-
majalah Kartini, kemudian diterbit- pelet”, “Nona Sekretaris”, “Matine
kan oleh Variasi Jaya (Kartini Grup) Suradrana”, dan Astirin Mbalela
pada tahun 1981. Novel ini merupa- (1995).
kan abstraksi dari adanya usaha pe- Nama Eling Jatmika digunakan
laksanaan proses “kebebasan dari” dalam Nyawa 28 dan “Jam Malam”.
tradisi ke arah pencapaian “kebebas- Sedangkan M. Sholeh dipakai dalam
an untuk” memilih yang dilakukan “Diamput” dan “Oh, Jumirah”.
oleh tokoh protagonis wanita. Kepia- Penggunaan nama samaran yang di-
waian Suparto Brata menampilkan lakukan oleh Suparto Brata tidak
sosok wong cilik berkorelasi dengan mempunyai tendensi khusus kecuali
kehidupan keluarga yang cukup men- agar pembaca tidak jenuh membaca
derita: ibunya pernah menjadi pem- karya-karyanya. Penggantian nama
bantu rumah tangga, buruh batik, merupakan hal yang biasa dalam sis-
dan pengasuh anak. tem kepengarangan sastra Jawa. Be-
Suparto Brata dalam menulis berapa alasan penggunaan nama sa-
karya sastra sering mengganti na- maran tersebut antara lain (1) agar
manya menjadi Peni, Eling Jatmika, pembaca tidak jenuh, (2) nama yang
dan M. Sholeh; nama-nama tersebut dipakai lebih baik atau keren, (3) agar
mengacu kepada kebudayaan Jawa pembaca tidak mengkultuskan sese-
dan Islam (ia memang pemeluk aga- orang, (4) menarik simpati pembaca,
ma Islam). Semua nama samaran dan (5) untuk menyembunyikan iden-
yang dipakai Suparto Brata memiliki titas. Alasan tersebut berbeda dengan
makna positif. Dalam kamus Bau- penggunaan nama samaran dalam
sastra Djawa Indonesia (Prawiro- sastra Indonesia yang kadang berkait-
atmodjo, 1957) kata Peni mempu- an dengan persoalan “keamanan”.
nyai makna ‘anggun’ dan ‘indah’. Di Suparto Brata adalah seorang la-
bagian lain dijelaskan bahwa kata ki-laki meskipun ia mempunyai na-
Djatmika mempunyai arti ‘selalu de- ma samaran Peni (mengacu pada je-
ngan sopan santun’; dengan demi- nis kelamin perempuan) dan meng-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 539

hasilkan beberapa karya sastra yang kuk) penderita kusta—dijauhi oleh


mengedepankan perempuan dengan masyarakat—yang berhasil mengga-
judul bernuansa perempuan: Pethite galkan tindak kejahatan.
Nyai Blorong, Asmarani, Pawestri Novel Topeng Mas terdiri 3 jilid,
Telu, Jemini, “Nona Sekretaris”, menggunakan huruf Jawa dengan ra-
“Oh, Jumirah”, dan Astirin Mbale- gam ngoko. Buku ini bercerita ten-
la. Penggunaan nama samaran pe- tang tiga orang prajurit dari kerajaan
rempuan yang digunakan oleh pe- Turki, yaitu Hasanbei, Suranbei, dan
ngarang pria seringkali mengacau- Sardibei, maju dalam peperangan
kan pembaca. Hal ini terjadi karena dan berhasil menundukkan lawan-la-
hampir semua pengarang pria dalam wan mereka karena mendapat “pe-
sastra Jawa mempunyai nama sa- tunjuk” dari seseorang yang menge-
maran perempuan sehingga pemba- nakan mantel hitam dan wajahnya ter-
ca ragu-ragu dalam menentukan je- tutup topeng berwarna kuning emas.
nis kelamin pengarang. Satu hal yang Pada akhir cerita Sardibei terkena
pasti adalah bahwa jumlah penga- kutuk karena setelah berhasil me-
rang perempuan dalam sastra Jawa rampas harta beserta putri kerajaan,
sangat terbatas, beberapa nama se- ia tidak lagi memperhatikan Topeng
bagai contoh adalah Yunani, St. Ies- Mas. Padahal sosok di balik topeng
maniasita, dan Napsiah. mas tersebut adalah orang tua Sardi-
Roman yang bercerita tentang bei sendiri. Buku lainnya, Kacu San-
tindak kejahatan yang menjadi sum- di, berbentuk buku saku berbahasa
ber penulisan roman detektif yang Jawa ragam ngoko. Kacu Sandi
dihasilkan Suparto Brata cukup ba- (agaknya) merupakan terjemahan
nyak. Sejak duduk di kelas empat Se- dari Saputangan Fantasi (berbahasa
kolah Angka Loro, Suparto Brata— Indonesia). Kejahatan dalam cerita
yang lebih lancar membaca huruf Ja- tersebut terbongkar lewat saputa-
wa (Hanacaraka) daripada huruf la- ngan kenangan.
tin (gedrik)—sudah mulai membaca Setelah kemerdekaan, Suparto
roman kejahatan berbahasa Jawa Brata terus membaca beberapa buku
yang salah seorang pelakunya berna- roman kejahatan, antara lain Gerom-
ma Kyai X. Tokoh tersebut bukan bolan Gagak Mataram dan Gerom-
polisi tetapi secara misterius berhasil bolan Mliwis Putih. Buku-buku ter-
menggagalkan kejahatan. Suparto sebut, menurut Suparto Brata, me-
Brata membaca novel Ni Wungkuk miliki model cerita jauh dari kisah-
ing Bendha Growong (Jasawidagda, kisah detektif, apalagi jika dibanding-
1938), Topeng Mas, dan Kacu San- kan dengan cerita Kyai X. Hal itu ter-
di. Novel Ni Wungkuk ing Bendha jadi karena Gerombolan Gagak Ma-
Growong (yang ditulis dengan huruf taram dan Gerombolan Mliwis Pu-
Jawa dan menggunakan bahasa Ja- tih lebih mengetengahkan cerita ba-
wa ragam ngoko) bercerita menge- gaimana cara memberantas kejahat-
nai seorang wanita tua (Ni Wung- an daripada menggunakan penalar-
540 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

an. Sekelompok penjahat membuat lukis dan karya sastra itu sebagian
keonaran di tengah masyarakat. Se- besar berupa kolase, yaitu susunan
lain sebagai penulis cerita detektif bentuk dan kata yang tidak berkaitan
yang handal Suparto Brata dikenal dan dalam cara yang tidak beraturan,
pula dengan novel-novelnya tentang serampangan, tanpa logika.
perjuangan. Triloginya yang ditulis Surealisme sesungguhnya dekat
tahun 1966 ialah trilogi cerita zaman dengan simbolisme. Namun, surealis-
perang kemerdekaan yang bagus. me bersifat lebih menegaskan aliran
Ketiganya itu ialah Kadurakan ing dadaisme yang dikembangkan oleh
Kidul Dringgu, Lara-lapane Kaum Andre Breton. Surealisme lebih me-
Republik, dan Kaduk Wani. ngakar pada aliran kesenian di Pe-
Keahlian Suparto Brata sebagai rancis. Aliran seni ini berusaha me-
penulis sastra telah dibuktikan ber- nangkap pusat kesadaran manusia
kali-kali. Misalnya, ia memenangkan yang seringkali berada jauh dari
lomba sayembara menulis cerita sam- realita sehari-hari. Aliran ini mene-
bung yang diselenggarakan Panje- kankan kepada kejiwaan manusia
bar Semangat (1959), Juara I Sa- (bawah sadar) sehingga sering juga
yembara Cerita Cekak Jaya Baya digunakan untuk membantu terapi
(1964), dan mendapat penghargaan kejiwaan. Oleh karena bawah sadar
dari yayasan “Rancage” (2001) di tidak muncul di permukaan sebagai
Bogor atas buku antologi cerpennya realita, para pengikut aliran ini meng-
Trem (2000). Pada tahun berikutnya ekspresikan pikiran-pikirannya ber-
ia (bersama Esmiet) mendapatkan dasarkan imaji-imaji yang dialami-
penghargaan sebagai seniman Jawa nya melalui mimpi, halusinasi meng-
Tamu yang berbakat. Dan hingga se- hasilkan citraan yang fantastis, yaitu
karang, Suparto Brata masih terus berupa gabungan-gabungan yang ti-
menulis, baik sastra Jawa maupun In- dak serasi, atau tidak harmonis (me-
donesia. Beberapa karyanya berba- nurut realisme).
hasa Indonesia, antara lain, juga di- Orang atau seniman yang me-
terbitkan oleh Kompas. ngikuti aliran itu disebut kaum su-
realis. Surealisme berpengaruh pada
surealisme puisi, prosa, dan drama. Dalam sas-
Istilah surealisme merupakan se- tra Indonesia dikenal 2 orang su-
rapan dari bahasa Belanda (surrealis- realis, yaitu Iwan Simatupang de-
me), bahasa Inggris (surrealism), se- ngan novelnya Ziarah, Kering; dan
bagai nama salah satu aliran seni Danarto dengan Godlob. Dalam sas-
modern. Aliran ini merupakan per- tra Jawa modern gaya dalam cerpen-
kembangan lanjut dari aliran dada- cerpen mutakhirnya yang dikumpul-
isme yang sudah berkembang sejak kan dalam antologi Ratu (1995) dan
tahun 1916. Dasar aliran ini ialah ke- cerpen-cerpennya yang lain, Krisna
bebasan total, antiperaturan, antici- Mihardja (dari Yogyakarta) menggu-
ta-cita, dan antitradisi. Bentuk karya nakan gaya surealisme. Aliran sastra
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 541

tersebut, selanjutnya, banyak diikuti lapangan di daerah-daerah lain selain


oleh pengarang muda Jawa. Tuban guna memperoleh perbanding-
an mengenai cerita Sarah Wulan da-
suripan sadi hutomo (1940— lam kentrung, misalnya di Blitar, Ke-
2001) diri, Ponorogo, dan Blora. Berkat di-
Suripan Sadi Hutomo lahir di sertasinya itu, ia kemudian dikenal
Ngawen, Blora, 5 Februari 1940. Be- sebagai “Doktor Kentrung” karena ia
liau meninggal pada 23 Februari memang satu-satunya ahli kentrung
2001, pukul 14.30, di Surabaya. Su- yang ada hingga saat ini.
ripan Sadi Hutomo adalah seorang Suripan Sadi Hutomo merupa-
Guru Besar di IKIP (sekarang Uni- kan sosok intelektual yang menaruh
versitas) Negeri Surabaya. Perjalan- perhatian besar pada masalah kesas-
an mencapai gelar tersebut dilalui de- traan dan kebudayaan Jawa. Pan-
ngan ketekunan. Setamat SMA Ba- dangan dan pendapatnya mengenai
gian B (Pasti dan Alam) Blora, Su- sastra dan ilmu sastra telah mewar-
ripan kuliah di FKIP Universitas Air- nai dunia keilmuan kesastraan Jawa.
langga, jurusan Bahasa Indonesia, Tulisan-tulisannya tentang bahasa
lulus 1968. Pada masa menjalani pen- penyair dan pengarang Jawa dan In-
didikan, baik di SMA maupun di per- donesia muncul dalam berbagai me-
guruan tinggi, Suripan sudah giat dia, misalnya “Kota dalam Sajak”
melakukan pendokumentasian kar- (Angkatan Bersenjata, Minggu III,
ya-karya sastra, selain menulis karya Februari 1970), “Kali dalam Sajak”
sastra (Jawa dan Indonesia). (Angkatan Bersenjata, Minggu V,
Lulus dari Universitas Airlangga Maret 1970), “Kutha ing Guritan Ja-
Suripan Sadi Hutomo kemudian me- wa Anyar” (Jaya Baya, No. 3,
ngajar di FPBS IKIP Surabaya. Pa- XXVIII, 18 September 1973),
da tahun 1978—1980, ia belajar il- “Novel Pulang Karya Toha Mochtar
mu sastra (filologi dan folklor huma- dari Sudut Bahasa”, (Suara Karya,
nitis) di Universitas Leiden, Belanda, 18 Januari 1980), dan sebagainya.
atas beasiswa Pemerintah Belanda. Walaupun ilmu sastra sedikit
Hasil dari belajar dan penelitian di berbeda dengan ilmu kebahasaan,
tempat tersebut, kemudian dipergu- Suripan Sadi Hutomo juga sangat
nakan sebagai bahan penyusunan di- menaruh minat untuk memperhati-
sertasi pada Universitas Indonesia. kan masalah kebahasaan. Artikelnya
Pada tahun 1987, Suripan Sadi Hu- mengenai kebahasaan, berjudul “Ba-
tomo memperoleh gelar doktor de- hasa dan Sastra Lisan Orang Samin”
ngan disertasi “Cerita Kentrung Sa- (Basis, No. 1, XXXII, 1983); “Pe-
rah Wulan di Tuban”. Disertasi itu ranan Bahasa dan Sastra Melayu
disusun berdasarkan cerita lisan yang Abad XIX di Surabaya” (Basis,
beredar di daerah Tuban. Namun, un- No.10, XXXIX, 1990); “Bahasa
tuk melengkapi kajian atas cerita ter- Osing Banyuwangi (Surabaya Post,
sebut, Suripan juga melakukan studi 30 Desember 1968), dan sebagainya.
542 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Suripan memang bukan linguis, apa- Di samping itu, ia sangat mena-


lagi linguis struktural, tetapi dari tu- ruh perhatian pada kebudayaan ping-
lisan-tulisannya tampak bahwa ia se- giran. Dunia seni dan budaya yang
orang tokoh sastra yang tetap meli- banyak dilupakan orang, justru ba-
hat bahasa sebagai hal yang penting nyak menyita perhatiannya. Perha-
untuk diperhatikan. tian yang mendalam terhadap dunia
Menurut Adipitaya (2001), Su- kesenian yang cukup luas itu, barang-
ripan Sadi Hutomo memiliki sejum- kali juga telah menyita waktunya da-
lah peran yang pernah dimainkan da- ri perhatiannya terhadap aktivitas fi-
lam bidang kebahasaan. Peran itu lologi yang pernah ditekuninya. Per-
meliputi (1) mengkritisi bahasa pe- hatian Suripan pada bidang ini tam-
nyair dan pengarang, baik Jawa pak kurang, sebagaimana pengaku-
maupun Indonesia, (2) meneliti ba- annya sendiri bahwa ia kurang total
hasa naskah Jawa dan tradisi lisan, dalam dunia filologi. Namun, sum-
(3) menulis artikel kebahasaan dan bangan pemikiran Suripan terhadap
pengajaran bahasa, (4) berperan da- filologi tetap dapat menjadi petunjuk
lam kegiatan ilmiah kebahasaan dan dalam pemahaman naskah-naskah
pengajaran bahasa, (5) mengarahkan Jawa yang agak terpinggirkan.
penelitian kebahasaan pada rekan se- Di samping menaruh perhatian
jawat dan mahasiswa, dan (6) me- terhadap filologi dan bahasa, sebagai
ngampu mata kuliah leksikografi dan tokoh kesastraan Jawa, Suripan juga
dialektologi. menaruh minat terhadap sejarah. Me-
Selain memperhatikan bahasa nurut Kasdi (2001:29), sesuai de-
dan sastra Jawa, Suripan juga mem- ngan keahliannya, Suripan berusaha
perhatikan perkembangan filologi. sekuat tenaga agar hasil jerih payah-
Menurut Purnomo (2001), semua nya tidak hanya dimanfaatkan dalam
karya Suripan masuk dalam khaza- dunia sastra, lebih dari itu juga se-
nah filologi terapan, tidak ada buku bagai sumber (paling tidak memban-
atau tulisanya yang disusun secara tu) penelitian atau penulisan sejarah.
khusus pada tataran filologi teoretik. Karya unggulannnya, Kentrung Sa-
Beberapa konsep (dan teori) filologi rah-wulan dari Tuban, dan pemikir-
dalam tulisan Suripan semuanya ha- annya yang lain seperti Tradisi dari
nya merupakan bagian kecil dari tu- Blora, Filologi Lisan, serta artikel-
lisan-tulisannya secara menyeluruh artikelnya yang pernah dimuat dalam
(bahan banding) atau pelengkap bagi Panjebar Semangat dan Jaya Baya
teorinya tentang sastra lisan (1991), menjadi bukti perhatian Suripan ter-
atau sekedar pengantar bagi tulisan- hadap disiplin yang berhubungan de-
nya atas karya-karya terapannya ngan masa lalu.
(1984), laporan penelitian tentang as- Semua kemampuan Suripan
pek bahasa dan sastra Babad Demak yang berhubungan dengan sastra baik
Pesisiran, serta buku (1999) tentang Indonesia maupun Jawa bemuara
telaah sastra kentrung. pada “dunia kentrung” atau dunia
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 543

hajat hidup orang banyak atau dunia tetap hidup. Dikatakannya (1988)
akar rumput. Sehubungan dengan ke- bahwa kehidupan sastra Jawa mo-
hidupan sastra Indonesia di daerah, dern, baik sebelum maupun zaman
Suripan pernah mengatakan bahwa kemerdekaan, ternyata ditopang oleh
ia telah membuat “peta” sastra Jawa. organisasi yang selektif. Maksud-
Ia berharap agar generasi penerus- nya, organisasi yang membatasi ang-
nya (pecinta sastra Indonesia dan Ja- gotanya pada para pecinta dan ahli
wa) akan meneruskan peta yang te- bahasa Jawa, para pecinta dan ahli
lah disusunnya. Salah satu wujud da- sastra, serta para sastrawan (penga-
ri sarana pemetaan itu adalah mun- rang) Jawa yang kreatif. Menurut
culnya sebuah Pusat Dokumentasi catatannya, ada 4 organisasi kesas-
Sastra Suripan Sadi Hutomo. Untuk traan Jawa yang pernah hidup, yaitu
mendirikan pusat dokumentasi itu, Gerombolan Kesusastraan Mangku-
Suripan telah mengeluarkan banyak negaran dan Paheman Radyapusta-
biaya. Menurut Setiawan (2001) ka, Organisasi Pengarang Sastra Ja-
Pusat Dokumentasi tersebut sebe- wa, Kelompok-kelompok Pengarang
narnya merupakan pengejawantahan Sastra Jawa, Lekra dan Pengarang
diri Suripan yang berhubungan de- Sastra Jawa. Bagi Suripan, organi-
ngan budi luhurnya dalam rangka me- sasi pengarang dalam kehidupan
nyebarluaskan misi moral dan untuk sastra Jawa bukan berfungsi sebagai
memperkenalkan pemikirannya. Ji- alat partai atau golongan tertentu, te-
wa dokumentator Suripan sangat tapi sebagai tempat berkumpul dan
mendukung perjuangannya untuk berdialog sesama pengarang untuk
membangun kedua aspek itu. memacu pertumbuhan dan perkem-
Dalam dunia sastra Suripan me- bangan sastra Jawa. Dalam sepak
rupakan pejuang yang tidak pernah terjangnya, Pancasila selalu menjadi
jera dan menyerah dalam memper- pedoman hidup para pengurus dan
tahankan keberadaan sastra, khusus- anggotanya.
nya pengarang sastra Jawa dan du- Lewat tulisan-tulisannya menge-
nia penerbitan. Suripan telaten meng- nai sejarah sastra Jawa modern, ma-
hayati kehidupan pengarang muda, syarakat Jawa dibukakan kepada
baik dari kubu sastra Indonesia mau- suatu pemahaman baru bahwa sejak
pun sastra Jawa. Terhadap karya- berakhirnya masa hegemoni Kapu-
karya pengarang muda itu, Suripan janggaan Surakarta (ditandai dengan
terkesan dengan semangat mereka masa meninggalnya R. Ng. Rangga-
karena semangat mereka telah mem- warsita) telah bangkit sastra Jawa
berikan harapan bagi perkembangan modern. Dalam salah satu tulisannya
sastra. mengenai sastra pembauran, Suri-
Dalam membangun sastra Jawa pan menunjukkan bagaimana penga-
Suripan juga memperhatikan kehi- ruh luar, khususnya Cina, ke dalam
dupan organisasi pengarang, karena sastra Jawa. Dalam hubungan ini,
lewat organisasi ini sastra Jawa akan menurutnya, tak jarang orang-orang
544 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Tionghoa yang menjadi ahli-ahli ke- (Balai Pustaka, 1988). Antologi itu
budayaan Jawa dan banyak pula di memuat 54 guritan dari tahun 1967
antara mereka yang kemudian ber- sampai 1982. Selain menyusun anto-
usaha pada dunia penerbitan buku- logi pribadi, Suripan juga membuat
buku sastra Jawa. Nama Tan Koen antologi bersama berjudul Antologi
Swie adalah satu orang Tionghoa Geguritan Jawa Tahun 1945—1982
yang diakui sukses dan berpengaruh (Balai Pustaka).
dalam perkembangan sastra Jawa Selain menulis sastra Jawa, Su-
karena jasa-jasanya dalam menerbit- ripan juga menulis sastra Indonesia.
kan sastra Jawa. Buku-buku terbitan Puisi-puisinya pernah dimuat di
Tan Khoen Swie disambut antusias Mingguan Bhirawai dan majalah
oleh pembaca Jawa dan hingga kini Horison. Di samping itu, puisi Su-
buku-buku itu masih sering dibaca ripan juga dimasukkan dalam Anto-
dan diteliti. logi Puisi Enam Penyair Surabaya
Pandangan Suripan yang luas itu (Dewan Kesenian Surabaya, 1975);
juga menunjukkan visinya bahwa se- Antologi 25 Penyair Surabaya (De-
benarnya sastra Jawa tidak bersifat wan Kesenian Surabaya, 1975); dan
kesukuan. Diterangkan olehnya bah- Festival Desember 1975 (Dewan
wa apa yang dinamakan sastra Jawa Kesenian Jakarta, 1975). Menurut
modern itu sebenarnya adalah sastra Korrie Layun Rampan (2001), bobot
Indonesia dalam bahasa Jawa literer sajak-sajak Suripan layak di-
(Hutomo, 1988). Yang paling utama bicarakan karena sajak-sajak itu di-
adalah semangatnya, yaitu semangat tulis dengan gaya bersahaja serta pe-
keindonesiaan. Jadi, tidak benar nuh dengan sindiran, misalnya puisi-
apabila dikatakan sastra Jawa itu nya yang berjudul Ke Blora. Puisi
mengobarkan semangat kedaerahan itu di muat di Antologi Puisi Enam
atau kesukuan. Pengarang Jawa ada- Penyair Surabaya.
lah pengarang Indonesia juga. Da- Walaupun tidak produktif, Su-
lam hubungan ini dapat dikatakan ripan juga menulis cerita pendek. Ce-
bahwa sastra Jawa termasuk salah rita pendeknya antara lain Ketika
satu perlengkapan sastra Indonesia. Tambur Mainan, Ketika Langit Jadi
Suripan adalah seorang penyair Lautan, Ketika Aku Main ‘Nan-
sastra Jawa modern. Sejak 1967 ia Nan’, dimuat di majalah Widyawa-
telah terlibat aktif dengan dunia ra, Thn. VI, Februari 1988. Cerita
penulisan guritan. Karya-karyanya pendek ini kemudian dimasukkan da-
tersebar di berbagai media berbaha- lam antologi Cerita Pendek dari Su-
sa Jawa, yaitu Kumandhang, Dhar- rabaya (Gaya Masa, 1991) yang di-
ma Nyata, Dharma Kandha, Pari- editorinya. Walaupun Suripan terli-
kesit, Jaka Lodang, Panjebar Sema- bat dalam berbagai kegiatan dinas
ngat, dan Jaya Baya. Karya-karya (sebagai dosen), ia terus menulis gu-
yang tersebar itu kemudian dikum- ritan di majalah Panjebar Semangat
pulkan dalam antologi Angin Sumilir dan Jaya Baya.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 545

suryadi ws. (1940—) hammadiyah 2, Klaten. Dua tahun


Nama aslinya Suryadi. Nama kemudian (25 Maret 1968), ia meni-
Ws. adalah singkatan nama ayah- kah dengan Mulyati (mantan murid-
nya. Ayah Suryadi bernama Sukardi nya). Gadis itu menjadi guru SD Sa-
Warna Sukardja, lulusan Kursus Ta- brang Lor sampai sekarang. Suryadi
bligh Muhammadiyah Sala tahun lalu tinggal di Mireng Lor, RT 06/
1938 (meninggal 1988), sedangkan 03, Mireng, Trucuk, Klaten, Jawa Te-
ibunya bernama Suriyem, berpendi- ngah. Sambil bertani, berternak
dikan pondok pesantren. Ia lahir di (ayam, itik), dan membuka usaha per-
Trucuk, Sabrang Lor, Trucuk, Kla- tukangan kayu ia membesarkan ke-
ten, 1 September 1940. Pendidikan empat anaknya (Bambang Wiyono,
yang telah ditempuhnya: SR Sabrang Danang Ciptadi, Niken Ciptarini,
Lor (lulus 1953); SLTP 1 Klaten (lu- dan Wara Surastri).
lus 1956); SMAB (Pasti Alam) di Sa- Suryadi mulai senang menulis
la (lulus 1959). Ia belajar ngaji sejak sejak SMA. Ketika itu cerkak-nya
SR dan ketika SMA ia aktif berlatih “Wadule Manuk Sobo Bengi” dan
keroncong dan karawitan. “Rondo Telu” dimuat majalah Ke-
Setamat SMU Suryadi kuliah di kasihku (1958). Bakat menulisnya
Fakultas Pertanian UGM (1959). Na- dipupuk terus dengan banyak mem-
mun, baru setahun harus keluar ka- baca. Sejak dulu ia biasa membaca
rena terbentur biaya. Suryadi kemu- (novel Jawa, Indonesia, terjemahan,
dian masuk gratis (biaya pemerin- buku-buku filsafat, sejarah, serat,
tah) ke Akademi Penilik Kesehatan agama, riwayat tokoh-tokoh dunia,
(Sanitasi) di Surabaya (tinggal di as- wayang, dll.). Ada 50-an judul novel
rama, lulus 1964). Saat itu ia men- terjemahan yang telah dibaca, terma-
dapat tugas belajar pula di Pusat suk karya Mark Twain, Nicolas Go-
Pembasmian Malaria di Ciloto, Jawa gol, Leo Tolstoy, Destojevski, Wil-
Barat, selama tiga bulan (Februari— liam, Saroyan, Pearl S. Buck, Andre
April 1964). Selanjutnya, Mei—No- Gide, dan L.C. Back.
vember 1964, ia tugas belajar di Dengan berbekal pengetahuan
Course of Training Methods and itulah ia sampai sekarang telah me-
Teaching Techniques Filipina se- nulis tidak kurang dari 50-an judul
hingga mendapat gelar M.Sc.. Dari cerpen, beberapa novel, cerita anak,
berbagai pengalaman itulah ia kemu- dan artikel. Ia tercatat sebagai pe-
dian diangkat menjadi pegawai De- ngarang yang produktif tahun 1970-
partemen Kesehatan di Jakarta. an hingga 1990. Di antara novelnya
Kendati begitu, akibat peristiwa itu, antara lain, Penganten, Pusaka,
G30S PKI, Suryadi memutuskan ke- dan Sintru, Oh Sintru. Sementara cer-
luar dari pekerjaannya. Itu sebab- pennya, antara lain, “Lakon Ma-
nya, hari-hari selanjutnya dilalui de- nungsa”, “Hadiah Riyaya”, “Gom-
ngan menjadi guru Agama, Biologi/ balasari”, “Nalika Takbir Kuman-
IPA, dan Matematika di SPG Mu- dhang ing Langit”, “Ing Limenging
546 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Wengi”. Selain itu, ia juga banyak diselenggarakan oleh Sanggar Tri-


menulis artikel tentang sastra dan ke- wida tahun 1990; (9) novel Pusaka
budayaan dalam Jaya Baya, Panje- menjadi juara I dalam lomba penu-
bar Semangat, Adil, dan Suara Mu- lisan novel berbahasa Jawa oleh
hammadiyah. Sanggar Triwida tahun 1990, kemu-
Sebagai pengarang Suryadi te- dian diterbitkan Sinar Wijaya, Su-
lah memperoleh banyak hadiah dan rabaya, 1993; dan (10) penghargaan
penghargaan. Di antaranya adalah atas penciptaan wayang Sadat (Sa-
(1) cerpen “Bengi Iku Ana Pahar- rana Dakwah dan Tabligh). Wayang
gyan” menjadi juara III dalam lomba ini telah menjadi salah satu aset na-
menulis cerpen berbahasa Jawa ta- sional dan sudah di pajang di muse-
hun 1971; (2) cerita anak Selamat Be- um Yogyakarta, Borobudur, Sema-
lajar Putra Desa memenangkan jua- rang, Jakarta, Malaysia, dan diko-
ra I dalam lomba menulis cerita anak leksi oleh para penggemar wayang
yang diselenggarakan oleh Depdik- di Jepang dan Jerman.
bud, Jakarta, tahun 1978, kemudian Selain sebagai pengarang, Sur-
diterbitkan Balai Pusataka tahun yadi juga seorang tokoh masyarakat,
1996; (3) buku Menuju Pembentuk- terutama di kalangan Islam; dan ki-
an Wayang Nusantara memenang- prah ini telah dirintis sejak awal Or-
kan juara I lomba menulis yang di- de Baru. Terbukti ia mendirikan Ma-
selenggarakan oleh Depdikbud, ke- drasah Ibtidaiyah di Sabrang Lor
mudian diterbitkan oleh Tiga Se- (1967); mendirikan Madrasah Tsa-
rangkai, Sala, tahun 1981; (4) novel nawiyah Muhammadiyah di Trucuk
Penganten ditetapkan sebagai novel (1967), menjadi ketua cabang Mu-
terbaik dalam lomba penulisan novel hammadiyah Trucuk (1967—1971);
oleh PKJT tahun 1979/1980; (5) nas- mendirikan kelompok seni drama dan
kah drama “Omah Warisan” sebagai ketoprak Islami (1070); ikut mendi-
juara III dalam lomba penulisan nas- rikan SMA Muhammadiyah Trucuk
kah drama oleh PKJT tahun 1980; (1981); mendirikan Madrasah Tsa-
(6) novel Serigala menjadi juara ha- nawiyah di Srebegan, Ceper, Klaten
rapan dalam lomba penulisan novel (1982); menjadi pengurus Majelis
Indonesia oleh Dewan Kesenian Ja- PKU Muhammadiyah Klaten
karta tahun 1980; (7) cerpen “Anak (1986—1991); dan menjadi pengurus
Lanang” menjadi juara II dalam Majelis Kebudayaan Muhammadi-
lomba seleksi cerpen yang diseleng- yah Klaten (1991—sekarang). Se-
garakan oleh Jaya Baya tahun 1982; mentara itu, pekerjaannya sebagai
cerpen ini juga menjadi juara III da- guru SMK Muhammadiyah 2, Kla-
lam seleksi cerpen oleh Proyek Ja- ten, dijalani hingga pensiun (1 No-
vanologi, Yogyakarta, tahun 1983; vember 2000) sebagai Wakil Kepala
(8) cerpen “Nalika Takbir Kuman- Sekolah.
dhang Ing Langit” menjadi juara I
dalam lomba penulisan cerpen yang
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 547

