Bab Iv
Bab Iv
3.75%
Iya
Tidak
96.25%
11%
3-5 Jam/hari
3.75%
Iya
Tidak
96.25%
7.50%
Iya
Tidak
92.50%
2.50%
3.75%
Tidak Pernah
Pelaku
Korban
93.75%
25
Hanya Iseng 12.50%
32.50%
Iri Pada Ko- 22.50%
rban
Dendam Pada
Korban
32.50%
Alasan Lain
13.75%
< 17 Tahun
52.50%
> 17 Tahun 33.75%
17 Tahun
26
cyberbullying berusia diatas 17 tahun. Dan 13,75% sisanya memilih remaja yang
berusia 17 tahun sebagai usia rentan pelaku cyberbullying.
4.1.9 Menurut kamu cyberbullying dominan dilakukan oleh?
20%
Perempuan
Laki-laki
80%
Suka Pamer
8.75%
Tertutup/introvet 11.25%
46.25%
Inferaktif
33.75%
Kekurangan fisik
11.25%
3.75%
Mengirim Komentar
Negatif
Membuat akun
palsu&menjatuhkan ko- 52.50%
rban 32.50%
Ancaman/teror
Mengunggah foto/video
korban
28
Berdasarkan diagram 4.10 dapat penulis jelaskan bahwa menurut 52,50%
responden tindakan yang termasuk tindakan cyberbullying adalah tindakan yang
seperti mengirimkan komentar negatif. Lalu, 32,50% responden lainnya
menyatakan pendapat mereka bahwa tindakan yang termasuk tindakan
cyberbullying adalah tindakan yang membuat akun palsu tentang korban yang
bertujuan menjatuhkan korban. 11,25% responden lagi menjawab bahwa tindakan
yang termasuk tindakan cyberbullying adalah tindakan yang mengirimkan
ancaman atau teror kepada korban. Dan untuk 4% responden sisanya memilih
tindakan yang seperti mengunggah foto/video mengenai korban termasuk
tindakan cyberbullying.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil kuisioner yang telah penulis sebarkan kepada 80 orang
responden mendapatkan berbagai jawaban dari para responden. Jawaban tersebut
sudah penulis jabarkan dalam bentuk diagram. Jadi, dari beberapa diagram diatas
dapat penulis jelaskan bahwa rata-rata responden yang menjawab kuisioner
penulis merupakan pengguna aktif media sosial instagram. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada diagram 4.1 dengan 86% responden menjawab bahwa mereka
merupakan pengguna aktif instagram. Para pengguna instagram ini sebagian besar
mereka memainkan instagram setiap harinya mencapai 3-5 jam. Penulis dapat
menjelaskan hal tersebut berdasarkan data pada diagram 4.2 yang menunjukan
bahwa 50% responden atau hampir setengah dari responden melilih jawaban yang
sama. Dari ke-80 responden tidak semuanya mengetahui tentang cybrbullying
yang terjadi pada media sosial instagram kerena nyatanya 4% responden kurang
peka atau minim informasi mengenai cyberbullying yang pada media sosial
khususnya instagram.
Berdasarkan hasil yang telah diakumulasi lewat diagram diatas penulis
mendapatkan jawaban bahwa 93,75% responden menjawab mereka tidak pernah
menjadi korban ataupun korban cyberbullying data tersebut sudah jelas
digambarkan pada diagram 4.5, namun ada juga responden yang pernah menjadi
pelaku sebesar 3,75% dan juga sebanyak 2,50% sebagai korban. Salah satu pelaku
memberikan alasannya menjadi pelaku cyberbullying yaitu karena, pelaku ingin
29
menindas korban dan juga masalah pribadi dengan korbannya. Hal itu
dikarenakan korbannya suka pamer, sombong dan juga kurang memiliki etika
yang baik. Oleh karena itu, korban melakukan cyberbullying dengan cara
mengirimkan pesan yang menjatuhkan dan juga pesan ancaman atau teror melalui
instagram. Alasan pelaku menggunakan instagram sebagai media cyberbullying
karena menurutnya instagram penggunanya sangat banyak dan hal itu membantu
memudahkan tujuan pelaku dalam menjatuhkan korbannya di depan orang-orang
banyak.
Dan salah seorang korban memberikan penjelasannya bahwa ia pernah
menjadi korban cyberbullying oleh temannya sendiri, alasan temennya melakukan
hal tersebut karena temannya berniat untuk menjadikan bahan bercandaan saja
dan juga karena keterbatasan fisik yang dimiliki oleh korban. Namun, tetap saja
hal tersebut membuat korbannya merasa terancam dan terpojokan. Tindakan yang
dilakukan temannya untuk membullynya dengan cara mengirimkan komentar
negatif melalui unggahan foto.
Selain mendapatkan penjelasan dari pelaku dan juga korban cyberbullying,
berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan sebagian besar responden memilih
bahwa motif pelaku adalah karena pelaku iri terhadap korbannya, namun juga ada
yang memilih karena alasannya hanyalah bercanda atau hanya iseng. Kedua
jawaban tersebut memiliki nilai yang sama yaitu 32,50% yang dapat dilihat pada
diagram 4.6. Menurut para responden 80% pelaku cyberbulluying adalah remaja
perempuan. Sekitar 52,50% responden memilih bahwa pelaku berusia kurang dari
17 tahun hal itu mungkin dikarenakan pelaku baru menginjak masa pubertas atau
akil balik. Kedua pernyataan tersebut dapat dibuktikan pada diagram 4.7 dan 4.8.
Menurut 52,50% responden yang termasuk tindakan cyberbullying adalah
tindakan mengirimkan komentar negatif kepada korban. Dan menurut 46,25%
responden alasan seseorang dijadikan korban karena orang tersebut suka pamer,
dan sombong.
Dari hasil penelitian tersebut dapat di lihat bahwa instagram sangat rentan
terjadi cyberbullying dimana pada instagram sendiri sering terjadi pengiriman
komentar negatif, membuat akun palsu tentang korban lalu mengunggah foto atau
30
video korban dan juga pelaku bisa mengirimkan ancaman atau teror. Dan hal
tersebut dibuktikan dengan menurut 92,50% responden pada diagram 4.4 media
sosial instagram rentan digunakan sebagai media tindakan cyberbullying.
Hasil penelitian ini juga dapat dilihat bahwa faktor-faktor penyebab
terjadinya cyberbullying dikarena adanya peran pelaku dan korban, yaitu dimana
seseorang dijadikan korban karena pelakunya memiliki alasan khusus seperti
pelaku iri terhadap korbannya, namun juga ada yang menganggap karena
alasannya hanyalah bercanda atau hanya iseng. Kedua jawaban tersebut memiliki
nilai yang sama yaitu 32,50% dan juga korbannya sendiri memiliki sifat yang
membuat seseorang risih seperti sifat yang suka pamer lalu akhirnya orang
tersebut menjadi pelaku dan melakukan cyberbullying. Hal tersebut sangat jelas
digambarkan pada diagram 4.6 dan 4.9.
31