Anda di halaman 1dari 11

ANALISA PROXIMAT BATUBARA SEAM H. 2 PT.

ALAM SEMESTA SUKSES


BATUBARA (PT. ASSB) MUARA TEMBESI JAMBI

1. Pendahuluan dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, kual-


itas bahan bakar yang baik diperlukan untuk
Indonesia adalah salah satu produsen utama mendapatkan kualitas pembakaran yang baik
batubara di dunia. Handbook Of Energy & Eco- (Daud P dkk., 2020).
nomic Statistics Of Indonesia 2021 memperki- Pembangkit listrik yang menggunakan uap
rakan bahwa negara yang terletak pada garis sebagai media putaran sudu turbin dikenal seba-
khatulistiwa ini memiliki cadangan batubara ter- gai pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), di-
verifikasi sebesar 31.695,63 juta ton, sebuah mana uap yang digunakan adalah uap kering (Su-
angka yang cukup besar. Saat ini, 9% dari batu perheated Steam). Siklus kerja PLTU identik
bara yang diproduksi di seluruh dunia dapat dipa- dengan siklus Rankine yang dimodifikasi yaitu
sok oleh Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan dimulai dengan air yang masuk ke dalam econo-
fakta bahwa Indonesia berada di peringkat kedua mizer dan tungku boiler, kemudian terjadi pem-
di bawah Cina dalam bp Statistical Review Of bakaran dan air berubah menjadi uap jenuh. Uap
World Energy 2022 edisi ke-71. jenuh kemudian dikirim ke superheater, di mana
Batubara adalah zat yang terdiri dari kompo- uap tersebut diubah menjadi uap kering dengan
nen organik dan anorganik, dengan komposisi or- menggunakan panas radiasi dari tungku. Mengir-
ganik yang dapat berkisar antara 50% dan 75%. imkan uap kering ini ke turbin memungkinkan
Sementara bahan anorganik dikenal sebagai min- turbin untuk menggunakan kecepatan uapnya un-
eral atau bahan mineral, bahan organik yang tuk memutar generator dan menggerakkan sudu-
dikenal sebagai maseral, yang berasal dari sisa- sudu turbin. Di PLTU Suralaya, uap dibuat den-
sisa tumbuhan, telah mengalami berbagai tingkat gan membakar dan memanaskan air. Kemungki-
disintegrasi dan perubahan sifat fisik dan kimi- nan terjadinya slagging pada boiler PLTU, yang
awi baik sebelum dan sesudah ditutupi oleh mengakibatkan kerugian pada PLTU, meningkat
lapisan di atasnya (Nursanto dkk., 2011). seiring dengan menurunnya kadar batubara yang
Dewasa ini batubara masih menjadi pilihan digunakan sebagai bahan bakar termal PLTU.
untuk memenuhi kebutuhan energi. Kebutuhan Ketika tidak ada slagging, efisiensi boiler adalah
industri dalam negeri akan batubara juga akan se- 82%; ketika ada slagging, efisiensinya adalah
makin meningkat di masa depan. Karena keterse- 80,8%. Hal ini menunjukkan pengurangan
diaan bahan bakar minyak semakin terbatas dan efisiensi boiler sebesar 1,2% (Prayudi & Agla,
apa yang telah dieksploitasi tidak dapat diregen- 2013).
erasi, maka bahan bakar minyak akan semakin Karena sering terjadi penurunan kualitas
langka dan semakin mahal, sehingga estimasi batubara selama proses penambangan ketika
konsumsi batubara oleh industri dalam negeri batubara ditambang di pit, diangkut dari pit ke
pada tahun 2020-2035 menjadi sangat signifikan. tempat penimbunan, dan ditumpuk di tempat
Pemerintahan saat ini telah memulai program penimbunan, maka pengendalian kualitas meru-
pembangkit listrik 35.000 MW dari tahun 2015 pakan kegiatan untuk mengendalikan kualitas
hingga 2019 dengan membangun pembangkit batubara (Sugianto dkk., 2020). Penyiraman
listrik tenaga uap di sejumlah daerah yang mem- jalan tambang harus dioptimalkan agar saat kon-
butuhkan banyak bahan bakar batubara. Situasi disi panas tidak ada debu yang akan menye-
ini berdampak pada fluktuasi permintaan babkan kualitas batubara berubah baik pada saat
batubara, yang sangat signifikan terhadap kebu- dump truck mengangkut batubara maupun debu
tuhan pasokan nasional di industri lainnya di area stockpile, dan pada saat hujan turun,
(Haryadi & Suciyanti, 2018). stockpile batubara harus ditutup dengan terpal
Bahan bakar (bahan bakar), udara (oksigen), agar pengotor yang terbawa di dalam stockpile
dan sumber panas adalah tiga komponen yang terlindungi. Terakhir, pengawas yang bekerja di
dibutuhkan untuk pembakaran. Reaksi oksidasi stockpile harus lebih selektif dalam memisahkan
terjadi ketika ketiga komponen tersebut hadir
batubara dan pengotor jika terdapat pengotor cekungan ini mulai terbentuk pada zaman pra-
(Hardianto dkk., 2021). Tersier dan sedimenyasi berlangsung sampai
kuarter.
2. Kajian Pustaka Batuan yang diendapkan pada WIUP PT.
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah Alam Semesta Sukses Batubara termasuk dalam
Penelitian formasi Muara Enim sebagai formasi pembawa
Lokasi penambangan PT Alam Semesta Suk- batubara dengan ditemukan singkapan dibeber-
ses Batubara berada di Provinsi Jambi, Kabu- apa tempat. Formasi Muara Enim mewakili tahap
paten Batanghari, Kecamatan Muara Tembesi, terakhir pada zaman tersier. Formasi ini dienda-
dengan luasan konsesi sebesar 1.945 Ha. Secara pakan secara selaras di atas Formasi Air Benakat
geografis wilayah penambangan PT. ASSB ter- pada lingkungan laut dangkal, paludal, daratan
letak pada posisi 1°46’17,7” LS dan delta dan non marin. Ketebalan formasi ini 500-
102°57’53,8” BT yang dapat dilihat pada Gam- 1000m, terdiri dari batu pasir, batu lempung, batu
bar 1 dengan memiliki batas batas wilayah utara lanau, dan batubara. Batubara yang berada di for-
berbatasan dengan Sungai Puar, wilayah selatan masi ini umumnya berupa lignit.
berbatasan dengan Hajran Batin XXIV Batang Lapisan batuan di daerah ini secara umum
Hari, wilayah timur berbatasan dengan Karmeo mempunyai arah barat laut – tenggara dan struk-
Batin XXIV Batang Hari, wilayah barat tur geologi yang mempengaruhi daerah ini tergo-
berbatasan dengan Hajran Batin XXIV Batang long lemah. Hal ini terlihat dari pola kemiringan
Hari. Jarak antara Kota Padang dengan lokasi pe- (dip) lapisan batuan yang landau dan tidak ada
nambangan berjarak sekitar ± 561 km melalui dijumpainya pensesaran. Struktur geologi yang
Kota Padang, Kota Solok, Jalan Lintas Sumatera ada pada daerah ini tidak begitu rumit, hanya
dan Kabupaten Batangari dengan jarak tempuh berupa lipatan – lipatan minor/lemah sehingga
menggunakan kendaraan roda empat ± 13 jam. mempengaruhi kemiringan lapisan kurang dari
23°. Peta geologi PT. Alam Semesta Sukses Batu
Bara dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