suryanto sastroatmodjo muda ia peroleh tahun 1978, sarjana


(1957—2007) tahun 1982, di Jurusan Ilmu Komu-
R.P.A. (Raden Panji Anom) Sur- nikasi Fisipol UGM. Di samping itu,
yanto Sastroatmojo lahir di Bojone- Suryanto juga lulus (1988) sarjana
goro, Jawa Timur, pada 20 Februari ekonomi di Universitas Proklamasi
1957. Ia putra pasangan P.A.A (Pa- (Unprok) Yogyakarta.
ngeran Adipati Arya) Suryo Hadi Tak lama setelah lulus sarjana
Negoro III (Slamet Suteja), seorang muda Suryanto bekerja di harian Ber-
Regent Kadipaten Bojonegoro, dan nas Yogyakarta. Pada 1979-1980 ia
R.Ay. (Raden Ayu) Sri Huluwiyah pernah mengajar di SMA Katolik
Wuryaningrum, seorang putri bang- Bojonegoro. Pada 1985-1986 ia per-
sawan. Ia adalah cucu Pangeran Ar- nah pula bekerja sebagai karyawan
ya Adipati (P.A.A) Poeger, mantan LIPI (Leknas) di Jakarta. Di ibukota
Adipati Bojonegoro. Sejak dulu Sur- ia tidak kerasan karena lebih senang
yanto dibesarkan dan ditempa de- hidup di kota kecil yang memung-
ngan laku prihatin oleh keluarganya. kinkan dapat menyalurkan bakat me-
Kebiasaan melihat perilaku kakek itu nulisnya. Maka, sejak kembali ke
menyebabkan Suryanto ingin mem- Yogyakarta, ia tidak pindah-pindah
baca beberapa buku serat yang ditu- lagi. Belakangan pernah juga men-
lis si kakek. Kebiasaan itu pula yang jadi dosen di sebuah akademi komu-
akhirnya menempa Suryanto lebih nikasi. Tetapi, ia pun akhirnya kem-
memilih menjadi penekun sastra dan bali ke profesi semula: penulis/war-
budaya Jawa meskipun sebenarnya tawan. Saat ini, di harian Bernas me-
ia dapat menjadi birokrat karena ngasuh rubrik “Bokor Kencana”. Di
ayah dan kakeknya seorang birokrat rubrik ini ia mengupas masalah adat-
di istana Kadipaten Bojonegoro. istiadat dan budaya Jawa. Alamat ter-
Suryanto kecil hidup bersama tiga akhirnya di Jalan Nagan Lor 21, Pa-
saudara laki-laki dan enpat perem- tehan, Yogyakarta.
puan (R.Ay. Florentina Betty Suharti Dengan falsafah ughrowi (uga-
Tjondronegoro, R.P.A. Sunardi Mul- hari) dan semboyan ngeli tanpa keli
yoprawira, R.P.A. Sunarto Waluya di tengah ketiadaan dan kehampaan
Hadikusumo, R.Ay. Sri Sulistiyah Suryanto menghadapi hidup dengan
Wirokusumo, R.Ay. Sri Artini Su- cara banyak melakukan tetirah dan
nantoro Andayani, dan R.Aj. Retno tapa brata. Bahkan, dalam rangka
Dini Dewanti). itu, ia pernah melakukan perjalanan
Suryanto masuk SD pada 1963 jauh dengan angkutan tradisional
di Bojonegoro. Sambil belajar ilmu berkeliling Jawa, Bali, Madura, dan
pengetahuan, ia belajar pula kejawen Lombok. Selain itu, ia juga pernah
pada eyang-nya. Setamat SD (1969) melakukan kunjungan persahabatan
ia masuk SMP (lulus 1972) dan ke- ke Suriname dan Belanda. Pernah
mudian SMA (lulus 1975) di Bojo- pula mengadakan perjalanan dengan
negoro. Setelah itu, gelar sarjana rakit menyusuri sungai Bengawan
548 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sala dalam rangka napak tilas Jaka man sejarah, 1980), Serasi Denyut-
Tingkir melalui program tlesih bu- an Puri (balada, 1980), Aksi Mata
daya Jawa. Pengalaman-pengalaan Biru (sandiwara, 1980) Misteri
itulah yang menjadikan Suryanto pe- Anak Manusia (artikel, 1980), Pada
ka terhadap fenomena-fenomena se- Sebuah Musim (artikel, 1980), Ke-
keliling dan itu kemudian ia ekspre- bun Kasihmu (artikel, 1980), Ca-
sikan ke dalam karya-karyanya (gu- rangsari (guritan, 1980), Si Lintang
ritan, esai, prosa liris, cerpen, novel, Telanjang (puisi, 1980), dan Layang
dan lain-lain). Pangentasan (antologi guritan,
Suryanto pertama menulis keti- 2003).
ka masih duduk di kelas 5 SD (1968). Pada 1970-an, ketika masih di
Karya-karyanya dikirim dan dimuat Bojonegoro, bersama kawan-kawan
di majalah Kuncung, Taruna (Jakar- Suryanto mendirikan Sanggar Sastra
ta), Arena Kiti, dan Suruni (Sura- Sriwitomo dan studi klub Proporsia.
baya). Khusus dalam bahasa Jawa, Pada 1979 ia juga mendirikan Sang-
Suryanto menulis guritan, cerkak, gar Sastra Prasaja. Dengan biaya pa-
dan reportase sejak SMP kelas 1 di tungan mereka menerbitkan majalah
majalah Panjebar Semangat. Tahun Nilakandhi (hanya terbit 10 nomor,
1970 ia mulai eksis, terutama setelah stensilan, kemudian handpress). Pa-
karyanya “Topi Tower” dimuat Pa- da 1982 bersama rekan-rekan Sur-
njebar Semangat. Sekitar tahun yanto mendirikan yayasan untuk me-
1972—1975 ia ia juga sering menu- nerjemahkan ayat-ayat suci Alquran,
lis prosa liris. Karyanya “Sahibul naskah khotbah, dan mengolah Al-
Hikayat” merupakan rangkuman kitab Perjanjian Lama untuk sesi-
prosa liris (berirama). Kumpulan ngiran. Di Yogyakarta, pada tahun
puisi dan cerpennya Di Ujung Tom- 90-an, ia juga turut mendirikan Sang-
bak juga diterbitkan oleh penerbit gar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY).
Sehat Asli, Surakarta. Sebagai pengarang Suryanto te-
Dalam berkarya Suryanto ka- lah memperoleh penghargaan, antara
dang menggunakan nama samaran lain, sebagai penyair terbaik dari UI
(Ines Suryawati, Satyawati, Suksma dalam rangka Hari Ranggawarsita,
Kelana, Himawan, Yogasastri). Kar- 1977; juara II sayembara Contest
ya-karyanya banyak yang telah di- Poetry dengan judul “The Mirror”
terjemahkan ke dalam bahasa asing, oleh majalah Scoles di Brunei (18
antara lain Belanda, di antaranya Oktober 1987); juara III dalam sa-
Dari Via Dolorosa ke Adolesensia yembara menulis artikel dengan ju-
(ilmu pendidikan, 1980), Panji Pur- dul “Hope and Happy” (22 April
nomo Wulan (balada, 1980), Berdi- 1988) oleh majalah Pertamina The
rinya Praja Pakualaman (sejarah, Beach, Jakarta; Anugerah Sastra-
1980), Palgunaning Palguna (bala- wan Daerah dari Universitas Erlang-
da, macapat, prosa lirik Jawa, 1980), ga, Surabaya (1990); juara I dalam
Kang Sumunar (cerpen, balada, ro- lomba Creative Asian Stylist (Ame-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 549

rican Biographical Institute” Ra- (kisah pengembaraan batin, 1987),


leigh Nort Caroline, AS) via PKJT; Seraut Wajah (pusparagam kisah,
puisi bahasa Inggrisnya “Emperor 1988), Misteri Gambir Anom (1989),
of The East” memperoleh Hadiah Pagut Semesta Pagi Hari (cerita re-
Pena Emas Sastra Jawa dari PKJT maja, 1989), Gurit Nglegena (cerita
(1994); hadiah sastra dari Panjebar cinta, 1990), dan Salam Kasih (kisah
Semangat (1995); dan mendapat keteladanan, 1990). Sementara itu,
Anugerah Seni sebagai “Sastrawan novel karya Suryanto, antara lain, Pa-
Kreatif” dari Pemda Propinsi Daerah gi Cerah di Awal April (1980), Angin
Istimewa Yogyakarta (1996). Pernah Danau Angin Lembah (1981), Di
pula artikelnya “Jurnalism in the Atas Andhong Yogya (1985), dan Di
Tempest” merebut juara I dalam Kaki Langit Utara. Buku-buku lain-
lomba penulisan artikel bahasa Ing- nya, Sinuhun Amardika diterbitkan
gris yang diselenggarakan oleh ma- oleh Yayasan Kamalasanta, Yogya-
jalah Primelook Singapore. karta, 1996; Identitas Melayu diter-
Kini karya-karya Suryanto de- bitkan Indira, Jakarta, 2000; dan Su-
mikian banyak, tersebar di Panjebar ku Samin diterbitkan oleh Narasi,
Semangat, Jaya Baya, Mekar Sari, Yogyakarta, 2002.
Djaka Lodang, Dharma Nyata, Ku-
mandhang, Parikesit, Pustaka Can- susiati martowiryo (1943— )
dra, dan lain-lain. Sebagian karya- Susiati lahir di Tulungagung, Ja-
nya telah dibukukan dalam Aksi Ma- wa Timur, pada 29 November 1943.
ta Biru (sandiwara, 1980), Misteri Dalam khazanah sastra Jawa mo-
Anak Manusia (artikel, 1980), Pada dern, pengarang wanita beragama
Sebuah Musim (artikel keningratan, Islam ini lebih dikenal dengan nama
1980), Kebun Kasihmu (artikel pen- Susiati Martowiryo. Pendidikan da-
didikan, 1980), Carangsari (puisi sar (SD) Susiati diselesaikan pada
Jawa, 1980), Si Lintang Telanjang tahun 1956 di SD Campur Darat, Tu-
(puisi Indonesia, 1980), Sayap-Sa- lungagung. Sementara itu, pendi-
yap Merpati (renungan budaya, dikan SLTP dan SLTA diselesaikan
1980), Sang Bocah (renungan sebe- pada tahun 1960 dan 1971 di Tu-
lum tidur, 1982), Bukan Wewenang lungagung.
(renungan bangun tidur, 1982), Tra- Susiati mengawali karier kepe-
gedi Kartini (1982), Di Ujung Tom- ngarangannya sekitar tahun 1978 di
bak (prosa liris, 1982), Cemara Sore Tulungagung. Meskipun tidak begi-
(gurit muda, 1982), Sahibul Hikayat tu produktif, karangan-karangannya
(prosa lirik, surat-surat cinta, 1984), yang berupa cerkak dan guritan mu-
Sejatining Raos (prosa, 1984), Gora lai muncul lewat Panjebar Semangat
Gurnita Kagiri-Giri (prosa, 1985), dan Jaya Baya. Ia aktif pada dekade
Senandung di Belantara (esai bu- ‘70-an dan ‘80-an setelah bergabung
daya, 1985), Arjuna Disastra (surat menjadi anggota Sanggar Sastra Tri-
dalam tembang, 1987), Sang Kelana wida Tulungagung. Hanya saja, pe-
550 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ngarang yang juga berprofesi se- Jawa Timur. Namun, hal ini tidak ber-
bagai guru SD Palem I, Campur Da- langsung lama. Pada tahun 1961, ia
rat, Tulungagung ini sekarang tidak pindah ke Yogyakarta. Di Yogya-
aktif lagi menulis. Sekarang Susiati karta niat untuk melanjutkan studi
bertempat tinggal di Jalan Poncorejo lebih lanjut muncul lagi, dan kemu-
13, RT 01 RW 03, Campur Darat, Tu- dian masuklah ia ke IKIP (sekarang
lungagung, telepon (0355) 531031. universitas) Negeri Yogyakarta, me-
Beberapa guritan yang telah ia ngambil Jurusan Sejarah. Kendati de-
publikasikan, antara lain, “Tinggal” mikian, ia tidak sempat menyelesai-
(Jaya Baya, 1982), “Sumunar Bas- kan studinya itu; ia lebih memilih ter-
kara Esuk” (Jaya Baya, 1983), “Gri- jun ke dunia karang-mengarang dan
mis Esuk-Esuk” (Jaya Baya, 1983), atau jurnalistik. Karena itu ia kemu-
“Kidung, Rembulan, lan …” (Panje- dian bergabung dengan para seniman
bar Semangat, 1984), “Regemane di Sanggar Bambu 59, Yogyakarta,
Agawe Ati” (Panjebar Semangat, yang saat itu diketuai oleh Sunarto
1986), “Jurange Saya Jero” (Jaya P.R. Akan tetapi, tampak Susilomur-
Baya, 1980), “Segara” (Jaya Baya, ti merasa tidak dapat mengembang-
1980), dan “Dina-Dina” (Jaya Baya, kan kariernya jika masih tetap ting-
1981). gal di Yogyakarta. Oleh sebab itu,
Sementara itu, beberapa cerkak ia kemudian pindah ke kota metropo-
yang telah ia publikasikan, antara litan, Jakarta.
lain, “Oleh-Oleh” (Panjebar Sema- Meskipun Soesilamoerti sudah
ngat, 1978), “Anteping Tekad” (Pa- tinggal di Jakarta, kecintaannya ter-
njebar Semangat, 1979), “Katres- hadap kasusastraan Jawa tidak surut.
nanku Adoh ing Sabrang” (Panjebar Hal itu ia buktikan, misalnya, selain
Semangat, 1979), “Kesaput Tekane aktif menulis karya sastra, ia juga
Esuk” (Panjebar Semangat, 1980), aktif mengadakan sarasehan atau
“Durung Ana Sapa-Sapa” (Panje- pertemuan sastra Jawa lewat berba-
bar Semangat, 1980), “Katresnan gai organisasi pengarang sastra Ja-
kang Ilang” (Panjebar Semangat, wa, di antaranya Himpunan Pamar-
1981), “Tepungan” (Panjebar Se- sudi Sastra Jawa yang saat itu dike-
mangat, 1982), “Tunggak-Tunggak tuai oleh Darnopranoto. Pada tang-
Mlandhing” (Panjebar Semangat, gal 25—27 Agustus 1966, misalnya,
1982), dan “Tonjokan” (Jaya Baya, ketika diadakan sarasehan para pe-
1981). ngarang Jawa di Yogyakarta, dan da-
lam sarasehan itu dibentuk pula per-
susilomurti (1936—1986) kumpulan pengarang Jawa yang di-
Susilomurti lahir di Surabaya pa- beri nama Organisasi Pengarang Sas-
da 5 Oktober 1936. Pendidikan for- tra Jawa (OPSJ), ia juga aktif di sana.
mal yang ditempuhnya adalah SGB Beberapa pengarang yang turut
(Sekolah Guru bagian B). Setelah ta- aktif dalam sarasehan itu di antara-
mat ia menjadi guru SD di Pacitan, nya Susilamurti, Esmiet, Handung
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 551

Kusudyarsono, Sudjadi Madinah, Ki Suparto Brata, Tamsir A.S., Esmiet,


Adi Samidi, Moch Nursahid P., dan dan Muryalelana. Kesibukan terse-
sebagainya, di samping pengarang but antara lain menjadi ketua Ikatan
senior seperti Karkono Partokoe- Penulis Keluarga Berencana (IPKB)
soemo (Kamadjaja), Ki Siswoharso- di Jakarta periode 1986—1991. Ha-
jo, W.J.S. Poerwadarminta, R.D.S. nya sayangnya, saat sedang memim-
Hadiwidjana, Rama Sutapanitra, pin musyawarah Ikatan Pengarang
Widi Widayat, Any Asmara, S. Wa- Keluarga Berencana (IPKB) di Den-
kidjan, dan Moedjanattistomo (Ke- pasar (Bali), tepatnya pada Kamis,
pala Lembaga Bahasa Cabang Yog- 11 September 1986, kurang lebih pu-
yakarta). Dalam sarasehan tersebut kul 20.15, ia menghembuskan nafas
Susilamurti membawakan makalah terakhirnya. Sampai akhir hayatnya,
berjudul “Situasi Sastra Jawa”. Ma- ia tinggal di Griya Wartawan F. 89,
kalah tersebut kemudian dimuat da- Cipinang Muara, Jakarta Timur.
lam majalah Basis, Nomor XVI, De- Kendati tidak begitu produktif,
sember 1966. di dalam dunia sastra, baik Jawa
Sementara itu, pada tahun 1974, maupun Indonesia, Susilomurti me-
saat itu bertempat tinggal di Jalan wariskan beberapa karya sastra ke-
Letjen S. Parman 27, Jakarta Barat, pada kita, baik ditulis dengan nama
bersama kawan-kawan seprofesi- asli maupun nama samaran (Suti,
nya, di antaranya Hardjono H.P., Krisnamurti, Parikesit). Karya per-
Soebagijo I.N., Rahadi Sutojo, dan tamanya berjudul Teror Subuh yang
T.S. Sunarno, ia menerbitkan sebuah dikerjakan bersama dengan Sinan-
majalah Kumandhang. Selain itu, sari Ecip, diterbitkan oleh Yayasan
kariernya di bidang jurnalistik juga Dharma Sejahtera, Jakarta, 1967.
terus berkembang dengan baik, di Karya lain yang berbahasa Indonesia
antaranya ketika ia menjadi redaktur tidak kurang dari 20 buah, di antara-
pelaksana Kantor Berita Nasional nya berjudul Akhirnya Berbahagia,
Indonesia, redaktur majalah Komen- Kondektur Cilik, dan Nanik Si Lem-
tar, Duta Revolusi, Contesa, Ka- but Hati. Karya-karya tersebut diter-
wanku, dan bahkan mulai 17 Agus- bitkan oleh Balai Pustaka dan Jam-
tus 1982 ia menjadi pemimpin re- batan. Selama menjadi pengarang,
daksi majalah wanita Sarinah. Susilamurti telah menerima bebera-
Pada tahun 1982, ketika diada- pa hadiah dan penghargaan atas kar-
kan pertemuan para pengarang sas- yanya yang telah terbit.
tra Jawa di Ungaran, ia ditunjuk se-
bagai ketua Organisasi Pengarang suwardi endraswara (1964— )
Sastra Jawa (OPSJ), dibantu oleh Nama aslinya Suwardi. Ia lahir
Soeparto Brata. Namun, karena ba- di Prangkokan, Purwasari, Girimul-
nyak kesibukan yang harus diemban, ya, Kulonprogo, Jumat, 3 April 1964.
akhirnya pada bulan Juli 1986 ke- Orang tuanya (Sumardji dan Sumi-
dudukan tersebut diserahkan kepada nah) berharap, dengan nama Suwar-
552 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

di, ia kelak menjadi orang berguna. 1990 diangkat menjadi dosen di al-
Sebab, katanya, nama itu memiliki mamaternya. Di almamater ia dise-
arti ganda, yaitu (1) makna yang in- rahi tugas mengampu mata kuliah
dah dan (2) banyak anak. Tanda-tan- sosiologi sastra, teori sastra, dan se-
da akan tercapainya harapan itu su- jarah sastra. Di universitas itu ia men-
dah mulai tampak, terbukti Suwardi jadi salah seorang pengurus Pusat
kini suntuk menekuni dunia seni-sas- Studi Budaya. Selain itu, ia juga si-
tra Jawa. Dari pernikahannya de- buk di HISKI Komda DIY, Sanggar
ngan Dra. As. Sartini pun kini ia te- Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY),
lah dikaruniai empat anak (Hilmy Asosiasi Tradisi Lisan Nusantara,
Pramusinta, Lutfy Laksita Pranan- Paguyuban Darma Sri Winahya,
dari, Faqih Zakky Anindita, dan Ha- Lembaga Konsorsium Budaya Indo-
fiz Afifah Nawangsari). Bersama ke- nesia, Pasamuan Sekar Setaman,
luarga ia tinggal di Ngrukem RT 06, dan Pusat Studi Asia Pasifik UGM.
RW 12, Krandohan, Pendowoharjo, Dan ini masih ditambah dengan ke-
Sewon, Bantul. sibukan memenuhi undangan men-
Suwardi Endraswara mengawali jadi penatar (penulisan kreatif, seni
karier pendidikannya di SD Tegal- tembang, penyusunan buku ajar) atau
sari (lulus 1978). Kemudian melan- undangan menjadi pembicara pada
jutkan ke SLTP BOPKRI Kebonhar- berbagai seminar atau pertemuan
jo (lulus 1981), SPG BOPKRI Yog- tentang sastra, pengajaran sastra, an-
yakarta, dan setelah itu kuliah di Ju- tropologi, dan budaya. Bahkan juga
rusan Bahasa dan Sastra Jawa IKIP sering menjadi pranata adicara pa-
(sekarang Universitas) Negeri Yog- da berbagai pertemuan atau perjamu-
yakarta (tamat 1989). Pada 1997 ia an (manten, sunatan, dan lain-lain).
masuk Program Pascasarjana (S-2) Bakat kepengarangan Suwardi
UGM mengambil Program Studi telah tumbuh sejak masih di SD. Sa-
Antropologi (lulus tahun 2000). Se- at itu ia sering mengikuti berbagai
lain pendidikan formal, ia pernah me- lomba walau hanya tingkat kecamat-
ngikuti pendidikan nonformal (pe- an. Tetapi, ketika duduk di SLTP dan
nataran, loka karya, dan lain-lain), di SPG bakat itu terhenti karena tak
antaranya, Penataran Penulisan Prosa ada yang membimbing. Barulah ke-
(1997), Penataran Metodologi Pene- tika kuliah di IKIP hobi tersalurkan
litian Budaya (1998), dan Penataran karena mau tak mau harus berhu-
Penelitian Sastra (1999). bungan dengan buku-buku sastra.
Setamat dari IKIP Yogyakarta Sejak itulah ia rajin menulis sastra,
Suwardi mengajar di SPG 17 III terutama guritan dan tembang. Kar-
Bantul hingga tahun 1990. Di sam- ya yang pertama kali dimuat berju-
ping itu, ia menjadi redaktur Mekar dul “Lelakon” (Djaka Lodhang) dan
Sari (1988—1990). Namun, kedua kemudian cerpen “Ambyare Plin-
pekerjaan yang mengawali kariernya then Lembut” (Praba) tahun 1986.
itu harus ditinggalkan karena sejak Setelah itu, kepercayaan dirinya
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 553

mantab sehingga karyanya kini ter- Penelitian Kebudayaan (Gadjah


sebar di Mekar Sari, Praba, Djaka Mada University Press), dan Mem-
Lodhang, Panjebar Semangat, Jaya baca, Menulis, Mengajarkan Sastra
Baya, dan sebagainya. Selain meng- (Kota Kembang, 2003). Kini masih
gunakan nama Suwardi Endraswara, menyiapkan penerbitan buku Buku
ia terkadang menggunakan nama sa- Pintar Budaya Jawa, Tafsir Kebu-
maran Larasati atau Abimanyu. dayaan Jawa, dan Dunia Hantu, Ma-
Sementara itu, selain sering men- gi, dan Gaib Orang Jawa serta Ri-
jadi juri, Suwardi sering pula men- tual Jawa, di samping masih rajin me-
jadi pemenang dalam berbagai lom- nulis artikel di media massa (Indo-
ba. Karena itu, penghargaan yang te- nesia dan Jawa).
lah ia terima, antara lain, (1) peme-
nang II Hadiah Sastra Triwida atas suyatmin widodo (1971—)
cerpennya “Jangka”, (2) nominasi Suyatmin Widodo dikenal seba-
hadiah sastra Panjebar Semangat atas gai pengarang sastra Jawa, khusus-
cerpennya “Kegubet Klamat Angga- nya cerkak dan guritan. Bahkan, ia
Angga”, (3) juara III menulis novel sering membacakan guritan dalam
PKJT, berjudul Suket Teki, telah di- berbagai pertemuan yang membica-
muat Panjebar Semangat, (4) juara rakan sastra dan budaya Jawa. Na-
II menulis esai cagar budaya, (5) jua- ma Suyatmin Widodo selalu dipakai
ra harapan I lomba menulis esai sas- oleh pengarang ini dalam karyanya.
tra Yogyakarta, (6) juara harapan I Ia jarang memakai nama Suyatmin
menulis artikel budaya Jarahnitra, atau Widodo begitu saja.
dan (7) juara I lomba menulis artikel Pengarang yang aktif dalam ber-
Pusat Bahasa. bagai kegiatan sosial ini lahir di Blo-
Dan kini, beberapa bukunya te- ra, Jawa Tengah, 25 Oktober 1971.
lah terbit, antara lain, Jangka (an- Ia malang melintang di Yogyakarta
tologi cerkak pilihan, Yayasan Pus- dalam rangka menuntut ilmu dan be-
taka Nusatama), Kristal Emas (an- kerja. Setelah tamat dari Jurusan Pen-
tologi guritan, Yayasan Pustaka Nu- didikan Bahasa dan Seni FKIP Uni-
satama), Mutiara Sagegem (antologi versitas Sarjanawiyata Tamansiswa
crita cekak, Yayasan Swadana), Kem- Yogyakarta (1999), ia bekerja di se-
bang ing Mangsa Ketiga (antologi buah lembaga swasta di Yogyakarta.
esai, Yayasan Swadana), Mutiara Ia menikah dengan wanita bernama
Wicara Jawa (Gadjah Mada Univer- Win Aryati H. Winarno dan dikaru-
sity Press), Seksologi Jawa (WWS, niai dua orang anak: Sophie MD
Jakarta), Metode Pengajaran Apre- Yogjanissa dan Heraklitos Wurara
siasi Sastra (Radhita Buana), Budi Yogjanarendra.
Pekerti dalam Budaya Jawa (Hanin- Selain mengikuti pendidikan for-
dita, 2003), Mistik Kejawen (Media mal, Suyatmin Widodo tergolong ra-
Pressendo), Metode Penelitian Sas- jin mengikuti pelatihan yang berkait-
tra (Media Pressendo), Metodologi an dengan budaya, baik sastra, jur-
554 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nalistik, maupun radio. Beberapa pe- Yayasan Tunas Bangsa Yayasan


latihan yang pernah diikutinya ada- Bhakti Bangsa Yogyakarta, (5) ta-
lah (1) Workshop Penulisan Esai Ba- hun 2000 bergabung dengan Yayas-
hasa Jawa yang diselenggarakan an Ranggowarsito Yogyakarta. Di
oleh Balai Penelitian Bahasa Yogya- samping itu, sejak 2003 menjadi Pe-
karta tahun 1992, (2) Diklat Jur- ngurus PWI-Reformasi Koordinator
nalistik Mahasiswa PENDAPA Ta- Daerah Istimewa Yogyakarta.
mansiswa Yogyakarta tahun 1994, Suyatmin memang tertarik total
(3) Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut dalam dunia tulis-menulis. Sejak
Mahasiswa Se-Indonesia di Univer- 1996—1999 menjadi wartawan ber-
sitas Mercu Buana Jakarta tahun bagai media massa, seperti Ekspo-
1995, (4) Lokakarya Wartawan Se- nen, Krida, dan Panorama. Tahun
ni, Budaya, dan Film yang diseleng- 1998—1999 mengelola inhouse
garakan oleh Lembaga Studi Jawa journal Gugah di bawah naungan
bekerja sama dengan PWI Yogya- Pengurus Pusat Taman Siswa. Pada
karta tahun 1996, (5) Lokakarya tahun 1999 ia menjadi reporter maja-
Karya Latihan Wartawan oleh PWI lah seni Gong untuk wilayah liputan
Cabang Yogyakarta tahun 1998, (6) Daerah Khusus Jakarta. Di samping
Pelatihan Penulisan Karya Sastra itu, ia pernah menjadi tenaga rela-
yang diselenggarakan oleh Univer- wan untuk liputan aktivitas Pagu-
sitas Ahmad Dahlan Yogyakarta be- yuban Al Barokah Salatiga, Jawa
kerja sama dengan BSMI Daerah Is- Tengah. Pada akhirnya, sejak 2000
timewa Yogyakarta, (7) Pelatihan menjadi penyunting pada buletin Ge-
Fund Raising 2000 yang diseleng- lombang yang dikelola oleh PRSSNI
garakan Forum LSM Daerah Istime- Jawa Timur. Bahkan, kesibukan yang
wa Yogyakarta, (8) Pendidikan Pro- banyak itu tidak menyurutkan akti-
gram dan Sponsorship Radio yang vitasnya sebagai koresponden Maja-
diselenggarakan oleh Pengurus Dae- lah Ombudsmen Jakarta untuk wila-
rah PRSSNI Jawa Timur di Malang. yah liputan Yogyakarta dan Jawa Te-
Beberapa organisasi yang per- ngah.
nah diikuti Suyatmin Widodo, antara Keseriusan Suyatmin telah ba-
lain, (1) menjadi Pimpinan Umum/ nyak melahirkan berbagai prestasi
Redaksi Majalah Mahasiswa PEN- dalam bidang budaya. Karyanya ma-
DAPA Tamansiswa Yogyakarta ta- suk sebagai naskah pilihan dalam
hun 1996, (2) sebagai Koordinator Lomba Mengarang Mengenang
Litbang Majalah Mahasiswa dan Kota Kelahiran yang diselenggara-
Koordinator Kelompok Sastra PEN- kan oleh Puspawara, Jakarta (1992).
DAPA Tamansiswa tahun 1997— Pada 1995 sebagai nominator lomba
1999 (3) sebagai Koordinator Hu- penulisan cerpen seleksi daerah Pe-
mas dan Media Massa DPP Pemuda kan Seni Mahasiswa Nasional (Pek-
Tamansiswa tahun 1998-1999, (4) ta- siminas) II, juara II Lomba Penulis-
hun 2000—2001 bergabung dengan an Cerpen Peksiminas II di Jakarta,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 555

dan tahun 1997 meraih juara harap-


an II dalam lomba mengarang Peksi-
minas III di Bandung. Pada tahun
1998 Suyatmin Widodo menjadi pe-
serta terbaik dalam Karya Latihan
Wartawan PWI Cabang Yogyakarta.
Pada tahun 1998 karya sandiwara-
nya ditayangkan TVRI Yogyakarta
dengan judul “Sandiwara-Sandiwa-
ra”.
Suyatmin selama ini telah me-
nulis naskah lakon, cerpen, cerbung,
dan guritan. Beberapa naskah lakon-
nya, antara lain, “Bu Bidan” (berba-
hasa Jawa) dan “Sandiwara-Sandi-
wara” (berbahasa Indonesia). Se-
jumlah cerkak karyanya telah terbit
di berbagai media. Guritan dan puisi-
nya juga terbit dalam Jaya Baya, Pa-
njebar Semangat, Djaka Lodhang,
Bernas, dan lain-lain. Di antara gu-
ritan itu adalah “Biyen Gunungmu”,
“Saiki Laladan Larangan”, “Upa-
ma Sliramu Segara Amba”, “Repor-
toar Bandar Dadu”, “Kekudangane
Bapak-Simbok”, “Stasiun Jatinega-
ra ing Lebaran Wingi”, “Ilat lan La-
ding, Isih Kaya Biyen”, “Gendhing
Kapang”, dan “Pendhapa Kuwi “
(ketiganya dalam Bernas).
556 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

t
t.s. argarini (1938— ) karyanya “Kemladheyan”, ia meng-
T.S. Argarini adalah nama sa- kritik tindak kejahatan orang yang
maran. Adapun nama aslinya adalah hidup enak di atas penderitaan orang
Titiek Sukarti. Dalam karangan- lain. Tindakan tersebut ibarat benalu
karangannya, baik guritan (puisi) (kemladheyan) yang menyebabkan
maupun cerkak (cerpen), pengarang kematian pohon lain. Lewat si aku
wanita dari Jawa Timur ini lebih ba- lirik dalam karya itu pengarang ber-
nyak menggunakan nama T.S. Ar- upaya menangkal tindakan tersebut.
garini. T.S. Argarini lahir di Mantren Usaha keras pengarang diibaratkan
Barat, Madiun, pada 9 November memangkas habis benalu sampai ke
1938. Setelah tamat SD ia melan- akar-akarnya, seperti terlukis dalam
jutkan ke Sekolah Guru bagian B. ungkapan berikut: //…o aku rila/sa-
Hanya sayangnya, karena saat itu ia durunge kowe ngrembaka/dipung-
menderita sakit, di SGB ia hanya gel diidak-idak/ajur mumur sase-
sampai kelas empat. mut-semut pudhak// “…o aku rela/
Dalam kancah sastra Jawa mo- sebelum engkau berkembang-biak/
dern, Argarini eksis pada tahun 1950- dipangkas diinjak-injak/hancur lebur
an sezaman dengan St. Iesmaniasita. sekalian semut-semut kecilnya//”.
Ia menulis pertama kali di majalah Sementara itu, lewat guritan
Crita Cekak. Ia dikenal sebagai pe- berjudul “Busananing Raga” yang
ngarang guritan, cerkak, novel, dan berisi petuah-petuah, Argarini ber-
cerita anak-anak. Karangannya ba- upaya menyadarkan manusia untuk
nyak di muat di majalah Taman Pu- lebih mengutamakan keluhuran budi
tra, Gotong Royong, Waspada, Can- daripada kepentingan duniawi (ma-
drakirana, Crita Cekak, Panjebar teri). Memiliki budi luhur lebih ber-
Semangat, dan Jaya Baya. Karya manfaat daripada memuja gemerlap
Argarini yang berupa novel saku an- harta dunia. Pengarang mengajak
tara lain Mekar ing Mangsa Panen pembaca untuk merenungkan ‘apa-
(Muria Yogyakarta, 1966). Bebera- lah artinya gemerlap pembungkus
pa guritan Argarini, antara lain ber- badan jika batin penuh tindak nis-
judul “Kemladheyan”, “Busananing tha’. Dengan tegas pengarang me-
Raga”, “R.A. Kartini”, dan “Pan- nuntut masyarakat untuk menjaga
dhe” dimuat dalam Geguritan An- keselarasan budi luhur seperti terlihat
tologi Sajak-Sajak Jawi (Pustaka pada baris “//... ayuning budi ban-
Sasanamulya, Surakarta, 1975) su- dha abyoring sesotya manunggal
sunan St. Iesmaniasita. luwih sempurna// “… baiknya budi
Pengarang wanita ini agaknya harta gemerlapnya perhiasan menjadi
tertarik pada masalah sosial. Lewat satu akan lebih sempurna//.”
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 557

