Anda di halaman 1dari 70

@277fobru linktr.

ee/smartprivat

modul
fisika
1 BAB I
KINEMATIKA

1.1 VEKTOR
Besaran yang mempunyai nilai dan arah. Arah dapat dinyatakan seperti kanan-kiri, atas-bawah, atau
dapat dalam bentuk 𝑖̂, 𝑗̂, dan 𝑘̂ .

1.1.1 NOTASI VECTOR


⃑⃑ = |𝑨|𝑨
𝑨 ̂
Dimana

𝐴 : Vektor 𝐴
|𝐴| : Besar 𝐴
𝐴̂ : Arah 𝐴 (disebut juga vector satuan karena|𝐴̂| = 1)

Contoh:

𝐴 = 1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂

|𝐴| = √12 + 22 + 32 = √14


𝐴 1 2 3
𝐴̂ = = 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂
|𝐴| √14 √14 √14

1 2 2 2 3 2
Apabila kita menghitung besar|𝐴̂| = √( ) +( ) +( ) = 1, maka 𝐴̂ sering disebut juga
√14 √14 √14

vector satuan karena besarnya selalu 1

1.1.2 OPERASI VECTOR


a. Penjumlahan dan Pengurangan
Misalkan:

𝐴 = 1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂


⃑ = 4𝑖̂ + 5𝑗̂ + 6𝑘̂ +
𝐵
⃑ = 5𝑖̂ + 7𝑗̂ + 9𝑘̂
𝐴+𝐵
𝐴 = 1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂
⃑ = 4𝑖̂ + 5𝑗̂ + 6𝑘̂ −
𝐵
⃑ = −3𝑖̂ − 3𝑗̂ − 3𝑘̂
𝐴−𝐵

Secara grafik atau gambar dapat direpresentasikan sebagai berikut:

𝐴 ⃑
𝐵
+ = ?

Dengan metode grafis dapat dikerjakan dengan dua metode yaitu:


1. Metode Jajar genjang (default)
Dengan cara menggabungkan “ekor” kedua vektor.


𝐴+𝐵
𝐴


𝐵

2. Metode Polygon
Dengan menggabungkan “kepala” vektor dengan “ekor” vektor yang lain.


𝐵
𝐴

𝐴+𝐵

Keunggulan metode polygon adalah dapat menjumlahkan lebih dari 2 vektor secara langsung.
Hasil dari penjumlahan tersebut adalah ujung vektor pertama dan ujung vektor terakhir
kemudian ditarik garis lurus.

b. Perkalian Vektor
Vektor dengan vektor lain dapat dilakukan operasi perkalian. Vektor yang mengalami perkalian
vektor hanya arah sedangkan nilai vektor atau besarnya vektor hanya mengalami perkalian biasa.

Terdapat dua jenis perkalian vektor dengan vektor, yaitu:


1. Perkalian dot (dot product)
Perkalian dot merupakan perkalian dua vektor yang menghasilkan besaran saklar (tanpa
vektor𝑖̂, 𝑗̂, 𝑘̂)

Aturan dot:
𝑖∙𝑖 =1 𝑖∙𝑗 =0 𝑖∙𝑘 =0
𝑖∙𝑗 =0 𝑗∙𝑗 =1 𝑗∙𝑘 =0
𝑖∙𝑘 =0 𝑘∙𝑗 =0 𝑘∙𝑘 =1

Contoh:

𝐴 = 1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂


⃑ = 4𝑖̂ + 5𝑗̂ + 6𝑘̂
𝐵

Misalkan

𝐶 =𝐴∙𝐵
𝐶 = (1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂) ∙ (4𝑖̂ + 5𝑗̂ + 6𝑘̂)
𝐶 = 4 + 10 + 18
𝐶 = 32

Cara lain:
⃑ = |𝐴||𝐵| cos 𝜃
𝐴∙𝐵
⃑ ("𝑒𝑘𝑜𝑟" 𝐴 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 "𝑒𝑘𝑜𝑟" 𝐵
𝜃 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝐵 ⃑)

𝐴
𝜃

𝐵
2. Perkalian cross (cross product)
Perkalian cross merupakan perkalian dua vektor yang menghasilkan sebuah besaran vektor.
Aturan cross:

𝑖̂ × 𝑗̂ = 𝑘̂ 𝑖̂ × 𝑘̂ = −𝑗̂
𝑗̂ × 𝑘̂ = 𝑖̂ 𝑗̂ × 𝑖̂ = −𝑘̂

Aturan tangan kanan:

Contoh:

𝐴 = 1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂


⃑ = 4𝑖̂ + 5𝑗̂ + 6𝑘̂
𝐵

Misalkan

𝐶 =𝐴×𝐵
𝐶 = (1𝑖̂ + 2𝑗̂ + 3𝑘̂) × (4𝑖̂ + 5𝑗̂ + 6𝑘̂)

𝐶 = 0 + 5(𝑘̂) + 6(−𝑗̂) + 8(−𝑘̂) + 0 + 12(𝑖̂) + 12(𝑗̂) + 15(−𝑖̂) + 0

𝐶 = −3𝑘̂ + 6𝑗̂ − 3𝑖̂

Cara lain:

𝐶 =𝐴×𝐵
|𝐶 | = |𝐴||𝐵| sin 𝜃
⃑ ("𝑒𝑘𝑜𝑟" 𝐴 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 "𝑒𝑘𝑜𝑟" 𝐵
𝜃 = 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐴 𝑑𝑎𝑛 𝐵 ⃑)
1.2 KINEMATIKA
Dalam sub-bab ini, yang diamati hanya gerak benda tanpa memperhatikan penyebab bergerak nya
(gaya nya).
No. Vektor Skalar
1. Perpindahan (∆𝑟) Jarak (∆𝑟 atau 𝑆)
2. Kecepatan/velocity (𝑣 ) Kelajuan/speed (𝑣)
3. Kecepatan rata-rata Kelajuan rata-rata
∆𝑟 ∆𝑟 𝑆
〈𝑣 〉 = 𝑣̅ = 〈𝑣〉 = 𝑣̅ = =
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡
4. Kecepatan sesaat Kelajuan sesaat
𝑑𝑟 𝑑𝑟
𝑣= 𝑣=
𝑑𝑡 𝑑𝑡
5. Percepatan (𝑎) Perlajuan (𝑎)
6. Percepatan rata-rata Perlajuan rata-rata
∆𝑣
〈𝑎〉 =
∆𝑡
7. Percepatan sesaat
𝑑𝑣
𝑎(𝑡) =
𝑑𝑡

𝑑𝑣
𝑎= → ∫ 𝑑𝑉 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡
𝑑𝑡
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
𝑎=0
𝑉𝑡
∫ 𝑑𝑉 = 0
𝑉0

𝑉𝑡 − 𝑉0 = 0
𝑽𝒕 = 𝑽𝟎
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
𝑎 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑜𝑙)
𝑉𝑡 𝑡
∫ 𝑑𝑉 = ∫ 𝑎 𝑑𝑡
𝑉0 𝑡=0

𝑉𝑡 − 𝑉0 = 𝑎𝑡
𝑽𝒕 = 𝑽𝟎 + 𝒂𝒕
𝑑𝑟
⃑ =
𝑉 → ∫ 𝑑𝑟 = ∫ 𝑉𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑡
1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
𝑉𝑡 = 𝑉0
𝑟𝑡 𝑡
∫ 𝑑𝑟 = ∫ 𝑉0 𝑑𝑡
𝑟0 0

𝒓𝒕 − 𝒓𝟎 = 𝑽𝟎 𝒕
∆𝒓 = 𝑺 = 𝑽𝟎 𝒕
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
𝑉𝑡 = 𝑉0 + 𝑎𝑡
𝑟𝑡 𝑡
∫ 𝑑𝑟 = ∫ (𝑉0 + 𝑎𝑡)𝑑𝑡
𝑟0 0

𝟏
𝒓𝒕 − 𝒓𝟎 = 𝑽𝟎 𝒕 + 𝒂𝒕𝟐
𝟐
𝟏
∆𝒓 = 𝑺 = 𝑽𝟎 𝒕 + 𝒂𝒕𝟐
𝟐

Rumus paling penting di kinematika adalah


1. 𝑽𝒕 = 𝑽𝟎 + 𝒂𝒕
𝟏
2. ∆𝒓 = 𝑺 = 𝑽𝟎 𝒕 + 𝒂𝒕𝟐
𝟐

3. 𝑽𝟐𝒕 = 𝑽𝟐𝟎 + 𝟐𝒂∆𝒓

Contoh:

10

20 30
0 𝑡
5 10 15
−10

Dari grafik 𝑣 terhadap 𝑡 di atas, buatlah:


1. Grafik 𝑎 (percepatan) terhadap waktu
2. Grafik 𝑟 (posisi) terhadap waktu apabila ketika 𝑡 = 0 dan 𝑟(0) = 10
Jawab
Secara matematik, untuk mendapatkan percepatan dari fungsi kecepatan hanya tinggal menurunkan
fungsi kecepatan terhadap waktu dan untuk mendapatkan fungsi posisi hanya tinggal meng-
integralkan fungsi dari kecepatan tersebut.

Secara grafik, turunan dan integral mengandung arti lain yaitu


Turunan : Gradient (kemiringan) dari grafik
Integral : Luas grafik terhadap sumbu-x

1. Saat
𝑡=0→𝑡=5 gradient = 2
𝑡 = 5 → 𝑡 = 10 gradient = 0
𝑡 = 10 → 𝑡 = 20 gradient = −2
𝑡 = 20 → 𝑡 = 30 gradient = 0

10

20 30
0 𝑡
5 10 15
−10

2. Saat 𝑟0 = 10
𝑡=0→𝑡=5
50
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 =
2
∆𝑟 = 25
𝑟5 − 𝑟0 = 25 → 𝑟5 = 35
Karena grafik 𝑣 → 𝑡 linear, maka grafik 𝑣 → 𝑡 akan kuadratik
𝑡 = 5 → 𝑡 = 10
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 = 50
∆𝑟 = 50
𝑟10 − 𝑟5 = 50 → 𝑟10 = 85
Karena grafik 𝑣 → 𝑡 konstan, maka grafik 𝑣 → 𝑡 akan linear

𝑡 = 10 → 𝑡 = 20
 𝑡 = 10 → 𝑡 = 15
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 = 25
∆𝑟 = 25
𝑟15 − 𝑟10 = 25 → 𝑟15 = 110
 𝑡 = 15 → 𝑡 = 20
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 = −25 (𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 − 𝑥)
∆𝑟 = −25
𝑟20 − 𝑟15 = 50 → 𝑟20 = 85

𝑡 = 20 → 𝑡 = 30
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 = −100
∆𝑟 = −100
𝑟30 − 𝑟20 = −100 → 𝑟30 = −15

110

85

35
10
0 30
5 10 15 20

−15
1.3 KINEMATIKA GERAK RELATIF
Kinematika ini terjadi apabila ada dua pengamat atau lebih yang mengamati object yang sama maka
masing-masing pengamat mungkin akan mendapatkan parameter kinematika (posisi, kecepatan,
percepatan) yang berbeda bergantung dengan inersia si pengamat.

𝑂 𝑚 𝑚
𝑉𝐴𝑂 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑂 = 10 𝑉𝐵𝑂 = 3
(pengamat) 𝑠 𝑠

A B

⃑ 𝐴𝐵 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐵
Ditanyakan adalah 𝑉

Langkah-langkah mudah untuk menyelesaikan persoalan kinematika gerak relatif:


1. Beri indeks untuk pengamat dan yang diamati
(Apabila ada dua pengamat atau lebih yang berada dalam 1 kerangka inersia, maka indeks jangan
dibedakan)
Contoh:
O : Pengamat (Orang yang diam)
A : Mobil A
B : Mobil B
2. Ubah parameter kinematika dalam bentuk indeks
Contoh:
⃑ 𝐴𝑂 : Kecepatan mobil A menurut pengamat O = 10 𝑚/𝑠
𝑉
⃑ 𝐵𝑂 : Kecepatan mobil B menurut pengamat O = −3 𝑚/𝑠 (tanda (-) karena arah ke kiri)
𝑉
3. Kerjakan
⃑ 𝐴𝐵 = 𝑉
𝑉 ⃑ 𝐴… + 𝑉
⃑ …𝐵
(… ) diisi oleh kerangka lain (indeks lain) di dalam soal ini adalah indeks O

⃑ 𝐴𝐵 = 𝑉
𝑉 ⃑ 𝐴𝑂 + 𝑉
⃑ 𝑂𝐵
𝑚 𝑚
⃑ 𝐴𝐵 = 10 + 3
𝑉
𝑠 𝑠
𝑚
⃑ 𝐴𝐵 = 13
𝑉
𝑠
Rumus di atas juga berlaku untuk parameter kinematika yang lain:
𝑟𝐴𝐵 = 𝑟𝐴… + 𝑟…𝐵
𝑎𝐴𝐵 = 𝑎𝐴… + 𝑎…𝐵

Contoh:

𝐿𝑖𝑓𝑡

𝐵
10 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Seorang yang sedang berdiri diam di lantai mengamati ada sebuah lift yang awalnya (𝑡 = 0)
sedang diam pada ketinggian 10 𝑚 dari lantai. Di dalam lift terdapat sebuah bola yang siap untuk
bergerak vertikal ke atas dan ada seorang pengamat lain yang mengamati bola tersebut di dalam
lift (ketika 𝑡 = 0 bola belum bergerak). Kemudian bola bergerak vertikal ke atas dengan
kecepatan awal menurut orang di dalam lift adalah 4 𝑚/𝑠 dan secara bersamaan lift bergerak
vertikal ke atas dengan percepatan lift diamati oleh orang di luar lift adalah 2 𝑚/𝑠 2 .