Gambar 2. Peta Geologi PT. Alam Semesta Suk-


Gambar 1. Peta Kesampaian Daeran PT. ses Batubara
ASSB
2.2.2. Satigrafi
2.2. Keadaan struktur geologi
Daerah IUP PT. Alam Semesta Sukses Batu
2.2.1. Geologi Bara termasuk dalam Sub Cekungan Jambi
merupakan bagian Cekungan Sumatera Selatan
Secara umum geologi daerah WIUP yang merupakan cekungan belakang busur (back
termasuk dalam sub cekungan Jambi yang arc basin) berumur tersier yang terbentuk sebgai
merupakan bagian dari cekungan Sumatera akibat tumbukan antara Sundaland dan Lempeng
Selatan. Sub cekungan Jambi dibatasi Hindia. Daerah penelitian tersusun oleh batu
Pegunungan Dua Belas dibagian selatan, pasir, batu lempung, batu lanau, dan batubara.
Pegunungan Tiga Puluh dibagian utara dan Batu pasir pada daerah penelitian ini
Pegunungan Bukit Barisan disebelah barat. Sub mengandung glaukonit dan debris volkanik.
Mengacu pada ciri-ciri stratigrafi regional, Bagian dari total sumberdaya batubara yang
maka daerah penelitian termasuk dalam formasi kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan
Muara Enim. Statigrafi PT. Alam Semesta dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal,
Sukses Batu Bara terdapat pada gambar di bawah didasarkan pada informasi yang didapatkan dari
ini dan untuk gambar lebih jelasnya mengenai titik-titik pengamatan yang mungkin didukung
log bor, terdapat pada lampiran : oleh data pendukung.
c. Sumberdaya batubara terukur (measured
coal resoured)
Bagian dari total sumberdaya batubara yang
kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan
dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan
pada informasi yang didapat dari titik-titik
pengamatan yang diperkuat dengan data-data
pendukung.
Cadangan batubara (coal reserves) bagian
dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur
yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi
cadangan batubara harus memasukkan
perhitungan dilution dan losses yang muncul
pada saat batubara ditambang. Penentuan
cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang
mungkin termasuk studi kelayakan. Penentuan
tersebut harus telah mempertimbangkan semua
faktor-faktor yang berkaitan seperti metode
penambangan, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial dan peraturan pemerintah.
Gambar 3. Stratigrafi PT. Alam Semesta Sukses Penentuan ini harus dapat memperlihatkan
Batubara bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan
ekonomis dapat ditentukan secara
2.3. Cadangan dan Sumberdaya memungkinkan (SNI 5015:2011). Cadangan
Batubara batubara dapat diklasifikasikan dalam beberapa
Sumberdaya batubara (coal resources) bagian yaitu:
bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan a. Cadangan batubara terkira (probable coal
kuantitas tertentu serta mempunyai prospek reserve)
beralasan yang memungkinkan untuk ditambang Bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk
secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas yang dapat ditambang secara ekonomis setelah
karakteristik geologi dan kemenerusan dari faktor–faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat
lapisan batubara yang telah diketahui, juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara
diperkirakan atau diinterpretasikan dari bukti terukur yang dapat ditambang secara ekonomis,
geologi tertentu (SNI 5015:2011). Sumberdaya tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau
batubara dapat diklasifikasikan dalam beberapa semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
bagian yaitu: b. Cadangan batubara terbukti (proved coal
a. Sumberdaya batubara tereka (inferred reserve)
coal resource) Bagian yang dapat ditambang secara
Bagian dari total estimasi sumberdaya ekonomis dari sumberdaya batubara terukur
batubara yang kualitas dan kuantitasnya hanya setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait
dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan diterapkan.
yang rendah.
b. Sumberdaya batubara tertunjuk
(indicated coal resource)
Berikut adalah beberapa fungsi perencanaan
tambang yang dapat diidentifikasi dari beberapa
sumber:
a. Memberikan Pedoman: Perencanaan tam-
