Anda di halaman 1dari 112

BAHAN KULIAH ILMU

PSIKIATRI

Dr. H. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM


KECEMASAN (ANSIETAS)
 Kecemasan diartikan sbg perasaan khawatir secara
terus menerus thd sesuatu hal yg akan terjadi, tidak
jelas sebabnya (kecemasan bebas mengambang=free
floating anxiety)
 Kecemasan pada tingkat ringan yg terjadi pada
kegiatan sehari-hari bermanfaat karena dapat
memotivasi individu bertindak mengurangi perasaan
tidak menyenangkan tersebut sehingga indv. lebih
berhati-hati dan waspada.
 Bila indv. berada dalam kecemasan maka dia
merasa terganggu atau tidak enak.
 Untuk menghilangkan atau mengurangi
perasaan cemas (anxiety) maka indv. akan
berupaya untuk menghilangkan perasaan
tersebut dengan beberapa cara.
Mengatasi Kecemasan
 Bila indv. mengalami kecemasan (perasaan tidak menyenangkan) :

a. Secara sadar mencoba memecahkan

atau menyesuaikan diri dengan masalah yang


menyebabkan kecemasan. Tindakan ini disadari
secara konstruktif. Cara ini merupakan cara penyesuaian diri
dengan menghadapi rintangan secara sadar, realistik, objektif dan
rasional berupa :
- menghadapi masalah/rintangan secara
terang-terangan (frontal/menyerang)
- Menarik diri (tidak mau tau dengan masalah)
- Kompromi (mengadakan pendekatan dan kerjasama)
Bila tindk. yg diambil memuaskan biasanya akan dipegang dan
dipakai untuk bertindak menghadapi masalah/rintangan di masa
yang akan datang. Demikian juga bila tidak berhasil.
Ini disebut : Pengalaman hidup
b. Dengan menggunakan mekanisme defensif
(mekanisme pertahanan diri)

Cara ini dipakai, bila dengan cara a


tidak berhasil dan tuntutan tersebut
tetap mengancam perasaan kemampuan diri, harga diri atau
menyebabkan perasaan tidak menyenangkan (ansietas). Dengan menggunakan
mekanisme pertahanan diri, ansietas coba ditekan, dihilangkan atau dirubah ke
dalam bentuk lain.
Mekanisme defensif diartikan :
1. Tindakan individu yg bertujuan untuk melindungi diri/menyembunyikan
ketakutan, ketegangan, perasaan cemas, perasaan malu thd individu lain bila
individu tersebut mengalami kegagalan dalam kehidupan berkelompok.
2. Sebagai sistem pertahanan diri untuk mengamankan diri dalam kehidupan atau
pergaulan dengan orang-orang di lingkungannya yg dibangun setiap individu
secara lambat laun, diam-diam, tidak disadari dan dipergunakan secara
otomatis.
Beberapa Mekanisme Defensif yg Sering
Digunakan Khususnya Pada Gangguan Jiwa
1. Proyeksi (menyalahkan orang lain)

Mek.defensif ini bisa terdapat pada orang normal. Pada gangguan paranoid
(psikosis/skizofrenia paranoid) proyeksi ini merupakan mek. defensif utama dan
bisa berkembang menjadi waham (delusi) dan halusinasi.

Waham a/ keyakinan diri yg salah (tidak sesuai dan tidak didukung fakta) dan
tidak dapat dikoreksi (dalam wawancara psikiatri keyakinan tsb akan
dipertahankan).

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal adanya “suara hati nurani (suara dari
dalam diri sendiri)” yg dalam kondisi normal berhasil memaksa individu
mengakui dan menginsafi kesalahan diri sendiri.
Pada gangguan jiwa khususnya gangguan psikosis “suara hati
nurani menjadi bukan suara hati sendiri tapi seolah-olah
datang dari luar diriya”. Gejala tersebut merupakan dasar
terciptanya halusinasi.

Halusinasi a/ gangguan persepsi (indera) dimana terjadi


penginderaan (melihat, mendengar, mencium, merasa atau
mengecap) tanpa adanya stimulus pada panca indera.

Mek. defensif proyeksi masih dianggap normal dan berhasil


baik bila tidak disertai waham dan halusinasi. Dengan
demikian indv. tersebut masih dapat berkomunikasi dengan
baik dan hidup di lingkungannya.
2. Introversi (menarik diri)
Indv. menarik diri dengan cara melamun.

Menarik diri (melamun) merupakan perlindungan dan penentraman diri pribadi


karena dengan cara demikian indv. merasa aman dan tentram dari bahaya
(tuntutan) dari luar.

Dengan melamun tersebut ia menjadi tidak takut lagi, walaupun rangsangan luar
tersebut merupakan rangsangan keras bagi dirinya. Dengan cara demikian maka
masalah real (nyata) tidak menganggu indv. tersebut. Ia dapat menarik diri ke
dalam dunia fantasi atau melamun.
Dengan cara melamun tersebut ia dapat :
- Mengubah arti dari kejadian (keadaan) yg dialaminya
- Memperoleh kepuasan (kesenangan) terhadap apa yg diinginkan
tanpa berbuat sesuatu (melamun merupakan mencari kepuasan
dalam fantasi)
Melamun (day dreaming) masih dianggap normal bila
dilakukan sebentar-sebentar kemudian indv.
menyadari bahwa ia melamun.

Pada gangguan psikosis (khususnya skizofrenia)


melamun tersebut dilakukan terus-menerus dan apa
yang ada dam lamunannya dianggap benar-benar
terjadi sehingga indv. dapat berbicara, tertawa,
menangis sendiri, dsb. Keadaan tersebut disebut
Autisme.

Autisme dianggap introversi yang patologis


3. Kegembiraan dan Kesibukan

Indv. menggunakan mek. defensif ini terlihat seolah-olah tidak takut, tidak
peduli malahan terlihat gembira berlebihan. Padahal secara mendalam
(Unconscious level) sangat takut atau sedih.

Mek. defensif ini bertujuan untuk menyembunyikan ketakutan, ketegangan atau


kecemasan yang sangat mengancam.
Mek. defensif ini utama kita jumpai pada gangguan afektif berat (Psikosis manik
depresif) tipe/stadium manik (maniakal).
Penderitanya terlihat :
- Sangat aktif (hiperaktif)
- Banyak bicara
- Gembira berlebihan
- Tidak butuh tidur
Karenanya bisa meninggal karena kehabisan tenaga (Exhaustion), dehidrasi,
dsb.
4. Menurunkan Aktivitas (Fisik dan Mental)

Indv. yang menggunakan pertahanan diri ini terlihat :


- Sedih / murung
- Reaksinya lamban
- Kepala tertunduk
- Malas bicara / susah menjawab
pertanyaan
- Putus asa
- Merasa bersalah / berdosa
- Menyalahkan diri sendiri
- kadang-kadang timbul keinginan untuk mati / bunuh diri
Keadaan ini utama terjadi pada gangguan depresi (Psikosis Depresif). Pada penderita depresi
tersebu selain aktivitas fisik dan mental menurun, fungsi-fungsi vegetatif juga menurun
sehingga terjadi :
- Nafsu makan berkurang
- Insomnia
- Obstipasi
- Impotensi
Kadang-kadang gangguan depresi tersebut disertai agitasi (aktif, gelisah dan bingung) disebut
Depresi Agitatif.
5. Represi
Pada represi segala sesuatu yang tidak enak atau menyakitkan di alam
sadar (conscious level) ditekan ke alam bawah sadar sehingga bisa
dilupakan.
Dalam wawancara psikiatri adanya mek. defensif represi diketahui
dengan seringnya indv. memberi jawaban-jawaban “lupa”, “tidak ingat”,
dsb.

