Anda di halaman 1dari 161

SKRIPSI

PENERAPAN LOGOTERAPI DALAM MENANGANI PERILAKU


HEDONIS (STUDI KASUS PADA 1 ORANG SISWA
DI SMA HANG TUAH MAKASSAR)

RESKI RAMLI

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
SKRIPSI

PENERAPAN LOGOTERAPI DALAM MENANGANI PERILAKU


HEDONIS (STUDI KASUS PADA 1 ORANG SISWA
DI SMA HANG TUAH MAKASSAR)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana


Pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Strata Satu Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Makassar

RESKI RAMLI
1444041013

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Reski Ramli

NIM : 1444041013

Jurusan/Prodi : Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Penerapan Logoterapi dalam Menangani Perilaku Hedonis


(Studi Kasus Pada 1 Orang Siswa di SMA Hang Tuah
Makassar)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar

merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil

karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

ketentuan yang berlaku.

Makassar, Januari 2019


Yang Membuat Pernyataan

RESKI RAMLI
1444041013

v
MOTO

“Tahu keinginan, Tahu cara mewujudkannya, Tahu mempertanggungjawabkannya ”

(RESKI RAMLI)

Kupersembahkan karya tulis ini kepada:


Ayahanda Ramli D (alm) dan Ibunda Habasiah tercinta sebagai wujud pengabdianku

dan rasa hormat ku atas keikhlasan, pengorbanan, dan restu yang telah diberikan

kepada ku selama ini

vi
ABSTRAK

RESKI RAMLI, 2019. Skripsi.Penerapan Logoterapi dalam Menangani Perilaku


Hedonis (Studi Kasus Pada 1 Siswa Di SMA Hang Tuah Makassar). Dibimbing oleh
Dr. Abdullah Pandang, M.Pd dan Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib, M.Si Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Makassar.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu perilaku hedonis siswa. Adapun fokus
penelitiannya adalah 1) Bagaimana perilaku hedonis yang terjadi pada salah satu
siswa di SMA Hang Tuah Makassar? 2) Apa saja faktor-faktor yang yang
melatarbelakangi perilaku hedonis pada salah satu siswa di SMA Hang Tuah
Makasaar? 3) Bagaimana pelaksanaan logoterapi pada siswa yang mengalami
perilaku hedonis di SMA Hang Tuah Makassar?.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui 1) Gambaran perilaku hedonis di SMA Hang Tuah MAkassar. 2) Faktor-
faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis di SMA Hang Tuah Makassar. 3)
Pelaksanaan teknik logoterapi terhadap perilaku hedonis siswa di SMA Hang Tuah
Makassar.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus klinis. Subyek dalam penelitian ini adalah satu orang siswa SMA Hang Tuah
Makassar yang menunjukkan perilaku yang cenderung hedonis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (i) Subyek penelitian menunjukkan perilaku yang cenderung
hedonis dilihat dari adanya perilaku-perilaku yang berdasarkan karakteristik perilaku
hedonis (ii) Faktor penyebab subyek berperilaku hedonis adalah ingin diakui dalam
kelompoknya, ingin menjadi populer, ikut-ikutan mengikuti tren, dan untuk
aktualisasi atau identitas diri (iii) Upaya penanganan masalah yang dilakukan
terhadap kedua subyek yang teridentifikasi mengalami perilaku hedonis yaitu
dilakukan layanan konseling individu dengan teknik logoterapi yaitu teknik konseling
adalah teknik yang dapat membantu konseli menemukan makna hidupnya sehingga
mendorong subyek untuk berubah dan melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan
bekerja dan berkarya agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.

Kata kunci: Perilaku Hedonis, Logoterapi

vii
PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana

Wata’alakarena berkat rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judulPenerapan Logoterapi dalam Menangani Perilaku

Hedonis (Studi Kasus Pada 1 Orang Siswa di SMA Hang Tuah Makassar). Tak lupa

pula salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Sallallahu

Alaihi Wasallam yang telah menuntun kita darigelapgulita menuju cahaya Islam yang

terang benderangseperti yang telah kita rasakan saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak luput dari berbagai hambatan yang telah

memberikan hikmah dan mendorong penulis untuk berusaha secara maksimal.

Namun berkat bimbingan dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, segala

hambatan dan tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, maka

sepantasnyalah penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada yang

terhormat Dr. Abdullah Pandang, M.Pd sebagai pembimbing I dan Prof. Dr. Syamsul

Bachri Thalib, M.Si sebagai pembimbing II yang dengan sabar, tekun, tulus dan

ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada penulis selama menyusun

skripsi.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat:

viii
1. Prof. Dr. Husain Syam,M.TP sebagai Rektor Universitas Negeri Makassar yang

telah memberikan peluang untuk mengikuti proses perkuliahan pada jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Makassar.

2. Dr. Abdul Saman, M.Si Kons. sebagai Dekan; Dr. Abdul Saman, M.Si. Kons

sebagai Wakil Dekan I; Drs. Muslimin, M.Ed sebagai Wakil Dekan II; Dr.

Pattaufi, M.Si sebagai Wakil Dekan III; dan Dr. Parwoto, M.Pd sebagai Wakil

Dekan IV Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar, yang telah

memberikan layanan akademik, administrasi dan kemahasiswaan selama proses

pendidikan dan penyelesaian studi.

3. Drs. H. Muhammad Anas, M.Si sebagai Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan dan Syahril Buchori, S. Pd, M.Pd sebagai Sekretaris Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Makassar yang dengan penuh perhatian memberikan bimbingan dan memfasilitasi

penulis selama proses perkuliahan.

4. Dr. H. Thamrin Tahir, M.Si sebagai kepala sekolah dan Darnawati S.Pd sebagai

guru BK di SMA Hang Tuah Makassar yang telah memberikan informasi dan

bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

5. Teristimewa kepada ayahanda Ramli D (alm) dan Habasiah yang telah merawat

dan membesarkan saya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan, mencurahkan

cinta kasih sayang dan perhatian, rasa percaya dan dengan sabar menunggu

ix
sehingga penulis dapat menempuh pendidikan dibangku kuliah dan dapat

menyelesaikan studi dengan baik.

6. Untuk saudara-saudara kandung saya, Hasma, Rapika, Hasna, dan Nirwana atas

dukungan dan semangatnya terhadap saya.

7. Untuk sahabat-sahabatku Jumriati, Fitri Andriani, Ayu Noviana, Sulistya

Prabaningsih, Nurfawdziyah Arsyad,dan Wahyu Anita Amaliyah atas dukungan

yang luar biasa.

8. Teman-teman terbaikku Muh. Nurhidayat HL, Taufik Nur Hidayat, Rahmawaty

Sahid, Fajriati Talib, Uswah Hasanah, Rahmawati, Muh. Hajar Isman, Risqa

Amaliah, A. Resky Amaliyah Danial dan Hadryanti yang dengan tulus selalu

mengingatkan dan memberikan bantuan dan dukungan yang tulus.

9. Dwi Putra, Ugha, Ridho, Memes, Heri, Lukman, Arman, Iqbal, Khusnul, Kiki,

Fira, Nanang, Dewi, Wahidah, Muhbar, Rama, Ramdani, Rian, Syani, Tamrin,

Vivi dan teman- teman Reinforcement yang tidak sempat penulis sebutkan satu-

persatu.

10. Kepada Siswa Am kelas XI SMA Hang Tuah Makassar sebagai subjek peneliti

dalam penelitian ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan oleh Bapak dan Ibu serta semua

pihak yang telah membantu dalam skripsi ini, penulis mendoakan semoga mendapat

balasan yang berlipat ganda menjadi amal sholeh di hadapan Allah

x
Subhanahu’Wata’ala. Dan dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih

banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga

penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pembacanya, khususnya bagi pemerhati pendidikan. Aamiin

ya Robbal Alamin.

Makassar, Januari 2019

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iv
MOTO v
ABSTRAK vi
PRAKATA vii
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Pustaka 12
B. Kerangka Konseptual 42

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 45
B. Kehadiran Peneliti 45
C. Subyek Penelitian 46
D. Lokasi Penelitian 46
E. Fokus dan Deskriptif Fokus 47
F. Sumber Data 47
G. Prosedur Pengumpulan Data 49
H. Analisis Data 50
I. Pengecekan Keabsahan Temuan 51
J. Tahap-Tahap Penelitian 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

xi
A. Hasil Penelitian 56
B. Pembahasan 74

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 86
B. Saran 87

DAFTAR PUSTAKA 89
LAMPIRAN 91
RIWAYAT HIDUP 145

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Nama Tabel Halaman

2.1 Bagan Kerangka Konsep 44

4.1 Matriks hasil wawancara peilaku hedonis 57

4.2 Matriks hasil wawancara faktor penyebab

perilaku hedonis 63

4.3 Matriks hasil wawancara dalam tahap-tahap

Logoterapi 70

4.4 Matriks hasil wawancara dalam teknik-teknik

Logoterapi 70

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Nama Lampiran Halaman

1 Prosedur Penelitian 84
2 Matriks Penelitian 86
3 Matriks Wawancara dan Pedoman Observasi 87
4 Catatan Lapangan 90
5 Skenario 128
6 Dokumentasi 133
7 Permohonan Observasi Awal 137
8 Pengusulan Judul 138
9 Pengesahan Judul 139
10 Surat Keterengan Penunjukan Pembimbing Skripsi 140
11 Persetujuan Pembimbing (Seminar Proposal) 141
12 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan 142
13 Surat Izin Penelitian dari UPT-P2T BKPMD Pemprov Sulsel 143
14 Surat Keterangan Penelitian 144
15 Riwayat Hidup 145

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan

peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di

seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan

bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi

semakin sempit. Globalisasi erat kaitannya dengan modernisasi. Dari sisi

kebudayaan, globalisasi dan modernisasi yang terjadi tidak dapat dipungkiri lagi

mempengaruhi atau merubah pola kehidupan bermasyarakat atau tatanan

kehidupan sosial masyarakat negara yang mengalaminya. Hal ini dikarenakan

adanya penyerapan dan pencampuran budaya dari masing-masing negara yang

bersangkutan. Perubahan pola kehidupan masyarakat yang terjadi, menghasilkan

pandangan-pandangan kehidupan yang berbeda pula.

Globalisasi dan modernisasi ternyata tidak hanya membawa dampak

positif, tetapi juga berdampak negatif yang dirasakan dalam kehidupan

masyarakat Indonesia. Globalisasi merupakan salah satu bentuk produk

kebudayaan yang dipengaruhi oleh kontak dengan kebudayaan lain. Hal tersebut

dipercepat dengan perkembangan komunikasi seperti media sosial. Yang dipinjam

biasanya hal-hal yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah atau sebagai

alat untuk mencapai tujuan masyarakat (Nasution, 2010)

Pandangan hidup seperti hedonisme, tidak terlepas dari proses globalisasi

dan modernisasi. Dalam era globalisasi dan modernisasi ini, hampir semua orang

1
2

mengutamakan kesenangan semata, konsumsi dalam skala besar, dan pencapaian

benda-benda materi dalam segala upaya. Untuk mencapai semua yang di

inginkannya itu segala usaha akan dilakukan, walaupun harus mengorbankan

banyak hal yang di milikinya. Dalam kaitannya dengan hedonisme, di era

globalisasi dan modernisme ini mencapai kenikmatan atau kesenangan semata

adalah tujuan mutlak. Hedonisme sendiri bermakna bahwa pemujaan terhadap

kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang

paling hakiki bagi manusia. Hal ini menyebabkan perilaku manusia sebagai

konsumen semakin menggila, yaitu perilaku yang mengatas-namakan merek,

kekuasaan, dan kenikmatan sesaat. Dampak negatifnya, muncul ideologi bahwa

formalitas kini menjadi segalanya, hal terpenting bagi dirinya adalah images yang

di mana mereka dapat menyalurkan hasrat. Contoh tindakan hedonis dalam era

globalisasi ini muncul dalam beragam tindakan aktivitas, mulai dari

penomorsatuan sebuah merk, hingga berfoya-foya dan bahkan ada yang sudah

menjadikan tujuan hidup.

Modernisasi yang didukung dengan perkembangan pusat perbelanjaan

yang di Indonesia saat ini sudah dapat dikatakan mengalami peningkatan. Hal ini

dapat dilihat dari munculnya berbagai fasilitas pendukung di berbagai sektor

kehidupan masyarakat. Perkembangan ini tidak lepas dari arus modernisasi yang

semakin kuat sehingga mengakibatkan proses tersebut berjalan semakin optimal.

Nurfatoni (Daulay, 2016) menjelaskan bahwa “pusat perbelanjaan modern seperti

Mall, hypermarket dan lain sebagainya, serta hal-hal yang sejenisnya sebenarnya

adalah ajakan bagi anak muda khususnya remaja untuk memasuki suatu budaya
3

yang disebut dengan budaya hedonisme”. Hal tersebut dapat dilihat dari

banyaknya remaja yang melakukan pembelian karena didorong oleh faktor

ketidakpuasan terhadap sesuatu yang telah dimiliki dan atas adanya desakan

perkembangan mode yang terjadi di sekelilingnya. Seiring berkembangnya pusat

perbelanjaan dan tempat hiburan tersebut maka gaya hidup pada remaja sedikit

banyak akan terpengaruhi.

Fenomena gaya hidup tampak terlihat di kalangan remaja. Menurut

Maslow (Jarvis, 2012), remaja memang menginginkan adanya penerimaan dalam

sebagai bentuk dari kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut ditampakkan dengan

penampilan, gaya tingkah laku, cara bersikap dan lain-lainnya agar menarik

perhatian orang lain, terutama kelompok teman sebaya. Remaja ingin diakui

eksistensinya oleh lingkungan sosial sehingga berusaha untuk mengikuti

perkembangan yang terjadi seperti cara berpenampilan. Kebutuhan untuk diterima

dan menjadi sama dengan orang lain atau kelompok teman sebaya menyebabkan

remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut yang sedang trend, misalnya

saja pemilihan model pakaian dengan merek terkenal, penggunaan telepon

genggam (HP) dengan fasilitas layanan terbaru, berbelanja di pusat perbelanjaan

terkenal seperti mall daripada berbelanja di pasar tradisional atau sekedar jalan-

jalan untuk mengisi waktu luang bersama kelompok teman sebaya dan

sebagainya.

Remaja juga cenderung ingin diakui sebagai anggota suatu kelompok atau

diterima oleh lingkungan sosialnya. Misalnya dengan perilaku fanatik mengikuti

trend yang dapat membuat para remaja merasa percaya diri dan diterima oleh
4

lingkungan sosialnya. Remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bersama

dengan teman-teman sebaya, sehingga pengaruh teman-teman sebaya pada sikap,

pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh

keluarganya. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka

memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok popular, maka

kesempatan untuk diterima menjadi anggota kelompok lebih besar.

Gaya hidup hedonis merupakan wujud dari ekspresi dari perilaku

eksperimental yang dimiliki oleh remaja untuk mencoba suatu hal yang baru.

Perilaku eksperimental tersebut masih dipandang wajar apabila tidak

memunculkan pola perilaku yang lebih dominan pada kesenangan hidup dari pada

kegiatan belajar. Hedonisme sebagai fenomena dan gaya hidup sudah tercermin

dari perilaku mereka sehari-hari. Mayoritas pelajar berlomba dan bermimpi untuk

bisa hidup mewah. Berfoya-foya dan nongkrong di cafe dan mall. Ini merupakan

bagian dari agenda hidup mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kasali

(Pontania, 2016) menyebutkan bahwa mall adalah tempat nongkrong anak muda

paling popular untuk mengisi waktu luang remaja sebanyak 30,8%, sedangkan

jajan merupakan prioritas pertama pengeluaran remaja sebanyak 49,4%, membeli

alat sekolah sebanyak 19,5%, jalan-jalan atau hura-hura sebanyak 9,8%, membeli

pakaian sebanyak 9,4%, menabung sebanyak 8,8%, membeli kaset sebanyak

2,3%, membeli aksesori mobil sebanyak 0,6%, dan yang tidak menjawab

sebanyak 0,4%.

Kerentanan remaja terhadap gaya hidup hedonis ini tentu saja berpengaruh

pada dunia pendidikan karena gaya hidup hedonis yang dimiliki para remaja
5

tersebut juga mereka aplikasikan ketika berada di sekolah. Sangat ironis ketika

menyaksikan para siswa yang berpenampilan seperti artis dengan lipstik dan

makeup ketika akan berangkat ke sekolah. Seragam sekolah yang di ubah

sedemikian rupa mengikuti trend dan model yang sering mereka lihat dari artis

idola mereka. Bahkan para remaja tersebut juga lebih memilih menghabiskan

waktu di tempat-tempat hiburan seperti kafe dan mall untuk menghabiskan waktu

dari pada mengikuti pelajaran atau ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Mereka

lebih mengutamakan kesenangan masa kini dari pada memikirkan apa yang terjadi

pada mereka di masa depan nanti. Asumsi tersebut sesuai dengan pendapat

Farozin dan Fathiyah (2004) yang mengungkapkan bahwa perilaku hedonisme

yang merupakan cerminan budaya barat lebih berorientasi pada individu sesorang

yang lebih egosentris, lebih memperhatikan kemandirian, dan hak mereka serta

lebih mengutamakan kepentingan sendiri daripada orang lain. Hal ini

menunjukkan bahwa gaya hidup atau perilaku hedonis yang terjadi pada diri siswa

akan berakibat buruk bagi dunia pendidikan. Tidak hanya merusak moral anak

bangsa tetapi juga menyebabkan merosotnya nilai pendidikan di negara ini.

Banyak dari siswa yang masih bergantung kepada orang tua, tentu ketika

ada keinginan yang tidak terpenuhi akan merasa terancam dengan tuntutan dan

perubahan gaya hidup yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman,

merasa takut gagal, gelisah, dan tertekan, takut akan di cap orang yang

ketinggalan zaman apabila tidak mengikuti trend masa kini apabila terus-menerus

dibiarkan dapat menyebabkan tekanan. Dalam hal ini orang tua menjadi salah satu

faktor yang paling bertanggung jawab dalam mengontrol pola perilaku siswa.
6

Setiap orang tua tentunya menginginkan dan mendambakan hasil yang terbaik

dari seorang anak, terkadang kebebasan yang diberikan orang tua disalahartikan

oleh sebagian individu. Selain itu, Hasil penelitian Trimartani (2014) menyatakan

bahwa perilaku hedonisme dilatarbelakangi oleh faktor eksternal yaitu keluarga

dan teman pergaulan. Ketidakharmonisan di dalam keluarga dan kurangnya

perhatian, kasih sayang, peraturan baik di dalam keluarga maupun masyarakat

yang membuat tekanan dalam diri individu, serta bujukan teman, sehingga sulit

terlepas dari jerat gaya hidup hedonisme.

Berdasarkan observasi awal di SMA Hang Tuah pada tanggal 12-14 April

2018 diketahui bahwa siswa di sekolah tersebut sangat rentan dengan gaya hidup

hedonis. Salah seorang guru BK yang penulis wawancarai menjelaskan bahwa ada

siswa yang mengikuti gaya hidup hedonis dalam kehidupan sehari-harinya. Guru

BK kemudian menjelaskan bahwa terdapat beberapa siswa yang memiliki

perilaku hedonis dilihat dari kebiasaan membeli barang-barang yang kurang

diperlukan dan pergi ke pusat perbelanjaan atau mall untuk menghabiskan waktu

luangnya serta kebiasaan mereka menghabiskan waktu di luar rumah seperti

nongkrong di kafe. Selain itu aspek minat juga tergolong tinggi seperti minat

terhadap fashion yang terbaru, benda-benda mewah, makanan, tempat berkumpul

dan menjadi pusat perhatian yang kemudian hal tersebut dibuktikan dengan

beberapa data-data dokumen guru BK.

Selanjutnya, peneliti mewawancarai siswa yang telah direkomendasikan

oleh guru BK. Siswa yang peneliti wawancarai mengungkapkan bahwa perilaku

hedonis yang dilakukannya karena terjadinya perubahan gaya hidup (life style)
7

anak remaja masa kini. Anak muda sekarang lebih senang dengan hal-hal yang

serba instan, pragmatis, dan cenderung kebarat-baratan. Hal itu dapat dilihat

dalam bentuk rambut, pakaian, maupun sepatu. Pernyataan senada diungkapkan

oleh siswa yang menjelaskan bahwa ia mengikuti gaya hidup yang sedang trend

sekarang ini. Siswa menjelaskan bahwa teman-temannya merupakan siswa yang

terkenal di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, ia berusaha keras mengikuti trend

yang sedang berkembang sekarang seperti apabila hari libur tiba atau hari

weekend beraktivitas belanja, wisata kuliner dan menikmati keindahan kota

Makassar beserta teman-temannya. Wawancara dengan siswa yang telah

direkomendasikan oleh guru BK ini juga diketahui bahwa perilakunya seperti

menyukai dan memiliki barang branded dan mahal serta kebiasannya

menghabiskan waktu di tempat-tempat nongkrong. Aktivitas-aktivitas tersebut

bukan hanya untuk kesenangannya saja melainkan sudah menjadi hal yang harus

dilakukannya atau sudah menjadi tujuan hidupnya. Dan yang menjadi masalah

adalah karena ini sudah menjadi tujuan hidupnya, siswa tersebut hanya

mementingkan dirinya dan mengabaikan yang lain baik itu akademiknya, maupun

sosialnya.

Selain melakukan wawancara, peneliti melakukan observasi langsung

kepada siswa tersebut. Dari hasil observasi diketahui bahwa ia sering

menggunakan barang mewah dan branded ke sekolah dan sering berkumpul

dengan teman tertentu saja. Menjadikan aktivitas kesenangannya menjadi hal

yang diutamakan bagi siswa tersebut memberikan pengaruh yang kurang baik

terhadap dirinya. Dari yang terlihat siswa ini memang merupakan siswa yang
8

hanya mementingkan dirinya sendiri. Obeservasi ini juga menerangkan bahwa

perilaku hedonis ini sudah menjadi tujuan hidup konseli ini dilihat dari perilaku

konseli yang bahkan mengabaikan akademiknya demi nongkrong diluar.

Menjadikan aktivitas kesenangan sebagai tujuan hidup siswa tersebut

membuat makna hidup siswa ini bermasalah. Dengan menjadikan aktivitas

tersebut hal yang harus dilakukan membuat aktivitas yang lainnya diabaikan

seperti masalah nilai di sekolah dan membuat siswa jarang masuk sekolah. yang

menjadi masalah adalah jika makna hidup anak ini sudah menjadikan perilaku

hedonis ini menjadi tujuan hidupnya, ini akan berdampak pada masa depannya

baik dari segi kepribadiannya, perilakunya, dan akademiknya. Ketika perilaku

hedonis dilakukan secara terus menerus oleh para remaja maka akan membuat

peranan agama dan norma para remaja akan luntur bahkan hilang. Sungguh ironis

apabila dengan maraknya perilaku seperti itu mengakibatkan minat dan

kesungguhan belajar para siswa menjadi rendah, maka cara yang tepat untuk

mengurangi gaya hidup hedonis tersebut dengan menggunakan layanan konseling

individu dengan teknik logoterapi, sebab perilaku hedonis ini erat kaitannya

dengan pergaulan dan pemahaman tentang jati diri dan dengan logoterapi

membuat siswa menyadari makna hidup yang harus dicapai selain dari aktivitas

yang membuatnya senang tapi merugikan bagi dirinya.

Merujuk pada perilaku hedonis yang dialami oleh siswa tentunya akan

menghambat tugas perkembangan mereka karena tidak mampu memenuhi

kebutuhan sosialnya. Maka dari itu, selaku guru pembimbing yang ingin melihat
9

tumbuh kembang pribadi dan sosial anak dengan baik perlu memberikan

treatment yang sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh siswa.

Bimbingan Konseling sebagai subsistem pendidikan memiliki peluang

untuk eksis dalam usaha meningkatkan kecakapan pribadi sosial siswa,

sebagaimana dinyatakan bahwa hakikat layanan bimbingan konseling adalah

sebuah proses layanan perkembangan individu, yang tidak hanya berorientasi

pemecahan masalah saat ini, melainkan berorientasi pengembangan perilaku

jangka panjang. Ditegaskan juga bahwa Bimbingan Konseling saat ini bergerak

dan berorientasi terapeutik-klinis kearah perkembangan (ABKIN, 2005). Konsep

ini menginspirasikan bahwa siswa perlu dibimbing perkembangan perilakunya

sehingga menunjang perkembangan aspek pribadi, sosial, akademik maupun

kariernya. Dengan demikian, bimbingan konseling perlu peka, aktif dan proaktif

dalam menggagas dan mengimplementasikan berbagai model dan jenis bantuan

yang relevan dalam menunjang pengembangan perilaku siswa ke arah yang lebih

baik. Salah satu treatment yang diberikan yaitu dengan teknik logoterapi

Bastaman (2007) mengemukakan logoterapi adalah suatu proses terapi

pengobatan atau penyembuhan untuk menemukan makna hidup serta

pengembangan spiritual seseorang. Makna hidup jika berhasil ditemukan dan

dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan lebih berarti dan berharga.

Sementara itu Suranata (2013), menjelaskan konseling logoterapi adalah proses

pemberian bantuan dari konselor kepada konseli dalam wawancara konseling

yang berlandaskan pada pencarian makna hidup dan simbol-simbol spiritual yang
10

bertujuan agar siswa lebih memaknai hidupnya dan mengembangkan

kehidupannya menjadi lebih baik.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Hang Tuah Kota Makassar dengan

judul “Penerapan Logoterapi dalam Menangani Perilaku Hedonis (Studi kasus

pada 1 orang siswa di SMA Hang Tuah).

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana perilaku hedonis yang terjadi pada salah satu siswa di SMA Hang

Tuah Makassar?

2. Apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis pada salah satu

siswa di SMA Hang Tuah Makassar?

3. Bagaimana penerapan logoterapi pada siswa yang mengalami perilaku hedonis

di SMA Hang Tuah Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perilaku hedonis pada salah satu siswa di SMA Hang Tuah

Makassar

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis salah

satu siswa di SMA Hang Tuah Makassar

3. Untuk mengetahui penerapan teknik logoterapi terhadap perilaku hedonis siswa

di SMA Hang Tuah Makassar

D. Manfaat Penelitian

Dengan tujuan yang telah dikemukakan, hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat secara teoritis dan praktis, yaitu:


11

1. Manfaat teoretis

a) Bagi akademisi, sebagai bahan informasi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya bidang psikologi pendidikan dan bimbingan berkaitan

dengan hedonis.

b) Bagi peneliti, menjadi acuan atau referensi untuk melanjutkan dan menerapkan

penelitian ini jika nantinya terjun ke dalam dunia pendidikan sebagai

pembimbing/konselor.

