Anda di halaman 1dari 12

PAPER

FILSAFAT MANUSIA

“Kasus Tersangka Korupsi Asuransi Jiwasraya Dari Sudut


Pandang Actus Humanus”
Dosen pengampu :

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum

Oleh :

Lusia Hari Kusumaningrum

3903019033

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA


KAMPUS MADIUN
ABSTRAK

Tuhan memberikan manusia sebuah akal budi di gunakan untuk berpikir, sesuai dengan
teori Actus Humanus pengandaian dengan menggunakan akal yang sehat. Tuhan menciptakan
akal budi dan hati untuk manusia secara terpisah gunanya untu mengarahkan dan membimbing
segala tindakan yang di perbuat oleh manusia, dan mengelola kehidupannya berdasarkan akal
budi dan hati. Namun, semua itu adalah pilihan, karena setiap orang mempunyai wewenang atas
dirinya sendiri.Sudah seharusnya manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan yang sempurna karena
manusia di bekali akal budi. Tidak hanya akal budi namun manusia juga di bekali hati,
seharusnya manusia dapat memanajemen hidupnya dengan lebih baik dengan menggunakan akal
budi dan hati. Apabila dalam diri manusia sudah memiliki manajemen akal budi dan hati maka
hal tersebut dapat di katakana manusia sudah memiliki kesejatian hidup di dalamnya.

Dalam melakukan segala tindakan harus di dasari dengan etika dan moral yang baik.
Moral di nilai untuk mendukung untuk perbaikan baik akhlak maupun rohani. Namun, caranya
pun harus baik. Karena segala sesuatu yang di lakukan dengan cara yang baik akan
mencerminkan hati yang baik pula. Sedangkan karakter moral yang baik akan menjadikan
bangsa yang maju. Sebaliknya, jika karakter moral yang buruk akan mengakibatkan kehancuran.
Kehancuran sebuah bangsa bukan karena pengaruh dari eksternal melainkan karena rusaknya
moral dari dalam.

Kata kunci : Actus Humanus, Akal budi, Hati.


KASUS

Kejaksaan Agung Sita Aset Tersangka Korupsi Jiwasraya Rp 13,1


Triliun

Kejaksaan Agung Republik Indonesia telah berhasil mengamankan belasan triliun rupiah dari
total kerugian Negara yaitu sebesar Rp16,81 triliun terkait dengan dugaan korupsi PT Asuransi
Jiwasraya.

Jaksa Agung ST Burhanuddin akan terus menelusuri aset-aset para tersangka dugaan korupsi PT
Asuransi Jiwasraya. "Aset yang telah kita sita sebanyak Rp 13,1 triliun dan kemungkinan akan
terus berkembang. Kita masih tetap terus mencari sampai terpenuhinya apa yang kita harapkan
untuk pengembaliannya," ujarnya di Kompleks Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Senin
(9/3/2020).

Dalam kasus ini, Kejaksaan Agung menetapkan enam orang tersangka yang terkait dengan
dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya, di antaranya seperti Benny Tjoko Saputro Direktur
Utama PT Hanson International Tbk, Heru Hidayat Komisaris Utama PT Trada Alam Minera,
Hary Prasetyo mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya, Hendrisman Rahim mantan
Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya, Syahmirwan mantan Kepala Divisi Investasi dan
Keuangan PT Asuransi Jiwasraya, serta Joko Hartono Tirto Direktur PT Maxima Integra.

Jaksa Agung ST Burhanuddin juga berjanji akan terus mengejar pihak-pihak yang terkait dengan
dugaan kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya. "Kita akan terus kembangkan siapa saja yang
terlibat dalam kasus tersebut dan akan terus saya kejar," ujarnya.

