Anda di halaman 1dari 12

JURNAL BASICEDU

Volume x Nomor x Bulan x Tahun x Halaman xx


Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PERMAINAN SOS


UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
PEMBELAJARAN PPKn KELAS VIII-I DI UPT SMP NEGERI 18 GRESIK

Ririn Hidayati 1 , Fuji Astutik2, Roro Nanik Setyowati3.


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
ririnhidayati43@gmail.com

Abstrak
Dalam Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk
membentuk individu yang berpikir, berdaulat dan merdeka dalam berkehidupan. Salah satunya pendidikan
paling penting adalah pendidikan yang berkaitan pada pembentukan karakter yang terintegrasi pada
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pada penyelenggaraannya, materi pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan disekolah dianggap sebagai materi pelajaran yang membosankan karena
penguasaannya menuntut siswa untuk menghafalkan materi. Hal ini dibuktikan dengan minat peserta didik
Kelas VIII-I di UPT SMP Negeri 18 Gresik yang masih rendah. Sehingga perlu adanya perbaikan melalui
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru. PTK
ini dilakukan bertujuan untuk dapat meningkatkan minat belajar peserta didik UPT SMP Negeri 18 Gresik
dikelas VIII-I pada Materi Pelajaran Sumpah pemuda dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika dengan
memodifikasi antara model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan media permainan SOS.
PTK ini dilakukan selama 2 siklus, tiap siklus terdapat 2 kali pertemuan. Hasil dari penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa minat peserta didik pada materi pelajaran Sumpah Pemuda dalam Bingkai
Bhineka Tunggal semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada siklus 1 ke siklus 2
sebanyak 64%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan peserta didik.
Kata Kunci: Penilaian Tindakan Kelas, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jigsaw.

Abstract
In the concept of education according to Ki Hajar Dewantara, education is an effort to form individuals who
think, are sovereign and independent in life. One of the most important education is education related to
character building that is integrated in Pancasila and Civic Education. In its implementation, the subject matter
of Pancasila and Civic Education in schools is considered a boring subject matter because its mastery requires
students to memorize the material. This is evidenced by the low interest of Class VIII-I students at UPT SMP
Negeri 18 Gresik. So there needs to be improvements through the Classroom Action Research (PTK) method
which is carried out collaboratively between researchers and teachers. This PTK aims to increase the interest
in learning students of UPT SMP Negeri 18 Gresik in class VIII-I on the Youth Oath Learning Material in the
Bhineka Tunggal Ika Frame by modifying the Jigsaw-type Cooperative Learning learning model with SOS
game media. This PTK is carried out for 2 cycles, each cycle there are 2 meetings. The results of the research
that has been carried out show that students' interest in the subject matter of the Youth Oath in the Single
Bhineka Frame is increasing. This is evidenced by the increase in cycle 1 to cycle 2 as much as 64%, so it can
be concluded that the actions taken are in accordance with the characteristics and needs of students.
Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
Keywords: Classroom Action Reseacrh, Pancasila and Civic Education, Jigsaw.

Copyright (c) 2023 Ririn Hidayati 1 , Fuji Astutik2, Roro Nanik Setyowati3.

 Corresponding author :
Email : ririnhidayati43@gmail.com ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
HP : 08977379548 ISSN 2580-1147 (Media Online)

Received xx Bulan 2023, Accepted xx Bulan 2023, Published xx Bulan 2023

PENDAHULUAN
Pendidikan tidak dapat terlepas dari sejarah peradaban manusia, dimana untuk mencapai kemajuan suatu
bangsa, Pendidikan menjadi unsur penting dalam membentuk manusia yang berpikir, berdaulat dan merdeka
dalam berkehidupan. Hal ini tentu sejalan dengan konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang
dikenal dengan sistem Among, dikatakan bahwa pendidikan harus bersendikan 2 dasar, yaitu: Pertama, kodrat
alam sebagai syarat kemajuan yang secepat dan sebaik-baiknya. Kedua, kemerdekaan individu sebagai syarat
untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin dalam diri anak agar dapat memiliki pribadi
yang kuat, dapat berpikir serta bertindak merdeka (Suparlan, 2015). Menurut Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, menjelaskan bahwa setiap manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia agar dapat
mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran. Sehingga perlu adanya berbagai berbagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya yaitu dengan melakukan berbagai upaya inovasi di
bidang pendidikan “Pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batas ruang dan waktu” (Sudjana, 2005:
2).
Pendidikan formal yang dilaksanakaan disekolah akan mewujudkan interaksi belajar mengajar atau
proses pembelajaran didalam kelas dengan melibatkan guru sebagai tenaga pendidik dan siswa sebagai peserta
didik. Dalam konteks penyelenggaraan Pendidikan, guru harus dengan sadar merencanakan kegiatan
pembelajarannya secara sistematis dan terstruktur serta berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana
tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum Pendidikan. Menurut (Putra, 2014) dalam
mewujudkan kemajuan dalam dunia pendidikan di Indonesia, maka pemerintah berusaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan dengan melakukan berbagai reformasi dan inovasi dalam bidang pendidikan. Sehingga, guru
harus memiliki bekal untuk mampu mengelola proses pembelajarannya didalam kelas menjadi lebih bermakna
dan menyenangkan. Dengan adanya Sumber Daya manusia yang semakin baik, maka dunia pendidikan kita
akan semakin maju dan mampu bersaing dengan negara manapun termasuk dalam pergaulan internasional
(Suwastana, 2016).
Salah satu mata pelajaran di sekolah yang perlu dilakukan sebuah inovasi adalah pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PPKn. PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
dibelajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga ke jenjang Perguruan Tinggi (Mardikayasa et al., 2015).
Hal ini sesuai dengan isi dari Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
yang mewajibkan mata pelajaran PPKn diajarkan di semua jenjang pendidikan formal mulai dari pendidikan
dasar bahkan sampai perguruan tinggi di seluruh wilayah nusantara. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan peserta didik agar
menjadi warga negara yang dapat memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya serta
memiliki karakter yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga Negara cerdas, terampil dan berkarakter
yang setia kepada bangsa Indonesia dengan direfleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
sesuai dengan amanat pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2006).

Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
3 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

Dalam penyelenggaraannya disekolah, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki ciri khas sebagai salah
satu mata pelajaran yang penguasaannya menuntut siswa untuk menghafal materi (Lukiyah, 2017). Materi-
materi tersebut diantaranya terkait dengan aturan perundang-undangan, sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
sosial politik, hukum ketatanegaraan, budaya dan ekonomi. Dengan demikian, tidak heran jika pada proses
pembelajaran PPKn dikelas, peserta didik merasa bosan, minat belajar yang rendah dan pembelajaran yang
hanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Bahkan tak sedikit peserta didik yang menganggap
bahwa mata pelajaran PPKn adalah pelajaran yang membosankan dan tidak penting untuk dipelajari dan hal
ini akan berdampak pada penguasaan dan pemahaman peserta didik mengenai pengetahuan
kewarganegaraannya. Menurut (Rokanah, 2015), Mata Pelajaran PPKn adalah mata pelajaran yang harus
dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya sebagai hafalan materi yang cara penyampaiannya
melalui indoktrinisasi. Mata pelajaran PPKn berisi tentang nilai dan norma sehingga ada asumsi mata
pelajaran ini kurang menarik dan sering bersifat indoktrinasi. Selain masalah minat belajar peserta didik pada
mata pelajaran PPKn, masalah yang terjadi di lapangan juga terkait dengan motivasi peserta didik dalam
pembelajaran PPKn yang masih kurang (Farida Hasan Rahmaibu, Farid Ahmadi, 2017). Padahal jika ditelisik
lebih jauh, mata pelajaran PPKn sangat penting untuk diajarkan pada peserta didik dalam pembentukan nilai
moral dan karakter sesuai dengan Pancasila yang akan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
Motivasi belajar siswa yang yang rendah ini juga dipicu karena peran guru dalam penyampaian
materinya yang kurang menarik minat peserta didik. Untuk itu diperlukan suatu sebuah perbaikan dan
pembaharuan terkait strategi dan metode pembelajaran yang digunakan pada saat proses pembelajaran
didalam kelas berlangsung, agar peserta didik termotivasi untuk mempelajari materi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (Syaparuddin et al., 2020). Menurut (Nurgiansah, 2020), “In improving the learning of
PKn, we need student learning interaction”, artinya bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan adanya
interaksi antara guru dengan peserta didik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pada mata
pelajaran PPKn. Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran
(Yulianingrum, 2014). Peran strategis itu diantaranya guru sebagai motivator yang bertugas untuk
memberikan motivasi dan semangat kepada peserta didik agar mau belajar dengan sungguh-sungguh. Peserta
didik akan termotivasi apabila pada proses pembelajarannya guru juga memiliki semangat dan motivasi yang
tinggi untuk memberikan pengetahuan dan mentransfer ilmunya guna mencerdaskan anak didik bangsa. Selain
itu, guru pun juga memiliki peran sebagai fasilitator yang bertugas untuk memfasilitasi sarana dan prasana
pembelajaran agar menciptakan suasana yang baru dan menyenangkan seperti penggunaan teknologi sebagai
media pembelajaran yang inovatif. Menurut (Nurgiansah & Pringgowijoyo, 2020), Perkembangan zaman
mengharuskan guru untuk terus berkembang dan meningkatkan kompetensinya. Tidak hanya kompetensi
pedagogiknya saja yang perlu ditingkatkan, tetapi kompetensi profesionalisme seorang guru juga harus terus
diasah agar mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri seiring dengan perkembangan zaman. Selain itu guru
juga bertugas sebagai pelatih dan pembimbing, yang berarti guru memiliki peran untuk memberikan
keterampilan kepada peserta didik agar dapat bersaing secara global (Nurgiansah & Sukmawati, 2020).
Seorang guru diharapkan mampu untuk bersikap fleksibel dalam mengatasi berbagai persoalan
(Nurgiansah, 2019). Persoalan dalam pembelajaran perlu dicari solusinya agar masalah dalam pembelajaran
tidak terjadi berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menyelesaikan
permasalahan belajar adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penilaian tindakan
Kelas (PTK) adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan-
aturan tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktek pembelajaran (Noviana &
Huda, 2018). Peningkatan mutu belajar dapat dilakukan apabila guru telah melakukan evaluasi terhadap
dirinya sendiri mulai dari materi yang disampaikan, metode yang digunakan, serta media pembelajaran yang
secara keseluruhan dirancang dalam sebuah perangkat pembelajaran. Media pembelajaran yang menarik dan
Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
4 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