bang memberikan pedoman bagi pelak-
sanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan.
b. Menghasilkan Tonase Bahan Galian: Tujuan
utama dari kegiatan perencanaan tambang
adalah membuat suatu rencana produksi
tambang, diantaranya adalah menghasilkan
Gambar 4. Hubungan Sumberdaya dan tonase bahan galian pada tingkat yang di-
Cadangan Batubara inginkan.
c. Menentukan Strategi: Perencanaan tambang
2.4. Definisi Batubara bertujuan untuk menentukan strategi yang
Batubara adalah batuan yang mengandung tepat dalam proses pertambangan dari awal
senyawa karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sampai akhir.
belerang, dan mineral membentuk kelas mineral d. Mengoptimalkan Kebutuhan: Perencanaan
yang dikenal sebagai batubara. Oleh karena itu, tambang bertujuan untuk mengoptimalkan
batu bara digunakan sebagai sumber energi kebutuhan dalam proses pertambangan,
pengganti untuk menghasilkan tenaga listrik seperti kebutuhan tenaga kerja, peralatan,
menurut (Kent.A.J, 1993), dan secara Umum dan bahan bakar.
Batuan sedimen yang disebut batubara, adalah e. Mengurangi Dampak Lingkungan: Peren-
batuan yang dihasilkan dari fosil, digunakan canaan tambang juga bertujuan untuk men-
sebagai bahan bakar. Batu bara tersebut gurangi dampak lingkungan yang dihasilkan
terbentuk oleh endapan organik, yang terutama dari proses pertambangan.
terdiri dari limbah tanaman dan terbentuk oleh f. Meningkatkan Efisiensi: Perencanaan tam-
proses pembatubaraa yang lama. bang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
dalam proses pertambangan, seperti
2.5. Perencanaan Tambang meningkatkan produktivitas dan mengurangi
biaya produksi.
2.5.1. Pengertian Perencanaan g. Menentukan Lokasi Tambang: Perencanaan
tambang juga bertujuan untuk menentukan
Proses mencari tahu persyaratan teknis yang lokasi tambang yang tepat dan aman untuk
diperlukan untuk menyelesaikan tujuan dan dilakukan penambangan.
sasaran kegiatan penting, serta urutan teknis Dari beberapa fungsi perencanaan tambang
pelaksanaannya, disebut perencanaan. Dengan di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
artilain, perencanaan adalah proses mencari tahu tambang sangat penting dalam industri pertam-
apa, mengapa, kapan, di mana, dan bagaimana bangan karena memberikan pedoman bagi pelak-
menyelesaikan suatu kegiatan di awal. Prospeksi, sanaan kegiatan dalam pencapaian tujuan, meng-
eksplorasi, dan studi kelayakan adalah bagian hasilkan tonase bahan galian pada tingkat yang
dari perencanaan tambang, bersama dengan diinginkan, menentukan strategi yang tepat
penilaian dampak lingkungan, persiapan dalam proses pertambangan dari awal sampai
infrastruktur dan fasilitas, pengelolaan, dan akhir, mengoptimalkan kebutuhan dalam proses
pemantauan kesehatan dan keselamatan kerja pertambangan, mengurangi dampak lingkungan
(K3). Perencanaan dapat dibagi menjadi berbagai yang dihasilkan dari proses pertambangan,
bentuk, yaitu: jangka pendek, jangka menengah meningkatkan efisiensi dalam proses pertamban-
dan jangka panjang. gan, dan menentukan lokasi tambang yang tepat
dan aman untuk dilakukan penambangan.
2.5.2. Fungsi Perencanaan
2.5.3. Tujuan Perencanaan a. Identifikasi Tujuan: Desain penambangan
harus mempertimbangkan tujuan yang ingin
Tujuan perencanaan tambang adalah untuk dicapai dalam melakukan penambangan,
membuat rencana produksi tambang untuk seperti menghasilkan tonase bahan galian
cadangan bijih yang akan yaitu Menghasilkan pada tingkat yang diinginkan.
jumlah bijih yang telah ditentukan sebelumnya b. Analisis Data: Desain penambangan harus
dengan biaya terendah, Menghasilkan arus kas didasarkan pada analisis data yang akurat
yang akan meningkatkan sejumlah faktor dan terpercaya, seperti data geologi, data
ekonomi, seperti tingkat pengembalian atau nilai produksi, dan data lingkungan.
sekarang bersih. c. Strategi Penambangan: Desain penambangan
harus menentukan strategi penambangan
2.5.4. Perancangan Tambang yang tepat, seperti metode penambangan
yang digunakan, lokasi penambangan, dan
Perancangan tambang adalah proses peren- peralatan yang digunakan.
