ABSTRACT
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki pertumbuhan ekonomi yang terus mengalami
peningkatan. Namun peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak diikuti dengan
pemerataan pendapatan perkapita. Indeks Williamson menunjukkan ketimpangan
pendapatan di Provinsi Nusa Tenggara Timur tergolong rendah. Konvergensi merupakan
kondisi yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan ketimpangan melalui
proses peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal untuk mengejar
ketertinggalannya dari daerah maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya
konvergensi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan dua konsep konvergensi
beta. Metode yang digunakan adalah metode regresi data panel. Hasil penelitian
menunjukkan terjadinya konvergensi absolut dan konvergensi kondisional dengan variabel
yang digunakan yaitu Indeks Pembangunan Manusia.
Kata kunci: ketimpangan, konvergensi, indeks pembangunan manusia
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi merupakan proses dari tahapan-tahapan yang harus dilakukan
agar dapat meningkatkan kesehjateraan penduduk dari pendapatan perkapita yang terus
menerus cenderung mengalami peningkatan. Keberhasilan dalam pembangunan ekonomi
dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
menggambarkan terciptanya suatu proses peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan kapasitas produksi output, peningkatan jumlah konsumsi, dan peningkatan
pendapatan (Sukirno,2010:10).
Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang
mengalami peningkatan selama tahun 2015-2019. Pada tahun 2019 pertumbuhan ekonomi
Provinsi NTT mengalami peningkatan sebesar 5,20% dari tahun sebelumnya sebesar 5,13%
tahun 2018 dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,02% pada tahun 2019. Namun
pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan diikuti tidak meratanya pendapatan
perkapita antarkabupaten, sehingga Provinsi NTT mengalami Ketimpangan Pendapatan
antarkabupaten.
Ketimpangan ekonomi mengukur seberapa meratanya pendapatan ekonomi tersebut
telah didistribusikan. Ketimpangan ekonomi dapat diukur menggunakan Indeks Wiliamson.
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Wiliamson tingkat ketimpangan pendapatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur mengalami penurunan pada beberapa daerah dan mengalami
peningkatan pada daerah lainnya.
Perbedaan tingkat ketimpangan pendapatan perkapita antarkabupaten di Provinsi
NTT dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Jumlah penduduk miskin tertinggi terdapat di
Kabupaten TTS sebesar 130,310 jiwa pada tahun 2019, dan mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya sebanyak 130,630 jiwa tahun 2018. Jumlah penduduk miskin terendah
terdapat di Kabupaten Ngada sebesar 20,310 jiwa pada tahun 2019.
Konvergensi merupakan kondisi pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung
mengurangi ketimpangan ekonomi antardaerah melalui proses peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah tertinggal untuk mengejar ketinggalannya dari daerah maju. Daerah yang
tertinggal kemudian akan terus melakukan pembangunan untuk mengejar ketertinggalan
dari daerah lainnya yang lebih maju dan tidak terjadi ketimpangan pendapatan antar wilayah
(Faqieh, 2016).
Terjadinya konvergensi sangat diharapkan oleh masyarakat di Provinsi NTT agar dapat
memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut penulis
bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Konvergensi Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Ketimpangan Ekonomi Di Provinsi Nusa Tenggara Timur”.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk melihat adanya konvergensi
ekonomi di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada periode tahun 2015-2019.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan produk domestik
yaitu keseluruhan nilai produksi barang dan jasa yang di hasilkan suatu perekonomian dalam
periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan penambahan pendapatan
masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yakni kenaikan seluruh nilai
tambah (added value) yang terjadi (Sukirno, 1985: 273).
