Anda di halaman 1dari 102

POLA KOMUNIKASI SANTRI DENGAN ORANG TUA DI

PONDOK PESANTREN MANBA’U DARISSALAM


PALANGKA RAYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Oleh:

Hairin Fuadi
NIM. 1903110008

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALANGKA RAYA
TAHUN 2023 M / 1444 H
KEASLIAN TULISAN*

ii
NOTA DINAS

iii
PERSETUJUAN SKRIPSI

iv
PENGESAHA

N SKRIPSI

v
ABSTRAK

Hairin Fuadi. “Pola Komunikasi Orang Tua dan Santri Pondok Pesantren
Manba’u Daarissalam Palangka Raya.” Skripsi, IAIN Palangka Raya,
2023. Pembimbing : (I) Dr. Desi Erawati, M. Ag. (II) Favi Aditya
Ikhsan S. Fil. I, M. Med. Kom.

Kata Kunci: Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Pola


Komunikasi, Orang Tua dan Anak

Komunikasi yang berjalan antara orang tua dan santri sangat


menentukan dasar pembekalan pada santri. Sehingga bisa memastikan
bahwa proses berkembangnya anak dilakukan dengan tata cara yang
terbaik. Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
menggabungkan kurikulum (SMP/SMA) dengan kurikulum pesantren.
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang dapat membimbing
manusia yang memiliki keimanan yang tinggi serta moralitas. Di dalam
kehidupan pondok pesantren, anak tinggal yang berbeda dari orang tua.
Sehingga membuat komunkasi anak dengan orang tua semakin jarang.
Tujuan penelitian ini, mengetahui pola komunikasi orang tua dan santri
yang menempuh pendidikan di pondok pesantren.
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif. Menggunakan tiga teknik pengumpulan data penelitian, yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek terdiri dari tujuh yaitu 3
informan kunci santri, 3 informan pendukung orang tua, serta 1 informan
pendukung ustadz kepala pondok pesantren manba’u darissalam tingkat
wustho.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari empat pola komunikasi
terdapat tiga pola komunikasi yang dominan digunakan adalah pola
komunikasi, sekunder, pola komunikasi linier, dan pola komunikasi sirkuler.

vi
ABSTRACT

Hairin Fuadi. "Parents and Santri Communication Patterns at the Manba'u


Daarissalam Islamic Boarding School, Palangka Raya." Thesis, IAIN
Palangka Raya, 2023. Advisor : (I) Dr. Desi Erawati, M.Ag. (II) Favi
Aditya Ikhsan S. Fil. I, M.Med. com.

Keywords: Communication, Interpersonal Communication,


Communication Patterns, Parents and Children

Communication that runs between parents and students determines


the basic debriefing of students. So that it can ensure that the child's
development process is carried out in the best way. Pondok Pesantren is an
educational institution that combines the curriculum (SMP/SMA) with the
pesantren curriculum. Pondok Pesantren is an educational institution that
can guide people who have high faith and morality. In the life of a boarding
school, children live differently from their parents. So that it makes
communication between children and parents less and less. The purpose of
this research is to find out the communication patterns of parents and
students who study at Islamic boarding schools.
This research method is qualitative with descriptive research type.
Using three research data collection techniques, namely observation,
interviews, and documentation. The subjects consisted of seven subjects,
namely 3 key informants for students, 3 informants supporting parents, and
1 informant supporting the ustadz head of the Manba'u Darissalam Islamic
boarding school at the Wustho level.
The results of this study concluded that of the four communication
patterns, there were three dominant communication patterns used, namely
communication patterns, secondary, linear communication patterns, and
circular communication patterns.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa Ta’ala, karena berkat

rahmat, hidayah, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tercurahkan kepada

junjungan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan

para pengikut Beliau hingga akhir zaman. Semoga kita dapat syafa’at

Beliau di akhir kehidupan nanti. Aamiin.

Skripsi ini yang berjudul “Pola Komunikasi Orang Tua dan Santri

Pondok Pesntren Manba’u Darissalam Palangka Raya” sebagai persyaratan

untuk memperoleh gelar Strata-1 pada program studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama

Islam Negri Palangka Raya.

Penelitian ini tidak dapat berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai

pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan kali ini

saya dengan segala hormat dan kerendahan hati, mengucapkan terimakasih

kepada :

1. Yth. Ibu Dr. Desi Erawati, M. Ag. Sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin

Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negri Palangka Raya

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi 1 saya yang telah

memberikan dukungan serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

viii
2. Yth. Bapak Fimeir Liadi, M. Pd. Sebagai Wakil Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negri Palangka

Raya dan juga sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik saya

yang telah memberikan dukungan serta bimbingan dalam penyelesaian

skripsi ini.

3. Yth,. Bapak Syairil Fadli M. Hum. Sebagai Ketua Jurusan Dakwah dan

Komunikasi Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut

Agama Islam Negri Palangka Raya

4. Yth. Ibu Hj. Siti Zainab, MA. Sebagai Ketua Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah Institut Agama Islam Negri Palangka Raya.

5. Yth. Bapak Favi Aditya Ikhsan, S. Fil. I, M. Med. Kom. Sebagai

pembimbing II yang telah memberikan dukungan dan bimbingan

dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Segenap pegawai/tenaga kependidikan dan administrasi pada ruang

lingkup Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah.

7. Kepala perpustakaan Institut Agama Islam Negri Palangka Raya dan

segenap stafnya.

Saya menyadari begitu banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak

yang sifatnya membangun, sangat diharapkan demi memaksimalkan skripsi

ix
ini.

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT saya menyerahkan segala

persoalan dan semoga para pihak yang ikut serta membantu penyelesaian

laporan penelitian ini skripsi ini diterima amal baiknya oleh Allah SWT dan

akhir hidupnya mendapatkan husnul khatimah dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat. Aamiin.

Palangka Raya, 30 Mei 2022

Peneliti,

Hairin Fuadi

x
MOTTO

ُ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِر ِه فَ ْليَ ِص ْل َرحِ َمه‬


َ ‫علَ ْي ِه فِي ِر ْزقِ ِه َوأ َ ْن يُ ْن‬ َ ‫َب أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س‬
َ ‫ط‬ َّ ‫َم ْن أَح‬

“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya


maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah azza wa jalla,
dan menyambung silaturahminya dengan saudaranya.”
(H.R. Bukhari)1

1
Muhammad Bin Kamal Khalid As-Suyuthi; Ahmad Taufiq Abdurrahman; Marsuni Sasaky;,
Kumpulan Hadits Yang Disepakati 4 Imam (Pustaka Azzam, 2006). 76

xi
PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur telah selesainya skripsi ini, saya persembahkan karya ini

untuk:

1. Ayah dan Ibu tercinta, sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terimakasih yang

tiada terhingga. Saya persembahkan karya ini kepada Ayah (Fathurrahman)

dan Ibu (Masidawati) yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta

keridhoan.

2. Saudara-saudara saya Asef, Irsa, dan Mahmud yang selama ini memberikan

semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman seperjuangan Program Studi Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam

tahun angkatan 2019, yang telah bersama-sama berjuang dan saling

memberikan dukungan.

4. Seluruh anggota Grup Maulid Ar-Raudhah 613 yang juga merupakan

saudara saya yang telah memberikan motivasi dan inspirasi serta

dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh keluarga, dosen dan sahabat yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan pada proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................................... ii
NOTA DINAS ...................................................................................................................... iii
PERSETUJUAN SKRIPSI................................................................................................. iv
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... viii
MOTTO ................................................................................................................................ x
PERSEMBAHAN ............................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian.................................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan................................................................................ 6
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Komunikasi ............................................................................................. 14
B. Pola Komunikasi ..................................................................................... 17
C. Komunikasi Interpersonal ....................................................................... 24
D. Orang Tua dan Anak ............................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ......................................................... 29

xiii
B. Sumber Data ............................................................................................ 30
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 31
D. Teknik Analisis Data ............................................................................... 33
E. Keabsahan Data....................................................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ........................................................................................................ 37
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 37
2. Paparan Data ............................................................................................... 42
B. Pembahasan ............................................................................................. 59
1. Pola Komunikasi Sekunder ........................................................................ 60
2. Pola Komunikasi Linier............................................................................... 61
3. Pola Komunikasi Sirkuler............................................................................ 62
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................. 64
B. Saran ................................................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 66
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 69
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... 85

xiv
DAFTAR TABEL

Gambar 4.1 Tabel Identitas Guru .................................................................................................. 27

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Handphone yang digunakan Santri Berkomunikasi Jarak Jauh dengan
Orang Tua...................................................................................................................................... 27
Gambar 4.2 Screnshot Pesan Ustadz kepada Orang Tua melalui aplikasi whatsapp.................... 43
Gambar 4.3 Orang Sedang Tua menjenguk Anak di Pondok Pesntren ........................................ 48

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara................................................................................................67


Lampiran 2. Transkrip Wawancara ...............................................................................................69
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Observasi/Penelitian ...........................................................78
Lampiran 6. Dokumentasi dengan Narasumber ............................................................................79
Lampiran 7. Surat Penetapan Pembimbing Skripsi.......................................................................83
Lampiran 8. Berita Acara Seminar Proposal Skripsi ....................................................................84

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pondok pesantren merupakan lembaga atau tempat pendidikan islam

yang merupakan produk tertua budaya Indonesia. Biasanya santri tinggal

bersamaan dan belajar di bawah naungan guru yang lebih popular dengan

istilah Kiai serta memiliki fasilitas untuk tempat menginap. Santri berada

dalam kompleks yang juga terdapat masjid untuk beribadah, ruangan

belajar, serta kegiatan yang berkaitan dengan agama lainnya.2 Lingkungan

ini umumnya dikelilingi tembok agar keluar masuknya para santri dapat

diawasi sesuai aturan yang berlaku. Dan biasanya para santri tinggal 24 jam

di lingkungan pondok pesantren tersebut.3

Beradanya pesantren di Indonesia bermula ketika masuknya Islam ke

Negeri ini dengan memelihara sistem pendidikan agama yang sebenarnya

sudah lama berkembang sebelum datangnya Islam. Pondok pesantren kini

semakin tumbuh kembang di Indonesia. Sistem pendidikan yang

dikemukakan di pesantren adalah pelajaran Agama Islam.4

Berbicara tentang pondok pesantren di kota Palangka Raya ada 8

2
Dr Ading Kusdiana M.Ag, SEJARAH PESANTREN: Jejak, Penyebaran, dan Jaringannya di
Wilayah Priangan (1800-1945) (Humaniora, 2014), 16.
3
Achmad Muchaddam Fahham, PENDIDIKAN PESANTREN: Pola Pengasuhan,
Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak (Publica Institute Jakarta, 2020), 28
4
Dr Ading Kusdiana M.Ag, SEJARAH PESANTREN: Jejak, Penyebaran, dan Jaringannya di
Wilayah Priangan (1800-1945) (Humaniora, 2014),

1
ponpes yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Salah satunya yaitu

Pondok Pesantren Man’bau Darissalam. Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam didirikan sejak tahun 2017. Berdirinya ponpes ini termotivasi

karena mengingat tidak semua anak-anak yang dapat mengakses pendidikan

di luar Provinsi Kalimantan Tengah dikarenakan masalah biaya, jarak, dan

waktu. Tujuan berdirinya ponpes ini agar bisa memfasilitasi terutama anak-

anak yang tinggal di pedalaman agar bisa mengakses pendidikan berbasis

pelajaran agama Islam dengan biaya murah dan seringan-ringannya.5

Pondok pesantren ini ialah pondok cabang dari pondok pesantren

tertua di Kalimantan dan telah melahirkan ulama terkemuka yaitu Pondok

Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan Selatan dan ponpes ini

mempunyai fokus terhadap pembelajaran kitab gundul atau kitab kuning.

Dalam pengajaran kitab kuning pondok tersebut terlihat keunikan di

dalamnya, misalnya untuk santri tahun pertama diwajibkan untuk

menghafal beberapa ilmu seperti ilmu shorof, ilmu tauhid, dan syair-syair

aqidatul awam, lalu tingkat berikutnya guru yang membacakan kitab lalu

santri yang menulisnya, dan di tingkat berikutnya interaktif antara guru dan

santri dalam membahas pelajaran kitab gundul tersebut. Serta ponpes ini

menggunakan sistem asrama 24 jam. Sehingga itu lah yang membedakan

5
Muhammad Arsyad, History of Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangkaraya, n.d.
12

2
dari Pondok Pesantren yang berada di Kota Palangka Raya lainnya.6

Sebagaimana yang dilihat saat ini kekhawatiran orang tua terhadap

anak di luar rumah membuat banyak orang tua yang berpikir untuk

menyekolahkan anaknya di Pondok Pesantren. Karena orang tua memiliki

pandangan bahwa lembaga yang dapat membina manusia yang memiliki

tingkat keimanan yang tinggi dan integritas kebaikan adalah Pondok

Pesantren. Demi masa depan sang anak serta cita-cita yang bisa diwujudkan

oleh orang yang disayangi, maka orang tua juga rela jauh dari anaknya.

Oleh sebab itu banyak orang tua yang mempunyai mindset dan rela jauh

dengan anak dengan menyekolahkan anaknya di pondok pesantren yang

mengusung kurikulum agama.7

Anak diharuskan untuk berada jauh dari orang tua dalam kehidupan

pondok pesantren. Keberadaan jarak yang notabene nya jauh tentunya

membuat komunikasi orang tua dengan anak tidak sama dengan komunikasi

orang tua dan anak yang tinggal bersama di rumah. Tinggal di tempat yang

tidak sama membuat orang tua dan anak tidak dapat bertemu dalam waktu

yang cukup banyak.8

Komunikasi santri dengan orang tua dalam lingkungan pondok

pesantren dapat dilakukan ketika jadwal yang sudah disediakan, saat orang
6
Arsyad, 21.
7
Prof Dr H. Haidar Putra Daulay M.A, Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan
Eksistensinya (Prenada Media, 2019), 35.
8
“Konsep Pengembangan Pendidikan Islam: Telaah Kritis Terhadap Pengembangan
Lembaga Pendidikan Madrasah Dan Pondok Pesantren | Dr. H. M. Hasyim, M.Ag. & Dr. H. Abdullah
Botma, M.Ag. | Download,” 33, accessed May 31, 2022, https://en.id1lib.org/book/10985233/17f080.