canaan yang dilakukan untuk menyusun strategi d. Kebutuhan: Desain penambangan harus
yang tepat dalam proses pertambangan dari awal mempertimbangkan kebutuhan dalam proses
sampai akhir. Tujuan dari perancangan tambang penambangan, seperti kebutuhan tenaga
adalah untuk mencapai rancangan sistem pertam- kerja, peralatan, dan bahan bakar.
bangan terpadu, menghasilkan tonase bahan e. Biaya: Desain penambangan harus memper-
galian pada tingkat yang diinginkan, menentukan timbangkan biaya produksi dan harga pasar
aktivitas penambangan yang tepat, menentukan untuk menentukan strategi penambangan
strategi yang tepat dalam proses pertambangan yang tepat.
dari awal sampai akhir, mengoptimalkan kebu- f. Dampak Lingkungan: Desain penambangan
tuhan dalam proses pertambangan, dan mengu- harus mempertimbangkan dampak lingkun-
rangi dampak lingkungan yang dihasilkan dari gan yang dihasilkan dari proses penamban-
proses pertambangan. gan dan harus memastikan bahwa penam-
Dalam perancangan tambang, terdapat be- bangan dilakukan secara aman dan bertang-
berapa tahapan yang harus dilalui, yaitu gung jawab.
pengumpulan data, analisis data, perencanaan g. Keselamatan Kerja: Desain penambangan
tambang, dan evaluasi. Perancangan tambang harus mempertimbangkan keselamatan kerja
juga melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti dan harus memastikan bahwa penambangan
geologi, teknik pertambangan, dan lingkungan. dilakukan dengan cara yang aman dan sesuai
Dalam perancangan tambang, penting untuk dengan standar keselamatan kerja.
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, Dari beberapa hal yang perlu dipertim-
seperti dampak lingkungan dan keselamatan bangkan dalam desain penambangan di atas, da-
kerja. Perancangan tambang juga harus memper- pat disimpulkan bahwa desain penambangan
timbangkan faktor ekonomi, seperti biaya pro- adalah proses perencanaan yang sangat penting
duksi dan harga pasar. Dalam perancangan tam- dalam industri pertambangan karena membantu
bang, juga harus mempertimbangkan faktor untuk menentukan strategi dan rencana opera-
sosial, seperti dampak sosial pada masyarakat sional dalam melakukan penambangan yang
sekitar tambang. efektif, efisien, dan bertanggung jawab. Desain
penambangan harus mempertimbangkan berba-
2.5.5. Desain Penambangan gai faktor, seperti tujuan, analisis data, strategi
Desain penambangan adalah proses peren- penambangan, kebutuhan, biaya, dampak
canaan yang dilakukan untuk menentukan lingkungan, dan keselamatan kerja.
strategi dan rencana operasional dalam
melakukan penambangan. Berikut adalah beber- 2.6. Analisa Kualitas Batubara
apa hal yang perlu dipertimbangkan dalam de-
sain penambangan: 2.6.1. Uji Inheren Moisture, Ash Content dan
Volatile Matter
Nilai kalor batubara dapat diukur dengan meng-
Uji Inheren Moisture, Ash Content, dan gunakan kalorimeter, seperti Parr 6200. Namun,
Volatile Matter adalah uji kualitas batubara yang hasil pengukuran nilai kalor batubara dapat
dilakukan untuk menentukan kandungan air, abu, dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti Total
dan zat terbang dalam batubara. Berikut adalah Moisture, Ash Content, dan Total Sulphur.
penjelasan mengenai ketiga uji tersebut.
a. Inherent Moisture, Merupakan kandungan 2.6.4. Uji Sulfur
air yang terdapat dalam batubara yang tidak
dapat dihilangkan dengan pengeringan pada Uji Sulfur pada batubara dilakukan untuk
suhu 105-110°C. Kandungan inherent mois- menentukan kandungan sulfur dalam batubara.
ture pada batubara dipengaruhi oleh per- Kandungan sulfur dalam batubara dapat
ingkat batubara dan ukuran partikel mempengaruhi kualitas batubara dan dapat
batubara. menyebabkan pencemaran lingkungan ketika
b. Ash Content, Merupakan kandungan abu batubara dibakar.
dalam batubara setelah dibakar pada suhu
815-900°C. Kandungan ash content pada 2.6.5. Uji HGI
batubara dipengaruhi oleh peringkat
batubara dan ukuran partikel batubara. Uji HGI (Hardgrove Grindability Index)
c. Volatile Matter, Merupakan kandungan gas pada batubara dilakukan untuk menentukan
terbang seperti gas metana dan karbon tingkat kemudahan batubara untuk digerus atau