Teori pertumbuhan ekonomi baru oleh Romer (1986) menjelaskan perlunya
pemerintah memperhatikan tingkat kualitas sumber daya manusia agar dapat meningkatkan
produktivitas yang berdampak pada pengeluaran output. Pengeluaran output akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat miskin dan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Produk Domestik Regional Bruto
Produk domestik regional bruto menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk
menciptakan output pada waktu tertentu. Terdapat dua pendekatan untuk menyusun Produk
Domestik Regional Bruto yaitu produksi dan penggunaan, keduanya menyajikan komposisi
data nilai tambah menurut sumber ekonomi dan komponen penggunaannya (Produk
Domestik Regional Bruto Provinsi NTT, 2020).
Menurut Arsyad (2009) PDRD merupakan suatu hasil dari kegiatan ekonomi
masyarakat dalam kurun waktu tertentu yang dihitung dalam kurun waktu biasanya satu
tahun. Produk-produk yang dihasilkan baik barang atau jasa terhitung sebagai Produk
Domestik Bruto (PDB).
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita
Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan hasil perhitungan PDRB dibagi
dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Perhitungan PDRB perkapita
berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita penduduk suatu daerah.
Nilai PDRB perkapita ditentukan dengan oleh besarnya PDRB dan jumlah penduduk suatu
daerah. Semakin tinggi PDRB maka nilai PDRB perkapita akan semakin tinggi namun bila
tingginya jumlah penduduk tidak diikuti oleh tingkat PDRB maka PDRB perkapita akan
semakin menurun (Faqieh, 2016)
Indeks Williamson
Indeks Williamson merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan. Indeks Williamson juga merupakan suatu modifikasi
dari standar deviasi. Semakin tinggi indeks maka semakin tinggi tingkat ketimpangan. Indeks
ketimpangan regional yang dinamakan indeks Williamson. Indeks ini semula digunakan oleh
Jeffry G. Williamson dengan rumus sebagai berikut:
√∑(𝑌𝑖−𝑌)2(𝑓𝑖−𝑌)
IW = 𝑌
Keterangan:
IW: Indeks Williamson
Yi: PDRB perkapita pada tiap Kabupaten
Y: PDRB perkapita rata-rata
Fi: jumlah penduduk tiap Kabupaten
n: jumlah penduduk
Nilai Indeks Williamson antara 0<IW<1. Semakin mendekati angka nol artinya
wilayah tersebut semakin tidak timpang dalam hal disribusi pendapatan dan sebaliknya
(Sjafrizal, 2009).
Dengan kriteria hasil uji indeks 0 s/d 1 sebagai berikut:
1. 0-0.5 (disparitasnya rendah)
2. 0,5-1 (disparitasnya tinggi)
Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. IPM menjelaskan bagaimana
penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
dan pendidikan (Berita Resmi Statistik IPM NTT,2019).
Konvergensi
Konvergensi merupakan kondisi pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung
mengurangi ketimpangan ekonomi antardaerah. Analisis konvergensi diperlukan untuk
mengetahui apakah sudah terjadi penurunana ketimpangan ekonomi antardaerah seperti
yang terlah diperkirakan oleh Hipotesis Neo-Klasik (Sjafrizal, 2018). Hipotesis Neo-Klasik
membagi konvergensi menjadi dua pengukuran yakni:
1. Konvergensi Beta, menjelaskan pengukuran konvergensi dengan melihat pada trend
pertumbuhan ekonomi antardaerah untuk menganalisis penurunan ketimpangan
ekonomi antardaerah melalui proses peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
tertinggal untuk mengejar ketinggalannya dari daerah maju (caching-up) (Sjafizal,
2018: 134). Konvergensi beta terbagi menjadi dua konsep yaitu:
a. Beta konvergensi absolut menjelaskan mengenai bagaimana perekonomian
daerah miskin memiliki kecenderungan untuk tumbuh lebih cepat dari daerah
kaya dengan melihat pertumbuhan PDRB riil perkapita.
b. Beta konvergensi kondisional menjelaskan variabel-variabel apasaja yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini bertujuan agar daerah
yang relatif tertinggal dapat memberikan perhatian yang lebih pada variabel
tersebut dalam merumuskan kebijakan pembangunan sehingga dapat mengejar
ketertinggalannya (Septian Rizky,2018).