Direktur Penyidikan Jampidsus Kejaksaan Agung Febrie Adriansyah mengatakan bahwa pada
pertengahan Februari lalu telah mengamankan aset milik keenam tersangka yaitu uang sebesar
Rp 11 triliun. Aset-aset yang telah disita oleh Kejaksaan Agung berupa mobil mewah, tanah,
properti, reksadana, hingga tambang batu bara. Tersangka yang memiliki aset terbanyak diantara
5 tersangka yang lain yaitu Komisaris PT Hanson International Tbk Benny Tjokrosaputro.
Kendati demikian, nilai aset-aset yang di sita oleh Kejaksaan Agung tersebut bersifat fluktuatif.
Direktur Penyidikan Jampidsus Kejaksaan agung Febrie Ardinsyah mengatakan bahwa "Saya
tidak berani menyatakan itu nilainya tetap karena di dalam Rp 11 triliun itu ada saham yang
diblok dan saham itu kan nilainya fluktuatif," ujar beliau saat ditemui awak media di Gedung
Bundar Kejaksaan Agung, Rabu (19/2/2020).

Penghitungan nilai aset yang dilakukan oleh tim analis dari pihak-pihak yang berkaitan atau
appraisal yang nantinya aset-aset tersebut akan dibawa ke persidangan sebagai alat bukti dugaan
korupsi PT Asuransi Jiwasraya. Jika ke enam tersangka terbukti bersalah, maka hasil sitaan akan
dikembalikan kepada negara untuk menutup kerugian yang telah terjadi. Aset tersebut berupa
harta tidak bergerak yaitu seperti properti, tanah, perhiasan dan tambang batu bara beserta emas.
Sedangkan harta bergerak yaitu berupa mobil mewah dan motor Harley Davidson. Secara
terperinci terdapat lima mobil mewah yang disita oleh Kejaksaan Agung, yaitu dua Toyota
Alphard masing-masing atas nama Hendrisman Rahim dan Harry Prasetyo. Kemudian, tiga aset
mobil Mercedes-Benz atas nama Hanson, dan R Wiryanti (istri Harry Prasetyo), serta dua unit
mobil, yaitu Toyota Innova dan Honda CR-V atas nama Syahmirwan. Selain mobil, motor
Harley-Davidson milik Hendrisman juga turut disita oleh Kejaksaan Agung.

Sebanyak 156 bidang tanah milik Benny Tjokro juga diblokir oleh Kejaksaan Agung, termasuk
rekening bank yang terkait dengan kasus dugaan korupsi PT Asuransi Jiwasraya. Pemblokiran
yang di lakukan ini bertujuan untuk mencegah upaya pengalihan nama atau berpindah tangan
pemilik. Ada juga aset tanah lainnya yang sedang dalam pelacakan. Kejaksaan Agung juga
menyita 92 unit apartemen di South Hills, Kuningan, Jakarta Selatan. Apartemen tersebut diduga
milik Benny Tjokro. Semua apartemen yang telah di sita dan yang akan di sita itu dalam kondisi
tidak berpenghuni. Namun, Kejaksaan Agung akan memilah mana yang telah dijual atau
disewakan ini bertujuan untuk melindungi hak pembeli.
TEORI

Kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya yang terdiri dari enam tersangka yaitu Benny
Tjoko Saputro, Heru Hidayat, Hary Prasetyo, Hendrisman Rahim, Syahmirwan mantan, Joko
Hartono Tirto di pandang serta dinilai dari teori Actus Humanus yang memiliki maksud yaitu
sebuah tindakan dan perbuatan yang menyertakan akal budi. Actus Humanus mengandaikan akal
budi sehingga manusia menjadi tuan atas tindakannya sendiri. Dalam teori Actus Humanus
manusia senantiasa memiliki idealisme, dimana manusia dapat membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk dan yang membuat manusia itu sendiri menjadi manusiawi adalah akal budi.
Actus Humanus adalah tindakan fisik manusia selain itu Actus Humanus juga syarat perbuatan
moral. Maksud perbuatan moral yaitu ajaran baik dan buruknya perilaku, akhlak yang di miliki
oleh seseorang. Seseorang di anggap bermoral apabila memiliki kesadaran untuk melakukan
peraturan yang berlaku dan memiliki tingkah laku sesuai dengan nilai – nilai moral.