Ditanyakan
1. ℎ𝑚𝑎𝑥 bola diamati oleh orang di dalam lift
2. ℎ𝑚𝑎𝑥 bola diamati oleh orang di luar lift

Jawab
A : Orang di luar lift
B : Bola
C : Orang di dalam lift

𝑉0 𝐶𝐴 = 0 (kecepatan awal lift menurut A)


ℎ0 𝐶𝐴 = 10 𝑚
𝑉0 𝐶𝐴 = 4 𝑚/𝑠
𝑎𝐶𝐴 = 2 𝑚/𝑠 2
ℎ0 𝐵𝐶 = 0
𝑎𝐵𝐴 = −10 𝑚/𝑠 2 (percepatan bola menurut bumi ≈ 𝑔)

1. Ketika mencapai max, maka 𝑉𝑡 𝐵𝐶 = 0


𝑉𝑡2 = 𝑉02 + 2𝑎∆𝑟
𝑉𝑡2𝐵𝐶 = 𝑉02𝐵𝐶 + 2𝑎𝐵𝐶 (ℎmax 𝐵𝐶 − ℎ0 𝐵𝐶 )
0 = (4)2 + 2𝑎𝐵𝐶 (ℎ𝑚𝑎𝑥 𝐵𝐶 )

𝑎𝐵𝐶 = 𝑎𝐵𝐴 + 𝑎𝐴𝐶


𝑎𝐵𝐶 = −10 + (−2) (tanda (-) pada angka 2 karena indeksnya berlawanan 𝑎𝐴𝐶 = −𝑎𝐶𝐴 )
𝑎𝐵𝐶 = 12 𝑚/𝑠 2

0 = (4)2 + 2(12)(ℎ𝑚𝑎𝑥 𝐵𝐶 )
42
ℎ𝑚𝑎𝑥 𝐵𝐶 = 𝑚
23
𝟐
𝒉𝒎𝒂𝒙 𝑩𝑪 = 𝒎
𝟑

2. ℎ𝑚𝑎𝑥 𝐵𝐴 = ⋯ ?
𝑉𝑡2 = 𝑉02 + 2𝑎∆𝑟
𝑉𝑡2𝐵𝐴 = 𝑉𝑜2𝐵𝐴 + 2𝑎𝐵𝐴 (ℎmax 𝐵𝐴 − ℎ0 𝐵𝐴 )
0 = 𝑉𝑜2𝐵𝐴 + 2(−10)(ℎmax 𝐵𝐴 − ℎ0 𝐵𝐴 )

𝑉𝑂 𝐵𝐴 = 𝑉𝑂 𝐵𝐶 + 𝑉𝑂 𝐶𝐴
𝑉𝑂 𝐵𝐴 = 4 + 0
𝑉𝑂 𝐵𝐴 = 4 𝑚/𝑠

ℎ0 𝐵𝐴 = ℎ0 𝐵𝐶 + ℎ0 𝐶𝐴
ℎ0 𝐵𝐴 = 0 + 10
ℎ0 𝐵𝐴 = 10 𝑚
0 = 42 + 2(−10)(ℎmax 𝐵𝐴 − 10)
16
ℎmax 𝐵𝐴 = + 10
20
𝟐
𝒉𝐦𝐚𝐱 𝑩𝑨 = 𝟏𝟎 𝒎
𝟑

Ilustrasi:

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 max 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡


𝑑𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑙𝑖𝑓𝑡

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 max
𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑖 𝑙𝑖𝑓𝑡

1.4 KINEMATIKA LINEAR 2D


Gerak 2D merupakan pengembangan dari gerak 1D sebelumnya. Pada kasus ini, pergerakan benda
mengalami di dua sumbu. Di masing-masing sumbu dapat mengalami GLB maupun GLBB. Ada banyak
kasus mengenai gerak 2D ini yang akan dibahas dalam kasus ini adalah gerak parabola.

1.4.1 PARABOLA (DEFAULT)

𝑦
𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘

𝑉0
𝜃
𝑔 𝑚𝑎𝑥 𝑥
Sumbu-X (GLB) Sumbu-Y (GLBB)
𝑎𝑥 = 0 𝑎𝑦 = −𝑔
𝑉𝑥 = 𝑉0𝑥 𝑉𝑦 = 𝑉0𝑦 + 𝑎𝑦 ∆𝑡
𝑽𝒙 = 𝑽𝟎 𝐜𝐨𝐬 𝜽 𝑽𝒚 = 𝑽𝟎 𝐬𝐢𝐧 𝜽 − 𝒈∆𝒕
1
∆𝑥 = 𝑉0𝑥 ∆𝑡 ∆𝑦 = 𝑉0𝑦 ∆𝑡 + 𝑎𝑦 ∆𝑡 2
2
1
∆𝑥 = 𝑉0 cos 𝜃 ∆𝑡 ∆𝑦 = 𝑉0 sin 𝜃 ∆𝑡 − 𝑔∆𝑡 2
2
𝟏
𝒙 − 𝒙𝟎 = 𝑽𝟎 𝐜𝐨𝐬 𝜽 ∆𝒕 𝒚 − 𝒚𝟎 = 𝑽𝟎 𝐬𝐢𝐧 𝜽 ∆𝒕 − 𝒈∆𝒕𝟐
𝟐
2
2
𝑉𝑥2 = 𝑉0𝑥 + 2𝑎𝑥 ∆𝑥 𝑉𝑦2 = 𝑉0𝑦 + 2𝑎𝑦 ∆𝑡

𝑽𝟐𝒙 = (𝑽𝟎 𝐜𝐨𝐬 𝜽)𝟐 𝑽𝟐𝒚 = (𝑽𝟎 𝐬𝐢𝐧 𝜽)𝟐 − 𝟐𝒈(𝒚 − 𝒚𝟎 )

Contoh
[UST ‘09] sebuah bola ditembakkan menuju atap sebuah gedung di titik A dan mendarat 4 detik
kemudian di titik B yang memiliki ketinggian 20 m dari titik penembakan. Lintasan bola sesaat
sebelum menyentuh titik B membentuk sudut 60o dengan permukaan atap.

60𝑜 𝐵
60𝑜
20 𝑚
𝜃
𝐴
𝑥
𝑑

Ditanyakan
1. Komponen kecepatan bola sesaat ketika menyentuh B (𝑉𝑥 , 𝑉𝑦 )
2. Jarak horizontal (𝑑)
3. Nilai 𝜃 dan 𝑉0
Jawab
𝑦0 = 0 𝑥0 = 0 𝑎𝑦 = −𝑔 = 10 𝑚/𝑠 2 ∆𝑡 = 4𝑠
𝑦 = 20 𝑥=𝑑 𝛽 = 60𝑜

1. 𝑉𝑥 = 𝑉0 cos 𝜃

1
∆𝑦 = 𝑉0 sin 𝜃 ∆𝑡 − 𝑔∆𝑡 2
2
20 = 4𝑉0 sin 𝜃 − 5(4)2
4𝑉0 sin 𝜃 = 20 + 80
100
𝑉0 sin 𝜃 =
4

𝑉𝑦 = 𝑉0 sin 𝜃 − 𝑔∆𝑡
𝑉𝑦 = 𝑉0 sin 𝜃 − 10(4)
100
𝑉𝑦 = − 40
4
𝑉𝑦 = 25 − 40
𝑽𝒚 = −𝟏𝟓 𝒎/𝒔

Dari gambar
|𝑉𝑦 | = 𝑉 sin 60𝑜
15 30
𝑉= 𝑜
= = 10√3
sin 60 √3

𝑉𝑥 = 𝑉0 cos 60𝑜
1
𝑉𝑥 = 10√3 .
2
𝑽𝒙 = 𝟓√𝟑 𝒎/𝒔

2. ∆𝑥 = 𝑉0 cos 𝜃 ∆𝑡
∆𝑥 = 𝑉𝑥 ∆𝑡
𝑑 = 5√3 ∙ 4
𝒅 = 𝟐𝟎√𝟒 𝒎
3. 𝑉𝑥 = 5√3 = 𝑉𝑜 cos 𝜃
𝑉𝑦 = 25 = 𝑉0 sin 𝜃

𝑉0 sin 𝜃 25 5
= =
𝑉𝑜 cos 𝜃 5√3 √3
5
tan 𝜃 =
√3
tan 𝜃 = 70,89𝑜

𝑉0 sin(70,89𝑜 ) = 25
25
𝑉0 =
sin(70,89𝑜 )
𝑉0 = 26,458 𝑚/𝑠

Contoh Lain (Advance)

𝑑
𝑉0
𝜃

𝑥

Tunjukkan bahwa
2𝑉02 sin(𝜃 − ∅) cos(𝜃)
𝑑=
𝑔 cos2 ∅

Jawab
Persoalan di atas dapat diselesaikan dengan berbagai cara, salah satu cara dengan menggeser
koordinat x dan y nya. Dengan menggeser koordinat x dan y, maka kita akan dapat membuat
persoalan di atas seperti persoalan parabola biasa.
𝑦

(𝜃 − ∅) 𝑑
𝑉0
𝜃

𝑥

𝑦′ 𝑦
𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘′
𝑥′
𝑚𝑎𝑥′
∅ 𝑑
𝑉0

𝑔 𝑥
𝑔 cos ∅

𝑔 sin ∅

Sumbu-X (GLBB) Sumbu-Y (GLBB)


𝑎𝑥 ′ = −𝑔 sin ∅ 𝑎𝑦′ = −𝑔 cos ∅
𝑉𝑥′ = 𝑉0 cos(𝜃 − ∅) − 𝑔 sin ∅ 𝑡 𝑉𝑦′ = 𝑉0 sin(𝜃 − ∅) − 𝑔 cos ∅ 𝑡
1 1
∆𝑥 ′ = 𝑉0 cos(𝜃 − ∅)𝑡 − 𝑔 sin ∅ 𝑡 2 ∆𝑦 ′ = 𝑉0 sin(𝜃 − ∅) 𝑡 − 𝑔 cos ∅ 𝑡 2
2 2

Puncak’ terjadi ketika 𝑉𝑦′ = 0


0 = 𝑉0 sin(𝜃 − ∅) − 𝑔 cos ∅ 𝑡𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 ′
𝑉0 sin(𝜃 − ∅)
𝑡𝑝𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 ′ =
𝑔 cos ∅

Max’ terjadi ketika ∆𝑦 ′ = 0


Hal ini dikarenakan oleh lintasan yang terbentuk adalah parabola sempurna
1
∆𝑦 ′ = 𝑉0 sin(𝜃 − ∅) 𝑡 − 𝑔 cos ∅ 𝑡 2
2
1
0 = 𝑉0 sin(𝜃 − ∅) 𝑡 − 𝑔 cos ∅ 𝑡 2
2
2𝑉0 sin(𝜃 − ∅)
𝑡𝑚𝑎𝑥′ =
𝑔 cos ∅
′ ′
1 ′
∆𝑥𝑚𝑎𝑥 = 𝑑 = 𝑉0 cos(𝜃 − ∅) 𝑡𝑚𝑎𝑥 − 𝑔 sin ∅ (𝑡𝑚𝑎𝑥 )2
2
2𝑉0 sin(𝜃 − ∅) 1 4𝑉02 sin2 (𝜃 − ∅)
𝑑 = 𝑉0 cos(𝜃 − ∅) − 𝑔 sin ∅
𝑔 cos ∅ 2 𝑔2 cos2 ∅
2𝑉02 cos(𝜃 − ∅) sin(𝜃 − ∅) − 2𝑉02 sin ∅ sin2 (𝜃 − ∅)
𝑑=
𝑔 cos2 ∅
2𝑉02 sin(𝜃 − ∅)
𝑑= (cos(𝜃 − ∅) cos ∅ − sin ∅ sin(𝜃 − ∅))
𝑔 cos2 ∅

Ingat kembali aturan trigonometri sederhana


cos(𝐴 + 𝐵) = cos 𝐴 cos 𝐵 − sin 𝐴 sin 𝐵
Misal 𝐴 = 𝜃 − ∅ dan 𝐵 = ∅

2𝑉02 sin(𝜃 − ∅)
𝑑= (cos(𝜃 − ∅ + ∅))
𝑔 cos2 ∅
2𝑉02 sin(𝜃 − ∅) cos 𝜃
𝑑=
𝑔 cos2 ∅

1.5 KINEMATIKA GERAK MELINGKAR (ANGULAR)


Pada dasarnya gerak melingkar sama halnya dengan gerak linear (lurus) namun peramater-parameter
dalam rumus yang digunakan sedikit mengalami perubahan (penyesuaian).