2. Manfaat praktis

a) Bagi guru pembimbing, menjadi masukan dalam mengidentifikasi siswa yang

mengalami hedonis sekaligus memberikan layanan bimbingan dan konseling

secara intensif sehingga tidak berdampak negatif terhadap kemampuan

belajarnya.

b) Bagi wali kelas, sebagai masukan dalam melakukan pengawasan terhadap anak

walinya sekaligus kerja sama dengan guru pembimbing dalam penanganan

siswia yang mengalami hedonis.

c) Bagi siswa, sebagai masukan tentang pentingnya memanfaatkan layanan

bimbingan dan konseling guna mengatasi hedonis yang dapat dialami setiap

saat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan pustaka

1. Hedonis

a. Pengertian Hedonis

Salah satu tipe gaya hidup yang berkembang pesat terutama dalam

masyarakat perkotaan adalah gaya hidup hedonis. Hedonisme adalah pandangan

hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan

utama hidup (Wikipedia, 2018). Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang,

pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan

bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali,

sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam

lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi

memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Wells dan Tigert (Saputri dan

Rachmatan, 2016) mengungkapkan pengertian gaya hidup hedonis yaitu pola

hidup seseorang sebagai proses penggunaan uang dan waktu yang dimiliki yang

dinyatakan dalam aktivitas, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Hal

tersebut diwujudakan dalam hal seperti fashion, makanan, benda-benda mewah,

tempat berkumpul, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Perilaku hedonis ini merupakan perilaku yang banyak menjangkit remaja

sekarang, dimana akan remaja yang terjangkit perilaku ini akan cenderung

berorientasi untuk bersenang-senang. Menurut Salam (Saputri dan Rachmatan,

12
13

2016) prinsip gaya hidup hedonis menganggap bahwa segala sesuatu akan

dianggap baik jika hal tersebut telah sesuai dengan kesenangan yang akan

diperoleh.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hedonis adalah

gaya hidup seseorang yang suka bersenang-senang yang dinyatakan dalam

aktivitas, minat, dan pendapat dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi

hawa nafsu yang tanpa batas.

b. Karakteristik Hedonis

Salah satu bentuk gaya hidup yang umumnya ditemukan di kalangan

remaja adalah perilaku hedonis. Menurut Susanto (Trimartati, 2014) menyatakan

bahwa karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup hedonis yaitu

ditunjukkan dengan lebih senang mengisi waktu luang di tempat yang santai

seperti cafe. Bersenang-senang di cafe tidak selalu identik dengan minum-

minuman beralkohol tetapi lebih pada menghabiskan waktu luang atau bersantai

namun dapat sekaligus menunjukkan simbol status. Senanda dengan pernyataan di

atas Rahardjo dan Silalahi (Trimartati, 2014) juga berpendapat bahwa terdapat

beberapa karakteristik gaya hidup hedonis yaitu pada umumnya hidup dan tinggal

di kota besar, dimana hal ini tentu saja berkaitan dengan kesempatan akses

informasi yang dapat mempengaruhi gaya hidup, berasal dari kalangan berada dan

memiliki banyak uang karena banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai

penunjang gaya hidup, mengikuti perkembangan fashion yang sedang trend,

sangat memperhatikan penampilan dan tampil modis dan trendy.


14

Perilaku hedonis ini memang merupakan perilaku yang sering kita jumpai

di kalangan remaja sekarang. Beberapa ciri-ciri perilaku ini yang sering kita

jumpai adalah sangat konsumtif dan penampilannya selalu glamor. Menurut

(Patricia dan Handayani, 2014) juga menyatakan bahwa ciri-ciri perilaku hedonis

adalah berorientasi pada kenikmatan dari kesenangan pribadi, tidak peduli dengan

kepentingan orang lain, tidak pernah merasa puas dengan harta yang dimiliki,

konsumtif, dan diskriminatif. Senada dengan pernyataan diatas ciri perilaku

hedonis juga dikemukakan oleh Susianto (Hadi dkk, 2017) menjelaskan bahwa

gaya hidup hedonis memiliki karakter impulsif, suka mencari perhatian, dan peka

terhadap inovasi baru. Susianto melanjutkan gaya hidup hedonis mengarahkan

semua aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup semata. Aktivitas tersebut

lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang

membeli barang-barang mahal untuk memenuhi kesenangannya, serta selalu ingin

menjadi pusat perhatian. Andy K Utomo (Nadzir, 2015) menambahkan bahwa

gaya hidup hedonis dapat dilihat dari banyaknya membelanjakan uang dalam

memenuhi keinginannya untuk identitas diri dan aktualisasi diri.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan karakterisitik perilaku

hedonis adalah senang mengisi waktu luang atau bersantai di tempat santai seperti

cafe serta sangat memperhatikan penampilan agar terlihat modis dan sesuai

perkembangan fashion yang sedang trend.


15

c. Aspek-aspek Hedonis

Ada beberapa aspek yang dikemukakan oleh para ahli, dimana Menurut

Trimartati (2014) mengungkapkan bahwa ada tiga aspek yang mendasari gaya

hidup hedonis diantaranya:

1) Kegiatan (Activities)

Tindakan nyata seperti banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih

banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat

perbelanjaan dan kafe. Walaupun tindakan ini dapat dipahami, tetapi kegiatan ini

tidak dapat diukur secara langsung.

2) Minat (Interest)

Seperti hal dalam fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat kumpul,

dan selalu ingin jadi pusat pusat perhatian.

3) Opini (Opinion)

Adalah “jawaban” lisan atau tertulis yang diberikan sebagai respon

terhadap situasi stimulus dimana semacam “pertanyaan” diajukan. Opini

digunakan untuk mendeskripsikan pemikiran, harapan, dan evaluasi dalam

perilaku.

d. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hedonis

Perilaku hedonis ini di dipengaruhi beberapa faktor dimana ada faktor

yang berasal dari dalam diri konseli sendiri atau internal dan ada pula dari luar diri

konseli atau eksternal. Menurut Kotler (Trimartati, 2014) secara garis besar

faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme seseorang dibedakan

menjadi dua faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan dari luar
16

diri individu (eksternal). Faktor Internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri

individu yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri untuk bergaya hidup sesuai

dengan keinginananya. Adapun faktor interna antara lain sikap terhadap gaya

hidup hedonisme, seseorang mengganggap bahwa sikap yang harus ditunjukkan

adalah mewah, megah, dan suka menjadi pusat perhatian orang lain. Pengamatan

dan pengalaman, seseorang melakukan pengamatan terhadap orang lain yang

dianggap berkompeten dalam dirinya untuk tampil lebih baik. Dari pengamatan

tersebut direalisasikan dari pengalaman yang telah dilaluinya sehingga seseorang

ingin bertingkah laku sama dengan apa yang diamati dan dari pengalamannya

tersebut. Misalnya kagum terhadap artis dan ingin menirukan penampilan artis

tersebut dan bergaya hidup hedonisme.

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang merupakan perbedaan

antara individu satu dengan yang lain. Kepribadian seseorang akan mempengaruhi

perilakunya, jika seseorang memandang gaya hidup hedonisme sesuai dengan

kepribadian maka individu akan mengikuti gaya hidup hedonisme. Motif, perilaku

seseorang muncul karena adanya motif. Kebutuhan untuk dapat merasakan dan

kebutuhan terhadap sesuatu yang simple merupakan beberapa contoh tentang

motif. Dengan demikian individu yang mengikuti gaya hidup hedonisme

termotivasi agar kebutuhan akan penghargaan dirinya terpenuhi. Kontrol Diri,

kontrol diri merupakan cara seseorang untuk mengendalikan emosi serta

dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Seseorang yang memiliki control diri yang

tinggi cenderung untuk tidak mengikuti rangsangan-rangsangan dari luar, dalam

hal ini berperilaku gaya hidup hedonisme. Namun sebaliknya seseorang yang
17

memiliki kontrol diri yang rendah cenderung mudah untuk mengikuti gaya hidup

hedonisme.

Secara eksternal individu yang hedonis akan mengarahkan aktivitasnya

pada kesenangan, serta memilih kelompok sosial menengah ke atas (bermewah-

mewahan, borjuis). Gaya hidup hedonisme yang berasal dari faktor eksternal yaitu

muncul dari luar diri individu yang dipengaruhi oleh kelompok referensi.

Kelompok referensi kelompok yang memberikan pengaruh secara langsung

ataupun tidak langsung terhadap perilaku dan sikap seorang individu. Pada

kelompok referensi, terdapat lima cara yang digunakan oleh kelompok referensi

untuk mempengaruhi pilihan dan perilaku individu, yaitu pengaruh utilitarian

(normatif), nilai ekspresif, informasi, keluarga, dan kelas sosial.

1. Pengaruh utilitarian (normatif) merupakan pengaruh kelompok acuan dapat

diekspresikan melalui tekanan untuk patuh pada norma kelompok atau

mengacu pada pengaruh normatif. Pergaulan teman sebaya (peer group) sangat

mempengaruhi seseorang untuk mengikuti gaya hidup kelompoknya, jika

kelompoknya mengikuti gaya hidup hedonisme maka individu yang berada

dalam kelompok tersebut akan cenderung untuk mengikuti gaya hidup hedonis

supaya tetap diterima dalam kelompoknya tersebut. Hal ini karena intensitas

pertemuan dan perkembangan sosial pada individu lebih banyak melibatkan

teman sebaya (peer group) dibandingkan dengan orang tua.

2. Nilai ekspresif pada individu merupakan suatu kebutuhan untuk memiliki

hubungan psikologis dengan suatu kelompok. Kebutuhan dalam hal ini

mengidentifikasikan tentang penerimaan norma, nilai, atau perilaku pada suatu


18

komunitas atau kelompok, sehingga individu memberikan respons yang sesuai

dengan nilai, dan norma. Tujuan dari nilai ekspresif ini untuk menaikkan citra

diri sendiri dimata orang lain.

3. Informasi dapat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Pengaruh teknologi

saat ini sudah mulai merambah dari kalangan dewasa hingga anak-anak.

Teknologi informasi telah banyak merubah gaya hidup kearah yang modern

karena bukan sekedar memenuhi kebutuhan hidup melainkan keinginan untuk

mencapai kepuasan. Individu cenderung mengikuti gaya hiduphedonisme

karena teknologi informasi yang semakin canggih baik dari media cetak, media

massa, media online yang mudah diterima oleh individu menirukan gaya hidup

orang lain yang mengarah kepada gaya hidup hedonisme.

4. Keluarga, peran orang tua dalam keluarga sangat penting karena sikap dan

perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor keluarga. Apabila dalam keluarga

menganut gaya hidup hedonisme, maka secara tidak sadar akan membentuk

sikap hedonis dalam diri anggota keluarga. Hal ini dikarenakan pola asuh

keluarga yang membentuk kebiasaan anak yang secara logika merupakan pola

hidupnya.

5. Kelas sosial, di dalam masyarakat banyak ditemukan komunitas-komunitas

dikalangan individu khususnya mahasiswa. Komunitas tersebut didasarkan

pada tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan kelas sosialnya, dalam hal ini

kelompok sosial relatif homogen dan bertahan lama dalam masyarakat yang

tersususn urutan jenjang. Para anggota dalam setiap jenjang tersebut memiliki

minat dan tingkah laku yang sama. Dalam kelas sosial yang menganut paham
19

hedonisme maka seseorang dalam komunitas tersebut secara tidak sadar akan

mengikuti gaya hidup hedonisme.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya

hidup hedonisme dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri individu

(internal) dan faktor dari luar diri sendiri (eksternal) yang dapat mempengaruhi

individu dalam bersikap, dengan demikian akan membentuk ragam kehidupan

yang diciptakan untuk diri sendiri.

Selain penjabaran diatas faktor lain dari perilaku hedonis dikemukakan

oleh Fitts (Hadi dkk, 2017) yang dimana remaja hedonis yang mudah terpengaruh

bujukan dari luar yang menarik minatnya untuk menutupi kekurangan pada

dirinya yang dianggap tidak ideal. Dari penjabaran tersebut peneliti merangkum

bahwa faktor yang memicu munculnya gaya hidup hedonis pada individu adalah

ingin diakui, ingin menjadi pusat perhatian, mudah terpengaruh dari luar (ikut-

ikutan), dan banyak membelanjakan uangnya untuk indentitas diri dan aktualisasi

diri.

1. Ingin diakui

Gaya hidup hedonis menuntut individu agar diakui sebagai anggota suatu

kelompok atau diterima oleh lingkungan sosialnya. Sebagaimana Maslow

menjelaskan (Jarvis, 2012) remaja memang menginginkan adanya penerimaan

sebagai bentuk kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut ditampakkan dengan

penampilan, tingkah laku, cara bersikap dan lain-lainnya agar menarik perhatian

orang lain, terutama kelompok teman sebaya. Remaja ingin diakui eksistensinya
20

oleh lingkungan sosial sehingga berusaha untuk mengikuti perkembangannya.

Maka dari itu kebutuhan untuk ingin diakui ini menjadi pendorong individu untuk

melakukan perilaku hedonis.

2. Ingin menjadi pusat perhatian

Popularitas dan rasa gengsi tinggi dengan menonjolkan kebanggaan

materi, merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol gengsi kemewahan

lainnya merupakan ciri gaya hidup hedonis. Individu berlomba-lomba menjadikan

dirinya seperti apa yang diinginkannya. Berbagai cara dilakukannya agar apa yang

diinginkannya dapat tercapai, salah satunya dengan mencari popularitas. Wells

dan Tigert (Saputri & Rachmatan, 2016) menjelaskan hedonis dapat diwujudkan

dalam hal seperti fashion, makanan, benda-benda mewah, dan selalu ingin

menjadi pusat perhatian. Menjadi pusat perhatian menjadi ciri khas yang dimiliki

oleh gaya hidup hedonis dikarenakan individu ingin menjadi populer di

kelompoknya.

3. Ikut-ikutan

Kecendrungan remaja untuk diakui dalam suatu kelompok atau lingkungan

sosial membuat remaja mengikuti trend yang dapat membuat remaja tersebut

merasa percaya diri dan diterima dalam kelompok tersebut. Pengaruh teman

sebaya pada sikap, penampilan, dan sebagainya diakibatkan remaja lebih banyak

menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebaya. Karena manusia hidup

dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia, maka motif sosial ini terbentuk

(Suryabrata, 2014). Motif ini dapat berupa dorongan mengejar kedudukan tertentu

dalam masyarakat, dorangan untuk berhubugan dengan orang lain.


21

4. Identitas diri dan aktualisasi diri

Identitas dan aktualisasi diri merupakan hal penting dalam kehidupan

manusia, dimana dalam aktualisasi diri manusia ingin menunjukkan

keberadaannya. Pandangan Maslow (Adhani, 2013) menyatakan aktualisasi diri

adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi

psikologis yang unik, aktualisasi diri sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi

seorang manusia. Motif aktualisasi diri berkaitan dengan kebutuhan atau dorongan

untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Hal ini bervariasi

dari orang satu dengan orang lain. Orang yang memiliki gaya hidup hedonis akan

mengaktualisasikan dirinya di bidang hedonisme.

e. Dampak perilaku hedonis

Perilaku hedonis adalah perilaku konsumtif yang dimana akan

menimbulkan dampak bagi yang melakukan. Menurut Angelika (2016)

menyatakan bahwa perilaku hedonis akan berdampak pada kepedulian orang

tersebut terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan, Menurut Praja dan damayanti

(gemilang dan cristiana, 2016), menyakan bahwa apabila tidak ditangani dengan

baik akan menimbulkan dampak negatif seperti:


22

1. Dampak pada motivasi dan prestasi belajar siswa, Dampak ini akan

mengakibatkan konseli akan ketinggalan akademiknya, ini dikarenakan konseli

lebih suka untuk menghabiskan waktunya di mall atau cafe-cafe. Karena

perilaku hedonis ini, siswa kehilangan motivasi untuk belajarnya dan

kehilangan kesempatan untuk berprestasi.

2. Perubahan pola hidup menjadi matrealistik, dampak lain dari perilaku hedonis

ini adalah membuat pola hidup menjadi matrealistik, yaitu dimana siswa akan

memandang semuanya dari segi materi dan tidak mementingkan aspek lain.

3. Serta perubahan pola pikir menjadi pragmatis dan acuh tak acuh. Dampak
terakhir yang di akibatkan oleh perilaku hedonis adalah membuat siswa

menjadi pragmatis, dimana siswa yang mengalami perilaku hedonis tidaka

akan peduli dengan sekitar. Dia hanya akan peduli dengan dirinya sendiri tanpa

mementingkan kepentingan orang lain, dan ini akan membuat siswa acuh tak

acuh terhadap orang lain.

2. Logoterapi

A. Konseling Eksistensial

Pendekatan ini berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup

kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib

sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar,

pencarian makna hidup. Logoterapi merupakan bagian dari aliran eksistensial

humanistik yang dirintis oleh Viktor Frankle, ada tiga asas dalam aliran ini yang

merupakan pandangan tentang makna kehidupan, yaitu hidup memiliki makna

dalam setiap situasi, setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas
23

untuk menemukan sendiri makna hidupnya, dan setiap manusia memiliki

kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa tragis

yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar.

B. Tujuan Konseling Eksistensial

Terapi eksistensial bertujuan agar individu mengalami keberadaannya

secara otentik dengan menajdi sadar atas keberadaannya dan potensi-potensi serta

sadar bahwa dirinya mampu membuka diri dan bertindak berdasarkan

kemampuannya. Menurut Bugental (Corey, 2005) menyebut tiga karakteristik dari

keberadaan otentik: (1) menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, (2) memilih

bagaimana hidup pada saat sekarang, dan (3) memikul tanggung jawab untuk

memilih. Tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri individu agar

individu mampu menentukan pilihannya, yakni bebas dan bertanggung jawab.

C. Pribadi Sehat Menurut Eksistensial Humanistik

Pribadi yang sehat menurut pandangan eksistensial humanistik yaitu

mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga

kesadaran bisa berfungsi secara penuh. Afiantika (2013) menjelaskan ciri-ciri

pribadi yang sehat menurut pandangan eksistensial humanistik yaitu:

1. Menerima realitas secara tepat : Orang-orang yang sangat sehat mengamati

objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap

arang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidakjujuran.

2. Menerima diri dan orang lain apa adanya : Orang-orang yang

mengaktualisasikan diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan

kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas kesusahan.


24

3. Bertindak secara spontan dan alamiah, tidak dibuat-buat : Pengaktualisasian

diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Kita

dapat mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni

sesuai dengan kodrat mereka.

4. Memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan : Orang yang

mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa

pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka.

5. Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain: Orang-orang yang

mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan

dan kesunyian. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan

mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak

ramah. Tingkah laku dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah kepada

diri mereka sendiri

6. Memiliki ruang untuk diri pribadi: Pengaktualisasian diri untuk berfungsi

secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik. Kepribadian-kepribadian

yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi

menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis atau kerugian.

7. Menghargai dan terbuka akan pengalaman-pengalaman dan kehidupan baru:

Menghargai pengalaman-pemgalaman tertentu bagaimanapun seringnya

pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar,

perasaan terpesona dan kagum.

8. Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak : Dimana orang-orang

yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan


25

terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman

keagamaan yang mendalam.

9. Memiliki identitas sosial dan minat sosial yang kuat : Pengaktualisasian diri

memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan dalam terhadap

semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan.

10. Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman: Mampu mengadakan

hubungan yang lebih kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang

yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa.

11. Mengarah pada nilai-nilai demokratis: Orang yang sehat membiarkan dan

menerima semua orang tanpa memperhatkan kelas social, tingkat pendidikan,

golongan politik atau agama, ras, atau warna kulit.mereka sangat siap

mendengarkan atau belajar dari dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu

kepada mereka.

12. Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh: Dapat membedakan dengan jelas

antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan atau cita- cita jauh lebih penting

daripada sarana untuk mencapainya.mereka juga sanggup membedakan antara

baik dan buruk, benar dan salah.

13. Memiliki rasa humor yang tinggi

14. Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif : Kreatifitas merupakan

suatu sifat yang diharapkan seseorang dari pengaktualisasi- pengaktualisaasi

diri mereka adalah asli, inventif, dan inovatif, meskipun tidak selalu dalam

pengertian menghasilkan suatu karya seni.

15. Memiliki integritas tinggi yang total


26

D. Defenisi Logoterapi

Logoterapi adalah suatu jenis psikoterapi yang pertama kali dikembangkan

oleh Viktor Frankl pada tahun 1983. Bastaman (2007) mengemukakan logoterapi

adalah suatu proses terapi pengobatan atau penyembuhan untuk menemukan

makna hidup serta pengembangan spiritual seseorang. Makna hidup jika berhasil

ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan lebih berarti dan

berharga. Menurut Frankl (Bastaman,2007) konseling logoterapi berorientasi pada

masa depan (future oriented) dan berorientasi pada makna hidup (meaning

oriented). Relasi yang dibangun antara konselor dan konseli adalah encounter,

yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta

sikap dan kesedian untuk saling menghargai, memahami, dan menerima

sepenuhnya satu sama lain.

E. Landasan Filsafat Logoterapi

Setiap aliran psikologi memiliki landasan filsafat kemanusiaan yang

mendasari seluruh ajaran, teori, dan penerapannya. Menurut Viktor Frankl

(Bastaman, 2007) logoterapi pun memiliki filsafat manusia yang merangkum dan

melandasi asas-asas, ajaran, dantujuan logoterapi yaitu The Freedom of Will, The

Will To Meaning, dan The Meaning of Life.

1) The Freedom of Will (Kebebasan Berkehendak)

Kebebasan ini sifatnya bukan tak terbatas karena manusia adalah makhluk

serba terbatas. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki berbagai

potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi

(tenaga, daya tahan, stamina, usia), aspek kejiwaan (kemampuan, keterampilan,


27

kemauan, ketekunan, bakat, sifat, tanggung jawab pribadi), aspek sosial budaya

(dukungan lingkungan, kesempatan, tanggung jawab sosial, ketaatan pada norma),

dan aspek kerohanian (iman, ketaatan beribadah, cinta kasih). Kebebasan manusia

bukan merupakan kebebasan dari (freedom from) bawwan biologis, kondisi

psikologis, dan kesejarahannya, melainkan kebebasan yang dimaksud adalah

kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-

kondisi tersebut, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri. Sesuai dengan

istilah “the self determining being” artinya bahwa manusia dalam batas-batas

tertentu memiliki kemampuan dan kebebasan untuk mengubah kondisi hidupnya

guna meraih kehidupan yang lebih berkualitas serta kebebasan yang disertai

tanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangwenangan.

2) The Will to Meaning (Hasrat untuk Hidup Bermakna)

Setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang bermartabat dan

berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan

berharga di mata Yang Maha Kuasa. Semisalorang tua yang selalu menyayangi

anaknya serta anggota keluarga lainnya dan mampu menjalankan dengan sebaik-

baiknya fungsi mereka sebagai orang tua. Sebaliknya apabila ia seorang anak, ia

ingin menjadi anak berbakti dan dikasihi serta menjadi kebanggan kedua oarng

tuanya.

Setiap orang pasti menginginkan cita-cita serta tujuan hidup yang jelas

yang diperjuangkan dengan penuh semangat, sebuah tujuan hidup yang dijadikan

arahan dalam melakukan kegiatan. Setiap orang mendambakan dirinya

bertanggung jawab atas dirinya, mampu menentukan apa yang akan dilakukan
28

serta mampu menentukan pilihan terbaik untuk dirinya. Seseorang perlu untuk

mencintai dan dicintai agar merasa dirinya dicintai dan bahagia. Seseorang tidak

menginginkan dirinya menjadi orang dengan tanpa tujuan yang jelas karena

menjadikan dirinya tidak mengetahui apa yang diinginkan dan dilakukannya.

Itulah sekelumit keinginan manusia di antara sekian banyak keinginan lainnya,

yang menggambarkan hasrat paling mendasar dari setiap manusia yaitu hidup

bermakna. Bila hasrat ini tidak terpenuhi, kehidupan akan dirasakan tak bermakna

(meaningless). Bila hasrat ini dapat dipenuhi maka kehidupan akan dirasakan

berguna, berharga, dan berarti (meaningful).

Keinginan untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada

manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk melakukan berbagai

kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya agar hidupnya dirasakan berarti

dan berharga. Penelitian-penelitian yang dilakukan di beberapa negara maju

menunjukkan bahwa hasrat untuk hidup bermakna benar-benar ada dan dihayati

setiap orang dan diyakini perlu dalam kehidupan. Sebagai motibasi dasar manusia,

hasrat untuk hidup bermakna ini mendambakan dir8uinya menjadi seorang pribadi

yang berharga dan berarti (being somebody) dengan kehidupan yang sarat dengan

kegiatan yang bermakna pula.

3) Logoterapi Merespons Dambaan Manusia

Logoterapi menunjukkan bahwa makna hidup dan sumber-sumbernya

terdapat dalam kehidupan itu sendiri walaupun kadang sering tersirat dan

tersembnyi di dalamnya. Logoterapi menunjukkan cara-cara menemukannya.

Selain itu, logoterapi mengungkapkan bahwa manusia mampu untuk menemukan


29

dan mengembangkan makna hidupnya, sehingga dambaan untuk hidup secara

bermakna dan bahagia dapat diraih. Kebahagian (happiness) yang didambakan

setiap manusia merupakan hasil samping (by product) atau ganjaran (reward) atas

keberhasilan dalam meraih hidup yang bermakna (the meaningful life). Logoterapi

mengakui bahwa setiap manusia mampu untuk menentukan dan mengubah

“nasib”-nya sendiri. Manusia adalah “self determining being” yakni makhluk

yang mampu untuk menentukan hidupnya menurut apa yang dianggapnya baik.

