Anda di halaman 1dari 83

PROBLEMATIKA DALAM PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP ANAK DI INDONESIA TAHUN 2019-2021

DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN FIQIH SIYASAH

SKRIPSI

Oleh
SAMARA ARGHA OSALAN
NIM: 12103173120

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2022
PROBLEMATIKA DALAM PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP ANAK DI INDONESIA TAHUN 2019-2021

DITINJAU DARI HUKUM POSITIF DAN FIQIH SIYASAH

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri
(UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Hukum Tata Negara (SH)

Oleh
SAMARA ARGHA OSALAN
NIM: 12103173120

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
DESEMBER 2022

II
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di


Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih Siyasah”
yang ditulis oleh Samara Argha Osalan ini telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Tulungagung, 23 Desember 2022

Pembimbing,

YUSRON MUNAWIR, S.H.I.,M.H.


NIP. 197810242009121001

III
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di


Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih Siyasah” yang
ditulis oleh Samara Argha Osalan ini telah dipertahankan di depan Dewan
Penguji Skripsi Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung pada Hari.................. dapat diterima sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu Jurusan
Hukum Tata Negara.
Dewan Penguji Skripsi

Ketua Penguji Sekertaris Penguji

Penguji Utama

Tulungagung, 2022
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung

Dr. H. Nur Efendi, M.Ag


NIP. 196501201998031002

IV
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : SAMARA ARGHA OSALAN


NIM : 12103173120

Jurusan/Program Studi : HUKUM TATA NEGARA

Fakultas : FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi/karya tulis yang berjudul

“Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di Indonesia Tahun 2019-

2021 Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih Siyasah” ini merupakan hasil karya

saya sendiri, bebas dari segala unsur plagiasi. Kutipan pendapat dan tulisan orang

lain ditunjuk sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi/karya tulis ini

terkandung unsur atau ciri plagiasi dan bentuk-bentuk peniruan lain yang

dianggap melanggar Peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi berupa

perbaikan karya tulis atas perbuatan tersebut.

Tulungagung, 23 Desember 2022

Yang membuat pernyataan

SAMARA ARGHA OSALAN

V
MOTTO

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫م ُ ا ْفتِ َر ۤا ًء َعلَى ِ ۗقَ ْد‬Uُ ُ‫قَ ْد خَ ِس َر الَّ ِذ ْينَ قَتَلُ ْٓوا اَوْ اَل َدهُ ْم َسفَه ًۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َّو َح َّر ُموْ ا َما َر َزقَه‬
‫ضلُّوْ ا‬

َ‫َو َما َكانُوْ ا ُم ْهتَ ِد ْين‬

Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena kebodohan tanpa


pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka
dengan semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka
telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.

(Q.S. Al-An’am ayat 140)1

1
https://www.merdeka.com/quran/al-anam/ayat-151 diakses pada tanggal 23
Desember pukul 16.55 WIB

VI
PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha pengasih lagi maha

penyayang, sebagai wujud rasa syukur, baktiku, serta hormatku, skripsi ini saya

persembahkan untuk orang-orang yang telah membantu dan memberi semangat

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan :

1. Untuk kedua Orang tuaku tersayang Bapak Sumar dan Ibu Lilik Susilowati

yang tanpa lelah memberi nafkah dan mendoakanku, memberi dukungan

serta menguatkanku disaat lelahnya mengerjakan skripsi ini. Terimakasih

semoga Allah SWT. selalu memberikan kesehatan, rezeki yang berlimpah

dan umur panjang.

2. Untuk adik saya Fatahillah Sumara Zakhy yang senantiasa memberi

dukungan agar terselesainya tugas akhir ini.

3. Untuk Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan banyak ilmu dan

pengetahuan, dengan tanpa lelah selalu sabar untuk memberikan

penjelasan sehingga saya dapat memahami materi yang telah disampaikan.

4. Untuk bapak Yusron Munawir, S.H.I.,M.H. terimakasih telah memberikan

pengarahan dan koreksi dalam membuat skripsi ini dari awal sampai akhir

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Terimakasih juga kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

VII
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Atas

segala karunianya sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Shalawat

dan salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

dan umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulisan skripsi ini maka penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

1. Bapak bapak Yusron Munawir, S.H.I.,M.H. selaku dosen pembimbing

skripsi saya yang telah memberikan pengarahan serta koreksi dalam

membuat skripsi ini mulai awal sampai akhir, sehingga penelitian dapat

terselesaikan.

2. Ibu Prof. Dr. Iffatin Nur, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik

(DPA) yang telah memberi nasihat pada setiap saya bimbingan semester.

3. Segenap Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Negeri Tulungagung, yang

telah membimbing dan memberikan wawasannya sehingga studi ini dapat

terselesaikan.

4. Teman-teman Hukum Tata Negara angkatan 2017 khususnya untuk kelas

HTN C

5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan laporan

penelitian ini.

VIII
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT, dan

tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada

segenap pembaca dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat

konstruktif demi perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat ridha

Allah SWT.

Tulungagung, 23 Desember 2022

Penulis

SAMARA ARGHA OSALAN

IX
ABSTRAK
Samara Argha Osalan, Nomor Induk Mahasiswa 12103173120, Problematika
Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau
dari Hukum Positif dan Fiqih Siyasah, Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas
Syariah dan Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung, 2022, Pembimbing Yusron Munawir, S.H.I.,M.H
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Anak, Hukum Positif, Fiqih Siyasah.
Penelitian ini dilatarbelakangi semakin meningkatnya kasus-kasus terhadap
anak di Indonesia, peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2019-
2021. Hal tersebut menunjukkan lemahnya perlindungan hukum terhadap anak di
Indonesia. berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul
Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak Di Indonesia Tahun 2019-
2021 Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih Siyasah
Fokus dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana Problematika Perlindungan
Hukum Terhadap Anak di Indonesia pada Tahun 2019-2021 dalam Perspektif
Hukum Positif? 2) Bagaimana upaya-upaya pemerintah dalam memberikan
perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019-2021?. 3)
Bagaimana perlindungan hukum anak di Indonesia pada Tahun 2019-2021 dalam
Perspektif Fiqih Siyasah?.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian hukum empiris. Data dalam penelitian ini berupa data-data yang
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia seperti data-
data yang dirilis oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, serta data-data lain yang dapat menunjang penelitian ini. Data-data tersebut
dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan fakta-fakta tentang perlindungan
hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019-2021.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Kasus kekerasan terhadap anak
di Indonesia tahun 2019 hingga 2021 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yaitu pada tahun 2019 mencapai 11.057 kasus, kemudian tahun 2020
sebanyak 11.278 dan pada tahun 2021 mencapai 12.556 kasus. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak belum terimplementasi secara maksimal. 2) Upaya yang
dilakukan pemerintah Indonesia dalam memberikan perlindungan hukum terhadap
anak di Indonesia belum secara optimal dilakukan, hal tersebut dibuktikan dengan
tingginya jumlah pengaduan dibandingkan dengan layanan lain seperti layanan
bantuan hukum dan penegakan hukum dalam kasus-kasus kekerasan terhadap
anak di Indonesia dapat menjadikan indikator bahwa masih banyak kasus-kasus
kekerasan terhadap anak di Indonesia yang belum terselesaikan. 3)Perlindungan
hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019-2020 dalam perspektif Fiqih
Siyasah Dusturiyyah belum mencapai tujuan dari Fiqih Siyasah Dusturiyyah.
Peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019 hingga
2021 yang cukup signifikan bertentangan dengan Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat
31, Surah Al-An’am ayat 140, surah Al-An’am ayat 151 dan hadist-hadist tentang
perlindungan anak.

X
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran anak dalam sebuah keluarga maupun negara membutuhkan

perlindungan dan juga pendampingan dengan tujuan agar setiap anak

memdapatkan kehidupan yang layak. Perlindungan anak oleh negara

diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya

dan mendapatkan hak-hak yang selayaknya didapatkan oleh anak. Namun

sangat disayangkan di Indonesia masih banyak permasalahan-permasalahan

yang harus dihadapai oleh anak. Permasalahan seputar kehidupan anak telah

mennjadi sorotan dan juga perhatian masyarakat dan juga pemerintah di

Indonesia. Di Indonesia masih banyak terjadi beragam kasus mengenai

pelanggaran hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh anak. Untuk itu

dalam rangka membangun kondisi yang stabil dan ideal diperlukan peran

dari berbagai elemen masyarakat dan juga pemerintah untuk melindungi

hak-hak anak.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia (HAM), anak merupakan setiap manusia yang

berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih

dalam kandungan.2 Pada dasarnya Negara Kesatuan Republik Indonesia


2
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

1
menjamin kesejahteraan dan keamana bagi seluruh warga negara Indonesia,

termasuk perlindungan terhadap hak anak. perlindungan anak diberikan

dengan tujuan untuk menjamin dan melindungi hak-hak anak agar dapat

hidup, tumbuh dan berkembang sesuai harkat dan martabatnya sebagai insan

manusia yang seutuhnya.3

Pemenuhan terhadap hak-hak anak menjadi suatu yang penting untuk

diperhatikan baik oleh orang tua masyarakat maupun oleh negara. Sebagai

seorang individu , seorang anak tentu membutuhkan berbagai aspek yang

mendukung untuk pertumbuhan dan juga perkembangannya. Dalam

pertumbuhan maupun perkembangannya, anak haruslah diperhatikan segala

macam kebutuhannya. Kesejahteraan anak mengacu pada terpenuhinya

segala hak dan kebutuhan hidup anak. Hak anak merupakan hak dasar yang

wajib diberikan dan didapatkan oleh anak meliputi anak usia dini dan juga

anak usia 12-18 tahun. Hak tersebut berlaku baik anak yang mempunyai

orang tua ataupun sudah tidak mempunyai orang tua dan juga anak-anak

terlantar, karena hak anak merupakan suatu yang selayaknya didapatkan

oleh anak.4

Anak sebagai kelompok rentan yang memiliki hak-hak khusus akibat

dari keterbatasannya. Sehingga anak memerlukan perlindungan akan hak-

haknya. Undang-undang perlindungan secara khusus terhadap hak anak

3
Rina Rahma Ornella Angelia, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Di Indonesia,
Jurnal Swara Justisia, Volume 4, Nomor 4, 2022, hal. 383
4
Anissa Nur Fitri, Agus Wahyu Riana & Muhammad Ferdyansyah, Perlindungan hak-hak
anak dalam upaya peningkatan kesejahteraan anak, Jurnal Prosiding KS, Volume 2, Nomor 1,
hal.46

2
diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk dan melindungi

anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan

dan diskriminasi. Dengan adanya Undang-Undang ini pemerintah

diwajibkan untuk melindungi anak-anak dari hal ekspoitasi anak.5

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak dijelaskan bahwa tujuan dari perlindungan anak yaitu untuk menjamin

terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaanserta mendapat perlindungan dari berbagai kekerasan dan

diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak

mulia dan sejahtera.

Pasal 4 sampai pasal 19 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perlindungan Anak mengatur terkait berbagai hak yang seharusnya

didapatkan oleh anak diantaranya yaitu hak untuk hidup, tumbuh,

berkembang serta berpartisispasi secara wajar sesuai dengan harkat dan

mertabat kemanusiaan, hak mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, hak atas nama dan identitas diri dan status kewarganegaraan,

hak untuk beribadah menurut agama yang dianutnya, hak untuk berfikir dan

5
Rina Rahma Ornella Angelia, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Di Indonesia,
Jurnal Swara Justisia, Voleme 4, Nomor 4, 2022, hal. 383

3
berekspresi, hak untuk mengetahui orang tuanya, hak untuk dibesarkan dan

diasuh oleh pihak lain apabila karena sesuatu hal atau dalam keadaan

tertentu orang tua tidak mewujudkannya.

Selain hak-hak diatas hak lainnya yaitu anak berhak untuk

memperoleh pelayanan kesehatan jasmani dan rohani, jaminan sosial sesuai

dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial, hak untuk memperoleh

pendidikan dan pengajaran dan bagi anak yang cacat memperoleh

pendidikan luar biasa, hak untuk didengar pendapatnya, hak untuk

menerima dan mencari informasi serta hak untuk memberi informasi.6

Meskipun berbagai hak sudah diatur diberbagai peraturan perundang-

undanagan tetapi dalam kenyataan atau fakta lapangannya berbagai macam

bentuk pelanggaran terhadap anak terjadi diberbagai bidang seperti dibidang

pendidikan, pelayanan, hingga kesehatan. Tegaknya regulasi terkait

perlindungan anak memang memerlukan waktu, tenaga, dana, dan juga

kesadaran seluruh masyarakat, akan tetapi banyak anak tidak bisa menunggu

sampai pemecahan kemiskinan dan pembangunan terselesaikan.

