Ekonomi Mikro
Ekonomi Mikro
net/publication/326846310
CITATIONS READS
6 300,731
1 author:
Akhmad Pide
Universitas Muhammadiyah Makassar
140 PUBLICATIONS 565 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Akhmad Pide on 07 August 2018.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena dengan izin dan
petunjuknya jualah sehingga penulis dapat menulis buku ini dengan judul: Ekonomi
Mikro: Teori dan Aplikasi dalam Dunia Bisnis.
Teori Ekonomi mikro merupakan mata kuliah inti pada Fakultas Ekonomi,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, dan Sekolah Bisnis. Oleh karena itu buku teks
ekonomi mikro adalah merupakan buku teks penting dan sangat dibutuhkan oleh
para mahasiswa.
Teori ekonomi mikro dapat dipelajari dengan menggunakan tiga macam
pendekatan yaitu; Pertama pendekatan verbal dalam arti menguraikan teori dengan
menggunakan uraian dan penjelasan kata-kata, Kedua dengan pendekatan grafik
sebagai alat penjelasan, dan Ketiga dengan pendekatan matematis. Buku ini
menggunakan ketiga macam pendekatan tersebut. Oleh karena itu buku ini
diharapkan menarik bagi para pembaca. Pendekatan grafik dilakukan untuk
menunjukkan inti dari analisis ekonomi, dan selanjutnya dijelaskan dengan
pendekatan verbal. Pendekatan matematis digunakan untuk memberikan contoh-
contoh kasus dalam bisnis dan ekonomi.
Buku ini muncul karena adanya dorongan dari beberapa teman sejawat. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak;
Prof. Dr. Ahmad Musseng, M,Si., Dr. Bustang, M.Si, Prof. Dr. Amiruddin Tawe,
M.Si., Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.Si.., Zainal Abidin, S.E, S.H., M.Si.,
Manda, H.M., S.E., M.Si. Muh. Ihsan Malik, S.E., M.M. Khusus kepada Istri saya
yang tercinta Rahmawaty Gaffar, S.E. karya ini dapat terwujud menjadi suatu buku.
Pada kesempatan ini pula penulis mengharapkan masukan dan kritik yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan buku ini pada edisi selanjutnya.
4
RIWAYAT HIDUP
Menikah dengan Rahmawaty Gaffar pada tahun 1995 dan dikaruniai tiga orang
anak: Muhammad Akram Akhmad, Muhammad Al Khahfi Akhmad, dan Nurul
Hikmah Maulidiah Akhmad.
1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini persoalan ekonomi senantiasa menjadi berita utama pada berbagai
media, baik TV maupun surat kabar. Pertanyaan yang muncul mengapa demikian?
Jawabannya tentu saja karena persolan ekonomi memiliki dampak yang sangat besar
dalam kehidupan manusia dewasa ini. Banyak persoalan ekonomi yang terjadi di
sekitar kita seperti, kemiskinan, pengangguran, ketimpangan pendapatan, kenaikan
harga bahan bakar minyak, impor beras, impor daging, harga cabe yang melambung,
fluktuasi mata uang, pengembangan teknologi komunikasi dan informasi sangat
mempengaruhi kehidupan manusia dewasa ini dengan berbagai peristiwa yang tidak
terpikirkan sebelumnya.
Teori-teori ekonomi yang telah dikembangkan oleh para ekonom selama
bertahun-tahun, setidaknya dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana
mekanisme pasar bekerja dan mempengaruhi peristiwa-peristiwa ekonomi yang
mempengaruhi kehidupan umat manusia dewasa ini. Oleh karena itu pemahaman
terhadap teori-teori ekonomi merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk
memahami berbagai persoalan-persoalan ekonomi yang terjadi dewasa ini.
Ilmu ekonomi sebagai suatu disiplin ilmu, telah berusia lebih dari dua abad.
Bermula sejak tahun 1776 ketika Adam Smith menulis buku yang berjudul „The
Wealth of Nations”. Setelah itu, ilmu ekonomi berkembang dalam banyak tahapan,
Karl Marx melakukan kritik besar-besaran tentang kapitalisme dalam bukunya yang
berjudul “Das Kapital” buku ini beredar luas pada tahun 1867, Selanjutnya John
Maynard Keynes pada tahun 1935 dengan bukunya yang berjudul “The General
Theory of Employment, Interest and Money”. Beberapa pandangan ketiga tokoh
2
tersebut masih tetap mendapat perhatian dalam pemikiran ahli-ahli ekonomi pada
masa kini.
Beberapa pakar ekonomi mendefinisikan ilmu ekonomi:
Alfred Marshal, Ilmu Ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan tentang
sumber daya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas.
Walter Nicholson, Ilmu ekonomi adalah bagian dari ilmu sosial yang
mempelajari perilaku manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya
Paul A. Samuelson, Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang prilaku orang dan
masyarakat dalam memilih menggunakan sumber daya yang langkah dan
memiliki berbagai alternatif penggunaan, dalam upaya memproduksi berbagai
komoditi, untuk kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa yang
akan datang kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat.
Terdapat dua hal pokok yang dapat ditarik dari pengertian di atas yaitu:
Pertama, sumber pemuas kebutuhan manusia itu terbatas adanya, sebab kebutuhan
manusia relatif tidak terbatas jumlahnya. Suatu kenyataan bahwa tidak ada suatu
golongan masyarakat atau bangsa yang dapat memproduksi semua barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau bangsa tersebut. Tidak ada manusia yang
dapat membelanjakan uang melebihi besarnya pendapatannya (kecuali kecuali
dengan cara berutang atau merampok), dan tidak ada orang yang dapat menggunakan
waktunya lebih dari 24 jam sehari. Kedua, bagaimana cara yang terbaik untuk
menetapkan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada. Para pakar ekonomi
mengatakan bahwa bagaimana caranya sumber daya yang ada dialokasikan.
Sumber daya terdiri atas anugerah alam seperti tanah, air, hutan, tambang, sumber
daya manusia baik fisik maupun mental, dan alat bantu buatan untuk memproduksi
seperti peralatan, mesin dan bangunan. Para ahli ekonomi menamakan semua sumber
daya itu sebagai faktor produksi. Hal tersebut disebabkan karena mereka digunakan
untuk memproduksi komoditi yang dibutuhkan manusia. Komoditi dapat
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu barang dan jasa. Barang selalu berwujud
3
(misalnya tas, mobil, baju) sedangkan jasa tidak berwujud misalnya (praktek dokter
dan pendidikan). Orang memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi banyak hal
yang menjadi keinginannya. Kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa disebut
produksi, sementara kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan disebut konsumsi.
Kelangkaan
Pada dasarnya sebagai besar umat manusia di dunia ini, kelangkaan atau
keterbatasan adalah betul-betul nyata dan ada. Oleh karena itu keinginan manusia
untuk memperoleh lebih banyak dan lebih baik dalam hal; makanan, pakaian,
perumahan, pendidikan, dan sebagainya. Pada beberapa negara miskin di Afrika dan
di Asia kelangkaan lebih nyata terlihat. Hasil pertanian yang mereka hasilkan lebih
kecil dari yang dibutuhkan masyarakatnya. Sektor pertanian relatif belum
berkembang, dan kemampuan sektor industri untuk menghasilkan produk juga masih
lebih rendah dari yang dibutuhkan masyarakatnya.
Pilihan
Oleh karena jumlah sumber daya terbatas, maka setiap individu dan masyarakat
secara keseluruhan tidak dapat memenuhi semua yang mereka butuhkan, karena itu
mereka harus membuat pilihan. Dalam setiap kegiatan ekonomi baik untuk
memproduksi maupun mengkonsumsi barang dan jasa, setia individu dan masyarakat
harus membuat pilihan-pilihan. Tujuan dari individu dan masyarakat membuat
pilihan adalah agar sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara efisien untuk
dapat memaksimumkan kesejahteraan individu dan masyarakat.
100.000 per unit. Mahasiswa tersebut ingin sekali membeli 20 buku, dan 10 pakaian.
Karena mahasiswa tersebut tahu bahwa keinginannya tersebut tidak mungkin
terpenuhi, dalam istilah ekonomi dikatakan bahwa ini tidak mungkin dicapai karena
keterbatasan sumber daya. Meskipun demikian terdapat beberapa kombinasi yang
dapat terjadi, misalnya membeli 10 buku dan 5 pakaian, 12 buku dan 4 pakaian dan
sebagainya.
Setelah mempertimbangkan dengan matang, maka mahasiswa ini sampai pada
keputusan untuk membeli 8 buku dan 6 pakaian, namun pada menit-menit terakhir ia
memutuskan untuk membeli 7 pakaian. Sekarang berapa biaya untuk memperoleh
tambahan satu lembar pakaian tersebut. Jawabannya adalah 2 buah buku. Dua buah
buku ini dikorbankan oleh mahasiswa tersebut untuk memperoleh tambahan satu
lembar pakaian. Para pakar ekonomi menyebut bahwa 2 buah buku tersebut sebagai
biaya peluang (opportunity cost) untuk pakaian ke 7.
c. For Whom: Pertanyaan ini menyangkut masalah untuk siapa barang tersebut
dihasilkan. Apabila dilihat dari sisi pendapatan, masyarakat dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu masyarakat; (1) golongan
berpenghasilan tinggi, (2) golongan berpenghasilan menengah dan (3 golongan
berpenghasilan rendah. Masyarakat berpenghasilan rendah lebih memilih
membeli barang yang harganya murah, tanpa memperhatikan mutu barang
tersebut, sementara masyarakat yang berpenghasilan menengah memilih barang
yang harganya sedang, dan masyarakat yang berpenghasilan tinggi akan memilih
barang-barang yang berkualitas tinggi walaupun harganya mahal.
Para ahli ekonomi membedakan dua analisa ilmu ekonomi yaitu analisa
ekonomi positif dan normatif. Ilmu Ekonomi Positif (Positive Economics) yaitu
membahas atau mempelajari apa itu (what is) atau bagaimana masalah-masalah
ekonomi yang dihadapi masyarakat sebenarnya diselesaikan. Teori ekonomi
positif menentukan bagaimana sebenarnya (in fact) sumber daya dialokasikan
dalam suatu perekonomian. Jadi ilmu ekonomi positif menyangkut apa yang sedang,
telah atau akan terjadi. Ilmu Ekonomi Normatif (Normative Economics), yaitu
mempelajari apa seharusnya dilakukan atau bagaimana masalah ekonomi yang
dihadapi masyarakat seharusnya diselesaikan.
Pernyataan positif adalah pernyataan yang mengandung arti: apakah yang
wujud atau telah wujud atau akan wujud? Kebenaran pernyataan positif dapat dilihat
dengan membandingkannya dengan kenyataan yang wujud. Pada hakikatnya
pernyataan positif adalah pernyataan mengenai fakta-fakta yang wujud dalam
masyarakat dan oleh sebab itulah kebenarannya dapat dibuktikan dengan
memperhatikan kenyataan yang berlaku. “Kalau produksi beras turun maka
harganya akan naik” dan “Kalau beras dijual ke kota maka harganya lebih mahal
daripada dijual di desa” adalah contoh-contoh dari pernyataan positif.
Pernyataan normatif ialah pernyataan yang mengandung arti: apakah yang
sebaiknya harus wujud? Jadi pernyataan normatif adalah suatu pandangan
6
subjektif atau suatu value judgement. Pernyataan itu bukan mengemukakan pendapat
mengenai keadaan yang akan wujud tetapi menyatakan tentang apa yang sebaiknya
harus wujud. Pernyataan normatif adakalanya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang tidak bersifat rasional seperti faktor kebudayaan, filsafat dan keagamaan.
Karena sifatnya tersebut, kebenaran pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan
dengan melihat kepada kenyataan. Perhatikanlah pernyataan berikut: “Peningkatan
kesejahteraan masyarakat harus dilakukan dengan mempercepat pertumbuhan
pendapatan nasional” dan “Peningkatan kesejahteraan masyarakat harus dilakukan
dengan berusaha agar pertambahan pendapatan dinikmati secara merata oleh
seluruh lapisan masyarakat”.
Pernyataan positif adalah pernyataan mengenai fakta–fakta yang wujud dalam
masyarakat dan oleh sebab itulah kebenarannya dapat di buktikan dengan kenyataan
yang ada. Pernyataan normatif adakalanya sangat di pengaruhi oleh faktor–faktor
yang tidak bersifat rasional seperti faktor kebudayaan, filsafat dan keagamaan.
Karena sifatnya tersebut, kebenaran pernyataan normatif tidak dapat dibuktikan
dengan melihat kenyataan. Pernyataan normatif selalu dijumpai dalam ilmu ekonomi
terapan atau ilmu ekonomi kebijakan. Masalah ekonomi dapat diatasi dengan
beberapa cara dan cara manakah yang terbaik sangat tergantung kepada value
judgement dari yang merumuskan kebijakan ekonomi tersebut.
Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi dua yaitu; ilmu
ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Pengertian dan perbedaan ekonomi makro
dan ekonomi mikro terletak pada ruang lingkup kajian ekonomi. Berikut adalah
pengertian dan perbedaan ekonomi mikro dan ekonomi makro:
Ekonomi makro, mengkaji variabel-variabel ekonomi secara agregat
(keseluruhan). Variabel-variabel yang juga berdampak atas beragam tindakan
pemerintah tersebut, antara lain: pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau
pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun
neraca pembayaran internasional.
7
1. Sebagai dasar untuk membuat ramalan (basic for predicition). Artinya bahwa
teori ekonomi mikro dapat membuat ramalan bersyarat atau ramalan
kondisional (conditional prediction).
2. Sebagai alat untuk merumuskan kebijakan ekonomi (economi policy), artinya
menganalisis bagaimana kegiatan pemerintah untuk mempengaruhi
perekonomian. Dalam hal ini kita dapat mempelajari kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi harga dan upah, serta alokasi sumber daya.
2. Untuk memeriksa syarat-syarat kemakmuran perekonomian (welfare
economics).
3. Sebagai alat dalam pengambilan keputusan manajemen. Dalam hal ini metode
yang dikembangkan dalam analisis permintaan dan analisis penawaran.
Penghasilan Pengeluaran
PASAR BARANG
DAN JASA
Perusahaan Menjual
Barang dan Rumah Tangga Membeli
Barang dan
jasa yang jasa yang
dijual dibeli
Faktor-faktor
T. Kerja, lahan,
produksi PASAR FAKTOR dan Modal
PRODUKSI
Rumah tangga menjual
Perusahaan membeli
Upah, sewa dan Pendapatan
Keuntungan
Sekarang mari kita menelusuri aliran sirkulasi, dengan mengikuti aliran uang
ketika uang tersebut berpindah dari satu orang ke orang lain dalam perekonomian.
Misalkan uang berasal dari rumah tangga, misalkan dari dompet anda. Apabila anda
ingin membeli roti, anda membawa selembar uang tersebut menuju salah satu pasar
barang dan jasa, seperti mini market. Pada saat uang tersebut berpindah dari tangan
anda ke kasir, maka uang tersebut menjadi pendapatan bagi perusahaan. Akan tetapi
uang tersebut tidak akan lama berada di kas perusahaan, karena perusahaan
menggunakan kembali uang tersebut untuk membeli input dari pasar faktor produksi.
dapat dipilih karena sumber daya yang dimiliki memang memungkinkan untuk itu.
Tapi, karena prinsip maksimisasi kepuasan maka titik itu tidak akan dipilih. Titik-
titik yang berada pada kurva batas kemungkinan produksi diyakini kombinasi yang
optimal. Bila ditanya mana dari titik tersebut yang lebih baik? Maka pertanyaan
demikian menyangkut pertimbangan normatif, tergantung kepada keinginan
konsumen. Secara keilmuan tidak dapat dikatakan bahwa satu titik lebih baik dari
titik lain. Sangat tergantung kepada pertimbangan masyarakat, dan mungkin sangat
ditentukan oleh nilai dalam masyarakat. Karenanya dalam pertimbangan ini
menyangkut value judgment tentang titik mana yang harus dipilih.
Produksi
baju
U
20.000
P
16.000 S
Q ●
14.000
Kurva batas
kemungkinan
produksi
8.000 R
Dengan mengingat asumsi yang berlaku, maka kita sepaham bahwa untuk
memperoleh tambahan baju, sepatu harus dikorbankan, demikian juga sebaliknya.
Setiap penambahan satu sepatu mengurangi dua unit baju, dan ini menunjukkan
munculnya opportunity cost. Setiap keputusan menambah baju mengakibatkan
pengurangan terhadap sepatu yang dikonsumsi, dan ini secara ekonomi dikenal
sebagai biaya. Perhatikan pemahaman lebih lanjut daripada sifat opportunity cost
13
ini, untuk memperoleh tambahan setiap satu sepatu semakin besar pengurangan baju
yang dilakukan. Atau setiap pergerakan dari titik P, ke Q dan seterusnya
membutuhkan pengorbanan baju yang semakin besar untuk memperoleh sepatu
yang jumlahnya lebih sedikit dari semula.
Sifat inilah yang mempengaruhi bentuk kurva batas kemungkinan produksi
mengapa bentuknya cembung, karena pergerakan dari titik P ke Q sesuai dengan
sifatnya, hanya dapat sesuai apabila slope nya semakin curam, semakin lancip.
Bentuk demikian ini lazimnya dikenal dengan bentuk cembung ke titik awal
(concave to origin).
Produksi
baju
20.000
15.500 S
14.000 Q
8.000
jumlah sepatu yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja setiap harinya, maka
perekonomian dapat menghasilkan sepatu dalam jumlah yang lebih banyak dan
mungkin mengorbankan produksi baju dalam jumlah tertentu. Dampak dari teknologi
baru di bidang sepatu tersebut, maka kurva batas kemungkinan produksi bergeser ke
arah luar seperti pada Gambar 2.3. Karena pertumbuhan ekonomi dalam
perekonomian, produsen mungkin memindahkan produksi dari titik Q ke titik S yang
menghasilkan sepatu dan baju dalam jumlah yang lebih banyak.
Ceteris Peribus
diasumsikan tidak berubah selama penelitian. Jadi dengan cara ini, pengaruh
beberapa kekuatan dapat diteliti dalam situasi yang disederhanakan. Asumsi ceteris
paribus seperti ini dipergunakan dalam semua permodelan ekonomi.
Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem ekonomi yang diterapkan oleh
Negara. Sistem ekonomi tersebut antara lain sistem ekonomi tradisional, sistem
ekonomi liberal/pasar/bebas, sistem ekonomi komando/terpimpin, dan sistem
ekonomi campuran.
mendasarkan diri pada pandangan Karl Marx. Masyarakat komunis yang dicita-
citakan Marx merupakan masyarakat yang tidak ada kelas sosialnya. Pada sistem ini
pemerintah menentukan barang dan jasa apa yang akan diproduksi, dengan cara atau
metode bagaimana barang tersebut diproduksi, serta untuk siapa barang tersebut
diproduksi. Beberapa negara yang menggunakan sistem ekonomi ini antara lain
Rusia, Cina, dan Kuba.
Sistem ekonomi komando memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Semua alat
dan sumber-sumber daya dikuasai pemerintah, (2) Hak milik perorangan tidak
diakui, (3) tidak ada individu atau kelompok yang dapat berusaha dengan bebas
dalam kegiatan perekonomian, dan (4) kebijakan perekonomian diatur sepenuhnya
oleh pemerintah.
Sistem ekonomi pasar adalah suatu sistem ekonomi di mana seluruh kegiatan
ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada
mekanisme pasar. Sistem ini sesuai dengan ajaran dari Adam Smith, dalam bukunya
An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations. Model sistem
ekonomi ini merujuk pada perekonomian pasar persaingan sempurna. Sistem
ekonomi pasar yang dicetuskan oleh Adam Smith berintikan: tangan yang tidak
terlihat (infisible hand) akan menggerakkan kegiatan ekonomi yaitu dengan adanya
keinginan seseorang/sekelompok orang yang memberikan sebuah barang dan atau
jasa untuk mendapatkan barang lainnya (pertukaran)
Harga dalam pasar dapat goyah terutama karena hukum penawaran dan
permintaan, serta keinginan pengusaha menggunakan modalnya sebaik mungkin.
Oleh karena itu harga pasar dalam jangka pendek dapat sangat tinggi atau sangat
rendah, tetapi dalam jangka panjang akan mencapai keseimbangan. Dalam sistem
pasar bebas seperti itu pemerintah suatu Negara mempunyai tiga tugas yang sangat
penting yaitu:
- Berkewajiban melindungi Negara dari kekerasan dan serangan negara bebas
lainnya.
18
Sistem ekonomi campuran merupakan campuran dari sistem ekonomi pasar dan
terpusat, di mana pemerintah dan swasta saling berinteraksi dalam memecahkan
masalah ekonomi. Dalam bentuk perekonomian campuran sumber-sumber ekonomi
bangsa, termasuk faktor-faktor produksi dimiliki oleh individu atau kelompok swasta,
di samping sumber tertentu yang dikuasai pemerintah pusat, atau pemerintah daerah,
19
atau pemerintah setempat. Karena itu dalam sistem ekonomi campuran dikenal paling
tidak dua sektor ekonomi, yaitu sektor swasta dan sektor Negara
Sistem ini berkembang dan sekarang diberlakukan baik oleh Negara yang
sebelumnya menganut sistem ekonomi pasar (Negara industri barat) maupun oleh
Negara yang sebelumnya menganut sistem ekonomi perencanaan yang ketat/terpusat
(Uni Soviet). Pemberlakuan sistem ekonomi pasar yang ketat ternyata menimbulkan
depresi ekonomi pada tahun 1930-an. Sedang pemberlakuan sistem ekonomi
perencanaan yang ketat juga tidak mampu menghilangkan kelas-kelas dalam
masyarakat.
Berdasarkan pengalaman tersebut banyak Negara menganut sistem ekonomi
campuran ini. Sistem ekonomi campuran melahirkan ekonomi pasar bebas, yang
memungkinkan persaingan bebas tetapi bukan persaingan yang mematikan, campur
tangan pemerintah diperlukan untuk menstabilisasi kehidupan ekonomi, mencegah
konsentrasi yang terlalu besar di pihak swasta, mengatasi gejolak-gejolak, dan
membantu golongan ekonomi lemah.
Sistem ekonomi campuran memiliki beberapa ciri antara lain; (1) Merupakan
gabungan dari sistem ekonomi pasar dan terpusat, (2) Barang modal dan sumber daya
yang vital dikuasai oleh pemerintah, (3) Pemerintah dapat melakukan intervensi
dengan membuat peraturan, menetapkan kebijakan fiskal, moneter, membantu dan
mengawasi kegiatan swasta. Jadi Peran pemerintah dan sektor swasta berimbang.
Penerapan sistem ekonomi campuran akan mengurangi berbagai kelemahan
dari sistem ekonomi pasar dan komando yang ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Secara umum saat ini hampir tidak ada negara yang murni
melaksanakan sistem ekonomi terpusat maupun pasar, yang ada adalah
kecenderungan terhadap ekonomi pasar seperti Amerika, Hongkong, dan negara–
negara Eropa barat yang berpaham liberal, sementara negara yang pernah
menerapkan ekonomi terpusat adalah Kuba, Polandia dan Rusia yang berideologi
sosialis atau komunis.
Kebanyakan negara-negara dewasa ini menerapkan sistem ekonomi campuran
seperti Prancis, Brasil, Philipina, Malaysia, Indonesia dan beberapa negara lain.
20
Namun perubahan politik dunia juga mempengaruhi sistem ekonomi, seperti halnya
yang dialami Uni Soviet pada masa pemerintahan Boris Yeltsin, kehancuran
komunisme juga mempengaruhi sistem ekonomi Soviet, dari sistem ekonomi terpusat
(komando) mulai beralih ke arah ekonomi liberal dan mengalami berbagai perubahan.
Qd = a – bPx (1.1)
π = TR – TC (1.4)
Dimaan: π = laba
TR = Total revenue atau penerimaan
TC = Total cost atau biaya
Qd = Qs (1.5
Y = 2 + 2X (1.5)
Sumbu Y
8 ● Y=2+2X
6
Intersep Y
4
∆Y
Intersep X 2
∆X
Sumbu X
8 -6 -4 -2 2 4 6 8
-2
-4
-6
-8
Gambar 1.4, dapat memberi gambaran kepada kita tentang gambaran fungsi
setiap kemungkinan nilai X pada persamaan fungsi Y = 2 +2 X. Grafik dari
24
persamaan ini membentuk garis lurus, sehingga fungsi tersebut disebut fungsi linear
(linear function). Terlihat bahwa intercep Y adalah 2; artinya jika X=0, maka Y=2.
Sementara slope garis adalah 2; artinya setiap kenaikan 1 unit X akan menaikkan 2
unit Y. Pada gambar 1.4 juga terlihat bahwa X dan Y dapat bernilai positif dan
negatif. Perlu ditekankan bahwa umumnya variabel-variabel yang digunakan dalam
ilmu ekonomi bernilai positif. Jadi grafik yang digunakan dalam ilmu ekonomi hanya
menggunakan kuadran sisi kanan atas saja (positif) untuk setiap sumbunya.
Para ekonom membedakan ilmu ekonomi ke dalam dua kelompok yaitu ilmu
ekonomi makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro, mengkaji variabel-variabel
ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel yang dikaji antara lain:
pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar,
laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.
Sementara itu ekonomi mikro, mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup
kecil misalnya perusahaan, rumah tangga. Ekonomi mikro juga mempelajari
bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut memengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Dalam menganalisis persoalan ekonomi para ekonom membangun model
guna menyederhanakan aktivitas perekonomian yang kompleks. Dalam membangun
model didasari pada asumsi yang menjadi salah satu syarat utama dalam melakukan
analisis dalam ekonomi. Tanpa asumsi sangat sulit untuk menjelaskan hubungan di
antara berbagai variabel, karena kegiatan ekonomi yang sangat kompleks. Suatu
kejadian ekonomi dipengaruhi berbagai faktor, dan untuk menjelaskan bagaimana
faktor-faktor tersebut mempengaruhi kejadian itu menjadi sangat rumit. Oleh karena
itu model ekonomi membuat penyederhanaan atas kejadian yang sebenarnya dalam
masyarakat.
Di dunia ini terdapat berbagai macam sistem ekonomi yang diterapkan oleh
Negara. Sistem ekonomi tersebut antara lain sistem ekonomi tradisional, sistem
ekonomi liberal/pasar/bebas, sistem ekonomi komando/terpimpin, dan sistem
ekonomi campuran.
Penggunaan model matematika dalam analisis ekonomi mikro terbukti sangat
menunjung kemajuan teori ekonomi, namun perlu diketahui bahwa matematika
bukanlah ilmu ekonomi. Seorang yang ahli matematika tidaklah otomatis menjadi
ahli ekonomi. Sebaliknya seorang dapat menjadi ahli ekonomi tanpa harus terlebih
dahulu menjadi ahli matematika. Hal tersebut disebabkan karena matematika dalam
ilmu ekonomi hanya berfungsi sebagai alat analisis dalam masalah ekonomi. Selain
matematika masih ada alat lain yang dapat digunakan seperti grafik dan analisis
26
verbal. Akan tetapi demi efisiensi dan keakuratan analisis, maka mahasiswa sangat
diharapkan untuk membekali diri dengan pemahaman matematika.
Pertanyaan Bab 1
1. Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam
memilih menggunakan sumber daya yang langkah dan memiliki berbagai
alternatif penggunaan, dalam upaya memproduksi berbagai komoditi, untuk
kemudian menyalurkannya baik saat ini maupun di masa yang akan datang
kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam masyarakat. Jelaskan
variabel-variabel dari definisi tersebut.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kelangkaan? Serta jelaskan bagaimana
masyarakat menyikapi kelangkaan tersebut?
3. Sebutkan dan jelaskan persoalan pokok yang dihadapi oleh setiap perekonomian?
4. Jelaskan perbedaan antara ekonomi positif dan ekonomi normatif?
5. Jelaskan peran ekonomi mikro terhadap ekonomi makro?
6. Apa yang dimaksud dengan ceteris paribus, dan mengapa ceriris paribus perlu
dilakukan dalam analisis ekonomi.
7. Jelaskan peran matematika dalam ilmu ekonomi.
8. Gambarkan diagram sirkuler, kemudian beri tanda panah kegiatan yang
berhubungan dengan aliran barang dan jasa dan aliran uang untuk masing-masing
kegiatan berikut:
- Ali membayar Rp. 50.000 kepada kasir untuk pembelian sebuah baju.
- Tini memperoleh uang Rp. 75.000,- per hari atas jasa dalam bekerja pada
super maket.
- Amir membayar Rp. 100.000,- untuk menonton bola di stadion.
- Nia memperoleh uang Rp. 100.000,- dari 20 persen kepemilikannya atas
saham PT. ABC.
9. Misalkan suatu masyarakat yang menghasilkan makanan dan pakaian untuk
konsumsi;
27
BAB II
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Permintaan dan penawaran adalah dua kata yang senantiasa digunakan oleh
para ahli ekonomi. Hal tersebut disebabkan karena kekuatan permintaan dan
penawaran yang membuat ekonomi pasar bekerja dengan baik. Keduanya
menentukan jumlah barang yang dihasilkan dan sekaligus menentukan harga barang
itu. Apabila anda ingin mengetahui suatu kejadian atau kebijakan dalam
mempengaruhi perekonomian, maka anda harus terlebih dahulu membayangkan
bagaimana pengaruhnya terhadap penawaran dan permintaan.
500 10 2500
1000 8
2000
1500 6
1500
2000 4
2500 2 1000
3000 0
500
0 2 4 6 8 10 12 Q
Gambar 2.1. Tabel permintaan dan Kurva Permintaan Amir
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa berapa banyak roti cokelat yang dibeli oleh
Amir setiap hari pada kondisi harga yang berbeda-beda. Apabila roti cokelat gratis
maka Amir akan memakan roti sebanyak 12 biji setiap harinya, jika harga roti cokelat
Rp. 500, maka Amin akan memakan roti cokelat sebanyak 10 biji, dan jika harga roti
cokelat terus meningkat, maka jumlah pembelian Amir akan terus menurun, dan
ketika harga mencapai Rp. 3.000,- maka Amir tidak membeli satupun roti cokelat.
Gambar 2.1. menggunakan angka-angka yang ada pada tabel untuk
menggambarkan berlakunya hukum permintaan. Sesuai dengan aturan bersama,
bahwa sumbu vertikal menunjukkan harga, sementara sumbu horizontal
menunjukkan kuantitas. Garis menurun yang menghubungkan harga dan kuantitas
disebut kurva permintaan (demand curve).
permintaan pasar, yang merupakan jumlah dari seluruh permintaan individu terhadap
suatu barang atau jasa.
Tabel 2.1. menunjukkan permintaan roti cokelat untuk dua orang, Amir, dan
Ali. Pada tingkat harga berapa pun menunjukkan kepada kita, berapa roti cokelat
yang Amir dan Ali beli. Permintaan pasar pada tingkat harga adalah jumlah dari
kedua permintaan tersebut.
Tabel 2.1. Permintaan Roti Cokelat Individu dan Pasar
Kuantitas
Harga
Amir Ali Pasar
0 12 7 19
500 10 6 16
1000 8 5 13
1500 6 4 10
2000 4 3 7
2500 2 2 4
3000 0 1 1
Berdasarkan Tabel 2.1, dapat dibuat grafik permintaan pasar seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2.
P P P
3000 3000
3000
Permintaan Amir
Permintaan Ali Permintaan Pasar
2000 2000 2000
0 4 12 Q 0 3 7 Q 0 7 19 Q
Jumlah roti Cokelat Jumlah roti Cokelat Jumlah roti Cokelat
Kurva permintaan roti cokelat menunjukkan berapa banyak roti cokelat yang
dibeli orang pada harga tertentu, dengan asumsi semua faktor lain di luar harga tidak
berubah. Kurva permintaan tidak perlu selalu stabil sepanjang waktu. Apabila terjadi
sesuatu dan mengubah jumlah permintaan pada suatu harga, maka kurva permintaan
akan bergeser. Misalnya hasil penelitian ahli gizi menemukan bahwa seorang yang
memakan roti cokelat secara rutin akan hidup lebih sehat. Hasil temuan ini akan
mempengaruhi permintaan akan roti cokelat. Pembeli roti cokelat akan membeli roti
cokelat lebih banyak walaupun mungkin dengan harga yang lebih mahal, sehingga
kurva permintaan roti cokelat akan bergeser.
Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi permintaan; antara lain:
1. Harga barang itu sendiri (Px)
2. Harga barang terkait ( Py)
3. Pendapatan konsumen (I)
4. Selera (S)
5. Jumlah penduduk (Pop)
6. Harapan masa yang akan datang (Hd)
Persamaan fungsi permintaan dapat ditulis:
(Qd = F(Px, Py, I,S, Pop, Hd)
Misalkan bahwa harga roti selai turun, hukum permintaan mengatakan bahwa
kita akan membeli lebih banyak roti selai. Pada saat bersamaan, kita mungkin akan
membeli lebih sedikit roti cokelat. Ketika penurunan terjadi pada harga suatu barang,
mengurungi permintaan barang lain, maka kedua barang tersebut disebut barang
substitusi atau barang pengganti. Barang substitusi sering kali berupa pasangan-
pasangan yang digunakan sebagai pengganti satu sama lain. Seperti Roti cokelat dan
roti keju, sabun Lux dan sabun Nuvo.
32
Selanjutnya apabila harga kopi turun, maka menurut hukum permintaan, anda
akan membeli lebih banyak kopi, namun pada kasus ini anda akan lebih banyak
membeli roti, karena pada saat anda minum kopi anda terbiasa memakan roti secara
bersamaan. Apabila penurunan yang terjadi pada suatu harga barang mengakibatkan
peningkatan permintaan barang lain, maka kedua barang tersebut disebut barang
komplementer. Barang komplementer sering kali berupa pasangan-pasangan yang
saling melengkapi dan digunakan secara bersamaan. Misalnya Mobil dan bensin.
Pendapatan
Apabila pendapatan anda turun, apa yang akan terjadi terhadap permintaan
roti cokelat. Kemungkinan besar permintaan anda terhadap roti cokelat akan turun.
Dengan pendapatan yang lebih rendah berarti kita memiliki lebih sedikit uang untuk
dibelanjakan secara keseluruhan. Hal tersebut berarti anda akan mengurangi belanja
anda, dan pasti hampir pada semua jenis barang. Apabila permintaan suatu barang
berkurang ketika pendapatan anda berkurang, maka barang itu disebut barang normal
(normal good).
Akan tetapi tidak semua barang adalah barang normal, apabila permintaan
suatu barang meningkat pada saat pendapatan anda menurun, maka barang itu disebut
barang imperior. Misalnya, Angkot, pada saat pendapatan anda turun, anda mungkin
memilih tidak membeli mobil atau naik taxi, melainkan memilik naik Angkot.
Selera
Apabila anda menyukai makan roti cokelat, maka anda akan membeli roti
cokelat lebih banyak. Umumnya para pakar ekonomi tidak menjelaskan tentang selera
masyarakat, karena selera didasarkan atas kekuatan-kekuatan psikologis, dan historis
yang ranahnya di luar ilmu ekonomi. Tetapi para ekonom masih tetap menggali apa
yang terjadi ketika selera masyarakat mengalami perubahan.
33
Harapan
Harga Roti
Cokelat
Meningkat
Menurun
D2
D3 D1
Jumlah Penduduk
bergabung dengan Amir dan Ali, maka jumlah permintaan akan roti cokelat
meningkat pada setiap harga, dan kurva permintaan akan bergeser ke kanan.
Permintaan terhadap suatu barang dan jasa yang tidak disertai dengan
penawaran barang dan jasa tidak dapat mewujudkan transaksi di pasar. Permintaan
baru dapat dipenuhi apabila produsen atau penjual menyediakan barang-barang
maupun jasa yang diperlukan oleh konsumen tersebut. Jadi penawaran dapat diartikan
berbagai kuantitas suatu barang tertentu di mana seorang penjual bersedia
menawarkan barang atau jasanya pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus.
Banyak hal yang menentukan jumlah penawaran suatu barang, tetapi ketika
kita menganalisis bagaimana pasar bekerja, maka salah satu penentunya adalah harga
barang itu. Apabila harga roti cokelat naik pastilah menguntungkan bagi penjual,
sehingga jumlah barang yang ditawarkan juga naik. Penjual roti akan bekerja
sepanjang hari, membuat lebih banyak roti cokelat dan mempekerjakan lebih banyak
tenaga kerja. Akan tetapi pada saat harga roti cokelat turun, maka usahanya tentu
kurang menguntungkan, dan penjual memutuskan untuk mengurangi produksi roti
cokelatnya, pada saat semakin turun mungkin penjual akan memutuskan akan
menutup usahanya sehingga penjualan sama dengan nol. Oleh karena jumlah
penawaran meningkat seiring dengan naiknya harga, dapat dikatakan bahwa jumlah
penawaran berhubungan secara positif dengan tingkat harga. Hubungan antara harga
dan jumlah penawaran ini berlaku untuk kebanyakan jenis barang dalam
perekonomian, sehingga disebut sebagai hukum penawaran (The low of supply).
Apabila semua hal diasumsikan sama, ketika harga suatu barang meningkat, maka
jumlah yang ditawarkan akan ikut meningkat, sebaliknya ketika harga barang turun,
maka jumlah yang ditawarkan akan ikut menurun.
Tabel pada Gambar 2.3. menunjukkan jumlah penawaran seorang penjual
roti cokelat Halim pada berbagai tingkat harga. Pada saat harga Rp.500, Halim tidak
menawarkan satupun roti cokelat. Pada saat harga meningkat penawaran roti cokelat
Halim semakin banyak. Hal ini disebut skedul penawaran (supply schedule). Tabel
35
1000
500
0 2 4 6 8 10 Q
Gambar 2.4. Skedul Penawaran Halim dan Kurva Penawaran
Misalkan harga tepung turun, karena tepung adalah bahan baku utama untuk
memproduksi roti cokelat, turunnya harga tepung akan membuat penjualan roti
cokelat semakin menguntungkan. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah penawaran
roti cokelat. Pada harga berapapun penjual kini mau memproduksi lebih banyak roti
cokelat. Dengan demikian kurva penawaran akan bergeser ke kanan.
Harga Input
Teknologi
tenaga kerja. Jika mesin tersebut dapat mengurangi biaya produksi perusahaan, maka
penawaran roti cokelat akan meningkat.
Jumlah Penjual
Penawaran pasar akan jumlah roti cokelat tergantung pula pada seluruh faktor
yang mempengaruhi penawaran untuk masing-masing individu, seperti harga input,
teknologi yang digunakan, dan harapan. Sebagai tambahan penawaran pasar juga
tergantung pada jumlah penjual yang ada di pasar.
Harga Roti
Cokelat S3
S1
S2
Meningkat
Menurun
Harga
Roti
CoklaT
Penawaran
Permintaan
Jumlah keseimbangan
Pada keadaan keseimbangan tidak ada tekanan terhadap harga dan jumlah
untuk berubah lagi. Akan tetapi dalam kenyataan penawaran dan permintaan tidak
selalu berada dalam keseimbangan, dan beberapa pasar mungkin tidak akan cepat
mencapai keseimbangan apabila terjadi berubahan secara tiba-tiba. Walaupun
kecenderungan pasar biasanya mengarah pada keseimbangan. Untuk memahami
mengapa pasar mengarah pada keseimbangan dapat diperhatikan uraian berikut:
Perhatikan Gambar 2.7, misalkan penjual meminta harga Rp. 2500 untuk satu
biji roti cokelat, Harga ditetapkan berada di atas harga keseimbangan, maka produsen
akan berusaha menghasilkan dan menjual lebih banyak dari pada jumlah yang dibeli
konsumen. Pada harga ini konsumen hanya bersedia membeli sebanyak 800 biji,
sedang penjual mengharapkan dapat menjual sebanyak 1600 biji. Akibatnya terdapat
kelebihan penawaran (excess supply) sebesar 1200 biji. Pertanyaan yang muncul mau
di bawa ke mana berang tersebut? Dalam hal ini, terdapat dua jalan yang dapat
ditempuh. Pertama penjual dapat menurunkan harga jual menjadi Rp. 2000 per biji
42
agar pasar dapat dibersihkan. Kedua kelebihan barang tersebut dapat disimpan.
Apabila barang tersebut tidak cepat rusak, kemudian dijual pada hari penjualan
berikutnya, dengan harapan bahwa akan ada kenaikan harga. Namun perlu diingat
bahwa penyimpanan membutuhkan biaya, seperti biaya gudang, biaya penjaga,
penyusutan dan sebagainya.
Harga
Excess supply
Roti
CoklaT Penawaran
2500
1500
Permintaan
Excess demand
QD=QS
1500 – 0,25Px = 500 + 0,25Px
1500 – 500 = 0,5Px
1000
Px 2000
0.5
Jadi pada harga keseimbangan Rp. 2000 produk roti cokelat (X) akan
diperjualbelikan sebanyak 1000 biji.
Contoh Soal
Jawab;
1. Harga keseimbangan
QD=QS
10000 – 0,5P = 1000 + P
9000 = 1,5P
9000
P 6000
1.5
Jadi tiap konsumen akan menerima harga sebesar Rp. 6.000.000 per ton
2. Jumlah konsumsi susu cokelat per orang
Jumlah keseimbangan:
Qd = 10000 – 0,5P = 10000 – (0,5)6000 = 10000 – 3000 = 7.000 ton
7000
Jumlah konsumsi per orang adalah: 70 kg
100.000
Jadi jumlah konsumsi susu cokelat tiap konsumen sebesar 70 kg per
konsumen.
kita perlu menentukan apakah peristiwa tersebut menggeser kurva permintaan, kurva
penawaran, atau keduanya. Kedua kita akan memutuskan apakah pergeseran kurva itu
arahnya ke kanan atau ke kiri. Ketiga kita dapat menggunakan diagram permintaan
dan penawaran untuk membandingkan kondisi awal dan kondisi akhir titik
keseimbangan, yang menunjukkan bagaimana pergeseran itu mempengaruhi harga
keseimbangan dan jumlah keseimbangan.
Perubahan-perubahan karena faktor lain di luar harga produk itu sendiri yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran akan menimbulkan keseimbangan
perubahan. Pada dasarnya terdapat empat kemungkinan pergeseran kurva permintaan
dan penawaran; yaitu:
1. Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri)
2. Permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan)
3. Penawaran bertambah (kurva penawaran bergeser ke kenan)
4. Penawaran berkurang (kurva penawaran bergeser ke kiri)
meningkatkan harga keseimbangan dari Rp. 2000 menjadi Rp. 2.500 biji dan
meningkatkan jumlah keseimbangan dari 1000 menjadi 1500 biji. Jadi peningkatan
pendapatan dapat meningkatkan harga dan jumlah roti cokelat.
Harga
Roti Colat
S
Keseimbangan
2500 baru
2000 Keseimbangan
lama D2
D1
Kurva penawaran roti cokelat bergeser ke kanan, karena pada setiap harga
jumlah roti cokelat yang dijual oleh perusahaan menjadi bertambah. Gambar 2.9.
menunjukkan peningkatan kurva penawaran dari S1 ke S2. Gambar 2.9, juga
menunjukkan bahwa pergeseran kurva penawaran akan menurunkan harga
keseimbangan dari Rp. 2000 menjadi Rp. 1.500, dan meningkatkan jumlah
keseimbangan dari 1000 menjadi 1500 biji. Jadi dengan digunakan teknologi
produksi baru yang lebih efisien akan menurunkan harga, dan meningkatkan jumlah
roti cokelat yang dijual.
Harga roti
cokelat
Keseimbangan S1
lama
S2
2000
1500 Keseimbangan
baru
0
D1
membuat roti cokelat, yang dapat menekan biaya produksi mereka. Peningkatan
pendapatan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam membeli roti cokelat,
sementara penggunaan teknologi produksi yang membuat biaya produksi menjadi
lebih murah dan mendorong produsen untuk meningkatkan produksi.
