Anda di halaman 1dari 20

Pertemuan 7

Tutor : Ns. Deky Ardiyasri, S.Kep

Submateri pertemuan :
1. Pemasangan EKG dan faktor yang mempengaruhi,
2. Interpretasi EKG normal dan abnormal (beserta gambarnya) dan intervensi baku
3. Lokasi infark berdasarkan hasil EKG
4. Patofisiologi nyeri kardiak

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


ELEKTROKARDIOGRAM ( EKG )
Elektrokardigram ( EKG ) adalah suatu grafik yg menggambarkan rekaman listrik jantung
Tujuan Pemeriksaan
 Mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung dan otot jantung
 Mengetahui pengaruh/efek obat-obat jantung
 Mengetahui adanya ganguan-gangguan elektrolit
 Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
 Menilai fungsi pacu jantung
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan:
 Tempat tidur disentuh oleh orang lain
 Pasien gelisah
 Memakai benda berbahan logam
 Tidak memasang jelly
 Pengaturan sensitivity dan speed alat (Seharusnya 1 mv, speed 25 mm/sec)

Prosedur Perekaman EKG


1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan atau nomor rekam
medis
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperhatikan:
a. Mesin EKG
b. Elektroda dada (precordial) dan ekstremitas
c. Alcohol swab
d. Jeli
e. Tisu
f. Sampiran / tirai
g. Bengkok
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin
6. Jaga privasi pasien
7. Bersihkan permukaan kulit di pergelangan tangan dan kaki serta dada
8. Berikan jeli secukupnya pada area yang akan dipasangi elektroda
9. Sambungkan kabel dengan manset elektroda ekstremitas
10. Pasang manset elektroda ekstremitas pada pergelangan tangan dan kaki
a. Kabel RA dengan elektoda di pergelangan tangan kanan
b. Kabel LA dengan elektoda di pergelangan tangan kiri
c. Kabel LF (atau LL) dengan elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel RF (atau LF, N) dengan elektroda di pergelangan kaki kanan
11. Sambungkan kabel dengan elektroda dada
12. Pasang balon elektroda pada dada
a. V1: Ruang interkosta IV tepi sternal kanan
b. V2: Ruang interkosta IV tepi sternal kiri
c. V3: Pertengahan V2 dan V4
d. V4: Ruang interkosta V kiri di garis midklavikula
e. V5: Ruang interkosta V kiri di garis aksila anterior
f. V6: Ruang interkosta V kiri di garis mid-aksila
13. Nyalakan mesin EKG dan operasikan mesin EKG sesuai petunjuk penggunaan mesin
14. Anjurkan bernapas normal dan tidak bergerak serta tidak berbicara saat perekaman
15. Lakukan perekaman jantung
16. Matikan mesin EKG
17. Lepaskan elektroda pada dada dan ekstremitas
18. Bersihkan dada dan ekstremitas

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


19. Tuliskan identitas atau tempelkan label identitas pasien pada kertas EKG
20. Rapikan pasin dan alat yang digunakan
21. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
22. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Referensi: Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan (PPNI edisi 1)

INTERPRETASI EKG
1. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang merupakan garis horizontal dan vertikal
dengan jarak 1mm ( kotak kecil ). Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5mm
disebut ( kotak besar ).
- Garis horizontal
Menunjukan waktu, dimana lebar 1 kotak kecil (1mm) = 0,04 dtk, sedangkan 5mm =
0,20 dtk.
- Garis vertikal
Menggambarkan voltage, dimana tinggi 1 kotak kecil 1mm = 0,1 mv , sedangkan
setiap 5 mm =0,5 mv.

2. Gelombang EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel EKG
normal terdiri dari gel P,Q,R,S dan T serta kadang terlihat gel U. Selain itu ada juga
beberapa interval dan segmen EKG.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


a. Gelombang P
Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi atrium
Normal
Tinggi : < 0,3 mvolt
Lebar : < 0,12 detik (< 3 kotak Kecil)
Selalu positif di L II
Selalu negatif di aVR
Gambaran abnormal : Mengetahui kelainan di Atrium

b. Gelombang QRS
Gambaran yang ditimbulkan oleh depolarisasi ventrikel
Normal :
Lebar : 0,06 - 0,12 detik
Tinggi : Tergantung lead
Normal gelombang Q
Lebar : < 0,04 detik
Dalam : < 1/3 tinggi R
Gambaran abnormal :
 Mengetahui adanya hipertrofi ventrikel
 Mengetahui adanya Bundle branch block
 Mengetahui adanya infark

c. Gelombang T
Gambaran yang ditimbulkan oleh repolarisasi ventrikel
Normal :
Tinggi
*  1 MV di lead dada
*  0,5 MV di lead ekstrimitas