Kajian Empiris
Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti menggunakan hasil penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan analisis konvergensi sebagai acuan dalam melakukan
penelitian ini. Berikut ini merupakan tabel penelitian terdahulu yang digunakan peneliti
sebagai acuan dalam melakukan penelitian.
Tabel 2.1 Kajian Empiris
Judul Tulisan dan
No Alat anaisis/variabel Hasil Penelitian
Penulis
1 Analisis Konvergensi Menggunakan analisis data Terjadinya konvergensi sigma
Antarprovinsi (Studi panel dan analisis di Pulau Sumatera yang
kasus Pulau konvergensi, variabel bebas bergerak menuju kondisi
Sumatera)Arief yang digunakan yakni: pemerataan dan steady state.
Budiman , Hasdi Aimon Investasi asing langsung, Perhitungan konvergensi
, Yeniwati Jurusan transfer payment, dan indeks kondisional sebagai
Ekonomi, Universitas pembangunan manusia pengukuran kecepatan dan
Negeri Padang, tahun dengan variabel terikat kemamapuan mencapai kondisi
2018. yakni PDRB. pemerataan. Pulau Sumatera
bergerak semakin konvergen
dan mencapai kondisi
pemerataan dengan syarat
penigkatan investasi dan
pengembangan manusia untuk
mengelola teknologi sebagai
syarat pembangunan ekonomi.
2 Konvergensi Menggunakan analisis Terjadi tendensi konvergensi
Pertumbuhan Ekonomi kuantitatif dengan metode pertumbuhan ekonomi antar
Di Nusa Tenggara Barat regresi data panel dan kabupaten/kota di Provinsi
Periode Tahun 2010 - analisis kovergensi, variabel NTB selama periode
2015 Wahyunadi , yang digunakan yakni: pengamatan. Hal ini
Fakultas Ekonomi dan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan dengan koefisien
Bisnis Universitas daerah, Pengeluaran konvergensi yang bernilai
Mataram, tahun 2019. pemerintahan daerah dan negatif pada absolut
PDRB atas dasar harga convergence maupun
konstan conditional convergence.
Effects Specification
Berdasarkan tabel 4.7 hasil estimasi model konvergensi absolut dapat dijadikan
dalam persamaan berikut:
yit
log ( ) = 2,028811 − 0,503657PDRBK i,t−1 +𝑢𝑖,𝑡
yi,t−1
Hasil persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 2,028811 artinya PDRB perkapita tahun penelitian
meningkat sebesar Rp 2,028 dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap tetap.
b. Terjadi konvergensi absolut PDRB perkapita di Provinsi NTT yang ditunjukan
oleh nilai koefisien 𝑃𝐷𝑅𝐵𝐾𝑖𝑡−1 memiliki nilai kurang dari 1 atau negatif yaitu -
0,503657.
(1 + 𝛽)
𝑏=−
𝑡
(1 + 0,503657)
𝑏=− = −0,30%
5
Konvergensi absolut yang terjadi di Provinsi NTT selama tahun 2015-
2019 memiliki tingkat konvergensi sebesar -0,30% dapat diartikan bahwa
kondisi PDRB perkapita mulai terjadi pemerataan dan konvergen.
c. Kecepatan konvergensi absolut penting untuk diketahui karena ketika terjadi
konvergensi yang semakin cepat mengindikasikan bahwa perekonomian akan
semakin mendekati kondisi steady-state (Barro didalam Malik,2014).