Sebagai pengarang wanita, Ar- karya sastra, Tamsir A.S. memakai


garini termasuk sebagai pengagum beberapa nama samaran, antara lain,
tokoh pejuang emansipasi wanita Tami Asikin, Tantra Ansoka, Titi
R.A. Kartini. Karyanya berjudul Asih, Tasta, Taufiq Asikin, Tantra
“R.A. Kartini” membuktikan hal itu. Tio, An Swie, dan Sari St. Pengarang
Lewat karyanya ini ia ingin menge- dari Tenggur, Rejatangan, Tulung-
nang jasa tokoh R.A. Kartini sekali- agung ini lahir di Tulungagung pada
gus berharap agar generasi penerus 21 Juni 1936. Ayahnya bernama Kar-
mewarisi perjuangan emansipasi wa- sosentono, seorang petani di Desa
nita yang tak akan surut sepanjang Tenggur, Kecamatan Rejotangan,
masa. Jasa perjuangan terhadap hak- Kabupaten Tulungagung. Ibunya
hak wanita itu ibarat semerbaknya bernama Suratun atau Siti Khotijah
harum bunga. Sedangkan dalam sa- Al Hajah yang pekerjaan sehari-hari-
lah satu karyanya berjudul “Pan- nya sebagai pembatik.
dhe” ia mengangkat masalah per- Tamsir A.S. mengenyam pendi-
juangan hidup orang miskin. Dalam dikan di IKIP Jurusan Civic Hukum.
karya itu digambarkan bagaimana je- Di samping itu, ia banyak mempe-
rih payah pandai besi yang gigih me- lajari agama (Islam) melalui pesan-
ngais rezeki. Dalam gubug reyot ia tren. Sebagian besar waktunya diha-
terus menghasilkan barang-barang biskan di lingkungan perguruan ting-
yang bermanfaat bagi orang lain. Si- gi dan bergelut dengan sastra Jawa.
kap tegar dan tabah si buruh miskin Untuk mengembangkan dunia sastra
terlukis dalam baris //… pikolehe ti- Jawa, ia bersama dengan teman-te-
nampanan juragan/sinebar ing be- mannya mendirikan sanggar Triwida
brayan/kasilep jasa-jasamu/akeh (tiga wilayah daerah, yaitu Blitar,
wong ora gelem maelu/yen iku wohe Trenggalek, dan Tulungagung). Di
penggawemu/lan ing gubug peyok sanggar itu terhimpun para pecinta
ireng kena dayane kukus/sira terus sastra Jawa yang ingin belajar me-
nambut karya/ kanthi tulus eklas …/ nulis. Sanggar tersebut betul-betul
/ ‘… hasil kerjanya diterima juragan/ bermanfaat untuk pelatihan penulis-
disebarluaskan di masyarakat/teng- an dan sudah menghasilkan kader-
gelam jasa-jasamu/banyak orang ti- kader penulis sastra Jawa modern.
dak peduli/jika itu hasil kerjamu/ dan Tamsir A.S. sering diminta menjadi
di gubuk reyot hitam akibat asap/ penceramah baik menyangkut masa-
engkau terus bekerja/dengan tulus lah kesusastraan Jawa maupun ma-
dan iklas …//”. salah karang-mengarang di berbagai
perkumpulan pengarang dan atau sa-
tamsir a.s. (1936—) rasehan di fakultas-fakultas yang
Nama Tamsir A.S. merupakan membuka jurusan bahasa Jawa.
kependekan dari Tamsir Arief Soe- Tamsir A.S. pernah terpilih men-
bagya. Seperti halnya pengarang sas- jadi tokoh sastra Jawa dan berhak
tra Jawa lainnya, di dalam menulis menerima hadiah dari Balai Bahasa
558 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Yogyakarta (1996). Novelnya yang da Tuhan, dalam Islam, disebut ajar-


berjudul “Rara Kembang Sore” an tasawuf Seseorang yang mela-
dipentaskan dalam bentuk ketoprak kukan tasawuf dinamakan sufi, arti-
dan berhasil dikasetkan. Novelnya nya seseorang yang dekat dengan
yang berjudul “Ing Pojok-Pojok De- Allah. Kaum sufi beranggapan bah-
sa lan Anakku Anakmu” dinyatakan wa semua pekerjaan, perbuatan, usa-
sebagai novel terbaik dan mendapat ha, amal di dunia ini tiada lain ke-
hadiah dari Pusat Kesenian Jawa Te- cuali hanya untuk Tuhan. Di dalam
ngah (1980—1981). Sebagian gu- tradisi Jawa, ajaran tasawuf dinami-
ritan-nya dimuat dalam antologi ka mistik. Dalam istilah mistik, ta-
Geguritan-Antologi Sajak-Sajak taran makrifat diartikan sebagai ma-
Jawi (Pustaka Sasanamulya, 1975) nunggaling kawula Gusti ‘bersatu-
susunan St. Iesmaniasita. nya hamba dengan Tuhannya’. Un-
Tamsir A.S. memiliki keinginan tuk mencapai derajad makrifat, salah
kuat menghidupkan sastra Jawa. Se- satu cara adalah dengan melakukan
gala upaya dan dana diusahakan un- wirid, yaitu melakukan amalan-
tuk kepentingan itu. Satu hal yang amalan. yang dilaksanakan secara
menarik pada diri Tamsir A.S. ada- berulang-ulang dalam jumlah terten-
lah rasa berbangga hati jika karya- tu. Dalam dunia tasawuf, wirid se-
nya terungguli oleh pengarang lain macam ini disebut sebagai wasilah
(terutama generasi muda). Kenyata- (perantara) datangnya anugerah ter-
an ini diungkapkan Suparto Brata da- bukanya hijab ‘tabir penyekat’ alam
lam bukunya Jatuh Bangun Bersa- gaib ‘alam ketuhanan’ atau yang ter-
ma Sastra Jawa. kenal dengan nama alam makrifatul-
lah atau alam makrifat.
tasawuf Di Jawa, berkembang dua aliran
Di dalam kosa kata Jawa dikenal tasawuf, yaitu aliran tasawuf orto-
istilah tasawuf, yang berarti ‘ilmu doks dan tasawuf heterodoks. Aliran
gaib bab ketuhanan’. Istilah tasawuf tasawuf ortodoks yaitu konsep tasa-
bukan kosa kata asli Jawa, melain- wuf ghazaliyah yang didukug oleh
kan unsur serapan dari bahasa Arab. tarekat sunni, semacam tarekat qo-
Istilah tasawuf masuk ke Jawa se- dariyah. Semetara itu aliran tasawuf
telah masuknya pegaruh Islam. Di heterodoks yaitu paham Ibnu Arabi
dalam ajaran Islam upaya mendekat- yang dikemas kembali oleh Muham-
kan diri kepada Tuhan merupakan mad Ibnu Fadil Al Burhanfuri. Ta-
sesuatu yang lebih penting daripada sawuf ortodoks maupun tasawuf he-
usaha-usaha lainya. Upaya mende- terodoks berkembang pesat di Jawa.
katkan diri dengan Allah sedekat-de- Yang termasuk dalam tasawuf orto-
katnya hingga ia dikasihi Allah atau doks terlihat pada beberapa sastra
disayangi Allah itulah yang dinama- suluk seperti Suluk Cirebonan dan
kan tasawuf. Jadi, ajara-ajaran yang Suluk Asmarakandi. Suluk ini ditulis
berupa upaya pendekatan diri kepa- berdasarkan isi kitab karangan Abu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 559

al Laits Al-Samarqandi, seorang ula- 1974—1980 dipindah ke SD Kali-


ma dari daerah Samarkand, dekat pucang Wetan 01, Welahan, Jepara;
Uni Soviet. Sementara itu, buku-bu- tahun 1980—1981 menjadi Kepala
ku tasawuf heterodoks terlihat pada SD Negeri Karanganyar, Welahan,
beberapa buku suluk seperti Suluk Jepara; tahun 1981—1992 menjadi
Sukarsa, Suluk Wujil, dan Suluk Kepala SD Negeri Kalipucang Ku-
Malang Sumirang. Di dalam sastra lon 04, Welahan, Jepara; dan sejak
Jawa, istilah tasawuf, baik tasawuf 1992 sampai sekarang menjadi Ke-
ortodoks maupu heterodoks, dikenal pala SD Negeri Brantaksekarjati 01,
dengan nama mistik. Dari segi ben- Brantaksekarjati, Welahan, Jepara.
tuknya, karya sastra mistik yang di- Dalam karya-karyanya penga-
tulis dalam bentuk tembang diberi rang yang aktif dalam berbagai orga-
nama sastra suluk, sedangkan ajaran nisasi sosial kemasyarakatan dan ke-
mistik yang ditulis dalam bentuk gan- pemudaan ini sering menggunakan
caran (prosa) dinamakan wirid. Di nama samaran Teguh Munawar,
samping itu, ajaran mistik juga ter- Moen S, Kingkin, dan Puspa Wina-
dapat dalam sastra primbon. di. Pertama kali menulis sastra (cer-
pen dan puisi) tahun 1972 dalam ba-
teguh munawar (1947— ) hasa Indonesia dan tahun 1978 da-
Pengarang yang bernama asli lam bahasa Jawa. Karya-karyanya
Munawar ini lahir di Welahan, Jepa- yang berbahasa Indonesia banyak di-
ra, pada 7 Juli 1947. Ia anak kedua muat di Suara Pengabdian, Kartika
dari enam bersaudara dari pasangan Minggu, Darma, Bahari, Krida Wi-
Sargawi dan Kasmonah. Ia menikahi yata (Semarang) dan Gelora Bumi
Suparmi, gadis dari Geneng, Mijen, Kartini (Jepara). Sedangkan karya-
Demak, Jawa Tengah, pada 3 Juli karyanya yang berbahasa Jawa ba-
1970. Dari perkawinan itu ia dika- nyak dimuat di Panjebar Semangat,
runiai 4 orang anak, yaitu Budiana, Jaya Baya, Mekar Sari, Jaka Lo-
Dyah Palupi, Teguh Purnamasidi, dhang, Parikesit, Punakawan, Dhar-
dan Yuli Prasetya. Bersama keluar- ma Kandha, dan Pustaka Candra.
ganya kini menetap di Desa Wela- Selama ini karya-karyanya be-
han, Kecamatan Welahan, Kabupa- lum pernah diterbitkan dalam bentuk
ten Jepara, Jawa Tengah. buku. Hanya sebagian karyanya ma-
Pendidikan formal yang telah di- suk dalam antologi (1) Lintang-Lin-
tempuhnya, antara lain, SR di Wela- tang Abyor: Sekuntum Puisi Jawa
han, Jepara, lulus 1962, SMP di Se- Mutakhir terbitan Fakultas Sastra
marang lulus 1965, SGB di Jepara dan Budaya Universitas Diponegara,
lulus 1967, dan SPG di Kudus lulus Semarang, 1983, dan puisinya ber-
1972. Pengalaman kerja yang pernah judul “Monumen-Monumen”, “Du-
dilaluinya adalah sebagai guru SD di wekku”, “Arep Takon Apa”, “Wewa-
Kendengsidialit, Welahan, Jepara di”, dan “Sumpah”; (2) Sewindu
(Agustus 1967—1974); pada Pustaka Candra terbitan Proyek
560 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Pembinaan Bahasa dan Sastra Dae- na, yaitu naskah yang berupa (1) ka-
rah Jawa Tengah, 1988/1989; puisi ta-kata asli dari pengarang; (2) ku-
yang dimuat berjudul; “Wis Cepak”, tipan dari kitab suci untuk pangkal
“Ing Kene”, “Dhampyak-Dham- ajaran atau alasan; dan (3) bahan ter-
pyak”, dan “Sapa Kandha”; (3) An- tulis untuk memberikan pelajaran,
tologi Geguritan dan Crita Cekak berpidato, dan sebagainya. Misal-
terbitan Taman Budaya Yogyakarta, nya: teks evaluasi, teks pidato, teks
1991, dan guritan yang dimuat ber- naratif, dan teks persuasif. Dalam
judul “Bumi Iki Bumiku”. kaitannya dengan sastra Jawa, istilah
Beberapa kali Teguh Munawar teks mengacu pada suatu yang abs-
memperoleh penghargaan; puisinya trak. Dalam pengertian ini, teks ber-
berjudul “Pisambat” menjadi juara arti kandungan atau muatan naskah,
harapan pada lomba guritan PKJT yang hanya dapat dibayangkan saja.
di Sala (1990), puisinya “Bumi Iki Misalnya, teks Babad Tanah Jawi
Bumiku” memperoleh penghargaan berarti bahan tertulis atau kata-kata
sebagai juara III pada lomba guritan yang terdapat dalam naskah Babad
dalam rangka FKY yang diseleng- Tanah Jawi.
garakan oleh Taman Budaya Yogya- Dari pernyataan itu dapat dika-
karta (1991). takan bahwa pengertian teks menga-
Teguh Munawar berpendapat cu pada sesuatu yang abstrak, se-
bahwa keberadaan penerbit sangat dangkan naskah sesuatu yang kon-
penting artinya karena makin banyak kret karena dapat dilihat atau dipe-
penerbit pengarang dapat lebih le- gang. Perbedaan antara teks dan nas-
luasa mengekspresikan ide-idenya. kah menjadi jelas apabila terdapat
Tanpa penerbit, sastra Jawa akan naskah yang muda, tetapi mengan-
menjadi sastra lisan dan sulit untuk dung teks yang tua. Teks terdiri atas
dilacak dan dipelajari. Tanpa pener- isi, yaitu ide-ide atau amanat yang
bit atau pengayom karya sastra tidak hendak disampaikan pengarang ke-
akan bisa lestari keberadaannya. pada pembaca. Di samping itu, teks
Oleh karena itu, sebagai pengarang juga terdiri atas bentuk, yaitu cerita
ia senantiasa berharap kepada peme- dalam teks yang dapat dibaca dan
rintah dan para dermawan agar mau dipelajari menurut berbagai pende-
memberi dukungan dan bantuan de- katan melalui alur, perwatakan, gaya
mi pengembangan dan pelestarian bahasa, dan sebagainya. Dalam pen-
karya-karya sastra Jawa. jelmaan dan penurunannya, secara
garis besar dapat disebutkan adanya
teks tiga macam teks, yaitu (1) teks lisan
Pada mulanya kosa kata Jawa ti- ‘teks yang disampaikan dalam ben-
dak mengenal istilah teks. Istilah teks tuk lisan’, misalnya, dongeng yang di-
hanya dikenal dalam kosa kata Indo- sampaikan melalui cerita lisan; (2)
nesia. Dalam kosa kata Indonesia, is- teks naskah tulisan tangan ‘teks yang
tilah teks mempunyai beberapa mak- disampaikan melalui tulisan tangan’;
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 561

dan (3) teks cetakan. Dengan demi- fas ketika melagukan tembang. An-
kian, studi tentang seluk-beluk teks dhegan juga mengandung pengertian
akan berbeda dengan studi tentang tempat perhentian nafas ketika se-
seluk-beluk naskah. Studi tentang se- dang melagukan sebuah tembang, te-
luk-beluk teks dinamakan tekstologi, tapi perhentiannya lebih lama dari-
sedangkan studi tentang seluk-beluk pada pedhotan. Cengkok adalah ca-
naskah dinamakan kodikologi. ra melagukan suatu tembang berda-
sarkan titi nada atau titi laras ter-
tema tentu.
Pada mulanya, di dalam bahasa Tembang dapat digolongkan
Jawa tidak dikenal istilah tema. Di menjadi tiga macam yaitu: (1) tem-
dalam bahasa Indonesia tema berarti bang Gedhe ‘Besar’, (2) tembang
gagasan, ide, pikiran, utama, atau po- Tengahan atau Dhagelan, dan (3)
kok pembicaraan di dalam karya sas- tembang Macapat atau tembang Ci-
tra yang dapat dirumuskan dalam ka- lik ‘Kecil”.Tembang Gedhe atau Ka-
limat pernyataan. Di samping itu, te- wi adalah tembang zaman Kesusas-
ma disebut juga sebagai ide sentral traan Jawa Kuna yang menggunakan
atau makna sentral suatu cerita. Jadi, bahasa Jawa Kuna atau Kawi. Jenis
tema merupakan jiwa cerita. Tema tembang ini terikat oleh guru lagu dan
dapat diambil dari masalah-masalah guru wilangan. Yang termasuk go-
yang menonjol dan mendominasi per- longan tembang Gedhe/Kawi adalah
soalan. Tema dibedakan dari subjek Girisa. Tembang Tengahan adalah
atau topik. Tema dibedakan dari te- tembang yang muncul pada zaman
ma mayor dan tema minor. Tema bia- Majapahit dan menggunakan bahasa
sanya dirumuskan dengan kalimat Jawa Tengahan. Tembang Tengahan
universal. Misalnya, siapa yang be- muncul untuk mengantisipasi ma-
kerja keras akan berhasil, kebenaran syarakat yang sudah tidak paham la-
akan melindas kejahatan, siapa me- gi pada Tembang Gedhe/Kawi yang
nanam akan mengetam, dan sebagai- menggunakan bahasa Kawi.Jenis
nya. tembang Tengahan, yaitu Megatruh/
Dudukwuluh, Gambuh, Wirangrong,
tembang Balabak, dan Jurudemung. Tembang
Tembang adalah ciptaan sastra Macapat adalah tembang yang mun-
yang terikat oleh aturan tertentu dan cul pada masa Majapahit sesudah
cara pembacaannya dengan dilagu- munculnya tembang Tengahan. Ba-
kan. Tembang dibangun dengan rang- hasanya pun menggunakan bahasa
kuman kata-kata yang disebut cake- Jawa Tengahan. Tembang Tengahan
pan. Untuk memahami persoalan dan Macapat terikat oleh persyarat-
tembang perlu kiranya diperhatikan an guru gatra, guru wilangan, dan gu-
pengertian istilah pedhotan, andhe- ru lagu. Yang termasuk jenis tem-
gan, dan cengkok. Yang disebut pe- bang Macapat adalah Kinanthi, Pu-
dhotan adalah tempat perhentian na- cung, Asmaradana, Mijil, Masku-
562 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mambang, Pangkur, Sinom, Dhan- gai tembang Jawa dapat dideskripsi-


dhanggula, dan Durma. Guru gatra, kan sebagai berikut ini.
guru wilangan, dan guru lagu berba-

No Tembang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Dhandhanggula 10i 10a 8e 7u 9i 7a 6u 8a 12i 7a
2. Kinanthi 8u 8i 8a 8i 8a 8i - - - -
3. Pucung 12u 6a 8i 12a - - - - - -
4. Asmaradana 8i 8a 8e 8a 7a 8u 8a - - -
8o
5. Pangkur 8a 11i 84 7a 8a 8i - - - -
6. Durma 12a 7i 6a 7a 8i 5a 7i - - -
7. Mijil 10i 6o 10e 10i 6i 6u - - - -
8. Gambuh 7u 10u 12i 8u 8o - - - - -
9. Maskumambang 12i 6a 8i 8a - - - - - -
10. Megatruh 12u 8i 8u 9i 8o - - - - -
11. Sinom 8a 8i 8a 8i 7i 8u 7a 8i 12a -
12. Balabak 12a 3e 12a 3e 12a 3e - - - -
13. Wirangrong 8i 8o 10u 6i 7a 8a - - - -
14. Jurudemung 8a 8u 8u 8a 8u 8a 8u - - -
15. Girisa 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a 8a - -

Setiap tembang mempunyai wa- 3. Asmaradana, berwatak terpikat,


tak yang berbeda-beda sehingga sedih, dan prihatin karena asma-
penggunaannya harus disesuaikan ra. Tepat sekali tembang ini un-
dengan watak yang terkandung pada tuk mengungkapkan permasa-
isi tembang serta situasinya. Watak lahan yang melibatkan kasih as-
setiap tembang tersebut dapat dije- mara.
laskan sebagai berikut: 4. Mijil, berwatak untuk ungkapan
1. Kinanthi, berwatak senang dan rasa sehingga lebih tepat untuk
cinta kasih. Oleh karena itu, je- menyampaikan cerita yang ber-
nis tembang ini sangat sesuai un- isi petuah, tetapi juga dapat un-
tuk menyampaikan ajaran atau tuk cerita percintaan.
cerita yang mengandung rasa ka- 5. Maskumambang, berwatak se-
sih sayang/mabuk asmara. dih sekali sehingga tembang ini
2. Pucung, berwatak santai dan ku- sesuai untuk mengekspresikan
rang bersemangat. Tembang ini perasaan seseorang yang sedang
sangat tepat jika digunakan da- menderita kesedihan yang men-
lam cerita yang santai tanpa di- cekam.
sertai dengan semangat yang ke- 6. Pangkur, berwatak keras sehing-
ras. ga sangat sesuai untuk mengan-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 563

tarkan cerita kekerasan atau 11. Megatruh, berwatak sedih ber-


yang menggambarkan kesabar- campur putus asa. Sesuai sekali
an yang habis. Jika berisi petun- tembang ini untuk mekspresikan
juk tentu saja petunjuk yang di rasa sedih dan menyesal yang
dalamnya bersifat keras atau me- berlarut-larut.
ngandung rasa marah. Demikian 12. Balabak, berwatak main-main.
pula tembang ini dapat dipergu- Artinya, tembang ini dapat di-
nakan dalam percintaan yang ha- pergunakan untuk mengekspre-
bis-habisan atau yang disertai sikan cerita yang tidak serius
dengan mabuk asmara. Namun, atau pembicaraan yang kesana-
secara umum tembang ini diper- kemari.
gunakan untuk situasi peperang- 13. Wirangrong, berwatak seperti ra-
an yang sangat mungkin terja- ja atau memiliki pengaruh yang
dinya tindak kekerasan. besar/kuat. Tepat sekali untuk
7. Sinom, berwatak cerah, komu- mengungkapkan rasa tertarik
nikatif, dan terbuka seperti hal- pada keluhuran atau kebesaran.
nya sikap orang enom ‘muda’. 14. Jurudemung, berwatak genit.
Tembang ini sesuai sekali untuk Tembang ini sesuai sekali untuk
mendeskripsikan sesuatu atau un- menyampaikan cerita peprene-
tuk menyampaikan petuah. san ‘cerita yang dibuat-buat dan
8. Dhandhanggula, berwatak flek- mengandung daya tarik terten-
sibel dan menarik. Tembang ini tu’.
untuk mengantarkan berbagai 15. Girisa, berwatak “harus’. Tem-
masalah, misalnya untuk petuah bang ini sangat sesuai untuk me-
maupun percintaan. Letaknya da- ngantarkan petuah yang harus
pat ditempatkan pada awal ce- dipatuhi oleh penerimanya.
rita maupun akhir cerita.
Tembang juga sering disebut
9. Durma, berwatak keras, galak,
orang dengan istilah sekar. Orang
dan emosional tinggi. Pantas se-
yang sedang menembang sering dise-
kali tembang ini untuk mengeks-
presikan rasa kemarahan, hati but dengan istilah saweg nyekaraken
‘sedang melantunkan tembang’. Isti-
yang sedang panas, atau cerita
lah sekar biasanya dipergunakan da-
peperangan.
lam komunikasi dengan bahasa ra-
10. Gambuh, berwatak bersahabat
dan kadang-kadang terlalu be- gam krama. Dengan demikian, isti-
lah tembang dan sekar sebenarnya
rani. Tembang ini sesuai sekali
dapat dikatakan sama.
untuk menyampaikan petuah
yang agak keras karena sudah
dapat dibayangkan akibatnya, tendens
Tendens adalah tujuan atau muat-
dan cenderung menggunakan ba-
an tertentu yang terkandung dalam
hasa jenis ngoko.
suatu karya sastra. secara eksklusif
mengacu pada gagasan politik dan
564 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ideologi tertentu yang terkandung siasi diterbitkan oleh Nusa Indah


dalam karya sastra. Ende, tahun 1988.

tengsoe tjahjono (1958—) th. sri rahayu prihatmi


Kegemaran menulis mulai tum- (1944— )
buh sejak masih duduk di bangku Th. Sri Rahayu Prihatmi lahir di
SMP. Kebiasaan ini terus berlanjut Yogyakarta pada 7 Mei 1944. Anak
hingga ia merasa benar-benar bisa kedua dari pasangan Th. Santosa
menulis saat kuliah di IKIP Malang. Martonegara dan Veronica Sri Mun-
Lelaki berkaca mata ini lahir di Jem- dijah ini menikah dengan seorang gu-
ber tanggal 3 Oktober 1958 dan sem- ru musik, Pietarsono, sehingga na-
pat lama menetap di Banyuwangi. manya kini menjadi Th. Sri Rahayu
Dari pergaulannya menulis, ia mam- Pietarsono. Dari pernikahannya itu
pu mengarang sastra dalam bahasa ia dikaruniai tiga putra (1 laki-laki
Jawa maupun bahasa Indonesia. Do- dan 2 perempuan).
sen Jurusan Bahasa dan Sastra Indo- Pendidikan SD, SMP, SGB,
nesia FBS Universitas Negeri Sura- SPG, hingga S-1 (selesai 1971) dila-
baya ini pernah menjadi anggota tea- luinya di kota kelahirannya (Yogya-
ter Mlarat, memimpin teater Tem- karta). Selanjutnya, ia mengawali
peramen, dan untuk beberapa perio- kariernya sebagai peneliti sastra di
de menjabat sebagai Ketua Biro Sas- Lembaga Bahasa Nasional Cabang
tra Dewan Kesenian Malang (DKM), II (sekarang Balai Bahasa) Yogya-
di samping aktif di Dewan Kesenian karta. Di lembaga ini ia hanya beker-
Surabaya (DKS). ja hingga 1975. Tetapi justru ketika
Karya-karyanya tersebar di ber- kuliah dan bekerja di lembaga inilah
bagai media dan antologi. Geguritan ia produktif menulis cerpen Jawa, di
“Gogrog” termuat dalam antologi samping kadang juga menulis dalam
Drona Gugat (Bukan Panitia Parade bahasa Indonesia. Para penulis cer-
Seni W.R. Supratman, 1995), “Go- kak di Yogyakarta saat itu kebanyak-
grog”, “Tuk”, dan “Ilang” dimuat an wanita, dan sebagian besar masih
dalam Kabar Saka Bendulmrisi: kuliah. Mereka adalah Eny Sumar-
Kumpulan Guritan (PPSJS, 2001), go, Lastri Fardani, Iskasiah Sumarto
“Keroncong Lodeh Surabaya” dan (alm.), dan Toet Soegiarti Sayogya.
“Wayang” dimuat dalam Omonga Selanjutnya, pada 1975 ia pindah ke
Apo Wae: Antologi Puisi dan Guri- Semarang sebagai dosen Fakultas
tan (Taman Budaya Surabaya, Sastra Universitas Diponegoro hing-
2000), puisi “Laut: Catatan Itu” dan ga sekarang.
“Berdarah” dimuat dalam Luka Wak- Di tengah tugasnya sebagai do-
tu: Antologi Puisi Penyair Jawa Ti- sen Th. Sri Rahayu Prihatmi mengi-
mur (Taman Budaya Surabaya, kuti S-2 di The Flinders University
1998). Buku ilmiahnya, Sastra Indo- of South Australia dan selesai tahun
nesia: Pengantar Teori dan Apre- 1986. Ia tidak mau berhenti menun-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 565

tut ilmu sampai di situ. Maka, ia me- (1977), Fantasi dalam Kedua Kum-
ngikuti program doktor di Universi- pulan Cerpen Danarto (1995), Dia-
tas Indonesia, di bawah bimbingan log Dari Mochtar Lubis hingga Ma-
Prof. Dr. Umar Kayam dan Prof. Dr. ngunwijaya (1990), N.H. Dini: Kar-
Anton Muliono hingga selesai tahun ya dan Dunianya (1999), dan Kar-
1993 dengan objek disertasinya cer- ya-karya Putu Wijaya: Perjalanan
pen-cerpen Danarto. Pada 1999 ia Pencarian Diri (2001).
menjadi guru besar pada Fakultas
Sastra Universitas Diponegoro. tinta
Sebagai pengarang sastra Jawa, Tinta merupakan kelengkapan
Th. Sri Rahayu Prihatmi menekuni alat tulis yang digunakan untuk me-
dunia cerkak sejak paro kedua 1960- nulis naskah. Tinta yang digunakan
an. Karya-karyanya banyak ditemui untuk menulis teks pada naskah-nas-
di majalah berbahasa Jawa di Yog- kah Jawa dapat dipilah ke dalam dua
yakarta waktu itu, Mekar Sari. Da- jenis, yaitu tinta tradisional dan tinta
lam karya-karyanya itu ia selalu me- impor.
nunjukkan jati dirinya sebagai pe- Tinta tradisional adalah tinta ra-
rempuan ketika berhadapan dengan cikan yang dibuat oleh masyarakat
fakta-fakta sosial yang dirasanya me- dari bahan-bahan alami dengan tek-
ngandung bias jender. Padahal, pada nik pengolahan yang sederhana. Ada-
waktu itu, isu-isu perempuan belum pun jenis tinta tradisional adalah se-
dibicarakan sacara terbuka di media bagai berikut.
massa. Beberapa karyanya yang (1) Tinta Getah Pohon Gebang/
penting ialah “Banjir Luh” (Mekar Klampis. Tinta ini terbuat dari
Sari, 10 Januari 1965), “Kembang campuran getah pohon gebang
Mlathi Sandhing Kamar” (Mekar atau aren atau klampis dengan
Sari, 1 September 1965), dan “Am- jelaga lampu. Tinta tersebut di-
barwati” (Mekar Sari, September pergunakan untuk menulis teks
1975). pada naskah dluwang. Tinta ini
Dalam kancah sastra Indonesia, dibuat di daerah Ponorogo.
Prihatmi menulis cerpen, novel, dan (2) Tinta Jafaron. Tinta Jafaron ada-
kritik. Kritik-kritiknya tentang sastra lah sebutan tinta tradisional yang
Indonesia dimuat di Kedaulatan dikenal di daerah Cirebon. Tinta
Rakyat, Sinar Harapan, Horison, ini dibuat dari campuran kacang
Kompas, dan Basis. Sebuah novel- mede, kacang dari biji buah jam-
nya yang berbicara mengenai perem- bu monyet, jambu kunyit, jelaga
puan ialah Di Atas Puing-puing lampu, dan minyak jafaron (mi-
(1978); novel ini kemudian diterje- nyak wangi dari Arab).
mahkan ke dalam bahasa Jepang (3) Tinta Ketan. Tinta ini merupa-
(1996). Karya-karya ilmiahnya yang kan tinta tradisional yang dikenal
telah terbit, antara lain, Pengarang- di daerah Garut. Tinta Ketan di-
Pengarang Wanita Indonesia buat dari air rebusan ketan hitam
566 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dan ketan putih yang dicampur di Mojokerto pada 19 September


dengan jelaga lampu. Tinta ini di- 1963. Titah memiliki tiga saudara,
gunakan untuk menulis teks yaitu Nanang Pribadi, Titah Wahyu-
yang bahan naskahnya kertas nani, dan Fajar Rahmanto. Pendidik-
saeh. an formal yang telah ditempuh Titah:
(4) Tinta Kesumba. Tinta Kesumba TK (1967–1968) dan SD (1968–
adalah nama tinta merah yang 1974) di Kediri, SMP (1975–1977),
digunakan sebagai rubrikasi pa- SMA IPA (1978–1981) di Trengga-
da naskah yang bahannya dlu- lek, dan FMIPA Universitas Gadjah
wang. Tinta ini dibuat dari cam- Mada Yogyakarta (1981—1986). Ti-
puran air atau minyak atau getah tah Rahayu dinikahi Bambang Edi
pohon gebang dengan buah ke- Santosa pada 1989 dan dikaruniai
sumba. Naskah yang bahannya dua putra, yaitu Pandu Gilas Anarkhi
dari kertas Eropa sangat jarang dan Pandu Bagus Pramudita. Sejak
yang menggunakan tinta kesum- tinggal di Surabaya ia membantu
ba sebagai rubrikasi. majalah Jaya Baya dan mengelola
rubrik sastra bersama Yunani.
Tinta impor adalah prosuksi luar
Keseriusannya dalam dunia pen-
negeri yang di datangkan ke Indone- didikan dibuktikan dengan diraihnya
sia. Tinta ini pada umumnya diguna-
gelar Pelajar Teladan I Tingkat Ka-
kan untuk menulis teks yang naskah-
bupaten Trenggalek saat duduk di
nya merupakan kertas Eropa, kertas
bangku SMA. Aktif menulis sejak
polos tebal, kertas buku bergaris, atau dipercaya mengasuh majalah din-
kertas berkolom. Dibandingkan de-
ding di SMA. Aktivitas tersebut te-
ngan tinta tradisional, tinta impor ku-
rus berlanjut sampai saat ia kuliah di
rang baik karena banyak naskah ku-
UGM. Meskipun jurusan yang dipi-
na yang ditulis memakai tinta ini me- lih tidak berhubungan dengan sastra
ngalami kerusakan. Ciri tinta impor
Jawa, ia ternyata setia menggeluti du-
yang ditemukan pada naskah ber-
nia sastra Jawa. Bersama Andrik
warna coklat hitam atau coklat mu-
Poerwasito dan J. Suprapto Sarwono
da. Selain itu tintanya seringkali pe- dari Trenggalek, ia mendirikan Sang-
cah (mblobor) atau bahan naskah-
gar Sastra Rara Jonggrang dan me-
nya dimakan oleh tintanya sehingga
ngelola buletin berbahasa Jawa, Ra-
bolong.
ra Jonggrang, di Yogyakarta.
Titah mampu menulis berkat ke-
titah rahayu (1963—) biasaannya membaca sejak kecil. Ke-
Anak pertama dari empat bersau-
betulan bacaan yang tersedia di ru-
dara ini adalah putri dari pasangan
mahnya adalah majalah berbahasa
Soekidjo (Trenggalek) dan Muliah Jawa. Tulisan pertama terbit di ma-
Dwi Purwanti (Mojokerto). Penulis
jalah Jaya Baya dalam rubrik remaja
perempuan yang sering mengguna-
“Karang Taruna” dan tanpa diberi
kan nama samaran Ayu, Anggie Me-
imbalan. Bakatnya semakin berkem-
lati, atau Estri Sekar Pratiwi ini lahir
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 567

bang karena ia kemudian bergabung 2. Cara Kapatihan ciptaan R.M.