4) The Meaning of Life (Makna Hidup)

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga

serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan sebagai

tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal tersebut berhasil dipenuhi

maka seseorang dapat merasakan kehidupan yang berarti dan pada akhirnya akan

menimbulkan perasaan bahagia (happiness). Dan makna hidup terdapat dalam

kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang

menyenangkan dan tidak menyenangkan, keadaan bahagia dan dalam penderitaan

sekalipun. Ungkapan seperti “Makna dalam Derita” (Blessing in Disguise)

menunjukkan bahwa dalam penderitaan sekalipun seseorang tetap dapat

menemukan makna hidupnya. Pengertian mengenai makna hidup menunjukkan

bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu

dicapai dan dipenuhi.

F. Sumber-sumber Makna Hidup

Dalam kehidupan ini terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial

mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang untuk menemukan makna


30

hidunya apabila nilai-nilai tersebut diterapkan dan dipenuhi. Ketiga nilai (values)

tersebut (Bastaman, 2007) adalah:

1) Nilai-nilai Kreatif (Creative Values)

Nilai-nilai kreatif mencakup kegiatan-kegiatan seperti kegiatan berkarya,

bekerja, menciptakan serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya

dengan penuh tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan dan meningkatkan

keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya dengan

sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan berkarya. Melalui

karya dan kerja seseorang dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan

secara bermakna. Bekerja dapat menimbulkan makna dalam hidup, secara nyata

dapat dialami seseorang menghargai pekerjaan yang dimilikinya.

Sehubungan dengan itu perlu dijelaskan bahwa pekerjaan hanya sebagai

sarana yang memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan

makna hidup, makna hidup tidak terletak pada pekerjaan, tetapi lebih bergantung

pada pribadi yang bersangkutan yakni sikap positif dan mencintai pekerjaan.

2) Nilai-nilai Penghayatan (Experiental Values)

Nilai-nilai penghayatan adalah keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai

kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih.

Menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang memiliki hidup

yang berarti. Tidak sedikit orang-orang yang merasa menemukan arti hidup dari

agama yang diyakininya, atau seseorang yang mendedikasikan hidupnya untuk

menekuni cabang seni tertentu. Cinta kasih dapat menjadikan seseorang

menghayati perasaan yang berarti dalam hidupnya. Dengan mencintai dan merasa
31

dicintai, seseorang akan merasakan hidupnya penuh dengan pengalaman yang

membahagiakan.

Dalam hal-hal tertentu mencintai seseorang berarti menerima sepenuhnya

keadaan orang tersebut. Cinta kasih senantiasa menunjukkan kesedian untuk

berbuat kebajikan kepada orang yang dikasihi, serta menampilkan diri yang

terbaik di hadapannya. Erich Fromm, pakar psikoanalisis modern menyebutkan

empat unsur dari cinta kasih yang murni, yaitu perhatian (care), tanggung jawab

(responsibility), rasa hormat (respect), dan pengertian (understanding). Dari

uraian di atas dilihat bahwa cinta kasih merupakan salah satu sumber makna

hidup.

3) Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal Values)

Nilai-nilai bersikap yakni menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran,

dan keberanian terhadap segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan

lagi, seperti sakit yang tidak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang

kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara maksimal. Hal yang

harus diubah adalah bukan keadaannya, melainkan sikap (attitude) yang dilakukan

dalam menghadapi keadaan itu.Ini berarti apabila menghadapi keadaan yang tak

mungkin untuk diubah atau dihindari, sikap tepat yang harus diambil yang harus

dikembangkan. Sikap menerima dengan penuh ikhlas dan tabah hal-hal yang

tragis yang tidak mungkin untuk dielakkan lagi dapat mengubah pandangan

seseorang dari yang diwarnai penderitaan dapat menjadi pandangan yang mampu

melihat makna dan hikmah dibalik penderitaan itu. Penderitaan memang

memberikan makna dan manfaat apabila seseorang dapat mengubah sikap


32

terhadap penderitaan itu menjadi lebih baik. ini berarti bahwa dalam keadaan

bagaimanapun (sakit, dosa, bahkan maut) arti hidup masih tetap dapat ditemukan,

asalkan dapat mengambil sikap yang tepat dalam menghadapinya.

4) Nilai Pengharapan (Hopeful Values)

Selain tiga ragam nilai yang dikemukakan Viktor Frankl, ada nilai yang

menurut H. D. Bastaman dapat menjadikan hidup ini menjadi lebih bermakna,

yaitu harapan. Harapan adalah keyakinan akan terjadinya hal-hal yang baik atau

perubahan yang menguntungkan di kemudian hari. Harapan sekalipun belum tentu

menjadi kenyataan memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang

menjanjikan yang dapat menimbulkan semangat dan optimisme. Berbeda dengan

orang yang tidak memiliki harapan yang senantiasa mengalami kecemasan,

keputusasaan, dan apatisme, orang yang berpengharapan selalu menunjukkan

sikap positif terhadap masa depan, penuh percaya diri, dan optimis dapat meraih

kehidupan yang lebih baik. Pengharapan mengandung makna hidup karena

adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik, ketabahan

menghadapi keadaan buruk saat ini dan sikap optimis menyongsong masa depan.

Harapan mungkin sekedar impian, tetapi tak jarang impian itu menjadi kenyataan.

Harapan memberikan sebuah peluang dan solusi serta tujuan baru yang

manjanjikan dapat menimbulkan semangat dan optimisme (Bastaman, 2007).

G. Karakteristik Makna hidup

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perlu memahami beberapa

sifat khusus dari makna hidup, yaitu:

1) Unik, pribadi, dan temporer


33

Apa yang dianggap berarti oleh seseorang belum tentu berarti pula bagi

orang lain. Mungkin pula apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini

bagi seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat lain.

Dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna bagi dirinya

biasanya bersifat khusus, berbeda dengan makna hidup orang lain, serta dapat

berubah dari waktu ke waktu.

2) Spesifik dan nyata

Makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-

hari, serta tidak selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstak-filosofis,

tujuan-tujuan idealistis, dan prestasi-prestasi akademis yang serba menakjubkan.

Mengingat keunikan dan kekhususannya itu, makna hidup tidak dapat diberikan

oleh siapapun, melainkan harus dicari, dijajagi, dan ditemukan sendiri. Orang lain

hanya bisa menunjukkan hal-hal yang mungkin berarti, tetapi itu kembali

bergantung terhadap orang yang ditunjuki untuk menentukan apa yang dianggap

dan dirasakan bermakna.

3) Memberi pedoman dan arah

Makna hidup memberi pedoman arah terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dan seakan-akan menantang untuk dipenuhi. Begitu makna hidup

ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang seakan-akan terpanggil

untuk melaksanakan dan memenuhinya, serta kegiatan-kegiatan kita pun menjadi

terarah kepada pemenuhan itu.


34

H. Makna Hidup Paripurna

Walaupun makna hidup bersifat unik dan personal, akan tetapi logoterapi

mengakui adanya nilai-nilai hidup yang bersifat paripurna dan mutlak. Sebagian

dari kalangan non-agamis dapat menganggap alam semesta, ekosistem, pandangan

filsafat sebagai landasan dan sumber makna hidup. Sedangkan kaum agamis,

tujuan dan makna hidup tertingginya adalah pengabdian dan beribadah kepada

Tuhan. Inilah yang mendasari makna hidup yang bersifat unik dan personal

(Bastaman, 2007).

I. Komponen-Komponen Makna Hidup

Komponen-komponen yang menentukan berhasilnya perubahan dari

penghayatan hidup yang tidak bermakna menjadi bermakna adalah (Bastaman,

2007)

1) Pemahaman diri (self insight), yaitu meningkatnya kesadaran atas buruknya

kondisi diri pada saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke

arah kondisi yang lebih baik.

2) Makna hidup (the meaning of life), yaitu nilai-nilai penting dan sangat berarti

bagi kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang

harus dipenuhi dan pengarah akan kegiatan-kegiatannya.

3) Pengubahan sikap (changing attitude), yaitu dari yang semula tidak tepat

menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup, dan musibah

yang tak terelakkan.

4) Keikatan diri (self commitment), yakni adanya komitmen terhadap makna

hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang ditetapkan.


35

5) Kegiatan terarah (directed avtivities), yaitu upaya-upaya yang dilakukan secara

sadar dan sengaja berupa pengembangan potensi-potensi pribadi (bakat,

kemampuan, keterampilan) yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi

untuk menunjang tercapainya makna dan tujuan hidup.

6) Dukungan sosial (sosial support), yaitu hadirnya seseorang atau sejumlah

orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu bersedia memberi bantuan pada

saat-saat diperlukan.

Keenam komponen tersebut adalah proses integral dan dalam hal

mengubah penghayatan hidup tak bermakna menjadi bermakna, dan komponen

yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

J. Teknik-Teknik Logoterapi

Logoterapi tidak hanya mengemukakan asas-asas dan filsafat manusia

yang bercorak humanistik eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan

teknik-teknik terapi untuk mengatasi gangguan-gangguan perasaan, hambatan-

hambatan emosional, dan gangguan neorosis yang disebabkan tidak terpenuhinya

hasrat untuk hidup bermakna. Gangguan-gangguan perasaan yang berkaitan

dengan ragawi, logoterap mengembangkan metode Medical Ministry, untuk

gangguan karena hambatan-hambatan emosional dikembangkan teknik

Paradoxical Intention dan Dereflection, sedangkan untuk gangguan neurosis

karena tidak terpenuhinya hasrat hidup bermakna, logoterapi mengembangkan

Existential Analysis/logoterapi. Metode ini hanyalah jabaran dari pandangan

logoterapi yang mengakui kepribadian manusia sebagai totalitas raga-jiwa-rohani

(bio-psychosociocultural-spiritual) dan memfungsikan potensi sebagai kualitas


36

insani untuk mengembangkan metode dan teknik-teknik terapi. Menurut

Bastaman (2007) teknik-teknik dalam logoterapi yaitu:

1) Paradoxial Intention

Teknik Paradoxical Intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan

mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take

stand) terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Teknik ini memanfaatkan

salah satu kualitas khas manusia lainnya, yaitu rasa humor (sense of humor),

khususnya humor terhadap diri sendiri. Rasa humor ini diharapkan dapat

membantu pasien untuk tidak lagi memandang gangguan-gangguannya sebagai

sesuatu yang berat mencekam, tetapi berubah menjadi sesuatu yang ringan bahkan

lucu. Daalm kasus-kasus fobia, teknik ini berusaha mengubah sikap penderita

yang semula takut menjadi “akrab” dengan objek yang ditakutinya. Usaha ini

mustahil dilaksanakan apabila dilakukan tanpa sikap humoris pasien atas dirinya.

Pemanfaatan rasa humor ini diharapkan dapat membantu untuk tidaak lagi

memandang gangguan-gangguannya sebagai sesuatu yang berat mencekam, tetapi

berubah menjadi ringan bahkan lucu.

2) Dereflection

Derelection memanfaatkan memampuan transedensi diri (self-transedent)

yang ada pada setiap manusia. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan

tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian mencurahkan

perhatian kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat dengan berusaha

mengabaikan keluhannya dan memandangnya secara ringan, kemudian

mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang bermanfaat. Selain itu akan terjadi
37

perubahan sikap yaitu dari semula memperhatikan diri sendiri (self concerned)

menjadi individu yang komitmen terhadap sesuatu yang penting bagi dirinya, juga

memoerhatikan orang lain dan peka terhadap keadaan sekitarnya.

3) Medical Ministry

Dalam kehidupan sering ditemukan berbagai pengalaman tragis yang tak

daapat dihindarkan lagi, sekalipun upaya-upaya penanggulangan telah dilakukan

secara maksimal, tetapi tidak berhasil, untuk itu logoterapi mengarahkan penderita

untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude) yang tepat dan positif terhadap

kondisi tersebut. Metode ini merupakan metode logoterapi yang semula

diterapkan di kalangan medis, khususnya gangguan emosional (misalnya depresi

pasca amputasi). Namun selanjutnya, metode ini diamalkan juga oleh para

profesional lain dalam mengatasi berbagai kasus tragis nonmedis. Pendekatan ini

memanfaatkan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri dan

lingkungan yang tak mungkin diubah lagi. Medical ministry merupakan realisasi

diri dari nilai-nilai bersikap sebagai salah satu sumber makna hidup.

4) Appealling Tehnique

Merupakan suatu teknik yang menggunakan gabungan antara paradoksikal

intension dan dereflection, yang didasarkan pada kekuatan sugesti terapis untuk

menuntun individu menemukan makna hidupnya. Teknik ini digunakan untuk

kasus-kasus dimana pasien tidak mampu lagi menemukan sendiri makna hidupnya

seperti pada pasien yang terlalu muda atau usia yang terlalu tua sehingga

mengalami kesulitan dalam menemukan sendiri makna hidupnya.


38

5) Socratic Dialogue

Socratic dialogue adalah suatu bentuk percakapan antara terapis dan klien

dimana terapis menggunakan pertanyaan ataupun kalimat-kalimat pertanyaan

kepada klien dalam usahanya untuk membantu agar klien dapat menemukan

sendiri jawaban terhadap permasalahn yang dihadapi saat ini. Menurut Wong

(2002) dan Marshall (2011), socratic dialogue terapis harus mampu menjawab dan

menemukan pikiran dari pasiennya walaupun kondisi pasien tidak terarah dalam

pembicaraannya sehingga dapat menemukan arti makna hidupnya. Dalam Socratic

Dialogue, terapis memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan sedemikian rupa

sehingga klien menjadi sadar akan impian-impian mereka yang ter-represi,

harapan-haarapan bawah sadar dan hasrat yang terpendam (self discovery). 2

teknik yang paling utama dalam logoterapi, seperti paradoksikal intension dan

derefleksi juga dilaksanakan dengan menggunakan teknik interview socratic

dialogue (Bastaman, 2007).

6) Existential Analysis

Dengan metode terapis ini membantu penderita neurosis nogenik dan

mereka yang mengalami kehampaan hidup untuk menemukan sendiri makna

hidupnya dan mampu menetapkan hidup secara lebih jelas. Makna hidup ini harus

mereka temukan sendiri dan tak dapat ditentukan oleh siapapun, termasuk oleh

logoterapis. Fungsi logoterapis hanya sekedar mambantu memikirkan dan

membuka cakrawala pendangan para penderita terhadap berbagai nilai sumber

makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai bersikap. Di samping

itu, logoterapi menyadarkan mereka terhadap tanggung jawab pribadi untuk


39

keluar dari kondisi kehampaan hidup. Dalam proses penemuan makna hidup ini

para konselor/terapis lebih berperan sebagai “rekan yang turut berperan serta”

yang sedikit demi sedikit menarik keterlibatannya bila pasien sudah mulai

menyadari dan memahami makna hidupnya.

K. Konseling Logoterapi

Logoterapi adalah pemberian bantuan yang diberikan kepada individu agar

dapat menemukan tujuan dan makna hidup, dan dengan jalan itu dapat menolong

individu mengatasi masalah yang dialaminya. Menurut Berdnard dan Fullmer

(Sulistyarini, 2014) konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk

mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik

dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan

ketiga hal tersebut. Menurut Sulistyarini (2014) menyatakan bahwa bimbingan

dan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang sedang

mengalami suatu masalah sehingga konseli dapat teratasinya masalah dengan

memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga individu dapat memahami

dirinya sendiri agar tercapai perkembangan yang optimal, mandiriserta dapat

merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Konseling dengan pendekatan logoterapi digambarkan sebagai penerapan

asas-asas logoterapi dalam memberikan bantuan psikologis kepada seseorang agar

dapat menemukan serta memenuhi makna serta tujuan hidupnya dengan cara lebih

menyadari sumber-sumber makna hidup, mengaktualisasi potensi diri,

meningkatkan keakraban hubungan antarpribadi, berpikir dan bertindak positif,

menunjukkan prestasi dan kualitas kerja optimal, mendalami nilai-nilai


40

kehidupan, mengambil sikap yang tepat atas musibah yang dialami, serta

memantapkan ibadah kepada Tuhan. Gambaran di atas menunjukkan bahwa

konseling logoterapi merupakan konseling individual untuk masalah

ketidakjelasan makna dan tujuan hidup, yang sering menimbulkan kehampaan dan

hilangnya gairah hidup. Jadi bukan untuk problema eksistensial dan patologis

berat yang memerlukan bantuan psikoterapi.

Karakteristik konseling logoterapi adalah jangka penndek (short termed),

berorientasi masa depan (future oriented), dan berorientasi pada makna hidup

(meaning oriented). Dalam proses konseling, khususnya dalam proses penemuan

makna hidup, terapis bertindak sebagai rekan yang berperan serta yang sedikit

demi sedikit menarik keterlibatannya nila konseli telah mulai menyadari dan

menemukan makna hidupnya. Untuk itu relasi konselor dengan konseli harus

mengembangkan encounter, yaitu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh

keakraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai,

memahami, dan menerima sepenuhnya satu sama lain. Fungsi konselor dalam hal

ini adalah membantu membuka cakrawala pandangan konseli terhadap berbagai

nilai dan pengalaman hidup yang potensial memungkinkan ditemukannya makna

hidup, yakni bekerja dan berkarya (creative values); menghayati cinta kasih,

keindahan, dan kebenaran (experiential values); sikap yang tepat menghadapi

musibah yang tak terelakkan (attitudinal values); serta memiliki harapan akn

terjadinya perubahan yang lebih baik di masa mendatang (hopeful values).

Senada dengan pernyataan diatas Menurut Bastaman (2007) konseling

dengan pendekatan logoterapi merupakan salah satu corak konseling yang efektif
41

dalam memberi bantuan untuk pengembangan kualitas hidup bermakna. Hidup

yang bermakna adalah dasar dari produktivitas kerja, tujuan hidup yang jelas,

hubungan antarpribadi yang akrab, dan gerbang ke arah ketentraman dan

kebahagian.

L. Tahap-Tahapan Logoterapi

Proses konseling pada umumnya mencakup tahap-tahap : perkenalan,

pengungkapan dan penjajakan masalah, pembahasan bersama, evaluasi dan

penyimpulan, serta pengubahan sikap dan perilaku. Biasanya setelah masa

konseling berakhir masih dilanjutkan pemantauan atas upaya perubahan perilaku

dan klien dapat melakukan konsultasi lanjutan jika diperlukan (Tomy, 2014).

Konseling logoterapi berorientasi pada masa depan (future oriented) dan

berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). Relasi yang dibangun antara

konselor dengan konseli adalah encounter, yaitu hubungan antar pribadi yang

ditandai oleh keakraban dan keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling

menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama lain (Tomy, 2014).

Elisabeth Lukas menjabarkan ada empat tahap utama didalam proses

logoterapi diantaranya adalah (Bastaman, 2007) :

1. Mengambil jarak terhadap gejala (distance from symptom), membantu

menyadarkan penderita bahwa gejala tidak sama (identik) dengan dirinya,

tetapi merupakan suatu kondisi yang dapat dikendalikan oleh penderita.

2. Modifikasi sikap (modification of attitude), membantu penderita mendapatkan

pandangan baru terhadap diri sendiri serta kondisi yang dialaminya, sehingga
42

penderita dapat menentukan sikap baru dalam menentukan arah dan tujuan

hidupnya.

3. Pengurangan gejala (reducing symptoms), upaya menerapkan teknik-teknik

logoterapi dalam menghilangkan gejala secara keseluruhan atau sekurang-

kurangnya mengurangi dan mengendalikan gejala yang dirasakan penderita.

Perubahan pada sikap selanjutnya memberikan umpan balik positif yang

membantu seseorang untuk lebih terbuka dan menemukan makna baru pada

situasi.

4. Orientasi terhadap makna (orientation toword meaning), membahas bersama

nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan pasien,

terapis dalam hal ini berperan untuk membantu pasien memperdalam,

memperluas nilai-nilai yang dimiliki pasien dan menjabarkannya menjadi

tujuan yang konkret dalam kehidupan pasien.

B. Kerangka Konseptual

Perilaku hedonis yang dimiliki oleh individu yang membuatnya terus ingin

merasakan nikmatnya hidup, ingin mendapatkan pengakuan dari lingkungannya,

menjadi pusat perhatian dengan membanggakan materi dan barang mewah dan

menjadi hal tersebut sebagai tujuan hidup dan mengabaikan hal yang lain. Hal

tersebut tentu berdampak negatif terhadap kondisi individu khususnya peserta

didik. Karena dengan memiliki perilaku hedonis, akan membuat individu cuek

akan keadaan yang dialaminya, acuh tak acuh dengan segala tugas dan

kewajibannya, serta hanya memikirkan kenikmatan hidup semata.


43

Logoterapi adalah teknik dengan pemberian makna hidup kepada konseli.

Dengan teknik ini individu diberi pemahaman tentang makna hidup. Dengan

adanya logoterapi, individu akan diajak untuk memaknai kehidupan, bertindak

positif, sehingga perilaku hedonis akan berkurang seiring pemaknaan hidup yang

diinternalisasikan ke dalam diri individu.


44

Perilaku Hedonis
1. Berorientasi pada kenikmatan dan kesenangan
pribadi
2. Tidak peduli dengan kepentingan orang lain
3. Tidak pernah puas dengan harta yang dimiliki
4. Konsumtif dan diskrimanatif

Tahap-Tahap Logoterapi

1. Mengambil jarak atas simpton (distance from


symptoms)
2. Modifikasi sikap (modification of attitude)
3. Pengurangan gejala (reducing symptoms)
4. Orientasi terhadap makna (orientation toward
meaning)

Pribadi Sehat (Bebas dari gaya hidup hedonis)


1. Menerima diri dan orang lain apa adannya
2. Bertindak secara spontan dan alamiah (tidak
dibuat-buat)
3. Memiliki kekuasaan (tidak bergantung dan ikut-
ikutan pada orang lain)
4. Penemuan identitas pribadi dan pengaktualisan
potensi secara penuh

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Tailor

(Sugiyono, 2013) menjelaskan bahwa penelitian yang menggunakan metode

kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari individu-individu yang akan diamati.

Jenis penelitian yaang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi

kasus (case study). Dalam metode studi kasus, peneliti melakukan analisis studi

kasus tentang problem perilaku hedonis pada satu orang siswa di SMA Hang Tuah

Makassar secara mendalam terhadap individu yang bersangkutan. Percial W.

Hutson (Daruma, 2001) mengemukakan bahwa dengan studi kasus diperoleh data

yang lengkap dan dengan pengetahuan tersebut dapat dijadikan dasar dalam

memberikan layanan bimbingan terhadap individu tersebut.

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Sedangkan instrumen pengumpulan data yang selain manusia adalah sebagai

bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat

digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai

instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di

lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,

45
46

sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau

sumber data lainnya mutlak diperlukan.

C. Subyek Peneliti

Subyek peneliti adalah siswa yang mengalami perilaku hedonis di SMA

Hang Tuah Makassar. Dalam penelitian ini ditetapkan 1 orang sebagai kasus. AM

merupakan siswa perempuan Makassar, 28 April 2003 dan beragama Islam.

Bapak bernama Zainuddin (49), pekerjaan sebagai wiraswasta (kontraktor)

sedangkan ibu bernama Muliati (39) bekerja sebagai penjual (online shop).

Berdasarkan informasi dari guru bimbingan dan konseling diperoleh gambaran

bahwa AM mengalami perilaku hedonis dengan gejala sepertimengisi waktu

luang dengan nongkrong di kafe, mall, atau tempat perbelanjaan yang lain,

mengikuti perkembangan fashion yang sedang tren, sukanya santai dan semua hal

ingin dilakukan secara instan, ingin jadi pusat perhatian, menyukai barang yang

branded. Dari penjelasan yang didapatkan subyek penelitian yakni AM

bermasalah pada makna hidupnya yang dimana AM menjadikan belanja dan

hidup bermewah-mewahan itu menjadi tujuan hidupnya.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Hang Tuah Makassar. SMA ini

berlokasi di jalan Serdako Usman Ali Kompleks TNI AL Dewa Kang No. 35,

letaknya strategis karena berada di pinggir jalan raya. Pemilihan lokasi

berdasarkan pada informasi yang didapatkan peneliti mengenai adanya siswa yang

memiliki masalah perilaku hedonis di sekolah tersebut.


47

E. Fokus dan Deskriptif Fokus

1. Gambaran perilaku hedonis

Fokus pertama ini peneliti ingin mendapatkan gambaran bentuk perilaku

hedonis yang nampak pada salah satu siswa serta apa saja yang diakibatkan dari

perilaku hedonis tersebut.

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis

Faktor-faktor penyebab perilaku hedonis siswa yaitu hal-hal yang

memengaruhi perilaku hedonis yang berfokus pada:

a. Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa

b. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa

3. Penanganan perilaku hedonis

Upaya penanganan siswa yang berperilaku hedonis adalah dengan

logoterapi menggunakan teknik dereflection dan socratic dialog.

F. Sumber Data

1. Data primer

Menurut Lofland (Moleong, 2017) bahwa sumber data utama dalam

penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan

merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau

mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi

langsung tentang siswa yang berperilaku hedonis. Adapun sumber data dalam

penelitian ini yaitu:


48

a) Kasus

Kasus atau siswa teridentifikasi perilaku hedonis yang diamati merupakan

sumber data utama. Sumber data utama diperoleh dari hasil observasi yang

kemudian dicatat melalui catatan tertulis. Peneliti menggunakan data berdasarkan

kasus untuk mendapatkan informasi langsung tentang perilaku hedonis siswa di

SMA Hang Tuah Makassar.

b) Guru BK

Guru BK merupakan sumber data yang memberikan informasi tentang

perilaku siswa dan data yang berkaitan dengan permasalahan siswa. Sumber data

dari guru BK diperoleh melalui wawancara yang kemudian dicatat dengan catatan

peneliti di lapangan.

c) Wali Kelas

Wali kelas sebagai guru yang membimbing dan mengawasi siswa dalam

satu kelas yang dapat menjadi sumber data yang memberikan informasi tentang

perilaku dan pergaulan siswa dalam kelas. Informasi dari wali kelas diperoleh

melalui wawancara yang kemudian dicatat dengan catatan peneliti di lapangan.

d) Teman Kasus/Teman Sebaya

Teman sebaya dalam hal ini adalah siswa yang mengenal dengan baik dan

memiliki informasi tentang siswa yang teridentifikasi berperilaku hedonis di SMA

Hang Tuah Makassar. Teman dekat/sebaya dapat menjadi sumber data yang

memberikan informasi tentang perilaku dan pergaulan siswa yang teridentifikasi

hedonis tersebut baik di dalam maupun di luar sekolah. Informasi dari teman
49

sebaya diperoleh melalui wawancara yang kemudian dicatat dengan catatan

peneliti di lapangan.

e) Orang Tua

Orang tua merupakan sumber data yang memberikan informasi tentang

siswa berupa kepribadian siswa, perilaku siswa, dan pergaulan siswa saat di

rumah. Sumber data dari orang tua diperoleh melalui wawancara yang kemudian

dicatat dengan catatan peneliti di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan

berbagai macam sumber lainnya yang tersiri dari biodata siswa, catatan-catatan

dari konselor, dan foto-foto. Peneliti menggunakan data ini untuk memperkuat

penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara

langsung dengan siswa SMA Hang Tuah Makassar.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Instrumen kunci yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti

itu sendiri. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Rahardjo (2013) wawancara atau interview adalah suatu teknik

memahami siswa dengan cara melakukan komunikasi langsung (face to face

relation) antara pewawancara dengan yang diwawancarai untuk memperoleh

keterangan atau informasi tentang siswa. Teknik penelitian dengan metode

wawancara langsung dalam bentuk tanya jawab kepada siswa yang memiliki
50

perilaku hedonis. Selain wawancara dengan konseli, juga dilakukan wawancara

dengan guru BK, guru pembimbing, dan teman sebayanya dengan menggunakan

pedoman wawancara terstruktur. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data

terkait dengan penelitian ini.

2. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik pelengkap dalam pengumpulan data

awal. Teknik observasi ini digunakan untuk mendapatkan informasi tantang siswa

yang memiliki perilaku hedonis dengan pengamatan secara langsung terhadap

objek penelitian. Hasil observasi perlu dianalisis agar diperoleh simpulan yang

bermakna, sehingga data observasi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

penelitian. Adapun yang diamati pada saat proses observasi berlangsung di

sekolah adalah mengamati siswa yang didiagnosis mengalami perilaku hedonis

seperti memakai barang-barang mewah dan branded, memiliki penampilan

mencolok dibanding teman-temannya, dan ingin menjadi pusat perhatian.

3. Dokumentasi

Menurut Rahardjo (2013) metode dokumentasi atau studi dokumenter

adalah cara memahami individu melalui upaya mengumpulkan data, mempelajari

dan menganalisis laporan tertulis dan rekaman audiovisulal dari suatu peristiwa

yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran yang berhubungan dengan

keperluan yang dibutuhkan. Beberapa yang akan dijadikan sumber dokumentasi

pada penelitian ini di antaranya adalah biodata siswa dan foto-foto kegiatan.
51

H. Analisis Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dari para informan. Kesimpulan

diambil berdasarkan dari data-data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian.

Jadi kesimpulan merupakan jawaban dari data yang telah didapatkan. Analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai

tuntas. Menurut Sugiyono (2015) bahwa data analisis dengan menggunakan tiga

tahap yakni:

1. Data Reduction (reduksi data), mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan membuang yang

tidak perlu terhadap data yang terkait dengan analisis perilaku hedonis.

2. Data Display (penyajian data), dengan adanya data maka akan memudahkan

untuk memahami perilaku hedonis, faktor-faktor penyebab hedonis, dan

merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan dengan apa yang telah

dipahami.

3. Conclussion Drawing/verification, penarikan kesimpulan dengan melakukan

penyimpulan terhadap data yang sudah didapatkan dan mengaitkannya dengan

teori dan juga dapat menjawab pertanyaan penelitian.

I. Pengecekan Keabsahan Temuan

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan empat

kriteria saat pelaksanaan teknik pemeriksaan yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability) (Moleong, 2015).


52

Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data berdasarkan empat kriteria

keabsahan data adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Di samping itu, triangulasi merupakan cara terbaik

untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruktif kenyataan yang ada dalam

konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian atau

hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain bahwa dengan triangulasi,

peneliti me-recheck penemuannya dengan jalan membandingkannya dengan

berbagai sumber, metode atau teori. Untuk itu, peneliti dapat melakukannya

dengan jalan:

a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data

c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat

dilakukan.

2. Pengecekan Anggota

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data

sangat penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. Keabsahan yang dicek

dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan

kesimpulan.
53

3. Uraian Rinci

Dalam penelitian ini, keteralihan dilakukan dengan cara uraian rinci.

Keteralihan bergantung pada pengetahuan seorang peneliti tentang konteks

pengirim dan konteks penerima. Peneliti bertanggung jawab terhadap penyediaan

dasar secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu aplikasi

pada penerima sehingga memungkinkan adanya pembandingan.

J. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian dengan dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan dengan

metode studi kasus. Daruma dkk (2004) mengemukakan langkah-langkah dalam

metode studi kasus, yaitu sebagai berikut:

1. Identifikasi Kasus

Pertanyaan esensial yang harus terjawab dalam langkah identifikasi kasus

adalah siapa individu atau sejumlah individu yang dapat ditandai atau patut

diduga bermasalah atau memerlukan layanan bantuan.

2. Identifikasi Masalah

Pertanyaan yang paling urgen untuk dijawab dalam langkah ini adalah

“jenis masalah apakah yang dialami kasus dan bagaimana karakteristik masalah

tersebut?” Hal itu menjelaskan bahwa dalam langkah identifikasi masalah, peneliti

mencari tahu jenis permasalahan dan karakteristik permasalahan yang dialami

siswa.

3. Diagnosis

Diagnosis adalah melakukan analisis masalah untuk menetapkan faktor-

faktor penyebabnya berdasarkan hasil identifikasi masalah. Maka pada langkah


54

ini, pertanyaan yang harus dijawab adalah “apa yang menjadi faktor penyebab

masalah yang dialami kasus?”.

4. Prognosis

Langkah prognosis merupakan estimasi alternatif pemecahan masalah

yang mungkin dilakukan berdasarkan hasil diagnosis. Langkah ini diarahkan

untuk menjawab pertanyaan : “apakah masalah yang dialami kasus masih

mungkin diatasi dan alternatif pemecahan yang feasible untuk ditempuh?”

5. Pelaksanaan Terapi/Treatment

Pada langkah ini dilakukan tindakan pemecahan maslah

(therapy/treatment). Menetapkan dan melakukan cara yang tepat dalam mengatasi

kesulitan atau masalah kasus dengan program yang teratur dan sistematis. Hal ini

dilakukan dengan bekerja sama kepada semua pihak yang mau dan mampu ikut

serta mengatasi kesulitan dan permasalahan kasus.

6. Evaluasi

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah

tersebut hendaknya dilakukan. Kalau usaha pemberian bantuan dilaksanakan oleh

guru/konselor sendiri, maka guru/konselor yang bersangkutan hendaknya meneliti

seberapa jauh pengaruh tindakan terapi/tritmen itu telah menunjukkan efek atau

pengaruh positif bagi pemecahan masalah. Jika tindakan penanganan masalah

dilakukan oleh petugas/ahli lain, maka guru/konselor meminta laporan dari

mereka.
55

7. Tindak Lanjut

Kegiatan tindak lanjut (follow-up) berkaitan erat dan tidak dapat

dilepaskan dari kegiatan evaluasi (penilaian) dalam kepustakaan bimbingan dan

konseling, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut hampir selalu disebut sebagai salah

satu rangkaian kegiatan yang tidak terpisah. Dengan adanya upaya tindak lanjut

ini, maka pelayanan terhadap kasus tidak berhenti di tengah jalan.

Tindak lanjut hasil layanan ialah usaha tindakan (kegiatan, layanan, usaha

bantuan) bersifat lanjutan yang perlu ditempuh, yang diputuskan berdasarkan hasil

penilaian terhadap usaha layanan bantuan yang telah dijalankan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di SMA Hang Tuah

Makassar kepada konseli, teman konseli, guru BK, guru wali kelas, dan orang tua

dengan tujuan mendapatkan informasi tentang gambaran perilaku hedonis, faktor-

faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis, dan gambaran penerapan teknik

logoterapi dalam menangani perilaku hedonis akan diuraikan sebagai berikut:

1. Gambaran perilaku hedonis

Subyek penelitian adalah siswa dengan inisial AM berusia 16 tahun kelas

XI yang memiliki ciri-ciri kulit putih, tinggi, dan berpenampilan menarik. AM

berasal dari kalangan keluarga yang berada. Ayah AM bekerja sebagai kontraktor

dan Ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang menjalankan bisnis online shop.

AM merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dalam kesehariannya ke sekolah

AM berpenampilan modis yang ditunjang dengan paras yang cantik dan menjadi

pusat perhatian teman-temannya.

AM merupakan siswa yang teridentifikasi berperilaku hedonis. Berikut ini

akan dipaparkan hasil wawancara dengan subyek dan informan penelitian

mengenai gambaran perilaku hedonis dalam matriks hasil wawancara.

56
57

Tabel 4.1 Matriks hasil wawancara peilaku hedonis

Gambar Hasil Wawancara (Kode)


an
Perilak
Teman
u Kasus Guru BK Wali Kelas Orang Tua
Sebaya
Hedoni
s
Berorie
ntasi
pada
kenikm
Wwcr02/S Wwcr04/GB Wwcr05/GW Wwcr03/TS Wwcr06/O
atan
/Line9 K/Line26 K/Line32 /Line50 S/18
dari
kesenan
gan
pribadi
Tidak
peduli
dengan
Wwcr02/S Wwcr04/GB Wwcr05/GW Wwcr03/TS
kepenti -
/Line17 K/Line36 K/Line28 /Line42
ngan
orang
lain
Tidak
pernah
merasa
puas Wwcr02/S Wwcr04/GB Wwcr03/TS Wwcr06/O
-
dengan /Line31 K/Line12 /Line52 S/line22
hal
yang
dimiliki
Konsu Wwcr02/S Wwcr04/GB Wwcr03/TS Wwcr06/O
-
mtif /Line35 K/Line28 /Line48 S/line24
Diskrim Wwcr02/S Wwcr04/GB Wwcr05/GW Wwcr03/TS Wwcr06/O
inatif /Line21 K/Line30 K/line22 /Line44 S/line30
Keterangan: Hasil wawancara dapat dilihat dalam catatan lapangan yang ada pada
lampiran sesuai kode wawancara
58

Berdasarkan ungkapan dan pernyataan dari informan penelitian, maka

dapat digambarkan perilaku hedonis AM, yaitu sebagai berikut:

a) Berorientasi pada kenikmatan dari kesenangan pribadi

Hedonisme mengacu pada paham kesenangan terhadap kenikmatan. Jadi,

orang yang berperilaku hedonis beranggapan bahwa kebahagiaan dan kesenangan

(pleasure) bisa diraih dengan melakukan banyak kesenangan dan menghindari

hal-hal yang menyakitkan (pain) di dunia. Berdasarkan wawancara dengan guru

BK dapat diketahui bahwa AM melakukan banyak kesenangan salah satunya yaitu

berbelanja hanya untuk kepuasan. Penjelasan guru BK ini menjelaskan bahwa

konseli ketika ingin membeli barang dia lebih mementingkan kepuasan atau

keinginannya saja bukan berdasarkan kebutuhan. Dengan kebiasaan konseli yang

membeli barang berdasarkan keinginannya, konseli selalu terlihat mencolok dari

teman-temannya. Kebiasaan konseli ini juga membuat konseli hanya

mementingkan dirinya dan hanya menyibukkan dirinya dengan melakukan

kesenangan semata. Peneliti kemudian mewawancarai AM mengenai

kesenanangannya berbelanja. Hasil wawancara diketahui bahwa AM membeli

sesuatu itu berdasarkan keinginan saja bahkan barang yang tidak ia butuhkan,

bahkan terkadang AM ini membeli sesuatu itu bukan karena kegunaannya

melainkan ia hanya melihat barang ini dari bentuknya yang unik atau warnanya

yang mencolok. Ini menunjukkan bahwa makna hidup dari AM adalah

kenikmatan atau kesenangan merupakan tujuan hidupnya.

Pernyataan orang tua AM yang menyatakan bahwa anaknya belanja karena

memuaskan keinginannya dibanding belanja karena kebutuhan. Searah dengan


59

pernyataan di atas tentang kesenangan AM berbelanja untuk memuaskan

keinginannya, hal tersebut juga dituturkan oleh guru wali kelas AM yang

menuturkan bahwa AM cenderung membeli sesuatu barang bukan karena

kebutuhan melainkan untuk kepuasaan dan bisa dipamer. Begitupun dengan

pernyataan teman konseli yang memaparkan bahwa AM melakukan suatu hal

bukan karena kebutuhan melainkan hanya untuk memuaskan kenikmatannya.

Selain melakukan wawancara, peneliti juga menggunakan pedoman

observasi dengan melakukan observasi langsung di lingkungan sekolah. Dan hasil

observasi terlihat konseli memang memiliki beberapa barang-barang branded

yang dipakai ke sekolah. Dari hasil wawancara dan observasi langsung dapat kita

simpulkan bahwa AM mencari kesenangannya dengan berbelanja. Ini

menunjukkan bahwa konseli mengalami perilaku hedonis yang membuat konseli

sangat suka berbelanja dengan mementingkan keinginannya dan menyampingkan

kebutuhannya.

b) Tidak peduli dengan kepentingan orang lain

Perilaku hedonis menjadikan banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para

remaja luntur, bahkan hilang. Salah satunya yaitu kepekaan sosial mereka

terancam tergusur ketika mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam

bersosialisasi.

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan Guru BK diketahui bahwa

AM tidak terlalu peduli dengan teman-temannya dan hanya mau berteman dengan

gengnya saja. Hal itu diperkuat dengan pernyataan teman AM yang menyatakan

bahwa AM hanya menyenangi bergaul dengan teman yang dianggap kaya atau
60

setara dengannya. Hal itu dibenarkan AM bahwa dia hanya menyenangi beberapa

temannya karena merasa banyak teman-temannya yang tidak suka melihat

keadaanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa AM kurang peduli terhadap keadaan

teman-teman di sekitarnya terutama teman kelasnya. Begitupun dengan

penjelasan dari guru wali kelas AM yang meriwayatkan AM hanya berteman

dengan teman-teman gengnya saja.

Diperkuat dengan hasil wawancara dengan berbagai responden

disimpulkan bahwa AM kurang peduli atau acuh dengan keadaan teman-

temannya dan lebih menikmati waktu bersama teman-teman gengnya.

c) Tidak pernah merasa puas dengan hal yang dimiliki

Tidak pernah merasa puas merupakan bagian dari perilaku hedonis, yang

dimana mereka merasa tidak puas dengan apa yang sudah di milikinya. Dari hasil

wawancara dengan AM diketahui bahwa dia senang mengoleksi barang-barang

mewah dan mahal seperti sepatu, aksesoris, dan lain-lain. Selain itu AM juga

mengaku bahwa dia membeli barang agar tidak ketinggalan trend dan merasa

gengsi jika membeli barang tiruan. Pada wawancara dengan AM ini dia

menyatakan bahwa dia sangat suka berbelanja barang-barang branded, yang

menjadi masalah adalah AM ini menjadikan kegiatan berbelanja ini menjadi

tujuan hidupnya. Dalam wawancara dengan AM mengungkapkan bahwa dia tidak

peduli semahal apapun harganya dia harus mendapatkannya walaupun itu

memberatkan orangtuanya. Dan yang menjadi masalah pula karena AM ini

menjadikan kegiatan belanja adalah tujuan utama hidupnya, dia selalu tidak puas
61

dengan apa yang dimilikinya, selalu ingin lebih walaupun di rumahnya dia sudah

punya.

Hal tersebut jelas terlihat dari keseharian AM yang sering menggunakan

barang-barang branded yang berbeda ke sekolah diketahui dari hasil wawancara

dengan teman konseli. Begitu pun dengan hasil wawancara dengan guru BK yang

membenarkan bahwa AM merasa gengsi jika tidak menggunakan barang

bermerek yang melekat di badannya.

Dari hasil wawancara peneliti dengan orang tua konseli yang menyatakan

bahwa AM suka mengoleksi banyak barang dan menghabiskan uang yang dia

punya untuk berbelanja atau hang out bersama dengan teman-temannya.

d) Konsumtif dan diskriminatif

Kebiasaan membeli barang-barang yang tak dibutuhkan merupakan

dampak buruk dari hedonis. Hal ini dilakukan hanya untuk kesenangan semata,

karena senang berbelanja. Demi kesenangan semata, remaja yang punya gaya

hidup hedonis biasanya sangat boros. Mereka akan mengeluarkan banyak uang

untuk hal-hal yang membuat mereka senang tanpa perduli manfaat dan kegunaan

barang yang dibeli. Dari wawancara yang dilakukan dengan AM diketahui bahwa

AM sering menghabiskan uangnya untuk belanja atau nongkrong di kafe atau

mall. AM juga menyatakan bahwa dirinya kadang berbohong untuk mendapatkan

uang agar bisa belanja. Peneliti kemudian mewawancarai Orangtua (Ibu) AM

yang menyatakan bahwa AM memang gemar menghabiskan uangnya untuk

belanja dan membeli barang-barang mahal yang dia sukai.


62

Hasil wawancara dengan Guru BK menunjukkan bahwa AM jika ke

sekolah memang mencolok dari segi penampilan maupun perilakunya. AM sering

terlihat menggunakan atau mengenakan barang-barang mahal dan berganti-ganti.

Begitupun dengan Teman AM yang peneliti wawancarai yang menyatakan bahwa

AM memang selalu menggunakan barang-barang yang mahal. Yang menjadi

masalah adalah AM membeli ini tidak berdasarkan kebutuhan dia hanya membeli

berdasarkan keinginan dan ini sangat memberatkan orangtuanya.

Selain itu mereka yang berperilaku hedonis akan melihat orang lain

berdasarkan hartanya dan selalu merasa lebih baik dari orang lain. Dari hasil

wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa AM hanya bergaul

dengan teman-temannya yang dianggap kaya atau setara dengan AM. Dari hasil

wawancara peneliti dengan Guru BK menunjukkan bahwa AM hanya bergaul

dengan teman-teman terdekat atau teman-teman yang dia pilih atau sukai. Hal ini

diperkuat dengan hasil sosiometri yang dilakukan oleh Guru BK terhadap AM.

Dari wawancara peneliti dengan AM diketahui bahwa AM hanya berteman

dengan temannya yang memiliki kesamaan atau hobby yang sama dengan AM

seperti belanja. Selain itu AM juga mengakui bahwa selain memiliki kesamaan

senang berbelanja, AM juga hanya menyenangi temannya yang bisa diajak ke

tempat nongkrong yang bagus sesuai kemauan AM. Menurut orang tua AM hanya

sering bergaul dengan teman tertentu. Selain itu AM hanya mengajak teman-

teman gengnya ke rumah. Ini adalah dampak dari hedonis itu sendiri dimana, AM

memilih-milih teman. Pada wawancara ini juga AM mengungkapkan bahwa

perilaku hedonisnya membuat dia sangat konsumtif dan memang perilaku dia ini
63

sudah menjadi tujuan hidupnya yang dimana dia sangat suka berbelanja yang

hanya berdasarkan keinginannya bukan kebutuhannya.

Berdasarkan hasil wawancara dari berbagai responden yang peneliti

lakukan terkait perilaku AM di sekolah maupun di luar sekolah menunjukkan

bahwa AM berperilaku hedonis.

2. Faktor Penyebab Perilaku Hedonis

Dalam penelitian ini dilakukan diagnosis untuk mengungkapkan faktor-

faktor yang menyebabkan subyek berperilaku hedonis. Selama proses wawancara,

AM dan responden lainnya sangat terbuka dan aktif bercerita maupun menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang peneliti ajukan. Dari wawancara tersebut peneliti

memperoleh informasi bahwa faktor penyebab AM berperilaku hedonis yang akan

dijabarkan dalam matriks hasil wawancara berikut:

Tabel 4.2 Matriks hasil wawancara faktor penyebab perilaku hedonis

Faktor Hasil Wawancara (Kode)


Penyeb
ab
Perilak
Kasus Guru BK Wali Kelas Teman Sebaya
u
Hedoni
s
Wwcr02/S/Li Wwcr04/GBK/Li Wwcr05/GWK/L
-
ne41 ne14 ine18
Interna Wwcr02/S/Li Wwcr04/GBK/Li Wwcr05/GWK/L Wwcr03/TS/Li
l ne45 ne28 ine14 ne28
Wwcr02/S/Li Wwcr04/GBK/Li Wwcr05/GWK/L Wwcr03/TS/Li
ne57 ne22 ine20 ne34
Ekstern Wwcr02/S/Li Wwcr04/GBK/Li Wwcr05/GWK/L Wwcr03/TS/Li
al ne51 ne20 ine18 ne32
Keterangan: Hasil wawancara dapat dilihat dalam catatan lapangan yang ada pada
lampiran sesuai dengan kode wawancara
64

Berdasarkan ungkapan dan pernyataan dari informan penelitian maka

dapat dijelaskan bahwa perilaku hedonis AM disebabkan oleh faktor-faktor

berikut ini:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri konseli. Gaya

hidup hedonis menuntut individu agar diakui sebagai anggota suatu kelompok

atau diterima oleh lingkungan sosialnya sehingga berusaha untuk mengikuti

perkembangannya dan menginginkan adanya penerimaan sebagai bentuk

kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut ditampakkan dengan penampilan, tingkah

laku, cara bersikap dan lain-lainnya agar menarik perhatian orang lain terutama

kelompok teman sebaya. Penjelasan Guru BK tersebut menjelaskan bahwa

penampilan AM sangat menonjol dengan barang-barang yang ia pakai kesekolah

baik itu dari tas yang ia pakai, sepatu bahkan aksesoris-aksesoris yang yang ia

gunakan semua bermerek.

Selain itu Guru BK memberikan pernyataan yang menggambarkan AM

yang senang memamerkan barang branded nya di sekolah. Pernyataan dari Guru

BK didukung oleh pernyataan Guru wali kelas yang menyatakan bahwa AM

sering memamerkan barang-barang mahal miliknya. Dari wawancara peneliti

dengan AM, AM memperkuat pernyataan guru BK dan guru wali kelas bahwa

dirinya ingin disegani teman-teman gengnya.

Selain itu, popularitas dan rasa gengsi tinggi dengan menonjolkan

kebanggaan materi, merek-merek terkenal dan mahal agar menjadi pusat perhatian

menjadi ciri khas yang dimiliki oleh gaya hidup hedonis dikarenakan individu
65

ingin menjadi populer di kelompoknya. AM agar menjadi pusat perhatian dia

menjadikan dirinya populer dengan membanggakan barang bermerek dan mahal

yang dia miliki. Pernyataan tersebut adalah wawancara dengan AM. Dari

wawancara tersebut diketahui bahwa AM menuntut dirinya sendiri untuk menjadi

populer di antara teman-temannya dan belanja dan memamerkannya adalah hal

yang AM senangi. Selain itu AM akan merasa minder dan tidak percaya diri

ketika tidak menggunakan atau mengenakan barang bermerek dan mahal.

Menurut teman AM yang diwawancarai menyatakan bahwa AM selalu

berpenampilan modis dengan mengenakan barang-barang mahal. Selain itu AM

jarang bergaul dengan teman-teman kelasnya dan lebih banyak menghabiskan

waktunya bersama dengan teman-teman gengnya di kantin maupun di kafe ketika

berada di luar sekolah.

Berdasarkan wawancara dengan guru BK, AM berpenampilan modis

karena ingin diperhatikan dan menjadi populer dengan mengikuti tren di teman-

teman gengnya. Selain itu menurut guru BK AM merasa gengsi ketika

berpenampilan biasa saja. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden

diketahui bahwa AM memamerkan barang mewah agar menjadi populer dan

merasa gengsi atau tidak percaya diri ketika tidak menggunakan barang mewah.

Selain itu AM merasa gengsi bergaul dengan teman-temannya yang

berpenampilan biasa saja dan lebih senang bergaul dengan teman gengnya. Semua

itu dilakukan AM agar populer dan menjadi pusat perhatian.


66

Orang yang memiliki gaya hidup hedonis akan mengaktualisasikan dirinya

di bidang hedonisme. Motif aktualisasi diri berkaitan dengan kebutuhan atau

dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri individu. Salah

satunya bersenang-senang di kafe tidak selalu identik dengan minum-minuman

beralkohol tetapi lebih pada menghabiskan waktu luang atau bersantai namun

dapat sekaligus menunjukkan simbol status. Hal tersebut sering dilakukan oleh

AM yang menghabiskan waktunya nongkrong di kafe. Guru BK juga menjelaskan

dalam wawancaranya bahwa beliau mengetahui keadaan AM diluar sekolah itu

dari sosmed, dimana beliau berteman di WA dan Instagram dan dalam setiap

postingannya AM hampir semua menunjukkan AM sedang diluar berbelanja dan

selalu nongkrong diluar. Ini menunjukkan bahwa AM sangat sering menghabiskan

waktunya diluar rumah.

Hasil wawancara dengan guru BK tersebut diketahui bahwa Am sering

berada di kafe atau mall bersama dengan teman-temannya bahkan tidak mengikuti

pelajaran di sekolah karena hanya bersenang-senang atau bersantai di kafe atau

mall, penjelasan ini menunjukkan bahwa Am benar-benar menunjukkan perilaku

Hedonis. Dari wawancara yang dilakukan peniliti dengan Am diketahu bahwa Am

memamerkan barang mewah atau barang bermereknya agar disegani dan diakui

keberadaannya di lingkungan teman-temannya. Am juga memberikan pernyataan

mengenai kesenangannya dalam hal berbelanja dan nongkrong santai di mall atau

kafe. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Am

Penjelasan AM ini, menujukkan bahwa AM sangat suka belanja dengan

melihat yang dikatakan AM, dia kadang 2-3 kali seminggu pergi belanja belum
67

lagi kalau liburan. Am juga sangat sering pergi menonton bioskop dan pergi

nongkrong dengan teman-temannya, ini menunjukkan perilaku yang hedonis.

Penjelasan Am ini juga menjelaskan bahwa Am jika merasa boring atau malas dia

pergi ke kafe untuk nongkrong dengan gengnya.