Harga roti
cokelat S1
S2
Keseimbangan
lama
Keseimbangan
2100 baru
2000
D2
D1
Surplus Konsumen
Harga
A
100
S
SK
E
C
70
C
SP
10
B
25 50 75 100 Jumlah
Gambar 2.10. Surplus Konsumen dan Produsen
Surplus Produsen
akhirnya menerima harga buku tersebut sebesar Rp. 70.000 per buku. Jadi sisa Rp.
60.000 adalah merupakan surplus produsen. Seperti halnya dengan surplus
konsumen, apabila kita menjumlahkan seluruh surplus produsen yang menjual buku
Ekonomi Mikro, maka kita akan dapatkan surplus produsen secara keseluruhan
(agregat).
Untuk menghitung agregat surplus produsen dalam pasar, secara sederhana
kita temukan daerah di atas kurva penawaran pasar dan di bawah garis harga. Contoh
penjualan buku Ekonomi Mikro, yang pada prinsipnya dapat dilihat pada Gambar
2.11. Oleh karena jumlah buku yang terjual diukur dengan ratusan, maka dimisalkan
kurva penawaran pasar berbentuk garis lurus. Maka surplus produsen ditunjukkan
oleh daerah segi tiga BEC.
Gambar 2.10 menunjukkan bahwa surplus produsen adalah daerah yang
berada di atas garis penawaran dan di bawah garis harga, jadi surplus produsen adalah
daerah AEC. Besarnya surplus produsen dapat dihitung dengan menggunakan rumus
segi tiga yaitu, setengah kali alas kali tinggi. Dengan demikian surplus produsen
dapat dihitung: 0,5 x 50 x 60 = 1.500.
Pajak penjualan yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pada saat terjadi
penjualan suatu produk. Pajak penjualan dapat dalam bentuk persentase tertentu dari
penjualan atau suatu besaran tertentu dari yang dikenakan untuk setiap unit produk
yang dijual. Perlu diketahui bahwa dalam kenyataan tidak semua pajak penjualan
ditanggung oleh pembeli produk, melainkan sebagian ditanggung oleh penjual.
Dengan adanya pajak penjualan membuat harga jual produk menjadi lebih tinggi. Jadi
dengan adanya pajak akan berdamak pada keseimbangan pasar.
Sekarang mari kita lihat pajak yang dibebankan atas penjualan suatu produk.
Anggaplah bahwa pemerintah Indonesia mengeluarkan suatu undang-undang yang
mengharuskan penjual rokok untuk membayar Rp. 3000 kepada pemerintah per
bungkus rokok yang dijual. Apa pengaruh undang-undang ini terhadap keseimbangan
pasar rokok di Indonesia.
52
Harga
rokok S2
Keseimbangan
baru
3000 S1
11500
010000 Keseimbangan
lama
8500
Jawab:
1. Keseimbangan tercapai pada saat Qd = Qs
25000 + P = 5000 - P
2P = 20000
P = 10.000
Pada saat P = 10000
Qd = 25000 - 1(10000) = 25000 - 10000 = 15000
Qs = 5000 + 110000) = 5000 + 1000 = 15000
Pengaruh Subsidi
jumlah keseimbangan naik dari 2.500 kg menjadi 2.550 kg. Jadi subsidi yang
diberikan menambah penjualan besar 50 kg. Oleh karena harga pasar beras turun,
maka pembeli membeli Rp. 200 lebih rendah dari setiap kilo gram beras dibanding
sebelum diberikan subsidi. Demikian halnya penjual menerima harga yang lebih
rendah dibanding sebelum diberikan subsidi, tetapi harga efektif yang diterima petani
dari Rp. 6.000 menjadi Rp. 5.800 per kg. Dengan demikian pemberian subsidi
dinikmati oleh konsumen sebesar Rp. 200 per kg, sedang penjual juga menikmati
subsidi sebesar Rp. 200 per kg beras.
Harga
Beras S1
Keseimbangan
lama 400 S2
6000
5800 Keseimbangan
baru
5600
Jawab:
57
Keseimbangan baru
4000 - 0.25P = 1100 + 0,25P
2900 = 0.5 P
P = 5.800
Pada saat P = 5.800
Qd = 4000 – 0,25(5800) = 4.000 – 1.450 = 2.550 kg
Qs = 1100 + 0,25(5800) = 1100 + 1.450 = 2.550 kg
kemudian kita bandingkan keseimbangan awal dan akhir. Tambahan selain metode
grafik kita dapat juga menggunakan penyelesaian secara matematis.
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi titik keseimbangan. Kebijakan
pengenaan pajak penjual akan cenderung menaikkan harga dan menurunkan jumlah
keseimbangan. Sementara kebijakan subsidi cenderung menurunkan harga dan
meningkatkan jumlah keseimbangan.
Soal-Soal Bab 2
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan permintaan dan penawaran serta faktor-
faktor apa yang mempengaruhinya?
2. Jelaskan mengapa hukum permintaan dan penawaran didasarkan pada asumsi
ceteris paribus (faktor-faktor lain tidak berubah).
3. Jelaskan perbedaan antara tabel permintaan dan kurva permintaan.
4. Jelaskan perbedaan antara permintaan perorangan dan permintaan pasar.
5. Jelaskan mengapa kemiringan kurva permintaan berslope negatif, sementara
kemiringan kurva penawaran berslope positif.
6. Uraikan perbedaan antara pergerakan sepanjang kurva permintaan dan
pergeseran kurva permintaan.
7. Bagaimana cara mengetahui bahwa barang diproduksi merupakan barang
substitusi atau barang komplementer?
8. Misalkan apabila harga barang A naik, permintaan akan barang B meningkat,
namun permintaan terhadap barang C turun. Dalam kasus ini bagaimana
hubungan antara barang B dan C terhadap barang A.
9. Apa yang terjadi pada titik keseimbangan apabila kenaikan permintaan lebih
rendah dari pada kenaikan penawaran. Jelaskan dengan menggunakan grafik?
10. Apakah perubahan harga akan menyebabkan pergerakan sepanjang kurva
penawaran atau pergeseran kurva penawaran.
11. Apakah perubahan teknologi produksi akan menyebabkan pergerakan sepanjang
kurva penawaran atau pergeseran kurva penawaran.
60
12. Pergeseran kurva permintaan atau penawaran yang akan menghasilkan kejadian
seperti berikut (asumsikan bahwa hanya satu saja kurva yang bergeser).
a. Harga handphon dalam beberapa tahun terakhir turun, dan jumlah handphon
yang terjual meningkat.
b. Karena pendapatan masyarakat meningkat dalam beberapa tahun terakhir,
maka konsumsi dan harga pakaian ikut meningkat.
c. Karena musim libur kursi-kursi pesat terisi penuh, harga tiket pesawat
meningkat rata-rata 50 persen.
d. Hama wereng menyerang padi menyebabkan harga beras naik.
e. Nike menaikkan harga sepatunya karena harga kulit mengalami kenaikan.
13. Apa yang dimaksud dengan surplus produsen dan surplus konsumen? dan
bagaimana cara menghitung surplus produsen dan konsumen tersebut?
14. Misalkan barang A dan barang B merupakan barang substitusi antara satu dengan
lain. Apabila harga barang A turun apa yang terjadi terhadap permintaan barang
B. Jelaskan dengan menggunakan grafik?
15. Jelaskan dengan menggunakan grafik dampak pengenaan pajak kepada produsen
dan konsumen?
16. Jelaskan dengan menggunakan grafik dampak pemberian subsidi kepada
produsen dan konsumen
17. Harga karcis pertandingan Sepak Bola di Makassar ditentukan oleh permintaan
dan penawaran. Misalkan skedul permintaan dan penawaran adalah:
Harga Permintaan Penawaran
20.000 30.000 5.000
30.000 25.000 10.000
40.000 20.000 15.000
50.000 15.000 20.000
60.000 10.000 25.000
70.000 5.000 30.000
Berdasarkan data tersebut maka;
a. Gambarkan kurva permintaan dan penawaran?
b. Berapa harga dan jumlah keseimbangan karcis pertandingan itu?
61
18. Apabila diketahui fungsi permintaan adalah Qd = 30 - 4P, dan fungsi penawaran
adalah Qs = 10 + 2P, maka:
a. Buatlah tabel permintaan dan penawaran
b. Gambarkan kurva permintaan dan penawaran
c. Tentukan harga dan jumlah keseimbangan
d. Hitung surplus produsen dan konsumen
19. Apabila diketahui fungsi permintaan Qd = 1000 -10P dan fungsi penawaran
adalah Qs = 100 – 10P, maka:
a. Berapa harga dan jumlah keseimbangan?
b. Apabila barang tersebut dikenakan pajak sebesar Rp. 1 ribu per unit,
bagaimana pengaruh pajak terhadap harga dan jumlah keseimbangan?
c. Gambar kurva keseimbangan sebelum dan sesudah dikenakan pajak?
d. Andaikan sebaliknya produsen diberi subsidi sebesar Rp. 1 ribu per unit
bagaimana pengaruh subsidi terhadap harga dan jumlah keseimbangan?
e. Gambar kurva keseimbangan sebelum dan sesudah diberikan subsidi?
20. Beberapa tahun terakhir minat masyarakat terhadap HP Bleckbery terus
meningkat. Harga di pasaran untuk HP Bleckbery adalah Rp. 2, 5 juta dan tingkat
penjualan mencapai 5.000 unit. Apabila harga naik menjadi Rp. 3 juta, maka
jumlah HP Bleckbery turun menjadi 4.500 unit. Oleh karena ini merupakan
barang impor, maka pemerintah mengenakan pajak sebesar 500 ribu per unit,
akibatnya konsumen menanggung kenaikan harga sebesar 300 ribu.
Berdasarkan data tersebut diminta:
a. Hitung harga dan jumlah keseimbangan sebelum pajak?
b. Hitung harga dan jumlah keseimbangan sesudah pajak?
- Gambarkan grafik yang mencerminkan keseimbangan sebelum dan sesudah
pajak?
62
BAB III
ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN
Q1 - Q 0
Q0
Atau p
P1 - P0
P0
Contoh; Mani Market ABC kemarin menjual susu cap bendera dengan harga Rp.
5.000 per kaleng, jumlah susu yang terjual sebesar 4000 kaleng. Hari ini Mini Market
ABC menaikkan harga susunya menjadi Rp. 6.000 per kaleng, dan jumlah susu yang
terjual hari ini adalah 3000 kaleng.
Perhatikan bahwa nilai elastisitas 2 tidak sama dengan nilai elastistas 1.25. Pada
hal data yang digunakan adalah sama, hanya sudut pandang yang berbeda, yaitu
kenaikan harga dari Rp.5000 menjadi Rp. 6.000, dan penurunan harga dari Rp. 6000
ke Rp. 5000. Untuk menghindari masalah ini, maka para ekonom lebih memilih
menggunakan metode nilai titik tengah untuk menghitung elastistas.
Metode nilai tengah dalam menghitung elastistas dilakukan dengan membagi
perubahan dengan nilai tengah (rata-rata) awal dan akhir, atau dengan rumus:
65
Q1 - Q 0
(Q Q 0 ) / 2
Elastisita s Harga Permintaan ( p ) 1
P1 - P0
(P1 P0 )/2
Dengan menggunakan contoh. Mini Market ABC, maka elastisitas dengan nilai
tengah dapat pada saat harga naik dapat dihitung:
Sedang pada saat harga naik pada saat harga naik dapat dihitung
Pada kurva permintaan garis lurus, maka makin ke bawah elastistas makin
turun. Misalnya pada kurva perminatan Qd = 2000 - 2P. Pada garis lurus ini setiap
penurunan harga sebesar Rp. 100 selalu memberikan kenaikan kuantitas yang sama
yaitu sebesar 200 unit. Mendekati ujung atas dari kurva di mana harganya Rp. 900
dan kuantitas 200 unit, penurunan harga sebanyak Rp. 100 (dari Rp. 900 menjadi Rp.
800) hanya penurunan harga sebesar 11,11 persen, tetapi kenaikan jumlah 200 unit
merupakan kenaikan sebesar 100 persen. Jadi elastisitasnya adalah 18,87.
Pada saat harga Rp. 200 dengan kuantitas 1600 unit penurunan harga sebesar
Rp. 100 dari (Rp.200 menjadi Rp. 100), menghasilkan kenaikan permintaan yang
sebesar 200 unit. Dengan penurunan harga sebesar 100 persen, sementara kenaikan
kuantitas sebesar 12,5 persen, maka berarti elastisitasnya adalah 0,125.
Harga
1000
900
Ɛ=9
800
500 Ɛ=1
200
100 Ɛ=0,125
0 1000
200 400 1600 1800 2000 Jumlah
0 0
Gambar 4.1. Elastisitas sepanjang kurva permintaan
itu jumlah produk yang diminta bergerak lebih besar dibanding dengan pergerakan
harga. Permintaan dikatakan inelastis apabila elastistas kurang dari 1 (Ɛ<1), jumlah
pergerakan produk yang diminta lebih kecil secara proporsional dibanding dengan
pergerakan harga. Apabila elastistas sama dengan 1 (Ɛ<1), maka jumlah pergerakan
sama dengan besarnya harga dan permintaan ini disebut memiliki elastisitas uniter.
Gambar (e) menunjukkan kurva permintaan yang elastis uniter (Ɛ = 1). Dalam
kasus semacam ini proporsi perubahan jumlah yang diminta sama dengan proporsi
perubahan harga (umumnya dalam arah yang berlawanan), sehingga bagi mutlak hasil
kedua nilai tersebut adalah sama.
Harga
Harga
Permintaan
Permintaan
Harga
Harga
Permintaan
Permintaan
Harga
Permintaan
Pada dasarnya jumlah uang yang dibayar oleh pembeli sama dengan jumlah
uang yang diterima oleh penjual. Dalam pasar manapun pendapatan total adalah
jumlah produk kali harga (P x Q). Pertanyaan yang muncul bagaimana pengeluaran
total bereaksi ketika harga suatu produk berubah? Ternyata bahwa respon total
pengeluaran tergantung pada elastisitas harga permintaan.
Karena harga dan kuantitas bergerak dengan arah yang berlawanan, satu turun
sementara yang lain naik, maka perubahan dalam total pengeluaran tampak
mempunyai arti ganda. Akan tetapi mudah melihat, bahwa arah perubahan dalam
total pengeluaran tergantung pada perubahan persentase pada kedua variabel harga
dan kuantitas. Apabila persentase perubahan harga melebihi persentase perubahan
dalam kuantitas, maka ini merupakan kasus dengan elastisitas kurang dari 1
(inelastis). Sebaliknya apabila perubahan harga kurang dari kuantitas yang diminta,
maka perubahan kuantitas akan mendominasi, serta pengeluaran total akan berubah
dalam arah yang sama ketika kuantitas berubah (yaitu ke arah berlawanan dengan
perubahan harga) Apabila persentase perubahan kedua variabel sama, maka total
pengeluaran tidak berubah (kasus elastis uniter).
Tabel 3.1. menunjukkan hubungan antara total pengeluaran dengan elastisitas
permintaan. Ketika harga turun sepanjang kurva permintaan linear, maka total
pengeluaran lebih dahulu naik dan kemudian turun. Sepanjang harga lebih besar dari
Rp. 400, elastisitas lebih besar dari 1. Akibatnya persentase penurunan harga lebih
kecil dari persentase kenaikan jumlah, karena itu total pengeluaran naik.
Sepanjang harga lebih kecil dari Rp. 400, maka elastisitas kurang dari 1,
akibatnya persentase penurunan harga lebih besar dari pada kenaikan kuantitas,
sehingga total pengeluaran turun.
70
% perubahan % perubahan
harga jumlah Pengeluaran
harga Jumlah Elatisitas
produk yang tidak memiliki produk substitusi terdekat memiliki permintaan yang
inelastis.
Jangka Waktu
Secara umum produk kebutuhan pokok memiliki permintaan yang tidak elastis,
sebaliknya produk-produk yang non kebutuhan pokok dan menunjukkan kemewahan
lebih elastis. Ketikan harga beras naik, orang tidak akan secara dramatis mengubah
konsumsi berasnya. Sebaliknya ketika harga mobil naik, maka jumlah permintaan
akan mobil turun lebih besar. Tentu saja perlu dilihat bahwa apakah suatu produk
merupakan kebutuhan atau kemewahan. Kebutuhan dan kemewahan tidak tergantung
pada sifat barang tersebut, melainkan pada pilihan pembeli. Bagi pengusaha
transportasi darat mobil mungkin merupakan sebuah kebutuhan dengan permintaan
yang elastis.
Q2 Q1
Q1
atau I
I2 I2
I1
Contoh Amin tahun lalu memiliki pendapatan Rp. 2 juta per bulan dan mengkonsumsi
daging 5 kg per bulan, saat ini Amir memiliki pendapatan Rp. 5 juta dan mengkonsumsi
daging 10 kg per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka elastistas permintaan daging atas
pendapatan Amir dapat dihitung:
10 5
1
εI 5 0,67
5 2 1,5
2
Jadi elastisitas permintaan daging adalah 0,67 (positif) jadi daging merupakan barang
normal.
pendapatan. Gambar 4.2. memperlihatkan tiga pola yang berbeda terhadap elastisitas
permintaan atas pendapatan. Barang normal mempunyai kurva yang menaik, sedang barang
imperior menurun. Barang dengan pola (a) merupakan ciri has barang normal yang
berupakan kebutuhan pokok. Barang ini dibeli pada semua tingkat pendapatan, di mana
sebagian dari pendapatan konsumen dibelanjakan untuk barang ini walau proporsinya
menurun. Pola (b) merupakan barang mewah yang bersiat elastis terhadap pendapatan setelah
I1, dan Pola (c) adalah tergolong barang kebutuhan pokok untuk golongan konsumen yang
berpendapatan rendah, dan menjadi barang imperior setelah pendapatan mencapai I2.
Kuantitas yang
Kuantitas yang
Kuantitas yang
Diminta
Diminta
Diminta
0 0 I1 0 I2
Pendapatan Pendapatan Pendapatan
(a) Barang normal terhadap (b) Barang normal terhadap (c) Barang inferior
pendapatan bersifat pendapatan bersifat setelah I2
inelastis elastis
Gambar 4.3. Kurva Konsumsi dan Pendapatan untuk Produk yang Berbeda
Kita telah membicarakan pada bab permintaan dan penawaran bahwa perubahan harga
suatu jenis barang akan mempengaruhi kuantitas permintaan barang-barang lainnya. Untuk
mengukur efek dari perubahan tersebut, para ekonom menggunakan Elastistas harga silang
dari permintaan (cross price elasticity of demand). Elastistas harga silang dari permintaan
dapat dihitung dengan cara membagi prosentase perubahan jumlah yang diminta terhadap
suatu barang (X) terhadap persentase perubahan harga barang lain (Y), atau dengan rumus:
74
Q x 2 Q x1
Q x1
atau I
Py 2 Py1
Py1
Apabila harga barang-barang ini saling bersubstitusi, alastisitas harga silang dari
permintaan akan positif pada saat harga suatu barang dan kuantitas permintaan barang lain
bergerak dengan arah yang sama. Misalnya elastisitas harga silang untuk perubahan harga teh
pada kuantitas permintaan kopi. Contoh pada bulan lalu harga teh per bungkus Rp. 1800, dan
permintaan akan kopi 50 kg. Pada bulan sekarang harga teh naik menjadi Rp. 2000 per
bungkus, sementara permintaan kopi naik menjadi 70 kg. Berdasarkan data tersebut, maka
elastisitas silang kopi dengan teh dapat dihitung:
70 50
50 0.4
xy 0.4
2000 1000 1
1000
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa elastistas silang kopi adalah 0.4, artinya apabila
harga teh naik 1 persen, maka permintaan akan kopi naik 0.4 persen. Dengan demikian kopi
dengan teh adalah barang substitusi. Artinya kenaikan harga teh menyebabkan peningkatkan
permintaan akan kopi, dan sebaliknya penurunan harga teh akan menyebabkan permintaan
akan kopi turun.
Apabila dua barang saling melengkapi (komplementer), maka elastisitas harga silang
dari permintaan akan negatif yang menunjukkan bahwa harga suatu barang dan kuantitas
barang lain bergerak pada arah yang sama. Misalnya elastistas harga silang untuk perubahan
harga roti pada kuantitas permintaan kopi. Contoh pada bulan lalu harga roti per bungkus
Rp. 2000, dan permintaan akan kopi 50 kg. Pada bulan sekarang harga roti naik menjadi Rp.
2500 per bungkus, sementara permintaan kopi turun menjadi 40 kg. Berdasarkan data
tersebut, maka elastisitas silang kopi dengan roti dapat dihitung:
40 50
50 - 0.2
xy - 0.8
2500 2000 0.25
2000
75
Dengan demikian elastistas silang kopi dengan roti adalah 0.8, artinya apabila harga
roti naik 1 persen, maka permintaan akan kopi turun 0.8 persen. Jadi kopi dengan roti adalah
barang komplementer. Arinya kenaikan harga roti menyebabkan penurunan permintaan akan
kopi, dan sebaliknya penurunan harga roti akan menyebabkan permintaan akan kopi naik.
Apabila roti menjadi mahal orang biasanya kurang menarik untuk minum kopi, karena
umumnya orang mengkonsumsi roti sambil minum kopi. Penurunan harga roti akan
meningkatkan permintaan kopi, karena pada kasus ini orang akan memilih mengkonsumsi
lebih banyak pada kedua produk yang saling komplementer.
Contoh Soal:
Diketahui fungsi permintaan konsumen untuk beras adalah Qb= 0.02I + 0.6Pj – 0.4Pb
Konsumsi beras saat ini adalah Qb = 1000 ton, elastistas pendapatan ( I)=2,
elastistas silang terhadap jagung ( c) 0.5. Tentukan: (1) Tingkat pendapatan, (2)
Harga Jagung (3) harga jagung?
Penyelesaian
Qb = 0.02I + 0.6Pj – 0.4Pb
Qb = 1000
i =2
c = 0.5
(1) Menghitung tingkat pendapatan
Qb I I
I 2 0.2 10.000
I Qb 1000
Qj Pj Pj
c 0.5 0.6 833,33
Pj Qj 1000
76
Q2 Q1
Q1
atau s
P2 P1
P1
77
Q2 Q1
(Q Q2 ) / 2
s 1
P2 P1
( P1 P2 ) / 2
Oleh karena elastisitas harga penawaran mengukur seberapa besar respon jumlah
ditawarkan terhadap harga, maka hal perlu digambarkan dalam bentuk kurva penawaran.
Gambar 3.4. Menunjukkan lima bentuk kurva penawaran. Dalam kasus ekstrim
elatisitas harga penawaran sama dengan nol seperti terlihat pada gambar (a) penawaran
adalah inelastis sempurna (elastistas sama dengan nol) dan kurva penawaran adalah vertikal.
Dalam kasus ini dalam jumlah yang ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan
harga dan elastisitas penawarannya sama dengan nol. Pada kasus ekstrim yang berlawanan
ditunjukkan pada gambar (b) penawaran adalah elastis sempurna, karena ini elastisitas
penawaran terhadap harga barang adalah tidak terhingga, dan kurva penawaran menjadi
horisontal.
Gambar (c) menunjukkan kurva penawaran yang elastis (Ɛ > 1). Dalam kasus
semacam ini proporsi perubahan jumlah yang ditawarkan lebih besar dibanding
proporsi perubahan harga (umumnya pada arah yang sama), sehingga bagi mutlak
hasil kedua nilai tersebut adalah lebih besar dari 1.
Gambar (d) menunjukkan kurva penawaran yang inelastis (Ɛ < 1). Dalam kasus
semacam ini proporsi perubahan jumlah yang ditawarkan lebih kecil dibanding
proporsi perubahan harga (umumnya pada arah yang sama), sehingga bagi mutlak
hasil kedua nilai tersebut adalah lebih kecil dari 1.
Gambar (e) menunjukkan kurva penawaran yang elastis uniter (Ɛ = 1). Dalam
kasus semacam ini proporsi perubahan perubahan jumlah yang tawarkan sama
dengan proporsi perubahan harga (umumnya padam arah yang sama), sehingga bagi
mutlak hasil kedua nilai tersebut adalah sama.
78
Harga
Harga
Penawaran
Penawaran
Harga
Harga
Penawaran
Penawaran
Harga
Penawaran
Pada dasarnya terdapat dua faktor yang sangat penting dalam menentukan
elastisitas penawaran, yaitu sifat dari biaya produksi dan jangka waktu di mana
penawaran tersebut dianalisis.
Contoh Soal:
80
Jawab:
Q P Q
d -4
P Q P
100
d -4 - 0,25
1600
Q P Q
s 6
P Q P
100
s 6 0,375
1600
P P
d -4 -1 - 4
Q Q
4P = Q P = 0.25Q
Qd = 2000 –4P
81
Qd = 2000 – 4(0.25Q)
Qd = 2000 – Q
2.4. Pertanyaan-Pertanyaan
BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Ketika kita masuk ke sebuah super maket, kita akan menemukan ribuan jenis
barang yang dapat anda beli. Tentu saja karena pendapatan terbatas, kita tidak dapat
membeli semua barang yang diinginkan. Oleh sebab itu kita harus mempertimbangkan
harga berbagai barang yang ada, dan membeli sesuai dengan jumlah pendapatan yang
dimiliki dalam upaya untuk memaksimumkan kepuasannya.
Pertanyaan yang muncul bagaimana mengukur kepuasan individu/
konsumen. Para ekonom merumuskan model preferensi individu dengan
menggunakan konsep kepuasan (utility), yang menunjukkan kepuasan yang diterima
oleh seseorang akibat keputusan dalam aktivitas ekonomi yang dibuatnya.
Untuk mengukur kepuasan individu dapat digunakan dua pendekatan yakni: (1)
Pendekatan marginal utility (kardinal) dan (2) Pendekatan indifference curve
(ordinal).
Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh
konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti rupiah,
jumlah, unit atau buah dan lain-lain. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi
maka semakin tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai
kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan.
Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.
Berikut ini adalah perbedaan antara kepuasan total dan kepuasan marginal (tambahan)
yang diperoleh konsumen saat mengkonsumsi apel yang disajikan lewat contoh numerik
Tabel 4.1 dan gambar 4.1.
TU MU
TU
MU
Q Q
Gambar 4.1. Total Utiliy dan Marginan Utility
Pertanyaan yang muncul bahwa apakah kepuasan dapat dihitung secara pasti,
jawabannya tentu tidak. Oleh karena itu metode kardinal dewasa ini sudah tidak
umum lagi digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen dalam ilmu ekonomi
modern dewasa ini.
Asumsi Utility
Lebih Banyak Lebih Baik (more is better). Dalam hal ini seseorang lebih
menyukai barang yang lebih banyak dari pada sedikit. Pada dasarnya untuk barang
88
normal, lebih banyak barang berarti lebih bermanfaat, meskipun tambahan manfaat
semakin kecil. Asumsi ini mengabaikan barang jelek seperti polusi udara, sampah, dan
lainnya yang tentunya tidak diinginkan oleh konsumen.
Asumsi tentang preferensi, kita memahami bahwa seorang konsumen selalu dapat
menyatakan preferensinya pada satu keranjang barang dibanding dengan keranjang barang
yang lain. Informasi tersebut selanjutnya digunakan untuk membuat peringkat semua
kemungkinan pilihan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Untuk
menggambarkannya, kita berasumsi bahwa hanya ada dua barang yaitu makanan dan
pakaian. Dalam ini ini keranjang barang yang ada adalah kombinasi pangan dan sandang
yang mungkin akan dikonsumsi seseorang.
Titik yang berada pada sebelah atas atau kanan kurva U1 menunjukkan tingkat
kepuasan yang lebih tinggi dan lebih disukai oleh karena dari pada titik-titik di
89
sepanjang garis U1. Titik E dengan 4 pakaian dan 5 makanan, lebih disukai dari pada
titik C karena memberikan jumlah yang lebih banyak pada dua barang tersebut.
Dengan asumsi transitivitas menunjukkan dengan tepat bahwa kombinasi pada titik E
juga akan lebih disukai dari pada kombinasi pada titik A, B, D, dan kombinasi lain
yang ada di sepanjang garis U1.
Pakain
6 A
■
B E
G■ ■
4
3
■ D
2 ■ ■
F U1
C
0 2 3 5 6 Makanan
■
kepuasan yang lebih rendah, Titik F menawarkan jumlah kedua barang tersebut lebih
rendah dari pada titik C. Jadi F juga lebih tidak disukai dibanding titik A, B, D dan
titik lain yang ada di sepanjang garis U1.
Kurva indeferen tidak saling berpotongan. Untuk mengetahui mengapa
demikian, kita misalkan ada kurva indeferen yang saling berpotongan, seperti pada
gambar 4.3. Karena A berapa pada kurva indiferen yang sama dengan C (U1), maka
kedua titik akan sama-sama memberi kepuasan yang sama kepada konsumen. Akan
tetapi karena A berada pada kurva indiferen yang sama dengan B(U1), maka kedua
titik ini juga memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen. Dengan demikian
maka kita akan mengatakan bahwa B dan C memberikan kepuasan yang sama kepada
konsumen, walaupun titik B jumlah barang lebih banyak dari C. Hal ini bertentangan
dengan asumsi bahwa konsumen menyukai mengkonsumsi barang lebih banyak.
Karena itu kurva indeferen tidak bolong saling berpotongan.
Pakaian
AA
B
● U2
●
C C U1 U1
● Makanan
Gambar 4.3. Kurva Indiferen tidak Boleh Berpotongan
91
Pakain
40
30
20
U3
10 U2
U1
0 10 20 30 40 Makanan
Preferensi individu untuk semua kombinasi makanan dan sandang dapat digambarkan
dengan grafik yang disebut Peta indiferen (indifference map). Setiap kurva indiferen pada
92
Apa yang terjadi apabila individu berpindah dari titik A (6 pakaian dan 2 makanan) ke
titik B (4 pakaian dan 3 makanan) pada Gambar 4.2, individu tetap akan memperoleh
kepuasan yang sama. Apabila kedua kelompok produk tersebut tetap berada pada kurva
indifferen yang sama. Individu dengan sukarela menyerahkan dua pakaian yang
dikonsumsinya pada titik A untuk ditukar dengan satu tambahan makanan. Slop kurva U1
2
antara titik A dan titik B dihitung 2 , berarti jumlah pakaian turun 2 unit sebagai
1
akibat dari kenaikan 1 unit makanan. Kita sebut dilai mutlak dari slop ini dengan Tingkat
Subistusi Marginal (Marginal Rate Of Substitution (MRS)). Jadi kita dapat mengatakan
bahwa MRS pakaian dengan makan dari titik A ke titik B adalah 2. Perubahan kombinasi dari
A ke B menunjukkan kemiringan (slope) kurvanya; sehingga:
TU
Y
X
MU X
X TU MU Y
Y
pertama dari A ke B, dua pakaian diserahkan untuk mendapatkan satu tambahan makanan
(MRS adalah 2). Pertukaran kedua dari B ke C, dengan menyerahkan satu pakaian untuk
mendapatkan 1 makanan (MRS turun menjadi 1), mencerminkan bertambahnya
keengganan menyerahkan pakaian untuk mendapatkan makanan. Pertukaran ketiga dari C
ke D, individu rela memberikan satu pakaian untuk mendapatkan dua makanan, pada
pertukaran ini MRS turun menjadi setelah (½), yang menunjukkan penurunan lebih lanjut
pada MRS dibanding pertukaran sebelumnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari
penurunan MRS didasarkan pada pertimbangan bahwa individu akan memilih konsumsi
kelompok barang yang seimbang dari pada yang tidak seimbang
Sebelum membahas lebih jauh tentang kurva indifferen, maka terlebih dahulu
digambarkan beberapa kurva indifferen untuk menunjukkan jenis preferensi khusus seperti
terlihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5(b), menunjukkan kurva indifferen untuk pilihan antara makanan dan
polusi udara, dengan asumsi konsumsi makanan konstan, maka kepuasan akan turun ketika
jumlah polusi meningkat. Karena tambahan polusi udara mempengaruhi kepuasan, maka
individu mungkin akan bersedia untuk menyerahkan beberapa makanan, dan membeli alat
pembersih polusi udara dalam upaya untuk mengurangi polusi yang masuk dalam rumah.
Hari Polusi
U1 U2 U3
Cerah
U1
U2
U3
94
95
Gambar 4.5(c) menunjukkan kurva indifferen untuk pilihan antara sabun mandi merek
lux dan sabun mandi merek nuvo. Kita berasumsi bahwa individu mengabaikan pengaruh
iklan yang ada pada TV. Maka individu selalu rela menukarkan 1 buah sabun nuvo dengan 1
buah sabun lux. MRS sepanjang sepanjang kurva indifferen adalah 1. Oleh karena indifferen
dalam bentuk garis lurus pada gambar 4.5(c) mencerminkan substitusi sempurna di antara
dua merek sabun itu.
Gambar 4.5(d) menunjukkan kurva indifferen untuk pilihan antara Gula Pasir dengan
Teh. Gambar tersebut menunjukkan suatu situasi di mana dua barang dikonsumsi secara
bersama-sama. Individu tidak nikmat rasanya minum teh kalau tidak diberi gula. Jika
misalnya individu memiliki 10 bungkus teh, maka ia membutuhkan 10 sendok gula pasir.
Tidak akan bertambah kepuasan seseorang apabila ia memiliki tambahan 5 bungkus teh,
tanpa tambahan gula pasir 5 sendok.
pangan dan jumlah pangan yang dibeli), sementara Y.Py (harga barang lainnya dan jumlah
barang lainnya yang dibeli).
Garis anggaran menunjukkan semua kombinasi dari barang X dan brang Y di mana
total uang yang dibelanjakan sama dengan pendapatannya. Oleh karena kita hanya
membahas dua macam barang, di mana Yuli akan membelanjakan semua pendapatannya
untuk pangan dan lainnya (mengabaikan kemungkinan untuk menabung), maka kombinasi
pangan dan lainnya yang dapat dibeli, terletak pada Garis:
I = X.Py + Y.Py
Misalkan Yuli mempunyai pendapatan Rp. 6 juta per bulan, harga pangan adalah Rp.
10.000, sementara harga lainnya adalah Rp. 20.000. Maka tabel 4.1. menunjukkan berbagai
kombinasi pangan dan lainnya yang dapat dibeli setiap bulan dengan pendapatan Rp. 6 juta.
Misalkan seluruh anggarannya dihabiskan untuk membeli pangan, maka paling banyak ia
dapat membeli 600 unit pangan (dengan harga Rp. 10.000 per unit), seperti terlihat pada
titik A. Seandainya ia menghabiskan untuk seluruh unit barang lainnya, maka ia dapat
membeli sebesar 300 unit lainnya (dengan harga Rp. 10.000 per unit),seperti terlihat pada
titik D. Titik B dan C menunjukkan dua cara tambahan bagaimana penghasilan Yuli sebesar
Rp. 6 juta dapat dibelanjakan untuk pangan dan lainnya.
Gambar 4.6. menunjukkan bahwa kombinasi makanan (X) dan lainnya (Y),
yang dibeli individu ditunjukkan oleh segi tiga OAD. Dengan asumsi bahwa individu
lebih suka lebih banyak barang dari pada sedikit, maka batas luar segi tiga ini
merupakan kendala yang relevan menunjukkan seluruh pendapatan yang tersedia
97
untuk dibelanjakan pada barang X dan Y. Slope dari batas anggaran yang berbentuk
segi tiga ini ditentukan oleh –Px/Py, dalam hal ini -100/200 = -1/2.
Kemiringan garis anggaran –Px/Py adalah perbandingan negatif dari harga dua
jenis barang. Besarnya kemiringan menunjukkan tingkat di mana kedua barang dapat
dipertukarkan satu sama lain, tanpa mengubah jumlah uang yang harus dibelanjakan.
Y
Lainnya
C
200
Dapat
■
B
100 diperoleh
■ A
Maksimisasi Utilitas
Pakaian
(Y)
50 A
D Anggaran
40
B U3
30
20 ■ U2
99
Terlihat bahwa ketiga gambar yang pada Gambar 4.8, kendala anggaran untuk
100
setiap individu adalah sama. Lia pada panel (a) jelas lebih menyukai membelanjakan
pendapatannya untuk membeli lebih banyak roti dari pada coca-cola. Sementara Nia
pada sisi lain (panel b), memilih untuk mendapatkan lebih banyak coca-cola dari pada
roti. Selanjutnya Mia (panel c) menginginkan coca-cola secara keseluruhan. Mereka
bertiga memperoleh kepuasan tertinggi dengan pilihan yang berbeda. Mia misalnya
menghabiskan belanjanya untuk coca-cola, meskipun pada waktu tertrntu ia juga
menginginkan roti, tetapi saat itu ia begitu haus dan ingin meminum coca-cola,
sehingga biaya kesempatan untuk menukarkan coca-cola dengan roti menjadi terlalu
tinggi.
Roti Roti
Pendapatan
Pendapatan
U1 U2 U3
U3
10
8 U2 10
U1
4 20 20
(b) Nia Coca Cola
(a) Lia Coca Cola
Roti
U3
U1 U2
10 Pendapatan
12 20
(c) Mia Coca Cola
101
ICC
E3
Y3 E2
Y2 E1
Y1 U3
U2
U1
BL1 BL2 BL3
X1 X2 X3 X
Telah diuraikan sebelumnya bahwa perubahan harga satu dari dua barang yang
berstatus substitusi, akan mengubah kemiringan garis anggaran. Misalkan dua buah
barang X dan Y yang saling bersubstitusi. Pada harga barang Y tertentu, untuk
perubahan harga X yang mungkin, terdapat sebuah posisi konsumsi ekuilibrium bagi
individu yang bersangkutan. Dengan menghubungkan posisi-posisi ekuilibrium
tersebut, dapat ditarik sebuah garis yang disebut garis harga konsumsi (price
konsumption kurve; PCC), seperti terlihat pada Gambar 4.10.
Perhatikan bahwa garis harga konsumsi menggambarkan bagaimana pembelian
oleh individu bereaksi terhadap perubahan harga pada suatu barang (X), dengan
pendapatan tetap dan harang barang lainnya tetap (Y). Penurunan harga X dengan
asumsi harga barang Y dan pendapatan tetap, memutar garis anggaran dari ab ke ac
dan dari ac ke ad. Posisi keseimbangan pindah dari E1 ke E2 dan dari E2 ke E3.
Dengan menghubungkan titik keseimbangan ini, maka ditarik sebuah garis harga
konsumsi (price konsumption kurve; PCC),
Y
a
E1
Y1
E3
Y2 E2 E2 E3
Y3 E1 PCC
U3
U1 U2
BL2 BL3
BL1
X1 X2 b X3 c d X
Y1 E1
E3
Y2 E2 E2 E3
Y3 E1 PCC
I U3
U1 U2
BL1 BL2 BL3
X1 X2 X3 X
P1 A
104
Gambar 4.11. menunjukkan bahwa setiap titik pada garis harga konsumsi
berhubungan dengan harga barang dan jumlah yang diminta dari barang tersebut. Hal
tersebut merupakan informasi untuk membentuk kurva permintaan. Pada bagian
pertama misalkan individu memiliki pendapatan sebesar Rp. 1 000.000,- dan
menghadapi kemungkinan harga makanan Rp. 20.000; kemudian Rp. 15.000; dan Rp.
10.000 per unit, serta memilih posisi E1, E2, dan E3 pada masing-masing harga
makanan, informasi pada masing-masing unit yang diminta pada masing-masing
harga kemudian digambarkan bada bagian kedua, untuk menghasilkan permintaan
rumah tangga. Tiga titik yaitu A, B, dan C sesuai dengan posisi keseimbangan E1 E2,
dan E3 pada bagian I.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana jika bukan harga yang berubah, melainkan
pendapatan? Telah kita uraikan sebelumnya bahwa permintaan akan bergeser ke
kanan atau ke kiri, tergantung dari pendapatan apakah naik atau turun. Naiknya
tingkat pendapatan individu akan menggeser kurva anggaran dari BL1 ke BL2, dan
dari BL2 ke BL3. Perubahan garis anggaran terbut ditunjukkan pada Gambar 4.12.
Selanjutnya keseimbangan konsumen bergeser dari titik A ke titik B dan dari titik B
ke titik C. Apabila titik A, B dan C, dihubungkan dengan satu garis, maka hasil yang
diperoleh disebut garis pendapatan konsumsi (income consumption vurve; ICC)
yang menunjukkan keseimbangan konsumen padan saat pendapatan meningkat,
105
ICC
E3
Y3 E2
Y2 E1
Y1 U3
I U2
U1
BL1 BL2 BL3
0 X1 X2 X3 X
II
D2 D3
D1
0 X1 X2 X3 X
Pendapatan
6 Kurva Engel
4 ■
(I) 2
0 Makanan
Pendapatan
6 ■
Imperior
(II) Normal
2
107
uang untuk membeli barang tambahan. Perubahan permintaan akibat dari perubahan
daya beli riil ini disebut efek pendapatan (income efect)
Efek substitusi dan efek pendapatan tersebut terjadi secara bersamaan, akan
tetapi dalam analisis, sangat bermanfaat apabila kita bedakan kedua peristiwa
tersebut. Dalam pembahasan ini barang dibagi dalam tiga jenis yaitu barang normal,
barang, imperior dan, barang giffen.
Barang Normal
Mari kita perhatikan apa yang terjadi apabila harga makanan jatuh sementara
harga barang lainnya tetap. Dengan asumsi bahwa barang makanan dan barang
lainnya adalah barang normal. Apabila harga makanan turun sementara harga barang
lainnya tetap, maka garis anggaran bergeser keluar dari PQ ke PR. Konsumen
sekarang memilih titik C pada kurva indifieren U2 untuk memaksimumkan
utilitasnya. Dengan demikian penurunan harga pangan memberi peluang kepada
konsumen untuk meningkatkan tingkat kepuasannya dari U1 ke U2. Jadi penurunan
harga makanan menaikkan daya beli konsumen.
Y
P
S
E3
E2 C
Y3
E1 A
Y2 U2
B
Y1
U1 RP
X1 X2 Q X3 T X
Efek Efek
Substitusi Pendapatan
Efek Total
Dengan turunnya harga pangan menimbulkan dua efek yaitu efek substitusi dan
efek pendapatan. Efek substitusi adalah perubahan kuantitas konsumsi makanan
disebabkan karena perubahan harga makanan, dengan berpegang pada tingkat utilitas
yang konstan. Efek substitusi meliputi perubahan dalam konsumsi pangan yang
terjadi akibat perubahan yang membuat harga pangan menjadi lebih murah dari pada
barang lainnya. Pada Gambar 4.14. efek substitusi dapat diperoleh dengan
menggambarkan garis anggaran sejajar dengan garis anggaran PR. Garis anggaran
baru yang mencerminkan harga relatif pangan yang lebih murah yang bersingungan
dengan kurva indifferen U1 (untuk menjaga agar tingkat kepuasan konstan). Garis
anggaran yang baru mencerminkan bahwa pendapatan nominal dikurangi untuk
mencapai tujuan konsep kita yaitu membedakan efek substitusi. Dengan garis
anggaran ini konsumen memilih titik B dan mengkonsumsi pangan sebesar OX2 unit
pangan. Jadi segmen pasar X1X2 merupakan efek substitusi. Jadi Gambar 4.14
menunjukkan bahwa apabila harga makanan turun dengan asumsi bahwa makanan
adalah barang normal, efek substitusi menunjukkan peningkatan konsumsi makanan
Selanjutnya efek pendapatan yaitu perubahan konsumsi pangan yang
disebabkan oleh meningkatnya daya beli, dengan harga yang relatif konstan. Gambar
4.14. efek pendapatan dapat dilihat pada garis anggaran yang dibuat dan melewati
titik B menuju garis anggaran yang paralel PR, yang melewati C. Konsumen memilih
titik C pada kurva indifferen U2, karena harga pangan yang lebih rendah menaikkan
tingkat kepuasan konsumen. Peningkatan konsumsi pangan dari X2 ke X3 adalah
ukuran dari efek pendapatan. Karena makanan adalah barang normal maka efek
pendapatan membuat permintaan akan makanan naik. Oleh karena gerakan yang ada,
mencerminkan gerakan dari kurva indifferen 1 ke indifferen yang lain. Jadi efek
pendapatan pada dasarnya adalah mengukur perubahan daya beli konsumen.
