2. Waham
Pasien dengan waham diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) orientasi realita, yang
merupakan upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada pasien, yaitu diri sendiri,
orang lain, lingkungan atau tempat dan waktu.
TAK orientasi realita terdiri dari 3 sesi di antaranya:
- Sesi 1: Pengenalan orang
- Sesi 2: Pengenalan tempat
- Sesi 3: Pengenalan waktu
3. Halusinasi
Pasien dengan halusinasi diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi. Yang
terdiri dari 5 sesi di antaranya:
- Sesi 1: Mengenal halusinasi
- Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
- Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
7. Isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurangnya komunikasi
verbal
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua panca indra
(sensori) agar memberi responss yang adekuat. Dalam terapi aktivitas kelompok ini terdapat
3 sesi yaitu:
- Sesi 1: Mendengarkan musik
- Sesi 2: Menggambar
- Sesi 3: Menonton TV/Video
Perilaku bunuh diri menurut stuart (2016) dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu ide bunuh diri,
ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri dan bunuh diri, sedangkan menurut Keliat & Akemat
(2010) dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan
bunuh diri.
Isyarat/ide bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan “tolong jaga anak-anak saya karena saya akan pergi jauh”.
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri kehidupan, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
4. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan kematian yang diakibatkan oleh diri sendiri berupa cedera,
keracunan, atau napas tersumbat yang dibuktikan dengan adanya bukti bahwa yang
meninggal berniat membunuh dirinya sendiri (Stuart, Keliat, Pasaribu, 2016).
Pada seseorang yang melakukan bunuh diri biasanya disebabkan oleh banyak faktor klinis
yang menunjang dan antisosial yang berlebihan. Adapun tanda-tanda yang terlihat sebagai
berikut: pernyataan/ungkapan berulang-ulang tentang kematian, mengungkapkan rasa
bersalah, ketakutan yang berlebihan dan panik. Tanda dan gejala lainnya yang terlihat pada
orang dengan perilaku bunuh diri adalah memberikan peringatan secara langsung maupun
tidak, verbal atau nonverbal bahwa ia akan mengakhiri hidupnya.
1. Sirkumtansial
Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai dengan tujuan pembicaraan.
2. Tangensial
Pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak sampai dengan tujuan pembicaraan.
3. Kehilangan asosiasi
Pembicaraan tidak ada hubungannya antara satu kalimat satu dengan kalimat lainnya dan
pasien tidak menyadarinya.
4. Flight of ideas
Pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis,
dan tidak sampai pada tujuan.
5. Blocking
Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
6. Perseverasi
Pembicaraan yang diulang berkali-kali