dengan Sanggar Triwida. Dalam per- Wreksadiningrat sehingga titila-
kembangan proses kreatifnya, ia men- ras-nya disebut titilaras Kapa-
coba pula menulis dalam media mas- tihan.
sa berbahasa Indonesia. Karangan
Saat ini orang yang sedang be-
Titah telah tersebar di berbagai me-
dia, seperti Jaya Baya, Parikesit, Pa- lajar menembang dan memainkan
gamelan Jawa pada umumnya meng-
njebar Semangat, Liberty, Suara
gunakan titilaras Kapatihan. Adapun
Karya, Surabaya Post, Mingguan
wujud titilaras Kapatihan itu sebagai
Guni, Anita Cemerlang, Panasea,
Kuncup, dan Taruna pada kurun berikut:
(a) Slendro 123456
waktu 1978 hingga 1993.
Pembacaannya: ji ro lu pat ma
Karya-karyanya yang telah di-
nem
bukukan, antara lain, Kembang
Cengkeh (Pusat Kesenian Jawa Te- (b) Pelog 1234567
Pembacaannya: ji ro lu pat ma
ngah, 1982), guritan “Lalu” dan
nem tu
“Wong Lanang Aran Ghafar” da-
lam antologi Kabar Saka Bendul-
mrisi: Kumpulan Guritan (PPSJS, tiwiek s.a.
Nama asli Tiwiek S.A. adalah
2001), “Dheweke Layar” dalam
Suwignya Adi. Ia lahir di Sukorejo
Drona Gugat (Bukan Panitia Parade
Kulon, Kalidawir, Tulungagung, Ja-
Seni WR Supratman, 1995), “Kli-
wat Tengah Wengi”, “Epitaf I”, dan wa Timur, pada 8 Juni 1948, dari pa-
sangan Seni Djaja dan Langen. Ayah-
“Epitaf II” dalam Tes….Antologi
nya seorang perangkat desa yang sa-
Sastra Jawa (Taman Budaya Jawa
ngat disegani. Tiwiek S.A. menjalani
Timur), dan “Pakansi”, “Ing Termi-
nal Jombang”, serta “Wawan Rem- masa kecil sebagaimana anak-anak
desa pada umumnya. Hanya satu
bug” dalam Negeri Bayang-Bayang
yang membedakannya, yaitu kuat-
(Festival Seni Surabaya, 1996).
nya tradisi baca dalam keluarga.
titilaras Orang tua Tiwiek S.A. hidup dalam
kondisi ekonomi yang mapan se-
Titilaras adalah angka yang di-
hingga memungkinkan berlangganan
pergunakan untuk menggambarkan
majalah, antara lain Panjebar Sema-
laras atau tinggi rendah bunyi dalam
gamelan (musik Jawa). Angka-ang- ngat.
Ketika mulai sekolah dan dapat
ka tersebut terdiri atas angka 1, 2,
membaca, Tiwiek S.A. pun rajin
3, 4, 5, 6, 7. Titilaras dibuat dengan
membaca Panjebar Semangat. Dari
dua cara yaitu:
1. Cara Sariswara yang diciptakan kebiasaan membaca majalah itulah
lama-kelamaan tumbuh kecintaan-
oleh Ki Ajar Dewantara sehing-
nya terhadap sastra Jawa. Tiwiek per-
ga titilarasnya disebut titilaras
nah mengalami hidup sengsara dan
Sariswara.
serba kekurangan karena orang tua-
568 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya tidak merestui hubungannya de- kemudian produktif menulis. Pro-


ngan Ruliyah yang berasal dari war- duktivitasnya antara lain ditandai de-
ga kebanyakan (wong cilik). Akan ngan terbitnya cerbung “Murtini”
tetapi, saat itu Tiwiek tidak meng- (Djaka Lodang, 1979). Kemudian,
gubris larangan orang tua dan ia ne- seakan ia tidak mengenal lelah, terus
kad menikahi Ruliyah dan akibatnya menulis dan menulis, mulai dari cer-
ia diusir dari rumah. kak, cerita anak, cerita rakyat, sam-
Gaji Tiwiek S.A. sebagai GTT pai novel. Biasanya, ia mendapat ide
(guru tidak tetap) saat itu tidak cu- dari kejadian sehari-hari di sekitar-
kup untuk menghidupi keluarga. Di nya, dari cerita istri atau orang-orang
sela-sela kesibukan sebagai guru, Ti- di dekatnya, dari berita di koran atau
wiek bekerja sebagai tukang kayu: televisi, dan sejenisnya.
membuat pintu, meja kursi, atau pe- Tahun 1980-an merupakan saat-
rabot rumah tangga lainnya; bahkan saat paling membahagiakan bagi Ti-
ia menerima panggilan melukis. Mes- wiek. Di kalangan sastrawan Jawa,
kipun begitu, hasilnya masih jauh dari namanya semakin diperhitungkan.
harapan. Pada tahun 1972, Tiwiek Hampir setiap minggu karyanya
bertemu dengan Tamsir A.S., penga- menghiasi majalah Jaya Baya, Pa-
rang sastra Jawa yang cukup tenar njebar Semangat, Djaka Lodang,
dan pendiri Sanggar Triwida. Tiwiek dan Mekar Sari. Di samping itu, Ti-
mengutarakan ketertarikannya pada wiek masih sempat menulis buku ce-
sastra Jawa kepada Tamsir A.S. dan rita anak-anak dalam bahasa Indo-
Tamsir memberi tanggapan positif. nesia. Beberapa bukunya ada yang
Akhirnya, oleh Tamsir, Tiwiek di- dibeli oleh Proyek Inpres untuk ba-
minta menulis dengan dipinjami me- caan anak-anak di seluruh Indonesia.
sin ketik, selain diajak bergabung da- Pada tahun 1985 ia memenangkan
lam Triwidha. lomba mengarang untuk guru tingkat
Karangan Tiwiek S.A. muncul nasional sebagai juara pertama. No-
pertama kali dalam Panjebar Sema- velnya yang berjudul Carang-Ca-
ngat berupa cerkak dengan judul rang Garing diangkat sebagai sine-
“Mirah”. Pemuatan cerkak itu meng- tron dan disiarkan oleh TVRI Sta-
akibatkan Tiwiek dipanggil atasan- siun Surabaya (1985).
nya dan disidang dalam rapat guru Sejak tahun 1995 Tiwiek S.A.
karena cerkak tersebut mengisahkan tidak lagi produktif menulis walau-
sisi negatif seorang guru. Akan te- pun sejak tahun 1994 ia menjadi Ke-
tapi, pemuatan karangan itu mem- tua Sanggar Triwida, mengganti ke-
buat Tiwiek semakin bersemangat dudukan Tamsir A.S.. Kesibukannya
untuk menulis. Sebab, di samping na- sebagai kepala SD Rejosari 02 dan
manya menjadi terkenal, honorarium jabatannya sebagai kepala koperasi
yang diterima ternyata lebih besar guru se-Kecamatan Kalidawir me-
daripada penghasilannya sebagai tu- nyita seluruh waktu dan tenaganya.
kang kayu. Berangkat dari sinilah ia Walaupun demikian, bapak empat
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 569

anak ini tetap setia pada sastra Jawa. lain, Tjah Alas Boeloe memperli-
Ia berlangganan semua majalah ber- hatkan kemampuan dan latar bela-
bahasa Jawa dengan maksud untuk kang intelektualitas yang memadai.
menumbuhkan minat dan kecintaan Dilihat dari caranya menulis cerpen
terhadap bahasa dan sastra Jawa pa- Jawa, pengarang ini diduga berasal
da anak-anaknya. dari lingkungan yang berpendidikan
dengan bacaan yang cukup luas.
tjah alas boeloe
Pengarang Tjah Alas Boeloe ti- tjahjono widarmanto (1969—)
dak diketahui identitasnya. Namun, Tjahjono Widarmanto lahir pada
kalau ditengok dari namanya, tam- 18 April 1969, di Ngawi, Jawa Ti-
paknya nama tersebut adalah nama mur. Ia menyelesaikan pendidikan
samaran. Sebagai nama samaran formalnya di IKIP Surabaya tahun
Tjah Alas Boeloe juga sering menulis 1992. Dalam dunia sastra Jawa, ia
cerita pendek di majalah Panjebar menekuni penulisan guritan. Penyair
Semangat. Dari karyanya pengarang ini termasuk produktif. Dan dalam
ini dapat diperkirakan berasal dari menulis karya sastra Jawa ia tidak
lingkungan terpelajar dan banyak pernah memakai nama samaran. Ia
membaca karya sastra. Hal ini dapat bekerja sebagai guru SMP Bringin,
dibuktikan dari caranya bertutur dan Ngawi, di samping sebagai dosen
pemakaian bahasa yang baik dan in- STKIP PGRI Ngawi. Ia sekarang
dah. Salah satu cerita pendeknya bertempat tinggal di Jalan Hasanudin
yang berjudul “Layang Kiriman Co- 18, Ngawi, Jawa Timur 63217.
baning Kasetyan” memberikan gam- Tjahjono Widarmanto menulis
baran mengenai identitas pengarang dalam bahasa Jawa dan Indonesia. Ia
tersebut. menulis guritan sejak 1988. Bebera-
Cerita pendek karya Tjah Alas pa guritan-nya dipublikasikan di ma-
Boeloe dapat dikategorikan sebagai jalah Jaya Baya, Panjebar Sema-
sebuah cerita pendek Jawa yang cu- ngat, Jawa Anyar, dan Mekar Sari.
kup modern. Maksudnya, ditilik dari Di samping itu, ia juga mempublika-
cara pengungkapan atau teknik ber- sikan karya-karyanya dalam bentuk
tutur, cerita pendek itu ditulis dengan antologi bersama, misalnya dalam
teknik yang cukup maju dibanding- Drona Gugat (Dewan Kesenian
kan cerita-cerita pendek sezaman- Surabaya, 1996), Antologi Geguri-
nya. Penulis dengan ringan dan padat tan Festival Penyair Jawa (Triwida,
dapat mengungkapkan persoalan 1996), Tes (Dewan Kesenian Jawa
cinta dan kesetiaan tanpa dibumbui Timur, 1997), dan sebagainya.
oleh pesan-pesan yang diutarakan Sementara itu, karya-karyanya
secara eksplisit/verbal. Kenyataan dalam bahasa Indonesia tersebar di
ini jarang dijumpai pada khazanah Surabaya Post, Suara Merdeka,
penulisan cerita pendek pada masa Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat,
pra kemerdekaan. Pada sisi yang Bernas, Horison, dan sebagainya.
570 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Bahkan, puisi-puisi Tjahjono Widar- jajarkan dengan pengertian subjek,


manto tidak hanya dipublikasikan di yaitu pokok permasalahan, atau hal
Indonesia, tetapi juga di media Jer- yang diacu oleh sebuah karya sastra.
man, Malaysia, dan Brunei. Selain
menulis puisi, Tjahjono Widarmanto totilawati tjitrawasita (1945—
juga menekuni penulisan esai/kritik. 1982)
Esai-esainya juga telah dipublikasi- Nama lengkapnya Maria Asum-
kan di berbagai media. Kebanyakan ta Totilawati Tjitrawasita. Lahir di
dari esai-esainya membahas menge- Kediri, Jawa Timur, pada 1 Juni
nai persoalan sastra secara makro. 1945. Pendidikan terakhirnya Akade-
Pergumulan Tjahjono Widar- mi Wartawan Surabaya. Beragam
manto dalam dunia sastra, baik Indo- karya diciptakan, baik cerpen, cer-
nesia maupun Jawa, didasari oleh ke- kak, cerbung, maupun esai dan di-
cintaannya terhadap sastra. Oleh ka- muat di berbagai media, di antaranya
rena itu, ia tidak membedakan antara Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
sastra Indonesia atau Jawa. Menurut Dalam karya-karyanya ia sering
pengakuannya, kedua jenis sastra ter- menggunakan nama samaran Mbak
sebut memiliki spesifikasi dan kepe- Minuk, misalnya pada cerbung “Kon-
kaan-kepekaan tertentu yang saling tak” dan “Experiment” yang dimuat
mengisi. Pada satu sisi, sastra Jawa di majalah Jaya Baya.
dapat menjadi sarana mengungkap- Sebagai pengarang dan warta-
kan keberadaannya sebagai orang Ja- wan ia telah menerima beberapa ha-
wa; sedangkan sastra berbahasa In- diah dan penghargaan. Karyanya ber-
donesia dapat dipakai sebagai media judul “Sebuah Cinta Sekolah Rak-
untuk mengekspresikan persoalan yat” (yang ditulis dalam bahasa Ja-
yang mungkin sulit untuk dipapar- wa dan Indonesia) mendapat hadiah
kan dengan bahasa Jawa. Agar dua dari Yayasan Buku Utama (1977).
hal itu dapat berjalan dengan selaras, Pada tahun 1980 ia mendapat ke-
Tjahjono Widarmanto aktif mengha- sempatan mengikuti International
diri pertemuan-pertemuan di berba- Writting Program di Iowa Univer-
gai kelompok, baik kelompok kese- sity, Amerika Serikat, selama 3 bu-
nian tradisional maupun modern. Da- lan. Di bidang jurnalistik ia pernah
ri kegiatan serupa itu ia dapat belajar menerima “Hadiah Sakze”, sebuah
menyelaraskan persoalan keindone- penghargaan jurnalistik untuk war-
siaan dan kejawaan. tawan muda (1960). Ia juga meraih
juara I untuk tulisan Tajuk Rencana
topik dalam lomba jurnalistik di Surabaya
Istilah ini serapan dari bahasa (1974).
Inggris topic, yang arti leksikalnya Totilawati bukan hanya seorang
yaitu subjek (pokok) dalam sebuah pengarang dan wartawan, tetapi juga
perbincangan atau diskusi. Dalam aktivis di berbagai kegiatan kesenian
kaitannya dengan sastra, topik dise- dan kesastraan di Surabaya. Di sam-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 571

ping sebagai redaktur Jaya Baya, ia kepada yang sudah lazim dan mapan
juga sebagai pengurus Dewan Kese- pada masa lalu. Namun, amat di-
nian Surabaya, pengurus Serikat Pe- mungkinkan bahwa di dalam sebuah
nerbit Surat Kabar (SPS), pengurus karya sastra tradisional terkandung
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), gagasan-gagasan baru yang maju,
pembina generasi muda Bidang Ke- dan sebaliknya juga amat dimung-
budayaan dan Seni Teater di Sura- kinkan bila di dalam karya sastra
baya. Pernah pula menerima anuge- yang modern terkandung unsur-un-
rah sebagai Warga Kehormatan dari sur yang digarap secara tradisional.
Walikota Surabaya. Sayang sekali, Contohnya, tema kawin paksa ada-
karena penyakit kanker di hidung- lah tema tradisional yang merugikan
nya, pengarang ini dipanggil Tuhan generasi muda. Di dalam novel Serat
pada 10 Agustus 1982 di Surabaya. Riyanta (1920) karya R.B. Soelardi
tema yang digarap ialah tema tradi-
tradisional sional tentang kawin paksa, atau te-
Istilah ini adalah salah satu isti- ma yang membicarakan kekuatan
lah umum, yang biasanya mengacu orang tua menekankan kemauannya.
kepada kebudayaan, pengalaman, Dalam novel tersebut, seperti halnya
dan pengetahuan dari masa lalu yang dalam tradisi bangsawan, Raden Mas
diwarisi, yang tersedia bagi sastra- Riyanta dipaksa ibunya (sudah ja-
wan untuk dipelajari dan belajar dari nda) untuk menikah dengan pilihan-
situ, seperti bahasa ibu, bentuk sas- nya. Akan tetapi, jejaka bangsawan
tra, bentuk pakaian dan cara mema- itu menolak dengan alasan ia ingin
kainya, kode, sarana, dan berbagai belajar lebih dahulu. Ibunya marah,
macam budaya masa silam. Istilah kemudan jejaka itu pergi mengem-
tradisonal merupakan serapan dari bara mencari gadis yang pernah me-
bahasa Inggris traditional, atau ba- mikatnya. Tatanan alur novel ini pun
hasa Belanda traditionil. masih tradisional, seperti alur pada
Di Nusantara, unsur didaktis ju- sastra rakyat dan wayang, yaitu de-
ga termasuk bagian dari tradisi sas- ngan motif pengembaraan tokoh uta-
tra. Setiap pengarang selalu belajar manya. Namun, penataan alur dalam
dari tradisi sastra di lingkungannya novel ini baru karena padat dan lang-
yang pada gilirannya mereka me- sung kepada permasalahan. Teknik
nguatkan tradisi dengan mengem- pengaluran itu adalah teknik pada
bangkannya melalui karyanya, atau novel, atau prosa modern. Demikian
menolaknya dengan penyimpangan- juga pada akhir ceritanya, novel Se-
penyimpangan yang sengaja dilaku- rat Riyanta menunjukkan tanda pe-
kan melalui karyanya. nyimpangan tradisi karena tokoh Ri-
Sebuah karya sastra disebut tra- yanta berhasil menemukan sendiri jo-
disional ialah bila aspek-aspek inter- dohnya, walaupun sebenarnya gadis
nalnya, seperti tema, fakta sastra, dan itu pula yang akan “dipaksakan” ke-
atau sarana penceritaannya mengacu padanya.
572 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Penyimpangan tradisi adalah sa- Wicaksono. Bapak dua anak ini ber-
lah satu ciri novel yang modern. Is- suku Jawa dan beragama Islam.
tilah tradisi ini seringkali dikaitkan Pendidikan dasar (SD) dan me-
dengan istilah “asli” (original), pa- nengah (STM Kimia) Pak Tri dise-
dahal sesuatu disebut original atau lesaikan di kota kelahirannya (Sle-
asli bila merupakan hasil kreativitas man). Sejak tahun 1978 Pak Tri be-
sendiri, bukan jiplakan atau curian kerja sebagai pegawai negeri di kan-
dari karya pengarang lain. Jadi, isti- tor Kabupaten Kulonprogo. Seka-
lah “asli” berhubungan dengan kuali- rang, ia menjabat sebagai salah satu
tas karya atau tentang keaslian cipta kepala seksi di kantor kecamatan. Di
individu, sedangkan dalam istilah tengah kesibukannya bekerja, pada
tradisi terkandung pengertian kon- 1986, ia menyelesaikan pendidikan
vensional, atau berdasarkan konven- di APMD, Yogyakarta, Jurusan Ad-
si. Istilah tradisi juga tidak dapat di- ministrasi Pembangunan. Selain me-
samakan dengan konservatif (con- nempuh pendidikan formal, ia juga
servative) karena dalam pengertian mengembangkan pengetahuan lewat
konservatif terkandung radikalisme. jalur nonformal. Pada tahun 1984-
1986 ikut kegiatan sastra di harian
transenden Masa Kini. Bersama rekan-rekan
Istiah ini diserap dari bahasa Ing- seprofesi seperti Indra Tranggano,
gris transcendent (kata sifat) yang Arwan Tuti Artha, dan Simon H.T.
berarti di luar segala kesanggupan ia mengadakan pertemuan di Gon-
manusia pada umumnya. Aliran yang domanan, Bantul, Godean, dan lain-
menganutnya disebut transenden- lain. Di samping itu, pada tahun
talism (bhs. Inggris) atau transenden- 1985, ia mengikuti penataran bagi
talisme (bhs. Indonesia). Aliran ini penulis muda yang diselenggarakan
adalah gerakan seni (termasuk sas- oleh Balai Pustaka dan Badan Per-
tra) yang menekankan peranan dan timbangan Buku Pusat.
pentingnya hati nurani individu dan Tri Wahyono berkenalan dengan
intuisi dalam masalah pertimbangan dunia karang-mengarang baru pada
batin dan inspirasi. tahun 1980. Waktu itu, ia mengarang
dalam bahasa Indonesia. Pada tahun
tri wahyono (1953—) 1984, ia beralih profesi menjadi pe-
Tri Wahyono, yang biasa di- nulis sastra (Jawa dan Indonesia).
panggil Pak Tri, lahir di Sleman, pa- Awal kepengarangannya dimulai da-
da Maret 1953. Di dalam dunia ka- ri rasa iseng dan sebagai hiburan. La-
rang-mengarang, ia biasa menggu- ma-kelamaan, rasa iseng itu berubah
nakan nama samaran Tri W., Sapa- menjadi kebutuhan. Dalam dunia sas-
hara, dan Tri Supraba. Perkawinan- tra Indonesia, ia menekuni sastra
nya dengan Sumaryati dikaruniai dua anak. Ia lebih tertarik pada sastra
anak laki-laki: Harkit S. dan Agung anak karena ingin memberikan baca-
an sehat kepada anak. Selanjutnya,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 573

dalam sastra Jawa, ia banyak me- tra Jawa. Lebih dari itu, ia berharap
nulis cerkak, dongeng, dan cerbung. agar majalah berbahasa Jawa Mekar
Karya-karyanya dalam bahasa Indo- Sari dihidupkan kembali; dan kalau
nesia banyak dimuat di Buana Ming- perlu terbit majalah sastra Jawa se-
gu, Panji Masyarakat, Kedaulatan perti Horison dalam sastra Indone-
Rakyat, dan Merdeka. Sementara sia.
karya-karyanya dalam bahasa Jawa
dimuat di majalah Panjebar Sema- trilogi
ngat, Djaka Lodhang, Kandha Ra- Istilah trilogi serapan dari istilah
harja, dan Mekar Sari. bahasa Inggris trilogy atau bahasa
Buku karya Tri Wahyono cukup Belanda trilogie. Istilah ini diguna-
banyak. Ada sekitar 11 buku (ber- kan pada cerita rekaan atau drama
bahasa Indonesia) yang telah diter- yang terdiri atas 3 seri yang satu de-
bitkan, antara lain, berjudul Gajah ngan yang lain saling berhubungan,
Liar (antologi cerpen, Gramedia, berhubungan dengan tema karena
2003), Ki Ageng Mangir dan Calon memang merupakan satu kesatuan.
Arang (Adicita Karya Nusa, Yogya- Bentuk trilogi ini semula digunakan
karta, 2004). Sebelumnya, antologi dalam drama Yunani yang dipentas-
guritan-nya Lirik Lereng Merapi di- kan di Dionesya.
terbitkan oleh Dewan Kesenian Sle- Dalam sastra Indonesia terdapat
man (2001). Sementara itu, hingga beberapa penulis yang memiliki kar-
kini ia telah menulis sekitar 100 cer- ya trilogi, yaitu Ashadi Siregar dan
kak, 3 cerbung, dan 12 dongeng. Ke- Ahmad Tohari. Trilogi Ashadi Sire-
tiga cerbungnya itu berjudul “Proyek- ger ialah (1) Cintaku di Kampus Bi-
Proyek”, “Jer Basuki Mawa Nasib”, ru, (2) Kugapai Cintamu, dan (3)
dan “Akik Merah Delima”, dimuat Terminal Cinta Terakhir, dengan
Kandha Raharja (1996-1997). Se- tokoh utamanya Anton. Trilogi Ah-
lanjutnya, cerbung “Kembang kang mad Tohari ialah (1) Ronggeng Du-
Ilang” dimuat Djaka Lodang (2004). kuh Paruk, (2) Lintang Kemukus
Dalam hal sastra Jawa, penulis Dini Hari, dan (3) Jentera Biang-
yang bertubuh subur ini berpandang- lala, dengan tokoh utamanya Srintil.
an bahwa sastra Jawa masa lalu per- Adapun dalam sastra Jawa dikenal
lu diambil sari patinya serta untuk ba- Suparto Brata yang menulis 3 novel
han pendidikan bagi generasi kini. yang saling berhubungan, yaitu (1)
Sementara itu, sastra Jawa masa kini Lara-lapane Kaum Republik, (2)
hanya untuk diajarkan di sekolah mu- Kaduk Wani, dan (3) Kena Pulut,
lai dari TK sampai SLTA. Adapun dengan tokoh utamanya Wiradi.
harapannya ke masa depan adalah
bahwa hendaknya sering diadakan triman laksana (1961—)
lomba menulis novel Jawa. Semen- Sebenarnya profesi Triman Lak-
tara itu, hendaknya juga ada penerbit sana adalah tukang masak. Menjadi
yang bersedia menerbitkan buku sas- pengarang (penulis) barangkali ha-
574 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

nya sebagai sambilan walaupun ker- ia menjadi juara II dalam lomba pe-
ja mengarang tak lebih ringan ketim- nulisan geguritan yang diselengga-
bang memasak. Sebab, ia baru dapat rakan oleh Forum Dinamik Wono-
serius mengarang (menulis) kalau giri; pada tahun 1994 juga menjadi
sedang tidak dinas “memasak” di Sa- juara II dalam lomba menulis artikel
hid Garden Hotel karena memang ia berbahasa Jawa yang diselenggara-
seorang cooker di hotel tersebut. kan dalam rangka Festival Kesenian
Kendati begitu, lelaki tamatan SMA Yogyakarta (FKY) VI di Yogyakar-
kelahiran Yogyakarta, 7 Juni 1961, ta. Tentu saja beberapa penghargaan
yang kini tinggal bersama istri dan ini lebih memacu Triman untuk lebih
empat orang putra di Sayidan GM aktif dan kreatif dalam bersastra.
II/97, Yogyakarta 55121 ini masih
terus mengarang. trim sutidjo (1938— )
Seperti umumnya para penga- Trim Sutidjo lahir di Wonosari,
rang Jawa lainnya, Triman Laksana Gunungkidul, Yogyakarta, pada 18
pun mengarang dalam bahasa Indo- Mei 1938. Pendidikan dasar dan me-
nesia. Karangan-karangannya, baik nengahnya diselesaikan di daerah ke-
berupa guritan/puisi, cerkak/cerpen, lahirannya. Setamat Sekolah Mene-
cerbung/novel, maupun artikel/esai, ngah Pertama (SMP/SLTP), Trim
telah tersebar ke berbagai media Sutidjo melanjutkan studinya ke Se-
massa lokal dan nasional (Jakarta, kolah Guru bagian B (SGB) PIRI
Bandung, Bali, Semarang, Suraba- Yogyakarta, lulus tahun 1956. Sete-
ya, Yogyakarta, Banjarmasin, dan lah tamat dari SGB, ia kemudian
sebagainya). Selain itu, ia juga me- menjadi guru Sekolah Rakyat di Tlo-
nulis dan mempublikasikan bebe- goreja, Giritantra, Wonogiri, Jawa
rapa karyanya dalam antologi ber- Tengah. Sejak menjadi guru (1957)
sama, di antaranya, dalam antologi ia mulai menulis, terutama guritan
Momentum (30 Penyair Yogya), Alif (puisi). Akan tetapi, di Wonogiri ia
Lam Mim (Sanggar ASA, ESKA), tidak bertahan lama. Karena keingin-
Langit Biru Langit Merah (tahun?), annya di bidang tulis-menulis begitu
Rembulan Padhang ing Ngayog- besar, pada tahun 1963, ia pindah ke
yakarta (FKY IV, 1992), Pangilon Jakarta, dengan harapan dapat me-
(FKY VI, 1994), Pesta Emas Sastra ngembangkan bakatnya di bidang pe-
Jawa (FKY VII, 1995), dan Pisung- nulisan kreatif.
sung: Antologi Geguritan lan Cer- Setelah berada di Jakarta, Trim
kak (Pustaka Pelajar, 1997). Sutidjo ternyata ingin belajar lagi,
Dalam berkarya (mengarang) sehingga masuklah ke IKIP (seka-
Triman Laksana boleh jadi cukup se- rang universitas) Negeri Jakarta, me-
rius; dan keseriusannya telah me- ngambil Jurusan Bimbingan dan Pe-
ngantarkannya memperoleh bebera- nyuluhan (Guidance and Coun-
pa penghargaan dalam berbagai lom- seling). Namun, baru sampai tingkat
ba. Sebagai misal, pada tahun 1993 lima, ia keluar dan lebih suka terjun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 575

ke dunia jurnalistik. Saat itu, ia men- Pada tahun 1976, Trim Sutidjo
jadi redaktur majalah anak-anak, di juga mempublikasikan buku antologi
antaranya Kuncung, Pelopor, dan puisi berjudul Kabar Saka Paran.
Tiara. Sementara itu, pada tahun Antologi itu memuat sekitar 55 buah
1970, bersama-sama Susilomurti dan puisi yang ditulis pada kurun waktu
Toha Mochtar, Trim Sutidjo mendi- tahun 1959 hingga 1972. Namun, se-
rikan majalah anak-anak Kawanku. bagian dari puisi yang diantologikan
Ketika itu, Trim Sutidjo menjadi pe- tersebut sebelumnya telah dimuat
nanggung jawab sekaligus pemimpin pula dalam Pupus Cindhe. Semen-
redaksi. tara itu, sebagian guritan Trim Suti-
Di bidang penulisan kreatif, Trim djo juga dipilih dan diambil oleh para
Sutidjo lebih dikenal sebagai penyair penyair lain untuk keperluan penyu-
(penggurit) daripada cerpenis atau sunan antologi puisi bersama. Mi-
novelis meskipun ia juga menulis ce- salnya, oleh St. Iesmaniasita dalam
rita (novel) anak-anak, baik berbaha- antologi Geguritan Antologi Sajak-
sa Jawa maupun Indonesia. Ada se- Sajak Jawi (Pustaka Sasanamulya,
kitar 25 buku cerita anak-anak (ber- Surakarta, 1975); oleh Susatyo Dar-
bahasa Indonesia) yang telah ia tulis. nawi dalam antologi Lintang-Lin-
Buku-buku cerita itu diterbitkan oleh tang Abyor: Sekumtum Puisi Jawa
Balai Pustaka, Jambatan, Aries Li- Mutakhir (Fakultas Sastra dan Bu-
ma, Aqua Press, Cemerlang, dan Ya- daya Universitas Diponegoro, Sema-
yasan Kawanku. rang, 1983); oleh J.J. Ras dalam bu-
Karya-karya puisinya, juga esai- ku Bunga Rampai Sastra Jawa Mu-
esainya, terutama yang berbahasa takhir (Grafitipers, 1985); dan oleh
Jawa, banyak dimuat dalam majalah Suripan Sadi Hutomo dalam buku
Waspada, Mekar Sari, Kekasihku, Antologi Puisi Jawa Modern 1940—
Jaya Baya, Crita Cekak, Gotong Ro- 1980 (Sinar Wijaya, Surabaya,
yong, Panjebar Semangat, dan Ku- 1984). Di samping itu, Trim Sutidjo
mandhang. Pada tahun 1966, bersa- juga menyusun buku pelajaran untuk
ma-sama N. Sakdani, pemimpin re- Sekolah Dasar, terutama mengenai
daksi Dharma Nyata di Sala, Trim pembahasan soal-soal EBTA. Da-
Sutidjo mengumpulkan karya-karya- lam karya-karyanya, ia tidak pernah
nya yang berupa puisi dengan judul menggunakan nama samaran.
Pupus Cindhe (CV Pembina, Sura- Selain aktif di dunia jurnalistik,
karta). Dalam antologi guritan terse- Trim Sutidjo juga aktif menghadiri
but terdapat pula sebuah cerita pen- berbagai pertemuan sastra Jawa. Ke-
dek Trim Sutidjo yang berjudul “Te- tika diselenggarakan pertemuan pe-
manten Ing Akherat”. Buku tersebut ngarang di Yogyakarta (Agustus
pernah dibahas oleh Muryalelana 1966), ia ikut membidani berdirinya
(Djaka Lodang, No. 584—587, Ta- Organisasi Pengarang Sastra Jawa
hun XII, 1967). (OPSJ). Dalam pertemuan itu Trim
Sutidjo diberi kepercayaan untuk
576 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

memegang jabatan sebagai ketua “Balada Sartini Prawan Sunthi


OPSJ komisariat Jawa Barat. Sejak Kulon Gili”. Sejak itu ia rajin me-
itu, ia masih terus aktif hadir dalam nulis dan mempublikasikan karya-
berbagai pertemuan sastra Jawa di karyanya di media massa berbahasa
Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Sa- Jawa seperti Panjebar Semangat,
la, Surabaya, Bojonegoro, dan seba- Jaya Baya, Djaka Lodang, Mekar
gainya. Sari, Jawa Anyar, Pagagan, Pana-
kawan dan media massa berbahasa
turiyo ragilputra (1964— ) Indonesia, seperti Suara Merdeka,
Turiyo Ragilputra dilahirkan di Surabaya Post, Kridha, Kridha Wi-
Kaibon, Ambal, Kebumen, Jawa Te- yata, Inspirasi, dan Rindang.
ngah, pada 7 April 1964. Ia lahir dari Walaupun menulis dalam dua ba-
rahim seorang ibu bernama Saniyem hasa, Turiyo Ragilputra lebih men-
(alm.), seorang petani, beragama Is- curahkan perhatian pada karangan
lam, dan berasal dari etnis Jawa va- berbahasa Jawa; dan itu terlihat sam-
rian Kebumen (Banyumas). Ayah- pai kini ia telah mempublikasikan
nya, Kartopawiro, pernah menjadi se- tidak kurang dari 500 guritan, lebih
orang Kamituwa, beragama Islam, dari 60 cerkak, dan puluhan esai sas-
berasal dari etnis yang sama pula. tra yang dimuat di berbagai media
Pendidikan SD ditempuh di desa ke- massa. Sampai biografi ini ditulis,
lahirannya, yakni SD Negeri Kai- Turiyo Ragilputra belum pernah me-
bon, tamat 1976. Pendidikan SLTP nerbitkan novel berbahasa Jawa.
diselesaikan pada 1981 di SMP Pem- Akan tetapi, ia telah menulis dua bu-
da Ambal, Kebumen. Sementara itu, ku bacaan fiksi berbahasa Indonesia
pendidikan SLTA ditempuh di SPG untuk SLTP, yakni Memburu Pen-
Negeri Kebumen, lulus 1983. Sete- jahat Berkacamata (1999), dan Ma-
lah tamat SPG, tepatnya sejak 1986, tahari di Pinggang Bukit (Hidayat,
ia diangkat menjadi guru SD di Am- 2000). Dua buku ini masing-masing
bal, dan profesi itu masih ia tekuni terpilih sebagai pememang I dalam
hingga sekarang. Sayembara Penulisan Naskah Buku
Sejak menjadi guru SD Turiyo Bacaan Fiksi SLTP tingkat Propinsi
Ragilputra mulai mengarang (awal Jawa Tengah.
1987), tidak hanya dalam bahasa Ja- Pengarang yang kadang-kadang
wa, tetapi juga bahasa Indonesia, menggunakan nama samaran Kidung
baik berupa puisi, macapat, cerpen, Mustikareni ini semakin eksis dalam
bacaan remaja, maupun artikel bu- kancah sastra Jawa modern sejak ta-
daya dan pendidikan. Cerpen (cer- hun 1990-an, lebih-lebih setelah ia
kak) pertamanya dimuat di Panjebar bergabung menjadi anggota SSJY
Semangat (1987) berjudul “Kabu- (Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta)
jung Ayang-Ayang”, sedangkan puisi yang berdiri pada 1991 dan bermar-
(guritan) pertamanya dimuat di Pa- kas di Balai Penelitian Bahasa Yog-
njebar Semangat (1987) berjudul yakarta. Hal tersebut terbukti, baru
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 577

sekitar lima belas tahun terjun ke da- dia massa. Hanya saja, sampai saat
lam kancah dunia kesusastraan Jawa, ini ia belum memiliki satu buah pun
ia telah memperoleh berbagai peng- buku kumpulan (antologi) puisi atau
hargaan sastra dari berbagai pihak. cerpen yang terbit. Hanya sebagian
Penghargaan (hadiah sastra) yang kecil karyanya diambil oleh orang lain
telah diperolehnya di antaranya (1) dan dihimpun dalam buku antologi,
juara II lomba penulisan guritan yang baik guritan maupun cerkak. Puisi-
diselenggarakan Sanggar Triwida nya berjudul “Serere Adhuh Lae” dan
Tulungagung, Jawa Timur, 1990; (2) “Kidung Kamardikan” (dua puisi ini
“Hadiah Sastra” dari Panjebar Se- menjadi juara lomba penulisan puisi
mangat untuk guritan-guritannya yang diadakan Taman Budaya Yog-
selama setahun (1990) yang dimuat yakarta dan Dewan Kesenian Yogya-
di majalah tersebut; (3) “Hadiah Sas- karta) diterbitkan dalam Antologi
tra” dari Panjebar Semangat untuk Geguritan dan Crita Cekak (Taman
esai-esai sastranya yang dimuat di Budaya Yogyakarta, 1991). Semen-
majalah itu selama setahun (1991); tara itu, cerpennya yang berjudul
(4) juara I lomba mengarang guritan “Thungkling” disertakan dalam buku
yang diselenggarakan Taman Buda- Mutiara Segegem: Antologi Crita
ya dan Dewan Kesenian Yogyakarta, Cekak (FPBS IKIP Yogyakarta,
1991; (5) juara I lomba mengarang 1993) hasil suntingan Suwardi En-
guritan yang diselenggarakan Balai draswara; dan cerpennya “Srenge-
Penelitian Bahasa Yogyakarta, 1991; nge” diterbitkan dalam Niskala: An-
(6) menjadi nominator “Hadiah Sas- tologi Crita Cekak Eksperimen
tra” untuk cerpennya “Paman Tuki” (FPBS IKIP Yogyakarta, 1993) sun-
di Panjebar Semangat (1993); (7) ha- tingan Suwardi Endraswara juga.
diah sastra “Sinangling” (juara II) Tiga puisinya berjudul “Pawarta
dari majalah Pagagan (1995); dan (8) Tiwase Paman Dengkek”, “Mbam-
juara II lomba penulisan guritan yang bung Sundhul Wuwung”, dan
diadakan Sanggar Sastra Triwida “Mbokmenawa Iki Dina Isih Ana
(1995). Pada tahun 2001, ia kembali sing Durung Bisa Mangan Sega” di-
memperoleh hadiah (sebagai juara I) sertakan dalam buku Cakra Mang-
dalam lomba menulis cerkak yang di- gilingan: Antologi Geguritan dan
selenggarakan SSJY (Sanggar Sas- Cerkak Pengarang Sastra Jawa
tra Jawa Yogyakarta) bekerja sama Modern (FKY V, 1993). Sementara
dengan LKBS (Lembaga Kajian Bu- itu, cerpennya “Gendir” dimuat da-
daya Surakarta). lam buku Pangilon: Antologi Cerkak
Pengarang berdarah Kebumen lan Geguritan (Sapu Lidi, 1994) un-
yang tidak bersedia disebutkan bio- tuk menyambut FKY VI. Dua buah
data istri dan anak-anaknya (menu- guritannya, yakni “Baladha Kasan
rutnya, hal ini biar tetap menjadi ra- Puthul” dan “Oom, Oom – Tante,
hasia pribadi) ini telah banyak mem- Tante” disertakan dalam antologi Fes-
publikasikan karya-karyanya di me- tival Penyair Sastra Jawa Modern
578 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