3
tua menjenguk di pondok pesantren, jika orang tua tidak bisa bertemu

dengan anaknya dikarenakan sibuk atau ada pekerjaan yang tidak bisa

ditinggal maka santi akan melakukan telepon atau SMS menggunakan

handphone yang disediakan.

Hubungan jarak jauh orang tua dan anak belum pasti berjalan dengan

lancar. Anak-anak yang tinggal tidak dengan orang tuanya memiliki

beberapa masalah, misalnya masalah yang dialami oleh Muhammad Rifani

salahsatu santri Pondok Pesantren Manba’u Darissalam seperti kangen

kepada orang tua dan anggota keluarga yang lainnya dan mengharuskan

menjalankan kegiatan sendiri, tanpa bantuan dari orang tua. Masalah ini

kerap muncul ketika anak membutuhkan perhatian dari orang tua mereka,

sementara orang tua dan anak dalam posisi yang jauh.9 Jadi ini adalah salah

satu hal yang dapat dilakukan oleh orang tua yaitu dengan cara komunikasi

jarak jauh. Para ahli komunikasi juga sepakat bahwa komunikasi yang gagal

berdampak serius baik secara individu maupun sosial. Secara individu,

komunikasi yang gagal menimbulkan frustasi, aliensi, demoralisasi dan

penyakit-penyakit jiwa yang lain.10 Secara sosial, komunikasi yang gagal

dapat menghambat kerja sama, saling pengertian, toleransi, dan

9
Dr H. riduwan M.Pd, Dinamika Kelembagaan Pondok pesantren: Perubahan dan
Modernisasi Pendidikan Islam (Pustaka Ilmu, 2019), 55.
10
Lucy Pujasari Supratman dan Adi Bayu Mahadian, Psikologi Komunikasi (Deepublish,
2018), 32.

4
menghalangi pelaksanaan norma-normasosial.11

Berdasarkan fenomena demikian, maka dalam penelitian ini fokus

pada bagaimana komunikasi orang tua dan anak yang menjalani pendidikan

di pondok pesantren notabenenya jauh dari orang tua. Oleh karena itu,

penelitian ini memotret tentang “Pola Komunikasi Orang Tua dan Santri

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya”

B. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang masalah demikian, maka penelitian ini

merumuskan rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimana pola komunikasi Santri dengan Orang Tua di

Pesantren Manba’u Darissalam?

C. Tujuan Penelitian

Bersandarkan pokok masalah demikian, tujuan penelitian ini untuk

mengetahui :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Komunikasi Santri dengan

Orang Tua di Pondok Pesantren Manba’u Darissalam.

11
Mahyuddin M.A, Sosiologi Komunikasi: (Dinamika Relasi Sosial di dalam Era Virtualitas)
(Penerbit Shofia, 2019), 25.

5
D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna sebagai pengembangan kajian komunikasi dan

penyiaran Islam IAIN Palangka Raya.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini secara praktis berguna bagi:

1. Bagi masyarakat, berguna untuk tambahan informasi wawasan serta

pemahaman khususnya yang berkaitan dengan pola komunikasi santri

dengan orang tua pondok pesantren manba’u darissalam.

2. Dengan jalan penelitian ini, anak dan orang tua diharapkan agar dapat

memaksimalkan dalam berhubungan antar keduanya.

3. Bagi Peneliti, Sebagai tambahan khazanah keilmuan yang berkaitan

dengan pola komunikasi jarak jauh. Menambah karya ilmiah di

kampus IAIN Palangka Raya, Program Studi Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah.

E. Sistematika Penulisan

Guna pemahaman yang lebih mengenai penelitian ini, maka teori-

teori atau pembahasan yang tertera pada penelitian ini dikelompokkan

menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagaimana

mestinya.

6
Bab pertama, bagian pendahuluan menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan peneitian, manfaat penelitian, penelitian

terdahulu, dan sistematika penulisan

Bab kedua, landasan teori menguraikan tentang teori yang berkaitan

dengan penelitian antara lain teori komunikasi interpersonal, pola

komunikasi, orang tua dan anak,

Bab ketiga, metode penelitian berisi penjelasan beberapa sub bab.

Pertama, jenis penelitian. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Kedua, objek

penelitian. Objek penelitian ini adalah orang tua dan anak yang menjalin

komunikasi jarak jauh. Kemudian, teknik analisis data. Penelitian ini

menggunakan teknik data kualitatif. Dan terakhir, pengabsahan data.

Bab keempat, memuat hasil penelitian dengan menjelaskan tentang

profil Pondok Pesantren Manba’u Darissalam dan menampilkan hasil

penelitian yaitu Pola Komunikasi Santri dengan Orang Tua di Pondok

Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya

Bab kelima, penutup berisi kesimpulan yaitu pemaparan hasil

penelitian secara singkat dan dilanjutkan dengan saran.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi acuan dalam melakukan pelacakan dan

memetakan distingsi dalam kajian terdahulu yang pernah dilakukan

sebelumnya. Guna menghindari kesamaaan penelitian dan plagiasi, maka

berikut ini dapat sampaikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang

7
memiliki persaamaan dengan penelitian ini, hasil dari pencarian yang

peneliti lakukan pada bulan Januari 2022 antara lain sebagai berikut:

1. Komunikasi Antarpribadi Jarak Jauh Antara Orang Tua dan Anak (Studi
pada Mahasiswa Universitas Riau yang berasal dari Kabupaten Rokan
Hulu).

Komunikasi interpersonal jarak jauh antara orang tua dan anak

menjadi bahan kajian Vani Rasika tahun 2015 (Studi pada Mahasiswa

Universitas Riau Kabupaten Rokan Hulu).

Mahasiswa di Universitas Riau digunakan sebagai subjek

penelitian kualitatif dalam metode ini. Selain itu, wawancara dan

dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Pada mahasiswa Universitas

Riau yang berdomisili di Rokan Hulu, efektifitas komunikasi

interpersonal antara orang tua dan anak jarak jauh dibantu oleh sikap

orang tua yang lebih terbuka dibandingkan anak. Hal ini membuat

orang tua merasa lebih empati terhadap anak daripada anak terhadap

orang tua. Orang tua juga mendukung orang tua dengan membuat anak

merasa senang dan selalu mengingat nasehat orang tua. Orang tua juga

memiliki sikap positif ketika memberikan kepercayaan dan kasih

sayang kepada anak, dan sikap kesetaraan bertujuan untuk bersikap adil

kepada anak dan memberikan kebebasan untuk berpendapat. 2) Ponsel

digunakan untuk komunikasi visual antarpribadi jarak jauh. Media

8
audiovisual dan jejaring sosial seperti Facebook, BlackBerry

Messenger, dan BBM digunakan sebagai media..12

Fakta bahwa kedua penelitian tersebut bertujuan untuk

menemukan pola komunikasi orang tua dan anak menjadikan keduanya

relevan dengan penelitian penulis. Namun, metode analisisnya adalah

perbedaan keduanya. Eksplorasi masa lalu memecah informasi

menggunakan teori humanistik (Abraham Maslow dan Hipotesis Carl

Rogers), sementara para ahli menggunakan teori pola komunikasi

2. Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh antara Orang Tua dan Anak

(Studi pada Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-

Raniry Asal Kabupaten Aceh Selatan.

Eksplorasi yang dilakukan oleh Sarah Salpina bertujuan untuk

mengetahui bagaimana korespondensi relasional ditata dari jarak jauh

antara wali dan pemuda Aceh Selatan yang belajar di Personalia

Dakwah dan Korespondensi di UIN Ar-Raniry Cabang Kelas

Persimpangan Telekomunikasi Islam Tahun 2012. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kegiatan korespondensi jarak jauh signifikan yang

dilakukan oleh wali dan pemuda Aceh Selatan, Tenaga Dakwah dan

Korespondensi, Cabang Korespondensi dan Penyiaran Islam, Angkatan

12
Vani Rasika and Evawani Elysa Lubis, “Komunikasi Antarpribadi Jarak Jauh Antara Orang
Tua Dan Anak (Studi Pada Mahasiswa Universitas Riau Yang Berasal Dari Kabupaten Rokan Hulu),”
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 2, no. 1 (February 13, 2015): 1–
15.

9
2012, yang tidak baik. Kurangnya keterbukaan dalam komunikasi jarak

jauh antara orang tua disebabkan hanya media yang digunakan sebagai

sarana komunikasi. Orang tua selalu berpikiran positif terhadap

anaknya, orang tua selalu memotivasi anaknya, dan komunikasi jarak

jauh antara orang tua di sini tidak menunjukkan rasa suka

membanding-bandingkan. membandingkan. Selain itu, ada hambatan

komunikasi pribadi orang tua dan anak-anak dan masalah keuangan,

serta hambatan semantik yang disebabkan oleh perbedaan makna

pesan.13

Penggunaan metode kualitatif baik dalam penelitian tersebut

maupun penelitian penulis meneliti komunikasi antara orang tua dan

anak. Sedangkan pendekatan yang dilakukan adalah perbedaannya.

Teori pola komunikasi digunakan dalam penelitian ini, sedangkan teori

kebohongan interpersonal digunakan dalam penelitian sebelumnya.

3. Komunikasi Antarpribadi Melalui Media Sosial (Skype) pada

Mahasiswa Universitas Riau

Penelitian dipimpin oleh Desi Maria Manalu pada tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk

mendeskripsikan proses penelitian secara utuh. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk membantu mahasiswa di Universitas Riau yang

13
Sarah Salpina, Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh Antara Orang Tua Dan Anak (Studi
Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Asal Kabupaten Aceh Selatan),
2018, 25.

10
menjalani hubungan jarak jauh dengan mudah berkomunikasi satu

sama lain dan membangun hubungan dengan mereka.14

Kesesuaian eksplorasi di atas dengan apa yang sedang diselidiki

pencipta terletak pada strategi pemeriksaan, khususnya keduanya

menggunakan teknik pemeriksaan subjektif yang jelas. Kajian penulis

menggunakan teori CMC (Computer Mediated Communication),

sedangkan kajian saya menggunakan teori pola komunikasi. Di sinilah

kedua studi berbeda.

4. Pola Komunikasi Jarak Jauh Antara Orang Tua dan Anak (Studi pada

Mahasiswa FISIP Angkatan 2009 yang Berasal dari Luar Daerah).

Sintiya Permata melakukan penelitian ini pada tahun 2014.

Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini.

Konsekuensi dari penelitian ini menunjukkan bahwa contoh

korespondensi antara saksi anak dan wali serta sebaliknya contoh

korespondensi antara sumber orang tua dan saksi anak tergantung pada

jenis keluarga, antara lain jenis keluarga panggilan, defensif. keluarga,

inovasi keluarga yang tidak kompeten. Ada hambatan yang

memengaruhi contoh korespondensi seperti hambatan moneter, waktu,

panggilan, dan organisasi korespondensi. Hambatan-hambatan ini

dapat membuat sulit untuk berkomunikasi. Cara komunikasi informan

14
Desi Maria Manalu and Evawani Elsya Lubis, “Komunikasi Antarpribadi Melalui Media
Sosial (Skype) Pada Mahasiswa Universitas Riau,” Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik 1, no. 2 (August 15, 2015): 25.

11
anak dan informan orang tua, maupun sebaliknya, dapat menyebabkan

hubungan informan anak dan orang tua menjadi renggang atau rapuh.15

Signifikansi eksplorasi di atas terhadap apa yang dianalisis oleh

pembuatnya terletak pada penggunaan teknik hipotesis dan pengujian,

khususnya keduanya menggunakan strategi penelitian penjelasan

subjektif. Perbedaannya terletak pada titik fokus penjelajahan,

penelitian ini hanya menyoroti desain korespondensi jarak jauh antara

anak dan orang tua, sedangkan penelitian yang diteliti pencipta tidak

hanya membidik contoh korespondensi anak dan orang tua.

5. Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua dan Anak

terhadap Motivasi Berprestasi pada Anak (Studi pada SDN 01 Pagi

Cipulir Kebayoran Lama Jakarta Selatan).

Penelitian yang dipimpin oleh Hardiansyah Pratama pada

tahun 2011. Ditemukan hubungan yang signifikan antara motivasi

berprestasi anak dengan komunikasi interpersonal antara orang tua di

SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.. Hal ini dapat

dilihat dari hubungan komunikasi interpersonal orang tua terhadap

komunikasi interpersonal anak sebesar 0.347 dengan nilai signifikansi

0.025 (p<0.005).16

15
Sintia Permata, “(Studi Pada Mahasiswa Fisip Angkatan 2009 Yang Berasal dariI Luar
Daerah),” 2013, 24.
16
Herdiansyah Pratama, “Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua
Dengan Anak Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Anak (Studi Pada SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran

12
Pembahasan tentang pola komunikasi antara orang tua dan anak

merupakan inti dari relevansi penelitian ini. Sementara itu, yang

penting pengujian ini menggunakan strategi kuantitatif, sedangkan

penelitan yang dianalisis pencipta menggunakan kualitatif.

Lama Jakarta,” January 18, 2012, https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1854.

