Anda di halaman 1dari 14

APPRAISAL NON-TES: SOSIOMETRI DAN STUDI KASUS

Oleh :
Nurul Fadiyah Rahayu (B03219046)
Andini Anggun Rachmawati (B93219099)

Dosen Pengampu :
Muhammad Thohir, M.Pd.I.
NIP : 197905172009011007

B2- Appraisal Konseling


Program Studi Bimbingan Dan Konseling Islam
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Iniversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
PENDAHULUAN
Konselor dalam menjalankan tugasnya dalam proses konseling harus mampu membuat
suatu layanan yang dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien atau yang dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri klien. Dalam melaksanakan proses konseling
tentunya membutuhkan perencanaan yang matang, dengan tujuan agar apa yang ingin dicapat
dalam proses konseling dapat dirai dengan baik.
Dalam proses appraisal konseling, seorang konselor harus mendapatkan data atau
informasi yang berkaitan dengan klien, dalam mencari data atau informasi konselor dapat
melakukannya dengan menggunakan teknik non tes dengan menggunakan teknik sosiometri dan
studi kasus dalam mengalih data dan informasi mengenai klien.
Teknik sosiometri adalah suatu alat yang digunakan uuntuk meneliti struktur sosial dari
suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari
masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Teknik sosiometri ini memiliki manfaat
untuk dapat memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di lingkungan sekolah maupun
kelas, memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individu dan lain sebagainya.
Teknik studi kasus Menurut Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi menyebutkan dua
pengertian tentang studi kasus (case study), pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian
(penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa
orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan
informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup
pengalamannya dalam terapi. Teknik studi kasus ini memiliki tujuan untuk dapat memahami dan
menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien, sebagai cara konselor
untuk dapat menentukan jenis layanan yang tepat dan sesuai dengan permasalahan klien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengumpulkan data atau informasi dari klien dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik non tes. Dalam dalam makalah ini yang akan dibahas
adalah mengenai appraisal teknik non tes sosiometri dan studi kasus.

TOPIK UTAMA
Topik utama dalam pembahasan makalah appraisal teknik non tes: sosiometri dan studi kasus,
diantaranya sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari sosiometri ?
2. Apa tujuan dari sosiometri ?
3. Apa saja kegunaan dari sosiometri ?
4. Bagaimana kriteria hubungan sosial ?
1
5. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan sosiometri ?
6. Apa saja macam-macam atau jenis angket sosiometri ?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sosiometri ?
8. Apa pengertian dari studi kasus ?
9. Bagaimana teknik pengumpulan data dalam studi kasus ?
10. Apa saja macam-macam studi kasus ?
11. Bagaimana langkah-langkah studi kasus ?
12. Apa tujuan dari studi kasus ?
13. Apa saja data yang dikumpulkan dalam studi kasus ?
14. Apa kelebihan dan kekurangan studi kasus ?

PEMBAHASAN
A. Sosiometri
1. Pengertian
Sosiometri merupakan sebuah metode yang diciptakan oleh Jacob Moreno Levy
dalam studi tentang hubungan antara struktur sosial dan kesejahteraan psikologis.1
Menurut Eko Susanto, sosiometri merupakan salah satu prosedur non tes yang dapat
digunakan oleh guru BK atau konselor untuk mengetahui dinamika hubungan siswa di
kelas. Guna untuk mengetahui suasana kelas yang dapat mendukung perkembangan
yang efektif terhadap siswa.
Sosiometri menurut Gantina Komalasari merupakan metode pengumpulan data
tentang pola dan struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok.
dengan cara menelaah relasi sosial dan status sosial. Metode ini dikembangkan oleh
Moreno dan Jenning. Metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa kelompok struktur
yang terdiri dari hubungan-hubungan interpersonal yang kompleks. Posisi setiap
individu dan hubunganhubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat diukur
secara kualitatif dan kuantitatif.
Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok individu
dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing
anggota kelompok yang bersangkutan. Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat
bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang.2
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
sosiometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur hubungan sosial antara individu
dengan individu lain dan antara individu dan kelompok, struktur hubungan individu dan
arah dari hubungan individu tersebut.
2. Tujuan Sosiometri
Tujuan dari sosiometri menurut Deasy Riyanti adalah untuk melihat dan memahami
individu, khususnya dalam bidang sosial, mengetahui status sosial anggota kelompok
menurut pandangan anggota-anggota kelompok yang lain. Selanjutnya Gantina
Komalasari, dkk, mengemukakan bahwa hasil pengolahan sosiometri akan diperoleh
gambaran jumlah skor yang diperoleh oleh setiap orang, pola hubungan, intensitas
hubungan, dan posisi peserta didik dalam kelompoknya.
Konselor harus mempelajari mengenai sosiometri dengan tujuan:

1
Purnomo, E., Pangarsa, N., Andr, K. B., & Saeri, M. Efektivitas Metode Penyuluhan Dalam percepatan
Transfer Teknologi Padi Di Jawa Timur. Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran (JINOTEP), I (2).
2
Muhammad Yuliansyah, Murdiansyah Herman, Teknik Sosiometri Dalam Assesment Pelayanan Konseling
Pada Kepala Sekolah Dan Guru SDN Kuin Selatan 1 Banjarmasin, Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-
Rahman (Vol. 4, No. 1, Tahun 2018), hal. 28
2
a. Untuk menerima siswa yang mempunyai masalah dalam penyesuaian diri dengan
kelompoknya.
b. Untuk meningkatkan partisipasi sosial antara para siswa dengan penerimaan
sosialnya.
c. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengertian siswa terhadap permasalahan
pergaulan terdapat siswa tertentu yang sedang mengalaminya.
d. Untuk merencanakan program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial
yang lebih baik sekaligus mengatasi masalah penyesuaian siswa di kelas tertentu.3
3. Kegunaan Sosiometri
Secara khusus dalam layanan BK, hasil sosiometri dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk menyelenggarakan jenis layanan tertentu, penetapan peserta
layanan, maupun sebagai layanan itu sendiri menurut Deasy Riyanti, yang dapat
dijelaskan seperti berikut.
a. Dasar atau bahan pertimbangan untuk menyelenggarakan jenis layana tertentu
Hal ini dapat terlihat dari pemilihan materi untuk layanan informasi. Misalnya guru
pembimbing dengan mempertimbangkan hasil sosiometri menganggap perlu
memberikan layanan informasi tentang hubungan sosial.
b. Penetapan peserta layanan
Hasil sosiometri dapat digunakan untuk menetapkan peserta layanan. Untuk
layanan bimbingan kelompok, guru pembimbing dapat lebih arif menetapkan
komposisi anggota kelompok, misalnya dengan tidak menggabungkan dalam satu
kelompok siswa-siswa yang “star”, siswa-siswa yang “terisolir” atau siswa-siswa
yang tergabung dalam klik-klik.
c. Isi layanan
Dalam pelayanan bimbingan kelompok misalnya, topik tentang hubungan sosial
dapat diberikan sebagai isi kegiatan.
Dalam buku Wayan Nurkancana dijelaskan bahwa kegunaan yang paling penting dari
sosiometri dalam garis besarnya adalah sebagai berikut.
a. Untuk memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di dalam kelasnya.
b. Memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individual
c. Mempelajari akibat-akibat praktik-praktik sekolah terhadap hubungan sosial di
kalangan siswa.
d. Mempelajari mutu kepemimpinan dalam situasi yang bermacam-macam.
e. Menemukan norma-norma pergaulan antarsiswa yang diinginkan dalam kelompok
atau kelas bersangkutan.4
4. Kriteria Hubungan Sosial
Baik-tidaknya hubungan sosial antara individu yang satu dengan individu yang lain
dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain:
a. Frekuensi hubungan
Frekuensi hubungan adalah sering tidaknya anak atau individu tersebut bergaul.
Makin sering individu bergaul maka pada umumnya individu itu makin baik dalam