6. Denial (Penyangkalan)
Hal ini berupa perlindungan diri terhadap kenyataan yang tidak
menyenangkan dengan menolak (mengingkari) hal tersebut.
Ansietas yang terjadi dapat dikurangi atau dihindari dengan mengaku
“tidak ada” terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan, perbuatan
memalukan atau yang membangkitkan perasaan bersalah.
7. Rasionalisasi
Mek. defensif ini berupa berusaha membuktikan bahwa tindakan/perbuatan yang
dilakukan adalah “rasional” (masuk akal) dan benar sehingga dapat disetujui diri
sendiri dan masyarakat.
Misalnya:
- Tidak lulus ujian dikatakan karena guru
tidak bisa mengajar, killer, dsb.
- Nilai ujian jelek dikatakan karena guru
dendam.

8. Identifikasi
Dengan mek. defensif identifkasi indv. menambah rasa harga diri dengan cara
meyamakan dirinya dengan orang lain atau instansi yang punya nama/kekuatan.
Misalnya :
- Menurut Bapak Kepala Sekolah mencontek tersebut tidak baik
- Menurut Bapak Hakim, perbuatannya bisa di hukum
9. Regresi
Dengan regresi terjadi kemunduran ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respon
kurang matang.
Misalnya :
- Merajuk karena tidak dikabulkan
permintaannya.
- Berguling-guling di tanah (Tempre Tantrum) karena di sakiti
hatinya.
- BAB/BAK di celana.
Mek. defensif ini dominan digunakan pada Skizofrenia Hebefrenik sehingga penderitanya dapat
telanjang, makan kotoran, sampah, dsb.

10. Sublimasi
Dengan sublimasi indv. Mencari kepuasan dengan kegiatan-kegiatan non-seksual/agresif yang dapat
diterima lingkungan/masyarakat untuk menghilangkan atau menahan dorongan seksual/agresif.
Mek. Defensif ini paling baik dan paling berhasil. Sebagian besar profesi individu sebagai
sublimasi.
Misalnya :
- Dorongan agresif (berkelahi) disalurkan dengan OR tinju
- Dorongan seksual dapat tersalur dengan aktif menari (balet)
11. Kompensasi
Dengan mek. defensif ini indv.menutupi kelemahan/kegagalan dengan
mewujudkan/menonjolkan sifat2 yang diingini. Atau pemuasan secara berlebihan dalam satu
bidang karena mengalami frustrasi/kegagalan dalam bidang lain.
Misalnya :
- Masuk fakultas keperawatan karena kegagalan
masuk kedokteran
- Mencintai seseorang karena gagal mendapatkan kasih sayang
seseorang

12. Pergeseran (Displacement)


Memindahkan perasaan tertekan (perasaan permusuhan).
Mek. defensif ini dominan digunakan pada gangguan fobia.
Fobia a/ ketakutan Irrasional (intensitas ketakutan jauh lebih tinggi dari
Penyebabnya) terhadap suatu obyek, aktivitas atau situasi.
Fobia dinamai sesuai dengan obyek, aktvitas atau situasinya.
MIsalnya :
- Nekro Fobia  takut mayat
- Baktero Fobia  takut bakteri
13. Konversi
Dengan konversi, indv. menukar perasaan cemas atau ansietas dengan keluhan/gangguan fungsi organ
atau kepribadian.
Misalnya :
- Kelumpuhan
- Kebutaan
- Anestesi
- Analgesi
- Kehilangan kesadaran
- Kesurupan
- dsb
Mek. defensif ini sering terjadi pada gangguan histeri (Neurosis Histeri).

Pada gangguan histerik dengan menukar perasaan cemas dengan gangguan fungsi organ/kepribadian
(konversi) maka penderitanya menjadi tenang. Ini sebagai keuntungan primer (Primary Gains).

Karena terjadinya gangguan funsi organ/kepribadian maka indv. sering mendapat perhatian, dispensasi,
belas kasihan, dsb. Ini merupakan keuntungan sekunder (Secondary Gains).

Karena keuntungan primer dan sekunder tersebut terlihat seolah-olah penderitanya senang dengan
gangguan tersebut ( tidak mau sembuh).
14. Reaksi Formasi (Pembentukkan Reaksi)
Mekanisme ini berhubungan erat dengan repressi.
Kesadaran mengenai suatu impuls (biasanya impuls2 tidak
baik) dihindarkan dengan tingkah laku berlawanan.
Misalnya :
- Impuls permusuhan terhadap orang tua
membangkitkan tingkah laku over protective
(terlalu melindungi).
- Membohongi pasangan membangkitkan sifat2
terlalu memperhatikan
15. Peniadaan (Undoing)

Merupakan mek. Yg bersangkutan dengan pikiran magic.


Seolah- olah impuls/perbuatan dapat
“ditiadakan” atau “dihapus” dengan tindakan2
ritualistik (berulang) yg berlawanan atau searah.
Misalnya :
- Impuls u/ mengucapkan kata2 permusuhan
“ditiadakan” dengan berkumur-kumur air.
- Impuls untuk masturbasi “dihapus” dengan
menyentuh/mengusap kursi atau meja.

Pada undoing ini yg “ditiadakan” atau “ dihapus” bukan


impuls atau ingatan melainkan ansietas atau perasaan
bersalah tentang perbuatan tadi
Peniadaan (undoing) mendasari pembentukkan gejala-
gejala obsesif dan konfulsif.

Obsesif a/ paksaan mengulang-ulang suatu pikiran atau


ide, bila tidak diulang menimbulkan perasaan tidak
enak (ansietas).

Konfulsif a/ paksaan mengulang-ulang suatu perbuatan,


bila tidak diulang timbul perasaan tidak enak (ansietas)

Biasanya adanya pikiran obsesif akan disertai perbuatan


konfulsif (obsesif konfulsif)
c. Dengan Menggunakan Keluhan/Penyakit Fisik (Jasmani)

Bila indv. menggunakan mek. Defensif maka ia akan terbebas dari


kecemasan sementara. Karena penyebab (etiologi) masih ada, maka
kecemasan bisa timbul lagi atau di transfer sebagai gejala-gejala fisik.

Bila fungsi somato sensorik/somato motorik yg terganggu maka terjadi


reaksi konversi (neurosis histerik) dengan gejala2 a.l : Kelumpuhan,
kebutaan, tuli, anestesi, analgesi, kaku/kejang

Tetapi bila kecemasan di transfer melalui fungsi susunan saraf vegetatif


maka disebut gangguan psikofisiologik (psikosomatik) dengan keluhan2
seperti sakit kepala, jantung berdebar, sakit dada, nyeri lambung, asma,
dermatitis, dsb.
Sebab keluhan fisik/peny.jasmani digunakan sebagai mek.defensif a/ karena :
1. Keluhan fisik/penyakit jasmani diindahkan dan bisa di terima
masyarakat.
Misal : sakit kepala, sakit maag, sakit jantung diberikan
dispensasi/keringanan.
2. Fungsi-fungsi tubuh sering dihubungkan dengan kepribadian
Misal : - Sakit hati u/ perasaan kesal
- Naik darah u/ pemarah
- Keras kepala u/ tidak patuh
- Keras hati u/ mau menang sendiri
- Penghinaan tidak dapat di telan u/ tidak dapat dterima
3. Indv. belajar menggunakan fungsi tubuh dalam pengalaman hidup u/
menarik perhatian/membalas dendam
Misal : - mual
- Muntah
- Kaku/kejang
- Obstipasi
4. Kelakuan “baik” dan kelakuan “buruk” dihubungkan erat sekali
dengan berbagai fungsi atau memakai fungsi tubuh.
Misal : - Mogok u/ tidak mau makan
- Berpuasa u/ tidak mau melakukan

Keluhan fisik/peny. jasmani yg sering merupakan mek. defensif a/ :


- Sakit kepala
- Pusing
- Kaget
- Sakit maag
- Sakit dada/jantung
- Asma
- Kaku/kejang
- Bisu
- Buta
- Lumpuh
- dsb
Keluhan2 fisik tsb sering merupakan keluhan pada gangguan psikosomatik atau
gangguan histerik.
KEPRIBADIAN
(PERSONALITY)
 Merupakan corak kebiasaan yang khas dan menetap
pada individu yang digunakan untuk
bereaksi/menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik yang bersumber dari luar (eksternal)
ataupun dari dalam diri sendiri (internal).

