Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Cenanda Hayyu Soetoyo

NIM : 041177196

MATKUL : PENGANTAR EKONOMI MAKRO

Sesuai skedul tutorial, minggu ini akan ada tugas yang wajib Anda kerjakan supaya
mendapatkan nilai akhir tutorial yang memuaskan. Silakan jawab pertanyaan-pertanyaan
berikut:

1.Jelaskan tiga peran perekonomian menurut Richard Musgrave

2. Kebijakan fiskal melakukan penyesuaian terhadap perekonomian yang terus berubah, hal
tersebut dapat berlangsung secara otomatis yang disebut dengan stabilisator terpasang.
jelaskan tiga stabilisator utama yang dimaksud?

3. Jelaskan definisi dari pertumbuhan ekonomi?

4. Para ekonom pada umumnya setuju bahwa inflasi rendah itu baik jikalau diiringi dengan
inovasi. Untuk menjaga agar inflasi tetap rendah maka harus diketahui faktor apa yang
membuatnya tetap rendah. Sebutkan apa saja yang mempengaruhi inflasi?

Silakan upload jawaban Anda, paling lambat dua minggu dari sekarang. Selamat
mengerjakan

Jawab

1. Menurut Richard Musgrave (1980) pemerintah memiliki 3(tiga) peran dalam


perekonomian,yaitu :
a) Peran Stabilisasi : Pemerintah memiliki tanggung jawab menjaga stabilitas
ekonomi,yaitu menjaga tingkat pengangguranyang rendah dengan tingkat
harga yang stabil.
b) Peran redistribusi pendapatan : Merupakan peran yang dijalankan pemerintah
untuk menjamin agar pendapatan dalam perekonomian dapat terdistribusi
keseluruh masyarakat dalam perekonomian.Pemerintah menjalankan  fungsi
redistribusi melalui instrumen pajak dan subsidi.
c) Peran Alokasi Sumber Daya : Melalui peran ini,pemerintah melakukan
intervensi terhadap bagaimana perekonomian mengalokasikan sumber
daya.Pemerintah memiliki 2(dua)metode dalam menjalankan peran alokasi
sumber daya ini,yaitu dengan intervensi secara langsung dan intervensi secara
tidak langsung.Ketika pemerintah benar-benar menghasilkan barang/jasa
tertentu berarti pemerintah telah melakukan intervensi langsung.Namun ketika
pemerintah menggunakan pajak dan subsidi dalam peran alokasi berarti
pemerintah menjalankan kebijakan intervensi tidak langsung.
2. Kebijakan fiskal diskresioner adalah kebijakan fiskal yang di gunakan maslah makro
ekonomi seperti pengangguran, inflasi atau tingkat pertumbuhan yang lambat. Pada
hakekatnya diskresioner dapat di bedakan dalam tiga bentuk sekaligus alat untuk
menjalankan kebijakan:
a) Membuat perubahan-perubahan keatas pengeluarannya,
b) Membuat perubahan-perubahan ke atas pajak yang di pungutnya,
c) Secara serentak membuat perubah dalam pengeluaran pemerintah dan sistem
pemungutan pajak.

Perangkat kebijakan fiskal (stabilisator terpasang) adalah segala sesuatu yang dapat
menurunkan kecenderungan membelanjakan marjinal dan pendapatan nasional
sehingga dapat mengurangi angka multiplier. Kebijakan fiskal melakukan
penyesuaian terhadap perekonomian yang terus berubah, hal tersebut dapat
berlangsung secara otomatis yang disebut dengan stabilisator terpasang.
Stabilisator utama kebijakan fiskal otomatik :
a) Pajak
Pajak langsung dapat mengurangi kecenderungan membelanjakan marjinal
dari pendapatan nasional, karena itu pajak langsung dapat bertindak langsung
sebagai stabikisator terpasang
b) Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa relatif stabil
terhadap pendapatan nasional yang berubah-ubah. Sebagian besar pengeluaran
pemerintah sudah disetujui oleh peraturan sebelumnya sehingga hanya
sebagian kecil yang dapat diubah. Jadi makin besar peran pengeluaran
pemerintah dalam perekonomian yang stabil akan memperkecil
ketidakstabilan pembelanjaan dari pendapatan nasional
c) Pembayaran transfer pemerintah
pembayaran transfer pemerintah cenderung menjadikan pendapatan disposabel
stabil sehingga pengeluaran untuk konsumsi juga menjadi stabil sehingga
fluktuasi pendapatan nasional dapat dihadapi.