13
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi

Komunikasi ialah aktifitas dasar makhluk sosial. Dengan komunikasi

setiap orang dapat saling menjalin hubungan antar satu dan lainnya dalam

kehidupan sehari-hari, seperti di tempat pekerjaan, di dalam rumah tangga,

dan di mana saja manusia tersebut berada, sehingga dalam kenyataannya

tidak ada satupun manusia yang tidak terlibat dengan komunikasi.17

Komunikasi memiliki proses yang tak pernah lepas dari manusia karena

manusia merupakan individu sosial yang tidak dapat hidup sendirian dan

memerlukan aspek komunikasi di dalam kehidupannya. Karena proses

komunikasi merupakan alat yang paling diperlukan dalam kehidupan

makhluk sosial, tidak seorang pun dapat berfungsi sebagai individu atau

sebagai makhluk sosial tanpanya.18

Menurut Raymond S. Ross istilah lain yang serupa dengan

komunikasi ialah komunitas (community) yang juga menegaskan

kebersamaan atau kesamaan. Komunitas merupakan sejumlah orang yang

hidup bersama atau berkumpul demi mencapai suatu tujuan, dan mereka

berbagi sikap dan makna. Tak ada komunitas tanpa komunikasi.19

17
Teddy Dyatmika, Ilmu Komunikasi (Zahir Publishing, n.d.), 40.
18
Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi: suatu pengantar (Remaja Rosdakarya, 2000). 32
19
Charles R. Berger Irfan (Penyunting) Michael E. Roloff dan David R. Roskos-Ewoldsen;
Derta Sri Widowatie (Penerjemah), Zakkie M., Investigasi Ilmiah atas Komunikasi Keluarga dan

14
Komunikasi bergantung terhadap emosi dan pengalaman bersama, dan

komunikasi memiliki peran dan mendeskripsikan kebersamaan itu. Dengan

begitu, komunitas juga berbagi jenis-jenis komunikasi yang bersangkutan

dengan agama, seni, dan bahasa. Masing-masing bentuk tersebut

menyimpan dan menyampaikan gagasan, pandangan, sikap, yang melekat

dalam sejarah komunitas.20

Metode yang ampuh untuk menggambarkan komunikasi menurut

Harold Lasswell adalah dengan menjawab pertanyaan yang menyertai siapa

mengungkapkan?, menggunakan saluran?, kepada siapa menyalurkan?,

dengan dampak apa?. Pernyataan yang dibuat oleh Harold Lasswell dapat

dipecah menjadi lima komponen komunikasi yang saling berhubungan:

sumber, juga dikenal sebagai pembicara, penyandi, pembicara, atau

komunikator.21

Carl I. Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah cara yang baik

untuk merencanakan pengiriman data yang biasa, menarik kesimpulan, dan

membentuk model mental. Pada umumnya, dapat diasumsikan bahwa data

dan pemahaman seseorang tentang orang lain adalah dua komponen

komunikasi. Komunikasi dapat terjadi jika ada pesan yang ingin

disampaikan dan juga ada analisis dari penerima pesan yang dapat diterima

Pernikahan: Handbook Ilmu Komunikasi (Nusamedia, 2021), 28.


20
Mahadian, Psikologi Komunikasi, 39.
21
Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki Hakki, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta:
Deepublish, 2017), 23.

15
langsung oleh pengirim pesan. Selain itu, komunikasi adalah demonstrasi

mendorong pesan yang diawali dari satu individu kemudian ke individu

berikutnya yang ditentukan untuk menawarkan sudut pandang atau

mempengaruhi cara berperilaku, baik secara lisan maupun melalui media..22

Pada dasarnya komunikasi membutuhkan adanya feedback antar pengutara

pesan atau yang menerimanya yaitu komunikator dan komunikan.

Proses komunikasi tak selalu berjalan dengan baik akan tetapi

terdapat juga hambatan yang mengakibatkan komunikasi terganggu hingga

dapat membuat sebuah permasalahan dan ketidakpahaman. Hambatan bisa

datang dari berbagai aspek dengan melibatkan komponen-komponen dalam

proses komunikasi. Ada empat kategori yang dijelaskan oleh Marhaeni

Fajar tentang gangguan atau hambatan dalam komukasi, yaitu:23

1. Unsur-unsur komunikasi itu sendiri bertindak sebagai penghalang

komunikasi.

2. Hambatan yang bersifat fisik dan mengacu pada masalah teknis

komunikasi.

3. Hambatan semantik yang ditimbulkan oleh gambar tertentu yang

digunakan dalam korespondensi. Kata-kata yang digunakan memiliki

berbagai implikasi yang unik, tidak memuaskan sehingga implikasi

yang didapat membingungkan.

22
Mulyana, Ilmu komunikasi: suatu pengantar, 23.
23
Teddy Dyatmika, ILMU KOMUNIKASI (Zahir Publishing, n.d.). 44

16
4. Hambatan pikiran yang disebabkan oleh aspek aktivitas psikis

manusia itu sendiri. Faktor psikologis yang dimaksud meliputi

pemikiran, harapan, dan nilai yang berbeda dari komunikan.

B. Pola Komunikasi

Istilah "pola" dapat dimaknai sebagai merujuk pada struktur atau

bentuk yang konstan. Komunikasi di sisi lain, adalah tindakan mengirim dan

menerima pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang dapat

dimengerti oleh kedua belah pihak. dalam mengirim dan menerima secara

tepat sehingga pesan mudah diterima.24

Terdapat empat pola komunikasi yang menjamur di Indonesia

menurut Nurudin melingkupi komunikasi dengan diri sendiri

(Intrapersonal), komunikasi antarpribadi (Interpersonal), komunikasi

kelompok, dan massa.25

1. Komunikasi Intrapersonal (Diri Sendiri)

Komunikasi ini adalah komunikasi relasional dan komunikasi dalam

hubungan yang berbeda, meskipun dalam komunikasi tidak ada percakapan

yang cermat dan seluk beluk. Komunikasi intrapersonal ini tidak dapat

dipisahkan dari hubungan dua orang, tiga orang, atau lebih, karena sebelum

berbicara dengan orang lain umumnya kita berdiskusi terlebih dahulu dengan

24
Syaiful Bahri Djamarah, Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga (sebuah
perspektif pendidikan Islam) (Rineka Cipta, 2004), 15.
25
Pratama, “Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua Dengan Anak
Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Anak (Studi Pada SDN 01 Pagi Cipulir Kebayoran Lama
Jakarta,” 43.

17
diri kita sendiri (menegaskan maksud informasi dari orang lain), hanya

caranya yang berbeda di mana kita sering tidak memahaminya. .

Kemampuan kita untuk berkomunikasi secara efektif dengan diri kita sendiri

menunjukkan keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain..

2. Komunikasi Interpersonal (Antarpribadi)

Komunikasi yang berlangsung antara satu individu dengan individu

lainnya, antara dua orang atau lebih atau yang sering kita sebut komunikasi

antarpribadi (Interpersonal). Seperti yang dikemukakan oleh R. Wayne Pace

(1979) “interpersonal communication is communication involving two or

more people in a face to face setting”. Komunikasi antarpribadi menurut

sifatnya terbagi menjadi dua, yakni :26

a. Komunikasi diadik ialah metode komunikasi yang melibatkan dua

orang berbicara secara tatap muka, seperti dialog, percakapan, dan

wawancara.

b. Sebuah proses komunikasi yang bekerja tiga orang atau lebih

dengan cara tatap muka, yang mana personilnya saling

berinteraksi satu sama lainnya disebut dengan komunikasi

kelompok kecil.

26
Nurudin, Sistem komunikasi Indonesia (Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo
Persada, 2004), 77.

18
Efektivitas komunikasi antarpribadi menurut Kumar mempunyai lima

ciri, yaitu :

a. Openess (keterbukaan) yakni kemauan mendengarkan serta

memberikan respon dengan hati yang senang informasi yang

didapat dalam menghadapi hubungan antarpribadi.

b. Emphaty (empati) yakni dapat merasakan apa yang orang lain

rasakan.

c. Supportiveness (dukungan) yakni kondisi yang terbuka untuk

mendukung komunikasi berjalan dengan baik.

d. Positiveness (rasa positif) yakni seorang individu

memprioritaskan perasaan positif tentang dirinya sendiri,

mendorong orang lain untuk mengambil bagian secara lebih

efektif, dan memiliki pilihan untuk membuat keadaan komunikasi

bermanfaat untuk kerja sama yang produktif.

e. Equality (kesetaraan) yakni pengakuan tidak langsung atas

kegunaan, nilai, dan pentingnya kontribusi kedua belah pihak.27

3. Komunikasi Kelompok

Deddy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi massa adalah

sekelompok individu yang memiliki pencapaian bersama, yang berinteraksi

antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan besama, serta

27
Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki Hakki, Pengantar Ilmu Komunikasi (Deepublish,
2017).

19
mengenal antar satu dengan yang lainnya, dan melihat mereka sebagai

bagian dari kelompok, walaupun masing-masing anggota diperbolehkan

mempunyai keberbedaan peran.28

Yang pertama adalah proses mengkomunikasikan pesan pembicara

kepada banyak orang secara langsung, yang merupakan salah satu dari tiga

karakteristik komunikasi kelompok. Kedua, korespondensi berjalan terus

menerus dan dapat diketahui mana yang menjadi sumber dan mana yang

menjadi penerima. Ketiga, segmen audiens tertentu menerima pesan yang

telah direncanakan sebelumnya, bukan disampaikan secara sembarang.29

4. Komunikasi massa

. Komunkasi massa menurut Deddy Mulyana adalah komunikasi

yang membutuhkan media, baik media cetak maupun elektronik, yang pada

umumnya akan lebih mahal, yang dikendalikan oleh suatu lembaga dan

individu yang baku, yang ditujukan kepada sejumlah besar individu yang

tersebar di beberapa titik. , heterogen dan misterius.30

Menurut DeVito pola komunikasi terdiri dari beberapa macam, yaitu

1. Pola Komunikasi Primer

Menggunakan simbol sebagai saluran atau media, komunikator

mengungkapkan dirinya kepada penerima dalam pola komunikasi ini. Dalam

28
Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi: suatu pengantar (Remaja Rosdakarya, 2000).
29
Nurudin, Sistem komunikasi Indonesia.
30
Mulyana, Ilmu komunikasi.

20
pola komunikasi ini dipisahkan menjadi dua gambar, yaitu gambar verbal

dan non-verbal spesifik. Bahasa sering digunakan sebagai simbol verbal

karena dapat menyampaikan pikiran pembicara. Sebaliknya, simbol

nonverbal adalah simbol yang digunakan selain bahasa. Simbol-simbol ini

biasanya ditampilkan melalui gestur yang dilakukan dengan anggota badan,

seperti mata, bibir, tangan, dan lain-lain..

Pola ini adalah model yang paling klasik. Menurut Aristoteles,

seseorang yang mempelajari komunikasi persuasif pada tahun-tahun

awalnya. Komponen yang dikemukakan memiliki tiga komponen, yaitu

pembicara, pesan, dan audiens. Karena tidak memasukkan aspek-aspek

kehidupan Aristoteles, model ini masih termasuk komunikasi lugas. Karena

komunikasi retoris adalah keterampilan yang populer, jangan heran jika

orang berkomunikasi dengan sederhana. Oleh karena itu, bahasa dan anggota

tubuh dimanfaatkan dalam proses komunikasi verbal ini untuk

menyampaikan pesan atau menanggapi pesan. Sedangkan gambar nonverbal

digunakan dalam siklus komunikasi dengan menggunakan pelengkap, yaitu

bibir, kepala, jari tangan dan tangan. Dengan tujuan agar ada reaksi yang

diberikan. Namun, simbol nonverbal belum mencapai keefektifan karena

kelemahannya hanya sebagai pelengkap.

2. Pola Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi ini salah satu proses pengutaraan oleh pembicara

(komunikator) kepada pendengar (komunikan) dengan memakai sarana atau

21
media sebagai alat kedua sesudah menggunakan lambang media pertama

disebut dengan pola komunikasi sekunder. Pembicara memakai sarana kedua

ini karena menjadi target komunikasi yang banyak jumlahnya, atau jauh

tempatnya.31 Proses pola komunikasi ini semakin lama akan semakin efisien

dan efektif, karena disupport oleh teknologi informasi yang canggih.

Jenis komunikasi ini yang dikenal dengan model Laswell pada tahun

1948. Laswell menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi itu mengait

lima pertanyaan sederhana, yaitu

a. Who? (Komunikator)

b. Says What? (Apa yang disampaikan)

c. In Which Channel? (Media)

d. To Whom? / (Komunikasi)

e. With what effect? (Akbiat)

Tipe ini menunjukkan bahwa komunikator sangat ingin

mempengaruhi komunikan, oleh karena itu komunikasi harus dipandang

sebagai kekuatan. Kerugian dari tipe Laswell ini adalah tidak

menggambarkan input. Lasswell berpendapat bahwa tidak semua

korespondensi harus dua arah dengan aliran dan input yang lancar yang

terjadi antara pengirim dan penerima.32

3. Pola Komunikasi Linier

31
Irfan (Penyunting), Investigasi Ilmiah atas Komunikasi Keluarga dan Pernikahan, 34.
32
Dr Zikri Fachrul Nurhadi, Teori Komunikasi Kontemporer (Prenada Media, 2017), n.d. 68

22
Pola komunikasi ini memiliki kepentingan langsung yang bermaksud

melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat berikutnya secara teratur,

dan itu menyiratkan pengiriman data oleh komunikator ke komunikan

sebagai area terminal. Dengan demikian, dalam proses korespondensi

langsung ini umumnya terjadi ketika korespondensi tatap muka (eye to eye),

namun ada juga saat komunikasi menggunakan media. Jika sudah ada

rencana yang matang sebelum melakukan komunikasi, maka pesan yang

dikirimkan akan efektif dalam proses ini.

Pola Komunikasi linier ini dikenalkan oleh Claude Shannon dan

Waren Weaver pada tahun 1949 yang menerangkan bahwa proses

komunikasi dimulai dengan terdapatnya sumber informasi, lalu membuat

sebuah informasi untuk dikomunikasikan. Tahapan selanjutnya yaitu

pengolahan informasi ke dalam tanda-tanda atau simbol serta diutarakan

melewati saluran kepda komunikan, pihak komunikan setelahnya akan

menginterpretasikan simbol atau tanda tersebut sehingga membuahkan

sesuatu. Hasil disebut destination. Dalam praktiknya proses pengutaraan

informasi ini tidak lepas dari gangguan. Jika ada gangguan tesebut tidak bisa

diatasi, maka arti pesan yang didapat oleh penerima kemungkinan dapat

membuat makna yang dikirim oleh pengutara berbeda.