 Untuk memudahkan memahami / mempelajari


Kepribadian, Kepribadian dibagi atas struktur-
struktur disebut : STRUKTUR KEPRIDADIAN.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
 ID
Bagian kepribadian berupa dorongan2 yang
perlu pemuasan segara. Karena berfungsinya
Id untuk pemuasan segera, disebut : Pleasure
Principle.
Id dominan pada anak dan bayi.
Sebagian besar Id terletak dialam sadar
(unconscious level).
Continous ………….
 Ego

Bagian kepribadian yang berfungsi menuntun / mengarahkan Id


agar tidak bertentangan (sesuai) dengan realitas (aturan,
nilai/norma atau kebiasaan yang berlaku di masyarakat).
Karena berfungsinya Ego penyesuairan dengan realitas, disebut :
Reality Principle.
Ego mulai terbentuk umur 1-2 tahun, bertambah umur semakin
berkembang dan diharapkan mantap pada usia akhir remaja (18-
20 tahun).
Kemantapan Ego dinilai dari kemampuan individu menunda
suatu dorongan sampai sesuai dengan realitas.
Sebagian besar Ego terletak dialam sadar (conscious level) atau
prasadar (pre conscious level).
 Super Ego

Bagian kepribadian yang berfungsi sebagai sensor/penasehat.

Dalam kondisi normal :


 Bila Ego mampu menuntun Id dan terjadi perbuatan baik maka SE akan
memuji Ego, maka dirasakan perasaan senang/bangga.

 Sebaliknya bila Ego tidak mampu menuntun Id dan terjadi perbuatan tidak
baik, maka SE akan menghukum Ego, dirasakan perasaan
bersalah/berdosa.

 Pada Gangguan Depresi dimana perasaan bersalah >>, karena SE bersifat


menghukum dominan.
Continous…
Pada Gangguan Maniakal dimana perasaan gembira >>, karena SE bersifat
memuji dominan.

Karenanya Gangguan (Psikosis) Manik-Depresif disebut juga : Penyakit


SE.

SE mulai terbentuk pada usia 7 – 8 tahun, berkembang dan mantap pada


usia akhir remaja.

Kemantapan SE terlihat dari senang/bangga bila berprestasi dan merasa


bersalah/berdosa bila melakukan pelanggaran.
Sebagian besar SE terletak di alam bawah sadar (unconscious level).

Hati Nurani merupakan SE yang terletak di alam sadar/pra sadar


(conscious/pre conscious level).
PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia)

 Didalam PPDGJ dikenal istilah Ciri Kepribadian (Personality Traits) dan


Gangguan Kepribadian (Personality Disorders)

 Ciri Kepribadian (Personality Traits), merupakan kondisi normal ( tanpa


kode ICD ) ; merupakan pola khas dan menetap gaya hidup individu serta
cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain dan tidak
menyebabkan penderitaan subyektif atau gangguan dalam hubungan
sosial/dengan orang lain

 Gangguan Kepribadian (Personality Disorders), merupakan gangguan jiwa


(memiliki kode ICD) ; merupakan pola khas dan menetap gaya hidup
individu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain,
menyebabkan penderitaan subyektif atau gangguan dalam hubungan
sosial/dengan orang lain. Gangguan kepribadian biasanya sudah terlihat
sejak masa kanak/usia dini (masa perkembangan), sebagai hasil interaksi
antara faktor konstitusi dan lingkungan (kode ICD F60-F69).
TIPE/JENIS KEPRIBADIAN
(Traits/Disorders)
1. KEPRIBADIAN PARANOID
Ditandai sifat2 : pencuriga, pencemburu, mudah tersinggung,
humor kurang, dingin didalam pergaulan, pendendam.
Cenderung mangalami Gangguan Paranoid (Psikosis Paranoid)
dan Skizofrenia Paranoid.

2. KEPRIBADIAN SIKLOTIMIK
Ditandai oleh alam perasaan (mood) bergelombang antara
gembira dan murung. Individu biasanya memiliki postur tubuh
Pycnicus (gemuk, berlemak, muka kemerah-merahan).
Cenderung mengalami Gangguan (Psikosis) Manik-Depresif.
Continous ……….
3. KEPRIBADIAN SKIZOID
Memiliki ciri2 : emosi dingin, afek datar, kurang mampu mengekspresikan
kehangatan, kelembutan dan kemarahan, tidak peduli terhadap
pujian/kecaman, menyendiri, banyak fantasi, kurang sensitif terhadap
norma/kebiasaan dan tidak memiliki teman dekat/akrab.
Individu cenderung mengalami Skizofrenia.

4. KEPRIBADIAN ANTISOSIAL (DISSOSIAL/PSIKOPAT)


Individu tidak peduli pada aturan, nilai/norma dan kebiasaan yang berlaku
dimasyarakat.
Sehari-hari terlihat : tidak disiplin, bolos, minggat, mabuk2an, berulang
kali melakukan hubungan seks diluar pernikahan.
Ditinjau dari Struktur Kepribadian : Id dominan, Ego lemah/tidak
berkembang dan SE bersifat menghukum tidak ada.
Continous ………..
5. KEPRIBADIAN HISTERIONIK (HISTERIK)
Ditandai : dramatisasi/teatrikal, hipersugestif, mencari
perhatian, seduktif (penggoda), lebih mementingkan daya tarik
fisik.
Individu cenderung mengalami Neurosis Histerik. Sering
dijumpai pada wanita, pada laki-laki cenderung Play-Boy.

6. KEPRIBADIAN ANANKASTIK (OBSESIF-KOMPULSIF)


Ditandai : ragu2, ingin serba teratur, kaku, keras kepala,
terlalu terikat pada nilai2 sosial.
Individu cenderung mengalami Neurosis Obsesif-Kompulsif.
Continous ………..
7. KEPRIBADIAN DEPENDEN (ASTENIK)
Cenderung tergantung pada orang lain, tidak dapat
memutuskan sendiri, tidak berdaya sendirian.
Individu sering memiliki postur tubuh Astenik (kurus, tidak
berotot, intecostal cekung).
Individu cenderung mengalami Gangguan Skizofrenia.

8. KEPRIBADIAN NARSISISTIK
Individu memiliki perhatian terlalu berlebihan terhadap diri
sendiri. Terlihat dengan cara berdandan berlebihan, terlihat
agar tetap cantik dan menarik, lebih memperhatikan
(mencintai) diri sendiri.
Continous ………..

10. KEPRIBADIAN PASIF-AGRESIF


Tampaknya seperti penurut, patuh (pasif), tetapi didalam hati
sangat agresif (melawan).

12. KEPRIBADIAN MENGHINDAR (CEMAS)


Merasa tidak mampu, mudah tegang dan takut, kekhawtiran
berlebihan thd kritik, menghindari aktifitas sosial atau pekerjaan
yang berkontak dgn orang lain dsb.