3
Ibid., Purnomo, E., Pangarsa, N., Andr, K. B., & Saeri, M.
4
Lansek Manih, Jenis Inventori Lanjutan: Sosiometri Dan Skala, Artikel, diakses melalui
https://wiwidelfita.blogspot.com/2019/09/sosiometri-dan-skala.html, pada tanggal 20 Oktober 2021.
3
segi hubungan sosialnya. Jika individu itu mengisolasi diri maka individu itu kurang
dalam bergaul. Hal ini telah menunjukkan bahwa pergaulannya kurang baik.
b. Intensitas Hubungan
Intensitas hubungan adalah segi mendalam tidaknya orang atau anak di dalam
pergaulannya atau intim-tidaknya mereka bergaul. Makin mendalam seseorang
bergaul di dalam hubungan sosialnya maka dapat di nyatakan bahwa hubungan
sosialnya semakin baik.
c. Popularitas hubungan
Popularitas hubungan mencakup banyak-sedikitnya teman bergaul. Makin banyak
teman dalam hubungan sosialnya, makin baik tidaknya hubungan sosialnya dan ini
dapat dilihat dari segi banyak sedikitnya teman bergaul
5. Tahap-tahap pelaksanaan sosiometri
a. Persiapan
1) Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
2) Memberikan informasi-informasi atau keterangan-keterangan tentang tujuan dan
teknik pelaksanaan sosiometri
3) Mempersiapkan angket sosiometri, yaitu suatu alat yang digunakan untuk
mendapatkan materi sosiometri dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang
berisi siapa yang dipilih (disenangi) dan siapa yang di tolak(tidak disenangi)
dari anggota kelompoknya. Daftar yang dipergunakan untuk mendapatkan
materi sosiometri ini dinamakan angket sosiometri.
b. Pelaksanaan
1) Membagikan dan mengisi angket sosiometri
2) Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah pengisian angket itu sudah
sesuai dengan yang dijelaskan.
c. Penutup
1) Memeriksa hasil angket sosiometri
2) Mengadakan tabulasi dalam bentuk tabel
3) Membuat sosiogram
4) Menafsirkan hubungan-hubungan sosial siswa berdasarkan sosiogram
5) Membuat indeks pemilihan
6) Membuat laporan sosiometri
6. Macam-macam/ jenis-jenis angket sosiometri
a. Nominatif
Pada tipe ini kepada setiap individu dalam kelompok ditanyakan, siapa-siapa kawan
yang disenangi/tidak disenangi untuk diajak melakukan suatu aktivitas tertentu.
Pilihan harus ditulis berurutan dari pilihan pertama (paling disenangi). Pilihan
kedua, pilihan ketiga, dan seterusnya. Pilihan pertama diberi skor 3, kedua diberi
skor 2, ketiga diberi skor 1.
Hasil penggunaan angket sosimetri nominatif diperoleh data sebagai berikut:
1) Luas tidaknya hubungan sosial seseorang berdasarkan sedikit banyaknya
mendapat pilihan dari teman-temannya.
2) Intensitas hubungan seseorang berdasarkan nomor urutan pilihan yang ditujukan
padanya.
3) Struktur hubungan yang terjadi dalam kelompok (sosiogram).
4) Status hubungan (analisis indeks) pemilihan, penolakan, atau status pemilihan
dan penolakan.
Contoh Angket Sosiometri Nominatif
4
Nama :
Kelas :
Situasi :
Tempat :
1. Untuk kegiatan belajar kelompok saya akan memilih:
a. ……………………... karena …………………..
b. ………………….….. karena …………………..
c. ……………………... karena ………………......
2. Teman yang paling tepat untuk menjadi ketua kelas adalah:
a. ……………………... karena …………………..
b. ………………….….. karena …………………..
c. ……………………... karena ………………......
3. Teman yang paling dipercaya untuk berbagi masalah adalah:
a. ……………………... karena …………………..
b. ………………….….. karena …………………..
c. ……………………... karena ………………......