Dalam realitas sosial sering terjadi kasus-kasus pelanggaran terhadap

hak-hak anak yang mana mendiskreditkan dan menindas anak, hal tersebut

terjadi dikarenakan berbagai faktor seperti rendahnya pendidikan, faktor

keluarga, tidak adanya perlindungan, persoalan lingkungan sekitar dan

himpitan secara sosial maupun ekonomi lainnya seperti pekerja anak,

penjualan anak, kekerasan pada anak baik diluar maupun didalam rumah
6
Ibid.hal. 387

4
tangga, kekerasan seksual pada anak, serta eksploitasi seksual terhadap anak

dan sebagainya.7

Berbagai macam kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia perlu

menjadi perhatian serius oleh semua pihak, karena mengingat pentingnya

anak untuk membangun kemajuan mendatang dalam suatu negara, semakin

terpenuhinya hak-hak terhadap anak dalam suatu negara, maka kemajuan

dimasa mendatang suatu negara tersebut juga semakin mudah tercapai,

begitu pula sebaliknya semakin rendah dan semakin maraknya perampasan

terhadap hak-hak anak, maka kemajuan suatu negara tersebut pun juga akan

semakin sulit. Berdasarkan dari kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak jumlah kasus terhadap anak semakin tahun semakin

meningkat.8 Hal tersebut menjadi latarbelakang peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul “Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak

Di Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih

Siyasah”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti mengambil

fokus penelitian sebagai berikut:

7
Candra Hayatul Iman & Wulansari, Kebijakan Pemerintah Dalam Implementasi Hukum
Perlindungan Anak Dan Upaya Penanggulangannya Terhadap Hak-Hak Anak Di Indonesia, Jurnal
Fakultas Hukum Singaperbangsa, Volume 1 Nomor 1, 2016, hal. 151
8
Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Profil Anak Indonesia Tahun 2021,
(Jakarta:Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, 2021) hal. 132

5
1. Bagaimana Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak di

Indonesia pada Tahun 2019-2021 dalam Perspektif Hukum Positif?

2. Bagaimana upaya-upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan

hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019-2021?

3. Bagaimana perlindungan hukum anak di Indonesia pada Tahun 2019-

2021 dalam Perspektif Fiqih Siyasah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian tentang Problematika Perlindungan

Hukum Terhadap Anak Di Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau dari

Hukum Positif dan Fiqih Siyasah ini adalah:

1. Untuk menganalisis terkait bagaimana problematika-problematika

dalam perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia tahun 2019-

2021 dalam perspektif hukum positif.

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya pemerintah Indonesia

dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia

pada tahun 2019-2021.

3. Untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia

pada tahun 2019-2021 menurut fiqih siyasah.

D. Manfaat Penelitian

6
Penelitian dengan judul Problematika Perlindungan Hukum Terhadap

Anak Di Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih

siyasah ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat dari segi akademik, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan pengetahuan mengenai problematika perlindungan

hukum terhadap anak di Indonesia yang ditinjau dari hukum positif

dan fiqih siyasah.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan ilmu pengetahuan terkhusus dalam bidang

hukum tata negara, selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan

referensi dalam memperluas wawasan serta pengetahuan terutama

yang berkaitan dengan perlindungan anak di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini, penulis dapat meningkatkan kemampuan

berpikir serta mengasah pengetahuan dan menerapkan teori-teori yang

telah didapat selama menempuh perkuliahan di program studi hukum

tata negara Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah

Tulungagung.

b. Bagi Masyarakat

7
Melalui penelitian ini masyarakat akan lebih memahami

mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam upaya-

upaya perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia, selain itu

masyarakat juga akan memahami terkait pentingnya memberikan

perlindungan terhadap anak di Indonesia.

c. Bagi Pemerintah

Melalui penelitian ini, pemerintah dapat lebih memperhatikan

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan perlindungan anak

di Indonesia, sehingga pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-

kebijakan yang strategis untuk mengatasi problematika perlindungan

anak di Indonesia.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kemungkinan dalam kesalahan penafsiran, maka

dalam penelitian dengan judul Problematika Perlindungan Hukum Terhadap

Anak Di Indonesia Ditinjau dari Hukum Positif dan Fiqih Siyasah ini,

penulis memberikan penegasan istilah sebagai berikut:

8
1. Penegasan Konseptual

a. Perlindungan Hukum

Upaya untuk mengorganisasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat

supaya tidak terjadi tubrukan antar kepentingan dan dapat menikmati

semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.9

b. Anak

Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan.10

c. Fiqih Siyasah

Fiqih Siyasah yaitu suatu perbuatan yang membawa manusia

dekat dengan kemaslahatan dan terhindar dari kebinasaan, meskipun

perbuatan tersebut tidak ditetapkan oleh Rasulullah SAW atau

diwahyukan oleh Allah SWT.11

2. Penegasan Operasional

Penelitian dengan judul Problematika Perlindungan Hukum

Terhadap Anak Di Indonesia Tahun 2019-2021 Ditinjau dari Hukum

Positif dan Fiqih Siyasah ini akan membahas bagai permasalahan-

permasalahan yang terjadi dalam perlindungan anak di Indonesia, selain

itu dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai bagaimana upaya

pemerintah Indonesia dalam mengatasi permasalahan perlindungan

hukum terhadap anak di Indonesia. Perlindungan hukum terhadap anak


9
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 53-53
10
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
11
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hal. 5

9
tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan tinjauan hukum positif

dan juga fiqih siyasah.

F. Sistematika Pembahasan

Adapun terkait rencana sistematika pembahasan dalam penelitian ini, akan

dibagi kedalam beberapa bagian bab sebagaimana berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang konteks penelitian,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

dan sistematika penulisan penelitian tentang problematika perlindungan

hukum terhadap anak di Indonesia tahun 2019-2021 ditinjau dari hukum

positif dan fiqih siyasah.

Bab II Kajian Pustaka, pada bab ini akan membahas terkait kajian-

kajian mengenai problematika perlindungan hukum terhadap anak di

Indonesia dan juga konsep-konsep hukum positif dan fiqih siyasah.

Bab III Metode penelitian, pada bab ini berisi metode, sumber data,

dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab IV Analisis data dan pembahasan, pada bab ini akan dibahas

mengenai data-data yang berkaitan dengan Problematika Perlindungan

Hukum Terhadap Anak Di Indonesia Tahun 2019-2021 Dinjau dari Hukum

Positif dan Fiqih Siyasah. Data-data tersebut kemudian akan dianalisis

berdasarkan teori-teori yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah

atau fokus penelitian ini.

10
Bab V Penutup, pada bab ini penulis akan memaparkan penutup yang

berisi tentang kesimpulan yang berkaitan dengan problematika perlindungan

hukum terhadap anak di Indonesia tahun 2019-2021 ditinjau dari hukum

positif dan hukum fiqih siyasah kemudian dalam bab ini juga mencangkup

saran yang diberikan oleh peneliti terkait dengan penelitian yang telah

selesai dilakukan.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian dan Problematika Anak

Pengertian anak dapat dilihat dari berbagai aspek seperti aspek

sosiologis, aspek psikologis maupun aspek yuridis. Dari aspek psikologis

dan sosiologis, anak merupakan karunia dan anugerah Tuhan yang

senantiasa harus dijaga dan diberikan perlindungan dan dijunjung harkat

dan martabatnya.12 Anak secara umum didefinisikan sebagai seseorang

yang lahir dari hubungan biologis antara seorang pria dan seorang

wanita. Yang lain percaya bahwa anak-anak belum matang, bahwa pria

dan wanita belum mengalami pubertas, atau bahwa anak-anak mengalami

fungsi fisik, psikologis, dan sosial.

Kriteria yang tepat dalam mengartikan kata anak adalah,

berdasarkan usia atau batas usia tertentu, untuk dapat disebutkan bahwa

itu adalah anak.13 Dalam hukum adat Indonesia pun, batas usia anak atau

dewasa tidak dijadikan acuan, karena dalam hukum adat, bentuk fisik dan

kematangan yang dapat menginterpretasikan seorang anak yang telah

beranjak dewasa.

12
M. Candra, “Aspek Perlindungan Anak Indonesia”, (Prenada Media, 2018) Hal. 1
13
Liza A. Krisna, “Hukum Perlindungan Anak: Panduan Memahami Anak Yang Berkonflik
Dengan Hukum” (Yogyakarta: Deepublish, 2018), Hal. 6

12
Ditinjau dari aspek psikologis, pengertian anak adalah seseorang

dapat dikatakan seorang anak, dapat dilihat dari batas usia dan

pertumbuhan, serta perkembangan yang ia alami di dalam jiwanya.

Adanya tahapan-tahapan perkembangan yang dialami dalam kehidupan

anak mengungkapkan bahwa dari segi psikologis tampak adanya

perbedaan kriteria untuk menentukan batas-batas seorang anak.14

Aspek Yuridis mengartikan bahwa istilah anak berkonotasi pada

usia manusia, anak diartikan sebagai kelompok umur tertentu dari

manusia.15 Anak merupakan generasi penerus bangsa yang mana

kesejahteraannya harus terjamin baik secara lahir, maupun batin. Namun,

kondisi anak di Indonesia saat ini masih banyak problematika mengenai

kesejahteraan yang tentunya perlu penanganan yang ekstra dari

pemerintah.16 Urgensi terhadap kejelasan batas usia anak secara yuridis

atau hukum positif, berhubungan dengan hak dan kewajiban anak, dan

menurut hukum perdata, batas usia berhubungan dengan kekuasaan orang

tua, dalam hal hak waris, dan pernikahan. Sedangkan dalam hukum

pidana, hak anak dalam peradilan yang harus terdapt pembedaan dalam

putusan perkara atau proses peradilan yang khusus untuk anak, tanpa

campur tangan pihak lain yang tidak berhubungan dengan anak. Seperti
14
Ibid. Hal. 11.
15
Tedy. S, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai Hak Asasi Manusia Dalam
Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia” Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 54,Volume
2011, Hal. 111-132.
16
Anissa Nur Fitri, Agus Wahyuni Riana, & Muhammad Ferdyansyah, “Perlindungan Hak-
Hak Anak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Anak”, (Prosiding Ks: Riset dan Pkm
Volume: 2 Nomor: 1, 2016), Hal.46.

13
yang dikatakan oleh Standard Minimum Rules (SMR JJ), bahwa:

“Juvenale is a child or young person who under the resvektive legal

system, may be dealt with for an offence in a manner whice is different

from an adult.”

“Anak-anak adalah seorang anak atau remaja yang menurut system

hukum masing-masing dapat diperlakukan sebagai pelaku seuatu

pelanggaran dengan cara yang berbeda dari seorang dewasa.17

Wiyani mengatakan bahwa terdapat 50% kecerdasan manusia

terjadi ketika: 4 tahun, lalu 80% terjadi ketika mereka berumur delapan

tahun dan 100% puncak ketika ada anak-anak usia 8 sampai 18 tahun.

Anak-anak ini memiliki kebutuhan lahir dan batiniyah termasuk berbagai

layanan dan dukungan orang dewasa, kebutuhan fisik dan mental.

Dimana bentuk pelayanannya diinstruksikan untuk mempromosikan

pertumbuhan dan perkembangan sebagai yayasan pertama bagi anak-

anak melanjutkan proses hidup, hidupnya.

Layanan dan bantuan mulai pertama yang diterima anak berasal

dari lingkungan keluarga. Keluarga adalah tempat pertama bagi seorang

anak memperoleh pendidikan dini, terutama anak tengah, yang mana di

dalam keluarga, anak mendapatkan pendidikan mulai dari belajar

berjalan, berbicara, dan sebagainya. Keluarga terdiri dari ayah, ibu,

kakak, adik, dan lain-lain. Orang tua adalah ayah dan ibu yang

bertanggung jawab memperhatikan segala kebutuhan anak, seperti

17
Ibid. Hal. 1-146.

14
pendidikan, kesehatan, cinta, dan kasih sayang. Keluarga terfokus pada

pertumbuhan perkembangan anak.18

Di Indonesia sendiri masih banyak permasalahan yang menyangkut

anak, contohnya adalah kurangnya pantauan orang dewasa ataupun

keluarga dalam hal pemenuhan pelayanan terhadap anak, hal ini

merupakan salah satu bentuk krisis moralitas, yang mana perilaku anak

sangat menyimpang. Fenomena yang telah terjadi pada anak-anak saat

ini, berkaitan dengan semakin berkembangnya zaman, dari yang dahulu

seorang anak bisa bermain dan mengeksplor dunia bermainnya bersama

teman-temannya. Namun, dunia anak-anak yang dulu, sudah mulai

tergusur dengan adanya kecanggihan teknologi berupa gawai atau gadget.

Kurangnya pantauan dari orang tua, menyebabkan aktifitas anak-anak

tidak terkendali, bahkan seharian penuh, mereka bisa bermain gawai

tanpa merasakan lelah sama sekali.

Dampak negatif yang paling signifikan yakni, anak-anak ketika

sudah kecanduan bermain, mereka cenderung akan melupakan

kewajibannya sebagai anak dan juga siswa. Dari media televisi dan

gadget seperti menonton melodrama orang dewasa, meniru kata-kata,

perilaku buruk yang mereka lihat dari sebuah sinetron.19

Problematika anak lainnya yang merupakan akibat dari tidak

terpenuhi kebutuhan dasarnya adalah anak terlantar. Anak terlantar

18
Ariyanti N. C, Ari S, dan Gian F. A, “Gaya Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Usia
Dini”, Jurnal Pendidikan Anak, Vol 3, No 2, 2017, Hal. 2.
19
Ibid. Hal. 2.

15
adalah anak yang karena beberapa penyebab tidak diobati, tidak dirawat,

sehingga kebutuhannya tidak terpenuhi baik fisik, mental dan sosial yang

mengakibatkan gangguan atau keterbelakangan pertumbuhan fisik dan

perkembangan kepribadian anak. Dalam melihat kategori anak terlantar

maka dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:

1. Anak usia 0-21 tahun yang belum menikah

2. Ditelantarkan karena tidak memiliki orang tua atau orang tua yang

miskin sehingga tidak dapat mengasuhnya.