110
Gambar 4.14 juga menunjukkan tentang efek total atas perubahan harga dari
makanan. Efek total pada dasarnya adalah penjumlahan dari efek substitusi dan efek
pendapatan.
Efek Total = Efek substitusi + efek pendapatan
Barang Inferior
Y
P
C
S
A E3
E2 U2
E1
B
U1
0 X1 X2 X3 Q T R X
Efek Efek
Substitusi Pendapatan
Efek Total
Gambar 4.15 menunjukkan bahwa pada awalnya konsumen pada pada titik A
pada garis anggaran PQ. Dengan turunnya barang X, maka konsumen bergerak pada
menuju titik C. Hasil perubahan pada pembelian barang X dapat dibagi menjadi efek
substitusi X1 ke X3 yang ditandai dari pergerakan dari titik A ke titik B, dan efek
pendapatan X3 ke X2 yang ditandai dengan pergerakan dari titik B ke titik C. Jadi
barang X adalah barang inferior karena efek pendapatan adalah nefetif dalam kasus
ini. Perlu diperhatikan bahwa turunnya harga barang X tetap meningkatkan
permintaan atas barang X tersebut, ditandai dengan efek total positif yaitu X1 ke X2.
Barang Gifen
P
C
S U2
E3
E2
A
E1
B
U1
X1 X2 X3 Q T R X
Efek Efek
Pendapatan Subsitusi
Efek Total
Gambar 4.16 menunjukkan efek pendapatan dan efek substitusi barang tersebut.
Pada awalnya konsumen berapa pada titik A secara relatif mengkonsumsi barang X
dan Y yang hampir sama kuantitasnya. Pada saat harga barang X turun, maka
penurunan harga barang X menyisihkan pendapatan yang cukup, sehingga konsumen
ingin membeli tambahan barang Y lebih banyak seperti terlihat pada titik C. Titik C
dengan kurva indifferen (U2) yang lebih tinggi dibanding dengan sebelumnya (U1)
menunjukkan bahwa konsumen memiliki kepuasan uang lebih tinggi pada titik C
dibanding pada titik A, walaupun ia mengkonsumsi barang X lebih sedikit dari
sebelumnya.
Dalam praktek sehari-hari barang giffen jarang ditemui, karena membutuhkan
efek pendapatan yang negatif cukup besar. Dalam kenyataan efek pendapatan
biasanya cukup kecil secara individu, dan sebagian besar barang hanya merupakan
bagian kecil dari anggaran belanja konsumen.
Kalau kita asumsikan bahwa utilitas dapat diukur, maka kita dapat membuat
contoh perhitungan maksimisasi utilitas. Misalkan seorang konsumen memilih antara
makanan (X) dan pakaian (Y), dan harga dari produk tersebut adalah Px= 2 dan Py =
4, dengan asumsi bahwa individu memiliki pendapatan sebesar 400 untuk
dibelanjakan. Dan kita misalkan utulitas dari mengkonsumsi X dan Y ditentukan
dengan rumus:
Utilitas = U (X,Y)
Ditanyakan berapa produk X dan Y yang dibeli agar utilitas optimal. Gunakan
model Marsellian dan Hicksian untuk kasus ini.
Maksimumkan U = X.Y
Dengan batasan anggaran adalah:
2X + 4Y = 400
400 – 2X – 4Y = 0
Dengan menggunakan fungsi lagrange:
£ =. X.Y + λ (400– 2X – 4Y)
Turunan pertama untuk maksimisasi yang dibatasi adalah:
L
Y 2 0
Y
X 2
L
X 4 0
X
Y 4
L
400 2 X 4Y 0
Dengan memperamakan landa (λ), maka
Y X
= = 4Y/2X = 2/1
2 4
Y 1
atau
X 2
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa MRS sama dengan rasio harga barang.
Jadi fungsi maksimum dengan batasan anggaran, makanan dan pakaian mengikuti
hubungan X = 2Y.
Sekarang dengan menggunakan batasan anggaran kita memiliki:
2X + 4Y = 400
2(2Y) + 4Y = 400
8 Y = 400
Y = 50
2X + 4(50) = 400
115
2X = 400 – 200
X = 100
Sebagai nilai yang memaksimumkan utilitas untuk X dan Y. pada kasus ini
adalah:
Utilitas (U) = XY = 50 x 100 = 5.000
L
4 X 0
4
Y X.
L
XY 5000
Dengan mempersamakan landa (λ), maka
2 4
= = 2/4 = 1/2
.Y X
Y 1
atau
X 2
116
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa MRS sama dengan rasio harga barang.
Jadi fungsi minimisasi dengan batasan utility, makanan dan pakaian mengikuti
hubungan X = 2Y.
Sekarang dengan menggunakan fungsi utility kita memiliki:
X.Y - 5000
X.Y = 5000
2Y.Y = 5000
2Y2= 5000
Y 2500
Y = 50
XY = 5000
50X = 5000
X = 100
Dengan tujuan minimisasi anggaran untuk X dan Y pada kasus ini adalah:
Minimisasi Biaya = 100 x 2 + 50 x 4 = 200 + 200 = 400.
rasional, serta bisa jasa berlawanan dengan asumsi dan teori konsumen.
Probabilitas
menanggung risiko. Ada yang suka dengan risiko, ada yang tidak suka terhadap risiko
dan ada yang netral terhadap risiko. Orang yang lebih menyukai memperoleh
pendapatan tertentu pada suatu pekerjaan dari pada melakukan pekerjaan berisiko
dengan harapan pendapatan yang sama atau lebih besar disebut orang yang enggan
terhadap risiko (risk averse). Takut atau enggan terhadap risiko merupakan sikap
umum terhadap risiko. Memperhatikan bahwa kebanyakan orang lebih memilih
menjadi pegawai Negeri dengan pendapatan tertentu. Kebanyakan orang tidak hanya
membeli asuransi jiwa, tetapi juga membeli asuransi kesehatan, asuransi mobil, dan
asuransi kebakaran.
Kelompok yang kedua adalah orang suka dengan risiko, (risk taker) lebih
memilih pendapatan yang tidak pasti, dibanding dengan pendapatan yang pasti,
walaupun nilai yang diharapkan dari pendapatan tidak pasti itu sama atau lebih kecil
dari pendapatan yang sudah pasti. Kelompok yang ketiga adalah orang yang netral
terhadap risiko, hal mana kelompok ini acuh terhadap risiko, mereka tidak peduli
antara pendapatan yang sudah pasti dan pendapatan yang tidak pasti dengan nilai
yang diharapkan sama.
mengkonsumsi barang dan jasa yaitu analisis kurva indifferen (kepuasan sama).
Dalam analisis ini digunakan dua jenis kurva; yaitu kurva kepuasan sama dan kurva
anggaran pengeluaran konsumen. Dengan menggunakan kedua kurva ini diperoleh
bahwa konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum apabila kurva indifferen
tertinggi menyinggung garis anggaran pengeluaran konsumen.
1. Jelaskan perbedaan antara nilai guna total dan nilai guna marginal?
2. Uraikan karakteristik dari nilai guna total dan nilai guna margin, serta
gambarkan kurva nilai guna total dan nilai guna marginal berdasarkan
karakteristik yang telah diuraikan?
3. Bagaimana seorang konsumen memaksimumkan kepuasannya, gambarkan
dengan kurva indifferen dan kurva anggaran dalam satu grafik untuk menjawab
pertanyaan ini?
4. Jelaskan bahwa kenapa dua kurva indifferen tidak boleh saling berpotongan.
Asumsi apa yang dilanggar apabila kedua kurva tersebut berpotongan?
5. Jelaskan apa yang menyebabkan garis anggaran bergeser paralel dan bergeser
dengan kemiringan yang berubah?
120
6. Uraikan apa yang dimaksud dengan tingkat pergantian marginal (marginal rate
of substitution), dan bagaimana pengaruhnya terhadap kurva indifferen?
7. Jelaskan dengan grafik perbedaan antara efek pendapatan dan efek substitusi.
Untuk menjawab pertanyaan ini asumsi bahwa harga satu barang mengalami
kenaikan.
8. Nia adalah seorang konsumen yang memiliki gaji tetap setiap bulan sebesar Rp.
1,2 juta. Dengan penghasilan tersebut, Mia bermaksud membeli dua jenis barang
yaitu A dan B. Harga barang A dan B adalah sama yaitu Rp. 100.000 per unit.
Selera Mia terhadap barang A dan B dapat dilihat pada Tabel:
Q 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
MUA 20 18 15 13 11 10 9 8 7 6 4 2
MUB 25 23 20 17 15 13 12 11 9 7 5 3
dan c?
10. Seorang konsumen cokelat dan keju mendapatkan kenaikan gaji dari 300 ribu
menjadi` 400 ribu. Gambarkan dengan grafik apabila cokelat dan keju adalah
barang normal. Kemudian tunjukkan apa yang terjadi apabila keju adalah barang
imperior.
11. Berdasarkan soal Nomor 10. Kalau harga keju naik dari 20 ribu menjadi 30 ribu
per kg, sementara harga cokelat tidak berubah (tetap Rp. 30 per kg), bagaimana
pengaruhnya terhadap konsumsi cokelat dan anggur bagi seorang konsumen yang
berpendapatan Rp. 300 ribu. Bedakan juga antara efek substitusi dan efek
pendapatan.
12. Amir hanya membeli Kopi dan Roti
a. Pada tahun 2012 Amir berpendapatan 1 juta, sedang harga Kopi Rp. 50 ribu
per kg, sementara Roti Rp. 25 ribu per kg. Gambar batasan anggaran Amir?
b. Apabila harga semua barang naik 20 persen akibat kenaikan harga BBM,
gambarkan batasan konsumsi Kopi dan Roti Amir pada tahun 2013,
bandingkan dengan tahun 2012?
13. Misalkan seorang konsumen bernama Amalia mengkonsumsi dua barang yaitu
barang A dan B. Diketahui bahwa fungsi utility adalah U =AB; harga barang A
(PA) = Rp. 4000, sedang harga barang B (PB) = Rp. 8000. Pendapatan Amelia
(I) Rp. 400.000.
a. Berapa barang A dan B yang harus dibeli agar kepuasan maksimum?
b. Kalau harga barang A naik menjadi Rp. 8000 berapa barang A dan B yang
dibeli agar kepuasan Amalia tetap maksimum?
c. Gambarkan keseimbangan kepuasan maksimum Amalia sebelum dan sesudah
adanya kenaikan harga barang A.
d. Tentukan MRS untuk barang A dan B sebelum dan sesudah kenaikan harga
barang A?
122
BAB V
TEORI PRODUKSI
Dewasa ini kita dapat menemukan berbagai jenis perusahaan, ada perusahaan
swasta, perusahaan negara, perusahaan daerah, ada perusahaan yang bergerak di
bidang pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Ada perusahaan yang pemiliknya
hanya satu orang, banyak orang, dan bahkan ada perusahaan yang pemiliknya terdiri
dari ribuan orang melalui kepemilikan sahan.
Para ekonom dalam menganalisis prilaku perusahaan, tidak membedakan
apakah itu perusahaan pertanian tradisional, modern, perusahaan industri kecil,
industri raksasa seperti industri pesawat, perusahaan transportasi darat, laut maupun
udara, perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah. Para ekonom memandang
perusahaan sebagai unit-unit usaha yang mempunyai tujuan yang sama yaitu
memaksimumkan keuntungan. Oleh karena itu para ekonom melihat bahwa
perusahaan akan melakukan kegiatan produksi sampai pada tingkat di mana
keuntungan mereka mencapai jumlah maksimum.
Q = f(K.L) (5.1)
Persamaan ini menunjukkan hubungan antara output (Q) dengan input modal
(K) dan input tenaga kerja (L). Dalam model produksi satu faktor, maka faktor barang
modal dianggap sebagai faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentukan
berdasarkan alokasi tenaga kerja.
Langka awal dalam menjelaskan teori produksi yaitu dengan mengasumsikan
bahwa hanya ada satu faktor produksi yang berubah. Para ekonom awalnya
mempelajari teori produksi dengan meningkatkan pemanfaatan tenaga kerja pada
sebidang tanah yang tetap akan mempengaruhi output. Jadi dalam analisis tersebut
diasumsikan bahwa faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi
dianggap konstan. Dengan demikian satu-satunya faktor yang berubah adalah tenaga
kerja.
Produksi Total
TP = f (K.L) (5.2)
Secara matematis produksi total akan maksimal apabila turunan pertama dari
fungsi produksinya nilainya sama dengan nol. Dalam hal ini turun pertama TP adalah
MP. Jadi TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.
Produksi Rata-rata
124
TP
AP (5.3)
L
Produksi Marjinal
TP
Produk fisik marjinal dari T.Kerja (MPL) = (5.4)
L
Selama MPL lebih besar dari nol (MPL>0), perusahaan terus dapat menambah
tenaga kerja. Namun apabila MP<0 maka penambahan tenaga kerja akan mengurangi
produksi total. Para ekonom melihat bahwa produk marjinal dari sebuah masukan
misalnya tenaga kerja tidak dapat ditambahkan secara terus menerus, dengan tetap
mempertahankan luas tanah, pupuk dan peralatan lainnya tetap, pada akhirnya akan
menurunkan produktivitas. Para ekonom menyebut kondisi ini sebagai hukum hasil
yang semakin berkurang (the low of deminishing return). Hukum hasil yang semakin
berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya
(tenaga kerja misalnya) terus menerus ditambah satu unit, pada awalnya produksi
total akan semakin banyak pertambahannya, akan tetapi setelah mencapai tingkat
tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai
titik negatif. Sifat penambahan produksi semacam ini menyebabkan pertambahan
produksi total semakin lambat dan pada akhirnya akan mencapai tingkat maksimum
dan selanjutnya mengalami penurunan.
Untuk lebih memahami tentang produksi total, produksi rata-rata dan produksi
marjinal, maka diberikan contoh pada Tabel 5.1.
125
Apabila Tabel 5.1. dibuat dalam bentuk grafik, maka akan tampak seperti pada
Gambar 5.2.
TP
TP
AP,MP
AP
MPL
Gambar 5.1. menunjukkan adanya hubungan antara produk total (TP), produk
marjinal (MP) dan produk rata-rata (AP). Pada awalnya saat penggunaan tenaga kerja
(L) 1-6 orang MP masih berada di atas AP. Akan tetapi pada saat penggunaan tenaga
kerja antara 6 dan 7 MP=AP, dan selanjutnya apabila tenaga kerja ditambah maka
MP dan AP menurun, tetapi posisi AP berada di atas MP. Pada Waktu MP = 0, maka
TP mencapai titik tertinggi, dan apabila tenaga kerja di tambah maka MP akan negatif
dan TP menurun.
Apabila data yang disajikan pada Tabel 5.1, merupakan faktor produksi yang
bersifat kontinu, maka gambar 5.1 dapat diperluas seperti terlihat pada Gambar 5.2.
TP
MP=0
AP Max TP
MP Max
AP
4 6 8 L
MP
127
Gambar 5.2 menunjukkan kurva produksi di mana Total Produksi (TP) dan L
adalah variabel continyu. Total produksi (TP) menunjukkan hubungan antara jumlah
produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk.
Gambar 5.2 juga menunjukkan bahwa terdapat tiga tahap penting atas gerakan
perubahan nilai total produksi (TP).
Tahap pertama penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total
maupun produksi rata-rata. Oleh karena itu hasil produksi yang diperoleh dari
penambangan tenaga kerja masih lebih besar dari tambahan biaya tenaga kerja yang
harus dibayarkan, perusahaan rugi apabila ia berhenti berproduksi pada tahap ini
(tahap ini dimulai dari penggunaan nol tenaga kerja sampai pada saat AP maksimum
yang ditandai dengan perpotongan garis MP dan AP).
Tahap kedua dimulai dari AP maksimum, baik produksi marjinal maupun
produksi rata-rata mengalami penurunan. Meskipun demikian nilai keduanya masih
positif. Penambahan tenaga kerja tetap menambah produksi total sampai mencapai
MP sama dengan nol (MP=0) atau slop kurva TP di atas sejajar dengan sumbu
horisontal. (Tahap ini dimulai dari saat MP berpotongan dengan AP (MP=AP)
sampai MP=0).
Tahap ketiga pada dasarnya perusahaan tidak dapat lagi menambah produksi,
karena apabila perusahaan menambah tenaga kerja, maka produksi justru menurun (
tahap ini dimulai saat MP lebih kecil dari nol; MP < 0). Keadaan dalam tahap ketiga
ini menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan jauh melebihi dari jumlah yang
diperlukan untuk menjalankan aktivitas produksi.
128
Contoh Soal
Y = 30L2 – 0,25L3
Dimana: Y= output yang dihasilkan dan L= faktor produksi tenaga kerja;
Ditanyakan:
1. Tentukan fungsi APLdan MPL?
2. Hitung MPL dan TP maksimum?
3. Buktikan bahwa kurva MPL akan memotong kurva APL, saat APL minimum.
Jawab:
= 192.000 - 128.000
= 64.000 unit
Y
MP 60L 0,75L2
L
MP’ = 60 – 1,5L
129
L = 40
= 60(40) – 0,75(40)2
Perkembangan Teknologi
Output
Q3
TP3
Q2
TP2
Q1
TP1
0 L1 L2 L* L3 Tenaga Kerja
Telah diuraikan sebelumnya bahwa fungsi produksi dengan satu faktor berubah
dalam hal ini tenaga kerja, sementara faktor lainnya yaitu modal dianggap konstan.
Pada bagian ini kita akan membahas produksi dengan kombinasi tenaga kerja dan
modal berubah. Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana perusahaan memilih
kombinasi tenaga kerja dan modal untuk memproduksi output yang sama.
Isokuan (Isoquant)
Q
K
MRTS L atau dapat ditulis:
L Q
K
MPL
MRTS
MP K (5.5.)
OUTPUT
6 13 25 41 45 46 43
Modal
5 14 29 42 45 47 44
4 13 26 40 44 45 42
3 11 21 35 42 37 36
2 8 15 24 29 30 25
1 4 9 13 14 15 13
1 2 3 4 5 6
T. kerja
karena itu untuk menghasilkan output yang sama terdapat berbagai kombinasi K dan
L, misalnya untuk Q=13 terdapat empat kombinasi, dan untuk menghasilkan Q=25
terdapat 2 kombinasi. Berbagai kombinasi input K dan L digambar dalam satu kurva
yang disebut dengan kurva Isokuan seperti terlihat pada Gambar 5.4
A C E
5
3 F
D Q3
2
Q2
1
B Q1
0 1 2 3 4 L
Gambar 5.4. Kurva Isokuan
semakin banyak modal yang ditambahkan dalam proses produksi sebagai pengganti
tenaga kerja, maka produktivitas modal semakin berkurang.
Oleh karena kita menjaga agar output konstan, dengan bergerak sepanjang
kurva isokuan, maka perubahan total dari output harus sama dengan nol. Dengan
demikian maka;
(MPL)(∆L) + (MPK)(∆K) = 0
Dengan menyusun kembali bentuk tersebut maka;
(MPL)/MPK) = -(∆K/∆L) = MRTS (5.6)
Persamaan tersebut menunjukkan bawa MRTS antara input adalah sama
dengan rasio input produk fisik marjinal. Rumusan ini sangat berguna ketika kita
melihat minimisasi biaya penggunaan input.
Dalam fungsi produksi khusus yang pertama, nilai MRTS dapat kontan atau
nol. MRTS konstan apabila dua faktor produksi misalnya tenaga kerja dan modal
yang digunakan bersifat substitusi semperna (perfct subtitution) sepeti terlihat pada
gambar 5.6. Dalam hal ini MRTS konstan untuk semua titik pada Isokuan. Akibatnya
output yang sama misalkan Q3 dapat diproduksi kebanyakan dari modal pada titik A,
kebanyakan dari tenaga kerja pada titik C, atau kombinasi seimbang dari tenaga kerja
dan modal pada titik B.
Modal
A
●
C
Q3
Q1 Q2 ●
0 Tenaga Kerja
Gambar 5.5. Isokuan dengan Input Substitusi Sempurna
135
Fungsi produksi khusus yang kedua yaitu fungsi produksi proporsi tetap.
Dalam kasus ini tidak mengkin melakukan substitusi diantara dua input tersebut. Hal
tersebut disebabkan karena setiap tingkat output membutuhkan kombinasi spesifik
atas tenaga kerja dan modal. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.6.
Modal
K/L
C
Q3
4 A
B
Q2
A
2 Q1
2 4 Tenaga Kerja
Gambar 5.6. Inokuan dengan Input Komplementer Murni
gabungan antara juru foto dengan kamera. Untuk membuat lebih banyak foto, maka
jumlah kamera dan juru foto harus ditambahkan secara sebanding.
1000
750
500 TC3
TC2
250
TC1
rLL = B - wKK
B r
L k K (5.8)
wL wL
Maksimisasi Output
A
K3
B
K2
Q3
Q2
K1 C
Q1
0 L1 L2 L3 2000 L
Gambar 5.8. Maksimisasi Output
Contoh Soal
Diketahui misalnya Fungsi produksi Q = K0,5 L0,5
Dengan jumlah anggaran yang tersedia B = 200 juta
Biaya tenaga kerja w = 2 juta dan biaya Modal r = 2 juta
Ditanyakan; kombinasi penggunaan input yang optimal dan berapa total
produksi (Q):
Jawab:
Q = K0,5 L0,5
dengan batasan 200 – 2L – 2K
Fungsi produksi dan batasan anggaran diubah menjadi fungsi lagrange sebagai
berikut:
£
(200 2L 2K ) 0 (4)
K 1
L 1
Jadi L = K (5)
200 = 2L + 2K= 0
4K = 200
K = 50
L = K = 50
Jadi kombinasi input maksimal adalah tenaga kerja (L)=50, dan modal (K)=50.
Sementara jumlah output maksimum adalah:
Q = 500,5 500,5
Q = 7,071 x 7,071 = 50 unit
B = 2(50) + 2(50) = 200 (jadi total anggaran terpakai semua).
maka para ekonom memberikan perhatian penuh pada bentuk fungsi-fungsi produksi
tersebut. Pertanyaan pertama yang muncul adalah bagaimana respon kuantitas output
terhadap kenaikan input secara bersamaan. Misalkan seluruh input dilipat duakan,
apakah output akan naik dua kali lipat pula, atau tidak. Dalam hal ini kita perlu
mempertanyakan skala hasil (return to scale) yang dimiliki oleh sebuah fungsi
produksi.
Sebuah fungsi produksi dikatakan menunjukkan skala hasil konstan (constant
return to scale) apabila peningkatan seluruh input sebesar dua kali lipat,
menyebabkan peningkatan output sebesar dua kali lipat pula. Apabila penggandaan
input menghasilkan penggunaan output yang kurang dari dua kali lipat, maka fungsi
produksi tersebut disebut fungsi produksi dengan skala hasil yang menurun
(decreasing return to scale), dan apabila penggandaan input menghasilkan output
lebih dari dua kali libat disebut fungsi produksi dengan skala hasil meningkat
(increasing return to scale).
Apabila tambahan hasil lebih dari dua kali lipat pada saat input dilipat gandakan
disebut produksi dengan skala hasil meningkat (increasing return to scale). Hal
tersebut mungkin disebabkan karena makin besarnya skala operasi dari manajer dan
pekerja untuk melakukan spesialisasi dan mendayagunakan mesin dan peralatan yang
lebih baik dalam skala produksi yang lebih besar.
Skala pengembalian yang meningkat merupakan persoalan penting dalam hal
kebijakan publik. Apabila ditemukan skala pengembalian yang meningkat, maka
secara ekonomis mengungkapkan bahwa memiliki suatu perusahaan besar yang
berproduksi dengan biaya yang relatif rendah dari pada mempunyai banyak
perusahaan dengan biaya yang relatif besar. Karena perusahaan besar semacam ini
dapat mengendalikan harga yang ditetapkannya, sehingga perlu ada regulasi.
Misalnya pengembalian yang meningkat dalam penyediaan listrik, adalah salah satu
alasan mengapa pemerintah Indonesia mempunyai perusahaan listrik yang besar dan
142
diregulasi.
Modal
4 Q=60
B
A Q=40
2
Q=20
4 8 12 Tenaga Kerja
Gambar 5.9. Skala Hasil yang Meningkat
Gambar 5.9. menunjukkan skala hasil yang meningkat, ketika input tenaga
kerja dan modal digunakan masing-masing sebesar 4 dan 2 unit, jumlah output yang
dihasilkan sebesar 20 unit, dan pada saat input dinaikkan dua kali lipat, maka output
naik lebih dua kali lipat. Terlihat bahwa kurva output sebesar 40 berada di bawah titik
B dengan kombinasi input dua kali lipat, dan kurva output 60 semakin merapat
dengan kurva output 40.
Kedua, pada saat skala produksi di mana input dilipat gandakan, maka ouput
ikut berlibat ganda pula. Dalam hal ini kita sebut skala hasil tetap (constant return to
scale). Dengan skala hasil yang tetap, maka besarnya operasi perusahaan tidak
mempengaruhi produktivitas dari faktor-faktor produksinya. Produktivitas rata-rata
dan marjinal dari input-input yang digunakan adalah konstan, apakah perusahaan itu
kecil atau besar. Dengan skala pengembalian yang tetap, maka suatu pabrik yang
menggunakan proses produksi tertentu, dengan mudah dapat dibuat kembali,
sehingga kedua pabrik menghasilkan output dua kali lipat.
143
Modal
C
6
Q= 60
B
4
Q=40
A
2
Q=20
4 8 12 Tenaga Kerja
Gambar 5.10. Skala Hasil Konstan
Gambar 5.10. menunjukkan skala hasil konstan, ketika input tenaga kerja dan
modal digunakan masing-masing sebesar 4 dan 2 unit, jumlah output yang dihasilkan
sebesar 20 unit, dan pada kedua input dinaikkan dua kali lipat, maka output ikut naik
dua kali lipat pula. Terlihat bahwa ketika input tenaga kerja digandakan dari 4
menjadi 8 dan modal digandakan dari 2 menjadi 4, maka ouput naik dua kali lipat
yaitu naik dari 20 menjadi 40 unit. Dan pada saat tenaga kerja dan modal digandakan
lagi masing-masing menjadi 12 dan 6 unit, maka output naik menjadi 60 unit.
Ketiga, yaitu ketika output yang dihasilkan kurang dari dua kali lipat apabila
input dilipat gandakan disebut skala pengembalian menurun (decreasing return to
scale). Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi pada perusahaan yang melakukan
produksi dengan skala besar. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena kerumitan
organisasi dalam mengelola skala usaha yang cukup besar, sehingga mengakibatkan
penurunan produktivitas dari tenaga kerja maupun modal. Komunikasi yang terjadi
144
antara manajer dan karyawan kurang berjalan, sehingga skala pengembalian menurun
disebabkan karena masalah koordinasi.
Modal
C
9
Q=60
B
5
A Q=40
2
Q=20
2 5 9 Tenaga Kerja
Gambar 5.11. Skala Hasil yang Menurun
Kemajuan Teknologi
mesin-mesin tua yang sudah ketinggalan dengan mesin baru yang lebih canggih dan
efisien. Di samping mesin dan peralan, tenaga kerja juga menjadi bagian dari
kemajuan teknis, karena mereka harus lebih terlatih dalam mengejakan pekerjaan-
pekerjaan khusus.
Mesin/
Modal
B
K1
C A
K2
Q=100 (Periode 1)
●
D
Q=100 (periode 2)
0 L2 L1 Tenaga Kerja
yang lebih sedikit (L2) pada titik C. Bahkan dimungkinkan pula Q=100 (periode 2)
dengan lebih sedikit modal dan lebih sedikit tenaga kerja dibanding sebelumnya pada
titik D. Dengan demikian kemajuan teknologi (technical progress) menunjukkan
penghematan secara riil pada input-input seperti pada gambar 5.12.
Seorang ekonom Inggris bernama John Richard Hicks pemenang hadiah nobel
tahun 1972, mengklasifikasi kemajuan teknologi berdasarkan pengaruhnya terhadap
kombinasi penggunaan faktor produksi. Apabila kemajuan teknologi menghasilkan
porsi penggunaan barang modal menjadi lebih besar dibanding dengan tenaga kerja,
maka disebut teknologi padat modal (capital intensive). Sebaliknya apabila
penggunaan tenaga kerja lebih besar dari pada porsi modal disebut teknologi padat
karya (labor intensive). Dan apabila tidak mengubah porsi, maka disebut teknologi
netral (neutral technology). Perubahan itu dapat dilihat angka MRTS yang tercermin
pada sudut kemiringan isokuan. Seperi terlihat pada Gambar 5.13.
Modal Modal
0 T.Kerja 0 T.Kerja
a. Teknologi padat modal b. Teknologi netral
Modal
0 T.Kerja
c. Teknologi padat karya
147
Contoh Soal
PT. Maju Memproduksi barang Q dengan fungsi produksi:
Q = 10 KL
Dimana Q = Jumlah output
K = modal/mesin
L = tenaga kerja
1. Mislakan PT. X ingin memproduksi 80 Q per hari, berapa K dan L yang
digunakan?
2. Jika PT. X menemukan teknologi produksi baru sehingga fungsi produksi
80 = 10 KL
8= KL
64 = K.L.
Dengan demikian semua kombinasi K kali L yang perkaliannya sama dengan
64 akan menghasilkan output (Q)= 80 seperti terlihat pada Tabel 5.3.
2. Dengan temuan teknologi baru untuk menghasilkan output Q, sehingga fungsi
produksi menjadi Q = 20 KL
148
80 = 20 KL
4= KL
16 = K. L
Dengan demikian semua kombinasi K kali L yang perkaliannya sama dengan
16 akan menghasilkan output (Q)= 80 seperti terlihat pada Tabel 5.3.
3. Berdasarkan hasil perhitungan dan Tabel 5.3. maka dapat dibuat grafik kemajuan
teknologi produksi seperti terlihat pada Gambar 5.14.
Modal
(K)
Q=80 Setelah
Teknologi baru
16
Q=80 dengan
Teknologi lama
149
antara marjinal produk dan harga untuk masing-masing input itu sama. Jadi dalam
bentuk matematika dapat ditulis:
Modal
(K)
Expantion Path
D
C
B
A Q4
Q3
Q1 Q2
0 I1 I2 I3 I4
T.kerja(L)
Contoh Soal:
Jawab:
£ = K + L +λ(25-KL)
£ 1
1 L 0 (1)
K L
£ 1
1 K 0 (2)
L K
£
25 KL 0 (3)
1 1
Dengan menyamakan (1) dan (2) maka jadi K L
K L
Oleh karena itu 25-K(K) = 0
K2 = 25
K =5
Karena K=5, maka L = 5
Untuk Output/produksi 50 unit, langsung dihitung:
K2 = 50
K = 7,07
K = 7,07
Untuk output, 75 dan seterusnya dihitung dengan cara yang sama. Dan hasil hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 5.4.
152
Q K L TL = K+L
25 5 5 10
50 7,07 7,07 14,14
75 8,66 8,66 17,32
100 10 10 20
125 11,18 11,18 22,36
Modal
(K)
11
10
9
8 Expantion Path
7
D
6 C
5
B
A Q=100
Q=75
Q=25 Q=50
0 5 6 7 8 9 I0 11 12 T.kerja(L)
Gambar 5.6 Jalur Perluasan CV. Kita
teknis marjinal (MRTS) yang menunjukkan bagaimana suatu input dapat digantikan
dengan input lainnya dengan output yang tetap.
Garis anggaran (isocost) menunjukkan gabungan faktor-faktor produksi yang
dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu. Maksimisasi output
dapat dicapai oleh perusahaan apabila: Pertama berada pada garis anggaran
(isocost), Kedua harus memenuhi kombinasi input-input yang digunakan oleh
produsen dalam menghasilkan output.
Skala hasil (return to scale), berkaitan dengan respon output terhadap
kenaikan yang sebanding dari kenaikan keseluruhan input. Apabila penggandaan
input mengakibatkan penggandaan output lebih besar dari penggandaan inputnya,
menunjukkan skala hasil meningkat (increasing return to scale). Apabila
penggandaan input mengakibatkan penggandaan output sama dengan penggandaan
inputnya, menunjukkan sakal hasil tetap (constant reasing return to scale), dan
apabila penggandaan input mengakibatkan penggandaan output lebih kecil dari
penggandaan inputnya, menunukkan skala hasil menurun (decreasing reasing return
to, scale).
Penggunaan teknologi baru yang lebih baik oleh suatu perusahaan, dapat
menggeser peta isokuan ke dalam bagi perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat output tertentu dapat dicapai oleh perusahaan dengan kombinasi input yang
lebih sedikit.
Secara umum perusahaan senantiasa berusaha untuk memperluas usahanya
atau meningkatkan kapasitas produksinya, apabila mereka memiliki kemampuan
untuk meningkatkan suberdayanya. Jalur perluasan (Expantion Path) yaitu garis
yang menghubungkan titik-titik kombinasi optimum bagi produsen, yaitu
keseimbangan produsen pada berbagai tingkat output.
tenaga kerja (MPL), dan produksi rata-rata (AP), kemudian tunjukkan bagaimana
menentukan output di mana AP=MPL.
3. Dengan jumlah anggaran dan harga input tertentu, bagaimana perusahaan
memaksimumkan produksinya dengan anggaran tersebut? Jelaskan dengan
menggunakan gambar.
4. Jelaskan dengan angka, dan gambarkan apa yang dimaksud dengan the low of
the minishing retun.
5. Isokuan dapat berbentuk cembung, liner atau berbentuk L. Jelaskan apa yang
ditunjukkan oleh masing-masing bentuk kurva isokuan tersebut dalam
hubungannya dengan fungsi produksi?
6. Jelaskan mengapa sebuah perusahaan dengan fungsi produksi proporsi tetap
(constant return to scale) tidak dapat menggantikan satu input dengan input
lainnya dengan output diasumsikan tetap?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tingkat substitusi teknis marjinal (MRTS)?
8. Jelaskan mengapa tingkat substitusi teknis marjinal jenderung menurun apabila
penggunaan iput tenaga kerja yang selalu ditambahkan untuk menggantikan input
modal?
9. Apabila perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk menambah tenaga kerja,
mana yang perlu diperhatikan, produk rata-rata atau produk marjinal dari
karyawan tersebut, jelaskan jawaban anda?
10. Jelaskan disertai dengan gambar apa yang dimaksud dengan return to scale,
increasing return to scale, constant return to scale, dan decreasing return to
scale.
11. Jelaskan apakah suatu perusahaan dapat memiliki fungsi produksi yang
memperlihatkan increasing return to scale, constant return to scale, dan
decreasing return to scale, ketika output bertambah?
12. Misalkan PT. ABD bergerak dibidang produksi Meja, dan memproduksi meja
dalam jangka pendek dengan mesin dan peralatan yang dimiliki saat ini.
Pimpinan perusahaan telah mengamati tingkat produksi dan kebutuhan pekerja
155
sebagai berikut:
Pekerja Meja
1 10
2 17
3 25
4 30
5 34
6 37
7 38
8 36
Dimana
Q = produksi roti
X = input
a. Buktikan bahwa MP memotong AP pada saat AP maksimum?
156
Q = 3K + 2L
Dimana
Q= produksi sepatu
K = input modal
L = input tenaga kerja
a. Dengan asumsi bahwa modal tetap pada K = 6, berapa banyak tenaga kerja (L)
yang diperlukan untuk memproduksi 50 dan 100 pasang sepatu pe hari?
b. Misalkan K=8, berapa banyak tenaga kerja (L) yang diperlukan untuk
memproduksi 50 dan 100 pasang sepatu per hari.
c. Gambar grafik isokuan 50 dan 100, kemudian tunjukkan titik-titik yang diperoleh
hasil yang didapat dari pertanyaan a dan b?
Q = 100K0,5 L0,5
Dimana Q adalah jumlah HP nokia yang diproduksi; K adalah jumlah modal, dan
L adalah jumlah tenaga kerja.
Samsung sebagai salah satu pesaing Nokia memiliki fungsi produksi:
Q = 100K0,4L0,6
Ditanyakan:
a. Apabila kedua perusahaan tersebut menggunakan jumlah modal dan jumlah
tenaga kerja yang sama, perusahaan mana yang akan menghasilkan produksi
yang lebih besar?
b. Misalkan perusahaan memiliki modal yang terbatas, misalnya 10, namun
persediaan tenaga kerja tidak terbatas. Perusahaan mana yang memiliki
produk marjinal tenaga kerja yang lebih besar? Jelaskan jawaban anda.
17. Misalkan PT. Lia menghadapi tingkat upah tenaga kerja(w) = 40 ribu per jam
157
dan sewa modal Rp. 10 ribu per jam. Apabila perusahaan ingin memproduksi
1000 unit output, hitunglah jumlah pemakaian input perusahaan dan total
biaya yang dikeluarkan apabila:
a. Fungsi produksi perusahaan bercirikan proporsional tetap, di mana untuk
menghasilkan satu unit output dibutuhkan 1 jam tenaga kerja dan 2
modal?
b. Fungsi produksi perusahaan adalah Q = 20L + 10K.
158
BAB VI
TEORI BIAYA PRODUKSI
Pada bab lima, kita telah membahas tentang teori produksi, di mana telah
dibahas kombinasi input-input dalam upaya untuk memaksimumkan output yang
dihasilkan oleh perusahaan. Pada bagi ini kita akan membicarakan tentang biaya
produksi. Dalam bab ini paling tidak kita akan membicarakan tentang bagaimana
perusahaan memilih input-input yang akan digunakan untuk menghasilkan output
tertentu dengan biaya yang paling rendah, dan bagaimana perusahaan meminimisasi
biaya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Biaya Modal
Dalam konteks biaya modal terdapat dua konsep yang memiliki perbedaan
besar. Dalam perhitungan biaya modal, para akuntan menggunakan harga historis dari
pada barang modal misalnya mesin dan peralatan tertentu yang sedang diteliti dan
menggunakan aturan depresiasi yang dipilih, untuk menetapkan bahwa beberapa dari
harga mesin itu semula yang akan dikenakan sebagai biaya lancar. Sementara para
ekonom memandang harga historis dari sebuah mesin atau beralatan sebagai sebuah
biaya hangus yang tidak relevan dalam proses produksi.
Ekonom memandang biaya sebagai biaya implisit atas se buah mesin yang
rela dibayarkan oleh seseorang untuk menggunakan mesin tersebut. Oleh karena itu
biaya satu jam mesin merupakan tingkat sewa untuk mesin itu sendiri, perusahaan
secara implisit melepaskan tingkat sewa untuk mesin tersebut dalam penggunaan
alternatifnya yang terbaik. Dengan melanjutkan penggunaan mesin itu sendiri, maka
perusahaan secara implisit melepaskan tingkat sewa yang rela dibayarkan orang lain
untuk menggunakan mesin tersebut.
Para akuntan dan ekonom memandang biaya tenaga kerja dengan cara sama.
Para akuntan memandang pengeluaran untuk tenaga kerja sebagai biaya lancar dan
merupakan biaya produksi. Sementara para ekonom memandang biaya tenaga kerja
sebagai biaya eksplisit. Dalam konteks bahwa jasa tenaga kerja dikontrak dengan
160
tingkat upah per jam atau per hari (w) tertentu, dan umumnya diasumsikan bahwa hal
ini merupakan jumlah terbaik yang dapat diperoleh atas jasa tenaga kerja dalam
pekerjaan alternatif mereka.
Pemilik sebuah perusahaan adalah merupakan orang yang berhak atas apa
tersisa atas semua pendapatan atau kerugian yang terjadi setelah mereka membayar
semua biaya masukan. Bagi akuntan hal tersebut disebut laba atau keuntungan (dapat
positif atau negatif). Sementara para ekonom menanyakan bahwa apakah pemilik
tersebut (wiraswastawan) juga menghadapi biaya kesempatan dengan keterlibatannya
pada bisnis tertentu. Apabila hal tersebut terjadi, maka jasa wiraswastawan harus
dipandang sebagai masukan bagi suatu perusahaan. Misalkan seorang programmer
komputer dengan keterampilan yang mereka punyai, memulai suatu usaha perangkat
lunak dengan gagasan untuk menyimpan setiap laba (dalam pandangan akuntan) yang
dapat dihasilkan. Jadi waktu pembuatan program tersebut adalah masukan bagi
perusahaan, dan tentunya biaya tertentu harus dikaitkan dengannya.
Kemungkinan upah yang diterima oleh programmer tersebut apabila ia
bekerja pada orang lain dapat dipergunakan untuk tujuan ini. Dengan demikian
beberapa bagian dari laba akuntansi yang diterima oleh sebuah perusahaan akan
dikategorikan sebagai biaya kewirausahaan oleh para ekonom. Jadi laba ekonomi
yang tersisa akan lebih kecil daripada laba akuntansi, dan biasajadi menjadi negatif
apabila misalnya biaya kesempatan pemprograman tersebut melebihi laba akuntansi
yang diperoleh dari usaha tersebut.
Biaya Ekonomis
Biaya ekonomis (ekonomic cost) adalah biaya ekonomi atas semua input yang
diperlukan untuk mempertahankan masukan tersebut untuk penggunaannya saat ini,
atau imbalan yang diterima input tersebut dalam penggunaan alternatifnya yang
terbaik.
161
Asumsi Penyederhanaan
Asumsi awal yang digunakan yaitu kita membuat dua penyederhanaan tentang
input yang dipergunakan oleh perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa. Pada
bab teori produksi kita berasumsi bahwa, hanya terdapat dua input; yaitu tenaga kerja
(L) yang diukur dengan jam kerja langsung, serta modal (K) diukur dengan jam kerja
mesin. Sementara biaya kewirausahaan diasumsikan termasuk dalam jam kerja mesin.
Asumsi kedua yaitu input-input untuk sebuah perusahaan dipergunakan dalam
pasar persaingan sempurna. Dalam kondisi tersebut perusahaan dapat menjual dan
membeli input-input (semua jasa tenaga dan modal) dengan tingkat upah dan sewa
yang diinginkan (w dan v) atau menjual output. Dalam bentuk grafik kurva
penawaran untuk sumberdaya yang dihadapi perusahaan dalam bentuk horisontal
pada harga faktor yang berlaku. Baik w maupun v diperlakukan sebagai parameter
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam konteks ini tidak ada sesuatu yang
dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi keduanya.
Modal
Per unit
K* TC2
Q1
TC1
163
Bentuk kurva biaya total pada dasarnya tergantung pada sifat alamiah dari
fungsi produksi. Gambar 6.2. menunjukkan empat bentuk kemungkinan hubungan
biaya. Gambar 6.2(a) menunjukkan skala hasil konstan (constant return to scale).
Dalam konteks ini penambahan input yang dilakukan oleh perusahaan proporsional
dengan penambahan output. Jadi setiap perusahaan yang akan melakukan
penambahan satu unit output, maka perusahaan akan memerlukan penambahan satu
unit input. Dengan asumsi harga input tidak berubah, maka hubungan antara biaya
input total dan output adalah juga proporsional, sehingga kurva biaya total berbentuk
164
garis lurus yang melalui titik orginal, karena perusahaan tidak membutuhkan input
pada saat Q=0.