Penyebab tidak meratanya sebaran distribusi pendapatan yaitu:


a) pertumbuhan ekonomi
b) pertumbuhan penduduk
c) perkembangan kota desa
d) sistem pemerintahan yang bersifat plutokratis
Masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu
:
1) Distribusi Pendapatan Antar Golongan
Pendapatan Jika dilihat dari hasil penelitian SUSENAS dengan
menggunakan koefisien Gini, maka akan terlihat bahwa distribusi
pendapatan di daerah perkotaan di Jawa lebih buruk daripada daerah di luar
Jawa, begitu pula dengan daerah pedesaannya daerah Jawa memiliki tingkat
kesenjangan distribusi pendapatan yang rendah bila dibandingkan dengan
daerah di luar Jawa.
2) Distribusi Pendapatan Antara Daerah Perkotaan dan Pedesaan
Menurut Gupta dari World Bank, pola pembangunan Indonesia
memperlihatkan suatu urban bias, yaitu pembangunan yang berorientasi ke
daerah perkotaan, dengan tekanan yang berat pada sektor industri yang
terorganisir, yang merupakan sebab terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan yang lebih parah lagi di kemudian hari. Menurut Micahel Lipton,
seorang ekonom Inggris, urban bias seringkali terjadi di negara-negara
berkembang seperti Indonesia di mana alokasi sumber-sumber daya lebih
banyak diprioritaskan di daerah perkotaan daripada pertimbangan
pemerataan atau efisiensi. Kembali kita perhatikan penjelasan teori ekonomi
yang dualistik tentang terjadi kesenjangan pembagian pendapatan di negara-
negara sedang berkembang, maka pertama-tama relavansinya terlihat dalam
pola kesenjangan yang berbeda antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
Oshima menjelaskan keadaan ini (kesenjangan di desa lebih tinggi dari pada
di kota), sebagai hal yang unik. Dia meramalkan kesenjangan tersebut akan
lebih lebar jika proses pembangunan pedesaan masih akan berlanjut.
3) Distribusi Pendapatan Antar Daerah
Ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antar berbagai daerah di
Indonesia serta penyebaran sumber daya alam yang tidak merata menjadi
penyebab tidak meratanya distribusi pendapatan antar daerah di Indonesia
khususnya.

3. Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi adalah keadaan ekonomi suatu negara


selama periode tertentu yang mana lebih baik atau meningkat dari periode
sebelumnya berdasarkan beberapa indikator. Indikator tersebut adalah kenaikan
pendapatan nasional dan pendapatan per-kapita, jumlah tenaga kerja yang lebih besar
dari pengangguran, serta berkurangnya tingkat kemiskinan. Jika kondisi dari
indikator-indikator tersebut menurun dibanding periode sebelumnya, maka negara
tersebut bukannya mengalami pertumbuhan ekonomi namun justru kemunduran
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai patokan yang melihat kemajuan suatu
negara dan bagaimana hasil dari pembangunan yang dilakukan selama periode
tersebut. Jika pembangunan yang dilakukan pemerintah berhasil dengan efektif, maka
akan terlihat pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam masyarakat. Pertumbuhan
ekonomi juga menggambarkan bagaimana kemakmuran rakyat karena dilihat
berdasarkan pendapatan per-kapita atau pendapatan rata-rata dari penduduk sebuah
negara.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi:
a) Meningkatnya Kegiatan Ekonomi
Meningkatnya kegiatan ekonomi mendorong peningkatan permintaan agregat
yang tidak diimbangi dengan meningkatnya penawran agregat karena adanya
kendala struktural perekonmian. Indikatornya : masih rendahnya kapasitas
terpakai sektor industri pengolahan (39% – 51%) dan menurunnya produksi
tanaman bahan makanan (sumbangan pada PDB berkurang 1,1%) pada tahun
2001.
b) Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan
Kebijakan pemerintah dalam tahun 2001 menaikkan harga barang dan jasa
seperti BBM, listrik, air miinum dan rokok serta menaikkan upah minimum
tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri diperkirakan memberikan
tambahan inflasi IHK sebesar 3,83%.
c) Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Pengaruh kuat depresiasi nilai tukar rupiah diketahui dari hasik penelitian
bank Indonesia, antara lain :
 Perilaku harga cenderung mudah meningkat karena pengaruh
melemahnya nilai tukar rupiah
 Perilaku harga cenderung sulit untuk turun apabila nilai tukar rupiah
menguat, seperti pada bulan Agustus menguat 4,0%, bulan Juli
menguat 21,0%, namun harga hanya turun (deflasi) sebesar 0,24%.
d) Tingginya ekspektasi inflasi masyarakat
Tingginya inflasi IHK tidak lepas dari pengaruh ekspektasi inflasi oleh
produsen dan pedagang serta konsumen.
Tingginya ekspektasi inflasi pada produsen dan pedagang sepanjang tahun
2001 terutama dipengaruhi oleh tingginya inflasi tahun 2000 yang mencapai
9,35%. Sedangkan ekspektasi para konsumen terutama dipengaruhi oleh
ekspektasi kenaikan harga barang-barang yang dikendalikan pemerintah dan
ekspektasi nilai tukar rupiah. (Laporan Bank Indonesia Tahun, 2001).

Anda mungkin juga menyukai