monoksida dalam batubara. Kandungan di-pulverize. HGI adalah parameter yang
volatile matter pada batubara dipengaruhi menyatakan tingkat kemudahan batubara untuk
oleh proses pembentukan batubara, seperti digerus.
batubara muda atau adanya bakteri di
batubara. 2.7. Perhitungan Konversi ADB, ARB
Uji kualitas batubara lainnya yang sering di- dan DB
lakukan adalah Total Moisture, Total Sulphur, Konversi ADB, ARB, dan DB adalah perhi-
dan Calorific Value. Total Moisture adalah kan- tungan yang berkaitan dengan kandungan air
dungan air total dalam batubara, sedangkan Total dalam batubara. Berikut adalah penjelasan
Sulphur adalah kandungan sulfur dalam singkat mengenai ketiga istilah tersebut:
batubara. Calorific Value adalah nilai kalor per a. ADB (As Received Basis) adalah kondisi
satuan berat batubara, yang menunjukkan seber- batubara saat diterima, termasuk kandungan
apa banyak energi yang dapat dihasilkan dari air total (Tm). Nilai kalor batubara ADB bi-
pembakaran batubara. asanya lebih rendah dibandingkan dengan
nilai kalor batubara ARB dan DB.
2.6.2. Uji Total Moisture b. ARB (Air Dried Basis) adalah kondisi
batubara setelah dikeringkan dengan udara,
Total Moisture adalah kandungan air total termasuk kandungan air inheren (Im) saja.
dalam batubara yang dapat dihilangkan melalui Nilai kalor batubara ARB lebih tinggi
pemanasan pada suhu 105-110°C. Uji Total dibandingkan dengan nilai kalor batubara
Moisture pada batubara dapat dilakukan dengan ADB.
menggunakan metode ASTM D3302, yaitu den- c. DB (Dry Basis) adalah kondisi batubara
gan memanaskan batubara pada suhu 104-110°C setelah dikeringkan secara total, tidak terma-
selama 1,5 jam untuk menentukan kandungan suk kandungan air. Nilai kalor batubara DB
residual moisture. lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kalor
batubara ARB dan ADB.
2.6.3. Uji Colorific Value
2.8. Kerangka Konseptual
Calorific Value (nilai kalor) adalah nilai en- Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
ergi yang dihasilkan dari pembakaran batubara. proksimat batubara dengan memperhatikan
faktor-faktor seperti jenis dan sifat batubara, a. Data koordinat pengambilan sampel di
metode pengeringan, metode pembakaran, dan lapangan
metode analisis proksimat. Variabel penelitian b. Data kemiringan batubara
utama adalah kadar air, kadar abu, kadar karbon, c. Data seam sampel diambil pada bagian seam
dan kadar volatile. Variabel penelitian h2
independen adalah faktor-faktor yang d. Data stratagrafi dilokasi penambangan
mempengaruhi komposisi proksimat batubara,
sedangkan variabel penelitian kontrol adalah 3.4.2. Data Sekunder
faktor-faktor yang harus dikendalikan dalam
penelitian ini, seperti temperatur pengeringan Jenis data ini diperoleh dari profil
dan pembakaran, waktu pengeringan dan perusahaan mengenai gambaran umum
pembakaran, serta ketepatan alat dan bahan yang perusahaan dan luas lahan pertambangan adapun
digunakan. Hubungan konseptual antara data yang di peroleh:
variabel-variabel ini akan mempengaruhi hasil a. Luas lahan tambang
analisis proksimat batubara. b. Peta topografi.
c. Peta geologi.
3. Metodologi Penelitian
3.1. Jenis Penelitian 3.5. Alat dan Bahan
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis Alat dan bahan yang digunakan dalam
adalah penelitian terapan (applied research), penelitian ini meliputi.
penelitian terapan adalah penelitian yang
dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, 3.5.1. Alat di lapangan
dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang
diterapkan dalm memecahkan masalah-masalah a. Kompas
praktis. Penelitian termasuk kedalam klasifikasi b. Palu geologi
penelitian berdasarkan Teknik pengumpulan data c. Pita ukur
dalam kelompok kuantitatif. d. Pena
e. Papan jalar
3.2. Objek Penelitian f. Tabel pengisian data
Objek penelitian ini adalah sampel batubara g. GPS (hp)
yang diambil dari berbagai lokasi dengan variasi h. Perlengkapan safety
jenis dan sifatnya. Pemelihan sampel dilakukan i. Karung untuk meletakan sampel
secara acak untuk mencakup berbagai
karakteristik batubara. 3.5.2. Alat di laboratorium batubara