Gambar 6.2(b) mencerminkan kasus skala hasil yang menurun (decreasing
return to scale) sementara gambar dan 6.2(c) mencerminkan skala hasil meningkat
(increasing return to scale). Pada kasus skala hasil menurun maka dibutuhkan
kuantitas penambahan input yang lebih besar untuk menghasil output tambahan,
sehingga biaya input meningkat dengan cepat pada saat perusahaan melakukan
penambahan output (ekspansi). Kondisi tersebut ditunjukkan oleh kurva biaya total
berbentuk cembung pada gambar 6.2(b). Sementara pada skala hasil meningkat, maka
dibutuhkan kuantitas penambahan input yang lebih sedikit untuk menghasilkan
output tambahan (ekspansi). Pada kasus ini biaya total berbentuk cekung seperti
terlihat pada gambar 6.2(c).
Gambar 6.2(d) menunjukkan suatu situasi dimana perusahaan terletak di
antara peningkatan dan penurunan skala hasil. Kondisi seperti ini muncul ketika
proses produksi perusahaan memerlukan tingkat koordinasi internal dan kontrol
manajemen yang optimal. Pada tingkat output yang rendah struktur kontrol berada di
bawah tingkat pengendalian maksimal, sehingga ekspansi output lebih mudah
dilakukan. Dalam kasus ini maka perusahaan mengalami peningkatan skala hasil,
kurva biaya total berbentuk cekung pada awalnya. Namun ketika output diekspansi,
maka perusahaan harus menambah pekerja dan peralatan modal, dan biasanya
memerlukan pabrik baru dengan bangunan yang terpisah. Dengan skala organisasi
yang lebih besar, maka koordinasi dan kontrol perusahaan semakin sulit dilakukan,
sehingga mengakibatkan penurunan skala hasil. Kemungkinan tercermin pada bagian
cembung kurva biaya total pada gambar 6.2(d).
Biaya Biaya
Total TC
Total
TC
Jadi empat kemungkinan pada gambar 6.2 menunjukkan tipe-tipe yang paling
umum atas hubungan output dan biaya perusahaan. Walaupun penggambaran seperti
ini tidak nambah informasi baru tentang kurva biaya total, namun cukup bermanfaat
ketiga kita menganalisis keputusan penawaran perusahaan.
Dalam menganalisis biaya produksi perlu dibedakan dalam dua jangka waktu
yaitu jangak pendek dan jangka panjang. Walaupun tidak ada definisi yang pasti yang
dapat diberikan untuk kedua pengertian tersebut. Tujuan umum atas perbedaan ini
adalah untuk membedakan bahwa dalam jangka pendek, para pelaku ekonomi tidak
memiliki keluwesan. Dalam arti bahwa umumnya faktor produksi sulit atau bahkan
tidak dapat ditambah jumlahnya. Sementara jangka panjang, para pelaku ekonomi
166
memiliki keluwesan yang cukup besar, dalam arti bahwa semua faktor produksi
dapat mengalami perubahan. Pada bagian ini akan diuraikan biaya produksi jangak
pendek, sementara biaya produksi jangka panjang akan diuraikan pada bagian
berikutnya.
Untuk membedakan mana biaya tetap dan mana biaya variabel biasanya
tergantung pada jangka waktunya. Dalam jangak pendek misalnya 1, 2, atau 3 bulan
kebanyakan biaya adalah tetap. Dikatakan demikian karena dalam waktu yang sangat
singkat perusahaan wajib menerima dan membayar semua bahan-bahan yang
dikontrakkan, di samping itu perusahaan tidak dapat dengan mudah memberhentikan
pekerjanya. Sementara disisi lain dalam jangka panjang misalkan 2 atau 3 tahun
kebanyakan biaya adalah variabel. Dalam jangka panjang kalau perusahaan ingin
mengurangi atau menambah output, maka perusahaan dapat dengan mudah
menambah atau memberhentikan pekerja, membeli lebih sedikit atau lebih banyak
bahan baku, atau bahkan membeli atau menjual pabriknya.
AC = TC/Q. (6.3)
168
AC atau ATC pada dasarnya mempunyai dua komponen yaitu biaya tetap
rata-rata (average fixed cost) biasa di simbol AFC dan biaya variabel rata-rata
(average variable cost) biasa di simbol AVC. Biaya tetap rata (AFC) dapat diperoleh
dengan membagi jumlah biaya tetap dengan jumlah produksi (TFC/Q). Sementara
biaya variabel rata-rata dapat diperoleh dengan membagi jumlah biaya variabel
dengan jumlah output (TVC/Q), contoh biaya rata-rata dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel. Biaya Jangka Pendek Perusahaan
Biaya Biaya Biaya
Biaya Biaya Biaya Biaya
Output Tetap Variabel Total
Tetap Variabel Total Marjinal
(Q) Rata-rata Rata-rata Rata-rata
(FC) VC) (TC) (MC)
(AFC) (AVC) (ATC)
0 250 0 250 - - - -
1 250 100 350 100 250 100 350
2 250 180 430 80 125 90 215
3 250 240 490 60 83,33 80 163,33
4 250 280 530 40 63 70 132,50
5 250 320 570 40 50 64 114
6 250 380 630 60 41,67 63,33 105,00
7 250 460 710 80 35,71 65,71 101
8 250 560 810 100 31,3 70 101,25
9 250 680 930 120 27,78 75,56 103,33
10 250 820 1070 140 25 82 107
11 250 980 1230 160 22,73 89,09 111,82
12 250 1160 1410 180 20,83 96,67 117,50
13 250 1360 1610 200 19,23 104,62 123,85
14 250 1580 1830 220 17,86 112,86 130,71
Berdasarkan data biaya produksi pada Tabel 6.1, maka dapat digambarkan
berbagai kurva biaya produksi jangka pendek perusahaan seperti yang sudah
dijelaskan. Gambar 6.2(a). ditunjukkan biaya total TC), biaya variabel (VC), dan
biaya tetap (FC). Sementara biaya total rata-rata (ATC), biaya variabel rata-rata
(AVC), biaya tetap rata-rata (ATC), dan biaya marjinal (MC) digambarkan pada
Gambar 6.2(b).
,
Biaya
(P) TC
VC
FC
170
Contoh Soal:
TC = 0,1Q3 – Q2 + 20Q + 20
Jawab:
171
Besarnya (AC), biaya tetap rata-rata (ATC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya
marjinal (MC), adalah:
TC 20
AC 0,1Q 2 Q 20
Q Q
AVC = 0,1Q2 – Q + 20
20
AFC
Q
TC
MC 0,3Q 2 2Q 20
Q
Kuantitas produksi pada saat MC minimum dan AVC minimum? dan bukti bahwa
pada saat nilai AVC minimum maka MC=AVC.
AVC = 0,2Q – 1 = 0
Q =5
MC minimum apabila MC = 0
0,6Q – 2 = 0
Q = 3,33
Dengan demikian terbukti bahwa pada saat AVC minimum, maka MC=AVC.
Dalam jangka panjang perusahaan dapat mengubah semua input yang akan
digunakan dalam produksi. Oleh karena itu dalam jangka panjang tidak dikenal lagi
172
adanya biaya tetap, jadi semua biaya bersifat variabel. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perusahaan tidak saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga modal baik
dalam bentuk gedung, pabrik, mesin maupun peralatan lainnya. Jadi secara khusus
perusahaan dalam jangka panjang harus memutuskan jumlah pabrik, gedung,
peralatannya, serta jumlah tanaga kerja yang dibutuhkan dalam operasinya.
Dalam mengambil keputusan perusahaan tentunya harus berusaha memilih
metode produksi yang menghasilkan output dengan biaya produksi terendah dari
sekian banyak metode produksi yang tersedia. Oleh karena itu keputusan perencanaan
jangka panjang menjadi sangat penting. Sebuah perusahaan yang memutuskan untuk
membangun sebuah pabrik semen baru misalnya, dan membeli mesin dan
peralatannya akan memilih sekian banyak alternatif. Tetapi ketika gedung, pabrik
serta mesin dan peralatan sudah terpasang, maka investasi tersebut akan tetap dalam
jangka waktu yang lama. Dan apabila perusahaan membuat pilihan yang salah, maka
kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Sebaliknya apabila ia dengan jitu
mengambil keputusan, maka kemungkinan akan memberi imbalan keuntungan yang
besar kepada pemilik perusahaan dalam jangka panjang.
Di samping itu keputusan jangka panjang mengandung risiko yang tertinggi,
karena perusahaan harus mengantisipasi metode produksi yang efisien, tidak hanya
untuk saat ini tetapi juga untuk beberapa tahun ke depan, di mana biaya bahan baku
dan tenaga kerja dapat berubah. Keputusan jangka panjang juga sulit karena harus
memutuskan berapa besar output yang harus dihasilkan, apakah perekonomian dan
industri tumbuh atau mundur dalam beberapa tahun kedepan, apakah produk baru
akan muncul dan menggantikan produk yang sudah ada sekarang?
Pada dasarnya perbedaan antar biaya jangka panjang dan jangka pendek lebih
merujuk pada fungsi produksi. Fungsi produksi dikatakan dalam jangka pendek
apabila dalam produksinya masih mengandung unsur input tetap, dan disebut jangka
panjang apabila tidak mengandung input tetap atau semua inputnya veriabel. Dalam
kondisi ini pula biaya dapat dikategorikan dalam jangka pendek atau panjang,
tergantung dari apakah biaya mengandung biaya tetap atau tidak.
173
Kurva biaya total jangka panjang (long run total cost, LRTC) diturunkan dari
pola ekspansi/perluasan perluasan perusahaan dan menunjukkan biaya total jangka
panjang minimum dalam memproduksi berbagai tingkat output seperti terlihat pada
Gambar 6.4.
Jalur ekspansi
Q5=750
Q1=100
(a) Q4=575
Q3=400
Q2=250
L
L1 L2 L3 L4 L5
LRTC
LRTC
E5
E4
E3
E2
E1
(b)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q
Gambar: 5.4. Skala produksi dan Biaya Total Jangka Panjang
Terlihat bahwa perusahaan mempunyai 5 skala produksi Q1, Q2, Q3, Q4, dan Q5, di
mana Q1=100 adalah merupakan skala produksi pertama, atau esoquan Q1. Hal
mana titik E merupakan output maksimum pada skala produksi pertama dan
seterusnya. Titik E5 merupakan output maksimum pada sala produksi ke 5. Dalam
konteks ini setiap skala produksi memiliki jumlah anggaran yang berbeda.
Gambar 6.54(b) menunjukkan hubungan antara besarnya anggaran untuk
setiap skala produksi Q1, Q2, Q3, Q4, dan Q5. Dalam hal ini biaya yang dimaksud
adalah biaya total jangka panjang (LRTC) di mana LRTC tidak lain adalah biaya
variabel jangka panjang.
Perhatikan bahwa kurva biaya total jangka panjang, dimulai pada titik asal (0)
karena tidak ada biaya tetap pada jangka panjang. Berdasarkan kurva biaya total
jangka panjang (LRTC), maka kita dapat menurunkan kurva biaya rata-rata jangka
panjang (long rung average cost, LRAC), dan kurva biaya marjinal jangka panjang
(long run marjinal cost, LRMC), seperti terlihat pada Gambar 6.5.
Kurva biaya rata-rata jangka panjang diperoleh dengan membagi LRTC
dengan Q, dalam bentuk persamaan matematis adalah:
LRTC
LRAC
Q
Sebagai contoh untuk memproduksi Q=100 diperoleh dengan membagi
misalnya LATC sebesar Rp.200.000, maka diperoleh LRAC sebesar Rp. 2000.
Berdasarkan kurva biaya total jangka panjang (LRTC) kita juga dapat
menurunkan kurva biaya marjinal jangka panjang(LRMC). Kurva biaya marjinal
jangka panjang pada dasarnya mengukur perubahan LRTC per unit perubahan output,
dan ditunjukkan oleh kemiringan dari kurva LRTC, sehingga:
TC
LRMC
Q
Misalkan peningkatan output dari Q=0 menjadi Q=1 meningkatkan LRTC
dari 0 menjadi 100, sehingga LRMC adalah 100. Perhatikan bahwa hubungan antara
LRMC dan LRAC sama dengan MC jangka pendek dan ATC atau AVC. Sehingga
kurva LRMC mencapai titik terendah pada tingkat output yang lebih kecil dibanding
175
kurva LRAC dan memotong kurva LRAC dari bawah pada titik terendah kurva
LRAC.
TC
LTC
0 Output
AC
MC LMC
LAC
0 Output
Gambar 5.5. Kurva Biaya Jangka Panjang
hanya satu biaya total jangka panjang (long run total cost; LTC). Dan kurva biaya
rata-rata hanya satu yaitu kurva biaya rata-rata jangka panjang (long run average
cost, LAC),. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.5.
Pada dasarnya kurva biaya jangka pendek dan kurva biaya jangka panjang
yang telah dibahas dalam bab ini semuanya diturunkan dari fungsi produksi yang
sama. Dalam jangka pendek beberapa faktor produksi bersifat tetap, namun dalam
jangka panjang semua input bersifat variabel. Kurva biaya rata-rata jangka panjang
(LRAC) menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output pada saat semua
faktor produksi adalah variabel. Sementara kurva biaya total rata-rata jangka pendek
(SRATC) menunjukkan biaya terendah untuk memproduksi output manapun pada
saat satu input atau lebih adalah tetap (konstan).
Kurva biaya rata-rata jangka pendek pada dasarnya tidak boleh berada di
dibawah kurva biaya rata-rata jangka panjang, karena kurva biaya rata-rata jangka
panjang (LRAC) menunjukkan biaya terendah yang dapat dicapai bagi setiap output
yang dihasilkan. Dapat saja kurva itu adalah kurva yang sama apabila pabrik dengan
ukuran yang benar-benar sama adalah yang terbaik untuk memproduksi output yang
manapun, namun hal tersebut hampir tidak mungkin terjadi. Situasi yang dapat
dijumpai adalah bahwa apabila tingkat output diubah, maka pabrik yang ukurannya
berbeda diperlukan untuk mencapai biaya terendah yang dapat dicapai. Hal tersebut
ditunjukkan pada Gambar 5.6 dimana kurva SRATC terletak di atas kurva LRAC
pada semua output kecuali pada q0.
Gambar 5.6. menunjukkan bahwa kurva biaya total rata-rata jangka pendek
(SRATC) bersinggungan dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang (LRAC) pada
output yang kuantitas faktor tetapnya adalah optimum. Apabila output di ubah pada
sekitar unit q0, dengan pabrik dan peralatan yang tetap pada tingkat optimal untuk
memproduksi q0, maka biaya akan mengikuti kurva biaya jangka pendek. Walaupun
SRATC dan LRAC berada pada tingkat yang sama untuk ouput q0, dalam hal ini
177
pabrik bekerja optimal pada tingkat ini, jumlah pabrik atau peralatan terlalu terbanyak
atau terlalu sedikit, sehingga SRATC akan terletak di atas LRAC. Apabila sejumlah
output selain q0 harus tetap dipertahankan, biaya dapat diturunkan pada tingkat yang
terdapat pada kurva jangka panjang, dan dapat berlaku apabila terdapat waktu yang
cukup untuk menyesuaikan kapasitas pabrik dan peralatannya.
Biaya
SRATC
LRAC
0 Q0 Qm Q
Gambar 6.6. Biaya rata-rata Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Kita melihat bahwa kurva SRATC pada gambar 6.6. adalah salah satu dari
banyak kurva yang sejenis. Setiap kurva menunjukkan bagaimana biaya berubah
apabila output diubah dari output dasar, dengan mempertahankan beberapa faktor
tetap pada kuantitas yang paling tepat untuk output dasar. Gambar 6.7 ditunjukkan
sekelompok kurva biaya rata-rata jangka pendek (LRATC) bersama-sama dengan
satu kurva biaya rata-rata jangka panjang.
Kurva biaya jangka panjang biasa pula disebut kurva sampul (envelope
curve), karena kurva biaya rata-rata jangka panjang melingkupi semua kelompok
kurva biaya total rata-rata jangka pendek. Setiap kurva biaya total rata-rata jangka
pendek bersinggungan dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang pada tingkat
178
output untuk mana kuantitas faktor produksi yang tetap adalah optimum dan terletak
diatasnya untuk semua tingkat output lainnya.
Biaya
SRATC1
LRAC
SRATC2
SRATC5
SRATC3 SRATC4
0 Q
Gambar 6.7. Biaya rata-rata Jangka Pendek dan Jangka Panjang
dicapai secara cukup berarti apabila pengalaman di bidang itu telah mencapai
dua kali lipat. Jadi apabila pengalaman kerja meningkat dan mencapai dua kali lipat
dari semula, maka akan terdapat suatu penurunan biaya produksi per unit yang cukup
berarti besarnya.
Penurunan biaya produksi sebagai akibat pertambahan pengalaman dapat
dilihat pada Tabel berikut 6.2.
Tabel 6.2. Tabel Perhitungan Penurunan Waktu Kerja dengan LC 80%
Unit Produksi Jumlah Jam Kerja langsung yang dibutuhkan per
unit produk
1 2.000
2 2.000 x 80% = 1.600
4 1.600 x 80% = 1.280
8 1.280 x 80% = 1.024
16 1.024 x 80% = 819,2
32 819,2 x 80% = 655,36
Secara grafik hubungan antara jumlah produk dan jam tenaga kerja langsung,
dengan mengambil contoh data di atas dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar ini
lazim disebut kurva belajar (Learning Curve) atau Experience Curve.
Biaya
Kurva belajar
0 Quantity
Gambar 6.8. Gambar Learing Curve
180
Hukum dari learning curve ini mengatakan bahwa biaya produksi per unit bila
diukur dengan nilai uang yang tetap, akan mengalami penurunan sebesar persentase
tertentu, setiap kali pengalaman kerja meningkat menjadi dua kali lipat.
sampai 20% juga. Ini merupakan langkah yang baik bagi perusahan A karena dia
akan memperoleh 2/3 dari pasar C yang keluar dari pasar itu.
Kedua masalah ini dapat dipecahkan dalam masalah Leaning curve:
a. Pada tahun sekarang:
Biaya produksi A = $ 12 - $ 7 = $ 5
Biaya produksi B = $ 5 x 100/70 = $ 7
Biaya produksi C = $ 7 x 100/70 = $ 10
Hal tersebut disebabkan karena market share perusahaan A adalah dua kali
lipat perusahaan B dan market share perusahaan B dua kali lipat perusahaan C.
Padahal LC perusahaan sama-sama 70%. Perhitungan biaya produksi perusahaan
untuk tahun depan dapat dilakukan seperti telah diuraikan di depan dan akan
memperoleh; Produksi perusahaan A tahun depan adalah produksi tahun ini +
perkembangan tiap tahun + bagian pasar dari C yang dapat direbut. Jadi produksi
perusahaan A tahun depan adalah:
400 + (3% x 400) + 2/3 x 100 + (3% x 100) = 481
Perkiraan pengalaman kerja dengan tingkat perkembangan 3% bagi
perusahaan A adalah 400/0,03 = 13.333,-.
Sedang produksi perusahaan B tahun depan adalah: Produksi tahun ini +
perkembangan produksi per tahun + bagian pasar C yang dapat direbut olehnya. Jadi
produksi B tahun depan adalah:
200 + (3% x 200) + 1/3 x 100 + (3% x 100) = 240
Dari volume produksi tersebut, maka dapat diperkirakan besarnya biaya
produksi tahun depan bagi masing-masing perusahaan. Perkiraan pengalaman kerja B
adalah 200/0,03 = 6.667.
0, 515
C 5 1 (0,036076) (1,03)
481 0, 515
C 5 1 (1,03) C 5 (1,0371582 8) 0,515
13.333
C = 4,91
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya per unit produksi perusahaan A hanya
berubah sangat kecil dari tahun sebelumnya yaitu dari $ 5 per unit menjadi $ 4,91
per unit.
0, 515
240
C 7 (1 (1,03) C 7 (1,037078) 0,515
6.667
Jadi apabila perusahaan A menurunkan harga jual 20%, maka harga jual akan
tunur dari $.12 menjadi $.9,6 dan keuntungan yang diperoleh dari ketiga perusahaan
ini adalah:
A = 481 x ($9,6 - 4,91) = $ 2.255,89
B = 240 x ($9,6 – 6,87) = $ 655,20
C = keluar dari persaingan jadi tidak memperoleh laba.
Biaya ekonomis (ekonomic cost) adalah biaya ekonomi atas semua input yang
diperlukan untuk mempertahankan masukan tersebut untuk penggunaannya saat ini,
185
atau imbalan yang diterima input tersebut dalam penggunaan alternatifnya yang
terbaik.
Dua konsep biaya yang penting yaitu biaya rata dan biaya marjinal. Biaya
rata-rata adalah biaya per unit output, sementara biaya marjinal adalah biaya
tambahan dari unit terakhir yang diproduksi. Kurva biaya rata-rata dan biaya marjinal
dapat dibentuk secara langsung dari kurva biaya total. Sehingga bentuk dari kurva
biaya rata-rata dan biaya marjinal, tergantung pada biaya total.
Untuk meminimisasi biaya produksi setiap tingkat output tertentu, perusahaan
harus memilih sebuah titik pada isokuan di mana pada tingkat substitusi teknik (RTS)
adalah sama dengan rasio harga pasar input. Dengan mengulang kembali proses
minimisasi biaya untuk setiap tingkat yang mungkin pada output, maka alur ekspansi
perusahaan dapat dibentuk. Hasil ekspansi menunjukkan arah biaya minimum untuk
menghasilkan setiap tingkat output. Kurva biaya total perusahaan dapat dihitung
secara langsung dari alur ekspansi tersebut.
Kurva biaya jangka pendek dibentuk dengan menganggap bahwa satu atau
beberapa input konstan perusahaan pada jangka pendek. Biaya-biaya jangka pendek
ini umumnya tidak akan merupakan biaya terendah yang dapat dicapai perusahaan
apabila seluruh inputnya dapat disesuaikan. Biaya jangka pendek meningkat dengan
cepat apabila perusahaan melakukan ekspansi output, karena input-input yang
digunakan mengalami penurunan produktivitas marjinal.
Dalam jangka panjang, semua input yang digunakan dalam proses produksi
adalah variabel, akibatnya pemilihan input tergantung pada biaya relatif dari faktor-
faktor produksi dan sejauh mana perusahaan dapat mensubstitusi input dalam proses
produksi. Pemilihan input yang meminimumkan biaya dilakukan dengan mencari titik
singgung antara isokuan tingkat output yang diinginkan dengan garis isocost.
Kurva biaya rata-rata jangka panjang adalah amplop dari kurva biaya rata-rata
jangka pendek sebuah perusahaan dan sekaligus menunjukkan bahwa ada atau tidak
skala pengembalian. Ketika terdapat sekala pengembalian yang bertambah pada tahap
awal dan selanjutnya terjadi penurunan skala tersebut, kurva biaya rata-rata jangka
186
panjang berbentuk U dan amplop tersebut mencakup semua titik biaya minimum dari
kurva biaya rata-rata jangka pendek.
Leaning Curve memperlihatkan penurunan dalam biaya rata-rata produksi
seiring dengan meningkatnya total output secara komulatif sepanjang waktu. Kurva
belajar mempunyai kemiringan negatif dan cembung terhadap titik asal. Hal tersebut
menunjukkan bahwa biaya input rata-rata menurun pada satu tingkat yang digunakan
dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja, mesin, bahan mentah, dan pelataran,
serta untuk menjadwalkan produksi, menurunkan harga jual output, dan melakukan
evaluasi harga dengan pemasok.
Pertanyaan bab 6
1. Jelaskan perbedaan antara biaya ekonomi dan biaya akuntansi? dan biaya mana
yang lebih penting digunakan untuk menghitung laba ekonomi perusahaan?
2. Jelaskan perbedaan antara biaya rata-rata dan biaya marjinal?
3. Apakah biaya tetap merujuk dalam jangka pendek atau jangka panjang? Jelaskan
jawaban anda?
4. Jelaskan mengapa kurva ATC mencapai titik terendah setelah kurva AVC? Dan
mengapa kurva MC memotong kurva AVC dan ATC dari bawah pada titik
terendah?
5. Jelaskan mengapa perusahaan diasumsikan akan menghasilkan output pada biaya
minimum?
6. Apabila MC naik maka AC naik dan jika AC naik maka MC naik, benar atau
salah Jelaskan?
7. Bentuk U dari kurva biaya rata-rata jangka pendek dan jangka panjang semua
didasarkan oleh operasi hukum hasil yang semakin berkurang. Benar atau salah?
Jelaskan jawaban anda?
8. Lengkapilah data biaya pada tabel berikut ini:
187
Setelah data tersebut lengkap, maka buatlah kurva biaya; TC, AC, AFC, AVC
dan MC.
9. Diketahui fungsi biaya TC =0,04Q3 - 0,4Q2 + 5Q
Dimana: TC adalah biaya ttal dan Q adalah tingkat output, maka tentukan:
a. Fungsi ATC, AVC, AFC, dan MC.
b. Tingkat produksi pada ATC dan MC minimum.
c. Gambarkan dalam bentuk grafik fungsi biaya AVC, ATC dan MC?
d. Jelaskah hubungan antara MC dengan AC dan hubungan antara AVC dan AC
pada gambar tersebut?
10. Fungsi biaya total jangka panjang PT. ABC yang menghasilkan produk komputer
adalah:
TC = Q3 – 40Q2 + 430Q
Dimana: TC adalah biaya total dan Q adalah tingkat output, maka:
a. Hitung biaya rata komputer, dan bagaimana bentuk grafiknya?
b. Pada tingkat output berapa biaya rata-rata komputer mencapai titik
minimum?
c. Bagaimana bentuk fungsi biaya marjinal perusahaan dan tunjukkan bahwa
biaya marjinal tersebut memotong nilai minimum pada biaya rata-rata?
188
BAB VII
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan individu yang ingin dan
mampu untuk membeli serta menjual suatu produk tertentu. Karakteristik pasar yang
paling mendasar adalah jumlah dan ukuran distribusi para pembeli dan penjual serta
tingkat difrensiasi produk. Secara tradisional, pasar dapat dibagi menjadi empat
macam, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan
monopolistik, dan pasar oligopoli.
Pasar persaingan Sempurna (perfect competition) adalah struktur pasar yang
ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap
individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total
sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut. Para pembeli dan
penjual secara individual hanya bertindak sebagai penerima harga (price takers).
Tidak ada perusahaan yang menerima laba di atas normal dalam jangka panjang
dalam pasar persaingan sempurna.
Pasar Monopoli (monopoly) adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya
seorang produsen tunggal. Suatu perusahaan monopoli dapat menentukan harga
produk dan jumlah outputnya. Sebuah perusahaan monopoli dapat memperoleh laba
di atas normal, bahkan dalam jangka panjang sekalipun.
Pasar Persaingan Monopolistik (monopolistic competition) adalah pasar yang
sangat mirip dengan persaingan sempurna, tetapi sedikit dibedakan dengan persaingan
sempurna karena dalam persaingan monopolistik ini konsumen mengetahui perbedaan-
perbedaan di antara produk dari perusahaan-perusahaan yang berbeda. Seperti halnya
dalam persaingan sempurna, maka dalam pasar persaingan monopolistik ini, laba di
atas normal hanya dapat diperoleh dalam jangka pendek.
Pasar Oligopoli (ligopoly) adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah
kecil perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. Oligopoli dibagi lagi
menjadi oligopoli terdiferensiasi (differentiated oligopoly) di mana produk tidak
190
Jumlah produsen dan konsumen dalam pasar sangat banyak, sehingga kemampuan
setiap produsen dan konsumen dalam pasar sangat kecil, dan bahkan tidak dapat
mempengaruhi pasar. Setiap perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hanya
menghasilkan suatu bagian yang sangat kecil dibandingkan jumlah output industri
secara keseluruhan, dan setiap pembeli hanya membeli suatu bagian yang sangat kecil
pula dari output total tersebut.
Yang dimaksud dengan produk homogen adalah produk yang mampu memberi
kepuasan kepada konsumen tanpa mengetahui siapa produsennya. Jadi konsumen tidak
membeli merek produk tetapi membeli kegunaan barang atau jasa. Oleh karena itu
semua perusahaan diasumsikan menghasilkan produk yang sama, dengan kualitas dan
191
Para pelaku pasar (produsen dan konsumen) memiliki pengetahuan yang sempurna
tentang harga, dan kualitas yang produk yang dijual. Dengan demikian produsen dan
penjual hanya menghadapi satu harga dan kualitas dari produksi yang diperjualbelikan
di pasar.
Konsekwensi dari banyaknya produsen dan konsumen dalam pasar, maka baik
produsen maupun konsumen tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Jadi produsen dan
konsumen hanya dapat menyesuaikan diri dengan harga pasar yang ada atau penerima
harga (price taker).
akan memberikan suatu referensi pokok bagi kita untuk menganalisis struktur-struktur
pasar lainnya seperti pasar oligopoli, persaingan monopolistik, dan pasar monopoli.
P
P
S
0 Q 0 Q
a. Kurva Permintaan Industri/Pasar b. Kurva Permintaan Perusahaan
Gambar 7.1. Kurva Permintaan Pasar Persaingan Sempurna dan
Perusahaan
193
Berdasarkan data pada tabel 7.1, maka kurva penerimaan total, kurva
penerimaan rata-rata, dan kurva penerimaan marjinal dapat digambarkan seperti terlihat
pada Gambar 7.2.
P
TR=P x Q P
D=MR=AR=P
0 Q 0 Q
a. Kurva Penerimaan Total b. Kurva AR dan MR
Gambar 7.2. Kurva Permintaan Total, Permintaan Rata-rata, Permintaan
Marginal dalam Pasar Persaingan Sempurna
194
Telah dijelaskan bahwa tujuan perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa
adalah untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam menganalisis maksimisasi
keuntungan perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu; keuntungan jangka pendek dan
keuntungan jangka panjang. Hal tersebut didasarkan pada sifat dari biaya produksi dari
perusahaan di mana biaya produksi dalam jangak pendek berbeda dengan biaya
produksi dalam jangka panjang.
Dalam jangak pendek, biaya perusahaan dibedakan ke dalam biaya tetap (fixed
cost; FC) dan biaya variabel (variabel cost; VC), sementara dalam jangka panjang tidak
dikenal adanya biaya tetap, tetapi semua biaya adalah variabel, dan sekaligus merupakan
total biaya (total cost; TC). Walaupun demikian dalam jangka waktu tersebut terdapat
persamaan dalam menghitung keuntungan, yaitu dengan memperkurangkan antara total
penerimaan (total revenue; TR) dan total biaya (total cost; TC). Kondisi keuntungan
maksimum dapat dicapai pada saat tingkat penerimaan marginal (marginal revenue;
MR) sama dengan biaya marjinal (marginal cost; MC).
Tabel 7.2. menunjukkan tentang pendapatan yang terima dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Kolom 3 menunjukkan tentang total penerimaan
perusahaan yaitu diperoleh dengan mengalikan harga (P) (kolom (2) dengan kutitas
barang yang dijual (Q) (kolom (1), sementara kolom 6 menunjukkan tentang total biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan diperoleh dengan menjumlahkan biaya variabel total
195
(TVC) (kolom 8) dengan total biaya tetap (TFC) (kolom7). Sementara kolom 13
menunjukkan tentang keuntungan/ kerugian (∏) yang diperoleh perusahaan, di mana
kolom keuntungan ini diperoleh dengan memperkurangkan antara total penerimaan
(kolom 3) dengan total biaya (kolom 6) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Terlihat
bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan maksimum pada saat perusahaan
memproduksi/menjual barang atau jasa sebesar 9 unit. Terlihat pula bahwa pada saat
perusahaan hanya memproduksi kurang dari 6 unit maka perusahaan akan menderita
kerugian, demikian halnya apabila perusahaan menjual di atas 12 unit maka perusahaan
juga akan menderita kerugian.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 1000 1000 1000 1000 2900 2000 900 2900 2000 900 900 -1900
2 1000 2000 1000 1000 3700 2000 1700 1850 1000 850 800 -1700
3 1000 3000 1000 1000 4500 2000 2500 1500 667 833 800 -1500
4 1000 4000 1000 1000 5000 2000 3000 1250 500 750 500 -1000
5 1000 5000 1000 1000 5450 2000 3450 1090 400 690 450 -450
6 1000 6000 1000 1000 5800 2000 3800 967 333 633 350 200
7 1000 7000 1000 1000 6250 2000 4250 893 286 607 450 750
8 1000 8000 1000 1000 6750 2000 4750 844 250 594 500 1250
9 1000 9000 1000 1000 7500 2000 5500 833 222 611 750 1500
10 1000 10000 1000 1000 8600 2000 6600 850 200 650 1000 1400
11 1000 11000 1000 1000 10100 2000 8100 909 182 727 1500 900
12 1000 12000 1000 1000 12000 2000 10000 1000 167 833 2000 0
Dengan menunjukkan total penerimaan (TR), total biaya (TC), total biaya tetap
(TFC), dan total biaya variabel (TVC) dalam satu grafik, maka kondisi keuntungan (∏)
perusahaan dalam jangka pendek dapat dilihat pada Gambar 7.3.
Gambar 7.3, menunjukkan bahwa pada saat perusahaan tidak melakukan
produksi, maka perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 2000. Hal tersebut
196
disebabkan karena perusahaan tetap harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 2000
walaupun mereka tidak melakukan produksi. Pada saat perusahaan memproduksi
sebesar kurang sedikit dari 6 unit maka TR=TC, yang berarti bahwa perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian dalam perusahaan pulang
pokok (impas). Pada saat TR>TC yaitu pada waktu perusahaan memproduksi antara 6
sampai 12 unit, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan. Keuntungan
maksimum diperoleh perusahaan pada saat mereka memproduksi sebesar 9 unit.
Rp TC
TR
12000
TV
C
6000
2000 TF
C
0 Q
6 9 12
-2000 ∏
Contoh Soal
Fungsi permintaan industri dalam pasar persaingan sempurna adalah Q = 150 –
2P, dan kurva biaya total perusahaan A adalah TC = 0,5Q2 + 30Q + 150. Dimana Q
197
adalah jumlah kuantitas produk yang dijual dan P adalah harga jual produk. Berdasarkan
data tersebut diminta:
a. Hitung jumlah dan harga keseimbangan?
b. Hitung keuntungan perusahaan A dalam industri?
c. Surplus produsen dan konsumen?
Jawab
Diketahui
QD = 150 – 2P
TC = 0,5Q2 + 30Q + 150
MC = Q + 30
Q = 150 – 2P P = 75 – 0,5Q
a. Syarat agar laba maksimum adalah P = MC (dimana MR = P)
P = MC
75 -0,5Q = Q + 30
1,5Q = 45
Q = 30
P = 75 – 0,5Q
P = 75 - 0,5(30)
P = 60
Dengan demikian, maka jumlah produk yang jual adalah 30 unit dengan harga
Rp. 60 per unit
b. Jumlah keuntungan perusahaan A adalah:
∏ = TR – TC
Dimana TR = P x Q
TC = TVC + TFC
TFC = 150
TVC = 0,5Q2 + 30Q
= 0,5(30)2 + 30(30)
= 0,5(900) + 900
198
= 1350
∏ = P x Q – (TVC + TFC)
∏ = 60 x 30 – (1350 + 150)
∏ = 1800 – 1500
∏ = 300
c. Surplus produsen dan konsumen dapat dihitung dengan memperhatikan gambar 7.4.
Surplus konsumen adalah:
(75 60)30
225
2
Surplus Produsen
(60 30)30
450
2
Jadi surplus konsumen adalah 225 sementara surplus produsen adalah 450.
MC = 2Q + 30
75
SK
60
SP
30 D
30 150 Q
Gambar 7.4. Surplus Produsen dan Konsumen
Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi agar perusahaan berada dalam
199
P/C
MC
AC
E AVC
P* D=MR=AR=P
Laba
C A
0 Q
Q*
Gambar 7.5. Kurva Keuntungan Maksimum Perusahaan
Gambar 7.5, menunjukkan bahwa kondisi MR=MC tercapai pada output sebesar
200
Q*. Oleh karena biaya rata-rata lebih kecil dari harga setiap output, maka perusahaan
memperoleh laba sebesar wilayah PCEA. Apabila perusahaan memproduksi kurang dari
Q*, maka penerimaan marjinal (MR=P) lebih besar dari biaya marjinal (MC), sehingga
lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk menambah outputnya. Dan apabila
perusahaan memproduksi lebih besar dari Q* maka MC sudah lebih besar dari MR,
sehingga penambahan output akan mengurangi keuntungan bagi perusahaan. Jadi laba
maksimum akan tercapai pada MR=MC dengan output sebesar Q*.
P/C
MC
AC
AVC
E
P* D=MR=AR=P
0 Q
Q*
Gambar 7.6. Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Kondisi
Impas
201
P/C
MC
AC
B AVC
C
Rugi
P* D=MR=AR=P
E
0 Q
Q*
Gambar 7.7 Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Kondisi Rugi
202
Apabila harga produk di pasar telah berada pada kondisi lebih tinggi dari biaya
variabel rata-rata (AVC>P), maka tidak ada pilihan bagi perusahaan kecuali tutup.
P/C MC
AC
AVC
P* D=MR=AR=P
E
0 Q
Q*
Gambar 7.8 Keseimbangan Jangka Pandek dalam Kondisi Perusahaan Tutup
203
Gambar 7.8 menunjukkan bahwa posisi AVC > P, dengan demikian, maka
apabila perusahaan melanjutkan operasinya maka perusahaan di samping merugi dengan
biaya tetap, perusahaan juga merugi dengan sebagian biaya variabel rata-rata. Karena
itu, pilihan terbaik bagi perusahaan adalah menutup usahanya atau perusahaan
dibubarkan.
P/C
MC P
S
P4
AC
P3
P2 AVC
P1
P0
204
Contoh Soal
Misalkan fungsi biaya perusahaan ABC adalah C=q3 – 14Q2 + 69Q + 128. Berdasarkan
fungsi tersebut hitung: Fungsi penawaran perusahaan ABC tersebut?
Jawab:
Kurva penawaran perusahaan didasarkan pada aturan MC = P. Yang berarti P =
3Q2 - 28Q + 69. Tetapi persamaan ini hanya berlaku bagi P, dimana P merupakan
minimum dari kurva biaya variabel rata-rata. Oleh karena itu langka pertama perlu
dicari biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata variabel (AVC):
TC
MC 3Q 2 28Q 69
Q
AVC
2Q - 14 0
Q
2Q = 14
Q =7
205
Dengan demikian pada saat Q =7, maka nilai AVC = (7)2 – 14(7) + 69 = 20.
Oleh karena itu pada saat P < 20, maka jumlah produk yang ditawarkan adalah nol. Jadi
penawaran produk baru ada apabila harga produk di atas 20 (P>20). Fungsi penawaran
perusahaan dibentuk dengan memperhatikan kondisi keutungan maksimum yaitu
P=MC=MR.
Jadi secara matematis MC dan AVC berpotongan pada Q =7 dimana MC dan
AVC =20. Karena itu fungsi penawaran dapat ditulis:
P = 3Q2 – 28Q + 69 untuk P ≥ 20
Q=0 untuk P < 20
Pada bagian ini kita akan membicarakan apa yang terjadi ketika perusahaan
bebas keluar masuk dalam pasar. Kita berasumsi bahwa semua produsen memiliki akses
terhadap teknologi yang sama dalam memproduksi barang atau jasa, dan semua
produsen memiliki akses yang sama dalam membeli bahan baku untuk keperluan
produksi, dan semua produsen berpotensi memiliki kurva biaya yang sama.
Keputusan produsen untuk keluar masuk dalam pasar tergantung pada insentif
yang dihadapi oleh produsen baik produsen yang lama maupun pengusaha yang akan
memulai usaha baru. Apabila perusahaan yang ada dalam pasar mendapatkan
keuntungan ekonomis, maka perusahaan-perusahaan baru akan mendapat insentif untuk
masuk ke dalam pasar. Dengan masuknya perusahaan-perusahaan baru ini akan
menambah jumlah perusahaan dalam pasar. Dengan meningkatkan produsen dalam
pasar maka akan meningkatkan jumlah penawaran total, sehingga dapat menurunkan
harga dan keuntungan bagi perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan-perusahaan lama
dalam pasar merugi, maka beberapa dari mereka akan keluar dari pasar, sehingga
mengurangi jumlah penawaran total, sehingga dapat menaikkan harga dan keuntungan
bagi perusahaan yang bertahan dalam pasar. Jadi proses masuk keluar ini adalah
perusahaan yang tetap ada dalam pasar akan memperoleh keuntungan ekonomis sebesar
nol. Sebagai mana telah dijelaskan bahwa keuntungan perusahaan adalah: (P – ATC)Q.
206
SRAC,LRAC,SRMC,LRMC,P
LRMC
SRMC SRAC
LRAC
A
P
C
B
P1 E
207
Oleh karena masuknya produsen-produsen baru dalam pasar, maka output yang
dihasilkan menjadi lebih besar, yaitu sebesar Q2 dan mendorong harga turun menjadi P1.
Pada saat titik E maka MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC. Hal ini menunjukkan
keseimbangan jangka panjang yang ekonomis, di mana biaya rata-rata jangka panjang
dan jangka pendek (long run average cost and shot run average cost) paling rendah.
Apabila dimisalkan dalam pasar persaingan sempurna terjadi peningkatan
permintaan karena suatu sebab, maka harga akan naik. Dengan adanya kenaikan harga,
maka produsen akan melakukan penyesuaian output yang dihasilkan, di samping itu
produsen juga berusaha tetap bertahan untuk memperoleh keuntungan maksimum
dengan menyamakan SRAC=LRAC=MR=P seperti terlihat pada Gambar 7.11.
Gambar 7.11. menunjukkan bahwa pada saat harga tinggi yaitu pada harga
sebesar P produsen memproduksi sebesar Q2. Maka kondisi LRMC=SRMC=P=MR
dan LRAC=SRAC, karena itu produsen memperoleh keuntungan ekonomis karena
P>SRAC, Akan tetapi keuntungan ini bukanlah merupakan keuntungan jangka
panjang dalam pasar persaingan sempurna. Seperi disebutkan bahwa keseimbangan
jangka panjang adalah MR=AR=SRMC= SRAC=LRMC=LRAC=P, walaupun
LRAC=SRAC.
SRAC,LRAC,SRMC,LRMC,P
SRMC
LRMC
A SRAC
P
SRAC
208
Pada kondisi kuantitas Q2, skala produksi berada pada kondisi biaya yang naik
(increasing cost) yang ditandai dengan LRAC pada Q2 lebih tinggi pada LRAC pada Q1.
Karena adanya keuntungan ekonomis, maka menarik bagi produsen baru masuk dalam
pasar dan atau produsen lama menambah output yang dihasilkan. Hal tersebut
menyebabkan kenaikan biaya dan menurunkan harga. Dengan turunnya harga dan
naiknya biaya produksi, maka membuat banyak produsen yang keluar dari pasar karena
menderita kerugian. Karena itu keseimbangan akan kembali pada harga yang lebih
rendah pada titik E, di mana MR=AR=SRMC= SRAC =LRMC=LRAC=P.
Harga
B
S
C
P2
E
P*
P1
F
D
A
0 Q1 Q* Kuantitas
pada daerah BEP*. Segala sesuatu yang terjadi pada pasar beras yang mempengaruhi
ukuran bidang segi tiga ini akan mempengaruhi kemakmuran konsumen.
Gambar 9.12 juga menunjukkan nilai surplus yang diterima oleh produsen
beras terhadap situasi di mana tidak ada beras yang diproduksi. Ukuran ini didasarkan
pada ukuran intuitif kurva penawaran (S), yang memperhatikan harga minimum yang
akan diterima produsen untuk setiap kg beras yang diproduksi. Pada titik equilibrium
E dengan harga P* dan kuantitas Q*, total penerimaan produsen adalah P*EQ*0. Dan
apabila produsen memproduksi sebesar Q* maka produsen akan menerima surplus
sebesar P*AE.