3. Ditolak karena keluarganya memiliki masalah

sosial-psikologis/keluarga yang rusak.

4. Tidak bersekolah atau putus sekolah.

5. Tidak bekerja atau tidak bekerja bagi yang berusia 18 tahun dan

belum menikah.

6. Termasuk dalam kategori anak terlantar: a) anak yatim terlantar; b)

anak piatu terlantar; c) anak yatim-piatu terlantar; d) anak putus

sekolah, tidak sekolah atau di luar jangkauan sistem sekolah; dan e)

anak yang terancam kemerosotan fungsi sosialnya20.

Problematika mendasar yang terjadi pada anak di Indonesia yaitu

tidak terpenuhinya hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh anak. Hak-

hak yang seharusnya didapat oleh anak seperti hak dasar yang dapat

dibagi menjadi 4 bagian sebagai berikut:

20
Anissa Nur Fitri, Agus Wahyuni Riana, & Muhammad Ferdyansyah, “Perlindungan Hak-
Hak Anak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Anak”, (Prosiding Ks: Riset dan Pkm
Volume: 2 Nomor: 1, 2016), Hal.. 48

16
1. Hak untuk hidup

Hak untuk hidup ini berlaku semenjak anak berada masih dalam

kandungan. Hak hidup sejak dalam kandungan seperti anak

mendapatkan gizi dan rangsangan-rangsangan ketika masih berada

dalam kandungan, periksa kandungan dan sebagainya.

2. Hak untuk tumbuh berkembang

Hak untuk tumbuh dan berkembang ini dalam kehidupan

seorang anak seperti anak harus diberikan kesempatan yang sebaik-

baiknya untuk dapat tumbuh dan berkembang, seperti mendapatan

pengasuhan yang tepat, pendidikan yang baik, pengobatan yang layak

ketika anak sakit, mendapatkan ASI, mendapatkan imunisasi, dan

sebagainya. Selain itu perkembangan Psikisnya pun diperhatikan,

seperti memberikan rasa aman dan rasa nyaman, membuat lingkungan

kondusif, menjauhkan anak dari hal-hal yang membahayakan bagi

perkembangannya.

3. Hak untuk Berpartisipasi

Hak untuk berpartisipasi pada anak merupakan hak anak yang

harus dilindungi dari berbagai situasi darurat, menerapkan

perlindungan hukum dan segala yang berkaitan dengan masa depan

anak.

4. Hak untuk mendapat perlindungan

17
Hak untuk mendapatkan perlindungan yaitu hak yang harus

didapatkan anak untuk mendapat perlindungan dari berbagai ancaman

dan hak anak untuk menentukan pilihan hidupnya.Anak dalam

keluarga harus dibiasakan berbicara, agar anak mempunyai hak suara

dan mulai berani menentukan hal-hal yang diinginkan.Contohnya

adalah ingin saat anak memiliki keinginan yang berbeda dengan

keinginan orangtuanya, maka dicarikan titik temu. Hal ini perlu

diperhatikan karena apa yang ditentukan oleh orang dewasa itu belum

tentu baik pula bagi si anak, sehingga anak juga diperlakukan sebagai

insan yang dimanusiakan.21

2. Konsep Perlindungan Hukum terhadap Anak

Perlindungan hukum secara terminologi terdiri dari dua kata, yakni

“perlindungan” dan “hukum”. Perlindungan berarti upaya untuk

melindungi sesuatu, sedangkan hukum adalah seperangkat aturan yang

dibuat oleh lembaga, yang bersifat memaksa dan mengikat. Menurut

pendapat Satjipto Rahardjo, pengertian perlindungan hukum adalah

sebuah upaya pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang

mana hak-hak tersbeut telah direnggut oleh orang lain, maka haruslah ada

perlindungan kepada masyarakat agar dapat menikmati hak-hak yang

dimilikinya.22.

21
Anissa Nur Fitri, Agus Wahyuni Riana, & Muhammad Ferdyansyah, “Perlindungan Hak-
Hak Anak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Anak”, (Prosiding Ks: Riset dan Pkm
Volume: 2 Nomor: 1, 2016), Hal.. 47
22
Sadjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum”, (PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2000), Hal.54.

18
Perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon adalah sebuah

tindakan untuk memberikan pertolongan dan perlindungan hukum

kepada masyarakat sebagai subjek hukum.23 Penegakan hukum adalah

seperangkat tindakan yang berkaitan dengan pelaksanaan perintah

hukum, baik berupa penuntutan maupun pencegahan, yang meliputi

segala tindakan teknis dan administratif tubuh kepolisian untuk

menciptakan suasana aman, tenang, dan tertib dengan tujuan tercapainya

kepastian hukum dalam masyarakat.24

Status asas-asas hukum atau prinsip-prinsip hukum dapat menjadi

dasar munculnya hukum. Dalam pelaksanaan peraturan dapat

dikembalikan kepada asas-asas hukum atau sesuai dengan tujuan hukum

yang bersangkutan (ratio legis). Agar hukum dapat hidup, berkembang

dan bermanfaat, maka hukum harus memuat nilai-nilai etika dan standar

masyarakat. Karl Larenz, "Rechttiges Recht Grundzuge Einer

Rechtsethik" yang dikutip Bruggink menjelaskan asas hukum sebagai

berikut:

“Asas hukum merupakan gagasan yang membimbing dalam


pengaturan hukum, yang mungkin ada atau yang sudah ada, yang dirinya
bukan merupakan aturan yang dapat diterapkan, tetapi yang dapat diubah
menjadi demikian.”25

23
Philipus M. Hadjon, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia”, (Gajah Mada University
Press: Yogyakarta, 2011), Hal.10
24
Luthvi Febryka Nola, “Upaya Pelindungan Hukum Secara Terpadu Bagi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)”, Jurnal Negara Hukum: Vol. 7, No. 1, Juni 2016, Hal.38.
25
I Nyoman Putu Budiartha, “Hukum Outsourcing: Konsep Alih Daya, Bentuk Perlindungan,
Dan Kepastian Hukum”, (Malang: Setara Press 2016), Hal. 17.

19
Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan pendapat dari para pakar

tersebut, bahwa perlindungan hukum adalah sebuah tindakan yang

berupaya untuk melindungi masyarakat dikarenakan pelanggaran hukum

yang mereka lakukan, ini dilakukan oleh pemerintah negraa bersama

dengan para aparat penegak hukum, yang berpedoman pada aturan yang

berlaku, yang berupa undang-undang.

Sebagai pelindung kepentingan masyarakat, maka penegak hukum,

seperti, polisi, jaksa, penasehat hukum, hakim, dan sebagainya, harus

bisa mengimplementasikan amanat undang-undang untuk berlaku adil.

Adil di sini bukan berarti adil hanya untuk beberapa orang saja, namun

adil dalam hal pemutusan suatu perkara harus diperuntukkan secara

massive untuk semua golongan, baik aparat maupun rakyat biasa.

Perlindungan hukum bukan dimaksudkan pada hal melindungi pihak-

pihak yang terkuat dalam mempengaruhi hukum, namun perlindungan

hukum merupakan tindakan untuk melindungi harkat dan martabat

manusia di mata hukum.

Hakikat perlindungan dapat dibedakan menjadi dua bagian yang

mana kedua bagian tersebut merupakan unsur inti dalam memberikan

perlindungan kepada hukum kedua bagian tersebut yaitu:

1. Perlindungan Hukum secara Yuridis

Perlindungan hukum secara yuridis seperti perlindungan hukum

secara hukum publik dan perlindungan hukum secara keperdataan.

20
2. Perlindungan Hukum yang bersifat Non Yuridis

Perlindungan hukum yang bersifat non yuridis seperti

perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, dan bidang

kesehatan.26

Perlindungan hukum sendiri terbagi menjadi dua bagian, yaitu

perlindungan hukum preventif dan represif. Perlindungan hukum

preventif merupakan perlindungan hukum yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah

bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi,

sedangkan pelindungan hukum represif merupakan perlindungan hukum

yang bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.27

Perlindungan hukum preventif dapat dilakukan untuk

meminimalisir atau mencegah adanya korban, upaya-upaya perlindungan

hukum preventif seperti sosialisasi terkait suatu peraturan maupun suatu

langkah-langkah untuk terhindar dari suatu kejahatan, sedangkan

perlindungan hukum represif lebih mengarah kepada perlindungan ketika

sudah terjadi suatu pelanggaran atau adanya korban kejahatan.

Pentingnya perlindungan hukum terhadap korban kejahatan harus

mendapatkan perhatian serius dari banyak pihak, terutama pada para

aparat penegak hukum, yang sejatinya harus menjadi wadah untuk

memberikan kepastian hukum untuk masyarakat terutama pada korban

26
Muhammad Fachri Said, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia, Jurnal Cendekia Hukum, volume 4, Nomor 1, 2018, Hal.145-146
27
Luthvi Febryka Nola, “Upaya Pelindungan Hukum Secara Terpadu Bagi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)”, Jurnal Negara Hukum: Vol. 7, No. 1, Juni 2016, Hal. 40

21
kejahatan. Penegakan hukum merupakan suatu rangkaian upaya

pelaksanaan hukum yang bersifat penindakan maupun pencegahan yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum, dalam hal memenuhi

kesejahteraan dan kepastian hukum pada masyarakat, dengan berupa

perlindungan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.28

Pengakuan terhadap hak negara untuk mengatur dalam kebijakan

sosial (sosial policies) baik dalam bentuk kebijakan kesejahteraan sosial

(sosial welfare policies). Negara berhak mengatur restriksi dan limitasi

untuk menjaga agar pengaturan tersebut tetap dalam keseimbangan,

keselarasan dan keserasian antara kepentingan negara, kepentingan

masyarakat, dan kepentingan pribadi.29 Terdapat 4 unsur suatu

perlindungan hukum dapat dikatakan perlindungan hukum, antara lain:

a. Adanya perlindungan dari pemerintah terhadap warganya.

b. Adanya jaminan kepastian hukum.

c. Berkaitan dengan hak-hak warga Negara.

d. Adanya hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Fungsi utama hukum yaitu pengaturan ketertiban merupakan syarat

dasar bagi keberadaan masyarakat, kebutuhan akan ketertiban merupakan

fakta dan kebutuhan objektif setiap masyarakat manusia. Tujuan hukum

adalah menegakkan keadilan. Hukum itu ada atau ditegakkan untuk

mengatur dan menyeimbangkan atau menyeimbangkan kepentingan


28
Ibid. 38
29
Candra Himayatul Iman & Wulansari, “Kebijakan Pemerintah Dalam Implementasi
Hukum Perlindungan Anak Dan Upaya Penanggulangannya Terhadap Hak-Hak Anak Di
Indonesia”, (Volume 1, Nomor 1, Mei 2016), Hal.153.

22
orang banyak, ketiga tujuan ini sering diungkapkan secara terpisah dan

dipandang sebagai proses yang saling menentukan, yaitu: Kepastian,

ketertiban, ketertiban dan keadilan. Hukum dalam fungsinya untuk

melindungi kepentingan masyarakat, hukum mempunyai tujuan. Hukum

memiliki tujuan yang harus dicapai. Dengan kata lain, tugas hukum

adalah memberikan hak dan kewajiban di antara Individu dalam

masyarakat mendistribusikan kekuasaan dan mengatur penyelesaian

masalah hukum dan pemeliharaan kepastian hukum.30

Pada dasarnya pembinaan dan penegakan hukum di Indonesia tidak

sesederhana membaca dan menerima materi dan konsep yang terkandung

atau terkandung dalam undang-undang. Penegakan hukum dan

pemberantasan kejahatan tidak cukup hanya berdasarkan undang-undang

saja, perlu dicek dari aspek budaya, moral dan agama, bahkan para ahli

hukum berpendapat bahwa kejahatan adalah obat terakhir atau obat

terakhir. pendapat bahwa itu adalah semacam hukuman.31

Berdasarkan konsep hukum yang memiliki prinsip, keadilan dan

kepastian hukum, menjadikan hukum adalah sebuah wadah dan payung

teduh bagi masyarakat, karena subjek utama dari hukum adalah,

masyarakat. Hukum tidak akan berdiri sendiri tanpa adanya sebuah

raktyat. Indonesia adalah Negara Hukum yang tertera pada konstitusi,


30
Irwan S. Harahap, “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kejahatan Seksual
dalam Perspektif Hukum Progresif”, Jurnal Media Hukum: Vol. 23 No.1 Juni 2016, Hal. 40.

31
Irvan Rizqian, “Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Tindak
Pidana Kekerasan Seksual Dikaji Menurut Hukum Pidana Indonesia”, Journal Justiciabellen, Vol.
01, No. 01, Januari 2021, Hal. 51-61

23
yang mana terdapt banyaknnya peraturan dan larangan yang buat oleh

lembaga hukum untuk mengatur masyarakat dan Negara. Dengan adanya

hukum, maka kesejahteraan masyaarakat akan terjamin.

Perlindungan anak di Indonesia sendiri diatur dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Dalam undang-

undang tersebut dijelaskan bahwa tujuan perlindungan anak yaitu untuk

menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,

berakhlak mulia, dan sejahtera.