4. Pola Komunikasi Sirkular

Pola komnikasi jenis ini adalah suatu proses sirkular yang terjadi arus

dari komunikan ke komunikator, sebagai pemicu yang utama efektifnya

23
komunikasi. Dalam komunikasi jenis ini antara komunikasi bergerak terus

yakni terdapatnya feedback antara pengirim pesan dan penerima pesan.

Jenis sirkular ini dikemukakan oleh Osgood dan Schramm pada tahun

1954. Proses komunikasi jenis ini terutama berlaku kepada jenis komunikasi

antarpribadi. Diterangkan bahwa prosesnya berjalan secara sirkular, yang

pelakunya secara bergantian menjadi penerima dan menjadi sumber.33

C. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah suatu proses pertukaran informasi

antara orang-orang yang berkomunikasi satu sama lain. Dapat disimpulkan

bahwa banyak orang diperlukan untuk komunikasi interpersonal.34

Komunikasi Interpersonal menurut Wayne Speed adalah korespondensi

yang terjadi secara tatap muka atau mata dengan mata. Tetapi juga bisa

berjalan dengan memakai alat atau media seperti telephone, surat, dan yang

lainnya.35

Komunikasi interpersonal mempunyai fungsi yang penting dalam

suatu hubungan manusia. Komunikasi interpersonal menurut Cangara

mempunyai fungsi yaitu berusaha mengembangkan hubungan manusia,

mengatasi dan meminimialisir konflik pribadi, berbagi pengetahuan dan


33
Mulyana, Ilmu komunikasi: suatu pengantar. 54
34
Ascharisa Mettasatya Afrilia, Anisa Setya Arifina, and Penerbit Pustaka Rumah C1nta,
Buku Ajar Komunikasi Interpersonal (Penerbit Pustaka Rumah C1nta, n.d.), 41.
35
Sarah Salpina, Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh Antara Orang Tua Dan Anak (Studi
Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Asal Kabupaten Aceh Selatan),
23.

24
pengalaman dengan orang lain, serta mengurangi ketidakpastian sesuatu.36

Deddy Mulyana berpendapat lain tentang komunikasi interpersonal

yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi

antara orang bertatap secara muka yang memungkinkan setiap anggotanya

dapat menerima reaksi orang lain secara langsung baik itu dengan cara

verbal dan nonverbal.37

Hubungan pribadi dan pemahaman komunikasi menempatkan

pemahaman komunikasi dalam proses psikologis, itulah sebabnya

komunikasi interpersonal terjadi antara dua orang. Dalam tindakan

berkomunikasi, setiap orang memiliki makna dan asumsi mereka sendiri

tentang hubungan di mana mereka terlibat. Pemahaman bahwa karakter

seseorang ada dalam diri seseorang dan tidak dapat dilihat secara langsung

adalah hal yang paling menarik dalam sudut pandang mental..38 Yang berarti

dalam komunikasi interpersonal pengamatan terhadap individu dilakukan

melalui perilakunya dengan bersandar kepada pandangan pengamat.

36
Rupian Joyo, Komunikasi Interpersonal Pembimbing Kemasyarakatan (Pada Anak
Berhadapan dengan Hukum dalam Proses Pendampingan di Balai Pemasyarakatan Kelas II
Bengkulu) (IDE Publishing, n.d.), 59.
37
Nurhadi, Teori Komunikasi Kontemporer (Prenada Media, 2017), 34.
38
Afrilia, Arifina, and C1nta, Buku Ajar Komunikasi Interpersonal, 46.

25
Sementara itu komunikasi antar pribadi menurut Judy C. Pearson

memiliki karakteristik, yakni :39

1. Komunikasi ini dimulai dengan cara sendiri. Berbagai pandangan

komunikasi yang terkait pemaknaan berdasar pada diri kita maksudnya

dipengaruhi oleh pengamatan kita.

2. Komunikasi ini bersifat transaksional. Pendapat ini mengarah pada pihak-

pihak yang berkomunikasi bersifat sejajar dan secara bersamaan,

mengutarakan dan menerima informasi.

3. Komunikasi ini meliputi komponen-komponen hubungan antarpribadi dan

isi pesan. Maksudnya isi pesan terpengaruh oleh hubungan antar individu

yang berkomunikasi

4. Komunikasi ini mempunyai syarat pihak yang berkomunikasi harus dekat

secara fisik.

5. Komunikasi ini mengaitkan pihak-pihak yang memiliki ketergantungan

satu dengan lainnya dalam proses komunikasi.

6. Komunikasi antarpribadi ini tak bisa diulang maupun dirubah. Apabila

terdapat kesalahan dalam pengucapan sesuatu pada lawan komunikasi

maka tidak bisa ditarik atau diubah lagi. Dapat dimaafkan akan tetapi

tidak dapat menghapus dan melupakan yang sudah dikatakan.

39
Diana Ariswanti Triningtyas M.Psi S. Pd, Komunikasi Antar Pribadi (Cv. Ae Media
Grafika, n.d.), 42.

26
D. Orang Tua dan Anak

Orang pertama yang dipahami anak-anak adalah orang tua, apa yang

dilakukan dan dikatakan orang tua akan direkam oleh anak dan kemudian

ditiru. Adalah tugas orang tua untuk membina, memimpin, dan merawat

anak-anak mereka sehingga mereka dapat mencapai tonggak perkembangan

tertentu yang akan mempersiapkan mereka menuju kedewasaan. Orang tua

menjalankan peran penting dalam pendidikan dan perkembangan anak-anak

mereka, dan mereka adalah pendidik utama.40

Demi perkembangan karakter anak yang baik, orang tua memegang

peran paling utama dalam menjalin dan membina relasi antar keduanya, bisa

dibilang, peran yang paling dominan untuk perkembangan anak adalah orang

tua. Orang tua diharuskan untuk selalu menjaga nilai-nilai kejujuran dalam

perbuatan dan perkataan, berkata dam bersikap jujur bertujuan supaya anak

saat beranjak dewasa juga memiliki karakter jujur, karena sikap tersebut

merupakan sifat positif atau terpuji dalam mengembangkan karakter anak.41

Menurut Zakiah anak merupakan individu yang masih bergantung

pada pertolongan dari orang dewasa dalam perkembangan kesempurnaan

mental serta fisiknya dalam menuju kedewasaan. Anak juga makhluk sosial

sama halnya dengan orang tua dewasa. Anak-anak juga memerlukan bantuan

40
Syifauzakia M.Pd, Bambang Ariyanto, and Yeni Aslina Pd M., DASAR-DASAR
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Literasi Nusantara, 2021).
41
Chairinniza Graha, Keberhasilan Anak Tergantung Orang Tua (Elex Media Komputindo,
2013).

27
orang lain untuk mengembangkan kemampuannya, karena pada dasarnya

anak-anak dilahirkan ke dunia dengan segala kekurangannya sehingga tanpa

anak tidak mungkin dapat menuju taraf manusia pada umumnya.42

42
M.Pd, Ariyanto, and Pd, DASAR-DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI.

28
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan sebuah teknis yang dikerjakan dalam

proses penelitian untuk mendapatkan fakta dan prinsip secara sistematis.

Dalam penelitian ini menggunakan Metode kualitatif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha

menganalisis fenomena sosial yang berada di tengah masyarakat. Pendekatan

kualitatif memiiki persepsi bahwa makna merupakan sesuatu yang tidak

dapat terpisah dari pengalaman individu dari kehidupan sosialnya sersama

individu lain.43 Penelitian kualitatif menurut Sukmadinata adalah sebuah

penelitian yang lebih mengarah ke pendeskrispsian dan menganalisis

fenomena, aktivitas sosial, peristiwa, kepercayaan, sikap, persepsi, serta

pemikiran orang baik itu secara individu bahkan kelompok.44

Jenis penelitian ini yakni deskriptif. Penelitian deskriptif menurut

Sukmadinata yakni sebuah metode penelitian yang mengarah kepada

menggambarkan peristiwa yang sedang berlangsung sekarang ini atau masa

lalu. Penelitian ini menggambarkan situasi apa adanya, dan tidak

43
Muh Fitrah & Luthfiyah, Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas &
studi kasus (CV Jejak Publisher), 2018), n.d., 65.
44
“Metode Penelitian : Public Relations Dan Komunikasi / Rosady Ruslan | Perpustakaan
UIN Sultan Syarif Kasim Riau,” 42, accessed June 2, 2022, http://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-
opac?id=22187.

29
mengadakan pengubahan pada variabel-variabel bebas. Penggambaran

situasi bisa menggunakan angka-angka atau individual.45

Dalam penelitian deskriptif kualitatif ini, penulis berupaya

menjelaskan serta memahami perilaku orang tua dan santri dalam kondisi

tertentu. Sehingga dalam penelitian ini peneliti berharap dapat memaparkan

ilustrasi terkait tentang pola komunikasi jarak jauh antara orang tua dan

anak.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi dua yaitu, primer dan

sekunder. Sumber data primer adalah yang didapatkan langsung terkait

dengan objek penelitian.46 Oleh karena itu, sumber data primer dari

penelitian ini adalah 3 orang santri putra dengan kriteria informan rerata

usia 11-15 tahun, lamanya nyantri/mondok kurang lebih 1-2 tahun, para

santrri tersebut bedomisili di Palngka Raya. Alasan memilih santri tersebut

karena 3 orang santri tersebut selalu rutin berkomunikasi dengan orang

taunya. Selanjutnya sebagai pendukung adalah 3 orangtua santri.3 orang tua

santri, dan guru wali asuh murid. Sedangkan sumber sekunder adalah data

pendukung. Data sekunder disini adalah wali asuh murid. Data sekunder juga

dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan, dan

45
Sandu Siyoto and Muhammad Ali Sodik, Dasar Metodologi Penilitian (Literasi Media
Publishing, 2015), 12.
46
Syahid, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, n.d., 23.

30
lainnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan oleh peneliti adalah

dengan cara melakukan observasi, waawancara, dokumentasi. Berikut adalah

penjelasan lebih lanjut mengenai teknik pengumpulan data yang dilakukan

peneliti:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung dan

bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis.47 Penelitian ini melakukan

observasi secara langsung aktivitas Santri Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya.

Pada tahap ini peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam tempat dimana untuk mengamati

pola komunikasi santri dan orang tua Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya. Sehingga peneliti dapat membuat buah dari

pengamatan yang diteliti selama penelitian berjalan.

47
Zunaidi, “Metode Penelitian - Google Books,” n.d., 64.

31
2. Wawancara

Wawancara adalah suatu prosedur pengumpulan informasi dalam

suatu pemeriksaan. Wawancara adalah cara bagi dua orang untuk berbicara

satu sama lain dengan mengajukan pertanyaan kepada mereka dengan

tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini, peniliti mewawancarai anak, orang tua, serta

wali asuh, dengan mengutarakan pertanyaan yang sesuai dengan penelitian

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi serta data.

3. Dokumentasi

Catatan peristiwa masa lalu disebut dokumentasi, dokumentasi juga

dikenal sebagai dokumen. Dokumentasi dapat berupa karya monumental

seseorang, foto, atau kata-kata tertulis. Jika objek yang diteliti memiliki

sejarah atau didokumentasikan, maka temuan penelitian dari wawancara

dan observasi akan lebih dapat dipercaya.48

Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini berupa, gambar, lembar,

foto, dan rekaman suara selama wawancara dan observasi dilakukan

terhadap informan.

48
Ade Ismayani, Metodologi Penelitian (Syiah Kuala University Press, n.d.), 37.

32
D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan penjelsan di atas, oleh karena itu analisis data dalam

eksplorasi ini ialah menggunakan teori Miles dan Huberman. Miles dan

Huberman mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data pada penelitian

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas analisis

data pada teori Miles dan Huberman, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Pentingnya penurunan informasi di sini adalah cara paling umum

dalam memilih, mengakhiri perbaikan, abstraksi, dan mengubah informasi

yang tidak menyenangkan (diperoleh dari informasi analis ketika berada di

lapangan). Penguraian ini bertujuan untuk memudahkan penggunaan data

yang telah terkumpul untuk menarik kesimpulan atas temuan penelitian.

Dengan kata lain, setelah semua hasil penelitian lapangan disatukan

kembali, mereka disortir untuk melihat data mana yang dapat digunakan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Data dari lapangan yang berkaitan dengan semua masalah penelitian

yang dipilih, baik yang signifikan maupun yang tidak signifikan, disajikan,

kemudian diberikan batasan masalah. Penyajian data bertujuan untuk

memperjelas data mana yang paling penting dan mana yang hanya data

pendukung..

33
3. Penarikan Kesimpulan (Conslussion Drawing/Verification)

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah menarik dan

memverifikasi kesimpulan. Setiap hasil awal yang disajikan hanya bersifat

sementara dan dapat berubah jika ditemukan bukti yang kuat untuk

mendukung tahap pengolahan data selanjutnya. Sesudah mengumpulkan

data, peneliti mulai mencari makna penjelasan, terus berupaya menarik

kesimpulan selama berada di lapangan. Ujung-ujungnya kemudian

dikonfirmasi selama eksplorasi dengan menyelidiki dan

mempertimbangkan kembali catatan lapangan sehingga ujung-ujungnya

dibingkai.49

Peneliti membutuhkan metode yang relevan, data yang valid,

sistematika yang benar dan baik, serta upaya memperoleh, melengkapi, dan

mengolah data untuk memudahkan proses penelitian lapangan..

Subjective clear strategy adalah metode pemeriksaan informasi yang

berkaitan dengan konsentrasi ini dimana penanganan informasi diperoleh

dengan menggunakan penanganan subjektif. Informasi subyektif berupa

kalimat, kata, baik melalui persepsi maupun pertemuan. Setelah data

disatukan sesuai dengan tujuan penelitian, akan dianalisis, diberi

interpretasi dengan memperjelasnya dengan kerangka teori yang sudah ada,

kemudian ditarik kesimpulannya.

49
Syahid, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, 32.

34
Sesudah itu peneliti menarik kesimpulan akhir data informasi yang

sudah dianalisa.50 Sehingga peneliti bisa mengetahui pola komnikasi antara

orang tua dan anak yang sedang menjalani pendidikan di Pondok Pesantren

Manba’u Darissalam Palangkaraya.