(1995) yang diterbitkan untuk me- ripan Sadi Hutomo (Guru Besar Uni-
nyambut Hari Ulang Tahun Ke-15 versitas Negeri Surabaya) mengakui
Sanggar Sastra Triwida, Tulung- dengan menyatakan bahwa Turiyo
agung, Jawa Timur. Ragilputra termasuk salah seorang
Pada tahun 1995, FKY VII kem- pengarang yang tidak hanya produk-
bali menerbitkan buku antologi ge- tif, tetapi juga kreatif, dan karya-kar-
guritan, cerkak, macapat, dan siteran yanya cukup kuat dan berkualitas.
dengan judul Pesta Emas Sastra Ja- Kenyataan itu pula yang membuat
wa Daerah Istimewa Yogyakarta karya-karya pengarang yang oleh
(Pustaka Pelajar, 1995). Buku sun- Suripan Sadi Hutomo dikelompokkan
tingan Linus Suryadi AG dan Dhanu sebagai Angkatan ‘80-an itu menda-
Priyo Prabowa itu memuat karya 36 pat perhatian serius dari masyarakat
pengarang Jawa, di antaranya karya pembaca. Hal tersebut terbukti, be-
guritan Turiyo Ragilputra (9 buah). berapa guritannya, di antaranya “Aku
Buku berjudul Pisungsung: Antologi Kangen”, “Karana Panantangmu”,
Geguritan lan Cerkak (Pustaka dan “Upama Aku Bisa Milih Dhe-
Pelajar, 1997) yang dieditori Dhanu weke”, diterjemahkan ke dalam ba-
Priyo Prabowo dan diterbitkan da- hasa Indonesia oleh Rachmat Djoko
lam rangka FKY IX tahun 1997 juga Pradopo dan dimuat di majalah sas-
memuat 10 guritan karya Turiyo Ra- tra Horison (November 1998).
gilputra. Sementara itu, cerpennya Di samping itu, beberapa karya
berjudul “Matine Sura Topeng” (pe- pengarang yang kadang-kadang
menang I Lomba Penulisan Cerkak menulis dengan gaya (dialek) Jawa
yang diselenggarakan SSJY bekerja Timuran dan Banyumasan (terutama
sama dengan LKBS) disertakan da- dalam guritan) tersebut juga telah di-
lam buku Bandha Pusaka: Antologi jadikan sebagai objek kajian oleh be-
Cerita Pendek Jawa (Radhita Buana, berapa mahasiswa sastra dalam rang-
2001). Sebagaimana diketahui bah- ka memperoleh gelar sarjana. Di an-
wa karya-karya yang disertakan da- taranya oleh Riana Wati, mahasiswa
lam buku-buku antologi tersebut se- FS UGM, dengan judul “Geguritan
belumnya telah dimuat dalam media Karya Turiyo Ragilputra: Tinjauan
massa berbahasa Jawa, kecuali kar- Intrinsik dan Ekstrinsik” (1996);
ya yang khusus diikutsertakan dalam oleh Nurmanto Widodo, mahasiswa
lomba penulisan guritan atau cerkak. FS UNS, dengan judul “Permasalah-
Kendati sampai kini belum me- an Cinta dalam Lima Cerpen Karya
nerbitkan buku antologi yang khusus Turiyo Ragilputra” (1998); oleh Agus
memuat karya sendiri, tidak berarti Budiono, mahasiswa FS UNS, de-
Turiyo Ragilputra tidak layak dise- ngan judul “Aspek Moralitas dalam
but sebagai pengarang yang cukup Lima Crita Cekak Karya Turiyo Ra-
eksis. Bahkan, beberapa ahli seperti gilputra” (1998); dan oleh Sutapa,
Rachmat Djoko Pradopo (Guru Be- mahasiswa FBS Universitas Negeri
sar Fakultas Sastra UGM) dan Su- Semarang, dengan judul “Puisi-Puisi
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 579

Jawa Karya Turiyo Ragilputra da- mengandung nilai-nilai multidimen-


lam Persepsi Nilai-Nilai Moral Ke- sional, penuh pernik estetika, dan sa-
pemimpinan: Suatu Kajian Sosiokul- rat simbol dan piwulang itu dapat
tural” (2000). memberi nilai lebih pada hidup dan
Selama ini pengarang Jawa yang kehidupan umat manusia.
tinggal di Kaibon, Ambal, Kebumen Dilihat sepintas dapat dinyata-
54392 ini tidak nyambi kerja lain de- kan puisi-puisi Turiyo Ragilputra se-
ngan alasan tidak mempunyai sawah cara dominan mempersoalkan pro-
bila ingin menjadi petani dan takut blem kehidupan pada level sosial dan
menjadi kaya bila ingin berdagang. metafisikal; hal ini sesuai dengan la-
Meskipun profesi pokoknya adalah tar belakang kehidupannya sebagai
guru, sebagai guru ia tidak begitu me- penyair Islam yang menaruh perha-
nonjol dan yang justru sangat me- tian besar pada peristiwa-peristiwa
nonjol adalah kiprah, semangat, dan yang terjadi di lingkungannya. Hal se-
kesuntukannya dalam dunia kesusas- rupa juga dominan dalam cerpen-cer-
traan Jawa modern meskipun bagi- pennya. Dalam cerpen-cerpennya as-
nya kegiatan bersastra hanya seka- pek sosial memang tampak ditam-
dar untuk hobi dan menghibur diri se- pilkan lebih eksplisit, tetapi aspek itu
perti halnya mendengarkan musik hanya dimanfaatkan sebagai sarana
atau rekreasi. Yang pantas diacungi pengungkap aspek yang lebih esen-
jempol bagi Turiyo Ragilputra ada- sial, yaitu aspek religius.
lah di tengah-tengah kesibukan dan
rutinitasnya mengajar di SD, ia mam- tutur
pu menelorkan ratusan guritan, pu- Istilah tutur adalah sebutan un-
luhan crita cekak, puluhan esai, dan tuk salah satu jenis naskah keaga-
beberapa bacaan fiksi (novel) rema- maan Jawa Kuna dari masa pra-Islam
ja, di samping aktif pula mengikuti yang tergolong paling tua. Isi tutur
berbagai lomba, menghadiri berba- memang dapat dinamakan menyang-
gai pertemuan (seminar, lokakarya, kut “tradisi suci” yang diturunkan
sarasehan), baik sebagai peserta mau- secara turun-temurun selama bebe-
pun pembicara. Itulah sebabnya, sa- rapa generasi. Tradisi suci tersebut
ngat masuk akal apabila pengarang menyangkut bahasan, inti pengajar-
ini pantas mendapat perhatian lebih an mengenai ritual agama Siva, ter-
karena kehadirannya dalam khaza- masuk jenis doa berbentuk mantra,
nah sastra Jawa modern membawa semadi, dan kurban. Kebanyakan
kecemerlangan tersendiri. Apalagi, naskah tersebut tersimpan di pulau
terhadap sastra dan budaya Jawa, ia Bali dan pada umumnya berbahasa
memiliki harapan jauh ke depan, yak- Jawa Kuna dan beraksara Bali. Nas-
ni sastra dan budaya Jawa hendak- kah tutur yang paling tua ialah Tutur
nya terus hidup dan berkembang, di- Bhuvanakosa.
cintai masyarakatnya, karena menu-
rutnya sastra dan budaya Jawa yang
580 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

u
ukara sesumbar mlebua nyang lak-lakaning na-
Istilah ukara sesumbar terdiri ga, mangsa wurunga karasa ing
atas dua kata, yakni ukara dan se- tanganku kowe.
sumbar. Kata ukara berarti ‘kalimat’ njeroke jagang, ndhuwurna ka-
atau ‘ungkapan’, sedangkan sesum- purancang! mangsa wurunga
bar berasal dari kata sumbar yang dakgawe karang abang naga-
berarti ‘mengeluarkan perkataan ramu!
yang bermaksud menantang untuk Ampyaken kaya wong njala,
mengadu kesaktian, kelebihan, ke- krubuten kaya menjangan mati!
kuatan, kepandaian, dan sebagainya’.
‘Jika memang laki-laki, keluar!
Disumbari berarti ‘ditantang untuk
menantanng apa, berapa hari sa-
mengadu kesaktian, kemampuan, ke-
ya layani!
kuatan, dan sebagainya’. Sementara
meskipun ke tenggorokan naga,
itu, istilah nyumbari berarti ‘menan-
pasti merasakan tanganku,
tang untuk megadu kelebihan yang
kamu.
dimilikinya’. Jadi, istilah ukara se-
galilah lubang, tinggikan beteng,
sumbar dapat diberi maka ‘kalimat
pasti saya kubumihanguskan ne-
atau ungkapan untuk menantang’.
garamu
Kalimat penantang itu biasanya di-
jaringlah seperti menjala, kroyok
sampaikan dengan suara yang keras.
seperti menjangan mati’
Bahkan, diikuti dengan kata-kata ka-
sar yang intinya adalah merendahkan Ungkapan penantang yang di-
orang yang ditantang. Di dalam sas- ucapkan oleh tokoh kesatria dan rak-
tra Jawa banyak ditemukan ungkap- sasa memiliki ciri khas tersendiri se-
an-ungkapan yang menunjukkan se- perti contoh berikut.
sumbar atau menantang, baik dalam Raksasa : Yen kena dakeman balia!
karya yang berbetuk prosa maupun Kesatria: Ora ana gawar, ora ana
dalam bentuk tembang. Ukara sesum- awer-awer, pagene ngalang-
bar itu sangat menarik karena disam- alangi lakuku?
paikan dengan cara menggunakan Raksasa : Endas buta pating jeng-
diksi dan gaya bahasa menarik pula. gelek!
Berikut contoh ukara sesumbar yang Kesatria : Endhas buta daksampar
biasa digunakan oleh tokoh ketika daksandhung, mangsa wurunga
akan atau sedang berperang mela- mawut sirna!
wan musuh. Raksasa : We hla! Babo, babo! Ora
Yen nyata lanang metua kena ginawe becik! Wani karo
ngajak apa, pirang dina dakla- aku!
deni Kesatria : Sing takwedeni apamu!
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 581

Raksasa : Jika mau kuingatkan, kem- Terbuat dari permata seperti gu-
bali! nung api
Kesatria : Tak ada aturan dan larang- Bajratudha menghadapnya, ber-
an, mengapa menghalangi jalan- payung bulu garuda seperti mega
ku!? Semata-mata matahari di gunung
Raksasa : Kepala raksasa semua be- timur bentuk busurnya bersinar-
rangkat! sinar.’
Kesatria : Kepala raksasa kusaruk,
kusandung, pasti mati semua ura-ura
Raksasa : He, bangsat! tidak bisa di- Di dalam sastra Jawa, khusus-
sapa! Berani kau denganku! nya sastra lisan terdapat istilah ura-
Kesatria : Yang saya takuti apa!? ura. Kata ura-ura mempunyai dua
makna, yaitu makna pertama tetem-
upamãma/upama bungan seru utawa tetembungane
Istilah dari bahasa Sanskreta mung apalan wae ‘ungkapan keras
yang digunakan dalam bahasa Jawa atau ungkapan yang hanya hapalan
Kuna, khususnya dalam puisi Jawa saja’. Makna kedua berarti tali atau
Kuna (kakawin). Istilah upamãma/ besi untuk menali blandar ‘balok ka-
upama tetap memiliki arti yang sama yu rumah joglo’. Kaitannya dengan
dengan yang digunakan dalam baha- sastra Jawa, istilah ura-ura mengacu
sa aslinya (Sanskreta). Adapun upa- pada makna pertama, yakni ungkap-
mãma/upama maksudnya adalah an yang berkaitan dengan lagu atau
persamaan, perbandingan, kemirip- lelagon. Karena ura-ura itu berupa
an, objek yang diperbandingkan; se- dendangan yang sifatnya hapalan sa-
banding dengan. Berikut contoh upa- ja, cakepan atau bahannya tidak di-
mâma/upama. tulis dalam buku. Maka, waktu di-
Sang Hyang Surapati mêtu dendangkan, pendendang tidak mem-
sangka ri(ng) kutha lawan (su)- bawa buku. Budaya semacam itu
rabala gumuruh/ berkaitan dengan budaya lisan. Ura-
Erawana gajapati rêngga-rung- ura dilakukan pada waktu sedang
gu nira ratna kadi gunung apuy/ santai, istirahat, maupun tiduran.
Bajrayudha marêk i (payung) Adapun bahannya biasanya berupa
sira(payung) garudaroma kadi tembang yag diplesetkan maknanya
jaladhara/ seperti conntoh ura-ura Semut Ireng
(sãksat) haruna ring u(d)ayadri berikut ini.
wimba (ni(ng) dhanuh nira ma- Semut ireng ngendhog jroning
kara-kara// geni,
ana merak bandrek lawan lan-
‘Sang Hyang Surapati keluar
dhak,
dari benteng beserta bala tentara
konang sakenong matane,
dewa, gemuruh suaranya
tikuse padha ngidung,
Pelankan gajah besar Erwana
tempat semayamnya,
582 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kucing gering ingkang nung- lalu mendekat, perang tanding,


goni, saling tinju, saling garuk,
kodhok nawu segara, saling gigit, saling sergap
oleh bantheng sewu, menampar, menjambak sama-
si precil ingkang anjaga, sama mengernyingkan gigi sa-
semut ngangkrang angrang- ngat marah.’
sang gunung merapi,
wit ranti awoh dlima. ustadji pantja wibiarsa
‘Semut hitam bertelur di dalam
(1961—)
Ustadji Pantja Wibiarsa, atau
api
lebih dikenal dengan nama Ustadji
ada merak, bandrek, dan landak
Pw, lahir di Yogyakarta, 4 Agustus
kunang-kunang satu kenong ma-
1961. Pendidikan terakhirnya adalah
tanya
Jurusan Bahasa dan Sastra Indone-
tikus-tikus bernyanyi
sia FFBS IKIP Semarang. Hingga se-
kucing sakit yang menunggui
karang lelaki beragama Islam yang
katak menguras lautan
kini bertempat tinggal di Gang Belut
dapat banteng seribu
No. 4, Senepo, Seleman Timur, RT
si precil yang menjaga
01, RW 02 (depan mushala Al-Khai-
semut merah meraih gunung
rat) Kutoarjo 54212, Purworejo, Ja-
Merapi
wa Tengah ini masih tetap menjadi
pohon ranti berbuah delima.’
guru di SMP Negeri Bayan, Purwo-
rejo.
ûrjasvi
Meskipun tinggal di Kutoarjo, Ja-
Ûrjasvi adalah ungkapan yang
wa Tengah, yang berjarak sekitar 50
menonjolkan kebanggaan atau yang
km dari Yogyakarta, pengarang yang
menyatakan keperkasaan ataupun
aktif menulis sastra Jawa dan Indo-
kelebihan. Adapun contohnya seba-
nesia ini seolah tidak dapat berpisah
gai berikut.
dengan kota Yogyakarta. Sebab, sam-
Humung humrêng mangsö ta si-
pai saat ini ia masih menjadi anggota
ra kadi wyãghra magalak,
Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta
lawan sang Sugriwogratara kadi
(SSJY) yang bermarkas di Balai Ba-
singhãngrãpa mangang
hasa, Jalan I Dewa Nyoman Oka 34,
masö madwandwãprêp magarut
Yogyakarta 55224. Sebab, walaupun
asahut kapwa manikêp,
akhir-akhir ini kurang aktif, dalam
manampyal mangrunggut pada
pertemuan rutin dua atau tiga bulanan
ta sira gutgûtên abutêng.
yang diselenggarakan oleh SSJY ia
‘Menggeram keras-keras seperti kadang-kadang masih menyempatkan
harimau liar, ia melangkah ke diri untuk datang.
depan Sebagaimana diketahui bahwa
Sugriwa sangat hebat seperti si- Ustadji Pw terjun ke dunia karang-
nga meniarap dengan mulut me- mengarang sejak masih kuliah di
nganga
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 583

FPBS IKIP Semarang. Hingga seka- hudan rãh mangsa lawan (n)
rang pun masih menulis sastra, ter- usus,
utama guritan dan artikel, dan tu- gãgak ghora humung manam-
lisan-tulisannya itu dikirimkan ke ber arubung tang andaru kweh
berbagai majalah dan koran seperti tibã,
Djaka Lodang, Mekar Sari, Panje- moghãtah kumçdut (t) ikang
bar Semangat, Jawa Anyar, Swade- mata lawan bãhwi kiwãñ
si, Nova, Suara Merdeka, Kedaulat- cañala.
an Rakyat, dan sebagainya. Bahkan,
‘Firasat ia akan gugur di medan
penggurit yang bergabung pula de-
perang, ia (Kumbakarna)
ngan Sanggar Sastra Kopisisa Pur-
melihat suatu pertanda yang ti-
worejo dan Sanggar Sastra Kalima-
dak baik, yang menandakan ajal-
sada Kutoarjo itu seringkali juga me-
nya
nyertakan beberapa karyanya dalam
tampak mendung merah di ang-
antologi bersama. Misalnya, guri-
kasa, tak putus-putusnya
tan-guritan-nya antara lain masuk
hujan darah bersama daging dan
dalam antologi Pangilon (1994) dan
usus
Pisungsung: Antologi Geguritan
burung-burung gagak berteriak-
lan Cerkak (Pustaka Pelajar, 1997)
teriak, menukik
yang diterbitkan dalam rangka Fes-
mengerumuni beberapa bola api
tival Kesenian Yogyakarta.
berjatuhan
tiba-tiba matanya berkedip serta
utpreksa pundak kirinya ikut bergetar.’
Istilah utpreksa dari bahasa Sans-
kreta yang digunakan dalam bahasa
Jawa Kuna, khususnya dalam puisi
Jawa Kuna (kakawin). Istilah itu, ut-
preksa, tetap memiliki arti yang sa-
ma dengan yang digunakan dalam
bahasa aslinya (Sanskreta). Adapun
utpreksa maksudnya adalah keang-
kuhan. Yang dimaksudkan dengan
ungkapan jenis ini adalah jika suatu
keadaan atau tindakan suatu objek,
yang bernyawa ataupun tidak, di-
gambarkan secara tertentu oleh pe-
nyair, dan oleh penyair dikhayalkan
sebagai bercara atau dengan keada-
an lain. Berikut contoh utpreksa.
Cihna nyãn pêjaheng ranãng-
gana katon utpãta mangde pati,
meghãbang I ruhur nirantara
584 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

v
varian lam bahasa Jawa Kuna, khususnya
Istilah varian serapan dari ba- dalam puisi Jawa Kuna (kakawin).
hasa Inggris (variant). Istilah itu Istilah itu, virodha, tetap memiliki ar-
mempunyai 2 arti. Pertama, berarti ti yang sama dengan yang digunakan
bentuk yang berbeda atau menyim- dalam bahasa aslinya (Sanskreta).
pang dari aslinya, sedang arti yang Adapun virodha maksudnya adalah
kedua ialah bentuk yang dapat di- ungkapan yang menunjukkan perten-
gunakan sebagai alternatif. Misal- tangan/perlawanan. Berikut contoh
nya, cerita bersambung (Jawa: ce- virodha.
rita sambung) merupakan varian da-
Oja(r) Sang Nrpaputra rakyan
ri novel karena sebenarnya novel itu
aparan hinarêpakên,
adalah suatu genre atau jenis sastra
um(u)(ngi) ngkurã(ng)dyahi
yang ciri dasarnya bentuk prosa—
per-pêtan
yaitu dicetak sebagai buku atau di-
ngwang i ramya-ramya ni wu-
muat secara beruntun dalam media
wusta mamasa-masa nguni ring
massa—tetapi pada struktur inter-
guhã
nalnya.
mangka sa(r)wa manik(w)akên
tangan alah (ng)hulu ari
versi têkap ing prabancana
Dalam kosa kata Jawa tidak di-
hambêk ni ngwang arês mada-
temukan kata versi karena di dalam
dyana tanah kawadi lara
aksara Jawa tidak ditemukan huruf
ni(ng) wuryan ing kuku
“v”. Kata versi adalah istilah yang
berasal dari bahasa asing. Istilah ver- ‘Berkatalah Sang Rajaputra,
si berkaitan dengan dunia pernaskah- “Dewi, apa sebabnya, jika diha-
an. Misalnya, naskah A terdiri atas dapi,
beberapa naskah, naskah versi B ter- membalikkan diri, bertingkah se-
diri atas beberapa naskah, dan seba- perti perawan?”
gainya. Jadi, versi berarti olahan se- hendak kudapati indah permai-
buah teks dalam bentuk, gaya, kata, nya kata-katamu, yang
atau media yang lain. Versi lain se- merajuk-rajuk dahulu di gua
buah teks dapat mengandung penaf- kini serba menyikukan tangan,
siran yang berbeda ataupun berla- kalah aku, Nini, oleh godaan
wanan dari aslinya. batinku takut, jangan-jangan
menjadi anak batu tulis
virodha di dalam kasang, yang menderita
Istilah virodha berasal dari ba- sakit karena bekas kuku.’
hasa Sanskreta yang digunakan da-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 585

višesokti vyãtireka
Istilah višesokti berasal dari ba- Istilah vyãtireka berasal dari ba-
hasa Sanskreta yang digunakan da- hasa Sanskreta yang digunakan da-
lam bahasa Jawa Kuna, khususnya lam bahasa Jawa Kuna, khususnya
dalam puisi Jawa Kuna (kakawin). dalam puisi Jawa Kuna (kakawin).
Istilah itu, višesokti, tetap memiliki Istilah itu, vyãtireka, tetap memiliki
arti yang sama dengan yang diguna- arti yang sama dengan yang diguna-
kan dalam bahasa aslinya (Sanskre- kan dalam bahasa aslinya (Sanskre-
ta). Adapun višesokti maksudnya ta). Adapun vyãtireka maksudnya
adalah ungkapan yang dengan peru- adalah pernyataan perbedaan yang
bahan atau variasi menunjukkan se- disiratkan atau dikatakan berkenaan
suatu yang istimewa, baik dalam hal dengan dua hal yang bersamaan. Be-
kualitas (guna), golongan (jati), pre- rikut contoh vyãtireka.
dikat (kriya), maupun benda/orang/
Tan samwas i(ng) amuhara
objek (dravya). Berikut contoh više-
ku(ng) katon grêt i(ng)
sokti.
galunta kadi tinulisan
Mapa de ning ahyas ibu ngüni ang(h)rês tapak I tali-tali(n)ta
karam (ning a)nêmwaken de ni(ng) panguca(l)ta
(h)ayu kilayu manê(n)dêe(ng)
mangunêng galuh ka(r)ika rakryan humênênga sikitari
nitya karamas ing tungtung ing halista juga suma-
a(ag)n(Ö)b(w)akên gêlung hura
mapupur mênur mawi(d)a kêm- gya(ng) sri kari humaliwat hade
bang ing a(ng)sama wa(ning) nginikenta
karid(dy)ah I nghulun ta kari kasisir
a(th)awasusu(r) têbu kari
‘Tak jenak membangkitkan as-
(b)wa(t) ari tuhaganapêpêh
mara pula garis lehermu
madhu
bagaikan ditulis
‘Bagaimana gerangan caranya membuat pilu bekas sabukmu
berhias, Nini, sehingga oleh karena kancingmu
mendapatkan kecantikan bunga kilayu yang sedang mekar
manguneng galuhkan itu yang Dewi, sekalipun engkau diam,
senantiasa menjadi Adinda, jung keningmu
keramas melebatkan sanggul? Jua hendaklah menjawab
berbedak melati, berboreh bunga Hyang Sri-kah itu yang lewat?
angsanakah, Dewiku? Bukan! Wangi kainmu
atau bersugi rebukan gerangan, Itulah tertiup angin.’
Adinda, selalu
berpelupuh madu.’
586 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

w
wadana tha Muja Aneng Narpati” (1872 Ja-
Hiasan atau lukisan yang mewa- wa), dan di bagian bawah terdapat
dahi teks dalam bentuk yang indah lukisan “pendeta duduk menghadap
dan beragam dalam naskah disebut sesaji di depan pintu gerbang istana”
wadana. Pada wadana itu kadang- yang berpadanan dengan sengkalan
kadang terdapat lukisan dalam ben- “Jalmi Suci Dwareng Ratu” (1941
tuk sengkalan memet, seperti yang Masehi). Pada bagian terbawah
terdapat dalam catatan waktu penu- wadana itu juga dicantumkan kedua
lisan di depan Babad Ngayogyakar- angka tahun tersebut di atas. Wadana
ta: Hamengku BuwanaI —Hameng- pada catatan waktu penulisan di be-
ku Buwana III (A 80/W 80), Babad lakang halaman verso (halaman 407)
Ngayogyakarta: Hamengku Buwa- babad itu belum selesai pewarnaan-
na VIII (A 44/W 95), serta dalam ca- nya. Bagian wadana yang belum di-
tatan waktu penulisan di depan dan warnai itu berbentuk pola yang dilu-
belakang Babad Ngayogyakarya: kis dengan pensil.
Hamengku Buwana VIII (A 55.W
102). Pada bagian atas catatan wak- wahyu haryanto (1972— )
tu penulisan di depan Babad Ha- Penulis dengan kemampuan oto-
mengku Buwana VIII (A 55/W 102), didak ini merupakan anak tunggal
misalnya, terdpat lukisan “gajah me- dari pasangan Warno (Blitar) dan Is-
mangsa buah nenas di bawah mah- tuning Rubingah (Tulungagung).
kota raja Hamengku Buwana VIII” Lahir di Surabaya pada 14 Oktober
yang berpadanan dengan sengkalan 1972. Pendidikan formalnya ditem-
“Ngesthi Rasa Astha Nata” (1868 Ja- puh di Surabaya: SD Keputran VIII
wa), dan pada bagian bawah terda- (1980-1986), SMP Negeri 6 (1986-
pat lukisan “pendeta duduk dengan 1988), SMA Negeri 3 (1989-1991),
memegang lilin di depan pintu ger- dan FISIP Unair (1991-1999).
bang istana” yang berpandanan de- Kegiatan menulis diawali ketika
ngan dengan sengkalan “Wiku Guna menjadi mahasiswa (1994). Tulisan
Aneng Wiwaraning Ratu” (1937 Ma- pertamanya (dalam bahasa Indone-
sehi). Pada bagian terbawah wadana sia) terbit di Surabaya Post. Menulis
itu pun dicantumkan kedua angka ta- dalam bahasa Jawa, katanya, memi-
hun tersebut di atas. Kemudian, pada liki kendala tertentu karena sistem
bagian atas catatan waktu penulisan, bahasa Jawa lebih berpretensi pada
di belakang babad itu terdapat lukis- curahan perasaan semata daripada
an “dua tangan menengadah ke mah- logika. Meskipun demikian, menulis
kota Hamengku Buwana VIII” yang sastra dalam bahasa Jawa merupa-
berpadanan dengan sengkalan “As- kan panggilan yang mendatangkan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 587

keasyikan tersendiri. Keseriusannya dan menengahnya di Blitar: SD (lu-


dalam bidang kesenian dan akademik lus 1972), SMP (lulus 1975), dan
dibuktikan dengan prestasi yang di- SLTA (lulus 1979). Begitu lulus dari
capai. Prestasi yang pernah diraih SLTA, ia langsung diterima bekerja
adalah juara II dalam lomba Puisi di Dinas Pendidikan dan Kebudaya-
Pekan Seni Mahasiswa Nasional ke- an Kabupaten Blitar; dan pekerjaan
5 (1999). Selain itu ia meraih peng- itu masih ditekuni hingga sekarang.
hargaan sebagai mahasiswa berpres- Tidak lama setelah bekerja mu-
tasi untuk bidang seni di UNAIR lailah Wahyudi menyalurkan bakat-
(2000). nya menulis/mengarang. Sejak tahun
Guritan dan puisinya terbit da- 1981 hingga sekarang karya-karya-
lam antologi Malsasa (Dewan Kese- nya (guritan, cerkak, cerita anak, ce-
nian Surabaya, 1996), Pelajaran rita rakyat, naskah drama/sandiwa-
Daun (Surabaya, 1996), “Ensiklo- ra, dan esai/artikel) telah tersebar lu-
pedia Raib” dan “Lanskap Kesedih- as di berbagai media massa berba-
an” dalam Luka Waktu (Taman Bu- hasa Jawa (Panjebar Semangat, Ja-
daya Jawa Timur, 1998), Keajaiban ya Baya, Jawa Anyar, Djaka Lo-
Bulan Ungu (Dewan Kesenian Sura- dang) dan berbahasa Indonesia. Me-
baya, 2000), “Phenomenon” dalam ngapa ia terjun ke dunia karang-me-
Omongo Apa Wae (Taman Budaya ngarang? Karena, menurutnya, de-
Jawa Timur, 2000), Gelak Esai dan ngan mengarang ia dapat memper-
Ombak Sajak (Kompas, 2001), oleh banyak kawan, di samping ingin
“Gondomayit”, “Gurit Sekar Su- mendapatkan penghasilan tambah-
mawur”, dan “Gendhing Dhusun an.
Sinanding: Kursine Suwargi Mbah Pengarang yang masih bersau-
Markiyem” dalam Kabar Saka Ben- dara dengan Yudhet (Yudi Triantoro)
dulmrisi (Paguyuban Pengarang Sas- dan kini tinggal di Benda RT 05, RW
tra Jawa Surabaya, 2001), serta Me- 02, Ponggal, Blitar, Jawa Timur ini
mo Putih (Dewan Kesenian Jawa Ti- masih ingin terus menulis walaupun
mur, 2000). Di luar itu masih banyak kesibukannya di kantor menjadi ken-
karyanya yang dipublikasikan, baik dala bagi produktivitasnya. Selain itu,
dalam media massa berbahasa Jawa ia juga ingin terus meningkatkan kua-
maupun berbahasa Indonesia, dan litas karya-karyanya; setidak-tidak-
dalam beberapa antologi. nya seperti karyanya yang pernah di-
tetapkan oleh dewan juri ketika dise-
wahyudi (1959—) lenggarakan Lomba Penulisan Nas-
Di dalam karya-karyanya Wah- kah Drama Bertema Perjuangan da-
yudi kadang-kadang menggunakan lam rangka Hari Pahlawan oleh Pem-
nama samaran Atiek Brata atau W. da Jawa Timur di Surabaya. Ketika
Youdhie. Pengarang beragama Islam itu, ia memperoleh penghargaan dari
kelahiran Blitar, 17 November 1959 Gubernur Jawa Timur. Hanya sa-
ini menyelesaikan pendidikan dasar yangnya, meski publikasi karya-kar-
588 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yanya sudah cukup banyak, sampai Pindhang lulang bernama


kini ia tidak memiliki dokumentasi krecek sehingga tebakannya
pribadi. jatuh pada kata kacek.
2. Wangsalan Rangkep/Camboran
wangsalan Jenis wangsalan ini menyedia-
Gabungan kata semacam cang-
kan tebakan lebih dari satu buah.
kriman ‘teka-teki’ yang menyertakan
Struktur wangsalan ini secara ke-
jawabannya dan jawaban tersebut
seluruhan terdiri atas dua baris
ditampilkan dalam bentuk tersamar.
dan setiap baris terdiri atas dua
Jawaban atau tebakan itu tidak di-
bagian. Baris pertama merupa-
munculkan secara utuh, tetapi hanya
kan teka-tekinya dan baris kedua
dimunculkan dalam satu suku kata
merupakan tebakan/jawaban-
atau lebih.
nya.
Contoh:
Contoh:
Jenang gula, aja lali ‘jenang
Jenang sela, wader pari seson-
gula, jangan lupa’
dheran
Jenang gula itu disebut glali, jadi
‘Jenang batu, ikan sepat berse-
ada unsur suku kata li yang di-
lendang’
hubungkan dengan suku kata li
pada lali. (Makna teka-teki bagian perta-
ma apu dan bagian kedua sepat)
Wangsalan dibedakan atas be- Apuranta, yen wonten lepat ka-
berapa macam, yaitu (1) Wangsalan wula
lamba; (2) Wangsalan Rangkep/ ‘Maafkan jika ada kesalahan
Camboran; (3) Wangsalan Memet; saya’
(4) Wangsalan beraturan tertentu; (6)
Wangsalan indah; dan (7) Wangsalan Kata apu bertemu dengan kata
yang dipergunakan dalam tembang. apuranta dan kata sepat berte-
1. Wangsalan lamba mu dengan kata lepat.
Jenis wangsalan ini hanya me- 3. Wangsalan Memet
nyediakan satu tebakan. Struk- Cara mencari tebakan dalam
turnya terdiri atas satu kalimat wangsalan memet harus dilaku-
yang terjadi atas dua bagian, ba- kan dengan memaknai kata sam-
gian depan dan bagian belakang. pai dengan dua tahap.
Bagian depan berisi wangsalan Contoh:
dan tebakannya terletak pada ba- Uler-kambang, yen trima alon-
gian belakang. alonan
Contoh: ‘Pacet, jika mau pelan-pelan’
Pindhang lulang, kacek apa
aku karo kowe Pemaknaan pertama, uler-kam-
‘Pindang belulang, beda apa aku bang artinya lintah.
dengan kau’ Pemaknaan kedua, suku kata tah
dalam kata lintah dianggap pe-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 589

mendekan kata satitahe yang Contoh:


berarti pelan-pelan. Reca kayu, goleka kawruh
rahayu
4. Wangsalan Padinan
‘Arca kayu, carilah pengeta-
Wangsalan padinan adalah wang-
huan yang baik’ (reca ka-
salan yang dipergunakan dalam
yu=golek)
kehidupan sehari-hari. Jenis
2) Wangsalan yang terdiri atas
wangsalan ini dibagi menjadi dua
(4 suku kata + 8 suku kata)
kelompok sebagai berikut.
x 2 = 24 suku.
1) Wangsalan yang menyerta-
Wangsalan jenis ini merupa-
kan tebakannya
kan wangsalan rangkap (isi
Contoh:
tebakan lebih daripada satu
Balung janur, muga-muga
buah) Bentuknya terdiri atas
sida tenan. (sada)
dua kalimat/dua baris. Baris
‘Tulang janur, mudah-mu-
pertama berisi wangsalan
dahan sungguh terjadi’
baris kedua berisi tebakan.
2) Wangsalan yang tidak me-
Contoh:
nyertakan tebakannya kare-
Sayuk karya, wulung wido
na orang-orang yang mende-
mangsa rowang
ngar atau yang membaca di-
‘Bekerja sama, elang hitam
anggap sudah tahu tebakan-
memangsa teman’
nya.
Sayektine wit saking bodho
Contoh:
kawula
Aku mung kepengin nggen-
‘Sebenarnya karena kebo-
tha dara sliramu (sawang-
dohan saya’
an =nyawang)
(sayuk karya = saiyeg, saeka
‘Aku hanya ingin melihat-
praya; wulung wido mangsa
mu’
rowang = bidho)
5. Wangsalan beraturan tertentu
6. Wangsalan Indah
Wangsalan jenis ini dapat dibe-
Wangsalan jenis ini mengguna-
dakan menjadi dua macam, yaitu:
kan ketentuan sebagai berikut:
1) Dengan memakai ketentuan
a) Terdiri atas dua kalimat.
4 suku kata + 8 suku kata
b) Setiap kalimat terdiri atas
Wangsalan jenis ini merupa-
dua bagian (4 suku kata di-
kan wangsalan yang hanya
ikuti dengan 8 suku kata)
menyediakan satu tebakan.
c) Kalimat pertama berisi
Bentuknya terdiri atas satu
wangsalan dan mengguna-
kalimat yang terbagi menja-
kan purwakanthi guru swa-
di dua bagian. Bagian depan
ra ‘pengulangan bunyi/ucap-
(4 suku kata) sebagai wang-
an’ dan purwakanthi basa/
salan dan bagian belakang
lumaksita ‘pengulangan kata’
(8 suku kata) sebagai tebak-
annya.
590 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Contoh: warisman (1957—)