13. KEPRIBADIAN AMBANG


Emosi tidak stabil, gambaran diri, tujuan hidup dan prereferensi
internal (termasuk seksual) tidak jelas atau terganggu dsb.
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI

Prinsip yang kita pegang sebagai


pedoman untuk memahami gangguan
jiwa adalah bahwa setiap tindakan
atau kelakuan manusia itu mempunyai
motivasi dan setiap tindakan atau
kelakuan individu itu selalu
terpengaruh atau terdorong oleh
berbagai proses psikik.
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT....)
 Pengetahuan sistematik tentang hal ikhwal motivasi
dan dorongan2 dalam proses psikik itu sehingga
terjelma tindakan atau tingkah laku manusia, disebut :
Psikodinamik
 Mencoba mempelajari mekanisme (perjalanan)
timbulnya gangguan jiwa, berarti kita mencoba
memahami psikodinamik gangguan jiwa tersebut.
Psikodinamik dapat disamakan dengan patogenesis
pada gangguan/penyakit fisik.
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT....)
- Psikopatologi adalah pengetahuan sistemik tentang etiologi,
hakekat, perkembangan, pembahagian dan saling hubungan
dari kelainan tingkah laku dan meliputi hipotesis dan definisi
tentang kelainan tingkah laku tersebut.

- Sebahagian besar kelakuan manusia bersifat jenis2 tingkah


laku yang telah dipelajari sebelumnya.

- Berdasarkan pengalaman2 diperoleh manusia selama


hidupnya, ia telah memilih cara tertentu yang dianggapnya
paling cocok untuk mengatasi masalah atau problem yang
dihadapi.
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT....)
- Cara atau pola tersebut merupakan sesuatu yang khas
bagi individu tersebut disebut : kepribadian.
- Kelakuan manusia selalu dicetuskan oleh rangsangan
(stimulus) yang mengenai individu tersebut.
- Jika manusia hidup dalam satu lingkungan,
makamanusia tersebut akan selalu terangsang oleh
manusia lain yang hidup dalam lingkungan tersebut
(manusia akan dipengaruhi dan mmpengaruhi
lingkungannya).
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT ….)
- Pengaruh lingkungan terhadap diri manusia sebagai
rangsangan (stimulus) dan manusia memberikan
reaksi (respons) sebagai ikhtiar untuk mempengaruhi
lingkungan.

- Reaksi (respons) tampak keluar sebagai kelakuan


manusia.
S (stimulus)  I (individu)  R (respons)

- Tiap respons selalu ada tujuan yang hendak dicapai


(goal) dan senantiasa da motif (alasan).
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT ….)
- Tujuan (goal) dapat berupa suatu benda atau keadaan.

- Motif dapat timbul karena adanya suatu kebutuhan (need) baik


biologik atau psikologik. Tanpa suatu motif tidak akan terjadi
suatu perbuatan (kelakuan), kecuali perbuatan (kelakuan) yang
berupa refleks (refleks merupakan respons tanpa motif).

- Motif tidak sama dengan stimulus. Motif mungkin ada


sebelum suatu stimulus, sedangkan selanjutnya stimulus dapat
menimbulkan suatu motif. Misalnya : rasa haus sebagai motif
untuk minum sebelum adanya suatu stimulus dalam bentuk
segelas air.
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT….)
Sebelum terjadi suatu tindakan/perbuatan selalu ada persiapan2 tertentu baik
bersifat mental, fisiologik atau fisik (somatik).
Bidang mental :
- cara berpikir dipertajam
- pikiran dikonsentrasikan
- penjelmaan emosi yang adekuat
Bidang fisiologik :
- sekresi adrenalin meningkat ; denyut jantung meningkat, tekanan darah
naik, kadar glukosa meningkat.
- nafas dipercepat.
Bidang somatik :
- tonus otot rangka meningkat.
- daya tangkap panca indra dipertajam.
Perubahan2 tersebut untuk mempertinggi efisiensi setiap tindakan (aksi).
Ditinjau secara bio kimia untuk mempersiapkan suatu aksi terjadi proses
katabolik.
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT ….)
- Sebaliknya proses2 yang tidak langsung berhubungan dengan aksi akan
dihentikan. Ditinjau secara bio kimia terjadi proses anabolik.

- Sesudah tercapai suatu maksud (aksi) maka proses2 katabolik ditiadakan


sehingga individu kembali pada keadaan semula dan proses anabolik dapat
berlangsung seperti semula.

- Perlu diperhatikan bahwa selama motif masih ada, semua persiapan untuk
suatu tindakan(aksi) masih tetap berlangsung.

- Proses persiapan yang terus menerus akhirnya dirasakan/terlihat sebagai


suatu gejala atau gangguan tertentu :
- Bila gejala mental yang dominan  psikoneurosis (neurosis)
- Bila gejala fisiologik yang dominan  psikofisiologik (psikosomatik)
- Bila gejala somatik yang dominan  gangguan konversi
PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI(CONT ….)
 Terkait kebutuhan psikologik, maka individu akan berupaya
(memiliki dorongan atau motivasi) untuk mencapainya
(tujuan).
 Kadang2 tujuan yang diinginkan tidak tercapai karena adanya
rintangan, disebut : Konflik Psikik.
 Konflik psikik adalah pertentangan dua keadaan (dorongan)
yang terjadi secara tidak sadar (unconscious level).
 Rintangan dapat berasal dari dalam diri sendiri (prinsip diri)
atau dari luar diri.
 Rintangan yang bersumber dari luar diri, antara lain :
- tata tertib yang berlaku.
- nilai/norma yang tidak boleh dilanggar.
- peraturan-peraturan.
- adat-istiadat/kebiasaan/tradisi.
PSIKODINAMIK DAN PSIKOPATOLOGI
(CONT ….)
Konflik psikik

Frustrasi (kecewa)

Takut,malu, khawatir (real anxiety)

Diselesaikan secara sadar (fight, menarik diri, kompromi)

Tidak berhasil

Repressif

Ansietas bebas mengambang (sbg kumannya gangguan jiwa)

Mekanisme defensif spesifik

Keluhan/gejala tertentu

Gangguan jiwa tertentu


PSIKODINAMIK DAN
PSIKOPATOLOGI (CONT ….)
 Proyeksi (waham+halusinasi)  gangguan paranoid.
 Introversi (melamun/autisme)  gangguan skizofrenia.
 Gembira dan aktifitas >>  gangguan maniakal.
 Menurunkan aktifitas  gangguan depresif.
 Konversi (gangguan fungsi organ/kepribadian)  gangguan
histerik.
 Displacement (pergeseran)  gangguan fobik.
 Regresi (berat)  gangguan skizofrenia hebefrenik.
 Undoing (peniadaan)  gangguan obsesif-kompulsif.
GANGGUAN NEUROTIK
(NEUROSIS)
Merupakan gangguan jiwa dengan tanda-tanda :
- keluhan yang dirasakan sebagai keluhan subyektif.
- tidak terdapat dasar organik yang dapat dibuktikan.
- discriminative insight (daya tilik, kesadaran diri terhadap
penyakitnya) masih relatif baik.
- kemampuan daya nilai realitas (reality testing ability) masih
baik (berbeda dengan gangguan psikotik, dimana kemampuan
daya nilai realitas sudah terganggu secara berat sehingga
timbul waham, halusinasi, autisme, inkoherensi, tingkah laku
kacau dsb).
Insidens :
Insidens berkisar antara 20 – 60 per 1000 penduduk.
GANGGUAN NEUROTIK
(CONTINOUS ….)
Gejala-gejala :
- pada umumnya penderita masih menyadari dirinya terganggu,
walau dia tidak memahami kenapa dirinya menjadi demikian.
- gejala utama terdapat kecemasanyang bebas mengambang
(free floating anxiety) yang dapat dirasakan langsung atau
telah dirubah oleh berbagai mekanisme defensif spesifik.
- gejala kecemasan yang telah diubah oleh sistem mekanisme
pertahanan diri akan terlihat atau dirasakan sebagai gejala atau
keluhan yang akan menentukan pula jenis gangguan tersebut.
TIPE/JENIS GANGGUAN
NEUROTIK (NEUROSIS)

1. Neurosis Cemas (neurosis ansietas).


2. Neurosis Obsesif-kompulsif.
3. Neurosis Fobik (fobia).
4. Neurosis Histerik.
5. Neurosis Depresif (gangguan distimik).
NEUROSIS ANSIETAS

Mekanisme defensif digunakan tidak spesifik.