E. Keabsahan Data

Keabsahan informasi dilakukan untuk membuktikan sekaligus

menguji informasi yang didapat. Untuk memastikan ketepatan informasi,

spesialis akan menyetujui informasi tersebut. Sementara data yang valid

akan membuahkan kesimpulan yang valid dan benar, informasi yang salah

akan membuahkan kesimpulan yang salah.51

Data dapat dikatakan dengan valid jika data dapat diverifikasi dengan

metode triangulasi data maupun sumber. Triangulasi data adalah proses

membandingkan atau memeriksa keabsahan data dengan menggunakan

sesuatu selain data tersebut.52 Dalam penelitian ini memakai triangulasi

sumber, yaitu:

1. Triangulasi sumber, berarti untuk memperoleh informasi dari rujukan

yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Pada pengumpulan data

wawancara mendalam kepada informan, sehingga dapat dilakukan

50
Andrew Fernando Pakpahan et al., Metodologi Penelitian Ilmiah (Yayasan Kita Menulis,
2021), 21.
51
Syahid, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, 35.
52
Zunaidi, “Metode Penelitian - Google Books,” 32.

35
triangulasi sumber. Dalam penelitian ini sumber datanya yakni 3 orang

santri putra dan 3 orang orang tua santri.

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Sejarah Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya

Pondok pesantren manba’u darissalam adalah lembaga pendidikan

bagi pengembangan dan pembentukan kepribadian, kemampuan manusia

seutuhnya, serta pembibingan ilmu pengetahuan dan agama.

Yayasan pondok pesantren Manba’u Darissalam mulai dirintis sejak

01 February 2017 dengan diadakannya rapat pertama kali yang dihadiri

oleh seluruh masyarakat belakang Pasar Kahayan yang terdiri dari warga

JL. Anoi, warga JL. Mendawai I-VII, dan warga JL. Sakan. Pertemuan ini

berawal dari seorang dermawan Drs. Sejali yang meminjamkan tanah dan

bangunan dengan status pinjam pakai selama delapan tahun untuk

dipergunakan sebagai tempat belajar mengajar santri Pondok Pesantren

Manba’u Darissalam Palangka Raya.

Niat baik itupun berbuah manis dengan hadirnya Doa Restu secara

resmi oleh Dewan Pimpinan Guru-Guru Darussalam Martapura, bahwa

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam adalah merupakan Pondok

Pesantren Cabang Darussalam Martapura. Senin, 13 Februari 2017 M.

Bertepatan 16 Jumadil Awal 1438 H. Merupakan hari bersejarah Pondok

Pesantren Manba’u Darissalam dengan diletakkannya Batu Pertama

Pembangunan Lokal Belajar santri yang dihadiri oleh KH. Hasanuddin

37
Badruddin bersama KH. Muhammad Fadlan Asy’ari.

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam diakui sebagai cabang

Darussalam Martapura dikukuhkan dengan terbitnya Piagam Ukhuwwah

Darussalam yang ditanda tangani oleh KH.. Muhammad Fadlan Asy’ari.

Selaku Pimpinan III PP. Darussalam, dan KH. M. Naufal Rosyad adalah

Sekretaris Gabungan Madrasah Ukhuwwah Darussalam Pada 09 Januari

2018 M. Bertepatan 22 Rabiul Awal 1439 H.

Langkah awal perjalanan Pondok Pesantren Manba’u Darissalam

yaitu, dibukanya pendaftaran santri tingkat TKA-TPA Manba’u Darissalam

dan beroperasi sejak awal juni 2017. Program TKA-TPA Manba’u

Darissalam pada dasarnya menerapkan sistem belajar cepat baca Al-Qur’an

dengan memakai teknik Iqra dan Picik Aksara Qur’ani. Setahun perjalanan

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya sejak 01 Februari

2017 hingga 01 Maret 2018 dibuka pendaftaran Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Tingkat Wustha. Jum’at, 22 Juni 2018 Pukul 15:00 WIB tepat

hari pertama santri dan santriwati menginap di asrama Pondok Pesantren

Manba’u Darissalam.

Legalitas Pondok Pesantren Manba’u Darissalam diperkuat dengan

terbit dan disahkannya Akte Yayasan Manba’u Darissalam pada tanggal 01

Maret 2018 oleh Kementrian terkait. Kekuatan inilah yang menambah

ghairah para pengurus dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan

sudah yang ada, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa Pondok

38
Pesantren Manba’u Darissalam mulanya menampung dan

menyelenggarakan anak-anak didik dari luar pondok untuk dibimbing dan

diajarkan mengaji serta membaca Al-Qur’an yang bertempat di jalan sakan

induk dengan cara meminjam bangunan tak terpakai milik warga setempat.

Namun seiring berjalannya waktu akhirnya Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam sudah memiliki tanah sendiri atas nama Yayasan Manba’u

Darissalam.53

Pada saat ini Pondok Pesantren Manba’u Darissalam memiliki 477

santriwan dan santriwati yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung

seperti masjid, 2 gedung asrama, gedung belajar yang terdiri dari 6 ruangan,

1 gedung rumah dewn guru yang terdiri dari 4 ruang, dan 1 gedung TKA-

TPA yang terdiri dari 2 ruang.

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya

Visi Pondok Pesantren Manba’u Darissalam adalah “Mewujudkan

lembaga pendidikan Islam yang mampu melahirkan generasi muda berilmu

luas dan berakhlak mulia, serta memiliki konsep hidup yang mandiri”.

Sedangkan misi Pondok Pesantren Manba’u Darissalam, sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pendidikan dasar Islam berbasis pondok

pesantren

b. Menyelenggarakan pendidikan formal dan informal berbasis

pondok pesantren

53
Arsyad, History of Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangkaraya.

39
c. Memadukan pendidikan formal dan informal berbasis pondok

pesantren

d. Menerapkan sistem manajemen mutu berbasis pondok pesantren

e. Menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan demi meningkatkan

kualitas yang lebih baik

f. Mengadakan kegiatan keagamaan secara teratur dan sistematis

dalam rangka menumbuhkan dan membentuk karakter anak yang

mandiri.54

3. Daftar Identitas Pengurus Pondok

Tabel 4.1 Keterangan Identitas Guru

NO. NAMA JABATAN PENDIDIKAN TERAKHIR

1. KH. Fadlan Asy’ari Pengasuh Ponpes Darussalam Martapura

Guru Muhammad
2. Pimpinan Ponpes Darussalam Martapura
Arsyad

Wakil
3. Ust. Shaleh SLTA Sederajat
Pimpinan

Ust. Qazwini, S. Sy.,


4. Sekretaris S1
M.H.

Wakil
5. Rodiansyah Noor S2 IAIN Palangka Raya
Sekretaris

54
Muhammad Arsyad, Profile Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya
(Palangka Raya, 2017).

40
Ust. Khalilurrahman., S. Ponpes dan S1 Darussalam
6. Bendahara
Pd. I. Martapura

7. KH. Abdurrahman Guru Ponpes Darussalam Martapura

Ust. Sofyan Darul Musthofa Tarim


8. Guru
Khairullah Hadralmaut Yaman

9. Ust. Subhani Guru Ponpes Darussalam Martapura

10. Ust. Khairun Nadzmi Guru Ponpes Darussalam Martapura

Ust. Muhammad
11. Guru Ponpes Darussalam Martapura
Safwani

12. Ust. Shaleh Guru Ponpes Darussalam Martapura

13. Ust. Abdul Karim Guru Ponpes Darussalam Martapura

14. Ust. Syubarwandi Guru Ponpes Darussalam Martapura

15. Ust. Kastalani Guru Ponpes Darussalam Martapura

16. Ust. Bajuri S.H Guru S1 IAIN Palangka Raya

Ust. Aulia Rahman, S.


17. Guru S1 Dalwa
Pd. I

18. Ust. Raihan Guru Ponpes Darul Amien Nagara

19. Ust. Al Habibie Guru Ponpes Darul Amien Nagara

Ust. Muhammad
20. Guru Ponpes Darul Amien Nagara
Hanafie

21. Ust. Fahruraji Guru Ponpes Darul Amien Nagara

41
22. Ust. Muhammad Noor Guru Tarim Hadramaut

Usth. Munawarah S.
23. Guru S1 IAIN Palangka Raya
Ag.

24. Usth. Rabi’ah Guru Ponpes Solo

Usth. Nurhasanah,
25. Guru S1 UNPAR
S.Pd I.

B. Paparan data

Hasil peneliti adalah hasil yang didapat dari lokasi penelitian

kemudian disajikan dengan penyajian data. Berikut penyajian data

berdasakan hasil penelitian ini yang dilaksanakan pada santri, orang tua,

dan guru wali asuh murid. Dalam melakukan data peneliti melakukan

observasi, wawancara menggunakan teknik field research pada tiga orang

santri sebagai informan kunci di tempat Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam. Serta 4 orang informan pendukung yaitu 3 orang tua santri dan

1 ustadz Kepala Pondok Pesantren Manba’u Darissalam tingkat Wustho.

Setelah melakukan wawancara kepada infoman kunci dan pendukung, dan

observasi dan dokumentasi, peneliti dapat mengoleksi data melewati

wawancara mendalam yang dilaksanakan tanggal 28 Mei 2023 sampai 19

Juni 2023.

42
Pola Komunikasi Jarak Jauh Orang Tua dan Santri Pondok Pesantren

Manba’u Darissalam Palangka Raya

Untuk menjawab rumusan masalah penelitian terkait pola komunikasi

yang digunakan oleh Santri dan Orang Tua di Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya, peneliti melakukan observasi, dokumentasi dan

melakukan wawancara kepada beberapa Santri Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya yang berkaitan langsung dengan penelitian ini,

sehingga dapat membantu peneliti melakukan penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan observasi

langsung di Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya, dan

mengobservasi beberapa Santri Pondok Pesanten Manba’u Darissalam

Palangka Raya. Pada saat itu mendapat respon yang baik dari Ustadz dan

Guru Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya.

Narasumber dalam penelitian ini adalah 3 orang santri yang

berdomisili Kota Palangka Raya. Alasan memilih 3 santri tersebut terkait

observasi awal yaitu santri yang selalu rutin berkomunikasi setiap

minggunya dengan orang tua. Adapun identitas 3 orang santri tersebut,

yakni :

1. Nama : Muhammad Rifani

Tempat, Tanggal Lahir : 14-07-2009

43
Alamat : Jl. Dr Murjani Gg. Suka Damai

Muhammad Rifani saat ini kelas 2 tingkat Wustho yang merupakan

alumni dari MIS Nahdlatul Ulama Kota Palangka Raya. Muhammad Rifani

merupakan dari anak Bapak Ahmadi dan Ibu Maysarah yang berprofesi

sebagai pedagang baju muslim.

2. Nama : Muhammad Nafis

Tempat, Tanggal Lahir : 07-04-2009

Alamat : Jl. Kecipir

Muhammad Nafis saat ini kelas 2 tingkat Wustho yang merupakan

alumni dari MIS Muslimat NU Kota Palangka Raya. Muhammad Nafis

merupakan dari anak Bapak Husay dan Ibu Siti yang Ayahnya berprofesi

Karyawan di salah satu toko meubel di Kota Palangka Raya.

3. Nama : Muhammad Anis

Tempat, Tanggal Lahir : 02-12-2009

Alamat : Jl. RTA Milono

Muhammad Anis saat ini kelas 2 tingkat Wustho yang merupakan

alumni dari MIS Muslimat NU Kota Palangka Raya. Muhammad Anis

merupakan dari anak Bapak Abdul Hadi dan Ibu Munawarah. Bapak Abdul

Hadi berprofesi sebagai Proyek Pengkapling Tanah.

Selain 3 orang santri terdapat juga informan pendukung dalam

penelitian ini yaitu 3 orang tua santri, dan 1 ustadz Pondok Pesantren

44
Manba’u Darissalam Palangka Raya.

Berdasarkan data dari hasil wawancara dan observasi yang diperoleh

pada penelitian tersebut, maka peneliti mendapatkan suatu gambaran

mengapa santri dan orang tua memilih Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam, menggunakan media apa berkomunikasinya santri dengan

orang tua, dan pola komunikasi apa yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

1. Alasan Santri Memilih Jauh dari Orang Tua.

Pada tahun pertama hubungan jarak jauh antara orang tua dan santri

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya memang membuat

mereka tidak ingin berpisah dan bersedih. Namun seiring berjalannya

waktu, akhirmya bisa menjalani keadaan tersebut. Berbagai alasan mengapa

santri rela menempuh pendidikan yang notabene nya jauh dari orang tua.

Hal ini dikarenakan para orang tua menginginkan anaknya mendapatkan

pendidikan agama dan tentunya pendidikan umum.

Berdasarkan hasil wawancara kepada informan pertama yaitu MR

Kelas 2 tingkat Wustho Ponpes Manba’u Darissalam Palangka Raya, yang

mengatakan bahwa :

“Saya memilih sekolah jauh dari orang tua awalnya kemauan


dari orang tua, tapi seiring berjalannya waktu Alhamdulillah
terbiasa dengan lingkungan pondok dan juga agar memiliki
pengetahuan tentang ilmu agama.”55

Berdasarkan observasi terlihat MR yang sudah dua tahun menjalani

55
Wawancara pada tanggal 29 April 2023, n.d.

45
pendidikan di pondok sudah terbiasa dengan lingkungan pondok pesantren.

