Anda di halaman 1dari 8

Pertemuan 11

Tutor : Ns. Hilma Adha, S.Kep


Submateri pertemuan:
1. TAK Jiwa
2. Fase Berduka
3. Fase-fase Bunuh Diri
4. Gangguan Proses Pikir

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Risiko perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan


Pasien dengan risiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan diberikan terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.
Terdiri dari 5 sesi:
- Sesi 1: Mengenal perilaku kekerasan
- Sesi 2: Mencegah perilaku kekerasan dengan cara fisik
- Sesi 3: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
- Sesi 4: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan asertif
- Sesi 5: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah

2. Waham
Pasien dengan waham diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) orientasi realita, yang
merupakan upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada pasien, yaitu diri sendiri,
orang lain, lingkungan atau tempat dan waktu.
TAK orientasi realita terdiri dari 3 sesi di antaranya:
- Sesi 1: Pengenalan orang
- Sesi 2: Pengenalan tempat
- Sesi 3: Pengenalan waktu

3. Halusinasi
Pasien dengan halusinasi diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi. Yang
terdiri dari 5 sesi di antaranya:
- Sesi 1: Mengenal halusinasi
- Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
- Sesi 4: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
- Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


4. Isolasi sosial
Pasien dengan isolasi sosial diberikan TAK sosialisasi, yang merupakan upaya memfasilitasi
kemampuan pasien dalam meningkatkan sosialisasi.
Terdiri dari 7 sesi, di antaranya:
- Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
- Sesi 2: Kemampuan berkenalan
- Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap
- Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
- Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
- Sesi 6: Kemampuan berkerjasama
- Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi

5. Harga diri rendah dan risiko bunuh diri


Pasien dengan harga diri rendah dan risiko bunuh diri diberikan terapi aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi harga diri rendah, terdiri dari 2 sesi yaitu:
- Sesi 1: Identifikasi untuk harga diri rendah/hal positif diri
- Sesi 2: Melatih kemampuan/hal positif pada diri

6. Defisit perawatan diri


TAK untuk pasien dengan defisit perawat diri lebih fokus kependidikan kesehatan tentang
DPD.

7. Isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai dengan kurangnya komunikasi
verbal
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua panca indra
(sensori) agar memberi responss yang adekuat. Dalam terapi aktivitas kelompok ini terdapat
3 sesi yaitu:
- Sesi 1: Mendengarkan musik
- Sesi 2: Menggambar
- Sesi 3: Menonton TV/Video

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


Fase Berduka
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. Berduka
merupakan respon emosi terhadap kehilangan yang dimanifestasikan dengan adanya perasaan
sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur dan lain-lain. Terdapat beberapa teori mengenai
tahap berduka, salah satunya teori yang dikemukakan Elisabeth Kubler-Ross (1969). Adapun 5
tahap berduka menurut Kubler-Ross yang berorientasi pada perilaku yaitu sebagai berikut:

1. Fase pengingkaran (denial)


Merupakan reaksi pertama pada kehilangan, yang ditandai dengan perasaan
tidak percaya pada kenyataan, syok, letih, lemah, pucat. Individu bertindak seolah olah
tidak terjadi apa-apa. Ungkapan verbal yang diungkapkan individu pada fase ini biasanya
dengan mengucapkan “tidak, tidak mungkin ini terjadi”, “saya tidak percaya itu terjadi”.

2. Fase marah (anger)


Pada fase ini individu mulai menyadari akan kenyataan yang terjadi. Timbul
respon marah yang diproyeksikan pada orang lain, benda, ataupun lingkungan yang
ditandai dengan muka merah, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah, serta perilaku
agresif. Individu akan lebih sensitive sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal
ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan manifestasi
dari kecemasannya menghadapi kehilangan.

3. Fase tawar-menawar (Bargaining)


Pada fase ini individu akan mengekspresikan rasa bersalah, takut, dan rasa
berdosa. Individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas
untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, individu sering kali mencari pendapat
orang lain. Ungkapan secara verbal yang diungkapkan individu di fase ini misalnya “
kalau saja yang sakit bukan saya”, “Seandainya saya berhati-hati”. Peran perawat pada
tahap ini adalah diam, mendengarkan dan memberikan sentuhan terapeutik.

4. Fase Depresi (Depression)


Fase ini terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak dari makna
kehilangan tersebut. Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, dan
putus asa. Perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


libido menurun. Peran perawat pada fase ini tetap mendampingi individu dan tidak
meninggalkannya sendirian.
5. Fase Penerimaan (Acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran pada objek
kehilangan mulai berkurang. Peran perawat pada tahap ini menemani klien bila
mungkin, bicara dengan klien dan menanyakan apa yang dibutuhkan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


FASE-FASE BUNUH DIRI

Perilaku bunuh diri menurut stuart (2016) dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu ide bunuh diri,
ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri dan bunuh diri, sedangkan menurut Keliat & Akemat
(2010) dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan
bunuh diri.

1. Ide/isyarat bunuh diri


Ide bunuh diri berupa pikiran membunuh diri sendiri, baik yang dilaporkan sendiri atau
dilaporkan kepada orang lain (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016).

Isyarat/ide bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan “tolong jaga anak-anak saya karena saya akan pergi jauh”.
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri kehidupan, tetapi
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan
perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya. Pasien juga
mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

2. Ancaman bunuh diri


Ancaman bunuh diri merupakan peringatan baik secara langsung maupun tidak langsung,
verbal maupun non verbal, dari seseorang yang memiliki keinginan untuk mengakhiri
hidupnya sendiri (Stuart, keliat, pasaribu, 2016).
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai
oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai
dengan percobaan bunuh diri.

3. Percobaan bunuh diri


Percobaan bunuh diri adalah usaha yang dimiliki seseorang dengan melakukan tindakan
mandiri yang akan menyebabkan kematian bila tidak dihentikan (Stuart, Keliat & Pasaribu,
2016).

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


Pada percobaan bunuh diri ini terdapat upaya yang serius secara langsung pada seseorang
yang memiliki tujuan untuk mengakhiri hidup atau dengan serius mencederai dirinya, yang
biasanya menyebabkan luka kecil atau luka besar pada bagian fisik tertentu.

4. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan kematian yang diakibatkan oleh diri sendiri berupa cedera,
keracunan, atau napas tersumbat yang dibuktikan dengan adanya bukti bahwa yang
meninggal berniat membunuh dirinya sendiri (Stuart, Keliat, Pasaribu, 2016).
Pada seseorang yang melakukan bunuh diri biasanya disebabkan oleh banyak faktor klinis
yang menunjang dan antisosial yang berlebihan. Adapun tanda-tanda yang terlihat sebagai
berikut: pernyataan/ungkapan berulang-ulang tentang kematian, mengungkapkan rasa
bersalah, ketakutan yang berlebihan dan panik. Tanda dan gejala lainnya yang terlihat pada
orang dengan perilaku bunuh diri adalah memberikan peringatan secara langsung maupun
tidak, verbal atau nonverbal bahwa ia akan mengakhiri hidupnya.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


GANGGUAN PROSES PIKIR

1. Sirkumtansial
Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai dengan tujuan pembicaraan.

2. Tangensial
Pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak sampai dengan tujuan pembicaraan.

3. Kehilangan asosiasi
Pembicaraan tidak ada hubungannya antara satu kalimat satu dengan kalimat lainnya dan
pasien tidak menyadarinya.

4. Flight of ideas
Pembicaraan meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis,
dan tidak sampai pada tujuan.

5. Blocking
Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali.

6. Perseverasi
Pembicaraan yang diulang berkali-kali

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8

Anda mungkin juga menyukai