Anda di halaman 1dari 3

KASUS PULAU SIPADAN DAN LIGITAN

Anggota kelompok :

1. Shelsabila Febriani
2. Ilham Harib
3. Arista Widya
4. Jamila Putri Waningsih
5. Ikhwan Syahrozi

Pembahasan

1. Deskripsi pulau Sipadan dan Ligitan

Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan adalah dua pulau yang terletak di
perairan Laut Sulu, di sebelah timur pulau Kalimantan (Borneo) dan
berdekatan dengan Sabah, Malaysia. Berikut adalah deskripsi singkat
mengenai kedua pulau tersebut:

1. Pulau Sipadan:
- Pulau Sipadan adalah sebuah pulau kecil dengan luas sekitar 12 hektar.
- Terkenal sebagai salah satu destinasi penyelaman (diving) terbaik di dunia
karena keindahan terumbu karang dan keanekaragaman hayati bawah lautnya.
- Memiliki pantai berpasir putih yang indah dan perairan yang jernih.
- Dikelilingi oleh terumbu karang yang spektakuler, menjadikannya tempat
tinggal bagi berbagai spesies ikan, penyu, hiu, dan hewan laut lainnya.
- Merupakan bagian dari Taman Laut Sipadan yang diakui secara
internasional sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
- Sebelum persengketaan wilayah dengan Malaysia, Pulau Sipadan berada di
bawah kedaulatan Indonesia.

2. Pulau Ligitan:
- Pulau Ligitan memiliki luas sekitar 6 hektar dan terletak di sebelah timur
Pulau Sipadan.
- Seperti Pulau Sipadan, Pulau Ligitan juga memiliki pantai berpasir putih
dan terumbu karang yang mengagumkan.
- Pulau ini juga terkenal dengan kekayaan kehidupan bawah lautnya,
termasuk spesies ikan karang, terumbu karang, dan biota laut lainnya.
- Pulau Ligitan juga merupakan bagian dari Taman Laut Sipadan dan
merupakan tujuan populer bagi para penyelam dan pecinta alam.

Baik Pulau Sipadan maupun Pulau Ligitan memiliki nilai ekologis yang sangat
penting, baik dari segi keanekaragaman hayati maupun keindahan alamnya.
Persengketaan wilayah antara Indonesia dan Malaysia yang melibatkan kedua
pulau ini telah menjadi topik perdebatan dan penyelesaian yang kompleks,
mengingat nilai strategis dan keindahan alam yang dimiliki oleh kedua pulau
tersebut.
2. Akibat Hukum bagi Indonesia dengan Hilangnya Pulau Sipadan dan
Ligitan ( Menjadi Milik Malaysia )

Akibat hukum bagi Indonesia dengan hilangnya Pulau Sipadan dan Ligitan,
yang kemudian menjadi milik Malaysia, memiliki keterkaitan dengan aspek
ketahanan sosial dan bela negara. Berikut adalah beberapa kaitan antara kedua
hal tersebut:

1. Ketahanan Sosial:
- Identitas dan Kebangsaan: Hilangnya Pulau Sipadan dan Ligitan bisa
dianggap sebagai pengurangan wilayah kedaulatan Indonesia. Hal ini dapat
mempengaruhi rasa kebangsaan dan identitas nasional, terutama bagi
masyarakat yang memiliki ikatan emosional dan historis dengan pulau-pulau
tersebut.
- Solidaritas Nasional: Persoalan hilangnya wilayah dapat menjadi isu yang
memicu solidaritas dan persatuan dalam masyarakat Indonesia. Kondisi ini
dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga wilayah dan
mempertahankan kedaulatan negara.

2. Bela Negara:
- Pertahanan dan Keamanan: Hilangnya Pulau Sipadan dan Ligitan dapat
mempengaruhi aspek pertahanan dan keamanan nasional. Pemerintah
Indonesia perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani
situasi ini, baik secara diplomatik maupun dengan meningkatkan
kesiapsiagaan pertahanan nasional.
- Kedaulatan dan Kemandirian: Kehilangan wilayah dapat memicu semangat
bela negara dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kedaulatan
dan kemandirian negara. Hal ini dapat mendorong masyarakat untuk lebih
peduli dan terlibat dalam upaya mempertahankan wilayah negara.

Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk
menjaga kesatuan dan solidaritas nasional, serta menguatkan semangat bela
negara. Upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya wilayah negara dan
perlindungan kedaulatan harus dilakukan melalui pendidikan, kampanye
nasional, dan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga keutuhan dan
keamanan negara

B. Apa yang harus dilakukan oleh Indonesia agar peristiwa serupa tidak
terjadi

1.Diplomasi dan Negosiasi: Indonesia harus terus berupaya menjalin


komunikasi dan negosiasi dengan negara-negara terkait, terutama dengan
Malaysia yang terlibat dalam sengketa terkait kedua pulau tersebut. Diplomasi
yang kuat dan negosiasi yang baik dapat membantu menyelesaikan sengketa
dengan cara yang damai.

2.Penguatan Hukum Internasional: Indonesia dapat mengambil langkah-


langkah untuk memperkuat kerangka hukum internasional terkait kedaulatan
pulau-pulau. Ini termasuk memastikan bahwa klaim dan hak-hak Indonesia
atas pulau-pulau tersebut didukung oleh hukum internasional yang relevan.
Melalui partisipasi aktif dalam organisasi internasional seperti PBB, Indonesia
dapat memperkuat posisinya dalam mempertahankan kedaulatan wilayahnya.

3.Kerjasama Regional: Indonesia dapat mengembangkan kerjasama yang erat


dengan negara-negara tetangga dan aktor regional lainnya untuk memperkuat
posisinya dalam sengketa teritorial. Melalui forum regional seperti ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations), Indonesia dapat mencari dukungan
dan memperkuat solidaritas dengan negara-negara ASEAN lainnya dalam
mempertahankan hak-haknya.

4.Pengawasan Wilayah: Pemerintah Indonesia harus meningkatkan


pengawasan terhadap wilayah-wilayahnya, termasuk pulau-pulau terpencil dan
perbatasan laut, untuk mencegah klaim dan tindakan yang tidak sah oleh
negara lain. Penguatan keamanan perbatasan dan penegakan hukum laut akan
membantu melindungi wilayah Indonesia dari klaim yang tidak sah.

5.Penyadaran Publik: Penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang


pentingnya kedaulatan wilayah dan perlindungan teritorial. Melalui
pendidikan, kampanye informasi, dan partisipasi masyarakat, Indonesia dapat
membangun kesadaran dan semangat nasionalisme untuk melindungi
wilayahnya

6.Penyelesaian Sengketa melalui Pengadilan Internasional: Kalau upaya


diplomasi dan negosiasi tidak berhasil, Indonesia dapat mempertimbangkan
untuk mengajukan sengketa ini ke pengadilan internasional, seperti Pengadilan
Internasional di Den Haag, Belanda. Langkah ini harus dipertimbangkan
dengan hati-hati, tetapi dapat menjadi pilihan terakhir untuk menyelesaikan
sengketa dengan cara yang adil dan berdasarkan hukum internasional.

Anda mungkin juga menyukai