Tepi wastra, wastra kang Warisman yang biasa dipanggil
tumrap mustaka “Ki Dalang” lahir di Kedawung, Pe-
‘tepi kain, kain untuk kepa- jagoan, Kebumen, Jawa Tengah, pa-
la’ da 22 Januari 1957. Ia berasal dari
(wastra di kepala = iket) lingkungan masyarakat desa yang
Mumpung mudha, nggegu- pola pikirnya sederhana, rukun, dan
langa ngiket basa kebiasaan gotong royongnya sangat
‘Senyampang muda, berla- kuat. Namun, ia dibesarkan di sebuah
tihlah menggunakan bahasa’ keluarga yang taat beragama (Islam).
Kakaknya, Sumardi, kini menjadi gu-
7. Wangsalan yang dipergunakan
ru SMP di Prembun, Kebumen. Wa-
dalam tembang
risman menikahi Siti Muntatinah
Jumlah suku kata dan jatuhnya
pada 1990. Dari pernikahan itu ia
suara di akhir gatra atau bagian
dikaruniai seorang anak lelaki, Bas-
tidak menentu karena terikat pa-
kara Suryandriya, yang kini masih
da guru wilangan dan guru lagu
SD.
yang berlaku pada setiap jenis
Pendidikan dasar dan menengah
tembang.
Warisman diselesaikan di Kebumen:
Contoh.
SD Kedawung I, Pejagoan (tamat
SINOM
1969), SMP IX (tamat 1972), dan
Edane wong keneng guna
SMA V Kebumen (tamat 1975). Se-
ambathik sinambi nangis
jak SD ia rajin mengaji. Sejak SMP
malam wutah balabaran
ia hobi membaca buku-buku sastra
geni mati muring-muring
Jawa, baik cerkak maupun novel, dan
prembeyan mbrebes mili
kemudian juga menulis cerita fiksi.
gawangan sinendhal putung
Namun, bakat mengarang ini baru
ya talah ta si kakang
tersalurkan ketika ia duduk di bangku
puluh-puluh awak mami
SMA. Sejak itulah karyanya banyak
petis manis wis kudu dadi po-
dimuat di berbagai media massa.
capan (petis manis = kecap)
Setamat SMA, sambil terus me-
‘Sakitnya orang terkena guna- ngarang, Warisman melanjutkan pen-
guna didikan ke UT (Universitas Terbu-
membatik sambil menangis ka), mengambil jurusan Administrasi
lilin tumpah berserakan Negara. Hanya sayang, tugas menu-
api mati (pembatik) marah-marah lis skripsi tidak ia selesaikan sehing-
air mata berlinang mau menangis ga keinginannya untuk menjadi pe-
tempat jemuran tersendal patah gawai negeri kandas. Maka, mulai
O, Allah, ya kakak saat itu, ia menekuni dunia tulis-me-
nasib badan saya nulis, baik dalam bahasa Jawa mau-
petis manis sudah harus jadi pem- pun Indonesia. Yang ditulis pun tidak
bicaraan.’ terbatas karya fiksi, tetapi juga non-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 591

fiksi seperti esai, kritik, dunia rema- “Demang Soma Kancil” pernah di-
ja, berita, dan sejenisnya. tayangkan oleh RSPD Kebumen ta-
Mulai 1976 Warisman menjadi hun 1984. Pada tahun 1990 penga-
wartawan/penulis bebas di Suara rang yang juga anggota “Macapat
Merdeka, Parikesit, Minggu ini, Solawatan Pitutur Jati” ini mengi-
Jaka Lodang, dan Mekar Sari. Sejak kuti “Temu Pengarang, Penerbit, dan
1989 ia bergabung dan menjadi kar- Pembaca” sastra Jawa yang dise-
yawan tetap di harian Kedaulatan lenggarakan Balai Penelitian Bahasa
Rakyat. Tidak lama kemudian diper- Yogyakarta. Sebagai wartawan, ia
bantukan di Mekar Sari sampai se- pernah memperoleh hadiah untuk
karang. Pernah pula menjadi kores- “Kesetiaan Profesi 8 Tahun sebagai
ponden Berita Yuda dan Parikesit. Wartawan” dari Persatuan Warta-
Di samping itu, Warisman juga aktif wan Indonesia.
menjadi redaktur majalah Pagagan Di lingkungan keluarga, Waris-
terbitan Sanggar Sastra Jawa Yogya- man dikenal sebagai suami dan ba-
karta (SSJY). pak yang baik dan selalu memper-
Hingga kini, karya-karya penga- hatikan pendidikan putranya. Bagi-
rang yang telah menulis sejak 1975 nya, pendidikan itu sangat penting.
itu tidak hanya bahasa Jawa, tetapi Pekerjaan dan kekayaan hanyalah
juga bahasa Indonesia. Karya-kar- Allah yang mengatur. Jadi, yang pen-
yanya dalam bahasa Indonesia ba- ting anak harus dibekali ilmu agama
nyak dimuat di Swadesi, Sinar Ha- dan pengetahuan. Dengan agama, di-
rapan, Suara Merdeka, Minggu Ini, harapkan anak dapat menjadi saleh,
Swadesi, Wawasan, dan tentu saja jujur, dan taat menjalankan syariat
Kedaulatan Rakyat dan Minggu agama yang diyakininya. Dengan il-
Pagi. Sedangkan karangan berbaha- mu pengetahuan, diharapkan anak
sa Jawa (guritan, cerkak, jagading dapat memiliki keterampilan dan wa-
lelembut, cerita wayang, sandiwara, wasan yang luas. Kini, bersama ke-
novel, artikel, dan lain-lain banyak luarga, ia tinggal di Jalan Solo Km
muncul di Panjebar Semangat, Jaya 11, Kaliajir Lor, Kalitirto, Berbah,
Baya, Dharma Nyata, Kumandhang, Sleman, Yogyakarta.
Pustaka Candra dan lain-lain. Boleh
dikata, ia eksis sejak tahun 1980-an. wasanapada (lihat pada)
Sebagian guritan Warisman te-
lah diantologikan bersama karya pe- watak
ngarang-pengarang lain, di antara- Arti dasar dari istilah watak ialah
nya, dalam Panjurung (1999). Kar- arti leksikal dan arti literer. Arti
yanya berjudul “Dalan Kanggo Ba- leksikalnya ialah sifat dasar manusia
li” dan “Butuh Pangayoman” diter- yang mempengaruhi segenap pikiran
bitkan dalam wujud stensilan oleh dan tingkah laku (kata benda abs-
Pusat Kesenian Jawa Tengah di Su- trak). Istilah watak ini bersinonim de-
rakarta. Naskah ketoprak karyanya ngan wewatekan, yang berarti tabiat
592 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

atau budi pekerti. Adapun arti leksi- nyak digunakan untuk menggambar-
kalnya ialah sikap atau perilaku to- kan watak tokoh secara dekat dengan
koh yang menjadi dasar penampilan keadaan kehidupan sehari-hari. Pada
seorang tokoh dalam sebuah cerita kenyataannya, watak seseorang itu
rekaan. Dalam cerita fiksi, watak da- tidak dapat secara langsung dikenali.
pat dilihat jenis pemaparannya, yaitu Ada beberapa cara pemaparan tidak
“watak pipih” atau flat character, langsung yang dapat dilakukan un-
dan “watak bulat” atau round cha- tuk mengenal watak seseorang, mi-
racter. Watak pipih ialah watak se- salnya dengan cara berdialog dengan
orang tokoh yang sejak awal cetita tokoh itu, mendengarkan komentar
tidak pernah berubah, sedangkan wa- orang tentang dia, atau mengamati
tak bulat ialah watak seseorang yang benda-benda di sekelilingnya, yang
bulat, mengalami perubahan, atau menjadi miliknya, dan atau yang di-
pembentukan watak, seperti perkem- sukai.
bangan watak dalam kehidupan se-
hari-hari. Dalam teknik sastra mo- wewaler (lihat pepali)
dern, atas dasar pandangan realisme,
watak datar dapat dikembangkan whani darmawan (1966— )
menjadi watak dinamik (dynamic Whani Darmawan lahir di Yog-
character), karena pada hakikatnya, yakarta pada 24 Mei 1966. Setelah
orang yang jahat dimungkinkan pula lulus dari Jurusan Tari SMKI Yog-
berbuat baik, demikian pula sebalik- yakarta, ia kuliah di Jurusan Teater
nya. ISI Yogyakarta. Sebagai penulis (pe-
Kata bentukan dari istilah “wa- ngarang) ia tidak hanya menulis da-
tak” dalam arti literernya ialah “per- lam bahasa Jawa, tetapi juga bahasa
watakan”. Istilah yang berupa kata Indonesia. Naskah-naskah dramanya
bentukan itu ialah teknik memapar- (berbahasa Indonesia) telah banyak
kan watak atau sifat-sifat tokoh, yang dipentaskan di berbagai kota, antara
digunakan dalam teori fiksi atau pro- lain, berjudul Lalat-Lalat, Petruk
sa. Perwatakan seorang tokoh dalam Kanthong Bolong, Orang-Orang
cerita dapat dipilah ke dalam 2 jenis. Asing, dan masih banyak lagi. Ber-
Pertama, ialah perwatakan yang tra- sama Landung Rusyanto Simatu-
disional, yaitu perwatakan yang di- pang, Indra Tranggono, Butet Kerta-
terima secara langsung oleh penga- rajasa, dan sebagainya, Whani Dar-
rang. Adapun perwatakan kedua, mawan yang juga mengelola Sen-
ialah perwatakan yang tidak diung- thong Seni Yogyakarta ini masih te-
kapkan secara langsung, tetapi di- rus aktif di dunia panggung teater.
gambarkan/disarankan dengan berba- Beberapa cerpennya telah dimuat
gai cara, yaitu dengan mengenali ben- dalam antologi Guru Tarno (Bernas,
tuk tubuh, cara bicara, atau ciri-ciri 1994) dan Candramawa (Bernas,
fisikal tokoh. Selain itu, ada bebera- 1995). Sedangkan karya puisinya
pa cara modern yang sekarang ba- pernah dibacakan di Lhos Bhanos,
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 593

Filiphina, dalam acara Festival Per- ‘(semoga yang bersangkutan, yang


damaian Internasional (1990). memiliki nama itu) ditakdirkan men-
Sementara itu, kiprahnya di da- dapat kemurahan dan atau perto-
lam dunia sastra Jawa, Whani Dar- longan dari Tuhan’. Barangkali, wa-
mawan telah menulis dan menerbit- laupun tidak secara langsung, itulah
kan cerkak-cerkak-nya di berbagai harapan orang tua ketika memberi-
majalah berbahasa Jawa (Jaya Ba- kan nama kepada anaknya, Widi Wi-
ya, Djaka Lodang, Mekar Sari, dan dayat.
Jawa Anyar). Beberapa karya cer- Widi Widayat adalah seorang pe-
kak-nya juga masuk dalam beberapa ngarang yang produktif. Pembaca
buku antologi bersama, antara lain, sasarannya mulai dari para remaja
Rembulan Padhang ing Ngayog- sampai dengan orang tua. Karena
yakarta (1992), Pangilon (1994, itu, dalam bersastra, ia sering meng-
dan Pisungsung: Antologi Geguri- gunakan nama samaran, di antara-
tan lan Cerkak (1997). Bersama re- nya Yuwida, Tayadi W., dan H. Su-
kan-rekan pernah pula ia aktif di wito. Konon, nama samaran ini digu-
Lembaga Studi Jaya, Tembi, Bantul, nakan agar tidak menimbulkan ke-
Yogyakarta. jenuhan pembaca.
Widi Widayat memulai karier
widi widayat (1928—1999) kepengarangannya pada tahun 1949
Widi Widayat, yang bernama dan hingga tahun 1980-an masih te-
lengkap Widi Widayat Hadisuwito, rus berkarya. Karangannya berupa
lahir di Imogiri, Bantul, Yogyakarta, cerita pendek, cerita bersambung,
pada 10 Mei 1928. Hanya saja, ia ke- dan buku, baik berbahasa Jawa mau-
mudian besar dan tinggal di Sala/Su- pun Indonesia. Selain menjadi war-
rakarta. Sebelum tinggal di Jalan Ca- tawan dan redaktur berbagai maja-
krabaskara 41, Sala, ia terlebih dulu lah dan koran (Suara Karya, Selec-
tinggal di Jalan Citropuran No. 37, ta, Dwi Warna, Pesat, Gembira, Sun-
Tipes, Sala. Pendidikan yang sempat day Courier, Terang Bulan, Crita
ditempuhnya adalah SMA-C dan Cekak, Gumregah, Candrakirana,
kemudian banyak berkecimpung di Dharma Kandha, Surya Candra,
bidang jurnalistik atau pers. Ia meni- Dwi Warna, Ekspres, dan Panjebar
kah pada bulan Agustus 1955 de- Semangat), ia aktif pula dalam ber-
ngan gadis bernama Sujimah. bagai organisasi (pengurus Pusat
Ditilik dari sisi penamaannya, Lembaga Kebudayaan Jawi di Sala,
agaknya nama Widi Widayat menga- Pengurus Yayasan Dharma Pancasila
cu pada konsep Jawa yang memiliki Pusat di Sala, Pengurus Pusat Him-
makna tertentu. Sebab, dalam baha- punan Pengarang Indonesia, anggota
sa Jawa, kata widi berarti ‘takdir’, pengurus Persatuan Wartawan
sedangkan kata widayat berarti ‘ke- Indonesia Cabang Sala, dll.).
murahan dan atau pertolongan Tu- Sejak masa Orde Baru (pada ta-
han’. Jadi, kata Widi Widayat berarti hun 1950-an) Widi Widayat telah
594 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

menerbitkan sekitar 30 novel saku Dalam kancah penelitian sastra,


(panglipur wuyung), di antaranya karya Widi Widayat telah dikaji oleh
Kapilut Godhaning Setan (1963), beberapa ahli. Di antaranya oleh Su-
Lelana ing Negara Sakura (1963), balidinata dan hasilnya dituangkan
Priya kang Golek-Golek (1963), Asih dalam buku “Sekelumit Tinjauan
Murni Dharma (1964), Asih Sejati Novel Modern” (Proyek Javanologi,
(1964), Dhawet Ayu (1964), Godha- 1983). Karya-karya yang diteliti an-
ne Prawan Ayu (1964), Sunaring As- tara lain Kapilut Godhane Setan,
mara (1964), Nistha Nggayuh Tres- Kenya Katula-tula, Nistha Nggayuh
na (1964), dan Ngrungkebi Tresna Tresna, Dhawet Ayu, Nunjang Pa-
Suci (1965). Sementara itu, karang- lang, dan Tresna Abeya Pati. Selain
annya yang terbit pada masa Orde itu, agaknya karya Widi Widayat ju-
Baru di antaranya Dukun Sawelas ga banyak menarik minat pembaca.
(1966), Kalung kang Nyalawadi Hal itu terbukti, banyak karyanya
(1966), Kena ing Paeka (1966), yang dicetak ulang, di antaranya oleh
Mursal (1966), Ngenger Ipe Musibat Fa. Nasional, Keluarga Subarno, Fa.
(1966), Paukumaning Pangeran Triyasa, Kondang, Kancil Mas, Sa-
(1966), Penganten Wurung (1966), sangka, dan CV Kuda Mas (di Sala);
Prawan Keplayu (1966), Tambel Sinta Riskan, PT Jaker, CV Puspa
Nyawa (1966), Wasiyating Biyung Rahayu (Yogyakarta); Penerbit Dja-
(1966), Aja Dumeh Mundhak Ka- ja (Surabaya); TB Dharma, TB Keng,
weleh (1967), Mertobat Wis Kliwat dan CV Dawud (Semarang).
(1967), Ngundhuh Wohing Tumin- Secara umum karya-karya Widi
dak (1971), dan Prawan Kaosan Widayat mengungkapkan tema dan
(1973). masalah yang terjadi sehari-hari di
Selain menulis novel, Widi Wi- masyarakat. Misalnya, novel Dukun
dayat juga menulis cerita berbahasa Sewelas (1966) mengedepankan ma-
Indonesia, di antaranya berupa cerita salah moral (kenakalan remaja dan
silat di harian Suara Merdeka (Se- penyelewengan moral); Nistha Ang-
marang) dan Surabaya Post (Sura- gayuh Tresna (1964), Penganten
baya). Cerita-cerita silat karya Widi kang Kebanjiran (1966), Asih Mur-
Widayat mirip dengan karya Herman ni (1964), Gaman Wasiyating Bi-
Pratikto dalam Bendhe Mataram, yung (1964), Dhawet Ayu (1964),
karya S.H. Mintardja dalam Naga- Godhane Prawan Ayu (1964), dan
sasra Sabuk Inten atau Pelangi di Banjire Bengawan Solo (1965) me-
Langit Singasari. Sebab, ia juga me- ngungkapkan tema dan masalah cin-
landaskan cerita silatnya pada kehi- ta dan rumah tangga; Putri Manis
dupan kerajaan-kerajaan Mataram, Sugih Tangis mengungkapkan pe-
Pajang, Kartasura, dan sebagainya. nyelewengan wanita karena kesepian
Buku-buku cerita silatnya diterbit- dan putus asa; dan sebagainya. Ken-
kan oleh CV Guna, PP Lawu (Sala), dati demikian, ada juga yang berbau
Analisa dan Chanan (Jakarta). politik, yaitu novel Saka Guru Re-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 595

volusi. Di dalam novel itu, Widi Wi- Pramuhita (1997) dan Gupita Zahra
dayat membahas ajaran Bung Kar- Laksmi Muhardhika (1999). Bersa-
no, yaitu saka guru revolusi (buruh ma keluarga tinggal di Sukolegok RT
dan tani). 13 RW 05, Suko, Sukodono, Sidoar-
Dilihat dari cara penggarapan- jo, Jawa Timur. Pengarang energik
nya, karya-karya Widi Widayat lebih ini memiliki berbagai pengalaman di
realistis dan sesuai dengan konteks bidang pekerjaan. Pernah bekerja
masyarakat pada waktu itu. Pengan- sebagai desainer taman PT Moer So-
ten kang Kebanjiran, misalnya, me- ciates (1991—1992), guru meng-
rupakan novel yang menampilkan la- gambar SD (1987—1991), dan war-
tar lingkungan keluarga bangsawan tawan/penulis lepas (1987—1993).
(feodal) dan kehidupan masyarakat Setelah itu, sejak 1993, menjadi
kecil di pedesaan. Hal itu menandai wartawan dan redaktur majalah Jaya
bahwa Widi Widayat memperhati- Baya. Ketika menjadi mahasiswa, ia
kan dua kelompok masyarakat ter- merupakan satu-satunya wakil ma-
sebut dan ia berusaha menyatukan- hasiswa seni dalam lokakarya desain
nya. Sayang sekali, pada tahun 1999, poster di Konsulat Jerman di Sura-
ia telah dipanggil Tuhan. baya.
Kegelisahannya terhadap eksis-
widodo basuki (1967— ) tensi sastra Jawa yang dianggap ma-
Pengarang “serba bisa” ini me- syarakat luas hanya sebagai bagian
rupakan anak kelima dari delapan dari sastra Indonesia, membuatnya
bersaudara pasangan S. Muchtarom produktif dalam menciptakan karya-
dan Asilah (keduanya berasal dari karya (sastra Jawa) yang berkuali-
Trenggalek). Widodo lahir di Treng- tas. Guritan-nya tersebar di berba-
galek, pada 18 Juli 1967. Seperti hal- gai media massa berbahasa Jawa se-
nya dirinya, ketujuh saudaranya pun, perti Penjebar Semangat dan Jaya
yaitu Suryono, Sunarsito, Suharian- Baya. Beberapa antologi yang me-
to, Titik Kusmiyati, Minuk Muspia- muat karyanya adalah Gurit Panan-
ti, Wahid Susilo, dan Puji Lestari, se- tang (Bengkel Muda Surabaya,
muanya mengenyam pendidikan 1993), Pisungsung: Antologi Guri-
tinggi. Riwayat pendidikan Widodo tan 6 Penyair (1995), Drona Gugat
sendiri: SD Tawing I (1974–1980), (Bukan Panitia Parade Seni WR
SMP Munungan (1980-1983), dan Supratman, 1995), Kabar Saka Ben-
SMAN I Trenggalek (1983-986). Se- dulmrisi: Kumpulan Guritan
telah lulus dari SMA, ia meneruskan (PPSJS, 2001), Omonga Apa Wae:
ke STK “Wilwatikta” Surabaya Kumpulan Puisi dan Guritan (Fes-
(1986—1990) dan IKIP PGRI Sura- tival Cak Durasim, 2000), Negeri
baya (1994—1997). Bayang-Bayang (Festival Seni Su-
Menikah dengan Sri Sulistiani rabaya, 1996), Prosesi Kolaborasi
pada tahun 1995 dan dikaruniai dua Ruwatan Balai Pemuda (Seni Multi-
orang putra, yaitu Abhimata Zahra media Komunitas Seniman Suraba-
596 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

ya, 1998), Gerimis Lembayung: Tembang Prapatan (1999). Di luar


Puisi, Esai, dan Geguritan, Tes….: kegiatan bersastra, ia pernah pamer-
Antologi Puisi Penyair Jawa Timur an lukisan, sketsa, dan keramik. Pa-
(Taman Budaya Jawa Timur, 1987), da tahun 2004 penggurit ini (bersa-
Liong, Tembang Prapatan (Taman ma Jayus Pete) mendapat penghar-
Budaya Yogyakarta, 1999), Wulan gaan dari Gubernur Jawa Timur se-
Sandhuwuring Geni (Yayasan Obor bagai “Sastrawan Berprestasi”.
Jakarta, 1996), dan Ayang-Ayang
Wewayangan (PPSJS, 1992). wieranta (1958—)
Di samping menulis puisi (guri- Penyair sastra Jawa ini lahir pa-
tan), Widodo juga menulis prosa da Rabu Kliwon, tanggal 13 Juni
(cerpen, drama) dan juga melukis. 1958, di kota kecil Pedan, Klaten, Ja-
Cerita anak Menak Sopal dan Buaya wa Tengah. Pendidikan dasar dan me-
Putih (Citra Jaya Murni, 1997), nas- nengah pertamanya diselesaikan di
kah drama Orang-orang Berpeci daerah kelahirannya (Klaten). Se-
(Bengkel Muda Surabaya, 1996), mentara pendidikan menengah atas
Geger Kali Rungkut (naskah wa- (SMA Negeri 5) diselesaikan di Su-
yang kentrung bersama-sama teman rakarta. Setamat SMA ia masuk ke
Bengkel Muda Surabaya, 1998) dan Jurusan Bahasa dan Sastra Indone-
tulisan-tulisannya yang berupa crita sia Fakultas Sastra Universitas Ne-
cekak, cerpen, crita sambung, cerita geri Surakarta “Sebelas Maret” (lu-
anak-anak, cerita wayang, artikel lus tahun 1984). Sebelum lulus sar-
sastra tersebar di berbagai media jana, tepatnya sejak 1981, ia telah
massa seperti Jaya Baya, Panjebar mengajar Bahasa dan Sastra Indo-
Semangat, Surabaya Post, Jawa Pos, nesia di SMA Muhammadiyah 2
Surya, dan lain-lain. Surakarta.
Kualitas karyanya tercermin da- Wieranta mulai aktif menulis ke-
ri beberapa penghargaan yang per- tika masih duduk di bangku SMA (ta-
nah ia terima. Ia mendapat penghar- hun 1975). Pertama-tama ia menulis
gaan dari Yayasan Rancage (2000) dalam bahasa Indonesia, kemudian
untuk kumpulan guritannya Layang juga menulis dalam bahasa Jawa.
Saka Paran. Guritan-nya “Guritan Karya-karyanya yang berbahasa
Pari Sawuli” terpilih sebagai juara I Jawa berupa guritan, cerkak, dan
versi Kanwil Depdikbud Jawa Timur novel (cerbung), tersebar di berbagai
(1996). Cerkak “Cak Dul lan Mai- media massa berbahasa Jawa, seper-
manah” keluar sebagai juara harapan ti Mekar Sari, Djaka Lodhang, Pa-
II versi Sanggar Sastra Jawa Yogya- njebar Semangat, dan harian Dhar-
karta (1998). Cerkak lainnya, “Supi- ma Kandha serta Dharma Nyata.
nah”, masuk dalam sepuluh besar Sedangkan karya-karyanya yang
lomba penulisan cerita cekak Taman berbahasa Indonesia banyak tersebar
Budaya Yogyakarta (1998) dan ke- di majalah Horison, Putri Indone-
mudian diantologikan dalam Liong: sia, harian Sinar Harapan, Memo-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 597

randum, Suara Merdeka, dan Ge- panjang itulah naskah kekawin Su-
lora Mahasiswa. Sebuah antologi gu- manasantaka yang amat romantis itu,
ritan-nya berjudul Paseksen: Gegu- misalnya, ditorehkan oleh sang Ka-
ritan Gagrag Anyar diterbikan oleh wi dengan alat tulis, dan seringkali
Balai Pustaka tahun 1989. Konon, diberi hiasan-hiasan.
ketika buku antologi guritan ini ter-
bit, ia sedang menyelesaikan sebuah wiracarita
novel berbahasa Indonesia. Wiracarita adalah karya sastra
yang mengekspresikan kekaguman
wilah atas kehebatan orang atau tokoh ter-
Istilah wilah sudah lama dikenal tentu. Pada zaman Hindu di Jawa,
di dunia sastra Jawa (Kuna), yang wiracarita yang berkembang dan sa-
hampir sama artinya dengan istilah ngat berpengaruh adalah wiracarita
welah yang dibuat dari bilah-bilah kehinduan, yaitu epos Mahabarata
bambu yang diikat satu dengan yang dan Ramayana. Tatkala sejarah ber-
lain dengan tali sehingga merupakan gulir dari zaman Hindu ke Zaman
semacam kerai penutup kiri-kanan Islam, tampaknya wacana wiracarita
jembatan, atau menjadi semacam dalam sastra Jawa ikut bergeser, ya-
alas duduk di lantai. Namun, menu- itu mulai diperkenalkannya wiraca-
rut Zoetmulder, istilah welah itu da- rita keislaman. Perguliran wiracarita
pat juga disamakan dengan wilah. ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
Adapun istilah wilah dikenal di politik kebudayaan yang diberlaku-
dunia persenjataan Jawa (tradisio- kan oleh pemerintahan kerajaan teta-
nal) yaitu besinya keris, dan dalam pi berangkali hal itu merupakan kon-
dunia permusikan Jawa tradisional, sekuensi logis dari keharusan proses
yaitu bilah-bilah yang ditabuh pada resepsi dan transformasi karya sas-
alat musik gender dan saron. Dalam tra pada umumnya. Pada zaman Hin-
kaitannya dengan sastra Jawa, Zoet- du karya sastra yang bernuansa ke-
mulder mengatakan bahwa maksud islaman jelas tidak mungkin dapat di-
wilah mengacu kepada pengertian terima dan berkembang. Kondisi itu
yang lain, yaitu sebagai alat atau me- baru berubah setelah Islam diterima
dia untuk menulis serupa “lembar- dan berhasil menggantikan Zaman
lembar” untuk menorehkan (atau Hindu.
menuliskan) guritan (puisi) tradisio-
nal atau karya-karya sastra lainnya. wirangrong
Lembar-lembar itu dibuat dari bam- Wirangrong adalah adalah nama
bu yang dipotong-potong (berdasar- salah satu jenis tembang Tengahan.
kan ruas), kemudian dibelah-belah Tembang tersebut berwatak haru atau
membujur tipis-tipis, lalu dianginkan, sedih karena tertarik pada sesuatu
dan selanjutnya dirangkai sehingga yang bersifat luhur. Oleh karena itu,
membentuk lembaran seperti “din- sering pula tembang wirangrong di-
ding” panjang. Pada lembar-lembar sebutkan berwatak mrabu ‘seperti
598 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

raja, pantas sekali’ dan mrabawa caan tertentu) yang dilaksanakan se-
‘bersifat luhur, sakti, dan kuasa’. Wi- cara berulang-ulang dalam jumlah
rangrong sebagai jenis tembang ter- tertentu dan tetap. Dalam dunia tasa-
ikat oleh guru gatra, guru wilangan, wuf, wirid semacam ini dianggap se-
dan guru lagu. Setiap satu pada ‘bait’ bagai wasilah. (2) Kata wirid meru-
terdiri atas 6 gatra ‘larik’. Larik per- pakan jenis karya sastra, yakni karya
tama terdiri atas 8 wanda ‘suku kata’, sastra Jawa yang bernuansa tasawuf
larik kedua 8 suku kata, larik ke tiga (Islam–Kejawen). Di era masuknya
10 suku kata, larik keempat 6 suku pengaruh ajaran Islam di Jawa, ma-
kata, larik kelima 7 suku kata, dan suklah paham Islam-Kejawen yang
larik keenam 8 suku kata. Persajakan disebut dengan istilah tasawuf. Kar-
akhir terdiri atas i – o – u – i – a – a. ya-karya Jawa yang berisi tasawuf
Secara lengkap struktur tembang Wi- meliputi karya jenis primbon, wirid,
rangrong dapat digambarkan seba- dan suluk. Kaitannya dengan istilah
gai berikut: 8 – i, 8 – o, 10 – u, 6 – i, ini, pada mulanya primbon diguna-
7 – a, 8– a. Contoh: kan untuk menyebut teks yang berisi
ajaraan-ajaran yang bercorak sufis-
WIRANGRONG
tik (tasawuf). Di samping itu, isi
Karerantan rontang-ranting primbon juga dikaitkan dengan ber-
rentenging tyas gung katongton bagai ajaran yang mengandung un-
katetangi panggrantesing kalbu sur magis dan perhitungan-perhi-
brangtaning tyas keksi tungan (petung). Akan tetapi, dalam
narawung kawistara perkembangan selanjutnya, istilah
surem kucem kang wadana. primbon cenderung dipakai sebagai
‘Senatiasa sedih bak tercabik- sebutan untuk himpunan petunjuk
cabik yang meliputi masalah jampi-jampi,
luka hati terlihat menganga ramalan, firasat, dan sebagainya. Se-
karena terusik kedukaan mentara itu, wirid dan suluk tetap ber-
kerinduan hati di pelupuk mata tahan pada eksistensinya, yakni kar-
sangat jelas terlihat ya yang berisi atau bermuatan tasa-
wajahnya sayu.’ wuf. Perbedaan jenis wirid dan suluk
adalah bahwa wirid ditulis dalam
wirid bentuk prosa (gancaran), sedangkan
Di dalam istilah Jawa terdapat suluk ditulis dalam bentuk tembang
kata wirid. Kata wirid memiliki dua (sekar). Dalam kesehariannya, keti-
makna, yaitu (1) pelajaran ilmu gaib. ganya dapat juga disebut serat kare-
Maksudnya, untuk mencapai derajad na berbentuk tulisan (kitab).
makrifat, salah satu cara yang dila- Munculnya wirid berkaitan de-
kukan adalah dengan melakukan wi- ngan masuknya pengaruh ajaran Is-
rid. Melakukan wirid dalam penger- lam di Jawa yang secara langsung
tian ini adalah melakukan amalan- menunjang pertumbuhan kepustaka-
amalan (biasanya berupa bacaan-ba- an Islam-Kejawen. Dalam sejarah
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 599