Gejala dominan adalah ansietas yang tidak terikat pada suatu benda atau
keadaan (free floating anxiety). Bila kecemasan memuncak (hebat) timbul
gangguan panik.
Kecemasan sering bermanifestasi sebagai :
- Ketegangan somatik (gemetar, tegang, gelisah, tidak bisa santai dsb).
- Hiperaktif SSO (berkeringat, jantung berdebar, telapak tangan basah dsb).
- Khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (cemas, khawatir,
membayangkan akan terjadi kemalangan pada dirinya atau orang lain).
- Kewaspadaan yang berlebihan (mengamati lingkungan secara berlebihan
sehingga perhatian mudah teralih, sukar berkonsentrasi, tidak sabar dsb).
NEUROSIS OBSESIF-
KOMPULSIF
Obsesif : paksaan mengulang-ulang suatu ide/pikiran,
bila tidak diulang timbul perasaan cemas (ansietas).

Kompulsif : paksaan mengulang-ulang suatu


perbuatan, bila tidak diulang timbul perasaan cemas
(ansietas).

Biasanya adanya pikiran obsesif akan diikuti oleh


perbuatan kompulsif.
NEUROSIS OBSESIF-
KOMPULSIF
Pada neurosis obsesif-kompulsif mekanisme defensif utama digunakan
adalah undoing, dimana kecemasan yang ada dihilangkan dengan
mengulang-ulang pikiran dan/perbuatan.

Gejala2 yang bisa diperlihatkan :


- mencuci tangan berulang-ulang.
- mengunci pintu berulang-ulang.
- menukar pakaian berulang-ulang.
- menghitung nomor setiap mobil yang lewat.
- mencabut-cabut rambut/bulu (trikopillomania).
- mencuri (kleptomania).
- hubungan seks (nymphomania).
- dsb.
NEUROSIS FOBIK (FOBIA)

- Fobik (fobia) adalah ketakutan menetap dan tidak rasional


(irrasional) terhadap suatu obyek, aktifitas atau situasi spesifik
dan menimbulkan keinginan mendesak untuk menghindari
obyek, aktifitas atau situasi tersebut.

- Obyek, aktifitas atau situasi tersebut sering terkait dengan


kejadian/peristiwa menyakitkan/menakutkan dimasa lampau.

- Mekanisme defensif utama digunakan pada gangguan ini


adalah displacement (pergeseran).
NEUROSIS FOBIK (FOBIA)

Fobia dinamai sesuai obyek, aktifitas atau situasinya :


- agorafobia (takut tempat luas).
- aichmofobia (takut benda tajam ; pisau, gunting dsb).
- acrofobia (takut tempat tinggi).
- klaustrofobia (takut tempat tertutup).
- nekrofobia (takut mayat).
- zoofobia (takut binatang).
- bacterofobia (takut bakteri).
- dsb.
NEUROSIS HISTERIK
- Mekanisme defensif dominan digunakan adalah konversi (kecemasan dihilangkan
dengan gangguan fungsi organ atau kepribadian).

- Pada gangguan histerik fungsi badaniah atau mental hilang tanpa dikehendaki
penderita. Gejalanya sering timbul secara tiba2 bila penderita menghadapi keadaan
emosi (perasaan cemas) yang hebat. Dengan mengkonversi kecemasan kepada
gangguan fungsi organ atau mental, maka penderita menjadi tenang. Ini merupakan
keuntungan primer (primary gains). Akibat gangguan fungsi organ atau mental,
maka penderita mendapat pula bbrp keuntungan, seperti :
- mendapat perhatian berlebihan.
- mendapat bbrp fasilitas/dispensasi.
- diberikan cuti atau istirahat.
- dsb.
Keuntungan ini disebut keuntungan sekunder (secondary gains).
Akibat 2 keuntungan tersebut, maka seolah-oah penderita enggan sembuh dari
gangguan.
NEUROSIS HISTERIK
Neurosis histerik dibedakan menjadi 2 bagian :
a. Reaksi konversi (Neurosis histerik jenis histerik).
Kecemasan dikonversi dengan gangguan fungsi
sensori-motorik (lumpuh, kaku, anestesia,
analgesia, buta, tuli dsb).
b. Reaksi dissosiasi (Neurosis histerik jenis
dissosiatif).
Kecemasan dikonversi dengan pemisahan fungsi
kepribadian (amnesia, perubahan kesadaran,
kepribadian ganda, kesurupan dsb).
NEUROSIS DEPRESIF

Disini terjadi gangguan afek (mood) berupa afek depresif, tetapi tidak
menunjukkan tanda2 psikosis (seperti : waham,halusinasi, gangguan berat
dalam kemampuan daya nilai realitas lainnya).

Gejala-gejala yang sering diperlihatkan :


- insomnia atau hipersomnia.
- lesu, lelah, perasaan tidak mampu, minder, mencela diri sendiri.
- aktifitas/produktifitas menurun.
- menarik diri dari pergaulan.
- kurang bicara.
- mudah tersinggung.
- murung, sedih, pesimistik.
- hilang minat terhadap semua/hampir semua aktifitas/hobi yang biasanya
menyenangkan.
DIAGNOSIS

- Diagnosis gangguan neurotik tidak hanya dilihat dari


gejala2nya, tetapi harus juga dipahami bagaimana
terjadinya (psikodinamik).
Karenanya harus dicari sumber konfliknya,
mekanisme defensif digunakan, faktor kepribadian,
faktor2 konstitusi dsb.
Dengan memahami dinamiknya maka penanganan
akan lebih pada penyelesaian konfliknya.
TERAPI
Terapi atau pengobatan gangguan neurotik dilakukan dengan pendekatan2 :

1. Terapi meikamentosa (obat-obatan)


Dalam kondisi kecemasan hebat diberikan obat-obat anti cemas
(benzodiazepin), tetapi perlu dihindarkan pemberian benzodiazepin dalam
jangka panjang karena dapat menimbulkan ketergantungan.
Pada neurosis depresif diberikan obat-obat anti depressant (amitriptilin,
imipramin, maproptilin, mianserin, SSRI, MAOI dsb.
2. Psikoterapi
Bila kecemasan ringan atau sesaat dengan terapi supportif enderita dapat
tenang. Tetapi bila gangguan neurosis didasari gangguan kepribadian maka
psikoterapi yang lebih dalam (psikoanalisis) perlu dilakukan untuk merubah
persepsi subyektif individu kearah persepsi yang lebih rasional (asuk akal).
3. Terapi sosial (sosioterapi) dan manipulasi lingkunga
Bila faktor2 stressor psikosossial atau lingkungan bermakna bagi timbulnya
gangguan, maka terapi sosial atau manipulasi lingkungan sangat membantu
penyembuhan.
GANGGUAN PSIKOFISIOLOGIK
(GANGGUAN PSIKOSOMATIK)