Teori Actus Humanus menegaskan bahwa manusia dalah makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna karena memiliki manusia memiliki akal budi yang tidak dapat di miliki oleh
makhluk lainnya. Akal budi yang di miliki manusia dapat tercermin dari perbuatan – perbuatan
yang di lakukannya yang menggunakan peran akal budi yang dapat membedakannya dengan
makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Dengan demikian apabila akal budi yang di miliki manusia tidak
di gunakan atau sudah tidak dapat lagi di gunakan ( gila ) maka sudah tidak dapat di katakana
lagi bahwa seseorang itu layak di pandang dalam kategori moral. Karena kategori moral hanya
dapat di gunakan untuk manusia yang masih bisa menggunakan akal budi yang mampu bekerja
dengan semestinya. Actus Humanus memiliki proses sebelum tercetus kedalam tindakan yang
dilakukan. Artinya manusia tidak hanya merefleksi perihal bagaimana manusia melakukan
sebuah tindakan, namun manusia juga memikirkan bagaimana konsekuensi dari tindakan yang di
lakukan tersebut. Jadi di dalam teiri Actus Humanus ada semacam proses refleksi – aksi –
evaluasi.

Actus Humanus : Tahu, Mau, Bebas. Actus Humanus identik dengan tindakan bebas.
Maksud dari tindakan bebas yaitu dalam tindakan yang mengungkapkan kebebasan, dan manusia
adalah subjek dari tindakan. Manusia disebut bebas apabila manusia yang bersangkutan subjek
bagi perbuatannya. Sebagai subjek ia harus bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari
tindakan yang telah di lakukannya. Jika manusia kehilangan salah satu syarat “ Tahu, Mau,
Bebas” maka manusia itu tidak dapat bertanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan
tersebut.

Kebebasan mengandaikan dua hal. Apa saja itu? yaitu : Tahu dan Mau! Kebebasam
mengandaikan dua hal ini ada dua yaitu ada perbuatan yang baik dan ada perbuatan yang buruk.
Misal perbuatan yang baik kita menolong seseorang yang membutuhkan bantuan kita dengan
ikhlas tanpa pamrih karena pada dasarnya kita melakukan tindakan dengan “Tahu dan Mau” jadi
dapat disimpulkan bahwa kita menolong dengan “Tahu” bahwa orang tersebut sedang
membutuhkan bantuan kita dan kita “Mau” menolong dengan suka rela tanpa pamrih.

Syarat pertama dalam teori Actus Humanus “Tahu” maksudnya tidak hanya pengetahuan
saja yang cukup terhadap sasaran perbuatannya atau objeknya, melainkan juga terhadap dirinya
sendiri. Misalnya kasus korupsi yang menjerat enam tersangka yaitu Benny Tjoko Saputro, Heru
Hidayat, Hary Prasetyo, Hendrisman Rahim, Syahmirwan mantan, Joko Hartono Tirto dalam hal
ini sebenarnya mereka tahu bahwa korupsi merupakan perbuatan yang buruk, karena apakah
mungkin mereka semua yang berpendidikan tinggi tidak mengetahui bahwa korupsi itu
melanggar hokum, tentu saja mereka tahu dan itu jelas merupakan perbuatan yang tidak baik.
Tindakan yang dilakukan oleh keenam tersangkan merupakan tindakan memperkaya diri dengan
melakukan korupsi atau pencurian.

Syarat yang kedua yaitu “Mau” juga merupakan syarat esensial kebebasan. Dalam hal ini
pelaku me-Mau-i nya. Melanjutkan kasus di atas, dalam kasus korupsi yang dilakukan keenam
tersangka tersebut me-Mau-i nya dengan melakukan tindakan korupsi tanpa memiliki rasa
bersalah dan berdosa kepada siapa – siapa.

Syarat yang terakhir yaitu “Bebas” yang di maksud disini sesuai dengan namanya
“Bebas” berarti tanpa ada paksaan. Tetapi kebebasan juga menyangkut terhadap pilihan – pilihan
yang ada di depannya. Misalnya dalam kasus diatas ke enam tersangka bebas melakukan
tindakan korupsi tanpa memiliki rasa bersalah dan melakukan secara berulang – ulang dengan
tujuan untuk memperkaya diri sendiri beserta keluarganya.

