Anda di halaman 1dari 6

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA BIOLOGI AEROB

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA BIOLOGI


AEROB
PERTUMBUHAN TERSUSPENSI

Beberapa model pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan metode
pertumbuhan tersuspensi diantaranya :

PROSES LUMPUR AKTIF (ACTIVATED SLUDGE PROCESS)

Pengolahan air limbah dengan metode pertumbuhan tersuspensi (suspended growth)


umumnya diaplikasikan sebagai Proses Lumpur Aktif. Istilah lumpur aktif ini identik
dengan mikroorganisme aktif, karena mikroorganisme yang dipergunakan dalam
pengolahan air limbah jumlahnya cukup besar (pekat) dan menyerupai lumpur, maka
diberi istilah lumpur aktif.

Model pengolahan air limbah dengan metode pertumbuhan tersuspensi yang dikenal
dengan lumpur aktif "KONVENSIONAL" seperti berikut :
Langkah operasional lumpur aktif sebagai berikut :

1. Pembiakan mikroorganisme, pembiakan mikroorganisme dimaksudkan untuk


menumbuhkan mikroorganisme yang akan diaplikasikan pada pengolahan air limbah.
Pembiakan mikroorganisme dilakukan dengan memasukan mikroorganisme kedalam
tangki aerasi (aeration tank), mikroorganisme dicampur dengan air dan injeksikan
oksigen/udara kedalam tangki aerasi, disamping injeksi udara pada pembiakan
mikroorganisme perlu ditambahkan nutrient yang dapat dibuat dengan mempergunakan
campuran gula pasir dan pupuk NPK. Nutrient harus mempunyai kandungan ion C, H,
O, N dan S. Setelah terjadi pembiakan, nutrient diganti dengan mempergunakan air
limbah yang akan diolah, diberikan sedikit demi sedikit hingga tangki aerasi penuh.
Proses ini juga dikenal proses aklimatisasi.
2.    Air limbah yang telah terkondisi sesuai lingkungan mikroorganisme (pH normal dan
temperatur lingkungan serta kandungan logam berat kecil) dipompa dialirkan menuju
tangki aerasi. Pada tangki aerasi akan terjadi perombakan bahan organic oleh
mikroorganisme, laju alir air limbah yang dipompa diatur sedemikian rupa sesuai
dengan waktu kontak (waktu tinggal) yang dibutuhkan.
3.    Air limbah yang tercampur dengan mikroorganisme pada tangki aerasi akan keluar dari
tangki aerasi menuju tangki clarifier. Pada tangki clarifier terjadi pemisahan antara
mikroorganisme dengan air limbah yang sudah dioleh, air limbah yang sudah teroleh
akan keluar (over flow) dari bagian atas clarifier, sedangkan mikroorganisme keluar dari
bagian bawah.
4.    Mikroorganisme yang keluar dari bagian bawah clarifier, sebagian besar dipompa dan
dialirkan kembali ke tangki aerasi untuk proses berikutnya, dan sebagian kecil dibuang.
Pembuangan mikroorganisme dimaksudkan untuk mengendalikan jumlah (konsentrasi)
mikroorganisme didalam tangki aerasi.
5.    Mikroorganisme yang terbuang dari clarifier perlu dilakukan pengelolaan lebih lanjut
sehingga tidak mencemari lingkungan. Proses yang umum dipergunakan untuk
pengelolaan mikroorganisme ini adalah  Dewatering (pengurangan kadar air) dan
Pengeringan (Drying). Hasil pengolahan mikroorganimse berupa limbah padat yang
dikenal dengan “BIOSOLID”.  
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM APLIKASI LUMPUR
AKTIF   

Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi lumpur aktif dalam pengolahan
air limbah diantaranya :

1. Kualitas air limbah yang akan dioleh meliputi : derajat keasaman (pH),
temperatur, konsentrasi bahan organic yang dinyatakan dalam besaran chemical
oxygen demand (COD) dan biological oxygen demand (BOD), dan konsentrasi
logam berat. 
2. Laju alir air limbah, laju alir air limbah berpengaruh terhadap waktu tinggal
(waktu proses) didalam tangki aerasi, semakin besar laju alir, waktu tinggal
semakin kecil dan ini akan berdampak pada hasil pengolahan air limbah
3. Konsentrasi mikroorganisme didalam tangki aerasi, konsentrasi
mikroorganisme berpengaruh terhadap hasil pengolahan air limbah, jika
konsentrasi mikroorganisme terlalu kecil maka hasil pengolahan tidak maksimal,
dan jika terlalu besar mikroorganisme bekerja tidak maksimal dan hasil
pengolahan juga tidak maksimal. Pada umum dipergunakan perbandingan
antara jumlah makanan (F) sebagai nutrient terhadap jumlah mikroorganisme
yaitu (F/M) ratio yang besarnya berkisar 0,8 – 1,0. Artinya jika COD air limbah
sebesar 5000 mg/L, maka konsentrasi mikroorganisme dalam tangki aerasi
kurang lebih 5000 mg/L
4.  Injeksi udara, besarnya udara yang diinjeksikan berpengaruh terhadap
kelarutan oksigen dalam tangki aerasi, kelarutan oksigen berpengaruh terhadap
hasil pengolahan air limbah. Jika oksigen terlarut sangat kecil, maka hasil
pengolahan tidak maksimal. Kelarutan oksigen dalam air limbah diharapkan
maksimal sehingga hasil pengolahan air limbah maksimal. Berdasarkan data
kelarutan oksigen yang baik sekitar 2 mg/L. 
5. Distribusi Udara, Injeksi udara kedalam air limbah dimaksudkan untuk
membantu kebutuhan oksigen mikroorganisme dan proses oksidasi. Distribusi
udara yang tidak merata dapat mempengaruhi hasil pengolahan air limbah,
diharapkan udara terdistribusi secara merata agar hasil pengolahan air limbah
maksimal. Kekurangan oksigen berdampak pada kehidupan mikroorganisme,
warna mikroorganime menjadi pucat dan sulit untuk mengendap dan dapat
mengganggu proses pengendapan pada clarifier.
6. Laju alir (recycle) mikroorganisme, besarnya laju alir recycle mikroorganimse
berpengaruh terhadap waktu tinggal dan konsentrasi mikroorganisme pada
tangki aerasi. Laju alir recycle harus dilakukan pengendalian agar konsentrasi
mikroorganisme pada tangki aerasi tidak berlebih maupun berkurang dan waktu
tinggal terpenuhi sehingga hasil pengolahan air limbah maksimal. 