3.3. Jenis Data a. Neraca analitik


Daya yang dikumpulkan dalam penelitian ini b. Oven pengering
adalah data kuantitatif. Data kuantitatif akan c. Furnance atau tungku pembakaran
digunakan untuk mengatur komposisi proksimal d. Labu pengering
batubara, seperti kadar air, kadar abu, kadar e. Reagen kimia
karbon, dan kadar volatile. f. Alat pengukur suhu
3.4. Sumber Data g. Timbangan analitik
h. Wadah penyimpan dan pengemasan sampel
3.4.1. Data Primer
3.5.3. Bahan
Jenis data ini merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari obyek penelitian terutama a. Sampel batubara
pengamatan ke lokasi lahan yang akan
direklamasi dan revegetasi, data primer ini 3.6. Teknik pengumpulan Data
meliputi:
Teknik yang kami gunakan saat pengambilan 3.7.1.2. Kadar abu dalam batubara dapat
sampel dengan menggunakan palu geologi (palu dihitung dengan menggunakan rumus
sendimen) yang dimulai dari bagian roof sampai berikut
floor di seam tersebut, kemudian
menganalisisnya dengan alat – alat yang di c−a
ASH = x 100
laboratorium batubra universitas negri padang. b

3.7. Teknik Analisis Data Keterangan:


ASH = Ash Content (%)
3.7.1. Uji Inheren Moisture, Ash Content, dan a= berat botol timbang + tutup
Volatile Matter b= berat contoh + botol timbang + tutup
(sebelum dipanaskan)
Teknik analisis data pada uji Inherent c= berat cawan + tutup + sampel (setelah
Moisture, Ash Content, dan Volatile Matter pada dipanaskan)
batubara dapat dilakukan dengan beberapa
langkah, antara lain: 3.7.1.3. rumus untuk menghitung nilai volatile
a. Pengambilan sampel batubara yang matter
representatif dan acak.