Dalam segala kegiatan yang kita lakukan, selalu ada etika dalam bertindak. Sudah
seharusnya bahwa etika harus dilakukan secara bersama – sama kita jalankan dan patuhi dengan
sepenuh hati. Karena pada dasarnya etika selalu berkaitan dengan hal baik. Oleh sebab itu dalam
melakukan segala tindakan kita harus menggunakan etika. Lalu apa adakah etika untuk
melakukan tindakan korupsi? Adakah etika untuk melakukan tindakan suap? Tentu tidak ada
etika yang menyuruh untuk melakukan tindakan yang buruk karena etika selalu di dasari dengan
hal yang baik. Lalu bagaimana dengan orang yang melakukan tindakan korupsi dalam kasus ini?
Memang mereka dapat melakukan tindakannya dengan bebas dan mereka tidak pernah merasa
bersalah terhadap apa yang telah mereka lakukan tetapi di sisi lain mereka telah membohongi
hati nuraninya. Karena bagaimanapun keadaannya tindakan korupsi merupakan tindakan yang
melanggar hokum dan melanggar etika politisi.

Tidak hanya hal itu saja, jujur semua telah membuat masyarakat muak terhadap hal yang
telah di lakukan oleh keenam tersangka. Bagaimana tidak? Mereka menyalah gunakan segala
yang telah di milikinya mereka merupakan orang yang berpendidikan seharusnya mereka mampu
berpikir bahwa korupsi merupakan tindakan yang menyalahi aturan hokum. Mereka melakukan
tindakan korupsi secara terus menerus dan bebas untuk memperkaya diri dan mereka bebas
menggunakan uang yang telah di korupsinya untuk memperkaya diri dengan membeli aset yang
bergerak maupun tidak bergerak. Mereka sebenarnya tahu apa yang mereka lakukan salah tetapi
mereka buta akan jabatan dan wewenang, sebenarnya mereka membeli aset – aset dan barang –
barang mewah itu menggunakan uang milik orang banyak bukan harta pribadi tetapi mereka
menikmatinya dan menggunakan uang itu untuk membeli barang – barang mewah.

Dengan kewenangan yang mereka miliki tentu mereka dapat melakukan segala hal
apapun. Tetapi kembali lagi bahwa segala hal dan tindakan harus di dasari dengan etika di
dalamnya. Sudah seharusnya segala tindakan harus di dasari dengan etika agar segala tindakan di
lakukan dengan hal – hal yang baik. Karena pada dasarnya penilaian baikmdan buruknya suatu
tindakan atau perbuatan tidak hanya dari penilaian orang saja namun hati nurani kita juga dapat
menilai bahwa tindakan atau perbuatan yang kita lakukan itu termasuk perbuatan baik atau
buruk. Saya percaya bahwa hati yang baik akan senantiasa menjaga setiap perbuatan kita kearah
yang lebih baik pula.
ARGUMENTASI

Ketika saya menulis dan menganalisis paper ini saya berpikir bahwa saat ini bangsa kita
bukan lagi dijajah oleh warga Negara asing namun bangsa kita telah di jajah oleh warga Negara
kita sendiri. Mengingat perjuangan para pahlawan terdahulu kita bagaimana mereka
membebaskan bangsa ini dari cengkeraman para penjajah untuk menuju Indonesia yang
merdeka. Setelah para pahlawan mencapai kemerdekaan bangsa ini yang terjadi pada bangsa
Indonesia telah mencapai sebuah negara yang sejahtera, berdaulat, adil, dan makmur yang terus
berlangsung hingga saat ini. Namun, yang terjadi saat ini kita sedang berjuang melawan
keserakahan dari para penguasa, dalam hal ini berasal dari bangsa kita sendiri.

Bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang sangat berlimpah baik itu sumber daya yang
dimiliki oleh alam maupun tidak. Pengelolaan kekayaan di Indonesia sudah mulai bagus akan
tetapi hasil dari kekayaan tersebut di salahgunakan beberapa orang yang hanya untuk
memikirkan kepentingan pribadinya saja. Seperti korupsi, korupsi merupakan tindakan yang
hanya memimikirkan kepentingan pribadi itulah salah satu tujuan utama dari para koruptor. Para
koruptor menggunakan uang Negara untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya, serta untuk
membeli asset – asset yang mereka inginkan, selain itu hasil korupsi digunakan untuk fasilitas
bermewah – mewahan. Padahal uang yang mereka gunakan untuk membeli asset, membeli
fasilitas – fasilitas mewah itu bukan uang atas hak mereka melainkan uang milik orang banyak
bahkan kadang uang milik rakyat juga sering di salah gunakan dalam hal korupsi. Mereka
menggunakan uang korupsi untuk hal – hal tersebut tanpa memiliki rasa bersalah dan berdosa
pada hati nuraninya, mungkin mereka tahu apa yang mereka lakukan adalah salah, namun karena
mereka gelap mata akibat jabatan dan wewenang yang mereka miliki maka mereka
menggunakan hal itu sebagai semena - mena.