Hasil wawancara yang tak berbeda juga diungkapkan oleh Bapak

AHM selaku Ayah dari MR mengatakan bahwa :

“Saya menyekolahkan anak saya di Pondok Pesantren


Manba’u Darissalam memang kemauan orang tua dengan
alasan tidak lain yaitu untuk diri nya sendiri, dan mempunyai
bekal agama untuk hidupnya yang mendatang.”56

Akan tetapi MR sempat ingin berhenti bersekolah di pondok karena

pergaulan di sekitar rumahnya, pernyataan tersebut didukung AHM selaku

Ayah dari MR yang mengatakan bahwa :

“Dia sempat mau berhenti sekolah di pondok, ketika itu masa


libur pondok, nah ditambah pergaulan teman kompleknya
yang mengajak masuk sekolah negri aja,”57

Pendapat lain juga juga disampaikan oleh informan kedua yaitu MN

Kelas 2 tingkat Wustho Ponpes Manba’u Darissalam Palangka Raya, yang

mengatakan bahwa :

“Saya bersekolah di pondok atas kemauan saya sendiri,


karena ingin membanggakan orang tua dengan mempunyai
ilmu agama.” 58

Berdasarkan hasil observasi terlihat MN sangat bersemangat untuk

belajar ilmu agama contohnya MN selalu menghafal hadits atau dalil yang

sedang dipelajari mengingat alasan MN bersekolah di pondok untuk

56
Wawancara pada tanggal 05 Mei 2023, n.d.
57
Wawancara pada tanggal 05 Mei 2023.
58
Wawancara pada tanggal 29 April 2023.

46
membahagiakan orang tua.

Hasil wawancara yang tak berbeda juga diungkapkan oleh Ibu Siti

selaku Ibu dari MN mengatakan bahwa :

“Memang anak saya bersekolah di pondok pesantren karena


kemauan dia sendiri, dibalik itu saya juga ingin
menyekolahkan anak saya di pondok agar dibimbing
agamanya dengan guru yang memiliki ilmunya lebih dari kita
sebagai orang tua.”59

Pendapat lainnya juga juga disampaikan oleh informan ketiga yaitu

MA Kelas 2 tingkat Wustho Ponpes Manba’u Darissalam Palangka Raya,

yang mengatakan bahwa :

“Saya bersekolah di pondok karena kemauan saya sendiri.


Alasan saya bersekolah di pondok karena di sini dapat
menguji mental saya agar lebih mandiri dan lebih kuat dan
belajar tanpa dibimbing orang tua.”60

Berdasarkan observasi yang dilakukan terlihat juga bagaimana

ketekunan MA menempuh pendidikan di pondok dia sangat disiplin dengan

waktu ketika berkegiatan di pondok. Hal ini sampai membuat peneliti

kagum dengan ketekunan MA yang sangat bersemangat menjalani

kehidupan di pondok.

Hasil wawancara yang tak berbeda juga diungkapkan oleh Bapak

AHD selaku Ayah dari Muhammad Anis mengatakan bahwa :

“Syukurnya bersekolah di pondok sejak awal memang


kemauan dia sendiri. Mungkin bawaan dari Ayahnya yang
dulu juga bersekolah di pondok dan juga seperti yang kita

59
Wawancara pada tanggal 15 Mei 2023, n.d.
60
Wawancara pada tanggal 29 April 2023.

47
tau, di jaman yang sekarang ini peraulan semakin bebas,
daripada kita tidak terawasi lebih baik kita masukkan saja
dia di pondok agar pergaulannya ada yang mengawasi”61

Data hasil wawancara diperkuat dengan data observasi yang

dilakukan pada 29 April, dan 16 Mei 2023. Berdasarkan observasi pada

tanggal 29 April bahwa tidak ada paksaan agar Santri bersekolah di Pondok

Pesantren Manba’u Darissalam, santri juga sangat terbiasa menjalani

kegiatan di Pondok dan tidak ada mengeluh menghadapi pelajaran maupun

ujian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Manba’u Darissalam

Palangka Raya.

2. Media Komunikasi Jarak Jauh dengan Orang Tua

Berdasarkan hasil dari observasi dalam proses komunikasi jarak jauh

yang dijalani oleh santri Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka

Raya menggunakan alat komunikasi melalui handphone jaman dulu yang

sudah disediakan para pengasuh Pondok Pesantren Manba’u Darissalam.

Pendapat yang disampaikan oleh Kepala Pondok Pesantren tingkat

Wustho yakni Ustadz KR, yang mengatakan bahwa :

“Kami menyediakan ada tiga handphone untuk santri


berkomunikasi dengan orang tuanya, jadwalnya pada setiap
hari kamis dari bada ashar sampai bada isya.”

61
Wawancara pada tanggal 21 Mei 2023, n.d.

48
Gambar 4.1 Keterangan Handphone Yang Digunakan Santri

Pendapat lain juga disampaikan oleh MR yang mengatakan bahwa :

“Kalau menelpon orang tua biasanya kami menggunakan


handphone yang sudah disediakan atau menitip pesan
kepada ustadz.”

Pendapat di atas juga didukung oleh Bapak AHM selaku orang tua

dari MR, yang mengatakan bahwa :

“Saya menelpon anak saya biasanya seminggu satu kali,


kadang anak yang nelpon duluan menggunakan handphone
yang sudah disediakan pondok.”

49
Pendapat lainnya juga disampaikan oleh MN, yang mengatakan

bahwa :

“Saya menelpon orang tua menggunakan handphone nokia


pondok.”

Pendapat di atas juga didukung oleh Ibu ST, yang mengatakan bahwa

“Seminggu sekali anak saya menelpon saya, dan saya juga


mengenguk seminggu sekali juga.”

Hal ini dibenarkan oleh MA yang mengatakan bahwa:

“Orang tua saya tidak bisa menjenguk setiap minggu, karena


ada kesibukan dan lain-lain, syukurnya masih ada
handphone yang disediakan ustadz supaya masih bisa
mengabarkan orang tua”62

Pendapat ini juga didukung oleh Bapak AHD, yang mengatakah

bahwa :

“Biasanya ada menelpon dia dalam seminggu melalui


handphone yang disediakan.”

Dilihat dari hasil observasi dan wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren

Manba’u Darissalam tidak bisa selalu dilakukan secara langsung hal ini

karena pondok menerapkan sistem asrama dan orang tua tidak bisa

menjenguk setiap jum’at. Oleh karena itu santri menggunakan media

handphone untuk berkomunikasi agar komunikasi tetap terjalin.

62
Wawancara pada tanggal 29 April 2023.

50
3. Pola Komunikasi Orang Tua dan Santri

Dalam komunikasi jarak jauh, kemampuan berkomunikasi antara

santri dan orang tua sangat berkaitan erat demgan kedekatan yang terikat di

antara keduanya, baik itu di luar rumah atau pun di dalam rumah. Karena

dengan menjalankan kedekatan yang bagus maka komunikasi yang

dijalinpun akan menjadi lebih berkualitas dan efisien. Oleh karena itu, pada

saat wawancara dan observasi kepada informan, terdapat bahwa pola

komunikasi orang tua dan santri Pondok Pesantren Manba’u Darissalam

terdiri dari tiga macam yaitu :

1. Pola Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi ini ialah sebuah proses pengutaraan dari

komunikator terhadap informan dengan menggunakan alat sebagai sarnan

pengiriman pesan.63 Pola komunikasi jarak jauh yang terjadi pada santri dan

orang tua akan berjalan efisien apabila komunikasi yang sering dilakukan

oleh santri terlebih dahulu karena orang tua selalu menunggu jadwal setiap

anaknya menelpon melewati feature phone.

Bentuk pola komunikasi ini terjadi setiap hari kamis setelah sholat

ashar yang mana Ustadz meminjamkan handphone yang telah disediakan

kepada santri sebanyak tiga handphone dengan durasi waktu sampai setelah

sholat isya.

63
Hakki, Pengantar Ilmu Komunikasi, 2017. 48

51
Hal ini juga didukung oleh pendapat M.A yang menggunakan media

untuk berkomunikasi dengan orang tua, yang mengatakan bahwa :

“Karena saya dijenguk orang tua 2 minggu sekali, tetapi saya


selalu meluangkan waktu untuk menelpon dan menanyakan
kabar orang tua di rumah.”64

Pendapat tersebut didukung oleh Bapak AHD, yang mengatakan

bahwa :

“Biasanya kami setiap hari kamis sore selalu standby dengan


handphone, kalo misalnya dia tidak menelpon kamipun
paham berartia dia sedang ada kesibukan di pondok”65

Pendapat lain juga disampaikan oleh MN, yang mengatakan bahwa :

“Saya menelpon orang tua menggunakan handphone nokia


pondok.”

Pendapat ini juga didukung oleh Ibu ST, yang mengatakan bahwa :

“Seminggu sekali tentunya dia menelpon menggunakan


handphone yang disediakan, dan juga saya menjenguk ke
sana seminggu sekali juga.”

Pendapat lainnya juga disampaikan MR, yang mengatakan bahwa :

“Kalau menelpon orang tua biasanya kami menggunakan


handphone yang sudah disediakan atau menitip pesan
kepada ustadz.”

Pendapat terebut didukung oleh Bapak AHM, yang mengatakan

bahwa :

“Kadang anak yang nelpon duluan menggunakan handphone


pondok.”

64
Wawancara pada tanggal 29 April 2023.
65
Wawancara pada tanggal 21 Mei 2023.

52
Hasil observasi menunjukkan bahwa handphone yang disediakan dari

pihak pengasuh pondok dibagikan setiap sore hari kamis tepatnya setelah

sholat ashar dengan cara bergantian apabila santri yang satu sudah memakai

lalu digantikan dengan santri yang lainnya, dengan batasan waktu sampai

setelah sholat isya.

4. Pola Komunikasi Linier

Pola komunikasi ini memiliki kepentingan langsung yang berarti

melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat berikutnya secara teratur,

dan itu menyiratkan pengiriman data oleh komunikator ke komunikan

sebagai area terminal. Dengan demikian, dalam proses korespondensi

langsung ini umumnya terjadi ketika korespondensi tatap muka (eye to

eye), namun ada juga saat komunikasi menggunakan media. Jika sudah ada

rencana yang matang sebelum melakukan komunikasi, maka pesan yang

dikirimkan akan efektif dalam proses ini.

Dalam hal tersebut berdasarkan hasil wawancara, pola komunikasi ini

terjadi pada saat orang tua menghubungi ustadz pada saat menanyakan

tentang kabar anaknya. Pernyataan ini didukung oleh Ibu ST, yang

mengatakan bahwa :

“Biasanya saya kalau kepikiran tentang anak saya, saya


kadang tidak langsung menghubungi anak saya, bisa juga
saya melalui ustadz dengan minta pantaukan kondisi anak
saya.”66

66
Wawancara pada tanggal 15 Mei 2023.

53
Pendapat lain juga disampaikan MR, yang mengatakan bahwa :

“Kalau menelpon orang tua biasanya kami menggunakan


handphone yang sudah disediakan atau menitip pesan
kepada ustadz.”

Pendapat tersebut juga didukung oleh Bapak AHM, yang mengataka

bahwa :

“Kadang anak yang nelpon duluan menggunakan handphone


pondok atau menitipkan pesan dengan ustadznya.”

Hal tersebut juga diperkuat oleh pendapat Ust. KR, yang mengatakan

bahwa :

“Ada banyak orang tua yang biasa menanyakan kabar


anaknya melalui ustadz-ustadz di sini, kadang ada juga anak
yang meminta kabarin ke orang tuanya karena si anak sakit,
dan ada juga yang meminta menitipkan barang.”67

67
Wawancara pada tanggal 29 April 2023.

54
Gambar 4.2 Keterangan Screnshoot Pesan Ustadz Kepada Orang Tua Santri
Melalui Aplikasi Whatsapp

Hasil observasi yang diperoleh di lapangan bahwa terdapat santri

menitipkan pesan ketika sakit pada saat hari yang belum temasuk jadwal

menelpon orang tua. Namun pola komunikasi linier tidak efektif karena

tidak terdapatnya umpan balik secara langsung.

5. Pola Komunikasi Sirkuler

Pola komnikasi jenis ini adalah suatu proses sirkular yang terjadi arus

dari komunikan ke komunikator, sebagai pemicu yang utama efektifnya

komunikasi. Dalam komunikasi jenis ini antara komunikasi bergerak terus

yakni terdapatnya feedback antara pengirim pesan dan penerima pesan.

55
Dalam proses komunikasi ini, terjadi ketika orang tua menjenguk ke

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya dengan jadwal yang

telah diatur dari pihak pondok yaitu setiap hari jum’at setelah sholat ashar

dengan durasi waktu sampai menjelang sholat maghrib. Hal tersebut

diutarakan oleh M.N, yang mengatakan bahwa :

“Orang tua saya biasanya menjenguk ke pondok seminggu


sekali, pada saat orang tua menjenguk biasanya saa
menceritakan segala hal yang terjadi di pondok entah itu
tentang hasil ujian dan lain sebagainya”68

Gambar 4.3 Keterangan Orang Tua Sedang Menjenguk Santri

Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Ibu ST, yang mengatakan

bahwa :

“saya menjenguk ke sana seminggu sekali juga.”69

Pendapat lain juga disampaikan oleh MR, yang mengatakan bahwa :

“Kalau tidak ada kesibukan saya menelpon setiap minggu.


Orang tua juga menjenguk setiap hari jum’at.”
68
Wawancara pada tanggal 29 April 2023.
69
Wawancara pada tanggal 15 Mei 2023.

56
Pendapat tersebut didukung oleh Bapak AHM, yang mengatakan

bahwa :

“Biasanya seminggu satu kali, kadang anak yang nelpon


duluan menggunakan handphone pondok atau menitipkan
pesan dengan ustadznya, dan juga ibunya yang rutin ke
pondok menjenguknya.”

Pendapat lain juga disampaikan oleh MA, yang mengatakan bahwa :

“Orang tua juga kalau tidak ada kesibukan selalu


menjenguk.”

Pendapat tersebut juga didukung oleh Bapak AHD, yang mengatakan

bahwa :

“Kalau tidak ada kesbiukan pasti jenguk dia, tapi biasanya


ada menelpon dia dalam seminggu melalui handphone yang
disediakan.”

Topik pembahasan yang dibahas ketika terjadinya komunikasi secara

langsung ini biasanya membahas tentang kegiatan di pondok, membawakan

keperluan pokok yang habis, serta menceritakan masalah yang terjadi di

pondok. Hal ini disampaikan oleh MR, yang mengatakan bahwa :

“Kalau saya bercerita orang tua biasanya mendengarkan


saja dan selalu mengingatkan agar tetap baik dengan teman-
teman di pondok.”