Surabaya, …………………. 2021


Pewawancara

( )

b. Skala Bertingkat
Pada tipe skala bertingkat, disediakan sejumlah pernyataan yang disusun bertingkat,
dari pernyataan yang menyatakan hubungan paling dekat, sampai hubungan paling
jauh. Pada setiap pernyataan individu diminta menuliskan nama salah seorang
temannya, sesuai dengan jarak hubungannya. Pilihan pertama diberi skor 2, kedua
diberi skor 1, ketiga diberi skor 0, keempat diberi skor -1, kelima diberi skor -2.
Hasilnya diperoleh gambaran status hubungan sosial setiap individu
Pertanyaan Sosiometri Skala Bertingkat
Contoh pertanyaan :
1. Saya sangat senang bersama dan saling membantu dengan....
2. Saya menyenangi kerja sama dan bercakap-cakap dengan.....
3. Saya dapat bergaul dan bersama dalam kegiatan sekolah dengan....
4. Saya tidak begitu akrab dengan.....
5. Saya tidak suka dengan.....
c. Siapa Dia
Tipe sosiometri siapa dia, disediakan pernyataan tentang sifat-sifat individu.
Sebagian pernyataan mengungkapkan sifat positif dan sebagian negatif. Setiap
anggota diminta memilih kawannya yang memiliki sifat yang cocok dengan
pernyataan tersebut. Setiap individu dapat memilih lebih dari satu orang. Pilihan
item (+) mendapat skor 1, item (-) mendapat skor -1.5
Pertanyaan Sosiometri Siapa Dia
Contoh pertanyaan :
1. Teman yang tidak pernah marah adalah ...

5
Siti Wahyuni Siregar, Penggunaan Instrumen Sosiometri dalam Layanan Bimbingan dan Konseling, Jurnal
Bimbingan Konseling Islam Al- Irsyad (Vol. 1, No. 1, Juni 2019), hal. 148-150
5
2. Teman yang sering murung adalah .....
3. Teman yang dapat bekerja sama adalah....
4. Teman yang periang adalah .....
5. Teman yang angkuh adalah .....
6. Teman yang dapat dipercaya berbagi masalah adalah ....
7. Teman yang mudah bergaul adalah ........

7. Bentuk hubungan dalam Penggunaan Sosiometri


Berdasarkan data hasil penggunaan sosiometri digambarkan dalam sosiogram dapat
diperoleh beberapa bentuk hubungan, yaitu :
a. Hubungan sosial segitiga menggambarkan intensitas hubungan tiga orang individu
yang cukup kuat dan intim.

B C

b. Hubungan sosial terpusat, menggambarkan tingkat popularitas seorang individu


dalam kelompoknya.

c. Hubungan sosial intim, menggambarkan hubungan beberapa orang yang saling


memilih satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan yang kuat.

E B

D C

d. Hubungan sosial berbentuk jala, menggambarkan pola relasi yang bersifat


menyeluruh di mana setiap anggota saling berelasi. Bentuk hubungan ini memiliki
intensitas sangat kuat, seluruh kelompok sebagai satu kesatuan yang sukar untuk
dipisahkan dan ketidakhadiran seseorang dalam kelompok tidak akan menyebabkan
perpecahan atau kerapuhan suatu kelompok.

A B
E
D C

6
e. Hubungan berbentuk rantai. Menggambarkan pola hubungan searah atau sepihak
dan tidak menyeluruh. Intensitas hubungannya rendah, sehingga relasi kelompok
mudah rapuh.6