Berdasarkan petikan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa perilaku

yang ditampilkan AM di lingkungan sekolah cenderung berperilaku hedonis

karena ingin diakui dan diterima kelompoknya dengan cara memamerkan barang-

barang mahal yang AM punya dan merasa disegani ketika melakukan hal tersebut.

ini yang menjadi masalah buat AM dimana dia menjadikan semua itu tujuan

hidupnya. Dan menjadi masalah lagi karena AM menjadikan ini menjadi tujuan

hidupnya, dia mengesampingkan akademiknya dan mengabaikan tugas-tugasnya

sebagai siswa dimana AM sering alpa disekolah.

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar subyek.

Kecendrungan remaja untuk diakui dalam suatu kelompok atau lingkungan sosial

membuat remaja mengikuti trend, menghabiskan waktu lebih banyak dengan

teman-teman sebaya dapat memengaruhi sikap, penampilan, dan sebagainya. Hal

inilah yang terjadi dengan AM yang sering menghabiskan waktu bersama teman

gengnya sehingga AM ikut-ikutan dengan teman gengnya. Hal tersebut

dibenarkan oleh teman AM yang mengatakan bahwa AM merasa takut jika

dijauhi teman gengnya jika tidak melakukan hal yang sama dengan teman

gengnya. Selain itu guru BK mengatakan bahwa AM berperilaku hedonis karena

mengikuti tren dan mengikuti temannya. Semua itu AM lakukan karena merasa
68

mereka adalah anak gaul dan tidak mau tersaingi oleh teman-temannya. Selain itu

pengakuan AM mengungkapkan bahwa dia senang mengikuti tren yang sedang

booming. Adapun alasan lain kenapa AM mengikuti tren seperti teman-temannya

karena tidak ingin dijauhi dan dikenal katro atau ketinggalan zaman. Dalam kurun

waktu seminggu, AM dan teman gengnya biasa berbelanjan bersama 2-3 kali

seminggu. Dari hasil wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa

AM mengikuti perilaku hedonis karena ikut-ikutan atau terpengaruh dengan

teman-teman gengnya. Hal itu dilakukan agar AM tidak ketinggalan

perkembangan dan tidak dijauhi teman-temannya.

Selain dari teman-temannya, adanya dukungan dari orangtuanya yang

seolah membiarkan perilaku anaknya. Ini didapatkan dari wawancara orangtua

konseli diaman, ketika AM meminta uang ibu dari konseli ini langsung

memberikan uang bgtu saja tanpa adanya pengawasan. Selain tidak adanya

pengawasan dari sang ibu ditambah lagi tidak adanya pengawsan dari sang ayah

yang dimana sang ayah sangat sibuk bekerja. Inilah yang menjadi masalah ketika

tanpa pengawasan AM bebas untuk menggunakan uang yang diberikan, yang

menjadi masalah pula adalah karena si AM bebas menggunakan uang yang

diberikan dan ia menjadikan semua kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.

3. Penanganan perilaku hedonis siswa

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa AM mengalami perilaku hedonis.

Wawancara dengan guru BK dilakukan selain untuk menemukan informasi

tentang subyek penelitian. Pada masalah konseli ini dengan menghambur-

hamburkan uangnya dengan boros, membeli berdasarkan kepuasannya ini


69

merupakan bentuk perilaku yang kurang memaknai hidup. Pemaknaan yang

kurang dari konseli ini mengakibatkan konseli selalu hidup bermewah-mewahan,

tidak peduli dengan sesama, dan hanya memikirkan kepuasan pribadi semata.

Perubahan perilaku pada siswa dapat dilakukan jika siswa itu sendiri yang

menginginkan adanya perubahan pada dirinya untuk menjadi lebih baik di masa

mendatang. Perubahan ke arah lebih baik dapat diraih dengan merancang secara

lengkap langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai solusi untuk berubah.

Salah satu teknik konseling yang dapat merubah pandangan terhadap pemaknaan

hidup yaitu logoterapi.

Teknik logoterapi adalah teknik yang dapat membantu konseli menemukan

makna hidupnya, berorientasi pada masa depan (future oriented) dan berorientasi

pada makna hidup (meaning oriented). Seseorang tidak menginginkan dirinya

menjadi orang dengan tanpa tujuan yang jelas karena menjadikan dirinya tidak

mengetahui apa yang diinginkan dan dilakukannya. Dengan logoterapi

menjadikan seseorang mengetahui makna dan tujuan hidupnya sehingga

menjadikan hidupnya berubah lebih baik dan terarah. Itulah hal yang menjadi

keinginan manusia di antara sekian banyak keinginan lainnya, yang

menggambarkan hasrat paling mendasar dari setiap manusia yaitu hidup

bermakna. Bila hasrat ini dapat dipenuhi maka kehidupan akan dirasakan berguna,

berharga, dan berarti (meaningful). Keinginan untuk hidup bermakna merupakan

motivasi utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk

berubah dan melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya
70

agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Penanganan dengan logoterapi

menggunakan teknik dereflection dan socratic dialog.

Berikut ini akan dijabarkan hasil pelaksanaan sesuia tahap-tahap konseling

logoterapi dengan teknik dereflection dan socratic dialog. Adapun hasil

wawancara pelaksanaan konseling dapat dilihat pada matriks pelaksanaan

konseling logoterapi berikut ini:

Tabel 4.3 Matriks hasil wawancara dalam tahap-tahap Logoterapi

Tahap-tahap Logoterapi Kode Wawancara


Mengambil jarak terhadap gejala Wwcr07/S/Line25
(distance from symptom)
Modifikasi sikap (modification of Wwcr07/S/Line29
attitude)
Pengurangan gejala (reducing Wwcr08/S/Line26
symptoms),
Orientasi terhadap makna (orientation Wwcr09/S/Line19
toword meaning)

Tabel 4.4 Matriks hasil wawancara dalam teknik-teknik Logoterapi

Teknik-teknik Logoterapi Kode Wawancara

Dereflection Wwcr08/S/Line26

Socratic Dialog Wwcr08/S/Line20

Pada penelitian ini, pelaksanaan logoterapi untuk menanganai perilaku

hedonis dilaksanakan dalam 4 tahap, yaitu:

a) Pertemuan pertama: mengambil jarak atas simpton (distance from symptoms)

Mengambil jarak terhadap gejala (sympton) membantu menyadarkan

konseli bahwa gejala tidak sama (identik) dengan dirinya, tetapi merupakan suatu
71

kondisi yang dapat dikendalikan oleh konseli. Pada tahap ini konseli membuat

kolom ceklis yang menggambarkan perilaku hedonis AM serta kolom ceklis yang

menggambarkan perilaku ideal yang didambakan AM. Pada tahap ini konseli

membuat perilaku yang diinginkan dan konseli diminta membandingkan dengan

perilakunya sekarang.

Perilaku yang di inginkan atau ideal dan perilaku konseli yang sekarang

konseli terlihat dari hasil ceklis yang di buat oleh peneliti dimana dalam kolom

ceklis terlihat bahwa konseli menginginkan

Indikator
No. Perilaku yang sesuai
Ya Tdk
1. Senang memamerkan barang-barang mewah √
2. Belanja untuk kepuasan √
3. Memamerkan barang-barang mewah karena ingin populer √
4. Merasa minder jika berpenampilan biasa-biasa saja √
Merasa tersaingi jika ada teman yang penampilannya lebih √
5.
menonjol
6. Mengikuti jika ada trend baru √
Mengikuti trend fashion seperti teman-teman Anda agar tidak √
7.
dijauhi
Sering menghabiskan waktu luang Anda di luar rumah, seperti di √
8.
kafe atau mall
9. Memilih membeli barang-barang branded √

No Indikator
Perilaku yang Ideal
. Ya Tdk
1. Belanja sesuai kebutuhan √
2. Berpenamapilan sederhana √
3. Merasa percaya diri jika berpenampilan sederhana √
4. Rajin menabung √
5. Bergaul dengan banyak teman √
6. Lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga √
72

Dari hasil kolom ceklis yang diisi oleh konseli ini menunjukkan bahwa

konseli dalam perilakunya menunjukkan bahwa konseli sangat menginginkan

berbelanja sesuai kebutuhan namun faktanya konseli berbelanja sesuai kepuasan.

Perilaku selanjutnya yaitu memamerkan barang-barang mewah karena

ingin populer dan menjadi penunjang penampilannya juga ditampakkan oleh AM.

Sedangkan perilaku ideal yang seharusnya AM lakukan adalah berpenamapilan

sederhana dan menjadi percaya diri dengan penampilan sederhana tersebut.

Selanjutnya perilaku hedonis yang sering ditampakkan AM yaitu sering

menghabiskan waktu luangnya di luar rumah, seperti di kafe atau mall.

Wawancara peneliti dengan AM terkait kebiasaanya menghabiskan waktu dengan

nongkrong bersama teman-teman gengnya. Penjelasan yang didapat dari

wawancara menunjukkan bahwa sebenarnya perilaku ideal yang diinginkan AM

adalah lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga namun,

karena kesukaan dan hobby dari AM lebih sering keluar baik itu di mall ataupun

cafe bahkan terkadang AM sampai lupa pulang kerumah atau pulang larut ketika

sudah di luar.

b) Pertemuan kedua: modifikasi sikap (modification of attitude)

Pada tahap ini konseli diharapkan mampu mendapatkan pandangan baru

terhadap diri sendiri serta kondisi yang dialaminya, sehingga dapat menemukan

sikap baru dalam menemukan arah dan tujuan hidupnya. Dari tahap sebelumnya,

konseli telah menggambarkan dan membandingkan perilaku yang sesuai dengan

dirinya dan yang diangan-angankan atau ideal oleh konseli. Tahap ini konseli

mampu menemukan pandangan baru bahwa perilakunya saat ini harus diubah ke
73

perilaku yang dapat membuatnya menjadi yang lebih baik atau merubah perilaku

ideal yang diinginkan.

c) Pertemuan ketiga: pengurangan gejala (reducing symptoms)

Pada tahap pengurangan gejala yaitu upaya menerapkan teknik-teknik

logoterapi dalam menghilangkan gejala secara keseluruhan atau sekurang-

kurangnya mengurangi dan mengendalikan gejala yang dialami konseli.

Perubahan pada sikap selanjutnya akan memberikan umpan balik yang positif dan

membantu seseorang untuk lebih terbuka dan menemukan makna baru.

Pada tahap ini konselor menggunakan teknik logoterapi yaitu socratic

dialogue dan dereflection. Dalam teknik ini menggunakan kalimat-kalimat

pertanyaan yang membuat konseli menemukan sendiri jawaban terhadap

permasalahan yang dialami. Dari pertanyaan-pertanyaan itu konseli akan menjadi

sadar akan impian-impian dan harapannya.

d) Pertemuan keempat: orientasi terhadap makna (orientation toward meaning)

Pada tahap ini konselor dan konseli membahas bersama nilai-nilai dan

makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan konseli. Pada tahap ini

konselor membantu konseli memperdalam, memperluas nilai-nilai yang dimiliki

oleh konseli dan menjabarkannya menjadi tujuan yang konkret dalam kehidupan

konseli.

Setelah beberapa minggu dan beberapa kali melakukan pertemuan dengan

konseli AM, peneliti melihat dan mendapat informasi bahwa AM telah

meninggalkan hal-hal atau perilaku-perilaku yang cenderung membuatnya

berperilaku hedonis. Pada pertemuan terakhir AM sudah bergaul dan memiliki


74

hubungan baik dan disukai oleh teman-teman sekelanya, kemudian AM telah

mengurangi intensitas belanjanya, serta AM lebih banyak menghabiskan waktu di

rumahnya dan menjadikan rumahnya sebagai tempat belajar kelompok untuk

teman-teman kelasnya.

Selain pernyataan-peryataan di atas, peneliti melakukan observasi dengan

menggunakan daftar cek perilaku hedonis untuk mengetahui perubahan perilaku

AM. Berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subyek, diperoleh informasi

bahwa adanya perubahan perilaku AM yang tidak lagi menunjukkan ciri-ciri

perilaku hedonis.

B. Pembahasan

Selanjutnya peneliti menggambarkan secara bertahap tiga fokus utama

dalam penelitian ini yaitu gambaran umum siswa yang berperilaku hedonis,

faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis, dan gambaran penerepan

logoterapi dalam menangani perilaku hedonis. Berikut ini adalah pembahasan dan

uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan:

1. Gambaran perilaku hedonis

Salah satu tipe gaya hidup yang berkembang pesat terutama dalam

masyarakat perkotaan adalah gaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis yaitu pola

hidup seseorang sebagai proses penggunaan uang dan waktu yang dimiliki yang

dinyatakan dalam aktivitas, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Hal

tersebut diwujudakan dalam hal seperti fashion, makanan, benda-benda mewah,

dan di tempat berkumpul seperti kafe. Adapun siswa yang cenderung berperilaku

hedonis adalah siswa yang berinisial AM. AM adalah siswa yang senang dan
75

bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah seperti nongkrong di

kafe atau berbelanja di mall bersama teman-temannya. Aktivitas lain yang

digemari AM adalah senang membeli barang mahal hanya untuk kepuasan dan

cenderung pamer kepada teman-temannyan. Selain itu AM mengarahkan

aktivitasnya pada kesenangan saja dan memilih kelompok sosial menengah ke

atas (bermewah-mewahan).

Gambaran perilaku hedonis pada subyek dapat dijelaskan berdasarkan ciri-

ciri siswa terisolir menurut (Patricia dan Handayani, 2014), yaitu:

a) Berorientasi pada kenikmatan dari kesenangan pribadi

Hedonisme mengacu pada paham kesenangan terhadap kenikmatan. Jadi,

orang yang berperilaku hedonis beranggapan bahwa kebahagiaan dan kesenangan

(pleasure) bisa diraih dengan melakukan banyak kesenangan dan menghindari

hal-hal yang menyakitkan (pain) di dunia.

b) Tidak peduli dengan kepentingan orang lain

Perilaku hedonis menjadikan banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para

remaja luntur, bahkan hilang. Salah satunya yaitu kepekaan sosial mereka

terancam tergusur ketika mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam

bersosialisasi.

c) Tidak pernah merasa puas dengan hal yang dimiliki

Tidak pernah merasa puas merupakan bagian dari perilaku hedonis, yang

dimana mereka merasa tidak puas dengan apa yang sudah di milikinya

d) Konsumtif dan diskriminatif


76

Kebiasaan membeli barang-barang yang tak dibutuhkan merupakan

dampak buruk dari hedonis. Hal ini dilakukan hanya untuk kesenangan semata,

karena senang berbelanja. Demi kesenangan semata, remaja yang punya gaya

hidup hedonis biasanya sangat boros. Mereka akan mengeluarkan banyak uang

untuk hal-hal yang membuat mereka senang tanpa perduli manfaat dan kegunaan

barang yang dibeli.

Menurut Amstrong (Trimartati, 2014) mengatakan bahwa gaya hidup

hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan

hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak

bermain, senang pada keramaian kota, dan senang membeli barang mahal yang

disenanginya.

Menurut Salam (Saputri dan Rachmatan, 2016) prinsip gaya hidup hedonis

menganggap bahwa segala sesuatu akan dianggap baik jika hal tersebut telah

sesuai dengan kesenangan yang akan diperoleh. Selain itu menurut Susanto

(Trimartati, 2014) bahwa Karakteristik dari individu yang memiliki gaya hidup

hedonisme yaitu ditunjukkan dengan lebih senang mengisi waktu luang di tempat

yang santai seperti cafe.

Berdasarkan uraian dia atas maka dapat disimpulkan bahwa AM

merupakan siswa yang cenderung berperilaku hedonis yang hanya mencari

kesenangan dengan berbagai aktivitas dan tampilan dengan barang yang mewah.

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku hedonis

Perilaku hedonis ini di dipengaruhi beberapa faktor dimana ada faktor

yang berasal dari dalam diri konseli sendiri atau internal dan ada pula dari luar diri
77

konseli atau eksternal. Menurut Kotler (Trimartati, 2014) secara garis besar

faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme seseorang dibedakan

menjadi dua faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan dari luar

diri individu (eksternal).

Faktor Internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri individu yang

didasarkan pada keyakinan diri sendiri untuk bergaya hidup sesuai dengan

keinginananya. AM berperilaku hedonis disebabkan oleh berbagai faktor yang ada

pada diri AM. Secara eksternal individu yang hedonis akan mengarahkan

aktivitasnya pada kesenangan, serta memilih kelompok sosial menengah ke atas

(bermewah-mewahan, borjuis). Sedangkan perilaku hedonisme yang berasal dari

faktor eksternal yaitu muncul dari luar diri individu yang dipengaruhi oleh

kelompok referensi. Kelompok referensi kelompok yang memberikan pengaruh

secara langsung ataupun tidak langsung terhadap perilaku dan sikap seorang

individu. Pada kelompok referensi, terdapat lima cara yang digunakan oleh

kelompok referensi untuk mempengaruhi pilihan dan perilaku individu, yaitu

pengaruh utilitarian (normatif), nilai ekspresif, informasi, keluarga, dan kelas

sosial.

Penjelasan di atas dapat diperkuat berdasarkan pernyataan Fitts (Hadi,

2017) yang menjelaskan kondisi-kondisi yang menyebabkan remaja berperilaku

hedonis adalah:

a) Ingin diakui

Sebagaimana Maslow menjelaskan (Jarvis, 2012) remaja memang

menginginkan adanya penerimaan sebagai bentuk kebutuhan sosial. Kebutuhan


78

tersebut ditampakkan dengan penampilan, tingkah laku, cara bersikap dan lain-

lainnya agar menarik perhatian orang lain, terutama kelompok teman sebaya.

Dalam gaya hidup hedonis individu ingin diakui sebagai suatu anggota dalam

kelompok atau adanya penerimaan oleh lingkungan sosialnya. Remaja ingin

diakui eksistensinya oleh lingkungan sosial sehingga kebutuhan untuk ingin

diakui ini menjadi pendorong individu untuk melakukan perilaku hedonis.

b) Ingin menjadi pusat perhatian

Popularitas dan rasa gengsi tinggi dengan menonjolkan kebanggaan

materi, merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol gengsi kemewahan

lainnya merupakan ciri gaya hidup hedonis. Individu berlomba-lomba menjadikan

dirinya seperti apa yang diinginkannya. Berbagai cara dilakukannya agar apa yang

diinginkannya dapat tercapai, salah satunya dengan mencari popularitas. Dengan

menjadi pusat perhatian individu ingin menjadi populer di kelompoknya.

c) Ikut-ikutan

Kecendrungan remaja untuk diakui dalam suatu kelompok atau lingkungan

sosial membuat remaja mengikuti trend yang dapat membuat remaja tersebut

merasa percaya diri dan diterima dalam kelompok tersebut. Pengaruh teman

sebaya pada sikap, penampilan, dan sebagainya diakibatkan remaja lebih banyak

menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebaya. Karena manusia hidup

dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia, maka motif sosial ini terbentuk

(Suryabrata, 2014). Motif ini dapat berupa dorongan mengejar kedudukan tertentu

dalam masyarakat, dorangan untuk berhubugan dengan orang lain.

d) Identitas diri dan aktualisasi diri


79

Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan

sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik, aktualisasi diri sebagai kebutuhan

dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Motif aktualisasi diri berkaitan dengan

kebutuhan atau dorongan untuk mengaktualisasikan potensi yang ada pada diri

individu. Hal ini bervariasi dari orang satu dengan orang lain. Orang yang

memiliki gaya hidup hedonis akan mengaktualisasikan dirinya di bidang

hedonisme.

Sesuai dengan teori yang menyebutkan faktor dari perilaku hedonis diatas,

peneliti mendapatkan dilapangan bahwa faktor yang melatarbelakangi terjadinya

perilaku hedonis pada konseli ada 2 faktor yakni internal dan eksternal. Faktor

internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri subyek. Gaya hidup hedonis

menuntut individu agar diakui sebagai anggota suatu kelompok atau diterima oleh

lingkungan sosialnya sehingga berusaha untuk mengikuti perkembangannya dan

menginginkan adanya penerimaan sebagai bentuk kebutuhan sosial. Kebutuhan

tersebut ditampakkan dengan penampilan, tingkah laku, cara bersikap dan lain-

lainnya agar menarik perhatian orang lain terutama kelompok teman sebaya.

Faktor internal nyang melatarbelakangi konseli melakukan perilaku hedonis yaitu

karena ingin di akui. Gaya hidup hedonis menuntut individu agar diakui sebagai

anggota suatu kelompok atau diterima oleh lingkungan sosialnya. Remaja ingin

diakui eksistensinya oleh lingkungan sosial sehingga berusaha untuk mengikuti

perkembangannya. Selain itu, Ingin menjadi pusat perhatian juga menjadi faktor

internal yang membuat konseli melakukan perilaku hedonis. Popularitas dan rasa

gengsi tinggi dengan menonjolkan kebanggaan materi, merek-merek terkenal dan


80

mahal, atau simbol-simbol gengsi kemewahan lainnya merupakan ciri gaya hidup

hedonis. Menjadi pusat perhatian menjadi ciri khas yang dimiliki oleh gaya hidup

hedonis dikarenakan individu ingin menjadi populer di kelompoknya. Faktor-

faktor internal ini didapatkan dari beberapa nasumber yaitu konseli sendiri, guru

BK, dan teman sebaya.

Selain faktor internal, faktor eksternal yang melaterbelakangi penyebab

konseli melakukan perilaku hedonis ini sesuai dengan teori yakni dikarenakan

adanya pengaruh dari luar seperti teman-temannya, mengikuti trand disosmed dan

tidak adanya pembatasan dari orang tua atau keluarga yang membuat konseli

menjadi konsumtif dan berprilaku hedonis dan bahkan membuat makna hidup

konseli ini hanya berorientasi pada kesenangan dan sudah dijadikan tujuan hidup.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang melatarbelakangi siswa AM berperilaku hedonis ada 2 faktor yakni

internal dan eksternal. Dimana dalam faktor internal meliputi ingin diakui dan

merasa gengsi dan dalam faktor eksternal meliputi adanya pengaruh dari luar

seperti teman-temannya dan tidak adanya pembatasan dari orangtua.

3. Penerapan teknik logoterapi terhadap perilaku hedonis siswa

Upaya yang dilakukan untuk menangani perilaku hedonis sebaiknya

dilakukan dengan pemberian layanan individu (konseling individu) yang mana

secara personal layanan ini sangat efektif bagi individu yang bermasalah. Selain

itu juga wali kelas mengajukan upaya untuk melakukan studi terhadap kasus

siswa yang berperilaku hedonis dengan menelusuri penyebab utama siswa


81

perilaku hedonis dan kemudian memberikan penanganan yang khusus bagi siswa

tersebut. Salah satu teknik konseling yang bisa digunakan adalah logoterapi.

Upaya yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan konseling individu

dengan menerapkan logoterapi yaitu teknik yang dapat membantu konseli

menemukan makna hidupnya, berorientasi pada masa depan (future oriented) dan

berorientasi pada makna hidup (meaning oriented). Seseorang tidak

menginginkan dirinya menjadi orang dengan tanpa tujuan yang jelas karena

menjadikan dirinya tidak mengetahui apa yang diinginkan dan dilakukannya.

Dengan logoterapi menjadikan seseorang mengetahui makna dan tujuan hidupnya

sehingga menjadikan hidupnya berubah lebih baik dan terarah.

Dalam aplikasinya, logoterapi memiliki beberapa teknik intervensi menurut

Bastaman (2007) teknik-teknik dalam logoterapi yaitu:

a) Paradoxial Intention

Teknik Paradoxical Intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan

mengambil jarak (self detachment) dan kemampuan mengambil sikap (to take

stand) terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Teknik ini memanfaatkan

salah satu kualitas khas manusia lainnya, yaitu rasa humor (sense of humor),

khususnya humor terhadap diri sendiri. Rasa humor ini diharapkan dapat

membantu pasien untuk tidak lagi memandang gangguan-gangguannya sebagai

sesuatu yang berat mencekam, tetapi berubah menjadi sesuatu yang ringan bahkan

lucu.

b) Dereflection
82

Derelection memanfaatkan memampuan transedensi diri (self-transedent)

yang ada pada setiap manusia. Artinya kemampuan untuk membebaskan diri dan

tak memperhatikan lagi kondisi yang tak nyaman untuk kemudian mencurahkan

perhatian kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat dengan berusaha

mengabaikan keluhannya dan memandangnya secara ringan, kemudian

mengalihkan perhatian kepada hal-hal yang bermanfaat. Selain itu akan terjadi

perubahan sikap yaitu dari semula memperhatikan diri sendiri (self concerned)

menjadi individu yang komitmen terhadap sesuatu yang penting bagi dirinya, juga

memoerhatikan orang lain dan peka terhadap keadaan sekitarnya.

c) Medical Ministry

Dalam kehidupan sering ditemukan berbagai pengalaman tragis yang tak

daapat dihindarkan lagi, sekalipun upaya-upaya penanggulangan telah dilakukan

secara maksimal, tetapi tidak berhasil, untuk itu logoterapi mengarahkan penderita

untuk berusaha mengembangkan sikap (attitude) yang tepat dan positif terhadap

kondisi tersebut. Metode ini merupakan metode logoterapi yang semula

diterapkan di kalangan medis, khususnya gangguan emosional (misalnya depresi

pasca amputasi). Namun selanjutnya, metode ini diamalkan juga oleh para

profesional lain dalam mengatasi berbagai kasus tragis nonmedis. Pendekatan ini

memanfaatkan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri dan

lingkungan yang tak mungkin diubah lagi. Medical ministry merupakan realisasi

diri dari nilai-nilai bersikap sebagai salah satu sumber makna hidup.
83

d) Appealling Tehnique

Merupakan suatu teknik yang menggunakan gabungan antara paradoksikal

intension dan dereflection, yang didasarkan pada kekuatan sugesti terapis untuk

menuntun individu menemukan makna hidupnya. Teknik ini digunakan untuk

kasus-kasus dimana pasien tidak mampu lagi menemukan sendiri makna hidupnya

seperti pada pasien yang terlalu muda atau usia yang terlalu tua sehingga

mengalami kesulitan dalam menemukan sendiri makna hidupnya.

e) Socratic Dialog

Socratic Dialogue adalah suatu bentuk percakapan antara terapis dan klien

dimana terapis menggunakan pertanyaan ataupun kalimat-kalimat pertanyaan

kepada klien dalam usahanya untuk membantu agar klien dapat menemukan

sendiri jawaban terhadap permasalahn yang dihadapi saat ini. Menurut Wong

(2002) dan Marshall (2011), socratic dialogue terapis harus mampu menjawab dan

menemukan pikiran dari pasiennya walaupun kondisi pasien tidak terarah dalam

pembicaraannya sehingga dapat menemukan arti makna hidupnya. Dalam Socratic

Dialogue, terapis memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan sedemikian rupa

sehingga klien menjadi sadar akan impian-impian mereka yang ter-represi,

harapan-haarapan bawah sadar dan hasrat yang terpendam (self discovery). 2

teknik yang paling utama dalam logoterapi, seperti paradoksikal intension dan

derefleksi juga dilaksanakan dengan menggunakan teknik interview socratic

dialogue.
84

f) Existential Analysis

Dengan metode terapis ini membantu penderita neurosis nogenik dan

mereka yang mengalami kehampaan hidup untuk menemukan sendiri makna

hidupnya dan mampu menetapkan hidup secara lebih jelas. Makna hidup ini harus

mereka temukan sendiri dan tak dapat ditentukan oleh siapapun, termasuk oleh

logoterapis. Fungsi logoterapis hanya sekedar mambantu memikirkan dan

membuka cakrawala pendangan para penderita terhadap berbagai nilai sumber

makna hidup, yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, dan nilai bersikap. Di samping

itu, logoterapi menyadarkan mereka terhadap tanggung jawab pribadi untuk

keluar dari kondisi kehampaan hidup. Dalam proses penemuan makna hidup ini

para konselor/terapis lebih berperan sebagai “rekan yang turut berperan serta”

yang sedikit demi sedikit menarik keterlibatannya bila pasien sudah mulai

menyadari dan memahami makna hidupnya.