Parameter yang akan digunakan untuk menentukan kecepatan konvergensi
absolut dengan persamaan:
Tingkat kecepatan konvergensi = −𝐼𝑛 (𝑏)
= −𝐼𝑛 (0,503657)
= −0,6858%
Pada tahun 2015-2019 kecepatan konvergensi absolut sebesar 68,58%
maka kemampuan daerah di Provinsi NTT untuk mencapai kondisi pemerataan
adalah 68,58% dan dalam menghitung waktu untuk menurunkan setengah
kesenjangan menggunakan persamaan:
𝐼𝑛2
𝜏=−
𝐼𝑛 (0,503657)
𝜏 = −1,0106%
Berdasarkan hasil perhitungan diatas waktu yang dibutuhkan untuk
menurunkan setengah kesenjangan yaitu 1,01 kali pada tahun 2015 sampai
tahun 2019 selama 1 tahun dengan asumsi cateris paribus.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik Konvergensi Absolut
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah hasil estimasi memenuhi
asumsi dasar model regresi linier yang berhubungan erat dengan estimasi OLS
(Ordinary Least Square) dari kriteria BLUE (Faqieh,2016). Pada penelitian ini pengujian
asumsi klasik konvergensi absolut yang dilakukan adalah uji Heterokedastisitas.
a. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas dapat terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian tidak sama untuk setiap observasi, sehingga
penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar
(Gujarati,2007). Uji Park dilakukan dengan meregresikan nilai residual
dengan masing-masing variabel independen. Pendeteksian dapat dilakukan
dengan melihat nilai probabilitas masing-masing variabel bila nilai
probabilitas masing-masing variabel independen lebih dari nilai signifikan
0,05 maka pada model regresi tidak terdapat masalah heterokedastisitas
(Faqieh, 2016).
Pada tabel 4.8 nilai t-statistik dan nilai probabilitas yang dihasilkan dari
uji park adalah nilai yang tidak signifikan yaitu variabel 𝑃𝐷𝑅𝐵𝐾𝑖𝑡−1 memiliki
nilai t-statistik sebesar -0,55629 dan nilai probabilitas sebesar 0,5853 lebih
besar dari nilai signifikan 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model
konvergensi absolut bersifat homokedastisitas atau tidak terdapat masalah
heterokedastisitas.
Tabel 4.8
Hasil Uji Heterokedastisitas
Dependent Variable: LOG(RES2)
Method: Panel Least Squares
Date: 06/19/20 Time: 13:27
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 5
Total panel (unbalanced) observations: 24
Dari hasil pemilihan model yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa nilai
Probabilitas pada uji Chow Test tabel 4.9 dan uji Haussman Test tabel 4.10
memiliki hasil Probabilitas yang sama yaitu 0,0000 lebih kecil 0,05. Model terbaik
yang didapatkan dari kedua uji tersebut dan digunakan dalam analisis konvergensi
kondisional adalah model fixed effect.
2. Hasil Analisis Model Konvergensi Kondisional
Tabel 4.11
Hasil Estimasi Fixed Effect Model
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 06/19/20 Time: 13:52
Sample: 2015 2019
Periods included: 5
Cross-sections included: 22
Total panel (balanced) observations: 110
Effects Specification
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan terjadinya konvergensi di Provinsi Nusa Tenggara Timur
selama tahun penelitian dengan menggunakan dua konsep konvergensi Beta, yaitu
konvergensi absolut dan konvergensi kondisional. Hasil estimasi konvergensi absolut dan
konvergensi kondisional menunjukkan terjadinya konvergensi di Provinsi NTT dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan setengah kesenjangan yang berbeda untuk
konvergensi absolut dan konvergensi kondisional.
Saran
Beberapa saran yang diajukan berdasarkan pada penelitian yang diuraikan:
1. Untuk mengatasi ketimpangan pendapatan pemerintah NTT dapat mengikuti
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Bali dengan
mengembangkan pusat-pusat perekonomian baru disamping memperkuat
lembaga perekonomian yang ada dan membentuk suatu cluster disetiap
kabupaten dengan keunggulan di masing-masing wilayah.
2. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pemerintah NTT dapat
melakukan kebijakan pemerataan sektor PDRB dengan tidak mengfokuskan
pada peningkatan pada satu sektor tetapi diikuti dengan sektor lainnya.