A A A A A

8. Kelebihan dan kekurangan Sosiometri


a. Kelebihan metode sosiometri adalah:
1) Teknik ini relatif sederhana, dilaksanakan berdasarkan pada pilihan murid
kepada kawannya dalam beberapa situasi kelompok atau aktivitas.
2) Memberikan informasi yang akurat tentang latar belakang (alasan) seorang
murid dipilih dan/atau di tolak oleh murid lainnya.
3) Memberikan kesempatan kepada konselor untuk melakukan analisis secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan
menganalisis sosiogram untuk mengetahui konfigurasi hubungan sosial.
Sementara analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis indek status pilihan,
penolakan dan pemilihan penolakan.
4) Memiliki kekuatan untuk mengorganisasi kelompok-kelompok kelas.
5) Meningkatkan penyesuaian sosial individu murid.
6) Meningkatkan stuktur sosial kelompok.
7) Memnerikan gambarana tentang ada tidaknya jaringan sosial antara kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya.
b. Kekurangan metode sosiometri adalah:
1) Semua murid harus berpartisipasi dalam aktivitas maupun situasi kelompok. jika
ada murid yang tidak berpartisipasi, maka konselor akan mengalami kesulitan
untuk mendudukkan murid yang bersangkutan dan murid lainnya di dalam
sosiogram.
2) Komitmen konselor untuk menjaga kerahasiaan dan pilihan-pilihan atau
penolakan-penolakan setiap murid. Jika konselor menjaga rahasia tersebut,
maka murid-murid bisa mengalami gangguan hubungan sosial dengan sesama
murid sekelas setelah mereka mengetahui tentang pilihan-pilihan atau
penolakan-penolakan diantara mereka, dan murid akan kehilangan kepercayaan
terhadap konselor karena tidak menjaga rahasia tersebut.
3) Prosedur sosiometri memerlukan kecermatan dan ketelatenan konselor dalam
menyusun matrik sosiometri dan sosiogram. Pada umumnya
menggambarsosiogram merupakan pekerjaan yang majemukan.7
B. Studi Kasus
1. Pengertian
Menurut Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi menyebutkan dua pengertian
tentang studi kasus (case study), pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian
(penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau
beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi
6
Muhammad Yuliansyah, Murdiansyah Herman, Teknik Sosiometri Dalam Assesment Pelayanan Konseling
Pada Kepala Sekolah Dan Guru SDN Kuin Selatan 1 Banjarmasin, Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-
Rahman (Vol. 4, No. 1, Tahun 2018), hal. 28-29
7
Rahmadani, Faisal Akbar M, Sosiometri Dalam Bimbingan Dan Konseling, Artikel, diakses melalui
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/01/makalah-sosiometri-dalam-bimbingan-dan.html, pada tanggal 20
Oktober 2021
7
kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu,
seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan
dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case
history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang
individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitankesulitannya yang
sekarang . serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment).
Definisi studi kasus menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a. Menurut WS. Winkel (1995) dalam artikel yang ditulis oleh Obed Agung Nugroho
Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan
seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai
penyesuaian yang lebih baik.
b. Obed Agung Nugroho juga menyebutkan bahwa menurut Dewa Ketut Sukardi
(1983). Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integrative dan
komprehensif. Integrative artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan
bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi
individu secara lengkap.
c. Menurut Djumhur Studi kasus diartikan sebagai suatu teknik mempelajari seorang
individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian diri yang
lebih baik.
d. Sedangkan menurut Kasie dan Hermien studi kasus dalam pelayanan bimbingan
merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang siswa
secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan untuk memahami individualitas siswa
dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.8
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa studi kasus adalah metode
atau teknik yang digunakan untuk mempelajari seorang individu secara mendalam,
dengan tujuan untuk membantu individu dalam perkembangan yang lebih baik.
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam Studi Kasus :
Secara garis besar, teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam
studi kasus dapat berupa adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara
pewawancara dengan responden. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa
tahapan yang harus dilalui, yakni ;
1) mengenalkan diri
2) menjelaskan maksud kedatangan.
3) menjelaskan materi wawancara
4) mengajukan pertanyaan.
Pengumpulan dengan wawancara mempunyai beberapa keuntungan, sebagai
berikut:
1) Jawaban yang dilakukan responden secara spontan hingga jawaban dapat lebih
dipercaya dapat digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan terhadap
jawaban yang diberikan
2) dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal – hal yang lupa.
3) data yang diperoleh adalah data primer.
Kekurangan pengumpulan data dengan cara wawancara, sebagai berikut :