Pendapat ini didukung oleh bapak AHM, yang mengatakan bahwa :

“Biasanya dia bercerita tentang pelajaran, hafalan, dan juga


mengabarkan kebutuhan yang habis.”

Pendapat lain juga disampaikan oleh MN, yang mengatakan bahwa :

57
“Membahas tentang kegiatan di pondok aja biasanya.”

Pendapat tersebut juga didukung oleh Ibu ST, yang mengatakan

bahwa :

“Biasanya membahas tentang imana belajarnya di sana,


apakah sehat, dan kebutuhan pokok apa yang habis.”

Pendapat lain juga disampaikan oleh MA, yang mengatakan bahwa :

“Pastinya menanyakan kabar orang tua di rumah, serta


memberikan kabar saya juga yang sedang sekolah di
pondok.”

Pendapat tersebut juga didukung oleh Bapak AHD yang mengatakan

bahwa :

“Biasanya menanyakan sekolahnya, lancar atau gimana, dan


juga menanyakan kesehatannya.”

Hasil observasi menunjukkan bahwa memang banyak santri yang

menggunakan pola komunikasi sirkuler ini pada saat jadwal orang tua

menjenguk di pondok, yakni pada hari Jum’at setelah sholat ashar dengan

durasi waktu 120 menit sampai menjelang adzan maghrib.

58
C. Pembahasan

Pola Komunikasi Orang Tua dan Santri Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya

Dalam kehidupan umumnya masing-masing orang selalu melakukan

komunikasi, seperti anak terhadap orang tuanya. Umumnya anak yang

tinggal satu rumah dengan orang tua dan tidak berpisah dengan orang

tuanya. Akann tetapi, berbeda dengan komunikasi yang digunakan santri

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam. Harold Laswwell mengemukakan

cara yang bagus untuk menguraikan komunikasi ialah dengan menjawab

pertanyaan berikut Who Says What In Which Channel To Whom Channel

With What Effect?.70 Dilihat dai definisi Lasswell ini dapat diuraikan lima

unsur komunikasi yang saling bergantungan satu dan yang lain , yakni

sumber, pengirim, penyandi, komunikator, pembicara, atau originator.

Sehingga pada hubungan jarak jauh komunikasi santri kepada orang tua

dengna menggunakan media untuk menjaga hubungan.

Komunikasi orang tua dan santri dikategorikan dalam komunikasi

antarpribadi. Komunikasi ini dapat berlangsung antara dua orang seperti

santri Pondok Pesantren Manba’u Darissalam dan orang tua. Supaya

komunikasi antarpribadi membuahkan hasil yang efisien maka yang

dibutuhkan adalah sikap saling keterbukaan, saling percaya, sikap

mendorong supaya timbulnya suatu sikap saling menghargai dan

70
Dyatmika, ILMU KOMUNIKASI. 67

59
memahami, dan mengembangkan kualitas di antara keduanya. Sehingga

komuniksai anak kepada orang tua merupakan komunikasi antarpribadi

dikarenakan komunikasi tersebut melibatkan dua orang saja, yakni santri

dan anak.

Dalam proses komunikasi bisa dilihat bagaimana pola-pola

komunikasi yang berlangsung di dalamnya. Pola komunikasi ialah suatu

hubungan antara dua orang atau lebih dalam penerimaan dan pengiriman

pesan dengan cara yang tepat agar pesan bisa dipahami. terdapat empat pola

komunikasi menurut Devito, yakni pola komunikasi primer, pola

komunikasi sekunder, pola komunikasi linier, dan pola komunikasi

sirkular.71

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan memilih 7

informan yaitu 3 santri sebagai informan kunci, 3 orang tua, dan 1 ustadz

kepala ponodok sebagai informan pendukung, dari hasil ketujuh informan

tesebut terdapat tiga jenis pola komunikasi yang biasa dilagunakan pada

hubungan orang tua dan anak secara jarak jauh pondok pesantren manba’u

darissalam, yakni :

1. Pola Komunikasi Sekunder

Pola komunikasi ini salah satu proses pengutaraan oleh pembicara

(komunikator) kepada pendengar (komunikan) dengan menggunakan sarana

atau media sebagai alat kedua sesudah menggunakan lambang media

71
Hakki, Pengantar Ilmu Komunikasi, 2017.

60
pertama disebut dengan pola komunikasi sekunder. Pembicara memakai

sarana kedua ini karena menjadi target komunikasi yang banyak jumlahnya,

atau jauh tempatnya.72 Proses pola komunikasi ini semakin lama akan

semakin efisien dan efektif, karena disupport oleh teknologi informasi yang

canggih.73

Dari hasil observasi dan wawancara pola komunikasi secara sekunder

ini dipakai santri MA & MR pada saat orang tua ada kesibukan dan tidak

bisa menjenguk MA & MR pada hari jum’at, oleh karena itu MA & MR

menggunakan pola komunikasi secara sekunder untuk berkomunikasi

dengan orang tua yang notabene nya jauh dari lokasi santri. Tersedia tiga

buah handphone dengan cara handphone yang telah disediakan pihak

pondok diserahkan kepada santri yang ingin menelpon orang tua secara

bergantian, dengan durasi waktu setelah sholat ashar sampai setelah sholat

isya. Ketika sudah sampai bada isya handphone dikumpul kembali kepada

Ustadz Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya.

2. Pola Komunikasi Linier

Pola komunikasi ini memiliki kepentingan langsung yang berarti

melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat berikutnya secara teratur,

dan itu menyiratkan pengiriman data oleh komunikator ke komunikan

sebagai area terminal. Dengan demikian, dalam proses komunikasi

72
Irfan (Penyunting), Investigasi Ilmiah atas Komunikasi Keluarga dan Pernikahan, 34.
73
Hakki, Pengantar Ilmu Komunikasi, 2017.

61
langsung ini umumnya terjadi ketika komunikasi tatap muka (eye to eye),

namun ada juga saat komunikasi menggunakan media. Jika sudah ada

rencana yang matang sebelum melakukan komunikasi, maka pesan yang

dikirimkan akan efektif dalam proses ini.74

Seperti komunikasi yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren

Manba’u Darissalam. Biasanya santri menggunakan polakomunikasi ini

pada saat santri ingin menghubungi orang tua. Akan tetapi tidak pada hari

yang telah dijadwalkan maka santri menitip pesan melalui Ustadz Pondok

Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya untuk menyampaikan pesan

kepada orang tua serta berbedanya letak geografis terjadinya kesibukan

masing-masing baik itu sang anak maupun orang tua. Berdasarkan hasil

observasi yang didapat pada saat di lapangan dan wawancara,

menggambarkan bahwa pola komunikasi linier tidak efektif jika digunakan

untuk berkomunikasi jarak jauh, maka komunikasi yang dibangun tidak

efisien. Dalam hal tersebut komunikasi menjadi terhambat karena tidak

terdapatnya umpan balik dari penerima pesan.

3. Pola Komunikasi Sirkuler

Pola komnikasi jenis ini adalah suatu proses sirkular yang terjadi arus

dari komunikan ke komunikator, sebagai pemicu yang utama efektifnya

komunikasi. Dalam komunikasi jenis ini antara komunikasi bergerak terus

74
Hakki.52

62
yakni terdapatnya feedback antara pengirim pesan dan penerima pesan.75

Komunikasi ini terjadi pada saat berkunjungnya orang tua ke Pondok

Pesantren untuk menjenguk anak, pola ini terjadi pada setiap hari Jum’at

dengan durasi waktu 120 menit yakni setelah sholat ashar sampai

menjelang maghrib. Komunikasi sirkuler paling efektif karena proses

komunikasi yang bergerak terus serta langsung mendapat timbal balik

antara komunikan dan komunikator.

75
Hakki. 56

63
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Ditinjau dari pembahasan dan hasil pola komunikasi jarak jauh antara

orang tua dan santri Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya

yang telah dilakukan, maka dapat simpulan sesuai dengan masalah

penelitian ini, yaitu :

Dari 4 Pola Komunikasi jarak jauh antara orang tua dan santri Pondok

Pesantren Manba’u Darissalam terdapat 3 pola komunikasi yang paling

sering digunakan orang tua dan santri Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam, yakni pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linier, dan

pola komunikasi sirkuler. Karena ketiga pola komunikasi tersebut sangat

efisien untuk komunikasi orang tua dan santri Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya.

B. Saran

Dilihat dari penelitian yang telah dilakukan , maka terdapat beberapa

saran, yaitu sebagai berikut :

1. Bagi santri kelas 2 tingkat wustho Pondok Pesantren Manba’u

Darissalam Palangka Raya harus berkomunikasi dengan orang tua

secara baik agar hubungan antara santri dan orang tua tetap terjalin

dengan harmonis. Meskipun santri dan orang tua masing-masing

memiliki kesibukan namun komunikasi harus tetap lancar supaya

64
terjalin hubungan yang harmonis dan tidak adanya kerenggangan

dalam hubungan orang tua dan santri.

2. Bagi pihak pengurus Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka

Raya agar kiranya menambah jumlah alat komunikasi jarak jauh

berupa handphone dan lebih menetapkan jadwal para santri agar semua

kebagian untuk menelpon orang tua masing-masing. Sehingga

komunikasi santri dan orang tua berjalan dengan baik dan efektif.

65
DAFTAR PUSTAKA

Afrilia, Ascharisa Mettasatya, Anisa Setya Arifina, and Penerbit Pustaka Rumah
C1nta. Buku Ajar Komunikasi Interpersonal. Penerbit Pustaka Rumah C1nta,
n.d.

Arsyad, Muhammad. History of Pondok Pesantren Manba’u Darissalam


Palangkaraya, n.d.

———. Profile Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya. Palangka


Raya, 2017.

Djamarah, Syaiful Bahri. Pola komunikasi orang tua dan anak dalam keluarga
(sebuah perspektif pendidikan Islam). Rineka Cipta, 2004.

Dyatmika, Teddy. Ilmu Komunikasi. Zahir Publishing, n.d.

Graha, Chairinniza. Keberhasilan Anak Tergantung Orang Tua. Elex Media


Komputindo, 2013.

Hakki, Ahmad Sultra Rustan dan Nurhakki. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Deepublish, 2017.

Irfan (Penyunting), Charles R. Berger, Michael E. Roloff dan David R. Roskos-


Ewoldsen; Derta Sri Widowatie (Penerjemah), Zakkie M. Investigasi Ilmiah
atas Komunikasi Keluarga dan Pernikahan: Handbook Ilmu Komunikasi.
Nusamedia, 2021.

Ismayani, Ade. Metodologi Penelitian. Syiah Kuala University Press, n.d.

Joyo, Rupian. Komunikasi Interpersonal Pembimbing Kemasyarakatan (Pada Anak


Berhadapan dengan Hukum dalam Proses Pendampingan di Balai
Pemasyarakatan Kelas II Bengkulu). IDE Publishing, n.d.

“Konsep Pengembangan Pendidikan Islam: Telaah Kritis Terhadap Pengembangan


Lembaga Pendidikan Madrasah Dan Pondok Pesantren | Dr. H. M. Hasyim,
M.Ag. & Dr. H. Abdullah Botma, M.Ag. | Download.” Accessed May 31,
2022. https://en.id1lib.org/book/10985233/17f080.

Luthfiyah, Muh Fitrah &. Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas
& studi kasus (CV Jejak Publisher), 2018), n.d.
Mahyuddin. Sosiologi Komunikasi: (Dinamika Relasi Sosial di dalam Era
Virtualitas). Penerbit Shofia, 2019.

Putra Daulay, Haidar. Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan Eksistensinya.


Prenada Media, 2019.

Kusdiana, Ading. SEJARAH PESANTREN: Jejak, Penyebaran, dan Jaringannya di


Wilayah Priangan (1800-1945). Humaniora, 2014.

Mahadian, Lucy Pujasari Supratman dan Adi Bayu. Psikologi Komunikasi.


Deepublish, 2018.

Manalu, Desi Maria, and Evawani Elsya Lubis. “Komunikasi Antarpribadi Melalui
Media Sosial (Skype) Pada Mahasiswa Universitas Riau.” Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 1, no. 2 (August 15,
2015): 1–13.

“Metode Penelitian : Public Relations Dan Komunikasi / Rosady Ruslan |


Perpustakaan UIN Sultan Syarif Kasim Riau.” Accessed June 2, 2022.
http://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=22187.

Riduwan. Dinamika Kelembagaan Pondok pesantren: Perubahan dan Modernisasi


Pendidikan Islam. Pustaka Ilmu, 2019.

Syifauzakia, Bambang Ariyanto, and Yeni Aslina Pd M. DASAR-DASAR


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. Literasi Nusantara, 2021.

Triningtyas,Diana Ariswanti. Komunikasi Antar Pribadi. Cv. Ae Media Grafika, n.d.

Mulyana, Deddy. Ilmu komunikasi: suatu pengantar. Remaja Rosdakarya, 2000.

Nurhadi, Zikri Fachrul. Teori Komunikasi Kontemporer (Prenada Media, 2017), n.d.

Nurudin. Sistem komunikasi Indonesia. Divisi Buku Perguruan Tinggi, RajaGrafindo


Persada, 2004.

Pakpahan, Andrew Fernando, Adhi Prasetio, Edi Surya Negara, Kasta Gurning,
Risanti Febrine Ropita Situmorang, Tasnim Tasnim, Parlin Dony Sipayung, et
al. Metodologi Penelitian Ilmiah. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Permata, Sintia. “(Studi Pada Mahasiswa Fisip Angkatan 2009 Yang Berasal dariI
Luar Daerah),” 2013, 12.

Pratama, Herdiansyah. “Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua

67
Dengan Anak Terhadap Motivasi Berprestasi Pada Anak (Studi Pada SDN 01
Pagi Cipulir Kebayoran Lama Jakarta,” January 18, 2012.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/1854.

Rasika, Vani, and Evawani Elysa Lubis. “Komunikasi Antarpribadi Jarak Jauh
Antara Orang Tua Dan Anak (Studi Pada Mahasiswa Universitas Riau Yang
Berasal Dari Kabupaten Rokan Hulu).” Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 2, no. 1 (February 13, 2015): 1–15.