menyenangkan akan mampu menghilangkan rasa bosan dalam pembelajaran sehingga menjadi lebih optimal
(Dewantara & Nurgiansah, 2021). Semakin bagus mutu belajar dan mutu gurunya, maka akan berimplikasi
pada mutu pendidikan di sekolah. Tujuan PTK sendiri adalah untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki
praktik pembelajaran di sekolah (Sari, 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas di UPT SMP Negeri 18 Gresik
di kelas VIII-I. Penelitan dilakukan atas dasar permasalahan yang ditemukan pada saat melakukan observasi
diawal pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) II sebagai mata kuliah wajib yang harus ditempuh
ketika Pendidikan Profesi Guru (PPG). Berdasarkan data yang ditemukan dilapangan, menunjukkan bahwa
minat peserta didik di kelas VIII-I pada materi pelajaran PPKn masih tergolong rendah. Terlebih ketika di
siklus I, metode pembelajaran yang digunakan tidak dapat mengakomodasi karakteristik peserta didik,
sehingga pada saat proses pembelajaran peserta didik cenderung tidak dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Di sisi lain, peserta didik dikelas VIII-I memiliki karakteristik yang lebih cenderung menyukai
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok (Collaboration). Jiwa solidaritas yng terbangun pada
peserta didik dikelas VIII-I mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran didalam kelas, sehingga pada
pelaksanaan Penilaian Tindakan Kelas (PTK), peneliti berusaha untuk menyesuaikan diri dalam menentukan
dan merencanakan strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik peserta
didik dalam sebuah perangkat pembelajaran (RPP) disetiap pertemuannya. Menurut (Nurgiansah et al., 2020),
“Teachers need to plan learning better”, Artinya guru perlu mempersiapkan pembelajaran lebih baik dari
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan Penilaian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti berasumsi bahwa model pembelajaran
yang mampu mengatasi permasalahan dikelas VII-I serta akan diterapkan pada saat pembelajaran di kelas
adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw. Model pembelajaran
tipe Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Aronson. Menurut Johnson, model
pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu pembelajaran yang mendukung pembelajaran
konstektual dan sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar
kelompok yang terstruktur dan Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja yang teratur kelompok, yang terdiri dua orang atau lebih
(Amri dan Ahmadi, 2010:90). Jadi pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw adalah model
pembelajaran kooperatif, dimana peserta didik belajar dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerja sama secara positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk
mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan di kelompok kecil (Kelompok Ahli) dan
menyampaikan materi yang telah dipelajari kepada anggota kelompok yang lain (Kelompok Asal). Model
pembelajaran Jigsaw ini bisa menjadi alternatif pemecahan masalah dengan langkah-langkah
pembelajarannya yang sangat efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya menggunakan metode
konvensional saja (Hamdayama, 2014: 87). Dengan demikian, model pembelajaran ini dipilih karena sesuai
dengan karakteristik peserta didik yang cenderung lebih termotivasi ketika pembelajaran dilakukan dengan
berkolaborasi dan berkelompok (Collaboration). disamping itu, model pembelajaran tipe Jigsaw juga dapat
meningkatkan kemandirian serta sikap bertanggung jawab pada diri peserta didik secara individu, karena pada
saat individu berada dikelompok Ahli, mereka bertanggung jawab untuk benar-benar memahami materi sesuai
yang diberikan, kemudian akan dikomunikasikan pada kelompok asalnya. Sehingga tidak hanya
mengakomodasi kelebihan dari karakteristik peserta didik dalam hal kolaborasi saja, melainkan juga dapat
meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab dalam diri peserta didik.
Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw membuat peserta didik menjadi termotivasi untuk
belajar karena skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada tim didasarkan pada sistem skor
perkembangan individual, dan para siswa yang skor timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat
atau bentuk-bentuk penghargaan (rekognisi) tim lainnya sehingga para siswa termotivasi untuk mempelajari
Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
5 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya mereka dapat membantu
timnya melakukan tugas dengan baik (Slavin, 2005:5). Dalam pelaksanaannya pada Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) di kelas VIII-I, peneliti memodifikasi model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
dengan permainan SOS sebagai media pembelajarannya, sehingga pada proses pembelajarannya tidak hanya
sekedar berdiskusi saja melainkan juga untuk mengintegrasikan semangat bekerja sama dalam menyelesaikan
permainan SOS yang telah disediakan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sesuai dengan materi
pelajaran Sumpah Pemuda dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika di Bab 5.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti akan berfokus pada “Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe Jigsaw dengan Permainan SOS untuk Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik pada
Pembelajaran PPKn Kelas VII- I Di UPT SMP Negeri 18 Gresik.” Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mampu meningkatkan minat belajar peserta didik UPT SMP Negeri 18 Gresik dikelas VIII-I pada materi
Pelajaran Sumpah pemuda dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika dengan memodifikasi antara model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dengan media permainan SOS. Penelitian ini dilakukan
bertujuan untuk mampu mengatasi permasalahan pada peserta didik dikelas VIII-I, dimana minat belajar pada
materi PPKn dikelas VIII-I tergolong masih rendah.

METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK), yang bertujuan untuk memperbaiki
mutu dan kualitas pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk (2006) menyatakan
bahwa penelitian tindakan kelas adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan-aturan
tertentu untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu praktek pembelajaran. Lokasi penelitian ini adalah di UPT SMP Negeri 18 Gresik, dimana lokasi ini
dipilih berdasarkan tempat pelaksanaan kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PPL) pada program
Pendidikan Profesi Guru (PPG), tanggal 20 Februari-05 Mei 2023. Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah
peserta didik kelas VIII-I berjumlah sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 13 perempuan dan 13 laki-laki.
Desain dalam penelitian ini adalah mengacu pada rancangan penelitian model spiral dari Kemmis dan
Mc. Taggart yang dikenal sistem Spiral Reflecting, dimulai dari tahap perencanaan (planning), pelaksanaan
Tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting), serta perencanaan kembali. Keempat
komponen yang berupa untaian tersebut dinamakan satu siklus. Pengertian siklus pada desain penelitian ini
adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Namun pada
pelaksanaannya siklus ini sangat tergantung pada permasalahn yang dihadapi dan perlu dipecahkan
(Wiriaatmadja, 2005, hlm. 66). Berikut ini merupakan gambar Model Spiral menurut Kemmis dan Mc.Taggart:

Gambar 1. Tahap Penelitian Tindakan kelas Model Spiral dari Kemmis-Mc. Taggart (Wiriaatmadja, 2012).

Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
6 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

Berdasarkan gambar diatas, dapat dijabarkan bahwa dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
hal yang Pertama dilakukan adalah Tahap Perencanaan. Tahap Perencanaan dalam penelitian ini dimulai dari
menyusun instrument pembelajaran, yang meliputi penetapan indikator pembelajaran, lembaran observasi,
indikator keberhasilan siswa, penyusunan silabus, sampai dengan pembuatan alat penelitian. Tahapan Kedua,
yakni tahap Pelaksanaan Tindakan (Action). Pada tahap Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan program pembelajaran, pengumpulan data hasil
observasi dan tes yang telah dilakukan. Tahapan Ketiga, yakni Pengamatan. Pengamatan berfungsi untuk
melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan merupakan dasar
dilakukannya refleksi sehingga pada kegiatan pengamatan dapat menceritakan keadaan sesungguhnya. Hal-hal
yang perlu dicatat oleh penulis adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-
hambatan yang muncul. Tahapan selanjutnya adalah Refleksi. Setelah dilakukan perbaikan pada pembelajaran
yang telah dilaksanakan, guru dan observer melakukan diskusi dan menganalisa hasil dari proses
pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kelemahan pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Alur Siklus tersebut saling berkelanjutan dan berkesinambungan. Pada siklus pertama,
dilakukan berdasarkan masalah yang teramati, jika hasilnya masih dirasa kurang maka dilanjutkan ke siklus
berikutnya yang merupakan perbaikan dari siklus pertama. Siklus dihentikan jika hasil penelitian dirasa sudah
cukup dan memenuhi tujuan yang diharapkan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan secara kolaboratif, dimana kegiatan penelitian bersifat
kolaboratif antara guru/kepala sekolah, peneliti dan siswa. Menurut Mulyatiningsih, Kegiatan yang bersifat
kolaboratif mengandung pengertian bahwa masing-masing individu yang terlibat dalam penelitian memiliki
peran, tugas, tanggung jawab dan kepentingan yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama, yakni
memecahkan masalah untuk peningkatan kualitas pembelajaran/manajemen sekolah. Penelitian tindakan
kolaboratif sering dilakukan pada mata pelajaran yang diampu oleh beberapa guru. Dalam pelaksanaan
Penelitian Tindakan kelas (PTK), salah satu guru berperan sebagai perancang dan pelaksana tindakan,
sedangkan guru lain sebagai pengamat pelaksanaan tindakan. Apabila kegiatan penelitian merupakan bentuk
kerjasama dengan pihak lain, maka guru/kepala sekolah bertindak sebagai pelaksana tindakan yang dirancang
oleh peneliti dan sebagai pengamat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh subjek yang diteliti.
Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan bersama-sama oleh guru dan peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada peserta didik dikelas VIII-I di UPT SMP Negeri 18
Gresik yang berlokasi di Jalan Domas Rt 8 Rw 09, Kelurahan Domas, Kecamatan Menganti, Kabupaten
Gresik. UPT SMP Negeri 18 Gresik merupakan salah satu sekolah negeri favorit yang ada di Kecamatan
Menganti. Berdasarkan data Kemendibudristek, jumlah peserta didik di UPT SMP Negeri 18 Gresik sebanyak
957 peserta didik yang masing-masing rombel dibagi menjadi 10 kelas. Pada pelaksanaan penelitian ini,
peneliti memilih kelas VIII-I sebagai subjek penelitian. Pemilihan ini didasarkan pada hasil obervasi yang
telah dilakukan sebelumnya, dimana pada kelas VIII-I didominasi oleh peserta didik yang minat belajar di
mata pelajaran PPKn yang masih tergolong rendah. Meskipun begitu, kelebihan dari peserta didik di kelas
VIII-I adalah terkait dengan solidaritas antar teman yang cukup tinggi sehingga dalam pelaksanaan
pembelajarannya lebih sesuai ketika menerapkan pembelajaran yang bersifat kooperatif learning atau
pembelajaran yang bersifat kolaborasi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan sebanyak 2 Siklus.
Pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2023 dan Siklus 2 dilaksanakan pada Tanggal 10 Maret 2023.
Masing-masing siklus terdapat 2 kali pertemuan.
Minat belajar peserta didik kelas VIII-I dapat diketahui ketika pelaksanaan di siklus I, dimana pada
siklus I strategi pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
7 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