Selain tujuan perlindungan anak, dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak tersebut juga mengatur terkait

kewajiban negara dalam memberikan perlindungan terhadap anak. Dalam

pasal 22 Undang-Undang Nomor 35 Tentang Perlindungan Anak

menyatakan bahwa Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah

berkewajiban dan bertanggungjawab memberikan dukungan berupa

sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam

penyelenggaraan Perlindungan Anak.32

Kewajiban pemerintah Indonesia dalam memberikan perlindungan

terhadap anak di Indonesia dilakukan dengan melalui berbagai upaya.

32
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

24
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam memberikan

perlindungan terhadap anak di Indonesia yaitu:

1. Bantuan Hukum

Bantuan hukum dalam perlindungan anak adalah jasa hukum

yang diberikan oleh pendamping hukum dan advokat untuk

melakukan proses pendampingan saksi dan/atau korban kekerasan

terhadap perempuan dan anak yang sensitif gender.33

2. Layanan Kesehatan

Layanan kesehatan dalam perlindungan anak yaitu upaya yang

meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

3. Layanan Pemulangan

Layanan dalam perlindungan anak merupakan upaya

mengembalikan anak korban kekerasan dari luar negeri ke titik

debarkasi/entry point, atau dari daerah penerima ke daerah asal.

4. Penegakan Hukum

Penegakan hukum dalam perlindungan anak yaitu adalah

tindakan aparat yang diberi kewenangan oleh negara untuk

melaksanakan peraturan perundang-undangan.

5. Layanan Pengaduan

Layanan pengaduan dalam perlindungan anak adalah

serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara layanan

terpadu untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan


33
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 01 Tahun
2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak
Korban Kekerasan

25
terhadap perempuan dan anak yang diajukan korban, keluarga atau

masyarakat.34

6. Layanan Rehabilitasi Sosial

Layanan rehabilitasi sosial dalam perlindungan anak adalah

adalah pelayanan yang ditujukan untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi

sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.35

7. Layanan Reintegrasi Sosial

Layanan reintegrasi sosial dalam perlindungan anak merupakan

upaya penyatuan kembali korban dengan pihak keluarga, keluarga

pengganti, atau masyarakat yang dapat memberikan perlindungan dan

pemenuhan kebutuhan bagi korban (Permen PPPA Nomor 1 Tahun

2010).36

3. Perlindungan Anak dalam Fiqih Siyasah

Fiqih Siyasah merupakan suatu upaya sungguh-sungguh yang

dilakukan para ulama (mujtahid) untuk menggali hukum-hukum syara’

sehingga dapat diamalkan oleh umat islam. Karena sifat dari fiqih itu

ijtihadiyah, pemahaman terhadap hukum-hukum syara’ tersebut selalu

mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan dan perkembangan

34
Ibid.
35
Ibid.
36
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anan, Profil Anak Indonesia
2021, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2021) Hal.130-
131

26
situasi dan kondisi manusia itu sendiri. 37 T.M Hasbi Ash-Shiddieqy

membagi ruang lingkup fiqih menjadi delapan bidang yaitu Siyasah

Dusturiyyah Syar’iyyah (Politik pembuatan perundang-undangan),

Siyasah Qadha’iyyah Syar’iyyah (Politik peradilan), Siyasah

Tasyri’iyyah Syar’iyyah (Politik Hukum), Siyasah Idariyyah Syar’iyyah

(Politik Administrasi Negara), Siyasah Maliyyah Syar’iyyah (Politik

Ekonomi dan Moneter), Siyasah Tanfidziyah Syar’iyyah (Politik

Pelaksanaan perundang-undangan), Siyasah Dauliyyah / Siyasah

Kahrijiyyah Syar’iyyah (Politik pelaksanaan perundang-undangan),

Siyasah Harbiyyah Syar’iyyah (Politik peperangan).38

Karena fiqih siyasah merupakan upaya dalam menggali hukum-

hukum syara’, maka dalam upayanya harus selaras dengan tujuan dari

hukum Islam. Tujuan dari adanya hukum Islam yaitu untuk memenuhi

kebutuhan primer (Dharuriyyah) bagi manusia. Kebutuhan primer dalam

tujuan hukum Islam yaitu:

1. Hifdz ad-Din (Memelihara Agama)

Keberadaan Agama merupakan sebuah fitrah bagi setiap

manusia, hukum positif bahkan memberikan perlindungan kepada

manusia sebagai bentuk pemenuhan terhadap hak asasi manusia yang

harus mendapat perlindungan dari ancaman atau gangguan dari pihak

manapun.

37
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hal. 2
38
Ibid. hal. 15

27
2. Hifdz an-Nafs (Memelihara Jiwa)

Salah satu tujuan hukum Islam Yaitu memelihara jiwa seperti

halnya sistem lain melindungi hak-hak untuk hidup, merdeka dan

merasakan keamanan. Islam melarang setiap orang untuk melakukan

bunuh diri dan pembunuhan, dalam Islam, pembunuhan terhadap

seorang manusia tanpa alasan yang benar diibaratkan seperti

membunuh seluruh manusia. Sebaliknya, barang siapa memelihara

kehidupan, maka ia diibaratkan seperti memelihara manusia

seluruhnya.

3. Hifdz an-Nasl (Memelihara Keturunan)

Memelihara keturunan sebagai tujuan dari hukum Islam yaitu

sebuah upaya mewujudkan perlindungan terhadap keturunan manusia

disyariatkan perkawinan agar mempunyai keturunan yang saleh dan

mempunyai nasab yang jelas (silsilah orangtuanya). Memelihara

keturunan juga dapat diartikan sebagai memberikan hak-hak yang

seharusnya didapatkan oleh seorang anak.39

4. Hifdz al-Mal (Memelihara Harta)

Memelihara harta sebagai tujuan hukum Islam merupakan suatu

kewajiban bersama. Islam sangat melarang tindakan-tindakan yang

dapat merugikan orang lain seperti tindakan pencurian, korupsi,

memakan harta secara bathil, penipuan, dan perampokan karena

tindakan ini akan menimbulkan pihak lain yang tertindas.

39
Rohidin, Pengantar Hukum Islam, (Lampung Timur: Lintang Rasi Aksara Books, 2016)
Hal.34

28
Perlindungan terhadap anak diberbagai negara diatur dalam

peraturan perundang-undangan demi terpenuhinya hak-hak yang

seharusnya didapatkan oleh anak. Permbuatan peraturan perundang-

undangan dalam perlindungan anak (Fiqih Siyasah Dusturiyyah) harus

sesuai dengan tujuan hukum Islam yaitu membuat berbagai perbaikan.

Membuat perbaikan yang dimaksud tersebut yaitu menjadikan manusia

mampu berbuat dan mengatur urusan hidup menjadi lebih baik.

Ketiadaan perbaikan ini tidak membawa kekacauan sebagaimana

ketiadaan kebutuhan-kebutuhan hidup. Namun, perbaikan perlu

dilakukan agar peraturan selalu berkesinambungan. Perbaikan dalam hal

ini mencakup arti kebajikan (virtues), cara-cara yang baik (good manner)

dan setiap hal yang melengkapi peningkatan cara hidup.40

Perlindungan anak dalam Fiqih Siyasah sangatlah diatur dalam Al-

Qur’an maupun hadist. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang

keharusan untuk memberikan perlindungan terhadap anak diantaranya

yaitu surah Al-Isra’ ayat 31 yang menyatakan bahwa:

ْ ‫م َواِيَّا ُك ۗ ْم اِ َّن قَ ْتلَهُ ْم َكانَ ِخ‬Uُْ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُه‬


‫طـًٔا َكبِ ْيرًا‬ ٍ ۗ ‫َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم َخ ْشيَةَ اِ ْماَل‬
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.41

Selain dalam Al-Qur’an Al-Isra’ ayat 31 juga terdapat ayat lain

yang menjelaskan tentang perlindungan anak. Ayat tersebut yaitu

40
Ibid. Hal.37
41
Muhaemin B, Prinsip-Prinsip Dasar tentang Hak Perlindungan Anak (Tinjauan Quranik,
Hadis dan Hukum Positif), Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 1, 2016, hal.80

29
terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 140 dan ayat 151 yang

menyatakan bahwa:

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫م ُ ا ْفتِ َر ۤا ًء َعلَى ِ ۗقَ ْد‬Uُ ُ‫َس َر الَّ ِذ ْينَ قَتَلُ ْٓوا اَوْ اَل َدهُ ْم َسفَه ًۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َّو َح َّر ُموْ ا َما َر َزقَه‬
‫ضلُّوْ ا‬ ِ ‫قَ ْد خ‬

َ‫َو َما َكانُوْ ا ُم ْهتَ ِد ْين‬

Artinya: Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya


karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang
dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat
kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak
mendapat petunjuk (Q.S. Al-An’am ayat 140)

‫قُلْ تَ َعالَوْ ا اَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانً ۚا َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم ِّم ْن‬

َ ‫ط ۚنَ َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬


‫س الَّتِ ْي‬ َ َ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما ب‬ ِ ‫م َواِيَّاهُ ْم ۚ َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َو‬Uْ ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُ ُك‬
َ ‫اح‬ ٍ ۗ ‫اِ ْماَل‬

ِّ ۗ ‫َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح‬


ّ ٰ ‫ق ٰذلِ ُك ْم َو‬
َ‫م بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬Uْ ‫صى ُك‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang


diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa
pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu
karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang
terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang
yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah
Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.42
Selain dalam ayat Al-Qur’an perlindungan hukum terhadap anak

juga dijelaskan dalam beberapa hadist sebagai berikut:

َ ْ‫ك ع َْن َس ِع ْي ِد ب ِْن َأبِى اَيُو‬


‫ب ع َْن‬ َ َ‫َح َدثَا َعلِ ُّى بْنُ ُم َح َّم ٍد َحد َْثنَا يَحْ َى بْنُ اَ َد َم َحد َْثنَا بْنُ ْال َمب‬
ِ ‫ار‬

َ ‫ب ع َْن َأبِي ه َُر ي َْرةُ ع َْن النَبِ ْي‬


َ َ‫صلَى هَّللا ُ َو َسلَّ َم ق‬
‫ال‬ ِ ‫يَحْ َى ْب ِن ُسلَ ْي َمانَ ع َْن َز ْي ِد ْب ِن َأبِى َعتَا‬

42
Ibid. 81-82

30
ٌ ‫ت فِ ْي ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ بَي‬
‫ْت فِ ْي ِه بَ ْيتِ ٌم‬ ٌ ‫ت فِ ْي ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ بَي‬
ِ ‫ْت فِ ْي ِه بَ ْيتِ ٌم يُحْ َسنُ ِإلَ ْي ِه َو َشرُّ بَ ْي‬ ِ ‫َخي َْر بَ ْي‬

)‫يُ َسا ُءإلَ ْي ِه (رواه ابن ماجه‬

Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Dari Nabi saw bersabda: Sebaik-
baik rumah kaum muslimin, yaitu rumah yang ada anak yatim diasuh
dengan baik, dan sejahatjahat rumah kaum muslimin ialah rumah yang
ada anak yatim yang selalu diganggu dan disakiti. (HR. Ibn Majah).

َ ‫ال قَا َل َرسُوْ ُل هَلَّلا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ع‬


َ‫َال ثَالَثَهُ ِم ْن اَاْل َ ْيت َِام َكان‬ ِ َ‫ع َْن َع ْب ِد هّللا ِ ب ِْن َعب‬
َ َ‫اس ق‬

ِ ‫ارهُ َو َغدَا َو َرا َح َشا ِهرًا َس ْيفَهُ فِي ْال َجنَّ ِة َأ َخ َوي ِْن َكهَاتَي ِْن ُأ ْخت‬
‫َان‬ َ ‫َك َم ْن قَا َم لَ ْيلَةُ َو‬
َ َ‫صا َم نَه‬

)‫ (رواه البخاري و مسلم و ابن ماجه‬U‫ق ِإصْ بَ َع ْي ِه ال َّسبَّابَةَ َو ْال ُو ْسطَى‬ َ ‫َوَأ ْل‬
Uَ ‫ص‬

Artinya: Dari Abdullah Ibn Abbas berkata. Bersabda Rasulullah


saw : Siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan orang yang
bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan
orang yang keluar tiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk
berjihad fi sabilillah. Dan kelak di sorga bersamaku bagaikan saudara,
sebagaimana kedua jari ini bersaudara, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.
(HR. Bukhari, Muslim dan Ibn Majah).43
Dari ayat-ayat dan juga hadist-hadist diatas secara tegas dan jelas

bahwa sebagai seorang muslim hendak memberikan perlindungan hukum

terhadap anak. Ayat dan juga hadist diatas juga menjadi suatu dasar

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan juga kebijakan

dalam Islam untuk selalu memperhatikan dan juga memberikan hak-hak

yang seharusnya didapatkan oleh anak demi tercapainya tujuan dari

hukum Islam yaitu Hifdz ad-Din (Memelihara Agama), Hifdz an-Nafs

(Memelihara Jiwa) Hifdz an-Nasl (Memelihara Keturunan), dan Hifdz al-

Mal (Memelihara Harta).