Seperti dikemukakan sebelumnya karena frustrasi


akan timbul ansietas. Ansietas tersebut akan
dihilangkan dengan mekanisme defensif. Bila gejala
atau gangguan fungsi organ/alat sebagai pengganti
ansietas disebut gangguan psikofisiologik (gangguan
psikosomatik)

Hubungan antara emosi dan soma sukar untuk


dipisahkan.
Harus disadari bahwa bila memeriksa seseorang dari mula2 dibiasakan
memperhatikan 3 kemungkinan :
1. Penderita menunjukkan gejala2 somatik, tetapi pada alat tubuh (organ)
tidak dijumpai kelainan organik, diseut : gangguan fungsional.
2. Pada penderita ditemukan kelainan pada alat tubh (organ), meskipun
demikian asal mulanya karena suatu kelainan emosional. Karena terjadi
gangguan faal terlalu lama, maka timbullah kelainan anatomik yang
irreversibel.
3. Penderita menunjukan kelainan pada alat tiubuh (organ), tetapi gejala
yang diperlihatkan tidak sesuai dengan kelainan organik. Kelebihan
gejala kemungkinan memiliki dasar emosional.

Jadi menegakkan diagnosis gangguan psikofisiologik (gangguan


psikosomatik) janganlah per exclosionem.
Etiologi
Etiologi gangguan psikosomatik adalah karena adanya ansietas. Dan gejala/gangguan
psikofisiologik merupakan salah satu mekanime defensif terhadap ansietas.

Tentang terkenanya alat tertentu bila mengalami ansietas ada 2 hipotesis :


1. Locus minorus resistensi ; alat/bagian terkena adalah alat/bagian yang
mempunyai daya tahan terlemah.
2. Ansietas tertentu menyebabkan gangguan tertentu pula.
Misalnya :
- kolitis ulseratif --- ansietas rasa bersalah dan berdosa menyebabkan gangguan
defekasi, diare berlendir dan mengandung mukosa usus, anoreksia dan lelah.
- anoreksia nervosa --- rasa permusuhan terhadap saudara/orang tua menyebabkan
nafsu makan hilang, muntah sehingga menjadi sangat kurus.
- menopause --- ansietas rasa tertekan, terasing dan terbatas dalam hubungan
sosial menyebabkan berhentinya menstruasi (menopause).
Beberapa gangguan psikofisiologik
(psikosomatik)
1. Sistem kardiovaskuler
ansietas hebat (tu kekhawatiran akan kematian)  perhatian tertuju pada
jantung, dirasakan menderita penyakit jantung.
2. Astenia sirkularis
ansietas dikonversi dengan kelelahan fisik.
3. Hipertensi vaskularis
ketegangan  vasokonstruksi  hipertensi.
4. Sistem gastrointestinal
anoreksia, rasa mual, nyeri ulu hati, nyeri dada.
5. Ulkus peptikum
emosi  ulkus peptikum.
6. Kolitis ulseratif
ansietas rasa bersalah/berdosa  gangguan defekasi, bab mengandung
lendir dan selaput lendir, anoreksia dan lelah.
7. Anoreksia nervosa
nafsu makan hilang sehingga menjadi kurus karena ada perasaan
permusuhan terhadap saudara/orang tua.
8. Sistem respiratorik  asma bronkial.
9. Sistem endokrin
kehilangan/ancama kehilangan orang dekat  tyrotoksikosis.
10. Menopause
terkekang, terasing, terbatas dalam hubungan sosial menyebabkan
berhentinya haid (menopause).
11. Kulit (dermatitis)
rasa malu menyebab dermatitis atopik.
12. Sistem urogenital
kesulitan dalam perkembangan seksual  dismenore, dispareunia,
impotensia, frigiditas.
PSIKOTROPIKA
(PSIKOFARMAKA)
Psikotropika adalah obat yang dapat
mempengaruhi proses pikir, alam perasaan,
tingkah laku dan penghayatan pribadi
individu.
Berdasarkan efek klinik
Psikotropika
 1. Anti Psikotik.
 2. Anti Depressant (Anti depresi).
 3. Anti Ansietas (Anti Cemas).
 4. Anti Insomnia (Hipnotika).
 5. Anti Maniakal.
ANTI PSIKOTIK
(NEUROLEPTIKA)

 Golongan ini dahulu disebut sebagai Mayor


Tranquilizer, tetapi lebih tepat disebut sebagai Anti
Psikotik.
 Pada umumnya obat golongan ini dapat mensupresi
(menekan) gejala positif skizofrenia/psikotik.
 Obat-obat Anti Psikotik generasi terbaru (Clozapin,
Resperidon, Olanzapin dsb) disamping memperbaiki
gejala-gejala positif, juga berefek pada gejala-gejala
negatif.
 Gejala-gejala positif yang dapat disupresi anti
psikotik :
1. Kecenderungan untuk berkelahi (agresifitas).
2. Aktifitas berlebihan (hiperaktif).
3. Sikap permusuhan.
4. Halusinasi dan waham.
5. Negativisme.
6. Gangguan tidur (insomnia).
7. Mannerisme.
 Gejala-gejala negatif Skizofrenia/Psikotik yang sukar
diperbaiki dengan obat (diperbaiki dengan psikoterapi dan
rehabilitasi) :
1. Kurang pengertian diri.
2. Kurang penilaian/pertimbangan wajar.
3. Gangguan orientasi.
4. Gangguan daya ingat.
5. Gangguan perencanaan realistik.
6. Gangguan Afek (mood).
7. Dorongan untuk menglang tanpa alasan.
8. Keinginan untuk melukai diri.
Obat-obat
anti psikotik yang
sering digunakan
1. Klorpromazine (largactil,
promaktil, cepezet).
Indikasi (obat ini dapat dipakai) pada :
- Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung, insomnia,
waham, halusinasi.
- Psikosis manik-depresif.
- Gangguan kepribadian.
- Psikosis involusional.
- Psikosis pada anak.
- Dalam dosis rendah dapat digunakan untuk mengatasi mual, muntah,
cegukan atau gangguan non psikosis dengan gejala agitasi, tegang, gelisah,
cemas dan insomnia.
Dosis :
- Dosis permulaan 25 – 100 mg / hari.
- Dosis ditingkatkan sp 300 mg / hari.
- Bila gejala belum hilang dosis dapat ditingkatkan perlahan-lahan hingga
600 – 900 mg / hari.
Cara pemberian :
- diberikan per-oral dengan dosis terbagi.
- untuk efek cepat dapat diberikan per injeksi (im) dengan
penderita dalam posisi berbaring (untuk mencegah timbulnya
orthostatic hipotension yang sering terjadi).
Efek samping :
- Lesu dan ngantuk.
- Hipotensi ortostatik.
- Mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi dan amenore pada
wanita
- Gangguan ekstra piramidalis (Sindroma Parkinsonisme)
dengan gejala-gejala :
- tremor (pada ektremitas dan lidah).
- kaku kuduk.
- hiper salivasi.
- rigiditas.
- jalan seperti robot, karena kaku otot tungkai.
- ekspresi muka monoton (muka topeng), karena kaku otot
wajah.
- bicara pelo.
Bila terjadi Gangguan ekstra piramidalis (sindroma
parkinsonisme), maka pemberian obat distop dan
diganti dengan obat lain atau dosis obat diturunkan.