Pada materi sumpah pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Peserta didik diminta untuk membaca
materi Kongres Pemuda I dan Kongres Pemuda II (Diferensiasi Konten). Selanjutnya, peserta didik secara
mandiri mengidentifikasi perbedaan dari pelaksanaan kongres tersebut (Diferensiasi proses), yang kemudian
akan hasil identifikasi tersebut dituangkan dalam Infografis atau video dan diunggah di media sosial pribadi
masing-masing (diferensiasi produk). Berdasarkan dari pelaksanaan siklus I, dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:

Gambar 1.1 Tabel Grafik Minat belajar peserta didik dari Pra-Siklus ke Siklus I.

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa adanya peningkatan minat belajar pada peserta didik
UPT SMP Negeri 18 Gresik di kelas VIII-I dari pembelajaran pra siklus ke pembelajaran Siklus I, dilihat dari
keaktifan peserta didik dalam menjawab pertayaan yang dilontarkan oleh guu serta keaktifan peserta didik
dalam mengumpulkan tugas mandiri. Pada pembelajaran prasiklus peserta didik yang dikategorikan memiliki
minat belajar tinggi baru sejumlah 13% kemudian naik menjadi 29% pada siklus I. Artinya, bahwa terjadi
peningkatan sebanyak 16% pada siklus I terkait minat belajar peserta didik.
Pada siklus II pembelajaran diterapkan dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe
Jigsaw, dimana pada siklus I pembelajaran masih dirasa kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap
minat belajar peserta didik di kelas VIII-I UPT SMP Negeri 18 Gresik. Berdasarkan pelaksanaan siklus II
diperoleh hasil sebagai berikut.

Gambar 1.2 Tabel Grafik Minat Belajar Siklus I ke Siklus II.

Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
8 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

Dari tabel di atas nampak adanya kenaikan tingkat minat belajar siswa mulai dari pembelajaran pada
pra siklus, siklus I dan siklus II bahwa peserta didik yang memilki minat belajar tinggi mengalami kenaikan
dari 13% pada pra siklus kemudian naik menjadi 29% pada siklus I dan naik menjadi 94 % pada pembelajaran
siklus II. Pada proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan kelas, masih dijumpai beberapa peserta didik
yang memiliki minat belajar rendah kemudian oleh guru sekaligus peneliti dalam penelitian Tindakan kelas ini,
dilakukan sebuah tindakan pembelajaran dengan metode Cooperative Learning tipe Jigsaw. Dari hasil
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw ini, diperoleh hasil yang menunjukkan
adanya peningkatan minat belajar peserta didik yang nampak pada siklus I dan siklus II
Minat belajar peserta didik kelas VII-I UPT SMP Negeri 18 Gresik juga ditunjukkan melalui hasil
belajar yang telah dilakukan melalui tes formatif untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta
didik pada materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Tes formatif ini dilakukan sebanyak
2 kali. Yakni tes formatif dengan instrument tertulis dan instrument permainan Word Wall. Adapun tes
formatif dengan intsrument tertulis, dilaksanakan menjadi 2 sesi yang dibagi berdasarkan absen ganjil dan
absen genap. Hal ini dilakukan agar peserta didik melaksanakan tes formatif secara jujur dan terbuka.
Selanjutnya, tes formatif dilakukan dengan media permainan Word Wall. Pada permainan Word Wall,
pertanyaan yang tersedia sama dengan pertanyaan yang ada di instrument tertulis, hanya penyajiannya saja
yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil
yang akan diperoleh peserta didik ketika menggunakan instrument yang berbeda. Berdasarkan pelaksanaan tes
formatif yang telah dilakukan dengan kedua instrument tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut.