Penanganan perilaku hedonis siswa mengikuti tahap-tahap logoterapi.

Dalam teknik ini ada beberapa tahapan yang diterapkan peneliti untuk menangani

siswa yang berperilaku hedonis ini. Tahapan tersebut menurut Elizabeth Lucas

(Bastaman, 2007) yaitu mengambil jarak terhadap gejala (distance from

symptom), modifikasi sikap (modification of attitude),pengurangan gejala

(reducing symptom), orientasi terhadap makna (orientation toward meaning).

Sesuai dengan penjelasan tentang logoterapi diatas, peneliti menggunakan

teknik ini untuk mengatasi perilaku hedonis konseli. Tahap pertama yang

dilakukan peneliti adalah mengambil jarak terhadap gejala yaitu konseli

menggambarkan perilakunya yang sekarang dan menggambarkan perilaku ideal


85

yang didambakannya. Pada tahap ini konseli membuat perilaku yang diinginkan

dan konseli diminta membandingkan dengan perilakunya sekarang. Tahap kedua

adalah modifikasi sikap (modification of attitude) yaitu konseli mampu

mendapatkan pandangan baru terhadap diri sendiri serta kondisi yang dialaminya,

sehingga konseli dapat menemukan sikap baru dalam menemukan arah dan tujuan

hidupnya. Setelah menemukan sikap baru, kemudian peneliti melakukan tahap

pengurangan gejala (reducing symptoms) yaitu upaya konselor menerapkan

teknik-teknik logoterapi dalam menghilangkan atau sekurang-kurangnya

mengurangi dan mengendalikan gejala yang dialami konseli. Perubahan pada

sikap selanjutnya akan memberikan umpan balik yang positif dan membantu

seseorang untuk lebih terbuka dan menemukan makna baru. Pada tahap ketiga ini

sesuai dengan teori peneliti mengambil 2 tekhnik dala logoterapi yaitu

dereflection dan socratic dialog. Tahap akhir pada teknik ini adalah orientasi

terhadap makna (orientation toward meaning) yaitu konselor dan konseli

membahas bersama nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam

kehidupan konseli. Pada tahap ini konselor membantu konseli memperdalam,

memperluas nilai-nilai yang dimiliki oleh konseli dan menjabarkannya menjadi

tujuan yang konkret dalam kehidupan konseli. Selain itu peneliti mengevaluasi

keberasilan proses konseling dengan memperoleh informasi dari pernyataan-

pernyataan konseli tentang perubahan perilakunya.

Berdasarkan dari hasil konseling dengan menggunakan treatment yang

dilakukan pada subyek dalam beberapa minggu, peneliti melihat dan mendapat

informasi bahwa AM telah meninggalkan hal-hal atau perilaku-perilaku yang


86

cenderung membuatnya berperilaku hedonis. Pada pertemuan terakhir AM sudah

bergaul dan memiliki hubungan baik dan disukai oleh teman-teman sekelanya,

kemudian AM telah mengurangi intensitas belanjanya, serta AM lebih banyak

menghabiskan waktu di rumahnya dan menjadikan rumahnya sebagai tempat

belajar kelompok untuk teman-teman kelasnya. Ciri-ciri yang dinampakkan

konseli setelah melakukan konseling ini menunjukkan bahwa konseli sudah

paham dengan kesalahan makna hidup yang ia yakini sebelumnya, dimana

sebelumnya konseli menjadikan kesenangan pribadi sebagai tujuan hidupnya.

4. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan waktu peneliti dalam memberikan treatment menjadi suatu

kekurangan dikarenakan subyek masih perlu diberikan perhatian sehingga tidak

kembali mengalami perilaku hedonis. Selain itu kurang maksimalnya pemberian

teknik logoterapi oleh peneliti karena keterbatasan referensi tentang logoterapi.

Jadi, untuk tindak lanjut (follow up) harus dilakukan setelah proses konseling

yaitu dengan kerja sama antara guru BK, wali kelas, dan orang tua, serta pihak

sekolah.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Hang Tuah Makassar

tentang siswa berperilaku hedonis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perilaku hedonis yang nampak ditunjukkan oleh kasus adalah siswa yang

senang dan bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah

seperti nongkrong di kafe atau berbelanja di mall bersama teman-temannya.

Aktivitas lain yang digemari oleh si kasus adalah senang membeli barang

mahal hanya untuk kepuasan dan cenderung pamer kepada teman-temannya.

Selain itu si kasus juga mengarahkan aktivitasnya pada kesenangan saja dan

menjadi tujuan hidup dan memilih kelompok sosial menengah ke atas

(bermewah-mewahan).

2. Perilaku hedonis kasus dipengaruhi oleh faktor yang muncul dari dalam atau

intenal dan faktor dari luar atau eksternal. Berikut faktor yang

melatarbelakangi perilaku hedonis yang ada pada kasus adalah ingin diakui,

ingin menjadi pusat perhatian, ikut-ikutan, dan untuk identitas diri atau

aktualisasi diri.

3. Penanganan perilaku hedonis terhadap kasus menggunakan logoterapi dengan

teknik dereflection dan socratic dialog menunjukkan adanya perubahan

tingkah laku yang sedikit demi sedikit menjadi lebih baik, melakukan aktivitas

yang lebih bermanfaat terhadap dirinya sehingga disukai oleh teman kelasnya.

Selama proses konseling, kasus menunjukkan sikap yang cukup baik, aktif

86
87

dalam setiap pertemuan, dan cukup terbuka dalam menggambarkan masalah

yang terjadi padanya. Alternatif penanganan masalah adalah teknik logoterapi

yang diterapkan oleh peneliti dilakukan melalui konseling individu selama

kurang lebih enam minggu dalam ruangan atau tempat yang telah disediakan.

Setelah diberikan penanganan, si kasus menunjukkan pribadi yang lebih rileks

dan lebih ceria. Setelah pemberian treatment, terjadi perubahan positif pada

perilaku konseli. Sehingga berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa teknik logoterapi yang digunakan oleh peneliti dalam

konseling individu dapat menangani kasus siswa berperilaku hedonis.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan mengamati situasi selama

di lapangan, peneliti mengajukan beberapa saran antara lain:

1. Bagi orang tua:

a. Agar selalu memberikan bimbingan dan membekali anak dengan nilai-nilai

moral yang nantinya berguna agar anak memiliki fondasi yang baik ketika

mereka berinteraksi dengan orang lain.

b. Memberikan perhatian dan membangun komunikasi yang baik dengan anak

agar mau terbuka menceritakan tentang hal-hal yang terjadi dalam aktivitas

pergaulannya.

2. Bagi guru bimbingan konseling:

a. Menerapkan teknik logoterapi kepada siswa karena telah terbukti dapat

menangani perilaku hedonis siswa

3. Bagi siswa:
88

a. Meninggalkan hal-hal yang yang kurang baik yang tidak disenangi oleh orang

lain, dan melakukan hal-hal yang bernilai positif.

b. Mempertahankan sikap tidak mudah terpengaruh terhadap kesenangan semata

dengan mengikuti tren.

c. Menjadikan logoterapi sebagai alternatif pilihan untuk menyelesaikan

masalahnya.
DAFTAR PUSATAKA

Adhani, A. R. 2013. Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri dan Beban Kerja


terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Jurnal Manajemen. Vol. 1 No. 4.

Afiantika. 2013. Kepribadian Sehat Menurut Aliran Behavioural, Psikoanalisa,


Dan Humanistik(Online),
(Http://Afiantika.Blogspot.Com/2013/04/Kepribadian-Sehat-Menurut-
aliran.html) diakses 16 Juli 2018.

Ali, M. & Asrori, M. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bastaman, H. D. 2007. Logoterapi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Corey, G. 2005. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.

Daruma, A. R., Samad,S. & Sofiani, S. 2004. Studi Kasus. Makassar: Penerbit FIP
UNM.

Daulay, S. A. 2016. Pengaruh Konseling Kelompok Dengan Strategi Simbo


Terhadap Gaya Hidup Hedonisme Siswa Kelas X Sma Swasta Karya Bakti
Tahun Ajaran 2015 / 2016. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas
Negeri Medan.
Farozin, M. & Fathiyah, K. N. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka
Cipta.

Hadi, S. Dkk. 2017. Hubungan Antara Konformitas dengan Gaya Hidup


Hedonisme di Pesantren. Jurnal Psikologi. Volume 1 No. 1

Javis, M. 2012. Teori-Teori Psikologi. Bandung: Nusa Media.

Moleong, L. J. 2017. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nadzir, M. & Muji, I. T. 2015. Psychological Meaning of Money dengan Gaya


Hidup Hedonis Remaja di Kota Malang. Makalah. Seminar Psikologi dan
Kemanusiaan Psychology Forum UMM.

Nasution, S. 2010. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

89
90

Pontania, A. 2016. Hubungan Antara Konsep diri Dengan Gaya Hidup Hedonis
Pada Siswa SMA Negeri 4 Surakarta. Thesis, Fakultas Psikologi:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahardjo, S. 2013. Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Jakarta: Prenada Media.

Saputri, A & Rachmatan, R. 2016. Religiusitas dengan Gaya Hidup Hedonisme:


Sebuah Gambaran pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala. Jurnal
Psikologi. Volume 12 No. 2

Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyarini & Jauhar, M. 2014. Dasar-Dasar Konseling: Panduan Lengkap


Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Konseling. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

Suranata, K. 2013. Pengembangan Model Konseling Logo Mencegah


Penyalahgunaan Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya pada
Siswa di Bali. Jurnal Pendidikan Indonesia, hal. 188-189.

Suryanata, S. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Tomy, A. 2014. Logoteraphy: A Means of Finding meaning to Life. Journal of


Psychiatric Nursing. 3(1): 1-40.

Trimartati, N. 2014. Studi Kasus tentang Gaya Hidup Hedonisme Mahasiswa


Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan. Psikopedadogia.
Volume 3 No. 1

Wikipedia. 2018. Hedonisme (online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme)


diakses pada tanggal 26 April 2018.
91

Lampiran 1: Prosedur Penelitian

No. Tahap Penelitian Alat Kegiatan Objek Hasil


Guru BK Informasi gejala-
Pedoman
Wawancara Siswa teridentifikasi gejala siswa
wawancara
1. Identifikasi Masalah berperilaku hedonis berperilaku hedonis
Pedoman observasi Mengamati perilaku Siswa teridentifikasi Gambaran awal
awal siswa terisolir berperilaku hedonis perilaku hedonis
Konseli
Guru BK Mengetahui faktor
Pedoman
2. Diagnosis Wawancara Wali Kelas penyebab siswa
wawancara
Teman Konseli berperilaku hedonis
Orang tua
Konseli
Upaya penanganan
Guru BK
Analisis data yang pemecahan masalah
3. Prognosis Hasil wawancara Wali Kelas
terkumpul siswa berperilaku
Teman Konseli
hedonis
Orang tua
Hasil pengukuran
Mengamati perilaku
Pedoman observasi Konseli awal perilaku
hedonis konseli
hedonis
Perubahan progresif
Skenario layanan Pemberian
4. Treatment Konseli tingkah laku konseli
konseling terapi/treatment
hedonis
Hasil pengukuran
Mengamati perilaku
Pedoman observasi Konseli akhir perilaku
hedonis konseli
hedonis konseli
5. Evaluasi Hasil pengukuran Analisis hasil pengukuran Konseli Penilaian terhadap
92

No. Tahap Penelitian Alat Kegiatan Objek Hasil


awal dan akhir pemberian
terapi/treatment
Tindak lanjut
Pemberian umpan balik terhadap
6. Tindak Lanjut Hasil evaluasi Konseli
terhadap hasil evaluasi permasalahan siswa
berperilaku hedonis
93

Lampiran 2: Matriks Penelitian

No. Fokus Indikator Teknik Sumber Data


1. Gambaran 1. Berorientasi Wawancara Konseli
perilaku pada
hedonis kenikmatan dari Observasi Guru bimbingan
dan konseling
kesenangan
pribadi Guru wali kelas
2. Tidak peduli
Teman Konseli
dengan
kepentingan
Orang tua
orang lain

3. Tidak pernah
merasa puas
dengan apa
yang dimiliki

4. Konsumtif

5. Diskriminatif
94

Lampiran 3: Matriks Wawancara Dan Pedoman Observasi

1. Matriks Wawancara
Sumber Data
No. Rumusan Masalah Pertanyaan Guru Wali Teman Orang
Kasus
BK Kelas Sebaya Tua
1. Bagaimanakah 1. Apakah siswa belanja untuk kepuasan atau
√ √ √ √ √
gambaran perilaku untuk kebutuhan?
hedonis di SMA Hang 2. Apakah siswa sering membantu teman yang
√ √ √ √ √
Tuah Makassar kesusahan?
3. Bagaimana reaksi siswa ketika ada teman
√ √ √ √ √
yang membutuhkan bantuan?
4. Berapa banyak barang branded yang siswa
√ √ √ √ √
miliki?
5. Mengapa anda memilih membeli barang-
√ √ √ √ √
barang branded?
6. Untuk apa saja uang siswa menghabiskan
√ √ √ √ √
uangnya?
7. Seberapa sering siswa belanja dalam sebulan? √ √ √ √ √
8. Berapa biaya yang siswa keluarkan ketika
√ √ √ √ √
belanja dalam kurun waktu sebulan?
9. Dengan siapakah siswa sering bergaul? √ √ √ √ √
10. Apakah perlakuan siswa terhadap semua
√ √ √ √ √
temannya sama?
2. Faktor-faktor yang 1. Memamerkan barang-barang mewah yang
√ √ √ √ √
melatarbelakangi dimiliki
perilaku hedonis di 2. Membeli barang-barang mewah hanya
√ √ √ √ √
SMA Hang Tuah untuk kesenangan saja
95

Makassar? 3. Memamerkan barang-barang mewah karena


√ √ √ √
ingin populer
4. Merasa minder jika berpenampilan biasa-
√ √ √ √ √
biasa saja
5. Merasa tersaingi jika ada teman Kasus yang
√ √ √ √ √
penampilannya lebih menonjol?
6. Mengikuti tren baru √ √ √ √ √
7. Mengikuti trend fashion seperti teman-
√ √ √ √
temannya agar tidak dijauhi
8. Sering menghabiskan waktu luang Anda di
√ √ √ √ √
luar rumah, seperti di kafe atau mall
9. Kurang bergaul dengan siswa yang
√ √ √ √
berpenampilan biasa saja
10. Sering tidak mengikuti pelajaran dalam
√ √ √ √ √
kelas
3. Bagaimanakah 1. Apa yang harus dilakukan untuk membantu
√ √ √ √ √
penanganan terhadap siswa menangani masalah perilaku hedonis?
siswa berperilaku 2. Metode apa yang digunakan dalam layanan
hedonis di SMA Hang BK untuk menangani masalah perilaku √
Tuah Makassar? hedonis?
3. Bagaimana persetujuan siswa, orangtua, dan
guru BK terhadap penanganan masalah
perilaku hedonis? √ √ √
96

2. Pedoman Observasi
Daftar Cek
Nama Siswa :
Kelas :
Tempat :
Waktu :

Beri tanda checklist (√) pada pernyataan yang sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan.

Indikator
No. Perilaku yang diamati
Ya Tdk
1. Memiliki banyak barang branded dan mahal
2. Senang memamerkan barang-barang mewah
3. Belanja untuk kepuasan
4. Membantu teman yang memerlukan bantuan
5. Memamerkan barang-barang mewah karena ingin populer
6. Merasa minder jika berpenampilan biasa-biasa saja
Merasa tersaingi jika ada teman yang penampilannya lebih
7.
menonjol
8. Mengikuti jika ada trend baru
Mengikuti trend fashion seperti teman-teman Anda agar tidak
9.
dijauhi
Sering menghabiskan waktu luang Anda di luar rumah, seperti di
10.
kafe atau mall
11. Memilih membeli barang-barang branded
12. Jarang masuk sekolah
97
97

Lampiran 5: Catatan Lapangan

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Subyek

Catatan Lapangan (CL. 01)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr01/S

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : S (Subyek)

Nama : AM

Hari/Tanggal : Kamis, 04 Oktober 2018

Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah


Jam : 10.00 s/d 10.30 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Tujuan wawancara :

Pembentukan hubungan baik antara peneliti/konselor dan informan/konseli

Subyek Uraian Percakapan Line


P Assalamualaikum dek 1
AM Waalaikum salam kak 2
P Bagaimana kabar ta hari ini dek? 3
AM Baik ji kak 4
P Tidak apa-apWi ini saya minta waktu ta dek? 5
AM Iya kak tidak ji, kebetulan waktu istirahat 6
P Berapa menit ini dek bisa saya minta waktu ta? 7
AM 15-30 menit kak karena sampai begituji waktu istirahat kak 8
P Jadi begini, saya ini mahasiswa jurusan Bimbingan 9
Konseling, saya di sini mau melakukan penelitian
AM Iye penelitian apa itu kak? 10
P Penelitian tentang perilaku hedonis. Kita’ tau apa itu hedonis 11
dek?
98

AM Hehe iye kak, hedonis itu yang suka foya-foya, maunya enak- 12
enak sama senang-senang sWa toh kak?
P Iye dek, kita tauji pale itu perilaku hedonis 13
AM Iye kak karena merasa ka bilang termasuk ka pelaku hedonis, 14
teman-temanku juga na bilangi ka begitu
P Orang yang berperilaku hedonis itu dek sukanya sama 15
senang-senang sWa, suka santai, pilih-pilih teman dan
sebagainya
AM Iye kak. Kuakui memang begitu ka kak. Apalagi kalau 16
masalah teman bergaul kak suka ka memang pilih-pilih
P Menurut ta’ itu masalah atau bukan dek? 17
AM Masalah iya kak 18
P Iye dek. Jadi sebaiknya bagaimana menurutta dek? 19
AM Tidak tau mi kak 20
P Nah itulah tujuannya BK dek. Membantu siswa menangani 21
masalahnya termasuk masalah ta sekarang dek
AM Iye kak 22
P Iya dek. Saya yang mau bantu ki kalau mau jaki’ selesaikan 23
masalah ta’ dek
AM Iye kak. Mau kak 24
P Jadi bersedia jaki ini dek? 25
AM Iye kak 26
P Jadi minggu depan kita ketemu di jam istirahat seperti ini 27
untuk bicarakan permasalahan ta dek
AM Iye kak. Hari apami itu kak? 28
P Hari Rabu pi dek . Yang penting bersedia jaki’toh dek? 29
AM Iye kak bersedia kak 30
P Jadi nanti hari Rabu ketemu ki lagi di perpustakaan atau di 31
taman sekolah dek
AM Iye kak di sana mi kak, bagus suasananya 32
P Terima kasih sudah meluangkan waktunya dek 33
AM Iye kak, duluan ka pale kak 34
P Iye dek 35
99

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Subyek

Catatan Lapangan (CL. 02)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr02/S

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : S (Subyek)

Nama : AM

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018

Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah


Jam : 10.00 s/d 10.30 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Subyek Uraian Percakapan Line


AM Assalamualaikum 1
P Waalaikumsalam. Masuk ki dek 2
AM Iye kak 3
P Dari mana ki itu dek? 4
AM Dari kantin kak 5
Jadi hari ini kita mau cari tau kenapa ki bisa berperilaku 6
P
hedonis
AM Iye kak 7
Apakah kamu belanja untuk kepuasan atau karena 8
P
kebutuhan ta’?
Untuk kepuasan kak, misalnya kak presentasinya 100%, 9
AM kalau saya 70% kepuasan dan 30% kesenangan, kayak gitu
kak, belakangan butuh tidaknya
P Oh jadi karena kepuasan sama kesenangan ji kita belanja? 10
AM Iye kak, beberapajii yang memang karena butuh atau perlu 11
P Sering jaki bantu teman ta’ jika ada yang kesusahan? 12
AM Kesusahan bagaimana kak? 13
Misalnya ada masalahnya temanta’ kita bantu pecahkan 14
P
masalahnya?
100

Tidak kak, jarang ka ikut campur masalahnya teman kelasku 15


AM
kak
Bagaimana reaksi ta’ ketika ada teman anda yang 16
P
mengalami kesusahan?
Biasa ji kak, tidak terlalu saya pikir ji saya masalahnya kak 17
AM
yang penting saya terpenuhi mi apa ku mau kak sudah mi
P Begituki dih dek 18
AM Hmm iye begitu ka kak 19
P Tidak sama perlakauan ta’ sama semua teman ta’? 20
Tidak semua kak, ada tidak ku suka teman ku lebih kusuka 21
teman-teman genk ku karena bisa ka sama-sama jalan-jalan
AM
ke tempat nongkrong bagus kayak kafe atau tempat hangout
yang lagi hits kak
P Berarti geng-geng ta ji teman ta di sekolah? 22
Iye kak, sama jika biasa genkku nah kak, yah mungkin 23
AM
karena sama-sama ka orang mampu begitu kak
Berapa banyak sebenarnya barang branded yang kita’ miliki 24
P
dek?
Banyak macamnya kak, dari sepatu, tas, pakaian dan banyak 25
AM lagi kak pokoknya kalau ada keluar lagi barang baru dan
saya suka saya beli kak.
P Bukan karena kita butuh tapi lebih kepada ? 26
AM Suka kak 27
P Mengapa memilih membeli barang-barang branded dek? 28
Gengsi lah kak hehe, masa mau ki beli yang kw tapi saya 29
AM
memang suka kak dan hobby ku mi kapang belanja kak
P Kalau boleh tahu untuk apa saja uang pengeluaran ta’ dek? 30
Kalau dikasi uang jajan sama ibu, biasanya sih kak belanja 31
ka pakaian, tas, sepatu, aksesoris. Kalau ada barang yang
AM
disuka saya beli kak karena tidak sa suka saya itu kak kalau
ketinggalan jaman ka
P Seringki belanja dalam sebulan? 32
Sering kak, apalagi kalau sering diajak teman ke mall pasti 33
AM
belanja, ada saja ku beli ku bawa pulang
Berapa biasa biaya kita’ keluarkan kalau belanja ki dalam 34
P
kurun waktu sebulan?
Tidak menentu kak, tergantung berapa ji na kasi ka ibuku 35
AM tapi biasa ka juga bohongi ibuku kak mau bayar inilah itulah
tapi uangnya sa pakai ji belanja kak
P Sama siapaki biasa pergi belanja? 36
Ada genk ku kak, saya suka sama mereka karena se hoby ka 37
AM
kak suka semua juga belanja
Bagaimana kah cara ta bicara sama teman ta, sama guru, 38
P
sama orang tua?
101

Kalau sama temanku biasa ji kak. Kalau ada penting, bicara 39


ka’ kak. Kalau sama guru, jarang sekali ka’ bicara sama
AM
guru. Wali kelasku ji biasa panggil ka’ di ruang guru kak.
Kalau sama orang tua, paling ibu ji karena ayah sibuk
Senangki memamerkan barang-barang mewah agar diakui 40
P
oleh temanta’?
Hmm bagaimana dih kak, sebenarnya saya tidak bermaksud 41
memamerkan, cuman kalau na liat ki temanku terutama
AM
teman-teman gengku jadi kayak na segani ka, na lihat ka
begitu kak
Beliki’ barang-barang mewah karena mauki diakui oleh 42
P
temanta’?
Beli karena memang suka kak, kalau untuk diakui teman- 43
temanku mungkin iya juga sih kak, rasanya punya kepuasan
AM
sendiri kalau beli apalagi yang memang bermerek kak, suka
saya pasang di status sosmed ku kak
P Atau karena mauki’ populer? 44
Populer harus itu kak, kan sudah hobby dan suka yah begitu 45
kak. Kalau saya pribadi kak kalau misalnya jalan ka terus
AM
tidak ada satu pun barang bermerek di badanku mindek ka
iya kak, merasa kurang PD saja kak
Merasa tersaingiki’ kalau ada temanta’ yang penampilannya 46
P
lebih menonjol dari kita’?
Tersaingi kalau itu bukan dari teman-teman geng ku, apalagi 47
AM di sini (sekolah) harus tenar, harus ki memang menonjol kan
populer ki toh kak
P Jadi kalau ada trend baru, update ki dong? 48
Iye kak, kalau cocok di saya ku ikuti, atau booming ki di 49
AM sekolah yah ikut. Apalagi kalau memang saya suka, saya
usahakan dapat atau beli itu
P Oh jadi kita’ ikuti trend supaya tidak ketinggalanki’? 50
Kalau itu kak harus, harus ki selalu update soal fashion 51
AM supaya tidak dibilangi ketinggalan zaman, katro kak supaya
tidak na jauhiki juga teman gengku kak
P Kenapa begitu dek? 52
Iye kak digengku toh kak begitu, ndag na kenal dibilang 53
AM ketinggalan atau kuno begitu kak. Istilah dinyinyir ki kak
kalau tidak samaki’
P Seringki’ keluar rumah? 54
Sering kak. Pernah hampir setiap hari, minimal sekali 55
AM seminggu kak apalagi kalau ada film bagus tayang di
bioskop kak
P Siapa sering ditemani keluar begitu dek? 56
Teman gengku kak. Kalau nggak ada kesibukan sering kak, 57
AM
nongkrong sama teman-teman sih kak, rame soalnya. Seru
102

aja kak
Kalau malas kerja tugas ke kafe ka kak atau kadang juga ku
kerja tugas ku di kafe sama teman-teman geng ku kak
Apakah ada dampak buruk kita rasa dek selama ini karena 58
P
perilaku ta’?
Ada kak. Jarang ka komunikasi sama teman kelasku karena 59
sama terus ka geng ku, dibilangi ma sombong kak karena
AM
selalu ka pamer sama gengku barang-barang mahal yang
kita punya, jarangka di rumah kak
P Jadi apa yang harus dilakukan untuk masalah ta dek? 60
AM Tidak tahu kak, malaska sama hidup ku sebenarnya kak. 61
Hampa kurasa
Janganki bilang begitu dek. Itumi ada BK. Kalau BK itu 62
punya banyak cara untuk selesaikan masalah ta dek. tapi itu
P
tergantung kesediaan ta dek. Bersedia jaki’ menyelesaikan
masalah dengan layanan BK?
AM Iye kak. Bersedia ja kak. 63
Oke dek. Jadi untuk pertemuan selanjutnya nanti saya kabari 64
P ki waktunya dek. Saya baru mau bicarakan sama guru BK
kapan waktu terbaiknya.
AM Iye kak. 65
P Oke. Terimakasih waktunya hari ini dek. 66
AM Iye kak. Keluar ma pale kak 67
P Iye dek. 68
103