Liner Angular
𝑟 =𝑅∙𝜃 𝜃
Dengan:
𝑅 : Jari-jar lingkaran
𝜃 : Sudut (rad)

2𝜋 𝑟𝑎𝑑 = 360𝑜
𝜋
1𝑜 = 𝑟𝑎𝑑
180
𝑣 =𝑅∙𝜔 𝜔
𝑎𝑡𝑔 = 𝑅 ∙ 𝛼 𝛼
GLB: GMB:
𝑉𝑡 = 𝑉0 𝜔𝑡 = 𝜔𝑜
∆𝑟 = 𝑉0 ∆𝑡 ∆𝜃 = 𝜔𝑜 ∆𝑡
GLBB GMBB
𝑉𝑡 = 𝑉0 + 𝑎𝑡 𝜔𝑡 = 𝜔0 + 𝛼𝑡
1 1
∆𝑟 = 𝑉0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 ∆𝜃 = 𝜔0 𝑡 + 𝛼𝑡 2
2 2
𝑉𝑡2 = 𝑉02 + 2𝑎∆𝑟 𝜔𝑡2 = 𝜔02 + 2𝛼∆𝜃

Pada gerak melingkar, walaupun itu adalah gerak melingkar beraturan (GMB) dimana 𝛼 = 0 namun
tetap memiliki percepatan yaitu 𝑎𝑠𝑝 (percepatan sentripetal) yang mengarah ke pusat lingkaran.
Untuk kasus gerak melingkar berubah beraturan (GMBB), selain ada 𝑎𝑠𝑝 yang mengarah ke pusat
lingkaran juga terdapat 𝑎𝑡𝑔 (percepatan tangensial) yang mengarah searah dengan lingkaran dan
tegak lurus dengan 𝑎𝑠𝑝

𝑎𝑡𝑔

𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑎𝑠𝑝

𝑣2 𝛼
𝑎𝑠𝑝 = , 𝑎𝑡𝑔 =
𝑅 𝑅
2 + 𝑎2
𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = √𝑎𝑠𝑝 𝑡𝑔
2 BAB II
DINAMIKA

Bab dinamika ini mempelajari mengenai gerak benda dan penyebab benda bergerak, dalam hal ini
adalah gaya penyebabnya. Dalam mengurai gaya penyebabnya, yang paling mudah adalah dengan
menggunakan diagram benda bebas (free body diagram) dan dengan memperkirakan arah gerak dan
arah dari masing-masing gaya.

2.1 HUKUM NEWTON


1. Hukum Newton 1 (Hukum Kelembaman)
Sebuah benda akan cenderung mempertahankan posisi awalnya apabila total gaya yang bekerja
pada benda tersebut adalah no (benda akan tetap diam atau akan tetap bergerak dengan
kecepatan konstan).
∑𝐹 = 0
2. Hukum Newton 2
Apabila total gaya yang bekerja tidak sama dengan nol, maka benda akan mengalami percepatan
yang searah dengan resultan gayanya.

∑𝐹⃑ = 𝑚𝑎⃑
3. Hukum Newton 3 (Hukum Aksi-Reaksi)
Setiap gaya yang bekerja pasti memiliki pasangan gaya lain yang sama besar namun berbeda arah.
Hal itu disebut gaya aksi-reaksi. Gaya aksi reaksi tersebut terjadi di dua benda yang bebeda.
⃑⃑𝒂𝒌𝒔𝒊 = −𝑭
𝑭 ⃑⃑𝒓𝒆𝒂𝒌𝒔𝒊
Contoh gaya aksi-reaksi adalah gaya berat benda (𝑚𝑔) merupakan gaya aksi dan gaya reaksinya
adalah pusat bumi yang mendapat gaya tarik ke arah benda sebesar 𝑚𝑔 pula.

𝑚𝑔

𝑚𝑔

Bumi
2.2 JENIS-JENIS GAYA YANG UMUM
1. Gaya Berat (𝑊)
Gaya ini akan muncul ketika sebuah benda massanya diketahui dan tidak diabaikan disertai
adanya pengaruh gravitasi pada benda ini.

Rumus gaya berat:


⃑𝑾
⃑⃑⃑⃑ = 𝒎𝒈
⃑⃑⃑

Arah dari gaya berat selalu mengarah ke pusat bumi (arah lurus ke bawah).

2. Gaya Normal (𝑁)


Gaya normal tergolong sebagai gaya kontak karena akan muncul apabila benda kontak langsung
dengan bidang sentuh.

Rumus gaya kontak:


Tidak ada cara (rumus) untuk menghitung gaya normal,
namun gaya normal dapat dicari melalui ∑𝐹

Arah gaya normal adalah selalu tegak lurus dengan bidang sentuh dan mengarah keluar bidang
sentuh.

3. Gaya Tegangan Tali (𝑇)


Gaya tegangan tali ini muncul apabila ada tali dengan kondisi tertarik (tegang). Apabila tali
tersebut tidak tegang (kendor) maka nilai tegangan talinya adalah nol. Nilai tegangan tali tidak
ada yang bernilai negatif sehingga apabila dari perhitungan didapatkan nilai tegangan tali negatif
maka terdapat kesalahan dalam membuat diagram benda bebasnya.

Rumus gaya tegangan tali:


Gaya tegangan tali tidak ada rumusnya namun dapat dicari dengan ∑𝐹

Arah dari tegangan tali adalah selalu menarik bendanya, selalu keluar dari benda yang ditinjau.
Contoh:

Apabila ditinjau katrol

Katrol Katrol

Apabila ditinjau benda


𝑚 𝑇

4. Gaya Gesek (𝑓𝑔𝑒𝑠 )


Gaya gesek yang kita pelajari di bab ini adalah gaya gesek akibat bidang sentuh, bukan karena
udara. Gaya gesek termasuk ke dalam golongan gaya kontak karena syarat munculnya gaya gesek
adalah harus kontak langsung dengan bidang sentuh dan bergesekan dengan bidang tersebut.

Rumus gaya gesek:


𝒇𝒈𝒆𝒔 = 𝝁𝑵
𝜇𝑘 : Apabila benda sudah bergerak
𝜇𝑠 : Apabila benda masih diam
𝝁𝒔 > 𝝁𝒌

Arah dari gaya gesek adalah berlawanan dengan arah asumsi gerak.

Contoh:

𝐹 = 50𝑁 Lantai kasar, 𝜇𝑠 = 0,6 dan 𝜇𝑘 = 0,2


10 𝑘𝑔
Ditanyakan:
Berapa 𝑓𝑔𝑒𝑠 pada soal di atas

Jawab:
Apabila anda menjawab 𝑓𝑔𝑒𝑠 tersebut adalah
𝑓𝑔𝑒𝑠 = 𝜇𝑠 𝑁
Dimana 𝑁 = 𝑚𝑔 dan 𝑔 = 10 𝑚/𝑠 2
𝑓𝑔𝑒𝑠 = 0,6 (100)
𝑓𝑔𝑒𝑠 = 60 𝑁

Maka jawab anda dipastkan salah. Hal ini dikarenakan tidak masuk akal nilai 𝑓𝑔𝑒𝑠 = 60𝑁

𝐹
10 𝑘𝑔

𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑚𝑔

Dari diagram benda bebas tersebut, apabila 𝑓𝑔𝑒𝑠 = 60 𝑁 maka dari gambar tersebut benda akan
bergerak ke kiri karena 𝑓𝑔𝑒𝑠 > 𝐹. Hal ini jelas tidak masuk akal. Jari 𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 = 𝜇𝑠 ∙ 𝑁 hanya dipakai
sebagai patokan benda tersebut bergerak atau tetap diam ketika diberikan gaya. Apabila 𝐹 >
𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 maka benda akan bergerak dan dalam kasus ini 𝑓𝑔𝑒𝑠 yang dipakai adalah 𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑡𝑖𝑘 = 𝜇𝑘 𝑁.
Namun apabila 𝐹 < 𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 maka benda tetap diam namun untuk menghitung 𝑓𝑔𝑒𝑠 nya bukan
dengan 𝒇𝒈𝒆𝒔 = 𝝁𝒔 𝑵. Tetapi dengan menggunakan ∑𝐹.

Untuk soal di atas, maka 𝑓𝑔𝑒𝑠 nya adalah


∑𝐹 = 0
𝐹 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 = 0
𝑓𝑔𝑒𝑠 = 𝐹
𝒇𝒈𝒆𝒔 = 𝟓𝟎 𝑵
5. Gaya Pegas (𝐹𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 )
Gaya pegas adalah gaya yang muncul ketika terdapat pegas yang tertekan atau tertarik. Apabila
pegas berada dalam keadaan setimbang (tidak tertekan atau tertarik) maka tidak muncul gaya
pegas. Gaya pegas tergolong jenis gaya pemulih karena gaya pegas ini selalu mengkondisikan agar
keadaan pegas setimbang.

Rumus gaya pegas:

𝐹⃑𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 = −𝑘∆𝑥⃑
Tanda minus (-) hanya menandakan arahnya berlawanan dengan ∆𝑥⃑

Arah dari gaya pegas selalu berlawanan dengan gaya yang kita berikan pada pegas tersebut.

6. Gaya Sentripetal (𝐹𝑠𝑝 )


Gaya sentripetal adalah gaya yang muncul setiap ada benda yang bergerak melingkar (GMB atau
GMBB). Gaya sentripetal adalah Gaya Fiktif yaitu gaya yang tidak perlu digambarkan pada diagram
benda bebas namun dimasukkan dalam perhitungan ∑𝐹.

Rumus gaya sentripetal:

𝐹⃑𝑠𝑝 = 𝑚𝑎⃑𝑠𝑝
𝑚𝑣 2
𝐹⃑𝑠𝑝 = (−𝑟̂ ) ; −𝑟̂ = 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙 𝑘𝑒 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
𝑅

Arah dari 𝐹𝑠𝑝 adalah selalu mengarah ke pusat lingkaran. 𝐹𝑠𝑝 dan gaya sentrifugal adalah gaya
aksi-reaksi. Apabila kita berada di dalam sistem yang diamati maka kita akan merasakan gaya
sentrifugal. Apabila kita berada di luar sistem yang kita amati maka yang dirasakan adalah gaya
sentripetal.