43
Ibid. hal. 79-80

31
B. Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan sebuah penelitian, suatu penelitian harus bersifat

terbaru maupun memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang

sudah ada. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari pengulangan

penelitian ataupun plagiasi penelitian. Untuk menghindari hal tersebut,

maka dalam penelitian ini akan diuraikan mengenai perbedaan dengan

penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian terdahulu juga

dapat menguatkan teori ataupun mendukung suatu penelitian terbaru. Dalam

penelitian ini penelitian terdahulu yang diambil diantaranya yaitu:

1. Nama : Anisa Nur Fitri, Agus Wahyudi Riana, Muhammad Fedryansyah

Judul Penelitian : Perlindungan hak-hak anak dalam upaya peningkatan

kesejahteraan anak

Hasil Penelitian : Perlindungan anak perlu menjadi perhatian lebih detail

lagi karena pada kenyataannya, akhir-akhir ini masih banyak kasus-

kasus yang berhubungan dengan pelanggaran hak anak, seperti anak

terlantar, pekerja seks komersial yang dilakukan oleh anak, pekerja

anak, anak terlantar, dan juga masih tingginya jumlah anak jalanan.

Perlindungan anak menjadi tanggungjawab bersama. Dalam Undang-

Undang Perlindungan Anak (UUPA) juga diperlukan untuk menegaskan

adanya kewajiban serta tanggungjawab negara, pemerintah, masyarakat,

dan semua pihak dalam memberikan perlindungan terhadap anak.

Dalam perlindungan anak, perlu upaya untuk menjalin kerjasama yang

positif dengan berbagai pihak dan juga berbagai elemen masyarakat.

32
Jika peningkatan upaya perlindungan anak dapat diatasi dengan baik,

maka kesejahteraan anak pun akan lebih mudah dicapai. Mengingat

selama ini dalam realita lapangannya banyak pelanggaran hak-hak anak

yang terjadi yang disebabkan karena minimnya atau masih tidak

jelasnya perlindungan terhadap anak.44

Perbedaan Penelitian : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Anisa Dkk yaitu penelitian ini lebih mengarah pada

perlindungan hukum terhadap anak yang terjadi di Indonesia pada tahun

2019-2021 yang mana akan dianalisis menggunakan hukum positif dan

juga Fiqih Siyasah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anisa

Dkk, lebih mengarah pada perlindungan terhadap anak-anak di

Indonesia yang mana perlindungan anak tersebut digunakan untuk

mewujudkan kesejahteraan anak. selain itu penelitian yang dilakukan

oleh Anisa dkk juga menganalisis mengenai upaya-upaya yang

dilakukan oleh pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan anak di

Indonesia.

2. Nama : Muhammad Fachri Said

Judul Penelitian : Perlindungan hukum terhadap anak dalam perspektif

hak asasi manusia.

Hasil Penelitian : Perlindungan hukum terhadap anak dalam perspektif

hak asasi manusia pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh orang tua, pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi

44
Anisa Fitri, Dkk, Perlindungan Hak-Hak Anak dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Anak, Jurnal Prosiding KS, Riset & PKM, Vol. 2, No. 1, Hal. 49-50

33
dan menjamin segala hak anak yang telah dijamin dalam konvensi hak

anak dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak. Perlindungan hukum terhadap anak dalam perspektif hak asasi

manusia kurang terimplementasi dengan baik karena pemerintah belum

melaksanakan kewajibannya dalam memenuhi hak-hak anak sehingga

dalam fakta dilapangan masih banyak terjadi pelanggaran hukum

terhadap anak.45

Perbedaan Penelitian : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Fachri Said yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Muhammad Fachri Said lebih mengarah kepada perlindungan

hukum terhadap anak yang dianalisis dalam perspektif hak asasi

manusia, sedangkan penelitian ini lebih mengarah kepada bagaimana

perlindungan anak yang terjadi di Indonesia pada tahun 2019-2021 yang

mana akan dianalisis menggunakan hukum positif dan fiqih siyasah.

3. Nama : August Thiary

Judul Penelitian : Perlindungan hukum anak dibawah umur dalam

perspektif hak asasi manusia.

Hasil Penelitian : Anak-anak yang mengalami kekerasan secara fisik

akan mengalami cedera jangka panjang dikemudian hari. Bekas luka

yang terjadi di tubuh mungkin bisa disembuhkan, namun bekas luka

yang tersembunyi di hati tidak akan hilang. Hal tersebut perlu dijamin

mengingat nasib suatu negara serta bangsa berada ditangan generasi

45
Muhammad Fachri Said, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Perspektif Hak
Asasi Manusia, Jurnal Cendekia Hukum, Vol. 4, No. 1, 2018, Hal. 151

34
muda. Kejahatan seksual terhadap remaja bisa terjadi kapan saja, dimana

saja dan dilakukan oleh siapa saja, bahkan keluarga terdekat sekalipun.

Oleh karenanya, anak-anak perlu mengetahui jenis kelamin yang tepat

untuk menghindari kejahatan seksual. Filosofi berbasis struktural

diperlukan dalam mengawasi kejahatan seksual terhadap remaja. Sistem

keamanan anak yang solid membutuhkan bagian yang saling memiliki

keterkaitan. Struktur nilai yang memenuhi aturan diseluruh dunia, serta

instrumen yang membuat terlibat dalam perilaku yang tepat dibidang

publik. Selain itu kebutuhan untuk konstruksi nyata serta metodologi

yang tepat, sistem data serta informasi yang valid dibutuhkan untuk

menjamin perlindungan terhadap anak.46

Perbedaan Penelitian : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh August Thiary yaitu penelitian ini lebih mengarah

kepada perlindungan anak secara umum yang terjadi di Indonesia pada

tahun 2019-2021 yang mana akan dianalisis menggunakan tinjauan

positif dan fiqih siyasah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

August Thiary lebih spesifik kepada perlindungan terhadap anak

dibawah umur.

4. Nama : Teguh Kurniawan

Judul Penelitian : Peran Parlemen dalam Perlindungan Anak

Hasil Penelitian : Berbagai peraturan perundang-undangan tentang

perlindungan anak ditetapkan di Indonesia, tetapi pada kenyataannya

46
August Thiary, Perlindungan Anak di Bawah Umur dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia, Nomos: Jurnal Penelitian Hukum, Volume 1, Nomor 8, 2021, Hal. 321

35
jumlah anak terlantar dan jumlah kekerasan terhadap anak semakin

banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi peraturan

perundang-undangan tentang perlindungan anak belum diterapkan

secara maksimal dan belum diterapkan sebagaimana mestinya. Kultur

birokrasi pada pemerintahan di Indonesia belum terlihat berorientasi

pada perlindungan anak, karena permasalahan anak dianggap sebagai

persoalan yang ringan. Ini tampak dari pembuatan kebijakan mengenai

perlindungan anak dibahas dalam hitungan minggu dibandingkan

dengan permasalahan ekonomi dan politik. Oleh karenanya

perlindungan terhadap anak membutuhkan upaya ekstra dan pengawasan

secara terus menerus karena masih maraknya kasus kekerasan terhadap

anak dan pelaku kekerasan anak kebanyakan merupakan orang terdekat

dari anak itu sendiri.47

Perbedaan Penelitian : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Teguh Kurniawan yaitu penelitian ini lebih mengarah

kepada perlindungan anak secara menyeluruh di Indonesia pada tahun

2019-2021 dengan tinjauan hukum positif dan fiqih siyasah, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Teguh Kurniawan lebih mengarah

kepada peran yang dilakukan oleh parlemen dalam memberikan

perlindungan terhadap anak.

5. Nama : Muhaemin B

47
Teguh Kurniawan, Peran Parlemen dalam Perlindungan Anak, Jurnal Aspirasi, Volume
6, Nomor 1, 2015, hal.49

36
Judul Penelitian : Prinsip-prinsip dasar tentang Hak Perlindungan Anak

(Tinjauan Quranik, Hadis dan Hukum Positif)

Hasil Penelitian : Perlindungan anak dengan pendidikan Islam kepada

anak muslim lebih menekankan dari aspek keilmuan dan juga perbuatan-

perbuatan yang berlandaskan Islam, Iman dan Ihsan. Negara dan

pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan

sarana dan prasarana dalam penyelenggarakan perlindungan anak. Di

Indonesia saat ini masih diperlukan sosialisasi terhadap perlindungan

anak karena upaya pemerintah saat ini masih dikatakan kurang

maksimal sehingga pemahaman terhadap substansi undang-undang

perlindungan anak masih dalam kategori rendah.48

Perbedaan Penelitian : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Muhaemin yaitu penelitian ini lebih mengarah kepada

problematika-problematika dalam perlindungan hukum terhadap anak

yang ada di Indonesia pada tahun 2019-2021, yang mana problematika

perlindungan anak tersebut akan dianalisis dalam konteks hukum positif

dan fiqih siyasah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhaemin

lebih mengarah kepada perlindungan anak yang mana dianalisis

menggunakan tinjauan Qur’anik, hadis dan juga hukum positif.

48
Muhaemin B, Prinsip-Prinsip Dasar tentang Hak Perlindungan Anak (Tinjauan Quranik,
Hadis dan Hukum Positif), Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 1, 2016, hal.85

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris, penelitian

hukum empiris menurut Roscoe Pound, bagaimanapun, tidaklah terpaku

atau hanya tertarik pada hukum dan pengaturan norma yang tersurat saja

(law in the books), melainkan juga terhadap norma dalam praktiknya (law in

action).Penelitian hukum empiris (socio-legal research) merupakan kajian

hukum tentang perilaku budaya hukum dari masyarakat maupun aparat

penegak hukum.

Penelitian hukum empiris meneliti dalam postur empirisnya bertujuan

untuk mengemukakan fakta dunia yang nyata dan pasti atau fungsi sosial

38
objektif yang operasinya dapat dilihat hukum itu sendiri, dan berusaha

menggunakan pengetahuan empiris dunia ini sebagai dasar yang tepat

untuk merancang, menafsirkan, menerapkan dan mengkritisi hukum.49

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkapkan fakta-fakta yang

berkembang di masyarakat mengenai perlindungan hukum terhadap anak-

anak di Indonesia. Selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Roscoe

Pound, penelitian ini akan tidak terpaku pada aturan secara tertulis terkait

perlindungan anak di Indonesia (law in the books), tetapi juga akan meneliti

praktik atau pelaksanaan dari perlindungan hukum terhadap anak di

Indonesia.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian hukum empiris merupakan suatu hal

yang harus ada karena dengan adanya data, maka suatu penelitian akan

dapat diuji kebenarannya. Data primer merupakan data yang diperoleh

sumbernya langsung dari lapangan, seperti lokasi penelitian, peristiwa

hukum, dan data dari responden. Lokasi penelitian, yaitu lingkungan tempat

dilakukannya penelitian. Dengan demikian data primer sering juga disebut

data lapangan. Peristiwa hukum yang terjadi di lokasi penelitian, sedangkan

data dari responden yang memberikan informasi kepada peneliti, dengan

49
David tan, Metode Penelitian Hukum: Mengupas dan Mengulas Metodologi dalam
Menyelenggarakan Penelitian Hukum, Nusantara: Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 8,
Nomor 8, 2021, hal. 2469

39
cara wawancara, kuesioner, dan angket. Sedangkan data sekunder

dipergunakan sebagai pendukung atau penunjang data primer.50

Dalam peneitian data primer yang digunakan yaitu hasil dari dari fakta

lapangan yang diperoleh dari data Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak yang mana menggambarkan kondisi di lapangan

mengenai perlindungan anak di Indonesia tahun 2019-2021. Sedangkan data

sekunder dalam penelitian ini berupa Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2014 tentang Perlindungan Anak dan juga buku-buku, skripsi dan jurnal-

jurnal yang berkaitan dengan perlindungan anak.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian hukum empiris ada dua macam

yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder.51 Data-data primer dalam

penelitian ini dikumpulkan dari data-data lapangan yang berasal dari

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, data-data

tersebut merupakan data yang menunjukkan kondisi dipangan mengenai

perlindungan anak yang terjadi di Indonesia. Sedangkan data sekunder dari

penelitian ini merupakan data-data penunjang dari data primer seperti

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak,

skripsi, jurnal, dan buku-buku yang menunjang terkait perlindungan anak di

Indonesia.

50
Ishaq, Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis Serta Disertasi, (Bandung:
CV Alfabeta, 2017), hal.71
51
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, (Mataram: Mataram University Press, 2020)
hal.95

40
D. Teknik Analisis Data

Setelah data dan bahan hukum dikumpulkan, kemudian dipilih yang

memiliki validitas yang baik, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

pengolahan data, yaitu mengelola data sedemikian rupa, sehingga data dan

bahan hukum tersebut secara runtut, sistematis, sehingga akan memudahan

peneliti melakukan analisis.52 Data-data yang diperoleh peneliti akan

dianalisis untuk menemukan kondisi yang sebenarnya tentang perlindungan

anak yang terjadi di Indonesia pada tahun 2019 hingga 2021.

