kelompok 6 Pendidikan Karakter berbasis Kearifan Lokal Budaya Jawa
kelompok 6 Pendidikan Karakter berbasis Kearifan Lokal Budaya Jawa
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter
Pengampu : Dra. Yuyarti, M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Novika Gigih N. (1401416197) Absen 1
2. Nurul Hidayah (1401416215) Absen 11
3. Marisatul Hasanah (1401416226) Absen 15
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Karakter berbasis Kearifan
Lokal Budaya Jawa” dengan baik. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pendidikan Karakter.
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami ingin berterimakasih kepada:
1. Bapak dan Ibu kami yang telah mengajarkan kami tentang arti kehidupan.
2. Bapak Drs. Isa Ansori, M.Pd.selaku Kepala Jurusan PGSD FIP Unnes
3. Ibu Dra. Yuyarti, M.Pd., sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah pendidikan
Karakter yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
4. Tak lupa kepada teman - teman kami Rombel E| yang telah mendukung kami
dalam penyusunan makalah ini.
Tanpa dukungan dari kalian semua, kami tidak akan bisa menyelesaikan
tugas makalah Pendidikan Kepramukaan kami ini. Karenanya, kami mengucapkan
berterima kasih. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan sarannya agar makalah ini
menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan dan pendidikan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan
laksana dua sisi mata uang saling mendukung dan menguatkan. Kebudayaan
menjadi dasar falsafah pendidikan, sedangkan pendidikan menjadi penjaga utama
kebudayaan karena berperan sebagai pembentuk orang untuk berbudaya. Tepatlah
jika Ki Hajar Dewantara mengibaratkan pendidikan tanpa kebudayaan, seperti
perahu dilautan tanpa panduan arah.
Namun di era globalisasi ini, pendidikan di Indonesia banyak mengadopsi
model pendidikan karakter ala barat. Padahal kearifan lokal bangsa mengandung
nilai luhur yang tepat dan pas untuk membangun karakter anak. Mereka dapat
memperoleh nilai-nilai karakter dari sekitar mereka.
Karena kita hidup di lingkungan jawa, maka budaya yang patut kita
pertahankan dan kita lestarikan adalah budaya Jawa. Melalui budaya Jawa, kita
dapat memperoleh nilai-nilai dan karakter yang baik untuk kita lakukan.
Datangnya era globalisasi dengan diiringi budaya global, hedonisme, dan
kapitalisme yang lambat laun menggeser budaya asli (khususnya budaya Jawa).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha menangkal pengaruh
budaya globalisasi dengan penggalian nilai- nilai luhur budaya asli yang
selanjutnya disosialisasikan kepada generasi muda.
Pada kesempatan kali ini, kelompok kita akan membahas nilai-nilai
karakter dalam budaya Jawa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kearifan Lokal ?
2. Bagaimana pengertian Masyarakat Jawa ?
3. Bagaimana Filsafat dan Etika Hidup Orang Jawa ?
4. Apa saja nilai-nilai karakter dalam pola asuh keluarga jawa ?
5. Bagaimana Kearifan Tradisi Menyambut Bulan Puasa ? 1
6. Bagaimana Kearifan Tradisi Mudik ?
7. Bagaimana Kearifan Tradisi Syawalan ?
8. Bagaimana Kearifan Tradisi Suronan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Kearifan Lokal.
2. Untuk mengetahui pengertian Masyarakat Jawa.
3. Untuk mengetahui Filsafat dan Etika Hidup Orang Jawa.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter dalam pola asuh keluarga jawa.
5. Untuk mengetahui Kearifan Tradisi Menyambut Bulan Puasa.
6. Untuk mengetahui Kearifan Tradisi Mudik.
7. Untuk mengetahui Kearifan Tradisi Syawalan.
8. Untuk mengetahui Kearifan Tradisi Suronan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal adalah sebuah idetitas atau kepribadian budaya bangsa yang
mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan luar menjadi watak dan
kemampuan sendiri. (Ayatrohaedi, 1986;18-19)
Menurut Nanik Herawati (2012;64) kebudayaan Jawa merupakan cermin
utuh dari kehidupan masyarakat Jawa. Dan kearifan lokal bagian dari budaya
Jawa yang beraneka ragam dan corak. Dalam budaya Jawa kebenaran dan
kebersamaan seantiasa dijunjung tinggi.
Penggalian nilai- nilai kearifan lokal sebagai basis pendidikan karakter
sejalan dengan rekomendasi UNESCO tahun 2009 yang akan mendorong
timbulnya sikap saling menghormati antar etnis, suku, bangsa, dan agama.