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Teman Subyek

Catatan Lapangan (CL. 03)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr03/061018/W/TS

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : TS (Teman Subyek)

Nama : Wahyuni (W)

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018

Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah


Jam : 11.45 s/d 12.05 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Subyek Uraian Percakapan Line


P Assalamualaikum 1
W Waalaikumsalam kak 2
P Tidak sibuk jaki dek? 3
Tidak ji kak, lagi istirahat ji kak sambil cerita-cerita sama teman- 4
W
teman
P Bisa minta waktunya dek. Sebentar sekali ji mau wawancara. 5
W Iye kak. Di mana kak? 6
P Di ruang wakil kepala sekolah 7
W Oh iye kak 8
P Kalau boleh tahu, siapa nama ta dek? 9
W Wahyuni kak 10
P Nama panggil ta’? 11
W Uni kak 12
P Oke Uni. Kita kenal teman kelas ta, namanya AM? 13
W Iye kak. Kenapa kak? 14
P Saya butuh beberapa informasi tentang dia dek. Bisa ji toh dek? 15
W Iye kak bisa ji 16
P Kalau di kelas akrab ki sama AM? 17
104

Kalau di kelas dibilang akrab lumayan kak karena selalu di saya 18


W
bertanya kalau ada tugas. Kayak saya na temani cerita kalau di kelas
P Bagaimana dengan teman kelas yang lain? 19
Jarang ada teman kelasku cerita karena kalau jam istirahat pergi mi 20
W sama teman geng nya, sering juga tidak masuk kelas kalau ada
pelajaran
P Begitu di’dek 21
W Iye kak 22
P Bagaimana penampilan Konseli kalau di sekolahki’ dek? 23
Menonjol memang kak dibanding teman-temanku yang lain, cantik, 24
W
orang kaya juga kak
AM memamerkan barang-barang mewahnya menurutta’ karena ingin 25
P
diakui kaya?
Kalau menurutku kak iya, dia sengaja pamer barang barang mahalnya 26
W
ka memang dia orang berada ji kak
P Termasuk siswa populer di sekolah toh? 27
W Iye populer ki kak, terkenal memang AM sama gengnya 28
Bagaimanakah penampilannya AM di kelas? Biasa-biasaji atau 29
P
terlihat lebih bergaya dari siswa lain?
Lebih modis dan memang mahal-mahal apa yang na pakai kak, kayak 30
W
tas atau sepatunya kak
Apakah AM kurang bergaul dengan siswa yang berpenampilan biasa 31
P
saja?
Kalau AM ini kurang terlalu akrab sama teman kelasku kak, kalau 32
jam istirahat paling nongkrongmi sama teman geng nya di kantin.
W
Apalagi kalau pulang sekolah ketemu semua mi teman-temannya di
kafe biasa kak
Menurutta’ AM menampilkan perilaku hedonis agat tidak dijauhi 33
P
teman gengnya?
Mungkin kak karena menurut yang kudengar-dengar kalau tidak 34
W sejalan mi atau tidak samami perilakunya mungkin dikasi keluar ki
dari geng
P Boroski AM kah? 35
Iye kak, kayak setiap hari di mall, atau pergi nongkrong sama teman- 36
W
temannya
P Bagaimana AM ketika mengikuti pelajaran? 37
Sering ki Alpa. Liat maki absennya tadi banyak sekali alpanya (tidak 38
W
hadir)
P Menurut ta’ AM sering membantu teman ta’ yang kesusahan? 39
Tidak kak. Jarang. Tidak semua kak, paling yang dia anggap samaji 40
W
dengan dirinya, paling genknya ji kak
Menurut ta’ bagaimana reaksinya AM ketika ada teman ta’ yang 41
P
mengalami kesusahan?
Itu tadi kak, tergantung siapa kalau teman-teman yang dianggap ‘ada’ 42
W
dia pasti bantu istilahnya para-paranya ji kak
105

P Siapakah seering na temani AM? 43


Paling sama ji genknya kak, nda suka itu dia gabung-gabung sama 44
W anak-anak yang lain karena kalau nongkrong tidak na suka dia kalau
tempatnya biasa-biasa ji
P Berarti pilih-pilihki AM kalau bertemanki? 45
Kayaknya begitu mi kak, karena kalau sa lihat sama terus ji genknya 46
W kak di kelas saja kalau belajar duduknya sama ji genknya kak nda
mau gabung-gabung sama yang lain
P Seringkah AM belanja? 47
Iye kak, diliat saja dari barang-barangnya yang selalu ganti-ganti 48
W
baru deh mahal-mahal semua kapang itu kak
Menurut ta’ apakah AM belanja berdasarkan kepuasan atau untuk 49
P
kebutuhannya?
Kalau menurutku kak dia belanja karena untuk kepuasannya ji, 50
W karena kalau dibilang kebutuhan tidak sebegituji yang dia butuhkan.
Menurutku semua karena untuk kepuasannya ji
P Banyak barang brandednya AM kita lihat? 51
Tidak terlalu saya tahu tapi kalau dilihat AM kalau ke sekolah sering 52
W
pake barang-barang branded sama mahal, baru sering na ganti-ganti.
P Hmm begitu dih dek? 53
W Iye kak 54
P Apakah layanan BK bisa bantu AM? 55
W Mudah-mudahan bisa kak. 56
P InsyaAllah bisa dek. 57
W Iye kak. 58
P Kalau begitu terimakasih waktunya dek. 59
Iye kak. Sama-sama. Semoga ada perubahannya itu temanku kak 60
W
setelah kita bantu
P Iye dek. Semoga 61
W Ke kelas ka pale dulu kak 62
P Iye dek 63
106

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Guru Bimbingan

Konseling

Catatan Lapangan (CL. 04)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr04/GBK

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : Guru Bimbingan Konseling (GBK)

Nama : Darnawati, S.Pd (D)

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018

Tempat : Ruang Guru


Jam : 09.00 s/d 09.30 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Subyek Uraian Percakapan Line


P Assalamualaikum 1
D Waalaikumsalam. Masuk sini dek. 2
Bisa minta waktu ta untuk wawancara sebentar Bu, ada beberapa
P 3
pertanyaan yang mau saya ajukan Bu
D Bisa, siniki duduk dek 4
Iye Bu. Jadi, tujuan saya datang ke sekolah ini untuk melakukan
P 5
penelitian studi kasus siswa berperilaku hedonis Bu
D Oh siswa AM? 6
P Iye Bu. Jadi saya mau wawancara berkaitan tentang siswa itu Bu 7
D Iya dek. Silakan dimulai dek. 8
Apakah AM berpenampilan dengan ciri-ciri hedonis agar bisa
P 9
diterima di kelompoknya?
Seperti yang saya pantau selama ini, AM memang memiliki ciri-ciri
perilaku hedonis. Penampilannya yang selalu menonjol dari teman-
temannya yang lain, selalu mau jadi pusat perhatian bagaimanapun
D 10
caranya mau itu dari penampilan seperti barang-barang yang dia
pakai ke sekolah dari tas dan sepatu pasti mahal-mahal semua dan
bermerek
107

P Menurut Ibu apakah si AM memiliki banyak barang branded? 11


Kalau melihat dari penempilannya memang si AM ini merupakan
orang yang menyukai barang-barang yang bermerek, dari hasil
D konseling dengan AM yang pernah saya lakukan dia 12
mengungkapkan bahwa dia gengsi kalau barang-barang yang ia
pakai itu tidak bermerek.
P Sering na pamer Bu? 13
Iya, di lain kesempatan saya pernah dapati ini si Am sama teman-
teman geng nya pamer-pamer barang-barangnya seperti ketika ada
D 14
hal baru contohnya tas atau aksesoris baru yang merek mereka
pamer ke yang lain. pengen jadi pusat perhatian.
P Pusat perhatian Bu? 15
Iya pastinya, apalagi kan dia sering ikut-ikutan, teman-teman
D gengnya beli ini dia beli juga, teman-temannya pergi ke tempat ini 16
dia pergi juga sama teman-teman gengnya
P Apakah ada rasa gengsinya AM terhadap teman-temannya? 17
Dia gengsian, apalagi masalah pakaian. Baku tidak mau kalah
D 18
penampilan terutama dalam gengnya.
P Mengikuti tren juga Bu? 19
Iya, kan mereka anak gaul yah jadi pasti selalu ikuti trend. Sering
berperilaku layaknya hedonis karena mengikuti temannya. Iya si
D Am seperti tidak mau kalah sama bersaing temannya, bagus kalau 20
tidak mau dikalah dalam bidang prestasi, tapi ini tidak mau kalah
gaya-gaya nya ji
Sepengetahuan Ibu apakah AM sering menghabiskan waktunya di
P 21
tempat-tempat seperti kafe atau mall?
Saya kurang tau jelasnya bagaimana, tapi kebetulan saya berteman
D di sosmed nya kan kalau saya perhatikan postingan-postingannya 22
selalu di kafe sama teman-temannya
P Tapi rajinji AM masuk sekolah Bu? 23
Kadang rajin kadang tidak, tapi sering Alpa tidak ada
keterangannya kenapa tidak ke sekolah. Pernah saya panggil ibu
nya ke sekolah ternyata setelah saya cari tahu ibunya bilang ini si
D Am kalau pagi itu pamit ke sekolah tapi ternyata tidak sampai di 24
sekolah, setelah saya tanya teman-temannya ternyata itu tadi dia
pergi sama teman-temannya ke mall sama kafe, apalagi sekarang
adami mall baru dekat-dekat sini, mall nipah toh
P Hmm iye Bu. Menurut ibu apakah AM belanja berdasarkan
25
kepuasannya?
Selama ini yang ibu perhatikan, memang si AM jika membeli
D 26
barang itu berdasarkan kepuasan saja tidak berdasarkan kebutuhan
Kalau begitu untuk memuaskan dirinya saja bukan karena AM
P 27
butuh atau perlukan
D Iya begitu dek. Kalau melihat dari barang-barang yang dipakai AM 28
108

memang terlihat si AM ini sering belanja. Karena barang-barang


yang ia pakai selalu berganti-ganti mengikuti trend yang sedang
laku
P Kalau boleh tahu AM di sekolah sering bergaul dengan siapa? 29
Dari hasil sosiometri yang pernah ibu lakukan, si AM ini hanya
suka bergaul dengan teman-teman genknya. Ibu juga pernah
D 30
melakukan layanan klasikal dikelas dan si AM hanya mau duduk di
dekat teman-teman genknya
P Berarti dia pemilih dalam berteman Bu? 31
Menurut ibu sangat pilih-pilih, ini terlihat dari hasil sosiometri yang
D pernah ibu lakukan, terlihat AM hanya suka bertemn dengan teman 32
dekatnya atau gengnya saja
Bagaimana dengan sikap atau perlakuan AM terhadap temannya
P 33
yanga lain, misal teman kelasnya?
Kalau secara pasti saya tidak tahu tapi menurut teman AM yang
pernah saya konseling karena punya masalah dengan AM dia
mengatakan AM memang tipe orang yang membeda-bedakan
D temannya. Kalau ibu perhatikan si AM ini hanya respect sama 34
teman yang dia suka saja, ibu juga pernah berbicara secara langsung
dengan si AM dia mengatakan memang lebih suka bergaul dengan
genknya saja
Menurut anda Bagaimanakah reaksi si AM ketika ada teman anda
P 35
yang mengalami kesusahan?
Yang Ibu perhatikan AM itu menurut ibu tipe orang yang tidak
terlalu peduli dengan apa yang terjadi dengan teman-teman di
D sekitarnya, respect sama teman yang dia suka saja, ibu juga pernah 36
berbicara secara langsung dengan si AM dia mengatakan memang
lebih suka bergaul dengan gengnya saja
P Mmm, bagaimana status sosioekonomi AM yang Ibu ketahui? 37
Yang saya tau, AM memang dari keluarga yang kaya dek. Saya rasa
perlu dilakukan pendekatan ke siswa itu sendiri, memberikan
D 38
layanan informasi dalam suatu kegiatan atau menghubungi
orangtuanya terkait permasalahannya
Iye Bu. Di sini saya akan menggunakan teknik logoterapi.
P Bagaimana persetujuan Ibu mengenai penanganan masalah siswa 39
berperilaku hedonis ini?
Iya jelas kami setuju untuk hal itu. Kami juga memberikan
D 40
dukungan sepenuhnya untuk penanganannya
Terimkasih atas dukungan Bu. Saya kira itu saja Bu yang saya
P 41
tanyakan.
D Iya dek. Kalau perlu bantuan terkait penelitiannya hubungi saja Ibu 42
P Iye terimakasih Bu 43
D Sama-sama dek. 44
P Saya permisi pale Bu 45
109

D Iya dek 46
110

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Guru Wali Kelas

Catatan Lapangan (CL. 05)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr05/GWK

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : GWK (Guru Wali Kelas)

Nama : Nurhayati, S.Pd (N)

Hari/Tanggal : Sabtu, 06 Oktober 2018

Tempat : Ruang Guru


Jam : 12.00 s/d 12.30 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Subyek Uraian Percakapan Line


P Assalamualaikum Bu 1
N Waalaikumsalam. Iye ada apa? 2
Saya mahasiswa dari UNM Bu jurusan BK. Bisa minta
P waktu ta untuk wawancara, ada beberapa pertanyaan yang 3
mau saya ajukan Bu
N Bisa, kebetulan masih jam istirahat ini. Ada apa dek? 4
P Iye bu. Ibu wali kelasnya AM? 5
N Iya saya wali kelasnya AM 6
Ini bu. Penelitianku, kebetulan subyekku itu siswa ta’ atas
P nama AM. AM ini diidentifikasi cenderung mengalami 7
perilaku hedonis.
AM yah. Iya, saya kenal itu anak. Mungkin memang dia
N punya masalah, karena dia kan anak geng-geng an, anak 8
orang kaya dan di sini rata-rata siswanya bukan kayak AM
Apakah konseli AM berpenampilan dengan ciri-ciri hedonis
P 9
agar bisa diterima di kelomponya?
Saya juga kurang begitu paham bagaimana itu hedonis, tapi
N 10
populer ki si AM di teman-temannya
111

Hedonis Bu menampilkan perilaku dengan ciri-ciri


P komsumtif Bu, habiskan uangnya dengan membeli barang 11
mahal, diskriminatif memilih teman, dan sebagainya Bu
Oh iye cenderung begituki AM. Orang kaya banyak uangnya
N 12
banyak juga barang mahalna napake
P Jadi pusat perhatian Bu? 13
Kalau ibu perhatikan iya. Karena itu memangmi na suka.
Suka kalau dia jadi pusat perhatian teman-temannya,
N 14
perhatian di sini maksud ibu karena dia populer jadi ingin
menonjol dan dilihat
Apakah AM memiliki gengsi yang tinggi terhadap teman-
P 15
temannya?
N Mereka teman-teman geng nya semua gengsi an ki 16
Berperilaku layaknya hedoniski AM karena mengikuti
P 17
temannya?
Iyakan sama teman-temannya mi itu. Sering dia pakai
N aksesoris mahal, tas nya, sepatunya na pamerkan sama 18
teman-temannya.
P Seringki sama teman gengnya di’ Bu? 19
Setahu saya iya, dia sering nongkrong sama teman-
N 20
temannya di kafe. Anak-anak kafe-kafe itu semua
P Selain itu, dengan siapa AM sering bergaul? 21
Setahu ibu AM ini bergaul dengan teman-teman gengnya
N 22
saja, Cuma akrab dengan teman-teman gengnya.
Menurut Ibu apakah AM dalam pergaulannya memilih-milih
P 23
teman?
Iya, setiap kali ibu lihat di kelas atau di kantin selalunya
N 24
cuma sama teman-teman gengnya.
P Perlakuan AM terhadap semua temannya sama? 25
Menurut ibu tidak, dia kurang responsif dengan teman-
N 26
teman kelasnya kalau dari yang ibu perhatikan selama ini
P Seringkah AM membantu temannya yang kesusahan? 27
Jarang, AM ini anaknya cenderung mengabaikan hal-hal
seperti itu. AM jarang bergaul dengan teman di kelasnya,
N jadi AM kurang memperhatikan jika ada temannya yang 28
membutuhkan bantuan. AM lebih senang kalau sama teman-
teman gengnya yang dari kelas sebelah
P Setahu ta’ bagaimana insentitas belanjanya AM? 29
Pasti sering dia kan mampu beli, kelihatan dari
penampilannya di sekolah maupun di luar sekolah. Dia
N 30
punya banyak barang-barang mahal yang dia pake ke
sekolah
Menurut ta’ Bu AM belanja berdasarkan kepuasan atau
P 31
untuk kebutuhannya?
N Menurut ibu AM belanja karena kebutuhan dan untuk 32
112

kepuasannya juga. Jika ibu perhatikan lebih karena untuk


kepuasannya karena lebih kepada ingin dia pamer
Menurut ibu, apa dampak buruk dari perilaku hedonis ini
P 33
Bu?
Menurut saya, AM jadi tidak fokus dengan belajarnya,
N terlalu boros, tidak menghargai sebagian teman-temannya 34
dan banyak lagi dek
Jadi sebaiknya hal apa yang perlu dilakukan untuk
P 35
menangani AM Bu?
Mungkin sebaiknya diberikan nasihat-nasihat secara
individual, bagus juga kalau ada kegiatan dia diikutsertakan.
N 36
Ada baiknya di serahkan ke BK yang mungkin punya
metode yang tepat.
Apakah ibu sepakat untuk menangani masalah siswa melalui
P 37
layanan BK?
Iya. Saya setuju sekali itu kalau AM diberi penanganan
N 38
dalam layanan BK.
Iye bu. Untuk selanjutnya AM akan diberikan penanganan
P 39
khusus berdasarkan metode-metode dalam layanan BK.
N Kalau begitu, lanjutkan penelitiannya. Semangat yah. 40
P Iye Bu. Terimakasih banyak Bu. 41
N Iya sama-sama dek 42
113

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Orang Tua

Catatan Lapangan (CL. 06)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr06/OS

Lokasi : Rumah Subyek

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : M (Orang Tua Subyek)

Nama : Muliati

Hari/Tanggal : Ahad, 07 Oktober 2018

Jam : 14.30 s/d 15.00 WITA

Peneliti : Reski Ramli

Subyek Uraian Percakapan Line


P Assalamualaikum 1
M Waalaikumsalam. Masuk ki nak. 2
P Iye Bu 3
Kita yang penelitian di sekolahnya AM?. Nabilang ji AM 4
bilang mau datang itu mahasiswa kemarin tapi ada
M
kegiatanku kemarin nak arisan keluarga jadi ini hari ku
tanyakan ki AM bilang datangki di rumah.
P Hehe iye Bu 5
M Mahasiswa dari mana ki dek? 6
P Dari UNM Bu jurusan bimbingan konseling 7
M Oh jadi kost ki di Makassar? 8
P Iye Bu di Tamalate 9
M Lumayan jauh pale nak dari sini kostmu 10
Hehe ndag ji Bu. Jadi begini Bu, berdasarkan angket yang 11
saya bagikan di kelasnya AM, AM terindentifikasi
P cenderung berperilaku hedonis itujuga diperkuat dengan
hasil wawancara dengan teman dan guru di sekolahnya AM
Bu
M Hedonis nak? 12
P Iye Bu. Kita’tahu ji dibilang hedonis Bu? 13
114

Hehe iye nak. Boros memang anaknya, mungkin karena 14


M
dimanja jadi begitu nak
Jadi, ada beberapa pertanyaan yang mau saya tanyakan ke 15
P
Ibu
M Iye silahkan nak 16
Menurut ibu apakah anak ibu yang berinisial AM belanja 17
P
berdasarkan kepuasan atau untuk kebutuhannya?
Menurut ibu anak ibu ini belanja karena dia ingin 18
memuaskan keinginannya, kalau dia beli karena
M kebutuhannya mungkin tidak terlalu banyak yang dia beli
tapi kalau dia sudah minta uang susah juga ibu kalau tidak
kasih, kasihan kodong
P Jadi ibu berikan saja uang AM kalau dia minta? 19
Iye nak. Katanya dia mau beli ini itu, penting bede jadi ibu 20
M
kasih
P Apakah anak ibu memiliki banyak barang branded? 21
Iya, dia memang suka beli dan koleksi banyak barang. 22
Sepertinya uang jWannya kebanyakan dia belanjakan
M
barang-barang kesukaannya, sering jalan-jalan keluar sama
temannya
Menurut ibu apakah anak ibu selalu ingin membeli barang 23
P
branded terbaru?
Kalau anak ibu ini kalau minta uang pasti untuk belanjanya 24
M dia. Dia sepertinya tidak mau ketinggalan kalau ada trend
yang baru. Samaan sama teman-teman katanya.
P Seringkah AM ini belanja Bu? 25
Iya memang AM sangat suka belanja, seperti yang saya 26
bilang tadi dia itu suka koleksi barang-barang branded yang
M di mall dan tidak mau ketinggalan kalau ada model terbaru.
Paling dia suka beli itu tas dan sepatu, baju juga sering dia
beli
P Dengan siapakah si AM sering bergaul? 27
Ibu kurang tahu tapi kalau teman yang diajak ke rumah yang 28
M
itu-itu saja, teman-teman dekatnya
P Menurutta’ pilih-pilih teman AM? 29
AM berteman semuaji sama teman-teman sekolahnya, 30
M tetangganya di sini tapi memang yang selalu dia temani atau
dia bawa ke rumah yah itu-itu saja teman-teman dekatnya
P Perlakuan si AM terhadap semua teman-temannya sama? 31
Menurut ibu mungkin ke teman-temannya dekatnya pasti 32
M ada perlakuan khusus maksud ibu dia lebih senang sama
teman-teman dekat daripada teman biasanya
P Tapi AM sering ji nabantu temannya yang kesusahan? 33
Iya, kalau ada temannya yang minta tolong dia bantu ji itu 34
M
kalau dia bisa
115

Bagaimanakah reaksi anak ibu ketika ada temannya yang 35


P
mengalami kesusahan?
Yah dia bantu kalau dia bisa, teman-teman dekatnya juga 36
M
biasa membantu anak saya
Saya baru tau juga itu. Saya kira banyak ji temannya karna 37
M
dulu sering ji datang temannya di rumah.
P Bagaimana AM kalau di rumah Bu? 38
AM jarang di rumah nak. Pulang sekolah biasa langsung 39
M
pergi sama teman-temannya. Malam baru pulang
P Ibu tidak larang? 40
Ibu larang, tapi biasa dia tidak mendengar. Ayahnya juga 41
M
sibuk jadi jarang awasi AM
P Pernah ki dipanggil ke sekolah karena AM? 42
Iya nak pernah. Karena nilainya sama kehadirannya. Pernah 43
M satu minggu 1x ji masuk sekolah padahal setiap pagi pamit
ke sekolah ji nak
P Ibu tidak berikan nasihat sama AM? 44
M Kasi ji nak tapi dia tidak indahkan yang saya bilang 45
P Jadi menurut bapak apakah itu masalah atau bukan? 46
M Iya. Itu masalah, karna tidak bagus kalau begini anakku nak 47
Iye pak. Jadi apakah sebaiknya AM dikasi penanganan 48
P
supaya dia berubah Bu?
M Penanganan bagaimana itu? 49
Penanganan di BK Bu. Jadi nantinya AM diberi metode 50
P yang cocok untuk tangani masalahnya, misalnya tidak boros
dan tidak keluar rumah terus
M Oh, iya. Bagus itu nak kalau bisa. Saya setuju sekali. 51
Iye Bu. Jadi apakah Ibu setuju AM ditangani dengan 52
P
layanan BK?
M Iye nak. Saya setuju 53
Iye pak. Untuk selanjutnya nanti diberi penanganan di ruang 54
P
BK. Terimakasih banyak untuk waktunya Bu.
M Iye nak. Sama-sama. 55
P Kalau begitu saya pamit pulang Bu 56
M Iye nak hati-hati 57
116

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Subyek

Catatan Lapangan (CL. 07)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr07/S

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : S (Subyek)

Nama : AM

Hari/Tanggal : Kamis, 18 Oktober 2018

Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah


Jam : 09.45 s/d 10.30 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Gambaran situasi :
Pada hari Kamis 18 Oktober 2018 subyek mendatangi peneliti di wakil kepala
sekolah sesuai dengan izin kepala sekolah beserta kesepakatan guru BK dan
subyek untuk melaksanakan konseling.

Tujuan wawancara :
Membantu menyadarkan konseli bahwa gejala tidak sama (identik) dengan
dirinya, tetapi merupakan suatu kondisi yang dapat dikendalikan oleh konseli dan
membantu konseli mendapatkan pandangan baru terhadap diri sendiri serta
kondisi yang dialaminya sehingga dapat menemukan sikap baru dalam
menemukan arah dan tujuan hidupnya.