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Data Kasus Kekerasan pada Anak di Indonesia tahun 2019-2021

Perlindungan terhadap anak di Indonesia dapat diketahui melalui

data-data yang berkaitan dengan tingkat kekerasan pada anak di

Indonesia. jumlah kasus kekerasan terhadap anak perbulan menurut tahun

pelaporan dan tahun kejadian pada bulan januari tahun 2019 sampai

bulan juni tahun 2020 dapat dilihat berdasarkan data sebagai berikut:

jumlah kasus kekerasan terhadap anak perbulan menurut tahun pelaporan


dan tahun kejadian periode januari 2019- juni 2020.53
52
Ibid.hal.103
53
Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Profil Anak Indonesia Tahun
2020, (Jakarta:Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, 2020) Hal.182

41
Dari data di atas dapat terdapat perbedaan antara jumlah pelaporan

dan jumlah kasus yang terjadi pada bulan yang sama. Sebagian besar data

jumlah kasus per bulan menunjukkan bahwa jumlah laporan kasus

kekerasan terhadap anak lebih tinggi dibandingkan jumlah kejadian yang

terjadi pada bulan yang sama. Baik berdasarkan tahun pelaporan maupun

tahun kejadian, jumlah kasus kekerasan terhadap anak memiliki tren

yang menurun dari bulan Januari hingga bulan Desember pada tahun

2019, namun jumlah kasus kembali meningkat tajam pada bulan Januari

tahun berikutnya. Selain jumlah kekerasan terhadap anak setiap

bulannya, kasus kekerasan anak juga dapat dilihat berdasarkan jumlah

dan rata-rata perhari pada bulan januari sampai juni 2020 dapat dilihat

berdasarkan data sebagai berikut:

Jumlah rata-rata kasus kekerasan terhadap anak perhari periode Januari


2019 – Juni 2020.54

54
Ibid.Hal.183

42
Dari data di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus yang terjadi

pada bulan Januari 2019 yaitu sebanyak 1.533 kasus dengan rata-rata

jumlah kasus yang terjadi setiap harinya adalah 49 kasus. Jumlah kasus

kekerasan yang terjadi paling rendah ada pada tahun 2019 adalah bulan

Desember dengan 614 kasus dan rata-rata jumlah kasus yang terjadi per

hari sebanyak 20 kasus. Kekerasan terhadap anak dapat terjadi dalam

berbagai bentuk kekerasan seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis,

kekerasan seksual hingga tindak pidana perdagangan orang. Berdasarkan

bentuk kekerasan yang terjadi pada anak, jumlah kekerasan pada bulan

januari 2019 hingga bulan juni 2020 dapat dilihat berdasarkan data

sebagai berikut:

Jumlah anak korban kekerasan berdasarkan bentuk kekerasan yang


dialami periode Januari 2019 – Juni 2020.55

55
Ibid. Hal.185

43
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kekerasan yang

paling banyak terjadi pada anak adalah kekerasan seksual, kekerasan

fisik, dan kekerasan psikis. Tren jumlah anak korban kekerasan seksual

terlihat menurun dari bulan Januari hingga Desember 2019, namun

kembali meningkat secara tajam pada bulan Januari 2020. Bentuk-

bentuk kekerasan seksual yang dapat terjadi pada anak antara lain

mengenalkan anak pada kata-kata yang berbau seksual, pemerkosaan,

eksploitasi anak untuk prostitusi dan/atau pornografi, menunjukkan

konten pornografi pada anak, kontak fisik dengan organ genital anak, dan

pemaksaan terhadap anak untuk menyentuh organ genital orang dewasa.

Kekerasan terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019 hingga

bulan November 2021 terus mengalami peningkatan, hal tersebut dapat

dilihat dari data berikut:

44
Jumlah korban dan kasus kekerasan terhadap anak 2019, 2020, dan
Januari- November 2021.

13.819

12.285 12.425

12.556

11.057 11.278

2019 2020 Jan-Nov 2021

Jumlah kasus Jumlah korban

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kekerasan terhadap anak

terus mengalami kenaikan dari tahun 2019 hingga bulan November 2021.

Pada tahun 2019 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 11.057 kasus,

kemudian tahun 2020 mengalami kenaikan dengan jumlah kasus

sebanyak 11.278 kasus dan kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada

tahun 2021, hingga bulan november saja kasus kekerasan terhadap anak

mencapai 12.556 kasus.56 Kekerasan terhadap anak dapat terjadi pada

berbagai kelompok umur pada anak, kekerasan berdasarkan kelompok

umur anak dapat dilihat dari data berikut:

Presentase anak korban kekerasan menurut kelompok umur pada tahun


2019 sampai November 2021.

56
Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Profil Anak Indonesia Tahun
2021, (Jakarta:Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, 2021) hal. 132

45
Jan-Nov 2021 12,49 30,41 57,10

2020 12,19 30,95 56,86

2019 12,56 33,46 53,98

0-5 6-12 13-17

Sumber: Kemen PPPA, Simfoni PPA, diolah tanggal 02 Desember 2021

Berdasarkan data diatas, kekerasan terhadap anak berdasarkan

kelompok umurnya pada tahun 2019 sampai bulan November 2021,

korban terbanyak menurut kelompok umur adalah umur 13-17 tahun

dengan rata-rata pertahunnya libih dari 50 persen dan terus meningkat

setiap tahunnya. Pada tahun 2019 ada sebanyak 53,98 persen anak

korban kekerasan kelompok umur 13-17 tahun, meningkat menjadi 56,86

persen pada tahun 2020, dan meningkat kembali menjadi 57,10 persen

pada januari hingga November tahun 2021. Dalam 3 tahun terakhir

korban kekerasan kelompok umur 13- 17 tahun meningkat sebanyak 3,12

persen.57 Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kapan pun dan

dimanapun, kekerasan terhadap anak pada tahun 2019 sampai tahun 2021

terjadi di berbagai tempat seperti yang terdapat dalam data sebagai

berikut:

Presentase anak korban kekerasan menurut tempat kejadian periode


2019 sampai dengan November 2021.

57
Ibid. hal. 134

46
Rumah Tangga Tempat Kerja Lainnya

Sekolah Fasilitas Umum


Lembaga Pendidikan Kilat
48,68
43,56
47,50

29,96 29,35 30,20

15,04 15,34 15,21

10,28
6,62
4,39
0,98 0,18 0,89 0,29 1,07 0,45

2019 2020 Jan-Nov 2021

Rumah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak, namun

dari berbagai laporan justru menunjukkan bahwa rumah menjadi tempat

dengan kejadian kekerasan terbanyak di antara seluruh tempat kejadian

kekerasan terhadap anak. Dalam tiga tahun terakhir periode 2019, 2020

dan Januari-November 2021, rumah tangga menempati urutan pertama

sebagai tempat kejadian kekerasan terhadap anak. Hampir setengahnya

kekerasan terhadapa anak terjadi di rumah tangga, dan persentasenya

meningkat terus.

Pada tahun 2019 persentase kekerasan yang terjadi di rumah tangga

sebesar 43,46 persen, meningkat menjadi 47,50 persen pada tahun 2020,

dan meningkat kembali menjadi 48,68 persen tahun 2021 dari Januari-

November. Kondisi pandemi yang terjadi mulai awal 2020 dan terus

47
berlangsung hingga akhir 2021 memaksa seluruh anggota rumah tangga

untuk berakrifitas dalam rumah dan tidak melaksanakan aktifitas di luar.

Kegiatan bekerja bagi orang tua maupun belajar bagi anak dilaksanakan

dari rumah. Di samping itu, kondisi ekonomi sebagian besar rumah

tangga juga mengalami penurunan akibat pandemi.58

2. Upaya Pemerintah dalam Menangani Kasus Kekerasan Anak di

Indonesia pada Tahun 2019-2021.

Kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia perlu penanganan

serius oleh pemerintah Indonesia, penanganan terhadap kasus-kasus

kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada anak tahun

2019 dapat diketahui berdasarkan data berikut:

Kasus pengaduan anak berdasarkan kluster perlindungan anak komisi


perlindungan anak pada tahun 2011-2019.59

58
Ibid. hal 138
59
Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Profil Anak Indonesia Tahun
2020, (Jakarta:Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, 2020) Hal.180

48
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kasus pengaduan

masalah anak yang paling banyak dilaporkan pada tahun 2019 adalah kasus

anak berhadapan dengan hukum (ABH). Pada urutan kedua kasus

pengaduan di KPAI adalah permasalahan anak yang berhubungan dengan

lingkungan keluarga dan pengasuhan alteratif. Kasus terbanyak yang terkait

dengan keluarga dan pengasuhan alternatif antara lain anak korban

perebutan hak kuasa asuh, korban pelarangan akses bertemu anak, dan

korban penelantaran ekonomi.

Kasus dengan tren meningkat setiap tahun yang cukup

menghawatirkan adalah kasus pornografi dan cyber crime dengan kasus

49
terbanyak adalah anak korban pornografi dan media sosial dan anak pelaku

kepemilikan media pornografi. Pemerintah terus berusaha untuk

memberikan pelayanan terhadap korban kekerasan yang terjadi pada anak di

Indonesia, layanan yang diberikan oleh pemerintah pada tahun 2020 dapat

dilihat berdasarkan data sebagai berikut:

Jumlah korban kekerasan terhadap anak menurut jenis layanan dan


wilayah tahun 2020.60

3.596

2.235

1.417
947
608
162 130 79

Pengaduan Kesehatan Bantuan Penegakan Rehabilitasi Reintegrasi Pemulangan Pendampingan


hukum hukum sosial sosial Tokoh agama
Hukum Hukum Sosial
hukum Sosial
hukum
Tokoh Agama

Dari data diatas dapat dilihat bahwa layanan terhadap korban

kekerasan anak yaitu dengan bentuk pengaduan dengan jumlah 3.596

60
Ibid. hal. 145

50
korban, kemudian untuk layanan kesehatan sebanyak 2.235 korban.

Layanan dengan bentuk bantuan hukum sebanyak 1.417 korban, sedangkan

untuk penegakan hukum lebih rendah dari pada bantuan hukum yaitu

dengan jumlah 608 korban. Untuk layanan rehabilitasi sosial sebanya 947

korban, sedangkan untuk korban yang mendapat layanan reintegrasi sosial

yaitu sebanyak 162 korban. Korban kekerasan yang mendapatkan layanan

berupa pemulangan yaitu sebanyak 130 korban dan yang paling rendah

jumlah layanan kasus korban kekerasan anak yaitu pendampingan dari

tokoh agama dengan jumlah korban sebanyak 79 korban.

Upaya untuk mencegah dan menangani ragam kasus terhadap anak,

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2021 telah

melakukan banyak hal. Diantaranya yaitu pertama,optimalisasi pengawasan

untuk memastikan stakeholder melakukan tugasnya sesuai tugas dan fungsi

serta mengintegrasikan perspektif perlindungan anak. kedua, advokasi

secara reguler untuk perbaikan sistem perlindungan anak di Indonesia dan

memastikan inovasi pencegahan pelanggaran terhadap anak.

ketiga,pengawasan terhadap proses hukum terhadap kasus-kasus anak agar

sejalan dengan regulasi dan semangat pemajuan perlindungan anak di

Indonesia. keempat,mengoptimalkan layanan dan penanganan terhadap

korban.

Berdasarkan hasil pengawasan KPAI tingkat ketuntasan penanganan

anak korban kekerasan fisik, psikis dan seksual baru mencapai 48,3%,

sehingga diperlukan adanya upaya serius agar korban tidak semakin rentan

51
dan terdampak dalam kehidupannya. Kelima, pencegahan kekerasan

terhadap anak berbasis institusi, baik berasrama maupun non asrama dengan

Kebijakan Keselamatan Anak (childsafeguarding).61

B. Analisis Data

Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus

yang terjadi pada bulan Januari 2019 yaitu sebanyak 1.533 kasus dengan

rata-rata jumlah kasus yang terjadi setiap harinya adalah 49 kasus. Jumlah

kasus kekerasan yang terjadi paling rendah ada pada tahun 2019 adalah

bulan Desember dengan 614 kasus dan rata-rata jumlah kasus yang terjadi

per hari sebanyak 20 kasus. Kekerasan terhadap anak di Indonesia terjadi

dalam berbagai bentuk kekerasan, tren jumlah anak korban kekerasan

seksual terlihat menurun dari bulan Januari hingga Desember 2019, namun

kembali meningkat secara tajam pada bulan Januari 2020. Bentuk- bentuk

kekerasan seksual yang dapat terjadi pada anak antara lain mengenalkan

anak pada kata-kata yang berbau seksual, pemerkosaan, eksploitasi anak

untuk prostitusi dan/atau pornografi, menunjukkan konten pornografi pada

anak, kontak fisik dengan organ genital anak, dan pemaksaan terhadap anak

untuk menyentuh organ genital orang dewasa.

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi diberbagai tempat termasuk

dalam rumah sekalipun. Rumah seharusnya dapat menjadi tempat yang

61
https://www.kpai.go.id/publikasi/catatan-pelanggaran-hak-anak-tahun-2021-dan-
proyeksi-pengawasan-penyelenggaraan-perlindungan-anak-tahun-2022 diakses pada tanggal 20
Desember 2022 pukul 04.05 WIB

52
aman dan nyaman bagi anak, tetapi faktanya kekerasan banyak terjadi dalam

rumah tangga. Kekerasan terhadap anak yang terjadi dalam rumah tangga

pada tahun 2019 mencapai 43,46 persen, pada tahun 2020 kekerasan

terhadap anak dalam rumah tangga meningkat menjadi 47,50 persen,

kemudian meningkat lagi pada januari hingga november 2021 yang mana

kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga mencapai 48,68 persen.