Kearifan lokal dapat digali dan dijadikan basis pendidikan karakter karena
memiliki hal-hal berikut :
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar,
2. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur- unsur luar,
3. berkemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli,
4. berkemampuan mengendalika, dan
5. mampu memberi arah perkembangan budaya.
Menurut Rahyono (2009:9) posisi strategis kearifan lokal budaya Jawa
antara lain:1) kearifan lokal Jawa menjadi salah satu pembentuk identitas, 2)
kearifan lokal Jawabukan merupakan sebuah nilai asing bagi pemiliknya
khususnya suku bangsa Jawa, 3) keterlibatan emosional masyarakat Jawa dalam
penghayatan kearifan lokal kuta, 4) kearifan lokalJawa mampu menumbuhkan
harga diri,dan 5) kearifan lokal Jawa mampu meningkatkan martabat bangsa.
B. Masyarakat Jawa
Secara geografis, masyarakat Jawa mendiami Pulau Jawa bagian tengah
dan bagian timur. 3
Selain itu, ada juga daerah-daerah yang disebut “daerah kejawen” yang
meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Malang, dan Kediri.
Sedangkan daerah di luar daerah ini dinamakan daerah pesisir dan ujung timur.
Masyarakat Jawa tidak dilihat dari segi geografis saja, tetapi dilihat dari
segi entis juga. Jadi, masyarakat Jawa adalah masyarakat yang beretnis Jawa yang
masih komitmen terhadap kebudayaan Jawa, baik yang tinggal di Pulau Jawa,
khususnya Yogyakarta, maupun di luar Pulau Jawa.
Banyak pendapat mengenai asal-usul masyarakat Jawa. Pendapat yang
pertama yaitu bahwa suku Jawa merupakan keturunan Aji Saka, seorang kesatria
sekaligus pandita (satria pinandhita) yang tampan dan sakti mandraguna dari
India. Aji Saka dikenal juga sebagai Empu Sangkala.
Pendapat kedua menyebutkan bahwa suku Jawa merupakan penduduk asli
Pulau Jawa. Nenek moyangnya merupakan keturunan dari homo Soloensis.
Pendapat ini merujuk pada penemuan fosil di lembah bengawan Solo, tepatnya di
dekat Desa Ngandong. Berdasarkan penemuan tersebut, dapat diprediksikan
bahwa Jawa Tengahlah yang menjadi pusat pertama keberadaan masyarakat Jawa
dan kebudayaan Jawa.
Pendapat yang ketiga yaitu pendapat Koentjaraningrat, bahwa nenek
moyang orang Jawa masih satu rumpun dengan nenek moyang bangsa Indonesia
lainnya yaitu berasal dari daerah Yunan, sebuah provinsi di kawasan Indo-China.
Masyarakat Jawa dalam kehidupan sehari-hari sangat dipengaruhi oleh
keyakinan, konsep nilai budaya, dan norma-norma kasat mata yang tertata dalam
alam pikiran. Tata-nilai ini merupakan tradisi dan tindakan yang ditularkan (tutur-
tinular) secara lisan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kearifan lokal merupakan suatu kekhasan budaya yang dimiliki oleh suatu
daerah tertentu. Setiap daerah memiliki ciri khas yang membedakannya dengan
daerah lain. Budaya yang dimiliki oleh suatu daerah mengandung nilai-nilai
karakter yang baik untuk dilakukan individu.
Masyarakat Jawa memiliki filsafat hidup orang jawa yang disebut
“kejawen” yaitu masyarakat dengan segala budayanya memiliki nilai-nilai luhur.
Masyarakat Jawa juga memiliki etika hidup orang jawa. Dalam hal ini, tingkah
laku masyarakat Jawa diatur dalam aturan yang disebut “unggah-ungguh”
Ada banyak tradisi-tradisi yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jawa
dan kebiasaan tersebut mengandung karakter-karakter positif. Contoh dari tradisi
tersebut adalah Tradisi menyambut bulan puasa, tradisi mudik, tradisi suronan,
dan tradisi syawalan.
B. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, kami memberikan saran bahwa :
1. Kita harus melestarikan budaya Jawa yang kita miliki karena selain itu
sebagai warisan bangsa, itu mengandung nilai-nilai yang positif.
2. Kita harus mempertahankannya dengan cara tetap melaksanakan tradisi-
tradisi Jawa.
3. Kita harus menerapkan etika hidup Orang Jawa agar terarah dalam
berperilaku.
4. Dalam kehidupan sehari-hari, hendaknya kita melaksanakan pola hidup asuh
keluarga Jawa.
15
DAFTAR PUSTAKA
16