Analisis mengenai surplus produsen dan konsumen juga memberi petunjuk
bahwa, para ekonom percaya bahwa pasar yang bersaing secara sempurna
menghasilkan alokasi sumberdaya yang efisien. Mari kita perhatikan kembali Gambar
7.12, menunjukkan bahwa setiap level output untuk beras selain titik E dengan output
Q* dan harga P* adalah tidak efisien dan jumlah surplus produsen dan konsumen
secara total adalah tidak maksimum. Misalkan apabila jumlah beras yang dihasilkan
adalah sebesar Q1 maka total bidang surplus CFE akan hilang. Pada Q1 konsumen
akan bersedia membayar sebesar P2 untuk setiap kg beras yang dikonsumsi
konsumen, di mana biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi hanya sebesar P1.
Konsumen akan mendapatkan beras dengan harga yang lebih murah dari yang
seharusnya mereka bayar. Sementara produsen akan mendapatkan hasil lebih dari
beras atas ongkos produksi yang mereka keluarkan. Hanya pada titik E dengan harga
P* dan kuantitas Q* transaksi yang saling menguntungkan itu akan terjadi sehingga
penjumlahan dari surplus produsen dan konsumen adalah maksimum.
Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam pasar adalah pengenaan
pajak atas suatu produk. Pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana
pengaruh pajak dapat mengubah alokasi sumberdaya, dan juga melihat siapa
sebenarnya yang menanggung beban pajak tersebut. Analisis pengaruh pajak dapat
membantu kita untuk menjelaskan bagaimana pajak dapat mempengaruhi
kesejahteraan produsen dan konsumen.
Pada kesempatan ini diuraikan pengaruh pajak khusus yaitu pajak yang
dikenakan terhadap suatu produk dengan jumlah tetap per unit output yang
dibebankan oleh pemerintah terhadap industri yang menghasilkan output yang sama.
Walaupun berdasarkan undang-undang pajak wajib dibayar oleh perusahaan, namun
pandangan ini dapat menyesatkan. Oleh karena itu mari kita perhatikan Gambar 7.13.
Gambar 7.13 menunjukkan bahwa kurva permintaan bergeser ke keri dari D
ke D1, dimana jarak vertikal antara kurva menunjukkan jumlah pajak per unit (t).
Misalkan harga yang dibayar oleh konsumen sebesar P, maka perusahaan hanya perlu
menjaga P-t. Hal tersebut merupakan kurva bermintaan setelah pajak yang akan
sejalan dengan perilaku perusahaan. Dalam kondisi ini konsumen tetap akan
membayar harga bruto seperti yang tercermin oleh kurva D. Dengan demikian pajak
menciptakan batas antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang sebenarnya
didapat oleh perusahaan.
Dalam jangka pendek dampak pajak menggeser keseimbangan dari posisi
awal P1, Q1 ke titik dimana permintaan yang baru D1 memotong kurva penawaran
jangka pendek S. Perpotongan ini muncul pada saat output sebesar Q2 dan harga
setelah pajak P2. Dengan asumsi bahwa harga P2 lebih rendah dari biaya variabel
rata-rata, dan perusahaan sekarang mengalami kerugian apabila mereka
memproduksi produk sebesar Q2, maka konsumen akan membayar P3 untuk tingkat
output Q2. Pada gambar tersebut, maka P3-P2 =t. Oleh karena itu dalam jangka
pendek sebagian beban pajak dibebankan kepada konsumen (terlihat pada harga yang
mereka bayar dari P1 ke P3, sebagai lainnya ditanggung oleh perusahaan, dimana
212
sekarang beroperasi dalam keadaan merugi karena mereka menerima P2 (bukan P1)
untuk output mereka.
P SMC P
S1
MC Pajak S
AC P4
P3
P1 LS
P2
D
D1
0 Q1 0 Q3 Q2 Q1 Q
Gambar 7.13. Dampak atas Pengenaan Pajak Khusus pada Pasar Persaingan
dan Berbiaya Tetap
Price
LS
A
P3
C
P1 E
P2 B
D
D1
0 Q2 Q1 Quantity
Gambar 7.14. Pengaruh Pajak Terhadap Peningkatan Biaya dalam Industri
214
Gambar 7.14 juga menunjukkan bahwa, karena pajak yang dikenakan dapat
menurunkan output atas produk yang dikenai pajak, maka akan ada realokasi
produksi ke wilayah lain. Realokasi ini mengandung arti bahwa transaksi sebelumnya
yang saling menguntungkan akan hilang, dan beban pajak akan mengurangi
kesejahteraan secara keseluruhan. Kerugian total surplus konsumen sebagai akibat
dari pajak adalah P1P3AE. Ditransfer kepada pemerintah sebagai pajak sebesar
P1P3CE, sedang bidang ACE hilang begitu saja. Demikian halnya dengan total
surplus produsen yang digambarkan pada bidang P1P2EB, ditransfer ke pemerintah
sebesar P1P2BC sebagai penerimaan pajak, sedang daerah BCE hilang begitu saja.
Dengan menggunakan standar efisiensi alokasi sumber daya, dampak atas
pajak tersebut, adalah pemerintah menerima pajak yang jumlahnya sebesar daerah
P2P3AB. Apakah sebab pajak yang dibayarkan oleh konsumen dan produsen tersebut
mengurangi kesejahteraan produsen dan konsumen secara keseluruhan, tergantung
pada bagaimana pemerintah membelanjakan pajak yang diterimanya secara bijak.
Suatu isu yang membutuhkan kajian yang mendalam. Sementara daerah ABE ini
adalah kerugian beban baku (deadweight loss), dimana tidak ada imbalan lain
sebagai kompensasi.
Contoh Soal
Keseimbangan QD=QS
140 – P = P + 60
2P = 80
P = 40
Q = 140 – P
Q = 140 – 40
Q = 100
Jadi harga keseimbangan adalah Rp. 40 dan jumlah keseimbangan adalah 100
unit.
b. Apabila pemerintah mengenakan pajak sebesar 10 per unit produk, hitung jumlah
dan harga keseimbangan
QS= 60 + (P - t) karena t =10, maka QS = 50 +(P )
Qd=Qs
140 – P = P + 50
2P = 90
P = 45
Q = 140 – P
Q = 140 - 45
Q = 95
Jadi harga keseimbangan adalah sebesar Rp. 45 dan kuantitas keseimbangan
sebesar 95 unit. Pada keseimbangan ini konsumen membayar sebesar 45 untuk setiap
produk yang dibeli.
Untuk jelasnya keseimbangan sebelum dan sesudah pajak dapat dilihat pada
Gambar 7.15
216
Price
S
45 A
40 C E
35 B
D
D1
0 95 100 Quantity
Gambar 7.15. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan
P
SS
LS
P2
B E’
P3
P1
E
D1
D0
Q1 Q2 Q3 Q
Gambar 7.16. Pengendalian Harga dan Kelangkaan
218
ini karena mereka mendapatkan keuntungan kesejahteraan yang cukup berarti. Akan
tetapi perlu dipahami bahwa keuntungan tersebut diperoleh karena adanya kerugian
yang dialami produsen pada Q1, karena mereka mendapatkan lebih sedikit dari yang
mungkin mereka dapatkan, sehingga mereka akan menentang kebijakan ini. Produsen
dan konsumen yang bersedia melakukan transaksi lebih dari Q1 akan rugi sehingga
mereka juga akan menentang kebijakan ini. Dalam kenyataannya mereka mungkin
akan berusaha menghindari kebijakan pengendalian harga dengan melakukan
transaksi ilegal pada harga yang lebih besar dari P1.
daging impor di pasaran adalah sebesar (Q1-Q2). Jadi pada dasarnya apa yang
ditawarkan oleh produsen dalam negeri pada harga internasional akan ditawarkan
oleh produsen asing.
Pergeseran pada keseimbangan pasar dari E0 ke E1 menyebabkan peningkatan
surplus konsumen sebesar daerah P0PwE0E1. Keuntungan ini menunjukkan transfer
dari produsen daging sapi dalam negeri pada bidang P0E0APw, dan bagian yang
sudah pasti mewakili kesejahteraan adalah E1E0A. Pada dasarnya surplus konsumen
dalam hal ini adalah pembeli mendapatkan harga daging sapi yang lebih rendah dari
harga sebelumnya yang tersedia pada pasar dalam negeri. Seperti halnya dalam
analisis sebelumnya, kerugian surplus produsen dialami oleh input-input yang
menyebabkan kurva penawaran jangka panjang memiliki kemiringan ke atas. Apabila
misalnya industri daging sapi dalam negeri mengalami kenaikan biaya karena, harga
pakan ternak mengalami kenaikan sejalan dengan peningkatan output, maka
penurunan Q0 ke Q2 sebagai akibat dari perdagangan internasional akan membalik
proses ini, menyebabkan harga pakan ternak menurun.
P LS
E0
P0
E
A
E1
PW
Q2 Q0 Q1 Q
Gambar 7.17. Pembukaan Tarif Perdagangan Internasional
221
Para peternak di dalam negeri tidak akan senang dengan penurunan harga
daging di dalam negeri, sehingga mereka akan menekan pemerintah untuk
menerapkan proteksi terhadap arus produk daging impor. Oleh karena kerugian
surplus produsen dialami oleh relatif kecil individu, sementara konsumen yang
mendapat keuntungan atas perdagangan tersebut. Para peternak dalam negeri
mungkin berusaha untuk membuat perlawanan terhadap impor dari pada konsumen
yang tetap menginginkan agar perdagangan tetap terbuka.
Salah satu bentuk proteksi adalah tarif. Tarif yang dimaksud adalah pajak
yang dikenakan terhadap barang impor. Dampak atas tarif seperti yang dimaksud
dapat dilihat pada Gambar 7.18.
P LS
E0
P0
B E2
Pt
A E1
PW
C F
Q2 Q4 Q0 Q3 Q1 Q
Gambar 7.18. Pengenaan Tarif dalam Perdagangan Internasional
setelah adanya perdagangan internasional yaitu pada titik E1. Pembebanan tarif impor
per kg daging sapi untuk pembeli dalam negeri sebesar t menyebabkan harga efektif
naik menjadi PW + t = Pt. Dengan naiknya harga dari PW ke Pt menyebabkan kuantitas
yang diminta turun dari Q1 ke Q3, sementara produksi daging dalam negeri meningkat
dari Q2 ke Q4, dan total daging impor turun menjadi Q3 – Q4. Oleh karena setiap kilo
gram daging dikenai tarif impor, maka total penerimaan pemerintah atas tarif impor
daging adalah sebesar daerah BCFE2.
Pembebanan tarif pada produk impor menghasilkan berbagai dampak
kesejahteraan. Surplus konsumen total berkurang sebesar daerah PtPWE2E1.
Pengurangan surplus konsumen tersebut sebagian di transfer ke dalam pendapatan
tarif yaitu sebesar daerah BCFE2 dan sebagian lagi ditrasfer pada peningkatan surplus
produsen domestik yaitu sebesar daerah PtPWBA. Sementara daerah ABC dan daerah
FE1E2, menunjukkan surplus konsumen yang tidak ditransfer ke mana-mana, sehingga
daerah ini merupakan kerugian beban baku (deadweight loss) atas tarif impor.
Pasar persaingan sempurna merupakan pasar barang yang paling ideal kerena
mempunyai ciri-ciri yang memaksimumkan kesejahteraan masyarakat. Ciri utama
pasar persaingan sempurna adalah, produk yang ada adalah identik atau homogen,
banyak produsen dan konsumen dalam pasar, sehingga baik produsen maupun
konsumen adalah penerima harga, dan perusahaan mudah keluar masuk dalam pasar,
serta produsen dan konsumen memiliki pengetahuan yang sempurna tentang pasar.
Kurva penawaran jangka pendek dalam pasar persaingan sempurna
merupakan penjumlahan dari kurva-kurva penawaran jangka pendek secara horisontal
pada berbagai perusahaan penerima harga. Harga keseimbangan terbentuk dalam
jangka pendek atas interaksi antara kurva penawaran jangka pendek dengan kurva
permintaan pasar. Pada harga keseimbangan perusahaan bersedia untuk menghasilkan
output yang tepat jumlahnya dengan output yang ingin dibeli oleh konsumen.
Laba ekonomis, akan menarik para pengusaha baru untuk masuk ke dalam
pasar persaingan sempurna dalam jangka panjang. Masuknya perusahaan baru dalam
223
pasar persaingan sempurna akan berlanjut sampai laba ekonomis berkurang sampai
sama dengan nol. Pada kondisi ini harga pasar akan sama dengan biaya rata-rata
jangka panjang dan setiap perusahaan akan beroperasi pada titik terendah dari kurva
biaya rata-rata jangka panjang.
Masuknya perusahaan baru dalam pasar persaingan sempurna, dapat
berpengaruh pada harga input perusahaan. Akan tetapi dalam kasus biaya tetap biaya
input ini tidak berpengaruh, sehingga kurva penawaran jangka panjang berbentuk
horisontal. Apabila masuknya perusahaan baru akan meningkatkan biaya input, maka
kurva penawaran jangka panjang akan memiliki slope menaik.
Dalam jangka panjang produsen dalam pasar persaingan sempurna hanya akan
memperoleh keuntungan normal saja. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan
dengan mudah keluar masuk dalam pasar. Apabila terdapat keuntungan ekonomis,
maka banyak perusahaan yang akan masuk dalam pasar, sehingga penawaran produk
bertambah dan harga turun. Pada akhirnya perusahaan hanya akan memperoleh
keuntungan normal saja. Sebaliknya apabila perusahaan mengalami kerugian, maka
banyak perusahaan yang keluar dari pasar, sehingga penawaran menurun dan harga
akan meningkat.
Surplus produsen dan konsumen merupakan suatu konsep yang sangat
berguna untuk menganalisis dampak perubahan suatu kebijakan terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen. Perubahan pada surplus konsumen
mencerminkan tentang perubahan kepuasan konsumen karena mengkonsumsi produk
tertentu. Sementara perubahan surplus produsen mencerminkan tentang perubahan
pendapatan yang diterima oleh produsen atas penjualan suatu produk tertentu.
Dampak pajak umumnya berpengaruh terutama dibebankan kepada produk
yang tidak elastis terhadap perubahan harga. Pajak juga memiliki dampak beban baku
sebagai tambahan atas beban yang dikenakan atas pengumpulan pajak yang dilakukan
oleh pemerintah.
Pengendalian harga dalam pasar meliputi transfer antara produsen dan
konsumen. Di samping itu pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pasar mempunyai konsekuensi politik. Bagi masyarakat yang diuntungkan tentunya
224
Pertanyaan Bab 7
7. Pada pasar persaingan sempurna dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan
keberadaan perusahaan yaitu; mendapatkan keuntungan maksimal, keuntungan
normal, mengalami kerugian namun tetap beroperasi, dan menutup usaha. Jelaskan
dengan grafik maksud dari keadaan tersebut?
8. Jelaskan bahwa kurva biaya marjinal yang berada di atas kurva biaya rata-rata
adalah kurva penawaran bagi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna?
9. Jelaskan mengapa pada pasar persaingan sempurna dalam jangka panjang
perusahaan tetap bertahan dalam industri yang hanya memberikan keuntungan
ekonomi sama dengan nol. Mengapa banyak pengusaha ingin memasuki industri
tersebut? Tidakkah pemilik perusahaan akan lebih baik apabila mereka
melakukan investasi pada jenis usaha yang lain.
10. Gambarkan dengan grafik untuk menjelaskan bahwa suatu kurva permintaan
tertentu, hal mana semakin rendah elastisitas penawaran, maka semakin besar
beban pajak yang dibayar oleh produsen?
11. Uraikan mengapa pengendalian harga dalam perdagangan yang dilakukan oleh
pemerintah melibatkan kerugian kesejahteraan? Siapa yang akan mengalami
kerugian kesejahteraan, sebaiknya dijelaskan dengan menggunakan grafik.
12. Tabel berikut menunjukkan tentang kuantitas produk, pendapatan total dan biaya
total:
Jumlah 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapatan 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Total
Biaya Total 4 6 8 10 13 17 23 30 41
Berdasarkan tabel tersebut diminta:
a. Hitung keuntungan masing-masing jumlah, dan berapa banyak yang harus
diproduksi perusahaan apabila mereka ingin memperoleh keuntungan yang
maksimum?
b. Hitung pendapatan marjinal dan biaya marjinal masing-masing jumlah.
Kemudian gambarkan grafiknya, serta pada jumlah berapa kedua kurva
226
BAB VIII
PASAR MONOPOLI
Oleh karena itu hanya sedikit perusahaan yang memiliki sumber daya yang tidak
tergantikan.
Sebagai contoh yang klasik dari perusahaan monopoli yang muncul akibat
pemilikan suatu sumber daya adalah DeBeers, perusahaan berlian di Afrika Selatan.
DeBeers menguasai sekitar 80 persen dari total produksi berlian di seluruh dunia.
Walaupun mereka tidak dapat menguasai 100 persen pasar berlian, tetapi DeBeers
punya pengaruh yang sangat besar dalam menentukan harga jual berlian.
Monopoli Alamiah
Apabila suatu perusahaan dapat menyediakan barang atau jasa pada seluruh
pasar yang membutuhkannya dengan biaya yang lebih rendah dari perusahaan lain
yang ada di sekitarnya. Suatu monopoli alamiah muncul ketika terdapat skala
ekonomi (economies of scale) pada suatu output tertentu. Gambar 8.1. menunjukkan
biaya rata-rata suatu perusahaan yang memiliki sakala ekonomi.
Biaya
0 Output
Gambar 8.1. Monopoli karena Skala Ekonomi
233
Monopoli sebagai produsen tunggal atas suatu produk, maka pelaku monopoli
berada dalam posisi yang unik. Pertanyaan yang muncul bagaimana pelaku monopoli
mengambil keputusan tentang kuantitas dan harga. Apabila perusahaan monopoli
memutuskan untuk menaikkan harga produknya, maka ia tidak perlu khawatir
terhadap pesaing yang akan mengenakan harga yang lebih rendah, akan tetapi dalam
merebut omset penjualan yang lebih besar dengan biaya yang ditanggung oleh
234
monopoli menjadi dasar pertimbangan dalam memutuskan jumlah dan harga yang
dikenakan kepada konsumen. Permintaan monopoli adalah permintaan pasar dan
secara keseluruhan mereka mengendalikan jumlah output yang ditawarkan untuk di
jual.
Walaupun pelaku monopoli adalah satu-satunya produsen dalam pasar,
tidaklah berarti bahwa pelaku monopoli dapat menentukan harga sesuai dengan
keinginannya. Hal tersebut disebabkan karena tujuan perusahaan yaitu
memaksimumkan keuntungan. Dalam memaksimalkan laba pertama-tama perusahaan
monopoli harus menghitung biaya-biaya produksi mereka dan karakteristik atas
perminaan pasar dari produknya. Pengetahuan tentang biaya dan karakteristik pasar
merupakan faktor yang sangat menentukan keputusan ekonomi suatu prilaku
monopoli.
Pendapatan Monopoli
Misalkan suatu kota yang hanya memiliki satu produsen yang menyediakan
air bersih. Tabel 8.1. menunjukkan bahwa pendapatan pelaku monopoli penyediaan
air tergantung dari jumlah air yang disalurkannya kepada konsumen.
Tabel 8.1. Pendapatan Total,Rata, dan Marjinal Pelaku Monopoli
Jumlah Harga Pendapatan Pendapatan Pendapatan
air Total Rata-rata Marjinal
0 Kubik 30.000 0 - -
1 28.000 28.000 28.000 28.000
2 26.000 52.000 26.000 24.000
3 24.000 72.000 24.000 20.000
4 22.000 88..000 22.000 16.000
5 20.000 100.000 20.000 12.000
6 18.000 108.000 18.000 8.000
7 16.000 112.000 16.000 4.000
8 14.000 112.000 14.000 0
9 12.000 108.000 12.000 -4.000
10 10000 100.000 10.000 -8.000
11 8000 88.000 8.000 -12.000
235
Tabel 8.1 menunjukkan bahwa pada kolom pertama dan kedua (jumlah dan
harga) menunjukkan skedul permintaan atas pelaku monopoli. Apabila pelaku
monopoli hanya menjual satu kubik air, harganya adalah Rp. 28.000, namun apabila
memproduksi 2 kubik maka harganya harus diturunkan menjadi Rp. 26.000 supaya
kedua kubik air tersebut laku terjual. Dan apabila monopoli memproduksi 3 kubik air,
harga harus diturunkan menjadi Rp. 24.000, kemudian jika memproduksi 4 galon air
harganya harus diturunkan lagi menjadi Rp. 22.000 dan seterusnya. Apabila kita
membuat grafik pada angka-angka yang ada pada kolom satu dan dua, maka kita akan
mendapatkan suatu kurva permintaan yang menurun sebagaimana kurva permintaan
pada umumnya.
Kolom ketiga pada tabel 8.1 menunjukkan tentang pendapatan total
perusahaan monopoli. Jumlah ini sama dengan jumlah barang yang dijual (kolom 1)
dikali harga barang yang dijual (kolom 2). Kolom keempat merupakan pendapatan
rata-rata pelaku monopoli. Pendapatan rata-rata perusahaan monopoli dihitung
dengan cara membagi kolom total pendapatan (kolom 3) dibagi dengan kolom jumlah
(kolom 1). Pendapatan rata-rata suatu produk selalu sama dengan harga barang. Hal
seperti ini juga berlaku untuk perusahaan monopoli.
Kolom terakhir adalah kolom penerimaan marjinal (kolom 5) perusahaan
monopoli, yaitu jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan monopoli atas
setiap tambahan 1 unit barang yang dijual. Untuk menghitung pendapatan marjinal
kita mengambil perubahan pada pendapatan total apabila jumlah penjualan meningkat
satu unit. Misalnya ketika perusahaan memproduksi 2 kubik air, pendapatan totalnya
adalah Rp. 52.000, naiknya produksi menjadi tiga, maka penerimaan total menjadi
Rp. 72.000. Jadi pendapatan marjinal adalah Rp. 72.000 – Rp. 52.000 = Rp 20.000.
Tabel 8.1 sangat penting untuk menjelaskan dasar perilaku perusahaan
monopoli. Terlihat bahwa pendapatan marjinal pelaku monopoli selalu lebih kecil
dari harga barang yang dijualnya. Misalnya ketika perusahaan menaikkan produksi
dari 2 kubik air menjadi tiga 3 kubik air, maka pendapatan total hanya naik sebesar
Rp. 20.000 saja walaupun setiap kubiknya dapat terjual seharga Rp. 24.000. Untuk
perusahaan monopoli pendapatan marjinal lebih kecil dari harga karena suatu
236
Harga
Permintaan (D) =
Pendapan rata-
rata)
Jumlah
Pendapatan
Marjinal (MR)
Maksimisasi Keuntungan
Harga
P2 MC
P*
Laba yang hilang karena
memproduksi terlalu banyak
P1
AC
MR D=AR
Q2 Q* Q1 Quantity
Dimana
∏ = laba
Q = kuantitas
R = Revenue (Penerimaan)
C = Cost (Biaya)
Apabila Q dinaikkan dari nol, maka laba akan bertambah hingga mencapai
titik maksimum dan kemudian menurun. Jadi maksimisasi laba Q adalah sebesar titik
maksimum seperti tersebut, maka
R C
0
Q Q Q
Oleh karena ӘR/ ӘQ adalah penerimaan marjinal dan ӘC/ӘQ adalah biaya
marjinal, maka kondisi yang memaksimumkan laba adalah MR - MC = 0 atau
MR=MC.
Contoh Soal;
240
Rp TC
TR
1600 r
1200
800 c
700
Laba
400
100
0 10 20 30 40 Jumlah
(a)
Rp
80 MC
B A
60
Laba
40 AC
25
C E
242
Kita sudah membahas bahwa harga dan output harus dipilih sehingga
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinalnya, namun dalam praktek
bagaimana manajer perusahaan dapat menentukan jumlah output dan harga yang
tepat? Umumnya para manajer perusahaan hanya memiliki pengetahuan yang terbatas
tentang kurva permintaan rata-rata dan penerimaan marjinal yang dihadapi
perusahaannya. Manajer mungkin mengetahui biaya marjinal mereka hanya pada
rentang output yang terbatas. Karena itu dalam kesempatan ini akan diuraikan suatu
teknik dikemukaan oleh Pindyck dan Rubinfeld (2008) yang dapat lebih mudah
diterapkan dalam praktek.
Untuk melakukannya, pertama-tama kita menulis kembali persamaan untuk
penerimaan marjinal:
R (PQ)
MR
Q Q
P Q P
MR P Q P P
Q P Q
MR = P+P(1/Ed)
244
P+P(1/Ed) = MC
(10.1)
Hubungan ini memberikan suatu aturan untuk menetapkan harga. Pada sisi
kiri, (P-MC)/P, adalah mark-up pada biaya marjinal sebagai persentase harga.
Hubungan ini menyatakan bahwa mark-up tersebut harus sama dengan minus
kebalikan dari elastisitas permintaan.
Angka yang diperoleh adalah positif, karena elastisitas permintaannya adalah
negatif. Seperti halnya kita dapat mengubah kembali persamaan ini untuk
menyatakan harga secara langsung sebagai mark-up pada biaya marjinal;
(102)
Misalkan elastisitas permintaan adalah -2 dan biaya marjinal adalah $6 per unit, maka
harganya harus $6/(1-1/2) = $6/0,5 = $12 per unit.
Perhatikan bahwa perusahaan monopoli tidak akan pernah memproduksi
sejumlah output yang berada pada bagian yang tidak elastis dari kurva permintaan,
yaitu pada elastisitas permintaan yang nilai absolutnya kurang dari satu. Untuk
mengetahui mengapa demikian, misalkan perusahaan monopoli memproduksi dalam
jumlah pada suatu titik dalam kurva permintaan di mana elastisitasnya adalah -0,5.
Pada kasus ini perusahaan dapat menghasilkan keuntungan harga yang lebih besar
apabila memproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit dengan yang lebih tinggi.
Misalkan pengurangan 10 persen dari output akan menyebabkan kenaikan harga
sebesar 20 persen dan selanjutnya menaikkan 10 persen dari pendapatan. Apabila
biaya marjinal lebih besar dari 0, maka kenaikan keuntungan bisa melebihi 10 persen,
karena output yang lebih rendah akan mengurangi biaya perusahaan. Pada saat
245
Pada bab 7 telah dijelaskan bahwa pada pasar persaingan sempurna, dalam
jangka pendek sebagian dari kurva marjinal cost (MC) yaitu bagian dari kurva MC
yang terletak di atas kurva biaya variabel rata-rata (AVC) dapat juga disebut sebagai
kurva penawaran dalam pasar persaingan sempurna. Bagian dari kurva MC tersebut,
di samping menunjukkan biaya marjinal pada berbagai tingkat produksi, juga
menunjukkan jumlah penawaran perusahaan pada berbagai tingkat harga.
Kita sudah memahami bahwa kurva penawaran menunjukkan hubungan
antara kuantitas dan tingkat harga atas produk yang ditawarkan. Jadi pada setiap
tingkat harga tertentu, maka jumlah barang tertentu akan ditawarkan. Dan apabila
terdapat dua tingkat harga, maka masing-masing tingkat harga itu menunjukkan suatu
jumlah tertentu produk yang ditawarkan, dan kedua jumlah tersebut akan berbeda.
P/C D1
MC
D0
Harga dan Biaya
P1
P0
D1
246
Keuntungan Monopoli
P P MC
MC
AC AC
P*
AC=P*
AC
D
D
248
MR MR
0 Q* Q* Q
0
(b) Monopoli dengan Laba besar (a) Monopoli dengan Laba nol
Gambar 8.6. menunjukkan permintaan dan biaya untuk dua perusahaan yang
memiliki kekuatan monopoli yang sama, di mana perbedaan antara harga dan biaya
marjinal pada kedua gambar adalah sama. Perusahaan monopoli pada gambar 8.6(a)
memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, sementara pada gambar 8.6(b)
perusahaan monopoli memperoleh keuntungan sebesar nol, di mana harga jual sama
dengan biaya rata-rata (AC). Dengan demikian profitabilitas berlebih tidak selamanya
terjadi pada perusahaan monopoli, termasuk untuk monopoli yang kuat. Apabila
beban sewa monopoli bertambah terutama untuk input yang digunakan oleh
perusahaan, bisa jadi perusahaan monopoli tersebut tidak memperoleh keuntungan.
Harga
H
MR
G
PM Transfer
dari kosumen
ke produsen
PPPS DWL E
MC=AC
F
Nilai input yang
ditransfer
AR=D
0 QM QPPS Quantity
Gambar 8.7. Dampak Alokasi dan Distribusi Monopoli
persaingan sempurna, maka output akan meningkat menjadi QPPS, dan kesejahteraan
secara keseluruhan akan meningkat dengan meningkat output tersebut.
marjinal seperti pada pasar persaingan sempurna. Apabila harga ditetapkan sama
dengan biaya marjinal, maka konsumen akan membeli jumlah produksi yang
memaksimumkan surplus total, dan alokasi sumber daya menjadi efisien.
Secara teoritis terdapat dua masalah yang dicapai dengan sistem regulasi
harga berdasarkan biaya marjinal untuk monopoli alamiah. Masalah pertama
digambarkan pada Gambar 8.8. Berdasarkan definisi, monopoli alamiah, memiliki
biaya totol rata-rata yang menurun, dan ketika biaya total rata-rata menurun, biaya
marjinal selalu lebih kecil dari biaya totol rata-rata. Dan apabila pemerintah
menetapkan harga yang sama dengan biaya marjinal, maka harga yang diperoleh
lebih kecil dari pada biaya total rata-rata, dan perusahaan akan mengalami kerugian.
Apabila hal tersebut dipaksakan maka dari pada rugi, maka perusahaan monopoli
kemungkinan besar keluar dari industri.
Pada dasarnya pemerintah dapat menanggapi masalah ini dengan berbagai
cara, akan tidak satu pun cara yang ada dapat menyelesaikan masalah secara
sempurna. Salah satu cara yang umum digunakan adalah dengan memberi subsidi
kepada perusahaan monopoli. Konsep ini pada dasarnya adalah pemerintah menutupi
kerugian-kerugian yang terkait dengan penetapan harga berdasarkan biaya marjinal.
Namun untuk memberikan subsidi kepada monopoli, maka pemerintah perlu
mendapatkan tambahan dana dari pajak, yang tentunya melibatkan kerugian beban
baku tersendiri.
Alternatif lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah terhadap monopoli yaitu
memberikan wewenang kepada monopoli untuk mengenakan harga yang lebih tinggi
dari biaya marjinalnya. Apabila harga yang ditetapkan sama dengan biaya total rata-
rata, maka perusahaan monopoli memperoleh keuntungan ekonomis sebesar nol.
Meskipun demikian, penentuan harga berdasarkan biaya total rata-rata membawa
kerugian beban baku, karena harga yang ditetapkan oleh monopoli tidak lagi
mencerminkan biaya marjinal produksi barang tersebut. Jadi pada dasarnya
penentuan harga berdasarkan biaya total rata-rata sama dengan pengenaan pajak
kepada barang yang dijual oleh monopoli tersebut.
254
Harga
0 Q* Quantity
Gambar 8.8. Penentuan Harga Berdasarkan Biaya Marjinal untuk
Monopoli Alamiah
Masalah kedua dengan sistem regulasi harga berdasarkan biaya marjinal dan
berdasarkan biaya total rata-rata adalah tidak memberikan insentif kepada monopoli
untuk menekan biaya-biaya. Sebagaimana dalam pasar persaingan sempurna masing-
masing perusahaan berusaha menekan biaya-biaya mereka, karena biaya yang lebih
rendah memberi keuntungan yang lebih tinggi bagi perusahaan. Berbeda dengan
monopoli, perusahaan monopoli alamiah mengetahui bahwa pemerintah akan
menurunkan harga apabila biaya-biaya produksi dapat diturunkan, jadi perusahaan
monopoli alamiah tidak mendapatkan keuntungan apabila mereka berhasil menekan
biayanya. Dewasa ini umumnya pemerintah memberikan kepada monopoli untuk
mengambil sebagian manfaat dari biaya yang rendah dalam bentuk keuntungan yang
lebih tinggi. Jadi suatu bentuk praktek penetapan harga yang tidak lagi berdasarkan
biaya marjinal perusahaan.
Kepemilikan Publik
255
Tiga jenis kebijakan yang telah dijelaskan untuk mengatasi masalah akibat
monopoli memiliki kelemahan masing-masing. Hasilnya adanya sebagian ekonom
berpendapat bahwa adakalanya pemerintah lebih baik tidak melakukan tindakan apa-
apa. Salah satu ekonom mengatakan seperti itu adalah George Stigler, yang
memenangkan nobel di bidang ekonomi tahun 1982 atas karyanya di bidang studi
tentang struktur industri, fungsi pasar dan sebab akibat dari regulasi publik.
Suatu teorema populer dalam ekonomi, menyatakan bahwa perekonomian
yang kompetitif akan menghasilkan pendapatan yang sebesar-besarnya dari sumber-
sumber daya yang ada. Mangkiw (2004) mengatakan Tidak ada satupun
256
perekonomian nyata di di dunia ini yang memenuhi semua kondisi teorema tersebut,
dan semua perekonomian tidak sebaik dengan perekonomian yang ideal. Perbedaan
ini disebut sebagai kegagalan pasar. Dalam pandangan Mangkiw (2004),
bagaimanapun juga kegagalan pasar untuk suatu perekonomian masih jauh lebih baik
daripada kegagalan politik yang muncul dari kebijakan ekonomi pada berbagai sistem
politik yang nyata.
Harga/
Biaya MC
A
P*
AC1
C1 B AC0
*
C0*
D
AR=D
MR
0 Q* Quantity
Gambar 8.9. Dampak Pajak Lumpsum pada Monopoli
biaya marjinal, karena posisi pajak khusus ini sama dengan posisi biaya variabel.
Untuk menjelaskan dampak pengenakan pajak khusus ini dapat dilihat pada Gambar
8.10.
Gambar 8.10 menunjukkan bahwa pajak khusus yang dikenakan pada
perusahaan monopoli menyebabkan biaya total rata-rata bergeser dari AC0 ke AC1,
dan kurva biaya marjinal bergeser dari MC0 ke MC1. Dengan kurva penerimaan
marjinal (MR) tetap, maka perpotongan antara kurva penerimaan marjinal dan biaya
marjinal menunjukkan jumlah komoditas yang dihasilkan perusahaan agar laba tetap
maksimum, sehingga jumlah barang yang dihasilkan oleh perusahaan monopoli
mengalami penurunan dari Q0 ke Q1. Umumnya produsen berusaha mengalihkan
beban pajak kepada konsumen. Pergeseran beban pajak kepada konsumen dilakukan
dengan cara menaikkan harga jual produk.
Harga/
Biaya MC1
MC0
P1
P0 AC1
C1
AC0
*
C0
AR=D
MR
0 Q1 Q0 Quantity
Gambar 8.10. Dampak Pajak Spesifik pada Monopoli
259
Contoh Soal;
PT. XYZ adalah sebuah perusahaan monopoli yang menghasilkan suatu produk
dengan fungsi biaya adalah: TC = 100 + 30Q. Perusahaan menghadapi fungsi
permintaan produk adalah P=150 – 5Q. Setiap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan dikenakan pajak spesifik sebesar $10 per unit. Berdasarkan informasi
tersebut diminta berapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan monopoli
sebelum dan sesudah dikenakan pajak.
Jawab:
Keuntungan sebelum pajak adalah:
∏ = TR – TC
Agar keuntungan (∏ ) maksimum maka
0
Q
TR TC
0 0
Q TQ Q
MR=MC = 0
Jadi
TR = P x Q
= (150-5Q)Q
= 150Q – 5Q2
MR = 150 – 10Q
TC = 100 + 30Q
MC = 30
MC = MR
150 -10Q = 30
120 = 10Q
Q = 12
P = 150 – 5(12)
P = 150 – 60
P = 90
260
Jumlah produksi sebelum pajak adalah 12 unit dengan harga $90 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (12 x $90 = $1.080).
Sementara keuntungan sesudah pajak adalah
Keuntungan maksimum adalah
MR = MC + t
Dimana t adalah pajak sebesar $ 10 per unit
150-10Q = 30 +10
10Q = 110
Q = 11
P = 150 – 5(11)
P = 150 – 55
P = 95
Jumlah produksi setelah pajak adalah 11 unit dengan harga $95 per unit
Jadi laba yang diperoleh perusahaan sebelum pajak adalah (11 x $95 = $1.045).
Apa yang telah kita bahas pada beberapa bagian dalam bab ini, pada dasarnya
kita berasumsi bahwa perusahaan monopoli menjual produknya hanya dengan satu
harga. Dalam arti bahwa perusahaan tidak mau atau tidak mampu menerapkan harga
yang berbeda untuk pembeli yang berbeda. Pada bagian ini kita akan membahas
tentang penetapan harga yang berbeda (diskriminasi harga) untuk konsumen yang
berbeda dalam usaha untuk merebut surplus konsumen dan mengalihkan menjadi
surplus produsen.
Secara teoritis diskriminasi harga untuk perusahaan monopoli memiliki tiga
bentuk yang luas yaitu, diskriminasi harga tingkat pertama, kedua dan ketiga. Ketiga
bentuk diskriminasi harga tersebut akan dijelaskan satu per satu dalam sub bab ini.
Harga
A
P*
E MC
F
Pm
B C
PC
MR AR=D
0 QM QC Jumlah
262
jawaban yang diberikan oleh konsumen kurang jujur. Umumnya konsumen akan
menjawab dengan harga yang lebih murah.
Oleh karena itu perusahaan dapat melakukan diskriminasi harga tidak
sempurna dengan mengenakan beberapa harga yang berbeda berdasarkan berkiraan
harga reservasi dari pelanggan. Praktek semacam ini dapat digunakan oleh
profesional seperti dokter, pengacara, akuntan yang mengenal klien mereka dengan
baik. Dalam kasus semacam ini kesediaan klien untuk membayar dapat diperkirakan
dan harga ditetapkan sesuai dengan perkiraan tersebut. Misalkan seorang dokter dapat
mengenakan biaya yang lebih murah kepada pasien yang penghasilannya kurang dan
tidak memiliki asuransi kesehatan, serta mengenakan harga yang lebih mahal kepada
pasien dengan penghasilan yang lebih tinggi dan memiliki asuransi kesehatan yang
tinggi. Dalam konteks ini perhatikan gambar 8.12.
Gambar 8.12 menunjukkan diskriminasi harga tingkat pertama yang tidak
sempurna. Apabila perusahaan monopoli, hanya mengenakan satu harga, maka harga
berada pada P4. Namun karena perusahaan menetapkan harga diskriminasi maka
dikenakan 7 jenis harga yang berbeda, dengan harga tertinggi adalah P 1 dan harga
terendah adalah P7. Dalam situasi semacam ini, konsumen yang tidak bersedia
membayar pada harga P4 atau lebih, maka ia beruntung dalam kondisi ini karena ia
dapat memperoleh produk dengan harga yang lebih rendah yaitu P5,P6, dan P7. Jadi
diskriminasi harga semacam ini dapat menambah konsumen baru dalam pasar, dan
kesejahteraan dapat meningkat pada titik di mana produsen maupun konsumen
diuntungkan.
Harga
P1
P2
P3 MC
P4
P5
P6
P7
MR AR=D
264
keseluruhan, namun penghematan yang timbul dari biaya yang lebih rendah, maka
memungkinkan perusahaan akan meningkatkan keuntungannya, seperti terlihat pada
Gambar 8.13.
Gambar 8.13 menunjukkan diskriminasi harga tingkat kedua pada perusahaan
monopoli dengan biaya rata-rata dan biaya marjinal menurun. Dalam kondisi seperti
ini apabila perusahaan monopoli mengenakan harga tunggal maka harga adalah PM
dan kuantitas yang produksi adalah QM. Akan tetapi dengan melakukan diskriminasi
harga blok, maka harga yang dikenakan adalah tiga tingkat harga yang berbeda
dikenakan kepada masing-masing blok. Blok pertama dikenakan biaya dengan harga
P1, dan blok kedua dikenakan harga dengan P2 dan blok ketiga dikenakan harga
dengan P3.
Harga
P1
PM
P2
AC
P3
MC
AR
MR D
0 Q1 QM Q2 Q3 Jumlah
untuk kelompok pertama dan menaikkan harga untuk kelompok kedua. Dengan
demikian berapapun harga keduanya, maka angkanya harus sedemikian rupa
sehingga penerimaan marjinal untuk berbagai kelompok yang berbeda-beda tersebut
tetap sama.
Kedua, kita memahami bahwa output total harus sedemikian rupa sehingga
penerimaan marjinal masing-masing kelompok konsumen sama dengan biaya
marjinal. Apabila tidak, maka perusahaan dapat meningkatkan labanya dengan
menaikkan atau menurunkan output total dan menaikkan atau menurunkan harga
untuk masing-masing kelompok tersebut. Misalkan penerimaan marjinal untuk
masing-masing kelompok adalah sama, tetapi penerimaan melebihi biaya marjinal.
Selanjutnya perusahaan dapat memperoleh laba yang lebih besar dengan menaikkan
output total. Perusahaan selanjutnya menurunkan harga untuk kedua kelompok
konsumen, sehingga penerimaan marjinal untuk masing-masing kelompok turun
tetapi masih tetap sama antara satu dengan yang lainnya, dan pendekatan biaya
marjinal yang bertambah apabila output total bertambah.
Selanjutnya mari kita bahas masalah ini secara matematis. Misalkan P1 adalah
harga yang dikenakan kepada konsumen kelompok pertama, dan P2 adalah harga
yang dikenakan kepada konsumen kelompok kedua, dan C(QT) adalah biaya total
untuk memproduksi output (QT = Q1+Q2). Dalam kasus seperti ini, maka laba total
adalah:
( P1Q1 ) C
0
Q1 Q1 Q1
268
Dalam hal ini, Ә(P1Q1)/ӘQ, adalah penerimaan tambahan atas tambahan unit
penjualan pada kelompok konsumen pertama yaitu MR1, selanjutnya ӘC/ ӘQ1,
adalah biaya tambahan untuk memproduksi unit tambahan tersebut yaitu biaya
marjinal (MC). Jadi sekarang kita memiliki:
MR1 = MC
MR2 = MC
MR1 = MR2 = MC
MR = P(1+1/Ed)
P1 (1 1 / E 2 )
P2 (1 1 / E1 )
269
Seperti yang telah diharapkan bahwa harga yang lebih tinggi akan dikenakan
pada kelompok konsumen yang memiliki elastisitas yang lebih rendah. Misalkan
apabila elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen pertama adalah -2, dan
elastisitas permintaan untuk kelompok konsumen kedua adalah -3, maka kita akan
mempunyai:
P1 (1 1 / 3) 2/3
1,32
P2 (1 1 / 2) 1/ 2
P1
MC
P2
D2=AR2
MRT
D1=AR1
MR2
MR1
270
Contoh Soal
PA = 3000 – 10QA
PB = 5000 – 20QB
TC = 10 + 200Q
a. Berapa kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya
elastisitas pada pasar A.
b. Berapa kuantitas QB dan harga penjualan PB pada pasar B serta besarnya
elastisitas pada pasar B.
c. Hitung total keuntungan perusahaan monopoli tersebut?
Jawab:
a. Kuantitas QA dan harga penjualan PA pada pasar A serta besarnya elastisitas pada
pasar A.