Kekerasan terhadap anak dapat terjadi kepada anak dalam berbagai

umur, kekerasan terhadap anak yang berumur 0-5 tahun pada tahun 2019

sebanyak 12, 56 persen, pada tahun 2020 turun menjadi 12,19 persen

kemudian terjadi peningkatan kekerasan lagi terhadap anak yang berumur 0-

5 tahun pada januari sampai november 2021 sebanyak 30 persen yaitu

menjadi 12,49 persen. Kekerasan terhadap anak dengan umur 6 sampai 12

tahun pada tahun 2019 sampai bulan november 2021 terus mengalami

penurunan, pada tahun 2019 kekerasan terhadap anak sebanyak 33,46

persen, kemudian pada tahun 2020 kekerasan anak menurun menjadi 30,95

persen, penurunan kekerasan terhadap anak dengan umur 6 sampai 12 tahun

kembali terjadi pada januari samapi november tahun 2021 yang mana

mencapai 30, 41 persen.

Kekerasan terhadap anak paling banyak terjadi pada tahun 2019

sampai bulan november 2021 terjadi pada anak dengan umur 13 samapai 17

tahun yang mana mencapai lebih dari 50 persen. pada tahun 2019 kekerasan

terhadap anak dengan umur 13 sampai 17 tahun mencapai 53, 98 persen,

kemudian pada tahun 2020 meningkat menjadi 56,86 persen, peningkatan

53
kekerasan terhadap anak dengan umur 13 sampai 17 tahun terjadi kembali

pada januari hinggan november 2021 yang mana kekerasan terhadap anak

tersebut mencapai 57,10 persen.

Secara umum kekerasan terhadap anak pada tahun 2019 hingga tahun

2021 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 kasus kekerasan

terhadap anak mencapai 11.057 kasus, kemudian tahun 2020 mengalami

kenaikan dengan jumlah kasus sebanyak 11.278 kasus dan kenaikan yang

cukup tinggi terjadi pada tahun 2021, hingga bulan november saja kasus

kekerasan terhadap anak mencapai 12.556 kasus.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk

menangani kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia. Dalam

mengatasi kasus kekerasan terhadap anak, pemerintah memberikan berbagai

layanan seperti layanan pengaduan, layanan kesehatan, bantuan hukum,

penegakan hukum, rehabilitasi sosial, reintegrasi sosial, hingga

pendampingan dari tokoh agama.

Layanan terhadap anak korban kekerasan pada tahun 2019 paling

banyak yaitu berupa layanan pengaduan, yang mana kasus pengaduan

terbanyak yaitu terjadi pada anak yang berhadapan dengan hukum. Pada

tahun 2020 layanan yang paling banyak diberikan yaitu berupa layanan

pengaduan dengan jumlah 3.596 korban, kemudian untuk layanan kesehatan

sebanyak 2.235 korban. Layanan dengan bentuk bantuan hukum sebanyak

1.417 korban, sedangkan untuk penegakan hukum lebih rendah dari pada

bantuan hukum yaitu dengan jumlah 608 korban.

54
Penanganan kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2021

Berdasarkan hasil pengawasan KPAI tingkat ketuntasan penanganan anak

korban kekerasan fisik, psikis dan seksual baru mencapai 48,3%, sehingga

diperlukan adanya upaya serius agar korban tidak semakin rentan dan

terdampak dalam kehidupannya. Pemerintah perlu upaya yang lebih

sistematis dalam menangani kasus-kasus kekerasan terhadap anak. Upaya-

upaya preventif atau pencegahan seharusnya lebih dilakukan untuk

mencegah peningkatan terhadap korban kekerasan terhadap anak.

BAB V

PEMBAHASAN

A. Problematika Perlindungan Hukum Terhadap Anak di Indonesia

dalam Perspektif Hukum Positif

Perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia perlu diberikan untuk

memenuhi hak-hak yang seharusnya didapatkan oleh anak-anak di

Indonesia. Dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak, maka

perlu memahami tentang konsep dari perlindungan hukum itu sendiri.

Perlindungan hukum sebagaimana yang dikonsepkan oleh Satjipto Rahardjo

yaitu sebuah upaya pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang

mana hak-hak tersbeut telah direnggut oleh orang lain, maka haruslah ada

55
perlindungan kepada masyarakat agar dapat menikmati hak-hak yang

dimilikinya.62.

Berdasarkan konsep perlindungan hukum yang dikemukakan oleh

Satjipto Raharjo tersebut, maka perlindungan hukum terhadap anak di

Indonesia merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh pihak yang

berwewenang untuk memberikan pengayoman terhadap hak-hak anak agar

anak-anak di Indonesia dapat menikmati hak-hak yang seharusnya

didapatkan.

Perlindungan anak juga dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 2 Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak bahwa yang

dimaksud perlindungan anak yaitu suatu kegiatan untuk menjamin dan

melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.63

Perlindungan terhadap anak di Indonesia memiliki tujuan yang jelas

sebagaimana terdapat dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perlindungan Anak yang menjelaskan bahwa tujuan perlindungan

anak yaitu untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar setiap anak

dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

62
Sadjipto Rahardjo, “Ilmu Hukum”, (PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, 2000), Hal.54.
63
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

56
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang

berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.64

Kesejahteraan dalam perlindungan anak dapat tercapai apabila anak

terpenuhi hak-haknya. Hak-hak anak juga terdapat dalam pasal 15 undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang mana

dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan

perlindungan dari:

1. Perlindungan dari penyalahgunaan dalam kegiatan politik.

2. Perlindungan dari pelibatan sengketa bersenjata.

3. Perlindungan dari kerusuhan sosial.

4. Perlindungan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan.

5. Perlindungan dalam peperangan.

6. Perlindungan dari kejahatan seksual.65

Perlindungan-perlindungan tersebut seharusnya didapatkan oleh anak-

anak di Indonesia, tetapi faktanya banyak anak-anak di Indonesia belum

secara penuh mendapatkan perlindungan tersebut, hal itu dibuktikan data-

data hasil analisi peneliti yang menunjukkan pada tahun 2019 hingga bulan

november 2021 masih banyak anak-anak yang mengalami kekerasan.

Kekerasan terhadap anak pada bulan Januari 2019 yaitu sebanyak 1.533

kasus dengan rata-rata jumlah kasus yang terjadi setiap harinya adalah 49

kasus.

64
Ibid.
65
Ibid.

57
Jumlah kasus kekerasan yang terjadi paling rendah ada pada tahun

2019 adalah bulan Desember dengan 614 kasus dan rata-rata jumlah kasus

yang terjadi per hari sebanyak 20 kasus. Kekerasan terhadap anak di

Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 12, 56 persen, pada tahun 2020 turun

menjadi 12,19, dan pada januari hingga november 2021 meningkat 30

persen yaitu menjadi 12,49.

Kekerasan terhadap anak yang terus meningkat terjadi pada anak yang

berumur 13 sampai 17 tahun. Pada tahun 2019 kekerasan terhadap anak

dengan umur 13 sampai 17 tahun mencapai 53, 98 persen, kemudian pada

tahun 2020 meningkat menjadi 56,86 persen, peningkatan kekerasan

terhadap anak dengan umur 13 sampai 17 tahun terjadi kembali pada januari

hinggan november 2021 yang mana kekerasan terhadap anak tersebut

mencapai 57,10 persen.

Secara umum kekerasan terhadap anak pada tahun 2019 hingga tahun

2021 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2019 kasus kekerasan

terhadap anak mencapai 11.057 kasus, kemudian tahun 2020 mengalami

kenaikan sebanyak 221 kasus hingga jumlah kasus kekerasan terhadap anak

sebanyak 11.278 kasus dan kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada tahun

2021, hingga bulan november saja kasus kekerasan terhadap anak

mengalami peningkatan sebanyak 1.278 yang mana pada bulan november

2021 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 12.556 kasus.

Peningkatan yang cukup signifikan pada kasus kekerasan terhadap

anak di Indonesia pada tahun 2019 sampai bulan november 2021

58
menandakan bahwa perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia

sangatlah kurang. Hal tersebut juga menandakan bahwa tujuan perlindungan

anak sebagaimana yang terdapat dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak belum dapat tercapai. Peningkatan

kasus kekerasan terhadap anak yang cukup signifikan pada tahun 2019

hingga 2021 juga menandakan bahwa hak-hak anak sebagaimana yang

diatur dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak belum terpenuhi dan masih banyak pelanggaran-

pelanggaran terhadap hak-hak anak di Indonesia.

B. Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum terhadap

anak di Indonesia pada tahun 2019-2021.

Perlindungan terhadap hak-hak anak tersebut seharusnya dapat

diberikan oleh semua pihak mengingat semua elemen masyarakat diwajib

memberikan perlindungan terhadap anak. Kewajiban tersebut diatur dalam

pasal 20 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa negara, pemerintah,

pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali dari anak

berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan

Perlindungan Anak. Pasal tersebut dapat diartikan bahwa semua pihak

memiliki tanggungjawab dan kewajiban untuk menyelenggarakan

perlindungan terhadap anak di Indonesia.66

66
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

59
Kewajiban penyelenggaraan perlindungan anak secara eksplisit diatur

dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak. Dalam pasal tersebut terdapat 6 poin kewajiban dan

tanggungjawab Negara, Pemerintah, serta Pemerintah Daerah, poin-poin

tersebut yaitu:

1. Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah berkewajiban dan

bertanggung jawab menghormati pemenuhan Hak Anak tanpa

membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya

dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran, dan kondisi fisik dan/atau

mental.

2. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), negara berkewajiban untuk memenuhi, melindungi, dan

menghormati Hak Anak.

3. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab dalam

merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang penyelenggaraan

Perlindungan Anak.

4. Untuk menjamin pemenuhan Hak Anak dan melaksanakan kebijakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah Daerah berkewajiban

dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan

nasional dalam penyelenggaraan Perlindungan Anak di daerah.

5. Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diwujudkan

melalui upaya daerah membangun kabupaten/kota layak Anak.

60
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan kabupaten/kota layak Anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.67

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia dalam

memberikan perlindungan terhadap anak di Indonesia berupa layanan

pengaduan, layanan kesehatan, bantuan hukum, penegakan hukum,

rehabilitasi sosial, reintegrasi sosial, hingga pendampingan dari tokoh

agama.

Layanan terhadap anak korban kekerasan pada tahun 2019 paling

banyak yaitu berupa layanan pengaduan, yang mana kasus pengaduan

terbanyak yaitu terjadi pada anak yang berhadapan dengan hukum. Pada

tahun 2020 layanan yang paling banyak diberikan yaitu berupa layanan

pengaduan dengan jumlah 3.596 korban, kemudian untuk layanan kesehatan

sebanyak 2.235 korban. Layanan dengan bentuk bantuan hukum sebanyak

1.417 korban, sedangkan untuk penegakan hukum lebih rendah dari pada

bantuan hukum yaitu dengan jumlah 608 korban.

Penanganan kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2021

Berdasarkan hasil pengawasan KPAI tingkat ketuntasan penanganan anak

korban kekerasan fisik, psikis dan seksual baru mencapai 48,3%, sehingga

diperlukan adanya upaya serius agar korban tidak semakin rentan dan

terdampak dalam kehidupannya. Berdasarkan data-data terkait pelayanan-

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia terhadap korban

kekerasan anak tersebut dapat diketahui bahwa layanan yang paling banyak

dilakukan oleh pemerintah Indonesia berupa layanan pengaduan.


67
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

61
Tingginya jumlah pengaduan dibandingkan dengan layanan lain

seperti layanan bantuan hukum dan penegakan hukum dalam kasus-kasus

kekerasan terhadap anak di Indonesia dapat menjadikan indikator bahwa

masih banyak kasus-kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia yang

belum terselesaikan, bahkan pada tahun 2021 ketuntasan dalam penanganan

kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia hanya mencapai 48,3 persen.

Penanganan yang belum mencapai separuh atau 50 persen jumlah

kekerasan terhadap anak tersebut menandakan bahwa problematikan

perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia masih belum optimal.

Pemerintah perlu melakukan upaya yang lebih sistematis dalam menangani

kasus-kasus kekerasan terhadap anak. Upaya-upaya preventif atau

pencegahan seharusnya lebih dilakukan untuk mencegah peningkatan

terhadap korban kekerasan terhadap anak.

C. Perlindungan hukum anak di Indonesia pada tahun 2019-2021 menurut

Fiqih Siyasah.

Fiqih Siyasah merupakan suatu upaya sungguh-sungguh yang

dilakukan para ulama (mujtahid) untuk menggali hukum-hukum syara’

sehingga dapat diamalkan oleh umat Islam. Karena sifat dari fiqih itu

ijtihadiyah, pemahaman terhadap hukum-hukum syara’ tersebut selalu

mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan dan perkembangan

62
situasi dan kondisi manusia itu sendiri.68 Dalam hal perlindungan hukum

terhadap anak di Indonesia, Fiqih Siyasah berperan dalam melakukan upaya

sungguh-sungguh untuk memberikan perlindungan secara hukum terhadap

anak-anak di Indonesia.

Ijtihad yang dilakukan oleh ulama bersama pemerrintah Indonesia

dalam memberikan perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia yaitu

dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak. Ijtihad tersebut termasuk kedalam Fiqih Siyasah

Dusturiyyah atau fiqih yang membahas terkait pembentukan hingga

pelaksanaan peraturan perundang-undangan.

Perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia harus selaras dengan

tujuan dari Fiqih Siyasah itu sendiri yaitu Hifdz ad-Din (Memelihara

Agama), Hifdz al-Mal (Memelihara Harta), Hifdz an-Nafs (Memelihara

Jiwa) dan Hifdz an-Nasl (Memelihara Keturunan). Perlindungan hukum

terhadap anak di Indonesia dalam perspektif Fiqih Siyasah harus membawa

perbaikan terhadap kondisi anak-anak di Indonesia, Perbaikan dalam hal ini

mencakup arti kebajikan (virtues), cara-cara yang baik (good manner) dan

setiap hal yang melengkapi peningkatan cara hidup.69

Kondisi perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun

2019-2021 masih jauh dari apa yang diharapkan. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya peningkatan terhadap jumlah kasus kekerasan yang terjadi di

Indonesia pada tahun 2019 hingga tahun 2021. Kekerasan terhadap anak
68
Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), hal. 2
69
Ibid. Hal.37

63
pada tahun 2019 hingga tahun 2021 terus mengalami peningkatan. Pada

tahun 2019 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 11.057 kasus,

kemudian tahun 2020 mengalami kenaikan dengan jumlah kasus sebanyak

11.278 kasus dan kenaikan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2021,

hingga bulan november saja kasus kekerasan terhadap anak mencapai

12.556 kasus.

Kurang maksimalnya perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia

tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 31, Surah Al-

An’am ayat 140 dan surah Al-An’am ayat 151. Dalam surah Al-Isra’ ayat

31 menyatakan bahwa:

ْ ‫م َواِيَّا ُك ۗ ْم اِ َّن قَ ْتلَهُ ْم َكانَ ِخ‬Uُْ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُه‬


‫طـًٔا َكبِ ْيرًا‬ ٍ ۗ ‫َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم َخ ْشيَةَ اِ ْماَل‬
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena
takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan
kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.70

Perlindungan terhadap anak dijelaskan kembali dalam Surah Al-

An’am ayat 140 dan ayat 151 yang menyatakan bahwa:

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫م ُ ا ْفتِ َر ۤا ًء َعلَى ِ ۗقَ ْد‬Uُ ُ‫َس َر الَّ ِذ ْينَ قَتَلُ ْٓوا اَوْ اَل َدهُ ْم َسفَه ًۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َّو َح َّر ُموْ ا َما َر َزقَه‬
‫ضلُّوْ ا‬ ِ ‫قَ ْد خ‬

َ‫َو َما َكانُوْ ا ُم ْهتَ ِد ْين‬

Artinya: Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya


karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan rezeki yang
dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat

70
Muhaemin B, Prinsip-Prinsip Dasar tentang Hak Perlindungan Anak (Tinjauan Quranik, Hadis
dan Hukum Positif), Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 1, 2016, hal.80

64
kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak
mendapat petunjuk (Q.S. Al-An’am ayat 140)

‫قُلْ تَ َعالَوْ ا اَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم اَاَّل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانً ۚا َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم ِّم ْن‬

َ ‫ط ۚنَ َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬


‫س الَّتِ ْي‬ َ َ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما ب‬ ِ ‫م َواِيَّاهُ ْم ۚ َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َو‬Uْ ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُ ُك‬
َ ‫اح‬ ٍ ۗ ‫اِ ْماَل‬

ِّ ۗ ‫َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح‬


ّ ٰ ‫ق ٰذلِ ُك ْم َو‬
َ‫م بِ ٖه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬Uْ ‫صى ُك‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang


diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa
pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu
karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada
mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang
terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang
yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah
Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti. 71

Selain bertentangan dengan beberapa ayat Al-Qur’an, kondisi pekerja

anak di Indonesia yang semakin meningkat pada tahun 2019 hingga tahun

2021, juga bertentangan dengan beberapa hadist sebagai berikut:

َ ْ‫ك ع َْن َس ِع ْي ِد ب ِْن َأبِى اَيُو‬


‫ب ع َْن‬ َ َ‫َح َدثَا َعلِ ُّى بْنُ ُم َح َّم ٍد َحد َْثنَا يَحْ َى بْنُ اَ َد َم َحد َْثنَا بْنُ ْال َمب‬
ِ ‫ار‬

َ ‫ب ع َْن َأبِي ه َُر ي َْرةُ ع َْن النَبِ ْي‬


َ َ‫صلَى هَّللا ُ َو َسلَّ َم ق‬
‫ال‬ ِ ‫يَحْ َى ْب ِن ُسلَ ْي َمانَ ع َْن َز ْي ِد ْب ِن َأبِى َعتَا‬

ٌ ‫ت فِ ْي ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ بَي‬


‫ْت فِ ْي ِه بَ ْيتِ ٌم‬ ٌ ‫ت فِ ْي ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ بَي‬
ِ ‫ْت فِ ْي ِه بَ ْيتِ ٌم يُحْ َسنُ ِإلَ ْي ِه َو َشرُّ بَ ْي‬ ِ ‫َخي َْر بَ ْي‬

)‫يُ َسا ُءإلَ ْي ِه (رواه ابن ماجه‬

Artinya: Dari Abi Hurairah ra. Dari Nabi saw bersabda: Sebaik-
baik rumah kaum muslimin, yaitu rumah yang ada anak yatim diasuh
dengan baik, dan sejahatjahat rumah kaum muslimin ialah rumah yang
ada anak yatim yang selalu diganggu dan disakiti. (HR. Ibn Majah).

71
Ibid. 81-82

65
َ ‫ال قَا َل َرسُوْ ُل هَلَّلا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ع‬
َ‫َال ثَالَثَهُ ِم ْن اَاْل َ ْيت َِام َكان‬ ِ َ‫ع َْن َع ْب ِد هّللا ِ ب ِْن َعب‬
َ َ‫اس ق‬

ِ ‫ارهُ َو َغدَا َو َرا َح َشا ِهرًا َس ْيفَهُ فِي ْال َجنَّ ِة َأ َخ َوي ِْن َكهَاتَي ِْن ُأ ْخت‬
‫َان‬ َ ‫َك َم ْن قَا َم لَ ْيلَةُ َو‬
َ َ‫صا َم نَه‬

)‫ (رواه البخاري و مسلم و ابن ماجه‬U‫ق ِإصْ بَ َع ْي ِه ال َّسبَّابَةَ َو ْال ُو ْسطَى‬ َ ‫َوَأ ْل‬
Uَ ‫ص‬

Artinya: Dari Abdullah Ibn Abbas berkata. Bersabda Rasulullah


saw : Siapa yang mengasuh tiga anak yatim, maka bagaikan orang yang
bangun pada malam hari dan puasa pada siang harinya, dan bagaikan
orang yang keluar tiap pagi dan sore menghunus pedangnya untuk
berjihad fi sabilillah. Dan kelak di sorga bersamaku bagaikan saudara,
sebagaimana kedua jari ini bersaudara, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.
(HR. Bukhari, Muslim dan Ibn Majah).72

Kondisi perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia yang

semakin meningkat pada tahun 2019 hingga 2021 juga menandakan bahwa

perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019 sampai

2021 belum mencapai tujuan dari Fiqih Siyasah Dusturiyyah yakni Hifdz

ad-Din (Memelihara Agama), Hifdz an-Nafs (Memelihara Jiwa) Hifdz an-

Nasl (Memelihara Keturunan), dan Hifdz al-Mal (Memelihara Harta).

72
Ibid. hal. 79-80

66
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, problematika perlindungan hukum

terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019-2021 dalam perspektif hukum

positif dan Fiqih Siyasah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia tahun 2019 hingga 2021

mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2019

mencapai 11.057 kasus, kemudian tahun 2020 sebanyak 11.278 dan pada

tahun 2021 mencapai 12.556 kasus. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak belum

terimplementasi secara maksimal.

2. Upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia belum secara optimal

dilakukan, hal tersebut dibuktikan dengan tingginya jumlah pengaduan

dibandingkan dengan layanan lain seperti layanan bantuan hukum dan

penegakan hukum dalam kasus-kasus kekerasan terhadap anak di

67
Indonesia dapat menjadikan indikator bahwa masih banyak kasus-kasus

kekerasan terhadap anak di Indonesia yang belum terselesaikan

3. Perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia pada tahun 2019-2020

dalam perspektif Fiqih Siyasah Dusturiyyah belum mencapai tujuan dari

Fiqih Siyasah Dusturiyyah. Peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di

Indonesia pada tahun 2019 hingga 2021 yang cukup signifikan

bertentangan dengan Al-Qur’an surah Al-Isra’ ayat 31, Surah Al-An’am

ayat 140, surah Al-An’am ayat 151 dan hadist-hadist tentang perlindungan

anak.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah

Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan terkait perlindungan

hukum terhadap Indonesia. Pemerintah juga diharapkan mampu

mengambil langkah strategis baik langkah preventif (pencegahan)

maupun langkah represif (penindakan) untuk menekan pelanggaran-

pelanggaran yang terjadi pada anak-anak di Indonesia.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran terhadap

masyarakat untuk mendorong penyelenggaraan perlindungan anak di

Indonesia, hal tersebut mengingat masyarakat juga memiliki kewajiban

dalam menyelenggarakan perlindungan anak yang diatur dalam pasal 20

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

68
3. Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan mampu memberi kesadaran kepada orang

tua maupun wali anak di Indonesia, mengingat orang tua atau wali anak

merupakan pintu pertama dalam memberikan perlindungan terhadap

anak-anak di Indonesia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang meneliti terkait perlindungan hukum

terhadap anak di Indonesia, diharapkan mampu melengkapi kekurangan-

kekurangan yang ada pada penelitian ini, sehingga pembahasan mengenai

perlindungan terhadap anak di Indonesia menjadi lebih komprehensif.

69
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, Rina Rahma Ornella. 2022. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja

Anak Di Indonesia. Jurnal Swara Justisia. Volume 4. Nomor 4.

B, Muhaemin. 2016. Prinsip-Prinsip Dasar tentang Hak Perlindungan Anak

(Tinjauan Quranik, Hadis dan Hukum Positif). Jurnal Hukum Diktum.

Volume 14. Nomor 1.

Budiartha, I Nyoman Putu. 2016. Hukum Outsourcing: Konsep Alih Daya, Bentuk

Perlindungan, Dan Kepastian Hukum. Malang: Setara Press.

Candra, M. 2018. Aspek Perlindungan Anak Indonesia. Prenada Media.

F.A, Ariyanti N. C, Ari S, dan Gian. 2017. Gaya Pengasuhan Orang Tua Pada

Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. Volume 3. Nomor 2.

Ferdyansyah, Anissa Nur Fitri, Agus Wahyu Riana & Muhammad. 2016.

Perlindungan hak-hak anak dalam upaya peningkatan kesejahteraan

anak. Jurnal Prosiding KS. Volume 2. Nomor 1.

Hadjon, Philipus M. 2011. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gajah

Mada University Press: Yogyakarta.

70
Harahap, Irwan S. 2016.Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kejahatan

Seksual dalam Perspektif Hukum Progresif. Jurnal Media Hukum. Vol.

23 No.1.

Iqbal, Muhammad. 2014. Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Ishaq. 2017. Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis Serta

Disertasi. Bandung: CV Alfabeta.

Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak. 2020. Profil Anak Indonesia

Tahun 2020. Jakarta:Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan

Anak.

Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak. 2021. Profil Anak Indonesia

Tahun 2021. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan

Anak.

Krisna, Liza A. 2018. Hukum Perlindungan Anak: Panduan Memahami Anak

Yang Berkonflik Dengan Hukum. Yogyakarta: Deepublish.

Kurniawan,Teguh. 2015. Peran Parlemen dalam Perlindungan Anak. Jurnal

Aspirasi. Volume 6. Nomor 1.

Muhaimin. 2020. Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press.

Nola, Luthvi Febryka. 2016. Upaya Pelindungan Hukum Secara Terpadu Bagi

Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Jurnal Negara Hukum: Vol. 7. No. 1.

71
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 01

Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan

Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

Raharja, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Rizqian,Irvan. 2021. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai

Korban Tindak Pidana Kekerasan Seksual Dikaji Menurut Hukum

Pidana Indonesia. Journal Justiciabellen. Vol. 01, No. 01.

Rohidin. 2016. Pengantar Hukum Islam. Lampung Timur: Lintang Rasi Aksara

Books.

S,Tedy. 2011. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Anak Sebagai Hak Asasi

Manusia Dalam Perspektif Sistem Hukum Keluarga di Indonesia. Kanun

Jurnal Ilmu Hukum No. 54,Volume 2.

Said, Muhammad Fachri. 2018. Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam

Perspektif Hak Asasi Manusia, Jurnal Cendekia Hukum. Volume 4.

Nomor 1.

Tan, David. 2021. Metode Penelitian Hukum: Mengupas dan Mengulas

Metodologi dalam Menyelenggarakan Penelitian Hukum Nusantara.

Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 8. Nomor 8.

Thiary, August. 2021. Perlindungan Anak di Bawah Umur dalam Perspektif Hak

Asasi Manusia. Nomos: Jurnal Penelitian Hukum. Volume 1. Nomor 8.

72
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Wulansari Candra Hayatul Iman. 2016. Kebijakan Pemerintah Dalam

Implementasi Hukum Perlindungan Anak Dan Upaya

Penanggulangannya Terhadap Hak-Hak Anak Di Indonesia. Jurnal

Fakultas Hukum Singaperbangsa. Volume 1. Nomor 1.

73

Anda mungkin juga menyukai