PENGEMBANGAN MODEL LUMPUR AKTIF KONVENSIONAL

Pengembangan model lumpur aktif konvensional dimaksudkan untuk meningkatkan


efisiensi dan efektifitas pengolahan air limbah. Berbagai model yang dikembangkan
dalam pengolahan air limbah dengan lumpur aktif pertumbuhan tersuspensi diantaranya

1.    Model Kontak-Stabilisasi (Contact-Stabilization)


Model ini merupakan pengolahan air limbah secara biologi AEROB. Pengembangan
model kontak-stabilisasi ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengolahan air limbah secara biologi aerob, yaitu waktu proses pengolahan yang lebih
pendek dan hasil pengolahan air limbahnya yang maksimal. Model Kontak-Stabilisasi
seperti gambar berikut :

Model yang dikembangkan yaitu menambah sebuah tangki yang dimaksudkan untuk
“mengistirahatkan sementara” mikroorganisme sebelum dipergunakan dalam proses
berikutnya yaitu pada tangki kontak. Seperti diketahui pada system konvensional
mikroorganisme dari tangki clarifier langsung dimasukan kedalam tangki proses,
sedangkan pada model kontak-stabilisasi, mikroorganisme ditampung terlebih dahulu
dalam sesuatu tangki (tangki aerasi) selanjutnya dialirkan ke tangki proses utama yaitu
tangki kontak (contact tank).

Pada model kontak dan stabilisasi (aerasi) ini kedua tangki baik tangki aerasi maupun
tangki kontak diinjeksikan udara, diharapkan dengan penambahan tangki
penampungan sementara mikroorganisme (tangki stabilisasi/aerasi) dapat
memperpendek waktu proses dan meningkatkan hasil pengolahan air limbah

 
1    2. Model Kolam Oksidasi (oxidation Ditch)
Pengembangan model lain untuk pengolahan air limbah secara biologi AEROB dengan
lumpur aktif pertumbuhan tersuspensi adalah kolam oksidasi (oxidation ditch). Pada
model ini tangki proses dibuat berkelok-kelok, dan proses aerasi tidak dilakukan injeksi
oksigen/udara secara langsung melainkan mempergunakan “ROTOR” sejenis baling-
baling. Rotor ini berputar dan pada saat berputar air limbah akan berkontak dengan
udara. Air limbah dipompa dialirkan kedalam kolam oksidasi, pada kolam oksidasi air
limbah bercampur dengan mikroorganimse berputar, panjang lintasan putaran
tergantung pada waktu kontak yang dibutuhkan.
Model kolam oksidasi (oxidation ditch) seperti pada gambar berikut : 

PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA BIOLOGI AEROB DENGAN MODEL OXIDATION


DITCH

Gambar : Model Rotor pada Oxidation Ditch

1    3. Kolam Besar Aerasi (Aerated lagoons)


Pengolahan air limbah secara biologi AEROB dengan model Aerated lagoons (basins)
membutuhkan luas lahan yang cukup besar, hal ini dilakukan mengingat jumlah air
limbah yang akan dilakukan pengolahan sangat besar. Pada model ini dapat terjadi 2
(dua) proses yaitu AEROB dan FAKULTATIF. Proses aerob terjadi pada permukaan air
limbah yang teraduk dengan motor dan berkontak dengan udara sekitar, jika kedalaman
kolam tidak terlalu dalam maka akan terjadi proses pengolahan secara AEROB tetapi 
jika kolam yang dipergunakan mempunyai kedalaman yang cukup dalam maka proses
pengolahan berlangsung secara FAKULTATIF. Proses yang terjadi dalam kolam aerasi
ini hampir sama dengan model oxidation ditch.
Reaaksinya :
CHONS + O2 + mikroba CO2 + H2O + NH3 + senyawa lain + C5H7NO2
bahan organik (sel mikroba baru)
Reaksi ini dapat di pilah lagi menjadi :
a. Oksidasi (proses desimilasi)
CHONS + O2 + mikroba CO2 + NH3 + produk akhir lain + energi
b. Sintesa ( proses asimilasi)
CHONS + O2 + mikroba + tenaga C5H7NO2 (sel mikroba baaru)
Komposisi mikroba sering ditulis : C5H7NO2 , mikroba dlm hidupnya perlu nutrient (N, P) perlu
ditambahkan.
Bila mikroba sudah mati, mikroba yang masih hidup memakannya, yang reaksinya dinamakan
endogeneous respiration :
C5H7NO2 +5O2 5 CO2 + 2H2O + NH3 + energi

Anda mungkin juga menyukai