( BeratBerat )
b. Pengujian Inherent Moisture, Ash Content, akhir yang hilang (g)
dan Volatile Matter pada sampel batubara % VM = x 100 –
sampel(g)
dengan menggunakan metode standar ASTM
%Inherent Moisture
atau SNI.
c. Pencatatan hasil pengujian Inherent
3.7.1.4. Rumus untuk mencari Air Dry Loss
Moisture, Ash Content, dan Volatile Matter
pada sampel batubara.
Air Dry Loss (ADL) % = [(A-B)/(A-C) x 100]
d. Analisis hasil pengujian Inherent Moisture,
Ash Content, dan Volatile Matter pada
Keterangan:
sampel batubara untuk mengetahui kualitas
A= Massa tray + sampel sebelum pengeringan
batubara.
(gram)
e. Interpretasi hasil analisis untuk menentukan
B= Massa tray + sampel sesudah pengeringan
penggunaan batubara dan harga jualnya.
(gram)
Standar analisis untuk Inherent Moisture,
C= Massa tray kosong (gram)
Ash Content, dan Volatile Matter pada batubara
dapat dilihat pada standar ASTM atau SNI yang
3.7.2. Uji Total Moisture
berlaku. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan metode standar yang telah
Berikut adalah informasi mengenai analisis
ditetapkan untuk memastikan hasil pengujian
data total moisture:
yang akurat dan konsisten. Dalam melakukan
a. Analisis total moisture, ash content, dan total
analisis data, peneliti perlu memperhatikan
sulfur dilakukan menggunakan standar
standar yang berlaku dan menggunakan teknik
ASTM dan BS.
analisis data yang sesuai dengan tujuan
b. Metode analisis meliputi uji Pearson r, uji
penelitian dan jenis data yang diperoleh.
regresi, dan uji t.
c. Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin
3.7.1.1. rumus untuk menghitung nilai inherent
tinggi total moisture, total sulfur, dan ash
moisture
content, maka semakin rendah nilai kalor
batubara.
Berat air yang hilang ( g )
IM = x 100 d. Parameter yang digunakan dalam metode
Berat sampel ( g) analisis proksimat adalah total moisture, ash
content, dan nilai kalor.
e. Analisis total moisture dilakukan parameter total moisture, ash content, dan nilai
menggunakan metode ASTM dan ISO. kalor. Nilai kalor suatu bahan bakar dapat
Secara keseluruhan, analisis data total mempengaruhi kualitas dan efisiensi pembakaran
moisture melibatkan penggunaan metode standar bahan bakar tersebut.
dan uji statistik untuk menentukan dampak
kandungan moisture pada kualitas dan nilai kalor 3.7.4. Uji Sulfur
batubara.
Berikut adalah hasil pencarian terkait teknik
Residual Moisture (RM) % = [(A-C)/B x 100] analisis kandungan sulfur dalam batubara di
Indonesia:
Keterangan: a. Analisis kandungan sulfur pada sejumlah
A= Massa dish + sampel sebelum pengeringan contoh batubara dari berbagai cekungan
(gram) batubara Indonesia dilakukan untuk
B= Massa sampel batubara (gram) mengetahui pola nilai kandungan sulfur.
C= Massa dish + sampel sesudah pengeringan b. Dilakukan analisis proksimat, kandungan
(gram) sulfur, dan nilai kalor dalam penentuan
Nilai total moisture diperoleh dari hasil kualitas batubara.
perhitungan nilai air dry loss (ADL) dan nilai c. Dilakukan analisis anomali kandungan total
residual moisture (RM). sulfur dalam penentuan lingkungan
pengendapan batubara seam X78 formasi
Total Moisture (TM) = [RM/ (100-ADL)/100] Balikpapan di daerah Separi, Kalimantan
+ ADL Timur.
d. Belerang atau sulfur adalah unsur non-logam
3.7.3. Uji Calorific Value yang memiliki bentuk asli berupa zat padat
kristalin kuning. Di Indonesia, sulfur dapat
Berikut adalah informasi mengenai teknik ditemukan di banyak gunung berapi yang