Korupsi merupakan alat penghancur bangsa karena korupsi tidak hanya merugikan
bangsa dalam bentuk uang Negara namun juga bentuk mental anak bangsa. Korupsi merupakan
suatu kegiatan yang salah dengan menyelewengkan dana baik untuk kepentingan pribadi maupun
orang lain, selain itu korupsi juga melanggar hukum yang berlaku. Tindakan korupsi haruslah
dimusnahkan dengan semakin ditegakkannya hukum – hukum di Indonesia namun jika dengan
cara menegakkankan hukum saja tidak akan mungkin dapat mengurangi kasus tindakan korupsi
jika orang tersebut tidak memiliki kesadaran dan hati nurani yang baik dalam dirinya guna
meningkatkan kesadaran untuk mencintai bangsa dengan anti terhadap korupsi agar tidak
menyalah gunakan dana atau wewenang yang telah dimiliki.

Ada dua faktor penyebab korupsi yaitu dari internal dan eksternal. Faktor internal dapat
disebabkan oleh terpuruknya mental sesorang terhadap perilaku atau masalah yang di buat oleh
dirinya sendiri. Dampak dari mental yang buruk dapat terjadi apabila ada kesempatan untuk
berkorupsi maka oknum tersebut tanpa berpikir panjang untuk melakukan sebuah tindak korupsi.
Tidak salah jika kebijakan atau program pemerintah saat ini yaitu “Revolusi Mental” salah satu
program pemerintah ini mempunyai tujuan sebagai salah satu upaya untuk memberantas korupsi
yang ada di Inonesia. Karena yang dapat memengaruhi korupsi faktor utamanya adalah mental
yang terpuruk, apabila seseorang mempunyai mental yang buruk maka dia tanpa berpikir
panjang untuk melakukan sebuah tindakan korupsi. Berbeda jika orang memiliki akal budi dan
hati nurani yang baik mereka akan banyak mempertimbangkan berbagai tindakan yang akan
mereka lakukan. Mereka menggunakan akal budi untuk berpikir secara rasio dan menggunakan
hati nurani untuk melakukan tindakan – tindakan yang di anggap baik. Karena jika kita
menggunakan hati nurani dalam melakukan tindakan maka tindakan itu semua kemungkinan
tindakan yang di lakukan merupakan tindakan yang baik. Kemudian dari faktor eksternal yaitu
adanya kesempatan dalam proses melakukan tugasnya. Seperti mereka yang di berikan
wewenang dan jabatan mereka sering menyalah gunakan wewenang dan jabatan yang di berikan
kepada mereka, seharusnya mereka dapat berpikir mereka diberikan wewenang, jabatan,
tanggung jawab karena di rasa mereka dapat di percaya dan mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya dengan baik, namun kenyataannya mereka menyalah gunakan wewenang dan
jabatan yang mereka miliki untuk melakukan tindak korupsi. Faktor eksternal yang sering terjadi
dalam kasus tindak korupsi seperrti adanya suatu anggaran yang tidak kuat akan banyak
dimanfaatkan oleh mereka – mereka para koruptor untuk melancarkan aksinya.