Bila obat obat pengganti tidak tersedia atau obat


tersebut sangat diperlukan, maka untuk
menghilangkan sindroma parkinsonisme diberikan
obat-obat anti sindroma parkinsonisme.
Obat-obat anti Sindroma
parkinsonisme
1. Triheksifenidil
Diberikan per-oral dengan dosis 3 x 2 – 4 mg / hari.
2. Dipenhidramin (benadryl)
Dapat diberikan per-oral atau per-enteral dengan dosis 50 –
100 mg / hari.
3. Sulfas atropin
dapat diberikan per-oral atau per-enteral
tablet 0,5 mg ; 3 x 1
injeksi 0,25 mg/amp. ; 3 x 1 amp.
4. Benzodiazepin.
Kontra indikasi :
Klorpromazine tidak boleh diberikan pada
keadaan-keadaan :
- koma.
- Keracunan alkohol, barbiturat dan narkotika.
- Hipersensitif (allergik).
2. Trifluoperazine (stelazine, stelosi)

Indikasi :
- Skizofrenia.
- Psikosis paranoid (gangguan waham menetap).
- Psikosis manik-depresif.
- gangguan tingkah laku pada Retardasi Mental.

Dosis :
- dosis awal 2 – 3 x 2,5 mg.
- dosis pemeliharaan 3 x 5 – 10 mg.
Efek samping :
- ngantuk, pusing lemas.
- Gangguan ekstra piramidalis.
- Occulogyric crisis.
- Hiperefleksi.
- Kejang-kejang grandmal.

Kontra indikasi :
- Depresi SSP.
- Koma.
- Gangguan liver.
- Dyscrasia darah.
- Hipersensitif.
3. Pirazine (taxillan)

Indikasi :
- Skizofrenia dengan agitasi, agresif, rasa permusuhan, halusinasi dsb.
- Depressi berat.
- Ansietas.
- Gangguan psikosomatik.

Dosis :
- dosis awal 3 x 50 mg.
- dinaikkan sampai 3 x 100 – 200 mg.
Efek samping :
- ngantuk, lesu, lemas, hipoakti.
- Gangguan ekstra piramidalis jarang.

Kontra indikasi :
- Koma.
- Gangguan kardiovaskuler berat.
- Hipersensitif.
4. Haloperidol (haldol, serenace,
lodomer dsb)
Indikasi :
- Gangguan psikotik.
- Sindroma Gilles de la Taurette.
- Gangguan periaku pada anak.

Dosis :
- dewasa 1 – 6 mg / hari dengan dosis terbagi.

Efek samping :
- ngantuk.
- gangguan ekstra piramidalis (sering terjadi).
Haloperidol decanoas (haloperidol yang
dilarutkan dalam minyak) merupakan long
acting antipsychotic.
Kemasan dalam bentuk ampul 50 mg.
Dosis : 1 amp (50 mg) / 3 – 6 minggu.
Kontra indikasi :
- Depresi SSP.

- Koma.

- Penyakit parkinsonisme.

- Hipersensitif.
5. Pimozide (orap)
Indikasi :
- Gangguan skizofrenia kronik untuk memperbaiki sosialisasi.

Dosis : 2 – 8 mg / hari.

Efek samping :
- Jarang timbul gangguan ekstra piramidalis pada dosis terapeutik.

Kontra indikasi :
- koma.
- Hipersensitif.
- Depresi endogen.
- Penyakit parkinson.
6. Flupenazine
Untuk kasus-kasus akut diberikan Flupenazine HCl (anatensol)
dalam bentuk tablet dan injeksi.
Dosis :
- 2,5 – 10 mg / hari dengan dosis terbagi.
- Bila diperlukan dosis dapat dinaikkan sp 20 mg / hari.
Untuk kasus-kasus kronis diberikan Flupenazine decanoat
(flupenazine dilarutkan dalam minyak), sebagai long acting
anti psychotic (berefek panjang) --- Modecate injeksi(25 mg /
amp).
Dosis :
- awal : 12,5 mg / 2 minggu.
- bila efek samping ringan/tidak ada, ditingkatkan 25 mg / 3 – 6
minggu.
Efek samping :
- Tersering gangguan estra piramidalis.
- Tardive diskinesia persistent.
- Ngantuk.
- Mimpi2 aneh.

Kontra indikasi :
- hipersensitif.
- Depresi SSP berat.
7. Sulpiride (dogmatil)
Indikasi :
- Gangguan pikosis.
- Gangguan ansietas.
- Gangguan tingkah laku.
- Neurosis depresi.

Dosis :
- Untuk gangguan psikosis 400 – 1600 mg / hari.
- Untuk gangguan non psikosis 150 – 300 mg / hari.
Efek samping :
- jarang terjadi ganguan ekstra piramidalis.
- Gangguan tidur.

Kontra indikasi / hati-hati :


- Gangguan cardiovaskuler.
- Hipertensi berat.
- Ganggua hepar dan ginjal.
8. Levomepromazine (nozinan)
Indikasi :
- Gejala positif Skizofrenia.
- Depresi berat dengan anxietas dan agitasi.

Dosis :
- Awal : 50 – 100 mg / hari, dapat dinaikkan 150 –
250 mg / hari.
- Bila toleransi baik dapat dinaikkan menjadi 300 – 500
mg / hari.
Efek samping :
- lesu, ngantuk, hipoaktif.
- Pada penderita sensitif dapat terjadi gangguan ekstra
piramidalis, sakit kepala, muntah atau gangguan
jantung.

Kontra indikasi :
- koma.
- Gangguan kardiovaskuler.
- Hipersensitif.
9. Thioridazine (melleril)
Indikasi :
- Gejala positif Skizofrenia.

- Depresi dengan agitasi, ansietas dan afek hipotim.

Dosis :
- Awal (initial) : 3 x 50 – 100 mg / hari.

- Pemeliharaan (maintenance) : 200 – 800 mg / hari.


Efek samping :
- sedasi, mulut kering, gangguan akomodasi, vertigo,
hipotensi ortostatik.
- Jarang timbul ganguan ekstra piramidalis.

Kontra indikasi :
- koma.
- Depresi SSP berat.
- Diskrasia darh.
- Hipersensitif.
10. Perfenazine
(trilafon, perfenazine)

Indikasi :
- Gejala positif Skizofrenia.
- Dalam dosis rendah digunakan untuk nausea, vomitus
dan cegukan.

Dosis :
- 3 x 4 - 8 mg / hari.
Efek samping :
- Sering timbul gangguan ekstra piramidalis.
- Gangguan endokrin, seperti : laktasi meningkat, gnekomasti,
menstruasi terganggu, sukar eyakulasi.

Kontra indikasi :
- hipersensitif.
- Koma.
- Depresi berat.
- Gangguan liver.
- Gangguan darah.
atypical antipsychotic agents
(obat-obat antipsikotik atipikal)

- Sebagai obat antipsikotik generasi terbaru.


- Dapat memperbaiki gejala-gejala positif dan
negatif skizofrenia/psikosis.
- Memiliki efek samping (gangguan ekstra
piramidalis) yang relatif kurang.
- Diantara obat-obat tersebut yang telah tersedia
di Indonesia : Aripiprazole, Clozapine,
Resperidone, Olanzapine, Quetiapine, Zotepine.
Aripiprazole (abilify)
Indikasi :
- Skizofrenia.

Dosis :
- 10 atau 15 mg 1 x sehari.

Efek samping :
- Sakit kepala.
- Mual, muntah.
- Konstipasi.
- Ansietas, insomnia, somnolens.
- Akhatisia.
Clozapine
(clozaril, clorilex dsb)
Indikasi :
- Skizofrenia yang tidak responsif / intoleran dengan
antipsikotik klasik.
- Mengurangi resiko terhadap perilaku bunuh diri berulang.