Gambar 2.3 Tabel Hasil Tes Formatif Tertulis dan Word Wall.

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil
belajar peserta didik VIII-I di UPT SMP Negeri 18 Gresik, dapat dilihat dari hasil formatif tertulis
menunjukkan bahwa sebanyak 35% peserta didik yang tuntas KKM dan 69% peserta didik belum tuntas KKM.
Selanjutnya, pada saat tes formatif yang dilakukan dengan menggunakan media permainan Word Wall,
menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik yakni sebanyak 64% sehingga peserta didik yang tuntas
KKM sebanyak 94% dan terjadi penurunan yang sebelumnya pada tes formatif tertulis peserta didik yang
belum tuntas KKM sebanyak 69% menjadi sebanyak 6%. Dari hasil peningkatan belajar ini, dapat diketahui
bahwa perbedaan instrumen tes formatif juga mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan
media permainan yang menyenangkan, secara tidak langsung dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.

Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
9 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

Pembahasan
Berdasarkan analisa indikator minat belajar menunjukkan terdapat peningkatan minat belajar pada
peserta didik kelas VII-I di UPT SMP Negeri 18 Gresik. Hal ini ditunjukkan pada saat pelaksanaan
pembelajaran di Siklus I ke Siklus II dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda. Pada Sikus I,
strategi pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan model Discovery Learning. Langkah-langkah
pembelajaran Discovery Learning (Asnawi: 2017) meliputi : 1) stimulus yaitu guru memberikan
rangsangan kepada peserta didik dengan melakukan tanya jawab agar peserta didik berkeinginan
untuk melakukan penyelidikan secara mandiri; 2) Identifikasi masalah, yaitu peserta didik
melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang disajikan kemudian dilanjut dengan menentukan
salah satu solusi pemecahan masalah yang dianggap sangat relevan untuk digunakan dalam proses
penyelesaian masalah tersebut; 3) pengumpulan data, yakni peserta didik mengumpulkan informasi
yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar tidaknya hipotesa yang telah di
tentukan. Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan data untuk melakukan pengamatan atau uji
coba sendiri; 4) mengolah data, yakni informasi yang telah di dapat peserta didik kemudian di olah,
di acak, di tabulasikan dengan cara tertentu lalu di tafsirkan; 5) Memverifikasi, yakni peserta didik
melakukan pengkajian ulang secara cermat sebagai dasar untuk membuktikan benar tidaknya
hipotesis yang telah di tetapkan dengan temuan alternatif, yang kemudian akan di hubungkan dengan
hasil data processing 6) Generalisasi, yakni sebuah tahapan yang dilakukan oleh peserta didik untuk
menarik kesimpulan yang dijadikan sebagai prinsip umum dan berlaku untuk semua masalah
kejadian yang sama dan harus tetap memperhatikan verifikasi.
Melihat pada rujukan tersebut, pada tahap awal guru mengajukan pertanyaan mengenai apa
yang diketahui terkiat Kongres pemuda I dan Kongres Pmeuda II untuk merangsang belajar peserta
didik yang kemudian peserta didik diminta untuk membaca diberbgaai sumber bacaan baik diinternet
atau di buku pedoman siswa. Selanjutnya, guru memebrikan arahan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi perbedaan antara Kongres pemuda I dan Kongres Pemuda II. Dari hasil identifikasi
tersebut, peserta didik diminta untuk menuangkan dalam sebuah infografis atau video dan diunggah
dimedia sosial milik pribadinya masing-masing untuk ekmudian guru dapat menilai hasil karyanya.
Hal ini merujuk pada pendapat Hosnan (2014:282) yang menyatakan bahwa discovery learning merupakan
model pengembangan cara belajar aktif dengan mendapatkan dan mengkaji sendiri maka hasil yang
didapatkan bisa terus diingat. Selain itu dengan metode ini siswa dapat belajar menganalisa dan memecahkan
masalah. Meskipun hasil yang telah diperoleh menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada pra siklus ke
siklus I, tetapi model pembelajaran Discovery Learning dirasa kurang sesuai dengan karakteristik peserta
didik dikelas VIII-I karena dari 31 peserta didik, hanya 9 atau sebanyak 29% yang mampu mengerjakan tugas
dengan baik dan sesuai dengan arahan guru. Sehingga pada siklus II perlu dilakukan perbaikan mengenai
model pembelajaran yang akan diterapkan.
Pada siklus II, model pembelajarn yang diterapkan adalah Cooperatiove Learning tipe Jigsaw.
Dengan teknik jigsaw ini guru harus memperhatikan latar belakang pengalaman siswa terutama dalam hal
kemampuan akademiknya, setiap kelompok yang dibentuk hendaknya heterogen (Slavin, 2009: 280). Jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan
yang positif terhadap teman sekelompoknya. Menurut Elliot Aronson (2006) pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan jigsaw, meliputi 10 tahap yaitu: a). Membagi peserta didik ke dalam kelompok jigsaw
dengan jumlah 4-6 orang menjadi kelompok Jigsaw b). Dari kelompok Jigsaw, kemudian epserta didik dibagi
lagi menjadi kelompok ahli, yakni mereka akan bertugas untuk memahami materi yang akan diberikan oleh
Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
10 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