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


* Minimal ada 0,1 MV
Gambaran abnormal:
* Mengetahui adanya iskemia/infark
* Kelainan elektrolit

d. Interval PR
Diukur dari permulaan P sampai dengan permulaan QRS
Normal : 0,12 - 0,20 detik
Gambaran abnormal:
Kelainan sistem konduksi

e. Segmen ST
Diukur dari akhir QRS s/d awal gel T
Normal : Isoelektris
Gambaran abnormal:
Elevasi : Pada injuri/infark akut
Depresi : Pada iskemia

3. Membaca EKG
1) Tentukan Irama teratur atau tidak. Dikatakan normal jika jarak dari Puncak
gelombang R ke R sama, minimal 4 gelombang R.
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA,disebut irama sinus
(Sinus Rhytem = SR ).

2) Tentukan berapa frekuensi jantung (HR).


Irama Teratur
A. 300 = ( jml kotak besar dlm 60 detik )
Jml kotak besar antara R – R
B. 1500 = (jml kotak kecil dlm 60 detik )
Jml kotak kecil antara R – R
Tidak Teratur
C. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah QRS dan kalikan 10.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


Frekuensi jantung yang normal: 60 – 100 x/menit

3) Tentukan gelombang P normal atau tidak.


Gelombang P selalu positif dilead II dan selalu negatif di lead avR. Setiap Gelombang
P selalu di ikuti QRS. (P: QRS: 1:1)
4) Tentukan interval PR normal atau tidak.
Tidak Nomal memanjang atau memendek
5) Tentukan gelombang QRS normal atau tidak.
Tidak normal: menyempit atau melebar
6) Interpretasikan.

a. Normal Sinus Rhytm

Irama : Teratur
Rate : 60 – 100
Gelombang P : Normal
PR Interval : Normal ( 0. 12 – 0.20 seconds )
QRS : Normal ( Kurang dari 0.12 seconds )

b. Gangguan Pembetukan Impuls


A. Nodus SA
1) Sinus Takikardia,
Irama teratur, HR> 100 x/menit

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


2) Sinus Bradikardia:
Irama Teratur, HR< 60 x/menit

3) Sinus Aritmia
Irama Tidak Teratur, HR normal

4) Sinus Arrest
Irama teratur, kecuali pada gelombang yang hillang. Delay Irama bukan kelipatan
irama dasar

B. Atrium
1) Atrial Flutter
Irama teratur,Gelombang P seperti gergaji, frekuensi HR: 100-150 x/menit

2) Atrial Fibrilasi
Irama tidak teratur, Gelombang P tidak bisa di identifikasi, keriting

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


C. Nodus AV
1) Junctional Rhtym
Irama teratur, Gelobang P terbalik/tidak ada/gelombang P terletak setelah QRS.
HR: 40-60 x/menit

2) Accelerated Junctional
Irama teratur, Gelobang P terbalik/tidak ada/gelombang P terletak setelah QRS.
HR: 60-100 x/menit

3) Junctional Takikardia
Irama teratur, Gelobang P terbalik/tidak ada/gelombang P terletak setelah QRS.
HR: > 100 x/menit

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


4) Supra Ventricular Takikardia (SVT)
Irama teratur, Gelombang P tidak ada/ sangat kecil.
HR: 150-250 x/menit

D. Ventrikel
1) Idioventrukular Rhytm
Khas irama ventrikular, yaitu QRS melebar, HR: 20-40 x/menit
QRS lebar > 0,2 detik (> 1 kotak besar)

2) Ventrikel Ekstra Sistol (VES)


- VES Unifokal = Normal sinus Rhtym + 1 gelombang VES

- VES Bigemini = 1 normal : 1 VES

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


- VES Trigemini = 2 Normal : 1 VES

- VES Quadrigemini = 3 normal : 1 VES


- VES Couplet = VES berdempet atau berurut

- VES Multifokal = VES berbagai macam bentuk

- Ves R on T
ada gelombang T diatas gel R

3) Ventricular Takikardia (VT)


- VT Monomorfik
Irama teratur, HR >100-250 x/menit

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


Gelombang P tidak ada, Gelombang QRS lebar >0,12 detik

- VT polimorfik (Torsade de Pointes)


Irama tidak teratur, HR >100-250 x/menit, Gelombang QRS lebar dan
tidak sama bentuk dan ukurannya

4. Ventricular Fibrilasi (VF)


Irama tidak teratur
HR: 250-350 x/menit
Gelombang P tidak ada
QRS lebar, bentuknya tidak sama dan tidak teratur. Terdiri atas
morfologi kasar dan halus

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


c. Gangguan Konduksi
1) Sino Atrial Block (SA Block)
Mirip sinus arrest, bedanya delay irama kelipatan R-R’