penyebaran Islam di Jawa berkem- ganisasi keagamaan (Kristen). Ia


banglah dua jenis kepustakaan, yak- adalah putra bungsu dari tiga bersau-
ni kepustakaan Islam santri dan ke- dara (ayahnya, almarhum, bernama
pustakaan Islam-Kejawen. Kepusta- Mangunharsono). Dari pernikahan-
kaan Islam santri lebih menekankan nya dengan Kasmiyati, ia dikaruniai
pada syariat karena bagi para santri, tiga putra dan dua putri: (1) Titik Pur-
syariat merupakan dasar yang fun- wantiningsih, S.Pd.; (2) Pdt. Toni Jad-
damental. Sementara itu, kepustaka- miko, S.Th., di GKJ Magelang; (3)
an Islam-Kejawen adalah kepusta- Pdt. Wiwik Wulandri, S.Si, di GKJ
kaan Jawa yang memuat perpaduan Gumulan, Klaten; (4) Dokter Agus
antara tradisi Jawa dan unsur-unsur Prasetyo; dan (5) Ari Pidekso. Kini
ajaran Islam, terutama aspek-aspek Pak Wisnu pensiunan kepala Tata
ajaran tasawuf dan budi luhur yang Usaha SMA Kristen Sragen. Semen-
terdapat dalam perbendaharaan tara itu, istrinya sebagai penjahit.
kitab-kitab tasawuf. Ciri kepustaka- Pak Wisnu pertama kali menulis
an Islam kejawen adalah mempergu- dalam bahasa Jawa. Tulisan tersebut
nakan bahasa Jawa dan sangat se- dimuat di Panjebar Semangat tahun
dikit mengungkapkan aspek syariat. 1979. Setelah itu, ia aktif menulis di
Bahkan, sebagian ada yang kurang beberapa media massa, baik Indone-
menghargai syariat. Nama yang se- sia maupun Jawa. Namun, karyanya
ring dipergunakan untuk menyebut yang berbahasa Jawa lebih banyak
kepustakaan Islam-Kejawen ialah dibanding dengan karyanya yang
primbon, wirid, dan suluk. Suluk dan berbahasa Indonesia. Karya tersebut
wirid berkaitan isinya dengan tasa- dimuat di beberapa media masa, baik
wuf, yang sering disebut ajaran mis- koran maupun majalah. Paling tidak
tik dalam Islam. Adapun primbon ada 15 media masa yang telah me-
berisi rangkuman berbagai macam muat tulisan Pak Wisnu, di antara-
ajaran yang berkembang dalam tra- nya Panjebar Semangat, Jaya Baya,
disi Jawa seperti ngelmu petung, ra- Zaman, Cempaka Minggu Ini, Wa-
malan, guna-guna, dan sebagainya. wasan, Warta Gereja, Bahtera, Pa-
nakawan, Jawa Anyar, Solo Pos,
wirodha (lihat virodha) Pos Kita, Pangibadah Brayat, Me-
kar Sari, dan Jaka Lodang.
wisnu sri widada (1940— ) Motivasi kepengarangan Pak
Wisnu Sri Widada lahir di Kla- Wisnu adalah untuk mendapatkan ho-
ten, 17 Desember 1940. Kini tinggal norarium. Honor tersebut digunakan
di Jalan Dahlia 16, Tegal Sari, Sra- untuk membiayai kuliah anak-anak-
gen 57212. Pendidikan terakhirnya nya. Menurutnya, memilih sebagai
SMA bagian A, jurusan bahasa, lu- penulis karena profesi menulis itu
lus tahun 1961. Ia asli orang Jawa memang dunianya, nafasnya, kehi-
dan beragama Kristen. Di kampung- dupannya, dan isi batinnya. Tanpa itu
nya aktif berorganisasi, terutama or- semua, kehidupannya terasa gersang
600 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

dan layu. Kecuali mengarang, Pak Karakata” (1999), “Tresna Labuh


wisnu sering pula menjadi MC (pra- Pati”, “Klana Madu Branta” (2001),
nata cara) di berbagai perjamuan. “Surem Langit Majapahit” (2001),
Selain aktif berorganisasi di kam- “Toya Asmara”, dan lain-lain. Karya
pungnya, ia juga sebagai korespon- pedalangan, antara lain, “Gathutkaca
den “Warta Gereja”, Sinode GKJ di Miruda” (1994), Tirta Kamandanu
Salatiga (1990-1996), editor “Pangi- (1994), “Sekar Jati Kusuma” (1995),
badah Brayat” Klasis Lawu di Sra- “Irawati Punagi” (1996), “Gojali
gen (1991-1995), dan anggota dewan Suta” (1996), “Srikandhi Kembar”
redaksi “Saron” di Sragen. (1996), “Lintang Jaka Belek” (1996),
Hasil karya Pak Wisnu cukup ba- dan “Mbangun Jati Diri”. Selanjut-
nyak, termasuk karya-karya berseri. nya, karya yang berupa cerita silat,
Jenisnya beraneka ragam, seperti ce- antara lain, “Glathik Seta – Narapa-
rita wayang, cerita rakyat, macapat, ti” (1993-1994), dimuat di harian
pranata adicara, artikel rohani, cerita Wawasan, Semarang.
pendek (crita cekak), guritan, ba-
caan anak-anak, cerita silat, cerita wulang
bersambung (cerbung), dan artikel Wulang berarti ajaran atau di-
budaya. Karyanya yang paling ba- daktik. Sastra wulang adalah sastra
nyak adalah cerita rakyat dan cerita yang di dalamnya mengandung ajar-
wayang. Selebihnya artikel rohani an atau didaktik, misalnya Serat Wu-
Kristen, cerkak, guritan, dan cerbung. lang Reh, Serat Wulang Putri, Wu-
Karena itu, ia mendapat julukan dari lang Tatakrama, Wulang Sunu, Wu-
Suwardi sebagai “Raja Cerita Rakyat lang Dalem, Wulang Brata Sunu,
Panjebar Semangat”. Wulang Putra, Serat Wulang Dalem
Karya-karya berserinya, antara Pakubuwana II, dan sebagainya,
lain, “Kyai Sigar Penjalin” (cerita
rakyat, dimuat Panjebar Semangat,
1984) terdiri atas 10 seri. Cerita rak-
yat lainnya, antara lain, “Widayana
– Wulandari” (1986), Putri Blorong
(1987), Poh Pitu Kesaput Surup
(1988), Mahapati – Windusari
(1989), “Ampak-ampak ing Bumi Si-
ngasari” (1992), “Tembang Bumi
Medhang” (1990-1992), Mataram
Kesaput Pedhut (1993). Cerita rakyat
yang dimuat di Jaka Lodhang, antara
lain, “Klungkung Mangungkung”
(1994), “Sekar Lathi” (1994), “Pasir
Luhur Cinatur” (1996), “Ampak-
Ampak Kraton Kidul” (1997), “Ratu
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 601

y
y. sarworo soeprapto (1958—) ya-karyanya banyak dimuat di ma-
Nama Sarworo Soeprapto, leng- jalah Siswa, Semangat, Hidup, Swa-
kapnya Yohanes Romualdus Sarwo- desi, dan Midi. Adapun kecintaan-
ro Soeprapto, pernah cukup populer nya terhadap sastra Jawa makin su-
pada tahun 1980-an. Sarworo lahir bur ketika ia berkenalan dan men-
di Pringsewu, Lampung, pada hari dapat bimbingan dari Rama Sutapa-
Senin, 10 November 1958. Meski- nitra. Sejak saat itulah hatinya selalu
pun lahir di “tanah seberang”, ia se- diliputi oleh keinginan untuk meng-
sungguhnya adalah orang Jawa dan geluti sastra Jawa. Oleh karena itu,
hanya suatu kebetulan orang tuanya setamat dari Seminari di Palembang,
bertempat tinggal di Lampung, Su- Sarworo membulatkan tekad untuk
matra Selatan. Pendidikan dasarnya belajar bahasa dan sastra Jawa di
(SD dan SLTP) diselesaikan di tanah Yogyakarta (UGM).
kelahirannya, Pringsewu, Lampung. Bersama dengan kawan-kawan-
Setelah lulus SLTP, Sarworo melan- nya, antara lain Akhmad Nugroho,
jutkan ke SMA Xaverius I Palem- Titah Rahayu, Andrik Purwasita,
bang, tamat 1977. Setamat dari SLTA Christanto P. Rahardjo, dan Sri Budi
Sarworo kemudian melanjutkan stu- Raharjo, pada Minggu, 13 Juni 1982,
dinya di Kelas Rethorika (kelas IV) Sarworo mendirikan “Kelompok Sas-
Seminari Menengah Santo Paulus di tra Jawa Rara Jonggrang”, sebuah
Palembang. Selepas dari Seminari ia organisasi profesi kepengarangan
hijrah ke Yogyakarta (1979) sebagai yang bertujuan mengembangkan ke-
mahasiswa Jurusan Sastra Nusanta- susastraan Jawa. Organisasi itu ke-
ra, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, mudian menerbitkan buletin sastra
UGM. Mulai saat inilah ia bergelut Jawa modern. Namun, seiring de-
dengan sastra Jawa. Pada tahun 1998 ngan perjalanan waktu, ketika para
Sarworo mengambil Program Pasca- pengelolanya sudah saling berjauh-
sarjana (S-2), UGM, Jurusan Antar- an, penerbitan buletin tersebut ter-
Bidang. Gelar M.Si. diraihnya pada sendat. Dan ketika masih kuliah,
tahun 2002. Sarworo pernah menjadi redaktur
Sarworo yang lahir di Sumatra buletin Badrawada yang diterbitkan
jelas tidak memperoleh dukungan dari oleh Jurusan Sastra Nusantara, Fa-
lingkungan budaya Jawa. Akan teta- kultas Sastra UGM. Pada tahun
pi, sebagai orang yang berdarah Jawa 1983, ia terpilih sebagai Mahasiswa
ia mempunyai minat yang besar ter- Teladan I di UGM dan Mahasiswa
hadap sastra Jawa. Sebelum itu, Sar- Teladan III Tingkat Nasional.
woro memang sudah sering menulis Sarworo mulai aktif menulis sas-
sastra berbahasa Indonesia dan kar- tra Jawa pada tahun 1977 baik be-
602 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

rupa cerkak, guritan, maupun esai, bernama Painem, ibu rumah tangga
di samping tetap aktif menulis dalam biasa dan membantu pekerjaan suami
bahasa Indonesia. Karier ini semakin sebagai buruh tani. Istrinya bernama
berkembang setelah lulus program Sih Winarni, kelahiran Turen, Tam-
S-1 dengan predikat cumlaude ia be- bak, Klaten, 26 April 1968. Ia meni-
kerja sebagai redaktur Kedaulatan kah pada 9 Mei 1994, kemudian di-
Rakyat dan mengasuh majalah Me- karuniai seorang anak (laki-laki) ber-
kar Sari sebelum majalah tersebut nama Angga Arif Abdurrahman. Se-
gulung tikar akibat krisis moneter ta- karang ia tinggal di Turen, Tambak,
hun 1998. Beberapa karya Sarworo Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah.
banyak tersebar di Panjebar Sema- Yan Tohari mengawali pendidik-
ngat, Djaka Lodang, Kandha Ra- annya di SD Dukuh, Ringin Putih,
harja, Mekar Sari, Berita Nasional, Karangdowo (lulus 1983), SLTP Ka-
Masa Kini, Sinar Harapan, Basis, rangdowo (lulus 1986), dan SPG
dan Memorandum. Hanya sayang, Negeri Klaten (lulus 1989). Selepas
hingga saat ini ia belum sempat me- SPG ia melanjutkan kuliah di Institut
ngumpulkan karya-karyanya menja- Agama Islam Muhammadiyah
di buku antologi. (IAIM) Klaten, mengambil Jurusan
Bersama istrinya yang tengah Ushuluddin. Namun, baru semester
menekuni bidang obat-obatan tradi- dua ia berhenti kuliah. Alasannya
sional Sarworo berkeinginan menulis waktu itu sederhana, karena kurang
karya sastra khusus untuk anak-anak. puas dengan suasana akademika.
Adapun tujuannya adalah memberi- Pada tahun 1991, ia tertarik untuk
kan pendukung bagi bahan ajar sas- meningkatkan pengetahuannya da-
tra Jawa yang sesuai dengan kebu- lam hal tulis-menulis. Akhirnya, ia
tuhan anak didik, baik di tingkat SD mengambil kursus jurnalistik di
maupun SLTP. Hal ini disebabkan, Lembaga Jurnalistik (Lemjuri) Ja-
menurut Sarworo, hingga saat ini ma- karta, sampai tingkat 2 (madya).
sih sedikit karya sastra Jawa bagi Sejak kecil Yan Tohari (Sriyana)
anak-anak yang representatif untuk senang membaca buku dan majalah.
keperluan pendidikan/pengajaran. Majalah anak-anak Kuncung paling
Namun sayang, keinginan tersebut disukai karena banyak memuat ceri-
hingga saat ini belum dapat tereali- ta yang lucu-lucu. Dari kesukaannya
sasikan. membaca, timbul keinginan suatu
saat akan menulis seperti yang ada
yan tohari (1969— ) di majalah atau koran. Keinginannya
Yan Tohari nama populernya. Di menulis pada awalnya timbul dari
rumahnya, Klaten, ia biasa dipanggil pujian yang diberikan gurunya saat
Sriyana, nama aslinya. Ia dilahirkan di SD. Sejak itu, ada dorongan se-
di Klaten, pada 23 Mei 1969. Ayah- mangat di hatinya untuk berlatih me-
nya bernama Tejo Hardomulyono, se- nulis lebih baik lagi. Tulisan Sriyana
orang buruh tani; sedangkan ibunya mulai menghiasi majalah pada tahun
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 603

1989. Karya pertama yang muncul dengan Sanggar Sastra Jawa Yogya-
berupa guritan berjudul “Tembang karta. Di sanggar ini ia banyak ber-
Pangiling”. Untuk mengurangi keje- temu dengan sesama seniman seperti
nuhan pembaca, ia pun sering meng- Djaimin K., Mohammad Yamin,
gunakan nama istrinya, Sihwien, Krishna Miharja, Ay. Suharyono, Su-
pada setiap karyanya yang berupa wardi Endraswara, Suharjendra,
artikel non sastra seperti pendidikan Margareth Widhy Pratiwi, dan lain
keluarga dan kewanitaan. Di sam- sebagainya.
ping itu, ia juga sering menggunakan Yan Tohari termasuk penyair mu-
nama samaran Es Riyana pada se- da berbakat. Di usianya yang masih
tiap karyanya yang berupa artikel muda ia telah berhasil menulis dan
tentang kesejarahan atau masalah mempublikasikan ratusan karya
umum. Sejak awal 1990-an karya- (puisi). Kebanyakan puisinya berisi
karyanya banyak menghiasi Djaka curahan perasaan pribadi pengarang
Lodhang, Panjebar Semangat, Jaya dan mengobarkan semangat generasi
Baya, dan Mekar Sari. muda. Dalam menulis puisi, ia ba-
Dalam khazanah sastra Jawa ia nyak memanfaatkan unsur puisi Ja-
dikenal sebagai penggurit, penulis wa klasik seperti peribahasa, wang-
cerpen, dan penulis artikel atau esai. salan, parikan, dan lain-lain. Hal itu
Sampai sekarang ia telah mempu- tercermin dalam puisinya “Malang
blikasikan sekitar 200-an guritan, 10- Kadhak” (Panjebar Semangat, 15
an judul cerpen, dan artikelnya tak Oktober 1994), “Laku Tumuju Sih-
terhitung jumlahnya. Ia mengaku Mu” (Mekar Sari, 8 Juli 1994),
bahwa dalam perjalanannya menga- “Nglari Wewayangan” (Mekar Sari,
rang ia banyak belajar dari teman-te- 17 Januari 1997), “Nyoba Nulis Gen-
man sesama pengarang. Dengan Sur- dhing Tresna” (Panjebar Semangat,
yanto Sastroatmojo, misalnya, ia be- 24 Oktober 1998), dan “Sadawaning
lajar tentang bagaimana menulis gu- Tembok-tembok Kutha” (Jaya Baya,
ritan yang baik. Dengan Haryanto 2 Juni 2002).
B.P. ia banyak belajar menulis ten- Adapun karyanya yang berupa
tang pasujarahan ‘tempat-tempat cerpen belum begitu banyak, lebih
untuk ziarah, makam, dan tempat kurang baru 10 judul, antara lain,
peninggalan sejarah’. Dengan Sur- “Lola” (Mekar Sari, 24 November
yadi W.S. ia banyak belajar tentang 1993), “Rowak-Rawek” (Mekar Sa-
penulisan cerkak yang baik. ri, April 1994), “Nasibe Kodrat”
Berkat saran dari teman-teman (Mekar Sari, 3 Oktober 1996), “Tan”
sesama penulis dan pengarang (se- (Panjebar Semangat, 24 Agustus
nior) itulah akhirnya ia dapat me- 1997), “Mendem Cathetan Biru”
ngambil sistematika penulisan yang (Pagagan 45, 24 Juni 2001), “Keku-
baik. Selain itu, untuk menambah dangan” (Jaya Baya 17, 23 Maret
kedekatannya dengan sesama penu- 2002), dan “Angin Surup” (Panje-
lis (Jawa), mulai 1993 ia bergabung bar Semangat, 20 April 2002).
604 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yes ismie suryaatmadja (bukan menggambar). Karena itu ke-


Nama aslinya Yudhie Eko Su- mudian ia mencoba menulis cerkak.
pratikto. Ketiga kata nama itu kalau Karya pertama Yes yang berupa cer-
disingkat menjadi “Yes”. Sementara kak dimuat di majalah pada tahun
itu, Ismie adalah nama ibunya dan 1972.
Suryaatmadja adalah nama ayahnya. Mengapa Ys masuk ke dalam
Karena itu, dengan pertimbangan ter- dunia sastra Jawa? Tidak lain karena
tentu, lelaki anak pertama yang lahir ia ingin menguasai bahasa Jawa.
di Sukorejo, Tambakrejo, Bojonego- Bahkan ia merasa lebih mantap jika
ro, Jawa Timur, itu lebih senang dapat duduk berdampingan dengan
menggunakan Yes Ismie Suryaatma- jajaran penulis Jawa. Dan bukan
dja dalam karangan-karangannya. suatu kebetulan ketika itu di Bojo-
Dan hingga kini ia lebih akrab di- negoro banyak bermunculan penulis-
panggil Yes. penulis Jawa seperti Djajus Pete,
Meski lahir di Bojonegoro, masa Poer Adi Prawoto, Setya Rahayu,
kanak-kanak “Yes” lebih banyak di- dan J.F.X. Hoery. Keinginan untuk
habiskan di rumah kakeknya di Po- duduk berdampingan dengan para
norogo. Menjelang tidur, katanya, pengarang sastra Jawa (masuk da-
biasanya sang kakek mendongeng lam komunitas sastra Jawa) akhir-
untuknya. Itulah sebabnya, bakat me- nya menjadi kenyataan; dan dari me-
ngarang ini telah terlihat sejak ia du- reka ia belajar dan menimba berba-
duk di kelas 4 SD. Tetapi, bakat ini gai pengalaman.
tidak (belum) berkembang dengan Waktu terus berjalan, hari terus
baik karena–seperti layaknya se- berganti. Yes akhirnya menjadi re-
orang siswa SD— ia ketika itu lebih porter majalah Jaya Baya untuk dae-
suka menggambar. rah liputan Ngawi dan sekitarnya.
Ketika dunia komik sedang me- Pada tahun 1976 Yes menikah dengan
ngalami masa jaya, yakni sekitar ta- Emy Suryawati. Setelah menikah,
hun 1968, Yes suka sekali membaca Yes bekerja sebagai pegawai (negeri)
komik. Karena ia suka menggambar, BKKBN. Di sela-sela kesibukannya
terlintaslah ia ingin memadukan ba- bekerja, dan dengan maksud untuk
katnya menulis dan menggambar (ko- menambah ilmu, ia melanjutkan ku-
mik). Bahkan ia ingin terkenal se- liah di Fakultas Hukum Universitas
perti komikus-komikus idolanya Soerjo, Ngawi, Jawa Timur, dan lu-
(Yan Mintaraga dan Teguh Santosa). lus tahun 1991. Sampai saat ini Yes
Maka, mulailah ia belajar membuat masih harus mondar-mandir antara
komik meskipun akhirnya gagal; ar- Ngawi dan Bojonegoro.
tinya, tidak satu pun komiknya terbit
dan atau dipublikasikan. Namun, ke- yoga
gagalan membuat komik (cerita ber- Istilah ini serapan dari bahasa
gambar) justru memacu dirinya un- Sansekerta “yoga” (kata benda). Arti
tuk menekuni dunia tulis-menulis aslinya yang pertama ialah sistem
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 605

filsafat Hindu yang berarti “olah tu- di gunung, atau juga di pantai, de-
buh dengan latihan keseimbangan, ngan tujuan mencari keheningan un-
pernapasan, dan pikiran untuk tuju- tuk mendapatkan inspirasi dan imaji-
an kesehatan jasmani dan rohani. Ar- imaji yang bersih dalam rangka ingin
ti asli kedua ialah senam gerak badan menulis sastra Jawa (juga sastra In-
dengan latihan pernapasan, pikiran, donesia).
dan sebagainya untuk kesehatan jas-
mani dan rohani. Dengan demikian, yogaswara
ada kata kerja “beryoga” yang arti- Istilah ini dari bahasa kawi, yang
nya ialah melakukan senam yoga. Na- berarti kata yang pada silabel atau su-
mun, dalam bahasa Kawi, “yoga” ku kata akhir berupa vokal –a, tetapi
memiliki arti lebih dari satu, yaitu bila diganti dengan vokal –i berganti
berupa kata benda yang berarti (1) arti, menjadi perempuan, apabila 2
anak, (2) zaman, (3) berupa kata si- kata yang berbeda vokal akhirnya
fat, yaitu pantas atau sesuai (sinonim- itu, maka terjadi sebuah idiom yang
nya: prayoga), dan (4) berupa kata berarti …..laki-laki dan ….. perem-
kerja, yaitu semadi atau menghening- puan. Misalnya, gabungan dua kata
kan cipta. yang menandai laki-laki dan perem-
Dalam pengertian sastra, arti puan, misalnya dewi (untuk jenis pe-
yang tertepat dari istilah yoga ini ialah rempuan dewa); raseksi (untuk jenis
arti keempat, yaitu semadi atau raksasa perempuan), iswari (untuk
mengheningkan cipta, yang merupa- ratu atau majikan perempuan). Pem-
kan salah satu dari kegiatan penga- bentukan idiom semacam itu masih
rang dalam proses kreatif. Dalam berkembang hingga kini, misalnya
banyak pengakuan pengarang, sela- mahasiswa-mahasiswi, taruna-taru-
ma proses kreatif itu selalu ada pro- ni, pramugara-pramugari. Yogaswa-
ses renungan atau kontemplasi, atau ra berbeda dengan “yogiswara” ka-
mengheningkan cipta. Pada periode rena menurut Zoetmulder yogiswara
itu pengarang merenungkan gagas- ialah guru yogi. Dia adalah seorang
an-gagasannya, dibantu oleh daya yang unggul dalam keutamaan (su-
imajinasi dan pikirannya masing- jana), disucikan bila ia membaca ki-
masing hingga pada gilirannya ter- sah Ramayana. Oleh karena itu, se-
wujudlah sebuah karya. orang yogiswara seringkali diikuti
Istilah yoga ini pernah mengil- para penyair yang belum mencapai
hami sebuah grup sastrawan muda tataran yogiswara agar dapat mem-
di Yogyakarta, pimpinan Ragil Su- peroleh kekuatan yang menyucikan
warno Pragolapati pada tahun 1970- jiwa itu.
an hingga pertengahan tahun 1980-
an, dengan nama “Grup Studi Yoga- yogi
Sastra”. Dalam salah satu kegiatan Istilah yogi ditemukan dalam hu-
mereka terdapat kegiatan meditasi bungannnya dengan dunia mistik pa-
yang dilakukan di tempat terbuka, da zaman Jawa Kuna. Yang dimak-
606 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

sudkan dengan yogi adalah orang daran diri pun hilang (samãdhi) se-
yang mempraktikkan yoga (kehidup- hingga seluruh pribadi sang yogi ter-
an mistik). Yoga tersebut adalah satu serap oleh dewa.
bentuk kepercayaan akan kema-
nunggalan antara Yang Mutlak dan yohanes siyamto (1965—)
semesta alam dalam segala bentuk Yohanes Siyamto lahir pada 14
seluk-beluknya dan akan kemung- Januari 1965, di Ambarawa, Jawa
kinan agar kemanunggalan itu dapat Tengah. Ia menyelesaikan pendidik-
diperkuat, atau agar dapat ditampil- an terakhirnya di IKIP Yogyakarta,
kan dengan lebih jelas, atau dihayati Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sas-
dengan mendalam. Masalah yoga ter- tra Daerah. Di dalam khazanah sas-
sebut terdapat dalam sejumlah tulis- tra Jawa, Yohanes Siyamto mene-
an religius pada zaman Jawa Kuna. kuni penulisan guritan dan macapat.
Tulisan itu tidak merupakan ulasan Karya guritan-nya, antara lain
teoritis, melainkan pedoman praktis “Mbabar Urip Anyar” (Pagagan I/
bagi mereka yang ingin mencapai ke- 17, April 1992); “Sawangan Wengi”
manunggalan mistik itu. Cita-cita se- (Pagagan 3/I/88, 23 Agustus 1992);
orang yogi ialah mempersatukan diri “Gajah lan Kancil” (Festival Kese-
dan menyelami Yang Mutlak dalam nian Yogyakarta II, 1992); “Yen Ri-
keadaan-Nya yang transenden, lalu kala” (Djaka Lodang, No. 34/XXVI,
menemukan identifikasi total dan ke- 16 Januari 1997); dan sebagainya.
bebasan final, melaui hilangnya se- Adapun karyanya yang berupa ma-
luruh kesadaran. Dalam Sumanasãn- capat, antara lain “Mengeti Kamar-
taka diceritakan tentang Dia “yang dikan Kaping 51” (Djaka Lodang,
menguasai papan tulis”, “yang meru- No. 12/XXVI, 17 Agustus 1996);
pakan hakikat aksara”, “yang dalam “Kinanthi Wulan Maria” (Praba,
keadaan rumit (sûksma) bersembu- No. 20/XLVI, Oktober 1995), “Ka-
nyi dalam debu pensil tulis”. pinteran Iku Bandha kang Aji” (Dja-
Akan tetapi, untuk mempersiap- ka Lodang, No. 14/XXVII, 30 Agus-
kan diri bagi persatuan itu, seorang tus 1997), dan sebagainya.
yogi memerlukan kehadiran sang de- Dalam karya-karya ciptaannya,
wa dalam bentuknya yang dapat di- Yohanes Siyamto yang akhir-akhir ini
cerap indera sehingga dewa itu dapat menekuni dunia pementasan ini tidak
dijadikannya titik pusat obyek kon- pernah memakai nama samaran. Se-
sentrasinya, sebelum ia terserap oleh mua karyanya ditulis dengan nama
sang dewa. Kedatangan dewa itu di- asli. Sebagian guritan karyanya di-
dahului dengan menjalankan “laku” publikasikan di majalah Djaka Lo-
yoga. Batin mencapai tingkat konsen- dhang, Pagagan, Praba, dan seba-
trasi (dhyãna) sehingga penuh de- gainya. Di samping itu, ia juga mem-
ngan gambaran sang dewa dan sega- publikasikan guritan berjudul “Do-
la sesuatu yang lain lenyap dari pan- ngane Maling’ dalam antologi Rem-
dangan (dhãrana); akhirnya kesa- bulan Padhang ing Ngayogyakarta
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 607

(1992). Sekarang ini ia tinggal di Si- 2001 sampai sekarang menjadi guru
domulyo TR 4/345, Yogyakarta 55243. sekaligus kepala sekolah di SD Ke-
Selain sebagai penulis sastra Ja- panjen Kidul 2, Blitar.
wa, lelaki yang bekerja sebagai staf Menjadi penulis, lebih keren-nya
Tata Usaha Fisipol, Universitas At- menjadi pengarang, bagi Yudhet ti-
majaya, Yogyakarta, dan aktif mengi- daklah sengaja. Pada awalnya hanya
kuti kegiatan sastra Jawa ini juga coba-coba. Namun, setelah berjum-
seorang dalang dan pemain sandiwa- pa dengan beberapa tokoh sastrawan
ra radio. Selama lebih dari dua ta- kondang dalam rangka mendirikan
hun, ia pernah terlibat dalam siaran Sanggar Sastra Triwida, antara lain
sandiwara di Radio Retjo Buntung, Tamsir A.S. dan Tiwiek S.A., Yudhet
Yogyakarta. Kepandaiannya berolah barulah serius menulis. Dan ia ingin
vokal juga diperlihatkan dalam mem- terus (serius) menulis walaupun im-
baca guritan dan tembang-tembang balan tulisan dari penerbit dan atau
Jawa (macapat) di berbagai kegiatan majalah berbahasa Jawa kurang (ti-
kesenian, misalnya Festival Keseni- dak) layak. Keinginan kadang me-
an Yogyakarta. Yohanes Siyamto ju- mang berbeda dengan kenyataan, ka-
ga menekuni penulisan berita di Dja- rena kenyataan pula yang membuat
ka Lodang, misalnya “Pengetan Se- Yudhet tidak produktif, sehingga kar-
dane Rama Kanjeng Soegiyopra- yanya pun tak banyak. Konon, hing-
noto” (Djaka Lodang, No. 832, 27 ga sekarang, lelaki beragama Islam
Agustus 1988); “Natalan karo Sri- penggemar fotografi ini, dalam wak-
mulat” (Djaka Lodang, No. 34, 16 tu kurang lebih 25 tahun, baru me-
Januari 1997), dan sebagainya. nulis dan menerbitkan beberapa cer-
kak dan guritan di Panjebar Sema-
yudhet (1960—2008) ngat, Jaya Baya, dan Djaka Lodang.
Nama aslinya Yudi Triantoro. Dan memang ia bukan hanya penulis
Tetapi, dalam karangan-karangan- sastra Jawa, melainkan juga penulis
nya ia senang menggunakan nama sastra Indonesia. Tiga buah cerita
samaran Yudhet. Ia lahir di Blitar, Ja- (novel) anak karangannya bahkan te-
wa Timur, pada 3 Maret 1960. Pen- lah diterbitkan.
didikan dasar hingga perguruan ting- Walaupun begitu, Yudhet yang
gi ia selesaikan di daerah kelahiran- kini tinggal di Desa Bendo, RT 05,
nya (Blitar), yakni SD (lulus 1972), RW 02, Kecamatan Ponggok, Kabu-
SLTP (lulus 1975), SPG (lulus paten Blitar, Jawa Timur ini belum
1979), dan Diploma II (lulus 1996). puas, dan ia tidak mau berhenti me-
Akan tetapi, sebelum masuk Diploma nulis/mengarang. Beberapa cerkak-
II, tidak lama setelah tamat SPG, ia nya yang telah diterbitkan, yaitu
menjadi guru SD. Tahun 1979 hing- “Sari Anggaeni” (Jaya Baya, 1979),
ga 1987 mengajar di SD Kepanjen “Wadi Wewayangan” (Panjebar Se-
Kidul 8; tahun 1987 hingga 2001 mangat, 1982), dan “Bajingan-Ba-
mengajar di SD Bendo 1; dan sejak jingan” (Djaka Lodang, 1992). Se-
608 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

mentara itu, ketiga cerita anak-nya kan kuliah di Universitas Diponego-


(berbahasa Indonesia) adalah Bila ro Semarang. Anak tunggal pasang-
Alun Turun Tangan (Balai Pustaka, an Kasni Sugiyanto dan Harsim yang
1982), Gelas-Gelas Plastik (Pena berasal dari Madiun ini menikah de-
Kencana Nusa Dwipa, 1992), dan ngan Erlina Kusumastuti pada 1980.
Dia Sudah Memulai (Balai Pustaka, Dari pernikahannya itu ia dikaruniai
1996). Beberapa guritan karyanya, enam orang putra: Taufik Ramadhan
antara lain “Sumirah” dan “Ah” ma- (lahir 1981), Miriam Aziza (lahir
suk dalam antologi Festival Penyair 1982), Hanifah Aulia (lahir 1983),
Sastra Jawa Modern (Triwida, Hafizulah Ibrahim (lahir 1985), Afira
1995); sedangkan “Ah”, “Bapak Tu- Nabila, dan Agastya Iswara.
kang Becak”, “Dalan”, “Esem”, Yudi Aseha mengawali kariernya
“Esemmu”, “Godhong Ijo Mangsa di bidang tulis menulis karena dido-
Ketiga”, “Ibu”, “Pitutur”, “Sawah- rong oleh keinginannya untuk me-
mu”, “Welingku”, dan “Paijah Pra- nyalurkan hobi dan hasil pikiran-pi-
wan Kulon Sawah” masuk dalam an- kirannya. Pertama kali ia mempu-
tologi Sastra Campursari: Kumpul- blikasikan karangan berbahasa Jawa
an Puisi Osing, Madura, Surabaya- di koran Dharma Kandha tahun
an, Mataram-an yang diterbitkan da- 1970. Setelah itu juga ke majalah-
lam rangka Festival Cak Durasim III majalah lain yang ada di Surabaya.
bekerja sama dengan Komunitas Namun, ia mengaku, sekarang lebih
Cantrik Surabaya, Oktober 2002. banyak menulis esai dalam media
berbahasa Indonesia daripada menu-
yudi aseha (1954—) lis karya sastra dalam bahasa Jawa.
Nama aslinya Ahmad Yudhi He- Tulisannya yang berupa esai, antara
ry Kuntjoro. Ia lahir di Madiun, 19 lain berjudul “Tidak Ada Kritik Sas-
April 1954. Tempat tinggalnya seka- tra Indonesia”, terbit di surat kabar
rang di Jalan Trikora 32, Purwodadi, Suara Indonesia. Esai tersebut pada
Grobogan, Jawa Tengah. Sebelum- tahun 1977 dinyatakan sebagai esai
nya, ia tinggal di Surabaya karena terbaik sehingga memperoleh hadiah
saat itu bekerja menjadi wartawan dari Dewan Kesenian Surabaya.
Memorandum (1972-1978). Dan se- Beberapa karya guritan-nya ter-
karang, meski sudah tinggal di Pur- bit dalam buku Antologi Guritan
wodadi, setiap bulan masih tetap bo- 1940-1980 yang disunting oleh Su-
lak-balik ke Surabaya karena ia be- ripan Sadi Hutomo. Selain itu, bebe-
kerja sebagai konsultan komunikasi rapa yang lain masuk dalam Taman-
Perhutani (Persero) di Surabaya yang sari: Antologi Puisi Jawa Modern
ditekuninya sejak tahun 1999. yang diterbitkan oleh Pusat Kesenian
Yudi Aseha menyelesaikan pen- Jawa Tengah. Hingga kini karya-kar-
didikan dasar dan menengahnya di ya Yudi sudah cukup banyak, baik be-
daerah kelahirannya (Madiun, Jawa rupa puisi, guritan, maupun esai,
Timur). Selepas SMA ia melanjut- terbit dalam Bhirawa, Jawa Pos, Su-
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 609