Syarat keuntungan maksimum adalah MRT=MC =MRA=MRB
TRA = P . QA
TRA = P .Q A =(3000 –10Q A)Q A TR A = 3000 Q A –10QA2
271
TRA
MRA 3000 20Q A
Q A
MRA = MC diketahui bahwa TC = 10 + 200Q jadi MC = 200
Maka;
20QA = 2800
Jadi jumlah barang yang dijual di pasar A (QA) adalah 140 satuan pada harga
(PA) sebesar 1600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,14.
TRB
MRB 5000 40QB
QB
40QB = 4800
Jadi jumlah barang yang dijual di pasar B (QB) adalah 120 satuan pada harga
(PB) sebesar 2600 per satuan, dengan elastisitas sebesar 1,08.
TC = 1000 + 200(260)
TC = 53.000
dengan tampilan yang luar biasa, dan tidak ingin menunggu untuk membeli. Kondisi
ini dapat dilihat pada Gambar 8.15.
P1
P2
D2=AR2
MC=AC
MR2
MR1 D1=AR1
0 Q1 Q2 Q
Gambar 8.15. Diskriminasi Harga Antar Waktu
sasaran pada konsumen yang ada pada kurva permintaan D1. Selanjutnya apabila
kelompok konsumen pertama telah membeli produk tersebut, maka harga produk
diturunkan pada P2, dengan sasaran pada konsumen yang ada pada kelompok yang
terdapat pada kurva permintaan D2.
Konsep diskriminasi harga antara waktu semacam ini, banyak dipraktekkan
dalam dunia bisnis dewasa ini, terutama menyangkut masalah penemuan produk-
produk dengan teknologi terkini, termasuk di dalamnya pemutaran pertama dalam
sebuah Film dan lain-lain.
Monopoli adalah pasar dimana hanya terdapat satu penjual dalam pasar. Oleh
karena dalam pasar monopoli, perusahaan menghadapi seruluh kurva permintaan
pasar. Berbeda dengan pasar persaingan sempurna, keputusan jumlah output oleh
perusahaan monopoli sepenuhnya menentukan harga pasar. Dalam memaksimumkan
laba, maka perusahaan monopoli akan memilih tingkat output tertentu dimana
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Oleh karena perusahaan
menghadapi kurva permintaan yang menurun, maka harga pasar akan lebih tinggi
daripada penerimaan marjinal dan biaya marjinal.
Perusahaan monopoli timbul terutama disebabkan oleh satu atau gabungan
dari faktor yaitu; karena memiliki sumber daya yang unik dan sulit digantikan, karena
peraturan pemerintah yang memberikan hak khusus untuk monopoli. Peraturan
pemerintah yang menyebabkan timbulkan monopoli antara lain adalah paten, hak
cipta, dan hak usaha eksklusif.
Berbeda dengan pasar persaingan sempurna, pada pasar monopoli tidak dapat
ditunjukkan kurva penawaran perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena tidak
terdapat hubungan yang pasti antara tingkat harga dengan kuantitas barang yang
ditawarkan.
Perbedaan antara harga dan biaya marjinal menunjukkan bahwa dalam
monopoli alokasi sumber daya tidak efisien. Dalam hal ini pembeli bersedia
275
membayar lebih mahal untuk tambahan satu unit output daripada biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksinya.
Dalam pasar monopoli, terdapat beberapa penghalang untuk masuk dalam
pasar, maka perusahaan monopoli akan memperoleh laba ekonomi dalam jangka
panjang. Laba tersebut sekaligus menunjukkan distribusi yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu pemerintah dapat memilih untuk mengatur harga yang ditetapkan oleh
perusahaan monopoli.
Dalam kasus monopoli alamiah dimana biaya rata-rata menurun terhadap
peningkatan output, maka hal tersebut menimbulkan masalah. Oleh karena itu
pemerintah dapat membuat aturan penetapan harga, yaitu dengan menetapkan harga
pada biaya marjinal dimana perusahaan monopoli akan mengalami kerugian, atau
menetapkan harga berdasarkan biaya rata-rata dimana kuantitas yang dihasilkan tidak
efisien.
Untuk mengendalikan praktek monopoli, pemerintah dapat menempuh
beberapa kebijakan, misalnya, pemerintah dapat melakukan: (1) membuat undang-
undang anti monopoli, (2) menetapkan harga maksimum (ceiling price). Tujuan
kebijakan ini adalah agar monopoli bersedia menghasilkan produk yang besar karena
produk yang dihasilkan adalah produk yang sangat dibutuhkan masyarakat, (3)
mengenakan pajak per unit (specific tex) maupun lump sun tax (pajak yang dipungut
tidak tergantung pada unit yang dijual). Tujuan pengenaan pajak semacam ini adalah
untuk membatasi konsumsi konsumen terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh
monopoli, karena dengan pengenaan pajak maka akan menaikkan harga jual.
Untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, perusahaan monopoli dapat
melakukan diskriminasi harga. Pada dasarnya perusahaan monopoli ingin
menetapkan diskriminasi harga dengan sempurna dalam arti bahwa perusahaan
menetapkan harga yang berbeda pada masing-masing unit yang dibeli konsumen pada
harga reservasinya, dalam usaha untuk merebut semua surplus konsumen. Akan tetapi
dalam praktek ini sulit dilakukan. Namun dalam praktek berbagai teknik diskriminasi
harga dapat dilakukan oleh perusahaan monopoli.
276
Pertanyaan
12000 40 100
8000 50 60
2000 60 20
d. Potongan harga yang dinegosiasikan dengan harga resmi, dalam hal mana
sales diberi wewenang untuk melakukan negosiasi harga guna meningkat
omzet penjualan dari masing-masing sales?
13. Suatu perusahaan monopoli mempunyai fungsi:
Biaya total (TC) = 20 -10Q + 4Q2
Q = 20 – P
Berdasarkan informasi tersebut diminta:
a. Buat kurva biaya total (TC), biaya rata-rata (AC), biaya marjinal (MC),
kurva permintaan (D) dan kurva penerimaan marjinal (MR).
b. Untuk memaksimumkan keuntungan, berapa besar kuantitas yang harus
diproduksi dan dijual serta berapa harga yang dijualkan?
c. Apakah keuntungan maksimum yang diperoleh tersebut, merupakan
keuntungan ekonomis, jelaskan?
14. Sebuah perusahaan monopoli dapat berproduksi pada biaya marjinal dan biaya
rata-rata yang tetap yaitu MC=AC=10. Perusahaan menghadapi kurva
permintaan pasar Q = 55 – P, sementara kurva permintaan marjinal adalah 55-
2Q. Berdasarkan informasi tersebut maka:
a. Kombinasi harga dan kuantitas yang dapat memberikan laba maksimum bagi
perusahaan, dan hitung surplus yang diperoleh produsen dan konsumen?
b. Hitung besarnya output dan harga yang ditetapkan apabila industri ini adalah
pasar persaingan sempurna?
c. Hitung surplus konsumen dan produsen dalam kondisi pasar persaingan
sempurna (pertanyaan b), dan hitung berapa besar kerugian beban baku yang
ditimbulkan oleh perusahaan monopoli?
15. Suatu perusahaan monopoli menghadapi kurva permintaan pasar yaitu:
Q = 100 – P
a. Misalkan perusahaan dapat memproduksi pada biaya rata-rata dan biaya
marjinal tetap yaitu MC=AC= 8, hitung berapa besar output dan harga untuk
memaksimumkan laba, serta hitung pula keuntungan yang diperoleh
monopoli tersebut.
279
BAB IX
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
sempurna. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor antara lain, pertama adalah
modal yang diperlukan relatif besar dibanding dengan mendirikan perusahaan pada
pasar persaingan sempurna, kedua karena perusahaan harus menghasilkan produk
yang berbeda dengan yang sudah ada di pasar, serta diperlukan promosi untuk
menjual produk. Oleh karena dalam pasar persaingan monopolistik perusahaan harus
dapat menghasilkan produk yang lebih menarik dibanding dengan produk yang sudah
ada di pasar, serta harus dapat meyakinkan konsumen akan kelebihan dari produk
yang dihasilkannya.
MC
A
P* AC
C B
E D
MR
Q
0 Q*
Gambar 9.1. Keseimbangan Jangka Pendek dalam Pasar Persaingan
Monopolistik
Oleh karena kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan dalam pasar
persaingan monopolistik memiliki kemiringan yang negatif, MR = MC < P pada
output terbaiknya, sehingga seperti pada kasus monopoli, bagian dari kurva MC yang
menaik terletak di atas kurva AVC, bukan merupakan kurva penawaran jangka
pendek perusahaan monopolistik.
Contoh Soal
PT. Anda memiliki fungsi permintaan dalam pasar persaingan monopolistik yaitu: P
= 300 – 4Q. Sementara fungsi biaya perusahaan adalah TC=2000 +40Q, dimana P
adalah harga dan Q adalah kuantitas, serta TC adalah total biaya. Berdasarkan
informasi tersebut hitung kombinasi harga dan volume produksi yang
memaksimumkan keuntungan perusahaan.
Jawab:
P = 300 – 4Q
TR = P.Q
TR = (300-4Q)Q
TR = 300Q – 4Q2
MR = 300 – 8Q
TC = 2000 +40Q
MC = 40
Syarat laba maksimum adalah MC=MR
300 – 8Q = 40
260 = 8Q
Q = 32,5
P = 300 – 4(32,5)
P = 300 – 130
P = 170
Keuntungan = TR-TC
∏ = (32,5)(170) – (2000 + 40(32,5)
286
∏ = 5.525 – 3.300
∏ = 2.225
Jadi keuntungan maksimum yang diperoleh perusahaan dalam jangka pendek pada
pasar persaingan monopolistik adalah 2.225.
P
MC
AC
A
P*
MR
Q
0 Q*
Gambar 9.1. Keseimbangan Jangka Panjang dalam Pasar Persaingan
Monopolistik
287
P
P
LRACM LRMCM
LRMC
LRAC
PM
PC
D=MR
D
MR
0 QC Q 0 Qm Q
a. Persaingan sempurna b. Persaingan monopolistik
rendah dibanding output yang dihasilkan oleh perusahaan dalam pasar persaingan
sempurna.
Dengan demikian, maka perusahaan pada pasar persaingan sempurna lebih
efisien dibanding dengan perusahaan yang ada pada pasar persaingan monopolistik,
baik dilihat dari sisi efisiensi produksi dalam hal ini biaya produksi maupun dilihat
dari sisi efisiensi alokasi dalam hal ini harga sama dengan marjinal cost (MC=P).
Dewasa ini tingkat persaingan bukan harga dalam merebut pangsa pasar
menjadi suatu yang sangat umum dalam pasar persaingan. Perusahaan-perusahaan
melakukan berbagai usaha selain dalam merebut konsumen. Dalam konteks ekonomi
usaha-usaha bukan harga pada dasarnya bertujuan untuk memindahkan kurva
permintaan ke kanan. Pemindahan tersebut menunjukkan bahwa setiap tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja, maka jumlah barang yang diminta menjadi
bertambah.
tidak berguna untuk melakukan usaha persaingan bukan harga dalam merebut
konsumen.
Difrensiasi Produk
lebih mahal, meskipun dengan konsekwensi bahwa permintaan akan turun, dan
sebaliknya seorang produsen juga memungkinkan untuk merebut sebagian dari
konsumen pesaing dengan cara menurunkan harga produknya.
Bagi konsumen barang yang sejenis, namun berbeda corak dan merek
menimbulkan suatu keuntungan tersendiri. Di mana konsumen memiliki pilihan yang
lebih banyak dalam membeli suatu barang, sehingga memungkinkan konsumen untuk
membeli barang yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Beberapa pakar
ekonomi memandang bahwa pilihan yang beraneka ragam ini, sebagai kompensasi
atas ketidakefisienan perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik dalam
menggunakan sumber daya.
Periklanan
Dewasa ini setiap hari kita senantiasa disugukan dengan berbagai jenis iklan,
baik melalui televisi, radio, koran, majalah, di pinggir jalan dan sebagainya.
Perusahaan-perusahaan berusaha meyakinkan konsumen agar produk mereka laku
terjual. Dalam pasar persaingan monopolistik, perilaku semacam ini sangat wajar.
Ketika suatu perusahaan yang menjual produk yang terdiffrensiasi, dan menetapkan
harga di atas biaya marjinal, maka masing-masing perusahaan memiliki insentif untuk
melakukan pengiklanan untuk menarik lebih banyak konsumen.
Dalam pasar persaingan monopolistik, jumlah yang dibelanjakan perusahaan
untuk melakukan kegiatan periklanan berbeda untuk produk yang berbeda.
Perusahaan yang menjual barang dengan kebutuhan yang sangat terdiffrensiasi,
misalnya parfum, minuman, pembersih, biasanya menghabiskan lebih banyak biaya
periklanan, sementara perusahaan yang menjual barang industri seperti; mesin air,
mesin pabrik hanya sedikit melakukan pengeluaran untuk kegiatan iklan, serta
perusahaan yang menjual produk yang homogen, misalnya beras, kacang, atau
minyak goreng tidak melakukan pengiklanan sama sekali.
Para kritikus periklanan berpendapat bahwa perusahaan melakukan usaha
periklanan guna memanipulasi selera konsumen. Dikatakan demikian, karena mereka
292
beranggapan bahwa iklan yang buat kebanyakan bersifat psikologis, dan kurang
informatif. Iklan yang disiarkan lewat televisi umumnya tidak memberitahukan
tentang kualitas dan harga dari produknya. Misalnya iklan hanya menunjukkan artis
top yang bergembira di suatu pesta atau di tepi pantai pada hari yang cerah dan di
tangannya terdapat kaleng minuman. Para kritikus periklanan mengatakan bahwa
iklan semacam itu menciptakan keinginan kepada konsumen yang tadinya tidak ada.
Para kritikus periklanan juga berpendapat bahwa periklanan menghambat
kompetisi. Iklan-iklan sering kali meyakinkan konsumen bahwa produknya lebih
berbeda dari yang sebenarnya. Dengan meningkatkan persepsi tentang diffrensiasi
produk dan membina loyalitas terhadap mereknya, iklan membuat pembeli kurang
peduli terhadap perbedaan harga dari barang-barang yang serupa. Dengan kurva
penawaran yang kurang elastis, maka perusahaan dapat meningkatkan mark-up dari
biaya marjinal mereka.
Sementara para pendukung periklanan berpendapat bahwa dalam pasar
persaingan monopolistik perusahaan menggunakan iklan bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai harga dari barang yang dijual, keberadaan suatu
produk baru, dan lokasi penjualannya. Informasi ini membuat konsumen dapat
melakukan pilihan-pilihan yang lebih baik tentang apa yang harus dibeli dan
meningkatkan kemampuan pasar dalam mengalokasikan sumber dayanya secara
efisien.
Para pendukung periklanan juga berpendapat bahwa periklanan
menumbuhkan kompetisi, karena iklan memberikan informasi kepada konsumen
mengenai produk perusahaan yang ada di pasar. Karena itu konsumen dapat lebih
mudah memanfaatkan perbedaan-perbedaan dari segi harga. Iklan juga memudahkan
masuknya perusahaan baru di pasar, karena iklan merupakan cara untuk menarik
konsumen dari produk-produk lama ke produk-produk baru.
P1 B
P A
C
P2
AC1
294
Akan tetapi sebagai dari para ekonom tidak sepakat dengan pendapat tersebut,
mereka memandang bahwa iklan sangat berguna, karena periklanan dapat
menurunkan biaya produksi per unit. Promosi penjualan melalui iklan menurut
mereka akan menyebabkan permintaan berubah dari D1 ke D3, sehingga
keseimbangan jangka panjang berada pada titik C. Hal tersebut menunjukkan bahwa
iklan menaikkan volume penjualan yang cukup besar yaitu dari Q1 ke Q3.
Penambahan volume penjualan yang cukup besar tersebut menyebabkan biaya
produksi per unit menjadi semakin kecil dan memungkinkan perusahaan menjual
barangnya pada harga yang lebih rendah daripada harga sebelum adanya usaha
periklanan. Jadi harga turun dari P1 ke P3.
Merek Dagang
terkenal. Contoh, disebuah toko kelontong biasa, anda dapat membeli Teh Botol
Sostro dan Teh Botol lainnya yang tidak terlalu terkenal. Pada toko yang sama anda
dapat membeli Wafer Tenggo dan wafer lainnya yang tidak terlalu terkenal. Pada
umumnya perusahaan dengan merek dagang atau produk terkenal menghabiskan uang
lebih banyak untuk iklan dan menjual produknya lebih mahal.
Seperti halnya dengan iklan, para kritikus merek dagang berpendapat bahwa
adanya merek dagang menyebabkan konsumen melihat perbedaan-perbedaan yang
sebenarnya tidak ada. Dalam banyak kasus, barang generik hampir tidak dapat
dibedakan dengan barang yang bermerek. Kerelaan konsumen dalam membayar lebih
mahal terhadap produk yang merek, menurut kritikus merek dagang adalah bentuk
irrasional yang berkembang karena periklanan.
Dalam perkembangan terakhir para ekonom mendukung adanya merek
dagang, hal tersebut disebabkan karena mereka memandang sebagai cara yang
bermanfaat bagi konsumen untuk memastikan bahwa barang yang mereka beli
memiliki kualitas yang tinggi. Terdapat dua pendapat berkembang dalam kaitannya
dengan hal ini. Pertama, merek dagang memberikan informasi kepada konsumen
mengenai kualitas barang, ketika kualitas tidak dapat dengan mudah ditentukan
sebelum dilakukan pembelian. Kedua merek dagang memberi insentif kepada
perusahaan untuk menjaga kualitas produknya, karena dengan merek dagang mereka
mempertaruhkan reputasi perusahaannya.
Untuk membuktikan bagaimana pendapat tersebut berlaku; mari kita melihat
satu merek yang sangat populer: Kentucky Fried Chicken. Bayangkan diri anda
berada dalam suatu kota yang tidak begitu dikenal dan ingin makan malam. Anda
menemukan dua restoran yaitu restoran Kentucky Fried Chicken dan satu restoran
lokal di sebelahnya. Mana yang anda pilih? Restoran lokal mungkin saja menawarkan
makanan yang lebih enak dengan harga yang lebih murah, tetapi anda tidak mungkin
tahu tentang hal tersebut. Sebaliknya Kentucky Fried Chicken menawarkan makanan
yang mutunya konsisten pada semua kota. Jadi jelas merek dagangnya berguna bagi
anda sebagai panduan dalam menentukan kualitas barang yang akan anda beli.
296
Pertanyaan bab 9
c. Pada diagram yang anda buat tunjukkan surplus yang diperoleh produsen
konsumen.
11. Tabel berikut ini menunjukkan harga jual produk, biaya produksi total pada
berbagai tingkat produksi, serta permintaan produk dari suatu perusahaan dalam
persaingan monopolistik:
a. Hitung hasil penjualan total pada berbagai tingkat produksi, dan tentukan
tingkat produksi yang memaksimumkan keuntungan?
b. Gambarkan grafik keseimbangan perusahaan dengan menggunakan
pendekatan biaya total dan hasil penjualan total?
c. Hitung biaya rata-rata (AC), biaya marjinal, (MC) penjualan marjinal (MR),
dan hasil penjualan rata-rata (AR).
d. Gambarkan kurva AC, MC, MR dan AR atas jawaban anda pada pertanyaan
299
BAB X
PASAR OLIGOPOLI
Pasar oligopoli (oligopoly) adalah suatu pasar dimana hanya terdapat sedikit
perusahaan yang bersaing antara satu dengan yang lain, dan masuknya perusahaan
baru dalam industri melalui banyak rintangan. Produk dihasilkan oleh perusahaan
dalam pasar oligopoli umum sudah terdifrensiasi. Kekuatan monopoli dalam pasar
oligopoli sangat tergantung pada bagaimana perusahaan saling berinteraksi dalam
pasar. Misalnya apabila perusahaan-perusahaan yang ada dalam pasar lebih
kooperatif dari bersaing, maka perusahaan-perusahaan yang ada dapat mengenakan
harga yang jauh di atas biaya marjinal dan memperoleh laba yang besar.
Dalam menjelaskan sikap perusahaan dalam pasar oligopoli lebih rumit
dibanding menjelaskan sikap perusahaan dalam pasar lainnya. Hal tersebut
disebabkan karena tidak terdapat keseragaman dalam sifat-sifat pada berbagai industri
dalam pasar oligopoli. Tingkah laku perusahaan sangat berbeda apabila misalnya
dalam industri hanya terdapat dua atau tiga perusahaan, dibanding dengan 10 atau 15
perusahaan. Juga berbeda apabila perusahaan dalam industri membuat perjanjian
untuk menetapkan harga atau membagi-bagi pasar.
Akibat dari jumlah perusahaan yang terbatas atau sangat sedikit dalam
industri, maka kegiatan suatu perusahaan dalam pasar oligopoli sangat dipengaruhi
oleh kegiatan perusahaan lainnya dalam industri yang sama. Oleh karena itu setiap
perusahaan senantiasa memperhatikan tindakan perusahaan lainnya sebelum mereka
membuat suatu keputusan.
Dalam kenyataannya beberapa industri dalam pasar oligopoli, perusahaan-
perusahaan yang ada benar-benar saling bekerja sama, dan tidak sedikit pula yang
saling bersaing secara agresif, walaupun akan memberikan laba dalam jumlah yang
lebih kecil. Untuk mengetahui kenapa hal tersebut dapat terjadi, maka kita perlu
mempertimbangkan bagaimana perusahaan-perusahaan oligopoli memutuskan jumlah
output dan harga produknya. Keputusan semacam ini merupakan keputusan yang
300
Kita telah membahas tentang keseimbangan pada tiga jenis pasar yang sudah
dibahas sebelumnya yang bertujuan untuk mengetahui harga dan jumlah yang berlaku
dalam keseimbangan. Pada pasar persaingan sempurna harga keseimbangan diperoleh
dengan menyamakan jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta. Sementara
303
pada pasar monopoli harga keseimbangan diperoleh apabila biaya marjinal sama
dengan penerimaan marjinal, dan pada pasar persaingan monopolistik harga
keseimbangan jangka panjang terjadi ketika perusahaan baru masuk dalam industri
yang membuat laba jangka panjang penjadi nol.
Berbeda dengan pasar oligopoli, suatu perusahaan menetapkan harga
outputnya senantiasa didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan strategis yang
berkenaan dengan perilaku pesaingnya. Pada saat yang sama keputusan-keputusan
pesaing umumnya sangat tergantung pada perusahaan yang pertama tadi. Pertanyaan
yang muncul bagaimana perusahaan dapat menentukan harga pasar dan jumlah
barang yang terjadi dalam keseimbangan? Atau apakah memang ada keseimbangan
dalam pasar oligopoli? Untuk menjawab pertanyaan tersebut diperlukan suatu prinsip
utama untuk menjelaskan suatu keseimbangan apabila perusahaan mengambil
keputusan yang secara eksplisit memperhitungkan perilaku perusahaan pesaingnya.
Ingat kembali bagaimana kita menggambarkan keseimbangan dalam pasar
persaingan sempurna dan pasar persaingan monopolistik; apabila suatu pasar berada
dalam keseimbangan, maka perusahaan-perusahaan akan melakukan yang terbaik
yang dapat mereka lakukan dan mereka tidak memiliki alasan untuk mengubah
harga dan outputnya. Jadi pada pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan
monopolistik berada dalam keseimbangan apabila jumlah yang ditawarkan sama
dengan jumlah yang diminta. Dalam hal ini masing-masing perusahaan melakukan
hal yang terbaik yang dapat dilakukan, perusahaan menjual seluruh hasil produksinya
untuk memaksimumkan laba. Seperti halnya dengan perusahaan monopoli berada
pada keseimbangan apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.
Dengan beberapa modifikasi ekulibrium nash, kita dapat menerapkan prinsip
yang sama pada pasar oligopoli. Misalkan sekarang, masing-masing perusahaan ingin
melakukan hal terbaik yang dapat dilakukannya dengan memperhitungkan apa yang
dilakukan oleh pesaing-pesaingnya. Apa yang seharusnya dilakukan perusahaan
terkait dengan apa yang dilakukan oleh pesaing-pesaingnya? Oleh karena perusahaan
akan melakukan hal yang terbaik yang dapat dilakukannya dengan memperhitungkan
apa yang dilakukan oleh pesaing-pesaingnya, maka wajar apabila perusahaan
304
berasumsi bahwa para pesaing akan melakukan hal terbaik yang dapat mereka
lakukan dengan mempertimbangkan hal terbaik yang dapat mereka lakukan dengan
memperhitungkan apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dengan
demikian masing-masing perusahaan memperhitungkan pesaing-pesaingnya, dan
berasumsi bahwa pesaing-pesaingnya juga melakukan hal yang sama.
Model ini terlihat abstrak, namun hal tersebut merupakan suatu yang logis.
Hal ini memberi kita suatu dasar untuk menentukan keseimbangan dalam pasar
oligopoli. Konsep Ekulibrium Nash, ini pertama kali dikembangkan oleh ahli
matematika John Nash pada tahun 1951, sehingga kita menyebut keseimbangan yang
digambar itu, sebagai Ekulibrium Nash.
Kurva permintaan ini dapat dilihat pada Gambar 10.1. Oleh karena air sendiri
gratis bagi perusahaan, maka laba penerimaan dimaksimalkan dengan cara terus
berproduksi pada titik dimana penerimaan marjinal sama dengan nol. Oleh karena itu
pemilik tunggal mata air harus memproduksi air sebanyak Q = 90. Pada tingkat
output ini P adalah 90 sehingga penerimaan total adalah (90 x 90 = 8.100). Untuk
mengembangkan model duopoli, maka penting untuk dicatat bahwa bagaimana
tingkat output yang memaksimumkan laba dipilih. Pada kasus tertentu Q dipilih
setengah dari kuantitas yang diminta pada saat tingkat harga nol (setengah dari 180).
Berangkat dari kesimpulan ini kita dapat membahas bagaimana dua perusahaan
independen akan merespon situasi pasar seperti ini.
180
90
90 180 Q
Gambar 10.1. Pilihan Output untuk Monopoli Sumber Mata Air
khusus Cournot menganggap bahwa perusahaan A dan memilih tingkat output (QA)
dengan asumsi bahwa tingkat output perusahaan B (QB) bersifat tetap dan tidak akan
disesuaikan sebagai respon atas tindakan perusahaan Misalkan output total pada pasar
adalah:
Q= qA + qB = 180 – P.
Dengan menganggap bahwa qB adalah tetap, maka kurva permintaan yang
dihadapi oleh perusahaan A adalah:
qA = (180 - qB) – P
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa sebagian porsi permintaan pasar
diasumsikan diambil oleh perusahaan B dan perusahaan A membuat keputusan
berdasarkan permintaan pasar yang tersisa. Dengan menggunakan aturan bahwa Q
dipilih setengah dari kuantitas yang diminta pada saat tingkat harga nol, maka jelas
bahwa tingkat output yang memaksimumkan laba perusahaan adalah:
180 q B
qA
2
Jadi perusahaan A memproduksi setengah dari jumlah output yang diminta
pada tingkat harga nol setelah memberi jatah produksi dari perusahaan B.
Konsekwensinya tingkat output yang sesungguhnya dipilih oleh perusahaan A,
tergantung pada asumsi tingkat output yang dihasilkan oleh perusahaan B. Misalkan
perusahaan B memilih untuk memproduksi sebesar 90 meter kubik; maka perusahaan
180 q B
A akan memilih 45 unit yaitu (180-90)/2. Karena itu persamaan q A ini
2
disebut fungsi reaksi (reaction function) dari perusahaan A, karena fungsi tersebut
menunjukkan bagaimana perusahaan A bereaksi terhadap aksi perusahaan B. Fungsi
reaksi ini digambar seperti terlihat pada Gambar 10.2.
qB
180
Reaksi Perusahaan A
90
Keseimbangan
60
307
Perusahaan B mungkin melakukan analisis yang sama dan sampai pada fungsi
reaksi yang mencerminkan qB sebagai fungsi dari qA:
180 q A
qB
2
Kita sudah melihat bagaimana perusahaan A bereaksi terhadap keputusan
perusahaan B dan bagaimana perusahaan B bereaksi terhadap keputusan perusahaan
A. Keputusan ini konsisten pada masing-masing perusahaan dan hanya pada titik
dimana kedua garis tersebut perpotongan, pilihan output kedua perusahaan tersebut
tidak konsisten pada titik lainnya, karena masing-masing perusahaan berharap bahwa
perusahaan lain berproduksi di luar tingkat output yang sebenarnya. Karena itu titik
perpotongan tersebut merupakan satu-satunya titik keseimbangan cournot (Cournot
equilibrium) yang tersedia bagi kedua perusahaan.
Tingkat output ekuilibrium adalah nilai qA dan qB yang terdapat pada titik
potong kedua kurva reaksi tersebut, yaitu tingkat yang memecahkan persamaan
fungsi reaksi perusahaan A dan fungsi reaksi perusahaan B. Dengan mengganti
tempat qB dalam persamaan reaksi perusahaan A dengan lambang pada sisi kanan
fungsi reaksi perusahaan B. Kita dapat membuktikan output ekuilibrium kedua
perusahaan tersebut:
308
180 q B
qA
2
180 180 q A
qA 0,5
2 2
qA = 90 – 0,5(90 – 0,5qA)
0,75qA = 45
qA = 60
Perhitungan yang sama berlaku untuk perusahaan B
Jadi titik potong tersebut ditunjukkan oleh:
qA = 60
qB = 60
Pada keseimbangan cournot tersebut, maka kedua perusahaan akan
memproduksi sebanyak 60 meter kubik air sehingga total air yang diproduksi adalah
120 meter kubik air, dan harga pasar adalah sebesar 60 (180-120). Solusi cournot
semacam ini adalah stabil, karena masing-masing perusahaan telah menyesuaikan
tingkat outputnya menjadi tingkat output aktual yang diproduksi oleh kedua
perusahaan. Penerimaan total dari industri dan sekaligus laba dalam kasus ini adalah
60 x 120 = 7200. Atau masing-masing perusahaan memperoleh penerimaan sekaligus
laba sebesar 3600. Laba yang diperoleh perusahaan dalam kasus ini lebih rendah dari
kasus monopoli yang dapat memperoleh laba sebesar (90 x 90 = 8.100).
Hal tersebut menunjukkan kegagalan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan maksimum pada kasus duopoli dalam mengkoordinasikan tindakannya
secara sempurna. Hanya apabila perusahaan berkolusi, maka mereka akan mampu
mencapai laba monopoli. Apabila tidak berkolusi, maka ketidakpastian di pasar akan
menyebabkan tingkat produksi yang lebih besar dibanding pasar berkolusi (kartel).
Dalam model cournot terlihat bahwa kurva reaksi masing-masing perusahaan
menunjukkan seberapa besar yang harus diproduksi perusahaan dengan mengingat
pesaingnya. Dalam keseimbangan cournot masing-masing perusahaan menetapkan
outputnya menurut kurva reaksinya sendiri. Oleh karena itu tingkat output
keseimbangan ditentukan pada titik potong kedua kurva reaksi tersebut. Umumnya
309
para ekonom menyebut bahwa tingkat output yang dihasilkan tersebut disebut
keseimbangan cournot (cournot equlibrium). Dalam ekuilibrium ini masing-masing
perusahaan dengan tetap mengasumsikan bahwa berapa besar yang akan diproduksi
pesaingnya.
Bahwa ekuilibrium cournot ini adalah merupakan contoh equlibrium Nash,
karena itu para ekonom kadang menyebut sebagai ekuilibrium cournot nash. Ingat
kembali bahwa dalam suatu equilibrium nash, maka masing-masing perusahaan
melakukan hal yang terbaik yang dapat dilakukannya dengan mengingat apa yang
sedang dilakukan oleh pesaingnya. Akibatnya tidak ada satu perusahaan yang sendiri-
sendiri ingin mengubah perilakunya. Jadi dalam ekuilibrium cournot, masing-masing
perusahaan doupoli memproduksi jumlah yang memaksimumkan labanya, mengingat
apa yang sedang diproduksi pesaingnya, sehingga tidak satu perusahaan doupoli ingin
mengubah outputnya.
Untuk lebih memahami model cournot, maka berikut ini diberikan lagi satu
contoh soal berikut:
Contoh Soal
Q = QS + QM
Pertanyaan:
Jawab:
Diketahui:
Q=100 - P
Q = QS + QM
100 – QS – QM = 10 + QM
90 – QS = 2QM
QS = 90 – 2QM ………………………………………. (1)
P = MCS
100 – QS – QM = 10 + QS
90 – QM = 2QS
QM = 90 - 2QS………………………………………… (2)
QM = 90 – 2QS
QM = 90 – (2 (90 – 2QM))
3QM = 90
QM = 30
QS = 90 – 2(30)
QE = 30
Jadi jumlah pulsa simpati dan metarai yang diproduksi masing-masing adalah
30 juta.
P = 100 – (30 + 30)
P = 40
ΠE = PQS - CS
= 1200 – (300+450)
= 450
ΠD = PQM - CM
= 1200 – (300+450)
= 450
b. Model Cournot
TRS = P . QS = (100 – QS – QM).QS
TRS = 100QS– QS2 – QM.QS
MRS = 100 – 2QS – QM
MRS = MCS
100 – 2QS – QM = 10 + QS
3QS = 90 – QM
QS = 30 - ⅓QM (Fungsi reaksi perusahaan Simpati)
ΠM = PQM - CM
= 55 (22,5) – 10 (22,5) + 0,5 (22,5)2
= 1237,5 – (225+253,125)
= 759,375
Jadi total keuntungan perusahaan Simpati adalah 759,375
Hasil perhitungan model cournot dapat diringkas:
Uraian Simpati Mentari Total
Jumlah 22,5 22,5 45
Harga 55 55 55
Keuntungan 759,375 759,375 1518,8
Untuk menjelaskan lebih rinci tentang model stakelberg, dapat dilihat pada
Gambar 10.4. Dalam konteks ini diasumsikan bahwa biaya marjinal (MC) konstan,
sama dengan biaya rata-rata (AC), dan perusahaan Simpati bertindak sebagai
pemimpin harga.
Harga
C
F
314
E B
MR D
25
dengan kurva reaksinya, Mentari akan menghasilkan sebanyak 25 juta pulsa. Jadi
jumlah total pulsa yang ada di pasar adalah sebesar 50+25 = 75 juta unit, dengan
harga pasar sebesar B. Pada tingkat produksi Simpati lebih 100 unit, kurva
permintaan sisa dari Simpati sama dengan kurva permintaan pasar AD. Hal tersebut
terjadi karena seluruh permintaan pasar dipasok oleh perusahaan Simpati.
Contoh Soal
Jawab
Dektahui:
P = 100 - Q
C = 10Qi + 0,5 Qi2 ( i = S,M)
Jadi
MRE = 70 – 4/3QE
MRE = MCE
70 – 4/3QE = 10 + QE
7/3QE = 60
316
QE = 25,71
Jadi jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Simpati adalah sebesar
25,21 juta unit pulsa.
Perusahaan Mentari sebagai pengikut pasar, berasumsi bahwa perusahaan
Simpati akan terus menghasilkan pulsa sebesar 25,71 juta unit sehingga perusahaan
Mentari menyubstitusikan jumlah tersebut ke dalam fungsi rekasinya yaitu:
QM = 30 - ⅓(25,7) = 21,43
Jadi jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan Mentari adalah sebesar
21,43 juta unit pulsa.
Dengan diketahuinya jumlah produksi kedua perusahaan tersebut, maka
harga pulsa dapat dihitun:
Untuk jelaskan jelasnya jumlah, harga, dan keuntungan dari kedua perusahaan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Dalam suatu kartel pada dasarnya produsen setuju untuk bekerja sama
dalam menetapkan harga dan tingkat output. Secara umum tidak semua produsen
dalam suatu industri perlu bergabung dalam kartel tersebut, dan kebanyakan kartel
yang terjadi hanya melibatkan sebagian perusahaan yang ada salam industri. Akan
tetapi apabila banyak perusahaan yang terlibat dalam kartel, dan apabila
permintaan pasar tidak elastis, maka kartel dapat mendorong harga akan naik jauh
di atas harga pada tingkat persaingan.
Kartel yang terbentuk banyak yang berskala internasional maupun nasional.
Walaupun undang-undang anti monopoli Amerika Serikat, melarang perusahaan-
perusahaan Amerika melakukan kolusi, namun undang-undang anti monopoli di
negara-negara lain lebih lemah dan kadang-kadang tidak ditegakkan, bahkan
beberapa negara sama sekali tidak memiliki undang-undang inti monopoli.
Selanjutnya tidak satu pun negara yang menghalangi negara-negara atau
perusahaan yang dikendalikan oleh pemerintah untuk membentuk kartel. Misalnya
Kartel APEC yaitu suatu perjanjian internasional antar negara-negara yang
memproduksi minyak, di mana telah lebih dari 30 tahun berhasil menaikkan harga
minyak dunia jauh di atas tingkat harga yang bersaing.
Pada dasarnya terdapat dua syarat yang perlu dipenuhi dalam keberhasilan
kartel; yaitu:
Pertama suatu organisasi kartel harus dibentuk oleh anggota-anggota yang setuju
tentang tingkat harga dan produksi, kemudian memegang teguh terhadap keputusan
harga dan jumlah produksi yang telah disepakati bersama. Dalam mengambil
keputusan tentang harga dan jumlah produksi, para anggota kartel bebas mengajukan
pendapat. Oleh karena itu tidak mudah untuk mencapai kesepakatan dalam keputusan
tentang harga dan jumlah produksi. Perbedaan tersebut timbul antara lain disebabkan
karena antara perbedaan biaya produksi antar anggota, perkiraan permintaan pasar
318
yang berbeda, dan mungkin ada anggota yang menginginkan harga yang berbeda. Di
samping itu tidak sedikit pula ditemukan adanya anggota yang berkhianat dengan
cara menurunkan harga sedikit untuk merebut pangsa pasar yang lebih besar dari
yang dialokasikan kepadanya.
Kedua adalah kemungkinan memperoleh kekuatan monopoli. Walaupun
suatu kartel dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi, hanya ada sedikit
ruang untuk menaikkan harga jika organisasi tersebut menghadapi kurva permintaan
yang sangat elastis. Kekuatan monopoli mungkin adalah syarat terpenting bagi
keberhasilan kartel. Apabila potensi keuntungan dari adanya kerja sama terlihat besar,
maka anggota-anggota kartel akan mempunyai insentif yang lebih besar dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam organiasai kartel. Untuk lebih
memahami tentang kartel, perhatikan Gambar 10.5.
TD
Harga SC
D OPEC
P*
MC OPEC
PC
MROPEC
QC Q OPEC QT Jumlah
Gambar 10.5. Kartel Minyak OPEC
Sumber: Pindyck and Rubinfeld (2005)
319
Contoh Soal
Kita kembali pada contoh sebelumnya; Pertanyaan: Andaikan Simpati dan Metrai
berkolusi dalam menentukan harga dan jumlah pulsa yang diproduksi maka,
Berapakah nilai ekuilibrium QS, QD dan P dan Berapakah laba masing-masing
perusahaan?
320
Jawab
Diketahui:
P = 100 - Q
C = 10Qi + 0,5 Qi2 ( i = S,M)
Jadi:
TR = P.Q = (100-Q)Q
TR = 100Q – Q2
MR = 100 – 2Q
MCS = MCM
10 + QS = 10 + QM
QS = QM
MR = MC1 = MC2
MR = MCS
100 – 4QS = 10 + QS
5QS = 90
QS = 18
Jadi jumlah produksi perusahaan simpati adalah 18 juta unit, semnatar jumlah
produksi untuk Merpati pada dasarnya sama yaitu 18 juta unit. Dengan diketahuinya
jumlah produksi untuk masing-masing perusahaan, maka harga pulsa dapat dihitung:
Jadi harga pulsa adalah Rp. 64 per unit. Dengan diketahuinya jumlah
produksi dan harga pula untuk masing-masing perusahaan, maka keuntungan
perusahaan dapat dihitung:
Untuk jelasnya jumlah, harga, dan keuntungan dari kedua perusahaan dapat
dilihat pada tabel berikut
Harga
F
10
A MC1
7
MC
B
6
MC2
G
323
Contoh Soal:
Q1 = 280 – 40P1
Q2 = 100 – 10P2
Dimana Q adalah output dan P adalah harga. dan kurva biaya total perusahaan
oligopoli tersebut adalah:
TC = 2Q + 0,025Q2
Pertanyaan:
Jawab:
Diketahaui
Langkah pertama yang dilakukan adalah kita dapat menghitung TR1, TR2, MR1, MR2,
dan MC sebagai berikut:
7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q
0,075Q = 3
Q = 40
P = 7 - 0,25(40) = $6.
MR2 = 10 – 0,2(40) = 10 – 8 = 2
MC = 2 + 0,05(40) = 2 +2 = 4
∏ = TR – TC
∏ = PQ – 2Q – 0,025Q2
∏ = 240 – 80 – 40 = $120
Harga
MCL
∑MCF
80
C B A
60
40
DL
20
D
MRL
0 30 60 90 Kuantitas
Pasar oligopoli adalah bentuk pasar di mana hanya terdapat sedikit perusahaan
yang bersaing dalam menjual produk di pasar. Hambatan untuk masuk dalam pasar
memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh laba ekonomis bahkan dalam
jangka panjang. Ciri yang membedakan pasar oligopoli dengan pasar lainnya adalah
ketergantungan atau persaingan antar perusahaan dalam industri.
328
Pertanyaan Bab 10
1. Jelaskan ciri yang membedakan antara pasar oligopoli dengan bentuk pasar
lainnya?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keseimbangan nash apabila perusahaan
330
bersaing dalam hal harga, mengapa keseimbangan tersebut stabil dan mengapa
perusahaan tidak menaikkan harga dalam rangka meningkatkan keuntungan
bersama?
3. Jelaskan keseimbangan dalam model cournot stabil dalam arti bahwa
perusahaan-perusahaan tidak mempunyai insentif sedikit pun untuk mengubah
tingkat outputnya pada tingkat keseimbangan?
4. Dalam model Stakelberg perusahaan yang menetapkan harga terlebih dahulu
memperoleh keuntungan yang lebih besar jelaskan?
5. Kurva permintaan patah menggambarkan kekakuan harga, jelaskan bagaimana
cara kerja model ini, dan mengapa kekakuan harga muncul dalam pasar
oligopoli?
6. Jelaskan mengapa kepemimpinan harga kadang-kadang muncul dalam pasar
oligopoli, dan jelaskan bagaimana kepemimpinan harga menentukan harga yang
memaksimumkan laba?
7. Dua buah perusahaan yang menghadapi kurva permintaan yaitu P = 50 -5Q
dimana Q = Q1 + Q2. Fungsi biaya kedua perusahaan tersebut adalah:
C1 (Q1) = 20 + 10Q1
C2 (C2) = 10 + 12Q2
Berdasarkan informasi tersebut maka:
a. Misalkan kedua perusahaan telah masuk dalam industri, maka berapa harga
dan jumlah yang memaksimumkan laba kedua perusahaan dalam kondisi
pasar persaingan sempurna?
b. Berapa kuantitas, harga dan keuntungan kedua perusahaan apabila
perusahaan melakukan kolusi dalam penentuan harga?
c. Berapa kuantitas, harga, dan keuntungan kedua perusahaan apabila mereka
melakukan staregi cournot, dan gambarkan kurva reaksi dari kedua
perusahaan tersebut?
d. Berapa kuantitas, harga, dan keuntungan kedua perusahaan apabila mereka
331
BAB XI
TEORI PERMAINAN
Teori permainan (games theory) merupakan salah satu alat utama yang
digunakan oleh para ekonom dalam pemilihan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan. Model teori permainan berusaha untuk menggambarkan strategi atas
situasi kompleks dengan cara yang sangat sederhana. Sama dengan model-model
sebelumnya, model teori permainan meringkas rincian dari suatu masalah sampai
kepada bentuk matematisnya. Kekuatan utama model teori permainan adalah
memungkinkan kita mencapai inti dari suatu permasalahan.