2) Atrioventricular Block (AV Block)


- AV Block derajat 1
Interval PR emanjang dengan constant

- AV Block derajat 2
 Tipe 1 : Interval PR makin lama makin panjang sampai hilang atau sampai
gelombang P tidak di ikuti QRS 1 kali, kemudian berulang dari awal

 Tipe 2 : Interval PR memanjang constant dan ada gelombang P tidak diikuti


QRS lebih dari 1 kali

- Total AV Block (TAVB) : Gelombang P dan gelombang QRS berdiri sendiri dan
tidak teatur untuk masing-masing gelombang

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12


3) Right Bundle Branch Block
Ada R’ seperti huruf M (M Ship) di VI dan V2

4) Left Bundle Branch Block


Ada R’ seperti huruf M (M Ship) di V5 dan V6

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 13


LOKASI INFARK
BERDASARKAN GAMBARAN EKG

Secara anatomi arteri coroner dibagi menjadi dua cabang yaitu:


1. epikardial yang memperdarahi epikard dan bagian luar miokard,
2. profunda yang memperdarahi endokard dan miokard bagian dalam.
LAD (Left anterior
descending artery)/arteri
koroner desenden
anterior kiri
LCX ( Left Circumflex
artery) / arteri
circumflex koroner kiri.
RCA (Right Coronary
artery)/ arteri koroner
kanan
PL (Posterior Left
Ventricular artery)/arteri
koroner ventrikel
posterior kiri
PDA (Posterior
Descending Artery)/
arteri posterior
descending

Lokasi Infark Elevasi Segmen ST Penyumbatan Arteri Koroner

Antero-septal V1 dan V2 LAD


Anterior V3 dan V4 LAD
Lateral V5 dan V6 LCX
Anterior-ekstensif I, aVL, V1-V6 LAD, LCX
High-Lateral I,aVL, V5 dan V6 LCX
Posterior V7 –V9 (V1 dan V2*) LCX PL
Inferior II, III, aVF PDA
Right Ventrikel V2R –V4R RCA
*Gelombang R yang tinggi dan depresi segmen ST di V1 dan V2 sebagai mirror image dari
perubahan sandapan V7-V9

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 14


IDENTIFIKASI INFARK DI EKG BERDASARKAN SEGMENT ST
Normal segmen ST adalah isoelektrik, artinya berada di level yang sama dengan garis basal,
yaitu mulai akhir gelombang P sampai awal gelombang T.

SEGMEN ST NORMAL

Garis Isoelektrik

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 15


SEGMENT ST ELEVASI

Elevasi

CONTOH ELEVASI DENGAN LOKASI INFARK INFERIOR

ST Elevasi lead II, III, avf

Berdasarkan EKG diatas, tampak ST Elevasi di lead II, III, aVf. Sehingga bisa disimpulkan infark
terjadi di bagian inferior jantung akibat penyumbatan dari arteri koroner posterior desenden
(PDA)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 16


NYERI KARDIAK
A. Pengertian

Nyeri adalah sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terasa jika ujung saraf tertentu
(nosiseptor) terstimulasi, bersifat unik (SDKI, 2017)

Nyeri pada jantung atau kardiak dikenal dengan angina pektoris. Angina Pektoris adalah
perasaan yang tidak enak didada (chest discomfort) akibat iskemia miokard yang disebabkan
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner.

Chest Discomfort dirasakan berupa nyeri, rasa terbakar dan rasa tertekan, kadang tidak
dirasakan didada, tapi dileher, rahang bawah, bahu atau ulu hati. Angina Pektoris
serangannya tidak berhubungan dengan perubahan posisi badan atau tarik nafas (Kabo,
2010).

Angina pectoris non cardiac disebut juga dengan Atypical chest pain dapat berupa nyeri
akibat gangguan pencernaan, nyeri otot dada, pleuritis dan pericarditis.

B. Patofisiologi

Angina pectoris muncul oleh karena adanya ketidakseimbangan antara perfusi dan
kebutuhan miokard yang diakibatkan oleh adanya plak ateroma yang menyebabkan
penyempitan arteri coroner dimana aliran darah koroner tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik jantung saat aktifitas fisik atau stress.

Jaringan miokard bisa mengalami kerusakan hebat secara tiba-tiba akibat adanya trombus
yang terbentuk dari ruptur plak ateroma yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
koroner yang aterosklerotik. Jika keadaan ini menyebabkan oklusi serius arteri koroner,
maka akan terjadi infark miokard.