rabaya Post, Horison, Liberty, Sua- S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan
ra Merdeka, dan Dharma Kandha. Sastra Indonesia ia kantongi pada ta-
Seluruh judul karya puisinya tercan- hun 1999 dari Universitas Terbuka.
tum dalam Indeks Sastra yang di- Walaupun kini sudah sarjana, ia ma-
susun oleh EU Kratz (SOAS Lon- sih tetap setia mengajar di SLTP yang
don, 1985). Meski demikian, sayang telah ia tekuni sejak 1979.
sekali ia tidak memiliki dokumen Pengarang beragama Islam yang
karya-karyanya itu. sekarang tinggal di Jalan Raya Mo-
jopanggong 32, Batangsaren, Tulung-
yudimanto (1953— ) agung, Jawa Timur, telepon (0355)
Yudimanto lahir di Tulungagung, 324721 ini sejak 1972 telah menulis
Jawa Timur, pada 25 Juni 1953. Na- sekian banyak karya, terutama cer-
ma samaran yang sering digunakan kak dan artikel/esai, dalam berbagai
adalah Duy Monita. Pendidikan da- majalah berbahasa Jawa. Hanya sa-
sar dan menengah diselesaikan di dae- yangnya ia tidak tahu persis berapa
rah kelahirannya (Tulungagung), jumlah karyanya, dan ia pun tidak
yakni SD (lulus 1965), SLTP (lulus memiliki dokumennya. Hanya cerkak
1968), dan SMA (lulus 1971). Sejak berjudul “Mitra Lawas”, “Nggawa
lulus SMA itulah ia mulai mencoba Larahan Gedhung Bioskop”, dan
belajar menulis/mengarang secara artikel berjudul “Sugeng Tindak
otodidak. Bukan hanya karena wak- Mas Yoodin”, “Penulisan Lirik La-
tu itu ia kebetulan masih mengang- gu Jawa ing VCD” telah dimuat da-
gur, melainkan menulis karena sekali- lam majalah Jaya Baya tahun 2002.
gus untuk mengimbangi kerajinan- Walaupun demikian, sebagai pe-
nya membaca. ngarang Yudimanto akan terus me-
Di sela-sela waktunya membaca nulis karena baginya menulis bukan
dan menulis, ia masih terus mencari sekadar persoalan honor–meski ia
kerja, dan akhirnya diterima menjadi menilai honor untuk karya sastra ber-
pegawai Tata Usaha di sebuah SMP bahasa Jawa masih terlalu rendah—
Negeri di Bandung, Tulungagung. Di melainkan merupakan dorongan un-
tengah-tengah kegiatannya bekerja tuk mencari kepuasan batin. Dengan
itu ia mengambil kesempatan untuk menulis tersalurlah apa yang dipikir
melanjutkan sekolah sehingga ma- dan dirasakan sehingga pembaca atau
suklah ia ke PGSLTP dan lulus ta- orang lain dapat memikir dan mera-
hun 1979. Setelah lulus PGSLTP ia sakan apa yang dipikir dan dirasakan-
diterima menjadi guru dan ditempat- nya itu. Untuk itulah, ia menyaran-
kan di SMP Negeri 1 Ngrantu, Tu- kan agar media penerbitan berbahasa
lungagung. Di sela-sela kesibukan- Jawa lebih meningkatkan dan mem-
nya mengajar pula, ia menyempat- buka luas ruang untuk sastra Jawa.
kan diri masuk IKIP Malang dan ge-
lar sarjana muda diperoleh tahun
1997. Tidak puas dengan itu, sarjana
610 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

yuli setyo budi (1964—) Hukum Universitas Erlangga. Na-


Pengarang asal Mojokerto ini la- mun, ia hanya bertahan dua semester
hir pada 17 Juli 1964. Oleh teman- saja karena sejak semula ia bercita-
temannya ia sering dijuluki sebagai cita masuk ke Fakultas Sastra. Se-
“pengarang seribu nama” karena se- telah meninggalkan bangku kuliah,
ringnya berganti-ganti nama. Menu- sejak tahun 1965, Yunani menjadi
lis tidak hanya menggunakan media guru di SLTP Randublatung, Cepu.
berbahasa Jawa tetapi juga meman- Selain menjadi guru, Yunani juga per-
faatkan media berbahasa Indonesia. nah bekerja pada perusahaan swasta
Alumnus Jurusan Pendidikan Baha- di Surabaya. Tahun 1967 Yunani me-
sa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP nikah dengan Ismail Hadi Nugroho,
(sekarang Universitas) Negeri Sura- karyawan Perhutani Unit II Jawa Ti-
baya ini menghasilkan karya berupa mur. Dari perkawinan tersebut lahir-
guritan, crita cekak, dan cerita mis- lah tiga orang anak. Hanya saja, ru-
teri. mah tangganya tidak berhasil ia per-
Karya-karya Yuli Setyo Budi da- tahankan. Kendati demikian, berkat
pat ditemukan dalam berbagai maja- usaha kerasnya, ia berhasil menye-
lah berbahasa Jawa, antara lain Pa- kolahkan ketiga putranya sampai
njebar Semangat dan Jaya Baya. meraih gelar sarjana.
Setelah bekerja sebagai redaktur Ra- Sejak tahun 1983 Yunani diang-
dar Surabaya, ia tidak aktif lagi me- kat sebagai staf dan baru pada tahun
nulis fiksi. Beberapa guritan-nya te- 1991 diangkat menjadi wartawan te-
lah masuk dalam beberapa antologi tap di majalah Jaya Baya. Di sam-
bersama, di antaranya “Jerite Perti- ping itu, jabatan yang pernah dipe-
wi” dan “Iki Tah Reformasi” dalam gangnya adalah Wakil Ketua OPSJ
Kabar Saka Bendhulmrisi: Kum- (Organisasi Pengarang Sastra Jawa).
pulan Guritan (PPSJS, 2001). Ia juga menjadi pembantu Panora-
ma East Java edisi bahasa Inggris,
yunani (1946— ) Mimbar Jawa Timur, dan majalah
Nama asli Yunani adalah Sri Pemda Tingkat I Jawa Timur. Di usia
Wahyuni. Ia lahir di Tuban, Jawa Ti- lebih dari setengah abad ini Yunani
mur, pada 2 Februari 1946. Menurut yang telah menimang cucu itu masih
pengakuannya, ia berdarah Surakar- tampak gesit, mandiri, dan penuh ke-
ta karena orang tuanya berasal dari lembutan. Ia bercita-cita tetap loyal
Surakarta. Orang tua Yunani, R. Su- pada perkembangan dan kemajuan
diyono, telah meninggal, dan yang kesusastraan Jawa sampai akhir ha-
masih ada hanya ibu yang kini ting- yatnya. Kesetiaannya pada budaya
gal di Mojosongo, Surakarta. Yunani sendiri inilah yang membuat banyak
tamat SR tahun 1958 dan tamat pembaca karya-karyanya angkat to-
SLTP tahun 1961. Pendidikan SLTA pi padanya.
diselesaikannya pada tahun 1964. Se- Karier kepengarangan Yunani
tamat SLTA ia masuk ke Fakultas mulai tumbuh sejak duduk di bangku
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 611

SLTP lewat majalah dinding sekolah. yang oleh sebagian besar pengarang
Hingga kini Yunani memfokuskan Jawa masih dianggap tabu, misalnya
perhatian pada kesusastraan Jawa. tentang kehidupan hostes (wanita-
Pilihan ini didasari oleh pertimbang- wanita yang bekerja di dunia ‘re-
an bahwa saingannya sedikit dan di mang-remang’). Gayanya yang hi-
kota tempat tinggalnya (Surabaya) dup, cerdas, dan sederhana itulah
ada majalah Jaya Baya dan Panye- yang mampu membuat Yunani meng-
bar Semangat. Dorongan besar me- hadirkan dunia seperti itu secara me-
nulis datang ketika pertama kali tu- narik. Selain itu ia juga mampu meng-
lisannya dimuat Jaya Baya dan Pa- hadirkan masalah-masalah fenome-
nyebar Semangat. Selanjutnya, ke- nal sehingga karyanya disenangi pem-
dua majalah tersebut sering memuat baca. Menurut Yunani, menulis ma-
tulisan-tulisannya. Oleh karena itu, salah tersebut membutuhkan ke-
sejak saat itu, karya Yunani menga- mampuan dan keberanian. Apakah
lir. Yunani merasa bahwa ia lebih pas memang pengarang Jawa kurang
menulis cerpen, cerbung, dan novel mampu membahas masalah-masa-
meskipun guritan-nya juga cukup lah yang demikian itu? Menurut Yu-
banyak. Bahkan, dalam cerita reka- nani, Jawa sekarang bukan lagi
annya, dia sering menyelipkan guri- blangkon atau srimpi, bukan hanya
tan untuk melukiskan suasana hati lurik atau rebab. Masyarakat Jawa
tokoh-tokohnya. Selain itu, ia juga sekarang sudah menyukai dan me-
menulis esai dan artikel. Dalam tulis- makai jeans, tang-top, dan backless.
an-tulisannya Yunani tidak pernah Mereka sudah mengenal kafe, musik
menggunakan nama samaran. disko, dan jazz. Mengapa hal itu ti-
Yunani sadar sepenuhnya bahwa dak dipadukan?
sebagai pengarang Jawa ia tidak bisa Obsesi Yunani memperjuangkan
menolak adanya pengaruh dunia mo- nasib wanita selalu tercermin dalam
dern. Menurutnya, pengaruh dunia setiap karyanya. Dalam cerbung
modern pada sastra Jawa masih tera- Rumpile Ati Wanita, misalnya, Yu-
sa sedikit dampaknya. Umumnya pe- nani berani mengungkap kehidupan
ngarang Jawa lebih banyak menulis hostes beserta segala permasalahan-
kehidupan pedesaan atau masyara- nya walaupun oleh sebagian pemba-
kat kecil. Mengapa pengarang pria ca hal itu dianggap “melawan” adat
tidak menulis masalah-masalah baru kebudayaan Jawa. Para pembaca me-
yang jika diolah dan dicermati bisa nilai bahwa Yunani terkena wabah
dijadikan modal bagi perkembangan pornografi; suatu gejala yang popu-
sastra Jawa? Bagi Yunani, Jawa ada- ler tahun 1970-an dengan muncul-
lah perpaduan warna-warni yang te- nya novel-novel Indonesia karya As-
lah membudaya sejak dulu dan mem- bari Nurpatria Kresna, Motinggo Bu-
berikan kekayaan dinamis bagi sas- sye, Bastian, dan sebagainya. Buku-
tra Jawa. Oleh karena itu, Yunani ti- buku mereka sering disebut sebagai
dak segan-segan menulis sesuatu pornografi dan merupakan “bacaan
612 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

kaum lelaki” di kala senggang. Se- lah jalan terbaik bagi seorang janda
mentara itu, cerbung yang ditulis Yu- untuk memperoleh ketenteraman hi-
nani “lebih bersih” dan ia pun tidak dup di hari tua. Hal ini terlihat jelas,
mengungkap secara detil kehidupan misalnya, dalam novelnya Katres-
remang-remang pramuria. Pengung- nan Lingsir Sore
kapannya justru terfokus pada tokoh Para pemerhati sastra Jawa tidak
yang berusaha menghadapi kutukan merasa asing lagi dengan nama Yu-
masyarakat terhadap kehidupan nani. Pengarang wanita asal Jawa
hostes. Dalam cerita ini Yunani ter- Timur ini dikenal produktif dan gigih
lihat gigih memperjuangkan nasib memperjuangkan kehidupan sastra
wanita yang diperlakukan sewenang- Jawa modern. Ratusan cerita pen-
wenang oleh pria. Ia pun menghargai deknya telah menghiasi berbagai ma-
nilai moral; hal itu terbukti pada akhir jalah, antara lain, Parikesit, Panje-
cerita tokoh bekerja secara mapan bar Semangat, dan Jaya Baya. No-
tokoh dan meninggalkan profesi vel karya Yunani berjumlah sekitar 20
hostesnya. buah. Novel yang belum diterbitkan,
Sebagai wanita yang berpan- yang masih berupa cerita bersam-
dangan ke depan, Yunani ingin pula bung di majalah, antara lain, “Sawise
menulis kehidupan wanita dari pers- Langit Katon Biru”, “Mega Klawu
pektif yang berbeda, terutama ber- ing Wulan Temanten”, “Pangarep-
beda dari pengarang pria yang meng- Arep Sacuwil ing Tanah Mencil”,
gunakan nama samaran wanita. Cer- “Rumpile Ati Wanita”, “Ayu Sri Ra-
bung Prahara, misalnya, telah mem- hayu”, “Sumilaking Pedhut Klawu”,
buktikannya. Menurutnya, sampai “Sumiliring Angin Padesan”, “Ka-
sekarang masih banyak pria yang dho kagem Ibu”, dan “Prahara lan
berbuat seenaknya dan mau menang- Prahara II”. Novel yang sudah diter-
nya sendiri. Padahal, wanita Jawa se- bitkan, antara lain, Dokter Wulandari
lalu rela, nrima, ngalah, dan berbudi dan Katresnan Lingsir Sore.
luhur. Akan tetapi, kenyataan mem- Yunani mulai menulis sejak ta-
buktikan laki-laki masih tidak meng- hun 1970-an. Karya-karya Yunani
hargai wanita. Dalam karya-karya- yang dapat dicatat, antara lain, men-
nya, Yunani mengajak kaum wanita cakupi cerpen, cerbung, dan novel.
untuk tidak mudah menyerah pada Yang berupa cerpen, antara lain, Ati
nasib. Wanita sekarang harus man- kang Kelangan (1978), Cemara-Ce-
diri, berani menolak swarga nunut mara Pesisir (1980), Entenana
nraka katut, jangan hanya bergan- (1979), Ing Sikile Gunung Semeru
tung pada pria. Wanita harus sadar (1981) Isih Ana Tresna ing Ati
bahwa selama ini mereka selalu di- (1979), Ing Dina Lebaran (1984),
kondisikan untuk menerima kodrat- Jagong Manten (1982, Kabar Saka
nya yang lemah. Dalam hal ini Yu- Paran (1982), Kado Cilik (1978),
nani juga menyodorkan masalah sen- Layang Saka Yu Anies (1980), Mitra
tral bagi pembaca, di antaranya ada- Sinarawedi (1978), Nalika Tekan
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 613

Stasiun (1979), Pilihane Mas Har sastra Jawa. Oleh karena itu, ia tidak
(1981), Pak Tuwa lan Bonekah hanya terlibat dalam penulisan puisi
(1980), Sedulur Lanang (1975), Sa- Jawa, tetapi juga puisi Indonesia.
wise Pista Rampung (1979), Yen Pri- Puisi-puisinya dalam bahasa Indo-
ya Wis Nibakake Tresnane (1975), nesia dimuat di berbagai koran dan
dan Ayu Sri Rahayu (1980). Yang be- dan majalah. Ia juga menulis cerita
rupa cerbung, antara lain, Prahara, anak-anak dalam bahasa Indonesia
Sawise Langit Katon Biru, Kaseti- berjudul Pagi yang Memerah; Sua-
yan, dan Rumpile Ati Wanita. Semen- ra dari Gardu; dan Catatan Masa
tara yang berupa novel, antara lain, Kecil.
Dokter Wulandari (1987) dan Ka- Yusuf Susilo Hartono aktif meng-
tresnan Lingsir Sore (2000). hadiri pertemuan-pertemuan di ber-
bagai tempat, misalnya Semarang,
yusuf susilo hartono (1958— ) Ungaran, Trenggalek, Surabaya, dan
Yusuf Susilo Hartono lahir di tempat-tempat lainnya. Pengarang
Bojonegoro, Jawa Timur, pada 18 Jawa yang sekarang lebih aktif se-
Maret 1958. Ia pernah menempuh bagai pelukis ini, sekarang berkarya
pendidikan formal di IKIP Bojone- di Jakarta. Di Jakarta ia tampak ti-
goro hingga mencapai gelar sarjana dak aktif lagi melibatkan diri dalam
muda. Di dunia sastra Jawa, ia me- dunia sastra Jawa. Namun, dahulu,
nekuni penulisan guritan dan cer- sebelum hijrah ke Jakarta, ia sangat
kak. Yusuf Susilo Hartono termasuk aktif mengembangkan sastra Jawa
pengarang dan penulis puisi yang lewat berbagai kelompok, misalnya
produktif. Dalam menulis karya sas- menjadi bendahara Organisasi Pe-
tra Jawa, ia tidak pernah memakai ngarang Sastra Jawa (OPSJ) Komi-
nama samaran. Semua karyanya di- sariat Jawa Timur dan Sekretaris Pa-
tulis dengan nama asli. marsudi Sastra Jawa Bojonegoro
Yusuf Susilo Hartono menulis (PSJB).
dalam bahasa Jawa dan Indonesia. Yusuf Susilo Hartono, menurut
Beberapa karyanya yang berjenis gu- pengakuannya, walaupun tidak lagi
ritan dipublikasikan di majalah Jaya menekuni sastra Jawa secara intens,
Baya, Panjebar Semangat, Parike- tetap mencintai sastra Jawa. Bahkan,
sit, Pustaka Candra, dan sebagai- ia berjanji akan kembali menulis da-
nya. Di samping itu, ia juga mempu- lam bahasa Jawa karena ia merasa
blikasikan karya-karya guritan-nya dibesarkan oleh dunia sastra Jawa.
dalam bentuk antologi bersama de-
ngan para penyair lain, misalnya da-
lam Lintang-Lintang Abyor (1983),
Javanese Literature Since Indepen-
dent (1995), dan Wajah Berkabung
( ). Pengarang yang juga berprofesi
sebagai pelukis ini termasuk aktivis
614 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 615

DAFTAR PUSTAKA

Abidan, Achmad. 2000. “Pengarang Hadiwidjana dan Karyanya”.


Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “Biografi N. Sakdani dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Biografi Agus Soegijanto dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Iman Budhi Santosa, Suhendriyo, dan Karya-
Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart,
and Winstone.
Anjarmartana, A. Sarman. 1991. “Transliterasi Jawa Latin”. Semarang:
Panitia Konggres Bahasa Jawa.
Anton-Wr, Syaf dkk. (ed.). 2002. Sastra Campursari: Kumpulan Puisi Osing,
Madura, Surabayaan, Mataraman. Surabaya: Taman Budaya Jawa
Timur.
Brata, Suparto. 1981. Jatuh Bangun Bersama Sastra Jawa: Bacaan Populer
untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/
Majalah Pengetahuan Umum dan Profesi Depdikbud.
Cantrik Banyumas. 1983. “Any Asmara lan Karyane”. Banyumas.
Damono, Sapardi Djoko. 1993. Novel Jawa Tahun 1950-an: Fungsi, Isi,
dan Struktur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
——————. 1993. Novel Jawa Tahun 1950-an: Fungsi, Isi, dan Struktur.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
——————. 1993. Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan
Struktur. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Darusuprapta, dkk. 1996. Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta:
Yayasan Pustaka Nusantara.
Dojosantosa. 1990. Taman Sastrawan. Semarang: Aneka Ilmu.
Endraswara, Suwardi (pangiring). 2002. Gong: Antologi Drama Jawa
Modern. Yogyakarta: Festival Kesenian Yogyakarta.
Fowler, Roger (ed.). 1987. Modern Critical Terms (Revised and Enlarged
Edition). London and New York: Routledge & Kegan Paul.
Hardjawijana, Harjana. 1985. “Transliterasi Jawi-Latin”. Yogyakarta: Balai
Penelitian Bahasa.

615
616 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Haryanto, S. 1988. Pratiwimba Adhiluhung: Sejarah dan Perkembangan


Wayang. Jakarta: Djambatan.
Haryatmo, Sri. 2002. “Nursyahid Purnomo dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Suryanto Suryoatmodjo dan Warisman beserta
Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Hornby, AS, AP Cowie, J.Windsor Lewis. 1977. Oxford Advanced Dictionary
of Current English. New Edition. Oxford: Oxford University Press.
Hutomo, Suripan Sadi dan Setyo Yuwono Sudikan. 1988. Problematik Sastra
Jawa: Sejumlah Esai Sastra Jawa Modern. Surabaya: FPBS IKIP.
Hutomo, Suripan Sadi. 1975. Telaah Sastra Jawa Modern. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
——————. 1984. Antologi Puisi Jawa Modern 1940—1980. Surabaya:
Sinar Wijaya.
Ismiyati, Siti Ajar. 2000. “Soenarno Sisworahardjo dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “Sudharma K.D. dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
——————. 2002. “Suryadi Ws.: Sosok dan Kiprahnya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
——————. 2003. “Biografi Dua Pengarang Sanggar Sastra Jawa
Yogyakarta”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Jassin, H.B. 1959. Tifa Penyair dan Daerahnya. Jakarta: Gunung Agung.
Kasiyun, Suharmono (peny.). 2001. Kabar Saka Bendhulmrisi (Kumpulan
Guritan). Surabaya: Paguyuban Pengarang Sastra Jawa (PPSJS).
Mardianto, Herry dkk. “Sistem Pengarang Jawa Periode Pasca Kemerdekaan:
1945—1965”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. “Sistem Pengarang Jawa Periode Pasca Kemerdekaan:
1966—1980”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 1996. Sastra Jawa Modern Periode 1920 sampai Perang
Kemerdekaan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mardianto, Herry. 2000. “Novel Karya R.M. Soelardi”. Yogyakarta: Balai
Bahasa.
——————. 2001. “Suparto Brata: Sosok dan Kiprahnya dalam Sastra
Jawa”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. Krishna Mihardja dan Mohammad Yamin: Dua
Pengarang Muda Yogyakarta”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Ustadji Pantja Wibiarsa dan Keliek Eswe: Riwayat,
Karier, dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Muliono, Slamet. 1956. Peristiwa Bahasa dan Peristiwa Sastra. Jakarta:
Jembatan.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 617

Padmosoekotjo, S, 1958. Ngengrengan Kasusastran Jawa I. Jogjakarta: Hien


Hoo Sing.
Padmosoekotjo, S. 1960. Ngengrengan Kasusastran Jawa II. Jogjakarta:
Hien Hoo Sing.
Palopo, Budi. 1995. Gurit Rong Puluh: Kumpulan Dua Puluh Guritan.
Surabaya: Dewan Kesenian.
Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. J.B. Wolters’ Uitgevers-
Maatschappij N.V.: Groningen.
——————. 1953. Sarining Paramasastra Jawa. Jakarta: Noordhoff-
Kolff NV.
Prabowo, Dhanu Priyo (ed.). 1993. Cakra Manggilingan: Antologi Geguritan
dan Cerkak Pengarang Sastra Jawa Modern. Yogyakarta: Festival
Kesenian Yogyakarta.
——————. 1997. Pisungsung: Antologi Geguritan lan Cerkak.
Yogyakarta: Festival Kesenian Yogyakarta.
——————. 1999. Liong Tembang Prapatan: Antologi Cerkak.
Yogyakarta: Taman Budaya.
Prabowo, Dhanu Priyo. 2000. “Biografi Dr. Soetomo dan Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “Biografi Prof. Dr. Suripan Sadi Hutomo dan
Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Biografi J.F.X. Hoery dan Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
——————. 2003. “Biografi Bonari Nabonenar dan Arswendo
Atmowiloto dan Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1994. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Prawiroatmodjo, S. 1989. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta: CV Haji
Masagung.
Prawoto, Poer Adhie (ed.). 1989. Kritik Esai Kesusastraan Jawa Modern.
Bandung: Angkasa.
——————. 1991. Keterlibatan Sosial Sastra Jawa Modern. Solo: Tri
Tunggal Tata Fajar.
——————. 1993. Wawasan Sastra Jawa Modern. Bandung: Angkasa.
Purbatjaraka, R. Ng. 1959. Kapustakan Jawi. Jakarta: Jambatan.
Quinn, George. 1995. Novel Berbahasa Jawa. Edisi bahasa Indonesia.
Semarang: IKIP Semarang dan KITLV Press.
Rahayu, Prapti. 1997. “Yasawidagda dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
——————. 2000. “Mas Ngabehi Mangoenwidjaja dan Karya-
Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
618 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

——————. 2001. “E. Suharjendro dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:


Balai Bahasa.
——————. 2002. “Biografi A.Y. Suharyono dan Ardini Pangastuti serta
Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Biografi Prof. Dr. Wisnoe Wardhana dan Suci Hadi
Suwito serta Karya-Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Ras, J.J. 1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Edisi bahasa Indonesia.
Jakarta: Grafitipers.
Ratnawati, Risti. 1997. “Soebagijo I.N. dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
——————. 2000. “Kajian Karya-Karya Kamsa”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Ratnawati, Risti. 2001. “Satim Kadaryono dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Yunani: Pengarang Wanita dalam Sastra Jawa
Modern”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Widodo Basuki: Pengarang Muda Kreatif”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
Ricklefs, M.C. 1994. Sejarah Indonesia Modern. Diindonesiakan oleh
Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Riyadi, Slamet dkk. 1995. Sastra Jawa Modern 1966—1980. Yogyakarta:
Balai Penelitian Bahasa.
Riyadi, Slamet. 2001. “Pengarang Padmosoekotjo dan Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
Sanggar Triwida. 1995. “Festival Penyair Sastra Jawa Modern”. Naskah
antologi dalam rangka 15 Tahun Triwida.
Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar Macapat. Depok: Fakultas:
Sastra Universitas Indonesia.
Saputra, Karsono H. 1992. Pengantar Sekar Macapat. Depok: Fakultas:
Sastra Universitas Indonesia.
Sastroamidjaja, A.Sena. 1964. Renungan tentang Pertunjukan Wayang Kulit.
Jakarta: Penerbit Kinta.
Sedyawati, Edi dkk.(ed.). 2001. Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum. Jakarta:
Balai Bahasa.
Subalidinata, R.S. 1968. Sarining Kasusastran Djawa. Yogyakarta: PT Jaker.
——————. 1993. Novel Berbahasa Jawa dalam Abad Dua Puluh.
Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM.
Sudjiman, Panuti, Ed. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: P.T. Gramedia.
Sungkowati, Yulitin dkk. 2002. “Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya
(PPSJS)”. Surabaya: Balai Bahasa.
Suryadi, Linus dan Prabowo, Dhanu Priyo (ed.). 1995. Pesta Emas Sastra
Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Festival Kesenian
Yogyakarta.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 619

Suwondo, Tirto. 2000. “Sajak-Sajak R. Intojo”. Yogyakarta: Balai Bahasa.


——————. 2001. “Muryalelana dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
——————. 2002. “Turiyo Ragilputra dan Karya-Karyanya”. Yogya-
karta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Mengenal Tiga Pengarang Jawa: Harwimuka, Budi
Palopo, dan Herry Lamongan”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Triyono, Adi. 1996/1997. “M.T. Suphardi dan Karya-Karyanya”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
Triyono, Adi. 2000. “Margana Jajaatmadja dan Karyanya”. Yogyakarta: Balai
Bahasa.
——————. 2001. “Senggono dan Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Ragil Suwarno Pragolapati dan Karyanya: Penyair
yang Moksa”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Biografi Suhadi Tukang Cukur dan Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
Utomo, Imam Budi. 2000. “Mengenal Hardjowirogo: Sastrawan Jawa Tiga
Zaman”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “Esmiet: Sosok dan Kiprahnya dalam Sastra Jawa”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Lima Sastrawan Jawa Yogyakarta”. Yogyakarta:
Balai Bahasa.
Wellek, Rene. 1978. Concepts of Criticism. New Haven and London: Yale
University Press.
Widati, Sri dkk. 1999. “Sanggar-Sanggar Sastra Jawa Modern di Jawa Tengah
dan di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode
Prakemerdekaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widati, Sri dkk. 2001. Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode
Kemerdekaan. Yogyakarta: Kalika Press.
Widati, Sri. 1997. “Empat Pengarang Besar dalam Sastra Jawa Modern
Periode Prakemerdekaan”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2000. “Loem Min Noe: Siapa dan Bagaimana Karya-
Karyanya”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2001. “St. Iesmaniasita: Pribadi dan Karya-Karyanya”.
Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2002. “Poer Adhie Prawoto: Penyair Muda Sastra Jawa
yang Gigih”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
——————. 2003. “Sudi Yatmana dan Diah Hadaning: Dua Penggurit
Senior di Dunia Guritan Abad XXI”. Yogyakarta: Balai Bahasa.
Windiyarti, Dara dkk. 2002. “Persebaran Pengarang dan Penyair Sastra Jawa
Modern di Jawa Timur (Tahap I)”. Surabaya: Balai Bahasa.
620 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Wiyadi, Sugeng (ed.). 1995. Pisungsung: Antologi Guritan 6 Penyair.


Surabaya: Forum Kajian Kebudayaan.
Yusuf, Suhendra.1995. Leksikon Sastra. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Zaidan, Abdul Rozak dkk. 1981.Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dep. Pendidikan dan Kebudayaan.
Zoetmulder, P.J. 1980. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang.
Jakarta: Penerbit Jambatan.
ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA 621

BIODATA PENYUSUN

Dhanu Priyo Prabowo, lahir di Kulonprogo, Yogyakarta, 15 Januari


1961. Lulus Fakultas Sastra UNS (1985) Jurusan Sastra Daerah dan lulus
S-2 Program Pascasarjana UGM (2000). Sekarang bekerja di Balai Bahasa
Yogyakata. Di samping sebagai peneliti sastra, ia juga menulis esai dan
kritik sastra Jawa baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jawa.
Karya-karyanya dipublikasikan di jurnal Widayaparwa (Balai Bahasa
Yogyakarta) dan Bahasa dan Sastra (Pusat Bahasa Jakarta). Buku-buku
hasil penelitiannya yang telah terbit, baik pribadi maupun bersama, antara
lain, Nilai-Nilai Budaya Susastra Jawa (1994); Idiom tentang Nilai Budaya
Sastra Jawa (1995); Sastra Jawa Modern Periode 1920—Perang
Kemerdekaan (1995); Kisah Perjalanan dalam Sastra Jawa (1996); Sastra
Jawa Modern Periode 1945—1965 (1997); Guritan Tradisional dalam
Sastra Jawa (2001); Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode
Prakemerdekaan (2001); Ikhtisar Perkembangan Sastra Jawa Modern
Periode Kemerdekaan (2001), dsb ; dan Pengaruh Islam dalam Karya-
karya R. Ng. Ranggawarsita (2003). Selain itu, ia juga menjadi editor
beberapa antologi, antara lain, Rembulan Padhang ing Ngayogyakarta
(1992); Cakramanggilingan (1993); Pangilon (1994); Pesta Emas Sastra
Jawa (bersama Linus Suryadi Ag., 1995), dan Pisungsung (1997). Buku
cerita anak yang telah terbit, antara lain, Pertobatan Seorang Pemalas
(1995); Bandung Bandawasa (1995); Panembahan Senapati (1996); Putri
Arumdalu (1997); dan Sang Pujangga (1997). Pernah menjadi Ketua Seksi
Pergelaran Sastra Jawa Festival Kesenian Yogyakarta (1992, 1993, 1994,
1995, 1997, dan 1998), Wakil Ketua Penyunting majalah sastra Jawa
Pagagan (1994—1998), anggota penyunting buletin Caraka (1998-2001).
Menjadi juara III Lomba Mengarang Crita Cekak Tingkat Propinsi Jawa
Tengah (2002) dan mendapat penghargaan seni “Abdi Karya Sastra” dari
Bupati Kulonprogo (2003) sebagai penggiat seni sastra di kawasan
pedesaan.

621
622 ENSIKLOPEDI SASTRA JAWA

Sri Widati, lahir di Jakarta, (sesuai KTP) pada 9 Agustus 1946


(menurut kesaksian keluarga, ia lahir pada 4 Agustus 1947). Ia anak bungsu
(empat bersaudara) dari pasangan Ahmad Ikhsan dan Suwarsi Rudati
(keduanya sudah almarhum). Pendidikan SD hingga SPG ditempuh di
Purworejo, Jawa Tengah, dan pendidikan tinggi (Fakultas Sastra UGM)
ditempuh di Yogyakarta (lulus 1973). Di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra UGM itulah ia bertemu dengan Rachmat Djoko Pradopo, dosennya,
yang hingga kini menjadi suaminya. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai 4
anak (3 laki-laki dan 1 perempuan). Keempatnya kini sudah bekerja. Tetapi,
tak seorang pun dari mereka yang mengikuti profesi ayah dan ibunya.
Sebelum lulus S-1 ia pernah menjadi dosen tidak tetap (part timer) di
Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, Korea (1970—1973) karena
mendampingi suaminya yang bertugas mengajar di sana. Ia juga pernah
mengajar mata kuliah kritik drama di ISI Jurusan Teater (1986—1988).
Pekerjaan tetapnya dari tahun 1979 hingga sekarang ialah peneliti dan
penyuluh sastra (Indonesia dan Jawa) di Balai Bahasa Yogyakarta. Karena
tugasnya sebagai peneliti (khususnya sastra Jawa), ia pernah diminta
bantuannya sebagai salah seorang penyumbang naskah pada buku besar
Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (2001). Selain itu, sejumlah penelitian
sastra yang telah dilakukannya, terutama dalam kerja tim, telah terbit.
Beberapa di antaranya, Sastra Jawa Modern Berlatarkan Perang (1985),
Pengarang Wanita dalam Sastra Jawa (1986), Cerita Detektif dalam
Sastra Jawa (1987), Peribahasa Jawa (1988), Ikhtisar Perkembangan
Sastra Jawa Modern Periode Prakemerdekaan (2001), Ikhtisar
Perkembangan Sastra Jawa Modern Periode Kemerdekaan (2001), dan
St. Iesmaniasita: Pembaharu Puisi Jawa Modern (2003). Dari tahun
1991—2001 ia memimpin Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (SSJY) binaan
Balai Bahasa Yogyakarta. Kemudian, sejak 2002 hingga sekarang dipercaya
oleh Ajip Rosidi untuk membantu mengamati dan menilai terbitan karya
sastra Jawa dalam rangka pemberian Hadiah Sastra Rancage bagi sastra
Jawa.

Prapti Rahayu, lahir di Yogyakarta, 12 Agustus 1959. Pendidikan S-


1, Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas
Gadjah Mada (1985). Sejak tshun 1988 hingga sekarang menjadi tenaga
peneliti di Balai Bahasa Yogyakarta. Karya-karyanya, antara lain, Wanita
dalam Sastra Jawa Modern 1945—1965 (2003), Ay Suharyono dan Ardini
Pangastuti: Dua Pengarang Yogyakarta Muthakhir (2005), dan Biografi
Prof. Dr. R.M. Ki Wisnoe Wardhana dan R. Ngt. Suci Hadisuwita serta
Karya-karyanya (2007). Menulis penelitian mandiri dan pernah menjadi
pengurus Sanggar Sastra Jawa Yogyakarta (16 tahun), pengurus HISKI
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai