Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 1: DELENIASI BATAS KAJIAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik mata kuliah Sumber Daya Air dan
Atmosfer yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.

Haikal Muhamad Ihsan S.Pd., M.Sc.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)

Lisnina Rengganis (2109459)

Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI

GEOGRAFIS FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2023
A. Peta Batas Daerah Aliran Sungai Wilayah Sungai Randangan
Peta diatas merupakan peta batas DAS yang ada di Wilayah Sungai Randangan. Pada daerah wilayah Sungai Randangan terdapat 14
DAS yaitu:
a) DAS Beringin
b) DAS Dinga Motoluhu
c) DAS Dudeulo
d) DAS Lemito
e) DAS Lomuli
f) DAS Milangdoa
g) DAS Molosipat
h) DAS Muotong
i) DAS Patihu
j) DAS Popayato
k) DAS Randangan
l) DAS Sidorukun
m) DAS Suka Damai
n) DAS Wonggarasi

B. Peta Batas Administrasi Kab/Kota di Wilayah Sungai Randangan


Peta diatas merupakan peta batas wilayah administrasi Kab/Kota di Wilayah Sungai Randangan. Pada Wilayah Sungai Randangan ini
terbagi kedalam 4 Kab/Kota, yaitu:
a) Buol
b) Gorontalo Utara
c) Pohuwato
d) Parigi Muotong

C. Peta Batas Wilayah Sungai Randangan


Peta diatas merupakan peta batas wilayah sungai randangan. Wilayah Sungai Randangan sendiri terletak di dua provinsi berbeda yaitu Provinsi
Gorontalo dan Sulawesi Tengah dan 4 Kabupaten/Kota yaitu Buol, Gorontalo Utara, Pohuwato, Parigi Muotong. Wilayah Sungai Randangan
juga memiliki 14 DAS.

D. Peta Overlay Antara Batas Daerah Aliran Sungai dan Batas Wilayah Sungai
E.
Peta diatas merupakan peta hasil overlay antara data batas daerah aliran sungai di wilayah
sungai randangan dan juga batas wilayah sungai randangan.
B. PERSENTASE
Persentase Luas wilayah Sungai berdasarkan Das

Row Labels Sum of Luas Persentase


Dinga Motolohu 50540800 1%
Dudeulo 101296000 3%
Lemito 229872000 6%
Lomuli 31598900 1%
Milangodaa 51667500 1%
Molosipat 78552600 2%
Moutong 178798000 5%
Patihu 44898600 1%
Popayato 359557000 10%
Randangan 2501970000 67%
Sidorukun 58567100 2%
Suka Damai 36612100 1%
Wonggarasi 31293300 1%
Grand Total 3755223900 100%

Persentase wilayah sungai berdasarkan Kabupaten dan Kota

Row Labels Sum of Luas Persentase


BUOL 2063910 0%
GORONTALO UTARA 176226 0%
PAHUWATO 3506170000 93%
PARIGI MOUTONG 244258000 7%
Grand Total 3752668136 100%

PARIGI MOUTONG 244258000 7%


Grand Total 3752668136 100%
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL 2: MORFOMETRI WS RANDANGAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik Mata Kuliah Praktik Sumber Daya Air
dan Atmosfer yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.


Haikal Muhammad Ihsan, S.Pd., M.Sc.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)


Lisnina Rengganis (2109459)
Tsani Dzulfikry (1907616)

JURUSAN SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
PARAMETER

Luas Lebar
No DAS DAS Panjang Das Das Kerapatan Sungai
1 Lomuli 31,5989 7,294592 4,331826 0,0877979-3,01653
2 Suka damai 36,6121 51,14395932 0,715864 144,391- 302,551
0,181775 -
3 Wonggarasi 31,2933 15,06822055 2,076775 0,651192
4 Patihu 44,8986 15,74271157 2,852025 0,100109-2,93841
5 Duduelo 101,296 10,422895 9,718605 0,0241592-0,724649
0,0343709 -
6 Lemito 229,872 29,874066 7,694701 0,250638
7 Milanggodaa 51,6675 16,01996 3,225195 0,124355-2,32865
Dinga
8 Motolohu 50,5408 10,19572 4,95706 0,134849-2,30091
9 Sidorukun 58,5671 8,614354 6,79878 0,0558719-0,654616
10 mountong 178,798 21,192476 8,436862 0,0242717-0,549981
Panjang Sungai Panjang Sungai
Utama Total Beda Tinggi Das Orde sungai Bentuk DAS Bifurcation
5,153734 5,153734 0-682 2 Radial 7,875
310,162294 310,162294 0-721 1 Radial
4,428665 4,428665 0-728 1 Annular
16,97413 16,97413 (-25)-754 2 Rektangular 2,928571429
22,071531 22,071531 (-4)-876 2 Centripetal 18,04545455
54,47959 54,47959 3-460 2 Centripetal 4,150862069
13,291196 13,291196 0-823 1 Centripetal
2,775028 2,775028 (-17)-390 1 Pinnate
6,315989 6,315989 (-10)-778 1 Radial
30,744437 79,866073 (-7)-1673 3 Dendritik 6,436927885
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL 3 : PENUTUP LAHAN WILAYAH SUNGA RANDANGAN (GORONTALO)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik Mata Kuliah Praktik Sumber
Daya Air
dan Atmosfer yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.


Haikal Muhammad Ihsan, S.Pd., M.Sc.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)


Lisnina Rengganis (2109459)
Tsani Dzulfikry (1907616)

JURUSAN SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL 4: ANALISIS ATMOSFER DATA HUJAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktik Sumber Daya Air dan
Atmosfer yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.

Haikal Muhamad Ihsan S.Pd., M.Sc.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)


Lisnina Rengganis (2109459)
Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI

GEOGRAFIS FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2023
St St
Ta B asiun C Ta B asiun C
hun ulan Hujan HIRPS hun ulan Hujan HIRPS
Ja 9 2 Ja 1 7
nuari 61 98 nuari 187 6
Fe 0 2 Fe 1 1
bruari 01 bruari 842 50
M 9 2 M 9 2
aret 26 28 aret 25 48
A 8 2 A 3 1
pril 94 15 pril 11 45
M 8 2 M 3 1
ei 98 31 ei 22 62
Ju 2 3 Ju 5 2
2 ni 403 13 2 ni 76
017 Jul 3 1 020 Jul 1 1
i 47 72 i 619 95
A 3 2 A 1 2
gustus 21 04 gustus 723 08
Se 1 1 Se 1 3
ptember 978 63 ptember 675 21
O 1 1 O 4 2
ktober 782 87 ktober 02
N 2 9 N 2 1
ovember 99 9 ovember 075 07
De 6 1 De 2 2
sember 38 57 sember 91 36
2 Ja 8 1 2 Ja 1 2
018 nuari 72 71 021 nuari 440 06
Fe 6 1 Fe 3 2
bruari 40 43 bruari 33 07
M 8 1 M 2 2
aret 66 85 aret 91 12
A 8 1 A 3 1
pril 98 51 pril 15 28
M 2 1 M 6 2
ei 91 26 ei 27 19
Ju 8 1 Ju 3 1
ni 91 13 ni 19 02
Jul 8 1 Jul 1 1
i 61 14 i 908 82
A 2 1 A 2 2
gustus 89 04 gustus 90 02
Se 3 3 Se 8 3
ptember 29 1 ptember 97 54
O 8 8 O 8 1
ktober 92 8 ktober 66 24
N 1 1 N 1 2
ovember 591 16 ovember 495 97
De 2 1 De 1 1
sember 99 79 sember 150 96
2 Ja 5 1 2 Ja 1 1
019 nuari 75 022 nuari 435 16
Fe 3 6 Fe 6 3
bruari 18 2 bruari 37 61
M 5 1 M 1 2
aret 74 01 aret 441 25
A 8 1 A 8 1
pril 96 44 pril 94 89
M 5 1 M 2 2
ei 10 ei 95 55
Ju 1 1 Ju 1 1
ni 227 59 ni 783 33
Jul 1 6 Jul 2 1
i 186 4 i 012 92
A 0 1 A 1 2
gustus 3 gustus 439 54
Se 0 2 Se 1 2
ptember 0 ptember 783 35
O 2 6 O 1 1
ktober 89 6 ktober 156 92
N 3 9 N 8 1
ovember 0 ovember 96 87
De 1 2 De 2 1
sember 485 13 sember 296 15
C. . Kondisi Hujan Sesuai Kajian Berdasarkan Satelit CHIRPS dan BMKG

Pola kecenderungan kondisi hujan pada stasiun Gorontalo menunjukan pola tidak stabil sejak
tahun 2017-2022 pada pertengahan tahun 2017 curah hujan meningkat, dan menjadi curah
hujan tertinggi selama tahun 2017-2022 dan curah hujan terendah terjadi pada awal tahun
2020.

Pada grafik yang didapatkan dari data CHIRPS memiliki pola grafik yang sama seperti curah
hujan yang tidak stabil , namun grafik menurun pada tahun 2018 dan memuncak pada tahun
2022.
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL 7
POTENSI SUMBER DAYA AIR PERMUKAAN DAN CEKUNGAN AIR TANAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik mata kuliah Praktik sumber Daya Air dan
Atmosfer yang diampu oleh:
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T.
Haikal Muhammad Ihsan, S.T., M.T.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)


Lisnina Rengganis (2109459)
Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS
PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
1. Peta Potensi Sumber Daya Air Permukaan
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL8 : ISU ISU STRATEGIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Praktik Tugas Mata Kuliah Praktik Sumber Daya Air
dan Atmosfer yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.

Haikal Muhamad Ihsan S.Pd., M.Sc.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)


Lisnina Rengganis (2109459)
Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI

GEOGRAFIS FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2023
HASIL
A. Isu Isu Strategis Lokal di Wilayah Sungai Randangan (Gorontalo)
1. Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi air di wilayah Sungai Randangan, Gorontalo sangat penting untuk
menjaga ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
pertanian, dan industri. Berikut ini beberapa upaya konservasi air yang dapat
dilakukan di wilayah Sungai Randangan, Gorontalo:
1. Mengoptimalkan penggunaan air
Penggunaan air yang efisien harus diterapkan di seluruh sektor, baik di
rumah tangga, pertanian, dan industri. Contohnya, melakukan penghematan air
saat mencuci, membersihkan kendaraan, dan melakukan irigasi pertanian.
2. Mengelola air hujan
Air hujan yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
seperti pengairan tanaman dan kebutuhan domestik. Selain itu, pengelolaan air
hujan juga dapat membantu mengurangi risiko banjir.
3. Meningkatkan kualitas air
Pencemaran air dapat menyebabkan penurunan kualitas air dan
membahayakan kesehatan manusia serta ekosistem air. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran air yang dihasilkan
oleh industri, rumah tangga, dan pertanian.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat
Masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya konservasi air
dan bagaimana cara mengoptimalkan penggunaan air secara efisien. Selain itu,
partisipasi masyarakat dalam program konservasi air juga sangat penting untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Menjaga kelestarian daerah aliran sungai
Penggunaan lahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan
pada lingkungan dan sumber daya air. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya
menjaga kelestarian daerah aliran sungai, seperti melakukan rehabilitasi vegetasi
dan mencegah pembukaan lahan pertanian di sekitar sungai.
Dalam melaksanakan upaya konservasi air di wilayah Sungai Randangan,
Gorontalo, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.
Selain itu, perlu juga adanya perencanaan dan pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan dan terintegrasi untuk mencapai tujuan konservasi air yang optimal.

2. Pendayagunaan Sumber Daya Air


Pendayagunaan sumber daya air di wilayah Sungai Randangan, Gorontalo harus
dilakukan secara bijak dan berkelanjutan, mengingat sumber daya air merupakan
aset penting bagi kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan. Beberapa cara
pendayagunaan sumber daya air yang dapat dilakukan di wilayah tersebut antara
lain:
1. Pemanfaatan teknologi irigasi yang efisien
Teknologi irigasi yang efisien dapat membantu mengoptimalkan
penggunaan sumber daya air dalam pertanian. Misalnya, penggunaan sistem
irigasi tetes yang dapat menghemat air dan meningkatkan efisiensi penggunaan
air.
2. Pembangunan waduk
Pembangunan waduk dapat membantu mengatur aliran air di wilayah
Sungai Randangan. Waduk dapat digunakan untuk menyimpan air saat musim
hujan dan digunakan saat musim kemarau untuk mengairi pertanian dan
kebutuhan domestik.
3. Pengelolaan sumber daya air yang terpadu
Pengelolaan sumber daya air yang terpadu melibatkan semua pihak yang
terkait dalam pengelolaan sumber daya air, seperti pemerintah, masyarakat, dan
pihak swasta. Pengelolaan sumber daya air yang terpadu ini bertujuan untuk
mengoptimalkan penggunaan sumber daya air secara efisien dan efektif, serta
menjaga kelestarian sumber daya air dan lingkungan.
4. Konservasi sumber daya air
Konservasi sumber daya air meliputi berbagai upaya untuk menjaga
kelestarian sumber daya air, seperti penghijauan, reboisasi, dan rehabilitasi
kawasan hutan yang dapat mempengaruhi aliran sungai. Selain itu, upaya
konservasi juga dapat dilakukan melalui pengendalian pencemaran air, seperti
melalui pengelolaan limbah dan pengawasan kegiatan industri.
5. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air sangat
penting untuk menjaga keberlangsungan pengelolaan sumber daya air.
Masyarakat dapat diberdayakan untuk memantau dan mengawasi penggunaan
sumber daya air, serta terlibat dalam kegiatan pengelolaan sumber daya air
seperti pengelolaan irigasi dan pengelolaan waduk.
Dalam melakukan pendayagunaan sumber daya air di wilayah Sungai
Randangan, Gorontalo, perlu adanya perencanaan dan pengelolaan sumber daya air
yang terintegrasi dan berkelanjutan, serta melibatkan semua pihak yang terkait
dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan demikian, diharapkan penggunaan
sumber daya air di wilayah tersebut dapat dilakukan dengan bijak dan
berkelanjutan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat serta menjaga
kelestarian lingkungan.

3. Pengendalian Daya Rusak Air


Pengendalian daya rusak air di wilayah Sungai Randangan, Gorontalo
menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga kelestarian sumber daya air dan
lingkungan di wilayah tersebut. Beberapa upaya pengendalian daya rusak air yang
dapat dilakukan antara lain:
1. Pengelolaan daerah tangkapan air (DAS)
Pengelolaan DAS merupakan hal yang sangat penting dalam
mengendalikan daya rusak air di wilayah Sungai Randangan. Upaya
pengelolaan DAS ini dapat dilakukan melalui rehabilitasi dan revegetasi
kawasan hutan, penghijauan dan reboisasi, serta pemberian bibitbibit pohon di
sepanjang bantaran sungai. Hal ini dapat membantu mengurangi erosi tanah
dan sedimentasi di sungai serta meningkatkan ketersediaan air di wilayah
tersebut.
2. Pengendalian sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan endapan tanah dan lumpur di dasar
sungai dapat menurunkan kualitas air dan merusak ekosistem sungai. Upaya
pengendalian sedimentasi dapat dilakukan melalui penanaman vegetasi di
sepanjang bantaran sungai, serta pembangunan bendungan atau waduk di
daerah yang rawan sedimentasi.
3. Pengelolaan limbah
Pengelolaan limbah merupakan hal yang sangat penting dalam
pengendalian daya rusak air. Limbah dari industri atau rumah tangga yang
dibuang ke sungai dapat mengakibatkan pencemaran air dan mengurangi
kualitas air di wilayah Sungai Randangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengelolaan limbah yang baik dan benar, seperti pengolahan limbah sebelum
dibuang ke sungai, serta penerapan teknologi pengolahan limbah yang ramah
lingkungan.
4. Pengaturan penggunaan air
Pengaturan penggunaan air dapat membantu mengendalikan daya
rusak air di wilayah Sungai Randangan. Misalnya, dengan melakukan
pengaturan jadwal pengambilan air untuk irigasi, sehingga tidak terjadi
penurunan debit air yang signifikan di musim kemarau. Selain itu, diperlukan
juga pengaturan penggunaan air di sektor industri dan domestik.
5. Penegakan hukum
Penegakan hukum yang tegas terhadap kegiatan yang merusak
lingkungan dan sumber daya air di wilayah Sungai Randangan sangat
diperlukan. Hal ini dapat mendorong para pelaku usaha dan masyarakat untuk
lebih memperhatikan lingkungan dan sumber daya air di wilayah tersebut.
Dengan melakukan upaya pengendalian daya rusak air di wilayah Sungai
Randangan, Gorontalo, diharapkan dapat menjaga kelestarian sumber daya air dan
lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang menggunakan
sumber daya air tersebut.

4. Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA)


Saat ini belum ada informasi yang memastikan adanya Sistem Informasi
Sumber Daya Air (SISDA) yang sudah dikembangkan di wilayah Sungai
Randangan, Gorontalo. Namun demikian, potensi pengembangan SISDA di
wilayah tersebut cukup besar dan dapat memberikan manfaat yang signifikan
dalam pengelolaan sumber daya air. Sebagai wilayah yang memiliki
ketergantungan pada sumber daya air untuk sektor pertanian, industri, dan
pemukiman, pengelolaan sumber daya air di Sungai Randangan menjadi krusial.
Dengan pengembangan SISDA, informasi terkait ketersediaan, penggunaan, dan
kualitas air dapat dipantau secara realtime dan akurat, sehingga dapat membantu
dalam pengambilan keputusan dan perencanaan pengelolaan sumber daya air yang
lebih baik.
Pengembangan SISDA di wilayah Sungai Randangan juga dapat
membantu dalam pengendalian pencemaran dan pencegahan kerusakan
lingkungan yang dapat disebabkan oleh penggunaan sumber daya air yang tidak
tepat. Dengan informasi yang akurat dan terintegrasi, dapat dilakukan pengaturan
alokasi air yang lebih efektif dan efisien, sehingga dapat meminimalkan dampak
negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Untuk mewujudkan pengembangan SISDA di wilayah Sungai Randangan,
perlu adanya kerja sama antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku usaha
untuk memperoleh data yang akurat dan memastikan penggunaan informasi yang
tepat. Hal ini dapat membantu dalam pengelolaan sumber daya air yang lebih baik
dan menjaga kelestarian lingkungan di wilayah tersebut.
Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) dapat dikembangkan di
wilayah Sungai Randangan, Gorontalo untuk memantau dan mengelola informasi
terkait sumber daya air di wilayah tersebut. Beberapa informasi yang dapat
dimonitor melalui SISDA antara lain:
1. Ketersediaan air SISDA dapat memantau ketersediaan air di wilayah Sungai
Randangan, termasuk curah hujan, debit sungai, dan kualitas air. Dengan
informasi ini, dapat dilakukan perencanaan pengelolaan sumber daya air yang
lebih baik.
2. Penggunaan air SISDA juga dapat memantau penggunaan air di wilayah
Sungai Randangan, baik untuk kebutuhan pertanian, industri, atau pemukiman.
Hal ini dapat membantu dalam pengaturan alokasi air yang lebih efektif dan
efisien.
3. Pengendalian pencemaran SISDA dapat memantau kualitas air di wilayah
Sungai Randangan, termasuk tingkat pencemaran dan zat-zat berbahaya yang
ada di dalamnya. Dengan informasi ini, dapat dilakukan upaya pengendalian
pencemaran dan pencegahan kerusakan lingkungan yang lebih baik.
4. Manajemen pengelolaan sumber daya air SISDA dapat membantu dalam
pengelolaan sumber daya air di wilayah Sungai Randangan, seperti melalui
pengelolaan irigasi, pemeliharaan waduk, dan manajemen daerah aliran sungai
(DAS).
Dalam pengembangan SISDA di wilayah Sungai Randangan, perlu
dilakukan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku usaha
untuk memperoleh data yang akurat dan memastikan penggunaan informasi yang
tepat. Hal ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan sumber daya air
yang lebih baik dan menjaga kelestarian lingkungan di wilayah tersebut.

5. Daerah Risiko Bencana


Wilayah Sungai Randangan, Gorontalo memiliki potensi risiko bencana
terutama terkait dengan bencana banjir dan longsor. Berikut adalah beberapa
daerah yang berpotensi terkena dampak dari bencana tersebut:
1. Daerah rawan banjir: Beberapa daerah di sepanjang Sungai Randangan,
terutama di daerah hilir, memiliki potensi risiko banjir akibat dari tingginya
intensitas curah hujan dan adanya pembangunan yang tidak sesuai dengan tata
ruang. Beberapa desa yang rawan banjir di wilayah ini antara lain Desa
Poyowa Kecil, Desa Molibagu, dan Desa Poyowa Kecil Selatan.
2. Daerah rawan longsor: Wilayah perbukitan di sekitar Sungai Randangan
memiliki potensi risiko longsor akibat dari kepadatan penduduk, aktivitas
pertanian dan perkebunan, serta penebangan hutan yang tidak terkontrol.
Beberapa desa yang rawan longsor di wilayah ini antara lain Desa Tanjung
Merdeka, Desa Poyowa Kecil, dan Desa Molibagu.
3. Daerah rawan tanah retak: Beberapa daerah di sekitar Sungai Randangan juga
memiliki potensi risiko tanah retak akibat dari kekeringan dan intensitas
pemompaan air yang tinggi. Beberapa desa yang rawan tanah retak di wilayah
ini antara lain Desa Pulubala dan Desa Cenrana.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan tindakan pencegahan dan
mitigasi bencana di wilayah Sungai Randangan, seperti pembangunan tanggul,
normalisasi sungai, reboisasi, serta kampanye kesadaran lingkungan bagi
masyarakat. Selain itu, diperlukan juga sistem peringatan dini yang dapat
memberikan informasi dan antisipasi dini terhadap ancaman bencana yang
mungkin terjadi.

6. Area Pariwisata
Wilayah Sungai Randangan, Gorontalo memiliki beberapa area pariwisata
yang menarik untuk dikunjungi, di antaranya:
Air Terjun Limboto: Air terjun ini terletak di Desa Limboto, Kabupaten
Gorontalo Utara, sekitar 40 km dari kota Gorontalo. Air terjun yang memiliki
ketinggian sekitar 15 meter ini memiliki pemandangan yang indah dengan aliran
sungai yang jernih dan bebatuan besar yang menambah keindahan alam sekitar.
1. Danau Limboto: Danau Limboto adalah danau terbesar di Provinsi Gorontalo
yang terletak di Kabupaten Gorontalo Utara. Danau ini memiliki luas sekitar
15.000 hektar dan merupakan salah satu tempat wisata populer di Gorontalo.
Di sekitar danau terdapat beberapa penginapan dan restoran yang
menyediakan menu khas Gorontalo.
2. Pantai Biluhu: Pantai Biluhu terletak di Desa Biluhu, Kecamatan Tibawa,
Kabupaten Gorontalo Utara, sekitar 50 km dari kota Gorontalo. Pantai ini
memiliki pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan pemandangan yang
indah dengan hamparan laut yang luas. Pantai Biluhu juga menjadi tempat
favorit untuk berselancar karena ombaknya yang cukup besar.
3. Benteng Otanaha: Benteng Otanaha adalah sebuah benteng peninggalan
Kerajaan Gorontalo yang terletak di Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun
pada abad ke-16 dan menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Gorontalo
melawan penjajah. Saat ini, Benteng Otanaha menjadi salah satu tempat wisata
sejarah yang populer di Gorontalo.
4. Taman Nasional Bogani Nani Wartabone: Taman Nasional Bogani Nani
Wartabone terletak di kawasan perbukitan Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Taman nasional ini memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk
beberapa spesies hewan endemik Sulawesi, seperti anoa, maleo, dan babi rusa.
Di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, pengunjung dapat melakukan
aktivitas hiking, camping, dan birdwatching.

7. Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha


Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha di
wilayah Sungai Randangan, Gorontalo dapat dilakukan melalui beberapa cara,
antara lain:
1. Pelatihan dan pendidikan: Masyarakat dan dunia usaha dapat diberikan
pelatihan dan pendidikan terkait pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air
secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat dengan bekerja sama dengan para ahli dan
praktisi di bidang pengelolaan sumber daya air.
2. Program kemitraan: Pemerintah dapat membentuk program kemitraan antara
dunia usaha dan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya air.
Melalui program ini, dunia usaha dapat memberikan bantuan finansial, teknis,
dan pengalaman kepada masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumber
daya air secara berkelanjutan.
3. Pengembangan ekowisata: Pengembangan ekowisata dapat menjadi alternatif
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan sumber daya air. Dengan mengembangkan objek wisata alam
yang berbasis pada sumber daya air, masyarakat dan dunia usaha dapat
memperoleh manfaat ekonomi dari pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan.
4. Penggunaan teknologi: Pemanfaatan teknologi dalam pengelolaan sumber
daya air dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan sumber daya air. Contohnya, pemanfaatan sensor untuk memantau
kualitas air atau pemanfaatan sistem informasi geografis (SIG) untuk
memetakan wilayah risiko banjir dan longsor.
5. Pengembangan produk lokal: Pengembangan produk lokal dari sumber daya
air seperti budidaya ikan dan perikanan, pertanian lahan basah, dan industri
pengolahan limbah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia
usaha dalam pengelolaan sumber daya air. Produk lokal yang berkualitas dapat
meningkatkan daya saing pasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.

8. Penataan Ruang
Penataan ruang di wilayah Sungai Randangan, Gorontalo perlu dilakukan
dengan memperhatikan berbagai aspek, seperti ketersediaan sumber daya air,
keanekaragaman hayati, pengelolaan lahan, pengelolaan kawasan pemukiman,
serta pengembangan kawasan pariwisata. Beberapa kegiatan penataan ruang
yang dilakukan di wilayah ini antara lain:
1. Zonasi Wilayah: Zonasi wilayah dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
karakteristik wilayah Sungai Randangan, seperti tingkat kerentanan bencana,
penggunaan lahan, ketersediaan air, dan aspek lingkungan lainnya. Zonasi
wilayah akan mempermudah dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah
yang berkelanjutan.
2. Pengembangan Kawasan Hijau: Pengembangan kawasan hijau di sekitar
Sungai Randangan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi
penurunan kualitas lingkungan. Selain itu, pengembangan kawasan hijau
juga dapat menjadi tempat untuk konservasi sumber daya alam dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
3. Pembangunan Infrastruktur: Pembangunan infrastruktur yang mendukung
aksesibilitas dan mobilitas juga perlu diperhatikan dalam penataan ruang
wilayah Sungai Randangan. Pembangunan infrastruktur yang baik dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan membantu dalam pengelolaan
sumber daya air yang berkelanjutan.
4. Regulasi dan Kebijakan: Regulasi dan kebijakan yang baik dapat menjadi
pedoman dalam penataan ruang wilayah Sungai Randangan. Kebijakan
tersebut dapat memperhatikan keanekaragaman hayati, ketersediaan sumber
daya air, serta pengelolaan kawasan pemukiman dan kawasan pariwisata
yang berkelanjutan.
5. Pemberdayaan Masyarakat: Pemberdayaan masyarakat juga sangat penting
dalam penataan ruang wilayah Sungai Randangan. Melalui partisipasi aktif
masyarakat, kegiatan penataan ruang dapat berjalan secara efektif dan
berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sumber daya
alam dan perencanaan wilayah yang berkelanjutan.

B. Isu Isu Strategis Nasional di Wilayah Sungai Randangan (Gorontalo)


1. Ketahanan Air Dalam Sustainable Development Goals (SDG’s ) disebutkan
bahwa 100% penduduk di suatu daerah (kabupaten/kota) harus terlayani kebutuhan
air, terutama air bersihnya. Menurut identifikasi yang telah dilakukan dan mengacu
pada sumber yang ada yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Pohuwato, disebutkan bahwa cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten Pohuwato
hingga saat ini mencapai ± 84% dengan jumlah jumlah sambungan sambungan air
bersih yang sudah ada masih kurang dari 1000 sambungan (Sambungan Rumah dan
Hidran Umum). Hal ini terjadi karena pemenuhan kebutuhan air terkendala oleh
menurunnya kualitas sumber air untuk PDAM disebabkan oleh keruhnya air Sungai
Randangan karena dampak penambangan emas di hulu dan sedimentasi yang ada
seperti di daerah Kecamatan Randangan, Kecamatan Taluditi dengan pengambilan
secara manual dan mesin sehingga sistem pengolahan air yang dimiliki PDAM sudah
tidak mampu menangani masalah tersebut.

2. Ketahanan Pangan
Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Tengah yang masuk WS Randangan
sebesar Komoditas andalan pangan di WS Randangan terdiri dari jagung dan padi
sawah. Produksi padi pada Tahun 2016 di Provinsi 324.964,15 ton sedangkan
produksi jagung pada Tahun 2016 di Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi
Tengah yang masuk WS Randangan sebesar sebesar 329.157,00 ton. Kebutuhan padi
tahun 2016 di WS Randangan adalah sebesar 20.397,99 ton, dari hasil yang
ditunjukkan di atas, berdasarkan analisis maka di Tahun 2016 terjadi surplus pangan
di WS Randangan sebesar 93,68 %. Sedangkan sisa produksi dari kedua provinsi
tersebut dapat mensuplai ke kabupaten/kota lainnya, seperti Kabupaten Bone
Bolango, Kota Gorontalo, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten Buol,
Kabupaten Tojo Una-una, Kabupaten Banggai Laut dan Kota Palu yang luas panen
dan produksinya masih rendah. Potensi daerah irigasi dan daerah rawa di WS
Randangan memang cukup besar. Berdasarkan data inventarisasi irigasi dan rawa
oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi II, WS Randangan memiliki potensi
daerah irigasi seluas ± 12.957 ha (dengan 2.023,5 ha yang sudah fungsi), dan untuk
daerah rawa seluas ± 11.525 ha (dengan 5.698 ha yang sudah fungsi). Bila potensi
lahan - lahan yang ada tersebut dimanfaatkan untuk lahan pertanian diharapkan akan
mampu meningkatkan ketahanan pangan bagi penduduk khususnya di WS
Randangan dan mampu mengambil peran dalam mensukseskan Program Pemerintah
Nawacita tentang Ketahanan Pangan, yakni Program perluasan 1 Juta Ha Lahan
Irigasi baru.

3. Perubahan Iklim (Global Climate Change)


Penebangan hutan secara liar/tanpa tebang pilih, kemudian pembukaan dan
pengelolaan lahan budidaya tanpa cara yang benar serta penambangan tanpa
mengindahan aspek lingkungan menjadi parameter pokok dalam membentuk
kekritisan suatu kawasan/DAS. Akan tetapi efek perubahan iklim ini belum terlalu
berpengaruh secara signifikan terhadap habitat maupun kondisi ekosistem di WS
Randangan. Hal yang mungkin perlu diantisipasi terkait perubahan iklim ini yaitu
semakin sulitnya kita memprediksi musim hujan dan kemarau, sehingga dampak
yang ditimbulkan akibatnya berupa kekeringan. Kemudian terjadinya banjir dan
longsoran akibat dari lahan tersebut yang statusnya menjadi kritis atau bahkan sangat
kritis. Lahan kritis ini muncul karena kegiatan manusia yang bersifat budidaya, bisa
dalam wujud pertanian, industri maupun pertambangan tanpa memperhatikan
kaidah/peraturan yang benar sehingga sehingga kegiatan kegiatan - kegiatan kegiatan
tersebut tersebut memunculka memunculkan lahan - lahan kiritis. Perubahan iklim
global harus mendapat perhatian semua pihak yang terkait dengan pengelolaan
sumber daya air khususnya terkait dengan emisi gas rumah kaca. Upaya pengurangan
emisi gas rumah kaca menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
yaitu: pengelolaan yang tepat terkait pembukaan lahan untuk kawasan budidaya,
reklamasi dan revitalisasi lahan gambut reklamasi dan revitalisasi lahan gambut dan
rehabilita dan rehabilitasi hutan. si hutan.

4. Ketersediaan Energi
Sumber energi yang terpasang di Kabupaten Pohuwato sebesar 8 MW telah
dimanfaatkan. Kebutuhan listrik di WS Randangan sebesar ± 89.520.995 KWh setara
dengan 10,22 MW, sehingga kebutuhan listrik di WS Randangan terjadi defisit
sebesar 2,22 MW. Potensi energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
yang sudah terpasang di WS Randangan ada di Desa Lembah Permai (berkapasitas 6
KW untuk 115 rumah) Kecamatan Lemito Kabupaten Pohuwato,
Gorontalo. Namun hingga saat ini belum ada bangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) di WS Randangan, sehingga untuk pemenuhan energi masih
disuplai oleh PLN transmisi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV dari
Kota Gorontalo maupun dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Karena
melihat dari kondisi geografis dan geomorfologi dari sungaisungai di WS Randangan
yang memiliki beda tinggi yang besar, maka bisa dibangun suatu PLTA/mikrohidro
untuk pemenuhan energi di tahun mendatang.
Kawasan-kawasan yang diarahkan untuk pengembangan PLTMH dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kabupaten Pohuwato meliputi kawasan-
kawasan perdesaan di wilayah Kecamatan Popayato Barat,Kecamatan Popayato,
Kecamatan Popayato Timur, Kecamatan Lemito, Kecamatan Wanggarasi, Kecamatan
Randangan, dan Kecamatan Taluditi.

C. Isu Isu Strategis Global di Wilayah Sungai Randangan (Gorontalo)


1. Perubahan Iklim Global
Wilayah Sungai Randangan di Gorontalo juga turut terkena dampak perubahan
iklim global. Beberapa isu strategis global terkait perubahan iklim yang juga terjadi di
wilayah ini adalah:
1. Kenaikan suhu global: Seperti daerah lain di seluruh dunia, suhu di wilayah
Sungai Randangan Gorontalo juga meningkat akibat perubahan iklim global.
Kenaikan suhu ini dapat berdampak pada sistem ekologi, seperti perubahan pola
hujan, naiknya permukaan air laut, dan bahaya terjadinya kebakaran hutan.
2. Perubahan pola hujan: Pola hujan di wilayah Sungai Randangan juga dipengaruhi
oleh perubahan iklim global. Perubahan ini dapat menyebabkan banjir atau
kekeringan yang sering terjadi di wilayah ini.
3. Kekurangan air: Wilayah Sungai Randangan juga terkena dampak kekurangan air
akibat perubahan iklim global. Hal ini dapat memengaruhi ketersediaan air untuk
kebutuhan masyarakat dan irigasi pertanian.
4. Kerusakan lingkungan: Perubahan iklim global dapat memperburuk kerusakan
lingkungan di wilayah Sungai Randangan. Hal ini dapat berdampak pada
hilangnya habitat alami dan keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi isu strategis global terkait perubahan iklim di wilayah Sungai
Randangan Gorontalo, dibutuhkan upaya mitigasi dan adaptasi yang tepat. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengurangi emisi gas rumah kaca: Upaya pengurangan emisi gas rumah kaca
dapat dilakukan dengan memperhatikan penggunaan energi yang ramah
lingkungan dan mendorong penggunaan energi terbarukan.
2. Menjaga keanekaragaman hayati: Upaya menjaga keanekaragaman hayati dapat
dilakukan dengan melindungi habitat alami, menjaga keberlangsungan ekosistem,
dan mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan.
3. Pengelolaan air yang baik: Pengelolaan air yang baik dapat dilakukan dengan
mengurangi kebocoran air, memperbaiki sistem irigasi, dan mengembangkan
sistem pengairan yang lebih efektif.
4. Memperkuat ketahanan masyarakat: Memperkuat ketahanan masyarakat dapat
dilakukan dengan meningkatkan akses terhadap sumber daya dan informasi,
mengembangkan sistem peringatan dini, dan memperkuat sistem adaptasi untuk
menghadapi perubahan iklim.
Upaya mitigasi dan adaptasi yang dilakukan di wilayah Sungai Randangan
Gorontalo akan membantu dalam mengurangi dampak perubahan iklim global dan
menjaga keberlanjutan ekosistem bagi generasi mendatang.

2. Pencemaran Limbah dan Kualitas Lingkungan Perairan


Wilayah Sungai Randangan di Gorontalo juga mengalami masalah pencemaran
limbah dan kualitas lingkungan perairan yang mempengaruhi isu strategis global
terkait lingkungan. Beberapa isu strategis global terkait lingkungan yang terjadi di
wilayah ini adalah:
1. Pencemaran air dan tanah: Limbah dari rumah tangga dan industri yang dibuang
ke sungai dan perairan di wilayah Sungai Randangan dapat mencemari air dan
tanah, mempengaruhi kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
2. Penurunan kualitas air: Limbah yang dibuang ke perairan dapat menurunkan
kualitas air, mempengaruhi keanekaragaman hayati, dan mengganggu aktivitas
nelayan dan petani.
3. Penggunaan bahan kimia berbahaya: Penggunaan bahan kimia berbahaya dalam
kegiatan industri dan pertanian dapat mencemari lingkungan dan mempengaruhi
kesehatan masyarakat.
Untuk mengatasi isu strategis global terkait lingkungan di wilayah Sungai
Randangan Gorontalo, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan
pencemaran limbah, serta pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Diperlukan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan dan cara-cara untuk meminimalkan pencemaran
limbah, seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan
plastik, dan memisahkan limbah organik dan anorganik.
2. Pengelolaan limbah yang baik: Upaya pengelolaan limbah yang baik dapat
dilakukan dengan memperbaiki sistem pengolahan limbah, mengembangkan
sistem pengumpulan dan pemilahan sampah, serta meningkatkan pengawasan
terhadap industri dan rumah tangga yang membuang limbahnya ke sungai dan
perairan.
3. Penggunaan bahan kimia yang ramah lingkungan: Kegiatan industri dan pertanian
dapat menggunakan bahan kimia yang ramah lingkungan untuk mengurangi
pencemaran lingkungan.
4. Pemulihan ekosistem perairan: Pemulihan ekosistem perairan dapat dilakukan
dengan menanamkan mangrove, menyelesaikan konflik antara nelayan dan petani,
serta mengembangkan program-program rehabilitasi perairan.
Upaya-upaya tersebut dapat membantu mengatasi masalah pencemaran
limbah dan kualitas lingkungan perairan di wilayah Sungai Randangan Gorontalo
dan juga berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan lingkungan dan kehidupan
manusia secara global.

3. Degradasi Lahan
Wilayah Sungai Randangan di Gorontalo juga mengalami masalah degradasi
lahan yang mempengaruhi isu strategis global terkait lingkungan. Beberapa isu
strategis global terkait lingkungan yang terjadi di wilayah ini adalah:
1. Deforestasi: Penebangan hutan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan erosi
tanah, hilangnya keanekaragaman hayati, serta memperburuk kualitas
lingkungan dan kesehatan masyarakat.
2. Kerusakan tanah: Pemanfaatan lahan yang tidak tepat dan kegiatan pertanian
yang tidak ramah lingkungan dapat menyebabkan erosi tanah, degradasi lahan,
serta menurunkan produktivitas pertanian.
3. Perubahan iklim: Perubahan iklim global yang diakibatkan oleh peningkatan
emisi gas rumah kaca dapat memperburuk degradasi lahan dan mempengaruhi
kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengatasi isu strategis global terkait lingkungan di wilayah Sungai
Randangan Gorontalo, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan degradasi
lahan, serta pengelolaan lahan yang lebih baik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan
antara lain:
1. Penghijauan dan reboisasi: Penghijauan dan reboisasi dapat dilakukan untuk
mengurangi deforestasi dan mengembalikan keseimbangan ekosistem hutan.
2. Pertanian berkelanjutan: Pertanian yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan
memperbaiki sistem pertanian yang ramah lingkungan, menggunakan teknologi
pertanian yang tepat, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem.
3. Pengelolaan lahan yang baik: Upaya pengelolaan lahan yang baik dapat dilakukan
dengan memperbaiki sistem pengelolaan lahan, pengelolaan limbah pertanian,
serta meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan yang merusak lingkungan.
4. Pendidikan dan kesadaran masyarakat: Diperlukan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan dan cara-cara untuk meminimalkan degradasi
lahan, seperti mempraktikkan pengelolaan lahan yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan.
Upaya-upaya tersebut dapat membantu mengatasi masalah degradasi lahan
di wilayah Sungai Randangan Gorontalo dan juga berkontribusi dalam menjaga
keberlangsungan lingkungan dan kehidupan manusia secara global.

4. Hilangnya keanekaragaman hayati


Hilangnya keanekaragaman hayati di wilayah sungai Randangan Gorontalo
merupakan masalah serius yang memerlukan perhatian dan tindakan serius.
Wilayah sungai Randangan Gorontalo adalah kawasan yang kaya akan
keanekaragaman hayati, termasuk satwa liar seperti burung dan mamalia, serta
berbagai jenis tumbuhan. Namun, aktivitas manusia seperti penebangan hutan,
pertanian yang tidak berkelanjutan, perburuan liar, dan penangkapan ikan yang
berlebihan telah menyebabkan kerusakan pada habitat dan populasi satwa liar di
wilayah ini. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah populasi, migrasi hewan
yang terganggu, dan hilangnya spesies tertentu.
Hilangnya keanekaragaman hayati di wilayah sungai Randangan Gorontalo
juga memiliki implikasi global yang serius. Keberadaan berbagai spesies di wilayah
ini merupakan bagian dari ekosistem yang terkait dengan kehidupan manusia di
seluruh dunia. Hilangnya spesies yang kritis dapat mempengaruhi kestabilan
lingkungan dan berdampak pada kesejahteraan manusia di seluruh dunia.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan untuk mengurangi kerusakan habitat
dan meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di wilayah sungai Randangan
Gorontalo. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat perlindungan hutan,
mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan, mengurangi perburuan liar dan
penangkapan ikan yang berlebihan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan konservasi lingkungan.
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan demi keseimbangan ekosistem yang sehat dan keberlangsungan hidup
manusia dan hewan di masa depan.

5. Komunitas Konservasi Lingkungan Khususnya Sumber Daya Air


(NGO)
Adanya Komunitas Konservasi Lingkungan khususnya sumber daya air
(NGO) di wilayah sungai Randangan Gorontalo dapat menjadi solusi dalam
mengatasi masalah kerusakan lingkungan dan konservasi sumber daya air di
wilayah tersebut. Komunitas ini dapat berperan aktif dalam memperjuangkan hak-
hak lingkungan dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kelestarian lingkungan dan sumber daya air di wilayah tersebut. Melalui berbagai
program yang dilakukan oleh NGO, seperti pengelolaan air bersih dan sanitasi,
pengembangan pertanian yang berkelanjutan, konservasi hutan dan perkebunan, dan
edukasi lingkungan, diharapkan dapat meminimalisir kerusakan lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Selain itu, NGO juga dapat berperan sebagai mediator antara masyarakat,
pemerintah, dan sektor swasta dalam mempromosikan praktik-praktik konservasi
lingkungan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, NGO dapat berperan sebagai pihak
yang mendorong perubahan dan memperjuangkan kepentingan lingkungan serta
sumber daya air di wilayah sungai Randangan Gorontalo.
Namun, peran NGO dalam mengatasi masalah lingkungan tidak dapat
dianggap sebagai tugas yang mudah. Diperlukan kolaborasi dan dukungan dari
berbagai pihak, baik dari pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat setempat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama
yang erat antara NGO dengan pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi masalah
lingkungan di wilayah sungai Randangan Gorontalo.
LAPORAN PRAKTIKUM

PERTERNAKAN, PERKEBUNAN/PERTANIAN/PERTANIAN DAN PERSAWAHAN


DI WILAYAH SUNGAI PAGUYAMAN

Dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Statistik Spasial Mata yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat MT.

Haikal Muhammad Ihsan S.Pd., M. Sc.

Dibuat Oleh:

Kelompok 8A

Ghea Aneta Fara (2109969)

Lisnina Rengganis (2109459)

Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


2023

A. Identifikasi Data Peternakan


Tahun Terbaru ( 2016-2018 ) Ekor
S S K K K D B A A A I
K api api erbau ud ambin omba ab ya yam yam ti
N
ota / pera Poto a g i m Petel Peda k
o Kabupat h ng Ka ur ging
en mp
un
g
1 P 0 8 0 0 1 0 6 6 0 0 2
ahu 9 3 989,0   2,45
wato 110, 353,00 0 307,84
00
2 P 0 2 1 2 3 0 2 4 4
arigi 7 7 16 6 223 8 985 91 1 5 6 003
Mauton 477 30 7 3
g 6 6 1
4 1
4 3
0
Tabel 1. Tabel Jumlah Data Peternakan Per Jenis Hewan Ternak di Kota/Kabupaten WS
Randangan

B. Identifikasi Data Perkebunan


1. Data Non-Spasial
K Pertanian/Perkebunan WS Randangan
Kota 2018 (Ha)
N
/ K K K J C A K V k S K
o
Kabu ela aka opi ambu engkeh ren apu anili Kemiri Sagu Kelapa
paten pa o Mete k Sawit
1 P 1 5 6 6 3 0 0 0 0 0 0
ahu 8992.00 045.00 9.00 57. 97.
wato 00 00
2 2 6 4 9 2 0 3 1 3 2 4
Parigi 8 9 711 45 29 00 4 8 12 81 56
Moutong 989 0 3
Tabel 2. Tabel Jumlah Data Luas area Perkebunan/Pertanian di Kota/Kabupaten WS Randangan

Tahun 2020 Tahun 2021


N Kota / Te L La Teg La La
o Kabupaten gal / Kebun adang / han Tidak al / Kebun dang / Huma han Tidak
Huma Diusahakan Diusahakan
1 P 50  15  23  50  15  23 
ahuwato 158,0 641,5 768,2 158,0 641,5 768,2
2 Parigi 97  11  22  97  11  22 
Moutong 067,80 784,00 920,00 079,90 784,00 937,00
Tabel 3. Tabel Luas Lahan Tegal, Ladang, Lahan Tidak Diusahakan di Kota/Kabupaten WS Randangan
Hanya terdapat 2 kota/kabupaten yang memili perkebunan di daerah wilayah sungai
Peta diatas merupakan peta persebaran perkebunan dan pertanian di wilayah sungai
randangan, data tersebut diambil dari data geospasial kementrian PUPR. Peta di atas
dilayout menggunakan kertas ukuran A4.
C. Identifikasi Data Persawahan
2. Data Non-Spasial
Luas Lahan Tanaman Pangan Sawah
(Ha)
Tahun 2020 T
K
N ahun 2021
ota /
o L P P L P P
Kabupaten
uas roduktifit roduks uas Panaen roduktifit roduksi
Panaen as (Ha) i (Ha) as (Ha)
(Ha)
1 P 5 4 2 6 4 2
ahuwat .706,1 7,67 7.202,77 .050,8 8,24 9.190,06
o 8 6
2 P 5 3 2 6 2 2
arigi 2 067 3,55 83 503 3 654 9,32 98 586
Moutong
Tabel 4. Tabel Identifikasi Pangan Persawahan (Padi) di Kota/Kabupaten WS Randangan

3. Data Spasial
Peta diatas merupakan peta persebaran persawahan di wilayah sungai randangan,
data tersebut diambil dari data geospasial kementrian PUPR. Peta di atas dilayout
menggunakan kertas ukuran A4.
LAPORAN PRAKTIKUM

Rencana Tata Ruang, Bencana, Cuaca Ekstrim, dan Kekeringan

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktik

Suvey Sumber Daya Air yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat MT.


Haikal Muhammad Ihsan S.Pd., M. Sc.

Dibuat Oleh:
Ghea Aneta Fara (2109969)

Lisnina Rengganis (2109459)

Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
A. Peta Tata Ruanng Wilayah Sungai Randangan
Peta diatas merupakan tata ruang di wilayah sungai randangan, data tersebut diambil dari data geospasial Kementrian PUPR. Adapun
jenis tata guna lahan di wilayah sungai randangan diantaranya:
a) Hutan lindung
b) Hutan produsi terbatas
c) Cagar alam Tanjung Panjang
d) Kawasan industri
e) Kawasan perkebunan
f) Sepadan danau
g) Sepadan pantai
h) Sepadan sungai
B. Peta Bahaya Indeks Bahaya Kekeringan Wilayah Sungai Randangan
Peta diatas merupakan peta indeks bahaya kekeringan di wilayah sungai randangan, data tersebut diambil dari GIS Database BNPB yang
kemudian dilakukan layouting dengan ukuran kertas A4.

C. Peta Bahaya Tanah Longsor Wilayah Sungai Randangan


Peta diatas merupakan peta bahaya tanah longsor di wilayah sungai randangan, data tersebut diambil dari GIS Database BNPB yang
kemudian dilakukan layouting dengan ukuran kertas A4.
D. Peta Bahaya Cuaca Ekstrem di Wilayah Sungai Randangan
Peta diatas merupakan peta bahaya cuaca ekstrem di wilayah sungai randangan, data tersebut diambil dari GIS Database BNPB yang
kemudian dilakukan layouting dengan ukuran kertas A4.

E. Peta Bahaya Banjir di Wilayah Sungai Randangan


Peta diatas merupakan peta bahaya banjir di wilayah sungai randangan, data tersebut diambil dari GIS Database BNPB yang kemudian
dilakukan layouting dengan ukuran kertas A4.

F. Peta Bahaya Banjir Bandang Di Wilayah Sungai Randangan


Peta diatas merupakan peta bahaya banjir bandang di wilayah sungai randangan, data tersebut diambil dari GIS Database BNPB yang
kemudian dilakukan layouting dengan ukuran kertas A4.
LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 13
ANALISIS KONSERVASI, PENDAYAGUNAAN, PENGENDALIAN DAYA RUSAK,
SISTEM INFORMASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DUNIA
USAHA DI AREA KAJIAN SUMBER DAYA AIR
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Praktik

Suvey Sumber Daya Air yang diampu oleh:

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat MT.


Haikal Muhammad Ihsan S.Pd., M. Sc.

Dibuat Oleh:

Ghea Aneta Fara (2109969)

Lisnina Rengganis (2109459)

Tsani Dzulfikry (1907616)

PROGRAM STUDI SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
MODUL 13
ANALISIS KONSERVASI, PENDAYAGUNAAN, PENGENDALIAN DAYA RUSAK,
SISTEM INFORMASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DUNIA
USAHA
DI AREA KAJIAN SUMBER DAYA AIR

A. DESKRIPSI
Kajian sumber daya air memiliki proses dalam aspek konservasi, pendayagunaan,
pengendalian daya rusak dan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha. Beberapa aspek
tersebut dikaji berdasarkan parameter fisik dan sosial di area Wilaya Sungai di setiap
DAS. Konservasi, pendayagunaan, pengendalian daya rusak, sistem informasi Sumber
daya air dan pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha merupakan bagian dari aspek
pengelolaan. Berikut merupakan indicator pada aspek pengelolaan sumber daya air:

No Aspek pengelolaan Uraian


1 Konservasi Sumber Daya Air Untuk menentukan keberhasilannya
digunakan indikator-indikator DAS
Kritis,diantaranya:
• Persentase tutupan lahan tehadap luas
DAS;
• Erosi dan Sedimentasi Lahan;
• Sedimentasi Sungai; dan
• Perbandingan Qmaksimum dengan
Qminimum
Catatan: Setelah 5 tahun, ditinjau apakah
kondisi
DAS akan semakin membaik atau semakin
kritis.
2 Pendayagunaan Sumber Daya Untuk menentukan keberhasilannya
Air digunakan indikator-indikator:
• Neraca air per- DAS
• Penggunaan air tanah terkendali
• Pengusahaan air berkelanjutan
Catatan : Setelah 5 tahun, ditinjau neraca
airnya berlebih, mencukupi atau tidak
mencukupi.
3 Pengendalian Rusak Air Untuk menentukan keberhasilannya
digunakan indikator-indikator :
• Frekuensi kejadian banjir
• Luas daerah genangan banjir
• Tingkat kerawanan bencana banjir dan
longsor Catatan : Setelah 5 tahun, ditinjau
apakah kejadian banjirnya semakin tinggi
atau semakin rendah.
4 Sistem Informasi Sumber Daya Untuk menentukan keberhasilannya
Air digunakan indikator-indikator :
• Kerapatan jaringan stasiun hujan, muka air
sungai, klimatologi
• Keberadaaan dan kelengkapan database
sumber daya air
Catatan : Setelah 5 tahun, ditinjau apakah
keberadaan jaringan stasiun hujan, muka air
sungai dan stasiun klimatologinya semakin
rapat atau tetap.
5 Pemberdayaan dan Peningkatan Untuk menentukan keberhasilannya
Peran Masyarakat dan Dunia digunakan indikator-indikator:
Usaha  Peran aktif dan kemandirian masyarakat
pengguna air
 Peran aktif dunia usaha
Catatan : Setelah 5 tahun, ditinjau apakah
peran aktif dan kemandirian masyarakatnya
semakin bertambah atau sebaliknya

B. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis terkait Konservasi Sumber Daya Air.
2. Mahasiswa mampu menganalisis terkait Pendayagunaan Sumber Daya Air.
3. Mahasiswa mampu menganalisis terkait Pengendalian Rusak Air.
4. Mahasiswa mampu menganalisis terkait Sistem informasi Sumber daya air.
5. Mahasiswa mampu menganalisis terkait Pemberdayaan dan Peningkatan Peran
Masyarakat dan Dunia Usaha.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Software ArcGIS
2. Microsoft office
3. Data non-spasial fisik sosial area wilayah sungai
4. Data spasial fisik kajian.
5. Data spasial sosial kajian.

D. TAHAPAN PRAKTIK TATA RUANG AREA KAJIAN


Pada tahapan ini silahkan buat analisis terkait konservasi, pendayagunaan,
pengendalian daya rusak sistem informasi Sumber daya air dan pemberdayaan
masyarakat dan dunia usaha. Silahkan isi table berikut sesuai dengan kajian wilayah
sungai masing-masing. Lalu silahkan deskripsikan terkait hasil isian table.

1. Aspek Konservasi Sumber Daya Air


Sasaran Strategi
Hasil / Target Kebijakan Lembaga
Analisis yang Jangka Jangka Jangka Operasional / Instansi
No Sub Aspek
ingin pendek Menengah Panjang Terkait
dicapai 2023 - 2023 - 2023 -
2028 2033 2043
1 Perlindunga
n dan
pelestarian
sumber air
2 Pengaweta
n Air
3 Pengelolaan
kualitas air
dan
pengendalia
n
pencemara
n air

2. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air


]
Sasaran Strategi
Hasil / Target Kebijakan Lembaga
yang Jangka Jangka Jangka / Instansi
No Sub Aspek
pendek Menengah Panjang
Analisis ingin 2023 - 2023 - 2033 2023 - Operasional Terkait
dicapai 2028 2043
1 Penataguna
an Sumber
Daya Air

2 Pengaweta
n Air
3 Pengelolaan
kualitas air
dan
pengendalia n
pencemara
n air

3. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air


Sasara Str
Hasi n ate Kebijakan Lembaga
l / gi Operasional / Instansi
N Sub Aspek
Analis Target Jang Jangk Jangk Terkait
o yang
is ka a a
ingin pende Meneng Panja
dicap k ah ng
ai 2023 - 2023 - 2023 -
2028 2033 2043
1 Pencega han 1) 1. 1. 1. Melakukan Ditjen Sumber
Bencana koordinasi Daya Air, BBWS
dengan Sulawesi II,
Lembaga/insta Pemprov,Pemda,BP
nsi terkait. BD Sulawesi
Tengah, BPBD,
Gorontalo
2 Penanggulanga 1. 1. 1. 1. 1. 1. Melakukan Ditjen Sumber
n Bencana koordinasi Daya Air, BBWS
dengan Sulawesi II,
Lembaga/inst Pemprov,Pemda,BP
ansi terkait. BD Sulawesi
Tengah, BPBD,
Gorontalo
3 Pemulihan 1. 1. 1. Melakukan Ditjen Sumber
Akibat koordinasi Daya Air, BBWS
Bencana dengan Sulawesi II,
Lembaga/inst Pemprov,Pemda,BP
ansi terkait. BD Sulawesi
Tengah, BPBD,
Gorontalo

4. Sistem Informasi Sumber Daya Air


Sasaran / Strategi
Hasil Target Kebijakan Lembaga
Jangka Jangka Jangka
pendek Menengah Panjang

N Sub Aspek Analisis yang 2023 - 2023 - 2023 - Operasional /


o ingin 2028 2033 2043 Instansi
dicapai Terkait
1 Prasarana dan
sarana sistem
informasi
sumber daya air
2 Institusi
pengelola
3 Peningkatan
kelembagaan
dan sumber
daya
manusia
dalam
pengelolaan
Sistem
Informasi
Sumber Daya Air

5. Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia


Usaha
Sasaran Strategi
Hasil / Target Kebijakan Lembaga
Analisis yang Jangka Jangka Jangka Operasional /
No Sub Aspek
ingin pendek Menengah Panjang Instansi
dicapai 2023 - 2023 - 2023 - Terkait
2028 2033 2043
1 Peningkatan
peran serta
masyarakat dan
dunia usaha
dalam
perencanaan
2 Peningkatan
peran
masyarakat dan
dunia usaha
dalam
pelaksanaan
3 Peningkatan
peran
masyarakat dan
dunia usaha
dalam
pengawasan

E. TUGAS
1. Buatlah analisis berdasarkan tabel dan deskripsikan kajian terkait Konservasi Sumber
Daya Air.
2. Buatlah analisis berdasarkan tabel dan deskripsikan kajian terkait Pendayagunaan
Sumber Daya Air.
3. Buatlah analisis berdasarkan tabel dan deskripsikan kajian Pengendalian Rusak Air.
4. Buatlah analisis berdasarkan tabel dan deskripsikan kajian terkait Sistem informasi
Sumber daya air.
5. Buatlah analisis berdasarkan tabel dan deskripsikan kajian terkait Pemberdayaan dan
Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha.

F. Hasil Praktikum 1. Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan


1.1 Aspek Konservasi Sumber Daya Air
a) Meningkatnya luas lahan kritis yang disebabkan alih fungsi lahan dari
kawasan lindung ke kawasan budidaya (lahan kritis dan sangat di WS
Randangan mencapai ± 300 km2)
b) meningkatnya erosi dan sedimentasi di Sungai Randangan akibat rusaknya
tutupan lahan di hulu dan penambangan (erosi di WS Randangan 10 mm
/tahun dan sedimentasi ± 2 juta ton/tahun)
c) Banyaknya pelanggaran di sempadan sungai yang digunakan untuk
pemukiman, industri maupun pabrik,
d) Meningkatnya lahan perkebunan (khususnya kelapa yang mencapai ± 6.000
ha) di daerah hulu dan penetapan kawasan budidaya kelapa sawit dalam
RTRW provinsi seluas ± 60.000 ha mengakibatkan hilangnya fungsi hutan
sebagai daerah penyangga.

1.2 Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air


a) Belum adanya zonasi pemanfaatan dan peruntukan sumber daya air maupun
sumber air yang memperhatikan fungsi lindung dan budidaya
b) kebutuhan air bersih dari PDAM belum memadai (khususnya di
Kabupaten Pohuwato yaitu 43%) dikarenakan sulitnya mendapat
sumber air yang memenuhi standar untuk pengolahan (kekeruhan air sungai
karena penambangan);
c) pemanfaatan air untuk kebutuhan irigasi dan irigasi rawa yang belum optimal
karena kurangnya/rusaknya sarana dan prasarana yang ada
d) pengusahaan sumber daya air pada ruas sungai tertentu oleh dunia usaha
maupun masyarakat yang belum teratur.

1.3 Aspek Pengendalian Daya Rusak Air


a) terjadi banjir pada musim hujan di kawasan bantaran dan sekitar Sungai
Randangan. Daerah yang terkena dampak banjir menurut peta dari RTRW
provinsi terletak di bagian hilir, dan hampir semuanya merupakan daerah
rawan banjir
b) tingkat degradasi sungai yang sangat tinggi akibat hilangnya Kawasan hutan
dan lapisan tanah subur
c) kerusakan tebing sungai akibat gerusan arus sungai
d) pencemaran sungai akibat limbah domestik (rumah tangga, pertokoan,
industri, hotel) dan limbah hasil penambang yang mengakibatkan kualitas air
tidak memenuhi baku mutu
e) belum seluruhnya bangunan pengendali banjir (tanggul, waduk pengendali
banjir) yang direncanakan dapat terealisasi

1.4 Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air


a) Belum ada sistematika pencatatan data yang baku dan terkoordinasi dengan
Instansi lain yang mempunyai kepentingan yang sama sehingga terjadi
tumpang tindih data dan berbeda (misal nama dan jumlah sungai berbeda
beda)
b) pencatatan data time series tidak kontinyu dilakukan dengan baik karena
keterbatasan sumber daya manusia (ketrampilan) maupun peralatan
(belum ada atau rusak)
c) kerapatan alat monitoring (AWLR, Rain gauge dll) masih sangat rendah
sehingga kurang akurat dipakai sebagai alat peramalan atau prediksi.
1.5 Aspek Pemberdayaan Dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia
Usaha
a) belum terbentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
(TKPSDA) WS Randangan masyarakat dan dunia usaha belum dan/kurang
mendapat kesempatan
b) dalam usaha pengelolaan sumber daya air
c) kurangnya peran kelembagaan pengelolaan sumber daya air dalam
penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan
1. Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Sasaran Strategi
Hasil / Target yang Jangka pendek Jangka Jangka Kebijakan Lembaga
N Sub Aspek Analisis ingin dicapai Menengah Panjang Operasional / Instansi
o 2014-2019 2014-2024 2014-2034 Terkait

1 Perlindunga a) Besarnya 1. Berkurangnya 1. Mempertahankan 1. Penerapan 1. Penerapan 1. Penetapan 1. BP DAS


n dan luasan luasan lahan luas kawasan peraturan peraturan kawasan 2. Bappeda
pelestarian lahan kritis kritis di WS lindung yang perundangan perundangan lindung dan Prov.
sumber air di WS Randangan masih ada (sasaran 50% di budidaya Gorontalo
Randangan 2. Berkurangnya minimal dengan luas WS) seluruh WS dalam dan
yaitu bencana akibat luasan 30 % dari terhadap terhadap RTRW kab/kota di
mencapai dari lahan total perlindungan perlindung (prov dan WS
165.000 kritis (banjir, luas WS hutan dan a n hutan kab/kota) Randangan
ha. Hal ini tanah longsor) 2. Penyusunan dan sanksi yang dan sanksi 2. Program 3. Dinas
menunjukka 3. Meminimalisir penetapan diberikan yang penanaman
Kehutanan
n besarnya laju peraturan terkait kepada pelaku diberikan 1 juta Prov.
bahwa ± 30 erosi yang perlindungan perusakan kepada pohon Gorontalo
% dari akan nanti hutan dan sanksi hutan pelaku 3. Program dan
WS akan menjadi 2. Pelaksanaan perusakan Pengelolaan
kepada kab/kota di
Randangan muatan rencana hutan Lingkungan
pelakunya WS
merupakan kawasan 2. Pelaksanaan Hidup
sedimen di Randangan
lahan kritis. konservasi di rencana 4. Sosialisasi
sungai 4. Dinas PU
daerah yang kawasan peraturan Prov.
telah ditetapkan konservasi perundang- Gorontalo
dengan sasaran di daerah undangan dan
hingga 50 yang telah yang kab/kota di
% ditetapkan
berlaku WS
dengan
sasaran Randangan
hingga 100 5. Pemda
% Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randangan

b) Semakin 1. Mendorong 1. Perencanaan 1. Memberikan 1. Melakukan 1. Program 1. Bappeda


maraknya pengolahan dan penetapan kesempatan kepada penghijauan penghijauan Prov.
alih fungsi lahan yang kawasan dan masyarakat untuk di lahan di lahan Gorontalo
lahan sesuai dengan fungsi lahan memanfaatkan yang sudah masyarakat dan
(hutan, kaidah dalam RTRW tidak 2. Sosialisasi kab/kota di
lahan dengan
semak, konservasi 2. Memilih secara digunakan tata cara WS
budidaya dengan 2.
rawa) sehingga lahan tepat untuk bercocok Randangan
dapat terjaga lahan yang ingin 2. sistem agroforestry tanaman tanam yang Dinas
menjadi Penggunaan bibit
dari tingkat dibuka, jangan budidaya tepat Kehutanan
perkebunan, unggul 2. 3. Rencana
kekritisan sampai kawasan Memberika Prov.
khususnya untukpengembang
lindung/penyan n ruang kerja dari Gorontalo
perkebunan g a n kawasan hijau instansi dan
kelapa dan ga dibuka budidaya bagi daerah terkait 3. kab/kota di
kelapa untuk lahan Sempadan WS
sawit pertanian dsb sungai Randangan
sehingg Dinas
tidak Pertanian
difungsikan Prov.
sebagai Gorontalo
kawasan dan
budidaya
kab/kota di
(kebun,
perumahan WS
maupun Randangan
industri
c) Adanya alih 1. Lahan 1. Membuat perda 1. Melakukan 1. Melakukan 1. Membuat 1. Bappeda
fungsi lahan mangrove tetap terkait dengan sosialisasi manfaat sosialisasi Perda 2. Prov.
mangrove terjaga dan upaya lahan mangrove teknik tentang Gorontalo
menjadi dapat mengendalian terhadap pemilihan pemanfaata dan
tambak difungsikan alih fungsi lahan perlindungan lokasi dan n kab/kota di
sebagai dari mangrove panta pembukaan dan WS
pelindung lahan perlindunga Randangan
ke tambak
pantai, tambak dari n lahan Dinas
sementara lahan mangrov Kehutanan
kreatifitas mangrove Prov.
nelayan untuk Gorontalo
meningkatkan dan
ekonomi masih kab/kota

terus di
berkembang WS
Randangan
3. Dinas
Kelautan
dan
PerikananPr
o v.
Gorontalo
dan kab/kota
di WS
Randangan
4. Dinas PUPR
Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
5. Randangan
Balai
Wilayah
Sungai
Sulawesi
II
d) Adanya alih 1. Mempertahanka 1. Membuat perda 1. Melakukan 1. Melakukan 1. Membuat 1. Bappeda
fungsi n keberadaan terkait dengan pemulihan upaya perda Prov.
lahan di pulau pulau ijin hutan pengamana tentang Gorontalo dan
pulau- kecil sebagai pemanfaatan di pulai pulau n pantai pemanfaata kab/kota di
pulau kecil pelindung pulau lulau kecil pulau n dan WS
pulau kecil perlindunga
pantai kecil
yang 2. Randangan
n pulau Dinas
mengalami pulau kecil Kehutanan
abrasi Prov.
Gorontalo dan
kab/kota di
WS

Randangan
3. Dinas PUPR
Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randangan
4. Balai
Wilayah
Sungai
Sulawesi II
2 Pengaweta a) Ketersediaan 1. Ketersediaan 1. Kampanye 1. Kampanye 1. Kampanye 1. Program 1. BWS
n Air air yang air yang dapat gerakan hemat gerakan hemat gerakan gerakan Sulawesi II
memenuhi mencukupi air dan air hemat air hemat air Dinas PU
kebutuhan kebutuhan air pelestarian air dan pelestarian dan Kesepakatan Prov.
air yang yang ada serta dengan air dengan pelestarian pengguna Gorontalo
mencakup diimbangi cakupan 25 % cakupan 75 dari air dengan dan dan
seluruh dengan dari jumlah total cakupan pengelola kab/kota di
wilayah efisiensi jumlah total penduduk 100 % dari sumber daya WS
penduduk WS jumlah 2.
sungai penggunaan air WS air Randangan
belum dapat 2. Merancang 2. Penetapan dan total 2. Rencana Dinas
tercapai dan penerapan penduduk kerja dari Kehutanan
merumuskan (50%) peraturan WS isntansi Prov.
peraturan perundangan 2. Penetapan Gorontalo
terkai
perundangan terkait dan dan
terkait penerapan 3.
pelestarian air kab/kota di
pelestarian air (100%) 4. WS
peraturan
perundang Randangan
a BP DAS
n terkait Pemda
pelestariana Prov.
i Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randangan
3 Pengelolaan a) Meningkatny 1. Peningkatan 1. Pengendalian 1. Pengendalian 1. Pengendalia 1.
Perda 1. Bapedalda
kualitas air a kualitas air dan dan penanganan n dan tentang Prov.
dan pencemaran sungai penanganan limbah baik penanganan baku mutu Gorontalo
pengendalia di Sungai limbah baik domestik limbah baik kualitas air dan
n Randangan, domestik maupun industri domestik dan limbah kab/kota di
pencemara akibat limbah maupun dengan cakupan maupun buangan WS
n air domestik, 70 % dari luas industri 2.
Sosialisasi 2. Randangan
industri dengan 2.
industri dan total WS dengan tata cara Badan
2. cakupan 30 %
pertambanga Penegakan cakupan pengelolaan Lingkungan
n. Ini dari luas total 100 % imbah yang Hidup Prov.
hukum terhadap
ditunjukkan WS Penegakan dari luas tepat Gorontalo
pembuang 3.
oleh kadar hukum total WS Rencana dan
limbah yang 2.
BOD dan terhadap Penegakan kerja dari 3. kab/kota di
diterapkan pada
COD yang pembuang hukum dinas terkait WS
sektor industri
melampaui limbah yang terhadap Randangan
dan domestik
ambang batas diterapkan pembuang Dinas PU
yang pada sektor limbah yang Prov.
disyaratkan industri diterapkan Gorontalo
pada seluruh 4. dankab/kota
sektor di WS
penyumban 5. Randangan
g pencemar PDAM
daerah
Pemda
Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randangan
b) Terjadi 1. Pengendalia 1. Pembuatan 1. Pengawasan 1. Sosialisasi 1. Perda 1. Bappeda
pencemaran n explorasi Perda terkait dan metode tentang Prov.
air di sungai sumberdaya dengan pengendalian explorasi bakumutu 2. Gorontalo
Moutong dan alam sesuai pengendalian pelaksanaan sumberday air limbah dan kab/kota
ekitar potensi dan PETI Perda terkait a alam dan industry di
muaranya ramah dengan mineral pertamban WS
akibat lingkungan pengendalian yang g n a rakyat Randangan
adanya PETI PETI ramah Dinas
(Penambanga lingkungan Kehutanan
Prov.
n Emas Gorontalo
Tanpa Ijin) dan kab/kota
di
WS
Randangan
1. Dinas PUPR
Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randangan
2. Balai
Wilayah
Sungai
SulawesiI

Berdasarkan hasil analisis pada aspek konservasi sumber daya air didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya:
 Besarnya luasan lahan kritis di WS Randangan yaitu mencapai 165.000 ha. Hal ini menunjukkan bahwa ± 30% dari WS Randangan
merupakan lahan kritis
 Semakin maraknya alih fungsi lahan (hutan, semak, rawa) menjadi perkebunan, khususnya perkebunan kelapa dan kelapa sawit 
Adanya alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak
 Alih fungsi lahan di pulau-pulau kecil
 Ketersediaan air yang memenuhi kebutuhan air yang mencakup seluruh wilayah sungai belum dapat tercapai
 Meningkatnya pencemaran di Sungai Randangan, akibat limbah domestik, industri dan pertambangan. Ini ditunjukkan oleh kadar BOD
dan COD yang melampaui ambang batas yang disyaratkan
 Terjadi pencemaran air di Sungai Muotong dan sekitar muaranya akibat adanya PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin)
Adapun potensi yang terdapat pada aspek konservasi sumber daya air diantaranya:
 Reboisasi hutan sebagai bentuk rehabilitasi DAS (khususnya di daerah dengan potensi lahan kritis)
 Pembangunan waduk atau embung di daerah daerah non CAT dengan kondisi topografi yang memungkinkan  Pengembangan kaidah
konservasi dalam pengelolaan tanah baik pertanian, ladang maupun perkebunan  Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

2. Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air


Hasil Sasaran Strategi Kebijakan
nalisis i
/ Target yang Jangka pendek Jangka Jangka erasional Lembaga
Menengah Panjang
N Sub Aspek A ngin dicapai 2014-2019 2014-2024 2014-2034 O / Instansi
1o Penatagunaa a) Terjadi 1. Terwujudny 1. Pembagian 1. Pembagian 1. Pembagian p Penetapan
1. 1.Terkait
BWS
n Sumber konflik a pola zona zona zona zona Sulawesi II
Daya Air kepentingan alokasi air pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan 2. Bappeda
dalam 2. Mengurangi sumber air sumber air sumber air sumber daya Prov.
pemakaian konflik 2. Menentukan 2. 2. Menentukan air ke dalam Gorontalo
Menentukan
air kepentingan kawasan kawasan kawasan peta RTRW dan
dalam terkait terkait 2. Perda
terkait kab/kota di
pemakaian sempada sempadan mengenai
3. air sempadan sungai dan daerah 3. WS
n sungai Randangan
Pembagian sungai dan sumber air sempadan
dan Dinas PU
zona sumber air lain (danau, pantai,
sumber Prov.
pemanfaatan air lain (danau, waduk, sungai,wadu
4. waduk, 3. Gorontalo
sumber air lain (danau, embung) k , danau dan dankab/kota
Menentukan waduk, embung) Penegakan 3. mata air 4. di WS
kawasan embung hukum Perda Randangan
terkait terhadap mengenai 5. PDAM
sempadan pihak yang alokasi dan dareah
sungai dan melakukan hak guna air Pemda Prov.
sumber air upaya Gorontalo
lain pemanfaatan 4. bagi
pengguna air dan
(danau, diluar Sosialisasi kab/kota di
waduk, kawasan yang 5. terkait perda WS
embung telah yang berlaku Randangan
ditentukan Renstra dari
instansi
terkait
2 Penyediaan a) Kekurangan 1. Penyediaan 1. Perbaikan 1. Perbaikan 1. Perbaikan 1. Rencana 1. BWS
Sumber suplai air air yang fasilitas fasilitas fasilitas kerja dari 2. Sulawesi II
Daya Air bersih dapat treatmen dan treatmen dan treatmen dan instansi Bappeda
memenuhi terkait

terutama kebutuhan pengolahan air pengolahan air 2. pengolahan air 2. Pemenuhan 3. Prov.
untuk secara Penyusunan kebutuhan air Gorontalo
kebutuhan berkelanjutan Rencana Induk yang dan
RKI yang Sistem disesuaikan kab/kota di
dikarenakan Penyediaan Air dengan WS
terbatasnya Minum tingkat Randangan
sumber air pertumbuhan 4. Dinas PU
(SPAM) 3. Program
(dilihat Prov.
darisegi pemenuhan 5. Gorontalo
kualitas) air bersih di dan
karena tiap kab/kota kab/kota di
banyakna guna WS
material tercapainya Randangan
sedimen di MDG’s PDAM
sungai yang daerah
mana sungai Pemda
tersebut Prov.
dijadikan Gorontalo
sumber air dan
bagi PDAM kab/kota di
WS
Randangan
b) Tingkat 1. Menyediakan 1. Perbaikan 1. Perbaikan 1. Perbaikan 1. Rencana 1. BWS
pemenuhan air yang jaringan irigasi jaringan jaringan irigasi kerja dari Sulawesi II
kebutuhan memenuhi (sebesar 20%) irigasi (sebesar (sebesar 60%) instansi 2. Dinas
air irigasi kebutuhan air 2. Efisiensi 40%) 2. Efisiensi terkait Pertanian
belum irigasi secara penggunaan 2. Efisiensi penggunaan air 2. Pembentuka Prov.
terpenuhi berkelanjutan air dan penggunaan dan n Gorontalo
secara air dan optimalisisasi 3.
optimalisisasi
keseluruhan, jaringan irigasi optimalisisasi 3. jaringan irigasi P3A 3. dan
karena 3. Pengembangan jaringan irigasi Pengembanga Sosialisasi kab/kota di
daerah daerah irigasi 3. Pengembangan n daerah tata cara WS
irigasi yang seluas 1.050 daerah irigasi irigasi seluas pengoperasia Randangan
ada ha seluas 2.100 ha 3.500 ha n sarana dan Dinas PU
masih prasarana Prov.
bersifat irigasi Gorontalo
teknis dan
dan non kab/kota di
teknis WS
Randangan

3 Penggunaan a) Belum 1. Meningkatka 1. Pengembanga 1. Pengembanga 1. Pengembanga 1. Dukungan 1. BWS


Sumber optimalnya n n n n infrastruktur Sulawesi II
Daya Air pemanfaata pemanfaatan jaringan air jaringan air jaringan air terhadap 2. Dinas PU
n sumber daya bersih bersih untuk bersih untuk penggunaan Prov.
air air secara untuk suplai RKI suplai RKI sumber daya Gorontao
permukaan optimal suplai RKI sebanyak sebanyak air dan
2. 2. 2. kab/kota di
bila sesuai sebanyak 48.000 jiwa 60.000 jiwa Rencana
2.
dibandingka dengan 43.000 jiwa Peningkatan Peningkatan kerja dari 3. WS
Peningkatan Randangan
n dengan ketersediaan 3. produksi air 3. produksi air instansi 4. PDAM
potensinya pemanfaat PDAM PDAM terkai
dan sumberdaya Dinas
(Potensi Peningkatan Peningkatan
potensinya air untuk Perkebunan
ketersediaan pemanfaat pemanfaat
air keperluan sumberdaya sumberdaya dan
100 m3/det perkebunan air untuk air untuk Tanaman
sedangkan seluas 60.000 keperluan keperluan Pangan
kebutuhan Ha perkebunan perkebunan
air 60 - 85 seluas 80.000 100.000 Ha
m3/det Ha
4 Pengembangan a) Prasarana 1. Peningkatan 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Rehabilitas 1. BWS
Sumber Daya pengairan fungsi 2. data base 2. data base 2. data base 2. sarana dan 2. Sulawesi
Air belum bangunan prasarana prasarana prasarana prasarana II Dinas
terpelihara prasarana pengairan pengairan pengairan pengairan PU Prov.
dengan baik pengairan Rehabilitasi Rehabilitasi Rehabilitasi Renstra dari Gorontao
jaringan irigasi jaringan jaringan instansi dan
kab/kota di
dalam rangka irigasi dalam irigasi dalam terkait
WS
mendukung rangka rangka
Randangan
ketahanan mendukung mendukung
pangan (25%) ketahanan ketahanan
pangan (75%) pangan
(100%)
b) Banyaknya 1. Peningkatan 1. Inventarisasi 1. Inventarisasi 1. Inventarisasi 1. Penetapan 1. BWS
lahan rawa kesejahteraa lahan dan lahan dan lahan dan kawasan Sulawesi II
yang belum n masyarakat jaringan rawa jaringan rawa jaringan rawa rawa sebagai 2. Dinas
dimanfaatka yang terkait yang yang yang kawasan Pertanian
n 2.
sumber daya berpotensi 2. berpotensi 2. berpotensi 2. budidaya Prov.
air dengan Penyuluhan Penyuluhan Penyuluhan Sosialisasi Gorontalo
pemanfaatan mengenai mengenai mengenai pertanian dan
rawa 3. pertanian rawa pertanian rawa pertanian rawa dilahan rawa kab/kota di
pasang surut pasang surut pasang surut pasang surut WS
Pengembangan Randangan

DR seluas 3. Pengembanga 3. Pengembangan 3. Renstra dari 3. Dinas PU


1.000 ha n DR seluas instansi Prov.
DR seluas 3.600 ha terkait Gorontalo
1.800 ha dan
kab/kota di
WS
Randangan
c) Kurangnya 1. Pemanfaata 1. Pemberian ijin 1. Pemberian ijin 1. Pemberian ijin 1.
Perda terkait 1. BWS
pemanfaata n air tanah pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan Sulawesi II
n air tanah yang sesuai air tanah air tanah air tanah
air tanah 2. Dinas PU
untuk dengan sesuai dengan sesuai dengan sesuai dengan 2.
Peningkatan Prov.
pemenuhan kriteria dan kondisi kondisi kondisi ketersediaan Gorontalo
kebutuhan pedoman hidrogeologin hidrogeologiny hidrogeologinyair dan kab/kota
air karena 2. y 2. a 2. a 3.
Renstra dari
yang ada di WS
cenderung a OP sumur air Pembangunan instansi Randangan
menggunaka OP sumur air dalam guna instalasi terkait 3. Dinas
n air dalam guna meningkatkan pengelolaan ESDM
permukaan meningkatkan kualitas air bersih yang Pertambanga
kualitas pelayanan 3. bersumber dari n Prov.
pelayanan air tanah Gorontalo
OP sumur air dan kab/kota
dalam guna di WS
meningkatka Randangan
n kualitas 4. PDAM
pelayanan daerah
5. Pemda Prov.
Gorontalo
dan kab/kota
di WS
Randangan
5 Pengusahaan a) Pengambilan 1. Pemanfaat 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Perda 1. BWS
Sumber Daya air secara liar membayar pedoman biaya pedoman biaya pedoman tentang Sulawesi II
Air (illegal) biaya jasa jasa jasa biaya jasa manfaat dan 2. Dinas PU
pengelolaan pengelolaan pengelolaan pengelolaan 2. hak guna air Prov.
sumber daya sumber daya sumber daya sumber daya Perda Gorontalo
air 2. 2. air
air air 2. Menerapkan 3. tentang dan kab/kota
Menerapkan Menerapkan manfaat dan di WS
biaya jasa biaya jasa hak guna air
Rencana
kerja
pengelolaan pengelolaan biaya jasa dari instansi Randangan
sumber daya sumber daya air pengelolaan terkait PDAM
air 1. Memberlakuka sumber daya daerah
3. Sosialisasi n biaya jasa air 3. Pemda Prov.
BJPSDA pengelolaan 3. Gorontalo
sumber daya Memberlakukan dan
air biaya jasa kab/kota di
2. Sosialisasi pengelolaan WS
BJPSDA sumber daya Randangan
air
Sosialisasi
BJPSDA

Berdasarkan hasil analisis pada aspek pendayagunaan sumber daya air didapatkan beberapa
permasalahan, diantaranya:
 Terjadi konflik kepentingan dalam pemakaian air
 Kekurangan suplai air bersih terutama untuk kebutuhan RKI yang dikarenakan terbatasnya sumber air (dilihat darisegi kualitas) karena
banyaknya material sedimen di sungai yang mana sungai tersebut dijadikan sumber air bagi PDAM
 Tingkat pemenuhan kebutuhan air irigasi belum terpenuhi secara keseluruhan, karena daerah irigasi yang ada masih bersifat teknis dan
non teknis
 Belum optimalnya pemanfaatan air permukaan bila dibandingkan dengan potensinya (Potensi ketersediaan air 100 m3/det sedangkan
kebutuhan air 60-85 m3/det)
 Prasarana pengairan belum terpelihara dengan baik
 Banyaknya lahan rawa yang belum dimanfaatkan
 Kurangnya pemanfaatan air tanah untuk pemenuhan air, karena cenderung menggunakan air permeukaan  Pengambilan air secara liar
(illegal)
Adapun potensi yang terdapat pada aspek pendayahunaan sumber daya air diantaranya:
 Pembangunan waduk atau embung sebagai tampungan air dan juga sebagai pembangkit listrik (PLTA) dalam rangka peningkatan pelayan
kebutuhan air dan energi
 Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), Water Treatment Plan (WTP) dan long storange guna menampung air diwaktu berlebih dan
memnafaatkan di waktu kekurangan
 Pengembangan daerah dan jaringan irigasi rawa non pasang surut dan pasang surut.

3. Aspek Pengendalian Daya Rusak Air


Sasaran Strategi Kebijakan
Hasil Analisis / Target yang Jangka pendek Jangka Jangka Panjang erasional Lembaga
N Sub Aspek ingin dicapai Menengah Op / Instansi
o 2014-2019 2014-2024 2014-2034 Terkait

1 Pencegah a) Terjadinya 1. Penanganan 1. Penyusunan 1. Penyusunan 1. Penyusunan 1. Dukungan 1. BWS


an banjir di 2. kawasan 2. program 2. program 2. program 2. infrastruktur 2. Sulawesi
Bencana sungai rawan pengendalian pengendalian pengendalian dalam II
utama bencana banjir banjir banjir 3. pengendalian Bappeda
banjir dan Perencanaan Perencanaan Perencanaan banjir Prov.
perencanaan 3. bangunan 3. Bangunan 3. Bangunan Rencana Gorontalo
pengendalian pengendali Pengendali Pengendali kerja instansi dan
banjir yang banjir Banjir Banjir terkait kab/kota di
komprehensif Pemetaan Pemetaan Pemetaan Penyusunan 3. WS
Menurunnya 4. kawasan
daerah rawan daerah rawan Randanga
dampak 4. daerah rawan rawan
banjir lengkap banjir
banjir 4.
dengan lokasi 4. 5. banjir lengkap 5.
banjir di tiap
n Dinas
lengkap dengan lokasi PU Prov.
terhadap genangan dengan genangan dan RTRW prov Gorontalo
perekonomia dan jalur jalur evakuasi maupun dan
lokasi
n evakuasi Pemeliharaan kab/kota 4. kab/kota di
genangan
di kota Pemeliharaan tanggul dan Sosialisasi WS
dan jalur
tersebut tanggul dan saluran banjir oleh dinas Randanga
evakuasi
saluran banjir Pemeliharaa Mengembang terkait n
n tanggul k Peningkatan Pemda
dan saluran an sistem kualitas Prov.
peramalan SISDA dan Gorontalo
banjir
banjir dan penyusunan dan
informasi data base di kab/kota di
dini banjir wilayah WS
berbasis sungai Randanga
masyarakat n
b) Kerusakan 1. Penetapan, 1. Penetapankawa 1. Penetapan 1. Penetapan 1. Perda tentang 1. BWS
tebing pengendalian s an sempadan kawasan kawasan kawasan Sulawesi
sungai yang dan mitigasi sungai, sempadan sempadan sempadan 2. II
diakibatkan abrasi sehingga dapat sungai, sungai, 2. Konservasi Bappeda
digunakan Prov.
abrasi dan maupun 2. sebagaimana 2. sehingga sehingga berbasis 3. Gorontalo
longsoran longsoran fungsinya dapat dapat masyarakat dan
tebing Penanaman digunakan digunakan 1. Sosialisasi kab/kota di
sempadan sebagaimana sebagaimana oleh dinas WS
2. fungsinya terkait (Dinas Randanga
sungai dengan fungsinya
tanaman yang Penanaman Penanaman Perhubungan n Dinas
sempadan dan Dinas PU PU Prov.
sesuai sempadan 4.
sungai dengan PSDA) Gorontalo
sungai dengan tanaman yang 2. Recana kerja dan
tanaman yang 3. sesuai Instansi terkai kab/kota di
sesua Pembangunan WS
struktur Randanga
pengaman n
tebing Dinas
Perhubung
an Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randanga
n
5. Pemda
Prov.
Gorontalo
dan
kab/kota di
WS
Randanga
n
2 Penanggulanga a) Banyak 1. Adanya 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Pengembang 1. Bapedalda
n Bencana sampah dan pedoman pedoman pedoman pedoman an fasilitas Prov.
sedimen di dalam 2. penanggulanga 2. penanggulang 2. penanggulang pembuangan2. Gorontalo
sunga mengatasi n sampah dan an sampah a n sampah sampah dan dan
persampahan sedimen dan sedimen dan sedimen sedimen kab/kota
dan sedimen Meningkatkan Meningkatka Meningkatkan 2. Perda tentang WS
peran serta n peran serta peran persampahan Randagan
masyarakat masyarakat serta BWS

dalam dalam masyarakat 3. Rencana 3. Sulawesi


penertiban penertiban dalam kerja dariII
pembuangan pembuangan penertiban instansi Pemda
sampah sampah pembuangan terkait Prov.
sampah Gorontalo
Membangun dan
pengendali kab/kota di
banjir dan WS
sedimen Randanga
3. n
b) Terjadi 1. Menahan laju 1. Pengamanan 1. Pengamanan 1. Pengamanan 1. Perda Tentang 1. BWS
abarsasi dan abrasi pantai pantai secara pantai pantai secara pengamanan Sulawesi
genangan di struktural secara non struktural pantai 2. II Bappeda
daerah non kab
pemukiman struktural Pohuwato
nelayan di dan Prov.
tepi pantai Gorontalo
3. Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Kab
Pohuwato
dan Prov.
Gorontalo
1. Pengaturan 1. Penataan atau 1. Pengaturan 1. Pengaturan 1. Perda Tentang 1. BWS
pemanfaatan zonasi kawasan ijin ijin pemanfaatan Sulawesi
lahan pantai pantai dan pemanfaatan pemanfaatan lahan pantai 2. II Bappeda
dan pesisir pesisir lahan pantai lahan pantai 2. Perda tentang kab
dan pesisir dan pesisir sempadan Pohuwato
pantai dan Prop
Gorontalo
3. Dinas
Kelautan
dan
Perikanan

Kab
Pohuwato
dan Prov.
Gorontalo
1. Mencegah 1. Pembuatan 1. Pembuatan 1. Pembuatan 1. Perda Tentang 1. BWS
terjadinya bangunan bangunan bangunan pengamanan Sulawesi
genangan penahan pasut hunian yang hunian yang pantai 2. II Bappeda
banjir dan pelindung adaptip adaptip kab
akibat run run up terhadap terhadap Pohuwato
up gelombang genangan genangan dan Prov.
gelombang Gorontalo
dan pasang
surut
c) Kurang 1. Kesiapan 1. Pelatihan dan 1. Pelatihan dan 1. Pelatihan dan 1. Sosialisasi oleh 1. BWS
sigapnya masyarakat penyusunan penyusunan penyusunan dinas terkait Sulawesi
dalam dan panduan praktis panduan panduan (BWS, Dinas PU 2. II Dinas
penanggulan stakeholder bagi masyarakat praktis bagi praktis PSDA atau PU Prov.
g dalam dalam masyarakat bagi Bappeda) Gorontalo
an menghadapi menghadapi dalam masyarakat 2. Kerjasama dari dan
banjir banjir menghadapi dalam pihak kab/kota di
bencana 2. Menyiapkan banjir menghadapi masyarakat dan WS
banjir 2. Menyiapkan 2. banjir
bahan dan instansi terkait 3. Randanga
peralatan guna bahan dan Menyiapkan 3. Renstra dari n
penanggulangan peralatan bahan dan instansi terkait Dinas
darurat banjir guna peralatan guna
Sosial
penanggulang 3. penanggulanga
Prov.
an darurat n darurat
Gorontalo
banjir
banjir dan
Pengadaan
kab/kota di
pompa 4.
WS
sebagai
alat penyedot Randanga
air n
banjir/genanga Pemda
n sehingga Provinsi
dapat Gorontalo
mempercepat dan
kab/kota di
penurunan
WS
genangan di
pemukiman/ Randanga
lah an n
pertanian
3 Pemulihan a) Rusaknya 1. Memulihka 1. Inventarisasi 1. Inventarisasi 1. Inventarisasi 1. Rencana kerja 1. BWS
Akibat bangunan n fungsi prasarana yang prasarana prasarana instansi terkait Sulawesi
Bencana sarana dan prasarana rusak yang rusak yang rusak 2. II Dinas
prasarana sumberdaya 2. Pemulihan 2. Pemulihan 2. Pemulihan PU Prov.
akibat banjir air fungsi fungsi fungsi Gorontalo
prasarana prasarana prasarana dan
sumber daya sumber daya kab/kota di
sumber daya air
air air WS
3. Rehabilitasi 3. Rehabilitasi
Randanga
bangunan bangunan n
pengendali pengendali
banjir banjir
b) Banyaknya 1. Meminimali 1. Penanganan 1. Penanganan 1. Penanganan 1. Program 1. Dinas
penduduk sir dampak pengungsi dan pengungsi pengungsi pemeliharaan Sosial
yang banjir korban banjir dan dan korban kesejahteraan Prov.
menjadi 2. Penguatan korban banjir 2. banjir korban Gorontalo
fungsi 2. Penguatan Penguatan 2. dan
korban bencana
banji SATKORLAK fungsi fungsi Pengembanga kab/kota di
Bencana Banjir SATKORLA SATKORLAK WS
n sistem
K Bencana 3. Bencana
informasi 2. Randanga
3. Banjir Banjir n
peringatan dini
Pelatihan dan Pelatihan dan 3. Pemda
dan tanggap
pelibatan pelibatan Prov.
bencana
masyarakat masyarakat Gorontalo
Renstra dari
dalam dalam dan
instansi terkait
penanganan penanganan kab/kota di
kondisi kondisi darurat WS
darurat bencana Randanga
bencana n
Berdasarkan hasil analisis pada aspek pengendalian daya rusak air didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya:
 Terjadinya banjir di sungai utama
 Kerusakan tebing sungai yang diakibatkan abrasi dan longsoran
 Banyak sampah dan sedimen di sungai
 Terjadi abrasi dan genangan di daerah pemukiman nelayan tepi pantai
 Kurang sigapnya dalam penanggulangan banjir
 Rusaknya bangunan sarana dan prasarana akibat banjir
 Banyaknya penduduk menjadi korban banjir
Adapun potensi yang terdapat pada aspek pengendalian daya rusak air diantaranya:
 Pembangunan dan atau rehabilitasi bangunan sungai, tanggul dan alur sungai agar menambah kapasitas tampungan dan dampak limpasan air
sungai
 Pembangunan pengaman/perkuatan tebing sungai agar mencegah longsor akibat lalu lintas perahu  Pembangunan bangunan pengaman pantai
(tembok laut atau krib) untuk penanganan abrasi pantai
 Pembangunan waduk pengendali banjir dan check dam untuk pengendali sedimen
4. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
Sasaran Strategi
Hasil / Target yang Jangka pendek Jangka Jangka Panjang Kebijakan Lembaga
N Sub Analisis ingin dicapai Menengah Operasional / Instansi
o Aspek 2014-2019 2014-2024 2014-2034 Terkait

1 Pengelolaa a) Belum 1. Terwujudnya 1. Mengembangka 1. Mengembangk 1 Mengembangka 1. Memperkuat 1. BWS


n Sistem tersedia sistem yang n sistem a . n sistem dan Sulawes
Informasi informasi dapat informasi n sistem informasi memperluas i II
Sumber data sumber mengakses sumber daya informasi sumber daya air jaringan 2. Dinas
Daya Air daya air data secara air yang sumber daya air yang bersifat informasi PU
yang 3.
tepat bersifat yang bersifat informatif, sistem antar Pemda
akurat, dan informatif, informatif, aktual dan lembaga Prov dan
mudah
aktual dan aktual dan mudah diakses kab/kota
diakses
mudah diakses mudah diakses masyarakat
masyarakat masyarakat
b) Manajemen 1. Terwujudnya 1. Sosialisasi 1. Sosialisasi dan 1. Sosialisasi dan 1. Kesepakatan 1. BWS
pengelolaan sistem dan pelatihan di pelatihan di dalam Sulawes
wilayah pengelolaan pelatihan di instansi terkait instansi terkait pengelolaan i II
sungai yang wilayah instansi dengan dengan sungai (one 2. Dinas
kurang sungai yang terkait pengelolaan pengelolaan river, one PU
terpadu terpadu dengan sungai sungai plan, 3. Pemda
karena pengelolaan 2. Penyusunan 2. Penyusunan one integrated Prov
berlakunya sungai Rencana Rencana management) dan
otonomi 2. Penyusunan Induk PSDA Induk PSDA 2. Rencana kerja kab/kota
dareah Rencana di tiap di tiap wilayah instansi terkai
(konflik Induk PSDA wilayah sunga
kepentingan di tiap sunga
, wilayah
pengelolaan sunga
WS menjadi
parsial, cara
pandang
yang
berbeda di
setiap
wilayah
c) Pengelolaan 1. Data semakin 1 Mengembangka 1. Mengembangk 1. Mengembangka 1. Penyusunan 1. BWS
masih baik dan . n sistem a n data base dari Sulawes
bersifat mudah diakses database yang n sistem sistem database tiap wilayah i II
interen, komprehensif database yang yang sungai 2. Dinas
belum dengan satu komprehensif komprehensif PU
institusi dengan satu dengan satu 3.
memiliki Pemda
jaringan pengelola institusi institusi Prov dan
antar pengelola pengelola kab/kota
instansi
terkait
d) Belum 1. Kesiapsiagaa 1.Pengembanga 1. Pengembangan 1. Pengembangan 1 Mengembangk 1. BWS
adanya n terhadap n sistem sistem sistem peringatan . a Sulawes
sistem bencana peringatan dini peringatan dini dini mengenai n i II
informasi banjir mengenai mengenai bencana banjir sistem 2. Dinas
dini bencana banjir bencana banjir informasi PU
bencana 3.
untuk Pemda
banjir mengurangi Prov dan
bahaya banjir kab/kota

Berdasarkan hasil analisis pada aspek sistem informasi sumber daya air didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya:
 Belum tersedia informasi data sumber daya air yang akurat dan mudah diakses
 Manajemen pengelolaan wilayah sungai yang kurang terpadu karena berlakunya otonami daerah (konflik kepentingan, pengelolaan WS menjadi
parsial, cara pandang yang berbeda di setiap wilayah)
 Pengelolaan masih bersifat interen, belum memiliki jaringan antar instansi terkait
 Belum adanya sistem informasi dini bencana banjir
Adapun potensi yang terdapat pada aspek sistem informasi sumber daya air diantara:
 Pengembangan sistem informasi sumber daya air agar dapat diakses dan dipahami oleh berbagai pihak, tentunya demi kepentingan pengelolaan
sumber daya air terpadu
 Role sharing antar institusi pengelola sumber daya air yang memungkinkan sharing terhadap sistem informasi yang ada  Peningkatan sumber
daya manusia agar sistem informasi ini dapat berjalan secara maksimal.

5. Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha


Sasaran Strategi Kebijakan
Hasil / Target yang Jangka pendek Jangka Jangka Panjang erasional Lembaga
N Sub Aspek Analisis i ngin dicapai Menengah O / Instansi
2014-2019 2014-2024 2014-2034 p Terkait
o
1 Pemberdaya a) Kurangnya 1. Lembaga/wada 1. Mengembangk 1. Mengembangk 1. Mengembangk 1. Pengembanga 1. BWS
a n para peran serta h a a a n Sulawe
pemilik masyarakat koordinasi n n koordinasi n kelembagaan/ s
kepentingan dalam 2. i II
(stakeholder Pengelolaan koordinasi antar lembaga koordinasi antar wadah
kelembagaa 2. lembaga 2. Koordinasi 2. Dinas
s antar lembaga Melibatkan
n Melibatkan masyarakat 2. Melibatkan Pengelolaan PU
) dan
pengelolaan masyarakat dalam masyarakat sumber daya 3. Pemda
Lembaga
sumber dalam kegiatan 3. air Prov
Sumber Daya dalam kegiatan kegiatan
daya pengelolaan Koordinasi dan
Air air pengelolaan pengelolaan sumber daya 4. Pengelolaan kab/kota
sumber daya sumber daya air Sumber Daya 4. LSM
air air
b) Kurangnya 1. Meningkatny 1 Membentuk 1 Membentuk 1. Membentuk 1. Meningkatka 1. BWS
kordinasi a koordinasi . wadah . wadah wadah n Koordinasi Sulawe
antar pihak antar pihak koordinasi koordinasi koordinasi antar dalam s
yang terkait dalam antar pihak antar pihak pihak terkait kegiatan i II
dalam pengelolaan terkait terkait 2. Melakukan pengelolaan 2. Dinas
pengelolaan sumber daya 2 Melakukan 2 Melakukan koordinasi antar sumber daya PU
sumber air . koordinasi . koordinasi pihak terkait air 3. Pemda
antar antar 2. Prov
daya dalam Meningkatka
air pihak terkait pihak terkait pengelolaan n Koordinasi dan
dalam dalam informasi dalam kab/kota
pengelolaan pengelolaan sumber daya kegiatan 4. LSM
informasi informasi air pengelolaan
sumber daya sumber daya sumber daya
air air air
2 Keterlibatan a) Rendahnya 1. Meningkatnya 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Menyusun 1. Meningkatka 1. BWS
dan tingkat kesadaran pedoman pedoman pedoman n peran Sulawe
Peningkatan kesadaran masyarakat sosilisasi untuk sosilisasi sosilisasi untuk masyarakat s
Peran Serta masyaraka untuk pelatihan untuk pelatihan dalam i II
Masyaraka t terhadap berpartisipasi 2. Melakukan pelatihan 2. Melakukan pengelolaan 2. Dinas
lingkunga dalam sosialisasi 2. Melakukan sosialisasi dan sumber daya PU
pengelolaan dan sosialisasi pemahaman ke air Pemda
n dan
sumber daya pemahaman dan masyarakat 2. Renstra dari Prov
sumber
air ke pemahaman terkait dengan instansi dan
daya air terkait kab/kota
masyarakat ke pengelolaan
3. LSM
terkait masyarakat sumber daya
dengan terkait air
pengelolaan dengan
sumber daya pengelolaan
air sumber daya
air

Berdasarkan hasil analisis pada aspek pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha didapatkan beberapa
permasalahan, diantaranya:
 Kurangnya peran serta masyarakat dalam kelembagaan pengeolaan sumber daya air
 Kurangnya koordinasi antar pihak yang terkait dalam pengeolaan sumber daya air
 Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan sumber daya air
Adapun potensi yang terdapat pada aspek pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha air diantara:
 Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pelibatan masyarakat dalam pengeolaan sumber daya air sejak tahap perencanaa,
konstruksi hingga pemeliharaan
 Pembentukan Tim Koordinasi Pengelola Sumber Daya Air (TKPSDA) WS Randangan sebagai wadah koordinasi dalam pengelolaan
sumber daya air di WS tersebut.

G. REFERENSI
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor: 10/Prt/M/2015 Tentang Tata Cara Penyusunan Pola Pengelolaan
Sumber Daya Air.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Dan Perumahan Rakyat, Nomor: 04/Prt/M/2015, Tentang: Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai.
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor: 197/Kpts/M/2014, Tentang Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Citarum.
Undang-Undang Republik Indonesta Nomor I7 Tahun 2019 Tentang Sumber Daya Air.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika.

Anda mungkin juga menyukai