Subyek Uraian Percakapan Line Teknik


Konseling
AM Assalamualaikum kak 1
P Waalaikumsalam. Sini masuk ki dek 2
AM Iye kak 3
P Bagaimana kabarnya dek? 4
AM Alhamdulillah baik kak 5
P Sudah jaki sarapan dek? 6
117

AM Iye sudah tadi kak 7


P Baiklah jadi kita mulai mi konselingnya hari 8
ini?
AM Iye kak 9
Jadi hari ini dek kita mau cari tahu apakah 10
P memang perilaku hedonis ini yang kita maui
atau harapkan terhadap diri ta?
AM Iye kak tapi jangan ki kasi tahu teman-temanku 11
nanti jawabanku kak
Iye dek, dalam proses konseling itu dek ada 12
P namanya asas kerahasian jadi apa yang kita
bahas di sini tidak akan keluar ke orang lain
AM Iye pale kak, lanjutmi. 13
P Oke dek. Jadi kita tahu ji dek toh bagaimana 14
perilaku hedonis yang terdapat pada diri ta
AM Iye kak yang suka pamer beli barang sana sini 15
dan sebagainya kak yang pernah ku tanyaki kak
Iya begitu dek. Jadi pada pertemuan hari ini 16
kamu akan mengisi kolom ceklis perilaku
P hedonis yang sesuai dengan perilaku ta. Terus
nanti ada kolom perilaku yang ideal yang kita’
pilih sesuai dengan yang diharapkan berubah
dari kita’
AM Oiye kak jadi ku ceklis ji ini kak sesuai diriku 17
P Iye dek, silahkan diisimi 18
AM Gampangji ini kak klo isi beginian ji hehe 19
Oke saya periksa dulu hasil ceklis ta’. Kalau 20
P kakak lihat dari hasil ceklis ta mau jaki rubah
ini perilaku ta
AM Iye kak mau jaka, tapi tidak ku tahu bagaimana 21
caranya
Bisa ki lihat ini kolom ceklis ta toh dek di sini 22
ada contoh perilaku ta dan ada contoh perilaku
P yang mau ki berubah seperti perilaku itu. Nah
dari situ kita harus paham dan tahu perilaku
yang harusnya kita’ tinggalkan toh?
AM Iye kak. Ku tahu mi mana perilaku yang harus 23
saya ubah
Jadi sekarang coba jelaskan beberapa perilaku 24
P yang sesuai kolom ceklis tadi yang mau kita’
ubah?
Misalnya kak kalau beli atau belanja ka baju or 25
AM tas, tidak boleh ka ‘lapar mata’ artinya harus ka
nilai dulu apakah memang ku perlukan ini
barang atau tidak kak kalau tidak perlu ya
118

janganmi dulu beli kak.


P Apalagi contoh perilaku ta yang mau diubah? 26
AM HAM itu kak yang kurang percaya diri kalau 27
tidak ada barang mahal ku pake kak
P Iya jadi bagaimana kita ubah itu dek sesuai 28
kolom ceklis ta’?
Mau saya ubah kak jadi diriku yang santai saja 29
AM kalau tidak ada barang mahal ku pake, karena
sadar ja kak tidak selamanya ada barang mahal
ku kak jadi harus ka percaya bisa ka kak
Iye dek bagus sekali karena sudah cukup paham 30
P maki’. Kalau begitu sebut lagi satu contoh
perilaku yang mau diubah lagi
Apa lagi kak di’? oh ini kak yang sering ka 31
AM keluar nongkrong sama teman-teman geng ku di
kafe kak
P Iye dek mau ki ubah bagaimana? Lihatki kolom 32
ceklis tadi yang kita’ isi
Iye kak. Baiknya memang ka harusnya di rumah 33
AM ka kak. Tidak keluyuran ma sama temanku
kalau malam tapi biasa ka tidak betah di rumah
kak
P Jadi diubah bagaimana itu dek? 34
Bakalan ku ubah kak walaupun tidak langsung 35
besok di rumah terus ka palingan dulu itu ji kak
AM kalau malam tidak keluar ma kalau na ajakka
teman-temanku apalagi kalau cerita-cerita atau
nongkrong di kafe ji kak. HAM mending ku
temani ibu ku di rumah.
P Kenapa ki memang tidak betah di rumah? 36
Tidak ji sebenarnya kak cuma biasa tidak ku 37
AM tahu apa mauku bikin tinggal di rumah, jarang
ja itu makan di rumah kak. Biasa itu makan
malam sendiri ji ibu karena keluar ka
Tapi kita tau mi toh dek perilaku ta yang mau 38
P
diubah dan mau jaki ubah perilaku ta’ dek?
AM Iye kak ku tahu mi dan mau sekali jaka ubah i 39
kak
Bagus itu dek kalau memang kita ada kemauan 40
P pasti ada cara untuk bisa ubah perilaku ta
meskipun tidak secara langsung tapi bertahap
yang penting ada niat toh dek.
AM Iye kak. 41
P Oke pale dek. Jadi pertemuan selanjutnya itu 42
hari senin nah dek jam yang sama. Mau mi
119

mungkin selesai jam istirahat ta’ dek?


AM Iye kak hari senin itu langsung ja ke sini kalau 43
istirahat. Masuk ka’ pale dulu kak.
P Iye dek. Makasih waktunya dek. 44
AM Iye kak. 45
120

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Subyek

Catatan Lapangan (CL. 08)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr08/S

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : S (Subyek)

Nama : AM

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Oktober 2018

Tempat : Taman Sekolah


Jam : 10.00 s/d 11.00 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Gambaran situasi :
Pada hari Rabu 24 Oktober 2018 subyek mendatangi peneliti di taman sekolah
sesuai dengan izin kepala sekolah beserta kesepakatan guru BK dan subyek untuk
melaksanakan konseling.

Tujuan wawancara :
Menghilangkan secara keseluruhan atau sekurang-kurangnya mengurangi dan
mengendalikan perilaku yang dialami konseli sehingga perubahan pada sikap
selanjutnya akan memberikan umpan balik yang positif dan membantu konseli
untuk lebih terbuka dan menemukan makna baru.

Subyek Uraian Percakapan Line Teknik


Konseling
AM Assalamualaikum 1
P Waalaikumsalam. Siniki duduk dek 2
AM Iye kak. 3
Sepertinya ada yang berubah dek dari kita, 4
P
sumringah sekaliki ku liat
AM Hehe. Iye kak 5
P Kenapa ki senyum-senyum terus dek 6
121

AM Iye kak. Bahagia ka hari ini kak 7


Sebelum cerita ki kenapa ki bahagia, 8
P bertanyaka nyaman mi duduk ta begitu?
Sebelum kita mulai ini kegiatan ta
AM Iye kak begini mi, siap ma kak 9
Hehe iye dek, jadi bagaimana perjuangan 10
P ta selama lebih dari satu minggu dek untuk
berubah?
Hehe. Alhamdulillah, mulaimi sedikit ku 11
ubah sikapku kak. Mulai ma ka bergaul
AM
sama teman kelasku. Itu tadi teman
kelasku yang antar ka kak
Hebat itu dek. Memulai sesuatu yang baru 12
P
itu susah tapi kita’ bisa lakukan itu dek
Iye kak. Kemarin-kemarin biasa heran ki 13
AM teman kelasku ka barusannya saya mau
gabung kalau cerita-cerita di kelas
Bagus itu dek, tingkatkan lagi. Bagaimana 14
P
ji tanggapannya teman kelas ta?
Baik kak, baik sekali. Welcome ji sama 15
saya walaupun mungkin ada beberapa
temanku yang aneh ka na liat langsung
gabung-gabung di kelas. Itu tadi kak
teman kelasku yang antar ka ke sini.
AM
Bahagia ka kak karena semenjak mulai ka
bergaul sama teman kelasku seringka na
bantu kak mulai dari tugas sampai na
bantu ka belajar pelajaran yang
ketinggalan kak
P Iye dek bagus sekalimi itu. Sebenarnya 16
sejak kapan ki’ berperilaku seperti ini?
Agak-agak lamami kak, kelas 9 di SMP ka 17
AM mulai begini tapi paling boros dan senang
ka begini itu pas ini di SMA
Berarti sudah agak-agak lama 18
P
kamu berperilaku seperti ini?
AM Iye begitulah kak 19
Sebenarnya apa yang 20 Socratic
menyebabkan kamu pertahankan dialogue
P
perilakumu ini dan tidak mencoba
keluar dari zona nyaman ta’ dek?
AM Sebenarnya kak ku tahu kalau 21
122

perilakuku ini kurang baik, kadang


muncul dalam hatiku apa
sebenarnya ku bikin ini, biasa juga
kak di rumah kalau di kamar
menangis ka karena kayak apa dih
ada kosong ku rasa, kayak hampa
kak merasa kurang dan tidak
berguna kurasa hidupku.
Tidak berguna bagaimana maksud 22
P
ta’ dek?
Iye kak, apa-apa ku lakukan kayak 23
begitu-begitu saja. Intinya kak
tidak terarah kurasa ini hidupku.
Inimi yang biasa kasi down ka,
inimi biasa sering ka keluar sama
teman-temanku tapi kadang-
kadang berpikir ka untuk apa
AM kulakukan semua ini. Ku pikir ji
juga dalam hatiku kak bilang ku
rugikan diriku ini banyak waktuku
habis dengan mereka tapi merasa
ka biasa bukan ini ku maui tapi
ketika sama teman gengku merasa
tidak enak kalau tidak join sama
mereka.
Bagaimana tanggapan orang tua 24
P dan teman-temanmu terhadap
perilaku mu ini?
Kalau ayah kan dia sibuk, jarang di 25
rumah jarang komunikasi juga.
paling kalau ibu kalau yang bikin
anaknya bahagia, bikin saya
bahagia pasti dia iya-iya saja.
Lebih kasihan ke ibu sih kak
karena biasa merengek minta uang
nya di ibu, saya sering sekali
marah-marah sama ibu kalau uang
AM
yang na kasika kurang. Ku tahu
kak sebenarnya ini tidak baik
untukku, saya juga kasihanji sama
ibu apalagi kalau ibu sibuk di
rumah, sibuk urus dagangannya
tapi saya malah keluar sama
teman-temanku nongkrong. Kalau
dari teman-teman terutama teman
kelasku pasti na sayangkan kenapa
123

ka begini, bermasalah kehadiranku,


tugas-tugasku bahkan nilai-nilaiku.
Yang pastinya mereka ingin lihat
ka baik tapi kadang ku cueki
mereka, ku tinggali mereka kalau
na tanyaka yang baik-baik
untukku. Sebenarnya dari dalam
hatiku kak mauja berubah, ubah ini
perilakuku.
Kalau begitu bukankah lebih baik 26
P kamu mengubah perilakumu ini
sesuai kata hatimu?
Iye kak, mau ka ubah perilaku ini. dereflection
Mau ka nikmati waktuku bersama
teman-teman di sekolah terutama
teman-teman kelasku yang selama
ini ku cueki tapi sebenarnya sangat
baik sama saya. Mau ka juga kak
AM pusing-pusing pikir tugas seperti
temanku yang lain, belajar serius
sama pelajaran kak. Terutama
untuk ibu mau ka lebih banyak
waktuku sama dan untuk ayah
mungkin nanti saya akan sering
chat karena jarang ketemu.
Bagaimana dengan kesukaan mu 27
P berbelanja dan teman-teman
gengmu?
Tidak mungkin ku jauhi teman- 28
teman gengku, tapi yakin ka pasti
mereka nanti mengerti dan na
dukungka untuk berubah lebih
AM
baik. Dan kalau dibilang masalah
kesukaanku belanja harusnya bisa
ka ubah i juga kak, mungkin tidak
langsung berubah kak hehehe
Jadi apa yang akan kamu lakukan 29
P
untuk mengubah perilakumu itu?
Ku yakinkan diriku kak bilang 30
tidak semua hal harus ku tunjukkan
AM
ku pamer dan na lihat orang, mau
ka ubah itu di diriku kak
Iye dek, salut ka sama kita’. Bisaki 31
P pahami masalahta dan mau ki ubah
perilaku ta itu
AM Iya kak semenjak pertemuan ta 32
124

minggu lalu ada motivasi ku kak


berubah, kita yakinkan ka bisa
berubah dan saya coba mulai kak
berubah
P Bagus itu dek. Tidak malu jaki lakukan itu 33
toh dek?
AM Malu-malu ka pertamanya kak. Tapi ada 34
teman kelasku yakinkan kan kak
Bagus mi itu pale perkembangan ta dek. 35
P Saya liat juga makin terpancar aura
bahagia ta’ dek
AM Iye kak. Karena memang mau sekali ka’ 36
berubah kak.
Bagus itu dek. Tetap pertahankan itu dek. 37
Kan enak toh dek kalau banyak teman ta
di kelas. Tidak rugi juga kalau kita
P berubah jadi lebih baik. Justru lebih baik
lagi karena Tuhan juga pasti suka kalau
kita berubah jadi lebih baik dek.
Bagaimana kah kita rasa dengan adanya
perubahan ta ini dek?
Iye kak. Ini baru ji sedikit yang berubah 38
AM kak tapi banyak mi kudapat baiknya kak.
Tidak kesepian ma di kelas
Iye dek. Nah, pastinya akan lebih bagus 39
P lagi kalau kita kembangkan lagi dek.
Perkuat lagi perubahan ta toh dek.
AM Iye kak. 40
P Iye dek. Susah bagaimanapun itu pasti 41
bisa kalau kita mau dek.
AM Iye kak. 42
Oke kalau begitu dek. Hari ini, itu saja 43
P dulu. Kalau bisa kita ketemu lagi hari
Sabtu dek.
AM Iye kak. Di sini ji lagi toh kak? 44
P Iye dek. jam istirahat langsung mi saja ke 45
sini dek.
AM Iye kak. 46
P Kalau begitu terimakasih untuk waktunya 47
hari ini dek
AM Iye kak. Masuk ka pale dulu di kelas dulu 48
kak.
P Iye dek. 49
125

Cuplikan Catatan Lapangan Hasil Wawancara Dengan Subyek

Catatan Lapangan (CL. 09)

Hasil Wawancara

Kode : wwcr09/S

Lokasi : SMA Hang Tuah Makassar

Teknik : Wwcr (Wawancara)

Informan : S (Subyek)

Nama : AM

Hari/Tanggal : Rabu, 07 November 2018

Tempat : Ruang Wakil Kepala Sekolah


Jam : 09.45 s/d 10.30 WITA
Peneliti : Reski Ramli

Gambaran situasi :

Pada hari Kamis 07 November 2018 subyek mendatangi peneliti di wakil kepala
sekolah sesuai dengan izin kepala sekolah beserta kesepakatan guru BK dan
subyek untuk melaksanakan konseling.

Tujuan wawancara :
Membantu konseli memperdalam, memperluas nilai-nilai yang dimiliki oleh
konseli dan menjabarkannya menjadi tujuan yang konkret dalam kehidupan
konseli.
Subyek Uraian Percakapan Line Teknik
Konseling
AM Assalamualaikum 1
P Waalaikumsalam dek. Masuk ki dek. 2
AM Iye kak. 3
P Bagaimana kabarta’ hari ini dek? 4
AM Baik sekali kak. 5
Alhamdulillah dek. Mulai maki juga kuliat membaur sama 6
P
teman-teman ta
AM Iye kak. Sedikit-sedikit ku rubah mi kebiasaanku yang tidak 7
126

baik di saya. Orang di rumah sama teman-temanku di


sekolah na bantu dan na dukung ka kak
Bagus itu dek kalau teman-teman ta juga mendukung begitu. 8
P
Mempermudah ki menuju ke yang lebih baik.
AM Iye kak Alhamdulillah. 9
Tidak terasa dek sudah beberapa minggu maki ketemu 10
dengan beberapa kali pertemuan. Mulaiki konselingnya dari
P
bulan lalu toh dek minggu ke dua sampai sekarang dilakukan
secara bertahap.
AM Iye kak. Mau dua bulan kak. 11
Kita sudah cari apa saja penyebab perilaku ta, apa tujuan ta, 12
P apa yang mau kita’ lakukan nantinya, sampai pada
perkembangan ta sekarang dek. Semua itu bisa berjalan
lancar karena niat ta dek untuk berubah sangat besar.
AM Iye kak. Alhamdulillah, senangka bisa cerita sama kita’ kak 13
Tugasku hanya sebagai pendorong dek yang bantu ki supaya 14
P mau berubah. Karena kita’ sendiri yang dapat solusinya kita’
juga sendiri yang jalankan itu dek.
AM Iye kak. 15
P Jadi sekarang, menurut ta’ tercapai ji tujuan ta’ untuk 16
berubah yang pernah kita’ bicarakan dulu dek?
Kalau menurutku, tercapai mi kak. Walaupun masih ada 17
AM beberapa yang sementara masih saya perbaiki perilakuku.
Tapi selebihnya kak tercapai mi.
P Bisaki sebutkan mana yang tercapai dan belum tercapai? 18
Menurutku yang tercapai mi kak bisa ma berteman dengan
teman-teman selain teman gengku, gabung ka dengan
AM 19
mereka kalau di kantin cerita-cerita seru sekali kak, lepas
ketawaku kak
Iye kak itumi nilai penghayatan dalam hidup ta. Dengan
terbukaki berteman menerima dan memberi kasih sayang
P 20
dengan teman-teman ta makanya bisaki merasakan hidup
bahagia.
Iye kak. Ternyata hal sesimpel itu bisaka na bahagiakan dan
AM 21
merasa ka diterima dan dihargai kak
P Apalagi dek? 22
Saya ajakmi teman-teman ku kak kerja kelompok di rumah,
AM 23
saya mulai mi kerja kalau ada tugas rumah dari guru.
Bagus itu dek tandanya kita hargai proses dan kerja keras ta
P 24
kerja tugas, itumi nilai kreatif dek
Oiye kak. Kalau ada juga na kasika uang ibu ku sebagian
AM saya tabung. Saya kurangi mi belanja kalau ada ku suka. 25
Intinya sekarang tidak lapar mata ma kak
P Hehe iye dek bagus sekalimi, bangga ka sama kita’ dek 26
127

karena mau dan bisa ki berubah


Iye kak. Ibuku juga heran kak kenapa bisa ka begini karena
AM 27
sering ma di rumah temani ibuku
P Bagus sekali itu dek bisa ki berhasil lakukan perubahan ta’
28
yang baik dan kita’ sendiri yang tau solusinya.
Iye kak, sekarang saya tahu mi perilaku yang harus saya
AM 29
ubah kak. Sedikit demi sedikit saya akan belajar kak
P Iye dek. Pertahankan mi ini perilaku yang sudah berubah ke 30
yang lebih baik.
AM Iye kak. Terimakasih kak sudah bantu ka’ 31
Iye dek sama-sama. Kalau nanti ada mau dicerita atau mau 32
P ki curhat hubungi ma saja dek. Ada kontakku di kita’ to deh?
Karena hari ini juga proses terakhir jadi saya harap kita’ bisa
pertahankan semua perubahan ta dek
AM Iye kak. Jadi terakhir mi ini kak? 33
Terimakasih banyak juga ini dek karna mau ki jadi 34
P konseliku, mauki cerita masalah ta dan mau ki sempatkan
waktu ta untuk mengikuti semua proses konseling
AM Iye kak. 35
P Untuk semua prosesnya yang sudah berakhir hari ini kita 36
sama-sama ucapkan Hamdala. Alhamdulillah.
AM Alhamdulillah. 37
P Oke kalau begitu, terimakasih atas waktunya dek. 38
AM Iye kak. sama-sama kak. 39
128

LAMPIRAN 6 : SKENARIO PELAKSANAAN LOGOTERAPI DALAM

MENANGANI SISWA YANG BERPERILAKU HEDONIS DI SMA HANG

TUAH MAKASSAR

A. Tujuan

Logoterapi bertujuan untuk menemukan makna hidup serta pengembangan

spiritual seseorang. Kehidupan dirasakan lebih berarti dan berharga jika dapat

ditemukan dan dipenuhi.

B. Persiapan

Dalam tahap ini konselor menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan logoterapi. Adapun persiapan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Menyediakan media yaitu:

a. Pedoman wawancara

b. Pedoman observasi

c. Lembar biodata konseli

2. Menata setting pertemuan

a. Tempat

Pelaksanaan kegiatan di lakukan di ruangan yang telah disediakan oleh pihak

sekolah SMA Hang Tuah Makassar

b. Perlengkapan

Perlengkapan yang dipakai adalah : meja, kursi, alat tulis menulis


129

C. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan logoterapi dalam menangani siswa yang berperilaku hedonis di

SMA Hang Tuah Makassar terbagi 5 tahapan studi kasus yaitu identifikasi masalah,

diagnosis, prognosis, treatment, dan evaluasi. Adapun kegiatan tersebut sebagai

berikut:

I. Pendahuluan

Membentuk, mengembangkan, dan memelihara hubungan

1. Peneliti membangun rapport

a. Peneliti memperkenalkan diri kepada konseli

b. Peneliti meminta kepada konseli untuk memperkenalkan dirinya

2. Peneliti menjelaskan tujuan pertemuan dan tahapan, kegiatan yang akan

dilakukan.

3. Peneliti menjelaskan asas kegiatan.

4. Peneliti mengajak konseli untuk melakukan percakapan bebas yang mengarah

kepada pembahasan tentang masalah yang di alami. Dalam hal ini peneliti tidak

memberikan materi, akan tetapi siswa yang lebih banyak bicara (aktif)

memberikan pandangan mereka tentang perilaku hedonis.

5. Peneliti memberikan informasi tambahan dari pandangan-pandangan siswa

tentang perilaku hedonis.

II. Pelaksanaan

Tahap I : Identifikasi Masalah

a. Pendahuluan

1. Peneliti membangun rapport


130

a. Peneliti menanyakan kabar konseli

b. Peneliti mengajak konseli untuk melakukan refleksi pertemuan sebelumnya.

2. Peneliti menjelaskan tujuan pertemuan dan tahapan kegiatan yang akan

dilakukan.

b. Kegiatan inti

1. Peneliti mengenalkan diri.

2. Menjelaskan tujuan pertemuan.

3. Menjelaskan asas kegiatan.

4. Memberikan informasi mengenai logoterapi.

5. Peneliti mempersiapkan siswa untuk memberi tanggapan atau komentar.

c. Penutup

1. Peneliti melakukan review hasil kegiatan yang telah dilakukan.

2. Peneliti merencanakan jadwal pertemuan selanjutnya dan mengungkapkan

kegiatan yang akan dilakukan pertemuan selanjutnya.

Tahap II : Tahap Diagnosis

a. Pendahuluan

1. Peneliti menanyakan kabar konseli .

2. Peneliti mengajak konseli untuk melakukan refleksi pertemuan sebelumnya.

3. Peneliti menjelaskan tujuan pertemuan dan tahapan kegiatan yang akan

dilakukan.

b. Inti kegiatan

1. Melakukan wawancara dengan guru BK, wali kelas, konseli, dan teman si

konseli.
131

2. Menyimpulkan hasil wawancara yang telah dilakukan.

c. Penutup

1. Peneliti merencanakan jadwal pertemuan selanjutnya dan mengungkapkan

kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya.

Tahap III : Prognosis

a. Pendahuluan

1. Peneliti menanyakan kabar siswa.

2. Peneliti mengajak siswa untuk melakukan refleksi seperti pertemuan

sebelumnya.

3. Peneliti menjelaskan tujuan pertemuan dan tahapan kegiatan yang akan

dilakukan.

b. Inti kegiatan

1. Melakukan wawancara terbuka dengan konseli.

2. Memberikan penjelasan singkat kepada konseli.

3. Menjelaskan tahapan pelaksanaan teknik.

4. Membuat jadwal untuk pertemuan selanjutnya.

c. Penutup

1. Peneliti merencanakan jadwal pertemuan selanjutnya dan mengungkapkan

kegiatan yang akan dilakukan pertemuan selanjutnya.

Tahap ke IV : Treatment

a. Pendahuluan

1. Mengidentifikasi siswa berperilaku hedonis

b. Inti kegiatan
132

Sesi 1. Mengambil jarak terhadap gejala (distance from symptom), membantu

menyadarkan penderita bahwa gejala tidak sama (identik) dengan dirinya, tetapi

merupakan suatu kondisi yang dapat dikendalikan oleh penderita.

Sesi 2. Modifikasi sikap (modification of attitude), membantu penderita

mendapatkan pandangan baru terhadap diri sendiri serta kondisi yang dialaminya,

sehingga penderita dapat menentukan sikap baru dalam menentukan arah dan

tujuan hidupnya.

Sesi 3. Pengurangan gejala (reducing symptoms), upaya menerapkan teknik-teknik

logoterapi dalam menghilangkan gejala secara keseluruhan atau sekurang-

kurangnya mengurangi dan mengendalikan gejala yang dirasakan penderita.

Perubahan pada sikap selanjutnya memberikan umpan balik positif yang membantu

seseorang untuk lebih terbuka dan menemukan makna baru pada situasi.

Sesi 4. Orientasi terhadap makna (orientation toword meaning), membahas

bersama nilai-nilai dan makna hidup yang secara potensial ada dalam kehidupan

pasien, terapis dalam hal ini berperan untuk membantu pasien memperdalam,

memperluas nilai-nilai yang dimiliki pasien dan menjabarkannya menjadi tujuan

yang konkret dalam kehidupan pasien.


133

Lampiran 5: Dokumentasi

Wawancara dengan Konseli

Wawancara dengan Teman Konseli


134

Wawancara Dengan Guru BK dan Wali Kelas


135

Wawancara dengan orang tua


136

Konseling Logoterapi
137
138
139
140
141
142
143
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Reski Ramli. Lahir pada tanggal 28 Agustus 1995 di Karuru,

Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Penulis merupakan

anak kelima dari lima bersaudara hasil buah cinta dari

pasangan Ramli D (alm) dan Habasiah. Penulis memulai

pendidikan dasar di SD Negeri 168 Sumbang Kecamatan Curio Kabupaten

Enrekang pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008, kemudian masuk di SMP

Negeri 4 Alla Kabupaten Enrekang pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Barru

Kabupaten Barru pada tahun 2011 dan tamat pada tahun2014. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikannya di Univeristas Negeri Makassar pada Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan prodi Bimbingan dan Konseling Program

S1.

Anda mungkin juga menyukai