2.3 JEBAKAN-JEBAKAN DASAR DINAMIKA


“Jebakan” disini maksudnya adalah persoalan-persoalan sederhana dalam dinamika dimana banyak
mahasiswa yang melakukan kesalahan dalam mengerjakannya.
1. Jebakan 𝐹𝑠𝑝
Jebakan 𝐹𝑠𝑝 ini terjadi ketika mendapatkan persoalan benda bergerak melingkar
Solusi:
a. Benda bergerak melingkar pasti muncul 𝐹𝑠𝑝 . 𝐹𝑠𝑝 tersebut adalah gaya fiktif jadi jangan
digambarkan pada diagaram benda bebas.
b. Jadikan arah yang mengarah ke pusat lingkaran sebagai sumbu-x atau sumbu-y.
c. ∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = ∑𝐹𝑠𝑝

Contoh:
[UTS ‘09]

Periode putara = 100 s


Jari-jari =5m
g = 10 m/s2

Ditanyakan:
a. Besar kecepatan sudut dan kecepatan tangensial
b. Gaya normal yang dialami oleh anak yang bermassa 60 𝑘𝑔 ketika berada di posisi 𝐴 dan 𝐶
c. Gaya gesek yang dialami anak tersebut dengan tempat duduknya di posisi 𝐵
Jawab:
a. Kecepatan sudut (𝜔)
2𝜋 𝑟𝑎𝑑
𝜔=
𝑇 𝑠
2𝜋
𝜔=
100
𝜋 𝑟𝑎𝑑
𝜔=
50 𝑠

Kecepatan tangensial (𝑣)


𝑣 = 𝑅𝜔
𝜋 𝑚
𝑣 = 5( )
50 𝑠
𝜋 𝑚
𝑣=
10 𝑠

b. Titik A

Pusat Lingkaran

𝑚𝑔

∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑠𝑝


𝑚𝑣 2
𝑁 − 𝑚𝑔 =
𝑅
𝑚𝑣 2
𝑁𝐴 = ( + 𝑚𝑔) 𝑁
𝑅
Titik C

𝑚𝑔

Pusat Lingkaran

∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑠𝑝


𝑚𝑣 2
𝑚𝑔 − 𝑁𝐶 =
𝑅
𝑚𝑣 2
𝑁𝐶 = (𝑚𝑔 − )𝑁
𝑅

Titik B

𝑓𝑔𝑒𝑠  Orang akan jatuh ke luar

Pusat Lingkaran
𝑚𝑔

Arah dari 𝑓𝑔𝑒𝑠 mengarah ke pusat lingkaran karena apabila kita membayangkan tempat duduk
tersebut licin maka anak akan terpeleset ke luar.
∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑠𝑝
𝑚𝑣 2
𝑓𝑔𝑒𝑠 =
𝑅
2. Jebakan Gaya Gesek
“Jebakan” ini terjadi apabila terdapat gaya gesek (bidang sentuh kasar) dan kita tidak mengetahui
secara pasti arah gerak dari benda yang mendapatkan gaya tersebut.

Solusi:
a. Buat arah asumsi gerak, arah asumsi gerak disesuaikan dengan kemungkinan gerak yang
terjadi. Arah dari gaya gesek selalu berlawanan dengan arah asumsi gerak.
b. Mencari nilai dari percepatan (𝑎)
 Apabila nilai 𝑎 positif maka asumsi benar
 Apabila nilai 𝑎 negatif maka asumsi salah
Dikarenakan asumsi salah, maka harus dihitung ulang nilai percepatanya dengan terlebih
dahulu mengubah arah asumsi geraknya.
 Apabila nila 𝑎 mendekati nol maka coba cek ulang apakah benda tersebut bergerak atau
diam, dengan cara
∑𝐹𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 − ∑𝐹𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 ≥ 0

Contoh:
[UTS ‘05]

𝐹𝑡
37𝑜
𝐹𝑑 = 20𝑁
𝐹𝑡 = 40𝑁
𝐹𝑑
𝑚 𝑚 = 25 𝑘𝑔
𝑔 = 10𝑚/𝑠 2

𝜇𝑠 = 0,3; 𝜇𝑘 = 0,2
30𝑜

Ditanyakan
a. Gambarkan diagram gaya yang bekerja pad benda
b. Tentukan gaya dan arah percepatan gerak benda
c. Tentukan besar kecepatan benda setelah menempuh jarak 2 𝑚
Jawab
Dalam kasus tersebut, kita tidak dapat mengetahui secara pasti arah gerak benda, apakah
bergerak ke atas atau turun ke bawah, tanpa melakukan perhitungan terlebih dahulu untuk itu,
akan lebih mudah apabila kita lakukan asumsi gerak, misal asumsi benda bergerak ke atas.

𝑦 𝐹𝑡

𝑁 𝑥
37𝑜

𝐹𝑑
𝑚

𝑓𝑔𝑒𝑠
30𝑜

𝑚𝑔

∑𝐹𝑦 = 0
𝑁 + 𝐹𝑡 sin 37𝑜 − 𝑚𝑔 cos 30𝑜 − 𝐹𝑑 sin 30𝑜 = 0
𝑁 = 𝐹𝑑 sin 30𝑜 + 𝑚𝑔 cos 30𝑜 − 𝐹𝑡 sin 37𝑜
𝑁 = 202,43 𝑁

∑𝐹𝑥 = 𝑚𝑎
𝐹𝑡 cos 37𝑜 + 𝐹𝑑 cos 30𝑜 − 𝑚𝑔 sin 30𝑜 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 = 𝑚𝑎
𝑎 = −4,648 𝑚/𝑠 2

Asumsi yang kita buat salah, maka perhitungan harus diulang dengan mengubah arah asumsi
gerak.
𝑦 𝐹𝑡

𝑁 𝑥
37𝑜

𝑓𝑔𝑒𝑠
𝐹𝑑
𝑚

30𝑜

𝑚𝑔

Untuk sumbu-y tidak mengalami perubahan


𝑁 = 202,43 𝑁

Untuk sumbu-x
∑𝐹𝑥 = 𝑚𝑎
𝑚𝑔 sin 30𝑜 − 𝐹𝑡 cos 37𝑜 − 𝐹𝑑 cos 30𝑜 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 = 𝑚𝑎
𝑎 = 1,4 𝑚/𝑠 2

Jadi percepatan benda adalah 1,4 𝑚/𝑠 2 ke bawah.

𝑉𝑜 = 0
𝑎 = 1,4 𝑚/𝑠 2
𝑆 =2𝑚

𝑉𝑡2 = 𝑉02 + 2𝑎𝑠


𝑉𝑡 = √2𝑎𝑠
𝑉𝑡 = 2,366 𝑚/𝑠
3. Jebakan Kabel Majemuk
“Jebakan” ini biasanya terjadi apabila ada kantrol majemuk atau kabel yang saling berhubungan.
Untuk kontrol tunggal kemungkinan besar tidak mengalami masalah.

“Jebakan” yang sering terjadi terutama pada mencari hubungan antar 𝑇 dan mencari hubungan
antar percepatan (𝑎)

Solusi:
a. Buat diagram benda bebas untuk masing-masing benda, disarankan untuk tidak membuat
diagram benda bebas gabungan saja karena akan menyebabkan ada beberapa gaya yang
saling menghilang, terutama gaya aksi-reaksi. Buat juga diagram benda bebas untuk kontrol.
b. Perhatikan katrol, buat diagram benda bebas untuk katrol
 Perhatikan jari-jari kontrol (𝑅𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 ) dan massa katrol (𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 )
o Apabila di soal dikasih tau𝑅𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 dan 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 maka jawaban yang diminta terdapat
dinamika rotasi.
o Apabila 𝑅𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 dan 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 tidak dikasih tau di soal maka hanya dinamika biasa.
o Apabila 𝑅𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 dan 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 diabaikan, maka katrol tidak dianggap sebagai benda
karena tidak memiliki massa sehingga katrol hanya dianggap sebagai penghubung tali
dan katrol tidak berputar
 Hubungan antar 𝑇 (asumsi 𝑅𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 dan 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 diabaikan)
o Kalau tali berhubungan (satu tali) maka 𝑇 sama
o Apabila tidak satu tali, maka lihat katrol yang menjadi penghubung untuk mengetahui
hubungan antar 𝑇
 Hubungan antar 𝑎 (percepatan)
o Gunakan logika pergerakan benda untuk mengetahui hubungan antar 𝑎.
Contoh

𝑎1 𝑎2

𝑇1 𝑇2
𝑚 3𝑚

𝜇𝑠 = 0,3 𝜇𝑠 = 0,5
𝜇𝑘 = 0,1 𝜇𝑘 = 0,2

𝑎3
𝑇3

10𝑚

Ditanyakan
a. 𝑇1 , 𝑇2 , 𝑇3
b. 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3

Jawab

𝑁1

𝑚 𝑇1

𝑓𝑔𝑒𝑠
𝑚𝑔

∑𝐹𝑦 = 0
𝑁1 = 𝑚𝑔

∑𝐹𝑥 = 𝑚1 𝑎1
𝑇1 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 1 = 𝑚𝑎1
𝑇1 − 0,1(𝑚𝑔) = 𝑚𝑎1

𝑁2
𝑎2 𝑇2
3𝑚

𝑓𝑔𝑒𝑠 2
3𝑚𝑔
∑𝐹𝑦 = 0
𝑁2 = 3𝑚𝑔

∑𝐹𝑥 = 𝑚2 𝑎2
𝑇2 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 2 = 3𝑚𝑎2
𝑇2 − 0,2(3𝑚𝑔) = 3𝑚𝑎2
𝑇2 − 0,6𝑚𝑔 = 3𝑚𝑎2

𝑇3

10𝑚
𝑎3
10𝑚𝑔

∑𝐹𝑦 = 𝑚3 𝑎3
10𝑚𝑔 − 𝑇3 = 10𝑚𝑎3

Hubungan antar 𝑻
Dari gambar dapat dilihat bahwa 𝑇1 dan 𝑇2 adalah 1 tali yang sama namun 𝑇3 berbeda tali
𝑇1 = 𝑇2 = 𝑇

Lihat katrol pada massa 10𝑚

𝑇1 𝑇2

𝑇3

∑𝐹𝑦 = 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑎3
Karena 𝑚𝑘𝑎𝑡𝑟𝑜𝑙 = 0 maka diabaikan
𝑇1 + 𝑇2 − 𝑇3 = 0
𝑇3 = 2𝑇
Hubungan antar 𝒂
Dari gambar dapat terlihat, apabila 𝑚 bergerak 4 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ke kanan dan 3𝑚 bergerak 6 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
4+6
ke kiri maka benda 10𝑚 akan bergerak 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 ke bawah. Hubungan perpindahan benda
2

sebanding dengan hubungan percepatan benda sehingga


𝑎1 + 𝑎2
𝑎3 =
2

Sehingga persamaan-persamaan sebelumnya menjadi


𝑇 = 𝑚𝑎1 + 0,1𝑚𝑔 … (1)
𝑇 = 3𝑚𝑎2 + 0,6𝑚𝑔 … (2)
2𝑇 = 10𝑚𝑔 − 10𝑚𝑎3 … (3)

𝑇 − 0,1𝑚𝑔
𝑎1 =
𝑚
𝑇 − 0,6𝑚𝑔
𝑎2 =
3𝑚
10𝑚𝑔 − 2𝑇
𝑎3 =
10𝑚
Jadi
2𝑎3 = 𝑎1 + 𝑎2

20𝑚𝑔 − 4𝑇 𝑇 − 0,1𝑚𝑔 𝑇 − 0,6𝑚𝑔


= +
10𝑚 𝑚 3𝑚
1
2𝑚𝑔 − 0,4𝑇 𝑇 − 0,1𝑚𝑔 3 𝑇 − 0,2𝑚𝑔
= +
𝑚 𝑚 𝑚
1
2𝑚𝑔 + 0,1𝑚𝑔 + 0,2𝑚𝑔 = 𝑇 + 𝑇 + 0,4𝑇
3
𝑇 = 1,327𝑚𝑔

𝑇 = 1,327 𝑚𝑔 = 𝑇1 = 𝑇2
𝑇3 = 2𝑇 = 2,654𝑚𝑔
1,327𝑚𝑔 − 0,1𝑚𝑔
𝑎1 = = 1,227𝑔
𝑚
1,327𝑚𝑔 − 0,6𝑚𝑔
𝑎2 = = 0,242𝑔
3𝑚
𝑎1 + 𝑎2
𝑎3 = = 0,7345𝑔
2

4. Jebakan Gaya Kontak (𝑓𝑔𝑒𝑠 , 𝑁)


Apabila terdapat 2 benda atau lebih yang saling bersentuhan atau bertumpuk sehingga terjadi
kontak antar benda. Tipe soal seperti ini merupakan tipe soal yang cukup kompleks. Banyak
mahasiswa yang salah dalam menyelesaikannya.