guru. Setiap kelompok ahli akan diberikan materi yang berbeda-beda. c). dikelompok ahli, peserta didik
berdikusi, memahami dan menguasai materi yang akan diajarkan pada kelompok Jigsaw. f). Setelah
berdiskusi, peserta didik kembali ke kelompok Jigsaw. e) guru memberikan lembar kerja peserta didik pada
masing-masing kelompok Jigsaw. Lembar kerja merupakan media permainan SOS. f). Peserta didik
menyimak pertanyaan yang dilontarkan guru, kemudian peserta didik menjawab pertanyaan tersebut pada
lembar jawaban yang tersedia. Apabila jawaban benar, maka kelompok Jigsaw dapat menuliskan SOS pada
lembar kerja. g) Jawaban benar yang paling banyak, akan mendapat reward dari guru. Berdasarkan hasil yang
telah dipaparkan, diperoleh bahwa pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan terhadap minat belajar
peserta didik, dimana peserta didik di kelas VIII-I yang lebih cenderung memiliki karakteristik gaya belajar
yang dilakukan secara berkolaborasi antar teman daripada dilakukan secara mandiri atau individu. Selanjutnya,
karakteristik peserta didik yang lebih cenderung menyukai pembelajarn yang menyenangkan dan tidak
monoton sehingga pada siklus II, guru mencoba untuk memodifikasi pembelajaran Cooperative Learning tipe
Jigsaw dengan permainan SOS.
Hasilnya diperoleh bahwa, peserta didik lebih antusias dan minat belajarnya semakin meningkat. Hal
ini diperkuat pada saat guru memberikan pertanyaan untuk mengetes seberapa jauh pemahaman yang telah
diperoleh ketika berdiskusi dengan kelompok ahli, peserta didik cenderung enggan untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Kemudian, pada siklus II, guru mencoba untuk memanfaatkan permainan
SOS yang dimainkan bersama kelompok asal. Secara tidak langsung, permaiann SOS ini menjadikan
solidaritas antar anggota dikelompok asal semakin kuat. Setiap kelompok harus menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru dengan jawaban yang benar, yang kemudian jawaban itu akan digunakan sebagai kunci
untuk menyelesaikan permainan SOS. Hasilnya, peserta didik sangat antusias dalam menjawab pertanyaan
dan menyelesaikan permainannya dengan baik.
Minat belajar peserta didik kelas VII-I UPT SMP Negeri 18 Gresik juga ditunjukkan melalui hasil
belajar yang telah dilakukan melalui tes formatif untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta
didik pada materi Sumpah Pemuda dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Berdasarkan hasil yang telah
diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik kelas VIII-I telah tuntas KKM setelah
dilakukannya tes formatif sebanyak 2 kali, yakni melalui intsrumen tertulis dan permainan Word Wall.
Permainan Word Wall merupakan media permainan yang cukup efektif untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan serta dapat meningkatkan minal belajar peserta didik yang ditunjukkan dari hasil belajar yang
telah diperoleh bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yakni sebanyak 64% sehingga peserta
didik yang tuntas KKM sebanyak 94% dan terjadi penurunan yang sebelumnya pada tes formatif tertulis
peserta didik yang belum tuntas KKM sebanyak 69% menjadi sebanayak 65. Dari hasil peningkatan belajar
ini, dapat diketahui bahwa perbedaan instrumen tes formatif juga mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Dengan menggunakan media permainan yang menyenangkan, secara tidak langsung dapat meningkatkan
minat belajar peserta didik.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada peserta didik kelas VIII-I di UPT SMP Negeri
18 Gresik, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan peserta didik yang
memiliki minat belajar tinggi mengalami kenaikan dari 13% pada pra siklus kemudian naik menjadi 29% pada
siklus I dan naik menjadi 94 % pada pembelajaran siklus II. Hal ini di tunjukkan dengan antusias peserta
didik ketika pada proses pembelajaran didalam kelas yang menerapkan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Jigsaw dengan media permainan SOS. Antusias peserta didik dalam menjawab dan
menyelesaikan permainan dengan baik. Selanjutnya, minat belajar peserta didik kelas VIII-I yang meningkat

Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
11 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

ditunjukkan dengan hasil tes formatif yang telah dilakukan sebanyak 2 kali, yakni dnegan instrumen tertulis
dan Word Wall. Pada tes formatif dengan instrumen tertulis, diketahui bahwa sebanyak 35% peserta didik
yang tuntas KKM dan 69% peserta didik belum tuntas KKM. Selanjutnya, pada saat tes formatif yang
dilakukan dengan menggunakan media permainan Word Wall, menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta
didik yakni sebanyak 64% sehingga peserta didik yang tuntas KKM sebanyak 94% dan terjadi penurunan
yang sebelumnya pada tes formatif tertulis peserta didik yang belum tuntas KKM sebanyak 69% menjadi
sebanyak 6%. Dari hasil peningkatan belajar ini, dapat diketahui bahwa perbedaan instrumen tes formatif juga
mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan menggunakan media permainan yang menyenangkan,
secara tidak langsung dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari ebberapa pihak,
sehingga peneliti mengucapkan terima kasih kepada Ibu Syahrul ulyah, S.Pd., M.M selaku Kepala UPT SMP
Negeri 18 Gresik, Ibu Dr. Hj. Raden Roro Nanik Setyowati, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Lapangan, Ibu
Fuji Astutik, S.Pd., selaku guru pamong dalam kegiatan PPL II, Bapak/Ibu guru di UPT SMP Negeri 18
Gresik yang telah mendukung dan bersinergi dengan baik selama pelaksanan kegiatan PPL II serta seluruh
peserta didik UPT SMP Negeri 18 Gresik khsususnya kelas VIII-I yang telah bekerjasama dengan baik selaam
proses pembelajaran didalam kelas sekaligus dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan & Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran (Pengaruh Terhadap
Mekanisme dan Praktik Kurikulum). Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Asnawi. 2017. Langkah-langkah Penerapan Discovery Learning Dalam Pembelajaran. https://www.pondok-
belajar.com/2017/01/langkah-langkah-penerapan-discovery.html. Diakses tanggal 9 November 2020.
Dewantara, Ki Hadjar, 1994, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta.
____________________, 2011, Bagian Pertama Pendidikan, Majelis Luhur Persatuan, Yogyakarta.
Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Covid-19 Bagi
Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta. Jurnal Basicedu: Research & Learning in Elementary
Education, 5(1), 367–375.
Farida Hasan Rahmaibu, Farid Ahmadi, F. D. P. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Menggunakan
Adobe Flash Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn. Jurnal Kreatif : Jurnal Kependidikan Dasar, 7(1).
Hamdayama,J. (2014). Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia.
Lukiyah, L. (2017). Efektivitas Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn ( Penelitian Tindakan Kelas) pada Siswa Kelas VI SDN
Randuagung 05. Jurnal PTK Dan Pendidikan, 3(1), 9–15. https://doi.org/10.18592/ptk.v3i1.1058.
Mardikayasa, I. M., Wiyasa, I. K. N., & Asri, I. G. A. A. S. (2015). Penerapan Mind Mapping Dalam
Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pkn Dan Sikap Sosial Tema Cita-Citaku Pada
Siswa Kelas Iva Sd Negeri 29 Pemecutan. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1).
Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Modul Pelatihan Pendidikan Profesi Guru,
Universitas Negeri Yogyakarta
Nurgiansah, T. H. (2019). Pemutakhiran Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan di Era Revolusi Industri
4.0. Prosiding Seminar Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan, 1(1), 95–102.
Nurgiansah, T. H., Dewantara, J. A., & Rachman, F. (2020). The Implementation of Character Education in
the Civics Education Syllabus at SMA Negeri 1 Sleman. Jurnal Etika Demokrasi, 5(2), 110– 121.
Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x
p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147
12 Modifikasi Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Permainan S.O.S Untuk
Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PPKn Kelas Viii- I Di UPT
SMP Negeri 18 Gresik-Ririn Hidayati

Nurgiansah, T. H., & Sukmawati. (2020). Tantangan Guru Pendidikan Kewarganegaraan Di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru. Jurpis: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 17(2), 139–149.
Putra, Zetra Hainul. 2014. Buku kuliah terintegrasi Rencana Pembelajaran Sekolah Dasar. Zesya Publisher:
Pekanbaru.
Rokanah. (2015). Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode Pemberian Tugas Daur Ulang. Jurnal
Media Didaktika, 1(1), 31–37.
Sudjana, N. (2002). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suparlan, Henricus. 2015. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya bagi Pendidikan
Indonesia. Jurnal Filsafat, Vol. 25, No. 1.
Suwastana, I. W. (2016). Penerapan pembelajaran melalui model kooperatif numbered heads together siswa
kelas V SDN No 1 Tonggolobibi untuk meningkatkan prestasi belajar PKn. Jurnal Kreatif Tadulako
Online, 4(1), 119–135. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/viewFile/3281/2324
Syaparuddin, S., Elihami, E., & Enrekang, M. (2020). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Video
Pada Pembelajaran PKn di Sekolah Paket C. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(1), 187–200.
file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/318-Article Text-621-1-10-20200124-2.pdf
Yulianingrum, K. (2014). Kompetensi Profesionalisme Guru Pendidikan Kewarganegaraan Ditinjau Dari
Latar Belakang Pendidikan (Studi Kasus Guru PKn di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta). Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jurnal Basicedu Vol x No x Bulan x Tahun x


p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147

Anda mungkin juga menyukai