Sektor pengadaaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang
merupakan sektor yang memiliki kontribusi terendah terhadap PDRB
Provinsi NTT. Hal ini mengakibatkan masyarakat masih kesulitan dalam
mendapatkan air bersih dan terdapat penyakit gizi buruk, sehingga
masyarakat memiliki standar hidup yang belum layak tentu saja hal ini akan
mempengaruhi indeks pembangunan manusia. Oleh karena itu pemerintah
harus meningkatkan penggunaan teknologi yang tepat sasaran agar dapat
digunakan masyarakat yang akan berdampak pada meningkatnya indeks
pembangunan manusia di daerah yang masih kesulitan dalam mendapatkan
air bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. (2008). “Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori”. Penerbit Graha
Ilmu. Jakarta
Boediono, 1992, Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4: Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi Pertama,
Yogyakarta: BPFE.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Edisi Ke 4).
Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
____________. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
___________. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).
Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kuncoro, Mudrajad.2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rustiada Ernan. 2018. Perencanaan dan Pengembangan Wiayah, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Sjafrizal. 2018. Analisis Ekonomi Regional dan Penerapannya Di Indonesia. Depok: PT Raja
Grafindo Persada.
Jakarta
S, Alam, MM. 2007. Ekonomi Untuk SMA dan MA Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Todaro, Michael P. and Stephen C. Smith. 2014. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Arief Budiman, Hasdi Aimon dan Yeniwati, (2018), “ Analisis Konvergensi Antar Provinsi
(Studi Kasus Pulau Sumatera)”, Jurnal Ekonomi Pembagunan, Unversitas Negeri
Padang, Vol. 1 No 3.
Chatarina Anggri Ayu dan Rini Setyastuti, (2013), “Analisis Konvergensi Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia Tahun 1992-2012”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas
Atma Jaya Yogyakarta
Jamzani Sodik , (2006), “ Pertumbuhan Ekonomi Regional: “Studi Kasus Analisis Konvergensi
Antar Provinsi di Indonesia”,Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogjakarta, Vol. 11 no, 1.
Mohammad Rofik dan Syaiful Anwar, (2019),” Analisis Konevergensi pada Empat Kabupaten
di Pulau Madura“, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Wirajaya , Vol.2 No. 1.
Melliana, A., & Zain, I. (2013). Analisis Statistika Faktor yang Mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur dengan Menggunakan
Regresi Panel. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2 (2), D237–D242.
Su, L., Zhang, Y., & Wei, J. (2016). A Practical Test for Strict Exogeneity in Linear Panel Data
Models with Fixed Effects. Economics Letter,.147 (2016), 27-31.
Barro, Robert J. and Xavier Sala-i-Martin.(1995). EconomicGrowth, New York, McGraw Hill
Badan Pusat Statistik. 2018. RingkasanKemiskinan Nusa Tenggara Timur. BPS Provinsi NTT,
Kupang.
________________. 2019. Persentase Kemiskinan Nusa Tenggara Timur. BPS Provinsi NTT,
Kupang.
________________. 2019. RingkasanKemiskinan Nusa Tenggara Timur. BPS Provinsi NTT, Kupang.
________________. 2019. Indikator- Indikator Kemiskinan Nusa Tenggara Timur. BPS Provinsi
NTT, Kupang.
________________. 2019. Indeks Pembangunan Manusia Nusa Tenggara Timur 2018. BPS Provinsi
NTT, Kupang.
________________. 2020.Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Timur menurut
Lapangan Usaha 2015-2019. BPS Provinsi NTT, Kupang.
________________. 2020. Nusa Tenggara Timur dalam Angka 2019. BPS Provinsi NTT, Kupang.
“ Sejarah Provinsi Nusa Tenggara Timur “. Website Resmi Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur. 19 Juni 2020.https://nttprov.go.id/ntt/sejarah-provinsi-nusa-
tenggara-timur/