Dosis :
- Hari 1 : 1 – 2 x 12,5 mg.
- Berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg / hari sp 300 – 450 mg /
hari dengan pemberian terbagi.
- Dosis maksimal 600 mg / hari.
Efek samping :
- granulositopeni, agranulositosis, trombositopeni,
eosinofilia, leukositosis, leukemia.
- Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, bingung,
gelisah, agitasi, delirium.
- Mulut kering atau hipersalivasi, penglihata kabur,
takikardi, postural hipotensi, hipertensi.
- Dsb.
Kontra indikasi :
- Ada riwayat toksik/hipersensitif.
- Gangguan fungsi Sumsum tulang.
- Epilepsi yang tidak terkontrol.
- Psikosis alkoholik dan psikosis toksik lainnya.
- Intoksikasi obat.
- Koma.
- Kollaps sirkulasi.
- Depresi SSP.
- Ganguan jantung dan ginjal berat.
- Gangguan liver.
Olanzapine (zyprexa)
Indikasi :
- Sizofrenia atau psikosis lain dengan gejala positive dan
negatif.
- Episode manik moderat dan severe.
- Pencegahan kekambuhan gangguan bipoler.

Dosis :
- Untuk skizofrenia mulai dengan dosis 10 mg 1 x sehari.
- Untuk episode manik mulai dengan dosis 15 mg 1 x sehari.
- Untuk pecegahan kekambuhan gangguan bipoler 10 mg / hari.
Quetiapine (serequel)

Indikasi :
- Skizofrenia.

Dosis/pemberian :
- Hari 1 : 50 mg, hari 2 : 100 mg, hari 3 : 200 mg, hari
4 : 300 mg.
- Selanjutnya 300 – 450 mg / hari dengan pemberian 2
x sehari.
Resperidone
(risperdal, persidal, zofredal)
Indikasi :
- Skizofrenia akut dan kronik dengan gejala positif dan negatif.
- Gejala afektif pada skizofrenia (skizoafektif).

Dosis :
- Hari 1 : 1 mg, hari 2 : 2mg, hari 3 : 3 mg.
- Dosis optimal - 4 mg / hari dengan 2 x pemberian.
- Pada orang tua, gangguan liver atau ginjal dimulai dengan 0,5
mg, ditingkatkan sp 1 – 2 mg dengan 2 x pemberian.
Zotepine (Lodopin)
Indikasi :
- skizofrenia.

Dosis :
- Dimulai 3 x 25 mg / hari.

- Ditingkatkan sp maksimal 300 mg / hari.

- Pada orang dewasa dengan gangguan liver atau ginjal


dimulai 25 mg dan dinaikkan sp 75 mg, 2 x sehari.
Antidepresan (anti depresi)
Beberapa prinsip gangguan depresi dengan antidepresan :
1. Dimulai dengan pemberian dosis rendah yang secara
progresif ditingkatkan.
2. Pemberian obat dengan dosis adekuat dalam waktu yang
cukup. Efek pengobatan biasanya baru terlihat 2 – 3 minggu
setelah pengobatan.
3. Terapi pemeliharaan cukup lama (2 – 6 bulan)
untukmencegah relaps.
4. Bila dosis adekuat, waktu cukup (60 – 100 hari) tidak ada
perubahan, maka kasus tersebut harus diperiksa secara lebih
teliti mengenai : diagnosis, kepribadian, biologik (metabolik
obat) dan faktor lain.
Menurut rumus kimia, antidepresan dibagi :
1 . Tri cyclic antidepressant (amitriptilin, imipramin,
clomipramin).
2 . Tetra Cyclic Atidepressant (SSRI = Selective Serotonine
Reuptake Inhibitor, MAO I = Mono Amin Oxydase Inhibitor).
Catatan :
Tri cyclic antidepressant memiliki efek anti kholinergik relatif
kuat sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah,
denyut jantung dsb. Karenanya perlu dihindarkan
pemberiannya pada orang tua, hipertensi dan gangguan
jantung.
Beberapa jenis anti depresan

1. Amitriptilin
Dosis : 3 x 25 – 75 mg / hari.
KI : infark miokard, gloukoma, hipersensitif.
2. Imipramin
Dosis : 3 x 25 – 75 mg / hari.
KI : infark miokard, hipersensitif, pdrt mendapat MAO I minimal harus
ditunggu 14 hari.
Disamping digunakan untuk anti depresi, dapat juga dipakai utk terapi
enuresis pada anak.
3. Clomipramin (anafranil)
indikasi : gangguan depresi, obsesif-kompulsif, fobia.
dosis : 30 – 150 mg / hari
4. Mianserin (tolvon)
dosis : 30 – 40 mg / hari.
KI : mania, hipersensitif.
5. Maproptilin HCl (Ludiomil, Sandepril)
Dosis : 3 x 25 – 50 mg / hari.
KI : hipersensitif, gloukoma, hipertrofi prostat.
6. Fluoxetin (kalxetin, lodep, elizac dsb)
dosis : 1 – 2 x 20 mg / hari.
KI : gloukoma, gangguan ginjal berat, gangguan liver.
6. Sertraline (zoloft, sirloft, Fridep dsb)
dosis : mulai dengan 50 mg, ditingkatkan sp 150 mg / hari.
7. Tianeptine (stablon)
dosis : 3 x 1 tab (12,5 mg) / hari.
8. Mirtazepine (romeron)
dosis : 15 – 45 mg waktu mau tidur.
9. Fluoxamine maleat (luvox)
dosis : 50 – 150 mg / hari.
10. Amoxapine (asendin)
dosis : 2 x 100 mg / hari.
Anti maniakal

1. Lithium karbonat
dosis : 300 – 1200 mg / hari.
KI : gangguan ginjal, gangguan kardiovaskuler,
elektrolit imbalance.
2. Haloperidol
3. Carbamazepine
indikasi : epilepsi, diabetes insipidus, trigeminal
neuralgia, profilaks gangguan maniakal.
Dosis : 200 – 800 mg / hari.
Anti ansietas
Obat anti ansietas yang sering digunakan adalah derivat
benzodiazepine, dipergunakan untuk menghilangkan
kecemasan (ansietas).

Pada pemberian benzodiazepine harus diperhatikan :


1. Obat antiansietas tidak dapat meggantikan hubungan dokter-
pasien dan keberhasilan pengobatan banyak tergantung dari
hubungan dokter-pasien.
2. Pemberian anti ansietas harus dalam dosis adekuat dalam
waktu yang sesinggkat mungkin, karena bila dosis tinggi dan
pemberian jangka panjang dapat menyebabkan
ketergantungan.
3. bila ada kecenderungan ketergantungan atau
ada riwayat penyalahgunaan zat
(benzodiazepine), maka sebaiknya sebagai anti
ansietas diberikan antipsikotik dosis rendah
Obat-obat anti ansietas
1. Diazepam (valium)
dosis : 3 x 2,5 – 5 mg / hari.
2. Khlordiazepokside (librium)
dosis : 3 x 5 – 10 mg / hari.
3. Lorazepam (ativan)
dosis : 2 – 4 mg / hari.
4. Klobazam (frissium)
dosis : 20 – 40 mg / hari.
5. Bromazepam (lexotan)
dosis : 3 – 9 mg / hari.
sering menyebabkan ketergantungan.
6. Prozepam (equipax)
dosis : 20 – 30 mg / hari.
7. Alprazolam (xanax, zypraz, atarax dsb)
dosis :
- untuk ansietas : 3 x 0,25 – 0,5 mg / hari.
- untuk panik : 3 x 0,5 mg / hari.
8. Estazolam (esilgan)
Sebagai anti insomnia.
dosis : 1 – 2 mg sebelum tidur.
9. Flurazepam (dalmadorm)
sebagai anti insomnia.
dosis : 15 mg sebelum tidur.

Anda mungkin juga menyukai