analisis data uji calorific value: aktif.
a. Calorific value atau nilai kalor adalah e. Dilakukan penentuan kadar sulfur dalam
ukuran kemampuan suatu bahan bakar untuk batubara dengan menggunakan alat Furnace
menghasilkan panas saat terbakar dengan Total Sulphur.
oksigen. f. Dilakukan studi penentuan kandungan sulfur
b. Nilai kalor suatu bahan bakar dapat diukur dalam batubara pada PT Geoservices
menggunakan bomb calorimeter, yaitu alat Samarinda Kalimantan Timur untuk
untuk mengukur panas yang dihasilkan saat mengetahui jumlah persentase kandungan
sampel bahan bakar terbakar secara sulfur dalam batubara dan dampak
sempurna. kandungan sulfur terhadap lingkungan.
c. Nilai kalor suatu bahan bakar dapat diukur Dari hasil pencarian tersebut, dapat
dalam satuan Btu/lb atau kJ/kg. disimpulkan bahwa terdapat beberapa teknik
d. Analisis nilai kalor dapat dilakukan analisis kandungan sulfur dalam batubara di
menggunakan metode proksimat dengan Indonesia, seperti analisis proksimat, analisis
parameter yang digunakan adalah total kandungan total sulfur, dan penggunaan alat
moisture, ash content, dan nilai kalor. Furnace Total Sulphur. Selain itu, kandungan
e. Nilai kalor suatu bahan bakar dapat sulfur dalam batubara juga dapat mempengaruhi
mempengaruhi kualitas dan efisiensi lingkungan sekitarnya.
pembakaran bahan bakar tersebut.
Secara keseluruhan, teknik analisis data uji Berat residu( g)
calorific value melibatkan pengukuran nilai kalor % Total sulfur = x 13.738
Berat sampel ( g)
suatu bahan bakar menggunakan bomb
calorimeter dan dapat dilakukan dengan 3.7.5. Uji HGI
menggunakan metode proksimat dengan
Berikut adalah hasil pencarian terkait teknik
analisis data uji HGI: 4. Hasil dan Pembahasan
a. HGI (Hardgrove Grindability Index) adalah 4.1. Pengujian free moisture
parameter yang menyatakan tingkat
kemudahan batubara untuk digerus. Semakin 4.2. Pengujian total moisture
tinggi nilai HGI semakin mudah batubara
dihancurkan.
b. Nilai HGI dapat diukur dengan 4.3. Pengujian inherent moisture
menggunakan alat HGI Machine.
c. Prosedur analisis HGI meliputi menyiapkan 4.4. Pengujian ash content (kandungan
contoh batubara yang diterima untuk analisis abu)
HGI, melakukan reduksi ukuran batubara
sampai ukuran butiran 4.75 mm, dan
mengukur nilai HGI. 4.5. Pengujian calorific value (kcal/kg)
d. Dilakukan pengujian nilai HGI tiap sampel
batubara dengan menggunakan alat HGI 4.6. Pengujian volatile matter
Machine.
e. Pada penelitian tertentu, dilakukan 4.7. Pengujian sulfur
pengambilan data HGI setelah pemanasan
dilakukan pada sampel batubara dengan
suhu pemanasan 50˚C, 100˚C, 150˚C dan 4.8. Perhitungan fix karbon
200˚C dan waktu pemanasan 30 menit.
Dari hasil pencarian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa teknik analisis data uji HGI
5. Kesimpulan dan Saran
meliputi pengukuran nilai HGI dengan
menggunakan alat HGI Machine, serta prosedur 6. Daftar Pustaka
analisis HGI yang meliputi reduksi ukuran
batubara sampai ukuran butiran 4.75 mm. Selain
itu, pada penelitian tertentu, dilakukan
pengambilan data HGI setelah pemanasan
dilakukan pada sampel batubara dengan suhu dan
waktu pemanasan tertentu. Nilai HGI dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat kemudahan
batubara untuk dihancurkan.

3.8. Diagram Alir Penelitian


Berikut adalah diagram alir penelitian untuk
analisis proksimat batubara

Anda mungkin juga menyukai