Upaya untuk memberantas kasus tindak korupsi memang bukanlah hal yang mudah bagi
kita semua. Namun semmua dapat di atasi jika segenap elemen bangsa dan masyarakat di
libatkan dalam upaya pemberantasan kasus tindak korupsi. Upaya untuk pemberantas kasus
tindak korupsi meliputi beberapa upaya seperti upaya pencegahan, investigasi, serta edukasi
yang dilakukan secara bersamaan dan memahami hal-hal yang rentan menjadi penyebab korupsi.
Faktor yang paling penting dalam mengatasi dinamika korupsi yang pertama adalah keadaan
moral. Keadaan moral berperan penting bagi seseorang karena manusia di pandang baik karena
penerapan moral terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Kedua adalah intelektual
para pemimpin sebagai contoh masyarakat dan bangsa ini seharusnya mampu memberikan
contoh – contoh tindakan yang baik, dan melakukan segala tindakan menggunakan hati nurani
agar tidak sesat tidak hanya hati nurani saja namun akal budi juga harus di gunakan. Keadaan
moral dan intelektual yang baik akan dapat mengatasi bahkan dapat mengurangi kasus tindak
korupsi di negeri ini. Beberapa faktor yang dapat menjinakkan kasus tindak korupsi adalah
administrasi yang efisien dapat menghindari terjadinya sumber-sumber korupsi, berfungsinya
suatu sistem yang antikorupsi merupakan elemen penting untuk melakukan pemberantasan kasus
tindak korupsi, kepemimpinan yang memilikk standar moral dan intelektual yang tinggi. Dengan
demikian bahwa intelektual yang tinggi dapat menciptakan kepribadian yang bermoral sehingga
dapat menciptakan Indonesia yang bebas dari kasus tindak korupsi.

Sebuah pertanyaan yang saya rasa mewakili banyak orang “dimana etika dan kepatuhan
mereka sebagai warna Negara Indonesia yang patuh terhadap hukum? dimana peran hati nurani
dan akal budinya? Apakah akal budi dan hati nuraninya sudah tidak bisa lagi di gunakan sampai
mereka melakukan tindakan yang seharusnya tidak di lakukan? Apakah akal budi dan hati
nuraninya sudah tidak lagi mampu menentukan mana hal yang pantas untuk dilakukan dan mana
hal yang tidak pantas untuk di lakukan?”

Yang ingin saya sampaikan disini yaitu hasrat berkuasa sebagian bangsa Indonesia itu
besar sekali, untuk meraihnya pun diperlukan pengorbanan dan harus rela di korbankan. Korupsi
telah menciptakan masyarakat Indonesia yang apatis terhadap nasib khususnya rakyat kecil,
korupsi kekuasaan juga menyebabkan tergadainya kedaulatan rakyat bangsa Indonesia ke tangan
bangsa lain. Apabila korupsi terjadi secara subur dan lemahnya dalam penegakan hukum.
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia ini di buktikan dengan di temukannya sel mewah di
dalam tahanan. Seakan akan - akan hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas, memihak kepada
meraka yang mempunyai uang dan jabatan.

Kasus korupsi PT Asuransi Jiwasraya jika dilihat dari kacamata Actus Humanus dan
peran Hati Nurani, maka tidak akan pernah salah jika rakyat mempertanyakan terbuat dari apa
hati dan akal budi mereka ? Hati nurani dan akal budi mempunyai peran yang penting untuk
mengkontrol atas tindakan yang dilakukan namun hati nuranii dan akal budi mereka sudah tidak
lagi dapat bekerja. Teori Actus Humanus menegaskan bahwa syarat perbuatan dikenai moral
apabila dia “tahu, mau, dan bebas”. Keenam tersangka tersebut jelas dan sadar bahwa mereka
mengetahui perbuatan yang dilakukan itu melanggar hokum. Mereka melakukan tindakan
korupsi dengan memauinya, dan melakukan korupsi secara bebas bahkan tanpa merasa berdosa.

Bukankah setiap manusia diberi anugerah oleh sang maha pencipta, sebuah daging kecil
yang bernama hati. Hati yang di berikan Tuhan sang maha pencipta untuk hambanya tersebut,
berfungsi sebagai alat kontrol terhadap nilai-nilai dari hal-hal yang talah kita lakukan. Pendapat
dan harapan saya untuk bangsa Indonesia adalah KPK dapat memberantas kasus tindak korupsi,
agar bangsa ini dapat melanjutkan perkembangannya dan secara maksimal mampu mengelola
sumber daya yang di miliki Indonesia sehingga dapat di kembangkan dan di miliki oleh Negara
Indonesia dengan seutuhnya tanpa tikus – tikus negara yang berkeliaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).


2. https://tirto.id/kejagung-sita-aset-tersangka-korupsi-jiwasraya-rp131-triliun-eDSm

Anda mungkin juga menyukai