8
David Hizkia Tobing, Naomi Vembriati, dkk, Bahan Ajar Mata Kuliah Studi Kasus, (Bali: Fakultas
Kedokteran, Universitas Udayana, 2016), hal. 10-11
8
1) membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan biaya yang relatif besar, mudah
timbul bias. Timbulnya bias pada waktu wawancara disebabkan oleh beberapa
hal sebagai berikut:
a) Pewawancara, bila pewawancara kurang menghayati permasalahan dan
kurang memahami teknik wawancara;
b) Responden, sering responden menyembunyikan jawaban yang sifatnya
pribadi.
c) Pertanyaan yang diajukan, pertanyaan mempunyai arti ganda sehingga
membingungkan atau pertanyaan yang mengharuskan responden mengingat
kembali masa lalu.
Hal-hal yang harus di perhatikan dalam melaksanakan wawancara, antara lain:
1) Pewawancara harus bersikap sopan santun, sabar, dan dengan gaya khas bahasa
yang menarik, tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden,
2) Pergunakan bahasa responden agar tidak dianggap seperti orang asing,
3) Ciptakan suasana psikologis agar situasi cair, saling percaya,
4) Suasana wawancara harus santai,
5) Wawancara dimuali dari pertanyaan yang mudah, karena awalnya biasanya
responden akan nampak tegang,
6) Keadaan responden harus diperhatikan, apabila belum siap atau karena sedang
terkena musibah maka wawancara sebaiknya ditunda.
b. Observasi
Obeservasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertolongan indra mata. observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya
merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan,
penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa,
objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Teknik pengumpulan data dengan dangan cara observasi bermanfaat untuk
mengurang jumlah pertanyaan, misalnya untuk melihat kebersihan rumah tangga
tidak perlu dipertanyakan tetapi cukup dilakukan observasi, mengukur kebenaran
jawaban responden pada wawancara, dilakukan dengan observasi, untuk
memperoleh data yang tidak dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket.
1) Macam – macam observasi. Observasi terdiri dari
a) Observasi partisipasi lengkap : Mengadakan observasi dengan mengikuti
seluruh kehidupan responden (antropologi),
b) Observasi partisipasi sebagian : mengikuti sebagian kehidupan responden.
Misalnya penelitian gizi sehari –hari,
c) Observasi tanpa partisipasi: mengadakan observasi tanpa ikut dalam
kehidupan responden. Misalnya ingin tahu pemasangan IUD.
2) Kelemahan pengumpulan data dengan teknik observasi adalah
a) keterbatasan indera mata,
b) konsentrasi kepada hal-hal yang sering dilihat,
c) kelainan kecil tidak terdeteksi.
Cara mengatasi kelemahan ini yaitu lakukan pengamatan berulang – ulang dan
pengamatan dilakukan oleh beberapa orang.
c. Studi Dokumentasi
9
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
oleh orang lain tentang subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam
bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan
sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di
waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu
otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping,
dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di
website, dan lain-lain.
Meleong mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam
studi dokumentasi, yaitu:
1) Dokumen harian
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi
ini adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata.
Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
a) Catatan harian (diary)
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur perasaan.
b) Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan
sebagai materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat
izin dari orang yang bersangkutan.
c) Autobiografi
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga
kata, yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis). Didefinisikan
autobiografi adalah tulisan atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2) Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai
aktivitas, keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu
dalam setting social.
Menurut Meleong dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua
bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system yang diberlakukan, hasil
notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya. Kedua, dokumentasi
eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain
sebagainya.9
3. Macam-Macam Studi Kasus
a. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul
observasi peran-serta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus
studinya pada suatu organisasi tertentu..
b. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud
mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas.
Wawancara sejarah hidup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup

9
Nurhiba, Pengumpulan Data Dan Analisis Data Dalam Studi Kasus, diakses melalui
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/pengumpulan-data-dan-analisis-data.html, pada tanggal 20
Oktober 2021
10
seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan
topik tertentu lainnya.
c. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
(community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau
masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana
studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.
d. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi
terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa
pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak
yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala
sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
e. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi
yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan
organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.
4. Langkah-Langkah Studi Kasus
a. Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang
diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau
masalah yang dihadapu peserta didik.
c. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari
segi input, proses, ataupun out put belajarnya. Dua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu:
1) faktor internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi,
sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya.
2) Faktor eksternal, seperti: lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
d. Prognosis
Tahap ini memprediksi kemungkian apa yang akan dihadapi konseli jika
masalahnya tidak cepat teratasi.Dalam prognosis ini dapat berupa:
1) Bentuk treatment yang harus diberikan.
2) Bahan atau materi yang diperlukan.
3) Metode yang akan digunakan
4) Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan.
5) Waktu kegiatan dilaksanakan.
6) Terapi atau pemberian bantuan.
Maksud dari terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang
mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada
tahap pragnosis. Bentuk-bentuk terapi yang dapat diberikan antara lain :
a) Bimbingan belajar kelompok.
b) Bimbingan belajar individu.
c) Pengajaran remedial.
d) Pemberian bimbingan pribadi.
e) Alih tangan kasus.