Solusi:
a. Buat diagram benda bebas untuk masing-masing benda. Disarankan untuk tidak
menggabungkan benda karena akan menghilangkan gaya kontak yang terjadi
b. Jangan lupa ada 𝐹𝑎𝑘𝑠𝑖 dan 𝐹𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
c. Untuk gaya kontak (𝑓𝑔𝑒𝑠 , 𝑁) disarankan untuk memberikan indeks seperti pada gerak relatif

Contoh:
[UTS ‘13]

𝑚3

30𝑜

𝑚1 = 4𝑔
𝑚2 = 11𝑘𝑔
Koefisien gesek statik antara 𝑚1 dan 𝑚2 adalah 0,8
Koefisien gesek kinetik antara 𝑚2 dan lantai adalah 0,2
𝑔 = 10 𝑚/𝑠 2
Ditanyakan
a. Buat diagram benda bebas untuk 𝑚1 , 𝑚2 , 𝑚3 dan (𝑚1 + 𝑚2 )
b. Tentukan 𝑚3 maksimum supaya 𝑚1 tepat akan bergerak relatif terhadap 𝑚2
c. Tentukan tegangan tali pada keadaan (b)

Jawab
a.

𝑚1 𝑔
30𝑜

30𝑜 𝑚1 𝑔

𝑚3

𝑚3 𝑔
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑔
30𝑜

b. Untuk benda 𝑚1 :
∑𝐹𝑦 = 0
𝑁12 − 𝑚1 𝑔 cos 30𝑜 = 0
𝑁12 = 𝑚1 𝑔 cos 30𝑜
𝑁12 = 34,64𝑜

∑𝐹𝑥 = 𝑚1 𝑎
𝑓𝑔𝑒𝑠 12 − 𝑚1 𝑔 sin 30𝑜 = 𝑚1 𝑎
𝜇𝑠 𝑁12 − 𝑚1 𝑔 sin 30𝑜 = 𝑚1 𝑎
𝑎 = 1,928

Untuk benda 𝑚2 :
∑𝐹𝑦 = 0
𝑁2,𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 − 𝑁21 − 𝑚2 𝑔 cos 30𝑜 = 0
𝑁2,𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = 34,64𝑁 + 95,26𝑁
𝑁2,𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 = 129,9 𝑁

∑𝐹𝑥 = 𝑚2 𝑎
𝑇 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 21 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 2,𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 − 𝑚2 𝑔 sin 30𝑜 = 𝑚2 𝑎
𝑇 = 𝑚2 𝑎 + 𝜇𝑠 𝑁21 + 𝜇𝑘 𝑁2,𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 + 𝑚2 𝑔 sin 30𝑜
𝑇 = 129,9 𝑁
Untuk benda 𝑚3 :
∑𝐹𝑦 = 𝑚3 𝑎
𝑚3 𝑔 − 𝑇 = 𝑚3 𝑎
𝑚3 (𝑔 − 𝑎) = 𝑇
𝑇
𝑚3 =
𝑔−𝑎
𝑚3 = 16,092 𝑘𝑔

c. Tegangan tali
Nilai tegangan tali sudah didapatkan pada perhitungan (b) yaitu 𝑇 = 129,9 𝑁.
3 BAB III
USAHA DAN ENERGI

3.1 USAHA
Usaha adalah hasil perkalian dot product antara gaya penyebab dengan perpindahan yang terjadi.
Usaha merupakan besaran saklar sehingga tidak ada lagi keterangan arah (𝑖̂, 𝑗̂, 𝑘̂).

Rumus dasar:
⃑⃑⃑⃑⃑
𝑊 = ∫ 𝐹⃑ ∙ 𝑑𝑠
Dimana

𝐹⃑ : Gaya penyebab
⃑⃑⃑⃑⃑
𝑑𝑠 ⃑⃑⃑⃑⃑ = 𝑑𝑥 𝑖̂ + 𝑑𝑦 𝑗̂ + 𝑑𝑧 𝑘̂)
: Perpindahan (𝑑𝑠

3.1.1 JENIS-JENIS GAYA PENYEBAB


1. Gaya Konservatif (𝐹𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓 )
Gaya yang tidak bergantung lintasan
Contoh : 𝐹𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 , 𝐹𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 , 𝐹𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑡 , dan lain-lain
2. Gaya Non-konservatif (𝐹𝑛𝑜𝑛−𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓 )
Gaya yang bergantung lintasan
Contoh : 𝑓𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘

Apabila gaya penyebabnya adalah gaya konservatif, maka usaha yang dihasilkan akan konservatif,
yaitu maupun lintasan yang dilewati berbeda namun hasil usahanya akan tetap sama.

Contoh

Sebuah benda diberikan gaya 𝐹⃑ = 3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ + 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂. Lintasan yang terbentuk berbeda-beda (seperti
gambar di bawah)
𝑦

4 𝐵

(2)

𝐴 𝑥
2
𝐶

Ditanyakan
Apakah gaya yang diberikan adalah 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓 ?

Cara sederhana untuk mengetahui gaya tersebut konservatif atau tidak adalah dengan menghitung
usaha di setiap lintasannya. Apabila usaha di tiap lintasan sama, maka gaya tersebut adalah
konservatif.

Lintasan 1 (𝑦 = 2𝑥)
⃑⃑⃑⃑⃑ ; 𝑑𝑠
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 𝐹⃑ . 𝑑𝑠 ⃑⃑⃑⃑⃑ = 𝑑𝑥 𝑖̂ + 𝑑𝑦 𝑗̂ (𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑦)

𝑊𝐴𝐵 = ∫ (3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ +̇ 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂)(𝑑𝑥 𝑖̂ + 𝑑𝑦 𝑗̂)


𝑊𝐴𝐵 = ∫ (3𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑥 +̇ 2𝑥 3 𝑦 𝑑𝑦)
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 3𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑥 + ∫ 2𝑥 3 𝑦 𝑑𝑦

2 (2𝑥)2
1 3
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 3𝑥 𝑑𝑥 + ∫ 2 ( 𝑦) 𝑦 𝑑𝑦
2
2
1 4
𝑊𝐴𝐵 = 12 ∫ 𝑥 4 𝑑𝑥 + ∫ 𝑦 4 𝑑𝑦
0 4 0
12 5 2 1 4
𝑊𝐴𝐵 = 𝑥 0 + 𝑦50
5 20
𝑊𝐴𝐵 = 128 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
Lintasan 2
𝑊𝐴𝐵 = 𝑊𝐴𝐶 + 𝑊𝐶𝐵
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 𝐹⃑ . 𝑑𝑥 𝑖̂ + ∫ 𝐹⃑ . 𝑑𝑦 𝑗̂
𝑊𝐴𝐵 = ∫ (3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ + 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂). 𝑑𝑥 𝑖̂ + ∫ (3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ + 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂). 𝑑𝑦 𝑖̂
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 3𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑥 + 2𝑥 3 𝑦 𝑑𝑦
4
𝑊𝐴𝐵 = 0 + ∫ 16 𝑦 𝑑𝑦
0
4
𝑊𝐴𝐵 = 8𝑦 2 0
𝑊𝐴𝐵 = 128 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒

Lintasan 3 (𝑦 = 𝑥 2 )
⃑⃑⃑⃑⃑ ; 𝑑𝑠
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 𝐹⃑ . 𝑑𝑠 ⃑⃑⃑⃑⃑ = 𝑑𝑥 𝑖̂ + 𝑑𝑦 𝑗̂

𝑊𝐴𝐵 = ∫ (3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ +̇ 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂)(𝑑𝑥 𝑖̂ + 𝑑𝑦 𝑗̂)


𝑊𝐴𝐵 = ∫ 3𝑥 2 𝑦 2 𝑑𝑥 + ∫ 2𝑥 3 𝑦 𝑑𝑦
1 3
𝑊𝐴𝐵 = ∫ 3𝑥 2 (𝑥 2 )2 𝑑𝑥 + ∫ 2 (𝑦 2 ) 𝑦 𝑑𝑦
2 4 5
𝑊𝐴𝐵 = 3 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + 2 ∫ 𝑦 2 𝑑𝑦
0 0

3 2 2 74
𝑊𝐴𝐵 = 𝑥 7 0 + 𝑦20
7 7
2
𝑊𝐴𝐵 = 128 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒

Jadi 𝑊𝐴𝐵 dari 3 lintasan mendapatkan hasil yang sama, maka gaya penyebabnya adalah gaya
konservatif.

Cara lain untuk mengetahui gaya konservatif adalah dengan menggunakan operator matematika
⃑⃑)
nabla (∇
⃑∇⃑ = nabla = turunan berarah
𝑑 𝑑 𝑑
⃑⃑= (
∇ 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂)
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Untuk koordinat kartesian, untuk koordinat yang lain seperti bola dan tabung maka bentuk nablanya
berbeda.
Syarat Gaya Konservatif
⃑∇⃑ × 𝐹⃑ = 0 ; ⃑∇⃑ × bernama Curl

𝐹⃐ = 3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ + 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂
𝑑 𝑑 𝑑
⃑⃑ × 𝐹⃑ = (
∇ 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂) × (3𝑥 2 𝑦 2 𝑖̂ + 2𝑥 3 𝑦 𝑗̂)
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
𝑑 𝑑
⃑⃑ × 𝐹⃑ =
∇ (2𝑥 3 𝑦)(𝑖̂ × 𝑗̂) + (3𝑥 2 𝑦 2 )(𝑗̂ × 𝑖̂)
𝑑𝑥 𝑑𝑦
̂
⃑⃑ × 𝐹⃑ = 6𝑥 2 𝑦 (𝑘̂) + 6𝑥 2 𝑦 (−𝑘)

⃑⃑ × 𝐹⃑ = 0

Gaya tersebut adalah gaya konservatif.

3.2 ENERGI
Jenis-jenis energi yang umum
3.2.1 ENERGI POTENSIAL (EP)
1. 𝐸𝑃𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = energi potensial dikarenakan ketinggian
𝐸𝑃𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑚𝑔ℎ
2. 𝐸𝑃𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 = energi potensial dikarenakan pegas tertekan atau tertarik
1
𝐸𝑃𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 = 𝑘∆𝑥 2
2

3. 𝐸𝑃𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = energi potensial dikarenakan adanya muatan listrik yang dipengaruhi


potensial listrik
𝐸𝑃𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝑞∆𝑉

3.2.2 ENERGI KINETIK (EK)


Energi yang disebabkan benda bergerak
1
𝐸𝐾 = 𝑚𝑣 2
2

3.2.3 ENERGI MEKANIK (EM)


Energi mekanik merupakan penggabungan dari energi kinetik dan energi potensial
𝐸𝑀 = 𝐸𝑃 + 𝐸𝐾
3.2.4 ENERGI YANG HILANG KARENA GESEKAN (𝑾𝒈𝒆𝒔 )

𝑊𝑔𝑒𝑠 = ∫ 𝑓⃑𝑔𝑒𝑠 ⃑⃑⃑⃑⃑


̇𝑑𝑆
Apabila 𝑓𝑔𝑒𝑠 tidak bervariasi terhadap variable jarak (𝑥, 𝑦, 𝑧) maka
𝑊𝑔𝑒𝑠 = 𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑆 dengan 𝑆 adalah panjang lintasan yang searah dengan arah 𝑓𝑔𝑒𝑠

3.3 HUBUNGAN ANTARA USAHA DAN ENERGI


𝑊𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝐸𝐾 = 𝐸𝐾𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ − 𝐸𝐾𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚

3.4 HUKUM KEKEKALAN ENERGI


Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tapi hanya dapat dikonversi menjadi energi
lain.

1. Untuk kasus 𝐹𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓 (Tidak ada gaya gesek)

𝑚
𝑉1 = 10
𝑠

1 2

𝑙𝑖𝑐𝑖𝑛

𝐸𝑀1 = 𝐸𝑀2
𝐸𝑃1 + 𝐸𝐾1 = 𝐸𝑃2 + 𝐸𝐾2
𝐸𝑃1 − 𝐸𝑃2 = 𝐸𝐾2 − 𝐸𝐾1
−∆𝐸𝑃 = ∆𝐸𝐾
𝑊 = −∆𝐸𝑃

2. Untuk kasus 𝐹𝑛𝑜𝑛 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑡𝑖𝑓 (ada 𝑓𝑔𝑒𝑠 )

𝑉1

1 2
𝑆

𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟

𝐸𝑀1 = 𝐸𝑀2 + 𝑊𝑔𝑒𝑠


𝐸𝑃1 + 𝐸𝐾1 = 𝐸𝑃2 + 𝐸𝐾2 + 𝑊𝑔𝑒𝑠
(𝐸𝑃1 − 𝐸𝑃2 ) − 𝑊𝑔𝑒𝑠 = 𝐸𝐾2 − 𝐸𝐾1
−∆𝐸𝑃 − 𝑊𝑔𝑒𝑠 = ∆𝐸𝐾
𝑊 = −∆𝐸𝑃 − 𝑊𝑔𝑒𝑠

Contoh Soal
[UTS ‘10]

𝐹
𝐴

30𝑜

𝐵 𝐶 𝐷 9 𝐸

Konstanta pegas =1N


Massa bola = 0,1 kg
Jari-jari lintasan = 0,5 m
Panjang CD = 0,5 m
𝜇𝑠 = 0,4
𝜇𝑘 = 0,2
𝐵𝐶𝐷𝐸 licin

Ditanyakan
1. Ketinggian titik 𝐴 minimum, dihitung dari tanah agar benda dapat bergerak melingkar
1 putaran penuh sebelum menumbuk pegas
2. Jika ketinggian titik 𝐴 adalah 3,5𝑅 berapa jauh pegas tertekan?