Dalam setiap situasi ketika individu-individu membuat suatu pilihan strategis
dan hasil akhirnya adalah tergantung pada tindakan yang dipilih masing-masing
individu, dapat dipandang sebagai suatu permainan (game). Pada dasarnya setiap
permainan memiliki tiga elemen dasar yaitu; (1) pemain, (2) strategi, dan (3) imbalan
(payoffs). Permainan mungkin bersifat kooperatif, di mana para pemain dapat
333
membuat persetujuan mengikat, atau bersifat non kooperatif, di mana perjanjian tidak
dimungkinkan.
Pemaian
Strategi
Strategi adalah tindakan yang terbuka dilakukan untuk masing-masing pemain. Suatu
strategi mungkin saja berupa tindakan sederhana misalnya mengambil kartu lain atau
tindakan yang sangat kompleks berupa membangun pertahanan yang canggih,
tergantung dari jenis permainan yang dilakukan. Meskipun demikian masing-masing
strategi diasumsikan sebagai tindakan spesifik dan didefinisikan dengan baik.
Walaupun beberapa permainan menawarkan kepada para pemain beberapa strategi
yang berbeda, tetapi beberapa hasil penting dapat digambarkan untuk suatu situasi di
mana masing-masing pemain hanya mempunyai dua strategi yang berbeda. Pada
334
permainan non kooperatif, maka para pemain tidak dapat mencapai persetujuan antara
satu dengan yang lain tentang strategi apa yang akan mereka mainkan, setiap pemain
tidak mengetahui dengan pasti tenang strategi apa yang akan dilakukan oleh pemain
lainnya.
Imbalan (Payoff)
Hasil akhir atas pemain dari satu permainan sebagai kesimpulan disebut imbalan.
Imbalan (payoff) biasanya diukur dengan tingkat kepuasan yang dicapai oleh masing-
masing pemain, umumnya diukur dengan satuan moneter misalnya laba untuk
perusahaan. Dalam teori permainan, secara umum kita mengasumsikan bahwa para
pemain dapat membuat peringkat imbalan dari suatu pemain dari tingkat paling
disukai sampai kepada yang kurang disukai, dan berusaha mecapai imbalan yang
tertinggi yang dapat dicapai. Imbalan meliputi seluruh aspek yang terkait dengan
hasil dari suatu permainan. Dalam hal ini meliputi aspek moneter secara eksplisit dan
implisit berapa perasaan dari para pemain atas hasil tersebut, misalnya apakah mereka
merasa malu atau memperoleh kebanggaan. Secara alami, para pemain lebih
menyukai imbalan yang menawarkan kepuasan lebih dibanding permainan yang
menawarkan kepuasan kurang. Dalam beberapa permainan, imbalan hanya berupa
transfer di antara pemain dalam hal ini satu pemain yang menang dan yang lain kalah.
Meskipun demikian beberapa permainan yang kita lihat bukan merupakan permainan
yang berjumlah nol (sero sum). Bahkan beberapa permainan mungkin menawarkan
imbalan yang lebih besar kepada seluruh pemain dibanding dengan permainan
lainnya.
Kita perlu membedakan antara permainan berjumlah nol dan permainan tidak
berjumlah nol. Permainan berjumlah nol (zero sum game) adalah permainan dimana
jumlah keuntungan salah satu pemain merupakan akibat dari jumlah pengeluaran
yang persis sama dengan pemain lainnya. Misalnya perusahaan A meningkatkan
pangsa pasarnya dengan meningkatnya pengeluaran iklannya, pada saat perusahaan B
tidak melakukan perusahaan iklan. Pada saat yang sama apabila perusahaan B juga
meningkatkan pengeluaran iklannya, maka perusahaan A mungkin tidak memperoleh
335
tambahan pangsa pasar sama sekali. Pada sisi lain misalnya perusahaan A
meningkatkan harga produknya, dan perusahaan B tidak melakukannya, maka
perusahaan A mungkin akan kehilangan pasarnya yang beralih ke perusahaan B.
Permainan semacam ini, dimana keuntungan satu pemain sama dengan kerugian
pemain lainnya, sehingga total keuntungan dikurangi dengan total biaya sama dengan
nol disebut permainan berjumlah nol.
Akan tetapi apabila keuntungan atau kerugian salah satu perusahaan tidak
diakibatkan oleh biaya atau pemberian keuntungan dalam jumlah yang sama pada
perusahaan lain, maka kita melakukan permainan tidak berjumlah nol (nonsero sum
game). Misalnya kemungkinan itu muncul pada saat peningkatan iklan diarahkan
untuk meningkatkan laba kedua perusahaan, dan kira menggunakan laba, bukan
pangsa pasar sebagai imbalan. Dalam kasus ini kita melakukan permainan berjumlah
positif (positive sum game). Sebaliknya peningkatan iklan yang memunculkan biaya
yang lebih besar dari pendapatan dan laba kedua perusahaan menurun, maka kita
melakukan permainan berjumlah negatif (negative sum game).
informasi yang berbeda-beda, dan berbagai tingkat dan bentuk keunggulan dan
kelemahan bersaing.
lainnya pada saat mereka memutuskan menentukan strategi penawaran harga yang
optimal.
Terlihat bahwa perbedaan yang mendasar antara permainan kooperatif dan
nonkooperatif terdapat dalam kemungkinan kontrak tersebut. Dalam permainan
kooperatif kontak dapat mengikat antara yang satu dengan yang lain. Sementara
dalam permainan nonkooperatif kontrak antara pemain tidak mungkin terjadi.
Pada kesempatan ini pembahasan kita lebih fokus pada permainan
nonkooperatif. Dalam permainan apapun yang dilakukan, aspek terpenting dalam
pengambilan keputusan strategis adalah: memahami sudut pandang lawan anda dan
dengan asumsi bahwa lawan adalah rasional, menyimpulkan kemungkinan-
kemungkinan tanggapannya terhadap tindakan anda. Oleh karena itu seorang pemain
harus dapat memahami sudut pandang lawan, bahkan dalam bentuk situasi permainan
sederhana apapun, terkadang orang-orang selalu mengabaikan posisi lawan dan
tanggapan yang rasional yang tersirat dalam posisi itu.
Strategi Dominan
339
Perhatikan bahwa nomor pertama pada setiap elemen dalam tabel mengacu
pada imbalan (laba) yang diperoleh perusahaan A, sementara nomor kedua adalah
imbalan (laba) yang diperoleh dari perusahaan B. Tabel 11.1. menunjukkan bahwa
apabila kedua perusahaan memasang iklan, maka perusahaan A akan memperoleh
laba sebesar 4, sementara perusahaan B memperoleh laba sebesar 3 (sel kira atas
matriks imbalan). Sebaliknya sel kiri bawah hasil menunjukkan bahwa apabila
perusahaan A tidak memasang iklan sementara perusahaan B memasang iklan, maka
perusahaan A akan memperoleh laba sebesar 2 dan perusahaan B akan memperoleh
laba sebesar 5. Selanjutnya pada sel kanan atas menunjukkan bahwa apabila
340
karena itu kedua perusahaan (A dan B) akan memasang iklan tanpa perlu
mempertimbangkan apa yang dilakukan oleh perusahaan lain dan akan memperoleh
laba berturut-turut sebesar 4 dan 3 (sel kita atas matriks imbalan pada Tabel 11.1).
Oleh dalam kasus ini solusi memasang iklan atau keseimbangan dari kedua
perusahaan akan tetap dipertahankan, apakah perusahaan A atau perusahaan B yang
memulai strateginya, atau kedua perusahaan melakukan strategi bagi perusahaannya
secara bersamaan.
Keseimbangan Nash
penjara. Matriks hukuman dalam hal masa hukuman yang harus dijalani dapat dilihat
pada Tabel 11.3.
sekali diizinkan untuk berhubungan), maka kedua tersangka akan melakukan strategi
dominan untuk mengaku dan memperoleh hukuman 10 tahun penjara. Walaupun
sebelum mereka ditangkap mereka bersepakat untuk tidak mengaku, kesepakatan
tersebut tidak dapat dipastikan untuk berlaku. Karena itu setiap tersangka akhirnya
akan mengaku dan menerima hukuman 10 tahun penjara.
Seperti halnya dengan persaingan harga, konsep dilema nara pidana juga
dapat digunakan dalam hal kecurangan dalam kartel. Dengan mengganti judul kolom
dan baris matriks pada tabel 10.4. dapat digunakan angka yang sama untuk
menganalisis kecurangan dalam kartel. Misalnya kalau kita mengganti judul dengan
harga rendah dengan curang dan judul dari harga tinggi dengan tidak curang di dalam
kolom dan baris dari matriks Tabel 10.4, seperti terlihat pada matriks Tabel 10.5
347
untuk menganalisis insentif dari anggota kartel untuk melakukan kecurangan dalam
dilema tahanan.
Dalam hal ini setiap perusahaan melakukan strategi dominan untuk curang ,
mendapatkan keuntungan Rp. 4 juta, namun dengan tidak melakukan kecurangan,
setiap anggota kartel akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 6 juta. Kartel dapat
mencegah atau mengurangi probabilitas terjadinya kecurangan, dengan mengawasi
penjualan setiap anggota dan menghukum anggota yang curang. Meskipun demikian
semakin besar anggota kartel dan semakin banyak produk yang berbeda, serta
semakin luas areal pemasaran maka semakin sulit bagi kartel untuk melakukan
pengawasan terhadap para anggotanya untuk mencegah terjadinya kecurangan.
Perusahaan A Perusahaan B
B
Harga Tinggi Rp. 260 juta Rp. 100 juta
Harga Rendah
Harga Rendah B
Rp. 300 juta Rp. 240 juta
Harga Rendah
Pada bagian ini kita akan membahas tentang keunggulan yang dapat diperoleh
suatu perusahaan yang bergerak lebih dahulu, serta juga mempertimbangkan apa yang
menentukan perusahaan mana yang bergerak lebih dahulu. Kita akan memusatkan
perhatian pada pertanyaan-pertanyaan berikut: Tindakan apa saja yang dapat diambil
suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di pasar? Bagaimana suatu
perusahaan menghadapi suatu calon-calon pesaing yang masuk, atau membujuk
pesaing-pesaing yang ada untuk menaikkan harga?
Suatu tindakan yang memberi keunggulan semacam ini kepada suatu
perusahaan disebut langka strategis (strategic move). Thomas Schelling (1980)
mengatakan: suatu langka strategis adalah suatu yang mempengaruhi pilihan orang
lain yang akan menguntungkan diri orang tersebut, dengan mempengaruhi harapan-
harapan orang lain itu tentang bagaimana diri orang itu berperilaku. Gagasan
membatasi perilaku anda sendiri untuk memperoleh suatu keunggulan mungkin
terlihat seperti paradoks, kita akan segera melihat bahwa itu tidak benar.
Pertama mari kita lihat Tabel 11.6. Perusahaan yang pertama kali
memperkenalkan sereal sarapan barunya akan tampil sebagai yang terbaik. Tetapi
perusahaan mana yang akan memperkenalkan sereal lebih dahulu? Walaupun kedua
perusahaan membutuhkan jangka waktu yang sama untuk melakukan produksinya,
masing-masing mempunyai insentif untuk berkomitmen sebagai yang pertama yang
memperkenalkan sereal manis tersebut. Dalam hal ini kata kuncinya adalah
komitmen.
352
Ancaman Kosong
komputernya, maka kedua perusahaan tersebut dapat memperoleh imbalan uang yang
cukup besar. Walaupun perusahaan B mengenakan harga yang rendah untuk word
processornya, maka masih banyak konsumen yang akan membeli komputer
perusahaan A, karena alat ini dapat membantu mengerjakan banyak tugas dan
lainnya, meskipun beberapa konsumen akan terbujuk dengan adanya perbedaan harga
untuk tetap membeli yang dikhususkan untuk wold processoe tersebut. Namun
apabila perusahaan A mengenakan harga yang rendah, maka mau tidak mau
perusahaan B juga harus mengenakan harga yang rendah, sebab kalau tidak, ia akan
memperoleh laba sama dengan nol, dan laba kedua perusahaan tersebut akan
berkurang cukup besar.
Perusahaan A tentunya akan menyukai hasil pada sudut kiri atas matriks
imbalan. Akan tetap perusahaan B mengenakan harga yang rendah adalah jelas
merupakan strategi dominan. Dengan demikian hasil pada sudut kanan atas akan
terpilih, tidak peduli perusahaan mana yang lebih dahulu menetapkan harga.
Walaupun perusahaan A kelihatannya merupakan perusahaan dominan dalam
industri karena tindakan-tindakannya dalam menetapkan harga akan memiliki
dampak yang paling besar terhadap laba seluruh industri komputer. Pertanyaan yang
muncul apakah perusahaan A dapat membujuk perusahaan B untuk mengenakan
harga yang lebih tinggi, dengan mengancam akan mengenakan harga yang lebih
rendah apabila perusahaan B mengenakan harga yang rendah. Jawabannya tentu
tidak, sebagaimana ditunjukkan oleh matriks imbalan pada Tabel 11.7. Apapun yang
dilakukan oleh perusahaan B, perusahaan A akan lebih rugi apabila perusahaan
tersebut mengenakan harga rendah. Akibatnya ancaman yang dilakukan oleh
perusahaan A adalah ancaman kosong yang tidak dapat dipercaya.
354
milyar. Pertanyaan yang muncul apakah Mitsubishi dapat membujuk Toyota untuk
memproduksi mobil-mobil besar?
Misalkan Mitsubishi mengancam akan memproduksi mesin-mesin besar tanpa
peduli apapun yang dilakukan oleh Toyota, dan misalkan juga tidak satu pun
produsen mesin mobil dapat dengan mudah memasok mesin-mesin mobil kecil untuk
memenuhi kebutuhan Toyota. Selanjutnya kita misalkan Toyota mempercayai
ancaman tersebut, maka perusahaan ini akan memproduksi mobil- mobil besar.
Sebaliknya apabila Toyota tidak mempercayai ancaman tersebut, maka, Toyota akan
mengalami kesulitan untuk mencari mesin untuk memenuhi kebutuhan mobil
kecilnya, dan hanya akan memperoleh imbalan sebesar Rp. 10 Milyar, bukan Rp. 30
milyar lagi. Jadi ancaman tidak kredibel. Begitu Toyota memutuskan untuk
memproduksi mobil-mobil kecil, maka Mitsubishi tidak mempunyai insentif
melaksanakan ancamannya.
Pada prinsipnya Perusahaan Mitsubishi dapat membuat ancaman yang dapat
dipercaya, apabila dengan sikap yang jelas dan tidak berubah-ubah, mengurangi
sebagian keuntungannya sendiri dalam matriks imbalan tersebut, sehingga pilihan-
pilihan akhirnya terbatas. Misalkan Mitsubishi hanya mengurangi labanya dari mobil
kecil, imbalan pada matriks imbalan kiri atas Tabel 11.8. Perusahaan Mitsubishi
dapat melakukan hal ini dengan menutup atau menghancurkan sebagian kapasitas
produksi mesin mobil kecilnya. Matriks imbalan apabila hal tersebut dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 11.9.
Tabel 11.9, menunjukkan bahwa Toyota tahu bahwa, jenis mobil apapun
yang diproduksinya, Mitsubishi akan memproduksi mesin-mesin besar. Apabila
Toyota memproduksi mobil kecil, maka Mitsubishi akan menjual mesin besar
356
sedapat mungkin kepada produsen mobil lainnya dan rela hanya memperoleh imbalan
sebesar Rp. 10 Milyar, dan hal ini lebih baik dari pada memproduksi mesin kecil dan
memperoleh imbalan sebesar nol. Oleh karena Toyota harus mencari mesin kepada
perusahaan lain, maka imbalannya juga akan turun menjadi Rp. 10 milyar. Sekarang
jelaslah bahwa demi kepentingan Toyota sendirilah memproduksi mobil besar.
Dengan menempuh langkah strategi yang kelihatannya merugikan diri sendiri,
Mitsubishi telah memperbaiki hasil permainan tersebut.
Meskipun komitmen strategi semacam ini dapat efektif, namun cukup
berisiko, dan sangat tergantung pada pengetahuan yang tepat tentang matriks imbalan
dan industri itu sendiri. Misalkan Mitsubishi mempunyai komitmen untuk
memproduksi mesin besar, namun terkejut menemukan bahwa produsen lain dapat
memproduksi mesin-mesin kecil dengan harga murah. Maka komitmen tersebut
mungkin akan mengakibatkan Mitsubishi bangkrut, dan tidak memperoleh laba yang
tinggi dalam jangka panjang.
Apabila perusahaan baru masuk pasar tersebut, maka perusahaan lama dapat
mengakomodasi dengan tetap mempertahankan harga tinggi dengan memperoleh laba
sebesar Rp. 200 milyar karena sekarang anda harus membagi dengan perusahaan
baru. Perusahaan baru akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 40 milyar. Angka
tersebut diperoleh dari Rp. 200 milyar dikurangi Rp. 160 milyar untuk membangun
pabrik, hasil tersebut ditunjukkan pada sudut kiri atas matriks imbalan. Kemungkinan
lain adalah anda dapat meningkatkan kapasitas produksi anda, dengan memproduksi
lebih banyak dan menurunkan harga. Harga yang lebih rendah akan memberi anda
pangsa pasar yang lebih besar meningkatkan penerimaan sebesar Rp. 40 milyar. Akan
tetapi kenaikan produksi akan memakan investasi sebesar Rp. 100 milyar. Karena
perang strategi juga akan mengurangi penerimaan pendatang baru tersebut sebesar
Rp. 60 milyar, sehingga pendatang baru akan mengalami kerugian sebesar Rp. 20
milyar. Hasil ini ditunjukkan pada sudut kiri bawah matriks imbalan pada Tabel
11.10. Akhirnya apabila perusahaan baru tetap berada di luar, tetapi perusahaan lama
menambah kapasitas dan menurunkan harga, maka imbalan bersih anda akan turun
sebesar Rp. 140 milyar (dari Rp. 400 milyar menjadi Rp. 260 milyar), biaya sebesar
Rp. 100 milyar untuk tambahan kapasitas, dan penurunan Rp. 40 milyar penerimaan
baru karena harga yang lebih rendah, tanpa kenaikan dalam pangsa pasar, pilihan ini
ditunjukkan pada bagian kanan bawah matriks imbalan, tidak masuk akal).
Apabila perusahaan mengira bahwa perusahaan baru tetap akan
mengakomodasi dan mempertahankan harga yang tinggi setelah ia masuk, maka
perusahaan baru akan merasakan bahwa menguntungkan untuk masuk dan akan
melakukan hal itu. Misalkan perusahaan lama mengancam untuk menambah output
dan melancarkan perang harga agar perusahaan baru tidak masuk. Apabila
perusahaan baru menganggap bahwa ancaman itu serius, maka perusahaan baru tidak
akan memasuki industri tersebut, karena ia mengetahui bahwa ia akan kehilangan
358
sebesar Rp. 20 milyar. Namun ancaman itu tidak kredibel, seperti ditunjukkan pada
matriks imbalan Tabel 11.10. Begitu perusahaan baru masuk, maka perusahaan lama
akan diuntungkan apabila ia mengakomodasinya dan mempertahankan harga tinggi.
Langkah rasional perusahaan baru adalah memasuki pasar tersebut, dan hasilnya
terlihat pada sudut kiri atas matris imbalan Tabel 11.10.
Pertanyaan yang muncul bagaimana apabila perusahaan lama dapat
membuat komitmen yang tidak akan ditarik kembali, dan akan mengubah insentif
perusahaan lama apabila perusahaan baru masuk. Sebuah komitmen yang membuat
perusahaan lama sedikit pilihan selain mengenakan harga yang rendah, apabila
perusahaan baru benar-benar masuk. Terutama misalkan perusahaan lama
menginvestasikan Rp. 100 milyar sekarang? Dan merupakan kapasitas tambahan
yang diperlukan untuk menaikkan output dan terlihat dalam harga bersaing misalkan
perusahaan baru benar-benar masuk. Tentu saja apabila perusahaan mempertahankan
harga yang tinggi apabila perusahaan baru masuk atau tidak maka investasi tambahan
ini akan menurunkan keuntungan perusahaan lama.
maka ia akan rasional untuk tetap menghindari pasar tersebut. Setelah merintangi
untuk masuk, perusahaan lama dapat mempertahankan harga tinggi dan memperoleh
laba sebesar Rp. 300 milyar.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah suatu pelaku monopoli yang sudah
ada dapat melakukan rintangan masuk tanpa melakukan langkah yang mahal untuk
membangun kapasitas produksi tambahan? Sebelumnya kita telah melihat bahwa
reputasi dan inrasional dapat memberikan keunggulan strategi. Misalkan perusahaan
lama sudah mempunyai reputasi semacam ini, dan andaikan juga dengan pemotongan
harga secara besar-besaran perusahaan lama dapat menghalau keluar setiap
perusahaan yang masuk pada masa lalu, walaupun hal tersebut mendatangkan
kerugian yang tidak beralasan secara rasional. Dengan demikian ancaman benar-
benar dapat dipercaya. Dalam konteks ini, inrasional perusahaan yang ada
menyampaikan pesan kepada para pesaing agar perusahaan itu benar-benar
mengundurkan diri.
Tentu saja misalkan perusahaan yang digambarkan di atas berulang terus
menerus tanpa batas, maka perusahaan yang ada mungkin mempunyai insentif yang
rasional untuk melaksanakan ancaman perang tadi apabila perusahaan baru benar-
benar masuk. Mengapa? Oleh karena kerugian jangka pendek akibat perang itu
mungkin saja dikalahkan untuk mempertahankan keuntungan jangka panjang dengan
mencegah perusahaan lain masuk. Oleh karena perusahaan memahami hal tersebut,
maka calon pesaing merasakan ancaman perusahaan yang dapat dipercaya dan
memutuskan untuk tetap berada di luar. Karena perusahaan yang ada mengandalkan
reputasi, sebagai orang yang rasional dan berpandangan jauh ke depan, guna
memperlihatkan kredibilitas yang dibutuhkan untuk merintangi pesaing masuk.
Keberhasilan strategi ini pada dasarnya tergantung pada rentang waktu dan
keuntungan serta kerugian relatif yang terkait dengan akomodasi perang.
Kita telah melihat bahwa daya tarik untuk masuk, terutama tergantung pada
perusahaan yang ada dalam bereaksi. Umumnya perusahaan yang ada tidak dapat
diharapkan mempertahankan outputnya tetap pada tingkat sebelumnya begitu
perusahaan baru masuk. Perusahaan ini mungkin akan mengalah dan mengurangi
360
output dengan menaikkan harga untuk mencapai tingkat yang memaksimalkan laba
persama perusahaan baru yang masuk. Oleh karena calon-calon yang mau masuk
mengetahui hal ini, perusahaan yang ada harus menciptakan ancaman perang yang
kredibel untuk merintangi perusahaan baru masuk. Sebuah reputasi dan inrasional
dapat membantu untuk melakukannya. Kelihatannya hal ini merupakan dasar dari
banyak perilaku dalam upaya merintangi perusahaan baru masuk yang terjadi dalam
pasar yang sesungguhnya.
Teori permainan (games theory) merupakan salah satu alat utama yang
digunakan oleh para ekonom dalam pemilihan strategi yang dilakukan oleh
perusahaan. Setiap permainan memiliki tiga elemen dasar yaitu; (1) pemain, (2)
strategi, dan (3) imbalan (payoffs). Sebuah permainan dimana keuntungan satu
pemain atau perusahaan terjadi pada saat biaya tepat sama dengan kerugian pemain
atau perusahaan lain disebut permainan berjumlah nol. Permainan dimana
keuntungan atau kerugian pada satu pemain atau perusahaan tidak terjadi pada saat
biaya atau keuntungan yang sama ada pada pemain atau perusahaan yang lain disebut
permainan tidak berjumlah nol.
Suatu permainan dikatakan kooperatif apabila pemain yang satu dengan
pemain yang lain dapat berkomunikasi dan menyusun kontrak yang mengikat, kalau
tidak maka permainan tersebut disebut permainan non kooperatif. Dalam kedua
permainan ini aspek desain strategi yang terpenting adalah pemahaman tentang posisi
pesaing anda, dan apabila pesaing anda bersifat rasional dan dengan tepat
menyimpulkan kemungkinan tanggapan atas tindakan-tindakan pesaingnya.
Keseimbangan Nash adalah strategi dimana semua pemain melakukan hal
terbaik, dengan tetap memperhitungkan strategi pemain-pemain lainnya. Suatu
keseimbangan dalam strategi dominan adalah kasus khusus dari suatu keseimbangan
Nash. Suatu strategi dominan akan bekerja optimal tanpa peduli apapun yang
361
Pertanyaan Bab 11
Perusahaan B
Harga Tinggi Harga Rendah
Harga Tinggi (100,100) (300,-100)
Perusahaan A
Harga Rendah (-100-300) (200,200)
Perusahaan 2
Kualitas Tinggi Kualitas Rendah
Kualitas Tinggi (100,80) (120,90)
Perusahaan 1
Kualitas Rendah (110-110) (30,40)
Perusahaan B
Masuk Tidak Masuk
Harga Rendah (10,-10) (30,10)
Perusahaan A
Harga Tinggi (40-50) (60,30)
Ditanyakan:
a. Apakah strategi terbaik untuk masing-masing perusahaan?
b. Mengapa ancaman menurunkan harga yang dilakukan oleh perusahaan A
untuk mencegah masuk perusahaan B tidak memiliki kredibilitas?
c. Apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan A untuk menjadikan ancamannya
kredibel tanpa perlu menambah kapasitas pabrik yang berlebihan?
365
BAB XII
PASAR FAKTOR INPUT
Dalam diagram lingkar arus kegiatan ekonomi yang digambarkan pada bab 1
Gambar 1.1, para rumah tangga merupakan sisi permintaan dan perusahaan menjadi
sisi penawaran atas pasar produk (bagan atas diagram lingkar). Pada pembahasan-
pembahasan sebelumnya kita telah membahas faktor-faktor yang menentukan
permintaan individu akan barang-barang konsumsi, dan penawaran perusahaan akan
barang konsumsi tersebut. Pada bab ini kita akan beralih mempelajari tentang pasar
faktor produksi (bagian bawah diagram lingkar kegiatan ekonomi.
Pada dasarnya harga input juga ditentukan oleh permintaan dan penawaran.
Dalam kasus ini perusahaan berada pada posisi permintaan dan penggunaan input
untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Input-input pada pasar input disuplai oleh
para individu melalui pekerjaan yang mereka lakukan dan sumber daya modal yang
disediakan oleh tabungan mereka.
Kita telah membahas beberapa pasar output bersaing sempurna di mana
produsen tidak memiliki kekuatan pasar, sedang produsen pada pasar yang lainnya
memiliki kekuatan pasar. Hal yang juga berlaku untuk pasar faktor. Pada bab ini kita
akan membahas tiga struktur pasar input yang berbeda yaitu; (1) pasar input yang
bersaing sempurna, (2) pasar di mana pembeli input memiliki kekuatan monopsoni,
dan (3) pasar di mana penjual input memiliki kekuatan monopoli.
Pasar input yang bersaing adalah pasar di mana terdapat banyak penjual dan
pembeli suatu faktor produksi, seperti tenaga kerja dan bahan baku. Oleh karena tidak
satu pun pembeli dan penjual tunggal dapat mempengaruhi harga suatu input tertentu,
sehingga masing-masing penjual dan pembeli adalah menerima harga (price taker).
Misalnya apabila masing-masing perusahaan membeli batu merah untuk membangun
rumah, masing-masing perusahaan membeli sebagian kecil dari total volume batu
366
merah yang tersedia, keputusan pembelian perusahaan itu tidak satupun yang dapat
mempengaruhi harga batu merah. Seperti halnya dengan pembeli, apabila masing-
masing pemasok batu merah menguasai pangsa pasar yang kecil, maka tidak satu
pun keputusan masing-masing pemasok dapat mempengaruhi harga batu merah yang
dijualnya.
Kita mulai dengan menganalisis permintaan untuk satu faktor untuk masing-
masing perusahaan. Permintaan untuk masing-masing perusahaan ini dijumlahkan
untuk mendapatkan permintaan pasar. Selanjutnya kita beralih pada sisi penawaran
pasar dan memperlihatkan bagaimana harga pasar dan tingkat input ditentukan.
Seperti halnya dengan kurva permintaan untuk produk yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan, kurva permintaan untuk faktor input turun ke kanan bawah.
Permintaan input pada dasarnya tergantung pada volume produksi dan biaya input
dari perusahaan. Oleh karena itu permintaan atas fakor produksi sering disebut
sebagai permintaan yang terkait. Pertanyaan yang muncul berapa banyak faktor
produksi yang akan digunakan oleh suatu perusahaan untuk memproduksi barang
yang dibutuhkan oleh masyarakat? Ingat bahwa tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan keuntungan. Jadi suatu perusahaan dalam memaksimumkan
keuntungannya menggunakan faktor produksi sampai pada tingkat dimana
keuntungan maksimum akan tercapai. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana hal
tersebut dapat dicapai? Penggunaan faktor produksi yang dapat memaksimumkan
keuntungan apabila memenuhi kriteria yaitu: biaya produksi tambahan yang
dibayarkan kepada faktor produksi tambahan itu sama dengan hasil penjualan
tambahan yang diperoleh dari produksi tambahan yang diperoleh dari tambahan
faktor produksi tersebut (penerimaan marjinal = pengeluaran marjinal; MR=ME).
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan penerimaan marjinal sama
dengan pengeluaran marjinal perhatikan contoh berikut; Misalkan seorang produsen
sedang mempertimbangkan untuk menambah satu unit tambahan input, katakanlah
367
TRP/MRP
TRP
MRP
Upah
1000
MRPL=D
600
400
200 ME
0 5 7 8 T. Kerja
Gambar 12.2. Penentuan Jumlah Tenaga Kerja yang Digunakan
Tabel 12.1 dan Gambar 11.1 telah diketahui total penerimaan produk (TRP)
dan marjinal penerimaan produk (MRP), maka tingkat produksi yang
370
Apabila suatu perusahaan pada waktu yang sama memilih dua input yang
berubah atau lebih, maka masalah perekrutan tersebut akan menjadi lebih sulit karena
perubahan harga satu input akan mengubah permintaan input yang lainnya. Misalkan
tenaga kerja dan mesin adalah input yang berubah untuk memproduksi satu produk.
Misalkan kita ingin menentukan kurva permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja.
Misalkan upah turun, maka mungkin permintaan akan tenaga kerja akan meningkat,
walaupun investasi untuk mesin tidak berubah. Namun karena tenaga kerja tidak
begitu mahal, maka biaya marjinal untuk memproduksi suatu produk akan turun.
Konsekuensinya akan menguntungkan apabila perusahaan tersebut dapat
meningkatkan outputnya. Dalam kondisi ini perusahaan mungkin akan menambah
investasi dalam mesin untuk menambah kapasitas produksinya. Penambahan
pemakaian mesin akan menyebabkan kurva permintaan marjinal tenaga kerja
bergeser ke kanan, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan akan tenaga
kerja. Seperti terlihat pada Gambar 12.3.
371
Gambar 12.3 menunjukkan bahwa pada saat tingkat upah sebesar Rp. 70 ribu
per hari, perusahaan membutuhkan tenaga kerja sebesar 10 orang sebagaimana
ditunjukkan oleh pada titik A pada kurva MRPL1. Misalkan sekarang upah turun
menjadi Rp. 50 ribu per hari, karena penerimaan marjinal produk dari tenaga kerja
atas produk tersebut sekarang lebih besar dari pada tingkat upahnya, maka
perusahaan akan meminta lebih banyak tenaga kerja. Namun karena MRPL1
menggambarkan permintaan akan tenaga kerja ketika pemakaian mesin tersebut
sudah tetap. Dengan jumlah tenaga kerja yang lebih besar mengakibatkan produk
marjinal modal tersebut meningkat, akan mendorong perusahaan menambah mesin
dengan membeli atau menyewa lebih mesin, sehingga produk marjinal tenaga kerja
tersebut meningkat dengan adanya tambahan mesin. Karena itu kurva penerimaan
marjinal produk akan bergeser ke kanan ke MRPL2.
Upah
100
A
70
50 B
C
DL
20 MRPL2
MRPL1
0 10 20 30 T. Kerja
Gambar 12.3. Kurva Permintaan Perusahaan untuk Tenaga Kerja
dengan Modal Berubah
bukan 15 orang seperti ditunjukkan pada titik C. Titik A dan B keduanya berada pada
kurva permintaan tenaga kerja dengan mesin yang berubah (DL). Perhatikan bahwa
kurva permintaan tenaga kerja terlihat elastis daripada kedua kurva produk marjinal
tenaga kerja yang ada. Dengan demikian apabila input modal berubah dalam jangka
panjang, akan terdapat elastisitas permintaan yang lebih besar karena perusahaan-
perusahaan dapat mengganti modal dengan tenaga kerja dalam proses produksinya.
Dalam pasar input yang bersaing secara sempurna, suatu perusahaan dapat
membeli input sebanyak yang dikehendakinya dengan harga yang tetap, yang
ditentukan oleh kurva permintaan dan penawaran sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 12.4(a). Dengan demikian, kurva penawaran input yang dihadapi suatu
perusahaan adalah elastis sempurna. Jadi Gambar 12.4(b) perusahaan membeli input
seharga Rp. 50 ribu per unit untuk diolah menjadi output. Oleh karena perusahaan ini
hanya merupakan bagian kecil daripada pasar input tersebut, maka perusahaan dapat
membeli input tersebut sesuai dengan yang diinginkannya tanpa dapat mempengaruhi
harga input tersebut.
P
P
100
S
ME=AE
50 50
D MRP
20
1000 Jumlah 100 Jumlah
(a) (b)
Gambar 12.4. Penawaran Input Perusahaan dalam Pasar Input
Bersaing Sempurna
373
Pertanyaan yang muncul berapa banyak input yang seharusnya dibeli suatu
perusahaan dalam faktor yang bersaing sempurna? Jawaban dari pertanyaan tersebut
adalah sejauh kurva penerimaan marjinal produknya (MRP) berada di atas kurva
pengeluaran marjinal (ME), maka laba dapat ditingkatkan dengan membeli lebih
banyak input. Karena laba satu unit tambahan (MRP) di atas dari pengeluaran
marjinalnya (ME). Sebaliknya apabila kurva penerimaan marjinal produknya berada
di bawah kurva pengeluaran marjinalnya, berarti beberapa unit input menghasilkan
tambahan penerimaan lebih kecil dari biayanya. Oleh karena itu memaksimumkan
biaya mensyaratkan agar penerimaan marjinal produknya sama dengan biaya
marjinalnya.
ME = MRP
ME = W
Pada contoh harga input Rp. 50 ribu per unit, ditentukan dalam pasar input
yang bersaing sempurna sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12.4(a) pada titik
potong kurva permintaan dan penawaran. Gambar 12.4(b) menunjukkan jumlah input
yang dibeli oleh suatu perusahaan pada titik potong kurva pengeluaran marjinal (ME)
dan kurva penerimaan marjinal produk (MRP). Apabila perusahaan memeli 100 unit
input, pengeluaran marjinal sebesar Rp. 50 ribu sama dengan penerimaan marjinal
374
atas penjualan produk. Apabila kurang dari 100 unit input yang digunakan, maka
perusahaan ini akan kehilangan kesempatan memperoleh tambahan laba atas
penjualan produknya. Apabila menggunakan input lebih dari 100 unit, maka biaya
marjinal input tambahan tersebut lebih besar dari penerimaan marjinal dari penjualan
produk tambahan tersebut.
Dalam pasar barang kita telah mengetahui bahwa kurva penawaran barang
biasanya melengkung ke atas, karena biaya marjinal untuk memproduksi suatu barang
biasanya meningkat. Pada dasarnya hal yang sama juga berlaku untuk kurva
penawaran pasar dalam pasar input. Meskipun demikian apabila input tersebut berupa
tenaga kerja, maka orang per oranglah yang mengambil keputusan bukan perusahaan.
Dalam kasus seperti ini adalah memaksimalkan kegunaan dari karyawan dan bukan
memaksimalkan laba oleh perusahaan dalam menentukan penawaran. Kurva
penawaran pasar tenaga kerja dapat melengkung ke atas, namun mungkin juga akan
melengkung ke belakang seperti terlihat pada Gambar 12.5. Dengan kata lain tingkat
upah yang lebih tinggi dapat menyebabkan lebih sedikit tenaga kerja yang
ditawarkan.
Untuk menjelaskan mengapa kurva penawaran tenaga kerja melengkung
kebelakang, kita perlu membagi waktu dalam satu hari ke dalam waktu kerja dan
waktu senggang. Waktu senggang yaitu waktu kegiatan non kerja yang
menyenangkan, termasuk tidur, makan. Pekerjaan yang bermanfaat bagi karyawan
hanya melalui pedapatan yang diperolehnya. Kita juga perlu mengasumsikan bahwa
karyawan mempunyai fleksibilitas untuk memilih berapa jam yang harus digunakan
dalam satu hari untuk bekerja dan berapa jam untuk waktu senggang.
Upah
100
Penawaran Tenaga Kerja
70
50
375
Pendapatan
S
960
W=40
Q
480
W=20
A
376
ditawarkan adalah L*. Oleh karena tenaga kerja dan perusahaan mempunyai
informasi yang sempurna, maka semua tenaga kerja menerima upah yang sama dan
menghasilkan marjinal produk tenaga yang sama pula dimanapun mereka bekerja.
Apabila setiap pekerja mempunyai upah yang lebih rendah, dari produk marjinalnya,
maka perusahaan akan merasa lebih diuntungkan dan menawarkan kepada pekerjanya
dengan upah yang lebih tinggi.
Upah
SL = AE
E
W*
DL = MRPL
0 L* Tenaga Kerja
Gambar 12.7. Keseimbangan dalam Pasar Tenaga Kerja Output Bersaing Sempurna
Apabila pasar output juga bersaing dengan sempurna, maka kurva permintaan
untuk suatu input, dimaksudkan untuk mengukur keuntungan yang diberikan oleh
konsumen produk tersebut pada penggunaan tambahan input dalam proses
produksinya. Tingkat upah juga mencerminkan biaya bagi perusahaan untuk
konsumen dengan menggunakan unit input tambahan. Jadi keseimbangan pasar titik
E menunjukkan keuntungan marjinal satu orang tenaga kerja sama dengan biaya
marjinal (tingkat upah, W).
Apabila pasar input dan output sama-sama bersaing dengan sempurna, maka
sumber daya yang digunakan menjadi efisien, karena perbedaan antara keuntungan
total dan biaya total dimaksimumkan. Efisiensi menuntut bahwa penerimaan
378
tambahan yang dihasilkan dengan mempekerjakan tambahan satu orang tenaga kerja,
sama dengan keuntungan bagi konsumen atas output tambahan tersebut, yang
ditunjukkan oleh harga produk tersebut dikali produk marjinal tenaga kerja (MRP L x
P).
Upah
SL = AE
VM
WM A
P x MPL
DL = MRPL
0 LM Tenaga Kerja
Gambar 12.8. Keseimbangan dalam Pasar Keluaran Monopolistik
Sebaliknya apabila pasar output tidak bersaing secara sempurna, maka kondisi
MRPL = P x MPL, tidak lagi berlaku. Gambar 12.8 menunjukkan kurva produk
marjinal dikali harga (MPL x P) berada di atas kurva penerimaan marjinal produk
(MRPL). Titik A adalah upah keseimbangan perusahaan monopoli (WM), dan
penawaran tenaga kerja keseimbangan adalah LM. Tetapi karena harga produk
tersebut merupakan ukuran nilai bagi masing-masing konsumen atas unit tambahan
unit output yang mereka beli (P x MP) merupakan nilai yang diberikan konsumen
pada unit tambahan tenaga kerja. Oleh karena itu, apabila tenaga kerja LM,
dipekerjakan, maka biaya marjinal bagi perusahaan tersebut adalah WM, lebih kecil
dari manfaat marjinalnya bagi konsumen (VM). Jadi walaupun perusahaan
memaksimalkan labanya, tetapi outputnya berada di bawah tingkat yang efisien dan
379
perusahaan tersebut menggunakan input lebih sedikit dari tingkat input yang efisien. Efisiensi
ekonomi akan meningkat apabila menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan akhirnya
output lebih banyak yang dihasilkan.
menggunakan lebih banyak unit, maka perusahaan harus membayar semua unit
dengan harga yang lebih tinggi, bukan hanya unit terakhir yang digunakan.
Upah
ME
SL= AE
E
WC
W*
D = MRPL=MV
0 L* LC Tenaga Kerja
Pertanyaan yang muncul adalah berapa banyak input yang seharusnya dibeli
perusahaan? Telah dijelaskan sebelumnya bahwa perusahaan seharusnya membeli
input sampai dimana pengeluaran marjinal sama dengan penerimaan marjinal produk.
Dalam hal ini penerimaan dari unit terakhir yang dibeli (MRP) sama dengan biaya
marjinalnya. Gambar 12.9 menunjukkan tentang prinsip ini untuk satu pasar tenaga
kerja. Perhatikan bahwa para pelaku monopsoni menggunakan unit tenaga L* dimana
pada titik itu ME=MRPL, tingkat upah tenaga kerja W* ditunjukkan dengan
menemukan titik pada kurva pengeluaran rata-rata atau kurva penawaran dengan
jumlah tenaga kerja sebesar L*.
Seorang pembeli yang mempunyai kekuatan monopoli akan memaksimumkan
keuntungannya dari suatu pembelian dengan membeli hingga titik di mana nilai
marjinal sama dengan pengeluaran marjinal MV=ME. Jadi bagi suatu perusahaan
yang membeli input faktor, MV benar-benar merupakan nilai dari penerimaan
marjinal faktor (MRP) tersebut. Jadi kita peroleh sama dengan dalam kasus pasar
faktor bersaing (ME=MRP).
Perhatikan kembali Gambar 12.9, bahwa para pelaku monopsoni
menggunakan lebih sedikit tenaga kerja dari perusahaan yang tidak memiliki
kekuatan monopsoni. Dalam pasar tenaga kerja yang bersaing jumlah pekerja yang
gunakan adalah sebesar LC, pada saat itu jumlah tenaga yang diminta sama dengan
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Perhatikan juga bahwa perusahaan monopsoni
tersebut akan membayar kepada pekerjanya sebesar W* lebih rendah dari upah pada
pasar besaing WC yang semestinya dibayarkan pada pasar yang bersaing sempurna.
Kekuatan monopsoni pada dasarnya dapat timbulan dengan cara berbeda.
Apabila suatu perusahaan membeli komponen yang tidak dibeli oleh satupun
perusahaan lain, maka perusahaan itu akan mungkin menjadi pelaku monopsoni
dalam pasar untuk komponen tersebut. Sumber lainnya dapat berupa lokasi suatu
bisnis, perusahaan tersebut mungkin menjadi satu-satunya perusahaan yang
memberikan pekerjaan dalam suatu daerah. Kekuatan monopsoni dapat juga timbul
apabila para membeli suatu faktor membentuk kartel untuk membetasi pembelian
382
faktor tersebut, sehingga mereka dapat membelinya dengan harga yang lebih murah
dari pada harga yang bersaing.
Dalam kenyataannya, hanya sedikit dalam perekonomian dewasa ini
merupakan pelaku monopsoni murni. Akan tetapi perusahaan-perusahaan sering
mempunyai kekuatan monopsoni, karena volume pembelian mereka menguasai
sebagian besar pasar tersebut. Suatu perusahaan tambang atau perusahaan lainnya
yang merupakan satu-satunya memberi kerja utama dalam suatu daerah juga
mempunyai kekuatan monopsoni dalam pasar tenaga kerja di daerah tersebut.