11
Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan:
1) Pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau kelompok.
2) Siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau
individu lain yang lebih ahli
3) Kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu
dipertimbangkan.
e. Treatment
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau
penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan pada keputusan yang
diambil dalam langkah prognosis. Jikajenis dan sifat serta sumber permasalahannya
masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam
kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, maka pemberian
bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri
(intervensi langsung), melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang
bersifat direktif, non direktif maupun eklektik yang mengkombinasikan kedua
pendekatan tersebut.Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek
kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau
guru pembimbing/konselor sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang
lebih kompeten (referal atau alih tangan kasus).
f. Evaluasi atau tindak lanjut
Evaluasi bimbingan dan konseling adalah segala upaya, tindakan atau proses
untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada
criteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan dan
konseling.
Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan
bimbingan dan konseling yaitu:
1) Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
2) Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui
layanan.
3) Rencana kegiatanyang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah
pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan
masalah yang dialaminya.10
5. Tujuan Studi Kasus
Tujuan pelaksanaan studi kasus yaitu agar:
a. Konselor dapat mengenal diripribadi klien yang dianggap mempunyai
masalahsecaraluasdanmendalam.
b. Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan
yang dihadapi klien.
c. Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan
klien
d. Konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
e. Siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta
keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.
6. Data Yang Dikumpulkan Dalam Studi Kasus
a. Data identitas

10
Halaman Psikologi, Pelaksanaan Studi Kasus, Artikel, diakses melalui
http://halamanpsikologi.blogspot.com/2016/01/pelaksanaan-studi-kasus.html, pada tanggal 20 Oktober 2021
12
b. Tanda-tanda atau gejala yang nampak.
c. Data sekitar klien
1) Latar belakang keluarga
2) Latar belakang jasmani dan kesehatan anak.
3) Data pendidikan
4) Social behavior (Hobi, Hubungan sosial, kepercayaan diri)
d. Interpretasi dari data dan diagnosis (kesimpulan)
e. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.11
7. Kelebihan Dan Kekurangan Studi Kasus
a. Kelebihan Studi Kasus
1) Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik,unik dan hal-hal
yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi
kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya
atau natural.
2) Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual,tetapi juga memberi
nuansa,suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus
yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif
yang sangat ketat.
b. Kelemahan Studi Kasus
1) Dari kacamata penelitian kualitatif,studi kasus di persoalkan dari segi
validitas,reliabilitas dan generalilsasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan
kualitatif tidak dapat diukur dengan parameter yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif, yang bertujuan untuk mencari generalisasi.12
PENUTUP
Kesimpulan
Teknik sosiometri adalah suatu alat yang digunakan uuntuk meneliti struktur sosial dari
suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari
masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Teknik sosiometri ini memiliki manfaat
untuk dapat memperbaiki struktur hubungan sosial para siswa di lingkungan sekolah maupun
kelas, memperbaiki penyesuaian hubungan sosial siswa secara individu dan lain sebagainya.
Secara khusus dalam layanan BK, hasil sosiometri dapat digunakan sebagai dasar
pertimbangan untuk menyelenggarakan jenis layanan tertentu, penetapan peserta layanan,
maupun sebagai layanan itu sendiri. Kriteria hubungan sosial dalam sosiometri dibedakan
menjadi :
d. Frekuensi hubungan
e. Intensitas Hubungan
f. Popularitas hubungan
Tahap-tahap dalam melakukan sosiometri dibedakan menjadi tahap pendahuluan, pelaksanaan,
dan penutup.
Teknik studi kasus Menurut Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi menyebutkan dua
pengertian tentang studi kasus (case study), pertama Studi kasus merupakan suatu penelitian
(penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan terhadap seorang atau beberapa