Jawab
1. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan bersyarat karena ada syarat agar dapat bergerak
melingkar sehingga kita akan membandingkan 𝐸𝑀 benda di titik yang ditanyakan (titik 𝐴)
dengan titik ekstrimnya (titik 𝐹)
𝐸𝑀𝐴 = 𝐸𝑀𝐹 + 𝑊𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘
𝐸𝐾𝐴 + 𝐸𝑃𝐴 = 𝐸𝐾𝐹 + 𝐸𝑃𝐹 + 𝑊𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘

𝐸𝐾𝐴 = 0 karena benda dijatuhkan bukan didorong


1
𝑚𝑔ℎ𝐴 = 𝑚𝑉𝐹2 + 𝑚𝑔(2𝑅) + 𝑓𝑔𝑒𝑠 . 𝑠
2

Mengecek apakah benda diam atau bergerak di 𝐴

𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑁

𝑚𝑔

30𝑜

∑𝐹𝑦 = 0
𝑁 = 𝑚𝑔 cos 30𝑜
𝑁 = 0,866 𝑁
𝑚𝑔 sin 30𝑜 − 𝑓𝑔𝑒𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘 ≥ 0
1
− 0,4(0,866) ≥ 0
2
0,1536 ≥ 0
Jadi benda bergerak di Titik 𝐴

1
𝑚𝑔ℎ𝐴 = 𝑚𝑉𝑓2 + 𝑚𝑔(2𝑅) + 𝜇𝑘 𝑁. 𝑠
2
1 ℎ𝐴
𝑚𝑔ℎ𝐴 = 𝑚𝑉𝐹2 + 𝑚𝑔2𝑅 + 𝜇𝑘 𝑚𝑔 cos 30𝑜
2 sin 30𝑜
1
𝑔ℎ𝐴 = 𝑉𝐹2 + 2𝑔𝑅 + 𝜇𝐾 𝑔ℎ𝐴 cot 30𝑜
2
1
ℎ𝐴 (𝑔 − 𝜇𝑘 𝑔 cot 30𝑜 ) = 𝑉𝐹2 + 2𝑔𝑅
2

Mencari nilai 𝑉𝐹 dengan membuat diagram benda bebas di titik 𝐹


𝐹

𝑚𝑔

𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛

∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑆𝑃


𝑚𝑣𝐹2
𝑁 + 𝑚𝑔 =
𝑅

Meminimalkan ℎ𝐴 secara tidak langsung meminimalkan 𝑉𝐹 sehingga 𝑉𝐹 akan minimum


ketika 𝑁 = 0

𝑚𝑉𝐹2
𝑚𝑔 =
𝑅
𝑉𝐹2 = 𝑔𝑅

1
ℎ𝐴 (𝑔 − 𝜇𝑘 𝑔 cot 30𝑜 ) = 𝑔𝑅 + 2𝑔𝑅
2
5
𝑅
ℎ𝐴 = 2
(1 − 𝜇𝑘 cot 30𝑜 )

2. Karena ℎ𝐴 < ℎ𝐴 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 maka benda tidak akan pernah bisa memutari lintasan dengan
secara tidak langsung benda tidak akan pernah menekan pegas.
∆𝑋 = 0
Contoh Soal
[UTS ‘05]

∆𝑥 𝐶

2,5 𝑚
𝐴′ 𝐴 𝐵
𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟

Massa benda = 0,2 kg


Konstanta pegas = 1200 N/m
𝜇𝑘 = 0,2
𝑚
𝑔 = 10
𝑠2

𝑅 =1𝑚

Ditanyakan
1. Tentukan simpangan minimal (∆𝑥) agar benda dapat mencapai 𝐷
2. Tentukan besar dan arah percepatan benda di titik C saat kondisi (1) terpenuhi
3. Setelah mencapai titik 𝐷, benda kemudian bergerak parabolik. Tentukan jarak jatuhnya
bola terhadap titik 𝐵

Jawab
1. 𝐸𝑀𝐴′ = 𝐸𝑀𝐷 + 𝑊𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘
1 1
𝑘∆𝑥 2 = 𝑚𝑔(2𝑅) + 𝑚𝑉𝐷2 + 𝑓𝑔𝑒𝑠 . 𝑆
2 2
1 1
𝑘∆𝑥 2 = 2𝑚𝑔𝑅 + 𝑚𝑉𝐷2 + 𝜇𝑘 𝑚𝑔𝑆
2 2
1 2
√2 (2𝑚𝑔𝑅 + 2 𝑚𝑉𝐷 + 𝜇𝑘 𝑚𝑔𝑆)
∆𝑥 =
𝑘
Mencari besar 𝑉𝐷 dengan membuat diagram benda bebas di titik D

𝑚𝑔

𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛

∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑆𝑃


𝑚𝑣𝐷2
𝑁 + 𝑚𝑔 =
𝑅

Dengan meminimalisasi ∆𝑥 maka secara tidak langsung akan meminimalisir 𝑉𝐷


𝑉𝐷 akan minimal ketika 𝑁 = 0
𝑉𝐷2 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 = 𝑔𝑅
∆𝑥 = 0,1914 𝑚

2. Besar dan arah percepatan di titik 𝐶

𝑎𝑠𝑝 𝐶
𝜃
𝑎𝑡𝑜𝑡
𝑔
𝐵

𝑎⃑𝑑𝑖 𝐶 = 𝑔(−𝑗̂) + 𝑎𝑠𝑝 (𝑖̂)


𝑉𝑐2
𝑎𝑠𝑝 =
𝑅

Mencari besar 𝑉𝑐
𝐸𝑀𝐷 = 𝐸𝑀𝐶
1 1
𝑚𝑉𝐷2 + 𝑚𝑔(2𝑅) = 𝑚𝑉𝑐2 + 𝑚𝑔𝑅
2 2
1 1
(𝑔𝑅) + 2𝑔𝑅 = 𝑉𝑐2 + 𝑔𝑅
2 2
3
𝑉𝑐2 = 𝑔𝑅
2
3
𝑔𝑅 3
Jadi 𝑎𝑠𝑝 𝑑𝑖 𝐶 = 2 = 𝑔
𝑅 2

𝑎⃑𝑑𝑖 𝐶 = 𝑔(−𝑗̂) + 𝑎𝑠𝑝 (𝑖̂)


3
𝑔
𝜃 = tan −1
(2 )
𝑔

𝜃 = 56,3𝑜

Besar |𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | di C

3 2
|𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | = √𝑔2 + ( 𝑔)
2

9
|𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | = √𝑔2 + 𝑔2
4

13 2
|𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | = √ 𝑔
4

13
|𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | = 𝑔√ 𝑚/𝑠 2
4

|𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 | = 5√13 𝑚/𝑠 2

3. Jarak jatuhnya bola dari titik 𝐵

𝑉𝐷 𝐷

∆𝑥 𝐵

𝑣0 = 𝑣𝐷 = 𝑔𝑅
𝜃=0
𝑦0 = 2𝑅
𝑦=0
𝑥0 = 0
∆𝑥 = 𝑣0 cos 𝜃 𝑡
∆𝑥 = 𝑔𝑅 𝑡

1
∆𝑦 = 𝑉0 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
1
−2𝑅 = − 𝑔𝑡 2
2

4𝑅
𝑡=√
𝑔

Jadi
4𝑅
∆𝑥 = 𝑔𝑅 √
𝑔

∆𝑥 = 𝑅√4𝑔𝑅
∆𝑥 = 6,324 𝑚

Contoh Soal
[UTS ’12 B]
Seorang anak duduk di atas tanah yang tertutup es dan berbentuk setengah bola berjari-
jari 𝑅. Jika permukaan tanah yang tertutupi es diasumsikan licin, tentukan posisi anak ketika
tepat akan tergelincir dari gundukan es tersebut.

𝐵
(𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ)
𝑅
𝑔𝑢𝑛𝑑𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑒𝑠 𝜃

𝑚𝑔

Jawab
𝐸𝑀𝐴 = 𝐸𝑀𝐵
𝐸𝑃𝐴 + 𝐸𝐾𝐴 = 𝐸𝑃𝐵 + 𝐸𝐾𝐵 ; 𝐸𝐾𝐴 = 0
1
𝑚𝑔𝑅 = 𝑚𝑔𝑅 cos 𝜃 + 𝑚𝑉𝐵2
2

Mencari 𝑉𝐵 dengan membuat diagram benda bebas di 𝐵


∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑠𝑝
𝑚𝑉𝐵2
𝑚𝑔 cos 𝜃 − 𝑁 =
𝑅
Karena tidak bersentuhan dengan gundukan es maka 𝑁 = 0
𝑉𝐵2 = 𝑔𝑅 cos 𝜃
1
𝑔𝑅 = 𝑔𝑅 cos 𝜃 + 𝑔𝑅 cos 𝜃
2
3
1 = cos 𝜃
2
2
cos 𝜃 =
3
𝜃 = 48,180

Contoh Soal

𝐸
𝐿 𝐿 cos 𝜃

𝐷
𝑝𝑎𝑘𝑢

𝐴
ℎ=0

Tentukan nilai minimum dari 𝑑 agar bandul dapat bergerak melingkar 1 putaran

Jawab
𝐸𝑀𝐴 = 𝐸𝑀𝐸
𝐸𝑃𝐴 = 𝐸𝑃𝐸 + 𝐸𝐾𝐸
1
𝑚𝑔(𝐿 − 𝐿 cos 𝜃) = 𝑚𝑔 (2(𝐿 − 𝑑)) + 𝑚𝑉𝐸2
2

Mencari 𝑉𝐸 dengan membuat diagram benda bebas di 𝐸


∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑠𝑝
𝑚𝑉𝐸2
𝑚𝑔 + 𝑇 = ; 𝑅 = (𝐿 − 𝑑)
𝑅
Dengan meminimalkan 𝑑 maka secara tidak langsung meminimalkan 𝑉𝐸 . Dari rumus
tersebut 𝑉𝐸 akan minimal ketika 𝑇 = 0
𝑉𝐸2 = 𝑔𝑅 → 𝑉𝐸2 = 𝑔(𝐿 − 𝑑)
1
𝑔(𝐿 − 𝐿 cos 𝜃) = 2𝑔(𝐿 − 𝑑) + 𝑔(𝐿 − 𝑑)
2
5 5
𝐿(1 − cos 𝜃) = 𝐿 − 𝑑
2 2
2 3
𝑑 = ( 𝐿 + 𝐿 cos 𝜃)
5 2
3 2
𝑑 = 𝐿 + 𝐿 cos 𝜃
5 5
3 2
𝑑 = 𝐿 ( + cos 𝜃)
5 5

Contoh soal sistem benda (lebih dari 1 benda yang saling terkait)

(𝑎𝑤𝑎𝑙𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚)
𝐼 𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼
𝑀
(𝑎)
𝑘 = 200 𝑁/𝑚
𝑀 = 2 𝑘𝑔
2𝑀 𝐼
(𝑏)
0,1 𝑚
𝐼𝐼
𝑠
0=ℎ

𝐼𝐼𝐼 𝑑𝑖𝑎𝑚

Keadaan I
Kedua benda dalam keadaan dian (setimbang), pegas tidak tertarik
Keadaan II
Kedua benda bergerak sejauh 10 𝑚

Keadaan III
Kedua benda kembali diam setelah bergerak sejauh S

Ditanyakan
1. Tentukan besar energi kinetik kedua benda saat keadaan II
2. Tentukan besar energi kinetik benda 2M pada keadaan II
3. Tentukan S

Jawab
1.
𝐸𝑀𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐼 = 𝐸𝑀𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐼𝐼
𝐸𝑃1𝑎 + 𝐸𝐾1𝑎 + 𝐸𝑃1𝑏 + 𝐸𝐾1𝑏 = 𝐸𝑃2𝑎 + 𝐸𝐾2𝑎 + 𝐸𝑃2𝐵 + 𝐸𝐾2𝑏 + 𝐸𝑝𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠
1
0 + 0 + 2𝑚𝑔(0,1) + 0 = 0 + 𝐸𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 2 + 0 + 𝑘(0,1)2
2
𝐸𝐾2 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,2 𝑚𝑔 − 0,005 𝑘
𝐸𝐾2 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 3 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒

2. Mencari hubungan kecepatan benda M dan 2M pada keadaan II


Apabila kita membayangkan benda M bergerak ke kanan 5𝑚 maka benda 2M juga akan
bergerak ke bawah 5𝑚. Dengan logika itu maka
𝑣𝑎 = 𝑣𝑏 = 𝑣

𝐸𝐾2 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸𝐾2𝑎 + 𝐸𝐾2𝑏 = 3


1 1
𝑀𝑣 2 + 2𝑀𝑣 2 = 3
2 2
3
𝑀𝑣 2 = 3
2
𝑚
𝑣=1
𝑠
Jadi
1
𝐸𝐾2𝐵 = (2𝑀)𝑣 2
2
𝐸𝐾2𝐵 = 2 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒

3. Tentukan besar 𝑆
𝐸𝑀𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐼 = 𝐸𝑀𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐼𝐼
2𝑀𝑔(0,1) = 𝐸𝑃3𝑎 + 𝐸𝐾3𝑎 + 𝐸𝑃3𝑏 + 𝐸𝐾3𝑏 + 𝐸𝑃𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠
1
0,2 𝑀𝑔 = 0 + 0 − 2𝑚𝑔(𝑆 − 0,1) + 𝑘𝑆 2
2
1
0,2𝑀𝑔 = −2𝑀𝑔𝑆 + 0,2𝑀𝑔 + 𝑘𝑆 2
2
4𝑀𝑔
𝑆=
𝑘
𝑆 = 0,4 𝑚
4 BAB IV
MOMENTUM LINEAR DAN LINEAR

4.1 MOMENTUM (𝒑
⃑)
Momentum adalah hasil perkalian antara massa benda dengan kecepatannya. Arah dari momentum
sama dengan arah dari kecepatannya
𝒎
⃑ = 𝒎𝒗
𝒑 ⃑ (𝒌𝒈 )
𝒔

4.2 IMPULS (𝑰)


Impuls adalah perubahan dari momentum
⃑ = 𝒎(𝒗
𝑰 = ∆𝒑 ⃑ 𝒇−𝒗
⃑ 𝒊)
Dengan
𝑣𝑓 : Kecepatan akhir
𝑣𝑖 : Kecepatan awal

Dihubungkan dengan Hukum Newtown


𝑑𝑝
𝐹 = 𝑚𝑎 =
𝑑𝑡
𝑡=𝑡𝑓 𝑝𝑡
∫ 𝐹 𝑑𝑡 = ∫ 𝑑𝑝
𝑡=𝑡𝑖 𝑃𝑖
𝒕=𝒕𝒇
𝒑𝒇 − 𝒑𝒊 = 𝑰 = ∫ ⃑𝑭 𝒅𝒕
𝒕=𝒕𝒊

Arti fisis dari integral adalah luas di bawah kurva

𝐼 = ∫ 𝐹 𝑑𝑡

Luas kurva = 𝐼
𝑡
Kasus khusus
Apabila 𝐹 konstan terhadap variabel waktu
⃑𝑭 ∆𝒕 = 𝑰
Dengan

𝐹 : Gaya rata-rata
∆𝑡 : Waktu kontak

4.3 TUMBUKAN
Proses momentum erat kaitannya dengan proses tumbukan (tabrakan). Proses tumbukan ini meliputi
2 atau lebih benda yang bertabrakan atau sebuah benda yang pecah menjadi beberapa bagian.

Jenis-jenis tumbukan:
1. Tumbukan tidak lenting sempurna (keadaan umum/default)
Proses tumbukan dimana ada sebagian energi kinetik yang diubah menjadi energi yang lain
(energi gerak, kalor, bunyi, dan lain-lain)

Pada proses tumbukan tidak lenting sempurna berlaku:

Hukum Kekekalan Momentum


⃑ 𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 = 𝒑
𝒑 ⃑ 𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏

2. Tumbukan lenting sempurna


Proses tumbukan dimana semua energi kinetik diubah menjadi energi kinetik tanpa ada
perubahan energi ke bentuk lain

Pada proses tumbukan lenting sempurna berlaku persamaan

Hukum Kekekalan Momentum


⃑ 𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 = 𝒑
𝒑 ⃑ 𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏

Hukum Kekekalan Energi Kinetik


𝑬𝑲𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 = 𝑬𝑲𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒎 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏

Apabila pada soal tidak dikasih tau jenis tumbukannya atau tidak ada keterangan lain, maka
asumsinya adalah tumbukan tidak lenting sempurna.

Contoh Soal
[UTS ‘06] Dalam permainan softball, seorang pelempar bola melemparkan bola (𝑚 = 0,25 𝑘𝑔)
dengan keceparan 30𝑗̂ 𝑚/𝑠. Bola dipukul sehingga kecepatan berubah menjadi (10𝑖̂ − 20𝑗̂ +
20𝑘̂ 𝑚/𝑠)

Ditanyakan:
a. Hitunglah impuls pada bola
b. Jika tumbukan pada bola dengan pemukul terjadi selama 0,01 𝑠, hitung besar gaya rata-rata pada
bola

Jawab:

a. 𝐼 = 𝑚 ∆𝑣

𝐼 = 0,25 ((10𝑖̂ − 20𝑗̂ + 20𝑘̂) − 30𝑗̂ 𝑚/𝑠)

𝐼 = 0,25(10𝑖̂ − 50𝑗̂ + 20𝑘̂)

𝐼 = (2,5𝑖̂ − 12,5𝑗̂ + 5𝑘̂) 𝑘𝑔 𝑚/𝑠

b. 𝐼 = 𝐹 ∆𝑡
𝐼
𝐹=
∆𝑡
(2,5𝑖̂ − 12,5𝑗̂ + 5𝑘̂)
𝐹=
0,01 𝑠
𝐹 = (250𝑖̂ − 12500𝑗̂ + 500𝑘̂) 𝑁
Contoh Soal

𝐴 𝑚1 = 1𝑘𝑔

𝑔 = 10 𝑚/𝑠 2
𝑚1 dan 𝑚2 tumbukan lenting sempurna

licin
ℎ1 = 5𝑚

𝐵 𝑚2 = 3𝑘𝑔 𝐶
𝑚1 kasar 𝑚2

3,5 𝑚
𝜇𝑘 = 0,3 ℎ2 𝐷
𝑚2

2𝑚

Ditanyakan:
a. Kecepatan benda 1 dan benda 2 setelah tumbukan
b. Kecepatan benda 2 di titik C
c. Tinggi ℎ2 apabila benda 𝑚2 terjatuh sejauh 2𝑚

Jawab:
a. 𝐸𝑀𝐴 = 𝐸𝑀𝐵
1
𝑚1 𝑔ℎ1 = 𝑚 𝑣2
2 1 1
𝑣1 = √2𝑔ℎ1 = 10 𝑚/𝑠 (Kecepatan 𝑚1 sebelum tumbukan)

Hukum kekekalan momentum


𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑚1 𝑣1 = 𝑚1 𝑣1′ + 𝑚2 𝑣2′
10 = 𝑣1′ + 3𝑣2′ → 𝑣1′ = 10 − 3𝑣2′ … (1)
Hukum kekekalan energi
𝐸𝐾𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝐸𝐾𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
1
𝑚 𝑣 2 = 𝑚1 𝑣1′ 2 + 𝑚2 𝑣2′ 2
2 1 1
100 = 𝑣1′ 2 + 3𝑣2′ 2 … (2)

(1) → (2)
100 = (10 − 3𝑣2′ )2 + 3𝑣2′ 2
100 = 100 − 60𝑣2′ + 9𝑣2′ 2 + 3𝑣2′ 2
60 = 12 𝑣2′
𝑣2′ = 5 𝑚/𝑠
𝑣1′ = −5 𝑚/𝑠

b. 𝐸𝑀𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 2) = 𝐸𝑀𝑑𝑖 𝐶 + 𝑊𝑔𝑒𝑠


1 1
𝑚2 𝑣2′2 = 𝑚2 𝑣2′′2 + 𝑚2 𝑔𝜇𝑘 (3,5)
2 2
25 𝑣2′′2
= + 3(3,5)
2 2
25 = 𝑣2′′2 + 21
𝑣2′′ = 2 𝑚/𝑠

c. 𝑦0 = ℎ2 𝑥0 = 0
𝑦=0 𝑥 =2𝑚
𝑣0 = 2 𝑚/𝑠 𝜃 = 0𝑜
1
∆𝑦 = 𝑣𝑜 sin 𝜃 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
−ℎ2 = −5𝑡 2
ℎ2 = 5𝑡 2

∆𝑥 = 𝑥𝑜 cos 𝜃 𝑡
2 = 2𝑡
𝑡=1
Sehingga
ℎ2 = 5 𝑚
Contoh Soal
[UTS ‘07]

𝑥=0

𝑃 𝑄
kasar
∆𝑥 = 5.10−2 𝐵 𝐶
𝑣𝑝 = 0 𝑣𝑄 = 0 𝜇𝑘 = 0,2

𝑚𝑃 = 2 𝑘𝑔
𝑚𝑄 = 2 𝑘𝑔
𝑘 = 50 𝑁/𝑚
Tumbukan 𝑃 dan 𝑄 elastik sempurna

Ditanyakan:
a. Kecepatan 𝑃 sesaat sebelum menumbuk 𝑄
b. Kecepatan 𝑃 dan 𝑄 sesaat setelah tumbukan
c. Jarak BC

Jawab:
a. 𝐸𝑀𝑘𝑒𝑡𝑖𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = 𝐸𝑀𝑠𝑒𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑛𝑎𝑏𝑟𝑎𝑘 𝑄
1 1
𝑘∆𝑥 2 = 𝑚𝑃 𝑣𝑃′2
2 2
𝑣𝑃′ = √𝑘∆𝑥 2

𝑣𝑃′ = √(50)(0,05)2

𝑣𝑃′ = √0,125
𝑣𝑃′ = 0,3535 𝑚/𝑠

b. Kecepatan 𝑃 dan 𝑄 sesudah tumbukan


Hukum kekekalan momentum
𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑚𝑝 𝑣𝑝′ = 𝑚𝑝 𝑣𝑝′′ + 𝑚𝑄 𝑣𝑄′
𝑣𝑝′ = 𝑣𝑝′′ + 𝑣𝑄′ … (1)
Hukum kekekalan energi
𝐸𝐾𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝐸𝐾𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
1 2 1 2 1
𝑚𝑝 𝑣𝑝′ = 𝑚𝑝 𝑣𝑝′′ + 𝑚𝑄 𝑣𝑄′2
2 2 2
2 2 2
𝑣𝑝′ = 𝑣𝑝′′ + 𝑣𝑄′ … (2)
2 2 2
𝑣𝑝′ = (𝑣𝑝′ − 𝑣𝑄′ ) + 𝑣𝑄′
2 2
𝑣𝑝′ = 𝑣𝑝′2 − 2𝑣𝑝′ 𝑣𝑄′ + 𝑣𝑄′2 + 𝑣𝑄′
2𝑣𝑝′ = 3𝑣𝑄′2

𝟐 𝒎
𝒗′𝑸 = √ 𝒗𝒑 ′
𝟑 𝒔

𝟐
𝒗𝒑′′ = 𝒗′𝒑 − √ 𝒗′𝒑
𝟑

c. 𝐸𝑀𝐵 = 𝐸𝑀𝐶 + 𝑊𝑔𝑒𝑠


1 ′2
𝑣 = 0 + 𝑚𝑄 𝑔𝜇𝑘 𝑠
2 𝑄
4 ′
𝑣 = 𝑔𝜇𝑘 𝑠
3 𝑝
𝟒𝒗𝒑 ′
𝒔= 𝒎
𝟑𝒈𝝁𝒌
Contoh Soal

𝑚
𝑀
𝑣 𝐴 𝑣
2

Ditanyakan:
Tentukan 𝑣 minimum agar bandul dapat bergerak 1 lingkaran penuh

Jawab:
Hukum kekekalan momentum
𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
1
𝑚𝑣 = 𝑚𝑣 + 𝑀𝑉
2
1 1𝑚
𝑀𝑉 = 𝑚𝑣 → 𝑉 = 𝑣
2 2𝑀

𝐸𝑀𝑏𝑎𝑛𝑑𝑢𝑙 𝑑𝑖 𝐴 = 𝐸𝑀𝑏𝑎𝑛𝑑𝑢𝑙 𝑑𝑖 𝐵
1 1
𝑀𝑉 2 = 𝑀𝑉𝐵2 + 𝑚𝑔2𝑙
2 2
1 1 𝑚2 2 1 2
𝑣 = 𝑉𝐵 + 2𝑔𝑙
2 4 𝑀2 2

Mencari 𝑉𝐵 minimum
∑𝐹𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 𝐹𝑠𝑝
𝑀𝑉𝐵2
𝑀𝑔 + 𝑇 = ; 𝑇 = 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙𝑘𝑎𝑛 𝑉𝐵
𝑙
𝑉𝐵2 = 𝑔𝑙
1 𝑚 2 2 1
( ) 𝑣 = 𝑔𝑙 + 2𝑔𝑙
8 𝑀 2
1 𝑚 2 2 5
( ) 𝑣 = 𝑔𝑙
8 𝑀 2
𝑀
𝑣 = √20 𝑔𝑙
𝑚
2𝑀
𝑣𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 = √5𝑔𝑙
𝑚

Contoh Soal
[UTS ‘13]

𝑣1 𝑣2

𝑚1 𝑚2

𝑁
𝑘 = 1120
𝑚
𝑚1 = 2 𝑘𝑔𝑚2 = 5 𝑘𝑔
𝑚
𝑣1 = 10 𝑣2 = 3 𝑚/𝑠
𝑠

Kemudian benda 𝑚1 menabrak benda 𝑚2 dan kemudian menekan pegas sehingga tertekan
maksimum. Kemudian benda 𝑚1 dan 𝑚2 bergerak bersama-sama dengan kecepatan 𝑣. Setelah itu,
balok 𝑚1 terlepas dari pegas. Pada setiap keadaan EM sistem tetap.

