Anda di halaman 1dari 2

ASESMEN PENERAPAN MMTP

Menurut Sallis (2003), untuk mengasesment penerapan MMTP dalam rangka


meningkatkan mutu pendidikan digunakan 10 indikator dengan bobot sebagai
berikut :

1. Akses bobot (5%)


2. Pelayanan pelanggan terutama peserta didik (5%)
3. Kepemimpinan (15%)
4. Lingkungan fisik dan sumber daya sarana prasarana (5%)
5. Pembelajaran dan mengajar efektif (20%)
6. peserta didik (15%)
7. staf tata usaha (15%)
8. hubungan masyarakat (5%)
9. organisasi (5%)
10. standar (10%)

PRAKTIK MMTP
Pelaksanaan MMT merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan
waktu yang relatif lama untuk mengadakan perubahan budaya mutu karena esensi
dari MMT adalah perubahan budaya. Perubahan ini adalah untuk memenuhi
harapan pelanggan internal dan eksternal.Pelaksanaan MMT membutuhkan
kepemimpinan yang kuat, kedisiplinan guru, staf tata usaha, dan mahasiswa serta
metupakan perubahan yang luar biasa bagi pendidikan.
Hitman (1993) menyatakan bahwa ada lima hambatan dalam
melaksanakan MMT di dunia pendidikan, yaitu :
1. sasaran dari berbagai metode perbaikan mutu tradisional pada lembaga-
lembaga pendidikan hanya berupa kesesuaian terhadap standar
2. standar penjaminan mutu seringkali disusun terlalu rendah atau terlalu
tinggi sehingga program-program pendidikan akan mengalami kesulitan
dalam pencapaiannya
3. definisi klasik mengenai penjaminan mutu terlalu sempit
4. pendekatan mutakhir yang mengonsentrasikan hanya pada kinerja
pengajaran dan mengurangi penekanan pada kontribusi dari hal-hal yang
bukan berkaitan dengan pengajaran
5. pendekatan yang mutakhir yang hanya menekankan pada instruktur
pendidikan
Sharples,et al. (1994) memberikan empat langkah dalam menerapkan
MMT dilembaga pendidikan yaitu :
1. tingkatkan tanggung jawab dan dukungan pimpinan
2. mengadakan diklat MMT
3. menerapkan hasil diklat tersebut
4. membuat standarisasi
Novi Priani dan D.Wayu Ariani (2005) memberikan cara untuk
menerapkan MMT di dunia pendidikan :
1. lembaga pendidikan harus mempunyai kepemimpinan yang kuat
2. mengadakan perbaikan-perbaikan sistem secaa berkesinambungan
3. menerapkan metode statistik dan kualitatif
4. memiliki visi dan nilai bersama
5. menyampaikan pesan dan perilaku yang konsisten kepada pelanggan.
Herbert, et al. (1995) memberikan empat pendekatan dalam menerapkan
MMT di dunia pendidikan :
1. menggunakan filosofi MMT dalam memperbaiki fungsi operasi dan
administrasi lembaga
2. memasukkan MMT sebagai salah satu mata kuliah
3. menggunakan MMT sebagai metode pembelajaran di kelas
4. menggunakan MMT untuk mengelola kegiatan-kegiatan pendidikan
Keberhasilan dalam menerapkan MMT disuatu lembaga pendidikan
tergantung dari visi yang digunakan oleh tenaga pengajar dan para pemimpinnya.
Sasaran nya adalah memperbaiki proses belajar mengajar dengan membudayakan
peserta didiknya dan meningkatkan tanggung jawab dalam proses belajar.

HASIL RISET

Novi Priani dan D.Wayu Ariani (2005) dalam penelitiannya


menyimpulkan bahwa pelanggan internal primer (mahasiswa yang masih aktif)
sejumlah 76,6% menyatakan bahwa pelaksanaan elemen-elemen MMT buruk atau
MMT memang belum dilaksanakan di perguruan tinggi. Kondisi yang dialami
organisasi perguruan tinggi tersebut memang jauh dari pelaksanaan MMT karena
faktor internal dan eksternal organisasi berupa regulasi pemerintah.
Menurut Zeithaml (2000), penelitian ini meneliti lima dimensi mutu
pelayanan, yaitu :
1. tangibles (tampak), fasilitas fisik, peralatan, penampilan karyawan
2. reliability (keandalan), kemampuan lembaga memberi pelayanan terbaik
( tepat waktu dan dapat diandalkan )
3. responsiveness (perhatian), kesediaan untuk membantu pelanggan dengan
memberikan pelayanan yang tepat
4. assurance (jaminan), kesediaan dan kesiapan karyawan untuk memberikan
pelayanan
5. empathy (empati), rasa peduli, perhatian secara pribadi yang diberikan
kepada pelanggan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelayanan perguruan tinggi menurut lima
dimensi tersebut semuanya dalam kategori buruk.

Anda mungkin juga menyukai