Jika nyeri angina timbul setiap kali pada waktu melakukan aktifitas fisik, sesudah makan atau
marah dan menghilang pada waktu istirahat atau dengan pemberian nitrat, lamanya
serangan tidak lebih 5 menit, tidak disertai keluhan sistemik seperti pingsan, muntah atau
keringat dingin, dan gejala angina sudah dialami selama beberapa bulan sebelumnya, serta
beratnya tidak berubah didalam beberapa bulan terakhir. Maka gejala ini digolongkan
kedalam Angina Pektoris Stabil.

Apabila plak ateroma pada arteri koroner menjadi tidak stabil, misalnya terjadi perdarahan,
ruptur atau fissura sehingga terbentuk thrombus didaerah plak sehingga menghambat aliran
darah dan terjadi serangan angina. Sifat nyeri angina menjadi progresif kresendo yaitu
Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 17
terjadi peningkatan dalam intensitas, frekuensi dan lamanya episode serangan dibanding
yang di alami selama ini. Juga angina yang serangannya tidak tentu, dapat terjadi pada waktu
kegiatan atau sedang istirahat (angina rest/angina nokturnal yang baru), termasuk angina
pasca infark miokard. Angina jenis ini disebut Angina Pektoris Tidak Stabil.

Pada infark miokard, serangan angina menjadi lebih berat disertai dengan gangguan
hemodinamik, angina jenis ini disebut dengan angina khas infark. Angina khas infark
memiliki karakteristik khas berupa nyeri dada substernal dan menjalar ketangan kiri, bahu
dan leher. Kualitas nyeri biasanya berupa nyeri tumpul seperti rasa tertindih, rasa berat atau
diremas-remas. Kuantitas nyeri lebih dari 20 menit dengan intesitas nyeri makin lama makin
bertambah. Tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat. Sebagian besar disertai
keringat dingin, mual, muntah, sesak, berdebar debar atau lemas. Pada pasien nyeri dada
khas infark disertai dengan dengan gambaran ST-segmen elevasi pada EKG, maka disebut
STEMI (IMA Transmural). Sedangkan jika tidak ada perubahan EKG yang spesifik, kecuali
depresi segmen ST disebut NSTEMI (IMA Non-Trasmural).

C. Gejala

Gejala khas mempunyai 4 gambaran kardinal (four cardinal symptoms):

a. Lokasi
Regio retrostenal dengan kemungkinan penjalaran ke kedua sisi dada, ke lengan
(terutama lengan kiri) sampai ke pergelangan tangan dan ke leher atau ke rahang. Cukup
sering awal serangan di salah satu area tertentu dan selanjutnya akan menjalar ke
tengah dada. Atau mungkin tanpa melibatkan sama sekali.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 18


b. Berhubungan dengan latihan
Pada kebanyakan kasus, angina diprovokasi oleh peningkatan konsumsi oksigen selama
latihan atau stress dan segera dengan cepat pulih dengan istirahat

c. Karakteristik
Angina sering dijabarkan sebagai rasa nyeri tetapi pasien mungkin menyatakannya
sebagai rasa tidak nyaman seperti rasa tertekan atau tercekik. Intensitas keluhan
bervariasi dari sedikit perasaan tidak nyaman sampai rasa nyeri yang hebat
d. Durasi
Nyeri angina yang diprovokasi oleh latihan fisik biasanya pulih spontan dalam waktu 1 – 3
menit setelah istirahat, tetapi dapat berlangsung lebih dari 10 menit setelah latihan yang
berat. Nyeri angina yang diprovokasi oleh emosi mungkin pulih lebih lambat dibanding
yang diprovokasi oleh latihan fisik.

D. Klasifikasi Angina (Canadian Cardiovascular Society = CCS)


Kelas I
Angina tidak timbul pada saat aktifitas sehari-hari, seperti berjalan atau menaiki tangga.
Angina dapat timbul pada saat latihan berat, tergesa-gesa dan saat bekerja
berkepanjangan atau rekreasi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 19


Kelas II
Sedikit pembatasan pada aktifitas sehari-hari, seperti jalan atau naik tangga dengan
cepat, jalan mendaki, jalan atau naik tangga setelah makan, di hawa dingin atau melawan
angina, dalam keadaan stress atau emosi, atau hanya beberapa jam setelah bangun tidur.
Berjalan lebih dari 2 blok (± 400 m) di permukaan atau naik tangga lebih dari satu tingkat
pada kecepatan dan kondisi yang normal

Kelas III
Adanya tanda-tanda keterbatasan pada aktifitas sehari-hari, seperti jalan satu atau 2 blok
di permukaan dan naik tangga satu tingkat pada kecepatan dan kondisi yang normal

Kelas IV
Ketidakmampuan melakukan semua aktifitas sehari-hari tanpa keluhan dan rasa nyaman

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 20

Anda mungkin juga menyukai