Ditanyakan:
a. Kecepatan 𝑣
b. ∆𝑥 pegas
c. 𝑣 balok 𝑚2 setelah balok 𝑚1 terlepas dari pegas

Jawab:
a. Hukum kekekalan momentum
𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑚1 𝑣1 + 𝑚2 𝑣2 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣
20 + 15 = 7𝑣
𝒗 = 𝟓 𝒎/𝒔
b. Hukum kekekalan energi
𝐸𝐾𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝐸𝐾𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
1 1 1
𝑚1 𝑣12 + 𝑚2 𝑣22 = (𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 2 + 𝐸𝑃𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠
2 2 2
45 175
100 + = + 𝐸𝑃𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠
2 2
1
𝑘∆𝑥 2 = 35
2
𝟏
∆𝒙 = 𝒎
𝟒

c. Hukum kekekalan momentum


𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝑝𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑣 = 𝑚1 𝑣12 + 𝑚2 𝑣22
35 = 2𝑣1′ + 5𝑣2′ … (1)

Hukum kekekalan energi


𝐸𝑀𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 = 𝐸𝑀𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛
1 1 1
(𝑚1 + 𝑚2 )𝑉 ′ + 𝐸𝑃𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠 = 𝑚1 𝑣1′2 + 𝑚2 𝑣2′2
2 2 2
5
122,5 = 𝑣1′2 + 𝑣2′2 … (2)
2

(1) → (2)
35𝑣2′2 − 350𝑣2′ + 735 = 0
𝑣2′2 − 10𝑣2′ + 21 = 0
(𝑣2′ − 7)(𝑣2′ + 21) = 0
𝒗′𝟐 = 𝟕 → 𝒗′𝟏 = 𝟎
𝑣2′ = 3 → 𝑣1′ = 10 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡)
Contoh Soal

1 2
𝑣𝑜 𝛼
𝜃
𝑚 𝑚 (𝑑𝑖𝑎𝑚)

1
1
𝑣
2

Ditanyakan:
a. Tuliskan hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan EK
b. 𝜃
c. 𝛼 dan 𝑣2′

Jawab:
a. Hukum kekekalan momentum
Sumbu-x
1
𝑚𝑣𝑜 = 𝑚𝑣2′ cos 𝛼 + 𝑚 𝑣𝑜 cos 𝛼
2
1
𝑣𝑜 = 𝑣2′ cos 𝛼 + 𝑣𝑜 cos 𝜃 … (1)
2

Sumbu-y
1
0 = 𝑚𝑣2′ sin 𝛼 − 𝑚 𝑣0 sin 𝜃
2
1
𝑣2′ sin 𝛼 = 𝑣𝑜 sin 𝜃 … (2)
2

Hukum kekekalan energi


2
1 2
1 ′2
1 1
𝑚𝑣𝑜 = 𝑚𝑣2 + 𝑚 ( 𝑣𝑜 )
2 2 2 2
3 2
𝑣 = 𝑣2′2
4 𝑜
𝑣𝑜
𝑣2′ = √3 … (3)
2

b. (3) → (1)
𝑣𝑜 1
𝑣𝑜 = √3 cos 𝛼 + 𝑣𝑜 cos 𝜃
2 2
2 = √3 cos 𝛼 + cos 𝜃 … (4)
cos 𝜃 = 2 − √3 cos 𝛼

(3) → (2)
𝑣𝑜 1
√3 sin 𝛼 = 𝑣𝑜 sin 𝜃
2 2
sin 𝜃 = √3 sin 𝛼 …. (5)

sin2 𝜃 + cos 2 𝜃 = 1
2
3 sin2 𝛼 + (2 − √3 cos 𝛼) = 1

3 sin2 𝛼 + 4 − 4√3 cos 𝛼 + 3 cos2 𝛼 = 1


3 + 4 − 4√3 cos 𝛼 = 1
6
cos 𝛼 =
4√3
3 1
cos 𝛼 = = √3
2√3 2
𝜶 = 𝟑𝟎𝒐

c. sin 𝜃 = √3 sin 𝛼
1
sin 𝜃 = √3 sin
2
𝜃 = 60𝑜
√𝟑
𝒗′𝟐 = 𝒗𝒐
𝟐
4.4 SISTEM PARTIKEL DAN GERAK PUSAT MASSA
Ketika suatu sistem terdiri dari lebih dari satu benda/partikel, maka kumpulan benda tersebut dapat
dipandang menjadi sebuah benda yang terletak di pusat massa.

Untuk Partikel Diskrit


𝑚1 𝑥1 + 𝑚2 𝑥2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑥𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑥𝑖
𝑥𝑝𝑚 = = 𝑛
𝑚1 + 𝑚2 + ⋯ + 𝑚𝑛 ∑𝑖=1 𝑚𝑖
𝑚1 𝑦1 + 𝑚2 𝑦2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑦𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑦𝑖
𝑦𝑝𝑚 = = 𝑛
𝑚1 + 𝑚2 + ⋯ + 𝑚𝑛 ∑𝑖=1 𝑚𝑖
𝑚1 𝑧1 + 𝑚2 𝑧2 + ⋯ + 𝑚𝑛 𝑧𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑚𝑖 𝑧𝑖
𝑧𝑝𝑚 = = 𝑛
𝑚1 + 𝑚2 + ⋯ + 𝑚𝑛 ∑𝑖=1 𝑚𝑖

Untuk Partikel Kontinu


∫ 𝑥 𝑑𝑚
𝑥𝑝𝑚 =
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
∫ 𝑦 𝑑𝑚
𝑦𝑝𝑚 =
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
∫ 𝑧 𝑑𝑚
𝑧𝑝𝑚 =
𝑀𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Dimana 𝑑𝑚 adalah massa yang terdiri dari tiga tipe yaitu


𝑑𝑚 = 𝜆 𝑑𝑙 𝑑𝑙 = 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑑𝑚 = 𝜎 𝑑𝐴 𝑑𝐴 = 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑙𝑢𝑎𝑠
𝑑𝑚 = 𝜌 𝑑𝑉 𝑑𝑉 = 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
dan 𝜆, 𝜎, 𝜌 adalah rapat massa

Apabila benda homogen


𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜆=
𝑙𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜎=
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜌=
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Contoh

𝑚2
5
𝑚3
4

𝑚1
2

𝑥
1 2 4

Dengan
𝑚1 = 0,4 𝑘𝑔
𝑚2 = 0,5 𝑘𝑔
𝑚3 = 0,8 𝑘𝑔

Ditanyakan:
a. 𝑥𝑝𝑚 dan 𝑦𝑝𝑚

b. Jika 𝑚2 diberikan gaya 𝐹 = 3𝑡 𝑗̂, tentukan 𝑎𝑝𝑚 ketika 𝑡 = 2


c. Tentukan posisi pusat massa sistem ketika 𝑡 = 2

Jawab:
𝑚1 𝑥1 +𝑚2 𝑥2 +𝑚3 𝑥3 0,4(1)+0,5(4)+0,8(2) 0,4+2+1,6
a. 𝑥𝑝𝑚 = = = = 2,353 𝑚
𝑚1 +𝑚2 +𝑚3 0,4+0,5+0,8 1,7

𝑚1 𝑦1 + 𝑚2 𝑦2 + 𝑚3 𝑦3 0,4(2) + 0,5(4) + 0,8(5) 0,8 + 2 + 4


𝑦𝑝𝑚 = = = =4𝑚
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 1,7 1,7
b. ⃑⃑⃑
𝐹2 = 3𝑡 𝑗̂ = 𝑚2 𝑎2
3𝑡 𝑗̂
𝑎2 =
⃑⃑⃑⃑ = 6𝑡 𝑗̂
0,5

Ketika 𝑡 = 2
𝑎2 (2) = 12𝑡 𝑗̂
⃑⃑⃑⃑
𝑎1 𝑚1 + 𝑎2 𝑚2 + 𝑎3 𝑚3
𝑎𝑝𝑚 =
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3
0 + 12(0,5)𝑗̂ + 0
𝑎𝑝𝑚 =
1,7
𝑎𝑝𝑚 = 3,529𝑗̂ 𝑚/𝑠

c. Posisi pusat massa ketika 𝑡 = 2


Benda 1 : (1,2)

Benda 2 :
𝑥=4

𝑑𝑉
𝑎2 = 6𝑡 =
𝑑𝑡
∫ 𝑑𝑉 = ∫ 6𝑡 𝑑𝑡
6 2𝑡
𝑉 − 𝑉𝑜 = 𝑡
2 0
𝑑𝑦
𝑉 = 3𝑡 2 =
𝑑𝑡
∫ 𝑑𝑦 = ∫ 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
𝑡
𝑦 − 𝑦𝑜 = 𝑡 3 0
𝑦 = 4 + 𝑡3

𝑦(2) = 4 + (2)3
𝑦(2) = 12

Benda 3 : (2,5)

𝑚1 𝑥1 + 𝑚2 𝑥2 + 𝑚3 𝑥3 0,4(1) + (0,5)4 + (0,8)2


𝑥𝑝𝑚 = = = 2,353 𝑚
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 1,7
𝑚1 𝑦1 + 𝑚2 𝑦2 + 𝑚3 𝑦3 0,4(1) + 0,5(12) + 0,8(5)
𝑦𝑝𝑚 = = = 6,117 𝑚
𝑚1 + 𝑚2 + 𝑚3 1,7
Contoh Soal Benda Kontinu

0 𝑑𝑥 𝑀
𝑥

Memiliki rapat massa tidak homogen


𝜆 = 𝑏𝑥 2 , untuk 𝑥 dari 0 sampai 𝐿 dengan 𝑏 adalah konstanta

Ditanyakan:
a. Tentukan nilai 𝑏
b. 𝑥𝑝𝑚

Jawab:
a. ∫ 𝑑𝑚 = ∫ 𝜆 𝑑𝑙 ; 𝑑𝑙 = 𝑑𝑥
𝐿

𝑀 = ∫ 𝑏𝑥 2 𝑑𝑥
0

𝑏 3𝐿
𝑀= 𝑥
3 0
𝑏𝐿3
𝑀=
3
3𝑀
𝑏= 3
𝐿

∫ 𝑥 𝑑𝑚
b. 𝑥𝑝𝑚 =
𝑀
𝐿
∫0 𝑥 𝜆 𝑑𝑥
𝑥𝑝𝑚 =
𝑀
𝐿 3𝑀
∫0 𝑥 ( 3 ) 𝑥 2 𝑑𝑥
𝑥𝑝𝑚 = 𝐿
𝑀
31
𝑥𝑝𝑚 = 3 𝐿4
𝐿 4
3
𝑥𝑝𝑚 = 𝐿
4

Anda mungkin juga menyukai