Sarah Salpina. Komunikasi Interpersonal Jarak Jauh Antara Orang Tua Dan Anak
(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Ar-Raniry
Asal Kabupaten Aceh Selatan), 2018.

Sasaky;, Muhammad Bin Kamal Khalid As-Suyuthi; Ahmad Taufiq Abdurrahman;


Marsuni. Kumpulan Hadits Yang Disepakati 4 Imam. Pustaka Azzam, 2006.

Siyoto, Sandu, and Muhammad Ali Sodik. Dasar Metodologi Penilitian. Literasi
Media Publishing, 2015.

Syahid. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya, n.d.

Wawancara pada tanggal 05 Mei 2023, n.d.

Wawancara pada tanggal 15 Mei 2023, n.d.

Wawancara pada tanggal 21 Mei 2023, n.d.

Wawancara pada tanggal 29 April 2023, n.d.

Zunaidi. “Metode Penelitian - Google Books,” n.d.

68
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

PERTANYAAN UNTUK INFORMAN SANTRI


NO.
Kenapa kamu memilih sekolah jauh dari orang tua? Sebutkan alasannya!
1.
Apakah ada kemauan dari orang tua atau kemauan diri sendiri?
2.
Apa alat untuk menggunakan komunikasi jarak jauh yang anda lakukan
3. dengan orang tua?

Berapa kali dalam sebulan anda berkomunikasi dengan orang tua anda?
4.
Menurut kamu berkomunikasi dengan orang tua apakah itu penting?
5.
Sebutkan alasannya!
Apa yang bahas ketika berkomunikasi dengan orang tua?
6.
Bagaimana tanggapan orang tua anda dalam hal masalah yang terjadi
7.
dipondok?

69
PERTANYAAN UNTUK INFORMAN ORANG TUA
NO.
Apa alasan anda memilih sekolah jauh dari anak?
1.
Apakah ada kemauan dari orang tua atau kemauan anak sendiri?
2.
Bagaimana karakteristik kepribadian anak bapak/ibu?
3.
Menurut anda komunikasi antara orang tua dan anak itu penting?
4.
Apakah anda sering berkomunikasi dengan anak anda? Melalui
5.
handphone atau ustadz wali asuh?

Apa saja yang dibahas ketika berkomunikasi dengan anak anda?


6.
Apakah komunikasi anda dengan anak sudah sesuai dengan harapan? Dan
7.
apa yang anda harapkan dari anak anda?

PERTANYAAN UNTUK INFORMAN USTADZ


NO.
Apakah santri sering menghubungi orang tua melalui ustadz?
1.
Kenapa santri lebih memilih menghubungi orang tuanya melalui
2. ustadz?

Apakah boleh santri menghubungi orang tua mereka setiap hari? Atau
3. ada batasan waktunya?

70
TRANSKIP WAWANCARA

WAWANCARA INFORMAN
NO. JAWABAN
KUNCI 1

Kenapa kamu memilih sekolah Alasan saya mau masuk pondok supaya
1. jauh dari orang tua? Sebutkan berpengetahuan banyak tentang ilmu
alasannya! agama.
Apakah ada kemauan dari orang Saya bersekolah di pondok awalnya ada
2.
tua atau kemauan diri sendiri? kemauan dari orang tua.
Kalau menelpon orang tua biasanya kami
Apa alat untuk menggunakan menggunakan handphone yang sudah
3. komunikasi jarak jauh yang anda disediakan atau menitip pesan kepada
lakukan dengan orang tua? ustadz, ibu juga biasanya jenguk setiap
minggu.
Berapa kali dalam sebulan anda Kalau tidak ada kesibukan saya menelpon
4. berkomunikasi dengan orang tua setiap minggu. Orang tua juga menjenguk
anda? setiap hari jum’at.
Komunikasi dengan orang tua menurut
Menurut kamu berkomunikasi saya penting, karena dengan komunikasi
5. dengan orang tua apakah itu saya jadi tahu bagaimana kabar orang tua
penting? Sebutkan alasannya! di rumah, dan juga biasanya saya menitip
pesanan bahan yang sudah habis
Apa yang dibahas ketika Minta doa restu agar belajarnya lancar, dan
6.
berkomunikasi dengan orang tua? menanyakan kabar orang tua di rumah.
Kalau saya bercerita orang tua Kalau saya bercerita orang tua biasanya
biasanya Bagaimana tanggapan mendengarkan saja dan selalu
7.
orang tua anda dalam hal masalah mengingatkan agar tetap baik dengan
yang terjadi dipondok? teman-teman di pondok.

71
WAWANCARA INFORMAN
NO. JAWABAN
KUNCI 2

Kenapa kamu memilih sekolah Alasan saya sekolah di pondok karena


1. jauh dari orang tua? Sebutkan ingin membahagiakan orang tua dengan
alasannya! memperdalam ilmu agama
Apakah ada kemauan dari orang Saya bersekolah di pondok karena
2.
tua atau kemauan diri sendiri? kemauan saya sendiri
Apa alat untuk menggunakan Saya menelpon orang tua menggunakan
3. komunikasi jarak jauh yang anda handphone nokia pondok.
lakukan dengan orang tua?
Berapa kali dalam sebulan anda Kalau saya menelpon orang tua kadang 2
4. berkomunikasi dengan orang tua minggu sekali, tapi orang tua selalu jenguk
anda? setiap hari jum’at
Menurut kamu berkomunikasi Penting, karena dalam seminggu kadang
5. dengan orang tua apakah itu rindu juga dengan orang tua, jadi pengen
penting? Sebutkan alasannya! tahu bagaimana kabar merek di rumah.
Apa yang dibahas ketika Membahas tentang kegiatan di pondok aja
6.
berkomunikasi dengan orang tua? biasanya.
Bagaimana tanggapan orang tua
Orang tua sering memberi masukkan
7. anda dalam hal masalah yang
terhadap masalah apa yang saya alami.
terjadi di pondok?

72
WAWANCARA INFORMAN
NO. JAWABAN
KUNCI 3

Kenapa kamu memilih sekolah


Biar bisa mandiri, di sini juga dapat
1. jauh dari orang tua? Sebutkan
menguji mental saya hidup tanpa orang tua.
alasannya!
Apakah ada kemauan dari orang
2. Alhamdulillah kemauan saya sendiri.
tua atau kemauan diri sendiri?
Menelpon orang tua biasanya
Apa alat untuk menggunakan
menggunakan media yang tersedia di sini,
3. komunikasi jarak jauh yang anda
di sini disediakan handphone untuk
lakukan dengan orang tua?
menelpon orang tua.
Menelpon orang tua sesuai jadwal yang
Berapa kali dalam sebulan anda telah diatur ustadz, biasanya seminggu
4. berkomunikasi dengan orang tua sekali setiap hari kamis, orang tua juga
anda? kalau tidak ada kesibukan selalu
menjenguk.
Sangat penting, karena tidak setiap hari
Menurut kamu berkomunikasi bersama orang tua makanya setiap minggu
5. dengan orang tua apakah itu ingin menelpon orang tua, ditambah orang
penting? Sebutkan alasannya! tua saya tidak bisa menjenguk setiap
minggu karena ada kesibukan.
Pastinya menanyakan kabar orang tua di
Apa yang dibahas ketika
6. rumah, serta memberikan kabar saya juga
berkomunikasi dengan orang tua?
yang sedang sekolah di pondok.
Bagaimana tanggapan orang tua Biasanya cerita sama orang tua biar hati tenang
7. anda dalam hal masalah yang dan tidak membuat orang tua kepikiran, orang
terjadi di pondok? tua saya termasuk pendengar yang baik juga.

73
TRANSKIP WAWANCARA

WAWANCARA INFORMAN
NO. JAWABAN
PENDUKUNG ORANG TUA 1

Alasan saya menyekolahkan anak di


Apa alasan anda memilih sekolah
1. pondok tentunya sebagai bekal hidupnya
jauh dari anak?
mendatang,
Apakah ada kemauan dari orang Pastinya disuruh orang tua dulu, agar anak
2.
tua atau kemauan anak sendiri? terdorong untuk sekolah di pondok.
Bagaimanakarakteristik Anak saya termasuk keras orangnya, kalau
3.
kepribadian anak bapak/ibu? di rumah biasanya disuruh agak lambat.
Menurut anda komunikasi antara Sangat penting, karena terpisah maka dari
4.
orang tua dan anak itu penting? itu sangat penting menghubungi anak.
Biasanya seminggu satu kali, kadang anak
Apakah anda sering berkomunikasi
yang nelpon duluan menggunakan
dengan anak anda? Melalui
5. handphone pondok atau menitipkan pesan
handphone atau
dengan ustadznya, dan juga ibunya yang
ustadz wali asuh?
rutin ke pondok menjenguknya.
Biasanya dia bercerita tentang pelajaran,
Apa saja yang dibahas ketika
6. hafalan, dan juga mengabarkan kebutuhan
berkomunikasi dengan anak anda?
yang habis.

74
WAWANCARA INFORMAN
NO. JAWABAN
PENDUKUNG ORANG TUA 2

Kalau di rumah pergaulannya tidak bisa


Apa alasan anda memilih sekolah saya mengawasi setiap waktu, kalau di
1.
jauh dari anak? pondok ada ustadz nya yang mengawasi,
agar tetap terjaga aja pergaulannya.
Ditanya dulu kemaren, mau gak mondok?
Apakah ada kemauan dari orang
2. Alhamdulillah nya anak saya langsung
tua atau kemauan anak sendiri?
mau.
Bagaimanakarakteristik Kalau anak saya tidak suka membantah
3.
kepribadian anak bapak/ibu? orang tua dan pendiam tipenya.
Menurut anda komunikasi antara
4. Penting, karena biar tahu kabarnya di sana.
orang tua dan anak itu penting?
Apakah anda sering berkomunikasi Seminggu sekali tentunya dia menelpon
dengan anak anda? Melalui menggunakan handphone yang disediakan,
5.
handphone atau dan juga saya menjenguk ke sana
ustadz wali asuh? seminggu sekali juga.
Apa saja yang dibahas ketika Gimana belajarnya di sana, apakah sehat,
6.
berkomunikasi dengan anak anda? dan kebutuhan pokok apa yang habis.

75
WAWANCARA INFORMAN
NO. JAWABAN
PENDUKUNG ORANG TUA 3

Alasan saya memasukkan anak di pondok


Apa alasan anda memilih sekolah
1. agar dia bisa menuntut ilmu agama serta
jauh dari anak?
bisa belajar lebih mandiri.
Itu adalah kemauan anak saya sendiri, tapi
Apakah ada kemauan dari orang saya memang mau memasukkan di ponok
2.
tua atau kemauan anak sendiri? juga karena dulu saya juga mondok, dan
syukurnya anak saya mau masuk pondok.
Anak saya termasuk orang yang suka
Bagaimanakarakteristik
3. bercerita kalau mood nya lagi baik, tapi
kepribadian anak bapak/ibu?
kadang ada juga yang enggak bercerita.
Menurut saya penting, karena ingin
Menurut anda komunikasi antara
4. mengetahui kabar kesehatan dan
orang tua dan anak itu penting?
sekolahnya lancar,
Apakah anda sering berkomunikasi
dengan anak anda? Melalui Kada menelpon dia dalam seminggu
5.
handphone atau melalui handphone yang disediakan.
ustadz wali asuh?
Biasanya menanyakan sekolahnya, lancar
Apa saja yang dibahas ketika
6. atau gimana, dan juga menanyakan
berkomunikasi dengan anak anda?
kesehatannya

76
WAWANCARA INFORMAN

NO. PENDUKUNG USTADZ JAWABAN

KEPALA PONDOK

Tidak begitu sering, karena sudah


Apakah santri sering menghubungi disediakan handphone untuk menelpon
1.
orang tua melalui ustadz? orang tua, biasanya kalau ada keperluan
yang kepepet aja
Biasanya santri menitipkan pesan melalui
Kenapa santri lebih memilih
2. menghubungi orang tuanya melalui kami apabila ada yang sakit atau ada
ustadz?
keperluan yang mendesak.
Tidak boleh, karena sudah diatur
Apakah boleh santri menghubungi
3. orang tua mereka setiap hari? Atau jadwalnya setiap hari kamis yakni pada
ada batasan waktunya?
jam bada ashar sampai bada isya saja

77
78
LAMPIRAN DOKUMENTASI

1. Foto saat wawancara dengan informan kunci Ustadz Kepala tingkat wustho

Pondok Pesantren Manba’u Darissalam Palangka Raya.

79
2. Foto saat wawancara dengan 3 informan kunci yaitu santri Pondok Pesantre

Manba’u Darissalam Palangka Raya.

3. Foto saat waancara dengan informan kunci 1

80
4. Foto saat wawancara dengan informan kunci 2.

5. Foto saat wawancara dengan informan kunci 3.

81
82
83
84
RIWAYAT HIDUP

Hairin Fuadi lahir di Palangka Raya, Provinsi

Kalimantan Tengah pada 15 Mei 2001. Ia merupakan

putera kedua dari bapak Fathurrahman dan ibu

Masidawati. Ia mempunyai satu kakak kandung yang

bernama Asef Hidayat dan dua adik kandung

Muhammad Irsa dan Mahmud Husairi. Pada tahun 2007

Hairin Fuadi telah menamatkan TK Luhtfillah. Pada

tahun yang sama ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum

Palangka Raya dan tamat pada tahun 2013. Kemudian, pada tahun 2016 Hairin Fuadi

menamatkan Madrasah Tsanawiyah Darul Ulum Palangka Raya. Tiga tahun

berikutnya, yaitu tahun 2019 ia telah menamatkan Madrasah Aliyah Muslmat NU

Palangka Raya. Setelah itu, Hairin Fuadi melanjutkan di perguruan tinggi Institut

Agama Islam Negri Palangka Raya. Adapun program studi yang ia pilih Komunikasi

dan Penyiaran Islam (KPI). Ketika menjadi mahasiswa, ia aktif sebagai anggota

Lembaga Seni dan Budaya Mahasiswa IAIN Palangka Raya.

85

Anda mungkin juga menyukai