11
Angga Febiyanto, Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling, Artikel, diakses melalui
https://anggafebiyanto.wordpress.com/2013/02/26/studi-kasus-dalam-bimbingan-dan-konseling/, pada tanggal
20 Oktober 2021
12
Rakhman Habibi, Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling, Artikel, diakses dari
http://rakhmanhabibi.blogspot.com/2012/12/studi-kasus-dalam-bimbingan-dan.html, pada tanggal 20 Oktober
2021
13
orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan
informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup
pengalamannya dalam terapi. Teknik studi kasus ini memiliki tujuan untuk dapat memahami dan
menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien, sebagai cara konselor
untuk dapat menentukan jenis layanan yang tepat dan sesuai dengan permasalahan klien.
Kelebihan Studi Kasus
1. Studi kasus mampu mengungkapkan hal-hal yang spesifik,unik dan hal-hal yang amat
mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap
makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural.
2. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual,tetapi juga memberi nuansa,suasana
kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang
tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat.
Kelemahan Studi Kasus
1. Dari kacamata penelitian kualitatif,studi kasus di persoalkan dari segi validitas,reliabilitas
dan generalilsasi. Namun studi kasus yang sifatnya unik dan kualitatif tidak dapat diukur
dengan parameter yang digunakan dalam penelitian kuantitatif,yang bertujuan untuk mencari
generalisasi

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Yuliansyah, Murdiansyah Herman, Teknik Sosiometri Dalam Assesment Pelayanan
Konseling Pada Kepala Sekolah Dan Guru SDN Kuin Selatan 1 Banjarmasin, Jurnal
Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman (Vol. 4, No. 1, Tahun 2018).
Purnomo, E., Pangarsa, N., Andr, K. B., & Saeri, M. Efektivitas Metode Penyuluhan Dalam
percepatan Transfer Teknologi Padi Di Jawa Timur. Jurnal Inovasi Dan Teknologi
Pembelajaran (JINOTEP).
Lansek Manih, Jenis Inventori Lanjutan: Sosiometri Dan Skala, Artikel, diakses melalui
https://wiwidelfita.blogspot.com/2019/09/sosiometri-dan-skala.html, pada tanggal 20
Oktober 2021.
Siti Wahyuni Siregar, Penggunaan Instrumen Sosiometri dalam Layanan Bimbingan dan
Konseling, Jurnal Bimbingan Konseling Islam Al- Irsyad (Vol. 1, No. 1, Juni 2019).
Rahmadani, Faisal Akbar M, Sosiometri Dalam Bimbingan Dan Konseling, Artikel, diakses
melalui https://iainpspblog.blogspot.com/2019/01/makalah-sosiometri-dalam-bimbingan-
dan.html, pada tanggal 20 Oktober 2021
David Hizkia Tobing, Naomi Vembriati, dkk, Bahan Ajar Mata Kuliah Studi Kasus, Bali:
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, 2016.
Nurhiba, Pengumpulan Data Dan Analisis Data Dalam Studi Kasus, diakses melalui
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/pengumpulan-data-dan-analisis-data.html, pada
tanggal 20 Oktober 2021
Halaman Psikologi, Pelaksanaan Studi Kasus, Artikel, diakses melalui
http://halamanpsikologi.blogspot.com/2016/01/pelaksanaan-studi-kasus.html, pada tanggal
20 Oktober 2021
Angga Febiyanto, Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling, Artikel, diakses melalui
https://anggafebiyanto.wordpress.com/2013/02/26/studi-kasus-dalam-bimbingan-dan-
konseling/, pada tanggal 20 Oktober 2021
Rakhman Habibi, Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling, Artikel, diakses dari
http://rakhmanhabibi.blogspot.com/2012/12/studi-kasus-dalam-bimbingan-dan.html, pada
tanggal 20 Oktober 2021

14

Anda mungkin juga menyukai