Seperti halnya dengan monopsoni, penjual input juga dapat memiliki kekuatan
monopoli. Penjual suatu input dapat memiliki kekuatan monopoli seperti halnya
ketika suatu perusahaan memiliki hal paten untuk memproduksi produk Windows,
yang tidak dapat digandakan oleh perusahaan lain. Bagaimana serikat pekerja dalam
suatu negara atau daerah memiliki kekuatan monopoli dalam meningkatkan upah dari
para anggotanya. Karena contoh penting kekuatan monopoli dalam pasar faktor
adalah melibatkan serikat pekerja. Oleh karena itu pada bagian ini kita akan melihat
bagaimana serikat pekerja yang merupakan pelaku monopoli dalam penjualan jasa
tenaga kerja dapat meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya dan sangat besar
pengaruhnya terhadap para pekerja yang tidak termasuk dalam anggotanya.
Pada beberapa negara, serikat pekerja mempunyai pengaruh yang cukup besar
dalam meningkatkan kesejahteraan dari para anggotanya. Para serikat pekerja
melakukan aksi demo dan mogok kerja dalam upaya untuk meningkatkan upah dari
para pekerja yang ada. Gambar 12.10 menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja
tanpa kekuatan monopoli. Kurva tersebut adalah penjumlahan dari produk-produk
penerimaan marjinal dari perusahaan yang bersaing untuk membeli tenaga kerja.
Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan bagaimana anggota-anggota serikat
383
pekerja akan menawarkan tenaga kerja, apabila serikat butuh tersebut tidak memiliki
kekuatan monopoli. Dalam kasus ini pasar tenaga kerja adalah bersaing di mana D L
menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja, dan SL menunjukkan kurva penawaran
tenaga kerja. Titik E merupakan titik keseimbangan yang menunjukkan bahwa
jumlah pekerja yang dibutuhkan sebesar L* dengan upah sebesar W*.
Dengan kekuatan monopolinya, maka serikat pekerja dapat memilih setiap
tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan sesuai dengan keinginannya,
sama seperti penjual monopoli output dapat memilih harga dan jumlah output yang
sesuai. Apabila serikat pekerja yang ada ingin memaksimalkan jumlah tenaga kerja
yang direkrut, maka serikat pekerja akan memilih hasil yang bersaing pada E. Namun
apabila serikat pekerja ingin memperoleh upah yang lebih tinggi dari upah bersaing,
maka serikat pekerja dapat membatasi pekerjaannya pada LM. Dampaknya adalah
perusahaan akan membayar tingkat upah sebesar WM. Jadi dalam kondisi ini anggota-
anggota pekrja yang bekerja lebih diuntungkan, namun bagi anggota yang tidak
mendapat pekerjaan sangat dirugikan.
Upah
AA
WM
SL
W0
E
W*
B
C
B
C
DL
MR
0 LM L0 L* Tenaga Kerja
upahnya, maka upah maksimum sesudah upah diturunkan adalah sebesar W0 dengan
jumlah pekerja sebesar L0.
Upah per
pekerja SL
WU
B
W*
WNU
C DL
DU DNU
Gambar 12.11. Diskriminasi Upah pada Sektor Serikat Pekerja dan Non
Serikat Pekerja
386
Pertanyaan Bab 12
4. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar gabungan
faktor produksi yang digunakan dapat meminimumkan biaya?
5. Syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar gabungan
faktor produksi yang digunakan dapat memaksimumkan keuntungan?
yang akan terjadi pada tingkat upah para pekerja yang bukan anggota serikat
pekerja? Dan apa yang akan terjadi pada tingkat upah para pekerja yang menjadi
anggota serikat pekerja?
390
BAB XIII
KESEIMBANGAN UMUM DAN EFISIENSI EKONOMI
Model-model keseimbangan parsial yang telah dibahas pada bab 7 sampai bab
12 jelas tidak cukup untuk menganalisis semua pengaruh dalam pasar. Oleh karena
itu dibutuhkan sebuah model ekonomi yang memungkinkan kita untuk menganalisis
pasar secara bersamaan. Model keseimbangan umum yang dibahas pada bab ini
memungkinkan kita untuk menganalisis keseimbangan pasar secara simultan.
Berbeda dengan analisis keseimbangan parsial, analisis keseimbangan umum
(general ekuilibrium analisis) menentukan harga dan jumlah produk seluruh pasar
secara bersamaan. Pada prakteknya analisis keseimbangan umum yang lengkap,
mengevaluasi pengaruh-pengaruh perubahan dalam suatu pasar terhadap semua pasar
391
yang lain, namun tidak mungkin dilakukan dengan mudah. Oleh karena kita
membatasi diri pada beberapa pasar yang terkait.
manggis menjadi meningkat, sehingga kurva permintaan akan tenaga kerja untuk
tanaman manggis bergeser ke kanan dari D ke D1 pada Gambar 13.1(b). Hal tersebut
cenderung meningkatkan upah bagi pekerja tanaman manggis, yang pada akhirnya
akan menaikkan biaya pada penghasil tanaman manggis. Kurva penawaran akan buah
manggis dalam konteks pasar persaingan sempurna, mencerminkan biaya marjinal
para penghasil buah manggis sehingga kurva penawaran buah manggis bergeser ke
keri (S1).
P
S1 P
S
S
P*
P2
P1 P*
D1
D
D D1
Buah Pakaian
Manggis
a. Pasar buah Manggis c. Pasar Pakaian
P P
S
S
W*
W2
W1
D1 W*
D
D
D1
Gambar 13.1. Pasar untuk Buah Manggis dan Beberapa Pasar Produk Terkait
393
Sekarang apa yang terjadi terhadap pasar pakaian? Oleh karena orang banyak
menghabiskan uangnya untuk membeli manggis, maka mereka terpaksa menurunkan
sedikit permintaannya terhadap pakaian. Jadi kurva permintaan pakaian bergeser ke
kiri dari D ke D1 gambar 13.1(c) dan harga pakaian turun. Dengan turunnya
permintaan terhadap pakaian, berdampak pada turunnya permintaan akan kain yang
dihasilkan oleh para penenun, sehingga permintaan akan tenaga kerja untuk menenun
berkurang, akibatnya kurva permintaan tenaga kerja penenun bergeser ke kiri dari D
ke D1 Gambar 13.1(d), dan upah penenun turun.
Apabila kita melanjutkan kasus ini, kita dapat menanyakan bahwa bagaimana
penenun kecewa karena penurunan upah mereka, apakah mereka mempertimbangkan
untuk berganti profesi menjadi petani manggis, sehingga menggeser kurva penawaran
tenaga kerja ke kanan. Untuk mengikuti kasus ini terlalu jauh membutuhkan waktu
yang lebih lama. Intinya adalah bahwa keempat jenis pasar yang ada akan
menemukan keseimbangan baru. Setelah terjadi perubahan, maka semua pasar pada
akhirnya akan menemukan suatu keseimbangan baru di mana harga dan jumlah yang
diminta sama dengan harga dan jumlah yang ditawarkan.
Perlu diketahui bahwa, model yang digambarkan pada Gambar 13.1, pada
dasarnya kurang memadai. Hal tersebut disebabkan karena kita menggeser berbagai
kurva secara kurang lebih sembarang untuk sampai pada keseimbangan yang baru.
Meskipun demikian, pengembangan model secara matematis cukup rumit dan paling
tidak membutuhkan delapan persamaan yang secara simultan mewakili fungsi
penawaran dan permintaan setiap pasar, untuk menemukan empat harga
keseimbangan dan empat jumlah keseimbangan pada gambar tersebut.
Pada bab 7, kita sudah memahami bahwa dalam pasar persaingan sempurna
tercapai efisiensi ekonomi, karena surplus produsen dan konsumen dapat
dimaksimumkan. Oleh karena dalam pembahasan tentang efisiensi ekonomi kita
mulai dari efisiensi pertukaran, dengan menganalisis perilaku ekonomi dua konsumen
394
yang dapat memperdagangkan salah satu dari dua barang di antara mereka sendiri,
dan analisis ini juga dapat berlaku untuk perdagangan antara dua negara.
Keunggulan Perdagangan
Umumnya perdagangan sukarela atas dua orang atau dua negara dilakukan
apabila kedua belah pihak saling diuntungkan. Untuk menjelakan hal ini, mari kita
perhatikan contoh pendagangan antara dua orang katakanlah Amir dan Yunus.
Misalkan Amir dan Yunus memiliki 60 unit pangan dan 40 unit sandang di antara
mereka berdua seperti terlihat pada Tabel 13.1.
keinginan mereka untuk sandang dan pangan. Oleh karena Amir mempunyai banyak
pangan dan sedikit sandang, maka tingkat substitusi marjinal (MRS) sandang
baginya adalah 3. Artinya untuk mendapat satu unit sandang, maka ia akan
menyerahkan 3 unit pangan. Sementara bagi Yunus MRS sandang untuk pangan
adalah 0,5. Artinya Yunus hanya bersedia menyerahkan 0,5 unit sandang untuk
mendapatkan 1 unit pangan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka terdapat ruang untuk melakukan
perdagangan yang akan saling menguntungkan antara Amir dan Yunus. Hal tersebut
disebabkan karena Amir menilai bahwa sandang lebih tinggi nilainya dari pangan.
Sementara Yunus menilai bahwa pangan lebih tinggi nilainya dari pada sandang.
Dalam mendapatkan 1 unit sandang, Amir bersedia menukarkan 3 unit pangan. Tetapi
Yunus akan menyerahkan 0,5 unit sandang dengan 1 unit pangan. Bentuk
sesungguhnya perdagangan tersebut pada dasarnya tergantung dari proses tawar
menawar antara Amir dan Yunus.
Misalkan Amir menawarkan 5 unit pangan kepada Yunus untuk mendapatkan
5 unit sandang, dan Yunus setuju, maka keduanya akan lebih diuntungkan. Amir akan
memperoleh lebih banyak sandang yang dinilainya lebih tinggi dari pada pangan.
Sementara Yunus akan memperoleh lebih banyak pangan yang dinilainya lebih dari
pada sandang. Pada saat RMS dari kedua belah pihak berbeda, maka terdapat ruang
untuk perdagangan yang saling menguntungkan, karena pengalokasian sumber daya
tersebut belum efisien. Untuk memperoleh efisiensi ekonomi dalam perdagangan,
maka MRS kedua belah pihak harus sama. Hasil tersebut pada dasarnya juga berlaku
untuk banyak barang dan konsumen. Pengalokasian suatu barang dikatakan efisien
hanya apabila barang tersebut didistribusikan sehingga MRS antara setiap pasang
barang adalah sama untuk semua konsumen.
antara dua orang. Diagram ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan
kemungkinan produksi.
Diagram kotak Edgeworyth pada Gambar 13.2 menunjukkan di mana sumbu
horisontal menggambarkan jumlah unit pangan dan sumbu vertikal menggambarkan
jumlah unit sandang. Panjang kotak tersebut adalah 60 unit pangan yaitu jumlah
pangan yang tersedia. Sementara tingginya adalah 40 unit sandang yaitu meliputi
jumlah unit sandang yang tersedia. Dalam kotak Edgeworyth, masing-masing titik
menggambarkan bundel pasar untuk kedua konsumen. Bundel milik Amir yaitu
angka dari titik awal pada OA. Sementara Bundel milik Yunus adalah yaitu angka-
angka dengan arah terbalik dari titik awal OY. Misalnya titik A menunjukkan alokasi
pangan dan sandang semula. Dengan membaca pada sumbu horizontal dari kiri ke
kanan pada bagian bawah asal kotak tersebut, kita menemukan bahwa Amir memiliki
50 unit pangan, dan dengan membaca ke atas sumbu vertikal pada bagian kiri
diagram, kita menemukan bahwa Amir mempunyai 10 unit sandang. Jadi bagi Amir
titik A menunjukkan 50 pangan dan 10 sandang. Dengan demikian menyisahkan 10
unit pangan dan 30 unit sandang untuk Yunus. Alokasi pangan Yunus dibaca dari kiri
pada bagian atas diagram kotak Edgeworyth. Dimulai dari OY, kita membaca alokasi
pangan 10 dari kiri kanan, dan 30 sandang dibaca dari atas ke bawah pada bagian
kanan kotak Edgeworyth.
Pangan Yunus
60 P 15 P 10 P OY
40 S
Sandang
Sandang Yunus
Amir
E 25 S
15 S
+5 S A
10 S 30 S
-5 P
40 S
OA 40 P 50 P 60 P
Pangan Amir
397
Jadi perdagangan dari titik A ke titik E membuat Amir dan Yunus lebih
diuntungkan. Namun demikian muncul pertanyaan, bahwa apakah E merupakan
pengalokasian yang efisien? Jawaban dari pertanyaan ini adalah tergantung pada
apakah pada titik E tersebut MRS Amir dan Yunus sama-sama pada titik E, yang
mana pada gilirannya tergantung pada kurva indifferen mereka. Gambar 13.3,
menunjukkan beberapa kurva indifferen untuk Amir dan Yunus. Oleh karena
pengalokasian Amir diukur dari OA, sehingga kurva indifferen Amir digambarkan
dengan cara biasa. Tetapi untuk Yunus, kita memutar kurva indifferen tersebut
sebesar 180 derajat, sehingga kurva aslinya berada pada sudut kanan atas kotak
tersebut. Kurva indifferen Yunus terlihat cembung, sama seperti kurva Amir. Kita
sama-sama melihat keduanya dari sudut pandang yang berbeda.
Pangan Yunus
60 P
OY
40 S
C
398
Mari kita perhatikan kurva indiferen yang diberi nama UA1 dan UY1 yang
terletak pada titik A. Dalam konteks ini tingkat substitusi marjinal (MRS) Amir
maupun Yunus mempertemukan kurva indiferen mereka pada titik A. RMS Amir
adalah 3 dan RMS Yunus adalah 0,5. Daerah yang ada di antara kurva tersebut
menunjukkan semua kemungkinan pengalokasian pangan dan sandang yang
mengakibatkan Amir dan Yunus lebih diuntungkan dari pada Titik A.
Kita mulai dari titik A, perlu diketahui bahwa setiap perdagangan yang
memindahkan pengalokasian produk keluar dari kedua kurva kotak indiferen tersebut,
akan menyebabkan satu atau kedua konsumen tersebut dirugikan dan tidak
sepantasnya hal tersebut terjadi. Misalkan perpindahan dan titik A ke titik E, sama-
sama menguntungkan Amir dan Yunus. Namun perlu diketahui bahwa pada Gambar
13.3, titik E bukan alokasi yang efisien. Hal tersebut disebabkan karena, kurva
indiferen UA2 dan UY2 saling berpotongan. Jadi RMS Amir dan RMS Yunus tidak
sama sehingga pengalokasian tersebut dikatakan belum efisien. Gambaran tersebut
399
menunjukkan sesuatu yang sangat penting, dalam arti bahwa suatu perdagangan dari
pengalokasian yang tidak efisien mengakibatkan kedua belah pihak diuntungkan,
namun pengalokasian baru tersebut tidak melamanya efisien.
Misalkan diri titik E perdagangan tambahan dilakukan, di mana Amir
menyerahkan beberapa unit lagi pangan kepada Yunus untuk mendapatkan beberapa
unit sandang, dan Yunus meyerahkan beberapa unit sandang untuk memperoleh
beberapa unit pangan titik B pada Gambar 13.3 memberikan alokasi baru. Pada titik
B, MRS Amir dan Yunus terlihat sama, dan kedua kurva indiferen tersebut
bersinggungan. Jika kedua kurva indiferen saling bersinggungan, satu orang tidak
mungkin lagi satu orang diuntungkan tanpa menyebabkan yang orang lain dirugikan.
Oleh karena titik B menunjukkan pengalokasian yang efisien.
Kalau kita perhatikan lebih jauh Gambar 13.3, titik B pada dasarnya bukanlah
satu-satunya hasil perdagangan tawar-menawar yang efisien antara Amir dan Yunus.
Misalkan apabila Amir sebagai penawar yang mempuni, berdagangan mungkin akan
mengubah pengalokasian barang dari A ke C, di mana kurva indiferen U A3
bersinggungan dengan kurva indiferen UY1. Pengalokasian ini tidak menyebabkan
Yunus lebih dirugikan apabila ia berada pada titik C dan Amir jauh lebih
diuntungkan. Oleh karena tidak dimungkinkan lagi melakukan perdagangan lebih
jauh, maka titik C merupakan suatu pengalokasian yang efisien. Jadi titik B dan C
keduanya merupakan pengalokasian yang efisien, meskipun Amir lebih menyukai C
dari pada B, dan Yunus lebih menyukai B dari pada C. Pada umumnya sangat sulit
untuk memprediksi suatu tawar-menawar, karena hasilnya sangat tergantung pada
kemampuan orang dalam melakukan tawar-menawar dalam perdagangan tersebut.
Kurva Kontrak
Sejumlah alokasi yang efisien pada kotak Edgeworyth disebut dengan kurva
kontrak (contract curve). Kita telah memahami bahwa, dari pengalokasian awal,
ditemukan banyak kemungkinan pengalokasian yang efisien dapat dicapai melalui
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Pada Gambar 13.4, terdapat
sekumpulan titik dicerminkan dari garis yang membentang dari titik OA ke titik OY,
400
dan meliputi titik persinggungan E1, E2, E3, dan E4, serta beberapa titik singgung
lainnya. Titik-titik di luar kurva kontrak seperti A, dan F adalah tidak efisien, dan
perdagangan saling menguntungkan mungkin akan terjadi. Pergerakan sepanjang
kurva kontrak misalnya dari E1 ke E2 tidak mencerminkan suatu perdagangan yang
saling menguntungkan, maka akan ada yang selalu menang atau yang kalah.
Beberapa sifat kurva kontrak dapat membantu kita untuk memahami konsep
efisiensi dalam pertukaran. Apabila suatu titik pada kurva kontrak, seperti E1, telah
dipilih, maka tidak ada lagi cara untuk pindah ke titik lain pada kurva kontrak
tersebut, misalkan pada titik E2, tanpa mengakibatkan orang lain lebih dirugikan
dalam hal ini Yunus. Tanpa membuat keinginan lebih jauh tentang Amir dan Yunus
kita tidak mungkin membandingkan lebih jauh tentang keinginan Amir dan Yunus,
kita tidak mungkin membanding pengalokasian pada titik E1 dan E2. Kita hanya
dapat mengatakan bahwa keduanya adalah efisien. Dalam konteks ini efisiensi pareto
adalah tujuan yang sederhana. Efisiensi pareto mengatakan bahwa kita seharusnya
melakukan pertukaran yang sama-sama menguntungkan, tetapi tidak mengatakan
pertukaran yang terbaik. Akan tetapi efisiensi pareto dapat menjadi suatu konsep
yang cukup ampuh untuk digunakan.
Kita selalu dapat meningkatkan efisiensi, bahkan ketika suatu aspek
perubahan yang diusulkan mengakibatkan seorang dirugikan. Karena itu kita perlu
melakukan perubahan kedua, sehingga gabungan beberapa perubahan yang
memungkinkan seseorang diuntungkan tanpa seorang pun yang dirugikan. Misalkan
saja kita mengusulkan untuk menghapuskan kuota impor daging dari Australia.
Dengan demikian maka konsumen daging di Indonesia akan menikmati harga daging
yang lebih murah dan pilihan daging yang lebih banyak, namun beberapa peternak
sapi di Indonesia akan kehilangan pekerjaan mereka. Tetapi bagaimana sekiranya
pemerintah memberikan subsidi dan pelatihan kepada para peternak untuk
meningkatkan produktivitasnya. Dalam konteks ini konsumen daging di Indonesia
lebih diuntungkan, dan produsen daging juga tidak akan dirugikan dan hasilnya
adalah meningkatkan efisiensi.
Pangan Yunus
60 P
OY
40 S
401
Kita telah membahas tentang efisiensi dalam perdagangan, pada bagian ini
kita akan membahas efisiensi dalam produksi. Dalam menganalisis efisiensi produksi,
kita asumsikan bahwa terdapat dua input yang digunakan dalam proses produksi yaitu
tenaga kerja dan modal, yang dibutuhkan untuk memproduksi dua output yang sama
pula yaitu pangan dan sandang. Dalam konteks produksi, kita tidak melihat dari dua
orang tenaga kerja melainkan banyak konsumen yang memiliki input produksi
termasuk di dalam tenaga kerja dan mereka memperoleh pendapatan dengan
menjualnya, dan pada waktunya mereka menggunakan pendapatan tersebut untuk
dialokasikan dalam membeli di antara dua barang tersebut.
Diagram kotak Edgeworth dapat juga digunakan untuk melihat efisiensi
penggunaan input dalam memproduksi barang atau jasa. Diagram Kotak Edgeworth
402
Modal
untuk
Modal produksi
untuk Sandang
produksi
Pangan
A
10 30
M M
40M
OP 40TK 60TK
Tenaga Kerja untuk Produksi Pangan P
Gambar 13.5. Kotak Edgeworth untuk Produksi
Dengan menggunakan aturan yang ada, maka setiap titik yang ada dalam
kotak dapat disebut sebagai alokasi input tersedia yang digunakan secara penuh untuk
memproduksi pangan dan sandang. Misalkan titik A menunjukkan suatu alokasi di
mana 40 jam tenaga kerja dan 10 modal yang digunakan untuk memproduksi pangan.
Produksi barang sandang menggunakan berapa pun jumlah tenaga kerja dan modal
403
yang tersisa (20 tenaga kerja dan 30 modal). Pada dasarnya setiap alokasi dalam
kotak Edgeworth mempunyai interpretasi yang sama.
kita sudah mengetahui bahwa setiap pengalokasian pada daerah elips tersebut akan
meningkatkan produksi kedua barang tersebut, karena titik A adalah tidak efisien
secara teknis.
Modal
dalam
P4 produksi
E4 sandang
Modal
dalam E3 P3
produksi
pangan
E2 B P2
A P1
E1
S1
S4 S2
S3
OP Tenaga Kerja dalam Produksi Pangan
Dalam pasar input yang bersaing sempurna, efisiensi produksi dapat dicapai
pada suatu titik. Apabila pasar tenaga kerja dan pasar modal bersaing dengan
sempurna, maka tingkat upah (W) akan sama dengan semua industri. Demikian
halnya dengan biaya modal (r) akan sama untuk semua industri. Apabila produsen
pangan dan sandang bermaksud meminimumkan biaya produksi, maka mereka akan
menggunakan kombinasi tenaga dan modal, sehingga rasio produk marjinal kedua
input tersebut sama dengan rasio harga inputnya.
405
MPL/MPK = w/r
Perlu juga diketahui bahwa rasio produk marjinal kedua input juga sama
terhadap tingkat substitusi teknis marjinal tenaga kerja dengan modal (MRTS-LK),
sehingga:
MRTSLK = w/r
sumbunya. Pada OX, sebagai contoh, tidak ada sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi pangan (X), sehingga, sandang (Y) diproduksi sebanyak mungkin
dengan menggunakan seluruh sumberdaya yang ada.
●
Sandang (Y)
00s P
E1
Y4
E2
Y3
E3
Y2
A●
E4
Y1
O0PS
0 X1 X2 X3 X4 Pangan (X)
MRT-nya rendah, maka rasio biaya marjinal untuk memproduksi sandang (MCS) juga
akan rendah. Dalam kenyataannya kemiringan kurva batas kemungkinan produksi
menunjukkan biaya marjinal untuk memproduksi suatu barang dibanding dengan
biaya marjinal untuk memproduksi yang lainnya. Pada setiap titik pada kurva batas
kemungkinan produksi tersebut, berlaku kondisi:
MRT = MCP/MCS
Kita menyadari peran penting tentang sistem pasar persaingan dalam mengatur
kegiatan ekonomi. Kita sudah memahami bahwa untuk menjamin keberhasilan sistem pasar
persaingan sempurna dibutuhkan persyaratan-persyaratan sehingga sumber daya yang
tersedia dapat dialokasikan secara efisien. Pada kenyataannya persyaratan-persyaratan untuk
pasar bersaing sulit terpenuhi. Oleh karena itu pada bagian ini kita akan menguraikan faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya kegagalan pasar bersaing.
Dalam aktivitas ekonomi yang sesungguhnya, para pakar ekonomi mengatakan
bahwa terdapat empat alasan yang mendasar yang menyebabkan pasar bersaing gagal yaitu;
adanya kekuatan pasar, eksternalitas, informasi yang tidak sempurna, dan barang publik.
Pada bagian ini keempat faktor tersebut akan dijelaskan satu per satu.
Kekuatan Pasar
Pasar persaingan sempurna adalah sistem ekonomi yang ideal sehingga dapat
menciptakan efisiensi baik dalam produksi maupun dalam distribusi, namun dalam
prakteknya tidak terwujud. Ketiadaan pasar persaingan sempurna menyebabkan suatu
perekonomian tidak mencapai efisiensi perdagangan dan efisiensi produksi. Kita juga
telah mengetahui bahwa inefisiensi timbul apabila seorang produsen atau pemasok
input faktor produksi memiliki kekuatan pasar.
Misalkan seorang produsen sandang dalam kotak Edgeworth mempunyai
kekuatan monopoli, maka ia akan memilih memproduksi jumlah output di mana
penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinalnya serta menjual produk dalam
409
jumlah yang sedikit dengan harga yang lebih tinggi dibanding dalam pasar persaingan
sempurna. Pada sisi lain faktor input yang dilepasnya akan dialihkan untuk
memproduksi pangan, yang biaya marjinalnya akan naik. Memproduksi terlalu
banyak sandang dan terlalu sedikit pangan adalah suatu inefisiensi output, karena
perusahaan memiliki kekuatan pasar menggunakan harga yang berbeda-beda dalam
keputusan outputnya. Hal yang sama juga berlaku untuk perusahaan yang memiliki
kekuatan pasar pada pasar input.
Eksternalitas
Dalam suatu pasar persaingan, apabila konsumen dan produsen tidak memiliki
informasi yang akurat tentang harga dan kualitas produk di pasar, maka sistem pasar
tersebut tidak akan berjalan efisien. Kekurangan informasi yang didapat konsumen
dapat menjadi insentif bagi produsen untuk menawarkan produk dengan harga yang
lebih tinggi terhadap harga pasar yang ada. Dalam kasus tertentu seorang konsumen
misalnya membeli produk dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar yang ada,
dan pada sisi lain seorang konsumen memilih tidak membeli produk meskipun
produk tersebut sangat dibutuhkan dan harganya sesuai dengan harga pasar. Oleh
410
karena itu kekurangan informasi dapat menghambat beberapa pasar dalam bekerja
secara efisien.
Barang Publik
Secara umum barang publik dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu
barang publik non-bersaing dan barang publik non-eksklusif. Suatu barang dikatakan
non bersaing, apabila untuk setiap produksi tertentu, biaya marjinal untuk
menyediakannya bagi seorang konsumen tambahan adalah nol. Kebanyakan barang
disediakan oleh pihak swasta, biaya marjinal untuk menghasilkan tambahan produksi
adalah positif. Misalkan penggunaan sebuah jalan raya pada saat volume lalu lintas
sepi. Oleh karena jalan raya tersebut sudah ada dan tidak ada kemacetan, maka biaya
tambahan bagi tambahan pengendara satu atau dua mobil di atasnya adalah nol.
Sementara itu suatu barang dikatakan non eksklusif, apabila orang-orang tidak
mungkin dilarang untuk mengkonsumsinya. Oleh karena itu sangat sulit untuk
mengenakan biaya kepada orang-orang yang menikmati barang tersebut. Jadi barang
tersebut dapat dinikmati oleh semua orang tanpa pembayaran langsung. Misalkan
Mercusuar yang di bangun di tengah laut untuk penggunaan suatu kapal. Begitu
mercusuar sudah dibangun, maka sangat sulit untuk melarang kapal yang lewat untuk
menikmatinya. Contoh lain misalnya suatu negara membangun angkatan
bersenjatanya, maka seluruh warga negaranya akan menikmati manfaatnya. Oleh
karena barang publik dinikmati bersama oleh masyarakat, sehingga timbul kesulitan
untuk memungut pembayaran dari orang-orang menikmati barang tersebut, sehingga
ketersediaannya jauh lebih sedikit dari yang diperlukan.
Pertanyaan Bab 13
4. Jelaskan mengapa tingkat substitusi marjinal dua orang konsumen terlihat sama
pada setiap titik pada kurva kontraknya dalam diagram kotak adgeworth?
5. Jelaskan hubungan antara kurva batas kemungkinan utilitas dengan kurva
kontraknya.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tingkat transformasi marjinal (MRT)?
7. Jelaskan mengapa MRT suatu barang untuk barang lainnya sama dengan rasio
biaya marjinal untuk memproduksi kedua barang tersebut?
8. Jelaskan mengapa alokasi pada batas kemungkinan produksi bersifat efisien
secara teknis?
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan in efisiensi teknis yang terjadi pada alokasi
di dalam garis batas kemungkinan produksi?
10. Amir memiliki 3 botol susu dan 9 bungkus roti, sementara Susi memiliki 8 botol
susu dan 8 bungkus roti. Dalam kondisi tersebut tingkat substitusi marjinal
(MRS) Amir untuk susu atas roti adalah 4 dan RMS Susi adalah 2. Gunakan
diagram kotak Edgeworth untuk menunjukkan apakah alokasi tersebut efisien.
Jika jawaban anda Ya jelaskan alasannya, dan jika tidak, perubahan apa yang
perlu dilakukan agar kedua belah pihak diuntungkan.
11. Tini adalah seorang pelaku monopsoni, memberi upah di bawah harga yang
bersaing. Jelaskan Jenis inefisiensi apa yang disebabkan oleh kekuatan
monopsoni tersebut?
12. Bagaimana pendapat anda apabila pelaku monopsoni dalam pasar tenaga kerja
tersebut juga selaku pelaku monopoli dalam pasar ouput?
413
BAB XIV
Eksternalitas Negatif
Oleh karena itu pimpinan perusahaan memilih tingkat produksi nikel di mana
kurva permintaannya memotong kurva penawaran dengan biaya sosial. Perpotongan
tersebut menunjukkan jumlah nikel yang harus diproduksi dilihat dari sudut pandang
masyarakat secara keseluruhan. Di bawah tingkat produksi tersebut, nilai nikel bagi
konsumen sebagaimana ditunjukkan oleh tingginya kurva permintaan melebihi biaya
sosial untuk memproduksi nikel, seperti ditunjukkan oleh kurva penawaran dengan
biaya sosial. Pimpinan perusahaan tentu tidak akan memproduksi melebihi dari
jumlah tersebut, karena biaya sosial untuk memproduksi satu kilo gram nikel
tambahan melebihi nilai bagi konsumen.
S1
(biaya produksi)
Titik Optimum
Titik Keseimbangan
produksi dan juga konsumsi nikel sampai di bawah keseimbangan pasar akan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana perusahaan mencapai hasil yang
optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengenakan pajak
kepada produsen nikel untuk setiap kilo gram nikel yang diproduksi. Pajak tersebut
akan menggeser kurva penawaran sebesar nilai pajak tersebut ke atas. Apabila tarif
pajak yang dikenakan benar-benar mencerminkan biaya sosial atas polusi yang
ditimbulkan, maka kurva penawaran yang baru akan menempel dengan kurva
penawaran ditambah biaya sosial yang ada. Jadi dalam keseimbangan yang baru
produsen nikel akan memproduksi nikel yang optimal secara sosial.
Manfaat pajak yang dikenakan semacam ini disebut internalisasi
eksternalitas (internalizing an externality), karena dengan pajak tersebut memberi
insentif kepada konsumen dan penjual di pasar untuk memperhitungkan dampak
eksternal atas tindakan-tindakan mereka. Produsen nikel akan memperhitungkan
dampak dan biaya atas polusi pada saat memutuskan berapa banyak nikel yang harus
diproduksi, karena mereka harus membayar biaya-biaya eksternal tersebut melalui
pajak.
Eksternalitas positif
Biaya
Manfaat Sosial
S (Biaya
produksi)
Titik Optimum
Titik Keseimbangan
D1
D0
Teorema Coase
420
agar Yunus rela menghentikan usahanya, dan Yunus akan menerimanya dengan
senang hati. Keduanya lebih diuntungkan dari sebelumnya, dan hasil yang efisien pun
tercapai.
Misalkan Yunus mendapatkan manfaat sebesar Rp. 2.500.000 dari usaha
peternakan itu, dan Ali menderita kerugian sebesar Rp. 2.000.000. Maka dalam kasus
ini Yunus akan menalok berapapun tawaran di bawah Rp. 2.500.000, sementara Ali
tidak akan membayar lebih dari Rp. 2.000.000,-. Kerena itu Yunus tetap memelihara
ayam. Sebab bagaimana pun juga ini adalah hasil yang efsien.
Jadi inti dari teorema Coase yaitu bahwa para pelaku ekonomi dapat
menyelesaikan masalah ekternalitas di antara mereka sendiri. Bagaimanapun
distribusi atas hak-hak tersebut, pada awalnya pihak-pihak yang berkepentingan
selalu dapat menemukan suatu kesepakatan yang membuat mereka semua saling
diuntungkan daripada sebelumnya, dan hasilnya pun efsiein.
dapat menjadi sesuatu yang sangat merugikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam kenyataannya seringkali masing-masing pihak saling menahan diri guna
memperoleh kesepakatan yang lebih baik dari sudut pandang mereka.
Dalam mencapai kesepakatan yang efisien sangat sulit dilakukan terutama
apabila jumlah yang berkepentingan sangat banyak, karena mengkoordinasikan
orang-orang dalam jumlah besar membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Misalnya
pabrik Gula membuang polusinya pada sungai yang ada didikitarnya. Polusi tersebut
menghasilkan eksternalitas negatif bagi semua warga yang ada di hilir sungai
tersebut. Dalam teorema Coase, apabila polusi tersebut tidak efisien, maka pabrik
gula dan para masyarakat dapat mencapai kesepakatan, dimana masyarakat dapat
membayar pabrik untuk tidak menghasilkan polusi. Akan tetapi apabila jumlah
masyarakat di hilir sungat sangat banyak, maka mengkoordinasikan mereka untuk
melakukan tawar menawar dengan pabrik tersebut mungkin tidak dapat dilakukan.
Apabila tawar manawar antara swasta tidak berhasil dilakukan, maka
pemerintah dapat memainkan suatu peran. Pemerintah dapat bertindak atas nama
masyarakat. Oleh karena itu bagian berikutnya akan diuraikan peranan pemerintah
dalam mengatasi masalah ekternalitas.
and control policy), yaitu kebijakan mengatur perilaku secara langsung dan kebijakan
yang berorientasi pasar (Market based policy), yaitu pemerintah menyediakan insentif
sehingga pimpinan perusahaan memilih untuk menyelesaikan masalah mereka
sendiri.
Pengendalian langsung
Rp/Unit
Perusahaan X Rp/Unit Perusahaan Y
MCY
MCX
CY
CX
425
lingkungan untuk membuat para pelanggar jera. Misalkan apabila perusahaan yang
melakukan pencemaran, diwajibkan membatasi emisi pencemar sampai batas tertentu
per hari, akan memperhitungkan biaya untuk memenuhi standar dan biaya apabila
mereka dipergoki dan denda apabila ditemukan melanggar ternyata relatif kecil, maka
pengendalian langsung tidak banyak berdampak.
Pajak Emisi
Rp/Unit
Perusahaan X Rp/Unit Perusahaan Y
MCY
MCX
B
B D
D
t t
CC
A
A
QX QMax X QY QMax Y
Kelebihan lain dari sistem pengenaan pajak emisi adalah bahwa tidak
mengharuskan lembaga yang menangani tentang pencemaran untuk menetapkan
bagaimana perusahaan harus menggunakan teknologi tertentu dalam mengurangi
pencemaran dari usahanya. Jadi dalam konteks ini perusahaan sendiri yang harus
mencari teknik pengurangan yang paling efisien. Dengan tujuan memaksimumkan
keuntungan, akan membuat perusahaan berusaha untuk mengurangi pencemaran yang
ditimbulkan, karena mereka tidak ingin menanggung pajak pencematan yang besar.
Efektivitas pengenaan pajak emisi hanya dapat berjalan dengan baik apabila
jumlah emisi dapat diukur dengan tetap. Dalam beberapa jenis pencemaran alat
pengukur pencemaran yang akurat untuk dipasang dengan biaya yang wajar belum
ditemukan. Dengan demikian pengenaan pajak emisi masih sulit dilakukan. Misalkan
kasus pencemaran yang ditimbulkan oleh mobil, akan sangat mahal untuk memasang
alat pemantau yang baik pada setiap mobil dan menetapkan pajak terutang
berdasarkan data yang direkam oleh alat tersebut.
Masalah lain dari pengenaan pajak emisi adalah penetapan besarnya tarif
pajak. Secara ideal lembaga yang menangani pencematan mendapatkan perkiraan
tentang besarnya kerusakan sosial marjinal yang ditimbulkan per unit bahan
pencemar, dan menetapkan jumlah pajak sama dengan jumlah tersebut. Apabila hal
tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan sendirinya internalisasi
eksternalitas berjalan dengan baik. Akan tetapi, informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan kerusakan sosial marjinal umumnya sulit dilakukan.
Apabila pemerintah menetapkan tarif pajak emisi yang terlalu tinggi,maka
terlalu banyak sumber daya yang disediakan untuk mengendalikan pencemaran.
Sebaliknya apabila tarif pajak yang dikenakan terlalu rendah, maka akan
menimbulkan pencemaran yang terlalu besar. Dalam prakteknya, lembaga yang
bertugas menangani pencemaran mungkin memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik
mengenai tingkat pencemaran yang dapat diterima, dibanding besarnya tarif pajak
yang dikenakan, terutama apabila teknologi pengurangan pencemaran berubah, maka
tarif pajak juga harus diubah, dan pemerintah umumnya sangat lambat untuk
menyesuaikan tarif pajak yang sudah ditetapkan.
429
Dewasa ini beberapa negara menetapkan standar emisi bagi perusahaan, yaitu
batas legal jumlah polusi yang dapat dikeluarkan oleh perusahaan. Apabila suatu
perusahaan melampauhi batas tersebut, maka perusahaan tersebut akan dikenakan
hubungan dalam bentuk denda uang atau pidana, seperti pada Gambar 14.5. Standar
emisi yang dibuat bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan berproduksi
dengan efisien. Oleh karena perusahaan dalam beroperasi menggunakan alat
pengendali polusi. Kenaikan biaya untuk mengurangi polusi akan menyebabkan biaya
rata-rata produksi perusahaan akan naik. Perusahaan akan memperoleh keuntungan
apabila harga jual produk mereka berada di atas biaya rata-rata setelah
memperhitungkan biaya polusi.
Rp/Unit
polusi Standar Polusi
8 MSC
6
B
E
4 Biaya
A
2
MC
2 4 5 6 8 10
Tingkat Polusi
Sementara yang dimaksud dengan biaya emisi yaitu adalah biaya yang
dikenakan terhadap setiap unit polusi yang ditimbulkan oleh suatu perusahaan.
Gambar 14.5 menunjukkan biaya emisi adalah Rp. 40 ribu merupakan perilaku yang
430
efisien untuk pabrik tersebut. Dalam kondisi tersebut perusahaan akan memperkecil
biaya dengan mengurangi polusi dari 10 unit menjadi 5 unit.
Mari kita perhatikan kembali kasus dua perusahaan yang terletak pada suatu
tempat sehingga biaya sosial marjinal emisinya sama, tidak peduli perusahaan mana
yang mengurangi emisinya. Akan tetapi karena kedua perusahaan tersebut,
mempunyai biaya pengurangan emisi yang berbeda dalam arti biaya marjinal
pengurangan emisi kedua perusahaan tidak sama, seperti terlihat pada Gambar 14.6.
Rp/Unit
MCX MCY
polusi
8
6
5,2 B
4 Biaya
A
3,2
2 MC
2 4 5 6 8 10
Tingkat Polusi
MCX dan MCY pada Gambar 14.6. menunjukkan kurva biaya marjinal
pengurangan emisi untuk perusahaan X dan perusahaan Y. Masing-masing
perusahaan pada mulanya mengeluarkan 10 unit emisi. Misalkan pemerintah
menginginkan pengurangan emisi sebesar 4 unit. Gambar 14.6, menunjukkan bahwa
cara termurah untuk menurunkan emisi adalah meminta perusahaan Y mengurangi
emisinya sebesar 3 unit dan perusahaan X mengurangi emisi sebesar 5 unit. Dengan
431
b. Kebijakan apakah yang akan dilakukan oleh ketua RT dalam hal ini?
Mungkinkah kebijakan yang diambil oleh ketua RT. Membuatkan hasil yang
efisien.
c. Misalkan ketua RT. Mengizinkan keduanya berbuat sesuka hati mereka.
Berdasarkan teorema Coase bagaimana Amir dan Yusuf mencapai hasil yang
efisien, dan apakah yang dapat menghambat keduanya mencapai hasil yang
efisien.
6. Banyak pemerhati lingkungan berpendapat bahwa tingkat polusi dewasa ini
sudah terlalu tinggi.
a. Apabila masyarakat bermaksud menurunkan tingkat polusi yang ada sampai
pada batas tertentu, mengapa akan efisien apabila jumlah penurunan polusi
antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya dibuat berbeda?
b. Para ekonom berpendapat bahwa pendekatan dengan pajak atau penerbitan
izin berpolusi terbatas yang dapat diperjualbelikan akan efisien dalam
menurunkan jumlah polusi.
7. Terdapat lima perusahaan yang berlokasi pada titik yang berbeda di sepanjang
sungai Walanae dan mereka membuang limbah cair dengan jumlah yang
berbeda-beda ke dalamnya. Limbah cair tersebut telah merugikan masyarakat di
dihilir sungai. Perusahaan yang ada pada prinsipnya dapat membeli alat
menyaring untuk menghilangkan zat kimia berbahaya pada limbah yang dibuang
pada sungai tersebut. Misalkan anda sebagai penasihat kebijakan di daerah
tersebut, bagaimana anda membandingkan dan mencari perbedaan pilihan berikut
untuk mengatasi dampak yang merugikan dari limbah cair tersebut.
a. Mengenakan biaya limbah dengan tingkat yang sama bagi perusahaan yang
berlokasi pada pinggir sungai tersebut?
b. Standar yang sama per perusahaan untuk tingkat limbah cair yang dibuang
oleh masing-masing perusahaan?
c. Sistem izin limbah cair yang dapat dialihkan, di mana tingkat keseluruhan
limbah cair ditetapkan dan semua perusahaan menerima izin yang sama.
434
DAFTAR PUSTAKA
Bilas R.A. 1972. Microeconomic Theory. 2nd Edition. McGraw-Hill Book Company.
Cowell F.A. 2004. Microeconomics: Principles and Analysis. Ticerd and Department
of Economics.London School of Economics
Das S.P. 2007. Microeconomics for Business. Sage Publications India Pvt Ltd.
Hartono J. 2004. Teori Ekonomi Mikro: Analisis Matematis. Edisi Ketiga. Penerbit
Andi Yogyakarta.
Hirshleifer K. 1984. Price Theory and Applications, 3rd Edition. Printice Hall. Inc.
McConnell C.R. and S.L. Brue. 2002. Economics: Principles, Problems, and Policies.
McGrow-Hill. Boston.
435
Pindyck R.S. and D.L. Rubinfeld. 1998. Microeconomic. Sixth Edition. Pearson
Edition, Inc. New Jersey.
Salvatore D. 2007. International Economics. Ninth Edition. Jhon Wiley and Sons Inc.
Schelling C. Thomas. 1980. The Strategy of Conflict. New York: Harvard University
Press.
Wessels W.J. 2000. Economics. Third Edition. Barron's Educational Series, Inc.. New
York.
436